kumpulan khutbah jum'at - ustadz saifuddin zuhri

136
Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 0 KUMPULAN KHUTBAH JUM’AT Oleh : al-Ustadz Saifudin Zuhri Sumber: www.asysyariah.com Kompilasi PDF: http://islamicandmedicalupdates.blogspot.com

Upload: mugia-waluya

Post on 02-Jan-2016

377 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 0

KUMPULAN

KHUTBAH JUM’AT

Oleh : al-Ustadz Saifudin Zuhri

Sumber: www.asysyariah.com

Kompilasi PDF: http://islamicandmedicalupdates.blogspot.com

Page 2: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 1

Senin, 03 Desember 2007 - 21:51:49, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc. Kategori : Khutbah Jum'at

Amalan Setelah Ramadhan

هAدي 46 أP=7 أن Z إ6ـ4 إZ: اQ و]V78Y>OP Z V7 و4BHUXK2 وVOMWXK2 وTU2ذ OP ?@ QARور أABKM2 و@? AFGHIت أAB6A8C @? <=إن: ا7806 456 02 a b5c> ?@46 و :bc@ a Qا V746 7 أن: @7:80ا=Pوأ46TIور V7eC

k :102ل O8Cان. (<A أ<A=f اTB@k ?>l:6ا اTi:hا ا4hAih :j[ Q وhT8h Z?: إZ: وأT85Kf@ gX2ن 1: اAKB6ء. (وا{ر]Aم إن: اQ آAن gqH5C ر}AeH]7ة وA=B@ j5r زوA=w وA8=B@ :xR رZAw آOHuا وAK2ء واTi:hا اQ اl:6ي AKhءT6ن A> 4R أ<A=f اA:B6س اTi:hا رgq:R اl:6ي pM2 ?@ gqi5r وا

ZT{ اT6T{و Qا اTi:hا اTB@k ?>l:6ا A=f>أ A> a زAa 7ia 46TIور Qو@? <�~ ا gqRT2ذ gq6 OMW>و gq6A8Cأ gq6 �5�> 7<7اIA8H�C زاT .اب�[}71-70: ا 7UR A:@أ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah... Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun kita berada. Baik ketika kita sedang bersama orang banyak maupun ketika sendirian. Dan marilah kita senantiasa takut akan terkena adzab-Nya, kapan dan di mana pun kita berada. Karena kewajiban menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja. Bahkan beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga ajal mendatangi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

HiH?وا7eC رYHh�> �:X[ Y:R ا6 “Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai kematian mendatangimu.” (Al-Hijr: 99) Hadirin rahimakumullah, Belum lama berlalu, kaum muslimin berada di bulan yang penuh barakah. Bulan yang kaum muslimin berpuasa di siang harinya dan shalat tarawih di malam harinya. Bulan yang kaum muslimin mengisinya dengan berbagai amal ketaatan. Kini bulan itu telah berlalu. Dan akan menjadi saksi di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang di bulan tersebut. Baik yang berupa amalan ketaatan maupun perbuatan maksiat. Maka sekarang tidak ada lagi yang tersisa dari bulan tersebut kecuali apa yang telah disimpan pada catatan amalan yang akan diperlihatkan pada hari akhir nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

h مT>7@4 أBHRو A=BHR :أن T6 fدTh ءTI ?@ �58C A@ا وOc0@ OHr ?@ �58C A@ pM2 fbد7� آAeU6AR رءوف Q4 واKM2 Qا gرآGl0>7ا وHUR ا

Page 3: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 2

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati (pada catatan amalan) segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 30) Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Ibarat seorang pedagang yang baru selesai dari perniagaannya, tentu dia akan menghitung berapa keuntungan atau kerugiannya. Begitu pula yang semestinya dilakukan oleh orang yang beriman dengan hari akhir ketika keluar dari bulan Ramadhan. Bulan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu bagi orang yang berpuasa dan shalat tarawih karena iman dan mengharapkan balasan dari-Nya. Dan pada bulan tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala bebaskan orang-orang yang berhak mendapatkan siksa neraka sehingga benar-benar bebas darinya. Yaitu bagi mereka yang memanfaatkan bulan tersebut untuk bertaubat kepada-Nya dengan taubat yang sebenar-benarnya. Saudara-saudaraku seiman yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Oleh karena itu, orang yang mau berpikir tentu akan melihat pada dirinya. Apa yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan? Sudahkah dia memanfaatkannya untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya? Ataukah kemaksiatan yang dilakukan sebelum Ramadhan masih berlanjut meskipun bertemu dengan bulan yang penuh ampunan tersebut? Jika demikian halnya, dia terancam dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

bwأ2� ر g�46ور OMW> أن be{ �5K2ا :g  نAc@4 رH5C brد

“Dan rugilah orang yang bertemu dengan bulan Ramadhan namun belum mendapatkan ampunan ketika berpisah dengannya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, beliau mengatakan hadits hasan gharib) Namun demikian bukan berarti sudah tidak ada lagi kesempatan bagi dirinya untuk memperbaiki diri. Karena kesempatan bertaubat tidaklah hanya di bulan Ramadhan. Bahkan selama ajal belum sampai ke tenggorokan, kesempatan masih terbuka lebar. Meskipun bukan berarti pula seseorang boleh menunda-nundanya. Bahkan semestinya dia segera melakukannya. Karena kematian bisa datang dengan tiba-tiba dalam waktu yang tidak disangka-sangka. Dan seandainya seseorang mengetahui kapan datangnya kematian, maka harus dipahami pula bahwa taubat adalah pertolongan dan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga tidak bisa seseorang memastikan bahwa dirinya pasti akan bertaubat sebelum ajal mendatanginya. Bahkan Abu Thalib, paman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, pada akhir hayatnya tidak bisa bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal yang mengingatkannya adalah orang terbaik dari kalangan manusia, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan taufiq dan pertolongan-Nya, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu memberikannya. Oleh karena itu,

Page 4: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 3

sudah seharusnya setiap orang segera bertaubat dari seluruh dosanya. Sehingga dia akan mendapat ampunan dan menjadi orang yang tidak lagi memiliki dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

YF6�وa ¢>O{ ?@ نTRTX> :g  £6A=�R ءTfK6ن اT58U> ?>l:56 Q�5 اC £RT:X6ا A8:2إA8Hq[ A8H5C Qن اAوآ g=H5C Qب اTX> .T58U> ?>l:56 £RT:X6ا �KH6ا¤ن و �eh ¥G2ل إA{ تT86ا gأ]7ه Oc[ إذا �:X[ تAFGH:K6ن اA8H6أ ARاlC g=6 A27XCأ YF6ر أوA:Mآ gن وهThT8> ?>l:6ا Zو

“Sesungguhnya Allah hanyalah akan menerima taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan karena ketidakhati-hatiannya dan kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang Allah terima taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan sehingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi mereka itu telah Kami siapkan siksa yang pedih.” (An-Nisa`: 17-18) Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Adapun orang yang telah memanfaatkan pertemuannya dengan Ramadhan untuk bertaubat dan mengisinya dengan berbagai amal shalih, maka seharusnya dia bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon agar amalannya diterima serta memohon agar bisa istiqamah di atas amalan tersebut. Dan janganlah dirinya tertipu dengan banyaknya amalannya. Sehingga dia menyangka bahwa dirinya termasuk orang-orang yang paling baik dan paling hebat. Bahkan dia harus senantiasa memohon ampun dan beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang tidak bisa memastikan apakah amalan yang sudah dia lakukan diterima atau tidak. Seandainya diterima pun, sesungguhnya belum bisa untuk membalas nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah ia terima. Karena amalan yang dia lakukan benar-benar tidak bisa lepas dari pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka sudah sepantasnya bagi dirinya untuk senantiasa tawadhu’ dan tidak merasa paling baik. Bahkan semestinya dia memperbanyak menutup amalannya dengan beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena begitulah sifat-sifat orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang sudah beramal dengan sebaik-baiknya namun masih merasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan kekurangan dirinya dalam beramal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Thن @Thk Aا و}g=RT5 و5w£ أg=:2 إ�6 رg=GR راTUwن > ?>l:6وا

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (tidak akan diterima). (Mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Al-Mu`minun: 60)

Page 5: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 4

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita ibadahi di bulan Ramadhan adalah yang kita ibadahi pula di luar bulan tersebut. Begitu pula rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah terputus dan berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan. Maka doa yang senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala di bulan tersebut janganlah kemudian kita tinggalkan di bulan berikutnya. Begitu pula membaca Al-Qur`an yang senantiasa kita lakukan di bulan Ramadhan, janganlah kita tinggalkan setelah berlalunya bulan tersebut. Bahkan ibadah puasa pun semestinya tetap kita lakukan meskipun di luar bulan tersebut. Karena masih sangat banyak puasa-puasa sunnah yang memiliki keutamaan yang besar bagi orang-orang yang menjalankannya. Begitu pula shalat malam, adalah amalan ibadah yang semestinya tidak berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan, meskipun dilakukan hanya dengan beberapa rakaat saja. Karena menjaganya adalah salah satu sifat wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

r g=:Rن رTC7> ~wAc86ا ?C g=RTBw �aA�XhنTiMB> gهAB{رز A:8@و AU8«و AaT

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (untuk mengerjakan shalat malam) dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menginfakkan dari sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka.” (As-Sajdah: 16) Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Di antara tanda yang menunjukkan diterimanya amalan kita adalah berlanjutnya amalan tersebut pada waktu berikutnya. Karena amalan yang baik akan menarik amalan baik berikutnya. Maka marilah kita senantiasa menjaga amalan-amalan kita dan janganlah kita kembali kepada perbuatan maksiat setelah kita bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingatlah wahai saudara-saudaraku, bahwa di depan kita ada timbangan amalan yang akan menimbang amalan-amalan kita yang baik dan amalan kita yang jelek. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

=A آT06AنM5h� وTwه=g اA:B6ر وهHa g. و@? T@ �:Mrاز<a 4B�وYF6 اOKr ?>l:6وا أ76Ar g:B=w ¥a g=KM2ون

“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” (Al-Mu`minun: 102-103) Hadirin rahimakumullah, Orang yang mengetahui betapa besarnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan betapa butuhnya dia terhadap rahmat tersebut tentu akan terus berusaha untuk beramal shalih sampai ajal mendatanginya, sekecil apapun bentuknya. Selama dirinya mampu untuk melakukannya, maka dia tidak

Page 6: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 5

akan meremehkannya. Sebagaimana perbuatan maksiat, maka diapun akan meninggalkannya dan tidak menyepelekannya, sekecil apapun bentuknya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ه7BC T اgH�C Qإذ gqXBK6�R 42T:i5h وT6Tihن Ta�Rاهg5C 4R gq6 pH6 A@ gq و42TeK0h هABGH و

“Dan kalian ucapkan dengan mulut-mulut kalian apa yang kalian tidak berilmu tentangnya dan kalian menganggapnya sebagai suatu yang sepele saja. Padahal hal itu di sisi Allah adalah sesuatu yang besar.” (An-Nur: 15) Akhirnya kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menerima amalan-amalan kita dan memberikan kekuatan kepada kita agar senantiasa mampu untuk menjalankannya. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni seluruh kesalahan kita.

b:eih اQ . هT اTMW6ر اTU8Kh A@gH[:O6ن وأOMWXI اQ 6¥ وgq6 وOAK6 اH85K86? @? آb ذOMWXIAa ،¢2وV إ4:2 أ}Tل. ARgHq0رك اQ 6¥ وa gq6¥ اkOi6ن اgH�U6، وBUM2¥ وإ<:Aآ4Ha A8R g @? ا¤<Aت واl6آO ا6Y واAi6در AB58C4H5C وgq58C وH@ ¥a A=5Uw�ان ]ABhABK، إ4:2 وf¥6 ذ6

Khutbah Kedua

46 اY586 و46 ا7806 وه�5C T آP Gb¥ء }O>7، وأP=7 أن: TMWر اTq:°6ر، وأP=7 أن Z: إ46 إZ: اQ و]Y>OP Z V7 46،اG7i@ 456 7806ر ا7i86ور و@GO�ف ا{<:Aم واT=f°6ر، وأ]48U2 b>�w �5C V78 وهT ا6اxUe6 واT°fB6ر، أ@:4RA0 7UR A وA8H5Kh g:5I آOHuا إ�6@7:80ا V7eC ور46TI اOH°e6 اO>l:B6 واOGK6اج اOHB86، ±5:� ا4H5C Q و46k �5C وأ±

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa menjaga ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan marilah kita senantiasa memikirkan betapa cepatnya berlalunya malam dan siang. Karena hal ini akan mengingatkan kita akan semakin dekatnya waktu perpindahan kita dari tempat beramal di alam dunia ini menuju saat pembalasan di akhirat nanti. Sehingga akan mendorong kita untuk segera memanfaatkan kesempatan yang ada untuk beramal shalih. Karena kesempatan hidup di dunia kalau tidak digunakan untuk ketaatan, maka kesempatan itu akan pergi dengan segera dan akan berakhir dengan penyesalan serta kerugian pada hari kiamat. Adapun apabila digunakan kesempatan hidup kita di dunia dengan ketaatan, niscaya akan kita rasakan hasilnya. Karena amal shalihlah sesungguhnya kekayaan yang akan kita bawa untuk hari akhir nanti. Adapun kekayaan yang berupa harta benda di dunia tidaklah bermanfaat kecuali kalau digunakan untuk beramal di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka apalah artinya kekayaan di dunia ini kalau akhirnya berujung dengan tidak memiliki apa-apa bahkan mendapat siksa di akhirat nanti. Sementara kalau kita gunakan kesempatan ini untuk beramal shalih maka kita akan mendapatkan kebahagiaan yang tidak akan pernah berakhir. Bahkan berlanjut dari mulai di dunia ataupun setelah kita

Page 7: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 6

berpindah ke alam kubur sampai ketika saat hari kebangkitan dan berikutnya akan mendapatkan kenikmatan yang selamanya di surga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

± b8C ?@?K[�R gهOwأ g=:B>��B6و £eGH« ةAH[ 4:BHH0B5a ?@ @ Tوه �u2أو أ Oذآ ?@ A06A نT58U> اT2Aآ A@

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan dia beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang sangat membahagiakan dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97) Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali lagi. Namun akan datang waktu-waktu berikutnya yang akan menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan kita. Maka bagi seorang muslim, waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Bahkan lebih berharga dari harta yang dimilikinya. Karena harta apabila hilang dari dirinya maka masih ada kesempatan untuk dicari. Adapun waktu apabila telah berlalu maka tidak akan bisa untuk didapatkan lagi. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan kesempatan hidup yang sangat sebentar ini dengan sebaik-baiknya. Janganlah amalan yang telah kita bangun pada bulan-bulan yang lalu kemudian kita robohkan lagi pada bulan berikutnya. Bahkan semestinya kita kokohkan dengan melanjutkan amalan tersebut pada bulan-bulan berikutnya. Dan janganlah kita mendekati setan setelah kita menjauhinya pada bulan Ramadhan yang lalu. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Di antara amal shalih yang sangat besar keutamaannya untuk dilakukan setelah bulan Ramadhan, yaitu pada bulan Syawwal, adalah puasa sunnah selama enam hari pada bulan tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Oم ا76:هAH�ن آAال آ:TP ?@ AXI 4Uehأ :g  نAc@م رA± ?@

“Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutkannya dengan puasa enam hari dari bulan Syawwal, maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim) Hadits ini menunjukkan betapa besarnya rahmat dan kebaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Yaitu barangsiapa yang puasa selama enam hari baik secara berurutan ataupun berselang-seling, mulai hari kedua di bulan Syawwal, maka dia akan mendapat pahala orang yang puasa selama satu tahun. Tentu saja ini adalah keutamaan yang tidak akan dilewatkan begitu saja oleh setiap muslim. Maka dia akan segera

Page 8: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 7

menunaikannya. Karena semakin cepat dilakukan maka akan semakin baik. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

TieXIAaا اOHµ6ات

“Maka berlomba-lombalah kalian (dalam berbuat) kebaikan.” (Al-Baqarah: 148) Namun keutamaan ini didapat bagi orang yang melakukannya setelah dia selesai menjalankan puasa Ramadhan baik dilakukan pada waktunya maupun di luar waktunya bagi yang memiliki hutang puasa. Untuk itu, semestinya orang yang memiliki hutang puasa segera membayarnya setelah hari raya Idul Fithri. Kemudian segera mengikutinya dengan puasa selama enam hari pada bulan tersebut. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita untuk selalu mendapatkan curahan rahmat-Nya.

5C gG5Iو Gb± :g=:567<اPا:O6ء اAM5µ6ا ?C :g=:56وارض ا ?HU8w4 أRA0±46 و أk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC م�T> �6ن إAK[·R g=6 ?HURA:X6وا £RA0:�6ا ~H8w ?C5¥ وCن وA8uCو O8Cو OqR ¥Rأ ? G76ا?> .?HآO°86ك واOG°6وأذل: ا ?H85K86م وا I¹ا :�Cأ :g=:567<?. اG[T86دك اAeC O�2وا ،?>G767اء اCأ OG@ن. ودAq@ Gbآ ¥a ?H85K86ال اT[أ±5� أ :g=:56ا .RT5{ �غh Z AB:Rر]8£ ر Y27:6 ?@ AB5eوه ABX>77 إذ هUR AB

رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ ا¤Orة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6ر. إY:2 أ2� اT6ه:Aب Qد اAeC ...و gآOآl> bH5�6ا gH�U6ا Qوا اOناذآTUB�h A@ g5U> Qوا Oeأآ Qا Oآl6و g48 <�دآU2 �5C VوOqPا

Page 9: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 8

Ahad, 06 Desember 2009 - 21:52:26, Penulis : Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc Kategori : Khutbah

Bersyukur di Hari Raya Idul Fithri

OHuا وA0eIن اOqR Qة 4 آأآOe، اQ أآA6 ،Oe إ46 إA:6 اQ واQ أآOe و456 ا7806، اQ أآOe آOHeا وا7806 56 آOe، اQ أآOe، اQ أآOe، اQ أآOe، اQ أآOe، اQ أآOe، اQ أآOe، اQ أآOe، اQاQ أآOe، اQ أA5H±42، وأ. وأAK[45 وإca �5C 42وOq°>4، وHa 42وOآl> 7اHC VدAeU6 عOP يl:6ا7806 456 ا@ V7BC يTXK> 46 Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=P V7eC 7 أن: @7:80ا=P42، وأ C7 وإeU6ا OI ¥a A

R 7ىX4 و@? اهRA0±46 وأk �5C4 وH5C Q42، ±5:� اAHehو j06AR Q45 اI46، أرTI7ورUR A:@أ ،V7ا=

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki nama-nama yang husna dan sifat-sifat yang sempurna. Puji dan syukur kita panjatkan kepada-Nya atas kemudahan agama yang telah dikaruniakan kepada hamba-hamba-Nya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh kaum muslimin yang mengikuti jalannya. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena, dengan sebab pertolongan-Nya kita semua bisa menjumpai seluruh hari di bulan puasa. Mudah-mudahan amal ibadah yang telah kita kerjakan di bulan yang penuh keutamaan tersebut diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan mudah-mudahan seluruh kesalahan serta kekurangan yang kita lakukan di bulan yang mulia tersebut diampuni oleh-Nya. Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Hari ini adalah hari yang penuh kebahagiaan bagi kaum mukminin. Betapa tidak. Kaum mukminin telah melewati bulan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala istimewakan. Kita juga telah dimudahkan oleh-Nya dalam mengisi hari-hari di bulan tersebut dengan berbagai bentuk ketaatan yang disyariatkan oleh-Nya. Kaum mukminin telah diberi taufiq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk meraih berbagai keutamaan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala curahkan di bulan tersebut. Karena itulah, kaum mukminin pada hari ini berbahagia dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan berbahagia karena semata-mata baju baru yang dipakainya. Bukan berbahagia karena beraneka ragam makanan dan minuman yang ada di hadapannya. Kaum mukminin bukanlah orang-orang yang berbangga karena dunia yang telah diperolehnya. Akan tetapi mereka bangga dan bahagia karena pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dikaruniakan kepadanya, sehingga bisa menjalankan berbagai amal ketaatan selama hari-hari

Page 10: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 9

yang dilaluinya di bulan Ramadhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

}bcMR b اQ وT[OMH5a Y6lea 4X8[ORا هTU8�> A:8@ OHr Tن

“Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan’.” (Yunus: 58) Hadirin rahimakumullah, Hari ini adalah hari untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berdzikir kepada-Nya. Sekaligus hari ini adalah hari untuk makan dan minum. Kaum muslimin dilarang berpuasa pada hari yang penuh kegembiraan ini. Berpuasa pada hari ini berarti telah menyelisihi syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun bagi kaum muslimin yang hendak berpuasa 6 hari di bulan Syawwal, maka baru bisa dilakukan setelah masuk pada hari yang kedua dan seterusnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Oم ا76:هAH�ن آAال آ:TP ?@ AXI 4Uehأ :g  نAc@م رA± ?@

“Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutkannya dengan puasa enam hari dari bulan Syawal, maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim) Kaum muslimin rahimakumullah, Perlu diketahui, hari raya bukanlah hari untuk berfoya-foya dengan menghambur-hamburkan harta yang tidak pada tempatnya. Bukan pula sebagai hari untuk menikmati hiburan-hiburan yang dipenuhi dengan pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat. Berhari raya bagi kaum muslimin bukanlah saat untuk berhura-hura dengan membanggakan dunia dan menyombongkan diri, sebagaimana yang dilalukan oleh orang-orang kafir dalam mengisi hari raya mereka. Hari raya kaum muslimin adalah saat untuk berbahagia dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan berbagai ketaatan. Di antaranya, kaum muslimin mengeluarkan zakat fitrah pada hari ini sebelum menjalankan shalat ‘Ied, meskipun boleh juga untuk mengeluarkannya dua atau tiga hari sebelumnya. Selanjutnya, pada hari ini pula kaum muslimin keluar dari rumahnya masing-masing sembari bertakbir menuju ke tanah lapang untuk mengerjakan shalat ied, setelah sebelumnya disunnahkan bagi mereka untuk mandi, memakai wewangian serta pakaian yang bagus dan makan sebelum mendatangi shalat. Shalat ‘Ied ini lebih utama dilakukan di tanah lapang, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu

Page 11: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 10

‘alaihi wa sallam. Kemudian disunnahkan pula bagi kaum muslimin ketika pulang menuju ke rumah setelah selasai dari shalat ied untuk melalui jalan lain (yang berbeda), bukan jalan yang dilaluinya saat berangkat menuju tanah lapang. Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Di antara kebiasaan yang dilakukan oleh kaum muslimin adalah saling berjabat tangan dan mengucapkan doa serta ucapan selamat hari raya. Kebiasaan tersebut, sebagaimana diterangkan oleh sebagian ulama adalah kebiasaan yang tidak bertentangan dengan syariat. Kebiasaan ini justru bisa menumbuhkan rasa saling mencintai dan menghilangkan rasa permusuhan di antara kaum muslimin. Oleh karena itu, kebiasaan tersebut boleh dilakukan. Hanya saja, tidak boleh bagi laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya untuk saling berjabat tangan. Adapun kebiasaan mengkhususkan hari raya untuk melakukan ziarah ke kubur, maka hal ini tidaklah ada dasarnya baik di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah yang shahih. Oleh karena itu, tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkan hari ini sebagai saat untuk berziarah kubur. Hadirin rahimakumullah, Pada hari raya ini, marilah kita merenungkan, betapa banyak saudara-saudara kita kaum muslimin yang pada tahun-tahun yang lalu ikut shalat ied dan ikut menikmati hari raya bersama kita. Namun saat ini mereka tidak berada lagi di muka bumi ini. Mereka telah berpindah dari tempat beramal di kehidupan dunia yang sesaat ini, menuju ke tempat pembalasan amalan di kehidupan yang abadi di akhirat. Mereka meninggalkan keluarga, rumah, dan harta mereka. Tidak ada yang mereka bawa untuk kehidupan akhiratnya kecuali amalan-amalan yang telah dikerjakan saat di dunia. Harta, anak, jabatan, dan lain-lainnya tidak bisa menghalangi datangnya kematian. Maka janganlah seseorang tertipu dengan gemerlapnya dunia. Pakaian yang indah, kendaraan yang mewah, dan perhiasan dunia yang lainnya tidaklah menjadi jaminan bahwa dirinya akan menjadi orang yang berbahagia. Semua itu, kalaulah tidak menjadikan dirinya menjadi orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidaklah berguna. Karena, sebaik-baik yang kita pakai adalah pakaian takwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

AB6�2ءادم }7 أ ¥BRA>> g=:5U6 Qت اA>ءا ?@ Y6ذ OHr Y6ى ذTi:X6س اAe6و A°>ور gqhkTI اريT> AIAe6 gqH5CونO:آ:l

“Wahai anak Adam (yaitu umat manusia), sungguh Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Namun pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, agar mereka selalu ingat.” (Al-A’raf: 26) Hadirin rahimakumullah, Oleh karena itu, setiap muslim semestinya senantiasa mengingat bahwa harta, keluarga, dan seluruh perhiasan dunia yang sekarang bersamanya pasti

Page 12: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 11

akan berpisah dengannya. Setiap orang juga harus mengingat bahwa tubuhnya akan ditimbun dan dikubur dalam tanah serta akan dimakan oleh binatang-binatang yang ada di dalamnya. Maka, akankah seorang muslim menjadikan hari rayanya untuk berhura-hura serta membuang-buang harta untuk acara-acara yang bercampur dengan maksiat? Sungguh, seandainya seseorang tahu bahwa ibadah yang dia lakukan di bulan Ramadhan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka semestinya dia bersyukur dan bukan berhura-hura. Karena berhura-hura adalah akhlak orang-orang kafir dalam merayakan hari rayanya. Adapun kalau dirinya tahu bahwa amalannya tidak diterima, maka bagaimana dirinya sanggup untuk berhura-hura pada hari ini? Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Ketahuilah, bahwa kita telah dikaruniai nikmat yang paling besar, yaitu nikmat Islam. Nikmat yang tidak tertandingi oleh seluruh nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala lainnya yang besar. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mensyukuri nikmat yang paling besar ini. Yaitu dengan senantiasa mempelajari agama Islam melalui ahlinya agar kita menjadi orang-orang yang paham terhadap ajaran Islam dan bisa menjalankan agama dengan benar. Karena sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa pahamnya seseorang terhadap agamanya menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kebaikan untuk dirinya. Hadirin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwa Islam bukanlah sekadar sebuah pengakuan semata tanpa ada pengamalan terhadap ajaran-ajaran yang ada di dalamnya. Namun Islam adalah agama yang mewajibkan pemeluknya untuk beribadah kepada Al-Khaliq, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Sang Pencipta. Islam juga mewajibkan pemeluknya berbuat baik kepada makhluk yang diciptakan-Nya. Persaksian seorang muslim terhadap kalimat La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah mengandung konsekuensi yang mengharuskan orang yang mengucapkannya untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada syirik sedikitpun, serta beribadah hanya dengan syariat yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa mengada-adakan ibadah baru atau bid’ah yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, seorang muslim harus menjadi orang yang bertauhid, yaitu orang yang beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan seluruh perbuatan syirik. Karena dengan tauhid inilah, amalan ketaatan yang lainnya akan bernilai ibadah. Adapun tanpa tauhid, maka ibadah sebesar dan sebanyak apapun tidak akan bernilai di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam firman-Nya:

وT6 أOPآTا A@ g=BC ½e06 آT2Aا <T58Uن

Page 13: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 12

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88) Sebanyak dan sebesar apapun ibadah yang dilakukan oleh seseorang –meskipun dikerjakan dengan ikhlas– tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bila amalan tersebut tidak sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

4H5C pH6 أ@T=a A2O رد¿ 8C b8C ?@

“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada syariatnya dari kami, maka amalan tersebut ditolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Kaum muslimin rahimakumullah, Disamping itu, seorang muslim juga harus menundukkan jiwanya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya adalah kewajiban yang paling besar setelah menjalankan dua kalimat syahadat yaitu kewajiban shalat lima waktu serta menjalankan rukun Islam yang lainnya. Begitupula, dia pun menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya, seperti bertaubat, menunaikan amanah, jujur, dan kewajiban lainnya serta menjauhi larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti berkhianat, berdusta, ghibah, namimah, memakai pakaian yang menampakkan aurat, dan kemaksiatan lainnya. Hadirin rahimakumullah, Disamping menjalankan kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agama Islam juga memerintahkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik kepada orang lain. Islam memerintahkan pemeluknya untuk senantiasa berbuat baik kepada orangtuanya, kerabatnya, tetangganya, fakir miskin, anak yatim, dan yang lainnya. Oleh karena itu, ketika seorang muslim berbicara dengan orangtuanya, dia akan berkata dengan kata-kata yang baik dan tidak menyakitkan keduanya. Begitupula, dia membantu kebutuhan-kebutuhan mereka dan tidak menyombongkan diri di hadapan kedua orangtuanya. Seorang muslim juga sosok yang menyambung hubungan dengan kerabatnya atau yang diistilahkan dengan silaturahim. Dia juga orang yang berbuat baik dan tidak menyakiti tetangganya. Selanjutnya, agama Islam juga memerintahkan kepada para suami untuk berbuat baik kepada istrinya, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وOPACوه?: OU86ARوف

“Dan bergaullah (kalian wahai suami) dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik.” (An-Nisa: 19)

Page 14: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 13

Sebaliknya, seorang istri juga diperintahkan untuk menaati dan berkhidmat kepada suaminya, dengan cara membantu keperluan-keperluan suaminya. Karena dia tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan suaminya sebagai pemimpin bagi dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اAwGO6ل }T:ا@Tن �5C اAKGB6ء

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (An-Nisa: 34) Hadirin rahimakumullah, Agama Islam juga melarang pemeluknya untuk menyakiti harta, jiwa, dan kehormatan saudaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam firman-Nya:

X=R اT58X[7 اia اTeKXاآ A@ OHWR تAB@ @HB? وا86 ذون ا86 > ?>l:6واABHe@ A8 وإ A2A

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58) Bahkan meskipun kaum muslimin membenci orang-orang kafir karena orang-orang kafir adalah orang-orang yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka tidaklah diperbolehkan untuk berbuat zalim kepada orang-orang kafir. Sehingga apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin saat-saat ini, dengan melakukan aksi bom bunuh diri di beberapa tempat, meskipun dengan alasan berjihad melawan orang kafir, adalah perbuatan yang sangat bertentangan dengan syariat Islam. Karena perbuatan tersebut pada dasarnya adalah perbuatan bunuh diri yang merupakan salah satu dosa yang sangat besar. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

£@AHi6م اT> 4R بlC AH2f76ا ¥a ء¥°R 4KM2 bX{ ?@و

“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia, maka dia akan disiksa dengan sesuatu (yang digunakan untuk membunuh dirinya di dunia tersebut) pada hari kiamat.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim) Disamping itu, aksi bom bunuh diri tersebut juga melanggar syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang melarang hamba-Nya untuk membunuh jiwa

Page 15: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 14

yang diharamkan-Nya. Di antara jiwa yang diharamkan untuk dibunuh, selain jiwa kaum muslimin, adalah jiwa orang-orang kafir yang telah mendapat jaminan keamanan atau melakukan perjanjian untuk tidak diperangi. Apalagi pada kenyataannya, di antara korban yang meninggal akibat pengeboman-pengeboman tersebut sebagiannya adalah kaum muslimin. Maka sangat jelas bahwa perbuatan tersebut adalah dosa besar dan sangat jauh dari amalan jihad yang disyariatkan dalam Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Gj06AR A:6إ Qم ا:O[ ¥X:6ا pM:B6ا اT5Xih A6و

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (Al-An’am: 151) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

£:B�64 اH5C Qم ا:O[ 4=Bآ OH� ¥a ه7اAU@ bX{ ?@

“Barangsiapa yang membunuh orang kafir yang terikat perjanjian (dengan kaum muslimin) sebelum waktunya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan baginya surga.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i) Hadirin rahimakumullah, Akhirnya, marilah kita senantiasa menjaga diri-diri kita dari kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan berhati-hati dalam memahami dan mengamalkan agama kita. Jalannya tidak lain adalah dengan kembali kepada para ulama, sehingga kita bisa memahami agama Islam sebagaimana yang dipahami oleh manusia-manusia terbaik yang telah mempelajari agama ini secara langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan hidayah-Nya kepada kita semuanya, juga kepada para pemimpin bangsa kita untuk berjalan di atas syariat-Nya. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadikan negeri kita dan negeri seluruh kaum muslimin menjadi negeri yang aman dan tenteram serta diberi rahmat oleh-Nya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Rabb Yang Maha mengabulkan doa.

�5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو b± :g=:56ا?HU8w4 أRA0±46 وأk .?HآO°86ك واO°6وأذل: ا ?H85K86م وا I·6ا :�Cأ :g=:56ن. اAq@ bآ ¥a ?H85K86ال اT[أ±5� أ :g=:56ا . AB@k 75e6ا اlه bUwا :g=:56ا R OAIو ABF8�@?H86AU6رب: ا A> ،£:@AC ?H85K86د ا .?H86AU6وا7806 456 رب ا ،?H5IO86�5 اC مA5Iن، وTM�> A:8C ة:�U6رب ا YRن رA0eI

Page 16: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 15

Jum'at, 20 Juni 2008 - 02:27:26, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc. Kategori : Khutbah

Berwudhu dan Tata Caranya

:Zإ46 إ Z 7 أن=Pوأ ،?>OG=�X86ا f¢0>و ?HRا:T:X6ا f¢0> ،?H86AU67 أن: @7:80اا7806 456 رب ا=Pوأ ،?>G7646 ا A�5µ@ 46 Y>OP Z V7[و Q46 اk �5C4 وH5C Q5:� ا± ،?H@}دق اA:�646 اTIور V7eC

7UR A:@ا، أOHuآ A8H5Kh g:5Iو ،?>G76م اT> �6ن إAK[·R g=6 ?HURA:X64 واRA0±وأ aOC6� واAUh Qا اTi:hس، اA:B6ا A=f>أgqB>م دAq[أ ?@ gqH5C Q4 اewأو A@ اT

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa panjatkan puji syukur kita ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas berbagai nikmat-Nya yang telah dikaruniakan kepada kita. Terlebih nikmat yang paling besar, yaitu nikmat Islam. Nikmat yang tidak tertandingi besarnya oleh nikmat-nikmat lainnya. Oleh karena itu kita harus senantiasa bersemangat di dalam mempelajari dan mengamalkannya dalam kehidupan kita. Sebagaimana juga kita harus senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mengaruniakan kepada kita istiqamah di atas agama-Nya sampai ajal mendatangi kita. Hadirin rahimakumullah, Di antara permasalahan penting dalam agama kita yang harus dipelajari adalah perkara yang berkaitan dengan tata cara berwudhu. Karena hal ini berkaitan dengan sah dan tidaknya pelaksanaan ibadah yang paling besar setelah kewajiban dua kalimat syahadat, yaitu shalat lima waktu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

�ÁTX> �:X[ إذا أ]7ث gة أ]7آ ± Qا bei> Z

“Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima shalat salah seorang dari kalian apabila berhadats (kecil) sampai dia berwudhu.” (Muttafaqun ‘alaih) Saudara-saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah, Berkaitan dengan kewajiban berwudhu ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ة T5K�Aaا وTwهgq وأ<gq>7 إ�6 اO86اja وا@ وgqI وأرgq5w إ�6 اT0K?HeUq6ا ORء<Aأ<A=f اTB@k ?>l:6ا إذا }gX8 إ�6 ا�6:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah wajah kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan

Page 17: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 16

usaplah kepala dan (basuhlah) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki.” (Al-Ma`idah: 6) Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada orang yang terkena hadats kecil untuk berwudhu jika ingin menjalankan shalat. Begitu pula Allah Subhanahu wa Ta’ala jelaskan dalam ayat tersebut bahwa anggota-anggota badan yang harus terkena wudhu adalah wajah, kedua tangan sampai siku, kepala, serta kedua kaki sampai mata kaki. Demikian pula diterangkan dalam ayat tersebut bahwa untuk bagian wajah, kedua tangan dan kaki maka kewajibannya adalah dengan membasuhnya, yaitu dengan mengalirkan air ke bagian tersebut. Adapun untuk bagian kepala maka kewajibannya hanyalah dengan mengusapnya, yaitu cukup dengan mengusapkan tangan yang telah dibasahi air ke kepala dan tidak perlu dengan mengalirkan air wudhu ke kepala. Walaupun perlu diketahui, jika ada seseorang yang tangannya atau anggota wudhu lainnya terdapat luka dan tidak boleh terkena air maka tidak perlu baginya untuk membasuhnya. Akan tetapi kewajibannya adalah menutup bagian luka tersebut dengan kain atau semisalnya, dan selanjutnya cukup baginya untuk mengusapnya. Namun tidak boleh baginya untuk menutup lukanya lebih dari kebutuhan sehingga terlalu banyak menutup bagian yang tidak ada lukanya. Jama’ah jum’ah yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala Berdasarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berkaitan dengan wudhu, para ulama menyebutkan bahwa termasuk dari kewajiban membasuh wajah adalah berkumur-kumur dan istinsyaq. Demikian pula para ulama menjelaskan bahwa termasuk dari kewajiban mengusap kepala adalah kewajiban untuk mengusap telinga. Oleh karena itu, sudah semestinya bagi kita untuk menjalankan kewajiban ini dengan bersungguh-sungguh. Baik dalam berkumur-kumur, yaitu dengan memasukkan air dan memutarnya di dalam mulut maupun dalam melakukan istinsyaq yaitu bersungguh-sungguh ketika memasukkan air ke hidung, kecuali apabila dalam keadaan sedang berpuasa. Hadirin rahimakumullah, Perlu diketahui, bahwa yang dimaksud dengan kewajiban mengusap kepala dalam berwudhu adalah mengusap seluruh bagian kepala dan bukan sebagiannya saja. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

A إ�6 ا6ـAq8ن اl:6ي 7Rأ @7R4Bأ 7i8R:م رأX[ 4I:� ذه¢ A8=R إg  VAM{ �6: رد:ه8

“(Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengusap kepala) memulai dari bagian depan kepalanya dan kemudian menjalankan kedua telapak tangannya sampai ke (batas) tengkuknya, kemudian mengembalikan lagi kedua telapak tangannya ke tempat memulai mengusapnya (bagian depan

Page 18: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 17

kepala).” (Muttafaqun ‘alaih) Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk mencontoh apa yang dilakukan oleh suri teladannya yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengusap kepala. Yaitu dengan mengusap seluruh kepalanya dan bukan hanya sebagiannya saja. Hadirin yang mudah-mudahan dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Keterangan tentang tata cara wudhu dengan lebih lengkap bisa kita pelajari dalam beberapa hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya disebutkan dalam hadits:

bK� :g  OuBXIوا j°BXIوا Ã8c8h :g  ات:O@ ث   4H:Mآ bKWa ءTÁTR ACن دA8uC :إ6¥ ا6أن �B8H6ا V7> bK� :g  ات:O@ ث   4=wو bK� :g  4IأOR �K@ :g  Y6ذ bu@ ىOKH6ا :g  ات:O@ ث   jaO8ـث @O:ات  g: اOKH6ى @bu ذA{ :g  Y6ل   ?HeUq6إ�6 ا �B8H645 اwر :Áو T02 �:ÁTh g5I4 وH5C Q�5 ا± Qل اTIارأ<� رlئ هT

“Adalah ‘Ustman bin ‘Affan meminta untuk didatangkan padanya air wudhu, maka kemudian beliau mencuci kedua telapak tangannya tiga kali kemudian berkumur-kumur sambil memasukkan air ke hidung serta mengeluarkannya, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya sampai ke siku tiga kali dan setelah itu tangan yang kiri juga demikian, selanjutnya mengusap seluruh kepalanya, membasuh kakinya yang kanan tiga kali dan kemudian kaki yang kiri juga demikian. Setelah itu beliau mengatakan: “Saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu seperti wudhuku ini.” (Muttafaqun ‘alaih) Disebutkan dalam hadits yang lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

C Qا gIا Oآl> gء 6ـ8? 6ـTÁو Z4H5

“Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika melakukannya.” (HR. Ahmad dan yang lainnya dan dihasankan oleh Al-Albani rahimahullahu di dalam kitabnya Al-Irwa`) Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Untuk lebih jelasnya dalam tata cara menjalankan wudhu, maka kami bawakan berikut ini keterangan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu dalam salah satu bukunya. Beliau rahimahullahu menyebutkan bahwa tata cara wudhu adalah sebagai berikut: 1. Berniat untuk berwudhu di dalam hati dengan tidak mengucapkannya. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melafadzkan

Page 19: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 18

niatnya baik di dalam wudhu maupun shalatnya, dan juga seluruh ibadahnya. Begitu pula karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui apa yang ada di dalam hati sehingga tidak ada perlunya untuk diberitakan lewat lisannya.

