kondisi ikan karang di pulau maitara desa ake bay, kota

8
OPEN ACCES Vol. 13No. 2: 548-555 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.548-555 Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota Tidore Kepulauan (Condition of Coral Fish on Maitara Island Ake Bay Village, Kota Tidore Kepulauan) Syahnul Sardi Titaheluw 1 , Armain Naim 1 , Aisyah Bafagih 1 dan Rovina Andriani 2 1 Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate - Indonesia, Email: [email protected], a[email protected], [email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Budidaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Khairun, Ternate - Indonesia. Email: [email protected], Info Artikel: Diterima : 11 Juni 2020 Disetujui : 17 Juni 2021 Dipublikasi : 24 Juni 2021 Artikel Penelitian Keyword: ikan Karang, Kondisi and Pulau Maitara. Korespondensi: Syahnul Sardi Titaheluw Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate- Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2019 AGRIKAN Abstrak. Pulau maitara memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar untuk di kembangkan sebagai satu destinasi wisata. Salah satu potensi yang sangat potensial ialah ekosistem Terumbu Karang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara berdasarkan Indeks Ekologi. Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Juli 2020. Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Visual Method Census meliputi tiga (3) peranan ikan, Yaitu Peranan Ikan Mayor, Indikator dan Target. Analisis data berupa Kelimpahan, Keaneragaman dan Dominansi. Hasil penelitian mendapatkan, tiga peranan ikan tersebut dengan total 86 Spesies dari 9 famili. Ikan Mayor sebanyak 51 spesies yang terdiri dari famili Pomacentridae (9 Spesies), Caesoinidae (1 Spesies), scaridae (2 Spesies) dan Labridae (7 Spesies). Peranan Ikan Indikator sebanyak 15 spesies dengan 1 famili (Chaetodontidae), dan Peranan Ikan Target sebanyak 20 Spesies yang terdiri dari 4 Family (Serranidae, Siganudae, Latjunidae dan Acanhuridae). Indeks ekologi (Kelimpahan, Keanekaragaman dan Dominansi) ikan karang di lokasi penelitian sangat rendah, yang mengindikasikan tingginya tekanan terhadap terumbu karang dan menyebabkan hilangnya fungsi ekologi serta regositas. Pemanfaatan terumbu karang yang tidak memperhatikan keberlanjutan, seperti pengambilan batu karang, penambatan jangkar kapal secara serampangan dan pengeboman yang dilakukan puluhan tahun lalu secara langsung berdampak pada ikan karang di lokasi penelitian, dimana tingkat kelinpahan ikan pada stasiun pengamatan berada pada nilai 0,03 ind/m2 dan indeks keanekaragaman tidak melebihi 0,5 ind/m2. Kerusakan Terumbu Karang Pulau Maitara lebih banyak disebabkan oleh kegiatan antropogenik, sehingga upaya rehabilitasi harus segera dilakukan untuk mengembalikan kondisi ikan karang serta melindungi keberadaan Pulau Maitara dari ancaman Abrasi.. Abstract. Maitara Island has enormous natural resource potential to be developed as a tourist destination. One of the very potential is the Coral Reef ecosystem. This study aims to see the condition of reef fish on Maitara Island based on the Ecological Index. The study was carried out in June - July 2020. Data collection for reef fish using the Visual Method Census method included three (3) roles of fish, namely the role of major fish, indicators and targets. Data analysis in the form of Abundance, Diversity and Dominance. The results showed that the three roles of fish with a total of 86 species from 9 families. Major fish as many as 51 species consisting of families Pomacentridae (9 species), Caesoinidae (1 species), scaridae (2 species) and Labridae (7 species). The role of indicator fish is 15 species with 1 family (Chaetodontidae), and the role of target fish is 20 species consisting of 4 families (Serranidae, Siganudae, Latjunidae and Acanhuridae). The ecological index (Abundant, Diversity and Dominance) of reef fish at the study site is very low, which indicates high pressure on coral reefs and causes loss of ecological function and resilience. Utilization of coral reefs that do not pay attention to sustainability, such as taking coral reefs, haphazardly anchoring ships and bombing carried out decades ago directly impacted reef fish at the research site, where the abundance of fish at the observation station was at a value of 0.03 ind/ m2 and the diversity index does not exceed 0.5 ind/m2. The damage to the coral reefs of Maitara Island is mostly caused by anthropogenic activities, so that rehabilitation efforts must be carried out immediately to restore the condition of reef fish and protect the existence of Maitara Island from the threat of abrasion. I. PENDAHULUAN Ikan karang merupakan bagian dari komponen terumbu karang, yaitu komponen biotik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya hayati. Ekosistem terumbu karang merupakan habitat bagi ikan karang untuk berlindung, memijah dan mencari makan (Utomo et al, 2013). Wilayah antara bagian utara dan selatan Sulawesi hingga ujung barat Papua termasuk kepulaun Raja Ampat dan Halmahera merupakan wilayah dengan keanekaragaman hayati laut

