kr02-yuki desiandini

24
LAPORAN R-LAB KR02 - Calori Work Nama : Yuki Desiandini NPM : 0906518826 Fakultas : Teknik Departemen : Teknik Kimia Kode Praktikum : KR02 Tanggal Praktikum : 13 April 2010 Unit Pelaksana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Dasar (UPP-IPD) Universitas Indonesia Depok

Upload: yuki-desiandini

Post on 24-Jun-2015

1.192 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KR02-Yuki Desiandini

LAPORAN R-LAB

KR02 - Calori Work

Nama : Yuki Desiandini

NPM : 0906518826

Fakultas : Teknik

Departemen : Teknik Kimia

Kode Praktikum : KR02

Tanggal Praktikum : 13 April 2010

Unit Pelaksana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Dasar (UPP-IPD)

Universitas Indonesia

Depok

Page 2: KR02-Yuki Desiandini

Calori Work

I. Tujuan Praktikum

Menghitung nilai kapasitas kalor suatu kawat konduktor

II. Peralatan

1. Sumber tegangan yang dapat divariasikan

2. Kawat konduktor (bernassa 2 gram)

3. Termometer

4. Voltmeter dan Ampermeter

5. Adjuatable power supply

6. Camcorder

7. Unit PC beserta DAQ dan perangkat pengendali otomatis

III. Landasan Teori

A. Energi Listrik

Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Maka, energi listrik dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan usaha listrik (kemampuan yang

diperlukan untuk memindahkan muatan dari satu titik ke titik yang lain). Energi listrik

dilambangkan dengan W. Perumusan yang digunakan untuk menentukan besar energi

listrik adalah :

W = Q.V...........( Q = I . t ) Joule

W = V . I . t

keterangan :

W = Energi listrik ( Joule)

Page 3: KR02-Yuki Desiandini

Q = Muatan listrik ( Coulomb)

V = Beda potensial ( Volt )

I = Arus listrik ( Ampere )

t = Waktu ( s )

Apabila persamaan tersebut dihubungkan dengan hukum Ohm ( V = I.R) maka persamaan

diatas akan berbentuk :

W = I . R . I . t

Satuan energi listrik lain yang sering digunakan adalah kalori, dimana 1 kalori setara

dengan 0,24 Joule.

PEMANFAATAN ENERGI LISTRIK

Energi listrik dapat berubah menjadi berbagai bentuk energi lainnya. Energi listrik

menjadi energi kalor, alat yang digunakan yaitu setrika listrik, kompor listrik, microwave,

dan sebagainya. Energi listrik menjadi energi cahaya, alat yang digunakan, yaitu lampu

pijar, lampu neon, dan sebagainya. Energi listrik menjadi energi gerak, alat yang digunakan

yaitu kipas angin, penghisap debu, dan sebagainya.

B. Energi Panas (Kalor)

Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum

untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur

suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat

besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.

Page 4: KR02-Yuki Desiandini

Dari hasil percobaan, besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) akan

bergantung pada 3 faktor, yaitu :

1. massa zat

2. jenis zat (kalor jenis)

3. perubahan suhu

Sehingga secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

Q = m.c. T...........( Ti – T0 )

Dimana :

Q : kalor yang dibutuhkan (J)

m : massa benda (kg)

c : kalor jenis (J/kgoC)

: perubahan suhu (OC)

Kalor ada dua jenis, yaitu:

Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu

Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang

digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U

adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)

Pada pembelajaran kalor terdapat dua kosep yang hampir sama, tetapi berbeda, yaitu

kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang

dibutuhkan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.

Page 5: KR02-Yuki Desiandini

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat

sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah

kalorimeter.

Kedua persamaan di atas dapat digabungkan menjadi :

Gambar 1. Grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai menjadi uap.

Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan suhu es, setelah suhu sampai

pada 0 oC kalor yang diterima digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua menjadi air

barulah terjadi kenaikan suhu air (Q3), setelah suhunya mencapai suhu 100 oC maka kalor

yang diterima digunakan untuk berubah wujud menjadi uap (Q4), kemudian setelah

berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi kenaikan suhu kembali (Q5).

Page 6: KR02-Yuki Desiandini

Hubungan antara Energi Listrik dengan Energi Kalor

Seperti yang dikatakan dalam hukum kekekalan energi, “energi tak dapat

dimusnahkan atau dihilangkan, energi hanya dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk

lainnya.” Energi listrik dapat diubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya. Di bawah ini

adalah hubungan antara energi listrik dengan energi kalor.

W = Q

V . I . t = m . c .

I . R . I . t = m . c .

Keterangan:

I = Kuat arus listrik (A)

V = Tegangan (Volt)

R = Hambatan (ohm)

t = Waktu yang dibutuhkan (sekon)

m = Massa (kg)

c = Kalor jenis (J/ kg oC)

= Perubahan Suhu ( oC )

Pada praktikum ini, diterapkan hukum kekekalan energi, yaitu dengan mengkonversikan

energi listrik menjadi energi kalor. Energi listrik dihasilkan oleh suatu catu daya pada suatu

konduktor yang mempunyai resistansi dinyatakan dengan persamaan :

W = V .I . t ….. (1)

Page 7: KR02-Yuki Desiandini

Dimana :

W = Energi listrik ( joule ) V = Tegangan listrik ( volt ) I = Arus listrik ( Ampere ) t = waktu / lama aliran listrik ( sekon )

Energi kalor yang dihasilkan oleh kawat konduktor dinyatakan dalam bentuk kenaikan

temperatur. Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu zat dinyatakan dengan

persamaan :

Q = m . c . ∆T ..….(2)

Dimana :

Q = Jumlah kalor yang diperlukan ( kalori atau joule ) m = Massa zat ( gram atau kg ) c = Kalor jenis zat ( kal/gr0C atau J/kg0C) ∆T = Perubahan suhu ( 0C )

Sebuah kawat dililitkan pada sebuah sensor temperatur. Kawat tersebut akan

dialiri arus listrik sehingga mendisipasikan energi kalor. Perubahan temperatur yang

terjadi akan diamati oleh sensor kemudian dicatat oleh sistem instrumentasi. Tegangan

yang diberikan ke kawat dapat dirubah sehingga perbuahan temperatur dapat bervariasi

sesuai dengan tegangan yang diberikan.

Dibawah ini adalah tabel nilai kapasitas kalor dari beberapa benda.

Zat Kalor Jenis

(kal/goC)

Kalor Jenis

(J/goC)

Berat

Molekul

g/mol

Kapasitas

kalor molar

(kal/moloC)

Kapasitas

kalor molar

(J/moloC)

Aluminium 0,215 0,900 27,0 5,82 24,4

Page 8: KR02-Yuki Desiandini

Karbon 0,121 0,507 12,0 1,46 6,11

Tembaga 0,0923 0,386 63,5 5,85 24,5

Timbal 0,0305 0,128 207 6,32 26,5

Perak 0,0564 0,236 108 6,09 25,5

Tungsten 0,0321 0,134 184 5,92 24,8

Tabel 1. Nilai Cp untuk beberapa benda padat (pada temperatur kamar dan p = 1,0atm)

IV. Prosedur Percobaan

1. Mengktifkan web cam (meng-klik icon video pada halaman web r-Lab).

2. Memberikan tegangan sebesar V0 ke kawat konduktor.

3. Menghidupkan power supply dengan meng’klik’ radio button di sebelahnya.

4. Mengambil data perubahan temperatur , tegangan dan arus listrik pada kawat

konduktor tiap 1 detik selama 10 detik dengan cara meng’klik” icon “ukur”.

5. Memperhatikan temperatur kawat yang terlihat di web cam, menunggu hingga

mendekati temperatur awal saat diberikan V0.