2. Kemudian menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan membaca bismillah. 3. Kemudian mencuci telapak tangannya tiga kali. 4. Kemudian berkumur dan istinsyaq (yaitu memasukkan air ke hidung) tiga kali. 5. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Yaitu secara melebar dari telinga ke telinga dan memanjang dari mulai tempat biasanya tumbuhnya

rambut di kepala bagian atas sampai ke ujung dagu/jenggot. 6. Kemudian membasuh kedua tangannya tiga kali dari mulai ujung jari tangan sampai ke siku, dimulai dari tangan yang kanan dan setelah itu

yang kiri. 7. Kemudian mengusap kepalanya sekali yaitu dengan membasahi kedua telapak tangannya dan mengusapkannya dari mulai bagian depan kepala

terus ke belakang hingga batas tengkuknya dan kemudian dikembalikan ke bagian depan kepala lagi. 8. Kemudian mengusap kedua telinganya sekali dengan memasukkan kedua telunjuknya ke bagian dalam lubang telinga dan kedua ibu jarinya

mengusap bagian luar telinga. 9. Kemudian membasuh kakinya tiga kali dimulai dari ujung jari kaki sampai ke kedua mata kaki. Dimulai dari kaki yang kanan dan setelah itu

kaki yang kiri.

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Selanjutnya dianjurkan bagi kita setelah berwudhu untuk membaca doa:

4 إZ: اQ و]Y>OP Z V7 46 وأP=7 أن: @7:80ا V7eC ور46TIأP=7 أن Z إ6

Dalam riwayat lainnya yang dishahihkan oleh Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu ada tambahan: ¥B5Uwوا ?HRا:T:X6ا ?@ ¥B5Uwا :g=:56ا ?>O=�X8ا6ـ ?@

Maka dengan membaca doa tersebut kita berharap akan mendapatkan keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam shahihnya. Yaitu bahwasanya orang yang berwudhu dengan sebaik-baiknya dan kemudian dia berdoa dengan doa tersebut maka akan dibukakan baginya pintu-pintu surga. Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Page 20: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 19

Sebagian ulama menjelaskan, bahwa di antara hikmah dijadikannya anggota wudhu adalah wajah, tangan, kepala dan kaki adalah karena keempat anggota badan inilah yang banyak digunakan untuk beramal. Sehingga kita berharap dengan wudhu yang kita lakukan akan menjadi sebab dihapusnya kesalahan-kesalahan kita yang muncul dari keempat anggota badan tersebut. Baik yang berkaitan dengan wajah seperti kesalahan-kesalahan mata dalam memandang maupun kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh lisan saat berbicara. Begitu pula yang berkaitan dengan kepala, seperti kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh telinga dalam mendengar. Ataupun yang berkaitan dengan kesalahan-kesalahan kedua tangan maupun kedua kaki. Oleh karena itu semestinya kita berusaha menghadirkan hati ketika berwudhu untuk mendapatkan keutamaan tersebut. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan kepada kita dalam menjalankan perintah-perintah-Nya dan menerima amalan-amalan kita serta mengaruniakan kepada kita berbagai keutamaan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi hamba-hamba-Nya.

OMWXIAوAi[ V و TRThا إA{7± 4H6 إ4:2 هT أ}Tل @TU8Kh Aن وأOMWXI اQ 6¥ وgq6 وOAK6 اH85K86? @? آb ذARgHq0 .a ،¢2رك اQ 6¥ وa gq6¥ اkOi6ن اgH�U6، وBUM2¥ وإ<:Aآ4Ha A8R g @? ا¤<Aت واl6آO ا6gH[:O6ر اTMW6ا

Khutbah Kedua

>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=P42، وأAK[45 وإca �5C ?H86AU67 أن: ا7806 456 رب ا=P46 وأ YQ�5 ا76<? آ45، ±5:� اC VO=�H6 j06ـ=7ى و د<? ا6ـAR 45I46، أرTIور V7eC 46 @7:80اk �5C4 وH5C 7UR A:@ا، أOHuآ A8H5Kh g:5I4 وRA0±وأ:

�6AUh Qا اTi:hس، اA:B6ا A=f>أ @AHi6م اT> 4BC �لK> ،4R7 ورeU6ا ?HR £2A@ء أTÁT6AR ة :�56 Of=�:X6ا أن: اT85Cوا£ .

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita berupaya untuk menjalankan agama Islam ini dengan sebaik-baiknya. Yaitu dengan mengikuti para sahabat dan para ulama yang mengikuti mereka di dalam memahami petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kitab-Nya dan petunjuk Rasul-Nya di dalam hadits-hadits yang shahih. Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Menunaikan wudhu adalah amanah yang seseorang akan dimintai pertanggungjawabannya dalam pelaksanaannya di akhirat kelak. Oleh karena itu, seorang yang beriman tentu akan menjalankan wudhu dengan sebaik-baiknya. Karena orang yang beriman adalah orang yang memiliki sifat amanah, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

Page 21: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 20

واl:6<? هg=hA2A@} g وC=7هg راTCن

“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (Al-Mu`minun: 8) Oleh karena itu tidak boleh bagi seseorang untuk bermudah-mudahan dalam menunaikan wudhu. Seperti yang dilakukan sebagian orang yang hanya menyiramkan air ke tangan atau kakinya. Sementara itu dia tidak memerhatikan apakah airnya telah merata mengenai seluruh bagian yang harus terkena air wudhu atau belum. Padahal apabila ada bagian anggota wudhu yang harusnya terkena air namun tidak dikenakan padanya air, maka wudhunya tidak sah. Sehingga bisa jadi seseorang selama bertahun-tahun merasa telah menjalankan shalat namun pada kenyataannya dia belum menjalankannya karena wudhu yang dia lakukan tidak sah. Hadirin rahimakumullah Begitu pula dalam menggunakan air, maka tidak boleh bagi kita untuk berlebih-lebihan sehingga menyelisihi apa yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semestinya kita berusaha sebisa mungkin untuk hemat dalam menggunakan air. Karena demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana tersebut dalam hadits:

:ÁTX> g5I4 وH5C Q�5 ا± Qل اTIن رA6ـ78آAR �

“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berwudhu hanya menggunakan air sebanyak satu mud (secakupan 2 telapak tangan).” (Muttafaqun ‘alaih) Dari hadits tersebut kita mengetahui bahwa apa yang dilakukan oleh sebagian orang yang berlebih-lebihan dalam menggunakan air sehingga terkadang untuk mencuci satu kaki saja menggunakan satu atau dua gayung air adalah perbuatan yang menyelisihi apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saudara-saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah, Demikianlah beberapa hal penting berkaitan dengan wudhu. Adapun untuk lebih rinci lagi, maka bisa kita dapatkan insyaallah melalui majelis-majelis ilmu. Akhirnya, marilah kita berusaha untuk benar-benar mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sebaik-baik kalam adalah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

Page 22: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 21

sallam. Sebagaimana sejelek-jelek amalan adalah amalan ibadah yang diada-adakan dan amalan ibadah yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menunjukkan kepada kita jalan-Nya yang lurus dan memasukkan kita semua ke dalam surga-Nya. Amiin.

?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ ABHe2 �5C Qو±5:� ا .?H86ـAU6وا6ـ780 456 رب ا

Page 23: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 22

Selasa, 01 Desember 2009 - 07:10:47, Penulis : Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc Kategori : Khutbah Jum`at

Hakikat Iman dan Sebagian Sifat Orang Beriman

:Z 7 أن=Pن، وأA8>·56 4X>7ا=R ءA°> ?@ �5C f?8> ،نABX@A6وا bcM6ا7806 456 ذي اAaرAC A=6A{ ?86 ¢wTh دةA=P 46 Y>OP Z V7[و Qا :Z7 أن: @7:80ا إ46 إ=Pن، وأAB�6ل اTrد AهAcXi8R @AC AهABU86

C Qن، ±5:� اA{OM6ت @? ا6=7ى واABHRس وA:B56 ن ه7ىkOi64 اH5C 46 أ2�لTIور V7eCURA:X64 واRA0±46 وأk �5C4 وH57UR A:@ا، أOHuآ A8H5Kh g:5Iن وAK[·R g=6 ?H أ<A=f اA:B6س، أو±gqH وTiXR ¥KM2ى اAa 7ia Qز اTi:X86ن

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang memiliki berbagai keutamaan dan kebaikan, yang mengaruniakan nikmat Islam kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Saya juga bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh kaum muslimin yang berjalan di atas sunnahnya. Jamaah jum’ah yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan serta keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dengan ketakwaan kepada-Nya seseorang akan dimudahkan dalam berbagai urusannya. Selain itu, keimanan adalah karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar bagi hamba-hamba-Nya. Tanpa pertolongan-Nya, seseorang tidak bisa untuk meraihnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

?H{دA± gXBن إن آA8>·56 gأن ه7اآ gqH5C f?8> Qا bR

“Bahkan Allahlah sebenarnya yang melimpahkan nikmat kepada kalian dengan menunjukkan kalian kepada keimanan jika kalian adalah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 17) Hadirin rahimakumullah, Namun perlu diketahui, bahwasanya iman yang merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar bukanlah sekadar ucapan dengan lisan. Namun iman sebagaimana diterangkan para ulama setelah merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, adalah keyakinan dalam hati, pengucapan

Page 24: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 23

dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan. Iman akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Hal ini di antaranya sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Muhammad ibnu Husain Al-Ajurri rahimahullahu di dalam kitabnya Asy-Syari’ah, beliau rahimahullahu menyebutkan: “Ketahuilah –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rahmat-Nya kepada kami dan kepada kalian– sesungguhnya yang diyakini oleh seluruh ulama kaum muslimin adalah bahwasanya iman adalah perkara wajib (yang harus dimiliki) oleh seluruh manusia, dan (iman) adalah pembenaran di dalam hati dan pernyataan dengan lisan serta pengamalan dengan anggota badan. Kemudian, ketahuilah (pula) bahwasanya tidaklah mencukupi sekadar ma’rifah (meyakini adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan pembenaran di dalam hati, kecuali bersamanya ada iman (yang diwujudkan) dalam bentuk pengucapan dengan lisan. Begitu pula tidaklah mencukupi sekadar ma’rifat (keyakinan) di dalam hati dan pengucapan dengan lisan, sampai adanya pengamalan dengan anggota badan. Apabila terkumpul tiga perkara ini (pada seseorang) maka dia adalah seorang yang beriman. Hal ini sebagaimana ditunjukkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta penjelasan para ulama kaum muslimin.” Hadirin rahimakumullah, Seandainya iman sekadar pengakuan dengan lisan, tentu orang-orang munafik akan masuk ke dalam golongan orang-orang yang beriman. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan dalam firman-Nya:

?HB@ 8R gه A@و OrÅ6م اTH6ARو QAR A:B@ل ءاTi> ?@ سA:B6ون. و@? اOU°> A@و g=KM2أ A:6ن إTC7µ> A@ا وTB@ءا ?>l:6وا Qن اTCدAµ>

“Dan di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan hari akhir’, padahal mereka itu sesungguhnya bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak menyadarinya.” (Al-Baqarah: 8-9) Begitu pula, apabila iman sekadar meyakini adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membenarkan di dalam hati, tentunya iblis dan orang-orang musyrikin dahulu termasuk golongan orang-orang yang beriman. Karena iblis adalah makhluk yang mengetahui adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, orang-orang musyrikin dahulu adalah orang-orang yang mengakui kebenaran, namun karena kesombongan dan fanatiknya kepada ajaran nenek moyangnya mereka tidak mau menyatakan keimanan dengan lisannya dan tidak mau mengikuti agama Rasul yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang kafir dalam ayat-Nya:

Page 25: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 24

7KM<?و70wوا A=R واA=XBiHXI أA85Æ g=KM2 وT5Cا O�2Aa آH� آAن e{AC£ ا86

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berbuat kerusakan.” (An-Naml: 14) Maka jelaslah bahwa iman itu tidak cukup dengan sekadar keyakinan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, namun harus dibuktikan dengan amalan. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu mengatakan:

O{و A@ 4:Bq6و ¥B8:X6AR Z50¥ و:X6AR نA8>·6ا pH6 لA8C�64 اX{7±ب وT5i6ا ¥a

“Bukanlah iman itu sekadar pengakuan dan bukan pula sekadar angan-angan, akan tetapi iman adalah keyakinan yang menancap ke dalam hati dan dibuktikan dengan amalan.” Jama’ah jum’ah rahimakumullah, Sesungguhnya iman memiliki tanda-tanda sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, seseorang yang menginginkan dirinya termasuk dalam tingkatan orang-orang yang beriman, semestinya berusaha untuk memiliki tanda-tanda tersebut. Di antaranya disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

g=h4 زادhA>ءا g=H5C �H5h وإذا g=RT5{ �5wا4:56 و Oإذا ذآ ?>l:6ن اTB@ اT8Hi> ?>l:6ن اA5:�6ة و@A:8 رز}ABهTiMB> gن. إ<A2A8 و�5C رTX> g=GRآ:T5نإA8:2 ا86

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang bila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal. (Mereka) adalah orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Al-Anfal: 2-3) Hadirin rahimakumullah, Kalau kita memerhatikan ayat tersebut mungkin banyak di antara kita yang jauh dari memiliki tanda-tanda orang yang beriman. Dalam masalah tawakkal misalnya, banyak di antara kita yang masih banyak bersandar pada kemampuan, keahlian, atau tenaganya serta lupa dalam menyerahkan urusannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan ada di antara kaum muslimin yang perbuatannya menunjukkan tidak meyakini akan kemahakuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap segala sesuatu. Hal ini terlihat pada sebagian kaum muslimin yang tidak mencukupkan dirinya

Page 26: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 25

dengan yang halal dalam mencari rezeki. Seakan-akan mereka tidak akan mendapatkan rezeki kalau hanya menggunakan cara yang halal. Padahal semestinya seorang muslim senantiasa bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yakin akan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya, selama dirinya menggunakan cara yang halal dalam hal mencari rezeki atau yang lainnya. Jama’ah jum’ah rahimakumullah, Akhirnya, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar senantiasa diberi kemudahan untuk dan mencintai keimanan serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberi kekuatan untuk selalu membenci kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.

VOq إABH6 اOMq6 واTKM6ق واAH�U6ن وا7806 456 رب اH86AU6?هlا وK2�ل ا�C Q: وbw: أن <e0¢ إABH6 اA8>·6ن و<�<ABRT5{ ¥a 4B وأن < Khutbah Kedua

4B@ g=0B@ن وAB�6ا ¥a دT5µ6ا g7هCن ووA8>·6ا b7ح أه@ ،?H86AU6ا7806 456 رب ا ÁO6وا £:e08646، اTIور V7eC 7 أن: @7:80ا=P46 وأ Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=Pان، وأT �5C4 وH5C Q5:� ا±

<Tم ا76<?، أ@:46k 7UR A و4XRA0± أHU8w? و@? AK[·R g=Uehن إ�6

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membuktikan keimanan kita dengan memiliki sifat-sifat orang yang beriman. Hadirin rahimakumullah, Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam firman-Nya telah menyebutkan beberapa sifat orang yang beriman. Di antaranya sebagaimana yang disebutkan dalam sepuluh ayat yang pertama di dalam surat Al-Mu’minun:

@TBن 8a? . إ�5C A:6 أزواg=w أو @q5@ A� أ<H@T5@ OH� g=:2·a g=2A8?. واl:6<? هOM6 gوT�aA[ g=wن. واl:6<? هg �56:آAة T5CAaن. @TÁOUنواl:6<? هC g? اTW:56 . اl:6<? هTUPAr g=hA5± ¥a gن. }7 أ5a� ا86اT O> ?>l:6ن اOM6دوس ه76Ar A=Ha gون. أوYF6 هg اT6ار Tن. واl:6<? هT5± �5C gاT�aA0> g=hن. ? هg=hA2A@�6 g وC=7هg راTCنواl:6<. ا�WXR وراء ذa Y6�وYF6 هg اAU6دون

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik

Page 27: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 26

itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. (Yaitu) yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya.” (Al-Mu’minun: 1-11) Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sebagian sifat orang-orang yang beriman. Maka marilah kita melihat pada diri kita masing-masing. Apakah sifat orang-orang yang beriman yang ada dalam ayat tersebut telah kita miliki? Sudahkah kita termasuk orang-orang yang khusyu’ ketika shalat? Sudahkah kita menjauhkan diri dari ucapan dan perbuatan yang sia-sia atau bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Sudahkah kita menjalankan amanah yang telah kita terima dengan sebaik-baiknya? Sungguh pada kenyataannya banyak di antara kita yang belum mewujudkan atau membuktikan keimanannya dengan memiliki sifat-sifat tersebut. Hadirin rahimakumullah, Di antara sifat orang yang beriman adalah kesiapan diri untuk menjalankan hukum atau syariat yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam firman-Nya:

@HB? إذا دTCا إ�6 اQ ورg=BHR gq0H6 46TI أن <T6Tiا ABU8I وأ »ABU وأوYF6 هg اT05M86نإA8:2 آAن }Tل ا86

“Sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukumi di antara mereka, maka mereka mengatakan: ‘Kami mendengar dan kami patuh’, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (An-Nur: 51) Maka sudah semestinya bagi orang-orang yang ingin mencapai derajat orang-orang yang beriman untuk menjalankan syariat dalam seluruh kehidupannya dan meninggalkan segala aturan yang menyimpang dari syariat yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan syariat melalui Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kebaikan hamba-hamba-Nya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha mengetahui akibat dari segala sesuatu. Sementara manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi dan akibat dari aturan yang dibuatnya. Maka perbedaan antara syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan aturan manusia adalah sebagaimana perbedaan antara Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Kuasa dengan manusia yang penuh dengan kekurangan dan kelemahan. Hadirin rahimakumullah, Demikian beberapa sifat orang yang beriman, dan masih sangat banyak lagi ayat serta hadits yang menjelaskan sifat-sifat orang yang beriman. Namun sebagian ini saja, jika kita lihat pada kenyataan yang ada pada sebagian kaum muslimin, maka sungguh akan kita dapati tidak sedikit orang yang mengaku muslim atau bahkan mengaku mukmin namun tidak ada tanda-tanda Islam dan tidak ada tanda-tanda iman pada orang tersebut. Semoga

Page 28: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 27

Allah memberikan hidayah kepada kita dan mereka. Bahkan sifat yang paling pokok yang harus ada bagi orang yang beriman yaitu mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala pun tidak dimiliki oleh sebagian orang yang mengaku dirinya sebagai seorang mukmin. Maka jika demikian, berarti mereka telah berdusta dengan pengakuannya. Bagaimana seorang akan dikatakan beriman sementara dirinya masih melakukan dosa besar yang paling besar yaitu syirik atau menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan beribadah kepada selain-Nya? Bagaimana seseorang dikatakan beriman sementara dirinya tidak mau menjalankan kewajiban yang paling besar setelah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, yaitu shalat lima waktu? Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita bisa benar-benar memiliki sifat orang-orang yang beriman.

± :g=:56اM5µ6ا ?C :g=:56وارض ا ?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو bK[·R g=6 ?HURA:X6وا £RA0:�6ا ~H8w ?C5¥ وCن وA8uCو O8Cو OqR ¥R7<? أPا:O6ء اAن إA?>76م اT> �6 م واH85K86? وأذل: اO°6ك واO°86آH?، ود@O أ7Cاء ا76<?، وا2� I·6ا :�Cأ :g=:567<?ا[T86دك اAeC O

@ABت اAH[�6ء @g=B واT@�6ات، إH8I 4:2~اg=:56: اM�. اg=:56: أ±5� أ]Tال اa ?H85K86¥ آAq@ bن @HB? وا86 @H�¢ اTC:76ات رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ اOrÅ6ة ]BK£ و}H85K856 O AB? واA85K86ت، وا864 رب اH86AU6?واlC .56 7806اب اA:B6ر

Page 29: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 28

Senin, 15 Desember 2008 - 10:00:33, Penulis : Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc Kategori : Khutbah

Hukum Memperingati Perayaan Isra` Mi’raj

OP ?@ QAR ذTU2و VOMWXK24 وBHUXK2و V7802 456 7806إن: اPدي 46 أAه a b5c> ?@46 و :bc@ a Qا V7=> ?@ AB6A8Cت أAFHI ?@و ABKM27 أن: @7:80ا ور أ=P46 وأ Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=46TIور V7eC

l:6ا A=f>أA>نT85K@ gX2وأ A:6إ :?hT8h A64 وhAih :j[ 4:56ا اTi:hا اTB@ءا ?> A8=B@ :xRو A=wزو A=B@ j5rوا]7ة و pM2 ?@ gqi5r يl:6ا gq:Rا رTi:hس اA:B6ا A=f>أA> i:hء واAK2ا وOHuآ A6AwرAeH{ر gqH5C نAم إن: ا4:56 آA[4 وا6�رR نT6ءAKh يl:6ا ا4:56 اT

Aa 7ia 46ز Taزا gq6 �5�>A8H�C أgq6A8C و<gq6 OMW ذgqRT2 و@? <�~ ا4:56 ورA> .TIأ<A=f اl:6<? ءا@TBا اTi:hا اQ و}T6Tا }7I A6T<7ا 7UR A:@ا6=7ي ه7ي @7:80: أ OHrو Qب اAXآ x>706ن: أ±7ق ا·a n رA:B6ا ¥a £6 Á :b6£ وآ Á £C7R :bوآ £C7R £ 70@ :bن: آ·a A=hA 70@ رT@}ا :OPو

أ<A=f اT85K86ن، أو±gqH وTiXR ¥KM2ى اAa 7ia Qز اTi:X86ن

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki nama-nama yang husna dan sifat yang sempurna. Dialah satu-satunya yang mengatur alam semesta dan memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sayyidul awwaliin wal akhiriin, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh kaum muslimin yang berjalan di atas sunnahnya. Jamaah jum’ah yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan bersungguh-sungguh dalam menjalankan agama kita. Yaitu, dimulai dengan bersemangat dalam mempelajarinya sehingga kita bisa menjalankannya di atas ilmu. Tentu saja dalam mempelajarinya harus dengan bimbingan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Yaitu para ulama yang berjalan di atas jalan generasi terbaik di umat ini, para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena merekalah generasi yang menyaksikan secara langsung bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalankan agama ini. Sehingga memahami agama Islam dengan pemahaman mereka adalah satu-satunya jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun jalan-jalan lainnya yang menyelisihi pemahaman para sahabat dalam memahami agama Islam adalah pemahaman yang menyimpang. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada umatnya bahwa jalan yang diridhai-Nya hanya satu sebagaimana dalam firman-Nya:

Page 30: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 29

Ti:Xh gq:5نOا»¥ @VTUe:hAa A8HiXK وTUe:Xh Zا اOMXa befK6:ق 45HeI ?C gqR ذgq6 و±:AآU6 4R gوأن: هlا ±

“Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) sehingga kalian akan berpecah-belah dari jalan-Nya (yang lurus), itulah yang diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (Al-An’am: 153) Hadirin rahimakumullah, Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk mengikuti bimbingan para ulama yang mengikuti jejak para sahabat dalam memahami agama ini. Para ulama adalah orang-orang yang telah dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai penjaga agama ini. Mereka menyibukkan diri untuk menyampaikan kepada kaum muslimin ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mengingatkan dari ajaran-ajaran yang menyimpang dari jalannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada orang yang tidak tahu tentang masalah agama untuk bertanya kepada para ulama. Sebagaimana dalam firman-Nya:

T6�IAaا أهb اGl6آO إن آT85Uh A6 gXBن

“Maka bertanyalah kalian kepada ulama jika kalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 43) Hadirin jamaah jum’ah rahimakumullah, Usaha para ulama dalam menjelaskan ajaran-ajaran yang menyimpang merupakan amalan yang patut disyukuri oleh seluruh kaum muslimin. Karena mengada-adakan amalan ibadah yang tidak disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah salah satu faktor terbesar yang menyebabkan datangnya musibah serta cobaan yang menimpa kaum muslimin. Di samping itu, agama ini adalah agama yang sempurna. Sehingga orang yang mengada-adakan ajaran baru yang tidak disyariatkan secara tidak langsung dia menganggap agama belum sempurna. Bahkan Al-Imam Malik rahimahullahu, salah seorang imam Ahlus Sunnah wal Jamaah mengatakan:

K[ AاهO> £C7R م I·6ا ¥a 7عXRل@? اTi> Q6£ 6�ن: اAIO6ن اAr أن: @7:80ا gC7 زia £B : }É Ê Ë ڇ {AB>م دTH6ن اTq> a AB>د lF@T> ?q> g6 A8a

“Barangsiapa memunculkan bid’ah dan dia memandang bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang baik, sungguh dia telah menyangka bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berkhianat dalam menyampaikan ajaran Islam. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya): ‘Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian.’ Sehingga apa saja yang pada hari itu (di masa Rasulullah

Page 31: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 30

Shallallahu ‘alaihi wa sallam) bukan termasuk ajaran Islam maka pada hari ini (juga) bukan termasuk ajaran Islam.” (Lihat kitab Al-I’tisham karya Asy-Syathibi) Jamaah jum’ah rahimakumullah, Di antara perbuatan bid’ah yang telah diperingatkan oleh para ulama untuk ditinggalkan adalah mengkhususkan amalan-amalan ibadah tertentu pada bulan Rajab. Seperti mengkhususkan hari ke-27 pada bulan tersebut untuk berpuasa dan shalat pada malam harinya, serta shalat yang diistilahkan dengan shalat ar-ragha`ib, yaitu shalat yang dilakukan pada malam Jumat pertama di bulan Rajab yang sebelumnya didahului dengan puasa hari Kamis. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu mengatakan ketika beliau ditanya tentang shalat tersebut: “Amalan tersebut adalah bid’ah yang sangat jelek, yang merupakan kemungkaran yang sangat besar dan mengandung banyak kesalahan, maka harus ditinggalkan dan berpaling darinya serta mengingkari orang yang menjalankannya.” Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu, beliau mengatakan: “Adapun shalat yang (disebut) ar-ragha`ib maka (amalan tersebut) tidak ada landasannya dan (amalan tersebut) hanya diada-adakan….” Hadirin rahimakumullah, Amalan bid’ah lainnya yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum muslimin pada bulan Rajab adalah perayaan Al-Isra` wal Mi’raj. Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu, dalam salah satu risalahnya menyebutkan: “...Dan malam yang peristiwa Al-Isra` wal Mi’raj tersebut terjadi, tidak tersebut dalam hadits-hadits yang shahih tentang kapan waktu terjadinya. Tidak pula (disebutkan kepastian waktunya) di bulan Rajab ataupun di bulan lainnya. Seluruh hadits yang menyebutkan tentang waktu terjadinya peristiwa Al-Isra` wal Mi’raj tersebut adalah hadits yang tidak datang dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (tidak shahih), sebagaimana keterangan para ulama ahlul hadits. Dan hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah yang mengetahui hikmah di balik dilupakannya orang-orang (dari kepastian waktu terjadinya peristiwa tersebut). Seandainya pun ada hadits shahih yang menunjukkan tentang waktu terjadinya peristiwa tersebut, maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkan ibadah-ibadah tertentu pada hari tersebut, dan tidak boleh pula bagi mereka untuk menjadikan peristiwa tersebut sebagai sebab untuk melakukan perayaan….” Hadirin rahimakumullah, Dari keterangan para ulama tersebut dan juga ulama yang lainnya, maka jelaslah bahwa apa yang menjadi kebiasaan kaum muslimin berupa mengkhususkan hari-hari tertentu di bulan Rajab untuk berpuasa dan shalat adalah amalan yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Begitu pula mengkhususkan bulan Rajab terutama pada malam yang ke-27 untuk memperingati perayaan Al-Isra` wal Mi’raj adalah perbuatan bid’ah. Yang demikian tadi karena beberapa sebab:

Page 32: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 31

1. Peristiwa Isra` Mi’raj ini meskipun benar-benar terjadi, namun tidak ada dalil shahih yang menunjukkan waktu terjadinya. Sehingga mengkhususkan bulan Rajab atau malam ke-27 dari bulan tersebut adalah penetapan yang tidak berdasarkan dalil. 2. Seandainya pun peristiwa tersebut diketahui waktu terjadinya, tetap tidak diperbolehkan bagi kaum muslimin untuk menjadikannya sebagai hari perayaan dengan memperingatinya. Hal ini karena tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin serta para sahabat yang lainnya. Sehingga tidak boleh bagi siapapun untuk membuat syariat baru yang tidak pernah dilakukan oleh mereka. 3. Kenyataan yang ada, bahwa pada acara tersebut banyak dilakukan perbuatan kemungkaran. Seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan, dilantunkannya shalawat-shalawat yang mengandung makna syirik, nyanyian-nyanyian dengan alat musik, serta kemungkaran-kemungkaran lainnya. Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin yang telah mengetahui keterangan ulama tentang masalah ini untuk meninggalkan amalan tersebut, meskipun banyak di antara kaum muslimin yang mengerjakannya. Karena seorang muslim harus mengingat bahwa agama ini diambil dari Al-Qur`an dan hadits yang shahih, bukan diambil dari anggapan baik akal manusia.

ر اgH[:O6ن وأOMWXI اQ 6¥ وgq6 وOAK6 اH85K86? @? آb ذOMWXIAa ،¢2وV إ4:2 هT اgHq0TMW6، أ}Tل @ARTU8Kh Aرك اQ 6¥ وa gq6¥ اkOi6ن اgH�U6، وBUM2¥ وإ<:Aآ4Ha A8R g @? ا¤<Aت واl6آO ا6

KHUTBAH KEDUA

Pا، وأOHuآ AeH« 42 ]78اAK[45 وإca �5C ?H86AU6ا ا7806 456 رب اT5C ?H86A:�6ل اTi> A:8C �6AUh42 وA0eI ،46 Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 4 @? =7 أنR ىOI46، أTIور V7eC 7 أن: @7:80ا=Pا، وأOHeآ

آOHeا وOHrا آOHu، ±5:� ا4H5C Q وCا7�K86 اO06ام إ�6 ا7�K86 ا6�}� ca Y6lR لABa ،�5U6وات اA8:K64 إ�6 اR جOC�7 وUR A@ا، أOHuآ gH5Kh g:5I4، وRA0±46 وأk �5

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita berusaha sekuat kemampuan kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta bersyukur kepada-Nya atas berbagai nikmat yang dikaruniakan kepada kita. Terlebih nikmat diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat ini dan diberikannya kepada beliau keistimewaan dan mu’jizat serta kemuliaan yang tidak diberikan kepada para nabi sebelumnya. Di antaranya adalah mu’jizat yang berupa peristiwa Al-Isra` wal Mi’raj. Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Kewajiban seorang muslim adalah mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang disebutkan di dalam Al-Qur`an maupun hadits-hadits yang

Page 33: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 32

shahih. Sehingga dia menjadi orang-orang yang senantiasa berpegang teguh dengan ajaran Islam dan tidak membuat amalan ibadah baru yang tidak disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Namun sungguh sangat disayangkan, yang kita saksikan justru sebaliknya. Sebagian kaum muslimin menjadikan peristiwa Al-Isra` wal Mi’raj sebagai landasan untuk mengada-adakan perayaan yang tidak disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Sedangkan pelajaran penting yang bisa diambil dari acara tersebut yaitu kewajiban shalat lima waktu malah diabaikan. Sehingga kita dapatkan banyak di antara orang-orang yang merayakan acara perayaan tersebut, justru malas menjalankan shalat secara berjamaah. Atau bahkan dia tidak menjalankannya kecuali pada waktu-waktu tertentu saja. Maka sungguh yang demikian ini menunjukkan terjatuhnya mereka kepada perangkap setan yang selalu berusaha menyesatkan hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka bertakwalah wahai saudara-saudaraku rahimakumullah. Janganlah kita tertipu oleh setan yang senantiasa menghalangi kita dari berpegang teguh di atas agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Janganlah kita tertipu dengan rayuannya yang menghias-hiasi maksiat sehingga nampak baik dan mengajak untuk berlebih-lebihan dalam beribadah sehingga menjalankan ibadah yang tidak disyariatkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

T2TqH6 4R�[ TC7> A8:2ا @? أA0±ب اOHU:K6إن: اA�H:°6ن 7C gq6و¿ lµ:hAaو7C Vوا إ

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian, maka anggaplah ia musuh (kalian), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6) Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menunjukkan jalan yang diridhai-Nya, kepada kita dan seluruh kaum muslimin.