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota

OPEN ACCES

Vol. 13No. 2: 548-555 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.548-555

Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota Tidore Kepulauan

(Condition of Coral Fish on Maitara Island Ake Bay Village, Kota Tidore

Kepulauan)

Syahnul Sardi Titaheluw1, Armain Naim1, Aisyah Bafagih1 dan Rovina Andriani2

1Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku

Utara, Ternate - Indonesia, Email: [email protected], [email protected], [email protected]

2 Staf Pengajar Program Studi Budidaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Khairun, Ternate -

Indonesia. Email: [email protected],

Info Artikel:

Diterima : 11 Juni 2020

Disetujui : 17 Juni 2021

Dipublikasi : 24 Juni 2021

Artikel Penelitian

Keyword:

ikan Karang, Kondisi and Pulau

Maitara.

Korespondensi:

Syahnul Sardi Titaheluw

Universitas Muhammadiyah

Maluku Utara, Ternate-

Indonesia

Email: [email protected]

Copyright©

Oktober 2019 AGRIKAN

Abstrak. Pulau maitara memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar untuk di kembangkan sebagai

satu destinasi wisata. Salah satu potensi yang sangat potensial ialah ekosistem Terumbu Karang. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara berdasarkan Indeks Ekologi. Penelitian

dilakukan pada bulan Juni - Juli 2020. Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Visual Method

Census meliputi tiga (3) peranan ikan, Yaitu Peranan Ikan Mayor, Indikator dan Target. Analisis data berupa

Kelimpahan, Keaneragaman dan Dominansi. Hasil penelitian mendapatkan, tiga peranan ikan tersebut dengan

total 86 Spesies dari 9 famili. Ikan Mayor sebanyak 51 spesies yang terdiri dari famili Pomacentridae (9

Spesies), Caesoinidae (1 Spesies), scaridae (2 Spesies) dan Labridae (7 Spesies). Peranan Ikan Indikator sebanyak

15 spesies dengan 1 famili (Chaetodontidae), dan Peranan Ikan Target sebanyak 20 Spesies yang terdiri dari 4

Family (Serranidae, Siganudae, Latjunidae dan Acanhuridae). Indeks ekologi (Kelimpahan, Keanekaragaman

dan Dominansi) ikan karang di lokasi penelitian sangat rendah, yang mengindikasikan tingginya tekanan

terhadap terumbu karang dan menyebabkan hilangnya fungsi ekologi serta regositas. Pemanfaatan terumbu

karang yang tidak memperhatikan keberlanjutan, seperti pengambilan batu karang, penambatan jangkar kapal

secara serampangan dan pengeboman yang dilakukan puluhan tahun lalu secara langsung berdampak pada ikan

karang di lokasi penelitian, dimana tingkat kelinpahan ikan pada stasiun pengamatan berada pada nilai 0,03

ind/m2 dan indeks keanekaragaman tidak melebihi 0,5 ind/m2. Kerusakan Terumbu Karang Pulau Maitara lebih

banyak disebabkan oleh kegiatan antropogenik, sehingga upaya rehabilitasi harus segera dilakukan untuk

mengembalikan kondisi ikan karang serta melindungi keberadaan Pulau Maitara dari ancaman Abrasi..

