kritikal perspektif terhadap akuntansi

17
Page | 1 KRITIKAL PERSPEKTIF TERHADAP AKUNTANSI Pendahuluan Pada pembahasan awal terdapat beberapa isu mengenai bagaimana akuntansi berperan dalam pembuatan keputusan, bagaimana mengurangi adanya agensi dan biaya politik, pemeliharaan legitimasi organisasi dan bagaimana memenuhi kebutuhan informasi yang memuaskan para stakeholder. Pertimbangan praktik akuntansi bisa saja digunakan dalam aspek sosial dan lingkungan pada operasi organisasi, begitu juga pertimbangan bagaimana pengungkapan akuntansi yang mungkin berdampak pada harga saham. Pada pembahasan ini kita membahas penjelasan mengenai pandangan perspektif alternatif terhadap peran akuntansi. Perspektif ini, yang secara eksplisit mempertimbangkan bagaimana praktik akuntansi lebih mendukung ekonomi tertentu dan struktur sosial. Pandangan ini dilakukan oleh beberapa peneliti dari kritikal perspektif dimana dalam akuntansi, jauh dari praktik yang mendukung kenetralan atau ketidakbiasan penyajian yang menggaris bawahi fakta ekonomi, yang kenyataannya mendukung pemeliharaan posisi kekuasaan dalam beberapa sektor komunitas (seperti kekuasaan saat ini, dan kekayaan yang ada padanya). Teori ini menantang pandangan bahwa ada beberapa hak termasuk hak khusus yang tersebar di masyarakat- daripada berpendapat mengenai siapa yang paling berhak, berkesempatan, dan berasosiasi dengan kekuasaan yang diartikan sebagai kaum elit. Topik ini mengangkat beberapa argumen mengenai peran suatu pemerintahan, peran dari penelitian akuntansi, dan peran dari praktik akuntansi, dalam keberlangsungan sosial tertentu. Peneliti yang mengadopsi kritikal perspektif sering tidak memberikan solusi langsung dari ketidakseimbangan yang berlangsung. Tapi lebih menyoroti ketidakseimbangan pada

Upload: mukhlas-adi-putra

Post on 25-Dec-2015

125 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

teori akuntansi

TRANSCRIPT

Page 1: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 1

KRITIKAL PERSPEKTIF TERHADAP AKUNTANSI

Pendahuluan

Pada pembahasan awal terdapat beberapa isu mengenai bagaimana akuntansi berperan

dalam pembuatan keputusan, bagaimana mengurangi adanya agensi dan biaya politik,

pemeliharaan legitimasi organisasi dan bagaimana memenuhi kebutuhan informasi yang

memuaskan para stakeholder. Pertimbangan praktik akuntansi bisa saja digunakan dalam

aspek sosial dan lingkungan pada operasi organisasi, begitu juga pertimbangan bagaimana

pengungkapan akuntansi yang mungkin berdampak pada harga saham. Pada pembahasan ini

kita membahas penjelasan mengenai pandangan perspektif alternatif terhadap peran

akuntansi. Perspektif ini, yang secara eksplisit mempertimbangkan bagaimana praktik

akuntansi lebih mendukung ekonomi tertentu dan struktur sosial.

Pandangan ini dilakukan oleh beberapa peneliti dari kritikal perspektif dimana dalam

akuntansi, jauh dari praktik yang mendukung kenetralan atau ketidakbiasan penyajian yang

menggaris bawahi fakta ekonomi, yang kenyataannya mendukung pemeliharaan posisi

kekuasaan dalam beberapa sektor komunitas (seperti kekuasaan saat ini, dan kekayaan yang

ada padanya). Teori ini menantang pandangan bahwa ada beberapa hak termasuk hak khusus

yang tersebar di masyarakat- daripada berpendapat mengenai siapa yang paling berhak,

berkesempatan, dan berasosiasi dengan kekuasaan yang diartikan sebagai kaum elit.

Topik ini mengangkat beberapa argumen mengenai peran suatu pemerintahan, peran

dari penelitian akuntansi, dan peran dari praktik akuntansi, dalam keberlangsungan sosial

tertentu. Peneliti yang mengadopsi kritikal perspektif sering tidak memberikan solusi

langsung dari ketidakseimbangan yang berlangsung. Tapi lebih menyoroti

ketidakseimbangan pada sosial dan peran akuntansi dalam keberlangsungan dan legitimasi

dari pemahaman legitimasi.

