konsentrasi perbankan syariah program studi...
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA PT. POS INDONESIA DALAM UPAYA PENINGKATAN
VOLUME PENJUALAN PRODUK SHAR-E;
(Studi Kasus pada PT. Pos Indonesia Kanwil IV)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
LALA LATIFAH
NIM : 103046128268
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ANALISIS KINERJA PT. POS INDONESIA DALAM UPAYA PENINGKATAN
VOLUME PENJUALAN PRODUK SHAR-E;
(Studi Kasus pada PT. Pos Indonesia Kanwil IV)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
LALA LATIFAH
NIM : 103046128268
Di bawah Bimbingan
Drs. Noryamin Aini, M.A
AM Hasan Ali M.Ag
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ANALISIS KINERJA PT. POS INDONESIA DALAM UPAYA PENINGKATAN
VOLUME PENJUALAN PRODUK SHAR-E;
(Studi Kasus pada PT. Pos Indonesia Kanwil IV DKI Jakarta)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh Lala Latifah
NIM: 103046128268
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Noryamin Aini, MA AM Hasan Ali, M.Ag NIP: 196303051991031002 NIP: 197512012005011005
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul Analisis Kinerja PT. Pos Indonesia dalam Upaya Peningkatan Volume Penjualan Produk SHAR-E; (Studi Kasus pada PT. Pos Indonesia Kanwil IV DKI Jakarta) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 02 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 23 September 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN MUNAQOSYAH
Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM ( )
NIP. 195505051982031012
Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag ( ) NIP. 197407252001121001
Pembimbing I : Drs. Noryamin Aini, M.A ( ) NIP: 196303051991031002
Pembimbing II: AM Hasan Ali, M.Ag ( ) NIP: 197512012005011005 Penguji I : Drs. H. Burhanudin Yusuf, MM ( ) NIP: 195406181981031005 Penguji II : Euis Nurlaelawati, MA, Ph.D ( ) NIP: 197007041996032002
ABSTRAKSI
Kartu Shar-E merupakan kartu tabungan instant yang dikeluarkan oleh Bank
Muamalat Indonesia. Untuk memasarkan produk ini Bank Muamalat Indonesia
melakukan kerjasama dengan PT Pos Indonesia. Kerjasama ini dimaksudkan untuk
memanfaatkan jaringan yang dimiliki kantor pos dalam hal pemasaran kartu Shar-E.
Kantor pos hanya secara legal memiliki core business berupa layanan transaksi keuangan.
Perbedaan utama antara layanan transaksi keuangan melalui pos dengan transaksi
keuangan pada industri perbankan seperti tercantum dalam peraturan perundang-
undangan adalah bahwa layanan transaksi keuangan oleh industri pos tidak dimaksudkan
untuk menyalurkan dana ke masyarakat (lending service). Ini sesuai dengan apa yang
tercantum pada undang-undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2009 tentang pos.
Kebijakan yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia dalam upaya penjualan Kartu
Shar-E adalah dengan menggalang kerjasama dengan beberapa instansi, baik itu swasta
maupun sesama instansi BUMN. Kebijakan pembagian upah atau fee atas tiap
starterpack Shar-E yang terjual dari harga Rp 125.000,- tiap satu starterpack adalah Rp
3000,- untuk fee transaksi dan Rp 7500,- untuk fee aktivasi kartu.
Dalam kurun waktu 2006 hingga 2007terjadi fluktuasi penjualan Shar-E yang
terlihat jelas. Sepanjang tahun 2006 penjualan Shar-E belum mencapai 10 ribu kartu.
Pencapaian penjualan hanya sampai pada angka 8.850 kartu. Namun demikian, kenaikan
terus terjadi sepanjang tahun 2007 dengan total penjualan hingga akhir tahun 2007
sebesar 15.810 kartu, atau mengalami perumbuhan sebesar 84,27%. Ini sejalan dengan
program hadiah umrah yang digulirkan sebagai program strategi pemasaran kartu Shar-E
sejak tahun 2006. Pada tahun 2008 terjadi pertumbuhan penjualan sebesar 90,49%
dengan jumlah lonjakan kartu dari 15.810 pada tahun 2007 menjadi 30.116 kartu yang
terjual pada tahun 2008. Lonjakan terbesar terjadi pada kisaran bulan November yang
ditengarai karena adanya kebijakan otonomi masing-masing kantor pos wilayah yang ada
di area Kanwil IV yaitu berupa penggunaan Shar-E sebagai alat transfer pembayaran gaji
karyawan PT Pos Indonesia. Kebijakan ini memberikan dampak positif terhadap
kenaikan jumlah kartu Shar-E yang terjual. Tahun 2009, hingga Oktober terjadi
penurunan penjualan sebesar 77,20% dari 30.116 kartu yang terjual pada tahun 2008,
menjadi 6.866 kartu pada Oktober 2009. Pada kesimpulannya sepanjang tahun 2006
hingga 2009 penjualan kartu Shar-E mengalami penjualan yang signifikan.
Salah satu faktor yang menjadi penghambat laju pertumbuhan penjualan kartu
Shar-E menurut manajemen PT Pos Indonesia adalah kurangnya sarana pendukung atau
faktor penunjang berupa mesin ATM (Automatic Teller Machine) Bank Muamalat
Indonesia, faktor lain adalah program pemasaran yang dikonsep Bank Muamalat
Indonesia diperlukan banyak pengembangan.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penulis haturkan kepada Allah SWT, akhirnya skripsi
ini selesai dengan baik.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara
langsung atau tidak langsung, moril dan materil, memberikan dukungan doa dan
motivasi sehingga penyusunan skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu penulis
memberikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Allah Swt Tuhan semesta alam, pemberi segala potensi dalam diri manusia. Serta
Nabi Muhammad SAW sebagai bagi pembawa pesan suci Al-Qu’ran dan sebagai
pemberi sugesti terhadap segala kebajikan.
2. Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua, kepada kakak-kakak
yang memberikan dukungan moril dan materil. Dukungan doa yang dipanjatkan,
menjadikan motivasi tersendiri yang memberikan kekuatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini meskipun begitu banyak halangan dan rintangannya.
3. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
4. Ibu Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat Konsentrasi
Perbankan Syariah dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku sekretaris
Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah.
5. Bapak Drs. Noryamin Aini M.A. dan Bapak AM Hasan Ali MAg, selaku dosen
pembimbing skripsi yang dengan kesabarannya telah membimbing, memberikan
arahan, koreksi, saran, dukungan dan ilmu pengetahuan serta pengalamannya
hingga penulisan skripsi ini terselesaikan.
6. Kepada pimpinan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum khususnya Ibu Lilik
Istiqadriyah, S.Ag, SS, Bapak Ramdani, SE, Bapak Zuhri, SIP, Farhan Mustofa,
SEI. beserta staff perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis untuk mendapatkan buku-buku
yang berkaitan dengan skripsi ini.
7. Kepada manajemen PT Bank Muamalat Indonesia, terkhusus Bapak Sehu di
bagian Bussiness Inovation Group (2007) dan Ibu Nur Sadat yang telah
memberikan kemudahan atas informasi dan arahannya. Kepada Manajemen PT
Pos Indonesia Kantor Wilayah IV DKI Jakarta terkhusus untuk Ibu Ari
Puspitorini Kabag Keuangan Poswil IV DKI Jakarta tahun 2007 (saat ini telah
bertugas di kantor Pusat, Bandung), Kepada Bapak Agus Syarifudin Bagian
Keuangan Poswil IV DKI Jakarta dan Bapak Delfira Mahmudin bagian arsip data
laporan keuangan penjualan Shar-E Poswil IV DKI Jakarta. Segala kebaikan saran
dan bantuan atas penyediaan data-data yang penulis butuhkan semoga berbalas
kabaikan dari Allas SWT.
ii
8. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan kontribusi
pemikiran Ekonomi Islam dalam perkuliahan. Kepada Bpk Prof. Nadratuzzaman
Hosen yang telah memberikan kontribusi pemikiran pada skripsi ini.
9. Semua sahabat-sahabati: civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum, sisa-sisa
kebersamaan yang hampir tenggelam, memulai jalan pada masing-masing dunia
yang digeluti namun masih meluangkan waktu untuk dengan sabar mengingatkan
dan memberikan dukungan kepada penulis, terkhusus, sahabat Rini Yulianti,
Mulyanthi Ch, M Irfansyah (oto), Nuril, Lila, Irma, ifdhal dan eks-personil
Perbankan Syariah B tahun 2003 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
pada lembaran ini. Semoga jalinan ukhuwah kita tetap terjaga sekalipun kita telah
berada pada masing-masing aktivitas kita. Terima Kasih Juga buat adik kecilku
yang sudah tidak kecil lagi saat ini, Shinta Oktalia.
10. Untuk seseorang yang selalu memotivasi penulis, memberikan dukungan dari
jarak jauh dan doa yang selalu dialirkannya memberikan kekuatan pada penulis
untuk segera menyelesaikan kewajiban ini. Terima Kasih sekali lagi, meski
kadang caranya tidak selalu sama dengan cara yang penulis inginkan.
11. Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini
selesai dengan baik.
“Tak ada gading yang tak retak....” kiranya peribahasa itu pantas diuraikan,
karena penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
iii
penulis sangat mengharapkan sekiranya ada saran dan kritik yang dilontarkan, hal ini
guna perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut.
Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan, akan
menjadi investasi kekal di akhirat nanti. Amien....
Jakarta, Juli 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..... v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… viii
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………….……… 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………….……… 6
D. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan data …….…. 9
E. Review Studi Terdahulu ………………………………..…. 10
F. Teknik Pedoman Penulisan ……………………………..… 13
G. Sistematika Penulisan ….…………………………..……… 13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMASARAN JASA DAN
PENGUKURAN TINGKAT KINERJA
A. Pengertian Jasa …………….…………………..………….. 15
B. Pemasaran Pada Perusahaan Jasa ………………..…………. 17
C. Teori 4R dari Pemasaran …………………..………………. 17
D. Konsep syariah:
E. Konsep Kinerja Perusahaan …………………..…………… 18
1. Siklus Manajemen Kinerja ………….…………………….. 26
v
2. Model Perencanaan Kinerja ………….…………………… 26
F. Parameter Lain dalam Pengukuran Tingkat Kinerja ….…… 30
1. Teknologi ……………………………………………….… 28
2. Strategi Perusahaan ………………………………………. 29
3. Pemasaran ……………………………………………….... 30
4. Operasional ……………………………………………….. 32
5. Sumber Daya Manusia …………………………………….. 32
a. Peningkatan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia …………………………………………. 34
b. Kualitas Sumber Daya Manusia dan
Profesionalisme………………………………….. 35
G. Evaluasi Kinerja …………………………………….………. 36
BAB III PROFIL PERUSAHAAN PT POS INDONESIA DAN PRODUK
SHAR-E
A. Profil Perusahaan ……………….………………………….. 41
1. Lintas Sejarah PT Pos Indonesia ………………………… 41
2. Visi Misi PT Pos Indonesia ……………………………… 44
3. Tugas Pokok dan Kegiatan PT Pos Indonesia ………….. 45
4. Struktur Organisasi PT Pos Indonesia …………………… 47
B. Kartu Shar-E ………………………………………………… 49
1. Pengertian Kartu Shar-E …………………………………. 49
2. Landasan Hukum Shar-E ………………………………….. 49
vi
3. Fungsi-fungsi Kartu Shar-E ……………………………….. 50
4. Prosedur Permohonan Kartu Shar-E ……………………… 50
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Kantor Wilayah Usaha Pos IV DKI Jakarta dan Banten ….... 51
B. Cakupan Bisnis PT Pos Indonesia ….………….…………… 52
C. Kebijakan PT Pos Indonesia Terkait Upaya Penjualan Kartu
Shar-E ………………………………………….……...…… 54
D. Kebijakan Terkait Pengembangan Sumber Daya Manusia … 55
E. Kebijakan Penggunaan Teknologi Informasi ………………. 57
F. Perkembangan Volume Penjualan Kartu Shar-E PT Pos
Indonesia …………………………..……………………..…. 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………..… 73
B. Saran ……………………………………………………..…. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu tentang Shar-E ………………………… 11
2. Tabel 1.2. Resume Hasil Review Studi Terdahulu …………………………. 11
3. Tabel 4.1. Jumlah Kantor Wilayah Pos IV DKI Jakarta dan Banten …..….. 51
4. Tabel 4.2. Data Penjualan Kartu Shar-E
Periode Tahun 2006-2007 ………………………………………….. 59
5. Tabel 4.3. Data Penjualan Kartu Shar-E
Periode Tahun 2007-2008 ……………………………………………………. 63
6. Tabel 4.4. Data Penjualan Kartu Shar-E
Periode Tahun 2008-2009 …………………………………………………… 67
7. Table 4.5. Data Penjualan Shar-E Tahun 2006 hingga 2009 ………………. 71
viii
ix
DAFTAR GRAFIK
Halaman
1. Grafik 4.1. Realisasi Penjualan Kartu Shar-E Tahun 2006-2007 .............. 61
2. Grafik 4.2. Realisasi Penjualan Kartu Shar-E Tahun 2006-2007 PT Pos
Indonesia …………………………………………………………………… 62
3. Grafik 4.3. Realisasi Penjualan Kartu Shar-E Tahun 2007-2008 ………… 65
4. Grafik 4.4. Realisasi Penjualan Kartu Shar-E Tahun 2007-2008 PT Pos
Indonesia ..................................................................................................... 66
5. Grafik 4.5. Realisasi Penjualan Kartu Shar-E Tahun 2008-2009 …………. 69
6. Grafik 4.6 Realisasi Penjualan Kartu Shar-E Tahun 2008-2009 PT Pos
Indonesia …………………………………………………………………… 70
7. Grafik 4.7. Pertumbuhan Penjualan Shar-E dari Tahun 2006-2009 ……… 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan bank syariah telah memberikan warna baru bagi
pertumbuhan perbankan Indonesia. Sejak awal tahun 90-an dunia industri
perbankan Indonesia diramaikan oleh kemunculan bank-bank syariah yang
berbasis bagi hasil tanpa pemberlakuan instrument bunga (interest) dalam setiap
transaksinya. Hal ini ditandai dengan kelahirannya Bank Muamalat Indonesia
(BMI) pada tahun 1991 atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan mulai
beroperasi pada Mei 1992. Sampai dengan April 20101 tercatat ada sembilan (9)
Bank Umum Syariah (BUS) yang berbentuk institusi tersendiri dengan 918
kantor pelayanan, 25 Unit Usaha Syariah dari bank konvensional dan Bank
Pembangunan Daerah serta ada 144 unit Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Perkembangan industri perbankan yang semakin pesat ini
mengakibatkan timbulnya persaingan yang ketat antar bank untuk meraih tujuan
yang sama, yaitu mencetak laba melalui pemenuhan kebutuhan nasabah. Bank
sebagai lembaga keuangan harus mampu memfungsikan dirinya sebagai badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
1 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, “Statistik Perbankan Syariah” artikel diakses
pada Juni 2010 dari http://www.bi.go.id./
1
2
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2
Namun tidak hanya itu, terdorong oleh kecepatan arus globalisasi dan tuntutan
gaya hidup bank juga harus mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain dari
nasabah, seperti efektivitas waktu dan kenyamanan.
