klien stroke

30
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE A. Pengertian Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO, 1989). Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke hemorragik.

Upload: anha-mulhieanha

Post on 22-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: Klien Stroke

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE

A. Pengertian

Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang

timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena

(WHO, 1989).

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan

kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan

oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,

penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.

WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang

diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke hemorragik.

B. Klasifikasi stroke

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :

1. stroke hemoragik

Page 2: Klien Stroke

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan

pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga

dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling

banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

2. stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya

terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran

umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :

1. TIA’S (Trans Ischemic Attack)

Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala

akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

1. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)

Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan

maksimal 3 minggu..

1. stroke in Volution

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan

bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.

1. Stroke Komplit

Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

C. Etiologi

Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

Page 3: Klien Stroke

1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat

menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat

mengganggu aliran darah cerebral.

2. Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh

penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan

perdarahan.

3. Kelainan jantung / penyakit jantung

Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja

jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu

dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.

4. Diabetes mellitus (DM)

Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan

viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan

microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah

serebral.

5. Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.

6. Polocitemia

Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi

otak menurun.

7. Peningkatan kolesterol (lipid total)

Page 4: Klien Stroke

Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari

lemak.

8. Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat

mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.

9. Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi

aterosklerosis.

10. kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh

darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

D. Patofisiologi

1. Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus.

Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh

darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang,

menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada

jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui

arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba

berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat

ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

2. Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan

subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.

Page 5: Klien Stroke

Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan

menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga

timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang

subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada

daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis

jaringan otak.

E. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang

terkena.

1. Pengaruh terhadap status mental

· Tidak sadar : 30% - 40%

· Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar

2. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:

· Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)

· Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)

· Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)

3. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:

· hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)

· inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena

4. Daerah arteri serebri posterior

· Nyeri spontan pada kepala

Page 6: Klien Stroke

· Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)

5. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:

· Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak

· Hemiplegia alternans atau tetraplegia

· Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi

labil)

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:

1. Stroke hemisfer kanan

· Hemiparese sebelah kiri tubuh

· Penilaian buruk

· Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke

sisi yang berlawanan

2. stroke hemisfer kiri

· mengalami hemiparese kanan

· perilaku lambat dan sangat berhati-hati

· kelainan bidang pandang sebelah kanan

· disfagia global

· afasia

· mudah frustasi

Page 7: Klien Stroke

F. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :

1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila

perlu analisa gas darah, gula darah dsb.

2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak

4. angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh

darah yang terganggu

G. Penatalaksanaan medis

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:

1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai

mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil

2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan

ogsigen sesuai kebutuhan

3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil

4. Bed rest

5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia

6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi

8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa

murni atau cairan hipotonik

9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan

TIK

10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau

ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT

11. Penatalaksanaan spesifik berupa:

Page 8: Klien Stroke

· Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat

hemoragik

· Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan,

menurunkan TIK yang tinggi

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal

masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian

terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan

diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990)

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien

yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif,

tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.

(Marilynn E. Doenges et al, 1998)

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,

nomor register, diagnose medis.

b. Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan

tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)

c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat

klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah

bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan

atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)

Page 9: Klien Stroke

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat

trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,

aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes

militus. (Hendro Susilo, 2000)

f. Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,

pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga

faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan

keluarga.

g. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat

kontrasepsi oral.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah

pada fase akut.

3) Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi

konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

4) Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori

atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah

5) Pola tidur dan istirahat

Page 10: Klien Stroke

Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri

otot

6) Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran

untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak

kooperatif.

8) Pola sensori dan kognitif

Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan

pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang

sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses

berpikir.

9) Pola reproduksi seksual

Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan

stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.

10) Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena

gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak

stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

a) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

b) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,

kadang tidak bisa bicara

c) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

Page 11: Klien Stroke

2) Pemeriksaan integumen

a) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika

kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga

dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena

klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu

b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan

3) Pemeriksaan kepala dan leher

a) Kepala : bentuk normocephalik

b) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

c) Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

4) Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing

ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan

refleks batuk dan menelan.

5) Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang

terdapat kembung.

6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

7) Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

8) Pemeriksaan neurologi

a) Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

b) Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

c) Pemeriksaan sensorik

Page 12: Klien Stroke

Dapat terjadi hemihipestesi.

d) Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.

Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli

dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999)

i. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan radiologi

a) CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,

atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993)

b) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E.

