kontribusi kh. sholeh iskandar dalam...
TRANSCRIPT
KONTRIBUSI KH. SHOLEH ISKANDAR
DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN ISLAM
DI BOGOR (1968-1992)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh :
Sri Hesti Damayanti
NIM. 11140220000064
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN
PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2018 M
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Kontribusi KH. Sholeh Iskandar dalam
Memajukan Pendidikan Islam di Bogor (1968-1992),
dimaksudkan untuk membahas bagaimana kontribusi KH. Sholeh
Iskandar dalam memajukan pendidikan Islam di Bogor dengan
mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun yang
sekaligus membina Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Metode yang penulis gunakan adalah kajian deskriptif kualitatif,
sementara data diperoleh melalui penelusuran literatur. Penelitian
ini menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh
Levinson.
Hasil dari penelitian ini bahwa Universitas Ibn Khadun Bogor
merupakan universitas Islam pertama di Bogor. Dalam proses
pembentukannya pada tahun 1974 KH. Sholeh Iskandar berhasil
memisahkan Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor
untuk berdiri sendiri tanpa ada relasi dengan Yayasan Universitas
Ibnu Chaldun Jakarta. Dari kebijakan tersebut baik yayasan
maupun universitas mulai memiliki bangunannya sendiri di Jl.
R.E Martadinata. Kemajuannya pada saat ini Universitas Ibn
Khaldun Bogor berkembang dengan baik serta memiliki
bangunan megah tepatnya di Jl. KH. Sholeh Iskandar. Dan
menjadi kampus Islami yang dipercaya oleh masyarakat Bogor.
Kata Kunci: KH. Sholeh Iskandar, Peran, Universitas Ibn
Khaldun Bogor.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa penulis limpahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para
sahabatnya.
Karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu
(S-1) Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini mengalami
sedikit kesulitan, hambatan yang penulis hadapi dan rasakan,
baik yang menyangkut masalah manajemen waktu, teknis
pengumpulan data dan lain-lain sebagainya. Akan tetapi,
dengan semangat, kerja keras dan do’a serta dorongan dari
berbagai pihak, kesulitan dan hambatan tersebut sedikit demi
sedikit dapat teratasi.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari
bahwa banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyelesaian skripsi ini, baik yang bersifat moril maupun
materil. Oleh karena itu, sepatutnya penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, beserta para Wakil Dekan, I, II dan III dan
ii
seluruh staf serta pegawai Fakultas Adab dan
Humaniora.
2. Bapak Nurhasan, M.A, Ketua Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam dan Ibu Shalikatus Sa’diyah, M.Pd,
Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang
telah memberikan motivasi kepada penulis mulai awal
perkuliahan hingga dapat menyesuaikan kuliah pada
jenjang stara satu (S-1) penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Didin Saepudin, M.A, Pembimbing
Skripsi yang dengan ikhlas memberikan ilmu dan
waktunya untuk membimbing penulis hingga
selesainya skripsi ini.
4. Bapak Imam Subchi, M.A, Penasihat Akademik yang
telah membimbing penulis dari awal masuk sampai
akhir perkuliahan.
5. Ibu Dr. Hj. Tati Hartimah, M.A, dan Bapak Drs.
Tarmizi Idris, M.A, selaku Dosen Penguji pertama dan
kedua pada sidang munaqasyah yang telah
memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini layak
untuk dibaca.
6. Para Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan
Humaniora, terutama dosen Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam yang telah banyak memberikan
ilmunya selama penulis mengikuti kuliah.
iii
7. Bapak H. Lukman Hakiem selaku narasumber yang
bersedia dengan senang hati menerima penulis untuk
mewawancarai beliau secara pribadi di kediamannya.
8. Kepada Bapak H. Didi Hilman, S.H, M.H, M.Pdi,
serta Bapak Haruna Sarasa Bugis, S.H, M.H, dan
Bapak Zainal Muttaqin, S.E selaku ketua dan pengurus
Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor. Tak
lupa kepada Alm. KH. Sholeh Iskandar beserta
keluarga.
9. Kepada Bapak Dr. H. Ending Bahruddin, M.Ag,
selaku rektor dan Adrin Sefta B, S.T selaku humas
Universitas Ibn Khladun Bogor terimakasih telah
mengizinkan penulis untuk penelitian di lembaga
tersebut.
10. Pimpinan serta seluruh staf Perpustakaan Utama dan
Staf Perpustakaan Adab dan Humaniora, yang telah
menyediakan fasilitas dalam rangka penulisan skripsi
ini.
11. Kedua orang tua tercinta terkasih terutama Ibu yang
selalu mendukung secara moril dan materil tanpa ada
duanya mendidik penulis dengan segala keringat dan
semangatnya, tanpa beliau mungkin penulis belum
tentu bisa sampai pada titik ini. Segala
pengorbanannya tak bisa terbalaskan dengan apapun
selain do’a, untuk Bapak terimakasih karena selalu
iv
mendo’akan penulis, semoga Ibu dan Bapak selalu
dilindungi oleh Allah. Aamiin.
12. Kakak dan keluarga semoga selalu dilindungi Allah,
terimakasih telah menjadi saudara bagi penulis.
13. Untuk teman-teman seperjuangan SPI-B 2014,
terimakasih telah menghiasi kelas dengan canda, tawa,
dan kekompakan yang begitu luar biasa, terutama
Julid Squads yaitu Aulia Fauziah, Hardiyanti, Indana
Zulfa, Nida Auliah, Putri Hasanah, Sarah Fadhilah,
Siti Hajar, Toatun, Yuliana Nurhayu Rahmawati, dan
Vida Melati Al-Haq yang selalu ada dalam setiap
moment yang tak akan pernah terlupakan, selalu
memberi saran dan masukan bagi penulis.
14. Terimakasih pula kepada boyband BTS yang secara
tidak langsung memotivasi penulis melalui lagu-
lagunya yang selalu mengiringi disetiap penulisan
skripsi ini.
15. Kepada teman-teman MAN 4 Bogor angkatan 2014
Jurusan Keagamaan dan para guru yang selalu saya
hormati dan saya cintai begitu pula guru penulis Ibu
Leni Nurul Mufidah dan Bapak KH. Abdul Aziz di
ponpes Bidayatul Huda.
Ciputat, 5 Desember 2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ..................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................... vii
DAFTAR BAGAN ........................................................viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................. 6
C. Batasan Masalah ................................................... 7
D. Rumusan Masalah ............................................... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................... 9
F. Metode Penelitian ............................................... 10
G. Sistematika Penulisan ........................................ 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................ 19
A. Sekilas Mengenai Pendidikan Islam ................... 19
B. Landasan Teori .................................................... 23
C. Kajian Pustaka .................................................... 26
D. Kerangka Berpikir .............................................. 29
BAB III MENGENAL SOSOK KH. SHOLEH ISKANDAR
........................................................................................ 33
A. Riwayat Hidup KH. Sholeh Iskandar ................. 33
B. Pendidikan KH. Sholeh Iskandar ....................... 41
C. Kiprah KH. Sholeh Iskandar di Kalangan Umat
Islam .................................................................... 43
1. Kiprah di Dunia Militer ................................ 43
2. Kiprah sebagai Seorang Ulama ..................... 50
BAB IV KONTRIBUSI KH. SHOLEH ISKANDAR DALAM
MEMAJUKAN PENDIDIKAN ISLAM DI BOGOR 57
1. Mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun
........................................................................ 57
vi
2. Latar Belakang Berdirinya Yayasan dan Universitas
...................................................................... 58
3. Nama Yayasan dan Universitas ................... 62
4. Letak Yayasan dan Universitas ..................... 63
A. Visi, Misi dan Tujuan .......................................... 67
B. Struktur Organisasi ............................................. 69
C. Perkembangan .................................................... 79
BAB V PENGARUH DAN DAMPAK KEGIATAN KH.
SHOLEH ISKANDAR TERHADAP MASYARAKAT
BOGOR ......................................................................... 87
A. Kondisi Masyarakat Bogor ................................. 88
1. Letak Geografis ............................................ 88
2. Sistem Pemerintahan ..................................... 90
3. Keadaan Sosial .............................................. 92
B. Peran dan Pengaruh KH. Sholeh Iskandar pada
Masyarakat Bogor .............................................. 97
1. Dalam Bidang Dakwah ................................ 97
2. Tokoh Pendidikan Islam ............................ 101
C. Respon Masyarakat Bogor Terhadap Dakwah KH.
Sholeh Iskandar ................................................ 109
D. Pencapaian dan Peninggalan KH. Sholeh Iskandar
............................................................................ 111
BAB VI PENUTUP ..................................................... 115
A. Kesimpulan ........................................................ 115
B. Saran ................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA ................................................. 119
LAMPIRAN ................................................................. 125
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Periode kepemimpinan yayasan oleh KH. Sholeh
Iskandar tahun 1974-1983 ................................ 73
Tabel 4.2 : Periode kepemimpinan yayasan oleh KH. Sholeh
Iskandar tahun 1983-1985 ................................ 73
Tabel 4.3 : Periode kepemimpinan yayasan oleh KH. Sholeh
Iskandar tahun 1985-1986 ................................ 74
Tabel 4.4 : Periode kepemimpinan yayasan oleh KH. Sholeh
Iskandar tahun 1986-1987 ................................ 75
Tabel 4.5 : Periode kepemimpinan yayasan oleh KH. Sholeh
Iskandar tahun 1988-1989 ................................ 76
Tabel 4.6 : Periode kepemimpinan yayasan oleh KH. Sholeh
Iskandar tahun 1990 ......................................... 77
Tabel 4.7: Periode kepemimpinan universitas oleh Ir. H.
Prijono Hardjosentoso tahun 1970-1983 .......... 78
Tabel 4.8: Periode kepemimpinan universitas oleh Dr. Ir.
A.M Saefuddin tahun 1990 ............................. 78
Tabel 4.9: Periode kepemimpinan universitas oleh M. Rais
Ahmad, S.H tahun 1985-1987 .......................... 78
Tabel 4.10: Periode kepemimpinan universitas oleh Drs.
Didin Hafidhuddin, MS tahun 1987-1991 ....... 79
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 : Kontribusi KH. Sholeh Iskandar dalam
Memajukan Pendidikan Islam di Bogor ...... 31
Bagan 4.1 : Kelulusan Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun
Bogor ............................................................ 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah telah
memainkan peranan yang amat penting dalam gerakan
pengembangan intelektual dan berbagai institusi pendidikan.
Islam tidak hanya melahirkan para ulama dibidang ilmu
agama melainkan juga ilmuwan di bidang umum lainnya.1
Seperti tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia di masa
lalu tepatnya banyak ulama di berbagai daerah terbukti
berkontribusi dalam mendirikan dan mengembangkan
lembaga pendidikan Islam. Salah satunya yaitu tokoh pejuang
yang mungkin masyarakat luas Indonesia tidak begitu
mengenal karena ia hanya dikenal oleh masyarakat daerah
Bogor dan sekitarnya yaitu KH. Sholeh Iskandar, atau orang
Bogor lebih mengenal tokoh ini sebagai nama jalan protokol
KH. Sholeh Iskandar. Ia merupakan tokoh pejuang Bogor
yang berasal dari Desa Situ Udik, Cibungbulang Bogor, lahir
pada tanggal 22 Juni 1922.2
1 Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi
Pendidikannya, cet ke 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h.
29.
2 Fitra Yunita, Mengenal KH. Sholeh Iskandar: Ulama Pejuang
Revolusi dari Bogor. (Liputan 6, 2017), dok. 16, http://m.liputan6.com,
diunduh pada tanggal 16 Agustus 2018 pukul 9: 26 WIB.
2
Sejak muda ia aktif dalam memperjuangkan
kemerdekaan di daerah Bogor dari penjajahan Belanda dan
masuk dalam kelompok Hizbullah untuk daerah Leuwiliang–
Jasinga kemudian menjadi komandan tertinggi Batalyon O
Siliwangi (Hizbullah) untuk wilayah Bogor Barat.3 Dalam
keaktifannya di dunia kemiliteran membuat nama KH. Sholeh
Iskandar menjadi amat dikenal, karena kepiawaiannya dalam
memimpin pasukan yang menyebabkan Belanda merasa harus
waspada terhadap pimpinan seribu pasukan Batalyon O
Siliwangi ini. Pada masa agresi militer Belanda yang kedua
kalinya Mayor Sholeh Iskandar memimpin seribu pasukannya
melawan front Leuwiliang mencakup Jalan Raya Bogor
hingga Rangkasbitung.4 KH. Sholeh Iskandar juga merupakan
salah seorang yang aktif dalam bidang politik, terbukti dengan
menjadi salah satu pengurus partai Masyumi bersama
rekannya yaitu M. Natsir, KH. Noer Ali dan para tokoh
lainnya. Namun dalam perjalanan selanjutnya, garis politik
Masyumi berseberangan dengan gagasan Nasakomnya
3 KH. Sholeh Iskandar sebagai komandan laskar, yang kemudian
mematuhi Dekrit Presiden 20 Mei 1947 untuk menggabungkan laskarnya
ke dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).
Laskar ini di gabung ke dalam TNI dengan formasi sebagai Batalyon O
(dibaca O bukan nol), Brigade Tirtayasa, Divisi Siliwangi. Pada masa
revolusi, KH. Sholeh Iskandar di anugerahi pangkat Kapten, kemudian
naik menjadi Mayor. Setelah kemerdekaan RI diakui Belanda, KH. Sholeh
Iskandar mengundurkan diri dari ketentaraannya. Lihat: Pengantar Edi
Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan Batalyon
O, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. vii.
4 A.H Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 10:
Perang Gerilya Semesta II, Cet ke-1, (Bandung: Disjarah AD dan Penerbit
Angkasa Bandung, 1979), h. 192.
3
Soekarno. Perbedaan paham dan politik dengan Soekarno
itulah pada akhirnya pentolan Masyumi seperti M. Natsir dan
KH. Sholeh Iskandar harus meringkuk dalam penjara selama
beberapa tahun di Jakarta. Selepas dari penjara, KH. Sholeh
Iskandar akhirnya lebih banyak bergerak di bidang sosial dan
pendidikan.5 Selain pendidikan yang menjadi tujuan
utamanya, kesehatan dan keuangan pun memiliki andil yang
besar bagi masyarakat Bogor, karena ini merupakan cita-cita
KH. Sholeh Iskandar dalam melakukan dakwahnya sebagai
seorang ulama selain pesantren pusat pendidikan untuk
mencerdaskan masyarakat dibantu dengan tiga pilar lainnya
yaitu berdirinya perguruan tinggi, berdirinya rumah sakit serta
berdirinya lembaga perbankan.
Terbukti dalam kontribusinya bersama rekan-rekan
seperjuangannya tepatnya di tahun 1960 ia naik gunung dan
membangun sebuah pesantren yang diberi nama Darul Fallah.
Lembaga pendidikan agama ini dibangun KH. Sholeh
Iskandar sekaligus keterampilan hidup yang merupakan
pertama di dunia Islam internasional, yaitu Pondok Pesantren
5 Pesantren Pertanian Darul Fallah ini Lembaga Pendidikan Islam
pertama yang didirikan oleh KH. Sholeh Iskandar sebagai awal titik balik
dari seorang pejuang yang kemudian mengabdikan dirinya kepada
masyarakat sebagai seorang ulama. Lihat: Desastian, “KH. Sholeh
Iskandar: Tokoh Masyumi dan Komandan Hizbullah itu di Usulkan jadi
Pahlawan Nasional”. Panjimas (2017), 07. Inform databese
http://www.panjimas.com, di unduh pada tanggal 16 Agustus 2018 pukul
9:28 WIB.
4
Pertanian Darul Fallah di Ciampea Bogor.6 Tepatnya tahun
1968 KH. Sholeh Iskandar setelah bebas dari kurungan
penjara di tahun tersebut ia memulai aktivitasnya kembali
dengan memimpin Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun
(UIKA), hingga tahun 1970-an KH. Sholeh Iskandar masih
melakukan konsolidasi pada dua yayasan pendidikan yang
dipimpinnya itu.7 Hingga saat ini kedua lembaga pendidikan
Islam yang didirikan oleh KH. Sholeh Iskandar masih berdiri
kokoh dan menjadi satu contoh perguruan tinggi Islam terbaik
di Bogor yaitu Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Namun dengan seiring berjalannya waktu ingatan
tentang Mayor Sholeh Iskandar, Batalyon O Siliwangi,
Masyumi dan para pejuang Islam lainnya memang hampir
tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia, terbukti menurut Edi
Sudarjat dalam pengantarnya mengatakan bahwa dalam buku
Aan Ratmanto, Pasukan Siliwangi, Loyalitas dan Patriotisme
dan Heroisme (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2012) tidak
ada keterangan membahas tentang perjuangan Batalyon O
6 Sebelumnya di tahun 1950 KH. Sholeh Iskandar juga membangun
perumahan modern di Desa Pasarean, Pamijahan, Bogor yang diakui
badan dunia UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and
Cultural Organization/ Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai perumahan modern
pertama di dunia ketiga, yakni negara-negara yang baru merdeka setelah
Perang Dunia II usai. Lihat Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-
1950: Sholeh Iskandar dan Batalyon O, (Depok: Komunitas Bambu,
2015), h. 6.
7 Alhikmah, KH. Sholeh Iskandar Ulama Pejuang dari Kampung
Pasarean, (Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah, 2015), dok. 03.
http://darulfallah.org, di unduh pada tanggal 16 Agustus 2018 pukul 9:29
WIB.
5
Siliwangi, ini menandakan tulisan-tulisan tentang KH. Sholeh
Iskandar memang benar-benar jarang dan kebanyakan orang
tidak mengenal KH. Sholeh Iskandar, berbeda dengan teman
seperjuangannya sama-sama pejuang dalam revolusi seperti
KH. Noer Ali, KH. Choer Affandi ataupun tokoh politik
seperti M. Natsir dan banyak lainnya yang seangkatan
berjuang bersama KH. Sholeh Iskandar sudah banyak tulisan-
tulisan yang memuat para ulama tersebut. Sosok KH. Sholeh
Iskandar yang benar-benar patut di kagumi karena kerendahan
hatinya telah membangun banyak dan memajukan pendidikan
Islam di Bogor, selain kedua lembaga yang telah disebutkan
di atas masih ada banyak lagi lembaga-lembaga pendidikan
yang ia dirikan seperti mendirikan Yayasan Pendidikan Darul
Hijrah yang mengelola Madrasah Ibtidaiyah, kemudian
Tsanawiyah Ibnu Hajar di Desa Pasarean, Pamijahan, Bogor
(1950), mendirikan Pesantren Ulil Albab di kompleks kampus
UIKA Bogor (1987), mendirikan Pesantren Tarbiyatun Nisaa
di Ranca Bungur, Bogor (1988), mendirikan Pesantren Darul
Muttaqien di Parung, Bogor (1988), kemudian masih di tahun
yang sama ia mendirikan Pesantren Tahfizul Qur’an Manba’ul
Furqan di Karehkel, Leuwiliang, Bogor (1988).8 Ini mungkin
hanya sebagian dari kontribusi KH. Sholeh Iskandar dalam
memajukan masyarakat Bogor yaitu dalam pendidikan belum
lagi di bidang-bidang lainnya yang kesemuanya berdasarkan
8 Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. 7.
6
syariat Islam, begitulah seorang ulama dalam
mengembangkan masyarakatnya pantas saja masyarakat
Bogor memberinya gelar (Kiyai Haji) di masa lalu karena
memang ia bukan sekedar pejuang kemerdekaan Indonesia
tetapi juga seorang ulama yang pemikirannya tanpa batas
memikirkan umat, dengan banyak membangun lembaga
pendidikan di wilayahnya sendiri. Namun khusus dalam
skripsi ini, banyak sebelumnya di atas telah disebutkan
berbagai Lembaga Pendidikan Islam yang telah KH. Sholeh
Iskandar dirikan tetapi penulis hanya terfokus dalam satu
Lembaga Pendidikan Islam yang didirikan oleh KH. Sholeh
Iskandar yaitu Lembaga Yayasan Pendidikan Islam Ibn
Khaldun (YPIKA) Bogor, sebagai salah satu lembaga
pendidikan Islam yang termasuk dalam tiga pilar dakwah KH.
Sholeh Iskandar.
B. Identifikasi Masalah
Mengenai latar belakang di atas dapat diketahui bahwa
KH. Sholeh Iskandar merupakan pejuang sekaligus ulama
yang amat berkontribusi dalam melawan penjajahan Belanda
di wilayah Bogor, selain aktif dalam kemiliteran ia juga
merupakan seorang pengurus dalam partai Masyumi bersama
rekan-rekan lainnya. Namun setelah ia keluar dari penjara
akibat konflik politik yang terjadi bersama Nasakomnya
Presiden Soekarno. KH. Sholeh Iskandar lebih aktif dalam
bidang sosial dan pendidikan, dan melepaskan pangkat
7
kemiliteran dan kepolitikannya. Mulai membangun umat
khususnya masyarakat Bogor dengan mengisi dakwah dan
mengabdikan dirinya kepada kemajuan pendidikan Islam di
Bogor.
Ia merupakan pejuang yang berpangkat Mayor TNI
AD namun memiliki sifat yang rendah hati. Selain itu
sosoknya merupakan orang yang serba bisa karena merupakan
salah seorang yang bergerak dalam segala bidang khususnya
dalam skripsi ini ingin memaparkan kontribusinya dalam satu
bidang yaitu pendidikan yang begitu berpengaruh di wilayah
Bogor tepatnya tahun 1968 di mana menjadi awal tahun ia
setelah bebas dari penjara akibat aktivitas politiknya bersama
Masyumi, dengan memimpin langsung Yayasan Pendidikan
Islam Ibn Khaldun Bogor yang langsung menaungi
Universitas Ibn Khaldun Bogor.9 Ini mungkin hanya menjadi
salah satu sebagian kontribusinya dalam mendirikan lembaga
pendidikan karena masih banyak lagi pesantren maupun
lembaga pendidikan yang ia bangun.
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan tema dan studi yang akan ditulis,
pembatasan masalah akan disesuaikan dengan waktu yang
telah dicantumkan dalam tema. Tepatnya dari tahun 1968, di
9 Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. 6.
8
mana KH. Sholeh Iskandar telah memutuskan untuk lebih
memfokuskan dirinya terhadap kemajuan masyarakat Bogor
khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mulai dipercaya
memimpin Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor
yang menjadi salah satu cita-cita KH. Sholeh Iskandar.
Hingga akhir hayatnya tahun 1992, KH. Shleh Iskandar masih
menjadi pengurus yayasan, kepercayaan dari masyarakat dan
rekan-rekan seperjuangannya menjadikan sosoknya yang
mampu membangun Universitas Ibn Khaldun yang berdiri
kokoh saat ini merupakan universitas Islam swasta pertama di
wilayah Bogor.
D. Rumusan Masalah
Oleh sebab itu, penelitian tentang kontribusi KH.
Sholeh Iskandar dalam memajukan pendidikan Islam di Bogor
lebih di arahkan kepada permasalahan, sebagai berikut:
1. Bagaimana mengenal sosok KH. Sholeh Iskandar ?
2. Bagaimana kontribusi KH. Sholeh Iskandar dalam
memajukan pendidikan Islam di Bogor ?
3. Bagaimana pengaruh dan dampak kegiatan KH.
Sholeh Iskandar terhadap masyarakat Bogor ?
9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tokoh atau peran seorang ulama merupakan aktor
utama dalam suatu peristiwa sejarah, terutama dalam
membahas sejarah lokal apalagi menyangkut sejarah
perjuangan Indonesia, pasti tidak terlepas dari seorang tokoh
ulama yang menjadi pejuang ataupun pejuang yang menjadi
ulama satu hal yang menjadi keterikatan tersendiri. Apalagi
KH. Sholeh Iskandar merupakan pejuang yang luar biasa
dalam membangun wilayah Bogor, tidak hanya mati-matian
melawan penjajah Belanda, tapi ia juga memikirkan aspek
lainnya seperti bagaimana masyarakat Bogor akan
berkembang dan maju dengan banyak membangun fasilitas
terutama dalam bidang pendidikan. Kontribusinya terlalu
banyak untuk di hitung sebagai seorang pejuang, sayangnya
statusnya masih belum di abadikan sebagai pahlawan nasional
karena minimnya tulisan-tulisan tentang KH. Sholeh Iskandar
dan Edi Sudarjat dalam bukunya seperti yang tertera dalam
kajian terdahulu menuliskan bahwa dia sedang menulis
tentang biografi KH. Sholeh Iskandar, semoga apa yang
sedang direalisasikan bisa mengangkatnya menjadi pahlawan
nasional Indonesia seperti kebanyakan teman-teman
seperjuangannya di masalalu.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengenal sosok KH. Sholeh Iskandar.
