konsep berubahan kelomok 4 sp fn1

55
KONSEP BERUBAH SEMESTER PENDEK FOUNDATION OF NURSING 1 DISUSUN OLEH : DIAN ARISTANTI 115070201131021 ANISAH PUSPITA SARI 115070201131019 SHINDY WULANDARI 115070207131002 SAIFULLAH ALFARUQI 115070200131012 KRISNA WIDYA BASKORO 115070200131011 AHMAD KHOIRUL RIZAL 115070201131023 FEBY FITRI AMALI 115070200131009 EPHYSIA RATRININGTYAS 115070201131022 LISMA DIANA 115070200131005 NISWAHROBIATUL MUAMAROH 115070201131002 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Upload: dindarahma

Post on 05-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fundamental nursing

TRANSCRIPT

KONSEP BERUBAH SEMESTER PENDEK FOUNDATION OF NURSING 1

DISUSUN OLEH :

DIAN ARISTANTI

115070201131021ANISAH PUSPITA SARI

115070201131019

SHINDY WULANDARI

115070207131002

SAIFULLAH ALFARUQI

115070200131012

KRISNA WIDYA BASKORO115070200131011

AHMAD KHOIRUL RIZAL

115070201131023

FEBY FITRI AMALI

115070200131009

EPHYSIA RATRININGTYAS115070201131022

LISMA DIANA

115070200131005

NISWAHROBIATUL MUAMAROH115070201131002

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2012-2013

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perubahan diartikan sebagai suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial, maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.Sebagai perawat yang professional, sangat dibutuhkan perubahan dalam dunia praktek. Apalagi semakin berkembangnya tekhnologi dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Maka, diperlukan perubahan setiap perawat untuk kearah yang lebih professional. Oleh karena sangat pentingnya perubahan dalam kehidupan ini, maka kami membuat makalah ini.

Tujuan :

1. Menjelaskan tentang Definisi perubahan

2. Menjelaskan tentang Change Agent

3. Menjelaskan tentang Tipe berubah

4. Menjelaskan tentang Teori berubah

5. Menjelaskan tentang Menerima perubahan

6. Menjelaskan tentang Resisten tehadap perubahan

7. Menjelaskan tentang Tahapan dalam proses berubah

8. Menjelaskan tentang Aplikasi proses berubah pada perawatan klienManfaat :

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan pembaca mengetahui dan memahami mengenai Perubahan dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.BAB II

KONSEP BERUBAH2. 1 DefinisiPerubahan pelayanan kesehatan atau keperawatan merupakan kesatuan yang menyatu dalam perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama yang berhubungan dengan perubahan, mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu keadaan atau situasi. Perawat harus memiliki keterampilan dalam proses perubahan. Pertama, proses keperawatan merupakan pendekatan dalam menyelesaikan masalah sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan. Kedua, perawat harus diajarkan ilmu teoritis di kelas dan mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif dengan orang lain. Perubahan itu sendiri adalah cara perawat mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam menghadapi era kesejagatan. Perubahan juga dapat diartikan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial, maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.Sebagai perawat yang professional, sangat dibutuhkan perubahan dalam dunia praktek. Apalagi semakin berkembangnya tekhnologi dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Maka, diperlukan perubahan setiap perawat untuk kearah yang lebih professional.2. 2 Change Agent

Change Agent adalah seseorang yang menghasilkan ide-ide, memperkenalkan inovasidan bekerja untuk membawa perubahan yang diinginkan. Orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebar luaskan proses perubahan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai agen perubahan. Nama yang diberikan sesuai dengan misi yang ingin dibawa, yakni membuat suatu perubahan yang berarti bagi sekelompok orang. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.Agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi berencana. Pengenalan dan kemudian penerapan hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide baru tersebut yang dikenal dengan sebagai inovasi, dilakukan dengan harapan agar kehidupan masyarakat yang bersangkutan akan mengalami kemajuan. Agen perubahan juga selalu menanamkan sikap optimis demi terciptanya perubahan yang diharapkan tadi. Segala sesuatu tidak akan dengan mudahnya dirubah tanpa adanya sikap optimis dan kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa dapat melakukan perubahan tersebut. Perawat memiliki peran kepemimpinan sebagai agen perubahan dalam lingkungan perawatan kesehatan saat ini. Keperawatan yang sedang berada pada proses profesionalisasi terus berusaha membuat atau merencanakan perubahan. Adaptasi terhadap perubahan telah menjadi persyaratan kerja dalam keperawatan. Personal keperawatan bekerja untuk beberapa pimpinan, termasuk klien dan keluarganya, dokter, manajer keperawatan, perawat pengawas dan perawat penanggung jawab yang berbeda dalam tiap shift. Perawat pelaksana menemukan peran bahwa mereka berubah beberapa kali dalam satu hari. Kadang seorang perawat menjadi manajer, kadang menjadi perawat klinik, kadang menjadi konsultan dan selalu dalam peran yang berbeda. Sebagai perawat pelaksana maupun sebagai manajer keperawatan kita perlu membuat perubahan untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat tentu saja berharap perubahan tersebut jangan sampai menimbulkan konflik. Oleh karena itu, sebaiknya perawat perlu mengetahui teori-teori yang mendasari perubahan.

2. 3 Tipe Berubah

Perubahan meupakan sesuatu yang mungkin sulit bagiseseorang, kelompok atau masyarakat yang belum memahami makna dari perubahan. Apabila dipandang dari tipe perubahan, menurut Bennis tahun 1965, perubahan itu sendiri merupakan tujuh tipe: TIPE PERUBAHNoTipe PerubahanPengertian

1.IndoktrinasiSuatu perubahan yang dilakukan oleh sekelompok yang menginginkan tujuan yang diharapkan dengan cara menggunakan kekuatan sepihak untuk dapat berubah

2.Paksaan atau KekerasanTipe perubahan dengan melakukan pemaksaan atau kekerasan pada seseorang dengan harapan tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana

3.TeknokratikPerubahan dengan melibatkan kekuatan lain dalam mencapai tujuan yang diharapkan terdapat satu pihak merumuskan tujuan dan pihak lain untuk membantu mencapai tujuannya

4.InteraksionalPerubahan dengan menggunakan kekuatan kelompok yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang diharapkan

5.SosialisasiSuatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan menggunakan kerjasama kelompok lain tetapi masih menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai

6.EmultifSuatu perubahan dengan menggunakan kekuatan unilateral, dengan tidak merumuskan tujuan terlebih dahulu secara sungguh-sungguh, perubahan ini dapat dilakukan pada sistem di organisasi yang bawahannya berusaha menyamai pimpinan atau atasannya

7.AlamiahPerubahan yang terjadi akibat sesuatu yang tidak disengaja tetapi dalam merumskan dilakukan secara tidak sungguh-sungguh, seperti kecelakaan, maka seseorang ingin mengadakan perubahan untuk lebih berhati-hati dalam berkendara

2. 4 Teori Berubah1. Menurut Kurt Lewin (1951)Menurut Kurt Lewin, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap organisasi, individu, atau kelompok. Jadi, ia memfokuskan pada pernyataan mengapa, yaitu mengaopa individu-individu, kelompok, atau organisasi berubah. Dari situ ia mencari tahu bagaimana perubahan dapat dikelola dan menghasilkan sesuatu. Lewin berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan keengganan (resistances) untuk berubah. Perubahan itu sendiri dapat terjadi dengan memperkuat driving forces itu, atau melemahkan resistances to change.Dari situlah Lewin merumuskan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan.Tahap-tahap perubahan tersebut yaitu:a. Unfreezing (tahap pencarian)Unfreezing merupakan suatu proses penyadaran tentang perlunya atau adanya kebutuhan untuk berubah. Pada tahap awal ini, seseorang mencari sesuatu yang baru baik dari sisi nilai, sikap maupun kepercayaan. Seseorang dapat mengadakan proses perubahan jika memiliki motivasi yang kuat untuk berubah dari keadaan semula.b. Changing (tahap mengubah)Changing merupakan langkah yang berupa tindakan, baik memperkuat driving forces maupun memperlemah resistances. Bisa dikatakan juga tahap menstabilkan norma-norma yang sudah ada.c. Refreezing (tahap pembekuan)Pada tahap ini merupakan tahap pembekuan di mana seseorang yang mengadakan perubahan telah mencapai tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru.d. Action Research (Tahap Penelitian Tindakan)Tahap penelitian tindakan menjelaskan bahwa hasil penelitian yang ada langsungdiaplikasikan ke kegiatan-kegiatan yang ada. Kemudian, lebih fokus menaruh penelitian terhadap suatu tindakan yang berfokus pada masalah yang nyata. Penelitian itu dikembangakan dari pengetahun atau teori dan logat yang dapat di ambil.Konsep-Konsep Kepribadian dari LewinBagi Lewin, teori medan merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep-konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai suatu metode untuk menganalisis hubungan-hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk yang ilmiah.Ciri-ciri utama dari teori Lewin, yaitu:1. Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi.

2. Analisis dimulai dengan situasi keseluruhan dimana bagian-bagian komponennyadipisahkanOrang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematisKonsep-konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak-anak, masa adolesent, keterbelakangan mental, masalah-masalah kelompok minoritas, perbedaan-perbedaan karakter nasional dan dinamika kelompok. Dalam makalah ini, kita akan memusatkan perhatian pada teori Lewin tentang struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang-orang dan lingkungannya merupakan bagian-bagian ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis.

Evaluasi konsep kepribadian dari Kurt Lewina. Struktur KepribadianLewin menggambarkan manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis, dengan pola hubungan dasar tertentu. Dengan cara ini, Lewin berusaha mematematisasikan konsep - konsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilah-istilah yang berbeda. Pada dasarnya matematika Lewin merupakan jenis matematika untuk menggambarkan interkoneksi dan interkomunikasi antara bidang-bidang spasial dengan tidak memperhatikan ukuran dan bentuknya.Pemisahan pribadi dari yang lain-lainnya di dunia dapat dilakukan dengan menggambarkan suatu figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas-batas dari entitas yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu adalah P (pribadi), sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu adalah non-P.Selanjutnya untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah dengan menggambar suatu figur tertutup lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni lebih besar dari pribadi dan melingkupinya. Figur yang baru ini tidak boleh memotong bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi. Lingkaran dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan sungguh-sungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan psikologis dan ruang hidup. Unsur-unsur pembentuk kepribadian menurut Kurt Lewin terdiri atas :1) Ruang Hidup

Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup. Secara matematis: TL=f(RH). Fakta-fakta non psikologis dapat dan sungguh-sungguh mengubah fakta-fakta psikologis. Fakta-fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan-perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar yang bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.2) Lingkungan Psikologis

Lingkungan psikologis merupakan daerah di dalam elips tetapi diluar lingkaran. Daerah ini dibagi-bagi dalam pecahan-pecahan yang disebut region. Sedangkan semua garis yang tertera pada diagram diatas yang merupakan batas antar sel, antar region disebut bondaris. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir elips, tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus. Hal ini berarti fakta-fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi. Secara matematis : P = f (LP). Dan fakta-fakta pribadi dapat mempengaruhi lingkungan. Secara matematis : LP = f (LP).3) Pribadi

Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian-bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi menjadi sel-sel. Sel-sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut sel-sel peripheral (p), sel-sel dalam pusat lingkaran disebut sel-sel sentral (s). Sistem motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat melakukan suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual artinya orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu saat. Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen, tidak bisa berdiri sendiri.4) Lingkungan Non-Psikologis

Lingkungan ini luasnya tidak terhingga sehingga tidak mempunyai bondaris (pada gambar dibatasi persegi empat). Apa saja yang ada tetapi tidak menjadi stimulus bagi diri seseorang bisa termasuk kedalam lingkungan non psikologis seperti benda, obyek, fakta-fakta atau situasi sosial. Benda atau obyek secara fisik dekat individu tetapi bila tidak menyentuh fungsi psikologisnya maka benda itu secara psikologis tidak berada di daerah psikologis sehingga benda berada di daerah non psikologis (daerah kulit asing).b. Dinamika KepribadianKonsep-konsep dinamika pokok dari Lewin terdiri atas energi psikis (psychic energy), tegangan, kebutuhan (need), tindakan (action) meliputi vector (kekuatan yang mendorong terjadinya tingkah laku) dan valensi (nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi) serta lokomosi (perpindahan lingkaran pribadi). Konstruk-konstruk dinamik ini menentukan lokomosi khusus dari individu dan cara ia mengatur struktur lingkungannya, lokomosi dan perubahan-perubahan struktur berfungsi mereduksikan tegangan dengan cara memuaskan kebutuhan.Suatu tegangan dapat direduksikan dan keseimbangan dipulihkan oleh suatu lokomosi substitusi. Proses ini menuntut bahwa dua kebutuhan erat bergantungan satu sama lain sehingga pemuasan salah satu kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari sistem kebutuhan lainnya. Akhirnya, tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi-lokomosi murni khayalan. Seseorang yang berkhayal bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang sulit atau menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat semacam kepuasan semu dari sekedar berkhayal tentang keberhasilan.