Pada dasarnya, setiap transaksi dapat menggunakan apapun yang dipakai
sebagai alat pembayaran. Sebelum diperkenal uang sebagai media pembayaran,
transaksi dilakukan secara barter, yaitu pertukaran antara barang dengan barang.
Ini dinilai tidak efektif dilihat dari kualitas dan waktu, karena sulit mengukur nilai
keseimbangan yang nyata antar sesama barang. Disini kemudian dimunculkan
uang sebagai jawaban atas segala kesulitan itu. Namun dalam perjalanannya, uang
juga mengalami berbagai hambatan terutama jika penggunaannya dalam jumlah
besar. Hambatan yang ditimbulkan uang karena faktor keamanan dan efektivitas
ruang dan waktu. Dimana kemudian ditemukan sarana pengganti uang tunai untuk
mengatasi segala hambatan-hambatan itu, juga diharapkan mampu
meminimalisasi resiko yang ada tanpa mengurangi nilai uang itu sendiri.
Sebagai upaya untuk meminimalisasi resiko, sebagai sarana pengganti
uang tunai kemudian dihadirkan beberapa alternatif. Salah satu diantaranya
adalah kehadiran kartu plastik yang diharapkan dapat menggantikan fungsi uang
sebagai media pembayaran. Kartu plastik atau yang lebih dikenal sebagai kartu
kredit dan kartu debit (ATM) dapat dengan begitu cepat diterima oleh 2 Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),h.23.
3
masyarakat luas. Selain sebagai media pembayaran kartu plastik juga dapat
difungsikan sebagai alat pembayaran tunai. Resiko atas uang tunai sedikit banyak
dapat diminimalisasikan dengan adanya kartu plastik sebagai pengganti uang.
Penggunaan kartu plastik ini dirasakan lebih aman dan praktis untuk segala
keperluan.3
Berangkat dari segala pertimbangan atas kebutuhan tersebut, setiap bank
mencoba memberikan penawaran yang berbeda tentang produk kartu plastik
kepada nasabahnya. Dalam hal ini bank-bank syariah, salah satu di antaranya
adalah Bank Muamalat Indonesia, menerbitkan sebuah produk kartu Shar-E,
pada tahun 2004.
Kartu Shar-E adalah sebuah jasa layanan investasi syariah berbasis
teknologi yang mengkombinasikan akses investasi syariah, ATM dan Debit Card
yang dapat diperoleh dengan mudah, aman dan tersedia pada jaringan Kantor Pos
di Indonesia. Peluncurannya dilakukan di Masjid Sunda Kelapa - Menteng,
Jakarta Pusat, pada tanggal 10 Maret 2004. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan,
melainkan sebuah isyarat, bahwa kartu investasi ini selain canggih, aman, dan
mudah, serta beroperasi atas dasar-dasar prinsip syariah dan dikelola oleh bank
pertama murni syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia.4
Kemudahan untuk mendapatkan Kartu Shar-E dapat diperoleh di setiap
jaringan kantor pos on-line. Hal ini memang sebelumnya telah terjalin kerjasama
3 Kasmir. Dasar-dasar Perbankan, cet.III, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.170.
4 MODAL No. 18/II - April 2004
4
antara pihak PT. Pos Indonesia dengan Bank Muamalat Indonesia mengenai
pengiriman dana secara real time on-line di seluruh Indonesia. Kerjasama ini
bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat untuk mengakses bank syariah walau
tanpa keberadaan bank syariah itu sendiri.5
Kantor PT. Pos Indonesia, sebagai mitra jaringan Bank Muamalat
Indonesia yang menjadi tempat atau point of meeting bagi banyak masyarakat
dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memperoleh kartu Shar-E , melalui gerai
Muamalat atau kantor pos on-line. Saat ini PT. Pos Indonesia memiliki lebih dari
4.800 outlet dan ini merupakan jaringan terbesar yang ada di Indonesia.6 Hal ini
tentunya dapat mewujudkan apa yang menjadi tujuan utama dalam hal penyaluran
dan pemasaran kartu Shar-E, yang sudah pasti harus diimbangi dengan kualitas
pelayanan atau Customer services yang memadai.
Berangkat dari hal itu, maka penulis berkeinginan menelaah, meneliti
dan mengkaji lebih jauh tentang proses kinerja PT. Pos Indonesia dalam hal
penjualan kartu Shar-E, dalam skripsi yang berjudul :
“Analisis Kinerja PT. Pos Indonesia dalam Upaya Peningkatan Volume
Penjualan Produk Shar-E; Studi Pada PT. Pos Indonesia Kanwil IV ”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
5 Artikel diakses dari http//www.posindonesia.co.id// 6 MODAL No. 18/II - April 2004
5
Kartu Shar-E sebagai produk yang dikeluarkan oleh Bank Muamalat
Indonesia. Dalam hal penjualan produk tersebut Bank Muamalat Indonesia
bekerjasama dengan PT Pos Indonesia untuk menyalurkannya kepada
masyarakat. Oleh karena itu, penelitian skripsi ini mengarah kepada PT Pos
Indonesia sebagai mitra Bank Muamalat Indonesia, yaitu mengenai kinerja PT
Pos Indonesia terkait upaya penjualan kartu Shar-E sejak periode tahun 2006
hingga 2009. Spesifikasi penelitian hanya pada kantor pos wilayah IV area
DKI Jakarta dan Banten.
2. Perumusan masalah
Dengan membatasi pembahasan, penulis merumuskan pokok masalah
dalam skripsi ini sebagai berikut:
1. Apa kebijakan yang dilakukan PT. Pos Indonesia dalam upaya
meningkatkan volume penjualan kartu Shar-E?
2. Bagaimana trend penjualan kartu Shar-E pada kurun waktu tahun
2006 sampai tahun 2009?
3. Apa hambatan (tantangan) yang dihadapi PT. Pos Indonesia dalam
melakukan penjualan kartu Shar-E?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
6
a. Untuk mengetahui prosedur penjualan yang dilakukan kantor Pos kepada
masyarakat pengguna kartu Shar-E serta kebijakannya.
b. Untuk mengetahui pencapaian target PT. Pos Indonesia dalam penjualan
produk Shar-E .
c. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi PT. Pos Indonesia dalam
memberikan pelayanan kartu Shar-E kepada nasabah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi dalam dunia akademik, serta turut mengembangkan teori-teori
di bidang ilmu manajemen pemasaran jasa dan mengaplikasikannya di
dalam kehidupan.
b. Manfaat Praktis
1. Bank Muamalat Indonesia
Hasil karya ilmiah ini dapat dipergunakan sebagai saran,
informasi dan referensi dalam mengambil keputusan dalam upaya
peningkatan volume penjualan produk Shar-E bagi manajemen Bank
Muamalat Indonesia, secara khusus untuk bagian pemasaran.
2. PT. Pos Indonesia
Hasil karya ilmiah ini dapat dipergunakan sebagai saran,
informasi dan referensi untuk mengambil keputusan dalam upaya
7
meningkatkan volume penjualan Shar-E dan mengetahui kendala-
kendala yang dihadapi, mencarikan solusi atas masalah-masalah
tersebut.
D. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Pos Indonesia Kanwil IV DKI Jakarta di
Jl. Gedung Kesenian No.2 Lt. III Jakarta Pusat.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah studi empiris, dengan kombinasi pada pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kulitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk
mengkaji konsep-konsep terkait dengan prosedur pemasaran PT Pos Indonesia dalam
hal penjualan kartu Shar-E, dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan
menganalisa sejumlah buku dan bahan-bahan yang ada kaitannya dengan
permasalahan ini, sedangkan pendekatan kuantitatif adalah untuk menggambarkan
dan merealisasikan metode populasi dengan angka-angka.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah data-data kualitatif
dan kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah: Pertama, data primer,
yaitu data dokumentasi yang diperoleh dari pihak manajemen kantor pos
berupa data mengenai informasi penjualan shar-E dan data mengenai
8
informasi-informasi lain terkait Shar-E. Kedua, data sekunder yang diperoleh
melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain berupa data
yang telah dipublikasikan di media massa berkaitan dengan permasalahan
penelitian ini.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data skripsi ini adalah Studi dokumentasi, yaitu
proses pengumpulan data primer hasil publikasi dari manajemen PT Pos
Indonesia. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang
dikeluarkan PT Pos Indonesia berupa strategi dan kebijakan pemasaran dan
data arsip mengenai penjualan Shar-E. Studi dokumentasi ini dilakukan
langsung dengan pihak terkait dalam hal ini kepada bagian keuangan sebagai
divisi yang menangani pencatatan laporan penjualan Shar-E. Diawali dengan
mengurus perizinan diinternal kampus kemudian ke Bank Muamalat
Indonesia sebagai bank yang mengeluarkan produk Shar-E dilanjutkan ke PT
Pos Indonesia.
5. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Dalam melakukan analisa data, data yang dikumpulkan dianalisis
dengan menggunakan metode kualitatif, yang merupakan suatu metode
klasifikasi dengan menggunakan uraian deskriptif dengan cara memaparkan
data-data dengan apa adanya serta analisis media massa.
9
6. Skema Alur Skripsi
Untuk dapat lebih memahami isi skripsi ini, penulis gambarkan skema
alur skripsi ini sebagai berikut:
Partnership
PT. POS INDONESIA Bank Mumalat Indonesia
Kinerja Perusahaan
Shar-E
Skema 1.1 Model alur Skripsi
Bank Muamalat sebagai lembaga keuangan yang menerbitkan produk
kartu Shar-E melakukan kerjasama dengan PT. Pos Indonesia dalam hal
penjualan kartu Shar-E. Hal ini dikarenakan PT. Pos Indonesia yang memiliki
jaringan terbesar di Indonesia. Nasabah hanya dapat melakukan pembelian
produk Shar-E pada jaringan kantor pos online. Kerangka berpikir dalam
penelitian ini difokuskan pada analisis mengenai kinerja PT. Pos Indonesia
dalam melakukan penjualan kartu Shar-E.
10
E. Review Studi Terdahulu
Sebagai bahan studi komparatif pada penelitian tentang kartu Shar-E, penulis
menghadirkan dua hasil penelitian sebelumnya tentang kartu Shar-E. Pertama,
Skripsi Ireesca Rahman, Fakultas Syariah dan Hukum Prodi Muamalah Perbankan
Syariah 2007 dengan judul “Analisa Pemberian Hadiah Umrah dalam Mempengaruhi
Minat dan Jumlah Nasabah Shar-E ”. kedua, Skripsi Budi Rahma Wardana, Prodi
Muamalah Perbankan Syariah 2008 dengan Judul Efektivitas Model Penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (Studi Kasus Kartu Shar-E PT. Bank Muamalat Indonesia).
Adapun untuk melihat unsur kesamaan dan perbedaan pada penelitian sebelumnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
11
Tabel 1.1 Review Studi Terdahulu tentang Shar-E
Unsur Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian Penulis
Analisa
Startegi promosi BMI
Penempatan citra Shar-E dalam perspektif nasabah
Kebijakan PT Pos Indonesia dalam hal penjualan Shar-E
Objek penelitian
Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia
PT Pos Indonesia
Survey (penelitian pada objek yag diteliti)
√
√
√
Metode analisis
Rasio keuangan/kuantitatif
Metode Chisquare/kuantitatif
Metode campuran antara Kualitatif dengan kuantitatif
Tabel 1.2 Resume Hasil Review Studi Terdahulu
Penelitian Judul Ireesca Rahman, Skripsi, Fakultas Syariah Prodi muamalah perbankan syariah 2007
“Analisa Pemberian Hadiah Umrah dalam Mempengaruhi Minat dan Jumlah Nasabah Shar-E” Ringkasan ;
Penelitian ini menganalisis strategi promosi kartu Shar-E yang dilakukan BMI yaitu dengan pemberian hadiah umrah kepada nasabah kartu Shar-E . Penelitian ini menganalisis dari dua sudut pandang yakni minat nasabah yang didasarkan atas pengambilan keputusan nasabah memilih produk Shar-E dan dari data dokumentasi jumlah nasabah Shar-E sebelum adanya promosi hadiah umrah dan setelah adanya promosi hadiah umrah. Penelitian ini juga menganalisis kinerja Bank Muamalat dari beberapa rasio keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah nasabah pada periode sebelum adanya hadiah umrah dan pada saat adanya promosi pemberian hadiah umrah tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulaan bahwa promosi penjualan berupa pemberian hadiah umrah bukan factor utama yang bisa ‘meningkatkan jumlah penjualan produk Shar-E, masyarakat lebih
12
memilih menggunakan produk Shar-E karena didasarkan pada faktor agama/syariah dan faktor fasilitas dan pelayanan.
Persentase hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari 100
responden yang penulis survey, sebesar 95% responden mengetahui adanya program hadiah umrah. Hanya 44% responden yang termotivasi memilih Shar-E karena adanya pemberian hadiah umrah tersebut.
Budi Rahma Wardana, Skripsi, Fakultas Syariah Prodi muamalah perbankan syariah 2008
“Efektivitas Model Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (Studi Kasus Kartu Shar-E PT. Bank Muamalat Indonesia)” Ringkasan:
Penelitian ini menganalisis konsep dan implementasi kartu Shar-E sebagai model penghimpunan dana pihak ketiga, meneliti bagaimana citra kartu Shar-E dalam perspektif nasabah, dan mengukur sejauh mana efektivitas kartu Shar-E dalam penghimpunan dana pihak ketiga Bank Muamalat Indonesia.
Metode analisis yang digunakan adalah Chi-square. Penelitian ini menganalisis kinerja internal Bank Muamalat.