10
2. Kontribusi KH. Sholeh Iskandar dalam memajukan
pendidikan Islam di Bogor.
3. Pengaruh dan dampak kegiatan KH. Sholeh Iskandar
terhadap masyarakat Bogor.
Manfaat menulis sejarah lokal terutama mengenal
sosok seorang ulama dan pejuang seperti KH. Sholeh Iskandar
dengan kontribusinya dalam pendidikan Islam menarik untuk
di tulis, mengingat tulisan mengenai KH. Sholeh Iskandar
amat minim. Meskipun tokoh yang akan ditulis sudah tiada,
tapi banyak peninggalan yang ia tinggalkan ada berdiri kokoh
hingga saat ini dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi
masyarakat asli Bogor. Memang banyak masyarakat
Indonesia yang tidak tahu, karena ia hanya pejuang daerah
tetapi kontribusinya begitu banyak dalam berbagai bidang
yang amat dibanggakan sosoknya oleh masyarakat Bogor
hingga namanya pun di abadikan sebagai nama jalan di
wilayah Bogor yaitu Jalan KH. Sholeh Iskandar semua orang
mengenalnya hanya nama jalan, tanpa tahu bagaimana sejarah
sosok tokoh ini muncul dan saya sebagai penulis (skripsi) ini
ingin memperkenalkan KH. Sholeh Iskandar dengan
kontribusinya dalam memajukan pendidikan Islam di Bogor.
11
F. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian untuk karya ilmiah ini,
penulis mencari data dengan menggunakan beberapa metode
penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian sejarah:
1. Pendekatan
Penulisan ini menggunakan pendekatan lokosentrik.
Pendekatan lokosentris yang mengenal dengan dekat lokasi
sejarah yang diteliti dan lokal sekitarnya.10
Dengan meneliti di
daerah lokal dan sekitarnya akan mendapatkan gambaran
mengenai latar belakang geografis suatu pusat historis.
Metode analisis data adalah cara yang dipergunakan untuk
mengolah data. Metode analisis data yang digunakan penulis
adalah deskriptif kualitatif, yaitu berupa kata-kata tertulis atau
lisan terhadap orang-orang dan perilaku yang diamati.11
2. Sumber Data
Untuk mencapai penulisan sejarah sendiri, maka upaya
merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti itu
ditempuh melalui metode sejarah.12
10 Sugeng Priyadi, Sejarah Lokal, Konsep, Metode dan Tantangannya,
(Yogyakarta: Ombak, 2015), h. 65.
11 Lexy J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2000), h.3
12
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang, 1995),
h. 94-97.
12
Dalam proses heuristik13
, pengumpulan data atau
sumber sebagai langkah pertama kali, dilangsungkan dengan
metode observasi, wawancara, dan yang terakhir
dokumentasi. Data atau sumber penelitian dapat dikategorikan
menjadi dua: data primer dan data sekunder. Data primer
adalah beberapa data yang merupakan data rujukan utama
yang menjadi rujukan keilmiahan, bentuknya bisa lisan
maupun tulisan. Untuk tulisan bisa berbentuk buku atau
dokumen yang ditulis oleh pelaku sejarah sendiri. Penulis
menggunakan data primer tertulis yaitu dokumen biodata
pribadi sang tokoh yang ditulis oleh pelaku sejarah sendiri
yang terdapat dalam lampiran. Sedangkan data lisan berupa
hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis bersama H.
Lukman Hakiem selaku murid sang tokoh kemudian dengan
keluarganya Bapak H. Didi Hilman selaku anak. Adapun data
sekunder bentuknya sama seperti data primer, namun yang
membedakannya yaitu bahwa data sekunder ditulis oleh orang
lain yang tidak berhubungan dengan tokoh yang diteliti.
Penulis menggunakan literatur buku yang ditulis oleh Edi
Sudarjat, kemudian wawancara bersama Bapak Zainal
Muttaqin dan Haruna Sarasa Bugis selaku pengurus yayasan
serta staf universitas.
3. Teknik Pengumpulan Data
13 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, cet ke-3, (Yogyakarta:
Ombak, 2016), h. 56.
13
Pertama, menggunakan metode observasi
(pengamatan), pengamatan yang penulis lakukan dengan
cara terjun langsung ke tempat-tempat yang dianggap menjadi
obyek penelitian, seperti ke kantor Yayasan Pendidikan Islam
Ibn Khaldun, Universitas Ibn Khaldun Bogor. Tujuan penulis
observasi untuk lebih menggambarkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan objek yang penulis kaji, dan mengambil
sebuah kesimpulan yang penulis susun menjadi sebuah
laporan.
Kedua, menggunakan metode wawancara. Wawancara
sendiri merupakan suatu proses tanya jawab antara dua orang
atau lebih secara langsung, pewawancara disebut sebagai
interviewer dan orang yang diwawancara disebut interviewee.
Wawancara merupakan salah satu bentuk pengumpulan data
yang paling sering digunakan dalam proses kualitatif, di sini
penulis melakukan tahap wawancara agar mendapatkan
informasi yang lebih jelas dan lengkap.
Ketiga, dokumentasi atau pengumpulan data sendiri
penulis lakukan dengan cara studi kepustakaan (library
research) dengan mengumpulkan data buku maupun dokumen
dengan mengunjungi beberapa perpustakaan yang dirasa
penulis banyak sumber yang diperlukan bagi penelitian
penulisan karya ilmiah ini. Beberapa perpustakaan yang
pernah penulis kunjungi untuk mengumpulkan data antara
lain: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jalan Medan
14
Merdeka Selatan No. 11 Jakarta Pusat. Perpustakaan Terpadu
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, gedung E, lantai 6, Jalan
Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta. Perpustakaan Utama
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Ir.
H. Djuanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan. Perpustakaan
Arsip Nasional Republik Indonesia, Jalan Ampera Raya No.
7, Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Perpustakaan Adab dan
Humaniora, Jalan Tarumanegara, Pisangan, Ciputat dan
koleksi pribadi penulis.
Ada beberapa intansi dan perpustakaan lagi yang
sudah penulis kunjungi antara lain: Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Bogor, Jalan Bersih Komplek Pemda,
Bogor. Perpustakaan Utama Universitas Ibn Khaldun Bogor,
Jalan KH. Sholeh Iskandar, Kedung Badak, Kota Bogor.
Perpustakaan Utama Universitas Negeri Jakarta di Jalan
Rawamangun Muka, Rawamangun, Pulo Gadung, Jakarta
Timur. Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Jalan Nyaman,
Cibinong, Bogor. BPS Kabupaten Bogor, Jalan Bersih,
Cibinong, Bogor.
Sedangkan observasi, awal mula penulis
melakukannya dengan mendatangi Pondok Pesantren Darul
Fallah di Ciampea Bogor, yang merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang didirikan oleh KH. Sholeh Iskandar. Namun
lama waktu berlalu, belum ada respon dari pihak pengurus
15
pesantren, jadi penelitian atau data-data belum penulis terima
sampai saat ini. Maka dari itu, sebagai gantinya penulis
memilih opsi lain dengan berharap di lembaga satunya ini
penulis bisa melakukan penelitian dan data-data mengenai
sang tokoh dapat diperoleh yaitu Yayasan Pendidikan Islam
Ibn Khaldun di Kota Bogor. Pada akhirnya penulis
menetapkan Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun ini
sebagai lembaga pendidikan yang akan ditulis, dengan
mengacu kepada salah satu pilar dakwah KH. Sholeh
Iskandar.
4. Analisa Data
Setelah data-data terkumpul, kemudian harus di
analisa, untuk mendapatkan sumber yang otentik dan
otoritatif. Data tulisan diklasifikasikan untuk menentukan
waktu penulisan dan isi dari dokumentasi tersebut. Tahapan
selanjutnya selain proses analisis juga data-data diuji melalui
kritik yang bersifat internal dan eksternal. Untuk kritik
internal peneliti harus dapat menilai kelayakan dan keaslian
sumber atau menguji seberapa jauh dapat dipercaya
kebenarannya dan informasi yang diberikan. Dalam kritik
intern ditujukkan untuk dapat memahami sebuah teks. Tahap
selanjutnya kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui atau
menguji keaslian suatu sumber.
16
Tahap selanjutnya ketika data-data telah terkumpul
kemudian masuk dalam tahap interpretasi atau penafsiran
terhadap sumber-sumber yang telah penulis himpun untuk
memperoleh fakta-fakta terkait permasalahan yang menjadi
fokus kajian penulis. Sumber-sumber yang telah terkumpul
dianalisa melalui pendekatan sejarah, dengan mengambil satu
teori atau konsep sosiologi (Teori Peranan Sosial) yang di
kemukakan oleh Levinson, kemudian untuk dapat mengkaji
peristiwa-peristiwa sejarah yang berkenaan dengan kontribusi
KH. Sholeh Iskandar dalam memajukan pendidikan Islam di
Bogor, meskipun awalnya ia merupakan seorang pejuang
revolusi dan aktif dalam TNI AD tetapi dilihat dari sudut
pandang lain bahwa KH. Sholeh Iskandar merupakan seorang
ulama yang menggeluti dan memajukan pendidikan di
wilayah Bogor terbukti dengan beberapa lembaga pendidikan
yang ia dirikan.
Kemudian tahapan terakhir yaitu historiografi, dalam
tahap ini penulis menguraikan fakta-fakta yang sudah didapat
ke dalam penulisan sejarah, dan kemudian menarik
kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan
pokok yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini dan
tidak lupa memperhatikan aspek secara kronologis.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
17
Bab pendahuluan ini berisikan tentang latar belakang,
identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab kedua ini memaparkan sedikit tentang apa itu
pendidikan Islam secara umum dan tokoh pelaku
sebagai subjeknya kemudian kajian teori secara
deskriptif dan kajian pustaka terdahulu sebagai
bandingan untuk skripsi yang akan saya tulis serta
kerangka berpikir.
BAB III MENGENAL SOSOK KH. SHOLEH ISKANDAR
Dari bab ketiga ini menjelaskan seorang tokoh pejuang
yang juga seorang ulama yang begitu di segani di
wilayah Bogor, meskipun tidak semua orang banyak
yang tahu tetapi kontribusinya dalam membangun
wilayah Bogor cukup aktif seperti salah satunya dalam
bidang pendidikan.
BAB IV KONTRIBUSI KH. SHOLEH ISKANDAR
DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN ISLAM DI
BOGOR
Dalam bab ini penulis pastinya memaparkan bagaimana
sosok KH. Sholeh Iskandar yang merupakan seorang
18
pejuang revolusi berubah menjadi seorang ulama yang
memperhatikan pendidikan dengan kontribusinya
mendirikan Universitas Ibn Khaldun Bogor yang
menjadi universitas Islam pertama di wilayah Bogor.
BAB V PENGARUH DAN DAMPAK KEGIATAN KH.
SHOLEH ISKANDAR TERHADAP MASYARAKAT
BOGOR
Bab kelima menjelaskan bagaimana pengaruh dan
dampak kegiatan yang dilakukan KH. Sholeh Iskandar
terhadap masyarakat Bogor, baik itu dalam dakwah
serta lembaga pendidikan yang ia dirikan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab keenam ini merupakan kesimpulan dari bahasan
keseluruhan pada bab-bab sebelumnya, yang
menyatukan hubungan antara bab-bab sebelumnya dan
menjadikan satu kaitan yang bermakna.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sekilas Mengenai Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan upaya terstruktur yang
dijalankan umat dalam rangka mewujudkan misi keislaman
melalui transmisi ilmu pengetahuan keislaman di lembaga-
lembaga pendidikan.1 Dalam sejarah pendidikan Islam di
Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda maupun Jepang
dan hingga saat ini masyarakat umat Islam di Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi umat Islam itu sendiri
dengan mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
masyarakat biasanya melalui politik, namun ditempuh pula
jalan lain seperti melalui pendidikan dan dakwah.2 Untuk
pendidikan dan dakwah sendiri di setiap daerah tentunya
memiliki salah satu tokoh ulama yang andil dalam berdakwah
dan mendirikan satu lembaga pendidikan Islam. Seperti KH.
Sholeh Iskandar ia merupakan seorang yang bergerak dalam
mendirikan berbagai lembaga pendidikan Islam di Bogor.
Meskipun sosoknya bukan menjadi satu-satunya tokoh
di wilayah Bogor tetapi kontribusinya dalam memajukan
pendidikan Islam itu nyata. Seperti yang diketahui bahwa
1 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia
Pascakemerdekaan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2009), h. vi.
2 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 3.
20
sistem pendidikan dan pengajaran untuk wilayah Bogor
sendiri diakhir pemerintahan Jepang tidak ada kemajuan sama
sekali, itu dari segi pendidikan umum apalagi pendidikan
Islam (pesantren), karena menurut kabar berita dari “Thahaja
Bandung 1945” di Bogor karena wilayahnya cocok untuk
pertanian, jadi pemerintah pada saat itu memfokuskan
terhadap sekolah pertanian dan sekolah kedokteran hewan
bagi sekolah tinggi.3 Keadaan ini menggambarkan bahwa
pendidikan pada saat itu kurang diperhatikan terlebih untuk
wilayah Bogor sendiri, meskipun Sekolah Rakyat pada tahun
1945-an mulai dibuka di daerah-daerah tanah partikelir di
Bogor Ken.4 Hal ini kemungkinan disebabkan karena
Indonesia dari tahun 1945 sampai tahun 1950 masih
menghadapi revolusi fisik. Sehingga perhatian pemerintah dan
rakyat lebih tertuju pada masalah-masalah politk dan
bagaimana mempertahankan negara dari ancaman musuh.5
Begitu pula KH. Sholeh Iskandar yang termasuk ke dalam
pejuang untuk wilayah Bogor Barat, dengan terlibat ke dalam
Hizbullah yang melebur menjadi pasukan TNI AD Batalyon
O Siliwangi, aktivitas ini ia lakukan hingga akhir tahun 1950-
an setelahnya ia pun pensiun dan kembali kepada masyarakat.
3 Tanpa nama, “Sekolah Kehutanan Menengah Tinggi Bogor”,
Bandung: Thahaja. No. 41 (1945), h. 64.
4 Tanpa nama, “Pengajaran di Tanah Partikelir diperbaiki”, Bandung:
Thahaja. No. 182 (1945), h. 329.
5 I. Djumhur, Sejarah Pendidikan, (Bandung: CV. Ilmu, 1979), h. 3.
21
Periode 1950-1966 masa revolusi pendidikan nasional
mulai meletakkan dasar-dasarnya. Pada masa revolusi sangat
serba terbatas, tetapi bangsa kita dapat melaksanakan
pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam
UUD 1945. Kita dapat merumuskan Undang-Undang
Pendidikan No. 4/1950 junto no. 12/ 1954. Kita dapat
membangun sistem pendidikan yang tidak kalah mutunya.6
Pada masa ini (Orde Lama), jumlah sekolah belum begitu
banyak, baik guru maupun siswa dituntut disiplin tinggi.
Kebijakan yang diambil pada masa ini ada pada dalam bidang
pendidikan tinggi yaitu mendirikan universitas di setiap
provinsi, namun kebanyakan yang dibangun universitas tinggi
umum, juga terbatas di setiap daerah. Pada era ini sebagai
wujud interpretasi pasca kemerdekaan di bawah kendali
kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap
pendidikan.7
Namun perhatian terhadap pendidikan Islam masih
jarang, terutama sekolah tinggi Islam8 di Bogor masih belum
ada pada saat itu, dari sinilah sosok KH. Sholeh Iskandar
mengambil tindakan untuk mendirikan universitas Islam
pertama di wilayah Bogor, sebagai identitas kemajuan umat
Islam pada saat itu.
6 Sugiyono dkk, Peta Jalan Pendidikan Indonesia, (Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta, tanpa tahun), h. 90.
7 Sugiyono dkk, Peta Jalan Pendidikan Indonesia, (Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta, tanpa tahun), h. 91.
22
Oleh sebab itu dalam penulisan suatu karya ilmiah
dibutuhkan kajian pustaka sebagai satu komponen
pelengkapnya, terutama dalam hal teori yang menjadi dasar
acuan si penulis untuk menyelaraskan antara subyek dan
obyeknya dengan mengambil penelitian kualitatif
sebagaimana mestinya penulisan sejarah, komponennya yaitu:
B. Landasan Teori
Teori yang mendukung penelitian ini yaitu teori
peranan sosial yang dikemukakan oleh Levinson9 sebagai
landasan kerangka teori untuk menjawab permasalahan dalam
skripsi ini. Peranan sosial bisa di definisikan dalam pengertian
pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari
orang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam struktur
sosial.10
Teori peranan sosial menekankan sifat individual
sebagai pelaku sosial yang mempelajari perilaku sesuai
dengan posisi yang di tempatinya di lingkungan masyarakat.
Teori peranan sosial mencoba untuk menjelaskan interaksi
antar individu dalam organisasi, berfokus pada peran yang
mereka mainkan. Setiap peran sosial adalah seperangkat hak,
kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk
menghadapi dan memenuhi perannya. Model ini didasarkan
pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang
9 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet ke-47, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), h. 211.
10
Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2011), h. 68.
23
dapat di prediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks
tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya. Mereka
menyatakan bahwa sebuah lingkungan organisasi dapat
mempengaruhi harapan setiap individu mengenai perilaku
peran mereka.
Bisa dikatakan bahwa seorang tokoh menjadi aktor
peran utama dalam sebuah masyarakat, seperti halnya KH.
Sholeh Iskandar. Ia merupakan tokoh masyarakat yang
dikenal sebagai pejuang kemerdekaan melawan Belanda,
belum lagi kontribusi ia dalam aspek lainnya contohnya saja
lembaga pendidikan yang ia dirikan itu menjadi pertanda
bahwa seorang aktor perannya amat dihormati terlebih KH.
Sholeh Iskandar juga seorang ulama yang memang
berpengaruh di Bogor. Sehingga apapun yang menjadi
kegiatannya itu amat diperhatikan oleh masyarakatnya dan
menjadi role model dalam setiap tindakannya.
Biasanya dalam kehidupan sosial, seseorang memiliki
lebih dari satu peran yang diperankan.11
Misalnya, seperti KH.
Sholeh Iskandar ini, sebelumnya kedudukan ia adalah seorang
kapten dari pasukannya ketika masa revolusi, namun ketika
terjun dalam masyarakat, ia juga memiliki kedudukan sendiri
sebagai tokoh ulama yang dipercaya oleh masyarakat.
11 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiolgi: Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya, cet ke-3, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 435.
24
Kedudukan ini akan mempengaruhi peranannya, yaitu apa
yang harus dilakukan ketika menempati kedudukan sebagai
kapten, dan sebagai tokoh ulama. Tidak lupa juga ia
merupakan pemimpin dalam keluarganya, atau kepala rumah
tangga. Sebagai kapten ia memimpin jalannya proses
bergerilya dengan memimpin pasukannya dengan taktik
aturannya sendiri di medan perang. Ketika berada di rumah,
sebagai kepala rumah tangga, dia mengatur perjalanan rumah
tangganya. Dan ketika berkedudukan sebagai ulama, tentunya
lebih banyak menempatkan dirinya sebagai rohaniawan yang
selalu menggeluti bidang-bidang keagamaan.
Masing-masing kedudukan dan peranan akan
ditentukan oleh norma-norma sosial setelah ia berhubugan
dengan orang lain. Karena peranan dan kedudukan seseorang
akan sangat erat hubungannya dengan orang lain. Dengan
demikian, jika salah seorang telah menjalankan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia telah
menjalankan suatu peranan sosial. Sebab, peran merupakan
faktor penentu apa yang seharusnya diperbuat oleh salah
seorang dan pemberi kesempatan bagi pemerannya.12
12 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiolgi: Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya, cet ke-3, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 436.
25
C. Kajian Pustaka
Kajian mengenai seorang tokoh legendaris di wilayah
Bogor ini sebenarnya tidak banyak, malah mungkin bisa
dikatakan jarang sekali apalagi menyangkut sejarah di
wilayah Bogor. Adapun buku pertama kali yang saya baca
mengenai peristiwa bersejarah di wilayah Bogor yaitu
bukunya Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950:
Sholeh Iskandar dan Batalyon O Siliwangi. Dalam buku ini
Edi Sudarjat menuliskan bagaimana kondisi Bogor masa
revolusi dengan tokoh yang sangat central yaitu KH. Sholeh
Iskandar dan Batalyon O Siliwangi yang begitu berperan
penting dalam peristiwa bersejarah ini. Pastinya dalam buku
ini Edi Sudarjat menuliskan sosok KH. Sholeh Iskandar
dengan bernuansa perjuangan dan kemerdekaan di mana
beliau masih aktif sebagai ketua Batalyon O Siliwangi di
wilayah Kabupaten Bogor tepatnya Leuwiliang-Jasinga. Di
sisi lain saya sebagai penduduk wilayah Bogor pastinya ingin
mengetahui sosok lain dari KH. Sholeh Iskandar dalam versi
yang berbeda, saya ingin mengetahui bagaimana beliau bisa
begitu banyak membangun lembaga-lembaga meskipun tidak
hanya sebatas dalam pendidikan dan mulai berhijrah menjadi
seorang yang berfikir untuk membangun dan memajukan
masyarakat Bogor terutama dalam bidang pendidikan Islam.
Adapula buku H. Lukman Hakiem yaitu Jejak
Perjuangan Ulama-Patriot KH. Sholeh Iskandar. Dalam buku
26
ini Lukman Hakiem menuliskan sosok KH. Sholeh Iskandar
sebagai ulama dan perjalanan KH. Sholeh Iskandar dari muda
hingga dewasa sesuai dengan versi si penulis buku, karena
penulis pernah hidup sejaman dengan beliau dan tahu persis
bagaimana perjalanan hidup KH. Sholeh Iskandar, ini menjadi
referensi rujukan bagi saya untuk menulis karena kita sama-
sama membahas KH. Sholeh Iskandar yang telah menjadi
seorang ulama dengan versi kami yang berbeda.
Kemudian yang menjadi rujukan penulis yaitu
skripsinya Rani Anggraeni mahasisiwi jurusan Sejarah
Universitas Indonesia Depok tahun 2010 dengan judul
“Bogor pada Masa Bersiap 1945-1946”. Skripsi ini menjadi
rujukan di karenakan memang jarang mahasiswa yang
menulis tentang Bogor terutama pada masa kemerdekaan,
meskipun lebih mengarah kepada keadaan Bogor pada saat
itu, namun sosok KH. Sholeh Iskandar juga tidak terlepas dari
masa revolusi di Bogor, jadi informasi mengenai beliau ada
sedikit bisa diketahui dalam skripsi ini.
Skripsi lainnya yang menjadi rujukan penulis dan
sebagai alat ukur perbedaan dengan apa yang dibahas dan
penulis jadikan sumber yang amat terkait yaitu skripsinya
Lisda Dona Lisdiana mahasiswi Jurusan Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Jakarta tahun 2007 dengan judul “Biografi
KH. Sholeh Iskandar Ulama-Pejuang yang Terlupakan (1922-
27
1992)”, ini merupakan sumber rujukan utama penulis karena
bahasannya mengenai riwayat hidup KH. Sholeh Iskandar.
Desertasinya Halimi Abdusyukur mahasiswa Pasca
Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor dengan judul “Konsep
Kaderisasi Ulama Kiai Haji Sholeh Iskandar” tahun 2011,
seperti temanya ini pembahasannya lebih kepada bagaimana
melahirkan ulama-ulama yang bermutu dengan aktivitas KH.
Sholeh Iskandar di BKSPP Jawa Barat, dan menjadi rujukan
utama lainnya.
Adapula buku Susanto Zuhdi “Bogor Zaman Jepang
1942-1945” dalam buku ini mengisahkan keadaan Bogor di
jaman Jepang, di mana pemerintahan Bogor Shu yang
dikendalikan Jepang menjadi acuan bagaimana pemerintahan
Bogor saat itu. Memang dalam buku ini tertulis bahwasanya
pada masa akhir pemerintah Jepang di Bogor, bidang
pendidikan dan pengajaran tampak tidak ada kemajuan. Oleh
sebab itu mungkin KH. Sholeh Iskandar ingin membenahi
pendidikan yang ada di Bogor dengan membangun lembaga
pendidikan Islam yang sampai saat ini masih berdiri kokoh.
