kuinolon dan floro
TRANSCRIPT
MAKALAH FARMAKOLOGI
Antibiotik Golongan Kuinolon dan Florokuinolon
Disusun Oleh :
Tria Wahyu Irtanti 201310410311123
Abdul Mahmud Yumassik 201310410311138
Witri Rochaeni Husniar 201310410311145
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam ilmu pendidikan.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Malang, 10 Mei 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Antibiotika adalah segolongan senyawa baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum
atau kisaran kerja, mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan
struktur biokimianya. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan
menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas
(broad spectrum). Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan
jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram
negative saja atau gram positif saja. Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat
menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif.
Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima :
1. Antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel
2. Perusakan membran plasma
3. Penghambatan sintesis protein
4. Penghambatan sintesis asam nukleat
5. Penghambatan sintesis metabolit esensial
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga
untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaktis juga diberikan
pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Penghambatan
pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadap transkripsi replikasi
mikroorganisme. Yang termasuk antibiotik penghambat sintesis asam nukleat ini adalah
antibiotik golongan kuinolon dan rifampin atau rifampisin.
Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan atom Fluor pada
cincin Kuinolon ( karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara
dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki
penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat.
Golongan Kuinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk golongan
ini antara lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin,
Norfloksasin, Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sintesis asam nukleat?
2. Bagaimana mekanisme kerja obat antibiotik golongan kuinolon dan florokuinolon?
3. Apa saja contoh obat yang termaksud golongan kuinolon dan florokuinolon?
4. Bagaimana Farmakokinetik dari obat antibiotik golongan kuinolon dan florokinolon?
Tujuan
1. Untuk mengetahui sintesis asam nukleat.
2. Untuk mentahui mekanisme kerja obat antibiotik golongan kuinolon dan
florokuinolon
3. Untuk mengetahui obat yang termaksud golongan kuinolon dan florokuinolon
4. Untuk mengetahui Farmakokinetik dari obat antibiotik golongan kuinolon dan
florokinolon
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sintesis Asam Nukleat
Asam nukleat tersusun atas monomer-monomer berupa nukleotida, yang masing-
masing terdiri atas sebuah gugus fosfat, sebuah gula pentosa, dan sebuah basa N. dengan
demikian, setiap nukeotida pada asam nukleat dapat dilihat sebagai nukleosida monofosfat.
Namun, pengertian nukleotida secara umum sebenarnya adalah nukleosida dengan sebuah
atau ebih gugus fosfat. Sebagai contoh, molekul ATP (adenosine trifosfat) adalah nukleotida
yang merupakan nukleosida dengan tiga gugus fosfat.
Nukleosida terdiri atas nukleosida purin dan nukleosida purimidin. Nukleosida purin
merupakan kelompok nukleosida yang mengandung basa purin, sedangkan nukleosida
pirimidin merupakan kelompok nukleosida yang mengandung basa piimidin. Jika gula
pentosanya adalah ribose seperti halnya pada RNA, maka nukleosidanya dapat berupa
adenosine, guanosin, sitidin, dan uridin. Begitu pula, nukleotidanya akan ada empat macam,
yaitu adenosine monofosfat, guanosin monofosfat, sitidin monofosfat, dan uridin monofosfat.
Sementara itu, jika gula pentosanya adalah deoksiribosa seperti halnya DNA, maka
nukleosidanya terdiri atas deoksiguanosin, deoksisitidin, dan deoksitimin.
Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA) adalah :
2.2. Kuinolon
Kuinolon merupakan bakterisida karena menghambat lepasnya untai DNA yang
terbuka pada proses superkoil dengan menghambat DNA girase (enzim yang menekan
DNA bakteri menjadi superkoil).
Mekanisme Kerja
Untuk memasukkan DNA untai ganda yang panjang kedalam sel bakteri, DNA diatur
dalam loop (DNA terrelaksasi) yang kemudian diperpendek oleh proses superkoil. Sel
eukariotik tidak mengandung DNA girase. Sifat penting dari Kuinolon adalah
penetrasinya yang baik ke dalam jaringan dan sel (bandingkan dengan Penisilin),
efektivitasnya bila diberikan secara oral, dan toksisitasnya relatif rendah. Pada saat
perkembangbiakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi
pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA.
Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan (Overwinding) pada
double helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan
bantuan enzim DNA girase (topoisomerase II) yang kerjanya menimbulkan negative
supercoiling. Golongan kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan
bersifat bakterisidal.
