kualitas fisik edible film yang diproduksi dari …
TRANSCRIPT
KUALITAS FISIK EDIBLE FILM YANG DIPRODUKSI DARI KOMBINASI
GELATIN KULIT DOMBA DAN AGAR (Gracilaria sp)
Physical Properties Of Edible Film Produced From Combination Of Gelatin Sheep
Skin And Agar (Gracilaria Sp)
Melly Fera dan Nurkholik
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Muhadi Setiabudi
Email Korespondensi : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kombinasi gelatin kulit domba dan agar Gracilaria
sp yang tepat pada pembuatan edible film dan untuk mengetahui pengaruh kombinasi gelatin kulit
domba dan agar Gracilaria sp terhadap karakteristik fisik edible film. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah yang diulang sebanyak 3 kali. Kombinasi gelatin
dan agar sebagai perlakuan yaitu G0A100 (0:100); G25A75 (25:75); G50A50 (50:50) dan G75A25
(75:25) ditambah dengan gliserol 40 % (b/b) sebagai plasticizer. Parameter yang diamati dalam
penelitian ini meliputi rendemen, ketebalan, daya serap air, kuat tarik, elongasi dan elastisitas.
Karakteristik fisik edible film yang dihasilkan dari penelitian ini memiliki rendemen 2,140 - 2,414
%, ketebalan antara 0,097 - 0,104 mm, daya serap air 49,787 - 72,340 %, kuat tarik 5,242 - 6,312
Mpa, elongasi 78,130 - 96,830 % dan elastisitas 5,414 - 8,080 Mpa. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi gelatin kulit domba dan agar Gracilaria sp tidak
berpengaruh nyata terhadap ketebalan, dan daya serap air akan tetapi berpengaruh nyata terhadap
rendemen, kuat tarik, elongasi dan elastisitas edible film. Perlakuan G75A25 menjadi kombinasi
yang tepat karena menghasilkan eidble film dengan kuat tarik tertinggi yaitu 6,312 Mpa, nilai ini
paling mendekati nilai 10 Mpa sebagai nilai minimum standar kuat tarik yang baik.
(Kata kunci : Edible Film, Gelatin,Gracilaria sp, Komposit, Kulit Domba)
SUMMARY
The purpose of this research is to know the combination of sheepskin gelatin and the appropriate
Gracilaria sp on edible film making and to know the effect of sheep skin gelatin combination and
Gracilaria sp on the physical properties of edible film. This study used Completely Randomized
Design (RAL) pattern repeated 3 times. Combination of gelatin and agar as treatment ie G0A100 (0:
100); G25A75 (25:75); G50A50 (50:50) and G75A25 (75:25) plus 40% glycerol (w / w) as plasticizer.
The parameters observed in this study include rendement, thickness, water absorption, tensile
strength, elongation and elasticity. The physical characteristics of edible films resulting from this
study had a yield of 2.140 - 2.414%, thickness between 0.097 - 0.104 mm, water absorption 49,787
- 72.340%, tensile strength 5,242 - 6,312 Mpa, elongation 78,130 - 96,830% and elasticity 5,414 -
8,080 Mpa. The result of statistical test showed that the treatment of sheep skin gelatin
combination and Gracilaria sp agar had no significant effect on the thickness, and the water
absorption but had a significant effect on the yield, tensile strength, elongation and elasticity of
edible film. The G75A25 treatment becomes the right combination because it produces eidble film
with the highest tensile strength of 6.312 MPa, this value is closest to 10 MPa as the minimum
value of the standard of good tensile strength.
(Keywords: Edible Film, Gelatin, Gracilaria sp, Composite, Sheep Skin)
PENDAHULUAN
Edible film merupakan lembaran tipis yang
berbentuk menyerupai plastik yang bersifat
biodegradable (mudah terurai) dan terbuat
dari bahan - bahan yang dapat diperbaharui
baik dari bahan hewani maupun nabati.
Penggunaan edible film dapat menjadi solusi
untuk mengurangi pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh sampah plastik.
Edible film dapat menggantikan penggunaan
kemasan plastik karena mampu menjadi
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
46
penghambat transfer massa seperti
kelembaban, oksigen, lipid, cahaya dan zat
terlarut sehingga dapat mempertahankan
kualitas dan memperpanjang umur simpan
produk yang dikemas (Kusumawati dan
Putri, 2013). Pada pembuatan edible film
dapat menggunakan beberapa jenis bahan
baku seperti hidrokoloid (protein dan
polisakarida), lipid dan komposit (kombinasi
beberapa jenis bahan yang berebeda).
