landasan psikologi pendidikan_kelompok v.doc
TRANSCRIPT
LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
Kelompok V
Rudi Iyal Hendrawan 201512500287
Aulia Rachmayanti 201512500204
Jenny Lubis 201512500340
Dea Chairunisa 201512500518
Mata Kuliah:
PENGANTAR PENDIDIKAN
Dosen:
BAPAK SELAMET NAPITUPULU, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA
2015/2016
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………..…….1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.……………….....………………….…….……….2
1.2. Tujuan………….………………………........………………….......2
1.3. Rumusan Masalah…………………………………….……............3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. LANDASAN PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN………..….4
A. Pengertian Psikologis dan Peranannya Dalam Pendidikan…….4
B. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan…………………..6
1. Perkembangan Struktual………………………………………7
2. Perkembangan Fungsional…………………………………….7
C. Fase-Fase Perkembangan Menurut Para Ahli…………………..8
D. Kematangan, Readiness, Masa Peka, dan Hubungannya Dengan
Pertumbuhan dan Perkembangannya………………………….15
E. Pengertian dan Tugas-Tugas Perkembangan…………….........19
F. Hukum Dasar Pengembangan…………………………………..24
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak….34
H. Implikasi Perbedaan Individual Terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan……………………………………………………….34
BAB III PENUTUPMata Kuliah: Pengantar Pendidikan
3.1. Kesimpulan………………………………………………..…….36
3.2. Saran……………………………………………………………. 36
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..37
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah tentang
“LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN” ini, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Selamet Hasibuan Napitupulu, M.Pd selaku Dosen
mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyusun makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kualitas maupun aspek kuantitas dan materi penelitian yang disajikan.
Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki oleh kelompok kami.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan pengetahuan dan pemikiran kita tentang “LANDASAN PSIKOLOGIS
PENDIDIKAN” itu sendiri.
Jakarta, 17 Oktober 2015
Kelompok V
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makalah ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas
mata kuliah Landasan Pendidikan dengan pokok bahasan Landasan Psikologis
dalam Pendidikan. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang landasan
psikologis dalam pendidikan maka pembahasan yang kami lakukan sangat perlu
untuk dibincangkan. Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai
peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk landasan
pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.Perbedaan individual
terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik,
bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan
pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita bahkan
perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik perlu
memahami perkembangan individu peserta didiknya baik itu prinsip
perkembangannya maupun arah perkembangannya.
Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah agar pendidik dapat
memahami perkembangan peserta didiknya berdasarkan tahapan usia
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
2
perkembangannya sehingga diharapkan tidak ada kekeliruan dalam mengenali dan
menyikapi peserta didiknya. Dengan demikian proses pendidikan pun akan
berjalan dengan lancar.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
Bagaimanakah pengertian landasan psikologis dalam pendidikan? Bagaimanakah
implikasi landasan psikologi dalam pendidikan?
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
3
BAB II
LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2.1 Pengertian Psikologi dan Peranannya dalam Pendidikan
Psikologi berasal dari kata psyche dan logos yang artinya yaitu ilmu
pengetahuan tentang jiwa, yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-
peristiwa jiwa, perbuatan-perbuatan jiwa, gejala jiwa atau fungsi jiwa. Berikut
beberapa definisi psikologi dari para ahli:
Zahara Idris (1987) menyatakan psikologi ialah ilmu pengetahuan yang
mempelajari aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan
lingkungannya atau ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku, perbuatan
lahir batin manusia dalam hubungannya dengan lingkungan.
Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13
(1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang
baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara
langsung.
Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu
maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka
adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara,
duduk, berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi
berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
4
Ensiklopedia Pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap (1981) Psikologi
sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-
gejala dan kegiatan–kegiatan jiwa.
Jadi dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik
sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah
laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah
laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih
psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya
pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, proses belajar
mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan
beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa
dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak
orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang
tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara
efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut
seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat
menunjukkan perilakunya secara efektif.
Didalam dunia pendidikan seorang pendidik harus mengerti pertumbuhan
fisik dan perkembangan fisik peserta didik. Seorang pendidik juga harus dapat
memahami perbedaan tingkah laku, sikap, minat, perhatian, perasaan, dan
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
5
keadaan, serta kemampuan peserta didik. Dengan demikian, psikologi pendidikan
dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji
perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk
menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan
dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka
pencapaian efektivitas proses pendidikan.
2.2 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Didalam psikologi dikenal istilah pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada jasmani, seperti
bertambah besar dan tingginya seseorang. Sedangkan perkembangan lebih luas
dari pertumbuhan, yang artinya perubahan-perubahan yang terjadi pada rohani
dan jasmani dengan kata lain, perkembangan merupakan suatu rentetan perubahan
yang bersifat menyeluruh dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya. Yang
dimaksud dengan lingkungan disini yaitu semua pengaruh dari luar baik berupa
lingkungan fisik maupun sosial (non fisik).
Lingkungan memberikan pengaruh sangat besar terhadap pembentukan
kepribadian seseorang seperti sifat jujur, gembira dan lain-lain. Selain itu,
lingkungan memberikan pengaruh terhadap kepercayaan, nilai, dan sikap.
Supaya pertumbuhan dan perkembangan dapat berlangsung secara wajar
dan optimal maka pendidikan yang memegang peran utama. Oleh karena itu,
pendidik hendaklah mengetahui tugas-tugas, fase-fase perkembangan, dan
hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan peserta didik, agar pendidikan
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
6
berhasil dan berdaya guna sehingga layanan pendidikan dapat diberikan secara
wajar dan tepat untuk masing-masing peserta didik. Perkembangan peserta didik
dibagi menjadi 2 yaitu perkembangan struktural dan perkembangan fungsional.
