kondisi dan permasalahan sumberdaya air dan lahan...
TRANSCRIPT
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 1
Kondisi dan Permasalahan Sumberdaya Air dan Lahan Pertanian
Di Bali
Oleh
R. Suyarto Tatiek Kusmawati
Laboratorium Evaluasi Sumberdaya Lahan Konsentrasi Ilmu Tanah dan Lingkungan
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Denpasar - Bali 2016
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 2
Kondisi dan Permasalahan Sumberdaya Air dan Lahan Pertanian
Di Bali
1. Pendahuluan
Dewasa ini sumberdaya air masih belum mendapatkan proteksi yang cukup
untuk menghindari semakin langkanya air bersih, tanpa disadari pada saat ini kita
telah membayar biaya yang tinggi untuk mendapatkan segelas air yang layak bagi
kesehatan. Bagi Bali yang merupakan daerah dengan penggunaan lahan yang sudah
optimum, sejalan dengan perkembangan dunia pariwisata dan sektor lainnya, maka
peranan sumberdaya air dan lahan pertanian semakin penting dan menentukan.
Disamping itu, sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus
berlangsung, maka sumberdaya air dan lahan pertanian akan semakin menjadi
penentu dalam kehidupan sehari – hari. Dilain pihak sumberdaya air dan lahan
semakin mengkhawatirkan, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti
pencemaran, penggundulan hutan, alih fungsi lahan pertanian, kegiatan berbagai
sektor yang mengabaikan kelestarian lingkungan, dan rusaknya daerah tangkapan air
yang pada akhirnya potensi berbagai sumberdaya air dan lahan menurun .
Sumberdaya air dan lahan mempunyai manfaat yang tidak terhingga dalam
pembangunan berbagai sektor. Adapun manfaatnya dapat dirasakan secara langsung
adalah untuk keperluan rumah tangga, industri dan perdagangan, pertanian,
perikanan, dan pariwisata. Oleh karena itu untuk kelangsungan kehidupan tersebut
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 3
perlu disadari bahwa sumberdaya air baik air permukaan maupun air tanah harus
mendapatkan proteksi sebaik – baiknya agar kita mendapat manfaat yang optimum
dan berkelanjutan. Sumberdaya air yang berlimpah telah banyak digunakan secara
tidak efisien, sehingga dibeberapa daerah telah terjadi kecenderungan degradasi
kuantitas dan kualitas air, bahkan sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Ketersediaan sumberdaya air dari waktu ke waktu relatif tetap sesuai dengan daur
hidrologi, namun keberadaan dan sifat kualitasnya dapat membatasi pemakaian dan
pemanfaatannya. Dalam rangka kegiatan pembangunan yang berkelanjutan maka
konsep dasar mengenai sumberdaya air perlu dipahami. Bagaimana kebutuhan air
dapat terpenuhi untuk seluruh sektor pembangunan termasuk keperluan pokok untuk
kehidupan manusia dengan mempertimbangkan aspek daya dukung dan konservasi
sumberdaya air sehingga dapat menunjang pembangunan.
Pada saat ini sumberdaya air di Bali telah mengalami defisit air ( Agenda 21
Indonesia, 1998 ) oleh karena itu, distribusi keberadaan sumber daya air di berbagai
daerah Bali harus dijadikan petunjuk untuk penyebaran jenis kegiatan yang
memerlukan air. Sehingga daya dukung sumberdaya air tidak terlampaui karena
padatnya kegiatan pembangunan. Memelihara ketersediaan sumberdaya air untuk
memenuhi kebutuhan berbagai sektor pembangunan memegang peranan yang penting
untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Di Bali
sektor pertanian paling banyak dalam penggunaan air (lebih 60 % dari seluruh
kebutuhan air), sejalan dengan pesatnya sektor yang lain maka perlu diperhatikan
meningkatnya kebutuhan akan sumberdaya air.
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 4
Pemenuhan kebutuhan air untuk rumah tangga mempunyai peranan penting dalam
menjaga produktivitas maupun kestabilan kondisi sosial dan politik, walaupun
sebagian masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di perkotaan belum dapat
menikmati jaringan air bersih. Akses terhadap air bersih yang dikonsumsi menjadi
beban hidup sehari – hari, disamping itu situasi ini ditambah dengan semakin
berkurangnya air bersih yang tersedia. Upaya memperoleh air bersih dengan biaya
yang tinggi ini, untuk masyarakat ekonomi lemah tidak mungkin ditanggung sendiri
tanpa campr tangan dari pemerintah.
Strategi pengelolaan sumberdaya air dan lahan harus dilaksanakan secara lintas
sektoral dan terpadu dengan tetap memperhatikan fungsi ganda air sebagai fungsi
ekonomi, sosial dan ekologi. Pengelolaan sumberdaya air tidak hanya terbatas pada
kualitas saja. Pengelolaan terpadu dengan menggunakan konsep Daerah Aliran
Sungai ( DAS )dan hulu sampai hilir, sehingga pendekatan “ One management for
one management “ dapat diterapkan untuk menumbuhkan kompetisi dengan inovasi
baru yang dapat memberikan keunggulan komparatif secara ekonomi dan ekologi.
Pengelolaan air tidak terbatas pada investasi material dan sumberdaya manusia, akan
tetapi menyangkut pula kemauan politik untuk membuat kebijakan yang berkenaan
dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air.
Berdasarkan pertimbangan diatas, masalah sumberdaya air di Bali adalah sangat
spesifik sesuai dengan kondisi geografi, sosial, ekonomi, budaya dan sektor
pembangunan pariwisata.
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 5
2. Kondisi Sumberdaya Air
Karakteristik hidrologi secara umum tergantung dari tidak bisa dipisahkan dengan
kondisi bentang alam dan kondisi geologinya. Pulau Jawa dan Pulau Bali merupakan
satu kesatuan pulau yang terpotong dan dipisahkan oleh Selat Bali, bentuk pulau
yang relatif memanjang, dari arah barat ke timur. Pulau Jawa dan Pulau Bali kondisi
geologi hampir sama sebagian besar terbentuk dan tersusun oleh batuan vulkanik
yang terbentuk dari kegiatan gunung api kuarter pada bagian tengah, batuan dari
pelipatan batuan sedimen dan campuran sedimen vulkanik terdapat di bagian utara.