Hasil Analisis dari pengolahan data archival (Arsip-Arsip atau Dokumen Bank) Performence kartu Shar-E masih belum efektif dalam melakukan penghimpunan dana pihak ketiga jika ditinjau menurut perspektif Bank Muamalat Indonesia. Hal ini dikarenakan jumlah dana pihak ketiga yang diperoleh belum mencapai target perusahaan yang telah ditetapkan. Namun jika dianalisis dari aspek kuantitas, kartu Shar-E adalah produk Bank Muamalat Indoensia yang pertumbuhannya paling agresif dan prospek pertumbuhan yang bagus untuk terus berkembang. Hasil analisis kartu Shar-E dari perspesktif nasabah yang didasarkan dari pengolahan data kuesioner, disimpulkan bahwa respon nasabah terhadap kartu Shar-E (Aksebilitas, Brand Image, Fasilitas, Service, dan Fleksibilitas) sama baiknya. Hal ini membuktikan bahwa kartu Shar-E menjadi produk yang efektif menurut perspektif nasabah. Kartu Shar-E secara konseptual merupakan inovasi terbaru sebagai produk penghimpunan dana pihak ketiga dalam industri perbankan, yang memadukan konsep tabungan, investasi syariah, dan layanan berbasis teknologi dengan fasilitas kemudahan akses ATM, debit card dan Phone Banking dalam satu layanan Produk.
13
F. Teknik Pedoman Penulisan
Pada penulisan ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, untuk mempermudah memahami isi skripsi,
maka penulis membagi kepada lima bab. Tiap bab yang di dalamnya terdiri dari
beberapa sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I: Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, review studi terdahulu, teknik pedoman penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II: Bab ini berisi kerangka teori tentang pemasaran pada perusahaan jasa,
pengukuran tingkat kinerja, serta konsep kinerja pada perusahaan,
parameter lain dalam pengukuran tingkat kinerja dan evaluasi kinerja.
BAB III: Bab ini menjelaskan tentang profil perusahaan PT. Pos Indonesia
(Lintas sejarah, visi dan misi, tugas pokok dan kegiatan PT. Pos
Indonesia, Struktur Organisasi), Pengertian Shar-E dan
BAB IV: Bab ini berisi deskripsi data primer, analisa trend volume penjualan,
dan telaah mengenai kebijakan prosedur penjualan PT Pos Indonesia.
14
BAB V: Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diambil berdasarkan hasil
dari penelitian.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMASARAN JASA DAN PENGUKURAN
TINGKAT KINERJA
A. Pengertian Jasa
Jasa dipandang sebagai suatu fenomena. Kata jasa memiliki banyak
arti, mulai dari layanan personal (personal service) sampai jasa sebagai suatu
produk. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, jasa adalah perbuatan yang
baik atau berguna dan bernilai bagi orang lain, negara, instansi dan
sebagainya. Jasa juga dapat diartikan sebagai perbuatan yang memberikan
segala sesuatu yang diperlukan orang lain; layanan, service.1
Pada dasarnya jasa merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya
tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya
dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan
memberikan nilai tambah seperti (misalnya, kenyamanan, hiburan,
kesenangan, dan kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi
konsumen. 2.
1 Departemen Pendidikan Nasional. kamus besar Bahasa Indonesia edisi ke 3(Jakarta, Balai
Pustaka. 2003.
2Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik (Jakarta:Salemba Empat,2001), h.5.
15
16
Zeithaml, seperti yang dikutip oleh Husein Umar mengemukakan lima
dimensi dalam menentukan kualitas jasa, yaitu:3
1. Reliability, adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan janji yang ditawarkan
2. Responsiveness, respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan
dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap, yaitu meliputi
kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam
melayani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan.
3. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan produk secara
cepat, kualitas keramah tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan
pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam
memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan
kemampiuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
4. Emphaty, yaitu perhatian secara indifidual yang diberikan perusahaan kepada
pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan. Kemampuan
karyawan berkomunikasi dengan karyawan, dan usaha perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan para pelanggannya.
3 Husein Umar, Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen, edisi 4, (Jakarta, Gramedia dan
Jakarta Bussines Research Center, 2005), h. 38.
17
5. Tangibles, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan
front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan, dan
kenyamanan ruangan. Kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan
karyawan.4
Kualitas suatu produk baik itu berupa barang maupun jasa perlu
ditentukan dimensi-dimensinya. Husein umar mengatakan bahwa dimensi-
dimensi diatas dapat menentukan kualitas produk.
B. Konsep Ijarah ( upah )
Arti kata Ijarah yang berasal dari bahasa Arab adalah upah atau sewa.
Dalam hal ini konteks upah atas kinerja yang diberikan kantor pos kepada Bank
Muamalat Indonesia dalam hal penjualan kartu Shar-E. Dimana kantor pos
mendapatkan upah dalam tiap transaksi penjualan yang terjadi.
Al-Ijarah yang berasal dari kata Al-ajru yang arti menurut bahasanya
adalah al-iwadl yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah ganti dan upah.5
Menurut Hasbi Ash Siddiqie bahwa ijarah ialah:
4 Husein Umar, Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen, edisi 4, (Jakarta, Gramedia dan
Jakarta Bussines Research Center, 2005), h. 39. 5 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h.114.
18
“ Akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu
pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat”.
Landasan Hukum Ijarah telah jelas dalam alquran yaitu dalam surat At-
thalaq ayat 6:
“ Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah upah mereka”
(At-thalaq:6).
Rukun dan syarat ijarah adalah: Pertama, adanya Mu’jir dan Mustajir,
yaitu pihak yang melakukan akad sewa menyewa dan pihak yang menerima
upah. Dalam kasus ini Bank Muamalat Indonesia berlaku sebagai Mu’jir yang
menyewa atas manfaat jaringan yang dimiliki oleh kantor pos. Sedang kantor Pos
sendiri berlaku sebagai Mustajir yaitu pihak yang menerima upah atau fee atas
penyewaan manfaat penggunaan jaringannya oleh Bank Muamalat Indonesia.
Kedua, Sighat atau ijab Kabul. Dalam hal ini biasanya berupa perjanjian tertulis
sebagai bentuk kontrak kerjasama. Ketiga, Ujrah atau upah. Disyaratkan
diketahui oleh kedua belah pihak dan terkait masalah penjualan Shar-E telah jelas
tertuang dalam perjanjian bahwa upah atau fee sebesar Rp 3000,- untuk setiap
kali transaksi dan Rp 7500,- untuk fee setiap terjadi satu kali aktifasi kartu Shar-
19
E. Keempat, Barang yang disewakan, dalam hal ini adalah akses dan jaringan
yang dimiliki kantor pos.6
C. Pemasaran pada Perusahaan Jasa
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.7
Ahli manajemen terkemuka Peter Ducker, seperti yang dikutip Kotler
mengatakan orang dapat mengasumsikan bahwa akan selalu ada kebutuhan
akan penjualan. Akan tetapi tujuan pemasaran bukan semata-mata untuk
memperluas penjualan kemana-mana. Tujuan pemasaran adalah untuk
mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau
jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri.
Idealnya pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap
untuk membeli. Semua yang dibutuhkan selanjutnya adalah produsen
menyediakan produk dan jasa itu.
6 Ibid., h.118. 7 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, ( Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2000), h. 9.
20
Dengan demikian jelas bahwa proses penjualan bukan puncak dari
proses pemasaran, melainkan sebagai bagian dari proses penciptaan pelanggan
yang akan bersedia membeli produk atau jasa tersebut.
Bagian pemasaran (marketing) yang menangani customer mempunyai
dua peran: pertama sebagai konseptor dan kedua sebagai implementator atau
pelaksana fungsi. Sebagai konseptor, bagian marketing merupakan “driving
force” perusahaan, sebab bagian marketing menentukan markets, customers,
dan product perusahaan. Dapat dikatakan “scope of the business” ditentukan
oleh marketing. Sebagai implementator, bagian pemasaran bertanggung jawab
atas fungsi-fungsi yang berhubungan dengan markets, customers, dan
products.8
Pelanggan mementingkan manfaat atau value apa yang didapat dari
apa yang dikeluarkan. Sebagai salah satu elemen value, brand atau merk
adalah value indicator yang harus terus menerus diperkuat oleh strategi servis
sebagai contact point utama yang berhubungan dengan pelanggan. Servis
bukan sekedar layanan pascajual, layanan prajual, ataupun sebatas layanan
selama penjualan. Servis bukan kategori bisnis, tetapi setiap bisnis harus
dianggap merupakan service business. Pelanggan tidak lagi hanya
memperhatikan produk yang ditawarkan, tetapi juga bagaimana cara
8 Robert B Widjaya, A Market Driven Corporate Strategy, Cet ke-I, (Jakarta: Tira Pustaka,
2004), h.7.
21
perusahaan menawarkannya, misalnya, apakah berkenan di hatinya atau
tidak.9
Apabila pelanggan mendapat pengalaman yang kurang baik terhadap
produk yang dibelinya, ia bisa menjadi the worst terorist bagi perusahaan.
Pada arena itulah servis disebut sebagai value enchancer. Kemudian satu hal
lain yang tidak boleh ditinggalkan adalah proses, yang disebut sebagai value
enabler. Sekokoh apapun pemasaran, jika tidak ditunjang oleh proses yang
berjalan baik, maka semuanya tidak akan berjalan secara efektif dan efisien.10
Salah satu konteks pemasaran yang ada adalah pemasaran jasa dalam
konteks pemasaran relasional (relationship marketing), yaitu pemasaran
relasional yang lebih menekankan rekrutmen dan pemeliharaan pelanggan
melalui peningkatan hubungan perusahaan dengan pelanggannya. Seperti
yang diungkapkan Leonard Berry dan dikutip oleh Rambat Lupiyoadi bahwa
dalam pemasaran relasional, penarikan pelanggan baru hanya salah satu
langkah awal dari proses pemasaran dan dikatakan bahwa biaya
mempertahankan pelanggan jauh lebih murah bagi perusahaan daripada
9 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung,: Mizan
Pustaka, 2006), Cet 2, h. 147 10 Ibid., h.148
22
mencari pelanggan baru. Pengertian ini memberikan tambahan sudut pandang,
yaitu: 11
1. Ada perubahan dalam cara pandang perusahaan dalam melihat hubungan
dengan konsumen. Penekanan-penekanan yang bergerak dari fokus pada
transaksi menjadi hubungan jangka panjang dengan pelanggan
(mempertahankan dan membangun hubungan dengan pelanggan).
2. Adanya pengakuan bahwa kualitas, customer service dan aktivitas
pemasaran dijalankan bersamaan. Pemasaran relasional memfokuskan
pada pemaduan ketiga element tersebut (kualitas, customer service,
aktivitas pemasaran) dan memastikan terciptanya potensi kombinasi di
antara elemen ini.
Secara ringkas, beberapa hal yang membedakan antara pemasaran
transaksional (tradisional) dengan pemasaran relasional adalah sebagai
berikut12:
Tabel 2.1 Perbedaan Pemasaran Transaksional dengan Pemasaran Relasional
Aspek Pemasaran Tradisional Pemasaran Relasional
Fokus Fokus pada penjualan Fokus pada upaya
mempertahankan konsumen
Orientasi Orientasi pada karakteristik Orientasi pada manfaat
11 Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik. h.16 12 Ibid., h.17
23
produk produk
Skala waktu Skala waktu jangka pendek Skala waktu jangka panjang
Komitmen pada
konsumen
Komi tmen terbatas Komitmen tinggi
Kontak Kontak dengan konsumen
rendah
Kontak dengan konsumen
tinggi
Kualitas Kualitas adalah urusan bagian
operasi
Kualitas adalah urusan semua
departemen/orang
D. Teori 4R dari Pemasaran
Semua karyawan harus menyadari keuntungan bagi perusahaan untuk
mempertahankan pelanggan dalam jangka panjang dan mengenali cara-cara
untuk memperbaiki hubungan dengan pelanggan pada saat mereka melayani
pelanggan tersebut.
Menurut James G Barnet dalam Bukunya "Secret of Costumer Relationship
Manajement" seperti dikutip oleh Deni Rakhmat mengemukakan ada 4 konsep
yang harus dipandang sama seriusnya untuk mencapai sukses. yaitu: retention,
relationship, referals, recovery ( ketahanan, hubungan, perekomendasian dan
pemulihan).13
a. Retention (Ketahanan) adalah bagaimana mempertahankan pelanggan
yang diinginkan dengan memenuhi dan memuaskan kebutuhan
mereka.
13 Majalah Internal PT Pos Indonesia. Edisi 04/2009
24
b. Relationship adalah hubungan yang terjadi ketika secara sukarela atau
bahkan secara antusias perusahaan melakukan bisnis dengan sebuah
perusahaan selama jangka waktu yang lama. Membangun hubungan
berarti mendekati pelanggan dan berusaha untuk memahami dan
melayani mereka dengan lebih baik. Sifat alamiah suatu hubungan
membutuhkan kepercayaan, komitmen, komunikasi dan pemahaman.
Menempatkan hubungan sebagai prioritas adalah penting sama
pentingnya dengan aspek bisnis lain.
c. Referals adalah perekomendasian, merujuk pada efek penyebaran
berita dari mulut ke mulut yang merupakan hasil dari kepuasan
pelanggan. Pesan yang kuat memuaskan pelanggan akan disampaikan
kepada orang lain. Ketika pelanggan sangat puas dengan jasa atau
produk, mereka cenderung menyebarkan berita tersebut. Orang lebih
mungkin mencoba sesuatu yang baru jika hal tersebut
direkomendasikan oleh kolega, teman atau anggota keluarga yang
dapat dipercaya. Tidak hanya mereka yang akan membeli kembali dari
kita, namun juga teman dan anggota keluarga yang mereka bawa.
d. Recovery adalah pemulihan dari pelayanan atau kesalahan yang buruk
pada pelanggan. Recovery harus menjadi komponen penting dalam
mengelola hubungan pelanggan. Pelayanan atau kesalahan buruk yang
terjadi adalah fakta dalam kehidupan bisnis. Hal tak terduga yang akan
menggagalkan suatu rencana yang disusun dengan baik dan membuat
25
pelanggan kecewa, akan tetapi kesalahan/ pelayanan buruk dapat
diubah menjadi kesempatan untuk membuat pelanggan terkesan dan
memenangkan loyalitas mereka.
Dari tahapan 4R diharapkan terjadi hubungan yang sejati dengan pelanggan.
Bagi dunia bisnis untuk menciptakan hubungan dengan pelanggan yang
bermakna, mereka harus memiliki pengertian yang murni tentang sebuah
hubungan.
