konsep medis stroke
DESCRIPTION
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)TRANSCRIPT
BAB I
KONSEP MEDIS
1.1. Definisi
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro
Susilo, 2000)
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang
disebabkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner &
Suddart:2002).
Stroke secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai
serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari
terganggunya pembuluh darah otak (Hudak dan Gallo, 1997) .
1.2. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare(2002), keadaaan yang dapat menyebabkan stroke:
1. Trombosis Serebri
Trombosis (penyakit trombo-okulsif) merupakan penyebab stroke yang
paling sering dikaitkan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak:
a. Aterosklerosis
Ateroskleroris adalah pengerasan pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan dan elastisitas pembuluh darah.
b. Hiperkoagulasi pada polisitemia
Darah bertambah kental, penambahan viskositas atau hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.
c. Arteritis
Radang pada arteri.
2. Embolisme Serebral
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara.Pada umumnya emboli berasal dari
trombus di jantung yang terlepas yang merupakan perwujutan penyakit
jantung.
3. Hemoragik
a. Hemoragi ekstradural atau epidural
Hemoragi ekstradural merupakan kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera dan biasanya mengikuti fraktur
tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meningen lain.
Pasien harus diatasi dalam beberapa jam cidera untuk
mempertahankan hidup.
b. Hemoragi subdural
Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural,
kecuali bahwa hematom lebih lama dan menyebabkan tekanan pada
otak.
c. Hemoragi subarakhnoid
Hemoragi subarakhnoid dapat terjadi akibat trauma atau hipertensi,
tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada
sirkulus willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak.
d. Hemoragi intra serebral
Perdarahan di subtansi dalam otak paling umum pada pasien dengan
hipertensi aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif yang
ruptur pembuluh darah.
4. Hipoksia umum
Pada keadaan hipertensi yang parah jantung dapat mengalami
pembengkakan dan gangguan dalam irama, sehingga dapat menurunkan
curah jantung, selain itu pula keelastisitasan pembuluh darah berkurang
dan pembuluh darah dapat mengalami arterosklerosis.
Pada keadaan tersebut suplai darah ke jaringan tubuh dapat terganggu,
apabila gangguan tersebut mengenai jaringan otak maka suplai
oksigendan nutrisi bagi otak akan berkurang, bila keadaan itu terus
berlanjut maka dapat mengalami iskemi dan hipoksia dan berakibat
kematian jaringan otak.
5. Hipoksia local
Spasme arteri serebri ataupun vasokontriksi arteri otak dapat
menghambat aliran darah ke otak sehingga otak mengalami iskemi.
1.3. Klasifikasi
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan
penyakit. Sesuai dengan perjalanan penyakit ,stroke dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas/ TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan
neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa
jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna
dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Progresif/ inevolution (stroke yang sedang berkembang) stroke yang
terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau
beberapa hari.
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya
pada saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/menetap.
Menurut Muttaqin (2008), klasifikasi stroke berdasarkan keadaan
patologis dari serangan stroke meliputi:
1. Stroke hemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subaraknoid.Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area
otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya
menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
a. Perdarahan Intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry, aneurisma
yang berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-
cabangnya. Dapat menimbulkan nyeri kepala hebat, sering juga
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsang selaput otak lainnya,
dapat pula terjadi penurunan kesadaran.
c. Sub Dural Hemoragic (SDH)
Biasanya terjadi robeknya jembatan vena sehingga periode
pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan tekanan pada
otak.
d. Epidural Hemoragic (EDH)
Adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan
segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan
arteri tengah atau arteri meninges lain. Pasien harus diatasi dalam
beberapa jam untuk mempertahankan hidup.
2. Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, umumnya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur pada dipagi
hari.Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia, kesadaran umumnya baik.
1.4. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di
dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna
dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran
darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark
atau kematian jaringan. Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di
suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri
tersebut.Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah
tersebut.
Dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri
seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah
dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran
darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah
akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular
dalam jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006)
skemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh
thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan
iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada
jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral
melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan
iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist
fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh
darah oleh emboli.
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan
komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh
akanmenimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan
herniasi otak sehingga timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau
tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
1.5. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, secara umum gejala
tergantung pada besar dan letak lesi di otak yang menyebabkan gejala dan
tanda organ yang dipersarafi oleh bagian tersebut, dan ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat.Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya.Jenis patologi (hemoragik atau non hemoragik) secara umum
tidak menyebabkan perbedaan dari tampilan gejala, kecuali bahwa pada
jenis hemoragi seringkali ditandai dengan nyeri kepala hebat, terutama
terjadi saat bekerja.
Beberapa perbedaan yang terjadi pada strok hemisfer kiri dan kanan
dapat dilihat dari tanda-tanda yang didapat dan dengan pemeriksaan
neurologis sederhana (Aru W Sudoyo,2009. hal 892-897). Perbedaan
tersebut dapat dilihat tabel dibawah ini.
