konstruksi sosial atas buruh tani perempuan di …... · fakultas ilmu sosial dan ilmu politik ......

136
KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI MASYARAKAT DESA (Studi Kasus pada masyarakat Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur) SKRIPSI Disusun untuk memenuhi tugas-tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi Oleh : PATRICIA SURYANI D0308080 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: lyliem

Post on 13-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI

MASYARAKAT DESA

(Studi Kasus pada masyarakat Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten

Ngawi, Propinsi Jawa Timur)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi tugas-tugas dan syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

Oleh :

PATRICIA SURYANI

D0308080

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang

pengetahuan saya, di dalam naskah ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah

diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan

tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan

disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur

plagiasi, saya bersedia ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh

(Sarjana Sosial) dibatalkan.

Surakarta, Juli 2012

PATRICIA SURYANI

NIM. D0308080

Page 5: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Patricia Suryani, 2012, D0308080, KONSTRUKSI SOSIAL ATASBURUH TANI PEREMPUAN DI MASYARAKAT DESA (Studi Kasus PadaMasyarakat Desa Karagasri, Kec. Ngawi Kab. Ngawi, Jawa Timur), Skripsi,Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas SebelasMaret Surakarta.

Salah satu wilayah di Kabupaten Ngawi yang nampak aktifitas buruh tani(khususnya perempuan) adalah di kawasan Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi.Di desa ini, sektor industri khususnya bidang pertanian cukup diandalkan. Fokuskajian pada penelitian ini adalah mencoba menggambarkan serta menguraibagaimana konstruksi sosial atas buruh tani perempuan pada masyarakat DesaKarangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Untuk menggambarkan sertamengurai konstruksi sosial, digunakan teori konstruksi sosial atas realitas yangdikemukakan oleh Peter L. Berger.

Penelitian ini merupakan studi kasus yang membahas konstruksi sosialatas buruh tani perempuan pada masyarakat Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi,Kabupaten Ngawi. Data bersumber dari informasi yang diperoleh langsung dariinforman, studi pustaka, dokumen tertulis dan arsip. Teknik pengumpulan datadigunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pemilihan informan dipilihsecara purposive, dalam hal ini informan dipilih berdasarkan klasifikasi tingkatpendidikan yang pernah ditamatkan seseorang, sehingga informan berjumlah 8(delapan) orang. Data dianalisis dengan analisis spradley melalui analisiskomponensial yang terlebih dahulu mencari/ memilih domain dalam membuatanalisis. Validitas data digunakan teknik triangulasi sumber.

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa buruh tani perempuan merupakanperempuan-perempuan sebagai tanaga kerja yang dikarenakan beberapa halmenyebabkan mereka bekerja sebagai buruh tani, dengan kata lain, buruh taniperempuan ialah pencari nafkah kedua dalam keluarga. Mereka bekerja bukan atasdasar kewajiban mencari nafkah utama dalam keluarga dan biasanya merekabekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi subsisten. Masyarakatmemandang mereka merupakan perempuan-perempuan yang tangguh dan pekerjakeras. Hidup dilingkungan pedesaan yang masih cukup memegang budayapatriarki, perempuan-perempuan buruh tani tersebut berhasil mematahkananggapan bahwa perempuan hanyalah sebagai “konco wingking”. Hal ini dapatdilihat pada fungsi kerja domestik dan fungsi kerja publik mereka. Konstruksisosial tersebut terbangun atas realitas yang dialami di masyarakat. Konstruksisosial atas buruh tani perempuan, didasari atas beberapa faktor pembentuk,diantaranya faktor ekonomi (penghasilan, pengeluaran, kemampuan menabung),sosial budaya (interaksi, budaya yang berkembang), pendidikan (pendidikan yangditempuh buruh tani perempuan tersebut serta pendidikan anak-anaknya).

Kata kunci : konstruksi sosial, buruh tani, buruh perempuan

Page 6: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Patricia Suryani, 2012, D0308080, SOCIAL CONSTRUCTION OF WOMENAGRICULTURAL LABORERS IN RURAL COMMUNITY (Case Study InThe Village Karangasri, Ngawi, East Java), Thesis, Department of Sociology,Faculty of Social and Politicial Sciences, Sebelas Maret University.

One area that appears in the District Ngawi agricultural laborers activity(especially women) are in the Village Karangasri, District Ngawi. In this village,especially the agricultural sector is quite reliable. The focus of this research studyis trying to describe and parse how the social construction of women agriculturallaborers in the village of Karangasri, District Ngawi, Ngawi district. To describeand parse the social construction, used the theory of social construction of realityput forward by Peter L. Berger.

This study is a case study that discusses the social construction of womenagricultural laborers in the village of Karangasri, District Ngawi, Regency ofNgawi. Data sourced from information derived directly from the informants, thestudy of literature, written documents and archives. The data collection techniquesused interviews, observation, and documentation. Selection of informantsselected purposively, in this case the informants were selected based on theclassification level of education a person had attained, so that the informantamounted to 8 (eight). Data were analyzed by Spradley analysis through thecomponential analysis is to first find / select the domain in making the analysis.The validity of the data used triangulation techniques.

From the research, found that women agricultural laborers are thesewomen as workers is due to several things cause them to work as a laborer, inother words, women farm workers are the second income earner in the family.They work rather than on the basis of the primary obligation to earn a living in thefamily and they usually work only to meet the needs of subsistence economies.The public views these women they are tough and hardworking. In theenvironment rural life that still holds quite a patriarchal culture, these womenagricultural laborers is successfully break that women is just a "konco wingking",this can be seen in domestic work function and the function of their publicemployment. The social construction of reality experienced waking up in thecommunity. The social construction of women agricultural laborers, based onseveral factors forming, such as economic factors (income, expenditure, savingability),sociocultural (interaction, developing cultures), education (educationtaken by women laborers and their children's education).

Key words: social construction, agricultural laborers, women workers

Page 7: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Don’t follow your dreamJust follow your hearth

Learn from Yesterday

Life for Today

Hope for Tommorow

HALAMAN PERSEMBAHAN

Page 8: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Dedicated for :

My Future.....

Page 9: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala

campur tanganNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tulisan (skripsi) yang

berjudul: Konstruksi Sosial Atas Buruh Tani Perempuan Pada Masyarakat Desa

Karangasri (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi,

Kabupaten Ngawi). Berbagai problematika pedesaan sangat menarik untuk dikaji

ditengah gencarnya arus modernisasi sekarang ini.

Tulisan (skripsi) ini menyajikan pokok-pokok bahasan yang terdiri

dari enam bagian, meliputi pendahuluan sebagai bagian utama yang menguraikan

mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk mengkaji buruh tani

perempuan. Tujuan serta manfaat dilakukannya penelitian ini juga tercantum pada

bagian pendahuluan. Kemudian pada bagian kedua diuraikan mengenai tinjauan

pustaka yang berisi tentang konsep, teori, penelitian yang relevan serta kerangka

berpikir, yang kesemuanya berkaitan dengan tema yang saya angkat. Definisi

konseptual juga melengkapi bagian tinjuan pustaka. Bagian ketiga berisi tentang

metodologi penelitian. Bagian ini menyajikan inti dari kegiatan penelitian yang

berisi tentang metode apa yang akan dipakai serta bagaimana teknik pengumpulan

data seperti wawancara, observasi, dokumentasi serta studi pustaka dari berbagai

sumber. Bagian keempat berisi deskripsi lokasi penelitian. Hasil dan pembahasan

yang didapat dari penelitian yang telah saya lakukan, tertuang pada bagian kelima

tulisan (skripsi) ini. Pada bagian ini berdasarkan dari apa yang saya dapat pada

saat melakukan penelitian, dapat dikatakan bahwa buruh tani perempuan

dikonstruksikan sebagai pencari nafkah kedua dalam keluarga, mereka bekerja

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi subsisten.

Seringkali keberadaan buruh tani perempuan dipandang sebelah mata,

namun keberadaan mereka sangat berperan besar bagi sistem ketahanan pangan

dalam industri pertanian. Konstruksi sosial tersebut terbentuk karena adanya

faktor ekonomi, sosial-budaya serta pendidikan, baik di dalam lingkungan

keluarga buruh tani perempuan itu sendiri maupun dari lingkungan tempat

tinggalnya. Dalam penelitian ini saya ingin menyampaikan bahwa keberadaan

Page 10: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

buruh tani perempuan hendaknya patut untuk dihargai, dan akan terjadi sebuah

persoalan nantinya pada sistem ketahanan pangan masyarakat jika keberadaan

buruh tani perempuan mulai langka.

Terima kasih kepada Dr. Ahmad Zuber, S.Sos, DEA yang telah

membimbing hingga terselesaikannya tulisan ini. Kepada seseorang yang

memberikan dukungan, bantuan serta memotivasi untuk segera menyelesaikan

tulisan ini. Kepada rekan-rekan seperjuangan dan teman-teman Sosiologi 2008

tanpa terkecuali, sahabat-sahabat saya yang juga turut berkontribusi.

Last but not least, terimakasih juga saya sampaikan kepada kedua

orang tua saya : Marjoko E.P dan Sudiyani. Karya ini saya persembahkan kepada

kalian berdua yang selalu menjadikanku kuat disetiap kerapuhanku. Untuk kedua

adikku tercinta, Vinna dan Vyta yang selalu kurindukan canda tawanya. Begitu

pula untuk seseorang yang telah menjadi bagian dalam perjalanan saya: Galih

Iqbal Wibowo, terima kasih atas kesabaranmu.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulis mempunyai

banyak kekurangan dan keterbatasan, walaupun penulis telah mengerahkan segala

kemampuan untuk lebih teliti, tetapi penulis masih merasakan adanya

kekurangtepatan ataupun kesalahan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran yang membangun dari para pembaca agar nantinya

tulisan ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 11: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK........................................................................... v

HALAMAN MOTTO................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... viii

KATA PENGANTAR.............................................................................. ix

DAFTAR ISI............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL..................................................................................... xiii

DAFTAR MATRIK.................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR................................................................................ xv

BAB I Pendahuluan.................................................................. 1

1.1 Latar Belakang......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian...................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian.................................................... 6

BAB II Tinjauan Pustaka............................................................. 8

2.1 Kajian Konsep Penelitian.......................................... 8

2.2 Kajian Teori.......................................................... 11

2.3 Penelitian Terdahulu..................................................19

2.4 Kerangka Berpikir..................................................... 22

2.5 Definisi Konseptual................................................... 24

BAB III Metode Penelitian............................................................26

3.1 Rancangan Penelitian.................................................26

3.2 Lokasi Penelitian....................................................... 27

3.3 Alasan Pemilihan Lokasi............................................28

3.4 Sumber Data.............................................................. 28

Page 12: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

3.5 Informan.................................................................... 28

3.6 Teknik Pemilihan Informan.......................................29

3.7 Teknik Pengumpulan Data........................................ 29

3.8 Validitas Data............................................................ 32

3.9 Teknik Analisa Data.................................................. 33

BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian.............................................36

4.1 Letak Geografis......................................................... 36

4.2 Luas Wilayah.............................................................36

4.3 Sejarah Desa.............................................................. 36

4.4 Kependudukan.......................................................... 37

4.5 Tingkat Pendidikan....................................................37

4.6 Mata Pencaharian.......................................................38

BAB V Hasil dan Pembahasan..................................................... 39

5.1 Profil Informan.......................................................... 39

5.2 Pengertian Umum Buruh Tani...................................41

5.3 Buruh Tani Perempuan..............................................46

5.4 Konstruksi Sosial Atas Buruh Tani Perempuan........ 52

5.5 Faktor-faktor Pembentuk Konstruksi Sosial Atas

Buruh Tani Perempuan .............................................66

5.5.1 Ekonomi........................................................... 66

5.5.2 Sosial Budaya.................................................. 83

5.5.3 Pendidikan....................................................... 94

5.6 Pembahasan............................................................... 104

BAB VI Kesimpulan dan Saran.................................................... 116

6.1 Kesimpulan................................................................116

6.2 Saran..........................................................................119

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tingkat Pendidikan..........................................................36

Tabel 2 Mata Pencaharian.............................................................37

Tabel 3 Worksheet Klasifikasi Buruh Tani...................................105

Tabel 4 Worksheet Fungsi Kerja Perempuan................................107

Page 14: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR MATRIK

Matrik 5.1 Profil Informan..........................................................................39

Matrik 5.2 Pengertian Umum Buruh Tani.................................................. 43

Matrik 5.3 Klasifikasi Buruh Tani Berdasar Jenis Kelamin....................... 48

Matrik 5.4 Konstruksi Atas Buruh Tani Perempuan...................................59

Matrik 5.5 Faktor Ekonomi sebagai Pembentuk Konstruksi Sosial........... 77

Matrik 5.6 Faktor Sosial Budaya sebagai Pembentuk Konstruksi Sosial...87

Matrik 5.7 Faktor Pendidikan sebagai Pembentuk Konstruksi Sosial .......100

Page 15: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Keberadaan buruh tani di Ds. Karangasri,

Kec. Ngawi, Kab.Ngawi................................................................41

Gambar 5.2 Aktifitas buruh tani di pedesaan.................................................... 43

Gambar 5.3 Aktifitas buruh tani laki-laki saat musim panen............................ 47

Gambar 5.4 Aktifitas buruh tani perempuan saat musim panen....................... 47

Gambar 5.5 Keberadaan buruh tani perempuan di Ds. Karangasri................... 52

Page 16: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten yang terletak di

sebelah barat Propinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan langsung

dengan Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Ngawi memiliki potensi industri

di berbagai sektor, mulai dari sektor perdagangan barang hingga

perdagangan jasa. Hal ini menunjukkan Kabupaten Ngawi memiliki

aktifitas perekonomian yang bisa dikatakan tinggi. Pada sektor

perdagangan barang, nampak aktifitas industri mebel di Kabupaten ini

berkembang pesat atas dukungan sumber daya alam berupa masih

terdapatnya Alas Banjarejo yang berada di Kecamatan Mantingan. Selain

industri mebel dan ukir-ukiran yang termasuk dalam sektor industri

menengah, masih ada pula berbagai sektor industri mikro atau dapat juga

disebut sebagai industri rumah tangga, seperti industri kerajinan tas plastik

anyaman (polyprophilene), pembuatan genteng/ batu bata, pembuatan

kripik tempe dan geti. Industri pertanian juga cukup potensial di Ngawi,

dimana sekitar 39 % atau sekitar 504,8 km² wilayah Kabupaten Ngawi

merupakan lahan sawah (“Ngawi dalam angka 2010”). Sektor pertanian

terbukti menjadi sektor unggulan, dan sektor ini pula yang menjadi

penyumbang terbesar terhadap total PDRB ( Produk Domestik Regional

Bruto ) bagi Kabupaten Ngawi.

Sedangkan pada sektor perdagangan jasa, serta atas keberadaan

industri–industri di Kabupaten Ngawi, seperti industri rokok, industri

rumah tangga dan industri lainnya yang termasuk dalam usaha mikro, kecil

dan menengah telah mempengaruhi keberadaan ketenagakerjaan di

kabupaten ini. Sehingga tidak jarang ditemui aktifitas perdagangan jasa

seperti buruh tani, buruh pabrik, buruh home industry, buruh cuci, buruh

toko, dll. Keberadaan buruh–buruh tersebut menjadi fenomena sosial yang

sering memunculkan polemik di berbagai bidang.

Page 17: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pengertian buruh pada saat ini di mata masyarakat awam sama

saja dengan pekerja, atau tenaga kerja. Menurut kamus bahasa Indonesia,

buruh diartikan sebagai pekerja kasar, pekerja yang umumnya

menggunakan tenaga untuk mendapatkan upah. Buruh pada dasarnya

adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan

kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua

belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja

tersebut diberikan secara harian (Tanjil Alamin dalam Hujau Faziel blog,

pada 19 Januari 2012). Menurut UU No. 13/2003, buruh adalah orang

yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jadi

pada dasarnya, semua yang bekerja di ( baik diperusahaan/luar perusahaan

) dan menerima upah atau imbalan adalah buruh, namun dalam kultur

Indonesia, buruh berkonotasi sebagai pekerjaan rendahan, hina, kasar dan

sebagainya. Buruh terdiri dari bermacam-macam jenis, seperti buruh tani,

buruh pabrik, buruh toko, buruh rumah tangga, dll. Keberadaan buruh

sangat menguntungkan bagi sebagian orang atau perusahaan, karena

mereka bisa mendapatkan tenaga kerja tambahan dengan pemberian upah

tertentu. Buruh kerap kali dianggap sebagai pekerjaan yang derajatnya

rendah, selain dikarenakan tidak berpendidikan tinggi dan tidak

memerlukan keahlian khusus, buruh identik pula dengan upah yang

rendah.

Salah satu jenis buruh adalah buruh tani. Buruh tani adalah

tenaga kerja upahan yang dipekerjakan untuk membantu dalam pengerjaan

lahan pertanian (Sjamsidar dkk, 1994:76). Buruh tani didefinisikan pula

sebagai seseorang yang melakukan suatu kegiatan/pekerjaan di sawah atau

ladang pertanian dengan tidak menanggung risiko terhadap hasil panen

dan bertujuan untuk mendapatkan upah/imbalan (diambil dari Kajian

Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008, pada 21

Januari 2012). Buruh tani dalam pengertian yang sesungguhnya

memperoleh penghasilan dari bekerja yang mengambil upah untuk para

pemilik tanah atau para petani penyewa tanah. Pekerjaan sebagai buruh

Page 18: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tani bukanlah merupakan suatu pekerjaan utama yang bisa diandalkan,

selain dikarenakan upah yang rendah, bekerja di sektor pertanian tentunya

sangat bergantung pada musim tanam. Buruh tani bekerja tidak

berdasarkan keahlian tertentu yang dimilikinya, karena dalam

kenyataannya hampir seluruh tahapan kegiatan di lahan sawah dapat

dikerjakan oleh mereka dan spesialisasi atau keahlian khusus tidak

berkembang dalam kegiatan pertanian. Pada beberapa bentuk pekerjaan

tertentu, tampak seolah–olah terdapat pembagian kerja yang berdasar

keahlian. Secara umum buruh tani diklasifikasikan dalam buruh tani laki–

laki dan buruh tani perempuan, hal ini juga mempengaruhi dalam sistem

pembagian kerja. Berbagai bentuk pekerjaan yang tampak hanya dilakukan

oleh laki-laki atau perempuan saja, sebenarnya lebih didasarkan oleh

kebudayaan masyarakat setempat, bukan karena keterbatasan mental.

Buruh tani perempuan menjadi salah satu bagian dari klasifikasi

buruh tani berdasar jenis kelamin. Buruh tani perempuan merupakan

tenaga kerja perempuan yang diberi upah atau imbalan jasa tertentu dalam

proses produksi pertanian. Keterlibatan mereka untuk bekerja pada sektor

pertanian di pedesaan lebih dikarenakan untuk membantu perekonomian

keluarga. Karakteristik yang dapat dilihat dari buruh tani perempuan ialah

mereka dituntut untuk bekerja pada sektor domestik maupun publik, pada

sektor domestik, sebagai perempuan mereka harus mengerjakan

kewajibannya mengurus rumah tangga, dan di sektor publik mereka

menjadi bagian dari suatu sistem ketenagakerjaan. Seperti merujuk pada

penelitian yang telah dipublikasikan Universitas Nairobi di Kenya,

perempuan yang bekerja di sektor pertanian biasanya terlibat sebagai

pekerja lepas. Perempuan yang secara keseluruhan memiliki tingkat

pendidikan yang lebih rendah, terbatasnya ketrampilan dan kurangnya

akses terhadap sumber daya, beban kerja domestik yang berat, faktor sosial

budaya serta adanya pemisahan pasar tenaga kerja merupakan beberapa

faktor yang berkaitan dengan terbatasnya partisipasi mereka di sektor

modern”. (Suda, Nordic Journal of African Studies Vol.11 (2002).

Page 19: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Berdasar hasil pra survey, salah satu wilayah di Kabupaten

Ngawi yang nampak aktifitas buruh tani (khususnya perempuan) adalah di

kawasan Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi. Di desa ini, sektor industri

khususnya bidang pertanian cukup menonjol. Sektor pertanian masih

cukup diandalkan di Desa Karangasri, dengan wilayah seluas 494,6 Ha,

202,727 Ha merupakan tanah sawah dan penduduk yang bermata

pencaharian sebagai petani masih cukup banyak jumlahnya. Ditunjang

pula dengan letaknya yang terhitung dekat dengan kota Kabupaten, maka

banyak faktor yang mendukung berkembangnya sektor ini. Seperti

misalnya kemudahan dalam mendapatkan alat–alat pertanian, pupuk,

benih, pestisida bahkan kemudahan dalam penjualan hasil pertanian ketika

musim panen tiba.

Buruh tani perempuan pada dasarnya memiliki peran yang

sangat penting dalam masyarakat, di satu sisi mereka (buruh tani

perempuan) adalah sebagai ibu rumah tangga yang tentunya menjalankan

fungsinya dalam keluarga. Namun, di sisi lain mereka juga menjalankan

fungsi sosialnya sebagai tenaga kerja wanita produktif yang ada di Ngawi.

Keberadaan mereka terkadang menjadi perbincangan di tengah masyarakat

karena dianggap sebagai pekerjaan yang tidak sesuai dengan kodratnya

sebagai wanita. Bagi perempuan dalam rumah tangga miskin, khususnya

seperti di pedesaan, bekerja bukan merupakan sebuah tawaran tetapi suatu

strategi untuk menopang kebutuhan ekonomi, apalagi bagi rumah tangga

yang tidak memiliki akses tanah. Berdasar pra survey, perempuan yang

bekerja sebagai buruh tani kerap kali dipandang sebelah mata oleh

sebagian besar orang. Kebanyakan orang menganggap bahwa pekerjaan ini

merupakan jenis pekerjaan rendahan. Bahkan orang tidak pernah berpikir

lebih jauh ketika melihat seorang perempuan pulang dari sawah/ladang

dengan berjalan kaki sambil menggendong hasil bumi serta badan sedikit

membungkuk menahan beban, dan ketika sampai dirumah ia harus segera

mengerjakan pekerjaan rutin sehari–hari seperti mencuci, memasak,

Page 20: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

mengurus anak dan berbagai tugas lain yang tentunya sangat melelahkan.

Kenyataan tersebut telah menyatu dalam kehidupan buruh tani perempuan

dan nyaris tak bisa dihindari. Buruh tani perempuan sebagai bagian dari

wajah kehidupan ini tampil sebagai sosok yang penuh beban dan tanggung

jawab.

Keberadaan buruh tani perempuan yang dipekerjakan untuk

melakukan pekerjaan tangan dalam pertanian, memberikan kesan bahwa

nantinya penggunaan buruh tani perempuan akan menurun jumlahnya

seiring adanya modernisasi pertanian (Mien Joebhaar dkk, 1984: 71).

Tenaga–tenaga mereka telah tergantikan dengan tenaga mesin. Di era

Revolusi Hijau, banyak atau bahkan hampir semua bagian siklus dalam era

penanaman telah dimekanisasi (Holzner, 1997: 300), dalam hal ini

perempuan jarang diikutsertakan pada pelatihan menggunakan dan

memperbaiki mesin, dan yang lebih penting lagi justru pekerjaan

perempuan digantikan oleh mesin.

Teknologi sangat sering dianggap sebagai biang keladi

marginalisasi peran buruh tani perempuan dalam pertanian. Namun

persoalan yang terjadi tidak seperti itu. Jika terdapat kemerosotan buruh

tani perempuan, hal tersebut lebih mungkin disebabkan oleh perubahan

dalam persediaan tenaga buruh, wanita pedesaan akan semakin menolak

bekerja berat di ladang dan menuntut hanya akan melakukan pekerjaan

non pertanian atau pekerjaan rumah tangga saja (Mien Joebhaar dkk,

1984: 71). Akan tetapi masih ada pula sebagian buruh tani perempuan

yang tetap bertahan untuk bekerja sebagai buruh tani ditengah gempuran

alat–alat pertanian modern serta tawaran–tawaran pekerjaan di sektor lain

yang lebih menjanjikan. Kehidupan buruh tani perempuan nyaris luput

dari perhatian, padahal di dalamnya kerap melahirkan paradoks yang

memprihatinkan. Hasil kerja kerasnya yang sering kali tidak sepadan

dengan perjuangannya menjadikan mereka tetap berada dalam garis

kemiskinan.

Page 21: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Fokus kajian pada penelitian ini adalah mencoba mengurai

bagaimana konstruksi sosial atas buruh tani perempuan pada masyarakat

Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Hal ini menjadi

penting sebagai bahan pembahasan mengenai ketenagakerjaan serta

fenomena sosial atas keberadaan buruh tani perempuan yang ada di tengah

masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat ditarik dua rumusan permasalahan yaitu :

1. Bagaimana konstruksi sosial atas buruh tani perempuan di Desa

Karangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi ?

2. Faktor – faktor apa yang melatarbelakangi terbentuknya konstruksi

sosial tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang hendak penulis lakukan

ialah untuk menggambarkan konstruksi sosial atas buruh tani perempuan

di Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi serta

menguraikan faktor apa saja yang melatarbelakangi terbentuknya

konstruksi sosial tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Dapat memperluas wawasan dan memperdalam kajian tentang

sosiologi, khususnya mengenai bagaimana buruh tani perempuan

dikonstruksikan oleh masyarakat.

b. Dapat mengetahui hal–hal apa saja yang mendasari konstruksi

masyarakat atas buruh tani perempuan.

