lampiran hasil

43
Lampiran 1. Pembuatan Konsentrasi Suspensi Bakteri 1. Peremajaan bakteri Bakteri Vibrio furnisii diremajakan (ditumbuhkan kembali) dengan cara mengambil 1 ose kultur Vibrio furnisii dari media NA miring dipindah ke media NA yang baru dengan metode gores (strik). Bakteri diinkubasi pada suhu ruang 29 - 30C dengan lama waktu 24 jam. Media kultur bakteri tersebut dimasukkan ke lemari pendingin untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi serta menghambat pertumbuhan bakteri. 2. Penentuan kurva baku Penentuan kurva baku dilakukan dengan awal penentuan beberapa buah titik yang dihubungkan dengan jumlah koloni bakteri (cfu/ml) dan diregresikan untuk memperoleh persamaan yang digunakan untuk mempermudah penentuan konsentrasi bakteri yang akan digunakan. Titik OD yang telah ditentukan dibuat dengan cara mengambil 1 ml kultur (media NB) dimasukkan dalam NaCl fisiologis dan divortex hingga homogen kemudian diencerkan. Suspensi diencerkan 10 2 , 10 4 , 10 6 , 10 8 , 10 10 ,

Upload: mohammad-kharis

Post on 14-Jun-2015

137 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lampiran hasil

Lampiran 1. Pembuatan Konsentrasi Suspensi Bakteri

1. Peremajaan bakteri

Bakteri Vibrio furnisii diremajakan (ditumbuhkan kembali) dengan cara

mengambil 1 ose kultur Vibrio furnisii dari media NA miring dipindah ke media

NA yang baru dengan metode gores (strik). Bakteri diinkubasi pada suhu ruang 29

- 30C dengan lama waktu 24 jam. Media kultur bakteri tersebut dimasukkan

ke lemari pendingin untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi serta

menghambat pertumbuhan bakteri.

2. Penentuan kurva baku

Penentuan kurva baku dilakukan dengan awal penentuan beberapa buah

titik yang dihubungkan dengan jumlah koloni bakteri (cfu/ml) dan diregresikan

untuk memperoleh persamaan yang digunakan untuk mempermudah penentuan

konsentrasi bakteri yang akan digunakan. Titik OD yang telah ditentukan dibuat

dengan cara mengambil 1 ml kultur (media NB) dimasukkan dalam NaCl

fisiologis dan divortex hingga homogen kemudian diencerkan. Suspensi

diencerkan 102, 104, 106, 108, 1010, 1012 dan masing-masing pengenceran

ditumbuhkan pada media NA menggunakan metode pour plate.

Metode pour plate dilakukan dengan cara mengambil 1 ml dari suspensi

yang diencerkan dengan menggunakan pipet volume dimasukkan kedalam

petridish dan diberi media NA sebanyak 15 ml dengan suhu 45-50°C. Bakteri

yang ditumbuhkan pada media NA diinkubasi pada suhu 29-30°C selama 24 jam.

Jumlah koloni bakteri dihitung dengan colony counter kemudian dihubungkan

dengan OD sehingga diperoleh kurva baku. Jumlah koloni bakteri di dalam media

NA harus berkisar antara 30 – 300 CFU/ml (Benson, 1992).

Page 2: Lampiran hasil

43

Lampiran 1. (lanjutan)

Tabel 9. Jumlah koloni bakteri dari suspensi pengenceran

Pengenceran OD (x) Jumlah koloni bakteri (cfu/ml) 102 0,01 51 x 104

104 0,04 32 x 106

106 0,08 50 x 108

108 0,12 31 x 1010

1010 0,16 43 x 1012

Persamaan kurva baku yang telah diperoleh yaitu y = 47,348x + 4,1218.

Nilai y adalah nilai log suspensi bakteri yang telah ditentukan sebelumnya untuk

masing-masing perlakuan. Nilai x adalah nilai OD yang digunakan untuk

menentukan konsentrasi suspensi bakteri dalam perlakuan. Hubungan antara OD

(Optical Density) dan jumlah koloni bakteri Vibrio furnisii (cfu/ml) dengan

persamaan regresi kurva baku dapat dilihat pada Diagram 1.

Diagram 1. Hubungan antara OD (Optical Density) dan jumlah koloni bakteri Vibrio furnisii (cfu/ml).

Page 3: Lampiran hasil

44

Lampiran 1. (lanjutan)

3. Pembuatan suspensi bakteri Vibrio furnisii

Konsentrasi suspensi bakteri yang telah ditentukan sebelumnya adalah 102

cfu/ml, 104 cfu/ml, 106 cfu/ml, 108 cfu/ml, dan 1010 cfu/ml. Konsentrasi bakteri 102

cfu/ml yang akan dimasukkan ke dalam 10000 ml air maka konsentrasi bakteri

menjadi = 102 x 104 = 106 cfu/ml. Konsentrasi 104 cfu/ml menjadi 108 cfu/ml,

konsentrasi 106 cfu/ml menjadi 1010 cfu/ml, konsentrasi 108 cfu/ml menjadi 1012

cfu/ml, konsentrasi 1010 cfu/ml menjadi 1014 cfu/ml.

