korelasi intensitas mengikuti majelis dzikir ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5944/1/ali...
TRANSCRIPT
i
KORELASI INTENSITAS MENGIKUTI MAJELIS DZIKIR
KHUSHUSHY AL-KHOTMY DENGAN KONTROL DIRI (SELF
CONTROL) PADA JAMA'AH AL KHIDMAH KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ALI MUNTAHA
NIM. 23010150077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
خ١شاد فبسزجما ا
“Berlomba-lombalah dalam hal kebaikan” (Q.S. Al-Baqarah:148)
”JADIKANLAH DIRI KITA SEBAGAI ORANG YANG MEMILIKI
SIFAT “WELAS ASIH”. ARTINYA, MUDAH TERSENTUH
HATINYA TERHADAP KESULITAN ATAU DERITA SESAMA,
SERTA CEPAT TANGGAP DALAM MEMBANTU ATAU
MENOLONG, MESKIPUN HANYA MAMPU MENDOAKAN”
(KH. AHMAD ASRORI AL-ISHAQY)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melapangkan hati dengan
kejernihan tauhid dan limpahan rahmat serta karunia-Nya. Sebagai ungkapan rasa
syukur sebuah karya kecil ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibu dan Bapakku beliau ibu Juwariyah dan bapak Sudarto yang senantiasa
mendoakan, merawat, mendidik, mencurahkan kasih sayang dan selalu
memberikan motivasi. Berkat kesabaran dan ketulusan beliau dalam
membimbing, memberi dukungan, dan pengorbanananya serta tidak henti-
hentinya selalu mendoakan setiap hari untuk anak-anaknya. Penulis berharap
semoga seluruh amal dan jerih payah beliau tercatat sebagai amal sholih yang
mendapatkan ridho Allah SWT, dan senantiasa diberikan kebahagiaan,
keberuntungan, kesehatan, umur panjang, rezeki yang barokah, dan kebaikan
dunia akhirat. Aamiin
2. Kakakku tercinta Era Shofbariaya dan Adikku tersayang Ali Dimas Asyhuri
yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat dalam hidupku.
Semoga kalian menjadi kebanggan orang tua yang selalu mendoakannya dan
semoga menjadi genarasi yang sholeh dan sholihah. Aamiin
3. K.H Muhammad Nasikhun dan keluarga besar Pondok Pesantren Asy-
Syafi’iyah NU, Grogol, Blotongan, Kota Salatiga
4. Keluarga besar Pondok Pesantren Al Ishlah, Tingkir Lor, Kota Salatiga
5. Prof. Dr. KH. Abdul Hadi, MA. dan keluarga besar Pondok Pesantren
Futuhiyyah Ndalem, Mranggen, Demak
viii
6. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh
kesantunan, kesabaran, kebijakan, dan keikhlasan.
7. Bapak dan Ibu guru mulai dari SD Negeri Plosorejo 01, MTS Futuhiyyah 01
Mranggen Demak dan MAN 1 Grobogan yang senantiasa mengajarkan
berbagai ilmu dan sudah mengantarkan sampai kuliah ini.
8. Sahabat-sahabat Al Khidmah Kampus Kota Salatiga, para pengurus, para
alumni dan seluruh jama’ah Al Khidmah Salatiga yang selalu setia menjadi
saudara selama ini, majlisan bersama, berkhidmah dan berjuang bersama dalam
suka maupun duka dan terima kasih atas kesantunannya serta kebersamaan kita
selama ini.
9. Segenap jajaran kepengurusan, para imam khushushy dan juga para jama’ah Al
Khidmah kabupaten Semarang yang telah bersedia memberikan informasi,
data-data, dan nasehat-nasehatnya sehingga mempermudah penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga seluruh amal dan jerih
payah beliau-beliau tercatat sebagai amal sholih yang mendapatkan ridho Allah
SWT, dan senantiasa diberikan kebahagiaan, keberuntungan, kesehatan, umur
panjang, rezeki yang barokah, dan kebaikan dunia akhirat. Aamiin
10. Seganap penasehat dan pembina Al Khidmah Kampus Kota Salatiga yang
senantiasa mendoakan, mendidik, mencurahkan kasih sayang dan selalu
memberikan motivasi. Semoga majelis Al Khidmah di kampus-kampus,
khususnya di Salatiga bisa istiqomah ilaa yaumil qiyamah dan terlahir genarasi
yang matang secara spiritual, berwawasan nusantara serta berakhlaq mulia.
ix
11. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan berjasa dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Teruntuk
semuanya Jazakumullahu ahsanal jaza‟ syukran katsiraan. Semoga skripsi ini
bermanfaat.
x
KATA PENGANTAR
ثس الله اشد اشد١
اصلاح, اذ٠ أساذ١ب ع سزع١ ث, ١ اعب سة لله اذذ
أع١ب لشح شف١عب ج١جبد س١ذب, اشس١ الأج١بء أششف ع اسلا
ذ لاب ح لا لادي, أجع١ صذج أ ع. ذ ثبالله إلا ل . اعظ١ اع
ب ثعذ أ
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan. Semoga kita semua, orang tua kita, keluarga kita,
guru-guru kita diberi tetap Iman, Islam, Ihsan, istiqomah dalam beribadah dan
dibimbing oleh Allah SWT. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi
tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Adapun judul skripsi ini adalah “KORELASI INTENSITAS MENGIKUTI
MAJELIS DZIKIR KHUSHUSHY AL-KHOTMY DENGAN KONTROL DIRI
(SELF CONTYROL) PADA JAMA’AH AL KHIDMAH KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2019”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan. Dengan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawi., M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
xi
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Prodi PAI FTIK IAIN Salatiga dan
Dosen Pembimbing Akademik
4. Bapak Mufiq. S.Ag., M.Phil selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
secara ikhlas, santun dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran
dan tenaganya dalam memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna
sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi
ini.
5. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk
menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi
Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN Salatiga).
6. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi PAI IAIN Salatiga
yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada
penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.
7. Segenap jajaran dan kepengurusan Al Khidmah kabupaten Semarang dan juga
para jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang yang telah bersedia
memberikan informasi, data-data, dan nasehat-nasehatnya sehingga
mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat perjuangan dan semua pihak yang ikut serta membantu,
motivasi, dan selalu memberikan semangat supaya cepat dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Dengan tidak
mengurangi rasa hormat dan ta’dzim untuk semua, Jazakumullahu ahsanal
jaza‟ syukran katsiraan.
xii
xiii
ABSTRAK
Muntaha, Ali. 2019. Korelasi Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy Al-
Khotmy dengan Kontrol Diri (Self Control) pada Jama‟ah Al
Khidmah Kabupaten Semarang Tahun 2019. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Prodi Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq. S.Ag., M. Phil
Kata Kunci: Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy, Kontrol Diri (Self
Control), Jama’ah Al Khidmah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara
intesitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self
control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019. Pokok
permasahan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana tingkat intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy jama’ah Al Khidmah kabupaten
Semarang tahun 2019, 2) Bagaimana tingkat kontrol diri (self control) jama’ah Al
Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019, 3) Adakah korelasi antara intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control)
pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dengan
metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Objek dalam penelitian ini yakni
jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang, dan untuk mendukung penelitian ini
berupa buku atau kitab. Teknik pengumpulan data berupa angket, dokumentasi,
dan observasi atau pengamatan. Responden sebagai sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 Jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang. Analisis yang digunakan
adalah anasisis korelasi dengan menggunakan SPSS 16 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, 1) Tingkat variabilitas intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy adalah 10 % dengan jumlah 3
responden dalam kategori sangat tinggi, 13 responden dengan persentase 43,3 %
dalam kategori tinggi, tingkat kategori sedang 16,7 % dengan jumlah 5 responden
dan kategori rendah 30 % dengan jumlah 9 responden. Dengan demikian
intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dalam kategori tinggi. 2)
Tingkat variabilitas kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang adalah 16,7 % dengan jumlah 5 responden dalam kategori
sangat tinggi, 46,7 % dengan jumlah 9 responden dalam kategori tinggi, sebanyak
12 responden dengan persentase 40 % dalam kategori sedang, kategori rendah
13,3 % dengan jumlah 4 responden. Dengan demikian, tingkat kontrol diri (self
control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang dalam kategori sedang.
3) Berdasarkan uji hipotesis spearman rho, diperoleh hasil r hitung 0,652. Dengan
nilai tabel (r tabel) taraf signifikansi 5 % = 0,362, maka diperoleh data bahwa Ha
lebih besar dari rtabel (taraf signifikansi 5 %). Maka hipotesis yang menyatakan:
(Ha) "ada korelasi yang signifikan antara intensitas mengikuti majelis dzikir
khushushy al khotmy dengan kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang tahun 2019 " diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas mengikuti majelis
dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control) pada jama’ah Al
Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019.
xiv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM……………………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................... vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 7
E. Definisi Operasional ............................................................ 8
F. Sistematika Penelitian .......................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy ................................. 14
B. Kontrol Diri (Self-Control) ................................................. 32
xv
C. Jama’ah Al Khidmah .......................................................... 53
D. Korelasi Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy
al- khotmy dengan Kontrol Diri (Self Control) .................. 54
E. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................ 56
F. Hipotesis Penelitian ............................................................. 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 62
B. Lokasi dan Waktu penelitian ............................................... 63
C. Populasi dan Sampel ........................................................... 63
D. Variabel Penelitian ............................................................. 64
E. Instrumen Penelitian .......................................................... 64
F. Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................ 65
G. Metode Pengumpulan Data ................................................ 68
H. Teknik Analisis Data .......................................................... 70
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Al Khidmah Kabupaten Semarang ........ 72
B. Analisis Data ..................................................................... 100
C. Analisis Uji Hipotesis ........................................................... 115
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 121
B. Saran ................................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Uji Coba Validitas Instrumen Intensitas Mengikuti Majelis
Dzikir Khushushy Al-khotmy ............................................................... 66
2. Tabel 3.2 Uji Coba Validitas Instrumen Kontrol Diri (Self Control) .. 49
3. Tabel 4.3 Uji Validitas Instrumen Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir
Khushushy Al-khotmy ........................................................................... 101
4. Tabel 4.4 Uji Validitas Instrumen Kontrol Diri (Self Control) ............ 102
5. Tabel 4.5 Kriteria Reliabilitas Pernyataan Angket .............................. 104
6. Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir
Khushushy Al-khotmy ........................................................................... 104
7. Tabel 4.7 Uji Reliabilitas Kontrol Diri (Self Control) ......................... 105
8. Tabel 4.8 Daftar Distribusi Frekuensi Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir
Khushushy Al-khotmy ........................................................................... 106
9. Tabel 4.9 Prosentase Jawaban Angket Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir
Khushushy Al-khotmy ........................................................................... 110
10. Tabel 4.10 Daftar Distribusi Frekuensi Kontrol Diri (Self Control) .... 112
11. Tabel 4.11 Prosentase Jawaban Angket Kontrol Diri (Self Control) ... 115
12. Tabel 4.12 Daftar Nilai Variabel X Dan Variabel Y ........................... 116
13. Tabel 4.13 Persiapan Untuk Mencari Hubungan Signifikan Antara
Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy Dengan Kontrol
Diri (Self Control) Pada Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang . 117
14. Tabel 4.14 Tests Of Normality Variabel X dan Y ............................... 119
15. Tabel 4.15 Hasil Korelasi Kedua Variabel .......................................... 119
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup .......................................................................... 73
2. Daftar Nilai SKK ................................................................................. 74
3. Nota Pembimbing Skripsi ................................................................... 82
4. Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................................... 83
5. Lembar Konsultasi Skripsi .................................................................. 84
6. Pedoman Angket ................................................................................. 86
7. Dokumentasi ........................................................................................ 87
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bernafaskan Islam bukanlah sekedar pembentukan manusia saja, tetapi
ia juga mencakup pendidikan agama, akal, dan kecerdasan jiwa. Dalam hal penting
yang tidak bisa di pungkiri bahwa manusia sebagai objek pendidikan memiliki unsur
jasmani dan unsur rohani, karena itu pendidikan seharusnya mampu mengakomodir
kedua unsur manusia tersebut. Dalam kesehariannya manusia tidak lepas dari dua
kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani atau
yang biasa disebut dengan kebutuhan duniawi adalah kebutuhan yang bersifat fisik,
seperti tidur, makan, minum, kesehatan, dan kebutuhan yang bersifat material lainya.
Sedangkan kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan jiwa
manusia, seperti pengendalian diri, ketentraman jiwa, kedamaian hati dan kesejahteraan
hidup. Urgensi dari terpenuhinya dua kebutuhan tersebut adalah tercapainya
kebahagiaan dunia dan akhirat. Adanya pemenuhan keseimbangan dua kebutuhan
tersebut sangat menentukan kebahagiaan manusia di dunia dan terselamatkannya di
akhirat kelak.
Untuk memenuhi kebutuhan jasmani tersebut, manusia cukup dengan makan,
minum, dan menggunakan harta dunia yang sifatnya hanya sementara. Sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan rohani tidak cukup dengan hal-hal tersebut, tetapi juga harus
didukung dengan perbuatan yang menimbulkan rasa kedekatan hati dengan Dzat yang
menciptakan manusia, perbuatan yang menimbulkan rasa takut dan cinta kepada Allah
SWT, sehingga senantiasa akan mendapatkan perlindunga-Nya. Perbuatan tersebut
19
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an adalah dzikrullah, selalu mengingat Allah
SWT. Hal ini menunjukan bahwa keseimbangan intelektual, profesionalitas dan
spriritualitas menjadi faktor suksesnya kehidupan manusia. Pentingnya peran majelis
dzikir khushushy al-khotmy dalam partisipasi mengembangkan kecerdasan spiritualitas,
membangun peradaban bangsa, meningkatkan persaudaraan serta menjaga tradisi dan
kultur masyarakat Indonesia adalah gerak yang patut diapresiasi. Intensitas seorang
hamba dalam melakukan ibadah ini harus didukung dengan keaktifan hamba dengan
hamba yang lain. Maksudnya seorang hamba harus bisa menjadi hamba yang
bermanfaat dan berguna bagi yang lain. Untuk mewujudkan kentenangan jiwa dan hati
salah satunya adalah dengan berdzikir. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah
dalam al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 28 yaitu:
وب ل ق ل ا ن ئ م ط ت له ل ا ر ذك ب ل أ له ل ا ر ذك ب م ه وب ل ق ن ئ م ط ت و وا ن م آ ن ي لذ ا
Artinya :“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram” (Kementrian Agama RI, 2006: 252).
Berdzikir haruslah dilakukan setiap waktu. Pengaruh yang ditimbulkan adalah
mampu mengontrol perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-sehari. Seseorang yang
melupakan dzikir atau lupa kepada Allah, kadang-kadang tanpa sadar dapat saja berbuat
maksiat dan perbuatan negativ lainnya. Namun manakala ingat kepada Allah kemudian
mengucapkan dzikir, kesadaran akan dirinya sebagai hamba Allah akan segera muncul
kembali dan enggan untuk mengulangi perbuatan negativ tersebut.
Menurut Albert (dalam Henschel 2013:826) mengemukakan bahwa “Self
control is defined as the ability of an individual to control own thoughts, impulses,
urges, and wishes”. Maka dari itu self control merupakan bagian integral dari setiap
20
individu manusia. Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan
membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol
dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk
menampilakan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan
perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan merubah perilaku agar sesuai
untuk orang lain (Ghufron, 2011:21). Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah dalam
al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 yaitu:
د غ ل ت م د ق ا م س ف ن ر ظ ن ت ول له ل ا وا ق ت ا وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ا له ي ل ا وا ق ت له وا ل ا ن إون ل م ع ت ا ب ير ب خ
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Kementrian Agama RI, 2006: 548).
Secara umum, orang yang mempunyai kontrol diri (Self Control) yang tinggi
akan menggunakan waktu dengan tepat dan mengarah pada akhalaqul karimah yang
lebih utama, dan seorang yang secara intensitas melakukan dzikir maka akan merasakan
manfaat dan keutamaan spesifik dari dzikir yaitu: dzikir akan menghidupkan hati,
dengan dzikir hati akan tentram, dzikir membawa pelakunya dekat kepada Allah,
dengan dzikir, sedih dan khawatir tidak akan pernah singgah (Sholikin, 2008:24).
. Berdzikir atau mengingat Allah adalah yang harus dilakukan setiap waktu dan
setiap saat. Pelaksanaan dzikir kepada Allah harus dilakukan sebanyak–banyaknya.
karena dalam firman Allah QS. Al-Ahzab ayat 41 berbunyi:
يرا ث را ك ذك له ل ا روا ذك ا وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ا ي
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya" (Kementrian Agama RI 2006: 33).
21
Allah SWT memerintahkan hamba yang beriman untuk banyak ingat kepada-
Nya dan jangan sampai lalai dalam keadaan dimanapun dan kapanpun. Berdzikir
memegang peranan penting dalam proses penyucian jiwa, karena dengan berdzikir akan
selalu ingat kepada Allah dan akan selalu melakukan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya (Ghozali, 2006: 183). Pengaruh baik yang ditimbulkan dari berdzikir
secara intens ini, akan mampu mengontrol perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-
sehari.
Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang merupakan jama’ah majelis dzikir
yang dalam menyelanggarakan kegiatan lebih kompleks karena mempunyai ritual-ritual
yang jarang sekali ditemukan di majelis dzikir lainnya, contohnya dalam
menyelenggarkan majelis dzikir khushushy al-khotmy. Dengan berkumpul dan
berkhidmah di majelis dzikir yang mulia ini dengan harapan mendapatkan keberkahan
dan kemanfaatan. Yang mana Jama’ah Al Khidmah itu sendiri dirintis oleh KH Ahmad
Asrori al-Ishaqy. Yang telah mendidik dan menuntun bagaimana cara berdoa yang baik,
memohon ke Allah SWT yang baik, dan yang mengajak kita semua untuk selalu
mengingat kepada Allah SWT, menambah mahabah kita kepada para Nabi, Habaib,
Auliya, dengan berharap semoga mendapat barokah, syafa’at di hari kiamat dan diakui
umatnya Rasulillah SAW sebagai umat yang senantiasa senang berdzikir dan bertaqwa
kepada Allah SWT, sehingga kelak kita semua dikumpulkan kedalam surganya Allah
dengan orang-orang yang sholih.
Berdasarkan latar belakang diatas memandang betapa pentingnya berdzikir dan
kontrol diri (Self Control), maka penulis tertarik dan penasaran untuk membahas lebih
dalam tentang hal tersebut. Sehingga penulis mengambil judul skripsi yaitu “Korelasi
22
Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy Al-Khotmy dengan Kontrol Diri (Self
Control) Pada Jamaah Al Khidmah Kabupaten Semarang Tahun 2019”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas lebih lanjut. Adapun pokok masalah dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy jama’ah
Al Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019?
2. Bagaimana tingkat kontrol diri (self control) jama’ah Al Khidmah kabupaten
Semarang tahun 2019?
3. Adakah korelasi antara intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy
dengan kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang
tahun 2019?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy
jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019.
2. Untuk mengetahui tingkat kontrol diri (self control) jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang tahun 2019.
3. Untuk mengetahui korelasi antara intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-
khotmy dengan kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten
Semarang tahun 2019.
23
D. Manfaat Penelitian
Setelah dengan adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian tentang
korelasi intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri
(Self Control). Dengan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan
berguna bagi semua kalangan masyarakat. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan
antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan tambahan
wawasan dan pemahaman yang positif mengenai pentingnya untuk senantiasa
berdzikir dan mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy serta kontrol diri
(self control) dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama
kuliah, sehingga penelitian ini merupakan wahana untuk mengembangkan ilmu
yang dimiliki penulis. Dan dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian
di bidang ilmu pengetahuan.
c. Dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang majelis
dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan peneliti, serta
dapat mengembangkan penelitian ini menjadi sebuah buku atau referensi yang
dapat digunakan dalam meningkatkan kontrol diri (self control), kesabaran, dan
senantiasa untuk berdzikir dan menjadi pribadi yang berakhlaqul karimah dan
berwawasan nusantara.
24
b. Bagi Jama’ah
Diharapkan dapat memotivasi jama’ah Al Khidmah dan masyarakat
untuk senantiasa melakukan segala tindakan yang didasari dengan akhlak
karimah atau perilaku yang baik. Sehingga diharapkan mampu memperbaiki
kehidupan baik dalam masyarakat.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari dan menjauhi dari kesalah pahaman dan untuk memperjelas
pembahasan skripsi ini, perlu penulis jelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam
judul skripsi ini yaitu:
1. Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy.
Dalam kerangka penelitian kaitannya dengan intensitas, disini diartikan hebat,
singkat, sangat kuat (tentang kekuatan, efek, dan sebagainya). Dilihat dari sifat
intesif berarti secara sungguh-sungguh (giat dan sangat mendalam) untuk
memperoleh efek maksimal, terutama untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
waktu singkat (tim penyusun kamus PPPB, 1990:335).
Majelis adalah tempat untuk duduk atau tempat untuk berkumpul. Majelis
secara bahasa berarti tempat untuk duduk, maksudnya majelis dalam hal ini adalah
tempat berkumpulnya orang-orang yang sedang melakukan sebuah rutinitas
kegiatan secara bersama-sama. Istilah majelis juga sering dipakai oleh beberapa
jama’ah atau kelompok dalam melakukan kegiatan-kegiatan secara bersama.
(Ikhsan, 2013: 13).
Dzikir berakar pada kata ا ,artinya mengingat رورررش ٠رررزوش رورررش
memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti dan
25
ingatan. Di dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa istilah dzikir memiliki multi
interpretasi, di antara pengertian-pengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan,
mengingat, menjaga, atau mengerti perbuatan baik (Ahmad, 2005:5). Jadi artinya
tempat berkumpul untuk melakukan dzikir secara bersama-sama. kemudian terkenal
dengan istilah majelis dzikir.
Dzikir khushushy al-khotmy adalah suatu amalan dzikir, salah satu amaliah
Thariqah Qadiriyah wan Naqsabandiyah Al-Ustmaniyah yang telah ditetapkan dan
diajarkan oleh KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy dari Pondok Pesantren al-Fithrah
Kedinding Surabaya sebagai mursyid kepada muridnya dan jama’ah Al Khidmah
yang berisi hadhrah, shalawat nabi, asma’ al-husna, membaca surat al-Fatihah, al-
Insyirah, al-Ikhlas, nadham al-Faridatul Jaliilah dan shalawat ar-Ramliyyah yang
dikirimkan kepada orang-orang pilihan Allah swt. Dzikir khushushy al-khotmy
adalah sebuah nama dzikir yang diberikan oleh murid Thariqah Qadiriyah wan
Naqsabandiyah Al-Ustmmaniyah dan jama’ah Al-Khidmah yang berarti khushus
yang bacaannya langsung dari KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy tanpa ada tambahan
ataupun pengurangan dari isi dzikir itu sendiri.
