lampiran - homepage kelompok teknologi pengelolaan air...
TRANSCRIPT
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
LAMPIRAN – LAMPIRAN
67
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
LAMPIRAN 1 EVALUASI KINERJA IPAL DAN UNIT RE-USE
AIR OLAHAN IPAL PT. UCC
Untuk melihat performa kinerja IPAL domestik dan unit
re-use air olahan IPAL PT. UCC maka secara berkala telah dilakukan
pemantauan baik dengan cara pengamatan langsung dilapangan
maupun melalui analisa laboratorium independen untuk melihat
parameter-parameter polutan dalam air limbah dan air olahan.
Parameter yang dianalisa adalah parameter yang tercakup dalam
Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 122 tahun 2005 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik, meliputi: derajat keasaman (pH),
chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand
(BOD5), total suspended solid (TSS), minyak/lemak, senyawa
deterjen (MBAS), amonia, senyawa organik (KMNO4).
Berikut ini disajikan hasil-hasil pengamatan dan hasil analisa
laboratorium dalam bentuk grafik serta bahasan terhadap hasil
tersebut.
68
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
1. INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
1. 1 Debit Air Limbah Yang Masuk IPAL Seperti terlihat pada Grafik 1, pada awal beroperasinya
IPAL jumlah air limbah yang masuk IPAL cukup tinggi dan berfluktuatif
antara 70 sampai 100 m3/hari. Mulai hari ke 22 sampai hari ke 34
jumlah air limbah masuk IPAL sangat kecil antara 25 sampai 60
m3/hari. Hal disebabkan karena ada perbaikan pada bak control
three-piece sehingga air limbah dari unit three piece tidak dialirkan
masuk IPAL. Mulai hari ke 35 air limbah dari unit three-piece sudah
dimasukkan kembali kedalam IPAL sehingga jumlah inlet IPAL naik
lagi. Seperti terlihat dalam gambar ini, diperkirakan jumlah air limbah
dari unit three-piece sekitar separoh dari jumlah air limbah domestik
yang dihasilkan PT. UCC. Setelah hari ke 35, total air limbah yang
masuk IPAL relatif berkurang dibanding pada hari-hari awal IPAL
beroperasi. Hal ini diduga karena adanya penghematan pemakaian
air bersih setelah ada sosialisasi IPAL kepada karyawan PT. UCC,
sehingga jumlah air limbah yang masuk IPAL juga berkurang.
Diharapkan langkah-langkah penghematan pemakaian air bersih
dapat berjalan terus, sehingga beban IPAL juga akan menjadi
berkurang.
69
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Grafik 1. Debit Air Limbah
1.2 Chemical Oxygen Demand (COD)
Hasil analisa konsentrasi COD baik inlet maupun outlet
IPAL disajikan pada Grafik 2. Dalam Grafik ini juga juga diplot
effisiensi pengurangan COD, yaitu COD inlet dikurangi COD outlet
IPAL kemudian dibagi COD inlet dan dikali 100%. COD dianalisa
seminggu sekali. Secara umum konsentrasi COD dalam limbah
domestik sekitar 200-300 mg/l. Konsentrasi COD yang masuk IPAL
PT. UCC berkisar antara 150 sampai 325 mg/l, berada dalam batasan
umum limbah domestik. Sedangkan COD out IPAL berkisar dan 40
sampai 60 mg/l, jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah
yaitu 80 mg/l. Seiring dengan berjalannya waktu, kinerja IPAL juga
meningkat yang ditandai dengan naiknya effisiensi mengurangan
70
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
COD, yaitu diatas 80% setelah minggu ke 6. Hal ini terjadi karena
mikroba pengurai polutan limbah terus tumbuh dan berkembang biak
disamping sudah beradaptasi dengan limbah domestik PT. UCC.
Grafik 2. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan COD
1.3 Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Secara umum untuk limbah organik seperti limbah domestik,
performan konsentrasi BOD hampir sama dengan COD. Seperti
terlihat pada Grafik 3, konsenrasi BOD dalam air olahan IPAL
berkisar antara 15 sampai 20 mg/l, jauh dibawah baku mutu yang
ditetapkan pemerintah yakni 50 mg/l. Effisiensi pengurangan BOD
juga naik seiring dengan lamanya IPAL beroperasi yang menandakan
mikroba makin banyak dan makin aktif. Effisiensi pengurangan BOD
diatas 80% setelah minggu ke 6.
71
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Grafik 3. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan BOD
1.4 Amonia Nitrogen (NH3-N)
Grafik 4 adalah konsentrasi amonia Nitrogen (NH3-N)
sebelum masuk dan keluar IPAL serta effisiensi pengurangan amonia
Nitrogen (NH3-N). Pada awal-awal IPAL beroperasi, konsentrasi
amonia sangan berfluktuasi, bahkan pada minggu ke 3 konsentrasi
amonia dalam air olahan IPAL lebih tinggi inlet IPAL. Hal ini diduga
karena ada pembuangan bahan-bahan kimia yang mengandung
amonia (seperti lateks) kedalam saliran air limbah domestik. Setelah
minggu ke 5 konsentrasi amonia dalam air limbah dan dalam air
olahan IPAL masing-masing sekisar 0,1 mg/l dan 0,01 mg/l. Baku
mutu untuk amonia nitrogen adalah 10 mg/l. Effisiensi pengurangan
amonia sangat tinggi diatas 90%.