Protein yang biasa digunakan untuk
membuat edibel film diantaranya adalah
gelatin, whey, kasein, protein kedelai,
protein gandum dan protein jagung (Al
Awwaly et al., 2010). Polisakarida yang
dapat digunakan untuk membuat edible film
antara lain adalah pati, pektin, karagenan,
agar dan turunan polisakarida lainnya
(Winarti et al., 2012). Edible film selalu
dibuat menyesuaikan dengan produk yang
akan dikemasnya. Kombinasi dari beberapa
jenis bahan sering dilakukan untuk
memperoleh kualitas edible film yang sesuai
dengan kebutuhan. Gelatin dan agar masing-
masing memiliki kemampuan untuk
membentuk edible film secara mandiri.
Gelatin merupakan salah satu bahan
pembentuk edible film yang memiliki sifat
transparan, kuat, fleksibel dan mampu
menghambat perpindahan oksigen dan
karbondioksida (Gela, 2016). Gelatin
diperoleh dari kolagen kulit dan tulang
hewan yang dihidrolisis dengan metode
asam ataupun metode basa (Hasdar dan
Rahmawati, 2016).. Selama ini kulit hewan
yang banyak digunakan untuk membuat
gelatin adalah kulit babi dan kulit sapi
namun bagi agama islam kulit babi tidaklah
halal (Abdullah et al., 2016).
Kulit domba berpotensi sebagai bahan baku
gelatin halal karena kulit domba merupakan
limbah ternak domba yang masih belum
banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri pangan. Potensi gelatin kulit domba
sangat besar karena mengandung protein
85,51 - 86,63 %, kekuatan gel antara 121,39
- 123,26 Bloom, viskositas 1,99 - 2,39 cP,
dan rendemen mencapai 13,58 - 15,59 %
(Hasdar dan Rahmawati, 2017).
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan
edible film dari bahan gelatin kulit domba
memiliki sifat yang tidak kompak dan
lengket, oleh karena itu perlu ditambahkan
bahan yang dapat memperbaiki kualitas fisik
edible film. Untuk melengkapi keurangan
edible film dari gelatin perlu ditambahkan
Gracilaria sp dari polisakarida sehingga
dapat membentuk matriks edible film yang
lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas fisik edible film
kombinasi gelatin kulit domba dan agar
Gracilaria sp.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari hingga Juli 2017. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Pangan Universitas Muhadi Setiabudi
(UMUS) Brebes.
Alat dan Bahan
Bahan utama dalam penelitian ini adalah
gelatin kulit domba Brebes tipe B, tepung
agar Gracilaria sp, plasticizer (gliserol),
aquades, plastik, double tape, kertas label,
tissu dan silica gell. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu timbang analitik,
gelas ukur, beaker glass, kain saring, batang
pengaduk kaca, pipet ukur, loyang hermo,
loyang alumunium, pinset, spatula plalstik,
oven modifikasi, simple stirrer modifikasi,
termometer, blender, gunting, silet, box
makanan, Mesdan Lab Strength tipe
Tensolab 5000 dan mikrometer sekrup
dengan ketelitian 0,01 mm.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) pola searah dan diulang
sebanyak 3 kali. Perlakuan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
- G0A100 = Kombinasi Gelatin : Agar = 0%
: 100% (b/b)
- G25A75 = Kombinasi Gelatin : Agar =
25% : 75% (b/b)
- G50A50 = Kombinasi Gelatin : Agar =
50% : 50% (b/b)
- G75A25 = Kombinasi Gelatin : Agar =
75% : 25% (b/b)
Prosedur Penelitian
Pembuatan edible film dengan formulasi
gelatin dan agar Gracilaria sp yaitu G0A100
(0% : 100%); G25A75 (25% : 75%); G50A50
(50% : 50%) dan G75A25 (75% : 25%)
ditambah dengan gliserol 40 % (v/b) sebagai
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
47
plasticizer dan diulang sebanyak 3 kali.