c. Perkembangan KepribadianMenurut Lewin, hakekat Perkembangan Kepribadian itu adalah: Diferensiasi yaitu semakin bertambah usia, maka region-region dalam pribadi seseorang dalam LP-nya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan-kecakapan/keterampilan-keterampilannya. Contohnya: orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak (region anak lebih mudah ditembus). Perubahan dalam variasi tingkah lakunya. Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks. Bertambah luasnya arena aktivitas individu. Contohnya: anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat oleh masa kini, masa lampau dan masa depan. Perubahan dalam realitas. Dapat membedakan mana yang khayal dan yang nyata, pola berpikir meningkat ,contohnya dari pola berpikir assosiasi menjadi pola berpikir abstrak.

Evaluasi Konsep Kepribadian Menurut Kurt Lewin

Kritik terhadap teori Lewin dapat dikelompokkan dalam 4 topik yaitu:a. Penggambaran tipologis dan vaktorial dari Lewin tidak mengungkapkan sesuatu yang baru tentang tingkah laku, banyak teori lain yang lebih komprehensif dan bila teori itu digambarkan dengan tipologi Lewin maka hasilnya akan lebih menggambarkan jiwa manusia bila dibandingkan dengan rincian struktur jiwa dari Lewin.b. Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau lingkungan obyektif, memang dikemukakan sifat bondaris antara lingkungan psikologis dengan lingkungan obyektif yang permeable, namun hal ini tidak diikuti oleh penjelasan dinamika bagaimana lingkungan luar itu mempengaruhi region-region atau menjadi region baru.c. Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai penentu tingkah laku. Ini merupakan resiko teori yang mementingkan masa kini dan masa yang akan datang.d. Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematika. Memang tidak mudah memahami jiwa dengan memakai rumus-rumus matematika. Bahkan Lewin berani mengambil resiko dengan memakai istilah-istilah dalam matematika dan fisika untuk dipakai dalam psikologi dengan makna yang sangat berbeda dengan makna aslinya.2. Menurut Rogers E (1962)Menurut Rogers E, perubahan sosial adalah proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu antara anggota suatu sistem sosial. Langkah-langkah untuk mengadakan perubahan menurut Rogers antara lain:a. Tahap AwarenessTahap awal yang menyatakan bahwa untuk mengadakan perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah.b. Tahap InterestTahap ini menyatakan untuk mengadakan perubahan harus timbul perasaan suka/minat terhadap perubahan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.c. Tahap EvaluasiPada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak ditemukan hambatan selama mengadakan perubahan.d. Tahap TrialTahap ini merupakan tahap uji coba terhadap hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai dengan situasi yang ada.e. Tahap AdoptionTahapan terakhir yaitu proses perubahan terhadap sesuatu yang baru setelah ada uji coba dan merasakan ada manfaatnya sehingga mampu mempertahankan hasil perubahan.Rogersjuga membagi karakter dari adopsi yaitu:

a. Relative advantageb. Compatibilityc. Complexityd. Trialabilitye. Observability

Rogersdan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi:

a. InnovatorsAdalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal yang baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya.

b. Early AdoptersKategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi.

c. Early MajorityKategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama.d. Late MajorityKelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan.

e. LaggardsKelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka.3. Menurut Lippit

Teori ini merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippitt mengungkapkan tujuh hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam sebuah perubahan yaitu:a. Mendiagnosis masalahMengidentifikasi semua faktor yang mungkin mendukung atau menghambat perubahan.b. Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah

Mencoba mencari pemecahan masalah.c. Mengkaji motivasi dan sumber-sumber agenMencari dukungan baik internal maupun eksternal atau secara interpersonal, organisasional maupun berdasarkan pengalaman.

d. Menyeleksi objektif akhir perubahan

Menyusun semua hasil yang di dapat untuk membuat perencanaan.e. Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah

Pada tahap ini sering terjadi konflik teruatama yang berhubungan dengan masalah personal.

f. Mempertahankan perubahan

Perubahan diperluas, mungkin membutuhkan struktur kekuatan untuk mempertahankannya.

g. Mengakhiri hubungan saling membantu

Perawat sebagai agen berubah, mulai mengundurkan diri dengan harapan orang-orang atau situasi yang diubah sudah dapat mandiri.4. Menurut HavelockTeori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock antara lain:a) Membangun suatu hubunganb) Mendiagnosis masalahc) Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungand) Memilih jalan keluare) Meningkatkan penerimaanf) Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri5. Teori SpradleySpradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley:

a) Mengenali gejalab) Mendiagnosis masalahc) Menganalisa jalan keluard) Memilih perubahane) Merencanakan perubahanf) Melaksanakan perubahang) Mengevaluasi perubahanh) Menstabilkan perubahan2. 5 Menerima PerubahanIndividu yang telah menerima perubahan akan dapat berdadaptasi dengan lebih cepat dan mampu menerima perubahan yang terjadi dalam hidupnya, berikut merupakan ciri individu yang telah mampu menerima perubahan:

1. Mengevaluasi informasi dan menghubungkannya dengan situasi sekarang

2. Mengadopsi dan mengintegrasikan perubahan ke dalam sistem yang baru.

3. Senantiasa menerima perubahan setelah memahami adanya kelemahan-kelemahan kondisi yang rutin,

4. Peka terhadap masalah dan menyadari bahwa masalah tersebut tidak terlepas dari keberadaan dirinya,

5. Terbuka bagi pengalaman-pengalaman baru (inovasi) disertai sikap yang tidak apriori atau prasangka,

6. Setiap pendiriannya selalu dilengkapi dengan informasi yang akurat,

7. Orientasi pada waktu yang bertumpu pada logika bahwa waktu lampau adalah pengalaman, waktu sekarang adalah fakta, dan waktu mendatang adalah harapan yang mesti diperjuangkan,

8. Memahami akan potensi dirinya, dan potensi itu yakin dapat dikembangkan,

9. Senantiasa ingin terlibat dan peka terhadap suatu perencanaan.Dalam menerima perubahan diperlukan adanya dukungan dan kepercayaan dari lingkungan dan individu untuk dapat menerima perubahan tanpa ada respon yang negatif, berikut ini adalah faktor yang dapat mendukung individu dalam menerima perubahan:

1. Pertahankan perspektif

Seperti ketika kita sedang menikmati lukisan, ambil satu langkah ke mundur dan lihat gambaran keseluruhannya. Seperti sebuah lukisan, perubahan adalah detail-detail yang dialami dalam membentuk gambaran kehidupan. Dengan mempertahankan perspektif, kita dapat menghindari respon emosional yang berlebihan.

