konsep dan teori gender menurut bkkbn.doc
DESCRIPTION
konsepTRANSCRIPT
KONSEP DAN TEORI GENDER MENURUT BKkBN
(Sasongko, Sri Sundari. 2009. Konsep dan Teori Gender menurut BKkbN. Jakarta: BKKBN Pusat)
1. Pengertian dan perbedaan gender dan seks :
Istilah “gender” dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud untuk menjelaskan perbedaan
perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan (ciptaan Tuhan) dan bentukan budaya (konstruksi
sosial). Seringkali orang mencampuradukkan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati (tidak berubah) dengan
yang bersifat non-kodrati (gender) yang bisa berubah dan diubah. Perbedaan peran gender ini juga
menjadikan orang berpikir kembali tentang pembagian peran yang dianggap telah melekat, baik pada
perempuan maupun laki-laki.
Gender : perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil
konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Seks : perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks melekat secara fisik sebagai alat
reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan
universal.
Perbedaan gender dan seks
Gender Seks/jenis kelamin
Bisa berubah
Dapat dipertukarkan
Tergantung budaya dan kebiasaan
Tergantung budaya setempat
Bukan kodrat (buatan masyarakat)
Tidak bisa berubah
Tidak dapat dipertukarkan
Berlaku sepanjang masa
Berlaku di mana saja
Kodrat (ciptaan Tuhan): perempuan
menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui
Perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sifat, fungsi dan ruang lingkup dan tanggung jawab.
Aspek Laki-laki Perempuan
Sifat
Fungsi
Ruang Lingkup
Tanggungjawab (peran)
Maskulin
Produksi
Publik
Nafkah Utama
Feminin
Reproduksi
Domestik
Nafkah Tambahan
Pengertian gender menurut sumber lain (http://paramadina.wordpress.com/2007/03/16/pengertian-gender/):
Kata gender berasal dari bahasa Inggris berarti “jenis kelamin”. Dalam Webster’s New World
Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi
nilai dan tingkah laku.
Di dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural
yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik
emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Hilary M. Lips dalam bukunya yang terkenal Sex & Gender: an Introduction mengartikan gender
sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (cultural expectations for women and
men).
Pendapat ini sejalan dengan pendapat kaum feminis, seperti Lindsey yang menganggap semua
ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan adalah termasuk bidang
kajian gender (What a given society defines as masculine or feminin is a component of gender).
H. T. Wilson dalam Sex and Gender mengartikan gender sebagai suatu dasar untuk menentukan
pengaruh faktor budaya dan kehidupan kolektif dalam membedakan laki-laki dan perempuan.
Kata gender belum masuk dalam perbendaharaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, tetapi istilah
tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dengan istilah
“jender”. Gender diartikan sebagai “interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-
laki dan perempuan. Gender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap
tepat bagi laki-laki dan perempuan”.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender
dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat (social constructions), bukannya sesuatu yang
bersifat kodrati.
2. Konsep perubahan perilaku dan bentuk-bentuk diskriminasi gender
Perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor biologi, sosial dan agama
Biologi sosial agama
Berbeda ciri fisik antara
perempuan dan laki-laki,
serta tidak dapat
dipertukarkan karena produk
alamiah (hormon).
Berbeda peran dan
tanggungjawab perempuan
dan laki-laki, dan dapat
dipertukarkan karena produk
budaya (tata nilai).
Berbeda posisi perempuan
dan laki-laki, dan tidak dapat
dipertukarkan karena ajaran
agama (dogmatis).
