konsep ulul albab q.s ali-imran ayat 190-195 dan...

106
KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh: MIFTAHUL ULUM NIM : 073111133 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: vonhi

Post on 14-Apr-2019

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195

DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN

ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

MIFTAHUL ULUM

NIM : 073111133

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Miftahul Ulum

NIM : 073111133

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil

penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk dari

sumbernya.

Semarang, 25 Juni 2011

Saya yang menyatakan,

Miftahul Ulum

NIM.073111133

Page 3: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

iii

PENGESAHAN

Naskah skripsi ini dengan:

Judul : Konsep Ulul Albab Q.S Ali-Imran ayat 190-195 dan

Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam

Nama : Miftahul Ulum

NIM : 073111133

Jurusan ; Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

Semarang, 25 Juni 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

Nasirudin, M. Ag Yunita Rahmawati, M.A

19780627 2005012 004 19780627 2005012 004

Penguji I, Penguji II,

Ismail SM, M. Ag H. Mahfud Siddiq, LC.M.A

19711021 1997031 002 15031312 7000001 000

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Hamdani Mu’in, M.Ag Ridwan, M. Ag.

NIP. 19720405 1999031 001 NIP. 19630106 1997031 001

Page 4: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

iv

Nomor : In.06.3/JI/PP.00.1/3499/2011 Semarang, 29 Januari 2011

Lamp : -

Hal : Penunjukan Pembimbing

Kepada Yth.

1. Dr. H. Hamdani Mu’in, M.Ag

2. Ridwan, M.A.

Dosen Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Berdasarkan hasil pembahasan usulan judul penelitian di jurusan

Pendidikan Agama Islam (PAI), maka Fakultas Tarbiyah menyetujui

Judul Skripsi mahasiswa:

Saudara : Miftahul Ulum

NIM : 073111133

Judul : Konsep Ulul Albab Q.S Ali-Imran ayat 190-195 dan

Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam.

Dan menunjuk saudara:

1. Dr. H. Hamdani Mu’in, M.Ag Sebagai pembimbing I

2. Ridwan, M.Ag. Sebagai pembimbing II

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

A.n Dekan

Kajur PAI

Drs. Nasirudin, M. Ag

NIP. 19691012 1996031 002

Tembusan:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo (sebagai laporan)

2. Mahasiswa yang bersangkutan

3. Arsip

Page 5: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

v

ABSTRAK

Miftahul Ulum, 73111133 (Konsep Ulul Albab dalm Q.S Ali Imran dan

Relevansinya dengan Tujuan) Skripsi: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Konsep ulul albab yang

terdapat pada surat ali Imran ayat 190-195. 2). Hakekat tujuan Pendidikan Islam.

3). Relevansi ulul albab yang terdapat pada surat ali Imran ayat 190-195 terhadap

tujuan pendidikan Islam

Penelitian ini merupakan Library Research (penelitian kepustakaan), yakni

dengan cara melakukan penelusuran terhadap sumber-sumber tertulis yang

berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat dengan pendekatan content

analisys. Data yang terkumpul di analisis dengan menggunakan metode tafsir

tahlili dan maudhu’i.

Konsep ulul albab yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-195 adalah

orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara berzikir di

manapun dan kapanpun dia berada. Mereka selalu menancapkan kalimatullah

dalam hatinya, di samping itu dia mau menggunakan kecerdasannya dengan selalu

berfikir dan menganalisa ciptaan Allah SWT, sehingga dengan kegiatan berfikir

dan berzikir tersebut mereka mampu mengambil faidah darinya atas semua

keagungan Allah SWT dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya dalam

segala situasi dan kondisi. Jelaslah bahwa dalam Q.S Ali Imran ayat 190-195,

mengandung dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir dan fikir. Dengan

melakukan dzikir dan fikir, maka sampailah manusia pada suatu kesimpulan

bahwa Allah SWT menciptakan alam ini sarat dengan tujuan dan kemanfaatan

bagi manusia. Selanjutnya mereka memohon kepada Allah SWT supaya mereka

diberi petunjuk dan dihindarkan dari siksa api neraka.

Pada dasarnya hakikat tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pencapaian

target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Dari

sudut pandang ini, hakikat tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kesadaran

terhadap hakikat peserta didik sebagai abdullah yang selalu tunduk dan patuh atas

semua aturan-aturan Allah SWT. Dan terbentuknya kesadaran akan fungsi dan

tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat diwujudkan

dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui kesadaran ini seorang akan termotivasi

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, meningkatkan sumber daya

manusia, mengelola lingkungannya dengan baik, dan lain-lain.

Konsep ulul albab dan tujuan pendidikan Islam merupakan dua kata yang saling

ada keterikatan, karena antara konsep yang ada pada ulul albab dengan tujuan

pendidikan adalah sama-sama bertujuan untuk menjadikan peserta didik sebagai

abdullah yang selalu tunduk menghambakan diri kepada Allah SWT dengan cara

menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangannya

agar benar-benar tercipta pada diri peserta didik menjadi manusia yang muttaqin.

Disamping secara vertikal mereka menjadi seorang abdullah yang selalu

Page 6: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

vi

beribadah, secara horisontal mereka adalah kholifah fil ardz yang mana mereka

harus siap sedia menjalin persaudaraan antar sesama hidup bersosial dengan

masyarakat luas, yang mana seorang kholifah fil ardz harus mampu

mengaplikasikan pengetahuannya dan mau menyebarkan apa yang mereka miliki,

sehingga ilmu yang mereka miliki tidak untuk diri sendiri tetapi juga untuk

berdakwah li I’lai kalimatillah dan akhirnya menjadi manusia yang di damba

masyarakat dan dipuja oleh Allah SWT sebagai insan yang sempurna (insan

kamil).

Page 7: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

vii

MOTTO

Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah

bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi

peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".(Q.S. Yunus: 101)1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya,( Bandung: CV diponegoro,

2008) hlm. 220

Page 8: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

viii

PERSEMBAHAN

Tiada sesuatupun yang dapat memberikan rasa bahagia melainkan senyum

manis penuh bangga dengan penuh rasa bakti, cinta dan kasih sayang dan

dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini untuk

Ayahanda Bapak Irsyad dan Ibunda Jumronah tercinta yang telah

mendidik dan membesarkanku serta mencurahkan kasih sayangnya.

Kakak-kakak ku ( Rusikhah, Abdul Rouf, Nurus Shobah, Muidah, Abdul

Muid, Al-haritsah) yang senantiasa memberi inspirasi untuk selalu

semangat dalam hidupku.

Syeh KH Abdul Wahid Zuhdi (alm) ( Pengasuh Ponpes Al-Ma’ruf

Bandungsari Ngaringan Grobogan sekaligus pendiri Ponpes fadhlul Wahid

Ngangkruk Ngaringan Grobogan) yang telah membekali penulis ilmu

agama.

KH. Imam Taufiq. M,Ag dan Ibu Hj Arikhah beserta keluarga yang telah

memberikan bimbingan dan bantuan baik spirituil dan materiil untuk

penulis sehingga mampu menyelesaikan studi sampai selesai.

Semua guru-guruku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang

telah nggulowentah dan yang telah memberikan berbagai ilmu

pengetahuan, semoga ilmu yang penulis dapatkan bisa berkah

Keluarga besar perpustakaan Fakultas Tarbiyah ( Pak Rozi, pak Mahmud,

Pak Rikza, Bu Sayidah dan teman-teman seperjuangan bea siswa

perpustakaan) jangan jemu untuk selalu noto buku, semoga ada berkah

dan manfaatnya.

Pengurus Ta’mir dan atau MADIN Raudlatul Jannah dan juga keluarga

besar Perumahan Bank Niaga Ngaliyan SMG, yang telah memberi

kesempatan dan izin berteduh dan belajar bermasyarakat

Sahabat-sahabat PAI 07D (Nurul Septiani, Misbahul Munir, dan teman-

teman semua) senasib seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan

membantu untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dan tak lupa pembaca budiman sekalian

Semoga amal dan kebaikan mereka mendapat balasan yang berlipat ganda

dari Allah Yang Maha Kuasa.

Page 9: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillâhi rabill ‘aalamin. Segenap puja dan puji syukur peneliti

panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan

dan kekuatan lahir batin kepada dir peneliti, sehingga penelitian hasil dari sebuah

usaha ilmiah yang sederhana ini guna menyelesaikan tugas akhir kesarjanaan

terselesaikan dengan sebagaimana mestinya.

Sholawat dan salam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW, sosok historis yang membawa proses transformasi

dari masa yang gelap gulita ke zaman yang penuh peradaban ini, juga kepada para

keluarga, sahabat serta semua pengikutnya yang setia disepanjang zaman.

Berbagai usaha dalam rangka menyelesaikan skripsi yang berjudul Konsep

Ulul Albab dalam Q.S Ali Imran Ayat 190-195 dan Relevansinya dengan Tujuan

memang tidak bisa lepas dari berbagai kendala dan hambatan, mulai dari flesdis

hilang, computer error dll, tetapi dengan semangat untuk segera menyelesaikan

karya ilmiah ini, alhamdullah penulis dapat menyelesaikan juga walaupun masih

banyak kekurangan. Oleh karena, itu izinkan peneliti ingin mengucapkan terima

kasih kepada hamba-hamba Allah yang membantu peneliti sehingga karya

sederhana ini bisa menjadi kenyataan, bukan hanya angan dan keinginan semata,

diantaranya kepada:

1. Prof. Dr. H Muhibbin, M. A Rektor IAIN Walisongo Semarang

2. Dr. Sudja`i, MAg. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

3. Nasirudin, M.Ag.. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo

yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.

4. Dr. Hamdani Mu’in, M. Ag. Dosen Pembimbing I dan Ridwan, M.Ag. selaku

Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan

motivasi kepada penulis sampai skripsi ini selesai.

5. Abdurrahman M,Ag. Selaku dosen wali studi penulis dan seluruh Bapak/Ibu

Dosen, karyawan, pegawai IAIN Walisongo, yang telah memberi nasehat dan

motivasi dan memberi pengarahan kepada penulis

Page 10: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

x

6. Ayahanda Bapak Irsyad dan Ibunda Jumronah tercinta yang telah mendidik

dan membesarkanku serta mencurahkan kasih sayangnya. Kakak-kakak ku (

Rusikhah, Abdurrouf, Nurusshobah, Muidah, Abdul Muid, Alharitsah) yang

senantiasa memberi inspirasi untuk selalu semangat dalam hidupku.

7. Syeh KH Abdul Wahid Zuhdi (alm) ( Pengasuh Ponpes Al-Ma’ruf

Bandungsari Ngaringan Grobogan sekaligus pendiri Ponpes fadhlul Wahid

Ngangkruk Ngaringan Grobogan) yang telah membekali penulis ilmu agama.

8. KH. Imam Taufiq. M,Ag dan Ibu Hj Arikhah, M.Ag beserta keluarga yang

telah memberikan bimbingan dan bantuan baik spirituil dan materiil untuk

penulis sehingga mampu menyelesaikan studi sampai selesai.

9. Keluarga besar perpustakaan Fakultas Tarbiyah ( Pak Rozi, pak Mahmud, pak

Rikza, Ibu Sayidah dan teman-teman seperjuangan bea siswa perpustakaan)

jangan jemu untuk selalu noto buku, semoga ada berkah dan manfaatnya.

10. Semua guru-guruku yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu yang telah

me-nggulowentah dan yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan,

semoga ilmu yang penulis dapatkan bisa berkah

11. Pengurus Ta’mir dan atau MADIN Raudlatul Jannah dan juga keluarga besar

Perumahan Bank Niaga Ngaliyan SMG, yang telah memberi kesempatan dan

izin berteduh dan belajar bermasyarakat

12. Sahabat-sahabat PAI 07D (Nurul Septiani, Misbahul Munir, dan teman-teman

semua) senasib seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan membantu

untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu hanya

ucapan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam penulis haturkan dan

semoga amal dan jasa baik sahabat-sahabat akan dicatat sebagai amal

kebajikan dan dibalas sesuai amal perbuatan oleh Allah SWT.

Akhirnya, penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada, kritik dan saran

yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan

datang. Besar harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri

maupun orang lain.

Page 11: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

xi

Semarang, 24 Juni 2011

Penulis,

MIFTAHUL ULUM

NIM: 0 7 3 1 1 1 133

Page 12: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................... ii

PENGESAHAN................................................................................................. iii

NOTA PEMBIMBING...................................................................................... iv

ABSTRAK......................................................................................................... v

MOTTO…........................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR..................................................................................... viii

DAFTAR ISI..................................................................................................... xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Penegasan Istilah.......................................................................... 4

C. Rumusan Masalah...................................................................... 6

D. Tujuan Dan Manfaat................................................................... 6

E. Kajian Pustaka ............................................................................. 6

F. Metode Penelitian ........................................................................ 8

BAB II : ULUL ALBAB DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Tujuan Pendidikan Islam................................... 12

B. Dasar Tujuan Pendidikan Islam........................................... 14

C. Tahapan Tujuan Pendidikan Islam....................................... 20

D. Tujuan Pendidikan Islam..................................................... 24

BAB III : KONSEP ULUL ALBAB DALAM Q.S ALI IMRAN AYAT 190-

195

A. Konsep Ulul albab..................................................................... 39

Page 13: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

xiii

1. Pengertian Ulul albab.......................................................... 35

2. Karaktristik ulul albab............................................................ 39

B. Telaah Konsep Ulul Albab Q.S Ali-Imran ayat 190-195 ...... 43

1. Asbab Al-Nuzul..................................................................... 43

2. Arti Mufradat ......................................................................... 44

3. Asbab An-Nuzul ..................................................................... 45

4. Munasabah.......................................................................... 46

5. Isi Kandungan Q.S Ali-Imran Ayat 190-195....................... 49

BAB IV : RELEVANSI KONSEP ULUL ALBAB DENGAN TUJUAN

PENDIDIKAN ISLAM

A. Konsep Ulul Albab Q.S Ali-Imran ayat 190-195 Dan Tujuan

Pendidikan Islam............................................................................. 64

1. Analisis Konsep Ulul Albab................................................... 68

2. Analisis Tujuan Pendidikan Islam.................………........... 76

B. Relevansi Konsep Ulul Albab Dengan Tujuan Pendidikan Islam….71

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................. 80

B. Saran-Saran............................................................................. 81

C. Kata Penutup......................................................................... 82

DAFRAT PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 14: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

1

BAB I

KONSEP ULUL ALBAB DALAM Q.S ALI IMRAN AYAT 190-195 DAN

RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan

dibandingkan dengan makhluq lain, ini semua dikarenakan manusia

dibekali potensi yang luar biasa yaitu berupa akal, akal juga yang

membedakan manusia dari mahluk Allah yang lain, keintlektualan dan

bentuk jasad sempurna yang dianugrahkan Allah kepadanya. Sehingga

manusia mampu berfikir dan memungkinkan pula baginya untuk

mengamati, menganalisis apa-apa yang di ciptakan Allah di alam bumi ini.

Kemampuan manusia untuk berfikir inilah yang menjadikannya sebagai

makhlukNYA yang diberi amanat untuk dapat beribadah kepadaNYA

serta diberi tanggung jawab dengan segala pilihan dan keinginan. Akal

pula yang menjadikan manusia terpilih untuk menjadi khalifah di muka

bumi ini dan berkewajiban untuk membangunnya dengan sebaik-bainnya.1

Dalam diri manusia terdapat dua daya sekaligus, yaitu daya fikir

yang berpusat di kepala dan daya rasa (qalbu) yang berpusat di dada.

Untuk mengembangkan daya ini telah ditata sedemikian rupa oleh Islam,

misalnya untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan dengan cara

beribadah seperti sholat, zakat, puasa, haji dan lain-lain dan untuk

mempertajam daya fikir perlu arahan ayat kauniyah yakni ayat-ayat

mengenai visi cosmos yang menganalisa dan menyimpulkan yang

melahirkan gagasan inovatif demi pengembangan peradaban manusia

sebagai kholifah di muka bumi.2

Sesuatu yang sangat agung dari petunjuk Al-Qur’an, berkenaan

dengan visi pemikiran dan ilmu pengetahuan, adalah bahwa Al-Qur’an

memberi penghargaan terhadap ulul albab dan kaum cendikiawan, atau

1 Musfir bin Said Az-zahrani, Konseling Terapi,( Jakarta: Gema Insani, 2005 ), Hlm 274

2 Syahrin harahap, Al-qur’an dan Sekularisasi, ( Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994) hlm

50

Page 15: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

2

kaum intlektual.Allah memuji mereka dalam banyak ayat dalam surat-

surat Makiyah dan Madaniyah. Trem ulul albab atau Ulil albab terulang

dalam Al-Qur’an sebanyak 16 kali. Sembilan diantaranya terdapat dalam

Al-Qur’an Makiyah dan tujuh lainnya terdapat dalam Al-Qur’an Madani.3

Al-Qur’an mengekspos keluhuran orang yang beriman dan berilmu

sebagai hamba-hamba Allah yang memiliki kedudukan tinggi. Bahkan,

diberi gelar khusus untuk mereka yang memiliki kedudukan ini, yang

mampu mendayagunakan anugrah Allah (potensi akal,kalbu, dan nafsu)

pada sebuah panggilan, yaitu ulul albab. Allah tidak menafikan potensi

yang dianugrahkan oleh-NYA kepada manusia agar tidak tergiur dan

terpesona oleh hasil dirinya sendiri, sehingga keterpesonaan itu membuat

dirinya menjadi hamba dunia, karena kecintaan yang berlebihan pada

dunia.4

Sejalan dengan kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki oleh

manusia yang dirahmatkan sang khaliq tersebut, maka manusia harus bisa

memposisikan diri sebagai mahluk yang tidak hanya memikirkan atau

peduli terhadap dirinya sendiri, tetapi harus senantiasa peduli dan peka

terhadap keberadaan sekelilingnya, sehingga potensi fikir dan dzikir

senantiasa menyelimuti aktifitasnya sehari-hari sebagai bahwa manusia

adalah tidak hanya sebagai mahluk Allah yang paling sempurna tetapi juga

sebagai keharusan untuk menuju insan kamil yang di dalam Al-Qur’an

sering disebut dengan istilah ulul albab.

Menurut A.M. Saefudin, bahwa ulul albab adalah pemikir

intlektual yang memiliki ketajaman analisis terhadap gejala dan proses

alamiyah dengan metode ilmiah induktif dan deduktif, serta intlektual

yang membangun kepribadian dengan dzikir dalam keadaan dan sarana

ilmiah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan seluruh umat manusia. ulul

3 Yusuf Qardawi, Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal Dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:

Gema Insani,1998), hlm,29-30

4 Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri,( Jakarta: Gema

Insani,2000), hlm 118-119

Page 16: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

3

albab adalh intlektual muslim yang tangguh yang tidak hanya memiliki

ketajaman analisis obyektif, tetapi juga subyektif.5

Konsep ulul albab yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 190-

195 memberikan penjelasan bahwa orang yang berakal adalah orang yang

melakukan dua hal, yaitu tazakur yakni mengingat Allah dengan ucapan

dan atau hati dalam situasi dan kondisi apapun dan tafakkur memikirkan

ciptaan Allah, yakni kejadian di alam semesta. Dengan melakukan dua hal

tersebut, seseorang diharapkan ia sampai kepada hikmah yang berada di

balik proses mengingat dan berfikir , yaitu mengetahui, memahami,

menghayati bahwa dibalik fenomena alam dan segala sesuatu yang ada

didalamnya menunjukkan adanya sang pencipta, Allah SWT.6

Pendidikan Islam sebagai salah satu dari ajaran agama Islam,

memiliki tujuan mulia yang sesuai dengan aturan dan tuntunan Al-Qur’an

yaitu untuk membentuk kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang

seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.7

Tujuan pendidikan Islam

yang ingin dicapai mencakup aspek kognitif (akal), aspek afektif (moral)

dan spiritual. Dengan kata lain, terciptanya kepribadian yang seimbang,

yang tidak hanya menekankan perkembangan akal, tetapi juga

perkembangan spiritual.8

Sedangkan menurut Ibnu Katsir yang tertuang dalam karyanya

(Tafsir Ibnu Katsir) bahwa yang disebut ulul albab adalah:

العقىل التام الزكية التى تدرك االشياء بحقا ئقها علي جليا تها و ليسىا كالصن و البكن الذين

. ال يعقلىن

5 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan,

kurikulum Hingga redifinisi Islamisasi Ilmu Pengetahuan,( Jakarta: Nuansa, 2003) hlm 268 6 M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,(Jakarta:

Lentera Hati), hlm 308-309 7 Zakiah Daradjat, dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2001), cet. II, hlm. 72 8 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. V, hlm. 41

9 Abi Fada’ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1,(Bairut; Darul

Kutub Ilmiyah,1994),hlm 403

Page 17: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

4

Yaitu akal yang sempurna dan bersih yang dengannya dapat diketemukan

berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu bukan seperti

orang-orang yang buta dan bisu yang tidak dapat berfikir.

Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akal dan nurani, ia

sebagai pengontrol utama atas semua yang berlaku dalam aktifitas

manusia, namun dalam prakteknya, posisi dan peran akal sering kali

tersalahkan oleh nafsu dan kehendak syaitan. Hasilnya, kemaksiatan

dimana-mana. Kemaksiatan yang terjadi merupakan dampak yang

ditimbulkan oleh pertentangan yang luar biasa antara akal dan nafsu.10

.

Ketika akal lebih dominan maka tindakan positif yang terjadi, sebaliknya

jika hawa nafsu lebih dominan, maka tindakan negatiflah yang akan

muncul.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk

mengkaji konsep ulul albab yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 190-

195 yang direlevansikan dengan tujuan pendidikan Islam.

B. Penegasan Istilah

Agar memudahkan pemahaman dan menjaga supaya tidak terjadi

kesalah fahaman tentang judul ini, maka perlu kiranya penegasan istilah

sebagai berikut:

a. Ulul albab

Istilah ulul albab berasal dari dua kata yakni ulu dan albab,

kata ulu artinya yang memiliki. Sedangkan albab berasal dari kata al-

lubb yang artinya otak atau pikiran (intellect) albab di sini bukan

mengandung arti otak atau pikiran beberapa orang, melainkan hanya

dimiliki oleh seseorang. Dengan demikian ulul albab artinya orang

yang memiliki otak yang berlapis-lapis. Ini sebenarkan membentuk arti

kiasan tentang orang yang memiliki otak yang tajam.11

10

Fadlolan Musyaffa’ Mu’thi, Potret Islam Universal, ( Tuban: Syauqi Press, 2008 ),

hlm 15. 11

M. Dawam Rahardjo,Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-

Konsep Kunci (Jakarta: Paramadina, 2002),hlm 556

Page 18: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

5

Sedangkan menurut pendapat Abuddinata dalam karyanya,

Tafsir ayat-ayat pendidikan, bahwa Ulul albab adalah orang yang

melakukan dua hal yaitu tazakkur yakni mengingat(Allah), dan

tafakkur memikirkan (ciptaan Allah)12

Sedangkan yang maksud ulul albab dalam skripsi ini adalah

orang yang mampu mengambil kesimpulan, pelajaran, peringatan dari

ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an, segala masyarakat, peristiwa searah

dan fenomena alam, di dalam dirinya selalu terkandung suatu refleksi

serta potensi dzikir dan fikir.

b. Relevansi

Kata relevansi berasal dari bahasa Inggris relevance yang berarti

bersangkut paut atau bisa disebut juga hubungan.14

Dalam kamus

popular dijelaskan bahwa makna relevansi adalah hubungan,

keterkaitan atau pertalian.15

Sedangkan dalam penelitian ini diartikan

dengan hubungan yaitu adanya hubungan antara satu hal dengan hal

lain yang dapat berguna secara langsung untuk menambah atau

melengkapi satu sama lain.

c. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan berdasarkan etimologi pendidikan Islam berarti ‘arah

maksud atau haluan’, dalam bahasa Arab tujuan diistilahkan dengan

kata ‘ghayat, atau muqosid’. Sedangkan dalam bahasa Inggris

diistilahkan dengan ‘goal, purpose, objektif, atau aim’. Secara

terminologi tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah

sebuah usaha atau kegiatan selesai.13

12

Abuddinata, Tafsir ayat-ayat pendidikan,(Jakarta: Raja grafindo,2002), hlm 131 14

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:

Gramedia,1993),hlm.475. 15

M.D.J. Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Bandung: CV. Pustaka

Setia,2000),hlm.261. 13

Armai Arief, Pengantar Umum dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), hlm. 15.

Page 19: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

6

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah peneliti paparkan diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:

1. Bagaimanakah konsep ulul albab yang terdapat pada Q.S Ali Imran

ayat 190-195?

2. Bagaimana hakikat tujuan Pendidikan Islam?

3. Bagaimana relevansi Ulul albab pada Q.S Ali Imran ayat 190-195

dengan tujuan pendidikan Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konsep ulul albab yang terdapat pada surat ali Imran ayat

190-195

2. Mengerti bagaimana hakekat tujuan Pendidikan Islam

3. Faham akan relevansi ulul albab pada Q.S Ali Imran ayat 190-195

terhadap tujuan pendidikan Islam

Sedangkan harapan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Supaya lebih termotivasi untuk menggali segala potensi yang dimiliki

akal agar menjadi insan kamil

2. Menjadi sumbangan pemikiran terhadap siapa saja yang

membutuhkan.

3. Menambah pengetahuan peneliti tentang bagaimana konsep ulul albab

yang berimplikasi terhadap pendidikan Islam.

4. Menambah koleksi perbendaharaan refrensi perpustakaan fakultas

tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan,

perbandingan yang masing-masing mempunyai andil besar mencari teori,

Page 20: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

7

konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan

teoritis bagi penelitian yang hendak dilakukan.14

Penulis menyadari bahwa konsep ulul albab telah banyak dibahas

dalam karya-karya tulis baik buku, skripsi maupun yang lain yang masing-

masing saling melengkapi antar satu dengan yang lain.

Pertama, buku karya Toto Tasmara dengan judul, Menuju Muslim

Kaffah Menggali Potensi Diri,buku ini menerangkan bahwa seorang ulul

albab memiliki jiwa yang tangguh serta kritis terhadap lingkungannya.

Mereka ini bukan tipe kentura, bukan pula tipe teknokrat Haman.

Ketajaman intuisi dan intlektualnya, harmonitas pikir dan zikirnya

merupakan ciri khas yang di miliki Ulil albab

Kedua, buku dengan judul: Al-qur’an berbicara tentang akal dan

ilmu pengetahuan, karya Dr. Yusuf Qardhawi. Dalam buku ini terdapat

bahasan betapa Al-qur’an sangat memuji kaum ulul albab, di buku tersebut

juga di terangkan tentang pengertian ulul albab di sertakan ayat-ayat Al-

qur’an yang menerangkan tentang ulul albab

Ketiga, skripsi yang berjudul Ulul Albab Dalam Al Qur’an

Implikasinya Dalam Tujuan Pendidikan Islam, Karya Sulaiman. Dalam

skripsi ini menerangkan bahwa ulul albab adalah orang yang mempunyai

kedalaman keilmuan dan ketajaman pemikiran serta mampu mengambil

kesimpulan, pelajaran, peringatan dari ayat- ayat Allah dalam Al-qur’an

dan senantiasa terkandung suatu refleksi serta potensi dzikir dan fikir.

Keempat, skripsi yang berjudul : Konsep Akal Dalam Tafsir Al

Misbah an Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, Karya Anisatul

Ainiyah, Dalam skripsi ini menjelaskan tentang fungsi akal yang mana

mencakup dalam hal tafakkur dan tadzakkur kepada Allas SWT,

sedangkan kalau di kaitkan dengan dunia pendidikan bahwa pendidikan

yang baik adalah pendidikan yang dapat mengembangkan akal.pendidikan

harus membina dan mengembangkan potensi akal .

14

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1995), hlm 65

Page 21: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

8

Berbeda dengan beberapa penelitian di atas, bahwa peneliti dengan

judul KONSEP ULUL ALBAB DALAM Q.S ALI IMRAN 190-195 DAN

RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM, karena

dalam penelitian ini memfokuskan untuk mengetahui konsep yang ada

pada ulul albab yang terkandung dalam surat ali-Imran ayat 190-195 serta

relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam. Dengan harapan agar

konsep yang ada pada ulul albab dapat menjadi acuan untuk merumuskan

tujuan pendidikan Islam, dengan menggunakan metode tahlili dan

maudhu’i

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode

penelitian kepustakaan (library research)15

, yaitu dengan

mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema

pembahasan dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber

kepustakaan.

2. Sumber Data

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber-sumber yang memberikan

data secara langsung dari tangan pertama atau merupakan sumber

asli.16

Dalam skripsi ini sumber primer yang dimaksud adalah al-

Qur’an Surat Ali imran ayat 190-195.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber-sumber yang diambil dari

sumber yang lain yang tidak diperoleh dari sumber primer.17

Dalam

skripsi ini sumber-sumber sekunder yang dimaksud adalah kitab-

15

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset,1999), Jilid I, hal. 9. 16

Nasution, Metode Reseach Penelitian Ilmiah, Edisi I, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001),

Cet. IV, hal. 150. 17

Saifuddin Anwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pelajar Offset, 1998), hal. 91.

Page 22: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

9

kitab tafsir yang ada hubungannya dengan al-Qur’an Surat Ali

imran ayat 190-195.

c. Sumber Tersier

Sumber tersier adalah sumber-sumber yang diambil dari

buku-buku selain sumber primer dan sumber sekunder sebagai

pendukung. Yang dimaksud sumber tersier dalam skripsi ini adalah

buku-buku lain yang berhubungan dengan permasalahan yang

menjadi pokok bahasan skripsi ini.

Selanjutnya untuk memberi penjelasan atau penafsiran

terhadap ayat tersebut, melalui metode studi pustaka (library

research), maka langkah yang ditempuh adalah dengan cara

membaca, memahami serta menelaah buku-buku, baik berupa

kitab-kitab tafsir maupun sumber-sumber lain yang berkenaan

dengan permasalahan yang ada, kemudian dianalisa.

3. Metode Analisis Data

Guna mencari jawaban dari beberapa permasalahan yang ada di

atas, penulis menggunakan metode tahlili dan maudhu’i

Metode tahlili adalah metode kajian al-Qur’an dengan

menganalisis secara kronologis dan memaparkan berbagai aspek yang

terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan urutan bacaan

yang terdapat dalam dalam urutan mushaf uthmani.18

Adapun langkah-langkahnya adalah :

a. Menerangkan hubungan (munasabah) baik antara satu ayat dengan

ayat yang lain, maupun satu surah dengan surah yang lain.

b. Menjelaskan tentang sebab-sebab turunnya ayat (asbab an-nuzul).

c. Menganalisis kosa kata (mufradat) dan lafal dari sudut pandang

bahasa arab.

d. Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya.

18

Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, ( Yogyakarta:Tazzafa, 2009), hlm 128-

129

Page 23: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

10

e. Menerangkan unsur-unsur fashoha, bayan dan i’jaznya, bila

dianggap perlu. Khususnya apabila ayat-ayat yang ditafsirkan itu

mengandung keindahan balaghah.

f. Menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang dibahas,

khususnya apabila ayat-ayat yang ditafsirkan adalah ayat-ayat

ahkam.

g. Menerangkan makna dan maksud syara’ yang terkandung dalam

ayat bersangkutan. Sebagai sandarannya, mufasir mengambil

keterangan dari ayat-ayat lainnya, hadis Nabi, pendapat sahabat,

tabi’in dan ijtihad mufasir sendiri.19

Metode Maudhu’i (tematik) ialah menafsirkan ayat al-Qur’an

tidak berdasarkan atas arutan ayat dan surah yang terdapat dalam

mushaf, tetapi berdasarkan masalah yang dikaji. Mufasir dengan

menggunakan metode ini, menentukan permasalah yang akan dicari

jawabannya dalam Al-qur’an. Kemudian, mufasir mengumpulkan ayat-

ayat yang berkenaan dengan masalah tersebut yang tersebar dalam

berbagai surah.

Adapun langkah-langkahnya adalah :

a. Menentukan permasalahan atau topik yang akan dikaji.

b. Menentukan kata kunci mengenai permasalahan itu dan

padanannya dalam Al-qur’an

c. Mengumpulkan ayat-ayat yang berbicara mengenai topik tersebut

yang tersebar dalam berbagai surah.

d. Menyusun ayat-ayat itu sesuai dengan kronologis turunnya (Jika

memungkinkan)

e. Menjelaskan maksud ayat-ayat tersebut berdasarkan penjelasan

ayat-ayat yang lain, perkataan nabi, sahabat dan analisis bahasa.20

19

Azyumardi Azra (ed.), Sejarah dan Ulum al-Qur’an: Bunga Rampai, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1999), cet I. Hlm. 172.

20

Kadar M. Yusuf, Studi Al qur’an, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm.146

Page 24: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

11

Dengan metode ini penulis akan mengulas ayat di atas dari

berbagai sudut, terutama dari bagian yang bisa secara langsung membantu

untuk menarik kesimpulan ayat sehingga pada akhirnya akan diperoleh

suatu pendapat bahwasanya seberapa besar pengaruh dari kesabaran dan

ketekunan peserta didik dalam proses pembelajaran dan hasilnya terhadap

pendidikannya.

Page 25: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

12

BAB II

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan salah satu hal yang harus ada ketika seseorang

melakukan suatu usaha, tanpa adanya tujuan pastilah suatu usaha tidak

akan terarah dan tidak ada artinya, sekecil apapun suatu usaha, harus ada

bentuk tujuan yang pasti, begitu juga dengan pendidikan yang mana dalam

suatu proses pembelajaran yang membutuhkan tujuan yang mulia yang

sesuai dengan tuntunan Allah dan rasul-NYA.

Tujuan berdasarkan etimologi pendidikan Islam berarti „arah

maksud atau haluan, dalam bahasa Arab tujuan diistilahkan dengan kata

„ghayat, atau muqosid’. Sedangkan dalam bahasa Inggris diistilahkan

dengan „goal, purpose, objektif, atau aim’. Secara triminologi tujuan

adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan

selesai.1

Tujuan juga bisa diartikan sebagai batas akhir yang di cita-citakan

oleh seseorang dan dijadikannya pusat perhatianya untuk di capai melalui

usaha.2 Dengan demikian, tujuan adalah sasaran atau cita-cita yang akan

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan.

Kata aims menunjukkan arti sesuatu yang menentukan cara

berkenaan dengan tujuan yang diharapkan. Kata aims bersinonim dengan

kata goals. Kedua kata ini menunjukkan suatu hasil usaha yang ingin

dicapai dengan mengerahkan usaha sekuat tenaga, karena tanpa penekanan

usaha itu hasilnya tidak akan tercapai.

Dalam Bahasa arab kata ghayyat (غياة) digunakan untuk mengartikan

tujuan akhir di luar yang tidak ada. Ahdaf (أهدف ) dipergunakan untuk

memberi arti peranan-peranan yang lebih tinggi dan dapat dimiliki oleh

seseorang berkenaan dengan tinjauan luas yang menyiratkan hal ini sangat

1 Armai Arief, Pengantar Umum dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), hlm. 15. 2 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 51

Page 26: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

13

diperlukan. Ahdaf juga berarti menempati suatu sasaran yang lebih dekat.

Istilah maqasid (مقاصد) artinya sesuatu yang diperoleh dari suatu cara yang

menunjukkan kepada jalan yang lurus.3

Secara terminologis, banyak ahli pendidikan yang mendefinisikan

tentang tujuan. Abdurrahman an-Nahlawi mendefinisikan tujuan adalah

apa yang di canangkan oleh manusia, diletakkannya sebagai pusat

perhatian, dan demi merealisasikannya dan menata tingkah lakunya4.

Sementara Zakiah darajat mendefinisikan tujuan sebagai sesuatu yang di

harapkan tercapai setelah melakukan usaha atau kegiatan selesai.5

Pengertian tujuan pendidikan Islam menurut Dr. Zakiah Daradjat

adalah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan pembelajaran dalam

pembentukan kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh

aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.6Sedangkan menurutnya Prof. Dr.

Qodry A. Azizy, M.A., mengungkapkan bahwa Tujuan pendidikan Islam

adalah untuk menghubungkan pertumbuhan personal seseorang kepada

kehidupan publik dengan cara mengembangkan keterampilan yang kuat,

pengetahuan akademik, kebiasaan/ habitat untuk pencarian, dan

keingintahuan yang kritis tentang masyarakat, kekuasaan, ketidaksamaan

(perlakuan), dan perbuatan. Oleh karena itu, berbicara mengenai

pendidikan agama Islam, baik makna ataupun tujuannya, haruslah

mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan

melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga

dalam rangka keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang

kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.7

Tujuan pendidikan Islam, menurut seminar pendidikan Islam se-

Indonesia, tanggal 7 -11 Mei 1960 di Cipasung Bogor, adalah menamkan

3 Ahmad Warson al-Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab – Indonesia, (Yogyakarta:

Pon. Pes. Krapyak, 1984), hlm.1208. 4 Abdurahman an-Nahlawi, Prinsi-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:

Diponegoro, 1989), hlm. 160. 5 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), cet. 2, hlm. 29.

6 Zakiah Daradjat, dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2001), cet. II, hlm. 72 7 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 121.

Page 27: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

14

taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk

manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran agama. Tujuan

tersebut didasarkan kepada proposi bahwa pendidikan Islam adalah

bimbingan terhadap pertumbukan rohani dan jasmani menurut ajaran

Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan

mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.8

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah sesuatu yang hendak dicapai melalui

kegiatan pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai keIslaman terhadap

anak didik sehingga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT

menjadi kuat dan akhirnya terbentuklah seorang hamba yang mukmin dan

muttaqin, siap menghadapi tantangan hidup yang kapan saja bisa

mengancam dirinya untuk terjerumus kelembah yang nista, dan dengan

keimanan dan ketaqwaan peserta didik sanggup dan siap menjadi khalifah

di muka bumi ini dengan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya.

B. Dasar Tujuan Pendidikan Islam

Dasar tujuan pendidikan Islam yang dimaksud di sini adalah semua

acuan atau rujukan yang darinya akan memancarkan ilmu-ilmu

pengetahuan dan tentunya telah diyakini kebenaran dan keabsahannya, di

antara dasar-dasar tujuan pendidikan Islam adalah:

a. Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang berfungsi sebagai

mu‟jizat yang di turunkan kepada nabi Muhammad yang di tulis dalam

mushaf, yang di riwayatkan secara mutawattir, dan membacanya adalah

ibadah.9 Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat

dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad.

Ajaran yang terkandung dalam al-Qur'an menyangkut hubungan

8 Baihaqi AK, Mendidik Anak Dalam Kandungan Menurut Ajaran Pedagogis Islam,

(Jakarta: Darul Ulum Press, 200), Cet 1, hlm. 13 9 M. Nor Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, (Semarang:Lubuk Raya, 2001), hlm. 37.

Page 28: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

15

manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya dan hubungan dengan

alam semesta.