72
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Grafik 4. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Amonia
1.5 Total Suspended Solid (TSS)
TSS adalah jumlah partikel padat polutan yang tersuspensi
dalam air limbah. Seperti terlihat pada Grafik 5, mulai dari saat IPAL
start-up sampai hari terakhir sampling, konsentrasi TSS dalam air
olahan IPAL berada dibawah 10 mg/l, jauh dari konsentrasi yang
dipersyaratkan pemerintah yakni 50 mg/l. Effisiensi pengurangan
TSS juga sangat tinggi, 80 sampai 90%.
73
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Grafik 5. Konsentrasi Dan Efisiensi Penurunan TSS
1.6 Senyawa Organik Permanganat (KMNO4)
Seperti terlihat pada Grafik 6, sampai minggu ke 6 senyawa
organik KMNO4 yang masuk IPAL relatif stabil sekitar 100 mg/l. Pada
minggu ke 7 naik hampir 300 mg/l. Namun meskipun demikian
konsentrasi senyawa organik KMNO4 dalam air olahan IPAL relatif
stabil antara 20 sampai 40 mg/l, jauh dibawah baku mutu yakni 85
mg/l. Effisiensi pengurangan senyawa organik KMNO4 setelah
minggu ke 6 sangat tinggi, sekitar 90 %
74
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Grafik 6. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Organik KMnO4
1.7 Minyak dan Lemak
Grafik 7 adalah konsentrasi minyak dan lemak dalam air
limbah yang masuk dan keluar IPAL serta effisiensi pengurangan
minyak dan lemak dalam IPAL. Seperti terlihat disini, meskipun
konsentrasi minyak dan lemak yang masuk IPAL cukup tinggi dan
sangat berfluktuasi namun dalam air olahan IPAL konsentrasinya
dapat diturunkan sampai dibawah 0,5 mg/l. nilai ini jauh dibawah
baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu 10 mg/l. Effisiensi
pengurangan minyak dan lemak dalam IPAL diatas 90% setelah
minggu ke 5.
75
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Grafik 7. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Organik KMnO4
1.8 Senyawa Deterjen (MBAS)
Senyawa deterjen (MBAS) yang masuk IPAL juga
berfluktuasi (Grafik 8), namun dalam air hasil olahan IPAL
konsentrasinya dapat diturunkan sampai dibawah 0,8 mg/l dengan
effisiensi pengurangan sekitar 80%. Baku mutu deterjen (MBAS)
adalah 2 mg/l.
76
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Grafik 8. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Deterjen (MBAS)
II. UNIT RE-USE AIR OLAHAN IPAL
Unit pengolahan re-use berfungsi sebagai unit finalisasi
proses pengolahan air limbah, yakni untuk mengeliminir
polutan-polutan yang masih tersisa dalam air olahan IPAL.
2.1 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi polutan dalam air. Karena air olahan IPAL sudah relatif
bersih maka nilai pHnya juga sudah netral. Seperti terlihat pada
Grafik 9, nilai pH baik sebelum maupun setelah unit re-use hampir
tidak berubah, berkisar antara 7,5 sampai 8,5. Besaran ini masuk
kedalam kisaran normal atau standar untuk air bersih.
77
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
0
2
4
6
8
10
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
pH (-
)
pH outlet IPAL pH outlet Re-use
Grafik 9. Derajat Keasaman di Unit Re-use Ultrafiltrasi
2.2 Chemical Oxygen Demand (COD)
Konsentrasi COD air masuk dan keluar unit re-use serta
effisiensi pengurangan COD disajikan pada Grafik 9. Pada minggu
pertama unit re-use beroperasi, kemampuan unit re-use mengurangi
COD sampai 85%. Pada minggu-minggu berikutnya konsentrasi
COD inlet naik menyebabkan COD pada air olahan unit re-use ikut
naik. Naiknya konsentrasi COD inlet ini mengakibatkan effisiensi alat
menjadi turun. Pada minggu ke 6 kwalitas air olahan unit re-use
masih bagus, konsentrasi COD masih dapat dipertahankan dibawah
20 mg/l. Pada minggu ke 7 sedikit naik menjadi 30 mg/l disebabkan
konsentrasi COD inlet juga naik.
78
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
2.3 Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Sama halnya seperti COD, konsentrasi BOD dalam air
olahan unit re-use juga bagus. Selama proses berlangsung,
konsensentrasi BOD air olahan dapat dipertahankan dibawah 10 mg/l,
seperti terlihat pada Grafik 10.
0
20
40
60
80
100
120
0 1 2 3 4 5 6 7Minggu ke
CO
D (m
g/l)
0
20
40
60
80
100
Efis
iens
i pen
urun
an C
OD
(%)
Inlet COD Outlet re-use COD Efisiensi COD
Grafik 10. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan COD di
Unit Re-use Ultrafiltrasi
2.4 Amonia Nitrogen (NH4-N)
Seperti terlihat pada Grafik 11, pada awal unit beroperasi
konsentrasi ammonia nitrogen dalam air inlet sangat berfluktuasi dan
tinggi, yang mengakibatkan amonia nitrogen dalam air olahan unit
re-use juga tinggi. Setelah minggu ke 5 konsentrasi amonia inlet
79
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
mulai stabil dan dalam air olahan dapat diturunkan sampai dibawah
0,01 mg/l.