Efek Samping dan Interaksi Obat
Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek
sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi
pada saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek
samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya
bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat
dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita
berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung
mengalami efek samping ini. Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat
menyebabkan peningkatan kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Kuinolon lainnya
juga memperlihatkan efek ini walaupun tidak begitu dramatis.
Penggunaan Klinik
a. Infeksi saluran kemih Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis.
b. Infeksi saluran cerna Seperti demam Tifoid dan Paratifoid
c. Infeksi saluran nafas bawah Seperti Bronkitis, Pneumonia, Sinusitis Penyakit yang
ditularkan melalui hubungan kelamin Gonore
Obat golongan kuinolon :
Asam Nalidiksat
Asam Nalidiksat adalah kuinolon pertama yang ditemukan memiliki aktivitas
antibakteri, tapi Asam Nalidiksat tidak mencapai kadar antibakteri sistemik dan sampai
saat ini hanya digunakan pada infeksi saluran kemih.
Peringatan
Hindari pada porfiria dan riwayat kejang; hindari paparan berlebihan terhadap sinar
matahari. Dapat mempengaruhi hasil uji reduksi urin, hitung jenis sel darah, uji fungsi
hati dan ginjal bila pengobatan lebih dari 2 minggu. Hindari penggunaan pada
defisiensi G6PD, peningkatan tekanan intrakranial, riwayat konvulsi, paralisis nervus
kranialis, kolestasis, asidosis metabolik.
Dosis
1 gram tiap 6 jam selama 7 hari. Untuk infeksi kronis: 500 mg tiap 6 jam. ANAK di
atas 3 bulan, maksimum 50 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi. Untuk jangka panjang,
30 mg/kg bb/hari.
Namun, golongan kuinolon ini tidak punya manfaat klinik untuk pengobatan infeksi
sistemik karena kadarnya dalam darah terlalu rendah. Selain itu daya bakterinya agak
lemah dan resistensi juga cepat timbul. Indikasi kliniknya terbatas sebagai antiseptik
saluran kemih.
2.3. Fluorokuinolon
Obat ini disebut demikian karena adanya atom fluor pada posisi 6 dalam struktur
molekulnya. Daya antibakteri fluorokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan kelompok
kuinolon lama. Selain itu, kelompok obat ini diserap dengan baik pada pemberian oral,
dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk parenteral sehingga dapat digunakan
untuk penanggulangan infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh kuman Gram-
negatif.
Mekanisme Kerja
Florokuinolon bekerja dengan mekanisme yang sama dengan kelompok kuinolon
terdahulu. Florokuinolon baru menghambat topoisomerase II (=DNA girase) dan IV pada
kuman. Enzim topoisomerase II berfungsi menimbulkan relaksasi pada DNA yang
mengalami positive supercoiling (pilinan positif yang berlebihan) pada waktu transkripsi
dalam proses replikasi DNA. Topoisomerase IV berfungsi dalam pemisahan DNA baru
yang terbentuk setelah proses replikasi DNA kuman selesai.
Obat yang termasuk dalam golongan ini, yakni :
A. Siprofloksasin
Siprofloksasin aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Siprofloksasin terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk salmonella,
shigella, kampilobakter, neisseria, dan pseudomonas. Siprofloksasin hanya
memiliki aktivitas yang sedang terhadap bakteri Gram positif seperti Streptococcus
pneumoniae dan Enterococcus faecalis karena itu tidak boleh digunakan untuk
pneumonia pneumokokus. Siprofloksasin aktif terhadap klamidia dan beberapa
mikobakteria. Sebagian besar kuman anaerob tidak sensitif terhadap siprofloksasin.
Penggunaan siprofloksasin termasuk untuk infeksi saluran napas (tapi bukan
pneumonia pneumokokus), saluran kemih, sistem pencernaan (termasuk demam
tifoid) dan gonore serta septikemia oleh organisme yang sensitif.
Pada anak, siprofloksasin digunakan untuk infeksi pseudomonas pada fibrosis
sistik (pada anak di atas usia 5 tahun) dan juga untuk mengatasi dan mencegah
antrax inhalation. Jika manfaat pemberian melebihi risiko yang dapat ditimbulkan,
siprofloksasin dapat digunakan untuk mengatasi infeksi saluran nafas, saluran
kemih dan sistem saluran cerna (termasuk demam tifoid). Selain itu juga
digunakan untuk mengobati septikemia yang disebabkan organisme yang multi
resisten (biasanya infeksi yang diperoleh di rumah sakit) dan gonore (walaupun
resistensi meningkat). Siprofloksasin juga digunakan untuk mencegah penyakit
meningokokus. Untuk anak, tetes mata ofloksasin digunakan untuk infeksi mata.