Doenges, 2000)

c) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma

atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998)

d) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah

terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda

hipertensi kronis pada penderita stroke. (Jusuf Misbach, 1999)

2) Pemeriksaan laboratorium

a) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada

perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna

likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

(Satyanegara, 1998)

b) Pemeriksaan darah rutin

c) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.

Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian

berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)

d) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu

sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

Page 13: Klien Stroke

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN

KRITERIA HASIL

INTERVENSI

1. Bersihan jalan nafas tidak

efektif b.d. penumpukan

sputum (karena kelemahan,

hilangnya refleks batuk)

Pasien mampu

mempertahankan jalan

nafas yang paten.

Kriteria hasil :

a. Bunyi nafas

vesikuler

b. RR normal

c. Tidak ada tanda-

tanda sianosis dan

pucat

d. Tidak ada sputum

1. Auskultasi

bunyi nafas

2. Ukur tanda-

tanda vital

3. Berikan posisi semi

fowler sesuai dengan

kebutuhan (tidak

bertentangan dgn masalah

keperawatan lain)

4. Lakukan penghisapan

lender dan pasang OPA

jika kesadaran menurun

5. Bila sudah

memungkinkan lakukan

fisioterapi dada dan latihan

nafas dalam

6. Kolaborasi:

· Pemberian ogsigen

· Laboratorium: Analisa

gas darah, darah lengkap

dll

· Pemberian obat sesuai

kebutuhan

Page 14: Klien Stroke

2. Penurunan perfusi serebral b.d.

adanya perdarahan, edema

atau oklusi pembuluh darah

serebral

Perfusi serebral

membaik

Kriteria hasil :

a. Tingkat kesadaran

membaik (GCS

meningkat)

b. fungsi kognitif,

memori dan motorik

membaik

c. TIK normal

d. Tanda-tanda vital

stabil

e. Tidak ada tanda

perburukan

neurologis

f.

1. Pantau adanya tanda-

tanda penurunan perfusi

serebral :GCS, memori,

bahasa respon pupil dll

2. Observasi tanda-tanda

vital (tiap jam sesuai

kondisi pasien)

3. Pantau intake-output

cairan, balance tiap 24 jam

4. Pertahankan posisi tirah

baring pada posisi

anatomis atau posisi kepala

tempat tidur 15-30 derajat

5. Hindari valsava

maneuver seperti batuk,

mengejan dsb

6. Pertahankan ligkungan

yang nyaman

7. Hindari fleksi leher

untuk mengurangi resiko

jugular

8. Kolaborasi:

· Beri ogsigen sesuai

indikasi

· Laboratorium: AGD,

Page 15: Klien Stroke

gula darah dll

· Penberian terapi sesuai

advis

· CT scan kepala untuk

diagnosa dan monitoring

3. Gangguan mobilitas fisik b.d.

kerusakan neuromuskuler,

kelemahan, hemiparese

Pasien

mendemonstrasikan

mobilisasi aktif

Kriteria hasil :

a. tidak ada kontraktur

atau foot drop

b. kontraksi otot

membaik

c. mobilisasi bertahap

1. Pantau tingkat

kemampuan mobilisasi

klien

2. Pantau

kekuatan otot

3. Rubah posisi tiap 2 jan

4. Pasang trochanter roll

pada daerah yang lemah

5. Lakukan ROM pasif

atau aktif sesuai

kemampuan dan jika TTV

stabil

6. Libatkan keluarga

dalam memobilisasi klien

7. Kolaborasi:

fisioterapi

4. Gangguan komunikasi verbal

b.d. kerusakan neuromuscular,

kerusakan sentral bicara

Komunikasi dapat

berjalan dengan baik

1. Evaluasi sifat dan

beratnya afasia pasien, jika

berat hindari memberi

Page 16: Klien Stroke

Kriteria hasil :

a. Klien dapat

mengekspresikan

perasaan

b. Memahami maksud

dan pembicaraan

orang lain

c. Pembicaraan pasien

dapat dipahami

isyarat non verbal

2. Lakukan komunikasi

dengan wajar, bahasa jelas,

sederhana dan bila perlu

diulang

3. dengarkan dengan tekun

jika pasien mulai berbicara

4. Berdiri di dalam lapang

pandang pasien pada saat

bicara

5. Latih otot bicara secara

optimal

6. Libatkan keluarga dalam

melatih komunikasi verbal

pada pasien

7. Kolaborasi dengan ahli

terapi wicara

5. (Risiko) gangguan nutrisi

kurang dari kebutuhan b.d.