0
5
10
15
20
25
30
0 1 2 3 4 5 6 7Minggu ke
BO
D5
(mg/
l)
0
20
40
60
80
100
Efis
iens
i pen
urun
an B
OD
(%)
Inlet BOD Outlet Re-use BOD Efisiensi BOD
Grafik 11. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan BOD di
Unit Re-use Ultrafiltrasi
2.5 Total Suspended Solid (TSS)
Grafik 12 adalah konsentrasi TSS dalam air inlet dan outlet
unit re-use serta effisiensi penurunan konsentrasi TSS. Sampai
minggu ke 6 konsentrasi TSS dapat dipertahankan dibawah 10 mg/l,
bahkan pada minggu ke dibawah 5 mg/l. Setelah minggu ke 6
konsentrasi TSS dalam air olahan cenderung naik karena konsentrasi
TSS dalam inlet juga meningggi.
80
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
020406080
100120140
0 1 2 3 4 5 6 7Minggu ke
Am
onia
(mg/
l)
0
20
40
60
80
100
Efis
iens
i pen
urun
an a
mon
ia (%
)
Inlet Amonia Outlet re-use amonia Efisiensi amonia
Grafik 12. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Amonia
di Unit Re-use Ultrafiltrasi
2.6 Senyawa Organik Permanganat (KMNO4)
Seperti terlihat pada Grafik13, konsentrasi senyawa organik
permanganat dalam air olahan unit re-use juga masih bagus,
dibawah 10 mg/l. Hanya pada minggu ke 4 dan ke 7 terjadi kenaikan
karena konsentrasi organik permanganat dalan air inlet juga tinggi.
Namun demikian nilainya pada minggu-minggu masih bagus,
dibawah 20 mg/l.
81
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
0
5
10
15
20
25
30
0 1 2 3 4 5 6 7Minggu ke
TS
S (m
g/l)
0
20
40
60
80
100
Efis
iens
i pen
urun
an T
SS
(%)
TSS inlet TSS outlet re-use Efisiensi TSS
Grafik 12. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan TSS
di Unit Re-use Ultrafiltrasi
2.7 Senyawa Deterjen (MBAS)
Konsentrasi deterjen (MBAS) dapat dilihat pada Grafik 13.
Selama proses pengolahan berlangsung, konsentrasi MBAS dalam
inlet cukup berfluktuatif. Namun meskipun demikian, konsentrasi
MBS air olahan unit re-use masih bagus dapat dipertahankan
dibawah 0,2 mg/l.
82
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
0
10
20
30
40
50
60
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Nila
i Per
man
gana
t (m
g/l)
0
20
40
60
80
100
Efis
iens
i Pen
urun
an P
erm
anga
nat
(%)
Inlet Permanganat Outlet re-use permanganat Efisiensi permanganat
Grafik 13. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan Organik
Permanganat di Unit Re-use Ultrafiltrasi
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 1 2 3 4 5 6 7Minggu ke
MB
AS
(m
g/l)
0
20
40
60
80
100
Efis
iens
i pen
urun
an M
BA
S (%
)
Inlet MBAS Outlet Re-use MBAS Efisiensi MBAS
Grafik 14. Konsentrasi dan Efisiensi Penurunan MBAS
di Unit Re-use Ultrafiltrasi
83
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
LAMPIRAN 2 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL
(diisi oleh operator IPAL)
TABEL SWA PANTAU IPAL DOMESTIK PT. UNITED CAN Co. Ltd. Bulan : Tahun :
84
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
LAMPIRAN 3 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ULTRAFILTRASI (UF)
I. Pendahuluan
Saat ini teknologi filtrasi untuk penjernihan air ada dua tipe
yaitu tipe konvensional dengan menggunakan saringan pasir dan tipe
baru dengan menggunakan membrane. Teknologi membrane saat ini
berkembang sangat pesat dan mulai banyak diaplikasikan untuk
berbagai kegunaan mengingat banyak sekali keunggulan-
keunggulan yang dimilikinya dibanding teknologi konvensional.
Untuk keperluan re-use air limbah domestik di PT. United
Can Co. Ltd, diperlukan pengolahan air lanjutan. Air produk olahan
Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik setelah melalui bak
pengendap akhir diproses lebih lanjut di bak biofilter aerobik untuk
selanjutnya di filter karbon dan di filter dengan membrane UF.
Kapasitas membrane dirancang untuk dapat menghasilkan air
sebanyak 80m3 per hari dengan waktu operasi 20 jam per hari.
Membran UF yang digunakan adalah tipe hollow fiber yang
terbuat dari poly sulfone dan diproduksi oleh Glowtec Beijing.
Tingkat filtrasi dengan membrane ini adalah dapat menahan partikel
ukuran 0.1 ~ 0.01 micron dengan tekanan pompa yang rendah dan
tanpa bahan kimia dalam prosesnya sehingga memiliki biaya operasi
yang rendah. Hasil akhir air menggunakan sistem ini selalu konstan
dan bisa menghilangkan bakteri pada waktu yang bersamaan dengan
proses penghilangan material yang tersuspensi dalam air.