Diturunkannya Al-Qur'an secara berangsur-angsur bertujuan

untuk memecahkan setiap problema yang timbul dalam masyarakt. Dan

juga menunjukkan suatu kenyataan bahwa pewahyuan total pada waktu

adalah mustahil, karena Al-Qur'an turun menjadi petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu-kewaktu yang selaras dan sejalan dengan

kebutuhan yang terjadi.10

Al-Qur'an sebagaimana dikatakan Manna Khalil al-Qattan dalam

kitabnya Mabahis fi Ulum al-Qur'an adalah mukjizat Islam yang kekal

dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia

diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad Saw untuk

mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang,

serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.11

Semua isi Al-Qur‟an

merupakan syari‟at, pilar dan azas agama Islam, serta dapat memberikan

pengertian yang komprehensif untuk menjelaskan suatu argumentasi

dalam menetapkan suatu produk hukum, sehingga sulit disanggah

kebenarannya oleh siapa pun.12

Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur‟an adalah sebagai landasan

dalam segala hal termasuk sebagai dasar pendidikan, Allah berfirman

dalam kalamnya yang berbunyi :

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi

mereka yang bertaqwa (Q.S Al-Baqarah :2)13

10

Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 153. 11

Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis, 1973),

hlm. 1. 12

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan Team

Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996), hlm. 16. 13

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2007), hlm. 2

Page 29: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

16

Al-Qur‟an sendiri mulai diturunkan dengan ayat-ayat pendidikan.

Di sini terdapat isyarat, bahwa tujuan terpenting al-Quran adalah

mendidik manusia dengan metoda memantulkan, mengajak, menelaah,

membaca, belajar dan observasi ilmiah tentang penciptaan manusia,

sejak masih berbentuk segumpal darah beku di dalam rahim ibunya. 14

Firman Allah SWT :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.

Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia)

dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang

tidak diketahuinya.15

Al-Qur'an bersisi aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela,

mempunyai nilai universal, dan tidak terikat oleh ruang dan waktu, nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu.16

Maka

Al-Qur'an menjadi landasan yang kokoh dan paling strategis bagi

orientasi pengembangan intelektual, spiritual dan keparnipurnaan hidup

manusia secara hakiki.

b. As-Sunnah

Dasar yang kedua selain Al-Qur'an adalah as-Sunnah Rasulullah.

Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan

hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah

SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.

14

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:

CV. Diponegoro, 1992), hlm. 45. 15

15

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2007), hlm. 597

16

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan Team

Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996), hlm. 154.

Page 30: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

17

As-Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari nabi, baik

berupa perkataan, perbuatan, takrir, perangai, budi pekerti, perjalanan

hidup baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya17

. As-

Sunnah merupakan ajaran kedua sesudah al-Qur'an. Seperti al-Qur'an,

as-Sunnah juga berisi aqidah dan Syariah.

Pada mulanya as-Sunnah dimaksudkan untuk mewujudkan dua

tujuan yaitu :

1) Menjelaskan kandungan al-Qur‟an, makna ini diisyaratkan oleh al-

Qur‟an surat an-Nahl: 44

Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu

menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan

kepada mereka dan supaya mereka memikirkan (Q.S. an-

Nahl: 44 )18

2) Menerangkan syari‟at dan adab-adab lain, sebagaimana firman

Allah SWT

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang

Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya

kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka

Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka

sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Q.S.

al-Jumu‟ah: 2 )19

Dalam lapangan pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai

dua faidah yang sangat besar, yaitu :

17

Munzier Suparta, Ilmu Hadis,.(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 3, hlm 7. 18

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2008), hlm. 272 19

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2008), hlm. 553

Page 31: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

18

a) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat di dalam al-

Qur‟an dan menerangkan hal-hal kecil yang tidak terdapat di

dalamnya.

b) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah

bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan

pendidikan keimanan ke dalam jiwa yang dilakukannya.20

Menetapkan Al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam

bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada

keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam

kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat

dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai

pedoman, Al-Qur'an tidak ada keraguan padanya (QS. Al-Baqarah/2:2).

Al-Qur‟an tetap terpeliharan kesucian dan kebenarannya (QS. Ar-

Ra‟d/15:9), baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun

aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran al-

hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam, secara umum, al-hadits

difahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik

berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya, kepribadian Rasul

sebagai uswatun-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik (QS. Al-Ahzab

/33:21). Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpeliharan dan dikontrol

oleh Allah SWT (QS. An-Najm/ 53:3-4).21

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah fuqoha, yaitu berfikir dengan menggunakan

seluruh ilmu yang dimiliki Islam untuk menetapkan atau menentukan

suatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum tegas

20

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung:

CV. Diponegoro, 1992), hlm. 46-47. 21

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 34-35.

Page 32: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

19

hukumnya oleh al-Qur'an dan as-Sunnah22

. Ijtihad dalam hal ini dapat saja

meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan.

Ijtihad adalah usaha-usaha pemahaman yang serius dari kaum

muslimin terhadap Al-qur‟an dan as-sunnah sehingga memunculkan

kreativitas yang cemerlang di bidang pendidikan Islam, atau bahkan

karena adanya tantangan zaman dan desakan kebutuhan sehingga

melahirkan ide-ide fungsional yang gemilang.23

Akan tetapi tetap

berpedoman pada Al-Quran dan as-sunnah. Namun demikian, Ijtihad harus

mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para Mujtahid dan tidak

bertentangan dengan isi al-Qur‟an dan as-sunnah, oleh karena itu ijtihad

dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan

setelah wafatnya Rasulullah.

Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya Usûl al-Fiqh

mengemukakan bahwa ijtihad artinya adalah upaya mengerahkan seluruh

kemampuan dan potensi untuk sampai pada suatu perkara atau perbuatan.

Ijtihad menurut ulama usul ialah usaha seorang yang ahli fiqh yang

menggunakan seluruh kemampuannya untuk menggali hukum yang

bersifat amaliah (praktis) dari dalil-dalil yang terperinci.24

Menurut Ahmad Tafsir, karena pendidikan menduduki posisi

terpenting dalam kehidupan manusia, maka wajarlah orang Islam

meletakan al-Qur'an, as-Sunnah dan akal sebagai dasar teori-teori

pendidikannya. Itulah ilmu pendidikan Islam, yang memilih al-Qur'an dan

as-Sunnah sebagai dasarnya. Lebih lanjut Ahmad Tafsir mengatakan kata

“akal” tidak perlu disebutkan secara formal, karena telah diakui bahwa al-

Qur'an dan as-Sunnah menyuruh menggunakan akal. Jadi sepantasnyalah

22

Tengku Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Ilmu Fikih, (Semarang:Riski Putra,1999), cet.

2, hlm.200. 23

Widodo Supriono, Ilmu Pendidikan Islam dalam Ismail SM (eds) , Paradigma

Pendidikan Islam ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerja Sama Dengan Fakultas tsrbiyah IAIN

Walisongo Semarang, 2001), hlm 35-36 24

Muhammad Abu Zahrah, Usûl al-Fiqh, (Cairo: Dâr al-Fikr al-„Arabi, 1958), hlm. 379.

Page 33: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

20

umat Islam menjadikan al-Qur'an dan Hadist sebagai dasar pendidikannya,

karena keduannya dijamin kebenarannya.25

Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan

yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan

pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan

kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian

pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam

adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Jadi tujuan dalam pendidikan Islam tidak cuma disandarkan atas

ijtihad manusia tetapi jauh dari pada itu bahwa dasar dari tujuan

pendidikan Islam adalah kalamullah yang tidak dapat diragukan lagi

keasliannya, dan juga sunnatullah yang menjadi penjelas isi kandungan

yang terdapat dalam al-Qur‟an, seperti halnya yang telah diisyaratkan oleh

al-Qur‟an:

Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan

pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan

supaya mereka memikirkan (Q.S. an-Nahl: 44 )26

C. Tahapan Tujuan pendidikan Islam

Untuk mencapai suatu tujuah pendidikan Islam, tidak mungkin

dilakukan sekaligus secara serentak. Pencapaian tujuan harus dilakukan

secara bertahap dan berjenjang. Meskipun demikian, setiap tahap dan

jenjang memiliki hubungan dan keterkaitan sesamanya karena adanya

landasan yang sama serta tujuan yang tunggal.

25

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2005), cet.V, hlm. 22. 26

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2008), hlm. 272

Page 34: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

21

Menurut pendapat Zakiyah Daradjat, tujuan pendidikan Islam

dibagi menjadi empat tahap, yaitu:27

a. Tujuan umum, yakni tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat

tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik.

b. Tujuan akhir, tujuan akhir pendidikan Islam dapat dipahami sebagai

upaya untuk kembali kepada Allah dalam keadaan takwa dan berserah

diri kepada-Nya. Insan kamil yang mati dalam keadaan takwa kepada

Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.

c. Tujuan sementara, adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik

diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

kurikulum pendidikan formal.

d. Tujuan operasional, yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan

dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan

mencapai tujuan tertentu yang disebut tujuan operasional.

Sedangkan menurut Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany

bahwa tujuan pendidikan ada tiga tahap, yaitu:28

a. Tujuan tertinggi atau terakhir adalah tujuan yang tidak diatasi oleh

tujuan lain. Tujuan tertinggi tidak terbatas pelaksanaannya pada

institusi-institusi tertentu melainkan wajib dilaksanakan oleh semua

institusi-institusi masyarakat.

b. Tujuan umum yaitu perubahan-perubahan yang dikehendaki yang

diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya. Tujuan ini dapat

dikaitkan dengan institusi pendidikan tertentu.

c. Tujuan khas yaitu perubahan-perubahan yang diingini yang bersifat

cabang atau bagian yang termasuk di bawah tujuan umum pendidikan

atau dengan kata lain gabungan pengetahuan, keterampilan, pola-pola

27

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996 ), hlm.30-32 28 Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung,

( Jakarta: Bulan Bintang, 1979 ), hlm. 405

Page 35: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

22

tingkah laku, sikap yang terkandung dalam tujuan tertinggi atau tujuan

umum.

Ahmadi menambahkan bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi

menjadi tiga tahapan yaitu: 29

30

a. Tujuan akhir: pada dasarnya tujuan ini sesuai dengan tujuan hidup

manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, yaitu menjadi hamba

Allah yang bertakwa, mengantarkan subyek didik menjadi

khalifatullah di bumi dan memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

b. Tujuan umum: tujuan ini berfungsi sebagai arah yang taraf

pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap,

perilaku dan kepribadian peserta didik sehingga mampu menghadirkan

dirinya sebagai pribadi yang utuh.

c. Tujuan khusus: tujuan ini bersifat relatif sehingga dimungkinkan

untuk diadakan perubahan dimana perlu disesuaikan dengan tuntutan

dan kebutuhan, selama masih berpijak pada kerangka tujuan tertinggi,

terakhir dan umum.

Menurut al-Syaibani, tujuan pendidikan Islam mempunyai

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Tujuan Individual, tujuan ini berkaitan dengan masing-masing

individu dalam mewujudkan bperubahan yang diinginkan pada

tingkah laku dan aktivitasnya, di samping untuk mempersiapkan

mereka dapat hidup bahagia baik di dunia dan akhirat.

Dalam mendidik individu yang shaleh, pendidikan Islam

berupaya agar ia mampu menjalin hubungan secara terus menerus

dengan Allah.31

29

29Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam,Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005), hlm.95-101

31 Hery Noer Ay dan Munziers, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Insani, 2005),

hlm. 144

Page 36: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

23

b. Tujuan sosial, tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat

sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum, di

samping juga berkaitan dengan perubahan dan pertumbuhan

kehidupan yang diinginkan serta memperkaya pengalaman dan

kemajuan.

c. Tujuan profesional, tujuan ini berkaitan dengan pendidikan dan

pengajaran sebagai sebuah ilmu, sebagai seni dan sebagai profesi serta

sebagai satu aktivitas di antara aktivitas masyarakat.32

Pendidikan Islam mendidik individu agar berjiwa suci (berhati

bersih). Dengan jiwa yang demikian, individu akan hidup dalam

ketenangan bersama Allah, teman, keluarga, masyarakat, dan umat

manusia diseluruh dunia. Dengan demikian, pendidikan Islam tidak ikut

andil dalam mewujudkan tujuan-tujuan khusus agama Islam, yaitu

menciptakan kebaikan umum bagi individu keluarga, masyarakat dan umat

manusia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Islam membebaskan individu dari

penyembahan terhadap selain Allah; dari rasa takut kehilangan rizki,

kehormatan dan kehormatan serta dari pembudakan oleh hawa nafsu.

Setelah itu Islam memberinya pendidikan rohaniah-amaliah melalui

membaca al-Qur‟an, dzikir dan ibadah praktis. Dengan berada dalam

naungan al-Qur‟an dan ma‟rifat kepada Alla, maka jiwanya akan menjadi

tenang dan senantiasa terlepas dari kegelisahan.33

Dari keterangan di atas sudah jelas, bahwa untuk mencapai tujuan

pendidikan Islam dibutuhkan usaha yang tidak pernah henti, selama

seseorang masih hidup, di situlah seseorang berkesempatan untuk meraih

setinggi mungkin tahapan-tahapan dalam meraih tujuan pendidikan Islam,

sinilah dalam Islam dikenal dengan istilah konsep pendidikan sepanjang

hayat.

32

Armai Arief, Pengantar Umum dan Metodologi Pendidikan Islam., (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), hlm. 25-26. 33

Hery Noer Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani,

2003), hlm. 144.

Page 37: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

24

Sedangkan di lembaga sekolah formal dikembangkan istilah tujuan

institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional, tujuan semester, tujuan

catur wulan, tujuan kelas dan sebagainya. Namun semua itu dapat

dikualifikasikan sebagai tujuan perantara bila diukur dari tujuan

pendidikan Islam yang identik dengan tujuan hidup manusia.34

Pentahapan tujuan pendidikan ini hanya merupakan cara untuk

dapat mencapai tujuan akhir atau tertinggi pendidikan Islam. Tujuan akhir

pendidikan Islam tidak dapat tercapai secara instan melainkan melaui

proses. Sepanjang hidupnya manusia akan terus berusaha mencapai tujuan

hidupnya, selama inilah proses pendidikan akan terus berlangsung.

D. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan suatu harapan yang ingin dicapai setelah

melakukan usaha. Setiap usaha tanpa tujuan tidak akan berarti apa-apa.

Oleh karenanya setiap usaha pasti ada tujuannya, begitu juga dengan

pendidikan.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa tujuan adalah

sasaran yang hendak dicapai oleh suatu aktivitas manusia. Setiap aktivitas

manusia pasti mempunyai tujuan tertentu. Sebab aktifitas yang tidak

mempunyai tujuan adalah pekerjaan yang sia-sia.

Selain itu, tujuan pendidikan Islam terangkum dalam upaya

mengaplikasikan cita-cita setiap muslim, yaitu kebahagiaan hidup didunia

dan akhirat.35

Dengan demikian pendidikan itu diarahkan pada perubahan

tingkah laku seseorang dalam segala aspek kehidupan, sebagaimana hal ini

dikemukakan oleh Mc.Donald, pendidikan yaitu :

“A process or an activity which is directed at producing desirable

changes is the behavior of human beings”.36

34 Ahmad Syar‟i, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 29

35 Jalaludin dan Umar Said, Filasafat Pendidikan Islam, (Jakarta: raja grafindo persada,

1994), hlm. 39

Page 38: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

25

“Suatu proses atau aktifitas yang mengarahkan pada perubahan

tingkah laku seseorang”

Muhaimin dan Abdul Mujib mengatakan bahwa pada hakekatnya

tujuan pendidikan Islam terfokus pada tiga hal, yaitu:37

a. Terbentuknya insan kamil yang mempunyai wajah-wajah Qur‟ani.

b. Terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensi-dimensi religius,

budaya dan ilmiah.

c. Penyadaran fungsi manusia sebagai khalifatullah serta sebagai

warasatul anbiya’ dan memberikan bekal yang memadai dalam

rangka pelaksanaan fungsi tersebut.

Untuk menetapkan tujuan pendidikan haruslah difahami terlebih

dahulu untuk apa manusia hidup atau diturunkan Allah ke bumi ini

menurut Islam. Sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan tujuan

hidup manusia di bumi ini. Pada hakikatnya manusia dididik adalah untuk

mencapai tujuan hidupnya itu.38

Islam telah menegaskan, bahwa manusia diturunkan Allah ke muka

bumi untuk menjadi khalifah-NYA. Sebagai mana firman Allah SWT:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

bumi.". (QS. al-Baqarah: 30) 39

Dalam hal ini, John Dewey memberikan penjelasan mengenai

kriteria tujuan pendidikan yang baik adalah:

(1) the aim set up must be an outgrowth of existing conditions,

36

F.J. Mc. Donald, Educational Psychology, (California: Wadsworth Publishing

Company, 1959), hlm. 4.

37 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filisofis Dan

Kerangka Opersionalnya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), hlm. 164-166. 38

Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam

Mulia, 1986), cet.I, hlm. 35-36 39

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2008), hlm. 6

Page 39: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

26

(2) we have spoken as if aims could be completely formed prior to the

attempt to realize them,

(3) the aim must always represent a freeing of activities.40

kriteria tujuan pendidikan yang baik adalah:

(1) tujuan harus disusun mengetahui kondisi yang ada,

(2) tujuan-tujuan yang disusun tersebut akan menjadi sempurna jika lebih

mengutamakan upaya merealisasikannya,

(3) suatu tujuan harus selalu memberikan kebebasan dalam beraktivitas.

Menurut Arifin, tujuan pendidikan Islam secara filosofis

berorientasi kepada nilai-nilai islami yang bersasaran pada tiga dimensi

hubungan manusia selaku "khalifah" di muka bumi, yaitu sebagai berikut.

a. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan

Tuhannya.

b. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang

dengan masyarakatnya.

c. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola, dan

memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan

kesejahteraan hidupnya dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan

ubudiahnya kepada Allah, dengan dilandasi sikap hubungan yang

harmonis pula.41

Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan, yaitu:42

a. Tujuan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertikal maupun

horisontal.

b. Sifat-sifat manusia.

c. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban manusia.

40

John Dewey, Democracy and Education, (New York: The Macmillan Company, 1964),

hlm. 104-105.

41Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 121.

42 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta: Ciputat Press, 2002),hlm, 35-36.

Page 40: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

27

d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini, setidaknya

ada tiga macam dimensi ideal Islam, yaitu:

1) Mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan

hidup manusia di muka bumi.

2) Mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk

meraih kehidupan yang baik.

3) Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan

kehidupan dunia dan akhirat.

Dalam konteks Islam, pendidikan itu tidak lain adalah upaya sadar

yang dilakukan untuk menjadi manusia sebagai manusia utuh atau dengan

kata lain pemanusiaan adalah tugas utama pendidikan dalam Islam.

Sedangkan menurut al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah:

a. Mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang terwujud dalam

kemampuan dan kesadaran diri melaksanakan ibadah.

b. Menggali, mengembangkan potensi atau fitarah manusia.

c. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas

keduniaan dengan sebaik-baiknya.

d. Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari

kerendahan budi dan sifat tercela.

e. Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi

manusia yang mansuiawi.

Unsur-unsur dalam rumusan tersebut yang akan membentuk

manusia shalih, yaitu manusia yang mempunyai kemampuan

melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah dan kepada manusia

yang lain.43

Muhammad athiyah al-Abrasyi dalam kajiannya tentang

pendidikan Islam telah menyimpulkan lima tujuan yang asasi bagi

pendidikan Islam, antara lain:

a. Untuk membantu pembentukan akhlak mulia

43

Abiding Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogayakarta: Pustaka

Pelajar, 1998), hlm. 66.

