kritikal perspektif terhadap akuntansi
DESCRIPTION
teori akuntansiTRANSCRIPT
Page | 1
KRITIKAL PERSPEKTIF TERHADAP AKUNTANSI
Pendahuluan
Pada pembahasan awal terdapat beberapa isu mengenai bagaimana akuntansi berperan
dalam pembuatan keputusan, bagaimana mengurangi adanya agensi dan biaya politik,
pemeliharaan legitimasi organisasi dan bagaimana memenuhi kebutuhan informasi yang
memuaskan para stakeholder. Pertimbangan praktik akuntansi bisa saja digunakan dalam
aspek sosial dan lingkungan pada operasi organisasi, begitu juga pertimbangan bagaimana
pengungkapan akuntansi yang mungkin berdampak pada harga saham. Pada pembahasan ini
kita membahas penjelasan mengenai pandangan perspektif alternatif terhadap peran
akuntansi. Perspektif ini, yang secara eksplisit mempertimbangkan bagaimana praktik
akuntansi lebih mendukung ekonomi tertentu dan struktur sosial.
Pandangan ini dilakukan oleh beberapa peneliti dari kritikal perspektif dimana dalam
akuntansi, jauh dari praktik yang mendukung kenetralan atau ketidakbiasan penyajian yang
menggaris bawahi fakta ekonomi, yang kenyataannya mendukung pemeliharaan posisi
kekuasaan dalam beberapa sektor komunitas (seperti kekuasaan saat ini, dan kekayaan yang
ada padanya). Teori ini menantang pandangan bahwa ada beberapa hak termasuk hak khusus
yang tersebar di masyarakat- daripada berpendapat mengenai siapa yang paling berhak,
berkesempatan, dan berasosiasi dengan kekuasaan yang diartikan sebagai kaum elit.
Topik ini mengangkat beberapa argumen mengenai peran suatu pemerintahan, peran
dari penelitian akuntansi, dan peran dari praktik akuntansi, dalam keberlangsungan sosial
tertentu. Peneliti yang mengadopsi kritikal perspektif sering tidak memberikan solusi
langsung dari ketidakseimbangan yang berlangsung. Tapi lebih menyoroti
ketidakseimbangan pada sosial dan peran akuntansi dalam keberlangsungan dan legitimasi
dari pemahaman legitimasi.
Definisi Kritikal Perspektif
Kritikal perspektif sangat sulit diartikan. Fokus pendekatan pada penelitian ini adalah tentang metode akuntansi tertentu yang seharusnya diterapkan daripada focus terhadap peran akuntansi yang mengkontrol sumberdaya modal. Para peneliti yang disebut teori kritikal akuntansi, kemudian mencari apa yang disoroti, melalui kritikal analisis, yang merupakan kunci peran dari akuntansi dalam masyarakat. Perspektif tersebut menantang pandangan bahwa akuntansi dapat dibangun menjadi sesuatu yang objektif dan netral, dan para peneliti sering mencari bukti untuk mendukung pandangan ini.Seperti yang dinyatakan oleh Hopper at al. (1995, p.528):
… dalam mengkomunikasikan realita akuntan secara keberlanjutan (secara simultan) membangunnya (Hines, 1988) dan akuntansi adalah social praktik dalam perjuangan politik, dan praktik market mengarahkan pada equilibrium pada efisien market.
Pandangan ini juga didukung oleh Baker dan Bettner (1997, p.35) Mereka menyatakan:
Page | 2
Esensi akuntansi dapat ditangkap dengan pemahaman dari dampak individu, organisasi, dan masyarakat. Oleh karena itu sangat penting dalam penelitian akuntansi untuk mengadopsi kritikal perspektif.
Banyak dari kritikal peneliti memandang akuntansi sebagai perintah legitimasi kapitalis. Mereka menekankan bahwa system akuntansi dibangun dan dikelilingi oleh perintah sosial yang terselubung. Penggambaran peran dari akuntansi dalam masyarakat kapitalis, Tinker, Merino, dan Neimark (1982, p.178) menjelaskan:
Teori ini adalah hubungan sosial dari kapitalisme yang membedakannya dengan system social yang lain.Gray, Owen dan Adams (1996, p.63) menyatakan, perhatian yang besar dari kritikal atau radikal teori ini adalah:
… Distribusi dari kekayaan, kekuatan (power) dari suatu perusahaan, bahasa ekonomi bisnis, dan lainnya adalah secara fundamental cacat dan tidak lebih dari struktur radikal yang berubah dari harapan kehidupan manusia dan lainnya. Sosial, ekonomi, dan politik system dianggap secara fundamental mempersulit .
