lamun adaptasi dan faktor pembatas
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Lamun Adaptasi Dan Faktor Pembatas
1/8
a. Pengertian Adaptasi
Setiap organisme menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan tempat hidupnya (habitat),
kemampuan ini disebut sebagai adaptasi. Hal ini dilakukan untuk dapat bertahan hidup pada
habitatnya dan dapat tetap eksis dengan berkembang biak.
Adaptasi yang dilakukan oleh setiap organisme berbeda-beda sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Ini dipengaruhi oleh perbedaan habitat. Beberapa faktor
yang mempengaruhi adaptasi adalah suhu; ketersediaan nutrient; letaknya (darat atau
perairan), jika darat (pegunungan atau gurun), jika perairan (tawar, payau atau asin). Dengan
keberagaman habitat ini, maka akan terbentuk keanekaragaman spesies yang masing-masing
memiliki ciri yang khas pada setiap habitat.
Sebagai contoh organisme yang hidup di darat akan berbeda dengan organisme yang
hidup di perairan. Perbedaan yang sangat mencolok ini dapat dilihat dari bentuk daun, batang
dan akar. Tanaman yang tumbuh di darat memiliki batang yang besar, seperti pohon mangga,
pohon beringin, dan lain-lain. Sedangkan tanaman yang tumbuh di perairan tidak memiliki
batang sebesar tanaman darat, seperti lamun, rumput laut, dan lain-lain. Selain itu biasanya
yang tumbuh di perairan memiliki daun yang lebar seperti teratai dan eceng gondok. Namun
berbeda juga antara tanaman yang tumbuh di air tawar dan air asin (laut).
Setelah sebelumnya dijelaskan oleh teman-teman saya mengenai pengertian padang
lamun, morfologi, habitat, faktor pembatas, energy dan rantai makanan yang ada di padang
lamun, sekarang saya akan memaparkan mengenai adaptasi lamun (seagrass) yang tumbuh di
perairan asin (laut). Adaptasi ini meliputi adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi dan adaptasi
kultural. SELAMAT MELAMUNKAN KEAJAIBAN ADAPTASI SANG LAMUN
b. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh makhluk hidup terhadap
lingkungannya. Contoh adaptasi morfologi pada lamun adalah sistem perakaran lamun yang
seperti jangkar sehingga dapat tertancap kuat pada substratnya. Lalu batangnya yang
terbenam ke dalam substrat atau disebut rhizome. Perpaduan antara akar dan rhizome ini
membuat lamun dapat berdiri tegak meskipun diterjang oleh gelombang yang kuat. Selain itu,
daun lamun tidak memiliki stomata namun dilengkapi dengan kutikel yang tipis. Kutikel
-
8/10/2019 Lamun Adaptasi Dan Faktor Pembatas
2/8
daun yang tipis dapat menahan pergerakan ion dan difusi karbon sehingga daun dapat
menyerap nutrien langsung dari air laut.
c. Adaptasi Fisiologi
Adapatsi fisiologi adalah penyesuaian makhluk hidup dengan cara melakukan fisiologis
dalam tubuhnya. Contoh adaptasi fisiologi adalah tudung akar lamun yang dapat menyerap
nutrient dan melakukan fiksasi nitrogen. Sementara itu, untuk dapat menjaga tubuhnya
mengapung dalam kolam air, lamun dilengkapi dengan rongga udara.
Yang paling penting dalam adaptasi lamun adalah cara reproduksinya yaitu hidrophilus. Ini
merupakan cara penyerbukan dengan media air atau disebut polinasi di dalam air. Secara
umum polinasi adalah proses jatuhnya serbuk sari (pollen) ke kepala putik (stigma) sehingga
terjadi pembuahan.
