komodifikasi agama terhadap pembacaan …

18
KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN (KHATAMAN) ALQURAN AIR KEMASAN KH-Q PT. BUYA BAROKAH Ahmad Nailul Fauzi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: [email protected] Abstract This paper explains the commodification of religion in the form of the Qur'an recitation on Kh-Q bottled water in Kudus. Commodification is the process of transforming goods and services that once only have value-in-use (for example, the value- in-use of drinks is to quench the thirst, the value-in-use of stories is to communicate or share experiences) into commodities that have value-in-exchange because they can bring profits in the market (for example, after the drink is packed in bottles, after the story is written in a book or novel, or other examples, the commercialization of agriculture to sell food and drama production for commercial broadcasting). The phenomenon in Kudus reflects the existence of a commodity that blends with religion, which is the Qur’an recitation on the production of bottled water under the Kh-Q brand. This study used a descriptive-analytical approach as the analysis instrument for the recitation of Al-Qur`an (khataman) in Kudus. The results of the analysis in this study show that PT. Buya Barokah has placed religion, through recitation of the Qur'an (khataman), in one of its production processes. Kh-Q water, which is a product of PT. Buya Barokah, has had a dual role. Not only does this water circulate in the economy, but it also has a spiritual function as prayer water. The manifestation of religious commodification is found in the production of bottled water with the spirit of spiritual function of religion in Al-Qur'an recitation (khataman). Keywords: Religious Commodification, Al-Qur’an Recitation, Kh-Q Bottled Water. Abstrak Tulisan ini memaparkan tentang komodifikasi agama terhadap pembacaan Al-Qur’an pada air kemasan Kh-Q di Kudus. Komodifikasi adalah proses transformasi barang dan jasa yang semula hanya memiliki nilai guna (misalnya, nilai guna minuman VOLUME 7, NOMOR 2, DESEMBER 2019: 281-298 ISSN 2303-0453 I E-ISSN 2442-987 http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/index

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN

(KHATAMAN) ALQURAN AIR KEMASAN KH-Q PT. BUYA

BAROKAH

Ahmad Nailul Fauzi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Email: [email protected]

Abstract

This paper explains the commodification of religion in the form of the Qur'an recitation on Kh-Q bottled water in Kudus. Commodification is the process of transforming goods and services that once only have value-in-use (for example, the value-in-use of drinks is to quench the thirst, the value-in-use of stories is to communicate or share experiences) into commodities that have value-in-exchange because they can bring profits in the market (for example, after the drink is packed in bottles, after the story is written in a book or novel, or other examples, the commercialization of agriculture to sell food and drama production for commercial broadcasting). The phenomenon in Kudus reflects the existence of a commodity that blends with religion, which is the Qur’an recitation on the production of bottled water under the Kh-Q brand. This study used a descriptive-analytical approach as the analysis instrument for the recitation of Al-Quran (khataman) in Kudus. The results of the analysis in this study show that PT. Buya Barokah has placed religion, through recitation of the Qur'an (khataman), in one of its production processes. Kh-Q water, which is a product of PT. Buya Barokah, has had a dual role. Not only does this water circulate in the economy, but it also has a spiritual function as prayer water. The manifestation of religious commodification is found in the production of bottled water with the spirit of spiritual function of religion in Al-Qur'an recitation (khataman).

Keywords: Religious Commodification, Al-Qur’an Recitation, Kh-Q Bottled Water.

Abstrak

Tulisan ini memaparkan tentang komodifikasi agama terhadap

pembacaan Al-Qur’an pada air kemasan Kh-Q di Kudus.

Komodifikasi adalah proses transformasi barang dan jasa yang

semula hanya memiliki nilai guna (misalnya, nilai guna minuman

VOLUME 7, NOMOR 2, DESEMBER 2019: 281-298

ISSN 2303-0453 I E-ISSN 2442-987

http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/index

Page 2: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

282

Ahmad Nailul Fauzi

Diya> al-Afka>r: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis

untuk menghilangkan dahaga atau cerita dengan tujuan

berkomunikasi atau berbagi pengalaman) menjadi komoditas

yang memiliki nilai tukar karena ia bisa mendatangkan

keuntungan di pasar (setelah minuman dikemas dalam botol atau

setelah cerita dituangkan dalam buku atau novel, ataupun

misalnya, komersialisasi pertanian untuk menjual makanan dan

produksi drama untuk penyiaran komersial). Fenomena di Kudus

mencerminkan adanya komoditas yang berpadu dengan agama,

yakni pembacaan Al-Qur’an atas pemproduksian air kemasan

dengan brand Kh-Q. Penelitian ini menggunakan pendekatan

deskriptif-analitis sebagai instrumen analisa atas fenomena

pembacaan Al-Qur’an (khataman) di Kudus. Hasil analisa pada

penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Buya Barokah telah

mendudukan agama, melalui pembacaan Al-Quran (khataman),

pada salah satu proses produksinya. Air Kh-Q yang merupakan

produk dari PT. Buya Barokah telah mempunyai peran ganda.

Air tersebut tidak hanya bersirkulasi pada ekonomi, akan tetapi

juga memiliki fungsi spiritual yaitu sebagai air doa. Wujud dari

komodifikasi agama ditemukan pada produksi air kemasan

dengan semangat fungsi spiritual agama dalam pembacaan Al-

Qur’an (khataman).

Kata Kunci: Komoditfikasi Agama, Khataman Alquran, Air Kemasan Kh-Q.

PENDAHULUAN

Fenomena yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan Alquran,

banyak sekali yang bisa ditemui. Wahyu pertama telah menjadikan asas,

bahwa perintah membaca telah nampak sebagai perintah utama. Awal mula

Alquran diturunkan, merupakan sebagai petunjuk bagi umat Muhammad

yang menjalankan syari’at Islam. Akan tetapi, dengan menyebarnya Islam di

seluruh penjuru dunia nampaknya setiap kehidupan orang menggunakan

Alquran dengan cara yang unik, serta berbeda dengan satu dan lainnya.1 Hal

demikian, terjadi karena adanya dialektika antara Alquran dengan realitas

yang akan melahirkan banyak penafsiran. Sehingga pada gilirannya akan

1 Demikian benar terjadinya di kalangan masyarakat umum, yang mana Alquran

tidak hanya sebagai petunjuk hidup (dustu>r), tetapi juga sebagai penyembuh bagi penyakit

(syifa>’), sebagai penerang (nu>r), dan masih banyak lagi yang dapat ditemui. Ini telah

disetujui oleh Farid Esack dalam bukunya yang berjudul The Qur`a>n: a Short Introduction

menegaskan, “Alquran fulfills many of function in lives of muslims”. Memang benar

terjadinya bahwa Alquran mampu memenuhi banyak fungsi di dalam kehidupan orang-

orang islam. Farid Esack, The Alquran: a Short Introduction, (London: Oneworld Publication, 2002), 16.