Page 41: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

28

b. Persiapan menghadapi kehidupan dunia-akhirat

c. Perasiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi-segi kemanfaatan

d. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada peajaran dan

memuaskan keinginan ari untuk mengetahui (Curiosity) dan

memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai ilmu

e. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan

supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, dapat mencari rizki dalam

hidup, dan hidup dengan mulia disamping memelihara segi kerohanian

dan keagamaan.44

Sedangkan menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan

pendidikan Islam menurut Al-Qur'an meliputi: Pertama menjelaskan

posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah lainnya dan

tangung jawabnya dalam kehidupan ini. Kedua Menjelaskan hubungannya

sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan

bermasyarakat. Ketiga Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan

tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara

memakmurkan alam semesta. Keempat Menjelaskan hubungannya dengan

sang Khaliq sebagai pencipta alam semesta.45

Tujuan agama Islam adalah memberi kebahagiaan kepada individu

di dunia dan di akhirat dengan memerintahkan kepadanya untuk tunduk,

bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah. Noer Hery membagi

tujuan pendidikan Islam menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum pendidikan Islam sinkron dengan tujuan agama

Islam yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk,

bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah. Sehingga

memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk

44

Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di

Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 65-66. 45

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 36

Page 42: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

29

merealisasikan tujuan tersebut, Allah mengutus para Rasul untuk

menjadi guru dan pendidik serta menurunkan kitab-kitab samawi.

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang

Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada

mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan

hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya

benar-benar dalam kesesatan yang nyata,( Q.S. al-Jumu‟ah: 2)46

b. Tujuan Khusus

Dari tujuan umum pendidikan Islam yang berpusat pada

ketakwaan dan kebahagiaan tersebut dapat digali tujuan-tujuan khusus

sebagai berikut:

1) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan segenap

dimensi perkembangnnya: rohaniah, emosional, sosil, intelektual,

dan fisik.

2) Mendidik anggota kelompok sosial yang shaleh, baik dalam

keluarga maupun masyarakat muslim.

3) Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang besar

benar.47

Adapun menurut Baihaqi AK, tujuan dari pendidikan Islam adalah

mendidik manusia agar menjadi hamba Allah seperti Nabi Muhammad

SAW. Sifat-sifat yang harus melekat pada diri hamba Allah itu adalah

sifat-sifat yang tercermin dalam kepribadiannya. Di antara sifat-sifat itu

adalah: 48

1. Beriman dan beramal shaleh untuk mencapai hasanah fid-dunya dan

hasanah fil akhirah

46

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2008), hlm. 553 47

Hery Noer, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm. 141-

142 48

Baihaqi AK, Mendidik Anak Dalam Kandungan Menurut Ajaran Pedagogis Islam,

Cet.1, hlm. 14

Page 43: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

30

2. Berilmu yang dalam dan luas, bekerja keras untuk kemakmuran

kehidupan dunia

3. Berakhlak mulia dalam pergaulan

4. Cakap memimpin di permukaan bumi.

5. Mampu mengolah isi bumi untuk kemakmuran umat manusia

6. Dan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW lainnya.49

Adapun menurut Armai Arif, inti dari tujuan pendidikan Islam

terfokus pada :

a. Terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia

hamba Allah yang diwajibkan menyembah kepadanya. Melalui

kesadaran ini pada akhirnya dirinya akan berusaha agar potensi dasar

keagamaan (fitrah) yang dimiliki dapat tetap terjaga kesuciannya

sampai akhir hayatnya. Sehingga, hidup dalam keadaan beriman dan

meninggalnya juga dalam keadaan beriman (muslim).

b. Terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah

Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat diwujudkan dalam

kehidupannya sehari-hari. Melalui kesadaran ini seorang akan

termotivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki,

meningkatkan sumber daya manusia, mengelola lingkungannya

dengan baik, dan lain-lain. sehingga pada akhirnya akan mampu

memimpin dirinya dan keluarganya, masyarakat dan alam

sekitarnya.50

Para pakar pendidikan Islam dalam konferensi pendidikan Islam

pada tahun 1977 telah merumuskan tujuan pendidikan Islam antara lain

sebagai berikut:

1. Menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan kepada Allah,

sebagaimana firman Allah :

49

Baihaqi AK, Mendidik Anak Dalam Kandungan Menurut Ajaran Pedagogis

Islam,(Jakarta: Darul Ulum Press, 200), Cet.ke-1, hlm. 15 50

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam , Jakarta: Ciputat

Press, 2002, hlm. 26.

Page 44: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

31

.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-

benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati

melainkan dalam Keadaan beragama Islam.51

2. Menumbuhkan sikap dan jiwa yang selalu beribadah kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah :

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku. (QS. adz-Dzariyat: 56)52

3. Membina dan memupuk akhlak karimah

4. Menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa yang selalu amar ma‟ruf

nahi munkar. Sebagaimana firman Allah:

Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

bumi". (QS. al-Baqarah: 30)53

5. Menumbuhkan kesadaran ilmiah melalui kegiatan penelitian, baik

terhadap kehidupan manusia, alam maupun kehidupan makhluk Allah

diseluruh semesta alam54

. Sebagaimana dalam firman Allah :

51

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2008), hlm. 52

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2008), hlm. 523 53

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2008), hlm. 6 54

M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

1996 ), hlm. 101-103

Page 45: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

32

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-

orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah

sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan

mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini

dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari

siksa neraka. (QS. Ali Imron: 190-195) 55

Setelah menelaah dari beberapa pandangan dan pendapat para

pakar pendidikan tentang tujuan pendidikan Islam, pada dasarnya tidak

ada pertentangan satu sama lain. Jika terlihat ada perbedaan, maka

perbedaan tersebut hanyalah segi penekananya saja. Ada yang

mengemukakan tujuan pendidikan Islam secara global, dan ada yang

mengemukakan secara spesifik.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa

sesungguhnya yang menjadi tujuan dalam pendidikan Islam adalah

mengarahkan peserta didik agar taat menjalankan semua ajaran agama dan

berakhlak mulia, juga mampu mengembangkan seluruh potensi yang di

miliki peserta didik, baik dalam segi jasmaniah, rohaniah, emosional

maupun intelektual dan bisa bertanggung jawab terhadap individu maupun

sosial, serta mampu berperan secara maksimal untuk selalu beribadah

kepada Allah SWT,sebagaimana hamba dan khalifah Allah yang

mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang kuat.

55

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro,

2008), hlm. 75

Page 46: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

33

BAB III

KONSEP ULUL ALBAB DALAM Q.S ALI IMRAN AYAT 190-195

A. Konsep Ulul Albab

1. Pengertian Ulul albab

Istilah ulul albab berasal dari dua kata yakni ulu dan albab,

Kata ulu dalam bahasa arab berarti dzu yaitu memiliki1. Sedangkan

albab berasal dari kata al-lubb yang artinya otak atau pikiran

(intellect) albab di sini bukan mengandung arti otak atau pikiran

beberapa orang, melainkan hanya dimiliki oleh seseorang. Dengan

demikian ulul albab artinya orang yang memiliki otak yang berlapis-

lapis. Ini sebenarkan membentuk arti kiasan tentang orang yang

memiliki otak yang tajam.2

Di dalam bahasa arab ada beberapa istilah yang mempunyai arti

sama dengan lafal qolb yaitu al-lub, al-aql, al-qolbu, al-fu’ad, al-

shodr. Menurut Prof dr. Mahmud Yunus mengartikan Qolbun

dengan hati, jantung, akal. Menurut Jalaludin Rahmad Qolb adalah

masdar dari qolaba, artinya membalikkan, mengubah, mengganti.

Qolb juga mempunai dua makna qolb dalam bentuk fisik dan qolb

dalam bentuk ruh. Dalam arti fisik qolb dapat kita tarjamahkan

sebagai “jantung”.3

Lafal qolb bisa ditetapkan untuk dua arti. Pertama, daging yang

terdapat dalam dada sebelah kiridan di dalam rongganya berisi darah

hitam. Ia adalah sumber roh dan tempat tinggalnya. Kedua, adalah

bisikan robbaniyah Ruhaniah yang mempunyai suatu hubungan

dengan daging ini. Bisikan inilah yang mengenal Allah SWT dan

1 Ahmad Warson al-Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab Indonesia, (

Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, 1984), hlm.49 2 M. Dawam Rahardjo,Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan

Konsep-Konsep Kunci (Jakarta: Paramadina, 2002),hlm 557 3 Moh. Saifullah Al-Aziz, Cahaya Penerang Hati, (Surabaya: Terbit Terang,

2004), hlm,13

Page 47: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

34

memahami apa yang tak dapat dijangkau oleh hayalan dan agan-

angan, dan itulah hakikat manusia dan dialah yang diseru.4

Lafal fuadun-Af’idatun mempunyai makna hati, akal5 pikiran.

Sebagaimana firman Allah yang artinya:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak

mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,

penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan

jawabnya.6

Lafalz akal berasal dari masdar aqola yang artinya akal, pikiran,

hati ingatan 7Menurut Abu Hilal al-„iskary mengatakan bahwa akal

adalah ilmu pengetahuan yang pertama mencegah keburukan, dan

setiap orang yang pencegahannya lebih kuat maka ia adalah orang

yang sangat cerdas (sangat cemerlang akalnya). Sebagian ulama‟

mengatakan bahwa akal adalah pemeliharaan. 8

Lafald shodr adalah masdar dari shodaro yang mempunyai arti

dada, bagian atas, terbuka9

Dari semua istilah yang ada di atas sebenarnya mempunyai arti

yang sama, apa bila yang dimaksud adalah hati yang dipunyai

seorang ulul albab maka bisa diartikan kecerdasan yang cemerlang

yang mempunyai potensi untuk diasah melalui pembelajaran.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, ulul albab diartikan

sebagai orang yang cerdas, berakal atau orang yang mempunyai

4 Moh. Saifullah Al-Aziz, Cahaya Penerang Hati, (Surabaya: Terbit Terang,

2004), hlm,29 5 Mahmud yunus, Kamus Arab-Indonesia, ( Jakarta: Yayasan Penarjamah,

1973), 306 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 50 7 Ahmad Warson al-Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab Indonesia, (

Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, 1984), hlm.957 8 Moh. Saifullah Al-Aziz, Cahaya Penerang Hati, (Surabaya: Terbit Terang,

2004), hlm,32 9 Ahmad Warson al-Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab Indonesia, (

Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, 1984), hlm.768

Page 48: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

35

kecerdasan tinggi dan berfikiran jernih berdasarkan ilmu

pengetahuan,10

Menurut pendapat Abuddinata dalam karyanya, Tafsir ayat-ayat

pendidikan, bahwa Ulul albab adalah orang yang melakukan dua hal

yaitu tazakkur yakni mengingat(Allah), dan tafakkur memikirkan

(ciptaan Allah)11

Sedangkan menurut Ibnu Katsir yang tertuang dalam karyanya

(Tafsir Ibnu Katsir) bahwa yang disebut ulul albab adalah:

اىؼقه اىخا اىضمت اىخ حذسك االشاء بحقا ئقا ػي جيا حا ىسا اىص اىز ال

.ؼقي

Yaitu akal yang sempurna dan bersih yang dengannya dapat

diketemukan berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai

sesuatu bukan seperti orang-orang yang buta dan bisu yang

tidak dapat berfikir.

A.M. Saefudin memberi pengertian bahwa ulul albab adalah

pemikir intlektual yang memiliki ketajaman analisis terhadap gejala

dan proses alamiyah dengan metode ilmiah induktif dan deduktif,

serta intlektual yang membangun kepribadian dengan dzikir dalam

keadaan dan sarana ilmiah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan

seluruh umat manusia. ulul albab adalah intlektual muslim yang

tangguh yang tidak hanya memiliki ketajaman analisis obyektif,

tetapi juga subyektif.13

Ulul albab adalah orang yang memiliki pemikiran dan

pemahaman yang benar. Mereka membuka pandangannya untuk

menerima ayat-ayat Allah SWT pada alam semesta, tidak memasang

penghalang-penghalang, dan tidak menutup jendela-jendela antara

10

Pusat Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2003),ed.3 hlm 437 11

Abuddinata, Tafsir ayat-ayat pendidikan ,(Jakarta: Raja grafindo,2002), hlm

131 12

Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz

1,(Bairut; Darul Kutub Ilmiyah,1994),hlm 403 13

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan,

kurikulum Hingga redifinisi Islamisasi Ilmu Pengetahuan,( Jakarta: Nuansa, 2003), hlm

268

Page 49: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

36

mereka dan ayat-ayat ini. Mereka menghadap kepada Allah SWT

dengan sepenuh hati sambil berdiri, duduk dan berbaring. Maka

terbukalah mata (pandangan) mereka, menjadi lembutlah

pengetahuan mereka, berhubungan dengan hakekat alam semesta

yang dititipkan Allah SWT kepadanya., dan mengerti tujuan

keberadaannya, alasan ditumbuhkannya, dan unsur-unsur yang

menegakkan fitrahnya demi ilham yang menghubungkan antara hati

manusia dan undang-undang alam ini.14

Dalam Al-Qur‟an ulul albab, bisa mempunyai berbagai arti

tergantung dari penggunaannya. Dalam A Concordance of the

Qur’an yang dikutip oleh Dawam Rahardjo, kata ini bisa

mempunyai beberapa arti :15

a. orang yang mempunyai pemikiran (mind) yang luas atau

mendalam,

b. orang yang mempunyai perasaan (heart) yang peka, sensitif atau

yang halus perasaannya

c. orang yang memiliki daya pikir (intellect) yang tajam atau kuat

d. orang yang memiliki pandangan dalam atau wawasan (insight)

yang luas dan mendalam

e. orang yang memiliki pengertian (understanding) yang akurat,

tepat atau luas

f. orang yang memiliki kebijakan (wisdom), yakni mampu

mendekati kebenaran, dengan pertimbangan-pertimbangan yang

terbuka dan adil.

Seorang ulul albab adalah orang yang sadar akan ruang dan

waktu artinya mereka ini adalah orang yang mampu mengadakan

inovasi serta eksplorasi, mampu menduniakan ruang dan waktu,

seraya tetap konsisten terhadap Allah, dengan sikap hidup mereka

14

Sayyid Quthb, Tafsir Fidzilalil Qur’an Jilid II, (Jakarta: Gema Insani,2008),

hlm. 245 15

M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan

Konsep-Konsep Kunci., (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm. 557.

Page 50: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

37

yang berkesadaran zikir terhadap Allah SWT. Ulul albab memiliki

ketajaman intuisi dan intlektual dalam berhadapan dengan dunianya

karena mereka telah memiliki memiliki potensi yang sangat langka

yaitu hikmah dari Allah SWT.16

Seorang ulul albab mempunyai dorongan yang kuat untuk

belajar banyak dan berfikir mendalam, mencari pengertian yang

paling hakiki atau inti yang hanya dilakukan apabila seseorang itu

berfikir secara radikal ke akar-akarnya. Dari aktifitas itulah orang

akan sampai pada tingkat kebijaksanaan (wisdom).17

Al-Qur‟an mengekspos keluhuran orang yang beriman dan

berilmu sebagai hamba-hamba Allah yang memiliki kedudukan

tinggi. Bahkan, diberi gelar khusus untuk mereka yang memiliki

kedudukan ini, yang mampu mendayagunakan anugrah Allah

(potensi akal,kalbu, dan nafsu) pada sebuah panggilan, yaitu ulul

albab. Allah tidak menafikan potensi yang dianugrahkan oleh-NYA

kepada manusia agar tidak tergiur dan terpesona oleh hasil dirinya

sendiri, sehingga keterpesonaan itu membuat dirinya menjadi hamba

dunia, karena kecintaan yang berlebihan pada dunia.18

Dari beberapa pengertian yang telah penulis paparkan di atas

tentang beberapa pengertian ulul albab, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa ulul albab adalah seseorang yang memiliki

wawasan yang luas dan mempunyai ketajaman dalam menganalisis

suatu permasalahan, tidak menutup diri dari semua masukan yang

datang dari orang lain, dengan kecerdasan dan pengetahuan yang

luas mereka tidak melalaikan Tuhannya, bahkan mereka

menggunakan kelebihan yang dimiliki untuk selalu mendekatkan diri

kepada Allah dengan cara mengingat ( dzikir ) dan memikirkan (

16

Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri, ,( Jakarta:

Gema Insani,2000), hlm 122 17

M.Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan

Konsep-Konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm 77

18

Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri, ( Jakarta:

Gema Insani,2000), hlm 118-119

Page 51: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

38

fikir ) semua keindahan ciptaan dan rahasia-rahasia ciptaanNYA,

sehingga tumbuh ketaqwaan yang kuat dalam dirinya dan selalu

bermawas diri dari gejolak nafsu yang bisa menjerumuskan dirinya

kedalam lembah kenistaan.

2. Karakteristik Ulul albab

Jalaluddin Rahmat mengemukakan lima tanda ulul albab dalam al-

Qur'an yaitu:19

a. Bersungguh-sungguh mencari ilmu, seperti disebutkan dalam Al-

Qur‟an. Firman Allah :

“dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami

beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu

dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran

(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal” (QS.

3:7)20

Salah satu hal yang termasuk dalam bersungguh-sungguh

mencari ilmu ialah kesenangannya mentafakuri ciptaan Allah di

langit dan di bumi.

Firman Allah:

19

Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif: Ceramah-ceramah di Kampus,

(Bandung: Mizan, 1993), Cet. V, hlm. 213-215 20

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 50

Page 52: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

39

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi

orang-orang yang berakal” (QS. 3:190)21

b. Mampu memisahkan yang jelek dari yang baik kemudian ia pilih

yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan

itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak

orang. Allah berfirman :

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik,

meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka

bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar

kamu mendapat keberuntungan." (QS. 5:100 )22

c. Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-

nimbang ucapan, teori, proposisi atau dalil yang dikemukakan oleh

orang lain. Sebagaimana firman Allah :

21

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 75 22

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 124

Page 53: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

40

Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang

paling baik di antaranya . mereka Itulah orang-orang yang

Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang

yang mempunyai akal. (QS. 39:18 )23

d. Bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk

memperbaiki masyarakatnya, bersedia memberikan pengertian

kepada masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidak

beresan di tengah-tengan masyarakat. Sebagaimana firman Allah :

“ (Al-Quran) Ini adalah penjelasan yang Sempurna bagi

manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya,

dan supaya mereka mengetahui bahwasanya dia adalah

Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal

mengambil pelajaran”. (QS. 14:52 )24

23

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 460 24

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 261

Page 54: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

41

orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil

pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah

dan tidak merusak perjanjian, Dan orang-orang yang

menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya

dihubungkan , dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut

kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar

Karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan

menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan kepada

mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak

kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang

mendapat tempat kesudahan (yang baik”), (QS. 13:19-22 ).25

e. Tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah SWT.

Firman Allah :

Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah

takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang

berakal. (QS. 39:18 )26

Sedangkan meurut Dawam Rahardjo dalam karyanya

Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep

25

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 252 26

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 460

Page 55: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

42

Kunci, bahwa ulul albab mempunyai beberapa ciri-ciri sebagai

berikut :

1) Mempunyai pengetahuan atau orang yang tahu

2) Yang memenuhi perjanjian dengan Allah dan tidak akan ingkar

dari janji tersebut (yaitu, beriman, berbuat baik dan menjauhi

yang keji dan yang mungkar).