Ekonomi politik telah didefinisikan oleh Gray, Owen dan Adams (1996, p.47) sebagai sosial, politik, dan kerangka ekonomi dimana kehidupan manusia berada. Pada pandangan ini sosial, politik, dan ekonomi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, dan isu ekonomi tidak dapat diinvestigasi keberadaanya dalam pertimbangan mengenai politik, social dan kerangka institusi pada aktivitas ekonomi berada. Seperti Guthrie dan paker (1990, p.166) yang menyatakan:
Politikal ekonomi perspektif dapat dipahami dalam laporan akuntansi sebagai sosial, politikal, dan dokumen ekonomi. Semuanya itu berfungsi sebagai alat membangun, keberlanjutan, dan legitimasi ekonomi, pengaturan politik, institusi, dan ideology yang berkontribusi pada kepentingan pribadi organisasi.
Sementara kebanyakan dari kita, menganggap semakin besar pengungkapan dari informasi sosial responsibility akan tampak suatu langkah yang tepat, dan teori kritikal beragumen bahwa usaha tersebut sia-sia kecuali hal tersebut didasari dengan perubahan struktur masyarakat. Mereka beragumen bahwa pengungkapan CSR hanya dilakukan karena diatur, dan tidak menantang bagi penyedia informasi. Tanpa pertimbangan dari keberadaan lingkungan sosial politik hasil yang diberikan akan tidak sempurna dan tidak lengkap.
Teori kritikal memberikan argument yang mengarahkan untuk penciptaan iklim perubahan di struktur sosial. Namun, teori kritikal tidak memberikan solusi terhadap masalah yang mereka utarakan. Teori Kritikal tidak memberikan arahan bagaimana memahami suatu permasalahan agar dapat terpecahkan. Peran Pelaporan dalam mendukung keberadaan struktur sosial
Para peneliti dengan kritikal perspektif melihat bahwa pemerintahan sebagai alat
untuk mendukung pemilik modal dan juga system kapitalis. Dalam perspektif ini pemerintah
akan mengambil beberapa tindakan dari waktu ke waktu untuk meningkatkan legitimasi dari
system sosial, walaupun ini akan memperlihatkan bahwa pemerintah memiliki kepentingan
diatas kerugian suatu instansi, pemerintah dapat menekan suatu aturan pengungkapan pada
suatu perusahaan. Untuk mengambil keputusan, individu maupun kelompok harus memiliki
akses informasi. Batasan arus informasi atau ketersediaan jenis informasi yang spesifik, dapat
menghambat kemampuan untuk memilih informasi. Oleh karena itu, batasan ketersediaan
informasi menjadi salah satu strategi yang dipilih untuk menjaga organisasi dan struktur
sosial. Puxty (1986,p.87) mendukung pandangan bahwa:
Page | 3
…informasi keuangan diatur oleh badan pemerintah sosial dimana terdapat
hubungan kepentingan dari kelompok kekuasaan yang dominan di dalam masyarakat.
Oleh karena itu pemerintah tidak beroperasi pada kepentingan publik, tapi lebih pada
kelompok yang sudah kaya.