4RA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو b± :g=:56ا ~H8w ?C5¥ وCن وA8uCو O8Cو OqR ¥R7<? أPا:O6ء اAM5µ6ا ?C :g=:56وارض ا ،?HU8wم ا76<?أT> �6ن إAK[·R g=6 ?HURA:X6وا £RA0:�6ا .م واH85K86? وأذل: I·6ا :�Cأ :g=:56ا ?HآO°86ك واO°6ر. ا ،ABX:>ة و@? ذر a ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ اOrÅ6ة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6راg=:56: أ±5� أ]Tال اa ?H85K86¥ آAq@ bن، رب ا8Hi@ AB5Uw¥ ا�6:

Qد اAeC ...Qوا ،Oeأآ Qا Oآl6و g48 <�دآU2 �5C VوOqPوا gآOآl> bH5�6ا gH�U6ا Qوا اOناذآTUB�h A@ g5U>

Sumber Bacaan:

Al-A’yad wa Atsaruha ‘alal Muslimin, hal. 353 Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, 1/183

Page 34: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 33

Jum'at, 07 Desember 2007 - 09:14:05, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc. Kategori : Khutbah

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

هAدي 46، أP=7 أن Z إ6إن: اV7802 456 7806 و4BHUXK2 وVOMWXK2 وTU2ذ OP ?@ QARور أABKM2 و a b5c> ?@46 و :bc@ a Qا V7=> ?@ AB6A8Cت أAFGHI ?@ 7 أن: @7:80ا=P46 وأ Y>OP Z V7[و Qا :Z4 إ46TIور V7eC

i:hا اTB@k ?>l:6ا A=f>أ A>نT85Kf@ gX2وأ :Zإ :?hT8h Z4 وhAih :j[ Qا اT] .انO8C لk :102 ] 8=B@ :xRو A=wزو A=B@ j5r7ة و[وا pM2 ?@ gqi5r يl:6ا gq:Rا رTi:hس اA:B6ا A=f>أ A>:hء واAK2ا وOHuآ ZAwر A AeH{ر gqH5C نAآ Qم إن: اA[ر}4 واR نT6ءAKh يl:6ا Qا اTi]ءAKB61: ا ]

71-70: ا{]�اب[ ورAa 7ia 46TIز Taزا gqRT2 A8H�C و@? <�~ اA>Q أ<A=f اTB@k ?>l:6ا اTi:hا اQ و}T6Tا }7I ZT<7ا <gq6 �5� أgq6A8C و<gq6 OMW ذ ] 7UR A:@ا{@: أ :OPو g:5I4 وH5C Qا6=7ي ه7ي @7:80 ±5:� ا OHrو Qب اAXآ x>706ن: أ±7ق ا·aC7R £ 70@ :bن: آ·a A=hA 70@ رTرA:B6ا ¥a £6 Á :b6£ وآ Á £C7R :b7ك . £ وآeC �5C gG5Iو Gb± :g=:56ا

7UR A:@أ ،?>G76م اT> �6ن إAK[·R g=Ueh ?@4 وRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TIور:

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sekuat kemampuan kita, serta dengan menjauhi segala larangan-Nya. Dan marilah kita senantiasa mengingat bahwa dunia yang kita tempati ini bukanlah tempat tinggal selamanya. Bahkan sebenarnya kita sedang dalam suatu perjalanan menuju tempat tinggal yang sesungguhnya di alam akhirat nanti. Telah banyak orang yang dulunya bersama kita atau bahkan dahulu tinggal satu rumah dengan kita, telah melewati dan meninggalkan dunia ini. Mereka telah meninggalkan tempat beramal di dunia ini menuju tempat perhitungan dan pembalasan amalan. Akan segera datang pula saatnya kita menyusul mereka. Maka, marilah kita manfaatkan dunia ini sebagai tempat mencari bekal untuk kehidupan akhirat kita. Sungguh seseorang akan menyesal ketika pada hari perhitungan amal nanti dia datang dalam keadaan tidak membawa amal shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Tل <lX> lF@T> .i>¥hAH06 �@:7{ ¥BXH6 Aآ:O اAK2¹ن وأ2:� 46 اGl6آOى

“Pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku (di akhirat) ini’.” (Al-Fajr: 23-24) Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Di dalam perjalanan hidup di dunia ini, kita akan menjumpai hari-hari yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan keutamaan di dalamnya. Yaitu dengan

Page 35: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 34

dilipatgandakannya balasan amalan dengan pahala yang berlipat, tidak seperti hari-hari biasanya. Di antara hari-hari tersebut adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Orج 4KMBR و@A> :O> g6 :g  46A رTIل اQ، وZ اA=�6د bHeI ¥a اQ؟ }Aل: }T6Aا. <BU¥ أ<:Aم اA=Ha �6A- O°U6 أ]¢: إ�6 اQ @? هVl ا{<:Aم @A @? أ<:Aم اb8U6 ا�6: wر :Zإ Qا bHeI ¥a دA=�6ا Zو Y6ذ ?@ ~w R°¥ء

“Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR. Al-Bukhari) Saudara-saudaraku kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Pada sepuluh hari yang pertama ini, kita juga disyariatkan untuk banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik itu berupa ucapan takbir, tahmid, maupun tahlil. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

و<lآOوا اgI اa Q¥ أ<:Aم @A@T5Uت

“Dan supaya mereka berdzikir menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (Al-Hajj: 28) Diterangkan oleh para ulama bahwa hari-hari yang ditentukan pada ayat tersebut adalah sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah. Maka hadits dan ayat tadi menunjukkan keutamaan hari-hari tersebut dan betapa besarnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala masih memberikan kesempatan bagi orang yang belum mampu menjalankan ibadah haji untuk mendapatkan keutamaan yang besar pula, yaitu beramal shalih pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Sehingga sudah semestinya kaum muslimin memanfaatkan sepuluh hari pertama ini dengan berbagai amalan ibadah, seperti berdoa, dzikir, sedekah, dan sebagainya. Termasuk amal ibadah yang disyariatkan untuk dikerjakan pada hari-hari tersebut –kecuali hari yang kesepuluh– adalah puasa. Apalagi ketika menjumpai hari Arafah, yaitu hari kesembilan di bulan Dzulhijjah, sangat ditekankan bagi kaum muslimin untuk berpuasa yang dikenal dengan istilah puasa Arafah, kecuali bagi jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

£H{Ae6وا £HÁA86ا £B:K6ا OGMq>

Page 36: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 35

“(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim) Adapun bagi para jamaah haji, mereka tidak diperbolehkan untuk berpuasa, karena pada hari itu mereka harus melakukan wukuf. Karena mereka memerlukan cukup kekuatan untuk memperbanyak dzikir dan doa pada saat wukuf di Arafah. Sehingga pada hari tersebut kita semua berharap untuk mendapatkan keutamaan yang sangat besar serta ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa hari itu adalah hari pengampunan dosa-dosa dan hari dibebaskannya hamba-hamba yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki dari api neraka. Sebagaimana dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

£aOC مT> ?@ رA:B67ا @? اeC 4Ha Qا jXU> أن ?@ Ouم أآT> ?@ A@

“Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada di hari Arafah.” (HR. Muslim) Hadirin rahimakumullah, Pada bulan Dzulhijjah juga ada hari yang sangat istimewa yang dikenal dengan istilah hari nahr. Yaitu hari kesepuluh di bulan tersebut, di saat kaum muslimin merayakan Idul Adha dan menjalankan shalat Id serta memulai ibadah penyembelihan qurbannya, sementara para jamaah haji menyempurnakan amalan hajinya. Begitu pula hari-hari yang datang setelahnya, yang dikenal dengan istilah hari tasyriq, yaitu hari yang kesebelas, keduabelas, dan ketigabelas. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan hari-hari tersebut sebagai hari-hari untuk makan, minum, dan berdzikir. Dan hari-hari itulah yang menurut keterangan para ulama adalah hari yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

واذآOوا اa Q¥ أ<:Aم @7Uودات

“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (Al-Baqarah: 203) Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan tentang hari-hari tersebut:

:bwو :�C 456 Oب وذآOPو bم أآA:>أ �B@ مA:>أ

“Hari-hari Mina (hari nahr dan tasyriq) adalah hari-hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim) Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Berkaitan dengan dzikir yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kaum muslimin untuk banyak mengucapkannya pada hari-hari tasyriq dan hari-hari sebelumnya di awal bulan Dzulhijjah, para ulama dalam Al-Lajnah Ad-Da`imah menyebutkan fatwa sebagai berikut:

Page 37: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 36

“Disyariatkan pada Idul Adha takbir mutlak dan takbir muqayyad. Adapun takbir mutlak maka (disyariatkan untuk dilakukan) pada seluruh waktu dari mulai awal masuknya bulan Dzulhijjah sampai hari yang terakhir dari hari-hari tasyriq. Sedangkan takbir muqayyad (disyariatkan untuk dilakukan) pada setiap selesai shalat wajib mulai dari setelah selesai shalat subuh pada hari Arafah sampai setelah shalat ‘Ashr pada akhir hari tasyriq. Dan pensyariatkan hal tersebut ditunjukkan oleh ijma’ dan perbuatan para shahabat radhiyallahu 'anhum.” Sebagaimana ibadah lainnya, dzikir juga merupakan suatu amalan yang tata caranya tidak boleh menyimpang dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga para ulama juga memberikan peringatan dari dilakukannya takbir secara jama’i, karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin. Yang dimaksud di sini adalah takbir yang diucapkan secara bersama-sama dengan satu suara dan dipimpin oleh seseorang. Hal ini sebagaimana tersebut dalam fatwa para ulama dalam Al-Lajnah Ad-Da`imah yang isinya: “(Yang benar) adalah setiap orang melakukan takbir sendiri-sendiri dengan suara keras. Karena sesungguhnya takbir dengan cara bersama-sama (dengan satu suara yang dipimpin oleh seseorang) tidak pernah dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

=a A2O@4 أH5C pH6 8C b8C ?@¿رد T

“Barangsiapa yang mengamalkan amalan yang tidak ada syariatnya dari kami maka amalan tersebut ditolak.” (HR. Al-Bukhari Muslim) Hadirin rahimakumullah, Akhirnya, marilah kita berusaha memanfaatkan hari-hari yang penuh dengan keutamaan untuk menambah dan meningkatkan amal shalih kita. Begitu pula kita manfaatkan waktu yang ada untuk memperbanyak dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga kita akan menjadi orang yang mendapatkan kelapangan hati, senantiasa takut kepada-Nya dan terjaga dari gangguan setan, serta faedah lainnya dari amalan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

gHw:O6ن اA�H:°6ا ?@ QAR ذTCون. أOMqh Zوا 6¥ وOqPوا gآOو2¥ أذآOذآAa H�U6ن اkOi6ا ¥a gq66¥ و Qرك اARgHq06ا OآGl6ت واA>¤4 @? اHa A8R gآA:>وإ ¥BUM2و ،g .VوOMWXIAa ،¢2ذ bآ ?@ ?H85K86ا OAK6و gq66¥ و Qا OMWXIن وأTU8Kh A@ لT{أ gH[:O6ر اTMW6ا Tإ4:2 ه

Page 38: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 37

Khutbah Kedua

غ Aب اgH0�6، وأP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]Y>OP Z V7 46 اY586 اfOe6 اgH[:O6، وأPا7806 456 ربG اH86AU6?، أ@AeGhAR A2Oع ±Oا»4 اgHiXK86 وC A2A=2? اAeGhع beI أ0± e6ا Ñ:5R 46TIور V7eC 7 أن: @7:80ا=H85? و@? AK[·R g=Uehن إT> �6م اG76<? وA8H5Kh g:5I آOHuا، أ@:T:i7UR Aا 4BC اG76<? وX:BKR gqH5CK856 VTW:5R¥ وBI:£ اAM5µ6ء اO6:ا7P<? ±5:� ا4H5C Q و46k �5C وأ4RA0± ا5h ?>l:6: اHe86? و}Aل

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selalu menjalankan berbagai ketaatan kepada-Nya. Di antara bentuk ketaatan yang sangat besar keutamaannya dan sangat penting untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah menyembelih binatang qurban. Amalan ini merupakan sunnah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka seorang muslim yang memiliki kemampuan semestinya menjalankan amal ibadah yang mulia ini, yaitu menyembelih hewan qurban, baik dia lakukan sendiri dan ini lebih afdhal, atau meminta orang lain yang mengetahui hukum dan cara penyembelihan yang syar’i untuk melakukan penyembelihannya. Namun tidak boleh baginya untuk membayar upah penyembelihannya dengan sebagian dari hewan qurbannya, baik itu kepalanya, kulitnya, atau yang semisalnya. Meskipun boleh baginya untuk memberinya sebagai sedekah sebagaimana diberikan kepada yang lainnya dari kalangan fakir miskin. Atau bisa pula dia memberikan sebagian dari hewan qurbannya sebagai hadiah, sebagaimana dia berikan pula kepada yang lainnya baik tetangga ataupun kerabatnya meskipun mereka orang yang kaya. Dan disunnahkan bagi orang yang berqurban untuk memakan hewan sembelihannya, namun tidak boleh baginya untuk menjual bagian apapun dari hewan sembelihannya. Begitu pula tidak boleh bagi orang yang berqurban untuk memotong rambut dan kukunya dari mulai masuknya awal bulan Dzulhijjah sampai dia melakukan ibadah penyembelihan hewan qurban. Yang demikian tadi disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih. Saudara-saudaraku kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Disebutkan pula dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa untuk melaksanakan ibadah qurban ini, tujuh orang atau kurang bisa bergabung secara bersama-sama dengan menyembelih seekor onta atau sapi. Begitu pula bisa dengan menyembelih seekor kambing, namun itu hanya mencukupi untuk satu orang. Namun dengan menyembelih satu ekor kambing sudah mencukupi untuk diri dan keluarganya, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Dengan cara dia niatkan pahalanya untuk dirinya dan seluruh keluarganya baik yang hidup maupun yang telah meninggal dunia1. Maka semua akan mendapat keutamaan dan pahala yang sangat besar. Wallahu a’lam bish-shawab. Hadirin rahimakumullah, Ibadah menyembelih qurban ini harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah disyariatkan. Baik yang berkaitan dengan waktu penyembelihan maupun yang berkaitan dengan kriteria dan syarat-syarat hewan yang bisa dijadikan sebagai hewan qurban. Adapun yang berkaitan dengan waktu

Page 39: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 38

penyembelihan, waktunya adalah dimulai dari setelah selesai shalat Idul Adha dan berakhir waktunya menurut pendapat yang benar hingga tenggelamnya matahari pada hari ketiga belas di bulan Dzulhijjah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

@ �RlH5a ¥G5�> أن be{ �Rى@? ذOrأ A=2Aq

“Barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat, maka sembelihlah (lagi) kambing untuk menggantikan kambing (yang disembelih sebelum saatnya) tersebut.” (Muttafaqun ‘alaih) Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Adapun berkaitan dengan syarat hewan yang akan dijadikan sebagai hewan qurban, hewan tersebut harus sudah mencapai umur yang telah ditentukan. Juga sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hewan itu bukanlah hewan yang buta satu matanya dan sangat jelas butanya, serta bukan pula hewan yang terkena sakit dan sangat jelas sakitnya. Bukan pula hewan yang pincang sehingga tidak bisa berjalan mengikuti lainnya, serta bukan hewan yang sudah sangat tua sehingga tidak pantas untuk dikonsumsi dagingnya. Oleh karena itu, wajib bagi kaum muslimin untuk belajar dan bertanya kepada ahlinya tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah qurban ini. Hadirin rahimakumullah, Semestinya seseorang yang berqurban berusaha untuk mencari sebaik-baik hewan yang akan dijadikan sebagai hewan qurban. Hewan yang tinggi nilai/harganya, seperti yang banyak dagingnya, bagus warnanya, dan kuat/sehat tubuhnya, atau yang semisalnya. Karena, yang demikian termasuk bentuk pengagungan terhadap syi’ar-syi’ar Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menunjukkan besarnya ketakwaan dirinya. Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

و@? <OAUP gG�U اTih ?@ A=:2·a Qى اT5i6ب

“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu menunjukkan ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32) Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kepada kita petunjuk-Nya sehingga kita bisa menjalankan ibadah sebagaimana yang disyariatkan-Nya. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikan kita menjadi orang yang sia-sia amalannya, karena beribadah dengan tidak ikhlas atau tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Page 40: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 39

ZA8Cأ ?>OKr}AR gqFGeB2 bه b{ .AUB± نTBK0> g=:2ن أTeK0> gوه AH2f76ة اAH06ا ¥a g=HUI :bÁ ?>l:6ا

“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya’.” (Al-Kahfi: 103-104)

و5C¥ وH8w ?C~ اRA0:�6£ واAK[·R g=6 ?HURA:X6ن إT> �6م ا46k �5C ?>G76 وأ4RA0± أHU8w? وارض اC :g=:56? اAM5µ6ء اO6:ا7P<? أOqR ¥R وO8C وA8uCناGb± :g=:56 و7eC �5C gG5Iك ورY6TI @7:80 و . م I¹ا :�Cأ :g=:56ا ?HآO°86ك واOG°6وأذل: ا ?H85K867<?. واG[T86دك اAeC O�2وا ،?>G767اء اCأ OG@ن. ودAq@ Gbآ ¥a ?H85K86ال اT[أ±5� أ :g=:56ا .@ @ABت اg=:56: اH85K856 OM�? واA85K86ت وا86 HB? وا86

¤Orة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6را{]AHء @g=B وا{@Tات، إH�@ ~H8I 4:2¢ اTC:76ات، رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ ا . Qد اAeC ...l> bH5�6ا gH�U6ا Qوا اOناذآTUB�h A@ g5U> Qوا ،Oeأآ Qا Oآl6و ،g48 <�دآU2 �5C VوOqPوا gآOآ

1 Tentang qurban bagi yang telah meninggal dunia, bisa dilihat penjelasannya dalam Kajian Utama, red.

Page 41: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 40

Sabtu, 12 Januari 2008 - 19:19:57, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc. Kategori : Khutbah Jum’at

Keutamaan Hari 'Asyura

?H86AU6ا Gا7806 456 رب߉÷Κpt ø:$# ¬! ü“Ï%©!$# tΑ t“Ρr& 4’ n? tã Íν ωö7tã |=≈tG Å3ø9$# óΟ s9uρ ≅ yèøg s† …ã& ©! 2% y uθ Ïã ∩⊇∪ $VϑÍhŠs% u‘É‹ΖãŠÏj9 $ U™ù' t/ #Y‰ƒ ωx© ÏiΒ çµ ÷Ρà$©! t�Ïe± u;ムuρ tÏΖÏΒ ÷σßϑø9 $# zƒ Ï%©!$#

šχθè=yϑ÷è tƒ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# ¨βr& öΝßγs9 #��ô_r& $YΖ |¡ym ∩⊄∪ šÏVÅ3≈Β ÏµŠÏù # Y‰t/ r& ∩⊂∪ u‘É‹Ζ ãƒuρ šÏ%©!$# (#θ ä9$s% x‹ sƒªB$# ª! $# #V$ s!uρ ∩⊆∪ $ ¨Β Μ çλm; ϵÎ/ ôÏΒ 5Ο ù=Ïæ Ÿωuρ

óΟÎγ Í←!$ t/ Kψ 4 ôNu�ã9x. Zπ yϑÎ=Ÿ2 ßl ã�øƒ rB ôÏΒ öΝ ÎγÏδ≡ uθøù r& 4 β Î) šχθä9θ à)tƒ āω Î) $\/É‹ x. ∩∈∪ �=q65-1: ا

?t�s“ن Z إ46 إZ: اQ و]Y>OP Z V7 46 وأP=7 أ uρ }§ôϑ¤±9 $# #sŒÎ) M yè n=sÛ â‘uρ≡ t“ ¨? tã óΟ ÎγÏ- ôγx. šV# sŒ ÈÏϑu‹ø9 $# #sŒ Î)uρ Mt/ {�xî öΝåκ ÝÎÌ�ø) ¨? |N#sŒ ÉΑ$ yϑÏe±9 $# öΝèδ uρ ’Îû ;οuθ ôf sù çµ÷ΖÏiΒ

4 y7 Ï9≡sŒ ôÏΒ ÏM≈tƒ#u «! $# 3 tΒ Ï‰öκ u‰ ª!$# uθ ßγsù ωtG ôγßϑø9$# ( ∅tΒ uρ ö≅ Î=ôÒムn=sù y‰Åg rB …çµs9 $|‹Ï9 uρ #Y‰Ï© ó÷‘∆ ∩⊇∠∪ �=q6١٧: ا

:وA8H5Kh g:5I آOHuا، أ@:7UR A -4±5:� ا4H5C Q و46k �5C وأRA0±-وOIاOHB@ Awا وأP=7 أن: @7:80ا V7eC ور46TI إ�6 اA:B6س آOH°R £aAا وO>l2ا وداAHC إ�6 اR Q·ذ42

Jama’ah Jum’at yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan senantiasa bersemangat dalam mempelajari agama-Nya serta mengamalkannya. Karena dengan bertakwa kepada-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menambahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat serta memberikan kepada kita bimbingan dan petunjuk-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

3 (#θ à) ¨?$# uρ ©!$# ( ãΝà6ßϑÏk=yè ムuρ ª!$# 3 ª! $#uρ Èe≅à6Î/ > óx« ÒΟŠÎ=tæ ∩⊄∇⊄∪

Page 42: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 41

“Dan bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarkan kepada kalian ilmu dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 282) Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam banyak firman-Nya telah menceritakan kepada kita tentang kisah para nabi dan rasul-Nya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan kepada kita bahwa pada kisah-kisah tersebut mengandung pelajaran yang sangat berharga bagi orang-orang yang mau merenungkannya. Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

ô‰s) s9 šχ%x. ’Îû öΝÎη ÅÁ|Ás% ×οu� ö9Ïã ’ Í<'ρT[{ É=≈t6ø9 F{$# 3 $ tΒ tβ%x. $ ZVƒÏ‰tn 2”u�tI ø- ムÅ6≈s9 uρ t,ƒÏ‰óÁs? “Ï%©!$# t÷t/ ϵ ÷ƒy‰tƒ Ÿ≅‹ÅÁø- s?uρ Èe≅à2 &óx« “Y‰èδ uρ ZπuΗ÷qu‘uρ 5Θöθ s)Ïj9

tβθ ãΖÏΒ ÷σム∩⊇⊇⊇∪

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu (yaitu para nabi) terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yusuf: 111) Hadirin rahimakumullah, Di antara kisah penting yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan adalah kisah tentang Nabi-Nya, Musa ‘alaihissalam. Bahkan kisah ini Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan secara berulang-ulang dalam berbagai surat dalam Al-Qur`an. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kisah ini untuk diketahui dan dipelajari. Kisah ini menceritakan tentang binasanya seorang penguasa zhalim yang diberi gelar Fir’aun. Disebutkan dalam kisah tersebut, Fir’aun adalah penguasa yang berbuat semena-mena dan zhalim kepada sebagian penduduknya. Dia membagi penduduknya menjadi dua golongan untuk kemudian memperlakukannya dengan tidak adil. Dia muliakan golongan yang berasal dari bangsanya dengan diberi kebebasan untuk melakukan apa yang mereka suka. Dan dia hinakan golongan lainnya, yaitu yang berasal dari Bani Israil yang pada saat itu mereka adalah sebaik-baik manusia. Terlebih setelah sampai berita kepada Fir’aun akan datangnya seorang dari keturunan Bani Israil yang akan menjadi sebab runtuhnya kekuasaannya. Segeralah dia mengutus orang-orangnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki dari Bani Israil yang dilahirkan pada masa itu. Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Page 43: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 42

¨βÎ) šχöθ tãö�Ïù Ÿξtã ’Îû ÇÚö‘F{$# Ÿ≅ yè y_uρ $yγn=÷δ r& $Yè u‹Ï© ß# Ïè ôÒtG ó¡o„ Zπ x- Í←!$ sÛ öΝåκ÷] ÏiΒ ßxÎn/ x‹ãƒ öΝèδu !$oΨ ö/ r& Ä÷∏tG ó¡o„uρ öΝèδ u !$|¡ÏΡ 4 …çµ ‾ΡÎ) šχ%x. zÏΒ t ωšø- ßϑø9 $# ∩⊆∪

“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya bergolong-golongan, menindas segolongan dari mereka (yaitu Bani Israil), menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuannya. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 4) Ketika Musa ‘alaihissalam lahir pada waktu itu, ibunya pun mengkhawatirkan keselamatan putranya. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki Musa ‘alaihissalam selamat dari kezhaliman Fir’aun dan bala tentaranya. Bahkan Musa ‘alaihissalam akhirnya hidup di tengah-tengah keluarga Fir’aun. Makan dan minum serta berpakaian juga mengendarai kendaraan sebagaimana yang digunakan oleh keluarga Fir’aun. Begitulah kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga orang yang akan dijadikan sebagai sebab runtuhnya kekuasaan Fir’aun, justru hidup dan besar di lingkungan keluarganya. Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Sesungguhnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada wali-wali-Nya dari kalangan orang-orang yang beriman adalah pertolongan yang akan datang pada setiap masa dan setiap tempat di manapun mereka berada. Dengan pertolongan tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala tampakkan kebenaran dan Allah Subhanahu wa Ta’ala hinakan kebatilan. Disebutkan dalam kisah tersebut, bahwa kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Musa ‘alaihissalam sebagai rasul-Nya. Namun ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Musa ‘alaihissalam untuk mendakwahi Fir’aun dan pengikutnya serta memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, Fir’aun pun menolaknya bahkan dengan sombongnya mengatakan: “Akulah tuhan kalian yang maha tinggi.” Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dialog antara Musa ‘alaihissalam dengan Fir’aun dalam firman-Nya:

tΑ$ s% ãβöθ tãö�Ïù $tΒ uρ �>u‘ šÏϑn=≈ yèø9 $# ∩⊄⊂∪ tΑ$ s% �>u‘ ÏN≡ uθ≈yϑ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#uρ $ tΒuρ !$ yϑßγoΨ øŠt/ ( βÎ) Λ äΖ ä. tÏΖ Ï%θ •Β ∩⊄⊆∪ tΑ$s% ôyϑÏ9 ÿ…çµ s9öθ ym Ÿωr& tβθ ãèÉΚtG ó¡n@ ∩⊄∈∪ tΑ$ s% ö/ä3š/ u‘

�>u‘uρ ãΝä3Í←!$ t/#u tÏ9ρ F{$# ∩⊄∉∪ tΑ$ s% ¨β Î) ãΝä3s9θ ß™u‘ ü“Ï% ©!$# Ÿ≅Å™ö‘é& óΟ ä3ö‹s9 Î) ×βθãΖ ôfyϑs9 ∩⊄∠∪ tΑ$ s% �>u‘ É−Î�ô³yϑø9 $# É>Ì�øó yϑø9 $#uρ $ tΒ uρ !$yϑåκ s]øŠt/ ( βÎ) ÷ΛäΖ ä. tβθ è=É) ÷ès? ∩⊄∇∪ tΑ$ s% ÈÍ.s!

|Nõ‹ sƒªB$# $�γ≈ s9Î) “Î�ö�xî y7 ¨Ζn= yè ô_V{ zÏΒ šÏΡθ àfó¡yϑø9 $# ∩⊄∪

Page 44: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 43

Fir’aun bertanya: “Siapa Rabb semesta alam itu?” Musa menjawab: “Rabb Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (itulah Rabbmu), jika kamu sekalian (orang-orang yang) memercayai-Nya.” Berkata Fir’aun kepada orang-orang sekelilingnya (dengan nada mengejek): “Apakah kalian tidak mendengarkan?” Musa berkata (pula): “(Dia adalah) Rabb kalian dan Rabb nenek-nenek moyang kalian yang dahulu.” Fir’aun berkata: “Sesungguhnya Rasul kalian yang diutus kepada kalian benar-benar orang gila.” Musa berkata: “Rabb yang menguasai timur dan barat serta apa yang ada di antara keduanya, (itulah Rabb kalian) jika kalian mempergunakan akal.” Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Ilah selainku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.” (Asy-Syu’ara: 23-29) Hadirin yang mudah-mudahan dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala tampakkan kebenaran yang dibawa oleh utusan-Nya dengan hujjah dan keterangan yang sangat jelas. Adapun Fir’aun, tidaklah keluar dari mulutnya kecuali kata-kata ejekan dan ancaman serta tuduhan yang tidak berlandaskan bukti. Sehingga ketika Fir’aun mengatakan kepada pengikutnya dengan menuduh Musa ‘alaihissalam sebagai orang yang gila, Allah Subhanahu wa Ta’ala tampakkan bahwa Fir’aun dan para pengikutnyalah yang sesungguhnya adalah orang-orang yang tidak berakal. Karena mereka mengingkari sesuatu yang sangat jelas kebenarannya yang mereka tidak bisa membantahnya. Demikianlah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang bertakwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan kepada mereka ilmu sehingga bisa mengungkap kebatilan serta mematahkan tuduhan yang dilontarkan tanpa bukti sehingga tampaklah siapa yang di atas kebenaran dan siapa yang mengikuti hawa nafsu. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Disebutkan pula dalam kisah tersebut, bahwa ketika Fir’aun tetap di atas kekafiran dan kesesatannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan Musa ‘alaihissalam untuk meninggalkan negeri tersebut. Namun ketika Fir’aun mengetahui hal itu, dia memerintahkan pasukannya untuk mengejar Musa ‘alaihissalam dan pengikutnya. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

Νèδθãè t6ø?r' sù šÏ%Î�ô³•Β ∩∉⊃∪ $£ϑn=sù #uℜt�s? Èβ$ yèôϑyf ø9$# tΑ$ s% Ü=≈ys ô¹r& #y›θãΒ $‾ΡÎ) tβθ ä.u‘ô‰ßϑs9 ∩∉⊇∪ tΑ$s% Hξx. ( ¨βÎ) zÉëtΒ ’ În1u‘ È Ï‰öκu�y™ ∩∉⊄∪ !$ oΨ øŠym÷ρ r'sù 4’n< Î) # y›θ ãΒ Èβ r&

>Î�ôÑ$# x8$|Á yè În/ t�ós t7ø9 $# ( t,n=x-Ρ$$sù tβ%s3sù ‘≅ä. 5−ö�Ïù ÏŠ öθ ©Ü9 $%x. ÉΟŠÏàyè ø9 $# ∩∉⊂∪ $ oΨ ø-s9 ø— r&uρ §ΝrO tÌ�yz Fψ$# ∩∉⊆∪ $uΖ øŠpgΥr& uρ 4y›θãΒ tΒ uρ ÿ…çµyè ¨Β tÏè uΗødr& ∩∉∈∪ ¢ΟèO $ oΨ ø%t�øîr& tÌ�yz Fψ$#

∩∉∉∪ ¨β Î) ’Îû y7 Ï9≡sŒ Zπ tƒUψ ( $tΒuρ tβ%x. Νèδ ç�sY ø.r& tÏΖ ÏΒ ÷σ•Β ∩∉∠∪

Page 45: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 44

“Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain (yaitu Fir’aun dan kaumnya). Dan Kami selamatkan Musa dan seluruh orang-orang yang besertanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu (Fir’aun dan bala tentaranya). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar namun kebanyakan mereka tidaklah beriman.” (Asy-Syu’ara`: 60-67) Hadirin rahimakumullah, Di dalam sebagian kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dan Fir’aun tersebut, kita bisa mendapatkan beberapa pelajaran. Di antaranya adalah: 1. Bahwa orang-orang yang beriman akan diuji dengan musuh-musuhnya dari kalangan orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Hal itu untuk

menampakkan siapa yang benar-benar kokoh imannya serta siapa yang lemah imannya atau bahkan menyembunyikan kekafiran di dalam hatinya.

2. Bahwa kebatilan meskipun didukung kekuatan sebesar apapun, tidak akan bisa mengalahkan kebenaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan menampakkan kebenaran dan akan menghancurkan kebatilan. Maka orang-orang yang mengetahui dirinya di atas kebenaran harus yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaga serta memenangkannya. Barangsiapa sabar dan kokoh di atas agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya akan mendapat pertolongan dan kemenangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Bahwa kemenangan akan datang bersama kesabaran dan bahwa bersama kesulitan akan datang jalan keluar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kepada kita taufiq dan hidayah-Nya untuk senantiasa mempelajari firman-firman-Nya. Sehingga kita bisa memahami dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya yang kita baca.

gH�U6ن اkOi6ا ¥a gq66¥ و Qرك اAR ,gHq06ا Oآl6ت واA>¤4 @? اHa A8R gآA:>وإ ¥BUM2ل . وT{وأ Ai[ VوOMWXIAa ،¢2ذ bآ ?@ ?H85K86ا OAK6و gq66¥ و Qا OMWXIن وأTU8Kh A@ Tإ4:2 ه A{7± 4H6ا إTRThgH[:O6ر اTMW6ا

Page 46: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 45

KHUTBAH KEDUA

7U@7:80ا V7eC ور46TI ±5:� ا4H5C Q و46k �5C وأ4RA0± وA8H5Kh g:5I آOHuا، أ@:4iaTh �5C VOqPR A وا@42ABX وأP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]Y>OP Z V7 46 وأP=7 أن: ا45ca �5C Q 7806 وإ]42AK وأ :

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan senantiasa mengambil pelajaran dari kemenangan-kemenangan yang diraih oleh wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya adalah kemenangan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan kepada Nabi-Nya yaitu Musa ‘alaihissalam. Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah, Perlu diketahui, bahwa kisah diselamatkannya Musa ‘alaihissalam bersama pengikutnya serta ditenggelamkannya Fir’aun dan bala tentaranya, terjadi pada hari yang kesepuluh dari bulan Muharram. Itulah hari yang kemudian dikenal dengan nama hari ‘Asyura. Hari tersebut merupakan hari yang diberi keutamaan dan dimuliakan sejak dahulu kala. Sehingga Nabi Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari tersebut sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana hadits yang disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, bahwa shahabat ‘Abdullah ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

5C Q5:� ا± Qل اTIأن: رQ5:� ا± Qل اTIر g=6 لAia راءTPAC مT> A8H± دT=H67 اwTa £B>7867م ا{ g:5I4 وHg:5I4 وH5C :اT6Aia 42؟T@T�h يl:6م اTH6ا اlه A@ : �IT@ 4Ha Qأ2�� ا ،gH�C مT> اlه4@T�2 ?0Ba اOqP �IT@ 4@A�a 4@T{ن وTCOa ق:O�4 و@T{و .g:5I4 وH5C Q5:� ا± Qل اTIل رAia :gqB@ �IT8R �6وأو fj[0? أBa .O@وأ g:5I4 وH5C Q5:� ا± Qل اTI4 ر@A�a 4@AH�R

Bahwasanya ketika masuk kota Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada mereka: “Ada apa dengan hari ini sehingga kalian berpuasa padanya?” Mereka mengatakan: “Ini adalah hari yang agung, hari yang Allah selamatkan Musa dan kaumnya padanya serta Allah tenggelamkan Fir’aun dan pasukannya. Maka berpuasalah Musa sebagai bentuk rasa syukur dan kamipun ikut berpuasa padanya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Kalau demikian, kami lebih berhak dan lebih pantas terhadap Musa daripada kalian.” Maka berpuasalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari tersebut serta memerintahkan para shahabatnya untuk melakukan puasa pada hari itu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Dari hadits tersebut, kita dapatkan pelajaran bahwa para nabi adalah orang-orang yang menjadikan kemenangan sebagai sesuatu yang patut disyukuri,

Page 47: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 46

yaitu dengan menampakkan bahwa kemenangan datangnya adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan manusia adalah makhluk yang lemah serta membutuhkan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mendorong dirinya untuk beribadah dengan ikhlas kepada-Nya. Maka Nabi Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari tersebut. Begitu pula nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga tidak semestinya hari kemenangan itu justru dijadikan sebagai hari yang dirayakan untuk menampakkan kebanggaan atas kemampuan dan kekuatan bangsanya. Sehingga dirayakan dengan pesta-pesta dan foya-foya. Atau dengan mengadakan acara-acara hiburan serta petunjukan-pertunjukan yang sarat kemaksiatan. Namun semestinya hari tersebut mengingatkan akan kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mendorong untuk menjalankan dan menegakkan syariat-Nya. Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah, Disebutkan dalam Shahih Muslim, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa ‘Asyura, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

q>£HÁA8ا6ـ £B:K6ا OM

“Puasa tersebut menghapus dosa satu tahun yang telah lalu.” (HR. Muslim) Namun untuk menghindari keserupaan dengan ibadah orang-orang Yahudi dan Nashara, Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan pada umatnya untuk berpuasa pula pada hari sebelumnya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih-nya dari shahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya beliau berkata:

g:5I4 وH5C Q5:� ا± Qل اTIم رA± ?H[ اT6A{ ،4@AH�R O@راء وأTPAC مT> :رىA�:B6د واT=H648 ا�Uh مT> 4:2إ ،Qل اTIر A> .g:5I4 وH5C Q5:� ا± Qل اTIل رAia : Qء اAP إن bei86م اAU6ن اAذا آ·a:X6م اTH6ا AB8±~IA .لA{ :g:5I4 وH5C Q5:� ا± Qل اTIر ¥aTh �:X[ bei86م اAU6�ت ا> g5a

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para shahabatnya untuk berpuasa pada hari tersebut, mereka (para shahabat) berkata: “Wahai Rasulullah, hari ini (‘Asyura) adalah hari yang diagungkan orang-orang Yahudi dan Nashara.” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Jika aku menjumpai tahun yang akan datang, insya Allah aku akan berpuasa pula pada hari yang kesembilannya.” Abdullah ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Namun sebelum datang tahun berikutnya, Rasulullah sudah wafat.” (HR. Muslim)

Page 48: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 47

Hadirin rahimakumullah, Dari hadits-hadits tersebut, dapat kita pahami bahwa kaum muslimin disunnahkan untuk berpuasa pada hari yang kesembilan dan kesepuluh pada bulan Muharram, hari yang dikenal dengan Tasu’a dan ‘Asyura. Bahkan sebagian ulama menyebutkan disyariatkannya pula untuk berpuasa pada hari setelahnya yaitu hari yang kesebelas, dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi dan Nashara. Wallahu a’lam bish-shawab. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufiq-Nya kepada kita semua untuk melakukan puasa pada hari tersebut, dan mudah-mudahan kita mendapatkan keutamaan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan.

