kreatifitas komunitas slims dalam rangka transfer pengetahuan

8

Click here to load reader

Upload: dwi-fajar-saputra

Post on 24-Jan-2018

327 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kreatifitas komunitas slims dalam rangka transfer pengetahuan

Kreatifitas Komunitas SLiMS Dalam Rangka Transfer pengetahuan (Studi Kasus Komunitas

SLiMS Banten)¹

Dwi Fajar Saputra²

Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

[email protected]

Abstrak

Komunitas SLiMS (Senayan Library Management System) di Indonesia dikenal sebagai

kumpulan para pegiat software SLiMS yang rata-rata berprofesi sebagai pustakawan. Mereka

senang akan memodifikasi software SLiMS dengan mengedepankan pelaksanakan kegiatan

secara bebas, dan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk meningkatkan

kompetensi bagi pustakawan dibidang otomasi perpustakaan seperti lokakarya bahasa

pemrograman, seminar digital library dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut telah berjalan sejak

lama, namun belum ada bentuk timbal balik yang dapat diinformasikan kepada pengurus secara

ilmiah. Oleh karena itu agar semakin mendapatkan tempat di masyarakat, diperlukan suatu studi

pustaka mengenai beragam kreatifitas dalam rangka transfer pengetahuan yang selama ini

dilakukan. Sehingga hasil yang diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pengurus. Metode

yang digunakan kualitatif dengan pendekatan literatur. Model transfer pengetahuan berdasarkan

SECI process. Hasil yang didapat adalah proses transfer pengetahuan Komunitas SLiMS Banten

telah sesuai dengan model transfer pengetahuan secara sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan

internalisasi. Dengan demikian kreatifitas dan eksistensi Komunitas SLiMS Banten bisa terus

dipertahankan sehingga semakin mendapatkan tempat dihati masyarakat.

Kata Kunci: Kreatifitas Pustakawan, Komunitas SLiMS, Transfer Pengetahuan

¹Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional “Pustakawan, Peluang dan Tantangan Karir Menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA)”, UNP, Padang, 15 April 2016

²Pustakawan Fakultas Kedokteran, UPN Veteran Jakarta & Penanggung Jawab Komunitas SLiMS Banten. Email

[email protected]

Page 2: Kreatifitas komunitas slims dalam rangka transfer pengetahuan

Pendahuluan

Maraknya pegiat free open source software (FOSS) di Indonesia dimulai sejak tahun 2001-

2002an dengan hadirnya Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI). Berjalannya waktu di

tahun 2007 khusus FOSS dibidang perpustakaan lahir software yang dinamakan Senayan Library

Management System (SLiMS). Tahun 2012 diadakan pertama kali community meet up yang

menghadirkan berbagai Komunitas SLiMS di seluruh Indonesia. Hal itu menjadi momentum

berkembangnya Komunitas SLiMS yang memiliki tujuan bersama yaitu berbagi pengetahuan

serta mengedukasi masyarakat mengenai otomasi perpustakaan berbasis software SLiMS.

Salah satu Komunitas SLiMS yang telah terbentuk adalah Komunitas SLiMS Banten. Berdiri

sejak 1 November 2014 dengan diresmikan oleh Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah

Tangerang yang merupakan salah satu tokoh lahirnya Kota Tangerang di tahun 1991. Pengurus

Komunitas SLiMS Banten adalah para pustakawan yang berasal dari beberapa lembaga.

Berbagai kegiatan telah dilaksanakan oleh Komunitas SLiMS Banten namun sampai saat ini

belum ditemukan standar kreatifitas dalam rangka transfer pengetahuan sehingga terkesan

kurang baik. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana kreatifitas Komunitas

SLiMS Banten dalam rangka transfer pengetahuan? Sehingga diharapkan memiliki standar yang

dapat diterapkan Komunitas SLiMS Banten dalam rangka transfer pengetahuan.

Tinjauan Pustaka

Kreatifitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta.

Mencipta untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan

menemukan peluang. Prinsip kreatifitas berdasarkan Landor Associates dalam Prawira (2013)

memiliki delapan prinsip yakni 1. Kreativitas ada pada setiap orang Kreativitas bukan

keterampilan yang dimiliki segelitir orang dengan gelar, profesi, dan kedudukan tertentu.

Kreativitas adalah pola pikir. Pola pikir yang tidak biasa dan keberanian untuk bereksplorasi. ‘To

be human is to be creative.’ 2. Kreativitas adalah paradoks. Kreativitas memiliki banyak hal

kontradiktif yang akan menimbulkan tanda tanya. 3. Kreativitas bersifat membangun

(konstruktif) Kreativitas berkembang, menghasilkan sesuatu dan terbuka terhadap banyak

alternatif, namun pada intinya, Kreativitas selalu berusaha untuk membuat perbedaan. 4.

