kn 1tabellllllllll.docx
DESCRIPTION
KN 1tabellllllllll.docxTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Upaya menurunkan angka kematian bayi baru lahir harus terus dilakukan.
Terlebih jika dikaitkan dengan target kesepakatan global (Millenium
Development Goals/MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian
Bayi dan Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu
1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk
menurunkan Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH dan Angka
Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015.1
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS
(Expanding Maternal and Neonatal Survival), bekerja sama dengan USAID
dengan kurun waktu 2012 – 2016, yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai
salah satu bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia dengan USAID dalam rangka
percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di 6 provinsi terpilih yaitu
Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan
JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari kematian ibu dan
bayi di Indonesia.2
Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan yaitu adanya upaya
pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir atau neonatal. Suatu pelayanan
kesehatan neonatal berhasil adalah jika kunjungan (cakupan) pemeriksaan
neonatal mencapai 100% untuk kunjungan neonatal pertama kali (Kn1), diikuti
95% untuk kunjungan neonatal kedua (Kn2), serta 95% untuk kunjungan neonatal
ketiga(Kn3).
Angka kunjungan neonatus lengkap di Jawa Tengah pada tahun 2011
adalah 95,19% dan di kota Magelang 99, 58%.Angka Kematian Bayi (AKB) di
Kabupaten Magelang tahun 2009 berjumlah 131 bayi atau 6,34/1.000 kelahiran
hidup untuk data tahun 2010 hingga Juni 2010 kematian bayi di Kabupaten
2
Magelang mencapai 84 bayi dan untuk kematian balita ada 10 balita atau
0,48/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009.3
Infomasi mengenai tingginya angka kematian neonatus (AKN) dan bayi
(AKB) akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan
neonatus, berupa pelayanan kesehatan pada kunjungan neonatus pertama hingga
ketiga, serta program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga
kesehatan yang keduanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Bayi
(AKB).2
Dari data laporan KIA Puskesmas Tempuran periode Januari- Maret 2013,
didapatkan data cakupan kunjungan neonatus pertama (Kn1) di Puskesmas
Tempuran sebesar 97, 27%, dan cakupan kunjungan neonatus pertama (Kn1) di
Desa Girirejo sebesar 46,15%, kurang dari target pencapaian, yakni 100%.
I.2. Permasalahan (Rumusan Masalah)
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan perumusan masalah
yaitu apa penyebab dan bagaimana pemecahan masalah masih rendahnya cakupan
Kn1 di desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang periode Januari
– Maret 2013.
I.3. Tujuan
Tujuan penulisan laporan yang berjudul “Rencana Peningkatan Cakupan
Program KIA Tentang Kunjungan Neonatus Pertama (Kn1) di Desa Girirejo,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Evaluasi Manajemen Program Kerja
Puskesmas Tempuran Periode Januari – Maret 2012” memiliki tujuan umum dan
tujuan khusus, yaitu:
I.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis serta menentukan
pemecahan masalah masih rendahnya cakupan kunjungan neonatus
pertama (Kn1) di Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang pada Bulan Januari – Maret 2013.
3
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui penyebab masalah rendahnya cakupan kunjungan
neonates pertama (Kn1) di Desa Jogomulyo, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang.
2. Menganalisis penyebab masalah rendahnya cakupan
kunjungan neonatus pertama (Kn1) di Desa Girirejo,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
3. Mencari pemecahan masalah rendahnya cakupan kunjungan
neonatus pertama (Kn1) di Girirejo, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang.
4. Membuat Plan of Action dari pemecahan masalah yang
terpilih.
I.4. Manfaat
1. Dari hasil laporan ini diharapkan bertambahnya pengetahuan
masyarakat mengenai manfaat pentingnya kunjungan neonatus
pertama (Kn1) di masa sekarang dan akan datang.
2. Dapat dijadikan data awal untuk merencanakan penatalaksanaan
rendahnya cakupan kunjungan neonatus pertama (Kn1) di Desa
Girirejo, wilayah kerja Puskesmas Tempuran.
3. Dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
posyandu dan puskesmas terhadap kunjungan neonatus pertama
(Kn1)
4. Sebagai masukan instansi Dinas Kesehatan sebagai pertimbangan
pengambilan keputusan dalam program kesehatan.
5. Dapat dijadikan masukan untuk menyusun program dalam rangka
meningkatkan cakupan kunjungan neonatus pertama (Kn1) di Desa
Girirejo, wilayah kerja Puskesmas Tempuran.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir usia 0-28 hari.Kunjungan neonatus
pertama (Kn1) adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus yang dilakukan oleh
dokter/bidan/perawat pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir. Kunjungan
neonatus kedua (Kn2) pada hari ke 3 s/d 7 hari dan kunjungan neonatus ketiga
(Kn3) pada hari ke 8 – 28 hari.4
II. 2. Bentuk Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal
di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi baru lahir
dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat.
Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi
tenaga kesehatan yang memeriksa.4
Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif dengan melakukan
perawatan dan pemeriksaan bayi baru lahir dan pemeriksaan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi
dalam keadaan sehat, meliputi:4
Pemeriksaan bayi baru lahir
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik, dengan langkah sebagai berikut:
Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak
menangis).
Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernapasan dan tarikan dinding dada bawah (retraksi
dinding dada), denyut jantung serta perut.
5
Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi.
Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhdap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setalah lahir. Sebelum menangani bayi
baru lahir, pastikan petugas kesehatan telah melakukan tindakan
pencegahan infeksi.
Pencegahan Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya kesehatan
sebagai berikut:
1) Keringkan bayi dengan seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
3) Selimuti bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi
5) Jangan segera menimbang dan memandikan bayi baru lahir selama
kurang lebih 6 jam setelah lahir
Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Perawatan Tali Pusat
Mengikat Tali Pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan
pengikatanpuntung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.4
• Nasehat Merawat Tali Pusat
- Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau
mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
- Nasehat hal yang sama bagi ibu dan keluarganya.
- Mengoleskan alkohol atau betadin masih diperkenankan tetapi
tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau
lembab.
Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di
paha kiri
6
Pemberian imunisasi hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotik dosis
tunggal
Pemberian ASI eksklusif
Imunisasi dasar lengkap
II.2.1 Imunisasi Dasar Lengkap
1. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang
primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi
BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier
pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan
vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.4
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum
umur 3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intrakutan. Efek
samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah
suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.4
2. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis B. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam
bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis.
Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuscular.4
3. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan
pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi
7
pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis. Imunisasi polio diberikan melalui
oral.4
4. DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).4
Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat
anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua
dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuscular.4
5. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi campak diberikan melalui
subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam
pada tempat suntikan dan panas.4
Tabel 1. Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap
No. Imunisasi Umur Keterangan
1. BCG 0 – 2 bulan 0,05 ml intrakutan
2. Hepatitis B 0 0 – 2 bulan 0,5 ml intramuskular
Hepatitis B 1 1 – 4 bulan
Hepatitis B 2 6 – 18 bulan
3. Polio 1 0 bulan 2 tetes oral
8
Polio 2 2 – 4 bulan
Polio 3 3 – 5 bulan
Polio 4 4 – 6 bulan
4. DPT 1 2 – 4 bulan 0,5 ml intramuskular
DPT 2 3 – 5 bulan
DPT 3 4 – 6 bulan
DPT 4 18 bulan – 2 tahun
5. Campak 9 bulan 0,5 ml subkutan
II. 3. Pelaksanaan
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat
dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah.Hasil pemeriksaan dan
tindakan tenaga kesehatan harus dicatat pada:4
1. Buku KIA (Buku Kesehatan Ibu dan Anak)
• Pencatatan pada ibu meliputi keadaan saat hamil, bersalin dan nifas.