Data mengenai pengunaaan kuinolon lain pada anak masih terbatas.
Efek Samping
flatulen, disfagia, pankreatitis, takikardia, hipotensi, udem, kemerahan,
berkeringat, gangguan dalam bergerak, tinnitus, vaskulitis, tenosinovitis, eritema,
nodosum, hemorrhagic bullae, petechiae dan hiperglikemia; nyeri dan flebitis pada
tempat penyuntikan.
Dosis
oral: infeksi saluran napas, 250-750 mg dua kali sehari. Infeksi saluran kemih, 250-
500 mg dua kali sehari (untuk akut tanpa komplikasi, 250 mg dua kali sehari selam 3
hari). Gonore 500 mg dosis tunggal.
Infeksi Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada cystic fibrosis 750 mg dua kali
sehari; ANAK 5-17 tahun (lihat Peringatan di atas), sampai 20 mg/kg bb dua kali
sehari (maksimal 1,5g sehari). Infeksi lain, 500-750 mg dua kali sehari. Profilaksis
bedah, 750 mg 60-90 menit sebelum operasi.
Injeksi intravena: (selama 30-60 menit), 200-400 mg dua kali sehari. Infeksi
Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada cystic fibrosis 400 mg dua kali sehari.
ANAK 5-17 tahun (lihat Peringatan di atas), sampai 10 mg/kg bb tiga kali sehari
(maksimal 1,2 g sehari). Infeksi saluran kemih, 100 mg dua kali sehari. Gonore, 100
mg dosis tunggal. ANAK: tidak dianjurkan.Tapi bila pertimbangan manfaat risiko
menguntungkan, oral: 10-30mg/kg bb/hari dibagi dua dosis; intravena: 8-16 mg/kg
bb/hari dibagi dua dosis.
Antraks (pengobatan dan profilaksis setelah terpapar, lihat keterangan diatas), oral,
500 mg sehari dua kali; ANAK 30 mg/kg bb/hari dibagi dua dosis (maksimal 1 g per
hari) Injekasi intravena, 400 mg sehari dua kali; ANAK 20 mg/kg bb/hari dibagi 2
dosis (Maksimal 800 mg per hari).
B. Levoksasin
Aktif terhadap organisme Gram positif dan Gram negatif. Memiliki
aktivitas yang lebih besar terhadap pneumokokus dibandingkan siprofloksasin.
Levofloksasin diindikasikan untuk community acquired pneumonia tapi sebagai
terapi lini kedua. Di Indonesia, ketiga obat ini tidak disetujui untuk pengobatan
infeksi kulit dan jaringan lunak karena banyak ditemukan stafilokokus yang
resisten. Penggunaan obat ini sebaiknya dihindarkan pada MRSA.
Indikasi
Infeksi sinusitis maksilaris akut, eksaserbasi bakterial akut pada bronkitis
kronik, pneumonia komunitas (community-acquired pneumonia), uncomplicated
skin dan skin structure infections, infeksi saluran kemih kompleks (complicated
urinary tract infection), dan pielonefritis akut karena mikroorganisme yang
sensitif.
Peringatan
Kejang, psikosis toksik, peningkatan tekanan intrakranial, stimulasi sistem
saraf pusat, hipersensitifitas, reaksi anafilaksis, kolitis pseudomembran, kolitis
terkait dengan antibiotik, ruptur tendon, hidrasi yang adekuat harus dipertahankan,
insufisiensi ginjal, reaksi fototoksisitas sedang hingga berat, diketahui atau
dicurigai gangguan sistem saraf pusat, gangguan glukosa darah, diabetes
Interaksi
Berpotensi membentuk kelat bersama ion logam (Al, Cu, Zn, Mg, Ca),
antasida mengandung aluminium atau magnesium dan obat mengandung besi
menurunkan absorpsi levofloksasin, penggunaan bersama AINS dengan kuinolon
dapat meningkatkan risiko stimulasi SSP dan serangan kejang, gangguan glukosa
darah, termasuk hiperglikemia dan hipoglikemia jika diberikan bersama obat
antidiabetik, levofloksasin dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, sehingga dapat memberikan hasil negatif palsu pada
diagnosis bakteri tuberkulosis.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap levofloksasin dan antimikroba golongan kuinolon,
epilepsi, riwayat gangguan tendon terkait pemberian florokuinolon, anak atau
remaja, kehamilan, menyusui.