Page 3: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

283

Komodifikasi Agama Terhadap Pembacaan (Khataman) Alquran Air Kemasan Kh-Q PT. Buya Barokah

Vol 7, No. 02, Desember 2019

menghadirkan sebuah wacana (discourse) dalam ranah pemikiran, serta

timbulnya praksis di dalam realita sosial.2

Keyakinan seorang muslim dalam berinteraksi dengan Alquran

adalah agar mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.

Seorang muslim akan mencari petunjuk di dalam Alquran dengan cara

membaca, memahami, serta mengamalkan kandungannya, meski

membacanya saja sudah termasuk ibadah. Hal ini adalah termasuk resepsi

manusia terhadap Alquran dalam kategori hermeneutis.3 Tetapi tidak

menutup kemungkinan bahkan lebih banyak ditemui, orang tidak lagi

memahami arti sebuah ayat -dengan sebab keterbatasan keilmuan

masyarakat awam-, melainkan hanya membacanya, seperti yang telah

dijelaskan bahwa mereka meyakini sebagai sebuah ibadah.4 Misalnya

khataman Alquran yang dibacakan pada sebuah wadah (media) air, agar

mendapat keberkahan dan manfaat yang lebih, serta kesembuhan (syifa>’) bagi yang sakit.

Di Kudus, tepatnya di pondok pesantren tahfīdz Yanbu’ul Qur’an

telah memberi inovasi baru bagi kalangan para pecinta Alquran. Di pondok

Yanbu’ul Qur’an ini (selanjutnya dibaca Yanbu’), tidak hanya dididik

sebagai penghafal Alquran, akan tetapi bagaimana santri dapat mengelola

ekonomi. Terbukti, bahwa pondok Yanbu’ mempunyai banyak usaha yang

dikelola oleh santri-santi senior, seperti Toko Mubarakatan Tayyibah yang

terletak di Jln. Sunan Kudus sebelah utara masjid menara kudus.5 Selain itu,

ada juga pemproduksian Air mineral kemasan Buya dan Kh-Q yang telah

berdiri pada tahun 2008. Uniknya, dalam proses pemproduksian air mineral,

2 Didi Junaedi, “Memahami Teks, Melahirkan Konteks,” Journal of Alquran and

Hadith Studies vol.3, no. 1 (2013): 3. 3 Terdapat tiga jenis resepsi yang terjadi terhadap Alquran, yaitu: a) resepsi

hermeneutis, b) resepsi sosial-budaya, c) resepsi estetis. Pertama, resepsi hermeneutis

merupakan penerimaan terhadap Alquran dalam bentuk pemahaman terhadap isi kandungan

Alquran dengan melakukan penerjemahan dan penafsiran terhadap ayat-ayat Alquran.

Kedua, resepsi sosial-budaya adalah resepsi yang mengandung makna bagaimana Alquran

hidup di dalam kehidupan sosial masyarakat. Ketiga, estetis merupakan respon pembaca

terhadap teks Alquran yang dituangkan dalam bentuk keindahan karya seni dan sastra. 4 Seorang yang yang mengagungkan Alquran tanpa memahami Alquran, oleh Farid

Esack digolongkan sebagai seorang pecinta tidak kritis (uncritical lover). Uncritical lover adalah karakter muslim awam, yang dibawa oleh adanya Alquran ke pesawat lain,

bersamanya adalah kehadiran Tuhan. Uncritical lover ingin menikmati hubungannya dengan

kekasih, tidak mempertanyakan tentang sifat Tuhan atau tentang siapa Tuhan itu. Mereka

berkeyakinan, bahwa Alquran adalah obat untuk semua (yang sakit) yang ada di dalam hati.

Mereka adalah pecinta buta bahwa Alquran adalah segalanya, tanpa pernah mencoba

meragukan atau menanyakan tentang Alquran, seperti memajang beberapa ayat-ayat

Alquran dengan tujuan agar selamat dari ancaman bahaya atau mendapat keberkahan. Farid

Esack, The Qurʼan: A User's Guide: a Guide to Its Key Themes, History and Interpretation, (t.tp: Oneworld, 2005), 2.

5 Observasi awal penulis.

Page 4: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

284

Ahmad Nailul Fauzi

Diya> al-Afka>r: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis

sebelumnya telah ada pembacaan (khataman) Alquran yang dilakukan oleh

para santri Yanbu’. Pembacaan (khataman) Alquran ini dikhususkan pada

kemasan label Kh-Q. Demikian, dalam pembacaan (khataman) Alquran

adalah kewajiban santri Yanbu’ sebagai bentuk tirakatan setelah hafal 30

juz.6

Dari penyataan di atas, penulis mempunyai ketertarikan untuk

mengkaji atas Pengelolaan Air Kemasan Kh-Q, yang mana brand tersebut

terdapat sebuah proses yang sebelumnya telah dibacakan (khataman)

Alquran yang dilakukan para santri Yanbu’ di pondok. Sehingga model

demikian dapat dikualifikasikan sebagai living Qur’an atas pembacaan

Alquran pada sebuah media (air). Lebih jauh lagi, penulis ingin mengetahui

dan meneliti bagaimana proses khataman Qur’an dalam produksi air

kemasan Kh-Q, serta bagaimana komodifikasi agama atas pembacaan

(khataman) Alquran dalam Air Kemasan Kh-Q.

PEMBAHASAN

Komodifikasi Agama

Komodifikasi (commodification) adalah titik masuk awal untuk

menteorisasikan ekonomi politik komunikasi. Vincent Mosco sebagaimana

yang dikutip oleh Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad,

mendefinisikan komodifikasi sebagai proses mengubah barang dan jasa,

termasuk komunikasi, yang dinilai karena kegunaannya, menjadi komoditas

yang dinilai karena apa yang akan mereka berikan di pasar. Mosco

menjelaskan komodifikasi merupakan sebuah proses yang melibatkan

perubahan atau transformasi pesan media menjadi produk yang dapat

dipasarkan. Di samping itu, komunikasi menjadi dagangan yang paling

digemari di era kapitalisme ini sebab nilai surplus yang dimiliki produk-

produk komunikasi. Produk komunikasi terdiri dari simbol-simbol yang

dapat membentuk kesadaran. Kesadaran inilah yang dimanfaatkan kapitalis

untuk melanggengkan kekuasaanya.7 Komodifikasi adalah proses

transformasi barang dan jasa yang semula dinilai gunanya (misalnya, nilai

guna minuman untuk menghilangkan dahaga, cerita untuk berkomunikasi

atau berbagi pengalaman), menjadi komoditas yang bernilai karena ia bisa

mendatangkan keuntungan di pasar setelah dikemas minuman dalam botol

ataupun misalnya, komersialisasi pertanian untuk menjual makanan dan

produksi drama untuk penyiaran komersial. Adam Smith dan penganjur

6 Wawancara dengan Saudara Abdurrahman Wahid (santri Ponpes Yanbu’ul Quan),

pada tanggal 17 Maret 2019. 7 Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan

Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika (Jakarta: Yayasan Putra Obor

Indonesia, 2014), 17.