Page 22: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c. Dapat memperkaya kajian–kajian teori sosiologi, khususnya teori-

teori yang berkaitan dengan konstruksi sosial pada suatu

masyarakat tertentu.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pemerintah Kabupaten

Ngawi khususnya di bidang ketenagakerjaan.

Page 23: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Konsep Penelitian

Konsep – konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

2.1.1 Konstruksi Sosial

Konstruksi sosial adalah sesuatu yang dibangun

berdasarkan klaim tertentu, dan dipercaya oleh sistem patriarkal

atau juga merupakan susunan suatu realitas obyektif yang telah

diterima dan menjadi kesepakatan umum (Abdullah, 1997: 5).

Konstruksi sosial merupakan sebuah realitas yang dibentuk oleh

pengalaman seseorang dan pengetahuan (Basari, 2012: 1).

Konstruksi diartikan sebagai sebuah realitas yang dibentuk

oleh pengalaman seseorang dan pengetahuan yang membimbing

perilaku dalam kehidupan sehari – hari dan juga merupakan dasar

dari individu (Basari, 2012: 27). Realitas dan pengetahuan

merupakan dua istilah kunci dari konstruksi sosial. Realitas adalah

suatu kualitas yang terdapat dalam fenomen – fenomen yang

memiliki keberadaan yang tidak tergantung kepada kehendak

individu manusia (Basari, 2012: 1). Individu menciptakan terus

menerus realitas yang dimiliki dan dialami secara subyektif (Berger

dalam Basari, 2012: 51). Pengetahuan adalah kepastian bahwa

fenomen–fenomen itu nyata dan memiliki karakteristik-

karakteristik yang spesifik (Basari, 2012: 1). Sehingga konstruksi

sosial dapat diartikan sebagai sesuatu yang dibangun berdasarkan

klaim tertentu dan dipercaya oleh suatu sistem patriarkal, dan

merupakan sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman dan

pengetahuan seseorang (Basari, 1990: 62).

Konstruksi harus dilakukan sendiri terhadap pengetahuan

itu. Sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi itu

Page 24: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

(Basari, 2012: 64). Konstruksi merupakan jawaban yang khas

terhadap harapan yang khas pula, konstruksi menyiapkan pola.

Menurut pola tersebut seorang individu harus bertindak dalam

situasi khusus. Menurut Berger dan Luckmann (dalam Basari,

2012: 176), individu berpartisipasi dalam dunia sosial. Dengan

menginternalisasi konstruksi tersebut secara obyektif menjadi nyata

baginya. Setiap orang dianggap sebagai pelaku konstruksi sosial

dan dapat dianggap bertanggung jawab untuk menaati norma –

normanya, yang bisa diajarkan sebagai bagian dari tradisi dari

kelembagaan dan digunakan untuk membuktikan kompetensi

semua pelaku, dan dengan demikian berfungsi sebagai pengendali.

Salah satu mekanisme pengendalian yang diungkapkan Berger dan

Luckmann adalah seperti membujuk, memperolok–olok,

mendesas–desuskan, mempermalukan dan mengucilkan (dalam

Basari, 2012: 75). Mekanisme tersebut diterapkan dalam ruang

terbatas yaitu kelompok seperti dalam lingkungan pekerjaan,

teman, dan keluarga.

2.1.2 Buruh Tani

Buruh tani ialah tenaga kerja upahan dalam proses

produksi pertanian (Sjamsidar, 1994: 77), sedangkan menurut

kamus besar bahasa Indonesia, buruh tani diartikan sebagai buruh

yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah orang

lain. Buruh tani didefinisikan pula sebagai seseorang yang

melakukan suatu kegiatan/pekerjaan di sawah atau ladang pertanian

dengan tidak menanggung risiko terhadap hasil panen dan

bertujuan untuk mendapatkan upah/imbalan (diambil dari Kajian

Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008,

pada 21 Januari 2012). Umumnya setiap petani yang memiliki

lahan pertanian cukup luas, buruh tani menjadi tenaga pokok atau

tenaga andalan dalam proses produksi pertanian.

Page 25: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Selain dari definisi diatas, buruh tani juga dapat diartikan

sebagai penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam kegiatan

bercocok tanam dan membuat keputsan yang otonom tentang

proses cocok tanam (Wolf dalam Mahasin, 1984: 10). Pada

dasarnya definisi buruh tani dan petani hampir sama, yang

membedakan hanyalah pada sistem kepemilikan sawah/ lahan

pertanian serta pengawasan atas sistem produksi. Buruh tani lebih

ditekankan pada petani penggarap bukan sebagai pemilik tanah/

lahan pertanian dan bukan pula sebagai pengawas atas proses

produksi pertanian (Wolf dalam Mahasin, 1984: 16), atau lebih

singkatnya, buruh tani adalah petani tak bertanah (Hagul, 1985: xi).

2.1.3 Buruh perempuan

Buruh perempuan merupakan pengelompokan buruh

berdasar jenis kelamin. Buruh disebut pula dengan angkatan kerja

(Batubara, 2008: 2). Dalam menjelaskan buruh atau angkatan kerja

perlu dilakukan pemahaman mengenai penduduk yang

diklasifikasikan dalam penduduk usia kerja dan bukan usia kerja.

Penduduk dalam kategori usia kerja dikelompokkan menjadi

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labour

force) ada yang bekerja dan ada yang sedang mencari kerja atau

disebut penganggur terbuka. Yang dimaksud dengan bukan

angkatan kerja adalah penduduk usia kerja tetapi tidak bekerja atau

tidak sedang mencari kerja (Batubara, 2008: 2), yang termasuk

dalam kelompok ini adalah mereka yang sedang bersekolah, ibu

rumah tangga, termasuk mereka juga yang sakit. Dengan demikian,

buruh yang dimaksud dalam kajian ini adalah angkatan kerja yang

bekerja dan yang sedang mencari kerja. Sedangkan pengertian

buruh perempuan atau angkatan kerja perempuan dalam kaitan

studi ini, adalah perempuan yang mempunyai hubungan kerja

Page 26: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

antara manajemen dengan buruh, tidak termasuk pegawai negeri

dan angkatan kerja yang bekerja sendiri.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Teori Karl Marx tentang Buruh

Permasalahan dalam penelitian ini akan dikaji melalui

pendekatan studi kasus mengenai buruh tani perempuan. Dalam

menjelaskan permasalahan yang ada, terlebih dahulu perlu

dikemukakan definisi dari buruh itu sendiri. Buruh disebut pula

dengan angkatan kerja (Batubara, 2008: 2). Dalam menjelaskan

buruh atau angkatan kerja perlu dilakukan pemahaman mengenai

penduduk yang diklasifikasikan dalam penduduk usia kerja dan

bukan usia kerja. Penduduk dalam kategori usia kerja

dikelompokkan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja (labour force) ada yang bekerja dan ada yang

sedang mencari kerja atau disebut penganggur terbuka. Yang

dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja

tetapi tidak bekerja atau tidak sedang mencari kerja (Batubara,

2008: 2), yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang

sedang bersekolah, ibu rumah tangga, termasuk mereka juga yang

sakit.

Definisi bekerja secara umum adalah usaha mencapai

tujuan. Secara ekonomi, bekerja adalah kegiatan yang dilakukan

untuk menghasilkan barang atau jasa baik untuk digunakan sendiri

maupun untuk mendapatkan suatu imbalan. Bekerja dalam arti

yang sangat mendasar adalah kegiatan yang dilakukan dengan

tujuan untuk mempertahankan hidup seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu lingkungan tertentu dimana melalui kegiatan

tersebut mereka dapat menemukan jati diri (eksistensi) mereka

Page 27: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

(diambil dari buletin Kalyanamedia Edisi I No. 4 desember 2004:

4).

Karl Marx mengatakan bahwa bekerja merupakan

aktivitas yang sangat hakiki bagi manusia. Bekerja adalah aktivitas

yang menjadi sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi

dirinya. Bekerja pada dasarnya adalah wadah aktivitas yang

memungkinkan manusia mengekspresikan segala gagasannya,

kebebasan manusia berkreasi, sarana, menciptakan produk, dan

pembentuk jaringan sosial (Timboel Siregar, Pekerja Indonesia di

Persimpangan Jalan, Jurnal ALNI, September 2003: 78-79)

Istilah buruh ada seiring munculnya kapitalisme. Karl

Marx menemukan inti masyarakat kapitalis di dalam komoditas,

dimana masyarakat terbagi atas dua kelas, yaitu kaum borjuis

sebagai pemilik modal dan kaum proletar (proletariat) sebagai

pekerja (yang sekarang ini lebih dikenal dengan istilah buruh atau

tenaga kerja). Proletariat adalah para pekerja yang menjual kerja

mereka dan tidak memiliki alat – alat produksi sendiri (Ritzer,

2006: 62). Kaum proletar (buruh) hanya memproduksi untuk

pertukaran dan dalam hal ini otomatis mereka menjadi konsumen,

sehingga mereka harus menggunakan upah yang mereka peroleh

untuk memenuhi kebutuhan. Hal inilah yang membuat kaum buruh

sangat tergantung pada orang yang memberi upah.

Di Indonesia, konotasi buruh mulai terspesialisasi saat

berada di bawah kepemimpinan Orde Baru, dimana hanya para

pekerja pabrik atau para pekerja upah harian yang disebut buruh

(diambil dari sejarah unj.bogspot “ketika buruh menjadi sebuah

pengantar”, pada 12 Februari 2012, pukul 13.53 WIB).

Buruh perempuan menjadi sosok yang termarginalkan

dalam pasar tenaga kerja khususnya di Indonesia. Hak-hak

terhadap buruh perempuan seringkali dikesampingkan oleh para

pemilik modal yang mempekerjakan mereka. Buruh terdiri atas

Page 28: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

bermacam-macam jenis tergantung jenis pekerjaan dan tempat

bekerjanya, seperti buruh pabrik, buruh cuci, buruh tani, dll.

Peneltian ini akan mengkaji mengenai buruh tani.

Buruh tani dalam pengertian yang sesungguhnya

memperoleh penghasilan terutama dari bekerja dengan memperoleh

upah dari pemilik tanah atau petani penyewa tanah (Sajogyo, 1988:

158). Biasanya buruh tani termasuk dalam buruh harian lepas.

Digolongkan sebagai buruh harian lepas dikarenakan buruh

tersebut diikat dengan hubungan kerja dari hari ke hari, jumlah jam

kerja atau jenis pekerjaan yang dilakukan serta biasanya hanya

mengerjakan pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi

bersifat musiman (Sembiring, 2009: 34).

Buruh tani hidup di tingkat terbawah pada lapisan

masyarakat, biasanya dalam keadaan yang amat miskin dan

merupakan kelompok yang paling banyak berpindah dalam

masyarakat desa, karena mereka tidak memiliki harta benda milik

sendiri dan selalu berusaha mencari kerja yang paling banyak

upahnya atau paling ringan serta banyak dari buruh pertanian

tersebut yang berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah lain.

Dalam tingkah lakunya terhadap orang-orang yang di luar

kelompoknya, buruh tani biasanya menyerah saja kepada nasibnya.

Mereka ingin memperbaiki keadaannya, tetapi tidak tahu caranya

dan karena itu mereka menyerah saja terhadap nasibnya. Buruh tani

hidup dari hari ke hari saja dan tidak memperhatikan rencana masa

depan (misalnya dengan menabung). Banyak buruh tani yang

menanam atas dasar bagi hasil (maro) di atas tanah sang pemilik

sawah (tuan tanah/ majikan).

Sayogyo memberikan ciri-ciri buruh tani yang bekerja

dengan upah harian lepas sebagai berikut :

Page 29: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Kegiatan Ekonomi :

1. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah (pemilik

tanah) dengan digaji sebagai pekerja harian.

2. Setelah hasil pertanian dipanen, buruh tani diperbolehkan

menanami tanah-tanah itu sebelum tanah itu ditanami kembali

oleh para pemilik tanah.

3. Diwaktu mereka tidak dipekerjakan sebagai buruh, para buruh

tani melakukan perdagangan kecil-kecilan.

Kedudukan Sosial :

1. Para buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan

masyarakat. Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan

mereka tidak mempunyai kedudukan yang akan dipertahankan

maupun yang akan hilang. Posisi seperti ini mempunyai

pengaruh besar terhadap nilai-nilai norma kelompok itu.

2. Buruh tani hidup untuk menyambung nyawa saja, karena tidak

ada benda atau orang yang menjamin kelanjutan hidup mereka

di masa depan. Mereka masih cenderung untuk menerima nasib

saja, tunduk dan berserah diri.

3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang

kecerdasan, juga tidak memiliki pengalaman untuk mengelola

pertanian. Mereka telah terbiasa bekerja sebagai buruh tani

sepanjang hidup, dan oleh karena itu mereka tahu mengenai

pekerjaan di sektor pertanian.

4. Buruh tani sebagai kelompok tidak hanya terikat pada desa

mereka, terkadang ada juga yang berasal dari daerah lain dan

kalau telah datang waktunya mereka berpindah ke tempat yang

baru dimana mereka berharap menemukan kesempatan untuk

berhasil atau mendapatkan upah yang lebih besar dan kerja yang

lebih ringan. (Sayogjo, 1995: 113-114)

Page 30: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2.2.2 Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger

Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial. Teori

konstruksi sosial memandang bahwa sosiologi adalah suatu bentuk

dari kesadaran. Pendekatan konstruksi sosial atas realitas (social

construction of reality) merupakan pendekatan yang pertama kali

dikenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui

bukunya yang berjudul The Social Construction, A Treatise in the

Sociology of Knowledge.

Perspektif Berger tak mampu dilepaskan pada situasi

sosiologi Amerika era 1960-an, dimana dominasi fungsionalisme

berangsur menurun, seiring ditinggalkan oleh sosiolog muda.

Gagasan Berger yang lebih humanis (Weber dan Schutz) akan lebih

udah diterima, dan di sisi lain mengambil fungsionalisme

(Durkheim) dan konflik (dialektika Marx). Berger cenderung tidak

melibatkan diri dalam pertentangan antar paradigma, namun

mencari benang merah atau mencari titik temu gagasan Marx,

Durkheim dan Weber, yaitu historisitas. Kemudian historisitas itu

yang dijadikan Berger dalam menekuni makna (Schutz) yang

menghasilkan watak ganda masyarakat, masyarakat sebagai

kenyataan subyektif (Weber) dan masyarakat sebagai kenyataan

obyektif (Durkheim), yang terus berdialektika (Marx). Menurut

Berger realitas sosial eksis dengan sendirinya dan dalam mode

strukturalis dunia sosial tergantung pada manusia yang menjadi

subyeknya. Berger berpendapat bahwa realitas sosial secara

obyektif memang ada (Durkheim dan perspektif fungsionalis)

tetapi maknanya berasal dari dan oleh hubungan subyektif

(individu) dengan dunia obyektif (perspektif interaksionisme

simbolis Mead dan Blumer) (Poloma, 2000: 299).

Menurut Berger dan Luckmann (dalam Basari, 2012: 1)

pemikiran sosiologi berkembang manakala masyarakat menghadapi

ancaman terhadap hal yang selama ini dianggap yang memang

Page 31: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

sudah seharusnya demikian, benar dan nyata. Ia menggambarkan

proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana

individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang

dimiliki dan dialami.

Berger dan Luckmann mendefinisikan konstruksi sebagai

sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang dan

pengetahuan, yang merupakan dasar dari individu (Basari, 2012:

27). Realitas (kenyataan) dibangun secara sosial,dan proses

terjadinya kenyataan tersebut dapat dianalisa menggunakan

sosiologi pengetahuan. Realitas dan pengetahuan merupakan dua

istilah kunci dari konstruksi sosial. Realitas adalah suatu kualitas

yang terdapat dalam fenomen – fenomen yang memiliki

keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak

individu manusia (Basari, 2012: 1). Pengetahuan adalah kepastian

bahwa fenomen–fenomen itu nyata dan memiliki karakteristik-

karakteristik yang spesifik (Basari, 2012: 1). Konstruksi harus

dilakukan sendiri terhadap pengetahuan itu. Konstruksi

menyiapkan pola, menurut pola tersebut individu harus bertindak

dalam situasi khusus. Realitas sosial adalah pengetahuan yang

bersifat keseharian yang hidup dan berkembang dalam masyarakat,

seperti konsep, kesadaran masyarakat, wacana publik sebagai hasil

dari konstruksi sosial (Basari, 1990: 28-29). Individu menciptakan

terus menerus realitas yang dimiliki dan dialami secara subyektif

(Berger dalam Basari, 1990: 51). Realitas dikonstruksi melalui

proses eksternalisasi, objektivitas, dan internalisasi.

Berger dan Luckmann membuat suatu kerangka pemikiran

untuk memperlihatkan hubungan antara individu dan masyarakat

yang menjelaskan adanya proses dialektis mendasar antara

individu dengan dunia sosio-kultural yang berlangsung melalui

eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi yaitu

apabila manusia dibandingkan dengan makhluk biologis lainnya

Page 32: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

merupakan makhluk yang secara biologis mempunyai kekurangan

karena dilahirkan dengan struktur naluri yang tidak lengkap, ialah

tidak terarah dan kurang terspesialisasi. Dunia manusia merupakan

dunia terbuka yang diprogram secara tidak sempurna, sehingga

menurut Berger, dunia manusia ditandai oleh ketidakstabilan yang

melekat. Obyektivasi, inti dari proses obyektivasi adalah bahwa

kebudayaan yang diciptakan manusia kemudian menghadapi

penciptanya sebagai usaha fakta diluar dirinya. Dunia yang

diciptakan manusia menjadi sesuatu yang di luarnya menjadi suatu

realitas obyektif. Internalisasi, pada saat terjadi internalisasi, dunia

yang telah diobyektifasikan itu diserap kembali ke dalam struktur

kesadaran subyektif individu. Individu mempelajari makna yang

telah diobyektifasikan, mengidentifikasi dirinya dengan makna

tersebut hingga masuk ke dalam dirinya. Individu tidak hanya

memiliki makna tersebut tetapi juga mewakili dan menyatakan.

Dengan kata lain, melalui internalisasi fakta obyektif dari dunia

sosial menjadi fakta subyektif dari individu.

Menurut Berger dan Luckmann, individu berpartisipasi

dalam dunia sosial. Setiap orang dianggap sebagai pelaku

konstruksi sosial dan dapat dianggap bertanggung jawab untuk

menaati norma-normanya, yang bisa diajarkan sebagai bagian dari

tradisi dari kelembagaan dan digunakan untuk membuktikan

kompetensi semua pelaku dan demikian berfungsi sebagai

pengendali. Salah satu mekanisme pengendalian yang diungkapkan

oleh Berger dan Luckmann adalah seperti membujuk, memperolok-

olok, mendesas-desuskan, mempermalukan dan mengucilkan.

Mekanisme tersebut diterapkan dalam ruang terbatas yaitu

kelompok seperti dalam lingkungan pekerjaan, teman dan keluarga.

Dalam mekanisme pengendalian sosial tersebut, Berger

mengungkapkan mengenai konsep kontrol sosial. Tidak ada

masyarakat yang bisa ada tanpa kontrol sosial.

Page 33: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Berger dan Luckmann lebih lanjut mengemukakan bahwa

realitas terdiri dari realitas objektivitas, realitas simbolis, dan

realitas subjektif. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk

dari pengalaman di dunia individu, dan realitas ini dianggap

sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis

dari realitas objektif dalam berbagai bentuk (Basari, 2012: 126).

Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai

proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis ke dalam

individu melalui proses internalisasi.

Seperti yang telah diketahui, Berger mencoba

mensintesakan dunia sosial obyektif yang dijelaskan oleh kaum

fungsionalis dengan dunia subyektif yang ditekankan oleh ahli

psikologi sosial. Hal ini dilakukannya dalam kerangka sosiologi

ilmu pengetahuan (sociology of knowledge) yang menganalisa

bagaimana manusia membentuk kedua realitas subyektif dan

obyektif itu. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah

produk manusia dan manusia adalah produk masyarakat.

Masyarakat tidak pernah sebagai suatu produk akhir tetapi tetap

sebagai proses yang sedang terbentuk. Dengan demikian

obyektivitas merancang suatu proses dimana dunia sosial akan

menjadi suatu realitas yang mampu menghambat dan juga

membentuk para partisipannya. Manusia adalah pencipta kenyataan

sosial yang obyektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana

kenyataan obyektif mempengaruhi kembali manusia melalui

internalisasi. Dengan memandang masyarakat sebagai proses yang

berlangsung dalam eksternalisasi, obyektifasi dan internalisasi serta

masalah yang berdimensi kognitif dan normatif, maka kenyataan

sosial adalah suatu konstruksi sosial buatan masyarakat sendiri

dalam perjalanan sejarahnya dari masa silam ke masa kini menuju

masa depan.

Page 34: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

1.1 Penelitian Terdahulu

Adapun kepustakaan dan penelitian terdahulu yang

membahas terkait tema dan fokus penelitian ini, diantaranya

adalah:

Penelitian berjudul Konstruksi Sosial Masyarakat

Pedesaan tentang Poligini, pada tahun 2010 oleh Lulu Poernama

Sari. Penelitian ini mengkaji tentang konstruksi sosial masyarakat

pedesaan tentang poligini pada masyarakat Desa Kebak. Dalam

penelitian ini menyebutkan bahwa poligini yang muncul dalam

masyarakat Desa Kebak disebabkan oleh adanya kultur masyarakat

yang sangat tidak memihak wanita. Masyarakat ini mempunyai

konstruksi sosial yang menganggap poligini sah-sah saja dilakukan.

Karena adanya budaya patrilineal, yang menjunjung tinggi

kekuasaan laki-laki dan mengesampingkan hak wanita. Wanita

dianggap sebagai pelayan laki-laki, sehingga wanita harus menurut

kemauan laki-laki. Selain itu, wanita di desa ini sebagian besar

berpendidikan rendah, apatis dan pasrah atas apa yang menimpa

dirinya. Mereka mengaku sangat sengsara saat suaminya

berpoligini, namun mereka tidak sanggup menolak hal tersebut

karena terbatasnya pendidikan dan realitas budaya yang sangat

tidak memihak wanita. Pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara, observasi tak berperan, serta dokumentasi. Analisa

data menggunakan metode model analisa interaktif serta validitas

data menggunakan triangulasi data (Sari, 2010). Peneliti

menggunakan hasil penelitian tersebut sebagai referensi dimana

dalam penelitian ini untuk menguji apakah nantinya konstruksi

sosial atas buruh tani perempuan juga dibentuk oleh adanya kultur

masyarakat (kebudayaan) yang tidak memihak perempuan.

Penelitian berjudul Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi

Buruh Harian Lepas (Aron) di Kelurahan Padang Mas Kecamatan

Kabanjahe Kabupaten Karo, oleh Kristina Sembiring pada tahun

Page 35: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2009. Penelitian ini menggambarkan kondisi kehidupan buruh

harian lepas (aron) sebagai sumber tenaga kerja dalam proses

produksi komoditi pertanian yang merupakan hasil utama dari

daerah Tanah Karo. Kondisi kehidupan sosial ekonomi dalam

penelitian ini dilihat melalui indikator kondisi pendapatan, pangan,

perumahan, kesehatan, pendididkan anak serta strategi yang

digunakan oleh para buruh harian lepas untuk tetap bertahan

dengan pendapatan yang minim. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan analisa data

kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data melalui kuesioner dan

wawancara serta tabulasi data yang tertuang dalam tabulasi data

tunggal (Sembiring, 2009).

Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa

pendapatan para buruh harian lepas (aron) masih sangat rendah

sehingga mereka harus berusaha memenuhi kebutuhan keluarga

dengan melakukan strategi seperti mencari pekerjaan sampingan.

Kondisi pangan pada umumnya hanya seadanya dan kurang

memenuhi standar gizi. Kondisi perumahan pada umumnya adalah

menyewa dengan kondisi fisik semi permanen dan papan serta

hanya memiliki satu kamar tidur dan apabila ada anggota keluarga

yang menderita sakit biasanya hanya dibawa ke puskesmas atau

membeli obat di warung, sedangkan pendidikan anak hanya

sebagian kecil yang dapat melanjutkan sampai ke tingkat perguruan

tinggi (Sembiring,2009). Penelitian yang dilakukan oleh Kristina

sembiring ini hanya membahas dari segi kehidupan buruh harian

lepas, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini akan

menggambarkan bagaimana buruh tani perempuan dikonstruksikan

oleh masyarakat.

Penelitian berjudul Pembagian Kerja Berdasarkan Gender

pada Sistem Pengupahan Buruh Tembakau di Perkebunan

Tembakau PTPN XI Klaten, pada tahun 2006, oleh Siti Andewi

Page 36: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Rahajeng. Penelitian ini mengutarakan tentang sistem pembagian

kerja dan pengupahan bagi para buruh tembakau pada perkebunan

tembakau milik PT Perkebunan Nusantara XI Klaten. Dalam

penelitian ini disebutkan bahwa buruh tembakau perempuan

mendapatkan porsi kerja yang cukup tinggi dan menjadi prioritas

dalam mengerjakan suatu jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan yang

membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan keuletan karena dirasa

paling cocok dikerjakan oleh buruh perempuan. Selain itu semua

buruh mendapatkan upah yang sama sesuai dengan upah minimum

Kabupaten (Rahajeng, 2006). Hasil dari penelitian yang dilakukan

oleh Rahajeng lebih memfokuskan pada sistem pembagian kerja

dan pengupahan bagi para buruh, sedangkan penelitian yang akan

dilakukan ini nantinya akan mengurai apakah sistem pembagian

kerja dan pengupahan juga berpengaruh dalam pengkonstruksian

atas buruh tani perempuan.