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan kerangka si penulis
dalam menyusun suatu penelitian di mana kerangka
berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau
28
diamati secara langsung oleh penulis. Hanya dengan kerangka
berpikir yang tajam dapat digunakan untuk menurunkan
hipotesis. Kerangka berpikir biasanya menerangkan:
1. Mengapa penelitian dilakukan ?
Dalam kasus penulisan karya ilmiah misalnya seperti
skripsi penelitian merupakan komponen utama dalam
membuat sumber penulisan. Seperti halnya apa yang akan
saya tulis dalam karya ilmiah ini yaitu “Kontribusi KH.
Sholeh Iskandar dalam Memajukan Pendidikan Islam di
Bogor 1968-1992”, jelas bahwa di kajian terdahulu seperti
yang tertulis diatas pernah adapula yang menulis tentang
kajian ini, namun pastinya setiap orang kerangka berfikirnya
pasti berbeda, meskipun sama-sama menulis kajian yang sama
tetapi dalam rumusan masalahnya berbeda, dari segi kajian
tahun yang saya cantumkan dari tahun 1968-1992 dimana
tahun 1968 awal mula KH. Sholeh Iskandar masuk sebagai
pengurus yayasan hingga akhir hayatnya 1992 beliau masih
ikut serta dalam kepengurusan yayasan dan universitas
maupun menemukan kajian baru, tetapi pasti membenarkan
kajian sebelumnya, istilahnya anggaplah kajian ini sebagai
penambah dari kajian sebelumnya.
2. Bagaimana proses penelitian dilakukan ?
29
Penelitian dilakukan dengan berbagai cara, dengan
terjun langsung ke tempat di mana penelitian ini akan di kaji
dengan menggunakan pendekatan lokosentrik, mengeanl
dengan dekat lokasi sejarah yang diteliti dan lokal
sekitarnya13
yaitu tempatnya di lembaga-lembaga pendidikan
yang telah KH. Sholeh Iskandar dirikan dan itu ada beberapa
tepatnya di Bogor. Di mana si penulis mengamati,
mewawancarai dan mendokumentasikan hasil dari penelitian
yang kemudian di olah menjadi sebuah tulisan yang akan
diajukan sebagai skripsi, dengan model penelitian kualitatif
kebanyakan penelitian sejarah dilakukan dengan penulisan
yang begitu deskriptif.
3. Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut ?
Jelas dari apa yang diteliti banyak informasi dan
pengetahuan baru tentang ulama maupun pendidikan Islam di
Bogor, ulama dan pejuang merupakan satu tokoh yang amat
kita hormati perannya. Kontribusinya dalam memajukan dan
mengembangkan pendidikan Islam di Bogor sangat
disayangkan apabila tidak diangkat menjadi sebuah tulisan
yang nantinya berguna bagi generasi kita selanjutnya. Di
mana seorang KH. Sholeh Iskandar yang amat berkontribusi
dalam mendirikan berbagai lembaga pendidikan Islam di
13 Sugeng Priyadi, Sejarah Lokal Konsep, Metode, dan Tantangannya,
(Yogyakarta: Ombak, 2015), h.65.
30
Bogor menjadi sosok yang perjuangannya patut kita kagumi
dan hargai.
4. Untuk apa hasil penelitian diperoleh ?
Selain sebagai tugas akhir si penulis sebagai
mahasiswa, ini juga merupakan kajian penelitian tentang
seorang tokoh pejuang dan ulama yang berkontribusi
mendirikan pendidikan Islam di Indonesia tepatnya di wilayah
Bogor, di mana jawaban ini bisa dilihat kembali di point
pertama, sebagai penambah kajian baru dan membenarkan
kajian lama maupun membantah kajian lama.
31
KH. Sholeh Iskandar
Masalah
Metodologi
Temuan
Bagaimana kontribusi KH. Sholeh
Iskandar dalam memajukan
pendidikan Islam di Bogor?
Pendekatan
Teori
Lokosentrik
Peranan Sosial
(Levinson)
Peranan KH.
Sholeh Iskandar
sebagai inisiator
pembangunan
lembaga
pendidikan Islam
bagi masyarakat
di Bogor
UIKA merupakan universitas Islam pertama
di Bogor, didirikan pada tahun 1961
Pada tahun 1974 KH. Sholeh
Iskandar berhasil memisahkan
YPIKA Bogor dengan UIC Jakarta
agar bisa berdiri sendiri tanpa ada
relasi dengan UIC Jakarta.
di tahun yang sama baik yayasan dan
universitas mulai memiliki bangunan
sendiri di Jl. R.E Martadinata. Melalui
KH. Sholeh Iskandar banyak diperoleh
hibahan tanah beserta modal pribadi
dari para pendiri
UIKA merupakan salah satu
cita-cita KH. Sholeh Iskandar
selain pesantren sebagai
tempat kaderisasi ulama
Maka dari itu ia dipercaya
memimpin yayasan baik
menjadi pembina maupun
penasihat hingga akhir
hayatnya
32
33
BAB III
MENGENAL SOSOK
KH. SHOLEH ISKANDAR
A. Riwayat Hidup KH. Sholeh Iskandar
Sholeh Iskandar atau sekarang masyarakat Bogor
mengenalnya sebagai nama jalan protokol KH. Sholeh
Iskandar yang terbentang dari Jalan Raya Kedung Halang,
Kecamatan Bogor Utara dan Jalan Raya Semplak, Kecamatan
Bogor Barat adalah seorang tokoh pejuang sekaligus ulama
yang lahir di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor, 22 Juni 1922. Ia adalah anak kedua dari
lima bersaudara, terlahir dari pasangan H. Muhammad Arif
Marsa1 dan Hj. Atun Halimah.
2 Ia lahir dari keluarga yang
agamis dan taat terhadap agama karena masih keturunan
seorang ulama besar Banten yaitu H. Tubagus Arfin yang
1 Arif Marsa merupakan seorang tokoh pemuda Desa Pasarean,
namanya sudah dikenal banyak orang sehingga TB Arfin menikahkan
putrinya Halimah dengan pemuda tersebut. Lihat: Halimi Abdusyukur
“Konsep Kaderisasi Ulama Kiai Haji Sholeh Iskandar”, (Disertasi
mahasiswa Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Bogor, 2011), h.
94.
2 Sumardi, “Majalah Suara Ulama”. Biografi: KH. Sholeh Iskandar
(alm) Sang Panglima Militer yang Berbelot menjadi Pendakwah Ulung,
Edisi 4, (2017): h. 17.
34
merupakan kakek KH. Sholeh Iskandar dari pihak ibunya
yaitu Hj. Atun Halimah.3
Sekilas tentang Desa Situ Udik yang merupakan
tempat kelahiran KH. Sholeh Iskandar adalah sebuah desa
yang terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Desa Situ Udik sendiri di sebelah utara berbatasan dengan
Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang, di sebelah timur
berbatasan dengan Desa Cimayang dan Desa Gunung Menyan
Kecamatan Pamijahan, di sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Pasarean Kecamatan Pamijahan, dan kemudian di
sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karacak dan Desa
Karya Sari Kecamatan Leuwiliang. Adapula sebagian sumber
menyebutkan bahwa KH. Sholeh Iskandar dilahirkan di Desa
Pasarean yang masuk ke dalam wilayah Pamijahan, namun
menurut dokumen bidata pribadi KH. Sholeh Iskandar
menuliskan bahwa KH. Sholeh Iskandar dilahirkan di Gunung
Handeuleum, tepatnya Desa Situ Udik, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor,4 karena berdekatan di
sebelah selatan dengan Desa Pasarean yang merupakan desa
basis perjuangan kemerdekaan untuk wilayah Bogor tepatnya
3 Ini berdasarkan wawancara Lisda Dona Lisdiana bersama Soleh Fajar
(salah satu kerabat KH. Sholeh Iskandar). Lihat: Lisda Dona Lisdiana,
“Biografi KH. Sholeh Iskandar: Seorang Ulama Pejuang yang
Terlupakan (1922-1992)”, (Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah,
Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 2007), h. 8.
4 Ini berdasarkan biodata singkat yang ditulis oleh KH. Sholeh Iskandar
sendiri. Lihat: Dokumen biodata pribadi KH. Sholeh Iskandar pada
lampiran, h. 126.
35
Leuwiliang, jadi ada kemungkinan bahwa sosok KH. Sholeh
Iskandar dilahirkan di Pasarean, namun aslinya ia lahir di
Desa Situ Udik meskipun memang banyak kegiatan aktifitas
KH. Sholeh Iskandar di Desa Pasarean.5 Tidak banyak sumber
yang menceritakan tentang masa kecilnya, rata-rata sumber
yang didapatkan menceritakan KH. Sholeh Iskandar yang
beranjak ramaja, karena diusia 16 tahun6 ia sudah aktif dalam
kegiatan kepemudaan di kampung halamannya.
Sebelumnya ia pernah mendirikan organisasi pemuda
Muslim yang diberi nama Subbanul Muslimin (Pemuda
Muslimin) di daerah kelahirannya yaitu Cibungbulang Bogor.
Terbukti bahwasanya sejak muda juga ia sangat aktif dalam
bermasyarakat terutama dalam lingkungan kepemudaan di
lingkungan daerahnya sendiri. Sejak muda KH. Sholeh
Iskandar juga sudah tampil dan memimpin Barisan Islam
Indonesia (BII), dan Pemuda Gerakan Indonesia (Perindo).7
5 Desa Pasarean selain jadi basis perjuangan KH. Sholeh Iskandar juga
beliau memang bertempat tinggal disana. Ini berdasarkan wawancara
penulis bersama salah satu pengurus Yayasan (YPIKA) Bapak Zainal
Muttaqien di Kantor YPIKA, Kota Bogor pada Kamis 18 Oktober 2018.
6 Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama Patriot KH. Sholeh
Iskandar, (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 16. 7 BII adalah organisasi kepanduan yang berada di bawah naungan Al-
Ittihadiyatul Islamiyah (Persatuan Ummat Islam) yang pembentukannya
diprakarsai oleh murid-murid KH. Ahmad Sanusi (1306/1888-1368/1950)
di Pesantren Babakan, Cicurug, Sukabumi, pimpinan KH. Muhammad
Hasan Basri pada bulan November 1931. Sedangkan Pemuda Gerindo
adalah organisasi kepemudaan yang berafiliasi kepada partai nasional kiri,
Gerindo, yang di bentuk pada 24 Mei 1937 untuk menggantikan Partai
Indonesia (Partindo) yang Sukarnois dan menjadi lawan Partai Indonesia
Raya (Parindra) yang konservatif. Pemimpin partai ini antara lain A.K
Gani, Amir Sjarifuddin dan Muhammad Yamin, namun partai ini dibatasi
36
Berkat keaktifannya dalam memimpin pasukan kepemudaan
seperti itu membuatnya dipercaya dan banyak memiliki
jaringan luas dalam masyarakat terutama berperan dalam
gerakan kemerdekaan Indonesia seperti Hizbullah tepatnya
untuk wilayah Leuwiliang-Jasinga, KH. Sholeh Iskandar di
percaya memimpin Hizbullah karena pengalamannya yang
banyak memimpin organisasi kepemudaan.
Masa mudanya banyak dihabiskan dengan
berorganisasi meskipun memiliki rasa nasionalisme tinggi
namun tetap saja latar belakang seorang KH. Sholeh Iskandar
adalah santri yang berpendidikan pesantren, jadi selain peduli
terhadap negara dan kemerdekaan masyarakatnya ia juga
sangat rendah hati dan taat dalam beragama.
Terlahir dengan lima bersaudara, ia merupakan anak
kedua dengan empat saudaranya yaitu H. Anwar Arief,
Achmad Chotib, Hj. Siti Chodidjah, dan Hj. Siti Djumraeni.
KH. Sholeh Iskandar sebenarnya terlahir dari keluarga yang
aktif dalam kegiatan perjuangan kemerdekaan di zaman
revolusi, bisa dilihat dari kakaknya H. Anwar Arief
merupakan salah seorang yang menjabat sebagai Komandan
Seksi II Kompi IV, sedangkan KH. Sholeh Iskandar
merupakan seorang Kapten jelas lebih tinggi empat tingkat
dari kakak kandungnya. Bisa dilihat bahwa urutan
dalam aktivitasnya hingga tahun 1940 hilang keberadaannnya. Lihat:
Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama Patriot KH. Sholeh Iskandar,
(Bogor: UIKA Press, 2017), h. xix-xx.
37
kepangkatan militer adalah Sersan Mayor, kemudian Letnan
Muda, Letnan II, Letnan I, Kapten lalu Mayor. Adapula adik
KH. Sholeh Iskandar yaitu H. Achmad Chotib dia menjabat
sebagai Kepala Bagian Persenjataan Batalyon O dengan
pangkat Letnan Muda, dan lebih tinggi satu tingkat dengan
kakak pertamanya yaitu H. Anwar Arief. Begitupula dari
keluarga ayah maupun ibu KH. Sholeh Iskandar juga banyak
terlibat dalam tubuh perjuangan di Desa Pasarean seperti Hj.
Aisjah binti Salen yang merupakan ketua dapur umum dari
kegiatan Laskar Rakyat Leuwiliang hingga Batalyon O
merupakan bibi KH. Sholeh Iskandar dari ayahnya (H.M. Arif
bin H. Salen). Sedangkan H. Mohammad Sholeh bin H.
Naikin terhitung paman KH. Sholeh Iskandar, begitupula
Kapten Dasuki Bakri, Komandan Batalyon TKR Batalyon III
Resimen Bogor, adalah paman KH. Sholeh Iskandar karena
istri Kapten Dasuki yaitu Hj. Sadiyah binti KH. Tb. Arfin adik
dari ibunda KH. Sholeh Iskandar, Hj. Atun Halimah binti KH.
Tb. Arfin. 8
Dilihat dari latar belakang keluarganya, bahwa
keikutsertaan KH. Sholeh Iskandar di dunia kemiliteran juga
banyak dipengaruhi oleh keluarganya, kakak dan adiknya juga
ikut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,
namun diantara saudara-saudaranya memang KH. Sholeh
Iskandar lah yang paling dikenal oleh masyarakat, sedangkan
8 Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. 132.
38
di sisi lain saudara perempuan ikut bergabung dalam
menyiapkan makanan bagi para pasukan yang berjuang. Maka
dari itu wajar saja jika sosok KH. Sholeh Iskandar tumbuh
sebagai orang yang aktif dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia khususnya untuk wilayah Bogor
Barat dengan melawan penjajah Belanda yang banyak
menindas rakyat Indonesia, padahal pada saat itu menjadi
pejuang kemerdekaan dan bergabung dengan ketentaraan
seperti Batalyon itu tidak di gaji, namun semangat
nasionalismenya sudah tumbuh di usia muda dengan banyak
ikut serta melawan penjajah dengan mengangkat senjata.
Setelah dewasa ketika ia menjadi santri di Cantayan
kemudian diangkat jadi menantu oleh gurunya yaitu KH.
Ahmad Sanusi dengan di nikahkannya kepada anaknya Siti
Maryam9 dengan dikaruniai enam orang anak, yaitu: Deden
Fatimah (alm), Ida Farida, Dudi Iskandar (alm), Dedi Zaenal
Abidin, Dade Hilmah dan Didi Hilman. KH. Sholeh Iskandar
tidak hanya memiliki satu istri, ia menikah lagi dengan istri
kedua yaitu Siti Maemunah yang merupakan orang Jakarta
dengan dikaruniai dua orang anak, yaitu: Dida Djamilah dan
9 Siti Maryam merupakan anak KH. Ahmad Sanusi seorang ulama
besar Jawa Barat yang berasal dari Sukabumi atau yang dikenal dengan
julukannya „guru dari ulama-ulama besar Jawa Barat‟. Siti Maryam
merupakan anak tunggal dari istri ketiga KH. Ahmad Sanusi yaitu dari istri
ibu Edah, karena KH. Ahmad Sanusi memiliki tujuh orang istri. Lihat:
Dede Udas, “Majalah Suara Ulama”, Biografi: Mengenal Sosok KH.
Ahmad Sanusi Guru dari para Ulama Besar Jawa Barat, Edisi 2, (2016).
15.
39
Dadang Hizbullah, sedangkan dari istri yang ketiga yaitu Siti
Rohani yang berasal dari Bogor tidak karuniai anak, jadi
semua istri KH. Sholeh Iskandar ada tiga orang istri dan
delapan orang anak baik dari istri pertama maupun dari istri
kedua.10
Ini membuktikan sosok KH. Sholeh Iskandar sepak
terjang yang menjadi perannya sebagai Ulama, Organisatoris,
Teknokrat11
dan juga sebagai Pahlawan Nasional. Ketika KH.
Sholeh Iskandar membentuk Laskar Rakyat Markas
Perjuangan Rakyat Leuwiliang dan Laskar Hizbullah,12
kedua
laskar ini merupakan basis laskar pejuang rakyat yang
beroprasi di wilayah Bogor Barat dan Banten. KH. Sholeh
Iskandar disini berperan sebagai komandan laskar, yang
kemudian setelah menjadi TNI berubah pangkat menjadi
Kapten lalu berakhir menjadi seorang Mayor. Namun setelah
dekrit kemerdekaan Indonesia KH. Sholeh Iskandar
mengundurkan diri dari ketentaraannya dan lebih aktif dalam
10 Sumardi, “Majalah Suara Ulama”. Biografi: KH. Sholeh Iskandar
(alm) Sang Panglima Militer yang Berbelot menjadi Pendakwah Ulung,
Edisi 4, (2017): 17.
11
Adalah cendekiawan yang berkiprah dalam pemerintahan, lihat:
https://kbbi.web.id
12
Kedua kelompok ini termasuk kepada kelompok besar, Laskar
Rakyat Markas Perjuangan Rakyat Leuwiliang sendiri bermarkas di
Pasarean, Cibungbulang, dengan komandan Sholeh Iskandar, untuk
anggota laskar biasanya berasal dari berbagai desa yang dipimpin tokoh di
desa itu masing-masing. Laskar Hizbullah untuk wilayah Leuwiliang
sendiri dipimpin oleh E. Affandi. Lihat: Edi Sudarjat, Bogor Masa
Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan Batalyon O Siliwangi, (Depok:
Komunitas Bambu, 2015), h. 103.
40
tubuh politik Masyumi khususnya untuk wilayah Bogor. KH.
Sholeh Iskandar menjadi salah satu pengurus dalam Partai
Masyumi terbukti dengan dekatnya KH. Sholeh Iskandar
dengan KH. Noer Ali dari Bekasi dan M. Natsir seorang
tokoh politik Masyumi yang begitu terkenal yang merupakan
senior baginya.13
Setelah berhenti di dunia politik KH. Sholeh
Iskandar lebih berfokus pada masyarakat, ia mengabdikan
dirinya untuk masyarakat Bogor dengan banyak membangun
lembaga pendidikan salah satunya yaitu lembaga Pendidikan
Islam tertinggi yaitu Universitas Ibn Khaldun yang akan
dibahas tersendiri dalam bab iv sebagai salah satu bukti dari
contoh lembaga pendidikan Islam yang masih berdiri hingga
saat ini.
Riwayat hidup KH. Sholeh Iskandar banyak di hiasi
oleh perjuangan baik sebagai pejuang negara maupun pejuang
agama, KH. Sholeh Iskandar wafat pada tanggal 22 April
1992/ 19 Syawwal 1412 H, seperti yang dikisahkan
bahwasanya ia wafat ketika sedang memberikan tausiyah di
kantor BKSPP (Badan Kerja Sama Pondok Pesantren) Jawa
Barat, seperti biasa dalam acara pengajian rutin bulanan ia
sholat dzuhur kemudian makan siang dan istirahat untuk
13 Namun karena garis politik Masyumi bersebrangan dengan
Nasakomnya Soekarno kemudian para anggota Masyumi di penjara
beberapa tahun di Jakarta. Lihat: Desastian, “KH. Sholeh Iskandar: Tokoh
Masyumi dan Komandan Hizbullah itu di Usulkan jadi Pahlawan
Nasional”. Panjimas (2017), 07. Inform databese
http://www.panjimas.com, di unduh pada tanggal 16 Agustus 2018 pukul
11:26 WIB.
41
tidur, namun dalam tidurnya ini KH. Sholeh Iskandar tidak
bangun kembali dan setelah ashar ditemukan wafat, ini
menurut penuturan Ustadz Bunzamin Wibisono.14
Karena
manusia hanya bisa berencana tanpa tahu seperti apa
takdirnya disetiap pergantian menit dan jam, begitupula apa
yang akan dilakukan oleh KH. Sholeh Iskandar, ia seorang
yang berencana untuk memanfaatkan ilmunya dengan akan
mengisi tausiyah, tetapi Allah berkehendak lain lebih memilih
mengambil salah seorang yang baik dan saleh sebagai
pengikut setianya.
B. Pendidikan KH. Sholeh Iskandar
Seorang ulama baik itu pejuang maupun pendakwah
ulung pasti latar belakang pendidikannya yaitu pesantren,
tidak beda halnya dengan KH. Sholeh Iskandar yang dari
kecil lebih berminat terhadap ilmu agama. Meskipun terlahir
dari keluarga biasa namun kedua orang tuanya mendukung
keinginannya untuk menempuh pendidikan pesantren dengan
lebih mendalami ilmu agama yang menjadi ketertarikannya,15
karena pendidikan agama merupakan pendidikan yang paling
penting yang harus ditanamkan sejak dini.
14 Sumardi, “Majalah Suara Ulama”. Biografi: KH. Sholeh Iskandar
(alm) Sang Panglima Militer yang Berbelot menjadi Pendakwah Ulung,
Edisi 4, (2017): 21.
15 Lisda Dona Lisdiana, “Biografi KH. Sholeh Iskandar: Seorang
Ulama Pejuang yang Terlupakan (1922-1992)”, (Skripsi Jurusan
Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 2007), h. 11.
42
KH. Sholeh Iskandar dari kecil menuntut ilmu di
berbagai pesantren, baik di daerah sekitar rumahnya maupun
di wilayah lain, adapun pendidikan formalnya hanya sampai
kelas 3 Sekolah Rakyat tepatnya Sekolah Rakyat Warung
Saptu, Cibungbulang. Sekolah Rakyat Warung Saptu pada
saat itu merupakan Sekolah Rakyat yang berada di wilayah
Kecamatan Cibungbulang. Selebihnya pendidikan KH. Sholeh
Iskandar hanya dari pesantren ke pesantren, dan tidak pernah
mengikuti pendidikan formal lainnya. Awalnya di tahun
1934-1936 pernah mengenyam pendidikan di Pondok
Pesantren Cangkudu, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang di
bawah pimpinan KH. Syukur.16
KH. Sholeh Iskandar kenapa
bisa belajar hingga ke Cangkudu karena mengikuti gurunya
KH. Siddiq dari Bakom Ciawi, ia mengenyam pendidikan di
sini hanya sekitar dua bulan karena mengikuti KH. Shiddiq
pergi belajar ke Cangkudu.
Namun diketahui bahwa ia terakhir lama belajar
menjadi santri di Sukabumi tepatnya di Pondok Pesantren
Cantayan dan menjadi murid KH. Ahmad Sanusi. Sebelum
belajar ke Cantayan KH. Sholeh Iskandar di tahun 1937-1940
16 Lisda Dona Lisdiana, “Biografi KH. Sholeh Iskandar: Seorang
Ulama Pejuang yang Terlupakan (1922-1992)”, (Skripsi Jurusan
Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 2007), h. 12.
43
ia belajar di Cantayan dengan di bawah bimbingan KH.
Ahmad Sanusi, KH. Nachrowi, dan H. Damanhuri.17
Memang sebagai seorang ulama ia banyak
menghabiskan waktunya kepada masyarakat, salah seorang
yang lebih sering bertindak daripada hanya mencetuskan ide
saja. Meskipun riwayat pendidikan formalnya hanya sampai
kelas 3 Sekolah Rakyat, karena waktu masa mudanya ia
banyak habiskan di medan perang mengangkat senjata
melawan para penjajah, berbeda dengan para ulama biasanya
yang menuangkan keilmuannya dengan sebuah pena. KH.