6. Mengulangi langkah 2 hingga 5 untuk tegangan V1, V2 dan V3.

V. Hasil dan Evaluasi

Percobaan ini dilakukan pada mpat nilai tegangan yang berbeda, yaitu 0 V;

0.65 V; 1.55 V; 1.04 V. Pada setiap tegangan dilakukan 10 kali pengukuran dengan

selang waktu setiap pengukukuran 3 detik, sehingga didapatkan total data tiap

tegangan adalah 10 buah data. Data hasil percobaan pada setiap tegangan

ditunjukan pada table 2, table 3, table 4, dan table 5.

Suhu awal yang dimaksud adalah suhu pertama sesaat sebelum percobaan

dimulai, yaitu 19.7oC sehingga setiap perubahan suhu, suhu awalnya suhu

tersebut. Berikut adalah tabel yang menggambarkan hubungan antara

temperature dan waktu untuk setiap tegangan yang diberikan ke kawat konduktor.

Page 9: KR02-Yuki Desiandini

Tabel 2

Hubungan antara Waktu dan Temperatur pada saat Tegangan 0 V

t (s) I (mA) V (Volt) T (oC) T0 (oC) ∆T (oC)

3 23.84 0.00 19.9 19.7 0.2

6 23.84 0.00 19.9 19.7 0.2

9 23.84 0.00 19.9 19.7 0.2

12 23.84 0.00 19.9 19.7 0.2

15 23.84 0.00 19.9 19.7 0.2

18 23.84 0.00 19.9 19.7 0.2

21 23.84 0.00 19.9 19.7 0.2

24 23.84 0.00 19.8 19.7 0.1

27 23.84 0.00 19.9 19.7 0.2

30 23.84 0.00 19.9 19.7 0.2

Tabel 3

Hubungan Waktu dengan Perubahan Temperatur pada saat Tegangan 0.65 V

t (s) I (mA) V (Volt) T (oC) T0 (oC) ∆T (oC)

3 35.36 0.65 19.8 19.7 0.1

6 35.36 0.65 19.9 19.7 0.2

9 35.25 0.65 20.1 19.7 0.4

12 35.25 0.65 20.3 19.7 0.6

15 35.25 0.65 20.4 19.7 0.7

18 35.25 0.65 20.6 19.7 0.9

21 35.25 0.65 20.8 19.7 1.1

24 35.25 0.65 20.9 19.7 1.2

27 35.25 0.65 20.9 19.7 1.2

30 35.25 0.65 21.1 19.7 1.4

Page 10: KR02-Yuki Desiandini

Tabel 4

Hubungan Waktu dengan Perubahan Temperatur pada saat Tegangan 1.55 V

t (s) I (mA) V (Volt) T (oC) T0 (oC) ∆T (oC)

3 51.1 1.55 20.1 19.7 0.4

6 51.1 1.55 20.6 19.7 0.9

9 51.1 1.55 21.4 19.7 1.7

12 51.1 1.55 22.4 19.7 2.7

15 51.1 1.55 23.4 19.7 3.7

18 51.1 1.55 24.2 19.7 4.5

21 51.1 1.55 25 19.7 5.3

24 51.1 1.55 25.6 19.7 5.9

27 51.1 1.55 26.3 19.7 6.6

30 51.1 1.55 26.8 19.7 7.1

Tabel 5

Hubungan Waktu dengan Perubahan Temperatur pada saat Tegangan 1.04 V

t (s) I (mA) V (Volt) T (oC) T0 (oC) ∆T (oC)

3 42.09 1.04 20.7 19.7 1

6 42.09 1.04 20.9 19.7 1.2

9 42.09 1.04 21.3 19.7 1.6

12 42.09 1.04 21.6 19.7 1.9

15 42.09 1.04 22.1 19.7 2.4

18 42.09 1.04 22.4 19.7 2.7

21 42.09 1.04 22.8 19.7 3.1

24 42.09 1.04 23.1 19.7 3.4

27 42.09 1.04 23.3 19.7 3.6

30 42.09 1.04 23.6 19.7 3.9

Page 11: KR02-Yuki Desiandini

Berdasarkan teori didapatkan bahwa energy listrik yang diterima oleh kawat akan

diubah menjadi energy panas (kalor). Hubungan antara kalor dan energy panas ditunjukan

oleh persamaan berikut :