• Pencatatan pada bayi meliputi identitas bayi, keterangan lahir, imunisasi
pemeriksaan neonatus, catatan penyakit, dan masalah perkembangan serta
KMS
2. Formulir Bayi Baru Lahir
• Pencatatan per individu bayi baru lahir, selain partograph
• Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan
3. Formulir pencatatan bayi muda (MTBM)
• Pencatatan per individu bayi
• Dipergunakan untuk mencatat hasil kunjungan neonatal yang merupakan
dokumen tenaga kesehatan puskesmas
4. Register kohort bayi
9
• Pencatatan sekelompok bayi di suatu wilayah kerja puskesmas
• Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan puskesmas
Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan kunjungan neonatal meliputi:4
• Tempat periksa bayi
• Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
• Air bersih, sabun dan handuk kering
• Sarung tangan bersih
• Kain bersih
• Stetoskop
• Stop watch atau jam dengan jarum detik
• Termometer
• Timbangan bayi
• Pengukur panjang bayi
• Pengukur lingkar kepala
• Alat suntik sekali pakai (disposable syringe) ukuran 1 ml/cc
• Vitamin K1 (phytomenadione) ampul
• Salep mata Oxytetrasiklin 1%
• Vaksin Hepatitis B (HB 0)
• Form pencatatan (Buku KIA, formulir bayi baru lahir, formulir MTBM,
Partograf, formulir register kohort bayi)
II. 4. Bidan Desa
1. Definisi Bidan Desa
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM)
yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan
diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition
(FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan
Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke
27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut:
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang
10
diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah untuk
melakukan praktik bidan (Depkes RI, 2007b).5
2. Tujuan Penempatan Bidan Di Desa
Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk
meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan
Posyandu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, anak balita dan
menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat
berperilaku hidup sehat.Secara khusus tujuan penempatan bidan desa adalah:5
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan
nifas dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi
4. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan,
persalinan dan perinatal
5. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare
6. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk sehat dengan membantu pembinaan
kesehatan masyarakat,
7. Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk
gerakan Dana Sehat (Depkes RI, 2002).
3. Tugas dan Wewenang Bidan di Desa
• Tugas Bidan di Desa
Tugas seorang bidan di suatu desa adalah sebagai berikut: 1)Melaksanakan
kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah
kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan
diberikan, 2)Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah
kerjanya (Depkes RI, 2002).5
• Wewenang Bidan di Desa
11
Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 572/Menkes/
RI/1996 menjelaskan bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya,
berwenang untuk memberikan pelayanan KIA, Wewenang bidan yang
bekerja di desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan
lainnya. Hal ini diatur dengan peraturan Menteri Kesehatan (Depkes RI,
1997). Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :5
o Wewenang umum
Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat
dipertanggungjawabkan secara mandiri.
o Wewenang khusus
Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang
memerlukan pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya
berada pada dokter yang diberikan wewenang tersebut.
o Wewenang pada keadaan darurat
Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk
menyelamatkan penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan
profesi. Segera setelah melakukan tindakan darurat tersebut, bidan
diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya.
o Wewenang tambahan
Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai
dengan program pemerintah pendidikan dan pelatihan yang
diterimanya.
Tempat Tinggal
Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan
diwajibkan tinggal di desa (polindes) tersebut serta bertugas melayani masyarakat
di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 5 desa. Dalam melaksanakan
tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat
(Depkes RI, 1997).
12
Kegiatan atau peran Bidan Desa5
1. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan
2. Rujukan
Program Bidan Desa
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan
kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan
angka Kematian Ibu dan Anak adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan dan
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan perinatal. Dalam usaha
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di desa
maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik
dengan tenaga non medis seperti dukun dengan mengajak dukun untuk melakukan
pelatihan dengan harapan dapat:5
Meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan
Dapat mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan
Selain bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun,bidan desa
juga bekerja sama dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan
melaksanakan pos yandu. Biasanya masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan
dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai kader. Tugas dan fungsi bidan
utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
sebagaimana tertuang dalam SE Dirjen Binkesmas No. 492/Binkesmas/Dj/89
yang menyatakan penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan
anak serta KB dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta
kelahiran. Namun pada kenyataannya bidan desa dibebani dengan berbagai
macam program pelayanan kesehatan lainnya. Pada kondisi ini bidan desa
dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dan kondisi masyarakat yang beragam
karakteristik.5
Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan
pelayanan yang telah ada sekaligus dapat meningkatkan cakupan program
pelayanan KIA melalui:5
Peningkatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang bermutu
13
Pertolongan persalinan
Deteksi dini faktor kehamilan dan peningkatan pelayanan neonatal.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi
Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil
dengan melakukan:5
Kunjungan rumah
Sosialisasi pentingnya pemeriksaan kesehatan antenatal
Memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin
minimal empat kali selama kehamilannya.
Bidan di desa telah melalui tingkat pendidikan kebidanan dan telah
mampu dan cakap dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan. Rasa malu pada
pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cakupan
pelayanan antenatal.Masyarakat malu untuk memeriksakan dirinya terutama pada
kehamilan pertama. Pemberian bantuan tambahan gizi bagi ibu hamil merupakan
daya tarik tersendiri dalam kunjungan pelayanan antenatal dan dapat
meningkatkan kunjungan ibu.5
Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan
diserahkan kepada bidan koordinasi pada saat bidan di desa melaksanakan
tugasnya ke puskesmas.5
II. 5. Kader Kesehatan
Kader adalah warga masyarakat yang ditunjuk oleh masyarakat, bekerja
untuk masyarakat dengan sukarela, untuk melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan sederhana.
Peran Kader:
1. Penggerakan Masyarakat
Macam - macam upaya penggerakan masyarakat :
a. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga.
Merupakan salah satu wujud keluarga yang sadar gizi, berupaya
memperbaiki keadaan gizi seluruh anggota keluarga. Kader menjadi
14
teladan bagi segenap warga masyarakat. Kader membantu petugas
dalam pendataan, penyuluhan dan peragaan keterampilan : untuk
meningkatkan peran serta masyarakat.6Tujuan UPGK
Tujuan 1: Perbaikan keadaan gizi keluarga.
Tujuan 2: Perilaku yang mendukung perbaikan gizi.
Tujuan 3: Partisipasi dan pemerataan kegiatan.
b. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk penanaman tanaman obat.
c. Pelayanan di posyandu.
Posyandu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat, dan
merupakan tempat memberikan kemudahan masyarakat dalam
memperoleh 5 kegiatan pelayanan kesehatan dasar, yaitu : KB, KIA,
gizi, imunisasi dan penanggulangan diare.
2. Penyuluhan
Teknis Penyuluhan
Penyuluhan dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok:6
Penyuluhan perorangan/tatap muka.
Penyuluhan biasa dilakukan di posyandu ataupun pada saat
kunjungan rumah. Bisa menggunakan buku kia, lembar balik,
contoh makanan, dll.
Penyuluhan kelompok.
Penyuluhan dilakukan kader ke sekelompok masyarakat, dan
kader menjelaskan materi, dilanjutkan dengan tanya jawab.
Penyuluhan disertai peragaan.
Kader membantu petugas untuk mengadakan penyuluhan
disertai peragaan seperti demo masak resep makanan sendiri,
atau demo mempersiapkan MP ASI.
3. Pemantauan
Kegiatan pemantauan antara lain:6
Kunjungan Rumah
Setelah kegiatan di dalam posyandu selesai, maka rumah ibu-
ibu yang akan dikunjungi ditentukan bersama.
15
Mereka yang dikunjungi adalah:
Ibu yang anak balita selama dua bulan berturut-turut tidak hadir
di posyandu
Ibu yang anak balitanya belum mendapatkan vitamin A.
Ibu yang anak balitanya pada bulan lalu dikirim ke puskesmas
karena :
1. 2 bulan berturut-turut berat badannya tidak naik.
2. Berat badannya di bawah garis merah.
3. Sakit.
4. Balita kegemukan.
Ibu hamil yang 2 bulan berturut-turut tidak menghadiri
kegiatan posyandu.
Ibu hamil yang bulan lalu dikirim ke puskesmas.
Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul
yodium.
Rumah tidak layak huni.
Pemeriksaan jentik
Pemeriksaan jentik dilakukan oleh kader dengan mengunjungi
rumah ke rumah.