Definisi Kritikal Perspektif

Kritikal perspektif sangat sulit diartikan. Fokus pendekatan pada penelitian ini adalah tentang metode akuntansi tertentu yang seharusnya diterapkan daripada focus terhadap peran akuntansi yang mengkontrol sumberdaya modal. Para peneliti yang disebut teori kritikal akuntansi, kemudian mencari apa yang disoroti, melalui kritikal analisis, yang merupakan kunci peran dari akuntansi dalam masyarakat. Perspektif tersebut menantang pandangan bahwa akuntansi dapat dibangun menjadi sesuatu yang objektif dan netral, dan para peneliti sering mencari bukti untuk mendukung pandangan ini.Seperti yang dinyatakan oleh Hopper at al. (1995, p.528):

… dalam mengkomunikasikan realita akuntan secara keberlanjutan (secara simultan) membangunnya (Hines, 1988) dan akuntansi adalah social praktik dalam perjuangan politik, dan praktik market mengarahkan pada equilibrium pada efisien market.

Pandangan ini juga didukung oleh Baker dan Bettner (1997, p.35) Mereka menyatakan:

Page 2: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 2

Esensi akuntansi dapat ditangkap dengan pemahaman dari dampak individu, organisasi, dan masyarakat. Oleh karena itu sangat penting dalam penelitian akuntansi untuk mengadopsi kritikal perspektif.

Banyak dari kritikal peneliti memandang akuntansi sebagai perintah legitimasi kapitalis. Mereka menekankan bahwa system akuntansi dibangun dan dikelilingi oleh perintah sosial yang terselubung. Penggambaran peran dari akuntansi dalam masyarakat kapitalis, Tinker, Merino, dan Neimark (1982, p.178) menjelaskan:

Teori ini adalah hubungan sosial dari kapitalisme yang membedakannya dengan system social yang lain.Gray, Owen dan Adams (1996, p.63) menyatakan, perhatian yang besar dari kritikal atau radikal teori ini adalah:

… Distribusi dari kekayaan, kekuatan (power) dari suatu perusahaan, bahasa ekonomi bisnis, dan lainnya adalah secara fundamental cacat dan tidak lebih dari struktur radikal yang berubah dari harapan kehidupan manusia dan lainnya. Sosial, ekonomi, dan politik system dianggap secara fundamental mempersulit .

Ekonomi politik telah didefinisikan oleh Gray, Owen dan Adams (1996, p.47) sebagai sosial, politik, dan kerangka ekonomi dimana kehidupan manusia berada. Pada pandangan ini sosial, politik, dan ekonomi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, dan isu ekonomi tidak dapat diinvestigasi keberadaanya dalam pertimbangan mengenai politik, social dan kerangka institusi pada aktivitas ekonomi berada. Seperti Guthrie dan paker (1990, p.166) yang menyatakan:

Politikal ekonomi perspektif dapat dipahami dalam laporan akuntansi sebagai sosial, politikal, dan dokumen ekonomi. Semuanya itu berfungsi sebagai alat membangun, keberlanjutan, dan legitimasi ekonomi, pengaturan politik, institusi, dan ideology yang berkontribusi pada kepentingan pribadi organisasi.

Sementara kebanyakan dari kita, menganggap semakin besar pengungkapan dari informasi sosial responsibility akan tampak suatu langkah yang tepat, dan teori kritikal beragumen bahwa usaha tersebut sia-sia kecuali hal tersebut didasari dengan perubahan struktur masyarakat. Mereka beragumen bahwa pengungkapan CSR hanya dilakukan karena diatur, dan tidak menantang bagi penyedia informasi. Tanpa pertimbangan dari keberadaan lingkungan sosial politik hasil yang diberikan akan tidak sempurna dan tidak lengkap.

Teori kritikal memberikan argument yang mengarahkan untuk penciptaan iklim perubahan di struktur sosial. Namun, teori kritikal tidak memberikan solusi terhadap masalah yang mereka utarakan. Teori Kritikal tidak memberikan arahan bagaimana memahami suatu permasalahan agar dapat terpecahkan. Peran Pelaporan dalam mendukung keberadaan struktur sosial

