konstruksi sosial preman studi kasus preman di terminal...
TRANSCRIPT
Konstruksi Sosial Preman
(Studi Kasus Preman di Terminal Kampung Rambutan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
ARIEF RACHMAN SACIPTA
NIM: 1112111000024
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
Konstruksi Sosial Preman
(Studi Kasus Preman di Terminal Kampung Rambutan)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 November 2017
Arief Rachman Sacipta
ii
PENGESAIIAN PAIYTUA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KONSTRI]KSI SOSIAL PREMAN(STT]DI KASUS: PREMAN DI TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN)
oleh
Arief Rachman Sacipta
11tzr11000024
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Januari 2018.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mernperoleh gelar Saq'ana Sosial
(S. Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris,
NrP. 1 97609 182003122003
Penguji I,
M. HasanNIP.
NrP. 1 96808 t6t997 032002
memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 1 6 Januari 201 8
Ketua Program Studi Sosiofogi,
NIP. 1 97609 1 82003 122003
IV
NIP.
Dr. Cucu
Diterima dan
.7
Abstraksi
Skripsi ini menganalisa tentang “Proses pembentukan konstruksi makna “Preman Jenis Baru” oleh kalangan orang terminal, khususnya terminal Kampung Rambutan Jakarta”. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap realitas objektif sekaligus subjektif dari hasil konstruksi sosial makna “Preman Jenis Baru”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Kerangka teori yang digunakan dalam menganalisa penelitian ini menggunakan konsep-konsep dari teori konstruksi sosial Peter L Berger dan Luckmann.
Proses analisa yang dibantu oleh ketiga konsep konstruksi sosial milik Berger dan Luckmann menemukan bahwa Pertama, di momen Externalization pada awalnya preman-preman tertarik bekerja di dalam terminal kampung rambutan atas motif ekonomi dan eksis sebagai orang terminal. Kedua, di momen Objectivation kemudian preman-”Preman Jenis Baru” ini mengupayakan pembentukan legalitas struktur resmi yang dibentuknya sendiri berdasarkan motif integrasi orang-orang terminal, yang memimpin mereka adalah preman-”Preman Jenis Baru”, yakni jenis preman yang berbeda dari konotasi “buruk” seperti yang diasumsikan masyarakat pada umumnya. Ketiga,di momen Internalization preman berusaha mensosialisasikan struktur baru ini kepada teman-teman satu terminal, saudara satu daerah, hingga kepada anak-anak preman itu sendiri.
Dari hasil analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa 1) “Preman Jenis Baru” merupakan konsep yang dibentuk seorang significant others (orang-orang yang berpengaruh) di terminal dalam usaha pembentukan makna yang lebih positif untuk konsep preman. 2) Orang-orang terminal menciptakan struktur “Preman Jenis Baru” melalui sikap atas peran sebagai “mitra kerja” bagi pihak aparat pemerintah, pihak swasta, dan orang-orang terminal hingga kepada pembentukan pelembagaan resmi yakni Kowan Bisata sebagai “Wadah”. 3) “Preman Jenis Baru” sebagai konsep, di internalisasikan dalam realitas subjektif orang-orang terminal sebagai pelaku kontrol sosial.
Kata Kunci: Konstruksi Sosial, “Preman Jenis Baru”, Mitra Kerja
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah
dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulisan Skripsi dengan judul
Konstruksi Sosial Preman: Studi kasus Preman Terminal Kampung Rambutan ini
dapat terselesaikan walaupun masih terdapat banyak kekurangan. Salawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya
yang telah memberikan cahaya Islam kepada penulis.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuannya, baik secara moril maupun
materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi,
FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi
Sosiologi, FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ahmad Abrori, M.Si, selaku dosen pembimbing yang bersedia
menyempatkan waktu, dan dengan sabar membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
vi
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu,
motivasi, inspirasi, dan bimbingannya selama masa perkuliahan.
6. Para staff pengurus bidang akademik dan administrasi, FISIP, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dalam kepengurusan berkas
dan administrasi dalam proses penulisan skripsi ini.
7. Saudara dan sahabat, Bang Luki, Teh Iin, Om Adi, Bi Yanti, Bi Atik, Ka
Wahyu dan Bunda Ani yang menjamin kelancaran penulis selama
menempuh perkuliahan.
8. Perguruan Macan, Suhu TIGER, Wall-B, Go-Pay, dan War-A yang
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama proses
diskusi analisis skripsi
9. Kawan-kawan Mahasiswa Legend, Faizal, Alby, Ara, Rahmi, Ojay, Suki,
Reza, Yu- Bos, Getar dan Cup-X yang bersedia berbagi suka duka
bersama penulis.
10. Anak-anak Kontri Doraemon, Yodoks, Engkong,Galih, dan Lukman yang
selama masa perkuliahan mewarnai hari-hari penulis dengan canda dan
tawa.
11. Teman-teman Sosiologi 2012, Divya, Wota, Aul, Yuni, Runi, Ayu Fitri,
Mega, Ella dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terimakasih telah mengisi hari-hari perkuliahan penulis.
vii
12. Segenap Pegawai UPT Terminan Kampung Rambutan, Orang Terminal
dan para Infroman yang telah berbaik hati meluangkan waktu untuk
penulis wawancarai dalam proses pengumpulan data.
13. Nurul Komaria, yang telah tak henti-hentinya memberikan dukungan dan
motivasi yang sangat dibutuhkan selama proses perkuliahan hingga
menulis skripsi.
Terakhir ucapan terima kasih penulis haturkan untuk orang tua dan adik
tercinta, Ayahanda Alm. Marzuki, Mama Endah, Bapak Bambang, Adikku
Laudza Adani Camila dan Adikku Rakha Zakhari Baihaqi. Tanpa do’a, dukungan,
motivasi dan materi yang telah diberikan selama perkuliahan dan penulisan skripsi
ini, penulis tidak akan bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Demikian, ucapan terima kasih ini penulis sampaikan. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, bidang studi Sosiologi, dan semua pihak yang
memerlukan dan membutuhkannya.
Jakarta, 29 November 2017
Arief Rachman Sacipta
viii
DAFTAR ISI
Abstraksi ............................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A.Pernyataan Masalah ................................................................................................. 1
B.Pertanyaan Penelitian ............................................................................................... 5
C.Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 6
D.Manfaat Penelitian .................................................................................................... 6
E.Tinjauan Pustaka ...................................................................................................... 7
F.Kerangka Teoritis .................................................................................................... 19
a.Eksternalisasi ........................................................................................................ 22
b.Objektivasi ............................................................................................................ 23
c.Internalisasi .......................................................................................................... 26
G.Definisi Konsep ....................................................................................................... 28
H.Metode Penelitian ................................................................................................... 31
a.Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 31
b.Jenis Penelitian ..................................................................................................... 32
c.Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 33
d.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 33
e.Informan Penelitian ............................................................................................. 35
f.Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 36
BAB II SEJARAH DAN PERGESERAN MAKNA PREMAN DI INDONESIA ..... 38
A.Sejarah Perkembangan Makna Preman di Indonesia ......................................... 38
B.Proses Pergeseran Makna Preman di Indonesia .................................................. 43
BAB III PROFIL TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN ....................................... 55
A.Profil Terminal Kampung Rambutan ................................................................... 55
B. Profil Komunitas Terminal ................................................................................... 59
ix
C.Profil Preman Kampung Rambutan ..................................................................... 60
BAB IV KONSTRUKSI SOSIAL PREMAN TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN ................................................................................................................... 74
A.Proses Eksternalisasi Konstruksi Sosial Preman Kampung Rambutan ............ 75
1.Pengurus PO sebagai Jalur Resmi “Preman Jenis Baru” ................................ 76
2.Preman sebagai Mitra Kerja .............................................................................. 88
B.Proses Objektivasi Konstruksi Sosial Preman di Kampung Rambutan ............ 97
1.Cara Bekerja “Preman Jenis Baru” ................................................................... 98
2.Kowan Bisata sebagai bentuk Institusionalisasi Preman ............................... 104
C.Proses Internalisasi Konstruksi Sosial Preman Kampung Rambutan ............ 111
1.Sosialisasi Primer ............................................................................................... 112
2.Sosialisasi Sekunder ........................................................................................... 122
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................ 128
A.Kesimpulan ............................................................................................................ 128
B.Saran ....................................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 130
LAMPIRAN..................................................................................................................... xiii
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. III. A. UPT Terminal Kampung Rambutan………………………….55 Gambar 2. III. D.Struktur Non-formal Kowan Bisata Terminal Kp. Rambuta.....66 Gambar 3. III. D.Peta Letak Base Campkelompok KDI dan kelompok H.R..…..69 Gambar 4. III. D. Situasi Terminal di sektor Barat dan Letak Base Camp KDI...70 Gambar 5. III. D. Base Camp H.R……………………………………...……......71 Gambar 6. IV. A.Spot- spot Informan UMAR dalam mengawasi terminal…......89 Gambar 7. IV. A. Skema Peran Preman sebagai Mitra Kerja………..…….. .......93 Gambar 8. IV. B.1. Id Card salah satu anak buah Pengurus PO …………….....105
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. I. E. Klasifikasi Penelitian Terdahulu…………………………............13 Tabel 2. I. F. Profil Informan………….………………………………………...35 Tabel 3. II. A. Struktur Organisasi UPT Terminal Kampung Rambutan…….....56
xii
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Roda perekonomian ibu kotaDKI Jakarta salah satunya dapat tercermin di
dalam sebuah aktivitas sosial-ekonomi yang terjadi di ruang lingkup wilayah
Terminal, hal ini dikarenakan terminal merupakan tempat arus keluar dan
masuknya penduduk ibu kota dari segala penjuru daerah di wilayah Indonesia.
Bagi (Novi, 2011:3), keberadaan terminal di suatu daerah merupakan pemicu
munculnya aktivitas ekonomi di sekitar terminal yang semakin beragam dan
bertambah jumlahnya. Oleh karena itu terminal dapat menjadi salah satu pusat
pertumbuhan ekonomi masyarakat menengah kebawah melalui terbukanya
beragam lapangan pekerjaan formal hingga pekerjaan informal.
Terminal menyediakan berbagai macam solusi lapangan pekerjaan informal
bagi masyarakat pinggiran kota seperti: Pengurus PO, Preman, Juru Parkir,
Pedagang Kaki Lima, Pedagang Asongan, Calo Penumpang, Pengamen, Pengemis
dan lainnya. Semua lapangan pekerjaan tersebut merupakan sebuah realita sosial
yang khas pada sendi-sendi kehidupan sosial di Terminal. Adapun terminal
Kampung Rambutan peneliti pilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan
salah satu terminal terbesar yang ada di Jakarta, sebelum adanya terminal Pulo
Gebang, terminal kampung rambutan bahkan menjadi yang terluas di Jakarta
1
dengan luas sekitar 1,5 Ha dilansir dalam (http://data.jakarta.go.id/dataset/data-
terminal-dki-jakarta). Pada tahun 2012 saja sudah tercatat secara resmi 89
Pedagang Kaki Lima yang berjualan di wilayah terminal Kampung Rambutan
(Sahril, 2012:65), belum terhitung yang tidak resmi. Terbukti disini lapangan
pekerjaan informal sangat diminati kaum-kaum pengangguran masyarakat ibu
kota, khususnya kotamadya wilayah Jakarta Timur yang memiliki tingkat
pengangguran yang lebih besar dibanding wilayah kota madya di Jakarta lainnya
yakni dilansir dalam BPS tahun 2016, sebanyak 124.589 populasi penduduk
merupakan pengangguran terbuka atau berumur diatas 15 tahun dan tidak
bekerja.(https://jakarta.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Jakarta-Dalam-Angka-
2016.pdf)
Perihal pengangguran memang hal klasik yang tak akan selesai dibahas
selama ketimpangan ekonomi di Indonesia khususnya ibu kota DKI Jakarta juga
tak selesai diurus oleh pemerintah. Akan tetapi disini yang menarik peneliti adalah
salah satu jenis pengangguran di Indonesia yang tak lekang oleh zaman, yakni
seorang atau sekelompok orang yang mendapatkan kehidupannya atas
pengaruhnya terhadap orang lain (Luthfie:2011:37) pengaruhnya terhadap orang-
orang yang takut secara fisik maupun psikis dan mereka juga memiliki wilayah
kekuasaan dan tidak terikat pada norma dan nilai yang ada dalam masyarakat serta
memiliki kecenderungan melakukan tindakan kriminal
(Simanjuntak,2007:5)yakni Preman. Pekerjaan sebagai preman yang memang
sudah ada sejak zaman Belanda (Lubis,1995:8) merupakan pekerjaan yang sangat
unik di Indonesia yang dapat bertahan hingga sekarang. Pada zaman Belanda
2
pekerjaan sebagai preman sangat dihargai pribumi bahkan dapat dijuluki tokoh
nasional karena melawan penjajah Belanda.
Meskipun kini pekerjaan sebagai preman tidak dihargai karena proposisi
buruk yang melekat pada mereka sejak era orde baru khususnya setelah era Petrus,
preman tetap hadir di dalam ruang-ruang sudut perekonomian kehidupan
masyarakat perkotaan. Pekerjaan ini resisten terhadap zaman karena pekerjaan ini
juga mampu beradaptasi disetiap zaman. Buktinya ranah preman dan
pekerjaannya masih banyak dicari oleh orang-orang awam hingga pengusaha
seperti penelitian (Herry, 2002). Bahkan produksi entertainment milik perusahaan
swasta seperti RCTI pun mengangkat tema preman sebagai judul sinetron
terbarunya tahun 2014-2015 yang lalu. Adanya sinetron “Preman Pensiun” yang
diangkat RCTI ini juga menjadi inspirasi peneliti untuk ingin mengetahui lebih
banyak mengenai kehidupan sosial preman. Digambarkan dalam sinetron ini,
preman begitu bersahaja dengan pekerjaannya tersebut, mengingatkan pengertian
awal makna preman yang sebenarnya dihormati oleh masyarakat dan dibutuhkan
oleh orang banyak, mereka juga terlihat hidup berkecukupan dan bekerja sama
dalam hal menjaga keamanan tempat dimana ia berkuasa dari kejahatan pekerjaan
informal lain.
Terminal Kampung Rambutan menjadi tempat yang cocok dari penelitian
ini karena peneliti ingin melihat pemaknaan preman yang sekarang difahami
masyarakat apakah memang telah berubah dari positif menjadi negatif atau malah
sebaliknya. Karena peneliti melihat berita-berita di media-media sosial
belakangan ini melihat perubahan itu, yakni terminal Kampung Rambutan yang
3
tak lagi seram karena praktik preman dibasmi habis oleh pihak terminal dan
kepolisian(Ferryanto, 2017 dalam www.tribunnews.com) namun setelah peneliti
hadir ke terminal, nyatanya preman yang dibasmi adalah yang illegal. Sejatinya
preman yang resmi tetap berada di terminal namun mereka adalah preman resmi
atau “Preman Jenis Baru”.
Pada penelitian ini, peneliti lebih berfokus pada upaya mengkaji secara lebih
mendalam mengenai proses konstruksi sosial dari kelompok profesi yang berperan
penting di ruang lingkup terminal, yaitu Preman. Dimensi-dimensi yang ingin
peneliti gali lebih dalam adalah bagaimana proses pembentukan kontruksi sosial
preman di kalangan orang terminal dan kehidupan sosial preman itu sendiri.
Peneliti memilih menggunakan teori konstruksi sosial dikarenakan teori
konstruksi sosial mampu menjawab pergeseran makna atau konstruksi sosial
preman di terminal Kampung Rambutan secara lebih rinci. Dimana historisitas
kelompok sosial preman di terminal Kampung Rambutan menjadi dasar dari
munculnya gagasan “Preman Jenis Baru” yang berada di terminal ini.
Sebagaimana konteks historis mengenai preman telah tercantum disetiap wilayah
yang khas tempat dimana preman itu tinggal dan berkehidupan sehari-hari.
Adapun konteks historis mengenai preman diasumsikan melalui penelitian
yang dilakukan oleh Jerome Tadie (2006:212):
“Preman tidak selamanya seorang penjahat yang tidak berprikemanusiaan, seperti yang digambarkan oleh penguasa. Dia adalah tokoh yang dihormati karena kekuasaanya, dikenal, diakui, dan sering ditakuti walaupun bergiat di dunia setengah gelap. Kebanyakan orang Jakarta mengetahui siapa saja mereka, bahkan beberapa diantaranya pernah menjadi tokoh nasional (melawan penjajah Belanda).”
4
Preman di era penjajahan Belanda adalah orang-orang yang membela hak-
hak pribumi yang ingin bebas dari penjajahan, oleh karena itu banyak diantara
mereka yang dianggap sebagai tokoh nasional. Hal ini tentu saja membuka mata
masyarakat umum, tentang bagaimana memahami segala pengetahuan mengenai
konsep dan gagasan dari konteks historis dan dinamika konsep tersebut.
Dengan begitu, sudah jelas preman bukan merupakan realitas sosial yang
baru-baru ini kita kenal. Penggunaan term Preman telah hadir sejak Indonesia
belum merdeka. Penggambaran secara eksplisit oleh Tadie pun terlihat sangat
positif dibanding label yang diberikan oleh masyarakat pada umumnya. Demikian
pula skripsi ini yang akan mengkaji lebih dalam perihal pergeseran makna preman
tersebut, khususnya dalam ruang lingkup Preman terminal Kampung Rambutan.
Untuk itu perlu penelitian yang mendalam tentang latar belakang kehidupan
sosial mereka melalui konstruksi sosial yang mereka bangun dalam diri mereka
(inside), bukan konstruksi sosial yang datangnya dari luar diri (outside). Kajian ini
sebagai sebuah upaya edukasi pemahaman masyarakat kotakepada mengenal
pengetahuan-pengetahuan tentang makna dan realita sosial dari dalam diri mereka
sendiri bukan dari luar.
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana Proses Eksternalisasi dalam Konstruksi Sosial Preman di
Terminal Kampung Rambutan?
2. Bagaimana Proses Objektivasi dalam Konstruksi Sosial Preman di Terminal
Kampung Rambutan?
5
3. Bagaimana Proses Internalisasi dalam Konstruksi Sosial Preman di
Terminal Kampung Rambutan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan Proses Eksternalisasidalam Konstruksi Sosial Preman di
Terminal Kampung Rambutan.
2. Mendeskripsikan Proses Objektivasi dalam Konstruksi Sosial Preman di
Terminal Kampung Rambutan.
3. Mendeskripsikan Proses Internalisasi dalam Konstruksi Sosial Preman di
Terminal Kampung Rambutan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini melingkupi informasi :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Studi Pustaka, diharapkan Skripsi dengan tema seperti ini dapat
memperkuat khazanah kajian sosiologi pengetahuan dan teori
konstruksi sosial dalam permasalahan masyarakat perkotaan.
b. Bagi Penelitian lain, Skripsi ini pula diharapkan dapat menggambarkan
bagaimana pluralitas dan kemajemukan masyarakat Indonesia
sebenarnya dapat tergambarkan melalui salah satu kelompok pekerja
seperti premanyang turut andil dalam mengintegrasikan suku bangsa,
komunitas, maupun organisasi di ruang lingkup perkotaan.
2. Manfaat Praktis
6
Bagi Masyarakat, skripsi ini berguna untuk mengingatkan kita
kepada saling menghargai dan toleransi antar komunitas maupun suku
bangsa lewat kelompok sub-budaya “preman” yang mengintegrasikan
masyarakat pinggiran kota sekarang dengan ruang lingkupnya yang
sangat kompleks untuk menghindari konfllik sosial dan gesekan budaya.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini berisikan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah
ada dan menjadi acuan atau rujukan bagi penelitian ini yang memiliki konsep
yang berkaitan. Ada beberapa literatur yang relevan dengan penelitian ini
diantaranya:
Pertama, penelitian Yandri Irsan yang berjudul Keberadaan Preman di
Pasar Minggu dan Penanganan oleh Polsek Pasar Minggu dalam Tesis Pasca
Sarjana Jurusan Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia tahun 2008. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan teori patron-klien. Yandri dalam penelitian ini
mengungkapkan keberadaan Preman di Pasar Minggu sebagai pihak yang sering
mengganggu masyarakat pasar dan pengguna ruang publik. Mereka yang merasa
terganggu akibat keberadaan Preman menganggap tindakan preman tersebut mesti
dicegah oleh pihak kepolisian. Tipe preman disini yang mencerminkan tindakan
mereka adalah Preman Pasar. Preman pasar sering mengganggu lalu lintas
perdagangan di pasar melalui Pungli, Memeras Pelanggan, Menipu, dan
sebagainya. Pada proses penanganan preman pasar ini, pihak oknum Polsek
seringkali berhubungan “baik” dengan para preman sebagai hubungan yang saling
menguntungkan.
7
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Herry Ardyanto dalam Tesis Pasca
Sarjana Universitas Indonesia jurusan Ilmu Kepolisian tahun 2002 yang
berjudulPenggunaan Jasa Preman Dalam Konflik Antar Perusahaan dan
Penyelesaiannya.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan
tipe penelitian studi kasus.Herry mengamati inipada akhir bulan Juli-Desember
2001. Metodepengumpulan data mempergunakan teknik pengalaman terlibat dan
wawancaradenganpedoman.Sementara untuk teori, menggunakan teori
penanganankonflik. Penelitian dilakukan pada lokasiindustri Kelapa Gading,
Jakarta Utara. Penelitian ini berfokus pada penanganan konflik dari fenomena
persaingan dan konflik antarperusahaan yang menggunakan jasa preman, yaitu
PT. Summarecon Mall dan PT. Kage Wijaya. Dalam hal ini preman yang terlibat
dalam ikut membantu persiteruan masing-masing perusahaan adalah preman
kelompok etnis Banten dan Kelompok etnis Timor.Hasil penelitian menunjukkan
motivasi perusahaan menggunakan jasapreman dalamkonflikantar perusahaan,
agarkonflik ini tidak diselesaikandijalurpengadilan, mengingatbiaya yang
mahal,waktu yanglama, dan bertele-tele serta tidak mungkin memperkarakan
perusahaanya sendiri.
Ketiga, penelitian yang dilakukan Abdul Hasyim Gani yang tersusun dalam
perpustakan utama Universitas Indonesia program Pasca Sarjana jurusan Ilmu
Kepolisian (2000)yang berjudul Konflik dan Kejahatan Kekerasan Antar
Kelompok di Terminal Bus Antarkota Kampung Rambutan Jakarta Timur: Studi
KasusKonflik Preman Batak dan Sunda dkk tahun 1998).Metode penelitian yang
dipergunakan adalah kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Pengumpulan
8
Data mempergunakan teknik pengamatan dan wawancara. Penelitian ini
menempatkan preman dalam konteks tingkah laku kekerasan kolektif.Model
analisis yang dipergunakan diilhami oleh teori tingkah laku kolektif dari Smelser
dan Tilly. Inti dari penelitian ini berisikan bahwa adanya faktormendasar yang
menyebabkan terjadinya konflik dan kejahatan kekerasan antar kelompok preman
Batak melawan Kelompok Sunda dkk. Faktor tersebutberupa pendorong
Struktural, yaitu terdapatnyapersaingan,ketidakadilan, dan perbedaan budaya antar
kelompok yang menimbulkan ketegangan. Hal itudisebarluaskan oleh masing-
masing anggota kelompokhingga terjadi upaya mobilisasikolektif, yang dipicu
olehsuatuperistiwa danintervensiaparatpengendalisosial formalyang tidak
maksimal sehingga terjadikejahatan kekerasan kolektif
Keempat, tesis dari H.S Suhaedi program studi S2 Universitas Indonesia
tahun 2006 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Sosiologi yang
berjudulJawaraBanten: Kajian Historis Tentang Mobilitas Sosial Jawara. Metode
penelitian yang dipakai adalah studi kasus dengan paradigma kualitatif. Sumber
dataprimer terkumpul dari individu yang merepresentasikan dirinya dalam
kelompok, organisasi, atau masyarakat.Tesis ini berisikan mengenai kajian
historis Jawara Banten yang mengalami mobilitas sosial akibat runtuhnya struktur
politik Kesultanan Banten yang memberidampak pergeseran dimensi stratifikasi
sosial yang lebih bebas terhadap stratifikasi sosial masyarakat Banten saat ini.
Adapun mobilitas sosial yang dikajimeliputi mobilitas sosial vertikal dan
mobilitas sosial horizontal. Teori yang dipakai adalah Teori Kekuasaan Lenski
yang menempatkan power(kekuasaan)sebagai dimensi utamadalam memengaruhi
9
stratifikasi sosialperlu dimodifikasi dengan Teori Weber tentang posisiEkonomi,
Status Sosial, dan Partai.Dalam penelitian Suhaedi, Struktur Politik yang lemah
dimanfaatkan oleh beberapa jawara di wilayah Banten dalam merebut kekuasan
politik yang ada. Dengan begitu identitas sebagai jawara menjadi alat bagi mereka
untuk menguasai tatanan politik sekaligus sosial pada lingkungan masyarakat
Banten.
Kelima, Tesis dari Untung Widyanto yang terpampang dalam
perpustakaan utama program studi S2 Universitas Indonesia Fakultas Ilmu sosial
dan Ilmu Politik Departemen Sosiologi tahun 2005 yang berjudul Antara Jago
dan Preman: Studi tentang Habitus Premanisme Pada Organisasi Forum
Betawi Rempug (FBR).Pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif dengan tipe
penelitian studi kasus. Bagian obyek penelitian peneliti adalah internal dan
eksternal Organisasi Forum Betawi Rempug (FBR). Teknik pengumpulan data
dilakukan secara bertahap melalui; wawancara mendalam,observasi, dan studi
dokumentasi atau literatur.Tesis ini memfokuskan pada habitus premanisme
yang ada pada organisasi etnis betawi,Forum Rempug Betawi (FBR). Tesis ini
menjelaskan bagaimana kehidupan sosial yang digeluti oleh salah satu organisasi
berbasis etnis yang penuh dengan kekerasan, dengan menggunakan konsep
Habitus dari Bordieu.Hasilnya, Habitus Premanisme merupakan sebagai bentuk
strategi kelompok organisasi berbasis etnis dalam upaya pemenuhan kekuasaan
dan dalam upaya menjadi jagoan(Orang yang dihormati) dalam kampung
halamannya.
10
Keenam, penelitian dari Jerome Tadie yang dimuat pada karyanya yang
telah dijadikan buku yang berjudul Wilayah Kekerasan Di Jakartatahun 2006.
Fokus penelitian ini ada pada konteks premanisme yang berada di pinggiran
masyarakatdan kalimat yang sering muncul, yaitu “preman tidak selamanya
penjahat”. Dia adalah tokoh masyarakat yang disegani sekaligus dihormati.
Penelitian ini dilakukan di ruang-ruang publik seperti Senen dan Jatinegara
sebagai lalu lintas perekonomian yang besar ketika itu. Tadie juga memetakan
beberapa wilayah kekerasan di DKI Jakarta dalam kurun waktu periode pasca
kerusuhan 1998. Pada khususnya, Tadie meneliti Geng Cobra (Corps Bambu
Runcing) yang terdiri dari kumpulan jagoan dari Senen, Tanah Abang, Pasar
Rebo, Jembatan Lima, Meester Cornelis (Jatinegara) dan Kebayoran Lama.
Ketujuh, Penelitian yang dilakukan Arief Tri Hantoro yang berjudul
Komunitas Speedfrog sebagai penggiat balap motor di jalan raya: analisis
terhadap konstruksi subkultur budaya menyimpang, terpampang dalam
perpustakaan utama Universitas Indonesia Departemen Sosiologi FISIP tahun
2015. Metode penelitian yang digunakan Arief adalah pendekatan kualitatif dan
metode etnografi. Hal ini memudahkan Arief dalam proses observasi dan
wawancara 5 informan yang peneliti lakukan. Kerangka analisis yang digunakan
adalah dengan menggunakan teori konstruksi sosial sebagai acuan. Komunitas
Speedfrog adalah kelompok alternatif remaja yang aktif dalam hobi balap liar
sepeda motor. Penelitian ini memfokuskan pada konsep subkultur budaya
menyimpang remaja yang dikonstruksi oleh komunitas speedfrog ini sebagai
11
bentuk alternatif bagi pelaku kelompok subkultur, khususnya dalam struktur
remaja di ranah balap liar.
Kedelapan, penelitian dari I Wayan Willy Saputra 2015 dkk dalam jurnal
online yang termuat pada situs https://ojs.unud.ac.id/index.php/
sorot/article/view/14731/9946yang berjudulKonstruksi sosial tattoo artist: studi
kasus pada studio tato di Legian, Kuta. Metode penelitian ini memakai
pendekatan kualitatif melalui teknik pengumpulan data dengan mewawancarai 5
informan di studio tattoo, Legian Kuta Bali. Penelitian Wayan dkk, memfokuskan
pada bentuk-bentuk konstruksi sosial tattoo artist pada studio foto di Legian, Kuta
Bali. Kerangka analisis yang digunakan mengggunakan teori konstruksi sosial.
Hasil yang ditemukan Wayan dkk, ialah ada tiga bentuk konstruksi sosial yang
dikonstruksikan oleh tattoo artist di studi tato di Legian.
Tiga bentuk konstruksi sosial itu masing-masing mengikuti kerangka
analisis di setiap momen simultan teori konstruksi sosial, yaitu pada momen
eksternalisasi adalah dijelaskan alasan mengapa tattoo artist menjadi minat
pekerjaan dan sekaligus hobi bagi tattoo artist di studio tato tersebut. Bagi mereka
pada momen ini, tattoo artist merupakan ekspresi seni bagi masing-masing diri
mereka yang tersalurkan melalui adanya studio tato dan minat yang banyak
mengenai seni tattoo di Legian, Kuta Bali. Pada momen objektivasi, bentuk
konstruksi sosial yang dapat terlihat adalah tattoo artist merupakan pekerjaan yang
diminati karena perkembangan bisnis jasa tattoo artist berkembang pesat di
Legian Kuta Bali ini. Dengan begitu bentuk konstruksi sosial mereka di
konstruksikan sebagai penyedia jasa yang dapat memuaskan kebutuhan
12
konsumen, bukan semata-mata sebagai tattoo artist yang mengembangkan
idealisme mereka masing-masing. Disini para tato artist di studio tato ini memiliki
hal dilematis tadi, sebagian idealisme tertutup dengan profesionalisme dan
kebutuhan pasar. Terakhir, bentuk konstruksi pada momen internalisasi dilihat
secara jelas dari identitas tattoo artist sebagai pekerjaan professional yang ada di
setiap studio tattoo artist di Bali.
Tabel 1. I. E. Klasifikasi Penelitian Terdahulu
No Judul
Penelitian/Jenis
Penelitian
Temuan Penelitian Metode
Penelitian
Teori
1 “Keberadaan Preman di Pasar Minggu dan Penanganan oleh Polsek Pasar Minggu”, (Yandri Irsan)/ Tesis
Premandiartikan sebagai orang
yang meresahkan bagi
masyarakat.
Penangananpremanoleh polisi
dilihat dari keterkaitan
keduanya dalam berbagai
sector sebagai dua sisi yang ber
“simbiosis mutualisme”.
Pendekatan
Kualitatif
Teori
Patron-
Klien
2 “Penggunaan
Jasa Preman
Dalam Konflik
Antar
Perusahaan dan
Penyelesaiannya
”, (Herry
Ardyanto)/ Tesis
Jasa preman sering digunakan
sebagai “pihak penengah” bagi
kelompok industri atau
perusahaan dalam memecahkan
permasalahan, yaitu dengan
tindakan kekerasan kolektif.
Motif utamanya adalah konflik
yang terjadi antar pihak
perusahaan akan cepat selesai
apabila menggunakan jasa
Pendekatan
Kualitatif
Teori
Penanganan
Konflik
13
preman.
3 “Konflik dan
Kejahatan
Kekerasan Antar
Kelompok di
Terminal Bus
Antarkota
Kampung
Rambutan
Jakarta Timur:
Studi
KasusKonflik
Preman Batak
dan Sunda dkk
tahun 1998”,
(Hasyim Abdul
Gani)/Tesis
Hasil penelitian menunjukkan
adanya faktormendasar yang
menyebabkan terjadinya
konflik dan kejahatan
kekerasan antar kelompok
preman Batak melawan
Kelompok Sunda dkk. Faktor
tersebutberupa pendorong
Struktural, yaitu
terdapatnyapersaingan,ketidaka
dilan, perbedaan budaya antar
kelompok yang menimbulkan
ketegangan. Hal
itudisebarluaskan oleh anggota
kelompokhingga terjadi upaya
mobilisasikolektif, yang dipicu
olehsuatuperistiwa
danintervensiaparatpengendalis
osial formalyang tidak
maksimal sehingga
terjadikejahatan kekerasan
kolektif.
Pendekatan
Kualitatif
Teori
Tingkah
Laku
Kolektif
Smelser dan
Tilly
4 “Jawara Banten:
Kajian Historis
Tentang
Mobilitas Sosial
Jawara”H.S
Suhaedi /Tesis
Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa jawara
banten memperoleh
kekuasaanya dengan cara
kemampuan bela diri yang ia
miliki, juga kekuatan sosial dan
politik yang ia peroleh dari
Pendekatan
Kualitatif
Teori
Kekuasaan
Lenski dan
Teori
Status,
Sosial, dan
EkonomiMa
14
hasil merampas hak milik
orang lain. Dengan kemampuan
bela diri pula ia dapat
mempengaruhi sisi ekonomi,
sosial dan politik.
x Weber
5 “Antara Jago
dan Preman:
Studi tentang
Habitus
Premanisme
Pada Organisasi
Forum Betawi
Rempug (FBR)”.
Untung
Widyanto/ Tesis
Habitus premanisme
lahirsebagai produk
sejarahatasreaksidari posisi
sosial etnisBetawi yang
terpinggirkan secara
ekonomi,sosial, kultural, dan
politik. Di sisi lain,dalam
tradisi Betawi semenjak zaman
kolonialBelanda, ada nilai-nilai
Jago yang antipenjajah dan
membantu kaum yanglemah.
Internalisasinilai-nilai jago,
pengalaman “dizalimi”dan
keterbatasan
modalekonomi,sosial,kultural,
dan politik inilah yang
membuat mereka melakukan
tindakan kekerasan.
Pendekatan
Kualitatif
Teori
Habitus
Arena
Pierre
Bordieu
6 “Wilayah
kekerasan di
Jakarta”. Jerome
Tadie/ Karya
Tulis Buku
Secara historis, preman
merupakan bentuk perlawanan
bagi para budak di Indonesia
dalam melawan penjajah yang
lebih dikenal sebagai “orang
bebas”. Dari sini banyak
preman-preman di Indonesia
Pendekatan
Kualitatif
--
15
yang dapat berperan penting
dalam proses pembebasan
budak dan anti-penjajah
(OrangBelanda). Perubahan
makna terjadi sejak era Petrus
(Pemberantasan preman dengan
cara menembak mati dan
menculiknya) pada masa Orde
Baru. Sejak itu, Term preman
lebih identik dengan “aksi
kriminal”. Semakin diperkuat
oleh penelitian-penelitian para
akademisi kepolisian dan media
massa yang melabeli “buruk”
terhadap term preman.
7 “Komunitas
Speedfrog
sebagai penggiat
balap motor di
jalan raya:
analisis
terhadap
konstruksi
subkultur
budaya
menyimpang.”A
rief Tri Hantoro/
Skripsi
Komunitas Speedfrog sebagai
kelompok balap liar anak
muda, merupakan tempat
alternatif bagi anak-anak muda
Depok dalam menyalurkan
hobi di dunia balapan. Namun,
bagi masyarakat sering
memandang sebelah mata
komunitas Speedfrog ini.
Alhasil konstruksi sosial
sebagai “subkultur budaya
menyimpang” melekat dalam
benak masing-masing anggota
komunitas Speedfrog.
Dikarenakan fasilitas dari hobi
mereka dalam berbalap liar tak
Pendekatan
Kualitatif
Teori
Konstruksi
Sosial Peter
L Berger
dan
Luckmann
16
tersalurkan, mereka membuat
komunitas Speedfrog sebagai
jalur alternatif pemuas hobi.
Identitas sebagai pembalap liar
atau “Joki” pun melekat pada
diri mereka.
8 “Konstruksi
sosial tattoo
artist: studi
kasus pada
studio tato di
Legian, Kuta”.I
Wayan Willy
Saputra dkk/
Jurnal
Tatto Artist dinilai oleh
masyarakat luas sebagai
penyedia jasa pembuat Tatto
yang professional. Namun,
konstruksi sosial dari realitas
objektif masyarakat berbeda
dengan konstruksi sosial yang
terjadi dalam tubuh internal
para tattoo artist di studio tatto,
mereka mengalami
dilemaAntara identitas dan
pekerjaan mereka sebagai Tatto
Artist. Pengalaman dilematis
itu mereka paparkan dalam
analisa peneliti tehadap bentuk-
bentuk konstruksi sosial yang
terjadi dalam diri mereka. Ada
3 bentuk konstruksi sosial yang
melewati momen konstruksi
sosial yang terjadi pada seorang
tattoo artist, yaitu: Pertama,
tattoo artist sebagai ekspresi
seni (eksternalisasi). Kedua,
Tatto artist sebagai penyedia
jasa (objektivasi) dan Tatto
Pendekatan
Kualitatif
Teori
Konstruksi
Sosial Peter
L Berger
dan
Luckmann
17
artist sebagai Identitas
(Internalisasi).
Beberapa penelitian tadi memiliki kesamaan dengan penelitian ini.
Penelitian sebelumnya menggunakan metode yang samadengan penelitian ini
yakni metode kualiatif. selain itu, kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Yandri (2008), Herry (2002), Abdul Gani (2000), H.S Suhaedi
(2006), Untung (2005), dan Tadie (2006) adalah membahas subyek yang sama
yakni preman. Tetapi,penelitian ini memiliki fokus berbeda dari penelitian
sebelumnya yakni penelitian ini lebih berfokus pada pergeseran konstruksi
sosialmengenai makna preman pada kalangan Orang Terminal Kampung
Rambutan. Fokus yang berbeda menyebabkan perbedaan dalam penggunaan teori.
Penelitian terdahulu menggunakan teori patron-klien, teori penanganan
konflik, teori tindakan kolektif dan teori kekuasaan dalam mengkaji preman,
sementara untuk penelitian ini teori yang digunakan adalah teori konstruksi sosial.
Teori konstruksi sosial yang digunakan memang memiliki kesamaaan dengan
penelitian Arief Tri Hantoro (2015) dan I Wayan Willy Saputra (2015) tetapi,
penelitian tersebut memiliki subjek penelitian yang berbeda, dimana Arief Tri
Hantoro (2015) meneliti komunitas Speedfrogdan penelelitian I Wayan Willy
Saputra (2015) meneliti kelompok Tatto Artist di Studio Tatto Legian Kuta,
sementara penelitian ini meneliti Kelompok Preman dan Kalangan Orang
Terminal Kampung Rambutan. Pemilihan konstruksi sosial sebagai teori
dikarenakan penulis ingin melihat bagaimana pergeseran makna preman yang
18
terjadi dalam kalangan orang terminal Kampung Rambutan dan praktik-praktik
baru seperti apa yang dikonstruksikan oleh kelompok preman di kalangan orang
terminal tentang konstruksi sosial preman yang telah terjadi.
F. Kerangka Teoritis
Gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh
Giambatissta Vico, seorang epistomolog dari Italia, ia adalah cikal bakal
konstruktivisme (Bungin, 2008:193). Pada tahun 1710, Vico dalam De
antiquissima Italorum Sapientia, mengungkapkan filsafatnya dengan mengatakan
“tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia
menjelaskan bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia menjelaskan
unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico, bahwa hanya tuhan
sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya dia yang tahu bagaimana
membuatnya dan dari apa dia membuatnya, sementara itu orang hanya dapat
mengetahui sesuatu yang telah dikonstruksikannya (Bungin 2008:24). Sejauh ini,
bagi Bungin ada tiga macam konstruktivisme yaitu (h.25):
1. Konstruktivisme Radikal, konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa
yang dibentuk oleh pikiran. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata.
Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan
dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak
merefleksi satu realitas ontologi obyektif, namun realitas yang dibentuk oleh
pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksidari individu
yang mengetahui dan tidak dapat di transfer kepada individu lain yang pasif
19
karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu,
sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi itu.
2. Realisme Hipotesis, realisme hipotesis mengatakan pengetahuan adalah sebuah
hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada
pengetahuan yang hakiki.
3. Konstruktivisme Biasa, mengambil semua konsekuensi kontruktivisme dan
memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian
pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas
obyektif dalam dirinya sendiri.