Perolehan konsentrasi suspensi bakteri 106 cfu/ml maka nilai log

konsentrasi sebesar y = 6 sehingga nilai OD (x) sebesar 0,04. Nilai log konsentrasi

sebesar y = 8 sehingga nilai OD (x) sebesar 0,08. Nilai log konsentrasi sebesar y =

10 sehingga nilai OD (x) sebesar 0,12. Nilai log konsentrasi sebesar y = 14

sehingga nilai OD (x) sebesar 0,2. Suspensi bakteri diambil 1 ml dihitung nilai

OD yang diinginkan kemudian dimasukkan ke perlakuan.

Page 4: Lampiran hasil

45

Lampiran 2. Proses Pembuatan Preparat Histopatologi

Prosedur pembuatan preparat histopatologi (Suntoro, 1983) :

a. Fiksasi dan pencucian

Tujuan : 1. Mencegah terjadinya degenerasi post mortem.

2. Mematikan kuman atau bakteri.

3. Meningkatkan afinitas jaringan terhadap bermacam-

macam zat warna.

4. Menjadikan jaringan lebih keras sehingga mengawetkan

bentuk yang sebenarnya dan agar mudah dipotong.

5. Meningkatkan indeks refraksi berbagai komponen

jaringan.

Bahan : larutan Bouin

Cara kerja : 1. Setelah hewan percobaan mati maka segera dilakukan

dilakukan pembedahan tubuh.

2. Kemudian masing-masing organ diambil dan

dimasukkan ke dalam larutan Bouin selama 24 jam.

3. Dilakukan pencucian dengan air PDAM.

b. Dehidrasi dan Clearing

Tujuan : 1. Menarik air dari jaringan

2. Membersihkan dan menjernihkan jaringan

Bahan : Alkohol 70%, 80%, 95%, 96%, alkohol absolut I,II dan III dan

xylol

Page 5: Lampiran hasil

46

Cara kerja : organ yang telah dicuci dengan air dimasukkan ke dalam

alkohol dengan urutan 70%, 80%, 95%, 96%, alkohol absolut I, alkohol

absolut II masing-masing 30 menit, kemudian dimasukkan ke dalam xylol.

Lampiran 2. (lanjutan)

c. Impregnasi (infiltrasi)

Tujuan : Menginfiltrasi jaringan dengan parafin, parafin akan menembus

ruang antar sel dan bagian dalam sel sehingga jaringan akan lebih tahan

terhadap pemotongan.

Bahan : Parafin I dan II

Cara kerja :

1. Organ dimasukkan dalam parafin I yang masih cair

2. Kemudian diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 55 - 56° C

selama 30 menit

3. Setelah 30 menit dipindahkan ke parafin II yang masih cair.

4. Kemudian diinkubasi kembali ke dalam inkubator dengan suhu

60°C selama 30 menit.

d. Embedding (pembuatan blok parafin)

Tujuan : Agar jaringan mudah dipotong

Bahan : parafin cair

Cara kerja :

1. Mempersiapkan beberapa cetakan besi yang diolesi dengan gliserin

agar parafin tidak melekat pada besi.

2. Kemudian cetakan besi diisi dengan parafin cair.

Page 6: Lampiran hasil

47

3. Setelah itu organ dimasukkan ke dalam cetakan dan menunggu

sampai parafin membeku atau mengeras.

Lampiran 2 (lanjutan)

e. Sectioning (pengirisan tipis)

Tujuan : untuk memotong jaringan setipis mungkin agar mudah dilihat di

bawah mikroskop.

Cara kerja :

1. Blok parafin yang telah mengeras diiris dengan mikrotom dengan

ketebalan 0,4 – 0,7 mm.

2. Kemudian dimasukkan ke dalam air hangat dengan suhu 42 - 45° C

sampai jaringan mengembang dengan baik.

3. Sebelum meletakkan jaringan maka dilakukan pengolesan gelas

obyek dengan layer albumin

4. Setelah diolesi layer albumin kemudian jaringan dicetak pada gelas

obyek

5. Untuk mempercepat pengeringan maka jaringan dikeringkan di

atas hot plate

f. Pengecatan (pewarnaan)

Tujuan : untuk meningkatkan kontras alamiah yang sudah ada untuk

menunjukkan sel, komponen jaringan dan bahan ekstrinsik yang

akan diteliti.