2. Latih 5 P (Patience, Persistent, Practical, Positive, Purpose)

Patience: Perubahan adalah proses, hasilnya tidak langsung terlihat. Jangan impulsif dan ingin secepat-cepatnya mencapai hasil yang diinginkan. Berikan waktu yang masuk akal untuk melihat prosesnya, cobalah untuk bersabar.

Persistent: Sangat mudah untuk menyerah bila perubahan terasa berat, masa depan terlihat gelap dan stress mulai membebani. Bertahan dan jangan menyerah, siapa tahu hasil yang diinginkan hanya tinggal selangkah lagi.

Practical: Tidak usah terlalu terokupasi dengan perubahan yang terjadi dan dampaknya ke masa depan. Pertahankan perspektif dan hiduplah di masa kini. Dengan demikian kita dapat mempertahankan keseimbangan dan tidak merasa limbung.

Positive: Coba memandang perubahan secara optimis. Sadari bahwa ada dinamika yang akan dihadapi, ada yang naik dan ada yang turun. Berpikir secara realistis. Dengan menyadari naik turunnya keadaan dapat membantu untuk tetap fokus dan mempertahankan komitmen. Berpikirlah secara terbuka terhadap kemungkinan yang terjadi, belajar menjadi fleksibel, tetap termotivasi, dan pertahankan selera humur yang akan membantu dalam menghadapi gempuran yang menantang kebertahanan.

Purpose: Sadari dasar dan tujuan hidup. Dengan mengetahui tujuan besar yang ingin dicapai, maka akan membantu ketika manghadapi transisi. Gunakan tujuan ini sebagai kompas agar tidak terseret oleh arus perubahan.

3. Fokus pada identitas diri dan apa yang dibutuhkan

Tips ketiga ini lebih mudah dikatakan daripada dipraktekkan. Sungguh sulit untuk mempertahankan fokus mengenai diri sendiri karena kita biasanya mengidentifikasi melalui hal yang eksternal. Contohnya seperti saya adalah seorang akuntan, saya adalah pacar X, saya manajer di perusahaan Y, saya seorang dengan status ekonomi yang mapan. Hal ini terutama terasa sulit bila perubahan yang dialami berkaitan dengan hal eksternal yang sangat melekat sebagai identitas diri, seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan keluarga terdekat, atau putusnya hubungan romantis.

Menemukan diri dan keinginan diri yang ajeg dapat membantu dalam menghadapi perubahan dunia eksternal. Temukan diri selain sebagai pacarnya X, atau karyawan perusahaan Y. Ketika diri dapat mandiri dari segala faktor yang eksternal, kita dapat berubah dan berkembang tanpa kehilangan jadi diri yang inti.

4. Perhatikan keyakinan terhadap perubahan.

Disadari atau tidak, cara dalam menghadapi masalah berkaitan dengan didikan keluarga dan pandangan budaya yang melekat sejak kecil. Perubahan dapat dipandang secara positif maupun negatif tergantung pada kepercayaan kita yang sudah terbentuk di awal kehidupan. Terkadang perubahan menimbulkan rasa tidak nyaman dan bahkan perasaan bersalah. Tanyakan pada diri sendiri, apakah perubahan ini membuat saya tidak nyaman? apakah perubahan ini merupakan suatu kerepotan yang tidak perlu? Apakah pertanyaan itu berasal dari diri sendiri atau didikan dari kecil? Bila keyakinan terhadap perubahan sudah dipahami, kita akan mengerti mengapa kita memiliki cara tertentu dalam menhadapi perubahan.

5. Gunakan sebanyak mungkin waktu sebelum memberi respon.

Biasanya manusia dengan cepat bereaksi terhadap sesuatu hal tanpa dapat mempertanggung jawabkan perilakunya. Seperti seseorang yang terburu-buru mencari pengganti setelah diputuskan oleh pacarnya. Daripada berpikir cara bereaksi paling cepat terhadap situasi, pahami perilaku apa yang perlu dilakukan dan ambil keputusan secara bertanggung jawab. Jangan sampai keputusan yang terburu-buru menimbulkan penyesalan di kemudian hari.2. 6 Resisten terhadap Perubahan

Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah penolakan atas perubahan itu sendiri. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change).

Sikap menolak atas perubahan bisa terjadi karena informasi mengenai perlunya dan dampak bila tidak melakukan perubahan sangat kurang. Bentuk dari penolakan atas perubahan tidak selalu tampak secara langsung dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa dengan jelas terlihat (eksplisit) dan segera misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya, atau bisa juga tersirat (implisit) dan lambat laun misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat dan lain-lain. Hal yang lain juga bisa menjadi masalah seperti tidak tersedianya informasi konfigurasi pada infrakstruktur yang up to date.

Kritner dan Kinicki (2001) mendefenisikan resistensi terhadap perubahan sebagai suatu reaksi emosional/tingkah laku yang muncul sebagai respon terhadap munculnya ancaman, baik nyata atau imajiner bila terjadi perubahan pada pekerjaan rutin. Resistensi terhadap perubahan ini dapat muncul dalam berbagai macam bentuk reaksi. Judson (1991) seperti yang dikutip oleh Kreitner dan Kinicki (2000) menggolongkan bentuk-bentuk resistensi terhadap perubahan kedalam 4 kelompok yang semuanya berada dalam sebuah kontinum, yaitu: resisten aktif (misal: sabotase, memperlambat kerja), resistensi pasif (misal: bekerja sesedikit mungkin, tidak ingin mempelajari tugas baru), reaksi yang tidak dapat dibedakan (bekerja hanya berdasarkan perintah, kehilangan minat terhadap pekerjaan) dan penerimaan (misal: mau bekerja sama, antusias). Faktor-faktor penolakan terhadap perubahan dapat dikategorikan sebagai berikut: (Rhenald Kasali, 2007)1. Faktor-faktor penolakan perubahan oleh individu sebagai berikut:

(http://www.jakartaconsulting.com/extra_events_20040217.shtml)

KebiasaanKebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman, menyenangkan. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri, yaitu penolakan. Rasa amanJika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kitamemiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar.