Sedangkan, Creswell (2010:11) melihat konstruktivisme merupakan bagian
dari salah satu pandangan terhadap dunia sosial, yang dinamakan olehnya sebagai
pandangan –dunia Konstruktivisme Sosial. Konstruktivisme sosial meneguhkan
asumsi bahwa individu-individu selalu berusaha mamahami dunia di mana mereka
hidup dan berkegiatan dalam keseharian mereka. Mereka mengembangkan
makna-makna subjektif yang diarahkan pada objek-objek atau benda-benda
tertentu. Dalam makna-makna subjektif sering kali dinegoisasi secara sosial dan
historis. Makna-makna ini tidak sekedar dicetak untuk kemudian dibagikan
kepada individu-individu, tetapi harus dibuat melalui interaksi dengan mereka dan
melalui norma-norma historis dan sosial yang berlaku dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pada akhir penjelasan, Creswell(2010:11) juga menjelaskan bahwa
gagasan konstruktivisme sosial berasal dari Mannheim dan buku-buku seperti The
Social Construction Of Reality-nya Berger dan Luckmann dan Naturalistic
Inquiry-nya Lincoln dan Guba.
20
Berger dan Luckmann mengatakan institusi masyarakat tercipta dan
dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun
masyarakat dan institusi soial terlihat nyata secara obyektif, namun pada
kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subyektif melalui proses interaksi.
Objektivasi baru dapat terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan
oleh orang lain yang memiliki definisi subjektif yang sama. Pada tingkat
generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis
yang universal, yaitu pandangan hidup yang menyeluruh, yang memberi
legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai
bidang kehidupannya.
Proses konstruksinya, jika dilihat dari perspektif teori Berger dan Luckmann
berlangsung melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas yang
menjadi entry concept (http://repository.unhas.ac.id/bitstream/tinjauan20%.pdf):
1. Objective reality merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk
ideologi dan keyakinan) serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang telah
mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai
fakta.
2. Symbolic reality merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang dihayati
sebagaiobjective reality misalnya teks produk industri media, seperti berita di
media cetak atau elektronika, begitu pun yang ada di film-film.
3. Subjective reality merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu
dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki
masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses
21
eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah
struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah individu secara kolektif
berpotensi melakukan objektivasi, memunculkan konstruksi objective reality
yang baru. Melalui Sentuhan Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis. Berger
menemukan konsep untuk menghubungkan antara yang subjektif dan objektif
melalui konsep dialektika yang dikenal dengan eksternalisasi-objektivasi-
internalisasi.
Oleh karena itu penelitian ini menggunakan Teori Konstruksi Sosial
milik Peter L Berger dan Thomas Luckmann. Dimana terdapat tiga proses
momen dalam tahapan konstruksi sosial setiap orang di dunia sosialnya. Tiga
proses momen tersebut adalah:
a. Eksternalisasi
Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai
produk manusia. “society is a human product”. Masyarakat tidak mempunyai
bentuk lain kecuali bentuk yang telah diberikan kepadanya oleh aktivitas dan
kesadaran manusia(Berger, 1994:3).
Eksternalisasi merupakan pencurahan atau ekspresi diri manusia ke
dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat
dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia
berada (Bungin, 2008:198). Manusia cenderung menemukan dirinya sendiri
dalam suatu dunia yang dia tempati sehari-hari.Termasuk penyesuaian diri
dengan produk-produk sosial yang telah dikenalkan kepadanya. Pada dasarnya
22
sejak lahir individu akan mengenal dan berinteraksi dengan produk-produk
sosial. Sedangkan produk sosial itu sendiri adalah segala sesuatu yang
merupakan hasil sosialisasi dan interaksi didalam masyarakat. Manusia
merupakan sosok makhluk hidup yang senantiasa berdialektika dengan
lingkungan sosialnya secara stimultan.
Dalam momen eksternalisasi, realitas sosial ditarik keluar individu. Di
dalam momen ini, realitas sosial berupa adaptasi dengan teks-teks suci,
kesepakatan ulama, hukum, norma,nilai dan sebagainya yang hal itu berada
diluar diri manusia. Sehingga dalam proses konstruksi sosial melibatkan
momen adaptasi diri atau diadaptasikan antara teks tersebut dengan dunia
sosio-kultural. Adaptasi tersebut dapat melalui bahasa, tindakan, dan
pentradisian yang dalam khazanah ilmu sosial disebut interpretasi atas teks atau
dogma. Karena adaptasi merupakan proses penyesuaian berdasar atas
penafsiran seseorang, maka sangat dimungkinkan terjadinya variasi-variasi
adaptasi dan hasil adaptasi atau tindakan pada masing-masing individu.
b. Objektivasi
Objektivasi ialah proses manusia menciptakan atau mengkonsepkan
kembali dalam pikiran tentang suatu obyek (dunia sosialnya) atau segala
bentuk eksternalisasi yang telah dilakukan (secara sadar dia ciptakan) dilihat
kembali pada kenyataan di lingkungan secara obyektif. Jadi dalam hal ini bisa
terjadi pemaknaan baru ataupun pemaknaan tambahan.
Proses objektivasi merupakan momen interaksi antara dua realitas yang
terpisahkan satu sama lain, manusia disatu sisi dan realitas sosio-kultural disisi
23
lain. Kedua entitas yang seolah terpisah ini kemudian membentuk jaringan
interaksi intersubyektif. Momen ini merupakan hasil dari kenyataan
eksternalisasi yang kemudian berdiri sendiri sebagai suatu kenyataan obyektif
yang sui generis, unik.
Pada momen ini juga ada proses pembedaan antara dua realitas sosial,
yaitu realitas diri individu dan realitas sosial lain yang berada diluarnya,
sehingga realitas sosial itu menjadi sesuatu yang objektif. Dalam proses
konstruksi sosial, proses ini disebut sebagai interaksi sosial melalui
pelembagaan dan legitimasi. Agen bertugas menarik dunia subyektifitasnya
menjadi dunia obyektif melalui interaksi sosial yang dibangun secara bersama.
Pelembagaan akanterjadi manakala terjadi kesepahaman intersubjektif atas
hubungan subjek-subjek (Nursyam, 2005:35).
Selain itu, Objektivitas dunia kelembagaan adalah objektivasi yang
dibuat dan dibangun oleh manusia. Proses dimana produk-produk aktivitas
manusia yang dieksternalisasikan itu memperoleh sifat objektif adalah
objektivitas. Dunia kelembagaan merupakan aktivitas manusia yang
diobjektivasikan dan begitu pula halnya dengan setiap lembaganya (Berger,
1990:170). Jadi, objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif
yang dilembagakan atau mengalami institusionalisasi, yang diistilahkan “society
is an objective reality”.
Objektivitas yang sifatnya memaksa, memiliki prosedur-prosedur
kontrol sosial guna mencegah dan meluruskan kembali individu-individu yang
24
membangkang dari institusi yang telah dibuat, baik berdasarkan konsensus
bersama maupun yang tidak berdasarkan konsensus (Berger, 1994:17).
Berger kemudian menjelaskan bahwa objektivitas masyarakat mencakup
keseluruhan unsur pembentuknya, yakni dari lembaga-lembaga, peran-peran,
dan identitas-identitas. Selanjutnya Berger memaparkan contoh dari unsur-unsur
pembentuk sebagai berikut; Keluarga sebagai lembaga seksualitas manusia
mengikat pola yang memaksa terhadap anggota-angotanya. Pada peran masing-
masing anggota keluarga seperti suami, ayah, dan ibu dapat didefinisikan secara
objektif sebagai model perilaku individual. Pada unsur identitas, masyarakat
merupakan sekelompok identitas yang diberi status realitas objektif yang sama
(1994:18). Semua itu adalah hasil dari produk manusia, namun mempunyai andil
besar untuk membentuk objektivasi dalam sebuah konstruksi sosial.
Setiap masyarakat yang terus berjalan dalam sejarah akan menghadapi
masalah pengalihan makna-makna terobjektivasinya dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Masalah ini diselesaikan dengan cara proses sosialisasi,
yaitu, proses mendidik generasi baru untuk hidup sesuai dengan program-
program kelembagaan masyarakat tersebut. Individu menjadi tidak hanya belajar
mengenai makna-makna tersebut dan menjadikannya makna-maknanya sendiri.
Dia menjadi tidak saja seorang yang memiliki makna-makna ini, tetapi juga
seorang yang mewakili dan mengekspresikan makna-makna tersebut (Berger,
1994:19).
Lalu, mengapa individu-individu itu memerlukan sebuah identitas dalam
setiap aktivitas pembangunan kedirian mereka sebagai manusia?
25
Identitasditetapkan secara sosial oleh masyarakat yang membangun (proses
internalisasi) dunia yang terobjektivasi secara sosial, hal ini dikarenakan
identitas merupakan faktor utama untuk memperkenalkan diri antara individu
satu dengan lainnya sebagai bentuk signifikansi (pembeda) dengan orang-orang
disekitarnya. Berger (1994:20) menjelaskan sebagai berikut ini: “individu itu
disosialisaskan menjadi pribadi dan menempati dunia yang ditetapkan. Identitas
subjektif dan realitas subyektif dihasilkan dalam hubungan dialektik dengan
yang lain”. Hal ini dapat dilakukan dengan berdialog dengan individu lain
sebagai bentuk syarat bahwa sosialisasi tidak akan pernah berakhir.
c. Internalisasi
Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-
lembaga sosial aatau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi
anggotanya, yang diistilahkan Berger sebagai “Man is a Social product”. Proses
internalisasi merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran
sedemikian rupa sehingga subyektif individu ke dalam kesadaran sedemikian
rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai
macam unsur dari dunia yang telah terobyektifkan tersebut akanditangkap
sebagai realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi
kesadaran (Basrowi, 2002:206).
Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Bagi
Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang
diturunkan oleh tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan
pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda. Setiap orang bisa mempunyai
26
konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai
pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau
sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-
masing (Basrowi, 2002:199-200). Pada momen ini, individu akan menyerap
secara aktif segala hal yang bersifat obyektif dan kemudian akan direalisasikan
secara subyektif. Internalisasi ini berlangsung seumur hidup seorang individu
dengan melakukan sosialisasi. Setiap individu yang telah dibentuk sebagai suatu
pribadi, dia harus terus berpartisipsai atas dialog-dialog yang
mempertahankannya sebagai suatu pribadi dalam biografi yang berkelanjutan.
Istilahnya bagi Berger ialah individu sebagai produser bagi dunia sosial yang ia
tempati dan produser bagi dirinya sendiri (1994:23).
Pada proses internalisasi, setiap individu berbeda-beda dalam dimensi
penyerapan. Ada yang lebih menyerap aspek ekstern, ada juga yang lebih
menyerap bagian intern. Selain itu, proses internalisasi dapat diperoleh individu
melalui proses sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer merupakan
sosialisasi awal yang dialami individu masa kecil, disaat ia diperkenalkan
dengan dunia sosial pada individu. Sosialisasi sekunder dialami individu pada
usia dewasa dan memasuki dunia publik, dunia pekerjaan dalam lingkungan
yang lebih luas. (Berger1990:188). Adapun fase terakhir dari proses internalisasi
ini adalah terbentuknya identitas. Identitas dianggap sebagai unsur kunci dari
kenyataan subyektif yang juga berhubungan secara dialektis dengan masyarakat.
Identitas dibentuk oleh proses-proses sosial. Begitu memperoleh wujudnya, ia
dipelihara, dimodifikasi, atau malahan dibentuk ulang oleh hubungan-hubungan
27
sosial. Bentuk-bentuk proses sosial yang terjadi mempengaruhi bentuk identitas
seorang individu (Berger 1990:248).
G. Definisi Konsep
Ada dua konsep utama yang penulis jabarkan definisi-nya sebagai
penjelas dalam memahami setiap bagian dari konsep-konsep utama berikut
dalam keterkaitannya pada penelitian ini, yaitu:
a. Preman
Preman berasal dari bahasa Belanda yaitu Vrijman yang artinya “Orang
Bebas dan Merdeka”. Sesuai dengan penggunaan bahasa yang dipakai, kata
preman memang pertama kali diucapkan oleh orang Belanda ketika masa VOC
datang ke Indonesia. Ketika itu label “preman” dilekatkan pada sesorang
pribumi yang bukan budak/pesuruh, dan seorang yang menentang pihak
penjajah. Kata preman sendiri dimaksud sebagai penentang ataupun orang yang
merdeka dari perbudakan ketika itu. Setelah tahun 1978 kata preman muncul
untuk pertama kali dengan konotasi kriminal, di dalam sebuah serialroman
detektif, yang pertama ketika itu, Ali Topan Detektip Partikelir (Tadie,
2009:213). Selanjutnya secara berangsur-angsur preman menjadi kata yang
menyeramkan dan ditakuti masyarakat karena kata ini dilekatkan oleh para
akademisi dan media massa kepada kebiasaan sekelompok preman yang suka
memeras dan melakukan kejahatan lainnya. Sampai saat ini penggunaan label
sekaligus simbol “Preman” dilekatkan pada seseorang yang suka melakukan
kejahatan seperti memeras, menagih pungli, dan memalak warga Pasar dan
lingkungan ruang publik lainnya di Kota (Tadie, 2009:214 dan Irsan, 2008).
28
Preman juga menjadi bagian kekuatan pengendalian wilayah kota yang
tersamar. Pengetahuannya tentang dunia bawah tanah, kriminalitas di sektornya
(kegiatan atau ruang) menempatkannya di tengah penyelesaian perkara, seperti
halnya polisi. Di tengah wilayah kelabu, di ruang antara yang diabaikan
pemerintah, disitulah menyelinap tokoh itu yang merupakan persendian kota di
Indonesia. Preman biasanya dibedakan menjadi dua kelompok; preman berdasi
dan preman kampung. Kedua kategori tersebut meskipun tidak merefleksikan
dunia preman secara kompleks, namun setidaknya dapat memberikan deskripsi
pembatas yang jelas antara budaya premanisme dengan kegiatan kriminal dan
subkebudayaan lainnya di kota.
Seorang Sosiolog, Tamrin Amal berpendapat bahwa ada beberapa jenis
preman dalam penjabarannya pada artikel yang di tulisnya di kompas edisi 1
Maret 2012 (dilihat dari http://digilib.uinsby.ac.id/10958/5/Bab%202.pdf,
diakses 27 Maret 2017):
1. Preman Politik, Hukum, dan Keamanan: Aktivitas mereka legal dalam
berbagai lembaga negara, jaksa, hakim, pengacara, berseragam coklat
berekening gendut, dan politisi di parlemen serta di kantor DPP Parpol.
2. Preman Sosial: Orang berjubah, berseragam jawara, dipersatukan
dalam ormas, kelahirannya dibidani preman politik dan keamanan.
3. Preman Ekonomi: terdiri dari pemuda pemudi putus sekolah dan
penganggur dari seluruh Indonesia yang tidak kebagian “kue
pembangunan” sejak era Orde Baru. Modal mereka adalah nyali dan
kekuatan fisik.
29
Penulis menggunakan term PremanKampung Rambutan yang menunjuk
pada kriteria tersebut yang diatas, masuk pada kriteria preman sosial.
Sebagaimana yang diasumsikanTamrin Amal, preman sosial identik dengan
seragam dan cenderung formal dan dipandang resmi. Begitupun legalitas preman
terminal kampung rambutan yang dilegitimasi oleh adanya Koperasi Bus antar
Kota yang disingkat Kowan Bisata. Hal ini membuat mereka berkegiatan
cenderung resmi di terminal. Label resmi ini dikarenakan kegiatan mereka diakui
oleh polisi, pihak industri bus antar kota dan aparat pemerintah. Mereka memiliki
seragam dan legalitas hukum pada wadah kowan bisata, meskipun tindakan
sehari-hari tetap mengambil pungutan liar kepada supir bus dan melakukan suap
untuk aparat pemerintah, hingga berbagi jatah dengan oknum polisi.
Unsur-unsur preman pun terdapat dalam preman-preman di Kampung
Rambutan. Bukan identik dengan kejahatan, namun identik dengan orang yang
bebas dan berperan sebagai mitra kerja bahkan pelaku kontrol sosial bagi
kalangan orang-orang terminal.
b. Kota dan Masyarakat Kota
Kota adalah makna sosial yang dilekatkan pada suatu bentuk ruang
tertentuoleh suatu masyarakat yang didefinisikan menurut sejarah (Scott,
2012:168). Sehingga pengertian masyarakat kota merupakan cermin sosial dari
kota itu sendiri, dimana masyarakat adalah subjek terbentuknya suatu kota.
Masyarakat kota membentuk suatu tatanan perkotaan melalui konstruksi sosial
dan struktur yang mereka buat sendiri terhadap suatu ruang kota yang mereka
huni sejak lama,sejak awal terbentuknya kota melalui proses sejarah. Menurut
30
Hans Dieter “tidak ada kelompok strategis yang mampu mendominasi
konstruksi kultural kota, maka struktur-struktur lain akan muncul dan kota
menjadi pluralis. Pluralisme ini dapatberkembang menjadi fragmentasi di mana
masing-masing kelompok sosial menduduki ruang-ruang tertentu yang cukup
jelas garis demarkasinya (batas pemisah) dari kelompok-kelompok lain” (Hans-
Dieter, 2002:33).
H. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang mutlak dijelaskan di setiap penelitian
ilmiah. Berikut penjabaran penulis mengenai metode penelitian yang dipakai
dalam penelitian ini:
a. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan,
jenis pendekatan ini juga bisa berguna untuk topik-topik yang baru, dan topik
yang baru ini tidak pernah dibahas dengan sampel atau sekelompok individu
tertentu; atau karena teori-teori yang ada selama ini belum diterapkan sebagai
landasan untuk meneliti sampel atau sekelompok individu yang diteliti(Creswell
2010:29). Sebagaimana peneliti tidak menemukan topik bahasan mengenai
pergeseran makna preman sebelumnya dan topik konstruksi sosial preman dari
dalam diri preman itu sendiri, peneliti belum menemukan adanya penelitian hal
tersebut.
31
b. Jenis Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian kualitatifcenderung bersifat deskriptif,
naturalistik, dan berhubungan dengan sifat data yang murni kualitatif (Irawan,
2006:50). Contoh jenis penelitian kualitatif adalah etnografi, studi kasus,
observasi, dan historis. Jenis penelitian kualitatifyang peneliti gunakan adalah
Studi Kasus. Studi Kasus merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya
peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses,
atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah dilakukan (Creswell,
2010:20).
Jenis penelitian ini dipakai, karena peneliti ingin mengkaji secara lebih
mendalam mengenai aktivitas keseharian preman dan orang-orang terminal secara
khusus dalam ruang lingkup kalangan orang terminal di Kampung
Rambutan.Serta bagaimana mereka memaknai diri mereka pada dalam bentuk
narasi atau menceritakan kehidupan dan pengalaman mereka. Sehingga tergambar
secara nyata realitas sosial budaya baik dari sisi historis kehidupan preman di
terminal Kampung Rambutan maupun sisi kegiatan premansehari-hari sebagai
bentuk kehidupan masyarakat kota wilayah gelap yang memiliki peran penting di
wilayah yang peneliti lakukan penelitian tersebut.
32
c. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun wilayah yang peneliti ambil datanya untuk dilakukan wawancara
mendalam dan observasi itu adalah lingkungan Terminal, khususnya terminal
Kampung Rambutan. Lokasi-lokasi pengumpulan data secara khusus banyak
diambil dalam lokasi penelitian ini, khususnya lokasi yang dipakai sebagai
Basecamp. Basecamp disini untuk menyebutkan tempat berkumpul, nongkrong,
dan memantau situasi di lapangan bagi para preman Kampung Rambutan.
Waktu penelitian di lapangan dilakukan selama 4 bulan, sejak Mei 2017-
Agustus 2017. Adapun untuk proses observasi sudah dilakukan sejak agustus
2016, namun sempat terhenti karena menemui kendala pengumpulan data dan
terganggu oleh adanya kegiatan peneliti dan informan.
d. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Secara umum dalam setiap penelitian ada dua jenis data, yaitu data primer
dan sekunder. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data primer dari hasil
Wawancara Mendalam dan Observasi..
Pertama, Wawancara dalam kualitatif adalah wawancara tatap muka
dengan partisipan atau informan, dapat melalui telepon, atau terlibat dalam
sebuah wawancara diskusi kelompok yang berisi enam hingga delapan
narasumber pada masing-masing kelompok. Beberapa wawancara melibatkan
pertanyaan yang tidak teratur dan secara umum masih open-ended. Jumlah
pertanyaan relatif sedikit dan digunakan untuk memperoleh pandangan dan opini
yang muncul dari partisipan (Creswell, 2010:351). Teknik wawancara digunakan
33
apabila seluruh atau sebagaian besar data yang kita butuhkan ada di dalam benak
informan (Irawan, 2006: 68).
Kedua, Observasi kualitatif berarti bahwa seseorang peneliti memerhatikan
dan mencatat tingkah laku dan aktivitas individual yang terlibat dalam situs
penelitian dan rekaman observasi (Creswell, 2010:351). Teknik observasi, yang
mana objek yang dievaluasi bisa bersifat nyata atau tangible seperti benda-
benda, gerakan, dan perilaku. Tetapi juga bisa intangible seperti suasana atau
situasi, contohnya: suasana sunyi senyap yang mencekam(Creswell, 2010:98).
Adapun Data Sekunder untuk mendukung penelitian ini, peneliti memakai
teknik pengumpulan data melalui beberapa buku dan informasi mengenai sejarah
sosial budaya yang membahas mengenai Premanisme, serta dokumenresmi
pemerintahan dan instansi terkait dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.
Dalam melakukan penentuan Sampel, penelitimenggunakan teknik
Snowball Sampling. Hal ini peneliti tentukan guna terpilihnya informan yang
tepat(mengetahui lebih dalam mengenai makna preman daripadainforman yang
lain tentang realita sosial preman di terminal Kampung Rambutan).Neuman
(2013:99) membahas teknik Snowball Sampling sebagai cara melihat jaringan
koneksi antar orang. Fitur pentingnya adalah bahwa setiap orang tersebut saling
berkaitan antara satu dengan yang lain, baik melalui hubungan langsung maupun
tidak langsung. Hal ini dikarenakan kebanyakan orang berada dalam jaringan
saling terkait. Strategi pemilahan sampel dari tipe penentuan informan yang
memiliki kesulitan pengambilan data akibat sedikitnya pengetahuan tentang
konsep yang peneliti lakukan pada masyarakat pada umumnya.Snow ball
34
sampling adalah mewawancarai orang yang dianggap tahu mengenai segala
sesuatu mengenai hal yang diteliti, lalu memberikan lemparan kepada orang
yang lebih mengetahui lagi tentang hal yang diteliti, begitu seterusnya sampai
menemukan informan utama yang benar-benar faham betul tentang hal yang
sedang diteliti.
e. Informan Penelitian
Informan dari penelitian ini dimaksudkan kepada setiap orang-orang
terminal yang memiliki pengetahuan tentang realita sosial kehidupan preman
Kampung Rambutan dari sejak berdirinya terminal, hingga masa-masa sekarang.
Informan ini menjadi dua tipe, meliputi informan kunci dan informan utama.
Dalam memilih informan, peneliti merujuk kepada seseorang yang
mengetahui seluk beluk tentang seorang preman yang sejak awal bergelut di
terminal Kampung Rambutan. Ada 11 informan yang terlibat langsung dalam
proses pengambilan data melalui proses wawancara yang peneliti lakukan.
Informan tersebut terdiri dari 1 preman pensiun sebagai informan kunci, 3
preman aktif sebagai informan kunci, 8 informan utama yang meliputi pekerjaan
sebagai preman, anak buah preman bagian calo atau pengisi, supir, pedagang,
ibu dari preman, dan kepala pengurus PO.
Tabel 2. I.F. Profil Informan
No Nama Jenis Informan Jenis kelamin Posisi/status 1 EL Informan Kunci Laki-Laki Preman Pensiun 2 KDI Informan Kunci Laki-Laki Bos Preman sektor Barat 3 H.R Informan Kunci Laki-Laki Bos Preman sektor Timur 4 UMAR Informan Kunci Laki-Laki “Tangan Kanan” Bos Preman 5 EC Informan Utama Perempuan Ibu dari Preman
35
6 RO Informan Utama Laki-Laki Anak Preman 7 DD Informan Utama Laki-Laki Pedagang Asongan Terminal 8 UU Informan Utama Laki-Laki Supir Bus Antar Kota 9 IW Informan Utama Laki-Laki Wakil Kowan Bisata 10 AG Informan Utama Laki-Laki Anak buah Preman 11 WW Informan Utama Laki-Laki Anak Buah Preman
Dari beberapa profil informan tersebut, peneliti disini menjabarkan mengapa
membagi mereka ke dalam 2 jenis informan, yakni informan kunci dan informan
utama. Informan EL, KDI, H.R dan UMAR dipilih oleh peneliti sebagai bentuk
dari informan kunci dikarenakan mereka lebih mengetahui pengetahuan lebih
dalam tentang makna dan bentuk-bentuk praktik preman yang ada di terminal
Kampung Rambutan dari pada informan lain. Sedangkan untuk informan utama
seperti EC, RO, DD, UU, IW, AG, dan WW dipilih peneliti sebagai bentuk
konfirmasi atas pengetahuan tentang preman yang disebutkan oleh informan kunci
dalam penelitian ini.
f. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
“Hal-hal yang dilakukan pada tahap analisa data meliputi pemeriksaan,
pemilahan, penggolongan, evaluasi, perbandingan, sintesis, dan perenungan data
yang dikodekan serta mengkaji data mentah dan data yang direkam” (Neuman,
2013: 570). Pada penelitian ini pengolahan dan analisa data dibagi kedalam
beberapa proses yaitu:
Pertama, Penyortiran Datayakni data mentah dari hasil pengumpulan data
telah selesai dilakukan penyortiran. Pada tahap ini dilakukan pemilahan atau
penyeleksian, pemfokusan atau penyederhanaan data. Data disusun dengan lebih
36
sistematis agar memberikan gambaran yang lebih jelas dari data yang telah
peneliti dapatkan.
Kedua, Penyajian Datayakni setelah data dipilah dan difokuskan, maka
barulah data dapat disajikan. Penyajian data ini dapat berupa matriks, gambar atau
skema, dan tabel, yang dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman terhadap
data yang diperoleh dan dapat disajikan sebagai jawaban dari pertanyaan
penelitian yang telah dibuat.
Terakhir,Penarikan Kesimpulan.Pada tahap ini merupakan inti dari proses
analisis data penelitian yang telah dilakukan. Dilakukan sebuah pemaparan
verifikasi dari tiap proses analisis data, sehingga kesimpulan yang diambil kuat
dan bisa dipertanggungjawab.
37
BAB II
SEJARAH DAN PERGESERAN MAKNA PREMAN DI INDONESIA
.
A. Sejarah Perkembangan Makna Preman di Indonesia
Preman memang tak terlepas dari lingkungan yang melingkupinya untuk
berkegiatan. Lingkungan tempat preman tinggal dan kegiatan mereka sehari-hari
merupakan satu kesatuan yang timbal balik dalam membentuk sebuah realita
sosial. Maka dari itusetelah menjelaskan bagaimana terminal Kampung Rambutan
terbentuk dan berdiri, sejarah mengenai konteks sosial awal mula kemunculan dan
keberadaan preman di Indonesia perludijelaskan. Penulis membaginya dalam
beberapa periode transisi makna preman di Indonesia.
Pada awal revolusi, kepentingan nasionalis dan kepentingan preman
menyatu (untuk teknik gerilya dan penggunaan jejaring serta keterampilan
“Lingkungan”), namun preman dengan cepat menjadi unsur tak terkendali di mata
pemerintah Yogyakarta karena bersilang selisih dengan cita-cita ketertiban dan
disiplin yang mungkin dimiliki pemimpin baru seperti Nasution (Tadie 2006:
240).
Pada masa pasca kemerdekaan, ditandai oleh pertumbuhan jejaring baru
bagi preman serta banditisme. Sebagai contoh ada Kusni Kadut yang begitu
terkenal dan geng bandit yang didirikan Taufik (Muksin Tamnge). Preman yang
berasal dari Pulau Kei Maluku itu membawahi 63 anak buah dan berhasil
merampok 379 kali ketika itu. Anak buahnya berasal dari berbagai daerah:
38
Betawi, Batak, Madura, Jawa dan sebaran wilayah kriminalnya mencakupi
seluruh Jawa. (Tadie 2006:240-241).
Gambaran yang paling mencolok ialah Geng Cobra sebagai organisasi yang
didirikan Pak Pei (Imam Syafei) pada awal tahun 1950-an. Tadie menambahkan
(2006):
“Pembentukan kelompok itu berlandaskan sejumlah logika: sebagai kelanjutan Revolusi, kelompok itu lahir dengan wajar dengan tujuan untuk mengawasi suatu wilayah, tetapi juga untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi veteran perang, seolah organisasi itu melakukan kewajiban sosial” (h.241).
Penjelasan ini membuktikan bahwa organisasi seperti Cobra mulai
menjadikan legal segala aktivitas preman yang dijalankan dengan misi sebuah
“kewajiban sosial” (menolong veteran dan teman-teman nasionalis
seperjuangan).Perekrutan anggota Cobra yang baru pun berlandaskan solidaritas
yang diperkokoh karena konflik (Tadie 2006:242). Mereka pada akhirnya
ditujukan menjadi sebuah kelompok organisasi keamanan yang dapat
mengendalikan banyak wilayah. Mulai saat itu pula preman menjelma sebagai
“pelindung masyarakat” dalam segi keamanan yang tersebar ke dalam kelompok-
kelompok organisasi.
Pada akhir tahun 1970-an, sejumlah organisasi “kemasyarakatan” preman
berdiri. Secara resmi organisasi itu bertujuan untuk mempekerjakan mantan
narapidana, preman jenis apapun, agara mereka kembali menjadi masyarakat dan
mempunyai pekerjaan. Preman sadar(Prems) didirikan pada 1979, Yayasan Bina
Kemanusiaan, dan organisasi lebih kecil lainnya. Secara resmi tugas mereka
adalah memelihara keamanan dan membantu polisi, terutama pada saat
penyelidikan (Tadie 2006:246).
39
Namun kenyataan di lapangan berbeda, kedua organisasi itu (Prems dan
YBK) menggunakan cara-cara brutal dan pendanaanya, sebagian berasal dari
retrebusi yang dikenakan pada hotel, diskotek, toko, atau perusahaan yang mereka
jaga keamanannya. Ditambah kedua organisasi itu khas dengan unsur politis yaitu
menjalin hubungan yang erat dengan partai yang sedang berkuasa ketika itu,
Golkar (Tadie 2006:246).
Era Petrus yakni tahun 1983 hingga 1984 merupakan masa-masa yang
mencekam bagi para “penjahat” di seluruh Indonesia khususnya preman. Pada era
itu peran ABRI yang dipimpin Benny Murdani sebagai panglima, menjadikan
ABRI memiliki misi baru, yakni tidak hanya menjaga keamanan dari luar negeri,
namun dari dalam negeri pula (Tadie 2006:247).
Pidato Presiden RI, yaitu bapak Soeharto ketika itu (1981-1982) menyeruak
tentang bagaimana kriminalitas di Indonesia terus dibahas saat ekonomi melemah.
POLRI dianggap tidak becus mengurus masalah keamanan dalam negeri karena
mulai banyak kriminalitas yang sangat meresahkan masyarakat. Sejak saat itu pula
(1981) ABRI berkoalisi dengan POLRI untuk diberi tugas beroperasi bersama
dalam melakukan penangkapan penjahat. Namun yang terjadi ialah bukannya
hanya penangkapan, tetapi pembantaian (Tadie 2006:248).
“Treatment” kriminalitas adalah argumen yang khas ketika masa petrus
telah berakhir, berawal dari biografi tentang Soeharto yang dengan tegas tentang
keharusan menghadapi resistansi terhadap kriminal yang menyeruak tersebut.
Seolah penanganan dengan cara kekerasan dan pembantaian terhadap kriminalitas
adalah cara terbaik dalam menekan angka kriminalitas ketika itu. Memang selama
40
peristiwa itu, jumlah perampokan menurun drastis, tetapi tidak halnya dengan
delinkuensi seperti pencopetan dan penjambretan(Tadie 2006:252).
Setidaknya masa Petrus merupakan perubahan arah baru dalam sejarah
hubungan pemerintah dan preman. Kekuasaan preman, yang menyatu dalam
masyarakat, dan berada di luar jangkauan aparat kepolisian, merupakan ancaman
pemerintah. Seolah pemerintah ingin merebut kembali daerah kekuasaanya yang
telah dipegang oleh preman dalam dunia tidak resmi: Wilayah preman itu sendiri.
Di dalam upaya pengendalian pemerintah daerah, Negara telah turun ke wilayah
preman; kekuasaan resmi dan tidak resmi di sini bergabung di dalam wilayah
tidak resmi (Tadie 2006: 252-253).
Di bawah Orde Baru pemerintah bersikap mendua ketika menghadapi
preman. Kelompok yang berwenang bimbang antara menggunakan atau menindas
mereka. Salah satu contohnya ialah penggunaan preman sebagai penjamin
keamanan di berbagai perusahaan, khususnya perusahaan kereta api dan pasar-
pasar. Aparat lalu menutup mata dengan cara bekerja mereka yang tetap
mengambil iuran tidak resmi atas dirinya dan anak buahnya selama keteraturan
dapat berjalan dengan baik (Tadie 2006: 254).
Dalam masyarakat Jakarta, tugas utama preman memang tidak dapat
dihindari: pengendalian wilayah, tetapi juga hubungan dengan politik dan
industriawan. Dengan demikian, preman selalu digunakan untuk tujuan ekonomis:
untuk menggusur lahan, tetapi juga untuk membubarkan setiap demo massa.
Mereka juga digunakan untuk menyelesaikan berbagai perselisihan baik di
lingkungan kampung maupun swasta (Tadie 2006: 254).
41
Setiap sejarah banditisme di Indonesia selalu membahas kerancuan itu:
terkadang preman digunakan untuk kepentingan rakyat, terkadang pula preman
digunakan untuk kepentingan penguasa, tetapi paling sering untuk kepentingan
keduanya (Tadie 2006:254). Oleh karena itu preman bergerak di tengah-tengah, di
ruang formal dan informal, menjadikan mereka seorang perantara yang sangat
dicari untuk menyelesaikan masalah dan memberikan solusi diantara
keberpihakan, kekuasaan, dan wilayah.
Wawancara seorang Jerome Tadie dengan Fauzi Bowo, seorang Pejabat
Tinggi Pemda Jakarta (09 Februari 2000) pun semakin menjelaskan bahwa
kedudukan preman berbatasan dengan dua dunia, dua kekuatan, yaitu pemerintah
(pihak yang berkuasa) dengan masyarakat sipil. Pemerintah mengatur kota, tetapi
tindakannya dibatasi oleh kehendak penduduk, kekuatan kedua yang hadir. Dapat
ditemukan perpanjangan tindakan pemerintah pada pertahanan sipil, pembantu
polisi yang direkrut di kalangan masyarakat perkotaan. Meskipun demikian, kedua
kekuatan yang berinteraksi itu, yaitu kekuatan pemerintah dan kekuatan penduduk
jarang bertemu.
Di Antara kedua kekuatan itualah menyisip preman. Mereka tidak hanya
mengambil manfaat dari ketidakakuran itu, tetapi juga mengisi kekosongan.
Preman berada di pihak dan sekaligus kekuasaan resmi-pemerintah-melalui
berbagai atribut dan hubungannya yang ambivalen dengan yang berwenang, dan
sekaligus mengikuti kehendak rakyat-karena kegiatannya dan caranya menguasai
wilayah. Jadi, preman adalah seorang sipildalam arti yang asli, yang berperilaku
bagaikan dinamika warga kota biasa. Dengan demikian, preman merupakan tokoh
42
di perbatasan, suatu perbatasan urban, yaitu antara kendali resmi dan kendali tak
resmi (2006:255).
B. Proses Pergeseran Makna Preman di Indonesia
Istilah preman digunakan dewasa ini mempunyai makna mutakhir,
meskipun ketika itu alur makna definisi preman berganti-ganti sesuai dengan
dinamika masyarakat ataupun struktur yang mengkonstruk makna preman. Hal ini
dirangkum oleh penulis, dalam alur makna definsi preman (2008:213-219) yang
dijelaskan oleh Jerome Tadie berikut:
1) Penetepan istilah preman dilakukan pada zaman kolonial, berasal dari Bahasa
Belanda, Vrijman yang berarti orang merdeka.
2) Pada awal abad 17 misalnya kata preman ditujukan kepada orang yang bukan
pejabat VOC tetapi menggunakan negoisasi atas namanya.
3)Pada awal abad 20 ditemukan lagi istilah preman yang digunakan untuk mandor
yang bekerja tanpa kontrak kerja pada perkebunan di Sumatera Utara juga
mempunyai reputasi sebagai “pembela petani”.
4) Hingga tahun 1970-an istilah preman masih tidak berkonotasi sebagai penjahat.
Kata Sifat “bebas” lebih menujukkan istilah preman kepada orang sipil yang
tidak berseragam, kendaraan angkatan bersenjata yang tidak beratribut
kemiliteran, dan seorang polisi yang tidak berseragam.
43
5) Pada tahun 1978 baru kata preman mulai berkonotasikan kriminal, bermula dari
sebuah serial roman detektif, yaitu “Ali Topan, Detektip Partikelir”, yang
menyebutkan sejumlah nama yang disebut preman (dalam leksikon).
6) Pada tahun 1979 sebuah organisasi yang hanya merekrut preman dan mantan
narapidana muncul, mengkhususkan diri pada bidang “keamanan” didirikan
dengan nama Preman Sadar atau Prems.
7) Pada tahun 1980, Surat kabar mulai menggunakan kata preman dengan arti
mutakhir berkonotasi negatif.
8) Pada tahun 1994-1995 istilah preman muncul secara tetap di media dan di
kalangan akademisi Indonesia sehingga kehilangan konotasinya yang pertama.
Dua berita kota merupakan sumber generalisasi hal itu. Bermula setelah dua
peristiwa pengeroyokan dan pembunuhan beberapa polisi pada tahun-tahun ini
oleh sekelompok “preman”. Sejak saat ini pula istilah preman makin sering
digunakan oleh polisi. Buktinya, banyak penelitian yang dilaksanakan oleh
PTIK membahas preman, baik dalam skripsi mahasiswa maupun dalam laporan
penelitian perwira.
9) Pada tahun 1998 terdapat 6 skripsi membahas preman: Joko Irianto, Hilman
Thayib, Agus Pranoto; Dedy Fardika, Ruslan Effendi, dan Wahyu
Widada. Sebuah laporan penelitan di terbitkan oleh PTIK pada tahun ini pula.
Konteks politis adalah sumber penciptaan arti baru itu.
Kekaburan melingkupi pengertian preman di Indonesia. Ketika Jerome
Tadie meneliti di kalangan tokoh yang seharusnya mampu menggambarkan
44
preman dan memberikan definisinya-yaitu preman itu sendiri- jawaban yang
bermacam-macam menegaskan kesulitan memberi batasan untuk menengarai
mereka. Sebagian besar tidak mengenali diri sendiri dalam istilah itu dan lebih
suka disebut “penanggung jawab keamanan” dsb (Tadie, 2006:216).
Dalam wawancara nya dengan Anto, yang bergiat di Senen, Anto
menyatakan bahwa sebagai istilah umum, preman tidak sekadar menunjukkan
seorangtokoh dan pekerjaanya, tetapi pada dasarnya sebuah atribut (Jerome Tadie,
2006:216). Sebagaimana istilah jago atau tokoh, bukan yang bersangkutan yang
menobatkan dirinya, melainkan lingkungan, dan masyarakat secara lebih umum,
seperti halnya sesorang disebut “baik” atau “jahat”. Maka preman hanya
ditengarai dalam hubungan dengan lingkungannya, keterlibatannya dalam
masyarakat dan bukan kegiatannya, karena tak seorang pun mengetahuinya secara
jelas. Jati dirinya ditetapkan oleh orang lain, oleh penduduk, tetapi juga oleh yang
berwenang. (Jerome Tadie, 2008:216)
Tadie juga memberikan contoh tokoh yang menegaskan pentingnya
persepsi orang lain dalam pemberian definisi preman, ketika melakukan
wawancara oleh Yapto Soerjosemarno, ketua Pemuda Pancasila: ia menunjukkan
“seorang preman adalah orang yang tidak mempunyai ikatan, bebas untuk
melakukan apa yang boleh dan apa yang dilarang dengan resiko yang harus
ditanggungnya” (2006:216).
45
Definisi preman disini mengalami pergeseran, dari aktor-aktor nasionalis
melawan penjajah, menjadi penjahat, hingga menjadi tokoh yang diakui dan
dihormati. Tadie sendiri mengkategorikan preman menjadi dua kelompok, yaitu:
A. Preman Berdasi. Mereka yang dapat mempengaruhi pengelolaan kota dengan
menggunakan organisasi metropolitan dan para pejabat. Mereka tidak secara
langsung mengendalikan cara kawasan direbut.
B. Preman Kampung. Preman yang berhasil memperoleh statusnya dengan
kekuatan tinju. Tadie memberikan contoh preman jenis ini kepada ketiga tokoh
yang “dihormati” di kampungnya: yaitu melalui wawancara yang beliau
lakukan dengan penagih hutang, pembunuh bayaran, dan kepala keamanan
pasar di tanah tinggi.
Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S.Pane, setidaknya
ada empat model preman yang ada di Indonesia. Dilihat
dari http://eep.saefulloh.fatah.tripod.com/premanisme sebagai berikut:
1. Preman yang tidak terorganisasi. Mereka bekerja secara sendiri-sendiri,
atau berkelompok, namun hanya bersifat sementara tanpa memiliki
ikatan tegas dan jelas. Preman dalam kategori ini akan bergerak dan
beraksi sendirian dengan modus yang biasanya terselubung.
2. Preman yang memiliki pimpinan dan mempunyai daerah kekuasaan.
Dalam kaitan ini, preman-preman pasar seperti di Wonokromo, Pasar
Maling, ITC Surabaya, WTC Surabaya dan tempat jual beli lainnya dapat
46
dijadikan sebagai contoh sederhana dalam kategori preman tipe ke dua
ini.
3. Preman terorganisasi, namun anggotanya yang menyetorkan uang ke
pimpinan.
4. Preman berkelompok, dengan menggunakan bendera organisasi.Preman
jenis keempat ini, masuk kategori preman berdasi yangwilayah kerjanya
menengah ke atas, meliputi area politik, birokrasi,dan bisnis gelap dalam
skala kelas atas. Dalam operasinya, tidaksedikit di antara mereka di-
backup aparat. Kerjanya rapi, dan sulittersentuh hukum, karena hukum
dapat mereka beli, denganmemperalat para aparatnya.
Dari pendapat Neta S. Pane di atas, preman Kampung Rambutan dapat
dikategorikan sebagai preman berkelompok, dimana mereka melakukan
sistematika kerja dalam bisnis “cenderung gelap” secara berkelompok dalam
mengambil iuran-iuran sopir dan kenek bus. Cara kerja mereka juga “dilegalkan”
oleh koperasi bus antar kota yang menjadi wadah para preman dalam bertindak
sehari-hari. Mereka sulit tersentuh hukum dengan adanya badan koperasi tersebut.
Mereka juga memiliki backing polisi dan beberapa aparat pemerintahan.
Pendapat lain berasal dari Azwar Hazan mengatakan, jika dilihat dari
tingkatannya ada empat kategori Preman yang hidup dan berkembang di
masyarakat(http://eep.saefulloh.fatah.tripod.com/premanisme, diakses 05 Juni
2017) berikut:
47
1. Preman tingkat bawah. Biasanya berpenampilan dekil, bertato dan berambut
gondrong. Mereka biasanya melakukan tindakan kriminal ringan misalnya
memalak, memeras dan melakukan ancamankepada korban.
2. Preman tingkat menengah. Berpenampilan lebih rapi mempunyai pendidikan
yang cukup. Mereka biasanya bekerja dengan suatu organisasi yang rapi dan
secara formal organisasi itu legal. Dalam melaksanakan pekerjaannya,
mereka menggunakan cara-cara preman bahkan lebih “kejam”dari preman
tingkat bawah karena mereka merasa “legal”. Misalnya adalah Agency Debt
Collector yang disewa oleh lembaga perbankan untuk menagih hutang
nasabah yang menunggak pembayaran angsuran maupun hutang, dan
perusahaan leasing yang menarik agunan berupa mobil atau motor dengan
cara-cara yang tidak manusiawi.
3. Preman tingkat atas. Adalah kelompok organisasi yang berlindung di balik
parpol atau organisasi massa bahkan berlindung di balik agama tertentu.
Mereka “disewa“untuk membela kepentingan yang menyewa. Mereka
sering melakukan tindak kekerasan yang “dilegalkan”.
4. Preman elit. Adalah oknum aparat yang menjadi backing perilaku
premanisme, mereka biasanya tidak nampak perilakunya karena mereka
adalah aktor intelektual perilaku premanisme.
Dari penggolongan definisi tentang preman dari Azwar Hasan yang telah
dijabarkan di atas, peneliti menemukan keunikan mengenai hasil dari penelitian
tentang preman yang ada di Kampung Rambutan. Preman disini memiliki dua tipe
yang sangat umum dan bertolak belakang. Pertama, ialah preman tingkat bawah
48
atau preman jenis lama dan Kedua, adalah preman tingkat menengah atau
“Preman Jenis Baru”. Berbicara preman jenis lama, preman ini berada di terminal
secara illegal atau tidak dikehendaki adanya mereka di wilayah terminal, mereka
bertindak kriminal dan dijauhi oleh orang-orang terminal yang lain karena sering
berbuat onar atau meresahkan masyarakat sekitar (orang terminal dan para
penumpang). Kehidupan sosial mereka pun ruang lingkupnya kecil karena tidak
bertindak secara bebas di ruang dan wilayah terminal. Mereka biasanya
berkegiatan secara berkelompok untuk melakukan suatu kejahatan, berkumpul di
sudut-sudut tertentu saja di terminal, dan muncul pada waktu-waktu tertentu yang
rawan penumpang dapat lengah yaitu jam malam, oleh karena itu tindakan
premanisme mereka memiliki ruang gerak yang terbatas. Contoh bentuk tindakan
premanisme yang mereka lakukan misalnya Pemerasan, ada yang bertugas
berpura-pura sebagai petugas loket resmi yang menjual tiket bus dengan harga dua
sampai empat kali lipat, dan yang lainnya bertugas memojokkan penumpang
dengan suara keras dan bentakkan bila penumpang protes atau tidak jadi membeli.
Hal ini seperti yang tercantum dalam media online (Feryanto, 2017
dalam http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/03/19/terminal-kampung-
rambutan-yang-tak-lagi-seram?page=3)berikut:
“Calo preman itu pun tak kasihan memberikan harga tiket lebih mahal dari harga jual di agen resmi perusahaan otobus (PO). Jika menolak, calon penumpang akan menerima intimidasi”
Pada media online tersebut, terlihat bahwa sebelum keamanan yang
meningkat seperti situasi sekarang di terminal Kampung Rambutan, preman
dalam bentuk calo masih banyak berkeliaran melakukan pemerasan dan intimidasi
49
Memang Bagi Emiral August, (Kepala Terminal Kampung Rambutan saat ini),
para preman memanfaatkan bus abal-abal itu untuk melakukan aksinya. Oleh
karena itu, Emiral menyetop operasi PO bus yang memiliki oknum-onum preman
(jenis lama) tersebut dengan cara berkoordinasi dengan Kowan Bisata. Salah satu
kesepakatannya ialah semua karyawan PO tanpa terkecuali harus mengenakan
seragam dan Id card. Zaman telah berbeda, banyak perubahan yang terjadi di
terminal Kampung Rambutan, khususnya dalam melakukan penanganan preman-
preman jenis lama yang dilakukan oleh Kepala terminal dan Kowan Bisata
(Feryanto, 2017
dalam http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/03/19/terminal-kampung-
rambutan-yang-tak-lagi-seram?page=3).
Akhirnya preman jenis lama terdiskualifikasi dengan sendirinya, lalu
muncul kemudian preman tipe kedua yang hadir yang apabila dikategorikan kelas
menengah yakni “Preman Jenis Baru” yang identik dengan preman Kampung
Rambutan sekarang ini. Apalagi seetelah kegiatan operasi razia preman yang
dilakukan atas kerja sama pos polisi, kepala terminal dan “kowan bisata”, seperti
tuturan seorang preman kelas menengah di terminal Kampung Rambutan berikut:
”Sejak dipegang sama bokap koperasinya, udah bagus kalo sekarang mah semua udah kedata sama bokap. Preman juga diusirin. Udah ada dua periode pokonya, sekitaran 12 taun dah. Dibantai semua yang ga resmi sama yang ganggu keamanan. Sama kita-kita juga diusirinnya kerja sama sama aparat juga. Ga langsung tapi ngusirnya, bertahap. Kita pantau dan targetin orang-orangnya, lama-lama abis. Pada takut tuh, soalnya lebih ketat peraturannya.”(Wawancara dengan RO tanggal 17 Juli 2017 di basecamp H.R)
Sudah hampir tidak ada lagi orang terminal yang masih bergelut sebagai
preman jenis lama ini dikarenakan banyaknya razia dan operasi dari kepolisian
50
yang semakin gencar. Posisi sosial mereka juga rendah untuk melakukan tawar
menawar dengan pihak kepolisian karena tidak seberapa keuntungan yang didapat
dari hasil kejahatan untuk menutupi kesalahan mereka. Namum dengan semua
perbedaan antara preman jenis lama dengan “Preman Jenis Baru”, memiliki
kesamaan motif bagi mereka untuk berkegiatan di bidang ini ialah motif ekonomi,
motif yang fundamental dan yang paling mendasar bagi kehidupan manusia.
“Preman Jenis Baru” dalam struktur sosial orang terminal ialah preman
tingkat menengah. Motif mereka juga ekonomi, tetapi yang membedakan ialah
mereka lebih tertib, terorganisir, dan yang lebih penting lagi, mereka diakui
keberadaanya oleh orang-orang terminal bahkan instansi pemerintah seperti UPT
terminal yang diketuai oleh kater (Kepala Terminal). Mengapa demikian? Mereka
tidak identik dengan kejahatan ataupun kriminal, mereka bergelut dengan dunia
yang cenderung resmi dan telah ada kesepakatan kerja sama dengan struktur
resmi, yakni dengan struktur pemerintahan dan struktur swasta. Meskipun begitu
mereka tetap digolongkan sebagai preman, apabila mengacu pada beberapa
definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, mereka masuk ke dalam pengertian
preman kampung yang menguasai suatu wilayah dengan cara kontak langsung
dengan masyarakat. Baik dalam bentuk fisik maupun sosialisasi yang telah
diberikan oleh generasi sebelumnya. Mereka juga preman yang berkelompok dan
sangat terorganisir. Mereka memiliki struktur khusus setiap kelompoknya.
Sebagaimana penuturan salah satu preman, informan UMAR mendeskripsikan
kelompok ini sebagai berikut:
“Jadi bagian-bagian pengurus tuh ada kepala pengurus, koordinator laka lantas, danru (komandan regu), dan terakhir bagian pengisi. Setiap jumlah
51
pengurus, tergantung armadanya. Kalo armadanya banyak, bagian pengisinya harus banyak. Karena capek, kaya bus marita ini ga berenti-berenti ini. 7 orang yang kerja di bagian pengisi. Cuman sekarang mah dibagi-bagi, disini 3 orang, sisanya di owning(pelataran pintu masuk ke terminal), di jalan baru. Jadi di pos-posin gitu”.(Wawancara tanggal 17 Juli 2017, di basecamp H.R)
Di setiap kelompok itu mereka juga disatukan oleh struktur preman yang
berjubah koperasi.Mereka memiliki jaringan dengan struktur organisasi dan
peranannya masing-masing, dan dengan begitu mereka dapat melanggengkan
daerah kekuasaan wilayah mereka dalam perihal mengurus segala pernak-pernik
kriminal. Mereka pada awalnya mempunyai latar belakang yang begitu berbeda-
beda satu sama lain, dalam segi pendidikan ada lulusan SMP hingga sarjana dan
dalam segi etnis ada yang asli betawi, Sunda, hingga Minangkabau dan Batak.
Hingga pada akhirnya mereka disatukan ke dalam bentuk koperasi bus antar kota
“kowan bisata”.
Kowan bisata yang merupakan institusi yang tidak terikat dengan pihak
pemerintah maupun swasta, “Preman Jenis Baru” berada di kedua ranah tersebut,
mereka tetap berasosiasi kepada masyarakat sipil yang berlandaskan kebebasan.
Mereka tetap bertahan hidup hingga sekarang, gesekan antara pihak pemerintaah
dan swasta pun jarang terjadi, yang ada hanya diantara preman itu sendiri dalam
menjalankan urusan kegiatan sehari-hari mereka. Baik dalam hal komunikasi yang
tidak berjalan dengan bagus, kecemburuan sosial, perihal norma kesopanan, saling
tikam, dan lain lain. Sebagaimana pengakuan salah satu preman, Informan IWdan
H.R sebagai berikut:
“Kalo ada salah komunikasi, kenakalan –kenakalan karyawan tuh wajar ya. Misalnya sering tidak tertib, atau kurang disiplin lah ya. Atau kurang sopan gitu, kalo saya gak bisa begitu. Harus ditegakkan. Nomor satu penumpang adalah raja”. (Wawancara dengan IW tanggal06 Juni 2017 di basecamp H.R).
52
“Disini kan sistimnya saling injek. Iya walaupun keliatannya baik nih pengurus sama pengurus”.(Wawancara dengan H.R tanggal06 Juni 2017 di basecamp H.R). Selama ini memang preman di mata masyarakat umum mempunyai citra
negatif. Citra preman sudah kental seperti apa yang dikonstruksi pemerintah dan
media massa ketika masa-masa Petrus. Ketika itu preman ditandai dengan simbol
bertubuh kekar, bertato, suka “nongkrong dan memalak” di pinggir jalan atau
ruang publik lainnya, bahkan kebal akan senjata tajam telah melekat dalam benak
masyarakat umum. Dengan ciri-ciri demikian sebenarnya kurang tepat masyarakat
memaknai keseluruhan kehidupan sosial preman yang sebenarnya. Karena jenis
“preman yang lain” diluar ekspektasi atau pengetahuan masyarakat tentang dunia
preman. Yaitu jenis preman kelas menengah seperti yang peneliti sebutkan diatas,
preman jenis ini sebenarnya realita sosialnya tidak jauh berbeda dengan preman
kelas bawah. Benang merahnya ada pada sosok “preman” yang cara berpikir dan
bertindaknya berorientasi pada kekerasan dan kekuasaan. Karena memang jalan
kekerasan adalah cara mereka untuk bertahan hidup, menjaga “struktur preman”
yang telah ada dan melanggengkannya.
Cara berpikir dan bertindak seperti inilah yang sejatinya menjadi tolok ukur
untuk melihat fenomena preman yang terjadi di masyarakat. Khususnya pada
masyarakat sekitar terminal Kampung Rambutan, fenomena preman dapat dilihat
bukan dari cara berpikir dan cara bertindak saja, cara mereka berinteraksi dengan
orang-orang terminal lainnya juga mengidentifikasi bahwa dirinya berkuasa di
wilayah (pemegang PO bus atau pemegang jabatanyang dilegalkan) pada bagian
tertentu di terminal. Maka ketika ada seorang yang kelihatannya bukan preman
53
ditinjau dari sisi fisik, akan tetapi ia mempunyai sumber daya 1 yang
memungkinkannya untuk mendirikan “struktur preman” dan menggunakan cara
berpikir “preman”, maka sejatinya ia adalah preman itu sendiri meskipun ia tidak
mengakuinya.
Penelitian ini hanya membatasi objek penelitian kepada preman jenis kelas
menengah, dikarenakan preman jenis ini unik diteliti secara sosiologis dalam
perspektif teori konstruksi sosial yang mengandalkan dialektika objektif dan
subjektif dalam mengkaji pengetahuan tentang realitas atau sebuah kenyataan,
khususnya sangat membantu tahapan dan bentuk konstruksi sosial preman di
Kampung Rambutan. Untuk itu dipilihlah beberapa informan kunci untuk
menunjuk seorang preman jenis ini.
Preman di terminal Kampung Rambutan memiliki ciri khas dalam
bertindak sebagaipreman dan mempunyai struktur yang melanggengkan segala
kegiatannya tersebut, meskipun mereka tidak mengakui diri mereka sebagai
preman, cara bertindak “preman sebagai orang yang bebas” dan struktur preman
yang ada dalam bentuk koperasi bus antar kota pun sudah cukup mewakili diri
mereka sebagai preman jenis kelas menengah ini. Untuk bahasan mengenai profil
preman-preman Kampung Rambutan ini akan dibahas pada subbab berikutnya.
1 Sumber daya disini maksudnya adalah, memiliki jabatan tertentu pada struktur non resmi atau cenderung resmi (seperti kowan bisata) dan memiliki anak buah yang tunduk atas kekuasaan dan perintah yang diperintahkan kepadanya. Anak buah juga berfungsi membantu mengatur urusan preman ini.
54
BAB III
PROFIL TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN
A. Profil Terminal Kampung Rambutan
Terminal Kp. Rambutan terletak di Jln. Letjen TB Simatupang No. 1
Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Kota Administrasi Jakarta Timur. Luas
tanah terminal sekitar 1.5 Ha. Lokasi Terminal berbatasan dengan Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) di sebelah Utara, Jalan Tol Jagorawi di sebelah Timur,
kampung Tanah Merdeka di sebelah Selatan, dan Pasar Rebo di sebelah Barat.
Terminal Kp. Rambutan mulai dibangun pada bulan November 1991.
Hingga selesai pada tahun berikutnya, terrminal Kp. Rambutan dapat
dipergunakan secara aktif pada tanggal 01 Oktober 1992. Terminal Kampung
Rambutan sendiri merupakan peralihan dari terminal bayangan yang ada di
Cililitan. Terdapat beberapa fasilitas umum yang masih dapat dipergunakan
dengan baik hingga kini, yaitu: WC Umum (9 unit), Kios (25 unit), dan Mushola
(2 unit) (dalam Laporan Bulanan 2017 UPT terminal).
Meskipun beberapa fasilitas, baru di lakukan penataan ulang pada tahun
1998 atas dasar permintaan kebutuhan jasa angkutan umum yang semakin
meningkat dan juga perkembangan kota yang mengharuskan beberapa fasilitas
diperbaharui. Hal – hal yang mengalami pembaharuan diantara lain:
1. Penataan dan penambahan fasilitas umum dan penunjang terminal
2. Perbaikan peralatan terminal
55
3. Penataan jalur bus dalam kota dan bus antar kota
Dinamakan Kampung Rambutan, karena menurut masyarakat setempat,
pada masa lalu terdapat banyak pohon rambutan di daerah ini. Terminal ini berdiri
dan diresmikan oleh Gubernur Wiyogi (Gubernur DKI Jakarta) pada masa
pemerintahannya. Pembangunannya selesai hanya dalam waktu 11 bulan,
walaupun ditemukan beberapa kendala salah satunya adalah timbulnya kemacetan
(dilihat darihttp://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Terminal
KampungRambutan,).
Sekarang ini Terminal Kampung Rambutan sendiri dikelola secara resmi
oleh Pemerintah Daerah melalui Unit Pelayanan Teknis yang berkordinasi
langsung dengan Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta. Hal ini sesuai
dengan Surat Kuasa Kadishub No. 350 Tahun 2010 tentang pemberian tugas
pokok dan fungsi Kepala Terminal, Tata Usaha, dan Komandan Regu. Setelah
dikelola secara resmi, berikut merupakan penampakan gambar terminal dan Unit
Pelayanan Teknis di Kampung Rambutan:
Gambar 1.III.A UPT Terminal Kampung Rambutan
Sumber: Laporan Bulanan UPT 2017
56
Adapun Struktur Organisasi Terminal Bus Antar Kota Kampung
Rambutan sebagai berikut:
Tabel 3.III.A Struktur Organisasi UPT Terminal Kampung Rambutan
Untuk ketertiban terminal, pihak UPT Kampung Rambutan membuat
program 14 tertib terminal sebagai berikut:
1. TertibPintu Masuk / PintuKeluar
1 SUSANTI
2 HERLINA
3 SUYATI
4 SITI SOLIKHATI
5 DEWI YUSNITHA ( PHL )
6 SABILUL ROSAD ( PKWT )
1 ZULKIFLI 1 YOS SUDARSO 1 S A J U M2 AHMAD FADILLAH 2 SUMINTA 2 SRI RAHAYU3 EVI EKAWATI 3 PARULIAN 3 EFENDI4 KOMARUDIN 4 AJUDIN 4 HARIYANTO5 ANDREA SETIAWAN 5 WISNU WIJAYA 5 MARGONO6 EDY SUWARNO 6 T. AZIRMAN AZIS ALEP 6 EFRIANDI7 HARJADI 7 ANDY NUGROHO S 7 ARMONE REMPE8 HARYADI 8 AR TEGUH S 8 MUHAMMAD NUR9 A. SUNARYANA 9 M.RASAD 9 MULYADI
10 A.RASID 10 ABDULLOH 10 PARDI MARBUN ( PTT )11 M.YUNUS 11 ROSID 11 KAREL ANTHONY ( PHL)12 SYAHRUL 12 ASMAN 12 LEONARD EDI CHANDRA ( PHL )13 YUSMAN HAMID ( PTT ) 13 WAGINO 13 ASEP SUTAWIJAYA ( PHL )14 FERRY LUMBAN GAOL (PTT) 14 HENGKY IRAWAN ( PHL )
15 NURUL CAHYADI (PHL)16 JEKSON ALEXANDER SAMOSIR
JUMALI, SH TITO HENDRATO DEDY AFANDI
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA
KEPALA REGU I KEPALA REGU II KEPALA REGU III
STRUKTUR ORGANISASITERMINAL BUS ANTAR KOTA KAMPUNG RAMBUTAN
KEPALA TERMINAL
EMIRAL AUGUST D.S.Sos,M.Si
TATA USAHA
Sumber: Laporan Bulanan UPT Terminal Kampung Rambutan 2017
57
2. TertibAdministrasi
3. TertibFisik
4. TertibKedatangan dan Keberangkatan
5. TertibRuangTunggu
6. TertibSampah dan Kebersihan
7. TertibLoket
8. TertibPetugas
9. Tertib Pedagang
10. TertibRetribusi
11. TertibTarif
12. Tertib Angkutan / Pengemudi
13. Tertib Stop Operasi / PengeluaranKendaraan
14. Tertib Pengawasan
Setiap penumpang diarahkan agar dengan tertib memasuki area terminal dan
ruang tunggu yang telah disediakan melalui pintu masuk dan keluar yang ada.
Adapun untuk memasuki area terminal melalui peron, calon penumpang
diwajibkan membayar TPR (Tarif Pembayaran Retribusi) untuk kepentingan
biaya pemeliharaan sarana dan prasarana terminal yang tertulis pada PERDA No 3
tahun 2012 pasal 56 ayat 3 yang berbunyi “Atas pelayanan penyediaan fasilitas
terminal oleh unit perhubungan di pungut retribusi dengan nama
retribusiterminal”. Adapun pengenaan biaya sejumlah Rp.1000/orang,
sebagaimana yang telah ditetapkan undang-undang lalulintas nomor 22 tahun
2009 dan perdanomor 3 tahun 2012.
58
Pihak UPT terminal juga menyediakan fasilitas poliklinik kesehatan untuk
penumpang yang sakit, juga memiliki beberapa pegawai kesehatan dan petugas
kebersihan guna menjaga kebersihan di lingkungan terminal. Selain itu juga ada 2
unit mushola yang disediakan untuk melakukan ibadah bagi calon penumpang
muslim yang letaknya di sebelah timur dan barat.
Selain tata tertib yang harus dipatuhi oleh calon penumpang, ada pula tata
tertib UPT Terminal Kampung Rambutan untuk setiap karyawan dan pengurus
PO (Perusahaan Otobus) yakni seperti yang tercantum pada (Lampiran 2). Salah
satunya adalah dengan mematuhi trayek yang sudah disepakati dan pemakaian
identitas yang wajib dikenakan selama bertugas di wilayah terminal.
B. Profil Komunitas Terminal
Peneliti memakai istilah Komunitas atau Orang Terminal guna menunjuk
kepada generalisasi objek penelitian ini kepada aktivitas kehidupan warga sipil
(orang-orang yang berkegiatan sehari-hari di terminal, selain aparat/petugas
pemerintahan). Adapun segala bentuk aktivitas orang-orang yang berada di
terminal seperti: supir, kondektur, pengurus PO bus, pedagang kios, pedagang
kaki lima, juru parkir, dan pekerjaan informal lainnya.
Pekerjaan yang digeluti orang-orang terminal ini beragam bentuknya,
mereka mengadu nasib di terminal untuk kebutuhan ekonomi keluarga mereka.
Hal ini dikarenakan perputaran uang di terminal lumayan besar dan pasti. Dengan
tingginya tingkat perputaran ekonomi yang terjadi di kalangan orang terminal ini,
bukan tidak mungkin terjadi adanya gesekan-gesekan sosial yang terjadi di antara
59
mereka, untuk itu mereka membentuk suatu badan yang mandiri untuk memenuhi
segala bentuk keteraturan ataupun kebutuhan yang diakomodasi dari hasil
musyawarah bersama guna menghindari konflik ataupun mencegah terjadinya
konflik yang berkelanjutan.
Badan tersebut ialah Kowan Bisata (Koperasi Karyawan Bis Antar Kota),
yang didekasikan untuk seluruh karyawan PO Bus di terminal Kampung
Rambutan dengan segala bentuk dinamika yang ada terbentuk pada tahun-tahun
belakangan ini. Mereka pun memiliki struktur organisasi sendiri yang berbeda
dengan fungsi struktur organisasi UPT terminal, hal ini dikarenakan pembagian
kerja dan fungsi kebutuhan yang berbeda pula. Kowan Bisata hanya
mengakomodir kebutuhan karyawan terlepas dari ikatan perusahaan yang
berkepentingan dan ikatan struktur pemerintah. Menurut informan H.R sebagai
ketua Kowan Bisata sebagai berikut:
“Jadi seluruh karyawan PO nih di Kampung Rambutan, di bawah naungan Kowan Bisata.…seluruh kegiatan yang ada di terminal ini dikelola dan dikordinasikan langsung oleh kami dengan bekerja sama dengan aparat dan UPT, tapi ga ada ikatan dengan pemerintah, hanya untuk lingkup orang-orang terminal aja” (Wawancara tanggal 06 Juni 2017 di basecamp H.R).
Jadi, Kowan Bisata menaungi secara umum keseluruhan kegiatan yang ada
di terminal dengan bekerja sama dengan aparat pemerintah, baik itu polisi maupun
UPT terminal. Kerja sama itu dapat berupa sosialisasi peraturan, kebersihan,
hingga pada peranan sebagai mitra kerja.
C. Profil Preman Kampung Rambutan
Tak jauh berbeda dengan sejarah keberadaan terminal Kampung Rambutan.
Kehadiran preman Kampung Rambutan juga bermula sejak awal dioperasikannya
60
terminal. Bermula ketika segerombolan orang-orang yang bekerja di perusahaan
otobus pada terminal Cililitan dipindah tugaskan kepada terminal yang baru saja
rampung tersebut, terminal Kampung Rambutan. Pengalihan ini merupakan upaya
pemerintah pula untuk mengurangi kemacetan dan kesemrawutan ruang wilayah
di Cililitan yang penuh sesak dengan berbagai hiruk pikuk. Dimulai dari adanya
pasar Kramat Jati, Pusat Grosir Cililitan, hingga pada terminal bayangan yang
banyak mengganggu lalu lintas kendaraan.
Dengan dialihkannya bus-bus ini ke terminal Kampung Rambutan,
kemudian muncul beberapa struktur yang baru dalam struktur terminal ini, di
dalamnya adalah struktur orang terminal dan struktur preman di sisi lain. Dalam
struktur orang terminal, merupakan struktur bawaan dari para pekerja pengurus
perusahaan otobus atau PO yang dipindah tugaskan ke wilayah terminal Kampung
Rambutan ini, mereka lalu memulai beradaptasi dengan wilayah baru dan dengan
struktur resmi yang mengelola terminal Kampung Rambutan, yaitu unit pelayanan
teknis terminal yang dikelola oleh dishub DKI Jakarta.
Mengapa struktur preman ini dibentuk oleh sekelompok orang yang
bertugas sebagai pengurus perusahaan otobus yang ada di terminal Cililitan?
Pemegang kekuasaan tertinggi dalam perputaran perekonomian berada pada
jabatan pengurus perushaaan otobus pada terminal bus. Tak heran dengan
dipekerjakannya beberapa orang ini karena pengaruh dan kegiatannya yang sangat
membantu perusahaan otobus dalam mendapatkan penumpang di wilayah yang
dioperasikannya bus milik perusahaan otobus. Pihak PO sebagai pihak swasta
mempercayakan hal mengelola fasilitas bus ini kepada sekolompok orang tersebut
61
sebagai pihak penengah antara pihak swasta dan pemerintah, hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Jerome Tadie dan Fauzi bowo yang mana preman bergeliat pada
pihak penengah yakni berdiri pada ruang diantara ruang formal dan informal,
resmi dan nonresmi. Secara umum preman Kampung Rambutan telah terdiri dari
ciri-ciri berikut:
1. Berdiri pada ruang resmi dan non resmi. Sebagai penyedia jasa atau
mitra kerja yang dilegalkan oleh pemerintah dan pihak swasta karena
bekerja sama dengan keduanya dalam bentuk koperasi karyawan bus antar
kota. Namun mereka bukan karyawan secara khusus, mereka tidak terikat
sebagai karyawan di perusahaan otobus tersebut. Mereka sebut hanya
bermitra kerja dengan PO bus yang mereka pegang.
2. Memiliki Sumber Daya. Hal ini diantaranya keberpihakan yang bebas,
artinya dianggap penting oleh pemerintah dan pihak swasta bahkan orang-
orang terminal secara umum. Preman ini memiliki otoritas untuk
diperlakukan secara bebas, bertindak tanpa disuruh namun berdasarkan
keinginan pribadi atas minat dan tanggung jawab yang ia pegang. Sumber
daya selanjutnya adalah daerah kekuasaan yang dibagi kepada
kepengurusan bus antar perusahaan otobus, sebagai preman dan pengurus
PO.Sumber daya yang terakhir adalah anak buah. Mereka diantaranya
memiliki anak buah yang banyak. Untuk mengurus berbagai macam
keperluan untuk mengatasi kebutuhan yang ada di terminal.
3. Pembagian Kerja. Masing-masing preman memegang peranan penting
pada struktur preman sesuai pengalaman dan keahlian mereka. Sebagai
62
seorang preman, preman Kampung Rambutan membawahi bidang-bidang
yang mereka telah kuasai berdasarkan pendidikan misalnya KDI yang
menjabat sebagai bendahara Kowan Bisata karena lulusan sarjana
ekonomi, berdasarkan politik atau power misalnya H.R yang membawahi
ratusan orang di terminal dengan menjadi Ketua Kowan Bisata dan
menjadi Ketua Ranting Forkabi (organisasi berbasis etnis Betawi) di luar
terminal, berdasarkan pengalaman misalnyra UMAR yang telah sejak
berdirinya bekerja sebagai karyawan PO Bus, dan terakhir di bidang
sosial, misalnya alm Bos LL, seorang ayah dari KDI yang merangkul
orang-orang yang ada di terminal menjadi anak buahnya.
Dari ciri-ciri dan kriteria preman Kampung Rambutan di atas. Selanjutnya
peneliti akan menjelaskan beberapa profil preman pembentuk struktur orang
terminal sebagai sebuah realita sosial, sebagai berikut:
1. Informan EL: Beliau adalah informan pertama yang menjadi sumber
peneliti melakukan snowball sampling. Meskipun ia kini tidak bergelut
lagi di dunia terminal. Pensiun sebagai orang terminal juga preman.
Namun informasi beliau dalam menujuk seseorang untuk peneliti datangi
lebih dalam mengenai kehidupan dan konstruksi preman di kalangan orang
terminal sangat membantu peneliti. Beliau asal Jakarta asli, hidup di
terminal sejak masa-masa ia remaja. Lamanya beliau berkegiatan di
terminal membentuk pribadi beliau sebagai orang yang keras. Setelah
terminal Kampung Rambutan beroperasi. Beliau juga di pindah tugaskan
ke terminal Kampung Rambutan dari terminal cililitan. Perusahaan otobus
63
yang beliau pegang ketika itu adalah PO Doa Ibu. Ia menghormati seorang
figur yang mengayomi orang terminal ketika masa-masa permulaan
struktur orang terminal terbentuk. Orang itu adalah almarhum “Bos LL”.
Bos LL memang biasa dipanggil dengan sebutan seperti itu oleh orang-
orang terminal ini. Termasuk EL, setelah mengenal lama dengan bos LL.
Ia dipercaya sebagai tangan kanan bos LL. Ia ditugaskan untuk mengatur
segala permasalahan yang berkaitan dengan supir, kendaraan, bahkan
polisi. Melancarkan segala urusan permasalahan bus yang ada terminal,
maupun yang sudah dalam perjalanan. Menjadi penengah atau pihak
ketiga dari perusahaan, orang terminal dan polisi dalam mengatasi
permasalahan. Dimulai dari wawancara dengan EL, peneliti mendapatkan
dua nama yang identik dengan preman, yaitu KDI dan jajang okek.
2. Informan AG: Informan AG merupakan salah satu teman dari orang yang
direkomendasikan oleh informan EL kepada peneliti untuk digali lebih
dalam mengenai struktur preman, yaitu bang kdi. Peneliti mengenal AG
dari KDI. Ia adalah teman seperjuangan informan EL dalam membentuk
struktur orang terminal yang ada di Kampung Rambutan. Ia bekerja
kurang lebih sejak masa-masa muda beliau pula. Beliau juga mengenal
dekat bos LL. Bekerja sebagai kepala pengurus PO Linmas sejak masih di
cililitan. Mengetahui betul bagaimana kehidupan orang terminal
khususnya sebagai pengurus PO.
3. Informan UMAR: merupakan teman dari H.R, orangyang
direkomendasikan oleh informan KDI. Informan UMAR bekerja pada PO
64
Kramat djati. Sekarang jabatan beliau adalah wakil kepala pengurus po
Kramat djati. Pekerjaan beliau sehari-hari tidak jauh dari mengurus surat
penilangan dan mendata kecelakaan yang terjadi pada bus yang ia pegang.
Peneliti mendapatkan informasi awal mengenai adanya koperasi yang
mempersatukan karyawan pengurus po di terminal dari informan UMAR.
Orangnya sangat ramah, namun kepribadiannya juga dituakan atau
dihormati oleh yang lain karena berpengalaman di bidang pengurus
terminal sebagai orang terminal atau orang bebas. Sebagai preman, yang
tidak teridentifikasi oleh masyarakat karena masyarakat hanya memandang
preman sebagai seorang penjahat. Padahal beliau termasuk preman.
Namun dalan tipe yang berbeda, preman kelas menengah. Beliau juga
sering di datangi oleh orang-orang terminal yang lain yang relative baru
untuk meminta nasihat atau wejangan mengenai suatu permasalahan yang
berkaitan dengan pekerjaan ataupun hal lain.
4. Alm. Bos LL merupakan pusat. Bos LL orang yang merangkul orang-
orang terminal lain untuk bekerja sama dalam membentuk struktur orang
terminal, sejak awal terminal Kampung Rambutan ini dioperasikan.
Orangya mengayomi, bijak, dan suka menolong. Bos LL pula yang
membuat nilai-nilai dan norma yang disosialisasikan melalui contoh
perilaku pribadi beliau. Bos lili juga adalah seorang pengurus perusahaan
otobus, beliau juga banyak mempekerjakan orang untuk memegang
perusahaan otobus lainnnya. Setelah itu juga ia mengkoordinir orang-
orang untuk berjualan di terminal dari hasil jerih payahnya membuka
65
warung agen minuman dan makanan ringan di terminal. Beliau memiliki
kios, yang sekarang dikelola oleh anaknya, informan KDI. Informan KDI
diajarkan orang tuanya agar tidak hidup gengsi. Bos LL adalah seorang
yang giat bekerja dan jujur, sehingga banyak dipercaya oleh perusahaan
otobus untuk menjadikannya mitra kerja. Semacam kerja sama tidak
terikat, non-karyawan yang membebaskan dirjinya mengelola fasilitas
yang sudah disediakan oleh perusahaan otobus yakni bus. Konsep mitra
kerja ini juga ditemukan peneliti dari UMAR, informan sebelumnya.
Dilihat dari sudut pandang sosiologis, alm. bos LLini termasuk “Preman
Jenis Baru”. Hal ini berarti diturunkan kepada anaknya yang sekarang
mengurus warisan yang dikelola oleh orang tuanya yaitu memegang
jabatan sebagai orang yang dihormati sekaligus ditakuti karena memegang
wilayah terminal dengan memegang banyak perusahaan otobus bersama
rekan-rekan kerjanya yang identik dengan “preman”, termasuk informan
EL yang sempat pula menjadi orang kepercayaan komandan. Informan
KDIbiasa dipanggil oleh Informan EL dengan sebutan komandan.
Informan EL menrupakan tangan kanan anak dari bos LLtersebut.
Pemegang wilayah Kampung Rambutan atau preman. Namun di
pertengahan tahun 2005, informan ELmemilih pensiun dan meninggalkan
terminal.
Keempat orang terminal inilah yang selain dari membentuk struktur orang
terminal, secara tidak sadar juga membangun struktur preman untuk
melanggengkan daerah kekuasaannya. Salah satunya ialah dengan dibangunnya
66
Dewan Penasehat : M.Romli
Sekretaris : Suratno.
Dewan Pengawas : Erwin
Wakil Ketua : IW
Humas : Sobur Bendahara : KDI. Staf kasir : Neli
koperasi. Koperasi bus antar kota kowan bisata, merupakan pelembagaan struktur
preman yang dalam Bahasa konstruksi sosial terjadi pada momen objektivasi.
Adanya kowan bisata semakin memperkuat adanya orang-orang terminal yang
berpengaruh ataupun dihormati di terminal Kampung Rambutan ini sebagai
preman. Adapun struktur kepengurusan yang paling baru dari kowan bisata ini
sebagai berikut:
Gambar 2.III.C Struktur Non-formal Kowan Bisata Terminal Kp.
Rambutan
Dari beberapa nama diatas, dalam struktur kepengurusan preman yang
tercantum karyawan kowan bisata tersebut. Ada beberapa nama yang penulis
penting sebutkan sebagai profil seorang preman. Diantarannya adalah:
1. Informan H.R: merupakan pembebas tanah terminal Kampung
Rambutan ketika proses pembebasan tanah di wilayah Kampung
Rambutan untuk dijadikan terminal. Beliau sudah disegani oleh
Ketua : H. R.
Bidang Usaha : Ali Sumber: Arsip Kowan Bisata Terminal Kp.Rambutan 2017
67
masyarakat setempat sejak dulu orang tuanya juga sebagai orang asli
Kampung Rambutan. Beliau juga aktif di organisasi Forkabi hingga saat
ini. H.R merupakan informan rekomendasi dari KDI saat penulis
menanyakan pengetahuan tentang preman. Namun beliau baru aktif di
terminal pada tahun Sembilan delapan. Sempat menghilang sejak
pembebasan tanah karena sedang membangun usaha di bidang lain.
Masuk ke terminal karena teman-teman beliau meminta tolong untuk
mengurus salah satu perusahaan otobus yang saat itu sedang bermasalah.
Setelah itu permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik oleh
H.R. Oleh sebab itu juga H.R dipercaya menjadi kepala pengurus po
kramat jati. Dengan pengalaman di organisasi dan keterampilannya
dalam sigap dan rapih mengatasi segala hal permasalahan yang ada di
terminal. Dengan cepat ia memperoleh banyak tawaran mitra kerja oleh
perusahaan otobus. Hingga koperasi bus antar kota pun ia pegang guna
mempersatukan karyawan kembali dalam satu atap dan payung hukum
yang relatif legal.
2. Informan IW: dahulu sebelum masuk ke dalam struktur preman.
Terlebih dahulu IW berkegiatan sebagai orang terminal dengan bekerja
sebagai pedagang buah keliling. Tangkas dan cepatnya beliau
mengkonversi peluang menjadi suatu hasil. Membuatnya kini dipercaya
menjadi kepala pengurus PO Ranau Indah yang merupakan bus antar
kota antar provinsi yang bertujuan ke pulau sumatera. Ia juga dipercaya
menjadi wakil kepala pengurus kowan bisata. IW sering membawa anak-
68
anaknya ke terminal. Untuk mengetahui beberapa pengetahuan tentang
pekerjaan ayahnya di terminal. Dengan begitu sering melakukan
sosialisasi secara langsung kepada anaknya untuk berkegiatan pada
struktur orang terminal maupun preman.
3. Informan KDI: Anak dari almarhum bos LL. Adalah pemegang
kekuatan terbesar di wilayah terminal ketika awal terminal Kampung
Rambutan dioperasikan. Diwariskan kepada KDI, yang setelah lulus
kuliah tidak mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan. Akhirnya KDI
bergeliat kepada dunia terminal lagi, mengulang jejak almarhum
ayahnya, bos LL. Tak butuh lama bagi KDI dalam beradaptasi dan
melakukan sosialisasi terhadap struktur terminal dan preman, hal ini
dikarenakan KDI sejak remaja banyak berkunjung ke terminal. Sedikit
banyak mengetahui kegiatan apa yang dilakukan ayahnya dan mengenal
beberapa orang – orang terminal. Sehingga ketika beliau menghadapi
kehidupan sosial di terminal, hanya sedikit mengalami kesulitan.
