konsultasi: penatalaksanaan fisioterapi pada pasien dengan kondisi post orif pemasangan kirschner...
DESCRIPTION
fisioterapiTRANSCRIPT
-
4/11/15, 4:20 PMkonsultasi: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DEER WIRE AKIBAT FRAKTUR CLAVICULA 1/3 TENGAH BILATERAL
Page 1 of 5http://fisioterapi-jepara.blogspot.com/2012/10/penatalaksanaan-fisioterapi-pada-pasien.html
konsultasi
Friday, October 19, 2012
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIENDENGAN KONDISI POST ORIF PEMASANGANKIRSCHNER WIRE AKIBAT FRAKTUR CLAVICULA 1/3TENGAH BILATERAL
a. Pemeriksaan
Sebelum dilakukan terapi latihan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisioterapi.
Adapun pemeriksaan ini meliputi:
1. Anamnesis
Anamnesis atau tanya jawab ini dilakukan secara auto anamnesis atau bertanya langsung
pada pasiennya. Dari anamnesis ini didapatkan data sebagai berikut :
a. Anamnesis umum
Anamnesis ini untuk mengetahui tentang identitas pasien, dan didapat hasil bahwa: (1)
nama: Sujarwo, (2) umur: 43 tahun, (3) jenis kelamin: laki-laki, agama: Islam, (5) pekerjaan:
pensiunan karyawan, (6) alamat: Senggrong 2 / 5 Bringin Semarang.
b. Anamnesis khusus
Hal-hal yang ditanyakan dalam anamnesis khusus ini antara lain:
1) Keluhan utama
Nyeri pada bekas luka incisi ( daerah depan clavicula ).
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 5 Juli pasien mengalami kecelakaan sepeda motor dengan posisi jatuh
yang tidak diketahui, tetapi pasien dalam kondisi sadar. Kemudian langsung dibawa ke RSUD
Salatiga dan dilakukan foto rongent. Setelah itu pasien dirujuk ke RSOP Prof. Dr. Soeharso
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADAPASIEN DENGAN KONDISI POST ORIFPEMASANGAN KIRSCHNER WIRE AKIBATFRAKTUR CLAVICULA 1/3 TENGAHBILATERAL
Join this sitewith Google Friend Connect
There are no members yet.Be the first!
Already a member? Sign in
Followers
Korset TLSO
-
4/11/15, 4:20 PMkonsultasi: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DEER WIRE AKIBAT FRAKTUR CLAVICULA 1/3 TENGAH BILATERAL
Page 2 of 5http://fisioterapi-jepara.blogspot.com/2012/10/penatalaksanaan-fisioterapi-pada-pasien.html
Surakarta dan dilakukan operasi 4 jam setelah pasien datang dengan menggunakan kirshcner wire
pada fraktur clavicula dextra dan sinistra. Saat ini pasien masih mengeluh nyeri pada luka bekas
incisi dan meningkat pada saat dan setelah diberikan medikasi dan bertambah pada malam hari.
Keluhan nyeri ini mereda pada pagi dan siang hari.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat trauma jatuh.
4) Riwayat penyakit penyerta
Riwayat diabetes mellitus, hipertensi dan jantung disanggah pasien.
5) Riwayat pribadi
Pasien merupakan pensiunan karyawan pabrik yang sekarang bekerja mengolah sawah.
6) Riwayat keluarga
Tidak ditemukan riwayat penyakit yang bersifat herediter. Dan penyakit ini tidak ada
hubungannya dengan heredofamiliar.
c. Anamnesis sistem
Tidak ada keluhan pada sistem kardiovaskuler, respirasi, gastrointestinalis, urogenitalis,
dan
nervorum. Pada sistem kepala dan leher pasien merasa kaku / kenceng pada leher dan sedikit
pusing saat perubahan posisi dari berbaring ke duduk. Pada sistem muskuloskeletal ditemukan
adanya nyeri bahu saat digunakan untuk bergerak ( menekuk ).