Sholeh Iskandar lebih senang bertindak secara fisik
membangun sarana dan prasana khususnya untuk kalangan
umat Islam di Bogor.
C. Kiprah KH. Sholeh Iskandar di Kalangan Umat Islam
1. Kiprah di Dunia Militer
Sepak terjang KH. Sholeh Iskandar dalam dunia
militer berawal dari keaktifannya dalam organisasi
kepemudaan di kampung kelahirannya Cibungbulang, KH.
Sholeh Iskandar mendirikan organisasi Subbanul Muslimin
(Pemuda Muslim), tak sebatas menjadi salah seorang yang
aktif hanya dalam berorganisasi, KH. Sholeh Iskandar juga
merupakan pejuang yang tergabung dalam Hizbullah yang
17 Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama Patriot KH. Sholeh
Iskandar, (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 4.
44
sebelumnya Laskar Rakyat Leuwiliang. Namun jauh sebelum
melebur dengan Hizbullah, KH. Sholeh Iskandar sebelum itu
merupakan ketua Barisan Islam Indonesia (BII) yang di
bawahi oleh Al-Ittihadiyatul Islamiyah yang dipimpin oleh
gurunya yaitu KH. Ahmad Sanusi. Barisan Islam Indonesia
yang diketuai oleh KH. Sholeh Iskandar ini bermarkas di
Gunung Handeuleum, di sini KH. Sholeh Iskandar
mengajarkan kepada anggota BII dengan dilatih seperti baris
berbaris, pengetahuan dasar kemiliteran, ilmu politik dan
kemasyarakatan, bahasa Indonesia, dan menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya.18
Diketahui bahwa ketika
aktifitas BII di Gunung Handeuleum ini banyak para tokoh
yang berkunjung ke sana salah satunya Adam Malik, dari sini
lah seorang Adam Malik selain berkunjung untuk memotivasi
dan menyemangati juga meyakinkan masyarakat di sana
untuk membentuk Gerindo, kemudian dipilihlah salah seorang
yang berpengaruh di Gunung Handeuleum dengan
ditunjuknya H. Dimyati19
sebagai Ketua Gerindo Cabang
18 Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama Patriot KH. Sholeh
Iskandar, (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 17.
19
Selain orang kaya, aktivitas pergerakan nasional dan tokoh
pendidikan lokal, H. Dimyati juga dikenal sebagai tokoh spiritual yang
sering dimintai nasihatnya oleh banyak orang, termasuk oleh tokoh politik
nasional. Kediaman H. Dimyati pun di Gunung Handeuleum pada saat itu
biasa di gunakan oleh Adam Malik maupun tokoh politik nasional lainnya
sebagai tempat persembunyian apabila di Jakarta dalam keadaan tidak
aman bagi mereka. Lihat: Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950:
Sholeh Iskandar dan Batalyon O Siliwangi, (Bogor: Komunitas Bambu,
2015), h. 91-92
45
Bogor dan Sholeh Iskandar sebagai Wakil Ketua Barisan
Pemuda Gerindo Cabang Bogor.20
Tidak diragukan lagi bahwa sosok KH. Sholeh
Iskandar sebelum memasuki dunia kemiliteran juga sudah
aktif dalam bermasyarakat dan membentuk suatu organisasi.
Ketika itu proklmasi kemerdekaan Indonesia di umumkan
pada 17 Agustus 1945, namun meskipun Indonesia sudah
merdeka tetapi keadaannya tidak seperti itu, nyatanya
Indonesia masih di bawah kekuasaan para tentara Jepang.
Kemudian pada September 1945 KH. Sholeh Iskandar ingin
membentuk Markas Perjuangan Rakyat dengan
mengumpulkan masyarakat dan memberitahu maksudnya
tersebut di Desa Pasarean, kemudian terbentuklah dan
menjadi dua bidang militer yaitu BKR21
yang dipimpin oleh
Kapten Haji Dasuki dan Mayor Tamat, kemudian Hizbullah
yang dipimpin oleh KH. Sholeh Iskandar. Laskar Hizbullahh
ini menginduk kepada Partai Masyumi karena kondisi Negara
Indonesia pada saat itu baru berdiri dan tidak memiiki apa-apa
apalagi dalam kemiliteran dan persenjataan, karena laskar
merupakan bentukan dari masyarakat bukan negara jadi
20 Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama Patriot KH. Sholeh
Iskandar, (Bogor: UIKA Press, 2017), h.18.
21
BKR (Badan Keamanan Rakyat) semacam relawan atau hansip yang
tugasnya adalah memelihara keamanan bersama-sama rakyat dan badan
negara yang bersangkutan.
46
fasilitas finansial pun di cari sendiri tidak di pasok oleh
negara.22
KH. Sholeh Iskandar yang pada saat itu merupakan
komandan laskar, lalu merorganisasi diri menjadi Batalyon I,
Resimen Singadaru Biro Perjuangan Daerah XXXV (35)
Banten, dimana dalam bidang persenjataan sudah lebih dari
yang dipersyaratkan untuk membentuk suatu Batalyon, saat
itu persenjataan yang dimiliki adalah 1:2, artinya setiap dua
orang pasukan mempunyai satu senjata. Sementara syarat
pembentukan satu Batalyon TNI adalah memiliki senjata 1:5.
Dengan begitu, kemudian mematuhi Dekrit Presiden 20 Mei
1947 untuk menggabungkan laskarnya ke dalam tubuh
Tentara Negara Indonesia, laskar ini digabung dengan formasi
utuh Batalyon I Singadaru, dan ditambah satu perwira
penghubung yaitu Letnan I Hasan Slamet. Kemudian satuan
ini dinamai Batalyon VI Brigade Tirtyasa, Divisi Siliwangi.23
Persenjataan yang dimiliki Batalyon di bawah
pimpinan KH. Sholeh Iskandar sangat mencukupi, hal itu bisa
didapat dengan cara yang tidak mudah. Pertama para pejuang
membeli senjata bekas tentara Jepang yang telah dirusak
dibakar, dilindas mesin giling dan dibuang di danau (danau
Lido Sukabumi, tempat pembuangan senjata Jepang). Kedua
22 Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Bogor: Komunitas Bambu, 2015), h. 9.
23
Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Bogor: Komunitas Bambu, 2015), h. vii.
47
bekerja sama dengan tokoh masyarakat yang berunding
dengan tentara Jepang untuk menyerahkan persenjataan
beserta pelurunya untuk diserahkan kepada Indonesia. Ketiga,
mencuri senjata pasukan Inggris (termasuk Inggris – India)
serta senjata pasukan Jepang. Senjata yang saat itu banyak
beredar adalah Lee Enfeeld buatan Inggris serta buatan
Jepang yaitu Garand, Mauser, Arisaka. Dalam masa
perjuangan menghadapi Belanda, tepatnya menjelang Agresi
Militer Belanda II, jumlah total persenjataan Divisi Siliwangi
sendiri memprihatinkan, rata-rata 1:10.24
Jauh dibawah
persenjataan Batalyon VI yang dipimpin KH. Sholeh
Iskandar. Kemudian wajar saja apabila Batalyon VI yang
kemudian di reorganisasi menjadi Batalyon O disegani kawan
dan lawan, bukan hanya karena jumlah senjatanya, tetapi juga
karena semangat, daya juang, disiplin dan
pengorganisasiannya cukup rapi.25
Sebenarnya tidak banyak orang atau masyarakat
Indonesia mengetahui tentang Batalyon O Siliwangi ini,
namun A.H Nasution menuliskan dalam bukunya yang
berjilid-jilid Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, bahwa
keberadaan Batalyon ini benar adanya.26
Pangkat terakhir
24 A. H Nasution, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 1: Kenangan Masa
Muda (Jakarta: CV Haji Masagung, 1989) h. 344.
25
Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Bogor: Komunitas Bambu, 2015), h. 27.
26
Dituliskan bahwa ketika penyerbuan tentara Belanda ke Banten pada
23 Desember 1948, pasukan tentara kita telah membentuk pertahanan
48
yang dianugerahi kepada KH. Sholeh Iskandar adalah
Mayor.27
Namun setelah kemerdekaan Republik Indonesia
diakui Belanda pada Desember 1949 dalam konferensi Meja
Bundar, kemudian barulah TNI bisa mengorganisasi dirinya
sendiri sedangkan laskar membubarkan diri dan kembali
menjadi masyarakat tak terkecuali KH. Sholeh Iskandar
bersama rekannya saat menjabat sebagai Komandan KDM di
Rangkasbitung pada 1950.28
Kiprahnya tidak sebatas dalam memperjuangkan
kemerdekaan saja, di tahun 1950 setelah ia berhenti dari dunia
kemiliteran ia kembali mengabdi kepada masyarakat dengan
terjun ke dunia politik. Ia pun bergabung ke Partai Masyumi
bersama rekan-rekan seperjuangannya seperti Muhammad
Natsir, KH. Noer Ali dan tokoh lainnya sebagai pengurus
dalam partai Islam tersebut. Aktifitas KH. Sholeh Iskandar
dalam berpolitik khususnya bergabung dengan Partai
dengan menyerahkan perintah kepada para Komandan Batalyon untuk
posisi gerilya, dan Batalyon KH. Sholeh Iskandar memegang kendali
penting dengan menghadapi front Leuwiliang, dan khusus Jalan Raya
Bogor - Rangkasbitung. Satu kompi menghadapi sektor Cikotok - Bayah.
Lihat : A.H Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 10:
Perang Gerilya Semesta II , Cet ke-1 (Bandung: Disjarah AD dan Penerbit
Angkasa Bandung, 1979), h. 192.
27
Terbukti bahwa A.H Nasution menyebutnya Mayor Sholeh Iskandar.
28
Ini tertera pada maklumat pemerintah yang ditulis oleh Soekarno
pada 7 Oktober 1945 untuk menjaga keamanan rakyat maka di perintahkan
pembentukan Tentara Keamanan Rakyat yang sekarang dikenal menjadi
TNI. Namun KH. Sholeh Iskandar lebih memilih kembali kepada
masyarakat bersama rekan-rekannya dan tidak melanjutkan jabatan
kemiliterannya. Lihat: A. H Nasution Sekitar Perang Kemerdekaan
Indonesia Jilid 2: Diplomasi Atau Bertempur, Cet ke-1 (Bandung:
Disjarah AD dan Penerbit Angkasa Bandung, 1979), h. 211.
49
Masyumi tidak banyak diceritakan, KH. Sholeh Iskandar lebih
aktif berpolitik di daerahnya sendiri yaitu Masyumi cabang
Bogor, sebelumnya H. Lukman Hakiem menuturkan bahwa
KH. Sholeh Iskandar pernah ditawarkan untuk bergabung
sebagai pejabat poitik di Mayumi pusat, namun beliau dengan
lantang menolaknya, ini terlihat bahwa sifat rendah hati beliau
patut kita contoh karena beliau lebih senang membangun
masyarakat daerahnya sendiri dibanding mengambil satu
jabatan tinggi.29
Sebelumnya ketika beliau belum bergabung
dengan partai Masyumi juga pernah terlibat dalam politik
dengan mendampingi Bupati I Bogor selama pemerintahan
darurat di Jasinga-Malasari, pada saat itu beliau masih
seorang Kapten KH. Sholeh Iskandar Komandan Batalyon
02.30
29 Hasil wawancara pribadi penulis dengan Bapak H. Lukman Hakiem
(salah satu murid KH. Sholeh Iskandar juga penulis buku jejak perjuangan
ulama-patriot KH. Sholeh Iskandar, di Desa Benda, Kecamatan Cicurug,
Kabupaten Sukabumi), yang dilakukan pada Senin, 03 September 2018
pukul 14.00 WIB.
30
Masih di masa revolusi, Indonesia setelah memproklamirkan
kemerdekaannya masih dalam keaadaan membenahi diri, di wilayah
daerah sendiri tepatnya di Kabupaten Bogor pemerintahannya dengan
dipimpin Bupati Ipik Gandamana mencari tempat yang aman dari serbuan
Belanda, untuk mendirikan pemerintahan daerah, terpilihlah Desa
Malasari sebagai markas pemerintahan Sipil Kabupaten Bogor RI selama
kurang lebih 5 bulan yang kemudian pindah ke Nanggung. Lihat: La Musa
Penelusuran Arsip Sejarah Kabupaten Bogor (Bogor: Kantor Arsip dan
Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor, 2014), h. 181.
50
2. Kiprah sebagai Seorang Ulama
Diketahui bahwa KH. Sholeh Iskandar dikenal sebagai
ulama kharismatik di wilayah Bogor, selain dikenal sebagai
pejuang yang menentang kolonialisme Belanda di Indonesia
yang menjajah selama kurang lebih tiga setengah abad.
Prestasinya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
dianggap berhasil dalam memimpin pasukannya.
Sebenarnya seseorang bisa dikatakan sebagai seorang
ulama itu dilihat dari bagaimana keilmuannya, gelar kiyai haji
pada seseorang juga diberikan oleh masyarakat itu sendiri,
seperti gelar haji dalam tradisi masyarakat Indonesia, gelar ini
diberikan kepada orang-orang yang telah menyempurnakan
rukun Islamnya yang kelima dengan menunaikan ibadah haji.
Gelar kiyai juga biasa disematkan kepada para tokoh
masyarakat atau biasanya turun-temurun memang dalam
keluarganya meneruskan apa yang telah dilakukan orang tua
dari nenek moyangnya.
KH. Sholeh Iskandar terjun ke masyarakat, karena
masyarakat pada saat itu membutuhkan seseorang sebagai
tokoh penggerak. Setelah meninggalkan pangkat
kemiliterannya, beliau karena kesalehannya lebih memilih
berjuang dalam agama. Padahal ketika itu pangkat beliau
sudah mayor, apabila di lanjutkan menjadi tentara bisa naik
menjadi jendral. Namun pemikiran beliau tidak sesederhana
51
itu, karena tugas sebagai abdi negara telah usai, dan negara
Indonesia telah merdeka dan bisa berdiri sendiri. Dalam
pengabdiannya terhadap masyarakat dibuktikan dengan
kembalinya beliau kepada masyarakat dan banyak
membangun lembaga pendidikan Islam, beliau tidak sendiri
dalam hal melakukan itu, dengan banyak mengajak rekan–
rekan seperjuangannya untuk membangun fasilitas yang
menjadi kebutuhan masyarakat pada saat itu, menjadikan
beliau seorang ulama yang dihormati oleh murid–muridnya
dan masyarakatnya.
Sosok KH. Sholeh Iskandar adalah seorang yang
bergerak dalam banyak bidang baik itu dalam militer, sosial,
ekonomi maupun pendidikan. Ini termasuk kepada tiga pilar
dakwahnya yang menjadi pelengkap dimana pesantren
sebagai kaderisasi ulama yaitu pertama, mendirikan
universitas Islam, pilar kedua, mendirikan rumah sakit Islam
dan yang ketiga, mendirikan lembaga keuangan, terbukti dari
kesemuanya KH. Sholeh Iskandar berhasil mendirikannya dan
masih berdiri kokoh hingga saat ini, seperti UIKA, rumah
sakit Islam Bogor, dan bank amanah ummah. Semua didirikan
oleh KH. Sholeh Iskandar merupakan berbasis syari‟ah
mengapa, karena dalam melihat realitas kehidupan
masyarakat yang serba tertinggal pada saat itu, baik dari segi
sisi ekonomi, pendidikan maupun kesehatan tidak
mencerminkan nilai syari‟ah dan didasarkan pada suatu
52
keyakinan umat yang kuat bahwa ajaran Islam adalah ajaran
yang tidak hanya mengatur masalah aqidah dan akhlak juga
mengatur ibadah dan muamalah dalam berbagai aspek
kehidupan.
Pasca kemerdekaan ia ingin membangun kembali
masyarakat Bogor dan melengkapi fasilitas di Bogor apa saja
yang masih belum ada di Bogor.31
Namun titik baliknya dari
seorang pejuang dan menjadi seorang ulama yang kembali
kepada masyarakat di tahun 1960 dengan mendirikan Pondok
Pesantren Pertanian Darul Fallah di Ciampea Bogor. Namun
terhambat pengurusannya karena ia ditangkap dan dipenjara
di era orde lama oleh pemimpin pada saat itu karena dituduh
yang tidak-tidak. Setelah kebebasannya ia langsung
memimpin Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor
sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ia dirikan.
Sebagaimana yang akan lebih di jelaskan dalam bab iv dalam
skripsi ini. Selain aktif mengajar dan mengurus lembaga-
lembaga pendidikan Islam yang beliau dirikan juga aktif
berdakwah mengisi pengajian di kantor BKSPP.
31 Di akhir masa pemerintahan Jepang April 1945 memang kondisi
sosial budaya masyarakat Indonesia khususnya di wilayah Bogor Shu
terjadi fase kemunduruan, dari segi ekonomi seperti kemiskinan dalam
masyarakat, tetapi untungnya dalam hal keagamaan para ulama di daerah
bangkit dan membentuk suatu perkumpulan dimana umat Islam harus
bergerak memajukan masyarakat, dalam hal pendidikan dan pengajaran
mengalami kekhawatiran karena memang tidak ada kemajuan sama sekali.
Pada saat itu di daerah tanah partikelir saja sekolah rakyat baru akan di
buka. Lihat: Susanto Zuhdi, Bogor Zaman Jepang 1942-1945 (Depok:
Komunitas Bambu, 2017), h. 138-139.
53
BKSPP ini merupakan Badan Kerjasama Pondok
Pesantren khususnya di wilayah Jawa Barat, karena yang
mendirikannya juga merupakan ulama-ulama dari berbagai
pesantren Jawa Barat. Ia bersama rekan-rekannya mendirikan
BKSPP sekitar tahun 1970-an, tujuannya dalam rangka
mengaderisasi keberadaan pesantren. KH. Sholeh Iskandar
mendirikan sekaligus memimpin BKSPP Jawa Barat, telah
banyak berhasil mengatasi persoalan yang dihadapi pondok
pesantren khususnya di pelosok desa yang mana aksesnya
masih keterbelakang, jadi dalam BKSPP ini pondok pesantren
saling melengkapi, menjadi contoh satu sama lain. Seperti
pengadaan air bersih, kenyamanan dan kesehatan dalam
membangun pondok pesantren, juga kurikulum dalam
pesantren. Semua awal pencetusan ide untuk membangun
BKSPP adalah KH. Sholeh Iskandar dengan mengajak semua
rekan-rekan seperjuangan alim ulama yang ada di wilayah
Jawa Barat. Bersama KH. Noer Ali sebagai pimpinan umum
BKSPP dan KH. Sholeh Iskandar sebagai ketua badan
pelaksana, menjadikan BKSPP terus maju dan berkembang ke
berbagai wilayah di Jawa Barat.32
Perjuangan KH. Sholeh
Iskandar sebenarnya lebih banyak di masyarakat, karena
keikutsertaannya dalam revolusi fisiknya hanya sekitar lima
32 Bersama rekan-rekan seperjuangannya sejak zaman revolusi saat itu
termasuk KH. Abdullah bin Nuh, KH. Sholeh Iskandar, KH. Noer Alie,
KH. Choer Affandi, KH. Abdullah Syafi‟i dkk lainnya mendirikan Badan
Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat. Edi Sudarjat, Bogor
Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan Batalyon O Siliwangi,
(Bogor: Komunitas Bambu, 2015), h. 59.
54
tahun dari 1945-1950. Hingga akhir hayatnya tetap berjuang
dalam masyarakat, berbagi keilmuannya, membangun dan
memajukan masyarakat Bogor.
Untuk aktifitas dakwah atau mengajarnya sendiri
biasanya beliau menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-
nasehat yang membawa nilai-nilai positif kepada jama‟ah
(muridnya), guna untuk membawa para muridnya menjadi
manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat dan
agamanya. Biasanya Kiyai Haji Sholeh Iskandar melakukan
ceramah pengajian di kantor BKSPP, karena setiap bulannya
selalu ada pengajian rutin dan KH. Sholeh Iskandar salah satu
pendiri sekaligus guru yang mengajar, atau mengisi ceramah
pengajian di beberapa tempat lainnya salah satunya di Masjid
Al-Hijri, didekat air mancur Bogor. Pada masanya ia juga
mengajar di lembaga-lembaga yang ia dirikan, selain menjadi
pengurus ia juga mengisi kelas seperti di Universitas Ibn
Khaldun dan Pondok Pesantren Darul Fallah Bogor.
Dalam berceramah, KH. Sholeh Iskandar tampak
begitu tenang dan sabar dalam menjelaskan materi dakwah
yang disampaikan kepada para muridnya, sehingga para
muridnya begitu antusias dalam mendengarnya. Dalam
berceramah KH. Sholeh Iskandar mengambil rujukan dari Al-
Qur‟an dan hadist, sehingga jama‟ah atau muridnya lebih
55
paham dan percaya tentang materi yang dijelaskan olehnya.33
Bagi yang mengenal KH. Sholeh Iskandar adalah sosok
penggerak, ulama yang selalu terjun dalam masyarakatnya
sendiri, ia selalu mengamalkan kata terus berbuat terus
memotivasi, karena menurutnya bagi seorang pejuang baik
pejuang negara maupun agama tidak ada kata istirahat.
Apalagi KH. Sholeh Iskandar merupakan sesorang
yang bergerak di berbagai bidang, tidak hanya melulu
menggeluti satu bidang, bisa dibuktikan bahwa sebelumnya
dalam tiga pilar dakwah yang ia cita-citakan kesemuanya
sekarang ada dan masih berdiri kokoh, kontribusinya bagi
masyarakat tidak ternilai, dibandingkan dengan apa yang ia
korbankan, semuanya ikhlas di jalan Allah. Karena keimanan
dan kepercayaannya terhadap agama menjadikan pribadi yang
amat diteladani dari seorang ulama seperti KH. Sholeh
Iskandar.
33 Hasil wawancara pribadi penulis dengan Bapak H. Lukman Hakiem
(salah satu murid KH. Sholeh Iskandar juga penulis buku jejak perjuangan
ulama-patriot KH. Sholeh Iskandar, di Desa Benda, Kecamatan Cicurug,
Kabupaten Sukabumi), yang dilakukan pada Senin, 03 September 2018
pukul 14.00 WIB.
56
57
BAB IV
KONTRIBUSI KH. SHOLEH ISKANDAR DALAM
MEMAJUKAN PENDIDIKAN ISLAM DI BOGOR
Dalam bab ini sebagaimana telah disebutkan bahwa
sesuai dengan rumusan masalah bagaimana kontribusi KH.
Sholeh Iskandar dalam memajukan pendidikan Islam di
Bogor? saya jawab dengan mengambil salah satu tiga pilar
dakwah KH. Sholeh Iskandar yang kesemuanya mencakup
pendidikan, kesehatan, dan keuangan, namun khusus dalam
pembahasan ini saya ambil hanya salah satu pilar dakwahnya
yaitu di bidang pendidikan, karena ia memiliki andil yang
cukup besar dalam mendirikan lembaga pendidikan ini.1
Sesuai dengan kajian saya mengenai pendidikan Islam
sebagai salah satu pilar dakwahnya maka dari itu,
penjelasannya akan saya jelaskan secara rinci di bawah ini.
A. Mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun
1. Latar Belakang Berdirinya Yayasan dan
Universitas
1 Selain berdirinya pesantren sebagai pusat kaderisasi maka harus di
dukung pula oleh tiga pilar dakwahnya. Sebelumnya, di tahun 1960 beliau
KH. Sholeh Iskandar mendirikan Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah
di Ciampea Bogor sebagai bukti titik balik beliau dari seorang pejuang
menjadi seorang Ulama. Lihat: Sumardi, “Majalah Suara Ulama”.
Biografi: KH. Sholeh Iskandar (alm) Sang Panglima Militer yang Berbelot
menjadi Pendakwah Ulung, Edisi 4, (2017): 19.