Pemanggilan komandan itu dilakukan oleh sesepuh terminal Kampung
Rambutan yang sejak lama bergelut di dunia terminal sejak ayahnya bekerja pula
di terminal Cililitan, yaitu informan AG. Apalagi pemanggilan itu dilakukan AG
pada markas mereka, hal ini semakin menunjukkan identitas KDI sebagai
pemimpin preman di Kampung Rambutan. Namun kepemimpinan ini tidak
mutlak baginya, penguasaan wilayah terminal bus antar kota antar provinsi terbagi
dalam dua sector, yaitu sektor barat yang dipegang oleh KDI, dan sektor timur
69
yang dipegang oleh H.R. Adapun pembagian wilayah kekuasaan ini dapat dilihat
dalam gambar berikut:
Gambar 3.II.D Peta Letak Base Camp kelompok KDI dan kelompok H.R
Kepemimpinan Sektor Barat yang dikuasai oleh KDI berada pada lokasi
yang strategis, yaitu bertepatan dengan jalur keluar bus antar kota yang akan
berangkat, dengan begitu KDI sebagai “komandan” mempermudah berkoordinasi
dengan anak-anak buahnya, dan mereka secara langsung lebih mudah mengawasi
situasi terminal dalam mengambil iuran setiap supir dan menghitung berapa
armada bus yang mereka kelola keluar terminal.Tugas seorang KDI hanya
melanjutkan kepemimpinan ayahnya dalam mengelola orang-orang terminal yang
bekerja sebagai Pengrurus PO dan pedagang asongan di sektor Barat.
Base Camp KDI
Base Camp H.R
Sumber: Laporan Bulanan UPT Terminal Kampung Rambutan 2017
70
Sebagaimana Sektor Barat tergambarkan dalam dokumentasi peneliti sebagai
berikut:
Gambar 4.II.D. Keadaan situasi terminal di sektor Barat dan Letak Base Camp KDI
Sumber: Observasi 08 Agustus 2017
Terlihat dalam gambar berikut situasi terminal di sektor Barat dimana di
dalamya terlihat basecamp KDI yang ada pada posisi lurus dekat bus berwarna
biru “Doa Ibu” yaitu kios yang dimiliki Bos LL yang mana berfungsi juga sebagai
basecamp. Posisi basecamp yang strategis yakni bertepatan pada belokan atau
hook terakhir lalu lintas keluarnya bus antar kota dari terminal. Hal ini tentu saja
untuk mempermudah dalam berkoordinasi dengan orang-orang terminal lain,
termasuk anak buah yang bertugas di lapangan.
Kepemimpinan sektor timur dipimpin oleh informan H.R, dia juga menjabat
sebagai ketua Kowan Bisata. Orang terminal hanya sedikit yang mengetahui seluk
beluk kegiatan beliau di terminal Kampung Rambutan. Karena ia baru masuk
tahun Sembilan delapan di terminal dan tidak memiliki massa banyak seperti
ayahnya KDI, yaitu Bos LL. Sepengetahuan peneliti, dari hasil wawancara dengan
71
H.R. Dia hanya asli orang Kampung Rambutan dan keluarganya orang betawi
asli.
Pengaruh beliau ketika masa-masa pembangunan terminal Kampung
Rambutan berada pada peranannya sebagai pembebas lahan yang keluarganya
memiliki kedekatan dengan Gubernur Wiyogo. Keaktifan beliau di organisasi
forkabi juga sedikit banyak memberikan pengaruh untuk menarik massa warga
asli Kampung Rambutan dan sebagian orang terminal. Letak base camp mereka
sangat strategis yakni tepat berada pada pintu masuk jalur utama bus antar kota
masuk terminal. Hal ini juga memudahkan mereka dalam mengawasi keluar-
masuknya armada bus yang mereka pegang.Terlihat dalam dokumentasi peneliti
berikut:
Gambar 5.II.D. Basecamp H.R
.
.
Sumber: Observasi 08 Agustus 2017
Letak strategis basecamp H.R yang bertepatan dengan jalur masuk bus antar
kota dan berbatasan langsung dengan Pos Polisi membantu beliau dalam
mempermudah berkoordinasi dengan kedua hal tersebut
72
Adapun pemanggilan nama asli berlaku tak sesering anak buah lainnya,
berlaku bagi informan EL saja yang telah menganggap saudara informan KDI:
“Saya juga kalo manggil KDI mah biasa aja panggil namanya karena deket,
kadang-kadang doang panggil komandan, kalo anak buah yang laen mah
panggil komandan. Nah kalo sama bapaknya saya panggil bos terus tuh”.
(Wawancara dengan EL, tanggal 27 Juni 2017, berlokasi di rumah saudara
EL di Depok)
Dengan begitu, jelas terlihat bahwa dari mulai ciri-ciri, sistematika kerja,
sumber daya, dan pemetaan penguasaan wilayah preman di terminal Kampung
Rambutan. Preman Kampung Rambutan merupakan kriteria preman yang merunut
pada proses pemaknaan konstruksi sosial yang telah lalu dari sejarah kehidupan
sosial masyarakat Indonesia di era kolonialisme. Dinamika pemaknaan preman
terus berkembang hingga sekarang, hingga peneliti mengambil studi kasus
konstruksi sosial preman pada periode tahun 2016-2017 ini sebagai bentuk
deskriptif mengenai pergeseran dan dinamika pemaknaan preman dalam realita
sosial kehidupan masyarakat kota, khususnya pada kalangan orang-orang terminal
Kampung Rambutan.
73
BAB IV
KONSTRUKSI SOSIAL PREMAN TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN
Setelah melihat dan menganalisis hasil temuan di lapangan, peneliti melihat
adanya proses pergeseran makna preman di kalangan orang-orang terminal dan
pola-pola baru dalam konstruksi sosial pengetahuan tentang praktik preman dari
preman itu sendiri. Makna preman yang telah lama diasumsikan oleh masyarakat
luas, adalah makna preman yang terkonstruk dengan proposisi “negatif” yakni
term preman yang selalu disegani karena sering melakukan kekerasan dan
intimidasi yang bertujuan menguasai perekonomian tempat preman tersebut
berkuasa. Kini, term preman dipandang oleh kalangan orang-orang terminal
Kampung Rambutan dalam bentuk proposisi yang lebih “positif”, mereka adalah
sosok seorang yang disegani karena kepribadiannya yang mengayomi dan
perannya dalam terminal yang begitu berpengaruh secara sosial. Adanya
pergeseran makna preman ini kemudian peneliti analisa dari identifikasi praktik-
praktik keseharian mereka sebagai “Preman Jenis Baru” di Terminal Kampung
Rambutan.
Sesuai dengan pengerjaan analisis yang dilakukan peneliti, yaitu dengan
menggunakan Teori Konstruksi Sosial milik Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann. Ada tiga proses pergeseran makna dan bentuk konstruksi sosial yang
74
dilalui oleh preman Kampung Rambutan, yaitu: Eksternalization, Objectivation,
dan Internalization.
A. Proses Eksternalisasi Konstruksi Sosial Preman Kampung Rambutan
Proses pembentukan konstruksi sosial terlebih dahulu melewati tahapan
awal yakni eksternalization. Penelitian ini menjelaskan bahwa yang dimaksud
eksternalization adalah munculnya gagasan dari seorang preman dalam
beraktualisasi atau bekerja di dalam terminal, yakni menjadi bagian dari orang
terminal yang diakui keberadaanya. Hal ini dapat disebut sebagai eksternalisasi
karena preman dapat mengekspresikan kediriannya di dalam terminal sebagai
bentuk adaptasi lingkungan yang baru ia tempati. Dengan kata lain, preman
memiliki gagasan bahwa dirinya layak dan seharusnya bekerja secara resmi di
dalam terminal sebagai bagian dari orang terminal. Orang terminal itu sendiri
merupakan individu-individu yang disatukan secara sosial dan legal dalam ruang
lingkup Terminal Kampung Rambutan. Preman identik dengan sejarah lokasi
tempat ia berada atau berkuasa, sedangkan preman terminal Kampung Rambutan
sendiri peneliti kategorikan sebagai preman sosial karena memiliki kekhasan
dalam legalitas dan pekerjaannya yang identik dengan Pengurus PO. Bedanya
dengan pekerjaan umum yang berada di terminal adalah pada sumber daya yang ia
miliki, yakni Surat Kuasa, Legalitas Hukum, Berseragam, dan memiliki kekuatan
massa yang lebih tingi dibanding pekerjaan orang-orang terminal yang lain.
Hal ini berarti terjadi pergeseran makna tentang preman dari yang bekerja
lepas di sekitaran terminal yang tanpa institusi dan keberadaannya illegal, menjadi
75
pekerjaan di dalam terminal yang cenderung resmi atau legal dan terinstitusi.
Pergeseran makna preman itu sendiri, terdapat dari adanya perubahan imej preman
yang sebelumnya berkonotasi negatif di capburuk dan kriminal, kini menjadi
pekerjaan yang cenderung resmi dan dibutuhkan oleh pihak-pihak orang-orang
terminal.
1. Pengurus PO sebagai Jalur Resmi “Preman Jenis Baru”
Preman sekarang ingin bekerja di dalam terminal disebabkan adanya
gagasan di dalam diri mereka untuk bekerja lepas namun tetap diakui
keberadaanya oleh lingkungan sosial dimana ia bekerja. Minat mereka dalam
bekerja di dalam terminal tersebut dapat diaktualisasikan ke dalam bentuk
perkerjaan menjadi Pengurus Perusahaan Otobus (PO), yang dimaksud pengurus
PO disini adalah orang-orang yang bekerja menjadi penanggung jawab salah satu
fasilitas PO yang dipercayakan kepadanya melalui surat kuasa dari Perusahaan
Otobus. Bentuk-bentuk peran /tanggung jawabnya dapat berupa penanggulangan
kecelakaan bus, sistim bagi hasil, dan pengawasan bus selama keluar dari terminal
Kampung Rambutan hingga bus tersebut kembali lagi di terminal.
Namun tidak semua Pengurus PO dapat dikatakan preman, karena
pembagian kerja dan perannya berbeda-beda setiap orang dalam kepengurusan PO
bus. Orang yang disebut sebagai preman adalah orang yang namanya tercantum
dalam surat kuasa, yakni Kepala Pengurus PO dan Wakil Kepala Pengurus PO.
Hal ini dikarenakan mereka yang melakukan penarikan uang dari para supir
76
(korban pemerasan) yang dikenal sebagai “uang kepengurusan”, yakni sejenis
uang retribusi.
Uang ini ditarik oleh Kepala Pengurus PO untuk dikelola dalam pembagian
hasil untuk diri preman pribadi, hasil untuk kepengurusan anggota atau anak buah
hingga kepada bagi hasil untuk pemerintah. Dengan demikian preman mendapat
income dari pekerjaan sebagai pengurus PO di dalam terminal. Pendapatan
preman ini didapatkan dari pekerjaan sebagai Kepala Pengurus PO, merupakan
pendapatan yang tidak sedikit. Sebagaimana tuturan informan UMAR dan hasil
observasi dari dialog informan RO dengan Supir bus ketika peneliti menanyakan
pendapatan mereka menjadi pengurus PO berikut:
“Ya cukuplah buat nambah istri lagi. Hehe. Kalo perusahaan nih angkat saya jadi karyawan, ga bakal sanggup gajinya.” (Wawancara dengan Informan UMAR tanggal 30 Mei 2017, berlokasi di basecamp H.R)
“Bukan lumayan lagi, lebih dari lumayan lah. Kalo sekarang mah avanza nya udah 5 dia, kata Supir bus yang ikut menanggapi. Hush jangan buka rahasia.” (Wawancara dengan RO tanggal 17 Juli 2017 di basecamp H.R)
Hasil dari pendapatan mereka yang besar tersebut terlihat jelas dapat
memenuhi kebutuhan tersier mereka. Pendapatan yang besar tersebut dapat
terlihat dalam nominal angka penarikan “uang kepengurusan” kepada supir-supir
bus yang ada. Preman jenis ini dapat dikatakan merupakan “Preman Jenis Baru”
yang peneliti lihat memiliki pendapatan yang lebih legal dibanding preman yang
bekerja di luar terminal sebagai preman jenis lama, yakni preman yang memeras
para penumpang dengan bertopeng sebagai calo untuk menaikkan harga tiket 3
kali lipat lebih mahal hingga memeras para supir dengan uang nominal yang
cukup besar.
77
Pendapatan yang dihasilkan preman-preman jenis baru atau preman resmi
ini murni hanya dari hasil penarikan uang dari supir bus. Penarikan uang
kepengurusan ini tidak hanya masuk dalam pundi-pundi kantung pribadi pengurus
PO, namun ada yang namanya sistim bagi hasil bagi mereka yakni “uang
kepengurusan” hasil penarikan dibagi-bagi untuk masing-masing kepengurusan
PO dan pihak industri PO. Sebagaimana penjelasan dari informan UMAR dan
RO:
“Dapet dari hasil bagi presentase pendapatan perusahaan. Dibagi beberapa persennya Misalnya untuk kepengurusan Kampung Rambutan seratus ribu aja permobil setiap keberangkatan hari ini. Berati kita dapet seratus ribu per mobil setiap harinya gitu. Tapi kan itu untuk segala macem bukan buat sendiri. Buat koordinasi, buat pengeluaran, kalo ada penilangan segala macem.” (Wawancara dengan Informan UMAR tanggal 30 Mei 2017, berlokasi di basecamp H.R)
“Keneknya aja kasih buat pengurus. Kalo tarikan bus buat pengurus sekitaran enam puluh sampe tujuh puluh tuh. Misalnya penumpangnya 10. Bayar ke pengurus 40 ribu terus bayar uang kepengurusan enam puluh jadi totalnya 100 rebu. Tapi gatau sekarang mah naek kali. Jadi itu hasil buat pengurus aja. kalo anak buahnya nih misalnya calo atau bagian pengisi paling tarik per penumpang 3 rebu – 10 rebu aja dari kenek.” (Wawancara dengan EL tanggal 27 Juni 2017 di lokasi rumah saudara EL di Depok)
”Iya, kalo mobil dari Subang tuh per 2 rit. Dua kali balik. Kalo di kramat jati ini kan stor patok nih stor paten. Pokonya 550 per 2 rit itu. Selasa rabu kamis jumat segitu. Kalo senen, sabtu minggu beda setorannya. Itu kalo buat perusahaan. Kalo buat pengurus beda lagi. Buat pengurus dari komisi per mobil. Mobil Masuk jalur, ngetem. Bayar komisi delapan puluh ribu buat pengurus. kalo di kramat jati total 14 unit. Termasuk sedikit. Kalo marita kan banyak sampe delapan puluh unit per hari per 24 jam. Kalo sampe ga setoran masuknya min di hari berikutnya. Jadi di hari berikutnya baru dia bayar. Utang jadinya. Ya namanya kita udah berani terjun ya berarti harus tanggung jawab.” (Wawancara dengan RO tanggal 17 Juli 2017 di basecamp H.R)
Terlihat dalam hasil penarikan uang kepengurusan tersebut, terdapat
nominal yang sangat besar untuk dibagi-bagi kepada masing-masing preman.
Nominal yang besar ini pula yang menyebabkan “Preman Jenis Baru” tergiur
untuk terus membentuk dan mempertahankan pola-pola praktik pekerjaan sebagai
78
pengurus PO di terminal Kampung Rambutan. Namun, peneliti mengalami
kesulitan dalam proses penyelidikan nominal pendapatan preman-preman resmi
ini di setiap bulan dan per harinya. Dikarenakan belum ada informasi yang paling
akurat dari para preman dalam menjabarkan pendapatan mereka, utamanya bos-
bos preman ini. Adapun peneliti hanya dapat mengetahui pendapatan anak buah
preman yang bekerja sebagai pengawas lapangan di salah satu PO. Informan
tersebut adalah informan WW yang memberikan penjelasan sebagai berikut
mengenai pendapatan per hari seorang anak buah:
“Kita kan kalo setiap pemasukan kan udah disatuin sama bos. Misalnya kalo per mobil 35 atau 40 puluh. Buat yang dilapangannya sekian. Jadi dibagi-bagi lagi ade. Kalo yang ngatur sekian-sekiannya ya bos. Sehari paling saya dapetnya 35 atau 40 ribu. Gpp cukup aja apalagi kita kan hidup sendiri.” (Wawancara dengan WW tanggal 08 Agustus 2017 di Area Parkir Bus Antar Kota Terminal Kp. Rambutan)
Jelas dari uraian di atas terlihat motif preman untuk bekerja di dalam
terminal sebagai Pengurus PO adalah motif ekonomi. Mereka memiliki motif
ekonomi karena terbukanya peluang untuk bekerja di dalam terminal menjadi
Pengurus PO. Terbentuknya peluang tersebut didasari oleh beberapa faktor
berikut:
a. Keluarga
Keluarga sangat mempengaruhi informan dalam memasuki dunia terminal.
Informan KDI memilih bekerja menjadi pengurus PO berdasarkan motif ekonomi
yang ditularkan keluarganya. Dirinya mengaku menjalani kehidupan di terminal
sebagai kesempatan kerja yang tak perlu di sia-siakan. Informan KDI memberikan
pengakuan berikut:
79
“Saya kan lulus kuliah, udah nyoba ngelamar- ngelamar di perusahaan, akademi kepolisian, dan pemda semuanya gagal. Terus akhirnya ada kesempatan buat kerja disini ya saya ambil, yang penting hidup gausa banyak gengsi lah.” (Wawancara dengan Informan KDI, tanggal 03 Juli 2017, di lokasi basecamp Bos LL.)
Informan KDI, mengakui bahwa dirinya memasuki dunia terminal adalah
pilihan terakhir setelah mencoba melamar-melamar pekerjaan di perusahaan
swasta, aparatur Pemda, maupun Akademi Kepolisian. Sebagaimana juga
pembenaran dari orang tua atau ibu dari informan KDI berikut:
“Sama Bapaknya belajar di terminal baru taun 2004 aja tuh, pas dia lulus kuliah. Sebelumnya dia kan disuruh kuliah lagi gamau. Akhirnya ngelamar-ngelamar di akademi kepolisian dan pemda, gagal semua. Ya akhirnya di ajak aja sama bapak. Ya kata bapak “ikut saya sini”. Terus ikutin dah tuh cara bapaknya.” (Wawancara dengan EC tanggal 09 Juli 2017, berlokasi di rumah EC).
Meskipun berkegiatan sebagai orang terminal adalah pilihan terakhir bagi
informan KDI, namun hal ini merupakan warisan dari ayahnya yang sejak muda
bergelut di dunia terminal. Sebagaimana hasil wawancara tersebut membuktikan
bahwa pada momen eksternalisasi yang informan KDI jalani merupkan hasil dari
pengalaman yang diberikan oleh orang tuanya khususnya bapaknya, yaitu bos LL.
Berbeda dengan kisah KDI, RO sering bekerja bareng – bareng ayahnya
dalam setiap kesempatan. Sebagaimana ulasan dari RO sebagai berikut:
”Iya jadi awalnya emang saya udah banyak kenal ya sama orang terminal soalnya dari kecil udah nyari duit bareng bokap disini, ya ngojek, jadi calo bus pun saya jabanin sepulang sekolah SMA waktu itu, kerja bareng-bareng bokap ajatuh dari dulu. Tapi abis itu saya kerja di tempat laen, kaya di kargo-kargo gitu. Selama saya kerja kan berenti berenti terus tuh, selama berenti saya ke terminal. Dapet kerjaan lagi saya tinggalin terminal. Jadi ga pernah nganggur tuh kalo saya keluar kerjaan. Kan kebutulan juga bapak saya udah disini. Karena saya udah banyak kenal sama orang-orang disini. Saya dapet SK tuh dari PO kramat jati.”
80
Dimulai ketika ia beranjak remaja yakni ketika masa-masa SMA, RO lebih
memilih sepulang sekolah untuk ikut ngojek bareng ayahnya di seputaran
Kampung Rambutan hingga menjadi calo bus. Hal ini tentu saja hasil dari imitasi
kegiatan ayahnya yang sering bekerja di seputaran terminal pula. Informan RO
mendapatkan Surat Kuasa dari pihak PO Bus juga karena ayahnya telah terlebih
dahulu menjadi pengurus PO. Pengurus PO dalam hal ini menjadi semacam
pekerjaan turun temurun dari keluarga informan.
b. Pertemanan
Pertemanan merupakan faktor kedua untuk seorang “Preman Jenis Baru”
atau preman resmi yang bekerja menjadi pengurus PO. Hal ini dapat dilihat dari
informan AG, sesepuh yang telah lama bergelut dunia terminal, seperti yang
diutarakan informan AG berikut:
“Saya dari taun delapan puluh di dunia terminal, dari pas di Cililitan. Terus bergelut di dunia pengurus PO saya dipanggil sama bosnya langsung, bos Y waktu itu. Karena pergaulan deket dengan seseorang sahabat saya waktu itu pengurus PO juga. Terus selang beberapa lama saya dipilih jadi kepala pengurus. Orang tua saya di Bandung, saya merantau sendiri disini. Sejak umur sembilan taun saya bergelut di dunia jalanan. (Wawancara dengan Informan AG tanggal 03 Juli 2017, lokasi di basecamp Bos LL)
Sebagaimana ungkapan informan AG, dalam bergelut di dunia terminal
khususnya sebagai pengurus PO ia dapat dari relasi pertemanan dengan seorang
Bos PO yang menjabat ketika itu yakni Bos Y. Relasi pertemanan kemudian
menjadi faktor kuat seorang individu dapat menjadi Pengurus PO. Pengalaman
seorang AG yang sudah lama bergelut di dunia terminal juga memungkinkan
dirinya beradaptasi dengan lebih cepat dengan orang-orang terminal.
81
Senada dengan AG, pengalaman informan UMAR yang telah lama bergelut
di dunia terminal memungkinkan dirinya memasuki pekerjaan sebagai pengurus
PO, informan UMAR menceritakan sebagai berikut:
“Separuh hidup saya habiskan bekerja di bidang transportasi ini, awalnya saya kerja di perusahaan oto bus sebagai checker (pengawas), saya keliling terminal dari Cilitan muter ke Bandung dan kota-kota lain ajatuh, tergantung perusahaan nempatinnya dimana. Sepuluh taun saya jadi checker, ngegarong ajatuh saya selama itu sampe taun Sembilan satu. Proses saya jadi pengurus waktu itu saya lagi di Bandung, terus dilamar deh sama yang punya kramat jati, pan yang punya Kramat Jati anaknya temen saya”. (Wawancara dengan Informan UMAR tanggal 30 Mei 2017, berlokasi di basecamp H.R)
Pengalaman ngegarong informan UMAR selama 10 tahun,
mengindikasikan bahwa pengalaman tersebut cukup membuatnya dihormati dan
disegani oleh orang-orang terminal yang lain dan pengalaman dari cerita
ngegarongnya juga menunjukkan identitas preman melekat sejak awal informan
UMAR bergelut dalam dunia transportasi ini. Dari pengalaman ngegarongnya
tersebut ia mendapatkan beberapa pengetahuan mengenai kehidupan sebagai
pengurus PO, hingga memberanikan dirinya untuk terjun ke dunia “Preman Jenis
Baru” ini. Pada akhirnya informan UMAR melihat adanya kesempatan menjadi
Pengurus PO, ketika seorang temannya di Bandung untuk menawarkan pekerjaan
sebagai pengurus PO Kramat jati yang dipegang temannya tersebut
c. Primordialisme
Terakhir, seorang preman dapat bergelut menjadi Pengurus PO adalah
dengan menekankan faktor primordialisme yang tinggi. Mereka memiliki
kecenderungan untuk merekrut teman-teman satu daerah atau satu etnis tertentu
untuk menawarkan pekerjaan sebagai pengurus PO. Jadi, pekerjaan ini tidak
82
terbuka untuk umum. Hanya orang-orang tertentu saja yang dipilih berdasarkan
kesamaan identitas suatu daerah. Misalnya informan IW yang memberikan
pengakuan sebagai berikut ketika ia awal mula berkegiatan di terminal:
“Saya awalnya usaha dulu, dagang dulu saya, dagang buah-buahan. Terus baru deh dimasukin temen jadi pengurus PO bus akap (Antar Kota Antar Provinsi). Sebelumnya saya belajar dulu jadi pengurus sama temen saya itu. Begitu ada kesempatan ya saya langsung ambil.”(Informan IW, wawancara tanggal 06 Juni 2017, berlokasi di base camp H.R.)
Informan IW, pada awalnya juga merupakan orang terminal yang bergelut
pada profesi sebagai pedagang di terminal Kampung Rambutan. Dilihat dari
profesinya saja sudah jelas motif ekonomi merupakan unsur utama dalam
berkegiatan sebagai orang terminal. Dari perjuangannya dalam berdagang, ia pun
menambah relasi dan pengetahuan kepada teman-teman yang beliau dekati
sewaktu masih berdagang. Kegigihannya dalam mencari ilmu dan pengetahuan
kepada pekerjaan sebagai pengurus PO, akhinrya beliau mendaparkan kesempatan
dari tawaran temannya yang satu daerah tersebut untuk bekerja menjadi pengurus
PO Bus AKAP.
Proses menjadi preman juga membutukan sebuah rasionalitas dan logika.
Pemanfaatan ilmu pengetahuan menjadi sebuah kunci baginya. Sebagai contoh
informan IW menjelaskan:
“Saya megang PO bus akap (antar kota antar provinsi) kebetulan PO jalur Sumatera semua. Saya asli Sumatera juga sih, biar gratis juga pulang kampungnya, hehe…. Tapi kalo ngurus PO bus sumatera gatau jalur dan seluk beluk daerah sumatera mah berabe. Kita harus tau wilayah, tau kampung orang.”(Wawancara dengan informan IW tanggal 06 Juni 2017, lokasi di basecamp H.R)
83
Seorang “Preman Jenis Baru” ini cenderung dipercayakan memegang jalur
transportasi yang ia ketahui seluk beluknya, dari rute jalur mulai terminal asal
sampai tujuan hingga pada penguasaan bahasa dan budaya yang menjadi sumber
daya preman dalam berinteraksi sehari-hari baik dengan penumpang, anak buah,
maupun aparat pemerintahan terkait bila memiliki masalah dengan bus.
Penggunaan Bahasa yang sama menjadi pelengkap seorang pengurus PO
dalam berinteraksi, sebagai contoh informan IW yang mengkondisikan
penggunaan Bahasa daerah sesuai dengan orang-orang disekitarnya. Sebagaimana
ungakapan Informan IW berikut:
”Bahasa sehari-hari mah tetep Bahasa Indonesia dengan ejaan yang disempurnakan, tapi kalo sesama orang Sumatera juga, khususnya Padang saya baru pake bahasa daerah. Jadi pake bahasa yang mirip-mirip ajalah, ngepasin sama latar belakang lawan bicara.” (Wawancara dengan informan IW tanggal 06 Juni 2017, lokasi di base camp H.R)
Faktor primordialisme merupakan hal paling penting pada relasi sosial
preman dalam berinteraksi sosial. Begitupun dalam pemakaian Bahasa daerah
yang sama dengan latar belakang mereka menjadikan keakraban dan kekompakan
dapat berjalan dengan mudah. Oleh karena itu preman yang bekerja di pengurus
PO ini dapat saja berkumpul dengan berkelompok dalam ruang lingkup etnis atau
kedaerahan yang dapat memunculkan gesekan sosial kapanpun.
Sebagaimana H.R menceritakan kerawanan gesekan sosial di terminal
terjadi dikarenakan dominasi etnis, sebelum ada “Preman Jenis Baru”, dominasi
etnis sangat terasa kental di terminal Kampung Rambutan. Sebagaimana H.R
menjelaskan:
84
“Jadi dulu kan posisi kepala pengurus PO Kramat Jati mau direbut nih sama yang namanya Atep, orang Garut. Emang dulu ini nih terminal yang berkuasa rata-rata orang Garut. Namun sekarang, dari mulai pengurus, karyawan po, dan pedagang pun saya yang koordinir. Kaya misalnya nih sekarang pedagang, daftar dulu untuk nantinya bikin seragam masing-masing buat identitas wilayah berjualan dan tidak saling bergesekan dan rebutan. Ini tanpa dipinta iuran sepeser pun, biarkan mereka bikin masing-masing seragamnya dengan yang mengkoordinir yang dituakan pedagangnya.” (Wawancara dengan H.R tanggal 06 Juni 2017 berlokasi di basecamp H.R)
H.R juga menjelaskan kembali bagaimana identitasnya sebagai “Preman
Jenis Baru” ini dirasakan kehadirannya oleh masyarakat dalam mengayomi
sebagai ketua kowan bisata, selain itu ia juga mendapati julukan. Sebagaimana
tuturan berikut: “Kalo saya kan nama asli H.R. Tapi kan dipanggil sama anak-anak
Robet. Robet itu kan singkatan dari rombongan betawi(Wawancara dengan H.R
tanggal 06 Juni 2017 di basecamp H.R). Informan H.R mendapatkan julukan
sebagai Robet karena kedatangannya di terminal, membawa banyak massa yang
beretnis Betawi untuk mengelola beberapa kepengurusan dan tugas penting di
terminal. Jelas disini terlihat primordialisme menjadi hal penting dalam
penguasaan dan teknik perebutan kekuasaan dari dominasi etnis lainnya.
HR juga mengungkapkan bahwa dirinya menjadi pengurus PO karena
mampu menjadi mediator penyelesaian konflik, sebagaimana penuturan H.R
berikut:
“Jadi gini, bus Kramat jati sama bus Wanaraja, kebetulan pengurusnya tuh temen. Jadi dia nya minta bantuan. Ceritanya gini, temen saya ini dimusuhin atau disyirikin gitu lah sama orang-orang dari PO laen. Disini kan ada gardena, sinar pasundan. Jadi temen nih sampe sempet mau dikeroyok nih. Saya denger informasi kaya gitu, saya langsung masuk tuh ke terminal tahun Sembilan enem. Saya selesaikan masalah. Sehabis itu saya langsung ditawarkan jadi kepala pengurus oleh perusahaan oto bus.” (Wawancara dengan Informan H.R, tanggal 06 Juni 2017, di basecamp H.R)
85
Disini terlihat jelas bahwa dalam prakteknya “Preman Jenis Baru” masih
rentan terjadi gesekan sosial dikarenakan saling ingin berkuasa hingga akhirnya
saling sikut dalam pekerjaan sebaagai Pengurus PO dapat saja terjadi sewaktu-
waktu, disini pengroyokan dapat terjadi oleh faktor-faktor primordialisme pula
seperti gesekan sosial yang ada di Kampung Rambutan beberapa waktu yang lalu
Antara etnis Sunda dan Medan.
Berdasarkan penanganan gesekan sosial yang telah dilakukan H.R,
memberikan dia kekuatan sosial untuk menjabat sebagai ketua kowan bisata
hingga kepala Pengurus PO. H.R masuk terminal bukan hanya keinginannya
sendiri, namun atas permintaan tolong teman-temannya yang sedang kesulitan
menghadapi permasalahan yang ada di terminal ketika itu. Atas pengalaman H.R
dalam berkecimpung di dunia terminal dan memiliki massa yang kuat di seputaran
terminal ia ditawarkan menjadi kepala pengurus PO bus.
Oleh karena itu kerja sama yang baik antar pengurus PO dan pihak
Perusahaan Otobus merupakan faktor kunci bagi kelanjutan sistim kerja “Preman
Jenis Baru” yang terlihat langgeng. Sebagaimana tuturan RO kembali yang
menunjukkan Prestise bekerja sebagai pengurus PO atau “Preman Jenis Baru”
yang berbeda dari pekerjaan informal lain yang ada di terminal berikut:
“Ya awalnya sih capek ya, tapi kan kalo udah tau konci nya ya enak aja. ya belajar dari pengalaman-pengalaman aja. sama relasi yang penting. Kan ga semua orang jadi pengurus kaya gini. Ya bisa dibilang orang-orang yang terpilih aja. salah satunya karna saya pribumi sini juga” (Wawancara dengan RO tanggal 17 Juli 2017 di basecamp H.R)
86
Dapat dikatakan, kunci yang dipegang RO adalah menjadi “Preman Jenis
Baru” yang berasal dari tanah kelahirannya sendiri, yaitu betawi asli. Kepercayaan
yang ia pegang tidak lain juga berpengaruh atas dasar hal tersebut. Pihak industri
tebang pilih dalam hal mempercayakan fasilitas bus yang yang ia beri kepada
seorang “Preman Jenis Baru”. Mereka lebih memilih orang-orang yang memliki
pengaruh besar di terminal yakni orang-orang yang memiliki banyak massa
pendukung di terminal, disebabkan pengaruh besar mereka di dalam kehidupan
sosial terminal.
Mereka yang memiliki pengaruh besar di terminal merupakan orang-orang
yang memiliki minat sebagai Pengurus PO. Informan EL kemudian menjelaskan
mengapa tidak semua orang terminal dapat menjadi pengurus PO. Menurut
informan EL sebagai berikut:
“Jadi tuh orang-orang yang yang ga punya pengaruh atau power di terminal karena ga punya status. Ga pernah pegang bis, kan ga punya nama. Kerja di mobil aja selama puluhan taun, pedagang juga gitu. Kalo gamau nyari ilmu sama temen di terminal ga bakal berkembang. Gitu terus sampe puluhan taun juga. Ga pengen kepake, ga pernah pengen tau situasi di terminal” (Informan EL, wawancara tanggal 27 Juni 2017 di lokasi rumah saudara EL di Depok)
Jadi, intinya adalah orang-orang terminal yang ingin bekerja sebagai Kepala
Pengurus PO atau “Preman Jenis Baru” ini harus memiliki minimal pengaruh
politik dan sosial di terminal Kampung Rambutan ini. Sebagaimana orientasi
politik informan H.R menjadikan beliau sebagai orang berpengaruh di terminal
Kampung Rambutan, hal ini jelas terlihat dalam penguasaan sumber daya massa
yang beliau miliki sebagai ketua organisasi kelompok betawi di daerah Kampung
Rambutan.
87
Secara tersirat H.R merupakan orang yang digadang-gadang mempunyai
maksud politik di terminal, ia pun sudah terkenal sebelumnya memegang jabatan
organisasi di luar lingkup terminal, yaitu Forkabi, sebagaimana ungkapannya
sebagai berikut: “iya saya ketua forkabi juga, untuk DPC Cipayung. Dari taun dua ribu
satu saya di forkabi, baru dibentuk juga waktu itu.”(Wawancara dengan Informan
H.R tanggal 06 Juni 2017 di lokasi basecamp H.R). Dengan begitu, pengaruh
sosial yang informan H.R pegang untuk mempertahankan kekuatan sosial yang ia
punya di sekitaran terminal untuk mengangkat beliau secara tidak langsung
menjadi pemimpin preman atau sebagai pemegang wilayah terminal dengan
memegang berbagai jabatan di dalamnya.
2. Preman sebagai Mitra Kerja
Praktik-praktik “Preman Jenis Baru” mulai terstruktur dan terpola akibat
adanya struktur preman. Struktur preman ini mulai terbentuk saat mereka mulai
bekerja menjadi mitra kerja perusahaan otobus yakni sebagai pengurus PO. Proses
pembentukan struktur ini dalam bahasa Berger sebagai Institusionalisasi.
Informan UMAR menjelaskan tentang motif memilih pekerjaan sebagai Pengurus
PO berikut:
“Waktu saya jadi checker kan gaji saya bulanan diterima langsung dari perusahaan. Tapi malesnya gitu terikat. Terus saya jadi tenaga lepas aja disini sebagai orang yang bebas. Jadi pengurus PO, udah males sama gaji bulanan, jadinya bermitra sama perusahaan bukan karyawan lagi sekarang. Jadinya kita “mitra kerja” (Informan UMAR, wawancara tanggal 30 Mei 2017, di basecamp H.R)
Kesempatan menjadi pengurus PO merupakan hal yang dinanti-nanti beliau.
Bekerja sebagai pengurus PO merupakan passion beliau yang sejak lama
88
mengidamkan pekerjaan sebagai orang yang bebas. Hal ini menegaskan
pemaknaan mitra kerja sebagai proses dari konstruksi sosial dunia preman.
Sebagaimana pembagian kerja atau tipifikasi sebagai “Preman Jenis Baru”
tersebut berdiri berdasarkan sejarah yang melingkupinya yakni tindakan
pembiasaan preman dalam artian peran mereka sebagai orang bebas atau merdeka.
Sebagaimana pendapat Berger dan Luckmann berikut:
“Institutionalization occurs whenever there is a reciprocal typification of habitualized actions by types of actors. Put differently, any such typification is an institution. Institution further imply historicity and control. Reciprocal typifications of actions are built up in the course of a shared history. They cannot be created instantaneously. Institution always have a history, of which they are the products”. (Berger dan Luckmann, 1996: 72)
Tindakan-tindakan yang terus diulang akhirnya menimbulkan kebiasaan
bagi “Preman Jenis Baru” ini. Tindakan yang selalu ingin bebas bagi “Preman
Jenis Baru” ini tentu saja bergerak berdasarkan sejarah yang mengikutinya.
Sejarah makna preman yang selalu memiliki struktur yang bebas dapat terlihat
pula dalam “Preman Jenis Baru” di terminal Kampung Rambutan, yakni struktur
mereka sebagai Pengurus PO. Meskipun mereka bebas dari campur tangan pihak
pemerintahan dan pihak industri dalam hal keterikatan kontrak kerja, mereka tetap
memiliki sistim kerja tersendiri guna mengatur pola-pola praktik keseharian
mereka sebagai “Preman Jenis Baru”. Sistim kerja preman ini dapar tergambarkan
dalam pembagian kerja yang dilakukan oleh masing-masing pengurus PO
terhadap anak buahnya.
Sistematika kerja seorang “Preman Jenis Baru” dapat terlihat dari tugas
masing-masing yang diemban oleh anak buah. Sebagaimana anak buah bos H.R
yakni informan UMAR yang menuturkan tugasnya: “Saya bertanggung jawab
89
atas proses keberangkatan, kecelakaan bus, dan ditangkep petugas” (Wawancara
dengan informan UMAR tanggal 30 Mei 2017 di basecamp H.R). Bertanggung
jawab dalam proses keberangkatan disini maksudnya proses koordinasi dan
administrasi yang dikelola informan UMAR untuk pihak terminal dan industri
merupakan tanggung jawab UMAR. UMAR pun mejelaskan lebih detail ketika
peneliti menanyakan proses tugasnya sehari-hari sebagai berikut:
“Kalo saya mah ngatur kondisi yang ada di lapangan aja. Kalo sopirnya mau narik, narik. Engga mah engga. Yang penting per harinya per mobil kasih gitu. Pekerjaan mah kalo udah terkuasai, dari jauh juga terkendalikan.” (Wawancara dengan informan UMAR tanggal di basecamp H.R)
Dari penuturan informan UMAR berikut, menjelaskan bahwa pekerjaan
sebagai pengurus PO telah ia kuasai hingga dapat diawasi meskipun dari jauh.
Sebagaimana informan UMAR yang sering mengawasi situasi terminal utamanya
pada basecamp H.R dan PO bus yang ia pegang. Informan UMAR mengawasi
dari sudut atau spot tertentu yang ada di terminal. Salah satunya pada spot seperti
pada gambar berikut:
Gambar6. III. A.2Spot- spot Informan UMAR dalam mengawasi situasi dan kinerja anak buahnya di Terminal Kampung Rambutan
Sumber: Observasi 08 Agustus 2017
90
Bukan tanpa sebab, penugasan ini ditentukan dari keahlian masing-masing
preman, karena UMAR sudah berpengalaman di bidang transportasi sejak remaja,
hingga menjadi karyawan PO lebih dulu dibanding yang lain. Bagian yang lain
dari penugasan ini rata-rata hanya mengawasi keberadaan terminal dan proses
keberangkatan saja. Hal ini seperi yang dilakukan oleh kepala pengurus – kepala
pengurus masing-masing PO saja, yang mengatur bagian penilangan dan
kecelakaan bus biasanya menjadi orang kepercayaan kepala pengurus ini, atau
bisa disebut “tangan kanan” pemimpin preman.
Adapun awal mulanya tugas ini dikerjakan oleh “tangan kanan” yang juga
anak buah bos LL. Anak buah preman itu adalah informan EL, yang menjelaskan
bahwa ia yang pertama kali mengatasi dan berusaha untuk melobi dan mencari
jaringan aparat pemerintah maupun polisi untuk melancarkan segala kendala yang
ada pada perjalanan bus. EL berbagi pengalamannya sebagai berikut:
“Kalo UMAR, dia sesepuh juga tuh. Kalo dia kan megang sebagai koordinator laka lantas gua yang ngajarin. Tapi kan dia khusus PO Marita aja. kan harus tau seluk beluk polisi polantas pake uang koordinasi.Gua masih SMA dia udah di terminal. Tapi kalo sama bos LL nih dulu gua orang kepercayaanya. Kalo ada apa-apa gua. KDI juga sama kalo ada apa-apa gua. Dulu tuh tilangan di Kampung Rambutan gua semua yang urus dulu. Kalo jalan sampe ngurus 50 biji (berkas kasus penilangan). Ya sesungguhnya pusat nya emang di bos LL” (Wawancara dengan informan EL, tanggal 27 Juni 2017 berlokasi di rumah saudara EL di Depok)
Hal sama seperti yang diutarakan Berger dan Luckmann dalam karyanya sebagai berikut:
“Men together produce a human environment, with the totality of its sociocultural and phsycological formation. None of these formation may be understood as products of man’s biological constitution, which, as indicated, provides on the outer limits for human productive activity.”(Berger dan Luckmann, 1996:69)
Dimana individu-individu memproduksi lingkungan terminal bagi mereka
sendiri yang secara total membentuk formasi sosial berdasarkan aktifitas produksi
91
yang mereka jalani sebagai “Preman Jenis Baru”. Aktifitas itu disebut sebagai
“koordinasi” bagi “Preman Jenis Baru”. Koordinasi ini merupakan ilmu yang
mereka pelajari setelah mereka berkegiatan sebagai pengurus PO yang merupakan
jalur resmi mereka sebagai preman. Indikasi bahwa EL yang memiliki keahlian
berkoordinasi dengan aparat secara face-to-face mengajarkan pengetahuan ilmu
koordinasi itu kepada preman lainnya informan UMAR.
