kondisi cacing tanah (pheretima sp.) pada lahan...

19
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 1 KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN PERTANIAN YANG MENGGUNAKAN PUPUK BERLEBIHAN DI KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO Amallia Puspitasari INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk kimia dan organik (kandang) berlebihan keadaan cacing tanah pada lahan pertanian kentang yang sudah diolah sebelum dan sesudah 5 tahun sebagai indikasi terjadinya pencemaran tanah. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Pengambilan sampel tanah dilakukan secara stratified random sampling berdasarkan lama waktu pengolahan lahan sebagai lahan kentang (<5 tahun dan >5 tahun) dengan menggunakan pupuk kimia dan organik. Data yang diperoleh berupa data primer, yaitu sifat fisik, kimia, dan biologi (kepadatan populasi cacing tanah) tanah dan data sekunder yaitu teknik pengolahan lahan kentang dan keadaan social ekonomi petani setempat yang diperoleh melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik dan pH tanah menurun dari 7,08% menjadi 6,88% dan 5,97 menjadi 4,50 di lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun dengan penggunaan pupuk kimia (urea dan TSP) dan pupuk organik (pupuk kotoran ayam). Penurunan kandungan bahan organik dalam tanah dan pH tanah mengakibatkan kepadatan populasi cacing tanah juga menurun dari 1-10 ekor/m 2 menjadi 0 ekor/m 2 . Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan tanah yang lebih parah dibandingkan lahan yang diolah kurang dari 5 tahun ditandai oleh pH tanah yang tergolong cukup rendah (4,50-5,97), rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah (6,88-7,08%), dan tidak ditemukannya cacing tanah. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa kegiatan usaha pertanian dengan menggunakan pupuk kimia dan organik secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kepadatan populasi cacing tanah yang dapat mengindikasikan pencemaran tanah. Kata kunci : Pemupukan, Cacing tanah, regresi linier berganda

Upload: hahanh

Post on 01-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 1

KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.)

PADA LAHAN PERTANIAN YANG

MENGGUNAKAN PUPUK BERLEBIHAN

DI KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN

WONOSOBO

Amallia Puspitasari

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

pupuk kimia dan organik (kandang) berlebihan keadaan cacing tanah pada

lahan pertanian kentang yang sudah diolah sebelum dan sesudah 5 tahun

sebagai indikasi terjadinya pencemaran tanah. Penelitian ini dilakukan di

Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Pengambilan

sampel tanah dilakukan secara stratified random sampling berdasarkan lama

waktu pengolahan lahan sebagai lahan kentang (<5 tahun dan >5 tahun)

dengan menggunakan pupuk kimia dan organik. Data yang diperoleh berupa

data primer, yaitu sifat fisik, kimia, dan biologi (kepadatan populasi cacing

tanah) tanah dan data sekunder yaitu teknik pengolahan lahan kentang dan

keadaan social ekonomi petani setempat yang diperoleh melalui wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik dan pH tanah

menurun dari 7,08% menjadi 6,88% dan 5,97 menjadi 4,50 di lahan yang

sudah diolah lebih dari 5 tahun dengan penggunaan pupuk kimia (urea dan

TSP) dan pupuk organik (pupuk kotoran ayam). Penurunan kandungan bahan

organik dalam tanah dan pH tanah mengakibatkan kepadatan populasi cacing

tanah juga menurun dari 1-10 ekor/m2 menjadi 0 ekor/m2. Lahan yang sudah

diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan tanah yang lebih parah

dibandingkan lahan yang diolah kurang dari 5 tahun ditandai oleh pH tanah

yang tergolong cukup rendah (4,50-5,97), rendahnya kandungan bahan

organik dalam tanah (6,88-7,08%), dan tidak ditemukannya cacing tanah.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa kegiatan

usaha pertanian dengan menggunakan pupuk kimia dan organik secara

langsung dan tidak langsung mempengaruhi kepadatan populasi cacing tanah

yang dapat mengindikasikan pencemaran tanah.

Kata kunci : Pemupukan, Cacing tanah, regresi linier berganda

Page 2: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 2

EARTHWORMS (Pheretima sp.)