3) Yang menyambung apa yang diperintahkan oleh Allah untuk

disambung, (misalnya ikatan cinta kasih)

4) Takut kepada tuhan (jika berbuat dosa) karena takut kepada

hasil perhitungan yang buruk

5) sabar karena ingin mendapat keridlaan Tuhan

6) Menegakkan shalat

7) Membelanjakan rizki yang diperoleh untuk kemanfaatan orang

lain, baik secara terbuka naupun tersembunyi.

8) Menolak kejahatan dengan kebaikan.27

B. Telaah Konsep Ulul albab dalam Q.S Ali Imran ayat 190-195

1. Redaksi dan Tarjamahan Q.S Ali Imran ayat 190-195

27

M. Dawam Rahardjo,Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan

Konsep-Konsep Kunci (Jakarta: Paramadina, 2002),hlm 567-568

Page 56: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

43

dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang

berakal,

yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau

duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan

tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan

kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha

Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Ya Tuhan kami, Sesungguhnya barangsiapa yang Engkau

masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh Telah Engkau

hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang

penolongpun.

Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang

menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada

Tuhanmu", Maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah

bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami

kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-

orang yang banyak berbakti.

Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang Telah Engkau janjikan

kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. dan

janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya

Engkau tidak menyalahi janji."

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan

berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal

orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau

perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari

sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang

diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku,

yang berperang dan yang dibunuh, Pastilah akan Ku-hapuskan

kesalahan-kesalahan mereka dan Pastilah Aku masukkan

Page 57: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

44

mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di

bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya

pahala yang baik."(QS. Ali Imron: 190-195) 28

2. Arti Mufrodat

1. Perkiraan dan penyusunan yang menunjukkan pada tatanan

yang mantap

2. yaitu alam yang ada di atasmu yang engkau sendiri

3. yaitu tempat hidup kamu

4. yaitu pergantian antara keduanya dan silih

bergantinya siang dan malam

5. . Sungguh merupakan tanda (dalil) yang

menunjukkan adanya Allah SWT dan kekuasaan-NYA

6. Bentuk tunggalnya lubbun, yang artinya akal

7. yaitu orang-orang yang mengingat Allah SWT

8. bentuk tunggalnya qaim dan qa‟id, yang artinya

berdiri dan duduk ( rukun-rukun shalat ).

9. Sia-sia yang tidak ada faidahnya

10. Maha suci Engkau dari hal-hal yang tidak layak bagi-

MU

11. Jadikanlah amal saleh itu sebagai tameng bagi

kami dari azab neraka.29

12. Merendahkan dan menghinakan mereka

28

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung:

Diponegoro,2004) , hlm. 75 29

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,

(Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993), hlm 286

Page 58: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

45

13. Adalah perbuatan sembrono yang menyangkut muamalah

antara seorang hamba dengan hambanya

14. Adalah perbuatan sembrono dalam hal hak-hak Allah atau

sembrono dalam bermu‟amalah dengan orang lain

15. Wafatkanlah kami

16. orang yang baik dalam beramal

17. Mempercayai Rasul-rasulmu

18. Janji

19. Aku tidak akan membierkan pahalanya

20. Membaur dan saling membantu

21. Taat kepadaku, beibadah kepada-Ku dan agama-Ku

3. Asbab Al-nuzul

At-Tabari dan Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.

bahwa orang-orang Quraisy datang kepada orang-orang Yahudi

dan bertanya “bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa as

kepadamu ?” pertanyaan itu dimenjawab “Tongkat dan tangannya

terlihat putihbersinar bagi yang memandangnya”

Sesudah itu mereka pergi mendatangi kaum Nasrani dan

bertanya “bagaimana halnya Isa?” Pertanyaan itu dijawab, “Isa

menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak

serta menghidupkan orang sudah mati” Selanjutnya mereka

mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Mintalah kepada

tuhanmu agar bukit shofa itu menjadi emas untuk kami. “Maka

berdo‟alah nabi Muhammad saw kepada Allah SWT dan turunlah

ayat ini, mengajak agar mereka memikirkan langit dan bumi

tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya,

seperti bintang-bintang, bulan dan matahari serta peredarannya,

Page 59: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

46

laut,gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-

binatang, tambang-tambang dan sebagainya di bumi ini.30

4. Munasabah

Secara etimologi, munasabah berarti al-musyakalah dan al-

mugharabah yang berarti saling menyerupai dan saling

mendekati.31

Selain itu munasabah juga berarti persesuaian,

hubungan atau relevansi.32

Sedangkan secara terminologi, munasabah adalah adanya

keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat, surat dan

kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan.33

Menurut Abdul

Jalal, munasabah adalah hubungan persesuaian antara ayat atau

surat yang satu dengan yang lain baik sebelum ataupun

sesudahnya.34

Hubungan tersebut bisa berbentuk keterikatan makna

ayat-ayat dalam macam-macam hubungan atau keniscayaan dalam

pikiran seperti hubungan sebab musabab, hubungan kesetaraan dan

hubungan perlawanan. Munasabah juga berbuntuk penguatan

penafsiran dan pengertian.35

Al-Qur‟an Q.S Ali-Imran ayat 190-195 mempunyai

munasabah yang sangat erat dengan ayat sebelumnya yaitu

menyebutkan keburukan-keburukan orang Yahudi, dan

menegaskan bahwa langit dan bumi milik Allah SWT, maka dalam

ayat-ayat ini Allah SWT menganjurkan untuk mengenal sifat-sifat

keagungan, kemuliaan dan kebesaran Allah SWT.36

30

Kementrian Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid II, (Jakarta: Lentera

Abadi,2010), hlm 96-97 31

Ramli Abdul Wakhid, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo , 2002), hlm 91 32

Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, ( Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm 154 33

Ramli Abdul Wakhid, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo , 2002), hlm

91 34

Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm 154 35

Ramli Abdul Wakhid , Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo , 2002), hlm

91 36

Kementrian Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid II,( Jakarta: Lentera

Abadi,2010), hlm,96

Page 60: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

47

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang

telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu

kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka

melemparkan janji itu[258] ke belakang punggung mereka dan mereka

menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang

mereka terima.

Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira

dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji

terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu

menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang

pedih.

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha

Perkasa atas segala sesuatu.

Di antara keterangan yang disembunyikan itu ialah tentang kedatangan

Nabi Muhammad s.a.w.

Menurut Al-ustazul-Imam menerangkan pula mengenai

hubungan ayat ini dengan ayat-ayat yang lalu. Maksudnya kata

beliau yaitu pada ayat-ayat yang lalu telah diterangkan Allah SWT

peristiwa kaum ahli kitab dan perihal sebagian orang-orang yang

beriman, seandainya jika mereka berfikir tentang kejadian langit

dan bumi tentulah mereka terhenti dari pada terperdaya dan

Page 61: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

48

tentulah mereka mengetahui bahwa sudah sepatutnya Allah SWT

mengutus utusan-NYA (Muhammad SAW). 37

Q.S Ali-Imran Ayat 190-195 juga mempunyai munasabah

dengan ayat sesudahnya, yaitu ayat 196-200

Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-

orang kafir bergerak di dalam negeri.

Itu hanyalah kesenangan sementara, Kemudian tempat tinggal

mereka ialah jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang

seburuk-buruknya.

Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya,

bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya,

sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal

(anugerah) dari sisi Allah. dan apa yang di sisi Allah adalah

lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.

37

A. Halim Hasan, dkk , Tafsir Al-Manar, Jilid IV, (Bairut: Darul Kutub

Ilmiyah,2005), hlm 483

Page 62: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

49

Dan Sesungguhnya diantara ahli Kitab ada orang yang beriman

kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu

dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah

hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat

Allah dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala

di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-

Nya.

Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan

kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di

perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya

kamu beruntung. 38

Dalam ayat ini Allah SWT telah menjanjikan pada kaum

muslimin pahala sebagai penghargaan dari Allah SWT disamping

tempat tinggal beserta perlengkapan-perlengkapannya itu, adalah

lebih baik daripada kesenangan duniawi yang dinikmati orang-

orang kafir waktu masih hidup di alam fana'

5. Isi Kandungan Q.S Ali Imran ayat 190-195

Diriwatkan dari Aisyah r.a. Bahwa Rasulullah saw berkata:

”Wahai Aisyah, saya pada malam hari ini beribadah kepada Allah

SWT.“ Jawab Aisyah r.a. “Sesungguhnya saya senang jika

Rasulullah berada di sampingku. Saya senang melayani kemauan

dan kehendaknya. Tetapi baiklah! Saya tidak keberatan.” Maka

bangunlah Rasulullah saw dari tempat tidurnya lalu mengambil air

wudhu, tidak jauh dari tempatnya lalu sholat.

Pada waktu sholat beliau menangis sampai air matanya

membasahi kainnya, karena merenungkan ayat al-Qur‟an yang

dibacanya. Setelah shalat beliau duduk dan memuji Allah SWT dan

kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau mengangkat

kedua belah tangannya berdo‟a dan menangis lagi dan air matanya

membasahi tanah. Setelah Bilal datang untuk azan shubuh dan

melihat Nabi saw menangis ia bertanya. ”Wahai Rasulullah!

38

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya,( Bandung: CV

diponegoro, 2004) hlm. 75-76

Page 63: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

50

Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah SWT telah

mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang

akan datang?” Nabi menjawab ”Apakah saya ini bukan seorang

hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah SWT? Dan

bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah SWT telah

menurunkan ayat kepadaku. Selanjutnya beliau berkata,” Alangkah

rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak

memikirkan dan merenungkan kandungan artinya.”39

Surat Ali Imran ayat 190 ini mirip dengan surat al-Baqarah ayat

164

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih

bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut

membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah

SWT turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia

hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di

bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan

yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)

tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah SWT) bagi kaum

yang memikirkan. (Q.S 2: 164)40

Ayat ini menyebutkan delapan macam ayat-ayat Allah SWT,

sedangkan ayat 190 yang terdapat pada surat ali Imran terdapat tiga

ayat-ayat Allah SWT, kalau dengan ayat 164 surat al-Baqarah

39

Kementrian Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid II, ( Jakarta: Lentera

abadi, 2010 ),hlm 95 40

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 25

Page 64: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

51

bukti-bukti yang disebutkan adalah hal-hal yang terdapat di langit

dan di bumi, di sini penekannya pada bukti-bukti yang terbentang

di langit. Ini karena bukti-bukti tersebut lebih menggugah hati dan

pikiran, dan lebih cepat mengantar seseorang untuk meraih rasa

keagungan Ilahi.Di sisi lain surat ayat 164 surat al-Baqarah ditutup

dengan menyatakan bahwa yang demikian itu merupakan tanda-

tanda bagi orang yang berakal ( ), sedangkan pada

ayat ini setelah mereka berada pada tahap yang lebih tinggi maka

mereka juga telah mencapai kemurnian akal sehingga sangat wajar

ayat ini ditutup dengan ( ).41

Memikirkan pergantian siang dan malam, mengikuti terbit

dan terbenamnya matahari, siang lebih lama dari pada malam dan

sebaliknya. Semua itu menunjukkan atas kebesaran dan kekuasaan

penciptanya bagi orang-orang yang berakal. Memikirkan

terciptanya langit dan bumi, pergantian siang dan malam secara

teratur dengan menghasilkan waktu-waktu tertentu bagi kehidupan

manusia merupakan satu tantangan tersendiri bagi kaum intlektual

beriman. Mereka diharapkan dapat menjelaskan secara akademik

fenomena alam itu, sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa

Tuhan tidaklam menciptakan semua fenomena itu dengan sia-sia.42

Pada ayat tersebut dalam tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa

orang yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal, yaitu

tazakur yakni mengingat Allah SWT dengan ucapat dan atau hati

dalam situasi dan kondisi saat bekerja atau istirahat,sambil berdiri

atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan tafakikur

memikirkan ciptaan Allah SWT, yakni kejadian dialam semesta.

41

M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Jilid II (Jakarta: Lentera Hati, 2009),.hlm. 371 42

Kementrian Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid II, ( Jakarta: Lentera

abadi, 2010 ),hlm97

Page 65: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

52

Dengan melakukan dua hal tersebut ia sampai kepada hikmah yang

berada dibalik proses mengingat dan berfikir , yaitu mengetahui,

memahami menghayati bahwa dibalik fenomena alam dan segala

sesuatu yang ada didalamnya menunjukkan adanya sang pencipta,

Allah SWT.43

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi

orang-orang yang berakal.44

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa sesungguhnya

dalam penciptaan langit dan bumi serta keindahan ketentuan dan

keistimewaan penciptaannya, serta adanya pergantian siang dan

malam serta berjalannya waktu, serta pengaruhnya yang tampak

pada perubahan fisik dan kecerdasan yang disebabkan pengaruh

panas matahari dan dinginnya malam, serta pengaruhnya pada

binatang dan tumbuh-tumbuhan adalah bukti kesempurnaan ilmu

dan kekuasaan-NYA.45

Langit adalah yang di atas kita, yang menaungi kita. Entah

berapa lapisnya Tuhanlah yang tahu, sedang yang dikatakan

kepada kita hanya tujuh. Menakjubkan pada siang hari dengan

berbagai warna awan-gemawan, mengharukan malam harinya

dengan berbagai bintang-bintang.

43

M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Jilid II, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm 308-309 44

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 75 45

Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002 ),hlm 133

Page 66: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

53

Bumi adalah tempat kita berdiam ini, penuh dengan aneka

keganjilan, yang kian diselidiki kian mengandung rahasia ilmu

yang belum terurai. Langit dan bumi dijadilan oleh Kholik dengan

tersusun terjangkau dengan sangat tertib. Bukan hanya semata

dijadikan, tetapi setiap saat tampak hidup semua, bergerak menurut

aturan. Silih berganti perjalanan siang dengan malam sangat besar

pengaruhnya atas hidup kita ini dan hidup segala yang bernyawa.46

Konteks Al-Qur‟an di sini menggambarkan langkah-langkah

gerakan jiwa yang ditimbulkan oleh responnya terhadap

pemandangan yang berupa langit dan bumi dan pergantian malam

dan siang dalam perasaan ulul albab dengan gambaran yang

cermat. Pada waktu yang sama ia merupakan gambaran yang

memberikan kesan dan arahan, yang memalingkan hati kepada

manhaj yang sahih di dalam bergaul dengan alam semesta, di

dalam berbicara kepadanya dengan bahasanya, di dalam bersoal

jawabbersama fitrahnya dan hakikatnya, dan terkesan dengan

isyarat-isyarat dan pengrahan-pengarahannya. Juga menjadikan

“kitab” ilmu pengetahuan bagi manusia mukmin yang senantiasa

menjalin hubungan dengan Allah SWT dan dengan apa yang

diciptakan oleh tangan Allah SWT.47

Ibnu Katsir menyatakan bahwa yang disebut ulul albab adalah:

اىؼقه اىخا اىضمت اىخ حذسك االشاء بحقا ئقا ػي جيا حا ىسا ماىص اىبن

.اىز ال ؼقي48

Yaitu akal yang sempurna dan bersih yang dengannya dapat

diketemukan berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai

sesuatu bukan seperti orang-orang yang buta dan bisu yang tidak

dapat berfikir.

46

Abdul Malik Abdul Karim Abdullah, Tafsir Al-Azhar Jilid II ( Singapura:

Pustaka Nasional, 1999), hlm.1033 47

Sayyid Quthb, Tafsir Fidzilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hlm.245 48

Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz II,

(Bairut; Darul Kutub Ilmiyah,2006),hlm 126

Page 67: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

54

49

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan ciri-ciri ulul albab, ciri-

ciri tersebut diantaranya adalah mereka yang selalu berdzikir

kepada Allah SWT dalam setiap langkah kehidupannya.

Rangkaian ayat-ayat ini dimulai dengan membandingkan

antara penghadapan hati kepada zikrullah dan ibadah kepadaNYA

“pada waktu berdiri, duduk dan berbaring” dengan memikirkan

penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dengan siang.

Sehingga, perenungan pemikiran ini menempuh jalan ibadah, dan

menjadikan sebagai salah satu sisi dari pemandangan zikir.50

Pengertian zikir di sini lebih dipakaikan dengan makna

umum. Artinya tidak husus dengan arti sholat saja. Jadi arti zikir

itu ialah mengingat Allah SWT dengan hati serta menghadirkannya

di dalam ingatan. MengingatNYA di dalam segenap hal yaitu di

waktu berdiri, duduk dan berbaring, karena seorang hamba tidak

lepas dari ketiga hal tersebut.51

Menurut Abdul Malik Abdul Karim Abdullah dalam

karyanya Tafsir Al-Azhar, orang yang berfikir yaitu orang–orang

yang mengingat Allah SWT sewaktu berdiri, duduk atau berbaring

artinya orang yang tidak pernah lepas Allah SWT dari ingatannya.

Di sini disebut yadzkuruna yang berarti ingat, berasal dari kalimat

zikir artinya yang artinya ingat. Dan disebutkan pula bahwaa zikir

itu hendaklah bertali di antara sebutan dan ingatan. Ketika

seseorang melihat atas kejadian langit dan bumi atau pergantian

siang dan malam langsung dia teringat kepada yang menciptakan.

49

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 75 50

Sayyid Quthb, Tafsir Fidzilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008) hlm.245-

246 51

A. Halim Hasan, dkk , Tafsir Al-Manar,Jilid IV, (Bairut; Darul Kutub

Ilmiyah,2005) hlm 243

Page 68: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

55

Di sini bertemulah dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir

dan fakir. Difikirkan semua yang terjadi itu, maka lantaran

difikirkan timbul ingatan sebagai kesimpulan dari berfikir. Yaitu

bahwa semua itu tidaklah terjadi sendirinya, melainkan ada Tuhan

Yang Maha Pencipta52

Mengenai ayat tersebut diatas, Ibnu Katsir menjelaskan sebagai

berikut:

ا ف خيق اىساث االسض أ ز ف اس حفاػا احساػا ز ف اخفاضا

فا االاث اىشاذة اىؼظت مامب ساساث مثافخا احضاػا ا

ثابج بحاس جباه قفاس آشجاس باث صسع ثاس حا ؼاد افغ

أ حؼاقبا (اخخالف اىيو اىاس) خخيفت ااىا اىشائح اىطؼ اىخاص

ث ؼخذ ال ث أخز زا ,حقاسضا اىطه اىقصش فخاسة طه زا قصش زا

ما قصشا قصش اىز ما طال مو راىل حقذش اىؼضض زا فطه اىز

اىؼي53

Yaitu tidak pernah melupakan mengingat Allah SWT dalam

setiap langkah hidupnya. Mereka selalu merasakan kehadiran Allah

SWT baik ketika ia dalam suasana yang sepi atau sendiri maupun

ia dalam keramaian bersama-sama dengan orang lain. Ulul albab

selalu mengingat Allah SWT baik dengan hati, pikiran maupun

dengan lisan.

Untuk itu, dengan tidak henti-hentinya selalu mengingat dan

merasakan kehadiran Allah SWT pada kehidupan seseorang

tentunya dia bisa terkontrol dari perbuatan-berbuatan yang

mengarah pada rusaknya moral dan tidak mudah terseret dengan

model atau tren yang ahirnya bisa menjauhkan dirinya pada sang

Kholiq.