Langkah – langkah pembuatan edible film
kombinasi gelatin kulit domba dan tepung
agar Gracilaria sp mengikuti metode Hasdar
et al., (2011) yang dimodifikasi sebagai
berikut :
1. Timbang bahan (gelatin, agar dan
gliserol)
2. Tuang 200 ml aquades ke dalam beaker
glass lalu dipanaskan hingga mencapai
suhu 80oC
3. Masukkan gelatin ke dalam bekaer glass
sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
larut
4. Masukkan agar ke dalam beaker glass
sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
larut
5. Masukkan gliserol ke dalam beaker glass
sambil diaduk terus
6. Lanjutkan pengadukan menggunakan
stirrer selama 30 menit sambil
dipanaskan pada suhu 80 - 90oC hingga
larutan menjadi homogen
7. Tuang larutan edible film ke dalam
loyang teflon
8. Keringkan larutan edible film dalam oven
pengering dengan suhu 40oC selama 18 -
20 jam.
9. Setelah edible film kering, diamkan
edible film dalam teflon hingga sesuai
dengan suhu ruang kemudian dikelupas
dengan menggunakan spatula plastik
secara hati - hati
10. Edible film kemudian dibungkus
plastik dan disimpan pada box yang telah
diberi silica gell untuk selanjutnya
dilakukan pengujian karakteristik fisik
edible film.
Parameter Penelitian
Parameter penelitian yang diukur pada
edible film yang dihasilkan antara lain:
1. Rendemen
Rendemen edible film merupakan hasil
perbandingan berat edible film dengan
berat larutan edible film. Secara
matematis rendemen dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut
(Fatma et al., 2015) :
Rendemen (%)
=Berat edible film
Berat Larutan Edible Film× 100 %
2. Ketebalan edible film
Edible film yang telah kering diukur
menggunakan mikrometer sekrup yang
memiliki ketelitian 0,01 mm. Pengukuran
dilakukan pada 5 titik yang berbeda pada
edible film. Kemudian diambil rata-rata
hasil pengukuran ketebalan edible film
(Setiani et al., 2013).
3. Daya Serap Air
Untuk mengukur daya serap air edible
film dilakukan dengan cara memotong
sample edible film 3 x 3 cm kemudian
ditimbang sebagai berat awal (Wo),
kemudian dicelupkan ke dalam wadah
berisi aquades selama 10 detik.
Kemudian sample dikeluarkan dari
wadah dan air yang masih menempel
pada permukaan edible film dihilangkan
menggunakan tissu, lalu dilakukan
penimbangan untuk mendapatkan berat
akhir sample (W). Sample dicelupkan
kembali ke dalam wadah berisi aquades
selama 10 detik kemudian diangkat dan
ditimbang kembali. Prosedur pencelupan
dan penimbangan dilakukan terus sampai
berat akhir sampel konstan yaitu apabila
selisih berat tidak lebih dari 0,2 gr (Ban
et al., 2005). Daya serap edible film
dihitung dengan rumus berikut :
Air % = W − Wo
Wo x 100 %
4. Kuat Tarik
Kekuatan tarik merupakan tarikan
maksimum yang dapat dicapai sampai
edible film tetap bertahan sebelum
putus/sobek. Kekuatan tarik edible film
diuji menggunakan alat Mesdan Lab
Strength tipe Tensolab 5000. Pengujian
dilakukan dengan cara ujung sampel
dijepit mesin penguji. Kemudian
dilakukan pencatatan ketebalan dan
panjang awal sampel. Tombol start pada
komputer ditekan kemudian alat akan
menarik sampel dengan kecepatan 100
mm/menit sampai sampel putus.
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
48
Nilai kekuatan tarik didapatkan dari hasil
pembagian tegangan maksimum dengan
luas penampang melintang. Luas
penampang melintang didapatkan dari
hasil perkalian panjang awal sampel
dengan ketebalan awal sampel. Uji
kekuatan tarik dilakukan pada tiga
sampel edible film yang kemudian
dihitung rata - ratanya (Setiani et al.,
2013).
