komentar bagan untuk memeriksa ikterus

2
Komentar Bagan untuk Memeriksa Ikterus 1.Pertanyaan Pertanyaan yang diajukan berupa “apakah bayi kuning? Jika Ya, pada umur berapa timbul kuning?” dinilai sudah tepat. Dengan pertanyaan tersebut, tenaga atau kader kesehatan dapat mengklasifikasikan apakah ikterus (jaundice) bersifat fisiologis atau patologis berdasarkan awitan dan lama berlangsungnya ikterus. Dengan pertanyaan ini, dapat diketahui apakah ikterus terjadi dalam waktu <24 jam sehingga termasuk ikterus patologis. Selain itu, pertanyaan berupa “apakah warna tinja bayi pucat?” juga dinilai sudah tepat mengingat tinja pucat merupakan skrining awal untuk atresia bilier sebagai penyebab ikterus. Menurut kami, perlu ditanyakan juga “apakah bayi lahir prematur atau cukup bulan?” dan “apakah anak mengalami demam?”. Dengan kedua pertanyaan ini, dapat diperoleh faktor risiko seperti prematuritas dan kemungkinan infeksi sehingga dapat menentukan tatalaksana berikutnya. 2.Lihat Dengan melihat apakah bayi kuning atau tidak dan menentukan batas bagian tubuh yang kuning, dapat membantu pemeriksa dalam mengklasifikasikan derajat keparahan ikterus. Namun, menurut kami, penilaian kuning sebaiknya tidak hanya dari bagian badan bayi, tetapi juga dari sklera. Dengan demikian, pemeriksa dapat menyingkirkan kemungkinan kuning yang disebabkan oleh hiperkarotenemia dimana tidak ditemukan sklera ikterik pada keadaan tersebut. 3.Tatalaksana Klasifikasi ikterus menjadi ikterus berat (merah muda), ikterus (kuning), dan hijau (tidak ada ikterus) sesuai dengan kriteria awitan kuning dan warna tinja dinilai sudah praktis. Meskipun demikian, kami menilai bahwa hal yang diutamakan dalam merujuk adalah bayi dalam kondisi stabil. Oleh karena itu, selain mencegah hipotermi dan hipoglikemia, anjurkan pula untuk pemberian ASI yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Bila bayi dalam keadaan demam tinggi, sebaiknya suhu diturunkan terlebih dahulu dengan antipiretik. Dengan kata lain,stabilisasi kondisi sebelum merujuk tidak hanya terbatas dalam

Upload: nath-lee

Post on 12-Apr-2016

12 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

IKTERUS

TRANSCRIPT

Page 1: Komentar Bagan Untuk Memeriksa Ikterus

Komentar Bagan untuk Memeriksa Ikterus

1.Pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan berupa “apakah bayi kuning? Jika Ya, pada umur berapa timbul kuning?” dinilai sudah tepat. Dengan pertanyaan tersebut, tenaga atau kader kesehatan dapat mengklasifikasikan apakah ikterus (jaundice) bersifat fisiologis atau patologis berdasarkan awitan dan lama berlangsungnya ikterus. Dengan pertanyaan ini, dapat diketahui apakah ikterus terjadi dalam waktu <24 jam sehingga termasuk ikterus patologis. Selain itu, pertanyaan berupa “apakah warna tinja bayi pucat?” juga dinilai sudah tepat mengingat tinja pucat merupakan skrining awal untuk atresia bilier sebagai penyebab ikterus. Menurut kami, perlu ditanyakan juga “apakah bayi lahir prematur atau cukup bulan?” dan “apakah anak mengalami demam?”. Dengan kedua pertanyaan ini, dapat diperoleh faktor risiko seperti prematuritas dan kemungkinan infeksi sehingga dapat menentukan tatalaksana berikutnya.

2.Lihat

Dengan melihat apakah bayi kuning atau tidak dan menentukan batas bagian tubuh yang kuning, dapat membantu pemeriksa dalam mengklasifikasikan derajat keparahan ikterus. Namun, menurut kami, penilaian kuning sebaiknya tidak hanya dari bagian badan bayi, tetapi juga dari sklera. Dengan demikian, pemeriksa dapat menyingkirkan kemungkinan kuning yang disebabkan oleh hiperkarotenemia dimana tidak ditemukan sklera ikterik pada keadaan tersebut.

3.Tatalaksana

Klasifikasi ikterus menjadi ikterus berat (merah muda), ikterus (kuning), dan hijau (tidak ada ikterus) sesuai dengan kriteria awitan kuning dan warna tinja dinilai sudah praktis. Meskipun demikian, kami menilai bahwa hal yang diutamakan dalam merujuk adalah bayi dalam kondisi stabil. Oleh karena itu, selain mencegah hipotermi dan hipoglikemia, anjurkan pula untuk pemberian ASI yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Bila bayi dalam keadaan demam tinggi, sebaiknya suhu diturunkan terlebih dahulu dengan antipiretik. Dengan kata lain,stabilisasi kondisi sebelum merujuk tidak hanya terbatas dalam mencegah hipotermi dan hipoglikemia seperti yang tercantum dalam bagan, tetapi disesuaikan pula dengan kondisi bayi pada saat itu.

Selanjutnya, untuk keadaan ikterus (kuning), mengedukasi ibu untuk menyusu lebih sering merupakan anjuran yang baik mengingat adanya breast-feeding jaundice yang berkaitan dengan kurangnya intake ASI. Namun, informasi mengenai “nasihati kapan kembali segera” dinilai tidak jelas dan membingungkan. Sebaiknya, diberikan penjelasan lebih detail tentang tanda dan gejala bayi yang harus diwaspadai sehingga memudahkan tenaga kesehatan untuk menasihati ibu agar segera membawa bayinya untuk pemeriksaan lebih lanjut. Disamping itu, tidak terdapat tindak lanjut setelah kunjungan ulang dua hari tersebut. Seharusnya, dirinci lebih lanjut mengenai kapan harus melakukan kunjungan ulang dan apabila ikterus masih menetap pada kunjungan ulangan tersebut, apakah masih dapat diobservasi atau dibutuhkan pemeriksaan lanjutan.

[email protected]