konsep pendidikan akhlaq pada al-qur’an ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4280/1/tesis...
TRANSCRIPT
1
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ
PADA AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19
MENURUT TAFSIR JALALAIN DAN AL-
MARAGHISERTA RELEVANSINYA TERHADAP
PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI (Studi Multi Situs Pada Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah,
Limpung, Batang dan Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta 2018)
oleh
BUDI PRASETYA
NIM. 12010160056
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
2
3
4
5
ABSTRAK
Konsep Pendidikan Akhlak Pada Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 Menurut
Tafsir Jalalain Dan Al-Maraghi Serta Relevansinya Terhadap Pendidikan
Karakter Santri (Studi Multi Situs Pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah,
Limpung, Batang Dan Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta 2018). Tesis
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga, 2018, Pembimbing Dr. H. Miftahuddin, M.Ag.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (a) mengetahui konsep pendidikan
akhlaq dalam Q.S. Luqman menurut Tafsir Jalalain dan al-Maraghi, (b)
mendeskripsikan perbedaan penekanan pada kedua tafsir, (c) menjelaskan
relevansi konsep pendidikan akhlak menurut kedua tafsir dengan pendidikan
karakter di Pondok Pesantren.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di dalam penyusunannya
menggunakan metode kajian pustaka dan field research (penelitian lapangan).
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan: a) konsep pendidikan akhlak
pada Q.S Luqman ayat 12-19 pada Tafsir Jalalain adalah cara berakhlak kepada
Allah, manusia, dan alam semesta. b) pada Tafsir al-Maraghi konsep akhlaknya
adalah syukur, menyayangi anak, berbuat baik kepada orang tua, tobat dan sabar.
c) penanaman karakter pada TPI al-Hidayah dilakukan dengan metode
pembiasaan, keteladanan, pemberian motivasi, persuasi. Sedangkan dalam
menanamkan karakter di Pesantren Jamsaren menggunakan metode keteladanan,
pembiasaan, menceritakan kisah, dan memberi motivasi yang kemudian
diintegrasikan pada pembelajaran baik itu dalam kajian, maupun kehidupan lain
seperti ekstrakurikuler. d) konsep pendidikan akhlak pada tafsir Jalalain
mempunyai relevansi terhadap pendidikan karakter di TPI al-Hidayah dan konsep
pendidikan akhlak pada tafsir al-Maraghi mempunyai relevansi terhadap
pendidikan karakter di Ponpes Jamsaren, yaitu menjadikan santri lebih bersyukur,
sabar, tawadhu’, berbakti kepada orangtua, penyayang, disiplin, rendah hati.
Kata Kunci : Pendidikan Akhlak, Tafsir Jalalain, Tafsir al-Maraghi, Pendidikan
Karakter.
6
ABSTRACT
Concept of Morals Education In Qur‟an Surah Luqman Verses 12-19
According to Tafsir Jalalain And Al Maraghi And Its Relevance To The
Character Education Of Santri(Multi Site Study On Pondok Pesantren TPI Al
Hidayah, Limpung, Trunk And Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta 2018).
Thesis of Islamic Education Studies Program, Graduate Program, State Islamic
Institute of Salatiga, 2018, Advisors. H. Miftahuddin, M.Ag.
The purpose of this study is to (a) knowing the concept of education in
Q.S. Luqman according to Tafsir Jalalain's, (b) knowing the concept of
education in Q.S. Luqman according to the Tafsir al-Maraghi, (c) describes the
difference of emphasis on both Tafsir, (d) explains the relevance of the concept
of Morals according to both Tafsir with character education at the Ponpes of
TPI al-Hidayah and Jamsaren.
This research is a qualitative research using material-and sources of
moral education and character used in the field of research. The research used
in the preparation using the method of literature review and field, namely by
reviewing teaching materials and interviews, such as books of interpretation
and others. The data generated through the words of the interview and
presented the form description is not a number.
Based on the results of research conducted can be summarized as
follows: a) the concept of moral education on Q.S Luqman verses 12-19 existing
in Tafsir Jalalain is a way of morals to God, morals to humans, and morals to the
universe. b) on Tafsir al Maraghi the concept of akhlaka is gratitude, loving
children, do good to parents, repentance and patient. c) character building on the
TPI Al-Hidayah is carried out by the method of habituation, exemplary, giving
motivation, persuasion. Whereas in instilling character in Jamsaren use exemplary
methods, habituation, telling stories, and giving motivation which is then
integrated into learning both in studies, and other life such as extracurricular
activities.
Keywords: Moral Education, TafsirJalalain, Tafsir al-Maraghi, Character
Education.
7
MOTTO
Al-Qur‟an di turunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan pedoman manusia
dalam hidup. Salah satu manusia terbaik adalah manusia yang mempunyai
akhlak dan karakter seperti al-Qur‟an
8
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, serta pertolongannya sehingga
tesis ini dapat terselesaikan. Salawat serta salamtidak lupa penulis sampaikan
untuk baginda Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah memberika tauladan
yang baik kepada umatnya, sehingga memberikan motivasi tersendiri bagi
penulis dalam menuntut ilmu pengetahuaan dan menyelesaikan tesis ini.
Tesis yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlaq Pada Qur‟an Surat Luqman
menurut Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Maraghi serta relevansinya terhadap
pendidikan karakter santri (studi multi situs pada Pondok Pesantren TPI al-
Hidayah Limpung, Batang dan Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta Tahun
2018) ini disusun guna memberikan kontribusi di bidang keilmuan. Dalam
penyusunannya, penelitian ini tidak dapat terseleaikan dengan mudah tanpa
adanya bantuan, dukungan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin
berterimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur
Pascasarjana IAIN Salatiga dengan segala kebijaksanaanya memudahkan
dalam terselesaikannya tesis ini.
3. Bapak Hammam, Ph.D. selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana.
4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku dosen pembimbing tesis, yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan, petunjuk-petunjuk penyusunan
tesis, dan memberikan tambahan wawasan mengenai toleransi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
5. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.
9
6. Bapak KH. Agus Musyafa‟ Sya‟ir selaku pemgasuh Pondok Pesantren TPI al-
Hidayah dan Bapak Muqorobin selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren
Jamsaren, beliau-beliau yang telah memberika ijin bagi peneliti untuk
melaksanakan penelitian di pondok pesantren TPI al-Hidayah dan Pondok
Pesantren Jamsaren.
7. Bapak-bapak pengurus pondok pesantren TPI al-Hidayah dan Jamsaren, yang
telah membantu peneliti untuk melancarkan penggalian informasi di pondok
pesantren.
8. Bapak dan Ibu saya tercinta Bapak Waryoto dan Ibu Tualmi, yang tidak
henti-henti selalu memberikan support dan doanya, sehingga saya bisa
menjadi orang yang berguna menempuh pendidikan sejauh ini.
9. Saudara saya Eri Apriliani Prastikasari dan Belahan Jiwa saya Dita
Aprilianingrum, S.Pd. yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi
pendidikan saya.
10. Teman-teman yang telah membantu saya selama kuliah M. Ahsan Basit,
S.Pd., Kang Joko Triyono, Nur Said, S.Pd. , serta M. M. Alwi, M.Pd., yang
telah membantu dan saya repotkan selama perkuliahan berlangsung.
11. Semua teman-teman Pascasarjana 2016 kelas C dan semua teman saya, terima
kasih telah memberika sumbangsih keilmuan dan pengalamannya, sehingga
memberikan banyak pelajaran bagi saya, dan teman-teman yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir, semoga kita selalu dalam
rahmat Allah SWT dan selalu bisa menjadi orang yang lebih baik dan
berguna bagi sesama dan agama kita.
Salatiga, 27 Juli 2018
Budi Prasetya
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
MOTTO .. ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Signifikansi Masalah .................................................................................. 5
1. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
2. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 7
1. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 7
2. Kerangka Teori ..................................................................................... 9
E. Metode Penelitian ..................................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 14
BAB II KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ Q.S. LUQMAN AYAT 12-19
11
A. Profil Pondok Pesantren TPI al-Hidayah ................................................. 16
B. Profil Pondok Pesantren Jamsaren ............................................................ 17
C. Konsep Pendidikan Akhlaq pada Q.S. Luqman Ayat 12-19
1. Menurut Tafsir Jalalain ....................................................................... 20
2. Menurut Tafsir al-Maraghi .................................................................. 25
BAB III PENANAMAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN
A. Penanaman Karakter di Pondok Pesantren TPI al-Hidayah ..................... 30
B. Penanaman Karakter di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta ............... 36
BAB IV Relevansi Pendidikan Akhlaq dengan Pendidikan Karakter
A. Pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah ................................................... 47
B. Pada Pondok Pesantren Jamsaren ............................................................ 49
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................. 51
B. Saran .......................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 53
LAMPIRAN ........................................................................................................... 56
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................... 66
12
DAFTAR TABEL
Tabel ........ ................................................................................................. Halaman
3. 1. Kegiatan Santri TPI al-Hidayah .................................................................... 31
3. 2. Jadwal Kegiatan Keseharian Santri Jamsaren ............................................... 39
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ................................................................................................. Halaman
1. Pedoman Wawancara ........................................................................................ 56
2. Dokumentasi/Gambar Tentang Pondok Pesantren............................................. 62
3. Surat Ijin Penelitian ............................................................................................ 64
14
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah kitab yang Allah SWT turunkan kepada Nabi
Muhammad yang diutus untuk umat manusia. Dunia pendidikan adalah salah
satu yang menjadikan al-Qur‟an sebagai sumber dalam pelaksanaan dan
pengajarannya, terutama Pendidikan Agama Islam. Karena al-Qur‟an bagi umat
Islam adalah sebagai sumber hukum dan pedoman hidup menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat1.
Pendidikan Agama Islam memiliki peranan penting dalam membentuk
peserta didik yang bertaqwa dan beriman kepada Allah. Terutama sekolah
madrasah sebagaimana dalam buku karya Charlene Tan2 yaitu :
All madrasahs today adopt a government-approved madrasah curriculum
consisting of 70% general subjects and 30% religious subjects. Recognised as
on par with the public school in the educational Act of No. 2/1989, madrasahs
follow the national curricula fully and their graduates may continue their
studies at both Islamic and secular public religious studies (PAI) per week, the
madrasah offer about five hours per week. Furthermore, the madrasahs offer
additional Islamic subjects such as Aqidah, (theology), Akhlaq (virtue), and
Islamic History.
1Bukhori A. Shomad,”Tafsir Al-Qur‟an & Dinamika Sosial Politik (Studi Terhadap Tafsir
Al-Azar Karya Hamka)”, Jurnal TAPIs, Vol. 9 No. 2 (Juli-Desember 2013), 85. 2Charlene Tan,”Islamic Education and Indoctrination: The Case in Indonesia”, New
York: Taylor and Francis Group e-Library, 2011. 94.
16
Terlebih pendidikan masa sekarang banyak mengalami dekadensi moral
serta hilangnya nilai-nilai sosial yang banyak ditandai dengan adanya pergaulan
bebas, minuman keras, tawuran, narkoba, dan hal tercela. Hal ini adalah
sebagian dari perilaku menyimpang di kalangan pelajar, remaja, pemuda serta
masyarakat. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan dalam perkembangan
kemajuan negara Indonesia.
Realita lain yang terjadi dalam lembaga pendidikan saat ini adalah titik
berat pendidikan masih banyak menitik beratkan pada aspek kognitif. Penentu
kelulusanpun masih lebih pada prestasi akademik dan menomorduakan akhlaq
dan budi pekerti. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai salah satu
aspek pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan membentuk
akhlaq siswa yang belajar agar mempunyai pondasi yang kuat untuk selalu
melakukan akhlaq yang baik.
Dalam mempelajari pendidikan akhlaq dalam pendidikan Islam, rujukan
yang wajib untuk dirujuk sebagai dasar adalah al-Qur‟an. Seperti yang
dikemukakan oleh Jurana dkk. yaitu
In akhlaq education, the standard of right and wrong refers to Alqur’qn and A-
ssunah. Moral education teaches awareness toward and responsibility to God,
fellow human beings environment, and self. Terminologically, akhlaq the
behavior of a person urged by a concious desire to do something good .......and
the standards of akhlaq are Al-Qur’an dan As-Sunah3.
3Jurana dkk,”Integrating Makna As The Curriculum Foundation For Accounting
Profession Education”, The International Journal of Accounting and Business Society, Vol. 25,
No. 2(December 2017), 36.
17
Salah satunya tafsir, karena menafsirkan al-Qur‟an menjadi urgen,
karena tafsir adalah kunci pembuka perbendaharaan ilmu yang terkandung
dalam al-Qur‟an dan ilmu-ilmu yang demikian sangat berguna untuk kebaikan
umat manusia. Tanpa tafsir, hal-hal yang berharga tersebut tidak mungkin bisa
dicapai, meski pembacaan terhadap al-Qur‟an dilakukan berulang-ulang4. Tafsir
Jalalain dan Tafsir al-Maraghi adalah dua tafsir yang memiliki konten
tersendiri dalam penafsirannya.