85
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Kelebihan teknologi membrane ini diantaranya adalah :
1. Teknologi membrane adalah teknologi yang berwawasan
lingkungan dan ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan
kimia yang berbahaya dan menimbulkan pencemaran.
2. Teknologi membrane memberikan jaminan kualitas air yang lebih
konstan
3. Teknologi membrane dapat memberikan operational cost yang
lebih tetap bila dibandingkan dengan teknologi konvensional.
II. Desain dan Proses A. Desain
Dasar dari desain pengolahan air ini adalah untuk
menghasilkan air dengan mutu baik guna memenuhi standard
untuk kebutuhan PT UCC, dengan kapasitas olah 80m3 per hari.
B. Deskripsi Proses
Air baku yang digunakan air yang berasal dari olahan
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang perlu dikondisikan
terlebih dahulu agar dapat memenuhi standart yang dibutuhkan.
Unit UF ini dirancang untuk pengoperasian otomatis dan
dapat dijalankan dengan pengawasan yang minim dalam jangka
waktu yang lama, dengan produk air yang selalu konstan sepanjang
waktu walaupun kualitas air baku berubah-ubah.
Air olahan IPAL (air baku) yang telah difilter dengan filter
karbon ditampung dalam suatu tangki penampungan air baku (Raw
Water Storage Tank). Air baku dipompakan melalui UF-Feed Water
86
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
pump menuju UF-membrane. Sebelum membrane terdapat Arkall Pre-filter 100 micron ini adalah untuk menangkap partikel-partikel
besar.
Selanjutnya, air produk ditampung ke dalam tangki
penampungan air produk (UF Product Tank).
Sistem UF dikontrol otomatis dengan menggunakan PLC
(Program Logic Control). PLC system ini akan mengatur proses
filtrasi dan backwash secara otomatis. Proses otomatisasi
berdasarkan Setting TIMER, dan akan menggerakkan Automatic
Valve (7 buah) sesuai dengan proses yang diperintahkan oleh PLC.
III. Operasional Prosedur Start-Up
Proses berikut ini harus diperhatikan pada waktu start-up:
1. Pastikan air yang berada di dalam Tangki Air Kolam berada pada
kondisi penuh.
2. Pastikan air yang berada di dalam Tangki Backwash/CIP berada
pada kondisi penuh (CIP = Clean In Place).
3. Pastikan semua valve dalam keadaan tertutup dan pompa
terisi air dengan melakukan venting terlebih dahulu.
4. Buka Ball Valve (BV) 2, Tutup BV 3
5. Arahkan switch pada control panel di posisi CIP.
6. Nyalakan MCB di dalam control panel box.
7. Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash terlebih
87
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
dahulu.
8. Buka Ball Valve (BV) 4 pada pompa backwash (P2) secara
perlahan-lahan dan hati-hati supaya menghindari tekanan dari
pompa yang mendadak.
9. Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 5 menit.
10. Setelah 2 menit, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di
dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.
11. Pastikan semua valve terbuka, kecuali BV 3 dan BV 1 pada
pompa feed (P1).
12. Pastikan tangki backwash/CIP penuh.
13. Arahkan switch pada control panel di posisi OPS (OPS =
Operation).
14. Nyalakan MCB di dalam control panel box.
15. Tekan tombol hijau OPS.
16. Sistem telah berjalan secara otomatis backwash.
88
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Gambar 1. Flow Diagram Sistem Ultrafiltrasi
Pola operasi
89
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Mode Service 1
Gambar 2. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Operasi (Servis)
90
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Mode Backwash
Gambar 3. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Pencucian Balik
(Backwash)
Mode Flush
Gambar 4. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Flushing
91
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Prosedur Shut Down (menonaktifkan sistem).
Sistem ini dapat dimatikan hanya dalam keadaan service mode
(posisi switch pada arah OPS)
1. Tuangkan 0,05% soda ash dengan cara menakar 0,5 KG soda
ash lalu dilarutkan dan dituangkan ke dalam tangki
backwash/CIP pada setiap hari Senin dan Jumat untuk
membantu melepaskan kotoran.
(Untuk hari Rabu, ganti soda ash dengan kaporit cair dengan
menuangkan 0,5 Liter kaporit cair langsung ke dalam tangki
backwash/CIP untuk membunuh bakteri di permukaan
membrane)
2. Tekan tombol merah OPS.
3. Arahkan posisi switch ke arah CIP.
4. Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash terlebih
dahulu.
5. Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 10 menit.
6. Setelah 10 menit, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB di
dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.
7. Segera tutup BV 1 , 2, 3, 4 dan BV 9, 10 agar membrane UF
selalu dalam kondisi terendam air.
8. Pastikan tangki backwash/CIP penuh.
9. Pastikan Box Control Panel tetap kering.
92
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Posisi Valve selama CIP
Gambar 5. Sistem Aliran Ultrafiltrasi Pada Saat Cleaning
IV. Perawatan
Perawatan bertujuan untuk menjaga kemampuan sistem UF
selalu berada dalam kondisi yang optimal.
93
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Perawatan rutin sistem UF ini meliputi :
• Pembersihan Arkall Prefilter. Bersihkan screen secara
berkala. Setiap hari Senin dan Kamis
• CLEANING MEMBRANE secara CIP (Cleaning In Place)
Cleaning membrane UF dilakukan secara manual setiap hari
Sabtu.