2.2.1 Perkembangan Struktural
Perkembangan struktural mempunyai 2 aspek yaitu pertumbuhan (growth)
dan kematangan (maturation). Pertumbuhan adalah perubahan quantitatif pada
tubuh karena bertambahnya umur sehingga seseorang bertambah besar, tinggi,
dan beratnya. Sedangkan yang dimaksud kematangan adalah proses perubahan
(perkembangan) yang terjadi secara genetis, yaitu bebas dari pengaruh luar yang
berlangsung seumur hidup.
Pertumbahan dan kematangan ialah 2 aspek perkembangan fisik yang
berbeda. Namun, antara keduanya tidak dapat dipisahkan.
2.2.2 Perkembangan Fungsional
Berfungsinya sesuatu orang dimulai pada waktu strukturnya cukup unutuk
berkembang dan berfungsi, perkembangan fungsional terjadi lewat proses belajar,
misalnya perkembangan intelegensinya, ketrampilannya berbicara, dan
mengadakan komunikasi dengan lingkungannya, proses belajar merupakan
perubahan berkat adanya pengalaman yang diperoleh seseorang, yaitu sebagai
hasil interaksinya dengan dunia sekitarnya.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
7
2.3. Fase-fase perkembangan menurut para ahli
Pembagian masa didasarkan pada timbulnya cirri-ciri yang berbeda dari
tiap-tiap fase atau masa perkembangan tertentu.
Menurut PH. Kohnstamin (simanjutak, 1986) mengemukakan fase-fase/periode
perkembangan sebagai berikut:
a) Masa bayi dan kanak-kanak 0,0 – 7,0
1) Masa bayi 0,0 – 1,0
2) Masa kanak-kanak A.masa vital 0,0 – 2,0
B. Masa estetis 2,0 – 7,0
b) Masa sekolah / intelektual 7,0 – 13,0
c) Masa sosial 1. Masa pueral 13,0 – 14,0
2. Masa prapubertas 14,0 – 15,0
3. Masa pubertas 15,0 – 18,0
4. Masa adolescence 18,0 – 21,0
Siti rahayu (1989) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif menurut pigaet,
setiap makhluk hidup dilahirkan dengan 2 kecenderungan fundamental yaitu
kecenderungan organisme beradaptasi.
Adaptasi mempunyai 2 komponen yaitu: komponen asimilasi dan komponen
akomodasi.
Menurut pigaet perkembangan kognitif dapat dibagi menjadi beberapa stadium
yaitu:
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
8
9
A. Stadium sensori motorik (0-18 atau 24 bulan)
Dibagi atas stadium seperti uraian dibawah ini:
Stadium Sensori Motorik
Perkembangan kognitif Permanensi objek
Stadium 1 (± 0-1 bulan). Skema-skema
reflek bawaan (gerakan-gerakan reflek),
seperti menghisap, meraih, memegang,
dan menemukan sesuatu. Stadium 2 (1-
4 bulan) modifikasi stadium 1. Skema-
skema karena pengaruh pengalaman
mengakibatkan koordinasi, antara lain,
koordinasi kematangan (reaksi-reaksi
sirkuler yang primer) tertuju pada
badan sendiri, misalnya mulai 3 bulan
monolog meraba, bermain-main dengan
jari-jari kaki sendiri.
Stadium 1 dan 2 (± 0-4 bulan). Bayi
mengikuti objek yang bergerak dengan
matanya sampai objek menghilang dan
memandang sebentar pada tempat
objek.
Stadium 3 (± 4-8 bulan). Perkembangan
skema-skema yang membawa akibat-
akibat yang menarik dalam lingkungan
orientasi ekstern, (reaksi-reaksi sirkuler
yang sekunder ditujukan pada
lingkungan, misalnya (membuka dan
Stadium 3 (± 0-4 bulan).bayi mengikuti
objek dengan matanya,fiksasi bila
gerakan objek berhenti, tahu
sebelumnya posisi yang berdasarkan
proses gerakan .mengikuti secara visual
sampai melampaui tempat
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
menutup laci tempat tidur). Function
lush (k.buchler, 1991). Reaksi-reaksi
sirkuler yang sekunder (piaget, 1936).
Motivasi efektif (effectance motivation)
bergaul secara aktif dengan lingkungan
(whiate, 1959). Tiga macam nama
untuk gejala yang sama: tingkah laku
yang satu mengundang tingkah laku
yang lain.
menghilangnya objek (missal,
membungkuk dari kursi untuk dapat
melihat objek yang jatuh ).dapat
mengenal objek yang hanya Nampak
sebagian.tidak mencoba untuk
memegangnya bila menghilang
meskipun mampu. Tidak heran jika
objek menghilang
Stadium 4 (± 8 – 12 bulan). Koordinasi
respon-respon stadium 3
mengakibatkan tingkah laku
intensional, Nampak seperti
“inteligensi” (koordinasi reaksi
skunder).
Stadium 4 (± 8-12 bulan). Mencoba
memegang objek yang menghilang dari
pandangan mata. Mencari terus tempat
menemukan sebelumnya, meskipun
melihat kalau dipindahkan kebiasaan
motorik; carilah di tempat kau
menemukannya “pentingnya” di sini
pola aksi sensorik.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
10
Stadium 5 (± 12-18 bulan). Trial and
error yang aktif dorongan eksplorasi
tertuju pada penemuan skema-skema
alat tujuan yang baru (reaksi-reaksi
sirkuler yang tertier mulai sekarang
bukan kebetulan, melainkan dorongan
untuk mengadakan eksplorasi dan
manipulasi objek baru.
Stadium 5 (± 12-18 bulan). Mencari
objek yang untuk terakhir dilihatnya
menghilang misal di tangan, bukan di
bawah lap atau layar tempat objek
ditinggalkan.
Stadium 6 (± 18-24 bulan). Penemuan
skema-skema alat tujuan yang baru
memulai kombinasi mental internal dari
skema-skema yang direptasi secara
simbolik kognitif (permulaan berpikir).
Stadium 6 (± 18-24 bulan). Anak
menggunakan kecakapan simbolik yang
baru berkembang untuk
membayangkan kemungkinan
perpindahan yang tidak Nampak dari
objek yang tersembunyi, tidak khusus
berhubungan dengan perpindahan-
perpindahan yang Nampak.
