konsepsi sumberdaya lahan · web viewkualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok...

29
LAHAN ADALAH SUMBERDAYA YANG HARUS DILESTARIKAN (Bahan Kajian MK. MSLPW) diabstraksikan oleh: [email protected]) 1. Sumberdaya LAHAN dan PENGELOLAANNYA Proses pembangunan nasional dan regional hingga saat ini, khususnya sektor pertanian, telah membuktikan bahwa berbagai kendala masih dihadapi, terutama di wilayah pertanian lahan kering-kritis yang kondisinya sangat beragam. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak. Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan kebijakan- kebijakan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering. Lima syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering, adalah (i) Teknis bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat, (ii) Ekonomis menguntungkan, (iii) Sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani, (iv) Aman lingkungan, dan (v) Mendorong pertumbuhan wilayah secara berkelanjutan (Satari, dkk., 1991). Kebijakan tentang penggunaan lahan harus diarahkan kepada (1) perbaikan penggunaan dan pengelolaan lahan, (2) menggalang partisipasi aktif dari para pengguna lahan (pemilik lahan, pemilik kapital, dan tenaga- kerja), dan (3) pengembangan kelembagaan penunjang, terutama lembaga-lembaga perencana dan pemantau di daerah. Khusus dalam kaitannya dengan program konservasi tanah dan rehabilitasi lahan, Douglas (1991) mengikhtisarkan lima prinsip dasar bagi keberhasilannya pada tingkat lapangan, yaitu: (1) program ini harus merupakan bagian integral dari program pem bangunan pertanian yang lebih luas, dan harus dimulai dengan peningkatan produksi, 1

Upload: vonhu

Post on 28-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

LAHAN ADALAH SUMBERDAYA YANG HARUS DILESTARIKAN

(Bahan Kajian MK. MSLPW)diabstraksikan oleh: [email protected])

1. Sumberdaya LAHAN dan PENGELOLAANNYAProses pembangunan nasional dan regional hingga saat ini,

khususnya sektor pertanian, telah membuktikan bahwa berbagai kendala masih dihadapi, terutama di wilayah pertanian lahan kering-kritis yang kondisinya sangat beragam. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak. Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan kebijakan-kebijakan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering. Lima syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering, adalah

(i) Teknis bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat, (ii) Ekonomis menguntungkan, (iii) Sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong

motivasi petani, (iv) Aman lingkungan, dan (v) Mendorong pertumbuhan wilayah secara berkelanjutan

(Satari, dkk., 1991).Kebijakan tentang penggunaan lahan harus diarahkan kepada (1)

perbaikan penggunaan dan pengelolaan lahan, (2) menggalang partisipasi aktif dari para pengguna lahan (pemilik lahan, pemilik kapital, dan tenaga-kerja), dan (3) pengembangan kelembagaan penunjang, terutama lembaga-lembaga perencana dan pemantau di daerah. Khusus dalam kaitannya dengan program konservasi tanah dan rehabilitasi lahan, Douglas (1991) mengikhtisarkan lima prinsip dasar bagi keberhasilannya pada tingkat lapangan, yaitu:

(1) program ini harus merupakan bagian integral dari program pem bangunan pertanian yang lebih luas, dan harus dimulai dengan peningkatan produksi,

(2) program ini harus bersifat bottom-up yang dirancang dengan melibatkan kepentingan masyarakat petani,

(3) asistensi teknis melalui program jangka panjang, (4) suatu aktivitas konservais dan pengelolaan lahan harus

mampu menunjukkan benefit jangka pendek, dan (5) degradasi lahan harus dapat dikendalikan sebelum melampaui

batas ambangnya. Berdasarkan pada kelima prinsip ini, maka beberapa implikasi

kebijakan yang penting adalah (1) Para perencana program harus menguasai pengetahuan

tentang "sistem pertanian ber-kelanjutan" dan komponen-komponen penggunaan lahan yang relevan,

(2) Para pelaksana program harus mampu "ber-komunikasi dengan petani" dalam rangka untuk meng-akomodasikan pandangan, persepsi dan kepentingan petani;

1

Page 2: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

(3) Para perencana dan pelaksana program harus menyadari bahwa proses perubahan berlangsung secara lambat dan lama, sehingga diperlukan "komitmen jangka panjang";

(4) Para perencana harus mampu mengidentifikasikan "kebutuhan petani dan alternatif solusinya" yang terkait langsung dengan problem pengelolaan lahan, dan

(5) Para perencana harus mengetahui "sebab-sebab terjadinya permasalahan" pengelolaan lahan dan menelusurinya.