Indikator intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy meliputi:
a. Pemahaman terhadap kegiatan dzikir khushushy al-khotmy
b. Devosi (pengabdian), pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwanya atau
nyawanya untuk mencapai tujuan)
c. Durasi kegiatan (kemampuan dalam menggunakan untuk melakukan dzikir
khushushy al-khotmy)
d. Frekuensi kegiatan (berupa sering kegiatan dzikir khushushy al-khotmy
dilakukan)
26
e. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan, suka atau tidak suka (Abim, 2007:30)
2. Kontrol Diri (Self Control)
Kontrol diri (self control) (seringkali diartikan sebagai kemampuan untuk
menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
membawa kearah konsekuensi positif. Kontrol diri mengandung arti (Dayana dan
Marbun, 2018:76).
Gul dan Pesendofer (dalam Sriyanti, 2012:4) menyatakan pengendalian diri
untuk menyelaraskan antara keinginan pribadi self interest dengan godaan
(temptation). Kemampuan seseorang mengendalikan keinginan-keinginan diri dan
menghindari godaan ini sangat berperan dalam pembentukan perilaku yang baik.
Ada kecenderungan manusiawi dalam diri untuk berperilaku semaunya, ada
kecenderungan untuk menentang aturan, tidak patuh pada orang tua serta menuruti
kemauan sendiri, malas belajar, menyontek, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
menonton tv/film berjam-jam, bermain game, pulang larut malam, minuman keras
adalah godaan-godaan yang mengganggu anak. Godaan tersebut dapat ditangkal
dengan kontrol diri (self control) yang baik.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa
kontrol diri (self control) adalah kemampuan individu dalam mengontrol tingkah
laku, mengelola informasi yang tidak diinginkan dan memilih suatu keputusan
berdasarkan apa yang individu tersebut yakini.
Adapun indikator-indikator kontrol diri (self control), sebagai berikut:
a. Behavioral Control (mengontrol keinginan dalam diri, mengendalikan situasi di
luar diri dan merubah situasi yang tidak menyenangkan menjadi
menyenangkan).
27
b. Cognitive Control (memahami dan mengenali berbagai situasi, menilai suatu
keadaan lingkungan dengan baik, melakukan antisipasi terhadap situasi yang
tidak diharapkan).
c. Decisional Control (mengambil tindakan atas masalah yang dihadapi,
mengambil tindakan tanpa melibatkan kebutuhan pribadi, mempertimbangkan
dari berbagai sisi sebelum mengambil suatu tindakan).
F. Sistematika Penulisan
Bagian awal meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan judul),
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto,
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.
Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian
pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahasan tersebut
kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN.
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang
mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,
dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA.
Pada bab II ini penulis akan mengemukakan tinjauan teoritis tentang: Pertama,
majelis khushushy al-khotmy, terdiri diantaranya yaitu pembahasan pengertian, majelis
dzikir khushushy al-khotmy, bacaan dzikir khushushy al-khotmy, keutamaan dzikir,
manfaat dan macam macam dzikir.
28
Kedua, kontrol diri (self control), meliputi pengertian kontrol diri, ciri-ciri
kontrol diri, jenis-jenis dan aspek kontrol diri, fungsi kontrol diri, perkembangan kontrol
diri, faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri. Ketiga, hubungan antara intensitas
mengikuti majelis khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control) pada jamaah
Al Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019.
Ketiga, kajian pustaka atau kajian penelitian terdahulu, kemudian hipotesis
penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian penelitian, yang meliputi jenis pelitian,
lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sempel, variabel penelitian, instrumen
penelitian, uji coba instrument penelitian, metode pengumpulan data, dan teknis analisis
data.
BAB IV : DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
Bagian ini berisikan uraian data-data yang didapat dari lapangan yaitu gambaran
umum jama’ah Al Khidmah meliputi Sejarah Jama’ah Al Khidmah, visi dan misi Al
Khidmah, dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah, Al Khidmah sebagai wadah, lambang,
makna dan arti simbolik Al Khidmah, sejarah perkembangan Al Khidmah di kabupaten
Semarang, susunan pengurus Al Khidmah kabupaten Semarang dan kegiatan serta
bentuk amaliyah majelis dzikir khushushy al-khotmy. Dalam bab ini juga berisi tentang
analisis data yang terkumpul sehingga diketahui tentang korelasi intensitas mengikuti
majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control) pada jamaah Al
Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019.
29
BAB V : PENUTUP
Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir dari penulisan
skripsi ini. Bagian akhir dari skripsi ini memuat: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan
daftar riwayat hidup penulis.
30
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy
1. Pengertian Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy
Majelis secara bahasa berarti tempat untuk duduk, maksudnya majelis dalam hal
ini adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang sedang melakukan sebuah
rutinitas kegiatan secara bersama-sama. Istilah majelis juga sering dipakai oleh
beberapa jama’ah atau kelompok dalam melakukan kegiatan- kegiatan secara
bersama (Ikhsan, 2013: 13).
Dzikir berasal dari kalimat روش ٠زوش روشا yang artinya mengingat sesuatu,
menyebut setelah lupa atau berdoa kepada Allah (Warson, 1984: 482). Dzikir dalam
pengertian mengingat Allah sesuai dengan Al Qur’an surat An Nisa’:103
ع ا لعد ب ل١ب لاح فبروشا الله اص فئرا لع١ز ا جثى فأل١ أز فئرا اغ
لاح لر ب اص وزبث ب ١ ؤ لاح وبذ ع ا اص إ
Artinya :“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman” (Kementrian Agama RI, 2008; 95)
Dzikir secara harfiah yaitu ingat. Artinya apabila seorang yang ingat akan
sesuatu maka itu dinamakan zikir atau mengingat sesuatu. Namun yang dikehendaki
dalam pembahasan di sini adalah dzikir dalam arti menyebut lafadz tertentu dan
paham makna serta hakikat tujuan dari kalimat yang disebutnya. Di dalam
Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, di
31
antara pengertian-pengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat,
menjaga atau mengerti perbuatan baik (Masyhudi dan Wahyu, 2006:7). Dzikir juga
dapat dimaknai sebagai doa dan wirid, atau melafalkan suatu bacaan-bacaan yang
baik dan mengucapkannya itu bernilai ibadah sebagaimana yang telah diajarkan
Rasulullah SAW.
Menurut istilah fiqh dzikrullah sering dimaknai sebagai amal qauliyah (ucapan)
melalui bacaan-bacaan tertentu. Dzikir memiliki cakupan makna yang sangat luas,
karena setiap amalan baik yang dilakukan karena Allah merupakan bagian dari
berdzikir kepada-Nya (Amin dan Al-Fandi, 2013:1). Sedangkan menurut Aboebakar
Atjeh (1993: 276) mengartikan dzikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah
atau mengingat akan Allah dengan hati dengan ucapan atau ingatan yang
mempersucikan Allah dan membersihkannya dari sifat-sifat tercela selanjutnya
memuji dengan pujian-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang
sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemuliaaan Allah.
Majelis dzikir khushushy al-khotmy merupakan salah satu bagian dari kegiatan
amaliah yang menjadi rutinitas dilakukan oleh jama’ah thoriqoh qodariyyah wa
naqsabandiyah al ustmaniyah dan jama’ah Al Khidmah. Majelis dzikir khushushy
al-khotmy sering dimaknai sebagai “Rabithoh al-Qolbiyyah wa Shilaturruhiyyah”
yang artinya yaitu untaian, rangkaian, jalinan, dan ikatan detak hati, desah nafas,
langkah perjalanan lahir batin, jasmani dan rohani, bersama para guru-guru, sampai
ke hadirat baginda Rasulullah Muhammad, Malaikat Jibril, yang dimohonkan,
dihantarkan dan dihaturkan kepada Allah SWT. Majelis dzikir Khushushy al-khotmy
betujuan demi meraih lembut, halus, besar dan agungnya kasih sayang,
pengampunan, keberkahan dan kemuliaan dari Allah SWT. Semoga tetap ternaungi,
32
terlindungi, selamat dan aman dari segala ujian, cobaan, musibah, malapetaka dari
siapa yang berencana atau berbuat buruk dan jahat dan dari segala fitnah di dunia
dan di akhirat.
Majelis dzikir khushushy al-khotmy juga dapat menjadikan seseorang terobati
dan tersembuhkan dari segala penyakit dan sakit lahir, batin, jasmani dan rohani.
Terurai dan terlepas dari segala persoalan, permasalahan, keresahan, kerisauan,
kegelisahan, kesediahan dan kegoncangan. Terpenuhi dan teratasinya segala hajat,
kebutuhan, kepentingan, amanat dan tanggung jawab, terbuka dan bersinarnya penuh
cahaya hati serta rohani, di dalam bersimpuh, menghadap keharibaan Allah SWT,
seakan-akan menatap dan melihat Allah SWT atau merasa ditatap, diperhatikan dan
dilihat oleh Allah SWT (Al-Ishaqy, 2011: ة –د ).
Dzikir khushushy al-khotmy merupakan suatu amalan dzikir, salah satu amaliah
Thoriqoh Qodariyyah wa Naqsabandiyah Al Ustmaniyah yang telah ditetapkan dan
diajarkan oleh KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy (alm) dari Pondok Pesantren al-Fithrah
Kedinding Surabaya, sebagai mursyid kepada muridnya dan jama’ah Al Khidmah
yang berisi hadhrah, shalawat nabi, asma‟ al-husna, membaca surat al-Fatihah,
surat al-Insyirah, surat al-Ikhlas, nadham al-Faridatul Jaliilah dan shalawat ar-
Ramliyyah.
Bagi para jama’ah sudah mengikuti Mubaya‟ah Thariqah Qadiryah wa
Naqsyabandiyah al-Utsmaniyah oleh Romo KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy wajib
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy. Tetapi bagi jama’ah yang belum
pernah baiat tetap diperkenankan untuk mengikuti majelis dzikir khushushy al-
khotmy.
33
Dapat disimpulkan penulis bahwa makna majelis dzikir khushushy al-khotmy
adalah tempat majelis untuk mengingat Allah SWT dengan asma-asma-Nya yang
agung, beribadah, memuji, berdo’a atau memohon kepada Allah SWT dan
bersholawat kepada Rasulullah SAW secara bersaama-sama dan secara terbuka yang
dipimpin oleh imam khushushy yang telah ditunjuk oleh pengurus.
2. Bentuk Amaliah Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy
Majelis dzikir khushushy al-khotmy di kabupaten Semarang dilaksanakan
diberbagai daerah yang telah di tunjuk oleh pengurus daerah Al Khidmah Kabupaten
Semarang, pelaksanaan tempat dan waktu majelis dzikir khushusy al-khotmy
diberbagai daerahpun juga berbeda-beda. Berikut adalah amaliah bacaan majelis
dzikir khushushy al-Khotmy:
a. Membaca Tawasulan hadhrah
د١ اش ب د الله اش ثس
س ذ ص الله ع١ صطف ذ ا آ إ دعشح ج . ع١ أج صذج
فبرذخ( . )ا ء لله ب . ش
ث١ مش لائىخ ا إ ا شس١ ا الأج١بء ا إخ اح آثبئ إ أس ث
ث١١ اىش دب١١ اش ا اح آي و إ أس , بذ١ اص ذاء اش ل١ ذ ص
ب ربس اء ب س١ذرب د أ ح أث١ب س١ذب آد إ س , أصذبة و
)افبر ء لله , ش ٠ اذ ب إ ٠ .....ذخ( إخ .ث١
b. Membaca shalawat
ص عا س صذج ع ا الأ ×( 011. )س١ذب ذذ اج
34
c. Membaca surat Al-Insyirah 79 kali, atau kurang dari 79 kali.
d. Membaca surat Al Ikhlash 100 kali, atau kurang dari 100 kali.
e. Membaca tawasul singkat untuk di tujukan kepada guru-guru dan masyaikh.
فبرذخ( اطشق . )ا شب٠خ أ اح إ أس
f. Membaca shalawat dan doa (atau kurang 100 x) yaitu sebagai berikut:
ع س١ ص ا س صذج ع ا الأ ×( 011). ذب ذذ اج
ذبجبد ا ٠ب لبظ ×( 011) ا
بد ا ٠ب وبف ×( 011) ا
٠ب سافع اذسجبد ×( 011) ا
ج ٠ب دافع ا ×( 011) ١بد ا
شىلاد ا ذ ٠ب ×( 011) ا
اد ج١ت اذع ٠ب ×( 011) ا
شاض الأ ٠ب شبف ×( 011) ا
١ اد اش ٠ب اسد ×( 011) ا
ع س١ذب ص ا س صذج ع ا الأ ×( 011) . ذذ اج
g. Membaca tawasulan (al-Fatihah) dilanjutkan dengan shalawat, yaitu:
س١ذبإ دعشح ب ال اجىب خ )افبرذخ( ا
١بء الأ طب مبدس إ دعشح س ١خ عجذ ا ج١لاس١ذب اش )افبرذخ ا
س صذج ع ا الأ ع س١ذب ذذ اج ص ×( 011.) ا
35
و١ ا ع ×( 0) دسجب الله
ع س١ذب ذ ص ا س صذج ع ا الأ ×( 011.) ذ اج
مبدس ١خ عجذ ا ١بء س١ذب اش الأ طب إ دعشح س ج١لا ×( 0)افبرذخ( ) ا
ب إ دعشح ال ثب ×( 0) اش
ع ص ا س صذج ع ا الأ ×( 011.) س١ذب ذذ اج
ح إلا ثبالله . لا ل لا ×( 011) لاد
س صذج ع ا الأ ع س١ذب ذذ اج ص ×( 011.) ا
h. Kemudian berhenti dan diam sejenak dengan penuh ketenangan, hadapkan dan
dekatkan hati keharibaan Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Agung, dengan
disertai rasa rendah diri, diletakkan dirinya di bawah telapak kaki, semua
makhluk Allah SWT, dan tidak sekali-kali merasa dirinya lebih baik dan utama
dari orang lain, merasa penuh lalai, lemah, serba kurang, sembrono (tidak hati-
hati), durhaka dan hina (Al-Ishaqy, 2012: 14-30). Atau bisa berdoa sesuai apa
yang menjadi cita-cita, hajat dan keinginan pribadi masing-masing jama’ah.
Kemudian ditutup doa yaitu:
عشفزه ذجزه , أعط ث ط سظبن د مص ذ أ ×( 0)ا
ا١خ. فبرذخ( ع ز .)ا
i. Setelah berdoa dilanjutkan membaca shalawat lagi, yaitu:
س صذج ع ا الأ ع س١ذب ذذ اج ص ×(011. ) ا
×( 06600. ) ٠ب ط١ف ٠ب ط١ف ٠ب ط١ف
36
ع ا الأ ع س١ذب ذذ اج ص ا س صذج ( .011 )×
. ع١ أج صذج ا س ذ ص الله ع١ صطف ذ ا إ دعشح ج
)افبرذخ(.
j. Kemudian diam sejenak berdoa lagi dengan penuh hadhir dan khusyu‟ (tenang)
hati dan rohani dengan ketenangan, hadapkan dan dekatkan hati kehadirat Allah
SWT yang Maha Besar dan Agung. Setelah itu membaca doa:
الله ثس ب د الله اش خ١ش إلا الله , ثس ق ا بشبء الله لا ٠س الله , ثس د١ اش
الله خ ف ع ب وب بشبء الله الله ء إلا الله , ثس بشبء الله لا ٠صشف اس
. عظ١ ا ع ح إلا ثب لله ا لا ل ي بشبء الله , لا د الله ×( 3), ثس
ذ ع الله و ع إ ر سث آخز ثبص١زب إ داثخ إلا ب سثى سث
سزم١ ×( 3. )صشاغ
ف أف ف أ ء ثأ اس ى دفعذ ع د أثذ ا , لا ٠ از ام١ ذ ثب زى دص
لا ي لا د عظ١ ا ع ح إلا ثب لله ا ×( 3) ل
رذ١لا ش ٠ب لبس خز ثبم ثخ ر ا زه ٠ب غفبس عف ×( 00) سأ
(Al-Ishaqy, 2012:31-40).
k. Membaca shalawat (nadhaman) al-Fariidatul Jaliilah fii Nadlmi Asmaa‟i
Masyayihissilsilah, yaitu:
ءب ١ع س ج أجت ب ثألائه اعظ ٠ب إ إ إ
ب ١ ب ب ب سد١ جش٠خ سد الله سة ا ثذأد ثجس
ش ب لذ ا ا و أشىش شىش اف ع ا ٠ ذ ذ د أ رب ... إخ.
37
l. Kemudian yang terakhir membaca Ash-Shalawat ar-Roliyyah, yaitu sholawat
karangan syekh Romli Tamim Rejoso Jombang seorang Mursyid Thariqah
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, guru dari Kyai Utsman al-Ishaqy (ayahanda KH.
Ahmad Asrori Al-Ishaqi). Adapun bacaan sholawatnya yaitu:
د١ اش د الله اش ثس
* الله سـلا صلاح الله عـ غــ دجـ١ت الله
* الله سـلا صلاح الله ي الله ع ٠ـس سسـ
الله ب ثجس س بء * ر ذس وزا أس ا
صطف ا ثب ج . إخ .... * ي الله سسـ دجـ١ت الله
m. Mauidhah Hasanah dan Ta‟lim
Dalam menyampaikan Mauidhah hasanah ketika majelis dzikir khushusy al-
khotmy disampaikan oleh Imam Khushushy atau sesepuh yang hadir.
n. Mushafahah (berjabat tangan)
Pada acara Mushafahah ini para jama’ah Al Khidmah membentuk lingkaran
dengan berbaris. Mushafahah di mulai dari imam khushusy yang kemudian
diikuti oleh para jama’ah dengan diiringi lantunan sholawat Allahumma sholli
„Ala Muhammad.
o. Ramah-tamah (makan bersama) di serambi masjis, atau dimana tempat yang
diselenggarakannya majelis dzikir Khushushy al-khotmy se-Kabupaten
Semarang.
38
3. Standar Operating Prosedure (SOP) Majelis Dzikir Khushushy al-khotmy
Untuk menyelenggarakan majelis dzikir khushushy al-khotmy diberbagai
tempat maka mempunyai syarat-syarat dan hal yang harus memenuhi Standar
Operatting Procedur (SOP), diantaranya yaitu:
A. Penetapan Tempat Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy
1. Pengurus Thoriqoh mengajukan penetapan tempat kepada Guru Thoriqoh,
melalui pengurus pusat.
2. Tempat majelis dzikir Khushushy al-khotmy harus segera ditempati setelah
disampaikan atau dihaturkan kepada guru Thoriqoh.
3. Pengurus Al Khidmah bertanggung jawab untuk mencari beberapa alternatif
calon tempat majelis dzikir Khushushy al-khotmy, dengan memperhatikan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a. Mendapat restu dari pinisepuh, kepala desa, dan masyarakat desa
setempat dan apabila di Masjid atau Musholla juga mendapat restu dari
takmir/nadzir (ketua/pengurus masjid).
b. Luas tempatnya dapat menampung seluruh calon jama’ah majelis dzikir
Khushusy al-khotmy.
c. Mudah di jangkau dari berbagai jurusan atau arah dan tempat.
d. Tidak bersamaan dan terganggu dengan acara kegiatan lain.
e. Jarak dengan tempat majelis dzikir khushusy al-khotmy lainnya, minimal
3 km atau lain desa yang berjauhan atau secara bergilir antara desa yang
berdekatan.
39
B. Pelaksanaan Majelis Dzikir Khushushy Al-Khotmy
a. Setelah tempat dan waktu khushusy disampaikan/dihaturkan kepada guru
Thoriqoh dan menerima penetapannya maka para murid/jama’ah di desa dan
daerah yang terdekat, harus segera melaksanakan Majelis Khushusy al-
khotmy.
b. Pada putaran 1-5 yang menjadi imam Khushusy adalah Imam Khushusy yang
di tinjuk oleh guru Thoriqoh atau Imam Khushusy dari daerah terdekat
dengan sepengetahuan dan persetujuan pengurus Thoriqoh wilayahnya.
c. Selanjutnya pengurus Thoriqoh memilih 2-3 orang calon Imam Khushusy
setempat, disampaikan/dihaturkan kepada guru Thoriqoh (Pedoman
Kepemimpinan, Kepengurusan dalam kegiatan, amaliah ath-Thoriqoh dan Al
Khidmah, 2003:18-19).
4. Manfaat Majelis Dzikir
Pengaruh yang ditimbulkan secara konstan, akan bermanfaat mampu
mengontrol perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang
melupakan dzikir atau lupa kepada Allah, terkadang tanpa sadar dapat berbuat
maksiat, namun mana kala ingat kepada Allah kesadaran akan dirinya sebagai
hamba Allah akan muncul kembali.
Menurut Abu Yusuf (2009: 27) menyatakan bahwa diantara sebab terbesar
mendapatkan kelapangan dada dan ketenangan jiwa adalah memperbanyak dzikir
kepada Allah SWT. Sebab dzikir memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam
melapangkan dan memperbaiki ketentraman dalam dada, serta menghilangkan
kesedihan dan kegundahan. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 28:
ا ٱ ءا لث ثزوش ز٠ ئ رط ٱ ٱألا ثزوش لله ئ رط مة ٱلله
40
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram” (Kementrian Agama RI, 2008: 252).
Unsur utama dalam berdzikir adalah mengingat Allah SWT. Karena Allah
adalah awal dan akhir segala dzikir manusia. Orang yang berdzikir menggunakan
lisannya, kemudian diyakini dalam hatinya, serta pikirannya pun
mengukuhkannya, maka dzikir yang demikian itulah yang mampu mendekatkan
diri pada Allah SWT. Maka mengingat Allah mempunyai pengaruh besar dalam
mendapatkan hal-hal yang dicari, hal ini karena keistimewaannya, dan karena
pahala yang diharapkan seorang hamba.