?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو b± :g=:56ا .?HآO°86ك واO°6وأذل: ا ?H85K86م وا I¹ا :�Cأ :g=:567اء. اCأ O@7<?, ا76<? ود[T86دك اAeC O�2ال . واT[أ±5� أ :g=:56ا@ABت ا{]AHء @g=B وا{@Tات، إH8I 4:2~ @�, اg=:56: اH85K856 OM�? واA85K86ت. اa ?H85K86¥ آAq@ bن @HB? وا86 AeCد .رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ ا¤Orة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6ر . H¢ اTC:76اتوا86

Qا ...q�U> ¥We6وا OqB86ء واA°0M6ا ?C �=B>و �ROi6ء ذي اAX>ن وإAK[·67ل واU6AR O@�> Qإن: اg 6و ،g�دآ> gUB65� اC VوOqPوا gآOآl> bH5�6ا gH�U6ا Qوا اOذآAa ،ونO:آlh gq:5U6 Qوا Oeأآ Qا Oآl .<TUB�h A@ g5Uن

Page 49: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 48

Senin, 23 November 2009 - 00:33:21, Penulis : Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc Kategori : Khutbah

Kewajiban Haji dan Beberapa Peringatan Penting dalam Pelaksanaannya KHUTBAH PERTAMA

م أP=7 أن Z إ I·6ن اA4 أ]7 أرآXHR �6إ :Õ06ا bUw مAU2·6وا bcM6وا7806 456 ذي ا Qا :Z7 أن: @467:80 إ=Pم، وأA�U64 اhAM±و VءA8I4 وأX:H=64 وإX:HRTRر ¥a 46 Y>OP Z V7[ ?@ bca46 أTIور V7eC ا

ا4H5C Q و46k �5C وأ4RA0± اOe6رة اOq6ام وA8H5Kh g:5I آOHuا، أ@Õ[ 7UR A: واO8XC وHR �UI? اAM:�6 واO86وة و»Aف He6AR� اO06ام، 5±:�

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan keutamaan-keutamaan dan kenikmatan-kenikmatan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah Rabb yang telah mengaruniakan kepada kita agama yang mulia. Agama yang akan menjadi sebab sempurnanya iman dan sucinya hati orang-orang yang menjalankannya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada panutan kita, nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa istiqamah mengikuti petunjuknya. Jamaah jum’ah rahimakumullah, Pada kesempatan yang berbahagia ini kami berwasiat kepada diri kami pribadi dan seluruh hadirin untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa. Marilah kita berusaha dengan sekuat kemampuan kita menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Sesungguhnya dengan ketakwaanlah seseorang akan menjadi mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

gآAihأ Q7 اBC gq@Oإن: أآ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kalian.” (Al-Hujurat: 13) Hadirin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwasanya di antara syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sangat mulia adalah kewajiban menunaikan ibadah haji. Bahkan kewajiban ini merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Page 50: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 49

H86AU?و�5C 4:56 اA:B6س ]fÕ اHe6� @? اA�XIع إA5HeI 4H6 و@? آa OM·ن: اC ¿¥B� Q? ا6

“Dan mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang memiliki kemampuan. Barangsiapa kafir atau mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari semesta alam.” (Ali ‘Imran: 97) Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan kalimat kafara, yaitu telah kafir, terhadap orang yang mengingkari kewajiban yang besar ini. Hal ini tentu menunjukkan betapa penting dan besarnya kewajiban ini. Oleh karena itu telah sepakat para ulama, siapa saja yang mengingkari kewajiban ibadah haji, maka dihukumi kafir dan keluar dari Islam. Hadirin rahimakumullah, Besarnya perintah ibadah haji ini juga ditunjukkan pada berkumpulnya dua jenis ibadah dalam pelaksanaannya. Yaitu ibadah dengan menggunakan anggota badan dan ibadah dengan menggunakan harta. Lebih dari itu, dalam pelaksanaannya juga harus menempuh jarak yang cukup jauh dan melelahkan. Bahkan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengategorikan ibadah ini sebagai salah satu jenis jihad, sebagaimana disabdakan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya:

A=w :?=H5C ،gU2د AX{ Zل 4Ha، اfÕ06 واO8U6ة: <A رTIل اQ، ه�5C b اAKB6ء A=wد؟ }Aل

“Wahai Rasulullah, apakah ada kewajiban bagi wanita untuk berjihad?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya, ada, wajib bagi mereka (para wanita) untuk berjihad yang tidak ada pertempuran di dalamnya, (yakni) haji dan umrah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu) Di dalam hadits tersebut kita mengetahui pula bahwa disamping kewajiban haji, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah menetapkan kepada kaum muslimin kewajiban untuk melakukan umrah. Sehingga, seorang muslim yang mukallaf yaitu yang sudah baligh dan berakal serta telah memiliki kemampuan, wajib baginya untuk memerhatikan dan menjalankan kedua amalan ibadah yang besar ini. Adapun anak yang belum baligh, jika dia menjalankan kedua amalan ini hukumnya tetap sah, namun haji dan umrahnya dihukumi sebagai amalan sunnah. Artinya anak tersebut masih ada kewajiban untuk menjalankannya di saat telah baligh nanti apabila memiliki kemampuan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Page 51: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 50

8f>ىأOr4 ]�:£ أH5Ua Ñ5R :g  :Õ[ ¥e± A

“Anak kecil manapun yang melakukan ibadah haji maka wajib baginya untuk melakukan ibadah haji lagi (ketika sudah baligh).” (HR. Al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Fathul Bari) Kaum muslimin rahimakumullah, Karena rahmat-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan kewajiban haji dan umrah ini hanyalah sekali dalam seumur hidup, sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

a ة:O@ fÕ06عاfT�Xa 8? زاد

“Kewajiban haji itu hanya sekali, barangsiapa menunaikannya lebih dari sekali maka dia telah melakukan sunnah.” (HR. Abu Dawud dan yang lainnya, shahih sebagaimana disebutkan dalam Al-Irwa’) Oleh karena itu, seorang muslim yang telah memiliki kemampuan, seharusnya segera menjalankan kewajiban yang hanya sekali dalam seumur hidup ini, karena dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Bisa jadi tahun ini dia mampu namun karena menundanya akhirnya pada tahun berikutnya dia tidak memiliki kemampuan lagi. Adapun yang dimaksud mampu dalam amalan ibadah haji sebagaimana keterangan para ulama adalah mampu dalam hal fisik atau kesehatan serta mampu dalam hal harta, yaitu biaya untuk perjalanan dan kebutuhan selama ibadah haji serta mampu mencukupi kebutuhan keluarganya yang ditinggal selama menunaikan haji. Adapun jika seseorang telah mampu dalam hal materi akan tetapi tidak mampu secara fisik, maka sebagaimana keterangan para ulama, pada dirinya ada dua kemungkinan. Yang pertama: dia tidak mampu fisiknya karena usianya yang telah lanjut atau karena sakit yang menurut keterangan dokter tidak ada harapan sembuh. Apabila demikian, maka wajib baginya untuk mewakilkan kepada orang lain untuk menghajikannya. Hal ini sebagaimana tersebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim rahimahumallah ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya:

�XK> Z اOHeآ AµHP Õ06ا ¥a Qا £c>Oa 4Xأدرآ ¥Rإن: أ ،Qل اTIر A>لA{ 4؟BC fÕ[�aا]5£، أ:O6�5 اC يTXK> أن ~H :4BC ¥�[

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kewajiban menjalankan ibadah haji telah sampai kepada ayahku dalam keadaan beliau sudah lanjut usia yang (membuat beliau) tidak mampu duduk (menempuh perjalanan) di atas kendaraan, apakah perlu bagiku untuk menghajikan atas nama beliau?” Nabi menjawab: “Berhajilah atas namanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Page 52: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 51

Adapun kemungkinan kedua adalah dirinya menderita penyakit yang ada harapan untuk sembuh. Apabila demikian keadaannya, maka diperbolehkan baginya untuk menundanya sampai memungkinkan untuk menunaikannya. Kaum muslimin rahimakumullah, Disamping itu, sebagaimana yang disebutkan dalam fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah (jilid 11 hal. 87), para ulama menerangkan bahwa kewajiban haji tidaklah gugur dengan sebab meninggalnya seseorang. Artinya apabila seseorang meninggal dunia dalam keadaan semasa hidupnya dia adalah orang yang wajib untuk menunaikannya, yaitu telah mampu secara fisik dan materi namun belum menunaikan ibadah haji, wajib diambilkan dari hartanya untuk digunakan menghajikan dirinya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits, ketika ada seorang wanita dari Juhainah yang memberitakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ibunya telah bernadzar untuk menjalankan haji, namun dia meninggal sebelum sempat menjalankannya, apakah perlu menghajikan atas nama ibunya? Maka saat itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

<? أآ4XHÁA{ �B؟ ا}Tcا اQAa ،Q أ]AaT6AR fjءA=BC ¥�[ ،gU2، أرأ<� T6 آAن �5C أ@Y د

“Ya, berhajilah atas namanya. Bukankah apabila engkau mendapati ibumu meninggal dalam keadaan menanggung utang engkau pun akan melunasinya? Maka tunaikanlah kewajibannya kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’alaebih berhak untuk dipenuhi janjinya kepada-Nya.” (HR. Al-Bukhari) Namun perlu diketahui pula, bahwasanya orang yang diperbolehkan untuk menghajikan orang lain adalah orang yang sudah (pernah) melakukan ibadah haji, sebagaimana disebutkan dalam hadits, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan ada seseorang yang berhaji atas nama orang lain yang bernama Syubrumah. Beliau bertanya kepada orang tersebut:

A{ :[£@OeP ?C :Õ[ :g  YKM2 ?C :Õل. YKM2 ?C ���[ :Z؟ }Aل

“Sudahkah engkau menunaikan haji atas nama dirimu sendiri?” (Orang yang menghajikan orang lain tersebut) menjawab: “Belum.” (Maka Nabi) berkata: “Berhajilah dulu atas namamu baru kemudian engkau bisa menghajikan Syubrumah.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu) Hadirin rahimakumullah,

Page 53: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 52

Selanjutnya perkara penting lainnya yang harus diperhatikan adalah bahwa khusus bagi wanita, dia belum dikatakan mampu untuk menunaikan ibadah haji apabila tidak ada mahram yang menyertainya, meskipun dia mampu secara fisik maupun materi. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

اذه¢ Õ0a: @~ ا@OأAia :Yhل. <A رTIل اQ، إ2¥ اآa �eXX¥ ��وة آlا وآlا وwOr� ا@OأAia b :£:wA[ ¥hلAiaم رw. وOaAKh Zن: ا@Oأة إZ: و@O0@ A=Uم

“Janganlah sekali-kali seorang wanita bepergian dalam jarak safar kecuali bersamanya seorang mahram.” Maka berdirilah seorang laki-laki dan berkata: “Wahai Rasulullah, saya sudah menyatakan diri untuk berjihad mengikuti perang ini dan perang ini, sedangkan istriku telah keluar untuk menjalankan ibadah haji.” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Pergilah engkau (menyusul istrimu) kemudian berhajilah bersama istrimu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Di dalam hadits ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan sahabat beliau untuk membatalkan mengikuti jihad agar bisa menemani istrinya dalam menunaikan haji. Hal ini menunjukkan keharusan adanya mahram bagi wanita dalam menunaikan ibadah hajinya. Demikian yang ingin kami sampaikan pada khutbah yang pertama ini, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.

OMWXIAa ،¢2وV إ4:2 هT اTMW6ر اgH[:O6أ}Tل @TU8Kh Aن وأOMWXI اQ 6¥ وgq6 وOAK6 اH85K86? @? آb ذ. ARgHq0رك اQ 6¥ وa gq6¥ اkOi6ن اgH�U6، وBUM2¥ وإ<:Aآ4Ha A8R g @? اA>Å6ت واl6آO ا6

KHUTBAH KEDUA

� اH8w ¥MBh Y>OP Q~ اO°6ك وا6�وهAم، وأP=7 أن: @7:80ا V7eC ورOHr 46TI اA2�6م، ±5: ، أP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]Z V7ا7806 456 رب اOP ،?H86AU6ع AeU6د4XHR :Õ[ V اO06ام g=BC OMqH6 اT2fl6ب واA Å6م

7UR A:@ا، أOHuآ A8H5Kh g:5Iام وOq6رة اOe64 اRA0±46 وأk �5C4 وH5C

Ma’syiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan senantiasa menjaga batas-batas syariat-Nya dan tidak melanggarnya. Yaitu menjalankan perintah-perintah-Nya dengan ikhlas, semata-mata mengharapkan keridhaan-Nya serta sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh

Page 54: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 53

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadirin rahimakumullah, Seorang muslim yang diberi kemudahan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjalankan ibadah yang besar ini wajib baginya untuk menjalankannya sebagaimana aturan yang telah disyariatkan. Yaitu dengan memenuhi rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, dan lebih utama apabila bisa menjalankan sunnah-sunnahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وأTf8hا اÕ06: واO8U6ة 4:56

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah.” (Al-Baqarah: 196) Hadirin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwasanya amalan ibadah haji itu tidak ada kaitannya dengan amalan shalat di masjid Nabawi dan tidak ada kaitannya pula dengan berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, apa yang dipahami oleh sebagian jamaah haji, bahwa barangsiapa yang tidak melakukan shalat arba’in atau shalat 40 waktu di masjid Nabawi maka hajinya kurang sempurna adalah pemahaman yang salah. Karena tidak ada hadits shahih yang menunjukkan disyariatkannya shalat 40 waktu di masjid Nabawi atau yang diistilahkan dengan shalat arba’in tersebut. Bahkan hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah hadits yang sangat lemah dan munkar. Meskipun memang sudah semestinya bagi seorang muslim yang diberi kesempatan bisa berkunjung ke kota Madinah untuk shalat di masjid Nabawi, karena shalat di masjid tersebut seribu kali lebih besar dari shalat di masjid lainnya, selain Masjidil Haram di Makkah. Namun mengkhususkan bilangan tertentu untuk shalat di masjid Nabawi bukanlah ajaran Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan semakin banyak seorang muslim melakukan shalat di masjid Nabawi, akan semakin besar pahalanya apabila dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadirin rahimakumullah, Adapun menziarahi makam Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan makam para sahabatnya serta kaum muslimin lainnya yang ada di kota Madinah, meskipun disyariatkan, namun tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menyengaja bepergian dalam jarak safar menuju makam-makam tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

7wAK@ £  وا7�K86 ا6�}��ا7�K86 اO06ام، و@7�Kي هlا، : f7°h Z اA[O6ل إZ: إ�6  

Page 55: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 54

“Tidak boleh menyengaja bepergian dengan mempersiapkan perbekalan dalam jarak safar untuk maksud ibadah khusus kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Hadirin rahimakumullah, Disamping itu perlu diketahui pula, bahwasanya tidak ada keistimewaan secara khusus pada makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibanding makam-makam yang lainnya. Maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkan berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan keyakinan bahwa berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keistimewaan dibanding makam-makam lainnya. Apalagi kalau maksud dari berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk berdoa kepadanya, yaitu dengan menjadikan beliau sebagai perantara untuk meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini merupakan perbuatan syirik yang bisa menjadi sebab keluarnya seorang muslim dari agamanya. Karena, doa adalah ibadah yang tidak boleh ditujukan kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun yang disyariatkan ketika berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mengucapkan salam untuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menjaga adab dalam mengucapkannya, yaitu dengan tidak mengeraskan suaranya. Begitu pula mengucapkan salam untuk kedua orang sahabat beliau radhiyallahu ‘anhuma yang dimakamkan di samping beliau. Di antaranya dengan lafadz:

Qور]8£ ا OqR ARأ A> YH5C م :K64، اhAآORو Qور]8£ ا Qل اTIر A> YH5C م :K64اhAآORو Qور]8£ ا O8C A> YH5C م :K64، اhAآORو

Hadirin rahimakumullah, Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dengan menziarahi makam-makam yang dikeramatkan karena dianggap sebagai makam para wali adalah amalan yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan akan menyeret pelakunya pada perbuatan syirik. Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga ibadah haji dan ibadah lainnya yang dilakukan oleh kita dan saudara-saudara kita dari hal-hal yang bisa merusaknya atau mengurangi kesempurnaannya.

Iو b± :g=:56وا ?H85K86م وا I·6ا :�Cأ :g=:564، اRA0±46 و أk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5?HآO°86ك واO°6ن. أذل: اAq@ bآ ¥a ?H85K86ال اT[أ±5� أ :g=:5685. اK856 OM�ا :g=:56ت اA85K86وا ?H@ABت اAH[�6ء @g=B واT@�6ات، إH�@ ~H8I 4:2¢ اTC:76ات @HB? وا86 �:ة TM�> A:8Cن وA5Iم �5C اH5IO86? واA0eI 7806ن رYR رب اU6. رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ اOrÅ6ة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6ر. وا86

?H86AU6456 رب ا

Page 56: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 55

Ahad, 18 Mei 2008 - 18:45:51, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc. Kategori : Khutbah

Kewajiban Mensyukuri Nikmat

:K6ا ¥a A@ 46 يl:6ا7806 4:56 اOHeµ6ا gHq06ا Tة وهOr¤ا ¥a 7806ا{رض و46 ا ¥a A@ات وT8 .H[:O6ا Tوه A=Ha جOU> A@ء وA8:K6�ل @? اB> A@و A=B@ جOµ> A@ا{رض و ¥a Õ5> A@ g5U>رTMW6ا g

46 وأk �5 4RA0±وأP=7 أن: @7:80ا V7eC ور46TI اOH°e6 اO>l:B6 واOK6اج اOHB86، ±5:� ا4H5C Q وZC: اQ و]Y>OP Z V7 46، 46 اY586 و46 ا7806 <0¥ و<H8� وه�5C T آP b¥ء }O>7، أP=7 أن Z إ46 إ7UR A:@ا، أOHuآ A8H5Kh g:5Iو

g>Oq64 اRAXآ ¥a :bwو :�C Qل اA{ 7i6 ،سA:B6ا A=f>أ Tqaن<Aأ<A=f اA:B6س اذآOوا 8U2£ اgqH5C Q هOH� j6Ar ?@ b اO> Qز}gq @? ا6 h �:2�a Tه :Zإ46 إ Z ء وا{رضA8:K

“Wahai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi? Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain dia, maka mengapa kalian berpaling?” (Fathir: 3) Di dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada seluruh manusia agar mereka mengingat nikmat-nikmat-Nya. Karena yang demikian ini akan mendorong seseorang untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ketahuilah, bahwa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menyebabkan terjaganya nikmat yang dikaruniakan kepada seseorang dan menyebabkan datangnya nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang lainnya. Namun sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Ibnu Al-Qayyim rahimahullahu, syukur itu tidak akan terwujud kecuali jika terbangun di atas lima perkara. Yaitu dengan merendahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mencintai-Nya, mengakui bahwa nikmat tersebut merupakan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan lisannya, dan tidak menggunakan nikmat tersebut untuk perkara yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Oleh karena itu, sudah semestinya bagi kita untuk melihat kembali usaha kita dalam mewujudkan rasa syukurnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena apabila salah satu dari lima perkara yang harus dipenuhi tersebut tidak dilakukan, maka belum dikatakan orang tersebut telah bersyukur. Dengan demikian, bersyukur itu tidaklah cukup dengan mengucapkan alhamdulillah atau dengan sekadar menyadari bahwa nikmat tersebut datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan tidak cukup pula meskipun kemudian dia tunjukkan dengan menghinakan diri serta tidak menyombongkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akan tetapi harus dilengkapi dengan mencintai Allah Subhanahu wa Ta'ala dan membuktikan cintanya

Page 57: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 56

tersebut dengan menggunakan nikmat-nikmat tersebut di jalan yang diridhai-Nya. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberitakan dalam ayat-Nya, bahwa keridhaan-Nya hanya akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bersyukur, sebagaimana dalam firman-Nya:

q°h وإنgq6 4ÁO> واO

“Dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia akan meridhai kalian (dari perbuatan syukur tersebut).” (Az-Zumar: 7) Oleh karena itu, sudah semestinya bagi orang-orang yang mengharapkan surga Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memperbaiki dirinya dalam bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena kalau tidak demikian, maka bisa jadi seseorang menyangka dirinya telah bersyukur namun ternyata tidak demikian kenyataannya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana dalam firman-Nya, telah membagi manusia menjadi dua kelompok. Yaitu kelompok orang-orang yang bersyukur dan kelompok orang-orang yang kufur, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

إA:2 هVAB>7 اbHe:K6 إ@:AP AآOا وإ@:A آTMرا

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; maka (manusia) ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (Al-Insan: 3) Maka marilah kita berusaha melihat pada diri kita masing-masing. Pada kelompok yang mana kita berada? Sudahkah kita mensyukuri nikmat waktu, nikmat sehat, penglihatan, pendengaran, lisan dan lain-lainnya dengan menggunakannya untuk beribadah di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala? Sudahkah kita mensyukuri nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada kita, kemudahan dalam sarana transportasi dan komunikasi serta yang semisalnya untuk digunakan di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala? Ataukah justru sarana tersebut digunakan untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala? Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Ingatlah, bahwa nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang dikaruniakan kepada kita sangat banyak dan kita akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mensyukuri nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan jangan mengkufurinya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mencontohkan kepada umatnya dan menganjurkan umatnya untuk mensyukuri nikmat. Tersebut di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam Shahih keduanya, melalui jalan sahabat Anas radhiyallahu 'anhu: Bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melewati sebiji kurma ketika sedang berjalan, maka beliau

Page 58: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 57

Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

A=X5ن @? ا7:�6}£ 6�آTqh أن ZT6

“Kalaulah bukan (karena aku takut) kurma tersebut dari shadaqah, sungguh aku akan memakannya.” Dari satu hadits ini saja, kita bisa mengetahui betapa besarnya perhatian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga tidak membiarkan meskipun hanya sebiji kurma untuk dibuang dan rusak tanpa dimanfaatkan. Kalau kita bandingkan dengan keadaan sebagian kita, akan kita dapatkan perbedaan yang sangat jauh. Makanan yang dibuang sia-sia merupakan pemandangan yang mungkin setiap hari dijumpai di sebagian rumah kita. Baik karena berlebihan dalam memasaknya atau membelinya yang kemudian menjadi rusak dan busuk sehingga kemudian dibuang sia-sia. Padahal terkadang makanan tersebut bukanlah makanan yang murah harganya atau mudah mendapatkannya. Sementara di sekitar rumahnya banyak orang-orang fakir miskin yang tidak memiliki makanan. Sudah semestinya bagi kita semua untuk berusaha memperbaiki dirinya dalam bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Saudara-saudaraku yang mudah-mudahan dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ketahuilah, bahwa seseorang apabila tidak mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dia akan berada pada satu dari dua keadaan. Kemungkinan yang pertama, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengambil nikmat tersebut darinya dan kemungkinan yang kedua, nikmat tersebut akan terus bersamanya namun akan menambah beratnya siksa di akhirat kelak. Maka tentunya kita semua tidak ingin terjatuh pada salah satu dari kedua keadaan tersebut.

�6 OHr g=6 ¥582 A8:2وا أOMآ ?>l:6ا :?eK0> Zو?H=@ ابlC g=6و A8 �دادوا إH6 g=6 ¥582 A8:2إ g=KM2

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa dibiarkannya mereka (terus mendapat nikmat) adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami membiarkan mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka nantinya adzab yang menghinakan.” (Ali ‘Imran: 178)

YhدAeC ?K[ك وOqPك وO�5 ذآC A:BCأ :g=:56ا .?H86AU6وا7806 456 رب ا

Page 59: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 58

Khutbah Kedua

@HB? 72<أن: @7:80ا V7eC ور6AR 4uUR 46TI=7ى ود<? اj06 ر]H86AU56 £8? و]�:£ �5C اAU86رب اH86AU6?، اO6:]8? اgH[:O6، وأP=7 أن Z إ46 إZ: اT> Y6A@ ،Qم ا76<?، وأP=7 ا7806 456 ? و@�5C £:B ا86

R A:@م ا76<?، أT> �6ن إAK[·R g=Ueh ?@و ?HU8w4 أXRA0±46 وk �5C4 وH5C Q7±5:� اU g>Oq64 اRAXآ ¥a :bwو :�C Qل اTi> ،سA:B6ا A=f>أ

أذآOآg واOqPوا 6¥ وOMqh ZونAaذآOو¥2 “Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, dan bersyukurlah kalian kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah: 152) Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ketahuilah, bahwa nikmat yang paling besar yang Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan kepada hamba-hamba-Nya adalah nikmat ber-Islam dan memahaminya dengan pemahaman yang benar. Yaitu memahaminya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Karena seseorang yang telah mendapatkan nikmat tersebut berarti dia telah mengikuti satu-satunya jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang akan mengantarkan dirinya pada kebahagiaan yang selamanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

AB>م دA5I¹ا gq6 �HÁور ¥X8U2 gqH5C �88hوأ gqB>د gq6 �58م أآTH6ا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Ma`idah: 3) Saudara-saudaraku seiman yang semoga senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Besarnya nikmat ber-Islam dan memahaminya dengan pemahaman yang benar tersebut akan dirasakan oleh seseorang, ketika dia melihat bagaimana keadaan orang-orang yang tidak mendapatkan nikmat ini. Betapa banyak orang-orang yang tersesat sehingga mengikuti akidah orang-orang kafir dan musyrikin. Betapa banyak orang-orang yang menyimpang karena mengikuti aturan-aturan yang diada-adakan oleh pemimpinnya atau pendiri kelompoknya sendiri. Begitu pula, betapa banyak orang-orang yang tersesat karena hanya mengikuti kebiasaan atau tradisi masyarakatnya yang mengada-adakan amal ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Maka, orang-orang yang benar-benar mengikuti ajaran Islam dan memahaminya dengan pemahaman yang benar, sungguh dirinya telah diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dari berbagai bentuk kesesatan.

Page 60: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 59

Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Besarnya nikmat Islam dan hidayah memahami agama Islam dengan benar juga akan dirasakan manakala seseorang mengetahui janji Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi orang-orang yang mendapatkan nikmat ini dan ancaman-Nya bagi orang-orang yang tidak mendapatkannya. Sebagaimana dalam firman-Nya:

?H@م أAi@ ¥a ?Hi:X86ن. إن: اTHCت وA:Bw ¥a .?H5RAiX@ قOeXI7س وإBI ?@ نTKe5> .T0R gهABw:وزو Y6lآ?HC ر .?HB@k £=آAa GbqR A=Ha نTC7> . ابlC gهA{و�6 وو}ا £hT86ا :Zت إT86ا A=Ha نT{وl> ZgH0�6ا .gH�U6ز اTM6ا Tه Y6ذ YGRر ?@ ca

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman. (Yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan. Demikian pula Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran). Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia dan Allah memelihara mereka dari adzab neraka. Sebagai karunia dari Rabbmu. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar.” (Ad-Dukhan: 51-57) Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan balasan bagi orang-orang yang tidak mendapatkan nikmat Islam di dalam firman-Nya:

g=6 ىTu@ رA:B6م واAU2}ا b�آh A8ن آT5ن و<�آTU:X8X> واOMآ ?>l:6وا

“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang dan neraka Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (Muhammad: 12) Maka marilah kita berusaha untuk mensyukuri nikmat yang paling besar ini. Meskipun nikmat yang lainnya pun tidak boleh disepelekan. Namun nikmat mengikuti agama Islam merupakan nikmat yang paling besar dan tidak bisa dikalahkan oleh nikmat apapun. Sekalipun dibandingkan dengan orang mendapatkan nikmat dunia dan seisinya, namun tidak mendapatkan nikmat Islam. Marilah kita bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan mengamalkannya. Tidak sekadar mengikuti kebanyakan atau keumuman orang. Tidak pula dengan mengandalkan semangat tanpa dilandasi ilmu. Namun harus didasarkan kepada Al-Qur`an dan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam serta memahami keduanya dengan bimbingan para ulama yang mengikuti jalan generasi terbaik umat ini. Yaitu jalannya para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena mereka adalah orang-orang yang telah mempelajari agama ini dari lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengetahui bagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mempraktikkan agama ini.

Page 61: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 60

Dengan demikian kita akan diselamatkan dari berbagai ajaran yang menyimpang dan selanjutnya mendapatkan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala, yaitu kenikmatan surga pada kehidupan yang selamanya nanti. Wallahu a’lam bish-shawab.

?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ ABHe2 �5C Qو±5:� ا .?H86AU6وا7806 456 رب ا

Page 62: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 61

Senin, 07 April 2008 - 06:39:40, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc. Kategori : Khutbah

Kewajiban Menunaikan Amanah

=P2£ وأAHµوا6ـ Oq8ا6ـ g=H5C م:O[2£، وA@�6د أداء اAeU6�5 اC ضOa يl:6ا6ـ780 456 اOP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أنl:646 اTIور V7eC 7 أن: @7:80ا=Pوأ ،£@AHi6م اT> ةA�:B6ا A=R TwO> ?@ دةA=P ،46 Y> gXr ي5Kh g:5I7ا6£ وU6AR نTaT±T84 ا6ـRA0±46 وأk �5C4 وH5C Q6£ ±5:� اAIO64 اR Q7اUR A:@أ ،A8H

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah ini kami berwasiat pada diri kami pribadi dan seluruh hadirin untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yaitu agar kita menjaga dan membentengi diri dari kemarahan serta siksa Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan hal ini adalah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sekuat kemampuan kita serta dengan menjauhi segala larangan-Nya. Saudara-saudaraku kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Di antara bentuk ketakwaan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah dengan menjalankan dan menjaga amanah yang dipikulnya. Baik amanah yang berkaitan dengan kewajiban kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti shalat, berwudhu, membayar zakat dan yang lainnya, maupun yang berkaitan dengan kewajiban kepada sesama manusia. Sehingga seseorang perlu memahami bahwa amanah itu sangat luas cakupannya. Dan amanah yang diemban oleh setiap orang tidak selalu sama dengan yang lainnya. Namun semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala nanti atas pelaksanaan amanah yang dipikulnya. Hadirin rahimakumullah, Perlu diketahui, bahwa menjalankan amanah dan menjaganya bukanlah perkara yang bisa dilakukan semudah membalik tangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan tentang beratnya amanah di dalam firman-Nya:

A=B580 وأA=B@ ?iMP و]A=58 اAK2¹ن إ4:2 آAن ZT=w A@T5ÆإABÁOC A:2 ا{@�5C £2A اT8:K6ات وا{رض واAe�6ل HR�a? أن <

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah (yaitu menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan meninggalkan seluruh larangan-Nya) kepada seluruh langit dan bumi serta gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu banyak berbuat dzalim dan amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72)

Page 63: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 62

Di dalam ayat tersebut kita mengetahui, bahwa makhluk-makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat besar tidak bersedia menerima amanah yang ditawarkan kepada mereka. Yaitu amanah yang berupa menjalankan syariat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan melalui utusan-Nya. Mereka enggan untuk menerima amanah tersebut bukan karena ingin menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bukan pula karena mereka tidak berharap balasan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat besar dengan menjalankan amanah tersebut. Akan tetapi mereka menyadari betapa beratnya memikul amanah. Sehingga mereka khawatir akan menyelisihi amanah tersebut yang berakibat akan terkena siksa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat pedih. Hanya saja, manusia dengan berbagai kelemahannya, memilih untuk menerima amanah tersebut. Sehingga kemudian terbagilah manusia menjadi tiga kelompok. Kelompok yang pertama adalah orang–orang yang menampakkan dirinya seolah-olah menjalankan amanah. Yaitu dengan menampakkan keimanannya namun sesungguhnya mereka tidak beriman. Mereka itulah yang disebut orang–orang munafik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang dengan terang-terangan menyelisihi amanah tersebut. Yaitu mereka tidak mau beriman baik secara lahir maupun batin. Mereka adalah orang-orang kafir dan musyrikin. Sedangkan kelompok ketiga adalah orang-orang yang menjaga amanah yaitu orang-orang yang beriman baik secara lahir maupun batin. Dua kelompok pertama yang kita sebutkan tadi akan diadzab dengan adzab yang sangat pedih. Sedangkan kelompok yang ketiga yaitu mereka yang beriman secara lahir dan batin, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan ampunan serta rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hal ini sebagaimana tersebut dalam ayat berikutnya dalam firman-Nya:

@ABت وآAن اTM� Qرا ر]GlUH6A8Hب اQ اHiaAB86? واAiaAB86ت وا6 @HB? وا86 O°8آH? واO°86آAت و<TXب ا�5C Q ا86

“Sehingga Allah mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan serta orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 73) Hadirin rahimakumullah, Amanah yang berkaitan dengan menjalankan syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala atau ibadah ini, harus dilakukan dengan memenuhi dua syarat. Kedua syarat tersebut sesungguhnya merupakan realisasi dari dua kalimat syahadat yang selalu kita ucapkan. Kedua syarat tersebut, yang pertama adalah ikhlas dan yang kedua adalah harus dilakukan sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Page 64: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 63

Oleh karenanya, wajib bagi kita untuk hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala semata dalam menjalankan peribadatan kepada-Nya. Hal ini ditandai dengan istiqamahnya kita dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala baik ketika sendirian maupun ketika bersama orang lain. Sehingga kita tidak menjadi orang yang taat ketika dilihat orang lain namun bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika sendirian. Janganlah kita lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui segala perbuatan dan mengetahui seluruh yang ada di dalam hati kita. Ingatlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

أوT85U> Zن أن: اfOK> A@ g5U> Qون و@TB5U> Aن

“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?” (Al-Baqarah: 77) Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sedangkan untuk menjalankan syarat yang kedua, wajib bagi kita untuk berilmu dulu sebelum beramal. Sehingga kita tidak boleh seenaknya sendiri atau sekedar ikut-ikutan dalam tata cara peribadatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita harus melakukannya dengan aturan dan tata cara yang telah ditentukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena kalau tidak demikian, maka akan berakibat tidak diterimanya amalan kita. Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan seseorang untuk mengulangi wudhunya karena ada bagian anggota wudhu yang tidak terkena air. Begitu pula beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan seseorang untuk mengulangi shalatnya karena tidak thuma’ninah ketika menjalankannya. Semua ini menunjukkan bahwa ibadah itu telah ditentukan aturannya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga kita harus senantiasa mengingat bahwa shalat, puasa, membayar zakat, menunaikan haji dan yang lain-lainnya dari bentuk-bentuk ibadah adalah amanah yang kita harus menjalankannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Saudara-saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah, Adapun amanah yang berhubungan dengan muamalah, yaitu yang berkaitan dengan menjalankan kewajiban kepada sesama manusia, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan kita untuk menjalankannya dalam firman-Nya:

Qإن: ا A=5ت إ�6 أهA2A@}وا اfد h أن gآO@�>

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.” (An-Nisa`: 58)

Page 65: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 64

Sedangkan cara untuk menjalankan amanah ini, adalah dengan kita senantiasa menginginkan agar orang lain mendapatkan kebaikan sebagaimana kita menginginkan kebaikan itu pada diri kita. Hal ini sebagaimana sabda nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

4KMB6 f¢0ـ> A@ 4Hr�6 :¢0ـ> �:X[ gأ]7آ ?@ > Z

“Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Sehingga seseorang yang bermuamalah dengan orang lain, semestinya melihat dan bercermin pada dirinya. Baik dalam hal jual beli, sewa-menyewa, bekerja pada pihak lain atau instansi tertentu, dan yang lainnya. Yaitu dia tidak ingin memperlakukan saudaranya dengan perlakuan yang tidak baik sebagaimana dia tidak ingin perlakuan tersebut menimpa dirinya. Oleh karena itu seseorang yang menjual barang, misalnya, maka dia harus menjualnya dengan menjaga amanah. Tidak boleh bagi seorang penjual untuk mengkhianati pembelinya dengan berbuat curang dalam menimbang atau menakar. Dan tidak boleh baginya untuk berbuat dzalim dengan meninggikan harga karena si pembeli tidak mengetahui harga atau dengan menyembunyikan kerusakan atau cacat yang ada pada barang tersebut. Begitu pula sebaliknya, tidak boleh bagi pembeli untuk mengkhianati penjual dengan berdusta untuk mengurangi harga yang sesungguhnya. Atau dengan menunda-nunda pembayaran barang yang dibelinya padahal dia memiliki kemampuan untuk membayarnya. Hadirin rahimakumullah, Tidak boleh pula bagi seorang yang menyewakan tempat, kendaraan, dan yang lainnya untuk berkhianat kepada orang yang menyewa miliknya itu. Misalnya menipu orang yang menyewa dengan meninggikan biaya sewanya, atau menyewakan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dia tawarkan. Dan sebaliknya, tidak boleh bagi orang yang menyewa untuk menipu sehingga biaya sewanya lebih murah dari biaya yang semestinya, atau dia menggunakan barang sewaannya dengan tidak hati-hati sehingga berakibat rusaknya barang tersebut. Begitu pula orang yang bekerja pada sebuah perusahaan. Tidak boleh baginya untuk datang dan pulang seenaknya, tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, atau melakukan kesibukan lain di tempat kerjanya sehingga melalaikan dia dari tugas utamanya. Saudara-saudaraku yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Termasuk dari menjaga amanah adalah yang berkaitan dengan pendidikan. Seorang pengajar harus berusaha menjaga amanah yang dipikulnya. Dia harus berusaha untuk menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya. Karena terkadang anak didik lebih banyak melihat kepada sikap dan tingkah laku pengajar daripada apa yang disampaikan kepada mereka. Begitu pula dia

Page 66: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 65

berusaha menyampaikan ilmu yang bermanfaat dengan cara yang mudah dipahami oleh anak didiknya serta tidak memaksakan diri untuk menyampaikan pelajaran yang belum dikuasainya yang berakibat dirinya akan terjatuh pada perbuatan “berbicara tanpa ilmu”. Terutama yang terkait dengan masalah agama. Semuanya harus dilakukan dengan menjaga amanah. Hadirin rahimakumullah, Termasuk menjaga amanah adalah yang berkaitan dengan tanggung jawab terhadap orang-orang yang berada di bawah kekuasaan dan pemeliharaannya. Semakin banyak atau semakin luas lingkup kekuasaannya maka semakin besar tanggung jawabnya. Maka seorang penguasa bertanggung jawab atas warga negaranya dan seorang pemimpin bertanggung jawab terhadap bawahannya. Begitu pula seorang suami bertanggung jawab atas keluarganya, dan seterusnya. Sudah semestinya bagi pemimpin rumah tangga untuk memelihara keluarganya dari hal-hal yang membahayakan mereka baik yang berkaitan dengan urusan dunia apalagi akhiratnya. Terlebih pada saat kerusakan dan kemaksiatan tersebar di mana-mana. Sebagaimana setiap orang tentu akan lebih berusaha menjaga hartanya ketika dia mendengar bahwa pencurian dan yang semisalnya tengah merajalela. Bahkan menjaga keluarga dan anak-anaknya dari kerusakan yang ada di sekitarnya semestinya lebih diutamakan dari menjaga harta. Karena melalaikan kewajiban ini akan menyebabkan munculnya generasi mendatang yang akan berbuat kerusakan di muka bumi ini. Juga karena setiap orangtua tentunya tidak menginginkan dirinya masuk ke dalam surga sementara anak-anaknya diadzab di api neraka. Oleh karena itu, semestinya kita berusaha menjaga amanah ini, sehingga mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala menyelamatkan kita semua dan keluarga kita dari api neraka serta mengumpulkan kita dan keluarga kita di dalam surga-Nya. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

C ?@ gهABX6أ A@و g=X:>Gذر g=R ABi06ن أA8>·R g=X:>Gذر g=XUe:hا واTB@k ?>l:6وا¥P ?@ g=58?Hره ¢Kآ A8R ئO@ا fbء آ

“Dan orang-orang yang beriman dan yang keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami kumpulkan keturunan mereka dengan mereka di dalam surga dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.” (Ath-Thur: 21)

AB>76T6 و6ـH8�~ ا6ـH85K8?، إ4:2 هT اTMW6ر اgH[:O6وBi:aـ¥ اQ وإ<:Aآg 6�داء ا2A@�6£ و]AUH8w A2A8 @? اCAÁ·6£ وا6ـ2AHµ£ وAB6 OM� و

Page 67: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 66

KHUTBAH KEDUA

، وCTh:7 @? أA=CAÁ وأlC 46 :7CاAR وRا6ـ780 456 >�w اOwأ AهAC2£ ورA@�6ا ÖM[ ?@ 7Cي وl:6اV7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=P42، أAK[إ ~RAXh �5C VOqP48، أU2 b>�w �5C V78[أ ،`H Z 7=P46 وأ Y>OP

C4 وH5C Q2£، ±5:� اAHµر @? ا6ـ:l[2£ وA@�6�5 أداء اC :x[ ،46TIور V7eC 7أن: @7:80اUR A@أ ،A8H5Kh g:5I4 وRA0±46 وأk �5

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena dengan bertakwa kepada-Nya, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memudahkan segala urusan kita. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

و@? <j:X اbU�> Q 46 @? أ@OK> VOا

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4) Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala di samping menyebutkan di dalam firman-Nya perintah untuk menjalankan amanah, juga menyebutkan kepada kita larangan untuk berbuat khianat. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

<Aأ<A=f اTB@k ?>l:6ا T2Tµh A6ا اQ واTI:O6ل وT2Tµhا أ@gqhA2A وأT85Uh gX2ن

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kalian mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepada kalian, sedang kalian dalam keadaan mengetahui.” (Al-Anfal: 27) Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitakan kepada kita dalam ayat-Nya bahwa mengkhianati amanah adalah sifat orang-orang Yahudi, yang kita dilarang untuk meniru akhlak mereka. Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

YH6إ VGد > Z رAB>7R 4B@�h إن ?@ g=B@وA8A{ 4H5C �@د A@ :Zإ

”Dan di antara mereka (orang-orang Yahudi) ada orang yang jika kamu memercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya.” (Ali ‘Imran: 75)

Page 68: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 67

Begitu pula Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitakan kepada kita bahwa mengkhianati amanah adalah sifat orang-orang munafik. Sebagaimana dalam sabdanya

ث   jaAB8ا6ـ £>k :نAr ?8h5�، وإذا اؤr7 أCب، وإذا وlإذا ]7:ث آ

“Tanda-tanda orang munafiq ada tiga: Jika berbicara berdusta, bila berjanji tidak menepati janjinya, dan apabila diberi amanah mengkhianatinya.” (HR. Muttafaqun ‘alaih) Dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullahu disebutkan:

g5K@ 4:2أ gCم و±5:� وزA± وإن

"Meskipun dia shalat dan puasa serta mengaku dirinya muslim." Hadirin rahimakumullah, Maka sudah semestinya bagi kita untuk berusaha menjaga amanah yang telah kita terima. Baik yang berkaitan dengan kewajiban kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala maupun kepada sesama manusia. Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang bisa mengamalkan ilmu yang telah sampai kepada kita dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah kita dengar. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang senantiasa menjaga amanah yang ada di pundak-pundak kita.