Integrasi antara kepentingan konservasi dengan kebu-tuhan petani merupakan kunci utama keberhasilan program konservasi tanah dan pengelolaan lahan pertanian. Collison (1982) mengemukakan empat sasaran prioritas yang harus diikuti dalam merancang program usahatani konservasi, yaitu (1) memenuhi obligasi-oblikasi sosial-budaya dari masyarakat, (2) menyediakan suplai pangan yang dapat diandalkan oleh petani, (3) menyediakan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dihasilkan oleh sektor pertanian, (4) mampu menciptakan ekstra "cash resources". Khusus untuk sistem pertanian di dataran tinggi atau daerah pegunungan, Dimyati Nangju (1991) mengemukakan tiga faktor dominan yang sangat berpengaruh, yaitu:

(1) tekanan penduduk atas sumberdaya lahan, (2) praktek pengelolaan kesuburan tanah, dan (3) strategi dan kebijakan pembangunan yang dikhususkan bagi

daerah pegunungan. Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan sistem pertanian

di daerah lahan pegunungan, Jodha (1990) mengemukakan enam spsesifikasi penting, yaitu :

(1) aksesibilitas, (2) fragilitas, (3) marjinalitas, (4) heterogenitas dan diversitas, (5) suitabilitas ekologis, dan (6) sejarah mekanisme adaptasi manusia.

2. Konsepsi Umum tentang Lahan

Istilah “lahan atau land” dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976). Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan (ii) komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan

2

Page 3: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

(complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976).

Lahan sebagai suatu "sistem" mempunyai komponen- komponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada enam kelompok besar sumberdaya lahan yang paling penting bagi pertanian, yaitu (i) iklim, (ii) relief dan formasi geologis, (iii) tanah, (iv) air, (v) vegetasi, dan (vi) anasir artifisial (buatan). Dalam konteks pendekatan sistem untuk memecahkan permasalahan-permasalahan lahan, setiap komponen lahan atau sumberdaya lahan tersebut di atas dapat dipandang sebagai suatu subsistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem lahan. Selanjutnya setiap subsistem ini tersusun atas banyak bagian-bagiannya atau karakteristik- karakteristiknya yang bersifat dinamis.

3. Sistem Sumberdaya LahanSebagai suatu ekosistem alam, lahan pertanian mempunyai

komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi. Interaksi-interaksi yang berlang sung di dalam ekosistem ini menimbulkan beberapa proses kunci, seperti proses perkembangan tanah (tercermin dalam ting-kat kesesuaian lahan), proses erosi dan lim pasan permukaan, proses produksi tanaman dan ternak, dan proses-proses sosial-ekonomi . Proses perkembangan tanah di alam terjadi secara terus menerus, dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi satu sama lain . Beberapa faktor yang sangat penting adalah iklim, organisme, batuan induk, topografi, dan waktu. Interaksi faktor-faktor ini menentukan laju pelapukan batuan induk yang hasil-hasilnya akan menyusun salah satu dari komponen-komponen tanah. Sifat- sifat komponen tanah ini selanjutnya akan menentukan tipe tanah dan tingkat kesesuaiannya bagi tanaman.

Upaya pemanfaatan lahan pertanian pada hakekatnya ditujukan untuk mendapatkan hasil-hasil dari komoditas pertanian. Aktivitas pengelolaan sumberdaya lahan dalam hal ini pada dasarnya merupakan upaya penyesuaian antara kondisi lahan yang ada dengan persyaratan bagi komoditas pertanian. Kondisi lahan ini menjadi kendala yang membatasi kemampuan dan kesesuaian sumberdaya lahan terhadap persyaratan penggunaan dan pemanfaatan lahan. Secara lebih operasional, konsepsi tentang kondisi lahan ini dapat dijabarkan dalam konsepsi kualitas lahan yang dapat dievaluasi secara lebih kuantitatif dan lebih obyektif. Hubungan antara kondisi lahan dengan respon tanaman dalam upaya pengelolaan lahan akan menentukan tingkat produktivitas lahan. Berbagai teknik telah dikembangkan untuk memperkirakan tingkat produktivitas lahan melalui proses evaluasi lahan.

Salah satu bentuk pengelolaan lahan yang terkenal adalah menggunakan lahan sebagai komponen sistem usahatani. Suatu sistem usahatani komoditas pada kenyataannya sangatlah kompleks (subsistem sumberdaya alam, dan subsistem sosial-ekonomi-budaya), bersifat dinamis, dan senantiasa berinteraksi dengan sistem-sistem lain.

3

Page 4: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Pendekatan sistemik dipersyaratkan demi keberhasilan penelaahan usahatani komoditas dalam kerangka pewilayahannya. Melalui serangkaian analisis sistem dapat ditelaah struktur sistem dalam upaya mendapatkan struktur yang optimal, sehingga dengan mensimulasi input sistem diharapkan dapat diperoleh output yang diharapkan. Implikasi lebih lanjut ialah dimungkinkannya rekayasa agroteknologi arahan bagi setiap sistem usahatani komoditas di suatu wilayah pengembangan.

4. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan peng- gambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Dalam bidang pertanian, kesesuaian lahan dikaitkan dengan penggunaannya untuk usaha pertanian. Suatu bagan umum untuk evaluasi lahan pertanian telah dikembangkan oleh FAO (1976). Menurut bagan ini istilah lahan mengandung makna lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi. Proses evaluasi lahan pada hakekatnya melibatkan klasifikasi interpretatif, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Sistem evaluasi lahan dengan komputer (Land Evaluation Computer System, LECS) pada dasarnya merupakan penjabaran dari kerangka evaluasi lahan (Framework for Land Evaluation, FAO, 1976) . Penggunaan fasilitas komputer dalam analisis kesesuaian lahan sangat diperlukan karena:

(i) melibatkan banyak data yang meliputi berbagai unit lahan, berbagai taraf pengelolaan, jenis-jenis tanaman pertanian dan tanaman hutan;

(ii) penilaian dilakukan secara kuantitatif untuk menyatakan tingkat kesesuaian tanaman; dan

(iii) pemodelan diperlukan untuk lebih memahami interaksi yang rumit dalam sistem pertanian (Wood dan Dent, 1983).

5. Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian penggunaan lahan, atau land use (Sys, 1985). Dengan peranan ganda tersebut, maka dalam upaya pengelolaannya, sering terjadi benturan di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan. Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya. Dalam hubungannya dengan penggunaan lahan ini, ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai lahan, yaitu (i) kualitas fisik lahan, (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya, dan (iii) interaksi di antara keduanya. Nilai lahan semakin besar apabila kualitas biofisiknya semakin baik dan lokasinya semakin dekat dengan pasar.

Sehubungan dengan kualitas fisik lahan, keberhasilan suatu sistem pengelolaan lahan kering (seperti misalnya usahatani konservasi) juga

4

Page 5: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

dibatasi oleh persyaratan- persyaratan agroekologis (terutama kesesuaian tanah dan ketersediaan air). Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditas pertanian lahan kering. Penyimpangan dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian ekonomis, tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa kemerosotan kualitas sumberdaya lahan. Di lokasi-lokasi tertentu, seperti lahan kering-kritis di bagian hulu DAS, biaya sosial tersebut dapat bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan (Rauschkolb, 1971). Soekardi dan Eswaran (1991) mengemukakan beberapa ciri dan proses yang berlangsung dalam ekosistem pegunungan (highland areas) yang dapat menjadi kendala atau penunjang pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan. Tiga ciri ekosistem yang sangat penting adalah (1) iklim, (2) landform, dan (3) sumberdaya tanah. Sedangkan dua proses yang terkait dengan ciri-ciri tersebut adalah proses geomorfik dan proses-proses pedologis. Kondisi iklim dicirikan oleh ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl, curah hujan tahunan lebih 2000 mm, temperatur rataan 15-29oC dengan rezim suhu tanah isothermik atau isohiperthermik. Pada kondisi seperti ini biasanya variasi rezim lengas tanah adalah Udik dan Ustik. Kondisi ekosistem pegunungan seperti ini mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan berbagai jenis penggunaan lahan pertanian dengan banyak pilihan sistem pertanaman (cropping systems). Potensi seperti ini pada kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk "menggarap" lahan secara lebih intensif. Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya "kesenjangan" yang semakin besar antara intensitas penggunaan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya. Apabila kesenjangan ini melampaui daya dukung sumberdaya, maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya. Sedangkan strategi petani untuk berjuang memper-tahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip dasar yang spesifik, yaitu

(1) Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, petani mengelola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman, ternak, hortikultura dan kehutanan;

(2) Petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola lahannya, dan

(3) Teknologi yang mudah, low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengetahuan, teknologi dan kapital (Dimyati Nangju, 1991).

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka evaluasi kesesuaian agroekologis lahan untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan. Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO, 1976; Wood dan Dent, 1983). Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi, sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung. Demikian juga sebaliknya, pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis. Selama ini

5

Page 6: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim, memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak.

Dalam proses produksi pertanian, masukan-masukan yang berupa material, teknologi, menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak. Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen, hasil air, dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan. Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas. Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah. Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan, waduk dan jaringan irigasi, efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius, karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut, namun hasilnya masih belum memadai. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas. Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya. Disamping itu, biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani. Dalam kondisi seperti ini diperlukan campur tangan kebijakan pemerintah. Beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas, yaitu:

(i) larangan, (ii) pengarahan, (iii) kegiatan percontohan, (iv) pajak atau subsidi, (v) pengaturan (regulasi), (vi) denda atau hukuman, dan (vii) tindakan pengamanan.

Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi. Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam. Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada. Khusus dalam hal konservasi tanah dan air, kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi, faktor lereng dan fisiografi. Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan. Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar, pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan, serta ternak dibarengi dengan penanaman rumput/tanaman hijauan pakan.

6

Page 7: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

6. PRINSIP EKONOMI DALAM PENGGUNAAN LAHAN

Dalam sistem pasar bebas dapat dipahami bahwa aliran uang dari konsumer ke pemilik sumberdaya lahan dapat dianggap sebagai suatu sistem "voting", dengan membeli barang dan jasa tertentu pada hakekatnya konsumen menyatakan pola preferensinya untuk mengalo-kasikan penggunaan sumberdayanya. Dalam fenomena ini peranan gaya-gaya pasar dalam menentukan bagaimana sumberdaya lahan digunakan sangat besar.