Page 5: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

285

Komodifikasi Agama Terhadap Pembacaan (Khataman) Alquran Air Kemasan Kh-Q PT. Buya Barokah

Vol 7, No. 02, Desember 2019

ekonomi politik klasik telah membedakan antara produk yang nilainya

muncul dari pemuasan keinginan dan kebutuhan khusus manusia, yakni nilai

guna (use value), dan produk yang nilainya didasarkan atas apa yang bisa ia

berikan dalam pertukaran, yakni nilai tukar (exchange value). Komoditas

adalah bentuk tertentu dari produk ketika produksinya terutama

diorganisasikan melalui proses pertukaran. Komodifikasi adalah proses

perubahan nilai guna menjadi nilai tukar.8

Perkembangan teknologi, informasi, urbanisasi serta pertumbuhan

ekonomi menjadi faktor pendorong komodifikasi serta mempengaruhi cara

individu mengekspresikan keimanannya. Dengan melihat masa sebelumnya,

munculnya komoditas agama, orang Islam sudah tidak jarang lagi

menggunakan label keislamannya dalam mengembangkan nilai atau

keyakinannya. Dalam kehidupan sehari hari misalnya, kita melihat

bagaimana orang berlangganan sms doa, memakai busana muslim,

mengkonsumsi novel atau film Islami, menabung di bank syariah,

melakukan umroh, menghadiri ESQ hingga membeli pasta gigi yang berlabel

Islam. Maraknya komodifikasi Islam ini menurut Fealy dan Sally menjadi

saran diterimanya kehadiran Islam di ranah public secara taken for granted. Lebih jauh Fealy dan Sally menjelaskan bahwa konsumsi terhadap produk

Islam juga terkait degan identitas individu. Derasnya arus globalisasi

berdampak pada terjadinya destabilized identy ketika agama menjadi salah

satu alternatif untuk menciptakan identitas baru. Artinya bahwa konsumsi

terhadap barang islami dalam terminology Bourgeois dijadikan sebagai

symbolic capital untuk mengukuhkan identitas serta mempertahankan posisi

individu muslim dalam kelas sosialnya. Konsumsi terhadap produk-produk

islami seringkali menunjukan status sosial yang tinggi dalam masyarakat.9

Menurut Kitiarsa sebagaimana yang dikutip oleh Idi Subandy

Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad megatakan bahwa komodifikasi

agama merupakan kontruksi historis dan kultural yang kompleks, sekalipun

demikian ciri komersial mereka begitu nyata. Mereka direproduksi dalam

konteks kebudayaan tertentu dan kemudian mempersyaratkan kerangka

kultural untuk mempertegas signifikansi simbolik sosio-ekonomi mereka.

Komodifikasi merupakan sebuah proses yang benar-benar dimunculkan dan

disertakan dalam saluran ekonomi pasar lokal-global dan ledakan agama

postmodern. Komodifikasi memang tidak bertujuan memproduksi bentuk

dan gerakan agama baru yang berlawanan dengan keyakinan dan praktik

agama sebelumnya, namun komodifikasi akan mendudukan agama sebagai

barang yang melaluinya fungsi spiritual agama menjadi komoditas yang

8 Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan

Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika,18. 9 Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan

Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika, 18.

Page 6: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

286

Ahmad Nailul Fauzi

Diya> al-Afka>r: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis

layak dikonsumsi dalam masyarakat. Di kalangan umat Islam Indonesia

“komodifikasi agama” muncul dalam bentuk perayaan konsumsi massa pada

hari raya keagamaan (seperti saat puasa Ramadhan atau Idul fitri) dan juga

fenomena mereka menyebut diri ulama atau ustadz atau penceramah agama

yang notabene menganjurkan umat bersikap sederhana dan menahan diri

tetapi malahan dengan bangga menjadi bintang iklan untuk produk konsumsi

di layar televisi, spanduk, dan papan reklame. Komodifikasi agama juga bisa

ditelaah dalam bentuk komodifikasi zakat dan komodifikasi haji yang

dijadikan bisnis untuk mengeruk keuntungan bagi beberapa kelompok

tertentu dengan memanfaatkan kepolosan dan kebaikan hati umat Islam.10

Karl Marx mengawali Capital dengan analisis tentang komoditas

karena dia menemukan bahwa komoditas telah menjadi bentuk paling jelas,

representasi paling eksplisit, dari produksi kapitalis. Kapitalisme secara

harfiah tampil sebagai koleksi komoditas yang luar biasa besarnya. Salah

satu kunci analisis Marxian adalah mendekonstruksi komoditas untuk

menentukan apa makna yang tampak, untuk membongkar relasi-relasi sosial

yang membeku dalam bentuk komoditas. Sebagaimana telah

didokumentasikan oleh Jhally yang dikutip oleh Idi Subandy Ibrahim, dan

Bachruddin Ali Akhmad, didalam salah satu dari sedikit analisis dalam

bentuk komoditas dalam literatur komunikasi, Marx mengambil pandangan

yang luas baik terhadap komoditas maupun terhadap makna nilai guna. Bagi

Marx sebagaimana yang dikutip oleh Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin

Ali Akhmad, komoditas berasal dari rentang luas kebutuhan, baik fisik

maupun budaya dan yang gunanya dapat didefinisikan dalam berbagai cara.

Pandangan Marx jelas bukan tanpa kritik. Beberapa kritikus yang merasa

tidak puas dengan formulasi Marx tersebut, berpendapat bahwa pembedaan

antara nilai guna dan nilai tukar lebih mengaburkan ketimbang menjelaskan.

Misalnya, menurut Sahlins sebagaimana yang dikutip oleh Idi Subandy

Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad, Marx mengakui karakter sosial semua

nilai tetapi cenderung untuk menaturalisasikan nilai guna. Vincent Mosco

mengupas kembali apa yang disebut Marx sebagai (onion skin) penampilan

komoditas yang menyingkapkan sistem produksi. Dalam pandangan Mosco

sebagaimana yang dikutip oleh Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali

Akhmad, proses komodifikasi memiliki dua arti penting bagi penelitian

komunikasi.11

Pertama, proses dan teknologi komunikasi telah berkontribusi pada

proses umum komodifikasi dalam ekonomi secara keseluruhan. Misalnya,

10 Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan

Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika, 18. 11 Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan

Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika, 19.

Page 7: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

287

Komodifikasi Agama Terhadap Pembacaan (Khataman) Alquran Air Kemasan Kh-Q PT. Buya Barokah

Vol 7, No. 02, Desember 2019

perbaikan saluran komunikasi dalam bisnis pakaian, khususnya dalam

pengenalan teknologi komputer dan telekomunikasi global, telah

memperluas informasi mengenai seluruh sirkuit produksi, distribusi, dan

penjualan pakaian. Praktik dan teknologi komunikasi juga berkontribusi

pada proses komodifikasi secara umum dalam masyarakat. Misalnya,

pengenalan komunikasi komputer memungkinkan semua perusahaan, tidak

hanya perusahaan komunikasi, memegang kendali lebih besar terhadap

seluruh proses produksi, distribusi, dan pertukaran, sehingga memungkinkan

para pedagang eceran untuk memonitor tingkatan penjualan dan

ketersediaan dengan ketepatan yang belum pernah dicapai sebelumnya.