Kekuatan tarik edible film dihitung
dengan persamaan berikut :
𝜏 =Fmax
A
Keterangan :
τ = Kekuatan Tarik (Mpa)
Fmax = Tegangan Maksimum (N)
A = Luas Penampang
Melintang (mm2)
Gambar 1. Gelatin Kulit Domba, Agar (Gracilaria sp), dan Edible film komposit
Gambar 2. Giagram alir pembuatan edible film komposit gelatin kulit domba dan Gracilaria sp
Gelatin Kulit Domba agar ( Gracilaria sp ) Edible Film Komposit
3 gram Bahan (Gelatin + Agar)
Penambahan Gliserol 40 %
Pemanasan dan Pengadukan
Suhu 80oC - 85
oC selama 30 menit
Pengeringan
Suhu 45 - 50oC selama 18 - 20 jam
Pengelupasan
Edible film
Pencetakan pada loyang teflon
Penyesuaian suhu ruang
selama 5 menit
G0A100 (0% : 100%);
G25A75 (25% : 75%);
G50A50 (50% : 50%);
G75A25 (75% : 25%)
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
49
2,414a2,373a
2,214b
2,140b
1.900
2.000
2.100
2.200
2.300
2.400
2.500
G0A100 G25A75 G50A50 G75A25
Ren
dem
en (
%)
Perlakuan
5. Elongasi
Pengukuran elongasi dilakukan sama
dengan pengukuran kuat tarik (Setiani et
al., 2013). Nilai elongasi didapat dari
hasil perbandingn antara jarak renggang
saat putus dengan panjang awal sampel
dan dinyatakan dalam persentase (%).
Elongasi dihitung dengan persamaan
berikut :
Elongasi (%)
=Renggang saat putus (mm )
Panjang awalx 100%
6. Elastisitas (Modulus Young)
Elastisitas atau modulus young
merupakan ukuran kelenturan suatu
benda atau kemampuan benda untuk
kembali ke bentuk semula setelah dikenai
gaya tarik ataupun gaya tekan. Setiani et
al., (2013) merumuskan elastisitas
melalui perbandingan kuat tarik dan
elongasi selanjutnya dinyatakan dalam
Mega Pascal (Mpa), dirumuskan dengan
persamaan :
Elastisitas (Mpa) = Kuat Tarik
Elongasi
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan
metode analisis sidik ragam (ansira) atau
analysis of variance (ANOVA).
Selanjutnya jika perlakuan menunjukkan
pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan
dengan uji lanjut Duncan. Perlakuan yang
tidak berbeda nyata diberikan huruf
superscript yang sama sedangkan perlakuan
yang berbeda nyata diberikan huruf
superscript yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen
Rata - rata nilai rendemen edible film dalam
penelitian ini adalah antara 2,140% -
2,414%.
Gambar 3. Rendemen Edible Film
(*abc
huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata)
Berdasarkan gambar 3. bahwa perlakuan
G0A100 memiliki nilai rendemen tertinggi
sedangkan perlakuan G75A25 memiliki nilai
rendemen terendah. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa Fhitung> F 5% yang
berarti bahwa perlakuan kombinasi gelatin
dan agar berpengaruh nyata terhadap nilai
rendemen edible film yang dihasilkan. Hasil
uji lanjut Duncan menunjukkan nilai
rendemen perlakuan G0A100 tidak berbeda
nyata dengan G25A75 tapi berbeda nyata
dengan G50A50 dan G75A25 sedangkan
G50A50 tidak berbeda nyata dengan G75A25.
Perbedaan hasil rendemen baru terjadi pada
selisih kombinasi gelatin dan agar sebesar
50% Hal ini terjadi karena agar dan gelatin
memiliki kemampuan mengikat air secara
kimia yang berbeda. Kemampuan molekul -
molekul penyusun bahan dalam mengikat air
akan menyebabkan rendemen semakin
tinggi (Fatma et al., 2015). Perlakuan
dengan komposisi agar lebih banyak
memiliki rendemen yang lebih tinggi
dibanding perlakuan dengan komposisi
gelatin yang lebih banyak, hal ini
disebabkan oleh molekul agar lebih banyak
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
50
0,103a 0,103a0,100a
0,097a
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
G0A100 G25A75 G50A50 G75A25
Ket
eba
lan
(m
m)
Perlakuan
mengikat air dibanding gelatin, banyaknya
air yang terikat maka akan menambah berat
edible film sehingga nilai rendemen menjadi
tinggi (Hakim, 2015).
Nilai rendemen edible film juga dipengaruhi
oleh konsentrasi bahan, volume larutan dan
jenis bahan baku yang digunakan. Nilai
rendemen dalam penelitian ini sangat kecil
karena konsentrasi bahan baku hanya 1,5 %
(b/v). Rendemen edible film dipengaruhi
oleh jumlah air yang teruapkan saat
pengeringan (Fatma et al., 2015).