Istilah yang berkaitan dengan pemahaman gender :
a. Buta gender (gender blind) : kondisi/ keadaan seseorang yang tidak memahami tentang
pengertian/konsep gender karena ada perbedaan kepentingan laki-laki dan perempuan. Contoh : tugas
perempuan hanya melaksanakan pekerjaan rumah tangga
b. Bias gender : keadaan yg menunjukkan sikap berpihak lebih pd lak-laki daripada wanita. Contohnya aborsi
ilegal pihak wanita mengalami hukuman krn tindk.aborsinya.sementara laki-laki terbebaskan.
c. Sadar gender (gender awareness) : kondisi/ keadaan seseorang yang sudah menyadari kesamaan hak dan
kewajiban antara perempuan dan laki-laki.
d. Patriakhi : tata nilai social budaya suatu masyarakat yang menempatkan ayah sebagai pemimpin
keluarga.
e. Peka/Sensitif Gender (gender sensitive) : kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan
menilai hasil pembangunan dan aspek kehidupan lainnya dari perspektif gender (disesuaikan
kepentingan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan).
f. Mawas Gender (gender perspective) : kemampuan seseorang memandang suatu keadaan berdasarkan
perspektif gender.
g. Peduli/Responsif Gender (gender concern/responsive) : kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang
sudah dilakukan dengan memperhitungkan kepentingan kedua jenis kelamin.
h. Kesetaraan gender : keadaan tanpa diskriminasi dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumber-
sumber dan hasil pembagian serta akses terhadap pelayanan
i. Keadilan gender : gambaran keseimbangan yang adil dalam pembagian beban tanggungjawab dan
manfaat antara laki-laki & wanita. Keadilan gender didasari atas pemahaman bahwa laki-laki & wanita
mempunyai perbedaan kebutuhan & kekuasaan. Perbedaan ini perlu dikenali dan diperhatikan untuk
dipakai sebagai dasar atas penerapan perlakuan yang berbeda bagi laki-laki dan wanita.
Diskriminasi Gender
akibat dari adanya system (struktur) sosial dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan)
menjadi korban. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan
pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa
kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan.
Bentuk diskriminasi gender :
a. Stereotip/Citra Baku, yaitu pelabelan terhadap salah satu jenis kelamin yang seringkali bersifat negatif
dan pada umumnya menyebabkan terjadinya ketidakadilan. Misalnya, karena perempuan dianggap
ramah, lembut, rapi, maka lebih pantas bekerja sebagai sekretaris, guru Taman Kanak-kanak; kaum
perempuan ramah dianggap genit; kaum laki-laki ramah dianggap perayu.
b. Subordinasi/Penomorduaan, yaitu adanya anggapan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih
rendah atau dinomorduakan posisinya dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Contoh: Sejak dulu,
perempuan mengurus pekerjaan domestik sehingga perempuan dianggap sebagai “orang rumah” atau
“teman yang ada di belakang”.
c. Marginalisasi/Peminggiran, adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin
dari arus/pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan. Misalnya, perkembangan teknologi menyebabkan
apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang pada umumnya
dikerjakan oleh lakilaki.
d. Beban Ganda/Double Burden, adalah adanya perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin dimana yang
bersangkutan bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya.
Sebab : Berbagai observasi menunjukkan bahwa perempuan mengerjakan hampir 90 persen dari
pekerjaan dalam rumah tangga. Karena itu, bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, selain bekerja di
wilayah publik, mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan domestik. Akibat Diskriminasi
Berbagai bentuk diskriminasi merupakan hambatan untuk tercapainya keadilan dan kesetaraan gender
atau kemitrasejajaran yang harmonis antara perempuan dan laki-laki,karena dapat menimbulkan:
konflik
stres pada salah satu pihak
relasi gender yang kurang harmonis
e. Kekerasan/Violence : yaitu suatu serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang, sehingga
kekerasan tersebut tidak hanya menyangkut fisik (perkosaan, pemukulan), tetapi juga nonfisik
(pelecehan seksual, ancaman, paksaan, yang bisa terjadi di rumah tangga, tempat kerja, tempat-tempat
umum.
http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/15/gender/
Pengertian Ketidakadilan Gender
ketidakadilan gender adalah : berbagai tindak keadilan atau diskriminasi yang bersumber pada
keyakinan gender.
diskriminasi berart : setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang di buat atas dasar jenis
kelamin, yang mempunyai tujuan mengurangi atau menghapus pengakuan, penikmatan atau
penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebasan pokok di bidang politik, ekonomi, dll
oleh perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara perempuan dan
laki-laki.