Proses CIP terbagi menjadi dua tahapan :
1. Tahapan pertama, cleaning dengan menggunakan larutan
Soda Ash 0.5 %.
2. Tahapan kedua, desinfeksi dengan menggunakan Sodium
Hypochlorite (NaOCl = Kaporit cair) sebesar 2.5 %.
Prosedur CIP (Sebaiknya dilakukan setiap minggu sekali) Tahap Pertama : Cleaning dengan Pelarut Kotoran Organik
• Pastikan tangki CIP dengan air produk UF sebanyak 100L.
• Timbang 500 gram soda ash (Na2CO3), 2000 gram Sodium
Tri Poly Phosphate (STPP, bahan aktif penurun tegangan
permukaan/ surfactant, biasanya ada pada sabun cair), dan
100 gram EDTA (pelarut kerak anorganik).
• Masukkan semua serbuk ini ke dalam tangki CIP.
• Aduk hingga semua serbuk larut dengan baik
• Tutup BV 2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.
• Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.
• Tekan tombol hijau CIP.
• Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 30-45 menit.
94
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Lebih baik bila dalam masa ini UF dibiarkan off/mati selama
satu malam.
• Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air terbuang.
Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP. Pastikan air tidak
masuk ke kolam air baku.
• Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan
MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran
listrik.
Tahap Kedua : Pembilasan dengan menggunakan Air UF
• Isi lagi CIP tank dengan air dari UF product hingga 500 L
• Tutup BV2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.
• Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.
• Tekan tombol hijau CIP.
• Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 10 menit.
• Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air terbuang.
Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP. Pastikan air tidak
masuk ke kolam air baku.
• Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan
MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran
listrik.
Tahap Ketiga: Desinfeksi
• Ambil 2,5 L Kaporit Cair, ataupun Hydrogen Peroxida, H2O2.
• Masukkan kaporit cair ke dalam 100 L air produk UF dan
aduk sampai merata.
• Tutup BV2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.
95
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
• Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.
• Tekan tombol hijau CIP.
• Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 30-45
menit.
• Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air terbuang.
Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP. PAstikan air tidak
masuk ke kolam air baku.
• Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan
MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran
listrik.
Tahap Keempat : Pembilasan dengan menggunakan Air UF
• Isi lagi CIP tank dengan air dari produk UF hingga 500 L
• Tutup BV2 dan buka BV 3 supaya terjadi sirkulasi.
• Arahkan posisi switch di control panel ke arah CIP.
• Tekan tombol hijau CIP.
• Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 10 menit.
• Setelah selesai, Tutup BV 3 dan Buka BV 2 agar air terbuang.
Buka juga drain valve di bawah Tangki CIP. Pastikan air tidak
masuk ke kolam air baku.
• Setelah air terbuang, tekan tombol merah CIP lalu matikan
MCB di dalam control panel box untuk memutuskan aliran
listrik.
Tahap Kelima: Start-Up
• Pastikan air yang berada di dalam Tangki Air Kolam berada
pada kondisi penuh
96
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
• Pastikan air yang berada di dalam Tangki Backwash/CIP
berada pada kondisi penuh (CIP = Clean In Place)
• Pastikan semua valve dalam keadaan tertutup
• Buka Ball Valve (BV) 2, Tutup BV 3
• Arahkan switch pada control panel di posisi CIP.
• Nyalakan MCB di dalam control panel box.
• Tekan tombol hijau CIP agar unit melakukan backwash
terlebih dahulu.
• Buka Ball Valve (BV) 4 pada pompa backwash (P2) secara
perlahan-lahan dan hati-hati supaya menghindari tekanan
dari pompa yang mendadak.
• Biarkan unit melakukan CIP selama kurang lebih 5 menit.
• Setelah 2 menit, tekan tombol merah CIP lalu matikan MCB
di dalam control panel box untuk memutuskan aliran listrik.
• Pastikan semua valve terbuka, kecuali BV 3 dan BV 1 pada
pompa feed (P1).
• Pastikan tangki backwash/CIP penuh.
• Arahkan switch pada control panel di posisi OPS (OPS =
Operation).
• Nyalakan MCB di dalam control panel box.
• Tekan tombol hijau OPS.
• Sistem telah berjalan secara otomatis backwash.
V. Fouling Pada Membrane
Setelah beroperasi pada periode tertentu, membrane dapat
mengalami fouling. Fouling adalah tertutupnya permukaan
97
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
membrane dengan kontaminan atau pengotor. Bahan pengotor atau
kontaminan dinamakan FOULANT. Apabila foulant ini dibiarkan,
maka dapat menyebabkan turunnya performance dari UF system
yang pada akhirnya dapat merusak element dari membrane,
sehingga lifetime (usia pakai) dari membrane menjadi singkat.
