laka lantas

17
LAKA LANTAS DEFINISI Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian, yang tidak diduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau kematian (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Biomekanik KLL (Buku Acuan Kedoteran Lalu Lintas Bagi Perwira Kesehatan Polri 1995 & Knight 1996).

Upload: muchanakbae

Post on 27-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kecelakaan lalu lintas

TRANSCRIPT

Page 1: Laka Lantas

LAKA LANTAS

DEFINISI

Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian, yang tidak diduga

sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau kematian

(Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan).

Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan

(Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan).

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan

tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang

mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

Biomekanik KLL

(Buku Acuan Kedoteran Lalu Lintas Bagi Perwira Kesehatan Polri 1995 & Knight

1996).

Dengan menilai biomekanik kecelakaan lalu lintas dapat diprediksi jenis cedera yang

diderita korban, atau apa yang terjadi pada pengemudi penumpang disamping

pengemudi, penumpang dibelakang, pejalan kaki, pengendara sepeda motor pada saat

terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dengan memperhatikan keterangan diatas,

diharapkan dapat merencanakan tindakan medik apa yang terbaik pada saat korban

ditolong pada kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas dapat melibatkan :

Page 2: Laka Lantas

1. Korban di dalam kendaraan

Tabrak depan

Paling umum dari ke 4 arah, kira-kira mencapai 80% dari semua tabrakan

kendaraan bermotor. Kecelakaan lalu lintas dengan tabrak depan atau berhenti

mendadak dapat menimbulkan korban pada pengemudi, penumpang disamping

pengemudi, atau penumpang belakang.

A. Pengemudi

Secara umum pada kecelakaan lalu lintas, pengemudi akan mengalami fase, yaitu :

a. Bila pengemudi tidak memakai sabuk pengaman, maka ia akan bergeser ke

depan sehingga lutut mengenai dashboard, dan kemungkinan memperoleh

cedera berupa patah tulang tempurung dan paha, atau dislokasi sendi panggul

b. Pada fase ini pengemudi akan terlempar ke atas dan kepala mengenai bingkai

kaca depan yang keras sehingga kemungkinan memperoleh patah tulang

tengkorak. Selain itu karena benturan kepala, akan terjadi hiperekstensi daerah

leher yang dapat menyebabkan patah tulang leher. Cedera ini juga dapat

menyebabkan kerusakan otak.

c. Selanjutnya pengemudi akan terlempar mengenai kemudian pada daerah dada

dan terjadi patah tulang iga, pecahnya alveola paru-paru sehingga terjadi

gangguan atau gagal pernafasan karena perdarahan di rongga pleura atau di

dalam paru-paru.

d. Gerakan selanjutnya adalah keluarnya kepala pengemudi dari kaca depan

kendaraan. Ini menyebabkan cedera pada daerah muka. Kemudian kepala

kembali di dalam, dan ini disertai robeknya kulit muka oleh kaca atau bingkai

kaca.

e. Gerakan terakhir adalah jatuhnya kembali pengamudi ke kursi. Bila kursi

tidak dilengkapi senderan kepala, maka akan terjadi hiperekstensi leher lagi

dan memperparah patah tulang leher.

Page 3: Laka Lantas

Gambar 1 :

Lima fase gerakan pengamudi pada tabrakan dari atau ke depan yang mengakibatkan

trauma deselerasi.

1. Korban akan tersungkur kedepan dan lututnya membentur dasbor sehingga terjadi

fraktur patella dan/atau luksasi sendi panggul

2. Kepala membentur bingkai kaca depan dan dapat terjadi trauma kepala, cedera

otak, dan fraktur servikal

3. Dadanya membentur kemudi sehingga dapat terjadi fraktur sternum, fraktur iga,

dan cedera jantung dan paru

4. Kepala membentur kaca depan sehingga terjadi trauma muka (mungkin terjadi

pada nomor 2)

5. Korban terbanting kembali ke tampat duduknya dan jika tidak ada sandaran kepala

maka terjadi cedera gerak cambuk pada tulang leher (Sjamsuhidajat R, Jong WD.

Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2004 ;p.93)

Pada kecelakaan yang kendaraan mempunyai mesin disamping pengemudi,

atau tidak ada bagian depan kendaraan,seperti mini bus, atau truk, nasib pengemudi

atau penumpang disampingnya akan lebih parah lagi karena korban akan langsung

terjepit antara bagian depan kendaraan yang rusak atau kemudi, dashboard, dan kursi.

