komparasi efektivitas air dan produk susu...
TRANSCRIPT
KOMPARASI EFEKTIVITAS AIR DAN PRODUK SUSU SEBAGAI PALATE CLEANSER SENSASI PEDAS (KAJIAN PERBEDAAN SUHU
PENYAJIAN PALATE CLEANSER)
SKRIPSI
Oleh :
NABILA TARI PUANDA
135100100111036
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
i
KOMPARASI EFEKTIVITAS AIR DAN PRODUK SUSU SEBAGAI PALATE CLEANSER SENSASI PEDAS (KAJIAN PERBEDAAN SUHU
PENYAJIAN PALATE CLEANSER)
SKRIPSI
Oleh :
NABILA TARI PUANDA
135100100111036
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
Nabila Tari Puanda dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 16 Mei 1995 dari Ayah yang bernama T. Zulkifli
Indria D. P. dan Ibu yang bernama Irma Farida sebagai
anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis mengenyam
pendidikan di SDN Pekayon Jaya VII (2001-2007), SMP
Negeri 12 Bekasi (2007-2010) dan SMA Negeri 5 Kota
Bekasi (2010-2013). Pada tahun 2013, penulis diterima
sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
(UB) melalui jalur SBMPTN.
Selama studinya di UB, penulis aktif mengikuti berbagai organiasasi yaitu
Himpunanan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian (Himalogista) divisi
Kaderisasi dan Keorganisasian selama 3 periode sebagai staff magang di tahun
2014, staff pengurus di tahun 2015 dan staff ahli pada tahun 2016, Eksekutif
Mahasiswa Universitas Brawijaya (EM UB) sebagai staff magang Kementrian
Pemuda dan Olahraga tahun 2013 dan staff pengurus Kementrian Pemuda dan
Budaya pada tahun 2014, dan juga di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Teknologi Pertanian (BEM FTP) sebagai staff magang Kementrian Humas tahun
2013 dan staff pengurus pada tahun 2015 di Kementrian Sosial Masyarakat
(Sosma). Berbagai kegiatan kemahasiswaan pun aktif penulis ikuti, diantaranya
sempat menjadi anggota Divisi Acara pada kegiatan Kampung Budaya I,
Himalogista Anniversary ke-15, OPJH 2014 dan lainnya. Penulis juga sempat
terpilih menjadi Koordinator Humas dan Sponsorship untuk acara Dies Natalis
FTP UB ke-17, Bendahara II Olimpiade Brawijaya 2015, Koordinator Acara
Pestaflogista (reuni akbar THP FTP UB) HGE 10 dan masih banyak lainnya.
Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Biologi dasar selama
3 periode (2014-2015) dan menjadi koordinator asisten pada periode terakhir.
Penulis juga sempat melaksanakan praktek kerja lapang di PT. Belfoods
Indonesia di bagian produksi sebagai bentuk pengasahan kemampuan selama
kuliah di jurusan ini. Pada tahun 2017 penulis telah berhasil menyelesaikan
pendidikannya dan mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Jurusan
Teknoogi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya,
Malang.
v
Alhamdulillah.....ya Allah
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kebahagiaan kepadaku di dunia ini, dengan
memberikan orang-orang terbaik disekitarku dan untuk hidupku
semoga ridho-Nya selalu mengiring seriap langkah hidupku sehingga
kesuksesan dan kebahagian menjadi akhir dari semua penantian
dan perjuangan yang mesti ku tempuh
.
Ku persembahkan karya kecil ini kepada Ayah, Mama, Abang, Adik-
Adik serta para Sahabat yang senantiasa memberikan dukungan,
motivasi, do’a dan kasih sayang yang begitu besar kepadaku
.
Semoga dengan karya kecil ini, ilmu yang saya miliki dapat
bermanfaat bagi banyak orang di dunia hingga di akhirat nanti
.
Aamiin Ya Rabbal alamin
vi
vii
NABILA TARI PUANDA. 135100100111036. Komparasi Efektivitas Air dan Produk Susu sebagai Palate Cleanser Sensasi Pedas (Kajian Perbedaan Suhu Penyajian Palate Cleasner). Skripsi. Pembimbing : Kiki Fibrianto, STP., M. Phil., Ph.D.
Ringkasan Indonesia dengan kekayaan kulinernya memiliki berbagai jenis makanan
dengan beragam cita rasa. Sebagian besar makanan tersebut memiliki cita rasa pedas. Namun, pedas bukan merupakan suatu kategori rasa, melainkan suatu sensasi yang muncul dan dirasakan oleh lidah akibat adanya zat kimia bernama capsaicin yang ditangkap oleh sensor panas tinggi (TRPV1) dengan memberikan sinyal ke otak sebagai rasa sakit atau panas yang berlebih. Makanan pedas yang dikonsumsi umumnya meninggalkan residu pada mulut, maka dibutuhkanlah palate cleanser yang memiliki kemampuan untuk menetralkan mulut dengan cara meminimalkan residu sampel yang tertinggal pada mulut. Beberapa palate cleanser yang efektif untuk menghilangkan sensasi pedas yaitu air, susu, larutan 10% sukrosa dan lainnya, bahkan ada pula yang mengatakan es krim lebih efektif dibandingkan susu, sedangkan banyak artikel yang menyatakan air hangat justru lebih baik dalam menghilangkan sensasi pedas tersebut.
Hingga kini belum ada penelitian yang benar-benar membandingkan 3 suhu berbeda yaitu hangat, dingin dan suhu ruang sebagai pengaruh keefektifan palate cleanser yang digunakan. Maka dari itu, pada penelitian kali ini digunakan palate cleanser air siap minum dan susu pasteurisasi yang masing-masing disajikan dengan 3 suhu yang berbeda yaitu suhu dingin (10+2oC), suhu ruang (25+2oC) dan juga suhu hangat (40+2oC), selain itu dikomparasikan pula dengan es krim vanila sebagai bentuk lain dari susu dingin. Tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk mengetahui efektivitas air dan susu pasteurisasi sebagai palate cleanser terhadap sensasi pedas dengan kajian perbedaan suhu penyajian air dan susu pasteurisasi.
Metode yang digunakan yaitu time intensity, dimana intensitas pedas dari setiap palate cleanser diukur setiap 30 detik sekali selama 2 menit pada 3 konsentrasi pedas yang berbeda yaitu 0,2%, 0,4% dan 0,6%. Data yang telah ditabulasi kemudian diuji ANOVA (GLM) dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji fisher dengan bantuan aplikasi minitab 17.0. Berdasarkan data yang telah didapatkan diketahui bahwa pada konsentrasi 0,2% susu merupakan palate cleanser yang lebih efektif dibandingkan air tanpa ada pengaruh dari suhu yang digunakan, sedangkan pada konsentrasi 0,4%, susu tetap menjadi palate cleanser yang lebih efektif dengan adanya pengaruh suhu hangat dan juga suhu dingin, dan pada konsentrasi 0,6% hanya susu dingin yang dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan air dan susu dengan suhu lainnya. Susu dingin yang menunjukkan keefektifan lebih baik dibanding lainnya kemudian di komparasi dengan es krim dengan olahan data ANOVA (GLM) menggunakan minitab 17.0 dan menghasilkan nilai tidak beda nyata, sehingga dapat dikatakan susu dingin dan es krim memiliki keefektifan yang cenderung mirip. Hal ini dikarenakan baik susu maupun es krim memiliki komponen non-polar seperti lemak yang dapat mengikat capsaicin yang juga bersifat non-polar. Selain itu, suhu dingin dapat dikatakan lebih efektif karena dapat menghambat suhu dalam mulut mencapai 42oC yang merupakan suhu yang akan ditangkap sensor panas tinggi (TRPV1). Suhu dingin juga dapat memberikan efek psikologis berupa rasa segar, sehingga para panelis sesaat dapat melupakan rasa nyeri yang diakibatkan sensasi pedas.
Kata kunci : Air, Es Krim, Palate Cleanser, Pedas, Suhu, Susu, Time Intensity
viii
NABILA TARI PUANDA. 135100100111036. Effectiveness Comparison of Water and Dairy Product as Palate Cleanser for Spicy Sensation (Assesment of Palate Cleanser Temperture Difference). Essay. Supervisor : Kiki Fibrianto, STP., M. Phil., Ph.D.
SUMMARY Indonesia has many different kind of authentical cullinary which come along
with various flavors. Most of Indonesian local foods are tend to be spicy. However, Spicy is not categorized as a flavor element, but instead, spicy is a sensation emerged and tasted by the tongue initiated by a chemical compound called capsaicin. The capsaicin sensation is then bound by the capsaicin sensoric receptor (TRPV1) in which the sensation will later be signaled to the brain as soreness and overheated sensation. Consumption of spicy food usually left a residual taste in our mouth, therefore effective palate cleanser is necessary to fade the residual taste away. Commonly used palate cleanser that is considered effectiveto decrease the spiciness level are water, milk, sucrose 10% solution, and many other solution. Ice cream is also said to be more effective in palate cleansing than milk, and many articles stated that warm temperature water is even better to put the spiciness fade away.
No research has been conducted to put cold, warm , and room temperature in comparison towards the effectivity of each palate cleansers. Therefore, in this research water and pasteurized milk were used and served with three different level of temperature which is low temperature (10±2 °C), room temperature (25±2 °C), and warm temperature (40±2 °C) respectively. Ice cream is also used in the comparison as the other form of low temperature milk. This research aims to find out the effectivity of water and pasteurized milk as palate cleanser towards spiciness using various palate cleanser serving temperature as the case study.
The method used in this research was time intensity method where the spiciness intensity from each palate cleanser is measured every 30 seconds during two minutes span of time using three different spiciness concentration which are 0.2%, 0.4%, and 0.6%. The data produced from this method is then undergo ANOVA (GLM) test and if the results are significantly different, the data is further analysed with fisher test using Minitab 17.0. Based on the data collected from each concentration, for the concentration of 0.2%, milk was more effective than water without any given effects from temperature. As for the 0.4%, milk still become the most effective palate cleanser when served warm and cold. Meanwhile at the concentration of 0.6%, only cold milk is considered more effective than water and other milk with different temperature. As cold milk came out as thr most effective palate cleanser, the cold milk is then being put in comparison with ice cream which then undergo ANOVA (GLM) test using Minitab 17.0 resulting insignigicant value of difference. This is most likely caused by non-polar compounds contain in milk and ice cream such as fat that will dissolve the capsaicin which as also a non-polar compound. In addition, cold temperature is considered as more effective because it will prevent the mouth temperature to reach 42 oC which is the exact level of temperature detected by the TRPV1. Cold temperature will produce fresh sensation which will psychologically affect the panelists to forget the sore coming from spiciness sensation.
Keywords: Ice cream, Milk, Palate Cleanser, Spicy, Temperature, Time Intensity,
Water
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Komparasi Efektivitas Air dan Susu Sebagai Palate Cleanser Sensasi
Pedas (Kajian Perbedaan Suhu Penyajian Palate Cleanser)”. Penyusunan
laporan ini merupakan salah satu syarat untuk Sarjana Teknologi Pertanian.
Dalam menyusun laporan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang penulis alami, tetapi berkat dukungan, dorongan, dan semangat dari orang
terdekat sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis
pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Kiki Fibrianto, STP., M.Phil., Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Aji Sutrisno, M.Sc dan Ibu Wenny Bekti S., STP., M.Food.St.,
Ph.D selaku dosen penguji skripsi.
3. Ibu Prof. Dr. Teti Estiasih‚ STP‚ MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
4. Kedua orang tua dan segenap keluarga penulis yang banyak memberi
dukungan moril maupun materil.
5. Khairunnisa N., Kristianto P., teman-teman pejuang sensori lainya serta
pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
6. Astriviana, Bunda Dinda, Devy dan Tante Yis yang setia menemani dan
membantu saya dari awal memulai penelitian, menulis skripsi hingga
berhasil menyelesaikannya.
7. Alya F., Diva A., Riemas A., Khalid A., dan Atikah R. selaku teman-teman
terdekat yang selalu menyemangati dan siap mendengarkan keluh kesah
saya selama menjalankan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan
baik. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua.
Malang, Maret 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iv HALAMAN PERUNTUKKAN ........................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ vi RINGKASAN ................................................................................................. vii SUMMARY .................................................................................................... viii KATA PEGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI .................................................................................................. x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 2 1.3 Tujuan ............................................................................................. 2 1.4 Manfaat ........................................................................................... 2 1.5 Hipotesa ......................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Cabai (Capsicum annuum L) .......................................................... 3 2.1.1 Capsaicin ............................................................................... 3 2.2 Indera Pengecap ............................................................................ 4 2.2.1 Mekanisme Lidah Merasakan Sensasi Pedas ....................... 5 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecap .................................................................. 6 2.3 Palate Cleanser ............................................................................. 7 2.3.1 Air ......................................................................................... 8 2.3.2 Susu Pasteurisasi ................................................................. 9 2.3.3 Es Krim ................................................................................. 10 2.4 Evaluasi Sensori ............................................................................ 11 2.4.1 Uji Dekriptif ........................................................................... 12 2.4.2 Uji Diskriminatif ..................................................................... 13 2.4.3 Uji Afektif .............................................................................. 13 2.5 Time Intensity ................................................................................ 13 2.6 Threshold 3-AFC ........................................................................... 14 2.6.1 Best Estimate Threshold ....................................................... 15 2.7 Panelis ........................................................................................... 15
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 18 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................... 18 3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 18 3.2.1 Alat yang Digunakan ............................................................. 18 3.2.2 Bahan yang Digunakan ......................................................... 18 3.3 Metode Penelitian .......................................................................... 19 3.3.1 Rekruitmen Panelis ............................................................... 19 3.3.2 Threshold Test ...................................................................... 19 3.3.3 Time Instensity ...................................................................... 19 3.4 Analisa Data .................................................................................. 20 3.5 Skema Penelitan ............................................................................ 21 3.6 Diagram Alir ................................................................................... 21 3.6.1 Seleksi Panelis ..................................................................... 21 3.6.2 Persiapan Sampel dan Palate Cleanser ................................ 22 3.6.2.1 Persiapan Sampel Pedas Threshold ....................... 22 3.6.2.2 Persiapan Sampel Pedas Time Intensity ................. 22 3.6.2.3 Persiapan Palate Cleanser Air ................................ 23 3.6.2.4 Persiapan Palate Cleanser Susu Pasteurisasi ......... 23
3.6.2.5 Persiapan Palate Cleanser Es Krim Vanila .............. 24 3.6.3Uji Threshold .......................................................................... 24 3.6.4 Uji Palate Cleanser (Metode Time Intensity) ......................... 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 26
4.1 Uji Mikrobiologi (Total Plate Count) ................................................ 26 4.2 Perekrutan Panelis ......................................................................... 26 4.3 Uji Threshold ................................................................................. 27 4.4 Analisa Kandungan Capsaicin Pada Sample Cabai Bubuk ............ 28 4.5 Pengujian Sensasi Pedas dengan Metode Time Intensity .............. 29 4.5.1 Uji Normalitas Data ............................................................... 30 4.5.2 Tingkat Sensasi Pedas Rendah (0,2%) ................................. 31 4.5.3 Tingkat Sensasi Pedas Menengah (0,4%) ............................ 36 4.5.4 Tingkat Sensasi Pedas Tinggi (0,6%) ................................... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 52 5.2 Saran ............................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 53 LAMPIRAN ..................................................................................................... 59
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Air Minum Kemasan . 8 Tabel 2.2 Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Susu Pasteurisasi .... 9 Tabel 2.3 Komposisi Kandungan Gizi Susu Pasteurisasi per 100 gram ....... 10 Tabel 2.4 Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Es Krim .................... 11 Tabel 2.5 Komposisi Kandungan Gizi Es Krim per 100 gram ....................... 11 Tabel 4.1 Perbandingan Hasil TPC dan Standar BPOM .............................. 26 Tabel 4.2. Nilai Absorbansi Cabai Bubuk ..................................................... 28 Tabel 4.3 Nilai Normalitas Grafik Intensitas Sensasi Pedas Tiap Palate
Cleanser Pada Konsentrasi Tertentu ........................................... 30 Tabel 4.4. Nilai Rerata Intensitas Sensasi Pedas Pada Tingkat Pedas Rendah (0,2%) ............................................................................ 31 Tabel 4.5 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap Waktu .......................................................................................... 32 Tabel 4.6 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap Nilai Intensitas
Sensasi Pedas Dengan Durasi Hilangnya Sensasi ...................... 33 Tabel 4.7 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap AUC, Imax Dan Imin ................................................................... 33 Tabel 4.8 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap Nilai AUC, Imax dan Imin ....................................................................................... 34 Tabel 4.9 Perbandingan Trend Linear dan Quadratic Kurva Pada Gambar 4.3 ................................................................................. 35 Tabel 4.10 Nilai Koefisien Qudratic Trend Persamaan Kurva Gambar 4.3 .... 36 Tabel 4.11 Nilai Rerata Intensitas Sensasi Pedas Pada Tingkat Pedas
Menengah (0,4%) ........................................................................ 36 Tabel 4.12 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap Waktu .......................................................................................... 37 Tabel 4.13 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap Nilai Intensitas
Sensasi Pedas Dengan Durasi Hilangnya Sensasi .................... 38 Tabel 4.14 Komparasi Pengaruh Suhu Terhadap Nilai Intensitas Sensasi Pedas Dengan Durasi Hilangnya Sensasi ................................... 38 Tabel 4.15 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap AUC, Imax dan Imin ..................................................................... 39 Tabel 4.16 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap AUC, Imax dan Imin ....................................................................................... 39 Tabel 4.17 Komparasi Pengaruh Suhu Terhadap AUC, Imax dan Imin ......... 40 Tabel 4.18 Hasil ANOVA Pengaruh Bentuk Olahan Terhadap Waktu ........... 41 Tabel 4.19 Hasil ANOVA Pengaruh Bentuk Olahan Terhadap AUC,Imax dan Imin ....................................................................................... 41 Tabel 4.20 Perbandingan Trend Linear Dan Quadratic Kurva Pada Gambar 4.5 ................................................................................. 43 Tabel 4.21 Nilai Koefisien Quadratic Trend Persamaan Kurva Gambar 4.5 ... 43 Tabel 4.22 Nilai Rerata Intensitas Sensasi Pedas Pada Tingkat Pedas Tinggi (0,6%) ............................................................................... 44
xiii
Tabel 4.23 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap Waktu .......................................................................................... 45 Tabel 4.24 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap Nilai Intensitas
Sensasi Pedas Dengan Durasi Hilangnya Sensasi ...................... 45 Tabel 4.25 Komparasi Pengaruh Suhu Terhadap Nilai Intensitas Sensasi Pedas Dengan Durasi Hilangnya Sensasi ................................... 46 Tabel 4.26 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap AUC, Imax Dan Imin .................................................................... 47 Tabel 4.27 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap AUC, Imax Dan Imin ............................................................................ 48 Tabel 4.28 Komparasi Pengaruh Suhu Terhadap AUC dan Imax .................. 48 Tabel 4.29 Hasil ANOVA Pengaruh Bentuk Olahan Terhadap Waktu ........... 48 Tabel 4.30 Hasil ANOVA Pengaruh Bentuk Olahan Terhadap AUC, Imax dan Imin ....................................................................................... 49 Tabel 4.31 Perbandingan Trend Linear Dan Quadratic Kurva Pada Gambar 4.7 ................................................................................. 50 Tabel 4.32 Nilai Koefisien Quadratic Trend Persamaan Kurva Gambar 4.7 ... 50
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Stuktur Capsaicin ....................................................................... 4 Gambar 2.2 Taste Buds Pada Lidah ............................................................. 5 Gambar 2.3 Mekanisme aktivasi TRPV1 ....................................................... 6 Gambar 4.1 Kurva Standar Capsaicin Murni (Pelarut Etanol Pa) .................. 29 Gambar 4.2 Grafik Intensitas Sensasi Pedas Pada Tingkat Pedas Rendah (0,2%) .......................................................................... 32 Gambar 4.3 Grafik Penurunan Intensitas Sensasi Pedas Antara Air dan Susu .......................................................................................... 35 Gambar 4.4 Grafik Intensitas Sensasi Pedas Pada Tingkat Pedas Menengah (0,4%) ...................................................................... 37 Gambar 4.5 Grafik Penurunan Intensitas Sensasi Pedas Susu Hangat, Susu Dingin dan Es Krim ........................................................... 42 Gambar 4.6 Grafik Intensitas Sensasi Pedas Pada Tingkat Pedas Tinggi (0,6%) ............................................................................. 44 Gambar 4.7. Grafik Penurunan Intensitas Sensasi Pedas Susu Dingin dan Es Krim .................................................................................... 49
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pernyataan Kesediaan Menjadi Panelis ................................. 59 Lampiran 2 Kuisioner Uji Threshold .......................................................... 60 Lampiran 3 Tabulasi Data Threshold ........................................................ 61 Lampiran 4 Kuisioner Uji Palate Cleanser Time Intensity .......................... 62 Lampiran 5 Kode Pasangan dan Jadwal ................................................... 63 Lampiran 6 Tabel Kolmogorov-Smirnov .................................................... 66 Lampiran 7 Hasil Data One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ................ 67 Lampiran 8 Tabulasi Data Time Instensity - Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Air .............................................................. 69 Lampiran 9 Tabulasi Data Time Instensity - Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Susu........................................................... 74 Lampiran 10 Tabulasi Data Time Instensity - Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Es Krim ..................................................... 79 Lampiran 11 Tabulasi Data Time Instensity - Nilai AUC (Area Under Curve),
Imax dan Imin - Palate Cleanser Air ........................................ 82 Lampiran 12 Tabulasi Data Time Instensity - Nilai AUC (Area Under Curve),
Imax dan Imin - Palate Cleanser Susu .................................... 87 Lampiran 13 Tabulasi Data Time Instensity - Nilai AUC (Area Under Curve),
Imax dan Imin - Palate Cleanser Es Krim ................................ 92 Lampiran 14 Data Descriptive Statistic Ms. Excel - Kons. 0,2% ................... 95 Lampiran 15 Data Descriptive Statistic Ms. Excel - Kons. 0,4% ................... 96 Lampiran 16 Data Descriptive Statistic Ms. Excel - Kons. 0,6% ................... 97 Lampiran 17 Data Descriptive Statistic Ms. Excel - Palate Cleanser Es Krim .................................................................................. 98 Lampiran 18 Hasil Uji ANOVA dan Fisher ................................................... 99 Lampiran 19 Laporan Hasil Uji Total Asam dan Vit.C cabai Bubuk ............. 123
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dengan kekayaan kulinernya memiliki berbagai jenis makanan
dengan beragam cita rasa. Sebagian besar makanan tersebut memiliki cita rasa
pedas seperti rendang, sanjai, sate rembige, sambal terasi dan lain sebagainya.
Selain makanan pedas tersebut, bagi konsumen yang menyukai pedas pun
sering kali menambahkan sambal pada setiap makanannya untuk memberikan
rasa pedas. Namun, pedas bukan merupakan suatu kategori rasa, karena secara
ilmiah lidah hanya dapat merasakan 5 rasa yaitu manis, asin, asam, pahit dan
umami.
Pedas merupakan suatu sensasi yang muncul dan dirasakan oleh lidah
akibat adanya zat kimia bernama capsaicin yang merupakan metabolit sekunder
buah cabai. Pada lidah, sensasi pedas ini diterima di papilla lidah oleh reseptor
saraf sensori sensorik khusus panas tinggi. Reseptor saraf ini menyampaikan
isyarat ke otak berupa iritasi sel atau terbakarnya sel, sehingga otak
mengirimkan respon seperti kepanasan saat sensasi pedas ini terasa.
Kebanyakan makanan pedas yang kita konsumsi meninggalkan residu
pada mulut, sehingga saat mengkonsumsi makanan lain rasa makanan tersebut terasa tidak kuat. Oleh sebab itu dibutuhkan palate cleanser yang merupakan
komponen yang memiliki kemampuan untuk menetralkan kondisi mulut dengan
cara meminimalkan residu sampel yang tertinggal pada mulut. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rodriguez et al (2016)
didapati bahwa palate cleanser yang efektif untuk menghilangkan rasa pedas
adalah dengan es krim atau susu, sedangkan menurut Allison dan Work (2004)
dalam thesis Lucak (2008) menyarankan menggunakan bir, susu, coklat atau air gula sebagai palate cleanser untuk makan pedas. Sedangkan, kebanyakan
konsumen di Indonesia memilih minuman hangat untuk menghilangkan rasa
pedas tersebut. Namun, hingga kini belum ada penelitian yang benar-benar
membandingkan 3 suhu berbeda yaitu hangat, dingin dan suhu ruang sebagai pengaruh efektivitas palate cleanser yang digunakan. Maka dari itu, pada
penelitian kali ini digunakan beberapa palate cleasner seperti air dan susu
pasteurisasi yang masing-masing disajikan dengan 3 suhu yang berbeda yaitu suhu dingin (10+2oC), suhu ruang (25+2oC) dan juga suhu hangat (40+2oC).
Selain itu diujikan pula es krim vanila sebagai Palate Cleanser sebagai
2
pembanding susu dalam suhu dingin untuk mengetahui komparasi efektivitas dari berbagai palate cleanser tersebut dalam menghilangkan sensasi rasa pedas
pada mulut. Pengujian kali ini menggunakan metode Time Intensity, hal ini
dikarenakan efektivitas yang dimaksudkan dalam penelitian kali ini yaitu dimana semakin cepat suatu palate cleanser dapat menghilangkan atau mengurangi
sensasi pedas dalam mulut maka semakin efektif palate cleanser tersebut. Untuk
hal tersebut, maka metode Time Intensity lah yang cocok untuk digunakan
dengan melihat penurunan intensitas sensasi pedas dari waktu ke waktu.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu masalah yaitu bagaimana efektivitas air dan susu sebagai palate cleanser makanan
bersensasi pedas dengan kajian perbedaan suhu penyajiannya?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas air dan susu sebagai palate cleanser sensasi pedas dengan kajian perbedaan suhu
penyajiannya.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
maupun pembaca berupa informasi mengenai efektivitas air dan susu sebagai palate cleanser sensasi pedas dengan kajian perbedaan suhu penyajiannya.
1.5 Hipotesis
Diduga susu menjadi palate cleanser yang lebih efektif dalam mengurangi
sensasi pedas dengan suhu sebagi faktor yang mempengaruhi efektivitas palate
cleanser tersebut.
3
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai (Capsicum annuum L)
Cabai (Capsicum annuum L) merupakan tanaman jenis sayuran yang
berbentuk perdu dengan kulit berwarna merah cerah dengan daging buah
berupa kepingan yang tidak berair dan biji yang banyak berbentuk kepingan bulat
kuning. Warna merah pada cabai diakibatkan adanya pigmen karotenoid dengan gugus hidroksil yang disebut capsathin. Ada pun klasifikasi cabai (Capsicum
annuum L) menurut Redaksi Agromedia (2011) dalam buku Petunjuk Praktis
Bertanam Cabai adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dikotyedonaea
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik pada daerah ketinggian sampai
900 meter dari permukaan laut dengan tanah yang kaya akan bahan organik dan
memiliki pH 6-7. Tanaman ini memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin,
diantaranya protein, lemak, kalori, kalsium, karbohidrat, vitamin A, vitamin B1 dan
vitamin C. Komoditas ini pun sering digunakan dalam keadaan segar sebagai bumbu pemberi rasa pedas akibat adanya kandungan capsaicin yang ada
didalamnya (Prayudi, 2010).