Abstract. Maitara Island has enormous natural resource potential to be developed as a tourist destination.

One of the very potential is the Coral Reef ecosystem. This study aims to see the condition of reef fish on

Maitara Island based on the Ecological Index. The study was carried out in June - July 2020. Data collection

for reef fish using the Visual Method Census method included three (3) roles of fish, namely the role of major

fish, indicators and targets. Data analysis in the form of Abundance, Diversity and Dominance. The results

showed that the three roles of fish with a total of 86 species from 9 families. Major fish as many as 51 species

consisting of families Pomacentridae (9 species), Caesoinidae (1 species), scaridae (2 species) and Labridae (7

species). The role of indicator fish is 15 species with 1 family (Chaetodontidae), and the role of target fish is 20

species consisting of 4 families (Serranidae, Siganudae, Latjunidae and Acanhuridae). The ecological index

(Abundant, Diversity and Dominance) of reef fish at the study site is very low, which indicates high pressure

on coral reefs and causes loss of ecological function and resilience. Utilization of coral reefs that do not pay

attention to sustainability, such as taking coral reefs, haphazardly anchoring ships and bombing carried out

decades ago directly impacted reef fish at the research site, where the abundance of fish at the observation

station was at a value of 0.03 ind/ m2 and the diversity index does not exceed 0.5 ind/m2. The damage to the

coral reefs of Maitara Island is mostly caused by anthropogenic activities, so that rehabilitation efforts must be

carried out immediately to restore the condition of reef fish and protect the existence of Maitara Island from the

threat of abrasion.

I. PENDAHULUAN

Ikan karang merupakan bagian dari

komponen terumbu karang, yaitu komponen

biotik yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumberdaya hayati. Ekosistem terumbu karang

merupakan habitat bagi ikan karang untuk

berlindung, memijah dan mencari makan (Utomo

et al, 2013).

Wilayah antara bagian utara dan selatan

Sulawesi hingga ujung barat Papua termasuk

kepulaun Raja Ampat dan Halmahera merupakan

wilayah dengan keanekaragaman hayati laut

Page 2: Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

549

tertinggi, terutama untuk karang dan ikan karang

(Allen, 2005). Terumbu karang sebagai habitat

utama ikan karang terancam mengalami degradasi

akibat aktivitas penangkapan, terutama aktivitas

penangkapan yang merusak (destructive fishing)

(Campbell et al., 2013).

Salah satu penyebab tingginya

keanekaragaman spesies di ekosistem terumbu

karang adalah karena adanya variasi habitat.

Tingkat adaptasi dan keanekaragaman spesies di

ekosistem terumbu karang dipengaruhi oleh

adanya interaksi yang kompleks antara biota

penyusun ekosistem tersebut (Nybakken, 1992).

Spesies ikan karang (baik nocturnal

maupun diurnal) memiliki kebutuhan yang tinggi

akan tempat bernaung yang kompleks terdiri dari

berbagai substrat, relung, celah, dan goa (Brock

1979 dalam Bowden - Kerby 2003).

Pulau Maitara merupakan salah satu pulau

strategis di Kota Tidore Kepulauan dengan

berbagai macam sumberdaya alam yang potensial.

Eksistensi ekosistem terumbu karang ini sangat

berperan penting dalam melindungi Pulau dari

interaksi dinamika laut serta masyarakat yang

menggantungkan ekonomi dari terumbu

karang. Pola pemanfaatan yang dilakukan oleh

masyarakat di Pulau Maitara selama ini tidak

mengindahkan kaidah-kaidah keberlanjutan,

yang menyebabkan ekosistem terumbu karang

terus mengalami tekanan setiap tahun dan

berdampak pada masyarakat secara ekonomi dan

komunitas ikan secara ekologi serta keberadaan

pulau itu sendiri.