Peran dari peneliti Akuntansi dalam mendukung keberadaan struktur sosial
Konsisten dengan pengembangan PAT, di akhir 1970 an peneliti akuntansi menyoroti
tentang konsekuensi dari regulasi baru akuntansi. Perspektif ini menyatakan bahwa
implementasi dari regulasi baru akuntansi dapat menimbulkan implikasi ekonomi yang tidak
diinginkan, dan oleh sebab itu, sebelum persyaratan baru ditetapkan, pertimbangan yang hati-
hati diperlukan. Para kritikal beragumen bahwa implikasi ekonomi bagi pemegang saham
contohnya adalah berubahnya harga saham, dan manajer contohnya adalah pengurangan gaji
yang merupakan fokus dari para peneliti konsekuensi ekonomi regulasi akuntansi. Seperti
yang dinyatakan Cooper dan Sherer (1984, pp.215, 217):
Studi menggunakan ECA (Economic Consequences Analysis) lebih mengevaluasi
konsekuensi laporan akuntansi terhadap perilaku dan kepentingan dari pemegang saham, dan
manajer perusahaan (Selto dan Neumann, 1981). Efek dari laporan akuntansi secara langsung
bagi pengguna lainnya seperti pemerintahan dan pengguna tidak langsung seperti konsumen,
karyawan, pembayar pajak, diabaikan. Oleh karena itu studi ini memberikan nilai implisit
bahwa kepentingan pemegang saham dan manajer menjadi kepentingan yang utama dan
konsentrasi pada pemenuhan kebutuhan pemahaman tersebut mencukupi dalam pemahaman
dari peran laporan akuntansi dalam masyarakat.
Peran dari Praktik Akuntansi dalam mendukung keberadaan struktur sosial.
Hines (1998) berpendapat bahwa akuntan menerapkan pandangan mengenai
karakteristik apa saja yang memerlukan penekanan (Contohnya laba). Akuntan juga
memutuskan atribut kinerja organisasi yang tidak penting sehingga tidak perlu diukur dan
diungkapkan. Hines beragumen bahwa dalam mengkomunikasikan realita, akuntan secara
terus-menerus membangun realita. Untuk beberapa orang yang awalnya tidak
mempertimbangkan akuntansi seperti para pencetus teori kritikal , ada beberapa hal yang
akan membingungkan. Bagaimana bisa akuntan memiliki kekuatan? Para profesi akuntan
digambarkan sebagai sesuatu yang objektif, dan netral. Dalam kenyataannya akuntan
memiliki reputasi yang lemah. Tapi kita meyakini kritikal teori, kelemahan ini merupakan
bagian yang mungkin tersembunyi dari kekuatan sosial. Seperti yang dikemukakan oleh
Carpenter dan Feroz (1992, p.168):
..Akuntansi mungkin dipandang dengan artian legitimasi dari struktur sosial saat ini
dan politik organisasi. Hopwood (1983) lebih jauh lagi menyatakan bahwa peraturan
memaksa akuntansi menjadi bagian yang tampak lemah, tidak diperhatikan, dan bersifat
rutinitas dari prosedur akuntansi dan menghasilkan aura objektifitas dan pengesahan dalam
Page | 4
pandangan pengguna laporan akuntansi. Jauh dari kelemahan dan rutinitas, akuntansi dan
akuntan dapat menyingkirkan konflik sosial.
Berikut hal-hal yang mempengaruhi Laporan Keuangan yang mendukung Kritikal Perspektif
pada Laporan Keuangan:
A. Budaya mempengaruhi Laporan Keuangan
Pengertian budaya dalam Webster’s Dictonary (1991, p.137), merupakan cerminan
nilai-nilai yang diyakini ada pada sekelompok orang dalam wilayah area tertentu, dan
dicerminkan dalam persepsi, pola pikir, keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan nyata
dalam kehidupan keseharian.
Laporan keuangan dapat dipahami dan diterima oleh para pengguna karena dalam
proses penyusunan laporan keuangan terdapat tujuan, standar, kebijakan, dan teknik
akuntansi. Dalam area wilayah yang berbeda seringkali terdapat perbedaan bentuk dan isi
laporan keuangan. Perbedaan itu disebabkan oleh lingkungan akuntansi yang berbeda pada
masing-masing area wilayah tersebut, tujuan, standard, kebijakan, dan teknik tersebut sangat
bergantung dari lingkungan dimana akuntansi dikembangkan.
Akuntansi merupakan produk budaya, karena konsep-konsep, aturan-aturan, dan
praktik-praktik yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan merupakan bentuk
cerminan perilaku dari orang-orang dalam sekelompok komunitas dalam wilayah tertentu.
Bilamana dalam suatu masyarakat mempunyai lingkungan budaya yang berbeda, maka akan
terjadi perbedaan, tujuan, standard, kebijakan dan teknik yang berlainan.