CONDITIONS ON THE AGRICULTURAL

LAND USE EXCESSIVE FERTILIZER IN

THE DISTRICT KEJAJAR WONOSOBO

REGENCY

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the use of chemical

fertilizers and organic (manure) redundant about condition of earthworms on

agricultural potatoes land that has been processed before and after 5 years

as an indication of soil contamination. This research was conducted in the

District Kejajar, Wonosobo, Central Java. Soil sampling conducted stratified

random sampling based on the duration of processing land as the land of

potatoes (<5 years and >5 years) with the use of chemical and organic

fertilizers. Data obtained in the form of primary data, that is the physical,

chemical, and biological (population density of earthworms) soil and

secondary data about processing technique potatoes land and socio-

economic situation of local farmers obtained through interviews. The results

showed that the organic matter content and soil pH decreased from 7.08% to

6.88% and 5.97 to 4.50 in the land already processed more than five years

with the use of chemical fertilizers (urea and TSP) and organic fertilizer

(chicken manure). The decline in soil organic matter content and soil pH

resulted population density of earthworms also declined from 1-10

individuals/m2 to 0 individual/m2. Land that already processed more than 5

years have high levels of soil degradation is more severe than the land that

they processed less than 5 years are marked by soil pH is quite low (4.50 to

5.97), low organic matter content in the soil (6, 88 to 7.08%), and not finding

earthworms. Based on the results of multiple linear regression analysis

showed that agricultural activities using chemical and organic fertilizers

directly and indirectly affect the population density of earthworms that may

indicate contamination of the soil.

Key words: Fertilizer, earthworms, multiple linear regression

-

Page 3: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 3

I. PENDAHULUAN

Dataran Tinggi Dieng,

Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo merupakan daerah

penghasil sayuran terbesar di

Kabupaten Wonosobo (Anonim,

1998). Tanaman Kentang merupakan

komuditas utama sayuran daerah

tersebut. Banyak lahan baru dicetak

dengan cara menggali bongkahan-

bongkahan batu cadas yang

menempel di lereng bukit dengan

kemiringan 25-30o (Anonim, 2002).

Cara pengolahan tanah,

pemakaian pupuk serta penggunaan

pestisida sangat besar pengaruhnya

terhadap kepadatan populasi

organisme tanah (Ghabbour et al.,

1985). Gambar 1.1. menunjukkan

pola penanaman searah kemiringan

lereng atau memotong kontur.

Gambar 1.1. Pola penanaman

searah kemiringan lereng atau

memotong kontur.

Pencemaran tanah merupakan

penurunan kualitas tanah yang

disebabkan karena terjadinya

perubahan lingkungan alami tanah.

Pencemaran yang terjadi di

Pegunungan Dieng pada umumnya

disebabkan oleh penggunaan pupuk

dengan dosis besar yang sering

dilakukan oleh petani. Berdasarkan

standar yang ditetapkan Departemen

Pertanian (2007), pupuk yang

digunakan untuk lahan pertanian

kentang seharusnya adalah 20-30

ton/ ha pupuk kotoran ayam, 200-300

kg/ha pupuk urea, dan 200-250 kg/ha

pupuk TSP, tetapi petani meng-

gunakan pupuk melebihi ukuran

normal menjadi 40 ton/ha pupuk

kotoran ayam yang masih mentah,

500 kg/ha pupuk urea dan 300 kg/ha

pupuk TSP. Faktor-faktor ini dapat

menyebabkan pencemaran tanah,

sehingga dampaknya berupa

perubahan sifat fisika dan kimia

tanah serta berkurangnya populasi

binatang tanah.

Penelitian ini menggunakan

organisme sebagai indikator

Page 4: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 4

tercemarnya tanah. Adapun

organisme yang dikaji berupa cacing

tanah (Pheretima sp.). Hal ini karena

keberadaan cacing tanah dapat

meningkatkan kandungan nutrisi

pada tanah yang akan menyuburkan

tanah. Populasi cacing tanah

dipengaruhi oleh kondisi tanah

habitatnya, seperti kondisi suhu,

kelembaban, pH, salinitas, aerasi,

dan struktur tanah. Pencemaran tanah

dapat menyebabkan cacing pada

tanah mati. Selain itu, dalam

penelitian ini hanya mengkaji ada

tidaknya organisme tanah yang

berupa cacing tanah di lahan

pertanian tanaman kentang yang

menggunakan pupuk anorganik dan

organik dalam waktu lama (lebih dari

5 tahun) dengan lahan pertanian

kentang yang baru menggunakan

pestisida (kurang dari 5 tahun).

