komposisi, kelimpahan dan distribusi ubur - ubur

15
* Researcher Advisors: [email protected] [email protected] 1 Researcher: [email protected] Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Dian Saptarini*, Aunurohim*, Ria Hayati 1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK. Ubur- ubur (Scyphozoa) merupakan salah satu biota yang umum dijumpai di perairan Indonesia termasuk pesisir timur Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, kelimpahan dan distribusi ubur-ubur pada tahap medusa (scyphomedusae) di pesisir timur Surabaya. Pengambilan sampel scyphomedusae dilakukan pada bulan Nopember hingga Desember 2010 menggunakan jaring NORPAC, Gillnets, dan Pushnets. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 genus scyphomedusae di pesisir timur Surabaya, yakni Acromitus , Catostylus , Rhopilema , Cyanea , dan Chrysaora . Komposisi scyphomedusae pada titik sampling dekat dari pantai (± 0,5 Km) disusun oleh Acromitus , Catostylus , dan Rhopilema , dengan kelimpahan scyphomedusae sebanyak 792 individu (terdiri atas: 441 individu Acromitus, 338 individu Catostylus dan 13 individu Rhopilema). Sedangkan komposisi scyphomedusae pada titik sampling jauh dari pantai (± 1,5 Km) disusun oleh Acromitus , Catostylus , Rhopilema , Cyanea , dan Chrysaora dengan kelimpahan scyphomedusae sebanyak 303 individu (terdiri atas: 117 individu Acromitus , 86 individu Catostylus . 22 indidvidu Rhopilema , 43 indidvidu Cyanea , dan 36 indidvidu Chrysaora ). Berdasarkan analisa kanonikal dengan PCA diketahui bahwa genus Acromitus dan Catostylus cenderung terdistribusi pada titik sampling dekat garis pantai, sedangkan genus Rhopilema , Cyanea dan Chrysaora cenderung terdistribusi pada titik sampling jauh garis pantai. Kata kunci: scyphozoa, scyphomedusae, pesisir timur Surabaya 1. Pendahuluan Ubur-ubur merupakan salah satu anggota terbesar dari hewan Cnidaria dan paling mencolok di daerah pelagis (Tahera and Kazmi, 2006) dan sering pula dijumpai di perairan pesisir (Uchida, 1954; Brewer, 1989; Barz & Hirche, 2007). Awalnya phylum Cnidaria dibagi menjadi empat kelas: Anthozoa, Hydrozoa, Scyphozoa, dan Cubozoa (George & George, 1997), dan pada tahun 2004, kelas kelima ditambahkan: Staurozoa (Marques and Collins, 2004). Kebanyakan ubur-ubur yang ditemukan merupakan anggota dari kelas Scyphozoa yang berada dalam fase medusa (scyphomedusa). Kelas Scyphozoa terdiri atas tiga ordo: Coronatae, Semaeostomeae dan Rhizostomeae (Collins et al, 2006), dua puluh famili, enam puluh enam genus, dan lebih dari 190 spesies (Cnidaria Tree of Life Project, 2009). Coronatae merupakan ubur- ubur yang dapat hidup di laut dalam dan zona pelagik, oleh karena itu Coronatae berdistribusi secara luas, seperti di Laut Cina, Samudra India, perairan Pasifik Tropik dan perairan Caribbean di Meksiko (Mayer, 1910; Hale, 1999; Puertas et al, 2008). Beberapa genus dari Semaeostomeae menempati perairan Artik dan Antartika hingga perairan dingin, dan genus lainnya tersebar secara luas seperti halnya Aurelia yang dapat ditemukan di seluruh perairan hangat dan estuari (Matanoski, 2004). Ordo Rhizostomeae ditemukan di perairan dangkal di daerah perairan tropik dan perairan hangat seperti di perairan Yunani, Mediterania, dan Indonesia (Hale, 1999; Frangou et al, 2006; Schembri et al, 2010; Mujiono, 2010). Sebagai sumberdaya hayati laut yang potensial, ubur-ubur selama ini belum dieksploitasi secara optimal (Ario dkk, 1997).

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

* Researcher Advisors: [email protected] [email protected] 1 Researcher: [email protected]

Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur (Scyphozoa) di

Pesisir Timur Surabaya

Dian Saptarini*, Aunurohim*, Ria Hayati1

Jurusan Biologi, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

ABSTRAK. Ubur- ubur (Scyphozoa) merupakan salah satu biota yang umum dijumpai di

perairan Indonesia termasuk pesisir timur Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

komposisi, kelimpahan dan distribusi ubur-ubur pada tahap medusa (scyphomedusae) di pesisir

timur Surabaya. Pengambilan sampel scyphomedusae dilakukan pada bulan Nopember hingga

Desember 2010 menggunakan jaring NORPAC, Gillnets, dan Pushnets. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat 5 genus scyphomedusae di pesisir timur Surabaya, yakni Acromitus,

Catostylus, Rhopilema, Cyanea, dan Chrysaora. Komposisi scyphomedusae pada titik sampling

dekat dari pantai (± 0,5 Km) disusun oleh Acromitus, Catostylus, dan Rhopilema, dengan

kelimpahan scyphomedusae sebanyak 792 individu (terdiri atas: 441 individu Acromitus, 338

individu Catostylus dan 13 individu Rhopilema). Sedangkan komposisi scyphomedusae pada titik

sampling jauh dari pantai (± 1,5 Km) disusun oleh Acromitus, Catostylus, Rhopilema, Cyanea, dan

Chrysaora dengan kelimpahan scyphomedusae sebanyak 303 individu (terdiri atas: 117 individu

Acromitus, 86 individu Catostylus. 22 indidvidu Rhopilema, 43 indidvidu Cyanea, dan 36 indidvidu

Chrysaora). Berdasarkan analisa kanonikal dengan PCA diketahui bahwa genus Acromitus dan

Catostylus cenderung terdistribusi pada titik sampling dekat garis pantai, sedangkan genus

Rhopilema, Cyanea dan Chrysaora cenderung terdistribusi pada titik sampling jauh garis pantai.

Kata kunci: scyphozoa, scyphomedusae, pesisir timur Surabaya

1. Pendahuluan

Ubur-ubur merupakan salah satu

anggota terbesar dari hewan Cnidaria dan

paling mencolok di daerah pelagis (Tahera

and Kazmi, 2006) dan sering pula dijumpai

di perairan pesisir (Uchida, 1954; Brewer,

1989; Barz & Hirche, 2007). Awalnya

phylum Cnidaria dibagi menjadi empat kelas:

Anthozoa, Hydrozoa, Scyphozoa, dan

Cubozoa (George & George, 1997), dan pada

tahun 2004, kelas kelima ditambahkan:

Staurozoa (Marques and Collins, 2004).

Kebanyakan ubur-ubur yang ditemukan

merupakan anggota dari kelas Scyphozoa

yang berada dalam fase medusa

(scyphomedusa). Kelas Scyphozoa terdiri

atas tiga ordo: Coronatae, Semaeostomeae

dan Rhizostomeae (Collins et al, 2006), dua

puluh famili, enam puluh enam genus, dan

lebih dari 190 spesies (Cnidaria Tree of Life

Project, 2009). Coronatae merupakan ubur-

ubur yang dapat hidup di laut dalam dan zona

pelagik, oleh karena itu Coronatae

berdistribusi secara luas, seperti di Laut

Cina, Samudra India, perairan Pasifik Tropik

dan perairan Caribbean di Meksiko (Mayer,

1910; Hale, 1999; Puertas et al, 2008).