Cara kerja :

Page 7: Lampiran hasil

48

1. Jaringan yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam xylol I

selama 3 menit.

2. Setelah 3 menit, jaringan dimasukkan ke dalam xylol II selama 1

menit kemudian jaringan dimasukkan ke dalam alkohol dengan urutan

alkohol absolut I, II, alkohol 96%, 90%, 80%, 70% dan air PDAM selama

1 menit.

Lampiran 2. (lanjutan)

3. Setelah 1 menit jaringan dimasukkan ke dalam zat warna Harris

selama 5-10 menit kemudian direndam ke dalam air PDAM selama 5

menit.

4. Setelah 5 menit jaringan direndam kemudian dimasukkan ke dalam

alkohol asam sebanyak 3 - 10 kali dan dimasukkan ke dalam air PDAM

sebanyak 4 kali.

5. Jaringan tersebut dimasukkan ke dalam air PDAM selama 10 menit

kemudian dimasukkan ke dalam akuades selama 5 menit

6. Setelah 5 menit jaringan dimasukkan ke dalam bahan dengan

urutan alkohol 70%, 80%, 95%, 96%, alkohol absolut I dan II masing-

masing 0,5 menit kemudian dimasukkan ke dalam xylol I dan II masing-

masing 2 menit.

7. Setelah 2 menit jaringan dibersihkan dari sisa-sisa pewarnaan.

g. Mounting

Suatu penutupan obyek gelas dengan cover glass yang sebelumnya ditetesi

dengan Canada balsam

Page 8: Lampiran hasil

49

Pemeriksaan mikroskospis : setelah pembuatan preparat selesai dilakukan

pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop. Pemeriksaan dilakukan dengan

pembesaran lemah sampai kuat yaitu 100X, 400X dan 1000X.

Page 9: Lampiran hasil

50

Lampiran 3. Hasil Skoring Perubahan Histopatologi Organ Hepar Juvenil Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) Akibat Haemorrhagi, Infiltrasi Sel Radang dan Nekrosis

Tabel 10. Skoring Haemorrhagi

Perlakuan U Lapang pandang Rata-rata1 2 3 4 5

P0 I 1 1 1 1 1 1II 1 1 1 1 1 1III 1 1 1 1 1 1

P1 I 1 1 1 1 1 1II 1 1 1 1 1 1III 1 1 1 1 1 1

P2 I 1 1 1 1 1 1II 1 1 1 1 1 1III 1 1 1 1 1 1

P3 I 2 1 1 1 1 1,2II 1 1 1 1 1 1III 1 1 1 1 1 1

P4 I 1 1 1 1 2 1,2II 1 1 2 1 1 1,2III 1 1 1 2 1 1,2

P5 I 1 1 1 1 2 1,2II 1 1 1 2 1 1,2III 1 1 1 1 2 1,2

Page 10: Lampiran hasil

51

Lampiran 3. (lanjutan)

Tabel 11. Skoring Infiltrasi Sel Radang

Perlakuan U Lapang pandang Rata-rata1 2 3 4 5

P0 I 1 1 1 1 2 1,2II 1 1 2 1 1 1,2III 1 1 1 0 1 0,8

P1 I 2 1 1 1 1 1,2II 2 1 1 1 0 1III 1 1 1 1 1 1

P2 I 2 1 1 1 1 1,2II 1 1 1 1 1 1III 2 1 1 1 1 1,2

P3 I 1 1 1 1 2 1,2II 1 2 1 1 1 1,2III 2 1 1 1 1 1,2

P4 I 2 2 1 1 1 1,4II 2 1 1 2 1 1,4III 1 2 1 1 2 1,4

P5 I 1 1 2 2 1 1,4II 1 2 2 1 1 1,4III 1 2 2 1 1 1,4

Tabel 12. Skoring Nekrosis

Perlakuan U Lapang pandang Rata-rata1 2 3 4 5

P0 I 1 1 2 2 1 1,4II 1 1 1 1 1 1III 1 1 1 0 1 0,8

P1 I 2 1 2 1 1 1,4II 1 1 1 1 1 1III 1 1 1 1 1 1

P2 I 1 1 1 1 2 1,2II 1 2 1 1 1 1,2III 1 2 1 1 1 1,2

P3 I 2 2 1 1 1 1,4II 1 1 1 2 1 1,2III 1 1 1 1 1 1

P4 I 1 1 2 1 1 1,2II 1 1 1 2 1 1,2III 1 1 2 1 1 1,2

P5 I 2 2 1 1 1 1,4II 1 1 1 1 2 1,2III 1 1 2 1 1 1,2

Page 11: Lampiran hasil

52

Lampiran 4. Uji Kruskal Wallis Perubahan Histopatologi Akibat Haemorrhagi, Infiltrasi Sel Radang dan Nekrosis