Sedangkan bagian selatan berupa batuan sedimen miosen berupa batu kapur.
a). Geologi Regional
Pannnekoek (1991) menjelaskan secara regional bahwa Jawa dan Bali merupakan
satu kesatuan geologi yang dibagi :
Zone Plato Selatan
Permukaan plato ini merupakan sebagian dari peneplain yang terangkat (uplifted),
meliputi batuan miosen tua dan batuan kapur miosen muda. Peneplain ini tidak hanya
terangkat tetapi juga mengalami gerak pembengkokan (warped) kedalam depresi dan
kulminasi yang luas. Plato di Bali plato terdapat di Bukit Jimbaran dan Nusa Penida
dengan batuan kapur, sebagian besar plato ini dibatasi oleh adanya sisi patahan atau
flexure.
Zone Tengah Vulkanik
Zone tengah vulkanik sebetulnya merupakan dataran rendah dari lipatan tersier yang
telah turun dengan material fluvio vulkanik. Pada dataran ini muncul kelompok-
lelompok gunungapi. mulai dari kelompok gunungapi Merbuk, Klatak, Patas dan
Pulaki. Bagian tengah adalah gunungapi Buyan Bratan Batur Purba dan bagian timur
adalah gunung api resen Gunung Batur dan Gunung Agung dan Gunung Seraya.
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 6
Zone Utara Lipatan
Di Bali bagian zone utara lipatan hampir tidak ada dan hanya sedikit yang tersingkap
yaitu adalah adanya perbukitan Pulau Menjangan dan sedikit di Taman Nasional Bali
Barat.
b). Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Jawa Timur (Purbo Hadiwidjojo, 1998)
terdapat struktur sesar dan lipatan yang kompleks. Struktur kelurusan dan sesar
diuraikan secara regional. Sesar dan kelurusan umumnya ke arah barat laut – timur
tenggara dan beberapa timur laut dan barat daya. Berdasarkan Peta Geologi Lembar
Bali (Gambar 1) (Purbo Hadiwidjojo, 1998) kondisi geologi yang luas penyebarannya
adalah :
• Bali bagian barat didominasi oleh Batuan Gunungapi Jembrana (Qpvj) dan
Formasi Palasari (QTsp). Sebagian kecil tersebar Formasi Prapat Agung
(Qhva), Formasi Sorga (Tms), Batuan Gunungapi Pulaki (Tpvp) dan Formasi
Asah (Tpva). Secara umum hanya Formasi Palasari yang merupakan akifer
yang baik, sehingga banyak wilayah menjadi kering saat musim kemarau.
Beberapa sungai yang berhulu pada geologi ini merupakan sungai
intermienten, terutama yamg kearah utara. .
• Bali bagian tengah didominasi oleh Batuan Gunungapi kelompok Buyan,
Bratan dan Batur (Qpbb). Sebagian lagi adalah Batuan Gunungapi Batukau
(Qvb), Batuan Gunungapi kelompok Lesong, Pohen, Sengayang (Qvlps),
Batuan Gunungapi kelompok Buyan, Bratan Purba (Qvbb), Formasi Asah
(Tpva) dan Batuan Gunungapi Batur (Qhvb). Sebagian besar merupakan
akifer yang baik sehingga ketersediaan air tinggi, seluruh sungai yang berhulu
pada geologi ini merupakan sungai permanen. Kondisi hidrologi mengikuti
siklus hidrologi gunungapi ditandai dengan adanya “spring belt”.
• Bali bagian timur didominasi oleh Batuan Gunungapi Agung (Qhva), Batuan
Gunungapi Seraya (Qpvs) dan Formasi Ulakan (Tomu). Sebagian besar
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 7
merupakan akifer yang baik sehingga ketersediaan air tinggi, seluruh sungai
yang berhulu pada geologi ini merupakan sungai permanen. Kondisi hidrologi
mengikuti siklus hidrologi gunungapi ditandai dengan adanya “spring belt”.
Khusus Batuan Gunungapi Seraya merupakan akifer yang tidak baik sehingga
tidak dapat menyimpan air, sehingga menjadi daerah kering.
• Bagian selatan (Bukit Jimbaran dan Nusa Penida) terdiri dari Formasi Selatan
(Tmps), merupakan akifer yang tidak baik sehingga tidak dapat menyimpan
air, air masuk kedalam melalui retakan/joint membentuk sungai bawah tanah.
Buyan-Bratan-BaturFormasi
Jembrana
FormasiPalasari
FormasiSelatan
FormasiSelatan
Batuan G.Agung
FormasiPrapatagung
F. Ulakan
Gambar 1. Peta Geologi Bali (Purbo Hadiwodjoyo, 1998)
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 8
Gambar 2 Peta geologi dan struktur Bali.
Tabel 1. Umur Struktur Geologi Bali
Jaman/Umur Formasi/Litologi Kuarter (1 Jt tahun yang lalu) Pleistosen (10 Jt tahun yang lalu)
- Aluvium (Qal) - Batuan Gunungapi Kelompok Lesong, Pohen dan
Sengayang (Qv) - Batuan Gunungapi Batukahu (Qv) - Batuan Gunungapi Kelompok Buyan; Bratan dan
Batur (Qpbb) - Formasi Palasari : konglomerat, batu pasir dan batu
gamping terumbu - Batuan Gunungapi Kelompok Buyan Bratan dan Batur
Purba(Qvbb) - Batuan Gunungapi Jembrana : lava, brekasi, tuf
G. Klatak, Merbuk dan G. Patas Pliosen (12 Jt tahun yang lalu)
- Formasi Asah : lava, breksi, tufa batu apung - Formasi Prapat Agung : batu gamping, batu pasir
gampingan dan napal - Batuan Gunungapi Pulaki : lava dan breksi
Miosen (26Jt tahun yang lalu) Oligosen (38 Jt tahun yang lalu)
- Formasi Selatan (Ms) - Formasi Sorga - Formasi Ulakan (Mu)
Sumber : Peta Geologi Bali, 1998
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 9
1). Potensi Air Hujan
Secara klimatologis pola hujan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga yaitu pola
monson, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Monson dicirikan oleh bentuk pola
hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar bulan
Desember). Secara umum musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai
Bulan September dan musim hujan dari Bulan Oktober sampai bulan Maret (Boer,
2003).
Pola hujan di Provinsi Bali adalah berpola hujan monsoon (Gambar 3) yang
ditandai oleh terjadinya satu puncak curah hujan maksimum yang terjadi pada saat
monsoon barat (Januari) dan satu puncak curah minimum yang terjadi pada saat
monsoon tenggara (Agustus).