Beberapa genus dari Semaeostomeae

menempati perairan Artik dan Antartika

hingga perairan dingin, dan genus lainnya

tersebar secara luas seperti halnya Aurelia

yang dapat ditemukan di seluruh perairan

hangat dan estuari (Matanoski, 2004). Ordo

Rhizostomeae ditemukan di perairan dangkal

di daerah perairan tropik dan perairan hangat

seperti di perairan Yunani, Mediterania, dan

Indonesia (Hale, 1999; Frangou et al, 2006;

Schembri et al, 2010; Mujiono, 2010).

Sebagai sumberdaya hayati laut yang

potensial, ubur-ubur selama ini belum

dieksploitasi secara optimal (Ario dkk, 1997).

Page 2: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

Laporan ilmiah ubur-ubur mengenai

pemanfatannya dalam bidang ekonomi

dilaporkan oleh Mujiono (2010), yang juga

menyebutkan terdapat sekitar delapan jenis

ubur-ubur di sekitar Jawa, yakni

Crambionella sp., Chrysaora sp., Mastigias

papua, Phyllorhiza punctata, Catostylus

townsendi, Acromitus flagellatus, Lycnorhiza

malayensis, Versuriga anandyomen.

Beberapa jenis ubur-ubur merupakan produk

perikanan yang dapat dikonsumsi, yakni

ubur-ubur jenis Crambionella, Rhopilema,

Rihizostoma, Cephea, Crambione,

Lobonema, Lobomenatoides, Catostylus,

Neopilema, dan Stomolophus (Omori &

Nakano, 2001). Ubur-ubur yang dapat

dikonsumsi lebih banyak ditemukan di

wilayah yang memiliki rentang pasang-surut

yang besar, perairan dangkal, masa air yang

agak tertutup, adanya aliran air tawar dari

sungai dan rawa mangrove (Omori &

Nakano, 2001).

Pesisir timur Surabaya merupakan

daerah pesisir yang yang berbatasan langsung

dengan selat Madura. Pesisir timur Surabaya

merupakan kawasan pesisir dengan enam

muara besar, sehingga memiliki ekosistem

estuarine (perairan payau) dan marine

(lautan). Perairan pesisir timur Surabaya

memiliki beberapa karakteristik, yakni

topografi perairan yang landai, dan memiliki

arus laut yang relatif tenang karena termasuk

dalam perairan selat madura (Muhsonim &

Nuraini, 2006). Ario dkk (1997) dan

Yulianda dkk (1994), melaporkan bahwa

parameter lingkungan yang berpengaruh pada

kelimpahan dan distribusi ubur-ubur adalah

arus laut dengan rentang kecepatan optimum

pada 15-16,5 cm/det. Berdasarkan kecepatan

arus tersebut, maka pesisir timur Surabaya

dapat digolongkan sebagai perairan dengan

kondisi lingkungan yang menunjang bagi

keberadaan ubur-ubur dengan rentang

kecepatan arus tahun 2009 sebesar 0,26 –

46,1 cm/det (BMKG, 2010). Berdasarkan

informasi dari nelayan sekitar pesisir timur

Surabaya, diketahui bahwa sering dijumpai

scyphomedusae di perairan tersebut.

Meskipun keberadaan ubur-ubur di

Indonesia relatif melimpah, namun ubur-ubur

merupakan salah satu kelompok invertebrata

yang sering diabaikan, sehingga informasi

mengenai sumberdaya biota ubur-ubur relatif

sedikit. Informasi mengenai komposisi jenis,

kelimpahan dan distribusi ubur-ubur di

pesisir timur Surabaya berguna untuk

mengetahui sumberdaya biota

scyphomedusae di area perairan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

komposisi, kelimpahan, dan distribusi ubur-

ubur di pesisir timur Surabaya.

2. Metodologi

Pengambilan sampel dilakukan pada

bulan November - Desember 2010 dengan

rentang pengambilan dua minggu sekali pada

pukul 06.00-11.00 WIB. Lokasi pengambilan

sampel adalah pantai Suramadu, kecamatan

Tambak Wedi, pantai Kenjeran, kecamatan

Kenjeran, pantai Keputih, kecamatan

Sukolilo, pantai Wonorejo dan Medokan

Ayu, kecamatan Rungkut, serta pantai

Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung

Anyar, Surabaya, Jawa Timur (Gambar 3.1).

Tempat yang dipilih untuk pengambilan

sampel adalah 0,5 Km dan 1,5 Km dari

muara kali muara kali kedinding (titik 1 dan

titik 2), muara kali Sari Timur (titik 9 dan

titik 10), muara kali Sari Damen (titik 12 dan

titik 13), muara kali Bokor (titik 14 dan titik

15), muara kali Jagir (titik 17 dan titik 18),

dan muara kali Tambak Oso, Kebon Agung,

dan Medayu (titik 19 dan titik 20) , serta 0,5

Km dan 1,5 Km dari garis pantai (titik 3, titik

4, titik 5, titik 6, titik 7 titik 8, titik 9, titik 10,

titik 15, titik 16, titik 21, dan titik 22).

Analisis laboratorium dilakukan di

Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi

FMIPA ITS Surabaya.

Titik sampling dengan jarak 0,5 Km

dari garis pantai dikategorikan sebagai titik

sampling dekat garis pantai, sedangkan titik

sampling dengan jarak 1,5 Km dari garis

Page 3: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

pantai dikategorikan sebagai titik sampling

jauh dari garis pantai. Pengkategorian

tersebut dikarenakan adanya perbedaan pada

dua kategori perairan tersebut yang

didasarkan pada pengamatan visual

dilapangan, yakni ubur-ubur lebih sering

dijumpai dengan jumlah relatif lebih banyak

pada jarak 0,5 Km dari garis pantai

dibandingkan pada jarak 1,5 Km dari garis

pantai serta dijumpainya karakteristik

perairan dengan kecerahan yang lebih rendah

pada jarak,5 Km dari garis pantai

dibandingkan pada jarak 1,5 Km. Hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan

parameter lingkungan pada dua kategori

perairan tersebut karena adanya pengaruh

dari daratan yang lebih benyak pada titik

sampling dekat garis pantai dibandingkan

titik sampling jauh garis pantai.

Gambar 2.1 Lokasi pengambilan sampel ubur – ubur (fase medusa/ scyphomedusae) (modifikasi

dari Google Earth)

Pengambilan sampel ubur-ubur (fase medusa/

scyphomedusae) dilakukan dengan

memperhatikan beberapa aspek fisikokimia

dan hidrooseanografi. Faktor fisik kimia

meliputi suhu, salinitas, kecerahan, dan pH.

Faktor hidrooseanografi yaitu kecepatan arus

di tiap lokasi pengambilan.

Suhu diukur dengan menggunakan

termometer raksa dengan tingkat ketelitian

10C. Salinitas diukur dengan menggunakan

hand-refracto salinometer ATC FG-217

dengan tingkat ketelitian hingga 1‰ .