Feminism
perjuangan untuk persamaan hak-hak wanita dengan laki-laki dengan membuat perubahan-
perubahan pada peran gender yang secara tradisional telah di terima.
feminism adalah “political discourse” yang bertujuan untuk persamaan hak dan perlindungan hukum
bagi wanita, dan dapat berupa gerakan0gerakan yang memperhatikan perbedaan-perbedaan gender,
persamaan, dan hak wanita.
www.fk.unair.ac.id/pptfiles/G%20E%20N%20D%20E%20R.ppt
Hal-hal berkaitan antara gender dan kesehatan :
a. peran gender
peran ganda wanita yang merugikan kesehatan saat menjalani kodratnya (hamil, melahirkan
menyusui) jika masih harus bekerja.
b. jenis kelamin : jenis dan pola penyakit dan kesehatan antara wanita dan laki-laki berbeda.
c. kesetaraan gender : kodrat perempuan untuk hamil dan melahirkan sehingga memerlukan pelayanan
kesehatan yang berbeda dibanding laki-laki dalam keadaan sehat atau sakit.
d. jenis kelamin dan peran gender : dalam kehidupan social, ekonomi dan budaya, jenis kelamin dan
peran gender dapat meningkatkan risiko terjadinya beberapa penyakit.
e. bias gender dan patriakhi : umumnya pelaku kekerasan dalam RT adalah laki-laki untuk menunjukan
maskulinitas, dominasi, memaksakan kehendak dan kendalinya terhadap perempuan.
TEORI GENDER
a. Teori Nurture
Adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya
sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan
selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh orang-orang yang konsen memperjuangkan kesetaraan
perempuan dan laki-laki (kaum feminis) yang cenderung mengejar “kesamaan” atau fifty-fifty yang
kemudian dikenal dengan istilah kesamaan kuantitas (perfect equality). Perjuangan tersebut sulit dicapai
karena berbagai hambatan, baik dari nilai agama maupun budaya. Karena itu, aliran
nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaa proporsional dalam segala
aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajer, menteri, militer, DPR, partai politik, dan bidang
lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah program khusus (affirmatif action) guna memberikan
peluang bagi pemberdayaan perempuan yang kadangkala berakibat timbulnya reaksi negative dari kaum
laki-laki karena apriori terhadap perjuangan tersebut.
b. Teori Nature
adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat
universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis
tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda.
Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya
masing-masing.
Dalam kehidupan sosial, ada pembagian tugas (division of labour), begitu pula dalam kehidupan
keluarga karena tidaklah mungkin sebuah kapal dikomandani oleh dua nakhoda. Talcott Persons dan
Bales (1979) berpendapat bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran
suami dan isteri untuk saling melengkapi dan saling membantu satu sama lain. Keharmonisan hidup
hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas yang serasi antara perempuan dan laki-
laki, dan hal ini dimulai sejak dini melalui pola pendidikan dan pengasuhan anak dalam keluarga.
Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang menerima perbedaan peran, asal dilakukan
secara demokratis dan dilandasi oleh kesepakatan (komitmen) antara suami-isteri dalam keluarga, atau
antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat.
c. Teori Equilibrium
Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki karena keduanya harus
bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan
berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah
kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu) dan situasional (sesuai situasi/keadaan), bukan
berdasarkan perhitungan secara matematis (jumlah/quota) dan tidak bersifat universal.
3. Pendekatan Mencapai Kesetaraan Gender
Ada apa dibalik gender ?
Komposisi penduduk Indonesia. Berdasar data pend. Jumlah perempuan lebih banyak dibanding laki-
laki.Hal ini menunjukkan Bahwa perempuan merupakan modal besar pembangunan di Indonesia. Namun
kenyataan yang ada belum semua SDM telah diberdayakan secara optimal.