B. Ekonomi Kapitalis sebagai Lingkungan Akuntansi Konvensional
Dalam konsep, aturan-aturan, dan praktik-praktik proses penyusunan laporan
keuangan tidak lepas dari kepentingan dari orang-orang yang terkait dengan produk akuntansi
yang berupa laporan keuangan. Akuntansi konvensional tersebut banyak mengandung
kepentingan-kepentingan yang merupakan cerminan budaya kapitalis. Hal ini dapat dilihat
dari pernyataan Kam (1990, p.3) sebagai berikut
Historically, double entry accounting is inextricably tied to the capitalistic spirit. It is
the motivating force that drives people to form bussiness entities for the sake of
making a profit...
Robert dan Borin (2008, p.3) menyatakan ada 3 esensi utama dalam kapitalisme,
yaitu:
1. Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan
karenanya bisa diproduksi berulangkali (reproducible).
2. Dibawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat-alat produksinya,
dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hak legal untuk mempergunakan hak
miliknya guna untuk meraup keuntungan pribadi.
Page | 5
3. Kapitalisme bergantung pada sistem pasar, yang menentukan distribusi, mengalokasi
sumber daya-sumberdaya dan menetapkan tingkat-tingkat pendapatan, gaji, biaya sewa,
dan keuntungan dari kelas-kelas sosial yang berbeda.
Berdasarkan tiga pernyataan diatas ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
utama dalam sistem kapitalis, yaitu: modal, kepentingan individu, dan sistem pasar.
C. Kegagalan Ekonomi Kapitalis
1) Mekanisme pasar, tidak mampu membatasi kejenuhan pasar. Pada akhir taun 2008,
perekonomian negara Amerika Serikat mengalami depresi, depresi pada tahun 2008 lebih
parah daripada depresi pada tahun 1937. Dampak dari depresi itu adalah gelombang
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di banyak negara. Tidak hanya terjadi di negara
Amerika Serikat, tetapi juga negara Eropa, Jepang, Korea, dan negara-negara berkembang
lainnya yang mempunyai volume ekspor ke negara Amerika Serikat.
Depresi ini terjadi karena sistem ekonomi kapitalis. Dalam ekonomi kapitalis,
perekonomian digerakkan oleh sistem pasar. Dan pelaku-pelaku pasar yang mencari
keuntungan maksimal tidak pernah mampu mengontrol kejenuhan pasar. Produsen selalu
meningkatkan produksi, didorong oleh keinginan memperoleh laba maksimal, sehingga
akan terjadi kelebihan penawaran. Dalam kasus ini, terjadi kelebihan penawaran properti
sehingga produknya tidak laku terjaul, dan sebagai konsekuensinya perusahaan mengalami
kebangkrutan.
Pada sisi lain, perusahaan properti dalam menjalankan usahanya menjalankan
usahanya mengandalkan dana dari masyarakat, melalui penjualan surat berharga. Surat-
surat berharga dari properti tersebut jatuh harganya, sebagai konsekuensinya pasar modal
di Amerika Serikat mengalami kegoncangan. Para pemegang surat berharga secara
keseluruhan mengalami panik, karena harga-harga surat berharga yang dimilikinya
nilainya jatuh, ini ditunjukkan dengan nilai indeks surat berharga yang turun drastis.
Kepanikan inilah akan berdampak pada mekanisme ekonomi secara keseluruhan.
2) Penindasan Kaum Buruh
Bentuk penindasan buruh terjadi karena dorongan ingin memperoleh laba sebanyak-
banyaknya. Salah satu cara memperoleh laba adalah dengan menekan gaji buruh, selain itu
juga pemberian fasilitas-fasilitas kerja yang minimal namun menginginkan produktifitas yang
maksimal. Selain itu, penerapan sistem jam kerja yang melebihi batas kemampuan, sering
melakukan jam lembur. Buruh yang tidak mengikuti jam lembur tidak akan memperoleh
penghasilan yang layak. Kebijakan jam buruh sebetulnya didorong oleh usaha meminimalkan
beban tetap perusahaan.