II. 6.Cakupan Kunjungan Neonatus
Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatal yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar dari dokter, bidan, perawat yang mempunyai
kompetensi klinis kesehatan neonatal paling sedikit 2 kali di suatu wilayah kerja
tertentu (Departemen Kesehatan RI, 1999 ).
Cara perhitungan cakupan kunjungan neonatal sebagai berikut:6
= Jumlah kunjungan neonatal yang mendapat
pelayanan kesehatan minimal 2 kali oleh tenaga kesehatan x 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun
16
Jumlah sasaran bayi diperkirakan melalui perhitungan:6
- Angka kelahiran kasar (CBR) propinsi x jumlah penduduk.
- Bila propinsi tidak mempunyai data CBR, dapat digunakan
angka nasional dengan perhitungan : 2,7% x jumlah penduduk.
II.7 Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk
mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan masalah, dari
pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan
munculnya permasalahan kurangnya kunjungan neonatus pertama (Kn1) di Desa
Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Adapun sistem yang
diutarakan disini adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan
sebagai berikut:7
Gambar 1. Analisis Penyebab Masalah Dengan Pendekatan Sistem
LINGKUNGAN
INPUT
- Man
- Money
- Material
- Methode
- Machine
PROCESS
P1
P2
P3
OUTPUT
1.Identifikasi Masalah
3. Memilih Penyebab yang Paling Mungkin
4. Menentukan alternatif
pemecahan masalah
5. Penetapan pemecahan
masalah terpilih
6. Penyusunan rencana
penerapan
7. Monitoring dan evaluasi
17
II.8. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah8
Gambar 2. Problem Solving Cycle
a. Identifikasi Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian
mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi,
2. Penentuan (kemungkinan)
penyebab masalah
MASALAH
PROSES
LINGKUNGAN
P1
P2
P3
INPUT
MONEYMAN
MACHINE
METHODE
MATERIAL
18
dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah
ditetapkan.
b. Penentuan prioritas masalah
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara.
Diantaranya melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan
para ahli. Salah satu metode yang digunakan adalah metode Hanlon.
c. Penentuan penyebab masalah
Analisa penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan masalah
dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisa
penyebab masalah antara lain fishboneanalisis sistem, pendekatan H.L.Blum,
analisis epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal ini, digunakan metode
fishbone analysis.
Gambar 3. Diagram Fish Bone
19
d. Memilih penyebab yang paling mungkin
Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain
dengan cara:
Penetapan tujuan dan sasaran
Mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab
yang didukung oleh data atau konfirmasi.
e. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat
langsung pada alternatif pemecahan.
f. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka
selanjutnyadilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah.
Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode kriteria matriks:
1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan
masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab
masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka
semakin efektif.
2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin
penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka
semakin efektif.
3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin
sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
20
4. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk
melakukan pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan
masalah diberi nilai 1-5.
g. Penyusunan rencana penerapan
Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya
dilakukan pembuatan plan of action serta Gann Chart, hal ini bertujuan untuk
menentukan perencanaan kegiatan.
II.9. Variabel Penelitian
a. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
atau responden.
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor 81%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup 65% - 80%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <65%
b. Perilaku menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden.
a) Perilaku baik bila skor 81 % -100%
b) Perilaku cukup bila skor 60% - 80%
21
c) Perilaku kurang bila skor <60%
c. Bidan menurut Depkes RI, 2007b adalah seseorang yang telah
mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah
lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan
praktik bidan.
d. Kader adalah warga masyarakat yang ditunjuk oleh masyarakat,
bekerja untuk masyarakat dengan sukarela, untuk melaksanakan
kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan sederhana.
22
BAB III
ANALISIS MASALAH
III.1 Data Umum Desa Girirejo
III.1.1 Letak wilayah
Desa Girirejo terletak di wilayah Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang, provinsi Jawa Tengah. Terdapat 10 dusun di Desa Girirejo
yaitu :
1. Damesan Wetan 6. Kali Putih Lor
2. Damesan Lor 7. Kali Putih Kidul
3. Damesan Kidul 8. Beji Kidul
4. Jarakan 9. Jurang
5. Beji Lor 10. Ngemplak
III.1.2 Batas Wilayah
Wilayah desa Girirejo dibatasi oleh :
a. Sebelah utara : Desa Jogomulyo
b. Sebelah Timur : Desa Tempurejo
c. Sebelah Selatan : Desa Sidoagung
d. Sebelah Barat : Desa Kalisari
Gambar 4. Peta Kecamatan Tempuran
23
III.1.3 Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Girirejo sekitar 213,928 ha. Desa Girirejo terdiri dari 12
Rukun warga dan 24 Rukun Tetangga.
III.2 Keadaan Demografi Desa Girirejo
III.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk desa Girirejo pada tahun 2013 adalah 2683 jiwa. Jumlah
KK sebanyak 680 KK
Tabel 2. Jumlah Penduduk
NO Dusun
Jumlah
Jiwa KK
1 Damesan Wetan 347 92
2Damesan Lor 550
121
3Damesan Kidul 453
132
4Jarakan 217
54
5Beji kidul 114
34
6Kali Putih Lor 162
49
7Kali Putih Kidul 215
37
8Beji Lor 211
41
9Jurang 162
48
10 Ngemplak 252 72
Jumlah 2683 680
24
III.2.2 Jumlah Penduduk Desa Girirejo Menurut Jenis Kelamin tahun 2013
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
(Sumber : Balai Desa Girirejo)
III.2.3 Status pendidikan
Tabel 4. Status pendidikan
No Tingkatan Jumlah
1. Tidak tamat SD 300
2. Tamat SD 1121
3. Tamat SLTP 225
4. Tamat SLTA 191
5. Tamat D3 12
6. Tamat S1 6
NO Dusun
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1 Demesan Wetan 177 170
2 Demesan Lor 228 322
3 Demesan Kidul 208 245
4 Jarakan 108 109
5 Kali Putih Lor 84 78
6 Kali Putih Kidul 113 102
7 Beji kidul 41 73
8 Beji Lor 110 101
9 Jurang 82 80
10 Ngemplak 132 120
Jumlah 1.283 1400
25
Jumlah 1855
III.2.4 Mata pencaharian
Table 5. Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1. PNS 34
2. ABRI/POLRI 28
3. Pensiunan 10
4. Petani 700
5. Swasta 300
6. Pedagang 500
7. Buruh tani 154
8. Tukang 150
Jumlah 1876
III.2.5 Kondisi bangunan dan sarana umum
1. Balai Desa : 1 buah
2. Kantor Desa : 1 buah
3. Tempat ibadah
Tabel 6. Kondisi bangunan dan sarana umum
No Tempat Ibadah Jumlah
1 Masjid 3
2 Mushola 6
3 Gereja 0
4 Vihara 0
26
Jumlah 9
III.2.6 Sarana Pendidikan
Tabel 7. Pendidikan
No Sarana Jumlah
1 Play Group/PAUD 1
2 TK 1
3 SD 2
4 SMP
5 SMA
6 SMK
7 PLS (KF, Paket A, Paket B, Paket C)
1
8 TPA/Madrasah 3
Jumlah 8
III.2.7 Kesehatan
Tabel. 8 Kesehatan
NO DUSUN POSYANDU
BIDAN DESA
BIDAN PRAKTEK
PRAKTEK DOKTER
1 Damesan Wetan 0 0 0 0
2 Damesan Lor 1 0 1 1
3 Damesan Kidul 0 0 0 0
4 Jarakan 1 0 0 0
5 Beji kidul 0 0 0 0
27
6 Kali Putih Lor 0 0 0 0
7 Kali Putih Kidul 0 0 0 0
8 Beji Lor 0 0 0 0
9 Jurang 0 0 0 0
10 Ngemplak 0 0 0 0
III.2.8 Jumlah penduduk menurut pemeluk agama
Agama Islam : 2.673 orang
Agama Kristen : 10 orang
Agama Katolik : 0 orang
Agama Budha : 0 orang
Agama Hindu : 0 orang
Total : 2683 orang
III.3. Data Khusus
Tabel 9. Cakupan Kn1 Kecamatan Tempuran Bulan Januari – Maret 2013
No Nama Desa Target Sasaran Sasaran Bulan Berjalan(3/12 *sasaran)
Hasil Kegiatan
Cakupan (Hasil kegiatan/sasaran bulan berjalan * 100%)
Pencapai-an (Cakupan/ target)
1. Tempurejo 100 % 106 27 28 103,7 % 103,7 %
2. Prajegsari 100 % 30 8 8 100% 100%
3. Tugurejo 100 % 25 6 5 83,3 % 83,3 %
4. Jogomulyo 100 % 32 8 27 337,5 % 337,5 %
5. Bawang 100 % 10 3 3 100 % 100 %
6. Kemutuk 100 % 4 1 1 100 % 100 %
28
7. Pringombo 100 % 9 2 2 100 % 100 %
8. Temanggal 100 % 6 2 1 50 % 50 %
9. Growong 100 % 17 4 4 100% 100%
10. Girirejo 100 % 51 13 6 46,15% 46,15%
11. Kalisari 100 % 51 13 16 123,07% 123,07%
12. Tanggulrejo 100 % 65 16 15 93,75% 93,75%
13. Sidoagung 100 % 100 25 25 100% 100%
14. Sumberarum 100 % 75 19 18 94,7% 94,7%
15. Ringinanom 100 % 90 23 19 82,60% 82,60%
Dari data diatas, didapatkan 6 desa yang belum dapat mencapai target, termasuk
desa Girirejo dengan pencapaian 46,15%.
