lakon sie djien kwie tjeng tang dan fungsi pertunjukan wayang potehi grup yensen project di...

Download LAKON SIE DJIEN KWIE TJENG TANG  DAN FUNGSI  PERTUNJUKAN WAYANG POTEHI GRUP YENSEN PROJECT DI KELENTENG HOK SIANG KIONG KOTA MOJOKERTO

If you can't read please download the document

Upload: alim-sumarno

Post on 01-Dec-2015

195 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : RESTYA MAULINA, http://ejournal.unesa.ac.id

TRANSCRIPT

LAKON SIE DJIEN KWIE TJENG TANG DAN FUNGSI PERTUNJUKAN WAYANG POTEHI GRUP YENSEN PROJECTDI KELENTENG HOK SIANG KIONG KOTA MOJOKERTOOleh: Restya Maulina Pembimbing. 1. Autar Abdillah S.Sn, M.Si2. Arif Hidajad S.Sn, M.PdAbstrak Negeri Tiongkok memiliki segudang cerita dan Legenda, inilah yang kita sering ketahui dan budaya Tiong Hoa memang terkulturasi dengan baik dalam artian, setiap masyarakat Tiong Hoa akan mengenal kisah-kisah itu dan menjadikannya sebagai sosok pujaan dalam kepercayaan mereka. Masyarakat Tiong Hoa yang memiliki prinsip "apapun yang baik, asalkan itu cerita Tiongkok maka layak disembah". Hal inipun menjadi dilema ketika Buddhisme yang membawa pandangan "berbeda" masuk kedalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Wayang Potehi merupakan salah satu kebudayaan asal negeri cina yang berkembang sejak 3000 tahun yang lalu. Kesenian ini sudah ada pada masa dinasti jin sekitar 265-420 masehi dan berkembang pada dinasti song 960-1279. Wayang Potehi masuk ke indonesia melalui warga Tiong Hoa pada abad ke-16 hingga abad ke-19. Bukan sekadar seni pertunjukan Wayang Potehi bagi warga Tiong Hoa memiliki fungsi sosial serta ritual seperti Wayang-Wayang lain di indonesia. Selain Wayang Potehi pertunjukan barongsai juga di pentaskan dalam wayang ini.Wayang Potehi juga merupakan salah satu bagian dari ritual pemujaan pada dewa. Pementasan ini dilakukan dengan tujuan agar proses ritual pemujaan menjadi lebih sakral. karenanya, dari deretan seni-budaya Tionghoa tersebut ternyata tidak semuanya dapat lestari, dan beberapa dari mereka bahkan terancam punah karena tidak banyak yang dapat meneruskan eksistensi mereka. Wayang Potehi merupakan salah satu seni kebudayaan masyarakat Tiong Hoa. Keseniaan ini pun kian lekat dengan masyarat indonesia. Karena banyak hal bisa kita petik dari kebudayaan Tiong Hoa. Contohnya saja kesenian Wayang Potehi dengan lakon Sie Djien Kwie. Lakon ini menceritakan tentang Kisah jenderal China paling terkenal pada masa dinasti Tang. Kisah jendral yang arif dan sederhana menjadi salah satu kisah yang sering di pentaskan dalam pertunjukan Wayang Potehi. Lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang merupakan salah satu kesenian yang mengandung unsur akulturasi antara budaya Jawa dan China. Hal ini disebabkan karena dalam penyajian pertunjukan Wayang ini terdapat lakon yang ceritanya dan isinya meyerupai pertunjukan wayang golek pada umumnya, hanya saja musik yang di bawakan beralunan musik China. Dalam pertunjukan ini juga mempunyai berbagai fungsi yang dipercayai masyarakat Tiong Hoa sebagai acuan kehidupan dalam beribadah. Dimana fungsi terdapat proses sembahyang bagi umat Kong Hu Cu..Kata Kunci : Pertunjukan Wayang Potehi Fungsi Lakon, dan Sie Djien Kwie, Latar Belakang Pertunjukan Wayang PotehiKelenteng adalah rumah ibadah bagi masyarakat penganut agama Kong Hu Cu yang selalu dipenuhi orang untuk melaksanakan ibadah. Kelenteng Hok Siang Kiong merupakan tempat ibadah (umat) Kong Hu Cu kawasan kota Mojokerto. Tepatnya terletak kurang lebih 750 meter arah tenggara alun-alun kota Mojokerto. Bangunan ini berdiri sejak tahun 1823, kondisi