Dzikir sendiri mengingat Allah SWT seraya membaca kalimat-kalimat atau
asma-asma Allah SWT. Kegiatan majelis dzikir di antara kalimat-kalimat yang dibaca
adalah sebagai berikut:
1. Istigfar
Kalimat istigfar, astagfirullaahal adzim adalah kalimat dzikir yang
digunakan untuk memohon ampun kepada Allah SWT. Ucapan istigfar dalam dzikir
harus dilandasi bahwa dirinya dalam keadaan salah dan banyak dosa. Hanya Allah
yang Maha benar dan Maha mengampuni dosa. Dengan kesadaran ini, maka dalam
diri akan tumbuh niat untuk bertaubat kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman
dalam QS. An-Nashr ayat 3:
ذ سثه ش سزغف ٱفسجخ ثذ اث ۥإ ر بوب
Artinya : ”Maka bertasbihlah dengan memuji Allahmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat” (Kementrian Agama RI, 2008: 603)
41
2. Membaca asma-asma Allah
Banyak sekali asma-asma Allah yang agung dan sudah masyhur dengan
sebutan asmaul husna. Dan dalam asmaul husna ada 99 asma-asma Allah yang
menunjukkan keagungan, kemuliyaan dan kebesaran Allah SWT. Asma-asma Allah
yang di baca pada majelis dzikir adalah :
٠ب لذ٠ ٠بس١ع ٠بثص١ش ٠بجذا ٠بخبك ٠بدف١ظ ٠بص١ش ٠بو١ ٠بد
٠بل١ ٠ببد٠بع١ ٠بخج١ش ٠بج١ ٠بط١ف.
Asma-asma tersebut dibaca dengan tujuan memuji Allah dengan asma-
asma-Nya yang agung dan dengan harapan semoga apa yang mohon bisa
terkabulkan. Selain sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT dalam
membaca asma-asma tersebut harus dengan hati dan fikiran yang tenang seraya
menenangkan hati dari segala masalah dengan keyakinan bahwa Allah akan
selalu mengabulkan apa yang inginkan.
3. Tahlil
Kalimat tahlil berbunyi laa illaaha illallah artinya tiada Tuhan selain Allah.
Ini lah kalimat dzikir yang paling utama. Mentauhidkan Allah SWT yang memang
Dia yang Maha Tunggal dan tidak ada satupun yang menyamai-Nya apalagi
menandingi-Nya. Tidak ada Allah selain Allah SWT.
Dengan demikian menjadi kewajiban hamba menyembah, mengesakan,
menaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah SWT berfirman
dalam QS. Al-Mu’minun ayat 52:
إ أب س ادذح خ أ زى أ ز فبرم ثى
42
Artinya: ”Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua,
agama yang satu, dan Aku adalah Allahmu, Maka bertakwalah
kepada-Ku” (Kementrian Agama RI, 2008: 345)
Tahlil selain membaca laaillahaa illallah juga membaca kalimat-kalimat
thoyibah, seperti membaca surat Al Fatihah, ayat kursi, tasbih, tahmid, takbir,
istighfar dan lain-lain dan pembacaan tahlil tersebut dipimpin oleh imam majelis
yang sudah ditunjuk oleh pengurus. Dan dalam pembacaan tahlil sudah ada
pedoman yang mengatur bacaan-bacaan yang dibaca dalam tahlil.
4. Sholawat
Aboebakar Atjeh (1993:287) menyatakan dalam bukunya bahwa sholawat
adalah membaca sholawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW, yang
tersimpan dalam lafadz-lafadz tertentu, karena bersholawat kepada Nabi itu
termasuk amal ibadah yang diberi pahala oleh Allah kepada orang yang
mengerjakannya. Sebagaiman dalam firman Allah SWT, dalam QS. Al-Ahzab ayat
56:
ع اج لائىز ٠ص الله ب٠ب أ٠ إ ١ ا رس س ا ع١ ا ص آ ب از٠
Artinya: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Kementrian
Agama RI, 2008: 426)
Dalam majelis dzikir biasanya pembacaan sholawat adalah dengan membaca
maulidurrosul (membaca biografi Nabi Muhammad SAW), membaca syair-syair
yang memujinya dengan sifat-sifatnya, kemuliaannnya dan kemu’jizatan-Nya.
Sholawat kepada Nabi biasanya diiringi dengan taslim, misalnya Allahumma Sholli
wa Sallim ala Sayyidina Muhammad artinya ya Allahku turunkanlah rahmat dan
kesejahteraan kepada Nabi Muhammad SAW (Aboebakar, 1993:290). Dengan
43
demikian dapat disimpulkan bahwa bersholawat kepada Nabi ialah mengakui
kerasulannya serta memohon kepada Allah, semoga Allah memberikan keutamaan
kemuliaan-Nya. Bersholawat kepada Nabi adalah ibadah yang istimewa, karena
Allah selalu menurunkan rahmat-Nya dan malaikat selalu berdo’a untuknya, serta
memerintahkan orang-orang yang beriman bersholawat kepada-Nya. Dan dengan
membaca sholawat ini dengan harapan kelak mendapatkan pertolongan atau syafa’at
Nabi Muhammad SAW.
Yazid (2008: 61-87) dalam bukunya bahwa manfaat berdzikir (mengingat
Allah SWT) sangat banyak diantaranya sebagai berikut:
a. Mendatangkan keridhoan Allah SWT.
b. Menghilangkan kesedihan dan kemurahan hati.
c. Mendatangkan kegembiraan dan ketentraman .
d. Melapangkan rizki.
e. Menumbuhkan perasaan bahwa dirinya diawasi Allah, sehingga mendorong
untuknya selalu berbuat bijak.
f. Malaikat akan selalu memintakan ampun kepada Allah bagi orang-orang yang
berdzikir.
g. Orang-0rang yang berdzikir (mengingat Allah) senantiasa merasa dekat dengan-
Nya dan Allah bersamanya dan lain –lain.
5. Macam-macam Dzikir
Adapun cara dan bentuk berdzikir mempunyai tiga macam cara:
a. Dzikir dengan hati.
44
Yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah SWT. Sehingga
timbul dalam fikiran bahwa Allah adalah dzat yang Maha kuasa, semua yang
ada dalam semesta ini pastilah yang menciptakan adalah Allah SWT, maka
dengan berdzikir keimanan seseorang akan semakin bertambah.
b. Dzikir dengan lisan (ucapan).
Yaitu dengan mengucapkan lafadz-lafadz yang dalamnya mengandung
Asma-asma Allah SWT yang telah diajarkan Rasulullah kepada umatnya
misalnya mengucapkan lafadz takbir, tahmid, tasbih, tahlil, sholawat, membaca
Al Qur’an dan lain sebagainya.
c. Dzikir dengan perbuatan
Yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT dan
menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah SWT. Dan yang harus dilakukan
adalah semua amalan harus dilandasi dengan niat, untuk mendapatkan ridho
Allah SWT (Quasem, 1988: 236).
B. Kontrol Diri (Self-Control)
1. Pengertian
Kontrol diri (self control) seringkali diartikan sebagai kemampuan untuk
menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
membawa kearah konsekuensi positif. Kontrol diri mengandung arti mengatur
sendiri tingkah laku yang dimiliki (Kartono dan Gulo, 1987:441).
Menurut Ghufron dan Risnawati (2011:25-26) kontrol diri (self control)
merupakan suatu aktivitas pengendalian tingkah laku, pengendalian tingkah laku
mengandung makna melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu
45
sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Situasi disini menyangkut hal yang
sangat luas peristiwa dan segala hal yang akan ditimbulkan oleh peristiwa tersebut.
dalam artian, orang yang mempunyai kontrol diri bisa mengantisipasi, menafsirkan
dan mengambil keputusan terkait peristiwa itu.
Calhoun dan Acocella, mendefinisikan bahwa kontrol diri (self-control)
sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang dengan
kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Pandangan Goldfried
dan Merbaum, kontrol diri diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa
individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan
individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang
disusun untuk meningkatkan hasil tertentu seperti yang diinginkan.
(http://www.damandiri.or.id/file/mnurgufronugmbab2.html) di akses 14/04/2019.
Kontrol diri (self control) merupakan suatu kecakapan individu dalam
kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk
mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi
untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk
mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan untuk
mengubah perilaku agar sesuai bagi orang lain, menyenangkan orang lain, selalu
konform dengan orang lain dan menutup perasaannya.
Kontrol diri (self control) banyak disebutkan dalam berbagai budaya
maupun keagamaan. Self control dalam berbagai budaya maupun tradisi
keagamaan di pandang sebagai kemampuan individu untuk hidup secara bebas,
46
sekaligus secara harmonis dengan lingkungannya (menurut pandangan yunani).
Menurut pandangan kaum muslim self control adalah pembatasan diri (self-
restraint). Dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 72 tentang kontrol diri (self
control). Allah berfirman :
ا آ از٠ الله ف سج١ فس أ ا جبذا ثأ بجشا ا آ از٠ إ
صشا أ ١بء ثعط أ ئه ثعع ب ى ٠بجشا ا آ از٠ لا٠ز
ء دز ش ٠بجشا اصش إلا ع فع١ى ٠ ف اذ صشو اسز إ ل
١ثبق ث١ ثص١ش ث١ى ب رع ث الله
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan
tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu
satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman,
tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi
mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan
kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan
pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan
mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Kementrian Agama RI,
2008: 186)
Seseorang ketika melakukan hubungan sosial dengan orang lain, maka
untuk menjaga kelancaran hubungan tersebut antara individu dalam hubungan
tersebut harus mengontrol diri agar bisa tambil menyenangkan dan tidak
menyinggung orang lain. Orang yang tidak mempunyai kontrol diri yang baik
sering kali melukai perasaan lawan bicara. Oleh karena itulah Calhoun dan
Acocella mengemukakan dua alasan yang mengharuskan individu mengontrol diri
secara terus-menerus. Pertama, individu hidup bersama kelompok sehingga dalam
memuaskan keinginan individu, mengontrol perilaku agar tidak mengganggu
kenyamanan orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk secara
47
konstan menyusun standar yang lebih baik. Ketika berusaha memenuhi tuntutan,
dibuatkan pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian standar tersebut individu
tidak melakukan hal-hal yang menyimpang (Ghufron dan Risnawita, 2011:23).
Kontrol diri berkaitan erat dengan kontrol emosi individu. Hurlock (dalam
Ghufron dan Risnawita, 2011:24) mengemukakan tiga kriteria emosi yang
dilakukan individu untuk mengarahkan ke arah yang lebih baik, sebagai berikut:
a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.
b. Dapat memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkan untuk memuaskan
kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.
c. Dapat menilai situasi secara kritis sebelum merespon dan memutuskan cara
beraksi terhadap situasi tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian dan penjelasan tentang kontrol diri (self
control) diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kontrol diri merupakan suatu usaha
dalam mengendalikan perilaku dan merespon atau memutuskan sesuatu tindakan
dengan mempertimbangkan segala dampak atau konsekuensi yang akan terjadi.
2. Ciri-ciri Kontrol Diri
Menurut Prijosaksono dalam artikel “Kuasai dan Kendalikan Dirimu”,
kontrol diri memiliki dua dimensi yaitu mengendalikan emosi dan disiplin.
Mengendalikan emosi berarti kita mampu mengenali atau memahami serta
mengelola emosi kita. Sedangkan kedisiplinan adalah melakukan hal-hal yang
harus kita lakukan secara stabil dan teratur dalam upaya mencapai tujuan atau
sasaran kita.
48
Adapun ciri-ciri kontrol diri mengacu pada ciri-ciri kontrol personal, yaitu
kemampuan mengontrol perilaku dan situasi atau keadaan, kemampuan
menafsirkan dan mengantisipasi peristiwa serta kemampuan mengontrol keputusan.
Orang yang masuk pada kategori mempunyai kontrol diri tinggi ketika ia mampu
mengontrol ketiga varian itu. Sedangkan orang memiliki sistem kontrol diri yang
rendah ketika orang itu tidak bisa mengontrol perilaku dan situasi/keadaan, tidak
bisa menafsirkan dan mengantisipasi peristiwa serta tidak bisa mengontrol diri
dalam membuat keputusan. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan menjelaskan ciri-
ciri kontrol diri (self control), sebagai berikut:
a. Kemampuan mengontrol perilaku, yaitu kemampuan untuk menentukan siapa
yang mengendalikan situasi.
b. Kemampuan mengontrol situasi atau keadaan, yaitu kemampuan untuk
menghadapi situasi atau keadaan yang tidak diinginkan dengan cara mencegah
atau menjauhi sebagian dari situasi atau keadaan, menempatkan tenggang waktu
diantara rangkaian situasi atau keadaan yang sedang berlangsung, menghentikan
situasi atau keadaan sebelum berakhir, dan membatasi intensitas situasi atau
keadaan.
c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa, yaitu kemampuan untuk mengantisipasi
keadaan melalui berbagai pertimbangan secara relatif objektif.
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa yaitu kemampuan untuk menilai dan
menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi
positif secara subjektif. Kemampuan mengambil keputusan, yaitu kemampuan
untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau
disetujui.
49
3. Fungsi dan Perkembangan Self Control
(Logue, 1995:97) mengatakan bahwa pembentukan self control dipengaruhi
oleh faktor genetik dan miliu. Anak-anak keturunan orang yang impulsif akan
mempunyai kecenderungan berperilaku impulsif. Faktor miliu yang mempengaruhi
perkembangan self control antara lain perilaku orang tua yang diamati anak, gaya
pengasuhan, termasuk aspek budaya. Usia turut mempengaruhi kondisi kontrol diri
pada anak. Kanak-kanak cenderung lebih impulsif dibanding anak yang lebih
dewasa, artinya sejalan dengan bertambahnya usia anak, kemampuan mengen-
dalikan diri akan semakin baik. Hal ini terjadi karena anak mengalami proses
adaptasi ketika dihadapkan pada berbagai situasi yang menuntut kontrol diri.
Self control punya peran besar untuk pembentukan perilaku yang baik dan
kontruktif, Gul dan Pesendofer (dalam Sriyanti, 2012:4) menyatakan fungsi
pengendalian diri adalah untuk menyelaraskan antara keinginan pribadi self interest
dengan godaan (temptation). Kemampuan seseorang mengendalikan keinginan-
keinginan diri dan menghindari godaan ini sangat berperan dalam pembentukan
perilaku yang baik. Ada kecenderungan manusiawi dalam diri untuk berperilaku
semaunya, ada kecenderungan untuk menentang aturan, tidak patuh pada orang tua
serta menuruti kemauan sendiri. Malas belajar, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
menonton tv/film berjam-jam, bermain game, pulang larut malam, minuman keras
adalah godaan-godaan yang mengganggu anak. Godaan tersebut dapat ditangkal
dengan self control yang baik.
Messina dan Messina (dalam Sriyanti, 2012:5) mengemukakan fungsi dari self
control sebagaimana tertuang di bawah ini:
a. Membatasi perhatian individu pada orang lain.
50
b. Membatasi keinginan untuk mengendalikan orang lain di lingkungannya.
c. Membatasi untuk bertingkah laku negatif.
d. Membantu memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang.
Surya (dalam Sriyanti, 2012:6) menambahkan fungsi self control adalah
mengatur kekuatan dorongan yang menjadi inti tingkat kesanggupan, keinginan,
keyakinan, keberanian dan emosi yang ada dalam diri seseorang. Berbagai
pelanggaran yang muncul karena rendahnya self control, sekaligus bersumber dari
sikap orang tua yang salah. Rice (dalam Sriyanti, 2012:6) mengemukakan beberapa
sikap orang tua yang kurang tepat yang mengangggu self control anak adalah: 1)
pengabaian fisik (physical neglect) yang meliputi kegagalan dalam memenuhi
kebutuhan atas makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang memadai, 2) pengabaian
emosional (emotional neglect) yang meliputi perhatian, perawatan, kasih sayang,
dan afeksi yang tidak memadai dari orang tua, atau kegagalan untuk memenuhi
kebutuhan remaja akan penerimaan, persetujuan, dan persahabatan, 3) pengabaian
intelektual (intellectual neglect), termasuk di dalamnya kegagalan untuk
memberikan pengalaman yang menstimulasi intelek remaja, membiarkan remaja
membolos sekolah tanpa alasan apa pun, dan semacamnya, 4) pengabaian sosial
(social neglect) meliputi pengawasan yang tidak memadai atas aktivitas sosial
remaja, kurangnya perhatian dengan siapa remaja bergaul, atau karena gagal
mengajarkan atau mensosialisasikan kepada remaja mengenai bagaimana bergaul
secara baik dengan orang lain pengabaian moral (moral neglect), kegagalan dalam
memberikan contoh moral atau pendidikan moral yang positif.
(Surya, 2009:261) menambahkan fungsi kontrol diri (self control) adalah
mengatur kekuatan dorongan yang menjadi inti tingkat kesanggupan, keinginan,
51
keyakinan, keberanian dan emosi yang ada dalam diri seseorang. Kontrol diri (self
control) sangat diperlukan agar seseorang tidak terlibat dalam pelanggaran norma
keluarga, sekolah dan masyarakat. Santrock (1998) menyebut beberapa perilaku
yang melanggar norma yang memerlukan self control kuat meliputi dua jenis
pelanggaran, yaitu tipe tindakan pelanggaran ringan (status-offenses) dan
pelanggara berat (index-offenses). Pelanggaran norma tersebut secara rinci
meliputi:
a. Tindakan yang tidak diterima masyarakat sekitar karena bertentangan dengan
nilai dan norma yang berlaku masyarakat, seperti bicara kasar dengan orang tua
dan guru.
b. Pelanggaran ringan yaitu; melarikan diri dari rumah dan membolos
c. Pelanggaran berat merupakan tindakan kriminal, seperti: merampok, menodong,
membunuh, menggunakan obat terlarang.
Berbagai pelanggaran yang muncul karena rendahnya self control, sekaligus
bersumber dari sikap orang tua yang salah. Rice (1999) mengemukakan beberapa
sikap orang tua yang kurang tepat yang mengangggu self control anak adalah: 1)
pengabaian fisik (physical neglect) yang meliputi kegagalan dalam memenuhi
kebutuhan atas makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang memadai, 2)
pengabaian emosional (emotional neglect) yang meliputi perhatian, perawatan,
kasih sayang, dan afeksi yang tidak memadai dari orang tua, atau kegagalan untuk
memenuhi kebutuhan remaja akan penerimaan, persetujuan, dan persahabatan, 3)
pengabaian intelektual (intellectual neglect), termasuk di dalamnya kegagalan
untuk memberikan pengalaman yang menstimulasi intelek remaja, membiarkan
remaja membolos sekolah tanpa alasan apa pun, dan semacamnya, 4) pengabaian
52
sosial (social neglect) meliputi pengawasan yang tidak memadai atas aktivitas
sosial remaja, kurangnya perhatian dengan siapa remaja bergaul, atau karena gagal
mengajarkan atau mensosialisasikan kepada remaja mengenai bagaimana bergaul
secara baik dengan orang lain, 5) pengabaian moral (moral neglect), kegagalan
dalam memberikan contoh moral atau pendidikan moral yang positif.
Gilliot et.al (2002:116) menyebutkan bahwa pengendalian diri dipengaruhi
oleh emotion regulation antara lain: active distraction, pasive waiting, information
gathering, comfort seeking, focus on dealy object, peach anger. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dari keluarga miskin
lebih sulit menahan diri (delayed gratification), resiliensi (kemampuan
menghadapi stres dan tantangan hidup) yang lebih rendah, lebih aktif secara
seksual, dan juga lebih tidak mengindahkan metode-metode pengamanan yang
dapat mencegah kehamilan atau penyakit menular seksual (Hart & Matsuba,
2008).
4. Jenis dan Aspek Kontrol Diri (Self Control)
a. Jenis Kontrol Diri (Self Control)
Menurut Galih Fajar Fadillah (2013:17) Setiap individu memiliki
kemampuan pengendalian diri yang berbeda-beda. Ada individu yang pandai
dalam mengendalikan diri mereka namun ada juga individu yang kurang pandai
dalam mengendalikan diri. Block, Block, Zulkarnaen (dalam Fadillah, 2013:17)
berdasarkan kualitasnya kendali diri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Over control merupakan kendali diri yang dilakukan oleh individu secara
berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi
terhadap situasi/keadaan.
53
2. Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan
impuls dengan bebas tanpa perhitungan yang masak.
3. Appropriate control merupakan kendali individu dalam upaya mengendalikan
impuls secara tepat.
Kemampuan individu dalam mengendalikan diri memiliki tiga tingkatan
yang berbeda-beda. Individu yang berlebihan dalam mengendalikan diri mereka
yang disebut dengan over control. Individu yang cenderung untuk bertindak
tanpa berpikir panjang atau melakukan segala tindakan tanpa perhitungan yang
matang (under control). Sementara individu yang memiliki pengendalian diri
yang baik, yaitu individu yang mampu mengendalikan keinginan atau dorongan
yang mereka miliki secara tepat (appropriate control).
b. Aspek Kontrol Diri (Self Control)
Kontrol diri terdapat 3 aspek pengendalian diri seseorang (Elliot dkk
dalam Fadillah, 2013: 20) yaitu:
1) Self-Assesment or Self Analysis
Seseorang menguji perilaku mereka sendiri atau pikiran yang mereka
miliki kemudian menentukan perilaku atau proses berpikir yang mana yang
akan ditampilkan. Penilaian diri ini membantu individu untuk memenuhi
standar yang mereka ciptakan sendiri dengan membandingkan keberhasilan
atau kesuksesan orang dewasa di sekitarnya atau teman sebaya. Dengan
melakukan penilaian diri, individu akan mengetahui kelemahan serta
kelebihan yang mereka miliki dan berusaha untuk memperbaikinya agar
memenuhi standar yang mereka ciptakan.
54
2) Self-Monitoring
Suatu proses di mana seseorang merekam atau mencatat penampilan
mereka atau menyimpan sebuah rekaman atau catatan dari apa yang telah
mereka lakukan. Alasan untuk melakukan pencatatan itu adalah pertama,
catatan itu akan memberitahukan apakah kendali diri dapat memberikan
manfaat atau tidak. Kedua, catatan tersebut akan berguna dalam memberikan
balikan yang positif ketika seseorang mengalami peningkatan (McFall,
Calhoun, dan Acocella dalam Fadillah, 2013: 21).
3) Self-Reinforcement
Self-reinforcement adalah pemberian penghargaan atau hadiah kepada
diri sendiri atas keberhasilannya dalam memenuhi segala bentuk perilaku
yang telah ditetapkannya atau termonitorir. Penggunaan pengukuhan diri bisa
dalam bentuk konkrit, seperti makanan, mainan, permen dan bisa pula berupa
simbolis, seperti senyum, pujian, dan persetujuan. Pengukuran diri positif
akan membantu anak mengubah gambaran dirinya menjadi lebih positif yang
pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan diri anak (Safaria dalam
Fadillah, 2013: 20).
Seseorang dikatakan telah memiliki pengendalian diri yang baik jika
seseorang menguji perilaku mereka sendiri kemudian menentukan perilaku atau
proses berpikir yang mana yang akan ditampilkan (self-analysis), merekam atau
mencatat penampilan dari apa yang telah mereka lakukan guna untuk
memberitahukan manfaat dari perlakuan ke arah yang lebih positif (self-monitoring)
serta dapat memberikan penghargaan terhadap diri sendiri atas apa yang telah
dilakukan (self-reinforcement).