E. Konsep Kinerja Perusahaan
Kinerja dapat melibatkan beberapa unsur yang diantaranya adalah:
hasil- hasil fungsi pekerjaan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi
karyawan/pegawai, seperti motivasi, kecapkapan, persepsi peranan;
pencapaian tujuan organisasi/perusahaan; dalam periode waktu tertentu.
Berdasarkan dari semua keterlibatan unsur tersebut, pengertian kinerja adalah
sebagai hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu
organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu.14
17 Moh. Pabundu Tika. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Cet ke-I,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 121.
26
Kata kinerja (noun) dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti
sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan kemampuan kerja15. Kata
kinerja menunjukkan suatu hasil perilaku kualitatif dan kuantitatif yang
terpilih.
Definisi kinerja menurut para ahli, diantaranya Stolovitch Keeps
seperti yang dikutipVeithzal Rivai dan Ahmad Fawzi mengatakan kinerja
sebagai seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian
serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta. Sedangkan menurut Griffin
kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri
pekerja. Menurut Donnelly, Gibson, dan Ivan Cevich, kinerja merujuk pada
tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik jika tujuan yang
diinginkan dapat dicapai dengan baik.16
Dari definisi di atas jika kinerja dikaitkan dengan performance sebagai
kata benda (noun) dimana salah satu entrinya adalah hasil dari suatu pekerjaan
(thing done), maka pengertian performance atau kinerja adalah suatu hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
15 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-2 (Jakarta:
Balai Pustaka , 2002)
16 Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Mohd. Basri, Performance Appraisal Sistem yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya saing Perusahaan, Cet ke-1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.14.
27
dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar
hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.
Maka dapat disimpulkan, bahwa pada hakikatnya kinerja merupakan
prestasi yang dicapai perusahaan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
standar dan kriteria yang ditetapkan. Tolak ukur atau performance standart
sendiri memiliki pengertian “daerah atau wilayah kerja jabatan atau unit kerja
perusahaan yang dapat diterima atau ditolak terkait dengan upaya perusahaan
untuk mencapai visi dan misinya”17.
Dalam kerangka kerja analisis pemasaran jasa dengan pendekatan
Dramagtury jasa atau services dan barang atau Goods, mungkin bisa
dikatakan sama karena keduanya sama-sama dibutuhkan konsumen. Namun
dalam melakukan kegiatan transaksi bisa berbeda-beda dan juga dilihat dari
segi kebutuhannya dan fungsi dari keduanya. Hal yang paling penting adalah
unsur-unsur yang ada dalam pemasaran jasa (services marketing), dimana
dalam services ada dua aspek penting yaitu aspek sosial (social aspects) dan
aspek fisik (physical aspects) yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan
konsumen.
Menurut Goffman, seperti yang dikutip Rambat Lupiyoadi
mengatakan bahwa melalui penggunaan metafor kinerja/penampilan drama
melihat struktur interaksi sosial yang muncul saat seseorang hadir sebagai
17 Jiwo Wugu dan Hartanto Brotoharsojo, Merit System, Cet ke-I, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 53.
28
orang lain. Performance atau penampilan, dalam sebuah drama sangat
diperlukan karena sifatnya menghibur serta memberikan kepuasan secara
tidak langsung ke dalam diri seseorang sehingga dibutuhkan kinerja yang baik
antara satu dengan yang lain, yaitu elemen-elemen yang ada dalam sebuah
drama. Hampir sama dengan services yang menyangkut kedua aspek
sebelumnya yaitu social dan physical. Dalam services dibutuhkan
penampilan atau juga kinerja yang baik agar setiap hal yang dilakukan akan
diterima dengan puas. Jadi, semuanya kembali lagi ke asal, yaitu seorang
aktor harus mampu memberikan pemanpilan terbaiknya kepada penonton.
Sama halnya dalam bidang jasa, dimana seorang penjual harus benar-benar
memberikan service kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. Intinya adalah
memberikan kepuasan.18
1. Siklus Manajemen Kinerja
Dalam perusahaan bagi seseorang yang bertanggung jawab
terhadap orang lain perencanaan adalah fase pertama dari tiga fase dalam
satu siklus yang disebut siklus manajemen kinerja. Siklus manajemen
kinerja terdiri dari tiga fase, yakni perencanaan, pembinaan dan evaluasi.
18 Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa; Teori dan Praktik, h. 12
29
Perencanaan merupakan fase pendefinisiaan dan pembahasan
peran, tanggung jawab, dan ekspektasi yang terukur. Perencanaan akan
membawa pada fase pembinaan mendorong atau menggarahkan upaya
mereka melelui dukungan, umpan balik, dan penghargaan.19 Kemudian
dalam fase evaluasi, kinerja sesungguhnya dikaji dan dibandingkan
dengan ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. 20
2. Model Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja menyatukan target kinerja individual, tim dan
organisasi. Model perencanaan kinerja memiliki 4 langkah utama, yaitu:
19 Karen R. Seeker dan Joe B. Wilson, Menyusun Rencana Kinerja Karyawan, Cet.I.
(Terjemahan, Ramelan) ( Jakarta: Penerbit PPM, 2000), h. 6. 20 Ibid., h.11
30
a. Memadukan masukan menjadi rencana kinerja individual
b. Mengkomunikasikan masukan kepada anggota tim
c. Mengonsep atau merevisi rencana kinerja
d. Memfinalkan rencana kinerja21
F. Parameter lain dalam Pengukuran Tingkat Kinerja
1. Teknologi
Perubahan teknologi merupakan penggerak yang paling utama dalam
pengukuran tingkat kinerja. Akar terjadinya segala perubahan (baik
perubahan sosial, politik ataupun ekonomi,) adalah kearena adanya
inovasi terus menerus di bidang teknologi. Jika dilihat, hampir di semua
sektor industri, perkembangan teknologi sangat membantu melakukan
usaha secara lebih efisien dan efektif. Tuntutan perkembangan zaman
yang diiringi dengan kemampuan menusia untuk melakukan penemuan-
penemuan teknologi mampu membuat perubahan yang terjadi semakin
cepat.22
Dalam bisnis korporasi, perkembangan teknologi memudahkan
perusahaan untuk memberikan standar layanan terbaik dengan biaya yang
21 Ibid., h.12 22 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, h.152
31
rendah, serta sangat membantu perusahaan untuk mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan operasionalnya. Terutama bagi kalangan
perbankan, peranan teknologi sangat penting. Teknologi digunakan bukan
hanya sebagai alat penyedia informasi dan mempercepat komunikasi,
melainkan juga untuk mempermudah dan memperlancar terjadinya
transaksi.23
2. Strategi perusahaan
Strategi perusahaan terkait dengan misi perusahaan, strategi bisnis
yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan dan lingkungan bisnis.
Strategi bisnis mencakup perencanaan, implementasi dan pengawasan.
Menurut Husein Umar, seperti dikutip oleh Pabundu Tika mengatakan
komponen-komponen yang dipakai untuk menganalisis strategi
perusahaan terdiri dari dimensi kekuatan bisnis dan dimensi daya tarik
perusahaan/individu. Dimensi kekuatan bisnis terdiri dari harga produk,
omset tiap bulan, potensi penjualan perbulan dan jumlah pengunjung di
outlet (tempat penjualan). Dimensi daya tarik terdiri dari pangsa pasar
konsomen dan potensi belanja konsumen. Dari hasil analisis terhadap
komponen-komponen tersebut dapat ditentukan langkah-langkah strategis
23 Ibid., h. 154
32
yang bisa dilakukan perusahaan seperti optimalisasi alat-alat produksi,
besarnya biaya promosi, dan lain sebagainya24
3. Pemasaran
Menurut Husein Umar, seperti dikutip oleh Pabundu Tika
mengatakan bahwa evaluasi aspek pemasaran diarahkan untuk
mendapatkan informasi mengenai faktor tertentu dibandingkan dengan
target atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya:
a. Segmentasi target dan posisi produk di pasar
b. Strategi bersaing yang diterapkan
c. Kegiatan pemasaran melalui bauran pemasaran
d. Nilai penjualan
e. Market share yang dikuasai perusahaan
Adapun aspek pasar, dilakukan evaluasi mengenai consumer behavior
guna mengetahui:
a. Pengetahuan, kebutuhan dan keinginan pasar potensial terhadap
produk:
b. Sikap, perilaku, dan kepuasan konsumen terhadap produk25
24 Pabundu Tika. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, h. 122 25 Ibid., h. 123
33
Pelanggan saat ini tidak saja membeli apa yang dibutuhkan, melainkan
juga sudah memiliki keinginan dan harapan atas produk atau jasa yang akan
mereka beli. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya akses informasi dan
makin beragamnya pilihan produk. Sehingga membuat pelanggan akan
mempunyai keinginan yang semakin spesifik dan harapan yang semakin
tinggi. Dalam bukunya, New Consumer Marketing, Susan Baker seperti
dikutip oleh Hermawan Kertajaya menerangkan bahwa dalam era ekonomi
konsumsi seperti saat ini, menggunakan 4P (product, price, place, promotion)
atau marketing-mix sebagai basis strategi pemasaran tidak cukup. Hal ini
dikarenakan 4P tersebut mengabaikan hal penting yang sangat fundamental,
yaitu bahwa produk dan servis sebenarnya ditujukan untuk kepentingan
masyarakat yang membeli produk atau jasa (konsumen/nasabah). Sehingga
situasi dan kondisi masyarakat harus menjadi fokus utama dalam
pembentukan strategi pemasaran. Dalam menjalankan suatu bisnis, tidak
cukup hanya memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi juga memuaskan
masyarakat dengan memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.26
4. Operasional
Hal-hal yang menyangkut operasional, adalah sebagai berikut:
26 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, h. 157
34
a. Kualitas produk, yakni seberapa jauh produk yang dihasilkan oleh
perusahaan untuk bisa bersaing dari segi kualitas.
b. Teknologi yang digunakan, yakni apakah teknologi yang digunakan
perusahaan mengikuti perkembangan dunia pada saat ini, atau sudah
ketinggalan zaman, kondisi ini perlu diperhitungkan sesuai dengan
keinginan pelanggan dan persaingan dengan pihak lain.
c. Kapasitas produksi, yakni seberapa besar kapasitas produksi dari
sumber daya yang ada. Kapasitas produksi juga perlu
mempertimbangkan pemasaran produk.27
5. Keuangan
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau
kekayaan, terutama bagi pemegang sahamnya. Husein Umar, seperti
dikutip pabundu Tika mengatakan bahwa tujuan mengevaluasi bisnis dari
aspek keuangan adalah untuk mengetahui apakah realisasi investasi telah
sesuai dengan yang diharapkan. Analisisnya dapat ditinjau dari laba
dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, dan menilai
apakah proyek dapat berkembang terus.28
6. Sumber Daya Manusia
27 Pabundu Tika. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, h. 123 28 Ibid., h. 124
35
Sumber daya manusia atau human resources, menurut Payaman J.
Simanjuntak mengandung dua pengertian: pertama, sumber daya manusia
mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan seseorang dalam waktu tertentu untuk
menghasilkan barang dan jasa. Kedua, sumber daya manusia menyangkut
manusia yang bekerja untuk memberikan jasa dan usaha kerja tersebut 29.
Menurut Taziliduhu Ndraha, sumber daya manusia menyangkut
manusia atau human resources adalah “penduduk yang siap, mau dan
mampu memberikan sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan
organisasi (the people who are ready willing and able to contribute to
organization goals).30
Adam Smith (1729-1790), tokoh utama dari aliran ekonomi yang
kemudian dikenal sebagai tokoh aliran klasik. Dia menganggap bahwa
manusia sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran
bangsa-bangsa. Alasannya bahwa alam (tanah tidak ada artinya kalau
tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengelola sehingga
29 Payaman J.Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia ,( Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,1998) , h.1 30 Talizuhu Ndraha, Pengantar Teori Pengembangan SDM, Cet.I, (Jakarta Rineka Cipta,
1998), h.7.
36
bermanfaat bagi kehidupan).31 Smith juga melihat bahwa alokasi sumber
daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah
ekonomi tumbuh, akumulasi korban modal (fisik) yang baru mulai
dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi ekonomi tumbuh. Dengan kata
lain. Alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu
(necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.32
a. Peningkatan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sejalan dengan perkembangan zaman maka pengembangan
sumber daya manusia dirasa sangat vital, pengembangan atau peningkatan
sumber daya manusia juga merupakan cara yang efektif untuk menghadapi
beberapa tantangan, termasuk keusangan dan ketertinggalan karyawan,
pengembangan atau peningkatan sumber daya manusia dapat menjaga
atau mempertahankan tenaga kerja yang efektif. Menurut Mulyadi, ada
empat kebijaksanaan pokok dalam upaya peningkatan sumber daya
manusia yaitu:
1) Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas
manusianya seperti jasmani, rohani, dan keuangan, maupun
31 Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalamPerspektif Pembangunan, Cet.II,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h.4.
32 Ibid., h.5.
37
kualitas kehidupan seperti perumahan dan pemukiman yang
sehat.
2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang produtif dan
upaya pemerataan penyebaran.
3) Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan
dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK
yang berwawasan lingkungan.
4) Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan
perangkat hukum yang mengandung upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia.33
b. Kualitas Sumber Daya Manusia dan Profesionalisme
Profesionalisme atau professionalism menurut bahasa memiliki arti
“sifat profesional”. Sedangkan profesional yang mengandung pengertian “
seseorang dengan keterampilan dan pengetahuan tertentu yang
menyebabkan dia memiliki kualifikasi untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu, dan biasanya keterampilan dan pengetahuan ini diperoleh melalui
pelatihan yang lama.34
33 Ibid., h.2 34 B.N Marbun, Kamus Manajemen, Cet.I, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h.292.
38
G. Evaluasi Kinerja
Strategi pemasaran harus tanggap pada kondisi yang berubah-
ubah. Setelah diimplementasikan, evaluasi dan pengendalian terus
mempertahankan strategi berada dalam sasarannya dan menunjukan kapan
penyesuaian dibutuhkan. Evaluasi strategis menuntut informasi untuk
mengukur kinerja dan kemudian mengambil tindakan yang perlu untuk
mempertahankan hasilnya tetap berada pada jalurnya. Eksekutif
pemasaran perlu terus menerus memonitor kinerja dan kalau perlu
merevisi strateginya karena perubahan-perubahan kondisi35.