A. Tujuan Penelitian

Berpijak pada topik dan

rumusan masalah serta lingkup

kajian penelitian yang didukung oleh

konsep teori yang ada, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

(1) mengkaji pengaruh penggunaan

pupuk anorganik dan organik

pada lahan pertanian terhadap

kerusakan tanah melalui sifat

fisik, kimia, dan biologi tanah

dengan indikator cacing tanah;

(2) menentukan tingkat kerusakan

tanah (pencemaran tanah) dengan

bioindikator keberadaan

organisme tanah (cacing tanah)

pada lahan pertanian kentang

yang telah diolah sebelum 5

tahun dan setelah 5 tahun sebagai

indikasi terjadinya pencemaran

akibat penggunaan pupuk

anorganik dan organik

berlebihan;

II. KERANGKA

PEMIKIRAN

Sebagian besar lahan di

Kecamatan Keajajar merupakan

lahan pertanian terutama tanaman

kentang sehingga masyarakatnya

bermata pencaharian sebagai petani.

Disisi lain penggunaan pupuk kimia

dan pestisida yang berlebih

memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan terutama keadaan

tanahnya. Pemupukan yang terus

menerus dan berlebih mengakibatkan

kondisi fisik, kimia dan biologi tanah

terganggu.

Page 5: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 5

Perubahan kondisi fisik

tanah diantaranya adalah struktur

tanah akan lebih remah sehingga

tanaman akan lebih mudah rebah

yang akan mengakibatkan tanah

mudah longsor. Selain kerusakan

fisik tanah juga mengakibatkan

perubahan kondisi kimia dan biologi

tanah. Penggunaan pupuk yang

kurang tepat dan berlebihan akan

mengakibatkan perubahan ke-

seimbangan ekologi organisme tanah

terutama Cacing tanah. Hal ini

dikarenakan cacing tanah akan

membantu meningkatkan nutrisi

dalam tanah.

III. METODE

Penelitian yang berjudul ”

Kondisi Cacing tanah (Pheretima

sp.) Pada Lahan Pertanian yang

menggunakan pupuk berlebihan di

kecamatan Kejajar Kabupaten

Wonosobo. Berdasarkan hasil

wawancara dan survai lapangan

lokasi penelitian yang dipilih adalah

lahan pertanian kentang yang baru

digunakan sebagai lahan pertanian

kentang dan lebih dari 5 tahun.

Gambar 3.1 menunjukkan lokasi

Kecamatan Kejajar.

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kecamatan Kejajar

Page 6: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 6

A. Pengambilan Sampel

Penentuan titik sampel pada

penelitian kali ini adalah dengan

menggunakan teknik stratified

random sampling, dimana wilayah

penelitian berupa lahan pertanian

baru digunakan sebagai lahan

tanaman kentang (< 5 tahun) dan

yang telah lama digunakan sebagai

lahan pertanian kentang (> 5 tahun)

dengan menggunakan pupuk. Dari

masing-masing lahan diambil tiga

titik sampel dimana setiap sampel

akan dilakukan pengujian dengan 3

kali ulangan. Pengambilan sampel

tanah yang diuji di laboratorium

dilakukan dengan memperhatikan

kedalaman tanah. Kedalaman tanah

yang akan disampling sekitar 5-10

cm. Hal ini karena pada kedalaman

tersebut merupakan lapisan seresah

yang banyak mengandung bahan

organik sesuai dengan Petunjuk

Teknis Pengamatan Tanah, Balai

Penelitian Tanah (Anonim, 2004).

B. Analisis Tingkat Kepadatan

Populasi Cacing Tanah Sebagai

Bioindikator Pencemaran Tanah

Pengamatan kepadatan

populasi cacing tanah dilakukan pada

lahan pertanian yang baru digunakan

sebagai lahan pertanian kentang (< 5

tahun) dan yang telah lama

digunakan sebagai lahan pertanian

kentang (> 5 tahun) dengan

menggunakan pupuk. Masing-masing

lahan terdiri dari tiga titik

pengamatan dimana pada tiap titik

pengamatan dilakukan tiga kali

ulangan dan tiap ulangan berupa

petak seluas 1x1 m.

Penentuan kepadatan populasi cacing

tanah dilakukan dengan metode

pemberian skor terhadap kepadatan

populasi cacing ditunjukkan pada

Tabel 3.1.

Page 7: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 7

Tabel 3.1. Skor Kepadatan Populasi

Cacing Tanah

Sumber: Bierman, 2007 & OSU,

2009 dimodifikasi sesuai dengan

kondisi di lapangan.