:g=:56وارض ا ،?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو b± :g=:56ا ?HURA:X6وا £RA0:�6ا ~H8w ?C5¥ وCن وA8uCو O8Cو OqR ¥R7<? أPا:O6ء اAM5µا6ـ ?C ?>76م اT> �6ن إAK[·R g=6ـ . ?HآO°8ك وا6ـO°6وأذل: ا ?H85K8م وا6ـ I¹ا :�Cأ :g=:567<?. ا[T86دك اAeC O�27اء ا76<?، واCأ O@آ. ود ¥a ?H85K8ال ا6ـT[أ±5� أ :g=:56ناAq@ b . ~8K> Z ءACود ~°µ> Z ¢5{ ?@ YRذTU2 A:2إ :g=:56ا

~MB> Z g5C ?@و ~e°h Z pM2 ?@و .Xwا AB{وارز «AR b«Ae6ا A24 وأرCAehا AB{وارز Ai[ :j0ا6ـ A2أر :g=:564اRAB .بA:هT6أ2� ا Y:2ر]8£ إ Y27:6 ?@ AB5eوه ABX>77 إذ هUR ABRT5{ �غh Z AB:Rر . AH2f76ا ¥a ABhk AB:Rر ]BK£ وa¥ ا¤Orة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6ر

C ة:�U6رب ا YRن رA0eI?H86AU6وا6ـ780 456 رب ا ?H5IO8�5 ا6ـC م Iن، وTM�> A:8

Page 69: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 68

Rabu, 04 Juni 2008 - 10:03:24, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc. Kategori : Khutbah

Makna dan Kandungan La Ilaha Illallah

KHUTBAH PERTAMA

هAدي 46، أP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]V7802OP Z V7 و4BHUXK2 وVOMWXK2 وTU2ذ OP ?@ QARور أABKM2 و@? AFHIت أAB6A8C، @? إن: ا7806 456 a b5c> ?@46 و :bc@ a Qا V7=> Y> 7 أن: @7:80ا=P46 وأ

46TIور V7eC .ن إAK[·R g=Ueh ?@4 وRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو b± :g=:567اUR A:@م ا76<?، أT> �6

Ma’asyiral muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Segala puji kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rabb yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta. Kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala karena keagungan dan kesempurnaan-Nya, serta karena keadilan hukum-hukum-Nya dan hikmah yang ada di balik ketentuan-ketentuan-Nya. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita sentiasa menjaga diri kita dari adzab api neraka. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Terlebih perintah yang paling besar yaitu tauhid, dan larangan yang paling besar yaitu berbuat syirik. Karena pentingnya hal ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan tauhid sebagi perintah yang pertama di dalam Al-Qur`an. Yaitu di dalam firman-Nya:

<Aأ<A=f اA:B6س ا7eCوا رgq:R اl:6ي gqi5r واTi:Xh gq:5U6 gq5e{ ?@ ?>l:6ن

“Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 21) Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengiringkan perintah tauhid ini dengan larangan yang pertama di dalam Al-Qur`an, yaitu perbuatan syirik. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya:

X2ا 4:56 أ72ادا وأT5U�h aنT85Uh g

“Maka, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.” (Al-Baqarah: 22)

Page 70: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 69

Hadirin jamaah jum’ah rahimakumullah, Sungguh merupakan pemandangan yang sangat memprihatinkan, ketika kita dapati ternyata banyak di antara kaum muslimin yang masih melakukan perbuatan syirik ini. Di antara perbuatan syirik yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin adalah menjadikan orang-orang yang sudah meninggal dunia sebagai perantara dalam meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga iapun meminta dan berdoa kepadanya. Sebagian mereka menganggap bahwa perbuatan yang mereka lakukan bukanlah syirik. Karena mereka menyangka bahwa syirik adalah beribadah kepada patung. Sementara mereka berdoa kepada orang yang dianggap shalih yang telah meninggal dunia, dan itupun hanya sebatas menjadikan mereka sebagai perantara. Tidak meyakini bahwa orang shalih yang telah meninggal tersebut bisa menghilangkan kesulitan atau mengabulkan apa yang mereka butuhkan. Bahkan mereka meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala sajalah satu-satunya pencipta, penguasa dan pengatur alam semesta. Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwa orang-orang kafir di zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah orang-orang yang mengingkari bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah satu-satunya pencipta, penguasa, dan pengatur alam semesta ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan tentang mereka dalam firman-Nya:

Q6?: اTiH6 ات وا{رضT8:K6ا j5r ?@ g=X6�I ?F6و

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab: ‘Allah’.” (Luqman: 25) Orang-orang musyrikin dahulu, juga bukan orang-orang yang hanya beribadah pada patung saja. Mereka juga beribadah kepada kuburan orang-orang yang dianggap shalih. Bahkan perbuatan syirik yang pertama kali terjadi di muka bumi ini adalah berupa peribadatan kepada orang shalih yang telah meninggal dunia, sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

و}T6Aا lh Zرن: gqX=6k وlh Zرن: ودا وTI ZاAC وTW> Zث و<TUق وOK2ا

“Dan mereka berkata: ‘Jangan sekali-kali kalian meninggalkan sesembahan-sesembahan yang kalian ibadahi dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (sesembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr’.” (Nuh: 23)

Page 71: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 70

Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari bahwa sahabat Abdullah ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma menerangkan berkaitan dengan ayat tersebut: “Nama-nama yang disebutkan di dalam ayat tersebut adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nabi Nuh 'alaihissalam. Ketika mereka meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaum Nabi Nuh 'alaihissalam untuk meletakkan pada majelis-majelis mereka patung/prasasti untuk mengenang orang shalih tersebut. Dan (setan membisikkan) agar mereka memberi nama patung-patung tersebut dengan nama-nama orang shalih (yang telah meninggal) tadi. Merekapun mengikuti bisikan setan tersebut. Pada awalnya patung-patung tersebut tidak mereka ibadahi. Namun ketika datang generasi setelah mereka dan juga setelah ilmu dilupakan, akhirnya patung/prasasti tersebut diibadahi.” Adapun keyakinan mereka bahwa orang shalih yang telah meninggal dunia tersebut sekadar dijadikan perantara, tanpa meyakini bahwa mereka bisa menghilangkan musibah dan yang lainnya, adalah keyakinan yang tidak berbeda dengan keyakinan orang-orang musyrikin di zaman dahulu. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan tentang mereka di dalam firman-Nya:

Zو gهfOc> Z A@ Q7ون @? دون اeU>وQ7 اBC A2ؤAUMP ءZ <g=UMB و<T6Tiن ه

“Dan mereka beribadah kepada selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada Kami di sisi Allah’.” (Yunus: 18) Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Dari ayat-ayat tersebut kita mengetahui bahwa perbuatan menjadikan orang yang telah meninggal dunia sebagai perantara dalam meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah agama orang-orang musyrikin. Bukan agama yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan itu adalah agama Abu Jahl dan Abu Lahab serta orang-orang musyrikin dahulu. Bahkan bisa jadi, orang-orang musyrikin zaman sekarang lebih jelek dibandingkan orang-orang musyrikin di zaman dahulu. Karena mereka meminta pertolongan kepada orang yang meninggal dunia tersebut bukan hanya ketika dalam keadaan tenang saja. Bahkan ketika ditimpa musibahpun mereka masih melakukan hal itu. Sementara orang-orang musyrikin di zaman dahulu, ketika ditimpa bencana mereka meninggalkan segala yang diibadahi selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Meskipun ketika diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dari bencana, mereka kembali berpaling dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan beribadah kepada selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan di dalam firman-Nya:

gXÁOCأ GOe6إ�6 ا gآA:�2 A:85a VA:>إ :Zن إTC7h ?@ :bÁ O0e6ا ¥a fOfc6ا gq:K@ را وإذاTMن آAK2·6ن اAوآ

“Dan apabila menimpa kalian (orang-orang kafir) suatu bahaya di lautan, niscaya hilanglah seluruh yang kalian ibadahi kecuali Allah, maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian pun berpaling. Dan manusia itu adalah banyak mengingkari nikmat Allah.” (Al-Isra`: 67)

Page 72: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 71

Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Yang sangat mengherankan adalah bahwa perbuatan syirik ini justru dilakukan oleh orang-orang yang dianggap sebagai tokoh Islam. Akibat dari perbuatan mereka ini, syirik atau hal-hal yang akan menyeret kepada perbuatan syirikpun menjadi lebih tersebar di kalangan masyarakat. Masjid-masjid yang dibangun kuburan di dalamnya tersebar di mana-mana. Begitu pula kuburan-kuburan yang dikeramatkan dibangun sedemikian rupa sehingga menyerupai rumah atau bahkan masjid. Hal ini adalah perkara yang tidak diajarkan oleh Islam, bahkan akan menyeret pada perbuatan syirik. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana tersebut dalam hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim, telah mengingatkan dalam sabdanya:

BU6£ ا�5C Q اT=H6د واA�:B6رى اlµ:hوا }Teر أ7wAK@ g=AHe2؛ <l0ر @TUB± Aا

“Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melaknat Yahudi dan Nashara, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat beribadah.” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan (umatnya) dari apa yang mereka lakukan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya juga memerintahkan agar setiap kuburan yang tingginya melebihi satu jengkal untuk diratakan, sehingga tingginya tidak lebih dari satu jengkal. Sebagaimana tersebut dalam hadits:

7h Z ؟ أنg:5I4 وH5C Q5:� ا± Qل اTI4 رH5C ¥BuUR A@ �5C YuURأ Z4أX>:TI :Zإ AaO°@ اOe{ Z4 وXK8« :Zإ ZAu8h ع

“Maukah engkau aku utus dengan sesuatu yang aku diutus dengannya oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Jangan engkau biarkan patung (makhluk yang bernyawa) kecuali engkau harus menghilangkannya, dan (jangan engkau biarkan) kuburan yang tinggi kecuali engkau ratakan (menjadi satu jengkal).” (HR. Muslim) Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk hati-hati dan waspada terhadap orang-orang yang menyampaikan agama ini tanpa ilmu. Janganlah kita tertipu dengan mereka yang berdalih dalam rangka mencintai orang shalih. Padahal yang mereka lakukan adalah perkara yang dilarang dalam Islam, yaitu berlebih-lebihan terhadap orang shalih yang akan menyeret pada perbuatan syirik. Mudah-mudahan ini bisa menjadi peringatan bagi kita semua. Wallahu a’lam bish-shawab.

?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ ABHe2 �5C Qو±5:� ا

Page 73: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 72

KHUTBAH KEDUA

?H86A:�6�5 اC :Z7وان إC Zو ?H86AU646، ±5:ا7806 456 رب اTIور V7eC 7 أن: @7:80ا=P46 وأ Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=P7، وأUR A:@ا، أOHuآ A8H5Kh g:5I4 وRA0±46 وأk �5C4 وH5C Qا �

Hadirin yang mudah-mudahan dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Marilah kita berusaha untuk senantiasa mempelajari agama Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengamalkannya. Karena ilmu adalah cahaya. Barangsiapa mencarinya maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mudahkan jalannya menuju surga. Sedangkan kebodohan adalah kegelapan yang akan menyeret seseorang ke dalam kesesatan di dunia dan kesengsaraan di akhirat. Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ketahuilah, bahwa seseorang tidaklah dikatakan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali dengan mentauhidkan-Nya. Sementara itu tidaklah seseorang dikatakan bertauhid kecuali dengan berlepas diri dari syirik. Sehingga apabila seseorang belum meninggalkan syirik, maka ibadah dan kebaikan sebanyak apapun yang dilakukannya tidak akan ada nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:

و}AB@7 إT58C A@ �6ا @? VAB5U�a b8C هAeء @TuBرا

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan (yaitu amalan orang-orang yang tidak beriman), lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.” (Al-Furqan: 23) Hadirin yang mudah-mudahan dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ketahuilah bahwa tauhid adalah makna yang terkandung dalam dalam kalimat Laa ilaaha illallah yang senantiasa kita ucapkan. Sehingga orang yang telah menyatakan dirinya bersaksi dengan kalimat ini, harus mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yaitu dengan mengarahkan seluruh bentuk ibadahnya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan harus meninggalkan segala peribadatan kepada selain-Nya. Karena kalau dia berbuat syirik, maka seluruh ibadah yang dilakukan baik berupa shalat, puasa, zakat, haji, shadaqah, membaca Al-Qur`an dan yang lainnya, akan gugur dan tidak ada manfaatnya. Hal ini sebagaimana terekam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وT6 أOPآTا A@ g=BC ½e06 آT2Aا <T58Uن

Page 74: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 73

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88) Saudara-saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah, Tauhid inilah yang tidak diterima oleh orang-orang kafir Quraisy ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu diutus kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan jawaban mereka ketika diperintah untuk mengucapkannya di dalam firman-Nya:

أbUw ا¤6=£ إA=6 وا]7ا إن: هlا 6°¥ء A�Cب

“Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shad: 5) Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir Quraisy tidak mau mengucapkannya karena mereka mengetahui makna kalimat ini. Yaitu, mereka harus meninggalkan segala yang diibadahi selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hal inilah yang tidak mau mereka terima. Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Maka sungguh sangat memprihatinkan, ketika ada seorang muslim yang tidak mengetahui makna Laa ilaaha illallah. Apa kelebihannya dari kafir Quraisy, apabila dia mengucapkan kalimat yang agung ini namun tidak mengetahui maknanya? Maka dari itu, wajib bagi kita semuanya untuk memahami dan mengamalkan kandungan kalimat Laa ilaaha illallah ini. Janganlah kita menyangka bahwa kalimat ini cukup dan sudah bermanfaat dengan hanya diucapkan saja dan tidak perlu dipahami maknanya. Bukankah dahulu orang-orang munafiq juga mengucapkannya di hadapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Namun di mana akhir keberadaan mereka? Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan bahwa mereka nantinya akan dimasukkan ke dasar api neraka. Nas`alullah as-salamah (Kita memohon keselamatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari terkena api neraka). Jamaah jum’ah rahimakumullah, Akhirnya, marilah kita menjauhi dan berlepas diri dari perbuatan syirik, sebagai bentuk pengamalan kita dari kalimat yang agung ini. Begitu pula, marilah kita berusaha menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang lainnya dan menjauhi seluruh larangan-Nya sehingga kita akan semakin sempurna dalam menjalankan kalimat tauhid ini. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan pertolongan kepada kita semua agar dijadikan sebagai hamba-hamba-Nya yang bertakwa untuk kemudian mendapatkan kenikmatan surga yang dijanjikan-Nya. Wallahu a’lam bish-shawab.

?H86AU6رب ا Q 7806وا

Page 75: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 74

Selasa, 06 Agustus 2007 - 22:36:45, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri Kategori : Khutbah

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

هAدي 46 أP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]V46 Y>OP Z V7 و4BHUXK2 وVOMWXK2 وTU2ذ OP ?@ QARور أABKM2 و@? AFGHIت أV7=> ?@ AB6A8Cإن: ا7806 456 7802 a b5c> ?@46 و :bc@ a Q7 أن: @7:80ا وأ ا=P

46TIور V7eC .ن إAK[·R g=Ueh ?@4 وRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C gG5Iو Gb± :g=:567اUR A:@أ ،?>G76م اT> �6 و@? <j:X اbU�> Q 46 @? أ@OK> VOاA و@? آTiXR ¥KMAwOµ@ jHÁ Gbى ا�C Q: وTiXea :bwاgq6 bU�> V @? آGb هAHawOa g أ<A=f اT85K86ن، أو±gqH و2

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah ini, kami berwasiat kepada diri kami pribadi dan seluruh hadirin untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan menjaga diri-diri kita dari murka Allah Subhanahu wa Ta’ala serta adzab-Nya. Dan hal ini tentu saja tidak akan terwujud kecuali dengan kita menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu untuk melaksanakan perintah bertakwa ini, kita harus memulainya dengan menuntut ilmu. Yaitu dengan bersemangat dalam mempelajari ajaran Islam, agar kita mengetahui perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemudian berusaha sekuat kemampuan kita untuk mengamalkannya. Begitu pula agar kita mengetahui larangan-larangan-Nya untuk kemudian kita menjauhi semuanya. Sesungguhnya dengan bertakwa kepada-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan pertolongan pada musibah yang menimpa kita dan akan memberikan jalan keluar dari kesulitan-kesulitan yang ada di hadapan kita. Hadirin rahimakumullah, Di antara nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala paling besar yang telah dikaruniakan kepada kita adalah nikmat Islam. Maka sudah semestinya bagi kita untuk mensyukuri nikmat ini. Yaitu dengan senantiasa berpegang teguh dengan ajaran yang ada di dalam agama ini. Tidaklah bermanfaat pengakuan seseorang yang mengaku dirinya sebagai muslim sementara aqidahnya adalah akidah jahiliyah. Begitu pula tidak semestinya bagi seorang yang mengaku dirinya muslim, namun dia mengada-adakan amalan ibadah baru atau menambah-nambahi tata cara ibadah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk benar-benar mengenal agamanya. Yaitu dengan mempelajarinya dari ahlinya, dan tidak menjadikan mayoritas orang, terlebih mereka adalah orang-orang awam, sebagai tolok ukur untuk menilai benar dan tidaknya Islam seseorang. Akan tetapi kita harus memahami agama Islam sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Bukan memahami Islam dengan pemahaman-pemahaman baru yang menyimpang dari pemahaman para sahabat.

Page 76: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 75

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, Telah begitu banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sampai kepada kita. Baik dengan kita membacanya maupun mendengarkan dari bacaan saudara kita. Ini berarti telah banyak perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan larangan-larangan-Nya yang telah sampai kepada kita. Namun sudahkah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah sampai kepada kita itu berpengaruh pada kepribadian kita? Sudahkah hal itu mengubah dan memperbaiki diri-diri kita? Hadirin rahimakumullah, Sudah semestinya kita membaca dan mempelajari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hadits-hadits Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena agama Islam adalah wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang disampaikan kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui malaikat Jibril. Maka tidak mungkin kita akan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan mempelajari wahyu tersebut. Dan wahyu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan tersebut adalah berupa Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu tidak boleh bagi kita untuk berpaling dari keduanya dan tidak mempelajarinya. Karena kalau demikian, sungguh di akhirat kelak dia akan menjadi orang yang menyesal. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan tentang penyesalan orang-orang kafir kelak di akhirat di dalam firman-Nya:

OHU:K6ب اA0±أ ¥a A:Bآ A@ biU2 8~ أوK2 A:Bآ T6 اT6A{و

“Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka Sa’ir.” (Al-Mulk: 10) Begitu pula sudah seharusnya, ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah sampai kepada kita dan telah kita pelajari tersebut bisa mengubah keadaan kita. Sehingga menjadikan kita menjadi orang yang senantiasa ikhlas dan mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menjadikan kita sebagai orang yang menjalankan shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dan rukun Islam lainnya.Juga menjadikan kita sebagai orang yang berakhlak mulia seperti berbakti kepada orangtua, menghormati tetangga, dan yang lainnya. Begitu pula mengubah diri kita sehingga menjadi orang yang menjauhi riba, judi, dan perbuatan maksiat lainnya. Karena kalau tidak demikian, maka justru ayat dan hadits yang kita dengar dan pelajari akan menjadi hujjah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengadzab kita –wal ‘iyadzubilllah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Page 77: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 76

أTRGlqh A=R gXBqa gqH5C �5Xh ¥hA>k ?qh g6ن

"Bukankah telah dibacakan kepada kamu sekalian ayat-ayat-Ku, akan tetapi kalian selalu mendustakannya?" (Al-Mukminun: 105) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

YH5C أو Y6 £:�[ نkOi6وا “Dan Al-Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau hujjah bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk (mengadzab) kamu.” (HR. Muslim) Hadirin rahimakumullah, Sebagaimana bumi ini akan tandus dan tidak bisa ditanami jika tidak tersirami air, maka begitu pula hati kita akan sakit atau bahkan mati -wal ’iyadzubillah (kita berlindung kepada allah)- apabila tidak ditundukkan untuk menerima dan menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu semestinya kita harus berusaha untuk memenuhi setiap panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sampai kepada kita melalui ayat-ayat-Nya dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena yang demikian itu akan menjadikan hidupnya hati kita sehingga akan senantiasa mendapat petunjuk dan kemudahan dalam mengamalkan syariat-Nya. Dan yang demikian ini akan mengantarkan kita pada kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

gqHH0> A86 gآACل إذا دTI:O56ا 456 وTeH�XIا اTB@k ?>l:6ا A=f>أ A>

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (Al-Anfal: 24) Dan sebaliknya, janganlah kita menyerupai orang-orang kafir yang tidak mau mendengarkan panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau menyerupai orang-orang munafik yang mendengarkan dengan telinganya namun hatinya tidak mau menerima. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan mereka adalah sejelek-jelek orang di muka bumi ini, dalam firman-Nya:

T6A{ ?>l:6Aا آT2Tqh ZنوTU8K> Z gوه ABU8I ن. اT5iU> Z ?>l:6ا gqe6ا fgf�6ا Q7 اBC Gا76:واب :OP :إن

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan. Sesungguhnya sejelek-jelek makhluk di sisi Allah ialah orang-orang yang memiliki pendengaran namun seperti orang yang tuli, yang memiliki lisan namun seperti

Page 78: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 77

orang yang bisu, yang tidak mengerti apa-apa.” (Al-Anfal: 21-22) Saudara-saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah, Di hadapan kita ada ajaran yang sempurna dan mulia. Yaitu ajaran Islam yang berisi aturan-aturan yang akan mengantarkan kita pada kehidupan yang penuh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Maka karena alasan apa seseorang berpaling darinya? Sungguh barangsiapa ingin mencari aturan lainnya maka dia tidak akan dapatkan kecuali aturan yang hina dan penuh kekurangan. Oleh karena itu marilah kita menjadi orang-orang yang senantiasa menerima dan mengamalkan setiap kebenaran yang sampai kepada kita. Karena orang yang menolak kebenaran yang telah sampai kepadanya akan terkena ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu akan dipalingkan hatinya dari menerima kebenaran berikutnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

=RT5{ Qا أزاغ اT�زا A:85ag

“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” (Ash-Shaf: 5)

Tر اTgH[:O6ن وأOMWXI اQ 6¥ وgq6 وOAK6 اH85K86? @? آb ذOMWXIAa ،¢2وV إ4:2 هT اMW6أ}Tل @ARgHq0 .U8Kh Aرك اQ 6¥ وa gq6¥ اkOi6ن اgH�U6، وBUM2¥ وإ<:Aآ4Ha A8R g @? ا¤<Aت واl6آO ا6

Khutbah Kedua

6 :7Cوأ A8H�C اOw46 أTIO646 و ?HUH�867 اCي وl:6ا7806 456 اA8H6أ ARاlC 46TIر ?C4 وBC ?HÁOU85 .7eC 7 أن: @7:80ا=Pوأ A8H5C QAR �M46 وآ Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=P46 أ OM� 46TIور V

O:r�h A@4 وe27:م @? ذih A@ اOHuآ A8H5Kh g:5I4 وRA0±46 وأk �5C4 وH5C Q5:� ا± A8HiXK@ A«اO± V7. وه7اUR A:@أ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Pada khutbah yang kedua ini kembali kami mengingatkan untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan marilah kita berusaha menghindari hal-hal yang akan menjauhkan dan mencegah kita dari menerima ajaran-ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Ada beberapa hal yang bisa mencegah seseorang dari mendapatkan hidayah serta petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya adalah

Page 79: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 78

kesombongan. Hal ini sebagaimana terjadi pada iblis ketika diperintah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk sujud kepada nabi Adam ‘alaihissalam, namun karena kesombongannya dia menolak seraya mengatakan: “aku lebih baik dari Adam”. Oleh karena itu semestinya kita berusaha menghilangkan sifat ini, yaitu dengan berupaya melembutkan hati agar tunduk kepada kebenaran. Sungguh terkadang seseorang sangat lembut sikapnya ketika bergaul dengan orang lain namun sangat keras hatinya untuk menerima kebenaran. Hadirin rahimakumullah, Di antara perkara yang akan mencegah seseorang dari menerima ajaran Islam adalah mengikuti hawa nafsu. Yaitu lebih mendahulukan hawa nafsu dari mengikuti perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam firman-Nya:

?H86A:�6م اTi67ى ا=> Z Qإن: ا Qا ?G@ ه7ى OHWR VاTه ~e:h8:? ا@ fbÁو@? أ

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (Al-Qashash: 50) Hadirin rahimakumullah ….. Di antara perkara yang juga menghalangi seseorang dari menerima kebenaran adalah taklid atau fanatik buta terhadap pendapat seseorang ataupun madzhab tertentu meskipun dia tahu bahwa pendapat tersebut bertentangan dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Begitu pula fanatik buta terhadap kebiasaan nenek moyangnya, sehingga dia tidak mau menerima petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya karena menyelisihi kebiasaan masyarakatnya. Yang demikian ini sesungguhnya merupakan sifat dan perbuatan orang-orang musyirikin dahulu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ARkؤهT5iU> Z gن AFHP و:7X=> Zون وإذا }g=6 bH اTUe:hا @A أ2�ل اT6A{ Qا A@ ~e:X2 bR أARk 4H5C ABHM6ءA2 أوT6 آAن

"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, ‘mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatupun dan tidak mendapat petunjuk?" (Al-Baqarah: 170)

:g=:56وارض ا ?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C gG5Iو Gb± :g=:56ناA8uCو O8Cو OqR ¥R7<? أPا:O6ء اAM5µ6ا ?C ?>G76م اT> �6ن إAK[·R g=6 ?HURA:X6وا £RA0:�6ا ~H8w ?C5¥ وCو

Page 80: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 79

?HآO°86ك واOG°6وأذل: ا ?H85K86م وا I¹ا :�Cأ :g=:567<?. اG[T86دك اAeC O�2وا ،?>G767اء اCأ OG@ن .ودAq@ Gbآ ¥a ?H85K86ال اT[أ±5� أ :g=:56ا . «AR b«Ae6ا A24 وأرCAeGhا AB{وارز Ai[ :j06ا A2أر :g=:56ا4RABXwا AB{6:. وارز ?@ AB5eوه ABX>77 إذ هUR ABRT5{ �غh Z AB:RبرA:هT6أ2� ا Y:2ر]8£ إ Y27 .رA:B6اب اlC AB{و £BK[ ةOr¤ا ¥aو £BK[ AH2f76ا ¥a ABhk AB:Rر

Qد اAeC ...Oآl6و g48 <�دآU2 �5C VوOqPوا gآOآl> bH5�6ا gH�U6ا Qوا اOن اذآTUB�h A@ g5U> Qوا Oeأآ Qا

Page 81: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 80

Senin, 01 Oktober 2007 - 10:04:29, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc. Kategori : Khutbah

Mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Menjauhi Bid’ah

هAدي 46، أP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]V7 Y>OP Z V7 و4BHUXK2 وVOMWXK2 وTU2ذ OP ?@ QARور أABKM2 و@? AFGHIت أAB6A8C @? <=7إن: ا7806 456 802 a b5c> ?@46 و :bc@ a Qا V7 أن: @7:80ا 46 و=Pأ

46TIور V7eC .ن إAK[·R g=Ueh ?@4 وRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو Gb± :g=:567اUR A:@أ ،?>G76م اT> �6

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan mempelajari dan mengamalkan serta berpegang teguh di atas syariat-Nya. Karena di dalamnya ada cahaya dan petunjuk yang demikian mencukupi untuk membimbing dan mengatur seluruh sisi kehidupan kita. Mulai dari urusan rumah tangga hingga ketatanegaraan. Sehingga selama seseorang itu mengikuti petunjuk dan aturan-Nya pasti dia akan selamat di dunia dan akhirat. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya di dalam firman-Nya:

�i°> Zو fbc> a ه7اي ~e:h8? اa

“Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya ia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123) Maka barangsiapa yang tidak merasa cukup dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menyelisihinya, pasti dia akan rugi dan celaka. Meskipun orang melihatnya hidup dengan penuh kemewahan dan serba ada. Namun sesungguhnya dia tidak merasakan kelapangan dan ketenangan di dalam jiwanya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam bagi orang-orang yang menyelisihi petunjuk-Nya di dalam firman-Nya:

�8Cأ £@AHi6م اT> VO°02و AqBÁ £°HU@ 46 :ن·a يOذآ ?C ضOCو@? أ

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124) Hadirin rahimakumullah Seorang muslim yang hakiki tidak akan ridha untuk meninggalkan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meskipun ditawarkan kepadanya dunia

Page 82: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 81

seisinya. Dia akan tetap berpegang teguh di atas syariat-Nya meskipun cobaan dan ujian menimpa dirinya. Karena dia mengetahui bahwa kehidupan yang sesungguhnya bukanlah di dunia dan apa yang dimilikinya berupa kenikmatan dunia baik berupa harta, kedudukan, dan yang semisalnya, pasti akan sirna. Sehingga yang senantiasa diinginkan oleh dirinya adalah meraih kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diampuni seluruh dosanya serta mendapatkan hidayah dan curahan rahmat-Nya. Oleh karena itu, dia berusaha untuk mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dengan menaatinya dan tidak menyelisihinya. Karena itulah satu-satunya jalan yang harus ditempuh agar dirinya dicintai dan dirahmati serta diberi hidayah oleh Yang Maha Kuasa. Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

H[ر رTM� Qوا gqRT2ذ gq6 OMW>و Qا gqee0> ¥2TUe:hAa Qن اTfe0h gXBإن آ b{g .UH«أ b{?>OaAq6ا f¢0> Z Qن: ا·a اT:6Th ن·a لTI:O6وا Qا اT

“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir’.” (Ali ‘Imran: 31-32) Maka di dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa menaati Rasul-Nya adalah konsekuensi dan bukti dari cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sementara menyelisihinya adalah tanda kekufuran dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberitakan di dalam Al-Qur`an bahwa barangsiapa menaati Rasul-Nya akan memperoleh hidayah-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya:

وإن 7X=h VTUH�hوا

“Dan jika kalian menaatinya, niscaya kalian akan mendapat hidayah/petunjuk.” (An-Nur: 54) Begitupula Allah Subhanahu wa Ta'ala beritakan bahwa taat kepada Rasul adalah sebab yang akan mengantarkan kita untuk mendapatkan rahmat-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya:

وأ»TUHا اQ واTI:O6ل T8[Oh gq:5U6ن

“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi rahmat.” (Ali ‘Imran: 132)

Page 83: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 82

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Oleh karena itu, seorang muslim akan mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akan meninggalkan seluruh ajaran yang menyimpang dari ajarannya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia tidak akan terburu-buru dalam meyakini dan mengamalkan suatu ajaran dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik yang berupa ucapan maupun amalan anggota badan. Akan tetapi dia akan menimbang terlebih dahulu seluruh ucapan dan amalan ibadahnya dengan amalan dan ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila sesuai maka diterima, namun apabila bertentangan maka dia akan menolak, dari manapun datangnya. Karena beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

4H5C pH6 8C b8C ?@ ¿رد T=a A2O@أ

“Barangsiapa yang mengamalkan amalan yang tidak ada syariatnya dari kami maka amalan tersebut ditolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu mengatakan:

?:Heh ?@ :�5 أنC سA:B68~ اw7 أi6 7[ل أTi6 A=C7> ز 46 أنT�> Z g:5I4 وH5C Q5:� ا± Qل اTIر £:BI 46

“Para ulama telah sepakat bahwasanya barangsiapa yang telah jelas baginya jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak boleh baginya untuk meninggalkannya karena ucapan siapapun.” Hadirin rahimakumullah, Ketahuilah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan umatnya agar jangan sampai terjatuh pada perbuatan bid’ah, yaitu mengada-adakan amalan ibadah baru yang tidak ada syariatnya. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

£6 Á £C7R :bوآ £C7R £ 70@ :bن: آ·a رT@}ت اA 70@و gآA:>وإ

“Hati-hatilah kalian dari terjatuh kepada amalan-amalan ibadah baru yang diada-adakan, karena setiap amalan tersebut adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu) Bahkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa perbuatan mengada-adakan amalan ibadah baru yang tidak ada syariatnya adalah

Page 84: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 83

sejelek-jelek amalan. Sebagaimana tersebut dalam haditsnya:

A=hA 70@ رT@}ا :OPو

“Dan sejelek-jelek amalan adalah amalan ibadah yang diada-adakan (yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin).” (HR. Muslim) Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Para ulama telah menjelaskan di dalam kitab-kitab mereka tentang maksud dari amalan bid’ah. Di antaranya disebutkan bahwa bid’ah adalah aturan yang diada-adakan dalam beragama yang menandingi syariat dan dimaksudkan dengan mengikuti aturan tersebut untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bid’ah itu bermacam-macam jenisnya. Ada yang berupa amalan ibadah baru yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin. Seperti mengadakan acara perayaaan dan peringatan hari kelahiran atau hari kematian seseorang. Ataupun dengan mengubah tata cara ibadah yang telah disyariatkan. Seperti berdzikir secara berjamaah dengan dipimpin oleh seorang imam setelah selesai dari shalat berjamaah. Hadirin rahimakumullah, Seluruh jenis bid’ah dengan berbagai macamnya adalah sesat, sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

£6 Á £C7R :bوآ

“Dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan Al-Albani rahimahullahu) Begitu pula dikatakan oleh Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma:

£BK[ سA:B6ا Aهk6£ وإن ر Á £C7R fbآ

“Setiap bid’ah adalah sesat meskipun orang-orang menganggapnya baik.” Maka tidak benar kalau dikatakan ada bid’ah yang baik atau hasanah. Akan tetapi yang ada adalah sunnah yang hasanah, bukan bid’ah hasanah. Yaitu

Page 85: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 84

melakukan amal ibadah yang disyariatkan dan kemudian dicontoh serta diikuti oleh yang lainnya. Adapun mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan amal ibadah yang dibuat sendiri atau dibuat oleh gurunya, hal tersebut adalah amalan bid’ah dan tidak ada baiknya sama sekali. Karena seluruh amalan bid’ah adalah keluar dari petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun kadar kesesatannya dan kejelekannya berbeda-beda. Akhirnya, marilah kita senantiasa mengikuti wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpegang teguh di atas jalannya. Begitupula wasiat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berhati-hati terhadap kerusakan yang sangat berbahaya, yaitu bid’ah serta orang-orang yang mengajaknya. Karena hal itu akan menjauhkan kita dari agama yang mulia.

6¥ وgq6 وOAK6 اH85K86? @? آGb ذOMWXIAa ،¢2وV إ4:2 هT اTMW6ر اgH[:O6أ}Tل @TU8Kh Aن وأOMWXI اARgHq0 . Qرك اQ 6¥ وa gq6¥ اkOi6ن اgH�U6، وBUM2¥ وإ<:Aآ4Ha A8R g @? ا¤<Aت واGl6آO ا6

Khutbah Kedua

غ Aب اgH0�6 وأP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]Y>OP Z V7 46، اY586 اfOe6 اgH[:O6، وأP=7ا7806 456 ربG اH86AU6? أ@AeGhAR A2Oع ±Oا»4 اgHiXK86 وC A2A=2? اAeGhع beI أ0± e6ا Ñ:5R 46TIور V7eC أن: @7:80ا

H? و@? AK[·R g=Uehن إT> �6م اG76<? وA8H5Kh g:5I آOHuا، أ@:7UR Aا7P<?، ±5:� ا4H5C Q و46k �5C وأ4RA0± اT:i5h ?>l:6ا 4BC اG76<? وX:BKR gqH5C85K856 VTW:5R¥ وBI:£ اAM5µ6ء اO6:: اHe86?، و}Aل

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Marilah kita berusaha untuk selalu menjaga diri-diri kita dari adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan bertakwa kepada-Nya. Yaitu dengan senantiasa mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menyelisihinya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam orang-orang yang menyelisihi jalan rasul-Nya dengan ancaman yang keras. Sebagaimana hal ini tersebut di dalam firman-Nya:

و <lC g=eH�اب أl0H5agH6ر اTM6Aµ> ?>l:6ن C? أ@VO أن BXa g=eH�h£ أ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih.” (An-Nur: 50) Hadirin rahimakumullah, Ketahuilah bahwa bid’ah adalah bentuk penyelisihan paling besar dari jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah perbuatan syirik. Hal ini karena perbuatan bid’ah akan memecah-belah kaum muslimin serta menyeret pelakunya pada kerusakan agama dan hatinya. Perbuatan bid’ah akan menjadikan hati pelakunya menjadi benci kepada As-Sunnah. Karena, hati tidak akan menerima Sunnah Rasul jika sudah ditempati oleh bid’ah. Oleh

Page 86: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 85

karena itu, kita dapati orang yang melakukan atau bergelut dengan bid’ah serta menghidupkannya adalah orang yang jauh dari Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setan akan menghiasi amalan bid’ah sehingga akan menjadi sangat mudah bagi orang yang tertipu untuk mengamalkannya meskipun harus mengeluarkan banyak biaya dan menyita sebagian besar waktunya. Dan bid’ah akan menyeret pelakunya menjadi orang yang sombong untuk menerima kebenaran. Hal itu karena setiap pelaku bid’ah akan membanggakan dirinya dan menganggap cara serta amalannya adalah yang paling baik. Hadirin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwa termasuk dari amalan bid’ah yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin adalah mengkhususkan pertengahan bulan Sya’ban atau yang dikenal dengan istilah Nishfu Sya’ban dengan shalat malam secara berjamaah. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata dalam kitabnya Al-Majmu’: “Shalat yang dikenal dengan istilah shalat Ar-Ragha`ib yaitu shalat 12 rakaat yang dilakukan antara Maghrib dan ‘Isya pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab dan shalat pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak seratus rakaat, keduanya adalah amalan bid’ah dan mungkar. Janganlah tertipu karena disebutkannya dua jenis shalat ini dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya` ‘Ulumuddin. Dan jangan pula tertipu dengan hadits-hadits yang tersebut di dalam dua kitab tadi. Karena sesungguhnya semua itu batil.” Berkata pula Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu: “Hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban adalah hadits-hadits yang dha’if. Tidak boleh dijadikan sebagai pegangan. Sementara hadits-hadits yang menyebutkan tentang keutamaan shalat pada malam Nishfu Sya’ban semuanya adalah hadits palsu, sebagaimana telah diingatkan oleh banyak ulama.” Maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkan serta mengistimewakan pertengahan bulan ini daripada hari-hari lainnya di bulan tersebut. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin tidak pernah melakukannya. Begitu pula tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mendukung dan membantu pelaksanaannya. Karena hal itu sama saja dengan menghancurkan agama saudaranya. Bukan berarti tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk shalat malam pada hari tersebut. Akan tetapi mengistimewakan hari dan malam tersebut dari hari-hari lainnya di bulan Sya’ban untuk shalat atau ibadah lainnya bukanlah ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akhirnya marilah kita senantiasa berhati-hati dari jalan-jalan yang menyimpang dari jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang terbaik di umat ini baik dari kalangan sahabat, tabi'in, dan yang mengikuti mereka adalah satu-satunya jalan yang benar.