Merujuk pada sebuah penelitian pada Nordic Journal of

African Studies 11 yang berjudul Gender Disparities in The

Kenyan Labour Market: Implications for Poverty Reduction, pada

tahun 2002, oleh Collette Suda yang menyatakan :

“The majority of women are employed in the education

and informal sectors. Those who work in the agricultural

sector are usually engaged as casuals. Women’s overall

lower level of education, limited skills, and access to

productive, resources, heavy domestic workload, cultural

attitudes and segregation of the labour market are some of

the factors associated with their limited participation in

the modern sector”

Dalam Bahasa Indonesia artinya :

“Sebagian besar perempuan bekerja di sektor pendidikan

dan informal. Mereka yang bekerja di sektor pertanian

biasanya terlibat sebagai pekerja lepas. Perempuan yang

Page 37: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

secara keseluruhan memiliki tingkat pendidikan yang lebih

rendah, terbatasnya ketrampilan dan kurangnya akses

terhadap sumber daya, beban kerja domestik yang berat,

faktor sosial budaya serta adanya pemisahan pasar tenaga

kerja merupakan beberapa faktor yang berkaitan dengan

terbatasnya partisipasi mereka di sektor modern”. (Suda,

Nordic Journal of African Studies Vol.11 (2002).

Kesimpulan dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa

para buruh perempuan yang bekerja di sektor pertanian (buruh tani)

lebih terlibat sebagai pekerja lepas dan rendahnya partisipasi

mereka dalam sektor modern lebih dipengaruhi karena tingkat

pendidikan yang lebih rendah, terbatasnya ketrampilan, kurangnya

akses terhadap sumber daya, beban kerja domestik yang berat,

faktor sosial budaya serta adanya pemisahan pasar tenaga kerja.

Berdasar temuan di atas, maka perlu dilakukan penelitian

terkait konstruksi sosial atas buruh tani perempuan agar dapat

menjadi masukan bagi banyak pihak terkait fenomena yang ada

dalam masyarakat, khususnya membahas mengenai buruh tani

perempuan. Maka, penelitian ini mengambil judul Konstruksi

Sosial atas Buruh Tani Perempuan pada Masyarakat Desa

Karangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi.

2.3 Kerangka Berpikir

Perempuan selalu terpojokkan dalam konsep – konsep

marginalisasi, domestikasi dan pengiburumahtanggaan. Hal ini

muncul atas dasar perbedaan jenis kelamin. Perbedaan jenis

kelamin pada dasarnya merupakan perbedaan gender yang berarti

bahwa perbedaan antara laki – laki dan perempuan merupakan hasil

pengkotakan yang dilakukan oleh anggota masyarakat serta

didukung oleh nilai – nilai tertentu, bukan merupakan perbedaan

Page 38: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

yang disebabkan karena perbedaan biologis semata (Saptari, 1997:

37). Kaum perempuan pun memandang adanya ketimpangan relasi

antara laki – laki dan perempuan bertalian erat dengan kesadaran

sosial yang berhasil dibentuk dan dibangun oleh budaya patriarki

(diambil dari women labour and migrant care, pada 13 Februari

2012, pukul 11.30 WIB). Hal tersebut memunculkan dikotomi –

dikotomi dengan melihat kerja yang dilakukan perempuan.

Dikotomi – dikotomi tersebut misalnya produksi/ reproduksi,

domestik/ bukan domestik, atau kerja upahan/ bukan upahan

perempuan (Saptari, 1997: 38).

Dikotomi – dikotomi ini mulai disoroti sebagai bagian dari

kerja perempuan yang selama ini tidak pernah diakui dan tidak

kentara. Kerja reproduksi perempuan dalam hal pengasuhan anak

dan kerja domestik lainnya, oleh masyarakat luas (penganut

ideologi patriarkal) dianggap bukan kerja, dan harus dilakukan

oleh seseorang untuk kelangsungan hidup masyarakat tersebut.

Akibatnya, kerja upahan perempuan di luar rumah dianggap

sebagai pekerjaan sampingan.

Kerja perempuan juga perlu ditelaah mengenai konsep

rumah tangga, dan konsep ini sering kali dilandaskan pada berbagai

asumsi yang keliru. Bahkan banyak kebijakan yang tidak

membawa banyak keuntungan bagi perempuan walaupun bertujuan

memperbaiki posisi mereka, karena mengasumsikan adanya

berbagai ciri rumah tangga yang pada kenyataannya tak banyak

terlihat. Rumah tangga memiliki keterkaitan dalam struktur sosial.

Berbagai alternatif yang dimiliki perempuan atau berbagai

hambatan yang dihadapi perempuan tak lepas dari posisi rumah

tangga mereka dalam struktur sosial yang ada, terutama jangkauan

rumah tangga mereka atas sumber daya (Saptari, 1997: 39). Hal

inilah yang nantinya akan menentukan perempuan akan dilihat

sebagai kelompok yang homogen ataukah yang terdiferensiasi,

Page 39: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

serta menentukan pula kebijakan yang menyangkut perempuan

harus seragam atau berbeda.

Pendekatan dalam mendeskripsikan dan menjelaskan

terjadinya konstruksi sosial, stigma/ labelling perlu dibuat suatu

kerangka berpikir yang digunakan sebagai dasar atau landasan

untuk pengembangan berbagai konsep dan teori dalam penelitian

untuk menjawab persoalan – persoalan penelitian dalam rangka

memenuhi tujuan penelitian. Mengacu pada konsep dan teori yang

telah disebutkan di atas maka kerangka berpikir yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

Bagan 1

Kerangka Berpikir

2.4 Definisi Konseptual

Konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan

mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar

tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian

yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini. Maka dari itu, definisi

konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

Ekonomi

KonstruksiSosial

Buruh TaniPerempuan

Sosial Budaya

PendidikanStigma/Labeling

Page 40: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

1. Konstruksi Sosial

Konstruksi sosial merupakan sebuah kerja kognitif individu

untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, dikarenakan terjadi

relasi sosial antara individu dengan lingkungan sekitarnya.

2. Buruh Tani

Buruh tani merupakan tenaga kerja yang bekerja untuk orang

lain (pemilik modal) dengan imbalan tertentu (sistem upah) dan

dalam jangka waktu tertentu (kontrak) pada proses produksi

pertanian.

3. Buruh Perempuan

Buruh perempuan merupakan jenis klasifikasi tenaga kerja

buruh yang didasarkan atas jenis kelamin.

Page 41: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif (qualitative

research) dengan menggunakan metode studi kasus yang merupakan

tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu

kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan

komprehensif (Faisal, 2005: 22). Robert K Yin memberikan definisi

yang lebih tegas dan bersifat teknis mengenai studi kasus yaitu studi

kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: menyelidiki fenomena dalam

konteks kehidupan nyata, bilamana; batas-batas antara fenomena dan

konteks tak tampak dengan tegas; dan di mana: multi sumber bukti

dimanfaatkan (K Yin dalam Bungin, 2005: 20). Sebuah kasus harus

memiliki dua hal, yaitu spesifik dan mempunyai batasan (Denzin

dalam Salim, 2001: 93)

Metode ini akan melibatkan kita dalam penyelidikan yang

lebih mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap perilaku

seorang individu (Sevilla dalam Bungin, 2005:19). Di samping itu,

studi kasus juga mampu memasuki unit-unit sosial terkecil seperti

perhimpunan, kelompok, keluarga dan berbagai unit sosial lainnya.

Studi kasus bertujuan untuk mempelajari gejala-gejala sosial melalui

analisis yang terus menerus tentang kasus yang dipilih (Slamet,

2006:10). Dalam penelitian suatu kasus, bisa melahirkan pernyataan–

pernyataan yang bersifat eksplanasi, namun eksplanasi tersebut tidak

bisa diangkat sebagai suatu generalisasi. Studi kasus memberikan ciri

tunggal terhadap data yang sedang dipelajari dan menghubungkan

keanekaragaman fakta–fakta terhadap kasus tersebut (Slamet, 2006:

10).

Page 42: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Ada beberapa alasan mendasar dalam penelitian studi

kasus, diantaranya :

1. Studi kasus mampu memberikan deskripsi yang padat.

2. Studi kasus mampu memberikan perspektif eksperiensial.

3. Studi kasus bersifat holistik dan seperti kehidupan (lifelike),

mampu menyajikan sebuah gambaran yang dapat dipercaya bagi

partisipan sebenarnya.

4. Studi kasus mampu menyederhanakan kisaran data yang diminta

seseorang untuk dipertimbangkan, hal ini dapat dibuat seindah

mungkin sehingga dapat memerankan tujuan dengan sebaik-

baiknya yang ada di dalam pikiran peneliti.

5. Studi kasus memfokuskan perhatian pembaca dan memperjelas

makna (Ahmadi, 2005: 36-37).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Desa Karangasri,

Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Desa Karangasri merupakan

salah satu desa di Kecamatan Ngawi yang terletak di sebelah timur

pusat pemerintahan Kabupaten Ngawi. Luas wilayah Desa Karangasri

adalah 494,6 Ha yang terdiri dari :

- Tanah sawah : 202,727 Ha

- Tanah pekarangan seluas : 113,418 Ha

- Tanah pategalan : 158,7 Ha

- Fasilitas umum : 9 Ha

- Lain-lain : 10,815 Ha

(Sumber: RPJM Ds. Karangasri 2009-2014).

Bila dilihat dari data yang ada, menunjukkan bahwa Desa

Karangasri memiliki tanah sawah yang luasnya menduduki tingkat

teratas dalam rincian luas wilayah keseluruhan desa. Tidak menutup

kemungkinan bahwa jumlah penduduk yang bermata pencaharian

Page 43: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

sebagai petani cukup banyak jumlahnya, sehingga keberadaan buruh

tani pun tak kalah penting pada sektor pertanian di desa ini.

3.3 Alasan Pemilihan Lokasi

Pengambilan lokasi penelitian di Desa Karangasri ini

didasarkan atas 3 (tiga) alasan, yaitu :

1. Berdasarkan informasi yang diperoleh, daerah tersebut

memenuhi syarat guna melakukan penelitian, yakni industri

pertanian masih nampak eksistensinya dengan dibuktikan masih

memiliki lahan sawah yang cukup luas (202,727 Ha) sehingga

memungkinkan adanya tenaga buruh tani khususnya perempuan.

2. Masih cukup banyak warga masyarakat yang bermata

pencaharian sebagai petani yang secara otomatis juga

mempekerjakan buruh tani perempuan untuk membantu

mengerjakan sawah mereka.

3. Daerah tersebut juga dekat dengan Kota Kabupaten sehingga

dapat menunjang berjalannya sektor pertanian dan lebih mudah

untuk memperoleh data penunjang dari berbagai pihak ataupun

instansi terkait penelitian ini.

3.4 Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari :

1. Informasi tentang konstruksi sosial atas buruh tani perempuan

dari warga Desa Karangasri yang bersedia menjadi informan

2. Observasi langsung terhadap buruh tani perempuan, keluarga

buruh tani perempuan serta masyarakat sekitarnya.

3. Arsip serta dokumen–dokumen pendukung dari instansi terkait

3.5 Informan

Penelitian kualitatif lebih terfokus pada representasi

terhadap fenomena sosial dan bertolak dari asumsi tentang realitas

Page 44: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Data atau

informasi harus ditelusuri sedalam mungkin sesuai dengan variasi

yang ada, sehingga mampu mendeskripsikan fenomena yang diteliti

secara utuh. Sesuai dengan tujuan penelitian kualitatif, maka dalam

prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan

informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat

informasi sesuai dengan fokus penelitian.

Informan yang dipilih dalam penelitian ini ialah beberapa

orang yang diklasifikasikan berdasar tingkat pendidikan. Berdasar

tingkat pendidikan digolongkan pada orang berpendidikan tinggi

(rentang pendidikan minimal sarjana), pendidikan menengah (rentang

pendidikan SMP-SMA), serta berpendidikan rendah (rentang

pendidikan SD ataupun putus sekolah).

3.6 Teknik Pemilihan Informan

Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik purposive. Informan ditentukan/ diambil

berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan

erat dengan tujuan penelitian. Informan ditentukan dengan sengaja

berdasarkan kemampuan dan pengetahuannya tentang keadaan obyek

penelitian.

Bilamana pada proses pengumpulan data sudah tidak lagi

ditemukan variasi informasi, maka tidak perlu lagi mencari informan

baru. Dalam hal ini, jumlah informan bisa sedikit atau pun banyak

tergantung dari tepat atau tidaknya pemilihan informan kunci dan

kompleksitas serta keragaman fenomena sosial yang diteliti.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan jenis

sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang

dipergunakan dalam penelitian ini meliputi :

Page 45: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1. Wawancara Mendalam ( Indepth Interview )

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung yang merupakan proses memperoleh data

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab tatap muka

antara pewawancara dengan responden/ informan (Sutanto,

2006: 128).

Wawancara mendalam tidak dilakukan dengan struktur

yang ketat, melainkan bersifat “open ended” dan dilakukan

secara informal guna menyatakan pendapat responden tentang

suatu peristiwa tertentu. Kelonggaran ini akan berguna untuk

memudahkan proses wawancara.

Wawancara dapat dilakukan pada waktu dan konteks yang

dianggap tepat guna mendapatkan data yang mempunyai

kedalaman, dan dapat dilakukan berulang – ulang demi

penjelasan masalah yang dipelajarinya (Sutopo, 1988: 24).

Wawancara ini bisa dilakukan dengan cara menanyakan

permasalahan yang akan diteliti kepada salah satu responden,

kemudian apabila jawabannya dirasa kurang menjelaskan

permasalahan yang dimaksud, maka wawancara bisa dilakukan

lagi kepada responden lainnya dengan materi wawancara yang

sama dan begitu seterusnya sampai kejelasan masalah yang

diteliti dapat tercapai.

Pada intinya, wawancara adalah suatu bentuk dari wacana.

Gambaran-gambaran khususnya mencerminkan struktur dan

tujuan wawancara yang berbeda, yaitu bahwa wacana dibuat dan

diorganisir dengan menanyakan dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan. Suatu wawancara adalah suatu produk bersama

(joint product) tentang apa yang dibicarakan oleh orang-

responden dan pewawancara serta bagaimana mereka berbicara

satu sama lain (Ahmadi, 2005: 71). Catatan sebuah wawancara

yang peneliti buat dan kemudian digunakan di dalam pekerjaan

Page 46: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

analisa dan interpretasi adalah sebuah penggambaran atau

representasi dari percakapan tersebut.

2. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala–gejala yang diteliti (Susanto, 2006:

126). Istilah observasi dalam penelitian kualitatif telah menjadi

sinonim dengan penelitian lapangan, kerja lapangan atau

observasi tidak terkontrol, observasi partisipan dan non

partisipant (Guban dan Lincoln dalam Ahmadi, 2005: 101).

Tujuan pengumpulan data melalui observasi adalah untuk

mendeskripsikan latar yang diobservasi, kegiatan-kegiatan yang

terjadi di latar itu, orang-orang yang berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan, dan makna latar, kegiatan-kegiatan, dan

partisipasi mereka dalam orang-orangnya (Patton dalam

Ahmadi, 2005: 101). Observasi memungkinkan untuk merekam

perilaku atau peristiwa ketika perilaku dan peristiwa tersebut

terjadi. Selltiz (1959) menjelaskan bahwa aset utama observasi

adalah memungkinkannya untuk merekam perilaku ketika

terjadi (Selltiz dalam Ahmadi, 2005: 101).

Observasi lapangan pada penelitian ini dilakukan dengan

jalan formal maupun nonformal. Metode ini mampu

mengarahkan peneliti untuk mendapatkan sebanyak mungkin

pengetahuan yang berkaitan dengan masalah atau fokus

penelitian.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen

(Sutanto, 2006: 136). Dokumen disini mengacu pada material

(bahan) seperti fotografi, video, film, memo, surat, rekaman

kasus dan jenis-jenis lainnya yang dapat digunakan sebagai

informasi suplemen sebagai bagian dari kajian kasus yang

Page 47: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

sumber data utamanya adalah wawancara dan observasi

(Bogdan & Biklen dalam Ahmadi, 2005: 114). Dapat

ditambahkan pula seperti: usulan, buku tahunan, selebaran

berita, karangan di surat kabar. Data-data yang dikumpulkan

dengan teknik dokumentasi pada penelitian ini berupa data

kabupaten dalam angka, monografi kecamatan, monografi desa,

dinas pemerintah, surat kabar, dll.

3.8 Validitas Data

Untuk meningkatkan validitas data yang diperoleh selama

penelitian, maka perlu dilakukan review informan. Review informan

merupakan salah satu cara yang penting pada akhir wawancara juga

pada saat penelitian berlangsung. Peneliti mengulangi dalam garis

besarnya apa yang telah dikatakan oleh informan dengan maksud agar

dapat memperbaiki bila ada kekeliruan atau menambah apa yang

masih kurang. Peneliti memeriksa hasil wawancara untuk

mendapatkan pengertian yang tepat, atau melihat kekurangan-

kekurangan yang mungkin ada untuk lebih dimantapkan (Sutopo,

2002: 83).

Untuk meningkatkan kredibilitas data selama proses

penelitian, dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain diluar data itu. Denzin membedakan empat macam triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik dan teori (Moleong, 2001: 178).

Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan sumber,

yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini

dapat dicapai dengan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

Page 48: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan

umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang

waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain, seperti

rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau

tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen (Moleong, 2001:178).

3.9 Teknik Analisa Data

Analisa/ analisis data merupakan bagian yang penting

dalam penelitian dengan pendekatan studi kasus, yang merupakan cara

spesifik untuk menghimpun data, mengorganisir data, dan

menganalisa data. Tujuannya untuk menghimpun data yang

mendalam, sistematis, komprehensif tentang kasus yang diambil.

Analisa data dalam penelitian kualitatif sejak awal peneliti terjun

lapangan, yakni sejak mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan

membuat catatan-catatan lapangan. Dalam penelitian kualitatif, data

diinterpretasi dengan memberikan makna, menerjemahkan, atau

membuatnya dapat dimengerti. Makna yang diberikan dimulai dari

sudut pandang orang-orang yang distudi dengan menemukan

bagaimana orang-orang yang distudi melihat dunia, bagaimana

mereka mendefinisikan situasi atau apa maknanya bagi mereka.

Menurut Neuman, analisis data merupakan suatu

pencarian (search) pola-pola dalam data-perilaku yang muncul, objek-

objek atau badan pengetahuan (body of knowledge) (Neuman dalam

Ahmadi,2005: 147). Sekali suatu pola itu diidentifikasi, pola itu

diinterpretasi ke dalam istilah-istilah teori sosial atau latar dimana

Page 49: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

teori sosial itu terjadi. Analisis data mencakup menguji, menyortir,

mengkategorikan, mengevaluasi, membandingkan, mensintesakan dan

merenungkan (contemplating) data yang direkam, juga meninjau

kembali data mentah dan terekam. Spradley mengetengahkan bahwa

jenis analisis apapun termasuk cara berpikir (Spradley, 2005: 147).

Penelitian ini menggunakan analisis data yang

dikemukakan oleh Spradley. Seperti dalam tulisan Spradley (1980),

dikemukakan ada empat teknik analisis data, yaitu analisis data

domain, analisis taksonomi, analisis tematik dan analisis

komponensial. Penelitian ini menggunakan analisis komponensial

yang terlebih dahulu mencari/ memilih domain dalam membuat

analisis.

Pada setiap domain terdapat sejumlah warga atau anggota,

kategori-kategori, atau included terms. Domain tersebut dan included

terms atau kategori-kategori yang tercakup di dalamnya telah

diidentifikasi sewaktu analisis domain; kesamaan-kesamaan dan

hubungan internalnya telah dipahami melalui analisis taksonomis.

Pada analisis komponensial, yang diorganisasikan adalah kontras antar

elemen dalam domain yang diperoleh melalui observasi dan atau

wawancara terseleksi. Analisis komponensial mencakup seluruh

proses penelitian kontras-kontras, menyortir kontras-kontras tersebut,

mengelompokkan satu sama lain sebagai dimensi kontras dan

memasukkan seluruh informasi ke dalam suatu paradigma.

Masing-masing warga dari suatu domain sesungguhnya

mempunyai atribut / karakterisitik tertentu yang umumnya

diasosiasikan dengannya. Atribut/karakteristik itulah yang

membedakannya satu dari yang lain, dengan kata lain kontras itulah

yang membedakan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan

semacam itulah yang diselesaikan oleh analisis komponensial. Dengan

mengetahui warga suatu domain (melalui analisis domain), kesamaan

dan hubungan internal antar warga disuatu domain (melalui analisis

Page 50: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

taksonomis), dan perbedaan antar warga dari suatu domain (melalui

analisis komponensial), kita akan memperoleh pengertian yang

komprehensif, menyeluruh, rinci, kita telah memahami makna dari

masing-masing warga domain secara holistik.

Dengan menggunakan observasi terseleksi dan

pertanyaan-pertanyaan pengkontrasan (contras questions), sejumlah

dimensi yang kontras di antara warga suatu domain akan dapat

diidentifikasi. Persoalan kontras semacam itulah yang menjadi

perhatian dalam analsis komponensial. Sebagaimana halnya analisis-

analsis terdahulu (analisis domain dan analisis taksonomis), analisis

komponensial juga baru dilakukan setelah peneliti mempunyai cukup

banyak fakta/informasi dari hasil wawancara atau observasi yang

melacak kontras-kontras di antara warga suatu domain. Kontras-

kontras tersebut oleh peneliti difikirkan/dicarikan dimensi-dimensi

yang bisa mewadahinya.

Page 51: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa Karangasri terletak diantara desa-desa di

Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi yang berbatasan

langsung dengan desa sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Ds. Ngawi dan Kelurahan Ketanggi

- Sebelah Timur : Ds. Kartoharjo dan Ds. Karangtengah

Prandon

- Sebelah Selatan : Ds. Kartoharjo

- Sebelah Barat : Ds. Beran dan Kelurahan Margomulyo

4.2 Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Karangasri adalah 494,6 Ha

Terdiri dari :

- Tanah sawah : 202,727 Ha

- Tanah pekarangan : 113,418 Ha

- Tanah pategalan : 158,7 Ha

- Fasilitas umum : 9 Ha

- Lain-lain : 10,815 Ha

(Sumber: RPJM Ds. Karangasri 2009-2014)

Sangat jelas ditunjuukan bahwa di Desa Karangasri, tanah

sawah merupakan wilayah yang paling luas bila dibandingkan

lainnya, termasuk bila dibandingkan dengan luas pemukiman

penduduk yang masuk dalam kategori lain-lain.

4.3 Sejarah Desa

Pada jaman penjajahan Belanda di Indonesia, ketika

Belanda masuk, di desa ini masih banyak kegiatan – kegiatan

yang dilarang oleh agama dan adat istiadat masyarakat

setempat, sehingga disebut dusun Nglarangan, selanjutnya

Page 52: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

ketika para penjajah Belanda sampai pada suatu dusun mencari

para pejuang dan tidak menemukan ( Clingusan = bahasa jawa

), kemudian dusun tersebut diberi nama dusun Dungus,

selanjutnya ketika para pejuang berhasil mengusir para

penjajah, mereka bergembira dan bersuka ria sehingga tempat

tersebut dinamakan dusun Sooko.

Setelah Belanda terusir, para pejuang membuat

pertahanan yang sangat kokoh ibarat batu karang dan

masyarakatnya merasa aman dan tanaman – tanaman yang

tumbuh di desa ini tumbuh subur dan berseri sehingga tampak

asri dipandang dan selanjutnya desa ini dinamakan Desa

Karangasri. (Sumber: RPJM Ds. Karangasri 2009-2014)

4.4 Kependudukan

Total jumlah penduduk Desa Karangasri : 7.918 jiwa

Terdiri dari : Laki – laki : 3.929 jiwa

Perempuan : 3.989 jiwa

Dengan jumlah Kepala Keluarga : 2.346 jiwa

(Sumber: RPJM Ds. Karangasri 2009-2014)

4.5 Tingkat Pendidikan

Tabel 1

Jumlah Penduduk berdasar Tingkat Pendidikan (Jiwa)

Tidak

tamat SDTamat SD

Tamat

SMP

Tamat

SMASarjana

466 412 422 613 143

(Sumber: RPJM Ds. Karangasri 2009-2014)

Data di atas menunjukkan bahwa penduduk Desa

Karangasri yang menamatkan pendidikan setingkat SMA

menduduki peringkat teratas dan peringkat kedua ialah tidak

sampai tamat SD, termasuk penduduk yang tidak pernah

sekolah.

Page 53: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

4.6 Mata Pencaharian

Tabel 2

Mata Pencaharian Penduduk (Jiwa)

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 517

2 Buruh Tani 311

3 PNS 432

4 Wiraswasta 624

5 Lain-lain 462

(Sumber: RPJM Ds. Karangasri 2009-2014)

Dari data di atas, buruh tani merupakan salah satu jenis

mata pencaharian bagi penduduk Desa Karangasri, namun

dalam data tersebut tidak diberikan jumlah perincian buruh

tani laki-laki dan buruh tani perempua. Hal ini dikarenakan,

penduduk yang bekerja sebagai buruh tani seringkali berubah-

ubah, khususnya bagi buruh tani perempuan yang jumlahnya

selalu berubah, dalam artian tidak semua buruh tani

perempuan akan ikut menjadi buruh tani lagi pada musim

tanam berikutnya.