Tafsir Jalalain yang ditulis oleh Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-
Suyuti ini memiliki tempat tersendiri di hati kaum muslimin. Sampai saat ini,
masih marak dikaji dan dipelajari oleh berbagai lapisan masyarakat, tanpa
terkecuali di Indonesia, terutama di pesantren-pesantren tradisional5. Martin
Van Brunessen dalam karyanya, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-
tradisi Islam di Indonesia menyebutkan bahwa Tafsir Jalalain adalah sebuah
kitab tafsir yang dapat ditemukan di mana-mana. Ia menempatkan Tafsir
Jalalain pada urutan pertama sebagai kitab tafsir terbanyak yang dikaji oleh
pesantren-pesantren di penjuru Nusantara6.
Menurut Malik Madany7 secara garis besar ada 2alasan mengapa Tafsir
Jalalain masih tetap di apresiasi, yaitu karena pembahasannya yang lugas,
4Abd al-„Azim al-Zarqani, Manahilal-‘Irfan, ed. Fawwaz Ahmad, Beirut: Dar al-Kitab al-
„Arabi, 1995, 6. 5A. Malik Madany,”Israiliyyat dan Maudu’at dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi Tafsir al-
Jalalain)”, Disertasi, UIN Sunan Kalijaga, 2009, 5. 6Martin Van Brunessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia, Bandung: Mizan, 1999, 198. 7A. Malik Madany, Israiliyyat dan Maudu’at ..., 6.
18
singkat, sederhana, dan mudah dipahami, juga karena dua penulisnya adalah
tokoh penting dalam aliran fikih Syafi‟i yang notabene merupakan aliran fikih
yang dianut mayoritas umat muslim di negeri ini.
Sedangkan Tafsir al-Maraghi merupakan tafsir dari Ahmad Mustafa Ibn
Mustafa Ibn Muhammad Ibn „Abd al Mun‟im al-Maraghi yang lahir di
Maraghi, Propinsi Suhaj, kira-kira 700 km kearah selatan Kairo8. Tafsir ini
merupakansalah satu kitab tafsir terbaik di abad modern ini. Dalam
menjelaskan pengertian kata-kata secara bahasa, dua atau lebih ayatal-Qur‟an
yang mengacu pada suatu tujuan yang menyatu.
Adolescent akhlaq focuses on three domains which are akhlaq toward
Allah, oneself, and human being9. Dengan ditafsirkannya al-Qur‟an dalam Tafsir
Jalalain danTafsir al-Maraghi tentu memuat tentang pendidikan akhlaq yang
harus diteladani bagi peserta didik. Dengan dipahaminya tafsir surat Luqman
oleh para santri, maka tujuan dari pendidik adalah agar para peserta didik
mempunyai akhlaq seperti yang ada dalam tafsir tersebut. Dengan hal demikian
maka penelitian ini berusaha mengumpulkan materi tentang tafsir al-Qur‟an
Surat (selanjutnya ditulis Q.S.) Luqman ayat 12-19 yang diajarkan pada
pesantren TPI al-Hidayah dan Jamsaren Surakarta serta bagaimana relevansinya
8Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, Jakarta: PT. Pedoman
Ilmu Jaya, 1997, 15.
`9Siti Soraya Lin Abdullah Kamal and Faizah Abd. Ghani,”Emotional Intelegence And
Akhlaq Among Muslim Adolescents In One Of The Islamic School In Johor, South Malaysia”,
Procedia-Social and Behavioral Sciences 114 (2014), 287.
19
terhadap pendidikan karakter peserta didik yang telah mendapatkan pengajaran
tentang tafsir surat tersebut dalam pesantren masing-masing.
B. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan, maka untuk lebih memperjelas arah yang
tepat dalam penulisan tesis ini, perlu adanya pembatasan masalah dalam
membahasnya. Maka dari itu penulis membatasi permasalahan dalam penulisan
tesis ini sebagai berikut :
1. Bagamaina konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-19 menurut
Tafsir JalalaindanTafsir al-Maraghi?
2. Bagaimana penanaman pendidikan karakter di Pondok Pesantren TPI al-
Hidayah dan Pondon Pesantren Jamsaren?
3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-19
menurut Tafsir Jalalain pada Ponpes TPI al-Hidayah dan Tafsir al-Maraghi
pada Ponpes Jamsaren Surakarta terhadap pendidikan karakter santri?
C. Signifikansi Penelitian
1. TujuanPenelitian
a. Mendeskripsikan konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-
19 menurut Tafsir Jalalain danTafsir al-Maraghi.
b. Mendeskripsikan penanaman pendidikan karakter di Pondok Pesantren
TPI al-Hidayah dan Pondon Pesantren Jamsaren.
c. Mendeskripsikan relevansi konsep pendidikan akhlaqpada Q.S. Luqman
ayat 12-19 menurut Tafsir Jalalain pada Ponpes TPI al-Hidayah dan
20
Tafsir al-Maraghi pada Ponpes Jamsaren Surakarta terhadap pendidikan
karakter santri.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan
ilmiah untuk perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya
pendidikan akhlaq dalam pembelajaran PAI.
b. Secara praktis
1) Bagi peneliti memberikan pengetahuan dan wawasan baru tentang
pendidikan akhlaq dalam Q.S. Luqman ayat 12-19 dan relevansinya
terhadap pendidikan karakter.
2) Bagi pesantren
a) Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan akhlaq pada
Q.S. Luqman ayat 12-19 dalam pembelajaran PAI.
b) Sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan tentang
pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-19 dalam
pembelajaran PAI.
3) Bagi akademik
a) Dapat menambah studi ilmiah tentang pendidikan akhlaq pada Q.S.
Luqman ayat 12-19 dalam pembelajaran PAI.
21
b) Dapat berguna untuk mewujudkan akhlaq yang baik pada peserta
didik sesuai dengan yang ada pada al-Qur‟an.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian yang dipandang berkaitan dengan judul yang
diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Penelitian-penelitian terdahulu
Tesis berjudul “Pemikiran Imam al-Ghazali Tentang Pendidikan
Akhlaq” karya Luqman Latif10
, dalam penelitiannya ditemukan bahwa
Imam al-Ghazali tidak mengaharuskan pendidik untuk menggunakan
metode tertentu, dan juga materi yang beliau tawarkan terdiri dari
pendidikan akhlaq terhadap Allah SWT, pendidikan akhlaq terhadap diri
sendiri, dan pendidikan akhlaq terhadap orang lain. Penelitian diatas
menggunakan kitab kitab Ihya’ Ulumuddin dalam menganalisa akhlaq,
sedangkan tesis ini menggunakan tafsir al-Qur‟an.
Tesis berjudul Implementasi Pendidikan Akhlaq Mulia Terhadap
Santri Pondok Pesantren Modern Miftahunnajah Trini Trihanggo
Gamping Sleman11
karya Rasmuin yang mengemukakan bahwa
implementasi pendidikan akhlaq mulia di pesantren Miftahunnajah
10Lukman Latif, “Pemikiran Imam al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlaq”, Tesis, UIN
Malang, 2016. 11
Rasmuin, “Implementasi Pendidikan Akhlaq Mulia Terhadap Santri Pondok Pesantren
Modern Miftahunnajah Trini Trhanggo Gamping Sleman” Tesis, UIN Yogyakarta, 2015.
22
dilakukan secara integral melalui dua poin utama, yaitu pengajaran dan
pembiasaan.
Buku berjudul Belajar Dari Luqman al-Hakim, karya Barsihannor
dalam buku ini dikemukakan bahwa seorang Luqman Hakim memberi
pelajaran kepada anaknya dan bertaqwa pada Tuhan dan penerapannya
dalam kehidupan. Perbedaan dengan tesis ini adalah cara pandangnya
karena tesis ini menganalisis pendidikan akhlaq pada Luqman dengan dua
tafsir.
Buku karya Syaikh Jamal Abdurrahman yang berjudul Islamic
Parenting, Pendidikan Akhlaq Metode Nabi Muhammad
SAW.,menjabarkan bagaimana cara nabi mendidik generasi muda Islam
pada masa itu mulai dari anak yang baru lahir sampai memasuki usia
pranikah, di dalam buku ini juga terdapat penjelasan tentang Q.S Luqman
tetapi hanya gambaran umum saja. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
dari segi sumber utama, kalau buku diatas menggunakan hadis Nabi
sedangkan tesis ini mengguanakan perbandingan dua tafsir yang
terkemuka.
Artikel berjudul Kisah Luqman al-Hakim Dalam Al-Qur’an
Sebagai Primadona Pendidikan Keluarga Berbasis Kesetaraan Gender
Menurut Perspektif Pendidikan Islam karya Abdullah K. yang
menyimpulkan bahwa Luqmanal-Hakim di zamannya tampil sebagai orang
tua yang menjalankan fungsi dan tanggung jawab yang primadona dalam
23
pendidikan keluarga, sebagaimana diabadikan dalamal-Qur‟an secara
khusus surah Luqman12
.
2. Kerangka teori
a. Pendidikan Akhlaq
Dalam dunia pendidikan, ada dua istilah yang hampir sama bentuknya
dan juga sering digunakan, yaitu paedagogie dan paedagogik.
Paedagogie berarti pendidikan sedangkan paedagogik artinya ilmu
pendidikan13
. Adapun menurut Tim Dosen FIP-IKIP Malang,
pendidikan adalah ilmu yang sistematis atau pengajaran yang
berhubungan dengan prinsip-prinsip atau metode-metode mengajar,
pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan
istilah pendidikan14
.
Menurut Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin15
, akhlaq adalah
suatu perangai yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan
merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari
dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau
direncanakan sebelumnya.Akhlaq merupakan dasar dari pengetahuan
12Abdullah K.,”Kisah Lukman Al Hakim Dalam Alqur‟an Sebagai Primadona Pendidikan
Keluarga Berbasis Kesetaraan Gender Menurut Perspektif Pendidikan Islam”, An Nisa’: Jurnal
Studi Gender dan Islam, Vol. V, No. 1 (2012), 61. 13
M. Djumransjah, Filsafat Pendidikan, Malang: Bayumedia Publishing, 2008, 21. 14
Tim Dosen FIP-IKIP, “Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan”, Surabaya: Usaha
Offset Printing, 2003, 3. 15
Al Ghazali, Mengobati Penyakit Hati terj. Ihya’ Ulumuddin, Bandung: Karisma, 2000,
31.
24
Islam sebagaimana dikemukakan oleh Farish A. Noor, Yoginder
Sikand & Martin van Bruinessen16
“ ... a basic of knowledge of Islam :
‘aqa’id (the articles of faith) and akhlaq (morality); the...”. Dari beberapa
pengertian diatas dapat dikatakan bahwa akhlaq adalah keadaan batin
yang menjadi sumber lahirnya suatu perbuatan yang lahir secara
spontan, mudah, tanpa banyak perhitungan yang timbul karena
pengetahuan agama yang dimiliki. Sedangkan tujuan pendidikan
akhlaq adalah membuat amal yang dikerjakan menjadi nikmat,
seseorang yang dermawan akan merasakan lezat dan lega ketika
memberikan hartanya dan ini berbeda dengan orang yang memberikan
hartanya karena terpaksa. Seseorang yang merendahkan hati, ia
merasakan lezatnya tawadhu’17
. Dasar pendidikan akhlaq terdapat
pada ayat al-Qur‟anAsy-Syu’ara ayat 137.
137. (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.
16Farish A. Noor, dkk,”The Madrasa In Asia”, Amsterdam: Amsterdam University Press,
1998, 127. 17
Bambang Trim, Menginstal Akhlaq Anak, Jakarta: PT Grafindo Media Pratama, 2008,
7.
25
Akhlaq yang diajarkan dalam al-Qur‟an bertumpu pada aspek fitrah
yang terdapat dalam diri manusia dan wahyu serta tekad dan kemauan
manusiawi.
Kebanyakan akhlak disamakan pengertiannya dengan moral, karakter,
dan juga nilai, akan tetapi dari istilah tersebut mempunyai perbedaan.
Akhlaq adalah suatu perangai yang menetap kuat dalam jiwa seseorang
dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari
dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau
direncanakan sebelumnya. Moral berasal dari kata bahasa Latin mos18
(jamak dari mores) yang artinya kebiasaan, yang di dalamnya berisi
ajaran baik atau buruk yang diterima masyarakat mengenai perbuatan,
sikap, dan kejiwaan.
b. Tafsir Q.S Luqman
Tafsir adalah penjelasan lebih lanjut tentang ayat-ayat al-Qur‟an yang
dilakukan oleh mufassir19
.
Tafsir dan ilmu tafsir adalah dua hal yang berbeda, tafsir adalah
penjelasan dan keterangan tentang al-Qur‟an sedangkan ilmu tafsir
adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana cara menerangkan
atau menafsirkan al-Qur‟an. Gambaran pengertian yang lebih mudah
tentang ilmu tafsir adalah sarana atau alat yang sedangkan tafsir adalah
produk yang dihasilkan oleh ilmu tafsir20
.
18K. Bertens, Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2002, 12.
19Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, 310.
20Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an..., 311.
26
Tafsir Jalalain adalah tafsir dengan metode ijmali21
, yaitu menafsirkan
ayat dengan cara mengemukakan maknanya secara global.
Sistematikanya mengikuti urutan surat al-Qur‟an secara tauqifi,
sehingga makna-maknanya saling berkorelasi. Penyajian dalam metode
ini menggunakan ungkapan yang tersari dalam al-Qur‟an sendiri
dengan menambahkan kata atau kalimat penghubung, sehingga
memudahkan para pembaca memahaminya. Dalam metode ijmali,
mufassir juga meneliti, mengkaji, dan menyajikanasbab annuzul ayat
dengan meneliti hadis dan sejarah yang ada hubungannya dengan atsar
sahabat dan generasi awal Islam. Nama surat ini diambil dari Luqman
al-Hakim, yaitu seorang bapak yang bijaksana yang hidup di zaman
nabi Dawud dan pernah menimba ilmu dari nabi Dawud22
.