Efek Samping
Diare, mual, vaginitis, flatulens, pruritis, ruam, nyeri abdomen, genital
moniliasis, pusing, dispepsia, insomnia, gangguan pengecapan, muntah, anoreksia,
ansietas, konstipasi, edema, lelah, sakit kepala, palpitasi, parestesia, sindrom
Stevens-Johnson, vasodilatasi tendon rupture
Dosis
Oral dan parenteral, 250 mg –750 mg sekali sehari selama 7-14 hari,
tergantung pada jenis dan keparahan penyakit serta sensisitifitas patogen yang
dianggap penyebab penyakit, sinusitis akut, 500 mg per hari selama 10-14 hari,
eksaserbasi dari bronkitis kronik, 250-500 mg per hari selama 7-14 hari,
pneumonia yang didapat dari lingkungan, 500 mg sekali atau dua kali sehari
selama 7-14 hari, infeksi saluran kemih, 250 mg selama 7-10 hari (selama 3 hari
untuk infeksi tanpa komplikasi), prostatitis kronik, 500 mg sekali selama 28 hari.
Infeksi kulit dan jaringan lunak, 250 mg sehari atau 500 mg sekali atau dua kali
sehari selama 7-14 hari, intravena (500 mg selama paling tidak 60 menit),
pneumonia yang didapat dari lingkungan, 500 mg sekali atau dua kali sehari,
infeksi saluran kemih dengan komplikasi, 250 mg sehari, dapat ditingkatkan pada
infeksi parah, infeksi kulit dan jaringan lunak, 500 mg dua kali sehari.
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal: bersihan kreatinin >50 mL/menit, tidak
ada penyesuaian dosis, bersihan kreatinin 20-50 mL/menit, dosis awal 250 mg,
selanjutnya 125 mg setiap 24 jam, atau dosis awal 500 mg, selanjutnya 250 mg
setiap 24 jam, bersihan kreatinin 10-19 mL/menit atau <10 mL/menit (termasuk
hemo-dialisis dan CAPD), dosis awal 250 mg, selanjutnya 125 mg setiap 24 jam,
atau dosis awal 500 mg selanjutnya 125 mg setiap 24 jam.
C. Moksifloksasin
Obat ini sebaiknya digunakan untuk mengobati eksaserbasi akut dari bronkitis
kronis hanya bila terapi konvensional tidak berhasil atau dikontraindikasikan dan
sebagai terapi lini kedua dari community acquired pneumonia. Moksifloksasin
aktif terhadap organisme Gram positif dan Gram negatif Moksifloksasin memiliki
aktivitas yang lebih besar dibandingkan siprofloksasin terhadap organisme Gram
positif termasuk pneumokokus. Moksifloksasin tidak aktif terhadap Pseudomonas
aeruginosa atau meticillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
Indikasi
Eksaserbasi akut bronkitis kronik; pneumonia dari lingkungan (community-
acquired pneumonia); sinusitis bakterial akut yang didiagnosis dengan baik,
infeksi kulit complicated atau infeksi struktur kulit yang memerlukan terapi inisial
parenteral dan dilanjutkan dengan oral.
Kontraindikasi
Gangguan fungsi hati berat; memiliki riwayat perpanjangan interval QT,
bradikardia, memiliki riwayat aritmia simtomatik, gagal jantung dengan penurunan
fraksi ejeksi ventrikular kiri, gangguan elektrolit, pemberian bersama dengan obat
yang diketahui dapat memperpanjang interval QT.
Efek Samping
Mulut kering, stomatitis, glossitis, flatulens, konstipasi, aritmia, palpitasi,
udem perifer, angina, perubahan tekanan darah, dyspnoea, ansietas, dan
berkeringat; jarang: hipotensi, hi- perlipidemia, agitasi, mimpi yang tidak normal,
inkordinasi, hiperglikemia dan kulit kering.