Page 87: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 86

?HU8w4 أRA0±46 و أk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C gG5Iو Gb± :g=:56وأذل: . ا ?H85K86م وا I¹ا :�Cأ :g=:56ا?HآO°86ك واO°67<?. اG[T86دك اAeC O�2وا ،?>G767اء اCأ OG@ال . ودT[أ±5� أ :g=:56ا@ABت ا{]. اa ?H85K86¥ آAq@ bن @HB? وا86 A0eIن . رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ ا¤Orة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6ر. AHء @g=B وا{@Tات، إH�@ ~H8I 4:2¢ اTC:76اتاg=:56: اH85K856 OM�? واA85K86ت، وا86

م �5C اH5IO86? وا806 Iن وTM�> A:8C ة:�U6ا Gرب YGRر?H86AU6ا G7 456 رب .

Page 88: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 87

Jum'at, 21 Juni 2007 - 19:16:02, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri Kategori : Khutbah Meraih

Kehidupan Aman dan Tentram dengan Syariat

>¹AR A2وOi@ ?@}ا jHi0h bUw ?H86AU6ا Gا7806 456 ربf�6ك واOG°6ا ?@ Ú6Aµ6ن اA8�6AUh لAia ،نAHW:7ونX=f@ gا{@? وه g=6 YF6أو g5�R g=2A8>ا إTKe5> g6ا وTB@k ?>l:6ا

أ@:T .7UR Aم اG76<? وA8H5Kh g:5I آOHuان: @7:80ا V7eC ور46TI ±5:� ا4H5C Q و46k �5C وأ4RA0± و@? AK[·R g=Uehن إ�6 <وأP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]Y>OP Z V7 46 وأP=7 أ A{و VAi:hن: @? ا·a Qى اTiXR ¥KM2و gqH±�وaVA�2 4�=2 �5C رAI ?@و ،V

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu dengan bersemangat dalam mempelajari perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan larangan-larangan-Nya, untuk kemudian kita jalankan perintah-perintah-Nya sekuat kemampuan kita dan kita jauhi seluruh larangan-Nya. Dengan bertakwa kepada-Nya kita akan dijaga dari siksa-Nya dan dengan bertakwa kita akan mendapat keberuntungan di dunia dan di akhirat. Hadirin rahimakumullah, Suasana yang aman dan tentram adalah suasana yang diidam-idamkan oleh setiap orang. Bahkan kebutuhan seseorang terhadap hal tersebut lebih diutamakan daripada kebutuhannya terhadap makanan dan minuman. Karena orang yang cemas, khawatir dan penuh ketakutan tidak akan bisa merasakan enaknya makanan dan minuman sebagaimana mestinya. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam:

O8:u6و:ارزق أه45 @? ا AB@k 75اR اlه bUwا Gاترب

“Wahai Rabb-ku, jadikanlah kota Makkah ini sebagai kota yang aman dan berikanlah rizki kepada penduduknya dari berbagai hasil tanaman.” (Al-Baqarah: 126) Hadirin rahimakumullah, Di dalam ayat tersebut Nabi Ibrahim ‘alaihissalam lebih mendahulukan untuk meminta kehidupan yang aman dibanding meminta rizki. Maka jelaslah bahwa kebutuhan terhadap kehidupan yang aman dan nyaman di muka bumi ini merupakan kebutuhan yang sangat diutamakan. Oleh karena itu pula, kita dapati seluruh negara di muka bumi ini berusaha untuk mewujudkannya. Mereka telah berusaha dengan berbagai upaya. Beberapa teori dan sistem telah mereka terapkan untuk menciptakan keamanan dan ketentraman bagi masyarakat di wilayahnya, namun ternyata tidak memberikan hasil

Page 89: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 88

sebagaimana mereka inginkan. Jamaah Jum’at rahimakumullah, Apa sesungguhnya upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram? Apakah dengan cara otoriter yang dilakukan oleh pihak penguasa, yaitu dengan memaksakan kehendaknya kepada masyarakat dan menyingkirkan segala upaya yang ingin menghalanginya? Ataukah dengan cara menjadikan keinginan mayoritas orang sebagai tolok ukur kebenaran dan memberikan keleluasaan kepada setiap orang untuk berbuat sesuai seleranya masing-masing? Hadirin rahimakumullah, Sesungguhnya kehidupan yang aman dan tentram tidak akan terwujud dalam sebuah masyarakat kecuali kalau mereka kembali kepada agama Islam. Karena memang Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengutus Rasul yang membawa ajaran Islam ini sebagai rahmat untuk seluruh alam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

?H86AU56 £8[ر :Zك إAB5Iأر A@و

“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat untuk seluruh alam.” (Al-Anbiya`: 107) Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Begitu pula ajaran-ajaran yang ada di dalam agama Islam, sangat besar peranannya dalam mewujudkan hal tersebut. Kenyataan di dalam sejarah juga menunjukkan hal yang demikian. Masyarakat di jazirah Arab sebelum datangnya Islam adalah masyarakat yang hidup dalam keadaan saling bermusuhan. Yang kuat menyakiti yang lemah. Mereka juga memiliki kebiasaan melakukan praktik-praktik sihir perdukunan yaitu dengan meminta tolong kepada setan dari kalangan jin untuk menyelesaikan urusan mereka. Hal yang demikian ini tentu akan membuat kehidupan menjadi tidak aman dan nyaman. Begitu pula yang kita dapatkan sebagian masyarakat di sekitar kita yang masih meminta perlindungan kepada jin, kita dapatkan mereka hidup dalam keadaan diliputi rasa khawatir dan takut. Karena memang cara-cara tersebut akan membuat jin semakin menakut-nakuti manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan tentang orang-orang Arab jahiliah dalam firman-Nya:

�a G?�6ا ?G@ لAwOR ذونTU> p2¹ل @? اAwن رAوأ4:2 آAiره gادوه

“Dan sesungguhnya dahulu orang laki-laki dari kalangan manusia meminta perlindungan kepada laki-laki dari kalangan jin. Maka mereka (laki-laki

Page 90: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 89

dari kalangan jin) menambahkan rasa takut (kepada manusia).” (Al-Jin: 6) Namun setelah datangnya Islam, keadaan di jazirah Arab menjadi berubah. Akidah yang benar membuat para sahabat menjadi orang-orang yang saling mencintai di antara mereka. Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka menjadi orang-orang yang meminta perlindungan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, menyerahkan urusan hanya kepada-Nya dan menjauhi segala yang diibadahi kepada selain-Nya. Begitu pula keyakinan merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, menjadikan mereka jauh dari keinginan-keinginan berbuat jahat kepada sesama. Hal ini menjadikan mereka hidup dalam keadaan penuh keamanan dan ketentraman. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Begitu pula ajaran Islam yang lainnya, akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram. Misalnya, kewajiban shalat dan zakat. Dua kewajiban yang sering disebutkan secara beriringan ini sangat besar peranannya dalam mewujudkan kehidupan yang aman. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan tentang hikmah diwajibkannya shalat dalam firman-Nya:

?C �=Bh ة اA°0M6ء واOqB86 إن: ا�6:

“Sesungguhnya shalat akan mencegah perbuatan keji dan munkar.” (Al-‘Ankabut: 45) Adapun zakat, maka kewajiban ini akan menumbuhkan rasa kasih sayang antara yang kaya dan yang miskin, serta menghilangkan rasa permusuhan di antara mereka. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Di antara ajaran Islam yang sangat besar peranannya dalam mewujudkan kehidupan yang aman dan tentram adalah kewajiban untuk berbaiat (berjanji taat) kepada penguasa yang muslim, dengan menaatinya dalam perkara yang tidak bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul -Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

gqB@ O@}ل وأو6¥ اTI:O6ا اTUH«وأ Qا اTUH«ا أTB@k ?>l:6ا A=f>أ A>

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulullah serta pemimpin di antara kalian.” (An-Nisa`: 59) Oleh karena itu, agama ini melarang pemeluknya untuk memberontak terhadap penguasa muslim yang sah. Karena yang demikian ini akan

Page 91: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 90

menimbulkan kemudaratan (kejelekan) yang sangat besar. Bahkan wajib bagi kaum muslimin untuk menghormati penguasanya, mencintai serta mendoakan kebaikan untuknya ataupun menasihatinya ketika terjatuh dalam kesalahan dengan cara yang baik. Namun tidak boleh bagi kita untuk menasihatinya dengan cara menyebutkan kesalahan-kesalahannya melalui mimbar-mimbar di depan massa ataupun dengan tulisan-tulisan yang disebarkan ke khalayak. Cara yang benar adalah dengan diam-diam, tidak di muka umum. Karena demikian petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini, dan cara ini lebih memungkinkan untuk diterimanya nasihat daripada kalau disampaikan di depan umum. Kemudian apabila nasihat itu diterima, maka itulah yang kita harapkan. Namun apabila tidak, maka telah selesai kewajiban kita. Selanjutnya kita harus bersabar dengan berbagai kesalahan penguasa selama dia masih menjalankan shalat. Karena demikianlah ajaran agama kita. Dan ini pula yang akan mewujudkan kehidupan aman dan tentram. Begitupula ajaran-ajaran Islam yang lainnya, seperti jihad, penegakan hukum had dan lain-lain, sangat besar fungsinya dalam mewujudkan kehidupan yang aman dan tentram. Akhirnya mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufiq-Nya kepada kita semua, baik masyarakat maupun pemerintahnya, untuk bisa mempelajari Islam dengan benar dan mewujudkannya dalam kehidupan kita, sehingga akan terwujud kehidupan yang aman dan tentram.

Ha A8R gآA:>وإ ¥BUM2و ،gH�U6ن اkOi6ا ¥a gq66¥ و Qرك اARgHq06ا OآGl6ت واA>¤4 @? ا .VوOMWXIAa ،¢2ذ Gbآ ?@ ?H85K86ا OAK6و gq66¥ و Qا OMWXIن وأTU8Kh A@ لT{أ gH[:O6ر اTMW6ا Tإ4:2 ه

Khutbah Kedua

H86AU6ا Gا7806 456 ربeC 7 أن: @7:80ا=Pوأ ?>G76م اT> Y6A@ Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=Pوأ ،gH[:O68? ا[:O6ا ،?C £:B@72<? وAU86�5 اC £:�[و ?H86AU56 £8[ر Gj066=7ى ود<? اAR 4uUR 46TIور V7 �5 �:5± ?HB@ ا86

?>G76م اT> �6ن إAK[·R g=Ueh ?@و ?HU8w4 أXRA0±46 وk �5C4 وH5C Q7... اUR A:@أ Qا اTi:hس، اA:B6ا A=f>أ}?Hi:X86ا ~@ Qا أن: اT85Cة (} واOie6194: ا )

Qد اAeCوAµ@ ?@ ?@}ا jGi0> Y6lآ T=a AH2f76وف اAµ@ ?@ ?@}ا jGi0> م I¹أن: ا A8وآ ،£@AHi6م اT> ف. �6AUh لA{ :} ?@}ا g=6 YF6أو g5�R g=2A8>ا إTKe5> g6ا وTB@k ?>l:67وناX=f@ gوه {)مAU2}82: ا

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Kembali kita mengingatkan kepada hadirin untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama orang-orang yang bertakwa, menolong mereka dan menjaga mereka dari berbagai kejelekan yang akan menimpa mereka.

Page 92: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 91

Kaum muslimin rahimakumullah, Agama Islam sebagaimana akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram di dunia, juga akan mewujudkan kehidupan yang membahagiakan di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اTB@k ?>l:6ا وTKe5> g6ا إ<g5�R g=2A8 أوg=6 YF6 ا{@? وه7X=f@ gون

“Orang-orang yang beriman yang tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kesyirikan, mereka akan mendapatkan kehidupan yang aman dan mereka akan mendapatkan hidayah.” (Al-An’am: 82) Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

م HB@k. إن: اA:Bw ¥a ?Hi:X86ت وTHCن KR AهT5rاد? .?H5RAiXf@ رOI �5C A2اTrإ b� ?G@ g7وره± ¥a A@ ABC�2و .?HwOµ8R A=BG@ gه A@:2�¢ و A=Ha g=fK8> Z

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mereka berada di taman-taman surga yang ada di dalamnya sungai-sungai. (Dikatakan kepada mereka), ‘Masuklah kalian ke surga dengan penuh keselamatan dan keamanan.’ Kami hilangkan pada dada-dada mereka rasa dendam, mereka saling bersaudara duduk di atas dipan-dipan saling berhadapan. Mereka tidak merasa lelah di dalam surga dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya.” (Al-Hijr: 45-48) Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Maka jelaslah bahwa dengan kembali kepada ajaran Islam kita akan mendapatkan kehidupan yang aman dan tentram, jauh dari ketakutan. Akan tetapi perlu diketahui pula bahwa yang dimaksud dengan kembali kepada Islam adalah kembali secara utuh dan menyeluruh. Bukan sekedar kembali pada sebagian ajarannya saja namun meninggalkan ajaran yang lainnya. Sebagaimana didengung-dengungkan oleh sebagian kaum muslimin yang mengajak untuk kembali kepada Islam namun hanya mengajak kepada diterapkannya hukum Islam pada masalah-masalah tertentu saja atau yang hanya mengajak kepada shalat dan keutamaan-keutamaan amalan saja. Namun mereka menyepelekan perkara yang lebih penting yaitu mengajak kaum muslimin untuk berakidah dengan akidah yang benar. Akidah yang tidak dicampuri syirik serta mengajak kaum muslimin untuk beribadah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak dicampuri dengan bid’ah. Semestinya kita harus kembali kepada Islam secara keseluruhan, namun tentunya dengan mendahulukan perkara yang lebih penting dari perkara yang penting lainnya, sebagaimana yang dahulu dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Page 93: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 92

:g=:56وارض ا ?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C gG5Iو Gb± :g=:56واا £RA0:�6ا ~H8w ?C5¥ وCن وA8uCو O8Cو OqR ¥R7<? أPا:O6ء اAM5µ6ا ?CR g=6 ?HURA:X6?>G76م اT> �6ن إAK[· ?HآO°86ك واO°6وأذل: ا ?H85K86م وا I¹ا :�Cأ :g=:567<?. اG[T86دك اAeC O�2وا ،?>G767اء اCأ OG@ود .?H85K86ال اT[أ±5� أ :g=:56ن اAq@ Gbآ ¥a . ،?H85K86د ا R OAIو ABF8�@ AB@k 75e6ا اlه bUwا :g=:56ا

رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ ا¤Orة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6ر. Tم <fH{ A> f¥[ Aاg=:56: ا]ÖM وZة أ@Tر اH85K86? وو4fe0h A86 g=iGa وVAÁOh @? ا{}Tال وا{AUaل Qد اAeC ...و ،Oeأآ Qا Oآl6و ،g48 <�دآU2 �5C VوOqPوا gآOآl> bH5�6ا gH�U6ا Qوا اOاذآ@ g5U> QناTUB�h A

Page 94: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 93

Sabtu, 24 Januari 2009 - 21:13:18, Penulis : Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc Kategori : Khutbah Jum’at

Penetapan Awal Ramadhan dan 1 Syawal

هAدي 46 أP=7 أإن: اV7802 456 7806 و4BHUXK2 وVOMWXK2 وTU2ذ OP ?@ QARور أ a b5c> ?@46 و :bc@ a Qا V7=> ?@ AB6A8Cت أAFHI ?@و ABKM2 7 أن: @7:80ا=P46 وأ Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z ن

46TIور V7eC @TBا اTi:hا ا4hAih :j[ 4:56 وhT8h A6?: إA:6 وأT85K@ gX2ن<Aأ<A=f اl:6<? ءا

A8=B@ :xRو A=wزو A=B@ j5rوا]7ة و pM2 ?@ gqi5r يl:6ا gq:Rا رTi:hس اA:B6ا A=f>أA> :56ا اTi:hء واAK2ا وOHuآ A6AwرAeH{ر gqH5C نAم إن: ا4:56 آA[4 وا6�رR نT6ءAKh يl:64 ا Aa 7iز Taزا gq6 �5�>A8H�C أgq6A8C و<gq6 OMW ذgqRT2 و@? <�~ ا4:56 ورA> .a 46TIأ<A=f اl:6<? ءا@TBا اTi:hا اQ و}T6Tا }7I A6T<7ا

7UR A:@ر @70 : أT@}ا :OPو g5I4 وH5C Qا6=7ي ه7ي @7:80 ±�5 ا OHrو Qب اAXآ x>706ن: أ±7ق ا·aa £6 Á :b6£ وآ Á £C7R :bوآ £C7R £ 70@ :bن: آ·a A=hAرA:B6ا ¥ أ<A=f اT85K86ن، أو±gqH وTiXR ¥KM2ى �C: وOHr A=:2·a :bw زاد TH6م اAU86د

Ma’asyiralmuslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas keagungan dan kesempurnaan-Nya. Kita senantiasa memuji-Nya baik dalam keadaan suka maupun duka. Karena kita semua adalah makhluk yang lemah dan Dialah satu-satunya yang Maha Kuasa. Tidak ada daya dan upaya yang bisa kita lakukan kecuali dengan sebab pertolongan-Nya. Maka, kewajiban kita adalah senantiasa memuji-Nya dan bertakwa kepada-Nya serta mensyukuri berbagai nikmat yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan kepada kita. Hadirin rahimakumullah, Di antara nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat besar yang telah dikaruniakan kepada kita adalah nikmat kemudahan yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapkan pada aturan-aturan-Nya. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam firman-Nya:

@O> A<7 اO[ ?@ gqH5C bU�H6 Qج

“Tidaklah Allah hendak menyulitkan kalian.” (Al-Maidah: 6) Begitu pula sebagaimana disebutkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam sabdanya:

4e5� :Zد: ا76<? أ]7 إA°> ?6و OK> ?>76إن: ا

Page 95: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 94

“Sesungguhnya agama Islam adalah mudah. Dan tidaklah seorangpun yang memberat-beratkan diri dalam agama ini kecuali dia sendiri yang akan terkalahkan olehnya.” (HR. Al-Bukhari) Hadirin rahimakumullah, Di antara bentuk kemudahan yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapkan di dalam syariat-Nya adalah telah ditentukannya waktu untuk memulai dan mengakhiri ibadah dengan tanda-tanda yang jelas serta bisa diketahui oleh keumuman orang. Termasuk dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan cara menetapkan awal Ramadhan dan satu Syawal. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

?H  ±T@Tا O6ؤ<4X وأO�aوا O6ؤ<a 4X·ن a gqH5C :g��آT58ا ا7U6:ة  

“Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan beridul fitrilah kalian karena melihat hilal, namun apabila kalian terhalang dari melihatnya maka sempurnakanlah bulan menjadi tigapuluh hari.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Di dalam hadits ini, kita mengetahui betapa mudahnya syariat yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapkan untuk menetapkan awal dan akhir bulan Ramadhan. Sehingga aturannya bisa dilakukan oleh keumuman kaum muslimin. Yaitu ditetapkan dengan cara melihat hilal atau kalau tidak terlihat maka menggunakan cara yang kedua yaitu dengan menyempurnakan bulan Sya’ban menjadi tigapuluh hari. Oleh karenanya, wajib bagi kaum muslimin untuk menjalankan syariat ini dan tidak boleh bagi siapapun dari kaum muslimin untuk membuat aturan yang baru dalam menetapkan awal Ramadhan atau satu Syawal. Barangsiapa menggunakan cara selain dengan dua cara tersebut, maka dia telah mengada-adakan syariat yang baru di dalam agama Islam. Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Namun sungguh sangat disayangkan, ternyata ada di antara kaum muslimin yang membuat cara baru yaitu dengan menggunakan hisab untuk menetapkan awal Ramadhan dan satu Syawal. Bahkan mereka menganggap bahwa cara yang baru tersebut lebih baik dan sesuai dengan kemajuan yang berkembang di zaman ini. Anggapan tersebut menunjukkan bahwa mereka kurang memahami sifat dari agama ini. Yaitu bahwa syariat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan kepada Rasul-Nya yang mulia, nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah syariat yang berlaku untuk selamanya sampai hari kiamat dan sempurna serta berlaku untuk seluruh makhluk-Nya dari kalangan manusia dan jin. Sehingga kewajiban kita tidak lain adalah menerima dan menjalankan syariat ini sebagaimana dimaukan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya. Al-Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri rahimahullahu sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam Bukhari rahimahullahu dalam Shahih-nya mengatakan:

Page 96: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 95

gH5K:X6ا ABH5Cغ و e6ا Qل اTI�5 رC6£ وAIO6ا :bwو :�C Qا ?@

“Dari Allah Subhanahu wa Ta'ala datangnya syariat, kewajiban Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menyampaikannya, dan kewajiban kita adalah menerimanya.” Hadirin rahimakumullah, Kita tidak memungkiri, bahwa ilmu hisab merupakan ilmu yang memiliki manfaat. Akan tetapi menjadikan ilmu hisab sebagai alat untuk menetapkan awal dan akhir bulan Ramadhan merupakan kesalahan besar dan telah mendudukkan ilmu tersebut tidak pada tempatnya. Karena berpuasa bulan Ramadhan merupakan ibadah yang telah ditetapkan waktunya dan cara menetapkan waktunya. Bahkan caranya sebagaimana telah dijelaskan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah cara yang sangat mudah dan sesuai dengan kemudahan yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapkan terhadap agama ini. Adapun ilmu hisab di samping tidak ditetapkan oleh syariat Islam sebagai cara untuk menetapkan awal dan akhir bulan Ramadhan, juga tidak sesuai dengan kemudahan yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapkan atas syariat-Nya. Karena ilmu ini hanya diketahui oleh segelintir orang, itupun dalam keadaan mereka berbeda-beda metode dalam menggunakan ilmu tersebut. Hadirin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sebagian mereka ada yang beranggapan bahwa ilmu hisab lebih teliti untuk mengetahui munculnya hilal. Terlebih pada zaman teknologi sekarang ini, menurut pandangan mereka ilmu hisab telah mengalami perkembangan yang telah sampai pada puncaknya. Bahkan sebagian mereka menganggap bahwa orang yang tetap menggunakan ru`yatul hilal dan tidak mau menggunakan ilmu hisab untuk menetapkan awal Ramadhan dan satu Syawal diibaratkan seperti orang yang memilih naik onta daripada kendaraan roda empat di masa ini. Tentu saja ini adalah anggapan yang sangat salah. Bahkan bisa menyeret kepada pelecehan terhadap sunnah. Jamaah jum’at rahimakumullah, Perlu diketahui, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengetahui apa yang akan terjadi dari perkembangan ilmu hisab ini. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan bahwa bukan dengan ilmu ini awal bulan Ramadhan dan Syawal ditetapkan. Begitu pula perlu diketahui bahwa masalahnya bukan sekadar teliti atau tidak teliti, akan tetapi sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, masalahnya adalah terlihat hilal atau tidak terlihat. Kalau hilal terlihat maka ditetapkan awal bulan Ramadhan dengannya dan apabila tidak terlihat maka bulan Sya’ban disempurnakan menjadi tiga puluh hari. Demikianlah petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga seorang muslim tentunya tidak ingin mengganti sebaik-baik petunjuk dengan metode lainnya, sehebat

Page 97: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 96

apapun pandangan akal manusia terhadap metode tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

OHr Tي هl:6AR �2أد Tي هl:6ن اT67eXKhأ

“Apakah kalian mau mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?” (Al-Baqarah: 61) Oleh karena itu, seandainya terjadi ketidaktepatan dalam memulai bulan Ramadhan, namun kaum muslimin telah berusaha menetapkannya sesuai dengan petunjuk Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu dengan melihat hilal (ru’yatulhilal), maka mereka tidak berdosa, meskipun wajib baginya untuk mengganti hari puasa yang ditinggalkannya di luar bulan Ramadhan. Adapun orang-orang yang menetapkan awal bulan Ramadhan dengan hisab, meskipun mungkin mereka tepat dalam memulai Ramadhan, namun mereka adalah orang-orang yang terjatuh pada kesalahan karena mereka menetapkannya dengan cara baru yang tidak disyariatkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu mengatakan: “Orang yang bersandar dengan ilmu hisab untuk menetapkan hilal (awal Ramadhan) di samping dia adalah orang yang tersesat dalam (memahami) syariat, (yaitu sebagai) seorang yang mengada-adakan syariat baru dalam agama, dia juga orang yang salah secara akal.” (Majmu’ Fatawa, 25/207) Hadirin rahimakumullah, Sebagian mereka juga menyebutkan beberapa alasan lain untuk membenarkan keyakinannya yang bertentangan dengan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut. Namun semua alasan yang digunakan untuk membenarkan penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan dengan ilmu hisab tidak dibangun di atas ilmu dan bimbingan para ulama. Sebagian mereka menggunakan ayat yang dipaksakan maknanya untuk menunjukkan apa yang mereka yakini. Padahal tidak ada dari kalangan para sahabat dan para ulama setelahnya yang memahami ayat tersebut seperti pemahaman mereka. Maka, di atas mimbar ini kami mengajak kepada hadirin untuk jujur dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti agama ini. Tidak mendahulukan akal dan anggapan baik pendapat siapapun apabila bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala.

هT اTMW6ر اH85K gH[:O6? @? آb ذOMWXIAa ،¢2وV إBUM24:2¥ اQ وإ<:AآR g=7ي آ4RAX أ}Tل @TU8Kh Aن وأOMWXI اQ 6¥ وgq6 وOAK6 ا86

Page 98: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 97

Khutbah kedua:

Y 46، 46 اY586 و 46 ا7806 وه�5C T آP b¥ء }O>7، وأP=7 أن: TMWر اTq:°6ر، وأP=7 أن Z: إ46 إZ: اQ و]OP Z V7<ا7i@ Q 7806ر ا7i86ور و@O�ف ا{<:Aم واT=f°6ر، و أ]48U2 b>�w �5C V78 وهT ا6Oا إ�6 اxUe6 واT°fB6ر، أ@:4RA07UR A وA8H5Kh g:5I آHu@7:80ا V7eC ور46TI اOH°e6 اO>l:B6 واOK6اج اOHB86، ±5:� ا4H5C Q و46k �5C وأ± :

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Puasa Ramadhan dan Iedul Fitri adalah ibadah yang sifatnya harus dijalankan secara bersama-sama, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya:

اT:�6م <Tم T�h@? واT> O�M6م O�Mhون واT> �0Á�6م Tf0chن

“Berpuasa adalah hari ketika kalian semua berpuasa dan iedul Fitri adalah hari ketika kalian semua berbuka (yaitu pada hari iedul Fitri) dan Iedul Adh-ha adalah hari ketika kalian semua menyembelih hewan kurban.” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu) Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk berusaha mewujudkan suasana kebersamaan dan menghindari suasana bercerai-berai dalam pelaksanakan ibadah ini. Walaupun memang benar ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama berkaitan dengan masalah memulai awal Ramadhan. Yaitu apabila ada suatu negara yang telah melihat hilal apakah berarti seluruh negara yang lainnya harus mengikuti negara tersebut dalam memulai Ramadhan ataukah tidak. Namun demikian, para ulama menasihatkan kepada seluruh kaum muslimin untuk mendahulukan kebersamaan dan tidak sendiri-sendiri dalam pelaksanaan ibadah ini. Mereka, para ulama menasihatkan agar kaum muslimin bersama-sama dalam memulai Ramadhan dan mengakhirinya. Hadirin rahimakumullah, Untuk menciptakan suasana persatuan dan kebersamaan dalam menjalankan puasa Ramadhan dan iedul Fitri ini, sebagaimana telah dinasihatkan oleh para ulama, caranya tidak lain dengan menyerahkan keputusan awal Ramadhan atau Iedul Fitri kepada pemerintah. Hal ini di antaranya sebagaimana yang disebutkan para ulama di negara Saudi Arabia yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Daimah, mereka berfatwa: “… Maka jika terjadi perselisihan di antara mereka (kaum muslimin), kewajiban mereka adalah mengikuti keputusan penguasa di negaranya apabila dia seorang muslim, karena keputusan penguasa dengan menetapkan salah satu dari dua perbedaan akan menghilangkan perselisihan tersebut….” (Fatawa Al-Lajnah jilid 8 no. 388).

Page 99: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 98

Oleh karena itu kewajiban kaum muslimin terutama yang telah berpengalaman dalam melihat hilal adalah berusaha untuk bersama-sama melihat hilal kemudian menyerahkan hasilnya kepada pemerintah. Selanjutnya mereka semua menunggu hasil keputusan pemerintah dalam menetapkan awal Ramadhan dan Iedul Fitri. Yang demikian inilah yang sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Akhirnya mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita dan pemerintah kita serta seluruh kaum muslimin untuk berpegang teguh di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan bimbingan para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Mudah-mudahan kita diberi taufik oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk bisa mengisi bulan Ramadhan yang akan datang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga lebih baik dari bulan-bulan Ramadhan sebelumnya yang telah berkali-kali mendatangi kita.

:g=:56وارض ا ?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو b± :g=:56ا:X6وا £RA0:�6ا ~H8w ?C5¥ وCن وA8uCو O8Cو OqR ¥R7<? أPا:O6ء اAM5µا6ـ ?C?>76م اT> �6ن إAK[·R g=6ـ ?HURA ?HآO°8ك وا6ـO°6وأذل: ا ?H85K8م وا6ـ I¹ا :�Cأ :g=:56ن. اAq@ bآ ¥a ?H85K8ال ا6ـT[أ±5� أ :g=:56ا¤. ا ¥aو £BK[ AH2f76ا ¥a ABhk AB:RررA:B6اب اlC AB{و £BK[ ةOr .?H86AU6وا6ـ780 456 رب ا

Page 100: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 99

Kamis, 30 Agustus 2007 - 08:57:42, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri Kategori : Khutbah

Pentingnya Shalat Berjamaah

bUw 42AK[45 وإca �5C 456 7806ا>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=Pم، وأA�U64 اH2Ae@ 7[م وأ I¹د اT8C ة ل وا¹آOام{a 46 Y¥ ر4X:HRTR وأT6ه4X:H وأ4A8I و±4hAM ا�6: } Aehرك اgI رYGR ذي ا6�4 و46k �5C وأ4RA0± اOe6رة اOq6ام وA8H5Kh g:5I آOHuا، أ@:7UR AوأP=7 أن: @7:80ا V7eC ور46TI و±4fHM وOAI ?HR ?@ 45H5r ا{A2م ±5:� اO :78 [H5C Q]8?ا6[

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa. Dan marilah kita selalu menjalankan dan menjaga kewajiban-Nya yang paling besar setelah dua kalimat syahadat, yaitu kewajiban shalat. Karena agung serta butuhnya seseorang terhadap kewajiban ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk mengerjakannya tidak hanya sekali dalam sehari. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kepada kita untuk menjalankannya lima waktu dalam sehari semalam, pada waktu-waktu yang tidak merugikan sedikit pun bagi aktivitas kita. Bahkan sangat membantu dan menguntungkan kegiatan kita sehari-hari. Hadirin rahimakumullah, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyebutkan ancaman yang sangat keras bagi orang-orang yang meremehkan kewajiban shalat. Tentu saja ini menunjukkan betapa besarnya kewajiban ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Ti5> فTKa اتT=:°6ا اTUe:hة وا إAh ?@ :Zب وk@? وa A06A± b8C�وT5r7> YF6ن اB�6:£ وT85�> Zن AFHP. ن 7UR ?@ �5µaAH�ه5r g� أTCAÁا ا�6:

”Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui siksa yang sangat keras dan berlipat-lipat. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.” (Maryam: 59-60) Di antara hal yang juga menunjukkan betapa agungnya keutamaan shalat, adalah apa yang disebutkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam Shahih keduanya, yaitu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan shalat lima waktu dengan sungai yang mengalir di depan pintu seorang muslim dan digunakan untuk mandi sebanyak lima kali dalam sehari, sehingga akan menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat di badannya. Begitu pula shalat lima waktu, akan menghapus dosa-dosa seorang muslim yang selalu menjalankan dan menjaganya.

Page 101: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 100

Hanya saja dosa-dosa yang dihapus adalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar seperti durhaka kepada orangtua, mencuri, riba, memakan harta anak yatim, berdusta, menipu dalam jual beli dan semisalnya, maka tidak akan terhapus kecuali dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka sungguh merupakan kenyataan yang sangat mengherankan dan menyedihkan, ketika kita dapatkan sebagian kaum muslimin tidak memerhatikan bahkan seolah-olah tidak tahu kewajiban shalat lima waktu ini. Sehingga di mata mereka, shalat lima waktu seperti amalan yang tidak ada nilainya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya telah menjelaskan bahwa orang yang tidak mengerjakan shalat adalah bukan saudara kita seiman. Begitupula shalat adalah perkara yang membedakan antara seorang muslim dengan orang kafir. Hal ini disebutkan di dalam firman-Nya:

?>G76ا ¥a gq2اTr·a ةAا ا�6:آThkة و a·ن TRAhا وأ}T@Aا ا�6:

”Dan jika mereka mau bertaubat dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara kalian seagama.” (At-Taubah: 11) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ة إن: HR? اbw:O6 وHR? اOG°6ك واOh OMq6ك ا�6:

”Sesungguhnya (yang membedakan) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim) Bahkan Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan: ”Sungguh, Al-Kitab dan As-Sunnah serta ijma’ shahabat telah menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat.” Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Oleh karena itu, orang yang sama sekali tidak mau mengerjakan shalat dan tidak mau diingatkan untuk menjalankannya dihukumi sebagai orang kafir yang keluar dari Islam. Sehingga sebagai akibat dari hukum tersebut, kita tidak boleh lagi memakan daging hewan sembelihannya. Tidak boleh pula kita menikahkan anak-anak perempuan kita dengannya, serta tidak berhak baginya untuk menerima harta warisan serta konsekuensi-konsekuensi lainnya. Begitu pula, sudah seharusnya kita membencinya dan meninggalkan serta menjauhinya, selama dia tidak mau menerima nasihat dan terus-menerus dalam keadaan demikian. Apabila dia mati dan belum juga bertaubat, maka mayatnya tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalati serta tidak dikubur di pemakaman kaum muslimin. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Page 102: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 101

Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memerintahkan kepada kita shalat lima waktu juga mewajibkan bagi kita untuk menjalankannya secara berjamaah. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam ayat-ayat-Nya dan hadits-hadits Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa meninggalkan kewajiban ini tanpa ada sebab yang syar’i adalah dosa besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

?HUاآ:O6ا @~ اTUة وارآAا ا�6:آThkة و وأ}T8Hا ا�6:

“Dan tegakkanlan shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama-sama orang yang ruku'.” (Al-Baqarah: 43) Maka tentu saja merupakan kenyataan yang memprihatinkan, ketika kita dapatkan banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan kewajiban ini. Mereka mendengar adzan dikumandangkan, namun tidak mau memenuhi panggilan adzan tersebut untuk segera menuju ke masjid. Padahal dia dalam keadaan sehat dan kuat. Seakan-akan dia mengatakan: ”Aku mendengar panggilan untuk menghadap-Mu ya Allah, namun aku tidak akan memenuhinya.” Bahkan hal ini terjadi pada sebagian orang yang bertempat tinggal di sekitar masjid. Rumah mereka di dekat masjid, namun hatinya jauh dari masjid. Wal ‘iyadzubillah (Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala). Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah Sebagian yang lain dari kaum muslimin ada yang berangkat ke masjid namun diiringi rasa malas. Mereka tidak segera mempersiapkan diri untuk pergi ke masjid, namun menundanya sampai menjelang atau saat iqamah dikumandangkan. Sehingga mereka terburu-buru ketika menuju masjid. Hal ini tentu menyelisihi aturan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam adab berjalan ke masjid. Yaitu berjalan dengan tenang tanpa melakukan gerakan yang tidak diperlukan, ataupun melihat ke kanan dan kiri tanpa ada keperluan, dan menghadirkan hati untuk menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka terluput pula dari mereka keutamaan yang besar bagi orang-orang yang menunggu shalat di masjid. Yaitu malaikat akan memintakan ampun dan rahmat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuknya selama dia tidak terkena hadats. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim. Padahal kami yakin bahwa apabila mereka dipanggil untuk mendapatkan dunia, tentu mereka akan segera mendatanginya kapan saja tanpa ada rasa malas. Begitu pula, mereka akan mau menunggunya tanpa rasa bosan, meskipun harus antri dan memakan waktu berjam-jam. Yang demikian ini tentu menunjukkan lemahnya iman, dan menunjukkan bahwa dunia lebih mereka utamakan daripada akhirat. Hadirin rahimakumullah

Page 103: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 102

Selanjutnya ketahuilah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadits-haditsnya telah menjelaskan kepada kita tentang aturan-aturan yang berkaitan dengan shalat berjamaah. Di antaranya adalah kewajiban meluruskan dan merapatkan shaf. Banyak hadits-hadits yang menunjukkan kewajiban ini. Di antaranya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

gqهTwو ?HR Qا :?M6AµH6 أو gqaTM± ونfTKX6

”Sungguh luruskanlah shaf-shaf kalian, atau kalau tidak demikian sungguh Allah akan menjadikan wajah-wajah kalian saling berpaling.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Maka sudah semestinya bagi imam dengan dibantu oleh para makmum untuk memerhatikan kewajiban ini. Hadirin rahimakumullah Di antara aturan yang juga harus diperhatikan dalam shalat berjamaah adalah tidak diperbolehkannya bagi seseorang untuk berdiri sendiri di belakang shaf ketika sedang menjalankan shalat berjamaah. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

<5r ¥G5�� ا�6: wرأى ر g:5I4 وH5C Q5:� ا± :¥e:B6أن: اA7هHU> أن VO@�a V7[و G�

”Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki shalat sendirian di belakang shaf, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk mengulanginya.” (HR. Abu Dawud dan yang lainnya, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu) Dan di antara kewajiban yang juga harus diperhatikan berkaitan dengan shalat berjamaah adalah kewajiban bagi makmum untuk mengikuti gerakan imam. Sehingga tidak boleh baginya untuk mendahului imam ketika ruku’, sujud, dan gerakan lainnya. Begitu pula tidak mendahuluinya ketika mengucapkan takbir dan tidak terburu-buru mengucapkan amin sebelum imam menyempurnakan bacaan Al-Fatihah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

�°µ> A@4 أhرT± Qا bU�> ر أوA8[ 4 رأسIرأ Qا bU�> م أنA@¹ا be{ 4Iرأ ~aإذا ر gر أ]7آA8[ رةT±

”Tidakkah salah seorang dari kalian takut apabila mengangkat kepalanya mendahului imam sehingga Allah akan mengubah kepalanya menjadi kepala keledai atau Allah akan mengubah tubuhnya menjadi tubuh keledai?” (Muttafaqun 'alaih)

Page 104: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 103

Hadirin rahimakumullah Akhirnya, marilah kita berusaha untuk menjaga kewajiban shalat lima waktu secara berjamaah di masjid. Karena shalat merupakan penghubung antara seorang hamba dengan Rabbnya. Sehingga shalat adalah tolok ukur yang menunjukkan tingkatan keislaman seseorang. Janganlah kita menjadi orang-orang yang tertipu oleh godaan setan sehingga melupakan kita dari menjalankan dan menjaga kewajiban-kewajiban-Nya. Allah berfirman:

هg اOIAµ6وناT0XIذ g=H5C اA�H:°6ن AK2�aهg ذآO اQ أوYF6 ]�ب اA�H:°6ن أZ إن: ]�ب اA�H:°6ن

”Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa dari mengingat Allah, mereka itulah golongan yang mengikuti setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.” (Al-Mujadilah: 19)

i6ا ¥a gq66¥ و Qرك اARgHq06ا OآGl6ت واA>¤4 @? اHa A8R gآA:>وإ ¥BUM2و ،gH�U6ن اkO .VوOMWXIAa ،¢2ذ Gbآ ?@ ?H85K86ا OAK6و gq66¥ و Qا OMWXIن وأTU8Kh A@ لT{أ [:O6ر اTMW6ا Tإ4:2 هgH .