Kedua, proses komodifikasi yang berjalan dalam masyarakat secara

keseluruhan mempenetrasi proses komunikasi dan institusi, sehingga

perbaikan dan kontradiksi dalam proses komodifikasi sosial mempengaruhi

komunikasi sebagai suatu praktik sosial. Misalnya, kecenderungan

internasional untuk melakukan liberalisasi dan privatisasi usaha, telah

mengubah institusi telekomunikasi dan media publik serta media yang

digerakan Negara diseluruh dunia menjadi usaha privat. Hal ini telah

mengubah komunikasi layanan publik dengan komitmen sosial untuk akses

universal dan konten yang merefleksikan masyarakat luas menjadi

kominukiasi komersial yang menyediakan akses bagi mereka yang bisa

membukanya dan konten yang menyerahkan khalayak ke para pengiklan.12

Tipe-tipe Komodifikasi

Secara umum, ada beberapa tipe komodifikasi yang penting bagi

komunikasi yaitu komodifikasi isi, komodifikasi khalayak, komodifikasi

tenaga kerja, komodifikasi masa kanak-kanak dan komodifikasi nilai.

Pertama, Komodifikasi Isi. Menjadi pusat perhatian kajian ekonomi

politik media dan komunikasi. Ketika pesan atau isi komunikasi

diperlakukan sebagai komoditas, ekonomi politik cenderung memusatkan

kajian pada konten media dan kurang pada khalayak media dan tenaga

kerja yang terlibat dalam produksi media. Tekanan pada struktur dan

konten media ini bisa dipahami terutama bila dilihat dari kepentingan

perusahaan media global dan pertumbuhan dalam nilai konten media.

Kedua, Komodifikasi Khalayak. Ekonomi politik menaruh beberapa

perhatian pada khalayak, khususnya dalam upaya untuk memahami praktik

umum dengan cara pengiklan membayar untuk ukuran dan kualitas

(kecendungan untuk konsumsi) khalayak yang dapat diraih surat kabar,

majalah, website, radio, atau program televisi.

Ketiga, Komodifikasi Tenaga Kerja. Selanjutnya untuk mengkaji

proses komodifikasi isi dan khalayak media, penting untuk

12 Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan

Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika, 17.

Page 8: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

288

Ahmad Nailul Fauzi

Diya> al-Afka>r: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis

mempertimbangkan komodifikasi tenaga kerja media. Tenaga pekerja

komunikasi yang juga di komodifikasi sebagai buruh upahan telah tumbuh

secara signifikan dalam pasar kerja media. Dalam menghadapi komodifikasi

ini, para pekerja media telah menanggapi dengan menggalang orang-orang

dari media berbeda, termasuk jurnalis, professional penyiaran, dan spesialis

teknis dalam film, video, telekomunikasi dan sektor jasa computer, untuk

bergabung dalam serikat pekerja dan organisasi-organisasi pekerja lain yang

diklaim mempresentasikan segmen terbesar dari tenaga kerja komunikasi

(McKercher 2002; Mosco dan McKercher 2008). Ini adalah bentuk

perlawanan terhadap komodifikasi, seperti yang dibahas dalam buku ini.

Keempat, “Komodifkasi Nilai”. Komodifikasi nilai ini menjelma

dalam proses komodifikasi yang menguat dalam dunia pendidikan dan

agama. Graham Ward, seorang profesor etika dan teologi kontekstual di

Universitas Manchester, telah menulis esai kritis “The Commodification of Religion, or The Consummation of Capitalism”. Di dalam esainya, Ward

menjelaskan bahwa Marx tidak menggunakan istilah komodifikasi,

melainkan ia merujuk pada berbagai konsep yang digunakan Marx untuk

mendeskripsikan pengalaman manusia mengenai nilai dibawah rezim baru

kapitalisme. Komodifikasi, selanjutnya, hampir berhubungan dengan reifkasi

(Verdinglichung dalam istilah Marx). Seperti dijelaskan Ward, komodifikasi

adalah apa yang terjadi dengan benda-benda dalam kapitalisme, sementara

reifkasi adalah apa yang secara stimulant terjadi pada pribadi-pribadi. Pada

hakikatnya, tidaklah wajar ketika benda-benda diubah menjadi suatu yang

personal dan pribadi-pribadi diubah menjadi benda-benda.

Pada tahun 1970 Jean Baudrillard pertama kali menerbitkan The

Consummer Society, banyak yang telah menulis tentang khusus yang

diajukan masyarakat konsumen terhadap nilai-nilai dan keyakinan agama.

Untuk sebagian besar, mereka mengkritik konsumerisme sebagai ideology

yang menyebarkan seperangkat nilai yang saling bertentangan atau

berkompetisi. Dalam bukunya, Cosuming Religion, Vincent Miller

berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Idi Subandy Ibrahim, dan

Bachruddin Ali Akhmad, bahwa bahaya nyata yang dilakukan oleh budaya

konsumen adalah karena ia menjangkiti segenap kapasitas kita untuk

menerima apa yang bernilai.13

Agama menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2008), agama

merupakan sistem atau kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan

nama dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-

kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Agama berasal dari

kata di>n dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal

13 Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan

Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika, 20.

Page 9: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

289

Komodifikasi Agama Terhadap Pembacaan (Khataman) Alquran Air Kemasan Kh-Q PT. Buya Barokah

Vol 7, No. 02, Desember 2019

dari dari kata Sankrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun

dari dua kata, “a” = tidak dan “gam” = pergi, jadi tidak pergi, tetap

ditempat, diwarisi turun-temurun. Agama memang mempunyai kitab-kitab

suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berati tuntutan. Memang agama

mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntutan hidup bagi penganutnya.