NPar Tests

Descriptive Statistics

18 1.2111 .17452 .80 1.40

18 1.1778 .16647 .80 1.40

18 1.0778 .10033 1.00 1.20

18 3.5000 1.75734 1.00 6.00

Infiltrasi Sel radang

Nekrosis

Haemorrhagi

Kelompok

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Kruskal-Wallis Test

Ranks

3 6.00

3 4.83

3 6.67

3 8.50

3 15.50

3 15.50

18

3 7.00

3 7.83

3 10.00

3 10.00

3 10.00

3 12.17

18

3 6.00

3 6.00

3 6.00

3 9.00

3 15.00

3 15.00

18

KelompokPo

P1

P2

P3

P4

P5

Total

Po

P1

P2

P3

P4

P5

Total

Po

P1

P2

P3

P4

P5

Total

Infiltrasi Sel radang

Nekrosis

Haemorrhagi

N Mean Rank

Test Statisticsa,b

13.872 2.078 14.351

5 5 5

.016 .838 .014

Chi-Square

df

Asymp. Sig.

InfiltrasiSel radang Nekrosis Haemorrhagi

Kruskal Wallis Testa.

Grouping Variable: Kelompokb.

Page 12: Lampiran hasil

53

Lampiran 4. (Lanjutan)

NPar Tests (Infiltrasi Sel Radang)

Descriptive Statistics

6 1.0667 .16330 .80 1.20

6 1.1000 .16733 .80 1.20

6 1.1333 .16330 .80 1.20

6 1.2333 .23381 .80 1.40

6 1.2333 .23381 .80 1.40

6 1.1000 .10954 1.00 1.20

6 1.1333 .10328 1.00 1.20

6 1.2333 .19664 1.00 1.40

6 1.2333 .19664 1.00 1.40

6 1.1667 .08165 1.00 1.20

6 1.2667 .16330 1.00 1.40

6 1.2667 .16330 1.00 1.40

6 1.3000 .10954 1.20 1.40

6 1.3000 .10954 1.20 1.40

6 1.4000 .00000 1.40 1.40

6 1.5000 .54772 1.00 2.00

PO-P1

P0-P2

PO-P3

P0-P4

PO-P5

P1-P2

P1-P3

P1-P4

P1-P5

P2-P3

P2-P4

P2-P5

P3-P4

P3-P5

P4-P5

KELOMPOK

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Page 13: Lampiran hasil

54

Lampiran 4. (Lanjutan)

Mann-Whitney Test (Infiltrasi Sel Radang)Ranks

3 3.67 11.00

3 3.33 10.00

6

3 3.33 10.00

3 3.67 11.00

6

3 3.00 9.00

3 4.00 12.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 3.00 9.00

3 4.00 12.00

6

3 2.50 7.50

3 4.50 13.50

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 3.00 9.00

3 4.00 12.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 3.50 10.50

3 3.50 10.50

6

KELOMPOK1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

PO-P1

P0-P2

PO-P3

P0-P4

PO-P5

P1-P2

P1-P3

P1-P4

P1-P5

P2-P3

P2-P4

P2-P5

P3-P4

P3-P5

P4-P5

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

4.000 4.000 3.000 .000 .000 3.000 1.500 .000 .000 3.000 .000 .000 .000 .000 4.500

10.000 10.000 9.000 6.000 6.000 9.000 7.500 6.000 6.000 9.000 6.000 6.000 6.000 6.000 10.500

-.236 -.258 -1.000 -2.121 -2.121 -.745 -1.581 -2.121 -2.121 -1.000 -2.121 -2.121 -2.236 -2.236 .000

.814 .796 .317 .034 .034 .456 .114 .034 .034 .317 .034 .034 .025 .025 1.000

1.000a

1.000a

.700a

.100a

.100a

.700a

.200a

.100a

.100a

.700a

.100a

.100a

.100a

.100a

1.000a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

PO-P1 P0-P2 PO-P3 P0-P4 PO-P5 P1-P2 P1-P3 P1-P4 P1-P5 P2-P3 P2-P4 P2-P5 P3-P4 P3-P5 P4-P5

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: KELOMPOKb.