Aktivitas penambangan karang,

penangkapan ikan dengan bahan beracun, bahan

peledak, penggunaan alat tangkap yang tidak

selektif serta pencemaran di laut maupun darat

merupakan masalah utama degradasi. Perubahan

mutu lingkungan akibat pemanfaatan

sumberdaya terumbu karang secara berlebihan

dapat diidentifikasi dengan mengukur indikator

fisika, kimia dan biologi. Titaheluw et al (2019)

menemukan tingkat kerusakan di Pulau Maitara

berada pada kisaran 65-75 % dan karang hidup

sebesar 10-15,3 %. Tingginya tingkat kerusakan

terumbu karang tersebut berdampak pada

keberadaan ikan karang, terutama ikan

Chaetodontidae yang sangat bergantung pada

ekosisitem terumbu karnag sebgai makanan

utama.

Dengan tingginya tingkat kerusakan

terumbu karang di Pulau Maitara, maka akan

berdampak pada komponen biotik, khsusnya

ikan karang yang menjadi kebutuhan masyarakat

nelayan serta penopang ekosisitem terumbu

karang tersebut. Sehinga penelitian ini penting

untuk dilakukan, sehingga bisa menjadi acuan

dalam pengelolaan terumbu karang di Pulau

Maitara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

kondisi ikan karang di Pulau Maitara yang

merupakan dampak dari kerusakan terumbu

karang tersebut.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Juni-Juli 2020 di Pulau Maitara. Pengambilan data

ikan karang menggunakan metode Sensus Visual

mengikuti (English et al., 1994). Pencatatan data

ikan dilakukan pada transek garis sepanjang 50

Meter dengan melihat ke kiri sejauh 2,5 m dan 2,5

m ke kanan sehingga luasan pengamatan 250 m2.

Pengamatan ikan karang dilakukan pada

kedalaman 5 meter. Peralatan yang digunakan

adalah peralatan selam (SCUBA), alat tulis bawah

air, Under Water Camera, buku identifikasi ikan

menurut Kuiter and Tonozaka (2001) dan meteran

roll. Pengambilan data perairan seperti suhu,

salinitas, arus, kecerahan dan kedalaman

dilakukan secara insitu dengan pengulangan

sebanyak 3 kali pada setiap stasiun penelitian.

Gambar 1. Lokasi Penelitan

Page 3: Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

550

Table 1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian

Alat dan Bahan Kegunaan

GPS (Global Position System) Untuk menentukan posisi

SCUBA Diving Untuk menyelam

Rol Meter 50 m Pengukuran ikan dan karang

Sabak dan Pensil Alat tulis

Thermometer Untuk mengukur suhu perairan

Handrefraktometer Untuk mengukur salinitas perairan

Sechi-disc Untuk mengukur kecerahan

Drift float Untuk mengukur kecepatan dan arah arus

Kamera/Video underwater Untuk dokumentasi dalam air

Buku identifikasi Ikan dan Karang Untuk identifikasi karang dan ikan

2.1. Analisa Data

2.1.1. Kelimpahan

Kelimpahan jenis didefinisikan sebagai

jumlah individu satu jenis per meter kuadran

dalam setiap stasiun penelitian. Kelimpahan ikan

Chaetodontidae melalui pendataan visual sensus

sepanjang transek 50 meter, lebar 5 meter.

Perhitungan kelimpahan ikan menggunakan

persamaan Odum (1993)

A

ni

N

i

in

Dimana : N = Kelimpahan Ikan (ind/m2), ni =

jumlah individu ikan jenis ke-I, A = luas

area sensus ikan, i = Ulangan

2.1.2. Keanekaragaman

Keanekaragaman ikan menggambarkan

kekayaan jenis dari suatu komunitas ikan yang

dilihatdari jumlah spsesies dalam suatu kawasan

serta jumlah individu dalam setiap spesies.