Faktor ekonomi Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah soal menurunnya pendapatan. Misalnya pasien yang menolak dirawat di Ruang VIP di sebuah Rumah Sakit. Karena akan memperbanyak pengeluaran biaya hospitalisasi. Takut akan sesuatu yang tidak diketahui.Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidakpastian dan keraguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.

PersepsiPersepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya.

Gambar 6.1 Faktor Penolakan Perubahan Oleh Individu

(http://www.jakartaconsulting.com/extra_events_20040217.shtml)2. Faktor-faktor penolakan atas perubahan oleh organisasi yaitu :

( http://www.jakartaconsulting.com/extra_events_20040217.shtml )

Inersia StrukturalArtinya penolakan yang terstruktur. Organisasi, lengkap dengan tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya menghasilkan stabilitas. Jika perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu.

Fokus Perubahan Berdampak LuasPerubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian diubah maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar. Inersia Kelompok Kerja Walau ketika individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk menghalanginya. Sebagai anggota serikat pekerja, walau sebagai pribadi setuju atas suatu perubahan, jika perubahan tersebut bertentangan dengan norma maka akan sulit.

Ancaman Terhadap KeahlianPerubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keahlian kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain, mengancam kedudukan para juru gambar. Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan Yang Telah Mapan.Mengintroduksi sistem pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa dipandang sebagai ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingkat menengah.

Ancaman Terhadap Alokasi Sumberdaya.

Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman bagi mereka. Apakah perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai kelompok kerjanya.

Gambar 6.2 Faktor Penolakan Perubahan Oleh Kelompok (http://www.jakartaconsulting.com/extra_events_20040217.shtml)

3. Cara Mengatasi Penolakan Atas Perubahan

Cara yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan :

(http://www.jakartaconsulting.com/extra_events_20040217.shtml)

1) Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.

2) Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan.

3) Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.

4) Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bias memenuhi keinginan mereka.

5) Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.6) Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan. ADKAR merupakan model yang dapat memberdayakan seseorang untuk mau berubah. ADKAR merupakan rencana secara efektif untuk suatu perusahaan untuk melakukan perubahan. ADKAR model terdiri dari 5 tahap. 1) Awareness (Kesadaran)

Membuat catatan alasan yang kita percaya bahwa perubahan itu perlu. Review alasan ini dan menilai derajat dari orang-orang yang mencoba berubah dan sadar bahwa perubahan itu perlu.

2) Desire (Keinginan)Mempertimbangkan faktor yang memotivasi, termasuk orang-orang yang berkeyakinan dalam faktor ini dan mengasosiasi akibat atau konsekuensinya.

3) KnowledgeCatat skill atau pengetahuan keperluan untuk mendukung perubahan, termasuk jika orang-orang telah menggambarkan perubahan yang ingin dicapai. Melakukan pelatihan kepada karyawan.

4) Ability (kemampuan)Mempertimbangkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Kemampuan untuk menerima pengetahuan yang baru. Tahap ini jugamemberikan pelatihan karyawan.

5) ReinforcementTahap satu sampai empat dilakukan secara berkelanjutan.2.7 Tahapan Dalam Proses BerubahSecara umum tahap tahap perubahan meliputi tiga tahap yaitu : persiapan, penerimaan, dan komitmen.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan berbagai kontak melalaui ceremah, pertemuan, maupun komunikasi tertulis. Tujuannya agar tercapai kesadaran akan pentingnya perubahan (change awareness). Ketidakjelasan tentang pentingnya perubahan menjadi penghambat upayaupaya dalam pembentukan komitmen. Sebaliknya kejelasan akan menimbulkan pemahaman yang baik terhadap pentingnya perubahan, yang mendukung upayaupaya dalam pembentukan komitmen.2. Tahap Penerimaan Dalam penerimaan, pemahaman yang terbentuk akan bermuara ke dalam dua kutub, yaitu persepsi yang positif di satu sisi atau persepsi negatif di sisi yang lain. Persepsi yang negatif akan melahirkan keputusan untuk tidak mendukung perubahan, sebaliknya persepsi positif yang melahirkan keputusan untuk memulai perubahan dan merupakan suatu bentuk komitmen untuk berubah.

3. Tahapan Komitmen

Tahap komitmen melalui beberapa langkah yaitu instalasi, adopsi, instusionalisasi, dan internalisasi. Langkah instalasi merupakan periode percobaan terhada perubahan yang merupakan preliminary testing terdapat dua konsekuensi dari langkah ini. Konsekuensi pertama, perubahan dapat diadopsi untuk pengujian jangka panjang. Kedua, perubahan gugur setelah implementasi pendahuluan yang mungkin disebabkan oleh masalah ekonomi-finansialpolitik,perubahan dalam tujuan strategis, dan tingginya vested interest.Menurut Imavike (2011) tahapan dalam proses perubahan dibagi menjadi 6 antara lain yaitu :1. Mengidentifikasi masalah Dalam tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang menyebabkan perubahan dan yang dapat menggangu terjadinya perubahan. Oleh sebab itu, kita identifikasi atau dikenali dahulu masalahnya.2. Mengumpulkan data

Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data yang dapat digunakan dan mendukung untuk terjadinya suatu perubahan.

3. Menganalisa data

Dalam tahap ini data yang sudah dikumpulkan dianalisa kembali untuk merencanakan strategi yang tepat untuk melakukan perubahan.4. Merencanakan strategi perubahanMenentukan strategi yang tepat untuk nantinya dapat diimplementasikan suatu perubahan.