Selain itu, mereka bisa pula bekerja serabutan lain ataupun

menjadi buruh di luar pertanian, sehingga apabila dilihat pada

data tersebut, mata pencaharian paling besar terdapat pada

jenis pekerjaan wiraswasta.

Page 54: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Profil Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yang

terdiri dari masyarakat umum dan dari buruh tani perempuan

sendiri, diantara kedelapan informan tersebut adalah :

1. Dra. Maria Viktoria Nesi, M.Si

Berusia 48 tahun, beralamat di Rw 05 Ds. Karangasri,

Kec.Ngawi. Pendidikan terakhir Sarjana Strata Dua (S2) dan

bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)

yang menjabat Kepala UPT BPPKB wilayah Kecamatan Ngawi.

2. Aris Niti Winarno, S.Pd, M.Pd

Berusia 33 tahun, beralamat di Rw 05 Ds. Karangasri, Kec.

Ngawi. Pendidikan terakhir Sarjana Strata Dua (S2) dan bekerja

sebagai staf pengajar (dosen) salah satu perguruan tinggi swasta

di Madiun.

3. Drs. H. Madin

Berusia 60 tahun, beralamat di Rw 05 Ds. Karangasri, Kec.

Ngawi. Pendidikan terakhir Sarjana Strata Satu (S1) dan

merupakan pensiunan pegawai negri dari Dinas Kesehatan.

4. Fitri

Berusia 29 tahun, beralamat di Rw 05 Ds. Karangasri, Kec.

Ngawi. Pendidikan terakhir Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), pekerjaan sehari-hari sebagai Ibu Rumah Tangga.

5. Parmi

Berusia 30 tahun, tinggal di Rw 05 Ds. Karangasri, Kec. Ngawi.

Pendidikan terakhir tamat sekolah dasar (SD) dan bekerja

sebagai buruh tani. Memiliki 2 orang anak yang keduanya masih

menempuh pendidikan sekolah menengah pertama (SMP).

Page 55: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

6. Waginah

Berusia 49 tahun, tinggal di Rw 05 Ds. Karangasri, Kec.Ngawi.

Tidak tamat sekolah dasar (SD), menempuh sekolah dasar hanya

sampai kelas 3. Bekerja sebagai buruh tani, memiliki 2 anak

yang kesemuanya sudah menikah (berumah tangga).

7. Suginem

Berusia 45 tahun, bertempat tinggal di Rw 05 Ds. Karangasri,

Kec.Ngawi. Pendidikan terakhir tamat sekolah dasar (SD).

Bekerja sebagai petani sekaligus juga terkadang sebagai buruh

tani. Memiliki seorang anak yang sedang menempuh pendidikan

di perguruan tinggi negeri (PTN).

8. Sri Utami

Berusia 51 tahun. Bertempat tinggal di Rw 05 Ds. Karangasri,

Kec.Ngawi. Pendidikan terakhir menempuh jenjang SMP.

Bekerja sebagai petani dan terkadang juga menjadi buruh di

sawah orang lain. Memiliki 3 orang anak yang kesemuanya

sudah menikah.

Kedelapan informan di atas dapat dilihat pada matrik di

bawah ini

Matrik 5.1

Profil Informan

No Nama Informan Usia Pendidikan Pekerjaan

1. Dra. Maria Viktoria Nesi,

M.Si

48 th Sarjana (S2) PNS

2. Aris Niti Winarno, S.Pd,

M.Pd

33 th Sarjana (S2) Dosen

3. Drs. H. Madin 60 th Sarjana (S1) Pensiunan

PNS

4. Fitri 29 th SMK Ibu Rumah

Page 56: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tangga

5. Parmi 31 th SD Buruh Tani

6. Waginah 50 th Tidak tamat

SD

Buruh Tani

7. Suginem 45 th SD Petani dan

Buruh Tani

8. Sri Utami 51 th SMP Petani dan

buruh tani

Sumber: Data Primer, diolah Juni 2012

Dari matrik di atas menunjukkan bahwa informan berada

pada kisaran usia 30-60 th, dan terdiri dari golongan

berpendidikan tinggi, berpendidikan menengah serta

berpendidikan rendah. Informan juga berasal dari berbagai jenis

pekerjaan yang dilakoni.

5.2 Pengertian Umum Buruh Tani

Buruh tani merupakan salah satu komposisi masyarakat

pedesaan. Keberadaan buruh tani sangat penting dalam masyarakat

pedesaan, dikarenakan sektor pertanian masih memegang peranan

penting di pedesaan. Salah satu daerah pedesaan yang masih

cukup tampak aktifitas buruh tani ialah di Desa Karangasri,

Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Desa ini memiliki lahan

pertanian yang cukup luas, sehingga keberadaan buruh tani dengan

mudah dapat dijumpai. Buruh tani mengandung pengertian orang

yang bekerja di sawah orang lain. Hal ini sesuai dengan yang

dikatakan oleh Ibu Fitri (29 th)

“..Buruh tani itu ya orang yang kerjanya di sawah. Tapibukan di sawahnya sendiri, sawahnya orang lain, yangnamanya buruh kan bekerja pada orang mbak..”(Wawancara 20 Mei 2012)

Page 57: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Buruh tani bekerja di sawah orang lain bukan tanpa alasan.

Mereka bekerja di sawah orang lain dikarenakan tidak memiliki

tanah/ lahan pertanian untuk bercocok tanam sendiri atau tidak

memiliki cukup tanah yang berkualitas baik guna memenuhi

kebutuhan-kebutuhan pokok. Sesuai dengan apa yang diutarakan

oleh Bapak Aris (33 th) sebagai berikut :

“..Buruh tani itu ya orang yang kehliannya bertani, tetapitidak memiliki lahan sendiri. Dengan kata lain, orangyang tenaganya digunakan oleh orang lain untukmengerjakan lahannya/ sawah..”(Wawancara 14 Mei 2012)

Dengan kata lain, buruh tani bekerja di sawah orang lain

dikarenakan tidak memiliki modal pokok dalam usaha pertanian,

modal pokok yang dimaksudkan dalam bentuk tanah/ lahan

pertanian, sehingga mereka mengerjakan lahan milik orang untuk

mendapatkan upah. Buruh tani merupakan kelompok yang

menempati tingkat terbawah dalam lapisan masyarakat desa

walaupun keberadaan mereka menempati posisi yang cukup

penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan yang masih sangat

dekat dengan industri pertanian.

Gambar 5.1: Keberadaan buruh tani di Ds. Karangasri, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi

Page 58: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Buruh tani dalam pengertian yang sesungguhnya

memperoleh penghasilan terutama dari bekerja dengan mengambil

upah untuk para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah

(Sajogyo, 1988: 158). Sebagian besar dari mereka bekerja dalam

jangka pendek, dipekerjakan dan dilepas dari hari ke hari, hanya

sebagian kecil dari mereka yang merupakan buruh upahan yang

menetap, misalnya dalam jangka waktu beberapa bulan hingga

satu tahun. Upah yang diterima cenderung tidak pasti dan

jumlahnya sedikit, tergantung dari pemilik lahan/ yang

mempekerjakan mereka, seperti yang disampaikan oleh informan

seorang PNS yang juga memiliki sawah. Berikut penuturan dari

Ibu Maria (48 th) :

“...upah yang didapatkan buruh tani ini cenderung tidakstabil dibanding buruh-buruh lainnya, lha kan buruh tanikerjanya berpindah-pindah dan tidak terus menerus.Kemudian upah yang mereka dapatkan juga berbeda-bedadi tiap sawah orang yang mereka kerjakan...”(Wawancara 23 April 2012)

Mereka mendapatkan upah yang terkadang tidak pasti

disebabkan karena banyak hal, selain tergantung dari kesepakatan

antara buruh tani dan pihak yang mempekerjakan (petani pemilik

sawah), upah para buruh tani juga tergantung dari harga-harga

sarana pendukung pertanian (harga pupuk, harga bibit, dll) serta

hasil panen. Hal tersebut seperti penuturan yang dilanjutkan oleh

Ibu Maria (48 th) :

“Kalau saya melihat dari tetangga saya yang seringmempekerjakan buruh tani di sawahnya, dia memberiupah kelihatannya juga tergantung dari biayaperlengkapan pertanian, misalnya kalau harga pupuk laginaik biasanya upah yang diberikan sedikit dikurangi,seperti tetangga saya itu, dulunya dia memberi upah padaburuh tani yang bekerja di sawahnya Rp 25.000/hari,

Page 59: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

kalau sekarang yang saya tahu katanya cuma diberi Rp20.000/hari, kalau harga gabah dipasaran sedang anjlokkan juga otomatis pendapatan petani juga turun, jadi maugak mau upah buruh tani-nya juga dikurangi. Trus kadangupahnya juga bukan dalam bentuk uang tapi juga hasilpanen, gabah atau damen (batang padi).”(Wawancara 23 April 2012)

Gambar 5.2: Salah satu aktifitas buruh tani di pedesaan

Secara keseluruhan dari pendapat informan mengenai

pengertian umum buruh tani, dapat dilihat pada matrik berikut ini :

Matrik 5.2

Pengertian umum buruh tani menurut masyarakat berdasar tingkat pendidikan

No

Golongan

Masyarakat

Berdasar

Tingkat

Pendidikan

Nama

InformanPengertian Buruh Tani

1. Pendidikan

Tinggi

Ibu Maria - Buruh tani adalah orang yang bekerja

di bidang pertanian.

- Buruh tani mendapatkan upah setelah

bekerja

- Upah yang didapatkan buruh tani

Page 60: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

cenderung tidak stabil dibanding

buruh-buruh lainnya serta upah yang

didapat bergantung pada orang/

petani yang mempekerjakan

- buruh tani kerjanya berpindah-pindah

dan tidak terus menerus.

Bapak Aris - Buruh tani adalah orang yang

keahliannya bertani.

- Buruh tani bekerja pada orang lain,

karena tidak memiliki lahan sendiri/

mengerjakan lahan orang lain.

Bapak Madin - Buruh tani ialah orang yang

dipekerjakan di lingkup pertanian,

istilah kasarnya mburuh neng sawah.

2.Pendidikan

Menengah

Ibu Fitri - Buruh tani adalah orang yang bekerja

di sawah.

- Disebut buruh tani karena bekerja

pada orang lain.

Ibu Sri Utami - Buruh tani adalah orang yang bekerja

menggarap sawah orang lain.

3.Pendidikan

Rendah

Ibu Waginah - Buruh tani adalah orang bekerja ikut

orang dan tidak memiliki keahlian

lain selain bertani.

Ibu Suginem - Buruh tani ialah orang yang bekerja

di sawah orang lain.

Ibu Parmi - Buruh tani bekerja ikut orang dan

mengerjakan sawah milik orang lain

karena tidak memiliki sawah.

Sumber: Data pimer, diolah Juni 2012

Page 61: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

5.3 Buruh Tani Perempuan

Secara umum buruh tani diklasifikasikan berdasar jenis

kelamin, yaitu buruh tani laki–laki dan buruh tani perempuan.

Pengklasifikasian ini juga berpengaruh dalam sistem pembagian

kerja yang sering disebut pembagian kerja secara seksual dimana

beberapa tugas dilaksanakan oleh perempuan dan beberapa tugas

lain semata-mata dilakukan oleh laki-laki. Berbagai bentuk

pekerjaan yang tampak hanya dilakukan oleh laki-laki atau

perempuan saja, sebenarnya lebih didasarkan oleh kebudayaan

masyarakat setempat, bukan karena keterbatasan mental.

Keberadaan buruh tani perempuan di Desa Karangasri

cukup banyak, namun jumlahnya tidak pasti, karena tidak semua

buruh tani perempuan turut serta dalam setiap kali musim tanam

yang berlangsung empat kali dalam satu tahun. Pekerjaan buruh

tani perempuan lebih banyak terlihat di saat memasuki fase

menanam, merawat tanaman serta memanen. Berbeda dengan

aktifitas buruh tani laki-laki yang terlihat banyak berperan dalam

mempersiapkan tanah sebelum ditanami (membajak,

mempersiapkan sistem pengairan), pemupukan, penyemprotan

pestisida, dan pekerjaan berat lainnya. Berdasar penuturan Bapak

Aris (33 th), pada intinya buruh tani laki-laki maupun perempuan

sama-sama orang yang bekerja di sawah/ lahan orang lain untuk

memperoleh upah, yang membedakan ialah jenis pekerjaan mereka.

Berikut penuturan beliau :

“Pada intinya pengertiannya sama, hanya spesifikasipekerjaannya tidak membutuhkan tenaga yang berat tetapimembutuhkan ketekunan dan ketelitian sesuai sifat alamiperempuan”(Wawancara 14 Mei 2012)

Pendapat tersebut juga disampaikan pula oleh Ibu Fitri (29

th) yang merupakan seorang Ibu Rumah Tangga. Ibu Fitri juga

Page 62: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

memberikan contoh perincian bidang kerja buruh tani perempuan.

Seperti diutarakan beliau sebagai berikut :

“...umumnya kalau buruh tani yang perempuan itukerjanya ya tandur, ndaut, pokoknya pekerjaan yangidentik tenaga-tenaga perempuan...”(Wawancara 20 Mei 2012)

Setelah ditanyakan pada buruh tani perempuan, ternyata

apa yang dikatakan kedua informan diatas benar adanya. Hal ini

terungkap seperti apa yang dikatakan seorang buruh tani bernama

Ibu Suginem (45 th) berikut

“Menawi tanemanipun pari, niku nggih tandur, matun,panen. Tapi menawi tanemanipun melon nggih mulaitonjo, ngrabuk, nali bethek, nali palang, lan sanesipun.”

(“Jika tanam padi, ya menanam, mencabuti rumputdisekitar tanaman padi, panen. Tapi bila tanamannyamelon ya tonjo, memupuk, mengikat bethek, mengikatpalang dan lain sebagainya.”)(Wawancara 6 Mei 2012)

Klasifikasi berdasar jenis kelamin turut pula berperan

dalam pembagian kerja antara buruh tani laki-laki dan perempuan.

Bidang kerja buruh tani perempuan identik dengan kerja-kerja

yang membutuhkan ketelatenan, ketelitian dan keuletan.

Sedangkan buruh tani laki-laki identik dengan kerja-kerja yang

cukup berat dan menguras tenaga.

Page 63: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Gambar 5. 3: Aktifitas buruh tani laki-laki saat musim panen

(Kegiatan merontokkan bulir padi dari batangnya menggunakan blower oleh buruh tani

laki-laki)

Gambar 5. 4: Aktifitas buruh tani perempuan saat musim panen

(Kegiatan memilah-milah batang padi yang telah selesai dirontokkan bulir padinya)

Perbedaan jenis kelamin pada dasarnya merupakan

perbedaan gender yang berarti bahwa perbedaan antara laki-laki

dan perempuan merupakan hasil pengkotakan yang dilakukan oleh

anggota masyarakat serta didukung oleh nilai-nilai tertentu, bukan

merupakan perbedaan yang disebabkan karena perbedaan biologis

semata.

Page 64: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Secara keseluruhan, klasifikasi buruh tani menurut

masyarakat dapat dilihat pada matrik berikut ini :

Matrik 5.3

Buruh Tani Berdasar Klasifikasi jenis Kelamin

No. Golongan

Masyarakat

berdasar

Tingkat

Pendidikan

Informan

Klasifikasi Buruh Tani

Buruh Tani Laki-

Laki

Buruh Tani

Perempuan

1.Pendidikan

Tinggi

Ibu Maria - Tenaga kerja

pertanian yang

pekerjaannya

membutuhkan

tenaga yang

besar sesuai

kemampuan

tenaga laki-

laki.

- Buruh tani yang

mengerjakan

pekerjaa pertanian

yang bidangnya

perempuan,

pekerjaan yang

memerlukan

ketelatenan.

Bapak Aris - Orang yang

keahliannya

bertani dan

spesifikasi

pekerjaannya

membutuhkan

tenaga yang

berat.

- Orang yang

keahliannya

bertani dan

spesifikasi

pekerjaannya

memerlukan

ketekunan dan

ketelitian sesuai

sifat alami

perempuan.

Bapak - Pekerjaan - Buruh tani

Page 65: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Madin buruh laki-laki

lebih kasar

dan pekerjaan-

pekerjaan

yang lebih

menguras

tenaga.

perempuan

pekerjaannya

tidak jauh dari

pekerjaan-

pekerjaan yang

memerlukan

ketelatenan,

keuletan, dan

ketelitian.

2.Pendidikan

Menengah

Ibu Fitri - Buruh tani

laki-laki

adalah buruh

tani yang

kerjanya kasar

- Menangani

pekerjaan-

pekerjaan

yang berat-

berat, seperti

mencangkul,

membajak,

dll.

- Buruh tani

perempuan adalah

perempuan-

perempuan yang

kerjanya sebagai

buruh tani,

- Umumnya buruh

tani perempuan

kerjanya tandur,

ndaut, pekerjaan

yang identik

tenaga-tenaga

perempuan.

Ibu Sri

Utami

- Laki-laki yang

bekerja

sebagai buruh

tani untuk

mendapatkan

uang

- Pekerjaannya

seperti ngluku,

- Perempuan yang

kerjanya sebagai

burung tani untuk

mencari uang

- Pekerjaannya

seperti menanam

benih, ndaut,

derep, panen dan

Page 66: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

mupuk, dll

yang termasuk

kerja berat-

berat

pekerjaan

pertanian yang

mampu dilakukan

perempuan

3.Pendidikan

Rendah

Ibu Parmi - Laki-laki yang

bekerja

sebagai buruh

tani yang

- mengerjakan

pekerjaan

berat-berat

seperti

mencangkul,

membajak

sawah, dan

pekerjaan

berat lainnya.

- Perempuan yang

bekerja sebagai

buruh tani yang

- mengerjakan

pekerjaan ringan-

ringan seperti

menanam padi

(tandur),

membersihkan

rumput (ndaut)

dan sejenisnya.

Ibu

Waginah

- laki-laki tani

yang kerjanya

mbajak,

ngluku, macul

dan pekerjaan-

pekerjaan

laki-laki.

- perempuan tani

yang kerjanya

tandur(menanam),

matun(membersih

kan rumput disela

tanaman),

derep(memangkas

padi yang sudah

siap dipanen).

Pekerjaan yang

umumnya bisa

dilakukan

perempuan

Page 67: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Ibu

Suginem

- Laki-laki yang

bekerja di

sawah,

- pekerjaannya

merupakan

pekerjaan

berat dan

membutuhkan

tenaga yang

besar, seperti

ngluku,

ndiesel, dan

pekerjaan

berat lain

- Buruh tani

perempuan yang

tugasnya

menanam,

mencabuti rumput

disekitar tanaman

padi, panen.

- Apabila

tanamannya

melon maka

pekerjaannya

seperti tonjo,

memupuk,

mengikat bethek,

mengikat palang

dan lain

sebagainya yang

mampu dikerjakan

oleh perempuan.

Sumber: Data Primer diolah 2012

5.4 Konstruksi Sosial yang Terbentuk Atas Buruh Tani

Perempuan

Fokus penelitian ini ialah pada buruh tani perempuan,

dikarenakan kondisi perempuan seringkali mengalami

marginalisasi, domestikasi dan pengiburumahtanggaan.

Keberadaan buruh tani perempuan di Desa Karangasri cukup

banyak, namun jumlahnya tidak pasti, karena tidak semua buruh

tani perempuan turut serta dalam setiap kali musim tanam yang

berlangsung empat kali dalam satu tahun. Keterangan ini didukung

pula dengan belum adanya data yang pasti mengenai berapa

Page 68: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

jumlah buruh tani perempuan dari kantor Desa Karangasri.

Penyebabnya, kebanyakan perempuan Desa Karangasri yang

bekerja menjadi buruh tani memiliki anggapan bahwa perempuan

tidak memiliki kewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarga,

karena yang paling utama berkewajiban mencari nafkah adalah

suami. Dengan kata lain, para perempuan tersebut bekerja sebagai

buruh tani hanya untuk membantu mencari tambahan pemasukan

keluarga, khususnya bagi keluarga yang terdesak ekonomi.

Gambar 5.5: Keberadaan Buruh Tani Perempuan di Desa Karangasri

Perempuan yang bekerja di luar rumah jarang diakui

keberadaannya di masyarakat, apalagi untuk perempuan yang

bekerja kasar atau bekerja pada jenis-jenis pekerjaan tingkat

rendah. Bahkan bagi buruh tani perempuan itu sendiri cenderung

tidak mengakui pekerjaannya sebagai buruh tani, karena dengan

bekerja menjadi buruh tani tidak ada hal yang bisa dibanggakan

(tidak ada prestise). Sehingga mereka mempunyai kecenderungan

untuk menyebut pekerjaan utama mereka sebagai ibu rumah

tangga.

Menurut Berger dan Luckmann, konstruksi sosial adalah

pembentukan pengetahuan yang diperoleh dari penemuan sosial.

Konstruksi yang akan dibahas adalah konstruksi sosial yang

diberikan oleh masyarakat umum atas buruh tani perempuan.

Page 69: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Fenomena buruh tani perempuan nyata adanya di masyarakat,

seperti yang masih terdapat cukup banyak di Desa Karangasri,

Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Namun keberadaaanya

masih belum mendapat pengakuan sebagai salah satu bentuk

pekerjaan inti ataupun pekerjaan utama. Bahkan ketika salah

seorang informan buruh tani perempuan ditanya mengenai

pekerjaannya sehari-hari, beliau lebih memilih untuk menyebutkan

pekerjaannya/ kegiatannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.

Secara tidak langsung, pekerjaan domestik perempuan dalam

rumah tangga lebih diakui daripada kerja perempuan di luar rumah.

Seperti yang dinyatakan oleh Ibu Suginem (45 th) yang lebih

menganggap bekerja sebagai buruh tani merupakan pekerjaan

serabutan, berikut ungkapannya

“Sehari-hari nggih ibu rumah tangga mbak, nggih kaliansampingan kerjo dateng sabin (sawah).”(Wawancara 6 Mei 2012)

Beliau lebih menyebutkan pekerjaan sehari-hari sebagai

ibu rumah tangga daripada sebagai buruh tani. Hal ini mungkin

dikarenakan beliau hanya menganggap bahwa pekerjaan rumah

tangga lah yang diakui menjadi sebuah pekerjaan utama, sesuai

kodratnya sebagai perempuan dan pekerjaan sebagai buruh tani

hanya sebuah pekerjaan sampingan untuk mencari tambahan

pemasukan dalam keluarga, sehingga tidak diakui. Selain dianggap

sebagai pekerjaan serabutan dan tidak pasti, maka kebanyakan

orang menganggap perkerjaan sebagai buruh tani merupakan

pekerjaan rendahan/ pekerjaan kelas bawah. Salah satunya

diutarakan oleh Bapak Aris (33 th) berikut :

“Buruh tani itu digolongkan sebagai jenis pekerjaanstrata bawah, kenapa seperti itu alasannya karena,

Page 70: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

pertama, orang yang mau jadi buruh tani karena terpaksa,dan biasanya tidak punya keahlian lain untuk bekerja diluar bidang pertanian. Kedua, upah yang diperolehrendah yaitu kurang dari 50.000/hari”(Wawancara 14 Mei 2012)

Kebanyakan orang menyebut pekerjaan sebagai buruh tani

adalah pekerjaan kelas rendah dikarenakan pekerjaan tersebut tidak

mampu memberikan jaminan kesejahteraan sehingga orang yang

mau melakukan pekerjaan tersebut lebih banyak dilakukan karena

keterpaksaan, seperti yang dikatakan Ibu Fitri (29 th), seorang ibu

rumah tangga

“...lha sekarang perempuan mana yang mau bekerjarendahan dan kasar seperti itu kalau memang tidak bener-bener kepepet, sebagai ibu rumah tangga saja mungkintenaga mereka sudah banyak terkuras untuk mengurusrumah tangga, sudah capek, apalagi masih mau kerja disawah itu kan artinya ada sesuatu yang ingin diperoleh...”(Wawancara 20 Mei 2012)

Pekerjaan sebagai buruh tani belum mendapatkan

pengakuan yang layak di masyarakat, apalagi menjadi buruh tani

bagi perempuan, dimana di Indonesia yang masih memegang teguh

budaya patriarki, perempuan bekerja di luar rumah masih belum

banyak diakui keberadaannya. Padahal sumbangsih mereka cukup

besar utamanya dalam membantu perekonomian keluarga. Bagi

perempuan dalam rumah tangga miskin, khususnya seperti di

pedesaan, bekerja bukan merupakan sebuah tawaran tetapi suatu

strategi untuk menopang kebutuhan ekonomi, apalagi bagi rumah

tangga yang tidak memiliki akses tanah. Bagi perempuan-

perempuan di pedesaan yang masih berusia muda lebih banyak

memilih untuk keluar dari desa dan mencari pekerjaan di kota,

sedangkan perempuan-perempuan desa yang berusia paruh baya

Page 71: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

apalagi sudah berkeluarga, memiliki kecenderungan untuk memilih

lapangan pekerjaan yang ada di desa, yang pastinya tidak jauh dari

industri pertanian/ usaha tani dengan menjadi buruh tani.