Di>n dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam

bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh,

hutang, balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan

yang merupakan hukum, yang harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya

memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada

Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi

membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang

menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula

kepada paham balasan. Yang menjalankan kewajiban dan patuh akan

mendapatkan balasan baik dari Tuhan. Yang tidak menjalankan kewajiban

dan yang tidak patuh kepada Tuhan akan mendapat balasan yang tidak

baik.14

Proses Pembacaan (khataman) Qur’an

Alquran di Indonesia awal sesungguhnya bereperan sebagai sarana

bacaan di saung ataupun langgar desa. Berjalannya waktu, masyarakat Indonesia

sudah tidak hanya membaca Alquran melainkan mencoba memahami makna yang

terkandung di dalam Alquran sehingga berkembang dan menghasilkan karya tafsir

yang dikenal. Akan tetapi, hal lain yang tidak bisa ditutupi adalah sebuah peristiwa

yang relevan berkenaan dengan Alquran, yakni khataman (sempurna) Alquran di

sebuah majlis. Fenomena pembacaan Alquran di masyarakat yang dapat

dilihat, sangatlah beragam modelnya. Sebab setiap daerah dapat dipastikan

mempunyai adat serta tradisi yang berbeda dengan yang lain. Misalnya,

pembacaan ayat-ayat Alquran dalam Upacara Peret Kandung di desa Poteran

Kecamatan Talango kabupaten Sumenep Madura. Dalam upacara tersebut

ayat-ayat Alquran dibaca sebagai media doa untuk memohon keberkahan

dan keselamatan. Demikian adalah bentuk upaya yang dilakukan masyarakat

sebagai media perantara antara hamba dan Tuhan agar lebih dekat dan selalu

ingat kepada sang Pencipta.15 Lebih lagi di pesantren, ada faktor yang harus

dijalankan oleh para santri, membaca Alquran atas harapan keberkahan dan

Keselamatan. Faktor lain, adanya perintah atau aturan pesantren sebagai

14 Harun nasution, Islam ditinjau dari dari berbagai Aspeknya (Jakarta: Universitas

Indonesia Press, 1985), 9-13. 15 Rafi’uddin, Pembacaan Ayat-Ayat Alquran dalam Upacara Peret Kandung di

desa Poteran Kec. Talango kab. Sumenep Madura (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN

Sunan Kalijaga, 2013), 82.

Page 10: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

290

Ahmad Nailul Fauzi

Diya> al-Afka>r: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis

bentuk ta’zim kepada kiai, yang lambat laut menjadi sebuah tradisi.16 Dalam

sebuah hasil penelitian, atas respon perintah membaca Alquran di

Padukuhan Srumbung, Pleret, Bantul, masyarakat telah menyatakan bahwa

demikian adalah hal keharusan yang mesti dilakukan oleh umat Islam itu

sendiri.17

Hal di atas tentu ada relevansi terhadap kejadian yang pernah ada di

masa Nabi sendiri. Ketika Nabi mengalami demam, menjelang beliau wafat,

beliau menggunakan air untuk merendam sejenak penyakitnya. Beliau

bersabda, “Siramakan air kepadaku dari tujuh qirbah yang belum dilepas ikatannya, mudah-mudahan aku bisa memberi pesan kepada orang-orang.”

Dari Abu Nu’aim yang meriwayatkan Hadis Anas dan menyebutkan secara

marfu>’, “jika kalian demam guyurlah tubuh dengan air sejuk (tidak dingin es, tidak juga hangat) selama tiga hari pada waktu menjelang subuh.” Dalam

doa istifta>h} disebutkan, “Ya Allah, cucilah diriku dari dosa-dosaku dengan es, air dan embun. Air adalah sumber kehidupan.” Allah menegaskan dalam

Q.S. al-Anbiya>’: 30 Artinya: “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?” Allah sudah

menegaskam bahwa kehidupan ini berasal dari Air. Maka air juga yang

menjadi penopang kehidupan.18 Orang bisa bertahan hidup berminggu-

minggu tanpa makan tapi ia tak akan mampu hidup seminggu saja tanpa air.

Bukan hanya manusia tapi makhluk hidup di bumi ini butuh air untuk

bertahan hidup. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 22, artinya “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menhasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu…”

Allah juga pernah menguatkan genggaman kaki orang-orang beriman

dengan air hujan. Dalam Q.S. Al-Anfal: 11, Artinya: “….dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaithan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki (mu)…” Namun sayang, bahwa manusia masih sangat kurang memanfaatkan

potensi air ini demi kebutuhan hidupnya. Seringkali seseorang tidak sadar

bahwa tubuhnya butuh pasokan air dalam kondisi normal antara dua hingga

tiga liter air perharinya. Meski sudah banyak kampanye memasyarakatkan

minum air putih minimal 18 gelas sehari, tapi lebih banyak yang abai

16 Vitri Nurawalin, Pembacaan Alquran dalam Tradisi Mujahadah Sabihah Jumu’ah :Studi Living Alquran di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman, Yogyakarta (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2014), 90.

17 Lihat, Moh. Ali Wasik, Fenomena Pembacaan Alquran dalam masyarakat Padukuhan Srumbung, Pleret, Bantul (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

Kalijaga, 2005), 80. 18 Q.S. Al-Anbiyaa: 30.

Page 11: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

291

Komodifikasi Agama Terhadap Pembacaan (Khataman) Alquran Air Kemasan Kh-Q PT. Buya Barokah

Vol 7, No. 02, Desember 2019

terhadap hal tersbut. Padahal sebagai muslim, mestinya tahu betul bahwa air

putih adalah salah satu dari komoditi al-t}ibb al-Nabawi> yang berfungsi

menjaga kesehatan. Bahkan saat berbuka, seandainya seseornag tak

mendapatkan kurma, maka ia dianjurkan untuk meneguk air putih.

Meminum air minum biasa secara benar, memurnikan tubuh manusia. Hal

itu membuat usus besar bekerja dengan lebih efektif dengan cara

membentuk darah baru, dalam istilah medis dikenal sebagai aematopaises.

Pembacaan Alquran atau lebih tepatnya khataman Alquran

merupakan bentuk dari tradisi pesantren tah}fi>z}, yang berkembang di

masyarakat luas. Khataman ini biasanya dilakukan secara hafalan (bi al-ghayb) 30 juz, meski juga diketahui bentuk model khataman lain, yaitu

dengan membaca mus}h}af (bi al-naz}ar), yang dibagikan setiap juznya, pada

banyaknya orang yang akan akan mengikuti khataman.19 Dalam lingkup

masyarakat, khataman Alquran umumnya dilaksanakan ketika dan pada

salah seorang warga mempunyai hajat, misalnya dalam hajat walīmah khitan

(sunatan), tujuh hari setelah wafat, dan bentuk syukuran lain yang ada dalam

tradisi di sebuah daerah.20 Khataman Alquran juga sering dijumpai di bulan

Ramadhan, dapat ditemui di masjid-masjid dan surau-surau. Masyarakat

meyakini akan pahala yang besar didapati ketika membaca Alquran di bulan

tersebut. Menurut mereka, itulah investasi akhirat yang perlu dicari dan

digunakan sebagai penyelamat.21 Sedikit berbeda misalnya, di kalangan

pondok pesantren Alquran tidak hanya dibaca saja, akan tetapi juga dikaji.