Ada beberapa definisi tentang evaluasi seperti yang dikemukakan
para ahli dalam tulisan yang mereka buat. Umar Husein mengatakan
evaluasi sebagai suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh
mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan
pencapaian itu dengan suatu standar tertantu untuk mengetahui apakah ada
selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan
itu dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.36
Salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan adalah dari
sisi bagaimana manajemen perusahaan merespon kondisi internal dan
35 David W. Cravens, Pemasaran Strategis. Jilid.II,terjemahan, (Jakarta: Erlangga), h.159. 36 Husein Umar, .Evaluasi Kinerja Perusahaa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005),
hal.37.
39
eksternalnya, yang dengan tolok ukur tertentu dapat diketahui berapa
tingkat turbulensinya dan berapa tingkat perusahaan mampu
mengantisipasinya.
Seperti yang dikutip Husein Umar dari Igor Ansoff dan
EdwardJ.Mc Donnell, mengatakan kinerja potensial perusahaan dikatakan
optimal bila tiga kondisi berikut terpenuhi:37
a. Agresivitas strategi perusahaan harus sesuai dengan turbulensi
lingkungannya.
Agresivitas strategi dicirikan oleh tingkat discountinuity
dan dimensi waktu respon perusahaan. Tingkat
discountinuity berkisar dari tanpa perubahan ke
perubahan incremental, lalu keperubahan discountinous
yang dapat dideteksi sampai kepada perubahan kreatif
yang sulit dideteksi. Sedangkan dimensi waktu respon
perusahaan adalah ketepatan waktu pengenalan produk
baru relatif terhadap produk sejenis yang muncu di
pasaran. Ketepatan waktu berkisar dari reaktif, lalu ke
inovatif sampai ke kreatif.
37 Ibid. hal.115
40
Turbulensi lingkungan, merupakan kumpulan ukuran
dari suatu perubahan (changeability) dan keterdugaan
(predictability) atas lingkungan perusahaan.
Changeabilty terdiri atas kompleksitas lingkungan dan
bauran relatif dari tantangan berlanjut yang dihadapi
perusahaan dalam lingkungannya. Predictability terdiri
atas kecepatan perubahan, yaitu resiko kecepatan
dimana tantangan berganti dalam lingkungan dengan
kecepatan merespons perusahaan; kejelasan masa
depan, di mana ketepatan dan kesesuaian informasi
tentang masa depan berperan penting.
b. Daya tangkap perusahaan harus sesuai dengan agresivitas
strateginya.
Daya tanggap perusahaan dimulai dari level 1, yaitu custodial,
dimana daya tanggap perusahaan cenderung pasif, level 2,
production, dimana perusahaan mengutamakan orientasi pada
produksi. Level 3, yaitu marketing dimana perusahaan
berorientasi ke pasar, level 4, dikatakan strategic, dimana
perusahaan dimotovasi oleh lingkungan yang lebih luas dan
41
level 5, yaitu fleksible yaitu perusahaan yang kreatif, yang
menghasilkan perubahan yang orisinal.
c. Komponen kemampuan perusahaan harus saling mendukung
satu dengan lainnya.
Kemampuan perusahaan adalah kemampuan untuk
menerapkan sikap yang akan mengoptimalkan pencapaian
tujuan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan.
Komponen kemampuan perusahaan tersebut dilihat dari
beberapa sisi, yaitu:
Iklim, yaitu tingkat kemampuan untuk merespons,
Kompetensi, yaitu kesanggupan perusahaan untuk
merespons pesaing, dan
Kapasitas, yaitu jumlah yang dapat direspon
perusahaan.
Evaluasi tindakan pemasaran dan hasilnya sangat penting untuk
mempertahankan kinerja agar tetap sejalan dengan tujuannya. Bidang-bidang
evaluasi meliputi pemantauan lingkungan, analisis pasar produk, evaluasi
program pemasaran, dan penilaian efektifitas kompnen-komponen bauran-
pemasaran spesifik seperti periklanan Evaluasi mungkin berusaha untuk:
42
1) Mencari peluang-peluang baru atau menghindarkan ancaman-ancaman
2) Mempertahankan kinerja agar tetap sejalan dengan harapan
manajemen
3) Memecahkan masalah-masalah spesifik .38
Dengan melihat semua unsur jasa, konsep pemasaran jasa, hingga
evaluasi kinerja karyawan dikaitkan dengan PT Pos Indonesia yang menjadi objek
penelitian skirpsi ini, PT Pos Indonesia adalah perusahaan yang masuk dalam industri
jasa layanan, pertanyaan yang kemudian muncul adalah bisakah industri layanan
seperti kantor pos memberikan service layaknya indutri keuangan dalam hal ini bank.
Jawaban akan ditemukan dari penjabaran hasil penelitian penulis pada bab-bab
selanjutnya.
38 David W. Cravens, Pemasaran Strategis , h. 160.
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN PT POS INDONESIA DAN PRODUK SHAR-E
A. Profil Perusahaan
1. Lintas Sejarah PT Pos Indonesia
Berawal dari gagasan, berkembang seiring dengan kebutuhan dalam
memperlancar arus surat-menyurat selama era kolonial Belanda, maka
Gubernur Jendral G.W Baron Van Inhof mendirikan kantor pos yang pertama
di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1746. Adapun tujuan utamanya adalah
untuk mendukung arus komunikasi surat bagi kepentingan kolonial yang
berada di Indonesia saat itu dengan negara Belanda dan negara-negara
lainnya. Peranan Kantor Pos semakin penting dan berkembang setelah
penemuan teknologi telegrap dan telepon, sehingga pada saat ini mengalami
berbagai perubahan mengikuti perkembangan zaman. Perubahan tersebut
didasarkan pada:42
1. Adanya Staatbblaad nomor 395 tahun 1906 tentang dibentuknya jawatan Pos,
Telegrap dan Telepon (jawatan PTT).
2. Tahun 1961 berdasarkan PP nomor 240 tahun 1961, status jawatan PTT
berubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
42 http:/www.posindonesia.go.id/profile
41
44
3. Tahun 1965 pemerintah memindahkan fungsi PN Postel menjadi dua badan
usaha berbeda, yaitu PN Pos dan Giro (berdasarkan PP No.29 tahun 1965) dan
PN Telekomunikasi (berdasarkan PP No.30 tahun 1965).
4. Berdasarkan UU No.9 tahun 1978 PN Pos dan Giro diubah mejadi Perusahaan
Umum (Perum) Pos dan Giro.
5. Perum Pos dan Giro mengalami penyempurnaan (khususnya tata cara
pengawasan dan pembinaan) berdasarkan PP No. 24 tahun 1984.
6. Pada tanggal 20 Juni 1995, berdasarkan PP No. 5 tahun 1995 Perum Pos dan
Giro berubah menjadi PT Pos Indonesia (Persero).
Perubahan Pos Indonesia dari Perum menjadi Persero merupakan
babak baru dalam sejarah Pos Indonesia. Perubahan status ini membawa
konsekuensi pada berubahnya secara mendasar pola dan sifat pengelolaan
usaha Pos Indonesia. Perubahan yang paling mendasar adalah orientasi
pengelolaannya yang lebih memfokuskan diri pada usaha pemupukan
keuntungan. Perubahan yang mendasar lainnya adalah adanya kemandirian
yang lebih besar bagi manajemen dalam menjalankan roda usahanya. Terlebih
setelah disahkannya Rancangan Undang-undang pos menjadi Undang-Undang
pada 15 September 2009,43 yang diharapkan dapat memicu pertumbuhan
industri pos nasional. Beberapa hal prinsip yang membedakan Undang-
43 Merpati Pos. Majalah Internal PT Pos Indonesia Edisi 04 2009 dan hasil paparan dari manajemen PT Pos Indonesia.
45
undang Pos disahkan pada tahun 2009 dengan UU No.06 Tahun 1984 tentang
Pos antara lain:
1. UU Pos yang baru mengatur industri pos, bukan hanya badan
atau BUMN yang ditugasi menyelenggarakan pos.
2. UU pos yang baru lebih menekankan pos sebagai suatu sistem,
bukan hanya aktivitas transaksional (lalu lintas) sehingga dapat
lebih mengakomodir aktivitas dan pengembangan bisnis
penyelenggara pos.
3. Ketentuan penyelenggara pos harus badan usaha yang
berbadan hukum Indonesia, diharapkan dapat menjamin
kepastian hukum dan bertanggung jawab kepada publik.
4. Penegasan tentang perizinan akan menjamin terwujudnya
standar layanan pos dan hak-hak bagi pengguna layanan pos.
5. Adanya penerapan syarat terhadap penyelenggara pos asing
yang akan menyelenggarakan pos komersial di Indonesia,
dalam rangka proteksi industri pos dalam negeri.
6. Ketentuan tentang layanan pos universal akan memberikan
jaminan kepada masyarakat terhadap hak pelayanan publik
dibidang pos (keterjangkauan harga, aksesibilitas, dan standar
layanan).
7. Ketentuan tentang kerjasama dan interkoneksi diharapkan akan
mendorong terwujudnya efisiensi distribusi nasional dimana
46
sektor pos sebagai salah satu tulang punggung sistem distribusi
nasional tersebut (PT Pos Indonesia, BUMN Pos yang
memiliki titik layanan yang paling banyak dan paling tersebar
diharapkan dapat memposisikan diri sebagai backbone
infrastructure dalam penyelenggaraan pos nasional).
8. Ketentuan perlunya penyehatan BUMN (Pos Indonesia) dalam
rangka penyiapan menghadapi keterbukaan pasar yang
pendanaannya dialokasian dari APBN.
2. Visi dan Misi44
1. Visi
Menjadikan perusahaan Pos yang berkemampuan memberikan solusi
terbaik dalam menjadi pilihan utama stakeholder domestik maupun global
dalam mewujudkan pengembangan bisnis dengan pola kemitraan, yang
didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan menjujung tinggi nilai.
2. Misi
Memberikan solusi terbaik bagi bisnis, pemerintah dan individu
melalui penyediaan sistem bisnis dan layanan komunikasi tulis, logistik,
transaksi keuangan, dan filateli berbasis jejaring terintegrasi, terpercaya dan
kompetitif di pasar domestik dan global45.
44 Data Dokumentasi SOPP PT Pos Indonesia
47
3. Tugas Pokok dan Kegiatan PT Pos Indonesia46
Berikut adalah tugas pokok PT. Pos Indonesia:
1. Melaksanakan misi bisnis dengan menyediakan jasa yang bermutu
tinggi dan berdaya saing kuat, baik di pasar dalam negeri maupun
internasional, serta memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai
perusahaan.
2. Melaksanakan penugasan khusus dari pemerintah untuk
menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap
memperhatikan misi bisnis.
Untuk mencapai maksud dan tujuan perusahaan, maka sesuai dengan
Anggaran Dasar (AD) PT Pos Indonesia melakukan kegiatan yang meliputi:
1. Usaha jasa pos dan giro
2. Usaha jasa komunikasi, jasa logistik dan jasa-jasa lainnya yang menunjang
penyelenggaran usaha pos dan giro.
3. Usaha-usaha lain dalam rangka pemanfaatan dan pengembangan sumber daya
yang dimiliki perseroan, antara lain mengembangkan sumber daya manusia,
mengoptimalkan pemanafaatan aktiva tetap dan aktiva bergerak, fasilitas
informasi, faslitas pendidikan dan pelatihan, fasilitas pemelihara dan
perbaikan.
46 ibid
48
4. Struktur Organisasi PT Pos Indonesia
Komisaris
Direktur Utama
WILPOS
Direktorat Bisnis Komunikasi
Direktorat Bisnis jasa keuangan
Direktorat Bisnis operasi
Direktorat Keuangan
Direktorat Sumber Daya Manusia
Sekretariat Perusahaan
Satuan Pengawas Intern
Pusat Perencanaan Korporasi Transformasi
UPT
Pemegang Saham
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia
49
T
5. Struktur Organisasi Kantor Wilpos IV Jakarta 1004
GENERAL AFFAIR
MANAGER SUHARTO
INTERNAL AUDIT
DARKONI SALEH
SENIOR MANAGER FINANCIAL & RETAIL
SERVICES
SIGIT SEDIA LEKSANA
SENIOR MANAGER MAIL,LOGISTIC &
OPERATION
ZULKARNAIN SA’AD
GIRO SERVICES MANAGER
AGUS HERNOWO
COMMERCIAL & MARKETING MANAGER
AGUS SALIM
RETAIL SERVICE & OPERATION MANAGER
AGUS SALIM
MAIL MANAGER
IMAN SOEDIRMAN
COMMERCIAL &
MARKETING MANAGER
KUNKUN
KUNTARA
LOGISTIC & PARCEL
MANAGER
IMAN SOEDIRMAN
POSTAL OPERATION MANAGER
RAHMAT
KAROKARO
HUMAN CAPITAL
MANAGER
EBEN EZER PURBA
ASSETS MANAGER
SRI WIKANI
TECHNOLOGY
MANAGER
SRI WIKANI
FINANCE
MANAGER
SUMANTO
SENIOR MANAGER HUMAN CAPITAL, ASSET & FINANCE
HASANUDIN
KANWIL POS IV
ARNEFIA YUZAR
Gambar 2. Struktur Organisasi Kantor Poswil IV Jakarta 1004
50
B. Kartu Share-E
1. Pengertian Kartu Shar-E
Kartu Shar-E merupakan kartu tabungan yang dapat digunakan untuk
penarikan tunai (bebas biaya) di lebih dari 8.888 ATM yang dimilki lebih dari
50 bank, dan dapat digunakan sebagai kartu debit di lebih dari 18.000
mercant. Shar-E khusus dihadirkan bagi yang membutuhkan pengelolaan
dana dan investasi secara islami. Peluncuran kartu Shar-E dilakukan di Masjid
Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat pada 10 Maret 2004. 47
Shar-E (dibaca Syar’i) berarti sesuai dengan syariah, yaitu aturan-
aturan Allah swt. Shar-E (dibaca share atau sye:) berarti pengelolaan rekening
Shar-E dijalankan secara islami dan akan memperoleh bagi hasil yang sesuai
dengan syariah.
Huruf “E” dalam kata Shar-E adalah kependekan dari kata electronik,
yang berarti Shar-E didukung dengan teknologi tinggi yang memberikan
kemudahan layanan transaksi. Huruf “ain” dalam logo adalah simbol dari
sebuah kata dalam bahasa arab yang berarti mata atau lensa yang menerima
cahaya. Shar-E merupakan sumber cahaya yang memberikan solusi juga
sumber kebaikan sebagai tempat tujuan hijrah menuju ekonomi non ribawi.