Karakteristik lain yang dapat dilihat dari buruh tani

perempuan ialah mereka dituntut untuk bekerja pada sektor

domestik maupun publik, pada sektor domestik, mereka harus

mengerjakan kewajibannya mengurus rumah tangga, dan di sektor

publik mereka menjadi bagian dari suatu sistem ketenagakerjaan,

hal ini mereka lakukan untuk memperbaiki perekonomian keluarga.

Mereka mencoba melaksanakan kedua tugas tersebut secara

selaras, tanpa mengabaikan salah satu. Menurut Bapak Madin (60

th), para perempuan yang bekerja sebagai buruh tani tersebut

merupakan salah satu contoh perempuan-perempuan yang mau

berusaha dan bertanggung jawab, seperti penuturan beliau

“Menurut saya mereka tetap menjalankan keduanyasecara imbang, sebelum berangkat bekerja kemungkinanbesar mereka sudah menjalankan tanggung jawabnya dirumah, pulang dari sawah mereka biasanya juga hanyabisa istirahat sebentar dan kemudian bersih-bersih rumah,masak dan mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya. Ituhebatnya mereka, wis awak kesel mari ko sawah, tapikabeh tetep ditandangi mbak (Itu hebatnya mereka, sudahbadan capek, tetapi semua (pekerjaan rumah) tetapdikerjakan).”(Wawancara 16 Mei 2012)

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Fitri (29 th) selaku

Ibu Rumah Tangga yang kesehariannya bekerja dalam ranah

domestik. Seperti berikut penuturannya :

“Ya itu hebatnya mereka, mereka tetap bertanggungjawab dengan tugas rumah tangga walaupun juga bekerjadi luar rumah. Biasanya sebelum berangkat ke sawah,mereka sudah menyelesaikan tugas-tugas rumah tanggaterlebih dahulu, jadi waktu ditinggal ke sawah semua

Page 72: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

tanggungan di rumah sudah dikerjakan, tidak ada yangdiabaikan..”(Wawancara 20 Mei 2012)

Pendapat kedua informan tersebut mendapat pembenaran

dari Ibu Waginah (49 th), seorang buruh tani yang tidak melalaikan

tugas serta kewajibannya dirumah. Berikut penuturan beliau :

“Yo sedurunge bidal teng sabin nggih resik-resik omahriyin kalian masak. Kulo kan namung urip kalian bapak,dadose radi enteng, namung masak nggo wong 2, singdimasak yo sak enek’e wae. Sampun bakdo sedoyo mbakmenawi ajeng bidal teng sabin ngateniku, cawisan kagembapak nggih sampun wonten, dados tanggung jawabetetep terlaksana.”

(“ya sebelum berangkat ke sawah bersih-bersih rumahterlebih dahulu serta memasak. Saya kan hanya tinggalsama Bapak (suami), jadi agak ringan, cuma masak sedikituntuk berdua, yang dimasak juga seadanya saja. Sudahselesai semua mbak (pekerjaan rumah tangga) jika akanberangkat ke sawah, suguhan (kopi) juga sudahdisediakan, jadinya tanggung jawab (dirumah) tetapdilaksanakan”)(Wawancara 08 Mei 2012)

Pembenaran tersebut juga terbukti melalui apa yang

diungkapkan oleh Ibu Parmi (30 th), seorang buruh tani perempuan

yang juga memiliki 2 anak usia sekolah, dimana beliau harus

mengurus anak, mengurus suami serta menyelesaikan pekerjaan

rumah tangga terlebih dahulu sebelum berangkat ke sawah untuk

bekerja sebagai buruh tani. Seperti ungkapan beliau di bawah ini :

“...Ngaten mbak, wayahe subuh ngateniku sampun tangi,trus resik-resik omah kaliyan masak, pokoke sederengebidal teng sabin, sarapan mpun wonten, mangke sangunggih dicepakne teng mejo sederenge kulo bidal. Lha nekbidale ngrantos lare-lare mangkat sekolah nggih kawanenmbak...”

Page 73: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

(“..begini mbak, waktu subuh sudah bangun, kemudianbersih-bersih rumah dan masak, pokoknya sebelumberangkat ke sawah, sarapan sudah ada, nanti uang sakujuga sudah disediakan di meja sebelum saya berangkat.Kalau berangkat menunggu anak-anak berangkat sekolahya saya kesiangan mbak..”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Pada dasarnya, dalam keluarga yang tidak mampu,

perempuan mempunyai peran yang lebih penting dalam rumah

tangga. Beban yang ditanggung seorang perempuan berbeda-beda,

beban terberat ditanggung oleh perempuan yang berasal dari

keluarga tidak mampu, karena untuk semua pekerjaan harus

dilakukan sendiri. Makin tidak mampu sebuah keluarga tersebut,

makin berat beban yang harus ditanggung.

Meskipun keberadaan buruh tani perempuan seringkali

dianggap remeh oleh sebagian besar orang. Namun tak sedikit pula

yang berempati terhadap mereka, melihat kerja keras dan usaha

para buruh tani perempuan demi membantu perekonomian

keluarga. Seperti yang diungkapkan Ibu Maria (48 th), yang

mengatakan :

“Jujur saja ya, saya tidak begitu mempedulikan, tapikalau melihat mereka dalam hati saya cukup banggadengan mereka, istilahnya mereka bekerja sekuat tenaga,bekerja di sawah, panas-panasan, apapun merekakerjakan. Kalau kita tanya, rata-rata mereka selalumenjawab untuk sekolah anaknya, bukan untuk makan lobiasanya jawabannya. Gak pernah jawab untuk makan,selama ini mereka yang saya tanya selalu jawab “yauntuk sekolah anakku”. Berarti kan hebat to kalau sepertiitu..”(Wawancara 23 April 2012)

Berger dan Luckmann mengatakan bahwa konstruksi

sosial adalah pembentukan pengetahuan yang diperoleh dari

Page 74: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

penemuan sosial. Masyarakat umum mempunyai pandangan

tersendiri mengenai buruh tani perempuan. Pengetahuan yang

terbentuk dalam masyarakat terhadap buruh tani perempuan

merupakan realita yang mereka lihat sehari-hari, buruh tani

perempuan ialah para perempuan yang bekerja/ menggarap sawah

milik orang lain dengan mengambil upah dari pemilik lahan/ sawah

yang digarap tersebut dan pekerjaan yang dilakukan para buruh tani

perempuan ialah pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan

ketelitian, keuletan serta ketekunan seperti naluri yang dimiliki

perempuan, tidak seperti pekerjaan laki-laki yang berat.

Realitas yang terbentuk di masyarakat mengenai buruh

tani perempuan menyebutkan bahwa buruh tani perempuan

merupakan bagian dari tenaga kerja di pedesaan, seperti yang

diutarakan oleh Bapak Madin (60 th) berikut :

“buruh tani perempuan merupakan perempuan-perempuan yang berpartisipasi sebagai tenaga kerja”(Wawancara 16 Mei 2012)

Pekerjaan yang dilakoninya di sawah memunculkan suatu

pengetahuan di masyarakat bahwa mereka merupakan perempuan-

perempuan yang tidak kenal lelah karena selain bekerja diluar

rumah (di sawah), mereka juga tidak melupakan pekerjaannya di

sektor domestik sebagai bu rumah tangga. Salah satunya seperti apa

yang diungkapkan informan bernama Ibu Fitri (29 th), seorang

perempuan yang hanya sebagai ibu rumah tangga

“Sebagai sesama perempuan, saya melihat merekasebagai orang yang gigih, gak nduwe kesel mbak. Sebagaiibu rumah tangga saja, saya harus mengurus suami,mengurus anak dan mengurus rumah itu rasanya capek.Lha mereka malah sudah jadi ibu rumah tangga, jugaharus bekerja di sawah yang tempatnya seperti itu,bayarane yo ora cucuk.”

Page 75: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

(“Sebagai sesama perempuan, saya melihat merekasebagai orang yang gigih, tidak punya rasa lelah. Sebagaiibu rumah tangga saja, saya harus mengurus suami,mengurus anak dan mengurus rumah itu lelah. Merekamenjadi ibu rumah tangga tetapi juga harus bekerja di disawah yang seperti itu, upahnya pun tidak sesuai.”)(Wawancara 20 Mei 2012)

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Bapak Madin

(60 th). Beliau melihat pekerjaan buruh tani merupakan pekerjaan

yang cukup berat, apalagi bila dilakukan oleh perempuan. Berikut

ungkapannya

“....pekerjaan menjadi buruh tani bagi perempuanmerupakan pekerjaan yang cukup berat dan cukupmenguras tenaga, apalagi upah yang didapatkan jugacukup minim sekali jumlahnya, tidak sesuai lah denganapa yang sudah mereka kerjakan, mereka harus mulaibekerja dari pagi hingga siang...”(Wawancara 16 Mei 2012)

Secara keseluruhan dari apa yang diungkapkan para

informan, dapat dilihat dari matrik berikut ini :

Matrik 5.4

Konstruksi terhadap Buruh Tani Perempuan

No Penggolongan

Masyarakat

Berdasar

Tingkat

Pendidikan

Nama

Informan

Buruh Tani Perempuan

Konstruksi Sosial

terhadap Buruh Tani

Perempuan

Tugas

Domestik

Tugas

Publik

1.Pendidikan

Tinggi

Ibu

Maria

- Mencuci

- Memasak

- Mengasu

h anak

- Buruh

tani

- Buruh

Cuci

- Buruh tani

perempuan

merupakan

perempuan-

Page 76: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

- dan

tugas-

tugas

rumah

tangga

lainnya

- Buruh

Asuh

Anak

- dan

pekerja

an

serabut

an

lainnya

perempuan yang

hebat.

- Bekerja tanpa

mengenal lelah.

- Berupah lebih

rendah daripada

buruh tani laki-

laki.

- Mereka tidak

pernah minder

dengan

pekerjaannya

sebagai buruh

tani.

- Ada juga (buruh

tani perempuan )

yang kurang

kepedulian

terhadap orang-

orang

disekitarnya.

- Terkadang

mereka itu tata

kramanya kurang

- Etos kerjanya

tinggi.

- Rata-rata hanya

mau

melaksanakan

pekerjaan yang

tanpa

Page 77: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

menggunakan

pemikiran.

Bapak

Aris

- Mencuci

- Memasak

- Mengasu

h anak

- dan

tugas-

tugas

rumah

tangga

lainnya

- Sebagai

buruh

tani

- Merupakan

kelompok

perempuan yang

posisinya sangat

penting dalam

bidang ketahan

pangan

- Keberadaannya

tidak bisa

dianggap sebelah

mata.

- Merupakan

perempuan-

perempuan

tangguh

- Menjadi

penopang

kehidupan

keluarga.

- Keberadaan

buruh tani

perempuan

terkadang tidak

begitu

dipedulikan/

dianggap remeh,

karena pekerjaan

di luar rumah

bagi perempuan

Page 78: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

lebih cenderung

tidak diakui,

apalagi untuk

pekerja rendahan

seperti buruh

tani.

Bapak

Madin

- Mencuci

- Memasak

- Mengasu

h anak

- dan

tugas-

tugas

rumah

tangga

lainnya

- Sebagai

buruh

tani

- Merupakan

perempuan-

perempuan yang

berpartisipasi

sebagai tenaga

kerja di bidang

pertanian,

- Keikutsertaannya

dalam mencari

uang didasari

rasa ingin

membantu

mencari

tambahan

penghasilan di

dalam

keluarganya.

- Merupakan

perempuan-

perempuan tidak

mengenal lelah

dan tidak udah

putus asa

2. Pendidikan Ibu Fitri - Mencuci - Sebagai - Umumnya

Page 79: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Menengah - Memasak

- Mengasu

h anak

- dan

tugas-

tugas

rumah

tangga

lainnya

buruh

tani

merupakan

perempuan-

perempuan yang

terdesak akan

kebutuhan

ekonomi

- Bekerja untuk

membantu suami

mencari nafkah

tambahan bagi

keluarga

Ibu Sri

Utami

- Mencuci

- Memasak

- Mengasu

h anak

- dan

tugas-

tugas

rumah

tangga

lainnya

- Petani

- Buruh

Tani

- Menjadi buruh

tani bukan

merupakan

pekerjaan utama,

karena menjadi

buruh tani bukan

merupakan

pekerjaan tetap

dan tidak pasti.

3.Pendidikan

Rendah

Ibu

Parmi

- Mencuci

- Memasak

- Mengurus

anak

- dan

tugas-

tugas

rumah

tangga

- Sebagai

buruh

tani

- Umumnya,

bekerja sebagai

bentuk kegiatan

ekonomi

subsisten, hanya

sebagai

pemenuhan

kebutuhan untuk

makan serta

Page 80: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

lainnya kehidupan sehari-

hari sehingga

sulit dalam

menyisihkan

pendapatan.

Ibu

Waginah

- Mencuci

- Memasak

- dan

tugas-

tugas

rumah

tangga

lainnya

- Sebagai

buruh

tani

- Bagi perempuan,

menjadi buruh

tani hanya

merupakan

pekerjaan

sampingan

Ibu

Suginem

- Mencuci

- Memasak

- Mengurus

anak

- dan

tugas-

tugas

rumah

tangga

lainnya

- Sebagai

buruh

tani

- Pengurus

posyand

u

- Ketua

Pokja

- Ketua

Pengajia

n

- Keberadaannya

di masyarakat

sering dianggap

sebagai pekerjaan

rendah.

- Bagi perempuan

desa, menjadi

buruh tani

seringkali tidak

diakui sebagai

sebuah

pekerjaan,

pekerjaan utama

yang diakui

adalah sebagai

ibu rumah

tangga.

Sumber: Data Primer diolah Juni 2012

Page 81: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

5.5 Faktor-Faktor Pembentuk Konstruksi Sosial Atas Buruh Tani

Perempuan

5.5.1 Ekonomi

Partisipasi perempuan saat ini bukan sekedar menuntut

persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai

arti bagi pembangunan dalam masyarakat. Partisipasi

perempuan menyangkut peran tradisi dan transisi. Peran tradisi

(domestik) mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan

pengelola rumah tangga. Peran transisi meliputi pengertian

perempuan sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan

manusia pembangunan.

Peran transisi perempuan sebagai tenaga kerja dengan

turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di

berbagai kegiatan. Keterlibatan perempuan mulai terlihat

sekarang ini namun secara jelas belum bnayak diakui di

masyarakat, padahal keterlibatan perempuan membawa dampak

terhadap peranan perempuan dalam kehidupan keluarga.

Fenomena yang banyak terjadi di masyarakat sekarang ini

adalah banyaknya perempuan yang membantu suami untuk

mencari tambahan penghasilan, utamanya karena didorong oleh

kebutuhan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga

mempengaruhi kecenderungan perempuan untuk berpartisipasi

di pasar kerja agar dapat membantu meningkatkan

perekonomian keluarga.

Bekerja mencari nafkah tambahan yang dilakukan

perempuan dalam keluarga tidak mampu ternyata sudah menjadi

sebuah kebiasaan. Partisipasi tenaga kerja perempuan dapat

disebabkan karena beberapa hal, diantaranya :

Page 82: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

a. Dalam memenuhi kebutuhan pokok, tenaga kerja

perempuan dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada.

Misal dalam bidang pertanian.

b. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

yang berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi

perempuan, maka terbukalah kesempatan kerja bagi

perempuan.

c. Majunya pendidikan

(Pudjiwati Sajogyo, 1983: 132)

Dengan adanya faktor-faktor diatas, maka akan

mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja mencari

tambahan pemasukan bagi keluarga, terlebih pada masalah

pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan keluarga yang kurang

mampu (keluarga miskin).

Di wilayah pedesaan kaum perempuan umumnya banyak

terlibat dalam pasar kerja di sektor pertanian sebagai buruh tani,

perempuan memiliki peran cukup besar dalam memelihara

ketahanan pangan. Banyak perempuan desa yang bekerja di

sektor pertanian karena didasari permasalahan perekonomian

keluarga. Konstruksi yang terbangun dalam masyarakat

pedesaan terhadap buruh tani perempuan didasari atas realitas

bahwa faktor ekonomi menjadi alasan utama bagi kebanyakan

perempuan desa (yang keluarganya tidak memiliki lahan

(sawah) sebagai sumber pendapatan) memilih untuk bekerja di

lahan (sawah) orang lain. Seperti yang diungkapkan Bapak

Madin (60 th) yang memiliki tetangga seorang buruh tani

perempuan. Berikut penuturannya :

“....memang jika dilihat, pekerjaan menjadi buruh tanibagi perempuan merupakan pekerjaan yang cukup beratdan cukup menguras tenaga, apalagi upah yang

Page 83: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

didapatkan juga cukup minim sekali jumlahnya, tidaksesuai lah dengan apa yang sudah mereka kerjakan,mereka harus mulai bekerja dari pagi hingga siang, yamenurut saya, mereka (perempuan-perempuan buruh tani)mau bekerja seperti itu alasan pertamanya mungkinkarena alasan ekonomi. Sekarang ini, mana mauperempuan bekerja sperti itu kalau benar-benar tidakterdesak ekonomi, apalagi untuk masyarakat desa yangtingkat perekonomiannya cukup sulit, mereka jelas akanmau bekerja, apapun resikonya, yang penting bisamendapatkan uang...”(Wawancara 16 Mei 2012)

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Ibu Fitri (29 th),

seorang Ibu rumah tangga yang memiliki tetangga seorang buruh

tani dan bahkan saudaranya ada pula yang bekerja sebagai buruh

tani. Seperti ungkapan beliau di bawah ini

“..lha sekarang perempuan mana yang mau bekerjarendahan dan kasar seperti itu kalau memang tidak bener-bener kepepet? sebagai ibu rumah tangga saja mungkintenaga mereka sudah banyak terkuras untuk mengurusrumah tangga, sudah capek, apalagi masih mau kerja disawah itu kan artinya ada sesuatu yang ingin diperoleh,yo opo meneh nek dudu duit..”

(“...sekarang perempuan mana yang mau pekerjaanrendahan dan kasar seperti itu kalau memang tidakterdesak? Sebagai ibu rumah tangga saja mungkin tenagamereka sudah banyak terkuras untuk mengurus rumahtangga, sudah lelah, apalagi masih mau bekerja di sawahitu berarti ada sesuatu yang ingin diperoleh, apalagi kalaubukan uang....”)(Wawancara 20 Mei 2012)

Secara langsung, ungkapan dari informan tersebut

menyiratkan bahwa adanya pandangan yang beranggapan bahwa

posisi rendah perempuan di pasar tenaga kerja (upah rendah atau

pekerjaan yang dinilai lebih rendah dari pekerjaan laki-laki dan

Page 84: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

tidak membutuhkan ketrampilan tinggi) disebabkan karena posisi

mereka di dalam rumah tangga.

Pada dasarnya, perempuan desa yang bekerja sebagai

buruh tani termasuk dalam golongan masyarakat miskin, dan para

perempuan tersebut bekerja menjadi buruh tani dikarenakan

terdesak ekonomi dan ingin membantu menambah penghasilan

keluarga. Seperti alasan yang dibenarkan oleh Ibu Suginem (45 th)

seperti berikut :

”Nggih sing utama niku kagem mbantu ekonomi keluarga,mbantu suami..”

(“ Ya yang paling utama itu untuk membantu ekonomikeluarga, untuk membantu suami (mencari nafkah)”)(Wawancara 6 Mei 2012)

Dari petikan wawancara tersebut, untuk membantu

perekonomian keluarga dijadikan sebagai alasan utama mengapa

Ibu Suginem (45 th) mau bekerja sebagai buruh tani, padahal

sebetulnya beliau pun juga memiliki lahan pertanian (sawah).

Namun Ibu Suginem biasanya hanya menjadi buruh tani apabila

sawahnya tidak berproduksi, atau menjadi buruh tani di pertanian

selain padi, seperti melon meskipun sawahnya juga berproduksi

(ditanami padi).

Demi membantu perekonomian keluarga juga dijadikan

alasan bagi Ibu Parmi (30 th). Menurut beliau, apabila hanya

mengandalkan pendapatan suami dirasa sangat kurang untuk

memenuhi berbagai macam kebuthan rumah tangga. Seperti

penuturan beliau berikut :

“....lhawong pemasukan suami mawon kurang, kagemsehari-hari nggih kurang mbak menawi namung njagaknesuami...”

Page 85: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

(“...pemasukan (pendapatan) suami saja kurang, untuk(kebutuhan) sehari-hari saja ya kurang mbak kalau hanyamengandalkan suami....”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Bagi Ibu Parmi (30 th) yang memiliki dua orang anak

yang masih duduk di bangku SMP, bekerja menjadi buruh tani

merupakan sebuah pilihan demi mencari tambahan penghasilan

suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah

anaknya. Hal tersebut dikarenakan sangat sedikit lapangan

pekerjaan yang ada di pedesaan. Berikut penuturan beliau :

“Lha nggih pripun mbak, lha wontene nggih niku mawon,sekitaran mriki kathah ingkang dados buruh tani..”

(“mau bagaimana lagi mbak, adanya cuma itu, (orang-orang) sekitar sini banyak yang menjadi buruh tani..”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Bekerja sebagai buruh tani pun sebenarnya belum

menyelesaikan permasalahan ekonomi keluarga mereka, karena

upah yang diperoleh dari bekerja sebagai buruh tani jumlahnya

tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. Bagi buruh tani

perempuan, upah yang diterima lebih kecil bila dibandingkan

dengan buruh tani laki-laki, bahkan upah tersebut teramat kecil

jumlahnya dan tidak sebanding dengan harga-harga kebutuhan

pokok yang sekarang ini semakin mahal.

Diungkapkan oleh seorang informan bernama Ibu

Waginah ( 49 th) seorang buruh tani perempuan, yang mengatakan

seperti berikut ini :

“Nek putri mbak, kerjo mulai jam enem sampe jamsepuluh kuwi olehe Rp 15.000, tapi nek sampek soreinggih Rp 30.000. Nek kakung mbak setengah hari Rp

Page 86: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

20.000, trus sedino inggih Rp 40.000. Tapi byasanemangke angsal sarapan mbak..”

(“Kalau putri mbak, kerja mulai jam 06.00 sampai jam10.00 itu dapatnya Rp 15.000, tapi kalau sampai sore yaRp. 30.000. Kalau laki-laki, setengah hari Rp 20.000,kalau sehari Rp. 40.000. tapi byasanya nanti dapat sarapanmbak.”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Hal senada juga diungkapkan oleh buruh tani perempuan

lainnya, seperti Ibu Suginem (45 th), walaupun beliau memiliki

lahan pertanian (sawah) tapi terkadang juga bekerja sebagai buruh

tani. Upah yang didapat Ibu Suginem (45 th) bahkan lebih rendah

dari upah yang diperoleh Ibu Waginah (49 th). Seperti pernyataan

beliau berikut ini

“Ngateniku harian mbak itunganipun, menawi sedintenniku dugi jam 1 ongkosipun menawi piyantun putri nikuRp 20.000, piyantun kakung Rp 30.000..”

(“seperti itu harian mbak hitungannya, kalau sehari itusampai jam 1 (siang) upahnya untuk (buruh tani)perempuan Rp 20.000, untuk laki-laki Rp 30.000”)(Wawancara 6 Mei 2012)

Dari apa yang dikatakan oleh kedua informan diatas dapat

diketahui bahwa upah yang mereka dapatkan sangat sedikit

jumlahnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian kerja yang

terjadi atas dasar gender menyebabkan perbedaan dalam

pengupahan. Jumlah upah yang sedikit tersebut tentunya tidak

mampu mencukupi berbagai kebutuhan sehari-hari. Seperti

pengakuan dari Ibu Sri Utami (51 th) berikut

“Cekap mboten cekap nggih dicekap-cekapne mbak, wongyo opahe mung sithik.”

Page 87: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

(“Cukup tidak cukup ya dicukup-cukupkan mbak,upahnya juga sedikit.”)(Wawancara 9 Mei 2012)

Pengakuan serupa juga datang dari Ibu Parmi (30 th)

seperti di bawah ini

“Nggih mboten cekap mbak, tapi nggih kulo cekap-cekapne, lha pripun, nggih namung diparingi sakmontenniku.”

(“ya tidak cukup mbak, tapi ya saya cukup-cukupkan, lhabagaimana cuma diberi segitu.”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Bagi Ibu Parmi (30 th) yang memiliki dua orang anak

yang masih sekolah, upah yang didapatkan tersebut terasa sangat

sedikit. Beliau pun menyatakan bahwa pengeluaran terbesar dalam

keluarga adalah untuk membiayai sekolah kedua anaknya, seperti

ungkapan beliau berikut ini :

“Kagem lare sekolah mbak, yogo kulo kalih (2), taksihSMP sedoyo. Kagem sangu nipun mawon, lare setunggalniku Rp 5.000, menawi lare 2 mawon sedinten Rp 10.000,sisane kan namung Rp 5.000 menawi upah kulo mawon Rp15.000, dereng malih menawi mangke butuh mbayarsekolah, mulane kagem maem nggih mpun sak wontenipunmawon, teng ndeso ngateniki maem nggih mboten macem-macem mbak, sing penting wonten sekul, lawuh kaliansayur..