6.1. Pasar dan Penggunaan Sumberdaya Lahan

Problematik yang akan dibahas dapat diabstraksikan secara ringkas dalam bentuk pertanyaan "mengapa sebidang lahan tertentu digunakan dengan cara yang tertentu?", atau lebih specifik lagi, "mengapa sebidang lahan digunakan untuk produksi pertanian, dan sebidang lainnya untuk lokasi industri, dan lainnya lagi untuk pusat perkantoran ?" Apa yang sedang kita cari adalah teori umum yang akan menjelaskan perbedaan- perbedaan ini. Walaupun faktor sejarah, pembatasan perencanaan, dan faktor non-ekonomi lainnya, serta mungkin motif-motif dari pengambil keputusan yang terlibat, namun ini semua untuk melandasi gaya-gaya ekonomi sehingga kita perlu memahami suatu teori sederhana untuk menjelaskan pola umum penggunaan lahan. Didekati dari sudut pandang ini ada dua sifat intrinsik dari sumberdaya lahan yang penting, yaitu kualitasnya dan lokasi.

(1). Kualitas LahanKualitas sebidang lahan hanya dapat didefinisikan secara bermakna

dalam hubungannya dengan suatu aktivitas penggunaan tertentu. Dengan mengambil teladan penggunaan pertanian, kualitas lahan untuk menghasilkan tanaman tergantung kepada faktor-faktor seperti iklim, topografi, tipe tanah, dan kesuburan, semuanya ini mempegaruhi pertumbuhan tanaman dan biaya produksi serta panen. Akan tetapi, lahan yang kualitasnya tinggi untuk suatu jenis tanaman, seperti jagung, mungkin akan mempunyai kualitas rendah untuk jenis tanaman lain, seperti padi.

Tiga area lahan A, B, dan C yang disajikan dalam Gambar 1 (a) mempunyai kualitas yang berbeda untuk menanam jagung. Lahan B, yang kualitasnya medium untuk menanam jagung, memberikan penerimaan neto yang relatif rendah dibandingkan dengan lahan C yang kualitasnya tinggi. Ada dua alasan untuk hal ini, keduanya berpangkal dari fakta bahwa lahan B kurang sesuai daripada lahan C untuk produksi jagung.

Lahan B tidak mempunyai kapasitas 'bawaan' untuk menghasilkan setinggi lahan C; dan kedua, biaya produksi dari lahan B lebih besar. Karena biaya produksi jagung yang ditunjukkan dalam Gambar 1(a) mencakup penghasilan atas investasi dan pengelolaan tetapi tidak mencakup biaya sewa lahan, ukuran penerimaan neto untuk sebidang lahan menyatakan jumlah maksimum yang akan bersedia dibayar oleh petani untuk menyewa lahan guna menanam jagung. Hal ini disebut

7

Page 8: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

tawaran harga sewa maksimum atau "ceiling-rent". Ternyata untuk daerah C, harga sewa maksimum lebih tinggi daripada lahan B, dan umumnya meningkat dengan peningkatan kualitas lahan (Gambar 1(b)). Lahan yang kualitasnya lebih rendah akan dialokasikan untuk produksi jagung kalau permintaan jagung meningkat. Lahan yang kualitasnya rendah seperti A dalam Gambar 1(a), dengan dengan harga sewa nol, adalah marginal untuk menanam jagung.

Gambar 1. Kualitas lahan untuk produksi jagung.

(2). Lokasi lahanTeori tentang penggunaan lahan semula dikembangkan oleh von

Thunen pada pertengahan abad 18, seorang Jerman. Ia mencatat hasil-hasil dari berbagai jenis tanaman dan melengkapinya dengan upaya-upaya yang terlibat dalam pengangkutan produks ini, oleh kuda dan kereta, ke pasar. Dengan mengasumsikan sebuah kota yang terisolir, yang dikelilingi oleh lahan yang kualitasnya sama, von Thunen berargumentasi bahwa pola-pola konsentris penggunaan lahan akan terjadi. Lahan di dekat kota akan digunakan digunakan untuk memproduksi tanaman yang hasilnya banyak dan voluminous, seperti kayu dan kentang, sedangkan lahan yang

8

Page 9: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

jauh dari pasar akan digunakan untuk memproduksi tanaman ekonomis-tinggi, volumenya kecil, seperti hasil-hasil peternakan.

Untuk melukiskan penalaran penggunaan lahan tersebut, marilah kita perhatikan dua bentuk penggunaan lahan, yaitu kentang dan rumput permanen untuk produksi sapi potong (daging). Kalau tidak ada perbedaan kualitas lahan, maka biaya untuk mengangkut produk ke pasar yang menyebabkan perbedaan harga sewa maksimum bagi setiap aktivitas. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2, biaya transpor akan tergantung pada volume atau berat produk dan jarak angkut ke pasar. Bagaimana keduannya ini mempengaruhi harga sewa maksimum untuk usahatani kentang ?. Penerimaan per hektar akan sama untuk setiap bidang lahan, karena diasumsikan tidak ada perbedaan kualitas lahan. Dengan alasan yang sama maka biaya produksi kentang juga tidak berubah. Akan tetapi kalau kita memperhatikan lahan yang lokasinya semakin jauh dari pasar, sehingga biaya untuk mengangkut produk satu hektar kentang ke pasar akan meningkat (Gambar 2).

Produktivitas jagung kuning sangat ditentukan oleh kualitas fisik lahan.