Page 4: Laka Lantas

Disini posisi kemudi yang biasanya hampir mendatar akan menjepit perut dengan

tulang punggung sehingga terjadi cedera pada usus dan pembuluh darah aorta.

B. Penumpang di samping pengemudi

Penumpang disamping pengemudi akan mengalami kejadian seperti

pengemudi, kecuali pada penumpang yang tidak bersabuk pengaman akan

menghantam dashboard dan bukan kemudi, sehingga tidak akan ada bentuk cedera

dari kemudi.

C. Penumpang dibelakang

Penumpang berasal dari kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Pada

kecelakaan lalu lintas, penumpang ini akan terlempar kedepan dan mengenai

sandaran kursi di depannya, penumpang depan, kaca depan dan dapat menyebabkan

cedera pada muka dan leher karena hipereketensi.

Tabrak samping

Biasanya terjadi di persimpangan. Perlukaan pada arah ini akan mengalami tingkat

keparahan pada sisi datangnnya arah benturan. Selain itu sering menyebakan cedera

karena pecahan kaca kendaraan tersebut.

Tabrak belakang

Pada tabrakan dari belakang, benturan terjadi dari belakang, sehingga kepala akan

terlempar ke belakang dan kemungkinan terjadi cedera pada tulang leher (Whiplash

Injury) yang menyebabkan patah tulang leher dan kelumpuhan, bahkan henti nafas

atau kerusakan jantung karena kerusakan batang otak.

Terbalik

Keadaan ini lebih mematikan dibandingkan tabrakan dari samping, terutama bila

tidak memakai sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar. Biasanya benturan

Page 5: Laka Lantas

diakibatkan benturan tubuh dengan bagian kendaraan yang keras atau menonjol di

dalam mobil dan jika terlempar, korban yang terlempar bisa ditemukan hancur atau

terperangkap dibawah kendaraan.

2. Korban di luar kendaraan

1. Pejalan kaki

Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan akan mendapatkan cedera pertama

adalah patah tulang lutut atau kaki karena bumper, kamudian ia akan terlempar ke

atas dan kepala mengenai bagian luar bingkai kaca dan dapat terjadi cedera kepala

dan patah tulang leher. Bila yang menabrak adalah sebuah truk atau bus atau mini

bus, maka cedera yang diderita dapat mengenai seluruh badan dari kepala sampai ke

kaki termasuk organ-organ dalam tubuh seperti paru-paru, toraks, hati, limpa,

pankreas, usus, dan ginjal. Setelah tertabrak kendaraan, korban akan terlempar dan

cedera kerena tubuh membentur jalan, trotoar, pohon, tiang listrik, atau bahkan

karena terlindas mobil atau kendaraan lain.

Page 6: Laka Lantas

Gambar 3 : Pejalan kaki yang melanggar lalu lintas pada penyebrangan kemudian

tertabrak oleh depan mobil dan kemungkinan bila dalam keadaan ini korban mungkin

ke arah depan atau akan terangkat ke atas atau atap mobil. (Knight B. Forensic

Pathology. Second edition Oxford University. New York, Amerika : Arnold, 1997;

p.286)

2. Pengendara sepeda motor

Seperti juga pejalan kaki, pengendara sepeda motor akan mengalami fase-fase

kecelakaan yang sama, dan dengan cedera yang sama. Yang khas bagi pengendara

adalah adanya handle bar injury, yaitu cidera pada usus karena terjepit antara setang

dan tulang punggung. Bila ditabrak dari belakang maka akan terjadi cedera pada

tulang leher (whisplash Injury) pada pengendara atau penumpangnnya. Pada

kecelakaan motor antara pengendara dan pembonceng akan memberikan gambaran

yang berbeda, dimana banyak kasus pembonceng akan lebih parah perlukaannya. Itu

semua dikarenakan saat terjadi kecelakaan pembonceng kurang siap pada saat akan

terjadinya tabrakan, dimana dikarenakan keadaan ini pembonceng akan terlempar

lebih jauh sehingga akan memberikan gambaran lebih parah dibandingkan

pengendaranya.