58
Sebelum adanya Yayasan Pendidikan Islam Ibn
Khaldun di Bogor, yayasan ini merupakan salah satu yayasan
yang berada di Jakarta namanya juga sama yaitu Yayasan
Ibnu Chaldun, karena Yayasan Ibn Khaldun yang berada di
Bogor merupakan cabang dari yayasan ini. Yayasan Ibnu
Chaldun di Jakarta inilah yang memelopori pendirian
Universitas Ibnu Chaldun (UIC) di Jakarta.2 Namun, jauh
sebelum UIC yang berada di Jakarta di buka, di Bogor sejak
tahun 1960 sudah berdiri Universitas Djakarta Indonesia
(UDI) dengan mengoperasikan empat fakultas yaitu: Fakultas
Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan juga Fakultas Sastra (Bahasa Inggris). Maka dari
itu, dengan dibukanya UIC (Universitas Ibnu Chaldun) di
Jakarta, empat fakultas UDI (Universitas Djakarta Indonesia)
ini menggabungkan diri ke UIC (Universitas Ibnu Chaldun)
yang berada di Jakarta.3
UDI (Universitas Djakarta Indonesia) mendesentralisasi
pengelolaan empat fakultas yang beroperasi di Bogor kepada
Yayasan Ibnu Chaldun Jakarta, kemudian Dewan Para
Pembentuk Yayasan Ibnu Chaldun Jakarta menerbitkan Surat
2 Yayasan Ibnu Chaldun Jakarta sendiri didirkan oleh salah satu tokoh
Masyumi yang saat itu menjadi anggota parlemen H. Zainal Abidin
Ahmad (1912-1983) dan H. Ali Akbar (1915-1994) serta seorang
mahasiswa Ali Imran Kadir. Lihat: Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan
Ulama-Patriot KH. Sholeh Iskandar (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 57.
3 Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor Melintas
Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas Ibn
Khaldun, 2011), h. 151-159.
59
Keputusan No. 31/DPP/61 tanggal 23 April 1961 yang
menetapkan:
Memberikan status otonomi penuh kepada Perguruan
(Tinggi) Yayasan Ibnu Chaldun di Bogor.
Mengangkat Badan Pengurus Yayasan Ibnu Chaldun
di Bogor terhitung sejak tanggal keputusan diterbitkan.
Maka dari itu, secara resmi berdirilah Universitas Ibnu
Chaldun Bogor yang kemudian menjadi Universitas Ibn
Khaldun (UIKA) Bogor. Semenjak saat itu, Universitas
Djakarta Indonesia berubah menjadi Universitas Ibn Khaldun
karena desentralisasi yang dilakukan terhadap ke empat
fakultas kepada Yayasan Ibnu Chaldun Jakarta. Tanggal 23
April pun seperti yang diketahui kemudian disepakati sebagai
hari jadi UIKA Bogor.4
Dalam mendirikan suatu lembaga kita tidak bisa
mendirikannya seorang diri, begitu pula KH. Sholeh Iskandar.
Ia berjuang bersama rekan-rekannya dalam mendirikan
Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor. Di masa
kepemimpinannya pula KH. Sholeh Iskandar berhasil
membujuk pihak Yayasan Ibnu Chaldun Jakarta agar Yayasan
Ibn Khaldun yang berada di Bogor bisa memisahkan diri
tanpa terkait dengan yayasan yang ada di Jakarta. KH. Sholeh
4 Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor Melintas
Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas Ibn
Khaldun, 2011), h. 146-147.
60
Iskandar meminta secara baik-baik dan akhirnya berhasil,
Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor menjadi
yayasan yang berdiri sendiri.5 Dengan menaungi langsung
Universitas Ibn Khaldun Bogor hingga saat ini merupakan
universitas Islam pertama di wilayah Bogor.
Universitas Ibn Khaldun Bogor lahir di tahun di mana
kondisi politik Indonesia sedang bergejolak.6 Karena
merupakan perguruan tinggi Islam jadi agak sulit dalam
mengembangkannya kerena pada saat itu kondisi politik tidak
mendukung dan perhatian terhadap perguruan tinggi agak
kurang. Oleh sebab itu, keberadaannya harus lebih hati-hati
agar tetap bertahan. Dengan berjalannya waktu keterbukaan
dan perbaikan perguruan tinggi mulai tercanangkan sekitar
tahun 1970-1975 mulai terealisasikan pembangunannya dan
memiliki gedung sendiri.
UIKA pada awalnya hanya memiliki beberapa
fakultas, seperti Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
berdiri pada tahun 1961, kemudian Fakultas Ekonomi berdiri
di tahun 1961 juga, adapula Fakultas Hukum yang masih
seangkatan berdiri di tahun 1961, dan UIKA berhasil pula
mengembangkan Fakultas Agama Islam di tahun 1994 (hasil
5 Hasil wawancara pribadi penulis bersama H. Lukman Hakiem pada
Senin 03 September 2018 pukul 14.00 WIB di Desa Benda, Kecamatan
Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
6 Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas
Ibn Khaldun, 2011), h. 48.
61
gabungan Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas
Ushuluddin). Fakultas Teknik yang juga berdiri pada tahun
1978, hingga di tahun 2000-an UIKA mendirikan Pasca
Sarjana, lalu Fakultas Kesehatan yang paling bungsu dan baru
pada tahun 2011.7
Bisa dibilang pencapaian UIKA Bogor pada saat ini,
tentu saja merupakan hasil dari kerja keras para pendiri,
pemimpin, dan pengasuh YPIKA dan UIKA yang dari dulu
terus berikhtiar dijalannya. KH. Sholeh Iskandar merupakan
sosok tokoh utama dibalik kesuksesan dalam membangun
dan mengembangkan UIKA, dalam mewujudkan cita-citanya
yang luhur KH. Sholeh Iskandar sampai melepaskan harta
milik pribadinya, dengan menjual rumahnya di Jalan Jendral
Sudirman Bogor, sampai-sampai ia rela mengontrak beberapa
tahun di Jalan Rimba, Ciomas. Menurut keterangan yang di
tulis oleh Bapak Lukman Hakiem, ada salah satu narasumber
bercerita yang identitasnya tak mau disebutkan bahwa pada
saat itu prihatin melihat keadaan tersebut, sehingga pimpinan
UIKA menawari KH. Sholeh Iskandar untuk menukar tanah
seluas 200.651 meter persegi (20,651 hektar) di Cibeber
Leuwiliang8 dengan gedung milik UIKA di Jalan Kasintu.
7 Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor Melintas
Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas Ibn
Khaldun, 2011), h. 55-92.
8 Sertifikat tanah tersebut atas nama Hardi M. Arifin, Ir. Abubakar
Burniat, Drs. Syamsu Yusuf, Drs. A.A Leurima, dan H. Sofyan Suhendar.
Wawancara yang dilakukan oleh Bapak Lukman Hakiem bersama Hardi
62
Mulanya KH. Sholeh Iskandar menolak, karena takut
menimbulkan pandangan yang tidak-tidak terhadapnya,
namun setelah diyakinkan barulah ia menerimanya. Dan lagi,
rumah ini tetap saja dijadikan markas perjuangan dan kantor
BKSPP, bukan malah menjadi rumah pribadi yang seharusnya
di tempati ia bersama keluarganya.9
Bisa dilihat sekarang, berkat para pejuang yang tak
pernah lelah memikirkan umat dan ikhlas demi kemajuan
Pendidikan Islam sekarang Universitas Ibn Khaldun berdiri
kokoh menjadikannya universitas Islam pertama di Bogor dan
di percaya oleh masyarakat sebagai universitas yang bermutu
sesuai dengan namanya dan mengkhususkan konsentrasi di
bidang Pendidikan Islam serta dibidang umum lainnya.
2. Nama Yayasan dan Universitas
Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor, untuk
penamaan Ibn Khaldun sendiri diambil dari nama seorang
ilmuwan muslim bernama Ibn Khaldun10
yang hidup pada
abad ke 14 Masehi, tepatnya ia dilahirkan di Tunis 1
Ramadhan 732 Hijriyah (27 Mei 1332 Masehi) dan wafat di
Kairo pada tanggal 25 Ramadhan 808 Hijriyah (19 Maret
M. Arifin, 25 September 2016. Lihat: Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan
Ulama-Patriot KH. Sholeh Iskandar (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 62.
9 Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama-Patriot KH. Sholeh
Iskandar (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 63.
10 Yayasan Pendidikan Islam Ibnu Khaldun Bogor (2018), Inform
databese http://uika-bogor.ac.id, di unduh pada tanggal 19 Oktober 2018
pukul 21.30 WIB.
63
1406 Masehi). Ibn Khaldun mempunyai nama lengkap Abu
Zaid Abdurrahman Ibn Khaldun.11
Ibn Khaldun juga seorang
Sosiolog dan Sejarawan terkenal dengan bukunya
Mukaddimah. Ia merupakan perintis filsafat sejarah dan
sosiologi yang tidak ada tandingan pada zamannya.
Mengingat ia seorang ilmuwan besar muslim dan juga karena
kebesaran jiwanya, maka para pendiri Yayasan Ibn Khaldun
(Ibn Chaldun Foundation) mengabadikan namanya sebagai
nama yayasan maupun nama universitas.
3. Letak Yayasan dan Universitas
Untuk kedudukan tempatnya sendiri, yayasan pada
saat itu masih berpindah-pindah tempat. Ketika
kepemimpinan yayasan masih dibawah dokter Marzuki
Mahdi, bersama-sama KH. Sholeh Iskandar, Abdullah Siddik,
Prijono Hardjosentono dan rekan-rekan seperjuangan lainnya
baik dari yayasan dan universitas dimulai dengan menyewa
gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) Papandayan di Jl.
Papandayan No. 25 Bogor, dan tahun-tahun setelahnya terus
berpindah-pindah tempat kuliah hingga di usia 50 tahun
memiliki lahan 1200 meter persegi di Jl. R.E Martadinata dan
Kampus di Jl. KH. Sholeh Iskandar seluas 4,2 hektar.12
11 Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun, Masturi
Irham dkk (penerjemah), Mukaddimah Ibnu Khaldun, cet ke-1, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2011), h. 3.
12
Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama-Patriot KH. Sholeh
Iskandar (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 60.
64
Awalnya letak kampus Universitas Ibn Khaldun itu
ada di Jl. R.E Martadinata 4, tempat ini diperoleh dengan
membeli harga murah, uangnya dikumpulkan dari beberapa
orang yaitu KH. Sholeh Iskandar, H. Prijono Hardjosentono,
Chaeruddin Nawawi, dan Yunus Alwi, pada tahun 1973 dari
seseorang yang bernama Djamar Adam, seorang pengurus
Pucuk Pimpinan gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP GPII)
saat dibentuk pada 02 Oktober 1945, dengan lahan seluas
1.169 meter persegi dan atasnya terdapat bangunan rumah.13
Pada tahun 1980, melalui KH. Sholeh Iskandar pula seorang
dosen dari Universitas King Abdul Aziz Jeddah, yaitu Dr.
Omar Zubair, membeli rumah beserta lahan di Jl. R.E
Martadinata No. 2 seluas 202 meter persegi. Dr. Omar Zubair
ini kemudian mewakafkan rumahnya itu kepada Yayasan
Pendidikan Islam Ibn Khaldun (YPIKA).14
Jadi proses dalam memiliki tempat yang tetap itu
panjang, para pendiri dan pengurus baik yayasan maupun
universitas seperti dokter Marzuki Mahdi, KH. Sholeh
Iskandar, R.S.A Kartadjumena, H. Prijono Hardjosentono, Ir.
R.S.A Suwignyo, Ir. Iman Rahardjo, yang didukung dan
dipelopori oleh para mahasiswanya antara lain Yunus Dali,
Abdul Aziz Sani, Hamidin Kulubana, Amir Son dan
13 Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama-Patriot KH. Sholeh
Iskandar (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 61.
14
Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas
Ibn Khaldun, 2011), h. 39-40.
65
Djamiruddin AS. Semuanya berjuang demi membangun satu
Lembaga Pendidikan Islam di Bogor, melalui mereka sedikit
demi sedikit membeli tanah, juga wakaf rumah maupun tanah
dari orang-orang dermawan yang membantu, kemajuan pun
terus berlanjut ketika kepemimpinan KH. Sholeh Iskandar
nama yayasan yang tadinya Badan Pengurus Yayasan Ibn
Khaldun Bogor diubah dan ditingkatkan menjadi Yayasan
Pembina Universitas Ibn Khladun Bogor.15
Pembangunan universitas banyak dibantu oleh para
dermawan yang lagi-lagi melalui kebaikan KH. Sholeh
Iskandar seorang Nyonya yang bernama Tan Pek Nio yang
bertempat tinggal di Jl. Salabintana No. 34 Sukabumi
menghibahkan tanahnya kepada Yayasan Pembina
Universitas Ibn Khaldun Bogor. Penghibahan ini secara resmi
tertulis dalam surat pernyataan yang ditanda tangani di
Sukabumi pada bulan Oktober 1977, Nyonya Tan Pek Nio
menyatakan bahwa dirinya beserta keluarga (ahli waris) tidak
berkebaratan dan tidak akan melakukan gugatan apabila persil
tanah perponding No: 1131/Seb seluas 590 meter persegi,
surat ukur No: 12/1956 terletak di Jl. RE. Martadinata, Desa
Pabaton, Kota Bogor, di izinkan oleh Walikota Bogor untuk
15 Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor (2018), Inform
databese http://uika-bogor.ac.id, di unduh pada tanggal 22 Oktober 2018
pukul 09.52 WIB.
66
dipergunakan oleh Yayasan Pembina Univarsitas Ibn Khaldun
Bogor.16
Alasan dibalik Nyonya Tan Pek Nio ini menghibahkan
tanahnya kepada Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun
Bogor yaitu sebagai ucapan terimakasih kepada sosok KH.
Sholeh Iskandar yang pada saat itu di masa perang
kemerdekaan, telah menyelamatkan nyawa diri dan
keluarganya dari ancaman pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.17
Koneksi luas yang dimiliki oleh KH.
Sholeh Iskandar menjadikan cita-citanya membangun sebuah
universitas Islam dengan sedikit demi sedikit mulai terwujud,
dan diwujudkan oleh para dermawan yang berbaik hati
melalui KH. Sholeh Iskandar yang lebih baik lagi dalam
membantu masyarakatnya.
Meskipun awalnya letak yayasan maupun universitas
Ibn Khaldun tidak menetap, artinya selalu berpindah-pindah
tempat dengan menyewa gedung satu dan gedung lainnya.
Namun berkat para pejuang pendiri maupun pengasuh
yayasan dan universitas juga orang-orang baik yang
16 Pernyataan tidak keberatan ini, menurut Nyonya Tan Pek Nio, sesuai
dengan Akta Pelepasan Hak No: 6, dibuat dihadapan Wakil Notaris Ali
Harsoyo, Bogor, yang telah disampaikan dengan surat pengantar Nyonya
Tan Pek Nio tertanggal 9 Januari 1965. Di atas hibah dari Nyonya Tan Pek
Nio kini sekarang berdiri megah Masjid Al-Hijri I, yang tepatnya
disebelah Air Mancur. Lihat: Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama-
Patriot KH. Sholeh Iskandar (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 61.
17 Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama-Patriot KH. Sholeh
Iskandar (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 60.
67
dermawan menghibahkan hartanya, sekarang bisa dililat
Pertama, bangunan kantor Yayasan Pendidikan Islam Ibn
Khaldun Bogor berada di Jl. RE. Martadinata No. 2-4, Desa
Pabaton, Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota
Bogor tepat di sebelahnya ada Masjid Al-Hijri I. Kedua,
Universitas Ibn Khaldun Bogor yang dinaungi oleh YPIKA
bangunannya sekarang berdiri megah di Jl. KH. Sholeh
Iskandar Km. 2, Kedung Badak, Tanah Sareal, Kota Bogor.
B. Visi, Misi dan Tujuan
Pada dasarnya, sebuah lembaga pendidikan Islam baik
seperti perguruan tinggi Islam yaitu Universitas Ibn Khaldun
Bogor memiliki suatu tujuan yang didasari dari pendiriannya.
Tujuannya itu selain ingin mencerdaskan anak bangsa juga
menyelamatkan dan membahagiakan setiap umat manusia
khususnya orang-orang di sekitar wilayah perguruan tinggi
agar sukses dunia dan akhirat, karena selain belajar ilmu
tentang dunia juga belajar ilmu-ilmu agama agar menjadi
bekal setelah dunia berakhir kelak. Meskipun berbeda dengan
universitas umum yang hanya memiliki bobot pengetahuan
sains saja, sebenarnnya universitas Islam lebih unggul karena
meskipun memiliki pelajaran lebih banyak tetapi seimbang
untuk pengetahuan hidup dan agama bagi manusia. Seperti
pada Visi, Misi, dan Tujuannya di bawah ini:
68
Visi
Menjadi Universitas Unggul Berbasis Keislaman dan
Teknologi pada tahun 2025
Misi
Menyelenggarakan program pendidikan tinggi yang
unggul berbasis nilai-nilai keislaman dan penerapan
teknologi.
Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni untuk kesejahteraan masyarakat sebagai
perwujudan keagungan ajaran Islam.
Mengembangkan kerjasama dalam lingkungan
nasional, regional, dan internasional dalam
pelaksanaan program tridharma perguruan tinggi.
Tujuan
Menjadi Universitas Islam yang memiliki keunggulan
dalam proses pembelajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat yang berbasis nilai-nilai keislaman
dan penerapan teknologi.
Menghasilkan insan akademik yang berakhlak mulia,
kreatif, inovatif, dan relevan dengan dinamika
kebutuhan masyarakat.
69
Menghasilkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan ajaran Islam.
Terjalinnya kerjasama dalam lingkup nasional,
regional, dan internasional dalam pelaksaan program
tridharma perguruan tinggi.18
C. Struktur Organisasi
Adapun kepengurusan Yayasan Ibnu Chaldun Bogor
(YICB) periode pertama yaitu tahun 1961-1966 terdiri dari:
Ketua : Dokter Marzuki Mahdi
Wakil Ketua : R.S.A Kartadjumena
Wakil Ketua : Ir. Prijono Hardjosentono
Seretaris I : Ir. Iman Rahardjo
Sekretaris II : Junus Dali
Bendahara I : R.A Soewignjo
Bendahara II : M. Djunaidi 19
18 Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Ibn Khaldun Bogor dalam Inform
databese http://uika-bogor.ac.id, di unduh pada tanggal 17 November 2018
pukul 18.30 WIB.
19
Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas
Ibn Khaldun, 2011), h. 31.
70
Untuk susunan Universitas Ibnu Chaldun Bogor (UIC)
dengan masa jabatan 1961-1969 ditetapkan sebagai berikut:
Rektor : Mr. Abdullah Siddik20
Pembantu Rektor I : Mr. BMH. Pinayungan.
Pembantu Rektor II : Moh. Nazir
Pembantu Rektor II : Drs. Ibin M. Syatibi
Dekan Fakultas Hukum : Mr. MBH. Pinayungan
Dekan Fakultas Ekonomi : Ahmad Sutoyo
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan: Dra. Magdalena
Dekan Fakultas Hukum Islam : H. Munir Jakub
Dekan Fakultas Sosial Politik : Drs. Anwarsito
Dekan Fakultas Sastra : Tjie Eng Hoat, H.A21
Perlu di ketahui bahwa pada era rezim Soekarno KH.
Sholeh Iskandar pernah di penjara bersama rekan-rekannya di
Masyumi yaitu KH. Noer Ali juga beserta seniornya yaitu M.
20 Mr. Abdullah Siddik merupakan mantan Duta Besar Republik
Indonesia di Bangkok, Thailand. Lihat: M. Rais Ahmad dalam Budi
Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor Melintas Zaman
Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas Ibn Khaldun,
2011), h. 147.
21
Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas
Ibn Khaldun, 2011), h. 152.
71
Natsir. 22
Baru setelah KH. Sholeh Iskandar bebas dari penjara
ia bergabung dengan Yayasan Ibnu Chaldun Bogor. Pada
kepengurusan periode kedua tahun 1967-1971, KH. Sholeh
Iskandar menjadi Ketua II, Ketua Umum YICB (Yayasan
Ibnu Chaldun Bogor) masih di ketuai oleh dr. Marzuki Mahdi.
Namun, kepengerusan dalam periode kedua ini dokter
Marzuki Mahdi tidak bertahan lama, sebab ia wafat pada
tahun 1968, sedangkan Ketua I yang awalnya oleh R.S.A
Kartadjumen di gantikan oleh Ir. Prijono Hardjosentono
merangkap pula sebagai Rektor Universitas Ibnu Chaldun
(UIC) Bogor, oleh sebab itu setelah kepergian dr. Marzuki
Mahdi, KH. Sholeh Iskandarlah yang di daulat untuk
memimpin Yayasan Ibnu Chaldun Bogor (YICB).23
Sejak tahun 1968 hingga wafat KH. Sholeh Iskandar
banyak terlibat dalam kepengurusan Yayasan Ibnu Chaldun
22 Di masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, KH. Sholeh
Iskandar dipenjara lebih dari tiga tahun (1962-1966), penyebabnya karena
dituduh kontra revolusi, sebuah tuduhan yang biasa diarahkan kepada
orang yang menentang kesewenang-wenangan pemerintah Orde Lama,
seperti para tokoh Partai Masyumi. KH. Sholeh Iskandar memang sempat
ditunjuk sebagai Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Serikat Tani Islam
Indonesia (1952-1970) dan anggota Pimpinan Pusat (PP) Masyumi (1959-
1960), namun dalam keterangan penulis ketika mewawancarai narasumber
H. Lukman Hakiem: bahwa KH. Sholeh Iskandar menolak menjadi
anggota Pimpinan Pusat Masyumi pada saat itu. Tak heran jika beliau
difitnah terlibat dalam komplotan yang berencana membunuh Presiden
Soekarno. Tuduhan ini dilontarkan oleh para pendukung Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang waktu itu bersekutu erat dengan Presiden Soekarno.
Lihat: Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar
dan Batalyon O Siliwang (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. vii-ix.
23
Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Ulama-Patriot KH. Sholeh
Iskandar (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 60.
72
Bogor (YICB), di masa kepemimpinannya yayasan kemudian
berubah nama menjadi Yayasan Pembina Universitas Ibn
Khaldun (YPUIKA) Bogor pada tahun 1974, dan mulai
berkedudukan tempat di Jl. R.E Martadinata Nomor 2-4
Bogor,24
kemudian berubah nama lagi menjadi Yayasan
Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor pada tahun 1987 hingga
saat ini. Meskipun ia menjabat sebagai ketua pengurus
yayasan selama dua periode dari sepeninggal dokter Marzuki
Mahdi tahun 1967 hingga tahun 198325
kemudian menjadi
Ketua Umum II Badan Pengurus pada 1968-1974, menjadi
Ketua Badan Pengurus pada 1974-1983, menjadi Ketua
Badan Pengawas dan Penasihat pada 1983-1985, menjadi
Ketua Badan Pembina pada 1986-1987, menjadi ketua Badan
Pembina pada 1988-1989, dan menjadi Ketua Badan Pembina
pada 1990-1995. Namun, karena ia wafat di tahun 1992,
posisinya sebagai Ketua Badan Pembina YPIKA Bogor
digantikan oleh KH. Tb. Hasan Basri.26
Bahwa di alenia
pertama di sebutkan KH. Sholeh Iskandar terus terlibat dalam
kepengurusan yayasan hingga akhir hayatnya itu benar, dilihat
betapa seringnya ia dipilih sebagai ketua kepengurusan dalam
24 Hasil wawancara Pribadi Penulis bersama salah satu pengurus
Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor Periode 2015-2020 yaitu
Bapak Zainal Muttaqin pada Kamis 18 Oktober 2018 pukul: 11.00 WIB di
Jl. R.E Martadinata, Pabaton, Kota Bogor Tengah.
25
Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor (2018), Inform
databese http://uika-bogor.ac.id, di unduh pada tanggal 21 Oktober 2018
pukul 19.00 WIB.
26
Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas
Ibn Khaldun, 2011), h. 31-36.
73
Yayasan telah menjadi kepercayaan sendiri hingga di tahun ia
wafat masih memegang peranan sebagai pengurus.