aslinya masih 80% kecuali genteng dan cat yang mengalami pembaharuan. Kelenteng yang telah berusia 190 tahun ini suasana religi terasa sekali. Ketenangan serta kenyamanan dalam beribadah, terasa damai dan tenang. Hok Siang Kiong memiliki arti Keberkahan yang luar biasa. Masyarakat Tiong Hoa beranggapan, bahwa umat yang sering mengunjungi Kelenteng Hok Siang Kiong hidupnya akan mengalami kemajuan dalam hal materi serta kebahagiaan yang luar biasa. Masyarakat Tiong Hoa memiliki banyak cara untuk membuat kesenian mereka bisa terus berkembang. Salah satu kesenian yang selalu di minati dan di lestarikan hingga saat ini adalah wayang Potehi. Wayang Potehi adalah salah satu kesenian Tiong Hoa yang mempunyai ritual tertentu dalam pelaksanaan upacara keagamaan. Secara etimologis, Potehei berasal dari kata pou (kain), te (kantong) dan hi (wayang). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain, sedangkan di negeri leluhurnya teater boneka potehi dahulu dikenal dengan nama Pouw Tee Hie, Pouw Tee berarti kantung atau karung, Hie berarti sandiwara. (Kwa, 2005: 18). Denys Lombart menyebutkan bahwa teater boneka potehi di negeri leluhurnya disebut juga dengan istilah Budaixi berasal dari kata Budai (kantung) dan Xi (drama atau wayang). Cara memainkan juga unik, karena sang dalang memasukan tangan dalam kantong lalu dengan jemarinya memainkan gerakan tubuh wayang (Yuanzhi, 2005: 319). Hal tersebut menjadikan sebuah inspirasi dalam melakukan penelitian. Kesenian sudah berumur sekitar 3.000 tahun dan berasal dari Cina. Wayang potehi ini selalu dipentaskan diberbagai acara khususnya di Kelenteng, dan itu wajib dilaksanakan setiap dua kali dalam setahun. Sebelum upacara keagamaan, biasanya pengurus Kelenteng atau tuan rumah mengadakan ritual. Pada sisi lain, pihak kelenteng dan umatnya pun diuntungkan oleh partisipasi warga non keturunan Tiong Hoa, sehingga keberadaan potehi dapat dipertahankan dan digunakan untuk kegiatan sembahyang mereka. Bagi pihak pengurus Kelenteng dan umatnya, potehi adalah pertunjukan persembahan. Sajian hiburan bagi para arwah yang dianggap merestui dan terlibat dalam keberhasilan hidup umat. Partisipasi umat keturunan non Tiong Hoa ini dapat mewakili kebutuhan berekspresi bagi pihak pengurus kelenteng dan umatnya untuk melakukan ritualnya. Begitupun pemilihan cerita pada pertunjukan wayang Potehi, lakon dipilih melalui ritual tertentu agar lakon tersebut memberikan keberkahan bagi umat yang melaksanakan ibadah di Kelenteng. Lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang Seni teater tradisi pada dasarnya berangkat dari folklor setiap daerah. Adapun di dalamnya tertuang nilai-nilai budaya wilayah setempat. Teater tradisi memiliki ciri-ciri didalamnya, yaitu lakon/ceritanya tidak tertulis, media pengungkapannya berupa dialog, tarian, dan nyanyian, spontanitas, dialog dibawakan secara improvisasi dalam pertunjukan. Dalam sejarah, Sie Djien Kwie merupakan sosok manusia setengah dewa di mata masyarakat. Xue Rengui atau Sie Djien Kwie adalah tokoh jendral yang berasal dari dinasti Tang. Nama kecilnya adalah Xue Li. Dia menjadi sangat terkenal karena kemampuannya dalam memimpin perang korea tepatnya daerah Barat Tujue dan melawan kaum goguryeo. Sie Djien Kwie juga pernah mengalami kekalahan besar di daerah Tu fan karena Sebagian anak buahnya menolak mendengar nasihat dari Sie Djien Kwie. Xue Rengui lahir tahun 614, semasa pemerintah kaisar Yang dari negeri Sui. Dan mengabdi kepada kaisar tong taizong pada saaat tahun 644 semasa melawan Goguryeo. Pada Saat Perang ini Xue bertemu dengan jendral Zhang shigui