B. Stadium pra-oprasional (± 18 bulan – 7 tahun).
Pada stadium ini dimulai dengan penguasa bahasa yang sistematis, permainan
simbolis, imitasi, dan adanya aktivitas-aktivitas internal berfikir yang masih
sangat egoisentris, belum mampu berfikir secara perceptual, emosional,
motivasional, dan konseptual.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
C. Stadium oprasional kongkret (7-11 tahun).
Pada stadium ini cara berfikir kurang egosentris, sudah mampu memperhatikan
lebih dari satu dimensi sekaligus dan menghubungkan dimensi tersebut anak
mampu melakukan aktivitas logis tertentu, tetapi dalam situasi yang kongkret.
D. Stadium oprasi formal (mulai 11 tahun).
Anak sudah mampu berfikir oprasional formal yang mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
1. Deduktif hipotesis berfikir secara proporsional, yaitu berfikir secara
teoritis, menganalisis masalah dengan penyelesaian hipotesis yang
mungkin ada, membuat proposisi atau pendapat-pendapat, dan mencari
hubungannya.
2. Berfikir oprasional formal juga berfikir kombinatoris dan klasifikasi.
Pada masa ini seseorang sudah mampu memecahkan masalah (problem
solving) yang betul-betul ilmiah dan pengujian hipotesis dengan
variable-variabel tergantung.
2.3.1. 4 faktor yang mempengaruhi proses perkembangan kognitif, yaitu:
a. Kematangan (maturation) proses perubahan tubuhnya struktur-struktur
fisik (fisiologis anatomis) secara berangsur-angsur proses pertumbuhan
tubuh dan susunan otak pusat mempunyai perkembangan kognitif
anak .
b. Pengalaman atau kontak pada lingkungan
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
11
1. Pengalaman fisik, yaitu aktivitas-aktivitas yang dapat mengabstraksikan
sifat-sifat objek tertentu; misalnya bunga mawar baunya harum.
2. Pengalaman logika matematik, yang diperoleh dari koordinasi internal
perbuatan-perbuatan individu. Misalnya anak bermain sejumlah balok
dihitung, lalu dikelompokannya, dan disusun.
c. Pengalaman sosial (social experience). Anak hidup dalam dunia sosial
dan melalui sekolah, media masa, dan sebagainya. Anak memperoleh
informasi yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitifnya .
d. Equilibration (keseimbangan, yaitu proses yang mengatur dirinya
sendiri. Proses ini menyebabkan anak berpindah dari satu stadium ke
stadium lain. Setiap orang mengalami keempat macam stadium hanya
kecepatannya dapat berbeda-beda.
Fase perkembangan menurut Luella cole
1.
2.
3.
4.
5.
Fase bayi;
Permulaan masa anak-
anak;
Pra/remaja atau akhir
masa anak-anak;
Permulaan remaja;
Pertengahan remaja
Infancy
Early childhood
Pre-adolescence
Or later childhood
Early adolescence
Middle adolescence
Sejak lahir dua
tahun
6-11 tahun;wanita
6-13 tahun;pria
11-13 tahun;wanita
13-15 tahun;pria
13-18 tahun;wanita
15-17 tahun;pria
13-18 tahun;wanita
17-19 tahun;pria
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
12
13
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Akhir masa remaja ;
Permulaan dewasa ;
Pertengahan masa
dewasa;
Akhir masa dewasa;
Permulaan masa tua;
Masa tua;
Later adolescence
Early adulthood
Middle adulthood
Later adulthood
Early senescence
Senescence
18-21 tahun;wanita
19-21 tahun ;pria
21-35 tahun
35-50 tahun
50-65 tahun
65-75 tahun
75 tahun ke atas
Fase perkembangan yang dikemukaan oleh Luella cole menunjukan perbedaan
perkembangan antara wanita dan pria yang dimulai sejak masa anak-anak, dengan
adanya perbedaan tersebut memberikan rambu-rambu kepada pendidik untuk
memilih strategi pendidikan dan pengajaran yang lebih tepat.
Fase perkembangan menurut Hurlock
1.
2.
3.
4.
5.
Infancy (neonate)
Babyhood
Early childhood
Later childhood
Puberty; pubertas laki-
laki
Bayi yang baru lahir
Masa bayi
Permulaan masa anak-
anak
Akhir masa anak-anak
Untuk anak-anak
Sekitar 280 hari
sesudah masa
konsepsi.
Dua minggu sampai
dua tahun.
2-6 tahun
6-12 tahun
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
6.
7.
8.
9.
Early adolescence;
Later adolescence;
Adulthood;
Old age;
Permulaan remaja
Akhir masa remaja
Masa dewasa
Usia tua
13-16 tahun.
17-21 tahun
21-60 tahun
60 tahun ke atas
Para pendidik hendaklah memperhatikan perbedaan masa perkembangan itu,
terutama bagi pendidikan yang bersifat koedukasi sebab wanita lebih dulu
mencapai kematangan biologis dari pada pria.oleh karena itu, perkembangan fisik
dan kematangan seksual wanita lebih dulu dari pria. Wanita sudah mengalami
menarch (haid pertama) dan telah tertarik kepada lawan jenis kelamin lain,
sedangkan pria masih bersifat kekanak-kanakan.
3.1 Kematangan, Readiness, masa peka, dan Hubungannya dengan
pertumbuhan dan Perkembangan, dan Implikasinya terhadap Pendidikan
dan pengajaran.
1. Kematangan
Dalam bahasa inggris ada dua istilah, kematangan (maturaty) dan pematangan
(maturation).