Page | 6
3) Ketimpangan Ekonomi
Dalam kapitalis, masyarakat akan terpolarisasi dalam dua kutub kelompok komunitas,
yaitu komunitas buruh dan komunitas pemilik modal. Sebagian besar masyarakat termasuk
dalam golongan komunitas buruh, dan hanya sebagian kecil yang termasuk dalam golongan
pemilik modal. Kedua golongan komunitas tersebut kemampuan ekonomi sangat jauh
berbeda, kelompok buruh kemampuan ekonomi terbatas dan sebaliknya komunitas pemilik
modal menguasai aktivitas ekonomi.
4) Resiko Sosial terlalu Tinggi akibat akumulasi ketimpangan ekonomi
Dalam jangka panjang, sistem ekonomi kapitalis akan mencapai titik kejenuhan dan
setelah itu akan terjadi depresi ekonomi, konsekuensinya penjualan mengalami penurunan
dan tindakan pemutusan hubungan kerja buruh tidak terelakkan, dan konsekuensinya akan
terjadi kerusuhan-kerusuhan sosial. Adanya pengangguran yang tiba-tiba akibat proses
pemutusan hubungan kerja akan berdampak pada kerusuhan sosial, bahkan akan menjurus
pada krisis politik.
D. Akuntansi Konvensional : Akuntansi Kapitalis
Seperti telah disebutkan diatas, sistem kapitalis meletakkan kepentingan individu
menjadi titik awal sistem penggerak ekonomi. Individu yang menjadi perhatian utama dalam
sistem kapitalis adalah para pemilik modal, pemilik modal menguasai akses ekonomi.
Dalam akuntansi konvensional, khususnya akuntansi yang dikembangkan di negara
Amerika Serikat, pemilik modal juga menjadi titik fokus laporan keuangan. Hal ini dapat
dilihat dari:
1. Tujuan laporan keuangan
2. Konsep entitas: Proprietary theory
3. Definisi elemen laporan keuangan
4. Jenis laporan keuangan:laporan keuangan ekuitas
5. Asumsi teori akuntansi positif
1. Tujuan Laporan Keuangan SFAC No. 1
Tujuan laporan keuangan menurut SFAC no 1 (Keyso, 2008) adalah memberikan
informasi yang berguna dalam:
a. Useful to those making investment and credit decision, who have reasonable
understanding of bussiness and economic activities.
b. Helpful to present and potential investor, creditor, and other user in assesing the amount,
timing, and uncertainty of future cash flow.
c. About economic resources, the claim of those resources, and the change of them.
Page | 7
Bila kita mencermati ketiga tujuan laporan keuangan yang diungkapkan dalam SFAC
no 1 tersebut, nampak sekali bahwa sebagai pusat perhatian dari laporan keuangan adalah
investor dan kreditor, yaitu orang-orang yang mempunyai capital dalam perusahaan. Tujuan
pertama secara eksplisit menyebuitkan investor dan kreditor menjadi titik perhatian utama.
Sedangkan pada tujuan kedua dan ketiga tidak meyebutkan secara eksplisit investor dan
kreditor, tetapi bila kita perhatikan pihak utama yang memerlukan informasi akan kelancaran
kas, dan kekayaan perusahaan adalah investor dan kreditor, khususnya informasi yang
menjamin keamanan dan kelanjutan investasi dan kredit.
Tujuan Laporan keuangan menurut IFRS (SAK, 2002) seperti yang tercantum dalam
Framework for the Preparation and Persentation of Financial Statetment dalam International
Accounting Standards adalah:
1. ……….. information that users may need to make economic
decision…
2. ………. Show the result of the stewardship of management or
the accountability of management for the resources entrusted
to it.
Dalam tujuan laporan keuangan yang diungkapkan oleh IFRS, apabila dilihat dari sisi
laporan keuangannya itu lebih luas daripada pengguna yang ditujukan dari SFAC no.1. hal
semacam ini nampak secara eksplisit dari suatu pernyataan informasi yang dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi dapat dipersiapkan dalam ekonomi
makro ataupun ekonomi mikro. Dalam pendekatan ekonomi makro, pengambilan keputusan
lebih menekankan pada kesejahteraan (wealth) masyarakat atau negara. Laporan keuangan
digunakan untuk kepentingan ekonomi makro telah diterapkan dalam negaranegara sosialis,
seperti Jerman, Perancis, Swiss, Negara-negara Skandinavia. Sedangkan didalam pendekatan
ekonomi mikro, laporan keuangan yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
mikro lebih banyak diterapkan dalam negara-negara kapitalis, seperti Amerika Serikat.