Dosis
400 mg sekali sehari selama 10 hari untuk pneumonia yang didapat dari
lingkungan, 5-10 hari untuk eksaserbasi (akut) dari bronkitis kronik, 7 hari untuk
sinusitis. Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada manula, pasien dengan berat
badan rendah atau pasien rawat jalan dengan gangguan fungsi ginjal ringan sampai
sedang (Bersihan kreatinin di atas 30 mL/menit/1,73 m2)
D. Ofloksasin
Indikasi: Digunakan untuk mengobati infeksi pada mata yang disebabkan oleh bakteri yang sensitifPeringatan:
Hindarkan pemakaian yang lama karena dapat menyebabkan pertumbuhan organisme yang tidak sensitif termasuk jamur, yang dapat menimbulkan super infeksi; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5)Interaksi: Antibiotika sejenis topikal β-laktamEfek Samping: Pedih, rasa gatal, dan merah-merah pada konjungtiva; rasa menyengat, kemerahan, gatal, konjungtivitis kimia/keratitis, udem okular/perikular/wajah, sensasi asing pada tubuh,photophobia, pandangan tidak jelas, mata berair, mata kering, dan nyeri pada mata; jarang pusingPenggunaan: 1-2 tetes setiap 4-6 jam. Dosis dapat ditingkatkan 1-2 tetes tiap 2 jam selama 24-48 jam pertama. Kemudian frekuensi harus diturunkan bertahap sesuai tanda-tanda perbaikan klinis.
E. Fleroksasin
Indikasi
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah, infeksi saluran kemih (disertai
komplikasi atau tanpa komplikasi), gonore (infeksi gonokok, tanpa komplikasi),
infeksi salmonela yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau paratyphi, infeksi
kulit dan jaringan lunak, infeksi tulang dan sendi.
Peringatan
Dianjurkan memonitor secara berkala bakteriologi untuk menjaga kemungkinan
timbulnya resistensi bakteri bilamana respon klinik tidak memuaskan; dapat
menyebabkan stimulasi susunan saraf pusat pada pasien yang diketahui atau
diduga mempunyai kelainan neurologi; lansia dengan penurunan fungsi ginjal dan
berat badan rendah; turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal, sirosis hati
dengan asites dan lansia; fotosensitif; hati-hati apabila menjalankan mesin atau
mengendarai kendaraan bermotor karena menyebabkan pusing
Interaksi
Pemberian bersama dengan antasid yang mengandung aluminium hidroksida
dan/atau magnesium hidroksida menurunkan absorpsi sebanyak 20-25%.
Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap kuinolon termasuk asam nalidiksat; anak-anak
dan remaja berusia di bawah 18 tahun, kehamilan dan menyusui
Efek Samping
Mual, muntah, diare, insomnia, sakit kepala, pusing, lelah, pruritus, plebitis; mulut
kering, rasa tidak enak pada mulut, anoreksia, konstipasi, sakit perut, infeksi
vagina, hipotensi, artralgia, fotosensitif, erupsi, berkeringat, mimpi buruk, perasaan
terbakar, pruritus, merah pada tempat penyuntikan, jumlah eosinofil tinggi, jumlah
sel-sel darah merah meningkat, leukosit rendah, jumlah bilirubin tinggi, SGPT
tinggi, SGOT tinggi, alkalin fosfatase tinggi, BUN tinggi, urea tinggi, glukosa
bebas tinggi, dan protein dalam urin tinggi.
Dosis
Oral atau infus intravena selama 1 jam, 400 mg sekali sehari; lama pengobatan
umumnya 7- 14 hari, tetapi pada infeksi yang lebih serius atau infeksi kronis kulit
dan jaringan lunak dan infeksi tulang dan sendi dibutuhkan pengobatan yang lebih
lama (hingga 12 minggu); Infeksi gonokok tanpa komplikasi, infeksi saluran kemih
tanpa komplikasi (sistitis pada ibu-ibu muda) dosis tunggal, oral, 400 mg.Infeksi
saluran kemih, oral, 200 mg selama 7-10 hari.Infeksi saluran pernafasan bagian
bawah, infus intravena, 400 mg sekali sehari, oral, 400 mg sekali sehari. Infeksi
saluran kemih (disertai komplikasi atau tanpa komplikasi), oral, 200 mg sekali
sehari.Gonore (infeksi gonokok tanpa komplikasi), oral, 400 mg sekali
sehari.Infeksi salmonella yang disebabkan Salmonella typhi atau paratyphi, infus
intravena, 400 mg sekali sehari, oral, 400 mg sekali sehari. Infeksi kulit dan
jaringan lunak, infus intravena, 400 mg sekali sehari; oral, 400 mg sekali sehari.