2.1.1 Capsaicin Capsaicin merupakan salah satu metabolit sekunder dari tanaman cabai
yang memberikan sensasi pedas pada suatu produk sehingga dapat dirasakan
oleh lidah dan menimbulkan sifat iritan. Capsaicin terdapat pada plasenta buah, tempat melekatnya biji (Astawan dan Kasih, 2008). Kumar et al. (2011) dalam
penelitiannya menemukan bahwa senyawa capsaicin disintesis dari asam lemak,
metabolisme fenilpropanoid serta mengandung gugus cincin aromatik. Capsaicin
merupakan senyawa yang bersifat non polar bila dilihat dari bentuk strukturnya,
4
sehingga tidak dapat larut dengan senyawa yang bersifat polar. Gambar 2.1
berikut struktur dari senyawa capsaicin.
Gambar 2.1 Stuktur Capsaicin (Dhaniaputri, 2015)
Menurut Reyes-Escodigo, dkk (2011), capsaicin merupakan alkaloid
berbentuk kristal, lipofilik, tak berwarna, tak berbau dengan rumus molekul
C18H27NO3. Capsaicin yang bersifat lipofilik dapat larut dalam lemak dan alkohol.
Maka untuk menghilangkan sensasi pedas akibat capsaicin tersebut dapat digunakan palate cleanser yang mengandung lemak atau memiliki senyawa
nonpolar juga (Kemp, 2009), sehingga dapat mengikat capsaicin yang berada di
lidah atau area mulut.
2.2 Indera Pengecap Lidah merupakan indera pengecap yang berfungsi membantu proses
pengecapan dan perasa, mengatur letak makanan ketika dikunyah, menjadi alat
pembersih mulut dan alat bantu dalam berbicara (Koes, 2012). Lidah berwarna
merah, memiliki permukaan yang tidak rata dan terletak didasar mulut. Pada
permukaan atas lidah terlihat banyak tonjolan-tonjolan kecil yang disebut papila
lidah. Tonjolan-tonjolan kecil tersebut merupakan tempat terdapatnya lebih dari
10.000 sel-sel reseptor atau tunas pengecap (Fandra, 2014). Papila lidah
manusia terbagi atas 4 macam yaitu : a. Papilla filiformis, merupakan papila yang terdapat di seluruh permukaan
lidah, bentuknya kurang lebih seperti kerucut, langsing dan tingginya 2-
3 mm (Jacob, 2010). b. Papilla fungifornis, merupakan papila yang letaknya tersebar di antara
deretan papilla filiformis, bentuknya seperti jamur dengan tangkai
pendek, dan bagian atas yang lebih lebar. Papila ini erat hubungannya dengan sensitivitas rasa (Zhang Gen-H et al., 2008).
c. Papilla sirkumvalata, merupakan papila yang sensitif terhadap rasa
asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang diinervasi oleh nervus
5
glossopharyngeal (IX). Pada manusia jumlah papila ini hanya 10-14 dan
letaknya di sepanjang sulkus terminalis (Jacob, 2010). d. Papilla foliata, merupakan papila yang terletak pada bagian samping
dan belakang lidah, berbetuk lipatan-lipatan mirip daun, dengan taste
buds yang ada di dalam epitel lekukan di lipatan (Jacob, 2010).
Lidah juga memiliki taste buds yang berfungsi sebagai pengecap rasa.
Taste buds mengandung sel reseptor kecap (gustatoris), terletak dalam epitel
mulut, terutama pada papila, tetapi dapat juga dijumpai di tempat lain seperti dalam rongga mulut, palatum dan epiglotis (Ronald, 1996). Taste buds memiliki
beberapa tipe reseptor rasa, setiap tipe reseptor tersebut akan mendeteksi satu
jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, manis, pahit dan umami. Seluruh rasa
tersebut dapat dirasakan oleh permukaan lidah, tetapi setiap rasa akan lebih
sensitf pada daerah tertentu (Jacewicz, 2008).
Gambar 2.2 Taste Buds Pada Lidah (Fandra, 2014)
2.2.1 Mekanisme Lidah Merasakan Sensasi Pedas Pedas bukan merupakan rasa yang dapat dirasakan oleh lidah, pedas
merupakan suatu sensasi yang muncul akibat zat kimia bernama capsaicin.
Capsaicin merupakan salah satu senyawa grup fungsional vanilloid, sehingga senyawa ini berikatan dengan reseptor VR1 (Vanilloid Receptor Subtype1). VR1
adalah ion channel receptor, yang apabila teraktivasi akan menginduksi
masuknya kation kedalam sel. Kation ini bila telah mencapai nilai ambang akan
menimbulkan depolarisasi sehingga terbentuklah impuls menuju ke otak dan
mengakibatkan reaksi eksoterm. Molekul capsaicin memproduksi sensasi yang
sama yang menyebabkan panas dan bahaya abrasive, hal itulah yang
6
menjelaskan mengapa spiceness dari capsaicin dideskripsikan sebagai senyawa
pedas atau senyawa yang menyebabkan rasa terbakar. Efek ini sama dengan
efek iritatif yang ditumbulkan oleh panas maupun trauma.Tetapi capsaicin tidak
memberikan trauma pada jaringan secara langsung pada dosis rendah
(Sainsme, 2013). Ion chanel dari VR1 termasuk ke dalam super family dari TRP ion chanels dan dikenal sebagai TRPV1 (Transient Receptor Potential Vanilloid)
yang berada di papilla lidah. TRPV1 senidir merupakan saraf sensorik khusus
panas tinggi yang aktif akibat zat kimia seperti capsaicin, suhu panans (>42oC),
asam tinggi, dan lainnya (Cortright, 2007).
Capsaicin yang juga merupakan senyawa pemberi rasa sekunder
mempunyai mekanisme yang berbeda dari rasa primer karena sensasi ini lebih
banyak bekerja dengan syaraf trigeminal pada wajah (terutama hidung, rongga
mulut dan mata). Itu sebabnya bila kita kepedasan, maka seluruh rongga mulut
akan terasa panas bahkan seluruh wajah bergetar dan air mata mengalir (Wijaya,
2008).
Gambar 2.3 Mekanisme Aktivasi TRPV1 (Anand dan Bley, 2015)
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecap a. Usia Seiring bertambahnya usia terjadi penurunan jumlah papilla sirkumvalata,
serta terjadi penurunan fungsi transimi oleh taste buds. Hal tersebutlah
yang menjadikan usia sebagai faktor yang mempengaruhi sensitivitas
indera pengecap manusia (Guyton, 2001).
7
b. Suhu Makanan atau minuman yang memiliki suhu kurang dari 20oC cenderung
dingin dan dapat mengurangi sensitivitas lidah, sedangkan makanan atau
minuman yang memiliki suhu diatas 30oC yang cenderung menuju panas dapat merusak sel-sel taste buds. Namun, keadaan tersebut cenderung
berlangsung cepat (Rensburg, 2005). c. Penyakit Kebanyakan penyakit seringkali menggunakan obat sebagai bentuk
perawatan atau pun terapi. Obat-obat tersebut memiliki efek samping yang
dapat menurunkan sensitivitas indera pengecap manusia (Evelyn, 2001).
2.3 Palate Cleanser Palate cleanser merupakan komponen penting yang digunakan pada
evaluasi sensori. Hal ini dikarenakan palate cleanser memiliki kemampuan untuk
menghilangkan residu dan menetralkan mulut baik sebelum ataupun diantara sampel yang dikonsumsi. Berdasarkan kemampuannya, maka palate cleanser
ini dapat meningkatkan akurasi evaluasi sensori dengan cara meminimalkan residu sampel yang tersisa pada mulut. Palate cleanser yang baik haruslah
mampu meningkatkan diskriminasi antar produk dan juga meminimalkan
penurunan adaptasi sensori (Johnson, 2004). Umumnya palate cleanser yang sering digunakan yaitu air, sedangkan
menurut Lucak (2008), setiap makanan memiliki palate cleanser yang berbeda-
beda berdasarkan rasa makanan yang dikonsumsi. Seperti halnya wortel untuk makanan pahit, plain crackers untuk makanan manis, air soda untuk makanan
berminyak, dan lain sebagainya. Salah satu rasa atau sensasi yang
meninggalkan residu di mulut cukup lama yaitu sensasi pedas. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rodriguez et al (2016) didapati bahwa palate
cleanser yang efektif untuk menghilangkan rasa pedas adalah dengan es krim
atau susu, sedangkan menurut Allison dan Work (2004) dalam thesis Lucak (2008) menyarankan menggunakan bir, susu, coklat atau air gula sebagai palate
cleanser untuk sensasi pedas. Sedangkan berdasarkan artikel-artikel populer
yang beredar banyak yang mengatakan air hangat lebih baik dalam
menghilangkan sensasi pedas.
8
2.3.1 Air Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan air sangat
komplek antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Pada
penelitian kali ini air yang digunakan sebagai palate cleanser adalah air siap
minum. Menurut Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Secara umum, agar
air minum tidak dapat menyebabkan penyakit, maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Syarat fisik, air minum yang sehat adalah yang tidak berwarna (bening),
tidak berasa, suhu dibawah suhu udara luarnya.
b. Syarat bakteriologis, air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas
dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.
c. Syarat kimiawi, terbebas dari kandungan kimiawi yang dapat berakibat
buruk pada kesehatan.
d. Syarat radiologis, terbebas dari efek radiologi dan sumber air jauh dari
area-area reaktor.
Cemaran mikrobiologi dan kimia dalam air minum kemasan pun memiliki
batas maksimum untuk dinyatakan aman agar dapat dikonsumsi. Batas
maksimum tersebut diatur dalam BPOM No. HK.00.06.1.52.4011 seperti pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Air Minum Kemasan
Jenis Cemaran Mikroba Batas Maksimum ALT awal 1x102 CFU/ml ALT akhir 1x105 CFU/ml APM Koliform < 2/100 ml Salmonella sp. Negatif/100 ml Pseudomonas aeruginos Negatif/ml
Sumber : BPOM No. HK.00.06.1.52.4011
Pada penelitian kali ini, air siap minum dalam kemasan akan digunakan
sebagai salah satu palate cleanser, karena berdasarkan Sensory Nexus Noble
(2007), air merupakan salah satu palate cleanser yang dapat digunakan untuk
menghilangkan residu dari makanan bercitarasa pedas. Air memiliki kempampuan sebagai palate cleanser dikarenakan memiliki 2 unsur (Hidrogen
dan Oksigen) yang mudah bereaksi membentuk ikatan dengan senyawa lain,
sehingga zat kimia lain mudah terdisosiasi didalam air (Allafa, 2008), namun
9
walau beitu kelarutan senyawa tetap dipengaruhi oleh sifat polar dan non-
polarnya. Sehingga air yang memiliki sifat polar diasumsikan tidak dapat menjadi palate cleanser yang efektif untuk sensasi pedas, namun dengan adanya
pengaruh suhu hangat diduga dapat mempengaruhi efektivitas dari air sebagai palate cleanser untuk sensasi pedas karena suhu hangat (>40oC) mampu
menstimulus ujung-ujung saraf yang mengirimkan pesan ke susunan saraf pusat
sampai ke otak sebagai perintah untuk mengeluarkan zat yang bersifat
analgesik, sehingga rasa pedas yang dirasakan pun akan berkurang dan
menghilang (Kamaladewi, 2013).
2.3.2 Susu Pasteurisasi Susu pasteurisasi merupakan susu yang telah melewati serangkaian
proses pasteurisasi. Proses pasteurisasi ini adalah proses pemanasan
komponen dalam susu pada suhu 62oC selama 30 menit bila menggunakan metode pastuerisasi lama (LTLT = Low Temparature Long Time), atau bisa
dengan metode pasteurisasi sekejap (HTST = High Temperature Short Time)
yaitu pemanasan yang dilakukan selama 15 detik dengan suhu 72oC. Susu jenis
ini kadar lemaknya tidak kurang dari 3% dan total padatan bukan lemak tidak
kurang dari 8% (Utami, 2009). Menurut Buckle et al (2009), proses pasteurisasi pada susu perlu
diperlukan, karena dapat mencegah penularan penyakit dan mencegah
kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Selain itu, proses ini juga
berfungsi untuk memperpanjang umur simpan. Cemaran mikrobiologi dan kimia
dalam susu pasteurisasi pun memiliki batas maksimum untuk dinyatakan aman
agar dapat dikonsumsi. Batas maksimum tersebut diatur dalam BPOM No.
HK.00.06.1.52.4011 seperti pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Susu Pasteurisasi
Jenis Cemaran Mikroba Batas Maksimum ALT 5x104 CFU/ml APM Koliform 10/ml APM Escherichia coli < 3/ml Salmonella sp. Negatif/25 ml Staphylococcus aureus 1x102 CFU/ml Listeria monocytogenes Negatif/25 ml
Sumber : BPOM No. HK.00.06.1.52.4011
10
Pada penelitian kali ini, susu pasteurisasi digunakan sebagai palate
cleanser, karena menurut Lucak (2008), susu merupakan palate cleanser yang
direkomendasikan untuk menghilangkan residu dari makanan bersensasi pedas.
Kemampuan susu sebagai palate cleanser sensasi pedas diakibatkan karena
adnaya kandungan lemak pada susu yang dapat mengikat capsaicin yang sama-
sama memiliki sifat non-polar. Adapun komposisi kandungan gizi susu
pasteurisasi yaitu seperti pada tabel.. Tabel 2.3 Komposisi Kandungan Gizi Susu Pasteurisasi per 100 gram
Kandungan Zat Gizi Komposisi Energi (kkal) 61 Protein (g) 3,2 Lemak (g) 3,5 Karbohidrat (g) 4,3 Kalsium (mg) 143 Fosfor (mg) 60 Besi (mg) 1,7 Vitamin A (µg) 39 Vitamin B1 (mg) 0,03 Vitamin C (mg) 1 Air (g) 88,3
Sumber : Daftar komposisi bahan makanan (Depkes RI, 2005)
2.3.3 Es Krim
Es krim merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara
membekukan dan mencampur bahan bau secara bersama-sama. Bahan yang
digunakan adalah kombinasi susu dengan bahan tambahan seperti gula dan
madu atau tanpa bahan perasa dan warna, dan stabilizer, bahan campuran es krim disebut ice cream mix, dengan pencampuran bahan yang tepat dan
pengolahan yang benar maka dapat dihasilkan es krim dengan kualitas baik
(Susilorini dan Sawitri, 2007). Menururt Mc Sweeney & Fox (2009), komposisi es
krim paling baik terdiri dari 12% lemak, padatan susu tanpa lemak 11%, gula
15%, bahan penstabil dan pengemulsi 0,3% dan total padatan 38,3%.
Sebagai salah satu bentuk pangan, es krim pun harus dinyatakan aman
dikonsumsi ketika diedarkan. Bentuk keaman salah satu produk pangan adalah
berdasarkan cemaran mikroba produk tersebut. Cemaran mikrobiologi dan kimia
dalam es krim pun memiliki batas maksimum untuk dinyatakan aman agar dapat
11
dikonsumsi. Batas maksimum cemaran mikrobiologi tersebut diatur dalam BPOM No. HK.00.06.1.52.4011 seperti pada tabel 2.3.
Tabel 2.4 Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Es Krim
Jenis Cemaran Mikroba Batas Maksimum ALT 5x104 CFU/ml APM Koliform <3/g Salmonella sp. Negatif/25 g Staphylococcus aureus 1x102 CFU/ml Listeria monocytogenes Negatif/25 g
Sumber : BPOM No. HK.00.06.1.52.4011
Pada penelitian kali ini es krim juga digunakan sebagai palate cleanser,
karena menurut Rodriguez et al (2016) es krim merupakan palate cleanser yang
efektif untuk menghilangkan rasa pedas. Es krim disini juga merupakan bentuk
lain dari susu dengan suhu dingin yang akan diujikan. Es krim yang digunakan yaitu es krim vanila untuk mengetahui efektivitas susu sebagai palate cleanser
dalam bentuk olahan es krim. Es krim dapat menjadi palate cleanser yang baik
bagi sensasi pedas karena memiliki kandungan non-polar seperti halnya susu.
Adapun kompoisisi kandungan gizi untuk es krim yaitu seperti pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Komposisi Kandungan Gizi Es Krim per 100 gram
Kandungan Zat Gizi Komposisi Energi (kkal) 207 Protein (g) 4 Lemak (g) 12,5 Karbohidrat (g) 20,6 Kalsium (mg) 123 Fosfor (mg) 99 Besi (mg) 0,1 Vitamin A (µg) 158 Vitamin B1 (mg) 0,04 Vitamin C (mg) 1 Air (g) 62,1
Sumber : Daftar komposisi bahan makanan (Depkes RI, 2005)
2.4 Evaluasi Sensori Evaluasi sensori atau organoleptik adalah metode yang dilakukan oleh
manusia menggunakan 5 panca indera manusia untuk menilai atribut sensori
suatu produk seperti tekstur, penampakan, aroma dan flavor. Tujuan evaluasi
sensori ini adalah untuk mengetahui respon yang dihasilkan oleh panca indera
manusia terhadap suatu rangsangan yang ditimbulkan oleh suatu produk.
12
Pemberi respon dalam evaluasi sensori biasa disebut panelis. Menurut Hayati
(2012), panelis dapat dibedakan menjadi panelis konsumen, panelis jenis
konsumen dan panelis laboratorium.
Perusahaan pangan pada umumnya pun menggunakan pengujian sensori
dalam proses pengembangan produk atau pun menjaga kualitas produk yang
sudah ada dengan meminimalkan resoko dalam pengambilan keputusan. Pada
prinsipnya uji sensori dibagi menjadi 3 jenis yaitu uji deskriptif, uji diskriminatif dan uji afektif (Poste et al., 2011).
2.4.1 Uji Dekriptif
Uji deskriptif merupakan salah satu uji sensori yang digunakan untuk
mencari tahu informasi terkait karakteristik suatu produk secara spesifik. Uji ini
mampu memberikan uraian perkataan yang cukup bagi semua ciri sensori
produk, Dalam mendeskripskan sifat makanan terdapat beberapa metode, yaitu
secara kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk
mendeskripkan karakter sesnori suatu produk dengan memberikan penilaian
yang menggambarkan sampel dalam suatu skala interval. Sedangkan metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan dan mengembangkan bahasa, sehingga
dapat menggambarkan sampel yang nantinya sangat penting untuk analisa kuantitatif (Carpenter et al, 2000).
Dalam uji deskriptif terdapat tiga metode yang umum digunakan, yaitu
terdiri atas Uji Scoring atau Scaling, Flavor Profile & Texture Profile Test dan
Qualitative Descriptive Analysis (QDA). Hingga kini metode uji deskriptif terus
berkembang, ada pun beberapa metode yang kini sering digunakan yaitu metode spectrum descriptive analysis, free choice profiling, dan Time Intensity analysis
(Meilgaard et al.,2003).
Uji QDA digunakan untuk menilai karakteristik atribut mutu sensori dalam
bentuk angka-angka kuantitatif. Uji skoring dan skaling dilakukan dengan
menggunakan pendekata skala atau skor yang dihubungkan dengan deskripsi
tertentu dari atribut mutu proudk. Uji flavor dilakukan untuk menguraikan
karakteristik aroma dan flavor produk makanan, menguraikan karakteristik tekstur makanan. Metode Time Intensity biasanya digunakan untuk mengukur
perubahan pada persepsi sensori dalam waktu tertentu.
13
2.4.2 Uji Diskriminatif Uji diskriminatif merupakan salah satu uji sensori yang bertujuan untuk
menentukan apakah terdapat perbedaan antara sampel yang diujikan (Karo,
2015). Metode ini terdiri dari dua jenis yaitu uji pembeda dan uji sensitivitas. Uji
pembeda ini betujuan untuk melihat adanya perbedaan diantara sampel yang
diujikan. Uji pembeda ini terdiri dari uji perbandingan pasangan (paired comparation
test), uji duo-trio, uji segitiga (triangle test) dan uji rangking. Sedangkan uji
sensitivitas bertujuan untuk mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori. Uji ini terdiri dari uji threshold dan uji pelarutan (dilution test).
Pada uji threshold, panelis diminta untuk mendeteksi suatu zat pada level
thresholdnya (ambang sensori) . Sedangkan pada uji pelarutan, panelis diminta
untuk mengukur dalam bentuk larutan jumlah kecil dari suatu zat yang dapat terdeteksi (Meilgaard et al., 2003).
2.4.3 Uji Afektif
Uji afektif merupakan salah satu uji sensori yang bertujuan untuk menilai
respon pribadi (kesukaan atau penerimaan) dari produk tertentu, atau
karakteristik produk spesifik tertentu (Harikedua, 2010). Metode ini terdiri atas uji perbandingan pasangan (paired comparation), uji hedonik dan uji ranking.
Uji perbandingan pasangan digunakan untuk uji pilihan dimana panelis
diminta memilih satu contoh yang disukai dari dua contoh yang disajikan. Uji
hedonik merupakan pengujian yang paling banyak digunakan untuk mengukur
tingkat kesukaan terhadap suatu produk. Uji rangking digunakan untuk
mengurutkan secara menurun maupun meningkat berdasarkan tingkat
kesukaannya.
2.5 Time Intensity Metode time intensity merupakan salah satu metode uji deskriptif pada
evaluasi sensori. Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur perubahan
pada persepsi sensori dalam waktu tertentu. Metode ini baik digunakan untuk
produk-produk yang mengalami perubahan sensori (perubahan tekstur, fisik dan
flavor karena faktor tertentu) dalam waktu tertentu dan produk yang berubah
persepsi sensorinya karena adanya adaptasi pada indera perasa (Kemp, 2009).
14
Dalam melaksanakan metode ini, terdapat beberapa variabel yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Proses atau tahapan evaluasi ini harus dijelaskan sebaik dan sedetail
mungkin. Seperti bagaimana sampel diberikan, berapa jumlah
produknya dan waktu produk di dalam mulut hingga menelan.
b. Proses pengumpulan data, sebaiknya dilakukan koordinasi yang baik
dalam pengumpulan data untuk meminimalisir kesalahan perekaman
atau penulisan data.
c. Pelatihan untuk panelis, hal ini bertujuan agar seluruh panelis dapat
memahami dan menjalankan metode ini dengan baik.
2.6 Threshold 3-AFC
Ambang sensori atau threshold adalah batas kapasitas sensori manusia.
Ambang dapat digolongkan menjadi empat, yaitu ambang mutlak atau ambang
deteksi, ambang pengenalan, ambang beda, dan ambang terminal. Ambang
deteksi adalah stimulus terendah yang dapat memberikan sensasi. Jika stimulus
tersebut telah dapat dikenali dan diidentifikasi secara spesifik, maka konsentrasi
terendahnya disebut dengan ambang pengenalan. Umumnya ambang
pengenalan lebih tinggi dari ambang deteksi. Ambang beda adalah perubahan
konsentrasi yang dibutuhkan untuk memberikan perbedaan intensitas yang dapat
dikenali, sedangkan ambang terminal adalah konsentrasi yang jika dinaikkan
tidak terjadi perubahan intensitas lagi, berkaitan dengan kejenuhan kuncup
pengecap (Meilgaard et al., 2006). Dalam menentukan ambang rangsangan
terdapat beberapa metode, salah satunya yaitu dengan metode 3-AFC (Ascending Forced Choice) yang sudah diakui oleh International Standards
Organization.
Analisis threshold dengan metode 3-AFC merupakan metode termodifikasi
dari ASTM E-679, letak perbedaan metode ini terletak pada konfirmasi jawaban
benar panelis. Metode ini menuntut paneilis untuk benar-benar merasakan jenis
stimulinya, bukan hanya membedakan adanya perbedaan stimuli pada setiap set
yang diberikan. Metode 3-AFC biasa digunakan untuk menghitung estimasi
threshold secara praktikal berguna untuk membedakan potensi bermacam-
macam substansi flavor dan sensitivitas individu terhadap rasa (Lawless, 2010).
Metode 3-AFC menggunakan tiga sampel, dan panelis harus memberikan
jawaban dengan memilih satu sampel yang memiliki rasa paling kuat atau paling
15
lemah dari 3 sampel pada setiap set sampel yang disajikan. Tiga sampel tersebut
terdiri dari 2 blanko dan 1 sampel yang berisikan stimulus. Jumlah set sampel
yang digunakan bervariasi, namun setiap set sampel mengandung test sample
berisi stimulus dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Panelis tidak dapat
mengulang pencicipan antar set yang berbeda. Penyajian sampel dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu Blanko-BlankoSampel, Blanko-Sampel-Blanko,
dan Sampel-Blanko-Blanko. Urutan penyajian diacak antarpanelis untuk
menghindari bias (Anugrah, 2015).
2.6.1 Best Estimate Threshold BET merupakan metode perkiraan ambang rangsang dengan
menggunakan rataan geometris (geo-mean) transisi terakhir dari jawaban salah
ke jawaban benar pada setiap panelis, dengan catatan semua tahap setelah
trasisi tersebut bernilai benar (Hasanah, 2014). Geo-mean dapat diperoleh dari
persamaan berikut:
𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑒𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖𝑠 = √𝑥1. 𝑥2
Nilai x1 merupakan nilai konsentrasi dengan respon salah pada titik
transisi, dan nilai x2 adalah nilai konsentrasi dengan respon benar pada titik
transisi. Perhitungan tersebut merupakan cara menetukan nilai BET individu,
sedangkan untuk menentukan nilai BET kelompok dihitung berdasarkan rerata
geometrik dari BET tiap individu. Nilai BET kelompok dapat diperoleh dari
persamaan berikut :
𝐵𝐸𝑇 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 = √𝑥1. 𝑥2. 𝑥3. … . 𝑥𝑛𝑛
Nilai x1 merupakan nilai rerata geomteris panelis 1, nilai x2 merupakan nilai
geometris panelis 2 hingga seterus dengan n adalah jumlah panelis yang akan
dihitung dalam BET kelompok ini (Senthil dan Bhat, 2010).
2.7 Panelis Pada uji atau evaluasi sensori, panel merupakan unsur penting dalam
pelaksanaannya yang bertindak sebagai instrument atau alat. Panel merupakan
orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan
kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Dalam
melaksanakan uji sensori dikenal berbagai macam panel yang penggunannya
tergantung dari tujuan pengujian yang akan dijalankan (Soekarto, 2002).
16
Menurut Arbi (2016), terdapat tujuh macam panel yang umum dikenal yaitu
panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel tak
terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Ketujuh macam panel ini
dibedakan berdasarkan keahlian dalam melakukan penilaian sensori
organoleptik. Penjelasan mengenai ketujuh macam panel tersebut yaitu :
a. Panel perseorangan
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dalam kepekaan
spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang
sangat intensif. Panel ini tergolong dalam panel tradisional. Dengan kemampuan
ini, para panel perseorangan menjadi penting pada industri tertentu, sehingga
tarif menjadi mahal. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah bias dapat
dihindari, penilaian cepat dan efisien karena keputusan sepenuhnya ada pada
seseorang.
b. Panel terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang memiliki kepekaan tinggi.
Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian organoleptik.
Industri menggunakan panel terbatas biasanya untuk menghindari
ketergantungan pada pencicip perorangan. Pengambilan keputusan pada panel
ini diambil setelah melakukan diskusi dengan anggota panel tersebut.
c. Panel terlatih
Panel terlatih merupakan panelis hasil seleksi dan pelatihan dari sejumlah
panel. Seleksi pada panel terlatih umumnya hal kemampuan untuk membedakan
citarasa dan aroma dasar, ambang pembedaan, kemampuan membedakan
derajat konsentrasi, daya ingat terhadap citarasa dan aroma. Panel ini umumnya
terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Pengambilan
keputusan dari panel ini berdasarkan data analisa secara statistik.
d. Panel agak terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari panelis yang mengetahui sifat-sifat sensorik
dari contoh yang didapatkan dari penjelasan atau sekedar latihan. Latihan yang
dijalani pun tidak intensif dan tidak teratur seperti panelis terlatih. Jumlah panelis
dalam panel ini berkisar 15-25 orang. Semakin kurang terlatih panelis tersebut,
makan semakin besa jumlah panelis yang dibutuhkan. Data yang menyimpang
dari hasil uji menggunakan panel ini boleh tidak digunakan dalam analisa.