Dalam negara tersebut, laporan keuangan ditujukan untuk kepentingan pihak investor dan
kreditor.
2. Konsep Entitas : Propiertary Theory
Entitas akuntansi konvensional bukan entity theory melainkan proprietary concepts.
Hal ini dapat ditunjukkan dalam menempatkan posisi hutang beserta turunanya dan definisi-
definisi elemen-elemen laporan keuangan lainnya.
Dalam entity theory, hutang mempunyai posisi yang sama sebagai sumber dana untuk
memperoleh aktiva. Turunan hutang, yaitu bagi hasil hutang, yaitu bunga hutang, sudah
seharusnya mempunyai posisi yang sama dengan posisi deviden, yaitu sebagai bagi hasil.
Namun dalam praktik akuntansi, dalam penyusunan laporan laba rugi, posisi bunga hutang
ditempatkan dalam kelompok beban usaha.
Page | 8
Posisi bunga sebagai bagian dari kelompok beban usaha merupakan konsep
proprietary theory. Posisi hutang dengan posisi ekuitas mempunyai posisi yang berlainan,
hutang merupakan pengurang aktiva. Dengan demikian, maka turunan hutang yaitu bungan
mempunyai posisi yang tidak sama dengan posisi deviden. Sehingga dalam laporan laba rugi,
bunga hutang sebagai bagian dari kelompok beban usaha.
3. Definisi Elemen Laporan Keuangan
Definisi elemen-elemen laporan keuangan yang dilakukan oleh FASB (1980) dalam
SFAC no. 3 “Elements of Financial Statement of Business Enterprises” sebetulnya
merupakan turunan dari persamaan entitas proprietary theory. Hal ini dapat dilihat dari
pernyataan definisi-definisi dibawah ini:
Definisi hutang adalah sebagai berikut : ”Liabilities are probable future sacrifices of
economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfers asset or
provide services to other entities in the future as a result of past transaction or events.
Dalam definisi tersebut ada kata “sacrifices” yang bermakna pengorbanan. Makna
kata pengorbanan, berarti mempunyai makna pengurangan, dan dalam persamaan matematis
diberikan denotasi negatif. Denotasi negatif itu sesuai dengan denotasi hutang dalam
persamaan dalam entitas proprietary theory.
Bilamana perusahaan menggunakan entity theory, maka hutang akan didefinisikan
sebagai nilai konstribusi dana untuk memperoleh aktiva atau untuk operasional perusahaan
yang jangka waktunya terbatas.
Definisi ekuitas adalah :” Equity is residual interest in the asset of an entity that
remains after deducting liabilities. In a business enterprise, the equity is the ownership
interest.
Pernyataan definisi tersebut merupakan bentuk kalimat dari persamaan proprietary
theory, yaitu ekuitas merupakan aktiva dikurangi hutang. Pernyataan definisi ekuitas
Aktiva - Hutang = Ekuitas
Hutang sebagai pengurang Aktiva: Hutang dan Ekuitas mempunyai posisi yang berbeda terhadap posisi aktiva.
Proprietary Theory
Aktiva = Hutang + Ekuitas
Hutang dan Ekuitas mempunyai posisi yang sama sebagai sumber dana untuk memperoleh aktiva.
Entity Theory
Page | 9
merupakan suatu hal ynag jelas sekali menunjukkan bahwa akuntansi konvensional
menggunakan pendekatan proprietary theory.
Bilamana perusahaan menggunakan entity theory, maka ekuitas akan didefinisikan
sebagai nilai konstribusi dana untuk memperoleh aktiva atau untuk operasional perusahaan
dari pemegang saham kepada perusahaan, yang jangka waktunya tidak dibatasi.
Definisi Laba Komprehensif adalah : “Comprehensive income is the change in equity
(net assets) of an entity during a period from transactions and other events and circumtances
from non owner sources”.