, sehingga

Persamaan di atas dapat dipandang sebagai sebuah persamaan linear y = a x b, dengan

y mengagantikan posisi ∆T,dan

menggantikan posisi x. Dari persamaan di atas,

didapatkan persamaan baru, yakni:

Maka nilai c (kalor jenis kawat) dapat diketahui setelah kita mendapatkan nilai a

(gradient). Nilai a dan b dapat didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

( )( )

( ) ……………….(3)

( )( )

( ) …..…...(4)

Dengan kesalahan relative sebesar

( ) …………………(5)

= √(

) *

( ) ( ) ( )

( ) +…..(6)

Page 12: KR02-Yuki Desiandini

Perhitungan pada Tegangan 0 V

Untuk mempermudah perhitungan, maka dibuat table berikut ini

Tabel 6

Tabel pengolahan data pada tegangan 0 V

n xi [t (s)] yi [∆T (oC)] xi2 yi2 xi.yi

1 3 0.2 9 0.04 0.6

2 6 0.2 36 0.04 1.2

3 9 0.2 81 0.04 1.8

4 12 0.2 144 0.04 2.4

5 15 0.2 225 0.04 3

6 18 0.2 324 0.04 3.6

7 21 0.2 441 0.04 4.2

8 24 0.1 576 0.01 2.4

9 27 0.2 729 0.04 5.4

10 30 0.2 900 0.04 6

∑ 165 1.9 3465 0.37 30.6

Dengan memasukkan nilai-nilai ini ke dalam persamaan (3), (4), (5), dan (6), kita mendapatkan nilai-nilai:

a = -0.001 b = 0.207 dan δa= 0.00117. maka :

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang mnunjukan hubungan

Page 13: KR02-Yuki Desiandini

Pada saat tegangan 0 V, nilai kalor jenis dan kapasitas kalor dari kawat tidak dapat

ditentukan.

Perhitungan pada tegangan 0.65 V

Tabel 7

Tabel Pengolahan Data pada Tegangan 0.65 V

n t (s) ∆T (oC) xi2 yi2 xi.yi

1 3 0.4 9 0.16 1.2

2 6 0.9 36 0.81 5.4

3 9 1.7 81 2.89 15.3

4 12 2.7 144 7.29 32.4

5 15 3.7 225 13.69 55.5

6 18 4.5 324 20.25 81

7 21 5.3 441 28.09 111.3

8 24 5.9 576 34.81 141.6

9 27 6.6 729 43.56 178.2

10 30 7.1 900 50.41 213

∑ 165 38.8 3465 201.96 834.9

y = -0.001x + 0.2067R² = 0.0842

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0 10 20 30 40

∆T

(oC

)

t (sekon)

Grafik Hubungan antara waktu dan perubahan temperatur saat V0

Series1

Linear (Series1)

Page 14: KR02-Yuki Desiandini

Dengan memasukkan nilai-nilai ini ke dalam persamaan (3), (4), (5), dan (6), kita mendapatkan nilai-nilai:

a = 0.0493 b = -0.0333 dan δa= 0.00232, maka :

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang menunjukan hubungan

antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut

Setelah mengetahui nilai m maka dapat dihitung nilai kalor jenis dari kawat (c) dengan

persamaan berikut.