17
e. Panel tak terlatih
Panel tidak terlatih terdiri lebih dari 25 orang awam yang hanya
diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana, seperti sifat
kesukaan. Umumnya panel ini terdiri dari orang dewasa dengan komposisi
panelis pria sama dengan panelis wanita.
f. Panel konsumen
Panel konsumen biasanya mempunyai anggota yang besara jumlahnya,
berkisar dari 30 hingga 100 orang tergantung pada target pemasaran suatu
komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat ditentukan
berdasarkan daerah atau kelompok tertentu. Umumnya panel ini digunakan uji
kesukaan dan dilakukan sebelum pengujian pasar.
g. Panel anak-anak
Panel ini menggunakan anak-anak berusia 3-10 tahun yang digunakan
sebagai panelis penilaian produk-produk pangan yang disukai anak-anak, seperti
coklat, permen dan es krim. Proses penggunaan panelis anak-anak harus
bertahap, dimulai dengan undangan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk
diminta responsnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar.
18
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan dan Rekayasa
Proses Pangan dan Hasil Pertanian, Laboratorium Mikrobiologi Pangan dan
Laboratorium Sensori, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini dimulai pada bulan
Oktober 2016 sampai dengan Februari 2017.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu cup plastik bening dengan
volume 45 ml, diameter atas 6,6 cm, diameter bawah 3,9 cm dan tinggi 4 cm, kertas label, sendok plastik kecil, termometer digital, timbangan digital, cooler
box, heater dan stopwatch, kuisioner dan pulpen.
3.2.2 Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu air siap minum merek
“Club” dan susu pasteurisasi merek “Diamond” dimana masing-masing disajikan
dengan 3 suhu yang berbeda yaitu 10+2oC, 25+2oC dan 40+2oC, pemilihan suhu
diambil berdasarkan faktor yang mempengaruhi sensitivitas indera pengecap
seperti yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka sub bab 2.2.2 yang
setelahnya dilakukan penelitian pendahuluan dengan menggunakan 10
responden untuk memilih suhu yang cukup dikatakan dingin dan hangat dari 3
sampel masing-masing suhu dengan interval +5oC dari suhu yang
mempengaruhi sensitivitas lidah. Selain air dan susu, penelitian ini juga
menggunakan es krim dengan rasa vanila merek “Diamond” sebagai salah satu
bentuk lain dari susu bersuhu rendah yang akan diuji.
Cabai bubuk merek “Koepoe-Koepoe” juga menjadi bahan yang digunakan
pada penelitian kali ini yang berguna dalam memberikan sensasi pedas. Cabai
bubuk disajikan dalam bentuk larutan yang dimasak dengan air 1 liter. Larutan
tersebut dibuat dengan 3 konsetrasi (b/v) yang bereda-beda yaitu 0,1%, 0,2%,
0,4% dan 0,6%.
19
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rekruitmen Panelis Panelis yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu panelis tidak terlatih
yang berasal dari mahasiwa Universitas Brawijaya, Malang. Panelis dipilih
berdasarkan kebersediaan dan tidak alergi terhadap susu ataupun pedas.
Jumlah panelis yang digunakan yaitu 33 panelis.
3.3.2 Threshold Test Pada penelitian kali ini digunakan uji threshold dengan metode limit 3-AFC
berdasarkan metode standar American Standard of Testing Materials atau ASTM
E-679. Metode ini dilakukan dengan 5 set, dimana dalam setiap set-nya
menggunakan tiga sampel yang terdiri dari 2 blanko dan 1 tastan. Pada setiap
set, panelis memilih satu dari tiga sampel yang mewakili intensitas rasa paling
tinggi. Sampel yang disajikan dalam setiap set memiliki konstrasi pedas yang
berbeda-beda. Adapun masing – masing konsentrasi sampel yang disajikan
adalah 0% (b/v); 0,1% (b/v); 0,2%(b/v), 0,4% (b/v); 0,6% (b/v). Setiap sampel
disajikan didalam cup plastik dengan volume 25 ml dengan suhu penyajian 25oC.
Uji threshold ini digunakan untuk menentukan ambang penerimaan dan ambang
mutlak terhadap sensasi pedas yang menjadi dasar dalam pemilihan konsentrasi sampel untuk metode time intensty.
3.3.3 Time Instensity Setelah melakukan threshold test dan mendapatkan konsentrasi serta
kelompok panelis, maka dilanjutkan dengan metode Time Intensity. Pada
penelitian kali ini, metode Time Intensity menjadi metode utama dalam
menentukkan efektivitas dari palate cleanser yang diujikan terhadap sampel
pedas. Pada metode ini panelis sebelumnya dilatih untuk membiasakan mengisi
kuisioner dengan waktu interval yang sudah ditentukan.
Proses dalam metode ini yaitu panelis mencicipi 1 sampel dan
mengeluarkannya kembali setelah 5 detik ditahan dalam mulut, setelah itu panelis diminta segera mencicipi palate cleanser yang sudah disediakan juga
dengan proses yang sama yaitu ditahan 5 detik dalam mulut lalu dikeluarkan kembali. Setelah mengeluarkan palate cleanser dari mulut, panelis diminta untuk
memberikan nilai intensitas sensasi pedas yang mereka rasakan pada lidah
setiap 30 detik sekali selama 2 menit. Pemilihan interval waktu berdasarkan
20
kesepakatan bersama panelis, untuk mampu mendeskripsikan nilai intensitas
sensasi pedas tersebut. Pemberian nilai intensitas dilakukan dengan
memberikan garis vertikal pada garis horizontal tak terstruktur dengan panjang
10cm yang telah disediakan di setiap point waktu pada kuisioner. Adapun
parameter yang diujikan pada metode ini yaitu intesitas pada detik ke-30, 60, 90, 120, intensitas tertinggi (Imax), intensitas terendah (Imin) dan luas area dibawah
kurva (Area Under Curve) juga menjadi parameter yang dujikan.
3.4 Analisa Data
Pada penelitian kali ini terdapat 2 metode yang dijalankan yaitu threshold
test dan Time Intensity. Pada metode threshold test, data akan dianalisa
menggunakan BET (Best Estimate Threshold) test untuk mengetahui pada
konsentrasi berapa panelis dapat mendeteksi sensasi pedas. Pengolahan data
BET ini menggunakan bantuan aplikasi microsoft excel 2007, hasil data tersebut
kemudian menjadi dasar pemilihan konsentrasi sampel yang digunakan pada metode time intensity. Sedangkan hasil data Time Intensity dianalisa
normalitasnya terlebih dahulu menggunakan aplikasi SPSS 16.0 dengan uji
normalitas kolmogorov-smirnov. Pengujian ini dilakukan karean tidak adanya
pengulangan atau pemeriksaan konsistensi dari panelis, sehingga dibutuhkan
analisa data penunjang untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan dapat dilanjutkan olahannya menggunakan ANOVA (Analysis of variance).
Data yang dikatakan normal kemudian dilanjutkan dengan Uji ANOVA GLM (General Linier Model) menggunakan aplikasi minitab 17.0 untuk mengetahui
adanya beda nyata antar palate cleanser dan juga suhu terhadap masing-
masing parameter yang diujikan, setiap data yang menghasilkan beda nyata
kemudian di uji lanjut dengan uji fisher menggunakan aplikasi yang sama, uji
fisher bertujuan untuk melihat perbedaan yang dihasilkan dari masing-masing
faktor dan menentukan faktor yang dikatakan efektif.
21
3.5 Skema Penelitan
Persiapan sampel dan Palate Cleanser
Rekruitmen Panelis
Uji Threshold
Time Intensity
Analisa Data
3.6 Diagram Alir 3.6.1 Seleksi Panelis
Mahasiswa Universitas Brawijaya
Dilakukan wawancara terkait kebersediaan calon panelis
Diberikan kuisioner
Uji threshold
Pelatihan metode Time Intensity
33 Panelis Terpilih
Uji Mikroba
33 Panelis
- 3 Konsentrasi Sampel
ANOVA (GLM), Uji Tukey
22
3.6.2 Persiapan Sampel dan Palate Cleanser 3.6.2.1 Persiapan Sampel Pedas Threshold
1 Liter Air
Dipanaskan selama 15 menit
Ditambahkan cabai bubuk
Diambil 25 ml
Dituangkan ke cup
Sampel
3.6.2.2 Persiapan Sampel Pedas Time Intensity
1 Liter Air
Dipanaskan selama 15 menit
Ditambahkan cabai bubuk
Diambil 25 ml
Dituangkan ke cup
Sampel
0% = tidak ada penambahan 0,1% = ditambahkan 1 gram 0,2% = ditambahkan 2 gram 0,4% = ditambahkan 4 gram 0,6% = ditambahkan 6 gram
0,2% = ditambahkan 2 gram 0,4% = ditambahkan 4 gram 0,6% = ditambahkan 6 gram
23
3.6.2.3 Persiapan Palate Cleanser Air
Air Minum
Didinginkan hingga 10OC Dipanaskan hingga 40OC
Diambil 25 ml Diambil 25 ml Diambil 25 ml
Dituangkan ke cup Dituangkan ke cup Dituangkan ke cup
Palate Cleanser 1 Palate Cleanser 2 Palate Cleanser 3
3.6.2.4 Persiapan Palate Cleanser Susu Pasteurisasi
Susu Pasteurisasi
Didinginkan hingga 10OC Dipanaskan hingga 40OC
Diambil 25 ml Diambil 25 ml Diambil 25 ml
Dituangkan ke cup Dituangkan ke cup Dituangkan ke cup
Palate Cleanser 4 Palate Cleanser 5 Palate Cleanser 6
24
3.6.2.5 Persiapan Palate Cleanser Es Krim Vanila
Es Krim Vanila
Diambil 5 gram
Disajikan dalam sendok plastik
Palate Cleanser 7
3.6.3 Uji Threshold
Sampel Pedas
Dituangkan 25 ml ke dalam cup kecil yang telah
diberi kode 3 digit angka acak
Disajikan dengan 2 blanko lainnya kepada panelis yang telah
menggunakan kacamata merah
Kuisioner diberikan pada panelis
Panelis diminta mengkonsumsi semua sampel sesuai instruksi dengan air mineral sebagai Palate Cleanser
Panelis diminta mengisi kuisioner
Data Uji BET
25
3.6.4 Uji Palate Cleanser (Metode Time Intensity)
Panelis
Diberikan sampel dan Palate Cleanser yang telah dituangkan ke dalam cup kecil sebanyak 25 ml untuk dikonsumsi
Sampel dikumur selama 5 detik dimulut kemudian dibuang
Palate Cleanser dikumur 5 detik dalam mulut kemudian dibuang
Panelis mengisi kuisioner yang diisi setiap 30 detik sekali selama 2 menit setelah membuang Palate Cleanser
(pengisian kuisioner dilakukan setiap panelis leader memberi kode)
Data Uji ANOVA, Uji Fisher
26
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Mikrobiologi (Total Plate Count) Uji mikrobiologi merupakan salah satu tahap penting dalam melakukan
penelitian di bidang sensori. Uji ini bertujuan untuk memastikan keamanan
pangan yang akan dikonsumsi dari cemaran mikroba. Salah satu parameter keamanan pangan dari mikroba yaitu dengan nilai total plate count (TPC). Air,
susu, es krim dan cabai bubuk merupakan sampel yang akan di uji mikrobiologi
dengan mencari nilai TPC-nya.
Sampel dilakukan pengenceran hingga 10-3 dengan mengambil 1 mL
sampel dari pengenceran sebelumnya dan dimasukkan ke dalam 9 mL pepton
steril untuk pengenceran berikutnya. Masing-masing pengenceran kemudian diinokulasikan ke 3 cawan yang berbeda dengan metode pour dan diinkubasi
selama 24-48 jam dengan suhu 37oC. Adapun perbandingan hasil hitung dan standar konsumsi yaitu seperti pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil TPC dan Standar BPOM
Sampel Hasil (CFU/mL) Standar (CFU/mL) Cabai Bubuk (Rempah-Rempah)
3,8 x 103 1 x 106
Air Minum Dalam Kemasan 7,6 x 103 1 x 105
Susu Pasteurisasi 1,5 x 102 5 x 104
Es Krim 2,2 x 103 5 x 104
Sumber standar : BPOM No. HK.00.06.1.52.4011 (2009)
Dari perbandingan data diatas, maka setiap sampel yang digunakan pada
percobaan kali ini dinyatakan aman untuk dikonsumsi, karena nilai hasil uji TPC
yang dilakukan lebih kecil dibandingkan nilai standar yang sudah diatur oleh
BPOM No. HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran
mikroba dan kimia dalam makanan.
4.2 Perekrutan Panelis
Tahap penting lainnya dalam melakukan penelitian di bidang sensori yaitu
pencarian dan penyeleksian panelis, pada penelitian kali ini jenis panelis yang
digunakan yaitu panelis agak terlatih, sehingga dibutuhkan minimal 15-25 orang
panelis yang kemudian akan mendapatkan penjelasan lebih rinci dalam
melakukan uji sensori kali ini. Penyeleksian kali ini terdiri dari berbagai tahap
27
yaitu perekrutan terbuka, uji threshold, penetapan waktu interval dan pelatihan
metode.
Penelitian dimulai dengan perekrutan terbuka untuk panelis dengan
karakter tidak alergi terhadap susu atau pun pedas. Perekrutan terbuka tersebut
menghasilkan 42 orang panelis yang telah bersedia dan kemudian dilanjutkan
dengan uji threshold 3-AFC. Tahap berikutnya dalam penyeleksian panelis ini
yaitu dengan penetapan waktu interval, panelis diminta untuk mengukur
ketahanan pedas mereka dengan indikator waktu hilangnya sensasi pedas pada
lidah yang kemudian rata-rata waktu tersebut menjadi dasar dalam menetukan interval waktu yang dibutuhkan dalam metode Time Intensity, pada tahap ini
hanya diikuti 34 panelis. Tahap terakhir sebelum memasuki metode utama yaitu penjelesan dan pelatihan metode Time Intensity dalam uji sensori kali ini, pada
tahap ini tersisa 33 orang panelis yang mengikuti, sehingga 33 orang inilah yang
menjadi panelis tetap pada penelitian kali ini. 33 panelis tersebut berasal dari
mahasiswa Universitas Brawijaya Malang yang terdiri dari 13 laki-laki dan 20
perempuan dengan rata-rata usia 19-25 tahun.
4.3 Uji Threshold
Sampel pedas yang digunakan pada uji ini yaitu larutan bubuk cabai
dengan berbagai konsentrasi yaitu 0%; 0,1%; 0,2%; 0,4%; 0,6%. Konsentrasi
yang disajikan kemudian dirasakan oleh setiap panelis dan dilaporkan melalui
kuisioner yang dibagikan seperti pada lampiran 2. Panelis yang mengikuti uji ini
sejumlah 42 orang, namun data yang diolah hanyalah dari 33 panelis yang
terpilih. Pada uji threshold ini, metode yang digunakan yaitu metode 3-AFC.
Panelis akan mencicipi 5 set uji yang setiap setnya terdiri dari 2 blanko (air siap
minum) dan 1 tastant (sampel dengan konsentrasi tertentu). Setiap set memiliki 1
tastan dengan konsentrasi yang berbeda namun berurutan. Panelis kemudian
memilih 1 sampel di setiap set yang mereka anggap memiliki sensasi pedas
dengan melingkari pilihan kode sampel pada kuisioner yang sudah dibagikan.
Pengolahan data dari kuisioner yang dibagikan mengunakan metode BET (Best Estimate Threshold). Hasil metode tersebut menyatakan bahwa 0,11%
merupakan konsentrasi penerimaan oleh panelis, sehingga pada konsentrasi
tersebut panelis sudah dapat merasakan sensasi pedas. Perhitungan niai BET dapat dilihat pada lampiran 3.
28
4.4 Analisa Kandungan Capsaicin Pada Sample Cabai Bubuk Cabai bubuk merupakan sampel yang digunakan sebagai stimulus sensasi
pedas pada penelitian kali ini. Berdasarkan kompoisisi yang tertulis pada
kemasannya, cabai bubuk merek ini tidak memakai bahan tambahan apapun,
sehingga komposisi yang tertulis hanyalah cabai, hal ini yang menjadi dasar
pemilihan sampel cabai bubuk yang digunakan. Selain itu, penggunaan cabai
bubuk instan juga bertujuan untuk meminimalisir perbedaan rasa yang
dihasilkan apabila menggunakan cabai yang dijual di pasar.
Maka dari itu perlu diketahui terlebih dahulu tingkat kepedasan yang
dihasilkan oleh produk ini, tingkat kepedasan suatu produk biasa dinyatakan dalam satuan Scoville Heat Units (SHU). SHU menunjukkan kandungan
capsaicin yang ada pada cabai, semakin tinggi nilai SHU maka semakin tinggi
pula kandungan capsaicin yang ada pada produk. Uji kandungan capsaicin pada
cabai bubuk ini menggunakan spektorfotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 280 nm dan menghasilkan nilai absorbansi seperti pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Nilai Absorbansi Cabai Bubuk
Konsentrasi Absorbansi
100 ppm 0,327
1000 ppm 0,260
10000 ppm 0,7525
Nilai absorbansi pada konsentrasi 10000 ppm merupakan nilai yang
digunakan dalam menentukan nilai SHU produk, hal ini dikarenakan nilai
absorbansi pada konsentrasi tersebut yaitu 0,7525 masuk ke dalam rentang 0,2 -
0,8 yang merupakan nilai absorbansi yang baik. Walaupun semua konsentrasi
menghasilkan nilai absorbansi yang baik, namun hanya nilai tertinggi yang
masuk dalam rentang saja yang digunakan, yang berarti menghasilkan nilai
terbaik. Nilai absorbansi tersebut kemudian dihitung menggunakan pesamaan
yang dihasilkan dari kurva standar capsaicin murni dengan pelarut etanol PA
seperti pada gambar 4.1.
29
Gambar 4.1 Kurva Standar Capsaicin Murni (Pelarut Etanol PA)
Setelah dimasukkan kedalam persamaan kurva standar diperoleh hasil
84,3889 ppm atau 84,3889 mg/L. Nilai tersebut kemudian dikalikan 16 untuk
mendapatkan nilai SHU, sehingga didapatkan nilai 1350,222 SHU. Menurut
Weiss (2002), ) terdapat 5 level tingkat kepedasan berdasarkan nilai SHU nya,
yaitu tidak pedas (0-700 SHU); cukup pedas (700-3000 SHU); pedas (3000-
25000 SHU); sangat pedas (25000-70000 SHU); dan amat sangat pedas
(>80.000 SHU), namun umumnya bahan pangan sudah dikatakan pedas apabila
nilai SHU berada dalam range 500-1000, sehingga produk cabai bubuk yang
digunakan pada penelitian ini sudah dapat dikatakann pedas dalam klasifikasi
produk pangan, namun masih terhitung cukup pedas apabila dilihat berdasarkan
nilai SHUnya. 4.5 Pengujian Sensasi Pedas dengan Metode Time Intensity
Metode Time Intensity merupakan metode utama dalam penelitian kali ini
dengan melakukan pengukuran intensitas sensasi pedas pada 3 level pedas
yang telah disiapkan yaitu konsetrasi 0,2%, 0,4% dan 0,6% menggunakan 2 jenis palate cleanser yaitu air dan susu yang disajikan dengan 3 suhu yang berbeda.
Pada tahap ini panelis yang berpartisipasi berjumlah 33 orang. Panelis kemudian
menerima form respon pengujian yang berisikan poin-poin waktu (30 detik, 60
detik, 90 detik dan 120 detik) dan garis tanpa skala sepanjang 10cm pada setiap poin. Bentuk form dapat dilihat pada lampiran 4. Pengisian form dilakukan
dengan cara memberikan garis vertikal (I) pada skala yang ada pada setiap
point, garis vertikal tersebut menunjukkan besarnya intensitas sensasi pedas
yang panelis rasakan pada setiap waktu tertentu. Hasil intensitas setiap detiknya
kemudian dibuat grafik dengan nilai waktu sebagai nilai x dan intensitas sebagai
y = 0.0098x - 0.0071R² = 0.9998
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 20 40 60 80 100 120
Abso
rban
si
Konsentrasi (ppm)
30
nilai y. Grafik tersebut kemudian dianalisa dengan berbagai parameter yaitu titik intensitas tertinggi (Imax), titik intensitas terendah (Imin) dan luas area dibawah
kurva atau area under curve (AUC).
4.5.1 Uji Normalitas Data
Sebelum melakukan uji ANOVA, data yang sudah dimiliki terlebih dahulu
diujikan normalitas persebaran datanya, apabila dinyatakan normal maka dapat
dilanjutkan dengan uji ANOVA menggunakan GLM. Uji normalitas ini dilakukan
akibat tidak adanya pengulangan dalam sensori masing-masing panelis, sehingga perlu diketahui normalitas persebaran rerata data setiap palate
cleanser dengan pasangan suhunya, agar kurva yang dihasilkan dapat
digunakan dalam melakukan komparasi.Uji normalitas yang digunakan pada
penelitian kali ini yaitu menggunakan metode kolmogorov-smirnov dengan
bantuan aplikasi SPSS 16.0. Syarat normalitas dengan metode ini yaitu apabila
nilai D atau absolute yang ditampilkan lebih kecil dari pada nilai D-tabel dan nilai
asymp.sig atau p-value nya lebih besar dari nilai α yang digunakan.
Pada penelitian kali ini persebaran data rata-rata intensitas setiap pasangan palate cleanser dan konsentrasi pedas yang akan di uji normalitasnya.
Setiap pasangan memiliki 4 data, sehingga D tabel yang digunakan yaitu 0,624,
dengan α yang digunakan yaitu 0,05. Berikut hasil data uji normalitas dengan
kolmogorov-smirnov menggunakan SPSS 16.0. Tabel 4.3 Nilai Normalitas Grafik Intensitas Sensasi Pedas Tiap Palate Cleanser Pada
Konsentrasi Tertentu
Konsentrasi Nilai Air
Hangat
(40+2oC)
Air Suhu
Ruang
(25+2oC)
Air Dingin
(10+2oC)
Susu Hangat
(40+2oC)
Susu Suhu
Ruang
(40+2oC)
Susu Dingin
(10+2oC)
Es Krim
0,2% D 0,202 0,210 0,210 0,226 0,208 0,214 0,221 p-
value 0,997 0,994 0,994 0,987 0,995 0,993 0,989
0,4% D 0,192 0,148 0,194 0,203 0,194 0,197 0,208 p-
value 0,998 1,000 0,998 0,997 0,998 0,998 0,995
0,6% D 0,178 0,163 0,176 0,185 0,209 0,217 0,183 p-
value 1,000 1,000 1,000 0,999 0,995 0,992 0,999
*Berdasarkan uji normalitas kolmogorov-smirnov (k-s) simple test
31
Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa persebaran data pada setiap pasangan palate cleanser dan konsentrasi dinyatakan normal karena
seluruh nilai D yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan nilai D tabel dan
juga nilai p-value dari setiap kelompok data lebih besar dibandingkan nilai α yang
digunakan. Normalnya persebaran data tersebut menandakan data dapat
dilanjutkan dengan uji ANOVA. 4.5.2 Tingkat Sensasi Pedas Rendah (0,2%)
Hasil rerata pengujian metode Time Intensity sensasi pedas pada sampel
pedas tingkat rendah dengan pasangan 2 jenis palate cleanser dan 3 suhu
penyajiannya dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Nilai Rerata Intensitas Sensasi Pedas pada Tingkat Pedas Rendah (0,2%)
Palate Cleanser 30 detik 60 detik 90 detik 120 detik
Air Hangat (40+2oC) 1,37 0,79 0,39 0,15
Air Suhu Ruang (25+2oC) 1,54 0,95 0,45 0,18
Air Dingin (10+2oC) 1,29 0,69 0,33 0,13
Susu Hangat (40+2oC) 0,83 0,43 0,14 0,02
Susu Suhu Ruang (25+2oC) 0,91 0,54 0,26 0,11
Susu Dingin (10+2oC) 0,69 0,42 0,20 0,09
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa setiap palate cleanser
berfungsi dengan baik, hal tersebut ditunjukkan dengan menurunnya nilai
intensitas dari waktu ke waktu. Menurut Lee dan Kim (2013), bahwa penggunaan palate cleanser utamanya digunakan untuk menghilangkan sisa-sisa flavour dan
juga sensasi pada lingkungan mulut, sehingga dapat dikatakan bahwa air dan susu mampu menjadi palate cleanser untuk sensasi pedas. Data pada tabel 4.4
tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik untuk melihat
perbandingannya secara visual seperti pada gambar 4.2 agar terlihat bagaimana
proses penurunannya dari waktu ke waktu.
32
Gambar 4.2 Grafik Intensitas Sensasi Pedas pada Tingkat Pedas Rendah (0,2%)
Hasil grafik pada gambar 4.2 tersebut menunjukkan bentuk kurva yang menurun dari detik ke-30 pada semua jenis palate cleanser yang dikonsumsi.
Intensitas tertinggi pada semua palate cleanser terdapat pada detik ke-30
dikarenakan pada detik tersebut, lidah panelis baru saja kontak dengan sumber
pedas sehingga sensasi pedas masih terasa sangat tinggi. Sedangkan intensitas terendah pada seluruh palate cleanser ada pada detik ke-120, hal dikarenakan
jarak antara lidah panelis merasakan pedas sudah cukup lama dan juga sudah terbantu dengan konsumsinya palate cleanser yang sesuai fungsinya untuk
menghilangkan residu dan menetralkan mulut. Dilihat dari grafik diatas, masih belum dapat dikatakan palate cleanser mana yang lebih baik, sehingga data
yang ada kemudian di uji dengan ANOVA untuk melihat beda nyatanya dengan faktor jenis palate cleanser dan suhu yang digunakan.
Tabel 4.5 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap Waktu
Faktor Waktu (detik) P-Value
Palate Cleanser
30 0,000* 60 0,000* 90 0,001*
120 0,008*
Suhu 30 0,248 60 0,186 90 0,308
120 0,262 Keterangan : (*) berpengaruh nyata
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
0 30 60 90 120 150
Inte
nsita
s
Waktu (detik)Air Hangat Air Suhu Ruang Air DinginSusu Hangat Susu Suhu Ruang Susu Dingin
33
Berdasarkan hasil ANOVA pada tabel 4.5 menunjukan bahwa tidak adanya
pengaruh yang nyata antara suhu dengan waktu berlangsungnya pengujian,
menurut Baron (1996) pada pedas dengan konsentrasi rendah pengaruh suhu
terhadap palate cleanser lebih sulit diamati, hal ini juga dapat disebabkan karena
panelis masih bisa mentoleransi sensasi pedas dengan konsentrasi yang dekat dengan batas thresholdnya. Berbeda dengan hubungan antara palate cleanser
dengan waktu berlangsungnya pengujian yang menunjukkan adanya pengaruh
nyata diantara keduanya. Maka dari itu diperlukannya uji lanjut menggunakan uji fisher antara palate cleanser dan waktu dengan selang kepercayaan 95%.