Pengujian signifikansi skoring

cacing tanah dilakukan dengan uji t

dan pengambilan kesimpulan

dilakukan berdasarkan nilai

probabilitas (≤ 0,05). Perhitungan uji

t dijelaskan dalam rumus sebagai

berikut:

Catatan:

t = nilai t hitung

r = nilai koefisien

korelasi

n = jumlah sampel

Kriteria pengujian

1) Jika t hitung ≥ t table maka

H0 ada di daerah

penolakan, berarti Ha

diterima artinya nilai

konstanta variabel

independen adalah

signifikan.

2) Jika t hitung ≤ t table maka

H0 ada di daerah

penerimaan, berarti Ha

ditolak artinya nilai

konstanta variabel

independen tidak

signifikan.

C. Analisis Pengaruh Faktor

Kondisi Tanah Tercemar terhadap

Populasi Cacing Tanah

Analisis yang digunakan

untuk mengetahui pengaruh sifat

fisik-kimia tanah terhadap ke-

beradaan cacing tanah yaitu analisis

regresi linier berganda. Persamaan

No. Skor Keterangan

1 0

Sangat buruk, tidak

ditemukan cacing, kotoran,

dan lubang cacing di tanah

(0 ekor/m2)

2 1

Buruk, ditemukan cacing

dalam jumlah sangat

sedikit (1-5 ekor/m2)

3 2

Agak buruk, ditemukan

cacing dalam jumlah

sedikit (6-10 ekor/m2)

4 3

Sedang, ditemukan cacing

dalam jumlah cukup,

begitu juga dengan kotoran

dan lubang cacing di tanah

(11-30 ekor/m2)

5 4

Baik, ditemukan cacing

dalam jumlah yang banyak

(31-250 ekor/m2)

6 5

Sangat baik, ditemukan

cacing dalam jumlah yang

melimpah (>250 ekor/m2)

Page 8: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 8

regresi linier berganda yang

digunakan dirumuskan sebagai

berikut (Sugiono, 2007):

Y= β0 + β1X1 + β1X1 + β2X2 + β3X3 +

β4X4+ β5X5 + β6X6

Catatan:

Y = kepadatan populasi cacing

tanah; X1 = pH tanah; X2 =

kandungan bahan organik (%); X3 =

N total (%); X4 = P tersedia (ppm);

X5 = K tersedia (%); X6 = lama

pengolahan tanah; β0 = intersep; β1-6

= Koefisien regresi

Untuk mengetahui apakah

persamaan regresi linier berganda

tersebut dapat dioperasionalkan atau

dinyatakan valid, dilakukan uji ke-

layakan terhadap hubungan antar-

variabel bebas menggunakan empat

uji asumsi klasik statistik terhadap

persamaan regresi linier berganda,

yaitu: uji asumsi multi-kolinieritas,

uji asumsi autokorelasi, uji asumsi

normalitas, dan uji asumsi homo-

skedastisitas.

1. Uji asumsi klasik Multi-

kolinieritas, terjadi jika koefisien

korelasi antar variabel bebas lebih

besar dari 0,60 (pendapat lain:

0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak

terjadi multikolinieritas jika

koefisien korelasi antar variabel

bebas lebih kecil atau sama

dengan 0,60 (r < 0,60).

2. Uji asumsi Normalitas, dihasilkan

apabila distribusi data normal,

maka analisis data dan pengujian

hipotesis digunakan statistik

parametrik.

3. Uji asumsi Klasik Autokorelasi,

ukuran dalam menentukan ada

tidaknya masalah autokorelasi

dengan uji Durbin-Watson

(DW), dengan ketentuan sebagai

berikut:

Terjadi autokorelasi positif jika

DW di bawah -2 (DW < -2).

Tidak terjadi autokorelasi jika

DW berada di antara -2 dan +2

atau -2 < DW +2

4. Uji Asumsi Klasik Homos-

kedastisitas, terjadi jika titik-titik

hasil pengolahan data pada

diagram pencar (scatter plot)

menyebar di bawah ataupun di

atas titik origin (angka 0) pada

sumbu Y dan tidak mempunyai

pola yang tertentu.

Selain uji regresi, untuk

mengetahui keeratan hubungan antar

variabel independen dengan populasi

Page 9: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 9

cacing tanah dilakukan analisis

korelasi Pearson. Untuk menguji

signifikansi konstanta dari setiap

variabel independen dilakukan uji t

dan pengambilan kesimpulan

dilakukan berdasarkan nilai

probabilitas (≤ 0,05).