Saat menceritakan UMAR belajar ilmu koordinasi berdasarkan uang
koordinasi yang identik “suap” kepada pihak kepolisian untuk urusan laka lantas
dan penilangan, Informan EL sekaligus memberikan bukti bahwa pembelajaran
pengurus PO sebagai jalur resmi sesama preman merupakan hal penting yang
harus dilakukan guna menjaga koordinasi dan peranan preman jenis kedua ini
sebagai pihak penengah bagi pihak pemerintah, swasta, dan orang terminal. Ilmu
koordinasi ini sangat penting guna memperalat aparat menjadi backing atau pihak
kepentingan yang dapat memberikan pengaruh timbal balik pula kepada preman.
Namun tidak seperti hubungan patron-klien yang saling menguntungkan,
hubungan ini juga dapat melemahkan kekuatan preman Kampung Rambutan jenis
baru ini juga. Caranya adalah dengan perebutan SK dari “oknum” aparat
pemerintah ataupun polisi kepada preman. Seperti yang diceritakan RO:
“Sama bokap diajarin pengalaman, bergaul sama petugas-petugas, deket engga jauh jangan. Jadi ditengah-tengah. Jangan terlalu deket juga sama petugas tuh karna bahaya. Nanti bisa digigit soalnya sama dia. Kaya temen saya, SK nya direbut disini sama petugas. Main fitnah aja orang kantor, ya alhasil dapet PO dia. Gitu bahayanya.” (Wawancara dengan RO tanggal 13 Juli 2017 di basecamp H.R)
RO juga menjelaskan hubungan dengan aparat pemerintahan jangan terlalu
dekat. Berdasarkan pengalaman ayahnya, ia pun membaca kalau sebagai pengurus
92
PO, kita harus ada di tengah-tengah. Jangan terlalu dekat dengan aparat dan juga
jangan terlalu jauh. Tidak hanya itu, perebutan SK ini juga dapat terjadi antar
sesame pengurus PO maupun orang-orang terminal yang ingin menjadi preman
jenis kedua ini. Oleh karena disini sistimnya saling injek dengan yang lain.
Memberikan inklusi bahwa pengurus PO sebagai jalur resmi preman merupakan
bukan hal yang mengada-ada. Mereka semua berusaha memperebutkan posisi
sebagai Pengurus PO utamanya sebagai kepala pengurus PO karena mendapatkan
penghasilan yang cukup banyak dari situ.
Peranan Pengurus PO sebagai “mitra kerja” bagi seorang “Preman Jenis
Baru”, tak hanya identik dengan kerja yang bebas saja. “Preman Jenis Baru” juga
mulai terbentuk konstruksi sosialnya berdasarkan hubungannya dengan pihak-
pihak tertentu. Tidak hanya berhubungan dengan pihak industri saja, hubungan
dengan aparat pemerintahan dan orang-orang terminal lainnya pun penting
dilakukan dalam sistim kerja sebagai “Preman Jenis Baru”. Informan KDI,
memberikan penjelasan ulang bagaimana perbedaan seorang karyawan po bus dan
“Preman Jenis Baru” dalam konteks mitra kerja dan hubungannya kepada orang-
orang di seputaran ruang lingkup lingkungan terminal. Informan KDI menjelaskan
sebagai berikut:
“Iya kita juga kan ber mitra sama kepolisian, sama kepala terminal. Kita dianggapnya juga mitra sama mereka. Sama perusahaan juga kita kan mitra kerja. Kalo karyawan kan ada tuntutan dari pihak perusahaan, kaya gaji, jam kerja dan lain-lain. Bedanya jadi gini, kitamah mau duit ya silahkan kerja, ya gamau duit kita engga usah kerja. Bebas aja gitu. Kalo masih mampu kerja kita kerja, kalo ga mampu ya mundur” (Informan KDI, wawancara tanggal 03 Juli 2017 di base camp KDI.) Mengenai penjelasan Informan KDI tentang makna mitra kerja dan
peranannya dengan anggota lingkungan terminal yang lain semakin memperjelas
93
bahwa mitra kerja merupakan jalan bagi proses pembentukan konstruksi sosial
“Preman Jenis Baru” yang identik dengan penguasaan sumber daya yang salah
satunya adalah jaringan sosial. Sebagai mitra kerja, penegasan makna preman
sebagai orang yang bebas pun melekat pada peranan mereka dalam posisinya di
ruang tengah antara pejabat resmi pemerintah (polisi terminal dan petugas
dishub), pihak industri (bos PO), dan orang-orang terminal yang lain.
Dengan struktur peranan yang telah disebutkan oleh informan KDI. Peneliti
mendapatkan pemahaman posisi mereka yang berada di tengah: yaitu, diantara
ruang resmi dan tidak resmi sebagai preman, dan pihak penengah antara aparat
pemerintah yakni Kepala Terminal atau Kater, pihak industri yakni bos PO, dan
orang-orang terminal atau komunitas terminal sebagai mitra kerja dan “Preman
Jenis Baru”. Posisi hubungan mereka dengan pihak industri PO bus, kepala
pengurus, dan Polisi ini tergambar dalam skema sebagai berikut:
Gambar. 7. III. A. 2 Skema Peran Preman sebagai Mitra Kerja
Pihak Aparat:
Kater dan Polisi
Preman “Mitra Kerja”
Pihak KomunitasTerminal
Anak Buah
Pihak Industri:
PO Bus
94
Dalam peran sebagai mitra kerja, mereka mengikuti alur sistematika yang
dipercayakan oleh perusahaan kepada para pengurus PO ini dengan adanya Surat
Kuasa (SK) dari perusahaan. Hal ini memiliki legalitas hukum, oleh karena itu SK
perusahaan ini tak bisa diganggu gugat dan direbut begitu saja kepercayaan dan
wewenang yang dilakukan oleh mereka yang bekerja sebagai pengurus PO.
Diantara keresmian tugas tersebut, tetap saja mereka tidak tercatat sebagai
karyawan po dari pihak swasta tersebut. Oleh karena itu mereka dapat disebut
sebagai preman, yaitu pihak terselebung diantara ruang resmi dan tidak resmi.
Peran mereka sebagai pihak yang terselubung ini diistilahkan oleh mereka
sendiri sebagai konsep mitra kerja. Dalam kaitannya sebagai mitra kerja dari
ketiga power yang ada di terminal, yakni aparat pemerintah, pihak swasta, dan
orang terminal itu sendiri. Mereka berada di tengah dalam peran sebagai
penengah yang siap membantu segala pihak dalam berinteraksi dan berhubungan
yang saling menguntungkan.
Peran mereka sebagai mitra kerja, sangat penting dalam proses kontruksi
sosial “Preman Jenis Baru” ini. Hal ini memberikan penjelasan identifikasi makna
preman yang semakin solid kepada mereka yang bekerja sebagai pihak penengah
atau sebagai orang yang bebas. Sebagaimana penjelasan UMAR beliau lagi
mengenai rincian kelebihan bekerja sebagai pengurus PO atau “Preman Jenis
Baru” tersebut:
“Tergantung ada berapa perusahaannya yang lagi disini, satu pengurusan kan bisa megang satu, dua atau lebih nama PO bis. Kelebihannya gitu kita bisa bebas milih megang perusahaan yang mau bermitra sama kita. Beda sama orang kantor, kerja sama satu perusahaan aja gitu terus, monoton. Kalo terikat satu perusahaan aja gitu, ga bakal berkembang kita. Kita bermitra nih perusahaan mana aja bisa nitip”. (Informan UMAR, wawancara tanggal 30 Mei 2017 di lokasi basecamp H.R)
95
Kelebihan seorang “Preman Jenis Baru” dalam memegang beberapa nama
PO bus sekaligus, memperkuat asumsi bahwa mereka memang benar-benar
dipercaya sebagai pihak penengah bagi pihak industri dalam mengurus segala
urusan dan fasilitas bus PO yang dipercayakan kepada para Pengurus PO atau
“Preman Jenis Baru” tersebut. Informan KDI juga menjelaskan hal “mitra kerja”
ini dalam perbedaanya dengan karyawan biasa perusahaan otobus sebagai berikut:
“Iya kita juga kan ber mitra sama kepolisian, sama kepala terminal. Kita dianggapnya juga mitra sama mereka. sama perusahaan juga kita kan mitra kerja. Kalo karyawan kan ada tuntutan dari pihak perusahaan, kaya gaji, jam kerja dan lain-lain. Mau duit ya silahkan kerja, ya gamau duit kita engga usah kerja. Bebas aja gitu. Kalo masih mampu kerja kita kerja, kalo ga mampu ya mundur.” (Wawancara dengan Informan KDI tanggal 03 Juli 2017 Di basecamp KDI).
Meskipun mereka bermitra dengan ketiga pihak tersebut, tuntutan pekerjaan
dipegang kendali oleh preman ini sendiri, bertanggung jawab atas diri pribadi
tanpa adanya keterikatan dalam hal apapun diluar diri mereka. Tekanan dari
dalam diri tetap saja ada bagi “Preman Jenis Baru” ini, disebutkan dari tuturan
KDI diatas yakni apabila hak preman ingin terpenuhi yakni memenuhi kebutuhan
ekonomi dalam keluarga, maka harus melakukan tanggung jawab penuh setiap
harinya dalam bekerja sebagai Pengurus PO.
Jelas disini terlihat, motif-motif kedirian preman di terminal Kampung
Rambutan yang terjadi pada momen eksternalisasi dibangun atas dasar kebutuhan
ekonomi, konstruksi sosial preman dibentuk sejak awal mereka berkegiatan di
dunia terminal sebagai orang terminal. Pada saat mereka berkegiatan di terminal,
terbentuklah secara obyektif struktur orang terminal. Struktur orang terminal itu
96
sendiri merupakan bentukan dari diri mereka sendiri, berdasarkan kehidupan
sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan ekonomi yang bersama-sama mereka
lakukan dengan cara berinteraksi sosial tatap muka dan berperilaku sosial. Atas
dasar kolektivitas tersebut mereka membangun sebuah realitas, yaitu kehidupan
sebagai orang terminal.
Berkegiatan sebagai orang terminal yang lingkungannya identik dengan
kekerasan, membuat diri mereka sudah terbiasa melihat bahkan melakukan
tindakan kekerasan dengan lingkungan seperti itu. Hal ini tak bisa dihindari oleh
mereka yang berkecimpung di dunia terminal. Namun beberapa dari mereka
berusaha mencoba merubah realita kehidupan terminal yang identik dengan
kekerasan itu dengan wajah baru, yaitu dengan adanya konstruksi sosial “Preman
Jenis Baru” yang dikuatkan oleh proses institusionalisasi dan pelembagaan yang
akan peneliti paparkan pada sub judul bagian kedua dalam bab ini.
B. Proses Objektivasi Konstruksi Sosial Preman di Kampung Rambutan
Tahapan kedua dari proses konstruksi sosial tentang preman adalah momen
objektivasi. Objektivasi disini dinilai sebagai proses pembentukan norma umum
dari pola-pola praktik preman yang ada di terminal Kampung Rambutan. Pola-
pola praktik preman ini menjadi norma umum yang dilaksanakan oleh struktur
“Preman Jenis Baru” melalui proses institusionalisasi yang panjang, yakni pada
proses koordinasi dengan pihak-pihak mitra kerja hingga kepada pembentukan
pelembagaan guna melegitimasi kegiatan mereka sebagai “Preman Jenis Baru”
yang diakui keberadaanya dan legal di mata hukum. Kedua proses tersebut
97
menjadi fokus konstruksi sosial “Preman Jenis Baru” di tahapan momen
objektivasi ini.
1. Cara Bekerja “Preman Jenis Baru”
Preman berada dalam ranah ruang kendali resmi sekaligus tidak resmi
dengan cara berkoordinasi secara baik dengan ketiga kekuatan sosial yang ada di
terminal yakni aparat pemerintahan, pihak swasta, dan orang-orang terminal. Cara
kerja seorang “Preman Jenis Baru” yang terstruktur, membentuk sebuah kebiasaan
dan norma umum dalam menentukan peran mereka sebagai mitra kerja di
TerminalKampung Rambutan. Jenis-jenis cara kerja yang terdapat dalam peran
soerang “Preman Jenis Baru” di terminal Kampung Rambutan sebagai mitra kerja
sebagai berikut:
Pertama, Cara kerja mereka dalam berkoordinasi dengan pihak aparat
pemerintahan seperti petugas dishub yang bertugas di terminal dan polisi yang
berjaga di terminal, hingga kepada satuan unit pelayanan teknis (UPT) terminal
yang dikepalai seorang Kepala Terminal, tertuang dalam beberapa informasi yang
peneliti dapat temukan di lapangan. Seperti pemaparan seorang H.R berikut:
“Kalo masih ada yang nakal-nakal meres penumpang nih, langsung aja saya kandangin. iya sedikit-demi sedikit mulai berkurang tuh calo-calo nakal dari pengurus PO yang kurang resmi. …iya bisa, kan saya sebagai kowan bisata juga mitra perusahaan otobus dan kepala terminal, terus kalo pengurusnya disini nakal-nakal main kaya gitu. Bisa aja saya langsung koordinasi sama kepala terminal buat kandangin bus itu atau sama antek-anteknya. Jadi gini kalo ada kepala terminal yang baru menjabat disini, pasti langsung berkoordinasi sama kami, kowan bisata. Mereka belajar situasi terminal dari kami. Saya yang lebih berpengalaman jadi mereka belajar dulu dari saya.”(Wawancara tanggal 06 Juni 2017 berlokasi di basecamp H.R)
98
Wewenang sebagai pimpinan kowan bisata ini juga membuat H.R dapat
mengkandangkan beberapa bus dari perusahaan otobus yang melanggar peraturan,
salah satunya adalah tidak mendata karyawan dengan benar. Dengan memakai
supir dan kondektur tembak yang tidak sesuai izin atau ketentuan resmi dari
kowan bisata dan memakai jasa preman jenis lama sebagai calo-calo nakal yang
tidak resmi.
Bekerja sama langsung dengan Kepala Terminal dalam bentuk koordinasi
menangkap pengurus PO lainnya yang nakal atau bermaksud jahat di terminal
untuk menjatuhkan salah satu oknum pengurus PO merupakan cara kerja seorang
“Preman Jenis Baru”. Kepala terminal yang baru, juga diharuskan secara
terstruktur melakukan pembelajaran kepada “Preman Jenis Baru” tersebut dalam
hal situasi yang ada di terminal dan cara mengatasi orang-orang terminal yang
sulit diatur. Sehingga wewenang untuk meng-kandangkan salah satu Pengurus PO
bus menjadi hal mudah bagi “Preman Jenis Baru” dalam koordinasinya dengan
Kepala Terminal yang memiliki legitimasi hukum yang tepat dalam mengatur
keseluruhan ketertiban yang ada terminal. Selain itu juga “Preman Jenis Baru”
berkoordinasi dengan aparat pemerintahan yang lain, seperti Polisi yang berjaga di
Pos Polisi terminal Kampung Rambutan dan Petugas Dishub yang mengatur
secara langsung administrasi lalu lintas keberangkatan dan kepulangan bus.
Sebagaimana tuturan EL yang menceritakan pengalamannya dalam berkoordinasi
langsung dengan ke-duanya berikut:
“Terus kalo hubungan kita baik nih sama komandan polisi atau petugas dishub gitu, ya caranya tiap bulan kita kasih amplop kan. Terus kalo anak buahnya ngeyel
99
gitu ke kita. Bisa diabisin diomelin sama komandannya. Haha sering tuh ngalamin kaya gitu”. (Wawancara dengan EL tanggal 27 Juni 2017 di rumah saudara EL)
Proses koordinasi dengan pihak komandan aparat yang lain juga penting
bagi kekuatan sosial yang ada di terminal, hal ini memudahkan pekerjaan mereka
dalam mengurus lalu lintas keberangkatan hingga sampai kepulangan bus selamat
dan melancarkan permasalahan apapun dengan petugas kepolisian dan petugas
dishub tersebut. Cara kerjanya adalah dengan “uang koordinasi” yang dalam
bahasa EL sebagai “amplop” untuk kedua pihak tersebut.
Kedua, Pentingnya berkoordinasi dengan pihak industri bagi seorang
“Preman Jenis Baru” adalah dengan membangun kepercayaan kepada bos-bos PO
untuk menjaga nama baik mereka sendiri. Sebagaimana RO berasumsi berikut:
“Ya kita beradaptasi aja sama senior-senior. Banyak-banyak nanya. Bergaul sama bos-bos. Bos-bos mobil. Sama aparat juga, penting sama aparat. Sebelum jadi pengurus juga sebenernya udah tau sistim kerja dari bapak. Ya gimana kitanya aja kan sebagai perwakilan PO bus bikin sewa penumpang bagus. Aman di jalan.” (Wawancara dengan RO tanggal 17 Juli 2017 di basecamp H.R)
Setelah melihat sistim kerja seorang RO yang sudah terbiasa melakukan
koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam melancarkan aksinya sebagai
“Preman Jenis Baru”, dapat terjelaskan bahwa menjaga agar sewa penumpang
bagus juga perlu dilakukan untuk mempermudah seorang supir membayar uang
koordinasi kepada pihak “Preman Jenis Baru” dan pihak industri.
Jika dibandingkan dengan preman jenis lama yang melakukan pemerasan
kepada calon penumpang maupun kios pedagang, “Preman Jenis Baru” ini
melakukan “pemerasan” yang resmi kepada masing-masing sopir bus di terminal
100
Kampung Rambutan, bedanya pemerasan ini disepakati oleh pihak oto bus guna
memperlancar urusan koordinasi dengan preman dan aparat Kampung Rambutan.
Berbeda dengan preman jenis lama yang mengambil uang pemerasan dari
calon penumpang dan diambil secara paksa, orang-orang terminal khususnya
supir, memiliki kerelaan untuk membayar uang “kepengurusan” bagi pengurus
PO. Sebagaimana menurut informan UU yang peneliti wawancara sebagai
berikut:
“Kalo saya lebih milih kasih uang koordinasi buat pengurus-pengurus PO ini dibanding dipalak sama preman yang mungutin duit liar di terminal waktu dulu. Kalo gaada pengurus PO ini, preman – preman bakal muncul lagi ambil pungli dari kita-kita ini.” (Wawancara dengan UU tanggal 08 agustus 2017 di lapangan Parkir Bus Terminal).
Kerelaan setoran seorang supir kepada preman ini sudah jelas rasional,
mereka lebih memilih membayar uang koordinasi yang jelas kemana alur uangnya
untuk keamanan dan kelancaran mereka sendiri di jalanan, apabila mereka
kecelakaan di jalanan mereka dapat menghubungi seorang pengurus PO yang
bertanggung jawab terhadap laka lantas (seperti informan UMAR), dan apabila kena
tilang bisa jadi seorang kepala pengurus PO atau bos preman sendiri yang turun
tangan (seperti informan KDI).
Ketiga, “Preman Jenis Baru” juga penting mempengaruhi orang-orang
terminal dalam hal koordinasi, hal ini guna mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan seorang “Preman Jenis Baru”. Misalnya penggeseran kekuasaan
melalui perebutan surat kuasa dan lain-lain. Salah satu caranya adalah dengan
mengayomi orang-orang terminal. Bagi bos LL dan anaknya informan KDI, hal
101
ini merupakan penting bagi kelanjutan masa–masa “Preman Jenis Baru” dalam
berkoordinasi secara lancar di lapangan setiap harinya. Informan AG dan
informan KDI pun menuturkan hal berikut:
“Rata-rata dari sejak bapak saya di terminal, bapak saya merangkul mereka sejak mereka berjualan. Akhirnya sampe sekarang saya ngelola, mereka tetep disini.kita kan modalnya saling kepercayaan, lagian mereka juga udah lama kerja sama bapak jadi saya udah tau mereka-mereka ini” (Wawancara dengan informan KDI tanggal 03 Juli 2017 di basecamp KDI)”
“Anak buahnya banyak yang jadi pengurus karena dia. Karena kalo gaada bos LL, ga mungkin mereka kenal sama bos Perusahaan Otobus.” (Wawancara dengan AG tanggal 03 Juli 2017 berlokasi di basecamp Bos LL)
Banyak yang bertahan dalam koordinasi KDI karena rangkulan bapaknya,
ada yang dari pedagang asongan, tetapi tidak sedikit juga dari pedagang asongan
yang beralih pekerjaan menjadi perbantuan pengurus PO atau dalam bahasa
mereka bekerja di mobil. Sebagaimana KDI menuturkan sebagai berikut:
“Ada juga yang dari pedagang asongan jadi kerja di mobil gitu. Bukan pengurus tapi kerja di mobil. Kalo dulu emang banyak kriminal disini, tapi sekarang udah jarang ada kejahatan sama kriminal karena ketatnya peraturan sama pengawasan terminal sekarang” (Wawancara dengan informan KDI tanggal 03 Juli 2017 di basecamp KDI)
Keempat,membangun koordinasi dengan anak buah yang bekerja di PO
lain.Tugas seorang ketua kowan bisata, yaitu H.R kepada anak buahnya terbilang
cukup berat, tidak hanya anak buah yang ia urus di kepengurusan nama PO yang
di pegang,. H.R juga diharuskan berkoordinasi dengan anak buah lainnya di PO
yang berbeda. Sebagaimana tuturan H.R berikut:
“Ya koordinasi langsung sama seluruh karyawan PO terutama para pengurus yang megang PO masing-masing nih. Misalnya nih pa haji punya 15 anak buah di PO Marita.”(Wawancara dengan H.R tanggal 06 Juni 2017 berlokasi di basecamp H.R).
102
Apabila masing-masing PO mempunyai 15 anak buah seperti yang dipegang
H.R, hal ini menjadi tugas berat atas tanggung jawab beliau sebagai ketua kowan
bisata di terminal Kampung Rambutan. Pembagian hasil kepada anak-anak buah
juga menjadi tugas yang berat, karena ini juga menjadi bagian kewajiban seorang
“Preman Jenis Baru” untuk memberikan proposisi yang lebih positif terhadap
dirinya.
Tak hanya pembagian hasil yang dapat dikatakan sebagai bentuk dari
praktik “Preman Jenis Baru”. Peneliti juga menemukan indikasi perebutan hak
asasi dalam bersaing secara sehat sebagai pengurus PO yang menjelaskan makna
preman pula disitu. Hal ini dijelaskan oleh pengalaman RO ketika peneliti
menanyakan soal perebutan penumpang ketika ia masih menjabat sebagai bagian
pengisi atau calo di terminal Kampung Rambutan:
“Sempet, tapi kalo gua ributnya sama yang bandungan. Pas gua ngisi yang bandungan rebut-ribut terus tuh. Ribut ributin penumpang itumah sesama PO tapi jalur yang sama. Jalur bandungan namanya, yang lewat puncak.” (Wawancara dengan RO tanggal 13 Juli 2017 di basecamp H.R)
“Disini kan sistimnya saling injek. Iya walaupun keliatannya baik nih pengurus sama pengurus.”(Wawancara dengan H.R tanggal 06 Juni 2017 berlokasi di basecamp H.R)
Salah satu unsur yang melengkapi momen objektivasi ada pada proses
institusionaliasi atau bisa disebut juga sebagai pelembagaan. Unsur ini merupakan
bentuk pemeliharaan pola yang telah ada dan disepakati oleh masyarakat.
Manfaatnya adalah untuk melanggengkan segala kegiatan sehari-hari yang mereka
lakukan dalam sebuah pengetahuan akan bagaimana cara-cara dan sistem dapat
103
berjalan sesuai yang diinginkan oleh seluruh anggota masyarakat. Sebagaimana
Berger dan Luckman menuturkan:
“….Social order is a human product. An ongoing human production. It is produced by man in the course of his ongoing externalization. Sosial order needless to add, is also not given in man’s natural environment, through particular features of this may be factors in determining certain features of social order. Social order exist only as a product of human activity..and continuous to human product. For the emergence, maintenance and transmission of a social order one must undertake an analysis that eventuates in a theory of institutionalization”. (Berger dan Luckmann, 1996:69-70)
Manusia terus membentuk keteraturan sosialdi momen eksternalisasi,
namun kegiatan manusia dapat berkelanjutan atas dasar pemeliharaan pola-pola
dan praktik yang terjaga selama masa ekternalisasi hingga objektivasi berlanjut.
Proses pemeliharaan pola kebiasaan dari praktik sehari-hari ini disebut Berger dan
Luckmann sebagai proses institusionalisasi. Jadi, proses institusionalisasi preman
Kampung Rambutan juga terjaga karena adanya institusi yang memungkin hal
tersebut, seperti Kowan Bisata yang merupakan wadah bagi “Preman Jenis Baru”
dalam berkegiatan membentuk keteraturan sosial.
2. Kowan Bisata sebagai bentuk Institusionalisasi Preman
Kowan Bisata merupakan sebuah koperasi yang dibentuk oleh orang
terminal khususnya preman sebagai bentuk pelembagaan dari sistim yang mereka
miliki selama bekerja sehari-hari sebagai pengurus PO. Dalam tuturan informan
H.R sebagai ketua Kowan Bisata, menjelaskan:
“Ya kebetulan kan pa haji ini kan ketua kowan bisata… iya, kowan bisata itu kan Koperasi Karyawan Bis Antar Kota, jadi seluruh karyawan PO nih di Kampung Rambutan, di bawah naungan Kowan Bisata.”(Wawancara dengan H.R tanggal 06 Juni 2017, berlokasi di basecamp H.R)
104
Meskipun H.R menjelaskan secara singkat, namun jelas disini terlihat
bahwa seluruh karyawan PO berada pada naungan dia sebagai ketua kowan bisata.
Sedangkan H.R bukanlah seorang karyawan PO atau Bos Pemilik PO, namun ia
mempunyai wewenang dalam membawahi puluhan nama PO dalam terminal
Kampung Rambutan yang memiliki ratusan karyawan PO. Hal ini tentu saja
merupakan peranan penting dari proses institusionaliasi yang telah dilakukan
“Preman Jenis Baru” dalam melanggengkan pola-pola superior mereka dalam
berkuasa di terminal Kampung Rambutan.
Superioritas preman di terminal Kampung Rambutan semakin mungkin
terjadi justru karena adanya institusi Kowan Bisata ini. Bisa dikatakan sifat
institusi ini terbuka karena membuka diri untuk menerima anggota baru.
Syaratnya pun mudah, yakni menyerahkan fotocopy saja. Selain terlihat terbuka,
sebenarnya institusi ini bisa dikatakan memaksa yang lain untuk menjadi anggota.
Ini ditandai dengan pemanggilan kepada mereka yang belum mendaftar yang
dikenali karena tidak berseragam dan ber ID card. Kowan Bisata ini bisa menjadi
pintu bagi sang ketua untuk mendapatkan anggota baru sekaligus menambah anak
buah preman "yang legal". Sebagaimana penjelasan H.R sebagai pimpinan kowan
bisata:
“Persyaratan daftar jadi anggota kowan bisata kan hanya KTP. Nanti kan mereka dibuatin Id card sama kita. Tiap tahun ganti id card. Nah itu diketahui dengan kapolsek, kepala terminal (Dishub), jadi gitu. Kowan bisata itu kan ada badan hukumnya. Jadi gini, kalo yang ga resmi itu kan dia ga daftar ya ga dapet sama seragam. Lagi pula kalo yang tidak berseragam dan ber id card itu akan dipanggil.”(Wawancara tanggal enam Juni 2017 berlokasi di basecap H.R)
105
Dengan bentuk legalitas hukum seperti yang dikatakan H.R, membuat
wewenang Kowan Bisata sebagai mitra perusahaan dan kepala terminal semakin
terlegitimasi oleh adanya id card setiap orang pengurus PO. Bentuk Id Card
Kowan Bisata tersebut seperti ini:
Gambar8 III. B.2 Id Card salah satu anak buah Pengurus PO
Sumber: Observasi 08 Agustus 2017
Jadi, kalau ada permasalahan dijalan mengenai perjalanan Bus, Pengurus
PO terkait atau Supir atau kondektur yang berseragam dan ber id card tinggal
menunjukkan lesensi resmi itu yang disahkan hanya oleh kepala terminal dan
kapolsek sebagai bentuk formalitas. Sedangkan dengan adanya id card,
membedakan antara “preman yang belum legal” yang bekerja sebagai Oknum
Calo nakal atau preman jenis lama dengan “Preman Jenis Baru” yakni pengurus
PO dan bagian anak buah misalnya calo bus resmi sebagai “preman yang legal”,
meskipun keduanya merupakan pekerjaan yang sama di terminal Kampung
Rambutan.
106
Tak hanya pengurus po atau karyawan po yang tidak berseragam yang akan
dipanggil oleh pimpinan anggota kowan bisata, pedagang asongan dan kaki lima
pun akan dipanggil oleh kowan bisata bila tidak tertib dalam berseragam.
Sebagaimana tuturan DD berikut: “H.R kan kowan bisata, kepalanya kan H.R. Kalo
kita jualan disana mah melanggar. Nanti kita dicopot rompinya.” (Wawancara dengan
informan DD tanggal 22 Juli 2017 di lapangan parker bus terminal) Hal ini juga
menunjukk bahwa wilayah dalam berdagang asongan juga dibatasi demi terciptanya
control sosial dan menghindari gesekan antar sesame pedagang mengenai wilayah
dagang.
Ketaatan ini bukannya tanpa alasan, legitimasi yang diberikan oleh kepala
terminal dan kowan bisata ini telah diajarkan melalui tata tertib dan masukan
nilai-nilai dan norma yang sedang dicoba di terminal Kampung Rambutan
beberapa tahun terakhir. Sebagaimana tuturan AG berikut:
“Kepala terminal yang sekarang lebih bijak, yang berjualan diseragamkan. Kan itu bijak namanya. Pedagang juga ikut bersih-bersih. Pengurus juga ikut ngejaga kebersihan. Namanya cari nafkah disini, ya harus sama-sama.” (Wawancara dengan AG tanggal 03 Juli 2017 berlokasi di basecamp Bos LL)
Mereka yang memiliki jabatan tertentu dipilih berdasarkan keahlian yang
mereka miliki. Salah satunya termasuk informan KDI. KDI menuturkan mengenai
jabatannya sebagai bendahara di Kowan bisata:
“Ya gitu, namanya bendahara semua sama aja, megang uang gitu. Kan ada simpanan wajib, itu buat kalo ada yang sakit karyawan dikasih santunan. Itu juga hasil dari urunan semua karyawan. kalo ada yang meninggal juga dapet santunan dari kita semua.”(Wawancara tanggal 03 Juli 2017 berlokasi di basecamp bos LL)
Selain keahlian, soal kepercayaan (trust) juga penting untuk menjadi
pengurus. Mengenai alasan mengapa ia dipilih sebagai bendahara, KDI
107
menambahkan: “iya karena saya orang lama juga, orang tua kan disini, terus dipercaya
gitu sama pa haji sebagai ketua. Saya juga lulusan ekonomi kan dari bandung”.
(Wawancara tanggal 03 Juli 2017 di basecamp bos LL). Sebelumnya bos LL juga
menjabat sebagai bendahara di kowan bisata dan ia tidak mau kalau soal urusan
uang rakyat terminal di atur dengan orang yang tak bisa dipercaya, ia juga
menolak untuk dijadikan sebagai ketua kowan bisata karena telah memliki
tanggung jawab besar kepada anak buah yang lain dan berbagai alasan lain. Hal
ini ditularkan kepada anaknya Bos LL, KDI. Sebagaimana tuturan EL saat
mengajak KDI untuk menjabat sebagai ketua kowan bisata berikut:
“Dulu kan pernah tuh kita berdua sama KDI mau megang kowan bisata, cuman karna masalah pendanaan dan pendataan kowanbisata gajelas jadinya takut kena batunya malah, entar uang yang make siapa yang tanggung jawab siapa gitu kata KDI. Terus gua bilang gini, gpp biarin kita cari nama aja kita pegang terminal. Terus kata KDI, dia juga ga dibolehin megang kowan bisata sama ibunya. Dia gitu-gitu juga minta saran ke ibunya buat tindakan-tindakan dia sehari-hari.” (Wawancara degan EL tanggal 27 Juni 2017 berlokasi di rumah saudara EL di Depok)
Saat peneliti menanyakan soal sumber dana kowan bisata dan mengenai
tujuan didirikannya Kowan Bisata, KDI menjelaskan sebagaimana berikut ini:
“Ya itu dari dana taktis, dana yang kekumpul dari iuran karyawan juga kan. Koperasi emang kan legal, resmi gitu ya, Cuma cakupannnya hanya buat kita-kita aja, karyawan bus. Atau pengurus PO. Intinya mah untuk mempersatukan kita-kita sebagai orang terminal. Di terminal kan suku bangsa berbeda-beda, tapi kalau ada wadah kaya kowan bisata, kan bisa mempersatukan. Ya kita jadi satu Bahasa lah gitu. Setiap bulan ada rapat bulanan, buat kompakin lah, yang penting kan kita kalo ada masalah biar gaada gesekan. Kalo kita sering ketemu sebulan sekali kan jadi saling kenal lah.” (Wawancara dengan KDI tanggal 03 Juli 2017, berlokasi di basecamp bos LL)
Sebagai institusi, Kowan Bisata bertugas menyatukan kegiatan di terminal.
Sebagai KDI menjelaskan secara rinci tujuan adanya kowan bisata yang selama
ini dapat ia rasakan manfaatnya, salah satunya adalah dengan adanya kowan
108
bisata, dapat mempersatukan segala aktivitas kegiatan yang ada di terminal
menjadi teratur dan menjadi satu wadah. Setelah adanya kowan bisata, semua jadi
mudah diatur dan dilegitmasi, karena kowan bisata memiliki kekuatan hukum
yang sah dan seorang ketua kowan bisata memiliki wewenang dan power yang
cukup untuk menertibkan hal itu. Selanjutnya KDI membandingkan ketika
sebelum adanya Kowan Bisata atau ketika Kowan bisata vakum (tidak aktif
berjalan sebagaimana mestinya). Menurut KDI:
“Ini (sistim pembagian hasil di terminal) kan dulunya liar ya, karena gaada wadah. Pas ada wadah, jadi disatuin. Misalnya kan kalo ada masalah dari blok jawa blok ini blok itu jadi bisa di diskusiin bareng-bareng lewat koperasi ini pake jalan musyawarah. Cari solusi permasalahannya. Kalo terminal kan identik sama namanya kejahatan. Banyak preman, kriminalitas lah. Adapun yang namanya bermasalah anggota kita juga ada, yang amanin anggotanya juga.” (Wawancara tanggal 03 Juli 2017 berlokasi di basecamp H.R)
Memang dulu sebelum kowan bisata aktif kembali sebagai wadah resmi
preman jenis kedua ini. Preman jenis pertama masih sering berkeliaran untuk
mencari pungutan liar kepada supir-supir bus dan pedagang asongan yang ada di
terminal. Sebagaimana penuturan UU, yang menceritakan bagaimana manfaat
adanya kowan bisata sebagai kontrol sosial orang-orang terminal dari preman
jenis pertama ini:
“Kalo gaada bos KDI sama kepala pengurus yang laen beda urusannya di terminal. Kemungkinan banyank pungutan liar lagi yang bakal diambilin sama preman-preman (kriminal atau preman jenis lama)” (Wawancara dengan UU tanggal 06 Agustus 2017)
Kowan Bisata mewadahi pertemuan dan musyarawah anggota. Sebagaimana
ungkapan KDI, untuk segala permasalahan khususnya kriminalitas yang ada di
terminal baik itu antara sesama Pengurus PO dan keseluruhan orang-orang
terminal, didiskusikan terlebih dahulu dalam forum diskusi bulanan atau rapat
109
yang dilakukan seluruh anggota kowan bisata yang memiliki jabatan penting.
Dengan proses musyawarah ini diharapkan kontrol sosial lebih terjaga oleh
mereka. Manfaat dengan adanya diskusi bulanan ini juga dirasakan oleh UMAR
yang mana merupakan wakil kepala pengurus PO:
“Bis antar kota kalo sekarang mah ga kaya jaman dulu, kalo sekarang mah terorganisir. Karena dikoperasikan jadi lebih tartib, karena hasil musyawarah bulanan juga disetujui oleh Dinas perhubungan juga.” (Wawancara tanggal 30 Mei 2017 berlokasi di basecamp H.R)
Manfaat adanya musyawarah telah dirasakan UMAR setelah koperasi
kembali tartib, apalagi dengan adanya musyawarah atau rapat bulanan, UMAR
merasakan kepengurusan bus antar kota di terminal Kampung Rambutan yang
sekarang menjadi lebih terorganisir. Selain itu manfaat adanya kowan bisata tidak
hanya ditujukan oleh anggota kowan bisata saja, namun keseluruhan orang
terminal Kampung Rambutan. Salah satunya adalah para pedagang. Sebagaimana
penuturan KDI yang mana juga sebagai koordinator para pedagang asongan di
terminal Kampung Rambutan:
“Iya, tapi ada juga yang diluar kowan bisata. Diantara mereka ada yang dituain buat ngatur segala sesuatunya. Kowan bisata cuma mengantisipasi menghindari adanya gesekan yang terjadi antar pedagang juga.” (Wawancara dengan KDI tanggal 03 Juli 2017 berlokasi di basecamp Bos LL)
Selain sebagai wadah bagi preman untuk melegitimasi seluruh kegiatannya
di terminal, Kowan bisata turut berperan aktif melakukan kontrol sosial di
terminal. Yaitu dengan menjadi tangan kanan kepala terminal untuk
mensosialisasikan norma dan kebijakan beliau hingga menjadi pelegitimasi aturan
- aturan yang ada di terminal, menjadikanmereka memiliki wewenang untuk
mengatur orang-orang terminal. Hal ini tentu saja berdasarkan legalitas hukum
110
yang telah ada, menjadikan power mereka diikuti oleh seluruh kalangan orang
terminal. Selain itu juga orang-orang terminal tak ingin kontrol sosial dimiliki
kembali oleh preman jenis pertama yang menarik pungutan liar pada setiap
individu yang berkegiatan di terminal seperti waktu dulu.
Oleh karena itu proses terakhir hasil dari bentuk pelembagaan kowan bisata
adalah sebagai pelaku kontrol sosial, sebagaimana pengalaman RO yang juga
melihat ayahnya melakukan kontrol sosial dengan melakukan pemberantasan
preman jenis pertama berikut:
Iya dulu mah, tapi sejak dipegang sama bokap koperasinya, udah bagus kalo sekarang mah semua udah kedata sama bokap. Preman juga diusirin. Udah ada dua periode pokonya, sekitaran 12 taun dah. Dibantai semua yang ga resmi sama yang ganggu keamanan. Sama kita-kita juga diusirinnya kerja sama sama aparat juga. Ga langsung tapi ngusirnya, bertahap. Kita pantau dan targetin orang-orangnya, lama-lama abis. Pada takut tuh, soalnya lebih ketat peraturannya. (Wawancara dengan RO tanggal 13 Juli 2017 di basecamp H.R)
Dengan pemberantasan ini, kekuatan sosial “Preman Jenis Baru” menjadi
lebih kuat dan terlegitimasi oleh seluruh masyarakat karena memanggil mereka
bukan sebagai preman, tapi sebagai pelaku kontrol sosial, meskipun hal ini tidak
dikatakan secara langsung, namun tersirat dari hasil wawancara peneliti kepada
orang-orang terminal yang merasakannya.
C. Proses Internalisasi Konstruksi Sosial Preman Kampung Rambutan
Internalisasi dalam konteks ini adalah proses subjektivasi seorang bos
“Preman Jenis Baru” (Significant Others) kepada seorang anak yang juga
menggeluti pekerjaan sebagai “Preman Jenis Baru” ini. Proses pertama ini
111
dinamakan sosialisasi primer. Pada proses sosialisasi sekunder, “Preman Jenis
Baru” memulai sosialisasi kepada orang-orang terminal dalam konteks
pemaknaan dirinya di mata orang-orang terminal.
1. Sosialisasi Primer
Sehubungan ada dua kekuatan preman yang ada di terminal Kampung
Rambutan, sejarah yang menyertainya pun berbeda, namum kedua preman ini,
yaitu informan RO dan informan KDI memiliki kesamaan dalam hubungan
sosialisasi yang ada. Mereka bertindak dan berkegiatan sebagai “Preman Jenis
Baru” ini merupakan hasil dari sebuah proses panjang yang dilalui orang tuanya.