Page 14: Lampiran hasil

55

Lampiran 4. (Lanjutan)

NPar Tests (Haemorrhagi)

Descriptive Statistics

6 1.0000 .00000 1.00 1.00

6 1.0000 .00000 1.00 1.00

6 1.0333 .08165 1.00 1.20

6 1.1000 .10954 1.00 1.20

6 1.1000 .10954 1.00 1.20

6 1.0000 .00000 1.00 1.00

6 1.0333 .08165 1.00 1.20

6 1.1000 .10954 1.00 1.20

6 1.1000 .10954 1.00 1.20

6 1.0333 .08165 1.00 1.20

6 1.1000 .10954 1.00 1.20

6 1.1000 .10954 1.00 1.20

6 1.1333 .10328 1.00 1.20

6 1.1333 .10328 1.00 1.20

6 1.2000 .00000 1.20 1.20

6 1.5000 .54772 1.00 2.00

PO-P1

P0-P2

PO-P3

P0-P4

PO-P5

P1-P2

P1-P3

P1-P4

P1-P5

P2-P3

P2-P4

P2-P5

P3-P4

P3-P5

P4-P5

KELOMPOK

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Page 15: Lampiran hasil

56

Lampiran 4. (Lanjutan)

Mann-Whitney TestRanks

3 3.50 10.50

3 3.50 10.50

6

3 3.50 10.50

3 3.50 10.50

6

3 3.00 9.00

3 4.00 12.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 3.50 10.50

3 3.50 10.50

6

3 3.00 9.00

3 4.00 12.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 3.00 9.00

3 4.00 12.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 2.00 6.00

3 5.00 15.00

6

3 2.50 7.50

3 4.50 13.50

6

3 2.50 7.50

3 4.50 13.50

6

3 3.50 10.50

3 3.50 10.50

6

KELOMPOK1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

1.00

2.00

Total

PO-P1

P0-P2

PO-P3

P0-P4

PO-P5

P1-P2

P1-P3

P1-P4

P1-P5

P2-P3

P2-P4

P2-P5

P3-P4

P3-P5

P4-P5

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

4.500 4.500 3.000 .000 .000 4.500 3.000 .000 .000 3.000 .000 .000 1.500 1.500 4.500

10.500 10.500 9.000 6.000 6.000 10.500 9.000 6.000 6.000 9.000 6.000 6.000 7.500 7.500 10.500

.000 .000 -1.000 -2.236 -2.236 .000 -1.000 -2.236 -2.236 -1.000 -2.236 -2.236 -1.581 -1.581 .000

1.000 1.000 .317 .025 .025 1.000 .317 .025 .025 .317 .025 .025 .114 .114 1.000

1.000a

1.000a

.700a

.100a

.100a

1.000a

.700a

.100a

.100a

.700a

.100a

.100a

.200a

.200a

1.000a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

PO-P1 P0-P2 PO-P3 P0-P4 PO-P5 P1-P2 P1-P3 P1-P4 P1-P5 P2-P3 P2-P4 P2-P5 P3-P4 P3-P5 P4-P5

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: KELOMPOKb.

Page 16: Lampiran hasil

57

Lampiran 5. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Persentase Kerusakan Histopatologi Tiap Perlakuan

HaemorrhagiPerlakuan NS (X1 – X) (X1 – X)2 SD

P0 1 1 – 1 = 0 0X = 1 1 1 – 1 = 0 0

1 1 – 1 = 0 0

Jumlah 3 = 0= 0

P1 1 1 – 1 = 0 0X = 1 1 1 – 1 = 0 0

1 1 – 1 = 0 0

Jumlah 3 = 0= 0

P2 1 1 – 1 = 0 0X = 1 1 1 – 1 = 0 0

1 1 – 1 = 0 0

Jumlah 3 = 0= 0

P3 1,2 1,2 – 1,1 = 0,1 0,01X = 1,1 1 1 – 1,1 = 0,1 0,01

1 1 – 1,1 = 0,1 0,01

Jumlah 3,2 = 0,01= 0,1

P4 1,2 1,2 – 1,2 = 0 0X = 1,2 1,2 1,2 – 1,2 = 0 0

1,2 1,2 – 1,2 = 0 0

Jumlah 3,6 = 0= 0

P5 1,2 1,2 – 1,2 = 0 0X = 1,2 1,2 1,2 – 1,2 = 0 0

1,2 1,2 – 1,2 = 0 0

Jumlah 3,6 = 0= 0

NS = Nilai skoringX = Rata-rata skoring tiap perlakuanX1 = Nilai skoring rata-rata tiap ulangan tiap perlakuan

Page 17: Lampiran hasil

58

Lampiran 5. (Lanjutan)