(“untuk anak sekolah mbak, anak saya 2, masih SMPsemua. Untuk uang sakunya saja tiap anak Rp 5.000, kalauuntuk 2 anak sehari Rp 10.000, sisanya kan Cuma Rp5.000, itu jika upah saya Rp 15.000, belum lagi nanti perlumembayar biaya sekolah, makanya untuk urusan makan yaseadanya saja, di desa urusan makan tidak macam-macammbak, yang penting ada nasi, lauk dan sayur.”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Page 88: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Bagi buruh tani perempuan yang masih memiliki anak usia

sekolah biasanya upah yang mereka dapat diutamakan untuk

digunakan bagi keperluan biaya sekolah anaknya, terutama untuk

uang saku harian. Sedangkan bagi buruh tani perempuan yang

sudah tidak memiliki anak usia sekolah, biasanya upah yang

didapatkan digunakan sebagai tambahan penghasilan suami untuk

mencukupi kebutuhan rumah tangga, seperti untuk makan,

membayar tagihan listrik, air serta untuk membayar arisan. Hal

tersebut berdasar apa yang diungkapkan oleh Ibu Waginah (49 th)

sebagai berikut

“Ngene mbak. Kulo saniki pun mboten ngragati anak,mergo anak-anaku wis podo rabi (nikah) kabeh, dadikebutuhan paling gedhe inggih kagem sehari-hari, kagemmaem mben dinten, bayar banyu, arisan, bayar listrik.Nggih mpun radi enteng mbak pun mboten ngopeni anak.”

(“Begini mbak, saya sekarang sudah tidak membiayaianak karena anak-anak saya sudah berkeluarga (menikah)semua, jadi kebutuhan terbesar ya untuk sehari-hari, untukmakan tiap hari, membayar (tagihan) air, arisan,membayar (tagihan) listrik. Ya sedikit ringan mbak sudahtidak membiayai anak.”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Kedua pernyataan tersebut menunjukkan bahwa peran

perempuan dalam keluarga ekonomi lemah juga perlu

diperhitungkan, hal ini menunjukkan bahwa perempuan-perempuan

tersebut tidak hanya pasrah serta berpangku tangan mengandalkan

penghasilan suami saja, tetapi juga ikut berusaha mencari tambahan

penghasilan suami dengan bekerja, walaupun hanya pekerjaan

sebagai buruh tani yang upahnya kecil.

Upah dan pengeluaran yang tidak sepadan menyebabkan

mereka kesulitan untuk mengelola keuangan keluarga. Sebagai

Page 89: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

perempuan, mereka tentunya yang diberi tanggung jawab untuk

mengatur keuangan dalam keluarga. Upah yang mereka dapatkan

saja, seringkali tidak bersisa setelah digunakan untuk pemenuhan

kebutuhan bahkan terkadang juga kurang. Hal ini lah yang

menyebabkan mereka jarang memiliki kemampuan untuk

menabung. Terungkap dari apa yang disampaikan oleh Ibu

Suginem (45 th) ketika ditanya apakah bisa menabung dari upah

yang diperoleh beliau tersebut, seperti berikut ini

”Nggih mboten mbak, napane sing ajeng ditabung.”

(“ya tidak mbak, apanya yang bisa ditabung”)(Wawancara 6 Mei 2012)

Keseluruhan informan buruh tani perempuan yang penulis

wawancarai menyatakan bahwa mereka tidak mampu menyisihkan

upah mereka untuk ditabung, karena biasanya upah tersebut sudah

habis digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dan bahkan tidak

cukup. Apabila mereka mengalami kesulitan keuangan, dalam

artian ada beberapa kebutuhan yang sulit terpenuhi karena upah

yang didapatkan telah habis sebelum tercukupi semua kebutuhan

ataupun ada kebutuhan mendesak yang datangnya tidak bisa

diduga, jalan satu-satunya yang mereka tempuh adalah berhutang,

baik berhutang pada saudara ataupun tetangga. Seperti yang

diutarakan oleh Ibu Parmi (30 th) dibawah ini

”Nggih kulo ngampil dateng sederek nopo tonggo mbak,menawi pancen kepepet. Ajeng nyade utawi nggadek’akennggih nopo sing ajeng disade utawi digadek’aken, wongmboten gadhah nopo-nopo.”

Page 90: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

(“ya saya pinjam saudara atau tetangga mbak, kalaumemang mendesak. Mau menjual atau menggadaikan yaapa yang mau dijual atau digadaikan, tidak punya apa-apa.”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Bagi mereka yang benar-benar tidak memiliki simpanan,

berhutang kepada saudara atau tetangga menjadi jalan utama yang

mereka pilih. Sedangkan ada pula yang tidak menjadikan hutang

sebagai jalan keluar utama, tergantung seberapa besar dan seberapa

pentingnya kebutuhan tersebut. Sebagai contoh seperti yang

disampaikan oleh Ibu Suginem (45 th) berikut

“Yo didelok-delok mbak, kantun kebutuhane gede menopocilik, nek misal kebutuhane cilik lan iseh iso dicukupi karosing dinduweni ora perlu utang, umpami wontennjagong(kondangan) nek mboten gadah arto nggih ngedolpithik utawi bebek taseh saget. Sami kalih sak nikimbak,yogo kula ngerjaaken skripsi. Butuh ragat akeh lansak wektu-wektu. Nggih kulo pados silehan datengsederek, mangke mbalekaken sak kesanggupan kulobyasane pas sampun panen.”

(“ya dilihat-lihat mbak, tinggal kebutuhannya besar ataukecil, misalkan kebutuhannya kecil dan masih bisadicukupi dengan yang dimiliki ya tidak perlu hutang,seumpama ada undangan hajatan kalau tidak punya uangya bisa jual ayam atau bebek kan bisa. Kalau sekarangmbak, anak saya sedang mengerjakan skripsi. Butuh biayabanyak dan sewaktu-waktu. Ya saya cari pinjaman kesaudara, nanti mengembalikannya tergantungmenyanggupinya, biasanya waktu panen.”)(Wawancara 6 Mei 2012)

Selain mencari pinjaman (berhutang), ada pula yang

memilih untuk menjual aset yang memiliki nilai jual misalnya

seperti hewan ternak. Walaupun dari kesemua informan yang

bekerja sebagai buruh tani menyatakan tidak menyisihkan upahnya

untuk ditabung, namun pada kenyataannya mereka tidak menyadari

Page 91: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

bahwa sebenarnya secara tidak langsung mereka memiliki

tabungan dalam bentuk hewan peliharaan (hewan ternak). Hal

tersebut dapat penulis simpulkan berdasar pernyataan Ibu Suginem

(45 th) seperti berikut ini

“Kadang menawi dateng ndeso kan kebanyakan gadahopen-open (ternak) mbak, paling nggih ternak niku.Open-open ayam, bebek, sapi, wedhus (kambing). Mangkemenawi wonten kebutuhan mendadak kersane saget disadhe (dijual).”

(“Terkadang di desa sebagian besar mempunyai hewanpeliharaan, ya hewan ternak itu. Memelihara ayam, bebek,sapi, kambing. Nanti jika ada kebutuhan mendadak supayabisa dijual sewaktu-waktu.”(Wawancara 6 Mei 2012)

Selain dalam bentuk hewan ternak, mereka juga

menyimpan uang dengan mengikuti arisan. Berikut seperti

penuturan Ibu Sri Utami (51 th)

“...pengeluarane kagem maem, kebutuhan rumah tangga,bayar arisan, bayar listrik, nggih kebutuhan-kebutuhanngateniku mbak...”

(“...pengeluaran untuk makan, kebutuhan rumah tangga,membayar arisan, membayar listrik, ya kebutuhan-kebutuhan lain seperti itu..”)(Wawancara 9 Mei 2012)

Secara tidak langsung, kegiatan arisan merupakan salah

satu cara untuk menyimpan uang, walaupun tidak bisa diambil

sewaktu-waktu ketika dibutuhkan. Sehingga mereka lebih sering

menganggap arisan bukan sebagai bentuk menabung, tetapi sebagai

suatu kebutuhan yang memang harus dipenuhi. Bahkan, ketika tiba

waktunya untuk membayar arisan dan mereka tidak memiliki

cukup uang untuk membayar, mereka akan mencari pinjaman

Page 92: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

untuk kewajiban membayar arisan. Seperti yang dituturkan oleh

Ibu Sri Utami (51 th)

“Yo nek kiro-kiro wayahe arisan tapi ngepasi ora nduweduit, kulo biasane ngampil lare-lare riyin mbak, sinteningkang gadhah,,,”

(“Ya kalau kira-kira waktunya arisan tetapi kebetulantidak punya uang, saya biasanya pinjam anak-anak dulumbak, siapa yang punya,,”)(Wawancara 9 Mei 2012)

Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagaian buruh tani

perempuan lebih menganggap bahwa arisan merupakan suatu

kewajiban yang harus dibayar, bukan sebagai sarana untuk

menyimpan uang. Dari keseluruhan buruh tani perempuan yang

menjadi informan, hanya satu orang yang menyadari dan

menganggap bahwa arisan sebagai salah satu sarana menyimpan

uang/ menabung. Informan tersebut ialah Ibu Waginah (49 th) yang

menyatakan seperti ini

“Nabunge nggih dateng arisan ngateniku mbak, menawidateng bank nggih mboten”

(“nabunge ya lewat arisan seperti itu mbak, kalau(menabung) di bank ya tidak”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Selain sebagai sarana menyimpan uang (menabung),

arisan juga merupakan sarana untuk mempererat silaturahmi,

seperti penuturan Ibu Waginah (49 th) yang dilanjutkan berikut ini

“...arisan niku kan selain saget kagem nabung, nggihsaget ngraketaken warga RT mbak, kersane rukun,silaturahmi kalian warga, amargi pelaksanaane nikupindah-pindah dateng griyane warga digilir. Sinten sing

Page 93: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

angsal arisan nggih arisan berikutnya wonten griyanewarga sing angsal niku...”

(“...arisan itu kan selain bisa untuk menabung, juga bisauntuk mempererat warga RT mbak, supaya rukun,silaturahmi dengan warga, karena pelaksanaannya ituberpindah-pindah, bergilir. Siapa yang dapat arisan yaarisan berikutnya dirumah warga yang mendapat arisantersebut..”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Berdasar keseluruhan informasi yang didapat dapat

disimpulkan bahwa faktor ekonomi menjadi alasan utama para

perempuan desa dari keluarga kurang mampu memilih bekerja

menjadi buruh tani.

Agar lebih jelasnya, perincian faktor ekonomi akan

diuraikan pada matrik berikut :

Matrik 5.5

Faktor Ekonomi sebagai Pembentuk Konstruksi Sosial atas Buruh Tani

Perempuan

No

.

Golongan

Masyaraka

t Menurut

Tingkat

Pendidikan

Nama

Informa

n

Faktor Ekonomi

Pendapatan PengeluaranKemampuan

Menabung

1.Pendidikan

Tinggi

Ibu

Maria

- Upah yang

didapatkan

buruh tani

cenderung

tidak stabil

dan sedikit

(≤ Rp.

20.000-Rp

- Biaya

pendidikan

anak.

- Kegiatan

ekonomi

subsisten

(hanya untuk

makan)

- Kesulitan

dalam

menyisihkan

upah yang

didapat,

sehingga sangat

sulit untuk

menabung.

Page 94: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

25.000).

Bapak

Aris

- Upah yang

diterima

buruh tani

perempuan

sangat

rendah (<

Rp.

50.000/hari).

- Pengeluaran

terbanyak

digunakan

untuk biaya

sekolah,

baru

- Keperluan

makan dan

biaya hidup

sehari-hari.

- Kemampuan

menabung

jarang terjadi

karena

umumnya

mereka

bekerja hanya

untuk

memenuhi

ekonomi

subsisten

Bapak

Madin

- Upah yang

didapat

sangat

sedikit

- Bekerja

sebagai

pembantu

suami

dalam

mencari

nafkah

- Bahkan

menjadi

pencari

nafkah

utama

keluarga

- Biaya

sekolah

yang paling

terlihat

besarnya

anggaran.

- Sedangkan

untuk

makan kan

sudah

menjadi

kebutuhan

sehari-hari.

- Buruh tani

perempuan

jarang

memiliki

kemampuan

untuk

menabung

2. Pendidikan Ibu. Fitri - Pendapata - Pengeluara - Belum

Page 95: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Menengah n suami

kecil,

sehingga

mau

bekerja

sebagai

buruh tani

walaupun

upahnya

juga

sedikit

n upah

buruh tani

perempuan

digunakan

untuk

makan,

biaya

sekolah

anak bagi

yang masih

memiliki

anak usia

sekolah

serta

kebutuhan

sehari-hari.

memiliki

kemampuan

untuk

menabung,

untuk sekedar

memiliki

barang

berharga saja

sangat jarang.

Ibu Sri

Utami

- Upah yang

didapat

sedikit

jumlahnya

- Pengeluara

n paling

banyak

untuk

bertani, jika

musim

bercocok

tanam,

karena juga

memiliki

sawah

sendiri.

Tetapi jika

tidak ada

modal

- Secara tidak

langsung,

arisan ialah

salah satu

cara untuk

menyisihkan

upah, selain

arisan juga

melakukan

saving dalam

bentuk

perhiasan

emas

Page 96: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

untuk

bertani,

pengeluaran

biasanya

untuk

keperluan

makan,

kebutuhan

rumah

tangga,

membayar

arisan,

membayar

listrik, air,

dll.

3.Pendidikan

Rendah

Ibu

Parmi

- Upah yang

diterima

Rp 15.000

untuk

setengah

hari dari

pukul

06.00-

10.00 dan

Rp 30.000

untuk

sehari

mulai

pukul

06.00-

13.00

- Pengeluara

n terbanyak

untuk

sekolah

anak, Rp

10.000

untuk uang

saku 2 anak

yang

keduanya

masih

duduk di

bangku

SMP.

Pengeluara

n lainnya

- Tidak

memiliki

kemampuan

untuk

menyisihkan

uang/

menabung,

dikarenakan

upah yang

didapat sudah

habis untuk

memenuhi

kebutuhan

yang

terkadang

juga kurang

Page 97: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

untuk

pemenuhan

kebutuhan

sehari-hari

Ibu

Waginah

- Upah yang

diterima

Rp 15.000

untuk

setengah

hari dari

pukul

06.00-

10.00 dan

Rp 30.000

untuk

sehari

mulai

pukul

06.00-

13.00 .

- Kebutuhan

paling besar

untuk

keperluan

sehari-hari,

untuk

makan

setiap hari,

membayar

air, listrik

dan arisan.

- Kemampuan

menyisihkan

upah yang

didapat

dengan

melalui

arisan.

Ibu

Suginem

- Upah yang

diterima

Rp. 20.000

dengan

jam kerja

mulai

pukul

07.00-

13.00.

- Pengeluara

n terbanyak

digunakan

untuk

membiayai

kuliah anak.

- Kemampuan

menyisihkan

uang dalam

bentuk hewan

peliharaan/ter

nak yang

nantinya

dapat dijual

sewaktu-

waktu jika

Page 98: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

membutuhkan

uang.

Sumber: Data Primer, diolah Juni 2012

5.5.2 Sosial Budaya

Lingkungan pedesaan umumnya memiliki kearifan yang

masih terjaga. Kerukunan warga masyarakat, kegotong-

royongan masih terjaga dengan baik, serta masih menjunjung

tinggi toleransi antar warga masyarakat tanpa membedakan

status, golongan, dan kelas sosial. Kehidupan para buruh tani

perempuan di masyarakat juga tidak jauh dari hubungan sosial

(pergaulan) mereka dengan sanak saudara, tetangga dan

lingkungan sekitarnya. Kerukunan yang terjalin antara pada

sesama buruh tani baik laki-laki maupun perempuan sangat

terlihat sekali, hal ini utamanya dikarenakan bidang pekerjaan

mereka yang sama, sehingga muncul rasa senasib diantara rekan

sesama buruh tani, apalagi untuk buruh tani perempuan, karena

ppada dasarnya perempuan memilki naluri yang lebih peka

daripada laki-laki.

Seperti apa yang disampaikan oleh Ibu Fitri (29 th) ketika

menjelaskan hubungan yang terbentuk antar sesama buruh tani

seperti berikut

“...para buruh tani-buruh tani perempuan itu biasanyamalah dekat sekali dengan sesamanya (sesama buruh taniperempuan), apalagi biasanya rumah mereka jugaberdekatan, bahkan masih ada pula yang memilikihubungan keluarga. Ya mungkin karena mereka merasasenasib, jadi mereka bahkan merasa dekat sepertikeluarga sendiri...”(Wawancara 20 Mei 2012)

Page 99: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Berdasar apa yang Ibu Fitri (29 th) lihat, beliau dapat

menyimpulkan bahwa para buruh tani, khususnya buruh tani

perempuan memiliki ikatan kerukunan sudah hampir seperti

ikatan kekeluargaan. Selain Ibu Fitri (29 th), informan lain yaitu

Bapak Aris (33 th) juga mengatakan bahwa ikatan kebersamaan

sesama buruh tani khususnya perempuan sangat erat, berikut

penuturan beliau :

“..yang saya tau, mereka umumnya cenderung rukun, yakarena pekerjaan mereka sangat tergantung padainteraksi dengan lingkungan sekitar. Sering kan kita lihatmereka biasanya berangkat ke sawah bergerombol jalankaki menuju tempat kerjanya, rasa kebersamaannya itusangat kuat..”(Wawancara 14 Mei 2012)

Kedua informan diatas melihat pola hubungan sosial dari

sesama buruh tani. Ternyata kerukunan tersebut juga tidak

hanya terjadi antara rekan sesama buruh tani saja, namun juga

terjadi pula pada hubungan dengan warga sekitar. Hal ini

disampaikan oleh Ibu Suginem (45 th), seorang petani yang

terkadang juga menjadi buruh tani, seperti berikut

“Alhamdulillah raket mbak, sak lingkungan mriki taksehsami raket. Menawi wonten ingkang kerepotan nggihtulung tinulung, kulo akui taksih eco mbak. Menawiwonten ingkang sakit, nggih sami ngendangi”

(“Alhamdulilah rukun mbak, satu lingkungan disini masihrukun. Apabila ada yang repot ya saling tolong menolong,saya akui masih bagus mbak. Apabila ada yang sakit yasama-sama menjenguk.”)(Wawancara 6 Mei 2012)

Pernyataan tersebut juga disetujui melalui apa yang

diutarakan oleh Ibu Parmi (30 th), seorang buruh tani, ketika

Page 100: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

ditanya bagaimana hubungan beliau dengan tetangga ataupun

masyarakat sekitar tempat tinggalnya.

“..lha nggih to mbak, lhawong sampun dangu urip sarengwonten deso mriki, dadose mboten mbeda’-mbedaakennyambut damelipun nopo, nggih rukun, raket mbak...”

(“..lha iya to mbak, sudah lama hidup bersama di desa ini,jadi tidak membeda-bedakan pekerjaannya apa, ya rukun,erat mbak..”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Buruh tani perempuan merupakan bagian dari masyarakat

pedesaan, dimana kebaikan masyarakat di lingkup pedesaan

selalu erat dalam hubungan persaudaraan dan saling mengenal

satu sama lain, dan oleh karena itu tidak pernah terjadi saling

menonjolkan materi ataupun kedudukan sosial, hidupnya

sederhana dan dalam hubungan masyarakat satu dengan yang

lain saling menghormati. Masyarakat desa yang walaupun taraf

hidupnya rendah tetapi pada umumnya tampak pula sedikit

banyak penghargaan dan perhatian terhadap pergaulan hidup

yang bersandarkan bertani. Hal tersebut menunjukkan bahwa

interaksi sosial buruh tani perempuan dengan lingkungan

sekitarnya masih terjaga dengan baik, dan saling berdampingan

tanpa membeda-bedakan status sosial, golongan maupun kelas

sosial.

Meskipun perempuan dan bekerja sebagai buruh tani,

tidak semua warga masyarakat yang memandang remeh para

perempuan tersebut, warga masyarakat lain memakhlumi dan

lebih cenderung berempati pada mereka. Hal ini terungkap dari

pernyataan Ibu Maria (48 th)

Page 101: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

“Aku sangat menghargai mereka ya, karena kalau tidakada mereka siapa yang akan mengerjakan sawah, trus kitamakan apa? ya to? Aku juga sangat menghargai merekadalam upaya mencari atau mempertahankan hidup, yangterpenting kerja halal daripada mencuri atau meminta-minta. Andai kata aku sugih (kaya) ya aku akan bantumereka. Aku bangga lo melihat buruh-buruh taniperempuan itu, mereka itu perempuan tapi kog yatenaganya kuat, bahkan ada yang mengerjakan bagianyang harusnya dikerjakan laki-laki, hebat ya mereka. Yaterkadang aku juga merasa kasihan, cuma kalau buat akuyang namanya kasihan ya artinya kita harus bisa memberigak cuma ngomong doang. Namanya orang kan berbeda-beda, yang penting kita saling menghargai saja lahdengan sesama.”(Wawancara 23 April 2012)

Setelah hal tersebut ditanyakan pada salah satu informan

buruh tani perempuan, menyatakan bahwa apa yang dikatakan

oleh Ibu Maria (48 th) ada benarnya. Berikut ungkapan dari Ibu

Sri Utami (51 th) :

“Mboten mbak, mboten wonten, menawi tiyang-tiyangwarga mriki nggih biasa mawon, lhawong kebanyakan yowong tani lan buruh tani. Menawi tiyang-tiyang njobonggih mboten ngertos, paling –paling wonteno nggihnamung sanjang ‘wong ra nduwe’ ngaten..”

(“Tidak mbak, tidak ada, kalau warga sekitar sini ya biasasaja, kebanyakan juga orang tani dan buruh tani. Kalauorang-orang luar ya tidak tau, mungkin kalau ada ya hanyaberkata “orang tidak punya” begitu..”(Wawancara 9 Mei 2012)

Rasa empati tersebut muncul berdasar realita yang ada

bahwa pekerjaan sebagai buruh tani bukan merupakan pekerjaan

yang gampang, akan tetapi banyak dilakukan oleh para

perempuan yang harusnya lebih mengutamakan pekerjaan di

sektor domestik. Namun, budaya patriarki yang ada di Indonesia

Page 102: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

sejak jaman dahulu ternyata sekarang ini perlahan sudah

mengalami sedikit pergeseran, apalagi bagi masyarakat desa

yang berada pada masyarakat ekonomi lemah. Dahulu,

perempuan yang hanya dianggap sebagai “konco wingking”

perlahan sudah mengalami pergeseran. Perempuan tidak hanya

dianggap sebagai “teman di belakang” yang hanya bertugas

mengurus suami, mengurus anak dan rumah tangga, tetapi juga

berfungsi sebagai penopang perekonomian keluarga, walaupun

hanya membantu mencari tambahan pendapatan suami.

Anggapan perempuan sebagai “konco wingking” sudah

mulai tidak berlaku di masyarakat sekarang ini, khususnya bagi

masyarakat miskin di pedesaan. Hal ini dibenarkan berdasar

penuturan Ibu Parmi (30 th) seperti berikut

“....sakniki nggih mpun mboten kados ngateniku mbak,teng ndeso mpun mboten kados rumiyin. Sakniki malahtiyang estri niku mboten saget nek namung dateng griyomawon, nggih sami kados tiyang kota, tiyang estri sagettumut kerjo, pados arto kagem tambah-tambah kebutuhanmbak...”

(“..sekarang sudah tidak seperti itu mbak, di desa sudahtidak seperti dulu. Sekarang malahan perempuan tidak bisakalau hanya dirumah saja, ya sama seperti orang kota,perempuan bisa ikut kerja, mencari uang untuk menambahpemenuhan kebutuhan mbak...”)(Wawancara 8 Mei 2012)

Selain Ibu Parmi (30 th), Ibu Sri Utami (51 th) juga

menyampaikan pendapatnya tentang mulai pudarnya anggapan

perempuan sebagai “konco wingking” seperti berikut ini

“Konco wingking? Tiyang estri mboten angsal medal nopokerjo woten wedal ngaten to mbak ? Menawi kadosngateniku mboten wonten mbak ketingale, lha nek tiyang

Page 103: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

estri namung wonten dalem mawon namung njagaknepenghasilane bojo, lha nggih nek cekap, wong saknikikebutuhan nopo-nopo larang. Malah biasane dadi rasan-rasan tonggo mbak menawi wonten ingkang ngertos liya-liyane podo kerjo mrono-mrene kok malah dhewek’e nengomah wae mung njagakne bojone, padahal asile bojone yomung sithik.”

(“Konco wingking? Perempuan tidak boleh keluar ataukerja di luar begitu to mbak? Kalau seperti itu tidak adambak sepertinya, kalau perempuan hanya dirumah sajacuma mengandalkan penghasilan suami iya kalau cukup,sekarang kan kebutuhan apa-apa mahal. Malah terkadangbiasanya jadi omongan tetangga mbak kalau ada (seorangperempuan) yang tau lainnya (perempuan/teman/tetangga)kerja kesana kemari tapi (seorang perempuan tersebut)hanya dirumah mengandalkan suaminya, padahal hasilyang didapat suaminya juga cuma sedikit.”)(Wawancara 9 Mei 2012)

Keseluruhan ungkapan yang disampaikan para informan

diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor sosial-budaya

dapat menjadi pendorong terciptanya konstruksi sosial terhadap

buruh tani perempuan. Agar lebih jelasnya, dapat dilihat pada

rincian matrik di bawah ini :

Matrik 5.6

Faktor Sosial Budaya sebagai Pembentuk Konstruksi Sosial atas Buruh Tani

Perempuan

No.