52

Abdul Malik Abdul Karim Abdullah, Tafsir Al-Azhar Jilid II ( Singapura:

Pustaka Nasional, 1999), hlm.1033-1034 53

Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz

II,(Bairut; Darul Kutub Ilmiyah,2006),hlm 126

Page 69: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

56

Ulul albab adalah orang yang memiliki pemikiran dan

pemahaman yang benar. Mereka membuka pandangannya untuk

menerima ayat-ayat Allah SWT pada alam semesta, tidak

memasang penghalang-penghalang, dan tidak menutup jendela-

jendela antara mereka dan ayat-ayat ini. Mereka menghadap

kepada Allah SWT dengan sepenuh hati sambil berdiri, duduk dan

berbaring. Maka terbukalah mata (pandangan) mereka, menjadi

lembutlah pengetahuan mereka, berhubungan dengan hakekat alam

semesta yang dititipkan Allah SWT kepadanya., dan mengerti

tujuan keberadaannya, alasan ditumbuhkannya, dan unsur-unsur

yang menegakkan fitrahnya demi ilham yang menghubungkan

antara hati manusia dan undang-undang alam ini.54

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi menyimpulkan, bahwa ulul

albab adalah orang-orang yang tidak melalaikan Allah SWT dalam

sebagian waktunya. Mereka merasa tenang dengan mengingat

Allah SWT dan tenggelam dalam kesibukan mengoreksi diri secara

sadar bahwa Allah SWT selalu mengawasi mereka. Dan hanya

dengan melakukan zikir kepada Allah SWT, hal itu masih belum

cukup untuk menjamin hadirnya hidayah. Tetapi harus pula

dibarengi dengan memikirkan keindahan ciptaan dan rahasia-

rahasia ciptaan-NYA.55

Setelah Allah SWT menuturkan ciri-ciri seorang ulul albab

yang yang mana dia selalu mengingat-NYA di manapun dan

kapanpun dia berada, maka ciri-ciri berikutnya adalah selalu

berfikir

56

54

Sayyid Quthb, Tafsir Fidzilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008) hlm.245 55

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,

(Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993), hlm 290 56

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 75

Page 70: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

57

Ciri-ciri ulul albab selanjutnya adalah orang-orang yang

selalu mengedepankan aktifitas berfikir. Allah SWT menyuruh

umat manusia untuk memikirkan gejala dan fenomena alam yang

terjadi karena dengan memikirkan hal tersebut, manusia akan

sampai pada pengetahuan tentang hukum-hukum alam yang dapat

dikembangkan menjadi tekonogi yang berguna bagi kehidupan

manusia dan pada tingkatan yang lebih tinggi akan mengantarkan

manusia kepada suatu kenyakinan bahwa gejala dan fenomena

tersebut pada hakekatnya telah diatur oleh yang maha kuasa.

Ibnu Katsir memaknai kalimah tersebut dengan

:

ا فق ا فا اىحن اىذاىت ػي ػظت اىخاىق قذسة ػي حن اخخاس

سحخ57

Memahami dalil-dalil keagungan, kekuasaan dan rahmat

Allah SWT melalui gejala-gejala yang timbul di alam jagad raya.

Memahami kebenaran terhadap ketetapan alam semesta dan

fenomena-fenomenanya, artinya menurut ulul albab ialah bahwa di

sana terdapat ketetapan dan aturan, hikmah dan tujuan, serta

kebenaran dan keadilan dibalik kehidupan manusia di planet ini.

Kalau begitu di sana pasti ada hisab (perhitungan) dan pembalasan

sesuai dengan amalan-amalan yang dilakukan manusia. Di sana

pasti ada negeri yang berbeda dengan negeri dunia ini yang di sana

akan terwujud kebenaran dan keadilan dalam pembalasan.58

Dalam penciptaan langit dan bumi serta keindahan ketentuan

dan keistimewaan penciptanya, serta adanya pergantian siang dan

malam serta berjalannya waktu, serta pengaruhnya yang tampak

pada perubahan fisik dan kecerdasan yang disebabkan pengaruh

panas matahari dan dinginnya malam, serta pengaruhnya pada

57

Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz

II,(Bairut; Darul Kutub Ilmiyah,2006),hlm 126 58

Sayyid Quthb, Tafsir Fidzilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hlm.247

Page 71: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

58

binatang dan tumbuh-tumbuhan adalah bukti kesempurnaan ilmu

dan kekuasaan-NYA.59

Disisi lain, hasil pemikiran ini sangat sesuai dengan

pemohonan mereka selanjutnya. Yakni karena semua makhluk

tidak diciptakan sia-sia

Dengan melakukan dzikir dan fikir, maka sampailah

manusia pada suatu kesimpulan bahwa Allah SWT menciptakan

alam ini sarat dengan tujuan dan kemanfaatan bagi manusia.

Selanjutnya mereka memohon kepada Allah SWT supaya mereka

dihindarkan dari siksa api neraka.

Inilah sentuhan pertama yang menyentuh hati ”ulul albab”

yang memikirkan penciptaan langit dan bumi serta pergantian

malam dan siang dengan merasakan ibadah, zikir dan berhubungan

dengan Allah SWT Sang Pencipta. Inilah sentuhan yang mencetak

perasaan mereka dengan kebenaran yang mendasar dilubuk alam

semesta. Sehingga, meluncurlah dari lisannya ucapan tasbih untuk

mensucikan Allah SWT dari menciptakan alam dengan sia-sia.

Kemudian jiwanya terus bergerak, menghadapi sentuhan sentuhan

alam dan arahannya.60

Ayat ini menunjukkan betapa besarnya siksaan yang teramat

keras yaitu kehinaan yang diberikan agar kedudukan permintaan

(do‟a) ini benar-benar sesuatu yang besar. Sebab seseorang yang

minta kepada tuhannya akan sesuatu, kemudian ia menjelaskan

besarnya hal yang diminta dan sangat kuat, maka dorongan untuk

59

Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002), ,hlm 173 60

Sayyid Quthb, Tafsir Fidzilalil Qur’an,((Jakarta: Gema Insani, 2008),

hlm.246-247

Page 72: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

59

melakukan do‟a lebih sempurna, keikhlasan dalam berdoa lebih

kuat.61

Orang zalim ialah orang yang menyimpang dari jalan yang

lurus. Dalam ayat ini orang yang masuk neraka digambarkan

sebagai orang yang zalim, untuk kezalimannya

Artinya bahwa orang yang selalu berfikir itu melihat

kehebatan Allah SWT, Tuhan Maha Luhur yang menciptakan alam

semesta yang dipenuhi dengan rahasia-rahasia dan hikmah.

Sehinga mereka mengetahui bahwa tidak mungkin seseorang

mengalahkan Allah SWT

Pada ayat di atas adalah petikan do'a yang dipanjatkan

seorang ulul albab, dalam do'a tersebut terdapat nida' (panggilan) .

Hal ini mengisyaratkan sempurnanya penghadapan mereka kepada

Tuhan. Mereka sama sekali tidak pernah melupakannya, yang juga

disertai tentang kesempurnaan merendahkan diri dan

mengagungkan terhadap orang yang membiasakan (mendidik

mereka kepada kebajikan dan keutamaan.63

Dari ayat di atas terlihat bahwa mereka bermohon tiga hal

pokok.

61

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,

(Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993), hlm 292-293 62

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV.

Diponegoro, 2008), hlm. 75 63

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,

(Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993 293-294

Page 73: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

60

Pertama, yang artinya ampunilah bagi kami dosa-

dosa kami.

Kedua, yang artinya dan tutuplah dari kami

kesalahan- kesalahan kami.

Ketiga, Permohonan untuk dimatikan beserta orang-orang yang

berbakti.64

Setelah memohon pengampunan, kini dalam ayat ini mereka

mengharapkan buah pengampunan itu dengan bermohon:”Tuhan

kami, dan anugerahilah kami kemampuan beramal sehingga kami

dapat meraih apa yang telah engkau janjikan kepada kami melalui

rasul-rasul-MU, yakni melalui Muhammad Saw.”65

Seorang ulul albab selalu berdo'a agar mereka di selamatkan

dari siksa api neraka, "Ya Allah, janganlah Engkau membuka

rahasia kami kelak pada hari kiamat dengan memasukkan kami

kedalam neraka yang dianggap hina bagi orang-orang yang

memasukinya.66

Ya Allah, janganlah Engkau mengabaikan kami

dengn memperlihatkan memperlihatkan keburukan-keburukan

kami pada hari kiamat serta memasukkan kami kedalam neraka"67

64

M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Jilid II (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm,, 313 65

M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Jilid II (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm, 314 66

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,

(Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993), hlm 295 67

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur,

(Semarang; Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm, 763

Page 74: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

61

Ayat ali-Imran ayat 194 ini adalah penagiahan terhadap janji

Allah yang telah disampaikan Allah lewat para rasul, karena

meraka percaya kepada janji Allah yang tidak mungkin diingkari.

Semua ini menunjukkan betapa sensitifnya hati mereka ( ulul

albab), dan betapa cermat, halus, takwa, dan malunya meraka

kepada Allah Swt.68

Makna ayat di atas adalah bahwa orang-orang yang beriman

yang berakal memohon apa yang dikemukakan di depan, maka

permohonan itu dikabulkan oleh Rabb mereka. Hal itu disambung

dengan menggunakan fa’ ta’qib ( menggabungkan dengan yang

sebelumnya).69

Firman Allah SWT di atas yang menyebut amal-amal saleh

setelah menjelaskan pengabulan do‟a mereka, menunjukkan bahwa

do‟a dalam bentuk ucapan saja tidak cukup, tetapi harus disertai

dengan amal dan usaha dari yang berdo‟a itu. Lafald

adalah satu istilah yang digunakan untuk

menunjukkan kebersamaan atau kemitraan. Laki-laki dan

perempuan adalah sama-sama dari satu keturunan, dihimpun oleh

68

Sayyid Quthb, Tafsir Fidzilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hlm.248 69

Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz

II,(Bairut; Darul Kutub Ilmiyah,2006),hlm 216

Page 75: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

62

satu ayah dan ibu, karena itu keadaan mereka sama dalam

menerima permohonan mereka.70

Sesungguhnya pengabulan do'a bisa jadi tidak sesuai

dengan apa yang telah diminta seseorang dalam do'anya. Mereka

telah meminta kepada Allah ampunan dari segala dosa, pemaafan

atas kejelekan-kejelekan, dan diwafatkan kedalam golongan orang-

orang yang berbakti. Tetapi Allah menjawab mereka bahwa setiap

pengamal akan ditunaikan balasan amalnya. Dalam hal ini

terkandung peringatan yang menyatakan bahwa yang terpenting

dalam hal ini (pahala) ialah selamat dari siksa dan memperoleh

pahal yang baik, dan sesungguhnya hal-hal itu hanya dapat

diperoleh berkat amal yang baik dan ikhlas kepada Allah dalam

beramal.71

Setelah Allah mengaitkan antara pembalasan dengan

perbuatan, kemudian Dia menjelaskan bahwa perbuatan yang

berhak mereka terima sebagai penutup bagi kejelekan mereka,

seperti kehendak mereka untuk memperoleh surga (memasuki

surga-Nya) ialah hijrah dari tanah air untuk berkhidmah kepada

rasulullah SAW, dan meninggalkan rumah lantaran diusir orang-

70

M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Jilid II (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm, 316 71

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,

(Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993),hlm 296-297

Page 76: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

63

orang kafir untuk keluar dari rumah, disakiti, diperangi, dibunuh itu

semua demi pengorbanan untuk agama Allah Swt, dan Allah akan

membalasnya dengan surga yang dibawahnya mengalir sungai-

sungai.72

Menurut Ibnu Katsir menafsiri bahwa di tengah-tengah surga

itu mengalir berbagai macam minuman,berupa susu, madu, khamr,

air tawar dan lain-lainnya yang tidak pernah dilihat oleh mata dan

tidak pernah pernah didengar oleh telinga serta tidak pernah

terbetik dalam hati manusia.73

Pahala itu didasarkan dan dinisbatkan kepada-NYA agar

menjadi petunjuk bahwa Allah SWT itu maha Agung, karena Rabb

yang Maha Agung lagi Maha Mulia itu tidaklah memberi kecuali

dengan jumlah yang banyak. Pahala itu dari allah secara khusus,

tidak ada yang mampu memberikannya selain dari pada-NYA.

Ayat ini mengukuhkan kemuliaan pahala itu, karena Allah Maha

Kuasa terhadap segala sesuatu , tidak membutuhkan seorang pun,

Allah pasti Maha Pemurah, Maha Dermawan, dan Maha Pemberi

kebajikan.74

Ayat-ayat 191 sampai dengan ayat 195 merupaka metode

yang sempurna bagi bagi penyucian jiwa, penalaran dan

pengamatan yang diajarkan Islam. Ayat-ayat itu bermula dengan

membawa jiwa kearah kesucian, lalu mengarahkan akal kepada

fungsi pertama di antara sekian banyak fungsinya, yakni

mempelajari ayat-ayat Tuhan yang terbentang, hingga akhirnya

72

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,

(Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993), hlm 298 73

Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz

II,(Bairut; Darul Kutub Ilmiyah,2006),hlm 217 74

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,

(Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993), hlm 300

Page 77: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

64

berakhir dengan kesungguhan beramal, sampai kepada tingkat

pengorbanan diri karena allah SWT.75

Melalui pemahaman para mufasirin terhadap ayat Allah SWT

Q.S Ali-Imran ayat 190-195, akan dijumpai peran dan fungsi akal

secar lebih luas. Obyek-obyek yang dipikirkan akal dalam ayat

tersebut adalah al-khalq yang berarti batasan dan ketentuan yang

menunjukkan adanya keteraturan dan ketelitian, as-samawat yaitu

segala sesuatu yang ada diatas kita dan terlihat dengan mata kepala,

al-ardl yaitu tempat dimana kehidupan berlangsung diatasnya,

ikhtilaf al-lail wa an-nahar artinya pergantian siang dan malam

secara beraturan la-ayah artinya dalil-dalil yang menunjukkan

adanya Allah SWT dan kekuasaannya.76

Semua itu menjadi obyek atau sasaran dimana akal akan

memikirkan dan mengingatnya. Dengan adanya potensi yang

dimiliki oleh akal itu sendiri, selain berfungsi sebagai alat untuk

pengingat, memahami, mengerti juga menahan, mengikat dan

mengendalikan hawa nafsu. Melalui proses memahami dan

mengerti secara mendalam terdapat sejala ciptaan Allah SWT

sebagaimana dikemukakan pada surat ali-Imran ayat 190-195,

manusia selain akan menemukan berbagai temuan dalam bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi juga akan membawa dirinya selalu

dekat dengan Allah SWT. Dan melaui proses menahan, mengikat

dan mengendalikan hawa nafsunya membawa manusia berada di

jalan yang benar, jauh dari kesesatan dan kebinasaan.77

Kesimpulannya dari uraian di atas menggambarkan bahwa

sebagai makhluk yang diberi kesempurnaan oleh Allah SWT

berupa akal fikiran, seseorang di suruh untuk mempergunan akal

75

M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Jilid II (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm, 317 76

M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Jilid II (Jakarta: Lentera Hati, 2009),.hlm.133 77

Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002), hlm 136

Page 78: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

65

tersebut untuk memikirkan ciptaan Allah, tidak Cuma itu saja,

karena sebagai hamba NYA, seseorang diwajibkan untuk selalu

mengingat dan selalu ibadah dengan setulus hati, dan dari uraian di

atas juga menegaskan bahwa objek zikir adalah Allah SWT.

Sedang objek fikir adalah makhluk-makhluk Allah SWT berupa

fenomena alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah SWT lebih

banyak didasarkan kepada kalbu, sedang pengenalan alam raya

oleh penggunaan akal, yakni berfikir. Akal memiliki kebebasan

seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia

memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah SWT.

Page 79: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

67

BAB IV

RELEVANSI KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI IMRAN AYAT 190-195

DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Analisis Konsep Ulul albab Q.S Ali-Imran Ayat 190-195 Dan Tujuan

Pendidikan Islam

1. Analisis Konsep Ulul albab Q.S Ali-Imran Ayat 190-195

Pada bab II sudah dipaparkan bahwa ulul albab adalah orang yang

memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. Mereka membuka

pandangannya untuk menerima ayat-ayat Allah SWT dengan tanpa adanya

keraguan. Mereka menghadap kepada Allah SWT dengan sepenuh hati kapan

pun dan di manapun mereka berada. Maka terbukalah mata (pandangan)

mereka untuk mengambil pelajaran dari alam semesta yang dititipkan Allah

SWT kepadany.

Kesempurnaan demikian membuat seorang ulul albab menempati

kedudukan tertinggi diantara makhluk-makhluk-NYA, yakni menjadi

khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi, seperti dalam surat al-Baqarah ayat 30.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya

dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan

memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."1

Di samping itu seorang ulul albab mempunya tugas yang tidak bisa

ditawar lagi yaitu dituntut untuk selalu beribadah kepada-NYA. Firman Allah

SWT

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm.6

Page 80: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

68

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku.(Q.S adz-Dzariyat:56 )2

Pada dasarnya semua manusia mempunyai potensi untuk menyandang

gelar ulul albab karena manusia mempunyai akal yang bisa digunakan untuk

berfikir dan qolb yang dapat digunakan untuk berdzikir. Anugrah akal

hendaknya digunakan untuk berfikir, disinilah ada naluri akal, yaitu ingin

tahu yang harus ditunjang dengan kemampuan bertanya memiliki kreatifitas

serta inovasi dalam mengembangkan pertanyaan juga memiliki frame di

dalam mengembangkan pertanyaan. Dengan mengembangkan pertanyaan

akan didapatkan berbagai pengetahuan teknologi, kemampuan mengatur serta

hukum baik dari Allah maupun yang disusun manusia. Meningkatkan

kemampuan akal sama juga dengan meningkatkan intlektual.3

Dari pemaparan di atas yang merujuk pada Q.S ali-Imran ayat 190-195

terlihat jelas bahwa konsep ulul albab adalah :

a. Orang yang selalu berzikir kepada Allah kapanpun dan di manapun dia

berada.

Seorang ulul albab selalu menghadikan Allah SWT dalam setiap

hembusan nafasnya dan selalu melangkahkan kaki dan anggota tubuh

lainnya hanya semata-mata untuk beribadah kepada Allah sebagai bentuk

zikir (mengingat) Allah dan sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat

yang telah dilimpahkan kepadanya.

b. Orang yang berusaha menggali ke-Esa-an Tuhannya dengan selalu

memikirkan ciptaanNYA.

Ulul albab adalah orang-orang yang selalu mengedepankan

aktifitas berfikir, dengan kelebihan kemampuan kecerdasan akal

fikirannya di dianugrahkan Allah, mereka berusaha keras menyingkap

tabir rahasia-rahasia yang terdapat pada jagat raya ini. Hal ini sesuai

dengan perintah Allah SWT menyuruh umat manusia untuk memikirkan

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm.523 3 M. Dawam Rahadja, Keluar Dari Kemelut Pendidikan Nasional,: menjawab tantangan

kualitas SDM abad 21. ( Jakarta: Inremesa, 1997). Hlm.39

Page 81: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

69

gejala dan fenomena alam yang terjadi karena dengan memikirkan hal

tersebut, manusia akan sampai pada pengetahuan tentang hukum-hukum

alam yang dapat dikembangkan menjadi tekonogi yang berguna bagi

kehidupan manusia dan pada tingkatan yang lebih tinggi akan

mengantarkan manusia kepada suatu kenyakinan bahwa gejala dan

fenomena tersebut pada hakekatnya telah diatur oleh yang Maha kuasa.

Seorang ulul albab juga berfikir tentang penciptaan langit dan bumi

dan apa yang ada di dalamnya serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di

dalamnya. Seperti perbedaan ruang dan waktu serta keteraturan alam

semesta ini. Fenomena alam seperti ini memancing manusia untuk berfikir

dan menyadari keadaan penciptanya, yaitu Allah SWT. Melalui jalan

berfikir ini manusia akan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

Kebahagiaan tersebut dapat dilihat dengan munculnya penemuan manusia

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada hakikatnya

merupakan generalisasi atau teorisasi terhadap gejala-gejala dan hukum-

hukum alam yang terdapat dalam jagat raya ini. Penemuan dalam bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi ini pada hakikatnya adalah hasil dari

proses berfikir manusia.