d. Pemeriksaan fisik
Hal-hal yang diperiksa melputi:
1) Tanda-tanda vital.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital ini yang penting untuk diketahui adalah tekanan
darah, denyut nadi dan jumlah pernapasan dalam satu menit. Prosedur pelaksanaan
pemeriksaan tekanan darah sebagai berikut : (1) Posisi pasien tidur terlentang di bed, (2) Terapis
memasang manset pada lengan atas sebelah kanan, kira-kira 2 jari sebelah proksimal fossa cubiti,
(3) Terapis mempalpasi arteria brachialis kemudian memasang stetoskop diatasnya, (4) kemudian
terapis memompa manset perlahan-lahan hingga jarum menunjuk angka 200 mmHg, lalu
diturunkan dengan membuka klep udaranya perlahan-lahan sambil mendengarkan bunyi detak
arteri pada fase pertama hingga terakhir, (5) Catat angka yang ditunjuk jarum saat terdengar detak
pertama sebagai bunyi sistol dan detak terakhir sebagai bunyi diastol.
Sedangkan untuk pemeriksaan denyut nadi prosedurnya sebagai berikut : (1) Posisi
pasien terlentang, (2) Terapis mempalpasi letak arteria radialis pada ujung distal lengan bawah
pasien dengan menggunakan jari II-IV, (3) Terapis menghitung jumlah denyut nadi selama menit
(15 detik) untuk kemudian dikalikan empat, (4) Masih pada posisi terlentang dan terapis tetap
memegang tangan pasien terapis menghitung jumlah pernapasannya dengan melihat gerakan
perut dan dadanya sehingga pasien tidak curiga apabila dihitung pernapasannya dan pernapasan
tersebut alami tanpa disadari pasien tersebut. Menghitung jumlah pernapasan ini juga dalam
waktu menit untuk kemudian dikalikan empat.
Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil: (a) Tekanan darah: 140/90 mm Hg, (b)
Denyut nadi: 92 x/menit, (c) Pernapasan: 26 x/menit, (d) 37C.
2) Inspeksi
Dari inspeksi ini didapatkan hasil: (a) inspeksi statis: wajah pasien tidak pucat, KU
terkesan baik, terpasang perban kasa yang menutupi luka bekas operasi pada bahu kanan-kiri,
tidak terlihat tanda-tanda radang secara nyata, bahu kanan-kiri tampak simetris, terdapat perban
elastis yang menutupi tangan kiri serta terdapat luka lecet pada lutut kanan kiri dan jari kaki, (b)
dinamis: mampu beegerak fleksi, abduksi 90 pada bahu kanan-kiri.
3) Palpasi
Dari palpasi ini didapatkan hasil: (a) adanya nyeri tekan pada daerah otot pektoralis
serabut atas, (b) suhu AGA kanan-kiri sama tapi terdapat perbedaan AGA dan AGB, (c) spasme
pada otot-otot leher (Sternokleidomastoideus).
4) Gerak dasar aktif (bahu kanan-kiri)
penggemar
2013 (22)
2012 (5)
October (5)
permasalahan yang timbul pada kondisipaska operas...
Evaluasi Skala derajat nyeri VAS
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPIPADA PASIEN DENGAN KON...
Fraktur klavikula
Articulasio thorak
Blog Archive
-
4/11/15, 4:20 PMkonsultasi: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DEER WIRE AKIBAT FRAKTUR CLAVICULA 1/3 TENGAH BILATERAL
Page 3 of 5http://fisioterapi-jepara.blogspot.com/2012/10/penatalaksanaan-fisioterapi-pada-pasien.html
Mampu bergerak fleksi dan abduksi 90 tanpa keluhan nyeri
5) Gerak dasar pasif (bahu kanan-kiri)
Bahu kanan-kiri mampu digerakkan ke arah fleksi atau abduksi 90 tanpa ada keluhan
nyeri, terasa ada tahanan spasme otot.
6) Kognitif, intrapersonal dan interpersonal
Pada pasien ini memiliki: (a) kognitif baik, dengan atensi, memori baik, mampu mengikuti
intruksi dari terapis, (b) intrapersonal baik, pasien ini mempunyai semangat untuk cepat sembuh
kembali, (c) interpersonal baik, pasien mampu diajak bekerja sama dan berkomunikasi serta
beradaptasi dengan lingkungan aktifitas di Rumah Sakit.