Tabel 4.6 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap Nilai Intensitas Sensasi Pedas
Dengan Durasi Hilangnya Sensasi
Palate Cleanser
30 detik 60 detik 90 detik 120 detik Mean Group Mean Group Mean Group Mean Group
Air 1,401 A 0,810 A 0,389 A 0,153 A Susu 0,811 B 0,462 B 0,200 B 0,073 B
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa baik pada detik ke-30, ke-60, ke-90
dan ke-120, baik susu maupun air memiliki pengelompokkan yang berbeda,
sehingga dinyatakan bahwa keduanya berbeda nyata. Pada tabel 4.5 juga
memperlihatkan bahwa susu memiliki nilai rerata lebih kecil daripada air. Hal ini
menunjukan bahwa susu lebih mengurangi sensasi pedas pada saat uji
berlangsung dibandingkan air. Selain melihat pengaruh palate cleanser dan suhu
terhadap intensitas pada waktu tertentu, dilakukan juga uji ANOVA pada AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin untuk mengetahui pengaruh palate cleanser dan
suhu terhadap tiga parameter tersebut.
Tabel 4.7 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap AUC, Imax dan Imin
Faktor Parameter P-Value
Palate Cleanser AUC 0,000* Imax 0,000* Imin 0,008*
Suhu AUC 0,203 Imax 0,248 Imin 0,262
Keterangan : (*) berpengaruh nyata
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa palate cleanser merupakan faktor yang
memiliki nilai yang berbeda nyata terhadap perbedaan nilai AUC, Imax dan Imin,
34
dengan ditunjukkan adanya beda nyata, maka diperlukan uji lanjut untuk
mengetahui beda yang dihasilkan dari setiap bagian faktor, uji lanjut yang
digunakan pada kali ini yaitu uji fisher atau biasa dikenal dengan uji BNT (beda
nyata terkecil) seperti pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap Nilai AUC, Imax dan Imin
Palate Cleanser
AUC Imax Imin Mean Group Mean Group Mean Group
Air 59,270 A 1,401 A 0,153 A Susu 33,121 B 0,811 B 0,073 B
Hasil uji fisher pada tabel 4.8 pun menunjukkan bahwa susu memberikan
nilai mean yang lebih rendah dibandingkan air pada 3 parameter yang diujikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa susu lebih efektif menjadi palate cleanser
untuk sensasi pedas rendah dengan konsentrasi 0,2%. Berdasarkan semua uji
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa susu lebih efektif dibandingkan air sebagai palate cleanser sensasi pedas dengan konsentrasi rendah tanpa
dipengaruhi suhu penyajiannya. Susu memiliki kemampuan sebagai palate
cleanser yang lebih efektif dikarenakan susu mengandung lemak dan juga kasein
yang bersifat non polar sehingga dapat mengikat zat capsaicin yang bersifat non
polar juga. Menurut Kitsawad dan Nguyen (2014), untuk menghilangkan atau mengurangi sensasi pedas, sebaiknya digunakan palate cleanser yang memiliki
kandungan lemak, semakin tinggi kandungan lemak yang dimiliki maka akan
semakin baik dalam mengurangi sensasi pedas tersebut. Kurang efektifnya air menjadi palate cleanser untuk sensasi pedas dikarenakan sifatnya yang polar
sehingga tidak dapat mengikat capsaicin yang bersifat non polar, selain itu air
justru dapat menyebarkan zat-zat capsaicin di sekitar area lidah, sehingga lebih
banyak titik pada lidah yang merasakan pedas. Hal tersebut pun didukung
melalui gambar 4.3 yang menunjukan grafik rerata air dan susu antara waktu
terhadap nilai intensitas. Titik tertinggi dan terendah dari masing-masing kurva pun menunjukan nilai rerata Imax dan Imin.
35
Gambar 4.3 Grafik Penurunan Intensitas Sensasi Pedas Antara Air Dan Susu
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa kurva susu berada dibawah kurva air yang
berarti AUC yang dihasilkan pun lebih kecil susu dibandingkan air. Kurva tersebut juga menunjukan bahwa dengan mengkonsumsi susu sebagai palate cleanser
memberikan intensitas pedas yang lebih rendah dibandingkan air pada detik yang sama. Berdasarkan kurva tersebut kemudian dicari trend yang sesuai untuk
melihat persamaan kurva yang paling sesuai atau menggambarkan kecepatan palate cleanser dalam menghilangkan sensasi pedas dari waktu ke waktu.
Pencarian trend dilakukan menggunakan SPSS 16.0 dengan memilih Analyze >
Regression > Curve Estimate, kemudian pada kolom dependent masukkan data
nilai intensitas dan pada kolom independent masukkan data waktu, kemudian
pilih model linear dan quadratic untuk membandingkan trend yang lebih sesuai.
Pemilihan trend dilakukan berdasarkan nilai R2 terbesar dengan nilai sig. atau p-
value <0,05.
Tabel 4.9 Perbandingan Trend Linear Dan Quadratic Kurva Pada Gambar 4.3
Palate Cleanser Model R2 Sig.
Air Linear 0,965 0,018 Quadratic 1,000 0,004
Susu Linear 0,961 0,020 Quadratic 1,000 0,019
Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa quadratic trend lebih sesuai dalam
menentukan peramalan nilai kurva. Berdasarkan penentuan trend tersebut
kemudian dicari persamaan dari setiap kurva untuk mendapatkan estimasi nilai
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
1.400
1.600
0 30 60 90 120 150
Inte
nsita
s
Waktu (Detik)
Air
Susu
36
peramalan waktu intensitas sensasi pedas. Bentuk persamaan yang akan
digunakan sebagai berikut
𝑦 = 𝑎𝑥2 + 𝑏𝑥 + 𝑦0
Nilai x merupakan waktu yang digunakan sedangkan y merupakan nilai intensitas
yang dihasilkan pada detik tersebut. Adapun nilai koefisien dari kurva pada gambar 4.3 dengan bentuk persamaan quadratic trend seperti pada tabel 4.10
berikut.
Tabel 4.10. Nilai Koefisien Qudratic Trend Persamaan Kurva Gambar 4.3
Palate Cleanser 𝑎 𝑏 𝑦0
Air 9,9 x 10-5 -0,029 2,173
Susu 6,2 x 10-5 -0,018 1,283
Berdasarkan nilai koefisien tersebut kita dapat meramalkan pada detik ke berapa intensitas sensasi pedas akan hilang dengan palate cleanser-nya
masing-masing. Bila dilihat nilai Y0 nya maka pada detik ke-0, susu akan
memberikan intensitas yang lebih rendah dibandingkan air, sehingga pada awal konsumsi palate cleanser, susu lebih efektif dari pada air, namun seiringnya
waktu efektivitas palate cleanser dapat diramalakan menggunakan koefisien
yang sudah ada.
4.5.3 Tingkat Sensasi Pedas Menengah (0,4%)
Hasil rerata pengujian metode Time Intensity sensasi pedas pada sampel
pedas tingkat menengah dengan pasangan 2 jenis palate cleanser dan 3 suhu
penyajiannya dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Nilai Rerata Intensitas Sensasi Pedas pada Tingkat Pedas Menengah (0,4%)
Palate Cleanser 30 detik 60 detik 90 detik 120 detik
Air Hangat (40+2oC) 2,08 1,37 0,76 0,35
Air Suhu Ruang (25+2oC) 2,71 1,96 1,34 0,68
Air Dingin (10+2oC) 1,80 1,19 0,63 0,26
Susu Hangat (40+2oC) 1,50 0,80 0,38 0,12
Susu Suhu Ruang (25+2oC) 1,66 1,02 0,52 0,18
Susu Dingin (10+2oC) 1,17 0,76 0,44 0,23
37
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa setiap palate cleanser
berfungsi dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan menurunnya nilai
intensitas dari waktu ke waktu. Data tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk
grafik untuk melihat perbandingannya secara visual seperti pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik Intensitas Sensasi Pedas pada Tingkat Pedas Menengah (0,4%)
Berdasarkan gambar 4.4 tersebut menunjukkan bahwa semua palate
cleanser menghasilkan kurva yang menurun dari detik ke-30 hingga ke-120, hal
ini tentu sesuai bila dilihat berdasarkan fungsi dari palate cleanser yang telah
dijelaskan sebelumnya di sub bab 4.5.2 maupun dalam tinjauan pustaka. Bila
dilihat pada gambar diatas, semua palate cleanser menunjukkan nilai intensitas
tertingginya ada pada detik ke-30 dan intensitas terendah di detik ke-120,
fenomena yang sama terjadi pula pada gambar 4.2 sehingga diasumsikan
memiliki teori yang sama.
Tabel 4.12 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap Waktu
Faktor Waktu (detik) P-Value
Palate Cleanser
30 0,000* 60 0,000* 90 0,000*
120 0,000*
Suhu
30 0,000* 60 0,000* 90 0,001*
120 0,029* Keterangan : (*) berpengaruh nyata
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
0 30 60 90 120 150
Inte
nsita
s
Waktu (Detik)
Air Hangat Air Suhu Ruang Air DinginSusu Hangat Susu Suhu Ruang Susu Dingin
38
Berdasarkan hasil ANOVA pada tabel 4.12 menunjukan bahwa palate
cleanser dan suhu merupakan faktor yang mempengaruhi beda nyata nilai dari
intensitas pada setiap detiknya. Adanya hasil beda nyata dari faktor palate
cleanser ini disebabkan adanya perbedaan komposisi yang dapat mempengaruhi
pengangkatan capsaicin pada lidah. Berbeda dengan pembahasan sebelumnya
yang tidak dipengaruhi oleh suhu, pada konsetrasi ini suhu justru terlihat
mempengaruhi nilai intensitas sensasi pedas yang dirasakan panelis. Menurut
Rensburg (2005) pangan yang memiliki suhu kurang dari 20oC dapat mengurangi
sensitivitas lidah, sedangkan pangan yang memiliki suhu diatas 30oC dapat merusak sel-sel taste buds, teori tersebut menguatkan alasan mengapa
perbedaan suhu dapat menghasilkan nilai yang berbeda di setiap detiknya. Maka dari itu diperlukannya uji lanjut menggunakan uji fisher antara palate cleanser
dengan waktu pengujian dan suhu dengan waktu pengujian dengan selang
kepercayaan 95%.
Tabel 4.13 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap Nilai Intensitas Sensasi Pedas Dengan Durasi Hilangnya Sensasi
Palate Cleanser
30 detik 60 detik 90 detik 120 detik Mean Group Mean Group Mean Group Mean Group
Air 2,198 A 1,507 A 0,910 A 0,427 A Susu 1,446 B 0,860 B 0,443 B 0,175 B
Berdasarkan hasil uji fisher tabel 4.13 menunjukkan bahwa susu sebagai
palate cleanser lebih efektif dibandingkan air, karena dapat menghasilkan nilai
intenstias yang lebih rendah sepanjang waktu pengujian. Namun, berdasakan hasil uji ANOVA pada tabel 4.12 bukan hanya jenis palate cleanser yang
mempengaruhi, melainkan terdapat faktor suhu yang mempengaruhi, sehingga perlu dilihat pada suhu mana susu lebih efektif menjadi palate cleanser.
Tabel 4.14 Komparasi Pengaruh Suhu Terhadap Nilai Intensitas Sensasi Pedas Dengan Durasi Hilangnya Sensasi
Suhu 30 detik 60 detik 90 detik 120 detik
Mean Group Mean Group Mean Group Mean Group
Hangat 40+2oC 1,792 B 1,085 B 0,570 B 0,235 B
Suhu Ruang 25+2oC 2,188 A 1,491 A 0,929 A 0,426 A
Dingin 10+2oC 1,486 B 0,974 B 0,532 B 0,242 B
39
Berdasarkan hasil uji lanjut pada suhu, terlihat pada detik ke-30, 60 dan 90, suhu dingin merupakan suhu yang efektif dalam menyajikan palate cleanser
dikarenakan memberikan nilai mean intensitas yang lebih rendah dibandingkan
dengan suhu yang lain, namun berbeda halnya pada detik ke-120, dimana suhu
hangat lebih menghasilkan nilai intensitas yang lebih rendah dibandingkan suhu
dingin atau pun suhu ruang. Perbedaan tersebut tidaklah begitu pengaruh bila
dilihat berdasarkan hasil grouping yang menunjukkan bahwa suhu hangat dan suhu dingin tidak begitu berbeda nyata karena berada pada group yang sama,
sehingga baik hangat maupun dingin merupakan suhu yang efektif dalam penyajian palate cleanser daripada menggunakan suhu ruang. Kedua hasil uji
fisher pada palate cleanser dan suhu menunjukan bahwa susu dengan suhu
hangat atau pun suhu dingin merupakan palate cleanser yang efektif bagi
sensasi pedas tingkat menengah. Selain melihat pengaruh palate cleanser dan
suhu terhadap intensitas pada waktu tertentu, dilakukan juga uji ANOVA pada AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin untuk mengetahui pengaruh palate
cleanser dan suhu terhadap tiga parameter tersebut.
Tabel 4.15 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap AUC, Imax dan Imin
Faktor Parameter P-Value
Palate Cleanser AUC 0,000* Imax 0,000* Imin 0,000*
Suhu AUC 0,000* Imax 0,000* Imin 0,029*
Keterangan : (*) berpengaruh nyata
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa palate cleanser dan suhu merupakan
faktor yang menghasilkan nilai beda nyata pada hasil AUC, Imax maupun Imin.
Maka diperlukan uji lanjut fisher untuk mengetahui beda yang dihasilkan pada
setiap faktor terhadap ketiga parameter tersebut seperti pada tabel 4.16 dan
4.17.
Tabel 4.16 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap AUC, Imax Dan Imin
Palate Cleanser
AUC Imax Imin Mean Group Mean Group Mean Group
Air 111,894 A 2,198 A 0,427 A Susu 63,424 B 1,446 B 0,175 B
40
Tabel 4.17 Komparasi Pengaruh Suhu Terhadap AUC, Imax Dan Imin
Suhu AUC Imax Imin
Mean Group Mean Group Mean Group
Hangat 40+2oC 80,045 B 1,792 B 0,235 B Suhu Ruang 25+2oC 111,795 A 2,188 A 0,426 A Dingin 10+2oC 71,136 B 1,486 B 0,242 B
Pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa susu menghasilkan nilai mean yang
lebih rendah bagi AUC, Imax dan Imin, sehingga susu dapat dikatakan efektif
sebagai palate cleanser untuk sensasi pedas tingkat menengah. Susu pun lebih
baik disajikan pada suhu dingin atau pun suhu hangat bila dilihat berdasarakan
tabel 4.17 yang menunjukkan bahwa suhu dingin memberikan nilai yang lebih
rendah pada AUC dan Imax namun mendapat posisi ke-2 terendah setelah suhu
hangat pada nilai Imin. Persamaan group bagi suhu dingin maupun suhu hangat
menunjukkan bahwa kedua suhu tersebut tidak menghasilkan nilai yang begitu
berbeda nyata namun sangat berbeda bila dibandingkan denga suhu ruang. Rendahnya nilai mean pada detik ke-30, ke-60, ke-90, Imax, AUC oleh suhu
dingin dapat dikarenakan oleh 2 hal, yaitu psikologis dari panelis ataupun produktivitas saliva tiap panelis ketika mengkonsumsi palate cleanser tersebut.
Menurut Talavera (2006), suhu dingin dapat meningkatkan rasa asam dari suatu
produk yang kita konsumsi, hal ini dibuktikan dengan uji pH yang telah dilakukan, dimana panelis diminta untuk mengkonsumsi palate cleanser dengan suhu
rendah tersebut lalu dimuntahkan kembali untuk melihat pH awal dan pH akhir nya, pada sesi ini hanya diambil 5 panelis sebagai sampling, dimana susu dingin
sebelum dikonsumsi memiliki nilai pH 6,93 dan setelah dikumur dalam mulut
selama 5 detik menghasilkan susu dengan pH rata-rata 6,90, dari data tersebut
terlihat adanya penurunan nilai pH pada susu menjadi lebih asam ketika berada
dalam mulut, dengan menurunnya nilai pH mengakibatkan susu lebih asam
sehingga menstimulus produktivitas saliva (Lawless & Heymann, 2010).
Terstimulusnya produktivitas saliva tersebut akan meningkatkan jumlah saliva
dalam mulut sehingga susu yang telah mengikat capsaicin dapat larut atau
terbawa oleh saliva lebih banyak juga. Sifat susu yang merupakan emulsi dan
memiliki komponen polar dan juga non polar membuat susu dapat berikatan
dengan saliva dan juga capsaicin (Rodriguez, 2016). Sedangkan secara
psikologis, umumnya manusia lebih suka minuman yang bersuhu dingin karena
41
berkaitan erat dengan persepsi segar yang berarti menghidupkan kembali atau
memperbarui (Eccles, 2013).
Menurut Shifman (1999), semakin meningkatnya suhu maka akan
meningkatkan rasa manis dari produk yang dikonsumsi, sehingga wajar apabila
suhu hangat menjadi suhu yang efektif juga untuk menghilangkan sensasi pedas.
Noble (2007) dalam thesis Lucak (2008) pun menyebutkan bahwa sukrosa merupakan palate cleanser yang disarankan untuk sensasi pedas, sehingga
dengan penggunaan suhu hangat yang dapat menstimulus rasa manis mengakibatkan susu semakin efektif sebagai palate cleanser sensasi pedas. Hal
ini pun dapat menjelaskan mengapa pada detik ke-120 suhu hangat lebih
menghasilkan nilai mean yang lebih kecil dibandingkan suhu dingin, karena
seiring waktu, rasa manis yang ditimbulkan akan lebih terasa. Menurut Lee dan
Kim (2013), rasa manis dikenal dapat meningkatkan emosi senang yang
membuat manusia lebih mentolerir rasa sakit akibat capsaicin ketika mereka
mengkonsumsi sesuatu yang manis.
Berdasarkan uji-uji yang telah dilakukan dapat terlihat bahwa susu dengan suhu hangat atau pun dingin menjadi palate cleanser yang lebih baik
dibandingkan air atau pun susu dengan suhu ruang. Salah satu produk olahan
susu yang disajikan dengan suhu dingin yaitu es krim dan pada penelitian sebelumnya pun es krim dinyatakan sebagai palate cleanser yang efektif bagi
sensasi pedas. Maka dari itu, pada penelitian kali ini dilakukan juga komparasi
antara susu dingin dan es krim, sehingga dihasilkan data ANOVA dengan faktor
bentuk olahan (susu dingin dan es krim) terhadap waktu pengujian dan 3 parameter lainnya (AUC, Imax dan Imin) seperti pada tabel 4.18. Tabel 4.18 Hasil ANOVA Pengaruh Bentuk Olahan Terhadap Waktu
Faktor Waktu (detik) P-Value
Bentuk Olahan
30 0,461 60 0,320 90 0,318
120 0,474 Keterangan : (*) berpengaruh nyata
Tabel 4.19 Hasil ANOVA Pengaruh Bentuk Olahan Terhadap AUC, Imax dan Imin
Faktor Parameter P-Value
Bentuk Olahan AUC 0,338 Imax 0,461 Imin 0,474
Keterangan : (*) berpengaruh nyata
42
Kedua tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata yang
dihasilkan dari bentuk olahan baik terhadap waktu pengujian maupun nilai AUC, Imax dan Imin, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa es krim juga efektif
sebagai palate cleanser sensasi pedas tingkat menengah dengan konsentrasi
0,4%. Hal ini diakibatkan selain karena suhu nya yang dingin, es krim juga masih
merupakan emulsi yang mengandung lemak dan juga protein susu yang bersifat
non-polar yaitu kasein. Menurut Rodriguez (2016) es krim bahkan lebih baik
dibandingkan susu dikarenakan memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dan
umumnya pun lebih manis dibandingkan susu pasteurisasi karena pada
pengolahannya sudah ditambahkan pemanis, sedangkan susu pasteurisasi yang
digunakan pada penelitian kali ini yaitu susu murni tanpa tambahan pemanis.
Berdasarkan seluruh uji yang telah dilakukan, maka didapatkan bahwa susu hangat, susu dingin dan es krim merupakan palate cleanser yang efektif untuk
sensasi pedas tingkat menengah. Setiap palate cleanser memiliki kecepatannya masing-masing dalam
menghilangkan sensasi pedas, walaupun secara statistik dapat diketahui tidak ada beda nyata dari ketiga palate cleanser yang dinyatakan efektif tersebut.
Gambar 4.5 merupakan grafik yang menggambarkan kecepatan proses hilangnya sensasi pedas dari masing-masing palate cleanser tersebut yang
kemudian dicari trend terbaiknya untuk mengetahui nilai persamaan dari masing-
masing kurva, sehingga persamaan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai
peramalan intensitas yang dihasilkan pada waktu tertentu. Penentuan trend
didapatkan dengan proses yang sama seperti pada pembahasan sub bab 4.5.2.
Gambar 4.5 Grafik Penurunan Intensitas Sensasi Pedas Susu Hangat, Susu Dingin
Dan Es Krim
0.000.200.400.600.801.001.201.401.60
0 30 60 90 120 150
Inte
nsita
s
Detik (Waktu)
Susu Hangat
Susu Dingin
Es Krim
43
Tabel 4.20 Perbandingan Trend Linear Dan Quadratic Kurva Pada Gambar 4.5
Palate Cleanser Model R2 Sig.
Susu Hangat Linear 0,954 0,023 Quadartic 0,999 0,026
Susu Dingin Linear 0,979 0,010 Quadratic 1,000 0,006
Es Krim Linear 0,964 0,018 Quadratic 1,000 0,002
Seperti halnya pada tabel 4.9, tabel 4.20 juga memperlihatkan bahwa quadratic trend lebih sesuai dalam menentukan peramalan nilai kurva. Sehingga
digunakanlah trend tersebut sebagai penentuan persamaan kurva dengan
bentuk persamaan seperti berikut
𝑦 = 𝑎𝑥2 + 𝑏𝑥 + 𝑦0
Nilai x merupakan waktu yang digunakan sedangkan y merupakan nilai intensitas
yang dihasilkan pada detik tersebut. Adapun nilai koefisien dari kurva pada
gambar 4.5 dengan bentuk persamaan trend quadratic seperti pada tabel 4.21
berikut.
Tabel 4.21. Nilai Koefisien Quadratic Trend Persamaan Kurva Gambar 4.5
Palate Cleanser 𝑎 𝑏 𝑦0
Susu Hangat 1,0 x 10-4 -0,034 2,399
Susu Dingin 5,7 x 10-5 -0,019 1,696
Es Krim 7,2 x 10-5 -0,021 1,632
Berdasarkan nilai koefisien tersebut dapat diramalkan pada detik ke berapa intensitas sensasi pedas akan hilang dengan palate cleanser-nya masing-
masing. Bila dilihat nilai Y0 nya maka pada detik ke-0, es krim akan memberikan
intensitas yang lebih rendah dibandingkan susu dingin maupun susu hangat,
sehingga pada awal konsumsi palate cleanser, es krim lebih efektif dibandingkan
lainnya, namun dengan seiringnya waktu, efektivitas palate cleanser dapat
diramalakan menggunakan koefisien yang sudah ada.
44
4.5.4 Tingkat Sensasi Pedas Tinggi (0,6%) Hasil rerata pengujian metode Time Intensity sensasi pedas pada sampel
pedas tingkat tinggi dengan pasangan 2 jenis palate cleanser dan 3 suhu
penyajiannya dapat dilihat pada tabel 4.22.
Tabel 4.22. Nilai Rerata Intensitas Sensasi Pedas pada Tingkat Pedas Tinggi (0,6%)
Palate Cleanser 30 detik 60 detik 90 detik 120 detik
Air Hangat 40+2oC 3,49 2,60 1,66 0,94
Air Suhu Ruang 25+2oC 3,72 2,84 1,98 1,21
Air Dingin 10+2oC 2,90 2,07 1,35 0,77
Susu Hangat 40+2oC 2,21 1,37 0,73 0,25
Susu Suhu Ruang 25+2oC 2,47 1,54 0,84 0,46
Susu Dingin 10+2oC 1,77 1,15 0,66 0,43
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa setiap palate cleanser
berfungsi dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan menurunnya nilai
intensitas dari waktu ke waktu. Data tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk
grafik untuk melihat perbandingannya secara visual seperti pada gambar 4.6.
Gambar 4.6 Grafik Intensitas Sensasi Pedas pada Tingkat Pedas Tinggi (0,6%)
Seperti pada pembahasan pada konsentrasi-konsetrasi sebelumnya, gambar 4.6 juga menunjukkan bahwa masing-masing palate cleanser berfungsi
sesuai dengan fungsinya, hal ini ditunjukkan dengan bentuknya yang menurun
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
0 30 60 90 120 150
Inte
nsita
s
Waktu (detik)Air Hangat Air Suhu Ruang Air DinginSusu Hangat Susu Suhu Ruang Susu Dingin
45
dari detik ke-30 hingga detik ke-120. Begitu pun dengan fenomena yang terjadi
dimana intensitas tertinggi dan terendah berada pada detik ke-30 dan ke-120.
Tabel 4.23 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser dan Suhu Terhadap Waktu
Faktor Waktu (detik) P-Value
Palate Cleanser
30 0,000* 60 0,000* 90 0,000*
120 0,000*
Suhu
30 0,001* 60 0,003* 90 0,021*
120 0,097 Keterangan : (*) berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil ANOVA pada tabel 4.23 menunjukan bahwa palate
cleanser merupakan faktor yang mempengaruhi beda nyata nilai dari intensitas
pada setiap detiknya. Berpengaruhnya faktor jenis palate cleanser yang
digunakan dalam memberikan nilai intensitas dari waktu ke waktu diakibatkan
perbedaan komposisi yang terkandung seperi yang telah dibahas pada sub bab
4.5.3 dan 4.5.2. Pada sub bab sebelumnya pun telah dibahas bagaimana suhu
dapat mempengaruhi nilai beda nyata di setiap detiknya. Namun terdaapt hal
yang berbeda, dimana pada konsentrasi ini, data di detik ke-120 menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini dapat diakibatkan karena panelis sudah
terbiasa atau sudah mengalamai adaptasi terhadap sensasi pedas yang
disajikan, mengingat penelitian ini dilakukan setiap 2 hari per minggu. Maka dari itu diperlukannya uji lanjut menggunakan uji fisher antara palate cleanser dengan
waktu pengujian dan suhu dengan waktu pengujian yang menghasilkan beda
nyata dengan selang kepercayaan 95%
. Tabel 4.24 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap Nilai Intensitas Sensasi
Pedas Dengan Durasi Hilangnya Sensasi
Palate Cleanser
30 detik 60 detik 90 detik 120 detik Mean Group Mean Group Mean Group Mean Group
Air 3,368 A 2,502 A 1,665 A 0,974 A Susu 2,147 B 1,357 B 0,746 B 0,379 B
Berdasarkan hasil uji fisher tabel 4.24 menunjukkan bahwa susu sebagai palate cleanser lebih efektif dibandingkan air, karena dapat menghasilkan nilai
intenstias yang lebih rendah sepanjang waktu pengujian. Menurut Kitsawad dan
46
Nguyen (2014), untuk menghilangkan atau mengurangi sensasi pedas, sebaiknya digunakan palate cleanser yang memiliki kandungan lemak, semakin
tinggi maka akan semakin baik dalam mengurangi sensasi tersebut. Susu yang
mengandung senyawa non polar yaitu kasein dan juga lemak menjadikannya
lebih eekti dibandingkan air yang bersiat polar. Namun, berdasakan hasil uji ANOVA pada tabel 4.23 bukan hanya jenis palate cleanser yang mempengaruhi,
melainkan terdapat faktor suhu yang mempengaruhi, sehingga perlu dilihat pada suhu mana susu lebih efektif menjadi palate cleanser.