Horace B dan Englis Ava (1958):
Kematangan ialah keadaan atau kondisi bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap
atau dewasa pada suatu organisme, baik terhadap satu sifat, bahkan sering kali
semua sifat.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
14
Maturation berarti pematangan, yang berupa perkembangan pencapaian,
atau proses pencapaian kematangan. Maturation mengandung makna sebagai
perkembangan yang terjadi melalui proses pertumbuhan biologis, dengan
demikian, maturation merupakan pertumbuhan jasmaniah yang bersifat fisiologis,
anatomis, dan neurologis, sebagaimana yang tampak pada perubahan dan
pertumbuhan sel-sel syaraf otot, tulang organ-organ tubuh dan dapat terjadi secara
ilmiah, intensitas, dan hasil dari pertumbuhan akan dipengaruhi oleh lingkungan
proses inilah yang disebut maturation. Seseorang dapat mencapai kematangan
yang berbeda walaupun umur atau jangka pertumbuhan dan perkembangan
perkembangannya berbeda.
3.1.1 Jenis-jenis Kematangan.
Kematangan ada 2 jenis, yaitu kematangan mental (intelektual) dan kematangan
emosional dan sosial.
1. Kematangan mental (intelektual)
Faktor pendidikan, bahasa, sosial, emosional, keadaan jasmaniah sangat
besar pengaruhnya terhadap kematangan mental.
2. Kematangan emosional dan sosial.
Faktor sosial ekonomi, orang tua, teman sebaya, guru. Sangat besar
pengaruhnya terhadap kematangan sosial.
Menurut Burton (1962) tingkah laku sosial terdiri dari:
Pengenalan tentang hak dan tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun
orang lain
Hubungan dengan orang lain
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
15
Sifat kepemimpinan
Kerjasama dalam suatu kelompok, termasuk hubungannya dengan anggota
dan pimpinan kelompok
Partisipasi dalam kegiatan-kegiatan bersama, tindakan dalam hubungan
dengan adat, sopan satun, dan lembaga-lembaga sosial tertentu;
Membuat pertimbangan yang bersifat sosial dan berinisiatif.
Untuk mengukur berbagai aspek kematangan dilakukan dengan beberapa teknik
dan alat, antara lain, dengan indeks dan unit berikut:
1. Umur kronologis
2. Umur mental
3. Umur pendidikan(educational age E.A)
4. Umur anatomis (anatomical age )
5. Umur fisiologis (physiological age)
6. Umur sosial (social age)
7. Umur moral (moral age)
8. Umur emosi (emotional age)
3.1.2 Pengertian Readiness (Kesiapan)
Kesiapan ialah sejumlah perkembangan intelektual, sensory motorik,
kebutuhan, dan berbagai kemampuan, serta cita-cita yang menyebabkan seseorang
lebih dapat menanggapi (merespons) sesuatu dari pada yang lain. READINESS
ialah kesiapan seseorang untuk berbuat sesuatu.
Menurut cronbac (1963) readiness adalah segenap sifat atau kekuatan yang
membuat seseorang bereaksi dengan cara tertentu.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
16
Faktor yang membentuk readiness yaitu:
a. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis yang menyangkut pertumbuhan
terhadap kelengkapan, perlengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya,
alat-alat indera dan kapasitas intelektual.
b. Motivasi yang menyangkut kebutuhan minat serta tujuan-tujuan seseorang
untuk mempertahankan serta mengembangkan diri.
Jadi, readiness seseorang merupakan sifat dan kekuatan pribadi yang berkembang.
Kematangan intelektual adalah kematangan berfikir seseorang, ditandai dengan
kemampuan pertimbangan rasiolan, dapat menghubungkan sesuatu dengan baik,
kritis dalam berfikir, dan bersifat terbuka.
ciri-ciri kematangan intelektual remaja, antara lain: dapat merencanakan masa
depan.
Kematangan emosional adalah kematangan jiwa seseorang dalam
menghadapi rintangan dan liku-liku hidup.
Cirri-ciri kematangan emosional remaja antara lain: mandiri dalam arti
emosiaonal.
Kematangan sosial adalah kematangan yang erat hubungannya dengan
interaksi seseorang dengan lingkungannya seperti dengan keluarga, tetangga dan
masyarakat serta interaksi seseorang dengan alam.
Ciri-ciri kematangan sosial remaja antara lain: punya toleransi yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangannya antara lain:
Fator internal: adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
17
Faktor eksternal: adalah faktor yang berasal dari luar diri individu.
3.1.3 Masa Peka
Dikemukakan oleh Maria Monessori (1870-1952), seorang dokter
berkebangsaan Italia yang tertarik pada bidang pendidikan anak-anak umur 3-7
tahun dan 7-10 tahun, pangkal pendidikan dan pengajarannya pada anak itu
sendiri (puedocentrisch). Oleh sebab itu, anak hendaklah berkembang bebas.
Anak menerima pelajaran melalui indra dan pengajaran serta individual, pada
suatu ketika tiap-tiap anak memiliki kebutuhan di dalam jiwanya yang secara
spontan minta kepuasan yang mendorong timbulnya kebutuhan itu yakni salah
satu fungsi dari jiwa yang diminta berkembang. Kepuasan tersebut hanya terjadi
jika tepat pada waktu timbul kebutuhan jiwa itu ada cukup kesempatan dbahan
latihan yang dapat dipergunakan oleh sesuatu yang spontan mendesak untuk
berkembang. Pada suatu saat fungsi jiwa yang minta kesempatan berkembang itu
disebut masa kebangkitan atau masa peka .sebagai contoh: pada masa anak-anak
mereka butuh dan telah tertarik perhatian untuk belajar bergaul dengan teman
sebaya. Kalau kebutuhan dan perhatian ini tidak terpenuhi dengan baik maka
terganggu pulalah kebutuhan dan perhatian bergaul dengn teman yang berlawanan
jenis pada masa remaja.
Monessori juga mengemukakan tentang masa peka sebagai berikut:
a. Tidak dapat dipastikan kapan timbulnya masa peka itu sebab timbulnya
secara spontan dan tidak dapat dipaksa
b. Tiap anak mempunyai masa peka sendiri-sendiri
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
18
c. Tidak dipergunakan mas apeka itu oleh guru berarti tidak akan ada lagi
kesempatan yang lebih baik untuk melatih dan mengembangkan fungsi
jiwa dengan hasil yang setinggi–tingginya
d. Guru dapat mengetahui timbulnya suatu masa peka dari alat-alat dan
perbuatan yang menarik perhatian anak pada suatu waktu
E. Pengertian Dan Tugas-Tugas Perkembangan
1. Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu
pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya
mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan
dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan
mengalami kesulitan.