2.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Cura
h Hu
jan
(mm
/bln
)
Gambar 3. Pola hujan bulanan Provinsi Bali
Dalam menentukan potensi air hujan sangat tergantung dari data curah hujan
yang ada. Data curah diperoleh dari stasiun curah hujan yang ada di Bali. Terdapat 64
stasiun curah hujan dikelola BMG dan mampu menghasilkan data curah hujan yang
dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
Sistem Informasi Geografi, rata-rata curah hujan tahunan untuk provinsi bali adalah
1987.33 mm/tahun dengan rata tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 352.99
mm/bulan dan terendah pada bulan Agustus sebesar 41.27 mm/bulan. Rata-rata
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 10
bulanan dan total rata-rata curah hujan tahunan untuk Provinsi Bali dapat dilihat pada
Table 2 dan Gambar 4. Tabel 2. Rata-rata curah hujan bulanan Provinsi Bali
Bulan Curah Hujan (mm) Januari 352.99 Februari 314.22 Maret 241.42 April 160.12 Mei 85.44 Juni 67.56 Juli 55.84 Agustus 41.27 September 53.30 Oktober 131.09 November 211.58 Desember 272.50 Total 1987.33
Sumber: Hasil Analisis (2009)
Gambar 4. Peta rata-rata curah hujan tahunan Provinsi Bali
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 11
2). Potensi Air Permukaan
a. Potensi Air Sungai
Potensi air permukaan di Bali adalah sebesar 4965,2 juta m3/tahun. Potensi
terbesar di Kabupaten Tabanan, yaitu sebesar 1125,7 juta m3/tahun, dan terkecil di
Kota Denpasar sebesar 126,8 juta m3/tahun. Dilihat dari karakteristik sungai di Bali
(Gambar 5), Kota Denpasar paling sedikit memiliki sungai terutama untuk sungai
yang aliran sungainya selalu mengalir sepanjang tahun. Sungai –sungai di Bali telah
dikelompokan ke dalam 20 satuan wilayah sungai (sub basin) dengan total daerah
aliran sungainya sebesar 5.612,77 km2, Dengan rata-rata curah hujan yang jatuh
sebesar 2003 mm/tahun, diperkirakan total aliran tahunan sebesar 196,4 m3/dt, yang
juga merupakan potensi air permukaan Pulau Bali.
Secara umum dapat dibagi menjadi kelompok sungai yang mengalir kearah
utara dan kelompok sungai yang mengalir keselatan, sungai yang mengalir ke utara
umumnya berupa sungai intermieten dan pendek dibanding yang mengalir ke selatan
berupa sungai permanen dan lebih panjang. Sungai yang mengalir ke utara sering
terjadi banjir saat musim hujan dan kering saat kemarau.
%U
#S
#S
#S
#S#S
#S
#S
SUB SWS 03.01.10SUB SWS
03.01.09
SUB SWS 03.01.02
SUB SWS 03.01.03
SUB SWS 03.01.04
SUB SWS 03.01.12
SUB SWS 03.01.11
SUB SWS 03.01.05SUB SWS
03.01.06
SUB SWS 03.01.07
SUB SWS 03.01.08
109
1112
1314
1516
1718
19 2021
2223
2425
26
27
12
3
6 7
8
6667
6869707172
7374
75767778
798081
82
838485868788
89
9091
D. BaturD. Beratan
D. Buyan
D. Tamblingan
5
4
282930
31 3233
3435
3637
383940
4142 43 44
4546
47 48
495051
5253
54
55
56
5758
5960
6162
6364
65
SUB SWS 03.01.13
SUB SWS 03.01.14
SUB SWS 03.01.15
SUB SWS 03.01.16
SUB SWS 03.01.17
SUB SWS 03.01.18
SUB SWS 03.01.19
SUB SWS 03.01.01
BULELENG
TABANAN
BANGLIJEMBRANA
KARANGASEM
BADUNG
GIANYAR
KLUNGKUNG
DENPASAR
Bangli
Negara
GianyarTabanan
Amlapura
Denpasar
Singaraja
Semarapura
P. Serangan
P. Lembongan
P. Ceningan
P. Nusa Penida
P. Menjangan
SUB SWS 03.01.20
10 0 10 Kilometers
N
8°40'
8°00'
114°40' 115°20'
PETA BEBERAPA SUNGAI DI BALI
45. Tk. Bugbugan46. Tk. Betel47. Tk. Tanahampo48. Tk. Buhu49. Tk. Pedih50. Tk. Bangka51. Tk. Mantri52. Tk. Seraya53. Tk. Tibudalem54. Tk. Buah55. Tk. Kutumanak56. Tk. Dasa57. Tk. Aya58. Tk. Batang59. Tk. Batuniti60. Tk. Abu61. Tk. Sapta62. Tk. Sayung63. Tk. Pale64. Tk. Mlaka65. Tk. Daya
KAB. KARANGASEMKAB. BADUNG28. Tk. Pangi29. Tk. Canggu30. Tk. Umalas31. Tk. Mati32. Tk. Badung
KOTA DENPASAR33. Tk. Rangda34. Tk. AyungKAB. GIANYAR35. Tk. Singapadu36. Tk. Oos37. Tk. Petanu38. Tk. Kutul39. Tk. Pekerisan40. Tk. Sangsang41. Tk. Melangit
42. Tk. Bubuh43. Tk. Jinah44. Tk. Unda
KAB. KLUNGKUNG
1. Tk. Melaya 2. Tk. Sangyang Gede 3. Tk. Aya Barat 4. Tk. Sowan 5. Tk. Ijogading 6. Tk. Aya Timur 7. Tk. Pergung 8. Tk. Bilukpoh 9. Tk. Yeh Embang10. Tk. Yeh Sumbul11. Tk. Yeh Salang12. Tk. Medewi13. Tk. Pulukan14. Tk. Yeh Lebah15. Tk. Pengyangan16. Tk. Yeh Leh
KAB. JEMBRANA
17. Tk. Silah18. Tk. Balian19. Tk. Puleh20. Tk. Payan21. Tk. Yeh Otan22. Tk. Yeh Matan23. Tk. Yeh Ho24. Tk. Yeh Abe25. Tk. Yeh Empas26. Tk. Ketikan27. Tk. Yeh Penet
KAB. TABANAN
66. Tk. Luwah67. Tk. Puseh68. Tk. Batas69. Tk. Anyar70. Tk. Yeh Lalang71. Tk. Desa72. Tk. Puana73. Tk. Bayad74. Tk. Pacung75. Tk. Dalem76. Tk. Daya77. Tk. Sangsit78. Tk. Penarukan79. Tk. Buwus80. Tk. Buleleng81. Tk. Banyumala82. Tk. Bangka83. Tk. Kasuari84. Tk. Bengkala85. Tk. Saba86. Tk. Banyuraras87. Tk. Sumaga88. Tk. Tingatinga89. Pangkung Legod90. Tk. Banyupoh91. Tk. Kampyak
KAB. BULELENG
Gambar 5. Karakteristik Sungai di Bali
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 12
Tabel 3. Potensi Air Sungai yang Dapat Dimanfaatkan di Propinsi Bali
No Kabupaten/Kota Jumlah Sungai Volume (Juta m3/tahun)
1 Jembrana 10 412,08
2 Tabanan 4 369,00
3 Badung 1 52,3
4 Denpasar 1 -
5 Gianyar 4 122,90
6 Klungkung 1 1654
7 Karangasem 2 54,2
8 Buleleng 5 184,2
Total 2.848,68
Sumber : Publikasi Data Hidrologi Propinsi Bali 1998 (DPU).