Yang kedua disebabkan pada pembonceng biasanya saat akan melakukan

perjalanan mereka kurang memperhatikan perlengkapan untuk keselamatannya

(seperti penggunaan helm), sementara pada pengendara mereka sudah lebih siap

untuk memakai perlengkapan keselamatan, sehingga pada pembonceng akan semakin

memberikan gambaran yang lebih parah dibandingkan pengendara.

Page 7: Laka Lantas

Gambar 5 : Pengendara sepeda motor A dan B pengendara sepeda motor sering

mengalami patah tulang tungkai jika ditabrak. Dan jika karena kecepatannya ia

sampai terlempar, dapat terjadi : (1). Patah tulang anggota atas, (2). Cedera otak, atau

(3). Cedera plexus brachialis jika bahu terbentur sesuatu yang keras. (Sjamsuhidajat

R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2004 ; p.95)

Jenis dan Pola Kelainan pada Pejalan kaki

Hasil pemeriksaan pada pejalan kaki (pedestrian), khususnya jika korban ditabrak

oleh mobil, tergantung dari berbagai faktor, diantaranya (Idries & Tjiptomartono

2008) :

1. Faktor dari korban sendiri : posisi, keadaan fisik, pakaian yang dikenakan

2. Faktor dari kendaraan : jenis, kecepatan, jarak

Page 8: Laka Lantas

3. Faktor keadaan jalan (permukaan jalan) Pada pejalan kaki terdapat kelainan yang

menurut mekanisme terjadinya dibagi dalam (Idries 1997; & Idries & Tjiptomartono

2008) :

1. Luka karena impak primer (Primary Impak Injuries), yaitu benturan yang

pertama kali terjadi antara korban dengan kendaraan.

2. Luka karena impak sekunder (Secondary Impak Injuries), yaitu benturan

korban yang kedua kalinya dengan kendaraan (misalnya : impak primer

adalah tungkai, korban terdorong sehingga terjatuh ke belakang terkena pada

bagian kaca mobil.

3. Luka yang sekunder (Secondary Injuries), yaitu luka yang terjadi setelah

korban jatuh keatas jalan.

Jenis dan Pola Kelainan pada Pengendara dan Penumpang Mobil

Hasil pemeriksaan korban atau mayat pada pengemudi mobil dimana terjadi

penghentian kendaraan yang mendadak maka akan dapat ditemukan kelainan luka-

luka pada diri pengemudi yang agak khas, sebagai berikut (Idries 1997; & Idries &

Tjiptomartono 2008) :

1. Luka-luka pada daerah kepala disebabkan oleh karena benturan dengan bagian

depan kendaraan, misalnya kaca depan dan ini akan tampak sebagai luka

terbuka kecil-kecil (jika kaca depannya pecah), ataupun dapat luka lecet

tekan, luka memar, bahkan kompresi fraktur jika korban mengenai bagian

yang keras.

2. Luka-luka pada daerah dada merupakan akibat dari benturan antara dada

korban dengan setir yang mana sering tampak jelas jejaknya, dan pada bagian

Page 9: Laka Lantas

dalam dari dada, tulang dada, dapat patah, jantung dan paru-paru dapat hancur

(langsung akibat dari benturan itu sendiri, maupun tidak langsung oleh karena

patahan tulang dada atau tulang-tulang iga).

3. Seatbelt Injuries, selain sebagai alat pelindung maka sabuk pengaman dapat

juga merupakan sumber dari luka terdapat pada pengemudi itu sendiri

khususnya pada peristiwa kecelakaan dimana kendaraannya dijalankan

dengan kecepatan tinggi. Ini semua tergantung dari letak sabuk pengaman,

maka pemeriksaan mayat akan memberikan hasil sesuai dengan letak dari

sabuk pengaman tersebut, dapat pada daerah dada dapat pula pada daerah

perut, dimana organ-organ dalam pada daerah-daerah tersebut dapat

mengalami kerusakan berat.

4. Pada bagian mata kaki/pergelangan kaki dapat patah disebabkan benturan

dengan pada pedal, hal yang sama dapat pula terjadi pada daerah kepala oleh

karena benturan dengan kaca depan dari kendaraannya.