Gambar 4. Ketebalan Edible Film
(*abc
huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata)
Ketebalan Ketebalan edible film dalam penelitian ini
memiliki nilai yang hampir sama yaitu
antara 0,097 - 0,104 mm.
Berdasarkan gambar 4. bahwa semakin
banyak komposisi gelatin dalam edible film
menyebabkan nilai ketebalan edible film
menurun, sedangkan semakin banyak
komposisi agar nilai ketebalan edible film
meningkat. Pada penelitian Hasdar et al.,
(2011) juga terjadi penurunan ketebalan
seiring dengan peningkatan komposisi
gelatin pada edible film yang dibuat dari
kombinasi gelatin kulit kaki ayam dan
isolate soy protein. Hal ini terjadi karena
rendahnya interaksi inter - intra molekul
gelatin dengan bahan lain yang terjadi pada
saat proses pemanasan. Pada saat
pengeringan juga terjadi interaksi hidrofobik
dan terbentuk ikatan hidrogen yang baru
sehingga menyebabkan penebalan pada
edible film.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
kombinasi gelatin kulit domba dan tepung
agar Gracilaria sp tidak berpengaruh nyata
(Fhitung< F 5%) terhadap ketebalan edible
film. Ketebalan yang hampir sama
disebabkan oleh komposisi bahan
pembuatan edible film yang sama yaitu 3 gr
yang terdiri dari kombinasi gelatin dan agar
sesuai perlakuan. Ketebalan merupakan sifat
fisik edible film yang menentukan sifat -
sifat lainnya seperti kuat tarik, elongasi dan
kemampuan menahan transmisi uap air
(permeabilitas). Semakin tebal edible film
maka sifat barrier atau kemampuan
menahan migrasi gas lebih kuat karena
strukturnya lebih rapat. Sedangkan kuat
tariknya semakin kecil karena ketebalan
berposisi sebagai pembagi dari tegangan
maksimum pada rumus untuk mencari kuat
tarik. Elongasinya justru meningkat karena
elongasi selalu berkebalikan dengan kuat
tarik (Hasdar et al., 2011). Ketebalan edible
film bisa diatur atau disesuaikan dengan
kebutuhan produk yang akan dikemasnya.
Cara untuk mempertipis edible film bisa
dilakukan saat pencetakan, bila dikehendaki
edible film yang tipis maka larutan film
harus diratakan pada cetakan setipis
mungkin sedangkan jika dikehendaki
ketebalannya besar maka larutan yang
dituang harus lebih banyak pada cetakan.
Ketebalan edible film dipengaruhi oleh jenis
bahan baku, konsentrasi bahan dalam
larutan edible film dan volume larutan yang
dituang pada saat pencetakan. Penelitian
yang telah dilakukan Wahyuni (2017)
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
51
49,787a
60,990ab59,260ab 72,340b
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
G0A100 G25A75 G50A50 G75A25
Da
ya
Ser
ap
Air
(%
)
Perlakuan
menunjukkan kenaikan nilai ketebalan
seiring dengan peningkatan konsentrasi
kasein dan volume larutan yaitu antara 0,04
- 0,07 mm. Konsentrasi bahan baku
berpengaruh terhadap ketebalan edible film
karena akan menghasilkan padatan terlarut
yang banyak setelah dikeringkan sehingga
membentuk edible film yang tebal seperti
pada penelitian Said et al., (2013) edible
film dibuat dari gelatin kulit kambing bligon
sebanyak 9 gr dan penambahan gliserol
sebanyak 80 - 100% menghasilkan edible
film dengan ketebalan berkisar antara 0,249-
0,257 mm. Berbeda dengan penelitian ini
yang menggunakan bahan baku sebanyak 3
gr sehingga menghasilkan edible film yang
lebih tipis. Ketebalan edible film juga sangat
dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang
digunakan seperti pada penelitian
(Coniwanti et al., 2016)
Daya Serap Air Daya serap air edible film yang dihasilkan
dalam penelitian ini antara 49,787 - 72,340
%. Berdasarkan gambar 5. dapat
disimpulkan bahwa perlakuan G0A100
memiliki daya serap air terendah dan
perlakuan G75A25 memiliki daya serap air
tertinggi.