Para peneliti dengan kritikal perspektif melihat bahwa pemerintahan sebagai alat

untuk mendukung pemilik modal dan juga system kapitalis. Dalam perspektif ini pemerintah

akan mengambil beberapa tindakan dari waktu ke waktu untuk meningkatkan legitimasi dari

system sosial, walaupun ini akan memperlihatkan bahwa pemerintah memiliki kepentingan

diatas kerugian suatu instansi, pemerintah dapat menekan suatu aturan pengungkapan pada

suatu perusahaan. Untuk mengambil keputusan, individu maupun kelompok harus memiliki

akses informasi. Batasan arus informasi atau ketersediaan jenis informasi yang spesifik, dapat

menghambat kemampuan untuk memilih informasi. Oleh karena itu, batasan ketersediaan

informasi menjadi salah satu strategi yang dipilih untuk menjaga organisasi dan struktur

sosial. Puxty (1986,p.87) mendukung pandangan bahwa:

Page 3: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 3

…informasi keuangan diatur oleh badan pemerintah sosial dimana terdapat

hubungan kepentingan dari kelompok kekuasaan yang dominan di dalam masyarakat.

Oleh karena itu pemerintah tidak beroperasi pada kepentingan publik, tapi lebih pada

kelompok yang sudah kaya.

Peran dari peneliti Akuntansi dalam mendukung keberadaan struktur sosial

Konsisten dengan pengembangan PAT, di akhir 1970 an peneliti akuntansi menyoroti

tentang konsekuensi dari regulasi baru akuntansi. Perspektif ini menyatakan bahwa

implementasi dari regulasi baru akuntansi dapat menimbulkan implikasi ekonomi yang tidak

diinginkan, dan oleh sebab itu, sebelum persyaratan baru ditetapkan, pertimbangan yang hati-

hati diperlukan. Para kritikal beragumen bahwa implikasi ekonomi bagi pemegang saham

contohnya adalah berubahnya harga saham, dan manajer contohnya adalah pengurangan gaji

yang merupakan fokus dari para peneliti konsekuensi ekonomi regulasi akuntansi. Seperti

yang dinyatakan Cooper dan Sherer (1984, pp.215, 217):

Studi menggunakan ECA (Economic Consequences Analysis) lebih mengevaluasi

konsekuensi laporan akuntansi terhadap perilaku dan kepentingan dari pemegang saham, dan

manajer perusahaan (Selto dan Neumann, 1981). Efek dari laporan akuntansi secara langsung

bagi pengguna lainnya seperti pemerintahan dan pengguna tidak langsung seperti konsumen,

karyawan, pembayar pajak, diabaikan. Oleh karena itu studi ini memberikan nilai implisit

bahwa kepentingan pemegang saham dan manajer menjadi kepentingan yang utama dan

konsentrasi pada pemenuhan kebutuhan pemahaman tersebut mencukupi dalam pemahaman

dari peran laporan akuntansi dalam masyarakat.

Peran dari Praktik Akuntansi dalam mendukung keberadaan struktur sosial.

Hines (1998) berpendapat bahwa akuntan menerapkan pandangan mengenai

karakteristik apa saja yang memerlukan penekanan (Contohnya laba). Akuntan juga

memutuskan atribut kinerja organisasi yang tidak penting sehingga tidak perlu diukur dan

diungkapkan. Hines beragumen bahwa dalam mengkomunikasikan realita, akuntan secara

terus-menerus membangun realita. Untuk beberapa orang yang awalnya tidak

mempertimbangkan akuntansi seperti para pencetus teori kritikal , ada beberapa hal yang

akan membingungkan. Bagaimana bisa akuntan memiliki kekuatan? Para profesi akuntan

digambarkan sebagai sesuatu yang objektif, dan netral. Dalam kenyataannya akuntan

memiliki reputasi yang lemah. Tapi kita meyakini kritikal teori, kelemahan ini merupakan

bagian yang mungkin tersembunyi dari kekuatan sosial. Seperti yang dikemukakan oleh

Carpenter dan Feroz (1992, p.168):

..Akuntansi mungkin dipandang dengan artian legitimasi dari struktur sosial saat ini

dan politik organisasi. Hopwood (1983) lebih jauh lagi menyatakan bahwa peraturan

memaksa akuntansi menjadi bagian yang tampak lemah, tidak diperhatikan, dan bersifat

rutinitas dari prosedur akuntansi dan menghasilkan aura objektifitas dan pengesahan dalam

Page 4: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 4

pandangan pengguna laporan akuntansi. Jauh dari kelemahan dan rutinitas, akuntansi dan

akuntan dapat menyingkirkan konflik sosial.