Mereka berdua memilih identitas “Preman Jenis Baru” karena warisan dari orang
tua.
Orang tua menjadi sosok panutan bagi seorang “Preman Jenis Baru” dalam
berkegiatan sehari-hari. Sumber sosol panutan tersebut tidak lain adalah sosok
seorang ayah. Sebagaimana informan EL menceritakan sifat dari seorang ayah
dari KDI sebagai berikut:
“Ya karena dia mengayomi, kan dulunya pas dari Cililitan juga udah punya banyak massa dia, kaya pedagang asongan kan tinggal di rumah dia. Saya kenal sama KDI dari bapaknya, dari almarhum bos LL. Bos LL kan bapaknya KDI. Dia megang bis juga. Yang disegani di terminal. Figurnya bagus, dermawan orangnya. Dia kan yang koordinir kalo ada kegiatan kerja bakti, santunan anak yatim. kalo bukan karena orang tuanya dia, dia gapunya power disitu” (Wawancara dengan EL tanggal 27 Juni 2017 di lokasi rumah saudara EL di Depok)
Saat EL menjelaskan mengenai kepribadian seorang ayah dari KDI ini,
merupakan sosok yang mengayomi dan memiliki banyak massa. Hal ini sudah
tentu saja menjadi sumber utama informan KDI dalam bertindak yakni sebagai
112
bagian dari orang-orang yang berpengaruh(significant others) bagi seorang KDI
dalam bergelut sebagai “Preman Jenis Baru” ini. Sumber kekuatan utama Bos LL
adalah pengendalian massa, untuk itu ayah dari KDI ini mengendalikan massa
dengan cara mengayomi massa tersebut dan menjadikannya sumber daya
kekuatan sosial untuk berada di terminal. Hal ini menjadikan KDI disegani dan
dihormati pula oleh orang-orang terminal.
Mengapa alm. Bos LL dapat mengendalikan massa yang banyak? Hal ini
diterangkan oleh AG, salah satu sesepuh yang menjadi saksi hidup seorang bos
LL yang sangat dihormati masyarakat, khususnya orang-orang terminal. Berikut
penuturan informan AG:
“Ya karena dia orangnya baik, suka merangkul orang-orang yang lain gitu. Dia tuh kalo sama orang lain merangkul, diajarin cara berjualan di terminal, cara jadi pengurus po. Padahal dia tuh gatau orang yang dia ajarin itu orang mana-orang mananya. Yang penting bisa merangkul dia tuh.” (Wawancara dengan AG tanggal 03 Juli 2017, lokasi di basecamp Bos LL)
Dikenal sebagai pribadi atau figur yang baik dan berjiwa sosial tinggi,
almarhum bos LL yang juga ayah dari informan KDI merupakan orang terminal
yang banyak merangkul massa ketika ia masih di Cililitan. Sepengetahuan
Informan EL dan AG juga tidak jauh berbeda ketika peneliti menanyakan soal
mengapa figur Bos LL begitu disegani dan dihormati oleh orang-orang terminal
yakni beliau memiliki kekuatan sosial yang unik di terminal Kampung Rambutan.
Kekuatan sosial di terminal kampung rambutan telah di pegang oleh bos LL
sebagai sesuatu yang unik karena beliau memegang kendali massa yang banyak
berkat pengetahuan yang ia miliki dan pergaulan yang luas, bukan berdasarkan
status sosial sebagai preman ataupun orang kaya. Hal ini tentu saja ditularkan dan
113
diturunkan kepada anaknya yang banyak di didik secara langsung oleh bos LL.
EC pun sebagai seorang ibu menegaskan bahwa KDI diantara ketiga anaknya
paling mirip bos LL. Sebagaiman tuturannya berikut ini:
“Ya belum sepenuhnya kaya bapaknya, kan masih muda. Tapi dikit-dikit mah udah bisa dia walaupun belum seratus persen. Orangnya sama kaya bapak gitu, ketus. Tapi baek orangnya. Bapak kan juga ga banyak omong sama kaya KDI.” (Wawancara dengan EC tanggal 09 Juli 2017)
Seperti istilah like father like son, KDI dan bos LL memiliki kesamaan
dalam sikap, tingkah, dan perilaku. Sebagaimana yang Berger dan Luckman juga
dengungkan dalam karyanya sebagai berikut:
“The child identifies with significant others in a variety of emotional ways. Whatever may be, internalization occurs only as identification occurs. The child takes on significant others roles an attitudes, that is, internalizes them and makes them his own.” (Berger dan Luckmann, 1996:151).
Setelah seorang individu, sejak dini telah menyerap segala aspek yang
dilakukan oleh significant others (orang yang paling berpengaruh dalam
kehidupan sosialnya). Seorang individu mulai membentuk kepribadian mereka
sendiri berdasarkan dari pengetahuannya tentang dunia sosial melalui seorang
significant others. KDI memiliki kesamaan perilaku dan sikap dengan bos LL, hal
ini bukan karena murni sejak lahir hal itu diturunkan, namun dengan kerangka
internalisasi yang dilakukan ayahnya sebagai seorang significant others yang
memperkenalkan anaknya kepada dunia sosialnya. Setelah sikap dan perilaku
telah di imitasi oleh sang anak, KDI pun mewariskan pula peranan yang dipegang
oleh ayahnya.
Seperti penuturan seorang pedagang asongan yang sempat diayomi oleh Bos
LL yang kini telah diwariskan peran itu oleh anaknya sebagai berikut:
114
“KDI juga orangnya baik juga, gimana ayahnya ajah. Namanya ada titisan dari ayahnya ya jadi dihormatin lah sama orang-orang terminal juga. Kan ayahnya dikenal baik sama orang-orang terminal. Terus kita ya gimana yang manggilnya aja, kadang dipanggil bos kadang dipanggil komandan. Ya namanya kita kan dikasih modal gitu, Cuma modal dengkul doang hidup disini.”(Wawancara dengan informan DD, tanggal 08 Agustus 2017)
Ketika peran sang ayah (Bos LL) diwariskan oleh anaknya (informan KDI),
pemanggilan komandan oleh anak buah pun disematkan kepada informan KDI,
anak buah bekas ayahnya juga diwariskan kepadanya untuk dijaga dan diayomi.
Pemanggilan ini bukan tanpa sebab lagi, Berger dan Luckman juga menjelaskan
dalam karyanya berikut ini:
“Indeed, identity is objectively defined as location in a certain world and can be subjectively appropriated only along with that world. … the child learns that he is what he is called. Every name implies a nomenclature, which in turn implies a designated social location”. (Berger dan Luckmann, 1996:152)
Pewarisan identitas preman selalu khas dengan lokasi dimana ia hidup dan
seperti apa seorang individu itu dipanggil setiap harinya oleh masyarakat sekitar.
Seorang anak atau individu belajar menjadi pribadi yang melekat dengan identitas
preman melalui pemanggilan orang lain terhadapnya. Sebagaimana penuturan
beberapa informan yang telah peneliti jabarkan di atas, seperti informan EL, EC
dan AG.
Selain itu, dalam hasil observasi peneliti juga mendapatkan pemanggilan
komandan untuk informan KDI oleh seorang preman lainnya, yaitu informan AG.
Isi percakapannya sebagai berikut dengan anak buah yang lain: “komandan lu nih
gimana si, masa mobil gua bisa dikandangin” (Observasi informan AG dan KDI
tanggal 03 Juli 2017 di basecamp KDI). Indikator makna preman semakin melekat
pada diri KDI setelah kita dapat memahami pemaknaan pemanggilan yang
115
dilakukan oleh anak buah KDI mengenai dirinya yang begitu dihormati sampai
dipanggil dengan sebutan “Bos” atau “Komandan”, hal ini tentu saja pengaruh
ayahnya KDI yang juga dipanggil sebagai Bos oleh anak-anak buahnya dari sejak
lama, namun KDI lebih sering dipanggil komandan karena seperti makna
komandan yang berarti pemimpin pasukan. Artinya posisi KDI di sini memiliki
peranan penting sebagai preman di terminal Kampung Rambutan. Tempat di mana
ia menemukan identitasnya berdasarkan orang-orang terminal yang
memanggilnya komandan, tempat di mana ia pula diwariskan peranan oleh sang
ayah.
Informan KDI memiliki peranan penting di terminal setelah ia mendapatkan
warisan dari orang tuanya berupa titisan (perilaku) dan warisan (peran). Sang ayah
merupakan significant others baginya, hal ini pula yang menjadikan warisan dan
titisan dari sang ayah menjadi patokannya dalam kehidupan sosial di terminal
sebagai seorang “Preman Jenis Baru”. Proses ini dinamakan oleh Berger dan
Luckman sebagai Generalized others. Hal ini juga diterangkannya sebagai
berikut:
“…..All of society in so far as it is significant to the child. This abstraction from the roles and attitudes of concrete significant others is called the generalized others” (Berger dan Luckmann, 1996:153)
Namun tidak hanya KDI, RO juga mendapatkan proses generalized others
dari ayahnya H.R Sebagaimana H.R ini sering memberikan wejangan kepada
anaknya lewat kegiatan sehari-hari anaknya sewaktu kecil. Hal ini dilakukan H.R
dari sejak masa-masa RO masih anak-anak.Sebagaimana pengakuannya:
116
“Dari kecil gua di terminal sama ayah gua. Dulu gua sambil ngangon kambing maen kesini, ayah yang ngajarin kalo hidup tuh keras jadi kita harus bekerja keras.” (Wawancara dengan RO, tanggal 17 Juli 2017 di basecamp H.R)
Wejangan yang dirasakan RO dari sejak kecil, diajarkan melalui pengajaran
tentang kerasnya kehidupan oleh keluarga besar informan RO untuk hidup dalam
bekerja keras. Wejangan ini membuat dirinya kuat dan keras, apalagi ketika sang
anak beranjak dewasa.Wejangan-wejangan dari kedua ayah ini, yaitu Bos LL dan
H.R merupakan termasuk pada momen internalisasi, sebagaimana Berger dan
Luckman menjelaskan dimana pada momen internalisasi ini termasuk didalamnya
terdapat proses sosialisasi. Menurut mereka:
“On he has achieved this degree of internalization is an individual a member of society. The ontogenic process by which this brought about is socialization, which may thus be defined as the comprehensive and consistent induction of an individual into the objective world of a society or a sector of it. Primary socialization is the first socialization an individual undergoes in childhood, through which he becomes a member of society. Secondary socialization is any subsequent process that inducts an already socialized individual into new sectors of the objective world of his society”.(Berger dan Luckmann, 1996:150)
Ini menunjukkan bahwa pengalaman subjektif atau struktur subjektif yang
diajarkan keluarga memainkan peranan penting sebagai bentuk sosialisasi awal
seorang preman terjun kepada struktur preman. Dimana peranan itu tersalurkan
dalam bentuk sosialisasi primer dan sekunder. Hal ini pula yang dirasakan RO dan
KDI yang merasakan pentingnya peranan keluarga dalam membentuk identitas
dirinya sebagai “Preman Jenis Baru” ini.
Sebagaimana pengakuan KDI dalam diskusi khusus dengan informan
lainnya mengenai proses pengajaran yang dilakukan oleh ayahnya sebagai berikut:
“Walaupun saya jauh sama ayah saya. Saya di garut dari kecil, Cuma saya tau, liburan sekolah saya suka diajak kesini. Ya kaya cara bergaul, mawas diri,
117
mengerti situasi di terminal, hasil saya diajarin lewat pengalaman aja sama bapak saya waktu saya sebelum masuk terminal waktu itu. Almarhum kan orangnya supel terus bijak dan jujur gitu kan”. (Wawancara triangular dengan KDI dan EC tanggal sembilan Juli 2017, berlokasi di basecamp Bos LL)
Proses sosialisasi dari sang ayah bos LL dengan KDI terjadi sejak kecil
hingga dewasa, dari sosialisasi primer hingga sekunder. Pada proses sosialisasi
primer, KDI sejak kecil sering mengunjungi terminal pada waktu-waktu tertentu,
yaitu masa liburan sekolah. Dikarenakan KDI tinggal bersama neneknya di Garut.
Ayah dan ibunya yang merantau ke Jakarta. Meskipun begitu pengajaran di masa-
masa liburan didapatkannya melalui interaksi KDI dengan bos LL berdasarkan
pengalaman sebagaimana layaknya ayah dan anak berbagi pengalaman, KDI
bertindak sesuai apa yang terjadi dan dilakukan oleh ayahnya melalui praktek
sehari-hari di terminal. Tanpa melalui pengajaran. Hanya wejangan – wejangan
bos LL saja yang menjadi patokan atau pegangan KDI sedari kecil yang secara
otomatis melekat dalam benaknya hingga dewasa nanti. Hal ini senada dengan
ulasan Berger dan Luckman mengenai sosialisasi primer yang berbunyi:
“….Since the child has no choice in the selection of his significant others, his identification with them is quaasi-auto-matic. In primary socialization, then, the individual’s first world is constructed. The character pf primary socialization is also affected by the requirements of the stock of knowledge to be transmitted. Primary socialization ends when the concept of the generalized others and all that goes with it has been established in the consciousness of the individual. At this point he is an effective member of society and in subjective possession of a self and a world.”(Berger dan Luckmann, 1996:154-157).
Disini dijelaskan sosialisasi primer berakhir ketika proses generalized
others dan kesadaran sebagai individu dalam suatu masyarakat relatif stabil. Saat
itu juga dia telah menjadi seorang anggota masyarakat dan secara subjektif
memosisikan dirinya dalam dunia sosial. Tidak cukup disitu, seorang individu
118
selalu melakukan imitasi dari keluarganya hingga dia dewasa. Sebagaimana
tuturan pengalaman Informan RO berikut:
“Gua sama bokap, sering kerja bareng, dulu sempet ngojek bareng waktu gua masih SMA. Sampe sekarang nih di terminal bareng lagi. Ya walaupun ga bareng terus, saya sempet kerja-kerja di pelabuhan, di kargo-kargo.”(Wawancara dengan informan RO, tanggal 17 Juli 2017)
Informan RO sering melakukan imitasi terhadap significant others(H.R)
tidak hanya dari sikap, namun kehidupan sehari-hari H.R, yaitu berkegiatan
dengan ayahnya, sering ikut-ikutan ayahnya dalam bekerja. Hal ini merupakan hal
yang wajar bagi seorang anak dalam bersosialiasi dengan keluaga. Sebagaimana
penjabaran pula oleh Berger dan Luckman berikut:
“This presupposes that he and I share time in a more than ephemeral way and a comprehensive perspective, which links sequences of situations together intersubjectively. ….therse is now an ongoing multual identification between us. We not only live in the same world, we participate in each other’s being.” (Berger dan Luckmann, 1996:150)
Dalam berbagi pengalaman dan seringnya waktu dalam berkegiatan
bersama-sama seorang significant others. Semakin membuat seorang RO
mengasah identitas yang ia miliki sebagai preman melalui hubungan kebersamaan
dengan situasi kehidupan sosial di terminal. Ini juga semakin mempertebal
pemahaman intersubjektif orang-orang di terminal mengenai preman. Proses ini
juga lebih dikenal sebagai sosialisasi sekunder, dimana seorang preman telah
mengambil posisi sebagai partisipan dalam kehidupan sosial. Bukan hanya
melihat dan menduplikat sikap dan nilai-nilai dari sang significant others, pada
momen ini, RO dan KDI telah mensikapi momen generalized others dan
119
memasuki proses pengambilan peran dalam masyarakat dan dia sudah mengenal
betul persoalan identitas yang dia miliki dan berperan sebagai apa dia.
Adapun sebagai bentuk sosialisasi sekunder terhadap dunia terminal dan
preman ini. Ada institusi keluarga yang merupakan pijakan awal konstruksi yang
ingin dibangun dan dibentuk kepada generasi selanjutnya. Dalam hal ini, sosialiasi
sekunder terjadi pada almarhum bos LL kepada anaknya, KDI. Hal ini dijelaskan
lebih lanjut oleh KDI sebagai berikut:
“Sampe 2004 baru saya kesini, setelah lulus sarjana. Saya ikutin hasil keseharian tindakan bapak aja, yang alami aja ga pake teori. Ikutin tindak tanduk bapak, ikutin karakter orang tua aja. Kalo kesini ooh begini, kalo kesitu ooh begitu. Cara ngedidik anak buah gimana, kan kita ngikutin” (Wawancara dengan KDI tanggal 09 Juli 2017 berlokasi di rumah EC yang juga Agen Kios Terminal)
Tidak hanya partisipasi dalam suatu dunia sosial yang sama, sosialisasi
sekunder juga diperlukan untuk individu mengambil peranan penting dalam dunia
tersebut. Sebagaimana tuturan hasil wawancara KDI diatas, merupakan sebuah
bukti akan relevansinya realitas sosial “Preman Jenis Baru” ini yang pada
akhirnya memang tujuan akhir sosialisasi adalah mengambil peranan penting
“Taking Over” orang tua atau significant others lainnya dalam upaya
melanggengkan proses internalisasi dan menuntaskan proses sosialisasi yang telah
diberikan oleh mereka. Sebagaimana bahasan Berger dan Luckman tentang
konsep taking over dalam momen internalisasi sebagai berikut:
“Internalization in this general sense is the basis, first, for an understanding of one’s fellowmen and, second, for the apprehension of the world as a meaningful and social reality. The apprehension does not result from autonomous creations of meaning by isolated individuals, but begins with the individual ‘taking over’ the world in which others already live. To be sure, the ‘taking over’ is in itself, in a sense, an original process for every human organism, and the world, once ‘taken over’, may be creatively modified or less likely even recreated…. The individual
120
not only takes on the roles and attitudes of others, But in the same process, individual takes on their world” (Berger dan Luckmann, 1996:150-152).
Oleh karena itu menurut analisa peneliti, alur internalisasi sosialisasi primer
yang dihadapkan kepada seorang preman diantaranya sebagai berikut:
Alur Pertama, sosialisasi anak preman dari orang tuanya yang juga preman,
seperti yang disosialisasikan bos LL kepada anaknya KDI dalam proses
pembelajaran langsung semua hal yang berkaitan dengan nilai-nilai dan norma
tentang memasuki struktur sebagai seorang “Preman Jenis Baru”.
Alur Kedua, sosialisasi yang diberikan oleh preman yang sedang
berkegiatan di terminal Kampung Rambutan kepada anak-anaknya yang juga
ditujukan agar melihat sikap, nilai-nilai, dan norma yang dilakukan orang tuanya
dalam berkehidupan di terminal sebagai seorang preman, seperti yang dilakukan
H.R kepada RO dan IW kepada anak-anaknya yang masih sekolah diajak ke
terminal.
Alur Ketiga, Sosialisasi yang terkonsep dari pengalaman preman langsung
di masa kecilnya di terminal sebagaimana kehidupan sosial di terminal yang
cenderung keras, kehidupan jalanan tanpa pengaruh dari institusi awal yaitu
keluarga. Mereka melakukan pembelajaran langsung dari lingkungan yang
membentuk watak dan sikap sebagai seorang preman. Hal ini merupakan contoh
dari bentuk sosialisasi dari lingkungan atau struktur obyektif yang membentuk
makna struktur preman dalam benak masing-masing dari mereka, yaitu yang
dialami oleh EL, AG, dan UMAR.
121
2. Sosialisasi Sekunder
Setelah itu ketika mereka beranjak dewasa, barulah mereka menginjak pada
proses sosialisasi yang kedua, yaitu sosialiasi sekunder, sosialisasi masa remaja
hingga dunia bekerja. Dalam hal ini cuma ada satu alur saja, yaitu pengaruh dari
lingkungan terhadap cara belajar mereka dan pembentukan nilai-nilai baru sebagai
seorang preman yang benar-benar sudah bergelut dengan dunia pekerjaan yang
mereka lakukan saat ini, sebagai mitra kerja, sekaligus “Preman Jenis Baru”.
Dalam hal ini struktur obyektif lebih berperan untuk mengendalikan
pengalaman subyektif mereka. Sebagaimana hasil dari eksternalisasi menjadi
obyektifasi yang terjadi di terminal Kampung Rambutan, orang-orang terminal
melihat struktur preman yang terbentuk merupakan produk dari manusianya itu
sendiri, dan salah satu manusia yang membentuk pola-pola struktur preman dan
menjadikannya langgeng adalah alur sosialisasi primer yang dilakukan oleh bos
LL dengan KDI dan H.R dengan RO. Kedua bentuk hubungan ayah-anak ini
merupakan upaya mereka dalam melanggengkan kondisi yang sangat
menguntungkan mereka dalam struktur preman.
Dengan berbagi pengalaman dengan sang anak, menunjuk bahwa proses
akhir konstruksi makna preman Kampung Rambutan terjadi melalui sosialisasi
primer dan sekunder sehingga menjadi identitas preman. Pada momen ini juga
mereka diakui oleh orang-orang terminal lain sebagai “Preman Jenis Baru” yang
memiliki makna yang bebas dan jauh dari tindakan kriminalitas.
122
Kemudian preman-preman jenis kedua ini mensosialisasikan dirinya sebagai
preman. Melalui cara ia berperilaku baik dan berhubungan baik dengan segala
aspek di terminal, baik itu dengan orang-orang terminal maupun dengan aparat
pemerintahannya. Seperti penuturan RO yang telah sadar, identitas preman jenis
kedua ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu ia
menyebutkan: “Yang penting nih ya komunikasi yang baik sama polantasnya,
sama dishub, sama babinsanya, sama danru” (Wawancara tanggal 13 Juli 2017)
Menghadapkan bahwa keterkaitan hubungan dengan semua lini orang-orang
terminal ini melingkupi sosialiasi “Preman Jenis Baru” terhadap masyarakat
disekitarnya, baik secara subjektif maupun objektif. Karena sosialisai yang sukses
ukurannya kalau subjek dan objek harus benar-benar berada dalam garis lurus.
Artinya, harapan penerimaan norma dan aturan itu seiring dengan keinginan
subjek/ aktor untuk melaksanakannya sesuai harapan tersebut. Sebagaimana
Luckmann dan Berger menjelaskan:
“… By ‘succesful socialization we mean the establishment of a high degree of symmetry between objective and subjective reality (as well as identity, of course”). (Berger dan Luckmann, 1996:183).
Internalisasi memang proses yang berat bagi sang “Preman Jenis Baru”
untuk mempertahankan struktur sosial yang telah dibuatnya dalam sebuah realitas
preman terminal Kampung Rambutan. Sebagai “Preman Jenis Baru”, tugas
mereka sebagai Pengurus PO dan Penjaga kontrol sosial sungguh berat, hal ini di
istilahkan sebagai berikut: Buat yang megang amanah kaya saya, harus tinggi
tanggung jawab kita. Kaya saya, jatah buat polres juga kadang-kadang saya pake
buat judi (Wawancara dengan EL tanggal 27 Juni 2017 berlokasi di rumah
123
saudara EL di Depok). Dengan tugas yang berat ini, dengan begitu mereka
berupaya untuk menghindari kebiasaan buruk yang mereka lakukan selama
menjadi individu dalam ruang lingkup terminal. Yang mana faktor lingkungan
atau struktur objektif dalam membentuk karakter sangatlah dominan. Hal ini
pulalah yang membuat kepercayaan bos LL kepada informan EL berkurang, dan
EL dengan sendirinya meninggalkan pekerjaan ini sebagai preman pensiun.
Upaya yang menjadi dasar mereka dapat mengkonstruksi makna preman
menjadi lebih baik lagi adalah pengadeganan seorang bos LL yang mengayomi
orang-orang terminal, khususnya mereka yang menjadi pedagang asongan hingga
kepada pengurus PO. Informaan DD menceritakan sikap bos LL dalam
mengayomi para pedagang sebagai berikut:
“Saya kan dagang Cuma ikut aja dulu mah. Ga bawa apa apa dari kampung. Dagangin dagangan bos aja gitu. Saya awalnya langsung dagang sama bos LL. Karena dia orangnya baik gitu. Dia merangkul buat yang mau dagang minuman di terminal. Kalo almarhum tuh orangnya ga pernah omongannya gaenak sama kita. Keras mah keras orangnya tapi buat nasehatin pedagang yang lain supaya dagangnya benar. Jangan sampe ngelakuin yang engga-engga. Soalnya Dia yang bertanggung jawab kalo ada masalah sama pedagang yang jadi anak buahnya. Selama saya disini belum pernah liat bos LL ribut. Orangnya diamah kalem gitu, pendiam. Kitanya mah jadi malu sendiri kalo berbuat salah. Kalo kitanya baik dia juga baik” (Informan DD, wawancara tanggal 06 Agustus 2017 lokasi di wilayah dagang asongan terminal sektor barat)
Bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Bos LL sejak lama yang ditujukan
kepada orang-orang terminal merupakan rekonstruksi makna “Preman Jenis Baru”
yang dilakukan secara bertahap, yaitu sejak ia menjadi pedagang biasa di terminal
yang merangkul orang-orang mana saja yang ingin bergabung dengannya untuk
bersama-sama berjualan. Hingga proses pengangkatan beliau ketika menjadi
kepala pengurus PO, dan merangkul orang-orang terminal lainnya untuk bergelut
124
menjadi preman jenis kedua ini. Yang berurusan dengan tanggung jawab yang
lebih besar. Peran bos LL ini kemudian diteruskan KDI sejak ia meninggal
beberapa tahun silam yaitu tahun 2007. Pengelolaan citra baik terhadap preman
ini terus berjalan dengan baik melalui perilakunya sehari-hari dengan mengayomi
orang-orang kepercayaan bapaknya dalam berdagang maupun mengurus bus.
Hingga pada satu titik bahwa citra baik tersebut tertanam kepada orang-orang
terminal yang berkehidupan sosial dengan “Preman Jenis Baru” ini. Sebagaimana
Berger dan Luckmann dalam asumsinya:
“Identity then is highly profiled in the sense of representing fully the objective reality within which it is located. … Every body knows who everybody else is and who he is himself.”(Berger dan Luckmann, 1996:184)
Sedangkan H.R menjelaskan: “Gini aja sekarang, kalo kita bener, orang-orang
kan pasti percaya sama kita. Kita kan dibilang bener bukan kita yang bilang. Tetangga
yang bilang, yang tau kita tiap hari.”(Wawancara dengan H.R tanggal 06 Juni 2017
berlokasi di basecamp H.R). H.R menyimpulkan bahwa sejauh ini struktur
subjektif dapat mengelola kesan positif kepada orang-orang terminal, sebagai
struktur objektif, orang terminal menilai dapat menilai jelas kebaikan sang
preman. Jadi jelas, konstruksi sosial pada momen internalisasi berhasil dilakukan
oleh “Preman Jenis Baru” melalui tindakan sosialnya mengayomi orang-orang
terminal dan menjadikan dirinya sebagai pelaku kontrol sosial.
Pembangunan citra positif juga dapat dirasakan oleh UMAR yang
merasakan perubahan yang signifikan ketika sekarang ini terminal menjadi lebih
tertib karena masing-masing “Preman Jenis Baru” ini dipersatukan oleh satu
125
wadah yaitu Kowan Bisata. Salah satu kegiatan mempersatukan dan menjadi
kontrol sosial itu dijelaskan UMAR sebagai berikut:
“Jadi, setiap minggu kan disini ada pengajian rutin. Di lantai dua gedung ini nih kan ada mushola ya. Setiap malem jum’at ada pengajian buat pengurus gitu, masalah keagamaan juga dibangun disini. Jadi kita berusaha merubah citra. Orang bilang terminal kan biasanya identik dengan sentralnya kekerasan gitu, tapi sekarang kan bisa liat gitu. Sudah banyak berubah lah. Lebih sedikit kekerasan, banyaknya toleran. Paling kita keras hanya dalam hak bukan dalam bathil gitu. Pas mereka tau orang terminal Kp rambutan kan laen gitukan. Terminal itu sekarang indah, tidak menyeramkan, kita juga kan mengedepankan musyawarah. Gimana caranya kita itu menjadikan perbedaan menjadikan suatu kekuatan. Kalo kita disatukan dengan baik kan jadinya indah” (Wawancara dengan UMAR, tanggal 30 Mei 2017, berlokasi di basecamp H.R)
Selain menjadi pengingat, pengajian ini juga menjadi bentuk legitimasi
“Preman Jenis Baru” agar lebih langgeng. Caranya ia adalah dengan memberikan
kontrol atas perilaku para preman agar mengedepankan hak bukan yang bathil.
Hal ini juga dapat dirasakan oleh EC sebagai orang terminal yang melihat bentuk
perilaku bos LL yang meskipun keras, namun tetap mengikuti koridor keagamaan
EC menjelaskan:
“Kalo wejangan dari bapak ke anak anak mah gitu. Ikutin cara bapak. Kalo bergaul jangan pandang bulu, yang salah jauhin, yang bener deketin. Jangan sampai keluar dari koridor agama.” (Wawancara dengan EC tanggal 09 Juli 2017 di rumah EC)
Tidak hanya norma keagamaan yang dibangun oleh masing-masing
“Preman Jenis Baru”. Mereka juga sangat menjaga keteraturan sosial di terminal
Kp Rambutan. Sebagaimana ungkapan dari salah satu orang terminal tentang bos
LL berikut:
“…. Dia mahh dulu kalo ada masalah ada ribut-ribut paling depan buat ngebela. Pernah tuh dulu ada keributan yang besar Antara suku Batak sama Sunda. Dia mah orangnya berani ga pandang bulu juga. Dia tuh kalo yang jalurnya bener dibelain. Kita orang jalanan, tapi kalo ada yang mabok gitu dia ga ikut mabok. Maen biasa aja gitu bergaul tapi bisa jaga diri.” (Wawancara dengan EC tanggal 13 Juli 2017)
126
Kehidupan sosial yang dijaga oleh “Preman Jenis Baru” ini merupakan
bentukan dari norma-norma umum yang telah mereka buat juga sebelumnya dari
significant others yakni sang Bos LL. Jelas terlihat dari hasil temuan wawancara
yang banyak menceritakan perjalanan hidup sang bos LL yang selalu mengayomi
orang-orang terminal. Keteraturan sosial ini mereka jaga sebenarnya untuk satu
tujuan, yakni mendapatkan simpatik orang-orang terminal dan menguasai terminal
jenis baru yang identik dengan pelaku kontrol sosial. Istilah yang lebih positif
dibanding citra yang terbentuk pada preman jenis lama.
Oleh karena itu mereka juga dapat mengusir preman jenis lama secara
paksa dari terminal, sebagaimana informan UMAR menuturkan:
“Preman, itutuh pengurus sama calo ga resmi, tapi itu dulu sebelum dikoperasikan sekarang mah udah resmi semua pengurus disini, sudah dikoperasikan. Kalo yang ga resmi udah gabisa nyari uang sembarangan lagi sekarang mah. Model kaya jaman dulu, kalo dulu kan asal berani. Saya juga sempet diajakin yang kaya gitu, tapi engga lah buat apa. Sekarang mah udah dilarang yang kaya begituan mah. Diawasin juga sama kita-kita (Pengurus PO atau preman resmi). Udah sering dilakukan Sweeping. Ga bisa lagi sekarang orang sembarangan nyari uang.” (Informan UMAR, wawancara tanggal 30 Mei 2017 bertempat di base camp H.R) “Kalo preman atau calo ga resmi yang biasa melakukan kejahatan mah udah ada yang nanganin disini, tanganinnya dalam bentuk pengawasan, kerja sama, sama pihak kepolisian sama kita-kita juga (preman resmi)”. (Informan KDI, wawancara tanggal 03 Juli 2017, bertempat di Basecamp Bos LL) Pembangunan konstruksi sosial yang positif terhadap identitas “Preman
Jenis Baru”. Membuat mereka lebih disegani keberadaanya dengan cara
penguasaan sumber-sumber daya yang lebih memiliki power yakni koordinasi
dengan pemerintah dan pihak swasta. Oleh sebab itu juga “Preman Jenis Baru”
memiliki wewenang dalam hal pengusiran atau aksi sweeping yang bekerja sama
dengan pemerintah dan kepolisian dalam mengusir kelompok-kelompok preman
jenis lama yang sifatnya tak terkoordinir.
127
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Realita sosial kehidupan orang-orang terminal Kampung Rambutan
memiliki cara yang khas dalam mengartikan makna dan praktik-praktik tentang
preman.Kekhasan pengetahuan mereka tentang preman dapat tertuang dalam
aktivitas keseharian mereka hidup bersama di terminal sehingga membentuk suatu
konstruksi sosial yang baru tentang makna preman.
Konsep mengenai “Preman Jenis Baru” digunakan peneliti untuk
merefleksikan pergeseran pengetahuan orang-orang terminal dan kalangan preman
Kampung Rambutan sendiri dalam menemukan identitas mereka sebagai preman
ke proposisi yang lebih positif berbeda dengan makna preman dahulu yang lebih
di cap negatif oleh masyarakat umum. Konstruksi sosial tersebut tidak terbentuk
dengan sendirinya, melainkan dengan cara tertentu. Cara terebut dilalui dengan
tiga momen konstruksi sosial yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Pertama,Eksternalization yakni pola pikir preman yang ingin merdeka
namun berusaha untuk tetap di terima oleh lingkungan masyarakat di terminal
khususnya memberikan inisiatif mereka untuk bekerja di dalam terminal, yakni
sebagai orang terminal. “Preman Jenis Baru” terkonstruksi ke dalam diri masing-
masing individu yaknistruktur “Preman Jenis Baru” dengan cara mereka bekerja
di “mobil” atau mendekati bos Perusahaan Otobus yang memiliki nama dan
128
lisensi di terminal Kampung Rambutan untuk berlomba memperebutkan surat
kuasa dari perusahaan untuk melancarkan kegiatan mereka sebagai “Preman Jenis
Baru”.
Pada tahap objektivation, proses pembiasaan cara bekerja “Preman Jenis
Baru” ini dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan pihak-pihak yang ada di
terminal sebagai seorang mitra kerja. Pihak-pihak tersebut adalah aparat
pemerintahan, pihak industri dan orang terminal itu sendiri. Legalitasdan peran
pentingnya jasa “Preman Jenis Baru” ini di Terminal Kampung Rambutan
semakin membuat mereka memiliki kekuatan peranan yang besar dalam menjaga
sistim bekerja seluruh karyawan PO di terminal Kampung Rambutan. Selain itu
institusi Kowan Bisata juga menjaga legitimasi aktivitas mereka di terminal, yakni
dengan membuat peraturan dan mengkoordinir orang-orang terminal dalam
berperilaku sehari-hari. Legitimasi ini dapat didapatkan karena kowan bisata
memiliki keresmian di badan hukum dan diakui keberadaanya di terminal sebagai
wadah bagi para “Preman Jenis Baru” ini.
Terakhir, bentuk dari Internalization yang dilakukan “Preman Jenis Baru”
adalah upaya mereka merubah identitas preman dari yang dicitrakan buruk oleh
masyarakat yang identik dengan kejahatan dan kriminalitas kepada proposisi yang
lebih positif yakni preman sebagai pelaku kontrol sosial bagi struktur sosial yang
ada di terminal. Internalisasi ini dapat terlihat dalam bentuk sosialisasi primer dan
sekunder diantara masing-masing preman yang bekerja di terminal.
129
B. Saran
Saran untuk Pemerintah DKI, agar memperhatikan kestabilan sosial dan
ekonomi pada masyarakat kalangan kelas bawah karena hal ini merupakan
fundamental bagi berjalannya sebuah institusi yang legal dalam mengayomi
masyarakat kelas bawah. Kowan bisata sebenarnya menjadi semacam jalan baru
atau solusi bagi pemerintah DKI dalam mempersatukan ego dari masing-masing
pihak yang berkepentingan di terminal agar terhindar dari gesekan sosial oleh
karena urusan perut semata. Oleh karena itu perlu pembinaan lebih lanjut dari
pemerintah DKI terhadap orang-orang terminal yang menjadi anggota di Kowan
Bisata untuk pelatihan-pelatihan sosial dan kepemimpinan, agar terjalin hubungan
yang semakin baik antara pemerintah dan masyarakat pinggiran melalui institusi
yang pro rakyat.
Saran untuk Dinas Perhubungan, seharusnya tetap menjaga profesionalitas
dalam bekerja dan menangani pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
pihak bus yang tidak lengkap surat-suratnya. Koordinasi dengan pihak Kowan
bisata terus dijaga kepercayaanya agar keduanya terus bersinergi menjaga
kestabilan sosial dan ekonomi yang ada di terminal Kampung Rambutan.
Saran untuk Peneliti atau kalangan akademisi, Khususnya bagi penelitian
selanjutnya, disarankan untuk mengkaji lebih mendalam lagi mengenai
pemahaman realitas sosial yang ada di terminal Kampung Rambutan tentang
Power of Relation dari Dinas Perhubungan dan Kepolisian sebagai aparatur
pemerintah, Bos PO sebagai pihak industri atau swasta, dan Orang terminal
sebagai pihak masyarakat sipil.
130
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Basrowi, Sukidin. 2002. Metode penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.Surabaya:
Insan Cendekia
Berger, Peter L. 1994. Langit Suci: Agama sebagai Realitas Sosial, terj Hartono.
Jakarta: LP3ES
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Discourse
Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta: CV Rajawali.
Creswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kuallitatif, Kuantitatif,
dan Mixed Ed III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lubis, Syafaruddin. “Istilah Preman di Medan Ada Sejak Zaman Belanda”. Suara
Pembaruan, 20 Maret 1995,
Nursyam. 2005. Islam Pesisir. Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara
Ritzer, George & Douglass J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi : Dari Teori
Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.
Bantul: Kreasi Wacana
Riyanto, Geger. 2009. Peter L Berger: Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta:
Pustaka LP3S
Scott, John. 2012. Teori Sosial : Masalah – Masalah Pokok dalam Sosiologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
131
Simanjuntak, Marulli C. C. 2007. Preman-Preman Jakarta. Jakarta: Pensil
Soekanto, Soerjono. 1984. Beberapa teori sosiologi tentang Struktur Masyarakat.
Jakarta: CV Rajawali
Sumardi, Muljanto & Hans-Dieter Ever. 1982. Sumber Pendapatan, Kebutuhan
Pokok, dan Perilaku Menyimpang. Jakarta: CV Rajawali
Tadie, Jerome. 2006. Wilayah Kekerasan di Jakarta. Jakarta: Masup Jakarta
Sumber Skripsi dan Tesis :
Ardyanto, Herry. 2004. Penggunaan Jasa Preman Dalam Konflik Antar
Perusahaan dan Penyelesaiannya.Tesis dari Kajian Ilmu Kepolisian
Program Pasca sarjana UI.
Gani, Abdul Hasyim. 2000. Konflik dan Kejahatan Kekerasan Antar Kelompok di
Terminal Bus Antarkota Kampung Rambutan Jakarta Timur: Studi
KasusKonflik Preman Batak dan Sunda dkk tahun 1998). Tesis dari Kajian
Ilmu Kepolisian Program Pascasarjana UI.
Hantoro, Arief Tri. 2015. Komunitas Speedfrog sebagai penggiat balap motor di
jalan raya: analisis terhadap konstruksi subkultur budaya menyimpang.
Skripsi FISIP Departemen Sosiologi UI.
Irsan, Yandri. 2008. Keberadaan Preman di Pasar Minggu dan Penanganan oleh
Polsek Pasar Minggu. Tesis dari Kajian Ilmu Kepolisian Program Pasca
sarjana UI.
Suhaedi, H.S. 2006. Jawara Banten: Kajian Historis Tentang Mobilitas Sosial
Jawara. Tesis FISIP Departemen Sosiologi Program Pascasarjana UI.
132
Sulistiawan, Lutfhie. 2011.Pemberantasan Aksi Premanisme di Kawasan Pasar
Tanah Abang oleh Polsek Metro Tanah Abang. Jakarta:UI
Widyanto, Untung.2005. Antara Jago dan Preman: Studi tentang Habitus
Premanisme Pada Organisasi Forum Betawi Rempug (FBR). Tesis FISIP
Departemen Sosiologi Program Pascasarjana UI.
Sumber Internet:
Setyowati, Novi. 2011. Dampak Perpindahan Terminal Gadang ke Terminal
Hamid Rusdi Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar
Terminal Gadang. Skripsi UIN Malang Fakultas Ilmu Sosial dalam situs
Jurnalonline.um.ac.id/data/artikel16CE3ADBBBA74E57FF30A465A9FA
C16F.pdf
Saputra, I Wayan Willy dkk. 2015. Konstruksi Sosial Tattoo Artist: Studi Kasus
pada Studio Tato di Legian, Kuta. Jurnal online dalam
situs http://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/view/14731/9946
Badan Pusat Statistik. 2016dalam situs
https://jakarta.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Jakarta-Dalam-Angka-
2016.pdf
Pemda Jakarta Open Data.http://data.jakarta.go.id/dataset/data-terminal-dki-
jakarta,diakses 15 juni 2018
BPAD Jakarta. 2007.http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Terminal_
Kampung_Rambutan, diakses 18 Juni 2017.
133
Hadi, Feryanto. 2017.Terminal Kampung Rambutan yang tak lagi seram. Dipost
olehTribunn News, diakses 18 Juni 2017.