Sedangkan menurut Achdiyat pada tahun 1981 tugas perkembangan adalah suatu
atau sejumlah tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan
individu.
Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan Menurut Para Ahli
Elizabeth B. Hurlock (1978) tugas perkembangan yaitu belajar menyesuaikan diri
terhadap pola - pola hidup baru, belajar untuk memiliki cita-cita yang tinggi,
mencari identitas diri dan pada usia kematangannya mulai belajar memantapkan
identitas diri.
1. Teori dorongan (motivasi) dikemukakan Morgan, bahwa segenap tingkah
laku distimulir dari dalam. Bahwa motivasi adalah merupakan dorongan
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
19
keinginan sekaligus sebagai sumberdaya penggerak melakukan sesuatu
yang berasal dari dalam dirinya.
2. Teori dinamisme mengatakan bahwa di dalam organisme yang hidup itu
selalu ada usaha yang positif ia akan selalu mencari pengalaman-
pengalaman baru.
3. Kartono berpendapat bahwa ekstensi anak dipastikan oleh adanya: a)
Segenap kualitas hereditas; b) Pengalaman masa lampau dan masa
sekarang, dalam suatu lingkungan sosial tertentu dan sebagai produk
proses belajar secara kontinyu.
4. Havighurst (1953), mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang
ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi. Secara garis besar
Havighurst menengaskan bahwa tugas-tugas perkembangan yang
dilakukan seseorang pada masa kehidupan tertentu adalah disesuaikan
dengan norma-norma sosial serta norma-norma kebudayaan.
Menurut Havighurts tugas-tugas perkembangan terdiri dari:
A. Pada Periode bayi dan awal masa kanak-kanak (0,0-6,0 tahun)
1. Belajar berjalan pada usia 9 – 15 bulan
2. Belajar memakan makanan padat
3. Belajar berjalan
4. Belajar berbicara
5. Mencapai kestabilan jasmaniah
6. Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam
7. Mempersiapkan diri untuk membaca
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
20
8. Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati
nurani
B. Pada Periode Anak-Anak (6 – 12 usia SD/ S ederajat)
1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-
permainan yang umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk
yang sedang tumbuh
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
4. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca,
menulis, dan berhitung
5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari
6. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan
nilai.
7. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga
8. Mencapai kebebasan pribadi
C. P ada Periode Remaja
1. Menerima keadaan jasmaninya dan menerima serta menjalankan peranannya
sebagai peria atau wanita
2. Mengadakan hubungan hubungan baru dengan teman sebaya dari kedua jenis
kelamin, terutama dengan anak lawan jenis
3. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang orang dewasa lainnya,
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
21
agar supaya jangan terlalu terikat
4. Mendapat kepastian mengenai kebebasan ekonomik
5. Memilih dan mempersiapkan diri bagi suatu jabatan
6. Memperkembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep konsep intelek-
tual yang perlu untuk hidup menjadi warga negara yang baik
7. Menginginkan dan dapat bertingkah laku yang dapat di terima oleh masyarakat
8. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga
9. Menentukan dengan penuh kesadaran nilai nilai yang sesuai dengan suatu
gambaran mengenai keadaan di dunia
D . P ada periode dewasa awal
1. Memilih calon suami atau istri
2. Belajar hidup bersama suami atau istri
3. Memulai hidup bersama keluarga
4. Mengasuh anak anak
5. Menyelanggarakan rumah tangga
6. Mulai berkerja
7. Mulai bertanggung jawab sebagai seorang warga negara
8. Mendapat kan kelompok sosial yang sesuai baginya
E . P ada Periode S etengah B aya
1. Mendapatkan tanggung jawab sebagai orang dewsa yang menjadi warga negara
dan hidup bermasyarakat
2. Menentukan dan hidup sesuai setandart hidup yang berhubungan dengan
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
22
ekonomi
3. Membantu anak anak remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dan berbahagia
4. Memperkembangkan keaktifan keaktifan dalam masa senggang yang sesuai
bagi oran dewasa
5. Menerima dan menyesuaikan diri kepada perubahan perubahan pisikologi pada
masa setengah umur
6. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang sudah usia lanjut
E . P ada Periode M asa Tua
1. Menyesuaikan diri ada berkurangnya kekuatan phisik dan kesehatan
2. Menyesuaikan diri pada masa pensiun dan penghasilan yang berkurang
3. Menyesuaikan diri pada meninggalnya suami atau istri
4. Mengadakan hubungan yang erat pada orang orang yang seumur
5. Memenuhi kewajiban sebagai warga negara dan dalam hidup bermasyarakat
6. Menatur keadaan hidup yang memuaskan dari segi phisis
F. HUKUM DASAR PERKEMBANGAN
Macam-Macam Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan itu banyak sekali, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Hukum Kesatuan Organis
Menurut hukum ini anak terdiri dari organ-organ (anggota) tubuh yang
merupakan satu kesatuan organis, bukan suatu penjumlahan atau suatu kumpulan
unsur yang berdiri sendiri. Di antara organ-organ tersebut antara fungsi dan
bentuknya tidak dapat dipisahkan. Pernyataan-pernyataan psikis satu sama lain
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
23
saling bersangkut-paut, pengaruh-mempengaruhi dan merupakan suatu
keseluruhan.
2. Hukum Tempo Perkembangan
Sesuai dengan istilahnya, tempo berarti waktu atau masa. Menurut hukum
ini, setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-sendiri.
Artinya, ada anak yang mengalami perkembangan cepat, sedang, dan ada pula
yang lambat. Di antara jenis kelamin yang berbeda pun terdapat tempo
perkembangan yang berbeda.