Sumber: http://epetani.deptan.go.id/term/komoditas/tanaman/tanaman-

pangan

9

Page 10: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Gambar 2. Biaya-biaya transpor hasil pertanian

Hal ini berarti bahwa sewa maksimum, yang merupakan total pener-imaan dengan biaya produksi dan biaya transpor, akan menurun kalau jarak dari pasar semakin jauh (Gambar 3). Serupa dengan itu, sewa maksimum untuk produksi daging akan menurun dengan jarak dari pasar, pada tingkat penurunan yang ditentukan oleh biaya transportasinya (Gambar 2). Sewa maksimum untuk dua macam aktivitas penggunaan lahan ini, pada berbagai jarak dari pasar, ditunjukkan di bagian atas Gambar 4.

10

Page 11: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Gambar 3. Lokasi dan ceiling-rent untuk komoditas kentang

Lahan di dekat pasar mempunyai harga sewa maksimum yang lebih tinggi untuk kentang daripada untuk daging, yang menyatakan bahwa petani kentang akan bersedia menawar sewa lebih tinggi untuk lahan-lahan dekat pasar daripada produsen daging. Akibatnya, penanaman kentang akan menjadi aktivitas penggunaan lahan. Kalau kita perhatikan lahan yang lebih jauh dari pasar, sewa maksimum untuk kentang menurun dengan laju lebih cepat daripada daging sehingga pada jarak OX, penawaran sewa maksimum untuk kedua aktivitas akan sama. Di luar OX, produksi daging mempunyai sewa maksimum tertinggi dan akan menjadi aktivitas dimana lahan dialokasikan. Pola penggunaan lahan yang diturunkan dari model ini (bagian bawah Gambar 4) menunjukkan zone penggunaan lahan yang konsentris dapat diharapkan terjadi.

Di Indonesia umumnya kentang dibudidayakan di dataran tinggi, hal ini menjadi kendala karena terbatasnya area tanam, selain itu dapat menyebabkan erosi tanah dan lokasinya jauh dari pusat pasar. Oleh karena itu langkah perluasan penanaman kentang di dataran medium merupakan salah satu langkah alernative yang strategis. Budidaya kentang di dataran medium ternyata tidak

11

Page 12: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

merusak lingkungan dan perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, terbentuknya usahatani yang berwawasan rumah tangga, alternative pola tanam sebagi pergiliran pola tanam sayuran di lahan sawah irigasi di dataran medium. Selain itu dapat meningkatkan pendapatan petani di dataran medium. Dari hasil analisis land rent dapat disimpulkan bahwa terjadi surplus ekonomi yang merupakan kelebihan nilai produksi di atas biaya total.

Hasil produksi kentang di lahan dataran mediumSumber: http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/index.php

(3). Interaksi Kualitas Lahan dan LokasinyaWalaupun ada banyak bukti adanya pola penggunaan lahan yang

konsentris, namun kemudian ada beberapa alasan yang menyebabkan lenyapnya pola ini. Misalnya karena kota- kota menjadi tidak terisolir, lingkaran pengaruhnya dapat saling tumpang tindih dan mengganggu pola. Juga karena biaya angkutan biasanya tergantung pada aksesibilitas lahan terhadap jalur komunikasi yang baik, asumsi bahwa biaya angkutan meningkat linier dengan jarak dari pasar (Gambar 2) tampaknya kurang tepat. Akan tetapi sumber gangguan yang sangat penting berasal dari asumsi kualitas lahan yang homogen, dan menginsafi bahwa perbedaan kualitas lahan dapat menutupi posisi lokasional.

12

Page 13: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Gambar 4. Teori lokasi dan penggunaan lahan pertanian (Norton, 1984).

Untuk menelaah interaksi antara kualitas lahan dan lokasi, marilah memperhatikan aktivitas penggunaan lahan lainnya, yaitu ekstraksi kerikil. Beberapa sifat menentukan kualitas dari lokasi kerikil yang potensial, termasuk ukuran besarnya cadangan deposit, kedalaman dan kualitasnya. Karena sifat-sifat ini menentukan upaya yang diperlukan untuk mengambil dan menyeleksi kerikil (mineral tambang), mereka menentukan biaya ekstraksi per ton. Biaya ekstraksi untuk dua lokai, M dan N, ditunjukkan dalam Gambar 5. Karena lokasi N kualitasnya lebih tinggi untuk ekstraksi kerikil tambang daripada M, maka ia mempunyai biaya ekstraksi lebih rendah.

Pada sisi lain, karena bijih merupakan komoditi yang volumious, dan lokasi M lebih dekat dengan pasar dari pada lokasi N, maka biaya angkutan dari lokasi M akan lebih rendah. Sekarang misalkan bahwa permintaan bijih tambang sedemikian rupa sehingga tercapai harga P (Gambar 5). Karena ini merupakan harga yang dibayarkan pada alamat akhir, maka garis PQ menyatakan permintaan per ton dikurangi biaya angkutan, kalau bijih diekstraks dari jarak yang berbeda-beda dari pasar. Karena biaya ekstraksi di lokasi N berada di bawah garis ini, maka lokasi N

13

Page 14: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

lebih menguntungkan pada tingkat harga P. Harga yang lebih tinggi diperlukan agar supaya ekstraksi bijih di lokasi M dapat menguntungkan.