Infeksi tulang dan sendi, infus intravena, 400 mg sekali sehari, oral, 400 mg sekali
sehari. Penyesuaian dosis tidak diperlukan pada infeksi-infeksi yang diobati
dengan dosis ganda 200 mg atau dosis tunggal 400 mg, tetapi penyesuaian dosis
diperlukan untuk golongan pasien tertentu, pengobatan dimulai dengan dosis
tunggal 400 mg, kemudian dilanjutkan dengan dosis tetap 200 mg sekali sehari
selama pengobatan; golongan pasien ini adalah pasien dengan bersihan kreatinin <
40 mL per menit atau yang menjalani hemodialisa dan chronic ambulatory
peritoneal dialysis (CAPD), pasien dengan berat badan < 50 Kg, pasien wanita
berumur 65 tahun atau lebih dan pasien berusia 75 tahun atau lebih dimana
ekskresi ginjalnya menurun; pasien dengan kasus sirosis hati yang disertai asites;
pasien dengan kegagalan fungsi hati.
F. Sparfloksasin
Indikasi
Pneumonia akut berasal dari komunitas (CAP/Community-acquired
pneumonia) yang diduga disebabkan oleh bakteri pneumokokus dan non-
pneumokokus; eksaserbasi dari penyakit obstruksi paru menahun (COPD); sinusitis
purulen akut; infeksi yang sudah resisten terhadap penisilin atau antibiotik beta-
laktam lain.
Peringatan
Reaksi fototoksisitas; penderita dengan riwayat pemanjangan QTc, kongenital
atau didapat (misal infark miokard akut); penderita dengan riwayat hipokalemia
(periksa kadar kalium sebelum pengobatan dengan sparfloksasin); bradiaritmia;
tendinitis dan/atau ruptur tendon (terutama mempengaruhi tendon Achilles); rasa
nyeri atau inflamasi; pasien yang diduga menderita tuberkulosis (perhatikan
aktivitas potensial sparfloksasin terhadap mikobakteria); negatif palsu pada biakan
mikobakteria; efek terhadap sistim saraf pusat (dianjurkan untuk tidak mengendarai
atau menjalankan mesin); pasien hemodialisis atau dialisis peritoneum; hindari
pemaparan terhadap sinar matahari, sinar terang dan sinar ultraviolet selama masa
pengobatan ditambah lima hari setelah pengobatan selesai
Interaksi
Penggunaan bersama amiodaron, sotalol dan bepridil menimbulkan risiko
torsades de pointes karena perpanjangan interval Q-T (efek aditif
elektrofisiologis); tidak dianjurkan kombinasi dengan obat yang dapat
memperpanjang interval Q-T dan/atau menimbulkan torsades de pointes seperti
antiaritmia (bretilium, disopiramid, prokainamid, kuinidin), dan obat-obat lain
seperti astemisol, eritromisin, kuinin, klorokuin, halofantin, cisaprid, pentamid,
probukol, terfenadin, vinkamin, beberapa antidepresan trisiklik, neuroleptik
tertentu (seperti sulfoprid, fenotiasin) karena menimbulkan risiko torsades de
pointes akibat pemanjangan interval Q-T (efek aditif elektrofisiologi); diperlukan
pemantauan klinis dan elektrokardiografi secara seksama; hati-hati kombinasi
bersama dengan garam magnesium, aluminium dan kalsium oksida dan hidroksida
(dapat menurunkan penyerapan sparfloksasin sehingga selang waktu (lebih dari 4
jam) harus diberikan antara pemberian antasida dan sparfloksasin), garam besi dan
seng (dosis oral > 30 mg per hari) harus diberikan minimal 2 jam
setelah pemberian sparfloksasin; hati-hati pemberian pada kondisi hipokalemia
yang disebabkan diuretik, laksatif, stimulan, amfoterisin B (intravena),
kortikosteroid dan tetrakosaktid yang menyebabkan torsades de pointes, pada
kondisi ini hipokalemia sebaiknya diatasi dahulu sebelum memulai pengobatan
dengan sparfloksasin; hati-hati pemberian pada kondisi bradikardi yang disebabkan
obat-obat seperti digoksin dan beta-bloker (dapat menyebabkan torsades de
pointes); penggunaan dengan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) dan teofilin
mengurangi ambang batas kejang
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap sparfloksasin atau golongan kuinolon lainnya; penggunaan
bersama dengan amiodaron, sotalol dan bepridil (lihat interaksi); kehamilan dan
menyusui; anak-anak hingga akhir masa pertumbuhan; penderita dengan riwayat
penyakit tendon berhubungan dengan floroluinolon; penderita dengan defisiensi
glukosa 6 fosfat dehidrogenase; riwayat pemanjangan interval Q-T (faktor
kongenital atau non-kongenital); penggunaan bersama dengan obat anti-aritmia
atau obat lain yang menimbulkan aritmia
Efek Samping
Fototoksisitas termasuk manifestasi terbakar sinar matahari, eritema, dan lesi
lepuh, (gejala fototoksik masih timbul setelah pengobatan dihentikan beberapa
minggu); kemerahan, pruritus, bengkak, lepuh, gejala Steven-Johnson Syndrome,
nyeri otot dan sendi, tendinitis, ruptur/ kerusakan tendon, gangguan irama jantung,
termasuk torsades de pointes, aritmia, bradikardi, takikardi, takikardi ventrikel,
mual, muntah, diare, nyeri perut, gastralgia, peningkatan enzim hati, ikterus,
tremor, rasa mabuk, paraestesia, gangguan sensorik, sakit kepala, vertigo,
halusinasi, gangguan tidur awal pengobatan, hipersensitifitas, urtikaria,
angioedema, shok anafilaktik, edema quincke, trombositopenia yang sporadis,
purpura trombositopenia, konjungtivis, uretritis, peningkatan transaminase sedang
atau untuk sementara.