Berikut hal-hal yang mempengaruhi Laporan Keuangan yang mendukung Kritikal Perspektif

pada Laporan Keuangan:

A. Budaya mempengaruhi Laporan Keuangan

Pengertian budaya dalam Webster’s Dictonary (1991, p.137), merupakan cerminan

nilai-nilai yang diyakini ada pada sekelompok orang dalam wilayah area tertentu, dan

dicerminkan dalam persepsi, pola pikir, keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan nyata

dalam kehidupan keseharian.

Laporan keuangan dapat dipahami dan diterima oleh para pengguna karena dalam

proses penyusunan laporan keuangan terdapat tujuan, standar, kebijakan, dan teknik

akuntansi. Dalam area wilayah yang berbeda seringkali terdapat perbedaan bentuk dan isi

laporan keuangan. Perbedaan itu disebabkan oleh lingkungan akuntansi yang berbeda pada

masing-masing area wilayah tersebut, tujuan, standard, kebijakan, dan teknik tersebut sangat

bergantung dari lingkungan dimana akuntansi dikembangkan.

Akuntansi merupakan produk budaya, karena konsep-konsep, aturan-aturan, dan

praktik-praktik yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan merupakan bentuk

cerminan perilaku dari orang-orang dalam sekelompok komunitas dalam wilayah tertentu.

Bilamana dalam suatu masyarakat mempunyai lingkungan budaya yang berbeda, maka akan

terjadi perbedaan, tujuan, standard, kebijakan dan teknik yang berlainan.

B. Ekonomi Kapitalis sebagai Lingkungan Akuntansi Konvensional

Dalam konsep, aturan-aturan, dan praktik-praktik proses penyusunan laporan

keuangan tidak lepas dari kepentingan dari orang-orang yang terkait dengan produk akuntansi

yang berupa laporan keuangan. Akuntansi konvensional tersebut banyak mengandung

kepentingan-kepentingan yang merupakan cerminan budaya kapitalis. Hal ini dapat dilihat

dari pernyataan Kam (1990, p.3) sebagai berikut

Historically, double entry accounting is inextricably tied to the capitalistic spirit. It is

the motivating force that drives people to form bussiness entities for the sake of

making a profit...

Robert dan Borin (2008, p.3) menyatakan ada 3 esensi utama dalam kapitalisme,

yaitu:

1. Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan

karenanya bisa diproduksi berulangkali (reproducible).

2. Dibawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat-alat produksinya,

dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hak legal untuk mempergunakan hak

miliknya guna untuk meraup keuntungan pribadi.

Page 5: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 5

3. Kapitalisme bergantung pada sistem pasar, yang menentukan distribusi, mengalokasi

sumber daya-sumberdaya dan menetapkan tingkat-tingkat pendapatan, gaji, biaya sewa,

dan keuntungan dari kelas-kelas sosial yang berbeda.

Berdasarkan tiga pernyataan diatas ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian

utama dalam sistem kapitalis, yaitu: modal, kepentingan individu, dan sistem pasar.

C. Kegagalan Ekonomi Kapitalis

1) Mekanisme pasar, tidak mampu membatasi kejenuhan pasar. Pada akhir taun 2008,

perekonomian negara Amerika Serikat mengalami depresi, depresi pada tahun 2008 lebih

parah daripada depresi pada tahun 1937. Dampak dari depresi itu adalah gelombang

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di banyak negara. Tidak hanya terjadi di negara

Amerika Serikat, tetapi juga negara Eropa, Jepang, Korea, dan negara-negara berkembang

lainnya yang mempunyai volume ekspor ke negara Amerika Serikat.

Depresi ini terjadi karena sistem ekonomi kapitalis. Dalam ekonomi kapitalis,

perekonomian digerakkan oleh sistem pasar. Dan pelaku-pelaku pasar yang mencari

keuntungan maksimal tidak pernah mampu mengontrol kejenuhan pasar. Produsen selalu

meningkatkan produksi, didorong oleh keinginan memperoleh laba maksimal, sehingga

akan terjadi kelebihan penawaran. Dalam kasus ini, terjadi kelebihan penawaran properti

sehingga produknya tidak laku terjaul, dan sebagai konsekuensinya perusahaan mengalami

kebangkrutan.

Pada sisi lain, perusahaan properti dalam menjalankan usahanya menjalankan

usahanya mengandalkan dana dari masyarakat, melalui penjualan surat berharga. Surat-

surat berharga dari properti tersebut jatuh harganya, sebagai konsekuensinya pasar modal

di Amerika Serikat mengalami kegoncangan. Para pemegang surat berharga secara

keseluruhan mengalami panik, karena harga-harga surat berharga yang dimilikinya

nilainya jatuh, ini ditunjukkan dengan nilai indeks surat berharga yang turun drastis.