Tabel 4.25 Komparasi Pengaruh Suhu Terhadap Nilai Intensitas Sensasi Pedas Dengan
Durasi Hilangnya Sensasi
Suhu 30 detik 60 detik 90 detik
Mean Group Mean Group Mean Group
Hangat 40+2oC 2,848 A 1,986 A 1,197 A B
Suhu Ruang 25+2oC 3,091 A 2,191 A 1,412 A
Dingin 10+2oC 2,332 B 1,611 B 1,008 B
Berdasarkan hasil uji lanjut pada suhu, terlihat pada detik ke-30 dan 60, suhu dingin merupakan suhu yang efektif dalam menyajikan palate cleanser
dikarenakan memberikan nilai mean intensitas yang lebih rendah dibandingkan
dengan suhu yang lain dan memiliki group yang berbeda, namun berbeda pada
detik ke-90, dimana suhu hangat memiliki group yang sama baik dengan suhu
ruang mau pun suhu dingin dengan group suhu ruang dan suhu dingin berbeda,
bila dilihat nilai mean nya, suhu dingin tetap yang memiliki nilai mean lebih
rendah, sehingga tetap bisa dikatakan bahwa pada detik tersebut suhu dingin lebih efektif. Kedua hasil uji fisher pada palate cleanser dan suhu menunjukan
bahwa susu dingin merupakan palate cleanser yang efektif bagi sensasi pedas
tingkat tinggi pada detik ke-30, 60 dan 90, sedangkan pada detik ke-120 suhu tidaklah berpengaruh nyata, namun susu tetap menjadi palate cleanser yang
lebih efektif.
Rendahnya nilai mean pada detik ke-30, ke-60, ke-90 oleh suhu dingin
dapat dikarenakan oleh 2 hal, yaitu psikologis dari panelis ataupun produktivitas saliva tiap panelis ketika mengkonsumsi palate cleanser tersebut. Menurut
Talavera (2006), suhu dingin dapat meningkatkan rasa asam dari suatu produk
47
yang kita konsumsi, hal ini dibuktikan dengan uji pH yang telah dilakukan, proses
uji pH ini telah dijelaskan sebelumnya pada pembahasan sub bab 4.5.3. Pada
konsentrasi ini didapatkan data yang tidak jauh berbeda, dimana susu dingin
sebelum dikonsumsi memiliki nilai pH 6,93 dan setelah dikumur dalam mulut
selama 5 detik menghasilkan susu dengan pH rata-rata 6,91, dari data tersebut
terlihat adanya penurunan nilai pH pada susu menjadi lebih asam ketika berada
dalam mulut, sehingga teori yang sama pun berlaku pada konsentrasi ini.
Sedangkan secara psikologis, umumnya manusia lebih suka minuman
yang bersuhu dingin untuk dikonsumsi, sehingga menghasilkan persepsi segar
(Eccles, 2013) . Selain itu dengan rendahnya suhu tidak semakin merangsang
sensor panas tinggi yang mengirimkan stimulus sensasi iritan atau pedas ke
otak, karena sensor ini hanya mendeteksi capsaicin, pH dibawah 6.0 dan
makanan atau minuman dengan suhu diatas 42oC (Simon dan Araujo, 2005).
Sedangkan pada detik ke 90 suhu hangat hampir menyaingi suhu dingin sebagai palate cleanser yang efektif, hal ini dapat diakibatkan karena tingginya
suhu yang digunakan sehingga menstimulus sensor panas tinggi untuk
mengirimnkan sensasi pedas ke otak atau dapat juga dikarenakan taste buds
yang rusak sehingga pada detik-detik sebelumnya suhu hangat tidak efektif sebagai palate cleanser, namun pada detik ini taste buds sudah kembali normal
sehingga dapat merasakan manis yang dihasilkan akibat suhu hangat yang
meningkatkan rasa manis pada produk ketika dikonsumsi (Shiffman, 1999).
Selain melihat pengaruh palate cleanser dan suhu terhadap intensitas pada
waktu tertentu, dilakukan juga uji ANOVA untuk milhat pengaruh kedua faktor tersebut terhadap nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin,.
Tabel 4.26 Hasil ANOVA Pengaruh Palate Cleanser Dan Suhu
Terhadap AUC, Imax Dan Imin Faktor Parameter P-Value
Palate Cleanser AUC 0,000* Imax 0,000* Imin 0,000*
Suhu AUC 0,004* Imax 0,001* Imin 0,097
Keterangan : (*) berpengaruh nyata
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa palate cleanser merupakan faktor yang
menghasilkan nilai beda nyata pada hasil AUC, Imax maupun Imin, sedangkan
suhu hanya menghasilkan nilai beda nyata pada parameter AUC dan Imax. Maka
48
diperlukan uji lanjut fisher untuk mengetahui beda yang dihasilkan pada setiap
faktor terhadap ketiga parameter tersebut seperti pada tabel 4.27 dan 4.28.
Tabel 4.27 Komparasi Pengaruh Palate Cleanser Terhadap AUC, Imax Dan Imin
Palate Cleanser
AUC Imax Imin Mean Group Mean Group Mean Group
Air 190,120 A 3,368 A 0,974 A Susu 101,066 B 2,146 B 0,379 B
Tabel 4.28 Komparasi Pengaruh Suhu Terhadap AUC Dan Imax
Suhu AUC Imax
Mean Group Mean Group
Hangat 40+2oC 147,932 A B 2,848 A Suhu Ruang 25+2oC 166,324 A 3,091 A Dingin 10+2oC 122,523 B 2,332 B
*Berdasarkan uji fisher Minitab 17.0
Pada tabel 4.27 menunjukkan bahwa susu menghasilkan nilai mean yang
lebih rendah bagi AUC, Imax dan Imin, sehingga parameter ini menguatkan data
sebelumnya yang menyatakan susu merupakan palate cleanser yang efektif
untuk sensasi pedas tingkat tinggi. Susu pun lebih baik disajikan pada suhu dingin bila dilihat berdasarakan tabel 4.28, dimana nilai AUC dan Imax yang
dihasilkan lebih kecil dibanding lainnya. Salah satu produk olahan susu yang disajikan dengan suhu dingin yaitu es krim yang juga dinyatakan sebagai palate
cleanser yang efektif bagi sensasi pedas. Maka dari itu, pada penelitian kali ini
dilakukan juga komparasi antara susu dingin dan es krim, sehingga dihasilkan
data ANOVA dengan faktor bentuk olahan (susu dingin dan es krim) . terhadap waktu pengujian dan 3 parameter lainnya (AUC, Imax dan Imin) seperti pada tabel
4.29 dan 4.30.
Tabel 4.29 Hasil ANOVA Pengaruh Bentuk Olahan Terhadap Waktu
Faktor Waktu (detik) P-Value
Bentuk Olahan
30 0,524 60 0,404 90 0,137
120 0,271 Keterangan : (*) berpengaruh nyata
49
Tabel 4.30 Hasil ANOVA Pengaruh Bentuk Olahan Terhadap AUC, Imax dan Imin
Faktor Parameter P-Value
Bentuk Olahan AUC 0,252 Imax 0,524 Imin 0,271
Keterangan : (*) berpengaruh nyata
Kedua tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata yang
dihasilkan dari bentuk olahan baik terhadap waktu pengujian maupun nilai AUC, Imax dan Imin, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa es krim juga efektif
sebagai palate cleanser sensasi pedas tingkat tinggi dengan konsentrasi 0,6%.
Berdasarkan seluruh uji yang telah dilakukan, maka didapatkan bahwa susu dingin dan es krim merupakan palate cleanser yang efektif untuk sensasi pedas
tingkat tinggi. Hal ini diakibatkan selain karena suhu nya yang dingin, es krim
juga masih merupakan emulsi yang mengandung lemak dan juga protein susu
yang bersifat non-polar yaitu kasein. Tidak ada beda nyata ini pun dapat
diakibatkan karena panelis yang sudah beradaptasi dengan sensasi pedas yang
diberikan atau konsentrasi yang kurang tinggi sehingga tidak terlihat perbedaan
nilai yang dihasilkan.
Seperti halnya pada pembahasan pada konsentrasi lainnya, berdasarkan kurva nya, setiap palate cleanser memiliki kecepatan penurunan sensasi
pedasnya masing-masing. Gambar 4.7 merupakan grafik yang menggambarkan kecepatan proses hilangnya sensasi pedas dari masing-masing palate cleanser
yang dikatakan lebih efektif dibandingkan lainnya, namun untuk mengetahui persamaan kecepatan penurunannya maka dibutuhkan penentuan trend terlebih
dahulu dengan proses seperti pada pembahasan sebelumnya dan didapatkan
data seperti pada tabel 4.31.
Gambar 4.7. Grafik Penurunan Intensitas Sensasi Pedas Susu Dingin Dan Es Krim
0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00
0 30 60 90 120 150
Inte
nsita
s
Waktu (Detik)
Susu Dingin
Es Krim
50
Tabel 4.31 Perbandingan Trend Linear Dan Quadratic Kurva Pada Gambar 4.7
Palate Cleanser Model R2 Sig.
Susu Dingin Linear 0,965 0,018 Quadratic 0,999 0,030
Es Krim Linear 0,984 0,008 Quadratic 1,000 0,015
Tabel 4.31 memperlihatkan bahwa quadratic trend juga lebih sesuai dalam
menentukan peramalan nilai kurva seperti tabel 4.9 dan 4.20. Berdasarkan ketiga tabel tersebut, maka semakin menguatkan bahwa bahwa quadratic trend
merupakan trend yang lebih sesuai dalam menentukan nilai atau persamaan
kecepatan penurunan masing-masing palate cleanser dari waktu ke waktu pada
setiap konsentrasi. Bentuk persamaan kurva pada gambar 4.7 yang digunakan
adalah sebagai berikut
𝑦 = 𝑎𝑥2 + 𝑏𝑥 + 𝑦0
dengan nilai x merupakan waktu yang digunakan sedangkan y merupakan nilai
intensitas yang dihasilkan pada detik tersebut. Adapun nilai koefisien dari kurva pada gambar 4.7 dengan bentuk persamaan quadratic trend seperti pada tabel
4.32 berikut. Tabel 4.32. Nilai Koefisien Quadratic Trend Persamaan Kurva Gambar 4.7
Palate Cleanser 𝑎 𝑏 𝑦0
Susu Dingin 1 x 10-4 -0,031 2,602
Es Krim 6,8 x 10-5 -0,025 2,561
Berdasarkan nilai koefisien pada tabel 4.32, maka kecepatan penurunan intensitas sensasi pedas dari setiap palate cleanser dapat diramalkan pada
setiap detiknya. Bila dilihat nilai Y0 antara susu dingin dan es krim, dapat
diketahui pada detik ke-0 es krim akan memberikan intensitas yang lebih rendah dibandingkan susu dingin, sehingga pada awal konsumsi palate cleanser, es krim
lebih efektif dibandingkan lainnya, namun dengan seiringnya waktu, efektivitas palate cleanser dapat diramalakan menggunakan koefisien yang sudah ada.
Sehingga memungkin terjadinya pada detik ke-30 justru susu dingin yang
memberikan nilai intensitas lebih rendah bila dlihat berdasarkan koefisien yang
dihasilkan dan berdasarkan persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa tidak
51
semua palate cleanser yang pada awalnya menghasilkan intensitas sensasi
pedas yang lebih rendah mampu juga menurunkan intensitas sesasi pedas lebih
cepat dibandingkan yang lainnya pada detik-detik berikutnya.
Kemampuan es krim dalam menghasilkan intensitas sensasi pedas lebih
kecil dibanding lainnya pada detik awal diakibatkan es krim memiliki nilai
kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan susu, sehingga pada awal
pengkonsumsiannya, es krim mampu mengikat capsaicin lebih banyak, seperti
yang dikatakan Kitsawad dan Nguyen (2014), bahwa semakin tinggi kandungan
lemak suatu produk maka semakin baik pula dalam menghilangkan sensasi
pedas. Namun pada detik-detik setelahnya susu dingin justru lebih menghasilkan
nilai intensitas yang lebih rendah, hal ini dapat disebakan karena sifat
kekentalannya, dimana susu yang bersifat lebih cair dibandingkan es krim lebih
mudah ditelan atau dimuntahkan para panelis, sehingga capsaicin yang sudah
terikat oleh lemak susu ikut tertelan atau termuntahkan lebih cepat.
52
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarakan penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa susu merupakan palate cleanser yang lebih efektif dibandingkan air dalam
menghilangkan ataupun mengurangi sensasi pedas dari waktu ke waktu pada
lidah dikarenakan susu mengandung komponen non polar yaitu lemak yang
mampu mengikat sumber pemberi sensasi pedas yaitu capsaicin. Selain faktor jenis palate cleanser yang digunakan, suhu juga merupakan faktor
mempengaruhi efetivitas palate cleanser tersebut, dimana efek suhu semakin
terlihat dengan semakin tinggi konsentrasi stimulan pedas yang digunakan.
Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, semakin terlihat suhu dingin yang
mampu menunjukkan keefektivitasannya.
Suhu dingin dianggap lebih efektif dalam menghilangkan sensasi pedas
dikarenakan tidak merangsang sensor panas tinggi yaitu TRPV1 untuk
menimbulkan sensasi pedas atau rasa sakit yang lebih kuat. Selain itu juga suhu
dingin juga memberikan kesan segar sehingga para pengkonsumsinya mampu
melupakan rasa sakit yang ditimbulkan oleh sensasi pedas tersebut. Selain susu
pasteurisasi, es krim juga merupakan produk susu yang biasa disajikan dingn.
Berdasarkan stastistik susu dingin dan es krim tidak menghasilkan beda nyata,
karena pada es krim juga tersapat senyawa non polar seperti pada susu.
Sehingga berdasarkan keseluruhan data, dapat disimpulkan bahwa susu dingin dan es krim merupakan palate cleanser yang lebih efektif dalam menghilangkan
sensasi pedas dibandingkan air dan susu dengan suhu lainnya. 5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, adapun saran yang
dianjurkan penulis adalah sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan uji lainnya yang dapat memperlihatkan komposisi palate
cleanser yang digunakan sebagai salah satu uji pendukung.
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan tambahan faktor rasa (seperti strawberry, coklat dan lainnya) pada palate cleanser sebagai salah satu
bentuk variasi.
53
DAFTAR PUSTAKA Allafa. 2008. Air Bersih. Jakarta : PT Gramedia.
Allison, A.-M. And T. Work. 2004. Fiery and frosty foods pose challenges in sensory evaluation. Pages 32-37 in Food Technology. Vol.58.
Anand, P. dan K. Bley. 2011. Topical Capsaicin for Pain Management. British
Journal of Anaesthesia. Oxford University Press.
Anugrah. 2015. Evaluasi Keterandalan Panel Sensori Menggunakan Analisis
Sekuensial dan Indeks Kompatibilitas. Skripsi. IPB, Bogor.
Arbi, A.S. 2016. Pengenalan Evaluasi Sensori. Universitas Terbuka.
Astawan, M. dan Kasih, A. L. 2008. Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Baron, R.F. and Penield, M.P. 1996. Capsaicin heat intensity – concentration, carrier, at level, and serving temperature effects. Journal o sensory
studies 11 (1996). 295 – 316. Food & Nutrition Press, Inc., Trumbull
BPOM RI. 2009. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Jakarta
: Kepala BPOM
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wooton. 2009. Ilmu Pangan.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Carpenter, R.P., Lyon, D.H., Hasdell, T.A. 2000. Guidelines for Sensory Analysis in food Product Development and Quality Control. PP: 71-91.
Gaithersburg: Aspen Publisher, Inc
54
Cortright, D.N, Krause, J.E dan Broom, D.C. 2007. TRP channels and pain.
Review. Biochimica et Biophysica Acta 1772 (2007) 978-988.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta : Depkes RI.
Dhaniaputri, R. 2015. Mata Kuliah Struktur dan Fisiologi Tumbuhan Sebagai
PengantarPemahaman Proses Metabolisme Senyawa Fitokimia.
Prosidinf Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015. FKIP Universitas
Muhammadiyah Malang.
Eccles, R., et al. 2013. Cold Pleasure. Why We Like Ice Drinks, Ice-Lollies and Ice Cream. Appetite Elsevier. Vol 71 pp. 357-360.
Evelyn, P. 2001. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Penerjemah : Sri
Yuliani Handoyo. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fandra, M.D. 2014.Perbedaan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis dan
Rasa Pahit pada Perokok dan Non Perokok.Skripsi. Fakultas
Kedokteran Gigi. Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Guyton, A.C. 2001. Buku ajar fisiologikedokteran (Indera Kimia-pengecapan dan penciuman). Penerjemah : Irawati Setiawan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Harikedua, S D. 2010. Efek Penambahan Ekstrak Air Jahe (Zingiber officinale
Roscoe) dan Penyimpanan Dingin terhadap Mutu Sensori Ikan Tuna (Thunnus albacores). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol VI (1): 36-40
Hasanah, U. 2014. Ambang Sensori Rasa Dasar dan Preferensi dalam
Matriks Pangan dengan Pendekatan Multikultural di Indonesia. Tesis.
IPB, Bogor.
Hayati,R., Marliah, A., dan Rosita, F. 2012. SIFAT KIMIA DAN EVALUASI
SENSORI BUBUK KOPI ARABIKA. Jurnal Floratek. PP:66-75
55
Jacewicz, M. 2008. Smell and taste disorders (Merck Manual Hand Books). http://www.merckmanuals.com/home/print/ear_nose_and_throatdisorders/n
ose_sinus_and_taste_disorders/smell_and_taste_disorders.htm#Index.
Last update 20 Juli 2008.
Jacob, T. 2010. A tutorial on the sense of taste (Cardiff Univerity,UK). http://www.cf.ac.uk/biosi/staffinfo/jacob/teaching/sensory/taste.html#Index.
Last update 10 November 2010.
Johnson EA & Vickers Z. 2004. The Effectiveness Of Palate Cleansing Strategies For Evaluating The Bitterness Of Caffeine In Cream Cheese. Food. Qual. Prefer. 15(4):311-316.
Kamaladewi, N. 2013. Kisah 1001 Fakta Sains Tersuper di Dunia. Jakarta :
Grasindo.
Kanoni, S., S. Hadiwiyoto dan S. Naruki, 1997. Biokimia dan Teknologi Protein
Hewani. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Karo, D M., Fibrianto, K. 2015. Implementasi Content Analysis dalam
Eksplorasi Sensori Lexicon Susu Pasteurisasi: Kajian Pustaka. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. Vol III (4):1567-1572
Kemp, S.E., T. Hollowood and J.Hort. 2009. Sensory Evaluation : A Pratical Handbook. Chichester, U.K. : Woodhead Publishing.
Kitsawad, K. And Nguyen, T.T. 2014. Determination of suitable palate cleasner for spicy tom yum soup. Journal of Food Technologies. Vol
25(3) : 28-30. Bangkok.
Koes, I. 2012. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
Kumar, R., et al. 2011. A Review on Molecular Characterization of Pepper for Capsaicin and Oleoresin. Int. J. Plant.Breed. Genet. Vol. 5 (2): 102-103.
56
Lawless, H.T. 2010. A Simple Aternative Analysisi For Threshold Data Determined By Ascending Foced-Choice Methods Of Limits. Journal of Sensory Studies. Volume 25, Issue 3, 2010 : 332-346.
Lawless, H. T. dan Heyman, H. 2010. Sensory Evaluation of Food Principles and Practices Second Edition. Springer : New York.
Lee, K.W. and Kim K.O. 2013. Effect of Fat and Sucrose in Palate Cleanser on Discrimination of Burning Sensation of Capsaicin Samples.
Journal of Food Science and Biotechnology. 22(3): 691-696 (2013).
Springer : Korea.
Lucak, C.L. 2008. Determination of Various Palate Cleanser Efficacies for Representative Food Types. Thesis. The Ohio State University.
Mc Sweeney, P.L.H and P.F. Fox. 2009. Advanced Dairy Chemistry Volume 3.
Springer. USA. Hal 100
Meilgaard, M, Civille, GV, dan Carr, BT. 2003. Sensory Evaluation Techniques.
Boca Raton: CRC Press
Meilgaard, M., Civille, G.V., Carr, B.T. 2006. Sensory Evaluation Techniques, 4rd edition, Chapters 2. CRC Press LLC, Boca Raton. Florida
Menteri Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Ditetapkan di Jakarta, 19 April 2010.
Noble, A. 2007. Subject Capsaicin. Dilihat pada 23 September 2016.
http://tech.groups.yahoo.com/group/sensory/message/2473
Poste, L.M., Deborah, A.M., Gail, B., Elizabeth, L. 2011. Laboratory Methods for Sensory Analysis of Food. Research Branch Agriculture Canada
Publication 1864/E.
57
Prayudi, B. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum annum L.). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah.
Redaksi Agromedia. 2011. Petunjuk Praktis Bertanam Cabai. Jakarta : PT
AgroMedia Pustaka.
Rensburg, G. 2005. Oral diaseases and sosio-economic status (SES). British
Dental Journal. Vol.194, no.2.
Rodriguez, M.A. et al. 2016.The effectiveness of Different Palate Relievers againts a Hot Chili Pepper Sauce. Journal of Emerging Investigators.
Instituto Tecnológico de Estudios Superiores de Monterrey- Campus
Cuernavaca, Mexico. Published on June 11, 2016.
Ronald. 1996. Buku Ajaran Histologi. Penerjemah: Yan Tambayong. Penerbit
Buku Kedokteram EGC, Jakarta.
SAINSME. 2013. Begini Cara Lidah Merasakan Sensasi Pedas. https://sains.
me/2013/02/18/begini-cara-lidah-merasakan-sensasi-pedas/. Dilihat pada
26 September 2016.
Schiffman, S.S., et al. 1999. Effect of temperature, pH and ions on sweet
taste. Journal of Physiology & Behavior 68 (2000) 469-481. Elesevier
Science Inc., USA.
Senthil, A. dan Bhat, K.K. 2010. Best Estimated Taste Detection Threshold for Cardamom (Elettaria Cardamomum Maton) Aroma in Different Media. Journal of Sensory Studies. Fakultas Ilmu Sensori, Institut Penelitian
Teknologi Pangan, Mysore, India.
Simon, S. A., and Araujo, I. E. 2005. The Salty and Burning Taste of Capsaicin. Journal of General Physiology. Rockfeller University Press.
Vol.125 pp.531-534.
58
Soekarto, S. 2002. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Soesanto, L., E. Mgiastutu, R. Feti. 2011. Pemanfaatan Beberapa Kaldu Hewan Sebagai Bahan Formula Cair Pseudomonas Fluorescens P60 Untuk Mengendalikan Sclerotium Rolfsii Pada Tanaman Mentimun.
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 17, No. 1, 2011: 7–17.
Universitas Jendral Soedirman : Purwokerto.
Susilorini, T.E. dan M.E. Sawitri. 2007. Produk Olahan Susu. Yogyakarta :
Penebar Swadaya.
Talavera, K., dkk. 2006. Influence of temperature on taste perception. Journal
of Celluler and Molecular Life Science. 64 (2007) 377-381. Birkhauser
Verlag, Basel.
Utami, I. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu Mengenai Susu dan
Faktor Lainnya Dengan Riwayat Konsumsi Susu Selama Masa Usia Sekolah Dasar pada Siswa Kelas I SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi. UI, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Depok
Weiss, E.A. 2002. Spice Crops. CABI Publishing International, New York
Wijaya, H.C. 2008. Sensasi Rasa. http://www.foodreview.co.id/login/preview.php
?view&id=55764. Dilihat pada 26 September 2016.
Zhang, G-H, Zhang, H-Y et al. 2008. The Relationship between fungigorm
papillae densit and detection threshold for surcrose in the young ales.
Journal of Oxford University Press 2008; vol.10, no 1.
59
LAMPIRAN
Lampiran1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Panelis
M Lembar Persetujuan sebagai Panelis dalam Penelitian Sensori
Judul Penelitian : Komparasi Efektvitas Air dan Susu Sebagai Palate
Cleanser Sensasi Pedas (Kajian Suhu Penyajian
Palate Cleanser)
Ketua Peneliti : Kiki Fibrianto, S.TP., M.Phil., Ph.D
Anggota : Nabila Tari Puanda
Kontak : 081284809860
Saya adalah salah satu mahasiswa/i Universitas Brawijaya dengan
kisaran usia 18-25 tahun. Apabila saya memiliki gangguan kesehatan berupa alergi terhadap bahan pangan tertentu atau yang diujikan, maka saya akan menginformasikannya sebelum penelitian berlangsung.
Saya telah mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian dan telah mendapatkan informasi yang jelas. Oleh karena itu, saya akan mengikuti segala peraturan dan instruksi yang diberikan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi panelis dalam penelitian yang dilakukan. Sebagai panelis, saya akan mengikuti penelitian yang berlangsung dari awal hingga akhir penelitian. Selama penelitian berlangsung, saya akan memberikan informasi yang diperlukan dengan penuh kejujuran.
Saya mengerti apabila semua informasi pada penelitian ini sangat penting dan rahasia, sehingga saya bersedia ikut serta dalam menjaga keamanannya.
Saya telah membaca dengan baik lembar Persetujuan sebagai Panelis dan telah memahami mengenai keterlibatan sebagai panelis sensori. Peneliti Panelis Nabila Tari Puanda .................................
60
Kuisioner Uji Threshold
Tanggal :
Nama :
Sampel :
INSTRUKSI
Di hadapan Anda terdapat lima (5) set sampel, setiap set (baris) terdiri dari tiga (3) sampel.
1. Awali pengujian dengan berkumur sedikit air putih.
2. Mulailah pencicipan dari set pertama hingga terakhir.
3. Berikan penilaian sampel manakah yang memiliki sensai paling pedas.
4. Agar lebih yakin dengan penilaian Anda, Anda boleh mengulang
pencicipan antar sampel dalam 1 set.
5. Setelah yakin dengan penilaian Anda, lingkarilah kode sampel yang ada
pada kolom dibawah yang menurut Anda memiliki sensasi paling pedas
pada setiap set yang disajikan.
6. Sebelum mencoba set sampel baru, lakukan penetralan dengan berkumur
sedikit air putih.