Penggolongan

Masyarakat

Berdasar

Tingkat

Pendidikan

Nama

Informan

Faktor Sosial Budaya

Interaksi dengan

sekitar

Budaya di

masyarakat

1.Pendidikan

Tinggi

Ibu Maria - Para buruh tani

perempuan

- Adanya

budaya

Page 104: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

terhitung ramah

dengan warga

sekitar.

- Terkadang

kurang tata krama

patriarki,

yang

mengalibatka

n kedudukan

perempuan

lebih rendah

dari laki-laki,

sehingga

perempuan

yang bekerja

di luar rumah,

seringkali

tidak diakui

keberadaanny

a.

Bapak Aris - Buruh tani

perempuan

ramah dengan

orang-orang

disekitarnya,ap

abila bertemu

orang yang

dikenal pasti

menyapa,

sopan.

Walaupun

dijalan bertemu

orang yang

tidak dikenal

biasanya juga

menyapa dan

- Budaya

patriarki,

yang

menganggap

kedudukan

laki-laki lebih

tinggi,

sehingga

tugas utama

perempuan

ialah sebagai

ibu rumah

tangga, bukan

pencari

nafkah

Page 105: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

ramah pada

setiap orang

yang ditemui

Bapak

Madin

- Pergaulan

dengan sesama

buruh tani

saling akrab,

rukun, rasa

kekeluargaan

tinggi (karena

merasa senasib

sepenanggunga

n)

- Dengan

masyarakat luas

di sekitar juga

sopan, ramah,

tapi terkadang

ada yang

sungkan atau

segan terhadap

orang yang

mereka anggap

lebih tinggi

status

sosialnya.

- Adanya

anggapan

bahwa tugas

perempuan

yang paling

utama hanya

mengurus

rumah tangga,

sehingga

perempuan

yang bekerja

mencari

nafkah di luar

rumah

seringkali

tidak

mendapat

pengakuan,

apalagi untuk

pekerjaan

rendah

sebagai buruh

tani.

2.Pendidikan

Menengah

Ibu Fitri - Pergaulan

buruh tani

perempuan

dengan orang-

- Sekarang ini

masyarakat

sudah mulai

sadar,anggapan

Page 106: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

orang sekitar

baik-baik saja,

bisa membaur

dengan orang

lain, tidak

menutup diri.

- Tidak

membeda-

bedakan kaya-

miskin dalam

pergaulan

sehari-hari,

tidak ada yang

mengucilkan.

- Saling

menghormati

satu sama lain

dan saling

tolong

menolong bila

ada yang

membutuhkan

bantuan.

bahwa

perempuan

hanya sebagai

“konco

wingking”

sudah mulai

tidak berlaku,

perempuan itu

hanya dirumah

saja. Banyak

perempuan-

perempuan

desa yang juga

bekerja, ada

yang merantau,

ada juga yang

bekerja apa

adanya

disekitar

tempat tinggal.

Ibu Sri

Utami

- Rukun dengan

sesama anggota

masyarakat,

saling

membantu serta

tolong

menolong bila

ada yang

- Perempuan di

desa saat ini

tidak hanya

mengandalkan

suami saja

dalam hal

mencari

nafkah, tapi

Page 107: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

kesusahan. juga ikut

berusaha

membantu

mencari nafkah

dan mereka

tidak hanya

dirumah saja

melaksanakan

tanggung

jawabnya

sebagai ibu

rumah tangga,

tetapi juga

bekerja untuk

mencari uang.

3.Pendidikan

Rendah

Ibu Parmi - Rukun satu

sama lain, tidak

membeda-

bedakan,

memiliki

hubungan yang

erat satu sama

lain.

- Budaya yang

berkembang di

desa saat ini

sudah tidak

seperti dahulu

yang

menunjukkan

bahwa

perempuan

tugasnya hanya

mengurus

anak,suami dan

rumah tangga.

Akan tetapi

bagi keluarga

ekonomi

Page 108: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

rendah,

perempuan

juga berupaya

untuk mencari

uang demi

keluarga.

Ibu

Waginah

- Hubungannya

erat, di desa pasti

rukun satu sama

lain, jarang terjadi

pertengkaran atau

permusuhan,

apabila ada

sedikit masalah

dengan tetangga

harus segera

diselesaikan,

jangan sampai

terjadi

permusuhan.

- Budaya yang

menganggap

bahwa

perempuan

hanya sebagai

“konco

wingking”

sudah mulai

tergeser,

dengan alasan

apabila

perempuan

hanya dirumah

saja maka

untuk

memenuhi

kebutuhan

dirasa kurang

jika hanya

mengandalkan

pendapatan

suami saja. Jadi

sah-sah saja bla

perempuan ikut

bekerja

Page 109: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

mencari

nafkah.

Ibu

Suginem

- Kerukunan masih

sangat terjaga,

saling tolong

menolong,

toleransinya

tinggi

- Anggapan

bahwa

perempuan

hanya sebagai

“konco

wingking”

sudah mulai

bergeser,

karena

perempuan

sekarang ini

mampu bekerja

di luar rumah

Sumber: Data primer, diolah Juni 2012

5.5.3 Pendidikan

Pendidikan memegang peranan penting di setiap sendi

kehidupan manusia. Pendidikan inilah yang nantinya mampu

mempengaruhi tingkah laku seseorang. Sarana dan fasilitas

pedidikan di lingkup pedesaan sangat berbeda dengan lingkup

perkotaan. Hal ini sering menyebabkan munculnya anggapan di

masyarakat bahwa umumnya masyarakat pedesaan

berpendidikan rendah.

Anggapan terhadap tinggi rendahnya pendidikan

masyarakat pedesaan tercermin dari kegiatan perekonomian

sehari-hari mereka. Apabila dilihat dari jenis pekerjaan yang

dilakukan termasuk pekerjaan yang hanya membutuhkan tenaga

dan berupah rendah, dapat dipastikan orang yang bergelut pada

pekerjaan tersebut kebanyakan berpendidikan rendah.

Page 110: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Masyarakat umum melihat perempuan-perempuan yang bekerja

sebagai buruh tani dikarenakan kurangnya tingkat pendidikan

mereka. Menurut Bapak Aris (33 th), umumnya para buruh tani

perempuan tersebut berpendidikan hanya setingkat sekolah

dasar, seperti yang disampaikan beliau berikut :

“Setau saya, mereka rata-rata lulusan SD, bahkan adayang gak sekolah ataupun putus sekolah. Ya hanyasekedar bisa baca dan tulis yang penting, dan bisaberhitung. Kalaupun ada yang sampai SMP mungkinjarang sekali, ada pun hanya 1-2 orang saja.”(Wawancara 14 Mei 2012)

Dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah, maka untuk

mencari pekerjaan yang lebih layak pun dirasa sulit karena

terbentur kemampuannya (Sumber Daya Manusianya rendah).

Mereka (para buruh tani perempuan) hanya bekerja

mengandalkan tenaganya, bukan dengan kemampuan berpikir.

Ungkapan tersebut seperti disampaikan oleh Ibu Maria (48 th)

dalam melihat latar belakang pendidikan para buruh tani

perempuan

“...mereka cuma mau mengerjakan saja, gak mau kalaudisuruh berpikir. Ya soalnya SDMnya itu rendah. Merekaitu mayoritas tidak sekolah, atau putus sekolah, kalaupunada ya mungkin cuma lulusan SD. Lulusan SMP palingcuma satu dua orang. Ya itu yang menyebabkan merekaistilahnya bekerja dengan menjual tenaganya saja.Mengandalkan kemampuan fisiknya saja, kalau untukberpikir kayaknya yo rodo angel. Memang pada intinyaterletak pada SDMnya dek.”

(“..mereka hanya mau mengerjakan saja, tidak mauberpikir. Dikarenakan SDMnya rendah. Mereka mayoritastidak sekolah, atau putus sekolah, kalaupun ada (yangsekolah) mungkin hanya lulusan SD. Lulusan SMP palinghanya ada 1-2 orang. Hal itu yang menyebabkan merekabekerja hanya dengan menjual tenaganya saja.

Page 111: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Mengandalkan kemampuan fisiknya saja, kalau untukberpikir sepertinya agak sulit. Memang pada intinyaterletak pada SDM dek.”)(Wawancara 23 April 2012)

Keempat informan buruh tani perempuan yang penulis

wawancarai menunjukkan bahwa memang benar mereka hanya

berpendidikan rendah. Ungkapan tersebut datang dari Ibu

Waginah (49 th)

“Kulo namung sekolah SD mbak tapi ora tutuk, mungtekan kelas 3 mbak, ora sampe lulus”

“Saya hanya bersekolah di SD (sekolah dasar) mbak tapitidak selesai, hanya sampai kelas 3 mbak, tidak sampailulus”(Wawancara 8 Mei 2012)

Ungkapan serupa juga disampaikan oleh Ibu Suginem (45

th) seperti berikut

“Tamatan SD mbak, niku mawon kulo nekat sampek lulusSD”

(“Tamatan SD mbak, itu saja saya nekat sampai lulusSD”)(Wawancara 6 Mei 2012)

Apa yang disampaikan Ibu Suginem (45 th) menunjukkan

bahwa beliau mampu untuk menyelesaikan pendidikannya

disekolah dasar harus melalui perjuangan yang berat karena

memerlukan kenekatan dalam mencapainya. Beliau pun

menuturkan alasan kenekatan tersebut seperti penuturannya

berikut

Page 112: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

“Wong tuo riyen niku kolot mbak, sebenarnya mampu,sawahe ombo, open-openane akeh, bapak ibu kula riyinpamong deso(perangkat desa). Tapi inggih niku, pikiranekolot. Jaman riyin teng desa wong tuo nopo pengen toputrane pinter ugi berpendidikan.Opo maneh anakwedok,Sing penting biso ngetung duit wis cukup ra usahneko-neko.”

(“Orang tua jaman dulu itu kolot mbak, walaupunsebenarnya mampu, sawahnya luas, ternaknya banyak,bapak-ibu saya dulu perangkat desa. Tapi ya itu,pikirannya masih kolot. Jaman dulu di desa, orang tuatidak ada yang menginginkan anaknya pintar danberpendidikan. Apalagi untuk anak perempuan, yangpenting bisa menghitung uang sudah cukup, tidak perlumacam-macam”)(Wawancara 6 Mei 2012)

Namun tidak semua buruh tani berpendidikan rendah, ada

juga yang berpendidikan menengah, walaupun hanya setingkat

SMP. Seperti yang dialami oleh Ibu Sri Utami (51 th), berikut

penuturan beliau

“Kulo ngantos SMP mbak”

(“Saya sampai SMP mbak”)(Wawancara 9 Mei 2012)

Ketika ditanya mengapa tidak melanjutkan pendidikan

sampai jenjang SMA, beliau mengutarakan alasan biaya menjadi

kendala utama, dikarenakan beliau memiliki jumlah saudara

yang cukup banyak, sehingga harus mengalah dan bergantian

dengan adik-adiknya untuk mengenyam pendidikan. Berikut

penuturan beliau

“Mboten wonten biaya mbak, tunggal kulo niku kathah,pengene podo sekolah kabeh. Dadose nggih gantianngragati-ne mbak”

Page 113: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

(“Tidak ada biaya mbak, saudara saya banyak, inginnyasekolah semua. Jadi ya gantian membiayai-nya”)(Wawancara 9 Mei 2012)

Sumber Daya Manusia dianggap penting dalam mencapai

taraf hidup yang lebih baik. Tingkat pendidikan dan sumber

daya manusia mampu memberikan penilaian tersendiri terhadap

seseorang, begitu pun penilaian terhadap buruh tani perempuan.

Berdasar penelitian yang telah dilakukan di lapangan, ternyata

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan/ SDM yang rendah

dapat pula memunculkan stigma negatif terhadap buruh tani

perempuan tersebut, seperti penuturan Ibu Maria (48 th) berikut

“...menurut yang saya ketahui insyaallah merekaramah. Ya hanya itu ya, mohon maaf aja, ada juga yangkurang kepedulian terhadap orang-orang disekitarnya,trus juga terkadang mereka itu tata kramanya kurang. Akubilang gitu soalnya aku pernah liat ada yang ngambilpunya saya tanpa minta ijin saya, ya petik mangga, petikpisang tanpa ijin. Itu petik pisang, petik mangga didepansitu, padahal aku duduk disini. Ya dalam hati aku bilanggak apa apa lah, mungkin dia butuh, hanya kembaliseperti yang saya bilang, etika-nya kurang ya karenapendidikannya. Sehingga ya anggap aja itu hal biasa bagimereka. Tapi ya emang ramah kog mereka, hanya itu,mereka sering ngambil tanpa ngomong ke yang punya.Mereka gak berpikir tekan kono, mungkin bagi mereka halseperti itu ya sudah biasa gitu lo ya, tapi mohon maafbukan dalam artian mencuri, kalau mencuri itu kan takutdan mengambilnya sembunyi-sembunyi, ini tidak.Meskipun aku duduk disini, ya mereka cuek gitu lo petikmangga, petik pisang. Seakan-akan itu milik sendiri,dengan PeDe-nya petik-petik gitu tanpa liat kiri-kanan,tanpa rasa takut. Mboh itu milik sopo-sopo gak peduli.Aku bisa mengatakan seperti itu sesuai kenyataan yangaku lihat didepanku.”(Wawancara 23 April 2012)

Page 114: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Meskipun muncul penilaian bahwa mereka (buruh tani

perempuan) kurang tata krama, namun hal tersebut bisa

dimakhlumi dan masyarakat berusaha mentoleransi hal tersebut

dengan membiarkan, memperbolehkan dengan diam-diam serta

tidak mencela dan menganggap bahwa mereka memang

membutuhkan itu.

Akan tetapi tidak semua masyarakat umum menilai bahwa

para buruh tani perempuan kurang tata krama. Setelah

ditanyakan pada informan lain, seperti Bapak Aris (33 th)

memberikan tanggapan yang berbeda, seperti berikut

“Itu kan gak semuanya, kadang orang-orang tukalau menilai kayak “digebyah uyah” begitu lo, padahalkan itu tergantung individunya, paling cuma satu duaorang saja. Kalaupun ada, ya mungkin di desa hal sepertiitu sudah biasa, misalnya tetangganya punya pohonmangga atau pohon apa begitu ya biasanya merekatinggal ambil paling juga secukupnya. Ya biasalah kalaudi desa itu kan ikatan kekerabatannya kental, jadi apa-apaya seperti tidak ada jarak antara tetangga satu sama lain”(Wawancara 14 Mei 2012)

Sebagaian masyarakat menganggap hanya sebagian buruh

tani perempuan saja yang kurang tata krama dan tidak bisa

dipukul rata untuk semua buruh tani perempuan.

Walaupun para buruh tani perempuan tersebut beserta

suaminya rata-rata hanya berpendidikan rendah setingkat SD,

namun hal tersebut sekarang ini tidak dialami oleh anak-anak

mereka. Munculnya kesadaran mengenai pentingnya pendidikan

menyebabkan mereka (buruh tani perempuan serta suami)

berusaha menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang pendidikan

yang lebih tinggi dari kedua orang tuanya, minimal sampai

setingkat SMA. Seperti diungkapkan oleh Ibu Sri Utami (51 th)

berikut ini

Page 115: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Menawi bapak lulusan SD. Lare-lare alhamdulillahingkang jaler saget ngantos STM, ingkang estri ngantosdumugi SMA. Nggih kepengenane kulo kalian bapak nikusaget nyekolahaken lare-lare radi duwur tinimbang wongtuane mbak, kersane luwih berpendidikan ngaten lo, benora bodho koyo wong tuane ngeneki.

(“Bapak lulusan SD. Anak-anak alhamdulillah yang laki-laki bisa sampai STM (Sekolah Teknik Mesin/SMK), yangperempuan sampai SMA. Keinginan saya sama bapak bisamenyekolahkan anak-anak lebih tinggi dari kedua orangtuanya, agar lebih berpendidikan, supaya tidak bodohseperti orang tua-nya ini”)(Wawancara 9 Mei 2012)

Mereka (keluarga buruh tani perempuan) menyekolahkan

anak-anaknya pada jenjang yang lebih tinggi dari orang tuanya

dengan harapan agar kehidupan anak-anaknya bisa lebih baik

dari orang tua-nya, supaya tidak terus menerus hidup susah.

Bahkan ada seorang informan yaitu Ibu Suginem (45 th) yang

menyatakan bahwa sekarang ini anaknya menempuh pendidikan

di perguruan tinggi. Berikut penuturannya

“Anaku 1 mbak,kuliah neng Solo.”(Wawancara 6 Mei 2012)

Dikerenakan hanya memiliki seorang anak, maka Ibu

Suginem (45 th) dan suami bertekad untuk memberikan

pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi, tidak hanya

sekedar SMA (Sekolah Menengah Atas).

Seperti yang dialami sendiri oleh informan bernama

Bapak Madin (60 th) yang orang tuanya dahulu petani, beliau

merasakan sendiri bahwa orang tua jaman sekarang sudah

berpikiran lebih maju dalam hal pendidikan. Berikut

pernyataannya

Page 116: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

“....orang tua jaman sekarang ini pikirannya sudah tidakkolot seperti orang tua jaman dulu. Mereka sekarang inimemiliki kesadaran tinggi tentang pendidikan anak-anaknya, karena mereka merasa jika anak-anaknya tidakdisekolahkan (yaa minimal sampai tingkat SMA), nantinasibnya juga tidak akan jauh berbeda dengan mereka,bukan hanya untuk anak laki-laki saja, tapi anakperempuan juga. Makanya sekarang bisa dilihat, anak-anak petani maupun buruh tani juga sekolah tinggi,bahkan ada pula yang sampai jenjang perguruan tinggiagar nasib anak-anaknya bisa lebih baik dari orangtuanya...”(Wawancara 16 Mei 2012)

Pada dasarnya, tingkat pendidikan merupakan salah satu

faktor pembentuk konstruksi sosial terhadap buruh tani

perempuan. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada matrik

berikut ini

Matrik 5.7

Faktor Pendidikan sebagai Pembentuk Konstruksi Sosial atas Buruh Tani

Perempuan

No.

Penggolongan

Masyarakat

Berdasar

Tingkat

Pendidikan

Nama

Informan

Faktor Pendidikan

Pendidikan yang

ditempuh para

buruh tani

perempuan

Pendidikan

Anggota keluarga

buruh tani

perempuan (anak)

1.Pendidikan

Tinggi

Ibu Maria - Mayoritas

tidak sekolah,

atau putus

sekolah,

kalaupun ada

ya mungkin

- Pendidikan

anak-anaknya

lebih baik dari

kedua orang

tuanya

Page 117: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

cuma lulusan

SD. Lulusan

SMP paling

hanya ada

satu dua

orang.

Bapak Aris - Rata-rata

lulusan SD,

bahkan ada

yang tidak

sekolah

ataupun putus

sekolah.

- Hanya

sekedar bisa

baca dan tulis

yang penting,

dan bisa

berhitung

- Anak-anaknya

mengenyam

pendidikan

yang lebih

baik, karena

sekarang ini

kan kesadaran

masyarakat

akan

pentingnya

pendidikan

cukup tinggi.

- Mereka

berupaya

menyekolahka

n anak-

anaknya

minimal

sampai

setingkat SMA

Bapak Madin - Mereka

kebanyakan

pendidikanny

a kurang,

- Anak-anak

petani maupun

buruh tani

sekarang ini

Page 118: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

rata-rata

sekolahnya

saja belum

tentu lulus,

bahkan ada

yang tidak

sekolah.

juga

mengenyam

sekolah tinggi,

bahkan ada

pula yang

sampai jenjang

perguruan

tinggi agar

nasibnya bisa

lebih baik dari

orang tuanya.

2.Pendidikan

Menengah

Ibu Fitri - Rata-rata

hanya lulus

SD, bahkan

ada pula yang

tidak sekolah

maupun putus

sekolah.

- Paling tidak

pendidikan

untuk anak-

anaknya bisa

lebih baik dari

bapak ibunya,

ya minimal

anaknya

disekolahkan

sampai tingkat

SMA/SMK

Ibu Sri Utami - Pendidikan

terakhir tamat

SMP.

- Pendidikan

terakhir anak-

anak sampai

jenjang

Sekolah

Menengah

(SMA/SMK).

3. Pendidikan Ibu Parmi - Hanya sampai - Masih

Page 119: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Rendah lulus Sekolah

Dasar

menempuh

pendidikan di

Sekolah

Menengah

Pertama

Ibu Waginah - Putus

sekolah,

menempuh

pendidikan

hanya sampai

kelas 3 SD.

- Anak-anak bisa

menempuh

pendidikan

sampai tamat

STM/ SMK.

Ibu Suginem - Hanya

tamatan SD.

- Memiliki

seorang anak

yang saat ini

sedang

menempuh

pendidikan di

perguruan

tinggi.

Sumber: Data Primer, diolah Juni 2012

5.6 Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Karangasri,

Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi memberikan penggambaran

mengenai kondisi buruh tani yang ada di desa tersebut, dalam

menganalisa keberadaan buruh tani di Desa Karangasri digunakan

analisa data yang dikemukakan oleh Spradley. Sebelum

menggunakan analisis komponensial yang terlebih dahulu mencari/

memilih domain dalam membuat analisis.

Pada setiap domain terdapat sejumlah warga atau anggota,

kategori-kategori, atau included terms. Setelah memilih domain

Page 120: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

kemudian langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan kontras

antar elemen dalam domain yang diperoleh melalui observasi dan

atau wawancara terseleksi.

Masing-masing warga dari suatu domain sesungguhnya

mempunyai atribut / karakterisitik tertentu yang umumnya

diasosiasikan dengannya. Atribut/karakteristik itulah yang

membedakannya satu dari yang lain, dengan kata lain kontras

itulah yang membedakan antara yang satu dengan yang lain.

Dengan mengetahui warga suatu domain (melalui analisis domain),

kesamaan dan hubungan internal antar warga disuatu domain, dan

perbedaan antar warga dari suatu domain (melalui analisis

komponensial), kita akan memperoleh pengertian yang

komprehensif, menyeluruh, rinci, kita telah memahami makna dari

masing-masing warga domain secara holistik.

Dengan menggunakan observasi terseleksi dan

pertanyaan-pertanyaan pengkontrasan (contras questions),

sejumlah dimensi yang kontras di antara warga suatu domain akan

dapat diidentifikasi. Persoalan kontras semacam itulah yang

menjadi perhatian dalam analsis komponensial. Sebagaimana

halnya analisis-analsis terdahulu (analisis domain dan analisis

taksonomis), analisis komponensial juga baru dilakukan setelah

peneliti mempunyai cukup banyak fakta/informasi dari hasil

wawancara atau observasi yang melacak kontras-kontras di antara

warga suatu domain. Kontras-kontras tersebut oleh peneliti

difikirkan/dicarikan dimensi-dimensi yang bisa mewadahinya.

Keberadaan buruh tani masih banyak dijumpai di Desa

Karangasri, dikarenakan masih cukup luasnya lahan pertanian.

Buruh tani tersebut jika diklasifikasikan berdasar jenis kelamin

maka dibedakan menjadi buruh tani laki-laki dan buruh tani

perempuan. Pengklasifikasian ini juga berpengaruh dalam sistem

pembagian kerja yang sering disebut pembagian kerja secara

Page 121: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

seksual dimana beberapa tugas dilaksanakan oleh perempuan dan

beberapa tugas lain semata-mata dilakukan oleh laki-laki. Selain

pembagian kerja secara seksual, klasifikasi tersebut juga

berpengaruh pada sistem pembagaian upah, dimana buruh tani

perempuan upahnya lebih sedikit bila dibanding buruh tani laki-

laki. Agar lebih jelas analisisnya, dapat dilihat pada lembar kerja

paradigma (worksheet) berikut ini :

Tabel 3

Lembar Kerja Paradigma (Worksheet)

Klasifikasi Buruh Tani

No.Domain Klasifikasi Buruh

Tani

Dimensi Kontras

Jenis PekerjaanUpah yang

diterima

1. Buruh tani laki-laki Mencangkul,

membajak sawah,

menangani sistem

irigasi,

pemupukan,

pengangkutan

hasil panen

Lebih tinggi dari

buruh tani

perempuan

2. Buruh tani perempuan Penanaman benih,

perawatan

tanaman, panen

Lebih rendah bila

dibanding buruh

tani laki-laki

Kondisi perempuan dalam konteks yang sangat beraneka

ragam, makin tampak bahwa dalam berbagai segi, perempuan dari

berbagai lapisan atau kelas sosial mengalami suatu kondisi

marginalisasi, domestikasi dan pengiburumahtanggaan.

Marginalisasi merupakan suatu bentuk proses pengucilan dimana

perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau dari jenis-jenis kerja

Page 122: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

upahan tertentu, sebagai proses penggeseran perempuan ke

pinggiran dari pasar tenaga kerja (kecenderungan bagi perempuan

untuk bekerja pada jenis pekerjaan yang mempunyai kelangsungan

hidup tidak stabil, yang berupah rendah ataupun dinilai tidak

terampil), sebagai proses feminisasi/ segregasi (adanya pemusatan

tenaga kerja perempuan ke dalam jenis pekerjaan tertentu, bisa

dikatakan bahwa jenis pekerjaan tersebut sudah terfeminisasi,

sedangkan segregasi merupakan pemisahan pekerjaan yang

semata-mata dilakukan oleh laki-laki dan oleh perempuan).