Penyerbukan ini melibatkan interaksi protein permukaan atau glikoprotein antara pollen dan
stigma. Pada penyerbukan biasa, pollen akan melepaskan glikoprotein setelah menempel
dengan stigma. Namun pada pollinasi dalam air, hal ini tidak dapat dilakukan karena protein
akan larut. Adaptasi yang dilakukan lamun terjadi pada pollen dan stigma. Pollen mengalami
perubahan bentuk dan ukuran, bersamaan dengan hilangnya lapisan dinding luar, sehingga
memungkinkan pollen dibawa oleh arus selama berada dalam air. Sedangkan stigma
mengeluarkan lapisan permukaan protein yang tidak menyebar di laut sehingga menciptakan
media yang cocok untuk menangkap pollen selama proses hidrophilus.
d. Adaptasi Kultural
Adaptasi kultural adalah penyesuaian tingkah laku makhluk hidup terhadap keadaan
lingkungan sekitar. Contoh adaptasi kultural: lamun mengambil unsur hara terlarut melalui
akar dan daun dengan mekanisme tergantung pada jenis unsur hara dan konsentrasinya. Jika
konsentrasi unsur hara pada kolom air tinggi, maka pengambilan melalui daun mungkin lebih
dominan. Sebaliknya apabila nilai ambang di kolom air rendah, pengambilan unsur hara akan
lebih banyak dilakukan melalui akar.
FAKTOR PEMBATAS LAMUN BESERTA MANFAATNYA:
-
8/10/2019 Lamun Adaptasi Dan Faktor Pembatas
3/8
FAKTOR PEMBATAS LAMUN BESERTA MANFAATNYA:
Padang lamun atau seagrass merupakan salah satu sumber daya alam wilayah
bagian pesisir. Padang lamun merupakan ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh
lamun sebagai vegetasi yang dominan.Lamun adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkeping
tunggal (Monokotil) yang mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air
laut. Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah pasang surut sampai
kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut.
Dari sekian sudah di jelaskan secara ringkas tentang lamun, lamun ini mempunyai
manfaat dan potensi dari ekosistem lamun, antara lain:
1. Lamun itu mempunyai daya untuk menangkap (trapped) sedimen,dan menstabilkan
substrat dasar, dan menjernihkan air.
2.Lamun sebagai sistem tumbuhan merupakan sumber produktivitas primer, yang
diketahui mempunyai nilai produktivitas yang cukup tinggi.
3. Lamun merupakan sumber makanan langsung bagi hewan.
4. Lamun merupakan habibat yang baik bagi beberapa jenis hewan.
5. Lamun merupakan substrat bagi organisme yang menempel.
6. Lamun mempunyai kemampuan untuk memindahkan unsur-unsur hara terlarut di
perairan yang ada di permukaan sedimen.
7. Akar-akar dan rhizomes lamun mampu mengikat sedimen sehingga bisa mencegah
erosi.
Sebelum kita membahas Faktor pembatas dari lamun, lebih baik kita mengetahui
terlebih dahulu pengertian dari faktor pembatas.
Faktor pembatas adalah faktor yang bertindak sebagai penentu organisme mampu
atau tidak mampu bertahan hidup pada suatu wilayah.
Faktor Pembatas Lamun
Maka dari itu sama halnya seperti tanaman air lainnya, maka faktor pembatas yang
menentukan kehidupan lamun secara fisiologis adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi proses fotosintesis, yaitu penetrasi cahaya matahari, unsur hara dan
difusi karbon anorganik. Disamping itu ada juga faktor lainnya seperti suhu perairan,
-
8/10/2019 Lamun Adaptasi Dan Faktor Pembatas
4/8
-
8/10/2019 Lamun Adaptasi Dan Faktor Pembatas
5/8
sedikit lebih tinggi dari pada yang di lepas pantai, suhu air permukaan di perairan
nusantara umumnya berada dalam kisaran 28-30 0C sedangkan pada lokasi yang
sering terjadi kenaikan air (upwelling) seperti Laut Banda, suhu permukaan bisa
menurun sekitar 250C.