Gambar 5. Efek kualitas dan lokasi lahan terhadap ekstraksi barang tambang

Karena ekonomi dari ekstraksi bijih ternyata tergantung pada kualitas dan lokasi dari tempat-tempat (site) potensial, dan efeknya terhadap biaya ekstraksi dan biaya transpor, maka kalau teknologi memodifikasi biaya ekstraksi dan biaya transpor ini, kita dapat mengharapkan adanya perubahan secara menyeluruh. Serupa dengan itu, alokasi yang berbeda atas lahan untuk ekstraksi kerikil tampaknya akan terjadi kalau permintaan akan bentuk lain dari aktivitas penggunaan lahan ikut diperhatikan. Misalnya, kalau kita sekarang bercerita bahwa lokasi N mempunyai kualitas pertanian yang tinggi, sedangkan lokasi M tidak cocok untuk pertanian, ekstraksi bijih hanya akan terjadi di lokasi N kalau sewa maksimum untuk bijih melampaui untuk pertanian. Memang, sewa maksimum untuk pertanian di lokasi N mungkin bisa cukup besar untuk lokasi M digunakan bagi ekstraksi kerikil lebih dahulu, kalau permintaan meningkat.

6.2. Penggunaan Lahan Industri dan Urban

14

Page 15: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Dalam memilih lokasi bagi industri di kawasan tertentu, perusahaan tentunya telah menolak kawasan-kawasan alternatif atas dasar beberapa kriteria, termasuk dampak lingkungannya yang potensial. Dua parameter ekonomi yang tampaknya penting dalam menilai alternatif kawasan adalah biaya pengangkutan bahan mentah ke pabrik, dan biaya distribusi produk akhir ke pasar.

Industri berat, seperti besi dan baja, yang memerlukan banyak bahan mentah, terutama batubara, cenderung berlokasi di dekat sumber bahan mentah karena biaya pengangkutan bahan mentah relatif mahal (Gambar 6(A)). Sebaliknya, bahan mentah yang volumenya besar (air) diperlukan untuk proses 'brewing' banyak dijumpai di berbagai tempat, biayanya relatif sama di lokasi yang berbeda-beda. Dalam kasus ini, kalau biaya pendistribusian produk akhir menjadi dominan, maka dapat diharapkan industri bir akan berlokasi di dekat pusat pemukiman (Gambar 7 (b)). Kemiripan antara model-model lokasi industri ini dengan model- model industri ekstraksi adalah jelas. Akan tetapi kalau ia digunakan untuk menjelaskan pola-pola penggunaan lahan urban, tentu model ekonomi hancur? Walaupun sudah barang tentu benar bahwa biaya angkutan bahan mentah untuk bank, toko, dan pemukiman tampaknya kurang berpengaruh terhadap penggunaan lahan urban, namun demikian lokasi sangat penting bagi aktivitas-aktivitas ini dalam arti aksesibilitasnya. Untuk melukiskannya, perhatikanlah dua toko A dan B, yang identik kecuali lokasinya. Karena toko A dekat dengan pusat kota dan oleh karena lebih aksesibel bagi banyak penduduk yang bekerja dan belanja di sana, maka ia secara potensial mempunyai pasar yang lebih besar dari pada B. Ini berarti bahwa permintaan sesuatu barang pada tingkat harga tertentu P, akan lebih tinggi pada toko A(QA) daripada di toko B(QB) (Gambar 7), dengan hasil bahwa penerimaan total di toko A akan lebih besar.

15

Page 16: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Gambar 6. Dua model lokasi kawasan industri

16

Page 17: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Gambar 7. Permintaan di dua lokasi : A dan B

Dengan mengasumsikan kedua toko mempunyai biaya pengopera-sian sama, harga sewa maksimum di A akan lebih tinggi daripada di B, dan pada umumnya, sewa maksimum akan meningkat kalau lokasi toko makin dekat dengan pusat kota (Gambar 8). Kalau kita memperhatikan aktivitas penggunaan lahan yang lain, seperti kantor, pergudangan, dan industri manufakturing, maka juga dapat diharapkan adanya peningkatan ceiling-rent semakin mendekati tusat kota, dan dengan alasan yang serupa. Penggunaan lahan untuk pemukiman, yang ternyata sangat berbeda dari penggunaan-penggunaan komersial ini, tampaknya juga menunjukkan peningkatan ceiling-rent semakin mendekati pusat kota, lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan, mudah ke toko, ke restauran dan tempat hiburan, dan biaya perjalanannya rendah. Karena alasan-alasan seperti itu, penduduk yang prospektif bersedia membayar lebih banyak agar dapat hidup di dekat pusat kota.

17

Page 18: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Gambar 8. Ceiling-rent untuk dua lokasi: A dan B

Mengapa Ruko banyak dibangun di tepian jalan raya pusat-pusat kota?

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/_V7GqbY8rcmg/

18

Page 19: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Gambar 9. Ceiling-rent dan penggunaan lahan urban

Kalau berbagai kurva sewa maksimum ini diperbandingkan, akan dapat diturunkan model zonasi penggunaan lahan yang konsentris (Gambar 9). Zone tengah (pusat, sentral) untuk perkantoran, pusat pertokoan, dan penggunaan komersial, aktivitas yang paling memberi manfaat dan dapat memberikan ceiling-rent tertinggi di pusat kota. Semakin menjauhi pusat kota, kita dapat mengharapkan untuk mengamati zone-zone industri manufakturing dan pergudangan, pemukiman, dan akhirnya pertanian.