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Lahan Pertanaman

Kentang di Kecamatan Kejajar

Penentuan titik sampel pada

penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik stratified

random sampling. Parameter yang

menjadi pertimbangan dalam

menentukan titik sampel diantaranya

adalah bentuk lahan, penggunaan

lahan, jenis tanah, dan kontur. Selain

itu, akses jalan juga menjadi

pertimbangan agar memudahkan

peneliti dalam mencapai titik sampel

yang dituju. Hal ini dapat

ditunjukkan pada Gambar 4.1 di

bawah ini.

Gambar 4.1. Peta Satuan Lahan Penelitian

Hasil wawancara dengan

petani penggarap lahan pertanaman

kentang menunjukkan bahwa pupuk

digunakan pupuk kandang (berasal

dari kotoran ayam) dan pupuk kimia

sintetis (Urea dan TSP). Berdasarkan

rujukan Departemen Pertanian, dosis

pupuk yang dianjurkan untuk

Page 10: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 10

budidaya tanaman kentang adalah

20-30 ton/ ha pupuk kotoran ayam,

200-300 kg/ha pupuk urea, dan 200-

250 kg/ha pupuk TSP, tetapi petani

menggunakan pupuk melebihi

ukuran normal menjadi 40 ton/ha

pupuk kotoran ayam yang masih

mentah, 500 kg/ha pupuk urea dan

300 kg/ha pupuk TSP.

B. Fisik-Kimia Tanah Akibat

Pemupukan

Pada petak pengamatan suhu dan

kelembaban tanah tidak me-

nunjukkan perbedaan antara lahan

yang sudah diolah lebih dari 5 tahun

dengan yang sudah diolah kurang

dari 5 tahun Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Analisis Sifat Fisik-Kimia

Tanah pada Lahan yang diolah

kurang dan lebih dari 5 tahun

Catatan:

Lokasi 1: Pengolahan lahan selama 8 tahun; Lokasi 2: Pengolahan lahan selama 6

tahun;Lokasi 3: Pengolahan lahan selama 8 tahun; Lokasi 4: Pengolahan lahan

selama 2 tahun;Lokasi 5: Pengolahan lahan selama 1 tahun; Lokasi 6: Pengolahan

lahan selama 2 tahun.

No.

Sifat Fisik-

Kimia

Tanah

Hasil Analisis

Lokasi

1

Lokasi

2

Lokasi

3

Lokasi

4

Lokasi

5

Lokasi

6

1 Suhu (0C) 18.0 18.0 18.0 18.0 18.0 18.0

2

Kelembaban

(%) 44.5 44.5 44.5 44.5 44.5 44.5

3 pH 4.52 4.50 4.69 5.79 5.97 5.62

4

Bahan

Organik (%) 6.89 6.88 6.92 7.03 7.08 6.97

5 N total (%) 0.54 0.54 0.54 0.50 0.48 0.49

6

P tersedia

(me/100 g) 0.39 0.39 0.39 0.37 0.36 0.38

7

K tersedia

(%) 0.22 0.22 0.22 0.20 0.19 0.20

Page 11: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 11

Analisis pengukuran pH

tanah menunjukkan hasil bahwa

lahan yang diolah lebih dari 5 tahun

(Lokasi 1,2,3) memiliki tanah yang

lebih asam (pH lebih rendah) yaitu

4,52, 4,50, dan 4,69 dibandingkan

lokasi 4, 5, dan 6 yang baru diolah

kurang dari 5 tahun (pH 5,79, 5,97,

dan 5,62). Penurunan pH tanah

tersebut diakibatkan oleh peng-

gunaan pupuk anorganik (kimia) dan

pupuk organik (kandang) secara

berlebihan dalam jangka waktu yang

lebih lama. Pemberian pupuk kimia

yang mengandung unsur N (Urea)

dalam jumlah yang besar selain dapat

meningkatkan kadar nitrogen di

dalam tanah, juga dapat meng-

akibatkan tanah menjadi asam.

Analisis kandungan bahan

organik menunjukkan bahwa lahan

yang sudah diolah lebih dari 5 tahun

(lokasi 1, 2, dan 3) memiliki

kandungan bahan organik lebih

rendah daripada lahan yang baru

diolah kurang dari 5 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa lama waktu

penggunaan lahan untuk kegiatan

pertanian mempengaruhi kandungan

bahan organik. Bila lahan ditanami

terus menerus, maka kadar bahan

organik tanah makin lama akan

menurun karena digunakan untuk

keperluan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Kegiatan

pemupukan juga berpengaruh

terhadap penurunan bahan organik di

dalam tanah. Pada umumnya, kadar

C-organik tanah menurun seiring

dengan meningkatnya dosis pupuk

urea yang diberikan. Penurunan

kadar C-organik tanah ini me-

nunjukkan bahwa aktivitas

mikroorganisme untuk merombak

pupuk organik meningkat sejalan

dengan meningkatnya pupuk urea

yang diberikan. Selain itu, penurunan

bahan organik dalam tanah juga

dapat disebabkan oleh laju

dekomposisi bahan organik yang

berlangsung cepat akibat suhu udara

dan tanah serta curah hujan yang

tinggi. Curah hujan yang tergolong

tinggi di Kecamatan Kejajar, juga

dapat mengakibatkan pencucian

bahan organik terlarut.