Biasanya, setiap bulan Ramadhan salah seorang kiai akan membacakan tafsir

Alquran sampai hatam. Ia akan membaca secara cepat serta memaknai

sebuah tafsir tersebut.22

PT. Buya Barokah dan Air Kemasan Kh-Q

Yayasan Arwaniyyah yang beralamatkan di Jalan K.H. M. Arwani

Kelurahan Kajeksan No.24 Kudus, yaitu simpang tujuh kota Kudus ke barat

menuju arah Sunan Kudus, sampai di Sunan Kudus terus ke utara sampai ke

Madrasah Banat lurus terus belok ke utara kurang lebih tiga puluh meter,

19 Observasi penulis. 20 Penulis melihat, masyarakat mempunyai sebuah inovasi melaksanakan

Khataman Alquran yang sangat bervarian di masyarakat. Pengalaman penulis, pernah

mengikuti undangan Khataman Alquran yang dilaksanakan setiap sebulan sekali di rumah

warga, dengan tujuan mengirim doa kepada ahli waris yang telah meninggal. Dalam

kesempatan lain, ada salah seorang warga mengundang penghafal Alquran untuk Khataman,

agar anak yang dikhitan selamat tanpa ada arang melintang. 21 Observasi penulis. 22 Penulis pernah mengikuti kajian pembacaan tafsir di bulan puasa. Orang-orang

sering mengistilahkan dengan ngaji posonan, yaitu mengaji di bulan puasa dengan salah

seorang Kiai dalam kitab yang ditentukan hingga khatam. Salah satu kitabnya adalah Tafsi>r Jala>layn.

Page 12: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

292

Ahmad Nailul Fauzi

Diya> al-Afka>r: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis

Yayasan Arwaniyyah juga memiliki badan usaha yang disebut BUYA

(Badan Usaha Yayasan Arwaniyyah).23

Salah satu usaha Yayasan Arwaniyyah adalah PT. BUYA

BAROKAH (Devisi Air Minum). Tepatnya pada tahun 2008 PT. BUYA

BAROKAH (Devisi Air minum) mengelola usaha Air Minum dengan logo

BUYA, merupakan awal perusahaan untuk memenuhi pasokan air minum

dilingkungan yayasan Arwaniyyah (untuk kalangan sendiri). Di sisi lain

perusahaan melihat keprihatinan terhadap masyarakat yang datang ke

Yayasan Arwaniyyah dengan keadaan yang kurang sehat untuk

mengharapkan berkah doa Kiai (Ngalap berkah) melalui perantara air yang

sudah diberi doa. Melalui air doa tersebut mereka berharap diberi kesehatan

oleh allah Swt. Maka munculah ide perusahaan untuk meluncurkan produk

air minum yang sudah diberi doa sebagai air minum kesehatan yang

dijadikan perantara (wasi>lah) Kiai, agar masyarakat tidak kecewa karena

tidak bisa bertemu dengan Kiai. ini merupakan salah satu langkah yang di

upayakan perusahaan dan yayasan agar masyarakat yang datang merasa

nyaman.24

Beranjak dari keprihatinan dan permintaan masyarakat, maka

munculah produk air minum yang diberi doa dengan merek Kh-Q (Khataman

Alquran). Produk air minum Kh-Q mulai diluncurkan pada tanggal 10

November 2011, merupakan produk air minum yang ditilawahkan dengan

tiga puluh juz Alquran dan ditambahkan dengan do’a Khataman Alquran

yang lebih dikenal dengan air do’a. Di samping itu juga melalui proses

tekhnologi R.O, Uv.25 Selanjutnya, proses khataman dilakukan di dua lokasi,

yakni pondok pesantren Yanbu’ul Qur’an dan di tempat pemproduksian air

mineral yaitu PT. Buya Barokah. Proses dilaksanakan para santri Yanbu’

yang bertempat di makam Mbah Arwani Amin.26 Di dalam proses

23http://www.arwaniyyah.com/index.php/2012-06-05-18-59-41/123-profil-yayasan-

arwaniyyah. rabu, 12 Maret 2019. Pukul 20.59 24 Wawancara dengan Saudara Abdurrahman Wahid (santri Ponpes Yanbu’ul

Qu`an), pada tanggal 17 Maret 2019. 25 Wawancara dengan bpk Ashef Maftuch (Manajer Utama PT. Buya Barokah),

Kudus: di kantor PT. Buya Barokah, tanggal 17 Maret 2019. 26 K.H. Muhammad Arwani merupaka pendiri perguruan tarekat Naqsyabandiyyah

Kholidiyyah, yang telah mengharumkan kota lahirnya yakni Kudus. Mbah Arwani

belakangan semakin dikenal dan dikenang sebagai seorang muballigh yang sesungguhnya,

seorang yang ‘alim, sekaligus Kha>lifah Naqsyabandiyyah yang gigih di abad kontemporer

ini. Setelah dari tangannya seorang diri lahir banyak ulama. Salah satu keahliannya yang

sangat langka adalah menjadi guru tahfī>z} Alquran dan ilmu Qia>’at Sab’ah dari hasil berguru

kepada K.H. Munawwir (w.1942 M) Krapyak Bantul, selama sembilan tahun (1932-1941

M). Ia merupakan pendiri pondok tahfī>z Yanbu’ul Alquran Kudus yang berdiri pada tahun

1962 M di Desa kajeksan. Satu kilometer sebelah utara masjid Menara Kudus. Lihat lebih

Page 13: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

293

Komodifikasi Agama Terhadap Pembacaan (Khataman) Alquran Air Kemasan Kh-Q PT. Buya Barokah

Vol 7, No. 02, Desember 2019

pembacaan telah disediakan beberapa galon yang telah terisi air. Akan

tetapi, proses tersebut dilakukan ketika ada event tertentu, sebab nantinya

air akan dibagikan sebagian kepada para tamu yang hadir di sebuah acara

dan sebagian lain dimasukkan ke dalam sumur produksi air. Adapun proses

khataman yang dilakukan di tempat produksi, dilakukan setiap hari secara

bergantian.27 Air kemasan 120ml jika disajikan di suasana lebaran sangatlah

tepat, ukuran sesuai dan jika diminum tidak terlalu banyak takaran, cukup

seminit saja airnya sudah habis. Apalagi jika air yang diminum telah

dibacakan alquran dari para santri h}a>fiz} Alquran maka menjadi daya tarik

tersendiri bagi sebagian warga di wilayah Kudus, Pati serta Demak.28

Itulah air kemasan merk Kh-Q produk dari Kudus, Jawa Tengah

yang diproduksi oleh PT. Buya Barokah Kudus, Jawa Tengah, Indonesia.

Bagi para santri atau alumni ponpes Yanbu'ul Qur’an tentunya merk ini

tersedia saat jelang lebaran hingga bada sawal atau 7 hari setelah lebaran,

dan sepertinya syarat utama dibandingkan merk air kemasan lainnya. Air

minum Kh-Q ini diproses dengan R.O, Uv, dan Ozon, apalagi ditambahkan

bacaan Alquran menambah sugesti bagi warga di wilayah Kudus, Jepara dan

Demak serta warga Kabupaten lainnya, memang air minum ini belum

meluas seperti merk kompetitor lainnya yang sudah merambah hingga ke

nusantara ini. Contohnya merk Vit, Aqua, Adi atau merk lainnya. Produk

Kh-Q ada beberapa isi yang dijual ke pasaran yakni isi 120ml, 220ml, 600ml.