Tafsir al-Maraghi terdiri dari 10 jilid, setiap jilid berisi 3 juz al-
Qur‟an, Tafsir al-Maraghi dicetak untuk pertama kalinya pada awal
tahun 136523
. Sedangkan metode yang digunakan dalam penulisan
Tafsir al-Maraghi adalah metode tahlili (analisis)24
. Nama Q.S.
Luqman diambil dari seorang yang dikisahkan dalam surat tersebut
yaitu Luqman al-Hakim. Dalam tafsir ini Luqman al-Hakim adalah
seorang tukang kayu, kulitnya hitam dan termasuk diantara penduduk
21Muhammad Husin,”Metodologi Penafsiran Alqur‟an”, Jurnal Darussalam, Vol. 7, No.
2(Juli-Desember 2008), 102. 22
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an..., 311. 23
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi..., 20. 24
Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, 426.
27
mesir yang berkulit hitam yang hidup sederhana. Dimana Allah telah
memberinya hikmah dan menganugerahkan kenabian kepadanya25
.
c. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari
seorang guru untuk mengajari nilai-nilai kepada siswanya26
.
Pendidikan karakter merupakan sebuah sistem yang menanamkan
nilai-nilai karakter peserta didik, yang mengandung komponen
pengeahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa,
sehingga akan terwujud insan kamil27
.
Dengan demikian pendidikan karakter dapat diartikan sebagai
pendidikan untuk mengajarkan siswa untuk dapat mempunyai nilai
hidup keseharian yang baik dan menjadi kebiasaan bagi dirinya
seterusnya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan pustaka dan
pendekatan penelitian lapangan (field research). Pendekatan pustaka diambil
dalam mencari sumber teori dan rujukan dalam penelitian ini. Sedangkan
pendekatan lapangan untuk mengamati kejadian sehari-hari yang berkaitan
25Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi..., 79.
26Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011, 43. 27
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,
Yogyakarta: Laksana, 2011, 18-19.
28
dengan penelitian untuk memperoleh sudut pandang obyek yang diteliti.
Penelitian ini meneliti dari sumber rujukan kemudian berangkat ke lapangan
untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan
alamiah. Dengan demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan
pengamatan berperan serta. Penelitian lapangan biasanya membuat catatan
lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis
dalam berbagai cara28
.
2. Subyek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian ini adalah ustadz,santri, dan semua yang terlibat dalam
Ponpes TPI al-Hidayah yang berlokasi di Desa Plumbon, Kecamatan
Limpung, Kabupaten Batang dan Jamsaren Surakarta di Jalan Veteran 263
Serengan, Surakarta.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Dengan observasi peneliti mengobservasi sikap dan perilaku santri
diPonpes TPI al-Hidayah yang berkaitan dengan pendidikan akhlaq
karakter sesuai dengan tafsir Q.S. Luqman ayat 12-19 menurut Tafsir
Jalalain dan di Ponpes Jamsaren Surakarta yang berkaitan dengan
pendidikan akhlaq dan karakter sesuai dengan tafsir Q.S. Luqman ayat 12-
28Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008, 26.
29
19 menurut Tafsir al-Maraghi yang kemudian dihubungkan dan dicerna
dengan berbagai teori yang berkesinambungan.
b. Wawancara mendalam
Wawancara ini dilakukan dengan kiai, ustadz, dan yang terkait dengan
pendidikan akhlaq dan karakter sesuai dengan tafsir Q.S. Luqman ayat 12-
19 dengan merekamnya saat wawancara dilaksanakan.
c. Dokumentasi
Dengan dokumentasi peneliti mencari data dari dokumen-dokumen
penting, gambar, rekaman, dan sebagainya yang berkaitan dengan karakter
siswa sesuai dengan akhlaq surat Luqman ayat 12-19.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menganalisis sekumpulan sumber kitab
tafsir, buku, artikel, atau rujukan lain, serta sekumpulan hasil wawancara,
pengamatan, catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, dan
sebagainya sehingga data penelitian memiliki banyak variasi. Proses analisis
data dimulai dari mengorganisasikan seluruh data yang telah terkumpul dari
berbagai sumber. Data tersebut kemudian diberi kode-kode dan
dikelompokkan sesuai tema permasalahan atau pertanyaan penelitian. Setelah
dikelompokkan dalam satu tema yang sama, data kemudian dibaca kembali,
ditelaah dan dipelajari.
Data yang telah dikelompokkan tersebut kemudian disusun kembali
menjadi rangkuman inti sesuai dengan tema. Proses analisis kemudian
dilakukan peneliti denganmengembangkan rangkuman tersebut menjadi
30
paparan yang mendalam berdasarkan pemahaman peneliti selama proses
pengumpulan data sampai menemukan esensi dari fenomena yang diteliti.
Peneliti menjelaskan secara sistematis dan logis tentang bagaimana fenomena
itu terjadi. Untuk membantu agar peneliti mampu menganalisis data secara
mendalam dengan penjelasan yang tepat, peneliti dapat mengkaji
kepustakaan, mengkonfirmasikan temuan dengan teori yang telah ada
sebelumnya29
.
F. Sistematika Penelitian
Agar penelitian tersusun dengan baik, sistematis, dan terarah, maka secara
konferehesif penelitian ini disusun dengan sistematika pembahasan sebagai
berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal meliputi halaman halaman judul, halaman pengesahan,
halaman pernyataan, abstrak, prakata, daftar isi, daftar gambar, dan daftar
lampiran.
2. Bagian Inti
BAB I: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,
signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian,
dan sistematika penulisan tesis.
29Endang Mulyaningsih,Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2014, 44.
31
BAB II: Deskripsi data penelitian, meliputi deskripsi data tentang profil
Ponpes TPI al-Hidayah dan Jamsaren, konsep pendidikan akhlaqpada Q.S.
Luqman ayat 12-19 menurut Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Maraghi.
BAB III: Analisis data dan hasil penelitian, meliputi penanaman karakter di
Pondok Pesantren TPI al-Hidayah, Limpung, Batang dan Pondok Pesantren
Jamsaren Surakarta.
BAB IV: Data tentang relevansi konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman
ayat 12-19 menurut Tafsir Jalalain pada Ponpes TPI al-Hidayah dan Tafsir
al-Maraghi pada Ponpes Jamsaren Surakarta terhadap pendidikan karakter
santri.
BAB V : Penutup, meliputi simpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir meliputi: daftar pustaka, lampiran, dan biografi penulis.
32
BAB II
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK PADA Q.S. LUQMAN
A. Profil Pondok Pesantren TPI al-Hidayah
Pondok Pesantren TPI al-Hidayah berada di Desa Plumbon, Kecamatan
Limpung, Kabupaten Batang yang berdiri pada tanggal 12 Robi‟ul Awal 1951
M oleh Romo Kiai Haji Sya‟ir Assalamah bersama dengan mertuanya yaitu
KH. Ahmad Nahrowi. Dengan Nomor Statistik Pesantren 042332508002.
Nama “TPI” diambil KH. Sya‟ir menurut saran KH. Bisri Musthofa Rembang,
yang merupakan singkatan dari Taman Pelajar Islam, sedangkan “al-Hidayah”
diambil dari nama Pondok Lasem Rembang di bawah asuhan KH. Ma‟shum.
Pada tahun 1988 KH. Sya‟ir wafat, sebagai penerusnya adalah putra-
putra beliau KH. Muhammad Abdul Manab Sya‟ir, KH. Drs. Agus Musyafa‟
Sya‟ir, KH. Drs. Sulton Sya‟ir, dan Ny. Hj. Faridatul Bahiyah. Pada masa
kepemimipinan putra-putra beliau ini, pondok pesantren banyak mengalami
kemajuan. Setelah 2 tahun kemudian (1990) dengan berbagai pertimbangan dan
tuntutan pendidikan pondok pesantren TPI al-Hidayah mendirikan Yayasan
Islam As-Sya‟iriyah (YISA). Yasayan tersebut sudah memiliki beberapa
sekolah formal, yaitu MI as-Sya‟iriyah, MTs as-Sya‟iriyah, SMK Farmasi as-
Sya‟iriyah, dan yang terbaru adalah MA Takhasus as-Sya‟iriyah.
33
Visi Pondok Pesantren TPI al-Hidayah adalahmenjadi lembaga
pendidikan Islam yang memproduksi generasi penerus yang beriman, berbudi
pekerti luhur, dan ber-akhlaqul karimah30
. Sedangkan misinya adalah
mempertahankan ilmu-ilmu salafussolih, meningkatkan kajian kitab kuning,
mempersiapkan santri sebagai kader Islam yang patut menjadi sumber daya
bangsa yang anfaahum li annas, menanamkan nilai-nilai Islam dalam dimensi
pembinaan akhlaq, pengembangan keilmuan serta kesejahteraan lingkungan.
Keadaan santri di pondok pesantren al-Hidayah dikategorikan kedalam
2 tipe: santri Kalong dan santri Mukim. Pada tahun ini sendiri santri yang ada di
pondok pesantren ini mencapai 1000 santri, yang kebanyakan juga sekolah di
pendidikan formal31
.
Kegiatan madrasah santri dikelompokkan sesuai dengan jenjang
pendidikan berdasarkan lama santri belajar dan kemampuan penguasaan materi
dengan menggunakan sistem pengajaran klasikal. Materi pengajaran
disesuaikan kurikulum yang disusun sendiri oleh pesantren yang meliputi:
Theologi Islam (Tauhid), akhlaq,fiqih, ulum al-qur’an, tata bahasa arab, tafsir,
ushul fiqih, al-Qur‟an hadis, tajwid, tasawuf, dan mantiqdengan menggunakan
metode Sorogan, metodeBahtsul Masa’il, pengajian pasaran, metode
mukhafadzah, metode halaqah.Selain itu juga ada ekstrakurikuler yang bisa
30Mengutip dari Brosur PPDB Ponpes TPI al-Hidayah 2018.
31Wawancara dengan Imam Musbihin, Pengurus TPI al-Hidayah, 12 Juli 2018.
34
diikuti oleh para santri, yaitu qira’ah, hadroh, khitobah, menjahit, kaligrafi, tata
boga, pencak silat, dan sepak bola.
B. Profil Pondok Pesantren Jamsaren
Pondok Pesantren Jamsaren mengklaim bahwa Pondok Jamsaren termasuk
pondok tertua yang ada di Jawa yang saat ini masih eksis. Sejarah berdirinya
sekitar tahun 1750 M. Pondok Pesantren ini berada di jalan Veteran 263 Serengan,
Surakarta.
Namanya Jamsaren karena pendirinya adalah kiai Jamsari. Pada zaman
Pakubuwono ke IV mempunyai keinginan untuk menyebarkan Islam di Solo
dan sekitarnya, dengan membangun sebuah masjid di sebelah barat keraton dan
juga memanggil seorang ulama yang bernama kiai Jamsari untuk mendirikan
sebuah pesantren yang posisinya menjadi tempat dimana Ponpes Jamsaren
sekarang berdiri32
.
Nama Jamsaren sendiri berasal dari nama kediaman Kiai Jamsari di
Banyumas, salah seorang kiai yang didatangkan oleh Pakubuwono IV. Ponpes
ini pertama berdiri sekitar tahun 1750. Dalam sejarahnya pondok pesantren ini
melewati 2 periode, setelah mengalami kevakuman hampir 50 tahun antara
1830-1878. Semula pondok pesantren yang didirikan pada masa pemerintahan
Pakubuwono IV ini hanya berupa surau kecil, kemudian oleh Pakubuwono IV
didatangkanlah para ulama diantaranya adalah Kiai Jamsari.
Di tangan Kiai Idris Jamsaren mencapai puncaknya.Nama besar yang
pernah nyantri pada Kiai Idris adalah Kiai Mansyur pendiri Ponpes al-Mansyur
Klaten, Kiai Dimyati pendiri Ponpes Termas, Kiai Arwani Amin Kudus, Kiai
32Wawancara dengan Bapak Suntoro, Pegawai Pesantren Jamsaren, pada 15 Mei 2018.
35
Abdul Hadi Zahid pengasuh Ponpes Langitan.Banyak juga tokoh besar tanah
air merupakan lulusan atau pernah belajar agama secara intens di Jamsaren
generasi berikutnya. Seperti Munawir Sadzali mantan Menteri Agama, Amien
Rais mantan Ketua MPR, KH Zarkasyi pendiri Ponpes Gontor, KH Hasan
Ubaidah pendiri dan pimpinan LDII serta sejumlah nama lainnya.