Page 12: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 12

C. Tingkat Kepadatan Populasi

Cacing Tanah sebagai

Bioindikator Pencemaran

Tanah

Hasil identifikasi cacing

tanah pada petak pengamatan

menunjukkan keberadaan cacing

tanah jenis Pheretima sp. pada lahan

yang baru diolah sebagai lahan

pertanian. Hal ini karena pada lahan

tersebut belum terjadi penumpukan

residu pupuk dan pengolahan tanah

yang relatif lama. Lain halnya pada

lahan pertanian yang sudah lebih dari

5 tahun pengolahan tidak ditemukan

cacing tanah. Hal ini dapat

ditunjukan pada Gambar 4.2.dan

Tabel 4.2.

Gambar 4.2. Lahan pertanian

kentang yang baru diolah ( < 5

tahun) dan Cacing tanah Pheretima

sp. (kiri); Lahan pertanian kentang

yang telah diolah > 5 tahun dan tidak

ditemukan cacing (kanan).

Berdasarkan Tabel 4.2.

terdapat perbedaan yang signifikan

antara petak pengamatan di lahan

yang sudah diolah lebih dari 5 tahun

dengan petak pengamatan di lahan

yang diolah kurang dari lima tahun.

Cacing tanah dijumpai pada lokasi 4,

5, dan 6, yaitu pada lahan yang baru

diolah kurang dari 5 tahun.

Berdasarkan hasil analisis sampel

tanah diperoleh bahwa lokasi

tersebut memiliki pH tanah

mendekati 6, dimana nilai pH

tersebut cocok untuk habitat cacing

tanah yang memerlukan tanah

sedikit asam sampai netral (pH 6-

7,2).

Page 13: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 13

Tabel 4.2. Rekapitulasi skoring

keberadaan cacing

tanah

Titik

Sampel Skoring

Titik

Sampel Skoring

(Olah

Lahan > 5

thn)

(Olah

Lahan < 5

thn)

I.1.1 0 IV.1.1 2

I.1.2 0 IV.1.2 2

I.2.1 0 IV.1.3 2

I.2.2 0 IV.2.1 1

I.3.1 0 IV.2.2 1

I.3.2 0 IV.2.3 1

II.1.1 0 IV.3.1 1

II.1.2 0 IV.3.2 1

II.2.1 0 IV.3.3 1

II.2.2 0 V.1.1 2

II.3.1 0 V.1.2 2

II.3.2 0 V.2.1 2

III.1.1 0 V.2.2 1

III.1.2 0 V.3.1 1

III.1.3 0 V.3.2 1

III.2.1 0 VI.1.1 1

III.2.2 0 VI.1.2 1

III.2.3 0 VI.2.1 1

III.3.1 0 VI.2.2 1

III.3.2 0 VI.3.1 0

III.3.3 0 VI.3.2 0

Rerata 0b 1.19a

Keterangan: angka yang diikuti

huruf yang sama dalam

satu baris tidak

menunjukkan beda nyata

berdasarkan uji t pada

taraf 5%.

Selain itu, kandungan bahan

organik yang lebih tinggi di lokasi

4,5, dan 6 dapat mendukung habitat

cacing tanah, sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Soepardi (1983)

bahwa tanah dengan bahan organik

tinggi merupakan habitat yang

disukai oleh cacing tanah.

Kegiatan pengolahan tanah

meliputi pembersihan tanah, pen-

cangkulan, pembuatan lubang,

garitan tanah serta pembukaan dan

penimbunan lahan akan mengganggu

habitat binatang tanah termasuk

cacing tanah terutama yang hidup di

permukaan tanah. Hal ini dibuktikan

oleh rendahnya densitas populasi

cacing tanah pada lokasi 1,2, dan 3

dimana telah dilakukan pengolahan

lahan yang lebih lama daripada

lokasi 4,5,dan 6 (Tabel 4.2).