Kepanikan inilah akan berdampak pada mekanisme ekonomi secara keseluruhan.

2) Penindasan Kaum Buruh

Bentuk penindasan buruh terjadi karena dorongan ingin memperoleh laba sebanyak-

banyaknya. Salah satu cara memperoleh laba adalah dengan menekan gaji buruh, selain itu

juga pemberian fasilitas-fasilitas kerja yang minimal namun menginginkan produktifitas yang

maksimal. Selain itu, penerapan sistem jam kerja yang melebihi batas kemampuan, sering

melakukan jam lembur. Buruh yang tidak mengikuti jam lembur tidak akan memperoleh

penghasilan yang layak. Kebijakan jam buruh sebetulnya didorong oleh usaha meminimalkan

beban tetap perusahaan.

Page 6: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 6

3) Ketimpangan Ekonomi

Dalam kapitalis, masyarakat akan terpolarisasi dalam dua kutub kelompok komunitas,

yaitu komunitas buruh dan komunitas pemilik modal. Sebagian besar masyarakat termasuk

dalam golongan komunitas buruh, dan hanya sebagian kecil yang termasuk dalam golongan

pemilik modal. Kedua golongan komunitas tersebut kemampuan ekonomi sangat jauh

berbeda, kelompok buruh kemampuan ekonomi terbatas dan sebaliknya komunitas pemilik

modal menguasai aktivitas ekonomi.

4) Resiko Sosial terlalu Tinggi akibat akumulasi ketimpangan ekonomi

Dalam jangka panjang, sistem ekonomi kapitalis akan mencapai titik kejenuhan dan

setelah itu akan terjadi depresi ekonomi, konsekuensinya penjualan mengalami penurunan

dan tindakan pemutusan hubungan kerja buruh tidak terelakkan, dan konsekuensinya akan

terjadi kerusuhan-kerusuhan sosial. Adanya pengangguran yang tiba-tiba akibat proses

pemutusan hubungan kerja akan berdampak pada kerusuhan sosial, bahkan akan menjurus

pada krisis politik.

D. Akuntansi Konvensional : Akuntansi Kapitalis

Seperti telah disebutkan diatas, sistem kapitalis meletakkan kepentingan individu

menjadi titik awal sistem penggerak ekonomi. Individu yang menjadi perhatian utama dalam

sistem kapitalis adalah para pemilik modal, pemilik modal menguasai akses ekonomi.

Dalam akuntansi konvensional, khususnya akuntansi yang dikembangkan di negara

Amerika Serikat, pemilik modal juga menjadi titik fokus laporan keuangan. Hal ini dapat

dilihat dari:

1. Tujuan laporan keuangan

2. Konsep entitas: Proprietary theory

3. Definisi elemen laporan keuangan

4. Jenis laporan keuangan:laporan keuangan ekuitas

5. Asumsi teori akuntansi positif

1. Tujuan Laporan Keuangan SFAC No. 1

Tujuan laporan keuangan menurut SFAC no 1 (Keyso, 2008) adalah memberikan

informasi yang berguna dalam:

a. Useful to those making investment and credit decision, who have reasonable

understanding of bussiness and economic activities.

b. Helpful to present and potential investor, creditor, and other user in assesing the amount,

timing, and uncertainty of future cash flow.

c. About economic resources, the claim of those resources, and the change of them.

Page 7: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 7

Bila kita mencermati ketiga tujuan laporan keuangan yang diungkapkan dalam SFAC

no 1 tersebut, nampak sekali bahwa sebagai pusat perhatian dari laporan keuangan adalah

investor dan kreditor, yaitu orang-orang yang mempunyai capital dalam perusahaan. Tujuan

pertama secara eksplisit menyebuitkan investor dan kreditor menjadi titik perhatian utama.

Sedangkan pada tujuan kedua dan ketiga tidak meyebutkan secara eksplisit investor dan

kreditor, tetapi bila kita perhatikan pihak utama yang memerlukan informasi akan kelancaran

kas, dan kekayaan perusahaan adalah investor dan kreditor, khususnya informasi yang

menjamin keamanan dan kelanjutan investasi dan kredit.

