kompetensi sosial kepala sekolah di sma darunnajah...
TRANSCRIPT
KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH DI SMA
DARUNNAJAH JAKARTA SELATAN Tesis
Oleh:
RIKA RIMAWATI
NIM 21170181000013
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
v
Abstrak
Rika Rimawati NIM 21170181000013: “Kompetensi Sosial Kepala Sekolah di SMA
Darunnajah Jakarta Selatan” Tesis Program Magister Manajemen Pendidikan Islam
(MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kompetensi Sosial kepala SMA Darunnajah
Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
masyarakat khususnya pihak SMA Darunnajah Jakarta Selatan sebagai penambah
wawasan pengetahuan dalam hal kompetensi sosial kepala sekolah, sebagai bahan
masukan tentang pentingnya kompetensi sosial sehingga mampu menjalin hubungan baik
dengan ssemua stakeholders pendidikan.
Penelitian ini menggunakan metode metode kualitatif deskriptif dimana pengumpulan
data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumen. Dalam penelitian ini,
penulis mewawancarai beberapa narasumber diantaranya: Kepala Sekolah, Guru, siswa,
masyarakat sekitar sekolah SMA Darunnajah Jakarta Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial kepala SMA Darunnajah
Jakarta Selatan dilakukan dengan: 1) kerjasama dengan pihak internal dan eksternal
sekolah yaitu dengan adanya kegiatan rapat, pembinaan siswa, kerjasama antara guru,
pemerintah, lembaga luar negeri, perusahaan dan perusahaan swasta; 2) partisipasi
kegiatan kemasyarakatan dilakukan dengan bakti sosial, Praktek Pengabdian Masyarakat
(PPM), perayaan hari besar Islam, keterlibatan kegiatan yang diadakan di masyarakat, 3)
memiliki kepekaan sosial yaitu: memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan
karyawan, Terlibat langsung dalam memberikan bantuan, Memberikan pengawasan dan
pembinaan bagi guru dan siswa, Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima
pendapat dari berbagai pihak.
Kata Kunci : Kompetensi, Sosial, Kepala sekolah
vi
Abstract
Rika Rimawati NIM 21170181000013: "The Social Competence of The Principal at
Darunnajah High School South Jakarta”. Thesis of the Master Program in Islamic
Education Management (MPI) of the Tarbiyah and Teaching Faculty (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
This study aims to determine the Social Competence of The Principal at Darunnajah
High School South Jakarta. The results of this study are expected to provide benefits to the
community, especially the Darunnajah High School South Jakarta as an added insight of
knowledge in terms of the school's social competency, as input for the importance of social
competence so as to be able to establish good relations with all educational stakeholders.
This research uses descriptive qualitative methods in which data collection uses
interview, observation and document study techniques. In this study, the authors
interviewed several speakers including: Principal, Teacher, student, community around
the Darunnajah High School South Jakarta.
The results showed that the social competency of The Principal at Darunnajah High
School South Jakarta was carried out by: 1) collaboration with internal and external
parties of the school, namely through meetings, student coaching, cooperation between
teachers, government, foreign institutions, companies and private companies; 2)
participation in community activities is carried out with social services, Community
Service Practices (PPM), celebrations of Islamic holidays, involvement of activities held in
the community, 3) has social sensitivity, namely: providing welfare assistance for teachers
and employees, directly involved in providing assistance, Providing supervision and
coaching for teachers and students, Overcoming problems with maturity and accepting
opinions from various parties
Key Words: Competence, social, principal
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’aalamiin,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan
karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan
tesis ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita
yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Tesis yang berjudul “Kompetensi Sosial Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan”
disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Magister (M.Pd) pada jurusan Manajemen
Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Unversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Amany
Burhanuddin Lubis, Lc, MA.
2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Jejen Musfah , MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen
Pembimbing tesis yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis.
4. Seluruh dosen Magister Manajemen Pendidikan Islam yang senantiasa memberikan
ilmu pengetahuan dan bimbingan selama perkuliahan.
5. Muslikh, M.Pd selaku Staf program magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pelayanan akademik sangat baik kepada penulis.
6. Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan yag telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.
7. H. Nurkhamid, Lc., M.pd, Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan yang telah
menerima dan membimbing saya dengan baik selama penelitian. Serta dewan guru dan
karyawan TU yang membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
8. Nur Azizah selaku Sekretaris pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan yang telah
membantu penulis dari mulai perizinan hingga kelengkapan data-data penelitian.
9. Orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi, yang selalu memberikan motivasi
dan doa kepada penulis untuk selalu bersemangat dalam menyelesaikan studi ini.
10. Pimpinan SMK Yadika 1 Jakarta Barat yang telah memberikan waktu kepada penulis
untuk izin meninggalkan tugas menyelesaikan penelitian ini.
viii
11. Keluarga Besar Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Islam tahun 2017/2018
kelas MPI A yang sangat membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
study program Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
12. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan
keberkahan dan keridhaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhir
kata, besar harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis menyadari betul bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 16 Oktober 2019
Rika Rimawati
ix
Daftar Isi
Surat Pernyataan Karya Sendiri ....................................... Error! Bookmark not defined.
Lembar Pengesahan Tesis .................................................. Error! Bookmark not defined.
Lembar Pengesahan Seminar Hasil .............................................................................. iii
Lembar Persetujuan Pembimbing ................................................................................. iv
Abstrak .............................................................................................................................. v
Daftar Isi ........................................................................................................................... ix
Daftar Tabel dan Bagan .................................................................................................. xi
Daftar Lampiran ............................................................................................................ xii
BAB I .................................................................................................................................. 1
Pendahuluan ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah................................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5
G. Penelitian yang Relevan ........................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................ 9
Kajian Teori ...................................................................................................................... 9
A. Hakikat kepala sekolah ............................................................................................. 9
B. Pentingnya Kompetensi bagi pemimpin ................................................................. 15
C. Kompetensi Kepala Sekolah ................................................................................... 19
D. Kompetensi Sosial Kepala Sekolah ......................................................................... 29
E. Kerangka Berfikir .................................................................................................... 42
BAB III ............................................................................................................................. 45
Metodologi Penelitian ..................................................................................................... 45
A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................................... 45
x
B. Metode Penelitian ........................................................................................................ 45
C. Sumber Data ................................................................................................................ 46
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 47
E. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ......................................................................... 48
BAB IV ............................................................................................................................. 53
A. Gambaran Umum Tentang Tempat Penelitian ...................................................... 53
1. Identitas sekolah ....................................................................................................... 53
2. Visi dan Misi ............................................................................................................. 54
3. Pola Pendidikan ........................................................................................................ 54
4. Fasilitas sekolah ......................................................................................................... 55
B. Temuan Penelitian ..................................................................................................... 56
1. Profil SMA Darunnajah Jakarta Selatan ................................................................. 56
2. Kerjasama ............................................................................................................... 58
3. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan ................................................. 64
4. Memiliki kepekaan sosial ....................................................................................... 66
C. Pembahasan Penelitian ............................................................................................. 69
1. Kerjasama ................................................................................................................. 69
2. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan ................................................... 77
3. Memiliki kepekaan sosial ......................................................................................... 78
BAB V .............................................................................................................................. 81
Penutup ............................................................................................................................ 81
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 81
B. Saran ........................................................................................................................ 82
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 83
Lampiran
xi
Daftar Tabel dan Bagan
Tabel
Tabel 01 Pelaksanaan penyusunan Tesis
Tabel 02 Keabsahan data
Tabel 03 Kerjasama lembaga luar negeri
Bagan
Bagan 01 Kerangka berfikir
Bagan 02 Penemuan penelitian
xii
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Hasil Wawancara
Lampiran 2 Hasil Observasi
Lampiran 3 Struktur Organisasi
Lampiran 4 Daftar Pondok Pesantren Darunnajah
Lampiran 5 Daftar Guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan
Lampiran 6 Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2019/2020
Lampiran 7 Struktur Kurikulum
Lampiran 8 Tata tertib
Lampiran 9 Jam Belajar
Lampiran 10 Dokumen Smartel Santri
Lampiran 11 Foto Kegiatan
Lampiran 12 Mou
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan manusia yang terjadi secara terus menerus dan
mengalami perkembangan mengikuti zaman. Dalam Undang-undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional mengartikan pendidikan sebagai
usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan manusia. dalam agama Islam, setiap manusia
berhak mendapatkan pendidikan apapun status sosialnya dan usianya. Semenjak keluar
dari rahim seorang ibu hingga meninggalkan kehidupan dunia ini. Semua berhak
mendapatkan pendidikan, Oleh karena itu agama Islam sampai mewajibkan untuk mencari
pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi seluruh penganutnya tanpa terkecuali. Pentingnya
pendidikan telah dicontohkan oleh Allah SWT pada wahyu yang pertama yaitu surat Al-
Alaq ayat 1-5 yang banyak mengandung isyarat-isyarat pendidikan dan pengajaran dengan
makna luas dan mendalam selain itu, Allah juga memberikan penghargaan kepada orang-
orang yang berpendidikan, seperti dilukiskan dalam surah Al Mujadalaah ayat 11 yang
artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-
orang yang diberi pengetahuan derajat (yang banyak).
Di dalam sistem pendidikan nasional, jenis pendidikan terdiri dari pendidikan sekolah
dan pendidikan luar sekolah (Amos Neolaka, Grace Amialia A. Neolaka, 2017, h. 60).
Pendidikan luar sekolah yaitu pendidikan yang di dapat pada lingkungan masyaraka dalam
prosesnya perkembangan baik fisik dan mental anak. Sedangkan Sekolah merupakan
tempat yang bisa mengembangkan karakter/budaya pengetahuan dan keterampilan siswa
melalui kurikulum yang dijalankan secara baik dan konsisten (Musfah, 2018, h. 15).
Sekolah merupakan lembaga yang bersifat kompleks dan unik, bersifat kompleks karena
sekolah sebagai organisasi terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling
menentukan sedangkan bersifat unik karena sekolah memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak
dimiliki organisasi lain (Isjoni, 2007, h. 63).
Dalam satuan pendidikan, kepala sekolah memiliki dua jabatan penting untuk dapat
menjamin keberlangsungan proses pendidikan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelolah
pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal
pendidikan di sekolah. Sebagai pengelolah pendidikan, maka kepala sekolah harus
memahami dan bertanggung jawab terhadap seluruh administrasi sekolah. selain itu,
kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kemampuan atau kualitas dari semua sumber
daya pendidikan di sekolah sehingga mampu menjalankan tugas dan fungsinya masing-
masing.
2
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan lembaga yang berperan penting
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan dapat berupa
jasa pendidikan maupun pelayanan dalam bentuk administrasi sekolah. Selain itu, sekolah
harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat di dalam dan diluar
sekolah. Berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional pada Bab XV pasal 54 bagian kesatu
umum menyebutkan:
(1) peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok,
keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan; (2) masyarakat dapat
berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil pendidikan; (3) ketentuan
mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan dalam pendidikan, oleh karena itu perlu
kepala sekolah merhatikan segala aspek yang diperlukan oleh masyarakat terhadap
pendidikan denan membina hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat guna
mengembangkan mutu pendidikan. Adanya hubungan yang baik anatra sekolah denagn
masyarakat akan membentuk 1) sikap saling pengertian antara sekolah, orang tua,
masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja; 2)
saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan
pentingya peranan masing-masing; 3) kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai
pihak yang ada di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya
pendidikan di sekolah (Mulyasa, 2013, h. 187).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah, mengartikan bahwa kepala
sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan memnglola satuan pendidikan
yang meliputi taman kanak-kanak (TK), tman kanak-kanal luar biasa (TKLB), sekolah
dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah
menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah menengah atas luar
biasa (SMALB), atau sekolah Indonesia di Luar negeri.
Menurut Mulyono (2008, h. 36) bahwa kemajuan sekolah akan lebih penting bila
orang memberikan atesinya pada kiprah kepala sekolah karena alasan-asalan sebagai
berikut. Pertama, kepala sekolah adalah tokoh penting pendidikan karena kepala
sekolah merupakan media bagi pengembangan pendidikan dan pengimplementasi
tugas untuk pembaharuan. Kedua, sekolah adalah sautu organisasi yang terdiri dari
sekumpulan orang yang memerlukan adanya pendidikan sehingga membutuhkan
adanya pemimpin dalam mengembangkan setiap kompetensi yang ada di sekolah.
Setiap organisasi antara lain perusahaan, sekolah, pemerintah tidak sedikit yang
mengalami kegagalan karena tidak mampu mengelolah dengan baik. Cara memimpin
yang tepat membuat perusahaan mampu mencapai tujuan yang diiinginkannya, bahkan
dapat berkembang. Persaingan sulit mengharuskan pemimpin mampu membaca situasi
masa depan serta menentukan visi, misi,dan sasaran yang dicapai. Hanya kepala
3
sekolah yang memiliki tanggung jawab dan kompetensi tinggi yang akan memiliki
kinerja dalam upaya menggerakkan para bawahannya untuk mencapai tujuan
pendidikan sehingga mampu memberi teladan, menginspirasi dan mendorong
perubahan yang relevan dan efektif (Darma, 2007: 6; Musfah, 2017, h. 305). Sebagai
kepala sekolah haruslah memiliki kompetensi, sebagaimana pada Peraturan
pemerintah nomor 6 tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah
menjelaskan yang dimaksud dengan kompetensi adalah pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yagn melekat pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahan, supervisi dan sosial.
Untuk memenuhi standar kompetensi seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesi Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah maka sangatlah penting bagi kepala sekolah atau calon kepala sekolah menguasai
kompetensi kepala sekolah, menguasasi bukan hanya dalam artian menghafal urutan-
urutan peraturan yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut, namun lebih kepada
menitikberatkan implementasi dari lima dimensi kompetensi kepala sekolah.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, manusia memerlukan bantuan atau
kerja sama dengan manusia lain. Segala kebutuhan yang diperoleh manusia merupakan
berkat bantuan dan kerjasama dengan manusia lain, manusia sadar bahwa dirinya harus
merasa terpanggil hatinya untuk berbuat baik bagi orang lain dan masyarakat.
Sekolah merupakan organisasi pembelajar dimana sekolah selalu berhadapan dengan
Stakeholders. Kemampuan yag diperlukan untuk berhadapan dengan Stakeholders adalah
kemampuan dalam berkomunikasi dan beritnteraksi yang efektif. Kompetensi sosial kepala
sekolah merupakan kompetensi yang harus dimiliki untuk menjalin hubungan antara pihak
sekolah dan luar sekolah demi meningkatkan kualitas pendidikan dan menarik minat
masyarakat akan pendidikan. keterlibatan masyarakat pada umumnya masih sebatas pada
biaya, sedangkan dukungan lainnya yang berupa sikap, pemikiran, barang dan jasa kurang
diperhatikan. Tingkat kepercayaan masyarakat juga lemah terutama mempertanggung
jawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat (orang tua) sebagai
stakeholders. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dengan lingkungan
sosial budaya dimana ia berada dan menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Kepala sekolah juga harus hidup ditengah masyarakat untuk berbaur dengan masyarakat,
dapat melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan keluwesan bergaul harus dimiliki oleh
kepala sekolah selain sebagai kepala maupun guru. Hal ini mendorong kepala sekolah
harus memiliki kemampuan sosial baik pada lingkungan internal sekolah, lingkungan
masyarakat secara umum (Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, 2014, h. 66).
Kompetensi sosial adalah kemampuan kepala sekolah sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga pendidik,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan
kemampuan kepala sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya
memiliki kompetensi untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan dengan menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan
peserta didik, tenaga pendidik, orang tua/wali peserta didik, dan bergaul secara santun
4
dengan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2007, h. 167). Bagi kepala sekolah, kegiatan
komunikasi dapat dimaksudkan agar memberikan sejumlah manfaat, antara lain agar
penyampaian program yang disampaikan dapat dimengerti oleh warga sekolah, mampu
memahami orang lain, gagasannya dapat diterima oleh orang lain, dan efektif dalam
menggerakkan orang lain dalam melakukan sesuatu (Daryanto, 2011, h. 111).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan seharusnya mengayomi masyarakat yang
terdiri dari guru, karyawan, siswa, orang tua dan semua elemen terkait dalam
peningkatan kualitas pendidikan. Dari kasus yang terjadi dapat diambil kesimpulan
bahwa terjadinya pengkroyokan antara siswa dan orang tua terhadap karyawan staf
menandakan bahwa dalam sekolah kurang adanya koordinasi antara sekolah dengan
dengan orang tua, kurangnya pembinaan dan pengarahan juga terhadap para
stakeholders sekolah dalam memiliki karakter yang baik sehingga tidak akan terjadi
tindakan kriminalitas di dalam sekolah. Tindakan krimimnal yang kedua terkait kepala
sekolah melakukan perbuatan asusial merupakan kepala sekolah yang tidak memliki
kompetensi terlebih kompetensi sosial karena kepala sekolah membuat citra sekolah
menjadi buruk di dalam masyarakat, serta merusak mental siswa yang menjadi
korban.
SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan bagian dari pondok pesantren
Darunnajah. Pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan merupakan pondok
pesantren modern di Jakarta yang terkenal dengan pendidikan keagamaan,
pengetahuan, teknologi dan sosial yang baik. Selain mempelajari Al-Qur'an, Hadits,
pelajaran agama dan pelajaran umum, Pondok Pesantren Modern ini juga
menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler seperti Bahasa Arab dan Inggris, Pidato,
Pramuka, Olah raga, Seni bela diri, Kesenian, Marawis, Qosidah, Komputer, dan lain-lain.
Pendidikan di Pondok Pesantren Darunnajah lebih diarahkan kepada: Pendidikan
kader-kader umat yang mampu dan terampil di tengah-tengah masyarakatnya, Pembinaan
generasi muda yang mampu melanjutkan studinya sesuai dengan bakatnya dan kelak tetap
berada di tengah masyarakat dengan menjunjung tinggi amar ma‟ruf nahi munkar,
Beribadah dan mencari ilmu karena Allah SWT. Jenjang pendidikan Pondok Pesantren
Darunnajah Ulujami Jakarta meliputi Paud, TK, SD, TMI (setara SLTP/SLTA atau
setingkat SMP/Mts – SMA/Madrasah Aliyah) Sampai Perguruan Tinggi. Sekolah-sekolah
ini sudah akreditasi A. Kurikulum Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
menggunakan perpaduan kurikulum Pondok Modern Darussalam Gontor dan kurikulum
Nasional serta Pesantren Salafiah.
Pondok pesantren Daarunnajah memiliki kerja sama dengan berbagai pihak baik
di dalam maupun luar negeri. Selain itu, pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan
sering terlibat dan bahkan menyediakan fasilitas sosial untuk masyarakat. Kegiatan
bakti sosial Darunnajah Jaakarta Selatan itus endirii memiliki lembaga khusus yang
bernama Darunnajah Charity dibawah naungan biro kemasyarakatn Darunnajah
Jakarta. Lemabaga ini merupakan wadah untuk segala kegiatan bakti sosial
masyarakat, masyarakat dapat melaporkan kebutuhan akibat bencana yang terjadi dan
lemabga tersebutlah yang akan mengatur untuk mengirimkan bantuan dengan
5
perwakilan santri. Jenjang SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan yang sering
terlibat dalam kegiatan-kegiatan aktif kegiatan sosial untuk disekitar masyarakat,
daerah terpencil hingga ke laur negeri. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan di atas,
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana “kompetensi sosial kepala sekolah di SMA
Darunnajah Jakarta Selatan”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Kepala sekolah kurang bersosialisasi
2. Kepala sekolah kurang beradaptasi dengan lingkungan sosial budaya
3. Kepala sekolah kurang memiliki kepekaan sosial
4. Kepala sekolah sekolah kurang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
5. Kepala sekolah kurang menjalin hubungan kerja sama dengan masyarakat
6. Kepala sekolah kurang berkompeten
C. Pembatasan Masalah Dengan adanya keterbatasan waktu yang ada maka peneliti merasa perlu memberikan
batasan permasalahan agar hasil penelitian lebih fokus. Penulis hanya membatasi dan
membahas mengenai kompetensi sosial kepala sekolah di SMA Darunnajah Jakarta
Selatan.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas dan untuk lebih memperjelas permasalahan
yang akan diteliti, penulis dapat merumuskan masalah yaitu bagaimana kompetensi sosial
kepala sekolah di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk
mendeskripsikan kompetensi sosial kepala sekolah di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian terhadap kompetensi sosial kepala sekolah di SMA. Darunnajah
Jakarta Selatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan kepada kepala sekolah
sekarang maupun yang akan datang untuk lebih meningkatkan kompetensi sosial
kepala sekolah dalam menjalin hubungan dengan masyarakat maupun instansi lain.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pemahaman kepada tenaga pendidik, orang tua, masyarakat, pemerintah serta
instansi lainnya dalam meningkatkan kualitas dari lembaga pendidikan.
6
G. Penelitian yang Relevan Penelitian tesis yang relevan terhadap judul penulis diantaranya adalah:
1. Hasil penelitian Supriyanto (2018, h. 123) menunjukkan bahwa: a) interaksi sosial
yang terjadi kepala sekolah tidak dapat hadir penuh waktu di sekolah, namun
kebijakan apapun tetap bertumpu pada beliau, kepala sekolah menanamkan rasa
memiliki dan kebersamaan pada seluruh warga sekolah, membangun jaringan
dengan birokrat baik dinas pendidikan maupun non-pendidikan, b) faktor
pendukung dalam interaksi sosial kepala sekolah dan guru adalah tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan yang mayoritas berusia muda yang memiliki pemikiran
relative lebih terbuka, sementara faktor penghambatnya adalah tidak semua guru
berani menyampaikan ide karena takut menjadi kambing hitam jika terjadi
kesalahan, misskomunikasi antara kepala sekolah dengan bendahara, terdapat dua
kubu dalam sekolah. c) Solusi dalam mengatasi hambatan adalah kepala sekolah
memanfaatkan waktu ketika di sekolah dengan memaksimalkan komunikasi proaktif
dengan semua warga sekolah, meminta wakil kepala membuat tim kabinet untuk
menggali ide dan gagasan dari bawah, mengadakan pembinaan dan evaluasi dalam
rapat dinas rutin per bulan dan wajib diikuti oleh semua guru dan karyawan,
membangkitkan sense of belonging (rasa memiliki) dan sense of togetherness (rasa
kebersamaan). Adapun persamaan dalam penelitian penulis yaitu terdapatnya unsur
interaksi sosial yank merupakan bagian dari kompetensi sosial kepala sekolah,
sedangkan perbedaannya yaitu untuk penelitian ini hanya membahas mengenai
interaksi sosial kepala sekolah bukan secara keseluruhan dari kompetensi sosial
yang harus dimiliki oleh kepala sekolah.
2. Dari hasil penelitian Eka Styani (2018, h. 153) menyimpulkan bahwa manajemen
kerjasama dengan DU/DI sebagai berikut: (1) Perencanaan program kegiatan praktik
kerja industri terhadap DUDI didasarkan pada sinkronisasi kurikulum bersama,
pembuatan MoU antara sekolah dengan DUDI, perencanaan kesiapan siswa
(pemetaan kompetensi), dan perencanaan penempatan (pemetaan tempat DUDI)
yang sesuai dengan kompetensi peserta didik yang dibutuhkan oleh DUDI. (2)
Pengorganisasian pada program kegiatan praktik kerja industri dengan cara
pembagian struktur organisasi dan pembagian kerja, serta penempatan peserta didik
pada DUDI masing-masing. (3) Pelaksanaan program kegiatan praktik kerja industri
terhadap DUDI dilakukan secara fleksibel sesuai dengan kebijakan sekolah masing-
masing. Dengan cara diadakannya pelatihan, praktik kerja industri secara langsung,
maupun rekruitmen peserta didik yang memenuhi kebutuhan DUDI. (4) Evaluasi
program kegiatan praktik kerja industri terhadap DUDI dilaksanakan dengan
penilaian dari pihak DUDI menggunakan format penilaian dari sekolah masing-
masing. Adapun persamaan dalam penelitian penulis yaitu terdapat fokus penelitian
mengenai pengeturan kerjasama dengan pihak eksternal sekolah, dalam penelitian
tersebut dikhususkan kerjasama dengan DU/DI. Adapun perbedaannya yaitu untuk
penelitian ini hanya membahas mengenai Kerjasama dengan DU/DI sedangan
penelitian yang penulis lakukan lebih luas yaitu mengenai kompetensi sosial kepala
sekolah salah satu indikatornya merupakan kerjasama dengan pihak di dalam
maupun di luar sekolah.
7
3. Hasil penelitian (Nurhasanah, 2014, h. 131) adalah dari manajemen hubungan
masyarakat SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen yaitu melalui kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengevaluasian. Perencanaan hubungan masyarakat melalui
kegiatan: a) menganalisis keadaan dan kebutuhan masyarakat, b) menganalisis
keadaan ekonomi sosial masyarakat, c) merancang kegiatan atau program sekolah
dan d) merencanakan biaya yang dihabiskan dalam proses merealisasikan kegiatan.
Pelaksanaan hubungan masyarakat dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu: a)
pelaksanaan promosi, b) kegiatan belajar mengajar dan c) kelanjutan karir output
yang dihasilkan, sedangkan kegiatan evaluasi hubungan masyarakat melalui rapat
triwulan dan rapat di setiap akhir kegiatan. Adapun persamaan dalam penelitian
penulis yaitu terdapatnya indikator kompetensi sosial kepala sekolah yaitu menjalin
hubungan dengan masyarakat baik masyarakat yang berada di dalam maupun di luar
sekolah. Adapun perbedaannya yaitu pada fokus penelitian tidak membahas
mengenai kompetensi sosial kepala sekolah secara keseluruhan untuk penelitian ini
hanya membahas mengenai hubungan masyarakat yang merupakan salahsatu bagian
indikator dari kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh kepala sekolah.
9
BAB II
Kajian Teori
A. Hakikat kepala sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dipimpin oleh kepala sekolah, maju
kembangnya sekolah tergantung pada kemampuan kepala sekolah. Kepala sekolah
memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan
pendidikan, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang baik. Kepala sekolah
merupakan komponen utama yang bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan
di sekolah. Keberhasilan organisasi sekolah banyak ditentukan keberhasilan kepala sekolah
dalam menjalankan peranan dan tugasnya. Sesuai dengan pendapat Jerry H Makawimbang
(2012, h. 81) menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di suatu
sekolah mempunyai tugas yang kompleks dan sangat menentukan maju mundurnya suatu
sekolah.
Kepala sekolah merupakan motor penggerak sebagai penentu arah kebijakan menuju
keberhasilan pendidikan (Djaffri, 2016, h. 3). Manurut Wahjosumidjo (2010, h. 83) Kepala
sekolah berasal dari 2 kata yaitu kepala dan sekolah.Kata kepala dapat diartikan „ketua‟
atau „pemimpin‟ dalama suatu organisasi atau lembaga. Sedang „sekolah‟ adalah sebuah
lembaga dimana mejadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah berperan
sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan oleh karena itu Sebagai pemimpin kepala
sekolah harus memiliki jiwa kepemimpinan. Sebagaimana didefinisikan pemimpin adalah
membuat orang lain menyelesaikan pekerjaan yang sulit dengan baik, cepat dan tanpa
paksaan, bahkan dengan perasaan senang dapat menikmati pekerjaan itu (Adair, 2007, h.
19). Dengan demikian, kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang yang
memimpin sekolah dimana diselenggarakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan peserta didik dalam hal peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Unuk itu kepala sekolah harus mengetahui
tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang
dikemukakan Wahjosumidjo (2007, h. 97) adalah:
1. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain. Kepala sekolah berperilaku
sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah.
2. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Kepala
sekolah bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh
bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf dan orang tua siswa
tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.
3. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu
menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan, seorang kepala
sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat
memprioritaskan bila terjadi konflik anatar kepentingan bawahan dengan
kepentingan sekolah.
10
4. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah
harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan
persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihat setiap tugas
sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.
5. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan
sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa mennimbulkan konflik
untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.
6. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun
hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise).
Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (a) dapat
dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-
masing, (b) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi , OSIS,
Komite sekolah, dan sebagainya; (c) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan
berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.
7. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan
kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpinnya.
8. Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi
pun yang berjalan mulus tanpa masalah. Demikian pula sekolah sebagai suatu
organisasi tidak luput dari persoalan dan kesulitan-kesulitan, dan apabila terjadi
kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat
menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.
Kepemimpinan adalah pilihan dan menjadi pemimpin yang baik adalah keterampilan
yang dapat dipelajari oleh siapapun, didapat dari model yang tepat, analsis, sistem dan
yang terpenting adalah dengan tindakan (Montgomery, 2012). Terdapat 3 panduan umum
menurut Camarota (2004, h. 5) untuk menjadi pemimpin yaitu pengaturan arah, mengatur
emosi, memotivasi tindakan. Seorang pemimpin, memimpin tidak hanya menggunakan
otoritas yang dimilikinya tetapi juga mempengaruhi untuk menggerakkan orang lain
(Efendy, 2018).
Tindakan pemimpin yang baik yaitu mampu membuat keputusan mengenai suatu
konflik dan situasi, memberikan perintah yang jelas untuk memulihkan suatu situasi
konflik atau meninggalkan rencana dan berfikir kembali (Ruth Chambers, Kay Mohanna,
Peter Spurgeon, 2007). Selain itu, sebagai pemimipin harus memiliki komitmen yaitu
mewujudkan pelayanan yang bermutu dan melahirkan pribadi yang percaya diri, jujur dan
cerdas (Musfah, Analisis Kebijakan Pendidikan, 2018, h. 159)
Untuk bisa memimpin dengan baik seorang pemimpin harus mencintai orang-orang
yang dipimpinnya. Di dalam sebuah Hadist Nabi SAW dinyatakan bahwa “Man la yarham
la yurham” (Al-Hadist), yakni siapa saja yang tidak mencintai (tidak mengasihi) orang lain
maka ia tidak akan dicintai (di kasih sayangi) oleh orang lain. Seorang pemimpin untuk
dapat memimpin dengan baik adalah dengan memiliki sifat kasih sayang atau mencintai
terhadap yang dipimpinnya. Dengan dimilikinya sifat ini maka pemimpin akan menjadikan
SDM sebagai aset utama yang paling penting dan tidak tertandingi oleh asset apapun
(Muhaimin, Suti'ah, Sugeng Listyo P., 2012, h. 33).