2. Landasan Hukum Kartu Shar-E
Pada dasarnya kartu Shar-E adalah sebuah jasa pelayanan yang
diberikan oleh bank Muamalat untuk memudahkan proses transaksi nasabah 47 Majalah Modal No. 18/II-April 2004
51
secara islami dalam bentuk produk tabungan melalui teknologi kartu plastik.
Adapun landasan hukum kartu shar-E mengacu pada fatwa Dewan Syariah
Nasional No: 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan dan Peraturan Bank
Indonesia No: 10 Tahun 1998.48
3. Fungsi-fungsi Kartu Shar-E
a. Kartu debit di lebih dari 18.000 mercant
b. Transfer antar bank ATM bersama
c. Transfer antar rekening Shar-E dan transfer dari rekening BCA ke
rekening Shar-E atau sebaliknya pada ATM BCA atau ATM Prima
d. Pemindahbukuan antar rekening melalui fasilitas Salamuamalat
4. Prosedur Permohonan Kartu Shar-E
Prosedur permohonan kartu Shar-E tidak sulit. Pemohon cukup
mendatangi kantor Bank Muamalat di seluruh Indonesia atau Kantor Pos
online atau System Online Payment Point (SOPP) terdekat, lalu mengisi
formulir dan membeli starter pack Shar-E seharga Rp125.000, maka
pemohon telah menjadi nasabah dan memiliki rekening Shar-E dengan saldo
awal sebesar Rp100.000,.
48 http:/www.shar-e.com
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Kantor Wilayah Usaha Pos IV DKI Jakarta dan Banten
Pada tahun 2009 pencapaian target kinerja meningkat sebesar 250%
dari proyeksi kinerja tahun 2008. Dengan target kinerja tahun 2009 untuk
pendapatan sebesar Rp 1,6 T dan laba sebesar Rp 311 miliar.54
Tabel 4.1 Jumlah Kantor Wilayah Usaha Pos IV Jabodetabek dan Banten
PROVINSI DKI JAKARTA 1 Jakarta Pusat 45 kantor pelayanan 2 Jakarta Barat 40 kantor pelayanan 3 Jakarta Selatan 40 kantor pelayanan 4 Jakarta Timur 38 kantor pelayanan 5 Jakarta Utara 19 kantor pelayanan 6 Sentral Giro dan Layanan – Keuangan 1 kantor pelyanan 7 Mail Processing Centre – Jakarta 1 kantor pelayanan 8 Kantor Filateli Jakarta 1 kantor pelayanan
Jumlah 185 Kantor PROVINSI JAWA BARAT (Bogor, Bekasi dan Depok)
KOTA JUMLAH KANTOR 13 Bogor 23 kantor pelayanan 14 Depok 15 kantor pelayanan 16 Cibinong (Kab. Bogor) 10 kantor pelayanan 17 Bekasi 41 kantor pelayanan
Jumlah 89 Kantor PROVINSI BANTEN (Tangerang dan Ciputat)
19 Tanggerang 33 kantor pelayanan 20 Ciputat 14 kantor pelayanan 21 Kantor Tukar Pos Udara – Jakarta Soekarno Hatta 1 kantor pelayanan
Jumlah 48 Kantor
54 Data internal bagian keuangan PT Pos Indonesia kantor wilayah IV DKI Jakarta
53
54
B. Cakupan Bisnis PT Pos Indonesia
Cakupan bisnis PT Pos Indonesia saat ini sangat luas juga dengan
kompleksitas persaingan yang juga sangat besar. Eksistensi industri PT Pos
Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah ini:55
a) Bisnis Komunikasi, komunikasi yang menjadi cakupan industri pos
adalah komunikasi yang tetap melibatkan aktivitas fisik dalam siklus
layanannya. Pesaing langsung dalam bisnis ini adalah perusahaan kurir
seperti City Courier atau perusahaan exspress. Cakupan bisnis
55 Majalah internal, Merpati Pos, (PT Pos Indonesia edisi 04/2009) , dan hasil Bapak Agus Syarifudin 07 Desember 2010.
Communication
the Movement of Goods and Merchandise
the Movement of Goods and Merchandise
Local/Cit
Financial Transaction and services
y Courier
Expres Courier
ICT Provider
Logistic Providers
Transportation Providesr
Wire House Serivicesation
Banks & LKBB
Remitance Service Remitance Service
Banks & LKBB
Koperasi, Retails
Communities
55
komunikasi PT Pos Indonesia adalah EMS (Express Mail Service) luar
negeri, Pos Express (Domestik) dan Kilat Khusus.
b) Bisnis logistik, aktivitas pos pada hakekatnya memang merupakan
bisnis logistik. Logistik merupakan salah satu kegiatan vital dan
sebagai komponen biaya yang tinggi untuk seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh suatu organisasi. Cakupan bisnis logstik antara lain
ocean carrier, air carrier, trucking, freight, forwarder, value added
warehoause and distribution, express distribution dan distributor.
Logostik dalam konteks aktivitas merupakan kegiatan yang berkaitan
penyediaan barang dan jasa pada saat dan tempat yang ditentukan. Pada
PT Pos Indonesia cakupan bisnis logistiknya adalah Total Logistik, dan
Paket Pos (dalam negeri).
c) Layanan transaksi keuangan, secara legal perbedaan utama antara layanan
transaksi keuangan melalui pos dengan transaksi keuangan dalam peraturan
perundang-undangan adalah bahwa layanan transaksi keuangan oleh industri
pos tidak dimaksudkan untuk menyalurkan dana ke masyarakat (lending
service). PT Pos mengelompokkan layanan keuangan kedalam empat jenis:
layanan kiriman uang, layanan giro pos dan tabungan, penyaluran dana dan
penyetoran. Bisnis keuangan Pos yaitu: Payment Point Pos, Giro Pos dan
Wesel Pos. Termasuk kerjasama yang dibuat dengan Bank Mualamat
Indonesia masuk dalam kategori ini, System Online Payment Point (SOPP).
56
C. Kebijakan PT Pos Indonesia Terkait Upaya Penjualan Shar-E
Kesepakatan kerjasama yang dimulai sejak tahun 2004 hingga saat ini
adalah dimana Bank Muamalat Indonesia bertindak sebagai perusahaan pencipta
produk (dalam hal ini kartu Shar-E) dan kantor Pos Indonesia yang bertindak
sebagai distributor atau penjual atas produk tersebut. Dengan kesepakatan pada
tiap transaksi penjualan kantor pos berhak atas fee. Besaran dari fee tersebut dari
Rp 125.000,- harga tiap satu starterpack adalah Rp 3000,- untuk fee transaksi
dan Rp.7500, untuk fee aktivasi kartu.56
Kebijakan yang menjadi upaya PT Pos Indonesia untuk melakukan
penjualan terhadap kartu Shar-E dikembangkan di masing-masing wilayah,
dengan jumlah kantor yang saat ini secara keseluruhan telah terintegrasi dengan
kantor pusat melalui system Information Technology (IT) yang memadai.
Kebijakan wilayah merupakan kebijakan otonomi masing-masing kepala kantor
wilayah.57 Di antara kebijakan yang diambil kantor pos dalam upaya
peningkatan penjualan kartu Shar-E adalah program “Ayo kekantor Pos”
merupakan program gerakan untuk merebut hati pelanggan dengan menciptakan
keunggulan-keunggulan sebagai karakteristik layanan pos, program ini telah
digulirkan sejak 20 Agustus 2008. Program ini ditujukan kepada sasaran internal
maupun eksternal. Sasaran internal dimaksudkan untuk mengajak seluruh jajaran
56 Hasil wawancara dengan Bapak Delfira Mahmudin Admnistrasi data bagian Keuangan Poswil IV, 07 Desember 2009 57 Hasil wawancara dengan Bapak Agus Syarifudin, Bagian Pengembangan Bisnis PT Pos Indonesia Kanwil IV DKi Jakarata, 07 Desember 2009
57
perusahaan agar fokus melakukan pembenahan dikantor pos melalui 3 bidang
pengembangan yaitu Operational Excellence (menyampaikan kiriman secara
cepat dan tepat waktu), Service Excellence (menciptakan palayanan yang cepat
dan ramah), dan Physical Excellence (menciptakan suasana kerja yang bersih,
aman dan nyaman). Dengan maskot kampanye ayo ke kantor pos bernama
“GesiT” artinya Gerakan Excellence Service Berbasis IT”. Berbicara mengenai
teknologi informasi (IT) PT Pos Indonesia telah mengintegrasikan 23.000 titik
layanan pada tahun 2003. Ini menjadikan PT Pos Indonesia dikenal dengan
julukan “The Real Network Company”.58
D. Kebijakan Terkait Pengembangan Sumber Daya Manusia
Untuk menghadapi tantangan, upaya yang dilakukan dalam bidang Sumber
Daya Manusia (SDM) dilakukan upaya mengembangan dari seluruh lini karyawan di
Wilayah Usaha Pos IV mulai dari tenaga pemasar, operasional hingga level para
Kepala Unit (KKp) dan manager. Karena tingkat pencapaian target UPT sangat
tergantung kepada keterkaitan dan keselarasan antara target kinerja UPT dengan
target kinerja masin-masing karyawan di UPT yang bertalian. Program yang
dicanangkan sebagai solusi dari masalah terkait SDM tersebuat adalah penetapan
“KEY PERFORMANCE INDICATOR” (KPI) dengan semboyan “Make It Simple,
Standart, Motivating and Empowering ( MISS ME)”.
58 Merpati Pos. Majalah Internal PT Pos Indonesia Edisi 04/2009
58
KPI adalah serangkaian ukuran kuantitatif yang telah disepakati oleh pihak-
pihak yang terkait untuk merefleksikan tujuan organisasi yang nantinya akan
menjadikan kunci sukses sebuah organisasi. Beberapa manfaat yang diperoleh dari
KPI adalah:
• Membantu Post Master melakukan penilian secara objektif terhadap
kinerja supervisor/Bagian.
• Supervisor yang dinilai dapat terpacu motivasi untuk meningkatkan
kinerja sesuai sasaran/target yang ditetapkan.
• Pelaksanaan SOP dan Program Kerja (Pelayanan PASTI dan 5R) dapat
berjalan secara konsisten.
• Memudahkan pelaksanaan pengawasan periodik/ eksploitasi.
• Kisi-kisi yang tercantum dalam program KPI merupakan salah satu
ukuran kinerja performance dan kinerja UPT.
• Melalui KPI karyawan masing-masing bagian memiliki acuan dinas
dalam proses kerja harian.
• Para Supervisor memiliki salah satu power untuk membidik dan
membinasakan para bawahan agar senantiasa berada dalam rel Standar
Operasional Prosedur yang berlaku.
59
E. Kebijakan Penggunaan Teknologi Informasi
Kebijakan penggunaan technology informasi yang memadai untuk
menunjang kegiatan SOPP adalah penggunaan system house to house yang
digambarkan pada skema sebagai berikut59:
Paymet Point House to House
KANTOR POS(unit layanan tetap)
PT. POS INDONESIA
JARINGANKOMUNIKASI
DATAPT POS INDONESIA
Gateway Server
BILLER
HOST GATEWAYPT. POS INDONESIA
POS KELILING(unit layanan bergerak)
DatabaseBilling
Router
Aplikasi InternalBILLER
Pada skema penggunaan system house to house, seluruh jaringan kantor pos
online (unit kantor pos dan unit layanan bergerak) terintegrasi dengan router atau
sistem informasi kantor pos pusat, melalui teknologi informasi router PT Pos
59 Data arsip dari PT Pos Indonesia kanwil IV DKI Jakarta dan Banten tahun 2010.
Billing Server
Router
FirewallFirewall
60
Indonesia bersinergi dengan router biller server mitra kantor pos untuk mengirim
aplikasi internal biller.
Payment Point P2H
Pada sistem Pay to House, sistem ini memudahkan nasabah untuk berinteraksi
dengan langsung tanpa harus membuang banyak waktu karena melalui sistem online
bisa melakukan transaksi dengan kantor pos. Karena segala transaksi dapat dilakukan
dengan menggunakan koneksi internet tanpa harus mendatangi kantor pos transaksi
yang bisa dilakukan saat ini adalah cek pengiriman barang.
F. Perkembangan Volume Penjualan Kartu Shar-E PT Pos Indonesia
Kerjasama yang dibangun PT Bank Muamalat Tbk. dengan PT Pos Indonesia
dalam hal penjualan produk Shar-E memberikan dampak yang signifikan bagi
61
penjualan kartu Shar-E itu sendiri. Berikut volume penjualan perdana Shar-E PT Pos
Indonesia dari tahun ke tahun:60
Tabel 4.2 Volume Penjualan Kartu Shar-E
Periode Tahun 2006-2007 Pertumbuhan**
Jumlah Satuan Nominal* Jumlah Satuan Nominal* (%)Jan 207 25,875 968 121,000 367.63Feb 121 15,125 1,058 132,250 774.38Mar 333 41,625 964 120,500 189.49Jumlah triwulan I 661 82,625 2,990 373,750 352.34Apr 771 96,375 1,102 137,750 42.93May 997 124,625 1,563 195,375 56.77Jun 474 59,250 2,146 268,250 352.74Jumlah triwulan II 2,242 280,250 4,811 601,375 114.59Jul 434 54,250 1,357 169,625 212.67Aug 819 102,375 1,394 174,250 70.21Sep 588 73,500 1,259 157,375 114.12Jumlah triwulan III 1,841 230,125 4,010 501,250 117.82Oct 813 101,625 1,332 166,500 63.84Nov 1,069 133,625 1,510 188,750 41.25Dec 1,954 244,250 1,157 144,625 ‐40.79Jumlah triwulan IV 3,836 479,500 3,999 499,875 4.25TOTAL 8,580 1,072,500 15,810 1,976,250 84.27
Sumber: Data internal bagian keuangan PT Pos Indonesia kanwil IV DKI Jakarta* Dalam Ribuan Rupiah (000)** Pertumbuhan penjualan Shar‐E dari tahun 2006 ke tahun 2007
Realisasi Penjualan shar‐E 2007Realisasi Penjualan Tahun 2006Tahun
Tabel diatas merupakan perbandingan realisasi penjualan kartu Shar-E antara
tahun 2006 dengan tahun 2007. Pada triwulan I tahun 2006 penjualan tertinggi terjadi
pada bulan Maret dengan jumlah kartu yang terjual sebanyak 333 kartu. Dan pada
triwulan I/2007 penjualan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu dengan jumlah
penjualan sebanyak 1.058 kartu. Pertumbuhan penjualan pada triwulan I/2007
sebesar 352% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
60 Sumber data internal bagian keuangan kantor Pos wilayah IV DKI Jakarta dan Banten.
62
Penjualan tertinggi pada triwulan ke II/2006 terjadi pada bulan Mei dengan
jumlah kartu yang terjual sebanyak 997 kartu. Dan pada tahun 2007 penjualan
tertinggi terjadi pada bulan Juni dengan jumlah penjualan sebanyak 2.146 kartu.