Tabel 4. Sadapan Air di Muara Sungai
Nomor Tukad / Sungai Kabupaten Aliran Minimum ( m3 / dt )
Estimasi Aliran ( l / dt )
1 Balian Tabanan 544 380
2 Yeh Empas Tabanan 289 200
3 Sungi Tabanan 610 430
4 Ayung Denpasar - 150
5 Oos Gianyar 175 140
6 Petanu Gianyar 1761 1400
7 Bubuh Klungkung 612 310
8 Jinah Klungkung 271 140
9 Unda Klungkung 444 220
10 Pati Karangasem 82 60
11 Janga Karangasem 530 370
12 Banyumala Buleleng 90 50
13 Mendaum Buleleng 154 80
14 Saba Buleleng 227 110
15 Jogading Jembrana 83 60
16 Bilukpoh Jembrana 88 60
17 Yeh Embang Jembrana 210 150
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 13
18 Yeh Sumbul Jembrana 143 100
19 Medewi Jembrana 141 100
20 Pulukan Jembrana 188 130
Jumlah 6.650
186,732 juta m3
Sumber : Rencana Induk Penyediaan Air Bersih Bali, 2000.
b. Potensi Air Danau dan Embung
Potensi air danau yang terdiri dari danau dan embung, untuk danau adalah
danau Buyan, Tamblingan, Beratan, dan Batur merupakan cadangan potensi air
permukaan Provinsi Bali dengan total volume sebesar 1007,90 juta m3 . Danau Batur
sebesar 815,38 juta m3, Danau Buyan (116,26 juta m3), Danau Beratan (49,22 juta
m3) dan Danau Tamblingan (27,05 juta m3). Disamping itu terdapat danau buatan,
seperti; Embung Seraya, Embung Gerokgak, Waduk Palasari, dan Waduk Muara
Nusa Dua, maka total volume menjadi 1018,81 Juta m3 (Tabel 5).
Akhir-akhir ini fluktuasi muka air danau di Bedugul semakin tinggi, penelitian
yang ada menunjukkan :
Pengaruh curah hujan terhadap penurunan muka air Danau Buyan 2 %,
sedangkan terhadap tinggi muka air Danau Tamblingan 10 %.
Perubahan penggunaan lahan kurun waktu 1981 sampai 2003 dapat
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi hidrologis Danau Buyan dan Tamblingan,
memberikan kontribusi terhadap penurunan permukaan air ke dua danau.
Berdasarkan hasil evaluasi imbangan air Danau Buyan dan Tamblingan periode
10 tahun (1996-2005) menunjukan bahwa bulan-bulan defisit lebih banyak dari pada
bulan-bulan surplus. Sesuai dengan perhitungan perubahan timbunan air rata-rata
tahunan Danau Buyan mengalami defisit sebesar – 1,87338m3/dt dan Danau
Tamblingan mengalami defisit sebesar – 0,02325 m3/dt.
Fluktuasi rata-rata dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei terjadi
peningkatan, mulai bulan Juni sampai bulan Nopember terjadi penurunan air danau.
Besarnya rata-rata bulanan tertinggi sebesar 8,89 meter dan terendah 0,13 meter,
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 14
untuk Danau Buyan. Sedangkan untuk Danau Tamblingan rata-rata bulan tertinggi
sebasar 6,57 meter dan terendah 2,44 meter.
Tabel 5. Vulume air waduk/situ Provinsi Bali
No. Kabupaten /Kota
Waduk/Danau Luas Tadah (Km2)
Luas Permukaan (Km2)
Kedalaman (m)
Volume (Juta m3)
1. Buleleng Buyan 24,01 3,67 69,00 116,25 Tamblingan 9,20 1,15 40,50 27,05 Embung Grogak 28,57 3,5 42,00 27,05 2. Jembrana Waduk Palasari 42,30 0,87 80,83 6,50 3. Tabanan Beratan 13,40 3,85 20,00 49,22 4. Denpasar Waduk Muara
Nusa Dua 22,55 0,35 2,70 0,42
5. Bangli Batur 105,35 16,05 70,00 815,38 6. Karangasem Embung Seraya 4,75 0,024 15,50 0,10
Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2005
c. Potensi Airtanah dan Mata Air Cekungan Airtanah
Pengelolaan di Provinsi Bali didasarkan pada Cekungan Air Tanah, Cekungan
air tanah dibatasi oleh batasan hidrogeologi yang dikontrol oleh kondisi geologi
dan bukan oleh batas administrasi. Cekungan Air Tanah di Provinsi Bali
terdapat 8 (delapan) cekungan (Gambar 5. Peta CAT Bali), yaitu :
1. CAT Denpasar – Tabanan (lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 894
juta m3/tahun dan airtanah tertekan 8 juta m3/tahun
2. CAT Negara (lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 73 juta m3/tahun
dan airtanah tertekan 4 juta m3/tahun
3. CAT Gilimanuk (bukan lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 30 juta
m3/tahun dan airtanah tertekan 1 juta m3/tahun
4. CAT Singaraja (lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 215 juta
m3/tahun dan airtanah tertekan 3 juta m3/tahun
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 15
5. CAT Danau Batur (lintas kabupaten), potensi airtanah bebas 188 juta
m3/tahun dan airtanah tertekan 3 juta m3/tahun
6. CAT Amlapura (bukan lintas), potensi airtanah bebas 60 juta m3/tahun
dan airtanah tertekan 2 juta m3/tahun
7. CAT Nusadua (bukan lintas) potensi airtanah bebas 38 juta m3/tahun dan
airtanah tertekan - juta m3/tahun
8. CAT Nusa Penida (bukan lintas) potensi airtanah bebas 79 juta m3/tahun
dan airtanah tertekan - juta m3/tahun
Kedelapan cekungan tersebut mempunyai potensi air tanah-dangkal (tak-tertekan) ±
1.577 x 106 m3/tahun dan air tanah-dalam (tertekan) ± 21 x 106 m3/tahun, serta
menempati wilayah ± 4.382,31 km2 atau 77,8 % dari seluruh wilayah Bali.