Seperti di bawah ini susunan kepengurusan baik yayasan
maupun universitas:
Tabel 4.1
Periode Tahun 1974-1983
Jabatan Nama
Ketua KH. Sholeh Iskandar
Wakil Ketua I R.M Oentoro Koesmardjo
Wakil Ketua II M.E Kahfie
Sekretaris I Junus Dali, Bc, Hk
Sekretaris II Drs. Abdul Qoyyum
Sekretaris III Yasin Prawira
Anggota Abdul Chaer Shaleh, BA
Ali Audah
Hamim Penna
Drs. Syamsu Yusuf
R.H. Idid Junaedi
Sumber: Budi Susetyo (ed)
Tabel 4.2
Periode Tahun 1983-1985
Jabatan Nama
Badan Pengurus:
Ketua Ir. Prijono Hardjosentono
Wakil Ketua KH. TB. Hasan Basri
Sekretaris Junus Dali, Bc. Hk
Wakil Sekretaris M. Rais Ahmad, S.H
Bendahara Ir. Zain Rachman
Wakil Bendahara Drs. Mas Suryanata
Anggota Ir. R. Soenaryo Hardjodarsono
74
Sumber: Budi Susetyo (ed)
Tabel 4.3
Periode Tahun 1985-1986
Jabatan Nama
Badan Pembina:
Ketua KH. Sholeh Iskandar
Anggota M.E Kahfie
R.M Oentoro Koesmardjo
Badan Pengurus:
Ketua KH. TB. Hasan Basri
Wakil Ketua -
Sekretaris Junus Dali Bc. HK
Wakil Sekretaris M. Rais Ahmad, S.H
Bendahara Ir. Zain Rahman
Wakil Bendahara Drs. Mas Surjanata
Anggota Ir. H. Sunarjo Hardjodarsono,
MSc
Drs. Chaeruddin A. Nawawi
Hardi M. Arifin
Drs. Sjamsu Yusuf
Sumber: Budi Susetyo (ed)
Dr. A.M Saefuddin
Hardi M. Arifin
Chaeruddin A. Nawawi, S.E
Drs. Syamsu Yusuf
Badan Pengawas
dan Penasehat:
Ketua KH. Sholeh Iskandar
Anggota M.E Kahfie R.M Oentoro Koesmardjo
75
Tabel 4.4
Periode Tahun 1986-1987
Jabatan Nama
Badan Pembina:
Ketua KH. Sholeh Iskandar
Wakil Ketua KH. TB. Hasan Basri
Sekretaris Ali Audah
Anggota M.E Kahfie
Mr. H. Abdullah Siddik
Ir. R. Soenaryo Hardjodarsono
Hj. Siti Soedaryati Prijono
Hj. Dorom Harahap Hasan
Basyaryddin
HRM. Oentoro Koesmardjo
Drs. H. Yusuf Iskandar
Badan Pengurus:
Ketua Dr. Ir. H. A.M. Saefuddin
Wakil Ketua Junus Dali, Bc. Hk
Sekretaris A.A Leurima, S.E
Wakil Sekretaris H. Sofyan Suhendar, Lc
Bendahara Ir. Zain Rahman, MSc
Wakil Bendahara Drs. Mas Suryanata
Anggota Hardi M. Arifin
Drs. H. Syamsu Yusuf
Chaeruddin A. Nawawi, S.E
Drs. H. Ibin M. Syatibi
Takmir Masjid Al-Hijri:
Ketua/ Kiai Kampus Sunmanjaya Rukmandis Bc. Hk
Wakil Ketua M. Abbas Aula. Lc
Sekretaris M.S, Ka’ban, S.E
Sumber: Budi Susetyo (ed)
76
Tabel 4.5
Periode Tahun 1988-1989
Jabatan Nama
Badan Pembina:
Ketua KH. Sholeh Isakndar
Wakil Ketua KH. Tb. Hasan Basri
Sekretaris R.M Oentoro Koesmardjo
Anggota KH. Dadun Abdul Kohar
Drs. KH. Yusuf Iskandar
Badan Pengurus:
Ketua Ir. Abubakar Burniat
Wakil Ketua I Junus Dali, Bc. Hk
Wakil Ketua II Drs. Syamsu Yusuf
Sekretaris Hardi M. Arifin
Wakil Sekretaris Sofyan Suhendar, Lc
Bendahara H. Wadi Masturi, SE
Wakil Bendahara A.A Leurima, SE
Anggota Ir. Zain Rahman
Drs. Ibin M. Syatibi
Kamaluddin Isakandar, Lc
Drs. Chaeruddin A. Nawawi
Takmir Masjid Al-Hijri:
Ketua/ Kiai Kampus Sunmanjaya Bc. Hk
Wakil Ketua M. Abbas Aula, Lc.
Sekretaris M.S Ka’ban, S.E
Lembaga Ulil Albab:
Ketua Prof. Dr. H. A.M. Saefuddin
Sumber: Budi Susetyo (ed)
77
Tabel 4.6
Periode Tahun 1990 (Transisi)
Jabatan Nama
Badan Pembina:
Ketua KH. Sholeh Iskandar
Anggota M.E Kahfie
R.M Oentoro Koesmardjo
Badan Pengurus:
Ketua KH. Tb. Hasan Basri
Wakil Ketua I H. Junus Dali, Bc. Hk
Wakil Ketua II H. Chaeruddin A. Nawawi
Sekretaris Sofyan Suhendar, Lc.
Wakil Sekretaris Sunmanjaya Rukmandis
Bendahara H. Syamsu Yusuf, S.E
Wakil Bendahara H. A.A. Leurima, S.E
Anggota Drs. Ibin M. Syatibi
Hardi M. Arifin
Ir. Zain Rahman
H. Ir. Abubakar Burniat
H. Wadi Masturi, S.E
Sumber: Budi Susetyo (ed)
Tabel diatas merupakan kepengurusan yayasan pada
masa KH. Sholeh Iskandar masih hidup, namun di tahun
1990-an terjadi transisi kepengurusan, sehingga posisi ketua
di gantikan oleh KH. Tb. Hasan Basri sebagaimana telah di
jelaskan sebelumnya. Bahwa hingga akhir hayatnya KH.
Sholeh Iskandar tetap aktif sebagai pengurus yayasan.
78
Tabel 4.7
Rektor Tahun 1970-1983
Jabatan Nama
Rektor Ir. H. Prijono Hardjosentoso
Pembantu Rektor I Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar
Pembantu Rektor II Ali Audah
Pembantu Rektor III Dr. Pallawarukka
Sekretaris Junus Dali, Bc, Hk
Sumber: Budi Susetyo (ed)
Tabel 4.8
Rektor Tahun 1983-1985
Jabatan Nama
Rektor Dr. Ir. A.M Saefuddin
Pembantu Rektor I Ali Audah
Pembantu Rektor II Drs. M. Soerjanata
Pembantu Rektor III Junus Dali, Bc, Hk
Pembantu Rektor IV M. Rais Ahmad, S.H
Dewan Penyantun KH. Abdullah Bin Nuh
KH. Istichori
KH. Dadun Abdul Qohhar
Dr. Zakiah Daradjat
H. Palar
Drs. H. Mashud
Drs. Anton Timur Djaelani, M.A
Achmad Adnawijaya
Sumber: Budi Susetyo (ed)
79
Tabel 4.9
Tahun 1985-1987
Jabatan Nama
Rektor M. Rais Ahmad, S.H
Pembantu Rektor I Ir. M.A. Mujahid
Pembantu Rektor II H. Wadi Masturi. S.E
Pembantu Rektor III Ir. Heru Supriyanto, MS
Sumber: Budi Susetyo (ed)
Tabel 4.10
Tahun 1987-1991
Jabatan Nama
Rektor Drs. Didin Hafidhuddin, MS
Pembantu Rektor I M. Rais Ahmad, S.H
Pembantu Rektor II KH. A. Karim Halim, M,A
Pembantu Rektor III Drs. Ruhenda
Pembantu Rektor IV Ir. M.A. Mudjahid
Sumber: Budi Susetyo (ed)27
D. Perkembangan Yayasan dan Universitas
Dilihat dari realita penulis ke lapangan pada saat ini,
menunjukkan perkembangan serta kemajuan Universitas Ibn
Khaldun semakin pesat karena mulai banyaknya gedung-
gedung baru di bangun untuk setiap fakultas. Ini menandakan
bahwa eksistensi kampus Islami seperti UIKA memang
dipercaya oleh masyarakat, apalagi para pendiri baik Yayasan
27 Sumber Tabel kepengurusan yayasan dan universitas dari:
Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor:
Universitas Ibn Khaldun, 2011), h.. 32-36 & 52-53.
80
dan Universitas merupakan orang-orang hebat dan banyak
tokoh yang berpengaruh di masyarakat. Belum lagi jumlah
mahasiswa pertahunnya terus meningkat. Bisa dilihat model
grafik28
dibawah ini yang menandakan kelulusan mahasiswa
disetiap tahunnya meningkat:
Sumber: Data Humas UIKA Bogor
Data terakhir yang saya dapat di lapangan bahwa
perkembnagan mahasiswa Universitas Ibn Khladun Bogor
tahun 2017 peningkatannya yaitu 13,5 hampir mencapai 14%,
jadi untuk dibilang berkembang mahasiswa UIKA setiap
tahunnya berkembang,29
berarti kepercayaan masyarakat
terhadap kampus Islami ini semakin besar, juga didukung oleh
28 Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas
Ibn Khaldun, 2011), h. 55
29 Hasil wawancara pribadi penulis bersama Humas UIKA yaitu Adrin
Sefta B, S.T pada hari Kamis 23 November 2018, pukul 13.30 WIB di
gedung rektorat UIKA Bogor, Jl. Sholeh Iskandar, Kedung Badak, Kota
Bogor.
0
100
200
300
400
500
600
19
84
19
85
19
86
19
87
19
88
19
89
19
90
19
91
19
92
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
Lulusan
Lulusan
81
kemajuan dan fasilitas kampus tentunya. Bahkan dikalangan
mahasiswanya, meskipun dibilang Universitas Islam swasta
tetapi untuk namanya sudah dikenal tidak hanya di wilayah
Bogor saja, mahasiswanya pun banyak dari luar kota bahkan
menurut keterangan sampai luar negeri tepatnya negara-
negara Asia Tenggara. Ini tandanya kemajuan kampus yang
didirikan oleh KH. Sholeh Iskandar dkk berkembang dan
maju sesuai dengan prinsipnya.
Ketika masa transisi bisa dilhat tabel di atas struktur
organisasi tahun 1990-an di mana terakhir KH. Sholeh
Iskandar menjabat sebagai ketua pembina, namun
keikutsertaannya mengurus yayasan beserta mengembangkan
kampus masih beliau lakukan hingga akhir hayatnya.
Berawal dari rektor Dr. Ir. A.M Saefuddin yang
mencanangkan gagasan Islamisasi Sains dan Kampus dengan
motto: Iman, Ilmu, dan Amal.30
Memantapkan peran UIKA
dengan gagasan Islamisasi Sains dan Kampus dimaksudkan
agar mahasiswa dapat mengaitkan antara ilmu pengetahuan
dan ilmu agama Islam, atau dikatakan pula penggabungan
antara Fakultas Fikir dengan Zikir atau mengaitkan ayat-ayat
Kauniah dengan ayat-ayat Tanziliyah. Salah satu contoh
dalam Islamisasi Sains dan Kampus yang menjadi tujuan
30 “Majalah Suara Ulama”, Dari Ummatan Wahidah Menuju Khairu
Ummah: Bangkitnya Peradaban Islam dengan Islamisasi Sains dan
Kampus, Edisi 2, (2016). 56.
82
kampus UIKA yaitu dari beberapa mata kuliah seperti
Biologi, Fisika, Pancasila dan lainnya sudah di Islamisasi di
kampus yang memiliki motto Iman, Ilmu dan Amal itu untuk
menopang program tersebut, seluruh dosen, karyawan, dan
mahasiswa laki-laki UIKA harus shalat berjama’ah di masjid.
Lalu wanita muslimahnya memakai hijab yang baik, itu
semua sebagai dasar kekuatan ruhiyah dan semangat
menjalankan Islam.31
Islamisasi imu pengetahuan (sains) pada dasarnya
adalah menjadikan imu pengetahuan (sains) tidak netral atau
bebas nilai, bertujuan yang sama, berpegang kepada prinsip
metafisik, ontologi, epistimologi dan aksiologi Islam yang
berdasarkan kepada konsep Tauhid. Islamisasi ilmu
pengetahuan (sains) mutlak diperlukan, karena selain untuk
mengejar ketertinggalan umat Islam, juga sebagai jawaban
terhadap kritik terhadap ilmu pengetahuan modern yang
selama ini telah bebas nilai dan terlepas dari akar
transendental. Selain dengan program Islamisasi, untuk
menghadapi masa depan ada beberapa hal yang perlu
disiapkan UIKA dalam menatapkan kesatuan Iman, Ilmu, dan
Amal diantaranya pengetahuan jati diri dan pemantapan
kurikulum.
31 Dr. H. E. Bahruddin, M.Ag selaku Rektor UIKA Bogor dalam
wawancaranya bersama “Majalah Suara Ulama”, Dari Ummatan Wahidah
Menuju Khairu Ummah: Bangkitnya Peradaban Islam dengan Islamisasi
Sains dan Kampus, Edisi 2, (2016). 57.
83
Untuk alumni sendiri, banyak lulusan UIKA yang
menjadi tokoh yang berpengaruh di masyarakat, sebagai
contoh misalkan salah satu alumni UIKA dari Fakultas
Hukum ada yang terpilih menjadi Bupati Kabupaten Bogor,
sebagai lingkup kecilnya dan akan dilantik. Lulusan lainnya
seperti di wilayah kota juga ada sekretaris daerah yang lulusan
UIKA. Di lingkup nasional pun banyak, karena
kecenderungan kampus UIKA merupakan kampus aktivis jadi
para lulusan kebanyakan bergeraknya dibidang aktivis,
lembaga sosial seperti yang dikenalnya M.S Ka’ban, yang
menjadi menteri dan banyak lainnya lulusan UIKA yang
bergelut di partai politik. 32
Selain tokoh politik, Ulamanya sendiri lulusan UIKA
sebenarnya banyak, terutama dari lulusan Fakultas Agama
Islam (FAI) sendiri. Terutama lulusan pesantren Ulil Albaab
yang merupakan pesantren mahasiswa. Dulu menjadi ikon
kampus karena satu-satunya kampus Islam yang memiliki
pondok pesantrennya di Indonesia yaitu UIKA, dan menjadi
pesantren rujukan bahkan mahasiswa luar kampus pun banyak
mondok di sini. Yang menariknya lulusan pesantren itu
memiliki afiliasi yang beragam, contoh yang kontroversi yaitu
juru bicaranya HTI selain itu adapula lulusan yang ke
Muhammadiyah, NU jadi beragam, pemikirannya beragam
32 Hasil wawancara pribadi penulis bersama Humas UIKA yaitu
Adrin Sefta B, S.T pada hari Kamis 23 November 2018, pukul 13.30 WIB
di gedung rektorat UIKA Bogor, Jl. KH. Sholeh Iskandar, Kedung Badak,
Kota Bogor.
84
tidak di patok dalam satu bidang saja. Jadi unsur yang harus
ada dalam lingkup universitas itu kampus, masjid, dan
pesantren. Selain ada pondok pesantren, masjid, dan kampus
walaupun itu ada dalam satu lingkungan tetapi memiliki
pemimpin-pemimpin sendiri.33
Ini wujud sebagai pencapaian
sebuah kampus Islam dengan tiga elemen dalam lingkungan
kampusnya menjadikan tujuan Islamisasi Sains dan Kampus
sebagai cita-cita di masa depan mulai tercapai.
Kesimpulannya bahwa UIKA dilahirkan oleh para
ulama dan cendekiawan yang berimtaq dan beriptek serta
visioner, UIKA dalam kegiatan akademiknya berusaha
melahirkan ulama dan cendekiawan yang mewarisi nilai-nilai
luhur para pendahulunya, UIKA senantiasa berpihak dan
berorientasi pada ummat Islam, perjalanan UIKA kedepan
tetap mengutamakan keseimbangan kekuatan imtaq dan
iptek.
Keikhlasan berjuang, banyak memberi dan sedikit
meminta serta menghindarkan diri dari keterikatan pada
materi adalah watak yang menonjol dari pribadi pendahulu
UIKA yang telah mewariskan UIKA sampai hari ini. pewaris
kedepan diharapkan tetap teguh mempertahankan karakter
33 Hasil wawancara pribadi penulis bersama Humas UIKA yaitu Adrin
Sefta B, S.T pada hari Kamis 23 November 2018, pukul 13.30 WIB di
gedung rektorat UIKA Bogor, Jl. KH. Sholeh Iskandar, Kedung Badak,
Kota Bogor.
85
yang kuat seperti ini dengan tetap mengutamakan landasan
Iman, Ilmu, dan Amal.34
34 Didin Hafidhuddin dalam wawancara bersama “Majalah Suara
Ulama”, Dari Ummatan Wahidah Menuju Khairu Ummah: Bangkitnya
Peradaban Islam dengan Islamisasi Sains dan Kampus, Edisi 2, (2016). 57.
86
87
BAB V
PENGARUH DAN DAMPAK KEGIATAN
KH.SHOLEH ISKANDAR TERHADAP
MASYARAKAT BOGOR
Dalam bab lima ini, penulis akan memaparkan isi
sesuai dengan pertanyaan dalam rumusan masalah bagaimana
pengaruh dan dampak kegiatan KH. Sholeh Iskandar terhadap
masyarakat Bogor? sosoknya amat di hormati sehingga
begitupun namanya diabadikan menjadi sebuah nama Jalan
KH. Sholeh Iskandar.
Tentu saja jawaban dari saya sebagai penulis adalah
ditinjau dari pemaparan dalam bab-bab sebelumnya baik bab
tiga dan bab empat, bahwa KH. Sholeh Iskandar adalah ulama
yang gigih dan bijaksana, sedikit berbicara tapi banyak
berbuat itulah kesimpulan yang saya jadikan sebagai jawaban.
Dan nyatanya bisa dilihat dari berbagai peninggalan
kontribusi yang KH. Sholeh Iskandar dirikan terhadap
masyarakat Bogor sekarang, meskipun sosoknya sudah tiada,
tetapi kontribusinya tetap berdiri tegak seperti salah satunya
yang menjadi contoh yaitu yayasan dan Universitas Ibn
Khaldun Bogor. Merupakan salah satu cita-citanya dalam
memajukan pendidikan Islam di Bogor, sebagai kota yang
menjadi tempat ia lahir, belajar, tumbuh, berjuang,
memajukan segala bidang khususnya dalam Pendidikan Islam
88
hingga ia wafat pun Bogor menjadi saksi bahwa dulu ada
seorang pejuang dan ulama asli kelahiran Bogor yang
memajukan wilayahnya dalam banyak aspek bidang dengan
terus memikirkan masyarakatnya khususnya umat Islam.
Berawal menjadi seorang pejung di wilayah Bogor Barat
hingga menjadi seorang ulama yang banyak membangun
lembaga pendidikan Islam di Bogor. Maka dari itu penulis
lebih memfokuskan wilayah sesuai dengan kajian penulis.
Seperti mendirikan Universitas Ibn Khaldun Bogor yang
langsung dinaungi oleh Yayasan Pendidikan Islam Ibn
Khaldun Bogor memiliki lokasi yang berbeda namun sama-
sama masih di Kota Bogor, sebagaimana akan lebih dijelaskan
bagaimana geografis dan keadaan masyarakat Bogor di bawah
ini:
A. Kondisi Masyarakat Bogor
1. Letak Geografis
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’
48’ BT dan 6’ 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di
tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya
sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang
sangat strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan
89
ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri,
perdagangan, transfortasi, komunikasi, dan pariwisata.1
Wilayah Kota Bogor memiliki rata-rata ketinggian
minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut.
Sedangkan kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap
bulan 26’ C dengan suhu terendah 21,8’ C dengan suhu
tertinggi 30,4’ C. Kelembaban udara 70%, curah hujan rata-
rata setiap tahun sekitar 3.500-4000 mm dengan curah hujan
terbesar pada bulan Desember hingga Februari.2
Luas wilayah Kota Bogor sendiri sebesar 11.850 Ha
terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kemudian secara
administratif Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31
kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya termasuk desa
tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya,
Mekarwangi dan Sindangsara), 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT
dan dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai
berikut: di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Bogor. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Sebelah
Barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan
1 ---------------, Sekilas Kota Bogor, Website Resmi Pemerintahan Kota
Bogor, 2016, Inform databese http://kotabogor.go.id , di unduh pada
tanggal 30 Oktober 2018 pukul 15.00 WIB.
2 ---------------, Kecamatan Tanah Sareal Dalam Angka, Kota Bogor:
Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2018, h. 10.
90
Ciomas, Kabupaten Bogor. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin,
Kabupaten Bogor.3
Untuk jumlah penduduk sendiri, menurut data terakhir
di tahun 2017 penduduk Kota Bogor diperkirakan sebanyak
1.081.009 jiwa, terdiri atas laki-laki sebanyak 548.196 jiwa
dan perempuan sebanyak 532.813 jiwa sehingga angka
populasi di Kota Bogor sebesar 102,89 yang artinya terdapat
103 penduduk laki-laki dalam setiap 100 penduduk
perempuan. Seluruh kecamatan memiliki populasi lebih dari
100 jumlah penduduk laki-laki masih lebih mendominasi.4
2. Sistem Pemerintahan
Bogor merupakan wilayah yang terletak diantara
Gunung Salak dan Gunung Pangrango dan memiliki iklim
dengan curah hujan tinggi sekitar 70%, sehingga dijuluki
“Kota Hujan”. Dahulu Kota Bogor menjadi salah satu kota
penting bagi pertanian yang dikembangkan oleh pemerintahan
Belanda di Indonesia. Memiliki sistem pemerintahan Otonom
Gemeente.5 Gemeente ini dipimpin seorang Burgemeenter
3 -------------, Kota Bogor Dalam Angka, Kota Bogor: Badan Pusat
Statistik Kota Bogor, 2018, h. 4.
4 -------------, Kota Bogor Dalam Angka, Kota Bogor: Badan Pusat
Statistik Kota Bogor, 2018, h. 6.
5 ---------------, Sekilas Kota Bogor, Website Resmi Pemerintahan Kota
Bogor, 2016, Inform databese http://kotabogor.go.id , di unduh pada
tanggal 30 Oktober 2018 pukul 15.00 WIB.
91
dan corak pemerintahan ini berlangsung sampai dengan masa
pemerintahan Jepang. Reformasi istilah-istilah mulai di
bidang pemerintahan mulai dilakukan. Istilah Si (Gemeente),
Sya (keresidenan), Ken (kabupaten), Gun (kewedanaan), Son
(kecamatan), dan Ku (desa/kelurahan).6 Di masa ini pula
perubahan nama Buitenzorg diganti menjadi Bogor. Di masa
kemerdekaan sistem pemerintahannya masih menggunakan
sistem sebelumnya. Namun Bogor dikuasai kembali oleh
Belanda sehingga diangkatlah Burgemeenter yaitu JJ. Penoch
(1948-1950). Setelah itu barulah status menjadi Kota Praja di
pimpin R. Djoekardi selama dua tahun dan statusnya dirubah
lagi menjadi Kota Besar dan kemudian menjadi Kota Madya
dipimpin oleh Kartadjumena (1952-1956), Pramono
Notosudiro (1956-1959), Abdul Rachman (1960-1961) dan
Ahmad Adnawijaya (1961-1965). Masa Orde Baru dipimpin
oleh Ahmad Syam (1965-1979), Ahmad Sobana (1979-1984),
Ir. Muhammad (1984-1989), Suratman (1989-1994), Edi
Gunardi (1994-1999), Iswana Natanegara (1999-2004), Diani
Budiarto (2004-200..).7
6 Penyebutan pemimpin masing-masing satuan pemerintahan ini
dilakukan dengan menambahkan Co saja. Misalkan Syuco untuk menyebut
residen, Kenco untuk bupati dan sebagainya. Lihat: Susanto Zuhdi, Bogor
Zaman Jepang 1942-1945, (Depok: Komunitas Bambu, 2017), h. 125-131.
7 --------------, Bogor Zaman Pra-Kolonial, Kolonial, sampai dengan
Pasca Kemerdekaan, (Kantor Arsip dan dan Perpustakaan Kabupaten
Bogor, 2014). h. 30.
92
3. Keadaan Sosial
Sejak zaman kolonial sampai saat ini, masyarakat
Kota Bogor telah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Hal ini tentu saja membawa pengaruh, khususnya
di dalam kehidupan kemasyarakatan. Namun, harus dipahami
bahwa Kota Bogor terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa
Barat dan DKI Jakarta. Hal ini menyebabkan pengaruh
terhadap kehidupan masyarakatnya, selain bidang lain salah
satunya dalam sosial budaya masyarakatnya.
Perkembangannya, masyarakat Kota Bogor memiliki
kehidupan yang sangat beragam, namun secara umum dapat
dilihat dua corak utama kehidupan masyarakat Kota Bogor
yang dapat dikelompokkan sebagai masyarakat tradisional
yang masih menggantungkan hidupnnya dari pertanian dan
biasanya berdomisili di wilayah pedalaman Kota Bogor serta
masih kuat dalam menjalankan budayanya. Sedangkan
masyarakat pendatang yang di klasifikasikan sebagai
masyarakat modern bertempat tinggal di pusat Kota Bogor.