Perintah untuk berfikir pada diri manusia itu bertujuan untuk

mengingatkan manusia tentang nilai-nilai dan rahasia-rahasia yang

terdapat dalam dirinya yang menggambarkan kekuasaan Allah, sehingga

manusia akan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada dirinya

dan semakin mendekatkan diri dengan-Nya.

c. Orang yang bersungguh-sungguh mencari ilmu dan berusaha untuk

mendalaminya

Konsep yang ada pada diri seorang ulul albab bertupa semangat

dalam hal mencari dan menggali suatu ilmu pengetahuan sangatlah luar

biasa, mereka seakan haus akan pengetahuan, jaraknya tempat dalam

mencari ilmu maupun banyaknya umur tidak menjadi penghalang bagi

mereka untuk selalu mendalami suatu ilmu pengetahuan, mereka yakin

Page 82: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

70

bahwa “siapa yang bersungguh-sungguh dia akan mendapatkannya” hal

itulah salah satu yang menjadi tetap semangat dan tidak mengenal lelah

dalam memperkaya ilmu Ilahi

d. Orang yang memasrahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT

Seorang ulul albab tidak hanya intlek dalam segi pemikirannya,

tidak hanya berzikir untuk mengingat Allah tetapi lebih dari itu mereka

menyerahkan secara totalitas jiwa dan raga kepada sang Khaliq, tentunya

setelah mereka menjalankan semua kewajiban yang telah dita'lifkan

kepada mereka, setelah segala upaya telah dilaksanakan dengan sekuat

tenaga dan kemampuannya, setelah segala macam upaya telah

dilaksanakan sebagai bentuk ikhtiyar maka selanjutnya mereka

memasrahkan semuanya kepada Sang penguasa alam.

e. Orang yang mengimani dan mentaati seruan dari Allah SWT

Dalam diri ulul albab tertanam subur keimanan atas semua ajaran

yang diemban oleh nabi agung Muhammad Saw, dengan cara

mempercayai dalam hati semua acaran yang disampaikan beliau dan juga

melaksanakan lewat amalan ibadah sehari-hari dengan harapan mendapat

ridho dari Allah SWT dan akhirnya diberi balasan yang terbaik menurut-

NYA

f. Orang yang selalu ta’zhim paa guru (pendidik) dengan cara merendahkan

diri dan mengagungkannya.

Menghormati dan memulyakan guru adalah syarat mutlak yang

harus tertanam pada masing jiwa seseorang, seorang ulul albab mengerti

betapa berjasanya seorang guru pada dirinya, sehingga tidak layak jika

seseorang berani atau tidak mentaati apa-apa yang menjadi aturan dari

guru, itu semua agar ilmu yang diperoleh dapat berkah dan manfaat, baik

bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

g. Orang yang selalu membentengi dirinya dengan taqwa kepada Allah SWT.

Taqwa merupakan benteng yang kokoh dan kuat yang selalu

dijadikan seorang ulul albab sebagai benteng dalam kehidupannya dengan

Page 83: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

71

cara menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangn-

NYA adalah, itulah pokok dari segala tugas manusia di muka bumi ini,

karena secara otomatis ketika seseorang mampu meninggalkan apa-apa

yang dilarang oleh Allah SWT dan menjalankan semua perintahNYA, dia

akan menjadi hamba yang mulia dan menjadi sosok yang muttaqin yang

diidam-idamkan semua orang yang beriman dan akan dibalah oleh Allah

tempat yang terindah di sisiNYA.

Beberapa konsep ulul albab di atas merupakan hal yang sangat penting

yang akan diwujudkan oleh Pendidikan Islam sebagai sebuah tujuan, karena

menurut hemat penulis bahwa tujuan akhir dari Pendidikan Islam adalah

berkaitan dengan penciptaan manusia dimuka bumi ini oleh Allah SWT, yaitu

membentuk pribadi muslim sejati, memiliki kedalaman keilmuan, ketajaman

pemikiran, dan keluasan pandangan, kekuatan iman yang sempurna dan

bertakwa kepada Allah, serta kemampuan berkarya melalui kerja-kerja

kemanusiaan dalam dimensi kehidupan, serta manusia-manusia yang sampai

pada derajat ma’rifatullah yang diberi gelar “khalifatullah fil ardh”.

Dalam konsep yang terdapat pada ulul albab di atas titik akhirnya

adalah supaya menjadi manusia yang sempurna yang selalu menghambakan

diri kepada Allah SWT (abdullah), dan juga bisa berkarya dan bisa memberi

kemanfaatn bagi orang lain, akhirnya menjadi khalifatullah fil ardh yang di

damba masyarakat dan dipuja oleh Tuhannya.

2. Analisis Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi semua

perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan

pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya

kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan mereka agar dapat

memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmani maupun rohani.

Disamping itu, pendidikan sering juga diartikan sebagai suatu usaha

manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa ketingkat kedewasaan,

dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala

Page 84: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

72

perbuatannya dan mampu berdiri sendiri.4 Tujuan agama Islam adalah

memberi kebahagiaan kepada individu di dunia dan di akhirat dengan

memerintahkan kepadanya untuk tunduk, bertaqwa, dan beribadah dengan

baik kepada Allah.

Pada hakikatnya tujuan dari pendidikan Islam tidak lepas dari dua hal,

yaitu:

a. Terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai abdullah yang

diwajibkan menyembah kepadanya. Melalui kesadaran ini pada akhirnya

dirinya akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang

dimiliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya.

Sehingga, hidup dalam keadaan beriman dan meninggalnya juga dalam

keadaan beriman (muslim).

b. Terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah

di muka bumi dan selanjutnya dapat diwujudkan dalam kehidupannya

sehari-hari. Melalui kesadaran ini seorang akan termotivasi untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki, meningkatkan sumber daya

manusia, mengelola lingkungannya dengan baik, dan lain-lain.

Dari pemaparan tujuan pendidikan Islam yang telah penulis paparkan

pada bab II,yang di nukil dari beberapa pendapat para ahli pendidikan, maka

penulis dapat menganalisis bahwa sesungguhnya di dalam tujuan pendidikan

Islam mempunyai tiga tahapan, yaitu:

1. Tujuan Umum

Yaitu suatu tujuan yang di usahakan oleh dunia pendidikan untuk

mencapai terwujudnya pribadi yang mampu mewujudkan kepribdian yang

utuh , sehingga mempunyai dasar ketaqwaan yang kuat terrhadap Allah

SWT. Tujuan ini berfungsi sebagai arah yang mana taraf keberhasilannya

dapat diukur, dikarenakan perubahan ini merupakan perubahan sikap bagi

anak didik.

4 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Praktis Dan Teoritis, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2000), hlm. 10

Page 85: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

73

Tujuan umum pendidikan Islam sinkron dengan tujuan agama

Islam yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertaqwa,

dan beribadah dengan baik kepada Allah SWT. Sehingga memperoleh

kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk merealisasikan tujuan

tersebut, Allah mengutus para Rasul untuk menjadi guru dan pendidik

serta menurunkan kitab-kitab samawi.

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul

di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,

mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As

Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam

kesesatan yang nyata,( Q.S. al-Jumu’ah: 2)5

2. Tujuan Khusus

Pada dasarnya tujuan khusus itu merupakan tujuan yang bersifat

relatif dalam arti bahwa tujuan ini adalah gabungan dari pengetahuan,

ketrampilan maupun yang lain, tujuan ini harus memperhatikan segenap

dimensi perkembangan bagi peserta didik baik dalam segi rohaniah,

emosional, sosil, intelektual, maupun fisik asalkan masih berpijak pada

kerangka tujuan umum.

3. Tujuan akhir

Tujuan akhir dalam pendidikan Islam pada dasarnya sesuai

dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, yaitu

menjadi hamba Allah yang bertakwa, mengantarkan subyek didik menjadi

khalifatullah di bumi dan memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup

di dunia dan akhirat.

Uraian di atas menerangkan tentang tahapan-tahapan tujuan

pendidikan Islam, dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pada

intinya dalam tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai adalah membina

5. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 553

Page 86: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

74

peserta didik agar mempunyai ketaqwaan yang kokoh supaya mampu

menjalankan fungsinya sebagai abdullah dan khalifah-Nya, sehingga

menjadi manusia yang benar-benar mampu menghadapi tantangan zaman

dengan berbekal ilmu pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah

SWT, dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.

B. Relevansi konsep Ulul albab Q.S Ali-Imran Ayat 190-195 Dengan Tujuan

Pendidikan Islam

Setelah penulis memaparkan tentang konsep yang ada pada ulul albab

dan juga tujuan pendidikan Islam, penulis akan melanjutkan tentang

relevansi antara konsep ulul albab dengan tujuan pendidikan Islam.

Ulul albab dan tujuan pendidikan Islam adalah dua kata yang saling

berhubungan, karena sebenarnya tujuan dari pendidikan Islam adalah suatu

misi yang diemban dan hendak direalisasikan oleh seorang ulul albab melalui

berbagai aktifitas dalam kehidupan yang dijalaninya. Sedangkan ulul albab

adalah merupakan salah satu tujuan akhir dari pendidikan Islam.

Ketidak terpisahan antara ulul albab dengan tujuan pendidikan Islam

memang merupakan suatu hal yang tak bisa dielakkan lagi. Karena sebenarnya

ulul albab itu merupakan salah satu tujuan akhir dari pendidikan Islam.

Sedangkan pendidikan Islam merupakan salah satu misi yang diemban dan

hendak direalisasikan oleh ulul albab melalui berbagai aktivitas dalam

kehidupannya.

Sedangkan bentuk relevansi antara konsep ulul albab yang terdapat

pada Q.S ali-Imran ayat 190-195 dengan tujuan pendidikan Islam sebagi

berikut:

1. Orang yang selalu berzikir kepada Allah kapanpun dan di manapun dia

berada.

Dalam konsep yang ada pada diri ulul albab yang berupa terus

menerusnya mereka mengingat Allah SWT adalah hasil dari terbentuknya

kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang

diwajibkan menyembah kepada-NYA. Melalui kesadaran ini pada

Page 87: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

75

akhirnya dirinya akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah)

yang dimiliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya.

Sehingga, hidup dalam keadaan beriman dan meninggalnya juga dalam

keadaan beriman (muslim), hal ini juga yang menjadi pokok dari tujuan

yang akan dicapai dari Pendidikan Agama Islam

2. Orang yang berusaha menggali ke-Esa-an Tuhannya dengan selalu

memikirkan ciptaan-NYA secara bersungguh-sungguh dan berusaha untuk

mendalaminya

Salah satu dari tujuan pendidikan Islam adalah menumbuhkan

kesadaran ilmiah melalui kegiatan penelitian, baik terhadap kehidupan

manusia, alam maupun kehidupan makhluk Allah diseluruh semesta alam.

Dengan menggali ayat-ayat Allah tentunya akan menambah tunduknya

dan sadarnya mereka akan kedhoifan yang ada pada dirinya.

Sudah dikemukakan pada bab II bahwa seorang ulul albab

mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar banyak dan berfikir

mendalam, mencari pengertian yang paling hakiki atau inti yang hanya

dilakukan apabila seseorang itu berfikir secara radikal ke akar-akarnya.

Dari aktifitas itulah orang akan sampai pada tingkat kebijaksanaan.

Firman Allah:

Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami

beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu

dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran

(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (ali-Imran:

7) 6

Di dalam Q.S ali-Imran: 190-195 juga menerangkan bahwa Istilah

ulul albab adalah orang-orang yang mau menggunakan pikirannya,

6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm.50

Page 88: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

76

mengambil faidah darinya, menggambarkan keagungan Allah SWT dan

mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya dalam segala situasi dan

kondisi, mereka juga mau memikirkan tentang kejadian langit dan bumi

beserta rahasia-rahasia dan manfaat-manfaat yang terkandung di dalamnya

yang menunjukkan pada ilmu yang sempurna, hikmah tertinggi dan

kemampuan yang utuh.

Ciri has yang dimiliki seorang ulul albab adalah patuhnya mereka

untuk selalu berfikir dan berdzikir. Dzikir tidak hanya dengan terus

membaca ayat-ayat qauliyah saja, tetapi juga dengan tafakkur terhadap

ayat-ayat tersebut. Dengan bertafakkur itulah, seorang ulul albab berfikir.

Pemahaman terhadap potensi berfikir (tafakkur) yang dimiliki akal

sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya memiliki

hubungan yang sangat erat dengan tujuan pendidikan. Hubungan tersebut

antara lain terdapat dalam rumusan tujuan pendidikan. Benyamin Bloom,

Cs dalam bukunya Taxonomy of educational Objektive (1956) yang

dikutip oleh Nasution, membagi tujuan-tujuan pendidikan dalam tiga ranah

(domain), yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 7

Dalam ranah kognitif terkandung fungsi mengetahui, memahami,

menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Fungsi-fungsi

ini erat kaitannya dan sangat relevan dengan fungsi akal pada aspek

berfikir (tafakkur), sedangkan dalam ranah afektif terkandung fungsi

memperhatikan, merespon, menghargai dan mengkaraktersasi. Fungsi ini

juga sangat erat kaitannya dengan fungsi akal pada aspek mengingat

(tafakkur) yang mana sesuai dengan penjelasan yang ada dalam surat ali-

Imran ayat 190-195 yang sudah dijelaskan pada bab di atas.

Sedangkan dalam aspek afektif adalah kecerdasan spiritual atau

emosional, yaitu suatu kemampuan mengelola diri agar dapat diterima oleh

lingkungan sosialnya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

keberhasilan seseorang dimasyarakat ternyata tidak semata-mata

ditentukan oleh prestasi akademik di sekolah, melainkan juga oleh

7 Nasution, Asas-Asas Kurikulum,( Jakarta: Bumi Aksara, 1994),hlm 50

Page 89: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

77

kemampuan mengelola diri, yang dilakukan secara terus menerus

berulang-ulang.

Pada ranah psikomotor atau psycho-motor domain diantaranya

meliputi tingkat kegiatan berupa memperlihatkan kemampuan fisik yang

mengandung ketahanan kekuatan, kelenturan, kelincahan dan kecepatan

bereaksi. Hal ini sejalan dengan konsep ulul albab yang mana pada diri

ulul albab tidak cuma kecerdasan intlektualnya saja yang digali tetapi

tindakan untuk mengekspresikan pengetahuannya dengan tindakan nyata

yang semata-mata untuk mencari ridho-NYA.

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa konsep ulul albab

dan tujuan pendidikan Islam mempunyai relevansi yang sangat kuat dalam

rangka mewujudkan tujuan hidup manusia, yaitu sebagai khalifatullah

yang selalu ta’abud ilallah, yang semua itu dapat diwujudkan melalui

pendidikan dengan cara mengembangkan potensi- potensi yang ada dalam

diri manusia sehingga terbentuk insan kamil.

Dari semua uraian diatas sebenarnya pendidikan Islam diharapkan

dapat menggerakkan pola fikir dan dzikir manusia yang selanjutnya dapat

diwujudkan dalam bentuk amal. Adanya keseimbangan pengembangan

Dzikir, fikir, dan amal inilah yang nantinya dapat menghasilkan

kepribadian sempurna yang diharapkan mampu menjalankan segala misi

kehidupan kekhalifahan sebagaimana yang menjadi amanat Allah dan

tujuan pendidikan Islam.

3. Orang yang tunduk dan memasrahkan jiwa raganya dengan cara beribadah

kepada Allah SWT dengan mengimani dan mentaati seruan dari Allah

SWT. Sebagaimana firman Allah :

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku. (QS. adz-Dzariyat: 56)8

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm.523

Page 90: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

78

Berkaitan dengan tugas hidup manusia tersebut, Ahmadi

berpendapat bahwa tujuan diciptakanya manusia oleh Allah terdiri dari:

pertama, tujuan utama penciptaanya ialah agar manusia beribadah kepada-

Nya. Kedua, manusia diciptakan untuk berperan sebagai wakil Tuhan di

muka bumi (khalifatullah fil ardl). Ketiga, manusia diciptakan untuk

membentuk masyarakat, manusia yang saling mengenal hormat-

menghormati dan tolong menolong antar yang satu dengan yang lain

dalam rangka menunaikan tugas kekhalifahannya.9

Manusia tidak akan dapat menanggung beban tugasnya sebagai

khalifah jika dalam dirinya tidak terbentuk perasaan tunduk (ibadah) yang

total kepada Allah. Pendidikan Islam pun mempunyai tujuan agar anak

didik selalu bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang terwujud

dalam kemampuan dan kesadaran diri melaksanakan ibadah.

Ulul albab juga selalu menjaga dan menghidarkan dirinya dari

taghut, yakni setan, berhala dan sesembahan selain Allah SWT. Serta

segala sesuatu yang melampaui batas, kekufuran dan kedzaliman, mereka

hanya tulus menyembah dan beribadah kepada Allah.

Kedudukan manusia dalam sistem penciptaanya adalah sebagai

hamba Allah sekaligus sebagai khalifah di bumi ini. Kedudukan itu

berhubungan dengan peranan yang ideal. Yaitu pola perilaku yang di

dalamnya terkandung hak, kewajiban, dan tugas manusia yang terkait

dengan kedudukannya di hadapan Allah sebagai pencipta. inilah tanda

khas yang membedakan ulul albab dengan ilmuwan, intelektual lainnya.

Ulul albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud, ruku’ dihadapan

Allah.

Sebagaimana firman Allah:

9 Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

2006 ), hlm. 41

Page 91: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

79

(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah

orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan

berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan

rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang

mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

Sesungguhnya orang yang berakAllah SWT yang dapat menerima

pelajaran.10

Dengan merujuk Firman Allah diatas inilah tanda khas yang

membedakan ulul albab dengan ilmuwan dan intelektual lainnya. Ulul

albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud, ruku’ dihadapan Allah.

Dia merintih pada waktu mengajukan segala derita dan segala permohonan

ampunan kepada Allah SWT semata-mata hanya mengharap rahmat-Nya.

Karena telah melembaga keimanan dalam hati sanubarinya ulul albab,

maka akhirnya melahirkan kesadaran dan keikhlasan serta tanggung jawab

untuk mengabdikan diri kepada Allah, seluruh aktivitas hidupnya hanya

semata-mata karena diperuntukkan Allah bukan karena supaya mendapat

prestise dari sesama manusia.

Dengan demikian, manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup

mendiami dunia ini dan kemudian mengalami kematian tanpa adanya

pertanggung jawaban kepada pencipta-Nya, melainkan manusia diciptakan

oleh Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

Seorang ulul albab dalam menggali ilmu lebih mementingkan

kemaslahatan masyarakat dan kemajuan peradaban manusia secara merata

bukan untuk kepentingan pribadi. Jadi dalam kesungguhan mencari ilmu

ada dua kegiatan yang dilakukan insan ulul albab yaitu tafakkur dan

tasyakkur. Tafakkur berarti merenungkan ciptaan Allah di langit dan di

bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta.

Sedangkan Tasyakkur berarti memanfaatkan nikmat dan karunia Allah

dengan menggunakan akal pikiran sehingga kenikmatan makin bertambah.

10

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 459

Page 92: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

80

Seorang ulul albab akan selalu bersedia menyampaikan ilmunya

kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya, bersedia

memberikan pengertian kepada masyarakat, menegur apabila terjadi

ketimpangan, dan terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidak beresan

di tengah-tengan masyarakat.