Walaupun lebih mudah untuk memvisualisasikan pola-pola kon-sentris dari penggunaan lahan urban dari pada pedesaan, gangguan- gangguan terhadap pola masih jelas. Sampai batas-batas tertentu, hal ini mencerminkan perbedaan kualitas lahan. Akan tetapi yang lebih penting ialah fakta bahwa lahan tidak selalu dialokasikan untuk penggunaan yang mempunyai ceiling-rent tertinggi. Ada dua alasan yang melandasi hal ini. Alasan pertama berhubungan dengan ketidak-sempurnaan pasar, yang muncul sebagai akibat dari imobilitas lahan; yang berarti bahwa sumberdaya lahan tidak mudah ditransfer dari satu penggunaan ke

19

Page 20: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

penggunaan lainnya. Untuk banyak aktivitas-aktivitas urban, penggunaan lahan sebenarnya tetap dan tidak dapat balik. Alasan ke dua adalah bahwa perintah ikut campur tangan, dengan menyediakan sumberdaya lahan untuk aktivitas-aktivitas seperti taman nasional, dan membatasi area dimana aktivitas- aktivitas tertentu dapat dilakukan; misalnya, dalam menciptakan zone bebas populasi.

6.3. Perencanaan Penggunaan Lahan Suatu pendekatan yang lebih komprehensif telah dikembangkan

dalam teknik analisis Kesesuaian Lahan (LSA). Tujuan dari LSA adalah untuk menduga kapabilitas lahan 'inherent' guna melaksanakan benbagai macam aktivitas, dan untuk menyatakan bagaimana kapabilitas ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian proses-proses eva-luasi kesesuaian lahan melibatkan tiga fase analisis : (i). Menduga persyaratan/kebutuhan aktivitas-aktivitas; (ii). Menentukan kapabilitas sumberdaya lahan yang tersedia; (iii). Memadukan kapabilitas sumberdaya lahan dengan kebutuhan masyarakat

6.4. Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian

(1). Pendugaan Kebutuhan Aktivitas PotensialUntuk menghimpun data tentang sumberdaya dasar, persyaratan

dan toleransi dari enam macam penggunaan yang akan dievaluasi harus ditentukan lebih dahulu. Agar supaya berguna dalam praktek, persyaratan dan toleransi ini harus dinyatakan secara kuantitatif. Misalnya, kalau akan mengevaluasi bahaya erosi tanah, maka diperlukan dua ukuran diagnostik, yaitu kemiringan lahan dan permeabilitas tanah. Hanya lahan-lahan yang kemiringannya kurang dari sudut pembatas dan di atas permeabilitas batas akan memenuhi kriteria bahaya erosi bagi tanaman setahun. Dengan mengulangi pekerjaan ini untuk lima aktivitas lainnya, suatu daftar yang lengkap tentang ukuran diagnostik untuk mengklasifikasikan lahan dapat diperoleh.

(2). Menentukan Kapabilitas sumberdaya Lahan Lazimnya proses pengklasifikasian dan evaluasi lahan dimulai

dengan penggunaan foto udara, untuk mengidentifikasikan area- area yang mempunyai karakteristik fisik yang serupa, yang diikuti dengan analisis darat untuk mengelaborasi klasifikasi dan menduga sifat-sifat diagnostik dari unit-unit lahan yang diidentifikasikan tersebut. Bagaimana mengumpulkan data dalam praktek lapangan sangat tergantung pada diagnostik yang harus di-duga, data yang ada, waktu, tenaga, dana yang tersedia. Kalau pekerjaan survai telah diselesaikan, maka dapat dilakukan pendugaan kapabilitas dan kesesuaian masing-masing unit lahan bagi setiap aktivitas yang potensial.

(3). Pemaduan Kapabilitas Sumberdaya Lahan dan Kebutuhan Masyarakat

20

Page 21: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

Walaupun kita telah menggunakan istilah kesesuaian, secara riil ada beberapa kemungkinan produksi dari perspektif ekonomi, tiga problem khusus yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

(a). Kapabilitas aktual versus potensial Lahan merupakan satu-satunya input bagi aktivitas peng-gunaan lahan. Kemampuan potensial lahan untuk mengha-silkan produk pertanian atau produk lain bukan hanya diukur dengan kapabilitas inherentnya saja tetapi juga oleh input lain baik dalam bentuk upaya reklamasi maupun upaya pengelolaan. Pem-bangunan teras-teras lahan sawah oleh para petani subsisten dan reklamasi lahan industri yang telah rusak untuk keperluan pertanian, merupakan dua teladan yang menyatakan sampai dimana potensial inherent dapat ditransformasikan, sedangkan efek tenaga kerja dan pupuk terhadap produksi pertanian. Cara untuk memperhitungkan input-input reklamasi dan pengelolaan ialah menduga kapabilitas dari paket reklamasi dan pengelolaan sebagai aktivitas yang terpisah.