Tujuan Laporan keuangan menurut IFRS (SAK, 2002) seperti yang tercantum dalam

Framework for the Preparation and Persentation of Financial Statetment dalam International

Accounting Standards adalah:

1. ……….. information that users may need to make economic

decision…

2. ………. Show the result of the stewardship of management or

the accountability of management for the resources entrusted

to it.

Dalam tujuan laporan keuangan yang diungkapkan oleh IFRS, apabila dilihat dari sisi

laporan keuangannya itu lebih luas daripada pengguna yang ditujukan dari SFAC no.1. hal

semacam ini nampak secara eksplisit dari suatu pernyataan informasi yang dibutuhkan dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi dapat dipersiapkan dalam ekonomi

makro ataupun ekonomi mikro. Dalam pendekatan ekonomi makro, pengambilan keputusan

lebih menekankan pada kesejahteraan (wealth) masyarakat atau negara. Laporan keuangan

digunakan untuk kepentingan ekonomi makro telah diterapkan dalam negaranegara sosialis,

seperti Jerman, Perancis, Swiss, Negara-negara Skandinavia. Sedangkan didalam pendekatan

ekonomi mikro, laporan keuangan yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi

mikro lebih banyak diterapkan dalam negara-negara kapitalis, seperti Amerika Serikat.

Dalam negara tersebut, laporan keuangan ditujukan untuk kepentingan pihak investor dan

kreditor.

2. Konsep Entitas : Propiertary Theory

Entitas akuntansi konvensional bukan entity theory melainkan proprietary concepts.

Hal ini dapat ditunjukkan dalam menempatkan posisi hutang beserta turunanya dan definisi-

definisi elemen-elemen laporan keuangan lainnya.

Dalam entity theory, hutang mempunyai posisi yang sama sebagai sumber dana untuk

memperoleh aktiva. Turunan hutang, yaitu bagi hasil hutang, yaitu bunga hutang, sudah

seharusnya mempunyai posisi yang sama dengan posisi deviden, yaitu sebagai bagi hasil.

Namun dalam praktik akuntansi, dalam penyusunan laporan laba rugi, posisi bunga hutang

ditempatkan dalam kelompok beban usaha.

Page 8: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 8

Posisi bunga sebagai bagian dari kelompok beban usaha merupakan konsep

proprietary theory. Posisi hutang dengan posisi ekuitas mempunyai posisi yang berlainan,

hutang merupakan pengurang aktiva. Dengan demikian, maka turunan hutang yaitu bungan

mempunyai posisi yang tidak sama dengan posisi deviden. Sehingga dalam laporan laba rugi,

bunga hutang sebagai bagian dari kelompok beban usaha.

3. Definisi Elemen Laporan Keuangan

Definisi elemen-elemen laporan keuangan yang dilakukan oleh FASB (1980) dalam

SFAC no. 3 “Elements of Financial Statement of Business Enterprises” sebetulnya

merupakan turunan dari persamaan entitas proprietary theory. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan definisi-definisi dibawah ini:

Definisi hutang adalah sebagai berikut : ”Liabilities are probable future sacrifices of

economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfers asset or

provide services to other entities in the future as a result of past transaction or events.

Dalam definisi tersebut ada kata “sacrifices” yang bermakna pengorbanan. Makna

kata pengorbanan, berarti mempunyai makna pengurangan, dan dalam persamaan matematis

diberikan denotasi negatif. Denotasi negatif itu sesuai dengan denotasi hutang dalam

persamaan dalam entitas proprietary theory.

Bilamana perusahaan menggunakan entity theory, maka hutang akan didefinisikan

sebagai nilai konstribusi dana untuk memperoleh aktiva atau untuk operasional perusahaan

yang jangka waktunya terbatas.

Definisi ekuitas adalah :” Equity is residual interest in the asset of an entity that

remains after deducting liabilities. In a business enterprise, the equity is the ownership

interest.

Pernyataan definisi tersebut merupakan bentuk kalimat dari persamaan proprietary

theory, yaitu ekuitas merupakan aktiva dikurangi hutang. Pernyataan definisi ekuitas

Aktiva - Hutang = Ekuitas

Hutang sebagai pengurang Aktiva: Hutang dan Ekuitas mempunyai posisi yang berbeda terhadap posisi aktiva.

Proprietary Theory

Aktiva = Hutang + Ekuitas

Hutang dan Ekuitas mempunyai posisi yang sama sebagai sumber dana untuk memperoleh aktiva.