Contoh:
a. Dalam keluarga
suami bekerja , istri mengurus anak. Pengambil keputusan adalah laki-laki . Lebih memilih anak laki-
laki untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
b. Masyarakat
Pembatasan & pemilihan kesempatan kerja terhadap laki-laki dan wanita.misal wanita urusan konsumsi
laki-laki bagian olahraga
c. Negara
UU perburuhan,menjelaskan bahwa tunjangan keluarga melekat pad laki-laki sehingga upah wanita
dibanding laki-laki.
Konflik gender adalah berbagai masalah kritis yang dihadapi terutama perempuan. Beberapa hal yang
merendahkan harkat dan martabat perempuan :
Masih banyak perempuan dirugikan dengan adanya peraturan perundang-undangan yang diskriminatif
(bias gender).
Banyaknya penipuan dan perdagangan perempuan untuk dipekerjakan dengan penghasilan yang
menjanjikan (TKW, dsb.).
Perlindungan hukum yang kurang memadai terhadap tindak kekerasan, perkosaan, dan penyiksaan fisik
dan nonfisik.
Budaya kawin muda (< 16 tahun) yang diikuti dengan tingkat perceraian yang tinggi dapat
merendahkan martabat perempuan.
Diskriminasi dalam kesempatan pendidikan, pelatihan, dan kesempatan kerja (peraturan sekolah yang
masih bias gender).
Adanya budaya, adat istiadat yang bias gender (laki-laki tidak boleh melakukan pekerjaan domestik,
perempuan tidak perlu memperoleh pendidikan tinggi).
Dari aspek kesehatan reproduksi, masih ada pendapat bahwa KB adalah urusan perempuan (tabu untuk
dibicarakan secara terbuka).
MDG’s atau Millenium Development Goals adalah kesepakatan internasional yang merumuskan delapan
butir tujuan/sasaran program pembangunan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.
8 TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM (MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’s )TAHUN 2000
1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
2. Memenuhi standar pendidikan dasar untuk semua oranG
3. Meningkatkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Mengurangi angka kematian bayi
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
7. Mengelola lingkungan hidup yang berkelanjutan
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Apa itu PUG?
PUG (Pengarus Utamaan Gender) adalah suatu strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender
melalui kebijakan dan program yang memperhatikan kepentingan laki-laki dan perempuan secara seimbang
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
Apa tujuan PUG?
Dalam Inpres Nomor 9 tahun 2000 disebutkan bahwa tujuan PUG adalah:
1. membentuk mekanisme untuk formulasi kebijakan dan program yang responsif gender;
2. memberikan perhatian khusus kepada kelompokkelompok yang mengalami marjinalisasi, sebagai akibat
dari bias gender;
3. meningkatkan pemahaman dan kesadaran semua pihak, baik pemerintah maupun nonpemerintah, untuk
melakukan tindakan yang sensitif gender di bidang masing-masing.
Sasaran utama PUG adalah lembaga pemerintah yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan dari
pusat hingga daerah, berperan dalam membuat kebijakan program dan kegiatan serta perencanaan program.
Sasaran lain adalah organisasi profesi, organisasi swasta, organisasi keagamaan, tokoh, dan
keluarga.
Apa upaya praktis yang harus dilakukan?
Upaya praktis yang harus dilakukan adalah:
1. seluruh aparat penegak hukum, hendaknya sensitif gender;
2. pemerintah hendaknya melakukan PUG dalam setiap program kerja dan anggaran untuk pemberdayaan
masyarakat;
3. setiap individu (mulai dari dalam keluarga), tidak melakukan diskriminasi, khususnya terhadap
perempuan dalam segala aspek kehidupan.
Bagaimana alur pikir pelaksanaan PUG?
Alur pikir pelaksanaan PUG merupakan strategi untuk mempercepat tercapainya KKG tergambar dalam
bagan seperti berikut ini.