11
Menurut M.H. Matondang (2008) dalam bukunya menyatakan bahwa ada 10 jenis
kecerdasan yang dapat dipelajari oleh calom pemimpin terutama dalam mennghadapi
abada ke-21 yaitu peipin memiliki “Multi Intelligent”. Hal ini tercermin dari mutu
kepemimpinannya yang memiliki sikap, perilaku tindakan serta hati nuraninya menjadi
lebih baik dan benar karena dia mampu menggunakan serbagai jenis kecerdasan seperti:
1. Kecerdasan Tradisional (IQ) maka dia dapat berfikir baik
2. Kecerdasan Emotional (EQ) (Good Loving)
3. Kecerdasan ragawi (good acting)
4. Kecerdasan Spiritual (SQ) pemimipin yang memuliakan tuhan.
Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan bukanlah tugas yang
mudah. Seorang kepala sekolah memiliki tugas, peran dan fungsi yang saling berkaitan.
Adapun fungsi dari kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kepala sekolah sebagai pendidik adalah kepala sekolah yang memiliki kompetensi
dalam hal meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan mutu pendidikan. Adapun
menurut Wahjosumidjo (Wahjosumidjo, 2010, h. 124) bahwa sebagai pendidik kepala
sekolah harus mampu menanamkan, memajukan, dan meningkatkan paling tidak empat
macam nilai yaitu:
a. Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia;
b. Moral, hal-hal yang berkaitan degan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap
dan kewajiban/moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesusilaan;
c. Fisik, hal-hal yag berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan
penampilan manusia secara lahiriyah;
d. Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan
keindahan.
Dari pendapat di atas, maka kepala sekolah sebagai pendidik haruslah memiliki
strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah
dengan cara menanamkan, memajukan, dan meningkatkan nilai-nilai yang terdapat pada
tenaga kependidikan seperti mental, moral, fisik dan artistik. Dengan meningkatkan
profesionalisme dari tenaga pendidik di sekolah akan dapat berdampak pada
keberhasilan dari peserta didik serta menunjang terbentuknya citra positif karena dengan
pemberian pendidikan yang baik akan memberikan rasa kepuasan bagi masyarakat
terhadap sekolah.
12
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya seabgai manajer, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui
kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk
memningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan
dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah (Mulyasa, 2006, p. 103).
Terkait kepala sekolah sebagai manajer, mengingat kegiatan manajemen antara lain
proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan
mengendalikan. Jadi sebagai kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai kegiatan
manajemen tsersebut untuk memperbadayakan tanaga kependidikan agar mampu bekerja
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
3. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan
berbagai aktifitas pengelolaan administratsi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan
pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki
kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,
mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,
mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan (Mulyasa, 2006,
h. 107).
Kepala sekolah sebagai administrator harus memiliki kemampuan dalam mengelolah
berbagai sumber daya yang ada dalam sekolah, baik dari sumber daya manusia yaitu
guru, para staf, dan siswa, serta berbagai fasilitas yang ada di sekolah. Kepala sekolah
sebagai administrator harus mampu melakukan berbagai kegiatan yang bersifat
penyusunan, pencatatan dan pendokumentasian sekolah. Di dalam, kegiatan sekolah
memerlukan banyak perencanaan penyususan dan pencatatan baik terhadap kurikulum
untuk mata pelajaran, tugas guru, kegiatan-kegiatan di sekolah, dll. Maka kepala sekolah
harus memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan administrasi karena akan
berdampak pada kepuasan pelayanan tenaga pendidik, siswa dan juga masyarakat di luar
sekolah.
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Secara bahasa, istilah “supervisi” berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”.
Kata “super” mengandung makna peringkat atau posisi yang lebih tinggi, superior,
atasan, lebih hebat atau lebih baik (Aedi, 2014, h. 12). Sedangkan kata “vision”
mengandung makna kemampuan untuk menyadari sesuatu yang tidak benar-benar
terlihat. Dalam istilah sehari-hari terdapat kata-kata supervisi, yang diartikan dengan
kepengawasan, dan juga inpeksi yang diartikan dengan penilaian, Keduanya dianggap
identik (Daryanto, 2011, h. 181).
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu
para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih
baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah
sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif (Mulyasa E. , 2011, h. 111).
13
5. Kepala sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan pengarahan, petunjuk serta
pengawasan terhadap berbagai kegiatan yang ada di sekolah. Selain kemampuan dalam
memimpin, kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dari sifat-sifat (1) jujur, (2)
percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5)
berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan (Mulyasa E, 2011, h. 115). Tugas kepala
sekolah dalam memimpin harus mampu memberikan petunjuk dan mengawasi serta
meningkatkan motivasi kerja tenaga kependidikan. Ini ditunjukan dengan kemampuan
tegas mengambil keputusan dan komunikasi yang baik dapat mempengaruhi dan
meyakinkan bawahannya agar melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sehingga
dapat mencapai tujuan dan sasaran diinginkan.
6. Kepala Sekolah sebagi Motivator
Dalam kaitan motivasi dengan hasil kerja dapat diketahui bahwa motivasi adalah
proses mempengaruhi atau memberikan masukan kepada seseorang untuk melaksanakan
suatu keinginan yang ingin dicapai. Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui
pengaturan lingkungan fisik pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan penghargaan
secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat
Sumber Belajar (PSB) (Mulyasa E. , 2011, h. 120). Kepala sekolah sebagai motivator
harus memiliki kamampuan untuk memberikan dorongan semangat serta mempengaruhi
tenaga pendidik agar mampu bekerja secara baik. Setiap manusia memerlukan adanya
motivasi untuk membangun semangat untuk melakukan pekerjaan karena tanpa adanya
motivasi seseorang tidak akan melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah di
tentukan. Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pemimpin harus memperhatikan faktor
apa saja yang dapat memberikan motivasi bagi para tenaga pendidik dan kependidikan,
serta siswa yang terdapat di sekolah. Motivasi bagi tenaga pendidik dan kependidikan di
sekolah dapat dilakukan dengan menyediakan berbagai fasilitas lengkap, suasana yang
kondusif, keadaan sekolah yang nyaman, serta pemberian insentif.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah meiliki fungsi
sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, dan motivator. Dari enam
fungsi kepala sekolah tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
kepala sekolah. Kepala sekolah harus menjalankan fungsinya secara baik supaya
pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan. Dengan dilaksanakannya gungsi
kepala sekolah dengan baik dapat memberikan dampak positif terhadap keberhasilan
sekolah. Keberhasilan sekolah dapat terjadi juga sebagai akibat adanya kerjasama yang
baik antara komponen-kompenen dalam pendidkan terutama pemimpin dan yang
dipimpin (Ruslan, 2003, h. 78). Pentingnya kepala sekolah dalam suatu lembaga
pendidikan sekolah menuntut kepala sekolah haruslah memiliki profesionalitas dalam
menjalankan tugasnya. Dari hal-hal yang berkaitan dengan kepala sekolah yang
profesional yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi kepala
harus memiliki kemampuan manajerial dan komunikasi yang baik untuk para guru dan
siswa serta pihak masyarakat yang berada di luar sekolah.
14
Sebagai pemimpin, kepala sekolah merupakan orang yang memiliki kekuasaan untuk
membuat segala kebijakan yang terbaik bagi organisasi yang dipimpinya dalam
melaksanakan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Kebijakan adalah
keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan
organisasi yang bersangkutan. Keputusan disini adalah memutuskan untuk “tidak
memutuskan” atau “tidak mengurusi isu terkait” (Nugroho, H.A.R. Tilaar dan Riant, 2009,
h. 184). Kebijakan pendidikan adalah proses, aktivitas, strategi, prosedur dan alternatif
langkah-langkah yang digunakan untuk memecahkan permsalahan pendidikan nasional
sesuai visi, misi, tujuan dan strategi pendidikan nasional yang ditetapkan secara
komprehensif dalam suatu kurun waktu tertentu (Amtu, 2013, h. 213).
Kebijakan menurut (Delaney, 2017, h. 5) terdiri dari sejumlah elemen yaitu:
1. Kebijakan adalah tindakan yang diformalkan
2. Kebijakan memilik tujuan yang disepakati
3. Kebijakan disetujui dan oleh badan atau atoritas institusional
4. Kebijakan memiliki standar dalam mengukur kinerja
Terdapat tiga proses kebijakan, yaitu: formulasi, implementasi, dan evaluasi (Putt dan
Springer dalam Syafaruddin; 2008). Adapun ketiga proses kebijakan tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Formulasi Kebijakan. Formulasi kebijakan mengandung beberapa isi penting yang
dijadikan sebagai pedoman tindakan sesuai yang direncanakan. Adapun isi kebijakan
mencakup: 1) Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, 2) Jenis manfaat yang
akan dihasilkan, 3) Derajat perubahan yang diinginkan, 4) Kedudukan pembuat
kebijakan, 5) (siapa) pelaksana program, 6) Sumber daya yang dikerahkan.
2. Implementasi Kebijakan. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara yang
dilaksanakan agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya (Dwijowijoto, 2003).
Dijelasakan oleh Putt dan Springer (Syafaruddin: 2008) implementasi kebijakan
adalah serangkaian aktivitas dan keputusan yang memudahkan pernyataan kebijakan
dalam formulasi terwujud ke dalam praktik organisasi. Untuk mengimplementasikan
kebijakan ada dua pilihan langkah yang memungkinkan, yaitu: langsung
mengimplementasikan dalam bentuk program-program, atau dapat melalui kebijakan
derivet (turunan) dari kebijakan public tersebut. Sejalan dengan pernyataan bahwa
(Putt dan Springer dalam Syafaruddin: 2008) implementasi kebijakan memerlukan
banyak keputusan dan tindakan seperti; menjamin dan menguatkan berbagai arahan,
dan peraturan, mengeluarkan dan membuat penemuan, rekruitmen dan pembinaan
personal, menghargai dan membuat kontrak, menciptakan unit organisasi baru
supervise staf, membuat anggaran yang diperlukan dan menciptakan bentuk analisis
laporan. Implementasi kebijakan bermakna pengembangan kriteria khusus dalam
praktik bagi pembuatan keputusan yang mencapai maksud kebijakan. Dalam
implementasi kebijakan yang perlu diperhatikan adalah bagaiamana prakondisi
untuk keberhasilan pelaksanaan kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi
atau sikap dan struktur birokrasi.
15
3. Evaluasi Kebijakan. Suatu kebijakan tidak boleh dibiarkan begitu saja setelah
dilaksanakan. Begitu pelakasanaan kebijakan berlangsung selanjutnya perlu
diperiksa. Disisi lain, evaluasi dipergunakan untuk mengetahui kesenjangan antara
harapan/tujuan dengan kenyataan yang dicapai. Dengan demikian evaluasi tidak
dimaksud mencapai kesalahan para pelaksana kebijakan, akan tetapi pesan utamanya
adalah supaya kekurangan dan kelemahan dalam pelakasanaan kebijakan dapat
diperbaiki sehingga pencapaian tujuan lebih maksimal (Syafaruddin, 2008)
Dapat disimpulkan bahwa kebijakan sekolah merupakan suatu aturan dan keputusan
yang dibuat untuk kepentingan bersama peningkatan kualitas pendidikan. Kepala sekolah
dalam membuat kebijakan harus direncanakan terlebih dahulu seperti terdapat pada tahap
formulasi kebijakan yaitu kepala sekolah dalam emmbuat kebijakan harus menentukan
untuk apa dan siapa kebijakan tersebut, kemudian bagaimana kebijakan yang dibuat dapat
diimplementasikan dengan baik dan tepat sasaran, serta setelah melakukan implementasi
selanjutnya adalah dengan melakukan evaluasi apakah kebijakan yang dibuat telah sesuai
dengan tujuan dan lakukan perbaikan, peningkatan kualitas untuk hasil pendidikan yang
lebih baik.
B. Pentingnya Kompetensi bagi pemimpin Menurut Mulyono (2008: 144) bahwa kemajuan sekolah akan lebih penting bila orang
memberikan etensinya pada kiprah kepada sekolah karena alasan-alasan sebagai berikut.
Pertama, kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan. Hal ini dikarenakan bahwa
kepala sekolah sebagai fasilitator bgi pengembangan pendidikan, sebagai pelaksana suatu
tugas yang syarat dengan harapan dan pembaruan. Kemasan cita-cita mulia penddikan
secara tidka langsung juga diserahkan kepada kepala sekolah begitu pula optimisme para
orang tua yang terkondisikan pada kepercayaan menyekolahkan anak-anaknya pada
sekolah tertentu, tidak lain karena menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah.
Kedua, sekolah adalah sebagai suatu komunitas penddikan yang membutuhkan seseorang
pemimpin untuk mendayagunakan potensi yang ada dalam sekolah. Pada tingkatan ini,
kepala sekolah sering dianggap identik, bahkan telah dikatakan bahwasanya wajah sekolah
ada pada kepala sekolah. Peran kepala sekolah disini bukan hanya sebagai akumulator,
melainkan juga sebagai konseptor manajerial yang bertanggung jawab pada kontribusi
masing-masing demi efektivitas dan efisiensi kelangsungan pendidikan.
Kompetensi adalah kemampuan melakukan sesuatu yang dimensi-dimensinya meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kompetensi yang harus harus dimiliki oleh kepala
sekolah sebagai pemimpin adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan dan mengartikulasikan tujuan pembelajaran
Secara bersama-sama kepala sekolah dan guru merumuskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Disamping itu, kepala sekolah dan guru menyepakati cara-cara
yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran dan melaksanakannya
secara konsisten untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum
Kepala sekolah mengarahkan dan membimbing para guru dalam mengembangkan
kurikulum, mulai dari perumusan visi, misi dan tujuan sekolah, pengembangan
struktur dan muatan kurikulum, dan pembuatan kalender sekolah. Pelaksanaan
16
pengembangan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip relevansi, kemuktahiran
terhadap IPTEKS, berpusat pada potensi siswa, terpadu dan selaras dengan
kebutuhan siswa dan kebutuhan lingkungan.
3. Membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar (PBM)
Kepala sekolah memiliki kemampuan dalam membimbing dan memfasilitasi
perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaa dan
evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas. Dalam perencanaan PBM, kepala
sekolah memiliki kemampuan membimbing para guru dalam mengidentifikasi
kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan siswa, menyusun tujuan pembelajaran,
mengembangkan silabus, mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran,
memilih bahan ajar, memilih metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik
siswa dan karakteristik mata pelajaran dan memilih media pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa dan kaaaktreistik mata pelajaran. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, kepala sekolah membimbing dan memfasilitasi para
guru dalam mengembangkan dan menggunakan berbagai metode mengajar
misalnya pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan), pengajaran dan pembelajaran konstektual (cotextual teaching
learning), Lessons Study, simulasi, curah pendapat, kerja kelompok, diskusi
kelompok, metode proyek, dan sebagainya. Dalam evaluasi pembelajaran, kepala
sekolah membimbing dan memfasilitasi para guru dalam menyusun kriteria kinerja
siswa, menyusun alat tes, menganalisis hasil tes, menentukan ketuntasan belajar,
dan menilai efektivitas pembelajaran (Daryanto, 2011, h. 88).
4. Mengevaluasikan kinerja guru dan mengembangkannya
Secara periodik, kepala sekolah melakukan evaluasi kinerja guru untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja guru serta mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan pengembangan keprofesian guru. Berdasarkan hasil evaluasi
kinerja guru, kepala sekolah memfasilitasi guru dalam memperbaiki kinerjanya dan
memfasilitasi guru dalam mengembangkan keprofesiannya. Pengembangan
keprofesian guru dilaksanakan dengan berpegang teguh pada prinsip
pengembangan keprofesian secara berkelanjutan yang diupayakan oleh guru secara
sendiri atau yang difasilitasi oleh sekolah/dinas pendidikan kabupaten/kota.
5. Membangun komunitas pembelajaran
Komunitas pembelajaran adalah suatu komunitas (warga sekolah) yang memiliki
kesamaan nilai-nilai pembelajaran yang dianut sebagai sumber penggalangan
konformisme sikap dan perilaku bagi warga sekolah dalam rangka untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Sense of learning telah terjadi secara merata disekolah. Jadi,
di sekolah telah terjadi kebersamaan (teamwork) yang kuat, keterlibatan dan
partisipasi total, dedikasi, motivasi, dan cara-cara kerja yang efektif dalam
menyelenggarakan pembelajaran. Kepemimpinan pembelajaran akan efektif
apabila didukung oleh komunitas warga sekolah yang mampu membangun dirinya
sebagai komunitas pembelajaran.
6. Menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional
Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menerapkan
kepemimpinan visioner dan situasional sekaligus. Kepemimpian visioner adalah
kepemimpinan yang mendasarkan pada visi yang ingin dicapai dimasa depan,
sedangkan kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang
17
mempertimbangkan situasin yang dihadapi. Kombinasi dari kedua kepemimpinan
tersebut akan mampu memberi inspirasi dan mendorong terjadinya pembelajaran
yang futuristik dan kontekstual sekaligus.
7. Melayani siswa dengan prima
Harus disadari sepenuhnya bahwa keberadaan kepala sekolah, guru dan karyawan di
sekolah adalah hanya karena ada siswa. Oleh karena itu, kepala sekolah harus
mampu mengajak guru dan karyawan untuk memberikan layanan pembelajaran
kepada siswa secara prima dan siswa merupakan pelanggan utama sekolah yang
harus menjadi fokus perhatian warga sekolah.
8. Melakukan perbaikan secara terus menerus
Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki kemampuan untuk
melakukan perbaikan secara terus-menerus, yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, refleksasi, dan revisi terhadap perencanaan berikutnya, dan
siklusnya diulang-ulang terus. Hal ini perlu dilakukan karena banyak perubahan
diluar sekolah yang harus diinternalisasikan ke sekolah.
9. Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif
Pemimpin pembelajaran harus selalu menerapkan karakteristik kepala sekolah
efektif. Kepala sekolah efektif melakukan hal-hal berikut: luwes dalam
pengendalian, membangun teamwork di sekolahnya, komitmen kuat terhadap
pencapaian visi misi sekolah, menghargai guru dan karyawa atas dedikasinya,
memecahkan masalah secara kolaboratif, melakukan delegasi secara efektif, dan
fokus pada proses belajar mengajar (pembelajaran).
10. Membangun warga sekolah agar pro-perubahan
Salah satu ciri utama seorang pemimpin adalah memiliki visi misi yang jelas dan
memiliki cara-cara untuk menggerakkan warga sekolahnya untuk mencapainya.
Untuk itu, dia harus mampu mengarahkan, membimbing, memotivasi,
mempengaruhi, memberi inspirasi, dan medukung prakarsa- prakarsa baru
kreativitas, inovasi, dan inisiasi dalam pengembangan pembelajaran.
11. Membangun teamwork yang kompak
Keberhasilan upaya sekolah akan maksimal apabila dilakukan secara kolaboratif
oleh warga sekolah. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu membagun teamwork
yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis dan lincah. Pelibatan, partisipasi dan
dedikasi warga sekolah sangat diperlukan dalam rangka membangun teamwork yang
maksimal.
12. Memberi contoh dan menginspirasi warga sekolah
Memimpin dengan contoh sudah terbukti ampuh dalam organisasi apapun termasuk
sekolah. Memberi contoh dalam berbagai hal misalnya komitmen, disiplin, nyaman
terhadap perubahan, kasih sayang terhadap siswa, semangat kerja, dan sebagainya
adalah merupakan bagian penting dari karakteristik seorang pemimpin. Tidak kalah
penting, seorang pemimpin selalu memberi inspirasi kepada guru, karyawan, dan
terutama siswanya untuk mempelajari dan menikmati hal-hal yang belum diketahui
dan mampu membangun kondisi rasa keingintahuan dari seluruh warga sekolahnya
(Daryanto, 2011, h. 91).
18
Menurut Kompri (2017: 37) kompetensi dapat dipilah menjadi tiga aspek. Ketiga aspek
yang dimaksud adalah 1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman,
apresiasi daan harapan yang menjadi penciri karakteristik seseorang dalam menjalankan
tugas; 2) penciri karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertam itu
tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya; dan 3) hasil
unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standar kualitas tertentu.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang
menurut Michael Zwell (2000, h. 56), yaitu:
a. Keyakinan dan nilai-nilai. Keyanikan orang tentang dirinya maupun terhadap orang
lain akan sangat memengaruhi perilaku. Apabila orang percay abahwa mereka tidak
kreatif dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berfikir tentang cara baru atau
berbeda dalam melakukan sesuatu. Untuk itu setiap orang harus berfikir positif
tentang dirinya, maupun terhadap orang lain dan menunjukkan ciri orang yang
berfikir ke depan.
b. Keterampilan. Dengan memperbaiki keterampilan, inidividu akan meningkat
kecakapannya dalam kmopetensi.
c. Pengalaman. Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman.
Diantarannya pengalaman dalam mebgorganisasikan orang, komunikasi dihadapan
kelompok, menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Orang yang tidak pernah
berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks tidak mungkin mengembangkan
kecerdasan organisasional untuk memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh
dalam lingkungan. Orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran strategis
kurang mengembangkan kompetensi daripada mereka yang telah menggunakan
pemikiran strategis bertahun-tahun.
d. Karakteristik kepribadian. Kepribadian bukanlah sesuatu yang tidak dapat berubah.
Kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu. Orang merespon dan
berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitar. Walaupun dapat berubah,
kepribadian cenderung berubah dengan tidak mudah. Tidaklah bijaksana
mengharapkan orang memperbaiki kompetensinya dengan mengubah
kepribadiannya.
e. Motivasi. Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan,
memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat memberikan
pengaruh positif terhadap motivasi seseorang bawahan.
f. Isu Emosional. Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi.
Misalkan takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai atau tidak
menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.
g. Budaya organisasi. Buday aorganisasi memengaruhi kompetensi sumber daya
manusia dalam kegiatan sebagai berikut; 1) proses rekrutmen dan seleksi karyawan,
2) sistem penghargaan, 3) praktik pengambilan keputusan, 4) filosofi organisasi
(misi-visi, dan nilai-nilai organisasi), 5) kebiasaan dan prosedur, 6) komitmen pada
pelatihan dan pengembangan, dan 7) proses organisasional.
19
Menurut Prof. Andreas Budiharjo dalam tulisannya berjudul Kompetensi dan Gaya
Kepemimpinan menjelaskna bahwa lingkungan usaha semakin kompetitif dan mengglobal
yang menuntut perusahaan atau organisasi dikelola profesional. Banyak perusahaan asing
muali dari ritel, jasa, restoran, manufaktur, sampai bank beroperasi di Indonesia.
Lingkungan usaha cenderung berubah sejalan perkmebangan teknologi dan tuntutan
pelanggannya. Para pebisnis harus mampu mengantisipasi semua itu agar agar perusahaan
yang dipimpinnya maju dan bertumbuh. Dikemukakan oleh Danim (2002, h. 125)
Sebagaian besar kelemahan administrasi pendidikan kita disebabkan oleh ketidakmampuan
kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya secara profesional. Efek lanjutan dari
kelemahan sistem administrasi pendidikan kita yang berkepanjangan adalah makin
tertinggalnya kemajuan pendidikan dilihat dari sudut kemajuan di sekitar ekonomi dan
industri. Inovasi dalam berbagai bidang seperti kurikulum, sarana dan prasarana, pola
pendidikan kepada anak , dan sebagainya, tidak banyak manfaatnya tanpa kemampuan
administrasi yang memadai dari para pengelolanya.
Fakta menunjukkan semua organisasi antara lain perusahaaan, sekolah, pemerintah,
bahkan politik harus mampu menjawab tantangan secara tepat agar mencapai sasarannya.
Tidak sedikit perusahaan besar yang jatuh tutup karena tidak dikelola dengan baik.
Kepemimipina tepat membuat perusahaan mampu mencapai sasarannya, bahkan tumbuh
dan bertahan. Persaingan ketat mengharuskan pemimpin mampu menganalisis dan
memprediksi situasi masa depan serta menentukan visi, misi dan sasaran yang akan
dicapai. Sasaran organisasi bersifat multidimensional, artinya bukan hanya bersifat
finansial. Tapi juga beruapa kepuasan pelanggan, kepuasan kerja karyawan, serta
pertumbuhan kompetensi sumber daya manusia.
Aspek pertama sebuah kompetensi menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran
sumbantsi materi ideal yang seharusnya dikuasasi atau dipersyaratkan untuk dikuasai oleh
seseorang dalam menjalankan pekerjaan tertentu. Substansi materi ideal yang dimaksud
yaitu kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan
harapan-harapan penciri karakter dalam menjalankan tugas. Aspek kedua kompetensi
merujuk kepada gambaran unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap,
dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaan secara mempuni. Aspek ketiga
merujuk kepada kompetensi sebagai hasil (output dan atau outcome) dari unjuk kerja
berpiawaian. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan berlaku serta mahir dalam
menjalankan suatu tugas untuk menghasilkan tindakan kerja yang efektif dan efisien.
C. Kompetensi Kepala Sekolah Kecerdasan pemimpin bukanlah suatu jaminan untuk membawa organisasi menjadi
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, karena untuk menjadi pemimpin selain
memiliki pengetahuan dan keterampilan namun harus berprilaku sebagai panutan bagi
bawahannya. Oleh karena itu, penting untuk para pemimpin untuk memperhatikan
kepribadian dan sikap sosial untuk menimbulkan rasa saling percaya terhadap bawhannya
sehingga dapat menyatukan tujuan yang akan dicapai bersama. Untuk membangun rasa
20
kepercayaan, maka seorang pemimpin harus memiliki karakteristik sebagai berikut
(Sutoyo, 2000, h. 91).
1. Integritas
pemimpin akan dipercaya apabila apa yang diperbuat sejalan dengan apa yang diucapkan
berdasarkan kebenaran dan kejujuran.
2. Tidak mudah putus asa atau frustasi
Pemimpin tidak boleh mudah menyerah, pemimpin merupakan orang yag memiliki
motivasi tinggi dan mampu bangkit dari kegagalan untuk terus belajar.
3. Partisipatif
Pemimpin harus menerima masukan tanpa harus memaksakan kehendaknya.
4. Mempertanyakan diri sendiri
Pada karakteristik ini, pemimpin melakukan intropeksi diri apakah setiap yang
dilakukan merupakan kebenaran.
5. Bersaing secara sehat dan tidak menghalalkan segala cara
Pemimpin bersaing dengan mempercayai kemampuannya tanpa melakukan hal-hal
yang curang.
6. Memahami dan mematuhi aturan-aturan hukum yang berlaku
7. Menghargai kesetiaan dan prestasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah Pasal 1 disebutkan
untuk menjadi kepala sekolah harus memiliki kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang melekat pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi dan sosial.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/
Madrasah telah ditetapkan bahwa ada lima kompetensi yaitu kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan kompetensi sosial. Lingkup kompetensi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kompetensi Kepribadian a. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin :
1) Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam
setiap melaksanakan suatu tugas pokok dan fungs
2) Memiliki komitmen/loyalitas/ dedikasi/etos kerja yang tinggi dalam setiap
melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi
3) Tegas dalam dalam mengambil sikap dan tindakan sehubungan dengan
pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.
4) Disiplin dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.
b. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah:
1) Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap kebijakan, teori, praktik
baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsinya.
21
2) Mampu secara mandiri mengembangkan diri sebagai upaya pemenuhan
rasa keingintahuannya terhadap kebijakan, teori, praktik baru sehubungan
dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.
c. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi:
1) Kecenderungan untuk selalu menginformasikan secara tranparan dan
proporsional kepada orang lain atas segala rencana, proses pelaksanaan,
dan keefektifan, kelebihan dan kekurangan pelaksanaan suatu tugas pokok
dan fungsi
2) Terbuka atas saran dan kritik yang disampikan oleh atasan, teman sejawat,
bawahan, dan pihak lain atas pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.
d. Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai
kepala sekolah:
1) Memiliki stabilitas emosi dalam setiap menghadapi masalah sehubungan
dengan suatu tugas pokok dan fungsi
2) Teliti, cermat, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan suatu
tugas pokok dan fungsi
3) Tidak mudah putus asa dalam menghadapai segala bentuk kegagalan
sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.
e. Memiiki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan:
1) Memiliki minat jabatan untuk menjadi kepala sekolah yang efektif
2) Memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
2. Kompetensi Manajerial a. Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan:
1) Menguasai teori perencanaan dan seluruh kebijakan pendidikan nasional
sebagai landasan dalam perencanaan sekolah, baik perencanaan strategis,
perencanaan orpariosanal, perencanaan tahunan, maupun rencana angaran
pendapatan dan belanja sekolah,
2) Mampu menyusun rencana strategis (renstra) pengembangan sekolah
berlandaskan kepada keseluruhan kebijakan pendidikan nasional, melalui
pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan strategis yang
memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencara strategis baik
3) Mampu menyusun rencana operasional (Renop) pengembangan sekolah
berlandaskan kepada keseluruhan rencana strategis yang telah disusun,
melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan renop
yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana operasional
yang baik.
4) Mampu menyusun rencana tahunan pengembangan sekolah berlandaskan
kepada keseluruhan rencana operasional yang telah disusun, melalui
pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan tahunan yang
memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana tahunan yang baik.
5) Mampu menyusun rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS)
berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan yang telah disusun,
melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan RAPBS yang
memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan RAPBS yang baik.
22
6) Mampu menyusun perencanaan program kegiatan berlandaskan kepada
keseluruhan rencana tahunan dan RAPBS yang telah disusun, melalui
pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan program
kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan perencanaan
program yang baik.
7) Mampu menyusun proposal kegiatan melalui pendekatan, strategi, dan
proses penyusunan perencanaan program kegiatan yang memegang teguh
prinsip-prinsip-prinsip penyusunan proposal yang baik.
b. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan:
1) Menguasai teori dan seluruh kebijakan pendidikan nasional dalam
pengorganisasian kelembagaan sekolah sebagai landasan dalam
mengorganisasikan kelembagaan maupun program insidental sekolah.
2) Mampu mengembangkan struktur organisasi formal kelembagaan sekolah
yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan melalui pendekatan,
strategi, dan proses pengorganisasian yang baik.
3) Mampu mengembangkan deskripsi tugas pokok dan fungsi setiap unit
kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik.
4) Menempatkan personalia yang sesuai dengan kebutuhan
5) Mampu mengembangan standar operasional prosedur pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses
pengorganisasian yang baik
6) Mampu melakukan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai
dengan prinsip-prinsip tepat kualifikasi, tepat jumlah, dan tepat
persebaran.
7) Mampu mengembangkan aneka ragam organisasi informal sekolah yang
efektif dalam mendukung implementasi pengorganisasian formal sekolah
dan sekaligus pemenuhan kebutuhan, minat, dan bakat perseorangan
pendidikan dan tenaga kependidikan
c. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal:
1) Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program
strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf.
2) Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam merelalisasikan
keseluruhan rencana untuk mengapai visi, mengemban misi, mengapai
tujuan dan sasaran sekolah
3) Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan penugasan, dan
memotivasi guru dan staf agar melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah
ditetapkan
4) Mampu membangun kerjasama tim (team work) antar-guru, antar- staf,
dan antara guru dengan staf dalam memajukan sekolah
23
5) Mampu melengkapi guru dan staf dengan keterampilan-keterampilan
profesional agar mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dilakukan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing
6) Mampu melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar mereka
mampu melihat sendiri apa yang perlu dan diperbaharui untuk kemajuan
sekolahnya
7) Mampu memimpin rapat dengan guru-guru, staf, orangtua siswa dan
komite sekolah
8) Mampu melakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan strategi
yang tepat
9) Mampu menerapkan manajemen konflik
d. Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal:
1) Mampu merencanakan kebutuhan guru dan staf berdasarkan rencana
pengembangan sekolah
2) Mampu melaksanakan rekrutmen dan seleksi guru dan staf sesuai tingkat
kewenangan yang dimiliki oleh sekolah
3) Mampu mengelola kegiatan pembinaan dan pengembangan profesional
guru dan staf
4) Mampu melaksanakan mutasi dan promosi guru dan staf sesuai
kewenangan yang dimiliki sekolah
5) Mampu mengelola pemberian kesejahteraan kepada guru dan staf sesuai
kewenangan dan kemampuan sekolah
e. Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan
secara optimal:
1) Mampu merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan, perabot,
lahan, infrastruktur) sekolah sesuai dengan rencana pengembangan
sekolah
2) Mampu mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
3) Mampu mengelola pemeliharaan fasilitas baik perawatan preventif
maupun perawatan terhadap kerusakan fasilitas sekolah
4) Mampu mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana sekolah sesuai
sistem pembukuan yang berlaku.
5) Mampu mengelola kegiatan penghapusan barang inventaris sekolah
f. Mampu mengelola hubungan sekolah – masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah:
1) Mampu merencanakan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta dan
masyarakat
2) Mampu melakukan pendekatan-pendekatan dalam rangka mendapatkan
dukukungan dari lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat
24
3) Mampu memelihara hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah,
swasta dan masyarakat
g. Mampu mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa baru,
penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas siswa:
1) Mampu mengelola penerimaan siswa baru terutama dalam hal
perencanaan dan pelaksanaan penerimaan siswa baru sesuai dengan
kebutuhan sekolah
2) Mampu mengelola penempatan dan pengelompokan siswa dalam kelas
sesuai dengan maksud dan tujuan pengelompokan tersebut.
3) Mampu mengelola layanan bimbingan dan konseling dalam membantu
penguatan kapasitas belajar siswa
4) Mampu menyiapkan layanan yang dapat mengembangkan potensi siswa
sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, kreativitas dan kemampuan
5) Mampu menetapkan dan melaksanakan tata tertib sekolah dalam
memelihara kedisiplinan siswa
6) Mampu mengembangkan sistem monitoring terhadap kemajuan belajar
siswa
7) Mampu mengembangkan sistem penghargaan dan pelaksanaannya kepada
siswa yang berprestasi
h. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
arah dan tujuan pendidikan nasional:
1) Menguasai seluk beluk tujuan nasional, tujuan pembangunan nasional, dan
tujuan pendidikan nasional, regional, dan lokal secara tepat dan
kompherensif sehingga memiliki sikap positif akan pentingnya tujuan-
tujuan tersebut sebagai arah penyelenggaraan pendidikan dan terampil
menjabarkannya menjadi kompetensi lulusan dan kompetensi dasar.
2) Memiliki wawasan yang tepat dan komprehensif tentang kedirian peserta
didik sebagai manusia yang berkarakter, berharkat, dan bermartabat, dan
mampu mengembangan layanan pendidikan sesuai dengan karakter,
harkat, dan martabat manusia.
3) Memiliki pemahaman yang komprehensif dan tepat, dan sikap yang benar
tentang esensi dan tugas profesional guru sebagai pendidik
4) Menguasai seluk beluk kurikulum dan proses pengembangan kurikulum
nasional sehingga memiliki sikap positif terhadap kebaradaan kurikulum
nasional yang selalu mengalami pembaharuan, serta terampil dalam
menjabarkannya menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan
5) Mampu mengembangkan rencana dan program pembelajaran sesuai
dengan kompetensi lulusan yang diharapkan
6) Menguasai metode pembelajaran efektif yang dapat mengembangkan
kecerdasan intelektual, spritual, dan emosional sesuai dengan materi
pembelajaran
25
7) Mampu mengelola kegiatan pengembangan sumber dan alat pembelajaran
di sekolah dalam mendukung pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan
8) Menguasai teknik-teknik penilaian hasil belajar dan menerapkannya dalam
pembelajaran
9) Mampu menyusun program pendidikan per tahun dan per semester
10) Mampu mengelola penyusunan jadwa pelajaran per semester
11) Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi program pembelajaran dan
melaporkan hasil-hasilnya kepada stakeholders sekolah.
i. Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efisien:
1) Mampu merencanakan kebutuhan keuangan sekolah sesuai dengan
rencana pengembangan sekolah, baik untuk jangka pendek maupun untuk
jangka panjang.
2) Mampu mengupayakan sumber-sumber keuangan terutama yang
bersumber dari luar sekolah dan dari unit usaha sekolah.
3) Mampu mengkoordinasikan pembelanjaan keuangan sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan berdasarkan asas prioritas dan efisiensi
4) Mampu mengkoordinasikan kegiatan pelaporan keuangan sesuai peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku
j. Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung kegiatan-kegiatan
sekolah:
1) Mampu mengelola administrasi surat masuk dan surat keluar sesuai
dengan pedoman persuratan yang berlaku
2) Mampu mengelola administrasi sekolah yang meliputi administrasi
akademik, kesiswaan, sarana/prasarana, keuangan, dan hubungan sekolah-
masyarakat
3) Mampu mengelola administrasi kearsipan sekolah baik arsip dinamis
maupun arsip lainnya
4) Mampu mengelola administrasi akreditasi sekolah sesuai dengan prinsip-
prinsip tersedianya dokumen dan bukti-bukti fisik
k. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran
dan kegiatan kesiswaan di sekolah:
1) Mampu mengelola laboratorium sekolah agar dapat dimanfaatkan secara
optimal bagi kepentingan pembelajaran siswa
2) Mampu mengelola bengkel kerja agar dapat dimanfaatkan secara optimal
bagi kepentingan pembelajaran keterampilan siswa
3) Mampu mengelola usaha kesehatan sekolah dan layanan sejenis untuk
membantu siswa dalam pelayanan kesehatan yang diperlukan
4) Mampu mengelola kantin sekolah berdasarkan prinsip kesehatan, gizi, dan
keterjangkauan
26
5) Mampu mengelola koperasi sekolah baik sebagai unit usaha maupun
sebagai sumber belajar siswa
6) Mampu mengelola perpustakaan sekolah dalam menyiapkan sumber
belajar yang diperlukan oleh siswa
l. Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan inovasi
yang berguna bagi pengembangan sekolah:
1) Mampu bertindak kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pekerjaan
melalui cara berpikir dan cara bertindak
2) Mampu memberdayakan potensi sekolah secara optimal ke dalam berbagai
kegiatan-kegiatan produktif yang menguntungkan sekolah
3) Mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan (kreatif, inovatif, dan
produktif) di kalangan warga sekolah
m. Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi pembelajaran
siswa:
1) Mampu menata lingkungan fisik sekolah sehingga menciptakan suasana
nyaman, bersih dan indah
2) Mampu membentuk suasana dan iklim kerja yang sehat melalui
penciptaan hubungan kerja yang harmonis di kalangan warga sekolah
3) Mampu menumbuhkan budaya kerja yang efisien, kreatif, inovatif, dan
berorientasi pelayanan prima
n. Mampu mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan
program dan pengambilan keputusan:
1) Mampu mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan sistem
informasi
2) Mampu menyusun format data base sekolah sesuai kebutuhan
3) Mampu mengkoordinasikan penyusunan data base sekolah baik sesuai
kebutuhan pendataan sekolah
4) Mampu menerjemahkan data base untuk merencanakan program
pengembangan sekolah
o. Terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah:
1) Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
manajemen sekolah
2) Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komukasi dalam
pembelajaran, baik sebagai sumber belajar maupun sebagai alat
pembelajaran
27
p. Terampil mengelola kegiatan produksi/jasa dalam mendukung sumber pembiayaan
sekolah dan sebagai sumber belajar sisiwa:
1) Mampu merencanakan kegiatan produksi/jasa sesuai dengan potensi
sekolah
2) Mampu membina kegiatan produksi/jasa sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan yang profesional dan akuntabel
3) Mampu melaksanakan pengawasan kegiatan produksi/jasa dan menyusun
laporan
4) Mampu mengembangkan kegiatan produksi/jasa dan pemasarannya
q. Mampu melaksana-kan pengawasan terhadap pelaksana-an kegiatan sekolah sesuai
standar pengawasan yang berlaku:
1) Memahami peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan standar
pengawasan sekolah
2) Melakukan pengawasan preventif dan korektif terhadap pelaksanaan
kegiatan sekolah
3. Kompetensi Supervisi a. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat:
1) Mampu merencanakan supervisi sesuai kebutuhan guru
2) Mampu melakukan supervisi bagi guru dengan menggunakan teknik-
teknik supervisi yang tepat
3) Mampu menindaklanjuti hasil supervisi kepada guru melalui antara lain
pengembangan profesional guru, penelitian tindakan kelas, dsb.
b. Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program pendidikan sesuai
dengan prosedur yang tepat:
1) Mampu menyusun standar kinerja program pendidikan yang dapat diukur
dan dinilai.
2) Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kinerja program pendidikan
dengan menggunakan teknik yang sesuai
3) Mampu menyusun laporan sesuai dengan standar pelaporan monitoring
dan evaluasi.
4. Kompetensi Sosial a. Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling
menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah:
1) Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan
kemajuan sekolah
2) Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah,
dan orang tua siswa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah
3) Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah
terkait dalam rangka pengembangan sekolah
4) Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/kabupaten dan
stakeholders sekolah lainnya bagi pengembangan sekolah
28
b. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan:
1) Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah
2) Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan
3) Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga
atau kegiatan masyarakat lainnya
4) Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain:
1) Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai
problem finder)
2) Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver)
3) Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, & pemerintah dalam
memecahkan masalah kelembagaan
4) Mampu bersikap obyektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik
internal sekolah
5) Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain
6) Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain,
5. Kompetensi Kewirausahaan
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasila sekolah/madrasah sebagai
organisasi pembelajar yang efektif
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi
kendala yang dihadapi sekolah/madrasah
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
Kadar kompetensi kepemimpinan seseorang menurut Kompri (2017, h. 25) dapat
dipelajari melalui empat tingakatan kemampuan, yaitu: pertama seseornag tidak memiliki
pengetahuan banyak tentang kometensi kepemimpinan, dan tidak peka untuk
mengembangkan kompetensi tersebut, mungkin karena tidak pernah mencoba menjaddi
pemimpin, tingkat kedua yaitu seseorang menajddi sadar apa yang diperlukan untuk
mengerjakan sesuatu secara baik, tetapi masih merupakan kompetensi yang masih bersifat
personal. Dengan berlatih seseorang akan lebih peka dan sadar tentang hal yag benar juga
penting dilakukan untuk kemumdian secara gradual diubah menjadi kompetensi
kepemimpinan. Tingkat ketiga yaitu kepemimpinan tau kompetensi akan akan sesuatu hal
akan menjadi suatu kenikmatan yang sempurna. Anda akan menerima feed back positif
dari kemampuan skill dan kepekaan tentang sebearapa baik keadaan seseorang yang akan
segera berlanjut ke tingkat empat, dan tingkat keempat yaitu kemampuan kepemimpinan
atau skill menajdi bagian diri seseorang dan akan tampak secara alami. Seseorang yang
dilahirkan daripada bagaimana ia dibentuk atau bahwa seseorang pemimpin alami itu
berarti orang tersebut dapat langsung beroperasi menjad pemimpin tanpa melalui tahap 3.
29
Dari kompetensi kepala sekolah di atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah
memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan, tugas kepala sekolah sebagai
pemimpin memerlukan keterampilan khusus dalam mengelolah segala sumber daya yang
ada di sekolah. Untuk menjadi kepala sekolah yang professional, kepala sekolah harus
memiliki kompetensi. Terdapat 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah,
yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
D. Kompetensi Sosial Kepala Sekolah Kompetensi Sosial atau Interpersonal skills, yaitu kemampuan membangun relasi
dengan orang lain, secara efektif berupa kecakapan komunikasi, kecakapan memberikan
motivasi, kecakapan bekerja sama, kecakapan memimpin, mumpunyai kharismatik,
keterampilan melakukan mediasi (Mulyasa, 2006, h. 322). kompetensi sosial kepala
sekolah adalah pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kepala
sekolah dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya
menjadi kompeten atau berkemampuan dalam mengambil keputusan tentang penyediaan,
pemanfaatan dan peningkatan potensi sumberdaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah (Wahyudi, 2009, h. 28). Kompetensi sosial erat kaitannya dengan
adanya hubungan dengan masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarakat pada
hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan
mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah
sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar yaitu
masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam
mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.
Penting menjalin hubungan masyarakat untuk membantu menjelaskan sudut pandang
organisasi, tetapi reputasi yang rusak biasanya membutuhkan kerja yag konsisten dalam
jangka waktu yang lama (James, 2006, h. 2). Keragaman masyarakat sehingga hubungan
masyarakat terbagi menjadi 2 kelas besar yaitu internal dan eksternal, sebaagi berikut:
1. Publik internal adalah grup dalam organisasi seperti karyawan atau dewan direksi
2. Publik eksternal adalah kelompok di pihak organisasi kita seperti media, pelanggan
perusahaan atau badan hukum negara (Doug Newsom dan Jim Haynes, 2005, h. 7).
Kompetensi sosial kepala sekolah sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007, meliputi:
1. Bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,
3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, bergaul,
bekerjasama, dan memberi kepada oranglain. Seiring dengan pemikiran tersebut, beberapa
ahli menyatakan bahwa kompetensi sosial sebagai berikut :
1. Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat
untuk meningkatkan kemampuan professional;
2. Kemampuan untuk mengenal dan memahami funsi-fungsi setiap lembaga
kemasyarakatan;
30
3. Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun kelompok
(Somad Rismi dan Donni Juni Priansa, 2014, h. 66).
Menurut Mulyasa (2007, h. 176) ada tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki agar
dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien, yakni:
1. Memeliki pengetahuan tentang adat istiadat, baik sosial maupun agama;
2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi;
3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi;
4. Memiliki penegtahuan tentang estetika;
5. Memiliki pengetahuan tentang apresiasi dan kesadaran sosial;
6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan;
7. Memiliki kesetiaan terhadap harkat dan martabat manusia.
Menurut Hafis Muaddab (2015, h. 54) dari 35 Life Skills atau kecerdasan hidup,
terdapat 15 yang dapat dimasukkan ke dalam dimensi kompetensi sosial yaitu:
1. Kerja diri
2. Melihat peluang
3. Peran dalam kegiatan kelompok
4. Tanggung jawab sebagai warga
5. Kepemimpinan
6. Relawan sosial
7. Kedewasaan dalam berkreasi
8. Berbagi
9. Berempati
10. Kepedulian kepada sesama
11. Toleransi
12. Solusi konflik
13. Menerima perbedaan
14. Kerja sama
15. Komunikasi.
Dari indikator berbagai kompetensi sosial di atas, maka dapat disimpulkan kompetensi
sosial yang harus dimiliki kepala sekolah meliputi: 1)Kerjasama, 2) berpartisipasi dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan, 3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau
kelompok lain.
1. Kerjasama
Keberlangsungan kegiatan pendidikan di sekolah berkaitan dengan unsur manusia,
manusia merupakan unsur penting, karena kelancaran pelaksanaan program-program
sekolah sangat ditentukan oleh orang-orang yang melaksanakannya. Dengan demikian,
hal tersebut harus betul-betul disadari oleh kepala sekolah, sehingga dengan segala
kemampuannya kepala sekolah akan terus berupaya mengelola personalia yang ada di
sekolah. Kepala sekolah harus memegang prinsip seperti yang dikemukakan oleh H.M.
Daryanto (Daryanto H. , 2006, H. 29) bahwa bagaimanapun lengkap dan modernnya
fasilitas yang berupa gedung, perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan
dukungan masyarakat akan tetapi apabila manusia-manusia yang bertugas menjalankan
31
program sekolah itu kurang berpartisipasi, maka akan sulit untuk mencapai tujuan
pendidikan yang dikemukakan.
Kerjasama sekolah merupakan bentuk hubungan sekolah sebagai organisasi dengan
masyarakat di dalam organsasi dan juga masyarakat luar organisasi.di dalam sekolah
terdapat struktur organisasi, mulai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan guru,
staf, komte sekolah dan tentu saja siswa. Dalam sekolah terdapat kurikulum dan
pembelajaran, biaya, sarana dan hal-hal lain yang harus direncanakan, dilaksanakan,
dipimpin, dan diawasi. Semuanya itu bermuara pada hubungan mitra. Dalam
mewujudkan bentuk kemitraan hakikatnya perwujudan dari prinsip-prinsip organisasi
dimana setiap orang dalam organisasi tersebut mengakui dan tunduk terhadap organisasi.
Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
a. Adanya pembagian kerja (divisiion of work). Pembagian kerja atau penempatan
karyawan, secara normatif harus menggunakan prinsip The right man on the right
placce. Ada dua dasar pemikiran di atas, yaitu a) pekerjaan dengan volume
dan/atau ragamnya cukup banyak sehingga tidak bisad ditangani oleh satu atau dua
orang saja, dan b) setiap orang memiliki minat, kecakapan, keahlian atau
spesialisasi tertentu.
b. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab (authority and resonsibility).
Agar dapat menjalankan kewenangan dan memenuhi tanggung jawabnya, perlu
diberi peluang untuk saling bermitra antar sesama staf dan antara dirinya dengan
manajer terkait.
c. Adanya kesatuan perintah (unity of command) dan pengarahan (unity of direction).
Dalam melaksanakan pekerjaan, karyawan yang baik akan memperhatikan prinsip
kesatuan perintah pada bidangnya sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan
dengan baik. Karyawan juga harus tahu kepada siapa harus bertanggungjawab dan
bekerja sama.
d. Adanya ketertiban (order) organisasi. Keterlibatan dalam organisasi dapat
terlaksana dengan aturan yang ketat atau dapat pula karena telah terciptanya
budaya kerja yang sangat kuat dan memiliki disiplin yang tinggi dari masing-
masing anggota organisasi.
e. Adanya semangat kesatuan (semangat korp). Setiap staf harus memiliki rasa
kesatuan, atau senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat
kerjasama yang baik. Setiap bagian dibutuhkan oleh bagian lainnya. Manajer yang
memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (espirit de
corp), sedangkan manajer yang suka memaksakan kehendak dengan cara-cara
yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp).(Kompri,
2017, h. 243).
Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah, Terampil bekerjasama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang
saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah antara lain:
a. Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan kemajuan sekolah.
b. Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan orang tua
siswa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah.
32
c. Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah terkait dalam
rangka pengembangan sekolah.
d. Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/ kabupaten dan stakeholders
sekolah lainya bagi pengembangan sekolah.
Berdasarkan indikator mengenai kerjasama di sekolah yaitu kepala sekolah sebagai
pemimpin memiliki tanggung jawab kepada kementerian pendidikan baik kementerian
pendidikan nasional maupun kementerian agama. Apabila sekolah non pemerintah
seperti lembaga-lembaga atau sekolah milik swasta maka terdapat pimpinan lain di atas
kepala sekolah yaitu yayasan sekolah. R. Subekti (2005, h 156) mendefinisikan yayasan
sebagai badan hukum yang berada dibawah pimpinan suatu badan pengurus dengan
tujuan sosial dan tujuan tertentu yang legal. Yayasan memiliki peran penting untuk
kehidupan masyarakat yaitu membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
melalui pendidikan (Sumarni, 2018, h. 221). Yayasan merupakan lembaga sosial yang
dapat menaungi lembaga pendidikan sekolah. Kepala sekolah di sekolah swasta sebagai
orang yang diberikan kepercayaan oleh yayasan untuk melaksanakan pendidikan di
sekolah memiliki tanggung jawab terhadap yayasan dalam melaporkan berbagai kegiatan
yang dilakukan terkait peningkatan kualitas pendidikan.
Personalia atau tenaga kependidikan yang dimaksud di sini adalah semua orang yang
tergabung untuk bekerja sama pada suatu sekolah untuk melaksanakan tugas-tugas dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan. Personalia atau Tenaga kependidikan di sekolah
meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, pegawai tata usah, dan pesuruh.
Agar kegiatan-kegiatan di sekolah berlangsung secara harmonis maka semua personel
yang ada itu harus mempunyai kemampuan dan kemauan, serta bekerja secara sinergi
dengan melaksanakan tugasnya masing-masing dengan sungguh-sungguh dengan penuh
dedikasi. Untuk dapat terlaksananya kegiatan-kegiatan seperti itu diperlukan suatu
pengelolaan dari kepala sekolah sebagai manajer pada satuan pendidikan. Itulah
sebabnya, kepala sekolah harus memiliki kompetensi tentang pendayagunaan sumber
daya manusaia secara optimal untuk mengelola tenaga kependidikan di sekolah. Dengan
jelas mengenai hal ini dikemukakan oleh Hari Suderadjat (Suderadjat, 2005, h. 18)
bahwa Kepala sekolah merupakan penanggung jawab pertama dan utama dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah bersama dengan guru-guru sebagai fasilitator
dan motivator pembelajaran siswa. Kepemimpinan pendidikan kepala sekolah
merupakan tumpuan keberhasilan manajemen sekolah.
Peserta didik menurut Oemar Hamalik sebagai suatu komponen masukan dalam
sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Menurut
Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi (manusia
seutuhnya). Individu di artikan "orang seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam
arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari
luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri (UPI, 2009, h. 205). Sedangkan
Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input
yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan (Hasbullah, 2010, h. 121). Tanpa
adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah
33
karena peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya
berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik (Agama, 2005, h. 47).
Bekerjasama dengan pihak lain dapat menjadi suatu keuntungan bahkan kerugian
bagi sekolah tergantung bagaimana kepala sekolah menjalin kerjasama dengan pihak-
pihak tertentu. Dalam buku Menentukan mitra usaha (Jackie Ambadar, Miranty Abidin,
Yanty Isa, 2005, h.25) memberikan dua hal mendasar yang harus diperhatikan sebagai
pedoman dalam memilih rekan bisnis yang baik bagi usaha:
a. Pilih rekan bisnis yang tepat (kenali calon rekan bisnis anda, lakukan pendekatan,
analisa karakter rekan bisnis anda)
b. Bentuk tim bisnis yang tangguh (pilih yang jujur, pekerja keras).
Dalam bersosialisasi dan berorganisasi, kemitraan memiliki kedudukan yang sentral
karena esensi dari kehidupan sosial dan berorganisasi adalah kesepakatan bermitra.
Tidak ada organisasi tanpa adanya kerjasama. Bahkan dalam pemberdayaan organisasi,
kerjasama adalah tujuan akhir dari setiap program pemberdayaan (Kompri, 2017, h.
243). Dalam menjalin hubungan kerjasama menurut Sondang P. Siagian (2015, h. 347)
memiliki dua asumsi yang mendasar yaitu:
Pertama: kedua belah pihak sama-sama memperoleh keuntungan bila organisasi meraih
berbagai keberhasilan.
Kedua: para karyawan berada pada posisi yang memungkinkan mereka mengamati dan
mengetahui proses produksi yang terjadi serta dapat mendeteksi berbagai kelemahan
dalam proses produksi itu serta dapat pula memberikan saran-saran tentang cara-cara
untuk mengatasinya.
Sekolah sebagai lembaga sosial memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai partner
masyarakat dan sebagai penghasil tenaga kerja terdidik. Sebagai partner masyarakat,
sekolah akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat memiliki peran penting sebagai partner sekolah.
Sebagaimana dikemukakan oleh E. Mulyasa (2013, h. 139) Masyarakat sebagai
partnership sekolah dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan aspek-aspek
pendidikan di antaranya:
a. Sekolah dengan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam menyelenggarakan
pendidikan dan peminaan pribadi peserta didik.
b. Sekolah dengan tenaga kependidikan menyadari pentingnya kerja sama dengan
masyarakat, bukan saja dalam melakukan pembaruan tetapi juga dalam menerima
berbagai komsekuensi dan dampaknya, serta menccari alternatif pemecahannya.
c. Sekolah dengan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil bagian serta
bantuan dalam pendidikan di sekolah, untuk mengembangkan berbagai potensi
secara optimal sesuai dengan harapan peserta didik.
Selain memilih rekan kerja yang baik, untuk menjalin kerjasama yang baik perlu
adanya komunikasi. Komunikasi memberikan pengaruh besar dalam hubungan antara
pemimpin dengan bawahannya baik secara formal maupun informal. Komunikasi
34
merupakan suatu proses pemberian pengertian-pengertian melalui pengiringan berita
secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang
berbeda dan bidang ynag berbeda sehingga sering disebut rantai pertukaran. Konsep ini
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut (Handoko, 2009, h. 272): (1) suatu kegiatan
untuk membuat seseorang mengerti; (2) suatu sarana pengaliran informasi dan (3) suatu
sistem bagi terjalinnya komunikasi di antara individu-individu. Berikut Terdapat tujuh
faktor komunikasi dalam buku Office of government commerce (2003) yaitu:
a. Saluran komunikasi harus diketahui secara pasti
b. Terdapar saluran komunikasi formal
c. Jalur komunikasi harus secara langsung dan tidak rumit
d. Jalur komunikasi secara lengkap harus difungsikan
e. Orang yang sebagai pusat komunikasi harus berkompeten
f. Jalur komunikasi tidak boleh terputus saat organisasi sedang berfungsi
g. Setiap komunikasi harus disahkan.
Keterlibatan orang tua dan masyarakat memiliki indikator sebagai berikut:
a. Sekolah senantiasa menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang tua, dan
berusaha melibatkan mereka dalam pelaksanaan program-program sekolah.
b. Prosedur-prosedur perlibatan orang tua peserta didik dalam kegiatan-kegiatan
sekolah disampaikan secara jelas dan dilaksanakan secara konsisten
c. Orang tua peserta didik memiliki kesempatan untuk mengunjungi sekolah guna
mengobservasi program pendidikan dan pembelajaran.
d. Pada pertemuan antara orang tua dengan sekolah, tingkat kehadiran orang tua
pesertad didik tinggi
e. Ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua peserta didik, sehubungan
dengan pemantauan pekerjaan rumah (PR)
f. Orang tua dan masyarakat dilibatkan dalam pembuatan keputusan-keputusan
sekolah
g. Para guru sering berkomunikasi dengan orang tua peserta mengenai kemajuan
peserta didik dan menunjukkan bidang-bidang keunggulan dan kelemahannya
h. Sebagian besar orang tua peserta didik memahami dan ikut mempromosikan
program pembelajaran sekolah
i. Masyarakat melalui komite sekolah aktif melaksanakan peran dan fungsi sesuai
aturan (Mulyasa E., 2013, h. 77).
Kerjasama kepala sekolah dengan orang lain tidak hanya dengan para guru, staf,
orang tua siswa, melainkan termasuk atasan, kepala sekolah lain serta pihak- pihak yang
perlu berhubungan dan bekerjasama. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperilaku
sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah. Dalam kegiatan bekerjasama dengan
pihak lain tentu kepala sekolah harus memperhatikan komunikasi yang terjadi antara
pihak sekolah dan pihak lain yang menjalin hubungan dengan sekolah. Sehingga
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing warga sekolah dapat diketahui.
Dengan cara ini, maka keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat diupayakan untuk
mencapai tujuan dari sasaran sekolah yang telah di patok. Selain itu, komunikasi yang
baik juga akan membentuk teamwork yang kuat, kompak dan cerdas, sehingga berbagai
kegiatan sekolah dapat dilakukan secara merata oleh warga sekolah.
35
2. Berpatisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
Sekolah berada di tengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan berfungsi sebagai
pisau bermata dua. Mata yang pertama adalah menjaga kelestarian nilai-nilai yang positif
yang ada dalam masyarakat agar pewarisan nilai-nilai masyarakat itu berlangsung
dengan baik. Mata yang kedua adalah sebagai lembaga yang dapat mendorong
perubahan nilai dan tradisi itu sesuai dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta
pembangunan. Kedua fungsi ini seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya
dilakukan dalam waktu bersamaan. Oleh karena itu fungsinya yang kontrovesial ini
diperlukan saling pemahaman antara sekolah dan masyarakat (Mulyasa, 2007, h. 177).
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya disesuaikan dengan keadaan
di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Penyesuaian dalam hal ini termasuk
penyesuaian terhadap aktivitas, kebiasaan, budaya, kondisi dan bahan informasi yang
ada dan berlaku di dalam kehidupan masyarakat.
Made Pidarta (2004, h. 188) mengemukakan kelompok-kelompok yang dapat
memberi dukungan atau berpartisipasi dalam pendidikan di sekolah sebagai berikut :
Beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam pendidikan adalah : 1. Bentuk parrtisipasi
antara lain : a. Dewan Pendidikan, b. Komite Sekolah, c. Persatuan orang tua siswa, d.
Perkumpulan olah raga, e. Perkumpulan kesenian, f. Organisasi-organisasi yang lain.
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 BAB
IV yang di dalamnya memuat bahwasanya pendidikan merupapkan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Masyarakat juga dapat terlibat
dalam memberikan bantuan dana, pembautaan gedungm area pendidikan, teknis edukatif
seperti proses pembelajaran, menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, mendiskusikan
pelaksanaan kurikulum, membicarakan kemajuan belajar, dan lain-lain. Berdasarkan
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, mampu
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, antara lain:
a. Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah.
b. Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan.
c. Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga atau
kegaitan masyarakat lainnya.
d. Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentnag Sisdiknas pada Bab XV Pasal 54 dinyatakan
bahwa:
a. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
b. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan pengguna hasil
pendidikan.
c. Ketentuan menegenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
d. Bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah di
antaranya:
1). Menggunakan jasa sekolah
2). Memberikan kontribusi dana, bahan dan tenaga
36
3). Membantu anak belajar di rumah
4). Berkonsultasi maslaah pendidikan anak
5). Terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler
6). Pembahasan kebijakan sekolah.
Keputusan tentang bagaimana berlangsungnya sekolah yang didasarkan atas
partisipasi diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa memiliki bagi semua kelompok
kepentingan sekolah (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006, h. 5). Dengan adanya rasa
memiliki maka akan tumbuh rasa tanggung jawab terhadap berlangsungnya pendidikan
di sekolah yang pada saatnya akan membuahkan tingginya mutu layanan pendidikan di
sekolah.
Seorang kepala sekolah dituntut tidak hanya berpartisipasi dalam kegiatan kantor,
melainkan juga ikut terlibat aktif dalam aneka kegiatan di luar jam dan urusan kantor. Ini
tujannya agar kepala sekolah dapat membangun keakraban dengan lingkungan
sekitarnya. Seperti menurut (Pateman, 2000, h. 68) Partisipasi merupakan sesuatu dalam
sesuatu dimana terdapat interaksi individu tertentu yang hadir dalam kegiatan kelompok.
Selain itu partisipasi diartikan sebagai keterlibatan seseorang dalam kegiatan bersama
yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembangunan terutama dalam pengelolaan
lingkungan hidup (Tangkilisan, 2007, h. 321). Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa partisipasi kepala sekolah dalam kegiatan sosial merupakan keterlibatan kepala
sekolah dalam kelompok tertentu.
Adapun peranan hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai berikut:
a. Sekolah sebagai partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan.
Dalam konteks ini, berarti keduanya yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai
pusat-pusat pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsional.
b. Sekolah sebagai prosedur yang melayani kesan pesan pendidikan dari masyarakat
lingkungannya.
c. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.
d. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu
dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
e. Masyarakat yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung
museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian dan sebagainya.
f. Masyarakat yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah.
g. Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar seperti
aspek alami, industri, perumahan, transportasi, perkebunana, pertambangan, dan
sebagainya. (Kompri, 2017, h. 257)
Jenis hubungan sekolah dan masyarakat itu dapat digolongkan menjadi tiga jenis,
yaitu :
a. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik murid, antara
guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Adanya hubungan ini
37
dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang
dapat mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan sikap pada diri anak.
b. Hubungan kultural, yaitu kegiatan kerjasama antar masyarakat dan sekolah yang
diharapkan terjadi adanya saling mendukung dalam pengembangan dan pembinaan
kebudayaan masyarakat sekitar. Untuk itu diperlukan hubungan kerja sama antara
kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Perkembangan kebutuhan
masyarakat harus disesuaikan dengan kegiatan kurikulum sekolah. Demikian juga
dengan pemilihan media pembelajaran dan metode-metode pembelajarannya.
(Kompri, 2017, h. 258)
Sekolah harus memiliki dorongan untuk memperkenalkan program dan kegiatannya
kepada masyarakat. Program atau kegaiatan yang dibuat haruslah menguntungkan bagi
kedua belah pihak sehingga masyarakat juga dapat mengambil nilai positif ketika terlibat
dalam kegaitan sekolah. Dalam rangka menggalang partsipasi masyarakat (Mulyasa E,
2013, h. 142), sekolah dapat mengembangkan berbagai program sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan kemasyarakatan, seperti bakti sosial untuk bersihkan
lingkungan, dan membantu lalu lintas di sekitar sekolah. Program sederhana
seperti ini, secar aperlahan akan menumbuhkan simpati masyarakat dan
mendorong mereka berpartidipasi.
b. Mengadakan open house yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
mengetahui berbagia program dan kegiatan sekolah. Dalam kesempatan ini,
sekolah hendaknya menonjolkan program-program yag dapat menarik minat
masyarakat dan mendorong mereka untuk berpartispasi.
c. Mengembangkan buletin sekolah, majalah dan lembar informasi secara berkala.
Buletin sekolah, majalah dan lembar informasi tersebut hendaknya memuat
berbagai kegiatan dan program sekolah untuk diinformasikan kepada masyarakat.
d. Menghadirkan tokoh masyarakat untuk menjadi narasumber, pembicara atau
pembina suatu program sekolah. Misalnya mengundang dokter yang tinggal di
sekitar sekolah menjadi narasumber, pembicara atau membina program kesehatan
sekolah.
e. Membuat program kerja sama sekolah dengan masyarakat, misalnya dalam
perayaan hari nasional dan keagamaan.
Berikut ini dapat dijadikan contoh dari aktivitas sosial kemasyarakatan yang dapat
dilakukan sekolah dalam lingkungan masyarakat, yaitu:
a. Melaksanakan kerja bakti membersihkan sekolah dan lingkungan sekitar
b. Bertegur sapa dengan masyarakat di dalam maupun di luar sekolah dengan sopan
c. Melakukan jaga malam untuk bersama-sama menjaga keamanan di lingkungan
sekitar
d. Melakukan penyuluhan bahaya penyalahgunaan obat-obatan terlarang narkoba
bekerja sama dengan dinas kesehatan atau BNN
e. Berpartisipasi dalam memperingati hari kemerdekaan bersama warga
f. Melayat ketika ada tetangga sekolah yang meninggal sebagai bentuk rasa simpati
g. Memberikan bantuan materi jika ada masyarakat yang kekurangan atau kurang
mampu
38
h. Penggalangan dana untuk membantu korban musibah bencana alam.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan baik maka rasa tanggung jawab
dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan tinggi. Agar tercipta
hubungan baik antara masyarakat dengan sekolah maka masyarakat harus menegtahui
dan terlibat dalam kegiatan yang telah diprogram kan sekolah. Begitu juga sebalknya
sekolah harus bersedia mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.
3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain
Manusia adalah bagian dari masyarakat. Tanpa manusia, masyarakat tidak akan
terbentuk. Dalam masyarakat, manusia tentu menghadapi persoalan-persoalan yang
muncul dari relasinya. Sebenarnya, segala permasalahan-permasalahan dalam
masyarakat dapat terselesikan apabila ada kesadaran untuk peka terhadap masalah sosial
ini. Kepekaan sosial dapat dilatih dalam pribadi setiap manusia muali dari sikap peka
terhadap diri sendiri, lalu tethadap orang di sekitar dan masyarakat umum. Demikian
juga dengan sikap kepekaan terhadap maslaah sosial. Apabila manusia sudah peka
terhadap masalah sosial dalam lingkup kecil, maka manusia juga akan mudah untuk peka
terhadap msalah dalam lingkup luas.
Kepala sekolah yang juga sebagai makhluk sosial juga harus memiliki kepekaan
sosial terhadap orang lain artinya kepala sekolah berperan sebagai problem finder
dilingkungan sekolahan, kreatif dan mampu menawarkan solusi, melibatkan tokoh
agama, masyarakat dan pemerintahan, bersikap obyektif/tidak memihak dalam
menyelesaikan konflik internal, mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang
lain dan mampu bersikap empati kepada orang lain (Wahyudi, 2009, h. 39). Menurut
(Sutiyo, 2013, h. 5), “Kepekaan Sosial adalah sikap yang mudah bereaksi terhadap
problem sosial yang menimpa diri sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakat”. Dari
defenisi tersebut, jelas bahwa kepala sekolah yang memiliki kepekaan sosial haruslah
tanggap terhadap masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri dan orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya. Untuk peka terhadap masalah orang lain kepala sekolah
harus menanamkan sikap empati dalam dirinya.
Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah, memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain, antara
lain:
a. Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai problem
finder).
b. Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver).
c. Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, dan pemerintah dalam memecahkan
masalah kelembagaan.
d. Mampu bersikap objektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik internal
sekolah.
e. Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain.
f. Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain.
39
Kepekaan sosial merupakan kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi-reaksi
atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya, baik secara verbal maupun nonverbal.
Seseorang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan mudah memamhami dan
menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut positif
ataupun negatif. Adnaya kepekaan sosial akan membuat seseorang dapat bersikap dan
bertindak yang tepat terhadap orang lain yang ada disekitarnya. Jadi, orang yang
memiliki kepekaan sosial pastinya akan menjadi pribadi yang asyik untuk diajak bergaul.
Tujuh cara yang sebaiknya dilakukan kepala sekolah agar mampu menumbuhkan
kepekaan sosial dalam diri sehingga menjadi pribadi yang ramah untuk diajak bergaul
oleh siapapun (Wijayanto, 2014)
a. Menyadari bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Sejak mulanya manusia
diciptakan bukan dalam kesendirian. Karena itu, dalam rangka membangun
kepekaan sosial, keluarlah dari kesendirian dan masukilan kehidupan bersama
dengan orang lain yang ada disekitar.
b. Bergaul dengan sebanyak-banyaknya orang. Perjumpaan dengan banyak orang
akan membuat semakin mudah mengetahui perbedaan karakter dari tiap-tiap
pribadi. Ketika Tuhan menciptakan mannusia, Tuhan menciptakannya dengan
segaal keunikan dan kekhususan masing-masing. Di dunia ini, tidak ada manusia
yang sama persis. Orang yag kembar identikpun tetap memiliki perbedaan satu
dengan yag lainnya. Karena itu, ketika membiasakan diri untuk bergaul dengan
banyak orang, hal itu akan mengasah kemampuan untuk melihat masing-masing
orang dengan keunikannya.
c. Memperhatikan dan memperbaiki cara berbicara. Cara berbicara merupakan
sesuatu yang perlu untuk diperhatikan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Terdapat banyak orang yang dalam kehidupan sehari-hari mengalami salah
pemahaman yang mengakibatkan perselisihan dan pertengkaran. Keterlibatan
seseorang dalam berorganisasi akan memberikan seseorang keterbiasaan dalam
memiliki kepekaan dalam mengutarakan ide dan gagasan sehingga mampu
diterima dengan baik oleh masyarakat.
d. Terlibat dalam kegiatan sosial. Kegiatan sosial merupakan kegiatan yang sering
dilakukan oleh banyak orang. Kegiatannya sosial biasanya dilakukan dalam
berbagai kegiatan, misalnya: kunjungan ke pesantren atau panti-panti asuhan,
penggalangan dana bagi korban bencana dan memberikan bantuan bagi
masyarakat yang kurang mampu di daerah terpencil. Kegiatan sosial ini
merupakan kegiatan positif yang akan mengasah kepekaan terhadap orang-orang
yang sedang membutuhkan pertolongan. Melalui kegiatan itu akan membentuk
menjadi pribadi yang memiliki kepeduliaan terhadap orang-orang yang perlu
diperhatikan dan diperdulikan dalam kehidupan.
e. Mengembangkan empati. Empati merupakan kemampuan untuk merasakan dan
memahami perasaan orang lain. Kunci untuk memahami perasaan orang lain,
adalah mampu membaca pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik,
ekspresi wajah, dan sebagainya. Seseorang yang memiliki kemampuan ini akan
lebih pandai menyesuaikan diri, lebih mudah bergaul, dan lebih peka. Empati
dapat dikembangkan apabila membiasakan diri untuk bergaul dengan orang lain
dan mengamati orang-orang yang ada disekitarnya.
40
f. Berperilaku prososial. Perilaku prososial adalah istilah yang digunakan oleh para
ahli psikologi untuk menjelaskan perilaku sukarela yang ditunjukkan untuk
kepentingan atau keuntungan lain, seperti: berbagi, membantu seseorang yang
membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati.
Perilaku ini menunutut adanaya kesediaan untuk bekorban bagi orang lain,
menghargai keberadaan orang lain, dan tidak menempatkan diri sendiri lebih tinggi
dari orang lain.
g. Melihat dan bertindak. Di sekitar lingkungan banyak orang yang memiliki
keterbatasan sehingga tidak dapat menjalankann aktivitas sosialnya dengan
normal. Misalnya: orang kurang mampu, anak jalanan, dan orang lanjut usia.
Mereka membutuhkan perhatian lebih bahkan pertolongan yang nyata dalam
kesusahan mereka.
Kepekaan sosial merupakan bagian karakter yang terdapat dari dalam diri seorang
individu untuk mudah terangsang terhadap lingkungan sekitarnya dan di latih keluar dari
perasaan mereka sendiri untuk memasuki perasaan orang lain. Adapun macam atau
sebutan lain dari kepekaan sosial yang sering kita dengar adalah sebagai berikut :
a. Empati
Empati juga berarti keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang
atau kelompok lain. Reaksi dari sikap empati ini biasanya adalah tindakan atau
perkataan yang mungkin sangat mirip dengan apa yang diharapkan oleh orang lain.
Karakter empati ini sering kali merupakan awal dari reaksi emosi lainnya, misalnya
empati bisa menghasilkan simpati (Elfindri, 2012, h. 95). Empati adalah keterampilan
penting demi terjalinnya relasi yang baik dengan rekan kerja dari berbagai latar budaya
dan berbinis dengan orang-orang dari kebudayaan lain (Daniel Goleman, Richard
Boyatzis, Annie McKee, 2002, h. 58). Pemimpin akan selalu membutuhkan empati
untuk mengembangkan dan memelihara orang yang berpotensi.
b. Kepedulian Sosial
Kepedulian adalah sifat yang membuat pelakunya merasakan apa yang
dirasakan orang lain, mengetahui bagaimana rasanya jadi orang lain, kadang
ditunjukkan dengan tindakan memberi atau terlibat dengan orang lain tersebut
(Mu‟in, 2011, h. 231). Kepedulian sosial merupakan bentuk tindakan yang positif
yang dilakukan dengan sukarela atas inisiatif sendiri tanpa adanya paksaan dari
pihak luar yang dilakukan semata-mata hanya untuk membantu dan menolong
orang lain tanpa mengharapkan suatu imbalan.
Selain simpatik dan kepeduliaan sosial, kepekaan sosial kepala sekolah juga
berkaitan erat dengan pengambilan keputusan dalam menangani suatu konflik. Dengan
adanya kepekaan sosial yang dimiliki oleh pemimpin tentu akan membuat rendahnya
terjadi konflik dalam organisasi karena kepala sekolah mampu mengednalikan diri
dalam bertindak obyektif falam pengambilan keputusan. Konflik atau pertentangan
dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau
41
kelompok dengan kelompok. Konflik dapat terjadi dii anatar pihak yang mempunyai
tujuan sama karena salah satu pihak atau kedua belah pihak merasa dirugikan. Konflik
dapat terjadi dalam semua tingkatan, baik intrapersonal, interpersonal, intragroup,
intergroup, intraorganisasi, maupun interorganisasi.
a. Konflik intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang.
Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu harus memilih dau atau lebih
tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang mana yang harus dipilih untuk
dilakukan.
b. Konflik interpersonal, yaitu konflik yag terjadi antar individu. Konflik
interpersonal terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu,tindakan dan
tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan.
c. Konflik intragrouop, yaitu konflik antar anggota dan satu kelompok. Setiap
kelompok dapat mengalami konflik substantid atau efektif. Konflik substantif
terjadi karena adanya latar belakang kahlian yang berbeda, ketika anggota dari
suatu komte menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama.
Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional terhadap suatu
situasi tertentu. Contoh konflik intragroup yaitu konflik yang terjadi pada
beberapa guru dalam Musyawarah Guru Mata Pelajran (MGMP).
d. Konflik intergroup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik
intergroup terjadi karena adanya saling ketergantunga, perbedaaan persepsi,
perbedaan tujuan, dan meningkatnya tunuttan akan keahlian. Misalnya konflik
antara kelompok guru Kesenian dengan kelompok guru matematika. Kelompok
kesenian memandang bahwa untuk membelajarkan lagu tertentu dan melatih
pernapasan perlu disuarakan dengan keras, sementara kelompok guru
matematika merasa terganggu karena para peserta didiknya tidak konsentrasi
belajar.
e. Konflik intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu
organisasi. Misalnya konflik antara bidang kurikulum dengan bidang kesiswaan.
f. Konflik interorganisasi yang terjadi antarorganisasi. Koknflilk interorganisasi
terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sam lain, konflik
terjadi bergantung pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak
negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi antara sekolah
dengan salah satu organisasi masyarakat (Mulyasa E. , 2006, h. 243).
Konflik dalam organisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan
karena konflik dalam organisasi termasuk sekolah apsti akan terjadi sebagai salah
satu upaya mengevaluasi diri, kelompok maupun suatu program. Konflik dapat
menjadi positif apabila konflik dapat ditangani dengan baik sehingga tidak berlarut
mengarah kepada konflik yang bersifat negatif. Menurut (Handoko, 2009, h. 352)
terdapat tiga metoda penyelesaian konflik yang sering diguakan, yaitu
a. Dominasi atau penekanan, dapat dilakukan dengan cara, yaitu (1) kekerasan
(forcing) yang bersifat penekanan otokratik; (2) penenangan (smoothing)
,merupakan cara yang lebih diplomatis; (3) penghindaran (avoidance) dimana
manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas; (4) aturan mayoritas
(majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan
melakukan pemungutan suara (voting).
42
b. Kompromi, melalui kompromi manajer mencoba menyelesaikan konflik
melaluiu pencarian jalan tengah yang dapat diterima oeh pihak-pihak yang
bersangkutan.
c. Pemecahan masalah integratif. Konflik antar kelompok diubah menjadi situasi
pemecahan masalah bersama yang dapat diselesaikan melalui teknik-teknik
pemecahan masalah. Secara bersama-sama pihak yang bertentangan mencoba
unntuk memecahkan masalah yang terjadi dianara mereka.
Kepekaan sosial merupakan sikap manusia sebagai makhluk sosial untuk memiliki
keperdulian terhadap sesama manusia. kepekaan sosial dapat dilatih yaitu dimulai dari
peka terhadap diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan
mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain yang
ditunjukkan dengan cara besikap dan bertindak yang tepat terhadap orang lain yang ada
disekitarnya. Sebagai kepala sekolah sangat perlu memiliki kepekaan sosial karena
selain sebagai sikap kemanusiaan, kepekaan sosial mampu menjadikan hubungan antara
kepala sekolah dengan para guru, siswa, dan smua stakholders sekolah menjadi lebih
baik. Kepala sekolah yang memiliki kepekaan sosial baik juga dapat menjadi kepala
sekolah yang disenangi masyarakat serta mampu mencari dan mengambil keputusan
yang baik terhadap segala konflik atau permsalahan yang terjadi karena kepala sekolah
yang memiliki kepekaan sosial tinggi akan mampu membaca situasi dan karakter
masyarakat sehingga dapat mengambil keputusan sesuai kebutuhan banyak masyarakat.
E. Kerangka Berfikir Kepala sekolah merupakan penentu utama keberhasilan dari setiap lembaga
pendidikan, oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam mengelolah
sekolah. Penting untuk setiap kepala sekolah memperhatikan perbuatannya karena sebagai
pemimpin tentunya kepala sekolah menjadi role model bagi bawahan. Sebagaimana pada
Peraturan pemerintah nomor 6 tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala
sekolah menjelaskan yang dimaksud dengan kompetensi adalah pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang melekat pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahan, supervisi dan sosial. Berdasarkan Permendiknas No. 13 tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah, kompetensi yang harus dimiliki meliputi:
kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi
supervisi, dan kompetensi sosial.
Setiap kompetensi tersebut haruslah dipahami dan diterapkan oleh kepala sekolah,
terlebih lagi sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan jasa
pendidikan oleh karena itu kepala sekolah harus menempatkan sekolah sebagai lembaga
yang dipercaya masyarakat. Dalam hal kepercayan masyarakat banyak komponen yang
harus diperhatikan terlebih lagi dalam hal kompetensi sosial, kepala sekolah harus mampu
memberikan pengaruh dan menjalin hubungan dengan masyarakat terkait dengan
kebutuhan pendidikan karena penting bagi setiap lembaga pendidikan mampu
berkomunikasi serta memiliki hubungan yang baik dengan pihak eksternal dan internal
sekolah.
43
Kompetensi sosial kepala sekolah sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007, meliputi: (1) Bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah, (2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, (3) Memiliki
kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Dalam Somad Rismi dan Donni Juni
Priansa (2014, h. 66) beberapa ahli menyatakan bahwa kompetensi sosial sebagai berikut :
(1) Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat
untuk meningkatkan kemampuan professional, (2) Kemampuan untuk mengenal dan
memahami funsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan, (3) Kemampuan untuk menjalin
kerjasama baik secara individual maupun kelompok . Sedangkan menurut Hafis Muaddab
(2015, h. 54) dari 35 Life Skills atau kecerdasan hidup, terdapat 15 yang dapat dimasukkan
ke dalam dimensi kompetensi sosial yaitu: (1) Kerja diri, (2) Melihat peluang, (3) Peran
dalam kegiatan kelompok, (4) Tanggung jawab sebagai warga, (5) Kepemimpinan, (6)
Relawan sosial, (7) Kedewasaan dalam berkreasi, (8) Berbagi, (9) Berempati, (10)
Kepedulian kepada sesama, (11) Toleransi, (12) Solusi konflik, (13), Menerima perbedaan,
(14) Kerja sama, (15) Komunikasi.
Berdasarkan kompetensi sosial dari para ahli, maka dapat dikategorikan Kompetensi
sosial yang di maksud antara lain 1)Kerjasama, 2) Partisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan, 3) memiliki kepekaan sosial. Dengan dimilikinya kemampuan kepala
sekolah dalam melakukan kegiatan berdasarkan indikator kompetensi sosial maka kepala
sekolah dapat dikatakan sebagai kepala sekolah yang memiliki kompetensi sosial yang
baik.
44
Bagan 1
Kerangka Berfikir
1. Kepala sekolah kurang bersosialisasi
2. Kepala sekolah kurang beradaptasi dengan lingkungan sosial budaya
3. Kepala sekolah kurang memiliki kepekaan sosial
4. Kepala sekolah sekolah kurang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
5. Kepala sekolah kurang menjalin hubungan kerja sama dengan masyarakat
KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH
1.Kerjasama (Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007;Hafis Muaddab, 2015; Somad Rismi dan Donni Juni Priansa, 2014)
2. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan (Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007; Mulyasa, 2007)
3. Memiliki kepekaan sosial (Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007; Mulyasa, 2007)
kepala sekolah memiliki
kompetensi sosial yang baik
Input
Proses
Output
45
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darunnajah Jakarta Selatan yang terletak di Jalan
Ulujami Raya No.86, RW.7, Ulujami, Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2019
sampai dengan Juni 2019.
Tabel 1
Pelaksanaan Penyusunan Tesis
No Kegiatan Bulan
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Penyusunan Proposal
2 Pengumpulan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Revisi proposal
5 Bimbingan Bab 1-3
6 Penelitian ke lapangan
7 Penyusunan Bab 4-5
8 Sidang Tesis
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partsipan adalah orang-
orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat,
pemikiran, persepsinya (Syaodih, 2012, h. 24). Penelitian deskriptif ini digunakan untuk
mengetahui gambaran mengenai “Kompetensi Sosial Kepala Sekolah di SMA Darunnajah
Jakarta Selatan.”
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif, karena berupaya mengkaji
fenomena atau peristiwa, orang, objek, atau proses yang terkait dengan kinerja kepala
sekolah dalam meningkatkan citra positif di SMA Darunnajah Jakarta Selatan. Penelitian
kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif
partisipan.
46
Penelitian deskriptif bertujuan untuk: (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci
yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi
dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4)
menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan
belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu
yang akan datang. Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian
kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan
penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Dalam
penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan, memahami dan
memaknai kompetensi sosial kepala sekolah dalam membangun kepercayaan masyarakat
di SMA Darunnajah Jakarta.
C. Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Terdapat 3 macam sumber
data, yaitu:
a. Person, yaitu sumber dana yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui
wawancara atau jawaban tertulis melalui angket (Arikunto, 2006, h. 172). Adapun
sumber data yang berupa person dalam penelitian ini yakni kepala sekolah, guru,
masyarakat sekitar, dan wali murid. b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan suatu tempat atau lokasi.. Sumber data
ini berasal pada tempat penelitan yakni SMA Darunnajah Jakarta Selatan. c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda bukti tertulis atau berupa
gambar. Sumber data ini meliputi dokumen bukti pelaksanaan kegiatan-kegiatan
sekolah untuk internal dan eksternal di SMA Darunnajah Jakarta Selatan dan
dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Adapun dalam penelitan ini menggunakan sumber data seperti person dan paper untuk
memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini
yakni:
a. Data primer
Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau
tempat penelitian. Data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari
sumber asli atau pertama. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber daya yang
diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang kompetensi
sosial kepala sekolah di SMA Darunnajah Jakarta Selatan yaitu dengan cara
wawancara dengan kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua/masyarakat.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai
macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula
rapat perkumpulan, sampai dokumen–dokumen resmi dari berbagai instansi
pemerintah. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan
dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung
dengan kepala sekolah SMA Darunnajah Jakarta Selatan.
47
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Data penelitian diproleh dengan menggunakan teknik :
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk interaksi yang dilakukan antara dua orang yang melibatan
seseorang sebagai pemberi pertanyaan atau penerima informasi dan seorang lagi sebagai
pemberi informasi dari pertanyaan yang diajukan. (Mulyana, 2001, h. 180).
Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan
kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara
terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview).
Namun disini peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap,
dan pengalaman pribadi.
Dalam kegiatan wawancara, untuk menghindari adanya kehilangan data atau
informasi maka peneliti melakukan pencatatan dan sekaligus perekaaman suara pada saat
melakukan wawancara serta meminta izin dari informan terlebih dahulu. Serta sebelum
melakukan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan lebih dahulu mengenai konsep
atau topik yang akan ditanyakan dalam wawancara.
Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam melakukan wawancara,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda, taksa,
atau pun yang bersifat ambiguitas.
b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak
pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi
beberapa pertanyaan baru.
c. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan
acuan waktu dan tempat yang jelas.
d. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka
pengalaman konkrit si responden.
e. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada atau sama
sekali tidak menyebutkan alternatif.
f. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat membuat responden marah,
malu atau canggung, gunakan kata atau kalimat yang dapat memperhalus.
Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang berbagai indikator kompetensi
sosial oleh kepala sekolah dan memperoleh data tentang hubungan sekolah dengan pihak
eksternal. Dengan demikian yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah SMA Darunnajah Jakarta Selatan, guru, siswa dan masyarakat.
2. Observasi
Menurut S. Margono dalam bukunya Zuriah, observasi diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.Pengamatan dan penelitian ini dilakukan terhadap objek penelitian.Teknik ini
48
digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar
peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti
(Zuriah, 2009, H. 173).
Metode observasi digunakan untuk pengumpulan dan penghimpunann data penelitian
melalui pengindraan yaitu dengan cara melakukan pengamatan melihat lagsung dan
mendengarkan terkait objek yang diteliti. Peneliti mengobservasi lokasi tempat
penelitian yakni di SMA Darunnajah Jakarta Selatan. Observasi dilakukan guna
mendapatkan data yang relevan tentang gambaran umum kegiatan kompetensi sosial
kepala sekolah untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat di SMA Darunnajah
Jakarta.
3. Studi Dokumen
Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui
dokumen yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2013, h. 329). Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang profil
SMA Darunnajah Jakarta Selatan, profil kepala sekolah, dan data guru. Dokumen-
dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat
ditampilkan gambaran tentang objek penelitian. Untuk memperoleh dokumen yang
dibutuhkan digunakan daftar cheklist dokumen.
E. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Data yang telah diperoleh dilapangan akan dianalisa melalui proses:
1. Klasifikasi data, yakni proses pengelompokan data berdasarkan jawaban-jawaban
sumber data atau informasi.
2. Kategorisasi data yaitu pengelompokan data berdasarkan berdasarkan pada aspek-
aspek masalah yang muncul dari hasil wawancara observasi.
3. Interpretasi data yaitu proses mencari kesamaan dan perbedaan dari data yang
diperoleh kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan kerangka berpikir yang telah
dirumuskan.
F. Pengecekan Keabsahan Data Kriterian keabsahan data ada empat macam yaitu: kepercayaan (credibility),
keberlakukan (transferability), kebergantungan (dependability), kepastian
(confermability). Dalam penelitian kualitatif ini memakai empat macam yaitu :
1. Kepercayaan (Credibility )
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan
sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah
teknik: teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjang kehadiran peneliti di
lapangan, diskusi teman sejawat dan pengecekan kecakupan refrensi.
2. Keberlakuan (Transferability)
Dalam kriteria ini, peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi
jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga data tersebut dapat memutuskan atau
49
tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain (Sugiyono,
2013, h. 373).
3. Kebergantungan (Dependibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan
kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpreasikan data sehingga data dapat di
pertanggung jawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu
sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara
untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melaui audit
dependability oleh auditor indepent oleh dosen pembimbing.
4. Kepastian (Confirmability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasi penelitian yang dilakukan dengan cara
mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh
materi yang ada pada pelacakan audit.
Tabel 2
Keabsahan data
Kriteria Teknik Pemeriksaan
Kredibilitas
(Derajat Kepercayaan
1. Perpanjangan keikut sertaan
2. Ketekunan pengamatan
3. Trianggulasi
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan referensi
6. Kajian kasus negative
7. Pengecekan anggot
Keteralihan 8. Uraian rinci
Kebergantungan 9. Audit kebergantungan
Kepastian 10. Audit kepastian
Adapun Uraian Kriteria keabsahan data dengan teknik pemeriksaan Sebagai berikut :
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutertaan
tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan
keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan
memungkinkan meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal tersebut
penting artinya karena penelitian kualitatif berorientasi pada situasi, sehingga dengan
perpanjangan keikutsertaaan dapat memastikan apakah kontek itu dipahami dan dihayati.
Dalam penelitian di SMA Darunnajah Jakarta Selatan, keikutsertaan penliti dilakukan
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah serta pelaksanaan kegiatan sosial
yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung.
50
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan
keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan
kedalaman. Dalam ketekunan pengamatan yaitu peneliti mengamati segala aspek yang
berkaitan dengan keberlangsungan dari kegiatan sosial yang dilaksanakan.
3. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainya pada saat penelitian di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.
4. Pemeriksaan Sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan
sejawat yang dilakukan peneliti yaitu dengan mendiskusikan hasil yang telah peneliti
lakukan dengan teman terdekat di program magister.
5. Analisis kasus negatif
Teknik analisi kasus negatif dilakukan dengan jalan menggumpulkan contoh dan
kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecendrungan informasi yang telah
dikumpulkan dan digunakan sebagi bahan pembanding. Kasus negatif digunakan untuk
memjelaskan hipotesis alternatif sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan.
Peneliti mengumpulkan dan membandingkan setiap data yang sesuai dan tidak sesuai
dari hasil penelitian di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.
6. Kecukupan referensial
Kecukupan referensial mula-mula diusulkan sebagai alat untuk menampung dan
menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, Film atau video-tape,
dapat digunakan sebagi alat perekam pada saat senggang dapat dimanfaatkan untuk
membandingkan hasil yang diperoleh dengan krirtik yang terkumpul. Jadi bahan-bahan
yang tercatan dan terekam dapat digunakan sebagi patokan untuk menguji sewaktu
diadakan analisis dan penafsiran data.
7. Pengecekan Anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses penggumpulan data sangat
penting dalam memeriksa derajat kepercayaaan, yang dicek dengan anggota yang terlibat
meliputi data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan .tujuanya tentu untuk
pemeriksaan derajat kepercayaan.
8. Uraian Rinci
Uraian rinci merupakan usaha membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan cara uraian rinci (Thick description) keteralihan tergantung pada
pengetahuan sseorang peneliti tentang konteks pengertian da konteks penerimaan.
51
9. Audit kebergantungan
Kegiatan audit kebergantungan yaitu peneliti melakukan pemeriksaan secara terus
menerus untuk mendapatkan hasil dalam kegiatan sosial di SMA Darunnajah Jakarta
Selatan.
10. Klasifikasi dapat dilakukan seperti yang dilakukan Halpern Adalah:
a) Data mentah, termasuk bahan yang direkam
b) Data yang direduksi dan hasil kajian.
c) Rekonstruksi data dan hasil sintesis
d) Catatan tentang proses penyelenggaraan
e) Bahan yang berkaitan dengan maksud dan tujuan
f) Informasi tentang pengembangan instrument.
Keabsahan data dapat dipengaruhi oleh prasangka, asumsi, pola pikir dan
pengetahuan yang kita miliki dari pengalaman dan literature karena hal ini dapat
menghambat kemampuan kita dalam melihat apa yang signifikan dalam data, atau
menghambat kita dalam beranjak dari tingkat analisis deskriptif ke analisis teoritik.
Terdapat sejumlah teknik untuk mengatasi masalah ini. Teknik-teknik tersebut meliputi:
1). Penggunaan Tanya jawab,2). analisis satu kata, frase dan kalimat, 3). Prosedur flip
flop, 4). Melakukan perbandingan mendekat dan perbandingan menyimpang, dan
pengibaran bendera merah, yang paling diperlukan adalah pelatihan, semakin baik dan
imajinatif yang kreatif.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Tempat Penelitian
1. Identitas sekolah
Nama sekolah : SMA Darunnajah
NPSN : 20107292
NSS : 302016304003
Alamat sekolah : Jl. Ulujami Raya No. 86
Kecamatan : Pesanggrahan
Kabupaten/kota : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 12250
Telp. Fax : 021-7376344
Email : [email protected]
Status sekolah : swasta
Kegiatan belajar mengajar: Pagi
Nama Yayasan : Yayasan Darunnajah
Nomor Akte Pendirian : 88 Tahun 1986
Tahun Berdiri : 2004
Luas Tanah : 38.085 m3/ 4.607 m3
Status Tanah : Wakaf
Status Bangunan : Milik sendiri
Nomor Sertifikat tahan : 550 Tahun 1982
Nomor IMB/tahun : 004423/IMB/2003
54
2. Visi dan Misi
Visi SMA Darunnajah Jakarta:
“Unggul dalam prestasi, teladan dalam sikap dan perilaku”
Misi SMA Darunnajah Jakarta:
a. Membentuk generasi yang cerdas, terampil dan kreatif, serta memiliki
kecakapan hidup yang handal.
b. Membentuk generasi bertaqwa dan berwawasan ilmu keagamaan dan ilmu
kealaman.
c. Membentuk generasi yang peka terhadap masalah sosial kemasyarakatan.
d. Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang mempunyai daya juang tinggi,
menguasai IPTEK, berlandaskan iman dan taqwa yang kokoh.
e. Menyiiapkan peserta didik untuk dapay melanjutkan pendidikan kejenjang yag
lebih tinggi.
3. Pola Pendidikan
Dalam upaya tercapainya pendidikan, Pesantren Darunnajah menerapkan pola dasar
pendidikan yang meliputi :
a. Panca Jiwa adalah pendidikan yang ditanamkan kepada setiap santri untuk
membentuk dan melandasi kepribadiannya ;
1) Jiwa Keikhlasan
2) Jiwa Kesederhanaan
3) Jiwa Mandiri
4) Jiwa Ukhuwah Islamiyah
5) Jiwa Bebas Merdeka
b. Panca Bina merupakan arah pembinaan santri yang akan melahirkan sikap hidup
yang nyata dalam langkah dan amaliah sehari-hari ;
1) Bertaqwa kepada Allah SWT
2) Berakhlak Mulia
3) Berbadan Sehat
4) Berwawasan Luas
5) Kreatif dan Terampil
c. Panca Dharma adalah bakti santri sebagai makhluk, anggota masyarakat dan warga
negara, sehingga keberadaan santri tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi
juga bagi orang lain dan alam sekitarnya;
1) Ibadah
2) Ilmu yang berguna di masyarakat
3) Kader umat
4) Dakwah Islamiyah
5) Cinta tanah air dan berwawasan Nusantara
55
4. Fasilitas sekolah
a. Ruang kelas
yang terdiri dari ruang kelas Putra sebanyak 32 unit dan ruang kelas Putri
sebanyak 45 unit kelas yang semuanya menggunakan pendingin ruangan (AC),
Perpustakaan, Laboratorium ; yang terdiri dari 2 unit Laboratorium Bahasa
(Arab dan Inggris), 3 unit Laboratorium MIPA (Biologi, Fisika, Kimia), dan 3
unit Laboratorium Komputer, Ruang Audio Visual: yang dilengkapi dengan
LCD proyektor dan ruangan kedap suara, Ruang BK: sebagai tempat
Bimbingan dan Konseling terhadap berbagai permasalahan santri. Ruang
Career Center: sebagai tempat para santri ber-konsultasi tentang kesempatan
karir dan prospek belajar ke depan. Ruang kepala sekolah, ruang guru dan
ruang tata usaha sekolah.
b. Fasilitas Asrama
c. Gedung asrama yang terdiri dari 6 unit gedung asrama Putra dan 8 unit gedung
asrama Putri. Masing-masing gedung terdiri antara 10 – 20 kamar, Kantin ;
terletak tersebar di beberapa lokasi pesantren, Ruang makan ; masing-masing
asrama terdapat ruang makan dan setiap santri wajib menjaga kebersihan dan
ketertiban ruangan tersebut
d. Fasilitas Pendukung Berbagai fasilitas pendukung antara lain ; ruang pertemuan, Gedung Olah
Raga (GOR), dapur umum, Mini Market, koperasi, lapangan olah raga, kolam
renang indoor, bank, laundry, Tours & Travel, Production House, tabungan
santri serta taman-taman yang tersebar di sekitar lingkungan pesantren.
4. Jumlah siswa
Siswa di SMA Darunnajah memiliki satu jurusan yaitu MIA (Matematikan, Ilmu,
Alam) dan terbagi menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan yang saling terpisah kelas.
Setiap tingkatan kelas pada SMA Darunnajah terdiri dari 4 kelas yang terbagi kelas
khusus siswa perempuan dan laki-laki. Kelas 10 MIA 1 dan 10 MIA 2 berisi siswa
laki-laki dengan masing-masing 24 dan 26 siswa. Kelas 10 MIA 3 dan 4 merupakan
kelas siswi perempuan 35 dan 32 siswi, total kelas 10 memiliki 50 siswa dan 67 siswi.
Kelas 11 MIA 1 dan 2 merupakan kelas khusus laki-laki yangterdiri dari 27 dan 28
siswa, kelas 11 MIA 3 dan 4 merupakan kelas khusus perempuan berisi 33 dan 31
siswi, total kelas 11 MIA berjumlah 119 yang terdiri dari 55 laki-laki dan 64
perempuan. Kelas XII MIA 1 dan 2 merupakan kelas khusus laki-laki yang terdiri dari
27 dan 23 siswa, sedangkan kelas XII MIA 3 dan 4 merupakan kelas khusu perempuan
masing-masing kelas berjumlah 35 dan 33 siswi, total siswa-siswi kelas XII yaitu 118
yang terbagi menjadi 50 laki-laki dan 68 perempuan.
5. Kurikulum
SMA Darunnajah Jakarta Selatan menggunakan kurikulum 2013 jurusan MIA
(Matematika Ilmu Alam) yang sesuai dengan ketentuan Kementrian Pendidikan
Nasional hanya saja ditambah dengan muatan lokal keagamaan. Adapun Program MIA
(Matematika, IPA, dan Alam) berdasarkan kurikulum 2013 terdiri dari mata pelajaran
56
(umum, dasar keahlian, keahlian kelompok ilmu alam, keahlian kelompok ilmu sosial),
keahlian kelompok keagamaan (Muatan lokal), Pengembangan Diri. Adapun Mata
pelajaran yang digunakan sama dengan kurikulum 2013 yang ditetapkan oleh Dinas
Pendidikan, sedangkan perbedaannya dengan SMA lainnya yaitu pada muatann lokal
yang terdiri dari tarbiyah (kependidikan), Bahasa Arab, serta pengembangan diri yang
berisi kegiatan pramuka, Muhadoroh (keterampilan pidato), dan kesenian (seni suara &
seni grafiti), total jam belajar yaitu 59 jam. Dalam kegiatan pembelajaran, SMA
Darunnajah meskipun menggunakan kurikulum kementerian Pendidikan Nasional
namun setiap pelajaran yang diajarkan terinternalisasi dengan pelajaran agama. Setiap
mata pelajaran umum diajarkan dengan dikaitkan dengan pelajaran agama. Setiap guru
harus memiliki ilmu pengetahuan bukan hanya pelajaran umum namun harus memiliki
pemahaman ilmu agama terkait materi yang diajarkan.
B. Temuan Penelitian 1. Profil SMA Darunnajah Jakarta Selatan
Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah Madrasah Al-
Islamiyah di Pertunduhan Palmerah. Tahun 1959, tanah dan madrasah tersebut digusur
untuk perluasan komplek Perkampungan olah raga Asian Games, yang sekarang
dikenal dengan komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya maka
diusahakanlah tanah di Ulujami.
Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI), dengan
tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut
dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren
Darunnajah. Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam
lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh kol.Pol.Drs.H.
Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya di IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Ust. Mahrus Amin,
alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961.
Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum bisa dilaksanakan
di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama beberapa tokoh masyarakat,
diantarannya Ust. Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI,
tanggal 1 Agustus 1961, Ust. Mhrus Amin mulai membina Madrasah Ibtidaiyah
Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan 1964 membukan Tsanawiyah
dan TK Darunnajah. Balai pendidikan Darunnajah diresmikan pada tahun 1964.
Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan, tetapi mengalami
kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah pula dicoba dengan menampung
kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan
tahun 1972 menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu
didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul. Para periode ini,
meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-usaha
tersebut, Yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari
berbagai rongrongan, antara lain BTI PKI saat itu.
57
Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan
Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri,
sementara Tsanawiyah Petukangan dipindah ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru
pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Petukangan dibuka kembali dan secara
berangsur,Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim saja,
kecuali anak Ulujami yang boleh pulang pergi.
Bangunan yang pertama didirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m2 dan
beberapa asrama lokal. Meskipun bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan
master plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya,
seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti.
Pada periode inilah ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan sunnah-
sunnahnya.
a. Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal waktu salat.
b. Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.
c. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk Lembaga Ilmu
Al-Qur‟an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Da‟wah dan
Pengembangan Masyarakat (LDPM).
d. Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di
Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.
Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam,
pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita membangun seratus Pondok
Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-
penjuru yang memerlukan. Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group
telah berjumlah 41. Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah
menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari
perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga
Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya,
Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini,
berusaha merapikan dan meremajakan pengurus yayasan.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di Ulujami Jakarta K.H.
Abdul Manaf Mukhayyar, Drs. K.H. Mahrus Amin, dan Drs. H. Kamaruzzaman
Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di
Cipining Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan
umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994. Dalam acara
tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah
piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan
Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan
ormas di Indonesia.
Pada tahun 2019, Pesantren Darunnajah memiliki 17 cabang pesantren di berbagai
tempat: Jakarta Bogor, Tangerang Selatan, Serang, Pandeglang, Bengkulu, Seluma,
Mukomuko, Dumai dengan luas asset 737,4 ha. Pondok Pesantren Darunnajah
menganut sistem kepemimpinan kolektif, dimana pimpinan tertinggi dipegang oleh
58
tiga orang sekaligus dengan pembagian kerja sesuai keahlian masing-masing personal.
Pendidikan adalah program inti Pondok Pesantren Darunnajah yang tentu saja harus
ditopang dan didukung dengan program-program lainnya. Pondok Pesantren
Darunnajah menerapkan sistem pendidikan terpadu, dimana kekurangan sistem akan
diisi dengan kelebihan sistem lainnya. Tiga sistem yang diterapkan adalah sistem
Pondok Modern, sistem Madrasah, sistem Pesantren Salaf.
Pendidikan di Pondok Pesantren Darunnajah lebih diarahkan kepada: Pendidikan
kader-kader umat yang mampu dan terampil di tengah-tengah
masyarakatnya, Pembinaan generasi muda yang mampu melanjutkan studinya sesuai
dengan bakatnya dan kelak tetap berada di tengah masyarakat dengan menjunjung
tinggi amar ma‟ruf nahi munkar, Beribadah dan mencari ilmu karena Allah SWT.
Jenjang pendidikan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta meliputi Paud, TK,
SD, TMI (setara SLTP/SLTA atau setingkat SMP/Mts – SMA/Madrasah Aliyah)
Sampai Perguruan Tinggi. Sekolah-sekolah ini sudah akreditasi A. Kurikulum
Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta menggunakan perpaduan kurikulum
Pondok Modern Darussalam Gontor dan kurikulum Nasional serta Pesantren Salafiah.
SMA Darunnajah Jakarta Selatan berada pada pondok pesantern yang terletak di Jl.
Ulujami Raya No.86, Ulujami, Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12250. Yang memiliki status sekolah swasta yang didirikan pada tahun
2004 dengan jurusan MIA (Matematika dan Ilmu Alam).
2. Kerjasama
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan pendidikan yang tentunya memiliki nilai sosial yang tinggi kerena
meilibatkan banyak masyarakat baik di dalam maupun luar sekolah. Bekerja sama
dengan pihak lain erat hubungannya dengan kompetensi sosial karena setiap kepala
sekolah harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan segala masyarakat yang
berkaitan dengan sekolah untuk kemajuan sekolah.
Sebagaimana yang disebutkan oleh kepala SMA Darunnajah Bapak
Nurhamid,M.Pd bahwa Kompetesi sosial berhubungan dengan guru dan lingkungan
sekolah. Jiwa sosial harus dibina dengan semua stakeholder harus mampu merangkul
dan berkomunikasi bukan hanya dengan guru, dan siswa tetapi juga dengan
masyarakat. Serta mampu berkomunikasi dengan kepala sekolah lainnya untuk
keberlangsungan pendidikan. Selain itu, dalam bentuk kerjasama hanya dalam bidang
pendidikan, yaitu dengan pelaksanaan pertukaran pelajar, beasiswa siswa dan guru.
Sebagai contoh pada tahun ini terdapat 10 orang Afghanistan yang diterima di SMA
Darunnajah, namun saat ini hanya tinggal 1 orang yang mampu beradaptasi dengan
baik dan berada di lingkungan Darunnajah. Karena kebanyakan dari para penerima
beasiswa dari luar negeri mereka datang tidak bisa berbahasa inggris maupun arab jadi
bahasa awal yang masih mereka gunakan adalah bahasa negaranya masing-masing.
59
Bentuk kegiatan kerjasama dengan pihak lain, dapat peneliti jabarkan sebagai
berikut:
a. Kerjasama dengan pihak internal sekolah
1). Kerjasama dengan yayasan
Sebagai sekolah yang berdiri diatas naungan yayasan maka kepala SMA
Darunnajah memiliki tanggung jawab kepada yayasan. Sebagaimana hasil
wawancara dan terdapat hasil dokumentasi rapat yang dilakukan dengan
yayasan. Sebagai berikut: “dengan yayasan terkait dalam pendidikan terdapat
rapat rutin mingguan dibentuk tim yang dinamakan tim 19 yang terdiri dari para
kepala sekolah, kepala biro TK Sampai dengan perguruan tinggi. Rapat
diselenggarakan di pusat pondok pesantren di Jakarta dan membahas mengenai
perkembangan seluruh pesantren dari 17 cabang yang ada”.
Kerjasam dengan yayasan dilakukan kepala SMA Darunnajah sebagai rapat
rutin yang dilaksanakan seminggu sekali. Berdasarkan hasil observassi peneliti
mendapatkan dalam kegiatan rapat dilaksanakan pada hari Rabu yang terdiri dari
seluruh kepala sekolah dan biro dari semua jenjang pendidikan seluruh cabang
dari pondok pesantren Darunnajah. Pelaksanaan rapat dilakukan di Pondok
pesantren Darunnajah Jakarta Selatan.
2). Kerjasama dengan guru dan karyawan
Bekerjaasama dengan pihak internal atau dalam lingkungan sekolah
merupakan bentuk kerja sama yang dilakukan antara kepala sekolah dengan
pimpinan yayasan, guru, staf/karyawan, dan siswa. Seperti hasil wawancara
berikut ini dengan Ibu Luthifah, M.Pd mengatakan: “Sering berinteraksi dengan
kepala sekolah, beliau komunikatif, instruksi jelas, orang yang baik. Sering
bertemu dan di arahkan.” Hasil wawancara dengan bapak Ilwan Halwani, S.Ag,
M.Pd mengatakan “pengarahan setiap satu minggu sekali secara rutin, rapat wali
kelas dan guru. Menyampaikan evaluasi minggu lalu dan minggu akan datang”.
Berdasarkan hasil observasi penulis dalam menjalin kerjasama dengan para
guru dan karyawan, kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan pribadi
yang bersahabat dan juga tegas. Kepala sekolah bersikap terbuka dan bahkan
bersedia melayani tamu dengan baik. Peneliti melihat bahwa dalam kegiatan
sehari-hari kepala sekolah melakukan interaksi dengan para guru dengan cara
yang sopan, serta terlaksananya rapat-rapat rutin mingguan sebagai hasil
evaluasi dari pembelajaran.
3). Kerjasama dengan siswa
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus berperan aktif dalam
memberikan rasa nyaman kepada masyarakat termasuk kepada siswa. . Menurut
Shafa Aulian (2019) mengatakan bahwa “kepala sekolah selalu ramah, kalau
bertemu belum mengucap salam ustad hamid sering mengucap salam duluan
menyapa santri. Selain itu, cara berkomunikasinya juga baik, tidak kaku”. tidak
tegang, suka bercanda jika lagi memberikan pengarahan.” Kepala sekolah
menurut Frezy Tarisha (2019) yaitu “baik, setiap disapa selalu menjawab dengan
60
santun dan senyum”. Thalia Aqira (2019) mengatakan “ penyampaian peraturan
baru melalui wali kelas, ada juga pembinaan dengan santri dikumpulkan pada
saat akan ujian Mid Semester dan juga melaalui saat upacara.”
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat kegiatan pembelajaran
berlangsung, peneliti melihat bahwa kepala sekolah dengan siswa menunjukkan
sikap yang sopan dan saling menghormati. Sehingga para siswa juga merasa
nyaman dan tidak terlihat tegang ketika bertemu dengan kepala sekolah.
Kerjasama antara kepala sekolah dan siswa juga berlangsung dengan adanya
kegiata-kegiatan pengarahan langsung dari kepala sekolah seperti dalam upacara
bendera, pengarahan sebelum pelaksanaan ujian dan juga pengawasan yang
dilakukan kepala sekolah dalam kegiatan belajar malam.
b. Kerjasama dengan pihak eksternal SMA Darunnajah Jakarta
1. Kerja sama dengan Orang tua
Orang tua atau stakeholder sekolah berperan penting bagi berlangsungnya
lembaga pendidikan. Merekalah yang menjadi tolak ukur bagi kredibilitas suatu
lembaga pendidikan. Semakin banyak masyarakat diantaranya orang tua
mempercayai sekolah maka akan memberikan nilai positif bagi sekolah tersebut
dianggap sebagai sekolah yang bermutu. SMA Darunnajah Jakarta Selatan
merupakan sekolah yang mewajibkan para siswa untuk memondok atau
bermukim di sekolah dengan waktu tertentu siswa dapat dijemput kembali ke
rumah bersama orang tua. Oleh karena itu, sekolah harus memberikan
kepercayaan kepada orang tua bahwa anak mereka mendapatkan segala
kebutuhan dan fasilitas yang memadai dalam sehari baik secara pengetahuan,
karakter dan juga kebutuhan hidup.
Dalam menjalin hubungan dengan orang tua, SMA Darunnajah memberikan
fasilitas untuk para siswa dpat menghubungi orang tua dalam keadaan tertentu
dan juga sebaliknya. Seperti hasil wawancara dengan salah satu siswa bernama
Thalia Aqira dalam berkomunikasi dengan orang tua yaitu “medianya melalui
telepon di wartel menggunakan smart call dan juga melalui musrifah santri bisa
melapor ke musrifah untuk menghubungi orang tua.” Dan juga dipaparkan Frezy
Tharisa “melalui Musyrifah dan wali kelas untuk membantu berkomunikasi
dengan orang tua, dan juga dengan Darunnajah Smart System (DSS) yaitu
dengan pengabsenan setiap satu jam dan di absen oleh guru secara digital
melalui Handphone guru dan orang tua bisa melihat pada saat ambil raport.”
Penggunaan smartcall berdasarkan hasil observasi peneliti, hanya dapat
digunakan pada wartel yang tersedia di Darunnajah Jakarta yaitu bernama
SmartelSantri. SmartelSantri yang tersedia terpisah antara laki-laki dan
perempuan. Kartu tersebut tidak untuk dimiliki secara pribadi untuk para siswa.
Berdasarkan ketentuan SmartelSantri merupakan solusi terbaik bagi para santri
untuk berkomunikasi dengan dunia luar pesantren dengan aman dan nyaman
meski tetap dalam pengawasan pengasuh pondok pesantren yang menerapkan
pelarangan penggunaan ponsel. SmartelSamtri mmenggunakan sistem prabayar
61
(pulsa isi ulang) yang disediakan oleh kopersai/yayasan/lembaga/peroroangan
yang ditunjuk oleh pondok pesantren dengan noominal harga yang terjangkau
dan ekonomis. Selain itu terdapat sistem wakaf dimana penyediaan dan
pemsangan perangkat SmartelSantri disetiap pondok pesantren tidak dipungut
buasa alias gratis dan selanjutnya perangkat yang terpasang tersebut akan
diwakafkan kepada pondok pesantren.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam menjalin kerja sama
dengan orang tua maka pihak Pesantren Darunnajah memberikan tugas dan
tanggung jawab kepada guru pembimbing kamar dan wali kelas untuk
membantu siswa apabila ingin menghubungi orang tua atau sebaliknya orang tua
berkomunikasi dengan anak mereka melalui nomor sekolah maupun nomor
Handphone wali kelas dan juga terdapat perkembangan modern dalam
menghubungi orang tua yaitu dengan kartu Smart call yang dapat digunakan
untuk menelpon orang tua melalui wartel yang tersedia di dalam Pondok
pesantren Darunnajah Jakarta Selatan. Wartel tersebut berfungsi sama seperti
wartel pada umumnya yang membedakan adalah penggunaan teknologi yang
lebih modern yaitu dengan menggunakan e-card sebagai alat pembayaran biaya
melakukan telepon. Selain itu dalam bekerja sama dengan orang tua terdapat
juga Darunnajah Smart System (DSS) yang digunakan oleh guru dan orang tua
untuk melakukan pemantauan tentang keberadaan anak mereka selama di
sekolah. Cara fungsinya yaitu para guru memiliki kewajiban untuk melakukan
pengabsenan para siswa di kelas selama satu jam sekali dan guru harus
mengupload absen tersebut melalui handphone guru masing-masing ke dalam
sistem DSS dan orang tua dapat melihat hasilnya ketika pembagian Raport
sebagai hasil evaluasi. Namun, untuk Darunnajah Smart System ini masih
bersifat internal tidak bisa di akses oleh orang tua murid secara bebas.
2. Kerja sama dengan lembaga di luar negeri
Kerjasama dalam bidang pendidikan merupakan bentuk kerja sama pondok
Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan dengan lembaga pendidikan di beberapa
negara di luar negeri, termasuk SMA Darunnajah juga melakukan program
kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri. Bentuk
kerjasama yang dilakukan yaitu Student exchange dan juga beasiswa untuk siswa
dan guru di SMA Darunnajah Jakarta Selatan. Seperti hasil wawancara berikut
ini: “kerjasama hanya dalam bidang pendidikan, yaitu dengan pelaksanaan
pertukaran pelajar, beasiswa siswa dan guru. Sebagai contoh pada tahun ini
terdapat 10 orang Afghanistan yang diterima di SMA Darunnajah, namun saat
ini hanya tinggal 1 orang yang mampu beradaptasi dengan baik dan berada di
lingkungan Darunnajah. Karena kebanyakan dari para penerima beasiswa dari
luar negeri mereka datang tidak bisa berbahasa inggris maupun arab jadi bahasa
awal yang masih mereka gunakan adalah bahasa negaranya masing-masing.”
62
Berikut ini tabel lembaga pendidikan yang bekerjasama dengan Pondok
pesantren Darunnajah Jakarta Selatan berdasarkan Mou yang telah disepakati:
No. Nama lembaga
1 Yarmouk University
2 Utama International School Malaysia
3 East Cordofa University (Sudan)
4 Civilization Exchange & Cooperation Foundation (CECF)
Amerika
5 Kabul e Maaser Vocational Institute (Kabul, Afghanistan)
6 Istanbul Sahabattin Zam University (Istanbul)
7 Robithoh Jamimat Al Islamiyah
8 Universitas Islam Madinah (Madinah)
9 Allama Iqbal University (Pakistan)
10 The Holy Catholic School (Inggris)
11 Ma‟had Syam Ali Damaskus Syiria
12 Bakht Alruda University of Sudan
13 Universitas Sains Islam Malaysia
Tabel 3
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahawa kerjasama pendidikan dilakukan
dengan 13 Universitas yang terdiri dari universitas pada negara di Asia, Eropa
dan Amerika. Kerjaasama pendidikan dapat berupa pertukaran pelajar (student
exchange) yang dilakukan antara SMA Darunnajah Jakarta Selatan yaitu dengan
menerima pelajar lain di SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan segala
fasilitasnya secara gratis dan juga mengirim pelajar SMA Darunnajah yang lulus
seleksi untuk menerima beasiswa di luar negeri. Kerjasama bidang pendidikan di
luar negeri juga untuk diperuntukkan oleh guru yang ingin melanjutkan
pendidikan ke luar negeri. Dalam pengelolaan kerja sama di antara lembaga di
luar negeri terdapat lemabaga Darunnajah yag menaunginya yaitu bernama
Darunnajah International Relation Officer (DIRO). Lembaga Diro ini yang
mengatur jalannya kerja sama pada negara di luar negeri dari kunjungan dan
kedatangan perwakilan ke luar negeri, hingga adanya beasiswa bagi murid dan
guru yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
63
3. Kerjasama dengan pemerintah
SMA Darunnajah jakarta Selatan merupakan lembaga pendidikan yang
menggunakan kurikulum 2013 dari Dinas Pendidikan Nasional. Dalam bidang
pendidikan tentu akan ada kerja sama antara lembaga pendidikan swasta dengan
pemerintah dalam kaitannya peningkatan mutu pendidikan. SMA Darunnajah
sendiri sebagai lembaga pendidikan swasta memiliki kewajiban mengikuti
ketentuan, mengikuti kegiatan-kegiatan kedinasan dan juga melaporkan kegiatan
kepada pemerintah.
Berdasarkan data dokumentasi yang peneliti peroleh bahawa SMA Darunnajah
Jakarta Selatan menggunakan kurikulum 2013 jurusan MIA (Matematika Ilmu
Alam) yang sesuai dengan ketentuan Dinas Pendidikan Nasional hanya saja
ditambah dengan muatan lokal keagamaan. Adapun Program MIA (Matematika,
IPA, dan Alam berdasarkan kurikulum 2013 terdiri dari mata pelajaran (umum,
dasar keahlian, keahlian kelompok ilmu alam, keahlian kelompok ilmu sosial),
keahlian kelompok keagamaan (Muatan lokal), Pengembangan Diri. Adapun Mata
pelajaran yang digunakan sama dengan kurikulum 2013 yang ditetapkan oleh
Dinas Pendidikan, sedangkan perbedaannya dengan SMA lainnya yaitu pada
muatann lokal yang terdiri dari tarbiyah (kependidikan), Bahasa Arab, serta
pengembangan diri yang berisi kegiatan pramuka, Muhadoroh (keterampilan
pidato), dan kesenian (seni suara & seni grafiti). Total jam belajar yaitu 59 jam.
Selain dalam penggunaan kurikulum, SMA Darunnajah Jakarta Selatan juga
melakukan kegiatan-kegaitan yang diadakan dan diarahkan oleh pemerintah.
Dengan pemerintah bukan hanya pada bidang pendidikan saja namun pesantren
Darunnajah memiliki perkebunan kelapa sawit, peternakan dan yang pastinya
wirausaha tersebut melibatkan pemerintah daerah setempat dalam perizinan dan
pengelolaan secara tepat.
4. Kerjasama dengan perusahaan swasta
Kerjasama dengan perusahaan swasta merupakan bentuk kerjasama yang
dilakukan dengan perusahaan milik swasta dengan ketentuan yang berlaku sesuai
dengan Mou yang disepakati bersama. Seperti hasil wawncara kepala sekolah
Bapak Nurhamid, M.Pd bahwa “…..Sedangkan untuk kerjasama dengan pihak lain
yaitu bekerja sama dengan alfamart…..”.
Seperti hasil wawancara dengan Ibu Nur Azizah sekretaris Pondok pesantren
Darunnajah bahwa “ Sedangkan kerjasama dengan badan swasta di antaranya
terdapat alfamart, Bank Muamalat, Bank Permata, dan pesantren Gontor
(Kurikulum).
Berdasarkan hasil observasi, lokasi Alfamart dan Bank Muamalat berada tepat
di depan gerbang masuk dan keluar pondok pesantren Darunnajah, untuuk bank
Muamalat hanya buka di hari senin sampai dengan Jumat. Kerja sama yang
dilakukan dengan perusahaan swasta ini bertujuan untuk memfasilitasi para siwa
di pondok pesantren Darunnajah yaitu adanya alfamart yang menyediakan
keperluan yang tidak terdapat pada koperasi Darunnajah Jakarta Selatan, terdapat
kerja sama dengan beberapa bank sebagai alat transaksi pembayaran antara orang
64
tua dengan pihak Darunnajah. Kerja sama yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan bersama dengan Mou yang telah disepakati.
3. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan merupakan bentuk kegiatan
sosial yang melibatkan masyarakat demi terjalinnya hubungan baik dan tentunya akan
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap SMA Darunnajah Jakarta Selatan.
SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan sekolah yang aktif dalam kegiatan sosial
karena selain selain memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan namun para siswa
harus memiliki karakter sosial yang baik sehingga setelah lulus dari SMA Darunnajah
Jakarta Selatan para siswa mampu memberikan nilai positif bagi masyarakat
sekitarnya.
Kegiatan kemasyarakat yang dilakukan SMA Darunnajah dapat melalui lembaga
Darunnajah Charity yang merupakan lembaga khusus dalam memberikan bantuan
kepada masyarakat yang terkena musibah. Dalam fungsinya, Darunnajah Charity
memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena musibah yang terdeteksi
langsug oleh pihak Darunnajah maupun bencana yang dilaporkan langsung ke
Darunnajah ole masyarakat.
Sebagaimana pemaparan dari kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan sebagai
berikut: “Kegiatan sosial dengan masyarakat, kami memiliki kegiatan santunan anak
yatim bantuan untuk bencana, zakat, majelis taklim, serta sholat berjama‟ah setiap
hari jumat dan hari besar Islam. Untuk kegiatan sosial bantuan korban bencana, kami
memiliki lembaga khusus yaitu Biro kemasyarakatan yang mengatur segala bentuk
bantuan yang diperlukan untuk membantu korban bencana serta mengawal jalannya
kegiatan bantuan korban yang melibatkan siswa-siswi SMA dan MA Darunnajah.
Setiap masyarakat yang mengalami bencana yang berskala kecil yang tidak diketahui
beritanya oleh biro kemasyarakatan, maka masyarakat bisa memberitahukan dan
datang ke biro kemasyarakatn untuk meminta bantuan. Kami juga memiliki ambulan
yang dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang memerlukan. Untuk
masyarakat sekitar, kami juga melakukan majelis taklim setiap hari senin ba‟da
dzuhur sehingga masyarakat secara rutin dapat berinteraksi dengan warga sekolah
melalui nilai yang positif. Selain itu, kegiatan sosial bukan hanya untuk masyarakat
sekitar, namun juga kita melakukan pengandian masyarakat atau disebut dengan
Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi kelas
12 selama 2 minggu pada daerah terpencil. Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan
membantu membina perilaku masyarakat yang kurang sesuai baik dalam bidang
sosial budaya, agama, seni, dll. Kegitan PPM ini mendapat respon sangat positif
karena selain membantu masyarakat pada daerah terpencil juga dapat melatih
interaksi siswa, kepercayaan diri, kedewasaan serta keingin tahuan siswa pada
lingkungan masyarakat.” Dalam keterlibatan dalam organisasi dalam masyarakat
juga kepala sekolah memaparkan bahwa “saya termasuk dalam Forum Komunikasi
Kepala Sekolah (FKKS) Jakarta Selatan 1 dan Forum Komunikasi Kepala Sekolah
(FKKS) Rayon 11 yang terdiri dari sekolah negeri dan swasta. Kegiatan dilakukan
65
satu bulan sekali biasanya dengan mengadakan seminar. Selain itu juga menjadi
Khatib rutin di pesantren Darunnajah.”
Selain itu diungkapkan oleh siswi bernama Aliya Zafira yaitu “ada kegiatan santri
organisasi (Ekskul) yaitu bakti sosial Jamiyyah, kegiatan bakti sosial Jamiyyah ini
siswa ke cabang Darunnajah untuk ke warga sekitar memberikan bantuan seperti
menagajar anak-anak TK, belajar mengaji. Biasanya yang terlibat dalamm kegiatan
bakti sosial adalah OSDN (Organisasi Santri Darunnajah).”
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat dengan Bapak Qomaruddin warga yang
bertempat tinggal tidak jauh dari pondok pesantren Darunnajah memaparkan terkait
kegiatan sosial masyarakat yaitu “sering terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti
santri keluarr masjid terdekat untuk sholat berjama‟ah, santunan anak yatim, warga
sering diundang buka puasa bersama dari RW 1 s/d 9 Kelurahan Ulul Jami, pada saat
lebaran haji menyumbangkan satu ekor ke setiap kelurahan, pos polisi, daerah tetangga
mendapatkan sau ekor, kupon daging qurban pun disalurkan per RT di 4 RW. Selain
itu juga tanggap terhadap musibah dan memberikan sumbangan berupa sembako.”
Salah satu warga yaitu Bapak Khaeruddin juga memaparkan kegiatan sosial
diantaranya “sholat jumat berjama‟ah dengan semua warga sekolah dan masyarakat,
buka puasa bersama 1x dalam 30 hari, qurban, zakat, santunan anak yatim SD, SMA,
MAN, dan juga siswa dilibatkan dalam kegiatan masyarakat seperti makan bersama,
olahraga bersama, terdapat juga santunan korban bencana, selain itu juga Darunnajah
mnenyediakan fasilitas ambulans dan alat kesehatan bagi masyarakat yang
memerlukan bantuan.
Kegiatan sosial kemasyarakat memiliki dokumen yang dapat dilihat dari berbagai
foto kegiatan pada sosial media darunnajah. Berdasarkan observasi ketika melakukan
penelitian, peneliti memperoleh website dalam kegiatan bakti sosial Darunnajah
Charity dan surat edaran terkait pelaksanaan Praktek Kerja Masyarakat (PPM) yang
terlampir pada penelitian ini. Demikian dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa dalam
kegiatan kemasyarakatan kepala sekolah SMA Darunnajah sering melibatkan siswa
dan guru dalam berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan
sosial yang dilakukan SMA Darunnajah Jakarta Selatan diantaranya:
a. Bakti sosial, bakti sosial dilakukan dengan memberikan bantuan dapat berupa
dana, sandang dan pangan. Bakti sosial dapat dilakukan melalui lembaga
Darunnajah Charity maupun melalui ekstrakulikuler santri yaitu bakti sosial
Jamiyyah. Bakti sosal Jamiyyah melibatkan para siswa dalam memberikan
bantuan berupa fisik maupun ilmu kepada para santri di dalam maupun
masyarakat lingkungan sekitar Pondok Pesantren Darunnajah di cabang-cabang
yang terdapat di daerah.
b. Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi
kelas 12 selama 2 minggu pada daerah terpencil. Kegiatan yang dilakukan yaitu
dengan membantu membina perilaku masyarakat yang kurang sesuai baik dalam
bidang sosial budaya, agama, seni, dll.
66
c. Kepala sekolah aktif dalam organisasi di masyarakat yaitu dalam masjid sebagai
Khatib dan aktif dalam forum komunikasi kepala sekolah Jakarta Selatan.
d. Kegiatan hari Besar Islam, yaitu melibatkan para siswa dan masyarakat luar
untuk bersilaturahmi melalui kegiatan keagamaan yang bermanfaat. Kegiatan
perayaan hari besar Islam yang dilaksanakan secara umum untuk masyarakat
sekitar dan orang tua untuk dapat menghadiri kegiatan tersebut di dalam pondok
pesantren Darunnajah.
e. Keterlibatan kegiatan yang diadakan di masyarakat, yaitu pimpinan, guru
dan perwakilan santri menghadiri kegiatan di masyarakat seperti Sholat Tarawih
berjama‟ah di masjid terdekat, buka puasa bersama masyarakat.
4. Memiliki kepekaan sosial
Kepekaan sosial kepala sekolah merupakan keterampilan kepala sekolah dalam
memberikan sikap keperdulian, simpatik kepada masyarakat di dalam maupun di luar
sekolah. Kemampuan kepekaan sosial kepala sekolah dapat berupa pengambilan
keputusan yang tepat, mencari solusi dalam berbagai masalah, memiliki rasa empatik,
mampu mengatasi konflik internal.
Dalam memiliki nilai kepekaan sosial, kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan
memerhatikan, membina dan menjaga para masyarakat internal dari berbagai dampak
negatif diantaranya “masyarakat sekolah tidak bisa keluar lingkungan sekolah dengan
sembarangan, siswa tidak boleh membawa hp untu menghindari pengaruh negatif, bagi
setiap siswa yang melanggar akan terdapatsanksi yag akan diterima, sedangkan ada
saat hari libur yaitu hari jumat setiap siswa yang memiliki agenda keluar lingkungan
sekolah harus tetap didampingi oleh guru pembimbing sehingga tetap ada yang
mengawasi.” Wawancara dengan guru bernama Silan Susanto, M.Pd mengatakan
“kepala sekolah memantau jam mengajar, keliling kelas melihat kedatangan guru,
memberikan penilaian masuk kelas, memeriksa administrasi mengajar guru”.
Bapak Aunur Rofiq, M.M juga memaparkan “terdapat Kesejahteraan Sosial Guru
(KSG) merupakan bantuan untuk guru yang mengalami musibah dan sakit. Kepala
sekolah sering ikut menjenguk apabila tidak sedang memiliki kegiatan penting lainnya,
apabila berhalangan hadir maka kepala sekolah mengutus beberapa orang untuk
mewakili. Selain itu, guru juga memperoleh persentase dalam penerimaan gaji yaitu
sebesar 35% berupa gaji yag diterima oleh guru, 35% merupakan investasi untuk biaya
kuliah, 30% lagi merupakan operasional guru di SMA Darunnajah.”
Pemaparan dari Bapak Ilwan Halwani, S.Ag, M.Pd sebagai berikut: “Kepala
sekolah memiliki kepekaan, inisitaif dan memfasilitasi serta mengajak perwakilan
untuk menjenguk guru yang sakit atau terkena musibah. Terdapat juga beasiswa bukan
hanya pada siswa namun juga untuk guru. Selaain itu, anak guru yang bersekolah di
Darunnajah juga mendapatkan potongan biaya tapi antara setiap guru memperoleh
potongan yang berbeda sesuai dengan jumlah anak dan posisi guru di pesantren
potongan yang diperoleh sebesar 15% s/d 75%.”
67
Selain itu dalam pengambilan keputusan menurut Yuda Hasan, M.Pd kepala SMA
Darunnajah tidak melakukan secara sepihak melainkan “kepala sekolah sering
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru. Terdapat waktu khusus dalam
memberikan arahan. Terdapat materi dan mengingatkan batasan-batasan pembelajaran.
Dalam pengambilan keputusan yaitu mengakomodasi, menengahi, memberikan solusi
yang bisa diterima oleh kedua pendapat belah pihak. Kepala sekolah juga mau
menerima pendapat, serta terbuka untuk menerima kritik dan saran, selalu
bermusyawarah dalam mengambil keputusan.”
Pada kepekaan sosial yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan guru serta
beasiswa peneliti tidak memperoleh dokumen terkait ketentuan kesejahteraan yang
diberikan karena data bersifat internal untuk sekolah, namun berdasarkan observasi
peneliti melihat bahwa kepala SMA Darunnajah merupakan kepala sekolah yang
memiliki kepekaan sosial yang baik terlihat dari sikap para guru memandang baik
kepala sekoalh, serta cara bagaimana kepala sekolah bersikap kepada guru, siswa dan
termasuk kepada peniliti. Di tengah kesibukannya, kepala SMA Darunnajah senantiasa
meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan komunikasi yang baik, bahkan
membimbing, mengarahkan dan membantu peneliti dalam memenuhi dokumen-
dokumen yang diperlukan. Oleh karena itu, Dapat disimpulkan kepekaan sosial yang
dimiliki kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan sudah baik, kepekaan sosial SMA
Darunnajah Jakarta Selatan antara lain:
a. Memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan karyawan
b. Terlibat langsung dalam memberikan bantuan dan menjenguk guru ataupun
kleuarga guru yang mendapat musibah apabila kepala SMA Darunnajah sedang
tidak memiliki kegiatan kedinasan.
c. Memberikan pengawasan dan pembinaan bagi guru dan siswa supaya tetap pada
tugas dan fungsinya masing-masing.
d. Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima pendapat dari berbagai
pihak untuk mecari solusi dalam setiap masalah yang dihadapi.
68
Bagan 2
Penemuan Penelitian
Kerjasama
•kerjasama dengan Internal sekolah: yayasan, guru dan karyawan, siswa.
•kerja sama dengan eksternal sekolah: kerjasama dengan orang tua, pemerintah, lembaga luar negeri, perusahaan swasta)
Partisipasi kegiatan sosial
•Bakti sosial
•Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM)
• Aktif dalam organisasi di masyarakat
•Kegiatan hari Besar Islam
• Menghadiri kegiatan di masyarakat sekitar
Kepekaan sosial
•Memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan karyawan
•Terlibat langsung dalam memberikan bantuan
•Memberikan pengawasan dan pembinaan bagi guru dan siswa
•Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima pendapat
Kompetensi Sosial Kepala
Sekolah SMA Darunnajah
Jakarta Selatan
69
C. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah Pasal 1 disebutkan
untuk menjadi kepala sekolah harus memiliki kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang melekat pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi dan sosial.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/
Madrasah telah ditetapkan bahwa ada lima kompetensi yaitu kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan kompetensi sosial. Aspek pertama sebuah
kompetensi menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran sumbantsi materi ideal yang
seharusnya dikuasasi atau dipersyaratkan untuk dikuasai oleh seseorang dalam
menjalankan pekerjaan tertentu. Substansi materi ideal yang dimaksud yaitu kemampuan,
pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan-harapan penciri
karakter dalam menjalankan tugas. Aspek kedua kompetensi merujuk kepada gambaran
unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap, dan tindakan seseorang
dalam menjalankan pekerjaan secara mempuni. Aspek ketiga merujuk kepada kompetensi
sebagai hasil (output dan atau outcome) dari unjuk kerja berpiawaian. Kompetensi
seseorang mencirikan tindakan berlaku serta mahir dalam menjalankan suatu tugas untuk
menghasilkan tindakan kerja yang efektif dan efisien. Kompetensi kepala sekolah yang
dibahas dalam penelitian ini terdiri dari:
1. kerjasama
2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
3. Memiliki kepekaan sosial.
1. Kerjasama
Kerjasama sekolah merupakan bentuk hubungan sekolah sebagai organisasi dengan
masyarakat di dalam organsasi dan juga masyarakat luar organisasi.di dalam sekolah
terdapat struktur organisasi, mulai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan guru,
staf, komte sekolah dan tentu saja siswa. Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Terampil bekerjasama dengan orang lain
berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah
antara lain:
a. Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan kemajuan sekolah.
b. Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan orang tua
siswa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah.
c. Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah terkait dalam
rangka pengembangan sekolah.
d. Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/ kabupaten dan stakeholders
sekolah lainya bagi pengembangan sekolah.
Penting menjalin hubungan masyarakat untuk membantu menjelaskan sudut pandang
organisasi, tetapi reputasi yang rusak biasanya membutuhkan kerja yag konsisten dalam
70
jangka waktu yang lama (James, 2006, h. 2). Keragaman masyarakat sehingga hubungan
masyarakat terbagi menjadi 2 kelas besar yaitu internal dan eksternal, sebaagi berikut:
a. Publik internal adalah grup dalam organisasi seperti karyawan atau dewan direksi
b. Publik eksternal adalah kelompok di pihak organisasi kita seperti media,
pelanggan perusahaan atau badan hukum negara (Doug Newsom dan Jim Haynes,
2005, h. 7).
Pada penelitian ini, hubungan kerjasama kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan
peneliti bagi menjadi dua bagian, yaitu hubungan kerjasama pada internal sekolah dan
eksternal sekolah.
a. Kerjasama dengan pihak internal sekolah
1). Kerjasama dengan yayasan
Apabila sekolah non pemerintah seperti lembaga-lembaga atau sekolah milik
swasta maka terdapat pimpinan lain di atas kepala sekolah yaitu yayasan
sekolah. R. Subekti (2005, h 156) mendefinisikan yayasan sebagai badan hukum
yang berada dibawah pimpinan suatu badan pengurus dengan tujuan sosial dan
tujuan tertentu yang legal. Yayasan memiliki peran penting untuk kehidupan
masyarakat yaitu membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
melalui pendidikan (Sumarni, 2018, h. 221). Yayasan merupakan lembaga sosial
yang dapat menaungi lembaga pendidikan sekolah. Kepala sekolah di sekolah
swasta sebagai orang yang diberikan kepercayaan oleh yayasan untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah memiliki tanggung jawab terhadap yayasan
dalam melaporkan berbagai kegiatan yang dilakukan terkait peningkatan kualitas
pendidikan.
Kepala Sekolah SMA Darunnajah (Nurhamid; 2019) menngatakan “dengan
yayasan terkait dalam pendidikan terdapat rapat rutin mingguan dibentuk tim
yang dinamakan tim 19 yang terdiri dari para kepala sekolah, kepala biro TK
Sampai dengan perguruan tinggi. Rapat diselenggarakan di pusat pondok
pesantren di Jakarta dan membahas mengenai perkembangan seluruh pesantren
dari 17 cabang yang ada”. Rapat rutin yang dilakukan diadakan di Pondok
pesantren Darunnajah Jakarta Selatan dengan dihadiri oleh para anggota tim 19
dari berbagai cabang Darunnajah dan tingkatan dari Tk sampai dengan
Pergutuan Tinggi. Hasil dari rapat anggota tim 19 akan disampaikan kembali
oleh kepala sekolah kepada dewan guru melalui rapat mingguan.
2). Kerjasama dengan guru dan karyawan
Bekerja sama dengan pihak internal atau dalam lingkungan sekolah
merupakan bentuk kerja sama yang dilakukan antara kepala sekolah dengan
pimpinan yayasan, guru, staf/karyawan, dan siswa. Dalam mewujudkan bentuk
kemitraan hakikatnya perwujudan dari prinsip-prinsip organisasi dimana setiap
orang dalam organisasi tersebut mengakui dan tunduk terhadap organisasi.
Prinsip-prinsip tersebut yaitu: Adanya pembagian kerja (division of work).
Pembagian kerja atau penempatan karyawan, secara normatif harus
menggunakan prinsip The right man on the right place; adanya pembagian
wewenang dan tanggung jawab (authority and resonsibility); adanya kesatuan
71
perintah (unity of command) dan pengarahan (unity of direction); adanya
ketertiban (order) organisasi; adanya semangat kesatuan (semangat korp).
(Kompri, 2017, h. 243).
Tenaga kependidikan yang dimaksud di sini adalah semua orang yang
tergabung untuk bekerja sama pada suatu sekolah untuk melaksanakan tugas-
tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Personalia atau Tenaga
kependidikan di sekolah meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,
pegawai tata usah, dan pesuruh. Agar kegiatan-kegiatan di sekolah berlangsung
secara harmonis maka semua personel yang ada itu harus mempunyai
kemampuan dan kemauan, serta bekerja secara sinergi dengan melaksanakan
tugasnya masing-masing dengan sungguh-sungguh dengan penuh dedikasi.
Untuk dapat terlaksananya kegiatan-kegiatan seperti itu diperlukan suatu
pengelolaan dari kepala sekolah sebagai manajer pada satuan pendidikan. Itulah
sebabnya, kepala sekolah harus memiliki kompetensi tentang pendayagunaan
sumber daya manusaia secara optimal untuk mengelola tenaga kependidikan di
sekolah. Dengan jelas mengenai hal ini dikemukakan oleh Hari Suderadjat
(Suderadjat, 2005, h. 18) bahwa Kepala sekolah merupakan penanggung jawab
pertama dan utama dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah bersama
dengan guru-guru sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran siswa.
Kepemimpinan pendidikan kepala sekolah merupakan tumpuan keberhasilan
manajemen sekolah.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Luthifah, M.Pd (2019) mengatakan:
“Sering berinteraksi dengan kepala sekolah, beliau komunikatif, instruksi jelas,
orang yang baik. Sering bertemu dan di arahkan.” Bapak Ilwan Halwani, S.Ag,
M.Pd (2019) mengatakan “pengarahan setiap satu minggu sekali secara rutin,
rapat wali kelas dan guru. Menyampaikan evaluasi minggu lalu dan minggu akan
datang”.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan untuk kerjasama kepala
SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan guru dan karyawan berlangsung
dengan baik, yaitu kepala sekolah dalam menjalin kerjasama memiliki
komunikasi yang baik mampu memberikan rasa nyaman kepada para guru dan
karyawan. Serta dalam keberlangsungan pendidikan di SMA Darunnajah, kepala
sekolah melakukan rapat dengan para guru dan staff sebagai hasil evaluasi
pembelajaran dan merencanakan program atau kegiatan berikutnya yang akan
dilaksanakan. Rapat seluruh guru rutin dilaksanakan seminggu sekali dan
terdapat juga rapat khusus wali kelas yang dilaksanakan seminggu sekali.
3). Kerjasama dengan siswa
Siswa atau Peserta didik menurut Oemar Hamalik sebagai suatu komponen
masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia
sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang seorang
72
tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang
menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan
keinginan sendiri (UPI, 2009, h. 205). Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa
siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan
keberhasilan proses pendidikan (Hasbullah, 2010, h. 121). Tanpa adanya peserta
didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah karena
peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya
berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik (Agama, 2005, h.
47).
. Menurut Shafa Aulian (2019) mengatakan bahwa “kepala sekolah selalu ramah,
kalau bertemu belum mengucap salam ustad hamid sering mengucap salam
duluan menyapa santri. Selain itu, cara berkomunikasinya juga baik, tidak kaku”.
tidak tegang, suka bercanda jika lagi memberikan pengarahan.” Kepala sekolah
menurut Frezy Tarisha (2019) yaitu “baik, setiap disapa selalu menjawab dengan
santun dan senyum”. Thalia Aqira (2019) mengatakan “ penyampaian peraturan
baru melalui wali kelas, ada juga pembinaan dengan santri dikumpulkan pada
saat akan ujian Mid Semester dan juga melaalui saat upacara.”
Kerjasama kepala sekolah dengan siswa dilakukan dengan adanya
komunikasi dan interaksi yang baik kepala sekolah terhadap siswa, selain itu
adannya pengarahan ynag diberikan kepala sekolah dalam upacara bendera
setiap hari senin, pengarahan sebelum menjelang ujian, adanya pengawasan
setiap hari dengan keliling kelas melihat keadaan sekolah dan menyapa para
siswa dan mengawasi siswa pada saat jam belajar malam.
b. Kerjasama dengan pihak eksternal SMA Darunnajah Jakarta
1) Kerja sama dengan Orang tua
Keterlibatan orang tua dan masyarakat memiliki indikator sebagai berikut:
a) Sekolah senantiasa menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang tua,
dan berusaha melibatkan mereka dalam pelaksanaan program-program
sekolah.
b) Prosedur-prosedur perlibatan orang tua peserta didik dalam kegiatan-
kegiatan sekolah disampaikan secara jelas dan dilaksanakan secara
konsisten
c) Orang tua peserta didik memiliki kesempatan untuk mengunjungi sekolah
guna mengobservasi program pendidikan dan pembelajaran.
d) Pada pertemuan antara orang tua dengan sekolah, tingkat kehadiran orang
tua pesertad didik tinggi
e) Ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua peserta didik,
sehubungan dengan pemantauan pekerjaan rumah (PR)
f) Orang tua dan masyarakat dilibatkan dalam pembuatan keputusan-
keputusan sekolah
73
g) Para guru sering berkomunikasi dengan orang tua peserta mengenai
kemajuan peserta didik dan menunjukkan bidang-bidang keunggulan dan
kelemahannya
h) Sebagian besar orang tua peserta didik memahami dan ikut
mempromosikan program pembelajaran sekolah
Masyarakat melalui komite sekolah aktif melaksanakan peran dan fungsi
sesuai aturan (Mulyasa E., 2013, h. 77).
Orang tua atau stakeholder sekolah berperan penting bagi berlangsungnya
lembaga pendidikan. Merekalah yang menjadi tolak ukur bagi kredibilitas suatu
lembaga pendidikan. Semakin banyak masyarakat diantaranya orang tua
mempercayai sekolah maka akan memberikan nilai positif bagi sekolah tersebut
dianggap sebagai sekolah yang bermutu. SMA Darunnajah Jakarta Selatan
merupakan sekolah yang mewajibkan para siswa untuk memondok atau
bermukim di sekolah dengan waktu tertentu siswa dapat dijemput kembali ke
rumah bersama orang tua. Oleh karena itu, sekolah harus memberikan
kepercayaan kepada orang tua bahwa anak mereka mendapatkan segala
kebutuhan dan fasilitas yang memadai dalam sehari baik secara pengetahuan,
karakter dan juga kebutuhan hidup.
Seperti hasil wawancara dengan salah satu siswa bernama Thalia Aqira
(2019) dalam berkomunikasi dengan orang tua yaitu “medianya melalui telepon
di wartel menggunakan smart call dan juga melalui musrifah santri bisa melapor
ke musrifah untuk menghubungi orang tua.” Dan juga dipaparkan Frezy Tharisa
(2019) “melalui Musyrifah dan wali kelas untuk membantu berkomunikasi
dengan orang tua, dan juga dengan Darunnajah Smart System (DSS) yaitu
dengan pengabsenan setiap satu jam dan di absen oleh guru secara digital
melalui Handphone guru dan orang tua bisa melihat pada saat ambil raport.”
SMA Darunnajah Jakarta Selatan menjalin kerja sama dengan orang tua
maka pihak Pesantren Darunnajah memberikan tugas dan tanggung jawab
kepada guru pembimbing kamar dan wali kelas untuk membantu siswa apabila
ingin menghubungi orang tua atau sebaliknya orang tua berkomunikasi dengan
anak mereka melalui nomor sekolah maupun nomor Handphone wali kelas dan
juga terdapat perkembangan modern dalam menghubungi orang tua yaitu dengan
kartu Smart call yang dapat digunakan untuk menelpon orang tua melalui wartel
yang tersedia di dalam Pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan.
Wartel tersebut berfungsi sama seperti wartel pada umumnya yang
membedakan adalah penggunaan teknologi yang lebih modern yaitu dengan
menggunakan e-card sebagai alat pembayaran biaya melakukan telepon. Selain
itu dalam bekerja sama dengan orang tua terdapat juga Darunnajah Smart System
(DSS) yang digunakan oleh guru dan orang tua untuk melakukan pemantauan
tentang keberadaan anak mereka selama di sekolah. Cara fungsinya yaitu para
guru memiliki kewajiban untuk melakukan pengabsenan para siswa di kelas
selama satu jam sekali dan guru harus mengupload absen tersebut melalui
74
handphone guru masing-masing ke dalam sistem DSS dan orang tua dapat
melihat hasilnya ketika pembagian Raport sebagai hasil evaluasi. Namun, untuk
Darunnajah Smart System ini masih bersifat internal tidak bisa di akses oleh
orang tua murid secara bebas.
2) Kerja sama dengan luar negeri
Kerjasama dalam bidang pendidikan merupakan bentuk kerja sama pondok
Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan dengan lembaga pendidikan di beberapa
negara di luar negeri, termasuk SMA Darunnajah juga melakukan program
kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri. Seperti hasil
wawancara (Nurhamid, 2019) berikut ini: “kerjasama hanya dalam bidang
pendidikan, yaitu dengan pelaksanaan pertukaran pelajar, beasiswa siswa dan
guru. Sebagai contoh pada tahun ini terdapat 10 orang Afghanistan yang
diterima di SMA Darunnajah, namun saat ini hanya tinggal 1 orang yang mampu
beradaptasi dengan baik dan berada di lingkungan Darunnajah. Karena
kebanyakan dari para penerima beasiswa dari luar negeri mereka datang tidak
bisa berbahasa inggris maupun arab jadi bahasa awal yang masih mereka
gunakan adalah bahasa negaranya masing-masing.”
Kerjasama pendidikan dilakukan dengan 13 Universitas yang terdiri dari
universitas pada negara di Asia, Eropa dan Amerika. Universitas tersebut antara
lain: Yarmouk University, Utama International School Malaysia, Civilization
Exchange & Cooperation Foundation (CECF) Amerika, Kabul e Maaser
Vocational Institute (Kabul, Afghanistan), Istanbul Sahabattin Zam University
(Istanbul), Robithoh Jamimat Al Islamiyah, Universitas Islam Madinah
(Madinah), Allama Iqbal University (Pakistan), The Holy Catholic School
(Inggris), Ma‟had Syam Ali Damaskus Syiria, Bakht Alruda University of
Sudan, Universitas Sains Islam Malaysia.
Kerjasama pendidikan dapat berupa pertukaran pelajar (student exchange)
yang dilakukan antara SMA Darunnajah Jakarta Selatan yaitu dengan menerima
pelajar lain di SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan segala fasilitasnya
secara gratis dan juga mengirim pelajar SMA Darunnajah yang lulus seleksi
untuk menerima beasiswa di luar negeri. Kerjasama bidang pendidikan di luar
negeri juga untuk diperuntukkan oleh guru yang ingin melanjutkan pendidikan
ke luar negeri. Dalam pengelolaan kerja sama di antara lembaga di luar negeri
terdapat lemabaga Darunnajah yag menaunginya yaitu bernama Darunnajah
International Relation Officer (DIRO). Lembaga Diro ini yang mengatur
jalannya kerja sama pada negara di luar negeri dari kunjungan dan kedatangan
perwakilan ke luar negeri, hingga adanya beasiswa bagi murid dan guru yang
melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
3) Kerjasama dengan pemerintah
Setiap bidang lembaga di suatu negara tidak akan lepas dari adanya
kerjasama dengan pemerintah. Baik lembaga negeri maupun swasta memiliki
tanggung jawab kepada pemerintah. Pada lembaga pendidikan kerjasama dengan
75
peerintah dilakukan pada Dinas Pendidikan Nasional apabila sekolah umum
sedangkan dengan lembaga pendidikan Islam bekerjasama dengan kementrian
agama. Untuk SMA Darunnajah Jakarta Selatan menggunakan kurikulum 2013
dari Dinas Pendidikan Nasional. Kerjasama dengan pemerintah bukan hanya
dalam kurikulum namun juga berbagai kegiatan yang berkaitan peningkatan
kualitas pendidikan.
Berdasarkan data dokumentasi yang peneliti peroleh bahawa SMA
Darunnajah Jakarta Selatan menggunakan kurikulum 2013 jurusan MIA
(Matematika Ilmu Alam) yang sesuai dengan ketentuan Dinas Pendidikan
Nasional hanya saja ditambah dengan muatan lokal keagamaan. Adapun
Program MIA (Matematika, IPA, dan Alam berdasarkan kurikulum 2013 terdiri
dari mata pelajaran (umum, dasar keahlian, keahlian kelompok ilmu alam,
keahlian kelompok ilmu sosial), keahlian kelompok keagamaan (Muatan lokal),
Pengembangan Diri. Adapun Mata pelajaran yang digunakan sama dengan
kurikulum 2013 yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan, sedangkan
perbedaannya dengan SMA lainnya yaitu pada muatann lokal yang terdiri dari
tarbiyah (kependidikan), Bahasa Arab, serta pengembangan diri yang berisi
kegiatan pramuka, Muhadoroh (keterampilan pidato), dan kesenian (seni suara &
seni grafiti). Total jam belajar yaitu 59 jam. Selain dalam penggunaan
kurikulum, SMA Darunnajah Jakarta Selatan juga melakukan kegiatan-kegaitan
yang diadakan dan diarahkan oleh pemerintah. Dengan pemerintah bukan hanya
pada bidang pendidikan saja namun pesantren Darunnajah memiliki perkebunan
kelapa sawit, peternakan dan yang pastinya wirausaha tersebut melibatkan
pemerintah daerah setempat dalam perizinan dan pengelolaan secara tepat.
4) Kerjasama dengan perusahaan swasta
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang harus menjalin kerjasama
dengan berbagai pihak untuk peningkatan kualitas pendidikan. Bekerjasama
dengan perusahaan swasta merupakan salah satu bentuk kerjasama yang
dilakukan untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan maupun pelayanan.
Bekerjasama dengan pihak lain dapat menjadi suatu keuntungan bahkan
kerugian bagi sekolah tergantung bagaimana kepala sekolah menjalin kerjasama
dengan pihak-pihak tertentu. Dalam buku Menentukan mitra usaha (Jackie
Ambadar, Miranty Abidin, Yanty Isa, 2005, h.25) memberikan dua hal mendasar
yang harus diperhatikan sebagai pedoman dalam memilih rekan bisnis yang baik
bagi usaha:
c. Pilih rekan bisnis yang tepat (kenali calon rekan bisnis anda, lakukan
pendekatan, analisa karakter rekan bisnis anda)
d. Bentuk tim bisnis yang tangguh (pilih yang jujur, pekerja keras).
Berdasarkan wawancara dengan Nurhamid, M.Pd (2019) bahwa
“…..Sedangkan untuk kerjasama dengan pihak lain yaitu bekerja sama dengan
alfamart…..”. Menurut Nur Azizah (2019) bahwa “ Sedangkan kerjasama
dengan badan swasta di antaranya terdapat alfamart, Bank Muamalat, Bank
Permata, dan pesantren Gontor(Kurikulum). SMA Darunnajah Jakarta Selatan,
76
lebih kepada pemanfaatan usaha mandiri namun tetap terdapat kerjasama dengan
perusahaan lain. Kerjasama yang dilakukan dengan perusahaan swasta ini
bertujuan untuk memfasilitasi para siwa di pondok pesantren Darunnajah yaitu
adanya Alfamart yang menyediakan keperluan yang tidak terdapat pada koperasi
Darunnajah Jakarta Selatan, terdapat kerja sama dengan beberapa bank sebagai
alat transaksi pembayaran antara orang tua dengan pihak Darunnajah. Kerja
sama yang dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama dengan Mou yang telah
disepakati.
Kerjasama kepala sekolah merupakan kerjasama yang dilakukan dengan pihak-pihak
di dalam maupun luar lingkungan sekolah. Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan
telah melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak, kerjasama berguna untuk
menciptakan suasana yang kondusif untuk menjalankan berbagai kegiatan sekolah
dengan baik sesuai tujuan yang akan dicapai. Kerjasama akan selalau ada di dalam
berorganisasi karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu
dengan yang lainnya. Kepala sekolah sebagai pemimpin merupakan penggerak para
bawahannya dalam melakukan tindakan atau pekerjaan dalam pencapaian tujuan.
Penting untuk kepala sekolah menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak
untuk memudahkan kepaa sekolah melakukan koordinasi dalam setiap kegiatan di
sekolah.
Kerjasama kepala sekolah dengan orang lain tidak hanya dengan para guru, staf,
orang tua siswa, melainkan termasuk atasan, kepala sekolah lain serta pihak- pihak yang
perlu berhubungan dan bekerjasama. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperilaku
sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah. Dalam kegiatan bekerjasama dengan
pihak lain tentu kepala sekolah harus memperhatikan komunikasi yang terjadi antara
pihak sekolah dan pihak lain yang menjalin hubungan dengan sekolah. Sehingga
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing warga sekolah dapat diketahui.
Dengan cara ini, maka keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat diupayakan untuk
mencapai tujuan dari sasaran sekolah yang telah di patok. Selain itu, komunikasi yang
baik juga akan membentuk teamwork yang kuat, kompak dan cerdas, sehingga berbagai
kegiatan sekolah dapat dilakukan secara merata oleh warga sekolah. Komunikasi yang
dilakukan kepala sekolah bukan hanya pada komunikasi formal seperti pada rapat
maupun pembianaan siswa, namun juga komunikasi yang bersifat informal seperti saling
bertegur sapa dan bersendagurau namun tetap pada batasan yang sesuai.
Dalam melaksanakan kerjasama sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007, Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan telah melakukan semua indikator
dalam peraturan tersebut, baik indicator dalam kerjasama dengan para guru, karyawan,
siswa dan orang tua bahkan SMA Darunnajah mampu menjalin kerjasama dnegan
stakeholders bukan hanya pada dalm negeri saja, malainkan mampu melebarkan sayap
hingga ke panca Internasional. SMA Darunnajah telah melakukan kerjasama dengan
lembaga-lemabga pendidikan luar negeri dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Kerjasama yang dilakukan berupa kerjasama dalam beasiswa, pertukaran pelajaran dan
perlombaan. Dengan berkembang luasnya pendidikan hingga ke mancanegara
memberikan pengetahuan, keterampilan, pengalaman serta motivasi tersendiri bagi para
77
guru dan siswa untuk terus meningkatkan kemampuan. Kunjungan ke lembaga
pendidikan ke luar negeri menjadikan adanya pertukaran illmu, dan budaya yang positif
yang sebelumya tidak diperoleh menjadi pengalaman baru sehingga mampu diterapkan
di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk terus lebih meningkat dan
menghasilkan anak didik yang cerdas, terampil dan senantiasa memiliki ilmu agama
yang baik.
2. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
Seorang kepala sekolah dituntut tidak hanya berpartisipasi dalam kegiatan kantor,
melainkan juga ikut terlibat aktif dalam aneka kegiatan di luar jam dan urusan kantor. Ini
tujannya agar kepala sekolah dapat membangun keakraban dengan lingkungan
sekitarnya. Seperti menurut (Pateman, 2000, h. 68) Partisipasi merupakan sesuatu dalam
sesuatu dimana terdapat interaksi individu tertentu yang hadir dalam kegiatan kelompok.
Selain itu partisipasi diartikan sebagai keterlibatan seseorang dalam kegiatan bersama
yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembangunan terutama dalam pengelolaan
lingkungan hidup (Tangkilisan, 2007, h. 321). Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa partisipasi kepala sekolah dalam kegiatan sosial merupakan keterlibatan kepala
sekolah dalam kelompok tertentu. Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan, antara lain:
a. Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah.
b. Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan.
c. Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga atau
kegaitan masyarakat lainnya.
d. Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah.
Adapun peranan hubungan sekolah dengan masyarakat menurut Kompri (2017, h.
257) sebagai berikut: Sekolah sebagai partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi
pendidikan, sekolah sebagai prosedur yang melayani kesan pesan pendidikan dari
masyarakat lingkungannya, masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai
sekolah, masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap
membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat, masyarakat yang ikut
menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan,
panggung-panggung kesenian dan sebagainya, masyarakat yang menyediakan berbagai
sumber untuk sekolah, masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat
belajar seperti aspek alami, industri, perumahan, transportasi, perkebunana,
pertambangan, dan sebagainya.
Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan bahwa dalam kegiatan kemasyarakatan
kepala sekolah SMA Darunnajah sering melibatkan siswa dan guru dalam berpartisipasi
aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan sosial yang dilakukan SMA
Darunnajah Jakarta Selatan diantaranya:
a. Bakti sosial, bakti sosial dilakukan dengan memberikan bantuan dapat berupa
dana, sandang dan pangan. Bakti sosial dapat dilakukan melalui lembaga
Darunnajah Charity maupun melalui ekstrakulikuler santri yaitu bakti sosial
Jamiyyah. Bakti sosal Jamiyyah melibatkan para siswa dalam memberikan
78
bantuan berupa fisik maupun ilmu kepada para santri di dalam maupun
masyarakat lingkungan sekitar Pondok Pesantren Darunnajah di cabang-cabang
yang terdapat di daerah (Nurhamid, 2019; Zafira, 2019; Auliya,2019; Aqira,
2019).
b. Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi
kelas 12 selama 2 minggu pada daerah terpencil. Kegiatan yang dilakukan yaitu
dengan membantu membina perilaku masyarakat yang kurang sesuai baik dalam
bidang sosial budaya, agama, seni, dll (Nurhamid, 2019; Hasan, 2019).
c. Kepala sekolah aktif dalam organisasi di masyarakat yaitu dalam masjid sebagai
Khatib dan aktif dalam forum komunikasi kepala sekolah Jakarta Selatan
(Nurhamid, 2019).
d. Kegiatan hari Besar Islam, yaitu melibatkan para siswa dan masyarakat luar
untuk bersilaturahmi melalui kegiatan keagamaan yang bermanfaat. Kegiatan
perayaan hari besar Islam yang dilaksanakan secara umum untuk masyarakat
sekitar dan orang tua untuk dapat menghadiri kegiatan tersebut di dalam pondok
pesantren Darunnajah (Khaeruddin, 2019; Qomarudin, 2019).
e. Keterlibatan kegiatan yang diadakan di masyarakat, yaitu pimpinan, guru dan
perwakilan santri menghadiri kegiatan di masyarakat seperti Sholat Tarawih
berjama;ah di masjid terdekat, buka puasa bersama masyarakat (Khaeruddin,
2019; Qomarudin, 2019).
Dalam melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan merupakan bentuk kepeduliaan
sesama manusia sebagai makhluk sosial, karena pada dasarnya manusia akan
memerlukan dan berinteraksi dengan oang lain. Kegiatan sosial kemasyarakatan mampu
memberikan setiap orang pengalaman dan pembentukan karakter yang baik. Berdasarkan
indikator kegiatan sosial kemasyarakat telah dilakukan dengan baik. Bahkan SMA
Darunnajah termasuk skeolah yang sangat peduli dengan masyarakat sering memberikan
bantuan baik berupa materil maupun nonmateril. Dalam dunia pendidikan, kegiatan
sosial kemasyarakatan dibuat bukan hanya sebagai pemenuhan kewajiban namun lebih
kepada pembentukan sikap kepedulian, kedewasaan, dan kreativitas dalam
bermasyarakat. Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan bersedia terlibat dalam kegiatan
sosial di masyarakat, meskipun tidak terlalu sering dalam terlibat untuk kegiatan di
masyarakat luar sekolah namun tetap mensupport kegiatan tersebut dengan mengutus
para siswa untuk terlibat. Kegiatan yang dilakukan biasanya yaitu kerja bakti, bakti
sosia, pengabdian masyarakat, dan perayaan hasi besar Islam. Kegiatan sosial
kemasyarakatan membentuk karakter dan mental yang kuat untuk para siswa
menghadapi kehidupan di masyarakat ketika mereka menyelesaikan pendidikan di
sekolah. Sehingga setelah menyelesaikan pendidikan disekolah bukan hanya semerta-
merta hanya untuk mendapat pekerjaan yang baik namun juga memiliki nilai lebih yaitu
bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu,penting untuk setiap skeolah
memperhatikan kompetensi sosial sehingga pendidikan juga dapat bermanfaat bagi orang
banyak dan dapat menjadi manusia yang bermanfaat saling membantu sesama.
3. Memiliki kepekaan sosial
Kepala sekolah yang juga sebagai makhluk sosial juga harus memiliki kepekaan
sosial terhadap orang lain artinya kepala sekolah berperan sebagai problem finder
79
dilingkungan sekolahan, kreatif dan mampu menawarkan solusi, melibatkan tokoh
agama, masyarakat dan pemerintahan, bersikap obyektif/tidak memihak dalam
menyelesaikan konflik internal, mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang
lain dan mampu bersikap empati kepada orang lain (Wahyudi, 2009, h. 39). Menurut
(Sutiyo, 2013, h. 5), “Kepekaan Sosial adalah sikap yang mudah bereaksi terhadap
problem sosial yang menimpa diri sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakat”. Dari
defenisi tersebut, jelas bahwa kepala sekolah yang memiliki kepekaan sosial haruslah
tanggap terhadap masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri dan orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya. Untuk peka terhadap masalah orang lain kepala sekolah
harus menanamkan sikap empati dalam dirinya.
Terdapat tujuh cara yang sebaiknya dilakukan kepala sekolah agar mampu
menumbuhkan kepekaan sosial dalam diri sehingga menjadi pribadi yang ramah untuk
diajak bergaul oleh siapapun (Wijayanto, 2014) Menyadari bahwa manusia tidak bisa
hidup sendiri, bergaul dengan sebanyak-banyaknya orang. Perjumpaan dengan banyak
orang akan membuat semakin mudah mengetahui perbedaan karakter dari tiap-tiap
pribadi, memperhatikan dan memperbaiki cara berbicara, Terlibat dalam kegiatan sosial,
mengembangkan empati, berperilaku prososial, melihat dan bertindak.
Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah, memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain, antara
lain:
a. Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai problem
finder).
b. Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver).
c. Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, dan pemerintah dalam memecahkan
masalah kelembagaan.
d. Mampu bersikap objektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik internal
sekolah.
e. Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain.
f. Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian, Kepekaan sosial yang dimiliki kepala SMA
Darunnajah Jakarta Selatan sudah baik, kepekaan sosial SMA Darunnajah Jakarta
Selatan antara lain:
a. Memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan karyawan. Seperti anak guru
yang bersekolah di Darunnajah mendapatkan potongan biaya, antara setiap guru
memperoleh potongan yang berbeda sesuai dengan jumlah anak dan posisi guru
di pesantren. Potongan yang diperoleh sebesar 15% s/d 75%, guru juga
memperoleh persentase dalam penerimaan gaji yaitu sebesar 35% berupa gaji
yang diterima oleh guru, 35% merupakan investasi untuk biaya kuliah, 30% lagi
merupakan operasional guru di SMA Darunnajah (Rofiq, 2019; Hilwani, 2019;
Susanto, 2019) .
b. Terlibat langsung dalam memberikan bantuan dan menjenguk guru ataupun
kleuarga guru yang mendapat musibah apabila kepala SMA Darunnajah sedang
tidak memiliki kegiatan kedinasan (Rofiq, 2019; Luthifah, 2019;)
80
c. Memberikan pengawasan dan pembinaan bagi guru dan siswa supaya tetap pada
tugas dan fungsinya masing-masing. Pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan diantaranya kegiatan supervisi guru dengan keliling kelas dan
memeriksa kelengkapan administrasi mengajar, kegiatan rapat, kumpul MGMP
Internal Darunnajah, evaluasi program (Rofiq, 2019; Lutifah, 2019; Susanto,
2019; Hasan, 2019)
d. Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima pendapat dari berbagai
pihak untuk mecari solusi dalam setiap masalah yang dihadapi (Halwani, 2019;
Rofiq, 2019; Hasan, 2019;).
Kepekaan sosial merupakan sikap manusia sebagai makhluk sosial untuk memiliki
keperdulian terhadap sesama manusia. kepekaan sosial dapat dilatih yaitu dimulai dari
peka terhadap diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan
mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain yang
ditunjukkan dengan cara besikap dan bertindak yang tepat terhadap orang lain yang ada
disekitarnya. Sebagai kepala sekolah sangat perlu memiliki kepekaan sosial karena
selain sebagai sikap kemanusiaan, kepekaan sosial mampu menjadikan hubungan antara
kepala sekolah dengan para guru, siswa, dan smua stakholders sekolah menjadi lebih
baik. Kepala sekolah yang memiliki kepekaan sosial baik juga dapat menjadi kepala
sekolah yang disenangi masyarakat serta mampu mencari dan mengambil keputusan
yang baik terhadap segala konflik atau permsalahan yang terjadi karena kepala sekolah
yang memiliki kepekaan sosial tinggi akan mampu membaca situasi dan karakter
masyarakat sehingga dapat mengambil keputusan sesuai kebutuhan banyak masyarakat.
81
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Kompetensi sosial kepala sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah dalam
menjalin hubungan dengan masyarakat baik masyarakat di dalam maupun di luar sekolah.
Adapun kompetensi sosial kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan dapat dinyatakan baik
karena mampu menjalankan berbagai indikator dari kompetensi sosial. Adapun kesimpulan
kompetensi sosial kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan, sebagai berikut:
1. Kerjasama, hubungan kerjasama kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan peneliti
bagi menjadi dua bagian, yaitu hubungan kerjasama pada internal sekolah dan
eksternal sekolah. Hubungan internal yaitu hubungan dengan yayasan, guru dan
karyawan, siswa. Hubungan kerjasama internal dilakukan dengan komunikasi yang
baik oleh kepala sekolah, kegiatan-kegiatan rapat, dan pembinaan siswa.
Sedangkan kerjasama eksternal dilakukan dengan orang tua, pemerintah, lembaga
luar negeri, dan perusahaan swasta.
2. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kepala sekolah SMA Darunnajah
sering melibatkan siswa dan guru bahkan kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan
bersedia terlibat langsung dalam berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan. Kegiatan sosial yang dilakukan SMA Darunnajah Jakarta Selatan
diantaranya:
a. Bakti sosial
b. Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi
kelas 12 selama 2 minggu pada daerah terpencil.
c. Kepala sekolah aktif dalam organisasi di masyarakat yaitu dalam masjid
sebagai Khatib dan aktif dalam forum komunikasi kepala sekolah Jakarta
Selatan.
d. Kegiatan hari Besar Islam
e. Keterlibatan kegiatan yang diadakan di masyarakat
3. Kepekaan sosial, kepekaan sosial yang dimiliki kepala SMA Darunnajah Jakarta
Selatan sudah baik, kepekaan sosial SMA Darunnajah Jakarta Selatan antara lain:
a. Memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan karyawan
b. Terlibat langsung dalam memberikan bantuan dan menjenguk guru ataupun
keluarga guru yang mendapat musibah apabila kepala SMA Darunnajah
sedang tidak memiliki kegiatan kedinasan.
c. Memberikan pengawasan dan pembinaan bagi guru dan siswa supaya tetap
pada tugas dan fungsinya masing-masing.
d. Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima pendapat dari berbagai
pihak untuk mencari solusi dalam setiap masalah yang dihadapi.
82
B. Saran Terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan sekolah dalam kompetensi
sosial kepala sekolah, yaitu:
1. Bagi SMA Darunnajah Jakarta Selatan
Dalam menjalin kerjasama sekolah terkait dengan kerjasama perusahaan swasta,
sebaiknya lebih diperluas lagi sehingga tidak hanya pada kerjasama dalam pemenuhan
kebutuhan dan pelayanan namun sekolah memiliki kerjasama dengan perusahaan lain
dalam merekrut karyawan dari alumni SMA Darunnajah sehingga para alumni yang
telah lulus sekolah apabia tidak melanjutkan kejenjang perguruan tinggi atau
melanjutkan kuliah sambil bekerja telah memiliki referensi dalam memilih perusahaan.
Pada kegiatan kemasyarakatan terdapat penemuan bahwa dalam kegiatan bakti sosial
di masyarakat tidak semua siswa merasakan keterlibatannya karena kegiatan bakti
sosial masuk kepada estrakurikuler dan kegiatan rutin OSDN (Organisasi Santri
Darunnajah) sehingga siswa yang tidak mengikuti organisasi dan ekstrakurikuler
tersebut kurang mendapat pengalaman dalam melakukan bakti sosial.
2. Bagi peneliti lainnya
SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan sekolah dengan pelayanan dan
kualitas yang baik. Sehingga banyak tema yang dapat diteliti guna mendapatkan
informasi untuk role model bagi lembaga pendidikan lainnya. Saran untuk peneliti
lainnya apabila mendalami tentang kompetensi sosial, maka lakukan penelitian lebih
lanjut mengenai kerjasama dengan lembaga pendidikan di luar negeri. Selain
kompetensi sosial, dapat juga melakukan penelitian mengenai badan usaha mandiri
yang dimiliki oleh Pondok Pesantren. Badan usaha mandiri Pondok Pesantren
Darunnajah dimanfaatkan untuk subsidi berbagai kegiatan pembelajaran. Kegiatan
tersebut menurut peneliti sangat menarik karena melihat sedikit sekali kemampuan
lembaga pendidikan dalam berwirausaha.
83
Daftar Pustaka
Aan Komariah dan Cepi Triatna. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.
Bandung: Bumi Aksara.
Adair, J. (2007). Cara Menumbuhkan Pemimpin. Jakarta: Gramedia.
Aedi, N. (2014). Pengawasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Agama, D. (2005). Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. T.tp: Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Amos Neolaka, Grace Amialia A. Neolaka. (2017). Landasan Pendidikan. Depok:
Kencana.
Amtu. (2013). Manajemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah. Bandung: alfabeta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bugma. (2019, Februari 11). 5 soiswa SMP dan orang tua keroyok staf honorer sekolah
hingga luka parah. Retrieved September 12, 2019, from Sindonews.com:
https://daerah.sindonews.com
Camarota, A. G. (2004). Finding The Leader in You. United State of America: ASQ Press.
Chaturvedi, R. (2013). Managing Organizations. India: Vikas.
Covey, S. M. (2008). The Speed of Trust: The One Thing that Changes Everything. New
York: Free Press.
Daniel Goleman, Richard Boyatzis, Annie McKee. (2002). Primal Leadership
Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Darma, A. (2007). Manajemen Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Daryanto. (2011). Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava
Media.
Daryanto, H. (2006). Administerasi Pendidika. Jakarta: Rineka Cipta.
Delaney, G. J. (2017). Educatioin Policy. Canada: Brush.
Djaffri, N. (2016). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta: Deepublish.
84
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad. (2014). Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.
Doug Newsom dan Jim Haynes. (2005). Public Relations Writing: Forn and tyle. USA:
Thomson Higher Education.
Efendy, R. (2018). Leader as a Coach. Jakarta: Gramedia.
Elfindri, d. (2012). Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk Pendidik
dan Profesional. Jakarta: Baduose Media Jakarta.
Elytasari, S. (2016). Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan untuk Meningkatkan
Kepercayaan (Trust) Stakeholders di TK Amal Insan Depok Yogyakarta.
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, http://digilib.uin-suka.ac.id.
F.J. Monks dan Knoers, A.M.P . (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Cet. VIII.
Hakim, L. (2019, Juli 05). Keterlaluan! Kepala Sekolah Ini Cabuli 6 Murid Laki-lakinya.
Retrieved September 12, 2019, from Sindonews.com: https://jatim.sindonews.com
Handoko, T. H. (2009). Manajemen . Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hasbullah. (2010). Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Isjoni. (2007). Saatnya Pendidikan kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jackie Ambadar, Miranty Abidin, Yanty Isa. (2005). Menentukan Mitra Usaha. Jakarta:
Yayasan Bina Karya Mandiri.
James, M. (2006). Public Relations. australia: Australia Wide.
Kompri. (2017). Standardisasi kompetensi Kepala Sekolah. Jakarta: Kencana.
Makawimbang, J. H. (2012). Kepemimpinan Pendidikan Bermutu. Bandung: Alfabeta.
Mappiare, A. (2001). Psikologi Orang Dewasa: Bagi Penyesuaian dan Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Matondang, M. (2008). Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Manajemen Stratejik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Montgomery, L. (2012). What is a Leader? Audioink.
Mu‟in, F. (2011 ). Pendidikan Karakter Konstruksi Teoretik & Praktik . Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Muaddab, H. (2015). Menfollow Sang Presiden. Jawa Timur: Elhaf Publishing.
Muhaimin, Suti'ah, Sugeng Listyo P. (2012). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.
85
Mulyana, D. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Mulyasa, E. (2011). Menjadi Kepala Sekolah profesional. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya. cet ke-11.
Mulyasa, E. (2013). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyono. (2008). Manajemen Administrasi & Organisasi pendidikan. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Munis, A. A. (tt). Orientasi Pendidikan dalam Perspektif Islam. Retrieved Maret 07, 2019,
from Academia: http://www.academia.edu
Murdiyatmoko, J. (2007). Sosiologi : Memahami dan mengkaji Masyarakat. Bandung :
Grafindo Media Pratama.
Musfah, J. (2017). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Musfah, J. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Musfah, J. (2018). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Nugroho, H.A.R. Tilaar dan Riant. (2009). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Nurhadi, M. (2014). Pendidikan Kedewasaan dalam perspektif Psikologi Islam.
Yogyakarta: Deepublis.
Nurhasanah. (2014). Hubungan Manajemen Maasyarakat dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Di Sekolah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Kepanjen Kabupaten
Malang. Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, http://etheses.uin-
malang.ac.id.
Pananrangi, A. R. ( 2017). Manajemen Pendidikan. Makasar: Celebes Media Perkasa.
Pateman, C. (2000). Participation and Democratic Theory. united kingdom: University
Cambridge.
PERMENDIKNAS Nomor 13 tahun 2007. (n.d.). Retrieved November 20, 2018, from
https://jdih.kemdikbud.go.id
Pidarta, M. (2004). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
86
Rachmawati, I. (2017, Juli 16). Ada Diskriminasi Terhadap Siswi Non Muslim di
Banyuwangi, Bupati Anas Marah. Retrieved September 10, 2019, from
Kompas.com: https://regional.kompas.com
Rahmadani, D. (2015). Persepsi Guru Terhadap Kompetensi Sosial Kepala Sekolah
Menengah Kejuruan (Smk) Negeri Di Kota Pariaman. jurnal administrasi
pendidikan, 953-1265. www.ejournal.unp.ac.id.
Rukmana. (2016). Strategi Membangun Brand Image dalam meningkatkan Daya Saing
Lembaga Pendidikan. Pascasarjana. UIN Malik Ibrahim Malang.,
http://etheses.uin-malang.ac.id.
Ruslan, R. (2003). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Ruth Chambers, Kay Mohanna, Peter Spurgeon. (2007). How To Succed As a Leader. New
York: Radcliffe Publishing.
Siagian, S. P. (2015). Manajemen Sumber Daya Maanusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Somad Rismi dan Donni Juni Priansa. (2014). Manajemen Supervisi dan kepemimpinan
Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.
Styani, E. (2018). Manajemen Kerjasama Sekolah Dengan Dunia Usaha Dan Dunia
Industri Dalam Meningkatkan Kompetensi Siswa (Studi Multikasus di SMKN 1
Rejotangan dan SMK Islam 1 Blitar). http://repo.iain-tulungagung.ac.id.
Subekti, R. (2005). Kamus Hukum. Bandung: Pradya Paramita.
Suderadjat, H. (2005). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bandung: Cipta
Cekasa Grafika.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sumarni. (2018). Peran dan Fugsi Yayasan dalam Pengelolaan Pendidikan Madrasah.
Edukasi: jurnal penelitian pendidikan agama dan keagamaan, 218-231.
Supriyanto. (2018). Interaksi Sosial Antara Kepala Sekolah Dan Guru Di Smk
Muhammadiyah 2 Ngawi Tahun Pelajaran 2017/2018. Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam Pascasarjana, http://eprints.iain-surakarta.ac.id/3217/.
Sutiyo. (2013). Kemampuan Berpikir dan Kepekaan Sosial Siswa SMP Negeri Eks RSBI
dan SSN di Kabupaten Ngawi. jurnal Unesa.
Sutoyo, A. (2000). Kiat Sukses Prof. Hembing. Jakarta: Prestasi.
Syafaruddin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syaodih, N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
87
Tangkilisan, H. N. (2007). Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. (n.d.). Retrieved November
21, 2018, from https://jdih.kemenkeu.go.id
UPI, T. D. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Vivid dan Rohlen. (2007). . Pengaruh Iklim Organisasi dan Kedewasaan Terhadap Kinerja
Karyawan pada PT Graha Turki Arsitektika Jakarta. Business dan Management
journal Bunda Mulia, 53.
Wahjosumidjo. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafido Persada.
Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajaran.
Pontianak: Alfabeta.
Zuriah, N. (2009). Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Zwell, M. (2000). Creating a Culture of Competence. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Wawancara:
Aisyah. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Aliya Zafira. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Aunur Rofiq. Guru. Ruang guru. Kamis, 29 Agustus 2019.
Frezy Tarisha. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Ilwan Halwani. Guru. Ruang guru. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Khaeruddin. Masyarakat. Halaman rumah. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Luthifah. Guru. Ruang guru. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Nurazizah. Sekretaris Darunnajah. Baitul Waqif. Kamis, 29 Agustus 2019.
Nurhamid. Kepala Sekolah. Ruang kepala sekolah. Kamis 29 Agustus 2019.
Qomaruddin. Masyarakat. Halaman rumah. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Shafa Aauliya. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Silan Susanto. Guru. Ruang guru. Kamis, 29 Agustus 2019.
Thalia Aqira. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Yuda Hasan. Guru. Ruang guru. Sabtu, 31 Agustus 2019.
Lampiran 1
Hasil Wawancara kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan
Nama :Nurhamid,M.Pd
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019
1. Sebagai kepala sekolah, kompetensi sosial merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh kepala sekolah. Menurut anda kompetensi sosial seperti apa yang
harus dimiliki oleh kepala sekolah?
Jawaban : Kompetesi sosial berhubungan dengan guru dan lingkungan sekolah. Jiwa
sosial harus dibina dengan semua stakeholder harus mampu merangkul dan
berkomunikasi bukan hanya dengan guru, dan siswa tetapi juga dengan masyarakat.
Serta mampu berkomunikasi dengan kepala sekolah lainnya untuk keberlangsungan
pendidikan.
2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan antara SMA Darunnajah dengan
masyarakat?
Jawaban : Kegiatan sosial dengan masyarakat, kami memiliki kegiatan santunan
anak yatim bantuan untuk bencana, zakat, majelis taklim, serta sholat berjama‟ah
setiap hari jumat dan hari besar Islam. Untuk kegiatan sosial bantuan korban
bencana, kami memiliki lembaga khusus yaitu Biro kemasyarakatan yang mengatur
segala bentuk bantuan yang diperlukan untuk membantu korban bencana serta
mengawal jalannya kegiatan bantuan korban yang melibatkan siswa-siswi SMA dan
MA Darunnajah. Setiap masyarakat yang mengalami bencana yang berskala kecil
yang tidak diketahui beritanya oleh biro kemasyarakatan, maka masyarakat bisa
memberitahukan dan datang ke biro kemasyarakatn untuk meminta bantuan. Kami
juga memiliki ambulan yang dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang
memerlukan.
Untuk masyarakat sekitar, kami juga melakukan majelis taklim setiap hari senin
ba‟da dzuhur sehingga masyarakat secara rutin dapat berinteraksi dengan warga
sekolah melalui nilai yang positif. Selain itu, kegiatan sosial bukan hanya untuk
masyarakat sekitar, namun juga kita melakukan pengandian masyarakat atau disebut
dengan Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi
kelas 12 selama 2 minggu pada daerah terpencil. Kegiatan yang dilakukan yaitu
dengan membantu membina perilaku masyarakat yang kurang sesuai baik dalam
bidang sosial budaya, agama, seni, dll. Kegitan PPM ini mendapat respon sangat
positif karena selain membantu masyarakat pada daerah terpencil juga dapat melatih
interaksi siswa, kepercayaan diri, kedewasaan serta keingin tahuan siswa pada
lingkungan masyarakat.
3. Apakah Darunnajah Charity melibatkan santri SMA dalam kegiatan bakti sosial?
Jawaban : Ya, Darunnajah charity melibatkan santri SMA dalam membantu
menyalurkan bantuan kepada masyarakat. Melalui charity maka actionnya adalah
siswa yang menjaga posko bencana terutama yang dilibatkan adalah santri tingkat
SMA dan MA.
4. Kerja sama apa saja yang dijalin antara SMA Darunnajah dengan lembaga-lembaga
lain?
Jawaban : untuk kerja sama bukan hanya dari SMA Darunnajah namun secara
keseluruhan pesantren Darunnajah. Darunnajah lebih kepada badan usaha mandiri
yaitu Darunnajah memiliki koperasi yang lengkap bukan hanya makanan minuman
namun segala aksesoris keperluan siswa, perkebunan kelapa siswa yang bekerja
sama dengan kementerian pertanian, dan memiliki peternakan. Sedangkan untuk
kerjasama dengan pihak lain yaitu bekerja sama dengan alfamart dan bekerjasama
dengan 12 negara lainnya di antaranya Afghanistan, Taiwan, Thailand, Inggris,
Timor Leste, Australi, Guru, Turki, Mesir, dll.
5. Bentuk kerjasama apa saja yang dilakukan dengan 12 negara?
Jawaban : kerjasama hanya dalam bidang pendidikan, yaitu dengan pelaksanaan
pertukaran pelajar, beasiswa siswa dan guru. Sebagai contoh pada tahun ini terdapat
10 orang Afghanistan yang diterima di SMA Darunnajah, namun saat ini hanya
tinggal 1 orang yang mampu beradaptasi dengan baik dan berada di lingkungan
Darunnajah. Karena kebanyakan dari para penerima beasiswa dari luar negeri
mereka datang tidak bisa berbahasa inggris maupun arab jadi bahasa awal yang
masih mereka gunakan adalah bahasa negaranya masing-masing.
6. Bagaimana cara anda mengendalikan siswa dan guru pada lingkungan internal agar
tidak terengaruh dengan lingkungan luar?
Jawaban : masyarakat sekolah tidak bisa keluar lingkungan sekolah dengan
sembarangan, siswa tidak boleh membawa hp untu menghindari pengaruh negatif,
bagi setiap siswa yang melanggar akan terdapatsanksi yag akan diterima, sedangkan
ada saat hari libur yaitu hari jumat setiap siswa yang memiliki agenda keluar
lingkungan sekolah harus tetap didampingi oleh guru pembimbing sehingga tetap
ada yang mengawasi.
7. Kerjasama seperti apa yang dilakukan SMA Darunnajah dengan yayasan ?
Jawaban : dengan yayasan terkait dalam pendidikan terdapat rapat rutin mingguan
dibentuk tim yang dinamakan tim 19 yang terdiri dari para kepala sekolah, kepala
biro TK Sampai dengan perguruan tinggi. Rapat diselenggarakan di pusat pondok
pesantren di Jakarta dan membahas mengenai perkembangan seluruh pesantren dari
17 cabang yang ada.
8. Dalam keterlibatan dalam orgnisasi di masyarakat, organisasi apa saja yang bapak
terlibat di dalamnya?
Jawaban : saya termasuk dalam Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS) Jakarta
Selatan 1 dan Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS) Rayon 11 yang terdiri
dari sekolah negeri dan swasta. Kegiatan dilakukan satu bulan sekali biasanya
dengan mengadakan seminar. Selain itu juga menjadi Khatib rutin di pesantren
Darunnajah.
Hasil Wawancara bagian Kesekratariatan Darunnajah Jakarta Selatan
Nama : Nur Azizah
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019
1. Apakah ada kerja sama yang dilakukan SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan
pihak luar?
Jawaban: ada, mengenai kerja sama tidak hanya antara SMA Darunnajah tapi untuk
pondok pesantren Darunnajah ini termasuk di dalamnya melibatkan para santri dari
SMA Darunnajah.
2. Terkait kerja sama yang dijain, apa saja bentuk kerja sama yang dilakukan?
Jawaban: Pondok Pesantren Darunnajah memiliki badan usaha mandiri diantaranya
Tour & travel Darunnajah, Peternakan, Perkebunan kelapa sawit, koperasi yang
menjual segala aksesoris kebutuhan santri. Sedangkan kerjasama dengan badan
swasta di antaranya terdapat alfamart, Bank Muamalat, Bank Permata, dan pesantren
Gontor(Kurikulum).
3. Apakah ada kerja sama yang dilakukan terhadap lembaga di luar negeri?
Jawaban: iya ada di sekitar 12 negara, dari negara asia yang terdekat yaitu Malaysia
hingga ada ke negara eropa.
4. Apakah kerja sama yang dilakukan dengan pihak luar negeri memiliki Mou?
Jawaban: ya dengan lembaga pendidikan di luar negeri, kami memiliki perjanjian
yang dimuat dalam Mou sebagai bentuk kerja sama yang resmi dilakukan antara
pondok pesantren Darunnajah Jakarta dengan lembaga di luar negeri. Kerja sama di
luar negeri lebih kepada bidang pendidikan pertukaran pelajar, beasiswa guru dan
murid.
Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta
Nama : Silan Susanto, M.Pd
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019
1. Apakah kepala sekolah memiliki kompetensi sosial yang baik?
Jawaban : ya, dengan memperhatikan tentang keadaan guru khususnya tentang
kesehatan, kesejahteraan, serta keadaan lingkungan yang bersih, tersedia klinik.
2. Bagaimana cara komunikasi kepala SMA Darunnajah?
Jawaban : baik, cara bahasanya sopan
3. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?
Jawaban : sering melakukan interaksi dengan guru tentang I‟dad atau rencana
pembelajaran (RPP). Setiap pagi, kepala sekolah menyapa guru di ruang Rektorat.
4. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?
Jawaban: Kami juga sering berinteraksi ketika sedang rapat rutin dan melalui kegiatan
MGMP Internal yang dilakukan untuk guru di dalam sekolah setiap hari sabtu dibagi
permata pelajaran.
5. Bagaimana bentuk pengawasan kepala sekolah yang dilakukan terhadap guru?
Jawaban : memantau jam mengajar, keliling kelas melihat kedatangan guru,
memberikan penilaian masuk kelas, memeriksa administrasi mengajar guru.
6. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik atau kenakalan remaja ?
Jawaban : di Darunnajah untuk santri melanggar aturan, terdapat biro santri yang
memiliki aturan-aturan tentang kedisiplinan terhadap santri. Santri yang melanggar
aturan berat maka akan dipindahkan ke pesantren cabang, apabila dipindahkan ke
sekolah lain selain Darunnajah maka kepala sekolah yang memiliki kewenangan.
Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan
Nama : Aunur Rofiq, M.M
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019
1. Kegiatan sosial seperti apa yang diberikan untuk guru?
Jawaban : terdapat Kesejahteraan Sosial Guru (KSG) merupakan bantuan untuk guru
yang mengalami musibah dan sakit. Kepala sekolah sering ikut menjenguk apabila
tidak sedang memiliki kegiatan penting lainnya, apabila berhalangan hadir maka
kepala sekolah mengutus beberapa orang untuk mewakili. Selain itu, guru juga
memperoleh persentase dalam penerimaan gaji yaitu sebesar 35% berupa gaji yag
diterima oleh guru, 35% merupakan investasi untuk biaya kuliah, 30% lagi merupakan
operasional guru di SMA Darunnajah.
2. Bagaimana cara komunikasi kepala SMA Darunnajah?
Jawaban : baik, komunikatif, interpersonal bagus, karena termasuk baru belum terlihat
jelas, namun selama ini baik sering menyapa. Secara individu tegas dan selalu
memberikan solusi yang tepat.
3. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?
Jawaban : interaksi sering, baik secara formal maupun nonformal, berbincang-bincang
saat istirahat.
4. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?
Jawaban : ya melalui rapat, kumpul MGMP, mengavaluasi setiap program melalui
rapat tim 19 yang kemudian disosialisasikan dalam rapat guru.
5. Bagaimana bentuk pengawasan kepala sekolah ynag dilakukan terhadap guru?
Jawaban : melalui supervisi, dipanggil secara personalia apabila ada guru yang
melanggar aturan.
6. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik perbeddaan pendapat antar guru ?
Jawaban : dipecahkan secara bersama, penyelesaian masalah dapat dilakukan secara
individual maupun dalam rapat.
Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan
Nama : Ilwan Halwani, S.Ag, M.Pd
Hari/ Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Kegiatan sosial seperti apa yang diberikan untuk guru?
Jawaban : Kepala sekolah memiliki kepekaan, inisitaif dan memfasilitasi serta
mengajak perwakilan untuk menjenguk guru yang sakit atau terkena musibah.
Terdapat juga beasiswa bukan hanya pada siswa namun juga untuk guru. Selaain itu,
anak guru yang bersekolah di Darunnajah juga mendapatkan potongan biaya tapi
antara setiap guru memperoleh potongan yang berbeda sesuai dengan jumlah anak
dan posisi guru di pesantren potongan yang diperoleh sebesar 15% s/d 75%.
2. Bagaimana cara komunikasi kepala SMA Darunnajah?
Jawaban : komunikasi baik, tipe orang yang tidak bisa marah, selalu lembut, santai
dan menerima kritikan.
3. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?
Jawaban : sering berinteraksi, secara formal maupun nonformal dengan komunikasi
yang baik.
4. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?
Jawaban : pengarahan setiap satu minggu sekali secara rutin, rapat wali kelas dan
guru. Menyampaikan evaluasi minggu lalu dan minggu akan datang
5. Bagaimana bentuk pengawasan kepala sekolah yang dilakukan terhadap guru?
Jawaban : untuk supervisi tidak rutin, terkadang dilakukam dalam satu bulan dapat
dilakukan 2 sampai 2 kali. Dalam melakukan supervisi, kepala sekolah membentuk
tim supervisi. Yang biasa di supervisi oleh kepala sekolah yaitu RPP, rencana harian.
Dalam pengecekan rencana harian guru, kepala sekolah menunggu di pintu masuk
lantai dasar untuk memerikssa segala administrasi kelengkapan mengajar guru.
6. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik perbedaan pendapat antar guru ?
Jawaban : dengan kedewasaan, cukup bagus tidak membuat keputusan sendiri, selalu
bertanya.
Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan
Nama : Luthifah, M.Pd
Hari/ Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Kegiatan sosial seperti apa yang diberikan untuk guru?
Jawaban : kesejahteraan guru untuk guru yang sakit, melahirkan, di rawat, menikah,
dan takziyah. Takziyah yaitu menjenguk guru atau kerabat terdekat dengan guru.
Kepala sekolah sering ikut dalam menjenguk. Selain itu juga terdapat potongan harga
untuk anak guru yag bersekolah di Darunnajah.
2. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?
Jawaban : sering berinteraksi, beliau komunikatif, instruksi jelas, orang yang baik.
Sering bertemu dan di arahkan.
3. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?
Jawaban : iya, pengarahan melalui rapat. Terdapat rapat pengarahan wali kelas. Har
kamis seluruh guru rapat, kepala sekolah yang menyetujuinya.
4. Bagaimana bentuk pengawasan kepala sekolah yang dilakukan terhadap guru?
Jawaban : setiap pagi, kepala sekolah memeriksa persiapan berkas mengajar guru. Dan
memberikan tugas kepada pengawas sekolah untuk setiap hari keliling melihat kelas
padda saat jam pelajaran.
5. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik perbedaan pendapat antar guru ?
Jawaban : beliau biasa mendengarkan, kemudian memusyawarahkan
mengkomunikasikan konsekuensi positif dan negatif serta menerima segala pendapat.
Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan
Nama : Yuda Hasan, M.Pd
Hari/ Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Kegiatan sosial seperti apa yang diberikan untuk guru?
Jawaban : terdapat keringanan 60% untuk anak guru dan siswa, terdapat bakti sosial
dan PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat). Selain beasiswa, guru juga mendapat gaji
pokok yang terbagi menjadi tunjangan beras, transportasi, uang saku untuk anak maks.
2 anak. Guru yang sakit diberikan bantuan kesejahteraan guru serta disela kesibukan
kepala sekolah menyempatkan diri menjenguk guru yang sakit.
2. Bagaimana cara komunikasi kepala SMA Darunnajah?
Jawaban : komunikasi bagus, tidak ada jarak antara kepala sekolah, sering menyapa
namun tetap harus ada etika dalam berinteraksi.
3. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?
Jawaban : setiap hari berinteraksi di ruang guru dan lingkungan sekolah baik secara
formal melalui rapat guru maupun non formal.
4. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?
Jawaban : kepala sekolah sering memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru.
Terdapat waktu khusus dalam memberikan arahan. Terdapat materi dan mengingatkan
batasan-batasan pembelajaran.
5. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik perbedaan pendapat antar guru ?
Jawaban : mengakomodasi, menengahi, memberikan solusi yang bisa diterima oleh
kedua pendapat belah pihak. Kepala sekolah juga mau menerima pendapat, serta
terbuka untuk menerima kritik dan saran, selalu bermusyawarah dalam mengambil
keputusan.
Instrumen Wawancara siswa
Nama : Aliya Zafira
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Apakah anda serign berinteraksi dengan kepala sekolah ?
Jawaban : sering tegur sapa dan bertemu di sekitar sekolah
2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?
Jawaban : ada kegiatan santri organisasi (Ekskul) yaitu bakti sosial Jamiyyah, kegiatan
bakti sosial Jamiyyah ini siswa ke cabang Darunnajah untuk ke warga sekitar
membarikan bantuan seperti mengajar anak-anak TK, belajar mengaji. Biasanya yang
terlibat dalamm kegiatan bakti sosial adalah OSDN (Organisasi Santri Darunnajah).
3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak
sekolah ?
Jawaban : santri dapat menggunakan wartel dengan menggunakan smart call yang
dapat diisi ulang. Kemudian bisa juga dengan melalui ustazah pembimbing sebagai
perantara dengan orang tua dan dapat juga melalui wali kelas.
4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan
siswa?
Jawaban : cara berkomunikasi kepala sekolah ramah dan selalu sopan
Instrumen Wawancara siswa
Nama : Shafa Auliya
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Apakah anda serig berinteraksi dengan kepala sekolah ?
Jawaban : sering bertemu, biasanya hanya saling menyapa ucap salam
2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?
Jawaban : ada bakti sosial di organisasi sekolah namanya bakti sosial Jamiyyah,
biasanya membantu masyarakat memberikan sembako, pakaian-pakaian dan mengajar.
3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak
sekolah ?
Jawaban : melalui musrifah atau pembimbing yang ada di kamar, dan melalui wali
kelas. Selain itu juga akan terdapat media Darunnajah smart system (DSS) untuk
meghubungkan orang tua dengan siswa, orang tua dapat memantau absen siswa
melalui DSS ini.
4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan
siswa?
Jawaban : selalu ramah, kalau bertemu belum mengucap salam ustad hamid sering
mengucap salam duluan menyapa santri. Selain itu, cara berkomunikasinya juga baik,
tidak kaku, tidak tegang, suka bercanda jika lagi memberikan pengarahan.
Instrumen Wawancara siswa
Nama : Thalia Aqira
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Apakah anda serig berinteraksi dengan kepala sekolah ?
Jawaban : ngobrol pernah, sering tegur sapa bertemu di sekolah karena Ustad
Nurhamid suka mengitar di jam pelajaran dan suka mengawasi jam belajar malam.
2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?
Jawaban : ada kegiatan bakti sosial, setiap tahun ada dan tahun ini akan ke Cikesik
Banten. Bakti sosilanya biasa fokus pada anak-anak kecil mengajarkan kosa kata
bahasa Arab yag ringan. Untuk ibu-ibu biasanya memberikan pendalaman tentang
agama. Dan terdapat juga bakti sosial dengan menyalurkan zakat.
3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak
sekolah ?
Jawaban : medianya melalui telepon di wartel menggunakan smart call dan juga
melalui musrifah santri bisa melapor ke musrifah untuk menghubungi orang tua.
4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan
siswa?
Jawaban : cara bicara tertata, full bahasa Arab, pembawaannya santai, suka bercanda
supaya tidak serius-serius banget.
5. Apakah kepala sekolah selalu mensosialisasikan segara peraturan atau kebijakan baru
di sekolah?
Jawaban : penyampaian peraturan baru melalui wali kelas, ada juga pembinaan dengan
santri dikumpulkan pada saat akan ujian Mid semester dan juga melalui saat upacara.
Instrumen Wawancara siswa
Nama : Frezy Tarisha
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Apakah anda serig berinteraksi dengan kepala sekolah ?
Jawaban : sering bertemu jika sedang kedaerah kantor guru, pada saat belajar malam
saling menyapa.
2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?
Jawaban : ada beasiswa untuk anak kurang mampu tapi memiliki kemampuan
menghafal Al-Qur‟an.
3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak
sekolah ?
Jawaban : melalui Musyrifah dan wali kelas untuk membantu berkomunikasi dengan
orang tua, dan juga dengan Darunnajah Smart System (DSS) yaitu dengan pengabsenan
setiap satu jam dan di absen oleh guru secara digital melalui Hp guru dan orang tua
bisa melihat pada saat ambil raport.
4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan
siswa?
Jawaban : baik, setiap disapa selalu menjawab dengan santun dan senyum.
5. Apakah kepala sekolah selalu mensosialisasikan segara peraturan atau kebijakan baru
di sekolah?
Jawaban : iya peraturan baru melalui perantara pengawas sekolah dan wali kelas.
Instrumen Wawancara siswa
Nama : Aisyah
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Apakah anda serig berinteraksi dengan kepala sekolah ?
Jawaban : lumayan sering bertemu, menyapa dengan salam, nanya kabar, pada proses
belajar, dan dalam acara-acara besar.
2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?
Jawaban : suka ada bakti sosial ke cabang Darunnajah dan membantu yang kurang
mampu pada saat libur sekolah.
3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak
sekolah ?
Jawaban : melalui DSS (Darunnajah Smart System), wartel, melalui perantara
Musyrifah dan wali kelas.
4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan
siswa?
Jawaban : baik, menyapaikan komunikasi secara halus, tidak membosankan.
5. Apakah kepala sekolah selalu mensosialisasikan segara peraturan atau kebijakan baru
di sekolah?
Jawaban: iya melalui perantara wali kelas, jika peraturannya tiba-tiba dapat
disampaikan dari guru atau dari OSDN.
Instrumen Wawancara masyarakat
Nama :Khaeruddin (Erik)
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Apakah kepala sekolah SMA Darunnajah Jakara Selatan memiliki cara berkomunikasi
yang baik?
Jawaban: Kepala sekolah SMA saya pernah bertemu , semua pimpinan di Darunnajah
sopan termasuk kepala SMA.
2. Apakah SMA Darunnajah Jakarta Selatan sering terlibat langsung dalam kegiatan
sosial di masyarakat?
Jawaban : iya pemimpin mau terlibat dan terjunlangsung ke lapangan saat kegiatan
sosial.
3. Pernahkah terjadi konflik antara internal SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan
masyarakat sekitar baik konflik individual maupun kelompok?
Jawaban : hubungan dengan masyarakat aman-aman saja tidak pernah terjadi masalah.
4. Kegiatan sosial seperti apa saja yang dilakukan antara SMA Darunnajah Jakarta
Selatan dengan masyarakat?
Jawaban: sholat jumat berjama‟ah dengan semua warga sekolah dan masyarakat, buka
puasa bersama 1x dalam 30 hari, qurban, zakat, santunan anak yatim SD, SMA, MAN,
dan juga siswa dilibatkan dalam kegiatan masyarakat seperti makan bersama, olahraga
bersama, terdapat juga santunan korban bencana, selain itu juga Darunnajah
mnenyediakan fasilitas ambulans dan alat kesehatan bagi masyarakat yang
memerlukan bantuan.
Instrumen Wawancara masyarakat
Nama : Qomaruddin
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019
1. Apakah kepala sekolah SMA Darunnajah Jakara Selatan memiliki cara berkomunikasi
yang baik?
Jawaban: belum pernah melihat kepala sekolah SMA Darunnajah Jakarta Selatan jadi
tidak mengetahui mengenai caa berkomunikasi kepala sekolah, biasanya kegiatan
sekolah hanya mengutus para santri SMA yang diutus kemasyarakat.
2. Kegiatan sosial seperti apa saja yang dilakukan antara SMA Darunnajah Jakarta
Selatan dengan masyarakat?
Jawaban : sering terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti santri keluar masjid
terdekat untuk sholat berjama‟ah, santunan anak yatim, warga sering diundang buka
puasa bersama dari RW 1 s/d 9 Kelurahan Ulul Jami, pada saat lebaran haji
menyumbangkan satu ekor ke setiap kelurahan, pos polisi, daerah tetangga
mendapatkan sau ekor, kupon daging qurban pun disalurkan per RT di 4 RW. Selain
itu juga tanggap terhadap musibah dan memberikan sumbangan berupa sembako.
3. Pernahkah terjadi konflik antara internal SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan
masyarakat sekitar baik konflik individual maupun kelompok?
Jawaban : Alhamdulillah tidak ada, namun sekarang ini ustad-ustadnya yang keluar
kemasyarakat kurang membaur dengan masyarakat, dominan ustad-ustad yang baru
masih muda kurang membaur.
Lampiran 2
Instrumen Observasi
No Uraian Pengamatan Deskripsi Hasil Pengamatan
1. Keadaan Fisik Sekolah
Keadaan fisik sekolah
merupakan sekolah yang tertata
dengan baik dari mulai
pengamanan gerbang masuk
hingga kedalam masing-masing
ruangan.
Pada saat peneliti hadir
melakukan penelitian sedang
terdapat bangunan yangs edang
dibangun untuk ruang kelas yag
akan difungsikan untuk siswa
SMA. Sehingga keadaan sekitar
lumayan berdebu dengan adanya
pembangunan, namun tidak
mengganggu kegiatan di sekolah
tersebut karena untuk lalu lintas
para siswa dan guru masih
tersedia jalan yang luas serta
para pekerja bangunan terlihat
sangat tertata rapih dan aman
dalam menyimpan segala bahan
bangunan yang diperlukan.
2. Sarana dan prasarana sekolah
Sarana dan prasarana sekolah
lengkap dari fasilitas kelas yang
sudah memadai, sarana dan
prasarana ektrakurikuler serta
prasarana lainnya seperti masjid,
UKS, fasilitas olahraga yang
telah tersedia dengan baik.
Terdapat alfamart, kopperasi,
bank milik swasta, bank milik
pondok pesantren, wartel yang
bernama SmartelSantri.
3. Tata Cara berbahasa masyarakat
lingkungan sekolah
Dari segi tata bahasa saat
peneliti melakukan kunjungan
ke SMA Darunnajah yaitu para
siwa, tenaga pendidikan dan
kependidikan di SMA
Darunnajah memiliki tata cara
berkomunikasi yang baik, sopan
santun serta ramah tamah
terhadap tamu yang hadir.
Selama peneliti melakukan
observasi terhadap lingkungan
sekolah, tidak ditemukan adanya
siswa-siswi yang berkata kasar
baik terhadap guru maupun
kesesama teman.
4. Interaksi Kepala Sekolah
Kepala SMA Darunnajah
JakartaSelatan merupakan orang
yang humble tidak memberikan
kesan kaku ketika peneliti
pertama kali bertemu,
komunikasinya baik.
Selama peneliti melakukan
penelitian di SMA Darunnajah
Jakarta Selatan, kepala sekolah
juga bersedia membimbing dan
mengarahkan peneliti untuk
memenuhi segala kebutuhan
penelitian yang diperlukan.
5. Iklim sekolah
Iklim sekolah sangat kondusif
karena terus diawasi oleh
banyak guru pembimbing. Dan
bahasa yang digunakan yaitu
bahasa Arab dan bahasa Inggris
sesuai dengan jadwal yang telah
digunakan dalam berbahasa
sehari-hari dilingkungan
sekolah. Para siswa taat pada
aturan, ketika waktu sholat akan
bersama-sama pergi ke masjid.
Selain itu, para siswa juga
berpakaian rapih dan tidak
terdengar kegaduhan di saat jam
pelajaran.
Lampiran 4
Daftar Lembaga Pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami
a. TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) Darunnajah
b. Playgroup dan TK Islam Darunnajah
c. SD Islam Darunnajah
d. MTs, MA dan SMA (bagian dari TMI: Tarbiyyatul Mu'allimin/at Al- Islamiyyah)
Darunnajah
e. STAI Darunnajah, Jurusan Tarbiyah dan Syari'ah
f. PGTK Darunnajah
Daftar Pondok Pesantren Darunnajah
a. Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan
b. Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining, Cigudeg, Bogor, Jawa BaratPondok
Pesantren Putri Al-Manshur Darunnajah 3 Serang, Banten
c. Pondok Pesantren Tsurayya Darunnajah 4 Serang, Banten
d. Pondok Pesantren An-Nahl Darunnajah 5, Ciseureuh, Tanjungan, Cikeusik,
Pandeglang, Banten\
e. Pondok Pesantren An-Nakhil Darunnajah 6, Pasar Bantal, Teramang Jaya, Mukomuko,
Bengkulu
f. Pondok Pesantren An-Nur Darunnajah 8, Cidokom, Gunung Sindur, Bogor, Jawa
Barat
g. Pondok Pesantren Al-Hasanah Darunnajah 9, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten
h. Kampus Daud Ali Darunnajah 10 Bintaro, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
i. Pondok Pesantren Al-Barakah Darunnajah 11, Seluma, Bengkulu
j. Pondok Pesantren Al-Harakah Darunnajah 12, Dumai, Riau
k. Pondok Pesantren Tahfizh al-Qur'an Rabi'ul Qulub Darunnajah 13, Cidokom, Gunung
Sindur, Bogor
l. Pondok Pesantren Nurul Ilmi Darunnajah 14, Paleuh, Serang, Banten
m. Taman Pendidikan al-Qur'an Muhammad Amin Darunnajah 15, Sumur Meleleh, Teluk
Segara, Bengkulu
n. Pondok Pesantren Darunnajah 16, Gunung Pasir Jaya, Sekampung Udik, Lampung
Timur, Lampung
o. Pondok Pesantren Tahfizh al-Qur'an Ummul Mukminin, Darunnajah 17, Ciomas,
Serang, Banten
Lampiran 5
Daftar Guru SMA Darunnajah
Tahun 2019/2020
No. Nama Guru Mata Pelajaran
1 Nasirin, S.Pd.I Bahasa Arab
2 Henry Wibowo, S.Pd Bahasa Indonesia
3 Fady Zulham Shah Bahasa Inggris
4 Yunitasari, S.Pd Biologi
5 Suwaryo Ngatno Suwito, S.Ag(H.) Ekonomi LM
6 Muhammad Imam Sobirin Fisika
7 Dina Hadi Lana, S.Pd Kimia
8 Sri Nurlaily, M.Pd.,(Dr.) Maatematika
9 Rouhun Syifa Khoironi, M.Pd Matematika peminatan
10 Junaedi Rianto, S.Sy Sejarah Indonesia
11 Tanri Wicaksono, S.Pd Tarbiyah
12 Rike Nofrita Sari, S.Pd Fisika
13 Duna Izfanna, M.Ed.Psy., Ph.D Grammar
14 Bety Setyaningrum. S.Pd Kimia
15 Muhammad Irfanudin Kurniawan,
M.Ag Bahasa Arab
16 Mulyani, S.Pd Bahasa Indonesia
17 Lutifah Huzaidah, M.Pd Bahasa Inggris
18 Shara Puspita S. Roegers Grammar
19 Robby Leovans, S.Pd Maatematika peminatan
20 Tintin Rohmayatin, S.Sos Pend. Kewarganegaraan
21 Ana Rahmawati, S.Pd Tarbiyah
22 Yuliani, S.Ag Bahasa Arab
23 Lela Juwita Sari, S.Pd Biologi
24 Yuda Hasan Sulaeman, M.Pd Bahasa Inggris
25 Supian Sodik, S.E., M.M Ekonomi LM
26 Nurhakim, S.Pd Pend. Kewarganegaraan
27 Abdillah, M.Pd (H.) Sejarah Indonesia
28 Mustofa Hadi Chirin, (Drs. H.) Tarbiyah
29 Aunur Rofiq, M.M., (Drs. H.) Tarbiyah
30 Solikhah Bz, S.Pd Fisika
31 Tri Cahya Mulia, S.Ag Matematika
32 Syarif Hidayatullah, S.Ag Pend. Kewarganegaraan
33 Silan Susanto, M.Pd Bahasa Indonesia
34 Rizma Ilfil, M.I.Kom.,(Hj.) Bahasa Inggris
35 Novika Handayani, S.Pd Ekonomi LM
36 Defi Aryani Matematika
37 Sri Hidayati, M.Hum Sejarah Indonesia
38 Dr. K.H. Sofwan Manaf, M.Si Tarbiyah
39 Herlinda, S.Pd Bahasa Indonesia
Lampiran 6
Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2019/2020
Kelas Laki-Laki Perempuan
10/MIA-1 24 -
10/MIA-2 26 -
10/MIA-3 - 35
10/MIA-4 - 32
Jumlah 50 67
11/MIA-1 27 -
11/MIA-2 28 -
11/MIA-3 - 33
11/MIA-4 - 31
Jumlah 55 64
12/MIA-1 27 -
12/MIA-2 23 -
12/MIA-3 - 35
12/MIA-4 - 33
Jumlah 50 68
Lampiran 11
Foto kegiatan SMA Darunnajah Jakarta Selatan
Foto peneliti dengan Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan Ustad. H. Nurkhamid, LC.,M.Pd