Mereka biasanya mengkonsentrasikan bidang pekerjaannya di
institusi pemerintahan dan swasta, baik sebagai pegawai,
pedagang, penyedia jasa dan sebagainya. Sedangkan dalam
bidang sosial kebudayaan mereka terseret oleh budaya
modern kota sehingga budaya lokal yang mereka bawa
semakin terkikis.
93
Pendidikan
Pasca kemerdekaan Indonesia, keadaan pendidikan di
Indonesia perlu di benahi, begitu pula di setiap daerah tak
terkecuali di wilayah Bogor. Apalagi pada masa akhir era
pemerintahan Jepang di Bogor, dalam bidang pendidikan dan
pengajaran tidak ada kemajuan sama sekali.8 Belum lagi
setelahnya era masa revolusi, dimana pemerintah dan rakyat
masih bergelut memerangi musuh dan salah satunya KH.
Sholeh Iskandar juga ikut serta dalam masa revolusi fisik
hingga tahun 1950-an. Jadi belum ada yang memperhatikan
pembangunan pendidikan, terutama dalam Pendidikan Islam
sampai sepuluh tahun kemudian di tahun 1960 sosok yang
tadinya selalu mengangkat senjata berubah menjadi seseorang
yang berjuang dalam masyarakat. Memikirkan kemajuan umat
Islam di wilayah Bogor, mulai dari mendirikan pesantren
hingga lembaga yang tertinggi mendirikan universitas.
Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan
masyarakat dalam pendidikan semakin tinggi, ini dilihat dari
semakin sadarnya masyarakat akan pendidikan tinggi.
Terlebih tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas merupakan salah satu faktor utama keberhasilan
pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM sekarang ini
lebih di fokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya
8 Susanto Zuhdi, Bogor Zaman Jepang 1942-1945, (Depok: Komunitas
Bambu, 2017), h. 138.
94
kepada penduduk untuk mengecap pendidikan. Oleh sebab
itu pemerintah berusaha secara konsisten berupaya
meningkatkan SDM penduduk melalui jalur pendidikan. Pada
tahun 2017, APM dan APK Kota Bogor untuk tingkat SD
sebesar 95, 44 dan 107,76, untuk tingkat SMP sebesar 74, 75
dan 86,82, dan untuk SMA sebesar 61, 21 dan 87, 79.9
Keagamaan
Di Indonesia masyarakatnya mayoritas beragama
Islam, otomatis di setiap kota masyarakatnya rata-rata
memeluk agama Islam. Tak terkecuali di kota hujan Bogor,
bisa dilihat dari kebiasaan sehari-hari masyarakat Bogor yang
sangat religius, mulai dari tata kehidupan pribadi mereka
sampai tata cara bermasyarakat, dalam kegiatan keagamaan.
Kehidupan beragama di tengah masyarakat sangat penting
karena agama merupakan salah satu unsur dalam mencapai
keadaan masyarakat yang aman, tentram dan juga nyaman
dalam membina masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan beragama yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 29
dan Sila Pertama Falsafah Negara, yaitu kehidupan beragama
dikembangkan dan diarahkan untuk peningkatan akhlak demi
9 -------------, Kota Bogor Dalam Angka, Kota Bogor: Badan Pusat
Statistik Kota Bogor, 2018, h. 105.
95
kepentingan bersama untuk membangun masyarakat adil dan
makmur.10
Mayoritas masyarakat Bogor penduduknya beragama
Islam dan beraqidah Asy’ariyah wal maturidiyah yaitu aqidah
yang dikenal dengan sebutan Ahlusunnah Wal-jama’ah, yang
bermazhab Syafi’i karena lebih cocok dengan adat istiadat
dan kultur masyarakat Indonesia sendiri.11
Untuk penganut
agama Islam di Kota Bogor pada tahun 2016 sebanyak
994.616 orang atau sekitar 93,24 %. Sementara itu, haji yang
diberangkatkan dari Kota Bogor pada tahun 2016 sebanyak
681 orang.12
Jumlah penganut agama lainnya di Kota Bogor
sebagai salah satu kota dengan berbagai keragaman yaitu
penganut Katolik 21.585, Kristen 38. 761, Hindu 1.063,
Buddha 8.220, Konghucu 349, dan lainnya 93 jumlah semua
penganut agama di Kota Bogor yaitu 1.064.687.13
Kerukunan
umat beragama di upayakan agar senantiasa terbina dengan
baik demi terlaksananya pembanguan dan kokohnya
persatuan dan kesatuan bangsa, dibantu oleh pemimpin yang
melakukan kebijakan-kebijakan tersebut. Hal ini merupakan
10 -------------, Kota Bogor Dalam Angka, Kota Bogor: Badan Pusat
Statistik Kota Bogor, 2018, h. 107.
11
Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota
Muslim di Indonesia, (Jakarta: Menara Kudus, 2000), h.1-2.
12
-------------, Kota Bogor Dalam Angka, Kota Bogor: Badan Pusat
Statistik Kota Bogor, 2018, h. 107.
13
-------------, Kota Bogor Dalam Angka, Kota Bogor: Badan Pusat
Statistik Kota Bogor, 2018, h. 144.
96
salah satu usaha yang membentengi diri terhadap dampak
negatif atas modernisasi dan globalisasi.
Salah satu pertahanan masyarakat terhadap keagamaan
selain sosialisasi dan tradisi keislaman dalam masyarakat juga
mendidik keturunan yang menjadi penerus masa depan
dengan menanamkan pendidikan Islam sedari kecil, hingga
menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah Islam dari dasar
hingga ke perguruan tinggi, sebagian masyarakat
melakukannya agar keislaman keturunan mereka semakin
kuat untuk membangun umat di masa depan, khususnya
masyarakat Islam.
Ini di wujudkan oleh salah satu tokoh asli kelahiran
Bogor yaitu KH. Sholeh Iskandar. Beliau mendirikan
Universitas Islam yang menjadikan lembaga pendidikan Islam
yang di percaya oleh masyarakat Bogor sekarang ini sebagai
universitas Islam terbaik di wilayah Bogor. Karena lembaga
pendidikan tinggi yang berbasis Islam di wilayah Bogor
sendiri tidak banyak, dan bisa terhitung.14
KH. Sholeh
Iskandar menciptakan atau membangun sesuatu berbasis
syari’ah Islam bagi masyarakatnya.
14 Yayasan Pendidikan Islam Ibnu Khaldun Bogor (2018), Inform
databese http://uika-bogor.ac.id, di unduh pada tanggal 04 November
2018 pukul 19.20 WIB.
97
B. Peran dan Pengaruh KH. Sholeh Iskandar pada
Masyarakat Bogor
Seperti yang telah di jelaskan di bab tiga bahwa sosok
KH. Sholeh Iskandar merupakan tokoh yang penting dalam
masyarakat khususnya masyarakat Bogor, namanya begitu
dikenal di berbagai kalangan. Di mana perannya sebagai
pemimpin pasukan ketika di masa perjuangan berhasil
menjadi salah satu kapten yang di segani oleh Belanda. Begitu
pula ia praktekan kembali dalam memimpin dan
menggerakkan masyarakat, seperti:
1. Dalam Bidang Dakwah
Tujuan dakwah seseorang tidak lain adalah untuk
menjadikan orang yang jauh dari Allah SWT menjadi dekat
dengan Allah SWT, orang bermaksiat berubah menjadi orang
yang taat kepada Allah SWT. Pada dasarnya mengajak itu
tidaklah mudah, apalagi kepada masyarakat yang jumlahnya
tidak hanya satu orang tetapi banyak, karena mengajak itu
untuk menyadarkan, mengarahkan dan membimbing manusia
agar berbuat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam tanpa
adanya paksaan.
Bentuk dakwah yang merupakan suatu aktivitas
mengajak kepada orang lain dalam bentuk lisan, tulisan,
maupun tingkah laku untuk mengamalkan ajaran Islam, yang
dilakukan secara sadar dengan berbagai metode sebagai upaya
98
mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari
kondisi yang tidak baik kepada yang lebih baik, sehingga
dapat meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.15
Akan tetapi dakwah sendiri memang ditujukkan kepada
manusia, sementara manusia bukan hanya telinga dan mata
tetapi makhluk yang berjiwa, yang berfikir dan merasa, yang
bisa menerima dan bisa menolak sesuai dengan persepsinya
terhadap dakwah yang diterima.16
Karena sebagai peristiwa
komunikasi, aktivitas dakwah dapat menimbulkan berbagai
peristiwa yang harmoni, yang menegangkan, yang
kontroversial, bisa juga melahirkan berbagai pemikiran, baik
pemikiran yang moderat maupun yang ekstrem, dari yang
sederhana sampai yang rumit, tergantung bagaimana
seseorang menyampaikannya.
Setiap ulama punya ciri khas tersendiri dalam
berdakwah, begitu pula KH. Sholeh Iskandar merupakan guru
yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, dan juga
menggerakkan pula masyarakat. Menurut penuturan H.
Lukman Hakiem bahwasanya KH. Sholeh Iskandar itu banyak
membangun dan salah satunya membangun Yayasan
Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor. Oleh ia di bangun, tapi
tidak dikuasai sendiri baik keturunan anak-anaknya tapi
dikembalikan lagi kepada masyarakat dan juga rekan-rekan
15 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 3.
16
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, cet ke-2
(Jakarta: Kencana, 2015), h. vii.
99
seperjuangannya. Karena KH. Sholeh Iskandar lebih kepada
seorang inisiator pemerkarsa.17
Ia adalah seorang yang
membuka jalan bagi masyarakatnya, menjadikan sosoknya di
depan dan menjadi teladan.
Di lihat dari kontribusinya, bisa dikategorikan bahwa
dakwah yang dilakukan oleh KH. Sholeh Iskandar termasuk
dakwah bil al-Hal (keadaan), menunjukkan realitas yang
terwujud dalam perbuatan nyata. Bisa diartikan pula
mengajak atau menyeru ke jalan Allah untuk kebahagiaan
dunia dan akhirat melalui perbuatan nyata yang sesuai dengan
keadaan manusia. Bisa pula dengan arti lain yaitu dakwah
dengan perbuatan nyata dengan lebih mengarah kepada
tindakan atau aksi menggerakkan obyek dakwah (mad’u),
sehingga dakwah tersebut lebih berorientasi pada
pengembangan masyarakat.18
Sebagai upaya untuk
memberikan solusi Islam terhadap berbagai masalah dalam
kehidupan yang mencakup seluruh aspek misalnya ekonomi,
sosial, budaya, hukum, politik, sains dan juga pendidikan.
Persis yang dilakukan KH. Sholeh Iskandar, membangun
memang yang belum ada di mayarakat seperti universitas
menjadi salah satu kebutuhan sebagai lembaga pendidikan
17 Hasil wawancara pribadi penulis bersama salah satu narasumber
Bapak H. Lukman Hakiem (selaku murid KH. Sholeh Iskandar dan penulis
buku jejak perjuangan ulama-patriot KH. Sholeh Iskandar) pada Senin, 03
September 2018 pukul 14.00 WIB di kediamannya Desa Benda,
Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
18
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 60.
100
tinggi bagi masyarakat, dan terbukti hingga saat ini
Universitas Ibn Khaldun menjadi salah satu Universitas Islam
yang dipercaya oleh masyarakat Bogor.19
Oleh sebab itu,
dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual.
Aktual dalam arti memecahkan masalah kekinian dan hangat
di tengah masyarakat. Faktual berarti kongkrit dan nyata,
sedangkan konstektual yaitu relevan menyangkut problem
yang sedang dihadapi masyarakat.20
Terbukti apa yang di bangun oleh KH. Sholeh
Iskandar mewakili apa yang menjadi keinginan masyarakat
Islam, sesuai dengan apa yang di dakwahkan dan kesemuanya
berbasis Islam. Lahir dari buah-buah pemikirannya yang
strategis dan visioner. KH. Sholeh Iskandar telah berhasil
meletakkan dasar-dasar pembangun Universitas Ibn Khaldun
dan lembaga-lembaga lainnya yakni merupakan lembaga
yang strategis dan relevan dalam membangun kehidupan
sosial dan pendidikan bagi umat. Dalam kehidupan sehari-hari
ia adalah seorang yang memiliki multi dimensi pandangan.
Sulit untuk mengatakan apakah KH. Sholeh Iskandar kental
kehidupannya sebagai seorang kyai, aktivis pergerakkan,
politikus, tokoh pembangunan dan sebagai seorang intelektual
19 Hasil wawancara pribadi penulis bersama salah satu narasumber
Bapak H. Lukman Hakiem (selaku murid KH. Sholeh Iskandar dan penulis
buku jejak perjuangan ulama-patriot KH. Sholeh Iskandar) pada Senin, 03
September 2018 pukul 14.00 WIB di kediamannya Desa Benda,
Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
20
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 60.
101
yang tidak mengalami proses pendidikan tinggi. Kehidupan
sehari-harinya sederhana sedikit berbicara banyak berbuat,
tidak membeda-bedakan seseorang dan sangat intens
bersilaturahmi. Ia sangat konsern terhadap kaum dhuafa wal
masakin serta kehidupan petani di daerah pedesaan. Ia
istiqomah sehingga tidak ada kompromi dalam menjalankan
tugas amar ma’ruf nahi munkar sehingga sangat
diperhitungkan oleh pihak penguasa di saat itu. Seorang
pejuang di bidang pembangunan dengan bukti-bukti nyata
sampai saat ini seperti berkembang dan majunya Universitas
Ibn Khaldun. Dan seorang ulama, tokoh masyarakat yang
dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Bogor dan nasional.21
2. Tokoh Pendidikan Islam
Pengalaman KH. Sholeh Iskandar pada saat muda,
mengenyam pendidikan pesantren sebagai salah satu santri
Pondok Pesantren Cantayan Sukabumi dan beberapa pondok
pesantren lainnya di Jawa Barat, telah memberikan pengaruh
besar kepada diri KH. Sholeh Iskandar. Terutama
perhatiannya lebih tinggi kepada dunia pesantren dan
pendidikan Islam. Bahwa menurutnya, pondok pesantren
bukanlah semata-mata lembaga ta’lim yang mengajarkan
21 Abdul Aziz Darwis (selaku rekan seperjuangan KH. Sholeh Iskandar,
juga pernah memimpin Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah) dalam
wawancara: Sumardi, “Majalah Suara Ulama”. Biografi: KH. Sholeh
Iskandar (alm) Sang Panglima Militer yang Berbelot menjadi Pendakwah
Ulung, Edisi 4, (2017): h. 22.
102
pengetahuan keislaman kepada para santri, akan tetapi
lembaga dakwah, lembaga perjuangan, dan lembaga kader
yang melahirkan mujahid-mujahid dakwah yang bersedia
membimbing umat, menyuruh kepada yang makruf,
mencegah dari yang munkar, dan membebaskan mereka dari
belenggu kemusyrikan, kekufuran, kemunafikan, kebodohan
dan kemiskinan.22
Menurutnya bahwa pondok pesantren diharapkan lahir
kader-kader pembangunan masyarakat yang bukan sekedar
memiliki pengetahuan dan teori, kemudian duduk di belakang
meja, tetapi yang sanggup dan mau terjun langsung ke tengah-
tengah kehidupan masyarakat. Ini bisa dikenal sebagai konsep
kaderisasi ulama yang di cetuskan oleh KH. Sholeh Iskandar
yang terkenal dikalangan ulama Badan Kerja Sama Pondok
Pesantren (BKSPP).23
Konsep ini dikembangkan menjadi
enam konsep pokok yaitu, 1. Tujuan, 2. Kriteria, 3. Proses, 4.
Kompetensi, 5. Kurikulum dan 6. Pembiayaan Pendidikan.24
22 Didin Hafidhuddin dalam Lukman Hakiem, “Perjuangan Ulama-
Patriot KH. Sholeh Iskandar”, (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 281-282.
23
BKSPP Jawa Barat yaitu Badan Kerja Sama Pondok Pesantren atau
sekarang berubah menjadi BKSPPI Badan Kerja Sama Pondok Pesantren
Indonesia, nama KH. Sholeh Iskandar tidak bisa dipisahkan dari BKSPP
dari semenjak berdiri hingga beliau wafat karena merupakan salah satu
penggagas pendiri dan di daulat sebagai Ketua Badan Pelaksana Majelis
Pimpinan mendapingi KH. Noer Ali sebagai Ketua Umum Majelis
Pimpinan. Lihat: Lukman Hakiem, Perjuangan Ulama-Patriot KH. Sholeh
Iskandar, (Bogor: UIKA Press, 2017), h. 93.
24
Untuk lebih jelasnya mengenai Kaderisasi Ulama yang di cetuskann
oleh KH. Sholeh Iskandar silahkan lihat: Halimi Abdusyukur, Konsep
Kaderisasi Ulama Kiai Haji Sholeh Iskandar, (Disertasi Mahasiswa
Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Bogor, 2011), h. 125.
103
Dengan konsep ini menurutnya akan banyak lahir kader-kader
ulama yang tangguh dan biasanya kembali atau banyak di
tugaskan di pelosok-pelosok daerah desa yang dimana
tantangannya lebih besar.
Sebagai pencetus pengkaderan ulama, KH. Sholeh
Iskandar mengategorikan bahwa ulama pemimpin pondok
pesantren dilahirkan dari Lembaga Pendidikan Islam Pondok
Pesantren, sedangkan ulama pelayan masyarakat dilahirkan
dari Lembaga Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah terus ke
jenjang berikutnya hingga ke perguruan tinggi yang
kesemuanya berdasar pada sekolah Islam.25
Inilah yang
menjadi latar belakang cita-cita besarnya, selain melahirkan
ulama penerus bagi masyarakat juga mendirikan lembaga
pendidikan yang menjadi tempat proses calon ulama itu
dilahirkan.
Di setiap kesempatan berbicara, ia sering merujuk
kepada firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat At-
Taubah ayat 122 yang artinya:
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang Mukmin itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
25 Sholeh Iskandar, Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Masalah
Pengkaderan Ulama, (Bogor: Kelompok Kepesantrenan Pimpinan BKSPP
Jawa Barat, 1974), h. 10.
104
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.”
Bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap orang punya fase
masing-masing di mana ada waktunya seseorang terjun
langsung mengahadapi musuh demi membela negara, tetapi
tidak selamanya bergelut dengan fisik seperti halnya KH.
Sholeh Iskandar, ia tadinya seorang pejuang karena tugas dan
kewajibannya sebagai warga negara telah usai setelah
Indonesia memiliki kemerdekaan seutuhnya, lantas ia lebih
memilih terjun ke dalam masyarakat dan berjuang memajukan
pendidikan Islam bagi masyarakat. Memiliki pola fikir yang
luar biasa, tidak bisa hanya berdiam diri di belakang tetapi
yang selalu maju di depan apapun halangannya ia selalu
hadapi.
Kiprah KH. Sholeh Iskandar tidak hanya sebagai
seorang ulama saja, tetapi dalam dunia pendidikan yang lebih
luas. Menjadi salah satu unsur tiga pilar dakwah yang dicita-
citakannya untuk masyarakat Bogor yaitu: Pendidikan,
Kesehatan, dan Keuangan. Seperti yang dibahas sebelumnya
di bab empat bahwa Pendidikan Islam perlu di perhatikan
hingga tingkat yang lebih tinggi maka dari itu terbentuklah
Universitas Ibn Khaldun Bogor26
yang dinaungi langsung oleh
26 Dari sumber yang banyak ditulis dan keterangan lainnya, bahwa
semua kegiatan beliau berawal di Bogor Barat, karena memang basis
105
Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor. Jadi apa yang
ia rancang untuk masyarakat benar adanya dan terwujud, tidak
hanya angan-angan semata. Berarti, dari adanya lembaga
maupun bangunan yang berdiri kokoh dan berkembang saat
ini peran dan pengaruh dari KH. Sholeh Iskandar ini sangat
besar bagi masyarakat Bogor.
Kepemimpinannya dalam memimpin lembaga
pendidikan sudah tidak di ragukan lagi, itu merupakan bakat
yang ia miliki dari semenjak remaja memimpin kelompok
kepemudaan hingga bertambahnya usia pun ia masih tetap
dipercaya sebagai pemimpin, dan membawa pengaruh baik
bagi yang dipimpin. Selain bakat, sifat kepemimpinan juga
bisa lahir dari pendidikan, latihan dan pengalaman seseorang
memimpin. Sebagian berpendapat bahwa pemimpin tidak
dibuat akan tetapi lahir sebagai pemimpin oleh bakat-bakat
alami dan seseorang ditakdirkan lahir menjadi pemimpin
dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga. Pendapat
lainnya menyatakan bahwa pemimpin harus disiapkan, dididik
dan dibentuk, tidak dilahirkan begitu saja. Setiap orang bisa
menjadi pemimpin melalui usaha pendidikan serta didorong
perjuangan adanya di Bogor Barat, sehingga lembaga pendidikan pertama
pun yaitu Pesantren Darul Fallah letaknya di Bogor Barat tepatnya di
Ciampea, jadi memang saling keterkaitan hingga berhasil mendirikan
Universitas Ibn Khaldun yang berdiri kokoh hingga sekarang. Wawancara
pribadi penulis bersama narasumber Bapak Zainal Muttaqin (salah satu
pengurus Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor), Kamis, 18
Oktober 2018 di Kantor YPIKA, Jl. R.E Martadinata, Kota Bogor.
106
oleh kemauan sendiri.27
Dari kesemuanya nilai lebih yang
dimiliki KH. Sholeh Iskandar ialah ia terlahir dengan bakat
kepemimpinan, dan bakatnya itu dikembangkan melalui
pengalaman dan usaha pendidikan sesuai tuntutan
lingkungannya.
Nyatanya, kesuksesan Universitas Ibn Khaldun
sekarang merupakan buah hasil dari orang-orang terdahulu
seperti salah satunya KH. Sholeh Iskandar, melalui kerja
kerasnya dalam memimpin Yayasan Pendidikan Islam Ibn
Khaldun banyak pencapaian yang akhirnya terwujud. Yayasan
Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor yang awalnya
merupakan cabang dari Yayasan Ibnu Chaldun yang ada di
Jakarta di kepemimpinan KH. Sholeh Iskandar akhirnya bisa
memisahkan diri dan berdiri sendiri hingga kemajuannya
terasa sampai saat ini. Meskipun di era kepemimpinan KH.
Sholeh Iskandar nama yayasan sempat berganti yang awalnya
Yayasan Ibnu Chaldun Bogor (YICB) sama seperti yang ada
di Jakarta lalu ia rubah menjadi Yayasan Pembina Universitas
Ibn Khaldun (YPUIKA) Bogor di tahun 1974, nama sekarang
yang tercantum merupakan perubahan nama yayasan yang di
ganti era kepemimpinan KH. Tb Hasan Basri tahun 1987
hingga saat ini nama masih di gunakan yaitu Yayasan
Pendidikan Islam Ibn Khaldun (YPIKA) Bogor. Kemudian
bangunan-bangunan kantor yayasan maupun kampus
27 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), h. 29.
107
Universitas Ibn Khaldun Bogor yang ada di Jalan R.E
Martadinata kesemuanya merupakan hasil kerja kerasnya
bersama rekan-rekannya, dari mengumpulkan uang pribadi,
hingga menjual harta pribadi kesemuanya ia lakukan demi
berdirinya universitas yang bia cita-citakan. Melalui tangan
KH. Sholeh Iskandar pula banyak para dermawan yang
menghibahkan tanahnya untuk kemajuan universitas.
Merupakan sosok tokoh Pendidikan Islam yang sejati, sampai
akhir hayatnya pun masih tetap menjadi pengurus yayasan
yang setia, demi kemajuan Pendidikan Islam bagi masyarakat
Bogor. Kemajuan lainnya yang dirasa pada era kepemimpinan
KH. Sholeh Iskandar di Yayasan Pendidikan Islam Ibn
Khladun dalam bidang kejuruan yaitu berdirinya Fakultas
Teknik pada tahun 1978,28
ini melengkapi fakultas
sebelumnya yang mendasari pendirian Universitas Ibn
Khaldun tahun 1961 yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum. Jadi,
selain berbasis Islam pendidikan di Universitas Ibn Khadun
juga dikembangkan ilmu umum lainnya, dan sekarang sudah
banyak cabang ilmu yang berkembang.