Perhitungan keanekaragaman jenis menggunakan

persamaan Odum (1998).

i

in

PiLnPiH '

Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-

Wiener, Pi = ni/N, ni = jumlah

kehadiaran individu jenis ke-i, N =

jumlah total kehadiran seluruh jenis

individu ke i

2.1.3. Dominansi

Untuk melihat nilai indeks dominansi pada

jenis ikan karang maka digunakan indeks

dominansi Odum (1993) , dengan rumus sebagai

berikut :

S

Ii

PiC )( 2

Keterangan :

C = indeks dominansi Shonnon-Wiener,

S = jumlah spesies ikan karang

Pi = perbandingan jumlah ikan karang

spesies ke-i (n,) terhadap jumlah total

ikan karang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Ikan Karang

Hasil sensus ikan karang di Pulau Maitara

menunjukan komonitas yang rendah, dimana

jumlah spesies yang ditemukan sedikit (Tabel 2).

Hal ini terlihat dari jumlah Famili yang tersensu

hanya berjumlah 9, dengan jumlah Individu

sebanyak 86 ekor. Hasil sensus juga berbeda

dengan yang ditemukan oleh Nabuchatnezzar

(2018), Najamuddin (2012), Lipi (2012) jumlah

genus yang ditemukan pada tahun 2020 lebih

banyak, namun jumlah spesies sangat rendah.

Rendahnya kehadiran ikan karang ini sangat

berkaitan erat dengan tingkat tutupan karang yang

juga rendah, yang menyebabkan hilangnya tempat

memijah, makan dan pembesaran. Titaheluw

(2019) menemukan tutupan karang di Pulau

Maitara berada dibawah 25% atau masuk dalam

kategori Buruk.

Berdasarkan kelompok peranan, ikan mayor

paling mendominasi (59,3%) di perairan Pulau

Maitara. Tingginya kehadiran kelompok ini

dikarenakan kebiasaan hidup secara bergerombol

dan kelompok mayor tidak menggantungkan

secara penuh siklus hidupnya terhadap terumbu

karang. Dari segi kebiasaan makanan atau food

ikan karang yang muncul merupakan ikan karang

pemakan alga, invertebrate bentik seperti

krustasea, dan moluska, plankton, zooplankton,

dan ikan kecil. Tingginya kelimpahan ikan mayor

sangat beralasan karena jenis ikan ini bukan

menjadi target penangkapan dari nelayan, pada

umummya ikan jenis ini adalah ikan hias yang ada

pada terumbu karang (Hukom dan Syahailatua,

2010).

Rendahnya kehadiran ikan indikator (17,4%)

yang tersensus di Pulau Maitara berkorelasi positif

Page 4: Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

551

dengan tingkat tutupan karang yang ditemukan

oleh Titaheluw et all (2019) dengan kondisi rusak.

Spesies Indikator yang ditemukan juga tidak

menggantungkan secara penuh siklus hidupnya

terhadap terumbu karang dan masih mempunyai

alternatif makanan bila terjadi kerusakan habitat.

Spesies ini paling baik digunakan diantara spesies

lainnya sebgai indikator terumbu karang.

Titaheluw et all (2015) menemukan, makanan

utama ikan Chaetodontidae ialah Zooxanthelae

lebih dari 60%,. Zooxanthelae hanya ditemukan

pada terumbu karang yang bagus atau hidup.

Selain Zooxanthelae, makanan dari ikan

Chaetodontidae lainnya ialah Detritus, Plankton,

Algae, Bacillariophyliceae, Cyarophyceae dan

tanaman. Khalaf dan Crosby (2005) C. Trifascialis

merupakan indikator penting untuk perubahan

ekosisitem terumbu karang, karena hilang tutupan

karang akan menyebabkan penurunan yang nyata

dalam kelimpahan ikan yang bukan saja pada

Chaetodontidae, tetapi juga pada ikan lainnya

yang menjadikan terumbu karang sebagai tempat

berlindung dan berkembang biak Pratchett et all

(2015); Gerry et all (2017); Titaheluw (2017)