Gambar 6. Peta CAT Bali
Berdasarkan hasil studi air tanah di Bali diperkirakan potensi air tanah sekitar 391,8
uta m3/tahun (Tabel 6) (Dinas PU dan JICA, 2005). Potensi terbesar di Kabupaten
Tabanan sebesar 78,5 juta m3/tahun, kemudian Buleleng 66,0 juta m3/tahun dan
Karangasem 65,9 juta m3/tahun; sedangkan terkecil di Kota Denpasar sebesar 9,2 juta
m3/tahun. Kalau dibandingkan dengan prediksi kebutuhan air bersih pada tahun
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 16
2010 yang besarnya 279,2 juta m3/tahun, maka ketersediaan air bersih masih berada
di atas kebutuhan. Berdasarkan atas masukan dari curah hujan rata-rata 2003 mm
diperoleh imbuhan air tanah sebesar 3.919,6 mm dengan batas eksploitasi sebesar
12.429 lt/dt. Walaupun batas eksploitasi masih cukup besar, akan tetapi sebaran air
tanah tidak merata di seluruh Bali. Peta sebaran air tanah ditunjukkan pada Gambar 6.
Mata Air (Spring)
Jumlah mata air dengan debit lebih besar 10 lt/dtk terdapat 359 buah dengan
total debit rata-rata 75,4 lt/detik. Peta sebaran air tanah dan mata air di Bali disajikan
pada Gambar 4. Jumlah mata air 1273 buah tersebar di seluruh kabupaten. Kabupaten
Bangli memiliki jumlah mata air yang terbesar (423), menyusul kemudian Buleleng
(327), Tabanan (177) dan Karangasem (138) (Tabel 5). Dari sekian banyak mata air
yang ada, tidak semuanya memiliki debit yang potensial untuk dimanfaatkan. Debit
total sebesar 27.036 lt/dt.
Sebaran mata air yang paling banyak merupakan kelompok sistem volkan yaitu
berupa “Spring Belt” , mata air yang keluar di tebing sungai (Bangli, Gianyar), mata
air di kaki pegunungan (Bali bagian barat).
Tabel 6. Potensi mata air Propinsi Bali No. Kabupaten
/Kota Jumlah
Mata air Jumlah MA
Q>10lt/dt Debit (Q) total
lt/dt Debit (Q) rata-rata
lt/dt 1. Buleleng 327 79 5.630 71,3 2. Karangasem 138 96 9.808 102,2 3. Klungkung 38 10 724 144,8 4. Gianyar 79 53 2.981 56,2 5. Bangli 423 57 2.736 48,0 6. Badung 30 7 1.291 184,4 7. Tabanan 177 52 3.808 73,2 8. Jembrana 61 5 85.1 17,0 Total 1273 359 27.063 75,4
Sumber : Diolah dari Dinas PU Provinsi Bali, 2006
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 17
Gambar 7. Potensi Sebaran Air Tanah dan Mata Air di Provinsi Bali
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 18
3. Pemanfaatam Air
Air merupakan salah satu sumber daya alam utama yang sangat diperlukan bagi
kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Walaupun air dapat tersedia di mana-
mana, tetapi jumlahnya tidak sama, tersedianya menurut waktu dan letak di
permukaan bumi. Kebutuhan air selalu mengalami peningkatan, hal ini bukan hanya
diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk, melainkan juga diakibatkan oleh
meningkatnya intensitas dan ragam kebutuhan air (Sosrodarsono, 1976).
Kebutuhan air di Provinsi Bali dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan untuk
pertanian, hutan, domestik, industri, pemerintahan, dan fasilitas umum. Kebutuhan air
untuk pertanian terutama untuk irigasi diperkirakan mencapai 1.592,24 juta m3,
sawah sekitar 2.080,60 juta m3/tahun, kehutanan sebesar 1.031,20 juta m3/tahun,
kebutuhan air domestik 107,65 juta m3/tahun, kegiatan industri sekitar 22,08 juta
m3/tahun, hotel dan restoran sekitar 16,58 juta m3/tahun, fasilitas pemerintahan dan
umum sekitar 25,12 juta m3/tahun. Kebutuhan air di Provinsi Bali berdasarkan
kebutuhan berbagai sektor adalah sekitar 4.239,71 juta m3/tahun. Walaupun
kebutuhan air domestik jumlahnya relatif kecil (107,65 juta m3/tahun), tetapi sangat
vital karena berhubungan dengan kehidupan manusia, dan akan terus meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk.
1). Pemanfaatan Air Tanah
Pemanfaatan air tanah untuk air bersih secara besar-besaran di Provinsi Bali
dimulai sejak tahun 1973 yang dilakukan oleh PDAM Denpasar dengan 14 sumur
bor, sedangkan pemanfaatan air tanah untuk irigasi tercatat mulai dilakukan pada
tahun 1976 dengan 9 sumur bor. Tahun 1976 pemanfaatan air tanah oleh PDAM
Denpasar telah mencapai ± 2,0 x 106 m3. Selanjutnya satu dasawarsa kemudian
(1987) pemanfaatan air tanah oleh PDAM Denpasar mencapai ± 13.818.882 m3 dan
oleh industri/hotel mencapai ± 19.842.122 m3. Sepuluh tahun kemudian (1988)
pengambilan air tanah mencapai ± 15.425.436 m3, terakhir pada tahun 2007
pemanfaatan air tanah/air permukaan mencapai ± 102.552.012 m3. Hampir lima
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 19
puluh kali lipat selama 30 tahun terakhir (dibandingkan dengan tahun 1976). Dilihat
dari klasifikasi pengguna maka pengguna air terbesar adalah PDAM, sebagai
perbandingan selama tahun 2007 pemanfaatan air tanah dan air permukaan sebesar
102.552.012 m3/tahun, yang dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 52.717.212 m3/tahun
(51,40 %) dari jumlah pemanfaatan air tanah/air permukaan, dan sisanya sebesar
48,59 % oleh industri/hotel
2). Daerah Pengambilan Intensif
Terpusat di kawasan industri/perhotelan, pemukiman dan perkantoran, seperti di
Kota Denpasar, kawasan Sanur, Kuta dan Jimbaran-Nusa Dua, serta untuk sumber air
baku yang diambil oleh PDAM di daerah Darmasaba-Kapal (Kab. Badung dan Kota
Denpasar) dan daerah Batubulan-Sukawati-Blahbatuh (Kab. Gianyar) yang termasuk
kedalam CAT Denpasar-Tabanan. Dampak negatif akan mengakibatkan laju
penurunan muka air tanah dengan cepat, karena tidak seimbangnya antara laju
imbuhan dan pengambilan air tanah pada akuifer tersebut tidak seimbang. Menurut
penelitian Direktorat Tata Lingkungan dan Kawasan Tertambangan, Departemen
ESDM tahun 2004, kedudukan MAT pada sumur-sumur bor PDAM di daerah
Darmasaba dan sekitarnya telah mencapai lebih dari 30 m bmt, dengan titik
penurunan MAT terdalam 42 m bmt. Kedudukan MAT pada sumur-sumur tersebut
telah terjadi peningkatan penurunan antara 0,7 m s/d 17,5 m.