Infiltrasi Sel RadangPerlakuan NS (X1 – X) (X1 – X)2 SD

P0 1,2 1,2 – 1,1 = 0,1 0,01X = 1,1 1,2 1,2 – 1,1 = 0,1 0,01

0,8 0,8 – 1,1 = 0,3 0,09

Jumlah 3,2 = 0,04= 0,2

P1 1,2 1,2 – 1,1 = 0,1 0,01X = 1,1 1 1 – 1,1 = 0,1 0,01

1 1 – 1,1 = 0,1 0,01

Jumlah 3,2 = 0,01= 0,1

P2 1 1 – 1,1 = 0,1 0,01X = 1,1 1,2 1,2 – 1,1 = 0,1 0,01

1 1 – 1,1 = 0,1 0,01

Jumlah 3,2 = 0,01= 0,1

P3 1,2 1,2 – 1,2 = 0 0X = 1,2 1,2 1,2 – 1,2 = 0 0

1,2 1,2 – 1,2 = 0 0

Jumlah 3,6 = 0= 0

P4 1,4 1,4 – 1,4 = 0 0X = 1,4 1,4 1,4 – 1,4 = 0 0

1,4 1,4 – 1,4 = 0 0

Jumlah 4,2

= 0= 0

P5 1,4 1,4 – 1,4 = 0 0X = 1,4 1,4 1,4 – 1,4 = 0 0

1,4 1,4 – 1,4 = 0 0

Jumlah 4,2 = 0= 0

NS = Nilai skoringX = Rata-rata skoring tiap perlakuanX1 = Nilai skoring rata-rata tiap ulangan tiap perlakuan

Page 18: Lampiran hasil

59

Lampiran 5. (lanjutan)

NekrosisPerlakuan NS (X1 – X) (X1 – X)2 SD

P0 1,4 1,4 – 1,1 = 0,3 0,09X = 1,1 1 1 – 1,1 = 0,1 0,01

0,8 0,8 – 1,1 = 0,3 0,09

Jumlah 3,2 = 0,06= 0,25

P1 1,4 1,4 – 1,1 = 0,3 0,09X = 1,1 1 1 – 1,1 = 0,1 0,01

1 1 – 1,1 = 0,1 0,01

Jumlah 3,4 = 0,04= 0,2

P2 1 1 – 1,1 = 0,1 0,01X = 1,1 1,2 1,2 – 1,1 = 0,1 0,01

1,2 1,2 – 1,1 = 0,1 0,01

Jumlah 3,4 = 0,01= 0,1

P3 1,4 1,4 – 1,2 = 0,2 0,04X = 1,2 1,2 1,2 – 1,2 = 0 0

1 1 – 1,2 = 0,2 0,04

Jumlah 3,6 = 0,03= 0,16

P4 1,2 1,2 – 1,2 = 0 0X =1,2 1,2 1,2 – 1,2 = 0 0

1,2 1,2 – 1,2 = 0 0

Jumlah 3,6 = 0= 0

P5 1,4 1,4 – 1,3 = 0,1 0,01X = 1,3 1,2 1,2 – 1,3 = 0,1 0,01

1,2 1,2 – 1,3 = 0,1 0,01

Jumlah 3,8 = 0,01= 0,1

NS = Nilai skoringX = Rata-rata skoring tiap perlakuanX1 = Nilai skoring rata-rata tiap ulangan tiap perlakuan

Page 19: Lampiran hasil

60

Lampiran 5. (Lanjutan)

Persentase kerusakan Histopatologi

Kerusakan total (100 %) = U x (n) LP x skor maks

Dimana : U = banyaknya ulangan (n) LP = banyaknya ulangan lapang pandangSkor maks = 3

Maka kerusakan total = 3 x 5 x 3 = 45, rata-rata kerusakan = = 15

Haemorrhagi

P0 : x 100% = 20%

P1 : x 100% = 20%

P2 : x 100% = 20%

P3 : x 100% = 21,33%

P4 : x 100% = 24%

P5 : x 100% = 24%

Perlakuan KerusakanRata-rata nilai skoring ±

Standar DeviasiPersentase

(%)P0 (kontrol) 1 ± 0,0 20P1 (Vibrio furnisii 106 cfu/ml) 1 ± 0,0 20P2 (Vibrio furnisii 108 cfu/ml) 1 ± 0,1 20P3 (Vibrio furnisii 1010

cfu/ml)1,1 ± 0,0

21,33

P4 (Vibrio furnisii 1012

cfu/ml)1,2 ± 0,0

24

P5 (Vibrio furnisii 1014

cfu/ml)1,3 ± 0,0

24

Sel radang

P0 : x 100% = 21,33%

P1 : x 100% = 21,33%

P2 : x 100% = 21,33%

Page 20: Lampiran hasil

61

P3 : x 100% = 24%

Lampiran 5. (Lanjutan)