Namun saat musim lebaran atau Idhul Fitri, yang laku keras adalah kemasan

120ml, di samping kecil, pas dengan ukuran beberapa tegukan atau hisapan

lewat sedotan saja sudah habis. Air kemasan ini sudah punya ijin BPOM RI

dan tertulis di setiap packing botolnya yakni BPOM RI MD.265211004254,

bahkan ada pesan khusus di kemasannya yang bertulisakan disimpan di

tempat yang sejuk, hindari dari sinar matahari langsung dan benda-benda

berbau tajam. Isi per kardus relatif sama dengan kemasan air yang lain

yakni 48x220ml atau 48x120ml. Mungkin isi kemasan seperti ini menjadi

cara memudahkan menghitung dan menaruh air kemasan ini agar mudah di

bawa, mudah mempacking ke dalam kardus termasuk mudah menghitung

keuntungan yang di dapat tentunya.29

Promosi dari mulut ke mulut dan terdapat prosesi bacaan Alquran

menjadi media paling cepat dan memiliki posisi tawar yang menjanjikan,

wajar jika produk Kh-Q walaupun belum lama produksinya, namun cepat

legkapnya di buku Ahmad Dimyati, Dakwah Personal: Model Dakwah Kaum Naqsyabandiyah (Yogyakarta: Deepublish, 2016), 52-53.

27 Wawancara dengan Saudara Abdurrahman Wahid (santri Ponpes Yanbu’ul

Qu`an), pada tanggal 17 Maret 2019. 28 Wawancara dengan Saudara Abdurrahman Wahid (santri Ponpes Yanbu’ul

Alquran), pada tanggal 17 Maret 2019. 29 Wawancara dengan Saudara Abdurrahman Wahid (santri Ponpes Yanbu’ul

Qu`an), pada tanggal 17 Maret 2019.

Page 14: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

294

Ahmad Nailul Fauzi

Diya> al-Afka>r: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis

melekat di hati warga, tidak jarang jika sejumlah toko sembakao atau

warung kelontong di wilayah Kudus, Jepara, dan Demak menyediakan air

kemasan ini dan harga eceranpun berani sama dengan merk Aqua atau Vit,

bahkan warga di sana lebih melirik merk Kh-Q.30 Jika pantauan di Kota

Telor asin Brebes Jawa Tengah, sementara yang masih unggul dalam daya

beli air kemasan adalah merk Aqua, Vit, Adi, dan merk lainnya. Namun

spesifik khusus seperti Kh-Q ini sepertinya menjadi branding menarik bagi

warga muslim di Indonesia yakni telah dibacakan Alquran dari para h}a>fīz}

yang jadi santri di pondok pesantren terbesar di Kudus tersebut.31

Teknologi R.O. UV, Post Carbon, Bio Ceramic, Bio Magnetik

Teknologi R.O. (Reverse Osmosis) merupakan teknologi pemurnian

air yang mutakhir saat ini. Reverse Osmosis menyaring air dari tingkat yang

paling kecil yaitu 1/10.000 mikron atau setaran dengan sehelai rambut

dibagi 1 juta. Dengan sangat kecilnya membran R.O. menyaring air serta

menghasilkan air yang sangat murni, sehingga virus, bakteri dan unsur

logam yang terkandung didalamnya ikut tersaring.32

Carbon, Bio Ceramic dan Bio Macgnetic

Post Carbon merupakan elemen yang berfungsi untuk menjamin

kualitas air dengan memperbaiki rasa, bau dan sebagainya. Bio Ceramic

berfungsi untuk memecah molekul-molekul air dengan sinar Far Infrared

untuk meningkatkan kesehatan dan ketahanan tubuh dan dapat mengurangi

efek dari radiasi sinyal Hand Phone. Bio Macgnetic berfungi menambah

energi magnetik pada air yang memiliki sifat posotif dan baik untuk terapi

penyakit dalam, serta dapat meningkatkan vitalitas tubuh.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan yaitu ingin menjadi perusahaan air minum yang

aman dikonsumsi dan menyehatkan, serta memberikan manfaat bagi

masyarakat indonesia dengan memperhatikan nilai-nilai etika bisnis Islam.

Misi perusahaan yaitu dengan meluncurkan produk Air minum yang

diproses dengan tekhnologi canggih sehingga produk yang dikeluarkan

perusahaan aman untuk dikonsumsi seperti merek Buya, perusahaan juga

memiliki produk unggulan dengan merek Kh-Q (Khataman Alquran) yang

30 Wawancara dengan Saudara Abdurrahman Wahid (santri Ponpes Yanbu’ul

Qu`an), pada tanggal 17 Maret 2019. 31https://www.kompasiana.com/penaulum/5b27118fbde57517e3046eb2/berkah-

bacaan-alquran-di-air-kemasan-Kh-Q. diakses pada Tanggal 25 Mei 2019. 32 Wawancara dengan bpk Ashef Maftuch (Manajer Utama PT. Buya Barokah),

Kudus: di kantor PT. Buya Barokah, tanggal 17 Maret 2019.

Page 15: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

295

Komodifikasi Agama Terhadap Pembacaan (Khataman) Alquran Air Kemasan Kh-Q PT. Buya Barokah

Vol 7, No. 02, Desember 2019

sudah dibacakan 30 juz Alquran serta dipercaya memiliki khasiat untuk

kesehatan.

Struktur Organisasi pada PT. BUYA BAROKAH Kudus

Organisasi sangat penting dan sangat berperan demi tercapainya

tujuan suatu perusahaan. Hal ini sangat diperlukan agar kinerja perusahaan

lebih terarah sesuai dengan tujuan perusahaan. Selain itu organisasi

diperlukan pembagian tugas seimbang dan objektif, yaitu memberikan tugas

sesuai dengan kedudukan dan kemampuan setiap individu. Dalam rangka

pencapaian tujuan, struktur organisasi hendaknya disesuaikan dengan

keadaan dan kebutuhan. Adapun yang dimaksud struktur organisasi disini

adalah seluruh tenaga yang berkecimpung dalam kepengurusan PT. Buya

Barokah Kudus. Adapun struktur organisasi PT. Buya Barokah Kudus

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1: Struktur PT Buya Barokah Dev. Air Minum

Page 16: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

296

Ahmad Nailul Fauzi

Diya> al-Afka>r: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis

Analisis Teori Komoditas Agama

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa suatu yang mempunyai proses

yang melibatkan perubahan atau transformasi menjadi produk yang dapat

dipasarkan bisa dikatakan bentuk dari komoditas. Air kemasan yang

diproduksi PT. Buya Barokah adalah salah satu gambaran yang jelas, bahwa

air yang dapat dikonsumsi setiap manusia telah dirubah dan ditransformasi

bukan hanya dikonsumsi melainkan dapat dipasarkan. Berkembangnya sosial

yang selalu bersinggungan dengan agama, keduanya telah menjadi sebuah

paradigma baru. Agama tidak dapat lepas dari peran sosial, sebab keduanya

telah dibentuk dari sebuah konstruksi historis dan kultural yang kompleks

untu mempertegas signifikansi simbolik sosio-ekonomi. Proses ini benar-

benar dimunculkan dalam saluran ekonomi pasar lokal-global dan ledakan

agama postmodern. Paradigma ini tidak bertujuan memproduksi bentuk dan

gerakan baru yang berlawanan dengan sebuah keyakinan dan praktik-praktik

agama, namun komodifikasi akan mendudukan agama sebagai barang yang

melaluinya fungsi spiritual agama menjadi komoditas yang layak

dikonsumsi oleh masyarakat umum.