3). Pemanafaatan Air Permukaan
Pemanfaatkan air permukaan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan air bersih
terutama pada daerah dataran tinggi atau bergunung, salah satunya adalah air
pemukaan sungai atau danau. Bali memiliki empat buah danau alam yang terletak di
tiga kabupaten yaitu, Danau Beratan, di Kabupaten Tabanan, Danau Buyan dan
Tamblingan di Kabupaten Buleleng dan Danau Batur di Kabupaten Bangli. Keempat
danau tersebut memiliki fungsi yang sangat vital sebagai sumber daya alam
khususnya bagi masyarakat Bali dan memiliki fungsi yang strategis untuk menunjang
pembangunan di Propinsi Bali.
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 20
Keberadaan danau tersebut diyakini sebagai penyangga tata air di bagian hulu
sungai di Kabupaten Tabanan, Badung, Buleleng, Gianyar dan Bangli, selain ratusan
mata air yang mencul di permukaan, kemungkinan berasal dari danau tersebut. Untuk
itu usaha pelestarian lingkungan danau dan sekitarnya setiap saat sangat diperlukan
dan perlu diantisipasi pemanfaatan air danau secara ekstensif, karena danau
merupakan equilibrium natural ecosystem, yang sejak ribuan tahun telah mapan
keseimbangan ekosistem.
Dari ke tiga danau pada Kawasan Bedugul, Danau Buyan memiliki volume yang
paling besar (116,25 X 106 m3) dan mengalami pendangkalan yang paling menjolok
dibandingkan Danau Beratan dan Tamblingan. Dibandingkan karakteristik fisik, di
antara ketiga danau tersebut, Danau Buyan didukung oleh kondisi daerah tangkapan
yang paling luas sebesar 24,10 km2, dengan luas genangan seluas 3,67 km2, dan
kedalaman rata-rata yang tinggi sebesar 31,7 m (Bapedalda Propinsi Bali, 2001).
Dari segi kuantitas dapatlah dikatakan bahwa Danau Buyan memiliki potensi
yang besar sebagai sumber air, akan tetapi dari segi fluktuasi terjadi hal yang menarik
di mana terjadi fluktuasi yang sangat tinggi antara musim kemarau dan musim
penghujan, demikian juga halnya dengan Danau Tamblingan yang diperkirakan
memiliki muka air danau yang sama.
Pemanfaatan air sungai untuk bidang pertanian dengan pembuatan bendung dan
saluran air irigasi/subak, untuk pemenuhan air baku PDAM dan penggunaan yang
lain. Pemanfaatan air pada muara sungai perlu mendapat perhatian.
4). Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air.
a. Ketersediaan (Supply) Air Ketersediaan (supply) air dalam hubungannya dengan daya dukung air
merupakan besaran cadangan air yang tersedia untuk keperluan hidup manusia sehari-
harinya (domestik) dan keperluan manusia akan air untuk menghasilkan satu satuan
produk untuk masa waktu satu tahun. Hasil perhitungan ketersediaan yang
berdasarkan persamaan yang terdapat pada Permen LH No. 17 Tahun 2009
memperlihatkan bahwa kertersediaan air untuk wilayah Provinsi Bali adalah sebesar
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 21
4.710.888.187 m3/thn. Tingkat ketersediaan air tersebut dipengaruhi oleh 3 (tiga)
faktor yaitu curah hujan, nilai koefisien limpasan tertimbang, dan luas wilayah.
Secara spesifik, bila dilihat dari ketersediaan air pada tiap-tiap kabupaten
maka ketersediaan air untuk Kabupaten Tabanan merupakan yang paling besar
yaitu sebesar 1.074.297.028 m3/tahun sedangkan Kota Denpasar merupakan
daerah yang memiliki ketersediaan air paling kecil yaitu sebesar 125.780.596
m3/tahun (Tabel.7).
Tabel 7 Luas wilayah, rata-rata curah hujan, rata-rata koefisien limpasan tertimbang, dan tingkat ketersediaan air di Provinsi Bali.