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/03/19/terminal-kampung-
rambutan-yang-tak-lagi-seram?page=3
UINSBY. 2014. Bab II Konstruksi Sosial Peter L Berger dan Thomas Luckmann.
Dokumen online http://digilib.uinsby.ac.id/10958/5/Bab%202.pdf, diakses
pada 27 Maret 2017
UIN Jakarta. 2012. Peran Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dalam Merelokasi Pedagang Kaki Lima di Kampung Rambutan Jakarta Timur. Diakses pada 15 Januari 2018 repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24195/1/SAHLI.pdf
Neta S. Pane. 2011. Model-Model Premanisme Modern. Presidium Indonesia
Police Watch. Diakses dari http://eep.saefulloh.fatah.tripod.com/
premanisme pada tanggal 05 Juni 2017
134
LAMPIRAN
TRANKSRIP WAWANCARA
Hari/Tgl wawancara Selasa/30/05/2017 dan Senin/17/07/2017 Nama (inisial) Informan UMAR Status Pekerjaan Karyawan PO yang jadi Preman Jenis kelamin Laki-laki Usia 50 Tahun Asal daerah Bandung Peran Koordinator Laka Lantas & Wakil Pengurus PO Selasa/30/05/2017 1 Peneliti Sejak Kapan abang bergelut di bidang ini bang? UMAR Separuh hidup saya dek, tahun 83 (1983) awal saya udah kerja di
bidang transportasi ini 2 Peneliti Itu Kp rambutan udah ada emang bang? UMAR Belom, Pusatnya terminal Cililitan, tapi kan saya muter ke
Bandung dan kota-kota lain. Tergantung perusahaan nempatinnya dimana.
3 Peneliti Ooh terus di perusahaan bus apa bang kerjanya? UMAR Kramat djati 4 Peneliti Sampe sekarang tuh bang megang kramat jati? UMAR Iya saya megang marita juga 5 Peneliti Jadi pengurus kaya gini ada kesulitan ga bang? UMAR Engga ada semua bisa teratasi kalo awalnya pasti semua pekerjaan
sama, ada kesulitan. Karena belum mengenal ya, belum mengenal pekerjaan.
6 Peneliti Terus, awalnya belajar dari temen atau siapa bang? UMAR Langsung dari lapangan aja mengenalnya 7 Peneliti Untuk proses memasuki pekerjaan ini sendiri, abang melamar
kerja atau gimana tuh bang? UMAR Kalo saya dilamar hahaha. 8 Peneliti Hebat dong haha. Jadi perusahaan itu mencari orang gitu
bang? UMAR Yang punya kramat djati pan anaknya temen saya. Dateng
kerumah waktu saya tinggal di Bandung. 9
Peneliti Berati sejak saat itu, taun 83. Abang mulai kerja di kramat djati bang?
UMAR Iya 83-84an lah saya mulai tuh. Awalnya saya bekerja sebagai pengawas aja
xiii
10 Peneliti Pengawas apa tuh bang? UMAR Jadi seorang checker
11 Peneliti Jadi tugasnya ngawasin apa bang? UMAR Jadi kita ngecek jumlah penumpang yang ada di bus pas mau
berangkat 12 Peneliti Untuk struktur kepengurusan, yang paling atas apa tuh bang? UMAR Kalo disini H.R namanya. Dia Kepala Pengurus PO. Urutannya
dia, saya, baru yang lain. 13 Peneliti Itu sebagai pengurus semua PO terminal bang? UMAR Engga, untuk dua PO ini aja. (Marita dan Kramat djati). Tapi H.R
di seluruh terminal jadi ketua kowan bisata (ketua bis antar kota). 14 Peneliti Kemarin kan saya baru abis dari KDI tuh bang. Kalo KDI
sendiri kepala pengurus juga tuh bang? UMAR Iya dia megang Doa ibu sama Karunia bakti. Kalo dia megang
banyak PO tuh. Tapi saya gatau PO apa ajah. 15 Peneliti Kalo abang ngurusin apa aja tuh bang biasanya? UMAR Saya sebagai koordinator laka lantas juga disini.
16 Peneliti Ooh berate lumayan beragam ya bang tugasnya. Ada berapa orang tuh bang untuk satu kepengurusan?
UMAR Ada banyak, tergantung kebutuhan. Kalo sekarang sih sekitaran 30 orang lah.
17 Peneliti Wih banyak juga ya bang. Dari dulu udah segitu pengurusnya bang?
UMAR Kepengurusan bis antar kota kalo sekarang mah ga kaya jaman dulu, kalo sekarang mah terorganisir.
18 Peneliti Itu ketentuan dari dinas atau gimana tuh ? UMAR Ya dari dinas perhubungan juga, hasil musyawarah pokonya.
19 Peneliti Dari awal terminal tuh bang ada struktur kaya gitu? UMAR Iya, cuma sekarang lebih tartib karena dikoperasikan.
20 Peneliti Kalo H.R sama kerjanya jadi checker dulu tuh bang? UMAR Engga, kalo dia kan orang sini, kalo saya mah semua terminal
saya ikut. 21 Peneliti Ooh dia orang sini jadi istilahnya yang pegang wilayah sini
gitu ya bang? UMAR Iya, dia ketua Forkabi ranting Kampung rambutan juga. Dia punya
jabatan banyak disini. 22 Peneliti Kemungkinan karena banyak yang percaya sama bang H.R
ya bang? UMAR Iya dia jadi ketua Forkabi, ya dia bisa rapih lah ngaturnya.
23 Peneliti Untuk pekerjaan jadi kepala pengurus tuh tugasnya apa aja bang?
UMAR Hampir sama kaya saya, saya kan wakilnya. Jadi hamper ngurus semua keperluan yang ada di terminal lah.
24 Peneliti Kalo abang narikin duit dari penumpang juga tuh bang? UMAR Engga itumah tugas kondektur aja. Saya mah dapet dari hasil
xiv
persentase pendapatan perusahaan. 25 Peneliti Dari jumlah penumpangnya aja gitu ya bang? UMAR Ada yang diitung dari penumpang, ada yang per keberangkatan
mobil. Pokonya mau penuh mau engga, per mobil sekian aja. Tapi pasti penuh sih pasar rebo mah. Orang disini pusatnya. iya terminal bus paling gede di Jakarta.
26 Peneliti Terus kalo ada penumpang gelap di bus gimana tuh ngatasinnya bang?
UMAR Ya di diskusiin dulu masalahnya. 27 Peneliti Terus kalo pengurus PO (preman) ga resminya sendiri masih
ada bang disini? UMAR Sekarang mah udah resmi semua, sudah dikoperasikan. Kalo
(preman) yang ga resmi udah gabisa nyari uang sembarangan di terminal sekarang mah. Model kaya jaman dulu, kalo dulu kan asal berani.
28 Peneliti Untuk calo (preman) ga resmi gitu kan ada yang bilang beroperasi nya kan malem ya bang, dipaksa gitu beli tiket terminal harganya sampe 4 kali lipat. Itu masih ada ga sekarang yang kaya gitu bang?
UMAR Saya juga sempet diajakin yang kaya gitu, tapi engga lah buat apa. Sekarang udah dilarang yang kaya begituan mah. Diawasin juga sama kita-kita (pengurus po resmi atau “Preman Jenis Baru”). Udah sering dilakukan sweeping. Ga bisa lagi sekarang orang sembarangan cari uang.
29
Peneliti Kalo abang sendiri bergelut di bidang ini berarti berdasarkan pengalaman abang aja yak bukan dari latar belakang organisasi sama pemegang kawasan?
UMAR Saya bergaul sama ormas, tapi saya ga masuk ke dalemnya jadi anggota.pengennya bebas kan gaada keterikatan kaya gitu. Waktu saya jadi checker juga gaji bulanan dari perusahaan. Tapi taun 90 saya mundur. Terus saya jadi tenaga lepas aja disini. Jadi pengurus, udah males gaji bulanan. Jadinya saya bermitra sama perusahaan. Bukan jadi karyawan lagi, jadinya bermitra.
30 Peneliti Terus dapet duitnya dari mana tuh bang? UMAR Kan dari mobil. perusahaan menyediakan fasilitas, saya yang
mengolah. Terus dapet dari hasil bagi presentase pendapatan perusahaan. Dibagi beberapa persennya.
31 Peneliti Jadi abang tugasnya ya ngurusin fasilitas yang dikasih perusahaan gitu ya bang?
UMAR Iya jadi gaada keterikatan sebagai karyawan. 32 Peneliti Kalo abang sendiri keuntungannya dari mana? UMAR Dari sini, dari mobil. Misalnya untuk kepengurusan kp rambutan
seratus ribu aja permobil setiap keberangkatan hari ini. Berati kita dapet seratus ribu per mobil setiap harinya gitu. Tapi kan itu untuk segala macem bukan buat sendiri. Buat koordinasi, buat
xv
pengeluaran, kalo ada penilangan segala macem. 33 Peneliti Kalo pergantian supir sama kenek sendiri berate perusahaan
yang ngatur gitu ya bang? UMAR Iya perusahaan lah, kalo saya mah ngatur kondisi yang ada di
lapangan aja. Kalo sopirnya mau narik, narik. Engga mah engga. Yang penting per harinya per mobil kasih gitu. Pekerjaan mah kalo udah terkuasai, dari jauh juga terkendalikan.
34 Peneliti Kalo disini sendiri, ada berapa kepala kepengurusan tuh bang?
UMAR Tergantung ada berapa perusahaannya yang lagi disini, satu pengurusan kan bisa megang satu, dua atau lebih perusahaan po bis. Kelebihannya gitu kita bisa bebas milih megang perusahaan yang mau bermitra sama kita. Beda sama orang kantor, kerja sama satu perusahaan aja gitu terus, monoton.
35 Peneliti Jadi abang lebih milih bermitra itu karena bisa bebas bang? UMAR Nah itu dia, kalo terikat satu perusahaan aja gitu, ga bakal
berkembang kita. Kita bermitra nih, perusahaan mana aja bisa nitip.
36 Peneliti Kalo pendapatan kotor sendiri sebulan berapa bang? UMAR Ya cukuplah buat nambah istri lagi. Hehe. 37 Peneliti Ahaha bisa aja abang, berati pns mah lewat ya bang. UMAR Kalo perusahaan nih, angkat saya jadi karyawan, ga bakal
sanggup gajinya. 38 Peneliti Ada kegiatan lain bang selain kerja jadi pengurus di kp
rambutan? UMAR Ada, setiap minggu kan disini ada pengajian rutin. di lantai dua
gedung ini nih kan ada mushola ya. Setiap malem jum’at ada pengajian buat pengurus gitu, masalah keagamaan juga dibangun disini. Jadi kita berusaha merubah citra. Orang bilang kan, namanya orang terminal gaada yang bener gitu. Pas mereka tau orang terminal kp rambutan kan laen gitu.
39
Peneliti Iya jadi orang kan kebanyakan mencitrakan orang terminal itu “buruk” terus ya bang.
UMAR Iya, terminal kan biasanya identik dengan sentralnya kekerasan gitu, tapi sekarang kan bisa liat gitu. Sudah banyak berubah lah. Lebih sedikit kekerasan, banyaknya toleran. Paling kita keras hanya dalam hak bukan dalam bathil gitu. Terminal itu sekarang indah, tidak menyeramkan, kita juga kan mengeddepankan musyawarah. Gimana caranya kita itu menjadikan perbedaan menjadikan suatu kekuatan. Kalo kita disatukan dengan baik kan jadinya indah.
40 Peneliti Kalo misalnya ada pengurus yang laen di bawah abang yang kerjanya ga bener gimana tuh bang?
UMAR Dikasih pandangan kalo ada yang tidak tertib dalam bekerja itu perlu. Udah bukan namanya nasehat lagi kalo udah dewasa mah.
xvi
Biar mereka yang muda-muda juga faham dan mengerti Senin/17/07/2017 41 Peneliti Kalo jadi pengurus PO ada bagian dan tugasnya masing-
masing tuh bang setiap orangnya? UMAR Iya, jadi bagian bagian pengurus tuh ada kepala pengurus, ada
kordinator laka lantas, danru komandan regu, dan terakhir bagian pengisi. Bagian pengisi ada danru nya.
42 Peneliti Kalo yang paling banyak orangnya bagian pengisi ya bang? UMAR Setiap jumlah pengurus, tergantung armadanya. Kalo armadanya
banyak, bagian pengisinya harus banyak. Karena capek, kaya marita ini ga berenti-berenti ini. 7 orang yang kerja di bagian pengisi. Cuman sekarang mah dibagi-bagi, disini 3 orang, sisanya di owning, di jalan baru. Jadi di pos-posin gitu
43 Peneliti Kenapa mesti dipos-posin gitu bang? UMAR Karna kalo dulu kan penumpang masuk terminal semua, kalo
sekarang kan engga. Jadi berceceran. Karena kan dari lingkup keluar terminalnya berlawanan arah sama yang mau masuk terminal. Jadi penumpang biar cepet ada yang nunggu aja di jalanan Pasar Rebo. Makanya kalo bis kota kalo mikrolet sekarang nunggunya ya di luar terminal.
44 Peneliti Kalo yang diliat perusahaan PO apa sih bang buat jadi pengurus?
UMAR Ya buat perwakilan aja, keahlian ya mudah bergaul, dekat dengan aparat. Bisa berkoordinasi lah sama petugas terkait. Koordinasi sama bagian pelanggaran, bagian laka lantasnya. Itu semua tergantung hubungan baik kita dengan mereka. Bergaul dengan anggota kementerian. Kita tuh wawasannya harus sampai pada tingkat kementerian. Dari petugas terminal, pos polisi, polres, kapolres, kapolda sampe ke dinas perhubungan pusat. Semua itu harus ada yang kenal kita dengan anggota-anggotanya. Ya minimal itu buat pegangan kita biar lancar dalam urusan sehari-hari jadi pengurus
45 Peneliti Kenal sama EL bang? UMAR Saya sama EL deket dulu di cililitan, Cuma kan dia disana udah
jadi anak buah pengurus po. Kalo saya kan jadi checker aja. 46 Peneliti Terus kan ada wadah kowan bisata nih ya bang, suka ada
rutinitas kumpul semua pengurus po gitu ga bang? UMAR Kalo rapat kowan bisata Cuma 2 bulan sekali, ya yang dibahas
seputaran kendala masing-masing pengurus po aja. cara kerja kita, intinya mah buat kebaikan bersama
47 Peneliti kalo koperasi ini udah dari kapan adanya di terminal bang? UMAR Kalo koperasi mah udah lama, dari jaman di cililitan udah ada.
48 Peneliti Terus pemilihan ketua kowan bisatanya gimana tuh bang? UMAR Untuk pemilihan kepala kowan bisatanya dipilih sama anggota.
xvii
Pake voting gitu 49 Peneliti Kehidupan di teminal itu keras ga sih menurut abang? UMAR Sebetulnya sih iya, kalo dulu kan di cililitan masih sistim jeger-
jegeran. Kalo sekarang kan selain kekuatan fisik, harus pinter. Kalo fisik aja ga bakal bertahan lama disini. Kalo dulu kan fisik yang di depan, sekarang fisik di belakang. Jadi sekarang yang didepankan logika. Kalo hidup di terminal kan karena keras, kita harus punya jiwa bertahan hidup yang tinggi disini. Bukan lagi yang punya posisi yang paling kuat fisiknya, tapi kepintarannya. Sekarang kan kehidupan udah berubah kan, keberanian orang harus tetep diukur pake duit.
50 Peneliti Terus pernah ada gesekan atau konflik antar kelompok gitu ga bang di terminal?
UMAR Sering, tapi yang paling parah mah dulu pernah ada keributan antar kelompok sunda sama batak di terminal.
51 Peneliti Itu karena apa bang permasalahannya? UMAR Ya biasalah rebut-ribut karena merendahkan. Merendahkan antar
suku lah. Abis semua kontrakan orang batak sama orang sunda disini. Sopir-sopir taksi juga yang asal batak. Penumpangnya diminta turun kalo yang lagi narik. Dulu kan sebelum ada koperasi kan sistimnya sistim kelompok. Grup-grupan aja gitu, itu pas awal terminal.
Hari/Tgl wawancara Jum’at/09/06/2017 Nama (inisial) Informan H.R Status Pekerjaan Kepala Pengurus PO Bus atau Ketua Kowan Bisata
Terminal Kampung Rambutan Jenis kelamin Laki-laki Usia 52 Tahun Asal daerah Betawi Asli (Kampung Rambutan) Peran Pemegang Kawasan sektor Timur (Preman) 1 Peneliti Gimana situasi terminal saat ini bang? H.R Pokonya sejak didirikannya tol cipularang, turun drastis de.
sebelum ada cipularang nih de, penumpang bandungan kurang satu orang aja ditungguin. kalo sekarang nyari 5 orang aja susah di jalur
2 Peneliti Untuk satu bis tuh pak? H.R Iya satu bis. Per bis dihitungnya. Kalo dulu kan ac ekonomi patas,
itu bisa penuh semua sebelum cipularang dibuka. Pas cipularang dibuka cari sepuluh orang aja, di jalur, susah. Itupun bergantian ngetemnya.
3 Peneliti Kaya yang saya liat tadi tuh ya pak, beberapa menit ngetem di terminal sini langsung jalan lagi kalo ada bis yang lain baru
xviii
dateng. H.R Nah iya kaya gitu, jadi kita utamain masuk yang ekonomi dulu
nih, walaupun patas udah dimasukin (penumpang) itupun pintunya ditutup. Tapi sekarang, waduh sulit. Makanya mobil-mobil bandung ini akhirnya dikurangin unitnya.
4 Peneliti Ooh gitu pak. Mobil Bandung doang pak yang mengalami penurunan?
H.R Iya bukan mobil Bandung aja, disini semua mobil antar kota di Jawa barat berkurang penumpangnya gara-gara tol cipularang. Ya kebetulan kan pa haji ini kan ketua kowan bisata. Kowan bisata itu kan Koperasi Karyawan Bis Antar Kota, jadi seluruh karyawan po nih di kampung rambutan, di bawah naungan Kowan Bisata.
5 Peneliti Apa aja tuh bang yang di urus kowan bisata buat orang-orang terminal?
H.R Iya jadi saya yang urus juga id card, sama seragam. Lagi pula kalo yang tidak berseragam dan ber id card itu akan dipanggil.
6 Peneliti Tapi ada gitu bang yang engga berseragam dan ber id card? H.R Jadi gini, kalo yang ga resmi itu kan dia ga daftar ya. Persyaratan
daftar jadi anggota kowan bisata kan hanya ktp. Nanti kan dia dibuatin id card. Tiap tahun ganti id card. Nah itu diketahui dengan kapolsek, kepala terminal (Dishub), jadi gitu.
7 Peneliti Jadi resmi gitu ya bang dilegalkan sama badan resmi. H.R Kowan bisata itu kan ada badan hukumnya yak. 8 Peneliti Jadi untuk masuk jadi karyawan kaya ada lowongan kerja
gitu atau gimana tuh bang? H.R Engga, jadi gini, bukan lowongan, misalnya nih pengurus marita
karyawannya berapa orang nih. 15 orang misalnya. Nah itu sudah terdaftarkan. Dan suatu saat mungkin ada yang berenti gitu yak, diganti. Orang baru daftar dulu ke kowan bisata gitu untuk menggantikan satu orang yang keluar ini. Jadi seluruh pengurus ini, perwakilan po itu terdata di koperasi.
9
Peneliti Dibawah naungan koperasi semua jadi gitu ya bang. jadi koperasi itu fungsinya buat?
H.R Mendata karyawan po dan disitu juga ada simpan pinjam. Jadi karyawan po aja. Kalo bukan anggota gaboleh. Kalo memang dia memiliki id card dan jadi anggota koperasi boleh.
10 Peneliti Tapi ada keterikatan ga bang koperasi ini dengan pihak perusahaan dan pemerintah?
H.R Gaada, ini hanya untuk lingkup orang-orang terminal aja. 11 Peneliti Kalo abang sendiri emang dari dulu di terminal atau gimana
tuh bang? H.R Kalo saya, kan yang bebasin lahan ini kan saya nih taun delapan
enem (1986). 12 Peneliti Lahan apatuh bang? H.R Lahan buat terminal ini nih. Dibebasin sepuluh ribu per meter.
xix
Saya yang bebasin. 13 Peneliti Wah, abang yang bebasin? H.R Iya ini kan tadinya punya warga, termasuk orang tua saya ada
disini 14 Peneliti Jadi emang orang tua tinggal disini gitu ya bang. H.R Itu 86 dibebasin, hanya sepuluh ribu per meter. Nah taun 1994 kan
udah mulai jadi tuh, dari cililitan kesini. Nah itu saya ga berkecimpung dulu di terminal. Saya keluar usaha laen. Begitu taun 96 baru masuk terminal. Udah ampir 20 taun.
15 Peneliti Terus kenapa tuh bang bisa beralih ke terminal dari usaha yang diluar itu?
H.R Tadi gini, bis kramat jati sama bis wanaraja. Kebetulan pengurusnya tuh temen. Jadi dia-nya minta bantuan. Disini kan sistimnya saling injek. Iya walaupun keliatannya baik nih pengurus sama pengurus.
16 Peneliti Ooh saling injek penumpang gitu rebutan maksudnya bang? H.R Bukan penumpang, SK dari perusahaan otobus yang lagi kite
pegang. Saling injek dah tuh caranya dengan memfitnah karyawan lain yang mengurus po. Pengurus po ini nih misalnya, bisa aja langsung diganti sama pengurus laen. Tau-tau ada orang dateng perusahaan yang lagi kita pegang minta sk.
17 Peneliti Waktu jaman dulu tuh ya bang, waktu belom ada naungan koperasi gitu yak?
H.R Iya begitu. Dulu ada temen nih pengurus kramat jati, dimusuhin atau disyirikin gitu lah sama orang-orang dari po laen. Disini kan ada gardena, sinar pasundan. Jadi temen ini sampe sempet mau dikeroyok nih. Saya denger informasi kaya gitu saya masuk tuh ke terminal tahun Sembilan enem.saya selesaikan masalah. Setelah itu saya ditawarkan langsung oleh perusahaan otobus, jadi pengurus.
18 Peneliti Jadi itu konflik antar po gitu bang? H.R Engga, pengurus sama pengurus konfliknya.
19
Peneliti Saya juga sempet liat di artikel tuh bang, ada konflik antar suku Batak sama Sunda gitu.
H.R Iya itu sebelum saya dateng kesini, biasa itumah rebutan lahan. Namun sejak saya jadi ketua kowan bisata nih ya, selama dua periode. Aman-aman aja. Alhamdulillah sampe copet pun gaada di terminal ini. Ya yang penting koordinasi secara baik-baik aja sama temen-temen. Pengawasan yang lebih ketat.
20 Peneliti Terus kalo calo-calo (Preman) yang nakal gitu bang masih marak kaya dulu ga di terminal ini?
H.R Iya sedikit-demi sedikit mulai berkurang tuh calo-calo nakal dari pengurus po yang kurang resmi. Kalo masih ada yang nakal-nakal meres penumpang nih, langsung aja saya kandangin.
21 Peneliti Loh abang bisa buat langsung kandangin gitu ya?
xx
H.R Iya bisa, kan saya sebagai kowan bisata juga mitra perusahaan otobus dan kepala terminal, terus kalo pengurusnya disini nakal-nakal main kaya gitu. Bisa aja saya langsung koordinasi sama kepala terminal buat kandangin bus itu atau sama antek-anteknya.
22 Peneliti Jadi sama kepala terminal juga koordinasi dan bermitra juga gitu bang?
H.R Iya jadi gini kalo ada kepala terminal yang baru menjabat disini, pasti langsung berkoordinasi sama kami, kowan bisata. Mereka belajar situasi terminal dari kami. Saya yang lebih berpengalaman jadi mereka belajar dulu dari saya.
23 Peneliti Terus abang gimana ceritanya jadi pengurus po bisa bertahan sampai sekarang bang?
H.R Jadi dulu kan posisi kepala pengurus po kramat jati mau direbut nih sama yang namanya Atep, orang Garut. Emang dulu ini nih terminal yang berkuasa rata-rata orang Garut. Namun sekarang, dari mulai pengurus, karyawan po, dan pedagang saya yang koordinir. Kaya misalnya nih sekarang pedagang, daftar dulu untuk nantinya bikin seragam masing-masing buat identitas wilayah berjualan dan tidak saling bergesekan dan rebutan. Ini tanpa dipinta iuran sepeser pun, biarkan mereka bikin masing-masing seragamnya dengan yang mengkoordinir yang dituakan pedagangnya.
24 Peneliti Abang sebelumnya ada latar belakang organisasi untuk jadi pengurus ini ?
H.R Iya saya ketua forkabi juga, untuk dpc cipayung. Dari tahun 2001 saya mulai di forkabi, baru dibentuk juga waktu itu.
25 Peneliti Ko abang bisa banyak dipercaya gitu ya bang megang jabatan dimana-mana.
H.R gini aja sekarang, kalo kita bener, orang-orang kan pasti percaya sama kita. Kita kan dibilang bener bukan kita yang bilang. Tetangga yang bilang, yang tau kita tiap hari. Dulu yang bebasin tanah 11 hektar ini, saya yang megang uang semuanya. Dipegang kepercayaan sama warga. keluarga besar pa haji ber koordinasi sama keponakan gubenur Wiyogo gubernur dki waktu itu.
26 Peneliti Jadi abang dulu bebasin tanah bareng keluarga gitu ya bang? H.R Iya, tapi jadi banyak ngurus soal pembebasan tanah di Jawa Barat.
Tapi sejak jadi pengurus po bus dan di terminal nih. Pa haji netep disini terus nih. Karena tanggung jawab pa haji disini juga besar kan. Kepala kowan bisata juga.
27 Peneliti Kepala kowan bisata gitu bang, tugasnya ngapain bang? H.R Ya koordinasi langsung sama seluruh karyawan po terutama para
pengurus yang megang po masing-masing nih. Misalnya nih pa haji punya 15 anak buah di po marita.
28 Peneliti Kalo orang-orang terminal sendiri, manggil abang sehari-hari pake sebutan apa bang?
H.R Kalo saya kan nama asli H.R. Tapi kan dipanggil sama anak-anak
xxi
RB. RB itu kan singkatan dari rombongan betawi. 29 Peneliti Ada kendala bang selama jadi pengurus? H.R Pasti, namanya pengurus tanggung jawabnya besar. Semua hal
mengenai terminal dan bus yang terkait perusahaan diurus sama kita sehari-hari. Istilah kasarnya nih ya, tutup pentil bus ilang aja, masih tanggung jawab kita gitu.
Hari/Tgl wawancara Jum’at/09/06/2017 Nama (inisial) Informan IW Status Pekerjaan Pedagang yang jadi Preman Jenis kelamin Laki-laki Usia 43 Tahun Asal daerah Padang, Sumatera Peran Wakil Ketua Kowan Bisata 1 Peneliti Udah dari taun berapa bang di terminal? IW Tahun Sembilan puluh tiga (1993). 2 Peneliti Abang awalnya gimana tuh bang masuk terminal
direkomendasiin orang atau gimana? IW Saya usaha dulu, dagang dulu saya. dagang buah-buahan, terus
saya ditawarin temen untuk masuk di bus akap. antar kota antar provinsi yah. Saya kerja deh tuh di salah satu po bus akap.
3 Peneliti Dari dagang ke kerja jadi karyawan po itu ada kesulitan ga bang?
IW Sama aja ya, yang penting kita mensyukuri aja udah. 4 Peneliti Diajarin sama temen dulu bang? IW Ia sudah jelas dari awal, kalo kita tuh ikutin atau belajar dari
temen dulu dong. 5 Peneliti Temen-temen abang yang dagang waktu itu banyak disini
bang? IW Banyak. 6 Peneliti Ada yang jadi Pengurus po juga ga bang? IW Gaada 7 Peneliti Jarang yang mau atau gimana bang? IW Kurang berminat kali ya.. atau kurang berprestasi kali 8 Peneliti Harus pinter - pinter komunikasi juga berati ya bang sesama
orang-orang terminal yang lain ya. IW Ya jelas dong, kan ada tahapannya, ada tingkatan. kita itu, gak
mungkin langsung jadi presiden kan. Jadi menteri dulu.. adek aja dari kecil merangkak dulu baru bisa lari, sekolah SD dulu baru sampe ke tingkatan kuliah. tergantung nanti kita udah dikasih ilmu mau dikembangkan atau tidak . mampu ga nih kita
xxii
memanfaaatkan ilmu yang sudah didapat. 9 Peneliti Abang pengen tau dulu kali ya kerja jadi pengurus po gitu
yak? IW Iya, saya tau karena cita-cita kan gaada ya dari dulu jadi kaya gini.
Kita kan sama sekolah juga yak, cita-cita jadi kaya gini kan gak mungkin dulu ya. Yang jelas emang udah jalannya kaya begini, ya jalanin aja ya. Awalnya pertama-tama ya agak kaku, setelah itu ya kita pelan-pelan, Alhamdulillah jalannya juga lancar.
10 Peneliti Untuk keluarga sendiri dimana bang, orang tua gitu bang? IW Gaada saya sendiri sama istri, merantau, asal sih dari sumatera.
11 Peneliti Ooh untuk itu abang megang po nya jurusan sumatera yak? IW iya, biar pulangnya gratis. Hehe.
12 Peneliti Sedikit banyak karena lebih tau jalur transportasi di sumatera gitu ya bang?
IW Ya sedikit banyak tau lahh. Karena itu kebetulan po yang saya dapet. Kalo mau sih semuanya (semua po). Hehe.
13 Peneliti Ooh gitu bang jadi sudah faham jalur sumatera ya IW Kalo ngurus po antar provinsi Sumatera, kaga tau jalurnya berabe.
Banyak juga sih tapi temen-temen saya yang kaga tau jalur sumatera tapi kerja di PO sumatera. Taunya cuma dari awal sampe ujung aja jalurnya. Tapi kan mereka gatau lewat mananya. Kita harus tau wilayah.tau kampong orang. Biar enak, kaya adek nanya misalnya adek penumpang. Saya mau kesini pak…gimana ya ?. kita jelaskan dengan sedetil-detilnya dek. Kamu pasti langsung percaya kan sama saya.
14 Peneliti Harus ada pengetahuan yang banyak juga ya bang untuk kerja gini?
IW Iya dong, iya.untuk kepuasan pelanggan penumpang juga. 15 Peneliti Kalo bang IW sendiri disini sebagai pengurus atau gimana? IW Pengurus PO Ranau Indah.
16 Peneliti Satu aja tuh bang? IW Ranau Indah, Putri Candi, Damri Sumatera, 3 PO.
17 Peneliti Gaada kesulitan tuh bang ngurus 3 PO gitu? IW Gaada, yang penting koordinasi sama bawahan
18 Peneliti Tapi pernah ada problem gitu bang. salah paham gitu? IW Kalo ada salah komunikasi, kenakalan –kenakalan karyawan tuh
wajar ya. Misalnya sering tidak tertib, atau kurang disiplin lah ya. Atau kurang sopan gitu, kalo saya gak bisa begitu. Harus ditegakkan. Nomor satu penumpang adalah raja.
19 Peneliti Harus ada nilai-nilai sopan santun gitu ya bang? IW Ya harus dong, dimana-mana harus ada norma sopan santun. Itu
wajib. Etika yang kita pake gitu kan. 20 Peneliti Itu prosesnya kalo ada yang kaga tertib gitu gimana bang? IW Dari awal sudah saya kasih warning seperti itu. Jadi kalo
melanggar berati kan gamau kerja disini lagi.
xxiii
21 Peneliti Terus untuk Bahasa yang dipake sehari-hari apatuh bang buat mereka yang di po abang juga?
IW Bahasa Indonesia lah dengan ejaan yang disempurnakan, 22 Peneliti Haha, terus Bahasa sumatera dipake ga bang? IW Ya sebagian pake Bahasa itu tergantung orangnya kan berasala
dari mana dia. Memang kan kita berkecimpung di po yang sama jadi pake Bahasa mirip-mirip lah.
Hari/Tgl wawancara Sabtu/20/05/2017 dan Senin/03/07/2017 Nama (inisial) Informan KDI Status Pekerjaan Preman sekaligus Kepala Pengurus PO Bus Jenis kelamin Laki-laki Usia 43 Tahun Asal daerah Garut Peran Bos Preman sektor Barat Sabtu/20/05/2017 1 Peneliti Kalo nama asli abang siapa? KDI T 2 Peneliti Asal dari mana bang? KDI Garut 3 Peneliti Kalo di terminal sini kira-kira udah berapa lama bang? KDI Saya dari 2004 disini. 4 Peneliti Itu awal-awal dikasih tau orang kerja disini atau gimana
bang? KDI Engga, ngikut orang tua. 5 Peneliti Kalo orang tua pengurus juga bang? KDI Jualan orang tua disini. 6 Peneliti Tapi abang disini jualan dulu atau gimana? KDI Jualan juga, jualan minuman kaya gini ni. 7 Peneliti Langsung punya kios gini bang? KDI Engga, nyewa. Ini kan sistimnya pengguna pake jadi bayar
retrebusi ke pemda. Lahannya kan lahan pemda. 8 Peneliti Terus kalo iuran pedagang gimana tuh bang? KDI Langsung ke UPT terminal bayarnya transfer lewat atm. Jadi
gaada iuran ataupun pungli dari luar. 9 Peneliti Sama semua tuh bang bayar lewat atm? KDI Enggak, kalo pedagang kaki lima tuh gaada iuran. Tapi dibatasi
juga pedagang kaki lima yang berdagang di terminal. Biar pedagang kaki lima nya ga semrawut. Makanya kan sama kepala terminalnya dibagiin rompi. Dengan syarat dia jualan, ikut bersih-bersih terminal. Tiap-tiap pedagang harus punya sapu masing-masing
xxiv
10 Peneliti Ooh berati ga semua pedagang boleh masuk sini juga gitu ya bang. dibatesin juga.
KDI Iya, kalo dia bermasalah. Dicopot rompinya. Gaboleh dagang disini lagi. Misalnya ngelakuin kejahatan gitu, langsung dikeluarin. Dikeluarin sama pedagang juga.
Senin/03/07/2017 11 Peneliti Asli orang mana bang? KDI Garut, makanya istri dapet orang Garut.
12 Peneliti Tapi dulu mayoritas disini orang-orang sunda semua bang? KDI Ada orang betawi, Medan, sunda, campur lah.
13 Peneliti Tapi pertama kali di terminal ada kesulitan beradaptasi ga? KDI Ya bergaul dulu, nongkrong sama temen-temen disini.
14 Peneliti Awal – awal kenapa bisa kerja di terminal bang? KDI Kalo saya dulu ikut orang tua. Saya lulus kuliah karena ngelamar
dimana-dimana gagal. Jadi masuk akpol juga saya gagal. 15 Peneliti Terus ikut kepengurusan bus juga bang? KDI Iya ikut. bantu-bantu kerja di bis.
16 Peneliti Pekerjaan abang sehari-hari kaya gimana sih bang? KDI Saya jualan inih di terminal.
17 Peneliti Ngawasin gitu bang? KDI Nyari penumpang.
18 Peneliti Kalo orang tua sama sebagai pengurus juga bang? KDI Jualan aja orang tua disini.
19 Peneliti Ooh ini juga dari orang tua bang? KDI Iya saya yang melanjutkan mengelola.
20 Peneliti Ini kan banyak yang ngambil barang di warung ini bang buat dijual lagi sama pedagang asongan. Ga takut diambil barang dagangannya gitu bang?
KDI Kita kan modalnya saling kepercayaan, lagian mereka juga udah lama dagang jadi saya udah tau mereka-mereka ini
21 Peneliti Dari kapan berate mereka bang? KDI Rata-rata dari sejak bapak saya di terminal, bapak saya merangkul
mereka untuk berjualan. Akhirnya sampe sekarang saya ngelola, mereka tetep disini.
22 Peneliti Kalo di terminal gini ada yang dihormati gitu ga bang? KDI Ada itu ya Kepala Terminal.
23 Peneliti Kalo ada yang bermasalah gitu bang, menyangkut di terminal, ada bang?
KDI Iya kan itu ditangani sama pospol . 03/07/2017 24 Peneliti Terus abang di kowan bisata jadi apatuh bang? KDI Bendahara
xxv
25 Peneliti sebagai bendahara, tugas abang apa aja? KDI Ya gitu, namanya bendahara semua sama aja, megang uang gitu.
Kan ada simpanan wajib, itu buat kalo ada yang sakit karyawan dikasih santunan. Itu juga hasil dari urunan semua karyawan. kalo ada yang meninggal juga dapet santunan dari kita semua.
26 Peneliti Kenapa abang bisa dipilih jadi bendahara tuh bang KDI Iya karena saya orang lama juga, orang tua kan disini, terus
dipercaya gitu sama H.R sebagai ketua. Saya juga lulusan ekonomi kan dari bandung.
27 Peneliti Terus dana yang ke kumpul di kowan bisata itu dari bus atau gimana bang?
KDI Ya itu dari dana taktis, dana yang kekumpul dari iuran karyawan juga kan. Koperasi emang kan legal, resmi gitu ya, Cuma cakupannnya hanya buat kita-kita aja, karyawan bus. Atau pengurus po. Intinya mah untuk mempersatukan kita-kita sebagai orang terminal. Di terminal kan suku bangsa berbeda-beda, tapi kalau ada wadah kaya kowan bisata, kan bisa mempersatukan. Ya kita jadi satu Bahasa lah gitu. Setiap bulan ada rapat bulanan, buat kompakin lah, yang penting kan kita kalo ada masalah biar gaada gesekan. Kalo kita sering ketemu sebulan sekali kan jadi saling kenal lah.
28 Peneliti Sebelum ada koperasi emang sering terjadi gesekan disini bang?
KDI ini kan dulunya liar ya, karena gaada wadah. Pas ada wadah, jadi disatuin. Misalnya kan kalo ada masalah dari blok jawa blok ini blok itu jadi bisa di diskusiin bareng-bareng lewat koperasi ini pake jalan musyawarah. Cari solusi permasalahannya. Kalo terminal kan identic sama namanya kejahatan. Banyak preman, kriminalitas lah. Adapun yang namanya bermasalah anggota kita juga ada, yang amanin anggotanya juga.
29 Peneliti Adanya koperasi ini juga mempermudah kepala terminal sama pos polisi buat jaga keamanan ya bang?
KDI Iya kita juga kan ber mitra sama kepolisian, sama kepala terminal. Kita dianggapnya juga mitra sama mereka. sama perusahaan juga kita kan mitra kerja. Kalo karyawan kan ada tuntutan dari pihak perusahaan, kaya gaji, jam kerja dan lain-lain. Mau duit ya silahkan kerja, ya gamau duit kita engga usah kerja. Bebas aja gitu. Kalo masih mampu kerja kita kerja, kalo ga mampu ya mundur.
30 Peneliti Selain itu bang, pedagang juga dikordinir kan sama kowan bisata ya?
KDI Iya, tapi ada juga yang diluar kowan bisata . diantara mereka ada yang dituain buat ngatur segala sesuatunya. Kowan bisata cuma mengantisipasi menghindari adanya gesekan yang terjadi antar pedagang juga. Saya juga mewadahi buat para pedagang jualan minuman, sistimnya gini, mereka mau jualan ambil barang
xxvi
dagannya dulu ke saya terus dicatet sama anak buah saya, udah gitu laku berapa, tinggal itung buat dia berapa buat kita berapa. Tinggal kejujurannya ajasih kalo misalnya ga dicatet kan.
31 Peneliti Terus bang, abang tau dari kecil kalo ayah abang kerja di terminal?
KDI Iya saya tau, walaupun saya jauh sama ayah saya. Saya di garut dari kecil, Cuma saya tau, liburan sekolah saya suka diajak kesini. Sampe 2004 baru saya kesini, setelah lulus sarjana
32 Peneliti Yang melekat dari ajaran orang tua khususnya alm bos LL sama abang apa nih bang?
KDI Ya kaya cara bergaul, mawas diri, mengerti situasi di terminal, hasil saya diajarin lewat pengalaman aja sama bapak saya waktu saya baru masuk terminal waktu itu. Almarhum kan orangnya supel terus bijak dan jujur gitu kan.
33 Peneliti Gimana cara belajar jadi pengurus PO gini nih bang? KDI
Saya ikutin hasil keseharian tindakan bapak aja, yang alami aja ga pake teori. ikutin tindak tanduk bapak , ikutin karakter orang tua aja. Kalo kesini ooh begini, kalo kesitu ooh begitu.. cara ngedidik anak buah gimana, kan kita ngikutin.
Hari/Tgl wawancara Sabtu/20/08/2016 dan Selasa/27/06/2017 Nama (inisial) Informan EL Status Pekerjaan Preman Pensiun Jenis kelamin Laki-laki Usia 43 Tahun Asal daerah Cililitan, Jakarta Timur Peran Mantan Tangan Kanan Bos Preman sektor Timur Sabtu/20/08/2016 1 Peneliti Malem bang, abang tau ga preman-preman yang ada di
kampung rambutan ada siapa aja? EL Setau saya sih banyak ya preman atau calo-calo yang ga resmi,
tapi sekarang mah kaya nya udah pada kabur-kaburan deh. Udah ga keliatan lagi tuh yang nongkrong-nongkrong buat meres penumpang. Kalo saya liat mah langsung saya tunjukin ke ade orang-orangnya.