Tokoh sentral yang terakhir memimpin pesantren ini adalah KH.Ali
Darokah. Setelah KH.Ali Darokah wafat tahun 1997, Jamsaren dipimpin oleh
sebuah dewan sesepuh. Sedangkan sebagai pelaksana keputusan, semua
kegiatan dipimpin Mufti Addin selaku lurah pondok.Sistem pendidikan
asalpesantren ini adalah salafiyah. Karena itu, materi yang diajarkan adalah
kitab-kitab Islam berbahasa Arab dan diterjemahkan dengan bahasa Jawa
Pegon (bahasa yang disesuaikan dengan susunan bahasa Arab), seperti Qiro’atu
Kutub, Tahfidz Juz 30 Dan 29, Tafsir al-Qur‟an, Addinul Islam, Hadis, Fiqih
Kontemporer, Nahwu, Shorof, dan Bahasa Arab, Tajwid/Tahsin, Ta’limal-
Muta’alim, Matematika, Khitobah. Metode pengajaran pun dengan cara
sorogan dan bandongan,masing-masing membawa kitab sendiri. Pada 1913,
sistem pengajian sorogan diganti dengan sistem kelas (klasikal). Dalam
perkembangannya, Pondok Pesantren Jamsaren kemudian bekerja sama dengan
Yayasan Perguruan al-Islam Surakarta.
Visi dan Misi Pondok Pesantren Jamsaren
36
1. Sebagai lembaga pengembangan sumber daya generasi muslim yang
berkualitas dalam dimensi material dan spiritual serta siap menatap masa
depan dunia akhirat.
2. Membina dan mengembangkan sumber daya manusia muslim melalui
Program Pendidikan yang utuh dan terpadu antara pendidikan formal dan
pesantren.33
Pada pondok pesantren Jamsaren ini ustadz atau pembimbing terdiri dari
para dosen dan guru dari berbagai disiplin ilmu di wilayah Surakarta. Pola
hidup pun sudah diatur di pondok ini, dimana seluruh kehidupan di pondok
diatur seperti di rumah atau dalam keluarga. Serta didukung dengan fasilitas
yang baikseperti misalnya poliklinik kesehatan, minimarket, perpustakaan,
sarana oalahraga, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang belum tentu dimiliki oleh
pesantren lain34
.
C. Konsep Pendidikan Akhlaq pada Q.S. Luqman Ayat 12-19
1. Menurut Tafsir Jalalain
PadaTafsir Jalalain konsep pendidikan akhlaqmanusia dapat dibagi menjadi 3
bagian, yaitu manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia
dengan alam semesta.
a. Akhlaq kepada Allah
33Mengutip dariBrosur PPDB Pesantren Jamsaren 2018.
34Mengutip dariBrosur PPDB Pesantren Jamsaren 2018.
37
1) Tauhid ( (ال تشرك باهلل35
Bertauhid disini adalah dengan tidak menyekutukannya. Manusia wajib
berakhlaq baik kepada Allah, artinya harus adil dalam menempatkan
dirinya sebagai hamba dan menempatkan Allah sebagai kholiq. Harus
mengakui Allah sebagai kholiq, malik, kita hamba, mabid, sedangkan
Allah ma’bud.
2) Syukur ( 36آن اشكرهلل ) Secara istilah syukur adalah mentasharufkan segala kenikmatan yang
telah diberikan oleh Allah sesuai dengan fungsinya37
. Kita harus
bersyukur kepada Allah karena kenikmatan yang diberikan Allah tidak
pernah putus yang harus kita syukuri diantaranyapemberian yang berupa
ilmu, hikmah, rejeki, anak dan lain sebagainya. Karena dengan bersyukur
maka nikmat yang sudah Allah berikan akan kembali kepada kita dengan
lebih melimpah, dan berlipat-lipat.
3) Bertobat ( 38واتبع سبيل ) Apabila dalam melakukan kegiatan sehari-hari kita melakukan hal yang
melenceng dari ajaran Allah, hendaknya kita selalu bertobat dengan
melakukan ketaatan yang lebih lagi. Sekecil apapun perbuatan itu, karena
35Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin Abdurrahman Abi
Bakar As-Syuyuti, Tafsir al-Qur’anil Adhim, Al Haromain Jaya : Indonesia, 2008, 101. 36
Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin, ..., 101. 37
Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018. 38
Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin, ..., 101.
38
biasanya berangkat dari sedikit akan menjadi rangsangan untuk
melakukan hal yang lebih besar39
.
b. Akhlaq kepada manusia
1) Menghormati orang tua({أمرناه أنيربمها }ووصينا اال نسان بوالديو)40
Golongan manusia tersebut dapat dibagi menjadi beberapa golongan.
Pertama adalah orang tua, orang tua sendiri dibagi menjadi 2 bagian yaitu
orangtua biologis dan ideologis41
. Pada orang tua biologis, kita mesti
pandai menghormati, bayak berterimakasih dan perbuatan baik lainnya
karena latar belakang kita ada adalah bagian dari perjuangan mereka baik
dhohir maupun batin.Hebatnya lagi mereka tidak menuntut kepada
kita.Maka dari itu jika tidak ingin disebut sebagai zalim kita harus
menempatkan orangtua setingkat dibawah Allah.
Tidak kalah pentingnya kita juga harus berbuat baik pada guru kita dari
MI sampai Kuliah, yang bisa kita sebut sebagai guru ideologis. Agar kita
sadar bahwa manusia terdiri dari 2 unsur besar, fisik dan rohani. Kedua
unsur ini harus bisa mendapatkan asupan gizi yang cukup. Orang tua
insyaallah sudah mencukupi asupan gizi fisik, meskipun tentu asupan
gizi rohani pada umumnya belum maksimal. Karena keterbatasan itulah
maka orangtua menitipkan, minta bantuan orang lain, yang kemudian
disebut sebagai guru yang nantinya akan memberikan gizi rohani.
39Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
40Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin, ..., 101.
41Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018
39
Kewajiban kita menghormati kepada Allah mutlak, artinya tanpa ada
pertimbangan apapun , karena Allah mutlak akan kebenarannya, akan
tetapi kewajiban kita menghormati, mengapresiasi orang tua itu
bersyarat karena mereka itu manusia, manusia bisa bersifat salah42
.
Wajib menghormati mereka ketika mereka pada jalur yang benar,
wajib tidak mengindahkan taat pada mereka ketika mereka tidak pada
jalur yang sesuai dengan norma agama, kebangsaan, sosial, adat.
Cara birr al-walidainketika orang tua masih hidup kita wajib
menghargai, menghormati, mendoakan, berbuat baik, mengapresiasi,
juga dalam istilah Jawa kita harus bisamikul dhuwur mendhem
jero.Bahkan setelah orang tua kita meninggal kita juga masih wajib
berbuat baik kepada orang tua dengan cara mendoakan, tahlil,
sodaqoh, dan lain sebagainya.
Kedua adalah manusia selain orang tua, di dunia sangat banyak ragam
manusiatapi secara umum ada satu komitmen yaitu kita tidak boleh
merendahkan, meremehkan, menganggap tidak penting kepada orang
lain43
. Akhlaq yang demikian lebih diterapkan kepada masyarakat
secara umum dalam kehidupan kita sehari-hari, karena kita hidup harus
bersosial dengan masyarakat sekitar.
2) Amar ma’ruf nahi munkar
42Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
43Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018
40
Ketika kita menyadari sebagai makhluk Allah sang kholiq maka akan
anda harus mengabdi kepada Allah, anda harus mendekatkan diri kepada
Allah, karena kita iftiqor dan Allah istighna44
’. Bagaimana perilaku
seorang hamba kepada bosnya, dalam tataran kepada Allah misalnya
salat, puasa, zakat, amar ma’ruf nahi munkar.
3) Sabar
Sebagai hamba tentunya mempunyai keterbatasan dalam segala hal,
untuk mensikapi keterbatasan tersebut maka harus sabar. Sabar ada 2
bentuk :
a) Sabar ketika menerima musibah, karena seluruh yang terjadi adalah
garis qada dan qodar. Berarti apa yang sebernarnya kita miliki
sebenarnya bukan milik kita.
Misal kita punya motor makna hakiki dari motor tersebut bukan milik
kita, begitu juga dengan istri, anak dan itu semua adalah milik Allah
yang dititipkan kepada kita yang suatu saat akan diambil oleh Allah.
Ketika titipannya diambil maka orang yang adil tentu akan lego
harusnya ketika mampu menjaga titipan ini dengan baik.Konsep sabar
yang sesungguhnya adalah sebelum mengucapkan tarji’ kita terlebih
dahulu mengucapkan alhamdullillah45
.
Mengucapkan kalimat tarji’ ketika titipan itu tidak mampu kita rawat
dengan baik, seperti anak yang susah diatur, tidak pernah
salatmeninggalkita ucapkan kalimat tarji’ karenakita mengakui
kegagalan kita dalam merawat titipan Allah. Itu biasanya dilakukan
oleh orang yang mempunyai ilmu tauhid yang tinggi.
b) Sabar dalam keadaan senang
44Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018
45Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
41
Saat mendapatkan nikmat, kita juga harus sabar. Artinya jangan
terlena dengan kenikmatan itu, justru lebih berat sabar menerima
kesenangan dibandingkan dengan sabar menerima kesusahan.
Ketika diberi nikmat kita harus mampu menggunakan nikmat
tersebut sesuai dengan perintahAllah yang sudah memberi. Misal
dikasih motor, kita harus bisa menggunakan motor tersebut sesuai
dengan koridor yang Allah tentukan46
.
Jangan sampai seperti banyak kisah orang yang taat berubah menjauhi
Allah setelah kaya.
4) Rendah Hati
Kita tidak boleh merendahkan, meremehkan, menganggap tidak penting
kepada orang lain. Contoh lain memalingkan muka, menganggap dirinya
lebih penting dari pada orang lain, ada orang ingin bertemu pura-pura
tidak bisa. Maka kita harus menghindari perilaku tersebut agar terhindar
dari sifat sombong dan angkuh.
Contoh anda naik mobil lambat adalah bentuk kesombongan karena
tidak memperhatikan hak orang lain di jalan. Berjalan cepat sekali juga
karena membahayakan orang lain. Itu hanya contoh kecil, bahasa yang
paling tepat adalah berperilaku wajar, sebagaimana mestinya. Kalau
ngomong jangan kemudian dengan suara yang berlebih seperti
membentak. Membentak itu merasa bahwa yang dibentak itu seolah
dibawah kita. Maka muncul sikap, suara, tingkah kita tidak terkendali,
itu adalah bentuk kesombongan47
.
Dalam dunia pendidikan kita tidak boleh membentak murid. Karena itu
juga bentuk kesombongan, harusnya kita lebih halus karena uswah.
46Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
47Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
42
c. Akhlaq kepada alam semesta
Dengan alam pun kita tidak boleh berlaku sembarangan. Karena alam juga
merupakan makhluk Tuhan yang sangat bermanfaat dan sangat membantu
dalam proses kehidupan kita48
.
2. Menurut Tafsir al-Maraghi
Dalam kitab Tafsir al-Maraghi yang merupakan tafsir ijmali terdapat beberapa
akhlaq yang bisa ditemukan dalam Q.S. Luqman 12-19.
a. Syukur
49الشكرالثناء على اهلل تعاىلsyukur disini adalah memuji kepada Allah,
menjurus kepada perkara yang hak, cinta kebaikan kepada manusia, dan
mengarahkan seluruh anggota tubuh serta semua nikmat yang diperoleh
kepada ketaatan kepada-Nya. Dalam hidup ini semuanya adalah pemberian
Allah. Karena setiap manusia memiliki kecenderungan, keterbatasan, dan
kelebihan masing-masing50
maka sebagai makhluk manusia harus selalu
bersyukur.
Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya
yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, dan dorongan untuk
memujinya dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya
48Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
49Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir al-Maraghi, Juz 21, Mesir : Mustofa al-Baabi al-
Khalii, 1325 H, 79. 50
Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode,Yogyakarta: Insan Madani,
2011, 144.
43
dari penganugerahan itu. Syukur juga harus kita limpahkan kepada kedua
orangtua yang telah berjasa kepada kita. Sesuai dengan keterangan
ولوالديك الهنما كان السبب ىف وجودك, ان اشكرىل على نعمى عليك
Syukur juga bisa dengan ilmu yang kita miliki dengan membantu orang
yang membutuhkan dengan semampu kita52
. Dengan demikian maka
bersyukur bukan hanya saat kita menerima, kita dapat memberi sesuatupun
kita harus bersyukur.
b. Menyayangi anak
Luqman al-Hakim dikenal sebagai orang yang sangat sayang dan mencintai
anaknya.
...,واحبهم لديو حني امره ان يعبداهلل وحده, وىو اشفق الناس عليو..
Anak merupakan titipan dari Allah yang harus dijaga. Sebagai orangtua kita
tidak hanya memberikan makan saja kepada mereka, akan tetapi harus
memberi kasih sayang, cinta, dan selalu membimbingnya agar selalu
beribadah dan menjauhi larangan agama. Kita harus memerintahkan kepada
anak kita untuk selalu menyembah hanya kepada Allah dan melarangnya
berbuat syirik.
51Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir..., 83.
52Wawancara dengan Kiai Umar Irsyadi pada 6 Juli 2018.
53Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir..., 81.
44
c. Tauhid
Larangan untuk menyekutukan Allah menjadi hal yang utama, karena syirik
merupakan perbuatan yang zalim. Syirik adalah perbuatan yang buruk dan
merupakan dosa besar.
يبين التشرك باهلل ان الشرك لظلم عظيم
Sehingga dalam membimbing anak hendaknya selalu mengajari anak kita
agar tidak melenceng dari apa yang sudah menjadi kewajiban sebagai
hamba Allah. Kita harus selalu meng-esa-kan Allah karena tiada Tuhan
selain Allah SWT.
d. Berbuat baik kepada kedua orang tua
Kalau diatas bentuk kasih sayang orangtua kepada anaknya, maka Allah
juga menyuruh kita untuk berbakti dan taat kepada kedua orangtua kita.