Entity Theory

Page 9: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 9

merupakan suatu hal ynag jelas sekali menunjukkan bahwa akuntansi konvensional

menggunakan pendekatan proprietary theory.

Bilamana perusahaan menggunakan entity theory, maka ekuitas akan didefinisikan

sebagai nilai konstribusi dana untuk memperoleh aktiva atau untuk operasional perusahaan

dari pemegang saham kepada perusahaan, yang jangka waktunya tidak dibatasi.

Definisi Laba Komprehensif adalah : “Comprehensive income is the change in equity

(net assets) of an entity during a period from transactions and other events and circumtances

from non owner sources”.

Dalam pernyataan tersebut secara eksplisit, bahwa laba yang diperoleh adalah untuk

pemegang ekuitas. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan merupakan representasi

kepentingan pemilik perusahaan; perusahaan bukan sebagai entitas sendiri. Bilamana

perusahaan sebagai entitas sendiri makan laba akan didefinisikan sebagai kenaikan bersih

aktiva perusahaan yang berasal dari aktivitas perusahaan, naik aktivitas utama maupun

aktivitas sampingan selama satu periode tertentu.

Definisi Pendapatan adalah : ”Revenue are inflow or other enhancement of assets of

an entity or settlements of its liabilities (or combination of both) during a period from

delivery or producing goods, rendering services, or other activities that constitute the entity’s

ongoing major or central operations”

Pendapatan dimasukkan sebagai arus masuk atau kenaikan aktiva, atau pengurang

hutang, (atau kedua kombinasi peristiwa tersebut), selama periode tertentu dari penyerahan

atau penciptaan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama

atau inti operasi entitasnya. Pernyataan suku kalimat dalam definisi pendapatan diatas, yaitu

“pengurang hutang” menunjukkan peran posisi hutang dalam perusahaan, posisi ini sesuai

dengan posisi hutang dalam persamaan proprietary theory.

Bilamana menggunakan pendekatan entity theory, maka pendapatan akan

didefinisikan sebagai berikut: “Pendapatan adalah arus masuk atau kenaikan aktiva selama

periode tertentu dari penyerahan atau penciptaan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain

yang merupakan aktivitas utama atau inti operasi entitasnya”.

Definisi Beban adalah : “Expense are outflow or other using up of assets of an entity

or incurrences of its liabilities (or combination of both) during a period from delivery or

producing goods, rendering services, or carrying out other activities that constitute the

entity’s on going major or central operations”.

Beban dimaksudkan sebagai arus keluar atau penggunaan aktiva, atau tambahan

hutang, (atau kedua kombinasi peristiwa tersebut), selama periode tertentu dari penyerahan

atau periode tertentu dari penyerahan atau penciptaan barang, pemberian jasa, atau aktivitas

lain yang merupakan aktivitas utama atau inti operasi entitasnya. Seperti dalam pembahasan

pendapatan, pernyataan suku kalimat dalam definisi di atas, yaitu “tambahan hutang”

mencerminkan bahwa hutang itu menjadi beban bagi pemegang ekuitas.

Page 10: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 10

Bilamana menggunakan pendekatan entity theory, maka beban akan didefinisikan

sebagai berikut: “beban adalah arus keluar atau penggunaan aktiva selama periode tertentu

dari penyerahan atau penciptaan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan

aktivitas utama atau inti operasi entitasnya”. Dengan demikian definisi elemen Laporan

Keuangan secara tidak langsung menegaskan substansi kepemilikan.

4. Isi laporan keuangan : Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan keuangan yang utama meliputi : Neraca, Laporan laba-Rugi, Laporan

Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan keuangan.Pengukuran dan

isi laporan keuangan tidak terlepas dari proprietary theory dan definisi elemen laporan

keuangan.

Perubahan ekuitas yang dilaporkan dalam bentuk laporan tersendiri menunjukkan

kepentingan pemilik begitu dominan dalam laporan keuangan. Pemilik secara jelas

menginginkan informasi secara rinci akan kepemilikannya dalam perusahaan.

Demikian juga perlakuan laba ditahan, akumulasi laba selama pendirian perusahaan

menjadi hak milik pemegang perusahaan dan dimasukkan dalam kelompok ekuitas pemilik.

Kondisi ini merupakan wujud kesekian kalinya dari kuatnya posisi pemegang saham dalam

laporan keuangan konvensional.

Selain itu, dalam perlakuan bunga hutang dan perlakuan bunga hutang dalam laporan

laba rugi, posisi pemilik menjadi tujuan akhir perusahaan. Perhitungan laba bersih yang

selama ini banyak dipersepsikan sebagai laba perusahaan, namun dalam kenyataannya

merupakan laba untuk pemilik.