2 Peneliti Ooh gitu ya bang. sama sekali udah gaada preman disini yak? EL Ada sih sebenernya, tapi preman yang resmi. Kalo yang suka
meres-meres mah kayaknya udah gaada. Saya soalnya udah lama juga ga kesini lagi. Saya udah pensiun di dunia beginian.
3 Peneliti Ooh jadi ada yang resmi juga ya bang preman itu tuh, terus kalo ada siapa aja tuh bang preman yang resmi itu tuh?
EL Nih kalo mau kenal sama preman-preman disini mah, ada KDI, mantan komandan saya. Ada Jajang okek juga nih temen saya.
xxvii
Mereka berdua yang megang nih di sekitaran terminal. Pegang dua orang itu aja tuh. Cari informasi dari mereka. Entar juga lu dapet orang-orang yang laen.
4 Peneliti Ooh gitu ya bang. Yang mana aja tuh bang orang-orangnya? EL Tuh berdua yang di deket warung, emang base campnya dia disitu,
di warung KDI. Kalo polisi yang dapet “bocoran” (megang bis) juga ada, deketin ajatuh si Y. dia polisi tapi merangkap jadi pengurus PO juga. Biasalah cari tambahan. Yaudah saya pamit pulang dulu ya ke Ciamis, anak-anak saya udah pada nunggu.
5 Peneliti Iya bang, makasih banyak ya infonya, nanti saya langsung ke mereka aja. Hati-hati bang.
Selasa/27/06/2017 6 Peneliti Kalo sama KDI kenal dari mana bang? EL Saya kenal sama KDI dari bapaknya, dari almarhum bos LL. Bos
LL kan bapaknya KDI. Dia megang bis juga. Yang disegani di terminal.
7 Peneliti Bos LL sendiri kaya gimana tuh orangnya bang? EL Figurnya bagus, dermawan orangnya. Dia kan yang koordinir kalo
ada kegiatan kerja bakti, kegiatan-kegiatan yang ada di terminal dia yang nyokong dana nya, kaya sunatan massal, tablig akbar, santunan-santunan anak yatim.
8 Peneliti Jadi banyak kontribusi juga ya bos LL buat terminal, dia dari awal terminal tuh bang udah ada?
Bukan banyak lagi, iya dari awal, dari sebelum di kampung rambutan, pas di Cililitan dia udah ada.
9 Peneliti Dia termasuk preman juga ga menurut abang? Iya dia preman juga, tapi kan preman yang tidak anarkis. Preman
yang positif, dalam artian dia tuh orangnya mengayomi, mempekerjakan, kaya pedagang asongan, yang dagang aqua. almarhum semua tuh yang kordinir.
10 Peneliti Ooh jadi sekarang anaknya cuma nerusin langkah orang tuanya aja gitu ya bang?
Iya nerusin, anaknya tuh sarjana ekonomi jebolan Ikopin Bandung. Istrinya jebolan Unpad. Bareng – bareng aja tuh kalo lagi jalan berdua dia, gua ikut temenin. Pacaran bareng saya ikutin dia sama istrinya tuh. Ke diskotik bareng. Ke kampus-kampus Trisakti gua juga yang temenin.
11 Peneliti Kaya bodyguard dong di temenin mulu. Hehe Iya kaya gitu lah. Soalnya gua juga kan tangan kanannya bos LL
dulu. 12 Peneliti Ooh gitu bang. terus preman resmi gini narikin iuran juga ga
dari penumpang bang? EL Engga, keneknya aja kasih buat pengurus atau preman ini. Kalo
xxviii
tarikan bus buat pengurus sekitaran enam puluh sampe tujuh puluh tuh. misalnya penumpangnya sepuluh. Bayar ke pengurus 40 terus bayar uang kepengurusan enam puluh jadi totalnya seratus. Tapi gatau sekarang mah naek kali. Jadi itu hasil buat pengurus aja. kalo anak buahnya nih misalnya calo atau bagian pengisi paling tarik per penumpang 3 rebu – 10 rebu aja dari kenek.
13 Peneliti Buat koperasi juga ga tuh bang uang kepengurusan masing-masing po gitu?
EL Engga, kowan bisata kan Cuma wadah. Koperasi yang mengayomi anak-anak terminal. Simpan pinjam, pengadaan barang dan jasa. Itu koperasi kita aja yang bikin ga terkait sama pemeerintah sama pihak swasta juga engga. Ya kaya kowan bisata laennya ajah. Ada kepengurusan, ada ketua, ada pelindung. Cuma dilindungi nya sama kepala terminal kan.
14 Peneliti Kalo abang dari kapan di terminal? EL Saya cuma Sembilan taun di terminal, taun Sembilan lapan
terakhir. Kurang paham kalo perkembangan terminal. Tapi paling dari taun ke taun kaya gitu-gitu aja. Saling melengserkan. saling menjelekkan batur, sering main setan. Perusahaan jadi gasuka sama dia. Kalo perusahaan gasuka sama si A kan bisa langsung diganti. Kalo buat kepengurusan kan sama anak buah ada yang deket ada yang engga.
15 Peneliti Kalo KDI ini bang disegani karena orang tuanya ya ? EL Iya pasti, kalo bukan karena orang tuanya dia, dia gapunya power
disitu. Dia kan dulu waktu masuk akabri dia ga lulus yak an. Ya akhirya di tarik sama bapaknya di terminal. Saya mah kan Cuma ikut bantu-bantu aja buat mereka.
16 Peneliti Terus kenapa bisa bos LL ini disegani gitu bang? EL Ya karena dia mengayomi, kan dulunya pas dari Cililitan juga
udah punya banyak massa dia, kaya pedagang asongan kan tinggal di rumah dia. Kaya dia kontrakan aja ada berapa pintu. Hasil dia jualan jadi agen itu masukin minuman-minuman ke kios-kios terminal.
17 Peneliti Terus sekarang siapa yang jadi tangan kanan KDI bang? EL Orang kepercayaannya KDI yang sekarang tuh si T karunia bakti.
Jadi KDI yang pegang, dia pegang anak buahnya. 18 Peneliti Kalo ketua kowan bisata dari dulu H.R bukan bang? EL Engga, Jadi kowan bisata nih waktu saya disitu yak, agus rukiyat
yang megang dulu dia megang jalur merak tuh. Itu dia dipilih berdasarkan voting tuh, jadi ada beberapa calon gitu, anggota kepengurusan yang milih. Misalnya calonya empat gitu dari masing-masing perwakilan gitu. Iya gitu kaya pemilihan presiden. Tapi kalo sekarang-sekarang ini gua gatau. Apa asal tunjuk atau gimana .
19 Peneliti Kenal tapi bang sama H.R?
xxix
EL H.R mah ga terlalu kenal, soalnya dia juga kan baru, duluan saya di terminal. Dia tuh suka nongkrong deket warung pintu masuk terminal gitu, deket pos polisi. Kalo H.R kan megang forkabi ya, bang A tuh yang megang FBR di kampung rambutan, dia pengurus Luragung jaya.
20 Peneliti Kalo UMAR gimana bang? EL Kalo UMAR, dia sesepuh juga tuh. Gua masih SMA dia udah di
terminal. Tapi kalo sama bos LL nih dulu gua orang kepercayanya. Kalo ada apa-apa gua. KDI juga sama kalo ada apa-apa gua. Dulu tuh tilangan di kampung rambutan gua semua yang urus dulu. Kalo jalan sampe ngurus 50 biji. Ke pengadilan karawang sampe ke Merak saya jabanin. Ya sesungguhnya pusat nya emang di bos LL.
21 Peneliti Kalo UMAR perannya apa tuh bang di terminal? EL Kalo UMAR kan megang koordinator laka lantas gua yang
ngajarin. Tapi kan dia khusus marita aja. kan harus tau seluk beluk polisi polantas. pake uang koordinasi.
22 Peneliti Kalo hubungan abang sama KDI gimana tuh dulu bang? EL Gua tuh dulu kaya 3 serangkai sama KDI dan JO buat ngurus bus-
bus di terminal. Jadi tuh orang-orang yang yang ga punya pengaruh atau power di terminal karena ga punya status. Ga pernah pegang bis, kan ga punya nama. Kerja di mobil aja selama puluhan taun, pedagang juga gitu. Kalo gamau nyari ilmu sama temen di terminal ga bakal berkembang. Gitu terus sampe puluhan taun juga. Ga pengen kepake, ga pernah pengen tau situasi di terminal.
23 Peneliti Terus kenapa ga megang kowan bisata bang? EL Dulu kan pernah tuh kita berdua sama KDI mau megang kowan
bisata, cuman karna masalah pendanaan dan pendataan kowan bisata gajelas jadinya takut kena batunya malah, entar uang yang make siapa yang tanggung jawab siapa gitu kata KDI. Terus gua bilang gini, gpp biarin kita cari nama aja kita pegang terminal. Terus kata KDI, dia juga ga dibolehin megang kowan bisata sama ibunya. Dia gitu-gitu juga minta saran ke ibunya buat tindakan-tindakan dia sehari-hari.
24 Peneliti Berat ga sih bang ngemban tugas jadi orang kepercayaan bos LL gitu?
EL Buat yang megang amanah kaya saya, harus tinggi tanggung jawab kita. Kaya saya juga jatah buat polres juga kadang-kadang saya pake buat judi.
25 Peneliti Pengalaman abang gimana bang untuk kordinasi sama aparat?
EL Terus kalo hubungan kita baik nih sama komandan polisi atau petugas dishub gitu, ya caranya tiap bulan kita kasih amplop kan. Terus kalo anak buahnya ngeyel gitu ke kita. Bisa diabisin diomelin sama komandannya. Haha sering tuh ngalamin kaya gitu.
xxx
Hari/Tgl wawancara Senin/03/07/2017 Nama (inisial) Informan AG Status Pekerjaan Kepala Pengurus PO dan Anak Buah Preman Jenis kelamin Laki-laki Usia 50 Tahun Asal daerah Garut Peran Kordinasi dengan Bos KDI 1 Peneliti Dari kapan di terminal pak? AG Saya dari taun delapan puluh kerja di terminal, dari mulai pas di
cililitan. 2 Peneliti Proses awalnya gimana bisa jadi pengurus pak? AG Kalo saya jadi pengurus saya langsung dipanggil sama bos po nya
langsung 3 Peneliti Siapa bos nya tuh ? AG Bos Y waktu itu, 4 Peneliti Kalo orang tua dimana pak? AG Orang tua saya di bandung, saya merantau sendiri disini. Sekitar
umur Sembilan belas taun saya udah di jalanan, dunia terminal ini juga.
5 Peneliti Pernah ada ribut-ribut sesama pengurus ga disini? AG Masing-masing punya wadah, punya SK dari perusahaan jadi
gaada rebut-ribut. 6 Peneliti Kenapa bisa jadi pengurus PO tuh pak? AG Pergaulan dekat dengan seseorang, pengurus PO. Saya terus
dipilih jadi kepala pengurus sama sahabat saya itu. 7 Peneliti Kalo semisal ada masalah di bus gimana cara nanganinnya? AG Kalo ada masalah diselesaikan dengan kepala yang dingin.
Nyesek di awal udah biasa, tinggal ambil positifnya lagi sehabis ada masalah itu.
8 Peneliti Kalo di Kowan Bisata, berperan jadi apa bang? AG Saya sebagai anggota dari pengurus kowan bisata 9 Peneliti Kalo sama bos LL tau pak? AG Saya satu kampung sama alm bos LL. Bisa jadi sodara, bisa jadi
bos saya. 10 Peneliti Gimana menurut bapak, pergaulan bos LL? AG Pergaulan bos LL bagus, sama orang-orang terminal merangkul
semua. Yang mau bekerja diajarin, “entar juga bisa” kata bos LL. Anak buahnya bos LL banyak yang jadi pengurus karena dia
11 Peneliti Ko bisa gitu pak? AG Karena kalo gaada bos LL, ga mungkin kenal sama pengurus
xxxi
perusahaan oto bus mereka ini )maksudnya orang terminal yang ingin jadi pengurus PO.
12 Peneliti Tau ga bang kenapa bos LL bisa disegani sama orang-orang terminal?
AG Ya karena dia orangnya baik, suka merangkul orang-orang yang lain gitu.
13 Peneliti Cara merangkulnya gimana pak? AG Dia tuh kalo sama orang lain merangkul, diajarin cara berjualan di
terminal, cara jadi pengurus po. Padahal dia tuh gatau orang yang dia ajarin itu orang mana-orang mananya. Yang penting bisa merangkul dia tuh.
14 Peneliti Kalo kepala terminal yang sekarang menurut bapak gimana? AG Kepala terminal yang sekarang lebih bijak, yang berjualan
diseragamkan. Kan itu bijak namanya. Pedagang juga ikut bersih-bersih. Pengurus juga ikut ngejaga kebersihan. Namanya cari nafkah disini, ya harus sama-sama.
15 Peneliti Wejangan dari orang tua ada ga? AG Yang penting cari nafkah yang bener kata orang tua mah. Jangan
lupa 5 waktu. Jangan mabuk-mabukan. 16 Peneliti Pendapatan berapa dalam sehari disini? AG Ngalir aja. Kaya dagang. Kalo lagi sepi mah sepi. Kadang-kadang
gabawa uang. Hari/Tgl wawancara Sabtu/29/07/2017 Nama (inisial) Informan EC Status Pekerjaan Ibu dari Preman Jenis kelamin Perempuan Usia 47 Tahun Asal daerah Bandung Peran Memberi nasihat dan wejangan bagi KDI 1 Peneliti Sejak kapan KDI di terminal bu? EC KDI abis kuliah aja di terminal, kalo sebelum lulus mah paling pas
liburan aja ke terminal. 2 Peneliti Kalo ibu di terminal dari kapan? EC Kalo sama suami di terminal dari taun 7xxxii. Ga punya rumah
ibu dulu merantau. Tinggal di gerobak rokok. Di cililitan. Sepuluh taun jadi pedagang asongan. Pas taun Sembilan3 baru jadi pengurus po . terus pindah tinggal disini. Karena terminal mau pindah
3 Peneliti Kalau pergaulan sosok alm LL gimana bu? EC Suami saya mah bergaul tanpa pandang bulu. Iya namanya dia
gede di terminal yak, bergaul sama tukang sapu, sama siapapun ramah.
4 Peneliti Jadi bergaul sama siapa gitu yak bu?
xxxii
EC Iya, terus selama jadi pedagang asongan mah bapak, tampung orang-orang yang lain yang mau dagang juga bareng dia. Bapak kasih pekerjaan jadi pedagang asongan juga. Mau gembel, mau apa juga diamah ayo bergaul. Yang mau bantuin kerja, ya kerja. Yang mau bantuin ibu juga dipekerjakan sama bapak buat angkat-angkat kardus krat minuman. Mau orang jahat, orang gimana, yang penting dia didik.
5 Peneliti Awalnya KDI ikut bapak gimana bu? EC Kan dia suruh kuliah lagi gamau, kata bapaknya “yaudah ikutin
cara bapak”. Terus ikutin dah tuh cara bapaknya. Taun 2004 tuh baru tatang di terminal langsung diajarin sama bapak, harus begini harus begini, cara bergaul, cara atasin masalah. Sama aparat, sama bawahan, cepet lah ngerti nya. Apalagi kan dia sampe kuliah ya. Kalo bapak kan sampe kelas 4 sd aja. Tapi dihargain sama aparat diamah
6 Peneliti Terus kalo sama EL, hubungannya gimana bu? EC EL tuh dipercaya sama bapak, suka disuruh bayar tilangan gitu. 7 Peneliti Semakin banyak anak buah dong bu pas pindah ke kampung
rambutan? EC Kalo anak buah, banyakan mah banyakan di cililitan. Kalo
sekarang kan dibagi dua jadi ada yang ke mobil . kalo di cililitan kan kita ngasong semua. Mencar ada yang jadi calo gitu.
8 Peneliti Beliau ikut koperasi juga bu? EC Bapak kan bendahara koperasi. Udah ada sepuluh taun jadi
bendahara koperasi. 9 Peneliti Dari awal terminal udah kebentuk koperasi? EC udah tapi kan lain kepengurusan
10 Peneliti Ada kesulitan ga bu bapak pas megang anak buah? EC Dia orangnya gaul ya, jadi cepet bergaulnya diamah . makanya
biar sama aparat, biar sama temen temennya. Dia mah gaul sama tukang cukur, punya tukung cukur. Gaul sama tukang rambutan, jualan rambutan. Iya gitu bapaknya mah serba pengen tau gitu.
11 Peneliti Terus kan bu kehidupan di terminal kan terkenal keras gitu yak, bapak sendiri gimana orangnya bu?
EC Kalo bapak berantem mah iya, kalo kaya begitu kan jaman dulumah gabisa de, sendiri aja tuh kalo rebut nekat dia. Dia mah dulu kalo ada masalah ada rebut-ribut paling depan buat ngebela. Pernah tuh dulu ada keributan yang besar Antara suku batak sama sunda. Dia mah orangnyha berani ga pandang bulu juga. Dia tuh kalo yang jalurnya bener dibelain. Kita orang jalanan, tapi kalo ada yang mabok gitu dia ga ikut mabok. Maen biasa aja gitu bergaul tapi bisa jaga diri. Kalo ada yang judi mah judi, dia ga ikutan. Yang maen cewe mah maen cewe. Kalo bapak ma bisa ngerem . kalo ada temennya yang seneng kaya begitu ya silahkan, jalan bareng mah tetep.
12 Peneliti Kalo anak buah nya ada yang bikin masalah atau ulah gitu
xxxiii
bu? EC Galak diamah. Ada yang mabok aja ga boleh. Ada aturannya
sendiri yang dia buat untuk anak buah. Kalo saya ngelarang berate kamu salah, gitu kata bapak mah.
13 Peneliti Kalo sama preman yang suka meres penumpang, bapak kesel ga bu?
EC Diamah nih sama preman yang suka meres meres gitu diamah berani dilawan tuh yang kaya begitu. Dilawannya kalo preman itu ngajak rebut ya rebut gitu, diamah percaya selama dia jalannya bener gitu. Kalo jalannya salah dia ngaku salah. Dari dulu juga kalo berantem diamah gamau mukul duluan. Kalo dipukul duluan baru hajar.
14 Peneliti Kalo KDI sendiri gimana menurut ibu? EC Ya belum sepenuhnya kaya bapaknya, kan masih muda. Tapi
dikit-dikit mah udah bisa dia walaupun belum seratus persen. 15 Peneliti Karakter KDI sendiri gimana menurut ibu? EC Orangnya sama kaya bapak gitu, ketus. Tapi baek orangnya.
Bapak kan juga ga banyak omong. 16 Peneliti Terus gimana usaha agen ini bermula bu? EC Kalo agen mah ibu yang ngelola dari dulu juga. Bapak mah jarang
di warung. Ibu juga belajar dari bapak. Bapak di terminal nawar-nawarin ke warung-warung.
17 Peneliti Kalo bapak sama aparat keras juga ga bu? EC Gatau, tapi kalo sama aparat diamah bisa ngerangkulnya gitu.
Deket juga sama aparat dia tuh. 18 Peneliti Wejangan dari bapak ke KDI ada ga yang ibu inget gitu? EC Kalo wejangan dari bapak ke anak-anak mah gitu. Ikutin cara
bapak. Kalo bergaul jangan pandang bulu, yang salah jauhin, yang bener deketin. Jangan sampai keluar dari koridor agama.
19 Peneliti Bapak kenapa bisa dihormatin ya bu sama orang-orang terminal?
EC Dia mah ga sombong walaupun udah tinggi, sama temen gembelnya yang dulu bareng-bareng di terminal tetep biasa, makan bareng gitu.
20 Peneliti Ga malu atau gengsi sama orang lain gitu ya bu? EC Biarin kata orang lain mah udah kaya ko dandanan nya masih
begitu aja. Biarin kata bapak mah ini gaya gua. 21 Peneliti Sama kurang lebih kaya KDI ga bu? EC Kalo KDI mah sama kaya bapaknya ga banyak ngomong. Kalo
ngobrol sama orang sekata dua kata udah. 22 Peneliti Kalo diibaratkan bu, dibanding sama preman yang suka
meres penumpang gitu, bapak kaya gimana di mata ibu? EC Kalo bapak mah ibaratnya preman, preman baik-baik karena gitu
jalannya bener.
xxxiv
Hari/Tgl wawancara Sabtu//22/07/2017 Nama (inisial) Informan DD Status Pekerjaan Pedagang Asongan Jenis kelamin Laki-laki Usia 40 Tahun Asal daerah Bandung 1 Peneliti Awal mula tertarik jadi pedagang gimana pak? DD Awalnya kan kita tertarik dagang aja gitu di cililitan. Saya kan
dagang cuma ikut aja dulu mah. Ga bawa apa apa dari kampung. Dagangin dagangan bos aja gitu. Saya awalnya langsung dagang sama bos LL. Karena dia orangnya baik gitu. Dia merangkul buat yang mau dagang minuman di terminal. Kalo almarhum tuh orangnya ga pernah omongannya gaenak sama kita.
2 Peneliti Ooh kenal sama bos LL juga pak, menurut bapak gimana kepribadian atau sifat dari bos LL?
DD Keras mah keras orangnya tapi buat nasehatin pedagang yang lain supaya dagangnya benar. Jangan sampe ngelakuin yang engga-engga. Soalnya Dia yang bertanggung jawab kalo ada masalah sama pedagang yang jadi anak buahnya. Selama saya disini belum pernah liat bos lili rebut. Orangnya diamah kalem gitu, pendiam. Kitanya mah jadi malu sendiri kalo berbuat salah. Kalo kitanya baik dia juga baik
3 Peneliti Penghasilan jadi pedagang gimana menurut bapak? DD Saya udah dua puluh taun dagang disini, ya gini gini aja. Tapi
penghasilan mah cukup buat kebutuhan sehari-hari 4 Peneliti Kalo sama KDI kenal juga pak? DD KDI juga orangnya baik juga, gimana ayahnya ajah. Namanya ada
titisan dari ayahnya ya jadi dihormatin lah sama orang-orang terminal juga. Kan ayahnya dikenal baik sama orang-orang terminal
5 Peneliti Panggilan ke KDI ada panggilan khusus ga pak? DD Ya gimana yang manggilnya aja, kadang dipanggil bos kadang
dipangiil komandan.. 6 Peneliti Kalo perbedaan bos KDI sama bos LL gimana bang? DD Ya namanya kita kan dikasih modal gitu, Cuma modal dengkul
doang hidup disini. Kitamah yang ditekanin kejujuran aja. Itu kan modal utama kita aja kejujuran. Ada juga yang dari pedagang asongan jadi kerja di mobil gitu. Bukan pengurus tapi kerja di mobil. Kalo dulu emang banyak kriminal disini, tapi sekarang udah jarang ada kejahatan sama kriminal karena ketatnya peraturan sama pengawasan terminal sekarang
7 Peneliti Ada kegiatan lain selain berdagang di sini bang?
xxxv
DD Disini juga ada jumat bersih jadi dari pagi hari jumat kita bersih bersih tuh seluruh orang terminal sampe jam 10 pagi. Semua itu, dari tukang sapu, pedagang, yang urus mobil juga.
8 Peneliti Untuk penjualan jadi pedagang asongan di terminal gimana menurut abang buat kondisi yang sekarang perekonomiannya?
DD Udah sepi, banyak terminal bayangan diluar. Saya juga kan gabisa dagang diluar, ada peraturannya. Saya gaboleh dagang diluar, yang diluar gaboleh dagang di dalem.
9 Peneliti Kalo sama H.R kenal bang? Kalo H.R mah saya tau. Tapi ga begitu kenal di sebelah sono mah.
Sebelah sini aja saya jualannya. 10 Peneliti Untuk keuntungan ambil berapa bang dari bos KDI? Ambil untung per botol aja. Dari KDI-nya berapa saya jual berapa
gitu. Kalo dibilang cukup mah kurang saya, ya mau gimana lagi karena posisi modal gaada gitu. Tapi kan disini udah pasti kerjaanya. Kalo cari yang lain lagi belum menentu.
11 Peneliti Kalo sama H.R gimana bang jualannya kenapa ga di daerah sana?
DD H.R kan kowan bisata, kepalanya kan dia. Kalo kita jualan disana mah melanggar. Nanti kita dicopot rompinya.
Hari/Tgl wawancara Minggu/17/07/2017 Nama (inisial) Informan RO Status Pekerjaan Pengurus PO atau Preman sektor Timur Jenis kelamin Laki-laki Usia 34 Tahun Asal daerah Betawi, Jakarta Peran Wakil Pengurus PO 1 Peneliti Di terminal dari kapan bang? RO Saya di terminal dari taun sembilan empat. Masih pake seragam
Smp. Dari kecil gua di terminal sama ayah gua. Dulu gua sambil ngangon kambing maen kesini, ayah yang ngajarin kalo hidup tuh keras jadi kita harus bekerja keras
2 Peneliti Awalnya kerja apa dulu tuh bang? RO Awalnya sih main yak, uwa gua kan punya kambing yak di
sekitaran sini. pas saya ngangon kambing tuh saya sekalian maen ke terminal. Sama temen-temen kampung mainnya. Abis itu Nyari duit tuh sekalian saya kan jualan kaca mata sama Koran harian terbit. Jadi pulang sekolah tuh pulangnya ga kerumah tapi ke terminal. Awalnya deket-deket temen main di terminal yang dagang juga. Bantu-bantuin dapet uang kan. Udah itu bosen di
xxxvi
terminal, keluar tuh. 3 Peneliti Berarti setaun doang tuh di terminal bang? RO Iya, kan dulu kan bokap ngojek di belakang terminal sini nih.
Sambil nunjuk arah timur. Terus gua punya motor juga kan sayang ga dipake. Akhirnya gua pake ngojek juga tuh. Duit mah lumayan dapetnya pas ngojek, dulu kan masih jarang motor. Cuma capek aja abis nganter orang balik lagi ke pangkalan nganter lagi. Jadi gaada abisnya penumpang. Duit di kantong sampe gamuat. Kaga boong inih. Kenyataan inih. Harga bensin masih 1400 per liter. Orang ngojek lima ratus perak. Jauh deket gope, pokonya anter penumpang sampe angkot 02 jalan raya ciracas aja. dari Sembilan lima sampe lulus sekolah smp itu gua ngojek.
4 Peneliti Ngojek bareng temen-temen semasa sekolah tuh bang? RO Satu pun temen sekolah gua gaada yang tau gua ngojek. Nah lulus
SMP baru ada yang tau tuh gua ngojek. Tapi pas SMA gua ga ngojek lagi. SMA main-main aja sini di terminal, emang kan udah banyak temen juga dari SMP yang ada disini karna gua sering main disini. Sampe taun Sembilan delapan tuh kerusuhan hebat tuh. Yang bakar-bakaran di Jakarta jamannya Suharto tuh. Waktu itu Baru mulai tuh saya kerja di terminal. Baru lulus sekolah SMA tuh saya kerja jadi bagian pengisi di PO bus. Abis itu saya kerja di kargo bandara. Udah ahli tuh saya ngeluarin barang-barang dhl dan fed-ex juga yang laen. Tapi kan emang gua orangnya emang ga betahan ya kalo kerja. Jadi gua keluar tuh. Gua tuh maunya tuh kerja ga cape tapi dapet uang banyak. Cape banget tuh kerja di bandara nganter barang 24 jam
5 Peneliti Emang kerjaannya apaan aja tuh bang kalo di kargo? RO Dari ngurus dokumen sampe nganter barang gua kerjain. Udah
gitu kan kita harus minimalisir uang biar dapet untung gede. Misalnya nih kita dapet uang dari pt-pt uang darri 35 sampe 100 juta. Itu harus irit-irit dan harus diakalin tuhh biar ga kena gede sama bea cukai. Caranya pake dokumen palsu, bikinnya di Gajah mada. Kita juga sisain tuh buat petugas, buat sekuritinya. Kalo engga gitu kita malah bisa nombok.
6 Peneliti Kenapa bisa sampe kerja di terminal lagi bang? RO Nah terus karna gua kerja gamau cape lagi ya, ahrinya gua masuk
terminal lagi dah. Kan di kargo gua taun 2004-2005 an yak. 2007 baru balik lagi ke terminal tuh. Sebenernya gua ga pernah tinggalin terminal.
7 Peneliti Ko bisa gitu bang, kan bang kerja di tempat laen selama itu? RO Iya jadi selama saya kerja kan berenti berenti terus tuh, selama
berenti saya ke terminal. Dapet kerjaan lagi saya tinggalin terminal. Jadi ga pernah nganggur tuh kalo saya keluar kerjaan. Kan kebutulan juga bapak saya udah disini. Karena saya udah banyak kenal sama orang-orang disini. Saya dapet SK tuh dari PO
xxxvii
kramat jati. 8 Peneliti Terus udah kerja di pengurus, gimana tuh awal-awalnya bang
mengenai cara kerja dan lain-lain RO Ya kita beradaptasi aja sama senior-senior. Banyak-banyak nanya.
Bergaul sama bos-bos. Bos-bos mobil. Sama aparat juga, penting sama aparat. Sebelum jadi pengurus juga sebenernya udah tau sistim kerja dari bapak. Ya gimana kitanya aja kan sebagai perwakilan bikin sewa penumpang bagus. Aman di jalan.
9 Peneliti Ya kan kerja kaya gini gimana tuh bang, capek juga ga? RO Ya awalnya sih capek ya, tapi kan kalo udah tau konci nya ya
enak aja. ya belajar dari pengalaman-pengalaman aja. sama relasi yang penting. Kan ga semua orang jadi pengurus kaya gini. Ya bisa dibilang orang-orang yang terpilih aja. salah satunya karna saya pribumi sini juga
10 Peneliti Emang bos-bos nya banyak yang pribumi juga bang? RO Engga sih. Orang-orang betawi yang kerja kaya gini bisa diitung
dengan jari. Iyalah paling orang betawi yang laen mah jadi tukang ojek, nungguin kontrakan, okang-okang kaki dirumah. Saya mah termasuk orang betawi yang rajin. Iya bener lah. SMP udah nyari duit di terminal
Supir Kalo sekarang mah avanza nya udah 5 RO Hush jangan buka rahasia.
11 Peneliti Tapi penghasilan jadi pengurus lumayan lah ya bang? RO Bukan lumayan lagi, lebih dari lumayan lah.
12 Peneliti Emang dapet duitnya dari setoran setiap mobil ya bang? RO Iya, kalo mobil dari Subang tuh per 2 rit. Dua kali balik. Kalo di
kramat jati ini kan stor patok nih stor paten. Pokonya 550 per 2 rit itu. Selasa rabu kamis jumat segitu. Kalo senen, sabtu minggu beda setorannya. Itu kalo buat perusahaan. Kalo buat pengurus beda lagi. Buat pengurus dari komisi per mobil. Mobil Masuk jalur, ngetem. Bayar komisi delapan puluh ribu buat pengurus. kalo di kramat jati total 14 unit. Termasuk sedikit. Kalo marita kan banyak sampe80 unit per hari per 24 jam. Kalo sampe ga setoran masuknya min di hari berikutnya. Jadi di hari berikutnya baru dia bayar. Utang jadinya. Ya namanya kita udah berani terjun ya berarti harus tanggung jawab. Kesulitannya ya pas lagi ada razia aja. kalo gaada surat-suratnya yaudah dikandangin mobil kita. Karena kan setiap perusahaan gaada yang mulus, pasti ada cacatnya.
13 Peneliti Kalo dulu kan bang ya banyak calo-calo ga resmi dan preman gitu disini ya bang.?
RO Iya dulu mah, tapi sejak dipegang sama bokap koperasinya, udah bagus kalo sekarang mah semua udah ke data sama bokap. Preman juga diusirin. Udah ada dua periode pokonya, sekitaran 12 taun dah. Dibantai semua yang ga resmi sama yang ganggu keamanan. Sama kita-kita juga diusirinnya kerja sama sama aparat
xxxviii
juga. Ga langsung tapi ngusirnya, bertahap. Kita pantau dan targetin orang-orangnya, lama-lama abis. Pada takut tuh, soalnya lebih ketat peraturannya.
14 Peneliti Tapi sempet rebut-ribut juga tuh bang buat ngusirin mereka kaya gitu?
RO Sempet, tapi kalo gua ributnya sama yang bandungan. Pas gua ngisi yang bandungan rebut-tibut terus tuh. Ribut rebutin penumpang itumah sesame po tapi jalur yang sama. Jalur bandungan namanya yang lewat puncak.
15 Peneliti Sama bokap diajarin apa aja tuh bang soal jadi pengurus ini.? RO Sama bokap diajarin pengalaman, bergaul sama petugas-petugas,
deket engga jauh jangan. Jadi ditengah-tengah. Jangan terlalu deket juga sama petugas tuh karna bahaya. Nanti bisa digigit soanya sama dia. Kaya temen saya, sk nya direbut disini sama petugas. Main fitnah aja sama orang kantor ya alhasil dapet po dia. Gitu bahayanya. Terus kita harus servis sama awak-awak bis semisal kondektur dan supir. Biar mereka betah sama kita. Tapi kalo dia salah ya tetep saya marahin. Ya kan dia anak buah saya, anak murid saya. Kalo disini saya orang tuanya. Saya yang nge didik.
16 Peneliti Kalo ada pelanggaran, ditegur bang? RO Iya, kalo kaya gini nih gaboleh nih sebenernya ga pake seragam.
Sambil nunjuk supir yang lagi duduk-duduk di dekatnya. 17 Peneliti Cara kordinasi sama aparat gimana tuh bang? RO Yang penting nih ya komunikasi yang baik sama polantasnya,
sama dishub, sama babinsanya, sama danru, 18 Peneliti Tapi bang kalo tanpa UMAR sama bokap disini bisa ga abang
ngurusin ini? RO Gabisa saya, tapi kalo mereka berdua lagi gabisa saya yang
ngewakilin disini. Hari/Tgl wawancara Selasa/ 08/08/2017 Nama (inisial) Informan WW Status Pekerjaan Perbantuan Pengurus PO atau anak buah preman Jenis kelamin Laki-laki Usia 50 Tahun Asal daerah Bandung Peran Mengawasi keluar dan masuk kendaraan Po Bus 1 Peneliti Bedanya abang kerja jadi anak buah, sama bang KDI yang
jadi pengurus PO apasih bang? WW Kalo KDI kan punya surat kuasa dari perusahaan. Kalo kita kan
Cuma pembantu. Kalo mobil masuk ya kita atur, kalo mobil ga masuk ya kita diem.
xxxix
2 Peneliti Ngatur gimana bang maksudnya? WW Ya saya ngatur sehari minimal 3 biji bus gitu. Kalo kaya gini nih.
Mobil ada yang bermasalah saya laporan sama bos. 3 Peneliti Kalo ambil keuntungannya dari mana bang kerja kaya gini? WW Iya ini kan sistimnya setoran, kalo ini diitungnya dari jumlah
penumpang 4 Peneliti Kaya gimana tuh bang setorannya? WW Kita kan kalo setiap pemasukan kan udah disatuin sama bos.
Misalnya kalo per mobil 35 atau 40 puluh. Buat yang dilapangannya sekian. Jadi dibagi-bagi lagi ade. Kalo yang ngatur sekian-sekiannya ya bos
5 Peneliti Kalo abang dapetnya dari mana? WW Kalo saya dapetnya ya dari per mobil yang berangkat 6 Peneliti Dapet berapa sehari bang? WW Sehari paling saya dapetnya 35 atau 40 ribu. Gpp cukup aja
apalagi kita kan hidup sendiri. Karena kan istri meninggal 7 Peneliti Kalo sama bos LL tau ga bang? WW Dulu saya jualan juga di terminal. Dagang asongan. Bareng alm
bos LL. Terus saya diajak sama bos. Namanya manusia kan cari-cari pengalaman ya. Udah akirnya masuk.
8 Peneliti Ooh gitu bang, jadi sempet jualan bareng bos LL juga dong bang?
WW Kalo saya jualan bareng bos LL mah udah lama. Alm bos LL tuh orangnya bijak. Sama para pedagang mah ga terlalu sensitive gitu. Yang penting mah kalo kita ngikutin dia, yang bener aja gitu aja.
9 Peneliti Kalo aturan dari bos LL apa bang dalam bekerja? WW Jangan neko-neko lah intinya mah gitu kan. Kalo kita tuh harus
jaga nama baik bos de. Kalo kitanya ga bener, nama bos juga ga bener
10 Peneliti Emang dari sejak kapan kenalnya bang? WW Dari cililitan saya udah lama. Yang penting semua orang mah
dirangkul gitu sama dia. Kan kalo orang baik mah dek, orang jahat juga segen ganggunya
11 Peneliti Jadi dia dihormatin juga sama preman-preman gitu bang? WW Kalonya dianya baik gitu kan sama semua orang. Orang jahat juga
males sendiri buat ngusik dia kan. Hari/Tgl wawancara Selasa/30/05/2017 dan Senin/17/07/2017 Nama (inisial) Informan UU Status Pekerjaan Supir PO Bus AKAP Jenis kelamin Laki-laki Usia 43 Tahun Asal daerah Garut
xl
1 Peneliti Dari kapan bang di terminal? UU Dari taun 2015 disini mah. 2 Peneliti Emang di mana lagi bang? UU Dari Garut saya udah di terminal di Garut. Dari tahun sembilan
empat saya disana, 3 Peneliti Jadi supir di bus kaya gini juga bang? UU Saya sempet jadi supir travel juga, supir mobil Elf. 4 Peneliti Terus sistim kerjanya gimana nih bang jadi supir PO gini? UU 17 jam saya dijalan, muter-muter aja dari rute yang saya lewatin
kan ini lewat tol Cipularang yak, berangkat dari jam 9-10 pagi dah.
5 Peneliti Kalo sistim setorannya gimana tuh bang? UU Kalo buat Perusahaan mah tergantung per penumpang inimah,
sekitaran 1 - 1,5 juta per keberangkatan atau rit biasa disebutnya mah
6 Peneliti Terus kalo setoran ke terminal gitu bang? UU Ya ada juga buat administrasi terminal ke dishub gitu per rit juga
diitingungnya. Sekitaran gocap lah. Sama uang koordinasi deh buat pengurus PO gocap jadi total mah 100 ribu buat terminal mah.
7 Peneliti Kalo nyupir gini setiap hari bang kerjanya? UU Engga lah paling cuma 3 sampe 4 kali seminggu mah. Cape kalo
tiap hari mah. Digilir aja gitu sama perusahaan, perusahaan yang atur jadwalnya.
8 Peneliti Terus bang kalo sama bang KDI kenal ga? UU Kenal atuh, dia yang megang kita-kita, supir-supir bus disini. Kita
kasih uang koordinasi kan ke anak buahnya. Kaya WW nih kan anak buahnya nih.
9 Peneliti Oooh, maksudnya yang megang gimana bang? UU Iya dia yang ngejaga kita supaya lancar segala urusan, baik itu di
terminal maupun di jalanan. 10 Peneliti Ooh gitu bang, penting juga ya tugas bang KDI? UU Ya penting lah, kalo gaada dia, bisa banyak pungutan liar di
terminal. Kaya dulu banyak preman-preman narikin duit ke supir-supir. Bisa abis banyak kita, tekor yang ada, belom buat aparatnya. Kan kalo bos KDI yang atur uangnya, udah masuk semuanya tuh. Buat administrasi, pengurus PO, anak-anak buahnya. Kita tinggal terima beres aja.
11 Peneliti Ribet juga ya bang kalo gaada bang KDI? UU Kalo gaada bos KDI sama kepala pengurus yang laen
kemungkinan banyak pungutan liar lagi yang bakal diambilin sama preman-preman. Ya lumayan lah jadi lebih teratur, kalo saya di terminal Garut mah banyak pungli nya.
12 Peneliti Kalo misalnya abang suruh milih mendingan ada pengurus PO kaya gini atau pungli dari preman-preman yang kaya
xli
dulu bang? UU Kalo saya lebih milih kasih uang koordinasi buat pengurus-
pengurus PO ini dibanding dipalak sama preman yang mungutin duit liar di terminal waktu dulu. Kalo gaada pengurus PO ini, preman – preman bakal muncul lagi ambil pungli dari kita-kita ini.
13 Peneliti Terus bos KDI gimana bang orangnya menurut abang? UU Ya dia sayang sama kita, suka dikasih rokok kita, jadi kita kan
juga suka rela juga kasih uang wajib buat dia. Kaya sekarang gini nih mobil saya mogok, dia peduli nih anak buahnya suruh beliin baut-baut buat mobil saya, kalo ada supir yang mogok ditanyain permasalahannya apa gitu. Baek deh orangnya, tapi ga banyak omong dia mah.
14 Peneliti Ooh gitu ya bang. Yaudah bang saya pamit dulu ya udah kesorean nih ngobrolnya. Makasih ya bang.
UU Oke sip sama-sama de.
xlii