Dosis
Fungsi ginjal normal : dosis awal 400 mg sebagai dosis tungggal pada hari
pertama, dilanjutkan 200 mg per hari dalam dosis tunggal, lama pengobatan rata-
rata 10 hari untuk infeksi saluran pernafasan bagian bawah dan 4 hari untuk
sinusitis, peningkatan dosis per hari tidak akan menambah manfaaat pengobatan;
Gangguan fungsi ginjal: bersihan kreatinin lebih besar dari atau sama dengan 30
mL/menit, tidak diperlukan penyesuaian dosis, bersihan kreatinin lebih kecil dari
30 mL/menit, 400 mg dosis awal pada hari pertama, pada hari kedua pengobatan
tidak diberikan, dilanjutkan dengan 200 mg pada hari ketiga, kemudian diberikan
setiap 48 jam selama 10 hari; Tidak terdapat data untuk pasien gangguan hati berat.
Obat ini dapat digunakan dengan atau tanpa makanan.
Tabel Dosis Dan Sediaan Beberapa Kuinolon Dan FluorokuinolonObat Sediaan Dosis per hari
Oral ParenteralAsam Nalidiksat Tablet 500 mg 4 kali 500-1000 mgAsam pipemidat Tablet 400 mg 2-4 kali 400 mgSiprofloksasin - Tablet 250, 500 dan
750 mg2 kali 250-500 mg 2 kali 200-400mg IV
- Infus 400 mg/5ml, 400mg/125 ml
Untuk gonore:1x250 mg
Pefloksasin - Tablet 400 mg 2 kali 400 mg 2 kali 400 mg IV- Infus 400 mg/5ml,
400mg/125mlOfloksasin - Tablet 200 dan 400 mg 1-3 kali 100-200mg 1-3 kali 100-200 mg IV
- Injeksi 200mg/200mlNorfloksasin Tablet 400 mg 2-3 kali 200-400 mgLevofloksasin - Tablet 250 dan 500 mg 1 kali 250-500 mg 1 x 500 mg IV tiap 24
jam- Infus 500 mg/100 ml
Moksifloksasin - Tablet 400 mg 1 kali 400 mg 1 x 400 mg IV tiap 24 jam
- Infus 400 mg/mlGatifloksasin - Tablet 400 mg 1 kali 400 mg 1 kali 400 mg IV
- Infus 400 mg/250 mlDiberikan dengan infus lambat (± 60 menit)
2.4. Spektrum Antibakteri Golongan Kuinolon
Kuinolon yang lama aktif terhadap beberapa kuman gram-negatif, antara lain E. coli,
Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter. Kuinolon bekerja dengan menghambat subunit A
dari enzim DNA girase kuman. Akibat nya replikasi DNA terhenti.
Florokuinolon lama (siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin dll) mempunyai daya
antibakteri yang sangat kuat terhadap E. coli, Klebsiella, Enterobacter, proteus, H.
influenza, Providencia, Serratia, Salmonella, N. meningitides, N. Gonorrhoeae, B.
catarrhalis dan Yersinia enterocolitica. Terhadap kuman Gram-positif, daya
antibakterinya kurang baik.