Kreativitas adalah Keberanian Kreativitas menghargai imajinasi, Kreativitas bersedia

melepaskan hal-hal yang sudah pasti untuk berpikir lebih besar lagi. Kreativitas menuntut tekad

yang kuat dan keyakinan diri. Sejarah membuktikan bahwa ide-ide dan konsep baru sering

bertemu dengan apatis, ejekan, bahkan permusuhan. Inilah sebabnya mengapa Keberanian dan

Kreativitas adalah saudara. 5. Kreativitas adalah sudut pandang Melihat dan ber-Presepsi adalah

dua hal yang berbeda. Melihat bersifat visual (dapat terlihat) ,universal,riil, dan konkret,

sedangkan Presepsi bergantung kemampuan setiap individu untuk menafsirkan apa yang

dilihatnya (yg mungkin tidak terlihat). Orang yang sangat kreatif memiliki kemampuan yang

baik untuk memandang segala sesuatu dengan cara baru, mendeteksi pola, dan menghubungkan

berbagai hal yang mungkin tidak terpikirkan orang lain. 6. Kreativitas dapat dimunculkan atau

dimatikan Lingkungan yang memberikan kebebasan untuk bereksplorasi, dapat menginspirasi

Kreativitas individu maupun kelompok. Aturan dan peraturan yang berlebihan, stigma

kegagalan, terlalu fokus pada efisiensi,akan mematikan imajinasi dan kreativitas. 7. Kreativitas

adalah seperti anak kecil Anak-anak cenderung mengajukan pertanyaan lebih banyak dan

Page 3: Kreatifitas komunitas slims dalam rangka transfer pengetahuan

berpikir lebih menyimpang. Pengalaman hidup orang dewasa dapat menyebabkan mereka terlalu

cepat menolak/menutup pemikiran baru. Kreativitas sering hadir ketika kita "berpikir seperti

seorang anak," tak terkekang oleh semua alasan yang mungkin tidak bekerja, tetapi terinspirasi

oleh apa yang bisa. 8. Kreativitas Menerima Kerancuan Kebanyakan manusia tidak menyukai

kerancuan, itu membuat mereka tidak nyaman. Ciri seorang pemikir kreatif adalah kesediaan

untuk menerima kerancuan, merangkul ketidaknyamanan, dan fokus pada kemungkinan.

Daripada terburu-buru kembali ke apa yang sudah menjadi zona nyaman nya, seorang berpikiran

kreatif akan memilih terus maju menjalani hidup, menukar kenyamanan dengan potensi.

Pengetahuan

Drucker (1988) dalam Febrianti (2012) mendefinisikan pengetahuan sebagai informasi yang

mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk

bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil

tindakan yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif dari tindakan sebelumnya.

Berdasarkan dari Steward (1997) dalam Febrianti (2012) mengemukakan keunggulan

pengetahuan sebagai berikut: A. Non substractive artinya pengetahuan orang lain yang telah

membagi pengetahuan tidak berarti pengetahuannya akan berkurang. B. Dapat dimiliki orang

banyak. C. Biaya replikasi pembiayaannya sangat murah. D. Jarang memiliki skala ekonomi. E.

Tidak ada korelasi yang sederhana antara pengeluaran atas pengetahuan dengen produktivitas

yang diperoleh. F. Pengetahuan tidak dapat ditaksir. G. Mengaburkan perbedaan antara produk

dan layanan.

Siklus Transfer Pengetahuan

Polanyi dalam Febrianti (2012) memperkenalkan bahwa knowledge terdiri dari dua jenis yaitu

tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge merupakan knowledge yang diam di

dalam benak manusia dalam bentuk intuisi, judgement, skill, values, dan belief yang sulit

diformulasikan dan dibagikan dengan orang lain. Sedangkan explicit knowledge adalah

knowledge yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk berwujud

lainnya sehingga dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengen menggunakan

berbagai media. Kedua jenis tersebut oleh Nonaka dan Takeuchi dalam Febrianti (2012) dapat

dikonversi melalui empat jenis proses konversi yaitu Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi dan

Internalisasi.

Page 4: Kreatifitas komunitas slims dalam rangka transfer pengetahuan

Gambar 1. Empat Model Konversi Knowledge (SECI Process)

Sumber : Nonaka dan Takeuchi dalam Febrianti (2012)

Penjelasan dari gambar 1:

1. Externalisasi yaitu mengubah tacit knowledge yang dimiliki menjadi explicit knowledge.

2. Kombinasi memanfaatkan explicit knowledge yang ada untuk diimplementasikan menjadi

explicit knowledge lain.