PT. Buya Barokah telah mendudukkan agama, melalui pembacaan

(khataman) Alquran pada salah satu produksinya. Air Kh-Q yang merupakan

produk dari PT. Buya Barokah telah mempunyai peran ganda. Air tersebut

bukan hanya bersirkulasi pada ekonomi, akan tetapi ada fungsi spiritual

dalam dirinya sebagai air doa. Dalam hasil wawancara dengan orang yang

bersangkutan, memang benar adanya air kemasan dalam brand Kh-Q ini

sebagai sebuah bentuk perantara (ngalap berkah) kepada Allah Swt. supaya

dijauhkan dari segala penyakit. Demikian adalah sebuah dekonstruksi

komoditas dalam menentukan apa makana yang tampak, untuk membongkar

relasi-relasi sosial yang membeku dalam bentuk komoditas.

Promosi dari mulut ke mulut dan ada bacaan Alquran menjadi media

paling cepat dan memiliki posisi tawar yang menjanjikan, wajar jika produk

Kh-Q walaupun belum lama produksinya, namun cepat melekat di hati

warga, tak heran jika sejumlah toko sembakao atau warung kelontong di

wilayah Kudus, Jepara, Demak menyediakan air kemasan ini dan harga

eceranpun berani sama dengan merk seperti Aqua atau Vit, bahkan warga

lebih melirik merk Kh-Q. Pernyataan di atas, merupakan bentuk yang dapat

dikatakan sebagai peran Alquran yang signifikan, bahwa Alquran

mempunyai daya tarik bagi pembeli, sehingga dalam ekonomi sendiri dapat

meningkat lebih banyak dan berkeuntungan yang melimpah. Bukti lain,

terdapat pada kemasan air itu sendiri, bahwa nama Kh-Q adalah singkatan

dari Khataman Alquran. Dalam label air kemasan juga terdapat beberapa

indikasi agama, seperti perintah untuk berdoa sebelum meminum air Kh-Q.

Menurut penulis, inti dari adanya tulisan tersebut ialah bagaimana agama

tersalurkan melalui sebuah produksi air mineral. Meski tidak menutup

Page 17: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

297

Komodifikasi Agama Terhadap Pembacaan (Khataman) Alquran Air Kemasan Kh-Q PT. Buya Barokah

Vol 7, No. 02, Desember 2019

kemungkinan lain, bahwa demikian dapat menarik pelanggan untuk membeli

produk tersebut.

SIMPULAN

Dari paparan di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan.

Pertama, prosesi pembuatan air kemasan oleh PT. Buya Barokah yang bediri

sejak tahun 2008 telah memberi innovasi lain dengan bentuk pembacaan

Alquran. Demikian adalah sebab dari keprihatinan sosial yang kemudian

terealisasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kedua, sebagai cerminan atas beragamnya tipe pembacaan Alquran

khususnya di Indonesia. pembacaan Alquran pada produksi air kemasan di

masa sekarang bisa dibilang masih jarang. Sedikit memberikan gambaran

pada proses pembacaan Alquran. Telah disediakan beberapa galon yang telah terisi

air secara melingkar. Pada proses yang dilakuan di makam mbah Arwani dilakukan

ketika ada event tertentu, sebab nantinya air akan dibagikan sebagian kepada para

tamu yang hadir di sebuah acara dan sebagian lain dimasukkan ke dalam sumur

produksi air. Adapun proses khataman yang dilakukan di tempat produksi,

dilakukan setiap hari secara bergantian.

Ketiga, peran agama yang dipadukan dengan tindak sosial

masyarakat dapat merubah dan mentransformasi sebuah nilai tular menjadi

nilai guna. Sebagai bukti pembacaan Alquran dalam Air Kemasan Kh-Q

merupakan bentuk komoditas dan peran agama. Komoditas bergerak

menjadikan sesuatu berubah dan tertransformasi pada bentuk atau suatu

yang lain. PT. Buya Barokah telah mendudukkan agama, melalui pembacaan

(khataman) Alquran pada salah satu produksinya. Itulah cerminan bentuk

dari komodifikasi agama.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Idi Subandy Ibrahim, dan Bachruddin Ali. Komunikasi dan

Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika.

Jakarta: Yayasan Putra Obor Indonesia, 2014.

Dimyati, Ahmad. Dakwah Personal: Model Dakwah Kaum Naqsyabandiyah

Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Esack, Farid. The Quran: a Short Introduction. London: Oneworld

Publication, 2002.

____________. The Qurʼan: A User's Guide : a Guide to Its Key Themes,

History and Interpretation. T.tp: Oneworld, 2005.

Junaedi, Didi. ”Memahami Teks, Melahirkan Konteks.” Journal of Alquran

and Hadith Studies Vol.3, No. 1 (2013):

Nasution, Harun. Islam ditinjau dari dari berbagai Aspeknya. Jakarta:

Universitas Indonesia Press, 1985.

Page 18: KOMODIFIKASI AGAMA TERHADAP PEMBACAAN …

298

Ahmad Nailul Fauzi

Diya> al-Afka>r: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis

Nurawalin, Vitri. Pembacaan Alquran dalam Tradisi Mujahadah Sabihah

Jumu’ah :Studi Living Qur’an di Pondok Pesantren Sunan

Pandanaran, Sleman, Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin

UIN Sunan Kalijaga, 2014.

Rafi’uddin. Pembacaan Ayat-Ayat Alquran dalam Upacara Peret Kandung

di desa Poteran Kec. Talango kab. Sumenep Madura. Yogyakarta:

Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2013.

Wawancara dengan bpk Ashef Maftuch (Manajer Utama PT. Buya

Barokah), Kudus: di kantor PT. Buya Barokah, tanggal 17 Maret

2019.

Wawancara dengan Saudara Abdurrahman Wahid (santri ponpes Yanbu’ul

Quan), pada tanggal 17 Maret 2019.

Wasik, Moh Ali. Fenomena Pembacaan Alquran dalam masyarakat

Padukuhan Srumbung, Pleret, Bantul. Yogyakarta: Ushuluddin UIN

Sunan Kalijaga, 2005.

http://www.arwaniyyah.com/index.php/2012-06-05-18-59-41/123-profil-yayasan-

arwaniyyah. rabu, 12 Maret 2019.

https://www.kompasiana.com/penaulum/5b27118fbde57517e3046eb2/berkah-

bacaan-alquran-di-air-kemasan-Kh-Q. diakses pada Tanggal 25 Mei 2019.