5. Asumsi Teori Akuntansi Positif

Positivisme dalam Riset Akuntansi sebenarnya telah lama dilakukan, yang dimulai

oleh Beaver (1968). Sedangkan Positive Accounting Theory (selanjutnya disebut PAT),

dalam paradigmatic positioning, baru muncul ketika Watts dan Zimmerman meluncurkan

artikel penelitiannya tahun 1978. Gagasan yang disampaikan oleh Watts dan Zimmerman

merupakan gagasan teori yang sangat fenomenal, monumental sekaligus kontroversial.

Banyak pujian muncul terhadapnya, dan akhirnya berujung dijadikannya PAT sebagai

paradigma riset yang dominan, riset berbasis studi empiris-kuantitatif. Tidak kurang pula

kritikan dialamatkan kepada mereka. Kritikan, baik yang lebih menekankan pada kritik

metodologi, kritik asumsi dasar ekonomi (teoritis), sampai pada kritik asumsi filosofis-sains.

Kritik yang dilakukan Christenson (1983) pada pertanyaan-pertanyaan riset “positif”

yang sebenarnya hanya berkaitan dengan ‘sosiologi akuntansi’ bukannya bertujuan untuk

membentuk “teori akuntansi”, karena hal tersebut berkaitan dengan deskripsi dan prediksi

tentang perilaku para akuntan atau manajer, bukan perilaku ’entitas-entitas akuntansi’. Dan

yang paling penting lagi adalah seperti yang disebut Zimmerman (1980) yang mengutip

Page 11: Kritikal Perspektif Terhadap Akuntansi

Page | 11

pernyataan Friedman (1953) “untuk membedakan ekonomi positif dan ekonomi normatif”,

bahwa kebijakan ekonomi yang ‘benar’ tergantung pada kemajuan ekonomi normatif yang

mendukung kemajuan ekonomi positif sehingga teori ekonomi dapat diterima. Friedman

tidak menggunakan istilah “teori positif”, tapi dia mengatakan bahwa “tujuan akhir dari ilmu

pengetahuan positif adalah perkembangan ‘teori’ atau ‘hipotesis’ yang mampu memprediksi

secara valid dan bermakna atas fenomena yang belum diamati.

Sebenarnya menurut Christenson (1983) memandang ilmu pengetahuan tidaklah harus

dipandang dari perbedaan antara normatif dan positif. Tetapi ilmu pengetahuan empiris bisa

dipandang sebagai produk (seperangkat pengetahuan atau knowledge yang tersistem) atau

sebagai proses (aktivitas manusia dalam menghasil-kan pengetahuan atau knowledge). Para

positivis menekankan pandangan bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu produk, yang

ditunjukkan melalui struktur formal dalam bentuk proposisi empiris. Sementara itu, filsafat

ilmu menekankan pada pandangan ilmu pengetahuan sebagai suatu proses Jadi penekanan

yang ingin disampaikan oleh Christenson adalah tidak penting apakah pencapaian ilmu

pengetahuan itu dilakukan secara normatif atau positif, semuanya sah-sah saja. Dan

semuanya benar. Bahkan pencapaian ilmu pengetahuan juga perlu dilakukan pada satu waktu

bersifat normatif dan pada akhirnya bersifat positif. Hanya yang berbeda adalah pencapaian

ilmu pengetahuan yang empiris lebih didasarkan pada produk dan proses.

Kritik secara jelas terhadap akuntansi positi juga diungkapkan oleh Deegan (2007, p.

257). Terdapat tiga kritikan utama, yaitu:

1. Teori akuntansi positif tidak memberikan prescription (resep) dan sebagai konsekuensinya

tidak pernah timbul perbaikan-perbaikan dalam praktik akuntansi.

2. Teori akuntansi positif adalah bebas nilai. Dalam kenyataannya praktik akuntansi adalah

sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai budayanya. Seseorang yang melakukan

judgement atas kebijakan-kebijakan akuntansi selalu berkaitan dengan latar belakang

budaya, visi, dan kemampuan seseorang yang membuat judgement.

3. Asumsi dasar, yaitu setiap tindakan dipicu untuk memaksimalkan kekayaan. (to maximise

one’s wealth). Asumsi dasar itu terlalu negatif dan sederhana terhadap pemikiran orang

lain.