Tingkat kecerahan diukur dengan

menggunakan Secchi disk. pH diukur dengan

menggunakan kertas pH, sedangkan untuk

kecepatan arus diukur dengan menggunakan

pelampung yang direkatkan dengan tali

sepanjang 2 meter dan dihanyutkan pada

permukaan perairan tiap titik sampling, untuk

kemudian diukur waktunya.

Sampling scyphomedusae dilakukan

pada permukaan air hingga kedalaman ± 2

meter dengan menggunakan gill-nets (Ø =

1,5 cm) dan push-nets (Ø = 3 cm) dengan

rentang waktu selam 10-15 menit, serta

menggunakan jaring NORPAC (mesh size

150 µm) yang ditarik secara horizontal pada

permukaan air selama 2 menit. Sampling

dilakukan pada waktu yang sama yakni di

pagi hari (pukul 06.00- 11.00 WIB).

Sampel scyphomedusae yang didapat

pada pengambilan dengan gill-nets dan push-

net disimpan dalam botol sample (250 mL)

dan diawetkan dalam buffer formalin 10%

(Martinelli et al, 2008). Sedangkan sampel

scyphomedusae yang didapat pada

pengambilan dengan jaring NORPAC

disimpan dalam botol sampel (60-70 mL) dan

diawetkan dalam buffer formalin 10%.

Pengamatan dan pemilahan (sortir)

Page 4: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

scyphomedusae dilakukan di Laboratorium

Ekologi Jurusan Biologi FMIPA ITS

Surabaya. Sortir scyphomedusae yang

mikroskopik dilakukan dengan bantuan

stereomicroscope@ Olympus SZ51.

Identifikasi dilakukan hingga tingkat genus

dilakukan dengan compound microscope@

Olympus CX2. Proses identifikasi

menggunakan buku acuan The Medusae Of

The World (Mayer, 1910), Synopsis Of The

Medusae Of The World (Kramp, 1961), dan

The Medusae of The British Isles (Russell,

1970).

Rancangan penelitian adalah bersifat

deskriptif kuantitatif. Untuk mengilustrasikan

distribusi scyphomedusae dapat

menggunakan Metode Ordinasi dengan

menggunakan program Canoco for Windows

3.5. Langkah awalnya berupa pembuatan

tabel data menggunakan Microsoft Excel

2007 pada worksheet dengan mencantumkan

data titik sampling dengan genus-genus yang

ditemukan beserta jumlahnya. Kemudian

worksheet tersebut di-export ke dalam format

Canoco melalui WCanoImp. Selanjutnya

ditentukan metode ordinasi dengan uji

detrending menggunakan DCA (Detrended

Correspondence Analysis). Setelah data

diordinasikan akan diketahui Lenght of

Gradient sebagai suatu nilai untuk

memodelkan data. Ketika Lenght of Gradient

< 3 maka digunakan metode Linier akan

tetapi ketika Length of Gradient > 4 maka

digunakan metode Unimodal. Length of

gradient dengan nilai antar 3 – 4 dapat

menggunakan metode Linier ataupun

Unimodal dengan metode yang lebih

direkomendasikan adalah metode Linier.

Ordinasi data selanjutnya disesuaikan dengan

hasil uji detrending, jika metode linier maka

dilanjutkan pada mode PCA (Principal

Componens Analisis), jika metode unimodal

maka dilanjutkan pada mode

Correspondence Analysis (CA). Hasil

running melalui CANOCO dapat

diilustrasikan dalam bentuk diagram (grafik)

melalui input data ke CanoDraw (Leps,

1953).

3. Hasil dan Pembahasan

Keanekaragaman Jenis Scyphomedusae Tingkat Genus

Pengamatan sampel scyphomedusae

yang diperoleh berdasarkan The Medusae of

the World (Mayer, 1910), Synopsis of the

Medusae Of The World (Kramp, 1961), dan

The Medusae of the British Isles (Russell,

1970), teridentifikasi adanya 5 genus dari 4

famili dan 2 ordo. Genus-genus tersebut

berupa Acromitus, Catostylus, Rhopilema,

Chrysaora, dan Cyanea. Genus Acromitus

dan Catostylus termasuk dalam famili

Catostylidae karena lengan mulut-nya (oral

arm) berbentuk piramidal tanpa adanya

perpanjangan dari oral arm tersebut (Kramp,

1961). Genus Rhopilema termasuk dalam

famili Rhizostomatidae karena memiliki

manubrium dan perpanjangan lengan pada

tiap oral arm-nya (Russell, 1970). Genus

Chrysaora termasuk dalam famili Pelagiidae

karena adanya tentakel yang tumbuh pada

tepi payungnya dengan oral arm yang

berjumbai panjang (Russell, 1970).

Selanjutnya, genus Cyanea termasuk dalam

famili Cyaneidae karena memiliki tentakel

yang tumbuh dari permukaan subumbrella

dengan oral arm yang berlipat – lipat

(Russell, 1970).

Genus Acromitus, Catostylus dan

Rhopilema termasuk dalam ordo

Rhizostomeae karena tidak memiliki tentakel

pada tepi payungnya namun dilengkapi oral

arm berbentuk triangle yang meruncing ke

arah ujungnya serta tidak dijumpainya

bukaan mulut di tengah subumbrella (Kramp,

1961). Genus Chrysaora dan Cyanea

termasuk dalam ordo Semaeostomeae karena

memiliki tentakel pada tepi payung dengan 4

oral arm yang berjumbai atau berlipat-lipat

tanpa adanya coronal groove (Russell, 1970).

Genus Acromitus (Gambar 3.1)

memiliki exumbrella dengan sedikit granula

serta memiliki subgenital berbentuk hati.

Lengan mulut (oral arm) Acromitus memiliki

Page 5: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

panjang sama dengan diameter payung

dengan ujung berfilamen yang panjang

(Gambar 3.1.e). Intrasirkular kanal

Acromitus bercabang dan berhubungan

dengan ring kanal dan rhopolar kanal

(Kramp, 1961) (Gambar 3.1.g). Individu-

individu dari genus Acromitus yang

ditemukan tidak menyengat.

Gambar3.1 Foto genus Acromitus. 1: bagian apikal; 2: bagian basal; a: exumbrella; b: gonad;

c:subumbrella; d:oral arm; e: flagella pada ujung oral arm; f: rhopalia; g: ring kanal (Dokumentasi

pribadi, 2010).

Genus Catostylus (gambar 3.2)

memiliki exumbrella yang bergranula di

bagian tepi (marginal), namun tidak dijumpai

dibagian pusat (gambar 3.2.f). Ujung oral

arm Catostylus tumpul tanpa adanya

appendage ataupun filament (gambar 3.2.d).

Genus Catostylus yang dijumpai memiliki

bercak-bercak coklat kekuningan dibagian

marginal exumbrella, beberapa spesies dari

genus Catostylus diketahui bersimbion

dengan zooxhantellae sehingga menghasilkan

titik titik warna coklat-kekuningan (von

Lendenfeld, 1884 dalam Dawson, 2005).

Sama halnya dengan Acromitus, bagian basal

manubrium Catostylus menyatu dengan

lengan mulut sehingga tidak dijumpai central

mouth (Richmond, 1997 dalam WoRMS,

2010).