Domestikasi berarti proses pembatasan ruang gerak perempuan ke

arena domestik saja. Sedangkan pengiburumahtanggaan

merupakan proses pendefinisian sosial perempuan sebagai ibu

rumah tangga terlepas dari apakah mereka memang ibu rumah

tangga atau bukan, pendefinisian ini berarti bahwa perempuan

secara ekonomis tergantung pada suami (Saptari, 1997:7).

Dari hasil observasi dan wawancara tentang domain fungsi

kerja perempuan dapat diketahui bahwa menangani pekerjaan

urusan kerumahtanggaan berlangsung rutin setiap hari, tidak

mendapatkan upah/penghasilan, umpamanya dikerjakan di dalam

rumah tangga, tanpa pengawasan pihak/orang luar, dan sebagainya;

bekerja sebagai buruh tani pada orang / pemberi kerja, dilakukan

pada musim bercocok tanam dan masa panen, disertai pekerja /

buruh lainnya secara bersama-sama, mendapat makan dan upah

dari pemberi kerja, selama bekerja biasanya diawasi oleh pemberi

kerja , dsb. Dari informasi tersebut, dapat dinyatakan, misalnya

bahwa dimensi kontrasnya terletak pada:

1. Letak (tempat) melakukan kegiatan.

2. Karakteristik rutinitas Kegiatan

3. Perolehan upah

4. Independensi dalam melakukan kegiatan

Page 123: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Masing-masing warga domain “fungsi kerja perempuan”

selanjutnya dapat dimasukkan data kontrasnya pada keempat

dimensi kontras tadi, yang hasilnya dimasukkan ke dalam lembaran

kerja oleh Spradley disebut dengan lembar kerja paradigma atau

paradigma worksheet, seperti berikut ini

Tabel 4

Lembar Kerja Paradigma (Worksheet)

Fungsi Kerja Perempuan

No

.

Domain

Fungsi

Kerja

Perempu

an

Jenis Kerja

Dimensi Kontras

Letak

Kegiatan

Karakteris

tik

Rutinitas

Kegiatan

Peroleha

n Upah/

Imbalan

Independ

ensi

Bekerja

1. Kerja

Sektor

Domesti

k

- Menangani

Pekerjaan

Rumah

Tangga

Rumah Setiap hari Tanpa

upah

Independ

en

2. Kerja

Sektor

Publik

- Bekerja

sebagai

Buruh Tani

Sawah

milik

orang lain

Pada saat

musim

bercocok

tanam dan

panen

Mendapa

tkan

upah

Bekerja

atas

pengawa

san yang

mempek

erjakan

- Partisipasi

dalam

Kegiatan

Lingkungan

Lingkunga

n tempat

tinggal

Tidak

tentu,

tergantung

dari apa

yang

sudah

Tidak

mendapa

tkan

upah

Berada

dalam

pengawa

san serta

kontrol

dari

Page 124: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

dijadwalka

n

orang-

orang di

lingkung

an

sekitarny

a.

Berdasar penelitian yang telah dilakukan, juga diperoleh

hasil mengenai konstruksi sosial atas buruh tani perempuan di

Desa Karangasri, maka untuk menganalisisnya dapat digunakan

pendekatan konstruksi sosial dari Peter L. Berger dan Luckmann.

Pekerjaan sebagai buruh tani bagi perempuan merupakan sebuah

fenomena nyata yang terjadi di lingkup pedesaan.

Menurut Berger dan Luckmann, selain realitas,

pengetahuan juga merupakan istilah kunci dari konstruksi sosial.

Berger dan Luckmann mendefinisikan konstruksi sebagai sebuah

realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang dan

pengetahuan, yang merupakan dasar dari individu (Basari, 2012:

27). Realitas (kenyataan) dibangun secara sosial,dan proses

terjadinya kenyataan tersebut dapat dianalisa menggunakan

sosiologi pengetahuan. Teori konstruksi sosial Peter L. Berger

menyatakan bahwa realitas kehidupan sehari-hari memiliki dimensi

subyektif dan obyektif. Realitas obyektif adalah realitas yang

terbentuk dari pengalaman di dunia individu dan realitas ini

dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi

simbolis dari realitas obyektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan

realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses

penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolis ke dalam

individu melalui proses internalisasi (Berger dan Luckmann, 1990:

28-29).

Page 125: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Realitas yang terjadi pada masyarakat Desa Karangasri

mengenai buruh tani perempuan memberikan pengetahuan bahwa

buruh tani perempuan merupakan tenaga kerja informal di bidang

pertanian. Keterlibatan perempuan dalam bidang pertanian

seringkali tidak terlihat (invisible). Hal ini karena pengakuan

terhadap kontribusi kerja konkret mereka tidak pernah ada. Kerja

mereka dipandang sekedar sampingan (secondary) atau bagian dari

tenaga kerja berupah rendah. Kebanyakan dari buruh tani

perempuan merupakan golongan keluarga tidak mampu, biasanya

mereka bekerja untuk membantu suami memenuhi kebutuhan

keluarga karena sang suami pun biasanya juga bekerja sebagai

buruh tani atau buruh serabutan yang pendapatannya tidak tentu.

Konstruksi yang terbentuk di masyarakat, menunjukkan

bahwa buruh tani perempuan merupakan tenaga kerja pertanian

yang keberadaannya seringkali hanya dipandang sebelah mata,

karena buruh tani merupakan jenis pekerjaan kelas bawah, apalagi

bagi perempuan. Budaya masih patriarki yang masih terdapat di

pedesaan menandakan bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan, sehingga tugas dan kewajiban utama mencari

nafkah dalam keluarga adalah untuk laki-laki bukan perempuan,

dan tugas utama perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga bagi

yang sudah berkeluarga. Keadaan tersebut memang benar adanya

dan diungkapkan sendiri oleh informan buruh tani perempuan.

Informan perempuan yang menjadi buruh tani tersebut lebih

menyebutkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga ketika ditanya

mengenai pekerjaannya. Tugas mereka dalam ranah domestik

sebagai ibu rumah tangga misalnya mencuci, memasak, mengasuh

anak, dll. Sedangkan menjadi buruh tani merupakan tugas di ranah

publik.

Menurut beberapa pendapat masyarakat, selain menjadi

buruh tani perempuan, biasanya mereka juga termasuk pekerja

Page 126: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

serabutan, seperti menjadi buruh cuci, buruh asuh anak, dll.

Namun, dalam penelitian ini ditemui pula seorang buruh tani yang

ternyata memiliki tugas lain di ranah publik, yaitu turut aktif dalam

berbagai kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggalnya, yaitu

sebagai pengurus posyandu, ketua pokja 1 dan ketua pengajian.

Ternyata apa yang dikonstruksikan masyarakat umum terhadap

buruh tani perempuan tidak selalu sesuai dengan penilaian mereka,

karena ternyata ada pula buruh tani perempuan yang tidak hanya

diam di rumah saja ketika tidak bekerja sebagai buruh tani. Hal ini

menandakan bahwa buruh tani perempuan tersebut juga memiliki

kemampuan dalam lingkungan sosialnya.

Buruh tani perempuan merupakan fenomena nyata tenaga

kerja perempuan yang terjadi di pedesaan. Keberadaanya sering

kali tidak diperhitungkan dalam masyarakat, bahkan bagi buruh

tani perempuan itu sendiri, cenderung malu untuk mengakui

pekerjaannya. Namun tidak secara keseluruhan semua buruh tani

perempuan malu untuk mengakui pekerjaannya sebagai buruh tani.

Buruh tani perempuan dianggap memiliki etos kerja yang tinggi,

ini didasari atas nalurinya sebagai perempuan yang memiliki ciri

khas tekun dan teliti bila mengerjakan suatu pekerjaan.

Bekerja sebagai buruh tani bagi perempuan, ternyata juga

belum mampu menyelesaikan permasalahan ekonomi keluaga

mereka, karena upah yang didapat hanya sedikit jumlahnya dan

biasanya akan habis untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah

anak ataupun pemenuhan kebutuhan rumah tangga sehari-hari,

bahkan sangat jarang mereka memiliki kemampuan untuk

menyisihkan upahnya (menabung). Sehingga bagi perempuan desa

yang bekerja menjadi buruh tani, pekerjaan tersebut hanya

dilakukan hanya untuk kegiatan ekonomi subsisten, dalam artian

bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan semata dan bukan

sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Hal ini hampir mirip

Page 127: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

dengan hasil penelitin yang dilakukan oleh James Scott mengenai

moral ekonomi petani. James Scott menemukan bahwa bahwa

banyak petani di Asia tenggara yang hasil panennya hanya

digunakan sebagai bahan pangan saja. Mereka menggunakan

hasilnya untuk kebutuhan hidup, selebihnya dijual untuk membeli

beberapa barang kebutuhan seperti garam, kain dan untuk

memenuhi tagihan-tagihan dari pihak luar (Scott, 1981:4-5). Sifat

resiprositas dan prinsip ”dahulukan selamat” masih melekat pada

masyarakat ini. Sudah menjadi suatu konsensus yang tak

terucapkan mengenai resiprositas pada petani untuk menolong

kerabat, teman dan tetangga dari kesulitan dan akan mengharapkan

perlakuan yang sama apabila mereka dalam kesulitan. Norma-

norma inilah yang telah melekat dalam moral ekonomi petani

(Scott, 1981:19). Akan tetapi ketika petani mengalami pungutan-

pungutan terhadap hasil produksi mereka, maka muncul moral

ekonomi untuk melakukan suatu tindakan yang benar agar

subsistensi mereka tidak terancam. Para petani, menurut James

Scott mulai mencari pekerjaan-pekerjaan sampingan. Seperti

berjualan kecil-kecilan, menjadi tukang kecil, buruh lepas atau

malah berimigrasi.

Kesan dari pandangan Scott ini seakan memandang bahwa

petani adalah kaum yang lemah dan hanya mampu melakukan

resistensi (tindakan dari anggota masyarakat kelas bawah dengan

maksud untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya) kecil-

kecilan dan sekedar subsisten atau hanya mampu menghidupi

ekonominya di hari itu saja. Ini sama halnya seperti yang terjadi

pada buruh tani perempuan, dimana kebanyakan dari mereka justru

tidak memiliki lahan pertanian sendiri.

Walaupun budaya patriarki yang menjunjung tinggi dan

lebih mengutamakan laki-laki masih terdapat di pedesaan, namun

anggapan bahwa perempuan hanya sebagai “konco wingking”

Page 128: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

perlahan-lahan mulai tergeser. Sekarang ini banyak perempuan

desa yang bekerja di luar rumah tanpa mengesampingkan

kewajibannya dirumah, bahkan suami dan anak pun mengijinkan.

Hal ini mereka lakukan utamanya dikarenakan terdesak

perekonomian, sehingga mau tidak mau, para perempuan rumah

tangga tersebut harus ikut serta mencari tambahan pemasukan bagi

keluarga, salah satunya dengan menjadi buruh tani.

Selain faktor ekonomi serta sosial-budaya, konstruksi

tersebut juga dibentuk berdasar faktor pendidikan. Pendidikan yang

ditempuh para buruh tani perempuan tersebut rata-rata hanya

sampai jenjang sekolah dasar, bahkan ada pula yang tidak

mengenyam pendidikan ataupun putus sekolah. Pendidikan rendah

tersebut yang menyebabkan pula mereka memiliki SDM yang

rendah, biasanya mereka hanya mau mengerjakan pekerjaan yang

hanya tinggal dilaksanakan saja, bukan pekerjaan yang harus

melalui pemikiran terlebih dahulu. Selain itu, rendahnya SDM juga

memberi pengaruh pada pemberian stigma/ pelabelan negatif pada

buruh tani perempuan. Pelabelan bahwa buruh tani perempuan

terkadang kurang memiliki tata krama muncul dari penilaian

masyarakat. Namun pelabelan tersebut lebih ditujukan pada

individunya saja dan tidak semua buruh tani perempuan seperti itu.

Pendidikan rendah tersebut juga terkadang juga sama dengan

suaminya. Namun, mereka tidak ingin keadaan tersebut terjadi

pada anak-anaknya dan mereka berusaha agar pendidikan anak-

anaknya bisa lebih tinggi untuk kehidupan anak-anaknya agar lebih

baik.

Pandangan dan pengetahuan atas buruh tani perempuan

dari lapisan masyarakat berpendidikan tinggi, menengah serta

rendah adalah suatu bentuk realitas sosial yang diperoleh dari

penemuan-penemuan sosial. Oleh karena itu konstruksi sosial akan

melalui proses eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi.

Page 129: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Eksternalisasi adalah apabila manusia dibandingkan

dengan makhluk biologis merupakan makhluk yang secara biologis

mempunyai kekurangan karena dilahirkan dengan struktur naluri

yang tidak lengkap, yaitu tidak terarah dan kurang terspesialisasi.

Eksternalisasi merupakan bagian penting dalam kehidupan individu

dan menjadi bagian dari dunia sosio-kulturalnya. Dengan kata lain,

eksternalisasi terjadi pada tahap yang sangat mendasar, dalam suatu

pola perilaku interaksi antara individu dengan produk-produk sosial

masyarakatnya. Maksud dari proses ini adalah ketika sebuah

produk sosial telah menjadi sebuah bagian penting dalam

masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka

produk sosial itu menjadi bagian penting dalam kehidupan

seseorang untuk melihat dunia luar (Bungin, 2008: 16). Fenomena

buruh tani perempuan mendapat sorotan dari masyarakat dari

berbagai strata pendidikan masyarakat. Budaya muncul sebagai

parameter dalam menyoroti/ memberikan penilaian terhadap buruh

tani perempuan tersebut.

Obyektivasi berarti bahwa kebudayaan yang diciptakan

manusia kemudian menghadapi penciptanya sebagai usaha fakta

diluar dirinya. Dunia yang diciptakan manusia tersebut menjadi

suatu realitas obyektif (Berger, 1991: 4-5). Obyektivasi produk

sosial terjadi dalam dunia intersubyektif masyarakat yang

dilembagakan. Dengan demikian, individu melakukan obyektivasi

terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun individu lain. Hal

ini dapat berlangsung tanpa melalui tatap muka. Obyektivasi

tersebut bisa pula terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk

sosial yang berkembang di masyarakat melalui penyebaran opini

sebuah produk sosial yang berkembang di masyarakat melalui

diskursus opini masyarakat tentang produk sosial. Budaya patriarki

merupakan suatu produk sosial yang digunakan dalam menyoroti/

memandang buruh tani perempuan.

Page 130: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Internalisasi, pada saat terjadi internalisasi, dunia yang

telah diobyektifasikan itu diserap kembali ke dalam struktur

kesadaran subyektif individu. Individu mempelajari makna yang

telah diobyektifasikan, mengidentifikasi dirinya dengan makna

tersebut hingga masuk ke dalam dirinya. Dengan kata lain,

internalisasi merupakan suatu proses penerimaan suatu definisi

situasi yang disampaikan orang lain tentang dunia institusional.

Diterimanya definisi-definisi tersebut, individu bahkan hanya

mampu memahami definisi orang lain. Akan tetapi lebih dari itu,

turut mengkonstruksi definisi secara bersama. Dalam proses

mengkonstruksi inilah individu berperan aktif sebagai pembentuk,

pemelihara sekaligus perubah masyarakat (Berger, 1991: 4-5). Pada

intinya, buruh tani perempuan adalah tenaga kerja perempuan

dalam bidang pertanian yang bekerja pada orang lain yang

memiliki sawah, dan pekerjaan yang ditanganinya merupakan

pekerjaan-pekerjaan yang tidak jauh dari kerja-kerja (naluri)

perempuan, seperti pekerjaan yang membutuhkan ketelatenan,

ketelitian serta ketrampilan. Perempuan bekerja sebagai buruh tani,

bukan merupakan suatu tugas utama dalam mencari nafkah, karena

tugas utama mereka adalah sebagai ibu rumah tangga yang

bertanggung jawab atas segala pekerjaan di rumah tangga.

Page 131: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil

wawancara dengan informan, observasi di lapangan, study dokumentasi, serta

analisis data yang telah dilakukan. Kemudian penulis juga akan memaparkan

beberapa implikasi dan saran yang berkaitan dengan permasalahan dalam

penelitian ini, yaitu Bagaimana Konstruksi Sosial yang Terbentuk atas Buruh

Tani Perempuan

6.1 Kesimpulan

Buruh tani perempuan merupakan salah satu komposisi

ketenagakerjaan di wilayah pedesaan. Buruh tani perempuan

sebagai bagian dari wajah kehidupan ini tampil sebagai sosok yang

penuh beban dan tanggung jawab. Namun keberadaanya justru

sering dipandang sebelah mata di masyarakat. Buruh tani

perempuan merupakan sebuah realitas yang hidup di tengah-tengah

masyarakat dan ini akan terus menerus ada di dalam kehidupan

sosial masyarakat pedesaan. Pekerjaan sebagai buruh tani

dipandang sebagai pekerjaan kelas bawah, dan masyarakat menilai

apabila perempuan bekerja menjadi buruh tani, pasti dikarenakan

ada beberapa faktor penyebab.

6.1.1 Konstruksi Sosial Atas Buruh Tani Perempuan

Melalui pendekatan konstruksi sosial atas realitas sosial,

Berger menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan

interaksinya, dimana individu menciptakan terus menerus suatu

realitas yang mereka miliki dan mereka alami. Buruh tani

perempuan merupakan suatu relitas yang ada di dalam masyarakat

dan akan terus menerus ada di dalam kehidupan sosial, khususnya

Page 132: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

di masyarakat pedesaan. Berger dan Luckmann (1990)

mengemukakan bahwa konstruksi sosial merupakan pembentukan

pengetahuan yang diperoleh dari penemuan sosial. Masyarakat

umum mempunyai pandangan tersendiri dalam menilai/

mengkonstruksikan buruh tani perempuan dan buruh tani

perempuan sendiri juga mempunyai pandangan tersendiri dalam

melihat diri mereka. Pengetahuan yang terbentuk pada masyarakat

umum dalam melihat buruh tani perempuan ialah sebagai bagian

dari tenaga kerja di pedesaan dalam bidang pertanian, keberadaan

mereka seringkali tidak diperhitungkan oleh masyarakat luas,

karena menjadi buruh tani merupakan pekerjaan orang-orang kelas

bawah, apalagi untuk perempuan yang selama ini banyak

terpojokkan pada konsep marginalisasi, domestikasi serta

pengiburumahtanggaan.

Perempuan bekerja sebagai buruh tani, bukan merupakan

suatu tugas utama dalam mencari nafkah, karena tugas utama

mereka adalah sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab

atas segala urusan rumah tangga. Dengan kata lain, dapat

disimpulkan bahwa buruh tani perempuan dikonstruksikan sebagai

pencari nafkah kedua dalam keluarga, buruh tani perempuan

bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi subsisten dan buruh

tani perempuan merupakan salah satu bagian dari perempuan

pedesaan yang mengalami suatu kondisi marginalisasi, domestikasi

dan pengiburumahtanggaan. Perempuan pedesaan termarginalkan

pada pekerjaan upahan yang berupah rendah seperti pekerjaan

buruh tani, terdomestikasi melalui jenis pekerjaan yang tidak jauh

berbeda dengan pekerjaan domestik dirumah, serta mengalami

kondisi pengiburumahtanggaan melalui pemahaman bahwa kodrat

serta pekerjaan utama mereka ialah sebagai ibu rumah tangga.

Page 133: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

6.1.2 Faktor-Faktor Pembentuk Konstruksi Sosial

Faktor utama yang menyebabkan para perempuan tersebut

bekerja sebagai buruh tani lebih dikarenakan terdesak kebutuhan

ekonomi, sehingga mau tidak mau mereka harus membantu

mencari tambahan pemasukan bagi keluarga. Hal inilah yang

memberikan penilaian bahwa buruh tani perempuan merupakan

perempuan-perempuan tangguh yang mampu bekerja keras tanpa

kenal lelah.

Pada masyarakat yang masih menganut budaya patriarkal,

mencari nafkah merupakan tugas utama seorang laki-laki (suami)

dan tugas seorang perempuan (istri) adalah mengurus rumah

tangga. Meskipun masih menganut budaya patriarkal, namun

anggapan bahwa perempuan hanya sebagai “konco wingking”

perlahan-lahan mulai tergeser dan sekarang ini perempuan pun

mulai menunjukkan perannya di luar rumah tangga, yaitu sebagai

tenaga kerja ataupun kegiatan lain di luar rumah, misalnya kegiatan

di lingkungan tempat tinggal mereka. Faktor sosial budaya inilah

yang menjadi faktor kedua dalam pembentukan konstruksi sosial

atas buruh tani perempuan.

Faktor ketiga pembentuk konstruksi yaitu faktor

pendidikan. Perempuan-perempuan tersebut hanya mampu bekerja

sebagai buruh tani dikarenakan sumber daya manusianya yang

rendah disebabkan pendidikan rendah. Rata-rata mereka hanya

mengenyam pendidikan hingga tamat sekolah dasar (SD), putus

sekolah bahkan ada pula yang tidak sekolah. Rendahnya sumber

daya manusia inilah yang terkadang juga memunculkan stigma

negatif bagi mereka, yaitu kurang tata krama.

Bagi buruh tani perempuan sendiri, mereka

merepresentasikan dirinya sebagai ibu rumah tangga yang

Page 134: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

pekerjaan sehari-hari tidak jauh-jauh dari kegiatan rumah tangga,

bukan sebagai buruh tani. Selama ini yang tertanam di benak

mereka, mencari nafkah utama adalah tugas suami, sedangkan

apabila mereka bekerja, hanya sebagai pencari tambahan

penghasilan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari,

dengan kata lain sebagai kegiatan ekonomi subsisten seperti makan

dan uang saku anak sekolah.

6.2 Saran

Pada proses akhir selesainya penelitian ini, maka dapat

ditarik saran agar dapat digunakan sebagai masukan dalam

pembuatan suatu kebijakan dan dapat pula digunakan untuk

kepentingan penelitian lebih lanjut. Maka rekomendasi yang dapat

disampaikan ialah sebagai berikut :

1. Saran bagi Pemerintah

a. Berkaitan dengan faktor ekonomi yang menjadi faktor

utama dalam pembentuk konstruksi, menandakan bahwa

kehidupan para buruh tani perempuan bisa dikatakan belum

sejahtera. Hal ini dapat dilihat dari besarnya upah yang

diterima sebagai parameter. Selama ini, pemerintah daerah

memberikan acuan dalam pemberian UMR, namun acuan

tersebut lebih banyak diterapkan dalam pengupahan buruh,

khususnya buruh pabrik yang intensitas dan jam kerjanya

cenderung lebih stabil bila dibanding buruh tani. Maka dari

itu, pemerintah perlu membuat kebijakan lain yang

menyangkut buruh tani. Pertama, dengan cara memberi

patokan harga gabah di pasaran agar tetap stabil dan relatif

tinggi, sehingga petani mampu memberi upah yang layak

bagi buruh tani, khususnya bagi buruh tani perempuan.

Page 135: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Kedua ialah dengan memberikan patokan harga-harga

sarana produksi pertanian, seperti pupuk, benih, dll.

b. Pemerintah perlu membuat kebijakan dalam usaha

memberikan pelatihan-pelatihan ataupun penyuluhan dalam

hal bercocok tanam, sehingga kemampuan para buruh tani

bisa lebih ditingkatkan sehingga produksi pertanian pun

mampu untuk ditingkatkan.

2. Saran bagi Masyarakat

a. Tokoh masyarakat dan masyarakat perlu membangkitkan

semangat para buruh tani, baik buruh tani laki-laki maupun

perempuan serta memberikan apresiasi yang cukup baik

pada mereka.

b. Keberadaan buruh tani memegang peranan penting dan

berjasa dalam sistem ketahanan pangan, sehingga buruh tani

sendiri tidak perlu merasa malu ataupun minder dengan

status sosial mereka

3. Saran Penelitian Lebih Lanjut

a. Penelitian ini hanya terfokus pada konstruksi sosial atas

buruh tani perempuan serta faktor-faktor yang mendasari

pembentukan konstruksi sosial tersebut. Hal yang belum

diungkapkan pada penelitian ini ialah mengenai bagaimana

keberlanjutan keberadaan buruh tani perempuan di

pedesaan. Keberlanjutan keberadaan buruh tani perempuan

di pedesaan sangat menarik untuk diteliti, dikarenakan

keberadaan buruh tani perempuan sangat penting bagi

keberlangsungan sektor pertanian, namun pekerjaan sebagai

buruh tani dianggap sebagai pekerjaan kelas bawah karena

tidak mampu memberikan kesejahteraan, dan yang menjadi

permasalahan, bagaimana nantinya keberlangsungan sektor

pertanian jika tidak ada perempuan yang bekerja sebagai

buruh tani? Karena umumnya sekarang ini, banyak

Page 136: KONSTRUKSI SOSIAL ATAS BURUH TANI PEREMPUAN DI …... · FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ... sosial budaya (interaksi, ... mengenai latar belakang mengapa saya tertarik untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

perempuan-perempuan desa yang memilih keluar dari desa

untuk mencari pekerjaan di kota bahkan ke luar negeri.

Bagi peneliti yang tertarik pada tema penelitian mengenai

studi pedesaan, perlu pula membuat penelitian lebih lanjut

tentang keberlanjutan keberadaan buruh tani perempuan di

pedesaan, yaitu penelitian mengenai kelangkaan buruh tani

perempuan atau penelitian mengenai bagaimana cara

mengatasi kelangkaan buruh tani perempuan nantinya.