Tabel10. Cakupan Kegiatan Imunisasi Hepatitis B0 Desa Girirejo Periode
Januari– Maret 2013
No. Nama Desa
Target Sasa-ran
Sasaran Bulan Berjalan(10/12 *sasaran)
Hasil Kegiatan
Cakupan (Hasil kegiatan/sasaran bulan berjalan * 100%)
Pencapai-an (Cakupan/target)
1. Girirejo 100 % 51 13 6 46,15 % 46,15 %
Dari data diatas, didapatkan bahwa Desa Girirejo belum mencapai target
kegiatan pelaksanaan vaksinasi HB0, yaitu sebesar 46,15 %.
III. 4. Data Hasil Pelayanan KN1 Periode Januari – Maret 2013
Cakupan Kunjungan Neonatus Pertama (Kn1) Desa Girirejo Periode
Januari – Maret 2013
29
Cakupan kunjungan neonatus pertama (Kn1) merupakan perbandingan
antara jumlah Kunjungan neonatus pertama (Kn1) dengan jumlah sasaran bayi
lahir hidup per periode Januari – Maret 2013 di Desa Girirejo dikalikan 100%.
Rumus:
Sasaran jumlah bayi lahir hidup di Desa Girirejo tahun 2013
(berdasarkan angka riil jumlah bayi tahun 2012 Desa Girirejo) yaitu =
51 bayi
Sasaran jumlah bayi lahir hidup di Desa Girirejo pada bulan berjalan
(Januari – Maret 2013) yaitu = 3/12 x 51bayi = 13 bayi
Jumlah bayi yang telah mendapat Kn1 di Desa Girirejo Periode Januari
– Maret 2013 = 6 bayi
Persentasi cakupan Kn1 bulan berjalan sebesar = 6/13 x 100% = 46,
15 %
Target pencapaian Kn1 selama 1 tahun (Target DINKES kab.
Magelang) = 100%
Besar pencapaian bulan berjalan = 46,15/100% x 100% = 46,15%
Jadi, persentasi pencapaian Kn1 di Desa Girirejo periode Januari – Maret
2013 adalah 46,15 % masih kurang dari target pencapaian DINKES
Kab.Magelang.
III. 5. Deskripsi Data Kohort Bayi Desa Dari Bulan Januari – Maret 2013
Tabel 11. Hasil Kegiatan Kn1 bulan Januari 2013
No Nama Tanggal Lama di Pemeriksaan Keterangan Tanggal
Kn1 = Jumlah neonatus yang telah memperoleh pelayanan kunjungan neonatus pada masa 0-2 hari setelah lahir sesuai standar di Desa Girirejo pada periode Januari – Maret
2013 x 100 %
Seluruh sasaran bayi lahir hidup di Desa Jogomulyo pada periode Januari – Maret 2013
30
Ibu partus fasilitaskesehatan PP
yangdilakukan
imunisasi HepB 0
1 Sugianti 02/03 6-24 jam Baik Memenuhi waktu Kn1
02/03
2 Nurhasanah
03/01 <6 jam Baik Tidak memenuhi Kn1
03/01
3 Hamidah 04/01 6-24 jam Baik Memenuhi waktu Kn1
04/01
No Nama Ibu
Tanggal partus
Lama di fasilitas kesehatan PP
Pemeriksaan yang dilakukan
Keterangan Tanggal imunisasi HepB0
1. Yuli Dwi 10/02 6-24 jam Baik Memenuhi waktu Kn1
10/02
2. Ati Inayati
15/02 6-24 jam Baik Memenuhi waktu Kn1
15/02
Tabel 12. Hasil Kegiatan Kn1 bulan Februari 2013
Tabel 13. Kegiatan Kn1 bulan Maret 2013
No Nama Ibu
Tanggal partus
Lama di fasilitas kesehatan PP
Pemeriksaan yang dilakukan
Keterangan Tanggal imunisasi HepB 0
1. Tutik I 07/03 6-24 jam Baik Memenuhi waktu Kn1
07/03
2 Makro-fah
09/03 <6 jam(5 jam)
Baik Tidak memenuhi waktu Kn1
12/03
Tabel 14. Data PWS Jumlah Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Periode
Januari – Maret 2013
No. Bulan Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan
Kumulatif
1 Januari 3 32 Februari 3 33 Maret 2 1
Tabel 15. Data PWS Jumlah Bayi Lahir Hidup Periode Januari – Maret
2013
No. Bulan Jumlah Neonatus Kumulatif1 Januari 2 2
31
2 Februari 2 23 Maret 1 1
Dalam membandingkan antara data kohort bayi dengan data PWS-KIA
bulan Januari – Maret 2013 ternyata terdapat ketidak kesamaan antara jumlah
kegiatan persalinan oleh tenaga kesehatan dan Kn1 yaitu sebanyak 1 bayi, Serta
ketidaksamaan antara data kohort bayi dengan data PWS-KIA bayi hidup yaitu
sebanyak 2 bayi, dikarenakan masih kurangnya ketelitian bidan dalam pencatatan
data.
32
BAB IV
KERANGKA PENELITIAN
IV.1. KERANGKA TEORI
LINGKUNGAN : pengetahuan dan perilaku ibu bayi.
INPUT
- Man : bidan desa, kader
- Money : dana jampersal
- Material : praktek bidan desa, posyandu, PKD
- Methode : observasi, pemeriksaan, imunisasi,
- Machine : buku KIA, alat pemeriksaan kesehatan, vaksin
PROSES
P1 = Penjadwalan waktu KN1 sesuai tanggal lahir bayi
P2 = Telah dilakukan KN1
P3 = Pelaporan dari bidan desa ke puskesmas tentang kegiatan KN1
OUTPUT
Cakupan Kunjungan Neonatus Pertama (Kn1)
33
Gambar 5.Kerangka Teori
IV.2 KERANGKA KONSEP
Gambar 6. Kerangka Konsep
CAKUPAN KUNJUNGAN
NEONATUS PERTAMA
(KN1) DI DESA
GIRIREJO, KECAMATAN
TEMPURAN,
PERIODE JANUARI-
MARET 2013
Pengetahuan dan perilaku ibu bayi
Peran bidan desa-Jadwal kunjungan rumah-Pengkoordinasian untuk pelaporan dan pencatatan kegiatan Kn1 dari pihak pelayanan kesehatan
Peran Kader-Pengetahuan kader mengenai Kn1
34
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
V.1 Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian survei yang di lakukan pada
tanggal 26 - 27 April 2013 di Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang. Jenis data yang di ambil adalah :
1. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan koordinator KIA
puskesmas Tempuran, serta dari hasil wawancara kuesioner terstruktur
dengan bidan desa, kader desa, dan ibu bayi yang tidak melakukan kunjungan
neonatus pertama pada bulan Januari–Maret 2013 di Desa Girirejo,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Dengan cara mengumpulkan
dan mendatangi kegiatan posyandu dan kunjungan rumah.