untuk bergabung dalam pasukannya. Pada saat pasukan Jendral Liu Junang dikepung Xue ren Gui berhasil menyelamatkan beliau dari sinilah tokoh Sie Djien Kwie mulai dikenal masyarakat. Karena kisah kepahlawanannya Kaisar Tong Taizong memberikan kedudukan sebagai Jendral ketika berhasil menang dari perang Gogureyo. Pertama kali dia memperoleh perhatian kaisar Tang Taizong adalahkarena baju zirahnya yang berwarna putih. Di mana saat itu dia memakaitombak trisula menyerbu ke pasukan Gaoli dan menimbulkan banyakkorban. Di masa kaisar Tang Gaozong, dia pernah menyelamatkan sangkaisar ketika ada banjir bandang di daerah istana peristirahatan jamanitu.Juga tercatat dia pernah sekali kalah besar dalam perang melawan Tujue karena ada persaingan dengan panglima lainnya. Si panglima saingan itu tidak mau menuruti perintah Xue dan berakibat kekalahan besar bagi pasukan Tang. Satu kejadian yang fenomenal dalam hidupnya adalah dengan tiga anak panah dia membunuh tiga panglima musuh. Akan tetapi kaisar Tang Gaozong kemudian memberikan amnesti mengingatjasa-jasanya. Di kemudian hari dia juga mengalami pengasingan sebelumkemudian ditugaskan kembali melawan Tujue. Kalau tidak salah itupeperangan besarnya yang terakhir. Di perang itu pasukan Tang menangbesar karena pasukan Tujue gentar mendengar nama Xue Rengui yang dikira sudah meninggal (karena pengasingan). Semasa pengabdian Sie Djien Kwie Pada dinasti Tang pada tahun 649 sampai dengan Tahun 683. Shi Djin koei mengalami kesuksesan besar dalam berperang dan berhasil mengalahkan musuh-musuhnya terutama perangnya didaerah kawasan Timur Asia. Tahun 683, Sie Djien Kwie meninggal Dunia yang kemudian dilanjutkan oleh kedua anaknya Xue Na dan Xue Chu Yu. Dalam kaitannya cerita pada lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang merupakan sebuah foklor dari masyarakat Tiong Hoa. Cerita Joko Sie Djien Kwie Tjeng Tang sangat diminati oleh masyarakat pada umumnya, karena di dalamnya terkandung makna filosofis bagi kehidupan masyarakat Tiong Hoa. Sie Jin Kwie adalah sebuah kisah Tiongkok klasik yang kini tak banyak dikenali lagi oleh masyarakat Tiong Hoa di Indonesia. Seperti halnya Sam Kok, Ouw Peh Coa, Song Kang, Sampek Engtay, dan See Yu, lakon ini pernah terkenal pada abad XX-an. Tak hanya masyarakat Tiong Hoa, tetapi juga masyarakat Indonesia sendiri sekitar tahun 1950-an. Lakon ini merupakan kisah kepahlawanan, kewiraan, dan patriotisme serta keikhlasan membela negara. Sikap seperti ini sudah jarang kita temukan pada saat ini. Pertunjukan Wayang Potehi biasanya dilakukan dua kali dalam setahun dan itupun kita menikmatinya hanya didalam Kelenteng, tetapi dengan pergeseran fungsi dan makna dari lakon itu sendiri Wayang Potehi khususnya lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang menjadi sebuah tontonan rakyat dan hiburan yang bisa dinikmati oleh siapapun. Pertunjukan ini adalah kisah Sie Djin Kwie menggempur negeri timur atau Sie Djin Kwie Tjeng Tang.Bermula dari mimpi Kaisar Lie Sie Bin, kaisar Dinasti Tang. Dalam mimpinya, ia diselamatkan oleh seorang pemuda berbaju putih yang memiliki senjata tombak cagak. Mimpi ini ia ceritakan kepada penasihatnya, Kunsu Djie Bok Kong. Penasihat Djie kemudian menerka pemuda dalam mimpi Raja itu adalah Sie Djin Kwie. Raja begitu mempercayai ramalan itu hingga keinginannya untuk bertemu sangat menggebu. Suatu ketika Kaisar Lie Sie Bin mendapat ancaman dari Kerajaan Ko Lek Kok yang telah dikudeta oleh Jenderal Gay Souw Bun. Ko Lek Kok adalah daerah di bawah pemerintahan Dinasti Tang. Mereka menyatakan perang terhadap pemerintahan yang