Ada beberapa strategi untuk memecahkan masalah-masalah dalam perubahan, strategi tersebut antara lain yaitu :

a. Strategi Persahabatan

Penekanan didasarkan pada kebersamaan dalam kelompok, dengan cara mengenal kelompok, membangun ikatan sosial, diantara anggotanya. Strategi ini cocok diterapkan pada anak buah yang membutuhkan rasa sosial yang tinggi. Model ini cocok diterapkan pada kondisi pertimbangan tinggi dan struktur rendah.

b. Strategi Politis

Hal ini identik dengan struktur kekuasaan formal dan informal. Setelah struktur ini di identifikasi, baru dilakukan beberapa upaya untuk mempengaruhi mereka yang berada pada kekuasaan. Anggapan dasar strategi ini adalah sesuatu akan dicapai bila orang-orang yang berpengaruh dalam sebuah sistem mau melakukannya.

c. Strategi Ekonomis

Tekanannya pada bagaimana mengendalikan materi. Dengan sumber daya materi, apapun dan siapapun dapat membeli/ menjual. Pelibatan hal ini kedalam kelompok sering didasarkan pada pemilikan atau pengendalian sumber-sumber daya yang dapat di jual.

d. Strategi Akademis

Strategi ini menekankan pada pengetahuan dan pendalaman pengetahuan yang merupakan pengaruh primer. Anggapan dasarnya adalah logis dan rasional, objektif: bahwa keputusan yang didasarkan pada apa yang dianjurkan oleh penelitian adalah jalan terbaik untuk diikuti. Strategi ini tidak mementingkan emosi. Jika mengusulkan cara maka pemimpin dapat mencari studi penelitian yang mendukung tujuannya.

e. Strategi Teknis

Metode ini tepat bagi orang-orang yang mengabaikan subjek-subjek dengan memperhatikan lingkungannya. Ini merupakan salah satu pendekatan sosiologis dengan anggapan dasar bahwa lingkungan disekelilingnya berubah.

f. Strategi Militer

Metode ini berdasarkan pada kekuatan fisik dan ancaman yang nyata. Posisi/kekuasaan digunakan juga dalam bentuk dan ancaman, bila keinginan pimpinan tidak dipatuhi. Ini merupakan strategi struktur tingkat tinggi.

g. Strategi Konfrontasi Pendekatan ini menimbulkan konflik non kekerasan dan non fisik diantara orang. Dengan melakukan ini, seorang pemimpin mendesak orang untuk mendengar dan melihat apa yang terjadi selanjutnya akan terjadi perubahan. Orang sering terbagi kedalam kelompok atau geng sebagai akibat strategi ini. Bila kelompok merasa bahwa mereka tidak akan atau tidak dapat didengar dengan suatu cara, maka strategi ini sering dipilih. Pemogokan kerja adalah salah satu contohnya.

5. Mengimplementasikan perubahanDalam tahap ini klien diharapkan untuk dapat melakukan atau menaplikasikan suatu perubahan yang telah disetujui bersama.

6. Mengevaluasi perubahan

Dalam tahap ini perawat dan klien mengevaluasi perubahan yang telah dilakukan. Apakah perubahan itu efektif atau tidak.7. Menstabilkan perubahanYang dimaksud dalam tahap ini ialah klien mulai mempertahankan perubahan yang telah dilakukan.

2.8 Aplikasi Proses Berubah Pada Perawatan KlienPerubahan pelayanan keperawatan mempunyai 2 pilihan utama yang berhubungan dengan perubahan, mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu keadaan atau situasi. Perawat harus mempunyai keterampilan dalam proses perubahan. Pertama, proses keperawatan merupakan pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang sistemis dan konsisten dengan perencanaan praktik untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.

Perubahan pelayanan kesehatan/keperawatan merupakan kesatuan yang menyatu dalam perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Bahkan, adalah sesuatu yang aneh atau tidak semestinya terjadi, apabila masyarakat umum dan lingkungannya terus-menerus berubah, sedangkan keperawatan yang merupakan bagian masyarakat tersebut tidak berubah dalam menata kehidupan keprofesiannya. Perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesionalisasi pada era kesejagatan ini bukan sebagai suatu ancaman untuk ditakuti atau dihindari, tetapi merupakan tantangan untuk berupaya lebih keras memacu proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia dan menyejajarkan diri dengan keperawatan di negara-negara lain. Mewujudkan keperawatan yang sudah sejak lama kurang mendapat perhatian, namun lebih dari itu, yaitu mengupayakan untuk memenuhi hak masyarakat dalam mendapat perhatian, namun lebih dari itu, yaitu mengupayakan untuk memenuhi hak masyarakat dalam mendapat asuhan keperawatan yang professional.

Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat, ini akan terus berubah seirama dengan berubahnya masyarakat yang terus-menerus berkembang dan mengalami perubahan, demikian pula dengan keperawatan. Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain keperawatan sebagai bentuk asuhan profesional kepada masyarakat, keperawatan sebagai iptek, serta keperawatan sebagai kelompok masyarakat ilmuwan dan kelompok masyarakat profesional.

Dengan terjadinya perubahan atau pergeseran dari berbagai faktor yang memengaruhi keperawatan, maka akan berdampak pada perubahan dalam pelayanan/asuhan keperawatan, perkembangan iptekkep, maupun perubahan dalam masyarakat keperawatan, baik sebagai masyarakat ilmuwan maupun sebagai masyarakat profesional.

Seperti telah dipahami bahwa tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada Milenium III, termasuk asuhan keperawatan akan terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat terus-menerus mengalami perubahan. Masalah keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus-menerus berubah, karena berbagai faktor-faktor yang mendasarinya juga terus mengalami perubahan. Dengan berkembangnya masyarakat dan berbagai bentuk pelayanan profesional serta kemungkinan adanya perubahan kebijakan dalam bidang kesehatan yang juga mencakup keperawatan, maka mungkin saja akan terjadi pergeseran peran keperawatan dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Era kesejagatan, hendaknya oleh para penggiat keperawatan dipersiapkan secara benar dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek keadaan atau peristiwa yang sedang atau telah terjadi dan yang akan berlangsung dalam era tersebut. Memasuki era Milenium III, kita dihadapkan pada perkembangan iptek yang terjadi sangat cepat. Proses penyebaran iptek juga disertai dengan percepatan penyebaran berbagai macam barang dan jasa yang luar biasa banyak dan beragam. Hal ini disebabkan pesatnya perkembangan teknologi transportasi, telekomunikasi, dan jenis teknologi lainnya. Semuanya ini mencerminkan terjadinya proses pensejagatan dengan segala ciri dan konsekuensinya.