Nurjirana dan Andi Ikbal Burhanuddin (2017),

Rizkie (2019). Ikan target yang ditemukan juga

sangat sedikit dan hanya 1 jenis (E. quoyanus)

yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Maluku

Utara. Rendahnya kehadiran atau kelimpahan ikan

target juga mengindikasikan tingginya tingkat

eksploitasi di Pulau Maitara. Tingginya tingkat

eksploitasi juga berdampak pada hilang atau

rusaknya terumbu karang di Pulau tersebut.

Tabel 2. Hasil sensus komonitas ikan karang di Pulau Maitara

Peranan Famili Spesies Jumlah

Individu

Ikan Mayor Pomacentridae

abudefduf bengalensis 4

abudefduf lorenzi 2

abudefduf vaigiensis 1

chromis analis 2

chromis atripectoralis 2

pomacentrus bankanensis 4

pomacentrus mullocencis 4

dischistodus melanotus 4

pomacanthus annularis 3

Caesionidae caesionidae lunaris 2

Scaridae clorurus sordidus 1

clorurus troschelii 4

Labridae chellinus fasciatus 1

coris gaimard 2

diproctacanthus xanthurus 3

gomphosus varius 5

halichoeres chrysus 3

labroides dimidiatus 2

thalassoma lunare 2

Indikator Chaetodontidae chaetodon octofasciatus 5

chaetodon kleinii 7

chelmon rostratus 3

Ikan Target Serranidae epinephelus. quoyanus 1

Siganidae siganus doliatus 4

siganus virgatus 2

Lutjanidae lutjanus biguttatus 3

Acanthuridae acanthurus nigricans 3

acanthurus nigrofuscus 4

zebrasoma scopas 2

acanthurus pyroferus 1

Jumlah 86

Page 5: Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

552

Gambar 2. Persentase kehadiran ikan berdasarkan

Kelompok peranan di Pulau Maitara

dalam persen

3.2. Indeks Ekologi

3.2.1. Kelimpahan

Kelimpahan ikan di Lokasi penelitian

sangat rendah (Gambar 3), nilai kelimpahan

tertinggi hanya 0,03 (C.rostratus) dengan luasan

pengamatan 250 M2. Rendahnya kelimpahan ikan

disebabkan oleh rendahnya tutupan karang yang

ada di Pulau Maitara, bahkan masuk dalam

ketegori buruk yang merupakan dampak dari

aktifitas antropogenik pada beberapa di Pulau

Maitara (Titaheluw et al 2019). Andrim et all (2012)

mengatakan dominansi rendah menunjukkan

sebaran populasi merata dan tidak adanya

pemusatan individu pada jenis tertentu. Hilang

fungsi ekologi seperti tempat menyediakan

sumber makanan, berlindung dan berkembang

biak dari terumbu karang menyebabkan

berkurangnya kelimpahan dan menyebabkan

berkurangnya Rugositas ikan karang di Pulau

Maitara. Rugositas merupakan suatu bentuk

pengukuran sederhana yang biasa digunakan

dalam ekologi kelautan untuk menggambarkan

kekasaran atau bentuk permukaan dasar perairan

(Magno and Villanoy, 2006). Semakin tinggi nilai

rugositas menggambarkan beragamnya bentuk

pertumbuhan karang yang memperbanyak celah

dan lubang pada terumbu karang sebagai suatu

habitat yang baik Muniaha et all (2016), Septyadi

et all (2013).

Gambar 3. Kelimpahan Ikan Karang di Pulau Maitara

3.2.2. Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman yang ditemukan

juga sangat rendah (Gambar 4), rata-rata nilai

keanekaragaman ikan yang ditemukan tidak lebih

dari 0,4. Rendahnya tingkat keaneragaman ikan di

Pulau Maitara mengindikasikan telah terjadi

kerusakan pada ekosisitem terumbu karang yang

sangat besar dan menybabkan hilangnya fungsi

ekologis maupun Rugositas, Munah et all 2016,

Crabbe (2010). Tingkat rugositas yang tinggi

berarti menyediakan lebih banyak tempat

persembunyian bagi ikan karang dan

menyediakan tempat untuk melekatnya alga, koral

dan berbagai hewan invertebrata.