55
Menurut Averill dan Ghufron (dalam Fadillah, 2013:22) menjelaskan bahwa
dalam mengukur kendali diri yang dimiliki oleh individu dapat melalui beberapa
aspek yang terdapat dalam diri seorang individu, hal tersebut dapat diamati melalui
beberapa aspek pengendalian diri, sebagai berikut:
a) Kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration)
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang
mengendalikan situasi atau keadaan. Individu yang kurang mampu
mengendalikan situasi atau keadaan maka mereka memilikikecenderungan untuk
patuh terhadap kendali eksternal. Dengan kata lain kemampuan mengatur
pelaksanaan (regulated administration) mengarah kepada pengertian apakah
individu mampu menggunakan aturan perilaku dengan menggunakan
kemampuannya sendiri, jika tidak mampu individu akan menggunakan sumber
eksternal. Kemampuan mengatur pelaksanaan menitik-beratkan peranan
individu untuk mengatur perilaku mereka guna mencapai perihal yang
diharapkan.
b) Kemampuan mengontrol situasi/keadaan (situasi/keadaan modifiability)
Kemampuan mengatur situasi/keadaan merupakan kemampuan untuk
mengetahui bagaimana dan kapan suatu situasi/keadaan yang tidak dikehendaki
dihadapi. Kemampuan ini mengandung pengertian bahwa individu memiliki
prediksi dari perbuatan yang mereka kerjakan. Hal ini bertujuan agar individu
mampu mempersiapkan diri atas segala kemungkinan yang akan terjadi sebagai
akibat dari tindakan yang mereka kerjakan.
Dengan demikian ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh individu
untuk mencegah atau menjauhi situasi/keadaan, yaitu dengan menempatkan
56
tenggang waktu di antara rangkaian situasi/keadaan yang sedang berlangsung,
menghentikan situasi/keadaan sebelum waktunya berakhir dan membatasi
intensitasnya.
c) Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian.
Untuk dapat mengantisipasi suatu peristiwa individu memerlukan
informasi yang cukup lengkap dan akurat, sehingga dengan informasi yang
dimiliki mengenai keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat
mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.
d) Kemampuan menafsirkan perisitiwa atau kejadian
Kemampuan ini berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu
keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara
subjektif. Kemampuan dalam menafsirkan peristiwa setiap individu ini berbeda
antara satu dan lainnya. Hal ini erat kaitannya dengan pengalaman dan
pengetahuan yang mereka miliki.
e) Kemampuan mengambil keputusan
Kemampuan mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang
untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini
atau disetujuinya. Kendali diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik
dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri
individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Terdapat beberapa aspek yang dimiliki oleh individu dalam mengendalikan
diri mereka. Individu yang mampu mengendalikan diri adalah mereka yang dapat
mengelola dengan baik informasi yang diperoleh, mengendalikan perilaku,
57
mengantisipasi suatu peristiwa, menafsirkan suatu peristiwa dan mengambil sebuah
keputusan yang tepat.
Aspek lain yang terdapat dalam pengendalian diri seseorang meliputi kendali
emosi, pikiran dan mental (Fadillah, 2013:24). Ketiga aspek tersebut dapat
diuraikan, sebagai berikut:
1) Kendali emosi
Seseorang dengan kendali emosi yang baik, cenderung akan memiliki kendali
pikiran dan fisik yang baik pula.
2) Kendali pikiran
Jika belum apa-apa sudah berpikir gagal, maka semua tindakan akan mengarah
pada terjadinya kegagalan. Jika berpikir bahwa sesuatu pekerjaan tidak mungkin
dilakukan, maka akan berhenti berpikir untuk mencari solusi.
3) Kendali fisik
Kondisi badan yang fit merupakan salah satu faktor kunci dalam menunjukkan
kemampuan kita berfungsi dengan optimal (Roy Sembel dalam Fadillah,
2013:24). Aspek dalam pengendalian diri tidak hanya sebatas dalam
mengendalikan perilaku, memperoleh informasi, menilai informasi dan
mengambil sebuah keputusan. Pengendalian diri juga memiliki aspek lain yang
meliputi aspek emosional, pikiran dan fisik. Ketiga aspek tersebut saling
berkaitan dan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Aspek-aspek pengendalian diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berdasarkan aspek-aspek pengendalian diri menurut pendapat Averill dan Ghufron
(dalam Fadillah, 2013: 24) yaitu pengendalian tingkah laku (behavior control),
58
pengendalian kognitif (cognitive control) dan mengendalikan keputusan (decision
control).
1) Kendali tingkah laku (behavior control), merupakan kesiapan tersedianya suatu
respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu
keadaan yang tidak menyenangkan.
2) Kendali kognitif (cognitive control), merupakan kemampuan individu dalam
mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi,
menilai atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif
sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan.
3) Mengontrol keputusan (decision control), merupakan kemampuan seseorang untuk
memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau
disetujuinya.
5. Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri (Self Control)
Berbagai pelanggaran yang muncul karena rendahnya self control, sekaligus
bersumber dari sikap orang tua yang salah. Rice (dalam Sriyanti, 2012)
mengemukakan beberapa sikap orang tua yang kurang tepat yang mengangggu self
control remaja adalah:
a. Pengabaian Fisik (physical neglect), meliputi kegagalan dalam memenuhi
kebutuhan atas makanan, pakaian dan tempat tinggal yang memadai.
b. Pengabaian Emosional (emotional neglect), meliputi perhatian, perawatan, kasih
sayang dan afeksi yang tidak memadai dari orang tua atau kegagalan untuk
memenuhi kebutuhan remaja akan penerimaan, persetujuan dan persahabatan.
59
c. Pengabaian Intelektual (intellectual neglect), termasuk di dalamnya kegagalan
untuk memberikan pengalaman yang menstimulasi intelek remaja, membiarkan
remaja membolos sekolah tanpa alasan apapun dan semacamnya.
d. Pengabaian Sosial (social neglect), meliputi: pengawasan yang tidak memadai
atas aktivitas sosial remaja, kurangnya perhatian dengan siapa remaja bergaul
atau karena gagal mengajarkan atau mensosialisasikan kepada remaja mengenai
bagaimana bergaul secara baik dengan orang lain.
e. Pengabaian Moral (moral neglect), kegagalan dalam memberikan contoh moral
atau pendidikan moral yang positif.
Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kontrol diri (self control) seseorang
biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Namun pada dasarnya, kontrol diri (self
control) itu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
internal, meliputi: faktor hirarki dasar biologi yang telah terorganisasi dan tersusun
melalui pengalaman evolusi dan kontrol emosi yang sehat diperoleh bila seorang
remaja memiliki kekuatan ego, yaitu suatu kemampuan untuk menahan diri dan
tindakan luapan emosi. Sedangkan, faktor eksternal dipengaruhi oleh kondisi sosio-
emosional lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.
Lingkungan cukup kondusif, dalam arti kondisi diwarnai dengan hubungan
yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai dan penuh tanggung
jawab, maka remaja cenderung memiliki kontrol diri yang baik. Hal ini
dikarenakan remaja mencapai kematangan emosi oleh faktor-faktor pendukung
tersebut (Yusuf, 2001:71).
Menurut Gilliom et al. ada beberapa sub-faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan kontrol diri dalam diri individu. Keseluruhan sub-faktor tersebut
60
termasuk dalam faktor emotion regulation (terdiri dari active distraction, passive
waiting, information gathering, comfort seeking, focus on delay object/task, serta
peak anger). Dijelaskan oleh Gilliom bahwa cara active distraction (pengalihan
terhadap suatu situasi), cara passive waiting (penginstruksian terhadap perilaku),
maka semakin anak tidak mampu mengendalikan atau menahan tingkah laku yang
bersifat menyakiti, merugikan atau menimbulkan kekesalan bagi orang lain
(eksternalizing). Terkadang cara passive waiting (menuruti instruksi untuk berdiri
atau duduk dengan tenang), maka semakin anak mampu bekerja sama dengan
orang lain dan mematuhi peraturan yang ada (Gunarsa, 2004:253)
Cara focus on delay object/task yang dilakukan dapat menimbulkan efek
negatif pada kemampuan pengendalian diri, khusunya pada aspek cooperation.
Artinya semakin anak mengalihkan hal-hal yang menyebabkan perasaan frustasi
yang dialaminya dengan cara focus on delay object/task (misalnya, dengan
membicarakan sumber perasaan frustasi, memandang sumber perasaan frustasi dan
menyatakan bahwa ia ingin berusaha mengakhiri sumber frustasinya), maka
semakin anak mampu mengendalikan tingkah laku yang bersifat menyakiti atau
merugikan orang lain (externalizing).
Untuk sub-faktor information gathering, Gilliom et al. menyatakan bahwa
semakin anak mengalihkan hal-hal yang menyebabkan perasaan frustasi yang
dialaminya dengan cara information gathering (mencari tahu dengan menanyakan
hal-hal yang berhubungan dengan perasaan frustasi yang dialaminya tanpa
menyatakan bahwa ia ingin mengakhiri sumber frustasinya), maka semakin anak
mampu menunjukkan assertivenes nya kepada orang lain. Dengan kata lain, anak
61
semakin mampu mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain tanpa
menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain tersebut (Gunarsa, 2004:254).
Di samping kelima faktor tersebut di atas, ada faktor-faktor lain yang turut
mempengaruhi kontrol diri individu. Oleh karena kontrol diri (self control)
merupakan pengembangan self-regulation pada masa kanak-kanak, dapat dikatakan
bahwa konrol diri juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk self-
regulation. Menurut Papila et al. faktor-faktor yang turut mempengaruhi
pembentukan self-regulation adalah faktor proses perhatian dan faktor kesadaran
terhadap emosi-emosi negatif. Semakin mampu menyadari emosi negatif yang
mencul dalam dirinya dan semakin anak mampu mengendalikan perhatiannya pada
sesuatu (attentional process), maka semakin mampu menahan dorongan-dorongan
dan mengendalikan tingkah lakunya. Menurut Bandura, faktor-faktor yang turut
mempengaruhi pembentukan self-regulation adalah faktor umpan balik (adequate
feedback) dan faktor perasaan mampu (self-efficacy). Semakin individu diberikan
umpan balik yang bersifat membangun serta disampaikan dengan cara yang baik
dan semakin individu memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya, maka semakin
individu mampu dalam mempertahankan komitmennya terhadap suatu tujuan
selama periode waktu tertentu. Kemampuan individu mempertahankan
komitmennya terhadap suatu tujuan yang bersifat jangka panjang tersebut dapat
dinyatakan sebagai tingkat self-regulation yang baik pada individu, sedangkan self-
regulation yang baik merupakan kriteria dari self-control yang baik pula (Gunarsa,
2004:255).
62
C. Jama’ah Al Khidmah
Jama’ah Al Khidmah secara harfiyah terdiri dari dua kata yaitu jama’ah dan Al
Khidmah. Jama’ah berasal dari kata jama’ جعب - yaitu mengumpulkan atau جع
menghimpun. (Warson, 1984: 353). Jama’ah ( بعخاج ) memiliki arti perkumpulan
atau kelompok orang-orang tanpa ikatan dan pembagian kerja yang pasti. Al Khidmah
berasal dari mufrad khodimun خذخ –خذ , yang berarti melayani( jawa; ngeladeni )
sehingga dari kedua asal kata tersebut, Jama’ah Al Khidmah adalah sekumpulan orang
orang yang tanpa ikatan tertentu, secara suka rela membantu orang yang perlu dibantu,
baik sesama maupun untuk orang yang lebih mulia (guru) dalam kebaikan, sebagai
sarana beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan berkumpul dan
berkhidmah di majelis dzikir yang mulia ini dengan harapan mendapatkan keberkahan
dan kemanfaatan. Yang mana Jama’ah Al Khidmah itu sendiri dirintis oleh KH
Ahmad Asrori Al Ishaqy. Yang telah mendidik dan menuntun bagaimana cara berdoa
yang baik, memohon ke Allah SWT yang baik, dan yang mengajak kita semua untuk
selalu mengingat kepada Allah SWT, menambah mahabbah kita kepada para Nabi,
Habaib, Auliya, dengan berharap semoga mendapat barokah, syafa’at di hari kiamat
dan diakui umatnya Rasulillah SAW sebagai umat yang senantiasa senang berdzikir
dan bertaqwa kepada Allah SWT, sehingga kelak kita semua dikumpulkan kedalam
surganya Allah dengan orang-orang yang sholih.
D. Korelasi Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy al-khotmy dengan
Kontrol Diri (Self Control)
Majelis dzikir khushushy al-khotmy adalah tempat berkumpul untuk beribadah,
memuji, berdo’a atau memohon kepada Allah SWT dan bersholawat kepada
63
Rasulullah SAW secara bersaama-sama dan secara terbuka yang dipimpin oleh imam
khushushy yang telah ditunjuk oleh pengurus. Dalam majelis dzikir ini juga
dilaksanakan ibadah dzikir, tawajuhan, do’a dan sholawat bersama. Diadakan di
tempat yang berbeda-beda. Majelis ini diikuti oleh berbagai kalangan, di antaranya
bapak-bapak, ibu-ibu, remaja sapai dengan anak-anak. Mereka merasakan manfaat
banyak dan bersifat positif dalam menjalani kehidupan.
Terutama setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu
mengatur dan mengarahkan perilaku yaitu kontrol diri (self control), sebagai salah satu
sifat kepribadian, kontrol diri (self control) pada satu individu dengan individu yang
lain tidaklah sama, ada individu yang memiliki kontrol diri (self control) yang tinggi
dan ada individu yang memiliki kontrol diri (self control) yang rendah. Individu yang
memilki kontrol diri (self control) yang tinggi mampu mengubah kejadian dan menjadi
agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku utama yang membawa pada
konsekuensi positif. Setiap individu harus mampu menginterpretasikan situasi atau
keadaan yang dihadapi, mempertimbangkan konsekuensi sehingga mampu memilih
tindakan dan melakukannya dengan meminimalkan akibat yang tidak diinginkan.
Mereka mampu mengatur situasi/keadaan sehingga dapat menyesuaikan perilakunya
kepada hal-hal positif. Kontrol diri (self control) diartikan sebagai kemampuan untuk
menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
membawa ke arah konsekuensi positif.
Individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur
perilaku, sehingga diasumsikan seorang yang dengan kontrol diri (control diri) yang
rendah akan berprilaku lebih bertindak kepada hal-hal yang lebih menyenangkan diri,
bahkan akan menunda-nunda tugas yang seharus nya dikerjakan terlebih dahulu.
64
Kontrol diri (self control) yang rendah, seorang tidak mampu memandu, mengarahkan,
mengatur perilaku dan tidak mampu menginterpretasikan situasi/keadaan yang
dihadapi, tidak mampu mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi
sehingga tidak mampu memilih tindakan yang tepat. Kebanyakan orang mempunyai
tugas, pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda dan berat. Masalah dan
cobaan selalu dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, maka semua itu harus
dijalani dengan pengendalian diri, dan seberat apapun cobaan yang ada maka tetaplah
tegar dan semangat dalam menjalani tanggung jawab dan menghadapi ujian atau
cobaan. Bukan hanya pengendalian diri yang yang harus dimiliki atau dijalankan tetapi
harus diikuti dengan berdzikir, berdo’a, beribadah dan usaha yang kuat agar dalam
menjalani semua aktifitas kehidupan diberikan kelancaran dan mendapatkan hasil yang
lebih baik.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan berupa teori-teori atau temuan-temuan dari berbagai hasil
penelitian sebelumnya merupakan hal yang kiranya perlu untuk dijadikan sebagai data
acuan atau pendukung bagi penelitian ini. Hasil penelitian terdahulu yang hampir
memiliki kesamaan topik dengan penelitian yang dilakukan peneliti di antaranya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Faizatun yang berjudul Efektifitas Metode Berdzikir
dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Bala, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Metode berdzikir yang diterapkan di Pondok Pesantren Suryabuana adalah
dzikir ala Thareqot Qodariyah wa Naqsabandiyah dengan mengamalkan dzikir Jahr
(suara keras) dan dzikir Khoffi (dalam hati). Dengan dzikir tersebut dimaksudkan
65
untuk melunakkan hati santri supaya menjadi lembut dan selalu ingat kepada Allah.
Metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dapat dikatakan
efektif karena banyaknya perubahan yang terjadi pada santri setelah melewati masa-
masa penanganan ditempat tersebut bahkan santri yang pernah ditangani oleh pihak
pondok pesantren tersebut dapat sembuh total namun, ada sebagian dari mereka yang
tidak dapat sembuh total karena penyakitnya yang sudah parah. Dalam prakteknya
ditemui sejumlah hambatan yaitu sarana prasarana tempat khusus santri yang
mengalami problem psikologis belum ada, terbatasnya dukungan dari orang tua,
lemahnya motivasi untuk sembuh dari sebagian santri itu sendiri, dan belum
meratanya kemampuan devisi Inabah dalam menangani santri. Sedangkan daya
dukungnya adalah letak geografis yang relatif sejuk, adanya devisi Inabah yang
menangani santri tersebut, sarana prasarana berupa masjid, pendopo, dan kolam
untuk mandi taubat, dukungan masyarakat pada umumnya.
Jadi penelitian oleh Faizatun dengan penelitian yang dilakukan penulis membahas
tentang suatu dzikir. Tapi skripsi oleh Faizatun fokus pembahasannya adalah
efektifitas metode berdzikir dalam Penanganan problem psikologis, sedangkan
penulis hanya fokus kepada korelasi majelis khushushy al-khotmy dengan self
control.
2. Skripsi yang di susun oleh Ana Syarifah mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2012
jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam dengan judul "Pengaruh
Intensitas mengikuti kegiatan Majlis Dzikir Terhadap Kecerdasan Emosional Jama'ah
Dzikir Al Hikmah Desa Pedut Kelurahan Wonodoyo Kecamatan Cepogo Kabupaten
Boyolali Tahun 2012." Di dalam skripsi tersebut memberikan kesimpulan bahwa
66
intensitas mengikuti majelis dzikir di Desa Pedut Pada tahun 2012 mempunyai
kategori tingkat kecerdasan emosional pada taraf yang baik, cukup dan taraf kurang.
Dengan adaya tingkatan taraf tersebut kecerdasan emosional jama'ah majlis dzikir
pada tahun 2012 tergolong pada taraf cukup yaitu mencapa 56,66%. maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan "ada pengaruh antara intensitas
mengikuti majlis dzikir terhadap kecerdasan emosional jama'ah dzikir Al-Hikmah di
desa Pedut" dinyatakan diterima berdasarkan uji analisis.
Jadi penelitian oleh Ana Syarifah dengan penelitian yang dilakukan penulis
membahas tentang suatu majelis dzikir. Tapi skripsi oleh Ana Syarifah fokus
pembahasannya adalah intensitas dalam suatu majelis dzikir dengan kecerdasan
emosional, sedangkan penulis hanya fokus kepada korelasi majelis khushushy al-
khotmy dengan self control.
3. Skripsi yang disusun oleh Sigit Purwanto Mahasiswa STAIN Salatiga jurusan
Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam pada tahun 2013 dengan judul
"Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon Dalam Pembentukan Akhlakul
Karimah Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2014." Dalam skripsi tersebut memberi
kesimpulan bahwa majelis ilmu dzkir ajeg Seloso Kliwon merupakan lembaga non
formal yang berperan dalam membina jamaah yang terdiri dari sebagian Mahasiswa
STAIN Salatiga tentang keagamaan, khususnya dalam bidang akhlak. Yaitu melalui
dzikir tahlil dengan bacaan surat fatihah, al-ikhlas, al- Falaq, an Nas, al-Baqarah ayat
1-5 dan ayat 255. Kemudian disambung kalimat istighfar (Astaghfirullahal Adzim),
bacaan sholawat (Allahumma Sholli „Ala Sayyidina Muhammad), kalimat Tahlil (Laa
Ilaaha Illallah). Serta dzikir ditutup dengan do’a dan Sholawat Asyraqal. Sholawat-
sholawat dari Selasa Kliwon diiringi dengan musik dengan memadukan alat musik
67
dari perkusi, alat-alat elektrik dan alat-alat musik khas jawa yaitu saron dan demung.
Kemudian dilanjutkan dengan paparan materi sesuai dengan tema dan diskusi. Selain
diskusi dilakukan Tanya jawab tentang permasalahan keagamaan. Do’a bersama
menjadi penutup dalam majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon. Kemudian
dilanjutkan dengan jabat tangan antar jama’ah untuk mengakhiri majelis ilmu dzikir
ajeg Seloso Kliwon.
Jadi penelitian oleh Sigit Purwanto dengan penelitian yang dilakukan penulis
membahas tentang suatu majelis dzikir. Tapi skripsi oleh Sigit Purwanto fokus
pembahasannya adalah kontribusi majelis ilmu dzikir ajeg seloso kliwon dalam
pembentukan akhlakul karimah, sedangkan penulis hanya fokus kepada korelasi
majelis khushushy al-khotmy dengan self control.
Pada penelitian-penelitian di atas secara global memberikan kesimpulan bahwa
majelis dzikir memberikan kontribusi besar pada masyarakat. Karena setiap majelis
dzikir mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu penulis
melakukan penelitian yang berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Dalam
skripsi ini penulis akan menjelaskan tata cara dan amaliyah majelis khushushy al-
khotmy. Dan dari penelitian di atas hampir sama kajiannya dengan penelitian yang
akan penulis teliti yakni tentang majelis dzikir namun penelitian yang akan dilakukan
peneliti akan difokuskan pada kontrol diri (self control), dan korelasi yang timbul
dari intensitas mengikuti majelis khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self
control). Jadi seberapa jauh ada korelasi dan keterkaitan antara intensitas mengikuti
majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control). Tinjauan
seperti inilah yang membedakan judul skripsi ini dengan judul skripsi yang pernah
68
ditulis sebelumnya. Dengan adanya beberapa perbedaan ini, peneliti menganggap
cukup untuk membuktikan orisinilitas skripsi ini.