Foulant yang biasa dijumpai adalah :
• Kerak dari kalsium karbonat
• Kerak senyawa sulfat dari : Kalsium, Barium atau Stronsium
• Oksida logam dari besi, mengan, tembaga, dan aluminium
• Kerak dari silika yang terpolimerisasi
• Koloid dari senyawa Inorganik
• Bahan organik alami (NOM = Natural Organic Material)
• Bahan kimia yang ditambahkan ke dalam system (misal :
polymer, dispersant, flocculant)
Mikroorganisme (bakteri, algae dan jamur)
VI. Jadwal Perawatan
ITEM PERAWATAN FREKUENSI
UMUM :
Inspeksi dari kebocoran dan kerusakan Harian
Pencatatan indikator Operasional (Pressure, Flow, TDS)
Harian
98
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
POMPA DAN MOTOR
Pengecekan terhadap getaran yang berlebih, kebisingan dan panas
Harian
Penggantian Seals dan O-ring pada shaft assembly Tahunan
MEMBRANE UF
Inspeksi operasional kebocoran Harian
CIP Membrane Mingguan
Cuci dan Desinfeksi Membrane 2 Mingguan
Penggantian Membrane Tahunan
CARTRIDGE FILTER
Penggantian O-ring housing Tahunan
Penggantian Cartridge element Jika dibutuhkan
LAIN-LAIN
Pengecekan kebocoran pada pipa dan valve Harian
Pengecekan mounting pada pompa/motor Bulanan
Pembersihan gelas ukur rotameter Mingguan
Sistem kelistrikan Mingguan
99
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
VII. Penanganan Masalah
100
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
VIII. Spesifikasi Teknis
101
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
LAMPIRAN 4 REVISI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGGUNAAN ULTRAFILTRASI (UF)
Standar Operasional Prosedur (SOP) bertujuan untuk
menjaga agar sistem selalu dalam kondisi optimal. Proses ultrafiltasi
terbagi dalam dua jenis yaitu proses CIP (clean in places) dan
produksi. Tahapan dari masing-masing proses dapat dijelaskan
sebagai berikut :
A. Proses CIP (Clean In Places) Didefinisikan sebagai proses pembersihan membrane ultrafiltrasi
dengan menggunakan larutan kimia.
Proses pembuatan larutan kimia dapat mengikuti tahapan
sebagai berikut :
1. Cleaning dengan Pelarut Kotoran Zat Organik
a. Timbang NaOH (soda api) seberat 1,5 kg, 2 kg STPP, dan 1
kg EDTA.
b. Larutkan ke dalam ember dan diaduk sampai benar-benar
larut menjadi larutan kemudian pindahkan ke dalam tangki
CIP.
c. Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500
Liter dan pastikan PH < 12.
d. Pastikan Posisi Valve V2 dan V11 tertutup dan V3 terbuka.
e. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch ke CIP
dan control kearah on pada panel kontrol.
102
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
f. Pastikan larutan di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi
dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 30 menit
atau 1 jam dan atau 1 hari jika Unit di off ( Unit direndam
dengan larutan).
g. Setelah proses selesai, buka V2 secara berlahan dan tutup
V3 agar larutan keluar (drain) sampai larutan dalam tangki
CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP
untuk memastikan tangki benar-benar kosong.
h. Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control kearah
off.
2. Proses Pembilasan Dengan Air Hasil UF a. Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500 L.
b. Untuk mengisi Tangki CIP, buka V4, V7, V8, V11 dan tutup V6,
V9, V10, V12.
c. Hidupkan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch
kearah ON pada panel control.
d. Pastikan tangki CIP terisi air dari bak re-use sampai volume
500 L.
e. Matikan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch
kearah OFF pada panel control.
f. Buka V3, V6 dan Tutup V2, V11 lalu hidupkan pompa UF
dengan cara arahkan posisi switch posisi CIP dan control
ke arah ON pada panel kontrol.
g. Pastikan air di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi dan
biarkan proses tersebut berlangsung selama 10 – 20 menit.
h. Setelah proses selesai, buka V2 secara berlahan dan tutup
V3 agar air cucian keluar (drain) sampai larutan dalam tangki
103
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP
untuk memastikan tangki benar-benar kosong.
i. Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control ke arah
OFF.
3. Cleaning dengan Pelarut Zat Anorganik a. Timbang Asam Sitrat seberat 2,5 kg.
b. Larutkan ke dalam ember dan diaduk sampai benar-benar
larut menjadi larutan kemudian pindahkan ke dalam tangki
CIP.
c. Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500
Liter dan pastikan PH > 2.
d. Pastikan Posisi Valve V2 dan V11 tertutup dan V3 terbuka.
e. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch ke CIP
dan control kearah ON pada panel kontrol.
f. Pastikan larutan di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi
dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 30 menit
atau 1 jam dan atau 1 hari jika Unit di OFF (Unit direndam
dengan larutan).
g. Setelah proses selesai, buka V2 secara perlahan dan tutup
V3 agar larutan keluar (drain) sampai larutan dalam tangki
CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP
untuk memastikan tangki benar-benar kosong.
h. Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control kearah
OFF.
104
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
4. Proses Sanitasi
a. Siapkan Kaporit cair 6 L dan larutkan kedalam tangki CIP
sampai Volume 500 L dengan air reuse.
b. Pastikan Posisi Valve V2 dan V11 tertutup dan V3 terbuka.
c. Hidupkan pompa dengan cara arahkan posisi switch ke CIP
dan control kearah ON pada panel kontrol.
d. Pastikan larutan di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi
dan biarkan proses tersebut berlangsung selama 30 menit
atau 1 jam dan atau 1 hari jika Unit di OFF (Unit direndam
dengan larutan).
e. Setelah proses selesai, buka V2 secara perlahan dan tutup
V3 agar larutan keluar (drain) sampai larutan dalam tangki
CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP
untuk memastikan tangki benar-benar kosong.
f. Matikan Pompa dengan cara arahkan posisi control kearah
OFF.