Keberadaan cacing tanah

dipengaruhi oleh sifat fisik-kimia

tanah sebagai habitatnya. Rendahnya

populasi cacing tanah (tidak

ditemukan sama sekali) di lokasi 1,2,

dan 3 disebabkan oleh perubahan

sifat fisik-kimia tanah akibat

pengolahan tanah secara intensif

dalam jangka waktu yang lama (lebih

dari 5 tahun) dengan menggunakan

Page 14: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 14

pupuk kimia dan organik.

Penggunaan pupuk kimia dan

organik dalam jumlah berlebih dan

jangka waktu yang lama akan

berakibat pada menurunnya pH dan

kandungan bahan organik tanah.

Tanah yang terlalu masam dan bahan

organik yang rendah mengakibatkan

tanah tidak kondusif untuk habitat

cacing tanah, sehingga cacing tanah

tidak dapat beradaptasi kemudian

beremigrasi atau mati.

Cacing tanah dijumpai pada

lokasi 4, 5, dan 6, yaitu pada lahan

yang baru diolah kurang dari 5 tahun.

Berdasarkan hasil analisis sampel

tanah diperoleh bahwa lokasi tersebut

memiliki pH tanah mendekati 6,

dimana nilai pH tersebut cocok untuk

habitat cacing tanah yang me-

merlukan tanah sedikit asam sampai

netral (pH 6-7,2). Selain itu,

kandungan bahan organik yang

lebih tinggi di lokasi 4,5, dan 6

dapat mendukung habitat cacing

tanah, sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Soepardi (1983)

bahwa tanah dengan bahan organik

tinggi merupakan habitat yang

disukai oleh cacing tanah.

D. Analisis Pengaruh Faktor

Kondisi Tanah Tercemar

terhadap Populasi Cacing

Tanah

Pengaruh faktor kondisi tanah

tercemar oleh penggunaan pupuk

berlebihan terhadap densitas populasi

cacing tanah dianalisis dengan

menggunakan analisis regresi linier

berganda. Berdasarkan hasil uji

multikolinieritas penelitian ini,

diperoleh nilai koefisien collinearity

statistics tolerance berkisar antara

0,063-0,243 yang berarti lebih besar

dari derajat signifikansi yang di-

tetapkan yaitu 5% atau 0,05,

sedangkan semua nilai VIF (variance

inflation faktor) masing-masing

variabel bebas mempunya nilai

antara 4,115-15,873 yang besarnya

kurang dari 20 (Tabel 4.3). Dengan

demikian persamaan regresi linier

berganda valid untuk digunakan.

Page 15: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 15

Tabel 4.3. Nilai R square, Tolerance, dan VIF variabel bebas

Gambar 4.3. Normal P-P Plot Regression Standardized Residual

Persamaan regresi linier berganda

dinyatakan terbebas dari autokorelasi

apabila nilai Durbin-Watson (DW)

terletak diantara -2<DW<2. Pada

penelitian ini, hasil perhitungan nilai

Durbin-Watson menunjukkan angka

1,860938 yang artinya nilai tersebut

terletak diantara -2 dan +2. Dengan

demikian persamaan regresi linier

berganda valid untuk digunakan.

Hasil pemrosesan data

menunjukkan hasil bahwa persebaran

data variabel bebas dalam penelitian

ini mengikuti garis lurus diagonal

pada diagram P-P Plot of

Standardized Residual yang berarti

persebaran datanya mengikuti

kriteria distribusi normal (Gambar

4.3).

Variabel

bebas pH

bahan

organik

N

total

P

tersedia

K

tersedia

Lama

pengolahan

tanah

R square 0.937 0.757 0.769 0.885 0.879 0.884

Nilai

Tolerance 0.063 0.243 0.231 0.115 0.121 0.116

VIF 15.873 4.115 4.329 8.696 8.264 8.621

Page 16: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 16

Dengan demikian persamaan

regresi linier berganda valid untuk

digunakan. Sedangkan hasil uji

homoskedastisitas penelitian ini

menunjukkan sebaran titik-titik yang

acak dan tidak berpola yang artinya

terjadi homoskdastisitas (Gambar

4.4).

Gambar 4.4. Scatterplot hubungan antara nilai variansi hasil penelitian dengan

variansi hasil prediksi.