2. Data sekunder diperoleh dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Puskesmas Tempuran dan laporan kegiatan bagian KIA Puskesmas
Tempuran.
Data yang sudah terkumpul di analisa secara deskriptif dilakukan
berdasarkan kerangka pemikiran pendekatan sistem yang diawali dari input yang
meliputi 5M, yaitu man, money, method, material, machine, kemudian dilanjutkan
dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2, P3) dan manajemen mutu
sehingga didapatkanlah output. Input dan proses dipengaruhi juga oleh faktor
lingkungan. Data kemudian di olah untuk mengidentifikasi permasalahan dan
mencari penyebab yang paling mungkin. Langkah selanjutnya menentukan
35
alternatif pemecahan masalah kemudian penetapan pemecahan masalah terpilih
dengan menggunakan kriteria matrixdengan rumus m.i.v/c. Selanjutnya menyusun
rencana kegiatan terpilih dan membuat Plan of Action (POA) dari rencana
kegiatan kemudian di jadwalkan dalam sebuah Gant Chart.
V.2 Batasan Judul
Laporan ini berjudul “RENCANA PENINGKATAN CAKUPAN
KUNJUNGAN NEONATUS PERTAMA (KN1) DI DESA GIRIREJO
KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG, EVALUASI
MANAJEMEN PROGRAM KIA PUSKESMAS TEMPURAN PERIODE
JANUARI – MARET 2013”
mempunyai batasan pengertian judul sebagai berikut:
a. Rencana
Adalah rancangan segala sesuatu yang akan dikerjakan.
b. Peningkatan
Adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat, kualitas maupun
kuantitas.
c. Cakupan
Adalah suatu total hasil kegiatan yang dilakukan perbulan yang
kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan.
d. Kunjungan
Adalah kegiatan mengunjungi suatu tempat dalam hal ini fasilitas
kesehatan
e. Neonatus
Adalah bayi baru lahir yang berusia 0-28 hari.
f. Kn1
Adalah kunjungan neonatus yang dilakukan pada kurun waktu 6-48
jam setelah bayi lahir.
g. Desa Girirejo
36
Adalah salah satu dari 15 desa di kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.
h. Kecamatan Tempuran
Adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang
i. Evaluasi
Adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,
atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian
solusi-solusi atas permasalahan yang digunaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai sasaran.
j. Manajemen
Adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian upaya serta penggunaan semua sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
k. Program
Adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan
l. KIA
Adalah kesehatan ibu dan anak.
m. Puskesmas Tempuran
Adalah puskesmas induk yang ada di kecamatan Tempuran.
n. Periode Januari – Maret 2013
Adalah periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi
mengenai cakupan Kunjungan neonatus pertama (Kn1).
V.3 Definisi Operasional
Definisi operasional meliputi :
Pengetahuan adalah tingkat pemahaman masyarakat Desa Girirejo
mengenai kunjungan neonatus pertama (Kn1).
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu (ibu bayi) di Desa
Girirejo merespon terhadap Kunjungan neonatus pertama (Kn1).
37
Peran bidan desa dalam melakukan kegiatan pelayanan kesehatan yang
meliputi dari pengetahuan, kemampuan, dan pelaksanaan kunjungan
neonatus pertama. (Kn1)
Peran kader dalam membantu tenaga kesehatan/bidan dalam upaya
meningkatkan cakupan Kunjungan neonatus pertama (Kn1).
Kunjungan neonatus pertama (Kn1) adalah kontak neonatal dengan
tenaga kesehatan minimal untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal dalam 6-48 jam setelah persalinan.
Sasaran adalah jumlah sasaran bayi dalam tiga bulan berjalan di Desa
Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah kegiatan
(Kn1) di Desa Girirejo di bagi jumlah sasaran Periode Januari - Maret
2013.
Pencapaian adalah presentase hasil perbandingan antara cakupan
jumlah kegiatan (Kn1) di Desa Girirejo Periode Januari – Maret 2013
dengan target dinas kesehatan Kabupaten Magelang
V.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi:
a. Lingkup lokasi : Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang
b. Lingkup waktu : Januari - Maret 2013
c. Lingkup metode : Wawancara, pencatatan, dan pengamatan (survey).
d. Lingkup materi : Evaluasi cakupan kunjungan neonatal (Kn1) di
Desa Girirejo periode Januari - Maret 2013
V.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Inklusi :
Ibu yang telah mengalami persalinan anak hidup pada periode
Januari – Maret 2013 serta masih menetap di Desa Girirejo
38
Ibu yang mempunyai bayi yang lahir sejak bulan Januari yang
tidak dilakukan kunjungan neonatus pertama (Kn1)
Ibu bayi yang bersedia diwawancarai
b. Ekslusi:
Ibu yang tidak mengalami persalinan anak hidup pada periode
Januari-Maret 2013 serta masih menetap di desa Girirejo.
Ibu yang bayinya mendapatkan kunjungan neonatus pertama
(Kn1) sejak bulan Januari.
Ibu bayi yang menolak diwawancarai.
BAB VI
HASIL PENELITIAN
VI.1. HASIL SURVEY
VI.1.1. Hasil Kuesioner dan Wawancara Ibu Bayi
Kuesioner diberikan kepada responden yang telah mengalami persalinan
anak hidup dan tidak mendapatkan kunjungan neonatus pertama pada periode
Januari – Maret 2013 serta masih menetap di Desa Girirejo. Sumber data
responden didapatkan dari kohort bayi 2013 dan buku register persalinan bidan
desa.
Ibu yang bersalin pada tenaga kesehatan : (Tabel 16)
Ya Tidak Jumlah Responden6 0 6100 % 0 % 100%
Berdasarkan tabel, responden bersalin di tolong oleh tenaga kesehatan,
sehingga dapat disimpulkan sebagian besar pelayanan kesehatan Kn1 telah
didapatkan oleh neonatus :
Ibu menginap (mondok) di rumah praktek bidan / fasilitas kesehatan
(Tabel 17)
Ya Tidak Jumlah Responden2 4 633,3 % 66,7 % 100 %
39
Berdasarkan tabel, didapatkan 2 responden yang bersalin menginap di
tempat praktek kesehatan setelah melahirkan sedangkan4 responden lainnya tidak
menginap di fasilitas kesehatan.
Berapa lama Ibu berada di tempat fasilitas kesehatan pasca melahirkan?
No.
Waktu Jumlah
1. < 6 jam 42. 6-24 jam -3. 24-48 jam -4. > 48 jam 2
Total 6 respondenBerdasarkan tabel di atas didapatkan 4 responden berada di tempat fasilitas
kesehatan setelah melahirkan < 6 jam, sedangkan 2 orang lainnya > 48 jam.
Apakah bayi Ibu mengalami sakit setelah pulang dari rumah praktek
bidan/ fasilitas kesehatan
Ya Tidak Jumlah Responden0 6 60% 100% 100%
Berdasarkan tabel, didapatkan seluruh responden tidak mengalami sakit
setelah pulang bersalin.
Pengetahuan tentang Kn1
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 61. Apakah ibu tahu apa yang
telah dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah anak ibu lahir?
1 0 0 0 1 1
2. Apakah anda tahu apa tujuan dilakukan kunjungan tenaga kesehatan pada 48 jam pertama setelah bayi lahir?
0 0 0 0 1 0
3. Apakah anda mengetahui akibat apa yang terjadi apabila tidak dilakukan
0 0 0 0 1 0
40
kunjungan tenaga kesehatan pada 48 jam pertama setelah bayi lahir?