5. Proses Pembilasan Dengan Air Hasil UF a. Isi tangki CIP dengan air hasil re-use sampai volume 500 L
b. Untuk mengisi Tangki CIP, buka V4, V7, V8, V11 dan tutup V6,
V9, V10, V12
c. Hidupkan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch
kearah ON pada panel control
d. Pastikan tangki CIP terisi air dari bak reuse sampai volume
500 L.
e. Matikan pompa karbon dengan cara arahkan posisi switch
kearah OFF pada panel control
105
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
f. Buka V3, V6 dan Tutup V2, V11 lalu hidupkan pompa UF
dengan cara arahkan posisi switch ke CIP dan control
kearah ON pada panel kontrol.
g. Pastikan air di tangki CIP tersirkulasi ke Unit Ultrafiltrasi dan
biarkan proses tersebut berlangsung selama 10 – 20 menit.
h. Setelah proses selesai, buka V2 secara perlahan dan tutup
V3 agar air cucian keluar (drain) sampai larutan dalam tangki
CIP benar-benar kosong dan buka V9 yang ada di tangki CIP
untuk memastikan tangki benar-benar kosong.
B. Proses Filtrasi dengan UF Proses filtrasi/produksi air re-use dilakukan dengan membuka
valve V1, V4, V6, V7, V8, V9, V10, V11 dan V12.
Catatan Penting : Ada beberapa Valve yang harus diperhatikan untuk
mengoperasikan UF, yaitu ;
1. Pada saat awal cleaning perlu dilakukan proses drain yaitu
dengan buka V2 , V11, V12 dan Tutup V6 selama 15 detik
agar kotoran dalam UF keluar.
2. Sirkulasi cleaning buka V6 dan tutup V2, V11.
3. Pada saat produksi/filtrasi tutup V2, V3, V6 dan Buka V11,
V12.
106
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
LAMPIRAN 5 SALINAN
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
Menimbang : a.
bahwa untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair ke lingkungan;
b. bahwa kegiatan industri mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair dengan menetapkan Baku Mutu Limbah Cair;
c. bahwa untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintahan Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air perlu ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri;
Mengingat : 1. Undang-undang Gangguan (Hinder Ordonnantie) Tahun 1926. Stbl. Nomor 226, setelah diubahn dan ditambah terakhir dengan Stbl. 1940 Nomor 450);
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046);
4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3257);
6. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);
107
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
SALINAN 7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3409);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96/M tahun 1993 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI;
12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Menteri Negara Serta Susunan Organisasi Staf Menteri Negara;
13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 1994 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI.
Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasan industri;
2. Baku Mutu Limbah Cair Industri adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
3. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan;
4. Mutu Limbah Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan beban pencemaran;
5. Debit Maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
6. Kadar Maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
7. Beban Pencemaran Maksimum adalah beban tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan
108
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
SALINAN
8. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup; 9. Bapedal adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 10. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Daerah Khusus Ibukota
atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.
Pasal 2
(1) Baku Mutu Limbah Cair untuk jenis industri : 1. Soda kostik/klor adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran A I dan
Lampiran B I; 2. Pelapisan Logam adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A II dan
Lampiran B II; 3. Penyamakan kulit adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A III dan
Lampiran B III; 4. Minyak sawit adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A IV dan
Lampiran B IV; 5. Pulp dan kertas adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A V dan
Lampiran B V; 6. Karet adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A VI dan Lampiran B
VI; 7. Gula adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A VII dan Lampiran B
VII; 8. Tapioka adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A VIII dan
Lampiran B VIII; 9. Tekstil adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A IX dan Lampiran
B IX; 10. Pupuk urea/nitrogen adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A X
dan Lampiran B X; 11. Ethanol adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XI dan Lampiran
B XI; 12. Mono Sodium Glutamate (MSG) adalah sebagaimana tersebut dalam
Lampiran A XII dan Lampiran B XII; 13. Kayu lapis adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XIII dan
Lampiran B XIII; 14. Susu, makanan yang terbuat dari susu adalah sebagaimana tersebut dalam
Lampiran A XIV dan Lampiran B XIV; 15. Minuman ringan adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XV dan
Lampiran B XV; 16. Sabun, deterjen, dan produk-produk minyak nabati adalah sebagaimana
tersebut dalam Lampiran A XVI dan Lampiran B XVI; 17. Bir adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XVII dan Lampiran B
XVII; 18. Baterai sel kering adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XVIII
dan Lampiran B XVIII;
109
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
19. Cat adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XIX dan Lampiran B XIX;
20. Farmasi adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XX dan Lampiran B XX;
21. Pestisida adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran A XXI dan Lampiran B XXI;
SALINAN
(2) Baku Mutu Limbah Cair bagi jenis-jenis industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, ditetapkan berdasarkan beban pencemaran dan kadar, kecuali jenis industri pestisida formulasi pengemasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) butir 20 dan butir 21 pasal ini ditetapkan berdasarkan kadar.