Tabel 4.4. Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Pengolahan Lahan dan

Kondisi Tanah yang Tercemar terhadap Populasi Cacing Tanah

derajat

bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah

F

hitung Pr>F

Regresi 8 18.93 2.37 34.56

6.98E-

14 *

Error 35 3.19 0.09

Total 43 22.12

Keterangan: * menunjukkan beda nyata berdasarkan uji anova pada taraf 5%

Page 17: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 17

Koefisien

regresi

Standard

Error

t

hitung

P-

value Keterangan

Intersep 1.827 7.446 0.245 0.808

Variabel

Independen

pH

0.644

0.287

2.241

0.031

*

Bahan

Organik

(%)

0.205 0.955 0.214 0.831

N total 8.553 3.015 2.837 0.008 *

P tersedia -33.420 13.183 -2.535 0.016 *

K tersedia 13.304 9.128 1.458 0.154

Lama

pengolahan

lahan

-0.104 0.046 -2.231 0.032 *

Keterangan: * menunjukkan koefisien regresi yang signifikan berdasarkan uji t

pada taraf 5%

Berdasarkan hasil uji regresi

linier berganda, diperoleh hasil

bahwa koefesien regresi yang

signifikan adalah variabel indepen

pH, N total, P tersedia, dan lama

pengolahan lahan, sehingga di-

peroleh persamaan sebagai berikut:

Y= 0,644 X1 + 8,533 X3 – 33,420 X4

– 0,104 X6 ; R2 = 0,73

Catatan:

Y = densitas populasi cacing

tanah; X1 = pH tanah; X2 =

kandungan bahan organik (%); X3 =

N total (%); X4 = P tersedia (ppm);

X5 = K tersedia (%); X6 = lama

pengolahan tanah.

Persamaan tersebut me-

nunjukkan bahwa lama pengolahan

tanah dan faktor tanah berupa N

total, P-tersedia dalam tanah, dan pH

tanah berpengaruh terhadap densitas

populasi cacing tanah sebesar 73%

dan 27% dipengaruhi oleh variabel

bebas lain yaitu kandungan bahan

organik dan K tersedia.

Analisis korelasi Pearson

menunjukkan adanya hubungan yang

Page 18: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 18

erat antar semua variabel independen

(pH tanah, kandungan bahan organik,

N total, P tersedia, K tersedia, dan

lama pengolahan tanah) dengan

densitas populasi cacing tanah.

Berdasarkan nilai koefisien korelasi

Pearson diperoleh bahwa kandungan

bahan organik dan pH tanah

berkorelasi positif dengan populasi

cacing tanah dengan nilai r=0,75 dan

r=0,89. Selain korelasi positif,

diperoleh juga korelasi negatif antara

N total, P tersedia, K tersedia, dan

lama pengolahan lahan dengan

populasi cacing tanah dengan nilai

berturut-turut r=-0,53, r=-0,76, r=-

0,66, dan r=-0,82.

V. KESIMPULAN

1. Pengolahan tanah dengan

menggunakan pupuk kimia dan

organik selama lebih dari 5 tahun

secara signifikan menurunkan pH

dari 5,97 menjadi 4,50 dan

kandungan bahan organik tanah

dari 7,08% menjadi 6,88%.

2. Penurunan pH dan kandungan

bahan organik akibat pengolahan

tahan dengan menggunakan

pupuk berlebihan berpengaruh

pada penurunan populasi cacing

tanah (Pheretima sp.) pada lahan

yang sudah digunakan sebagai

pertanaman kentang selama lebih

dari 5 tahun dari 5 ekor/m2

menjadi 0 ekor/m2.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Laporan Tahunan

Kabupaten Wonosobo.

Wonosobo.

Anonim. 2002. Inventarisasi Data

Teknis Kawasan Dieng

Kabupaten Wonosobo.

Wonosobo.

Anonim. 2004. Petunjuk Teknis

Pengamatan Tanah. Balai

Penelitian Tanah. Bogor.

Bierman, P. 2007. Ohio Soil Health

Card. Centers at Piketon,

Ohio State Univ.

<http://www.ag.ohio-

Page 19: KONDISI CACING TANAH (Pheretima sp.) PADA LAHAN …ejurnal.ity.ac.id/berkas/0503078401_KONDISI__CACING_TANAH...Lahan yang sudah diolah lebih dari 5 tahun memiliki tingkat kerusakan

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/OKTOBER 2016 Page 19

state.edu/-pre>. Diakses

tanggal 25 Agustus 2014.

Ghabbour, S. I., J.P.C. Da Fonseca,

W.Z.A. Mikhail, and S.H.

Shakir. 1985. Differentation

of Soil Fauna in Desert

Agriculture of the Mariut

Region . Biol Fort Soil. 1: 9-

14.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri

Tanah. Bogor: 85-107; 547-

554.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). Bandung: Alfabeta.