7. Lanjutkan proses pencicipan pada seluruh set dengan cara seperti di atas.
8. Anda tidak diperbolehkan mengulang pencicipan antar set yang berbeda.
Setelah selesai melakukan penilaian pada setiap set, pilihlah salah satu kode
sampel yang menurut Anda paling pedas pada tabel di bawah ini. (Lingkari
pilihan Anda)
Sampel Set Kode Sampel
1 358 206 275
2 135 459 811
3 653 973 507
4 672 139 34
5 101 742 758
Lampiran 2. Kuisioner Uji Threshold
61
Lampiran 3. Tabulasi Data Threshold
1 = Merasakan adanya sensai pedas 0 = Tidak merasakan adanya sensasi pedas
Panelis Konsentrasi Cabai
Nilai BET 0% 0,10% 0,20% 0,40% 0,60%
Pan_1 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_2 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_3 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_4 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_5 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_6 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_7 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_8 0 1 0 1 1 0,28 %
Pan_9 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_10 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_11 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_12 0 0 1 1 1 0,14 %
Pan_13 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_14 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_15 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_16 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_17 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_18 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_19 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_20 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_21 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_22 0 1 1 1 1 0,1 %
Pan_23 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_24 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_25 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_26 0 0 0 0 1 0,6 %
Pan_27 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_28 0 0 1 1 1 0,14 %
Pan_29 0 1 0 1 1 0,28 %
Pan_30 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_31 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_32 1 1 1 1 1 0,1 %
Pan_33 1 1 1 1 1 0,1 %
Nilai BET Keseluruhan 0,11 %
62
Lampiran 4. Kuisioner Uji Palate Cleanser Time Intensity
Kuisioner Uji Palate Cleanser (Time Intensity)
Tanggal : Nama/Usia : Kode Sampel : Kode Palate Cleanser : Instruksi : 1. Lakukan pencicipan sampel sebanyak 25 ml sesuai yang sudah
disediakan. 2. Masukkan sampel ke dalam mulut dan diamkan di dalam mulut selama 5
detik, kemudian dimuntahkan. 3. Lanjutkan dengan melakukan pencicipan palate cleanser dan tahan
selama 5 detik di mulut, kemudian muntahkan. 4. Rasakan sensasi pedas yang tertinggal dimulut selama 30 detik, 60 detik,
90 detik dan 120 detik (total 2 menit) setelah memuntahkan palate cleanser yang sebelumnya. Berikan garis vertikal pada garis yang telah disediakan setiap ada aba-aba dari panelis ketua. Garis tersebut menunujukan tingkat rasa pedas yang masih terasa (semakin ke kanan semakin pedas). 30 Detik Setelah Memuntahkan Palate Cleanser
60 Detik Setelah Memuntahkan Palate Cleanser
90 Detik Setelah Memuntahkan Palate Cleanser
120 Detik Setelah Memuntahkan Palate Cleanser
63
Lampiran 5. Kode Pasangan dan Jadwal
- Kode Pasangan palate cleanser dengan konsentrasi pedas
- Jadwal Panelis
Panelis Pertemuan Ke-
1 2 3 4 5 6 7
Pan_1 1 5 3 4 8 6 7 2 9 10 11 12 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_2 1 5 3 7 8 6 4 2 9 10 11 12 16 14 15 13 20 18 19 17 21
Pan_3 4 5 3 1 2 6 7 8 9 10 11 12 13 17 15 16 14 21 19 20 18
Pan_4 4 2 6 1 5 3 7 8 9 10 11 15 13 17 15 19 14 18 16 20 21
Pan_5 4 5 3 1 8 9 7 2 6 13 14 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_6 4 5 3 1 2 6 7 8 9 13 14 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_7 4 2 6 1 8 9 7 5 3 10 11 15 13 14 15 16 20 18 19 17 21
Pan_8 4 2 6 1 5 3 7 8 9 10 11 15 13 14 15 16 20 18 19 17 21
Palate Cleanser Konsentrasi Pedas
0,2% 0,4% 0,6%
Air hangat (40+2oC) 1 2 3
Air biasa (25+2oC) 4 5 6
Air dingin (10+2oC) 7 8 9
Susu hangat (40+2oC) 10 11 12
Susu biasa (25+2oC) 13 14 15
Susu dingin (10+2oC) 16 17 18
Es krim 19 20 21
64
- Jadwal Panelis (Lanjutan )
Panelis Pertemuan ke-
1 2 3 4 5 6 7
Pan_9 4 2 6 7 8 9 1 5 3 13 14 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_10 4 5 3 7 8 9 1 2 6 13 11 12 13 14 18 19 17 15 16 20 21
Pan_11 4 5 3 7 8 9 1 2 6 13 11 12 13 14 18 19 17 15 16 20 21
Pan_12 4 2 6 7 8 9 1 5 3 10 11 12 13 14 18 19 17 15 16 20 21
Pan_13 1 5 6 7 8 3 4 2 9 10 14 12 13 14 18 16 20 15 19 17 21
Pan_14 1 5 3 7 8 6 4 2 9 10 14 12 13 14 15 16 20 18 19 17 21
Pan_15 1 5 6 7 8 3 4 2 9 13 14 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_16 1 5 6 4 2 9 7 8 3 13 14 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_17 4 2 6 1 5 9 7 8 3 13 11 12 13 14 15 19 17 18 16 20 21
Pan_18 4 2 6 1 5 9 7 8 3 13 11 12 13 14 15 19 17 18 16 20 21
Pan_19 1 5 6 7 2 9 4 8 3 13 11 12 13 14 15 19 17 18 16 20 21
Pan_20 4 5 3 7 2 9 1 8 6 10 11 12 13 14 15 19 17 18 16 20 21
Pan_21 1 5 6 7 2 3 4 8 9 10 11 12 16 14 15 13 20 18 19 17 21
Pan_22 4 5 3 1 2 9 7 8 6 10 14 12 16 14 15 13 20 18 19 17 21
Pan_23 4 5 3 7 8 6 1 2 9 10 14 12 16 14 15 13 20 18 19 17 21
Pan_24 1 5 6 4 8 9 7 2 3 10 14 12 16 14 15 13 20 18 19 17 21
Pan_25 4 5 3 1 8 9 7 2 6 13 14 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_26 4 5 3 7 8 6 1 2 9 10 14 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_27 4 2 6 7 8 9 1 5 3 10 11 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_28 4 5 3 1 2 9 7 8 6 10 11 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_29 1 5 6 4 2 3 7 8 9 13 14 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
Pan_30 4 2 3 7 8 6 1 5 9 13 14 15 13 14 15 16 17 21 19 20 18
65
- Jadwal Panelis (Lanjutan )
Panelis Pertemuan ke-
1 2 3 4 5 6 7
Pan_31 4 5 3 1 2 9 7 8 6 10 11 12 13 14 15 16 20 18 19 17 21
Pan_32 1 5 6 4 2 9 7 8 3 13 11 12 13 14 15 19 17 18 16 20 21
Pan_33 1 5 6 4 2 9 7 8 3 10 14 12 13 14 15 19 17 18 16 20 21
66
Lampiran 6. Tabel Kolmogorov-Smirnov
67
Lampiran 7. Hasil Data One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Palate Cleanser Air Hangat (40+2oC) Air Suhu Ruang (25+2oC) Air Dingin (10+2oC)
Konsentrasi 0,20% 0,40% 0,60% 0,20% 0,40% 0,60% 0,20% 0,40% 0,60%
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Normal Parametersa Mean 0,67435 1,140153 2,172728 0,780303 1,672728 2,43712 0,609848 0,96894 1,771215
Std. Deviation
0,535356 0,755034 1,111088 0,59828 0,869149 1,080602 0,509978 0,673969 0,91902
Most Extreme Differences
Absolute 0,202314 0,192406 0,17757 0,210425 0,14804 0,163246 0,210244 0,193906 0,176048
Positive 0,202314 0,192406 0,17757 0,210425 0,14804 0,163246 0,210244 0,193906 0,176048
Negative -0,16219 -0,1472 -0,14972 -0,15857 -0,13413 -0,14515 -0,17352 -0,1456 -0,1397
Kolmogorov-Smirnov Z 0,404628 0,384813 0,355141 0,420851 0,296081 0,326492 0,420488 0,387812 0,352096
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,996692 0,998431 0,999601 0,994378 0,999993 0,999928 0,994441 0,99823 0,999661
a. Test distribution is Normal.
Palate Cleanser Susu Hangat (40+2oC) Susu Suhu Ruang (25+2oC) Susu Dingin (10+2oC)
Konsentrasi 0,20% 0,40% 0,60% 0,20% 0,40% 0,60% 0,20% 0,40% 0,60%
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Normal Parametersa Mean 0,354546 0,700758 1,164393 0,453788 0,84394 1,302273 0,350758 0,648485 1,00379
Std. Deviation
0,358986 0,603608 0,81342 0,353611 0,647534 0,916042 0,266188 0,411968 0,591413
Most Extreme Differences
Absolute 0,225524 0,203123 0,201923 0,207575 0,194188 0,192166 0,214424 0,196691 0,217404
Positive 0,225524 0,203123 0,201923 0,207575 0,194188 0,192166 0,214424 0,196691 0,217404
Negative -0,17656 -0,16849 -0,15702 -0,16271 -0,15106 -0,15121 -0,16449 -0,15329 -0,1661
Kolmogorov-Smirnov Z 0,451048 0,406247 0,403845 0,415149 0,388376 0,384332 0,428849 0,393381 0,434809
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,987079 0,996502 0,996781 0,9953 0,99819 0,998461 0,992864 0,997802 0,991551
a. Test distribution is Normal.
68
Lampiran 7. Hasil Data One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Lanjutan)
Palate Cleanser Es Krim
Konsentrasi 0,20% 0,40% 0,60%
N 4 4 4
Normal Parametersa Mean 0,24697 0,55303 1,16894
Std. Deviation
0,209018 0,396075 0,565124
Most Extreme Differences Absolute 0,221453 0,207825 0,182926
Positive 0,221453 0,207825 0,182926
Negative -0,19021 -0,16466 -0,14739
Kolmogorov-Smirnov Z 0,442906 0,415651 0,365851
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,989493 0,995223 0,99932
a. Test distribution is Normal.
69
Lampiran 8. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Air
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_1
0,20% 2,7 1,5 0,2 0,0 2,4 0,7 0,1 0,1 2,6 0,6 0,0 0,0
0,40% 2,7 1,5 0,3 0,0 5,8 4,2 2,9 1,7 2,8 1,6 0,1 0,0
0,60% 4,2 3,1 2,1 0,3 5,9 4,2 3,3 2,7 4,6 2,9 1,4 0,4
Pan_2
0,20% 1,3 0,9 0,6 0,3 0,7 0,6 0,4 0,3 0,5 0,2 0,0 0,0
0,40% 1,4 1,1 0,8 0,4 3,1 2,9 2,3 1,6 1,3 0,9 0,3 0,1
0,60% 4,3 3,5 0,9 0,5 5,2 3,7 3,1 2,3 2,7 2,2 1,9 1,5
Pan_3
0,20% 3,3 2,8 2,3 1,2 2,7 2,0 0,9 0,6 2,5 2,0 1,0 0,5
0,40% 3,2 2,7 2,5 1,3 4,4 3,8 3,1 1,7 2,8 2,5 1,3 0,8
0,60% 3,9 3,5 3,1 1,9 4,8 4,2 4,0 3,7 3,7 3,3 2,7 1,7
Pan_4
0,20% 0,3 0,2 0,0 0,0 1,0 0,7 0,3 0,1 0,5 0,2 0,0 0,0
0,40% 0,8 0,2 0,0 0,0 1,4 0,8 0,3 0,2 0,6 0,4 0,2 0,1
0,60% 2,4 1,7 0,8 0,3 2,5 1,7 1,0 0,3 1,0 0,6 0,4 0,1
Pan_5
0,20% 2,5 1,3 0,6 0,1 3,4 2,9 0,4 0,2 3,0 1,0 0,4 0,2
0,40% 5,8 4,2 1,7 0,7 4,9 3,6 2,7 1,1 4,3 2,6 1,1 0,0
0,60% 7,6 5,9 1,8 0,7 7,0 5,9 4,1 2,7 4,6 3,0 1,5 0,6
Pan_6
0,20% 0,7 0,2 0,0 0,0 0,7 0,1 0,0 0,0 1,8 0,2 0,0 0,0
0,40% 2,0 0,9 0,1 0,0 3,1 1,4 0,6 0,0 3,9 2,0 0,5 0,0
0,60% 3,8 2,3 0,9 0,1 3,8 2,5 0,8 0,0 4,6 3,0 1,0 0,2
70
Lampiran 8. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Air (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_7
0,20% 0,3 0,2 0,1 0,0 0,4 0,3 0,1 0,0 1,0 0,6 0,3 0,2
0,40% 0,5 0,4 0,3 0,2 0,6 0,3 0,1 0,0 1,0 0,8 0,5 0,2
0,60% 1,7 1,4 1,1 0,7 1,1 0,9 0,5 0,4 2,0 1,3 0,8 0,5
Pan_8
0,20% 1,3 0,3 0,0 0,0 1,6 0,7 0,4 0,0 1,4 0,6 0,1 0,0
0,40% 2,3 0,7 0,3 0,0 2,4 1,8 1,3 0,4 1,9 0,6 0,4 0,1
0,60% 2,9 2,2 1,7 0,3 3,1 2,1 1,3 0,6 2,0 1,3 0,8 0,2
Pan_9
0,20% 0,7 0,4 0,0 0,0 1,3 0,8 0,3 0,0 0,6 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,8 0,4 0,0 0,0 2,2 1,4 0,6 0,0 0,8 0,3 0,0 0,0
0,60% 0,8 0,5 0,3 0,0 4,5 2,5 0,7 0,0 1,5 0,7 0,0 0,0
Pan_10
0,20% 2,8 1,6 0,3 0,0 4,3 2,9 1,6 0,3 1,4 0,2 0,0 0,0
0,40% 3,8 2,1 0,9 0,2 4,6 3,6 2,4 1,4 2,6 0,6 0,0 0,0
0,60% 3,8 2,4 1,0 0,3 4,8 3,8 3,3 2,1 3,1 2,5 1,5 0,7
Pan_11
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,60% 1,1 0,7 0,3 0,0 4,1 3,6 2,1 0,7 0,0 0,0 0,0 0,0
Pan_12
0,20% 0,7 0,3 0,1 0,0 1,7 1,0 0,1 0,0 0,6 0,1 0,0 0,0
0,40% 1,0 0,5 0,2 0,0 3,3 1,7 0,8 0,0 2,0 1,3 0,8 0,3
0,60% 4,4 2,6 1,3 0,4 5,6 3,9 2,7 1,0 4,0 2,7 1,5 0,7
Pan_13
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,2 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,6 0,5 0,4 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,9 0,8 0,7 0,7 0,0 0,0 0,0 0,0
71
Lampiran 8. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Air (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_14
0,20% 3,2 2,1 1,7 1,1 3,2 2,5 1,5 0,8 0,8 0,5 0,3 0,0
0,40% 4,8 3,8 3,2 2,5 4,0 3,0 2,0 1,3 1,0 0,8 0,3 0,0
0,60% 5,1 4,6 4,1 3,6 4,2 3,6 3,4 2,8 5,0 4,0 3,0 2,5
Pan_15
0,20% 0,1 0,0 0,0 0,0 0,4 0,2 0,1 0,0 1,9 1,4 0,7 0,2
0,40% 0,3 0,1 0,0 0,0 1,0 0,6 0,1 0,0 2,0 1,4 0,8 0,3
0,60% 3,0 1,9 0,9 0,0 1,7 0,7 0,3 0,1 3,5 2,1 0,9 0,7
Pan_16
0,20% 3,4 2,5 1,5 0,3 2,4 1,9 1,6 0,8 2,1 1,0 0,8 0,3
0,40% 3,9 3,4 1,6 0,5 3,0 2,5 2,3 1,7 2,5 2,1 1,1 0,5
0,60% 4,1 3,4 2,0 0,7 4,5 3,8 3,1 2,0 2,7 2,5 1,6 0,5
Pan_17
0,20% 0,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0
0,40% 1,8 1,0 0,0 0,0 1,0 0,2 0,0 0,0 0,8 0,0 0,0 0,0
0,60% 2,0 1,2 0,0 0,0 1,8 0,8 0,3 0,0 1,6 1,0 0,6 0,0
Pan_18
0,20% 0,1 0,0 0,0 0,0 1,6 0,6 0,3 0,0 0,6 0,2 0,1 0,0
0,40% 0,1 0,0 0,0 0,0 1,8 0,8 0,4 0,2 0,6 0,3 0,1 0,0
0,60% 0,4 0,3 0,1 0,0 2,4 1,4 0,6 0,3 0,9 0,5 0,2 0,1
Pan_19
0,20% 1,2 0,8 0,6 0,3 1,3 1,0 0,4 0,1 0,7 0,5 0,3 0,1
0,40% 2,2 2,0 1,5 0,8 1,9 1,3 1,0 0,7 0,9 0,7 0,5 0,2
0,60% 2,8 2,3 2,0 1,4 2,4 1,8 1,7 1,0 2,5 2,1 2,1 1,8
Pan_20
0,20% 1,5 1,0 0,5 0,2 3,4 2,9 2,1 1,4 2,3 1,8 1,2 0,7
0,40% 1,6 1,3 0,8 0,4 5,3 5,0 4,8 4,6 3,7 3,3 2,6 2,3
0,60% 4,9 4,4 3,8 3,1 7,8 7,3 6,6 6,0 5,8 5,2 4,5 3,3
72
Lampiran 8. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Air (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_21
0,20% 0,3 0,1 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,6 0,4 0,2 0,2
0,40% 0,8 0,6 0,3 0,1 1,4 0,4 0,0 0,0 0,3 0,3 0,0 0,0
0,60% 2,3 2,2 1,8 1,3 2,1 1,6 0,6 0,3 1,0 0,9 0,5 0,5
Pan_22
0,20% 0,3 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,4 0,0 0,0 0,0 0,8 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,7 0,0 0,0 0,0 0,8 0,2 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0
Pan_23
0,20% 0,3 0,1 0,0 0,0 0,8 0,1 0,0 0,0 0,5 0,3 0,0 0,0
0,40% 0,7 0,3 0,1 0,0 1,0 0,4 0,1 0,0 0,8 0,3 0,1 0,0
0,60% 1,0 0,4 0,1 0,0 1,3 0,6 0,2 0,0 1,0 0,4 0,2 0,0
Pan_24
0,20% 4,4 2,8 1,4 0,6 2,3 1,0 0,4 0,1 4,0 3,3 2,1 0,5
0,40% 4,7 2,9 2,0 0,9 4,1 3,0 2,0 0,6 4,3 4,0 3,1 1,0
0,60% 5,2 3,1 2,2 1,3 4,6 3,1 2,3 1,3 5,3 4,0 3,2 2,1
Pan_25
0,20% 0,7 0,3 0,0 0,0 0,1 0,1 0,0 0,0 0,8 0,8 0,7 0,6
0,40% 1,1 0,6 0,5 0,4 1,4 1,3 0,5 0,1 1,5 1,1 0,9 0,9
0,60% 5,1 4,9 4,5 4,2 3,7 3,3 2,5 1,6 2,9 2,7 2,6 2,6
Pan_26
0,20% 1,3 0,7 0,4 0,1 1,8 1,3 0,6 0,2 2,1 1,5 0,7 0,3
0,40% 1,7 1,0 0,5 0,2 3,4 2,9 2,1 1,1 2,1 1,6 1,0 0,3
0,60% 3,2 2,5 1,5 0,3 3,7 3,3 2,9 1,4 2,7 2,0 1,2 0,5
Pan_27
0,20% 0,3 0,1 0,0 0,0 0,4 0,2 0,0 0,0 1,1 0,6 0,2 0,0
0,40% 1,9 1,0 0,4 0,0 0,5 0,2 0,1 0,0 0,9 0,3 0,1 0,0
0,60% 3,5 1,8 0,4 0,1 1,0 0,7 0,3 0,0 3,1 2,4 1,4 0,7
73
Lampiran 8. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Air (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_28
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3 0,1 0,0 0,0 1,8 1,1 0,4 0,1
0,40% 3,2 2,0 0,0 0,0 3,9 2,7 2,0 0,0 2,0 1,7 0,5 0,0
0,60% 6,0 5,8 5,0 4,4 4,1 3,0 0,8 0,0 5,1 3,0 1,4 0,3
Pan_29
0,20% 2,8 2,0 1,0 0,3 2,4 1,4 0,9 0,4 0,8 0,3 0,0 0,0
0,40% 3,4 2,9 2,1 0,5 3,3 2,7 2,0 1,0 2,3 2,0 1,7 0,4
0,60% 3,9 3,1 2,1 1,3 3,3 2,8 2,0 1,7 3,2 2,1 1,1 0,5
Pan_30
0,20% 1,0 0,3 0,2 0,0 1,1 0,7 0,1 0,0 2,0 1,8 0,6 0,1
0,40% 3,7 3,5 2,7 2,0 5,6 3,9 2,4 0,8 3,9 2,8 1,5 0,5
0,60% 7,3 5,9 4,2 2,0 5,7 4,2 2,5 1,0 5,8 4,8 3,7 2,0
Pan_31
0,20% 2,3 1,2 0,8 0,2 2,5 1,7 0,8 0,3 1,7 1,0 0,5 0,0
0,40% 2,3 1,4 0,8 0,3 2,5 2,1 1,7 0,8 1,7 1,0 0,5 0,2
0,60% 3,2 2,6 1,6 0,7 3,7 3,4 2,8 1,6 2,5 1,7 0,8 0,4
Pan_32
0,20% 4,4 2,3 0,6 0,1 5,2 2,7 1,3 0,3 2,6 0,6 0,2 0,3
0,40% 4,8 2,5 1,5 0,1 5,6 4,4 2,7 1,0 3,5 1,8 0,7 0,3
0,60% 5,7 3,1 1,8 0,8 6,5 4,8 2,8 1,0 4,8 3,0 2,1 0,3
Pan_33
0,20% 0,3 0,0 0,0 0,0 0,6 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 1,0 0,2 0,0 0,0 1,6 1,2 0,6 0,0 0,6 0,2 0,0 0,0
0,60% 4,9 2,5 1,4 0,3 4,0 3,5 2,1 0,7 0,7 0,3 0,0 0,0
Rata-rata
0,20% 1,37 0,79 0,39 0,15 1,54 0,95 0,45 0,18 1,29 0,69 0,33 0,13
0,40% 2,08 1,37 0,76 0,35 2,71 1,96 1,34 0,68 1,80 1,19 0,63 0,26
0,60% 3,49 2,60 1,66 0,94 3,72 2,84 1,98 1,21 2,90 2,07 1,35 0,77
74
Lampiran 9. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Susu
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_1
0,20% 2,2 1,4 0,2 0,0 1,9 1,5 0,6 0,1 3,4 2,8 0,2 0,0
0,40% 2,2 1,5 0,5 0,0 4,3 2,8 2,1 0,4 4,6 4,0 3,2 1,6
0,60% 2,7 2,3 1,3 0,2 5,8 4,6 2,6 1,7 6,3 5,5 3,9 2,3
Pan_2
0,20% 0,4 0,1 0,0 0,0 0,4 2,2 1,6 0,7 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,7 0,4 0,0 0,0 5,0 3,8 2,3 0,9 0,1 0,0 0,0 0,0
0,60% 1,7 0,9 0,3 0,0 6,9 5,1 2,6 1,7 0,2 0,1 0,0 0,0
Pan_3
0,20% 0,6 0,2 0,0 0,0 0,8 0,6 0,2 0,0 2,7 2,3 1,7 0,4
0,40% 1,3 0,5 0,3 0,0 2,5 2,0 1,6 0,6 2,8 2,3 2,0 0,5
0,60% 2,9 2,0 1,3 0,2 3,2 2,2 2,0 1,7 3,9 2,6 2,1 2,1
Pan_4
0,20% 0,1 0,0 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,4 0,2 0,0 0,0
0,40% 0,6 0,2 0,0 0,0 0,4 0,1 0,0 0,0 1,4 0,6 0,2 0,1
0,60% 1,0 0,5 0,3 0,0 1,1 0,6 0,0 0,0 1,5 0,7 0,3 0,1
Pan_5
0,20% 1,9 0,7 0,2 0,0 1,6 0,8 0,4 0,1 1,9 0,5 0,2 0,1
0,40% 2,3 0,9 0,3 0,1 2,4 1,6 0,4 0,2 3,9 2,3 0,8 0,3
0,60% 4,1 2,6 0,7 0,1 3,9 2,6 1,4 1,0 5,8 4,5 3,4 1,4
Pan_6
0,20% 1,0 0,4 0,0 0,0 0,4 0,1 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0
0,40% 1,8 0,5 0,0 0,0 0,9 0,1 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0
0,60% 2,0 0,5 0,1 0,0 1,9 0,2 0,0 0,0 0,4 0,1 0,0 0,0
Pan_7
0,20% 0,5 0,3 0,1 0,0 0,2 0,1 0,0 0,0 0,5 0,3 0,0 0,0
0,40% 0,8 0,7 0,4 0,2 0,7 0,4 0,3 0,0 0,7 0,4 0,0 0,0
0,60% 0,9 0,7 0,5 0,0 0,8 0,6 0,6 0,4 1,1 0,6 0,1 0,0
75
Lampiran 9. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Susu (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_8
0,20% 1,4 0,6 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0
0,40% 2,2 0,9 0,0 0,0 2,1 1,3 0,3 0,0 0,8 0,4 0,0 0,0
0,60% 2,2 1,2 0,2 0,0 2,2 1,5 0,6 0,2 2,2 1,6 0,3 0,1
Pan_9
0,20% 1,9 1,5 0,6 0,1 0,4 0,2 0,0 0,0 1,8 1,0 0,5 0,0
0,40% 2,1 1,7 0,9 0,3 0,6 0,4 0,0 0,0 1,9 1,5 0,6 0,1
0,60% 2,4 1,8 1,4 0,5 0,9 0,4 0,2 0,0 2,4 1,5 1,0 0,8
Pan_10
0,20% 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0
0,40% 1,3 0,5 0,2 0,0 1,2 0,6 0,0 0,0 0,4 0,1 0,0 0,0
0,60% 4,4 3,2 2,0 0,7 3,0 1,5 0,4 0,0 2,5 1,2 0,1 0,0
Pan_11
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,7 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,0 0,0 0,0 0,0 1,2 0,4 0,0 0,0 0,9 0,2 0,0 0,0
Pan_12
0,20% 0,4 0,2 0,1 0,0 0,3 0,2 0,1 0,0 0,9 0,4 0,0 0,0
0,40% 0,9 0,5 0,3 0,1 0,9 0,4 0,1 0,0 1,1 0,7 0,2 0,0
0,60% 1,2 0,6 0,3 0,0 1,2 0,6 0,1 0,0 1,6 0,7 0,2 0,0
Pan_13
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,2 0,1 0,0 0,0
Pan_14
0,20% 1,6 1,2 0,6 0,0 2,2 1,6 0,7 0,4 4,8 4,1 3,0 1,8
0,40% 3,5 2,9 2,3 1,1 2,8 1,8 0,9 0,2 5,6 4,3 3,4 1,8
0,60% 5,4 4,7 4,2 3,0 3,0 1,8 0,9 0,4 6,1 4,5 3,3 2,2
76
Lampiran 9. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Susu (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_15
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,6 0,4 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,4 0,1 0,0 0,0 0,6 0,5 0,3 0,2 0,1 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,9 0,4 0,2 0,0 0,7 0,4 0,3 0,2 0,4 0,0 0,0 0,0
Pan_16
0,20% 2,3 1,2 0,2 0,0 1,4 1,1 0,3 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0
0,40% 3,7 1,8 1,0 0,3 2,5 1,8 0,6 0,2 0,3 0,1 0,0 0,0
0,60% 4,3 2,8 1,8 0,5 3,8 2,0 1,1 0,6 0,3 0,1 0,0 0,0
Pan_17
0,20% 0,5 0,0 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,5 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0
0,60% 1,1 0,3 0,0 0,0 2,1 1,6 0,6 0,2 1,9 1,2 0,1 0,0
Pan_18
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3 0,2 0,0 0,0
0,40% 0,4 0,2 0,1 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,7 0,2 0,1 0,0
0,60% 0,4 0,3 0,1 0,0 0,4 0,2 0,1 0,0 1,2 0,7 0,3 0,2
Pan_19
0,20% 0,8 0,5 0,2 0,0 1,2 1,1 0,9 0,6 1,8 1,0 0,9 0,7
0,40% 1,3 0,8 0,6 0,3 1,8 1,6 1,4 1,0 3,0 2,2 2,0 1,8
0,60% 3,3 3,1 1,6 1,0 2,5 2,1 1,8 1,5 4,3 3,9 3,6 3,4
Pan_20
0,20% 2,2 1,4 0,6 0,0 1,6 1,3 0,7 0,4 1,0 0,6 0,0 0,0
0,40% 2,6 1,9 1,1 0,4 3,7 2,9 1,4 0,4 3,1 2,4 1,0 0,7
0,60% 3,8 3,3 2,3 1,5 5,0 4,2 3,2 2,1 3,4 2,9 1,5 0,6
Pan_21
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,6 0,1 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,4 0,0 0,0 0,0 0,6 0,0 0,0 0,0 0,6 0,4 0,0 0,0
0,60% 0,5 0,2 0,1 0,0 4,0 1,0 0,3 0,0 0,9 0,5 0,0 0,0
77
Lampiran 9. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Susu (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_22
0,20% 0,2 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,3 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,4 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0
Pan_23
0,20% 0,1 0,0 0,0 0,0 0,5 0,1 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,3 0,0 0,0 0,0 0,8 0,1 0,0 0,0 0,6 0,1 0,0 0,0
0,60% 0,8 0,3 0,1 0,0 0,8 0,2 0,0 0,0 1,0 0,2 0,0 0,0
Pan_24
0,20% 2,9 1,8 1,0 0,2 4,0 2,8 1,6 0,8 0,4 0,1 0,1 0,0
0,40% 3,2 2,0 1,0 0,7 4,0 3,1 2,1 0,8 1,0 0,4 0,1 0,0
0,60% 4,3 2,4 1,2 0,3 4,7 3,6 2,2 1,2 2,1 1,1 0,5 0,1
Pan_25
0,20% 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,4 0,2 0,0 0,0 0,5 0,3 0,1 0,1 1,9 1,4 0,6 0,5
0,60% 1,4 1,0 0,1 0,0 1,9 1,1 0,3 0,1 1,6 1,4 0,8 0,7
Pan_26
0,20% 1,4 0,8 0,4 0,2 1,9 1,0 0,6 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 2,1 1,6 0,9 0,2 1,6 1,1 0,8 0,4 0,3 0,1 0,0 0,0
0,60% 2,3 1,9 0,9 0,0 1,3 0,9 0,6 0,4 0,6 0,5 0,0 0,0
Pan_27
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,5 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,5 0,2 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0
Pan_28
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0 4,8 0,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 4,8 1,4 0,3 0,0 5,3 2,5 0,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,60% 6,9 1,6 0,0 0,0 7,5 4,9 2,8 1,0 1,3 0,0 0,0 0,0
78
Lampiran 9. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Susu (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