P4 : x 100% = 28%

P5 : x 100% = 28%

Perlakuan KerusakanRata-rata nilai skoring ±

Standar Deviasi Persentase

(%)P0 (kontrol) 1,1 ± 0,2 21,33P1 (Vibrio furnisii 106 cfu/ml) 1,1 ± 0,1 21,33P2 (Vibrio furnisii 108 cfu/ml) 1,1 ± 0,1 21,33P3 (Vibrio furnisii 1010

cfu/ml)1,2 ± 0,1

24

P4 (Vibrio furnisii 1012

cfu/ml)1,4 ± 0,0

28

P5 (Vibrio furnisii 1014

cfu/ml)1,4 ± 0,0

28

Nekrosis

P0 : x 100% = 21,33%

P1 : x 100% = 22,67%

P2 : x 100% = 22,67%

P3 : x 100% = 24%

P4 : x 100% = 24%

P5 : x 100% = 25,33%

Perlakuan KerusakanRata-rata nilai skoring ±

Standar DeviasiPersentase

(%)P0 (kontrol) 1,1 ± 0,25 21,33P1 (Vibrio furnisii 106 cfu/ml) 1,1 ± 0,2 22,67P2 (Vibrio furnisii 108 cfu/ml) 1,1 ± 0,1 22,67P3 (Vibrio furnisii 1010

cfu/ml)1,2 ± 0,16 24

P4 (Vibrio furnisii 1012

cfu/ml)1,2 ± 0,0 24

P5 (Vibrio furnisii 1014 1,3 ± 0,1 25,33

Page 21: Lampiran hasil

62

cfu/ml)

Page 22: Lampiran hasil

63

Lampiran 6. Denah Percobaan

Keterangan gambar :

P0 = Perlakuan kontrol (Perlakuan tanpa konsentrasi bakteri Vibrio furnisii

P1 = Perlakuan dengan konsentrasi bakteri Vibrio furnisii 106 cfu/ml

P2 = Perlakuan dengan konsentrasi bakteri Vibrio furnisii 108 cfu/ml

P3 = Perlakuan dengan konsentrasi bakteri Vibrio furnisii 1010 cfu/ml

P4 = Perlakuan dengan konsentrasi bakteri Vibrio furnisii 1012 cfu/ml

P5 = Perlakuan dengan konsentrasi bakteri Vibrio furnisii 1014 cfu/ml

I = ulangan pertama

II = ulangan kedua

III = ulangan ketiga

P3 III

P4 III P5 IIIP0 III

P1 III

P2 III

P3 II P4 IIP5 II

P0 II

P1 II

P2 II

P3 I

P4 I

P5 I P0 I

P1 I

P2 I

Page 23: Lampiran hasil

64

Lampiran 7. Data Kualitas Air

Pengamatan Suhu

Hari

ke

Perlakuan

ke

Ulangan

I II III

07.00 13.00 17.00 07.00 13.00 17.00 07.00 13.00 17.00

1

P0 29 30 30 29 30 30 28 30 29

P1 29 30 29 28 29 29 28 28 30

P2 29 29 29 29 28 28 29 28 28

P3 29 29 29 29 29 29 28 28 30

P4 28 29 29 28 28 29 28 29 29

P5 28 29 29 28 29 29 28 28 29

2

P0 28 30 29 29 29 29 29 30 29

P1 29 29 30 29 30 30 29 30 29

P2 28 29 29 28 30 30 28 30 29

P3 29 30 29 29 28 29 28 30 29

P4 28 29 29 28 30 29 29 30 29

P5 28 29 29 28 30 29 29 30 29

3

P0 29 30 29 28 30 28 29 29 29

P1 29 30 29 28 30 29 28 29 28

P2 29 29 28 28 29 28 29 30 29

P3 29 30 29 29 30 29 28 29 28

P4 28 29 28 28 29 28 28 30 29

P5 28 30 29 28 30 28 28 30 29

Page 24: Lampiran hasil

65

Lampiran 7. (lanjutan)

4

P0 29 30 29 28 30 29 28 30 27

P1 29 30 29 28 30 29 28 30 27

P2 29 30 28 28 29 28 28 29 28

P3 28 29 29 28 29 29 28 30 27

P4 28 30 29 28 29 29 28 29 28

P5 29 30 28 29 30 28 29 30 28

5

P0 27 29 28 28 29 27 28 29 28

P1 28 29 27 27 28 28 28 29 27

P2 28 29 28 28 29 28 28 28 27

P3 27 28 28 28 29 27 27 28 28

P4 28 28 27 28 29 28 27 29 27

P5 28 29 28 28 29 28 27 28 27

6

P0 27 28 28 28 29 29 27 28 28

P1 28 28 28 27 28 28 28 29 28

P2 28 29 29 28 29 29 27 28 28

P3 28 29 29 27 28 28 28 29 29

P4 27 28 28 27 28 28 28 29 29

P5 28 29 29 27 28 28 27 28 28

Page 25: Lampiran hasil

66

Lampiran 7. (lanjutan)

7

P0 29 29 28 29 29 28 29 29 27

P1 28 29 28 29 29 28 29 29 27

P2 28 29 28 28 29 28 28 29 27

P3 28 29 27 28 29 27 28 29 28

P4 28 29 27 28 29 27 28 29 27

P5 28 29 27 28 29 28 28 29 27

Pengamatan pH

Hari

ke

Perlakuan

ke

Ulangan

I II III

07.00 13.00 17.00 07.00 13.00 17.00 07.00 13.00 17.00

1

P0 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P1 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P2 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P3 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P4 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P5 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Page 26: Lampiran hasil