( )

y = 0.0493x - 0.0333R² = 0.9826

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

0 10 20 30 40

∆T

(oC

)

t (sekon)

Grafik Hubungan antara waktu dan temperatur saat V1

Series1

Linear (Series1)

Page 15: KR02-Yuki Desiandini

Dengan mengetahui nilai kalor jenis dari kawat, maka nilai kalor jenis kawat pun dapat

diketahui dengan rumus :

Perhitungan pada tegangan

Tabel 8

Tabel Pengolahan Data pada Tegangan 1.55 V

n t (s) ∆T (oC) xi2 yi2 xi.yi

1 3 0.4 9 0.16 1.2

2 6 0.9 36 0.81 5.4

3 9 1.7 81 2.89 15.3

4 12 2.7 144 7.29 32.4

5 15 3.7 225 13.69 55.5

6 18 4.5 324 20.25 81

7 21 5.3 441 28.09 111.3

8 24 5.9 576 34.81 141.6

9 27 6.6 729 43.56 178.2

10 30 7.1 900 50.41 213

∑ 165 38.8 3465 201.96 834.9

Dengan memasukkan nilai-nilai ini ke dalam persamaan (3), (4), (5), dan (6), kita mendapatkan nilai-nilai:

a = 0.2622 b = -0.4467 dan δa= 0.00779, maka :

Page 16: KR02-Yuki Desiandini

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang menunjukan hubungan

antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut

Setelah mengetahui nilai m maka dapat dihitung nilai kalor jenis dari kawat (c) dengan

persamaan berikut.

( )

Dengan mengetahui nilai kalor jenis dari kawat, maka nilai kalor jenis kawat pun dapat

diketahui dengan rumus :

y = 0.2622x - 0.4467R² = 0.993

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 10 20 30 40

∆T

(oC

)

t (sekon)

Grafik Hubungan antara waktu dan temperatur saat V2

Series1

Linear (Series1)

Page 17: KR02-Yuki Desiandini

Perhitungan pada tegangan 1.04 V

Tabel 9

Tabel Pengolahan Data pada Tegangan 1.04 V

n t (s) ∆T (oC) xi2 yi2 xi.yi

1 3 1 9 1 3

2 6 1.2 36 1.44 7.2

3 9 1.6 81 2.56 14.4

4 12 1.9 144 3.61 22.8

5 15 2.4 225 5.76 36

6 18 2.7 324 7.29 48.6

7 21 3.1 441 9.61 65.1

8 24 3.4 576 11.56 81.6

9 27 3.6 729 12.96 97.2

10 30 3.9 900 15.21 117

∑ 165 24.8 3465 71 492.9

Dengan memasukkan nilai-nilai ini ke dalam persamaan (3), (4), (5), dan (6), kita mendapatkan nilai-nilai:

a = 0.1127 b = 0.62 dan δa= 0.00319, maka :

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang menunjukan hubungan

antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut

Page 18: KR02-Yuki Desiandini

Setelah mengetahui nilai m maka dapat dihitung nilai kalor jenis dari kawat (c) dengan

persamaan berikut.

( )

Dengan mengetahui nilai kalor jenis dari kawat, maka nilai kalor jenis kawat pun dapat

diketahui dengan rumus :

y = 0.1127x + 0.62R² = 0.9936

00.5

11.5

22.5

33.5

44.5

0 10 20 30 40

∆T

(oC

)

t (sekon)

Grafik hubungan antara waktu dan temperatur saat V3

Series1

Linear (Series1)

Page 19: KR02-Yuki Desiandini

Menentukan Jenis Kawat Konduktor Berdasarkan Nilai c

Pada tegangan 0.65 V

c1 = ( )

Pada tegangan 1.55 V

c2 = ( )

Pada tegangan 1.04 V

c3 = ( )

Sehingga diperoleh kalor jenis ( c ) rata-rata adalah :

= 0,19264 ( )

Berdasarkan nilai kalor jenis yang didapat, praktikan menyimpulkan bahwa kawat

konduktor yang dipakai adalah jenis perak karena nilai kalor jenisnya mendekati perak

(0,233 J/g Co). Data bisa dilihat pada table 1 pada subbab Prinsip Dasar.