Ada 4 skenario masa depan yang diprediksikan akan terjadi dan harus diantisipasi dengan baik oleh profesi keperawatan Indonesia (Maarifin Husin, 1999):1. Masyarakat berkembang

Masyarakat akan lebih berpendidikan. Hal ini membuat mereka memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan hak dan hukum, menuntut berbagai bentuk dan jenjang pelayanan kesehatan yang profesional, dan rentang kehidupan daya ekonomi masyarakat semakin melebar.

2. Rentang masalah kesehatan melebar

Sistem pemberian pelayanan kesehatan meluas, mulai dari teknologi yang sederhana sampai pada teknologi yang sangat canggih.

3. Ilmu pengetahuan dan teknologi

Iptek terus berkembang dan harus dimanfaatkan secara tepat.

4. Tuntutan profesi terus meningkat

Hal ini didorong oleh perkembangan iptek medis, permasalahan internal pada profesi keperawatan, dan era kesejagatan.

Menurut Toffler (1979), terdapat 4 kategori umum perubahan sosial yang memengaruhi peran keperawatan, yaitu pergeseran menuju ke arah pengasuhan diri sendiri dan rasa tanggung jawab seseorang terhadap kesehatannya, yang meliputi:

1. Pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap kesehatan.

2. Pergeseran penekanan pelayanan kesehatan dengan lebih menekankan pada upaya pencegahan gangguan kesehatan.

3. Perubahan peran dari pemberi pelayanan kesehatan.

4. Cara-cara baru pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan yang memberikan penerima pelayanan kesehatan tanggung jawab yang lebih besar dalam perencanaan kesehatan.

Pedoman Untuk Pelaksanaan Perubahan Untuk terlaksananya suatu perubahan, maka hal-hal yang tersebut di bawah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan perubahan.1. KeterlibatanTidak ada seorang pun yang mengetahui semuanya. Menghargai kemampuan dan pengetahuan orang lain serta melibatkannya dalam perubahan merupakan langkah awal kesuksesan perubahan. Orang akan bekerja sama dan menerima pembaharuan jika mereka menerima suatu informasi tanpa ancaman dan bermanfaat bagi dirinya.

2. Motivasi Orang akan terlibat aktif dalam pembaharuan jika mereka termotivasi. Motivasi tersebut akan timbul jika apa yang sudah dilakukan bermanfaat dan dihargai.

3. Perencanaan Perencanaan ini termasuk jika sistem tidak bisa berjalan secara efektif dan perubahan apa yang harus dilaksanakan.

4. Legitimasi Setiap perubahan harus mempunyai aspek legal yang jelas, siapa yang melanggar, dan dampak apa yang secara administratif harus diterima olehnya. 5. PendidikanPerubahan pada prinsipnya adalah pengulangan belajar atau pengenalan cara baru agar tujuan dapat tercapai.

6. Manajemen Agen pembaharu harus menjadi model dalam perubahan dengan adanya keseimbangan antara kepemimpinan terhadap orang dan tujuan/produksi yang harus dicapai.

7. HarapanBerbagai harapan harus ditekankan oleh agen pembaharu: hasil yang berbeda dengan sebelumnya direncanakan; terselesaikannya masalah-masalah di institusi; dan kepercayaan dan reaksi yang positif dari staf.Perubahan Dan Pengembangan Peran Perawat Profesional Di Masa DepanPelayanan keperawatan di masa mendatang harus dapat memberikan consumer minded terhadap pelayanan yang diterima. Hal ini didasarkan pada tren perubahan saat ini dan persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, perawat dapat mendefinisikan, mengimplementasikan, dan mengukur perbedaan bahwa praktik keperawatan harus dapat dijadikan sebagai indikator agar kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang profesional di masa depan terpenuhi. Sementara kualitas layanan keperawatan pada masa mendatang belum jelas, peran perawat harus dapat menunjukkan dampak yang positif terhadap sistem pelayanan kesehatan. Ada 4 hal yang harus dijadikan perhatian utama keperawatan di Indonesia:

(1) Definisi peran perawat.

(2) Komitmen terhadap identitas keperawatan.

(3) Perhatian terhadap perubahan dan tren pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

(4) Komitmen dalam memenuhi tuntutan tantangan sistem pelayanan kesehatan melalui upaya yang kreatif dan inovatif.Profil Peran Perawat Profesional di Masa Depan Implikasi pelayanan keperawatan di masa mendatang dapat dijawab dengan memahami dan melaksanakan Karakteristik Perawat Profesional dan Perawat Milenium tersebut di bawah ini.

Menurut Nursalam (2001), peran perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan perkembangan iptek dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sehingga perawat dituntut mampu menjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan. Sebagai perawat profesional, maka peran yang diemban adalah CARE yang meliputi:

Keterangan: Communication Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, cepat. Artinya setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung suatu fakta yang memadai. Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan/pasar bebas pada abad ke-21 ini.

Activity Prinsip melakukan aktivitas/pemberian asuhan keperawatan harus dapat bekerja sama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim medis sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien. Aktivitas tersebut harus ditunjang dengan menunjukkan kesungguhan dan sikap empati dan bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diemban. Hal ini diperlukan pada saat ini dan masa yang akan datang dalam upaya mewujudkan jati diri perawat dan menghilangkan masa lalu keperawatan yang hanya bekerja seperti robot dan berada pada posisi inferior dari tim kesehatan lainnya.

Yang penting diantisipasi di masa depan adalah ketika memberikan asuhan harus berdasarkan ilmu yang dapat/tepat diaplikasikan di institusi

tempatnya bekerja. Artinya, ilmu keperawatan yang ada, harus diidentifikasi yang notabena dibuat di luar negeri dengan kondisi budaya, agama yang berbeda, untuk dapat diterapkan di Indonesia.

Review Prinsip utama dalam melaksanakan peran tersebut adalah moral dan etik keperawatan. Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan. Hal ini penting guna menghindarkan kesalahan-kesalahan yang dapat berakibat fatal terhadap konsumen dan eksistensi profesi keperawatan yang sedang mencari identitas diri. Dalam melaksanakan peran profesionalnya, perawat harus menerapkan prinsip-prinsip etik yang meliputi: (1) Justice: keadilan, 2) Autonomy: asas menghormati autonomi, 3) beneficience (asas manfaat) dan non-maleficiency, 4) Veracity: asas kejujuran, 5) confidentiality; asas kerahasiaan. Untuk menghindari kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, maka perlu diterapkan tindakan keperawatan dengan prinsip CWIPATCheck the order,Wash your hands, Identitify the clients, Provide savety and privacy, Assess the problem; and Teach or Tell the clients (Nursalam, 2001). Education Dalam upaya meningkatkan kualitas layanan keperawatan di masa depan, perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan secara kontinu menambah ilmu melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu keahlian tertentu.