Pertumbuhan penjualan pada periode ini sebesar 114% bila dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Kemudian, perbandingan pertumbuhan pada triwulan ke III, pada tahun 2006
terjadi pada bulan Agustus. Sebanyak 819 kartu yang terjual pada periode ini.
Demikian juga pada tahun 2007, penjualan terjadi pada bulan Agustus dengan jumlah
kartu yang terjual sebanyak 1.394 kartu.
Dan Pada Triwulan ke IV, di tahun 2006 penjualan tertinggi terjadi pada bulan
Desember dan pada tahun 2007 terjadi pada bulan November. Hal ini dikarenakan
pada periode ini PT Pos Indonesia gencar menjalin kerjasama dengan berbagai
perusahaan untuk mensosialisakikan penggunaan kartu Shar-E sebagai alat transfer
gaji karyawan.
Pembayaran gaji karyawan memalui kartu Shar-E sebagaimana informasi
yang penulis dapatkan dari pihak PT Pos Indonesia adalah karyawan akan menerima
utuh gajinya tanpa ada pemotongan biaya administrasi. Penarikan uang dapat
dilakukan pada seluruh jaringan ATM bersama tanpa dikenakan biaya apapun.
63
Grafik 4.1
Sepanjang tahun 2006 total penjualan produk Shar-E adalah 8.850 kartu.
Penjualan terbesar terjadi pada triwulan IV dengan jumlah kartu yang terjual
sebanyak 3.836 kartu dengan jumlah nominal Rp. 479,500,000. Diikuti pada triwulan
II sejumlah 2.242 kartu dengan jumlah nominal Rp. 280,250,000 kemudian pada
triwulan III sejumlah 1.841 kartu dengan jumlah nominal Rp. 230,125,000 dan pada
triwulan I sejumlah 661 kartu dengan jumlah nominal Rp. 82,625,000. Sedangkan
pada tahun 2007 penjualan terbesar terjadi pada triwulan II dengan jumlah kartu yang
terjual sebanyak 4.811 kartu dengan jumlah nominal Rp. 601.375.000, diikuti pada
triwulan III sejumlah 4.010 kartu dengan jumlah nominal Rp. 501.250.000, kemudian
pada triwulan IV sejumlah 3.999 kartu dengan jumlah nominal Rp. 499.875.000, dan
pada triwulan I sejumlah 2.990 kartu dengan jumlah nominal Rp. 373.750.000. Tahun
2007 penjualan kartu Shar-E mengalami pertumbuhan sebesar 84,27 % dari tahun
2006.
64
Grafik 4.2
Trend pertumbuhan perjualan Shar-E dari tahun 2006 ke 2007 sebesar
84,27%. Tahun 2006 merupakan tahun kedua setelah diluncurkannya kartu Shar-E.
Pertumbuhan penjualan terjadi seiring dengan kerjasama yang terus dibangun oleh PT
Pos Indonesia dengan perusahaan-perusahaan rekanannya. Tingginya trend
pertumbuhan penjualan Share-E pada kurun waktu 2006-2007 didukung oleh banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut dihadirkan sebagai upaya pemdukung atas keberadaan
katru Shar-E seperti misalnya, kemudahan layanan akses untuk menabung dan
menarik dana bagi nasabah. Nasabah Shar-E dapat melakukan transaksi menabung di
ratusan kantor cabang Bank Muamalat dan 1.200 kantor pos real time on line. Selain
itu, nasabah Shar-E juga dapat melalui lebih dari 8.888 jaringan ATM, baik ATM
Muamalat, BCA, dan ATM Bersama tanpa dikenakan biaya. Sedangkan untuk
65
keperluan transaksi belanja, Shar-E juga dapat digunakan pada 18 ribu merchant debit
BCA. Faktor lain adalah karena saat itu rate bagi hasil Shar-E cukup kompetitif.61
Tabel 4.3 Data Penjualan Kartu Shar-E
Periode Tahun 2007-2008
Realisasi Penjualan shar‐E 2007 Realisasi Penjualan shar‐E 2008 Pertumbuhan**Jumlah Satuan Nominal* Jumlah Satuan Nominal* (%)
Jan 968 121,000 1,359 169,875 40.39Feb 1,058 132,250 1,199 149,875 13.33Mar 964 120,500 1,160 145,000 20.33Jumlah triwulan I 2,990 373,750 3,718 464,750 24.35Apr 1,102 137,750 1,185 148,125 7.53May 1,563 195,375 1,338 167,250 ‐14.40Jun 2,146 268,250 1,371 171,375 ‐36.11Jumlah triwulan II 4,811 601,375 3,894 486,750 ‐19.06Jul 1,357 169,625 1,199 149,875 ‐11.64Aug 1,394 174,250 1,322 165,250 ‐5.16Sep 1,259 157,375 1,343 167,875 6.67Jumlah triwulan III 4,010 501,250 3,864 483,000 ‐3.64Oct 1,332 166,500 2,253 281,625 69.14Nov 1,510 188,750 14,876 1,859,500 885.17Dec 1,157 144,625 1,511 188,875 30.60Jumlah triwulan IV 3,999 499,875 1,864 2,330,000 ‐53.39TOTAL 15,810 1,976,250 30,116 3,764,500 90.49Sumber: Data internal bagian keuangan PT Pos Indonesia kanwil IV DKI Jakarta* Dalam Ribuan Rupiah (000)** Pertumbuhan penjualan Shar‐E dari tahun 2007 ke tahun 2008
Tahun
Dari data diatas terlihat, perbandingan penjualan kartu Shar-E pada triwulan I
pada tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2007 volume penjualan terbesar terjadi pada
bulan Februari dengan jumlah kartu yang terjual sebanyak 1.058 kartu dengan jumlah
nominal Rp 132.250.000. Pada triwulan I tahun 2008 penjualan terbesar terjadi pada
bulan Januari. Jumlah kartu yang terjual sebanyak 1.359 kartu dengan jumlah
61 http://www.shar-e.com/newsDetail.php?id=65
66
nominal Rp 169.875.000. Pertumbuhan pada periode ini 40,39% dari tahun
sebelumnya.
Penjualan tertinggi pada triwulan ke II tahun 2007 terjadi pada bulan juni,
sebanyak 2.146 kartu yang terjual pada periode ini. Pada triwulan ke II tahun 2008
penjualan tertinggi juga terjadi pada bulan Juni yaitu sebanyak 1.371 kartu yang
terjual. Periode ini penjualan kartu Shar-E mengalami penurunan sebesar 19,06% jika
dibandingkan dengan periode yang sama yaitu triwulan II/2007, penurunan ini terjadi
pada bulan Mei sebesar 14,40% dan pada Juni sebesar 36,11%.
Dan pada triwulan III/2008 penjualan terbesar terjadi bulan September
sejumlah 1.343 kartu Shar-E terjual dengan jumlah nominal Rp 167.875.000. diikuti
pada bulan Agustus sejumlah 1.322 kartu dan bulan Juli sejumlah 1.199 item
(produk) dengan jumlah nominal Rp 149.875.000. Dalam periode triwulan III/2008
ini apabila dibandingkan dengan periode triwulan III/2007 juga mengalami
penurunan sebesar 3,64%.
Grafik 4.3
67
Dan triwulan IV tahun 2008 penjualan terjadi pada bulan November.
Sejumlah 14.876 katru dengan jumlah nominal Rp. 1.859.500.000, diikuti pada bulan
Oktober sejumlah 2.253 kartu dengan jumlah nominal Rp. 281.625.000, dan pada
bulan Desember sejumlah 1.511 kartu dengan jumlah nominal Rp. 188.875.000.
Periode triwulan IV ini mengalami pertumbuhan sebesar 366,12% bila dibandingkan
dengan periode triwulan IV/2007. Kenaikan yang signifikan ini terjadi karena PT Pos
Indonesia menginstruksikan beberapa kantor KPRK (kantor pos pemeriksa)
menggunakan kartu Shar-E sebagai media pembayaran gaji karyawannya.
Diantaranya adalah KPRK Depok, dan Bekasi.
Grafik 4.4
68
Volume terbesar penjualan produk Shar-E pada periode tahun 2008 terjadi
pada triwulan IV sejumlah 18.640 kartu jual dengan jumlah nominal Rp
2.330.000.000, diikuti pada triwulan II sejumlah 3.894 kartu dengan jumlah nominal
Rp. 486.750.000, kemudian pada triwulan III sejumlah 3.864 kartu dengan jumlah
nominal Rp. 483.000.000, dan pada triwulan I sejumlah 3.718 kartu dengan jumlah
nominal Rp. 464.750.000. Pertumbuhan sepanjang tahun 2008 sebesar 90,49%.
Tahun 2008 dimana UU Perbankan Syariah disyahkan oleh DPR secara
nasional ber-impact pada perkembangan perbankan syariah. Tingginya pertumbuhan
penjualan Shar-E tahun ini tidak lepas dari strategi pemasaran yang dilakukan oleh
Bank Muamalat Indonesia. Strategi itu di antaranya dengan mengadakan program
hadiah umroh yang telah dilaksanakan sejak pertangahan 2006, dimana Setiap
tahunnya program tersebut berhasil memberangkatkan 306 nasabah Shar-E. Strategi
lain yaitu dengan kerjasama yg dilakukan oleh kantor Pos dalam pengembangan
bisnisnya. Kantor pos menjalin kerjasama dengan perusahaan dan instansi-instansi
pemerintah untuk penggunaan Shar-E sebagai media pembayaran gaji karyawan dan
dana pensiun.
69
Tabel 4.4 Data Penjualan Kartu Shar-E
Periode Tahun 2008-2009
Realisasi Penjualan shar‐E 2008 Realisasi Penjualan shar‐E 2009 Pertumbuhan**Jumlah Satuan Nominal* Jumlah Satuan Nominal* (%)
Jan 1,359 169,875 1,206 150,750 ‐12.69Feb 1,199 149,875 1,230 153,750 2.52Mar 116 145,000 705 88,125 83.55Jumlah triwulan I 3,718 464,750 3,141 392,625 ‐18.37Apr 1,185 148,125 719 89,875 ‐64.81May 1,338 167,250 737 92,125 ‐81.55Jun 1,371 171,375 743 92,875 ‐84.52Jumlah triwulan II 3,894 486,750 2,199 274,875 ‐77.08Jul 1,199 149,875 ‐ ‐ ‐Aug 1,322 165,250 469 58,625 ‐181.88Sep 1,343 167,875 504 63,000 ‐166.47Jumlah triwulan III 3,864 483,000 973 121,625 ‐297.12Oct 2,253 281,625 533 69,125 ‐322.70Nov 14,876 1,859,500 ‐ ‐ ‐Dec 1,511 188,875 ‐ ‐ ‐Jumlah triwulan IV 1,864 2,330,000 533 69,125 ‐249.72TOTAL 30,116 3,764,500 6,866 858,250 ‐338.63Sumber: Data internal bagian keuangan PT Pos Indonesia kanwil IV DKI Jakarta* Dalam Ribuan Rupiah (000)** Pertumbuhan penjualan Shar‐E dari tahun 2008 ke tahun 2009
Tahun
Pada triwulan tahun2009, di volume penjualan perdana Shar-E terbesar terjadi
pada bulan Februari sejumlah 1.230 kartu, diikuti Januari sejumlah 1.206 kartu, dan
Maret sejumlah 705 kartu. Penurunan terjadi sebesar 18,37% diperiode ini bila
dibandingkan dengan triwulan 1/2008.
Triwulan II tahun 2009 volume penjualan kartu Shar-E terbesar terjadi pada
bulan Juni sejumlah 743 kartu, diikuti pada bulan Mei sejumlah 737 kartu, dan pada
bulan April sejumlah 719 kartu. Perbandingan periode ini dengan periode yang sama
tahun sebelumnya yaitu triwulan II/2008 juga mengalami penurunan sebesar 43,53%.
70
Triwulan III tahun 2009 volume penjualan terbesar Kartu Shar-E terbesar
terjadi pada bulan September sejumlah 504 kartu dengan jumlah nominal Rp.
63,000,000 diikuti pada bulan Agustus sejumlah 469 kartu dengan jumlah nominal
Rp. 58,625,000 dan data pada bulan Juli tidak masuk pada server administrasi PT Pos
Indonesia, maka dengan ini nilainya penulis anggap nol (0).
Serta pada triwulan IV/2009 volume penjualan perdana Shar-E data yang
masuk ke server administrasi data PT Pos Indonesia hanya pada bulan Oktober
sebesar 553 item (produk) dengan jumlah nominal Rp. 69,125,000.
Grafik 4.5
Volume penjualan produk Shar-E pada periode 2009 dari data yang penulis
peroleh penjualan Shar-E mengalami penurunan. Pada triwulan pertama tahun 2009
71
penjualan Shar-E sebesar 3.141 kartu. Kemudian pada triwulan kedua tahun 2009
turun menjadi 2.199 kartu. Pada triwulan ketiga penjualan hanya sebesar 973 kartu.
Serta pada triwulan IV dikarenakan data yang masuk hanya pada Oktober penjualan
pun hanya terjadi sebesar 553 kartu.
Grafik 4.6
Trend penuruhan perjualan Shar-E dari tahun 2008 hingga Oktober 2009
sebesar 77,20%. Penurunan ini terjadi dikarenakan pada tahun 2009 upaya sosialisasi
keberadaan kartu Shar-E tidak segencar pada tahun-tahun awal diluncurkannya.
Pelaksanaan program-program promosi Shar-E pada tahun ini hanya menjalankan
program promosi dari tahun sebelumnya diantara pengadaan program umrah yang
memang telah dilaksankan sejak tahun 2006, dua tahun setelah diluncurkannya kartu
72
Shar-E. Penuruna juga bisa terjadi akibat menurunkannya animo masyarakat akan
keberadaan kartu Shar-E, program sosialisasi yang mengendur dan program promosi
yang kurang atraktif mengharuskan perusahaan penerbit dalam hal ini Bank
Muamalat Indonesia melakukan pencitraan ulang (rebranding) produk Shar-E, hal ini
dimaksudkan untuk kembali menarik minat dan ketertarikan masyakarat akan kartu
instant ini. Strategi pemasaran berupa positioning atas produk ini juga multak
diperlukan untuk mengingkatkan volume penjualannya. Program Bank Bank
Indonesia dalam upaya meminimalisasikan penggunaan uang tunai sebernarnya bisa
saja di arahkan pada rebranding kartu Shar-E. Dengan mengusung konsep ini di
harapkan kartu Shar-E tidak hanya sebagai tabungan instant tetapi juga sebagai e-
money atau uang elektrik.