30 60 90 120 30 60 90 120 30 60 90 120
Pan_29
0,20% 0,7 0,3 0,0 0,0 0,7 0,3 0,0 0,0 0,5 0,3 0,0 0,0
0,40% 1,0 0,4 0,2 0,0 1,1 0,3 0,0 0,0 0,3 0,3 0,0 0,0
0,60% 1,0 0,6 0,2 0,0 1,0 0,3 0,1 0,0 0,7 0,3 0,0 0,0
Pan_30
0,20% 0,9 0,5 0,1 0,1 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 2,6 1,6 0,6 0,1 2,6 1,7 0,9 0,3 0,2 0,1 0,0 0,0
0,60% 2,8 1,7 0,8 0,0 3,5 2,3 1,1 0,5 0,4 0,2 0,1 0,0
Pan_31
0,20% 1,4 0,9 0,3 0,1 1,1 0,5 0,2 0,1 0,9 0,0 0,0 0,0
0,40% 1,5 0,9 0,5 0,2 1,4 0,7 0,2 0,0 1,0 0,6 0,2 0,1
0,60% 1,6 1,0 0,7 0,0 1,5 0,7 0,3 0,0 1,5 0,7 0,3 0,2
Pan_32
0,20% 1,3 0,1 0,0 0,0 1,8 0,8 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 3,3 2,0 1,0 0,0 2,6 1,3 0,5 0,1 0,5 0,1 0,0 0,0
0,60% 4,2 2,7 1,5 0,3 3,6 2,6 1,3 0,2 0,6 0,2 0,0 0,0
Pan_33
0,20% 0,3 0,1 0,0 0,0 0,6 0,4 0,2 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,6 0,3 0,0 0,0 1,2 0,5 0,1 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0
0,60% 1,4 0,5 0,0 0,0 1,4 0,7 0,3 0,0 0,7 0,3 0,0 0,0
Rata-rata
0,20% 0,83 0,43 0,14 0,02 0,91 0,54 0,26 0,11 0,69 0,42 0,20 0,09
0,40% 1,50 0,80 0,38 0,12 1,66 1,02 0,52 0,18 1,17 0,76 0,44 0,23
0,60% 2,21 1,37 0,73 0,25 2,47 1,54 0,84 0,46 1,77 1,15 0,66 0,43
79
Lampiran 10. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Es Krim
Panelis Konsentrasi 30 60 90 120
Pan_1
0,20% 1,4 0,3 0,0 0,0
0,40% 1,8 1,3 0,4 0,0
0,60% 4,6 4,4 3,3 2,5
Pan_2
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,1 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,6 0,4 0,1 0,1
Pan_3
0,20% 2,5 1,9 1,7 1,7
0,40% 4,7 3,8 2,2 1,9
0,60% 4,9 4,3 3,3 3,2
Pan_4
0,20% 0,2 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,5 0,2 0,0 0,0
0,60% 1,1 0,6 0,2 0,1
Pan_5
0,20% 2,3 0,3 0,2 0,1
0,40% 4,1 1,7 0,4 0,1
0,60% 5,7 4,5 2,4 0,2
Pan_6
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,1 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,5 0,1 0,0 0,0
Pan_7
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,2 0,1 0,0 0,0
0,60% 0,7 0,2 0,0 0,0
Panelis Konsentrasi 30 60 90 120
Pan_8
0,20% 0,8 0,5 0,0 0,0
0,40% 1,1 0,7 0,5 0,3
0,60% 1,8 1,3 0,7 0,4
Pan_9
0,20% 0,8 0,5 0,0 0,0
0,40% 0,9 0,6 0,3 0,0
0,60% 1,3 0,6 0,3 0,0
Pan_10
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,1 0,0 0,0 0,0
0,60% 1,3 0,8 0,7 0,4
Pan_11
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 1,0 0,4 0,2 0,0
0,60% 2,3 1,3 0,3 0,0
Pan_12
0,20% 0,8 0,3 0,1 0,0
0,40% 1,2 0,9 0,5 0,1
0,60% 2,2 1,5 0,7 0,5
Pan_13
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,2 0,1 0,0 0,0
0,60% 0,4 0,2 0,0 0,0
Pan_14
0,20% 1,2 0,8 0,1 0,0
0,40% 5,2 4,3 3,4 2,0
0,60% 8,5 7,4 7,1 5,1
80
Lampiran 10. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Es Krim (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi 30 60 90 120
Pan_15
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,3 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,4 0,0 0,0 0,0
Pan_16
0,20% 0,4 0,3 0,1 0,0
0,40% 0,4 0,3 0,1 0,0
0,60% 0,4 0,3 0,1 0,0
Pan_17
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 1,9 0,3 0,1 0,0
0,60% 2,1 1,4 0,7 0,1
Pan_18
0,20% 1,0 0,5 0,4 0,1
0,40% 1,0 0,7 0,5 0,2
0,60% 2,0 1,5 0,8 0,5
Pan_19
0,20% 0,8 0,6 0,3 0,0
0,40% 1,3 0,9 0,7 0,3
0,60% 2,1 2,0 1,9 1,6
Pan_20
0,20% 1,7 1,0 0,7 0,0
0,40% 2,4 1,3 0,7 0,0
0,60% 3,6 0,1 2,1 1,5
Pan_21
0,20% 0,1 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,5 0,2 0,0 0,0
0,60% 1,3 0,9 0,5 0,3
Panelis Konsentrasi 30 60 90 120
Pan_22
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,0 0,0 0,0 0,0
Pan_23
0,20% 0,3 0,1 0,0 0,0
0,40% 1,0 0,3 0,0 0,0
0,60% 1,1 0,4 0,1 0,0
Pan_24
0,20% 1,0 0,4 0,1 0,1
0,40% 0,8 0,6 0,1 0,1
0,60% 0,5 0,3 0,1 0,1
Pan_25
0,20% 0,9 0,4 0,1 0,1
0,40% 2,0 1,1 0,5 0,5
0,60% 4,5 4,0 2,8 2,1
Pan_26
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,2 0,1 0,0 0,0
0,60% 0,2 0,1 0,1 0,0
Pan_27
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,2 0,1 0,0 0,0
0,60% 0,4 0,3 0,2 0,0
Pan_28
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,60% 2,9 1,7 0,0 0,0
81
Lampiran 10. Tabulasi Data Time Instensity – Intensitas Per Detik Pengujian – Palate Cleanser Es Krim (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi 30 60 90 120
Pan_29
0,20% 0,8 0,6 0,3 0,0
0,40% 0,8 0,6 0,3 0,0
0,60% 1,0 0,6 0,5 0,2
Pan_30
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,1 0,0 0,0 0,0
0,60% 0,7 0,3 0,1 0,0
Pan_31
0,20% 0,6 0,3 0,0 0,0
0,40% 1,0 0,4 0,2 0,0
0,60% 1,0 0,7 0,4 0,1
Pan_32
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,2 0,1 0,0 0,0
0,60% 0,5 0,4 0,0 0,0
Pan_33
0,20% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,40% 0,0 0,0 0,0 0,0
0,60% 1,6 0,8 0,2 0,0
Rata-rata
0,20% 0,53 0,27 0,12 0,06
0,40% 1,07 0,64 0,34 0,17
0,60% 1,88 1,32 0,90 0,58
82
Lampiran 12. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Air
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_1
0,20% 91,50 2,7 0,0 61,50 2,4 0,1 57,00 2,6 0,0
0,40% 94,50 2,7 0,0 325,50 5,8 1,7 93,00 2,8 0,0
0,60% 223,50 4,2 0,3 354,00 5,9 2,7 204,00 4,6 0,4
Pan_2
0,20% 69,00 1,3 0,3 45,00 0,7 0,3 13,50 0,5 0,0
0,40% 84,00 1,4 0,4 226,50 3,1 1,6 57,00 1,3 0,1
0,60% 204,00 4,3 0,5 316,50 5,2 2,3 186,00 2,7 1,5
Pan_3
0,20% 220,50 3,3 1,2 136,50 2,7 0,6 135,00 2,5 0,5
0,40% 223,50 3,2 1,3 298,50 4,4 1,7 168,00 2,8 0,8
0,60% 285,00 3,9 1,9 373,50 4,8 3,7 261,00 3,7 1,7
Pan_4
0,20% 10,50 0,3 0,0 46,50 1,0 0,1 13,50 0,5 0,0
0,40% 18,00 0,8 0,0 57,00 1,4 0,2 28,50 0,6 0,1
0,60% 115,50 2,4 0,3 123,00 2,5 0,3 46,50 1,0 0,1
Pan_5
0,20% 96,00 2,5 0,1 153,00 3,4 0,2 90,00 3,0 0,2
0,40% 274,50 5,8 0,7 279,00 4,9 1,1 175,50 4,3 0,0
0,60% 355,50 7,6 0,7 445,50 7,0 2,7 213,00 4,6 0,6
Pan_6
0,20% 16,50 0,7 0,0 13,50 0,7 0,0 33,00 1,8 0,0
0,40% 60,00 2,0 0,0 106,50 3,1 0,0 133,50 3,9 0,0
0,60% 154,40 3,8 0,1 156,00 3,8 0,0 192,00 4,6 0,2
Pan_7
0,20% 13,50 0,3 0,0 18,00 0,4 0,0 45,00 1,0 0,2
0,40% 31,50 0,5 0,2 21,00 0,6 0,0 57,00 1,0 0,2
0,60% 111,00 1,7 0,7 64,50 1,1 0,4 100,50 2,0 0,5
83
Lampiran 12. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Air (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_8
0,20% 28,50 1,3 0,0 57,00 1,6 0,0 42,00 1,4 0,0
0,40% 64,50 2,3 0,0 135,00 2,4 0,4 60,00 1,9 0,1
0,60% 165,00 2,9 0,3 157,50 3,1 0,6 96,00 2,0 0,2
Pan_9
0,20% 22,50 0,7 0,0 52,50 1,3 0,0 9,00 0,6 0,0
0,40% 24,00 0,8 0,0 93,00 2,2 0,0 21,00 0,8 0,0
0,60% 36,00 0,8 0,0 163,50 4,5 0,0 43,50 1,5 0,0
Pan_10
0,20% 99,00 2,8 0,0 204,00 4,3 0,3 27,00 1,4 0,0
0,40% 150,00 3,8 0,2 270,00 4,6 1,4 57,00 2,6 0,0
0,60% 163,50 3,8 0,3 316,50 4,8 2,1 177,00 3,1 0,7
Pan_11
0,20% 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0
0,60% 46,50 1,1 0,0 243,00 4,1 0,7 0,00 0,0 0,0
Pan_12
0,20% 22,50 0,7 0,0 58,50 1,7 0,0 12,00 0,6 0,0
0,40% 36,00 1,0 0,0 124,50 3,3 0,0 97,50 2,0 0,3
0,60% 189,00 4,4 0,4 297,00 5,6 1,0 196,50 4,0 0,7
Pan_13
0,20% 0,00 0,0 0,0 9,00 0,2 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 0,00 0,0 0,0 40,50 0,6 0,3 0,00 0,0 0,0
0,60% 0,00 0,0 0,0 69,00 0,9 0,7 0,00 0,0 0,0
Pan_14
0,20% 178,50 3,2 1,1 180,00 3,2 0,8 36,00 0,8 0,0
0,40% 319,50 4,8 2,5 229,50 4,0 1,3 48,00 1,0 0,0
0,60% 391,50 5,1 3,6 315,00 4,2 2,8 322,50 5,0 2,5
84
Lampiran 12. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Air (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_15
0,20% 1,50 0,1 0,0 15,00 0,4 0,0 94,50 1,9 0,2
0,40% 7,50 0,3 0,0 36,00 1,0 0,0 100,50 2,0 0,3
0,60% 129,00 3,0 0,0 57,00 1,7 0,1 153,00 3,5 0,7
Pan_16
0,20% 175,50 3,4 0,3 153,00 2,4 0,8 90,00 2,1 0,3
0,40% 216,00 3,9 0,5 214,50 3,0 1,7 141,00 2,5 0,5
0,60% 234,00 4,1 0,7 304,50 4,5 2,0 171,00 2,7 0,5
Pan_17
0,20% 12,00 0,8 0,0 0,00 0,0 0,0 4,50 0,3 0,0
0,40% 57,00 1,8 0,0 21,00 1,0 0,0 12,00 0,8 0,0
0,60% 66,00 2,0 0,0 60,00 1,8 0,0 72,00 1,6 0,0
Pan_18
0,20% 1,50 0,1 0,0 51,00 1,6 0,0 18,00 0,6 0,0
0,40% 1,50 0,1 0,0 66,00 1,8 0,2 21,00 0,6 0,0
0,60% 18,00 0,4 0,0 100,50 2,4 0,3 36,00 0,9 0,1
Pan_19
0,20% 64,50 1,2 0,3 63,00 1,3 0,1 36,00 0,7 0,1
0,40% 150,00 2,2 0,8 108,00 1,9 0,7 52,50 0,9 0,2
0,60% 192,00 2,8 1,4 156,00 2,4 1,0 190,50 2,5 1,8
Pan_20
0,20% 70,50 1,5 0,2 222,00 3,4 1,4 135,00 2,3 0,7
0,40% 93,00 1,6 0,4 442,50 5,3 4,6 267,00 3,7 2,3
0,60% 366,00 4,9 3,1 624,00 7,8 6,0 427,50 5,8 3,3
Pan_21
0,20% 7,50 0,3 0,0 4,50 0,3 0,0 30,00 0,6 0,2
0,40% 40,50 0,8 0,1 33,00 1,4 0,0 13,50 0,3 0,0
0,60% 174,00 2,3 1,3 102,00 2,1 0,3 64,50 1,0 0,5
85
Lampiran 12. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Air (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_22
0,20% 4,50 0,3 0,0 4,50 0,3 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 6,00 0,4 0,0 15,00 0,8 0,0 0,00 0,0 0,0
0,60% 10,50 0,7 0,0 18,00 0,8 0,0 25,50 1,7 0,0
Pan_23
0,20% 7,50 0,3 0,0 15,00 0,8 0,0 16,50 0,5 0,0
0,40% 22,50 0,7 0,0 30,00 1,0 0,0 24,00 0,8 0,0
0,60% 30,00 1,0 0,0 43,50 1,3 0,0 33,00 1,0 0,0
Pan_24
0,20% 201,00 4,4 0,6 78,00 2,3 0,1 229,50 4,0 0,5
0,40% 231,00 4,7 0,9 220,50 4,1 0,6 292,50 4,3 1,0
0,60% 256,50 5,2 1,3 250,50 4,6 1,3 327,00 5,3 2,1
Pan_25
0,20% 19,50 0,7 0,0 4,50 0,1 0,0 66,00 0,8 0,6
0,40% 55,50 1,1 0,4 76,50 1,4 0,1 96,00 1,5 0,9
0,60% 421,50 5,1 4,2 253,50 3,7 1,6 241,50 2,9 2,6
Pan_26
0,20% 54,00 1,3 0,1 87,00 1,8 0,2 102,00 2,1 0,3
0,40% 73,50 1,7 0,2 217,50 3,4 1,1 114,00 2,1 0,3
0,60% 172,50 3,2 0,3 262,50 3,7 1,4 144,00 2,7 0,5
Pan_27
0,20% 7,50 0,3 0,0 12,00 0,4 0,0 40,50 1,1 0,0
0,40% 70,50 1,9 0,0 16,50 0,5 0,0 25,50 0,9 0,0
0,60% 120,00 3,5 0,1 45,00 1,0 0,0 171,00 3,1 0,7
Pan_28
0,20% 0,00 0,0 0,0 7,50 0,3 0,0 73,50 1,8 0,1
0,40% 108,00 3,2 0,0 199,50 3,9 0,0 96,00 2,0 0,0
0,60% 480,00 6,0 4,4 175,50 4,1 0,0 213,00 5,1 0,3
86
Lampiran 12. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Air (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_29
0,20% 136,50 2,8 0,3 111,00 2,4 0,4 21,00 0,8 0,0
0,40% 208,50 3,4 0,5 205,50 3,3 1,0 151,50 2,3 0,4
0,60% 234,00 3,9 1,3 219,00 3,3 1,7 151,50 3,2 0,5
Pan_30
0,20% 30,00 1,0 0,0 40,50 1,1 0,0 103,50 2,0 0,1
0,40% 271,50 3,7 2,0 285,00 5,6 0,8 195,00 3,9 0,5
0,60% 442,50 7,3 2,0 301,50 5,7 1,0 372,00 5,8 2,0
Pan_31
0,20% 97,50 2,3 0,2 117,00 2,5 0,3 70,50 1,7 0,0
0,40% 105,00 2,3 0,3 163,50 2,5 0,8 73,50 1,7 0,2
0,60% 184,50 3,2 0,7 265,50 3,7 1,6 118,50 2,5 0,4
Pan_32
0,20% 154,30 4,4 0,1 202,50 5,2 0,3 67,50 2,6 0,3
0,40% 193,50 4,8 0,1 312,00 5,6 1,0 132,00 3,5 0,3
0,60% 244,50 5,7 0,8 340,50 6,5 1,0 229,50 4,8 0,3
Pan_33
0,20% 4,50 0,3 0,0 15,00 0,6 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 21,00 1,0 0,0 78,00 1,6 0,0 15,00 0,6 0,0
0,60% 195,00 4,9 0,3 238,50 4,0 0,7 19,50 0,7 0,0
Rata-rata
0,20% 58,13 1,4 0,1 67,82 1,5 0,2 51,86 1,3 0,1
0,40% 100,36 2,1 0,3 149,91 2,7 0,7 85,41 1,8 0,3
0,60% 194,27 3,5 0,9 218,55 3,7 1,2 157,55 2,9 0,8
87
Lampiran 13. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Susu
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_1
0,20% 81,00 2,2 0,0 93,00 1,9 0,1 141,00 3,4 0,0
0,40% 93,00 2,2 0,0 217,50 4,3 0,4 309,00 4,6 1,6
0,60% 151,50 2,7 0,2 328,50 5,8 1,7 411,00 6,3 2,3
Pan_2
0,20% 9,00 0,4 0,0 130,50 0,4 0,7 0,00 0,0 0,0
0,40% 22,50 0,7 0,0 271,50 5,0 0,9 1,50 0,1 0,0
0,60% 61,50 1,7 0,0 360,00 6,9 1,7 6,00 0,2 0,0
Pan_3
0,20% 15,00 0,6 0,0 36,00 0,8 0,0 166,50 2,7 0,4
0,40% 43,50 1,3 0,0 154,50 2,5 0,6 178,50 2,8 0,5
0,60% 145,50 2,9 0,2 199,50 3,2 1,7 231,00 3,9 2,1
Pan_4
0,20% 1,50 0,1 0,0 3,00 0,2 0,0 12,00 0,4 0,0
0,40% 15,00 0,6 0,0 9,00 0,4 0,0 46,50 1,4 0,1
0,60% 39,00 1,0 0,0 34,50 1,1 0,0 54,00 1,5 0,1
Pan_5
0,20% 55,50 1,9 0,0 61,50 1,6 0,1 51,00 1,9 0,1
0,40% 72,00 2,3 0,1 99,00 2,4 0,2 156,00 3,9 0,3
0,60% 162,00 4,1 0,1 193,50 3,9 1,0 345,00 5,8 1,4
Pan_6
0,20% 27,00 1,0 0,0 9,00 0,4 0,0 1,50 0,1 0,0
0,40% 42,00 1,8 0,0 16,50 0,9 0,0 4,50 0,3 0,0
0,60% 48,00 2,0 0,0 34,50 1,9 0,0 9,00 0,4 0,0
Pan_7
0,20% 19,50 0,5 0,0 6,00 0,2 0,0 16,50 0,5 0,0
0,40% 48,00 0,8 0,2 31,50 0,7 0,0 22,50 0,7 0,0
0,60% 49,50 0,9 0,0 54,00 0,8 0,4 37,50 1,1 0,0
88
Lampiran 13. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Susu (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_8
0,20% 39,00 1,4 0,0 3,00 0,2 0,0 4,50 0,3 0,0
0,40% 60,00 2,2 0,0 79,50 2,1 0,0 24,00 0,8 0,0
0,60% 75,00 2,2 0,0 99,00 2,2 0,2 91,50 2,2 0,1
Pan_9
0,20% 93,00 1,9 0,1 12,00 0,4 0,0 72,00 1,8 0,0
0,40% 114,00 2,1 0,3 21,00 0,6 0,0 93,00 1,9 0,1
0,60% 139,50 2,4 0,5 31,50 0,9 0,0 123,00 2,4 0,8
Pan_10
0,20% 3,00 0,2 0,0 0,00 0,0 0,0 6,00 0,4 0,0
0,40% 40,50 1,3 0,0 36,00 1,2 0,0 9,00 0,4 0,0
0,60% 232,50 4,4 0,7 102,00 3,0 0,0 76,50 2,5 0,0
Pan_11
0,20% 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0 10,50 0,7 0,0
0,60% 0,00 0,0 0,0 30,00 1,2 0,0 19,50 0,9 0,0
Pan_12
0,20% 15,00 0,4 0,0 13,50 0,3 0,0 25,50 0,9 0,0
0,40% 39,00 0,9 0,1 28,50 0,9 0,0 43,50 1,1 0,0
0,60% 45,00 1,2 0,0 39,00 1,2 0,0 51,00 1,6 0,0
Pan_13
0,20% 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0
0,60% 0,00 0,0 0,0 1,50 0,1 0,0 6,00 0,2 0,0
Pan_14
0,20% 78,00 1,6 0,0 108,00 2,2 0,4 312,00 4,8 1,8
0,40% 225,00 3,5 1,1 126,00 2,8 0,2 342,00 5,6 1,8
0,60% 393,00 5,4 3,0 132,00 3,0 0,4 358,50 6,1 2,2
89
Lampiran 13. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Susu (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_15
0,20% 0,00 0,0 0,0 30,00 0,6 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 9,00 0,4 0,0 36,00 0,6 0,2 1,50 0,1 0,0
0,60% 31,50 0,9 0,0 34,50 0,7 0,2 6,00 0,4 0,0
Pan_16
0,20% 76,50 2,3 0,0 64,50 1,4 0,1 1,50 0,1 0,0
0,40% 144,00 3,7 0,3 112,50 2,5 0,2 7,50 0,3 0,0
0,60% 210,00 4,3 0,5 159,00 3,8 0,6 7,50 0,3 0,0
Pan_17
0,20% 7,50 0,5 0,0 3,00 0,2 0,0 1,50 0,0 0,0
0,40% 7,50 0,5 0,0 4,50 0,3 0,0 7,50 0,4 0,0
0,60% 25,50 1,1 0,0 100,50 2,1 0,2 67,50 1,9 0,0
Pan_18
0,20% 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0 10,50 0,3 0,0
0,40% 15,00 0,4 0,0 1,50 0,1 0,0 19,50 0,7 0,0
0,60% 18,00 0,4 0,0 15,00 0,4 0,0 51,00 1,2 0,2
Pan_19
0,20% 33,00 0,8 0,0 87,00 1,2 0,6 94,50 1,8 0,7
0,40% 66,00 1,3 0,3 132,00 1,8 1,0 198,00 3,0 1,8
0,60% 205,50 3,3 1,0 177,00 2,5 1,5 340,50 4,3 3,4
Pan_20
0,20% 93,00 2,2 0,0 90,00 1,6 0,4 33,00 1,0 0,0
0,40% 135,00 2,6 0,4 190,50 3,7 0,4 159,00 3,1 0,7
0,60% 247,50 3,8 1,5 328,50 5,0 2,1 192,00 3,4 0,6
Pan_21
0,20% 0,00 0,0 0,0 12,00 0,6 0,0 3,00 0,2 0,0
0,40% 6,00 0,4 0,0 9,00 0,6 0,0 21,00 0,6 0,0
0,60% 16,50 0,5 0,0 99,00 4,0 0,0 28,50 0,9 0,0
90
Lampiran 13. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Susu (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_22
0,20% 3,00 0,2 0,0 4,50 0,3 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 4,50 0,3 0,0 4,50 0,3 0,0 0,00 0,0 0,0
0,60% 6,00 0,4 0,0 4,50 0,3 0,0 1,50 0,1 0,0
Pan_23
0,20% 1,50 0,1 0,0 10,50 0,5 0,0 3,00 0,2 0,0
0,40% 4,50 0,3 0,0 15,00 0,8 0,0 12,00 0,6 0,0
0,60% 24,00 0,8 0,0 18,00 0,8 0,0 21,00 1,0 0,0
Pan_24
0,20% 130,50 2,9 0,2 204,00 4,0 0,8 12,00 0,4 0,0
0,40% 148,50 3,2 0,7 228,00 4,0 0,8 30,00 1,0 0,0
0,60% 177,00 4,3 0,3 262,50 4,7 1,2 81,00 2,1 0,1
Pan_25
0,20% 1,50 0,1 0,0 0,00 0,0 0,0 3,00 0,2 0,0
0,40% 12,00 0,4 0,0 21,00 0,5 0,1 96,00 1,9 0,5
0,60% 54,00 1,4 0,0 72,00 1,9 0,1 100,50 1,6 0,7
Pan_26
0,20% 60,00 1,4 0,2 79,50 1,9 0,2 0,00 0,0 0,0
0,40% 109,50 2,1 0,2 87,00 1,6 0,4 7,50 0,3 0,0
0,60% 124,50 2,3 0,0 70,50 1,3 0,4 24,00 0,6 0,0
Pan_27
0,20% 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 7,50 0,5 0,0 1,50 0,1 0,0 3,00 0,2 0,0
0,60% 13,50 0,5 0,0 3,00 0,2 0,0 3,00 0,2 0,0
Pan_28
0,20% 0,00 0,0 0,0 87,00 4,8 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 123,00 4,8 0,0 172,50 5,3 0,0 0,00 0,0 0,0
0,60% 151,50 6,9 0,0 358,50 7,5 1,0 19,50 1,3 0,0
91
Lampiran 13. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Susu (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Hangat (40+2oC) Biasa (25+2oC) Dingin (10+2oC)
Area Imax Imin Area Imax Imin Area Imax Imin
Pan_29
0,20% 19,50 0,7 0,0 19,50 0,7 0,0 16,50 0,5 0,0
0,40% 33,00 1,0 0,0 25,50 1,1 0,0 13,50 0,3 0,0
0,60% 39,00 1,0 0,0 27,00 1,0 0,0 19,50 0,7 0,0
Pan_30
0,20% 33,00 0,9 0,1 3,00 0,2 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 106,50 2,6 0,1 121,50 2,6 0,3 6,00 0,2 0,0
0,60% 117,00 2,8 0,0 162,00 3,5 0,5 15,00 0,4 0,0
Pan_31
0,20% 58,50 1,4 0,1 39,00 1,1 0,1 13,50 0,9 0,0
0,40% 67,50 1,5 0,2 48,00 1,4 0,0 40,50 1,0 0,1
0,60% 79,50 1,6 0,0 52,50 1,5 0,0 55,50 1,5 0,2
Pan_32
0,20% 22,50 1,3 0,0 57,00 1,8 0,0 0,00 0,0 0,0
0,40% 139,50 3,3 0,0 94,50 2,6 0,1 10,50 0,5 0,0
0,60% 198,50 4,2 0,3 174,00 3,6 0,2 15,00 0,6 0,0
Pan_33
0,20% 7,50 0,3 0,0 27,00 0,6 0,0 1,50 0,1 0,0
0,40% 18,00 0,6 0,0 36,00 1,2 0,0 3,00 0,2 0,0
0,60% 36,00 1,4 0,0 51,00 1,4 0,0 19,50 0,7 0,0
Rata-rata
0,20% 29,82 0,8 0,02 39,18 0,9 0,11 30,36 0,7 0,1
0,40% 59,73 1,5 0,12 73,68 1,7 0,18 56,86 1,2 0,2
0,60% 100,52 2,2 0,25 115,41 2,5 0,46 87,50 1,8 0,4
92
Lampiran 14. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Es Krim
Panelis Konsentrasi Area Imax Imin
Pan_1
0,20% 30,00 1,4 0,0
0,40% 78,00 1,8 0,0
0,60% 337,50 4,6 2,5
Pan_2
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 1,50 0,1 0,0
0,60% 25,50 0,6 0,1
Pan_3
0,20% 171,00 2,5 1,7
0,40% 279,00 4,7 1,9
0,60% 349,50 4,9 3,2
Pan_4
0,20% 3,00 0,2 0,0
0,40% 13,50 0,5 0,0
0,60% 42,00 1,1 0,1
Pan_5
0,20% 51,00 2,3 0,1
0,40% 126,00 4,1 0,1
0,60% 295,50 5,7 0,2
Pan_6
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 1,50 0,1 0,0
0,60% 10,50 0,5 0,0
Pan_7
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 6,00 0,2 0,0
0,60% 16,50 0,7 0,0
Panelis Konsentrasi Area Imax Imin
Pan_8
0,20% 27,00 0,8 0,0
0,40% 57,00 1,1 0,3
0,60% 93,00 1,8 0,4
Pan_9
0,20% 27,00 0,8 0,0
0,40% 40,50 0,9 0,0
0,60% 46,50 1,3 0,0
Pan_10
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 1,50 0,1 0,0
0,60% 70,50 1,3 0,4
Pan_11
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 33,00 1,0 0,0
0,60% 82,50 2,3 0,0
Pan_12
0,20% 24,00 0,8 0,0
0,40% 61,50 1,2 0,1
0,60% 106,50 2,2 0,5
Pan_13
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 6,00 0,2 0,0
0,60% 12,00 0,4 0,0
Pan_14
0,20% 45,00 1,2 0,0
0,40% 339,00 5,2 2,0
0,60% 639,00 8,5 5,1
93
Lampiran 14. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Es Krim (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Area Imax Imin
Pan_15
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 4,50 0,3 0,0
0,60% 6,00 0,4 0,0
Pan_16
0,20% 18,00 0,4 0,0
0,40% 18,00 0,4 0,0
0,60% 18,00 0,4 0,0
Pan_17
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 40,50 1,9 0,0
0,60% 96,00 2,1 0,1
Pan_18
0,20% 43,50 1,0 0,1
0,40% 54,00 1,0 0,2
0,60% 106,50 2,0 0,5
Pan_19
0,20% 39,00 0,8 0,0
0,40% 72,00 1,3 0,3
0,60% 172,50 2,1 1,6
Pan_20
0,20% 76,50 1,7 0,0
0,40% 96,00 2,4 0,0
0,60% 142,50 3,6 1,5
Pan_21
0,20% 1,50 0,1 0,0
0,40% 13,50 0,5 0,0
0,60% 66,00 1,3 0,3
Panelis Konsentrasi Area Imax Imin
Pan_22
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 0,00 0,0 0,0
0,60% 0,00 0,0 0,0
Pan_23
0,20% 7,50 0,3 0,0
0,40% 24,00 1,0 0,0
0,60% 31,50 1,1 0,0
Pan_24
0,20% 31,50 1,0 0,1
0,40% 34,50 0,8 0,1
0,60% 21,00 0,5 0,1
Pan_25
0,20% 30,00 0,9 0,1
0,40% 85,50 2,0 0,5
0,60% 303,00 4,5 2,1
Pan_26
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 6,00 0,2 0,0
0,60% 9,00 0,2 0,0
Pan_27
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 6,00 0,2 0,0
0,60% 21,00 0,4 0,0
Pan_28
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 0,00 0,0 0,0
0,60% 94,50 2,9 0,0
94
Lampiran 14. Tabulasi Data Time Instensity – Nilai AUC (Area Under Curve), Imax dan Imin – Palate Cleanser Es Krim (Lanjutan)
Panelis Konsentrasi Area Imax Imin
Pan_29
0,20% 39,00 0,8 0,0
0,40% 39,00 0,8 0,0
0,60% 51,00 1,0 0,2
Pan_30
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 1,50 0,1 0,0
0,60% 22,50 0,7 0,0
Pan_31
0,20% 18,00 0,6 0,0
0,40% 33,00 1,0 0,0
0,60% 49,50 1,0 0,1
Pan_32
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 6,00 0,2 0,0
0,60% 19,50 0,5 0,0
Pan_33
0,20% 0,00 0,0 0,0
0,40% 0,00 0,0 0,0
0,60% 54,00 1,6 0,0
Rata-rata
0,20% 20,68 0,5 0,1
0,40% 47,82 1,1 0,2
0,60% 103,36 1,9 0,6
95
Lampiran 15. Data Descriptive Statistic Ms. Excel – Konsentrasi 0,2%
Air Hangat Air Suhu Ruang Air Dingin
30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk
Mean 1,373 0,788 0,390 0,147 1,539 0,952 0,448 0,182 1,291 0,691 0,327 0,130
Standard Error 0,232 0,159 0,102 0,051 0,231 0,167 0,100 0,055 0,173 0,129 0,080 0,034
Standard Deviation 1,332 0,913 0,587 0,295 1,328 0,962 0,575 0,314 0,995 0,740 0,460 0,198
Sample Variance 1,773 0,834 0,344 0,087 1,763 0,926 0,331 0,098 0,990 0,548 0,211 0,039
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 4,4 2,8 2,3 1,2 5,2 2,9 2,1 1,4 4 3,3 2,1 0,7
Sum 45,3 26 12,8714 4,84286 50,8 31,4 14,8 6 42,6 22,8 10,8 4,3
Count 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Susu Hangat Susu Suhu Ruang Susu Dingin
30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk
Mean 0,827 0,430 0,139 0,021 0,912 0,536 0,261 0,106 0,694 0,418 0,200 0,091
Standard Error 0,146 0,094 0,042 0,009 0,194 0,122 0,075 0,038 0,195 0,161 0,105 0,059
Standard Deviation 0,838 0,543 0,242 0,055 1,117 0,702 0,429 0,218 1,118 0,922 0,605 0,337
Sample Variance 0,702 0,295 0,059 0,003 1,248 0,493 0,184 0,047 1,251 0,850 0,366 0,113