Khutbah Kedua

4 وأ4RA0± وA8H5Kh g:5I آOHuا، أ@:Y>OP Z V77UR A 46، وأP=7 أن: @7:80ا V7eC ور46TI ±5:� ا4H5C Q و6k �5Cا7806 456 ربG اH86AU6? و7C Zوان إ�5C :Z اH86A:�6?، وأP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai bekal yang akan kita bawa untuk kehidupan yang sesungguhnya nanti di akhirat. Kehidupan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah janjikan bagi orang-orang yang bertakwa dengan kenikmatan surga di sana. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sediakan neraka sebagai tempat untuk mengadzab hamba-hamba-Nya yang bermaksiat kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وh�و:دوا a·ن: OHr ا�6:اد اTi:X6ى

”Berbekallah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Al-Baqarah: 197) Hadirin rahimakumullah Sesungguhnya keutamaan yang besar yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi orang-orang yang menjalankan kewajiban shalat akan diperoleh apabila shalat tersebut dilakukan dengan mencontoh tata cara shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu dengan memerhatikan

Page 105: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 104

syarat-syarat, rukun-rukun dan kewajiban yang berkaitan dengan shalat serta sunnah-sunnahnya. Begitu pula dilakukan dengan penuh khusyuk yang di antara tandanya adalah tenangnya anggota badan, hadirnya hati, dan memerhatikan serta merasa nikmat ketika membaca ayat-ayat dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan khusyuk adalah ruh shalat. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaitkan keberuntungan bagi orang-orang yang shalat apabila dilakukan dengan khusyuk, sehingga orang yang melakukan shalat tanpa khusyuk tidak termasuk orang-orang yang dijanjikan akan mendapatkan keberuntungan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

@TBن TUPAr g=hن. }7 أ5a� ا86 ± ¥a gه ?>l:6ا

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyuk di dalam shalatnya.” (Al-Mu`minun: 1-2) Hadirin rahimakumullah, Sungguh berbahagialah orang-orang yang mencintai shalat. Yaitu orang-orang yang merasakan shalat itu sebagai penyejuk matanya. Dan menjadikannya seakan-akan kenikmatan surga bagi hatinya. Sehingga ketika menjalankannya, dia merasa berat untuk keluar darinya. Karena ketika menjalankannya, dia menjadikan shalat sebagai saat beristirahat dari capainya urusan dunia. Dia merasa telah keluar dari kesempitan kehidupan dunia yang seakan-akan merupakan penjara bagi dirinya. Dan sebaliknya, sungguh celakalah orang-orang yang tidak mencintai dengan sebenar-benarnya kewajiban yang besar ini. Yaitu orang-orang yang merasa sangat berat untuk menjalankannya. Sehingga dia pun selalu menjalankannya di akhir waktunya, bahkan mungkin di luar waktu. Ketika menjalankannya pun tidak memerhatikan rukun-rukunnya dan ingin segera selesai serta keluar darinya. Itupun ketika dia mengerjakannya dengan tidak menghadirkan hatinya. Bahkan yang hadir saat itu adalah hal-hal yang berkaitan dengan dunianya.

:g=:56وارض ا ?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C gG5Iو Gb± :g=:56اHURA:X6وا £RA0:�6ا ~H8w ?C5¥ وCن وA8uCو O8Cو OqR ¥R7<? أPا:O6ء اAM5µ6ا ?C?>G76م اT> �6ن إAK[·R g=6 ? م واH85K86? وأذل: اO°6ك واO°86آH? ود@OG أ7Cاء اG76<?، وا2� I¹ا :�Cأ :g=:567<?اG[T86دك اAeC O .Gbآ ¥a ?H85K86ال اT[أ±5� أ :g=:56ن اAq@ .ABX:>Gة و@? ذر اg=:56: إTU2 A:2ذYR . ربG اgHi@ AB5Uw ا�6:

~MB> Z g5C ?@و ~e°h Z pM2 ?@8~ وK> Z ءACود ~°µ> Z ¢5{ ?@ .X>77 إذ هUR ABRT5{ �غh Z AB:RبرA:هT6أ2� ا Y:2ر]8£ إ Y27:6 ?@ AB6 ¢وه AB . ابlC AB{و £BK[ ةOr¤ا ¥aو £BK[ AH2f76ا ¥a ABhk AB:Rر اA:B6ر

Qد اAeC ...8U2 �5C VوOqPوا gآOآl> bH5�6ا gH�U6ا Qوا اOناذآTUB�h A@ g5U> Qوا ،Oeأآ Qا Oآl6و g4 <�دآ

Page 106: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 105

Kamis, 05 Maret 2009 - 05:53:44, Penulis : Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc Kategori : Khutbah Jum’at

Persiapan Menuju Hari Akhir

H06ت واT86ا j5r يl:6ا7806 456 ا eI0£ وÁوا jاO« 4H6ل إT±T56 bUwو 8C ?K[أ gqf>أ gآT5eH6 ةA .Pوأ ،Z�2 نAB�66¥ اAC A=R TwO2 دةA=P 46 Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ :Z 7 أن=P7 أن: @7:80ا أ=I4، وe0±46 وk �5C4 وH5C Q5:� ا± ، eI gوأه7اه AB>د j5µ6م اT{46، أTIور V7eCA8H5Kh g:5 .7UR A:@أ

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah, Marilah kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadikan hidup dan mati, untuk menguji hamba-hamba-Nya sehingga terbedakan siapa yang paling baik amalannya di antara mereka. Begitu pula kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb yang menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya dan memuliakan hamba-hamba-Nya yang menaati-Nya. Maka, sungguh berbahagialah orang-orang yang bertakwa kepada-Nya. Dan sungguh merugilah orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi yang mulia, sayyidina Muhammad ibn ‘Abdillah, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jalannya. Hadirin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini ibarat tempat penyeberangan yang sedang dilalui oleh orang-orang yang hidup di dalamnya. Setiap orang akan melewati dan meninggalkannya, lalu menuju kehidupan yang sesungguhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan dunia ini sebagai tempat beramal dan akhirat sebagai tempat pembalasan amalan. Maka setiap orang yang beramal, dia akan melihat balasannya. Dan orang yang lalai akan menyesali perbuatannya. Setiap orang yang menjalani kehidupan dunia ini akan ada saat berakhirnya. Hari pembalasan pasti akan datang, dan apa saja yang akan datang adalah sesuatu yang dekat. Maka janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya kehidupan dunia yang sementara ini, sehingga melalaikan dari kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti. Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Ingatlah bahwa kematian adalah suatu kepastian yang akan menimpa seseorang. Kematian akan memisahkan dirinya dari keluarga, harta, serta tempat tinggalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan melalui firman-Nya, bahwa di antara manusia ada yang akan mendapatkan pertolongan dan mendapatkan kabar gembira pada saat kematiannya, serta ada pula yang merasakan ketakutan yang luar biasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan keadaan orang-orang yang bahagia saat kematiannya dalam firman-Nya:

Page 107: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 106

gXBآ ¥X:6ا £:B�6AR واO°Rا وأT2�0h A6ا وTaAµh A:6أ £qA586ا g=H5C ل:�BXh7ونCTh . A=Ha gq6و gqKM2أ ¥=X°h A@ A=Ha gq6ة وOrÅ6ا ¥aو AH2f76ة اAH06ا ¥a gؤآAH6ن02? أوTC:7h A@

“Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.’ Kami adalah penolong-penolong kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam (surga) kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta.” (Fushshilat: 30-31) Sungguh, kita semua tentu mengharapkan kabar gembira di saat malaikat maut hendak mencabut nyawa kita. Karena dengan itu seseorang akan mengawali kehidupan bahagia di alam akhiratnya. Dimulai dengan kenikmatan di alam kuburnya dan kemudahan-kemudahan yang akan terus dialami pada kehidupan akhiratnya. Keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan ini akan dirasakan oleh orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menerima dan menjalankan syariat-Nya. Yaitu orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama yang mengikuti jejaknya. Adapun orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga beribadah kepada selain-Nya dan menyelisihi jalannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta jalan para ulama yang mengikutinya, maka dia akan merasakan siksa yang sangat pedih. Dimulai dari saat kematiannya dan begitu pula ketika berada di alam kuburnya serta kejadian-kejadian berikutnya. Jamaah jum’ah rahimakumullah, Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini akan berakhir dan akan datang saatnya hari kebangkitan. Seluruh manusia, sejak yang pertama kali diciptakan hingga yang terakhir kali diciptakan akan dibangkitkan dari alam kuburnya, serta akan dikumpulkan di padang mahsyar. Selanjutnya, kehidupan akhirat akan berujung pada dua tempat tinggal yang sesungguhnya, yaitu surga atau neraka. Maka di antara manusia, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, akan menjadi penduduk surga dan dikatakan kepada mereka:

£H6Aµ6م اA:>�6ا ¥a gXM5Iأ A8R AFHBا هTROPا واT5آ

“Makan dan minumlah kalian dengan penuh kesenangan disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu (saat di dunia).” (Al-Haqqah: 24) Sementara yang lainnya akan menjadi penduduk neraka. A’adzanallahu waiyyakum minannaar (semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari siksa api neraka). Mereka sebagaimana dalam firman-Nya, akan menyesal di akhirat kelak dengan mengatakan:

Page 108: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 107

?>OrA:K686? ا �Bا4:56 وإن آ ¢Bw ¥a �«:Oa A@ �5C AhOK[A>

“Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, dan aku sungguh dahulu termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).” (Az-Zumar: 56) Hadirin rahimakumullah, Akhirnya, marilah kita berlomba-lomba dalam beramal shalih dalam kehidupan yang singkat ini. Janganlah kita menjadi orang yang memiliki sifat sombong sehingga menolak kebenaran yang datang kepada kita. Begitu pula, janganlah kita menjadi orang-orang yang mendahulukan dunia dan mengikuti hawa nafsunya, sehingga berani berbicara dan mengamalkan agama tanpa bimbingan para ulama. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam firman-Nya:

�W« ?@ A:@�a .AH2f76ة اAH06ا O ه¥ ا86�وى. وءا gH0�6ن: ا·a .ىT=6ا ?C pM:B64 و2=� اGRم رAi@ فAr ?@ A:@ه¥ ا86�وى. وأ £:B�6ن: ا·a

“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 37-41) Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang beruntung sehingga mendapatkan surga-Nya dan diselamatkan dari siksa api neraka.

H2f76�5 اC ةOrÅ6وا اO k ?:8@ AB5Uwا :g=:567:80ا@ ABHe2 �5C Qر و±5:� اA:B6اب اlC AB{و £BK[ ةOrÅ6ا ¥aو £BK[ AH2f76ا ¥a ABhkو A?HU8w4 أRA0±46 وأk �5Cو

Khutbah kedua:

?HeA:X6ا £RTh bei> ،?H86AU67 أن: @ا7806 456 رب ا=P46 وأ Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=Pأ ،?HBK086ا Owأ ~Hc> Zو ، ،?Hq6A:K56 £:�084 ا6ـR �Á�وa ،?H86AU56 £8[45 رI46، أرTIور V7eC 7:80ا4R مA{م وأT> �6ن إAK[·R g=Ueh ?@4 وRA0±46 وأk �5C4 وH5C Q72<?، ±5:� اAU86�5 اC £:�067اUR A:@ا76<?، أ

Page 109: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 108

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan senantiasa membersihkan dan menyucikan diri-diri kita, dengan menjalankan ketaatan kepada-Nya serta tidak mengotorinya dengan perbuatan kemaksiatan kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya:

AهA:5� @? زآa9(}7 أ(AهA:Iب @? دAr 7{و

“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 9-10) Al-Imam Ibnu Rajab t, berkaitan dengan ayat ini mengatakan: “Maknanya adalah sungguh telah beruntung orang yang membersihkan dirinya dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan sungguh merugilah orang-orang yang mengotori dirinya dengan bermaksiat (kepada-Nya)....” Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwa setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang maka akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik itu berupa amalan kebaikan ataupun amalan kejelekan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

A=H5Ua ءAI4 و@? أKMB5a A06A± b8C ?@

“Barangsiapa mengerjakan amal yang shalih, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri.” (Fushilat: 46) Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang senantiasa memperbaiki dirinya dengan terus bersemangat dalam mempelajari agama dan mengamalkannya. Bukan menjadi orang yang sibuk memerhatikan orang lain sementara dia melupakan keselamatan dirinya. Ketahuilah, setiap orang selama masih bernyawa dan berakal, tentu dia akan melakukan berbagai aktivitas. Maka, seseorang yang melakukan aktivitasnya untuk menjalankan ketaatan, berarti dia telah menjual dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akan diselamatkan dari siksa api neraka. Sedangkan orang yang melakukan aktivitasnya untuk berbuat kemaksiatan maka sesungguhnya dia telah mencelakai dirinya sendiri. Hadirin rahimakumullah, Ingatlah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada masing-masing orang dua malaikat yang akan mencatat setiap aktivitasnya. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Page 110: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 109

7HU{ لA8G°6ا ?Cو ?H8H6ا ?C نAHGi5X86ا �:i5X> 7. إذHXC ¢H{76<4 ر A:6ل إT{ ?@ ÖM5> A@

“(Yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu malaikat ada di sebelah kanan dan yang lain ada di sebelah kirinya. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat yang mengawasi yang selalu hadir.” (Qaf: 17-18) Maka marilah kita berusaha untuk menghitung amalan-amalan kita agar menjadi orang yang senantiasa memperbaiki diri di dunia ini, sebelum datangnya hari perhitungan amalan yang penyesalan pada hari itu tidak lagi memiliki arti. Begitu pula marilah kita berusaha menjaga anggota badan kita dari melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebelum datang hari yang pendengaran, penglihatan, dan tubuh yang lainnya akan berbicara sebagai saksi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

و}T6Aا T5�6دهT6A{ ABH5C gh7=P g6 gا أABi�2 ا4:56 اl:6ي أj�2 آP :b¥ء وهg= . T وأA�Rرهg وT5wدهA8R g آT2Aا <T58Uن]X:� إذا @Aw AءوهU8I g=H5C 7=P A. و<Tم <O°0 أ7Cاء اQ إ�6 اA:B6ر T> g=aزTCن gqi5r أو:ل @O:ة وإTUwOh 4H6ن

“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ Kulit mereka menjawab: ‘Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan’.” (Fushshilat: 19-21) Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-jelek perkara adalah aturan-aturan ibadah baru yang tidak sesuai dengan petunjuknya. Setiap aturan yang baru dalam ibadah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka.

C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو b± :g=:56اK86م وا I¹ا :�Cأ :g=:56م ا76<?، اT> �6ن إAK[·R g=6 ?HURA:X64 واRA0±46 وأk �5?HآO°86ك واO°6وأذل: ا ?H85 . دكAeC O�27اء ا76<? واCأ O@ود?>7[T86أ±5. ا :g=:56ناAq@ bآ ¥a ?H85K86ال اT[4. � أRABXwا AB{وارز «AR b«Ae6ا A24 وأرCAehا AB{وارز Ai[ :j06ا A2أر :g=:56ر]8£. ا Y27:6 ?@ AB6 ¢وه ABX>77 إذ هUR ABRT5{ �غh Z AB:Rأ2� ر Y:2إم �5C اH5IO86? وا7806 456 رب اH86AU6?. رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ ا¤Orة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6ر. اT6ه:Aب Iن، وTM�> A:8C ة:�U6رب ا YRن رA0eI .

Page 111: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 110

Senin, 04 Juni 2007 - 10:13:20, Penulis : Al-Ustadz Saifuddin Zuhri Kategori : Khutbah

Tujuan Penciptaan Manusia

MW6ا �>�U6ا Tوه 8C ?K[أ gqf>أ gآT5eH6 ةAH06ت واT86ا j5r يl:6را7806 56:4 اT . Z 7 أن=P7 أن: @80:أ=Pوأ ،O>7{ ء¥P Gb�5 آC Tوه �H8>و ¥H0> ،46 Y>OP Z V7[و Qا :Z46، إ46 إTIور V7eC 7ا

:5I4، وe0±46 وk �5C4 وH5C Q5:� ا± OHB86اج اOGK6وا O>l:B6ا OH°e6ااOHuآ A8H5Kh g .7UR A:@أ A«4 وhدAeU6 Qا gqi5r ،AueC gXi5r A@ gq:2ا أT85C�6 واAUh Qا اTi:hس، اA:B6ا A=f>ا{رضأ ¥a A@وات وA8:K6ا ¥a A@ gq6 O:µI48 وUBR g4 وأ@7:آXC 46 وأ2�لTIر gqH6إ bI4، وأرXCA« �5C Y6lR اTBHUXKH6

w ة دارOr¤وا b8C دار AH2f76ا Vlه bUwم، وO0> A@و ¢�> A@ gq6 ?GHeH6 4RAXآ gqH5C=R ارOX�¹ا ?@ gرآ:l[ة�اء وOr¤ا ?C A=R لAW°2¹وا AH2f76ا Vl

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu dengan berusaha sekuat kemampuan kita menjalankan perintah-perintah-Nya dan dengan menjauhi segala larangan-Nya. Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, Ketahuilah, bahwa kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan semata untuk hidup di dunia, bukan pula untuk sekedar makan dan minum. Apalagi berfoya-foya untuk memenuhi setiap keinginan hawa nafsu kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

و@i5r A� ا6�?: واp2¹ إ7eUH6 :Zون

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) Dari ayat tersebut jelaslah bahwa kita diciptakan untuk suatu tujuan yang besar dan sangat mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin memuliakan hamba-hamba-Nya, yang mewujudkan tujuan penciptaan dirinya, yaitu beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membutuhkan hal itu sedikitpun dari hamba-hamba-Nya. Akan tetapi ibadah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada kita adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أgX2 و@? a¥ ا{رض a AUH8w·ن: ا7H8[ ¿¥BW6 Q إن OMqhوا

Page 112: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 111

“Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi ini seluruhnya kufur kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (Ibrahim: 8) Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah, Karena tujuan yang mulia inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus kepada kita Rasul-Nya, yang merupakan penutup seluruh para nabi, yaitu Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Iأر A:2إZTIن رTCOa �6إ AB5Iأر A8آ gqH5C ه7اAP ZTIر gqH6إ AB5 . HRا وlrأ VA2lr�a لTI:O6ن اTCOa ��Ua

“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian seorang Rasul (Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam), yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Fir’aun. Maka Fir’aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (Al-Muzzammil: 15-16) Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dalam Tafsir-nya menyebutkan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala (di dalam ayat ini) berkata: ‘Memujilah kalian kepada Rabb kalian atas diutusnya Nabi yang ummi ini, yang berasal dari kalangan Arab, yang memberi kabar gembira dan peringatan serta menjadi saksi atas amalan yang dilakukan oleh umat ini. Bersyukurlah kalian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan syukurilah nikmat yang besar ini dengan menaati utusan-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mengkufuri nikmat ini dengan tidak mau menaati Rasul yang diutus kepada kalian sehingga kalian seperti Fir’aun. Ketika Musa bin ‘Imran diutus kepada Fir’aun dan mengajaknya kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta memerintahkannya untuk beribadah hanya kepada-Nya, dia tidak mau beriman kepada Musa, bahkan bermaksiat kepadanya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengadzabnya dengan adzab yang sangat pedih.” Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Oleh karena itu, barangsiapa ingin mendapatkan kemuliaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia dan di akhirat, selamat dari siksa-Nya dan mendapatkan surga-Nya, tidak lain caranya dengan beribadah hanya kepada-Nya dan mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Y6وذ A=Ha ?>76Ar رA=2}ا A=X0h ?@ يO�h تA:Bw 45r7> 46TIور Qو@? <�~ اgH�U6ز اTM6ا .?H=@ ابlC 46و A=Ha 76اAr راA2 45r7> V7: ]7ودUX>46 وTIور Qا ÚU> ?@و

Page 113: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 112

“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (An-Nisa`: 13-14) Dengan demikian jelaslah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan sebab kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat adalah dengan menaati Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kecelakan serta kebinasaan seseorang di dunia dan di akhirat adalah karena bermaksiat terhadap Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk meraih janji Allah, untuk mendapatkan berbagai kenikmatan di surga-Nya dan dijauhkan dari siksa neraka, yaitu dengan mengisi kesempatan hidup di dunia ini dengan beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti petunjuk Rasul- Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

OW6ا QAR gq:2:OW> Zو AH2f76ة اAH06ا gq:2OWh a ¿j[ Q7 اCس إن: وA:B6ا A=f>أ A>ور

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kalian dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kalian tentang Allah.” (Fathir: 5-6) Hadirin, jamaah jum’ah rahimakumullah, Kehidupan di dunia ini adalah suatu perjalanan yang menghantarkan pada kehidupan yang sesungguhnya di akhirat. Dunia adalah tempat beramal dan akhirat adalah tempat pembalasan. Maka janganlah kehidupan dunia ini melupakan kita dari kehidupan akhirat. Gunakan nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan kepada kita di dunia ini untuk mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya di akhirat nanti. Karena sesungguhnya karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik yang di langit maupun yang di bumi, semua itu telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tundukkan untuk manusia sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya. Janganlah kita menjadi orang yang menyesal di akhirat nanti sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

OGr اAKM2 Q إذا Awء أA=5w واT58Uh A8R OHer Qن. ربZT6 G أBhO:r¥ إ�6 أa ¢>O{ bw�±:7:ق وأآ? @? اH06A:�6? وأTiM2ا @? @A رز}ABآbe{ ?@ g أن <h�¥ أ]7آg اT86ت TiHaل و6? <

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, sehingga aku dapat bersedekah dan aku termasuk

Page 114: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 113

orang-orang yang shalih?’ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Munafiqun: 10-11)

أ}Tل @TU8Kh Aن وأOMWXI اQ 6¥ وgq6 وOAK6 اH85K86? @? آb ذA>¤ .¢2ت واl6آO اARgHq06رك اQ 6¥ وa gq6¥ اkOi6ن اgH�U6، وBUM2¥ وإ<:Aآ4Ha A8R g @? ا .

KHUTBAH KEDUA

V7H[TXR gهO@4 وأhدAeU6 j5µ6ا j5r ،?H86AU6ا G4ا7806 4:56 ربXCA«و .hAM±و VءA8I4 وأX:H=64 وإX:HRTRر ¥a 46 Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=P4 وأX:>OR �645 إI46، أرTIور V7eC 7 أن: @7:80ا=P4، وأ6k �5C4 وH5C Qا±5:� اOHuآ A8H5Kh g:5I4، وX:BKR اTq:K8h�5 2=4� وC رواAI ?>l:64 اRA0±7. 4 وأUR A:@أ

7H[T:X6ا ~@ :Zدة إAeC نTqh Z دةAeU6ا أن: اT85C�6 واAUh Qا اTi:hس اA:B6ا A=f>أ A>06 آA7ت آKa دةAeU6ا ¥a كOG°6ا brذا د·a ،رةA=:�6ا ~@ :Zة إ ة Tqh Zن ± OG°6Aaك Z . 7ث إذا دa br¥ اA=:�6رةA8 أن: ا�6:وا7eCوا اQ وO°h ZآTا h�> :AFHP 4R¥ ا{@AeU6AR Oدة @OiوC ¥=:B6AR A2? اOG°6ك، آ�6AUh 46Ti وl=6ا آOHuا @b8C 4U@ f��> .A وAeC 4U@ beih Zدة

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita isi kehidupan dunia ini dengan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Namun harus diketahui bahwa ibadah tidak akan diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali dilakukan oleh orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana shalat tidak akan sah kecuali dikerjakan oleh orang yang bersuci. Apabila orang yang bersuci terkena hadats, maka rusaklah bersucinya, sehingga apabila dia shalat dalam keadaan demikian, maka sia-sialah shalatnya meskipun dilakukan sebanyak apapun. Begitu pula orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala namun ia terjatuh kepada perbuatan syirik, maka dia bukanlah orang yang bertauhid. Apabila dia beramal, maka sia-sialah amalan yang ia lakukan karena dia melakukan perbuatan syirik. Maka jauhilah perbuatan syirik, janganlah seseorang berdoa, meminta kepada orang yang telah mati meskipun dia dianggap wali. Jangan pula menjadikannya sebagai perantara dalam meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Janganlah seseorang menyembelih untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dengan istilah sesaji, sedekah bumi ataupun sedekah laut, karena semua itu adalah perbuatan syirik. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperingatkan kita di dalam Al-Qur`an tentang bahayanya syirik. Di antaranya dalam firman-Nya:

7i6?>OIA أو]¥ إYH6 وإ�6 اF6 Y5e{ ?@ ?>l:6? أOPآ� Y58C :?�e0H6 و2TqX6?: @? اµ6و

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, "Jika kamu mempersekutukan (berbuat syirik), niscaya

Page 115: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 114

akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65)

?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C gG5Iو Gb± :g=:565. اK86م وا I¹ا :�Cأ :g=:56ا?HآO°86ك واOG°6وأذل: ا ?H8 .?>7G[T86دك اAeC O�2وا ،?>G767اء اCأ OG@ال . ودT[أ±5� أ :g=:56ا@HB? وا6. ا6ـa ?H85K8¥ آAq@ Gbن @ABت ا{]AHء @g=B وا{@Tات، إH�@ ~H8I 4:2¢ اTC:76اتاg=:56: اH85K856 OM�? وا6ـA85K8ت، وا86 . رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ ا¤Orة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6ر. 8

O86�5 اC م Iن وTM�> A:8C ة:�U6ا Gرب YGRن رA0eI?H86AU6ا Gوا7806 4:56 رب ?H5I

Page 116: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 115

Kamis, 04 Februari 2010 - 02:46:33, Penulis : Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc Kategori : Khutbah Jum'at

Kedudukan Masjid Dalam Islam

@HB?، وأP=7 أن Z إ46 إZ: اQ و]Y>OP Z V7 46، 46 ا6ـا6ـ780 456 رب اH86AU6?، أ@aOR O~ ا6ـ7wAK8 وذ Y58 ا6ـfj0 ا6ـHe8?، وأP=7 أن: @7:80ا V7eC ور46TI اA:�6دق اH@�6?، ±5:� آO اH8w A=Ha 48I~ ا6ـ8

C4 وH5C QااOHuآ A8H5Kh g:5Iم ا76<?، وT> �6ن إAK[·R g=6 ?HURA:X64 واRA0±46 وأk �5

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menjadikan masjid sebagai sebaik-baik tempat di muka bumi. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan saya bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tencurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin yang berjalan di atas petunjuknya. Hadirin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berupaya untuk memuliakan masjid dengan memakmurkannya serta menjaganya dari hal-hal yang akan menghinakannya. Masjid adalah tempat yang di dalamnya dipenuhi oleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para malaikat-Nya serta tempat berkumpulnya orang-orang yang shalih dari hamba-hamba-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan di dalam banyak hadits tentang keutamaan orang yang berjalan menuju masjid. Di antaranya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

?@ �HR �6إ �°@ :g  4XHR ¥a O:=�h ?@aOh ىOr�6وا £FH�r f½0h A8إ]7اه VAhT�r �2Aآ Qا ÃاOa ?@ £c>Oa ¥ciH6 Qت اTHR£wدر ~

“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala (masjid) untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajat.” (HR. Muslim) Begitu pula disebutkan dalam sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

@? 7�ا إ�6 ا7�K86 أو راح أ7C: اa 46 Q¥ اZ�2 £:B�6 آA8:5 7�ا أو راح

Page 117: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 116

“Barangsiapa menuju masjid pada waktu siang hari atau malam hari maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan jamuan hidangan baginya di surga pada setiap siang dan malam.” (HR. Muslim) Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan berjalan ke masjid. Bahkan disebutkan pula di dalam hadits lainnya keutamaan orang duduk di masjid untuk menunggu didirikannya shalat. Yaitu bahwa selama dia menunggu shalat, dirinya mendapatkan keutamaan orang yang melakukan shalat dan malaikat senantiasa mendoakannya selama dirinya masih memiliki thaharah atau tidak batal sucinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

£q ة، وTihل ا86 :O�XB> V ا�6: �@ ¥a نAآ A@ ة ± ¥a 7eU6�ال ا> Z :ف أو <70ثO�B> �:X[ ،48[ار :g=:5646، ا OM�ا :g=:56ا

“Tetaplah seorang hamba dikatakan sebagai orang yang shalat selama dia berada di tempat shalatnya dalam keadaan dia menunggu ditegakkannya shalat. Dan malaikat akan berdoa untuknya seraya mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah dia dan rahmatilah dia’, sampai (hamba tersebut) meninggalkan masjid atau terkena hadats.” (HR. Muslim) Jama’ah jum’ah rahimakumullah, Namun sungguh sangat memprihatinkan kenyataan yang kita saksikan. Karena di masa kini ternyata hanya sedikit jumlah orang-orang yang mencari keutamaan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi orang yang memperbanyak pergi ke masjid untuk beribadah di dalamnya. Sehingga masjid-masjid banyak yang sepi, sementara pasar, mal, dan supermarket serta tempat-tempat hiburan dipenuhi oleh pengunjung. Bahkan apabila seseorang yang memerhatikan keadaan beberapa masjid di masa sekarang dan membandingkannya dengan keadaan masjid di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta di masa Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun, maka dia akan mendapatkan perbedaan yang sangat besar. Karena masjid di masa-masa terbaik umat ini benar-benar dimuliakan dan difungsikan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh syariat. Di saat itu, masjid disamping berfungsi sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai tempat untuk menuntut ilmu dan tempat bertolaknya kaum mujahidin serta sebagai sarana untuk mengikat hubungan persaudaraan di antara kaum mukminin. Sehingga di masa itu, masjid meskipun di luar waktu shalat lima waktu tidak pernah kosong dari orang-orang yang ingin beribadah di dalamnya. Masjid di masa itu senantiasa didatangi oleh kaum muslimin yang ingin beribadah di dalamnya serta didatangi oleh orang-orang yang ingin mengajarkan ilmu dan yang ingin menuntut ilmu. Sedangkan di waktu-waktu shalat, masjid dipenuhi oleh seluruh kaum muslimin yang hendak menjalankan shalat, tidak ada yang menyelisihi kewajiban ini kecuali orang-orang yang punya udzur dan kaum munafiqin.