sah. Bendera perang dikibarkan. Lie Sie Bin segera mengutus Tio Siu Koei menjadi komandan perang sekaligus bertugas untuk mencari pahlawan dalam mimpi kaisar. Sungguh buruk watak Tio Siu Koei. Bersama Oet Tie Kiong dan keluarga, mereka bermaksud menyembunyikan identitas Sie Jin Kwie jika muncul. Akan tetapi kebenaran akan selalu menang, akhirnya Sie Djien Kwie berhasil ditemukan dan menjadi raja di negeri timur.Dengan mencermati pembahasan yang sudah ada, pertunjukan lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang mempunyai fungsi yaitu: (1) seni sebagai sarana ritual; (2) seni sebagai ungkapan pribadi (hiburan); (3) seni sebagai pendidikan moral; (4) seni sebagai sumbangan pelestarian budaya; (5) seni sebagai sarana memperoleh penghasilan sampingan. Fungsi Lakon Sie Djien Kwie Djien TangFungsi Sebagai Ritual KeagamaanSeperti yang telah disebutkan di muka, fungsi-fungsi ritual seni pertunjukan di Indonesia banyak berkembang di kalangan masyarakat yang dalam tata kehidupannya masih mengacu pada nilai-nilai budaya agraris, serta masyarakat yang memeluk agama yang dalam kegiatam-kegiatan ibadahnya sangat melibatkan seni pertunjukan, misalnya masyarakat Tiong Hoa pada pertunjukan Wayang Potehi. Secara garis besar seni pertunjukan ritual memiliki ciri-ciri khas, yaitu : (1) diperlukan tempat pertunjukan yang terpilih, yang biasanya dianggap sakral; (2) diperlukan pemilihan hari serta saat yang terpilih dan biasanya dianggap sakral; (3) diperlukan pemain yang terpilih, biasanya mereka yang dianggap suci, atau mereka yang telah membersihkan diri secara spiritual: (4) diperlukan seperangkat sesaji, yang kadang-kadang sangat banyak jenis dan macamnya; (5) tujuan lebih dipentingkan dari pada penampilannya serta estetis; dan (6) diperlukan busana yang khas.Pertunjukan Sie Djien Kwie Tjeng Tang biasanya dilakukan diKelenteng dengan menggunakan pakaian tertentu yang diiringi nyanyian-nyanyian adat Tiong Hoa, serta membuat sajian-sajian (sesaji) yang khas dan ketika lakon ini di pentaskan di Klenteng, sebetulnya mereka bermain untuk para dewa dan roh leluhur, entah pertunjukan itu ditonton masyarakat atau tidak, meraka tetap menggelar pementasan itu. Umumnya, wayang ini digelar pada pukul 15.00 hingga 17.00 dan pukul 19.00 hingga 21.00. Lakon yang disampaikan pada masing-masing waktu berbeda. Misalnya, pada waktu siang digelar lakon Sie Djien Kwie Tjeng See dan dimalam hari dengan lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang. Dimana pertunjukan ini sangat dinantikan oleh umat Kong Hu Cu untuk mengambil berkah. Lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang mempunyai keberkahan tersendiri bagi umat dan juru kunci yang ada di Kelenteng. Apabila lakon ini tidak dimainkan atas saran dewa, semua orang yang sembahyang akan mendapat keburukan dalam satu tahun yang akan datang. Untuk itu, lakon ini selalu dimainkan satu kali atau dua kali di dalam Kelenteng dalam satu hari.Biasanya lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang merupakan pertunjukan terlaris dipasaran. Pertunjukan ini di pentaskan dua kali, yaitu pada siang hari dan malam hari tergantung permintaan juru kunci atau para Dewa. Bentuk secara keseluruhan pementasan dari wayang potehi lakon Sie Djien Kwie di Kelenteng Hok Siang Kiong di Kota Mojokerto ini memang tidak berbeda dengan kota-kota pada umumnya. Hanya saja perbedaan ini terletak pada lakon yang akan dimainkan oleh dalang dan sesuai permintaan juru kunci kelenteng dan dewa tentunya. Dimana pada saat itu adalah hari raya umat Kong Hu Cu.Gambar. Upacara Keagamaan pada hari Imlek (Dok.Restya dan Sisca)Upaca ini sangat unik, diawali pada malam tanggal 15 rumah masyarakat Tiong Hoa dan bangsa Hok Tjia memasang lilin diatas meja Sin Bingnya (Toapekong) yang jumlahnya berpuluh-puluh lilin, lalu membuat keramaian seperti memukul-mukul gamelan, membuat bunyi-bunyian seperti tambur, kecer, gembreng, dan lain sebagainya, beberapa orang menari, dan terdapat wayang Potehi dengan Lakon Sie Djien Kwie, masyarakat itu sambil mengenakan pakaian bagus (pakaian merah khas China) berjalan ke Kwan Im Ting ( Dalam Kelenteng) menuju ke tempat suci yaitu Kwan Im Hoet Tjio (dewa yang kasihan kepada manusia) dan disudut ruangan itu di terangi oleh lilin-lilin. Di dalam tempat suci orang memasang dupa (Hio) lalu Soja (sujud 3 kali) di hadapan Kwan Im Hoet Tjo, lalu mengangkat bambu dari kayu yang isinya 60 biji, belahan-belahan bambu yang masing-masing ada tulisan 2 kata (letter) dari Thian Kan Tee Tji (perhitungan) yaitu: Kah Tjoe31.Kah NgoIt Thioe32.Iat BiPia In33.Pia SanTing Bau34. Ting LoeBo Sin35. Bo SoetKi Tji 36. Ki HaijKe Ngo37. Ke TjoeSin Bi38. Sin ThioeDjiem Sin39. Djiem InKoei Ioe40. Koei BauKah Soet41.Kah SinIt Haij42.Lat TjiPia Tjoe43. Pia NgoTing Thioe44.Ting BiBo In45. Bo SinKi Bau46.Ki LoeKe Sin47. Ke SoetSin Tji48. Sin HaijDjim Ngo49. Djim TjoeKoei Bi50.Koei ThioeKah Sin51.Kah InLat Loe52.Lat BauPia Soet53.Pia SinTing Haij54. Ting TjiBo Tjoe55. Bo NgoKi Thioe56.Ki BiKek In57.Ke SinSin Bau58. Sin LoeDjim Sin59. Djim SoetKoei Tji60. Koei HaijGambar. Juru Kunci ritual Tjap Go Me (Dok. Restya dan Sisca)Orang yang sembahyang itu biasanya bertanya kepada dewa agar diberi petunjuk. Lalu bumbung itu digoncang-goncangkan samapai ada yang keluar. Sebilah bambu yang sudah berisikan tulisan lalu dipungut dan diletakkan di hadapan Kwan Im Hoet Tjo, lalu mengambil potongan kayu (macam belah telor) terlemparkan (Poah Powe), jikalau 2 potongan kayu itu jatuhnya 1 melumah (iang) dan 1 mengkurep (im) yaitu tandanya yang kita punya betul penyautannya didalam fasal letter yang keluar tadi, maka orang yang sembahyang itu, lalu minta surat penyuratan (Tjiam Si) kepada Howee Sio (Padri). Disini bisa mendapat ketentuan atau petunjuk apa yang menjadi niat dan permohonan seseorang tersebut. Setelah itu banyak yang meminta kue, buah, sesajen dan uang Toapekong pada Howee Sio (padri) dan harus berjanji jikalau ketetapan yang terjadi tadi benar maka orang tersebut akan membayar berlipat ganda pada Tjap Go Me selanjutnya. Lalu nama-nama orang yang mengambil pinjaman itu semua ditulis oleh wesio (padri) didalam buku Toapekong. Itulah tata cara yang sakral pada hari raya Tjap Go Me yang selanjutnya terdapat upacara kecil oleh Sehu (dalang) sebelum pertunjukan Wayang Potehi dimulai.Sehu memilih Lakon Sie Djien Kwie. Agar mendapat barokah sang dewa, dalang dan juru kunci mengadakan upacara sesembahan. Dimana dalang mengambil 2 potongan kayu yang mirip belah telor yang bernama Poah Powe. Poah Powe ini adalah alat perantara bagi dalang dan dewa. Setelah itu dalang melemparkan Poah Powe ini kelantai. Poah Powe mempunyai perjanjian, kalau Poah Powe ini dua-duanya tengkurap (im) itu tandanya sang dewa sedang marah. jika Poah Powe ini terbuka dua-duanya itu pertanda sang dewa sedih/tertawa (tidak setuju). Sedangkan Poah Powe ini yang satu terbuka dan yan satu tengkurap, berarti sang dewa setuju. Itu tandanya lakon Sie Djien Kwie harus dimainkan dua kali yaitu pada pukul 15.00-17.00 dan 19.00-21.00.Sesudah ritual naskah, tepat pukul 3 sore musik china dimainkan. Terdapat alat musik yang bernama tong ko (sejenis tambur), piak ko (bilah kayu), ua lo dan sio lo (gembreng besar dan kecil), tua jwee (trompet logam), hian na (rebab), dan gwee khim (mandolin). Setelah itu untuk mengundang para penonton dan umat yang sedang berada di kelenteng agar keluar, naga hijau, naga merah, naga hitam, dan naga kuning mengelilingi desa/kelenteng. Dimana naga ini biasanya datang bersamaan dengan bacang (seperti badut tapi ini termasuk tokoh dewa Duan Wuji).Pertunjukan wayang potehi lakon Sie Djien Kwie, tiap babak diselingi nyanyian dan musik China. Setelah pertunjukan berakhir, Grup Yensen Project selalu membagi-bagikan hadiah kepada penonton dengan gratis.Fungsi Sebagai HiburanFungsi lain dari kesenian ini adalah sebagai hiburan, artinya pada pertunjukan ini terlepas dari fungsi ritual keagamaan. Sehingga cerita yang di kemas sedikit berbeda dengan pertunjukan aslinya yang ada di Kelenteng. Babak yang dipilih di padukan dengan masyarakat yang ada di Kota itu. Pada pertunjukan Sie Djien Kwie Tjeng Tang di masyarakat non Tiong Hoa, pertunjukan ini terdapat tambahan cerita atau celetukan yang terdapat di kalangan masyarakat yang ada di Kota tersebut. Biasanya pada awal cerita Sie Djien Kwie di beri lagu atau syair China, Barongsai dan Bacang. Bacang ialah makanan untuk menghormati seorang pahlawan yang mati akibat difitnah orang bentuk peringatan adalah makan bacang (Hanzi, hanyu pinyin: rouzong) makanan ini terdiri dari daging cacah sebagai isi dari beras ketan dibungkus daun bambu dan diikat tali bambu. Di beberapa tempat di Indonesia, diadakan festival untuk memperingati sembahyang bacang atau yang biasa disebut juga Duan Wuji. Biasanya bacang menari-nari sebelum pertunjukan dimulai sesudah itu, Sie Djien Kwie datang dengan memakai juba putih. Fungsi bacang dan barongsai memberikan suasana meriah dan melibatkan penonton, sehingga penonton pun aktif pada pertunjukan tersebut. Tidak ada tata cara atau pantangan pada adegan adegan bacang dan barongsai. ternyata para pemain merasa senang dan gembira bila mengikuti pementasan, karena kesenian ini tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan pesan tertentu pada masyarakat baik ajaran kehidupan, maupun ajaran keagamaan bagi umat Kong Hu Cu. Lakon Sie Djien Kwie ini mendapat sambutan yang cukup baik sebagai kesenian yang dapat memberi hiburan bagi masyarakat. Ini terlihat dari antusias penonton yang ikut menari dan berfoto dengan pemain barongsai.Fungsi Sebagai Sumbangan Pelestarian BudayaPada lakon Sie Djien Kwie dalam pertunjukan Wayang Potehi selain sebagai bentuk ibadah bagi agama Kong Hu Cu juga digunakan sebagai sumbangan pada pelestarian budaya. Dulu Wayang Potehi dengan lakon Sie Djien Kwie ini sering kita jumpai di Kelenteng saja, namun seiring perkembangan jaman pertunjukan ini sering kita jumpai diberbagai tempat. Hal demikian terlihat dalam salah satu kegiatan latihan rutin yang di adakan oleh Grup Yensen Kota Mojokerto yang sudah berkeliling selama tiga bulan untuk menghibur masyarakat Mojokerto. Dalam tiga bulan terdapat 18 pementasan Wayang Potehi, namun hanya tiga kali sang dalang (Sehu) mempertunjukan lakon Sie Djien Kwie. Dimana cerita tersebut dicuplik satu babak saja, dan intinya yang tak lain adalah bekerja keraslah, jangan mudah putus asa, dann jujur itu sangat penting. Sehingga aktualisasi kesenian ini terjaga dengan adanya pementasan diluar Kelenteng. Dengan demikian sosialisasi lebih bisa efektif dan menambah apresiasi masyarakat sekitar terhadap kesenian ini semakin bertambah serta memperkaya khasanah kesenian masyarakat Mojokerto. Fungsi Sebagai Alat Pendidikan MoralPada pertunjukan ini juga dapat