Florokuinolon terlalu aktif terhadap beberapa mikrobakterium. Kuman-kuman
anaerob pada umumnya resisten terhadap florokuinolon. Florokuinolon umumnya juga
aktif terhadap P. aeruginosa, namun yang paling kuat daya antibakterinya ialah
siprofloksasin.
Florokuinolon baru (moksifloksasin, levofloksasin) mempunyai daya antibakteri yang
baik terhadap kuman Gram-positif, Gram-negatif, serta kuman-kuman atipik
(mycoplasma, chlamydia, dll). Uji klinik menunjukkan bahwa kuinolon baru ini efektif
untuk community acquired pneumonia, eksaserbasi akut bekterial bronchitis kronis, dan
sinusitis. Kelompok florokuinolon baru ini terkadang disebut “respiratory quinolones”.
2.5. Resistensi Terhadap Antibiotik Golongan Kuinolon
Mekanisme resistensi melalui plasmid seperti yang banyak terjadi pada antibiotika lain tidak
dijumpai pada golongan kuinolon, namun resistensi terhadap kuinolon dapat terjadi melalui 3
mekanisme yaitu:
1. mutasi gen gyr A yang menyebabkan subunit A dari DNA girase kuman berubah
sehingga tidak dapat diduduki molekul obat lagi.
2. Perubahan pada permukaan sel kuman yang mempersulit penetrasi obat kedalam sel
3. peningkatan mekanisme pemompaan obat luar sel (efflux). Ini merupakan mekanisme
penting yang menyebabkan resistensi S. pneumoniae terhadap florokuinolon.
2.6. Farmakokinetik Antibiotik Golongan Kuinolon
Asam nalidiksat diserap baik melalui saluran cerna tetapi dieksresi dengan cepat
melalui ginjal. Obat ini tidak bermanfaat untuk infeksi sistemik. Florokuinolon diserap
lebih baik melalui saluran cerna dibandingkan dengan asam nalidiksat. Ofloksasin,
levofloksasin, gatifloksasin dan moksifloksasin adalah florokuinolon yang di serap baik
sekali pada pemberian oral.
Pefloksasin adalah florokuinolon yang absorbsi nya paling baik dan masa paruh
eliminasinya paling panjang. Bioavailabilitasnya pada pemberian peroral sama dengan
pemberian parenteral. Penyerapan siprofloksasin dan mungkin juga florokuinolon lainnya
terhambat bila diberikan bersama antasida. Florokuinolon hanya sedikit terikat dengan
protein. Golongan obat ini didistribusi dengan baik pada berbagai organ tubuh.
Dalam urin semua florokuinolon mencapai kadar yang melampaui kadar hambat
minimal untuk kebanyakan kuman pathogen selama minimal 12 jam. Salah satu sifat
florokuinolon yang menguntungkan ialah bahwa golongan obat ini mampu mencapai
kadar tinggi dalam jaringan prostat. Beberapa golongan florokuinolon seperti
siprofloksasin dan ofloksasin dapat mencapai kadar tinggi dalam cairan serebrospinal bila
ada meningitis.
Sifat lain florokuinolon yang menguntungkan ialah masa paruh eliminasinya panjang
sehingga obat cukup diberi 2 kali sehari. Kebanyakan florokuinolon dimetabolisme dihati
dan diekskresikan melalui ginjal. Masa paruh eliminasi ofloksasin akan sangat memanjang
dalam keadaan gagal ginjal. Sebagian kacil obat akan dikeluarkan melalui empedu.
Hemodialysis mengeluarkan florokuinolon dari tubuh sehingga penambahan dosis
umumnya tidak diperlukan.
TABEL PARAMETER FARMAKOKINETIK BEBERAPA FLUOROKUINOLON SETELAH PEMBERIAN PER ORAL
Obat Dosis(mg)
Cmax(mg/L)
Bioavailabilitasoral(%)
Vd(L/kg)
T½(jam)
Eliminasi Renal(%)
Siprofloksasin 500 1,5-3 60-80 2,5-5 3-5 30-50Ofloksasin 400 3,5-5,5 85-95 1,2 5-7 70-85Pefloksasin 400 4 >90 1,5-2 10 30-60
Levofloksasin 200 2 >90 1,5 4,6 85-90Norfloksasin 400 1,5-2 40 1,5 4,5 25-40
Moksifloksasin 400 2,5-5 82-89 2,5-3,6 12,5 26Gatifloksasin 400 3,8 96 1,5 7,8 72