Edible film yang dibuat dengan komposisi
gelatin yang lebih banyak memiliki daya
serap air yang tinggi sedangkan yang
memiliki komposisi agar lebih banyak daya
serap airnya lebih rendah. Fenomena ini
diakibatkan oleh meningkatnya ikatan
hidrogel interal pada ikatan intermolekuler
yang disebabkan oleh aktifitas plasticizer
dari gliserol (Rodriguez, 2006).
Gambar 5. Daya Serap Air Edible Film
(*abc
huruf superscript yang berbeda menunjukkan berbeda nyata)
Berdasarkan hasil uji statistik daya serap air
edible film dengan perlakuan kombinasi
gelatin kulit domba dan agar Gracilaria sp
tidak menunjukkan perdedaan yang nyata
(Fhitung< F 5%). Namun berdasarkan uji
lanjut Duncan perlakuan G0A100 tidak
berbeda nyata dengan perlakuan G25A75 dan
G50A50 tetapi berbeda nyata dengan G75A25,
perlakuan G75A25 tidak berbeda nyata
dengan perlakuan G25A75 dan G50A50. Edible
film dari kombinasi gelatin kulit domba dan
agar Gracilaria sp cukup tahan terhadap air
dibandingkan dengan edible film dari
kombinasi pati sukun dan kitosan (Setiani et
al., 2013) yang memiliki daya serap air
antara 212,98 - 695,10 %. Pati kurang tahan
terhadap air karena memiliki lebih banyak
gugus hidroksil (OH) sehingga lebih banyak
dalam menyerap air.
Kuat Tarik
Rata - rata kuat tarik edible film kombinasi
gelatin kulit domba dan agar yaitu antara
5,424-6,312 Mpa. Kuat tarik edible film
yang terbaik adalah antara 10 - 100 Mpa
sedangkan edible film dengan rentang kuat
tarik 1 - 10 Mpa tergolong marginal (Han
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
52
5,242a 5,712b6,037c 6,312c
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
G0A100 G25A75 G50A50 G75A25
Ku
at
Tari
k (
MP
a)
Perlakuan
96,830d
87,527c81,696b
78,130a
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
G0A100 G25A75 G50A50 G75A25
Elo
ng
asi
(%
)
Perlakuan
dan Gennadios, 2005) dan masih bisa
diperbaiki kuat tariknya.
Pada gambar 6. Menunjukkan bahwa
semakin banyak komposisi gelatin nilai kuat
tarik edible film semakin tinggi. Hal ini
disebabkan oleh kekuatan gel gelatin yang
lebih tinggi dibanding agar. Protein gelatin
merupakan protein struktural yang
membentuk anyaman triple heliks sehingga
meningkatkan kuat tarik edible film.
Peningkatan konsentrasi gelatin kulit domba
menyebabkan peningkatan nilai kuat tarik
edible film hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Hasdar et al., (2011) yang
menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi
gelatin kulit kaki ayam akan meningkatkan
nilai kuat tarik, lebih homogen dan tidak
mudah patah.
Gambar 6. Kuat Tarik Edible Film
(*abc
huruf superscript yang berbeda menunjukkan berbeda nyata)
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
kombinasi gelatin kulit domba dan agar
Gracilaria sp berpengaruh sangat nyata
(Fhitung> F 1%) terhadap kuat tarik edible
film. Berdasarkan uji lanjut duncan, nilai
kuat tarik edible film perlakuan G0A100
berbeda dengan G25A75, G50A50 dan G75A25
sedangkan G50A50 tidak berbeda dengan
G75A25.
Kuat tarik edible film dalam penelitian ini
lebih tinggi dibanding edible film dari
kombinasi gelatin kulit kaki ayam dan soy
protein isolate yang memiliki nilai kuat tarik
antara 1,50 - 2,70 Mpa (Hasdar et al., 2011).
Hasil penelitian lain yaitu edible film dari
gelatin kulit kambing bligon memiliki nilai
kuat tarik 3,419 – 5,770 Mpa (Said et al.,
2013) dan edible film pati biji alpukat dan
agar memiliki nilai kuat tarik sebesar 4,78 –
4,36 Mpa (Coniwanti et al., 2016).
Elongasi
Rata - rata nilai elongasi dalam penelitian ini
dapat dilihat pada gambar 7.
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
53
5,414a6,527b
7,391c 8,080d
0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
G0A100 G25A75 G50A50 G75A25
Ela
stis
ita
s (M
Pa
Perlakuan
Gambar 7. Elongasi Edible Film
(*abc
huruf superscript yang berbeda menunjukkan berbeda nyata)
Berdasarkan gambar 7. bahwa elongasi
edible film gelatin kulit domba dan agar
Gracilaria sp adalah antara 78,130 - 96,830
%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi gelatin kulit domba
dan agar Gracilaria sp berpengaruh sangat
nyata (Fhitung> F 1%) terhadap nilai elongasi
edible film. Hasil uji lanjut Duncan juga
menunjukkan bahwa setiap perlakuan
mengalami perbedaan nilai elongasi.
Semakin banyak komposisi gelatin elongasi
semakin rendah sedangkan sebaliknya
semakin banyak komposisi agar elongasinya
semakin tinggi. Hal ini terjadi karena
struktur jaringan molekul agar terdiri dari
banyak ikatan hidrogen yang memiliki
bentuk rantai yang panjang. Semakin
banyak ikatan hidrogen yang terbentuk
menyebabkan rantai semakin panjang
sehingga edible film yang memiliki
komposisi agar lebih banyak memiliki nilai
elongasi yang lebih tinggi.
Nilai elongasi edible film hasil penelitian ini
lebih tinggi dibanding nilai elongasi edible
film dari gelatin kulit kambing bligon yaitu
70,966 - 95,332 % (Said et al., 2013). Edible
film dari whey dan agar juga memiliki
elongasi lebih rendah yaitu antara 26,06 -
34,52 % (Hakim, 2015). Elongasi edible film
yang terbuat dari pati biji alpukat dan agar
lebih kecil lagi yaitu antara 0,17 - 0,45 %
(Coniwanti, 2016).
Elastisitas (Modulus Young)
Nilai elastisitas berbanding lurus dengan
nilai kuat tarik dan berbanding terbalik
dengan nilai elongasi. Pada gambar 8.
ditunjukkan niilai elastisitas edible film pada
penelitian ini adalah antara 5,414 - 8,080
Mpa.
Gambar 8. Ealstisitas Edible Film
(*abc
huruf superscript yang berbeda menunjukkan berbeda nyata)
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi gelatin kulit domba
dan agar Gracilaria sp memberikan
pengaruh yang sangat berbeda nyata (Fhitung>
F 1%) terhadap nilai elastisitas edible film.
Hasil uji lanjut Duncan juga menunjukkan
bahwa setiap perlakuan menunjukkan
perbedaan yang nyata. Dilihat dari gambar
6. Menunjukkan semakin banyak
konsentrasi agar Gracilaria sp, edible film
semakin elastis sedangkan semakin banyak
gelatin kulit domba menyebabkan edible
film kurang elastis.
Struktur edible film merupakan sebuah
matriks yang dibentuk oleh adanya interaksi
ikatan - ikatan seperti ikatan hidrofobik,
ikatan hidrogen dan ikatan disulfida (Said et
al.,2013). Nilai elastisitas edible film
dipengaruhi oleh ikatan hidrogen yang
terbentuk pada struktur edible film. Adanya
ikatan hidrogen tersebut membuat rantai
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
54
semakin panjang sehingga edible film
menjadi lebih elastis (Darni et al., 2014).
Nilai elastisitas edible film juga dipengaruhi
oleh jenis bahan baku yang digunakan. Nilai
elastisitas pada penelitian ini lebih tinggi
dibanding edible film yang dibuat dari
kombinasi pati sukun dan kitosan yang
memiliki nilai elastisitas 2,72 Mpa (Setiani
et al., 2013). Edible film yang berbahan
baku pati sorgum dan selulosa memiliki
nilai elastisitas lebih kecil lagi yaitu 0,047
Mpa (Darni et al., 2014).
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kombinasi gelatin kulit domba dan
tepung agar Gracilaria sp berpengaruh
nyata terhadap rendemen, kuat tarik,
elongasi dan elastisitas edible film tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap
ketebalan dan daya serap air edible film.
2. Kombinasi yang terbaik adalah perlakuan
G75A25 karena memiliki kuat tarik
tertinggi yaitu 6,312 Mpa dan paling
mendekati standar kuat tarik yang baik
yaitu 10 – 100 Mpa.
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.S.P., Noordin, M.I., Ismail,
S.I.M., Nyamathulla, S., Jasamai,
M., Wai, L.K., Mustapha, N.M. and
Shamsuddin, A.F. 2016.