VI. Analisis

a) Analisis Percobaan

Percobaan bertujuan untuk mengetahui besar dari nilai kapasitas kalor dari

kawat konduktor. Besaran ini didapatkan dengan mengkonversikan energi listrik

menjadi energi panas. Pada awal melakukan percobaan, praktikan terlebih dahulu

diharuskan untuk mengaktifkan web cam yang akan memantau nilai dari

perubahan arus listrik dan temperatur. Percobaan r-lab mengenai calori work

dilakukan dengan memberikan tegangan yang berbeda pada alat laboratorium

fisika dengan mengklik tombol power supply sehingga tegangan langsung diberikan

secara otomatis, hal ini dilakukan agar diperoleh data yang bervariasi sehingga

hasil perhitungan menjadi lebih akurat.

Page 20: KR02-Yuki Desiandini

Diketahui bahwa kawat konduktor tersebut memiliki massa 2 gr, dimana

dalam perhitungan dikonversi menjadi satuan SI, yaitu menjadi 2.10-3 kg.

Praktikan mengklik tombol ukur untuk mendapatkan data, berupa arus, tegangan,

dan suhu yang bervariasi setiap 3 detik (hingga 10 data). Percobaan dilakukan

hingga 4 kali percobaan, masing-masing untuk Vo ( voltase = 0 V), V1 ( voltase =

0,65 V), V2 (voltase = 1,55 V), dan V3 (voltase = 1,04 V). Dari percobaan pada Vo,

kita akan mendapatkan besar dari suhu awal (To) adalah 19,7oC, dimana akan

digunakan dalam perhitungan.

b) Analisis Hasil dan Pengolahan Data

Dengan data pengamatan yang diperoleh, praktikan dapat menghitung

kapasitas kalor suatu zat dengan memasukkan data-data tersebut ke dalam

persamaan-persamaan yang telah ada di prinsip dasar. Praktikan haruslah

menghitung sebanyak tiga puluh kalor jenis (tiga tegangan sehingga masing-

masing tegangan, kalor jenis yang dihitung sebanyak sepuluh kalor jenis).

Dengan menggunakan metode least square, persamaan energi kalor dan energi

listrik dihubungkan menjadi persamaan garis lurus, seperti di bawah ini:

∆T =

t ; dengan T = suhu (oC)

y = a x + b

di mana nilai a dan b dapat diperoleh dengan:

a = ∑ (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

Page 21: KR02-Yuki Desiandini

b = ∑

∑ (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

Setelah memasukkan data yang diperoleh pada praktikum ke dalam persamaan-

Setelah melakukan perhitungan data, diperoleh persamaan garis lurus yang bervariasi

Persamaan garis lurus pada saat V1, yaitu y = 0.0493x – 0.0333

Persamaan garis lurus pada saat V2, yaitu y = 0.2622x – 0.4467

Persamaan garis lurus pada saat V3, yaitu y = 0.1127x + 0.62

Untuk mencari kapasitas kalor dan kalor jenis, praktikan menggunakan hukum

kekekalan energi, yaitu :

Kapasitas Kalor

W = Q

V.I.t = H.(t2 - t1)

H =

Kalor Jenis

=Q

Nilai kemiringan garis atau gradien garis dan b (konstanta) digunakan untuk

memperoleh grafik pengamatan. Kapasitas kalor diperoleh dari kapasitas kalor rata-rata

dari ketiga tegangan. Setelah memasukkan data-data pengamatan ke dalam persamaan,

maka diperoleh kalor jenis zat sebesar 0,19264 J/goC. Kapasitas kalor dan kalor jenis