Kalau kita memperhatikan proses-proses perkembangan dan pertumbuhan
pada berbagai anak, akan terdapatlah anak-anak tumbuhnya kelihatan lancar dan
cepat. Misalnya, ada anak-anak yang lekas besar badannya, gemuk dan sehat.
Perkembangan kemampuannya seperti tengkurab, duduk, berdiri, berjalan,
berbicara, dan seterusnya kelihatan lancar dan cepat. Akan tetapi sebaliknya, ada
anak-anak yang pertumbuhan fisiknya kelihatan lambat, demikian pula mengenai
kemampuan-kemampuan fisiknya dan rohaninya. Pada umumnya bila
kemampuan-kemampuan fisik lambat berkembang, maka kemampuan-
kemampuan psikisnya akan tertunda. Ada pula anak-anak yang berkembang
secara biasa, tidak lambat dan tidak pula cepat.
3. Hukum Irama (Ritme) Perkembangan
Di samping memiliki tempo, perkembangan juga berlangsung sesuai dengan
iramanya. Sangat erat hubungannya dengan tempo perkembangan, yaitu adanya
irama atau ritme di dalam perkembangan. Irama berarti variasi atau fluktuasi naik
turunnya kecepatan perkembangan individu. Hukum irama berlaku untuk setiap
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
24
manusia. Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat
kematangan fungsi-fungsi atau abilitas-abilitas pada seorang anak.
Sehubungan dengan perkembangan cepat atau lambat ini, anak dapat
dibedakan atas tiga golongan, yaitu :
a. Anak yang tidak menunjukkan perkembangan yang cepat ataupun terhambat,
melainkan perkembangannya berlangsung mendatar dan maju secara berangsur-
angsur. Semuanya berlangsung dengan tenang, masa yang satu disambung oleh
masa berikutnya dengan tidak menunjukkan peralihan yang nyata.
b. Anak yang cepat sekali berkembang pada waktu kecilnya, tetapi sesudah besar
kecepatan perkembangannya semakin berkurang sehingga akhirnya berhenti sama
sekali.
c. Anak yang lambat laju perkembangannya pada waktu kecil, tetapi semakin
besar (lama) semakin bertambah cepat kemajuannya.
4 . Hukum Rekapitulasi
Rekapitulasi berasal dari bahasa latin yaitu re+capitulum artinya
mengulang secara cepat. Hukum rekapitulasi berpendapat bahwa perkembangan
psikis individu akan pengulangan urutan tingkah laku dari perkembangan nenek
moyang suatu bangsa. Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara
singkat dari perkembangan manusia di dunia.Hukum rekapituasi pertama-tama
dikemukakan oleh Hackel, seorang sarjana biologi Jerman, yang disebutnya
“hukum biogenetis”. Dalam hukum tersebut perkembangan jasmani individu
merupakan ulangan dari perkembangan jenisnya.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
25
Menurut Hackel ontogenese adalah rekapitulasi dari phylogenese. Otogenese
adalah perkembangan individu. Sedangkan phylogenese adalah kehidupan nenek
moyang suatu bangsa.
Stanley Hall membagi kehidupan anak sebagai berikut yaitu:
a. Masa berburu dan menyamun
Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 8 tahun yang ditandai dengan
kesenangan anak untuk menangkap binatang (berburu), bermain panah, bermain
untuk saling mengintai, bermain kejar-kejaran, dan perang-perangan. Dalam
antropologi memang ada masa kehidupan manusia untuk berburu, yaitu ketika
manusia masih hidup nomaden.
b. Masa berternak (menggembala)
Masa ini dialami anak sekitar usia 8 sampai 10 tahun, yang ditunjukkan
dengan kesenangan anak memelihara binatang, seperti ayam, burung merpati,
kucing, kelinci, dan lain-lain. Periode ini mirip dengan kehidupan manusia
setelah sedentair yaitu mulai menetap.
c. Masa bercocok tanam (bertani)
Masa ini dialami anak ketika berusia sekitar 10 sampai 12 tahun. Pada masa
ini terlihat kegemaran anak untuk bercocok tanam, seperti senang menanam
tanam-tanaman, memeliharanya, menyiramnya, dan sebagainya. Hal ini mirip
dengan kelanjutan masa sedentair, yaitu manusia mulai mengenal menanam
tanaman yang buah dan daunnya enak dimakan.
d. Masa berdagang
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
26
Masa ini dialami anak ketika ia berusia sekitar 12 sampai 14 tahun. Pada
masa ini terlihat kesenangan anak untuk beraktivitas yang mirip dengan
perdagangan, seperti kesukaan anak untuk jual beli dengan uang dari
kertas atau daun, tukar-menukar barang (perangko bekas, gambar, dan
lain-lain), berkirim-kirim foto dengan sahabat pena, dan sebagainya.
e. Masa industri
Masa ini timbul di usia sekitar 15 tahun ke atas. Pada masa ini terlihat
kesenangan anak membuat permainannya sendiri dengan bahan-bahan yang ada di
sekelilingnya dan keasyikan anak mengerjakan pekerjaan tangan, seperti
menyulam, membuat layang-layang, membuat seruling bambu, ketapel, gasing,
dan sebagainya.
Fakta lain yang turut mendukung teori rekapitulasi ialah pada anak-anak ada
persamaan-persamaannya dengan bangsa yang belum maju, yaitu misalnya
pikiran yang bersifat animistis, takhayul, takut hantu, gemar pada warna-warna
yang tajam, lagu-lagu yang bersemangat, dan lain-lain.
.
5 . Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
Dalam diri anak terdapat hasrat dasar untuk mempertahankan dan
mengembangkan diri. Hasrat mempertahankan diri terlihat dalam bentuk-bentuk
nafsu makan dan minum, menjaga keselamatan diri. Pertahanan yang
dimaksudkan adalah suatu respons dalam bentuk sikap atau perilaku individu
yang dimunculkan ketika dirinya merasa mendapatkan stimulus yang tidak sesuai
atau tidak menyenangkan. Pertahanan diri tersebut ada pada setiap individu.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
27
Bentuk pertahanan diri ini berbeda-beda antara individu satu dengan yang lain.