Perlu penulis tegaskan, bahwa permasalahan yang penulis teliti merupakan
pengembangan dari skripsi yang telah ada yang menjadi acuan pada subjek
penelitian. Di sini, penulis mencoba meneliti lebih dalam dengan mengambil sudut
pandang yang berbeda yaitu mengadakan penelitian di majelis dzikir khushushy al-
khotmy di kabupaten Semarang. Lokasi penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
memiliki perbedaan secara geografis, historis dan budaya pada lingkungan
masyarakat. Perbedaan yang lain adalah terletak pada obyek penelitian, penelitian ini
membatasi dengan ketentuan yang berbeda. Responden dalam penelitian ini adalah
Jama’ah Al Khidmah di Kabupaten Semarang. Karena pada jama’ah Al Khidmah
bagi penulis mempunyai keunikan yang berbeda dengan majelis-majelis jama’ah
lainnya. Diantara keunikannya yaitu bagi jama'ah Al Khidmah diharapkan memakai
pakaian serba putih-putih, tidak diperbolehkan membawa perkara yang berhubungan
dengan partai politik apalagi menjelek-jelekan orang atau organisasi lain, serta
adanya tujuan yang tulus, bersih, suci semata-mata hanya mengabdi, berjuang dan
berkhidmah kepada Allah SWT.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan suatu jawaban yang sementara terhadap suatu permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan telaah pustaka
dan kerangka teori maka hipotesis penelitian dirumuskan, sebagai berikut:
Ho : Tidak ada korelasi yang signifikan intensitas mengikuti majelis dzikir
khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang tahun 2019.
69
Ha : Terdapat korelasi yang signifikan antara intensitas mengikuti majelis dzikir
khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang tahun 2019.
70
BAB III
METODE PENELITIAN
Kebenaran dalam penelitian dapat diterima apabila ada bukti-bukti nyata dengan
prosedur-prosedur yang jelas dan sistematis serta dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah. Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode penelitian ini adalah
sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan
(field research), adapun pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan
deskriptif kuantitatif. Penelitian korelasional kuantitatif adalah jenis penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel
yang dinotasikan dengan angka kuantitatif (Arikunto, 2016: 247)
Peneliti memilih menggunakan pendekatan kuantitatif karena untuk menguji
hubungan antara variabel intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy
dengan kontrol diri (self control). Sedangkan rancangan dalam penelitian ini
menggunakan penelitian studi korelasional yakni penelitian yang menghubungkan
antara kedua variabel, yaitu variable intensitas mengikuti majelis khushushy al-khotmy
sebagai variable pertama (x) dengan variable kedua (y) kontrol diri (self control).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah di majelis dzikir khushushy al-
khotmy di kabupaten Semarang. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan
dilaksanakan pada 25 Desember 2018 sampai dengan selesai.
71
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010:173).
Selaras dengan definisi sebelumnya, Sugiyono mengatakan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 81).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
sejumlah individu yang mempunyai paling sedikitnya sifat yang sama yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya.
Adapun yang menjadi populasi adalah jama’ah Al Khidmah kabupaten
Semarang yang berjumlah 200 orang.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006: 131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika subjeknya besar, dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006: 134). Adapun
teknik sampling yang penulis gunakan adalah teknik purposive random sampling,
dalam penelitian ini mengambil sampel secara acak yakni 30 jama’ah dari
keseluruhan jumlah yang mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy di
kabupaten Semarang.
72
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono dalam buku “Metode
Penelitian Administrasi” variabel didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau objek
yang mempunyai variasi antara seorang dengan orang lain atau satu objek dengan objek
yang lain. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua variabel sebagai
pijakan utama dalam penulisan skripsi yaitu:
1. Intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy sebagai variabel (X).
2. Kontrol diri (self control) sebagai variabel (Y).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bagi peneliti yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Instrumen disusun berdasarkan operasionalalisasi variabel yang telah dibuat dengan
disusun berdasarkan skala yang sesuai (Indrawan dan Yaniawati, 2016:112). Penelitian
ini, peneliti menggunakan dua skala berbentuk skala model Likert yaitu skala intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dan skala kontrol diri (self control).
Adapun cara yang digunakan dengan menggunakan 2 angket, yaitu: angket intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dan angket kontrol diri (self control).
F. Uji Coba Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Angket
Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji
validitas terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan soal yang dibuat. Arikunto
dalam Ridwan (2011:97) menyatakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. Valid berarti
73
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2010: 173). Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur
panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang.
Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.
Mengukur validitas digunakan program komputer SPSS 16 for windows
dengan menggunakan Corected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi
antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai
rtabel. Kriteria soal dikatakan valid, jika nilai r hitung > 0,3 (Sugiyono, 2010: 178).
Tabel 3.1
Uji Coba Validitas Instrumen
Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy
Item Pernyataan r hitung r kritis Keterangan
Pernyataan 1 .616 0,30 Valid
Pernyataan 2 .465 0,30 Valid
Pernyataan 3 .770 0,30 Valid
Pernyataan 4 .807 0,30 Valid
Pernyataan 5 .770 0,30 Valid
Pernyataan 6 .309 0,30 Valid
Pernyataan 7 .465 0,30 Valid
Pernyataan 8 .465 0,30 Valid
Pernyataan 9 .878 0,30 Valid
Pernyataan 10 .712 0,30 Valid
Pernyataan 11 .465 0,30 Valid
74
Item Pernyataan r hitung r kritis Keterangan
Pernyataan 12 .807 0,30 Valid
Pernyataan 13 .807 0,30 Valid
Pernyataan 14 .878 0,30 Valid
Pernyataan 15 .712 0,30 Valid
Sumber:berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 1.1 menunjukkan hasil uji validitas instrumen variabel x “intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy” yang dilakukan oleh peneliti
pada responden, pada tanggal 07 Maret 2019, pukul 19.00 WIB - selesai.
Instrumen angket berjumlah 15 pernyataan dengan jawaban yang telah
disediakan peneliti. Setelah dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16
for windows dengan menggunakan Corected Item-Total Correlation dan
dibandingkan dengan r kritis, diketahui 15 pernyatan dinyatakan valid.
Tabel 3.2
Uji Coba Validitas Instrumen
Kontrol Diri (Self Control)
Item Pernyataan r hitung r kritis Keterangan
Pernyataan 1 .648 0,30 Valid
Pernyataan 2 .744 0,30 Valid
Pernyataan 3 .572 0,30 Valid
Pernyataan 4 .381 0,30 Valid
Pernyataan 5 .326 0,30 Valid
Pernyataan 6 .326 0,30 Valid
75
Pernyataan 7 .438 0,30 Valid
Pernyataan 8 .558 0,30 Valid
Pernyataan 9 .474 0,30 Valid
Pernyataan 10 .558 0,30 Valid
Pernyataan 11 .474 0,30 Valid
Pernyataan 12 .457 0,30 Valid
Pernyataan 13 .438 0,30 Valid
Pernyataan 14 .303 0,30 Valid
Pernyataan 15 .438 0,30 Valid
Sumber:berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 1.2 menunjukkan hasil uji validitas instrumen variabel y “kontrol diri
(self control)” yang dilakukan oleh peneliti pada responden, pada tanggal 07 Maret
2019, pukul 19.00 WIB - selesai. Instrumen angket berjumlah 15 pernyataan dengan
jawaban yang telah disediakan peneliti. Setelah dianalisis dengan menggunakan
program SPSS 16 for windows dengan menggunakan Corected Item-Total
Correlation dan dibandingkan dengan r kritis, diketahui 15 pernyataan dinyatakan
valid.
G. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan fokus, maka
teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi:
1. Metode Angket
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan
76
informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2002:67). Pengumpulan data ini
digunakan untuk mengetahui intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-
khotmy dan kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten
Semarang.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode dokumentasi dapat diperoleh
catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian (Rumidi, 2004: 131). Dalam
metode dokumentasi peneliti mencari dokumen-dokumen yang mendukung data
berkaitan dengan penelitian dan memperkuat data-data yang di dapat. Penggunaan
metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah data sejarah berdirinya jama’ah al
Khidmah, visi dan misi Al Khidmah, struktur organisasi Al Khidmah kabupaten
Semarang, foto-foto kegiatan dan kitab amaliyah dzikir khushushy al-khotmy dll.
3. Observasi atau pengamatan
Dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan alat indra. Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
penciuman, pendenganran, peraba dan pengecap (Arikunto, 2006: 156). Metode ini
digunakan dalam melengkapi data yang diperlukan dengan jalan mengamati
intensitas dan aktifitas jama’ah Al Khidmah dalam majelis dzikir khushushy al-
khotmy.
H. Teknik Analisis Data
Analisa data pada penelitian ini adalah analisa bivariat. Analisa bivariat yang
dipilih karena pada penelitian ini akan mencapai korelasi antara dua variabel yaitu
77
intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy sebagai variabel bebas dan
kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang tahun 2019
sebagai variabel terikat. Untuk mengetahui kenormalan data dilakukan uji kolmogorof
smirnov. Data normal menggunakan korelasi product moment dan jika data tidak
normal menggunakan uji statistic spearman rho, uji ini dipakai karena skala data yang
dikumpulkan berbentuk ordinal (Arikunto, 2002).
Adapun rumus korelasi product moment dan uji statistic spearman rho, sebagai
berikut: (Arikunto, 1995: 207)
1. Rumus korelasi product moment:
2222 yyNxxN
yxxyNrxy
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
xy = Produk dari variabel x dan y
x = Intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy
y = Kontrol diri (self control)
N = Jumlah responden
? = Jumlah/sigma
Rumus rank spearman:
2.
∑
( )
Keterangan:
Rhoxy : koefisien korelasi ordinal
n : banyaknya subjek
78
D : beda antara jenjang setiap subyek
Untuk perhitungan dalam analisis data menggunakan bantuan application spss
versi 16 for windows 7.
79
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Al Khidmah Kabupaten Semarang
1. Sejarah Berdirinya Al Khidmah
Al Khidmah muncul sekitar tahun 1980-an. KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy
waktu masih muda sering bergaul untuk mendekati para pemuda di Gresik. Pemuda
yang pertama didekati KH. Achmad Asrori al-Ishaqy waktu itu adalah bernama
Syamsul Hadi atau panggilannya “Puyuh”. Ia adalah salah satu anak jalanan “anak
embongan” juga seorang seniman yang sering mangkal di Terminal Bundar Kota
Gresik. Puyuh setiap malam suka maksiat, sering minum-minuman keras dan
sebagainya. KH. Ahmad Asrori akhirnya mulai mendekati Puyuh nama
panggilannya anak jalanan tadi, sambil membimbing dan mengerahkan dengan
penuh kesabaran, keuletan, pelan tapi pasti dan akhirnya Puyuh lambat laun
bertaubat dan akhirnya pengikut jama’ah KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan bersedia
untuk dibimbing menuju jalan yang benar. Dari sinilah kemudian Puyuh mengajak
temannya yang lain untuk diajak gabung mengikuti arahan dari KH. Ahmad Asrori
al-Ishaqy seperti halnya dirinya. Akhirnya Puyuh berhasil mengumpulkan sekitar 15
orang temannya untuk mengadakan suatu perkumpulan anak-anak muda yang
kegiatannya berdzikir mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kemudian lambat laun
dari 15 orang pemuda tersebut merasa antusias dalam mengikuti perkumpulan
majelis dzikirnya KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy. Akhirnya KH. Ahmad Asrori al-
Ishaqy memberi nama perkumpulan pemuda yang suka berdzikir tersebut dengan
sebuah nama Orong-orong (hewan sejenis jangkrik) atau hewan kecil yang muncul
80
di waktu gelap yang mencari cahaya di malam hari dan mengelilinginya. Dengan
nama itulah kyai Asrori mengkiaskan hal itu, yakni mengajak para pemuda yang
awalnya kehidupannya gelap penuh dengan perbuatan maksiat dan dosa dibimbing
menuju kehidupan cahaya kebenaran dengan Ahklak al-Karimah. Sekitar tahun
1984-an KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy yang ketika itu masih belum menikah
berinisiatif untuk mendirikan Mushalla (tempat untuk shalat) yang berada tepat
disamping rumahnya di daerah Kedinding Surabaya. Di sana KH. Ahmad Asrori Al-
Ishaqy mulai mengajak santri-santri lama untuk mengikuti kegiatan majelisan dan
pengajian setiap hari malam jum’at. Kegiatan tersebut meneruskan dari amaliah
ayahanya yaitu kyai Utsman yang sebelumnya pernah juga menghadiri mejelis-
majelis yang sama di berbagai tempat. Kemudian dari tempat tinggal ini, selanjutnya
menjadi awal cikal bakal tempat ia mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama
Al-Fitrah (Yusuf, 2014:22-24).
Sejarah awal nama Al Khidmah muncul, ketika para santri Pondok Pesantren
Al-Fitrah setiap kali menulis undangan majelisan untuk disebarkan kepada jama’ah,
mereka tidak lupa menulis di bagian pojok kanan bawah kertas undangan tersebut,
ditulis dengan kata “Al Khidmah” yang berarti pelayan atau melayani. Konon dari
kebiasaan santri dalam menulis undangan mereka senantiasa mencantumkan kata Al
Khidmah, akhirnya warga atau orang-orang di lingkungan pondok yang mendapat
undangan dari santri Pondok Pesatren Al-Fitrah menyebut acara majelis dzikir itu
dengan nama Majelis Al Khidmah. Sehingga nama itu sampai sekarang terkenal
dengan sebutan nama Al Khidmah yakni majelis dzikir yang dipimpin oleh Kyai
Ahmad Asrori (Yusuf, 2014:24-25).
81
Pendiri Al Khidmah dan sekaligus seoarang Pengasuh Pondok Pesantren Al
Fitrah Kedinding Surabaya yakni KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi. Beliau adalah salah
satu pasangan putra dari KH. Utsman al-Ishaqy dan Nyai Qomariyah binti kyai
Munaji. Kata al-Ishaqi dinisbatkan kepada maulana Ishaq, ayah dari Sunan Giri.
Kyai Asrori merupakan putra ke lima dari Sembilan bersaudara. Kyai Utsman
merupakan seorang murid Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah penerus dari
mursyid sebelumnya yakni KH. Romli Tamim Jombang Jawa Timur (Yusuf,
2014:20-21). Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah dikenal sebagai tarekat
yang penting dan memiliki penyebaran paling luas; cabang-cabangnya bisa
ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan Mesir di belahan barat serta
Indonesia dan Cina di belahan timur. Sepeninggal Kiai Utsman tahun 1984, atas
penunjukan langsung Kiai Utsman, Kiai Ahmad Asrori meneruskan kedudukan
mursyid ayahnya.
KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy juga mendirikan pesantren Al-Fithrah di
Kedinding Lor, sebuah pesantren dengan sistem klasikal, yang kurikulum
pendidikannya menggabungkan pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning. Ia
juga seorang penggagas Al Khidmah, sebuah jama’ah yang sebagian anggotanya
adalah pengamal Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Jama’ah Al Khidmah ini
menarik karena sifatnya yang inklusif, yang tidak memihak salah satu organisasi
sosial manapun. Meski dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan pejabat negara,
majelis-majelis yang diselenggarakan Al Khidmah berlangsung dalam suasana
murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang membebani. KH. Ahmad
Asrori al-Ishaqy seolah menyediakan Al Khidmah sebagai ruang yang terbuka bagi
siapa saja yang ingin menempuh perjalanan mendekat kepada Allah SWT tanpa
82
membedakan baju dan kulit luarnya. Pelan tapi pasti organisasi ini mendapatkan
banyak pengikut. Saat ini diperkirakan jumlah mereka jutaan orang, tersebar luas di
banyak provinsi di Indonesia, hingga Singapura, Malaisia, Thailand, Saudi Arabia
dan Filipina. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, kyai Asrori
terbukti mampu meneruskan kemursyidan yang ia dapat dari ayahnya. Bahkan lebih
dari itu, ia berhasil mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ke
suatu posisi yang mungkin tidak pernah ia bayangkan.
KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy adalah pribadi yang istimewa. Pengetahuan
agamanya dalam dan kharisma memancar dari sosoknya yang sederhana. Tutur
katanya lembut namun seperti menerobos relung-relung di kedalaman hati
pendengarnya. Menurut keluarga dekatnya, sewaktu muda Kyai Asrori telah
menunjukkan keistimewaan-keistimewaan. Mondoknya tidak teratur, Ia belajar di
Rejoso satu tahun, di Pare satu tahun, dan di Bendo satu tahun. Di Rejoso ia malah
tidak aktif mengikuti kegiatan ngaji. Ketika hal itu dilaporkan kepada pimpinan
pondok, Kyai Mustain Romli, ia seperti memaklumi, “biarkan saja, anak macan
akhirnya jadi macan juga”. Meskipun belajarnya tidak tertib, yang sangat
mengherankan, kyai Asrori mampu membaca dan mengajarkan kitab Ihya‟ Ulum al-
Din karya Imam al-Ghazali dengan baik. Di kalangan pesantren, kepandaian luar
biasa yang diperoleh seseorang tanpa melalui proses belajar yang wajar semacam itu
sering disebut ilmu Laduni (ilmu yang diperoleh langsung dari Allah SWT). Kyai
Asrori mendapatkan ilmu Laduni sepenuhnya itu adalah rahasia Allah SWT,
(wallahu a‟lam). Ayahnya sendiri juga kagum atas kepintaran anaknya. Suatu ketika
kyai Utsman pernah berkata “seandainya saya bukan ayahnya, saya mau kok ngaji
kepadanya.” Barangkali itulah yang mendasari Kyai Ustman untuk menunjuk Kyai
83
Asrori (bukan kepada anak-anaknya yang lain yang lebih tua) sebagai penerus
kemursyidan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah.
(http://alkhidmahrobayan.blogspot.com/2012/06/kh.html). Di akses 16/04/2019.
Al Khidmah didirikan atas dasar asas Islam yang mewujudkan kesejahteraan
dan kemaslahatan umat manusia khususnya umat Islam secara keseluruhan, akan
tetapi tidak berhubungan kepada organisasi massa, partai politik, kekuasaan maupun
kepentingan golongan. KH. Ahmad Asrori Al Ishaqy pengasuh pondok pesantren Al
Fithrah Kedinding Surabaya yang juga mursyid Thariqah Qadiriyah wan
Naqsabandiyah Al Utsmaniyah bersama para murid, pengikut dan simpatisan
majelis dzikir secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama Al Khidmah di
Semarang pada tanggal 25 Desember 2005. Hingga saat ini Al Khidmah tersebar
hampir di seluruh Provinsi se-Indonesia dan luar negeri
(Malaysia/Thailand/Singapura/Arab saudi/Brunai Darussalam dll).
2. Sejarah Masuknya Al Khidmah ke Kabupaten Semarang
Al Khidmah masuk ke Kabupaten Semarang diperkenalkan kepada
masyarakat oleh KH. Abdul Wahab (pengasuh Pondok Pesantren Al-Mansur
Ungaran) dan KH. Hasanudin, MH. Pada tahun 2003. Awal mulanya mengadakan
majelis-majelis tahlil (iklilan) dari masjid ke masjid secara berkeliling (safari)
dengan ruang lingkup Kota Ungaran dan sekitarnya. Al Khidmah waktu itu berpusat
di kantor Radio Rasika Jl. Semangka No. 7 Ungaran Timur yang pimpinannya
adalah bapak KH. Hasanudin, MH. Dan sekarang sekretariat Al Khidmah
Kabupaten Semarang berpusat di Ruko Amaya CC 11, Jl. MT Haryono, Sidomulyo
Ungaran.
84
Berkembangnya para jama’ah Al Khidmah di kabupaten Semarang dan
mendapat dukungan dari masyarakat maka dibentuklah sebuah kepengurusan.
Terpilihlah ketua umum pertama jamaa’ah Al Khidmah yaitu bapak Budiono
(Anggota TNI aktif pada saat itu). Pada rintisan dan kepenguruan tersebut
diselenggrakanlah majelis dzikir Khushushy al-khotmy yang masih menginduk di
Masjid Baitur Rahman Simpang Lima Semarang dan mengadakan mejelis manakib
selapanan di Masjid-masjid Kota Ungaran.
Pada tanggal 25 Desember tahun 2005, KH Ahmad Asrori al-Ishaqy r.a.
mendeklarasikan jama’ah Al Khidmah di Meteseh Semarang. Sekarang dijadikan
Pondok Pesantren Assalafi Al-Fitrah dan sebagai pusat kegiatan majelis manakib
selapanan tingkat Jawa Tengah. Dalam deklarasi sekaligus acara sarasehan jama’ah
Al Khidmah Indonesia dan Asia di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Semarang menyetujui dan menyepakati secara resmi bapak KH. Hasanudin, MH.
terpilih sebagai ketua umum pertama. Jadi terbentukya kepengurusan Al Khidmah
di kabupaten Semarang itu sebelum deklarasi Al Khidmah Indonesia.
Setelah deklarasi di Meteseh Semarang, kemudian kepengurusan di
kabupaten Semarang yang masih di ketuai bapak Budiono diadakanlah pemilihan
ketua atau kepengurusan yang baru. Melalui Musyawarah Daerah (Musda) ke I,
terpilihlah ketua yang baru yaitu bapak Drs. Imam Sunaryo. Pada kepengurusannya
bapak Drs. Imam Sunaryo tersebut kegiatan Al Khidmah mulai merambah dan
berkembang di 5 kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. Majelis dzikir
Khusushushy al-khotmy juga bertambah menjadi 5 tempat, 30 majelis iklilan dan
manakib dengan estimasi jama’ah sekitar 5. 000 orang. Pada akhirnya di tahun 2006
85
menyelenggarakan majelis Haul Akbar yang pertama Kabupaten Semarang di
Masjid Ikatan Persatuan Haji Indonesia (IPHI) Al Mabrur Ungaran Timur.
Pada tanggal 06 Mei 2009 Pengurus Pusat Al Khidmah mengamanatkan
kepada team 9 untuk melakukan reshuffle kepada pengurus Al Khidmah Kabupaten
Semarang masa Khidmah tahun 2007-2010. Setelah mendapat amanat secara
langsung dari Pengurus Pusat Al Khidmah kemudian ditindaklanjuti dengan
mengadakan Musayawarah Daerah (MUSDA) ke II Kabupaten Semarang di Masjid
Jabal Khoir kampus UNDARIS Ungaran. Hasil MUSDA tersebut terpilihlah KH.
Muhammad Zaenuri sebagai ketua umum masa khidmah tahun 2010-2013.