Page 22: KR02-Yuki Desiandini

diperoleh dengan menghitung rata-rata kapasitas kalor dan kalor jenis pada masing-

masing tegangan, hal ini dilakukan agar data yang bervariasi tersebut dapat menghasilkan

nilai kapasitas kalor dan kalor jenis yang akurat. Untuk menentukan bahan kawat

konduktor yang digunakan dalam praktikum, praktikan menggunakan kalor jenis sebagai

pendekatan karena jika memakai kapasitas kalor, jenis bahan tidak menentu, bergantung

pada massa kawat itu sendiri. Oleh karena itu, nilai kalor jenis yang diperoleh dari data

pengamatan sebesar 0,19264 J/goC.

c) Analisis Kesalahan

Kalor jenis yang didapatkan dari perhitungan data pengamatan mengalami

penyimpangan nilai dari nilai kalor jenis pada literatur. Kesalahan literatur atau

penyimpangan yang terjadi sebesar:

%Kesalahan Literatur = |

| x 100%

= |( )

| x 100% = 17.32 %

Penyimpangan yang dilakukan praktikan sebesar 17.32 %. Hal ini disebabkan pada saat

praktikum berlangsung, alat praktikum memiliki sensitifitas yang tinggi sehingga

penurunan dan kenaikan temperatur saat pengamatan pun sangat cepat sehingga

praktikan memperoleh suhu yang hanya mendekati suhu awal saat percobaan

berlangsung, dapat pula disebabkan saat terjadi perubahan energi listrik menjadi energi

kalor, perubahan energi yang dilakukan tidak berubah sempurna, dan akses internet yang

tidak berjalan dengan baik dapat mempengaruhi perintah kepada sistem yang berada di

laboratoium.

Kesalahan dapat pula disebabkan pada saat perhitungan karena melakukan

pembulatan berulang kali sehingga hasil yang diperoleh mengalami penyimpangan dari

nilai literatur.

Page 23: KR02-Yuki Desiandini

d) Analisis Grafik

Pada grafik hasil perhitungan berdasarkan pengamatan yang diperoleh praktikan

tidak sepenuhnya berbentuk garis lurus, sedangkan seharusnya grafik yang dihasilkan

adalah grafik garis lurus. Hal ini disebabkan karena kesalahan-kesalahan yang terjadi

saat praktikum berlangsung. Grafik hasil percobaan menggambarkan bahwa variabel x

diwakili oleh waktu (t) dikarenakan waktu memiliki interval yang tetap, sedangkan

variabel y yang diwakili oleh perubahan tidak memiliki interval yang tetap.

Untuk grafik pada saat V1, V2, dan V3 memiliki garis yang berbelok-belok, namun

pergeseran garis dari garis lurus hanya sedikit. Hal ini dikarenakan suhu yang

ditangkap oleh sistem cepat sekali berubah sehingga berpengaruh pada perubahan

suhu yang ditampilkan dalam grafik. Untuk grafik pada saat V0 digambarkan grafik

yang tidak lurus, hal ini pun disebabkan karena tingkat kesensitivan sistem saat

menangkap suhu yang berada di sekitar sistem baik. Dengan bentuk grafik yang tidak

lurus sempurna, maka terlihat pula penyimpangan yang dihasilkan dalam

pengamatan yang dilakukan praktikan.

VII. Kesimpulan

1. Energi listrik dapat dikonversi menjadi energy kalor.

2. Kapasitas kalor suatu kawat dapat dicari dengan suatu kerja kalor, yakni

pengkonversian energy tegangan ke temperature.

3. Kawat konduktor yang dipakai adalah jenis perak.

4. Kapasitas kalor bergantung pada besar tegangan, arus, massa bahan yang

digunakan, perubahan suhu, dan waktu.

Page 24: KR02-Yuki Desiandini

VIII. Referensi

Giancoli, D.C.; Physics for Scientists & Engeeners, Third Edition, Prentice Hall, NJ,

2000.

Halliday, Resnick, Walker; Fundamentals of Physics, 7th Edition, Extended Edition,

John Wiley & Sons, Inc., NJ, 2005.

Tipler, P.A., 1998, Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1(Terjemahan), Jakarta :

Penerbit Erlangga Jilid 1.