(3) Bagi jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini yang :
a. telah beroperasi sebelum dikeluarkannya Keputusan ini, berlaku Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran A dan wajib memenuhi Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari tahun 2000.
b. Tahap perencanaannya dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan ini, dan beroperasi setelah dikeluarkannya keputusan ini, berlaku Baku Mutu Limbah Cair lampiran A dan wajib memenuhi Baku Mutu Limbah Cair Lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari tahun 2000.
(4) Bagi jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini yang tahap perencanaannya dilakukan dan beroperasi setelah dikeluarkannya keputusan ini, maka berlaku baku mutu limbah cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran B.
(5) Baku Mutu Limbah Cair sebagaimanan tersebut dalam Lampiran Keputusan ini setiap saat tidak boleh dilampaui.
(6) Perhitungan tentang debit limbah cair maksimum dan beban pencemaran maksimum adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran D Keputusan ini.
(7) Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.
Pasal 3
(1) Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri lain dan/atau pimpinan lembaga
pemerintah non departemen yang bersangkutan menetapkan Baku Mutu Limbah Cair untuk jenis-jenis industri di luar jenis-jenis industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1).
(2) Selama Baku Mutu Limbah Cair sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) pasal ini belum ditetapkan, Gubernur dapat menggunakan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran C Keputusan ini.
(3) Gubernur dapat melakukan penyesuaian jumlah parameter sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, setelah mendapat persetujuan Menteri.
110
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
(4) Gubernur dapat menetapkan parameter tambahan diluar parameter yang tercantum dalam Baku Mutu Limbah Cair sebagaiman tersebut dalam Lampiran A dan B keputusan ini, setelah mendapat persetujuan Menteri.
SALINAN
(5) Menteri memberikan tanggapan dan/atau persetujuan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) pasal ini.
(6) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini, tidak diberikan tanggapan dan/atau persetujuan, maka permohonan tersebut dianggap disetujui.
Pasal 4
(1) Gubernur dapat menetapkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari ketentuan
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini. (2) Apabila Gubernur tidak menetapkan Baku Mutu LImbah Cair lebih ketat atau
sama dengan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini, maka berlaku Baku Mutu Limbah Cair dalam Keputusan ini.
Pasal 5
Apabila analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan industri mensyaratkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari Baku Mutu LImbah Cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, maka untuk kegiatan industri tersebut ditetapkan Baku Mutu Limbah Cair sebagimana yang dipersyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan.
Pasal 6
Setiap penanggung jawab kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan ini wajib : a. Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke
lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan; b. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi
perembesan limbah cair ke lingkungan; c. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan
debit harian limbha cair tersebut; d. Tidak melakukan pengeceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air
bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair ; e. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut
dalam Lampiran Keputusan ini secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan.
f. Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air hujan; g. Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya. h. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter Baku Mutu
Limbah Cair, produksi bulanan senyatanya sebagaimana dimaksud dalam huruf c,
111
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
e, g sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada Kepala Bapedal, Gubernur, instansi teknis yang membidangi industri lain yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
SALINAN
Pasal 7
Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 Keputusan ini dan Persyaratan Pasal 26 Peraturan Pemerintahan Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air wajib dicantumkan dalam izin Undang-undang Gangguan (Hinder Ordonnantie).
Pasal 8
Apabila jenis-jenis kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah ditetapkan sebelum keputusan ini : a. Baku Mutu Limbah Cairnya lebih ketat atau sama dengan Baku Mutu Limbah
Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini dinyatakan tetap berlaku;
b. Baku Mutu Limbah Cairnya lebih longgar dari pada Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini wajib disesuaikan dengan Baku Mutu Limbah Cair dalam Keputusan ini selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah ditetapkannya keputusan ini.
Pasal 9
Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Yang Sudah Beroperasi dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 10
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 23 Oktober 1995 Menteri Negara Lingkungan Hidup
ttd Sarwono Kusumaatmadja
Salinan sesuai dengan aslinya Asisten IV Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Pengembangan Pengawasan Dan Pengendalian, ttd Hambar Martono
112
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
113
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
114
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
LAMPIRAN 6 FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBANGUNAN IPAL DOMESTIK
PT. UCC
Foto 1. Survey kondisi sumber dan jaringan limbah
Foto 2. Rencana lokasi IPAL
115
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Foto 3. Pekerjaan awal pembangunan IPAL
Foto 4. Pekerjaan galian tanah untuk IPAL
116
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Foto 5. Pekerjaan pembesian lantai IPAL
Foto 6. Pekerjaan pembesian dinding IPAL
117
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Foto 7. Pembuatan bekesting sebelum pengecoran
Foto 8. Aktivitas pengecoran IPAL
118
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Foto 9. Pengecoran tutup IPAL
Foto 10. Bak-bak IPAL domestik yang telah selesai
119
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Foto 11. Pembuatan bak-bak pengumpul air limbah
Foto 12. Bak pengumpul air limbah yang telah dibangun
120
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Foto 12. Unit Ultrafiltrasi untuk pengolahan air re-use
Foto 13. Air limbah domestik sebelum dan sesudah di re-use
121
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC
Foto 14. Bangunan ruang operator IPAL PT. United Can Co. Ltd.
Foto 15. Bak- bak bangunan IPAL PT. United Can Co. Ltd.
122