7) Kemampuan fungsional dasar
Pasien tidak mampu miring kekanan dan kiri, tidak mampu bangun ke posisi duduk sendiri,
mampu bergeser di tempat tidur, belum mampu berdiri dan berjalan.
8) Aktivitas fungsional
Aktifitas perwatan diri masih dibantu karena kedua lengannya tidak boleh bergerak lebih
dari 90, BAK dan BAB dilakukan ditempat tidur.
9) Lingkungan aktifitas
Saat ini pasien dirawat di bangsal A kelas II RSOP Dr. Soeharso.
e. Pemeriksaan spesifik
Untuk dapat lebih menegakkan diagnosa fisioterapi maka dilakukan pemeriksaan spesifik. Adapun
jenis pemeriksaannya antara lain:
- Pemeriksaan derajat nyeri dengan Visual Analogue Scale.
Parameter untuk pengukuran skala nyeri secara obyektif dengan menggunakan skala
Visual Analog Scale ( VAS ). Skala VAS merupakan sebuah garis lurus mendatar sepanjag 10 cm
tanpa penanda. Di ujung kiri (0cm) tertulis tanpa nyeri, dan di ujung kanan (10 cm) tertulis nyeri
tak tertahankan. Prosedur pelaksanaan , pasien diberi penjelasan tentang cara mengisi dan
memberi titik pada garis, penilaian VAS dihitung berdasarkan jarak dari 0 sampai tanda yang
dibuat oleh pasien yang mencerminkan derajat nyeri yang diperiksa.
Dari pemeriksaan diperoleh hasil :
Nyeri diam (tiduran) : 0 mm
Nyeri tekan (bagian otot pektoralis mayor serabut atas) : 20 mm
Nyeri gerak (Fleksi/abduksi 90) : 0 mm
b. Diagnosa/Problematika Fisioterapi
Problematika yang muncul pada kondisi ini adalah : (1) nyeri pada daerah irisan operasi
dan spasme otot Pektoralis serabut atas, (2) keterbatasan LGS bahu kanan-kiri dan leher. Dan
mengalami keterbatasan fungsional berupa gangguan aktifias yang melibatkan fungsi lengan,
misalnya : saat tidur miring, bangun, aktifitas perawatan diri (memakai baju, makan, dll),
berpegang dengan tumpuan lengan, mengangkat barang, dll. Timbulnya masalah potensial yang
berupa kontraktur jaringan lunak sekitar sendi bahu, komplikasi bed rest lama (hipotensi ortostatik,
dekubitus) jika pasien tiduran terlalu lama, penurunan kekuatan otot bahkan dapat sampai atropi.
c. Tujuan Fisioterapi
Setelah dilakukan pemeriksaan dapat ditarik kesimpulan mengenai permasalahan yang
dipandang dari segi fisioterapi maka tujuan dari terapi ini adalah tujuan jangka pendek: (1)
menjaga LGS bahu sesuai indikasi gerak (
-
4/11/15, 4:20 PMkonsultasi: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DEER WIRE AKIBAT FRAKTUR CLAVICULA 1/3 TENGAH BILATERAL
Page 4 of 5http://fisioterapi-jepara.blogspot.com/2012/10/penatalaksanaan-fisioterapi-pada-pasien.html
d. Pelaksanaan Fisioterapi
1) Breathing Exercise posisi tiduran
Posisi pasien : tidur terlentang.
Posisi terapis : disamping tubuh pasien.
Gerakan : Pasien diminta menarik nafas dalam lewat hidung, kemudian hembuskan lewat mulut.
Ulangi gerakan 10 kali.
2) Relaxed Passive Exercise
Posisi pasien : tidur terlentang.
Gerakan : untuk menggerakkan bahu kanan ke arah fleksi 90.
Pegangan terapis : tangan kiri terapis memberikan fiksasi pada daerah tulang klavikula, tangan
kanan terapis memegang lengan atas sambil menyangga lengan yang akan bergerak.