(b). LokasiKalau dipandang dari teori ekonomi tentang penggunaan lahan, kita dapat melihat bahwa LSA (Land Suitability Assessment) hanya memperhatikan aspek-aspek kualitas. Kalau sampai kepada pemaduan kesesuaian atau kemampuan (kapabilitas) ini dengan kebutuhan masyarakat, maka juga harus memperhitungkan lokasi. Sebagaimana yang diuraikan di muka, biaya angkutan dapat mempunyai pengaruh penting terhadap profitabilitas produk pertanian, kayu, dan bahan tambang seperti halnya kesesuaian inherent atau kualitas lahan. Demikian juga, untuk rekreasi alam bebas, waktu atau perjalanan, biaya-biaya yang diperlukan dalam mencapai lokasi-lokasi khusus dapat menutupi kesesuaiannya.

Lokasi bahkan dapat menjadi penting untuk konservasi alam. Walaupun lokasi konservasi di daerah urban mungkin mempunyai kualitas yang jelek, ditinjau dari jenis/species atau habitat langka, mereka tampaknya sangat penting untuk maksud-maksud pendidikan, karena dekat dengan sekolahan dan kegiatan pendidikan lainnya. Sebaliknya, lokasi-lokasi yang kualitasnya baik, mengandung species dan habitat langka yang penting secara nasional dan internasional, mungkin hanya cocok untuk maksud-maksud konservasi kalau terletak jauh dari pusat-pusat pemukiman.

(c). Efek Eksternalitas Sifat ketiga yang perlu dipertimbangkan, dan yang seringkali berhubungan dengan lokasi, adalah efek eksternal yang diakibatkan oleh penggunaan lahan, terutama dalam menimbulkan polutan. Kita telah membahas bahwa limpasan dari aktivitas pertanian dapat menimbulkan biaya eksternal bagi industri air minum. Efek lain juga dapat timbul kalau sifat-

21

Page 22: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

sifat estetika dari bentang-lahan juga terpengaruh. Misalnya, penggunaan lahan yang tidak kompatibel, seperti pertambangan terbuka di Taman Nasional, dapat mereduksi kesesuaian dan nilai keseluruhan dari area.

Daftar Pustaka

Brinkman, R. 1987. Agro-ecological characterization, classification and mapping. Different approaches by the International Agricultural Research Centres. In A. H. Bunting, ed. Agricultural environments: characterization, classification and mapping, p. 31-42. Wallingford, UK, CAB International.

Dent, D.L. dan R.B. Ridgway. 1986. A land use planning handbook for Sri Lanka. FD 2, SRL 79/058. Colombo, Sri Lanka, Land Use Policy Planning Division, Ministry of Lands and Land Development. 389 pp.

FAO. 1976. A framework for land evaluation. FAO Soils Bulletin No. 32. Rome, FAO. 72 pp. Also published as Publication 22. Wageningen, the Netherlands, ILRI. 87 pp.

FAO. 1983. Guidelines: land evaluation for rainfed agriculture. FAO Soils Bulletin No. 52. Rome, FAO. 237 pp.

FAO. 1991. Land use planning applications. Proceedings of the FAO Expert Consultation, 1990, Rome, Italy, 10-14 December 1990. World Soil Resources Reports 68. Rome, FAO. 206 pp.

Fresco, L.O, Huizing, H.G.J., van Keulen, H., Luning, H.A. dan R.A. Schipper. 1992. Land evaluation and farming systems analysis for land use planning. FAO/ITC/Wageningen Agricultural University. (unpubl. FAO Working Document)

ILRI. 1980. Framework for regional planning in developing countries. ILRI Publication 26. Wageningen, the Netherlands, ILRI. 345 pp.

Lindgren, D.T. 1985. Land use planning and remote sensing. Part II. Remote sensing input to GIS. London, Nijhoff. 176 pp.

McCrae, S.G. dan C.P. Burnham. 1981. Land evaluation. Oxford, UK, Clarendon. 239 pp.

Pearce, D.W. dan R.K. Turner. 1990. Economics of natural resources and the environment. Baltimore, Johns Hopkins University Press. 373 pp.

Romero, C. dan T. Rehman. 1989. Multiple criteria analysis for agricultural decisions. Amsterdam, Elsevier.

van Keulen, H., Berkhout, J. A. A., van Diepen, C. A., van Heemst, H. D. J., Janssen, B. H., Rappoldt, C. & Wolf, J. 1987. Quantitative land evaluation for agro-ecological characterization. In A. H. Bunting, ed. Agricultural environments: characterization, classification and mapping. Wallingford, UK, CAB International.

Wood, S.R. dan F.J. Dent. 1983. LECS. A land evaluation computer system methodology. Bogor, Indonesia, Centre for Soil Research, Ministry of Agriculture/UNDP/FAO. 221 pp.

Young, A. 1986. Land evaluation and diagnosis and design: towards a reconciliation of procedures. Soil Survey and Land Evaluation, 5: 61-76.

Young, A. dan P. Muraya. 1990. SCUAF: Soil Changes Under Agroforestry. Computer program with user's handbook. Version 2. Nairobi, Kenya, ICRAF. 124 pp.

22

Page 23: KONSEPSI SUMBERDAYA LAHAN · Web viewKualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan …

23