Tumbuhan makrofit seperti lamun, yang tumbuh pada kondisi mendekati level
kompensasi (kekurangan cahaya) akan mencapai pertumbuhan optimum pada suhu
rendah, tetapi pada suhu tinggi akan membutuhkan cahaya yang cukup banyak
untuk mengatasi pengaruh respirasi dalam rangka menjaga keseimbangan karbon.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan lamun lebih efektif pada cahaya yang
rendah pada musim panas daripada musim dingin. Pada kondisi intensitas cahaya
yang cukup, lamun umumnya mempunyai suhu optimum untuk fotosintesis sekitar
25-35 derajat Celcius. Demikian juga respirasi lamun meningkat dengan
meningkatnya suhu, namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu 5-35C.
IV. Salinitas
Salinitas adalah total kosentrasi ion-ion terlarut yang terdapat di perairan. Salinitas
dinyatakan dalam satuan promil (). Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang
dari 0,5, perairan payau antara 0,5 - 30, dan perairan laut 30 - 40. Pada
perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari
sungai.
Hutomo (1999) menjelaskan bahwa lamun memiliki kemampuan toleransi yang
berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu
10-40. Nilai salinitas yang optimum untuk lamun adalah 35. Walaun spesies
lamun memiliki toleransi terhadap salinitas yang berbeda-beda, namun sebagian
besar memiliki kisaran yang besar terhadap salinitas yaitu antara 10-30 .
Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan fotosintesis.
Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang tua
dapat menoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Ditambahkan bahwa Thalassia
ditemukan hidup dari salinitas 3,5-60 /o, namun dengan waktu toleransi yang
singkat. Kisaran optimum untuk pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-
35 /0.
Salinitas juga dapat berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar
daun dan kecepatan pulih lamun. Pada jenis Amphibolis antartica biomassa,
produktivitas dan kecepatan pulih tertinggi ditemukan pada salinitas 42,5 /o.
-
8/10/2019 Lamun Adaptasi Dan Faktor Pembatas
6/8
Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas, namun
jumlah cabang dan lebar daun semakin menurun.
V. Pergerakan Air
Pengaruh pergerakan air terhadap tumbuhan lamun antara lain berkaitan dengan
suplai unsur hara, sediaan gas-gas terlarut, dan untuk menghalau sisa-sisa
metabolisme dan limbah yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas
primer dari lamun tersebut.
VI. Nutrien
Ketersediaan nutrien menjadi faktor pembatas pertumbuhan, kelimpahan dan
morfologi lamun pada perairan yang jernih.
Penyerapan nutrien oleh lamun dilakukan oleh daun dan akar. Penyerapan oleh
daun umumnya tidak terlalu besar terutama di daerah tropik. Penyerapan nutrien
dominan dilakukan oleh akar lamun. Lamun mengambil unsur hara terlarut melalui
akar dan daun dengan mekanisme tergantung pada jenis unsur hara dan
konsentrasinya. Jika konsentrasi pada kolom air tinggi, maka pengambilan melalui
daun mungkin lebih dominan. Sebaliknya apabila nilai ambang (ambient level) di
kolom air rendah, pengambilan unsur hara akan lebih banyak dilakukan melalui akar.
VII. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) adalah ukuran tentang besarnya kosentrasi ion hidrogen dan
menunjukkan apakah air itu bersifat asam atau basa dalam reaksinya. Derajat
keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap organisme
perairan sehingga dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya
suatu perairan masih tergantung pada factor-faktor lain.
Nybakken (1992) menyatakan jumlah ion hidrogen dalam suatu larutan merupakan
tolak ukur keasaman. Nilai pH merupakan hasil pengukuran konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air.
pH air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas
perairan. Suatu perairan dengan pH 5,5-6,5 termasuk perairan yang tidak produktif,
perairan dengan pH 6,5-7,5 termasuk perairan yang produktif, perairan dengan pH
7,5-8,5 adalah perairan yang memiliki produktivitas yang sangat tinggi, dan perairan
dengan pH yang lebih besar dari 8,5 dikategorikan sebagai perairan yang tidak
produktif lagi
VIII. Oksigen Terlarut (DO)
-
8/10/2019 Lamun Adaptasi Dan Faktor Pembatas
7/8
Oksigen terlarut adalah kandungan oksigen yang terlarut dalam perairan yang
merupakan suatu komponen utama bagi metabolisme organisme perairan yang
digunakan untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan lamun.