Dalam pernyataan tersebut secara eksplisit, bahwa laba yang diperoleh adalah untuk
pemegang ekuitas. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan merupakan representasi
kepentingan pemilik perusahaan; perusahaan bukan sebagai entitas sendiri. Bilamana
perusahaan sebagai entitas sendiri makan laba akan didefinisikan sebagai kenaikan bersih
aktiva perusahaan yang berasal dari aktivitas perusahaan, naik aktivitas utama maupun
aktivitas sampingan selama satu periode tertentu.
Definisi Pendapatan adalah : ”Revenue are inflow or other enhancement of assets of
an entity or settlements of its liabilities (or combination of both) during a period from
delivery or producing goods, rendering services, or other activities that constitute the entity’s
ongoing major or central operations”
Pendapatan dimasukkan sebagai arus masuk atau kenaikan aktiva, atau pengurang
hutang, (atau kedua kombinasi peristiwa tersebut), selama periode tertentu dari penyerahan
atau penciptaan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama
atau inti operasi entitasnya. Pernyataan suku kalimat dalam definisi pendapatan diatas, yaitu
“pengurang hutang” menunjukkan peran posisi hutang dalam perusahaan, posisi ini sesuai
dengan posisi hutang dalam persamaan proprietary theory.
Bilamana menggunakan pendekatan entity theory, maka pendapatan akan
didefinisikan sebagai berikut: “Pendapatan adalah arus masuk atau kenaikan aktiva selama
periode tertentu dari penyerahan atau penciptaan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain
yang merupakan aktivitas utama atau inti operasi entitasnya”.
Definisi Beban adalah : “Expense are outflow or other using up of assets of an entity
or incurrences of its liabilities (or combination of both) during a period from delivery or
producing goods, rendering services, or carrying out other activities that constitute the
entity’s on going major or central operations”.
Beban dimaksudkan sebagai arus keluar atau penggunaan aktiva, atau tambahan
hutang, (atau kedua kombinasi peristiwa tersebut), selama periode tertentu dari penyerahan
atau periode tertentu dari penyerahan atau penciptaan barang, pemberian jasa, atau aktivitas
lain yang merupakan aktivitas utama atau inti operasi entitasnya. Seperti dalam pembahasan
pendapatan, pernyataan suku kalimat dalam definisi di atas, yaitu “tambahan hutang”
mencerminkan bahwa hutang itu menjadi beban bagi pemegang ekuitas.
Page | 10
Bilamana menggunakan pendekatan entity theory, maka beban akan didefinisikan
sebagai berikut: “beban adalah arus keluar atau penggunaan aktiva selama periode tertentu
dari penyerahan atau penciptaan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan
aktivitas utama atau inti operasi entitasnya”. Dengan demikian definisi elemen Laporan
Keuangan secara tidak langsung menegaskan substansi kepemilikan.
4. Isi laporan keuangan : Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan keuangan yang utama meliputi : Neraca, Laporan laba-Rugi, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan keuangan.Pengukuran dan
isi laporan keuangan tidak terlepas dari proprietary theory dan definisi elemen laporan
keuangan.
Perubahan ekuitas yang dilaporkan dalam bentuk laporan tersendiri menunjukkan
kepentingan pemilik begitu dominan dalam laporan keuangan. Pemilik secara jelas
menginginkan informasi secara rinci akan kepemilikannya dalam perusahaan.
Demikian juga perlakuan laba ditahan, akumulasi laba selama pendirian perusahaan
menjadi hak milik pemegang perusahaan dan dimasukkan dalam kelompok ekuitas pemilik.
Kondisi ini merupakan wujud kesekian kalinya dari kuatnya posisi pemegang saham dalam
laporan keuangan konvensional.
Selain itu, dalam perlakuan bunga hutang dan perlakuan bunga hutang dalam laporan
laba rugi, posisi pemilik menjadi tujuan akhir perusahaan. Perhitungan laba bersih yang
selama ini banyak dipersepsikan sebagai laba perusahaan, namun dalam kenyataannya
merupakan laba untuk pemilik.