Contoh bentuk pertahanan diri yang sederhana adalah pada saat anak merasa
lapar, haus, takut, sakit, dan sebagainya kemudian anak akan menangis. Dengan
menangis, sebenarnya terkandung maksud agar orang lain segera datang untuk
memenuhi kebutuhannya.
6 . Hukum Predistinasi
Predistinasi berarti nasib atau takdir. Pada setiap umat beragama ada
kepercayaan terhadap nasib atau takdir yang telah ditetapkan Tuhan baginya.
Meskipun mungkin saja terdapat perbedaan penafsiran mengenai hukum takdir ini
sesuai dengan paham agama dan kepercayaan masing-masing, tetapi pada
umumnya semua umat beragama mengakui bahwa segala yang terjadi atas diri
manusia, baik secara kelompok maupun perseorangan. Dengan kata lain, segala
sesuatu terjadi atas takdir Tuhan, yang harus diterima manusia sebagai nasib
baginya.
7 . Hukum Trotzalter (Masa Menentang)
Hukum trotzalter berpandangan bahwa perkembangan individu tidak selalu
berlangsung dengan tenang dan teratur, tetapi pada masa-masa tertentu terjadi
data guncangan yang membawa perubahan secara radikal.
Hal demikian dapat ditemui misalnya pada individu yang berusia sekitar 3
sampai 7 tahun. Wujud nyata perilaku yang seringkali ditunjukkan adalah anak-
anak kelihatan nakal, keras kepala, kuat kemauan dan keinginannya, tak mau
menurut orang lain, adanya sikap mampu berdiri sendiri, mampu mengerjakan
sesuatu secara sendiri, dan merasa tidak terlalu perlu bantuan orang lain sehingga
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
28
seringkali timbul sikap menentang ketika ada stimulus dari orang lain yang dirasa
kurang sesuai. Masa itu tadi disebut juga masa menentang yang pertama, masa
storm and stress pertama dalam masa perkembangan anak. Dengan bimbingan
yang baik, sifat-sifat negatif tadi akan lewat dengan sendirinya tanpa bekas.
Masa menentang yang kedua datang pada kira-kira umur 14-17 yaitu pada
masa remaja awal. Mereka merasa tidak puas terhadap lingkungannya, tetapi
belum tahu yang harus diperbuat. Mereka sering kali merasa kesulitan, ingin
menutup diri, tetapi ada pula yang tak mau tinggal diam di rumah, agresif, keras
kepala.
8. Hukum Masa Eksploratif dan Penemuan
Sesuai dengan istilahnya, yaitu eksploratif yang berarti penjelajahan, hukum
masa eksploratif yang dipelopori oleh seorang sarjana psikologi dan pendidikan
dari Belanda yang bernama M.J. Langeveld berpandangan bahwa perkembangan
individu merupakan suatu proses yang berlangsung sebagai suatu penjelajahan
dan penemuan pada individu yang bersangkutan.
9 . Hukum Cephalocoundal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa
pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian-bagian pada kepala
tumbuh lebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada
pertumbuhan pranatal, yaitu pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan
mempunyai bagian-bagian dan alat-alat pada kepala yang lebih “matang” daripada
bagian-bagian tubuh lainnya. Bayi bisa menggunakan mulut dan matanya lebih
cepat daripada anggota badan lainnya.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
29
1 0 . Hukum Proximodistal
Hukum Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik,
dan menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke
tepi. Alat-alat tubuh yang terdapat di pusat, seperti jantung, hati dan alat-alat
pencernaan lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang ada di tepi. Hal
ini tentu saja karena alat-alat tubuh yang terdapat pada daerah pusat itu lebih vital
daripada misalnya anggota gerak seperti tangan dan kaki.
1 1 . Perkembangan Terjadi dari Umum ke Khusus
Pada setiap aspek terjadi proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal
yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit meningkatkan ke hal-hal yang
khusus. Terjadi proses diferensiasi seperti dikemukakan oleh Werner. Anak lebih
dahulu mampu menggerakkan lengan atas, lengan bawah, tepuk tangan terlebih
dahulu daripada menggerakkan jari-jari tangannya. Anak akan mampu lebih
dahulu menggerakkan tubuhnya sebelum ia bisa mempergunakan kedua
tungkainya untuk menyangga batang tubuhnya, melangkahkan kaki dan berjalan.
1 2 . Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan-Tahapan
Perkembangan
Dalam perkembangan terjadi penahapan yang terbagi-bagi ke dalam masa-
perkembangan. Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan
yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada suatu masa perkembangan dengan
ciri-ciri yang ada pada masa perkembangan yang lain. Sebenarnya, ciri-ciri yang
ada pada masa perkembangan terdahulu dapat diperlihatkan pada masa-masa
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
30
perkembangan berikutnya, hanya dalam hal ini terjadi dominasi pada ciri-ciri
yang baru.
1 3 . Hukum Konvergensi Perkembangan
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil
pendidikan yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status
pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa
pendapat lama itu tidak sesuai lagi dengan keadaan. Pandangan lama itu
dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori Schopen Hauer yang
berpendapat bahwa “manusia adalah hasil bentukan dari pembawaannya”.
Sejak anak lahir ia membawa bakat, kesanggupan (potensi) untuk dikembangkan,
dan sifat bawaan tertentu. Pembawaan itu akan berkembang sendiri, dalam hal ini
pendidikan tidak mampu untuk mengubahnya. Aliran dalam pendidikan yang
menganut paham nativisme ini disebut aliran yang pesimis.
Paham nativisme tidak lama menguasai dunia pendidikan, sebab pada abad
ke-19 lahir paham empirisme yang berasal dari John Locke. Ia memperkenalkan
teori tabularasa yang mengatakan bahwa child born like a sheet of white paper a
void of all characters. Ketika anak lahir, ia diumpamakan sebagai kertas yang
putih belum ada ditulisi atau digoresi dengan bakat apapun. Jiwanya masih bersih
dari pengaruh keturunan sehingga pendidik dapat membentuknya menurut
kehendaknya. Aliran dalam pendidikan yang menganut paham empirisme ini
disebut aliran yang optimis.