berfungsi sebagai fungsi pendidikan terhadap para penikmat seni yang ada di Mojokerto. pada anak-anak banyak yang dipelajari dari lakon ini, contohnya pada jilid satu, Sie Djien Kwie tidak pernah menyerah, suka menolong, seorang pekerja keras, selalu sabar dalam menghadapi cobaan, serta selalu yakin akan adanya Tuhan. Dalam masyarakat umum, cerita ini bisa diambil inti sarinya yaitu Sie Djien Kwie akan selalu berjuang meskipun harus berlumuran darah, jujur kepada siapapun, pemimpin yang baik bagi rakyatnya, suami yang setia, ayah yang baik bagi anak-abaknya, penuh dengan spirit positif serta tidak banyak bicara tetapi banyak bertindak. Penonton sangat antusias apabila tokoh-tokoh tersebut melakukan perang, sedangkan bagi anak-anak lakon Sie Djien Kwie sangat digemari karena mereka sangat antusias dengan nama-nama tokoh pada wayang tersebut. SimpulanWayang Potehi di Kelenteng Hok Siang Kiong membawa pengaruh besar terhadap masyarakat Mojokerto khususnya bagi umat yang beragama Kong Hu Cu. Bahkan sekelompok orang sangat tertarik sekali akan kesenian wayang Potehi. Dengan adanya kelompok-kelompok yang seperti itu, wayang Potehi mulai terangkat dan berkembang. Yensen Project adalah salah satu kelompok yang mengagumi akan kesenian wayang Potehi. Dengan peran pendukung yang begitu banyak, wayang potehi kerap kali tampil dengan berbagai penataan panggung yang sangat unik. Salah satu lakon yang menjadi fenomena yaitu lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang. Keunikannya yaitu terletak pada permainan boneka serta lakonnya. Karena lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang adalah lakon yang mempunyai berbagai macam babak yang bisa dimainkan dimana saja. Namun kebanyakan lakon ini dipentaskan di dalam Kelenteng untuk menghormati para dewa. Konon, pada zaman dinasti Tjeng Tang, Sie Djien Kwie ini adalah seseorang yang mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat di Cina, bisa di pastikan lakon ini merupakan dewa bagi masyarakat Cina pada masa itu. Apabila lakon tersebut tidak dimainkan, umat yang melakukan ibadah dipercaya akan mendapat malapetaka. Lakon Sie Djien Kwie Tjeng Tang merupakan lakon yang mempunyai sejarah panjang. Menurut Denys Lombard wayang Potehi pertama kali dimainkan di halaman kelenteng, berkaitan dengan upacara keagamaan. Kisah yang diceritakan berupa kisah besar roman tiga kerajaan atau kisah Si Jin Kui (Xue Rungui). Teksnya berbahasa melayu kuno, dengan beberapa penggalan singkat dalam bahasa hokkian. Diiringi alat musik khas Cina, seperti: Erhu, clariet, dan tambur (Gong, 2005: 12). Yensen Project mempunyai group wayang potehi dari berbagi kota, diantaranya Tulung Agung, Jombang, Surabaya dan Mojokerto. Keunikan yang lain ialah terletak pada boneka yang kecil dan hanya bisa dimainkan oleh jari jemari saja, disamping itu segi permainannya sangat unik, boneka bisa di putar hingga 360 derajat, cerita lakon yang dimainkan memiliki ritual sendiri. Panggung selalu menyesuaikan dengan lakon yang dibawakan oleh dalang.Daftar PustakaBurke, Peter. 2011. Sejarah Dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.Hardjana, Suka. 1995. Seni Pertunjukan Indonesia. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Haryanto, S. 1988. Sejarah dan Perkembangan Wayang. Jakarta: Djambatan. Kuardhani, Hirwan. 2011. Toni Harrsono Maecenas Potehi dari Gudo. Yogya-Gudo: Yensen Project.Soejatmiko, Basuki. 1885. Hari Raya Tiong Hoa Tempo Doeloe Di Hindia Beland. Surabaya: Rama Press Surabaya.Sumandiyo, Hadi, Y. 2006. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Penerbit Buku Pustaka.