67

Lampiran 7. (lanjutan)

2

P0 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P1 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P2 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P3 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P4 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P5 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3

P0 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P1 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P2 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P3 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P4 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P5 8 8 8 8 8 8 8 8 8

4

P0 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P1 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P2 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P3 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P4 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P5 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Page 27: Lampiran hasil

68

Lampiran 7. (lanjutan)

5

P0 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P1 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P2 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P3 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P4 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P5 8 8 8 8 8 8 8 8 8

6

P0 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P1 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P2 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P3 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P4 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P5 8 8 8 8 8 8 8 8 8

7

P0 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P1 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P2 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P3 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P4 8 8 8 8 8 8 8 8 8

P5 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Rata-rata 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Page 28: Lampiran hasil

69

Lampiran 7. (lanjutan)

Pengamatan DO (mg/l)

Hari

ke

Perlakuan

ke

Ulangan

I II III

07.00 13.00 17.00 07.00 13.00 17.00 07.00 13.00 17.00

1

P0 8,7 8,5 7,9 8,6 8,4 8,1 8,6 8,5 7,9

P1 8,6 8,3 7,4 8,5 8,2 7,9 8,6 8,4 7,9

P2 8,6 8,5 7,8 8,6 8,4 7,8 8,6 8,5 7,7

P3 8,5 8,3 7,6 8,5 8,2 7,5 8,5 8,4 7,9

P4 8,6 8,3 7,7 8,5 8,1 7,7 8,6 8,3 7,9

P5 8,6 8,5 7,8 8,5 8,1 7,8 8,6 8,3 7,8

2

P0 8,4 8,3 7,5 8,4 8,3 7,8 8,4 8,2 7,8

P1 7,2 7,2 7,1 7,7 7,5 6,9 7,3 7,2 7,0

P2 7,3 7,2 7,1 7,7 7,5 7,1 7,9 7,4 7,4

P3 7,8 7,6 7,5 7,5 7,4 7,2 7,2 7,2 7,0

P4 7,2 7,2 7,5 7,3 7,3 7,2 7,0 7,0 6,9

P5 7,3 7,1 6,9 7,1 7,0 7,1 6,9 6,9 6,9

3

P0 8,2 7,9 7,5 8,3 8,2 7,7 8,3 7,9 7,3

P1 5,7 5,6 5,1 6,0 5,9 5,7 6,1 5,9 6,6

P2 6,0 5,9 5,9 6,0 5,9 5,7 6,0 5,8 5,2

P3 6,0 5,9 6,2 6,0 5,9 5,7 5,7 5,7 5,6

P4 5,7 5,6 5,5 5,8 5,8 5,8 5,7 5,5 5,3

P5 5,7 5,5 5,2 5,6 5,5 5,4 5,9 5,9 5,8

Page 29: Lampiran hasil

70

Lampiran 7. (lanjutan)

4

P0 7,8 7,4 6,8 8,1 7,9 7,6 7,5 7,4 6,9

P1 5,2 5,2 5,0 5,5 5,4 5,1 6,3 6,3 5,0

P2 6,4 6,0 5,3 5,9 5,6 5,1 5,1 5,0 5,0

P3 5,9 5,5 5,0 6,1 5,7 5,0 5,4 5,6 5,4

P4 5,3 5,2 5,5 5,1 5,0 5,0 6,2 6,0 5,3

P5 5,7 5,7 5,2 5,2 5,2 5,0 5,8 5,8 5,7

5

P0 7,3 6,7 7,1 7,8 7,7 6,8 7,1 6,8 6,4

P1 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,7 6,0 5,9 5,3

P2 5,7 5,5 5,6 6,0 5,9 5,6 5,9 5,6 5,7

P3

P4

P5

6

P0

P1

P2

P3

P4

P5

Page 30: Lampiran hasil

71

Lampiran 7. (lanjutan)

7

P0

P1

P2

P3

P4

P5

Rata-rata

Pengamatan NH3

Hari

ke

Perlakuan

ke

Ulangan

I II III

07.00 13.00 17.00 07.00 13.00 17.00 07.00 13.00 17.00

1

P0

P1

P2

P3

P4

P5

Page 31: Lampiran hasil

72

Lampiran 7. (lanjutan)

2

P0

P1

P2

P3

P4

P5

3

P0

P1

P2

P3

P4

P5

4

P0

P1

P2

P3

P4

P5

Page 32: Lampiran hasil

73

Lampiran 7. (lanjutan)

5

P0

P1

P2

P3

P4

P5

6

P0

P1

P2

P3

P4

P5

7

P0

P1

P2

P3

P4

P5

Rata-rata