4. Menurut ibu pentingkah memeriksakan bayi baru lahir ke tenaga kesehatan?
1 1 1 1 1 1
TOTAL 2 1 1 1 4 1PERSENTASE 50% 25% 25% 25% 100% 25%
1: Ya
0: Tidak
Penilaian :
Tingkat pengetahuan baik bila skor 81%-100%
Tingkat pengetahuan cukup 65% - 80%
Tingkat pengetahuan kurang bila skor <65%
Dari hasil survey, didapatkan 1 responden yang pengetahuannya tentang
Kn1 baik sedangkan 5 responden yang lain pengetahuan tentang Kn1 kurang.
Kesimpulannya pengetahuan ibu di Desa Girirejo tentang Kn1 masih kurang.
Perilaku terhadap Kn1
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 61. Apakah ibu
memeriksakan bayi ibu ke tenaga kesehatan dalam 6 - 48 jam setelah lahir?
1 0 0 0 1 0
2. Apakah ibu selalu mengikuti saran dari tenaga kesehatan untuk merawat bayi sesuai yang diajarkan oleh tenaga kesehatan?
1 1 1 1 1 1
3. Apabila ibu melahirkan anak selanjutnya, apakah ibu akan mengikuti
1 1 1 1 1 1
41
saran dari tenaga kesehatan untuk merawat bayi sesuai yang diajarkan oleh tenaga kesehatan?TOTAL 3 2 2 2 3 2PERSENTASE 100% 66,7
%66,7% 66,7% 100% 66,7%
1: Ya
0: Tidak
Penilaian:
Perilaku baik bila skor 81 % -100%
Perilaku cukup bila skor 60% - 80%
Perilaku kurang bila skor <60%
Dari hasil survey, didapatkan 2 responden yang perilaku terhadap Kn1
baik dan 4 responden dengan perilaku cukup. Kesimpulannya perilaku ibu di Desa
Girirejo terhadap Kn1 cukup.
VI.1.2. Hasil Kuesioner dan Wawancara Kader
Dilakukan survei terhadap kader posyandu di Desa Girirejo. Total kader
posyandu sebanyak 10 orang. Jumlah kader yang diwawancara sebanyak 3 orang.
Survei terhadap kader bertujuan untuk melihat peran serta kader dalam
mengingatkan ibu yang memiliki bayi untuk memeriksakan anaknya minimal 1
kali di usia satu bulan pertama dan segera periksa bila bayinya mengalami
keluhan kesehatan. Berikutrincian hasil kuesioner dan hasil wawancara dengan
kader.
No. Pertanyaan Ya Tidak1. Apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan kunjungan neonatus pertama 133,3 %
266,7 %
42
(Kn1)?2. Apakah anda tahu tujuan dilakukannya kunjungan
neonatus pertama (Kn1)?133,3 %
266,7 %
3. Apakah anda tahu siapa saja yang harus mendapatkan kunjungan neonatus pertama (Kn1)?
133,3 %
266,7 %
4. Apakah anda tahu apa yang dilakukan saat kunjungan neonatus pertama (Kn1)?
133,3 %
266,7 %
5. Apakah anda selalu mengingatkan kepada warga untuk melakukan kunjungan neonatus pertama (Kn1)?
266,7%
133,3 %
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap 3 kader Posyandu,
didapatkan gambaran tentang peran serta kader dalam menyukseskan pelayanan
kunjungan neonatus pertama (Kn1). Dari 5 pertanyaan kuesioner yang diajukan,
tampak pengetahuan kader terhadap pentingnya pelayanan kesehatan KN1, tujuan
pelayanan kn1, sasaran dan pentingnya pemeriksaan kunjungan neonatus pertama
(Kn1) masih kurang. Para kader belum benar-benar mengerti apa saja yang
dilakukan saat kunjungan neonatus pertama.
VI.1.3. Hasil Kuesioner dan Wawancara Bidan Desa
Dilakukan survei dan wawancara terhadap bidan Desa Girirejo (Bidan
Endang) tentang pelayanan kesehatan kunjungan neonatus pertama (Kn1) yang
telah dilakukan selama bulan Januari - Maret 2013. Survei ini dilakukan untuk
melihat kinerja lapangan dan hambatan yang di alami Bidan desa selama bulan
Januari – Maret 2013.
No. Input Pertanyaan Jawaban1. Man a. Siapa saja yang memberikan
pelayanan kesehatan pada neonatus (6-48 jam)
b. Apakah Ibu tahu pentingnya pelayanan kesehatan Kn1 kepada neonatus (6-48 jam), tolong sebutkan tujuannya?
-Kalau partus di bidan, Bidan desa- Kalau di RS, SpOG
-Untuk mengetahui kelainan neonatus dalam 6-48 jam pertama kehidupan-Untuk mengetahui perkembangan kesehatan pada bayi 6-48 jam pertama
43
c. Bentuk pelayanan kesehatan apa saja yang dapat diberikan kepada neonatus 6-48 jam, tolong sebutkan?
d. Apakah Ibu selalu memberikan pelayanan kesehatan tersebut?
e. Apakah Ibu selalu menjelaskan pelayanan pentingnya pelayanan kesehatan neonatus 6-48 jam kepada ibu bayi tersebut?
f. Apakah Ibu mengalami kesulitan dalam meberikan pelayanan kesehatan neonatus 6-48 jam, jika iya sebutkan ?
g. Apakah Ibu ikut melibatkan kader dalam mengingatkan warga yang memilki bayi untuk melakukan Kn1?
-Untuk menilai tanda vital, refleks dan antopometri-Untuk memberikan imunisasi Hb0
-Pemeriksaan tali pusat, KU bayi, nafas, warna kulit, tonus otot, refleks hisap-Pemeriksaan antopometri, tanda vital-Pemantauan BAK dan BAB-Pemberian imunisasi Hb0, Vit K, salep mata
Ya
Iya, selalu menjelaskan.
-Iya, kadang sudah dijelaskan, tapi ibu bayi tidak mematuhi. Contoh : Sudah dibilang jangan pantang makan, tapi tetep saja pantang, karena disuruh ibu mertua, dll.- Kesulitan juga ada dalam pendataan karena terkadang lupa mengisi buku.
Tidak
2. Money a. Apakah dalam memberikan pelayanan kesehatan neonatus 6-48 jam membutuhkan biaya? Tolong sebutkan jenis pelayanannya beserta biayanya masing-masing?
b. Sumber dana untuk biaya pelayanan kesehatan neonatus 6-
Iya, biaya transportasi jika kunjungan rumah.
Dana Jampersal.
44
48 jam berasal dari mana?
c. Apakah dana yang ada telah cukup memadai untuk kebutuhan pelayanan kesehatan kunjungan neonatus 0-2 hari?
d. Apakah untuk mendapati dana tersebut mengalami hambatan?
Jika iya sebutkan apa saja?
Cukup
Ada, dana telat turun. Contoh : partus September, terima dana November.
3. Machine a. Apakah untuk memberikan pelayanan kesehatan neonatus 0-2 hari memerlukan peralatan? Sebutkan apa saja?
b. Apakah peralatan untuk pelayan kesehatan neonatus yang ada sudah cukup memadai?
c. Apakah peralatan yang ada tersebut masih layak pakai?
d. Apakah ada rencana penggantian peralatan pelayanan kesehatan neonatus 0-2 hari ? jika ya, alasannya apa?
Ya. Timbangan, meteran bayi, termometer, peralatan injeksi, obat-obatan injeksi, senter dan stetoskop
Cukup
Masih. Tapi timbangan yang gantung sudah kurang layak, dipakai sejak tahun 1996.
Ya, karena sudah kurang layak pakai. Sudah diusulkan ke dinas.
4. Material a. Apa sajakah perlengkapan yang dibutuhkan untuk berlangsungnya pelayanan kesehatan neonatus dasar pertama (Kn1)?
b. Sejauh ini apakah perlengkapan yang ada sudah memadai?