Pada fase pengembangan yang kedua ini, jama’ah Al Khidmah tumbuh dan
berkembang yang semula hanya ada 5 kecamatan di Kabupaten Semarang menjadi
16 kecamatan diantaranya, yaitu Kecamatan Ungaran Timur, Ungaran Barat,
Pringapus, Bergas, Tuntang, Pabelan, Bringin, Susukan, Suruh, Tengaran, Bawen,
Bandungan, Banyubiru, Sumowono, Bancak dan Kaliwungu. Juga ditambah lagi di
dua Kecamatan Kota Madya Semarang yaitu Gunung Pati dan Banyumanik. (Anam,
2015:75-77)
Bertambah dan berkembangnya Al Khidmah pada tahun 2019 terdapat 75
tempat majelis Iklilan/Manakiban yang tersebar di 19 Kecamatan. Mulai tahun 2006
sampai 2019 Al Khidmah Kabupaten Semarang sudah menyelenggarakan Haul
Akbar sebanyak 14 kali Kemudian pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang
pada tanggal 03 Februari 2013 mengadakan Rakerda yang ke 6, di MI Ma’arif Keji,
Ungaran Barat. Para peserta Musda ke 6 tersebut masih memberi kepercayaan
kepada KH. Muhammad Zaenuri yang terpilih kembali menjadi Ketua Umum masa
khidmah tahun 2013-2016. Kemudian pada pada hari Ahad, 30 Juni 2019 pengurus
86
daerah Al Khidmah Kabupaten Semarang menyelenggarakan lagi musyarawarah
daerah dan rapat kerja daerah yang ke-IV bertempat di PP. PAUDNI Ungaran. Hasil
musyawarah daerah tersebut terpilihlah Bapak Supriyono, M. Pd sebagai ketua
umum Al Khidmah Kabupaten Semarang masa khidmah tahun 2019-2022.
Jama’ah Al Khidmah dari bebagai acara di beberapa kecamatan di
Kabupaten Semarang sudah menyebar luas di masyarakat dan di berbagai kalangan
yang tidak membeda-bedakan jabatan, kedudukan, kekayaan dan partai politik
manapun. Organisasi Al Khidmah telah tercatat secara resmi di Kementrian Hukum
dan HAM Republik Indonesia dengan Nomor Akte AHU 25 AH 01.06 Tahun 2011.
3. Visi dan Misi Al Khidmah
a. Visi Al Khidmah
Mewujukan generasi yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin, yang
pandai bersyukur, dapat menyenangkan hati keluarganya, orang tuanya, guru-
gurunya hingga Nabi Muhammad SAW sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan
hadis serta tuntunan ahklak para Salafuna as-Shalih.
b. Misi Al Khidmah
1) Mewujudkan keluarga yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin, yang
senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim
doa kepada orang tua.
2) Mewujudkan masyarakat yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin,
yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib serta
kirim doa kepada orang tua.
87
3) Mewujudkan pejabat yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin, yang
senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim
doa kepada orang tua.
4) Mewujudkan pengurus jama’ah Al Khidmah yang mampu memfasilitasi
terselenggaranya majlis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim doa kepada
orang tua.
5) Mewujudkan pengurus Al Khidmah di seluruh tanah air dan di beberapa
negara tetangga.
6) Mewujudkan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sehingga lebih istiqamah beribadah (Pengurus Pusat Al
Khidmah, 2014:4).
4. Dasar Pemikiran Lahirnya Al Khidmah
Dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah ini dibentuk karena untuk
membentengi generasi muda Indonesia dari maraknya ajaran-ajaran yang
menyimpang dari ajaran Ahlus Sunnah wal Jama‟ah. Di antara munculnya dasar
pemikiran lahirnya Al Khidmah yaitu:
a. Makin susah dan beratnya memegang teguh aqidah, keyakinan, dan perjalanan
agama yang benar, tegak dan lurus, seperti menggenggam bara api dalam
telapak tangan.
b. Makin berkurangnya sikap menyayangi dan menghargai sesama, akibat
berkurang atau tiada rasa malu.
c. Makin banyaknya orang sering mencampuri urusan-urusan dan hak-hak orang
lain, sehingga sering timbul dan bangkit kesalahpahaman dan salah pengertian,
sampai ke perpecahan dan permusuhan.
88
d. Ahlul amanah dikhiyanati, sebaliknya Ahlul khiyanah dipercaya, menjadikan
yang dekat menjadi yang jauh, sebaliknya yang jauh menjadi dekat.
e. Makin terselubung dan kaburnya persoalan, sehingga sulit membedakan antara
yang hak dengan yang bathil, akibat karena beraninya selalu membawa-bawa
nama: “Demi Allah, demi Rasulullah SAW, demi agama dan demi kebenaran
yang mutlak serta demi bangsa dan negara”.
f. Makin terbaliknya pemikiran dan sudut pandang, yang baik dikatakan mungkar
sebaliknya yang mungkar dikatakan baik.
g. Persoalan Ijtihadiyah, Khilafiah dan Furu‟iyyah yang seharusnya untuk saling
mengerti, menyayangi, menghargai, memulyakan dan menaungi serta
melindungi sesama umat. Lebih-lebih umat Islam, disejajarkan dengan persoalan
mungkar dan dituduh sebagai perkara bid‟ah yang sesat dan menyesatkan, yang
menimbulkan makin jauhnya persatuan dan kesatuan umat, lebih-lebih ukhuwah
islamiyah.
h. Makin terjeratnya daya pikiran dan wawasan, dan tersekap hanya oleh
kemampuan ilmu pengetahuan, tanpa disadari hampa dan kosongnya rahasia dan
cahaya dari Allah SWT, yang mengiringi, menuntun dan memimbing kearah
satu titik “Sidqu at-Tawajjuh” (kebenaran, ketepatan, kemantapan, dan
kesungguhan) dalam mengabdi dan berkhidmah kepada Allah SWT.
i. Makin berani dalam menangani persoalan, menduduki kedudukan dan dalam
menguasai segala kekuasaan, lebih-lebih yang berkaitan dengan persoalan
agama, di luar ilmu, keahlian dan kemampuannya.
j. Makin banyak yang membanggakan dan mengagungkan pikiran, wawasan dan
pendapatnya sendiri, seakan-akan yang paling benar secara mutlak.
89
k. Makin banyak yang men-Tuhankan dan mengedepankan hawa nafsu dan
kepentingan pribadi dan kelompok-kelompok, golongan-golongan.
l. Makin sedikit dan berkurangnya para tokoh agama, tokoh masyarakat dan para
pemimpin yang shalih, yang menjadi suri tauladan dan panutan yang baik,
secara lahir dan batin.
m. Makin banyak kelompok-kelompok, golongan-golongan yang sesat dan
menyesatkan, dengan terang-terangan menampakkan dirinya dengan segala
aneka warna yang mengaburkan dan mensilaukan, dan dengan segala macam
raut muka yang berbeda-beda (PP Al Khidmah Pelajar dan Mahasiswa, 2013:15-
16).
5. Lambang, Makna dan Arti Simbolik Al Khidmah
a. Lambang Al Khidmah
Gambar 1.1. Lambang/simbul jama’ah Al Khidmah
Lambang Al Khidmah terdiri dari gambar, yaitu:
1) Pena sebagai alat untuk menulis
2) Arah pena yang menunjuk ke arah bawah
3) Kitab, 4 buah
4) Bintang, 3 buah
5) Tasbih
6) Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam lingkaran
90
7) Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke atas.
b. Lambang Al Khidmah mengandung arti dan makna :
1) Menjujung tinggi kefitrahan
2) Mengabdi keharibaan Allah SWT
3) Meneladani Rasulullah SAW
4) Menegakkan dan meneruskan jejak Salafuna as-Shalih
5) Berbakti demi Nusa dan Bangsa
6) Dalam naungan dan lindungan Ahlus Sunnah wal Jama‟ah.
c. Arti Simbolik dari lambang Al Khidmah :
1) Pena sebagai lambang mencari ilmu.
2) Arah pena ke bawah, melambangkan menuntut ilmu semenjak lahir hingga
masuk liang lahat (sampai wafat).
3) Empat buah kitab, merujuk dan mengembalikan semua itu atas dasar al-
Qur’an, al-Hadis, al-Ijma’ dan al-Qiyas.
4) Tiga buah bintang melambangkan: menegakkan dan membesarkan al-
Islam, al-Iman dan al-Ihsan.
5) Tasbih melambangkan mengikuti ketetapan dan amaliah para ulama’
Salafuna as-Shalih.
6) Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam menunjukkan kesungguhan dan
keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah SWT.
7) Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke atas,
melambangkan bersikap rendah hati agar mawas diri dan toleransi serta arif
, bijaksana demi meraih rahmat dan ridha serta keutamaan dan kemuliaan di
sisi Allah SWT.
91
6. Al Khidmah Sebagai Wadah
Sadar bahwa manusia tidak akan hidup di dunia selamanya, kyai Asrori telah
berfikir jauh ke depan untuk keberlangsungan pembinaan jama’ah yang sudah jutaan
jumlahnya. Perkembangan jumlah murid cukup menggembirakan ini sekaligus
mengundang kekawatiran. Banyaknya murid yang berbaiat di Thariqah Qadiriyah
wan Naqsabandiyah Al-Utsmaniyah menunjukkan bahwa ajaran ini memiliki daya
tarik tersendiri. Apalagi murid-murid yang telah berbaiat terus dibina melalui
berbagai majelis, sehingga amalan-amalan dari sang guru tetap terpelihara.
Di sisi lain banyaknya murid juga mengundang kekhawatiran sang guru.
Karena mereka tidak terurus dan terorganisir dengan baik, sehingga pembinaannya
pun kurang termonitor. Kondisi inilah yang mendorong beberapa murid senior
memiliki gagasan untuk perlunya membentuk wadah di samping dorongan yang
cukup kuat dari kyai Asrori sendiri, sehingga diharapkan dengan terbentuknya
wadah bagi para murid-muridnya dapat lebih mudah melaksanakan amalan amalan
dari gurunya.
Maka dibentuklah wadah bernama “Jama’ah Al Khidmah”. Organisasi ini
resmi dideklarasikan tanggal 25 Desember 2005 di Semarang Jawa Tengah, dengan
kegiatan utamanya ialah menyelenggarakan Majelis Dzikir, Majelis Khotmil al-
Qur‟an, Maulid dan Manaqib serta kirim do’a kepada orang tua dan guru-gurunya.
Kemudian menyelenggarakan Majelis Sholat Malam, Majelis Ta‟lim, Majelis
Lamaran, Majelis Akad nikah, Majelis Tingkepan, Majelis Memberi nama anak dan
lain lain.
Jika diruntut, Kyai Ahmad Asrori memiliki darah keturunan hingga
Rasulullah SAW yang ke 38, yakni Ahmad Asrori putra kyai Utsman al-Ishaqi.
92
Namanya dinisbatkan pada Maulana Ishaq ayah Sunan Giri. Karena kyai Utsman
masih keturunan Sunan Giri. Kyai Utsman berputra 13 orang, berikut silsilahnya :
Ahmad Asrori al-Ishaqy-Muhammad Utsman-Surati-Abdullah-Mbah Deso-
Mbah Jarangan-Ki Ageng Mas-Ki Panembahan Bagus-Ki Ageng Pangeran Sedeng
Rana-Panembahan Agung Sido Mergi-Pangeran Kawis Guo-Fadlullah Sido Sunan
Prapen-Ali Sumodiro-Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri-Maulana Ishaq-Ibrahim
Al Akbar-Ali Nurul Alam-Barokat Zainul Alam-Jamaluddin Al Akbar Al Husain-
Ahmad Syah Jalalul Amri-Abdullah Khan-Abdul Malik-Alawi-Muhammad Shohib
Mirbath-Ali Kholi’ Qasam-Muhammad Alawi-Ubaidillah-Ahmad Al Muhajir-Isa
An Naqib Ar Rumi-Muhammad An Naqib-Ali Al Uraidli-Ja’far As Shodiq-
Muhammad Al Baqir-Ali Zainal Abidin-Hussain bin Ali-Ali bin Abi
Thalib/Fathimah binti Rasulullah SAW.
http://alkhidmahrobayan.blogspot.com/2012/06/kh.html). Di akses 24/4/2019
KH. Hasanuddin, M.H. (ketua Al Khidmah pusat masa khidmah 2006-2014)
menjelaskan, organisasi Al Khidmah sengaja dibentuk bukan karena latah apalagi
berorientasi ke politik praktis, akan tetapi semata mata agar pembinaan jama’ah
lebih terarah dan teratur. Siapapun bisa menjadi anggotanya, baik yang sudah baiat
atau yang belum baiat. Banyak kalangan orang umum baik dari kalangan pejabat
maupun rakyat kecil mengikuti acaranya Al Khidmah. Al Khidmah adalah
organisasi yang tidak berpihak pada golongan dan partai manapun. Seperti yang
telah ditekankan oleh KH. Ahmad Asrori dalam sebuah catatan khusus bahwa
berdirinya dan terbentuknya jama’ah Al Khidmah sekali lagi bukan sebagai cikal
bakal awal berdirinya suatu partai atau pendukung dan pembela salah satu
93
organisasi partai. Organisasi Al Khidmah ini jangan dibawa kemana-mana, tetapi
selalu berada dimana-mana (Al-Ishaqi, 2011:31).
7. Susunan Pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang
Kepengurusan dan hubungan tugas serta tanggung jawab masing-masing
untuk mencapai tujuan yang dicapai. Dengan adanya pengorganisasian ini
diharapkan dapat terwujud pembagian tugas kerja yang sesuai dan dapat terjamin
efektifitas serta efisiensi kerja yang optimal. Jama’ah Al Khidmah Kabupaten
Semarang terdiri dari Dewan Penasihat, Dewan Pengawas Keuangan, Dewan
Pengurus dan Bidang-bidang di antaranya yaitu:
a. Dewan Penasehat
Dewan penasehat Al Khidmah Kabupaten Semarang terdiri dari penasehat
di beberapa kecamatan atau sebagai imam Khushusy atau sebagai perwakilan.
Di antanya penasehat tersebut adalah:
1) KH. Hasanuddin, MH.
2) KH. Mashudi
3) KH. Asyifudin
4) KH. Kabul
5) KH. Masykur
6) Kyai Syamsudin
7) Kyai Zuhri al-Hafidz
8) Gus Indana Zulfa
9) KH. Nur Kholis
10) KH. Fatkhur Rahman
11) KH. Aris As’ad Nasution
94
12) KH. Fathan
13) KH. Agus Masna Sofa Fauza
14) KH. Zaenal Muttaqin Wahab
15) Kyai Mahsun
16) Kyai Muhdi Taufiq Wahab
17) H. Nurseri
18) Drs. Imam Sunaryo
19) Drs. H. Abdul Kholiq Rifa’i
20) H. Sumarno Atmojo, SE.
b. Dewan Pengawas Keuangan
Dewan Pengawas keuangan bertugas untuk mengawasi dan mengoreksi
kas masuk dan kas keluar sebagai controlling. Dewan Pengawas Keuangan
terdiri dari:
1) Abdullah Maskur, SE., M.SI.
2) H. M. Pujiyanto.
3) H. Nur Budiarso.
c. Dewan Pengurus
Dewan pengurus berarti sebagai pelaksana atau mengurusi dalam suatu
organisasi untuk menjalakan program kerja yang telah ditetapkan melalu Rapat
Kerja Daerah (Rakerda) Kabupaten Semarang. Kepengurusan dibatasi waktu
masa khidmah empat tahun dan bisa terpilih lagi setelah diadakan Rakerda
berikutnya.
Susunan kepengurusan jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang masa
Khidmah 2015-2019 adalah sebagai berikut:
95
1) Ketua : KH. Muhammad Zaenuri
2) Wakil Ketua I : H. M. Aris Muji Widodo, SH, M.Hum.
Wakil Ketua II : Kardiman
3) Sekretaris : Syahrul Munir, SE
a) Wakil Sekretaris : Ali Sujiono, S,Pd.
b) Wakil Sekretaris : M. Solihin, ST.
4) Bendahara : M. Nur Kholis
a) Wakil Bendahara : M. Sutrisno
b) Wakil Bendahara : Muhafid
d. Bidang-Bidang
1) Kepala Bidang Organisasi : Supriyono, M.Pd.
Anggota : Shohibul Makmun, S.Pd.
2) Kepala Bidang Penyelenggaraan Majelis : Ustadz Faqih Al Hafidz
Anggota : Ustadz Harisun, Ustadz Mukhlasin
3) Kepala Bidang Pelajar & Mahasiswa : Abdul Ghoni, S.Pd.I.
Anggota : Adli Hidayat, SH.
4) Kepala Bidang Dana & Usaha : Roni Pujiyanto
Anggota : Pintoko Ariwibowo, H. As’ad, M. Qosim.
5) Kepala Bidang Pendidikan : Sasmito
Anggota : M. Sokhib, Rokan, Gus Birun
6) Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan : ibu Siti Rohmah
Anggota : Ibu Wahyu, ibu Muthomimah, Titik Indriyana, S. Sos.I, dan Bu
Ihsan.
7) Kepala Bidang Humas/ Kominfo : M. Ardiyanto, S,IP
96
Anggota : Bambang Riyanto, SH. Aris, Fatin, M. Soleh,
8) Kepala Bidang Mobilisasi Jama’ah : Mukhlisin
Anggota : Rohmiyadi, Sutrisno, Warseno, Dulrohman, Amir Syafrudi,
Tohir, Hanafi Faiz.
9) Kepala Bidang Kesekretariatan : Muh Kamadun
Anggota : H. Imam Rosyidi, Beny Setiawan Gundong, Agusnanto,
Wagiman, Mohayen, Mujiono, Ahmad Rodli, Rohman, Hidlayat Jawas.
(Musda IV & Rakerda PD. Al Khidmah Kabupaten Semarang, 2019:10-12).
8. Kegiatan dan Amaliah Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy
Kegiatan dan amaliyah majelis dzikir khushushy al-khotmy sudah tercantum
di dalam buku Pedoman Kepemimpinan, Kepengurusan dalam Kegiatan, Amaliyah
Ath-Thoriqoh dan Al Khidmah tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga AD/ART. Di dalam AD/ART tersebut berisi tentang:
a. Kegiatan Al khidmah
1) Bidang Agama
a) Menyelenggarakan majelis dzikir, Maulid dan manakib serta kirim doa
kepada orang tua dan guru-gurunya.
b) Menyelenggarakan majelis Shalat malam
c) Menyelenggarakan Majelis Ta’lim
d) Menyelenggarakan majelis lamaran atau Khitbah
e) Menyelenggarakan majelis Akad nikah
f) Menyelenggarakan majelis Tingkepan atau selamatan tujuh bulan
kandungan
97
g) Menyelenggarakan majelis memberi nama anak atau Walimah at-
Tasmiyyah
h) Menyelenggarakan majelis Sunatan atau Khitanan
i) Menyelenggarakan majelis Khotmil al-Qur‟an
j) Menyelenggarakan Majelis Sya‟ban dan lain-lain.
2) Bidang pendidikan
a) Proses belajar mengajar dengan sistem Pondok Pesantren as-Salafi.
k) Menyelenggarakan pendidikan formal (TK s/d Universitas).
3) Bidang Sosial berfungsi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat.
4) Bidang Ekonomi
a) Mengupayakan tumbuhnya ekonomi kerakyatan
b) Mendorong tumbuh kembangnya KOPERASI masyarakat (al-Ishaqi,
2003:17).
b. Amaliyah Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy
Rangkaian amaliyah yang dilakukan oleh jama’ah Al Khidmah dalam
berbagai majelis sangatlah banyak sekali, tapi penulis hanya fokus dalam bentuk
amaliyah majelis dzikir khushushy al-khotmy saja. Majelis tersebut dilakukan di
beberapa daerah mulai tingkat Desa, tingkat Kecamatan, tingkat Kabupaten,
tingkat Provinsi. Berikut adalah amaliyah majelis dzikir khushushy al-khotmy
meliputi:
1. Membaca Tawasulan hadhrah
د١ اش ب د الله اش ثس
98
آ س ذ ص الله ع١ صطف ذ ا إ دعشح ج ع أج صذج . ١
فبرذخ( . )ا ء لله ب . ش
ث١ مش لائىخ ا إ ا شس١ ا ج١بء الأ ا إخ اح آثبئ إ أس ث
دب١١ اش ث١١ اىش اص ذاء اش ل١ ذ اص اح آي و إ أس , بذ١
ب ربس اء ب س١ذرب د أ ح أث١ب س١ذب آد إ س , أصذبة و
)افبرذخ( إخ . ء لله , ش ٠ اذ ب إ ٠ .....ث١
2. Membaca shalawat
س صذج ع ا الأ ع س١ذب ذذ اج ص ×( 011. )ا
3. Membaca surat Al-Insyirah 79 kali, atau kurang dari 79 kali.
4. Membaca surat Al Ikhlash 100 kali, atau kurang dari 100 kali.
5. Membaca tawasul singkat untuk di tujukan kepada guru-guru dan masyaikh.
فبرذخ( اطشق . )ا شب٠خ أ اح إ أس
6. Membaca shalawat dan doa (atau kurang 100 x) yaitu sebagai berikut:
الأ ع س١ذب ذذ اج ص ا س صذج ع ا .
(011 )×
ذبجبد ا ٠ب لبظ ×( 011) ا
بد ا ٠ب وبف ×( 011) ا
٠ب سافع اذسجبد ×( 011) ا
99
ج١بد ٠ب دافع ا ×( 011) ا
شىلاد ا ذ ٠ب ×( 011) ا
اد ج١ت اذع ٠ب ×( 011) ا
شاض الأ ٠ب شبف ×( 011) ا
١ اد اش ٠ب اسد ×( 011) ا
ع س١ذب ذذ اج ص ا س صذج ع ا . الأ
(011 )×
7. Membaca tawasulan (al-Fatihah) dilanjutkan dengan shalawat, yaitu:
ب إ دعشح س١ذب ال اجىب خ )افبرذخ( ا
١ ١بء س١ذب اش الأ طب ج١لا )افبرذخ إ دعشح س مبدس ا خ عجذ ا
س صذج ع ا الأ ع س١ذب ذذ اج ص . ا
(011 )×
و١ ا ع ×( 0) دسجب الله
الأ ع س١ذب ذذ اج ص ا س صذج ع ا . (011 )×
ج١لا مبدس ا ١خ عجذ ا ١بء س١ذب اش الأ طب ×( 0)افبرذخ( ) إ دعشح س
ثب اش ب ×( 0) إ دعشح ال
ع س١ذب ذذ ص ا س صذج ع ا الأ ×( 011) . اج
100
ح إلا ثبالله . لا ل لا ×( 011) لاد
س صذج ع ا الأ ع س١ذب ذذ اج ص . ا
(011 )×
8. Kemudian berhenti dan diam sejenak dengan penuh ketenangan, hadapkan
dan dekatkan hati keharibaan Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Agung,
dengan disertai rasa rendah diri, diletakkan dirinya di bawah telapak kaki,
semua makhluk Allah SWT, dan tidak sekali-kali merasa dirinya lebih baik
dan utama dari orang lain, merasa penuh lalai, lemah, serba kurang, sembrono
(tidak hati-hati), durhaka dan hina (Al-Ishaqy, 2012: 14-30). Atau bisa berdoa
sesuai apa yang menjadi cita-cita, hajat dan keinginan pribadi masing-masing
jama’ah. Kemudian ditutup doa yaitu:
عشفزه ذجزه , أعط ث ط سظبن د مص ذ أ ×( 0)ا
ا١خ. فبرذخ( ع ز )ا
9. Setelah berdoa dilanjutkan membaca shalawat lagi, yaitu:
ا س صذج ع ا الأ ع س١ذب ذذ اج ×(011. ) ص
×( 06600. ) ٠ب ط١ف ٠ب ط١ف ٠ب ط١ف
س صذج ع ا الأ ع س١ذب ذذ اج ص ×( 011. ) ا
. ع١ أج صذج ا س ذ ص الله ع١ صطف ذ ا إ دعشح ج
)افبرذخ(.