Pengembangan pelayanan keperawatan yang paling efektif harus berdasarkan hasil temuan-temuan ilmiah yang dapat diuji kesahihannya. Keadaan tersebut menuntut perawat untuk dapat melakukan penelitian-penelitian keperawatan. Bekal yang paling utama untuk dipersiapkan di masa mendatang adalah penguasaan tentang metodologi penelitian keperawatan. Implikasinya adalah bahwa setiap jenjang pendidikan tinggi keperawatan (DIII/Ners) lulusannya harus melaksanakan riset keperawatan. Di sini, semua pihak dituntut, khususnya pengelola pendidikan Tinggi Keperawatan mampu membekali kemampuan untuk dapat melakukan riset keperawatan kepada mahasiswanya, sebagai tanggung jawab moral dan profesional.

Sedangkan karakteristik Nurse Millenium yang diharapkan adalah:

Career Di masa depan, perawat dalam memberikan asuhan kepada klien, harus mempunyai dasar pendidikan dan keahlian yang memadai. Keahlian dan dasar pendidikan yang tinggi merupakan indikator jaminan kualitas layanan kepada konsumen dan menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang fatal.

Perawat juga dituntut untuk menguasai tentang konsep manajemen secara keseluruhan, khususnya manajemen keperawatan. Di masa depan, bukanlah sesuatu yang aneh apabila seorang perawat menduduki jabatan sebagai top manager di sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk mencapai karier tersebut, maka perawat harus terus bekerja keras.

Activity Perawat harus memahami tentang semua tindakan yang dia lakukan, baik dari segi keilmuan maupun etik dan moral keperawatan. Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan akan pelaksanaan pelayanan keperawatan yang profesional.

Role Dalam melaksanakan perannya di masa depan, perawat dituntut mampu bekerja sama dengan profesi lain. Perawat harus dapat membedakan peran yang dimaksudkan.

Enhancement Prinsip utama pelayanan keperawatan adalah pengembangan diri secara terus menerus seiring dengan perkembangan zaman yang dinamis dan selalu berubah setiap saat. Perawat dituntut untuk menunjukkan independensi dalam memberikan asuhan dan tumbuhnya rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini bisa ditempuh dengan mempersiapkan dan membekali diri yang baik mulai dari sekarang.BAB III PENUTUPKesimpulan dan Saran

Perubahan diartikan sebagai suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Adapun tipe perubahan antara lain yaitu indoktrinasi, paksaan atau kekerasan, teknokratik, interaksional, sosialisasi, emultif dan alamiah. Banyak sekali pakar-pakar yang mengemukakan tentang teori berubaha antara lain Kurt Lewin, Rogers E, Lippit, Havelock dan Spradley. Individu yang telah menerima perubahan akan dapat berdadaptasi dengan lebih cepat dan mampu menerima perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Sikap menolak atas perubahan bisa terjadi karena informasi mengenai perlunya dan dampak bila tidak melakukan perubahan sangat kurang. Bentuk dari penolakan atas perubahan tidak selalu tampak secara langsung dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa dengan jelas terlihat (eksplisit) atau bisa juga tersirat (implisit). Tahapan dalam proses berubah yaitu mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisa data, merencanakan strategi perubahan, mengimplementasikan perubahan, mengevaluasi perubahan, dan menstabilkan perubahan. Saran agar teori ini jangan hanya dipelajari sebagai konsep saja melainkan harus dipraktikkan dan dijadikan konsep dasar yang harus dipatuhi.

Daftar Pustaka1. Rhenald Kasali, 2007, change, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hal 97-99.2. L. Coch dan J.R.P.French, Jr. Overcoming Resistance to Change, 1948

3. Davidson, Jeff, 2005, The complete Ideals Guides: Change Managements, (Terj: Dudy Priatna), Jakarta: Prenada Media.

4. Kozier, Fundamental of Nursing, 1991,Concept, Process, and Practice,Addison Wesley,Publishing company,Inc.

5. Harryngton & Corner. 2000. Management of Change. Page of 28.6. Kreitner & Kinicki. 2000. Management Study Guide: Used with Kreitner Management. 8th Edition. Cengange Learning.

7. Judson Arnold, S. 1991. Changing Behavior in Organizations: Minimizing Resistance to Change. Publisher : B. Blackwe

8. Jeff Hiatt. 2006. ADKAR: A Model for Change in Business, Government and Our Community. Prosci Research Loveland, Colorado, USA.

9. Nurhidayah, R.E. 2003. Keperawatan dan Perubahan. Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

10. Pinasthika. 2010. Konsep Kepribadian Menurut Kurt lewin. http://www.pinasthika.co.id/index.php/the-community/106-konsepkepribadian-menurut-kurt-lewin.Diakses pada tanggal 11 Juli 2013.11. Nurhidayah, Rika Endah. 2003. Keperawatan dan Perubahan.http://repository.usu.ac. id/bitstream/123456789/3593/1/keper-rika1.pdf. Diakses pada tanggal 11 Juli 2013.12. Bolton et al. (1992). Ten Steps for Managing Organisational Change, Journal of Nursing Administration, 22, 14-20. 13. Lancaster, J. (1999). Nursing Issues. in Leading and Managing Change. St.Louis: Mosby. 14. Maarifin Husin (1999). Perubahan dan Keperawatan di Indonesia. Makalah Seminar Nasional. Jakarta. 15. Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan. Penerapan dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

16. Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan. Edisi 2. Penerapan dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. 17. Vestal, K.W (1994). Nursing Management: Control and Issues. 2nd. Ed. Philadelphia: J.B. Lippincott.Faktor Ekonomi

Rasa Aman

Kebiasaan

Resistensi Individual

Ketidak Pastian

Persepsi

Resistensi Organisationn

Ancaman Alokasi Sumber Daya

Ancaman Kekuasaan

Ancaman Keahlian

Insersia Kelompok

Dampak Luar Perusahaan

Insersia Struktural

1