Lembar MTBM, buku KI, kohort bayi, peralatan kesehatan dasar neonatus
Sudah
5. Method a. Metode apa yang digunakan dalam pelayanan kesehatan neonatus dasar Kn1?
-Observasi/ pengamatan-Kunjungan rumah dan pemeriksaan fisik bayi dasar sesuai format MTBM
6. Perencanaan (P1)
a. Apakah ibu melakukan penjadwalan waktu kunjungan KN1 yang akan dilakukan?
b. Berdasarkan apa ibu melakukan pejadwalan waktu Kn1?
Ya
Tanggal partus
45
7. Pelaksanaan (P2)
a. Untuk kegiatan yang sudah direncanakan apakah sudah semuanya terlaksana?
b. Dalam melakukan Kn1 apakah Ibu yang mendatangi pasien atau pasien yang mendatangi fasilitas kesehatan? Lebih banyak mana?
Sudah
Dua-duanya. Lebih banyak saya yang mendatangi pasien.
8. Pengawasan Pengendaliandan Penilaian
a. Apakah setiap melakukan Kn1 Ibu selalu melakukan pencatatan sesuai tanggal?
b. Kapan pelaporan hasil Kn1 tiap bulan dilaporkan?
Ya
Tiap akhir bulan
9. Lingkungan a. Menurut Ibu tingkat pengetahuan dan kesadaran warga yang memiliki bayi akan pentingnya Kn1 di desa Girirejo ini bagaimana?
Cukup
Berdasarkan pengisian kuesioner dan wawancara, Bidan Desa Girerejo
hampir dapat melakukan pelayanan kesehatan kunjungan neonatus 1 (Kn1)
dengan baik. Dalam melakukannya, pasien yang mendatangi fasilitas kesehatan
dan kunjungan rumah oleh bidan, kecuali bila ada bayi yang membutuhkan
pemeriksaan yang lebih komplit maka akan dibawa ke Puskesmas atau dirujuk
bila perlu.
Apabila ada ibu bayi warga Desa Girirejo yang bersalin pada bidan desa
lain dan melakukan Kn1 pada bidan desa tersebut maka pencatatan tetap
dilakukan oleh Bidan desa Girirejo. Ibu bayi yang bersalin di Rumah Sakit maka
kunjungan Kn1 dilakukan oleh pihak Rumah Sakit, namun pencatatan tetap
dilakukan oleh Bidan Desa Girirejo.Bidan desa selalu mengingatkan Ibu bayi agar
selalu melakukan kunjungan neonatus berikutnya untuk memeriksakan kesehatan
bayinya walaupun tidak dalam keadaan sakit sekalipun.
Pada kunjungan neonatus pertama di Desa Girirejo bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan adalah observasi dan pengamatan, pemeriksaan fisik
bayi meliputi penimbangan, pengukuran panjang badan, pengukuran suhu tubuh,
perhitungan frekuensi napas dan denyut jantung, ada atau tidaknya diare, ikterus,
46
masalah pemberian ASI, status imunisasi dan pemberian tablet vitamin A,
pemeriksaan kelainan lain yang mungkin terjadi pada bayi, pemeriksaan
kesehatan ibu dan tindakan perawatan bayi.
Pencatatan hasil kegiatan Kn1 di Desa Girirejo menurut bidan desa sudah
sesuai hanya saja jumlah ibu hamil dan melahirkan tahun lalu lebih banyak di
bandingkan tahun 2013. Sehingga sasaran menjadi lebih tinggi di tahun ini.
Pencapaian di tahun 2013 untuk bulan berjalan seolah-olah tidak memenuhi target
DINKES Kabupaten Magelang.
Namun setelah dilakukan survey, bukan hanya karena sasaran yang terlalu
tinggi, namun juga karena kurangnya ketelitian bidan dalam pencatatan jumlah
bayi lahir hidup dan melakukan Kn1.
BAB VII
PEMBAHASAN
VII.1 Analisis Penyebab Masalah
VII.1.1 Indikator Program Puskesmas yang Bermasalah
Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring
dan evaluasi. Indikator adalah variabel yang menunjukkan atau menggambarkan
keadaan dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan.
Dalam pelaksanaan kegiatan programnya Puskesmas Tempuran masih ada
beberapa cakupan kegiatan yang belum mencapai target Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang. Salah satunya adalah Kunjungan neonatus pertama (Kn1),
hal ini tentu masih menjadi masalah yang harus dicari penyebab dan upaya
penyelesaiannya. Pada Desa Girirejo, ditemukan masalah yaitu didapatkan pada
laporan cakupan kunjungan neonatus pertama (Kn1) yang lebih rendah dari target.
Hal tersebut menjadi suatu masalah karena cakupan Kn1 di Desa Girirejo,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang masih rendah yaitu 46,15% dari
target Dinkes Kabupaten Magelang sebesar 100 %.
VII.1.2. Penyebab Masalah
47
Tabel 16. Pengelompokkan Analisis Penyebab Masalah dari Faktor Input
Proses, dan Lingkungan
No Input Kelebihan Kekurangan
1. Man Di Desa Jogomulyo sudah memiliki satu orang bidan desa yang cukup terampil dan berpengalaman dalam bidang kesehatan ibu dan bayi.
Adanya kader di Desa Jogomulyo
Masih kurangnya pemahaman kader tentang Kn1
2. Money Tersedianya dana jampersal -
3. Method Sudah dilakukan kegiatan Kn1 sesuai format MTBM bayi muda
Tidak ada kunjungan rumah oleh kader untuk mengingatkan keluargaibu hamil agar setelah bersalin harus Kn1
4. Machine Telah tersedia:- Buku KIA- Buku kohort bayi- Timbangan, meteran ukur- Alat pemeriksaan kesehatan- Vaksin
-
5. Material Terdapatnya praktek bidan desa, posyandu dan PKD
-
6. P1 Dilakukan perencanaan dan penjadwalan waktu Kunjungan neonatus pertama (Kn1) sesuai tanggal lahir bayi
-
7. P2 Telah dilakukan Kunjungan neonatus pertama (Kn1)
Ibu bayi sebagian besar bertempat tinggal dekat dengan rumah praktek bidan
Tidak semua ibu hamil di Desa Girirejo yang melahirkan di Bidan Desa setempat
8. P3 Adanya sistem pelaporan dan pencatatan dari Bidan desa ke pihak Puskesmas mengenai Kn1
-
9. Lingkungan Terjangkau fasilitas kesehatan dari rumah ibu bayi
Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Kn1
Kurangnya
48
kesadaran masyarakat akan pentingnya Kn1
52
Cakupan kunjungan neonatus pertama di Desa Girirejo sebesar 46,15% dari target dinkes sebesar 100%
PROSES
LINGKUNGAN Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Kn1 Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya Kn1
P1-
P2Tidak semua ibu hamil di Desa Girirejo yang melahirkan di bidan desa setempat.
P3-
MAN Masih kurangnya pemahaman kader tentang Kn1
MACHINE-
METHOD Tidak ada kunjungan rumah oleh kader untuk
mengingatkan keluargaibu hamil agar setelah bersalin harus Kn1
MATERIAL-
MONEY:-
INPUT
Gambar 7 . Diagram Hasil penentuan penyebab masalah berdasarkan diagram FishBone untuk cakupan Kunjungan Neonatus Pertama
53
Penyebab masalah
1. Masih kurangnya pemahaman kader tentang Kn1
2. Tidak ada kunjungan rumah oleh kader untuk mengingatkan keluarga
ibu hamil agar setelah bersalin harus Kn1
3. Tidak semua ibu hamil di Desa Girirejo yang melahirkan di Bidan
Desa setempat
4. Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Kn1
5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya Kn1
54
BAB VIII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
VIII.1Analisis Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 17. Alternatif Pemecahan Masalah
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah1. Pemahaman kader tentang
Kn1 masih kurangPembinaan kader mengenai Kn1
2. Tidak ada kunjungan rumah oleh kader untuk mengingatkan keluarga ibu hamil agar setelah bersalin harus Kn1
Melakukan kunjungan rumah untuk mengingatkan keluarga ibu hamil agar setelah bersalin harus Kn1.