Gerakan : fiksasi klavikula, terapis menggerakkan bahu ke arah fleksi 90 secara santai, pasien di
minta melemas otot-ototnya, mengikuti gerakan yang dilakukan oleh terapis sambil rilek dan
memperhatikan intruksi gerakan dari terapis yang nanti akan dilakukan sendiri saat latihan gerak
aktif.
Gerakan dilakukan dengan santai, luas gerak sesuai dengan indikasi gerak yang boleh dilakukan
yaitu kurang dari 90. Gerakan diulangi 10 kali gerakan (sesuai toleransi dan kondisi pasien).
Hal ini berlaku juga untuk gerakkan bahu kiri dan gerakan abduksi
3) Latihan bangun ke posisi duduk long sitting atau ongkang-ongkang.
Posisi pasien : posisi awal tidur terlentang, posisi akhir duduk long sitting atau duduk ongkang-
ongkang.
Posisi terapis : membangunkan dari sisi kanan pasien, terapis berada di sisi kanan. Pegangan,
lengan kiri terapis menyangga seluruh bahu pasien dari bagian bawah. Tangan kiri terapis
membantu mensupport bahu dari sisi depan tubuh.
Gerakan : dengan aba-aba hitungan 1-3, pada saat hitungan ke 3 pasien diminta
mengkontraksikan otot perutnya semampunya, terapis mengangkat bahu pasien sampai pada
posisi duduk tegak. Ditanyakan apakah muncul keluhan seperti pusing, jantung berdebar-debar.
Pasien merasa sedikit pusing, kemudian oleh terapis diminta menutup mata sambil atur nafas
(Breathing Exercise seperti latihan 1). Setelah berkurang/hilang pasien diminta melakukan latihan
aktif (latihan 3). Setelah itu pasien diminta menurunkan kedua tungkainya (duduk ongkang-
ongkang). Pada saat duduk sekalian dilakukan latihan keseimbangan duduk dengan cara pasien di
minta mengontrol tubuhnya agar tetap tegak.
4) Free Active Exercise + Isometrik melawan gravitasi
Posisi awal : duduk long sitting atau ongkang-ongkang.
Pegangan dan gerakan : terapis berada didepan tubuh pasien, tangan terapis memfiksasi tulang
klavikula, tangan satunya memberikan batasan gerak 90. Pasien di minta menggerakkan bahunya
ke arah fleksi 90.
Aba-aba : Terapis memberikan aba-aba angkat lengannya sampai menyentuh tangan saya,
tahan saya hitung 1-10, baru turun perlahan. Gerakan diulangi 10 kali gerakan. Hal ini berlaku
juga untuk gerakan abduksi sampai 90.
Tutup sesi latihan dengan kontrol pernafasan (Breathing Exercise) secukupnya.
5) Edukasi
Edukasi yang diberikan yaitu sering menggerakkan bahunya sebatas < 90 untuk gerak
fleksi dan abduksi bahu kanan-kiri, sering bangun/duduk, jika saat bangun pusing supaya menutup
mata sambil melakukan kontrol nafas untuk mengurangi keluhan pusing serta tidak berlebihan
dalam melakukan latihan yaitu tidak boleh melampaui batas 90 untuk gerak fleksi dan abduksi
meskipun sudah tidak merasakan nyeri gerak, kalau sudah tidak merasakan keluhan pusing atau
badan lemas (KU baik) diharapkan segera turun dari tempat tidur, latihan keseimbangan berdiri
dan latihan berjalan.
-
4/11/15, 4:20 PMkonsultasi: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DEER WIRE AKIBAT FRAKTUR CLAVICULA 1/3 TENGAH BILATERAL
Page 5 of 5http://fisioterapi-jepara.blogspot.com/2012/10/penatalaksanaan-fisioterapi-pada-pasien.html
Newer Post Older PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Posted by Zulhida Nur at 12:37 AM
Labels: fracture
Enter your comment...
Comment as: Google Account
PublishPublish
PreviewPreview
Post a Comment
No comments:
Post a Comment
Simple template. Powered by Blogger.