intake nutrisi tidak adekuat

Kebutuhan nutrisi

terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Tidak ada tanda-

tanda malnutrisi

b. Berat badan dalam

batas normal

1. Kaji factor penyebab

yang mempengaruhi

kemampuan menerima

makan/minum

2. Hitung kebutuhan nutrisi

perhari

3. Observasi tanda-tanda

vital

Page 17: Klien Stroke

c. Conjungtiva

ananemis

d. Tonus otot baik

e. Lab: albumin, Hb,

BUN dalam batas

normal

4. Catat intake makanan

5. Timbang berat badan

secara berkala

6. Beri latihan menelan

7. Beri makan via NGT

8. Kolaborasi :

Pemeriksaan lab(Hb,

Albumin, BUN),

pemasangan NGT, konsul

ahli gizi

6. Perubahan persepsi-sensori

b.d. perubahan transmisi saraf

sensori, integrasi, perubahan

psikologi

Persepsi dan kesadaran

akan lingkungan dapat

dipertahankan

1. Cari tahu proses

patogenesis yang

mendasari

2. Evaluasi adanya

gangguan persepsi:

penglihatan, taktil

3. Ciptakn suasana

lingkungan yang nyaman

4. Evaluasi kemampuan

membedakan panas-dingin,

posisi dan proprioseptik

5. Catat adanya proses

hilang perhatian terhadap

salah satu sisi tubuh dan

libatkan keluarga untuk

Page 18: Klien Stroke

membantu mengingatkan

6. Ingatkan untuk

menggunakan sisi tubuh

yang terlupakan

7. Bicara dengan tenang

dan perlahan

8. Lakukan validasi

terhadap persepsi klien dan

lakukan orientasi kembali

7. Kurang kemampuan merawat

diri b.d. kelemahan, gangguan

neuromuscular, kekuatan otot

menurun, penurunan

koordinasi otot, depresi, nyeri,

kerusakan persepsi

Kemampuan merawat

diri meningkat

Kriteria hasil :

a. mendemonstrasikan

perubahan pola hidup

untuk memenuhi

kebutuhan hidup

sehari-hari

b. Melakukan

perawatan diri sesuai

kemampuan

c. Mengidentifikasi

dan memanfaatkan

sumber bantuan

1. Pantau tingkat

kemampuan klien dalam

merawat diri

2. Berikan bantuan

terhadap kebutuhan yang

benar-benar diperlukan

saja

3. Buat lingkungan yang

memungkinkan klien

untuk melakukan ADL

mandiri

4. Libatkan keluarga

dalam membantu klien

5. Motivasi klien untuk

melakukan ADL sesuai

kemampuan

Page 19: Klien Stroke

6. Sediakan alat Bantu diri

bila mungkin

7. Kolaborasi: pasang DC

jika perlu, konsultasi

dengan ahli okupasi atau

fisioterapi

8. Risiko cedera b.d. gerakan

yang tidak terkontrol selama

penurunan kesadaran

Klien terhindar dari

cedera selama

perawatan

Kriteria hasil :

a. Klien tidak

terjatuh

b. Tidak ada

trauma dan

komplikasi lain

1. Pantau tingkat

kesadaran dan kegelisahan

klien

2. Beri pengaman pada

daerah yang sehat, beri

bantalan lunak

3. Hindari restrain kecuali

terpaksa

4. Pertahankan bedrest

selama fase akut

5. Beri pengaman di

samping tempat tidur

6. Libatkan keluarga

dalam perawatan

7. Kolaborasi: pemberian

obat sesuai indikasi

(diazepam, dilantin dll)

9. Kurang pengetahuan (klien

dan keluarga) tentang penyakit

Pengetahuan klien dan

keluarga tentang

1. Evaluasi derajat

gangguan persepsi sensuri

Page 20: Klien Stroke

dan perawatan b.d. kurang

informasi, keterbatasan

kognitif, tidak mengenal

sumber

penyakit dan perawatan

meningkat.

Kriteria hasil :

a. Klien dan keluarga

berpartisipasi dalam

proses belajar

b. Mengungkapkan

pemahaman tentang

penyakit, pengobatan,

dan perubahan pola

hidup yang diperlukan

2. Diskusikan proses

patogenesis dan

pengobatan dengan klien

dan keluarga

3. Identifikasi cara dan

kemampuan untuk

meneruskan progranm

perawatan di rumah

4. Identifikasi factor risiko

secara individual dal

lakukan perubahan pola

hidup

5. Buat daftar perencanaan

pulang

Page 21: Klien Stroke

DAFTAR PUSTAKA

- Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

- Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi

3, EGC, Jakarta.

- Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC,

Jakarta.

- Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta..

- Mardjono M., Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat, Jakarta.