3. Tidak semua ibu hamil di Desa Jogomulyo yang melahirkan di Bidan Desa setempat
Meningkatkan koordinasi dengan sarana kesehatan swasta untuk mengoptimalkan sistem pencatatan ibu bayi yang melakukan Kn1
4. Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Kn1
Memberikan edukasi mengenai pentingnya Kn1 kepada ibu bayi
5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya Kn1
Memberikan edukasi mengenai pentingnya Kn1 kepada ibu bayi.
55
VIII.2. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Gambar 8
VIII. 3. Rekapitulasi Alternatif Pemecahan Masalah
Dari hasil penggabungan alternatif pemecahan masalah didapatkan
alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Pembinaan kader mengenai Kn1
2. Melakukan kunjungan rumah untuk mengingatkan keluarga ibu hamil
agar setelah bersalin harus Kn1.
3. Meningkatkan koordinasi dengan sarana kesehatan swasta untuk
mengoptimalkan sistem pencatatan ibu bayi yang melakukan Kn1
VIII.4. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Pemahaman kader tentang Kn1 masih kurang
Tidak ada kunjungan rumah oleh kader untuk melakukan monitoring dan edukasi pentingnya KN 1 setelah persalinan pada ibu bayi saat hamil
Tidak semua ibu hamil di Desa Jogomulyo yang melahirkan di Bidan Desa setempatsetempatKurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Kn1
Pembinaan kader mengenai Kn1
Melakukan kunjungan rumah untuk mengingatkan keluarga ibu hamil agar setelah bersalin harus Kn1.
Meningkatkan
koordinasi dengan
sarana kesehatan
swasta untuk
mengoptimalkan sistem
pencatatan ibu bayi
yang melakukan Kn1.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya Kn1
56
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan Kriteria Matriks.
Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan
menggunakan Kriteria Matriks menggunakan MxIxV/C:
1. Efektivitas program
Pedoman untuk menentukan efektivitas program:
a. Magnitude (M) besarnya penyebab masalah yang dapat
diselesaikan
b. Importancy (I) pentingnya cara penyelesaian masalah
c. Vulnerability (V) sensitifitas cara penyelesaian masalah
Kriteria M,I,V skor nilai: 1-5
Bila makin magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5.
Begitu juga dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan V.
2. Efisiensi program
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost
(c) diberikan nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya mendekati
1.Berikut proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan
menggunakan kriteria matriks:
Tabel 18. Kriteria Matriks
Penyelesaian Masalah
Nilai Kriteria Hasil Akhir UrutanM I V C (MxIxV)/C
1 3 4 3 3 12 III2 4 5 3 3 20 I3 4 4 2 2 16 II
VIII.5 Rencana Kegiatan Dari Pemecahan Masalah Yang Terpilih
Tabel 27. Rencana Kegiatan Dari Pemecahan Masalah Yang Terpilih
No. Pemecahan Masalah Bentuk kegiatan1. Melakukan kunjungan rumah untuk
mengingatkan keluarga ibu hamil agar
Kunjungan rumah.
57
setelah bersalin harus Kn1.
2. Meningkatkan koordinasi dengan sarana kesehatan swasta untuk mengoptimalkan sistem pencatatan ibu bayi yang melakukan Kn1
Melakukan rapat koordinasi dengan sarana kesehatan swasta
3. Memberikan pembinaan secara rutin kepada kader mengenai pentingnya Kn1.
Melakukan pembinaan kader.
1
No
Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Dana LokasiPelaksana
MetodeTolak ukur
Proses Hasil
1. KunjunganRumah
Meningkatkan jumlah ibu bayi yang melakukan Kn1
Ibu hamil Saat kehamilan trimester ke-3
BOK Rumah tiap ibu hamil
Kader Diskusi dan tanya jawab
Terlaksa-nanya kunjungan rumah
Meningkatnya jumlah Ibu bayi yang melakukan Kn1
2. Rapat koordinasi dengan sarana kesehatan swasta
Pencatatan dan pelaporan mengenai ibu bersalin tercatat seluruhnya.
Bidan praktik swasta, dokter, rumah sakit
1x/bulan Dana operasional puskesmas
Puskesmas
Bidan Desa, koordina-tor KIA
Pencatatan dan pelaporan ibu bersalin
Pencatatan dan pelaporan tercatat seluruh-nya
Pencatatan dan pelaporan lebih akurat
3 Pembinaan kader
Meningkatkan pengetahuan kader mengenai pentingnya Kunjungan Neonatus Pertama (Kn1)
Para kader aktif di desa
1x/bulan BOK PKD atau posyandu atau puskesmas Desa
Bidan Pemberian materi tentang penting-nya Kunju-ngan neonatus pertama (Kn1)
Pembina-an kader terlaksana dengan baik
Meningkatnya pengetahuan kader mengenai pentingnya Kunjungan neonatus pertama (Kn1)
2
Tabel 19.Plan of Action(POA) Pemecahan Masalah Kurangnya Cakupan Kn1 di Desa Girirejo Periode Jan–Maret 2013
BAB IX
PENUTUP
IX.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data, didapatkan persentase pencapaian cakupan kunjungan neonatus pertama (Kn1) di Desa Girirejo,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang periode Januari – Maret 2013 lebih rendah dari target DinKes Kabupaten Magelang
2013 yaitu hanya sebesar 46,15%.
Penyebab rendahnya pencapaian cakupan kunjungan neonatus pertama (Kn1) di Desa Girirejo periode Januari – Maret 2013
dari hasil wawancara kepada bidan desa, kader dan ibu bayi Desa Girirejo adalah pemahaman kader tantang Kn1 masih kurang, tidak
ada kunjungan rumah oleh kader untuk mengingatkan keluarga ibu hamil agar setelah bersalin harus Kn1, tidak semua ibu hamil di
Desa Girirejo yang melahirkan di bidan desa setempat, kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya Kn1.
Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan adalahmelakukan kunjungan rumah untuk meningkatkan koordinasi dengan
sarana kesehatan swasta untuk mengoptimalkan sistem pencatatan ibu bayi yang melakukan Kn1, dan memberikan pembinaan secara
rutin kepada kader mengenai pentingnya Kn1.
3
IX.2 SARAN
Dalam rangka peningkatan cakupan kunjungan neonatus pertama (Kn1) maka disarankan agar mengadakan dan melakukan
monitoring kegiatan Kn1 setiap bulan, memaksimalkan kinerja bidan desa dan membangun koordinasi yang baik dengan lintas
sektor, khususnya kader aktif dalam rangka peningkatan kunjungan neonatus pertama (Kn1), memaksimalkan peran bidan desa,
terlebih pada pelaksanaan Kn1, memperluas relasi antara bidan desa dengan praktek swasta/fasilitas kesehatan di luar puskesmas agar
deteksi kesehatan bayi yang berada di wilayah kerjanya tetap terpantau dengan baik.
4
DAFTAR PUSTAKA
1. Penelusuran KWS KIA. Available at : http://ppwskia.wordpress.com/2009/08/25/buku-pws-kia-bab-i pendahuluan/. Accesed on
April 27th, 2013.
2. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. Direktorat Bina Kesehatan Anak.
Available at : http://www.kesehatananak.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=82:upaya-percepatan-
penurunan-angkakematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia&catid=35:berita&Itemid=73. Accesed on April 28th, 2013
3. Data/Informasi Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Available at : http://www.depkes.go.id/downloads/kunker/13_jateng.pdf. Accesed on April 28th, 2013.
4. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Direktorat Kesehatan Anak Khusus 2010. Pg 15-
31.
5. Bidan desa. Available at :http://joesrhan.blogspot.com/2012/02/definisi-bidan-desa-dan-program-bidan.html. Accesed on April
27th, 2013.
6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. 2010
7. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 1994 : 10-15.
5
8. Hartoyo, Handout instrument analisa penyebab untuk pemecahan masalah: Magelang, 2013.
9. Hartoyo, Handout penentuan prioritas pemecahan masalah: Magelang 2013.