أى وأمرناه بربمها وطاعتهما (صيناالنسان بوالديووو)
Anak pasti mempunyai orangtua akan tetapi orang tua belum tentu memiliki
anak. Maka dari itu kewajiban taat dan berbakti kepada orangtua adalah
kewajiban. Dalam al-Qur‟an pun sering kewajiban untuk taat kepada orang
tua berbarengan dengan taat kepada Allah seperti dalam suratal-Isra’ ayat
23.
54Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir..., 82.
55Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir...,82.
45
Selanjutnya ada sosok ibu yang mempunyai jasa yang paling banyak
terhadap hidup dan kesuksesan kita. Dalam tafsir ini pembahasan seorang
ibu sangatlah mendalam. Karena sangat besarnya jasa orang tua terhadap
kita terutama seorang ibu, maka kita sebagai hamba yang beriman harus
bisa membalas kepada meraka, meskipun balasan kita tidak akan bisa
membalas sepenuhnya kepada mereka.
e. Tobat
واسلك سبيل من تاب من شركو ورجع اىل السالم (واتبع سبيل من اناب إيل)
Sebagai hamba kita wajib mengikuti apa yang menjadi perintahNya. Akan
tetapi sebagai hamba yang penuh dengan kelemahan tentu kita bisa saja
melanggar apa yang sudah menjadi laranganNya. Oleh karena itu bertobat
adalah salah satu yang dianjurkan agar kita kembali kepada agama Islam
dan mengikuti jejak Nabi Muhammad saw.
f. Sabar
Bersabar merupakan hal yang sangat istimewa, kita disuruh oleh Allah
untuk bersabar jika ada hal yang menimpa kita yang datangnya dari orang
lain saat kita berjuang untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar kepada
mereka.
56Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir...,84.
46
ت اهلل اذا انت أمرهتم باملعروف امن أذى الناس يف ذ (واصرب على ما أصابك)
أوهنيتهم عن املنكر
Selain itu sabar sendiri bersama dengan salat juga merupakan sarana yang
pokok untuk meraih ridho Allah.
g. Rendah hati
58...اى وال متش ىف االرض خمتاال متبخرتا (وال متش ىف االرض مرحا)
Dalam berjalan di muka bumi atau kehidupan keseharian hendaklah selalu
bersikap rendah hati, karena hal tersebut lebih baik daripada berjalan dengan
angkuh dan menyombongkan diri, karena cara seperti itu merupakan cara
berjalan orang yang angkara murka dan sombong, dan yang berbuat zalim
kepada orang lain.
57Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir...,85.
58Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir...,85.
47
BAB III
PENANAMAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN
A. Penanaman Karakter di Pondok Pesantren TPI al-Hidayah.
1. Kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter
Pendidikan karakter di pondok pesantren merupakan hal yang tidak
dapat dihilangkan, mengingat bahwa keberadaan pondok pesantren menjadi
solusi alternatif dalam memperbaiki karakter masyarakat terutama anak-anak.
Pendidikan karakter di pesantren bertujuan untuk membentuk karakter atau
sikap peserta didik atau yang biasa disebut dengan santri agar menjadi lebih
baik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter di sini maksudnya
adalah pendidikan yang di implementasikan dalam bentuk penanaman nilai-
nilai karakter terhadap diri individu agar individu tersebut dapat membedakan
antara yang baik dan buruk.
Sesuai dengan visi Ponpes TPI al-Hidayah yaitu menjadi lembaga
pendidikan Islam yang memproduksi generasi penerus yang beriman, berbudi
pekerti, dan ber-akhlaq al-karimah. Tentunya hal tersebut sangat diharapkan
48
dapat terealisasi dengan sistem pendidikan dan pengajaran yang sudah
dilakukan pada pesantren.
Pendidikan karakter di TPI al-Hidayah Plumbon tidak secara langsung
dicantumkan dalam mata pelajaran atau pendidikan khusus, melainkan
diajarkan melalui berbagai kegiatan yang memuat penanaman nilai-nilai
karakter. Dalam pelaksanaanya, para santri diwajibkan untuk mengikuti setiap
kegiatan yang diadakan oleh ponddok pesantren dan mematuhi segala
peraturan yang ada baik itu secara tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis.
Bagi santri yang melanggar peraturan maka akan dikenakan sanksi yang sesuai
dengan pelanggaran yang santri lakukan.
Tabel 3. 1. Kegiatan Santri TPI al-Hidayah59
Waktu Jadwal Kegiatan
03.30-04.30 Salat Tahajud dan Mujahadah
04.30-05.00 Jama‟ah Salat Subuh
05.00-06.00 Bandongan al-Qur‟an dan Tafsir
06.00-07.00 Istirahat
07.00-07.30 Jamaah Salat Dhuha
07.30-08.30 Sorogan Kitab
59Brosur PPDB TPI al-Hidayah 2018
49
08.30-09.00 Istirahat
09.00-09.30 Bandongan Kitab
09.30-10.00 Istirahat
10.00-11.00 Amsilati
11.00-12.00 Istirahat
12.00-12.30 Jama‟ah Salat Dzuhur
12.30-13.00 Bandongan al-Qur‟an dan Kitab
13.00-14.00 Istirahat
14.00-15.30 Sekolah Madrasah Jam I
16.00-17.00 Sekolah Madrasah Jam II
18.00-18.15 Jama‟ah Salat Maghrib
18.15-19.30 Sorogan al-Qur‟an
19.30-20.00 Jama‟ah Salat Isya‟
20.00-20.30 Bandongan Kitab
21.00-22.00 Takror / Belajar Wajib
Ahad ba‟da Maghrib Bandongan Kitab
50
Ahad Ba‟da Isya‟ Bandongan Kitab
Ahad Ba‟da Subuh Mukhafadzoh
Ahad Pagi Sorogan al-Barzanji + Fasolatan
Penanaman nilai-nilai karakter yang dilaksanakan terhadap santri tidak
hanya dalam kegiatan di pondok saja, akan tetapi juga dalam kegiatan
ekstrakurikulernya. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut bertujuan untuk
mengembangkan bakat dan minat santri dalam berbagai bidang seperti pencak
silat, rebana, dan keorganisasian. Penanaman nilai karakter yang disisipkan
dalam berbagai macam kegiatan santri mulai dari saat bangun tidur hingga
menjelang tidur kembali. Pada pagi harinya santri diwajibkan salat subuh
berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan membaca al-Qur‟an dan mengaji
kitab kuning bersama kiai atau ustadz di kelas. Sesekali dalam pelaksanaannya
para pengurus mengawasi semua santri agar tidak ada yang bolos tidak ikut
kegiatan. Pada waktu tertentu pondok pesantren juga sering menghadirkan kiai
atau ulama yang bertaraf nasional untuk berceramah atau memimpin pengajian.
Hal tersebut dilakukan guna menambah wawasan dan pengetahuan santri serta
meningkatkan nilai-nilai karakter santri sebelum memasuki dunia kerja di masa
yang akan datang. Pada dasarnya sesua dengan paparan di atas terdapat
beberapa macam nilai karakter yang ditanamkan di pesantren di antaranya nilai
religius, kemandirian, dan tanggung jawab.
2. Metode penanaman pendidikan karakter di TPI al-Hidayah
51
Metode penanaman pendidikan karakter antara lain adalah metode
keteladanan, pembiasaan, nasehat, persuasi, dan kisah60
.Metode pendidikan
karakter yang dikembangkan pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah
diantaranya :
a. Metode pembiasaan, untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di masjid
atau di madrasah tepat waktu, mengantri makan dan mandi, salat malam
bersama, tadarus bersama, makan bersama, pembatasan komunikasi
dengan keluarga, pengelolaan keuangan mandiri, disiplin waktu.
Pembiasaan yang lain yang dilaksanakan di pesantren ini adalah selalu
menghormati orangtua dan guru baik dalam keadaan masih hidup atau
meninggal. Ketika orang tua atau guru sudah meninggal bisa dilakukan
dengan cara mengirim doa, tahlil, ziarah kubur, bersedekah, dan bisa juga
menyelenggarakan kenduri untuk yang telah meninggal61
. Karena hormat
kepada orang tua hukumnya wajib baik saat masih hidup ataupun sudah
meninggal.
b. Metode keteladanan, uswatun khasanah salah satu yang paling penting
dalam pemberian pelajaran karakter pada santri. Uswah itu mencakup
perilaku, komitmen, tapi lebih kepada amaliah praktik real kehidupan62
.
Keteladanan yang dilakukan oleh kiai merupakan cara yang ampuh dalam
60Fifi Nofiaturrahmah, Metode Pendidikan Karakter Di Pesantren, Pendidikan Agama
Islam, Vol. XI, No. 1, (Juni 2014), 211. 61
Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orangorang NU, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006,
233. 62
Wawancara dengan K.H. Agus Musyafa‟ pada 6 Juni 2018.
52
menanamkan karakter santri. Seperti salat tepat waktu, menghargai orang
tua dan lain sebagainya, juga keteladanan para pengurus saat sowan pada
kiai dengan memakai pakaian yang sopan dan menggunakan bahasa
kramaalus. Membiasakan diri untuk selalu berbuat baik juga merupakan
cara yang efektif dalam menanamkan karakter santri. Selalu membiasakan
diri untuk bersyukurkarena masih bisa menuntut ilmu, meskipun banyak
teman yang merantau demi mempunyai banyak uang.
Itu tidak apa-apa buat saya karena intinya mereka mencari uang dan saya
mencari ilmu, karena mature Abah bahwa uang itu nanti ikut kepada
orang yang mempunyai ilmu, tapi kalau ilmu tidak mesti ikut pada orang
yang mempunyai uang. Saya disini juga bersyukur karena bisa dikenal
oleh Abah63
.
Selain syukur, santri juga harus mempunyai karakter sabar. Karena dalam
kehidupan pasti cobaan akan selalu ada. Dalam menghadapi cobaan
tersebut maka para santri harus mempunyai kesabaran dalam
menghadapinya.
Dalam kehidupan pondok pesantren ada banyak cobaan dan ujian, karena
anak pondok itu banyak ujiannya, diantaranya ada yang kena penyakit
kulit (gudik), ada yang kiriman bekal dari orang tua telat, dan sebagainya,
akan tetapi yang pasti mengalami adalah gudigen. Maka dari itu santri
harus bisa sabar dengan diobati64
.
Kesabaran juga tidak terpusat pada santri saja, karena para pengurusa dan
kiai nya juga harus sabar menghadapi beraneka macam tingkah dari santri.
Dalam berbicara dengan kiai hendaknya selalu sopan santun, tidak terlalu
keras. Itu sesuai dengan ayatواغضض من صوت .
63Wawancara dengan Nur Rohman, Lurah Ponpes TPI al-Hidayah, 12 Juli 2018.
64Wawancara dengan Nur Rohman, Lurah Ponpes TPI al-Hidayah, 12 Juli 2018
53
Kalau sowan atau pun bertemu kepada kiai kita harus menggunakan tata
krama, unggah-ungguh. Dengan mengucapkan sepindah silaturahim,
kemudian mengutarakan apa yang menjadi tujuannya, dengan bahasa
krama dan suara yang lirih (tidak keras)65
.
Dari wawancara diatas dapat dikatakan bahwa keteladanan dari para
pengurus merupakan suatu cara dalam menanamkan karakter pada santri,
terlebih pada santri baru yang belum begitu memahami tentang peraturan
peantren. Karakter yang diajarkan sperti cara menghormati guru,
kedisiplinan berpakaian, kesopanan berbicara dengan kiai. Kedisiplinan
juga sangat ditekankan dalam TPI al-Hidayah, karena dalam pelaksanaan
jadwal kegiatan yang sudah ada akan dapat berjalan dengan lancar, dan
sesuai dengan keinginan. Dalam menekankan kedisiplinan maka para
pengurus atas persetujuan pengasuh selalu memberi hukuman kepada
santri yang melanggar kedisiplinan tersebut. Jika santri sudah melanggar,
cara menanamkan karakter yaitu dengan cara metode memberi nasehat
agar tidak mengulangi keburukan lagi.
c. Metode motivasi dapat diterapkan pada santri yang sudah dianggap
mempunyai ilmu dan kepribadian yang layak yang kemudian diangkat
menjadi seorang pengurus, juga ketika sudah pulang kampung (boyong)
dengan begitu diharapkan santri senior dapat membimbing santri dengan
kasih sayang dan juga sabar terhadap tingkah yang melnceng. TPI al-
Hidayah sendiri mengharapkan para santri dan alumninya mampu
menempatkan dirinya pada tempat yang tepat. Saat masih di pesantren
santri dibekali ilmu dan latihan khitobah yang tujuannya adalah untuk
65Wawancara dengan Nur Rohman, Lurah Ponpes TPI al-Hidayah, 12 Juli 2018
54
kelak berdakwah dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sesuai apa
yang diperintahkan Allah. Dengan memberi motivasi dan semangat bahwa
dalam menegakkan agama Allah itu pasti akan bermanfaat dan diberi
kemudahan dalam hidup. Dalam hubungannya dengan Allah (bertaqwa)
dalam hubungan dengan orang tua, baik ideologis maupun biologis (mikul
duhwur mendhem jero66
).
d. Metode persuasi adalah meyakinkan peserta didik tentang suatu ajaran
dengan kekuatan akal67
. Santri di TPI al-Hidayah sendiri selalu diberi
wejangan untuk selalu berpedoman pada Islam Ahlu al-Sunah wa al-
Jama’ah dalam setiap pengamalannya.
e. Melalui nasihat pendidikan karakter juga bisa diterapkan di pesantren ini,
nasehat biasanya di berikan kepada santri saat mengkaji kitab, saat
dihukum, dan saat akan pamitan boyong ke rumah, dengan seringnya
nasehat yang diberikan diharapkan karakter yang ada akan muncul,
tumbuh, dan berkembang dalam jiwa santri
B. Penanaman Karakter di Pondok Pesantren Jamsaren
1. Kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter
Karakter tidak didapatkan sejak lahir, melainkan muncul dari kebiasaan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Karakter yang diajarkan dan dipraktikkan
dalam pendidikan disebut pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter
terdapat berbgai macam karakter yang dapat dikembangkan. Di Pondok
66Wawancara dengan KH. Agus Musyafa‟, Pengasuh TPI al-Hidayah 6 Juli 2018.