Grafik 4.7
73
Tabel 4.4 Data Penjualan Shar-E
Tahun 2006-2009 Dalam Rupiah (Rp)
Tahun 2006 merupakan tahun kedua setelah diluncurkannya Shar-E pada
tahun 2004, baru terlihat penjualan yang sedikit menanjak, ini di sebabkan beberapa
faktor diantaranya agenda promosi yang digalang Bank Muamalat dalam upaya
memasarkan produknya program promosi yang hingga kini masih berjalan adalah
hadiah umrah. Di tahun 2007 dan 2008 telah terlihat jelas petumbuhan realisasi
penjualan Shar-E hal ini di karenakan upaya yang dilakukan PT Pos Indonesia tidak
hanya sebagai agen penjual Shar-E melainkan menggalang kerjasama dengan
berbagai institusi untuk memperluas eskpansi penjualan Shar-E, upaya tersebut
adalah:62
1. Institusi Pasar Pemerintah: Kebijakan untuk menggunakan kartu Shar-E
sebagai alat penyaluran dana diantaranya pembayaran insentif guru dan
penyaluran dana Biaya Operasional Sekolah (BOS). Sebagai contoh di daerah
Cibinong Bogor, pembayaran gaji guru melalui rekening Shar-E sejumlah
± 4.000 kartu.
62 Hasil wawancara dengan Bapak Agus Syarifudin, 07 Desember 2009
74
2. Institusi Pasar Swasta: Kebijakan penggunaan kartu Shar-E sebagai alat
pembayaran gaji karyawan bagi industri. Prospektif pangsa pasar swasta yang
menjadi target PT Pos Indonesia di tahun 2008 adalah PT Nikomas di Serang
Banten, dengan jumlah karyawan ±23.000 orang ini dinilai ekspansif untuk
kartu Shar-E, namun demikian, terkendala faktor infrastruktur yaitu masih
terbatasnya jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Muamalat yang menjadi
daya tarik utama nasabah dalam hal pelayanan.
3. Organisasi Masyarakat: Lembaga Masyarakat dan Organisasi Masyarakat
Islam menjadi target sasaran PT Pos Indonesia untuk melakukan ekspansi
penjualan Shar-E termasuk didalamnya majelis taklim dan yayasan
pendidikan keagamaan.
Dari penjabaran diatas, berdasarkan hasil temuan-temuan tersebut
disimpulkan bahwa, tren penjualan Shar-E mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Pertumbuhan ini ditopang pada program promosi yang diselenggarakan Bank
Muamalat Indonesia sebagai produsen pencipta kartu Shar-E diantaranya berupa
pemberian hadiah umrah dan penggalangan kerjasama dengan instansi-instansi
tertentu. Peningkatan penjualan juga tidak lepas dari upaya PT Pos Indonesia selaku
penjual produk Shar-E yang juga telah melakukan kerjasama dengan berbagai
instansi baik BUMN maupun swasta guna memaksimalkan distribusi dan penyebaran
penggunaan kartu Shar-E. Selain memang karena luasnya jaringan yang dimiliki
kantor pos. Namun demikian masih harus dilihat lagi dari sisi lain yaitu, sosialisasi
perbankan syariah yang masih harus terus dilakukan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya,
maka pada bab ini penulis memberikan kesimpulan menyangkut pembahasan seputar
Analisis Kinerja PT. Pos Indonesia dalam Upaya Peningkatan Volume Penjualan
Produk Shar-E; Studi Kasus Pada PT. Pos Indonesia.
1. PT Pos Indonesia merupakan sebuah badan yang termasuk dalam industri jasa
layanan komunikasi melakukan kerjasama dengan Bank Muamalat Indonesia
yang merupakan industri keuangan. Kerjasama ini dimaksudkan untuk
memanfaatkan jaringan yang dimiliki kantor pos dalam hal pemasaran kartu Shar-
E, namun demikian service yang diberikan kantor pos sebagai jasa layanan hanya
sebatas pada pelayanan penjualan dan transaksi layanan keuangan, tanpa
bermaksud menjadi pesaing industri keuangan meski memiliki teknologi sistem
informasi yang memadai, juga terbatas pada kebijakan dan peraturan perundang-
undangan yang ada. Kantor pos hanya secara legal memiliki core business berupa
layanan transaksi keuangan, perbedaan utama antara layanan transaksi keuangan
melalui pos dengan transaksi keuangan dalam peraturan perundang-undangan
adalah bahwa layanan transaksi keuangan oleh industri pos tidak dimaksudkan
untuk menyalurkan dana ke masyarakat (lending service). Ini sesuai dengan apa
yang tercantum pada Undang-undang Republik Indonesia No.38 Tahun 2009
tentang Pos.
75
76
2. Kebijakan yang dilakukan PT Pos Indonesia dalam upaya penjualan kartu Shar-E
adalah dengan menggalang kerjasama dengan beberapa instansi, baik itu swasta
maupun sesama instansi BUMN untuk mendistribusikan penggunaan kartu Shar-
E, diantaranya sebagai alat transfer gaji. Pendistribusian penggunaan Shar-E juga
di berlakukan bagi karyawan internal pos di beberapa kantor pos di kantor
wilayah IV, seperti Depok. Pembenahan dari sisi manajemen sumber daya
manusia kantor pos melakukan penetapan “Key Performance Indicator” yaitu
serangkaian ukuran kuantitatif yang merefleksikan tujuan perusahaan. Sebagai
penilaian atas kinerja karyawan yang bisa dievaluasi sebagai acuan dinas dalam
proses kerja harian. Kebijakan lain berupa penggunaan sistem teknologi informasi
untuk mempermudah akses kerjasama antar jaringan yang mengedepankan
efisiensi atas biaya dan waktu. Konsep Pemasaran jasa yang di gunakan PT Pos
Indonesia adalah pemasaran yang mengacu pada Konsep pemasaran 4 R Yaitu:
Retention, Relationship, Referals, Recovery (ketahanan, hubungan,
perekomendasian dan pemulihan). Kebijakan pembagian upah atau fee atas tiap
starterpack Shar-E yang terjual dari harga Rp 125.000,- tiap satu starterpack
adalah Rp 3000,- untuk fee transaksi dan Rp.7500, untuk fee aktivasi kartu.
3. Dalam kurun waktu 2006 hingga 2007 terjadi fluktuasi penjualan kartu Shar-E
yang terlihat jelas. Sepanjang tahun 2006 penjualan Shar-E belum mencapai 10
ribu kartu, pencapaian penjualan terjadi hanya sampai pada angka 8.850 kartu,
Namun demikian kenaikan terus terjadi sepanjang tahun 2007 dengan total
penjualan hingga akhir tahun 2007 sebesar 15.810 kartu, atau mengalami
pertumbuhan sebesar 84,27% ini sejalan dengan program hadiah umrah yang
77
digulirkan oleh Bank Muamalat Indonesia sebagai program strategi pemasaran
kartu Shar-E sejak tahun 2006. Pada Tahun 2008 pertumbuhan penjualan sebesar
90,49% dengan jumlah lonjakan kartu dari 15.810 pada tahun 2007 menjadi
30.116 kartu yang terjual pada tahun 2008. Lonjakan terbesar terjadi pada kisaran
bulan November, hal ini terjadi adanya kebijakan otomoni masing-masing kantor
pos wilayah yang ada di area kanwil IV yaitu berupa penggunaan Shar-E sebagai
alat transfer pembayaran gaji karyawan PT Pos Indonesia. Kebijakan ini
memberikan dampak positif terhadap kenaikan jumlah kartu Shar-E yang terjual.
Tahun 2009, Hingga Oktober terjadi penurunan penjualan 77.20%, dari 30.116
kartu yang terjual pada tahun 2008, menjadi 6.866 kartu pada Oktober 2009.
4. Beberapa aliansi yang hendak dibangun kantor pos dengan beberapa perusahaan
terhambat faktor ekstenal. Faktor eksternal tersebut merupakan sarana penunjang
keberadaan Shar-E itu sendiri yaitu ketersediaan mesin Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) Bank Muamalat Indonesia yang masih terbatas jumlahnya. Prospek
kerjasama masih akan terus dibangun sepanjang kerjasama dengan Bank
Muamalat Indonesia masih terus berlanjut. Program promosi Shar-E yang
dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia adalah faktor pendukung lain yang
diharapkan oleh PT Pos Indonesia mendapat perhatian serius dari Bank Muamalat
Indonesia.
B. SARAN
1. Kantor Pos sebagai mitra jaringan Bank Muamalat Indonesia diharapkan
memaksimalkan distribusi penjualan Shar-E. Dalam proses penjualan hendaknya
78
lebih inovatif dengan menggandeng berbagai instansi yang lebih banyak lagi,
mengedepankan pelayanan yang informatif dan atraktif artinya memberikan
penjelasan rinci tentang apa dan bagaimana Shar-E itu.
2. Bank Muamalat sebagai bank pencipta produk Shar-E hendaknya melakukan
strategi pemasaran, pengembangan produk dan peningkatan kualitas pelayanan
untuk mendukung upaya pendistribusian kartu Shar-E oleh kantor pos, baik
berupa jalan promosi dan atau pengembangan produk, semisal menjalin kerjasama
dengan merchant tertentu sebagai kartu keanggotaan atau member card.
3. Untuk mendukung program cashless payment dari Bank Indonesia,di mana untuk
hal ini tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/52/2005 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, bisa di
kembangkan produk Shar-E tersebut bukan hanya sebagai tabungan instant dari
Bank Muamalat Indonesia, tetapi juga sebagai e-payment, sistem e-money yang
saat ini sedang giat dikembangkan oleh lembaga keuangan sebagai upaya
meminimalisir penggunaan fisik uang. Sebagai bahan pembanding, beberapa bank
konvensional telah meluncurkan produk ini diantaranya BCA dengan flazz card-
nya dan Bank Mandiri dengan Gazz card-nya. Hanya dengan menggeser sedikit
dari konsep tabungan instant yang dirangkap dengan metode e-money tergabung
menjadi satu dalam satu kartu. Dengan inovasi ini Bank Muamalat akan menjadi
Bank Syariah pertama yang mendukung program Cashless society Bank
Indonesia. Sebab bank syariah lain hanya memberikan produk berupa kartu debit
dan kartu kredit sedangkan konsep kartu instant telah di pegang oleh Shar-E, BNI
Syariah misalnya dengan Hasanah Card-nya hanya mengacu pada konsep kartu
79
kredit syariah dengan menggandeng provider Mastercard Internasional sebagai
penerbitnya. Dirham Card dari bank Danamon juga masih mengacu pada konsep
kartu kredit. Debit card CIMB Niaga Syariah hanya mengacu pada konsep kartu
debit atau anjungan tunai mandiri, demikian juga dengan Bank Mega Syariah
yang hanya memiliki Mega Syariah Card.
4. Untuk mendukung peningkatan kualitas layanan kepada nasabah pengguna Shar-
E, perlu dilakukan upaya mengembangan penggunaan banking technology. Saat
ini Banking Technolgy merupakan investasi yang sangat penting bagi perbankan
sebagai upaya untuk menggaet nasabah baru dan mempertahankan nasabah lama.
Upaya untuk mempererat jaringan Banking Technolgy selain penambahan jumlah
Automatic Teller Machine (ATM), optimalisasi penggunaan e-banking yang bisa
diakses www.muamalat-mobile.com. Phone Banking, dan SMS Banking.
5. Pengembangan Jaringan berupa kantor kas dan kantor cabang Bank Muamalat
Indonesia hendaknya digalakkan.
6. Program promosi dan strategi pemasaran selain penciptaan brand Image Shar-E
melalui sosialisasi dan iklan dapat juga dengan memanfaatkan keberadaaan media
massa (media cetak berupa Koran harian, tabloid dan majalah, media online dan
media elektronik ) melalui bobot pemberitaan dan sentiment pemberitaan. Hal ini
akan berdampak langsung pada pengenalan produk oleh masyarakat dari pembaca
dan pemerhati media tersebut. Signifikasi atas sentiment pemberitaan dari media-
media tersebut akan sangat berpengaruh pada penciptaan brand image dalam hal
ini adalah Kartu Shar-E.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Karim
Artikel diakses dari http//www.posindonesia.co.id//
Cravens David W, Pemasaran Strategis, Jilid.II, Terjemahan, Jakarta: Erlangga. Edisi
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3,
Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, “Statistik Perbankan Syariah” artikel
diakses pada Juni 2010 dari http://www.bi.go.id./
Karen R. Seeker dan Joe B. Wilson, Menyusun Rencana Kinerja Karyawan. Cet 1,
Terjemahan, Ramelan, Jakarta: Penerbit PPM, 2000.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002.
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, cet.III, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Kertajaya, Hermawan dan Sula, Muhammad Syakir, Syariah Marketing. Cet 2.
Bandung,: Mizan Pustaka, 2006.
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jilid I, Jakarta: PT. Ikrar Mandiri abadi,
2000.
Lupiyoadi, Rambat. Manajemen Pemasaran Jasa; Teori dan Praktik. Jakarta:
Salemba Empat, 2001.
Marbun B.N, Kamus Manajemen. Cet 1, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.
Merpati Pos. Majalah Internal PT Pos Indonesia Edisi 04 2009
MODAL. Majalah No. 18/II - April 2004
Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalamPerspektif Pembangunan. CetII,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Ndraha Talizuhu, Pengantar Teori Pengembangan SDM. Cet.1, Jakarta: Rineka
Cipta,1998.
Rivai, Veithzal dan Basri, Ahmad Fawzi M. Performance Appraisal Sistem yang
Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya saing
Perusahaan, Cet.I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Simanjuntak, Payaman J. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,1998.
Tika, Moh Pabundu, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Cet.I,
Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.II, Jakarta:
Balai Pustaka , 2002.
Umar, Husein, Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen. Edisi 4, Jakarta: Gramedia
dan Jakarta Bussines Research Center, 2005.
Umar, Husein. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2002.
Widjaya, Robert B, A Market Driven Corporate Strategy, Cet ke-I, Jakarta: Tira
Pustaka, 2004.
Wugu, Jiwo dan Brotoharsojo, Hartanto, Merit System, Cet ke-I, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003.