3. Internalisasi yakni mengubah explicit knowledge sebagai inspirasi datangnya tacit

knowledge.

4. Sosialisasi yakni mengubah tacit knowledge ke tacit knowledge lain (Fakhlina : 2010).

Metode

Makalah ini menggunakan metode kualitatif karena bermaksud untuk mengetahui lebih dalam

mengenai kreatifitas Komunitas SLiMS dalam rangka transfer pengetahuan. Menurut Pendit

(2009) metode kualitatif merupakan kegiatan memahami dengan mencari makna. Lebih lanjut

Pendit (2009) mengatakan penelitian dengan metode kualitatif yakni berusaha mencari

penjelasan universal dengan mengejar data sampai tidak ada lagi ketidak-konsistenan.

Sedangkan menurut Bawden dalam Riady (2013) menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati, metode ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara

menyeluruh dan akan lebih baik lagi bila memberikan subyek kebebasan dalam mengekspresikan

respons mereka secara mendalam dan sealamiah mungkin. Penyampaian hasil dari metode akan

dilakukan secara deskriptif. Pendekatan praktis model kreatifitas Komunitas SLiMS dalam

rangka transfer pengetahuan menggunakan SECI Process dari Nonaka dan Takeuchi.

Hasil

Dari hasil pengamatan kreatifitas Komunitas SLiMS Banten mampu menghasilkan beberapa

karya nyata yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya-karya tersebut berdasarkan model

konversi knowledge SECI process dapat dikategorikan sebagai berikut

1. Eksternalisasi : setiap individu memiliki komitmen terhadap perkembangan Komunitas

SLiMS Banten. Contoh yang telah dilaksanakan oleh Komunitas salah satunya dengan

melakukan kustomisasi software Union Catalog Server (UCS). Ide lahir dari Penanggung Jawab

Komunitas, menurutnya software UCS masih dapat dikembangkan agar tujuannya tidak hanya

untuk berbagi katalog buku saja namun dapat dimaksimalkan dengan tujuan lain yakni untuk

memetakan potensi koleksi yang ada di perpustakaan khususnya perpustakaan – perpustakaan di

Provinsi Banten dan untuk mengetahui gambaran secara real dari kondisi perpustakaan –

perpustakaan yang ada di Provinsi Banten apakah telah mengarah sesuai standar atau belum.

Oleh sebab itu dilakukan proses kustomisasi dengan menambahkan beberapa fitur agar dapat

mencapai tujuan – tujuan lainnya. Hasil dari kustomisasi terbagi menjadi 3 bagian yaitu

membuat pemetaan perpustakaan berdasarkan masing-masing wilayahnya, membuat daftar

perpustakaan yang telah bergabung pada masing-masing wilayahnya dan membuat profil

perpustakaan yang telah bergabung dengan menyertakan gambar dan total koleksi yang tersedia

di perpustakaan tersebut. Langkah selanjutnya adalah melakukan tes agar software UCS yang

telah di kustomisasi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ditahap akhir software UCS diberikan

Page 5: Kreatifitas komunitas slims dalam rangka transfer pengetahuan

code name “Uni Vera” dengan kepanjangan nama “UNIon Catalog SerVEr Berbasis WilAyah”.

Terlampir gambar dari software Uni Vera.

Gambar 2. Tampilan Home dari Uni Vera

Sumber : Hasil analisis penulis (2016)

2. Kombinasi : hasil karya yang dibuat oleh Komunitas SLiMS Banten tidak hanya dapat

dimanfaatkan oleh internal tapi dibuka lebar untuk eksternal yakni agar masyarakat atau lembaga

yang memiliki tujuan bersama dapat merasakan manfaat akan hadirnya hasil karya tersebut.

Contoh yang dijalankan oleh Komunitas SLiMS Banten adalah membuka pendaftaran bagi

lembaga yang memiliki katalog buku berbasis SLiMS dengan menjadi bagian dari ikut serta

menghidupkan software Uni Vera yang dapat diakses secara online melalui domain

http://ki.bnlib.web.id Total yang bergabung hingga saat ini ada 12 lembaga, masing-masing

berasal dari berbagai wilayah yang ada di Provinsi Banten. Harapan dari kegiatan ini agar

lembaga yang masih terkendala pendanaan untuk mempromosikan katalog buku dan

perpustakaannya secara online dapat terbantu sehingga mampu melahirkan hasil karya lainnya.

Gambar 3. Contoh perpustakaan yang telah bergabung Katalog Induk Prov Banten

Sumber : Hasil analisis penulis (2016)

Page 6: Kreatifitas komunitas slims dalam rangka transfer pengetahuan

3. Internalisasi : untuk memberikan pendampingan agar orang lain bertambah kompetensi dirinya

dan dapat melahirkan ide sehingga bisa diterapkan di lingkungan kerja. Komunitas SLiMS

Banten membuat sebuah acara tahunan yang diberi nama “SEGI” merupakan kepanjangan dari

sesi berbagi. SEGI bertujuan mengundang pemateri yang dinilai telah memiliki kompetensi

dibidang tertentu, pemateri tersebut berasal dari luar Komunitas SLiMS Banten dengan demikian

tujuan lainnya adalah memperluas jaringan kemitraan Komunitas SLiMS Banten. Contoh kasus

pada tahun 2015 mengundang seorang pegiat open source berasal dari Sumatera Barat. Materi

yang disampaikan bertemakan “membangun multimedia server berbiaya rendah di

perpustakaan”. Acara ini dimaksudkan agar peserta memiliki pengetahuan dasar bagaimana cara

memanfaatkan server yang harga belinya rendah sehingga bisa dimanfaatkan menjadi server

multimedia di perpustakaan.

Gambar 4. Poster acara “Sesi Berbagi”

Sumber : Hasil analisis penulis (2016)

4. Sosialisasi : pada sosialisasi ini meliputi kegiatan berbagi tacit knowledge antar individu.

Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Komunitas SLiMS Banten berkaitan dengan sosialisasi

adalah membuat grup diskusi di mobile application “Whatsapp”. Dalam grup tersebut terdiri dari

berbagai profesi antara lain pustakawan, kepala perpustakaan, pemilik taman baca masyarakat

(TBM) yang berasal dari lembaga pemerintahan, swasta dan swadaya. Dengan adanya grup ini

mampu menghadirkan ide – ide segar untuk proses rencana dan pengembangan Komunitas.

Page 7: Kreatifitas komunitas slims dalam rangka transfer pengetahuan

Gambar 5. Grup Whatsapp Komunitas SLiMS Banten

Sumber : Hasil analisis penulis (2016)

Kesimpulan

Komunitas SLiMS Banten hadir dengan semangat berbagi pengetahuan. Kreatifitas yang telah

dilakukan dalam rangka transfer pengetahuan mampu menghasilkan hasil karya yang dapat

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Proses transfer pengetahuan Komunitas SLiMS

Banten telah sesuai dengan model konversi pengetahuan secara sosialisasi, eksternalisasi,

kombinasi dan internalisasi. Dengan demikian eksistensi Komunitas bisa terus dipertahankan

sehingga semakin mendapatkan tempat dihati masyarakat. Saran yang dapat diberikan adalah

kreatifitas mampu menghasilkan sesuatu yang bernilai oleh sebab itu perlu ditingkatkan lagi

tingkat kreatifitasnya dan standar dari transfer pengetahuan yang telah dilakukan dapat dijaga

prosesnya untuk kemajuan Komunitas SLiMS Banten.

Daftar Pustaka

Fakhlina, Resti Jayanti. (2010). Knowledge management di perpustakaan komunitas. Catatan di

blog pribadi. Diakses dari http://blog.ugm.ac.id/2010/10/09/knowledge-management-di-

perpustakaan-komunitas/

Febrianti. (2012). Penerapan transfer pengetahuan (sharing knowledge) pada divisi pelayanan

PT. PLN (Persero) Makassar Timur. Skripsi Program Sarjana, Jurusan Administrasi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Diakses dari

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1865/SKRIPSI%20Penerapan%20Tran

sfer%20Pengetahuan%20(Sharing%20Knowledge)%20Pada%20Divisi%20Pelayanan%20PT.%

20PLN%20(Persero)%20Makassar%20Timur.pdf?sequence=1

Page 8: Kreatifitas komunitas slims dalam rangka transfer pengetahuan

Pendit, Putu Laxman. (2009). Penelitian kualitatif dalam ilmu perpustakaan & informasi.

Koleksi elektronik di PDII LIPI. Diakses dari

http://www.pdii.lipi.go.id/read/data/2014/12/Putu_Laxman_Penelitian-Kualitatif-dalam-Ilmu-

Perpustakaan-Informasi.pptx.

Prawira, Andika. (2013). 8 prinsip kreatifitas. Artikel di kompasiana. Diakses dari

http://www.kompasiana.com/andicaus/8-prinsip-kreativitas_552fdfa56ea834bc598b4597.

Riyadi, Yasir. (2013). Perilaku pencarian informasi mahasiswa program doktoral dalam

penyusunan disertasi. Visi Pustaka. Vol 15 No 20 Agustus 2013, 110.