Page 6: Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

553

Gambar 4. Indeks Keaneragaman Ikan Karang di Pulau Maitara

3.2.2. Dominansi

Indeks dominansi menggambarkan dominan

suatu individu terhadap suatu ekosistem, yang

menggambarkan perubahan-perubahan dalam

ekosistem tersebut. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan, chaetodon kleini merupakan

spesies yang paling banyak ditemukan pada

stasiun penelitian. Tetapi tingginya kehadiran C.

Kleini tidak menggambarkan dominasi individu

terhadap ekosisitem tersebut. Karena tingginya

kehadiran pada C. kleini ini berkaitan dengan

kebiasaan makannya yang Obligate corralivores

dan tingginya tutupan karang bercabang, Adrim

(2001) dan Saputra et al (2019). Selain itu, lokasi

terumbu karang memiliki daya dukung yang

berbeda untuk kehadiran ikan Chaetodontidae dan

dapat dikatakan sebagai ikan indikator yang

bersifat kosmopolitas karena memiliki

penyebaran yang luas, Rizkie et al (2019); Jonas

Lauren (2011).

Gambar 5. Indeks Dominansi Ikan Karang di Pulau Maitara

IV. PENUTUP

Kondisi ikan karang di Pulau Maitara dalam

kategori rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil

analisis indeks ekologi. Rendahnya indeks ekologi

disebabkan oleh tutupan karang hidup di Pulau

Maitara yang masuk dalam kategori rusak,

sehingga hilangnya fungsi ekologi dan regositas.

Indeks keanekaragaman yang ditemukan tidak

melebihi 0,5, yang mengindikasikan tingkat

keanekaragaman ikan di Pulau Maitara sudah

sangat rendah. Selain itu, kondisi tersebut

menyebabkan beberapa spesies menjadi dominan

dalam ekosistem. Upaya pengelolaan atau

perbaikan Ekosistem Terumbu Karang perlu

untuk dilakukan secepat mungkin untuk

mengembalikan kondisi ikan karang, sehingga

pemanfaatan dapat dilakukan dengan lebih baik

dan berkelanjutan.

0.000

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0.007

DO

MIN

AN

SI

(in

d/m

²)

SPESIES

Page 7: Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

554

REFRENSI

Allen, G.R. 2005. Coral Reef Fishes of Southwestern Halmahera, Indonesia. Report of Halmahera Survey,

2005.

Campbell, S.J., Kartawijaya,T., Yulianto,I., Prasetia, R& Clifton, J. (2013). Co-management approaches and

incentives improve management effectiveness in the Karimunjawa National Park, Indonesia.

Marine Policy. 41, 72-79.

Crabbe, M.J.C, 2010. Coral Ecosystem Resilience, Conservation and Management on the Reefs of Jamaica

in the Face of Anthropogenic Activities and Climate Change. Journal Diversity, (2): 881-896.

Adrim M. 2001. Distribusi Spasial Ikan Kepe-Kepe (Suku: Chaetodontidae) Di Wilayah Pesisir Utara

Darin Sulawesi Utara. Bidang Sumberdaya Hayati Laut P2O-LIPI Jakarta. 25-34.

Garry R, Russ. Susannah M. Leahy. 2017. Rapid decline and decadal-scale recovery of corals and

Chaetodon butterflyfish on Philippine coral reefs. Marine Biology. 164 (1): 1.

Hasan Muniaha, Andi Irwan Nur dan Rahmadani. 2016. Studi kelimpahan ikan karang berdasarkan

kondisi terumbu karang di Desa Tanjung Tiram Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal

Manajemen Sumber Daya Perairan, 2 (1): 9-19.