4. Orang yang selalu ta’zhim pada guru (pendidik) dengan cara merendahkan

diri dan mengagungkannya.

Pendidikan Islam harus berupaya membangun manusia dan

masyarakat secara utuh dan menyeluruh (insan kamil) dalam semua aspek

kehidupan yang berbudaya dan berperadaban yang tercermin dalam

kehidupan manusia yang bertakwa dan beriman, berpengetahuan dan

berakhlak mulia. Firman Allah:

Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah

kepada Allah Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-

orang yang beriman. Sesungguhnya Allah Telah menurunkan

peringatan kepadamu, di dunia dan akhirat.11

Dari ayat di atas Nurchalis Madjid menyebut bahwa orang-orang

seperti itu adalah seorang ulama’, dimana ulama’ adalah golongan

masyarakat yang diharapkan mempunyai kemampuan lebih dalam

meresapi ketakwaan dan mempunyai penampilan tingkah laku yang lebih

bermoral, beradab dan berakhlak atau keshalehan individual dan sosial.12

Karakteristik yang ada pada seorang ulul albab itu juga sebagai

puncak atau tujuan akhir dari dzikir adalah dzikir amaliyah. Dzikir ini

secara singkat diaplikasikan dalam taqwa yang sekaligus menjadi akhlak

mulia, hal ini relevan dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan

Islam yaitu membina dan memupuk akhlak karimah.

12 Nurchalis Madjid, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya Dalam Pembangunan di

Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 33.

Page 93: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

81

5. Menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan kepada Allah,

sebagaimana firman Allah :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-

benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati

melainkan dalam keadaan beragama Islam.(QS. Ali Imran: 102)13

Dalam QS.at-Thalaq Allah menjelaskan bahwa ulul albab adalah

orang–orang yang tidak diselubungi akal mereka oleh kerancuan, yakni

orang-orang yang beriman. Tidak ada alasan bagi seorang ulul albab untuk

tidak bertaqwa karena sungguh Allah SWT telah menurunkan buat ulul

albab peringatan yang demikian sempurna dan lengkap yakni al-Qur’an.14

Ulul albab juga tidak akan takut kepada siapapun kecuali kepada Allah

SWT, sehingga mereka selalu membentengi dan membekali dirinya

dengan rasa ketaqwaan kepada Tuhannya. Firman Allah :

Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan

bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (QS. Al-

Baqarah :197 )15

Dalam QS. At-Thalaq: 10 Allah menerangkan bahwa seorang ulul

albab harus beriman dan bertaqwa kepada Allah karena Allah telah

menurunkan peringatan yaitu Al-Qur’an yang mengingatkan segala

sesuatunya untuk menjadi pegangan dengan mengamalkan dan mematuhi

isinya.16

Orang-orang yang berakal sajalah yang mau mengambil pelajaran

13

. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro,

2008), hlm. 63 14

M. Quraissh Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm 151-152 15

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm.31 16

Departemen Agama Republik Indonesia,Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid X, (, (Bandung:

Diponegoro, 2004), hlm. 213.

Page 94: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

82

pada kaum terdahulu yang di siksa karena mengingkari ajaran-ajaran yang

dibawa Rasulullah SAW. Allah menyeru kepada ulul albab supaya

bertaqwa kepada-Nya karena Dia telah menurunkan A1-Qur’an yang

penuh dengan petunjuk.

Menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan kepada Allah

adalah karakteristik yang dimiliki oleh ulul albab, hal ini sinkron dengan

tujuan pendidikan agama Islam yaitu berusaha mendidik individu mukmin

agar tunduk, bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah. Sehingga

memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Page 95: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengulas tentang konsep ulul albab dalam Al-Qur’an Q.S

Ali-Imran ayat 190-195 dan relevansinya dengan tujuan Pendidikan Islam

pada bab terdahulu, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Konsep ulul albab yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-195 adalah

orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara

berzikir di manapun dan kapanpun dia berada. Mereka selalu menancapkan

kalimatullah dalam hatinya, di samping itu dia mau menggunakan

kecerdasannya dengan selalu berfikir dan menganalisa ciptaan Allah SWT,

sehingga dengan kegiatan berfikir dan berzikir tersebut mereka mampu

mengambil faidah darinya atas semua keagungan Allah SWT dan mau

mengingat hikmah akal dan keutamaannya dalam segala situasi dan

kondisi. Jelaslah bahwa dalam Q.S Ali Imran ayat 190-195, mengandung

dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir dan fikir. Dengan melakukan

dzikir dan fikir, maka sampailah manusia pada suatu kesimpulan bahwa

Allah SWT menciptakan alam ini sarat dengan tujuan dan kemanfaatan

bagi manusia. Selanjutnya mereka memohon kepada Allah SWT supaya

mereka diberi petunjuk dan dihindarkan dari siksa api neraka.

2. Pada dasarnya hakikat tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada

pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh

Allah SWT. Dari sudut pandang ini, hakikat tujuan pendidikan Islam

adalah membentuk kesadaran terhadap hakikat peserta didik sebagai

abdullah yang selalu tunduk dan patuh atas semua aturan-aturan Allah

SWT. Dan terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai

khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat diwujudkan dalam

kehidupannya sehari-hari. Melalui kesadaran ini seorang akan termotivasi

Page 96: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

81

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, meningkatkan sumber daya

manusia, mengelola lingkungannya dengan baik, dan lain-lain.

3. Konsep ulul albab dan tujuan pendidikan Islam merupakan dua kata yang

saling ada keterikatan, karena antara konsep yang ada pada ulul albab

dengan tujuan pendidikan adalah sama-sama bertujuan untuk menjadikan

peserta didik sebagai abdullah yang selalu tunduk menghambakan diri

kepada Allah SWT dengan cara menjalankan semua perintah Allah SWT

dan meninggalkan semua larangannya agar benar-benar tercipta pada diri

peserta didik menjadi manusia yang muttaqin. Disamping secara vertikal

mereka menjadi seorang abdullah yang selalu beribadah, secara horisontal

mereka adalah kholifah fil ardz yang mana mereka harus siap sedia

menjalin persaudaraan antar sesama hidup bersosial dengan masyarakat

luas, yang mana seorang kholifah fil ardz harus mampu mengaplikasikan

pengetahuannya dan mau menyebarkan apa yang mereka miliki, sehingga

ilmu yang mereka miliki tidak untuk diri sendiri tetapi juga untuk

berdakwah li I’lai kalimatillah dan akhirnya menjadi manusia yang di

damba masyarakat dan dipuja oleh Allah SWT sebagai insan yang

sempurna (insan kamil).

Sangat eratnya relevansi antara ulul albab dengan pendidikan Islam seperti

dua arah yang tidak dapat dipisahkan. Kedekatan relevansi ulul albab dengan

tujuan pendidikan Islam disebabkan karena adanya hubungan timbal balik

yang saling mengikat.

B. Saran – saran

Dari hasil kajian yang penulis lakukan pada bab-bab terdahuli, maka

penulis bermaksud memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam suatu lembaga pendidikan Islam seharusnya peserta didik diarahkan

untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya agar dapat

berperan sebagai khalifah yang dapat menggali ayat-ayat kebesaran Allah

SWT tanpa mendiskriminasi antara ilmu umum dan ilmu agama.

Page 97: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

82

2. Ketika konsep ulul albab ini dijadikan sebagai tujuan pendidikan Islam

maka diperlukan adanya keseriusan dan kesungguhan dari diri kita, karena

konsep ulul albab ini tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya

usaha yang maksimal.

3. Diharapkan bagi tokoh- tokoh pendidikan, melalui pemaknaan dan

pemahaman konsep ulul albab, dapat dijadikan pondasi dan pijakan dalam

merumuskan tujuan pendidikan Islam yang ideal. Sudah menjadi harga

mati bahwa seorang pendidik harus berusaha menanamkan serta

mengembangkan konsep ulul albab secara maksimal dalam diri peserta

didik, supaya terbentuk sikap yang selalu bertaqwa kepada Allah SWT.

4. Lembaga pendidikan seharusnya tidak hanya menekankan dalam segi

pengetahuan kognitif (intelektual), tetapi harus juga menumbuhkan segi-

segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif dalam

kehidupan sehari-hari. Dan Ilmu-ilmu yang dikembangkan harus tidak

mendeskriminasi antara ilmu-ilmu umum dan mampu memenuhi

kebutuhan jasmani dan rohani.

5. Sudah seharusnya bagi pendidik, tidak bosan-bosannya untuk berusaha

menanamkan dan mengembangkan konsep yang ada pada ulul albab

secara maksimal, sehingga akan terbentuk dalam diri jiwa peserta didik

rasa takut kepada Allah dimanapun dia berada. Hal ini sesuai dengan tugas

pendidik sebagaimana diungkapkan oleh al-Ghazali bahwa tugas pendidik

yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta

membawakan hati manusia untuk selalu mendekatkan diri (taqarrub)

kepada Allah SWT.

C. Penutup

Alhamdulillah satu kalimah yang wajib penulis ikrarkan kepada Dzat

Pencipta alam atas semua kenikmatan yang tiada terhingga, sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya tulis yang sangat sederhana ini, semua ini semata-

mata karena hidayah dan pertolongan-NYA.

Page 98: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

83

Penulis sadar atas semua kekurangan yang ada dalam karya ini, dengan

kerendahan hati saran dan kritik konstruktif dari para pembaca sangat penulis

harapkan, agar penulis dapat termotivasi untuk terus berusaha berkaya dan

tentunya lebih giat lagi menutupi segala kekurangan.

Akhirnya penulis mengharapkan ridha Allah dan semoga karya tulis ini

dapat menambah khasanah ilmiah dan bermanfaat bagi penulis pada

khususnya serta bagi pembaca pada umunya. Wallahu a’lam bisshowab.

Page 99: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Abdul Malik, Abdul Karim, Tafsir Al-Azhar Jilid II Singapura: Pustaka

Nasional, 1999

Abduh, Muhammad Tafsir Al-Qur’anul Hakim, Juz IV, Beirut: Darul Fikr, 1973

Abdul Majid dan Dian Andayani (ed), Pendidikan Agama Islam berbasis

Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004

Abdul Wakhid, Ramli , Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo , 2002

Abu Zahrah, Muhammad Usûl al-Fiqh, Cairo: Dâr al-Fikr al-‘Arabi, 1958

Abuddinata, Tafsir ayat-ayat pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2002

Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2006

Ali, Yunasril Manusia Citra Ilahi,(Jakarta: Paramadina, 1997),hlm.2-3

Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Abi Fada’ Tafsir Ibnu Katsir, Juz II, Bairut;

Darul Kutub Ilmiyah,2006

Al-Hafz Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Imam Abi Al-Fida’ Tafsir Al-Qur’an al-

Azim.Jilid I Bairud: Dar al Fikr, 1992

Al-Mahally, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain

Berikut Asbab An-nujulnya, Jilid I Bandung,: Sinar Baru, 1990

……….…, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain

Berikut Asbabun Nuzulnya, Jilid II Bandung Sinar Baru,1990

Al- Maraghi, Ahmad, Mushthafa Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid III,

Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993

----------------, Ahmad, Mushthafa Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,

Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993

---------------- Ahmad, Mushthafa Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid XIII,

Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993

---------------- Ahmad, Mushthafa Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid XIV,

Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993

Page 100: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

2

---------------- Ahmad, Mushthafa Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid XXIII,

Semarang: PT Karya Thoha Putra, 1993

Aly, Hery Noer Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999

Aly, Hery Noer dan Munziers, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Insani,

2005

Al-Qattan, Khalil Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis, 1973

Anwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pelajar Offset, 1998

An-Nahlawi, Abdurrahman Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,

Bandung: CV. Diponegoro, 1992

Arief, Armai Pengantar Umum dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:

Ciputat Press, 2002

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, suatu Tinjauan Teoritis dan praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner Jakarta : Bumi Aksara, 2000

Arifin, Muzayyin Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Asy-Syanawi, Abdul Aziz Keutamaan Shalawat dan Fadholah Amal, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2005

Azra Azyumardi, (ed.), Sejarah dan Ulum al-Qur’an: Bunga Rampai, Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1999, cet I

Az-Zuhaili, Wahbah Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan

Team Titian Ilahi, Yogyakarta: Dinamika,1996

Baidan, Nashiruddin, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998

Baihaqi AK, Mendidik Anak Dalam Kandungan Menurut Ajaran Pedagogis

Islam,(Jakarta: Darul Ulum Press, 200), Cet.ke-1

Daradjat,Zakiah dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi

Aksara, 2001

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Semarang: CV. AL WAAH,

2006

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II,

Yogyakarta: PT.Dana Bhakti wakaf UII, 1995

Page 101: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

3

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid X,

Yogyakarta: PT.Dana Bhakti wakaf UII, 1995

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Tarjamahannya,

Bandung: CV diponegoro, 2004

Dewey, John, Democracy and education, New York: Mac Millan Compani, 1964

Djumransjah, Dimensi-dimensi Filsafat Pendidikan Islam, Malang: Kutub Minar,

2005

Donald,F.J. Mc. Educational Psychology, California: Wadsworth Publishing

Company, 1959

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset,1999, Jilid I

Halim Hasan, Ahmad dkk , Tafsir Al-Manar,Jilid IV Bairut; Darul Kutub

Ilmiyah,2005

Haqqi al-Buruswi, Ismail Tafsir Ruh al-Bayan, Juz VII Terj. Syihabuddin,

Bandung: CV. Diponegoro 1997

Harahap, Syahrin, Al-qur’an dan Sekularisasi, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994

Harahap, Syahrin Islam Dinamis, (Jakarta: Rajawali, 1986)

Hasan, Muhammad tholhah Islam dan Masalah sumber Daya Manusia, (Jakarta:

lantabora, 2005)

Ibnu Katsir, Al- Imam Abu Fida Isma’il Terjemahan Tafsir Ibn Katsir Juz

2Jakarta: Sinar Baru AL- Gensindo, 2004

Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Abi Fada’ Al-Hafidz Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1,Bairut;

Darul Kutub Ilmiyah,1994

Jalal, Abdul Ulumul Qur’an I, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000

Karnadi dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tarbiyah Press, 2004

Kementrian Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid I, Jakarta: Lentera

Abadi,2010

--------------- Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid II, Jakarta: Lentera

Abadi,2010

--------------- Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid III, Jakarta: Lentera

Abadi,2010

Page 102: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

4

--------------- Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid VI, Jakarta: Lentera

Abadi,2010

--------------- Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid VII, Jakarta: Lentera

Abadi,2010

--------------- Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid VIII, Jakarta: Lentera

Abadi,2010

Langgulung, Hasan Asas-Asas Pendidikan Islam, ( Jakarta: Pustaka Al-Husna,

1992), cet. II,

Madjid Nurchalis, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya Dalam Pembangunan di

Indonesia,Jakarta: Paramadina, 1997

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta, Logos wacana

Ilmu, 1999

Masyhur Amin, M. Masyhur Amin, Moralitas Pembangunan Perspektif Agama-

Agama di Indonesia, Yogyakarta: LKPSM NU DIY, 1994

Ma’arif, Ahmad Syafi’i Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, Bandung:

Mizan, 1995

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan,

kurikulum Hingga redifinisi Islamisasi Ilmu Pengetahuan,( Jakarta:

Nuansa, 2003) hlm 268

Mujib, Abdul Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004

Muhammad bin Jarir at-Thabari, Abi Ja’far Tafsir at-Thabary, Juz 10, Bairud:

Darul Kurub Ilmiyah, 1992) Juz 4, hlm 627

Mutthahhari, Murtadho Perspektif Al-Qur’an Tentang manusia dan Agama

Bandung,Mizan, 1990

M. Yusuf , Kadar, Studi Al qur’an , Jakarta: Amzah, 2009

Nizar, Samsul Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

Jakarta: Ciputat Press, 2002

Page 103: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

5

Nasir,Ridwan Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di

Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Nasution, Khoiruddin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta:Tazzafa, 2009

Nasution, Metode Reseach Penelitian Ilmiah, Edisi I, Jakarta: Bumi Aksara,

2001,Cet. IV

Nasution, Asas-Asas Kurikulum,( Jakarta: Bumi Aksara, 1994)

Nata, Abudin Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta: Grasindo 2001

Nata, Abudin Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002

Pusat Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 2003

Qardawi,Yusuf Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal Dan Ilmu Pengetahuan,

Jakarta: Gema Insani,1998

Qurais Shihab, Muhammad, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an, Vol 2 Jakarta: Lentera Hati, 2009

Quthb, Sayyid Tafsir Fidzilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2008

Rahardjo, M. Dawam, Keluar Dari Kemelut Pendidikan Nasional,: menjawab

tantangan kualitas SDM abad 21. ( Jakarta: Inremesa, 1997).

Rahardjo, M. Dawam Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-

Konsep Kunci Jakarta: Paramadina, 2002

Rahardjo, Dawam, Intelektual, Intelegensia, dan Perilaku Politik Bangsa: Risalah

Cendekiawan Muslim, Bandung: Mizan, 1996

Rahmat, Jalaluddin. Islam Alternatif: Ceramah-ceramah di Kampus, Bandung:

Mizan, 1993

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mutiara, 1994, cet. 1

Ridho, Muhammad Rasyid Tafsir al-Qur’an al Karim, Tafsir Al-Manar, Beirut:

Dar al fikr, 1995

Rosyadi, Khoiron Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Page 104: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

6

Supriono, Widodo Ilmu Pendidikan Islam dalam Ismail SM (eds) , Paradigma

Pendidikan Islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerja Sama Dengan

Fakultas tsrbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2001

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1995

Suyuti, Ahmad Khutbah Cendekiawan Menjembatani Kesenjangan Intlektualis

Umat, Jakarta: Pustaka Amani, 1996

Tasmara, Toto Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri, Jakarta: Gema

Insani,2000

Thoha, M. Chabib Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1996

Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

BP. Cipta Jaya, 2003

Sanaky, Hujair AH. Paradigma Pendidikan Islam : Membangun Masyarakat

Madani Indonersia, ( Yogyakarta : Safiria Insania Press, 2003 )

Syari’ati, Ali, Ideologi Kaum Intelektual Suatu Wawasan Islam, Bandung: Mizan,

1994

Tasmara, Toto Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri, Jakarta: Gema

Insani,2000

Thoha, M. Chabib Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1996

Warson, Ahmad al-Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab Indonesia,

Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, 1984

W. Al-Hafidz, Ahsin Kamus Ilmu Al-Qur’an Jakarta: Mizan, 2008

Zaini, Syahminan Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta:

Kalam Mulia, 1986, cet.I

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara,

1991),

http://hukum.kompasiana.com/2010/11/17/gayus-tambunan-mengapa-orang-

pintar-korupsi/ Selasa, 8 Februari 2011, 15:42 WIB

Page 105: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

7

http://nasional.vivanews.com/news/read/203567-kronologi-kerusuhan-

temanggung, Selasa, 8 Februari 2011, 15:42 WIB

Page 106: KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-miftahulul-6265-1-fileskr-m.pdf · Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Miftahul Ulul

NIM : 73111133

Tempat/ Tanggal Lahir : Demak, 14 Agustus 1982

Alamat Asal : Kampung Poncol RT 02/RW V. Ds. Kenduren

Kec. Wedung, Kab. Demak

Alamat Sekarang : Perum Bank Niaga Tambak Aji Ngaliyan

Semarang

Jenjang Pendidikan :

1. MI Salafiyah lulus tahun 1996

2. MTs. Salafiyah lulus tahun 1999

3. Pesantren lulus tahun 2004

4. IAIN Walisongo Semarang

Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI angkatan tahun 2011

Semarang, Juli 2011

Penulis

Miftahul Ulum

NIM. 73111133