101
10. Kemudian diam sejenak berdoa lagi dengan penuh hadhir dan khusyu‟
(tenang) hati dan rohani dengan ketenangan, hadapkan dan dekatkan hati ke
hadirat Allah SWT yang Maha Besar dan Agung. Setelah itu membaca doa:
الله خ١ش إلا الله , ثس ق ا بشبء الله لا ٠س الله , ثس د١ اش ب د الله اش ثس
ء إلا الله بشبء الله لا ٠صشف اس الله خ ف ع ب وب بشبء الله الله , ثس
. عظ١ ا ع ح إلا ثب لله ا لا ل ي بشبء الله , لا د الله ×( 3), ثس
آخ داثخ إلا ب سثى ذ ع الله سث و ع إ ر سث ز ثبص١زب إ
سزم١ ×( 3. )صشاغ
ف ف أ ف أ ء ثأ اس ى دفعذ ع د أثذ ا , لا ٠ از م١ ا ذ ثب زى دص
عظ١ ا ع ح إلا ثب لله ا لا ل ي (× 3) لا د
رذ١لا ش ٠ب لبس خز ثبم ثخ ر ا زه ٠ب غفبس عف ×( 00) سأ
(Al-Ishaqy, 2012:31-40).
11. Membaca shalawat (nadhaman) al-Fariidatul Jaliilah fii Nadlmi Asmaa‟i
Masyayihissilsilah, yaitu:
أ ٠ب إ إ ءبإ ١ع س ج جت ب ثألائه اعظ
ب ١ ب ب ب سد١ جش٠خ سد الله سة ا ثذأد ثجس
شرب ... إخ. ب لذ ا ا و أشىش شىش اف ع ا ٠ ذ ذ د أ
12. Kemudian yang terakhir membaca Ash-Shalawat ar-Roliyyah, yaitu sholawat
karangan syekh Romli Tamim Rejoso Jombang seorang Mursyid Thariqah
102
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, guru dari Kyai Utsman al-Ishaqy (ayahanda
KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi). Adapun bacaan sholawatnya yaitu:
الله ثس د١ اش د اش
* عـ غــ دجـ١ت الله الله سـلا صلاح الله
ي الله * ع ٠ـس سسـ الله سـلا صلاح الله
الله ب ثجس س ذس * ر ا بء وزا أس
صطف * ا ثب ج . إخ ....دج ي الله سسـ ـ١ت الله
13. Mauidhah Hasanah dan Ta‟lim
Dalam menyampaikan Mauidhah hasanah ketika majelis dzikir khushusy al-
khotmy disampaikan oleh Imam Khushushy atau sesepuh yang hadir.
14. Mushafahah (berjabat tangan)
Pada acara Mushafahah ini para jama’ah Al Khidmah membentuk lingkaran
dengan berbaris. Mushafahah di mulai dari imam khushusy yang kemudian
diikuti oleh para jama’ah dengan diiringi lantunan sholawat Allahumma sholli
„Ala Muhammad.
15. Ramah-tamah (makan bersama) di serambi masjis, atau di mana tempat yang
diselenggarakannya majelis dzikir Khushushy al-khotmy di Kabupaten
Semarang.
103
B. Analisis Data
1. Hasil Uji Coba Instrumen
a. Uji Validitas
Penelitian ini menggunakan pengukuran validitas dengan korelasi antar
skor butir pertanyaan dengan skor konstruk atau variabel. Meteran yang valid
dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang
alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika
digunakan untuk mengukur berat. Mengukur validitas digunakan program
komputer SPSS 16 for windows dengan menggunakan Coreected Item-Total
Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item
(nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai rtabel. Kriteria soal dikatakan valid, jika
nilai r hitung > 0,3 (Sugiyono, 2010: 178). Hasil uji instrumen dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Instrumen
Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy al-Khotmy
Item Pernyataan r hitung r kritis Keterangan
Pernyataan 1 .616 0,30 Valid
Pernyataan 2 .465 0,30 Valid
Pernyataan 3 .770 0,30 Valid
Pernyataan 4 .807 0,30 Valid
Pernyataan 5 .770 0,30 Valid
Pernyataan 6 .309 0,30 Valid
104
Item Pernyataan r hitung r kritis Keterangan
Pernyataan 7 .465 0,30 Valid
Pernyataan 8 .465 0,30 Valid
Pernyataan 9 .878 0,30 Valid
Pernyataan 10 .712 0,30 Valid
Pernyataan 11 .465 0,30 Valid
Pernyataan 12 .807 0,30 Valid
Pernyataan 13 .807 0,30 Valid
Pernyataan 14 .878 0,30 Valid
Pernyataan 15 .712 0,30 Valid
Tabel 2.3 tersebut menunjukkan hasil uji validitas instrumen variabel x
“intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy” yang dilakukan oleh
peneliti pada responden, pada tanggal 07 Maret 2019, pukul 19.00 WIB - selesai.
Instrumen angket berjumlah 15 pernyataan dengan jawaban yang telah disediakan
peneliti. Setelah dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16 for windows
dengan menggunakan Corected Item-Total Correlation dan dibandingkan dengan
tabel r kritis, diketahui 15 pernyatan dinyatakan valid.
105
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Instrumen
Koontrol Diri (Self Control)
Item Pernyataan r hitung r kritis Keterangan
Pernyataan 1 .648 0,30 Valid
Pernyataan 2 .744 0,30 Valid
Pernyataan 3 .572 0,30 Valid
Pernyataan 4 .381 0,30 Valid
Pernyataan 5 .326 0,30 Valid
Pernyataan 6 .326 0,30 Valid
Pernyataan 7 .438 0,30 Valid
Pernyataan 8 .558 0,30 Valid
Pernyataan 9 .474 0,30 Valid
Pernyataan 10 .558 0,30 Valid
Pernyataan 11 .474 0,30 Valid
Pernyataan 12 .457 0,30 Valid
Pernyataan 13 .438 0,30 Valid
Pernyataan 14 .303 0,30 Valid
Pernyataan 15 .438 0,30 Valid
Sumber:berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
106
Tabel 2.4 tersebut menunjukkan hasil uji validitas instrumen variabel y
“kontrol diri (self control)” yang dilakukan oleh peneliti pada responden pada
tanggal 07 Maret 2019, pukul 19.00 WIB - selesai. Instrumen angket berjumlah 15
pernyataan dengan jawaban yang telah disediakan peneliti. Setelah dianalisis
dengan menggunakan program SPSS 16 for windows dengan menggunakan
Coreected Item-Total Correlation dan dibandingkan dengan r kritis, diketahui 15
pernyataan dinyatakan valid.
a. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas menggunakan program komputer SPSS 16 for
windows dengan menggunakan Gutman Split Half Coefficien. Tingkat
reliabilitas instrumen menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto (2002: 155). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Kalau dalam objek kemarin berwarna biru, maka hari ini dan
besok tetap berwarna biru. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda.
Reliabilitas berarti suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik
(Ridwan,2009:348). sebagai berikut :
107
Tabel 4.5
Kriteria Reliabilitas Pernyataan Angket
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi
Cukup
Agak Rendah
Rendah
Sangat rendah (tidak berkorelasi)
Sumber:Suharsimi Arikunto.
Hasil uji reliabilitas item pernyataan angket dengan bantuan SPSS 16 for
windows dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy al-
Khotmy
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.935 .929
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel tersebut menunjukkan jumlah item pernyataan angket adalah 15, dengan nilai
Alhpa 0,935. Berdasarkan kriteria reliabilitas soal pada tabel 3.8, maka nilai Alpha
0,935 dikategorikan reliabilitas tinggi sehingga instrumen angket ini dapat
digunakan untuk penelitian berikutnya.
Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas Kontrol Diri (Self Control)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.837 .848
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
108
Tabel tersebut menunjukkan jumlah item pernyataan angket adalah 15, dengan nilai
Alhpa 0, 837. Berdasarkan kriteria reliabilitas soal pada tabel 3.8, maka nilai Alpha
0,837 dikategorikan reliabilitas tinggi sehingga instrumen tes ini dapat digunakan
untuk penelitian berikutnya.
2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji hipotesis, hasil
penelitian dari penyebaran angket dapat terkumpul, maka langkah selanjutnya
adalah mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan proposinya masing-masing
yang mengacu pada tujuan penelitian dan penulis menganalisis dari pertama, kedua
dan ketiga, antara lain:
a. Analisis Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy Al-Khotmy
Adapun langkah-langkah yang diambil,sebagai berikut :
1) Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating
scale pada variabel intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy.
2) Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket
3) Memprosentasikan jawaban
4) Menginterprestasikan hasil prosentase jawaban responden
Untuk menganalisis poin pertama digunakan persentase dengan rumus:
%100N
FP
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
109
N = Jumlah responden (Sudijono, 2000:40)
Untuk lebih jelasnya peneliti memaparkan dalam bentuk tabel,
sebagai berikut:
Tabel
Tabel 4.8
Daftar Distribusi Frekuensi
Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy al-khotmy
No No
Responden
Jawaban Nilai Total
SS S TS STS 4 3 2 1
1 001 8 3 4 0 32 9 8 0 49
2 002 8 3 4 0 32 9 8 0 49
3 003 2 9 4 0 8 27 8 0 43
4 004 11 0 4 0 44 0 8 0 52
5 005 2 9 4 0 8 27 8 0 43
6 006 11 0 4 0 44 0 8 0 52
7 007 11 0 4 0 44 0 8 0 52
8 008 4 7 4 0 16 21 8 0 45
9 009 11 0 4 0 44 0 8 0 52
10 010 11 0 4 0 44 0 8 0 52
11 011 2 9 4 0 8 27 8 0 43
12 012 11 0 4 0 44 0 8 0 52
13 013 11 0 4 0 44 0 8 0 52
14 014 1 10 4 0 4 30 8 0 42
15 015 11 0 4 0 44 0 8 0 52
110
No No
Responden
Jawaban Nilai Total
SS S TS STS 4 3 2 1
16 016 11 4 0 0 44 12 0 0 56
17 017 11 0 4 0 44 0 8 0 52
18 018 5 6 4 0 20 18 8 0 46
19 019 11 0 4 0 44 0 8 0 52
20 020 1 10 4 0 4 30 8 0 42
21 021 11 0 4 0 44 0 8 0 52
22 022 11 0 4 0 44 0 8 0 52
23 023 7 4 4 0 28 12 8 0 48
24 024 7 4 4 0 28 12 8 0 48
25 025 2 9 4 0 8 27 8 0 43
26 026 11 0 4 0 44 0 8 0 52
27 027 1 10 4 0 4 30 8 0 42
28 028 11 4 0 0 44 12 0 0 56
29 029 11 4 0 0 44 12 0 0 56
30 030 3 8 4 0 12 24 8 0 44
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari
intervalnya dengan menggunakan rumus :
Ki
XrXti
1
111
Keterangan :
i : Interval
xt : Nilai tertinggi
xr : Nilai terendah
ki : Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari data hasil angket intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-
khotmy, diperoleh nilai tertinggi adalah 56 dan nilai terendah adalah 42. Dengan
menggolongkan data tersebut ke dalam 4 kelas maka dapat diketahui inteval
kelasnya, yaitu:
75 dibulatkan menjadi 4
Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah, sebagai berikut :
1. Untuk kategori sangat tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 54 – 58
2. Untuk kategori tinggi dengan jawaban B mendapat nilai 50 – 53
3. Untuk kategori sedang dengan jawaban C mendapat nilai 46 – 49
4. Untuk kategori rendah dengan jawaban D mendapat nilai 42 – 45
Kemudian dicari prosentase tentang intensitas mengikuti majelis dzikir
khushushy al-khotmy. Hal ini menggunakan rumus prosentase, sebagai berikut :
%100XN
FP
a) Untuk kategori sangat tinggi tentang intensitas mengikuti majelis dzikir
khushushy al-khotmy, ada 3 responden:
112
= 10 %
b) Untuk kategori tinggi tentang intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy
al-khotmy, ada 13 responden:
= 43,3 %
c) Untuk kategori sedang tentang intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy
al-khotmy, ada 5 responden:
= 16,7 %
d) Untuk kategori rendah tentang intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy
al-khotmy, ada 9 responden:
= 30 %
Untuk lebih jelas peneliti sampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy, sebagai
berikut:
Tabel 4.9
Prosentase Jawaban Angket
Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy al-khotmy
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 54-58 3 10 10 10
50-53 13 43,3 43,3 53.3
46-49 5 16,7 16,7 70
42-45 9 30 30 100.0
Total 30 100.0 100.0
113
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy adalah 10 % dengan jumlah 3
responden dalam kategori sangat tinggi, tingkat intensitas mengikuti majelis
dzikir khushushy al-khotmy sebanyak 13 responden dengan persentase 43,3 %
dalam kategori tinggi, tingkat intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-
khotmy dengan kategori sedang 16,7 % dengan jumlah 5 responden dan tingkat
intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kategori rendah
30 % dengan jumlah 9 responden. Dengan demikian tingkat intensitas mengikuti
majelis dzikir khushushy al-khotmy dalam kategori tinggi.
B. Analisis Kontrol Diri (Self Control)
Selanjutnya perlu di paparkan data tentang kontrol diri (self control) pada
jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang. Adapun langkah-langkah yang
diambil, sebagai berikut :
1) Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating
scale tentang kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
Kabupaten Semarang.
2) Membuat tabel distribusi frekuensi tentang kontrol diri (self control) pada
jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang.
3) Mempersentasikan jawaban
4) Mempersentasikan hasil prosentase jawaban responden
Untuk lebih jelasnya peneliti memaparkan dalam bentuk tabel,
sebagai berikut:
114
Tabel 4.10
Daftar Distribusi Frekuensi
Kontrol Diri (Self Control) Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang
No No
Responden
Jawaban Nilai
Total S
S S TS
STS 4 3
2 1
1 001 1 3 3 8 4 9 6 8 27
2 002 1 3 8 3 4 9 16 3 32
3 003 0 4 6 5 0 12 12 5 29
4 004 4 0 7 4 16 0 14 4 34
5 005 0 4 6 5 0 12 12 5 29
6 006 5 0 8 2 20 0 16 2 38
7 007 4 0 3 8 16 0 6 8 30
8 008 2 6 7 0 8 18 14 0 40
9 009 4 0 8 3 16 0 16 3 35
10 010 4 0 2 9 16 0 4 9 29
11 011 0 4 4 7 0 12 8 7 27
12 012 4 0 5 6 16 0 10 6 32
13 013 4 0 8 3 16 0 16 3 35
14 014 0 4 2 9 0 12 4 9 25
15 015 4 0 9 2 16 0 18 2 36
16 016 5 4 6 0 20 12 12 0 44
17 017 4 0 9 2 16 0 18 2 36
18 018 3 1 3 8 12 3 6 8 29
19 019 4 2 9 0 16 6 18 0 40
20 020 0 5 6 4 0 15 12 4 31
21 021 5 0 4 6 20 0 8 6 34
22 022 4 1 7 3 16 3 14 3 36
23 023 1 3 7 4 4 9 14 4 31
24 024 1 3 10 1 4 9 20 1 34
25 025 0 4 3 8 0 12 6 8 26
26 026 4 3 5 3 16 9 10 3 38
27 027 0 4 6 5 0 12 12 5 29
28 028 4 2 0 9 16 6 0 9 31
29 029 4 5 3 3 16 15 6 3 40
30 030 1 4 7 3 4 12 14 3 33
115
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari
intervalnya dengan menggunakan rumus :
Ki
XrXti
1
Keterangan :
i : Interval
xt : Nilai tertinggi
xr : Nilai terendah
ki : Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari data hasil angket kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang, diperoleh nilai tertinggi adalah 40 dan nilai terendah adalah 25.
Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 4 kelas maka dapat diketahui inteval
kelasnya, yaitu:
4
Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah, sebagai berikut :
a. Untuk kategori sangat tinggi dengan jawaban A mendapat 37 – 40
b. Untuk kategori tinggi dengan jawaban B mendapat nilai 33 – 36
116
c. Untuk kategori sedang dengan jawaban C mendapat nilai 29 – 32
d. Untuk kategori rendah dengan jawaban D mendapat nilai 25 – 28
Kemudian dicari prosentase tentang kontrol diri (self control) pada jama’ah Al
Khidmah kabupaten Semarang. Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut
:
%100XN
FP
1. Untuk kategori sangat tinggi tentang kontrol diri (self control) pada jama’ah Al
Khidmah kabupaten Semarang, ada 5 responden :
= 16,7 %
2. Untuk kategori tinggi tentang kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang, ada 9 responden :
= 30 %
3. Untuk kategori sedang tentang tentang kontrol diri (self control) pada jama’ah Al
Khidmah kabupaten Semarang, ada 12 responden :
= 40 %
4. Untuk kategori rendah tentang kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang, ada 4 responden :
= 13,3 %
Untuk lebih jelas peneliti sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang, sebagai
berikut:
117
Tabel 4.11
Prosentase Jawaban Angket
Kontrol Diri (Self Control) Jama’ah Al Khidmah Kabupaten
Semarang
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid 37-40 5 16,7 16,7 16.7
33-36 9 30 30 46.7
29-32 12 40 40 86,7
25-28 4 13,3 13,3 100.0
Total 30 100.0 100.0 Total
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi
kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang adalah 16,7 %
dengan jumlah 5 responden dalam kategori sangat tinggi, 46,7 % dengan jumlah 9
responden dalam kategori tinggi, tingkat kontrol diri (self control) pada jama’ah Al
Khidmah kabupaten Semarang sebanyak 12 responden dengan persentase 40 % dalam
kategori sedang, tingkat kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten
Semarang dengan kategori rendah 13,3 % dengan jumlah 4 responden. Dengan
demikian, tingkat kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten
Semarang dalam kategori sedang.
C. Analisis Uji Hipotesis
Analisis uji hipotesis untuk menjawab pertanyaan atau untuk mengetahui tujuan
yang ketiga untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control) pada
jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang
118
Maka untuk mengetahui tujuan tersebut penulis menggunakan rumus statistik
korelasi product moment angka kasar dengan langkah, sebagai berikut:
1) Membuat tabel persiapan untuk mencari hubungan yang signifikan antara intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self control) pada
jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang
2) Mencari x, y, x2, y
2 dan xy dengan cara mengalikannya.
3) Untuk mengetahui kenormalan data dilakukan uji Kolmogorof Smirnov.
4) Apabila data normal menggunakan uji statistik korelasi product moment pearson
dan jika data tidak normal menggunakan uji statistik spearman rho, uji ini dipakai
karena skala data yang dikumpulkan berbentuk ordinal dengan bantuan software
spss 16 for windows.
Tabel 4.12
Daftar Nilai Variabel X dan Variabel Y
No. Responden X Y Σ
1 001 49 27 76
2 002 49 32 81
3 003 43 29 72
4 004 52 34 86
5 005 43 29 72
6 006 52 38 90
7 007 52 30 82
8 008 45 40 85
9 009 52 35 87
10 010 52 29 81
11 011 43 27 70
12 012 52 32 84
13 013 52 35 87
14 014 42 25 67
15 015 52 36 88
16 016 56 44 100
17 017 52 36 88
18 018 46 29 75
19 019 52 40 92
119
No. Responden X Y Σ
20 020 42 31 73
21 021 52 34 86
22 022 52 36 88
23 023 48 31 79
24 024 48 34 82
25 025 43 26 69
26 026 52 38 90
27 027 42 29 71
28 028 56 31 87
29 029 56 40 96
30 030 44 33 77
Tabel 4.13
Persiapan Untuk Mencari Hubungan Signifikan Antara Intensitas Mengikuti
Majelis Dzikir Khushushy Al-khotmy Dengan Kontrol Diri (Self Control) Pada
Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang
No
Responden X Y X
2 Y
2 XY
1 49 27 2401 729 1323
2 49 32 2401 1024 1568
3 43 29 1849 841 1247
4 52 34 2704 1156 1768
5 43 29 1849 841 1247
6 52 38 2704 1444 1976
7 52 30 2704 900 1560
8 45 40 2025 1600 1800
9 52 35 2704 1225 1820
10 52 29 2704 841 1508
11 43 27 1849 729 1161
12 52 32 2704 1024 1664
13 52 35 2704 1225 1820
14 42 25 1764 625 1050
15 52 36 2704 1296 1872
16 56 44 3136 1936 2464
17 52 36 2704 1296 1872
18 46 29 2116 841 1334
19 52 40 2704 1600 2080
120
No
Responden X Y X
2 Y
2 XY
20 42 31 1764 961 1302
21 52 34 2704 1156 1768
22 52 36 2704 1296 1872
23 48 31 2304 961 1488
24 48 34 2304 1156 1632
25 43 26 1849 676 1118
26 52 38 2704 1444 1976
27 42 29 1764 841 1218
28 56 31 3136 961 1736
29 56 40 3136 1600 2240
30 44 33 1936 1089 1452
1471 990 72735 33314 48936
Diketahui :
N = 30
x = 1471
y = 990
x2 = 72735
y2 = 33314
xy = 48936
Langkah selanjutnya kedua variabel dilakukan uji normalitas, sebagai berikut:
Tabel 4.14
Tests of Normality Variabel X dan Variabel Y
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Intensitas Mengikuti Majelis
Dzikir Khushushy al-khotmy .275 30 .000 .862 30 .001
Kontrol Diri (Self Control) .102 30 .200* .971 30 .574
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah dengan bantuan software spss 16 for
windows (terlampir)
Berdasarkan hasil uji normalitas antara variabel x dan variabel y dalam distribusi
tidak normal dikarenakan nilai Sig. < dari 0,05. Maka langkah selanjutnya menghitung
121
koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y dengan menggunakan uji statistik
spearman rho (nonparametric correlation), sebagai berikut:
Tabel 4.15
Hasil Korelasi Kedua Variabel
Intensitas
Mengikuti
Majelis Dzikir
Khushushy al-
khotmy
Kontrol Diri
(Self
Control)
Spearman's rho Intensitas
Mengikuti
Majelis Dzikir
Khushshy al-
khotmy
( X )
Correlation
Coefficient 1.000 .652
**
Sig. (2-
tailed) . .000
N 30 30
Kontrol Diri
(Self Control)
( Y )
Correlation
Coefficient .652
** 1.000
Sig. (2-
tailed) .000 .