Page 118: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 117

Hadirin rahimakumullah, Adapun masjid-masjid di masa sekarang ini, maka sebagian besarnya, sebagaimana yang kita saksikan telah berubah keadaannya dari keadaan masjid di masa-masa terbaik umat ini. Tidak sedikit di antara masjid yang ada di zaman kita dibangun namun tidak terdengar dikumandangkannya adzan dari masjid tersebut kecuali hanya pada beberapa waktu shalat saja. Tidak sedikit pula masjid yang terdengar darinya suara adzan namun tidak ada yang mendatanginya. Disamping itu, adapula masjid yang dibangun akan tetapi untuk dibangga-banggakan bentuk dan keindahan bangunannya saja, sehingga dijadikan oleh sebagian kaum muslimin sebagai tempat wisata. Adapula yang digunakan untuk shalat lima waktu, namun di sisi lain digunakan pula untuk acara-acara ibadah yang diada-adakan yang tidak ada syariatnya di dalam ajaran Islam. Bahkan terkadang dalam pelaksanaan acara tersebut juga terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat yang sangat tidak pantas untuk dilakukan di tempat yang mulia ini, seperti adanya iringan musik, asap dan bau rokok yang diisap oleh orang-orang yang menghadirinya serta kemungkaran lainnya. Bahkan yang lebih menyedihkan, tidak sedikit dari masjid yang dimakamkan di dalamnya orang-orang yang telah meninggal dunia dari kalangan orang-orang yang dianggap sebagai wali, untuk kemudian dijadikan sebagai kuburan yang dikeramatkan. Sehingga akibatnya terjadilah di dalam masjid tersebut perbuatan-perbuatan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan menjadikan orang yang dimakamkan di masjid tersebut sebagai perantara untuk meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akhirnya, jadilah masjid yang seharusnya dibangun untuk menghidupkan dan mengagungkan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi tempat untuk pelanggaran terhadap syariat dan menjauhkan kaum muslimin dari Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadilah masjid yang seharusnya dibangun untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai tempat untuk berbuat dosa dan kemungkaran yang paling besar yaitu perbuatan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, baik dengan membangun tempat ibadah di atas kubur atau mengubur seseorang di tempat ibadah adalah perbuatan orang-orang Nasrani. Sementara itu, kaum muslimin telah dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari meniru-niru perbuatan mereka. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim di dalam kedua kitab Shahihnya, bahwa Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan:

Y5h 4Ha أوYF6 إذا @Aت g=Ha اbw:O6 ا6A:�6� أو ا7eU6 اTBR �6A:�6ا 7�K@ VOe{ �5Cا، و±T:روا : A=Ha A @? اTf�6ر، Aiaلأن: أم: 85I£ ذآOت TIO6ل اQ ±5:� ا4H5C Q وg:5I آKHB£ رأR A=h�رض اe06°£ و@Q7 اBC j5µ6ار اOP YF6ر، أوTf�6ا

Bahwasanya Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menyebutkan kepada Rasulullah (tentang) gereja yang beliau radhiyallahu ‘anha melihatnya di negeri Habasyah dan gambar atau patung yang ada di dalamnya. Maka (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata: “Mereka (orang-orang Nasrani) apabila (ada yang) meninggal di antara mereka seorang yang shalih atau hamba yang shalih, (maka) mereka membangun di atas kuburnya tempat untuk beribadah (gereja) dan mereka membuat di dalam tempat ibadah tadi gambar dan patung-patung tersebut. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk di sisi

Page 119: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 118

Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang wafatnya berpesan di dalam sabdanya:

g=AHe2ر أTe{ ونlµ:X> اT2Aآ gq5e{ نAوإن: @? آ Zأ Y6ذ ?C gآA=22¥ أ·a ،7wAK@ رTei6وا اlµ:Xh a Z7، أwAK@ g=H06A±و

“Ketahuilah bahwasanya orang-orang sebelum kalian dahulu menjadikan kuburan nabi-nabi mereka dan orang-orang shalih mereka sebagai tempat ibadah, maka sungguh janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah karena aku melarang kalian dari perbuatan tersebut.” (HR. Muslim) Oleh karena itu, seharusnya orang-orang yang diberi amanah untuk menjalankan kegiatan di masjid adalah orang-orang yang memahami ajaran Islam dengan benar. Sehingga masjid dimuliakan dan difungsikan sebagaimana mestinya serta tidak diajarkan atau dilakukan di dalamnya perbuatan syirik, bid’ah, dan segala yang bertentangan dengan syariat. Hadirin rahimakumullah, Disamping dimuliakan dengan beribadah di dalamnya, masjid juga harus dijaga dari sisi fisiknya. Yaitu dijaga dari hal-hal yang bisa merusak bangunannya, dijaga kebersihannya, dan dicegah dari hal-hal yang akan mengotorinya. Begitu pula diupayakan agar masjid selalu dalam suasana yang nyaman dan terjaga dari bau yang tidak sedap. Berkaitan dengan masalah ini disebutkan dalam hadits:

¢:H�hو �:�Bh ور وأنf76ا ¥a 7wAK86ء اABeR g:5I4 وH5C Q5:� ا± Qل اTIر O@أ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membangun masjid di desa-desa dan agar (masjid tersebut) dibersihkan dan diberi wewangian.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud serta dishahihkan Al-Albani) Begitu pula Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang masuknya bau yang tidak sedap ke dalam masjid seperti bawang putih apalagi bau rokok dan yang semisalnya, sebagaimana tersebut dalam sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

<BU>- @ :?ROi¥ اTfu6م-@? أآb @? هVl اO�:°6ة aA27�K

“Barangsiapa yang memakan dari tanaman ini –yaitu bawang putih– maka janganlah dia sekali-kali mendekati masjid kami.” (Muttafaqun 'alaih)

Page 120: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 119

Akhirnya kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menunjukkan kepada kita kebenaran dan memberikan pertolongan kepada kita untuk menjalankannya. Begitu pula kita memohon kepada-Nya agar kita bisa mengetahui yang batil adalah batil dan memberikan pertolongan kepada kita untuk menjauhinya. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Khutbah kedua

4H و46k �5C وأ5C 4RA0±إZ: اQ و]Y>OP Z V7 46، وأP=7 أن: @7:80ا V7eC ور46TI اA:�6دق اH@�6?، ±5:� ا4Q رب اH86AU6? واHi:X856 £e{AU6? و7C Zوان إ5C :Z� اH86A:�6?، أP=7 أن Z إ46 ا7806 56

7UR A:@م ا76<?، أT> �6ن إAK[·R g=6 ?HURA:X6وا

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Masjid adalah tempat mulia yang dibangun untuk ditinggikan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalamnya. Bahkan karena tinggi dan mulianya tempat tersebut dan berbedanya tempat tersebut dengan bangunan lainnya yang ada di muka bumi ini maka masjid disebut pula dengan istilah rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam firman-Nya:

اT5i6ب واA�R�6ر 4Ha ¢:5iXh AرAwل A�h g=H=5h A6رة وC ~HR A6? ذآO اQ وإ}Aم اA5:�6ة وإ<AXء ا�6:آAة <TaAµن <THR ¥a .@Tت أذن اQ أن aOh~ و<lآA=Ha O ا7W6AR A=Ha 46 �GeK> 48IوG واA±Å6ل

“Bertasbih kepada Allah di rumah-rumah (masjid) yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. (Yang bertasbih tersebut adalah) laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (An-Nur: 36-37) Tingginya kedudukan masjid di dalam Islam juga ditunjukkan oleh perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat sampainya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Madinah pada peristiwa hijrah. Yaitu bahwa yang pertama kali dibangun oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah masjid. Hal ini tentu menunjukkan betapa pentingnya masjid bagi kaum muslimin dan betapa mulianya kedudukan masjid di dalam agama Islam. Oleh karena itu, sudah semestinya bagi kaum muslimin untuk memuliakannya dan menggunakannya sesuai dengan fungsinya, serta menjaganya dari hal-hal yang tidak sepantasnya untuk dilakukan terhadapnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam orang-orang yang menghinakannya, baik yang berkaitan dengan orang-orang yang hendak beribadah di dalamnya maupun yang berkaitan dengan bangunannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Page 121: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 120

g=6 نAآ A@ YF6أو A=RاOr ¥a �UI48 وIا A=Ha Oآl> أن Q7 اwAK@ ~B@ ?:8@ g5Æ�ي و و@? أr AH2f76ا ¥a g=6 ?HMAr A:6إ AهT5r7> أنgH�C ابlC ةOrÅ6ا ¥a g=6

“Dan siapakah yang lebih zalim dari orang yang menghalang-halangi disebutnya nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah), mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang besar.” (Al-Baqarah: 114) Hadirin rahimakumullah, Kebiasaan seseorang yang senantiasa menuju masjid dan beribadah di dalamnya adalah merupakan tanda keimanan seseorang. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan keimanan mereka di dalam ayat-Nya:

> g6ة وAا�6:آ �hة وءاA5:�6م اA{وأ OrÅ6م اTH6وا QAR ?@ءا ?@ Q7 اwAK@ O8U> A8:2إF6أو �KUa Qا A:6إ ßµ?>7X=86ا @? اT2Tq> أن Y

“Tidaklah orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah kecuali orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta yang menegakkan shalat, menunaikan zakat serta tidak takut kecuali kepada Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (At-Taubah: 18) Begitu pula Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa di antara orang-orang yang mendapat pertolongan-Nya berupa naungan dari sengatan panas matahari di padang mahsyar nanti adalah orang-orang yang hatinya senantiasa mengingat masjid. Oleh karena itu, marilah berupaya untuk memakmurkan masjid. Terutama ketika mendengar panggilan adzan untuk shalat berjamaah. Karena shalat berjamaah keutamaannya 27 derajat lebih tinggi dari shalat sendirian. Maka sungguh sangat rugi orang-orang yang tidak mau memenuhi panggilan adzan. Kalau seseorang itu mau berpikir, maka siapa yang tidak ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat? Seseorang ketika dalam urusan perdagangan atau bisnisnya dijanjikan akan mendapatkan hasil 27 kali lipat lebih banyak oleh teman bisnisnya dibanding melakukan perdagangan dengan yang lainnya, tentu dia akan segera menyepakatinya. Padahal yang namanya perdagangan tidak bisa dijamin keberhasilannya. Sementara ajakan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan berlipat-lipat yang akan didapat pada kehidupan sesungguhnya di akhirat nanti yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang pasti akan menunaikan janji-Nya, ternyata tidak didatangi kecuali hanya beberapa orang saja. Itupun sebagiannya datang dengan rasa malas atau terlambat tanpa udzur. Pemandangan yang demikian ini tentunya sangat memprihatinkan karena keadaan yang seperti ini menyerupai sifat orang munafik, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

A5H5{ A:6إ Qون اOآl> A6س وA:B6اءون اO> �6AKا آT@A{ ةA5:�6ا إ�6 اT@A{ وإذا

Page 122: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 121

“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa: 142) Akhirnya marilah kita senantiasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan marilah kita mengikuti agama yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

?HU8w4 أRA0±46 وأk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو b± :g=:567اء ا76<?، وا2�. اCأ OG@ود ،?HآO°86ك واO°6وأذل: ا ?H85K86م وا I·6ا :�Cأ :g=:56دكاAeC O الT[أ±5� أ :g=:567<?، ا[T86ا@ABت، ا @HB? وا86 A0eIن . a ABhk A¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ اOrÅ6ة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6ررAH[�6 .B:Rء @g=B واT@�6ات، إH�@ ~H8I 4:2¢ اTC:76اتاa ?H85K86¥ آAq@ bن، اg=:56: اH85K856 OM�? واA85K86ت، وا86

?H86AU6وا7806 456 رب ا ?H5IO86�5 اC مA5Iن وTM�> A:8C ة:�U6رب ا YRر

Page 123: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 122

Jum'at, 26 Februari 2010 - 17:38:45, Penulis : Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc Kategori : Khutbah

Peringatan dari Bahaya Godaan Harta Khutbah pertama:

>O« ?C A=R ¢fKq:X6ا AB6 حARال، وأT@�6AR ABH5C gU2ي أl:6وا7806 456 ا Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=Pل، وأAUX86ا OHeq6ا ¥ÁO> A8Ha A=M>O�h AB6 عOPل، و [ j :7 أن=Pام، وأOل وا¹آ ]Y>OP Z V7 46 ذو ا6�

R ¥a سA:B6م اO46 أآTIور V7eC 7:80ا@h g:5Iن وAK[·R g=Ueh ?@4 وRA0±46 وأk �5C4 وH5C Qم ±5:� ا I·6�5 اC AH2f76ل اl7UR A:@أ ،A8H5K : ¥a gqH5C Qا ¢wأو A@ واf6� وأدAUh Qا اTi:hس، اA:B6ا A=f>أgq6T@أ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas berbagai limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satu-Nya yang memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, dan saya bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarga, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jalannya. Hadirin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan senantiasa memohon rahmat serta pertolongan-Nya. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, manusia tentu tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena manusia pada asalnya adalah makhluk yang lemah. Saat dilahirkan, dia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa serta tidak bisa memberikan manfaat bagi dirinya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada hamba-hamba-Nya berbagai kenikmatan dan kemudahan untuk mendapatkan rezeki yang banyak dan beraneka ragam. Oleh karena itu, kewajiban kita adalah mensyukuri pemberian-pemberian tersebut dengan menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Jama’ah jum’ah rahimakumullah, Ketahuilah, bahwa pemberian-pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berupa makanan, harta benda, anak, dan semisalnya merupakan ujian bagi manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

gH�C Owأ V7BC Qوأن: ا £BXa gدآA6وأو gq6اT@أ A8:2ا أT85Cوا

Page 124: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 123

“Dan ketahuilah bahwa harta-harta kalian dan anak-anak kalian itu tidak lain hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28) Disamping itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن: bq6 أ@:£ BXa£ وBXa£ أ@:X¥ اA86ل

“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah dan fitnah umat-Ku adalah harta.” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani) Hadirin rahimakumullah, Godaan harta ini akan datang dari berbagai sisi. Di antaranya adalah dari cara mencarinya. Dari sisi ini, sebenarnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan berbagai cara dalam mendapatkan harta, yang semuanya dibangun di atas keadilan dan jauh dari perbuatan zalim, jahat, atau menyakiti orang lain. Maka orang-orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu akan senantiasa memerhatikan batasan-batasan syariat dalam mendapatkannya. Jauh dari unsur riba, judi, dan bentuk-bentuk kezaliman lainnya, yang semuanya termasuk dalam bentuk memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Mereka mengetahui bahwa hal ini dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, di antaranya dalam firman-Nya:

ض @A>gqBأ<A=f اl:6<? ءا@TBا h A6�آT5ا أ@Tاb«Ae6AR gqBHR gq6 إA:6 أن Tqhن A�hرة Oh ?Cا

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan dengan suka sama suka di antara kalian.” (An-Nisa’: 29) Dengan sebab perhatian terhadap batas dan aturan-aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mencarinya, maka harta yang diperoleh pun menjadi barakah. Harta yang diperolehnya akan menjadi sebab kebaikan bagi yang memilikinya, baik saat diinfakkan, disedekahkan maupun di saat hartanya nanti menjadi warisan bagi ahli warisnya. Sehingga hartanya menjadi kebaikan bagi dirinya di dunia dan akhirat. Sedangkan orang-orang yang tidak bertakwa, mereka tidaklah memedulikan halal atau tidaknya mata pencaharian mereka. Yang halal bagi mereka adalah segala cara yang bisa mereka lakukan, meskipun di dalamnya ada unsur penipuan, riba, judi maupun menzalimi orang lain. Sehingga hartanya pun tidak barakah dan tidak ada manfaatnya. Apabila dimakan atau diinfakkan maka dia telah memakan atau menafkahi dengan harta yang haram. Apabila disedekahkan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila meninggal dunia, maka hartanya akan menjadi sebab masuknya dia ke dalam neraka. Nas’alullaha

Page 125: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 124

as-salamah (Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari siksa neraka). Hadirin rahimakumullah, Godaan karena harta ini juga bisa datang dari sisi perhatian dan keinginan seseorang terhadapnya. Sehingga sebagian orang ada yang keinginannya terhadap harta membuat dirinya berambisi terhadapnya. Hal ini membuat kesibukannya hanyalah untuk mencari dunia. Dari saat memulai aktivitasnya setelah bangun tidur sampai dia kembali ke rumahnya untuk beristirahat, yang dipikirkannya hanyalah dunia. Di saat duduk, berdiri, maupun berjalan, yang di hatinya hanyalah mencari dunia. Bahkan saat tidurnya pun yang diimpikan adalah mencari dunia. Lebih dari itu, saat shalat pun pikirannya dipenuhi dengan dunia. Seakan-akan dirinya diciptakan untuk sekadar mencari dunia. Padahal dengan perhatian dan keinginan yang berlebihan hingga melalaikan akhirat seperti itu, seseorang tidak akan mendapatkan rezeki kecuali yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan untuk dirinya. Maka orang yang demikian keadaannya, tentunya adalah orang yang tertipu serta terjatuh pada godaan dunia. Sehingga dia memusatkan seluruh pikiran dan kesibukannya untuk dunia. Dia menjadikan dunia bersemayam di hatinya sehingga melalaikan dia dari beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hadirin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Godaan harta juga akan muncul dari sisi penggunaannya. Dari sisi ini, kita dapatkan sebagian orang yang berharta memiliki sifat pelit sehingga tidak mau mengeluarkan zakatnya, tidak mau menjalankan kewajiban berinfak kepada kerabatnya yang wajib untuk dibantu, dan yang semisalnya. Sedangkan sebagian yang lainnya atau pada sisi lainnya, justru mengeluarkan hartanya tanpa ada perhitungan serta dihambur-hamburkan sia-sia. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam firman-Nya:

? وآAن اA�H:°6ن 4GRO6 آTMراإن: اGle86ر<? آT2Aا إTrان اH«AH:°6. وءات ذا اi[ �ROi6:4 واHqK86? واR? اbHe:K6 وGleh A6ر O>lehا

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat haknya (mereka), (begitu pula) kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) sia-sia. Sesungguhnya orang-orang yang menghambur-hamburkan hartanya sia-sia adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” (Al-Isra’: 26-27) Berkaitan dengan ayat ini, sebagaimana dinukilkan oleh Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu dalam tafsirnya, sahabat Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

O>le:X6ا :j[ OH� ¥a قAM2·6ا

“Menghambur-hamburkan harta adalah mengeluarkannya tidak pada tempatnya.” Al-Imam Mujahid rahimahullahu berkata:

Page 126: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 125

a¥ اle@ ?q> g6 j06را وT6 أjM2 @7ا 4i[ OH� ¥a آAن O>lehا T6 أjM2 إAK2ن @46A آ4:5

“Seandainya seseorang mengeluarkan seluruh hartanya pada tempat yang benar, maka dia bukanlah seorang yang menghambur-hamburkan harta. Namun seandainya seseorang mengeluarkan satu mud/cakupan tangan (dari hartanya) untuk sesuatu yang tidak pada tempatnya, maka dia telah menghambur-hamburkan hartanya dengan sia-sia.” Hadirin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Oleh karena itu, siapa pun di antara kita harus hati-hati dan senantiasa takut terkena godaan harta ini. Betapa banyak orang yang lebih berilmu dari kita telah terjatuh pada penyimpangan-penyimpangan karena godaan ini. Bahkan ada pula orang yang dahulunya istiqamah membela As-Sunnah dan melawan kebatilan serta bid’ah, namun kala tergoda dengan harta, kemudian terjatuh pada penyimpangan-penyimpangan. Hal itu di antaranya disebabkan oleh ketidakhati-hatian serta perasaan aman dari bahaya godaan harta. Padahal harta secara umum akan menarik pemiliknya untuk memenuhi keinginan-keinginan syahwatnya. Maka akibat adanya kemampuan untuk memenuhi keinginannya, seseorang akan terseret untuk hidup bermewah-mewah yang kemudian membuat dirinya sombong dan angkuh, serta akhirnya membuat dirinya tidak peduli dengan kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, kita harus senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berupaya untuk senantiasa takut dari bahaya fitnah yang ada di hadapan kita. Sikap hati-hati dan rasa takut ini, insya Allah akan menjadi sebab yang mendorong seseorang untuk berusaha mencari jalan keluar dari fitnah yang ada di hadapannya. Dengan sebab itu, dia pun akan senantiasa mengharapkan datangnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun orang-orang yang lalai dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala serta merasa aman dari ancaman dan bahaya godaan, sangat besar kemungkinannya untuk terjatuh dan terbawa oleh godaan sehingga semakin jauh dari petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ا إgqH5C ¢X> 4H6؛ إ4:2 آAن Thا6T{AR¥ هlا، وأOMWXI اQ 6¥ وgq6 وH8�6~ اOMWXIAa ،?H85K86وgq6 OMW> V، وTRTh أ}Tل

Khutbah kedua:

M6ا ?@ A2ر:l[ ،?H86AU6وا7806 456 رب ا :OK6ا g5U> 46 Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z 7 أن=Pوأ ،?�R A@و A=B@ O=Æ A@ ?X بAXq6AR مA�XCA6AR ?XM6ر اT=Æ 7BC O@46 أTIور V7eC 7 أن: @7:80ا=P5?، وأU6ا

fK67واUR A:@ا، أOHuآ A8H5Kh g:5I4 وRA0±46 وأk �5C4 وH5C Q5:� ا± ،?B Hadirin rahimakumullah, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya jalan keluar dari berbagai fitnah atau ujian. Marilah

Page 127: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 126

kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan senantiasa mengingat bahwa dunia yang kita sekarang berada di dalamnya adalah tempat ujian. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan ujian kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai kebaikan dan juga kejelekan, sehingga menjadi nampak serta terbedakanlah antara yang beriman dengan yang tidak beriman. Maka akan terus ada di muka bumi ini pertentangan dan perseteruan antara yang haq dengan yang batil, sejak diturunkan Nabi Adam ‘alaihissalam ke bumi, hingga waktu yang telah ditetapkan dan dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kebatilan akan terus dibawa oleh setan dan bala tentaranya baik dari kalangan jin maupun manusia, serta terus akan ditawarkan dengan berbagai cara dan upaya. Kebatilan akan ditampilkan oleh mereka seakan-akan sebagai sesuatu yang indah. Sedangkan kebenaran akan ditampilkan seakan-akan sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Maka akan tertipulah orang-orang tidak mau mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan lalai akan kehidupan yang selamanya di akhirat kelak. Adapun kebenaran, yaitu petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah diturunkan melalui Rasul-Nya, maka akan terus dibawa oleh para ulama. Sehingga akan selamatlah orang-orang yang mendapat hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala karena mengikuti jejak para ulama dalam menempuh kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui Rasul-Nya. Hadirin rahimakumullah, Setiap orang yang mengetahui dirinya dalam bahaya tentunya akan berusaha mencari jalan keluar dari bahaya tersebut. Maka ketahuilah, wahai kaum muslimin, yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa kita semuanya sedang dalam bahaya yang luar biasa besar dan sangat banyak ragamnya. Tidak ada yang bisa selamat kecuali yang mendapatkan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah berupaya untuk mendapatkan pertolongan-Nya. Upaya itu tidak lain adalah dengan mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah diturunkan melalui Rasul-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Qب اAX4؛ آR gX8�XCإن ا V7UR اTf5ch ?6 A@ gqHa �آOh 7{و

“Dan sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian sesuatu yang kalian tidak akan tersesat setelahnya apabila kalian berpegang teguh dengannya, yaitu kitab Allah.” (HR. Muslim) Di dalam hadits tersebut, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa berpegang teguh dengan Al-Qur’an adalah jalan keselamatan. Kewajiban berpegang teguh dengan Al-Qur’an berarti pula kewajiban berpegang teguh dengan Al-Hadits, karena di dalam Al-Qur’an juga ada kewajiban untuk menjalankan hadits. Dan sebaliknya, dengan berpaling dari keduanya maka seseorang akan tersesat dan tidak akan selamat dari berbagai fitnah yang akan dihadapinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

5a ه7اي ~e:h8? اa ه7ى ¥GB@ gq:BHh�> A:@·a ¿7وC ÃUe6 gqcUR AUH8w A=B@ A�eل اهA{�i°> A6و fbc> A .6م اT> VO°02و AqBÁ £°HU@ 46 :ن·a يOذآ ?C ضOC�8و@? أCأ £@AHi . ¥BhO°[ g6 Gل ربA{

Page 128: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 127

}Aل آY6l أYXh ءا<A=XHKBa ABhA وآY6l اTH6م �KBh. أ�8C و}7 آOH�R �Bا Allah berfirman (kepada Adam dan Hawa): “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Sehingga jika datang kepadamu petunjuk-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Berkatalah ia: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, namun kamu melupakannya, maka begitu pula pada hari ini kamu pun dilupakan.” (Thaha: 123-126) Maka seseorang yang ingin selamat dari godaan, dia harus berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Yaitu hendaknya dia senantiasa bersemangat dalam membaca dan mempelajarinya serta mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Dengan kembali dan berpegang teguh kepada keduanya, seseorang akan mengetahui bagaimana dia harus mencari harta dan bagaimana pula dia cara menginfakkannya. Dengan kembali kepada keduanya, seseorang akan tahu apa akibat dari pelanggaran terhadap batas-batas syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa keutamaan orang yang senantiasa memerhatikan syariat dalam mendapatkan maupun menginfakkan hartanya. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan pertolongan-Nya dan memudahkan kita untuk senantiasa berada di atas syariat-Nya.

اH86AU6?اb± :g=:56 وABHe2 �5C g5I @7:80 و46k �5C وأ4RA0± أHU8w?، وا7806 456 رب

Page 129: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 128

Kamis, 03 Desember 2009 - 06:28:04, Penulis : Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc Kategori : Khutbah Jum`at

Beberapa Adab Dalam Ajaran Islam

هAدي 46، أP=7 أإن: اV7802 456 7806 و4BHUXK2 وVOMWXK2 وTU2ذ OP ?@ QARور أ2 a b5c> ?@46 و :bc@ a Qا V7=> ?@ AB6A8Cت أAFHI ?@و ABKM Z V7[و Qا :Zإ46 إ Z ن

46TIور V7eC 7 أن: @7:80ا=P46 وأ Y>OP

$ pκ š‰r' ‾≈ tƒ t Ï%©!$# (#θãΨ tΒ#u (#θà)®?$# ©!$# ¨, ym ϵÏ?$ s)è? Ÿωuρ ¨è∫θèÿ sC āωÎ) ΝçFΡr&uρ tβθ ßϑÎ=ó¡•Β ∩⊇⊃⊄∪

$ pκ š‰r' ‾≈ tƒ â¨$ ¨Ζ9$# (#θ à) ®?$# ãΝä3−/ u‘ “Ï%©!$# / ä3s) n=s{ ÏiΒ <§ ø-‾Ρ ;ο y‰Ïn≡uρ t, n= yzuρ $pκ ÷]ÏΒ $yγ y_÷ρy— £]t/ uρ $uΚåκ ÷] ÏΒ Zω%y Í‘ #Z��ÏWx. [ !$ |¡ÎΣ uρ 4 (#θ à)?$#uρ ©!$# “Ï%©!$# tβθ ä9u !$|¡s? ϵÎ/ tΠ% tn ö‘F{$# uρ 4 ¨βÎ) ©!$# tβ% x. öΝä3ø‹n=tæ $Y6ŠÏ% u‘ ∩⊇∪

$ pκ š‰r' ‾≈ tƒ t Ï%©!$# (#θ ãΖtΒ#u (#θà) ®?$# ©!$# (#θ ä9θ è%uρ Zω öθ s% #Y‰ƒÏ‰y™ ∩∠⊃∪ ôxÎ= óÁムöΝä3s9 ö/ ä3n=≈yϑôãr& ö�Ï-øó tƒ uρ öΝä3s9 öΝä3t/θ çΡèŒ 3 tΒ uρ ÆìÏÜム©!$# …ã& s!θ ß™u‘uρ ô‰s)sù y—$sù #�— öθ sù $ ¸ϑŠÏà tã ∩∠⊇∪

7UR A:@أ a £6¥ اA:B6ر a A=hA·ن: آa:b·ن: أ±7ق اx>706 آAXب اQ وOHr ا6=7ي ه7ي @7:80 ±�5 ا4H5C Q وg5I وOP: اT@�6ر @70  Á :b6£ وآ Á £C7R :bوآ £C7R £ 70@

Q46 ±5:� اTIن رAK6 �5C 4R Qا gqR:أد A8R اTR:�دh�6 وAUh Qا اTi:hس اA:B6ا A=f>أg:5I4 وH5C

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Segala puji hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya adab-adab yang mulia. Adab-adab yang akan menjadi sebab semakin baiknya perilaku serta memperindah penampilan setiap hamba yang mengamalkannya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa mengikuti petunjuknya. Hadirin rahimakumullah,

Page 130: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 129

Marilah kita senantiasa menjaga diri-diri kita dari azab Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan cara mengamalkan Islam yang telah dikaruniakan kepada kita. Agama yang mengajarkan serta mengatur seluruh perkara yang dibutuhkan untuk perbaikan individu dan masyarakat. Baik yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, maupun yang berkaitan dengan adab. Kaum muslimin rahimakumullah, Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan melalui utusan-Nya adab-adab yang sangat dibutuhkan dan sangat bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya. Adab-adab tersebut sangat lengkap dan meliputi seluruh sisi kehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan makan, minum, berpakaian, tidur, dan lain-lainnya. Adapun yang berkaitan dengan makan, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

biH5a A@AU« gأ]7آ bإذا أآ :biH5a 46:أو ¥a ¥K2 ن·a ؛Qا gKR :أ ¥a Qا gKRVOrkو:46 و

“Apabila salah seorang dari kalian (hendak) memakan suatu makanan maka bacalah ‘bismillah’ dan apabila dia lupa (untuk membaca) di awalnya maka ucapkanlah ‘bismillah fii awwalihi wa akhirihi’.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi serta dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani) Disamping itu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

4H5C �6AUh Qا gIا Oآl> Z م أنAU:�6ا fb0XK> نA�H:°6إن: ا

“Sesunguhnya setan menghalalkan (baginya) makanan apabila tidak disebut nama Allah pada (saat memakan)nya.” (HR. Muslim) Hadirin rahimakumullah, Dari hadits tersebut kita mengetahui bahwa meninggalkan membaca bismillah ketika hendak makan atau minum bukanlah perkara yang sederhana atau remeh. Karena di antara hikmah disyariatkannya membaca bismillah adalah agar setan tidak ikut serta menikmati makanan yang sedang kita makan. Dan siapa di antara kita yang suka untuk makan bersama setan yang hakikatnya adalah termasuk musuh yang paling besar dan sangat berbahaya? Oleh karena itu, sudah semestinya kita memerhatikan adab ini. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa barangsiapa sengaja tidak membaca ‘bismillah’ maka dia berdosa karena meninggalkan kewajiban yang telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jama’ah jum’ah rahimakumullah, Adapun setelah selesai makan, maka kita telah diberi petunjuk oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berdoa. Di antaranya sebagaimana yang disebutkan dalam sabdanya:

Page 131: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 130

ا ورز}T[ OH� ?@ 4HBل @B¥ وT{ Z:ة؛ 7ih A@ 46 OM�:م @? ذ4e2ا7806 456 اl:6ي أ»B8U¥ هl: @? أآAia A@AU« bل

“Barangsiapa yang setelah makan membaca:

ا7806 456 اl:6ي أ»B8U¥ هlا ورز}T[ OH� ?@ 4HBل @B¥ وT{ Z:ة

‘Segala puji hanya untuk Allah, Dzat yang telah memberiku makan dengan makanan ini, dan merizkikannya kepadaku, tanpa usaha dan kekuatan dari diriku.’ maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, serta dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu) Berkaitan dengan adab makan dan minum, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

°R bن <�آA�H:°6ن: ا·a ،4BH8HR بO°H5a بOP 4 وإذاBH8HR b�آH5a gأ]7آ b46 و<°إذا أآA846A8°R بO

“Apabila salah seorang di antara kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan apabila minum maka minumlah dengan tangan kanannya karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim) Berdasarkan hadits ini, maka kita mengetahui diharamkannya makan dengan tangan kiri. Bahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih-nya, dikisahkan adanya seseorang yang lumpuh tangan kanannya karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan orang tersebut agar tidak bisa mengangkat tangannya ketika dengan sombongnya dia mengatakan: “Saya tidak bisa (makan dengan tangan kanan saya).” Oleh karena kita harus benar-benar memerhatikan adab ini. Jangan sampai ada yang meremehkannya apalagi menghinakannya. Karena kalau kita perhatikan ternyata tidak sedikit kaum muslimin yang kurang memerhatikan adab ini, terutama ketika sedang makan makanan ringan atau ketika sedang memberikan makanan di saat menyuapi anaknya. Termasuk adab yang telah diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini adalah tidak diperbolehkannya untuk mencela makanan. Disamping itu dianjurkan pula untuk makan dan minum dengan duduk serta minum dengan tiga kali bernafas. Yaitu dengan tidak menghabiskan

Page 132: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 131

minumnya dengan sekali teguk akan tetapi dengan cara menjauhkan tempat minum dari mulut untuk bernafas setelah meneguknya, dan hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Jama’ah jum’ah rahimakumullah, Adapun berkaitan dengan adab dalam berpakaian, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada umatnya agar mendahulukan yang kanan ketika hendak memakai baju, celana, sandal, atau sepatu serta mendahulukan yang kiri ketika hendak melepasnya. Adab ini terkadang kurang diperhatikan oleh sebagian kaum muslimin terutama ketika sedang memakaikan atau melepas baju atau celana anak-anaknya. Termasuk yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan dengan adab ini adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih, yaitu disunnahkan bagi orang yang memakai pakaian yang baru untuk memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mengatakan:

Pو VOP ?@ YR ذTC46 وأ ~B± A@ OHrو VOHr Y6�I4 أHBhTKا7806 أ2� آ Y6 :g=:5646ا ~B± A@ O

“Ya Allah, segala puji hanyalah untuk-Mu yang telah mengaruniakan kepadaku (pakaian ini). Aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan akibat memakainya serta aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan akibat yang jelek di saat memakainya.” Termasuk adab dalam berpakaian adalah sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

g= A2·6 :b[وأ ¥X:@ر أT�5 ذآC ¢ه:l6وا O>O06س اAe6 مO[

“Diharamkan memakai sutera dan emas bagi laki-laki dari umatku dan dihalalkan bagi wanitanya.” (HR.At-Tirmidzi, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu) Disamping itu, tidak diperbolehkan pula untuk mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian orang kafir seperti pakaian yang menampakkan aurat atau sangat ketat serta memakai pakaian yang terdapat gambar makhluk yang bernyawa dan sebagainya dari kekhususan yang ada pada pakaian mereka. Termasuk pula adab dalam berpakaian adalah dilarang bagi laki-laki untuk memanjangkan jubah, sarung, atau celananya dan yang semisalnya hingga menutupi mata kakinya. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancamnya dengan hukuman akan dimasukkannya apa yang ada di bawah mata kakinya ke dalam neraka, sebagaimana dalam sabdanya:

Page 133: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 132

Ma¥ اA:B6ر @A أbMI @? اHeUq6? @? ا6·زار

“Sesuatu yang (menutup sampai) di bawah mata kaki dari kain maka tempatnya adalah di neraka.” (HR. Al-Bukhari) Termasuk perkara yang perlu diingatkan dalam kaitannya dengan adab berpakaian adalah tidak diperbolehkan bagi laki-laki untuk menyerupai perempuan dalam berpakaian dan begitu pula sebaliknya. Larangan ini meliputi semua pakaian, baik berupa baju maupun alas kaki seperti sandal dan yang semisalnya, yang merupakan kekhususan bagi laki-laki maupun baju atau alas kaki yang merupakan kekhususan bagi perempuan. Hal ini perlu diperhatikan karena ada sebagian orang yang tidak hati-hati dalam hal ini terutama ketika di dalam rumah, sehingga terkadang memakai sandal khusus wanita milik istrinya di saat hendak ke dapur atau kamar kecil dan yang semisalnya. Hadirin rahimakumullah, Demikian sebagian dari adab-adab ketika makan atau minum dan adab dalam berpakaian. Mudah-mudahan kita semuanya diberi kemudahan untuk bisa mengamalkan adab-adab yang telah kita pelajari dan semakin memerhatikan adab-adab yang telah disyariatkan di dalam ajaran Islam. Wallahu a’lam bish-shawab, walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Khutbah kedua:

5K6 VدAeC ?@ ءAP ?@ j:aداب ووÅ6ا ?K[وأ Y6AK86ا bcaأ AB6 ?:HR يl:6وا7806 456 ا Y58646، 46 ا Y>OP Z V7[و Qا :Zإ46 إ :Z 7 أن=Pب، وأA:هT6ا gHq06ا Tوه A=آT :7 أن=Pب، وأÅ864 اH646 ا7806 وإ

ق ا5ÁAM6£ و r�6AR مA{ يl:646 اTIور V7eC 7:80ا@ ?>l:64 اRA0±46 وأk �5C4 وH5C Q5:� ا± ،A=6وأرذ A=MIAMI ?@ 4X:@ر أ:l[و A=:8h7أUR A:@أ ،A8H5Kh g:5Iو A=�هAB@ اT�=X24 واRداÅR اTq:K8h

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Di antara adab yang juga telah diatur dalam agama Islam adalah adab ketika tidur. Berkaitan dengan adab tidur, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ة  g: اYiP �5C ~��Á ا�6<8 :�56 YTÁو �:ÁTXa YU�c@ �Hhنإذا أA

“Apabila engkau mendatangi pembaringanmu (untuk tidur) maka berwudhulah seperti wudhumu untuk shalat selanjutnya berbaringlah pada sisi kananmu.” (Muttafaqun ‘alaih)

Page 134: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 133

Hadits tersebut menunjukkan bahwa di antara adab ketika tidur adalah tidur dalam keadaan suci dan tidur dengan posisi miring pada sisi kanan bagian tubuh. Disamping itu, disyariatkan pula bagi seorang muslim ketika hendak tidur untuk membaca salah satu doa, seperti ayat kursi atau doa-doa lainnya yang telah diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana tersebut dalam hadits-hadits yang shahih dan disyariatkan pula untuk berdoa ketika bangun tidur dengan mengucapkan:

ا7806 456 اl:6ي أ]A@7UR A2AH أ@ABhA وإ4H6 اT°fB6ر

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami (dengan bangun tidur) setelah matinya kami (dari tidur) dan hanya kepadanyalah kami akan dibangkitkan.” Selanjutnya disyariatkan pula untuk mencuci telapak tangannya tiga kali dan ber-istinsyaq serta istintsar, yaitu dengan memasukkan air ke hidung serta mengeluarkannya, sebanyak tiga kali, sebagaimana hal ini tersebut dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

> �:X[ ءA2·6ا ¥a V7> p8W> a 4@T2 ?@ gأ]7آ ÖiHXIإذا اV7> �hAR ?>7ري أ> Z 4:2·a A    A=5KW

“Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya maka janganlah memasukkan (tangannya) ke air sampai dia mencucinya tiga kali karena dia tidak tahu di mana tangannya tadi malam berada.” Dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

4@T°Hr �5C �He> نA�H:°6ن: ا·a A    OuBXKH5a 4@AB@ ?@ gأ]7آ ÖiHXIإذا ا

“Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidur maka berisytinsyarlah (yaitu memasukkan air ke hidung kemudian mengeluarkannya) tiga kali, karena setan bermalam di rongga hidungnya.” (Muttafaqun ‘alaih) Jamaah jum’ah yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Adab-adab lainnya yang disyariatkan dalam agama Islam adalah adab dalam buang hajat. Di antaranya adalah bahwa ketika hendak masuk ke kamar kecil disunnahkan untuk membaca:

xAeµ6وا xeµ6ا ?@ YR ذTCإ2¥ أ :g=:56ا

Page 135: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 134

Sedang ketika keluar dari kamar kecil maka disunnahkan untuk berdoa dengan mengucapkan:

Y2اOM�

Termasuk dari adab ketika buang hajat adalah tidak menghadap atau membelakangi arah kiblat saat buang air besar maupun buang air kecil. Akan tetapi para ulama menjelaskan adanya rukhshah atau keringanan dalam masalah ini apabila buang hajatnya dilakukan di kamar kecil yang tertutup, yaitu meskipun dia melakukannya dengan menghadap ke arah kiblat atau membelakanginya, hal tersebut tidaklah terlarang. Termasuk adab buang hajat adalah tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanannya saat buang hajat dan saat beristinja’, yaitu membersihkan kemaluan dari najis. Begitu pula termasuk adab buang hajat adalah tidak melakukannya dengan berdiri kecuali saat dibutuhkan, karena kebiasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika buang air kecil adalah dengan posisi duduk atau jongkok, meskipun pernah juga melakukannya dengan berdiri namun itu bukan kebiasaan beliau. Hadirin rahimakumullah, Perkara penting lainnya yang harus diperhatikan dalam masalah buang hajat adalah menjaga diri agar tidak terkena cipratan air kencing saat buang air kecil. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu ketika melewati dua makam atau kuburan, beliau mengatakan:

BX> Z نAqa A8أ]7ه A:@أ ،OHeآ ¥a نAR:lU> A@ن وAR:lUH6 A8=:28£إH8:B6AR ¥°8> نAqa OrÅ6ا A:@ل وأTe6ا ?@ V:�

“Sesungguhnya kedua orang yang dikubur ini sungguh sedang disiksa (di alam kubur) dan tidaklah keduanya disiksa karena perkara yang besar (dalam pandangan orang). Adapun salah satunya (dia disiksa) karena sebab tidak berhati-hati dari terkena najis saat buang air kecil dan yang lainnya (dia disiksa) karena sebab mengadu domba.” Jama’ah jum’ah rahimakumullah, Demikian beberapa adab dalam ajaran Islam yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Dan masih banyak lagi yang belum disampaikan, bahkan yang belum kita sampaikan masih lebih banyak dari yang sudah kita sampaikan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufiq-Nya sehingga kita bisa mengamalkan adab yang telah sampai kepada kita.

4RA0±46 و أk �5C7:80 و@ Y6TI7ك ورeC �5C g5Iو b± :g=:56ا

Page 136: Kumpulan Khutbah Jum'at - Ustadz Saifuddin Zuhri

Kumpulan Khutbah Jum’at – Ustadz Saifudin Zuhri Hal. 135

?HآO°86ك واO°6وأذل: ا ?H85K86م وا I·6ا :�Cأ :g=:567اء ا76<?،. اCأ O@ن ودAq@ bآ ¥a ?H85K86ال اT[أ±5� أ :g=:567<?، ا[T86دك اAeC O�2ت . واAB@ @HB? وا86 اg=:56: اH85K856 OM�? واA85K86ت، وا86وا7806 456 رب اTC .?H86AU6ات رa ABhk AB:R¥ اBK[ AH2f76£ وa¥ اOrÅ6ة ]BK£ و}lC ABاب اA:B6راAH[�6ء @g=B واT@�6ات، إH�@ ~H8I 4:2¢ ا76: