kwashiorkor (dayu ary)
TRANSCRIPT
www.dokterirga.com
secuil persembahan untuk semesta, setapak langkah menggapai cinta-Mu.
Arsip Tentang Saya Privacy Policy
Asuhan Keperawatan pada Anak{0 Comments}
Posted by admin on March 1, 2011
in Kesehatan
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam marilah senantiasa kita junjungkan kehadirat Nabi Muhammad SAW.
Kami ucapkan terima kasih yang kepada para pengajar, fasilitator dan narasumber atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok 6 pada kasus malnutrisi. Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah, browsing internet, buku-buku text book, diskusi anggota, dll. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan masalah gizi pada proses tumbuh kembang.
Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Insya Allah makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi adik-adik kami selanjutnya.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah:6-7)”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka kualitas hidup tidak akan optimal dan tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang.
1.2 Tujan
Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah mengetahuinya gangguan gizi pada anak usia sekolah. sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini meliputi :
1. Mengetahui patofiifologi dari gangguan gizi.2. Mengetahui manifestasi klinis dari tiap malnutrisi.3. Menegtahui masalah yang dialami anak dan penatalaksanaan malnutrisi.4. Mengetahui dampak malnutrisi.5. Mengetahui proses tumbuh kembang anak usia sekolah terkait masalah.6. Menerapkan proses keperawatan dari malnutrisi.7. Mengetahui promotif dan prefentif dari malnutrisi.
1.3 Batasan Masalah
Pada makalah ini penyusun memberikan batasan masalah yaitu hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini terkait dengan gangguan gizi pada anak (malnutrisi atau underweight). Adapun malnutrisi yang akan dibahas disini adalah marasmus dan kwashiorkor beseta dampaknya.
LANDASAN TEORI
1. Gizi (Nutrition)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
2. Keadaan Gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
3. Status Gizi
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
4. Prinsip-prinsip Nutrisi
Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energy atau fungsi organ dan pergerakan badan, untuk mempertahankan suhu tubuh dan untuk menyediakan material mentah untuk fungsi enzim, pertumbuhan, penempatan kmebali dan perbaikan sel.
Kebutuhan energi individu dipengaruhi oleh beberapa factor. Kebutuhan energi seseorang ketika sedang istirahat disebut laju metabolism basal (BMR) adalah energy yang diperlukan pada tingkat rendah fungsi seluler. Persamaan umumnya diperkirakan untuk perkiraan penggunaan energy basal (BEE).
Energi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enma kategori zat makanan ialah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
5. Malnutrisi
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolut satu atau lebih zat gizi.
Under nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absoluut untuk periode tertentu.
Spesific deficiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll.
Over nutrition : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. Imbalance : karena disporposi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL, HDL, dan VLDL.
6. Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang energi protein adalah seseorang yang kekurangan gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.
7. Penialaian Status Gizi
à Secara Langsung
Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengkuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi Antropometri secar umum dugunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang akan terlihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
BB/U x 100% = 100% à Gizi baik
TB/U x 100% = 100% à Gizi baik
BB/TB x 100% = 100% à Gizi baik
Klinis
Penilaian status gizi berdasarkan perubahan-perubahann yangg terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Misal : penilaian pada kulit, rambut, dan mukosa oral.
Biokimia
Pemerikasaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Misal : darah, tinja, urine.
Biofisik
Penentuan status gizi dengn melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
à Secara tak Langsung
Survei konsumsi makanan
Metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi.
Statistik vital
Penilaian status gizi dengan menganalisa data bebrapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur.
Faktor ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus VI
An. S (7 tahun) datang ke poli tumbuh kembang dengan kondisi kulit tampak kusam, rambut kemerahan dan jarang, BB 12 kg/ TB 112 cm. An. S tampak sulit berkomunikasi dan takut berinteraksi dengan orang lain.
Lengkapi data penunjang.
Tentukan :
Penatalaksanaan malnutrisi Proses keperawatan An. S Tumbang An. S Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi Preventif dan promotif
3.2 Masalah Gizi
Malnutrisi (gizi buruk)
Malnutrisi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi.
Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium
Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)
Gizi Baik(%) Gizi Kurang(%) Gizi Buruk(%)BB/U 80-100 60-80 <60TB/U 95-100 85-95 <85BB/TB 90-100 70-90 <70LLA/U 85-100 70-85 <70LLA/TB 85-100 75-85 <75
1. Marasmus
a. Pengertian Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan marasmus mempunyai penampilan yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649). Marasmus biasa menyerang siapa saja atau bias menyerang semua usia.
1. Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
1. Tanda dan Gejala
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah seperti orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas menurun, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.
1. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
2. Kwashiorkor
a. Pengertian Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat. Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
b. Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
c. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.
1. Gejala Kwashiorkor
Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat. Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat. Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna Hilangnay massa otot Dermatitis dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi
persisikan dan hiperpigmentasi Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan
tajam. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah,
disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.
1. Pemeriksaan Labolaturium
Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar albumin, kolestrol dan glukosa dalam serum. Kemudian pada umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat. Meskipun kadar IgA sekretori merendah.Gangguan imunitas seluler khususnya jumlah populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling sering dijumpai pada malnutrisi berat.
Dampak gizi buruk
Dampak gizi buruk bias dilihat dari aspek tingkatan usia
1. Usia lanjut
Daya tahan tubuh renda
Mudah sakit
kematian
1. Usia sekolah dan produktif
Daya tahan tubuh rendah
Absensi meningkat
Produktiviras rendah
Pendapatan rendah
1. Janin bayi dan balita
Tumbuh kembang otak tidak optimal
Gangguan kecerdasan dan mental
Potensi pendidikan rendah
3.3 Penatalaksanaan (kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi)
Fase inisial (resusitasi)
– Atasi: hipoglikemia, hipotermia, dan dehidrasi
1. Hipoglikemia (gula darah < 54 mg/dL)
Terapi: sukrosa/ glukosa 10% 50 ml per oral/ sonde lambung Berikan makan tiap 2 jam, min. 1 hari pertama . Jika tidak sadar, glukosa iv/ glukosa 10% dengan sonde
2. Hipotermia (S < 35°C aksila / <35,5°C rektal)
Terapi: beri makan segera, selimuti termasuk kepala, dekatkan pemanas atau lampu /tempatkan anak pada dada/perut telanjang ibu à selimuti.
3. Dehidrasi
Dehidrasi R-S, CRO 70-100 ml/kgBB diberikan dlm 8-12 jam
4. Antibiotik
- Infeksi tidak nyata: kotrimoksazol (4 mg/kg/hr trimetropim dan 20 mg/kg/hr sulfametoksazol, dibagi 2 dosis) selama 5 hari
- Infeksi nyata: ampisilin iv 100 mg/kgBB/hr, dibagi 4 dosis (2 hr), lanjut per oral (ampisilin/amoksilin); dan gentamisin 7.6 mg/kgBB iv/im sekali sehari (7 hari)
5. Nutrisi
- Energi 80-100 kkal/kg/hr, cairan 130 ml/kgBB/hr, F75 /2 jam/24 jam
- Vitamin-mineral: vit. A hr 1 &2 200.000SI/oral atau 100.ooo SI/IM diulang dosis yang sama hari ke-14
- Asam folat 5 mg hr I, selanjutnya 1 mg/hr 2 minggu
- MgSO4 40% 0,25 ml/kgBB/hr maks. 2 ml IM 10 hari
- ZnSO4 2-4 mg/kgBB/hr 2 minggu
- Tembaga (Cuprum): 0,3 mg/kgBB/hr 2 minggu
6. Pengobatan penyakit lain: TB, diare kronik, PJB.
Fase Transisi
Peralihan ke energi lebih tinggi sampai 150 kkal/kgBB/hr berupa F100 secara bertahap
Energi 0,75 kkal/ml 1kkal/mlSusu bubuk tanpa lemak 25 80Gula 70 50Tepung sereal 35 -Minyak sayur 27 60Campuran mineral 20 20Campuran vitamin 140 140Air Tambah sampai vol total
1000 mlTambah sampai vol total 1000 ml
Fase Rehabilitasi
- Diet tinggi kalori 150-220 kkal/kgBB/hr
- Suplemen zat besi (FeSO4) 10 mg.kgBB/x, 3x/hr
- Atasi penyebab (infeksi, miskin)
- Pendidikan gizi dan kesehatan
3.4 Tumbuh Kembang
Perkembangan kepribadian, moral, dan kognitif.
Tahap/usia Radius hubungan bermakna(sullivan)
Tahap psikoseksual (Freud)
Tahap psikoeksual(Erikcson)
Tahap kognitif (piaget)
Tahap penilaian moral (Kohlberg)
Masa anak-anak (sekolah)6-12 tahun
Tetangga, sekolah Latensi Industry vs inferioriti Operasi konkrit (berfikir induktif dan mulai logis) (4-7 tahun)
Tingkat konvensional
Orientasi anak laki-laki yang baik, perempuan manis
Orientasi hokum dan perintah
Pengelompokkan tumbuh kembang berdasarkan teori tumbuh kembang
1. Teori psikososial Sigmund Freud
Usia sekolah merupakan tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah)
Karakteristik :
v energi digunakan untuk aktivitas fisik dan intelektual
v Ini adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak muncul (tidur).
v Anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenus (perasaan erotik) dengan teman sebaya yang sama jenis kelaminnya.
v Penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini
v Konflik yang tidak diatasi pada masa ini dapat menyebabkan obsesif dan kurang motivasi diri.
1. Teori Erikson
Industri vs inferior (industry vs inferiority) — usia sekolah (6-12 tahun)
karakteristik
v Indikator positif : mulai kreatif, berkembang, manipulasi. Membangun rasa bersaing dan ketekunan.
v Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
v Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian
v Anak dipengaruhi oleh guru dan sekolah.
v Perasaan inferior — terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau merupakan masalah.
v Perasaaan inferior—ketidaksuksesan di sekolah, ketidaksuksesan dalam perkembangan ketrampilan fisik dan mencari teman.
1. Teori kognitif Piaget fase konkret operasional (7-11 tahun)
Karakteristik :
v memecahkan masalah konkret
v mulai mengerti tentang suatu hubungan misalnya ukuran, mengerti kanan dan kiri
v Anak dapat membuat alasan mengenai apa itu, tapi tidak dapat membuat hipotesa mengenai apa kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat berpikir mengenai masalah ke depan.
1. Teori Moral Kohlberg
Selanjutnya manusia juga harus mengalami perkembangan moral dengan baik. Seorang pakar bernama Lawrence Kohlberg mengemukakan teorinya tentang pemkembangan moral ini dengan menyatakan bahwa pada umumnya manusia mengalami tiga tingkat perkembangan moral, sebagai berikut:
Tingkat II (Konvensional) – pada tingkat ini ada 2 (dua) tahap:
1. Tahao orientasi mengenai anak yang baik. Agar menjadi anak yang baik, perbuatannya harus diterima oleh masyarakat.
2. Tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas, Di sini seseorang menyadari kewajibannya untuk ikut melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan pentingnya ada norma-norma.
Tingkat III (Post Konvensional) – pada tingkat ini juga ada 2 (dua) tahap:
1. Tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Di sini terhadap perjanjian antara diri seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ia berbuat baik agar diperlakukan dengan baik.
2. Tahap prinsip universal. Di sini terdapat berkembangnya norma etis (kata hati) untuk menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal.
Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
Anak usia 6-7 tahun :
membaca seperti mesin mengulangi tiga angka mengurut ke belakang membaca waktu untuk seperempat jam anak wanita bermain dengan wanita anak laki-laki bermain dengan laki-laki cemas terhadap kegagalan kadang malu atau sedih peningkatan minat pada bidang spiritual
Kebutuhan nutrisi terkait tumbuh kembang anak usia sekolah
Kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85kkal/kg BB. Karakteristik :
1. Anak dapat mengatur pola makn sendiri.2. Adanya pengaruh teman atau jajanan.3. Kebiasaan menyukai satu makannan berangsur-angsur hilang.4. Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginnanya lebih besar pada aktivitas
bermain daripada makan
Pemenuhan nutrisi berdasarkan tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)
Komponen Makanan Jenis kelamin Usia (tahun) JumlahKarbohidrat Laki-laki 6-96-11 55%55%
Perempuan 6-96-11 55%55%Protein Laki-laki 6-96-11 14%14%
Perempuan 6-96-11 14%14%Lemak Laki-laki 6-96-11 33%33%
Perempuan 6-96-11 32%33%Saturasi asam lemak Laki-laki 6-96-11 12%12%
Perempuan 6-96-11 12%12%Kolesterol Laki-laki 6-96-11 225 mg/d232mg/d
Perempuan 6-96-11 190mg/d199mg/dAsam linoleat Laki-laki 4-8 10g/hari
Perempuan 4-8 10g/hariAsam alfa linoleat Laki-laki 4-8 0,9g/hari
Perempuan 4-8 0,9g/hariFe Laki-laki 4-8 10g/d
Perempuan 4-8 10g/d
Zn Laki-laki 4-8 5g/dPerempuan 4-8 5g/d
Ca Laki-laki 4-8 800g/dlPerempuan 4-8 800g/dl
Serat Laki-laki 6-96-11 13g14gPerempuan 6-96-11 12g12g
Sodium Laki-laki 6-96-11 3195mg3264mgPerempuan 6-96-11 2764mg2839mg
Kafein Laki-laki 6-96-11 23g25gPerempuan 6-96-11 19g23g
3.5 Mekanisme Bicara
Fungsi otak dalam proses komunikasi-input bahasa dan output bahasa
Salah satu perbedaan terpenting antara manusia dan hewan tingkat rendah adalah adanya fasilitas pada manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi; pertama aspek sensorik atau input bahasa, yang melibatkan telinga dan mata. Kedua yaitu aspek motorik (output bahasa), yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.
Aspek sensoris dalam komunikasi.
Kerusakan pada bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual dapat menimbulkan ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata yang diucapkan dan kata-kata yang tertulis. Efek ini secara berturut-turut disebut sebagai afasia reseptif auditorik dan afasia reseptif visual.
ü Afasia Wernicke dan afasia global. Beberapa orang mampu mengerti kata-kata yang diucapkan atau yang dituliskan namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan. Keadaan ini sering terjadi bila area wernicke yang terdapat posterior girus temporalis superior pada hemisfer dominan mengalami kerusakan. Oleh karena itu, tipe afasia ini disebut afasia Wernicke. Bila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar ke belakang regio girus angularis, ke inferior ke area bawah lobus temporalis, ke superior ke tepi fisura longitudinalis sylvii, maka pasien akan tampak seperti benar-benar terbelakang mental untuk mengerti bahasa dank arena itu dinamakan afasia global
Aspek motorik komunikasi.
Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental : (1) membentuk buah pikiran untuk diekspesikan berikut memilih kata-kata yang akan digunakan, kemudian (2)mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Pembentukan buah pikiran dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area asosiasi sensorik otak. Area Wernicke merupakan bagian yang paling penting untuk kemampuan ini. Oleh karena itu, pasien yang mengalami afasia Wernicke tak mampu memformulasikan buah pikirannya untuk dikomunikasikan. Atau bila lesinya tak begitu parah, pasien masih mampu memformulasikan pikirannya namun tak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-
sama mengekspresikan pikirannya. Kadangkala pasien fasih berkata-kata namun kata-kata yang dikeluarkannya tidak beraturan.
ü Afasia motorik akibat hilangnya daerah broca. Kadang pasien mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, namun tak dapat mengatur system vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain suara ribut. Efek ini disebut afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca, yang terletak di regio facial prefrontal dan premotorik korteks serebri
ü Artikulasi. gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara dan sebagainya yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Regio fasial dan laringeal korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini, dan serebellum, ganglia basalis, dan korteks sensorik semuanya membantu mengatur urutan dan insensitas kontraksi otot , dengan mekanisme umpan balik serebelar dan fungsi ganglia basalis. Kerusakan tiap region ini dapat menyebabkan ketidakmampuan parsial atau total untuk barbicara dengan jelas.
Proses Berbicara
Urutan berbicara adalah :
1. Sinyal bunyi mula-mula diterima oleh area auditorik primer yang nantinya akan menyandikan sinyal tadi dalam bentuk kata-kata
2. Kata-kata lalu diinterpretasikan di area Wernicke3. Penentuan buah pikiran dan kata-kata yang akan diucapkan juga terjadi di area Wernicke4. Penjalaran sinyal-sinyal dari area Wernikce ke area Broca melalui fasikulus arkuatus5. Aktivasi program keterampilan motorik yang terdapat di area Broca yang mengatur
pembentukan kata6. Penjalaran sinyal yang sesuai ke korteks motorik untuk mengatur otot berbicara.
Dalam kasus An. S, kesulitan berkomunikasi selain karena kurangnay stimulus eksterna juga karena kurangnya intake gizi dalam sistem neurologis dan otak An. S. Hubungan antara gizi dengan sistem kerja otak terlihat dalam table dibawah ini yang menunjukan fungsi dari beberapa nutrisi untuk kerja otak :
3.6 Preventive dan Promotif
Ada tiga langkah yang diambil dalam mengatasi gizi buruk, yaitu tindakan promotif, preventif dan kuratif. ”Tindakan promotif yaitu bagaimana caranya mengajak masyarakat agar sadar dan mau melakukan sesuatu agar gizi buruk tidak terjadi.
Tindakan awal agar anak tidak menderita gizi buruk adalah menjaga kehamilan, agar anak yang lahir tidak menderita cacat fisik atau lahir dengan berat badan rendah. Namun, jika sudah telanjur terjadi, langkah yang diambil adalah tindakan preventif atau pencegahan. ”Untuk mencegah agar anak tidak menderita gizi buruk, maka selain makanan utama, anak harus diberikan makanan tambahan. Jika sudah telanjur menjadi gizi buruk, tindakan kuratif atau pengobatan yang diambil.
Upaya penyediaan pelayanan yang terjangkau dan berkualitas (supply side)
1. Meningkatkan jumlah fasilitas kesehatn sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan populasi dan luas wilayah
2. Meningkatkan pelayanan dan gizi masyarakat miskin3. Peningkatan pelayanan kesehatan didaerah terpencil, tertinggal, serta pulau-pulau terluar4. Revitalisasi system pelayanan kesehatan dasar dengan meningkatkan integritas seluruh
sub system yang ada, memperbaiki menejemen pelayanan kesehatan, mobilisasi SDM, meningkatka kualitas pelayanan kesehatan dan memperkuat pemberdayaan masyarakat
5. Meningkatkan kemampuan menejemen program dengan mengintensifkan PWS sebagai instrument menejemen di lapangan
6. Intervensi gizi di setiap kebupaten disesuaikan dengan besaran masalah
Intervensi yang dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota, yaitu : pendidikan gizi dan pemberdayaan keluarga : suplementasi gizi terdiri dari kapsul vitamin A, suplementasi rabiet Fe (multiple micro nutrient) kepada ibu hamil, dan fortifikasi pangan.
Intervensi gizi yang spesifik disesuaikan dengan masalah gizi dan propinsi GAKIN, yaitu pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil dan balita, serta tatalaksan gizi buruk.
Upaya meningkatkan permintaan masyarakat terhadap kesehatan
1. Melakukan kolaborasi dengan seluruh institusi yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat dalam pemasaran social kesehatan secara sistematis, terus menerus, dan tematik dengan mengunakan berbagai media efektif terpilih
2. Memanfaatkan kelompok potensial lembaga adat, TOGA untuk memperluas informasi kesehatan.
3. Menyediakaj media KIE yang cukup untuk semua lapisan masyarakat.4. Mengintegrasikan kegiatan pendidikan kesehatan kedalam kegiatan pendidikan formal.
Upaya untuk perubahan perilaku masyarakat
1. Mempercepat tercapainya desa SIAGA di seluruh wilayah denagnmemperkuat system kesehatan Desa/Kelurahan (dengan merevitalisasi seluruh sub sistemnya, termasuk posyandu) sebagai wadah partisipasi dan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi dan kesehatan.
2. Memberdayakan dan menggerakan kelompok masyarakat seperti pondok pesantren, sekolah, SBH, kelompok pekerja untuk memasyarakatkan perilaku hidup sehat dan sadar gizi.
3.7 Proses Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
ü Penurunan ukuran antropometri
ü Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
ü Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
ü Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
ü Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
ü Edema tungkai
ü Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
v Inspeksi
ü lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki
ü lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut
ü mata cekung dan pucat
ü pada marasmus terlihat pergerakan usus
v Auskultasi
ü dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta S4
ü bagaimana dengan tekanan darahnya
ü dengarkan juga bunyi peristaltik usus
ü bunyi paru – paru terutama weezing dan ronchi
v Perkusi
ü perut apakah terdengar adanya shitting duilnees
ü bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi
v Palpasi
ü hati : bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada permukaannya. Berapa besarnya dan apakah ada nyeri tekan
ü pada marasmus usus terasa dengan jelas
ü limpa : apakah terjadi pembesaran limpa
ü tungkai : apakah ada pembesaran pada tungkai
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi.
Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Pemeriksaan Labolatorium
? Biokimia :
ü Hb anemia
ü kadar albumin yang rendah
ü kadar globulin kadang – kadang rendah dan tinggi
ü kadar asam amino biasanya kurang dari satu
? Biopsi : ditemukan perlemakan pada hati, dan terjadinya nekrosis dan infiltrasi
? Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti jantung, tulang
Analsa Data
Data Masalah EtiologiData Subjektif :
-
Data Objektif :
kondisi kulit tampak kusam, rambut kemerahan dan jarang, BB 12 kg/ TB 112 cm. An. S tampak sulit berkomunikasi dan takut berinteraksi dengan
orang lain.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh asupan yang tidak adekuat Data Subjektif:
-
Data Objektif :
An. S tampak sulit berkomunikasi Takut berinteraksi dengan orang lain.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
Rencana Asuhan Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat
Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.
Kriteria Hasil :
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.
Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik
Intervensi Rasional1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.
2. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.
3. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
4. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi menyusun menu dan kalori.
6. kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT.1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.
2. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
3. Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.
4. Menilai perkembangan masalah klien.
5. menu dan kalori dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nutrisi anak.
6. NGT dapat membantu pemenuhan nutrisi anak walaupun keadaannya tidak memungkinkan untuk makan lewat oral.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa An. S (7tahun) mengalami malnutrisi dalam golongan underweight dan sudah termasuk gizi buruk, diagnos ini didapat berdasarkan manifestasi klinis yang ditunjukan oleh anak. Selain itu bisa juga ditentukan dari antropometri. Untuk underweight itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu marasmus dan juga kwashiorkor dimana ciri-ciri yang muncul adalah berbeda. Gangguan komunikasi yang dialami oleh An. S bisa diakibatkan oleh kekurangan nutrisi yang dialami oleh An. S atau bisa juga karena kurangnya stimulus eksternal, karena pemenuhan nutrisi sangat mempengaruhi kerja otak dan syaraf.
Dari kasus dapat ditegakkan diagnose keperawatan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat dan kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan dengan penanganan yang merujuk pada diagnosa dan menerapkan intervensi yang terkait tumbuh kembang.
1.2 Saran
Setelah dilakukan analisa dari kasus, maka dapat diajukan saran-saran agar mahasiswa keperawtan dapat lebih teliti dalam menghadapi masalah gizi dan mendapatkan hasil yang diharapkan sebagai berikut :
1. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menganalisa mengenai gizi ditiap tahap tumbuh kembang.
2. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat mempelajari masalah gizi bukan hanya dari definisi, akan tetapi dari aspek lain agar dapat mengetahui penanganan dan spesifikasi dari masalah yang dialami.
3. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menegakkan diagnose sesuai dengan masalah yang dialami dan dapat menegakkannya menurut prioritas serta melakukkan tindakkan berdasarkan diagnose.
4. Dengan dibuatnya makalah ini, diharap mahasiswa paham tentang bagaimana promosi dan preventif dari masalah gizi seta bagaimana merealisasikannya terhadap diri sendiri kususnya dan mayarakat umumnya.
REFERENSI
1. Potter & Perry, 2006. “Fundamental Keperawatan Volume 2”. Jakarta : EGC.2. Shwartz, William M.2005. “Pedoman Kinis Pediatri”. Jakarta : EGC.3. Williams .2005. “Basic Nutrition & Diet Thetapy”. St. Louis : Westline Industrial Drive.4. Wong, Donna L. 2004. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Jakarta : EGC.5. Seminar pengembangan profesi gizi oleh: dr. Ina Hernawati,MPH “ Pencegahan dan
Penanggualangan Gizi Buruk” 22 Desember 2008.6. Seminar pengembangan profesi gizi (Nutrition for the Nation) oleh : Prof. Dr. dr. Does
Sampoerno “ Overview Masalah Gizi Buruk di Indonesia”. 22 Desember 2008.7. http://witrilegina.blogspot.com/2008/09/askep-malnutrisi-under.html
← Askep Anak dengan Typhoid AbdominalisKasus Gangguan Neurologi →
Leave a Comment
Your email address will not be published.
Tentang Penulis
Nama saya Irwan Ashari (Irga). Lahir di Sengkang (Sul-Sel) 02 Pebruari 1986. Menyelesaikan pendidikan kedokteran di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar (2004-2010). Sekarang saya berprofesi sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Bagi saya, Blogging bukan sekedar hobby, tetapi telah menjadi bagian dari hidup saya. Salam kenal dan mari berbagi...:)
dokterirga.com on facebook
Tulisan Terbaru
Asuransi Kesehatan di Indonesia Resiko sakit dan asuransi kesehatan
Tinjauan Umum Tentang Asuransi Kesehatan Latar Belakang Penelitian tentang Selisih Biaya yang Ditanggung Pasien Rawat Inap Prevalensi diabetes mellitus tipe 2 dan aterosklerosis
Arsip
November 2012 October 2012 September 2012 August 2012 July 2012 June 2012 April 2012 December 2011 November 2011 October 2011 September 2011 August 2011 July 2011 June 2011 May 2011 April 2011 March 2011 February 2011 January 2011 May 2010 April 2010 March 2010 January 2010 December 2009 November 2009
Kategori
Artikel Berita Ekonomi Health Humaniora Kedokteran Kesehatan Lain-Lain Numpang Tanya Olahraga Opini Organisasi
Pendidikan Perawatan Soal – Soal Sosial Politik Uncategorized
tag
tulang demam bakteri reseptor pleura keganasan kehamilan sumber daya manusia aspirasi lingkungan rumah sakit otak kelenjar
tiroid pelayanan kesehatan neonatus rongga sindrom nyeri ginjal abses paru pernapasan cairan obat obatan
penyakit kronis pembuluh darah tulang rawan pankreas kulit penelitian ventrikel kronik anomali jaringan dokter
infeksi nyeri perut saraf sel sel alergi gagal jantung laboratorium kesehatan masyarakat laki laki pengobatan
Archives
November 2012 October 2012 September 2012 August 2012 July 2012 June 2012 April 2012 December 2011 November 2011 October 2011 September 2011 August 2011 July 2011 June 2011 May 2011 April 2011 March 2011 February 2011 January 2011 May 2010 April 2010 March 2010 January 2010 December 2009 November 2009
Tags
abses paru alergi anomali aspirasi bakteri cairan demam dokter gagal jantung ginjal infeksi jaringan keganasan kehamilan kelenjar tiroid kesehatan masyarakat kronik kronis kulit laboratorium laki laki lingkungan
neonatus nyeri nyeri perut obat obatan otak pankreas pelayanan kesehatan pembuluh darah
penelitian pengobatan penyakit pernapasan pleura reseptor rongga rumah sakit saraf sel sel sindrom sumber daya manusia tulang tulang rawan ventrikel
Meta
Log in
© 2012 - www.dokterirga.comDesigned on rtPanel WordPress Theme Framework.
InDoe ShaRe sebelumnya saya ucapkan terima kasih buat temen'' yg udah masuk k'sini... semoga blog yang saya buat ini bisa membantu rekan'' semua.... bagi temen'' yg udah masuk,diharapkan dapat memberi kritik,saran , serta masukan... karena tanpa masukan dari kalian blog ini tidak akan sempurna. selamat menikmati blog sederhana saya... enjoy it....
Create your own at MyNiceProfile.com
askep marasmus dan kwarsiorkor
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Asupan makanan harus selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan juga
tidak berlebihan sehingga menyebabkan obesitas. Juga, karena makanan yang berbeda
mengandung proporsi protein, karbohidrat, dan lemak yang berbeda-beda, maka keseimbangan
yang wajar juga harus dipertahankan di antara semua jenis makanan ini sehingga semua
segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok dengan bahan yang dibutuhkan
Melaksanakan pemberian makan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan anak bertujuan untuk
memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan; memelihara kesehatan dan memulihkannya
bila sakit, melaksanakan berbagai jenis aktifitas, pertumbuhan jasmani serta psikomotor,
mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan yang
diperlukan.
Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di Indonesia. Gizi kurang dan
gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan the
lost generation. Kualitas bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status
gizi pada saat ini, terutama balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang bagi seseorang akan
mempengaruh kualitas kehidupannya kelak. Angka gizi buruk sampai sekarang masih cukup
mengkhawatirkan, sehingga Departemen Kesehatan membuat rencana aksi nasional dalam
pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
1.1 MARASMUS
Marasmus adalah bentuk malnutrisi energy protein terutama disebabkan oleh kekurangan kalori
berat dalam jangka lama, terutama terjadi selama satu tahun pertama kehidupan, yang ditandai
dengan retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit dan otot secara progresif,
tetapi biasanya masih ada nafsu makan dan kesadaran mental .(kamus Kedokteran Dorland)
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup
atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan
satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.(Nelson)
1.2 KWASIORKOR
Kwashiorkor adalah gangguan nutrisional pada bayi dan anak-anak kecil jika diet protein
esensial secara persisten kurang; sering di temukan pada masyarakat yang makanan pokoknya
jagung. Gambaran khas klinisnya adalah anemia,atrofi ,edema dependen dan fatty liver. Jika
tidak di obati , penyakit khwasiokor akan membawa kematian. Aflatoxin pernah di temukan
dalam pemeriksaan postmortem terhadap pasien yang meninggal karena penyakit khawsiokor.
(kamus keperawatan,1999).
Suatu bentuk malnutrisi energy protein yang ditimbulkan oleh defisiensi protein yang berat;
masukan kalori mungkin adekuat, tetapi biasanya juga defisiensi. Ini ditandai dengan hambatan
pertumbuhan, perubahan pigmen rambut dan kulit, edema, pembesaran perut, imunodefisiensi,
dan perubahan patologik pada hati termasuk infiltrasi lemak, nekrosis, dan fibrosis. (kamus
Kedokteran Dorland)
1.3 MARASMUS KWASIORKOR
Suatu keadaan defisiensi kalori dan protein, dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya
lemak subkutan, dan biasanya dehidrasi.(kamus Kedokteran Dorland)
2. ETIOLOGI
2.1 MARASMUS
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital.
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun
dan juga gangguan pada saraf pusat
2.2 KWASIORKOR
Diare yang kronik
Malabsorbsi protein
Sindrom nefrotik
Infeksi menahun
Luka bakar
Penyakit hati
3. PATOFISIOLOGI
3.1 MARASMUS
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan manghilangkan lemak di bawah
kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup
jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein
digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada
defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk
memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk
komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih
ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.
(Ngastiyah, 2005 : 259).
3.2 KWASIORKOR
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih, karena
persediaan energy dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok
adalah gangguan metabolic dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan
hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan asam amino esensial
dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amino
dalam serum ini akan menyebabkan kekurangan produksi albumin oleh hepar yang kemudian
berakibat edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta lipoprotein
sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan
lemak dalam hati.
4. MANIFESTASI KLINIS
4.1 MARASMUS
Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Cengeng, rewel
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
Perut cekung
Sering disertai: penyakit kronik, diare kronik
4.2 KWASIORKOR
Edema, umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis)
Wajah membulat dan lembab
Pandangan mata sayu
Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
Pembesaran hati
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkupas (crazy pavement dermatosis)
Sering disertai: infeksi, anemia, diare
4.3 MARASMUS KWASIORKOR
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus,
dengan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
5.1 PEMERIKSAAN FISIK
Mengukur tinggi badan dan berat badan
Menghitung indeks massa tubuh yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
Mengukur ketebalan lapisan kulit lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi
lengan sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya menggunakan jangka
lengkung (kapiler). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lapisan
normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (Lean Body Massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
5.2 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Albumin
Kreatinin
Nitrogen
Elektrolit
Hb
Ht
Transferin
6. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang mengandung protein bernilai biologik
tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral. Makanan tersebut dalam bentuk mudah
dicerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian parenteral adalah sebagai berikut :
Jumlah cairan adalah : 200ml/kg BB/ hari untuk kwashiorkor atau marasmus kwashiorkor
250 ml/kg BB/ hari untuk marasmus
Makanan tinggi kalori tinggi protein : 3,0 – 5.0 g/kg BB
Kalori 150- 200 kkal/ kg BB/ hari
Vitamin dan mineral, asam folat peroral 3x5 mg/ hari pada anak besar
KCL oral 75-150 mg/ kg BB/ hari
Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/ kg BB/ hari
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dst
b. Keluhan utama
Kwashiorkor : ibu mengatakan anak mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi lemah,
tidak mau makan, BB menurun, dll
Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan kelihatan kurus.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan keluhan mulai dirasakan
Kejadian sudah berapa lama
Apakah ada penurunan BB
Bagaimana nafsu makan pasien
Bagaimana pola makannya
Apakah pasien pernah mendapat pengobatan, dimana, oleh siapa, kapan dan jenis obatnya
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah dulu pasien pernah menderita penyakit seperti sekarang.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan
kekurangan gizi atau kekurangan protein.
f. Riwayat penyakit social
Anggapan salah satu jenis makanan tertentu
Apakah kebutuhan pasien terpenuhi
Bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien
Bagaimana keadaan social ekonomi keluarga
g. Riwayat spiritual
Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu
2. PENGKAJIAN FISIK
a. Inspeksi
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan status gizi meliputi :
Penampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
Pada kwashiorkor, apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun, muka seperti bulan.
Pada marasmus, badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan kusam, tampak sianosis dan
perut membuncit.
b. Palpasi
Pada marasmus terdapat turgor kulit yang jelek dan pada kwashiorkor terdapat pembesaran
hati.
3.
Diare yang kronik
Malabsorbsi protein
Sindrom nefrotik
Infeksi menahun
Luka bakar
Penyakit hati
Kurang kalori protein
Kelainan metabolic
Malformasi congenital
Penyakit infeksi
Sering terserang diare
PENYIMPANGAN KDM
Intake yang tidak adekuat
Defisiensi kalori dan protein
Marasmus & kwasiorkor
Hilangnya lemak dibantalan kulit
Turgor kulit menurun & keriput
Kerusakan integritas kulit
Defisiensi amino esensial
Hipoprotenemia (hipoalbunemia)
edema
Atrofi/ pengecilan otot
Gangguan pertumbuhan & perkembangan
Kurang terpajan informasi
Kurang pengetahuan
Daya tahan tubuh
Keadaan umum lemah
Resti infeksi
Resti infeksi sistemik
Bersihan jalan nafas tak efektif
pernafasan
Bronchitis/ bronkopneuminia
pencernaan
Anoreksia / diare
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tindakan invasive (sonde)
Resiko aspirasi
Kekurangan vol. cairan
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmus-
Kwashiorkor adalah:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan
diare.
2. Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat
diare.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
4. Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi
trakheobronkhial.
5. Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap
infeksi saluran pernapasan
6. Resiko tinggi infeksi b/d rendahnya daya tahan tubuh
7. Kerusakan integritas kulit b/d gangguan nutrisi/ status metabolik
8. Kurang pengetahuan b/d kurang terpajannya informasi
5. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia
dan diare.
Tujuan & kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.
Kriteria:
1. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.
2. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per
sonde/per oral) sesuai program dietetik.
Intervensi rasional
Jelaskan kepada keluarga tentang
penyebab malnutrisi, kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu
dan pengolahan makanan sehat
seimbang, tunjukkan contoh jenis
sumber makanan ekonomis sesuai
status sosial ekonomi klien.
Meningkatkan pemahaman ke-luarga
tentang penyebab dan kebutuhan
nutrisi untuk pemulihan klien
sehingga dapat meneruskan upaya
terapi dietetik yang telah diberikan
selama hospitalisasi
Tunjukkan cara pemberian
makanan per sonde, beri
kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
Laksanakan pemberian robo-rans
sesuai program terapi.
Timbang berat badan, ukur lingkar
lengan atas dan tebal lipatan kulit
setiap pagi.
Meningkatkan partisipasi keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien, mempertegas peran keluarga
dalam upaya pemulihan status nutrisi
klien.
Roborans meningkatkan nafsu
makan, proses absorbsi dan
memenuhi defisit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
Menilai perkembangan masa-lah
kesehatan klien.
2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan akibat diare.
Tujuan & kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria:
1. Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
2. Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1
x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).
Intervensi rasional
Lakukan/observasi pemberian
cairan per infus/sonde/oral sesuai
program rehidrasi.
Jelaskan kepada keluarga tentang
upaya rehidrasi dan partisipasi
yang diharapkan dari keluarga
dalam pemeliharan patensi
pemberian infus/selang sonde.
Kaji perkembangan keadaan
dehidarasi klien.
Hitung balanance cairan.
Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah kekurangan
volume cairan.
Meningkatkan pemahaman keluarga
tentang upaya rehidrasi dan peran
keluarga dalam pelaksanaan terapi
rehidrasi.
Menilai perkembangan masalah klien.
Penting untuk menetapkan program
rehidrasi selanjutnya.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat.
Tujuan & kriteria hasil :
Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
1. Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
2. Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Intervensi rasional
Ajarkan kepada orang tua tentang
standar pertumbuhan fisik dan
tugas-tugas perkembangan sesuai
usia anak.
Lakukan pemberian makanan/
minuman sesuai program terapi
diet pemulihan.
Lakukan pengukuran antropo-
metrik secara berkala.
Lakukan stimulasi tingkat
perkembangan sesuai dengan usia
klien.
Lakukan rujukan ke lembaga
pendukung stimulasi per-tumbuhan
dan perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)
Meningkatkan pengetahuan ke-
luarga tentang keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Diet khusus untuk pemulihan
malnutrisi diprogramkan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan
anak dan kemampuan toleransi
sistem pencernaan.
Menilai perkembangan masalah
klien.
Stimulasi diperlukan untuk mengejar
keterlambatan perkembangan anak
dalam aspek motorik, bahasa dan
personal/sosial.
Mempertahankan kesinam-bungan
program stimulasi pertumbuhan dan
perkem-bangan anak dengan mem-
berdayakan sistem pendukung yang
ada.
4. Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi
trakheobronkhial
Tujuan & kriteria hasil :
Klien tidak mengalami aspirasi.
Kriteria:
1. Pemberian makan/minuman per sonde dapat dilakukan tanpa mengalami aspirasi.
2. Bunyi napas normal, ronchi tidak ada.
Intervensi rasional
Periksa dan pastikan letak selang
sonde pada tempat yang
semestinya secara berkala.
Periksa residu lambung setiap kali
sebelum pemberian
makan-an/minuman.
Tinggikan posisi kepala klien
selama dan sampai 1 jam setelah
pemberian makanan/minuman.
Ajarkan dan demonstrasikan
tatacara pelaksanaan pem-berian
makanan/ minuman per sonde, beri
kesempatan keluarga melakukan-
Merupakan tindakan preventif,
meminimalkan risiko aspirasi.
Penting untuk menilai tingkat
kemampuan absorbsi saluran cerna
dan waktu pemberian
makanan/minuman yang tepat.
Mencegah refluks yang dapat
menimbulkan aspirasi.
Melibatkan keluarga penting bagi
nya setelah memastikan keamanan
klien kemampuan keluarga.
Observasi tanda-tanda aspirasi
tindak lanjut perawatan klien.
Menilai perkembangan masalah klien.
5. Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder
terhadap infeksi saluran pernapasan.
Tujuan & kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan jalan napas yang efektif.
Kriteria:
1. Jalan napas bersih dari sekret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping hidung tidak ada,
bunyi napas bersih, ronchi tidak ada.
Intervensi rasional
Lakukan fisioterapi dada dan
suction secara berkala.
Lakukan pemberian obat mukolitik
Fisioterapi dada meningkatkan
pelepasan sekret. Suction diperlukan
selama fase hipersekresi
trakheobronkhial.
Mukolitik memecahkan ikatan
mukus; ekspektorans meng-
ekspektorans sesuai program
terapi.
Observasi irama, kedalaman dan
bunyi napas.
encerkan mukus.
Menilai perkembangan maslah klien.
6. Resiko tinggi infeksi b/d rendahnya daya tahan tubuh
Tujuan & kriteria hasil :
Tujuan :
a. Mencegah komplikasi
Intervensi Rasional
Memberikan makanan cukup gizi
TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
Menjaga personal hygiene pasien
Memberikan penkes tentang
pentingnya gizi untuk kesehatan.
Kolaborasi pemberian cairan
parenteral.
Makanan yang cukup gizi
mempengaruhi daya tahan tubuh.
Personal hygiene mem-pengaruhi
status kesehatan pasien.
Pendidikan gizi menentukan status
gizi dan status kesehatan pasien.
Mengganti/ memenuhi zat-zat
makanan secara cepat melalui
parenteral.
7. Kerusakan integritas kulit b/d gangguan nutrisi/ status metabolic.
Tujuan & kriteria hasil :
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
1. kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervensi Rasional
Monitor kemerahan, pucat,
ekskoriasi
Dorong mandi 2xsehari dan
gunakan lotion setelah mandi
Massage kulit Kriteria
hasilususnya diatas penonjolan
tulang
Kemerahan, pucat ekskoriasi
merupakan tanda dari kerusakan
integritas kulit
Untuk menjaga kebersihan kulit
Untuk memberikan rasa nyaman
8. Kurang pengetahuan b/d kurang terpajannya informasi.
Tujuan & kriteria hasil :
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil:
1. Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Intervensi Rasional
Tentukan tingkat pengetahuan
orangtua pasien
Dorong konsumsi makanan tinggi
serat dan masukan cairan adekuat
Berikan informasi tertulis untuk
orangtua pasien
Untuk menentukan intervensi
selanjutnya
Makanan yang tinggi serat banyak
mengandung protein dan dapat
mencegah dehidrasi
Sebagai pegangan orang tua.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
keseimbangan yang wajar dipertahankan di antara semua jenis makanan, sehingga semua
segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok dengan bahan yang dibutuhkan.
Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di Indonesia. Gizi kurang
dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan
the lost generation. Kualitas bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau
status gizi pada saat ini, terutama balita.
2. SARAN
keseimbangan yang wajar harus dipertahankan di antara semua jenis makanan ini sehingga
semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok dengan bahan yang dibutuhkan.
Sebaiknya pemerintah segera mencari cara untuk mencegah dan menekan angka gizi buruk
yang melanda Indonesia, agar kelak bangsa Indonesia tidak mengalami lost generations.
DAFTAR PUSTAKA
Booker, Chris.2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer,Arif .2009.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius.
Hincliff,Sue.1999. Kamus keperawatan. Jakarta : EGC.
Laksman,Hendra T.2005.Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan.
Dorlan,W.A Newman .2002. Kamus Kedokteran Dorlan Edisi 29. Jakarta:EGC
Carpenito, Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta:EGC
Wong,Donna L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC
Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC
Http:// Teguhsubianto.blogspot.com
di 10:09
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Label: keperawatan
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Terjemahan
Blog Archive
November (3) Oktober (5) September (12) Juli (61)
Labels
antivirus (7) ebook (7) games (5) keperawatan (30) presentasi (2) software (21) tips dan trik (8)
Pengikut
Mhoelenz Community. Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.