5. Asumsi Teori Akuntansi Positif
Positivisme dalam Riset Akuntansi sebenarnya telah lama dilakukan, yang dimulai
oleh Beaver (1968). Sedangkan Positive Accounting Theory (selanjutnya disebut PAT),
dalam paradigmatic positioning, baru muncul ketika Watts dan Zimmerman meluncurkan
artikel penelitiannya tahun 1978. Gagasan yang disampaikan oleh Watts dan Zimmerman
merupakan gagasan teori yang sangat fenomenal, monumental sekaligus kontroversial.
Banyak pujian muncul terhadapnya, dan akhirnya berujung dijadikannya PAT sebagai
paradigma riset yang dominan, riset berbasis studi empiris-kuantitatif. Tidak kurang pula
kritikan dialamatkan kepada mereka. Kritikan, baik yang lebih menekankan pada kritik
metodologi, kritik asumsi dasar ekonomi (teoritis), sampai pada kritik asumsi filosofis-sains.
Kritik yang dilakukan Christenson (1983) pada pertanyaan-pertanyaan riset “positif”
yang sebenarnya hanya berkaitan dengan ‘sosiologi akuntansi’ bukannya bertujuan untuk
membentuk “teori akuntansi”, karena hal tersebut berkaitan dengan deskripsi dan prediksi
tentang perilaku para akuntan atau manajer, bukan perilaku ’entitas-entitas akuntansi’. Dan
yang paling penting lagi adalah seperti yang disebut Zimmerman (1980) yang mengutip
Page | 11
pernyataan Friedman (1953) “untuk membedakan ekonomi positif dan ekonomi normatif”,
bahwa kebijakan ekonomi yang ‘benar’ tergantung pada kemajuan ekonomi normatif yang
mendukung kemajuan ekonomi positif sehingga teori ekonomi dapat diterima. Friedman
tidak menggunakan istilah “teori positif”, tapi dia mengatakan bahwa “tujuan akhir dari ilmu
pengetahuan positif adalah perkembangan ‘teori’ atau ‘hipotesis’ yang mampu memprediksi
secara valid dan bermakna atas fenomena yang belum diamati.
Sebenarnya menurut Christenson (1983) memandang ilmu pengetahuan tidaklah harus
dipandang dari perbedaan antara normatif dan positif. Tetapi ilmu pengetahuan empiris bisa
dipandang sebagai produk (seperangkat pengetahuan atau knowledge yang tersistem) atau
sebagai proses (aktivitas manusia dalam menghasil-kan pengetahuan atau knowledge). Para
positivis menekankan pandangan bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu produk, yang
ditunjukkan melalui struktur formal dalam bentuk proposisi empiris. Sementara itu, filsafat
ilmu menekankan pada pandangan ilmu pengetahuan sebagai suatu proses Jadi penekanan
yang ingin disampaikan oleh Christenson adalah tidak penting apakah pencapaian ilmu
pengetahuan itu dilakukan secara normatif atau positif, semuanya sah-sah saja. Dan
semuanya benar. Bahkan pencapaian ilmu pengetahuan juga perlu dilakukan pada satu waktu
bersifat normatif dan pada akhirnya bersifat positif. Hanya yang berbeda adalah pencapaian
ilmu pengetahuan yang empiris lebih didasarkan pada produk dan proses.
Kritik secara jelas terhadap akuntansi positi juga diungkapkan oleh Deegan (2007, p.
257). Terdapat tiga kritikan utama, yaitu:
1. Teori akuntansi positif tidak memberikan prescription (resep) dan sebagai konsekuensinya
tidak pernah timbul perbaikan-perbaikan dalam praktik akuntansi.
2. Teori akuntansi positif adalah bebas nilai. Dalam kenyataannya praktik akuntansi adalah
sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai budayanya. Seseorang yang melakukan
judgement atas kebijakan-kebijakan akuntansi selalu berkaitan dengan latar belakang
budaya, visi, dan kemampuan seseorang yang membuat judgement.
3. Asumsi dasar, yaitu setiap tindakan dipicu untuk memaksimalkan kekayaan. (to maximise
one’s wealth). Asumsi dasar itu terlalu negatif dan sederhana terhadap pemikiran orang
lain.