Universitas Ibn Khaldun Bogor merupakan kampus
Islami yang di bangun secara syari’at Islam oleh orang-orang
terdahulu, meskipun dahulunya tidak memiliki apa-apa tetapi
28 Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas
Ibn Khaldun, 2011), h. 55.
108
berkat usaha KH. Sholeh Iskandar beserta rekan-rekan
seperjuangannya menjadi maju hingga saat ini. Inilah yang
patut di segani dari para pendiri Universitas Ibn Khaldun
Bogor, karena UIKA meskipun kampus swasta saat ini
menjadi megah memiliki gedung di Jalan KH. Sholeh
Iskandar bukan dari uang pinjaman bank, tetapi dari usaha
para pendirinya baik dari harta pribadi maupun khibahan dari
para dermawan, berbeda dengan kampus lain yang megah
karena meminjam uang dari bank.29
Faktanya, kampus Islam yang pertama di bangun di
wilayah Bogor ini menjadi kampus Islam yang di percaya
oleh masyarakat Bogor sebagai salah satu lembaga pendidikan
Islam yang banyak melahirkan orang-orang sukses.
Pencapaian dari para pendirinya terdahulu pun dilanjutkan
kembali oleh para penerusnya, begitupula perjuangan KH.
Sholeh Iskandar beserta rekan-rekannya di masa lalu merubah
status yayasan beserta univeritas untuk berdiri sendiri
merupakan hal yang benar. Nyatanya, Universitas Ibn
Khladun di Bogor lebih berkembang dibanding Universitas
Ibnu Chaldun di Jakarta,30
padahal dulunya merupakan
cabang dari UIC Jakarta, tetapi kesuksesannya terlihat
sekarang UIKA lebih banyak memiliki program studi dan
29 Didin Saefuddin Buchori dalam Budi Susetyo (ed), 50 Tahun
Universitas Ibn Khaldun Bogor Melintas Zaman Meretas Jalan
Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas Ibn Khaldun, 2011), h. 169.
30
Kopertais Wilayah 1 DKI Jakarta, Profil Perguruan Tinggi Agama
Islam Swasta: Laporan Tahun 2010, (Jakarta: Kopertais), h. 10-11.
109
beberapa fakultas, belum lagi rencana pembukaan program
studi baru dan fakultas lainnya. Yayasan sendiri juga
berencana membangun kampus baru yang tanahnya berada di
wilayah Leuwiliang Kabupaten Bogor.31
C. Respon Masyarakat Bogor Terhadap Dakwah KH.
Sholeh Iskandar
Baik dakwah maupun kegiatan KH. Sholeh Iskandar
di Bogor di respon dengan bagus oleh masyarakatnya, baik
kalangan awam, tokoh mayarakat, habaib maupun para kyai
bahkan para pejabat pemerintahan. Semua golongan
masyarakat di Bogor pada masanya semua kenal siapa KH.
Sholeh Iskandar, ia punya nama hampir di sebagian wilayah
Bogor, mungkin hanya segelintir orang saja yang tidak
menyukai dakwah dan kegiatannya. Wajar saja, setiap orang
mau itu ulama ataupun orang biasa pasti ada saja respon yang
berbeda ada yang positif adapula negatif tergantung
penerimaannya di masyarakat bagaimana. Tetapi bagi
seseorang yang berilmu seperti KH. Sholeh Iskandar,
membalas ketidaksukaan dari golongan tertentu bukan jalan
terbaik, malah ia menerima dengan lapang dada, seperti apa
yang terjadi di era orde lama bahwa kegiatan yang ia lakukan
31 Hasil wawancara pribadi penulis bersama Adrin Sefta B, S.T (Humas
UIKA) pada hari Kamis 23 November 2018, pukul 13.30 WIB di gedung
rektorat UIKA Bogor.
110
di pesantrennya Darul Fallah di curigai sebagai proyek
berbahaya.32
Jalan yang di tempuh oleh seorang ulama tidaklah
mudah, apalagi dalam membangun masyarakat seperti yang
dilakukan oleh KH. Sholeh Iskandar. Ia begitu banyak
mendapat kepercayaan dari masyarakat kenapa? Karena
semua gagasan yang ia cetuskan selalu benar dan dilakukan
sehingga masyarakat pun percaya. Hubungan saling percaya
antara keduanya, sosoknya menjadi peran penting dalam
masyarakat, karena apapun yang dilakukannya tidak pernah
untuk sendiri tetapi untuk masyarakat juga. Menghadirkan
sesuatu yang belum ada menjadi ada, mendirikan Lembaga
Pendidikan Islam. Merupakan kebutuhan dan cita-cita
masyarakat di masa lalu memiliki kampus religi yang
menopang pengetahuan yang seimbang antara dunia dan
akhirat. Apapun yang menjadi kegiatannya, ia pasti mengajak
rekan-rekan seperjuangannya, bergotong royong bersama
membangun bersama masyarakat.33
32 Sumardi, “Majalah Suara Ulama”. Biografi: KH. Sholeh Iskandar
(alm) Sang Panglima Militer yang Berbelot menjadi Pendakwah Ulung,
Edisi 4, (2017): h. 19.
33
Hasil wawancara pribadi penulis bersama salah satu narasumber
Bapak H. Lukman Hakiem (selaku murid KH. Sholeh Iskandardan penulis
buku jejak perjuangan ulama-patriot KH. Sholeh Iskandar) pada Senin, 03
September 2018 pukul 14.00 WIB di kediamannya Desa Benda,
Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
111
D. Pencapaian dan Peninggalan KH. Sholeh Iskandar
KH. Sholeh Iskandar yang terakhir berpangkat Mayor
TNI AD,34
adalah seseorang yang sangat rendah hati. Ia
merupakan orang yang jauh dari kata-kata membanggakan
diri apalagi sombong dan pamrih, atau ingin dilihat riya oleh
orang lain, tentu tidak.
Tidak banyak orang yang tau bahwa KH. Sholeh
Iskandar bersama rekan-rekan seperjuangannya banyak
menorehkan pencapaian yang luar biasa, tidak hanya dalam
bidang pendidikan tetapi juga di banyak bidang lainnya.
Tahun 1947, membentuk Laskar Rakyat
Markas Perjuangan Rakyat Leuwiliang (LR
MPRL) yang di gabungkan dengan Laskar
Hizbullah Leuwiliang,35
yang kemudian
ditetapkan sebagai Batalyon VI lalu berubah
menjadi Batalyon O, Tirtayasa Siliwangi.36
34 Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. 2.
35 Neni Hafsah, Sejarah Pembentukan dan Peranan Hizbullah di
Bogor: dalam Mepertahankan Kemerdekaan Repuublik Indonesia 1945-
1947, (Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Institut Keguruan
Ilmu Pendidikan, Jakarta, 1994), h. 30.
36
Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. vii.
112
Tahun 1950, membangun perumahan modern
di Desa Pasarean, Pamijahan, Bogor.37
Karyanya ini diakui oleh UNESCO sebagai
perumahan modern pertama di dunia ketiga,
yakni negara-negara yang baru merdeka
setelah Perang Dunia II usai.38
Tahun 1950, mendirikan Yayasan Darul Hijrah
yang mengelola Madrasah Ibtidiyah, kemudian
Tsanawiyah Ibnu Hajar di Desa Pasarean,
Pamijahan, Bogor.39
Tahun 1951, mendirikan organisasi eks
pejuang Perbata (Persatuan Bekas Tentara).40
Tahun 1952, karena beliau selalu
memperhatikan pertanian di pedesaan,
kemudin di percaya sebagai ketua umum
Pengurus Besar Serikat Tani Islam Indoenesia
(PB STTI).41
Tahun 1957, ikut mendirikan Legiun Veteran
Republik Indoenesia (LVRI), sempat diangkat
37 Lisda Dona Lisdiana, Biografi KH. Sholeh Iskandar: Ulama Pejuang
yang Terlupakan 1922-1992, (Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Sejarah Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 2007), h. 39.
38
Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. 6.
39
Edi Sudarjat, KH. Sholeh Iskandar: Sang Pejuang dan Pelopor,
(Bogor, 2015), h.
40
Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. 6.
41
Hardi M. Arifin menurut keterangannya KH. Sholeh Iskandar pernah
terpilih berkali-kali menjadi Ketua Umum PB STII sampai tahun 1960,
dalam Lisda Dona Lisdiana, Biografi KH. Sholeh Iskandar... h. 38.
113
menajdi sekretaris jenderal serta Ketua II
Badan Pekerja LVRI.
Tahun 1959, mendirikan perusahaan karoseri
pertama di Indoenesia.42
Tahun 1960, mendirikan lembaga pendidikan
agama sekaligus keterampilan hidup Pondok
Pesantren Darul Fallah di Ciampea Bogor.43
Tahun 1961, mendirikan Universitas Ibnu
Chaldun Bogor, dan yang sekarang menjadi
Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA).44
Tahun 1982, mendirikan Yayasan Rumah Sakit
Islam Bogor (YARSIB), sekarang dikenal
sebagai Rumah Sakit Islam Bogor.45
Tahun 1987, mendirikan pesantren mahasiswa
Ulil Albab di kompleks kampus UIKA.
Tahun 1988, memprakarsai berdirinya
Lembaga Pengkajian Obat-obatan dan
42 Halimi Abdusyukur, Konsep Kaderisasi Ulama Kiai Haji Sholeh
Iskandar, (Disertasi Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun
Bogor, Bogor, 2011), h. 111.
43
KH. Sholeh Iskandar tertulis sebagai pendiri Pondok Pesantren
Darul Fallah bersama KH. Ghofar Ismail dalam: Direktori Pesantren Jilid
1, (Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat
Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik
Indonesia, 2007), h. 200.
44
Budi Susetyo (ed), 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat, (Bogor: Universitas
Ibn Khaldun, 2011), h. 151.
45
Ini sesuai dengan akte pendirian Yayasan Rumah Sakit Islam Bogor
tanggal 2 Juni 1982 Nomor 3, dalam: Halimi Abdusyukur, Konsep
Kaderisasi Ulama Kiai Haji Sholeh Iskandar, (Disertasi Mahasiswa
Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Bogor, 2011), h. 119.
114
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM
MUI).
Tahun 1988, mendirikan Pesantren Tarbiyatun
Nisaa di Ranca Bungur, Bogor.46
Tahun 1988, mendirikan Pesantren Darul
Muttaqien di Parung, Bogor.47
Tahun 1988, mendirikan Pondok Pesantren
Tahfizul Qur’an Manbaul Furqon di Karehkel,
Leuwiliang Bogor.
1992, memprakarsai pendirian Bank
Perkreditan Rakyat Syariah yang sekarang di
kenal BPRS Amanah Ummah, di Leuwiliang
Bogor.48
46 Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. 6.
47
KH. Sholeh Iskandar bersama-sama dengan HM Nahar, KH. Abdul
Manaf Mukhayar, dan KH. Mahrus Amin tertulis sebagai pendiri
Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor, dalam: Direktori Pesantren
Jilid 1, (Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat
Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik
Indonesia, 2007), h. 203.
48
Edi Sudarjat, Bogor Masa Revolusi 1945-1950: Sholeh Iskandar dan
Batalyon O Siliwangi, (Depok: Komunitas Bambu, 2015), h. 6.
115
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis berikan di antaranya
ialah:
1. KH. Sholeh Iskandar merupakan seorang pejuang dan
ulama asli kelahiran Bogor, ia adalah salah satu pendiri
Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor yang
menaungi Universitas Ibn Khaldun Bogor. KH. Sholeh
Iskandar lahir di Desa Situ Udik, Cibungbulang, Bogor,
22 Juni 1922.
2. Pada tahun 1945-1950 KH. Sholeh Iskandar mengikuti
revolusi fisik untuk memperjuangan kemerdekaan
Indonesia di wilayah Bogor Barat dengan memimpin
Batalyon O Siliwangi yang sebelumnya merupakan
Hizbullah basis Leuwiliang.
3. Di tahun 1955 KH. Sholeh Iskandar pensiun dari
ketentaraannya dan lebih memilih untuk kembali kepada
masyarakat dan di tahun 1960 mulai mendirikan lembaga
pendidikan Islam di Bogor.
4. Pada tahun 1968 ia bergabung dengan Yayasan
Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor dan di tahun 1974
mulai memimpin yayasan menggantikan dr. Marzuki
Mahdi yang tutup usia.
116
5. Universitas Ibn Khaldun Bogor merupakan universitas
Islam pertama yang ada di Bogor.
6. Kemajuan Universitas Ibn Khaldun Bogor yang dirasa
berkat kontribusi KH. Sholeh Iskandar yaitu:
diberikannya hak otonomi pada tahun 1974 atau berdiri
sendiri tanpa harus menginduk kepada Yayasan
Universitas Ibnu Chaldun yang berada di Jakarta,
hasilnya Universitas Ibn Khaldun Bogor lebih maju dan
berkembang sekarang dibanding Universitas Ibnu
Chaldun Jakarta, mulai memiliki tempat dan bangunan
sendiri di Jl. R.E Martadinata baik kantor yayasan
maupun proses perkuliahan sebelum memiliki kampus
sendiri seperti sekarang di Jl. KH. Sholeh Iskandar
Kedung Badak. Berkat koneksi dan jaringan luas KH.
Sholeh Iskandar.
7. KH. Sholeh Iskandar di percaya oleh rekan maupun
masyarakat memimpin yayasan dari awal bergabung
hingga akhir hayatnya.
8. Namun apa yang ia bangun selalu ia kembalikan kepada
masyarakat dan rekan-rekan seperjuangannya tanpa ia
kuasai sendiri. Hasilnya bisa dirasakan sekarang dengan
banyaknya lembaga yang ia dirikan juga perkembangan
kampus Universitas Ibn Khaldun Bogor sendiri yang
semakin eksis sebagai kampus Islam dan mahasiswanya
yang tersebar di berbagai daerah tidak hanya di Bogor
saja.
117
9. KH. Sholeh Iskandar adalah seorang inisiator
pembangunan terutama dalam Pendidikan Islam di Bogor,
apa yang menjadi kebutuhan masyarakat pada saat itu ia
yang menggagas dan bangun, sehingga ia dipercaya oleh
masyarakat pada saat itu. Seorang yang tidak banyak
bicara tapi banyak berbuat, sehingga masyarakat pada
saat itu begitu menghormatinya, namanya begitu dikenal
luas oleh masyarakat Bogor. Ulama yang tidak merasakan
pendidikan tinggi, namun dengan bakat kepemimpinannya
dan jaringan luasnya sampai saat ini banyak peninggalann
yang ia tinggalkan.
B. Saran
Penulis sendiri masih memiliki kekurangan dalam
melakukan penelitian, maka dari itu kritik dan saran dari
pembaca sangatlah berarti bagi penulis. Semoga kelak
makin banyak orang yang melakukan penelitian mengenai
ulama-ulama di Bogor ataupun mengenai sejarah lokal
lainnya lebih diangkat ke dalam penulisan sejarah di
Indonesia. Penulis pun akan memberikan beberapa saran
untuk Universitas Ibn Khaldun Bogor. Penulis
mengharapkan agar saran ini dapat bermanfaat bagi
Universitas Ibn Khaldun dan sekitarnya, di antaranya
ialah:
1. Diharapkan agar Universitas Ibn Khaldun tetap
mempertahankan kampus Islami yang menjadi identitas
118
kampus Islam sesuai dengan cita-cita para pendirinya
terdahulu.
2. Sesuai dengan identitas kampus Islami semoga mulai
membuka jurusan dengan konsentrasi Islam lebih banyak
lagi yang dibutuhkan dalam masyarakat agar lebih
berkembang dan maju.
119
DAFTAR PUSTAKA
A. Dokumen
Bio data KH. Sholeh Iskandar. Bogor: 1992.
B. Wawancara
Adrin Septa B,. S.T, Humas Universitas Ibn Khaldun Bogor,
Bogor, 23 November 2018.
H. Didi Hilman, S.H, M.H, M.Pdi, Anak KH. Sholeh Iskandar
dan Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Islam Ibn
Khaldun Bogor, Bogor, 08 November 2018.
H. Lukman Hakiem, Murid KH. Sholeh Iskandar dan Penulis
Buku Jejak Perjuangan Ulama-Patriot KH. Sholeh
Iskandar, Wawancara Pribadi, Sukabumi, 03 September
2018.
Haruna Sarasa Bugis., S.H, M.H, Sekretaris Yayasan Pendidikan
Islam Ibn Khaldun Bogor, Bogor, 18 Oktober 2018.
Zainal Muttaqin., S.E, Salah Satu Pengurus Yayasan Pendidikan
Islam Ibn Khaldun Bogor, Bogor, 18 Oktober 2018.
C. Buku
Abdurrahman, Al-Allamah, Masturi Irham dkk (ter).
Mukaddimah. Cet ke-1. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011.
Burke, Peter. Sejarah dan Teori Sosial. Edisi ke-3. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.
Danasasmita, Saleh. Sejarah Bogor. Bogor: Panitia Penyusun dan
Penerbitan Sejarah Bogor dan Paguyuban Pasundan, 1983.
Daulay, Putra Haidar. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004.
120
Djamas, Nurhayati. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia
Pascakemerdekaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009.
Djumhur, I. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV. Ilmu, 1979.
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi. Psikologi Dakwah. Cet ke-2
Jakarta: Kencana, 2015.
Gottschalk, Louis (Terj. Nugroho Notosusanto). Mengerti
Sejarah. Depok: UI Press, 2008.
Hakiem, Lukman. Jejak Perjuangan Ulama-Patriot KH. Sholeh
Iskandar. Bogor: UIKA Press, 2017.
Iskandar, Sholeh. Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Masalah
Pengkaderan Ulama. Bogor: Kelompok Kepesantrenan
Pimpinan BKSPP Jawa Barat, 1974.
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang,
1995.
Moloeng, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya. 2000.
Nasution, A. H, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 1: Kenangan
Masa Muda. Jakarta: CV Haji Masagung, 1989.
Nasution, A. H, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 10:
Perang Gerilya Semesta II. Cet. Ke-1. Bandung: Disjarah
AD dan Penerbit Angkasa Bandung, 1979.
Nasution, A. H, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 2:
Diplomasi Atau Bertempur. Cet. Ke-1. Bandung: Disjarah
AD dan Penerbit Angkasa Bandung, 1979.
121
Nasution, A. H, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 4:
Periode Linggarjati. Cet. Ke-1. Bandung: Disjarah AD dan
Penerbit Angkasa Bandung, 1979.
Nata, Abuddin. Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Nata, Abuddin. Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi
Pendidikannya. Cet. Ke-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2012.
Priyadi, Sugeng. Sejarah Lokal: Konsep Metode dan
Tantangannya. Yogyakarta: Ombak, 2015.
Rubiyanah dan Ade Masturi. “Pengantar Ilmu Dakwah”.
Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010.
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. Pengantar Sosiolgi:
Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori,
Aplikasi, dan Pemecahannya, cet ke-3. Jakarta: Kencana,
2013.
Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah. Cet ke-3. Yogyakarta:
Ombak, 2016.
Sudarjat, Edi. Bogor Masa Revolusi 1945–1946: Sholeh Iskandar
dan Batalyon O Siliwangi. Depok: Komunitas Bambu,
2015.
Sugiyono dkk. Peta Jalan Pendidikan Indonesia, (Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta, tanpa tahun.
Susetyo, Budi (ed). 50 Tahun Universitas Ibn Khaldun Bogor
Melintas Zaman Meretas Jalan Kebangkitan Umat. Bogor:
Universitas Ibn Khaldun, 2011.
Tjandrasasmita, Uka. “Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-
Kota Muslim di Indonesia”. Jakarta: Menara Kudus, 2000.
122
Zuhdi, Susanto. Bogor Zaman Jepang 1942–1945. Depok:
Komunitas Bambu, 2017.
--------------, Bogor Zaman Pra-Kolonial, Kolonial, sampai
dengan Pasca Kemerdekaan. Kantor Arsip dan dan
Perpustakaan Kabupaten Bogor, 2014.
--------------, Direktori Pesantren Jilid 1. Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal
Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik
Indonesia, 2007.
-------------, Profil Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta.
Kopertais Wilayah 1 DKI Jakarta, 2010.
D. Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Abdusyukur, Halimi. “Konsep Kaderisasi Ulama Kiai Haji
Sholeh Iskandar”. Disertasi Pasca Sarjana, Universitas Ibn
Khaldun Bogor, 2011.
Anggraeni, Riani. “Bogor pada Masa Bersiap 1945-1946”.
Skripsi Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Indonesia, 2010.
Hafsah, Neni. “Sejarah Pembentukan dan Peranan Hizbullah di
Bogor: dalam Mepertahankan Kemerdekaan Repuublik
Indonesia 1945-1947”. Skripsi Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Sejarah Institut Keguruan Ilmu Pendidikan,
Jakarta, 1994.
Lisdiana, Dona Lisda. “Biografi KH. Sholeh Isakandar Ulama
Pejuang yang Terlupakan (1922-1992)”. Skripsi Jurusan
Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, 2007.
123
E. Majalah dan Koran
Sumardi. “KH. Sholeh Iskandar, Sang Panglima Militer yang
berbelot menjadi Pendakwah Ulung”. Majalah: Suara
Ulama Edisi 4, (2017): 16-22.
Tanpa ama, “Sekolah Kehutanan Menengah Tinggi Bogor”, Bandung:
Thahaja. No. 41 (1945), h. 64
Tanpa nama, “Pengajaran di Tanah Partikelir diperbaiki”,
Bandung: Thahaja. No. 182 (1945), h. 329.
Udas, Dede. “Mengenal Sosok KH. Ahmad Sanusi „Guru dari
Para Ulama Besar Jawa Barat”. Majalah: Suara Ulama
Edisi 2, (2016): 14-18.
F. Internet
Alhikmah. “KH. Sholeh Iskandar Ulama Pejuang dari Kampung
Pasarean”, Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah
(2015), 03. Inform databese http://darulfallah.org
Desastian. “KH. Sholeh Iskandar: Tokoh Masyumi dan
Komandan Hizbullah itu di Usulkan jadi Pahlawan
Nasional”. Panjimas (2017), 07. Inform databese
http://www.panjimas.com
Nashrullah, Nashih. “KH. Sholeh Iskandar Sang Alim Pejuang
Kemerdekaan”. Republika.co.id (2018), 18. Inform
databese http://m.republika.co.id
Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor (2018), Inform
databese http://uika-bogor.ac.id, di unduh pada tanggal 22
Oktober 2018 pukul 09.52 WIB.
Yunita, Fitri. ”Mengenal KH. Sholeh Iskandar: Ulama Pejuang
Revolusi dari Bogor”. Liputan 6 (2017): 16. Inform
databese http://m.liputan6.com
124
---------------, Sekilas Kota Bogor, Website Resmi Pemerintahan
Kota Bogor, 2016, Inform databese http://kotabogor.go.id ,
di unduh pada tanggal 30 Oktober 2018 pukul 15.00 WIB.
---------------, Kecamatan Tanah Sareal Dalam Angka, Kota
Bogor: Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2018.
125
LAMPIRAN
KH. Sholeh Iskandar ketika masih muda lengkap dengan seragam
tentara Batalyon O Siliwangi
Sumber : Koleksi Pribadi
Batalyon O, Tirtayasa, Siliwangi, di Banjarsari 1950. Mayor KH.
Sholeh Iskandar (di tengah mobil bagian kanan), Letnan I Hasan
Slamet ( di tengah memegang map), Letnan Idrus (di samping kiri
Hasan Slamet).
Sumber: Edi Sudarjat
126
KH. Sholeh Iskandar di masa tua
Sumber:
Sebelah kiri KH. Noer Ali, tengah KH. Sholeh Iskandar dan sebelah
kanan Moh. Natsir.
Sumber: H. Lukman Hakiem
127
Kantor Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor di Jl. R.E
Martadinata yang bersebelahan dengan Bank Amanah Ummah dan
Masjid Al-Hijri I
Sumber: Koleksi Pribadi
Kampus UIKA di Jl. KH. Sholeh Iskandar
Sumber: Koleksi Pribadi
128
Wawancara penulis bersama H. Lukman Hakiem di kediamannya di
Benda, Sukabumi
Sumber: Pribadi
129
1. Dokumen Biodata yang ditulis oleh KH. Sholeh
Iskandar (Sumber: yayasan)
130
131
132
133
134
135
136
137
138