67Fifi Nofiaturrahmah, Metode Pendidikan Karakter Di Pesantren, Pendidikan Agama
Islam, Vol. XI, No. 1, (Juni 2014), 214.
55
pesantren sendiri meskipun tidak semua macam karakter dapat dipelajari akan
tetapi terdapat beberapa macam nilai karakter yang diunggulkan dalam
pendidikan di pondok pesantren diantaranya karakter religius, kemandirian,
dan tanggung jawab.
Karakter tersebut diterapkan di pondok pesantren karena dinilai tepat
untuk diajarkan pada santri dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dijadikan
sebagai dasar dari nilai karakter yang lainnya. Meskipun begitu, penanaman
karakter yang lain tidaklah dikesampingkan oleh pondok pesantren hanya saja
penerapannya tidak sebanyak ketiga karakter tersebut.
Diantara pendidikan karakter yang diajarkan di Pondok Pesantren
Jamsaren Surakarta, nilai religius menjadi karakter yang utama ditanamkan
pada setiap santri tanpa terkecuali. Hal tersebut berkaitan dengan visi dan misi
pondok ini untuk membina dan mengembangkan sumber daya manusia muslim
melaui program pendidikan yang utuh dan terpadu antara pendidikan formal
dan pesantren dan menjadi alumnus yang ber-akhlaq al-karimah. Juga
berkaitan dengan tujuan pondok pesantren sendiri yaitu mengutamakan
pembentukan kepribadian dan sikap mental serta penanaman ilmu-ilmu agama
Islam. Penanaman nilai religius ini berfokus pada peningkatan keimanan santri
dan kepercayaan santri kepada Allah.
Di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta, penanaman nilai karakter
religius dapat terlihat dalam berbagai kegiatan santri, antara lain salat lima
waktu, mengkaji al-Qur‟an, serta mengkaji kitab kuning. Kitab yang dikaji di
Pesantren Jamsaren diantaranya adalah kitab Tafsir al-Maraghi, Kitab
56
Subulussalam. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, santri
menerima berbagai ilmu dan wawasan bagaimana kewajiban seorang muslim
dalam beribadah kepada Tuhan. Bagi santri yang telah menetap dan belajar di
pondok pesantren lebih dari satu semester, maka sudah terlihat dapat
beradaptasi dengan lingkungan pondok pesantren dan telah memahami
bagaimana peranannya sebagai seorang santri yang pada dasarnya belajar di
pondok pesantren ialah menuntut ilmu agama Islam, meskipun ada sebagian
kecil santri yang lama dan sulit beradaptasi karena berbagai faktor.
Selain penanaman nilai religius, pondok pesantren juga mengajarkan
nilai kemandirian dan nilai tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut dapat terlihat
dalam berbagai macam kegiatan, pembiasaan serta kurikulum yang diterapkan
di pondok pesantren. Nilai kemandirian mengajarkan santri bahwa setiap
manusia disamping sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu
sama lain, ia juga harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Santri
diajarkan kemandirian agar dapat mengetahui seberapa jauh kemampuan
dirinya dan dapat mengembangkan potensinya selama berada di pondok
pesantren. Kegiatan yang dapat dijadikan sebagai wadah penanaman nilai
kemandirian adalah sekolah formal, menyiapkan makan dan dalam hal memilih
ekstrakurikuler. Sedangkan pembiasaan yang dapat dijadikan sarana
penanaman nilai kemandirian seperti mempersiapkan kebutuhan sekolah serta
membersihkan kamar setiap hari. Selain nilai kemandirian adapula karakter
lain yang juga diunggulkan oleh pondok pesantren yaitu nilai tanggung jawab.
Nilai tanggung jawab yang diajarkan di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta
57
pada dasarnya dapat terlihat dalam setiap kegiatan santri. Hal tersebut
dikarenakan bahwa setiap kegiatan yang ditetapkan pondok pesantren tersebut
wajib dilaksanakan oleh seluruh santri. Dengan adanya kewajiban tersebut,
santri dituntut untuk dapat bertanggung jawab dalam menjalankan setiap
kegiatan dan dapat menerima segala konsekuensi atas segala sikap dan
perilakunya selama menjalankan kegiatan tersebut. Penanaman nilai tanggung
jawab tidak hanya mengajarkan santri untuk mampu bertanggungjawab pada
dirinya sendiri akan tetapi juga tanggung jawab pada orang lain. Beberapa
contoh kegiatan yang dapat menanamkan nilai tanggung jawab tersebut antara
lain kewajiban sholat berjamaah, menyetorkan hafalan, melakukan bersih-
bersih asrama, olahraga, dan pengaturan jadwal sesuai dengan pilihannya
terutama jadwal ekstrakurikuler.
Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Keseharian Santri Jamsaren68
Waktu Kegiatan
04.00-05.45 Jamaah Subuh, Qiro‟atul Qutub, Tahfidzul Qur‟an, Belajar
05.45-07.00 MCK, Makan pagi, berangkat sekolah
07.00-13.45 KBM di Sekolah
13.45-15.00 Pulang sekolah dan istirahat
15.00-16.00 Jamaah asar dan tahfidzul Qur‟an
68Brosur PPDB Podok Pesantren Jamsaren 2018
58
16.00-17.00 Olahraga, bela diri, kaligrafi, dan matematika
17.00-18.15 MCK, Tahfidzul Qur‟an, Jama‟ah Maghrib
18.15-19-15 Ta‟limul Lail
19.15-20.00 Jama‟ah Isya‟ dan makan malam
20.00-22.00 Jam Wajib Belajar
22.00-03.30 Istirahat
03.30-04.00 Qiyamul lail (wajib setiap hari kamis)
Penanaman nilai-nilai karakter dalam setiap kegiatan santri di pondok
pesantren memiliki banyak manfaat tidak hanya saat santri belajar di pondok
pesantren, tetapi juga saat mereka hidup bermasyarakat. Biasanya akan terlihat
perbedaan sikap dan perilaku santri ketika sebelum dan sesudah masuk pondok
pesantren. Santri yang semula masih berperilaku buruk, setelah beberapa bulan
mengikuti kegiatan dan pembiasaan di pondok pesantren hidupnya menjadi
lebih terarah dan lebih rajin beribadah kepada Tuhan. Hal tersebut juga
didukung dengan adanya peraturan yang mewajibkan setiap santri untuk
mengikuti setiap kegiatan di pondok pesantren baik dalam hal berjamaah,
mengaji, ataupun kegiatan lainnya. Bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan
tanpa izin ataupun melanggar peraturan akan dikenakan sanksi yang sesuai
dengan pelanggaran yang ia lakukan. Dengan adanya peraturan tersebut maka
59
santri menjadi terbiasa untuk melakukannya tanpa perlu diingatkan terus-
menerus dan paksaan dari orang lain, sehingga pembiasaan di pondok
pesantren dapat berjalan dengan lancar dan dapat diterima dengan baik oleh
para santri.
2. Metode penanaman Karakter di Pondok Pesantren Jamsaren
Dalam pondok ini sangat dianjurkan dan diberi kesempatan bagi para
santri untuk menempuh pendidikan formal, dengan kata lain mondok dan
tetap menempuh pendidikan formal di luar pondok. Sesuai visi dan misi
pondok ini membina dan mengembangkan sumber daya manusia muslim
melaui program pendidikan yang utuh dan terpadu antara pendidikan formal
dan pesantren. Selain itu diharapkan para alumnus mempunyai akhlaq dan
ilmu yang dapat bermanfaat bagi masyarakat yang didasari keimanan dan
ketaqwaan yang kuat. Metode pendidikan karakter yang dikembangkan pada
Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta diantaranya :
a. Metode Pembiasaan, kedisplinan pada pesantren ini sangat diutamakan,
karena dengan kebiasaan melakukan hal dengan disiplin maka akan sangat
berpengaruh pada karakter santri. Terbukti dengan adanya penjadwalan
yang selalu dipantau oleh pimpinan dan pengasuh. Karena dengan
pembiasaan seperti belajar malam, bangun salat subuh untuk jamaah akan
selalu membekas dan akan menjadikan para santri mempunyai jiwa
karakter disiplin baik saat di pondok maupun saat kelak di masyarakat
misalnya menjadi imam salat di masjid kelak sebagai bekal hidup di
60
masyarakat. Dalam momen tertentu di pesantren ini juga selalu
mengajarkan kepada para santrinya untuk terbiasa berkurban dengan
masyarakat, dengan tujuan untuk bersyukur atas apa yang telah Allah
berikan dan saling berbagi dengan masyarakat.
Dengan manajemen pesantren yang baik akan menjadikan santri
mempunyai kebiasaan dan karakter yang baik69
. Selain itu dalam
pengajaran karakter di pesantren ini dengan adanya bimbingan yang
dilakukan oleh para ustadz yang ada70
. Selain itu ada kegiatan
ekstrakulikuler juga kegiatan yang bersifat sosial dan juga organisasi yang
akan membentuk karakter baik bagi para santri.
b. Metode memberi motivasi diberikan dengan memberikan rewardkepada
para santri yang mempunyai prestasi baik dalam bidang akademik maupun
akademik agar lebih semangat lagi dalam belajar dan mengharumkan
nama pesantren.
Menjadikan makhluk yang mempunyai jiwa kepemimpinan menjadi salah
satu program unggulan pada ponpes Jamsaren. Terbukti dengan adanya
Ikatan Santri Jamsaren (ISPJ), sebuah organisasi yang akan memberikan
ilmu dan jiwa kepemimpinan pada setiap santri di Jamsaren.
c. Metode kisah dapat membangkitkan kesadaran para santri. Kisah-kisah
yang membangun dan memotivasi sangat banyak dalam pendidikan Islam.
Selain kisah yang diceritakan pada pengajaran sehari-hari di Jamsaren ini
69Wawancara dengan Bapak Suntoro, Pegawai Pesantren Jamsaren, pada 15 Mei 2018.
70Wawancara dengan Bapak Suntoro, Pegawai Pesantren Jamsaren, pada 15 Mei 2018.
61
juga sering mengadakan bedah VCD Islami71
yang tentunya didalamnya
terdapat ilmu-ilmu dan juga kisah untuk menjadikan karakter santri lebih
baik lagi. Dengan berbagai penanaman karakter yang ada pada pesantren
tersebut tentunya dapat membentuk karakter dari berbagai metode
terhadap kegiatan santri yang hasilnya para siswa akan mempunyai arakter
yang baik sebagai bekal kehidupan.
d. Metode keteladanan, setelah para santri mendapatkan ilmu dari para guru
dan kiai maka para santri diberi kesempatan untuk memberikan ilmu
kepada para anak-anak di sekitar pesantren yaitu dengan memberikan
keteladanan kepada para peserta pesantren kilat yang diadakan setiap
tahun di bulan Ramadhan. Pesantren kilat ini biasanya diikuti oleh kelas 2
SD sampai kelas 8 SMP72
, dengan menjadi panitia atau pengisi dalam
pesantren kilat tersebut maka santri bisa mempraktikkan apa yang telah
diberikan oleh para gurunya dahulu.
3. Penanaman karakter di Pondok Pesantren Jamsaren
Konsep penanaman nilai-nilai karakter santri di Pesantren Jamsaren
diimplementasikan melalui kegiatan di bawah ini :
a) Dalam mata pelajaran atau materi program pesantren
Dalam setiap mata pelajaran pasti mempunyai makna dan tujuan yang
berbeda-beda. Dalam pembentukan karakter santri pada pesantren ini
diantaranya dengan metode pendidikan melalui pengkajian kitab. Kitab
71Brosur PPDB Pondok Pesantren Jamsaren 2018.
72Pamflet pesantren kilat anak-anak Ponpes Jamsaren
62
yang menjadi rujukan pertama dalam pengajaran karakter di pesantren ini
antara lain adalah kitab tafsir dan Ta’lim al- Muta’alim, didalam kedua
kitab tersebut dijelaskan secara rinci bagaimana seharusnya kita ini dalam
kedudukannya sebagai hamba, sebagai murid, sebagai anak, dan lain
sebagainya. Tentunya setelah mendapatkan pengajaran pada kedua kitab
tersebut santri akan mempunyai karakter yang lebih baik dari sebelumnya.
Selain kedua kitab tersebut program yang diajarkan antara lain qiro’ah al-
qutub, tahfidz juz 29-30, Addinul Islam, hadis, fiqih kontemporer, nahwu
sorof,Bahasa Arab, tajwid, khitobah dan lain sebagainya.
b) Budaya pondok pesantren
Budaya pesantren merupakan tradisi yang dilakukan sehari-hari
(pembiasaan) karena nilai-nilai karakter tidak akan pernah terukir tanpa
adanya pembiasaan. Oleh karenanya untuk menerapkan pelaksanaan
pendidikan karakter santri, Pondok Pesantren Jamsaren dengan sadar
berupaya menciptakan sebuah lingkungan serta budaya yang positif dan
Islami bagi seluruh warga pondok pesantren, baik itu santri, pengurus,
maupun para ustadz. Budaya yang peneliti temukan dalam penanaman
karakter dalam budaya pesantren antara lain sebagai berikut :
1) Budaya Islami : hal ini dapat ditunjukkan dari aspek ucapan, sikap, dan
perilaku sehari-hari, para ustadz memberikan teladan yang baik, dan
juga dapat dilihat dari cara berbusana, cara menghadap tamu,
menghadap kiai.
63
2) Budaya disiplin : disiplin ditunjukkan dengan cara melakukan segala
sesuatu dengan tepat dan melaksanakan tugas dengan maksimal. Para
ustadz memberikan teladan yang baik keepada para santri untuk selalu
tertib dalam melaksanakan kegiatan baik itu siang ataupun malam.
3) Budaya saling menyayangi : saling menyayangi merupakan budaya
yang sangat baik dilakukan. Di pondok ini seluruh kehidupan di
pondok diatur seperti di rumah sendiri atau sperti dalam keluarga.
Pimpinan pondok, ustadz, dan santri hubungannya sangat dekat seperti
keluarga sendiri. Hubungan tersebut sangat terlihat mislanya apabila
ada santri yang sakit langsung diobatkan kedalam klinik kesehatan
yang dimiliki oleh peantren, ketika menjelang salat subuh
dibangunkan, saat belajar diawasi karena tidak mau melihat para
santrinya terjajah oleh kebodohan. Pun saat santri melakukan
kenakalan, para ustadz akan selalu menasihati dan memberikan saran
agar selalu berbuat baik sesuai dengan aturan yang ada.
c) Pengembangan diri
Implementasi pendidikan karakter di Pondok Pesantren Jamsaren ini juga
melalui program pengembangan diri. Program pengembangan diri adalah
berbagai macam program tambahan yang diselenggarakan oleh pihak
pesantren guna menunjang terwujudnya karakter dan kepribadian siswa ,
serta kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepara para santri
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, minat, dari setiap santri.
64
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi oleh pihak pesantren dan
dibimbing oleh para pengurus dan ustadz yang dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler, adapun kegiatan pengembangan diri di pesantren
ini adalah :
1) Keorganisasian, organisasi mengajarkan santri untuk bersosial dan
saling membantu kepada seluruh anggota, berkorban untuk
kepentingan bersama. Di pesantren ini ada beberapa oraganisasi yang
bisa diikuti salah satunya adalah ISPJ yang merupakan kepanjangan
dari Ikatan Santri Pondok Jamsaren. Didalam organisasi ini tentunya
terdapat para anggota lintas generasi yang salaing bahu membahu
mengadakan suatu kegiatan yang bermanfaat demi kemajuan
pesantren, baik itu dalam bidang sosial, agama maupun yang lainnya.
2) Seni beladiri, di dalam ekstrakurikuler bela diri, santri diajarkan untuk
dapat melindungi dirinya ketika dihadapkan dalam keadaan yang
membahayakan, sehingga melalui ekstrakurikuler tersebut santri dapat
menjadi lebih mandiri. Pencak silat di pesantren Jamsaren sendiri
dengan mempelajari pencak silat Tapak Suci yang biasanya
dilaksanakan secara rutin setiap hari rabu73
.
3) Pengabdian kepada masyarakat, dalam kehidupan ini manusia dikenal
dengan sebutan makhluk sosial, karena antara satu dengan yang lain
salih membutuhkan. Di pesantren ini dalam menjalin kerukunan
dengan masyarakat banyak sekali kegiatan yang melibatkan
73Brosur PPDB Ponpes Jamsaren 2018
65
masyarakat sekitar. Hal tersebut sangat baik dalam pembentukan
karakter santri, karena selain melihat para santri bisa terjun langsung
melakukan kegiatan tersebut. Pengabdian kepada masyarakat ini antara
lain mengadakan pesantren kilat setiap bulan Ramadhan dimana
pesertanya adalah murid seetingkat SD dan SMP, pengjaran TPA
dimana dalam program ini para santri bisa belajar membagikan ilmu
yang dimiliki kepada para anak-anak TPA yang ikut mengaji,
pengajian umum yang biasanya diadakan pada hari-hari besar Islam
atau memperingati momen penting lainnya, yang terakhir adalah
melakukan qurban dengan masyarakat, hal tersbut sangat banyak
manfaatnya, selain dapat ,mempererat hubungan dengan masyarakat
juga dengan langsung mengajari santri untuk saling peduli dan berbagi.
66
BAB IV
RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAQ PADA Q.S.LUQMAN AYAT 12-19
DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER
A. Pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah
Setelah mengikuti pembelajaran dan kajian tafsir di pondok pesantren
tentu diharapkan akhlaq dan karakter santri bisa sesuai dengan yang ada di tafsir
tersebut. Di Pondok Pesantren TPI al-Hidayah sendiri santri yang disana belum
secara sempurna dalam mempraktikkan ilmu tersebut. Karena hanya Nabi
Muhammad lah yang bisa sempurna.
Pada dasarnya semua pendidikan akhlaq akan selalu relevan dimanapun, karena
sikap baik akan selalu dibutuhkan oleh manusia yang hidup bersosial. Di surat
tersebut juga relevan, karena selalu diajarkan untuk bersyukur dan
67
berterimakasih, berbakti dan selalu berbuat baik kepada orangtua. Selain itu
manusia juga tidak boleh sombong74.
Santri sebagai manusia biasa tentu jauh dari nabi. Tetapi paling tidak nilai-
nilai dan norma yang terkandung dalam tafsir tersebut terserap dan teraplikasikan
dalam kehidupan mereka.
Dalam menangkap informasi yang diberikan oleh para kiai dan ustadz para
santri pun mempuyai tingakatan menangkap informasi yang berbeda-beda karena
pengaruh berbagai faktor. Hal tersebut menjadi salah satu kendala dalam
pembelajarannya. Seperti biologis, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat yang berbeda-beda. Sehingga dalam praktik dan mengaplikasikan
ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari akan berbeda pula. Akan tetapi
semua tradisi yang sudah berlaku secara turun temurun yang ada di pesantren,
yang telah dicontohkan oleh para sesepuh pondok, kakak kelas, dan para pengajar
sudah dilaksankan dengan baik.
Karena dengan adanya suri tauladan yang dilakukan oleh pendahulu dan
para kiai akan sangat diperhatikan dan menjadi salah satu cara ampuh dalam
pembelajaran karakter yang ada di pesantren. Itu sesuai dengan yang
dikemukakan oleh David Fulton: effective teaching tor children with SEN shares most
of the characteristics of effective learning for all children. But as schools become more
inclusive, teachers must be able to respond to a wider range of needs in the classrom75
.
Dimana teladan yang baik merupakan cara yang paling efektif dalam mengajari
74Wawancara dengan KH. Agus Musyafa‟, Pengasuh TPI al-Hidayah 6 Juli 2018
75David Fulton, The Characteristics of Effective Learning: Creating and capturing the
possibilities in the early years. London: Routledge, 2015, 39.
68
akhlaq pada anak sehingga akan memunculkan karakter yang secara turun-
temurun pada santri.
Dari beberapa konsep yang sesuai dengan pengajaran karakter yang ada di
TPI al-Hidayah ini adalah sabar, santri dituntut untuk sabar dalam berbagai hal,
diantaranya saat terserang penyakit kulit, barang hilang, dan kiriman uang saku
yang telat. Adil biasanya dilakukan oleh para pengurus dalam membagi piket,
ro’an, dan hukuman yang sama pada santri. Berbakti kepada orang tua bisa
dilakukan dengan bersungguh-sungguh belajar, dan ada beberapa santri yang
malah sudah memberi uang kepada orang tua dari hasil kerja di sela-sela
mondoknya. Selain itu juga selalu merawat menjenguk (berziarah), mendoakan
kepada orangtua yang sudah meninggal. Sosial kepada masyarakat sekitar, dengan
selalu membantu apabila dibutuhkan dan terus menebar senyum kepada
masyarakat. Tidak menyekutukan Allah, dengan cara selalu taat pada semua yang
diajarkan oleh gurua, karena percaya bahwa yang diajarkan mereka akan
menuntun kearah lebih bertaqwa kepada Allah.
B. Pada Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta
Pengajaran yang dilaksanakan pada proses belajar mengajar tentunya
memiliki tujuan untuk membentuk alumni dengan mempunyai karakter yang kuat.
Cerdas dan paham baik itu ilmu agama maupun ilmu yang bersifat umum.
Sehingga kelak bisa berguna tidak hanya untuk agama, akan tetapi bagi bangsa
dan negara.
Jika dikaitkan dengan konsep akhlaq yang ada pada Tafsir al-Maraghitentu
akan mempunyai kerelevanan dalam setiap kegiatan yang ada di pesantren
dengan akhlaq yang ada pada al-Qur‟an karena dalam membuat sebuah
69
peraturan, jadwal, dan lain sebagainya tentu acuan utamanya pada al-Qur‟an
dan jangan sampai bertentangan76
.
Akan tetapi memang para santri belum maksimal dalam penyerapan dan
praktik dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi karena dalam pesantren sendiri
diajari banyak ilmu sehingga paling tidak mereka bisa mempraktikkan sendiri
dan mengembangkannya dan tetap berpegang teguh pada prinsip ilmu yang
diajarkan. Memang ada beberapa santri yang dalam kehidupannya selalu
menjaga dan selalu berpedoman dari apa yang sudah didapatnya, dan itu tidak
semua yang mempunyai karakter seperti itu karena berbagai faktor yang
mempengaruhi.
Kegiatan yang mencerminkan berbakti pada orang tua dalam kehidupan
Pesantren Jamsaren misalnya saat kiai dan para santrinya bersilaturahim ke
ndalem Ibu Nyai Ali Dirokah setelah kajian pagi di masjid, disana mereka
minta doa dan saling mendoakan untuk kesehatan dan lain sebagainya. Dalam
hubungan sosial kepada masyarakat banyak kegiatan yang diadakan meskipun
pada saat momen-momen tertentu yaitu saat pesantren kilat dengan anak-anak
saat bulan Ramadhan, berqurban dengan masyarakat saat bulan haji sebagai
rasa syukur mereka kepada Allah SWT. Di pesantren sendiri sangat
menekankan kedisiplinan terutama dalam belajar karena sangat diharapkan agar
para santri menguasai ilmu umum dan agama secara maksimal.
76Wawancara dengan Kiai Umar Irsyadi pada 6 Juli 2018.
70
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini menunjukkan relevansi konsep pendidikan akhlaq
pada Q.S. Luqman 12-19 menurut Tafsir Jalalain pada Ponpes TPI al-Hidayah
dan menurut Tafsir al-Maraghi pada Ponpes Jamsaren dengan rincian sebagai
berikut :
1. Konsep pendidikan akhlaq yang ada pada Q.S. Luqman ayat 12-19 yang ada
pada Tafsir Jalalain adalah cara berakhlaq yang baik kepada Allah (dengan
tidak menyekutukan Allah, bersyukur, bertaubat),akhlaq kepada manusia
(dengan menghormati orang tua, guru, dan masyarakat, amar ma’ruf nahi
munkar, sabar, tidak sombong), akhlaq kepada alam semesta.Konsep
pendidikan akhlaq pada Tafsir al-Maraghi adalahsyukur, menyayangi anak,
bertauhid (jangan syirik) dan zalim, berbuat baik kepada kedua orang tua,
tobat, sabar, dan rendah hati.
2. Penanaman karakter pada TPI al-Hidayah dilakukan dengan metode
pembiasaan, keteladanan, pemberian motivasi, persuasi. Sedangkan dalam
menanamkan karakter di Pesantren Jamsaren menggunakan metode
keteladanan, pembiasaan, menceritakan kisah, dan memberi motivasi yang
kemudian diintegrasikan pada pembelajaran baik itu dalam kajian, maupun
kehidupan lain seperti ekstrakurikuler.
3. Konsep pendidikan akhlaq pada kedua tafsir yang diajarkan kepada para santri
mempunyai relevansi terhadap pendidikan karakter santri yaitu menjadikan
71
santri lebih bersyukur, sabar, tawadhu’, berbakti pada orangtua, penyayang,
disiplin, tidak sombong, dan lebih baik dari sifat yang dimiliki sebelumnya.
B. SARAN
1. Pondok Pesantren TPI al-Hidayah
a. Hendaknya kepada pihak pesantren untuk menjadikan akhlaq sebagai
orientasi utama dalam membentuk karakter santri.
b. Hendaknya manajemen pengaturan santri lebih dimaksimalkan antara santri
yang hanya mondok dan santri yang juga belajar di sekolah formal agar
lebih maksimal dalam menuntut ilmu, terutama pembagian ruangan kamar
agar nyaman bagi semua.
c. Untuk santri yang juga sekolah di pendidikan formal diberi waktu dan diatur
agar mempunyai waktu untuk mempelajari pelajaran dari sekolah
2. Pondok Pesantren Jamsaren
a. Hendaknya kepada pihak pesantren untuk menjadikan akhlaq sebagai
orientasi utama dalam membentuk karakter santri.
b. Bagi para santri diharapkan berakhlaq mulia lebih ditingkatkan lagi terhadap
para teman, guru, orang lain serta lebih terbuka pada guru tentang suatu hal
agar guru dapat membrikan nasihat dan solusi jika ada permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
72
Al-Ghazali, M. terj. Mooh Rifa‟i.Akhlak Seorang Muslim. Semarang: Wicaksana,
1985.
Al-Ghazali,M. Mengobati Penyakit Hati terj. Ihya’ Ulumuddin. Bandung:
Karisma, 2000.
Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin Abdurrahman
Abi Bakar as-Syuyuti. Tafsir al-Qur’an al-Adhim, al-Haromain Jaya :
Surabaya, 2008.
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. Tafsir al-Maraghi, Juz 21. Mesir : Mustofa al-
Baabi al-Khalii, 1325 H.
Al-Zarqani, Abd al-„Azim.Manahilal-‘Irfan, ed. Fawwaz Ahmad. Beirut: Dar al-
Kitab al-„Arabi, 1995.
Amin, Ahmad.Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang, 1983.
Aunillah, Nurla Isna.Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Laksana, 2011.
Baidan, Nasruddin.Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011.
Batubara, Muhammad Ismail Shaleh,” Konsistensi Imam Jalaluddin As-Suyuthi
Menafsirkan Ayat-Ayat Sumpah”, Tesis, UIN Sumatera Utara, 2016.
Brosur PPDB Pondok Pesantren TPI Al Hidayah 2018.
Brosur PPDB Pondok Pesantren Jamsaren 2018.
Baidhawy, Zakiyuddin. Studi Islam: Pendekatan dan Metode. Yogyakarta: Insan
Madani, 2011.
Brunessen, Martin Van. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Tradisi-tradisi
Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1999.
Fattah, Munawwir Abdul.Tradisi Orang-orang NU. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2006.
Fulton, David.The Characteristics of Effective Learning: Creating and
Capturing the Possibilities in the Early Years. London: Routledge, 2015.
Husin, Muhammad.,”Metodologi Penafsiran Alqur‟an”, Jurnal Darussalam,
Vol.7, No. 2 (Juli-Desember 2008). 101-124.
73
Jurana dkk.,”Integrating Makna As The Curriculum Foundation For Accounting
Profession Education”, The International Journal of Accounting and
Business Society, Vol. 25, No. 2(December 2017) 31-42.
Kalimah, Siti,“Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa Di SMP Negeri 2 Ngrambe
Tahun Pelajaran 2015-2016”, Tesis, IAIN Surakarta, 2016.
Kamal, Siti Soraya Lin Abdullah and Faizah Abd. Ghani.,”Emotional Intelegence
And Akhlak Among Muslim Adolescents In One Of The Islamic School
In Johor, South Malaysia”, Procedia-Social and Behavioral Sciences
114(2014) 287-692.
Latif, Lukman,”Pemikiran Imam al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak”, Tesis,
UIN Malang, 2016.
Madany, A. Malik,”Israiliyyat dan Maudu‟at dalam Tafsir al-Qur‟an (Studi
Tafsir al-Jalalain)”, Disertasi, UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Noor, Farish A. dkk. The Madrasa In Asia, Amsterdam: Amsterdam University
Press, 1998.
Ramli, M.,”Hakikat Pendidikan dan Peserta Didik”, Tarbiyah Islamiyah, Vol. 5,
No. 1, (Januari-Juni 2015): 25-39.
Rasmuin,“Implementasi Pendidikan Akhlak Mulia Terhadap Santri Pondok
Pesantren Modern Miftahunnajah Trini Trhanggo Gamping Sleman”
Tesis, UINYogyakarta, 2015.
Samani, Muchlas & Hariyanto.Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Shomad, Bukhori A.,”Tafsir Al-Qur‟an & Dinamika Sosial Politik (Studi
Terhadap Tafsir Al-Azar Karya Hamka)”, Jurnal TAPIs. Vol. 9 No. 2
(Juli-Desember 2013), 85-100.
Sugiono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2007.
Suharto, Toto.Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011.
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013.
Tan, Charlene. Islamic Education and Indoctrination: The Case in Indonesia.
New York: Taylor and Francis Group e-Library, 2011.
74
Tim Dosen FIP-IKIP.Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha
Offset Printing, 2003.
Trim, Bambang. Menginstal Akhlak Anak. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama,
2008.
Wawancara dengan Bapak Suntoro, Pegawai Pesantren Jamsaren, pada 15 Mei
2018.
Wawancara dengan Imam Musbihin, Pengurus TPI al-Hidayah, 12 Juli 2018.
Wawancara dengan KH. Agus Musyafa‟, Pengasuh TPI al- Hidayah 6 Juli 2018.
Wawancara dengan Kiai Umar Irsyadi pada 6 Juli 2018.
Wawancara dengan Nur Rohman, Lurah Ponpes TPI al-Hidayah, 12 Juli 2018.
75
Transkrip Wawancara
Narasumber : Pengasuh Pondok Pesantren TPI al-Hidayah
Nama : KH. Agus Musyafa‟ Syair
Jabatan : Pengasuh Ponpes TPI al-Hidayah
Waktu : 23 Mei dan 6 Juni 2018
Tempat : Sekolah dan Rumah Beliau
Pertanyaan :
1. Apakah Pesantren ini mengajarkan tafsir Jalalain dalam pelajaran tafsir
al-Qur‟an?
Jawaban : Iya, kami mengajarkan sesuai yang ada di daftar pelajaran kami
2. Apa alasan pesantren ini memilih kitab tafsir tersebut dalam pembelajaran
tafsir ?
Jawaban : Karena singkat dan simpel, sehingga lebih mudah untuk dijadikan
kajian bagi para santri pemula untuk mengkaji tafsir jalalain dari
pada kitab-kitab tafsir yang lainnya, yang lebih tebal. Kitab tafsir
tersebut juga dikaji secara turun temurun, sehingga menjadi
penting bagi pesantren untuk melestarikan ajaran yang ada.
3. Apakah dalam pembelajaran tafsir sudah sampai mengkaji surat Luqman
ayat 12-19?
Jawaban : Iya, bagi sebagian santri yang sudah ikut dalam kejian tafsir
tersebut lebih lama, karena tafsir tersebut baru akan diajarkan
bagi santri-santri yang sudah ikut nyantri lebih dari tiga tahun.
4. Pendidikah akhlak apa yang ditekankan pada surat Luqman ayat 12-19
menurut tafsir Jalalain?
76
Jawaban : Tidak boleh mensekutukan Allah, sabar, selalu mensyukuri
nikmatnya. Selalau bertaubat akan dosa-dosa yang diperbuat.
Akhlak kepada kedua orang tua, seperti selalu berbakti kepada
kedua orang tua. Mengikuti perintah orang tua asalkan tidak
melanggar syari‟at Islam. Seorang anak juga tidak boleh
menyakiti hati orang tua, pada saat orang tua salah dalam perintah
kepada anak, dia (anak) harus tau cara menolak perintah yang
salah dari orang tua, dengan tidak menyakitkan hati mereka,
selalu sabar terhadap cobaan, tidak berperilaku sombong saat
bertemu kapada manusia, walaupun cuma dengan langkah-
langkah seperti biasa.
5. Apakah dalam kajian tafsir Luqman ayat 12-19 mempengaruhi perilaku
santri menjadi lebih baik?
Jawaban : Iya, tetapi tidak secara cepat dan langsung, karena pendidikan
akhlak memang lebih sulit dari pada teori-teori.
6. Bagaimana relevansi pendidikan akhlak pada surat Luqman ayat 12-19
menurut tafsir Jalalain?
Jawaban : Pada dasarnya semua pendidikan akhlak akan selalu relevan
dimanapun, karena sikap baik akan selalu dibutuhkan oleh
seluruh manusia yang hidup sosial. Di surat tersebut juga relevan,
karena selalu diajarkan untuk bersyukur atau berterimakasih.
Berbakti kepada orang tua dan selalu berbuat baik kepada orang
lain. Selain itu seorang manusia tidak boleh sombong.
77
7. Dalam kajian tafsir Luqman ayat 12-19 apakah yang harus dilakukan
seorang anak atau santri kepada orangtua atau para gurunya?
Jawaban : Selalu menghormati orang tua, baik secara dhohir maupun batin.
Menjalankan apa yang diperintahkan, jika tidak melanggar norma
agama, dan walaupun itu salah seorang anak tidak boleh
melakukan penolakan dengan menyakitiu hatinya.
8. Apakah akhlak santri yang pertamakali datang ke pesantren ini sudah
berakhlak baik semua?
Jawaban : Tentu belum. Pastinya santri yang datang ke pesantren ini
mempunyai latyar belakang dari orang tua berbeda dan
lingkungan yang berbeda. Hal tersebut pasti juga akan
mempengaruhi perilaku dan perwatakan bawaan para santri.
9. Apakah yang menjadi faktor utama dalam membentuk karakter santri
pada pesantren ini?
Jawaban : Yang paling berpengaruh dari perubahan perilaku santri sehari-
hari adalah teladan dari guru-guru dan santri lebih senior. Selain
itu baru dari materi-materi yang diajarkan, termasuk dari tafsir
tersebut.
10. Apakah karakter santri di pesantren ini sudah sesuai dengan tafsir
Luqman ayat 12-19?
Jawaban : Yaaa... jika dilihat sudah beberapa penerapan perilaku di
pesantren sudah mencerminkan yang ada dalam tafsir ayat
78
tersebut, seperti bertaqwa kepada Allah, tidak mensekutukanNya.
Berperilaku sabar dan tidak sombong.
11. Apakah kendala dalam menanamkan pendidikan karakter pada santri di
pesantren ini?
Jawaban : Pemahaman santri yang beda tingkatannya, asal keluarga,
lingkungan, kemauan, masih banyaknya santri yang mudah
terpengaruh dengan dunia modern yang cenderung mengikuti
budaya barat.
12. Karakter seperti apa yang diharapkan pesantren ini kepada para alumni
yang sudah kembali ke daerah masing-masing
Jawaban : Adil , bisa menempatkan dirinya sebagai hamba Allah, sebagai
santri dan lainnya.
Selalu mengajarkan kebaikan dimanapun berada.
Selalu sabar dalam menghadapi ujian.
Selalu bersyukur dan tidak serakah.
Tidak sombong dalam berperilaku.
79
Transkrip Wawancara
Narasumber : Pengurus Pondok Pesantren TPI AL HIDAYAH
Nama : Ustadz Nur Rohman
Jabatan : Pengasuh Ponpes TPI Al Hidayah
Waktu : 12 Juli 2018
Tempat : Kantor
Pertanyaan :
13. Kegiatan apa saja di pesantren ini yang mendukung pendidikan karakter?
Jawaban : banyak seperti kerja bakti /ro‟an, khitobah, dan selalu tunduk
serta mengikuti apa yang dilakukan dan diajarkan oleh kiai
14. Bagaimana penerapan sikap sabar dalam pesantren ini?
Jawaban : sabar itu contohnya begini misal dalam kehidupan pondok
pesantren ada banyak cobaan dan ujian, karena anak pondok itu
banyak ujiannya, diantaranya ada yang kena penyakit kulit
(gudik), ada yang kiriman bekal dari orang tua telat, dan
sebagainya, akan tetapi yang pasti mengalami adalah gudigen.
Maka dari itu santri harus bisa sabar dengan diobati
15. Bagaimana cara santri bersyukur jika melihat banyak anak yang sekolah
sedang anda hanya mondok?
Jawaban : Itu tidak apa-apa buat saya karena intinya mereka mencari uang
dan saya mencari ilmu, karena mature Abah bahwa uang itu nanti
ikut kepada orang yang mempunyai ilmu, tapi kalau ilmu tidak
mesti ikut pada orang yang mempunyai uang. Saya disini juga
bersyukur karena bisa dikenal oleh Abah
80
16. Bagaimana sikap santri ketijka bertemu dengan kiai ?
Jawaban : Kalau sowan atau pun bertemu kepada kiai kita harus
menggunakan tata krama, unggah-ungguh. Dengan mengucapkan
sepindah silaturahim, kemudian mengutarakan apa yang menjadi
tujuannya, dengan bahasa krama dan suara yang lirih (tidak
keras), pakaian yang sopan, sarungan, pecisan.
81
FOTO WAWANCARA DAN KEGIATAN
DI TPI AL HIDAYAH
Wawancara dengan Ustadz Nur Rohman, Lurah Pondok TPI Al Hidayah
Gedung Aula dan Asrama Putra Kantor Pengurus TPI Al Hidayah
Lukisan Pendiri TPI Al Hidayah KH. Syair Pembayaran Adm. Santri baru 2018
82
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Budi Prasetya
TTL : Batang, 18 April 1993
Alamat : Dk. Mranggen, RT.08/04, Ds. Boja, Kec. Tersono, Kab.
Batang.
Riwayat Pendidikan
SD : SD N Boja 02 Lulus Tahun 2004
SMP : SMP N 1 Tersono Lulus Tahun 2007
SMA : SMA N 1 Subah Lulus Tahun 2010
S1 : STAIN Salatiga Lulus Tahun 2014
S2 : IAIN Salatiga Masuk Tahun 2016