Hasil pemeriksaan mayat pada penumpang mobil, adalah sebagai berikut (Idries

1997; & Idries & Tjiptomartono 2008) :

1. Pada penumpang kendaraan yang duduk di depan, akan ditemukan kelainan

yang lebih sering di daerah kepala. Adanya sabuk pengamanan turut pula

memberikan warna (variasi) dari kelainan yang ditemukan pada pembedahan

mayat.

2. Pada penumpang kendaraan yang duduk dibelakang, maka kelainan terutama

akan ditemukan pada daerah panggul dan perut. Sabuk pengaman secara

dramatis telah mengurangi jumlah perlukaan yang terjadi pada KLL terutama

pada tabrakan yang terjadi pada kecepatan rendah (Knight 1996). Sabuk

pengaman bila dipakai saat benturan dapat atau tidak dapat meninggalkan

cetakan luka yang khas pada tubuh (Knight 1996). Sabuk pengaman dapat

menyebabkan perlukaan yaitu pada sabuk bawah dapat menyebabkan robekan

Page 10: Laka Lantas

mesenterium, laserasi omentum, ataupun pada usus dapat terjadi kontusio

(Knight 1996). The Transport Road Research Laboratory membandingkan

cedera yang dialami oleh kedua pengendara mobil yang memakai sabuk

pengaman dan tidak memakai sabuk pengaman. Mereka menemukan bahwa

terdapat penurunan yang umum terjadi dari berbagai cedera akibat

penggunaan sabuk pengaman tersebut (Knight 1996). Sebuah penelitian di

Central Southern England yang terakhir memperkirakan cedera pada mata

menurun sekitar 73%, itu semua diakibatkan karena tidak adanya pecahan

kaca pada kaca depan mobil (Knight 1996).

Gambar 6 : Tipe Seat sabuk pengaman untuk pengaman diri. a) Simple lap-strap yang

berbahaya bagi aorta, b) Diagonal (dapat terpeleset ke bawah), c) Sederhana dan

diagonal (tipe kebanyakan mobil), d) Bahu (digaunakan pada pesawat terbang dan

Page 11: Laka Lantas

mobil balap). (Knight B. Forensic Pathology. Second edition Oxford University. New

York, Amerika : Arnold, 1997; p.282)

Jenis dan Pola Kelainan pada pengendara motor

Luka pada kecelakaan Sepeda motor berhubungan dengan kecelakaan sepeda

motor baik secara tunggal, tabrakan, dengan sepeda motor lain, atau kendaraan

beroda 4, dan bisa juga menyebabkan sepeda motor tersebut menabrak pejalan kaki

sehingga akan menyebabkan perlukaan pada pejalan kaki tersebut (Tedeschi CG,

Eckert, & Tedeschi LD 1977). Pola kelainan pada pengemudi sepeda motor (Idries

1997).

1. Luka karena impak primer pada tungkai, luka Karena impak sekunder pada

bagian tubuh lain, sebagai akibat benturan tubuh dengan bagian lain dari

kendaraan lawan.

2. Luka yang terjadi sekunder, sebagai akibat benturan korban dengan jalan.

3. Luka yang terjadi sekunder, seringkali merupakan penyebab kematian pada

korban, karena yang mengalami kerusakan adalah kepalanya.

4. Fraktur pada tengkorak sebagai akibat luka sekunder tersebut dapat mudah

diketahui, yaitu dari sifat garis patahnya, dimana terdapat garis patah yang

linier (Fraktur Linier), sedangkan pada keadaan lain, misalnya kepala dipukul

dengan palu yang berat, frakturnya adalah fraktur kompresi.

5. Dengan demikian terdapat perbedaan kelainan fraktur tengkorak, yaitu bila

korban (kepala), bergerak mendekati benda tumpul (jalan), dengan bila kepala

diam akan tetapi benda tumpulnya (palu), yang datang mendekati kepala.

6. Perlu diketahui bahwa bagi pembonceng kendaraan sepeda motor tidak

ditemukan kelainan yang khusus. Harus juga diingat kemungkinan terjadinya

cedera perut pada pengemudi motor, dalam hal ini usus terjepit diantara

setang setir dan tulang belakang, namun pada pemeriksaan fisik hanya ada

jejas pada bahu atau kulit perut (Sjamsuhidajat & Jong 2004).

Page 12: Laka Lantas