Gambar 3.2 Foto genus Catostylus. a: exumbrella; b: gonad; c: subumbrella; d:oral arm;

e:rhopalia; f: exumbrella bergranula (Dokumentasi pribadi, 2010).

Genus Rhopilema (Gambar 3.3)

memiliki karakteristik khusus, yakni

appendage seperti perpanjangan lengan pada

oral arm yang tumpul (Gambar 3.3.d) serta

pusat exumbrella yang tak bergranula,

berwarna merah kecoklatan dan terkadang di

bagian marginal dijumpai pula titik – titik

coklat (Kramp; 1961; Cairns et al, 2003

dalam Sea Life Base, 2010). Rhopilema

memiliki Jaringan kanal yang luas dan

interradial kanal (Gambar 3.3.f) yang luas

sesuai dengan ukurannnya yang relatif besar.

Subumbrella Rhopilema berscapula dengan

manubrium dan di setiap octan terdapat 6-16

rhopalia (Kramp, 1961).

Page 6: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

Gambar 3.3 Foto genus Rhopilema. a: exumbrella; b: subumbrella; c: oral arm; d: appendage pada

ujung oral arm; e: rhopalia; f: interradial kanal (Dokumentasi pribadi, 2010).

Berbeda dengan Genus Rhopilema,

Acromitus dan Catostylus yang tidak

memiliki tentakel, genus Chrysaora dan

Cyanea (Gambar 3.4 dan gambar 3.5)

memiliki tentakel yang masing-masing

berbeda letak tentakelnya. Chrysaora

memiliki tentakel di bagian marginal

sebanyak 3-9 tentakel (Kramp, 1961)

(Gambar 3.4.g). Genus Chrysaora dilengkapi

dengan 8 rhopalia (Gambar 3.4.h) dan

nematosit di subumbrella (Gambar 3.4.f),

selain di bagian oral arm dan tenatakel

(Kramp; 1961; Russell, 1970).

Gambar 3.4 Genus Chrysaora. a: exumbrella; b: gonad; c: oral arm; d: central mouth; e:

subumbrella; f: nematosit (subumbrella); g: tentakel; h: rhopalia (Dokumentasi pribadi,

2010).

Genus Cyanea memiliki tentakel

yang berkelompok secara radial di delapan

bagian subumbrellanya (Kramp, 1961)

(Gambar 3.5.e). Jaringan otot radial dan

sirkular pada Cyanea dapat dijumpai di

bagian subumbrella (Gambar 3.5.f dan g)

serta memiliki 8 rhopalia (Russell, 1970).

Gambar 3.5 Genus Cyanea. a: exumbrella; b: subumbrella; c: oral arm; d: rhopalia; e. tentakel;

f.otot sirkular; g. otot radial (Dokumentasi pribadi, 2010).

Parameter Lingkungan Pengukuran parameter lingkungan di

22 titik sampling memperlihatkan adanya

pengelompokan data pada titik sampling

yang dekat garis pantai (0,5 Km) dengan titik

sampling yang jauh garis pantai (1,5 Km).

Hasil pengukuran parameter lingkungan

tersaji dalam tabel 3.1.

Page 7: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

Tabel 3.1 Parameter Fisik, Kimia dan Hydrooseanografi

Kategori Titik Suhu (°C) pH Salinitas (‰)

Kecepatan arus

(cm/s) Kecerahan (cm)

Dek

at g

aris

pan

tai

(0

,5 K

m)

1 29,5 6,75 28,25 11,08 38

4 29,5 6,5 28,5 10,13 49,5

5 29,5 6,5 27,25 7,56 50,75

8 29,75 7 28,75 9,64 46

9 29,75 6,75 28,25 11,43 38

12 29,5 6,5 28 12,43 32,5

13 29,5 6,5 27,5 10,02 35,5

16 30,25 6,75 26,5 9,39 53,5

17 30 6,75 25 10,21 43,75

20 30,25 6,5 23,75 10,43 45

21 30,5 6,75 26,5 7,48 45

Jau

h g

aris

pan

tai

(1,5

Km

)

2 29,5 6,5 30,5 21,44 61

3 29,75 6,75 30,25 17,26 64

6 30,5 6,75 30,5 13,79 58,88

7 30,13 6,75 30,5 11,3 58,25

10 30 7 30,5 8,89 58,75

11 29,75 7 30,5 9,7 57,5

14 29,5 7 30,25 8,61 72,25

15 30 7,25 30 13,18 74,25

18 30,25 7,25 29,5 10,92 75,75

19 30,5 7 29 13,86 77

22 30,5 7,25 30,5 13,07 75,75

Rentang rata-rata pengukuran suhu di

ke 22 titik sampling adalah 29.5 – 30.5°C.

Titik sampling yang dekat dari garis pantai

memiliki rentang suhu antara 29,5 – 30, 5 °C

dengan rata-rata sebesar 29,82°C, tidak

berbeda jauh dengan rentang suhu pada titik

sampling yang jauh dari garis pantai yakni

antara 29,5 – 30,5°C dengan rata-rata sebesar

30,03°C. Rantang suhu di ke-22 titik

sampling tersebut sesuai dengan toleransi

suhu scyphomedusae yakni antara 6°C - 31°C

dengan suhu optimum 19°C (Manuputty,

1988; Hyman, 1940 dalam Ario dkk, 1997),

sehingga rentang suhu di ke-22 titik tersebut

masih sesuai bagi kelangsungan hidup

scyphomedusae. Temperatur dapat

berpengaruh secara tidak langsung yakni

pada aktifitas memangsa, dan secara

langsung dengan mempengaruhi aktifitas

metabolismenya (Brewer, 1989).

Nilai pH pada ke-22 titik sampling

memiliki rentang antara 6.50 – 7.25. Sama

halnya dengan suhu, perbedaan rata-rata pH

pada dua tipe titik sampling juga tidak

ekstrim. Rata-rata pH pada titik sampling

yang dekat dari garis pantai adalah 6,66.

Sedangkan rata-rata pH pada titik sampling

yang jauh dari garis pantai adalah 6,95. Atrill

et al (2007) melaporkan bahwa populasi

scyphomdusae dapat meningkat pada pH

yang rendah akibat pengaruh tidak langsung,

yakni keterkaitan antara pH dengan masukan

air di perairan. Selain itu, terdapat pengaruh

langsung pH terhadap peningkatan daya

tahan hidup scyphomedusae, yakni dengan

terbentuknya statolith pada scyphomedusa

yang berperan sebagai bagian pada organ

keseimbangan. Hal ini mengindikasikan

bahwa pH yang rendah pada perairan pesisir

timur Surabaya secara tidak langsung dapat

Page 8: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

memberikan dampak yang positif bagi

kelangsungan hidup scyphomedusae. Serta,

dijumpainya scyphomedusae di pesisir timur

Surabaya mengindikasikan juga toleransi

scyphomedusae terhadap pH asam (7< pH

>6,5).

Rentang rata-rata salinitas di ke-22

titik adalah 23,75 – 30,50‰. Titik sampling

pada perairan yang dekat dengan garis pantai

memiliki rata-rata salinitas sebesar 27,07‰.

Sedangkan titik sampling pada perairan yang

jauh dengan garis pantai memiliki rata-rata

salinitas sebesar 30,18‰. Scyphomedusae

dapat dijumpai di perairan estuari pada

salinitas 10‰ - 23‰ seperti beberapa

spesies Catostylus (Pitt & Kingsford, 2000),

begitu pula dengan Rhopilema yang merilis

planulanya di daerah estuari dengan rentang

salinitas 14‰ - 20‰ (Lu et al, 1989 dalam

Dong et al, 2008) dan juga Cyanea yang bisa

dijumpai di perairan estuari dengan salinitas

21,5‰ - 25‰ (Colin & Kremer, 2002).

Selain itu, beberapa scyphomedusae seperti

Chrysaora dan Cyanea dapat dijumpai di

perairan laut dengan salinitas hingga 34%

(Barz & Hirche, 2007). Toleransi

scyphomedusae terhadap salinitas karena

kemampuan scyphomedusae mengatur

keseimbangan kadar garam dalam tubuhnya

dengan lingkungan sekitar yakni dengan

mengontrol jumlah garam yang masuk dan

keluar tubuhnya bersama air laut (Manuputty,

1988). Oleh karenanya, rentang salinitas di

pesisir timur Surabaya dianggap masih sesuai

bagi kelangsungan hidup scyphomedusae.

Kisaran kecepatan arus di ke-22 titik

sampling adalah antara 7,48 – 21,44 cm/s.

Perbandingan rata-rata kecepatan arus pada

titik sampling yang dekat garis pantai dengan

titik sampling yang jauh garis pantai cukup

berbeda. Yakni kecepatan arus pada titik

sampling yang dekat garis pantai sebesar 9,98

cm/s, sedangkan kecepatan arus pada titik

sampling yang jauh garis pantai sebesar

12,91 cm/s. Kisaran kecepatan arus di ke-22

titik sampling masih sesuai bagi kehidupan

scyphomedusae. Hal ini didukung oleh

penelitian Ario dkk (1997) yang menjumpai

scyphomedusae pada kisaran kecepatan arus

antara 7,8 – 19,2 cm/s.

Kecerahan di ke-22 titik sampling

berkisar antara 32,5- 77 cm. Titik sampling

yang dekat dengan garis pantai memiliki rata-

rata kecerahan sebesar 43,41 cm, sedangkan

pada titik sampling yang jauh garis pantai

memiliki rata-rata kecerahan sebesar 66,67

cm. Kecerahan berpengaruh bagi beberapa

jenis scyphomedusae, seperti Acromitus dan

Catostylus yang bersimbiosis dengan

zooxhantellae guna fotosintesis oleh alga

tersebut. Namun sebagai tactile predator,

yakni organisme yang memangsa dengan

menggunakan nematosit untuk merasakan

keberadaan mangsanya ketika disentuh

(Albert, 2011), scyphomedusae yang tidak

bersimbiosisi dengan zooxhantellae tidak

bergantung terhadap cahaya untuk mencari

mangsa (Arai, 1997 dalam Hale, 1999).

Komposisi dan Kelimpahan Scyphomedusae

Total jumlah individu dari seluruh

scyphomedusae yang di jumpai di ke-22 titik

sampling adalah 1095 individu, yang disusun

oleh genus Acromitus (558 individu:

50,96%), Catostylus (442 individu: 38,72%),

Rhopilema (35 individu: 3,20%), Cyanea (43

individu: 3,93%), dan Chrysaora (35

individu: 3,20%) (Tabel 3.2). Berdasarkan

hasil pengamatan, dijumpai adanya

perbedaan persebaran scyphomedusae di dua

tipe titik sampling, yakni titik sampling yang

dekat garis pantai dan jauh garis pantai.

Scyphomedusae paling banyak dijumpai di

titik sampling yang dekat dengan garis

pantai, yakni sebanyak 792 individu yang

terdiri dari 441 individu genus Acromitus,

338 individu Catostylus dan 13 individu

Rhopilema (Gambar 3.6a). Sedangkan pada

titik sampling yang jauh dengan garis pantai

dijumpai scyphomedusae sebanyak 303

individu yang terdiri dari 117 individu genus

Acromitus, 86 individu Catostylus, 22

Page 9: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

individu Rhopilema, 43 individu Cyanea, dan 36 individu Chrysaora (Gambar 3.6b).

Gambar 3.6 Diagram kelimpahan genus scyphomedusae pada (a) titik sampling dekat garis pantai

dan pada (b) titik sampling jauh garis pantai.

Tabel 3.2 Komposisi dan kelimpahan scyphomedusae di pesisir timur Surabaya

Kategori

Genus

Titik

Acromitus Catostylus Rhopilema Cyanea Chrysaora

Dek

at g

aris

pan

tai

(0,5

Km

)

1 1 4 0 0 0

4 11 10 4 0 0

5 57 27 0 0 0

8 49 23 0 0 0

9 123 106 0 0 0

12 48 28 0 0 0

13 43 30 0 0 0

16 34 52 5 0 0

17 3 0 1 0 0

20 5 2 3 0 0

21 67 56 0 0 0

Total 441 338 13 0 0 792

Jau

h g

aris

pan

tai

(1,5

Km

)

2 0 0 0 0 0

3 0 1 0 0 0

6 4 4 6 5 3

7 15 14 2 6 6

10 81 52 7 4 4

11 0 1 2 11 7

14 5 0 1 4 3

15 0 0 2 10 8

18 0 0 0 3 4

19 11 11 2 0 0

22 1 3 0 0 0

Total 117 86 22 43 35 303

Total (∑) 1095

KR (%) 50.96 38.72 3.20 3.93 3.20

*KR: kelimpahan relatif

Komposisi scyphomedusae di titik

sampling jauh garis pantai yang disusun oleh

Acromitus, Catostylus, Rhopilema, Cyanea,

dan Chrysaora sedangkan komposisi

scyphomedusae di titik sampling dekat garis

pantai yang disusun oleh Acromitus,

Catostylus, dan Rhopilema. Perbedaan

penyusun komposisi di kedua tipe perairan

tersebut diduga berkaitan dengan adanya

perbedaan kecepatan arus di perairan titik

sampling jauh garis pantai dengan kecepatan

arus di titik sampling dekat garis pantai.

Page 10: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

Kecepatan arus akan mempengaruhi

pergerakan horizontal ubur-ubur, yakni disaat

arus besar maka ubur-ubur akan cenderung

bergerak kearah pantai (Ario dkk, 1997).

Kecepatan arus yang relatif kecil di titik

sampling dekat garis pantai diduga lebih

berpengaruh terhadap Acromitus, Catostylus

dan beberapa Rhopilema yang berukuran

relatif lebih kecil dibandingkan Cyanea,

Chrysaora dan Rhopilema dengan ukuran

besar (Kramp, 1961). Sehingga di titik

sampling dekat garis pantai hanya disusun

oleh genus Acromitus, Catostylus dan

Rhopilema berbeda dengan titik sampling

jauh garis pantai yang disusun tidak hanya

oleh ketiga genus tersebut tetapi juga oleh

Cyanea dan Chrysaora.

Secara keseluruhan, didapat

kelimpahan relatif genus Acromitus dan

Catostylus sebesar 50,96% dan 38,72%.

Dimana 40,27% Acromitus dan 30,87%

Catostylus tersebut dijumpai di titik sampling

dekat garis pantai. Hal ini berkaitan dengan

titik sampling yang dekat garis pantai

merupakan daerah yang disukai oleh kedua

genus tersebut karena merupakan periaran

estuari dan berlumpur (Hale, 1999). Raj

(2006) juga menyebutkan Acromitus sebagai

scyphomedusae yang biasa dijumpai di

perairan estuari.

Berbeda halnya dengan Acromitus

dan Catostylus yang dijumpai relatif

melimpah, genus Rhopilema, Chrysaora dan

Cyanea didapati dengan kelimpahan relatif

yang kecil meskipun parameter lingkungan

terukur (tabel 3.1) sesuai bagi kehidupan

scyphomedusae. Hal tersebut diduga

berkaitan dengan hubungan keberadaan

scyphomedusae terhadap musim (Brewer,

1989; Ario dkk, 1997; Kinoshita et al, 2005;

Suchman & Brodeur, 2005), karena

scyphomedusae mengalami reproduksi

aseksual di musim tertentu terkait dengan

siklus hidupnya (Mills, 2001 dalam Barz &

Hirche, 2007). Di perairan tropis, Acromitus

dapat dijumpai sepanjang tahun (Raj, 2006),

serta dijumpainya fase ephyra Catostylidae

pada penelitian ini di daerah dekat garis

pantai (titik 4), menujukkan adanya

kemungkinan populasi polip dan strobilisasi

Catostylidae pada daerah tersebut (Barz &

Hirche). Kemampuan bereproduksi

scyphomedusae pada suatu daerah

menunjukkan bahwa daerah tersebut

merupakan habitat scyphomedusae tersebut

(Uchida, 1954). Sedangkan Rhopilema

diperairan tropis dijumpai dibulan-bulan

tertentu pada musim kemarau. Hal tersebut

didasari oleh data daerah dan musim tangkap

scyphomedusae oleh Tokyo Costum House

selama tahun 1988 – 1999 (Omori & Nakano,

2001), menyatakan bahwa penangkapan

scyphomedusae tipe sand yang diperkirakan

sebagai Rhopilema hispidum oleh Omori &

Nakano (2001), adalah pada bulan Agustus –

Nopember di perairan Cirebon serta bulan

Maret – Mei dan September – Nopember di

perairan Tuban. Sehingga, mengindikasikan

bahwa waktu sampling pada penelitian ini

tidak berbarengan oleh musim dari

keberadaan Rhopilema.

Sama halnya dengan Rhopilema yang

dijumpai dibulan-bulan tertentu, Chrysaora

dijumpai dibulan September hingga Oktober

di perairan Jepara (Ario dkk, 1997) dan

Agustus hinggaSeptember di Teluk Banten

(Heriawan, 1994). Begitu pula dengan

Cyanea yang dijumpai dibulan Juli di

perairan Cina (Dong et al, 2008). Menurut

Brewer (1989), Cyanea dijumpai musiman

dengan rentang waktu sekitar 4 bulan dan

kemudian menghilang akibat mati. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa waktu

sampling pada penelitian tidak berbarengan

oleh musim dari keberadaan Chrysaora dan

Cyanea.

Disisi lain, adanya aktifitas manusia

berupa overfishing, pencemaran akibat

eutrofikasi ataupun limbah industri dan juga

aktifitas penyebrangan di pesisir timur

Surabaya dapat mempengaruhi kelimpahan

Scyphomedusae (Purcell et al, 2007). Pantai

Timur Surabaya yang merupakan bagian

besar dari daerah sampling pada penelitian

ini diketahui telah tercemar logam berat

merkuri (Hg) dan Tembaga (Cu) (Arisandi,

Page 11: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

2002). Toksisitas pada cemaran tersebut

dapat mengakibatkan penghambatan

pertumbuhan hingga kematian pada

organisme pesisir, termasuk scyphomedusae

(Matthiesen & Law, 2002). Masukan nutrien

dari aliran sungai, limbah pupuk dari tambak

dan juga hasil penguraian bahan organik dari

mangrove ke dalam perairan pesisir timur

Surabaya dapat menyebabkan terjadinya

eutrofikasi. Eutrofikasi menyebabkan

perubahan yang komplek pada jaring

makanan terkait dengan penurunan ukuran

tubuh zooplanlton akibat eutrrofikasi

sehingga kemudian mempengaruhi

organisme pada tingkat tropik diatasnya,

yakni scyphomedusae (Purcell et al, 2007).

Oleh karenanya kelimpahan Rhopilema,

Cyanea dan Chrysaora yang relatif kecil di

pesisir timur Surabaya dapat diakibatkan oleh

adanya kegiatan anthropogenic tersebut.

Analisis Kanonikal Kecenderungan Distribusi Scyphomedusae

Metode ordinasi dengan

menggunakan program Canoco for Windows

3.5 digunakan sebagai ilustrasi pemetaan

kecenderungan distribusi scyphomedusae di

tiap lokasi pengamatan serta hubungan

distribusi scyphomedusae dengan parameter

lingkungan, yakni suhu, salinitas, pH,

kecepatan arus, dan kecerahan. Berdasarkan

adanya persebaran data yang mengelompok

menjadi dua (Tabel 3.1dan Tabel 3.2), maka

titik sampling dapat dikelompokkan manjadi

titik sampling dekat garis pantai (0,5 Km dari

garis pantai, yakni titik 1, 4, 5, 8, 9, 12, 13,

16, 17, 20, dan 21) serta titik sampling jauh

garis pantai (1,5 Km dari garis pantai, yakni

2, 3, 6, 7, 10, 11, 14, 15, 18, 19, dan 22).

Distribusi scyphomedusae

diilustrasikan dengan menggunakan diagram

PCA (Principal Componene Analysis)

(Hugget, 2004), karena nilai Length of

gradient dari analisa data jumlah individu

genus di tiap lokasi pengamatan

menggunakan DCA (Detrend

Correspondence Analysis) oleh program

Canoco for Windows 3.5 adalah 2, 492 (< 3).

Metode ordinasi dengan PCA menghasilkan

sistem koordinat (grafik plot acak) yang

menyediakan informasi mengenai

kecenderungan distribusi tiap genus pada

lokasi pengamatan (Gambar 3.7). Diagram

PCA di dukung oleh data jumlah individu

genus scyphomedusae yang ditemukan pada

tiap lokasi pengamatan (Tabel 3.2).

Gambar 3.7 Diagram ordinasi distribusi scyphomedusae di pesisir timur Surabaya menggunakan

PCA

-1.0 0.4

-0.6

1.0

Acromitu

Catostyl

Rhopilem

CyaneaChrysaor

1

23

4

5

67

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

Page 12: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

Berdasarkan diagram ordinasi PCA, genus

Acromitus dan Catostylus cenderung

berdistribusi pada titik 9,10, 12, 13, dan 21.

Ke lima titik tersebut termasuk dalam lokasi

yang dekat garis pantai. Kecenderungan

distribusi Acromitus dan Catostylus pada titik

dekat garis pantai dikarenakan kedua genus

tersebut dikenal menyukai daerah estuari dan

berlumpur karena termasuk kedalam famili

Catostylidae (Hale, 1999).

Sedangkan genus Rhopilema

cenderung berdistribusi di titik 6 dan 7,

diman kedua titik tersebut merupakan titik

yang jauh garis pantai. Genus Chrysaora dan

Cyanea memiliki kesamaan kecenderungan

berdistribusi pada titik 7, 11, dan 15. Ketiga

titik tersebut merupakan titik yang jauh

dengan garis pantai. Kecenderungan

distribusi genus Rhopilema, Cyanea dan

Chrysaora pada titik sampling diduga

sebagai akibat adanya pengaruh dari

kecepatan arus yang relatif lebih besar di titik

sampling jauh garis pantai dibandingkan titik

sampling dekat garis pantai terhadap ketiga

genus tersebut sejalan dengan ukuran

tubuhnya yang relatif lebih besar

dibandingkan dengan Acromitus dan

Catostylus (Kramp, 1961).

4. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

- Hasil penelitian menunjukkan

scyphomedusae yang dijumpai di pesisir

timur surabaya adalah genus Acromitus,

Catostylus, Rhopilema, Cyanea, dan

Chrysaora.

- Komposisi scyphomedusae pada titik

sampling dekat garis pantai disusun oleh 3

genus (Acromitus, Catostylus, dan

Rhopilema), sedangkan pada titik sampling

jauh garis pantai komposisi scyphomedusae

disusun oleh 5 genus (Acromitus,

Catostylus, Rhopilema, Cyanea, dan

Chrysaora).

- Hasil kelimpahan tertinggi scyphomedusae

dijumpai pada titik sampling dekat garis

pantai dengan 792 individu, sedangkan

pada titik sampling jauh garis pantai dengan

303 individu.

- Hasil analisa kecenderungan distribusi

scyphomedusae dengan menggunakan PCA

memperlihatkan genus Acromitus dan

Catostylus lebih cenderung terdistribusi

pada titik sampling dekat garis pantai,

sedangkan genus Rhopilema, Cyanea, dan

Chrysaora lebih cenderung terdistribusi

pada titik sampling jauh garis pantai.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, oleh karenanya diucapkan

terima kasih kepada Dr. Maria Elena

deBellard, Laboratorium Ekologi - Biologi

ITS, para Nelayan Kenjeran Lama- Surabaya

dan seluruh rekan-rekan yang telah

berpartisipasi dalam penyelesaian penelitian

ini.

Daftar Pustaka

Albert, David J. 2011. Whats on The Mind of

a Jellyfish? A Review of Behavioural

Observation on Aurelia sp. Jellyfish.

Neuroscience and Behavioral

Reviews 35: 474- 482

Anonim1. 2010. Coronatae.

http://uk.wikipedia.org/wiki/

Coronatae. diakses pada 12 Oktober

2010 pukul 17.05 WIB

Ario, Raden, Ali Djunaedi dan Wisnu

Wardana. 1997. Kajian Ekologis

Medusa Ubur-ubur (Jellyfish) Di

Perairan Jepara. Majalah Ilmu

Kelautan Vol. 2(1): 13-16

Arisandi, Prigi. 2002. Air, Udara, Dan Tanah

Surabaya Tercemar, Dibutuhkan

Sawunggaling Environmental Sense.

http://www.terranet.or.id/tulisandeti

Page 13: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

l.php?id=1307. diakses pada 20 Juni

2011 pukul 12.25 WIB

Atrill, Martin J., Jade Wright and Martin

Edwards. 2007. Climate-related

Increases in Jellyfish Frequency

Suggest a More Gelatinous Future for

The North Sea. Limnol. Oceaogr., 52

(1): 480-485

Barnes, R. S. K., P. Calow, P. J. W. Olive, D.

W. Golding, and J. I. Spicer. 2001.

The Invertebrates: A Synthesis.

Third Edition. Blackwell Science:

United Kingdom

Barz, Kristina & Hirche, Hans-Jürgen. 2007.

Abundane, Distribution and Prey

Composition of Scyphomedusae in

The Southern North Sea. Mar Biol

151: 1021-1033

Boero, Ferdinando, Jean Bouillon and

Stefano Piraino. 2005. The Role of

Cnidaria In Evolution And Ecology.

Ital. J. Zool. 72: 65-71

Brewer, Robert H. 1989. The Annual Pattern

of Feeding, Growth, and Sexual

Reproduction in Cyanea (Cnidaria:

Scyphozoa) in the Niantic River

Estuary, Connecticut. Biol. Bull.

176:272 – 281

Cnidarian Tree Of Life Project. 2009.

Taxonomi.

http://cnidtol.com/node/95. Diakses

pada 15 September 2010 pukul 19.28

WIB

Colin, Sean P. & Kremer, Patricia. 2002.

Population Maintenance of The

Scyphozoan Cyanea sp. Settled

Planulae and the Disrtibution of

Medusae in The Niantic River,

Connecticut, USA. Estuaries. Vol.25,

No.1, p. 70-75

Collins Allen G., Peter Schuchert, Antonio C.

Marques, Thomas Jankwoski, Monica

Medina, and Bernd Schierwater. 2006.

Medusozoan Phylogeny and Character

Evolution Clarified by New Large and

Small Subunit rDNA Data and an

Assessment od The Utility of

Phylogenetic Mixture Models.

Sistematics Biologists 55 (1): 97-115

Dawson, Michael N. 2005. Morphologic and

Molecular Redescription of Catostylus

mosaicus conservativus (Scyphozoa:

Rhizostomeae: Catostylidae) from

south east Australia. J. Mar Biol. Ass.

U.K. 85, 723-731

Dawson, Michael N. 2010. Rhizostomeae.

McGraw-Hill Encyclopedia of Science

and Technology 11th Edn.

http://www.accessscience.com.

Diakses pada 17 September 2011

pukul 22.29 WIB

Dong Jing, Ming Sun, Bing Wang, &

Haiying Liu. 2008. Comparison of Life

Cycle and Morphology of Cyanea

nozakii and Other Scyphozoans.

Plankton Benthos Research 3: 118-

124

Fox, Richard. 2006. Invertebrate Anatomy

OnLine: Aurelia Aurita (Moon Jelly).

Lander University.

http://www.landeruniversity.edu/inv

ertebrateanatomy/aureliaaurita.

Diunduh pada 25 Februari 2011 pukul

13.02 WIB

Frangou, Ioanna Siokou, Konstantinos

Sarantokos and Epaminondas D.

Christou. 2006. First Record of The

Scyphomedusa Rhopilema nomadica

Galil, 1990 (Cnidaria: Scyphozoa:

Rhizostomeae) in Greece. Aquatic

Invasion Vol. 1, Issue 3

George, J.D and George, J.J. 1997. Marine

Life: In An Illustrated Encyclopedia

of Invertebrate in The Sea. Harrap &

Co. Ltd: London

Gershwin, Lissa-Ann and Collins, Allen G.

2002. A Preliminary Phylogeny of

Pelagiidae (Cnidaria, Scyphozoa) With

New Observation Of Chrysaora

colorata comb.nov. Journal of

Natural History 36, 127-148

Hale, Garon. 1999. The Classification and

Distribution of The Class

Scyphozoa. Biological Diversity BI-

375 University of Oregon

Karleskint, George Jr., Richard Turner and

James W. Small, Jr.. 2010.

Introduction to Marine Biology.

Instructor’s Edition. Brooks/Cole

Cengage Learning: Canada

Kinoshita, Junji, Juro Hiromi and Yoshiaki

Yamada. 2006. Abundance and

Biomass of Scyphomedusae, Aurelia

aurita and Chrysaora melanaster, and

Ctenophora, Bilinopsis mikado, with

Estimates of Their Feeding Impact on

Zooplankton in Tokyo Bay, Japan.

Journal of Oceanography Vol. 62,

pp. 607 to 615

Page 14: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

Koneri,Roni, Dedy Duryadi Solihin,

Damayanti Buchori, dan Rudi

Tarumingkeng. 2010.

Keanekaragaman Kumbang Lucanoid

(Coleoptera: Lucanoidae) pada

Berbagai Ketinggian Temapat di Hutan

Konsensi Unocal Gunung Salak, Jawa

Barat. Jurnal Matematika dan Sains

Vol. 15 No. 2

Kramp, P.L. 1961. Synopsis of the Medusae

of the World. Journal of the Marine

Biological Association of the United

Kingdom 40. 469p.

Levinton, Jeffery S. 2001. Marine Biology:

Function, Biodiversity, Ecology.

Second Edition. Oxford University

Press: New York

Manuputty, E. W. Anna. 1988. Ubur-Ubur

(Scyphomeudase) dan Cara

Pengolahannya. Oseana Volume XIII,

Nomor 2: 49-61

Marques, Antonio C. and Collins, Allen G..

2004. Cladistic Analysis of Medusozoa

and Cnidarian Evolution. Invertebrate

Biology 123(1): 23-42

Matanoski, Joseph Carroll. 2004. The

Behavior of The Scyhomedusae

Chrysaora quinquecirrha and Aurelia

aurita and Its Ecological

Importance. Dissertation of Doctor of

Pilosophy Programe of University of

Maryland

Mayer, Alfred Goldsborough. 1910. Medusae

of The world Volume III: The

Scyphomedusae. Carnegie Institution

of Washington. Publicatin No. 109

Vol. III.

http://thescyphozoan.ucmerced.edu/t

sPDF/Mayer1910/.html. Diakses pada

10 Agustus 2010 pukul 10.36 WIB

Mills, C.E. 2009. Stauromedusae.

http://faculty.washington.

edu/cemills/Stauromedusae. html.

Diakses pada 19 September 2010

pukul 15.30 WIB

Muhsonim, Firman Farid & Nuraini, Candra.

2006. Kajian Tingkat Pemanfaatan

Sumber Daya Ikan Di Perairan Selat

Madura dengan Menggunakan Metode

Holistik Serta Analisis Ekonominya.

Kajian Tingkat Pemanfaatan

Sumberdaya Ikan. Vol.13 No. 1: 87-

94

Mujiono, Nova. 2010. Jellyfish

(Crambionella sp.) Fisheries Around

Cilacap Waters, Central Java (Cnidaria

: Scyphozoa). Oseanologi dan

Limnologi di Indonesia 36 (1): 37-48

Omori, Makoto & Nakano, Eiji. 2001.

Jellyfish Fisheries in Southeast Asia.

Kluwer Academic Publishers.

Hydrobiologia 451: 19-26, 2001

Pachenik, Jan A. 2005. Biology Of The

Invertebrates: Fifth Edition.

McGraw Hill: New York

Pitt, K. A. & Kingsford, M. J. 2000.

Geographic Separation of Stocks of

The Edible JellyfishCatostylus

mosaicus (Rhizostomeae) in New

South Wales, Australia. Marine

Ecology Progress Series Vol. 196:

143-155

Puertas, Lourdes Segura, Karina Orduna

Novoa and Edgar H. de la Cotera.

2008. Further Observation of The

Coronate Scyphozoan Linuche

Unguiculata (Thimble Jellyfish).

Hidrobiologica vol. 18 no.1 pp. 49-52

Purcell, Jennifer E., Shin-ichi Uye and Wen-

Tseng Lo. 2007. Anthropogenic

Causes of Jellyfish Blooms and Their

Direct Consequences for Humans: a

Review. Marine Ecology Progress

Series Vol.350: 153-174

Purcell, Jennifer E., Russell R. Hopcroft,

Ksenia N. Kosobokova, and Terry E.

Whitledge. 2009. Distribution,

Abundance, and Predation Effects of

Epipelagic Ctenophores and Jellyfish

in The Western Artic Ocean. Deep-Sea

Research II 57: 127-135

Raj, P. J. Sanjeeva. 2006. Macro Fauna of

Pulicat Lake. National Biodiversity

Authority: India

Russell, F.S.F.R.S.1970. The Medusae of

The British Isles. II Pelagic

Scyphozoa: With A Supplement To

The First Volume On

Hydromedusae. The Marine

Biological Association of The United

kingdom: ©Cambridge University

Press

Schembri, Patrick J., Alan Deidun and Patric

J. Vella. 2010. First Record of

Cassiopea andromeda (Scyphozoa:

Rhizostomeae: Cassiopeidae) From

The Central Mediterranian Sea.

Marine Biological Association of The

United Kingdom Vol. 3. Published

Online

Page 15: Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur - Ubur

D. Saptarini, Aunurohim, R. Hayati/ Komposisi, Kelimpahan dan Distribusi Ubur-Ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur Surabaya Biologi ITS. 2011

Sea Life Base. 2010. Species Summery:

Rhopilema verrilli.

http://www.sealifebase.org/

summary/SpeciesSummary.php?id=

89066. Diakses pada 15 Februari 2011

pukul 23.00 WIB

Shoji, Jun, Takaya Kudoh, Hideyuki

Takatsuji, Osamu Kawaguchi, Akihide

Kasai. 2009. Distribution of moon

jellyfish Aurelia aurita in relation to

Summer Hypoxia in Hirosima Baya,

Seto Inland Sea. Estuarine, Coastal

and Shelf Science 86 : 485-490

Tahera, Qaseem and Kazmi, Quddusi B..

2006. New record of Two Jellyfish

Medusae (Cnidaria:Scyphozoa:

Catostylidae: Cubozoa: Chiropidae)

from Pakistani Waters. JMBA2 -

Biodiversity Records Published on-

Line

Uchida, Tohru. 1954. Distribution of

Scyphomedusae in Japanese and its

Adjacent Waters. Hokaido

University: Jepang

WoRMS (World Register of Marine

Species). 2010. WoRMS Taxon

Details: Catostylus mosaicus (Quoy &

Gaimard).

http://www.marinespecies.org/aphia.

php?p= taxdetails&id=220491.

Diakses pada 9 februari 2011 pukul

16.57 WIB

Yulianda, Fredinan, Yusli Wardiatno dan

Ario Damar. 1994. Studi Ekologi dan

Peranan Beberapa Faktor

Lingkungan Terhadapa Pengebaran

Ubur-Ubur di Wilayah Pesisir

Pantai Utara Jawa Barat. Pusat

Penelitian Lingkungan Hidup-LPPM

IPB

Yulianda, Fredinan. 1992. Life Cycle Of The

Jellyfish Aurelia aurita (L.):

Development and Growth Rates Of

Scyphostomae, As a Function of

Temperatur And Salinity. Thesis of

M.Sc. Programe in Marine Science-

Arhus University. Denmark