Physicochemical Evaluation and
Spectroscopic Characterisation of
Gelatine from Shank and Toes of
Gallus gallus domesticus. Sains
Malaysiana. 45(3): 435-449
Al Awwaly, K.U., Manab, A., dan Wahyuni,
E. 2010. Pembuatan edible film
Protein Whey: Kajian Rasio Protein
dan Gliserol Terhadap Sifat Fisik dan
Kimia. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Hasil Ternak. 5(1) : 45-56
Ban, W., Song, J., Argyropoulos, D. S. &
Lucia L. A. 2005. Improving The
Physical and Chemical Functionally
of Starch – Derived Films with
Biopolymers. Journal of Applied
Polymer Science 100(3): 2542-
2548.
Coniwanti, P., Sari, D.M., dan Ferbriana, R.
2016. Pengaruh Rasio Massa Pati
Biji Alpukat dan Agar - Agar
Terhadap Pembuatan Edible Film.
Jurnal Teknik Kimia. 22(2) : 51-59
Darni, Y., Sitorus, T.M. dan Hanif, M. 2014.
Produksi Bioplastik dari Sorgum dan
Selulosa Secara Termoplastik. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan.
10(2): 55-62
Fatma, Malaka, R., dan Taufik, M. 2015.
Karakteristik Edible Film Berbahan
Whey Dangke dan Agar dengan
Menggunakan Gliserol dengan
Persentase Berbeda. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Peternakan. 4(2) : 63-69
Gela, D.T. 2016. Karakteristik Edible Film
Dari Gelatin Kulit Kuda (Equus
Caballus) Serta Aplikasinya Untuk
Kemasan Makanan. Skripsi. Fakultas
Sains dan Teknologi. Universitas
Islam Negeri Alauddin. Makassar.
Hakim, M.Q. 2015. Karakteristik Edible
Film dari Whey Dangke yang
Ditambahkan Level Agar yang
Berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Han, J.H. dan Gennadios, A. 2005. Edible
Film and Coatings: A
Review. Innovations in Food
Packaging. Academic Press.
Hasdar, M., Erwanto, Y., dan Triatmojo, S.
2011. Karakteristik Edible Film yang
Diproduksi dari Kombinasi Gelatin
Kulit Kaki Ayam dan Soy Protein
Isolate. Buletin Peternakan. 35(3) :
188-196
Hasdar, M dan Rahmawati, Y.D. 2016. Nilai
pH, Titik Leleh dan Viskositas Pada
Gelatin Kulit Domba Asal Brebes
yang Dikatalis Berbagai Konsentrasi
NaOH. Jurnal Para Pemikir. 5(2):
98-102
Hasdar, M. dan Rahmawati, Y.D. 2017.
Kajian Potensi Kulit Domba Asal
Brebes sebagai Bahan Dasar
Produksi Gelatin Halal. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. 6(1): 1-6
Kusumawati, D.H., dan Putri, W.D.P. 2013.
Karakteristik Fisik dan Kimia Edible
Film Pati Jagung yang Diinkorporasi
Dengan Perasan Temu Hitam. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. 1(1): 90-
100
Rodriguez, M., Oses, J., Ziani, K. and Mate,
J. I. 2006. Combined Effect Of
Plasticizer And Surfactants On The
Physical Properties Of Starch Based
Edible Films. Journal of Food
Research International. 39(8): 840-
846
Said, M.I., Triatmojo, S., Erwanto, Y., dan
Fudholi, A. 2013. Evaluasi
Karakteristik Fisik Edible Film dari
JFLS Vol 2 No 1: 45 – 56 Edible Film sheep skin and Gracilaria
56
Gelatin Kulit Kambing Bligon yang
Menggunakan Gliserol Sebagai
Plasticizer. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Hasil Ternak. 8(2) : 32 –
36
Setiani, W., Sudiarti, T. dan Rahmidar, L.
2013. Preparasi dan Karakterisasi
Edible Film dari Poliblend Pati
Sukun-Kitosan. Valensi. 3(2) : 100-
109.
Wahyuni, T.M. 2017. Pengaruh Konsentrasi
Kasein dan Volume Larutan Edible
yang berbeda terhadap Karakteristik
Edible Film. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Winarti, C., Miskiyah, dan Widaningrum.
2012. Teknologi Produksi Dan
Aplikasi Pengemas Edible
Antimikroba Berbasis Pati. Jurnal
Litbang Pertanian. 31(3): 85-93