Kandungan oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
(1) interaksi antara permukaan air dan atmosfir (2) kegiatan biologis seperti
fotosintesis, respirasi dan dekomposisi bahan organik (3) arus dan proses
percampuran massa air (4) fluktuasi suhu (5) salinitas perairan (6) masuknya limbah
organik yang mudah terurai. Keseimbangan struktur senyawa bahan anorganik
dipengaruhi oleh kandungan oksigen perairan. Kesetimbangan nitrogen misalnya
ditentukan oleh besar kecilnya oksigen yang ada di perairan di mana ketika oksigen
tinggi akan bergerak kesetimbangan fasfat. Hal ini disebabkan oleh senyawa
anorganik seperti nitrogen dan fosfat umumnya berada dalam bentuk ikatan dengan
unsur oksigen.
IX. Sedimen
Perbedaan komposisi jenis substrat dapat menyebabkan perbedaan komposisi jenis
lamun dan juga dapat mempengaruhi perbedaan kesuburan dan pertumbuhan
lamun. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa perbedaan komposisi ukuran butiran
pasir akan menyebabkan perbedaan nutrisi bagi pertumbuhan lamun dan proses
dekomposisi dan meneralisasi yang terjadi di dalam substrat.
Hutabarat dan Evans (1985) menyatakan partikel batuan-batuan diangkut dari
daratan ke laut oleh-sungai-sungai. Begitu sedimen mencapai lautan, penyebaran
kemudian ditentukan oleh sifat-sifat fisik dari partikel itu sendiri khususnya oleh
lamanya mereka tinggal melayang-layang dilapisan (kolom) air, partikel-partikel yang
berukuran besar cenderung untuk lebih cepat tenggelam dan menetap daripada
yang berukuran kecil. Sedimen terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik.
Bahan organik berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan yang membusuk lalu
tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur. Bahan anorganik umumnya
berasal dari hasil pelapukan batuan. Sedimen hasil pelapukan batuan terbagi atas,
kerikil, pasir, lumpur dan liat. Butiran kasar banyak dijumpai dekat pantai, sedangkan
butiran sedimen halus banyak ditemui di perairan dalam atau perairan tenang.
X. Fosfat
Fosfat merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolisme dan pembentukan
protein, fosfat yang diserap oleh jasad hidup nabati perairan (makro maupun
makrofita) adalah fosfat dalam bentuk orto-fosfat yang larut dalam air. Orto-fosfat
-
8/10/2019 Lamun Adaptasi Dan Faktor Pembatas
8/8
dalam jumlah yang kecil, yang merupakan faktor pembatas bagi produktivitas
perairan.
Menurut Hutagalong dan Rozak (1997), fosfat yang terkandung dalam air laut baik
bentuk terlarut maupun tersupsensi keduanya berada dalam bentuk anorganik dan
organik. Bentuk senyawa anorganik terutama terdiri atas gula fosfat dan hasilnya-
hasil oksidasi, nucleoprotein dan fosforprotein. Senyawa fosfat organik yang
terkandung dalam air laut umumnya berbentuk ion (ortro) asam fosfat, H3PO4. Kira-
kira 10% dari fosfat anorganik, terdapat sebagai ion PO43- dan sebagai besar kira-
kira 90% dalam bentuk HPO42-.
Menurut Chaniago (1994) sumber utama fosfat terlarut dalam perairan adalah hasil
pelapukan, mineral yang mengandung fosfor serta bahan organik seperti hancuran
tumbuh-tumbuhan. Fosfat yang terdapat dalam air laut berasal dari hasil
dekomposisi organisme, run-off dari daratan (erosi tanah), hancuran dari bahan-
bahan organik dan mineral fosfat serta masukan limbah domestik yang mengandung
fosfat. Kematian biota, lamun dan mikroorganisme lainnya memberikan masukan
kuantitas nutrient dimana fosfor organik dalam jaringannya secara cepat berubah
menjadi fosfat melalui enzim fosfatase.