No Kabupaten/Kota Luas
Wilayah (ha)
Rata-rata CH
(mm/thn)
Rata-rata Koefisien Limpasan
Tertimbang
Ketersediaan Air (m3/thn)
1 2 3 4 5 6=(3×4×5) 1 Kab. Jembrana 84.180 1.726,00 0,34 494.448.492,06
2 Kab. Tabanan 83.930 2.428,00 0,53 1.074.297.028,48
3 Kab. Badung 42.009 2.032,85 0,48 410.540.200,58
4 Kab. Gianyar 36.800 2.198,91 0,55 444.322.259,01
5 Kab. Klungkung 31.500 1.425,62 0,43 192.007.832,32
6 Kab. Bangli 52.081 2.219,46 0,44 506.196.749,85
7 Kab. Karangasem 83.954 1.989,38 0,42 700.777.901,76
8 Kab. Buleleng 136.588 1.726,84 0,36 845.738.552,11
9 Kota Denpasar 12.398 1.720,00 0,59 125.780.596,02
10 Prov. Bali 563.666 1.954,64 0,43 4.710.888.187,13
Sumber : Hasil Analisis (2009)
b. Kebutuhan (Demand) Air Kebutuhan (demand) air dalam hubungannya dengan daya dukung air adalah
suatu gambaran besarnya kebutuhan air untuk keperluan hidup manusia sehari-
harinya (domestik) dan keperluan manusia akan air untuk menghasilkan satu satuan
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 22
produk untuk masa waktu satu tahun. Tingkat kebutuhan air ditentukan oleh
banyaknya populasi manusia didaerah tersebut dalam mengkonsumsi air untuk
keperluan hidup layak untuk masa waktu satu tahun. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa total kebutuhan air untuk penduduk Provinsi Bali mencapai 5.396.608.000
m3/tahun. Bila jumlah wisatawan ikut dijumlahkan dalam perhitungan jumlah
penduduk, maka kebutuhan air Provinsi Bali meningkat menjadi 5.454.769.600
m3/tahun. Dengan cara perhitungan yang sama, tingkat kebutuhan air per kabupaten
di Provinsi Bali juga dapat dihitung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
Kabupaten Buleleng merupakan daerah dengan tingkat kebutuhan air paling besar
yaitu mencapai 1.029.238.400 m3/tahun dan Kabupaten Klungkung merupakan
daerah dengan tingkat konsumsi air paling sedikit yaitu sebesar 280.688.000
m3/tahun. Berturut-turut daerah yang memiliki tingkat kebutuhan air dari terbesar ke
terkecil adalah Kabupaten Buleleng, Kota Denpasar, Kabupaten Karangasam,
Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, Kabupaten Jembrana,
Kabupaten Bangli, dan Kabupaten Klungkung. Tingginya kebutuhan air di
Kabupaten Buleleng disebabkan oleh jumlah penduduk Kabupaten Buleleng
merupakan yang tertinggi diantara sembilan kabupaten/kota yang lain, sedangkan
Kabupaten Klungkung terendah juga disebabkan oleh jumlah penduduk yang kecil.
Tingkat kebutuhan air untuk tiap-tiap kabupaten dapat dilihat pada Tabel 8.
c. Status Daya Dukung Air Status daya dukung Air berasal dari perbandingan antara besarnya
ketersediaan air dan tingkat kebutuhan air dimana dari status daya dukung air
diperoleh informasi tentang kemampuan lingkungan, khususnya lingkungan hidrosfer
dalam mempertahankan keadaannya akibat keberadaan dan aktifitas manusia yang
digambarkan dengan status daya dukung air yang surplus dan status daya dukung air
yang defisit.
Secara umum status daya dukung air Provinsi Bali adalah Defisit dengan nilai
status daya dukung air di bawah 1 (satu) atau 0.87.
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 23
Tabel 8 Jumlah penduduk dan total kebutuhan air di Provinsi Bali
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Kebutuhan Air Hidup Layak
Total Kebutuhan Air (m3/thn)
1 2 3 4 5 (3×4) 1 Kab. Jembrana 264.865 1.600 423.784.000
2 Kab. Tabanan 414.220 1.600 662.752.000
3 Kab. Badung 377.480 1.600 603.968.000
4 Kab. Gianyar 390.698 1.600 625.116.800
5 Kab. Klungkung 175.430 1.600 280.688.000
6 Kab. Bangli 212.496 1.600 339.993.600
7 Kab. Karangasam 427.747 1.600 684.395.200
8 Kab. Buleleng 643.274 1.600 1.029.238.400
9 Kota Denpasar 466.670 1.600 746.672.000
10 Prov. Bali 3.372.880 1.600 5.396.608.000
11 Prov. Bali Wisatawan 3.409.231 1.600 5.454.769.600
Sumber : Hasil Analisis (2009)
Status daya dukung air untuk tiap-tiap kabupaten di Provinsi Bali tersebar cukup
merata antara kabupaten-kabupaten yang memiliki status daya dukung air Surplus
dengan kabupaten-kabupaten yang memiliki status daya dukung air Defisit. Terdapat 4
kabupaten yang memiliki status daya dukung air Surplus dengan nilai daya dukung air
berkisar antara 1.62 sampai 1.02 sedangkan kabupaten-kabupaten yang memiliki daya
dukung air Defisit terdapat 5 kabupaten/kota dengan kisaran nilai daya dukung air antara
0.82 sampai 0.17 (Tabel 9).
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 24
Tabel 9. Nilai dan status daya dukung air Provinsi Bali
No Kabupaten/Kota Total
Kebutuhan Air (m3/thn)
Ketersediaan Air (m3/thn)
Nilai daya
Dukung Air
Status Daya Dukung Air
1 2 3 4 5 (4/3) 6 1 Kab. Jembrana 423.784.000 494.448.492,06 1,17 Surplus
2 Kab. Tabanan 662.752.000 1074.297.028,48 1,62 Surplus
3 Kab. Badung 603.968.000 410.540.200,58 0,68 Defisit
4 Kab. Gianyar 625.116.800 444.322.259,01 0,71 Defisit
5 Kab. Klungkung 28.068.800 192.007.832,32 0,68 Defisit
6 Kab. Bangli 339.993.600 506.196.749,85 1,49 Surplus
7 Kab. Karangasam 684.395.200 700.777.901,76 1,02 Surplus
8 Kab. Buleleng 1.029.238.400 845.738.552,11 0,82 Defisit
9 Kota Denpasar 746.672.000 125.780.596,02 0,17 Defisit
10 Prov. Bali 5.396.608.000 4710.888.187,13 0,87 Defisit
11 Prov. Bali + Wisatawan
5.454.769.600 4710.888.187,13 0,86 Defisit
4. Kondisi Sumberdaya Lahan Pertanian
Penggunaan lahan Provinsi Bali didominasi oleh lahan pertanian, yaitu
368.259,37 ha (65,35%) dari 563.666 ha luas Provinsi Bali. Hutan merupakan
penggunaan lahan terluas kedua dengan luas area 121.066,54 ha atau 21,48%.
Kemudian disusul oleh penggunaan lahan pemukiman seluas 39.282,95 ha (6,97%),
tanah terbuka dengan luas 18.467,66 ha (3,28%), padang 9.890,60 ha (1,75%),
perairan darat 6.138,66 ha (1,09%), tambang 283,58 ha (0,05%), dan industri
merupakan penggunaan lahan yang menempati proporsi terkecil, yaitu 277,20 ha atau
0,05% (Gambar 8)
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 25
Gambar 8. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Bali
Hutan
Provinsi Bali mempunyai wilayah daratan 563.286 ha dan wilayah perairan laut
mencapai luas 950.000 ha, sedangkan kawasan hutan seluas 130.686,01 ha (23,20 % dari luas
wilayah daratan). Luas kawasan hutan di Provinsi Bali terdiri atas hutan daratan 127.271,01
dan taman laut/perairan seluas 3.415 ha.