N 30 30
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah dengan bantuan software spss 16 for windows
(terlampir)
Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel x dan y diketahui, maka untuk
mengetahui dapat dan tidaknya hipotesis diterima atau tidak harus dikonsultasikan nilai
rxy hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product
moment sehingga dapat diketahui bahwa rhitung dengan rtabel signifikan atau tidak.
Hal ini dikarenakan bila rhitung sama dengan atau lebih besar dari rtabel, maka
rhitung dapat dikatakan signifikan. Sesuai dengan data responden sebanyak 30 orang
maka dapat dilihat dalam tabel nilai-nilai r product moment adalah pada taraf 5 % =
0,362. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar tabel nilai yang diperoleh ialah :
0,652 > 0,362 pada taraf signifikan 5 %. Dari analisis data tersebut maka hipotesis kerja
(Ha) yang berbunyi "ada hubungan yang signifikan antara intensitas mengikuti majelis
122
dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self Control) pada jama’ah Al Khidmah
Kabupaten Semarang”, diterima.
Berdasarkan hasil interprestasi di atas dapat disimpulkan bawah ada hubungan
yang signifikan antara ada hubungan yang signifikan antara intensitas mengikuti majelis
dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self Control) pada jama’ah Al Khidmah
Kabupaten Semarang tahun 2019. Artinya, semakin tinggi intensitas mengikuti majelis
dzikir khushushy al-khotmy semakin tingi pula kontrol diri (self control), atau
sebaliknya jika semakin rendah intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy
maka semakin rendah pula kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang tahun 2019.
123
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan analisis data yang terkumpul tentang korelasi
intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri (self
control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Intensitas Mengikuti Majelis Dzikir Khushushy Al-Khotmy
Berdasarkan distribusi frekuensi angket diperoleh intensitas mengikuti
majelis dzikir khushushy al-khotmy adalah 10 % dengan jumlah 3 responden dalam
kategori sangat tinggi, tingkat intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-
khotmy sebanyak 13 responden dengan persentase 43,3 % dalam kategori tinggi,
tingkat intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kategori
sedang 16,7 % dengan jumlah 5 responden dan tingkat intensitas mengikuti majelis
dzikir khushushy al-khotmy dengan kategori rendah 30 % dengan jumlah 9
responden. Dengan demikian intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-
khotmy dalam kategori tinggi.
2. Kontrol diri (Self Control) Pada Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang
Berdasarkan distribusi frekuensi angket diperoleh dari kontrol diri (self
control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang adalah 16,7 % dengan
jumlah 5 responden dalam kategori sangat tinggi, 46,7 % dengan jumlah 9
responden dalam kategori tinggi, tingkat kontrol diri (self control) pada jama’ah Al
Khidmah kabupaten Semarang sebanyak 12 responden dengan persentase 40 %
dalam kategori sedang, tingkat kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang dengan kategori rendah 13,3 % dengan jumlah 4 responden.
124
Dengan demikian, tingkat kontrol diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah
kabupaten Semarang dalam kategori sedang.
3. Berdasarkan analisis uji hipotesis dengan dengan menggunakan uji hipotesis
spearman rho, diperoleh hasil rhitung 0,652. Dengan mengkonsultasikan dengan nilai
tabel (rtabel) taraf signifikansi 5 % = 0,362, maka diperoleh data bahwa Ha lebih
besar dari rtabel (taraf signifikansi 5 %). Berdasarkan hasil studi empirik tersebut,
maka hipotesis yang menyatakan: (Ha) "ada korelasi yang signifikan antara
intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al khotmy dengan kontrol diri (self
control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019 " diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dengan kontrol diri
(self control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019. Artinya,
semakin tinggi intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy semakin
tinggi pula kontrol diri (self control), atau sebaliknya jika semakin rendah intensitas
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy maka semakin rendah pula kontrol
diri (self control) pada jama’ah Al Khidmah kabupaten Semarang tahun 2019.
B. Saran
Setelah penulis mengetahui dan melakukan observasi, yang kaitannya dengan
kegiatan majelis dzikir khushushy al-khotmy di kabupaten Semarang menurut penulis
masih ada hambatan dan kendala yang sekiranya perlu dibenahi atau diperbaiki. Saran
dari penulis ini, bertujuan mewujudkan banyak manfaat yang diperoleh dalam
mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy baik dari segi kemasyarakatan,
ketenangan jiwa dan ibadah sehinga perlu di tingkatkan dalam menjaga
keistiqomahannya. Pengaruh yang ditimbulkan dari berdzikir mampu mengontrol
perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-sehari, ingat kepada Allah kemudian
mengucapkan dzikir, maka kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan segera
125
muncul kembali. Jadi intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-kotmy memiliki
pengaruh yang sangat besar terutama bagi kontrol diri (self control) pada jamaah Al
Khidmah kabupaten Semarang. Tanpa mengurangi rasa hormat pada pihak manapun
dan dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Kepada Pengurus Al Khidmah
a. Lebih menggiatkan dalam komunikasi dan menginformasi apapun bentuk
kegiatannya Al Khidmah kepada para jama’ah baik melalui Undangan, SMS,
Facebook ataupun dengan media-media yang lain.
b. Menjalin keharmonisan pengurus dengan pengurus, pengurus dengan jama’ah,
jama’ah dengan jama’ah ataupun dengan pemerintahan dan sering-sering
melakukan silaturrahim dengan para kyai dan sesepuh.
c. Perlu meningkatkan pembinaan para pelajar dan mahasiswa untuk senantiasa
istiqomahkan majelis-majelis Al Khidmah di manapun berada, fii kulli zaman
wal makan, dengan tuntun dan bimbing dengan penuh kasih sayang, kesabaran,
kebijakan serta ketekunan yang mendalam.
2. Kepada Jama’ah Al Khidmah
a. Untuk bisa lebih istiqomah dan ikhlas dalam mengikuti majelis dzikir
khushushy al-khotmy dan amaliyah-amaliyah Al Khidmah yang lain
b. Untuk bisa mengajak keluarga, saudara, teman dan tetangga di setiap ada
kegiatan majelis-majelis Al Khidmah di manapun berada, dengan harapan cita-
cita Al Khidmah sebagai oase dunia bisa terealisasikan.
c. Diniatkan dalam mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy semata-mata
untuk mencari ridha para guru, orang tua dan Allah SWT.
126
3. Kepada Pemerintah
a. Hendaknya dapat memberikan ijin dan dukungan penuh di setiap
terselenggaranya majelis-majelis Al Khidmah dimanapun berada, lebih-lebih
memberikan bantuan moril demi ikut mensukseskan penyelenggaraan majelis
dzikir Al Khidmah.
b. Untuk bisa menjaga keharmonisan masyarakat dan mewujudkan kabupaten
Semarang menjadi damai, aman, sejahtera, mapan dan bermartabat.
c. Jangan memanfaatkan majelis dzikir khushushy al-khotmy dan majelis Al
Khidmah lainnya untuk kepentingan pribadi dan semisal kampaye demi
maksud politik tertentu.
4. Kepada Masyarakat
a. Senantiasa memberikan kenyamanan di lingkungan masyarakat yang
diadakkannya suatu majelis Al Khidmah.
b. Senantiasa mengikuti kegiatan majelis-majelis Al Khidmah walaupun tidak
sebagai jama’ah Al Khidmah.
c. Ikut serta mensosialisasikan program dan kegiatan jama’ah Al Khidmah
dimanapun berada.
5. Kepada Peneliti Selanjutnya
a. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti majelis dzikir khushushy al-khotmy
disarankan agar menggunakan variabel lain selain kontrol diri (self control).
b. Penulis merekomendasikan untuk dijadikan rujukan penelitian lanjutan tentang
korelasi intensitas mengikuti majelis dzikir khushushy al-khotmy dan kontrol
diri (self control).
127
c. Untuk peneliti selanjutnya agar lebih berhati-hati dalam menggunakan metode
penelitian serta dalam proses analisis data harus sangat lebih teliti sehingga
hasil yang dipeeroleh akan tepat dan maksimal.
128
DAFTAR PUSTAKA
Abdul quasem, Muhammad.1988. Etika Al –Ghazali Etika Majemuk didalam
Islam.Terjemahaan oleh J. Mahyudin. Bandung: Pustaka.
Abim, S.M 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Kosda Karya
Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2003. Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan dalam
Kegiatan dan Amaliyah Ath-Thariqah dan Al Khidmah, cet. Ke-1. Semarang:
Jama’ah Al Khidmah.
Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2011. Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan Dalam
Kegiatan dan Amaliah ath-Thariqah dan Al Khidmah, cet. Ke-VII. Semarang:
Jama’ah Al Khidmah.
Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2011. Al-Anwar Al-Khushushy Al-Khotmiyyah. Cet. Ke-9.
Surabaya: Al-Wafa.
Al-Ishaqy, Al-Faqir, Al-Mudznib, Az-Zalil Ibnu Al-Yaum. 2011. Al-Faidhur Rahmani.
Surabaya: Al-Wafa.
Al-Ishaqi, Ahmad Asrori. 2006. Pedoman Kepemimpinan, Kepengurusan dalam
Kegiatan, Amaliyah Ath-Thoriqoh dan Al Khidmah. Surabaya: Pengurus Pusat Al
Khidmah.
Amin, Samsul Munir dan Al-Fandi, Haryanto. 2013. Etika Berdzikir, Cet. Ke-2. Jakarta:
Amzah.
Anam, Khoirul. 2015. Keluarga Sakinah dan Dzikir (Studi Atas Peran Majelis Dzikir
Al-Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang).
Salatiga. IAIN
Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2016. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Atjeh, Aboebakar. 1993. Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang
Mistik).Solo:Ramadhani.Cet ke – IX
Dayana, Marbun. 2018. Motivasi Kehidupan. Yogyakarta: Guepedia
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2011. Teori-Teori Psikologi Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Ghozali, Muh Luthfi. 2006. Percikan Samudra Hikam, jilid 1. Semarang: Abshor.
Ghozali, Ahmad. 2006. Zikir dan Amalan Nabi Sehari-hari. Jakarta : Zahra
129
Gunarsa, Singgih D. 2004. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak sampai
Usia Lanjut (Jakarta: BPK Gunung Mulia).
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Yogyakarta).
Hart, D., Atkins, R., & Matsuba, M. K. 2008. The Association of Neighborhood Poverty
with Personality Change in Childhood Journal of Personality and Social
Psychology, 94(6), 1048-1061.
Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati. 2016. Metodologi Penelitian. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Kartono, Kartini dan Dali Gulo. 1987. Kamus Psikologi (Bandung: Pionir Jaya).
Logue.A.W. 1995. Self Control. Waiting until Tomorrow for What You Want Today.
Englewood Cliffs (New Jersey : Practice hall).
Masyhudi, In’ammuzahiddin dan Wahyu, A. Nurul. 2006. Berdzikir dan Sehat Ala
Ustad Haryono. Semarang: Syifa Press.
Muhid, A. (2009). Hubungan Antara Self-Control dan Self-Efficacy dengan
Kecenderungan Perilaku Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Dakwah
IAIN Sunan Ampel Surabaya. Jurnal Ilmu Dakwah. Vol,18. http://www.library
gunadarma.com. Diunduh tgl 18 Februari 2019.
Pengurus Pusat Al Khidmah. 2014. Kebijakan Umum Pengurus Pusat Al Khidmah
Masa Khidmah 2014-2018. Malang:
Pengurus Pusat Al Khidmah Pelajar & Mahasiswa. 2013. Pendidikan Anggota Dasar Al
Khidmah Kampus Se-Jawa Tengah. Semarang: Pengurus Al Khidmah Kampus
Indonesia.
Saskia Henschel, Marijn de Bruin, Eva Mo’hler. 2013. Self Control and Child Abuse
Potential in Mothers with an Abuse History and Their Preschool Children. J Child
Fram Stud: 23:824-836 DOI 10.1007
Sholikhin, Muhammad. 2008. Tamasya Qalbu. Yogyakarta: Mutiara Media.
Sriyanti, Lilik. 2012. Pembentukan Self Control dalam Perspektif Multikultural
(Madurrisa. Vol. 4. No. 1).
Surya, Hendra. 2009. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus
Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka
130
Warson Munawwir, Ahmad. 1984.Kamus Al Munawwir Arab- Indonesia. Yogjakarta:
Unit pengadaan buku ilmiah keagamaan Pon-Pes “Al Munawwir” Krapyak
Yogjakarta.
Wibowo, Nur Ikhsan Ari. 2013. Hubungan Keaktifan Mengikuti Majelis Dzikir Dengan
Sikap Sabar Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2013.
Salatiga. STAIN.
Yusuf, Muhammad Amir. 2014. Pengaruh Majelis Dzikir Terhadap Keharmonisan
Keluarga (Studi kasus majelis dzikir Al-Khidmah di pondok pesantren Hidayatul
Falah Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
http://www.damandiri.or.id/file/mnurgufronugmbab2.html di akses 14/04/2019.
http://alkhidmahrobayan.blogspot.com/2012/06/kh.html di akses 16/04/2019.
131
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Ali Muntaha
Tempat Tanggal Lahir : Grobogan, 02 Maret 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Plosorejo Rt 05/02 Kec. Tawangharjo, Kab. Grobogan
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 01 Plosorejo, lulus tahun 2009
2. MTS Futuhiyyah 01 Mranggen Demak, lulus tahun 2012
3. MAN Purwodadi, lulus tahun 2015
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
132
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Ali Muntaha Progdi : Pendidikan Agama Islam
NIM : 23010150077 Dosen P.A : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
NO. JENIS KEGIATAN
TANGGAL
PELAKSANAA
N
SEBAGAI NILAI
1.
Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan Fakultas
Tarbiyah Ilmu Keguruan
“Integrasi Pendidikan
Karakter Mahasiswa Melalui
Kampus Edukatif Humanis
dan Religius”
13 Agustus 2015 Peserta 3
2.
Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
IAIN Salatiga “Penguatan
Nilai-nilai Islam Indonesia
Menuju Negara yang Aman
dan Damai”
14 Agustus 2015 Peserta 3
3.
LIBBRARY USER
EDUCATION (Pendidikan
Perpustakaan)
21 Agustus 2015 Peserta 2
4.
Seminar Nasional
“Epistemologi Tafsir
Kontemporer; Intregasi
Hermeneutika Dalam Metode
Penafsiran Al-Qur’an”
25 September
2015 Peserta 8
5.
Ibtida’ LDK Fathir Ar Rasyid
IAIN Salatiga “Ikat Hati, Bina
Diri, Menyongsong Teladan
Sejati”
3-4 Oktober 2015 Peserta 2
6.
Seminar Nasional “Wacana
Islam Nusantara Dalam
Menjaga Kebhinekaan Dan
Keutuhan NKRI”
31 Oktober 2015 Peserta 8
7.
Pembimbing Pesantren
Ramadhan Tahun Pelajaran
2015/2016 SMP Negeri 9
14 Juni 2016 Pembimbing 4
133
Salatiga
8.
UPTPB IAIN Salatiga
“Intensive English Language
Program”
22 February – 10
Juni 2016 Peserta 2
9. UPTPB IAIN Salatiga
“Bahasa Arab”
22 February – 10
Juni 2016 Peserta 2
10. Jambore Nasional “Mahasiswa Perekat Akhlaq
Bangsa”
11-13 Maret
2016 Peserta 8
11.
Seminar Internasional “Petani
Untuk Negeri” Dalam rangka
kegiatan Festival Solidaritas
Untuk Petani Indonesia
24 September
206 Peserta 10
12.
Pendidikan dan Latihan Dasar
(DIKLATSAR) Barisan
Ansor Serba Guna Angkatan
III SATKORCAB BANSER
Kota Salatiga
30 September –
02 Oktober 2016 Peserta 4
13.
Masa Penerimaan Anggota
Baru (MAPABA) PMII
Komisariat Djoko Tingkir
Kota Salatiga
7-9 Oktober
2016 Peserta 2
14. Seminar Nasional
“Reaktualisasi Hadist dalam
Kehidupan”
19 Oktober 2016 Peserta 8
15. Ngaji Bareng Al Khidmah
“Menyambut Hari Santri
Nasional”
20 Agustus 2016 Panitia 3
16. IBTIDA’ LDK Fathir Ar
Rasyid IAIN Salatiga
29-30 0ktober
2016 Panitia 3
17.
Pendidikan Anggota Dasar
(PAD) Mahasiswa Al
Khidmah Kota Salatiga
“Mahasiswa Generasi Penerus
Bangsa Berwawasan
29-30 0ktober
2016 Panitia 3
134
Nusantara Berakhlaq Mulia”
18.
Grand Launching Inspirasi
Tazkia “Kisah Sang Rektor:
Tersesat Di Jalan Yang
Benar”
31 Desember
2016 Peserta 2
19. Peningkatan Karakter &
Taqwa Untuk Siswa – Siswi
SMP Negeri 8 Salatiga
10-13 Juni 2017 Pembimbing 4
20.
Pembimbing Pesantren
Ramadhan Tahun Pelajaran
2017/2018 SD Negeri
Sidorejo Lor 02 Kota Salatiga
14 Juni 2017 Pembimbing 4
21.
Pengembangan Keagamaan
dan Budi Pekerti Dalam
Pembelajaran SMP Negeri 10
Salatiga Tahun Pelajaran
2016/2017
14-15 Juni 2017 Pemateri 4
22.
Seminar Sehari Dalam
Rangka Kunjungan Studi
“Peran Masyarakat Dalam
Mewujudkan Islam Yang
Rahmatallil Alamin”
17 Desember
2017 Peserta 2
23. Kursus Bahasa Arab di
EGYPT Islamic Boarding and
Course Pare Kediri
7 Januari – 3
Februari 2018 Peserta 3
24. Training Of Trainers (TOT)
Al Khidmah Kampus Kota
Salatiga
9-10 Maret 2018 Panitia 3
25. Pelatihan Kepramukaan 19-21 Juli 2018 Peserta 3
26. Mitapasa Sport Orienteering
Competition 2018 Tingkat
Nasional
25-26 Agustus
2018 Peserta 8
135
136
137
138
139
140
IDENTITAS DIRI
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pekerjaan :
PETUNJUK
Kami bermaksud meminta bantuan kepada Anda dengan cara mengisi
dua macam skala pada lampiran yang kami sediakan.
Mohon anda membaca petunjuk-petunjuk di bawah ini:
1. Dalam skala ini terdapat sejumlah pertanyaan. Setelah membaca dengan
seksama anda dimimta memilih salah satu dari 4 pilihan tanggapan yang
tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan,
yaitu:
SS : Bila Anda sangat sesuai dengan
pernyataan
S : Bila Anda sesuai dengan pernyataan
TS : Bila Anda tidak sesuai dengan pernyataan
STS : Bila Anda sangat tidak sesuai dengan pernyataan
2. Pilihlah alternatif tanggapan yang benar-benar sesuai dengan keadaan /
kenyatan diri anda, bukan dengan apa yang seharusnya.
3. Seandainya ada pernyataan yang secara kenyataan Anda belum
mengalaminya, Anda dapat membayangkan bila suatu saat Anda
mengalaminya dan memperkirakan reaksi Anda terhadap hal tersebut.
4. Dalam menjawab skala ini mohon semua dijawab dan anda tidak perlu
takut salah, karena ini tidak mempengaruhi nilai serta semua jawaban
dapat diterima. 5. Kerahasiaan identitas dan jawaban anda akan kami jamin. 6. Kesungguhan dan kejujuran Anda sangat menentukan kualitas hasil
penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
SELAMAT MENGERJAKAN DAN TERIMA KASIH
141
SKALA I
NO PERTANYAN S SS TS STS
1 Saya membaca dzikir khushushy al-khotmy dengan tidak mengikuti imam khushushy
2 Dalam berdzikir saya tidak tergesa-gesa untuk segera Menyelesaikannya
3 Saya suka berbagi kenikmatan dan kebahagiaan yang saya miliki / peroleh sekecil apapun kepada orang lain
4 Saya berat menolong orang lain
5 Saya meneteskan air mata saat saya melakukan dzikir Khushushy al-khotmy
6 Saya melaksanakan dzikir khushushy al-khotmy karena merasa membutuhkan Allah setiap hari
7 Saya melaksanakan dzikir khushushy al-khotmy baik dalam keadaan suka maupun duka
8 Saya selalu mengisi hari-hari saya untuk banyak melakukan dzikir
9 Saya percaya bahwa dzikir khushushy al-khotmy adalah amal ma'ruf yang dikehendaki Allah
10 Saya mengikuti dzikir khushushy al-khotmy meskipun diadakan didaerah lain
11 Saya selalu konsentrasi ketika melaksanakan dzikir Khushushy al-khotmy
12 Terkadang saya melaksanakan dzikir khushushy al-khotmy sambil bersenda gurau
13 Saya lebih mementingkan kehidupan pribadi saya daripada mengikuti dzikir khushushy al-khotmy
14 Saya melaksanakan dzikir khushushy al-khotmy dengan rendah hati
15 Saya selalu berusaha menghadiri dzikir khushushy al-khotmy walaupun ada kesibukan yang menghalangi saya
SKALA II
NO PERTANYAN S SS TS STS
1 Saya mudah putus asa setiap melakukan sesuatu
2
Disaat saya gagal melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan saya selalu berfiki bagaimana cara memperbaikinya
3 Ketika pendapat saya tidak dihargai orang lain, emosi saya menjadi naik
4 Saya bisa mengendalikan emosi dihadapan orang banyak meskipun mereka mengganggu saya
5 Saya cepat-cepat menghindar ketika mendapat tekanan dari orang lain
6 Saya tidak dihargai lagi dilingkungan saya 7 Saya tahu kekurangan diri saya 8 Saya mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
9 Saya merasa sendirian di dunia ini meskipun saya masih mempunyai keluarga
10 Saya mampu mengatur keuangan sesuai dengan Kebutuhan
11 Saya tidak bisa mengatasi masalah yang berat sendirian
12 Saya dapat menjaga perasaan orang lain yang berbeda pendapat dengan saya
13 Saya tidak suka berkumpul dengan orang-orang yang baru saya kenal
14 Semua orang yang disekitar saya berburuk sangka padaSaya
15 Saya dapat menghasilkan sesuatu karena dorongan Seseorang
DOKUMENTASI