Hukom, FD, and Syahailatua A. 1995. Distribusi dan Kelimpahan Relatif Ikan Hias Laut Di Perairan

Pulau Ambon Dan Sekitarnya. Aplikasi Paket Teknologi Pertanian tahap III. Puslitbang

Oseanologi LIPI Ambon. 19.

Jonas Lorwens, 2011. Hubungan antara ikan indikator (chaetodontidae) dan Kondisi karang di pesisir

pulau biak dan Kepulauan padaido. J. Lit. Perikan. Ind. Vol 17 (2). 2011.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2012. Ekosistem Pesisir Ternate, Tidore dan Sekitarnya, Provinsi

Maluku Utara. LIPI ; Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta. 118 Halaman.

Magno, M.and C. Villanoy, 2006. Quantifiying the Complexity of Philippine Coastline for Estimating

Entrainment Potential. Proceedings 10th International Coral Reef Symposium. 1471-1476 pp.

Maroof Khalaf, Michael P Crosby. 2005. Assemblage structure of butterflyfishes and their use as

indicators of Gulf of Aqaba benthic habitat in Jordan. Jurnal Aquatic Conservation. Vol 15 (27-

43).

Muh. Tino Saputra, Baru Sadarun, Rahmadani, Subhan, 2019. Hubungan antara kondisi tutupan karang

hidup dengan Kelimpahan ikan chaetodontidae di perairan lalanu, Kecamatan Soropia,

Kabupaten Konawe. Sapa Laut. Vol 4 (2): 53 – 60.

M. S. Pratchett, N. A. J. Graham, A. J. Cole. 2013. Specialist corallivores dominate butterflyfish

assemblages in coral‐dominated reef habitats. Jurnal of Fish Biology; Vol 82 (4) 1177-1191.

Najamuddin, Samar Ishak, Adityawan Ahmad, 2012. Keragaman ikan karang di perairan Pulau Makian

Provinsi Maluku Utara. Depik. 1 (2); 114-120.

Nebuchadnezzar Akbar, Firdaut Ismail, Rustam E Paembonan, 2018. Struktur komunitas ikan karang di

perairan Pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan. Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmu Kelautan

Kepualauan, 1 (1); 1-14.

Nurjirana dan Andi Ikbal Burhanuddin, 2017. Kelimpahan dan keragaman jenis ikan family

Chaetodontidae berdasarkan kondisi tutupan karang Hidup di Kepulauan Spermonde

Sulawesi Selatan. Spermonde. 2 (3); 34-42.

Page 8: Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

555

Pratchett M. S, S. A. Blowes, D. Coker, E. Kubacki J. Nowicki, A. S. Hoey. 2015. Indirect benefits of high

coral cover for non-corallivorous butterflyfishes. Jurnal Coral Reefs. Vol 34 (2): 665-672.

Rizkie Satriya Utama, Isa Nagib Edrus dan Petrus Christianus Makatipu, 2019. Komunitas Ikan Karang di

Pulau Ternate dan Sekitarnya. Oseanologi dan Limnologi Di Indonesia, 4 (1); 53-69.

Septyadi KA, Widyorini N, Ruswahyuni, 2013. Analisis Perbedaan Morfologi dan Kelimpahan Karang

Pada Daerah Tubir (Reef Slope) di Pulau Panjang, Jepara. Journal of Management of Aquatic

Resource 2(3): 258-264.

Syahnul Sardi Titaheluw, M Mukhlis Kamal, Yunizar Ernawati. 2015. Hubungan antara ikan

Chaetodontidae Dengan Bentuk Pertumbuhan Karang. Agrikan, 8: (1), 77-86.

Syahnul Sardi Titaheluw, Rovina Andriani, Armain Naim, Raismin Kotta, 2019. Condition of the Coral

Reef of Maitara Island Based on Chaetodontidae Fish for Coral Reef Improvement in North

Maluku Province. Atlantis Press, Series Advances in Engineering Research, volume 194; 370-376.