Menurut fungsinya hutan di Provinsi Bali dibedakan menjadi hutan lindung, hutan
produksi, cagar alam, dan hutan taman wisata. Rasio luasannya hutan sesuai kategori
disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Persentase luasan hutan berdasarkan fungsinya di Bali (2006)
73%
3%7%
1%15%
1%0%
0%0%
Cagar Alam Suaka Margasatw a Taman Wisata AlamTaman Buru Taman Nasional Taman Hutan RayaHutan Lindung Hutan Produksi Hutan Kota
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 26
Dalam kawasan hutan negara terdapat habitat hutan mangrove murni seluas 2.759 ha
yang tersebar di Kabupaten/Kota kecuali Kabupaten Bangli (tanpa ada kawasan pantai).
Sedangkan di Kabupaten Buleleng luas hutan mangrove mencapai 602 ha (dalam satu
kesatuan manajemen dengan pengelolaan Taman Nasional Bali Barat seluas 1.184,11 ha).
Namun hutan mangrove di luar kawasan hutan diperkirakan mencapai luas 1.459 ha yang
tersebar di seluruh kabupaten/kota. Sebaran kawasan hutan mangrove di Provinsi Bali
disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Persentase luasan hutan mangrove
Masalah-masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan kehutanan di Bali
meliputi gangguan keamanan hutan seperti : penebangan liar atau pencurian hasil kayu hutan,
dan perambahan hutan oleh penduduk di sekitar kawasan hutan. Musim kemarau yang cukup
panjang mengakibatkan kawasan hutan di daerah Jembrana, Buleleng, dan Karangasem
menjadi kering; Keadaan seperti ini menjadikan rawan kebakaran hutan. Hingga Oktober
2007, kerusakan hutan akibat dari kebakaran mencapai luasan 264,3 ha; karena ilegal loging
mencapai 10 kasus, dan perambahan hutan mencapai luasan 12.720,856 ha.
Berbagai isu dan permasalahan hutan di Bali muncul akibat lemahnya kesadaran
masyarakat terhadap fungsi hutan, masih adanya lahan di sekitar kawasan konservasi yang
belum dimanfaatkan sehingga tekanan terhadap kawasan hutan terus meningkat. Belum
optimalnya pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan juga menjadi faktor pendorong
terjadinya gangguan hutan. Disamping faktor alam (kebakaran), adanya praktek-praktek
penebangan liar, pembirikan dan perambahan hutan untuk budidaya tanaman pangan dan atau
Badung 12%
Denpasar 14%
TNBB 22%
Luar kawasan 26%
Jembrana 11%Buleleng
11%
Klungkung 4%
Badung Denpasar Klungkung Jembrana Buleleng TNBB Luar kaw asan
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 27
pakan ternak secara berlanjut, akan mendukung tingkat kekritisan lahan kawasan hutan.
Tingkat kekritisan lahan hutan yang dicirikan oleh gundulnya lahan akan mengakibatkan
semakin besarnya aliran permukaan pada saat musim hujan yang berakhir pada erosi. Berkat
pengalaman dan penyadaran dari berbagai pihak, nampaknya dampak yang terjadi mulai
disadari oleh masyarakat.
Adanya penyerobotan lahan kehutanan yang disertifikatkan oleh masyarakat
merupakan permasalahan yang perlu mendapat penanganan secara serius. Masalah
pensertifikatan kawasa hutan yang mencapai luasan 53,989 ha (45 buah sertifikat) yang
terjadi saat reformasi dan tersebar di Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Jembrana, dan
Karangasem, belum tuntas dapat ditangani. Demikian pula halnya luas kawasan hutan yang
statusnya pinjam pakai kepada 39 pemohon mencapai luasan 274,486 ha, belum ditindak
lanjuti megenai legal formal penpanjangan perjanjian pinjam pakainya.
Untuk memulihkan kondisi hutan, Dinas Kehutanan Provinsi Bali dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir telah mengadakan reboisasi/rehabilitasi hutan semakin meningkat dari
tahun ke tahun, dan sesuai rencana untuk tahun 2007 direncanakan reboisasi/rehabilitasi
mencapai 245 ha. Data perkembangan kegiatan reboisasi/rehabilitasi di provinsi Bali seperti (
Tabel 3.8 Kumpulan Data Lingkungan).
5. Permasalahan Sumberdaya Air dan Lahan Pertanian
1). Permasalahan sumberdaya Air me;iputi : penurunan kualitas dan kuantitas air,
distribusi, ketersediaan air bersih dll.
2). Masalah-masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan kehutanan di Bali
meliputi gangguan keamanan hutan seperti : penebangan liar atau pencurian hasil kayu
hutan, dan perambahan hutan oleh penduduk di sekitar kawasan hutan. Musim kemarau
yang cukup panjang tahun ini mengakibatkan kawasan hutan di daerah Jembrana,
Buleleng, dan Karangasem menjadi kering; Keadaan seperti ini menjadikan rawan
kebakaran hutan. Hingga Oktober 2007, kerusakan hutan akibat dari kebakaran
mencapai luasan 264,3 ha; karena ilegal loging mencapai 10 kasus, dan perambahan
hutan mencapai luasan 12.720,856 ha.
-
Disampaikan Sebagai Bahan Bacaan pada Mata Kuliah Hidrologi 28
Tingkat kekritisan lahan hutan yang dicirikan oleh gundulnya lahan akan
mengakibatkan semakin besarnya aliran permukaan pada saat musim hujan yang
berakhir pada erosi.
Adanya penyerobotan lahan kehutanan yang disertifikatkan oleh masyarakat merupakan
permasalahan yang perlu mendapat penanganan secara serius. Masalah pensertifikatan
kawasa hutan yang mencapai luasan 53,989 ha (45 buah sertifikat) yang terjadi saat
reformasi dan tersebar di Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Jembrana, dan
Karangasem, belum tuntas dapat ditangani. Demikian pula halnya luas kawasan hutan
yang statusnya pinjam pakai kepada 39 pemohon mencapai luasan 274,486 ha, belum
ditindak lanjuti megenai legal formal penpanjangan perjanjian pinjam pakainya (SLHD
Bali, 2007).
Tabel 4. Sadapan Air di Muara Sungai