Stroke hemisfer kiri Stroke hemisfer kanan
Paralisis tubuh kanan
Defek lapang pandang kanan
Afasia (ekpresif, reseptif atau
global)
Perubahan kemampuan
intelektual
Perilaku lambat dan
kewaspadaan
Paralisis tubuh kiri
Defek lapang pandang kiri
Defisit persepsi khusus
Peningkatan distraktibiillitas
Perilaku impulsif dan penilaian
buruk
Kurang kesadaraan terhadap
defisit
Tabel 2.3 perbedaan stroke hemisfer kiri dan kanan (Aru W Sudoyo,2009.
hal 892-897)
Defisit neurologis yang sering terjadi antara lain (Brunner dan Suddarth,
2002. Hal 2130-2144):
a. Kehilangan motoric
Stroke penyakit kehilangan motorik karena gangguan kontrol motor
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakaan pada
neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor
paling umum adalah hemiparesis adalah kelemahan wajah, lengan dan
kaki pada sisi yang lain (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
dan hemiplegia adalah paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang
sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan). Serta disfungsi
motor yang lain adalah ataksia (berjalan tidak mantap, dan tegak/tidak
mampu menyatukan kaki, perlu dasar kaki pada sisi yang sama),
disartria (kesulitan dalam membentuk kata), dan disfagia (kesulitan
menelan)
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak antara lain yang dipengaruhi stroke bahasa dan komunikasi.
Disfungsi bahasa dan komunikasi antara lain: disartria (kesulitan dalam
membentuk kata, yang ditujukan dengan bicara yang sulit dimengerti
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara), disfasia atau afasia (bicara defektif atau
kehilangan bicara yang terutama ekpresif atau represif.
c. Defisit lapang pandang
Defisit lapang pandang karena gangguan jarak sensori primer antara
mata dan korteks visual. Defisit lapang pandang pada stroke antara lain
homonimus hemianopsia/kehilangan setengah lapang penglihatan (tidak
menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak), kehilangan
penglihatan perifer (kesulitan melihat pada malam hari,tidak menyadari
objek) dan diplopia (penglihatan ganda)
d. Kehilangan sensori
Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan
ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propiosepsi
(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta
kesulitan dalam menginterprestasikan stimuli visual, taktil dan
auditorius.
e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
Bila kerusakan terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas,
memori atau fungsi intelektual, fungsi ini kemungkinan juga terjadi
kerusakan. Disfungsi ini ditujukan dalam lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang
menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program
rehabilitasi. Depresi umum terjadi karena respons alamiah pasien pasien
terhadap penyakit.
f. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urin sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan
ketidakmampuan mengunakan urinal karena kerusakan motorik.Kadang-
kadang kontrol sfingter urinarius ekternal hilang atau berkurang.
1.6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993).
b. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
(Marilynn E. Doenges, 2000).
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998).
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke. (Jusuf Misbach, 1999)
2. Pemeriksaan laboratorium
Fungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
(Satyanegara, 1998).
3. Pemeriksaan darah rutin
a. Pemeriksaan kimia darah.
Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali.(Jusuf Misbach, 1999).
b. Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu
sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)
1.7. Penatalaksanaan
Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke
dengan infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai
adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut
memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa
prinsip:
1. Penatalaksanaan Medis
Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
a. Penanganan suportif imun
1. Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
2. Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
3. Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
b. Meningkatkan darah cerebral (pada stroke non hemoragi)
1. Elevasi tekanan darah
2. Intervensi bedah
3. Ekspansi volume intra vaskuler
4. Anti koagulan
c. Pengontrolan tekanan intracranial
1. Obat anti edema serebri steroid
2. Proteksi cerebral (barbitura)
Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang
digunakan :
a. Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)
b. Obat anti koagulasi : heparin.
c. Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus).
d. Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
Tanda-tanda vital diusahakan stabil.
Bed rest.
Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK.
Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT.
Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan
tiap anggota gerak secara pasif seluas geraknya.
Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.
3. Perawatan pasca stroke oleh keluarga di rumah
Fisioterapi mutlak dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun
keluarga dirumah sesering mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh
penderita dengan penuh kesabaran dan jangan lupa kasih sayang,
memang waktu yang diperlukan cukup panjang dengan hasil yang sangat
lambat namun banyak keluarga pasien yang sabar dengan prosedur ini
mendapatkan level fungsional yang cukup baik (Pambudi, 2010).
Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan
keluarga menganggap pasien tidak mau makan dan membiarkannya
sehingga pasien jatuh dalam kondisi gizi buruk bahkan dehiderasi yang
dapat mengganggu pemulihan, pasien-pasien ini dapat dibantu dengan
sonde di rumah sambil dilatih untuk dapat menelan dan seringkali hal ini
berhasil.
Penderita stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi,
pendampingan dan dukungan keluarga serta semangat dari keluarga akan
sangat menolong pemulihan.
1.8. Komplikasi
1. Hipoksia Serebral.
2. Aliran darah serebral.
3. Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infark miokard akut atau
fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung postetik.
4. Herniasi otak
5. Koma
6. Kematian
1.9 Prognosis
Prognosis (1)
a. Indikator prognosis adalah : tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan
tingkat kesadaran
b. Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik
c. Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan
jangka panjang
d. Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam setelah
serangan, 33% diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan
Prognosis (2)
a. Prognosis pasien dgn stroke hemoragik (perdarahan intrakranial)
tergantung pada ukuran hematomaÆhematoma > 3 cm umumnya
mortalitasnya besar, hematoma yang massive biasanya bersifat lethal
b. Jika infark terjadi pada spinal cordÆprognosis bervariasi tergantung
keparahan gangguan neurologis Æjika kontrol motorik dan sensasi
nyeri tergangguÆprognosis jelek