William Stern menggabungkan kedua pendapat di atas ke dalam
hukum konvergensi yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
31
perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan
dan pembawaan.
1 4 . Hukum Hierarki Perkembangan
Bahwa perkembangan anak tidak mungkin akan mencapai suatu fase
tertentu dengan cara spontan atau sekaligus, akan tetapi harus melalui tingkat-
tingkat atau tahapan tertentu yang telah tersusun sedemikian rupa. Sehingga
perkembangan diri seseorang menyerupai derat perkembangan.
HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN DALAM DALAM PSIKOLOGI
Para pakar psikologi juga telah memeberikan pengertian tentang
perkembangan di antaranya yang telah dikemukakan oleh para pakar psikologi
berikut ini:
1. Lois Hoffman mengungkapkan bahwa perkembangan adalah proses yang
terjadi dalam diri individu sepanjang kehidupan.
2. Lerner berpendapat bahwa perkembangan menunjukkan perubahan yang
sistematik atau terorganisir dalam diri individu.
3. Mussen cs mengungkapkan bahwa perkembangan adalah perubahan yang
terjadi pada fisik, struktur neurologis, perilaku, traits, yang terjadi secara
teratur dan masuk akal, dan menghasilkan yang baru, yang lebih baik,
lebih sehat, lebih terorganisir, lebih stabil, lebih kompleks, lebih
kompeten, dan lebih efisien.
4. E. Hurlock menjelaskan perkembangan sebagai seri perubahan yang
progresif yang terjadi sebagai hasil dari kematangan dan pengalaman
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
32
dengan tujuan memampukan individu untuk beradaptasi dengan
lingkungan.
5. Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. Knoers perkembangan yang terjadi
dalam diri pribadi seseorang menitik beratkan pada relasi antara
kepribadian dan perkembangan.
6. secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah perubahan
yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu.
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Dalam perkembangan manusia menuju eksistensinya sebagai makhluk
pribadi (individu), makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk beragama
terdapat tiga hal yang aktif berinteraksi satu sama lain, yaitu:
a. Pembawaan (yang merupakan potensi-potensi tertentu), seperti
bakat, minat, kecerdasan, dan perasaan
b. Lingkungan, yaitu lingkungan fisik, seperti iklim, makanan,
pakaian, rumah, lingkungan belajar, dan lingkungan sosial
c. Kemauan dan partisipasi aktif peserta didik dalam proses interaksi
yang berlangsung
Sedangkan menurut A. Muri Yusuf (1985) tiap individu dipengaruhi oleh:
a. Kematangan atau kesiapan merupakan motivasi dalam diri peserta didik untuk
berperan serta dalam suatu aktivitas.
b. Belajar dan latihan akan membantu perkembangan peserta didik dalam
menunjukkan kesiapan/kematangannya
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
33
c. Peranan/belajar/latihan, kemudia akan diikuti oleh pengalaman, akhirnya
mengembangkan kematangan dalam membentuk anak didik.
H. Implikasi Perbedaan Individual Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Menurut A. Terman tingkat inteligensi (intelligence quotient atau IQ) ditinjau dari
segi iteligensi/kecerdasan dapat dilihat seperti di bawah ini:
Skala Skor Menurut A. Terman
Genius ---------------------------------------------------------------- IQ ± 140 – 180 Mendekati genius --------------------------------------------------- IQ ± 130 – 140 Sangat superior ------------------------------------------------------ IQ ± 120 – 140Superior -------------------------------------------------------------- IQ ± 110 – 120 Normal --------------------------------------------------------------- IQ ± 86 – 115 (90 – 110)Dull – normal ------------------------------------------------------- IQ ± 80 – 85 Borderline ----------------------------------------------------------- IQ ± 70 – 80 Maron ---------------------------------------------------------------- IQ ± 56 – 70Imbecile -------------------------------------------------------------- IQ ± 26 – 55 Idiot ------------------------------------------------------------------- IQ ± 20 – 25
Anak mempunyai intelegensi (IQ) 100 ke atas dikelompokkan kepada anak cerdas
setelah mengikuti pengajaran klasikal harus diberi pengayaan.
Ada dua macam pengayaan, yaitu:
1. Pengayaan horisontal ialah dengan cara memperdalam materi yang sama
dengan contoh yang berbeda-beda lebih banyak menuntut kecerdasan intelegensi,
seperti belajar menambah dari nol sampai dengan sepuluh.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
34
2. Pengayaan vertikal ialah dengan cara memberikan materi tambahan yang lebih
tinggi dari contoh yang diberikan, seperti belajar menambah dari nol hingga
sepuluh. Kemudian bagi anak yang berbakat atau cerdas dalam berhitung dapat
dikembangkan menjadi 0 – 15. Sebaliknya, bagi anak yang slow learner atau
lambat belajar yang mempunyai inteligensi antara 86 – 90 dan sedikit di bawah
normal diberikan pengajaran remedial (remedial teaching).
PENUTUP
Kesimpulan
Landasan psikologis pendidikan merupakan salah satu landasan yang
penting dalam pelaksanan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam
menjalankan tugasna sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta
didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan
kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda mulai dari
banyi hingga dewasa.
Saran
Karena begitu pentingnya landasan psikologis dalam pendidikan maka
seluruh calon pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta
mengaplikasikan landasan psikologis dalam pendidikan agar proses pendidikan
berjalan dengan baik.
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
35
DAFTAR PUSTAKA
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/psikologi-pendidikan-dan-
guru/
http://syamsuljosh.blogspot.co.id/2013/05/pertumbuhan-dan-perkembangan-
dalam.html
http://ahmadroihan8.blogspot.co.id/2013/09/30-definisi-psikologi-menurut-para-
ahli.html
H. Zahra Idris, H. Lisna Jamal, Pengantar Pendidikan 1&2, Penerbit: PT
Gramedia Wdiasarana Indonesia, Jakarta, 1992
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
36
37