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 2,9 1,8 1 0,2 4,8 2,8 1,6 0,8 4,8 4,1 3 1,8
Sum 27,3 14,2 4,6 0,7 30,1 17,7 8,6 3,5 22,9 13,8 6,6 3
Count 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
96
Lampiran 16. Data Descriptive Statistic Ms. Excel – Konsentrasi 0,4%
Air Hangat Air Suhu Ruang Air Dingin
30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk
Mean 2,082 1,370 0,761 0,348 2,712 1,961 1,342 0,676 1,800 1,191 0,627 0,258
Standard Error 0,277 0,217 0,159 0,102 0,296 0,254 0,210 0,162 0,226 0,181 0,130 0,080
Standard Deviation 1,594 1,245 0,916 0,588 1,701 1,458 1,208 0,933 1,299 1,037 0,748 0,458
Sample Variance 2,540 1,551 0,839 0,346 2,893 2,126 1,459 0,871 1,686 1,075 0,559 0,210
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 5,8 4,2 3,2 2,5 5,8 5 4,8 4,6 4,3 4 3,1 2,3
Sum 68,7 45,2 25,1 11,5 89,5 64,7 44,3 22,3 59,4 39,3 20,7 8,5
Count 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Susu Hangat Susu Suhu Ruang Susu Dingin
30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk
Mean 1,503 0,800 0,379 0,121 1,664 1,021 0,515 0,176 1,173 0,758 0,436 0,227
Standard Error 0,214 0,136 0,088 0,041 0,258 0,188 0,121 0,049 0,248 0,202 0,157 0,089
Standard Deviation 1,230 0,780 0,507 0,237 1,482 1,079 0,697 0,282 1,426 1,159 0,902 0,514
Sample Variance 1,513 0,608 0,257 0,056 2,196 1,164 0,486 0,079 2,034 1,343 0,813 0,264
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 4,8 2,9 2,3 1,1 5,3 3,8 2,3 1 5,6 4,3 3,4 1,8
Sum 49,6 26,4 12,5 4 54,9 33,7 17 5,8 38,7 25 14,4 7,5
Count 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
97
Lampiran 17. Data Descriptive Statistic Ms. Excel – Konsentrasi 0,6%
Air Hangat Air Suhu Ruang Air Dingin
30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk
Mean 3,491 2,600 1,661 0,939 3,715 2,839 1,982 1,212 2,897 2,067 1,352 0,770
Standard Error 0,331 0,284 0,241 0,215 0,318 0,283 0,258 0,229 0,292 0,240 0,199 0,155
Standard Deviation 1,900 1,633 1,382 1,233 1,828 1,628 1,484 1,314 1,678 1,378 1,143 0,889
Sample Variance 3,609 2,668 1,910 1,521 3,343 2,649 2,201 1,727 2,817 1,899 1,306 0,791
Minimum 0 0 0 0 0,8 0,2 0 0 0 0 0 0
Maximum 7,6 5,9 5 4,4 7,8 7,3 6,6 6 5,8 5,2 4,5 3,3
Sum 115,2 85,8 54,8 31 122,6 93,7 65,4 40 95,6 68,2 44,6 25,4
Count 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Susu Hangat Susu Suhu Ruang Susu Dingin
30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk
Mean 2,206 1,373 0,733 0,355 2,467 1,542 0,842 0,394 1,767 1,155 0,664 0,430
Standard Error 0,296 0,210 0,160 0,118 0,336 0,260 0,166 0,098 0,303 0,260 0,207 0,149
Standard Deviation 1,703 1,207 0,921 0,679 1,932 1,494 0,956 0,566 1,738 1,492 1,187 0,858
Sample Variance 2,901 1,456 0,848 0,461 3,734 2,231 0,914 0,320 3,020 2,225 1,409 0,736
Minimum 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0,1 0 0 0
Maximum 6,9 4,7 4,2 3,2 7,5 5,1 3,2 1,7 6,3 5,5 3,9 3,4
Sum 72,8 45,3 24,2 11,7 81,4 50,9 27,8 13 58,3 38,1 21,9 14,2
Count 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
98
Lampiran 18. Data Descriptive Statistic Ms. Excel – Palate Cleanser Es Krim
Es Krim - Kons 0,2% Es Krim - Kons 0,4% Es Krim - Kons 0,6%
30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk 30 dtk 60 dtk 90 dtk 120 dtk
Mean 0,533 0,267 0,124 0,064 1,070 0,639 0,336 0,167 1,885 1,315 0,900 0,576
Standard Error 0,120 0,070 0,056 0,051 0,231 0,172 0,120 0,083 0,330 0,297 0,259 0,199
Standard Deviation 0,687 0,401 0,321 0,296 1,325 0,989 0,690 0,474 1,898 1,706 1,486 1,143
Sample Variance 0,472 0,161 0,103 0,087 1,757 0,979 0,477 0,225 3,603 2,910 2,209 1,307
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 2,5 1,9 1,7 1,7 5,2 4,3 3,4 2 8,5 7,4 7,1 5,1
Sum 17,6 8,8 4,1 2,1 35,3 21,1 11,1 5,5 62,2 43,4 29,7 19
Count 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
99
Lampiran 13. Hasil Uji ANOVA dan Fisher
---------------------------------------Konsentrasi 0,2%---------------------------------------
General Linear Model: 30dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC)
Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 143,546 4,4858 7,00 0,000 Palate Cleanser 1 17,225 17,2251 26,89 0,000 Suhu 2 1,800 0,9002 1,41 0,248 Error 162 103,781 0,6406 Total 197 266,353 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,800391 61,04% 52,62% 41,79% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 (Air) 99 1,40101 A 2 (Susu) 99 0,81111 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: 60dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance
100
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 66,677 2,0837 5,65 0,000 Palate Cleanser 1 6,011 6,0114 16,30 0,000 Suhu 2 1,255 0,6273 1,70 0,186 Error 162 59,752 0,3688 Total 197 133,695 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,607323 55,31% 45,65% 33,24% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 (Air) 99 0,810101 A 2 (Susu) 99 0,461616 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: 90dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC)
Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 23,4439 0,7326 4,84 0,000 Palate Cleanser 1 1,7607 1,7607 11,62 0,001 Suhu 2 0,3594 0,1797 1,19 0,308 Error 162 24,5432 0,1515 Total 197 50,1072 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,389232 51,02% 40,44% 26,83% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 (Air) 99 0,388600 A 2 (Susu) 99 0,200000 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: 120dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
101
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 5,3307 0,16659 3,77 0,000 Palate Cleanser 1 0,3186 0,31863 7,22 0,008 Suhu 2 0,1191 0,05956 1,35 0,262 Error 162 7,1507 0,04414 Total 197 12,9192 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,210095 44,65% 32,69% 17,32% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 (Air) 99 0,152958 A 2 (Susu) 99 0,072727 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: AUC versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC)
Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 336936 10529 6,11 0,000 Palate Cleanser 1 33848 33848 19,65 0,000 Suhu 2 5552 2776 1,61 0,203
102
Error 162 279010 1722 Total 197 655346 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 41,5004 57,43% 48,23% 36,40% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 (Air) 99 59,2707 A 2 (Susu) 99 33,1212 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: Imax versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC)
Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 143,546 4,4858 7,00 0,000 Palate Cleanser 1 17,225 17,2251 26,89 0,000 Suhu 2 1,800 0,9002 1,41 0,248 Error 162 103,781 0,6406 Total 197 266,353 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,800391 61,04% 52,62% 41,79% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 (Air) 99 1,40101 A 2 (Susu) 99 0,81111 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: Imin versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
103
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 5,3307 0,16659 3,77 0,000 Palate Cleanser 1 0,3186 0,31863 7,22 0,008 Suhu 2 0,1191 0,05956 1,35 0,262 Error 162 7,1507 0,04414 Total 197 12,9192 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,210095 44,65% 32,69% 17,32% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 (Air) 99 0,152958 A 2 (Susu) 99 0,072727 B Means that do not share a letter are significantly different.
---------------------------------------Konsentrasi 0,4%---------------------------------------
General Linear Model: 30dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 264,66 8,2705 8,99 0,000 Palate Cleanser 1 27,96 27,9564 30,37 0,000 Suhu 2 16,33 8,1640 8,87 0,000 Error 162 149,10 0,9204
104
Total 197 458,04 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,959367 67,45% 60,42% 51,37% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 2,19798 A 2 99 1,44646 B Means that do not share a letter are significantly different. Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 2,18788 A 1 66 1,79242 B 3 66 1,48636 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: 60dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 158,043 4,9389 8,34 0,000 Palate Cleanser 1 20,752 20,7516 35,02 0,000 Suhu 2 9,769 4,8847 8,24 0,000 Error 162 95,991 0,5925 Total 197 284,555 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,769763 66,27% 58,98% 49,61% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence
105
Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 1,50707 A 2 99 0,85960 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 1,49091 A 1 66 1,08485 B 3 66 0,97424 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: 90dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 76,380 2,3869 5,66 0,000 Palate Cleanser 1 10,780 10,7800 25,55 0,000 Suhu 2 6,335 3,1676 7,51 0,001 Error 162 68,358 0,4220 Total 197 161,853 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,649587 57,77% 48,64% 36,91% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 0,910101 A 2 99 0,443434 B Means that do not share a letter are significantly different.
106
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 0,928788 A 1 66 0,569697 B 3 66 0,531818 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: 120dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 25,690 0,8028 3,76 0,000 Palate Cleanser 1 3,157 3,1566 14,78 0,000 Suhu 2 1,543 0,7713 3,61 0,029 Error 162 34,591 0,2135 Total 197 64,980 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,462087 46,77% 35,27% 20,48% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 0,427273 A 2 99 0,174747 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 0,425758 A 3 66 0,242424 B 1 66 0,234848 B Means that do not share a letter are significantly different.
107
General Linear Model: AUC versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 864658 27021 7,62 0,000 Palate Cleanser 1 116291 116291 32,78 0,000 Suhu 2 60293 30147 8,50 0,000 Error 162 574656 3547 Total 197 1615898 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 59,5589 64,44% 56,75% 46,88% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 111,894 A 2 99 63,424 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 111,795 A 1 66 80,045 B 3 66 71,136 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: Imax versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18,
108
Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 264,66 8,2705 8,99 0,000 Palate Cleanser 1 27,96 27,9564 30,37 0,000 Suhu 2 16,33 8,1640 8,87 0,000 Error 162 149,10 0,9204 Total 197 458,04 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,959367 67,45% 60,42% 51,37% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 2,19798 A 2 99 1,44646 B Means that do not share a letter are significantly different. Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 2,18788 A 1 66 1,79242 B 3 66 1,48636 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: Imin versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 25,690 0,8028 3,76 0,000 Palate Cleanser 1 3,157 3,1566 14,78 0,000
109
Suhu 2 1,543 0,7713 3,61 0,029 Error 162 34,591 0,2135 Total 197 64,980 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,462087 46,77% 35,27% 20,48% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 0,427273 A 2 99 0,174747 B Means that do not share a letter are significantly different. Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 0,425758 A 3 66 0,242424 B 1 66 0,234848 B Means that do not share a letter are significantly different.
---------------------------------------Konsentrasi 0,6%---------------------------------------
General Linear Model: 30dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 401,95 12,561 9,26 0,000 Palate Cleanser 1 73,82 73,822 54,40 0,000 Suhu 2 19,84 9,921 7,31 0,001 Error 162 219,83 1,357 Total 197 715,45 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 1,16490 69,27% 62,63% 54,10%
110
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 3,36768 A 2 99 2,14646 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 3,09091 A 1 66 2,84848 A 3 66 2,33182 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: 60dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 270,87 8,4646 9,10 0,000 Palate Cleanser 1 64,95 64,9473 69,84 0,000 Suhu 2 11,44 5,7176 6,15 0,003 Error 162 150,66 0,9300 Total 197 497,91 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,964368 69,74% 63,20% 54,80% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 2,50202 A 2 99 1,35657 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence
111
Suhu N Mean Grouping 2 66 2,19091 A 1 66 1,98636 A 3 66 1,61061 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: 90dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 165,289 5,1653 7,52 0,000 Palate Cleanser 1 41,731 41,7314 60,79 0,000 Suhu 2 5,408 2,7040 3,94 0,021 Error 162 111,216 0,6865 Total 197 323,644 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,828563 65,64% 58,21% 48,67% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 1,66465 A 2 99 0,74646 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 1,41212 A 1 66 1,19697 A B 3 66 1,00758 B
112
Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: 120dtk versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 97,127 3,0352 6,00 0,000 Palate Cleanser 1 17,521 17,5213 34,66 0,000 Suhu 2 2,396 1,1979 2,37 0,097 Error 162 81,895 0,5055 Total 197 198,938 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,711001 58,83% 49,94% 38,51% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 0,973737 A 2 99 0,378788 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 0,831818 A 3 66 0,600000 A 1 66 0,596970 A Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: AUC versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
113
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 1657649 51802 9,12 0,000 Palate Cleanser 1 392570 392570 69,10 0,000 Suhu 2 65378 32689 5,75 0,004 Error 162 920296 5681 Total 197 3035893 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 75,3713 69,69% 63,14% 54,72% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 190,120 A 2 99 101,066 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 166,932 A 1 66 147,324 A B 3 66 122,523 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: Imax versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC)
114
Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 401,95 12,561 9,26 0,000 Palate Cleanser 1 73,82 73,822 54,40 0,000 Suhu 2 19,84 9,921 7,31 0,001 Error 162 219,83 1,357 Total 197 715,45 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 1,16490 69,27% 62,63% 54,10% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 3,36768 A 2 99 2,14646 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 3,09091 A 1 66 2,84848 A 3 66 2,33182 B Means that do not share a letter are significantly different.
General Linear Model: Imin versus Panelis; Palate Cleanser; Suhu
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Palate Cleanser Fixed 2 1 (Air) ; 2 (Susu) Suhu Fixed 3 1(Hangat 40+2oC); 2(Ruang 25+2oC);
3(Dingin 10+2oC) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 97,127 3,0352 6,00 0,000 Palate Cleanser 1 17,521 17,5213 34,66 0,000 Suhu 2 2,396 1,1979 2,37 0,097 Error 162 81,895 0,5055 Total 197 198,938
115
Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,711001 58,83% 49,94% 38,51% Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Palate Cleanser N Mean Grouping 1 99 0,973737 A 2 99 0,378788 B Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence Suhu N Mean Grouping 2 66 0,831818 A 3 66 0,600000 A 1 66 0,596970 A Means that do not share a letter are significantly different.
-------------------------------Bentuk Olahan-Konsentrasi 0,4%---------------------------- General Linear Model: 30 versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 111,240 3,4763 11,06 0,000 Bentuk Olahan 1 0,175 0,1752 0,56 0,461 Error 32 10,055 0,3142 Total 65 121,470 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,560548 91,72% 83,19% 64,79%
General Linear Model: 60 versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
116
Factor Information Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 67,0748 2,0961 9,28 0,000 Bentuk Olahan 1 0,2305 0,2305 1,02 0,320 Error 32 7,2245 0,2258 Total 65 74,5298 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,475149 90,31% 80,31% 58,76%
General Linear Model: 90 versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 36,1327 1,1291 7,03 0,000 Bentuk Olahan 1 0,1650 0,1650 1,03 0,318 Error 32 5,1400 0,1606 Total 65 41,4377 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,400780 87,60% 74,80% 47,23%
General Linear Model: 120 versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information
117
Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6, Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 11,9394 0,37311 3,23 0,001 Bentuk Olahan 1 0,0606 0,06061 0,52 0,474 Error 32 3,6994 0,11561 Total 65 15,6994 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,340009 76,44% 52,14% 0,00%
General Linear Model: AUC versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 388653 12145 8,53 0,000 Bentuk Olahan 1 1350 1350 0,95 0,338 Error 32 45575 1424 Total 65 435578 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 37,7388 89,54% 78,75% 55,49%
General Linear Model: Imax versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1) Factor Information Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
118
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 111,240 3,4763 11,06 0,000 Bentuk Olahan 1 0,175 0,1752 0,56 0,461 Error 32 10,055 0,3142 Total 65 121,470 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,560548 91,72% 83,19% 64,79%
General Linear Model: Imin versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 11,9394 0,37311 3,23 0,001 Bentuk Olahan 1 0,0606 0,06061 0,52 0,474 Error 32 3,6994 0,11561 Total 65 15,6994 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,340009 76,44% 52,14% 0,00%
-------------------------------Bentuk Olahan-Konsentrasi 0,6%----------------------------
General Linear Model: 30 versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Factor Type Levels Values
119
Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6, Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 194,161 6,0675 10,91 0,000 Bentuk Olahan 1 0,230 0,2305 0,41 0,524 Error 32 17,795 0,5561 Total 65 212,186 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,745707 91,61% 82,97% 64,33%
General Linear Model: 60 versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 145,255 4,5392 7,62 0,000 Bentuk Olahan 1 0,426 0,4256 0,71 0,404 Error 32 19,069 0,5959 Total 65 164,750 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,771958 88,43% 76,49% 50,76%
General Linear Model: 90 versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24,
120
Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 103,068 3,2209 8,11 0,000 Bentuk Olahan 1 0,922 0,9218 2,32 0,137 Error 32 12,708 0,3971 Total 65 116,698 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,630183 89,11% 77,88% 53,68%
General Linear Model: 120 versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 56,4694 1,7647 6,34 0,000 Bentuk Olahan 1 0,3491 0,3491 1,26 0,271 Error 32 8,9009 0,2782 Total 65 65,7194 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,527403 86,46% 72,49% 42,39%
General Linear Model: AUC versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
121
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 942347 29448 9,64 0,000 Bentuk Olahan 1 4152 4152 1,36 0,252 Error 32 97742 3054 Total 65 1044242 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 55,2671 90,64% 80,99% 60,18%
General Linear Model: Imax versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim) Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 194,161 6,0675 10,91 0,000 Bentuk Olahan 1 0,230 0,2305 0,41 0,524 Error 32 17,795 0,5561 Total 65 212,186 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,745707 91,61% 82,97% 64,33%
General Linear Model: Imin versus Panelis; Bentuk Olahan
Method
Factor coding (-1; 0; +1)
Factor Information Factor Type Levels Values Panelis Fixed 33 Pan_1, Pan_2, Pan_3, Pan_4, Pan_5, Pan_6,
Pan_7, Pan_8, Pan_9, Pan_10, Pan_11, Pan_12, Pan_13, Pan_14, Pan_15, Pan_16, Pan_17, Pan_18, Pan_19, Pan_20, Pan_21, Pan_22, Pan_23, Pan_24, Pan_25, Pan_26, Pan_27, Pan_28, Pan_29, Pan_30, Pan_31, Pan_32, Pan_33
Bentuk Olahan Fixed 2 1(Susu Dingin 10+2oC); 2 (Es Krim)
122
Analysis of Variance Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value Panelis 32 56,4694 1,7647 6,34 0,000 Bentuk Olahan 1 0,3491 0,3491 1,26 0,271 Error 32 8,9009 0,2782 Total 65 65,7194 Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 0,527403 86,46% 72,49% 42,39%
123
Lampiran 14. Laporan Hasil Uji Total Asam dan Vit.C cabai Bubuk