lanjutan

27
3 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, masalah utama yang mendesak untuk diselesaikan adalah mebangun kesadaran belajar dan sikap aktif yang dimiliki siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa diperoleh informasi hanya sekitar 45% siswa yang mempunyai sikap aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan analisis penyebab terjadinya masalah (probable causes) dengan menggunakan, brainstorming dengan guru sejawat, dan pengalaman peneliti sebagai guru matematika, penyebab yang paling mungkin munculnya masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Masalah yang bersumber dari guru : a. Selama proses pembelajaran matematika berlangsung, guru masih dominan menggunakan metode ceramah. Sehingga keaktifan siswa menjadi rendah.

Upload: muhamad-imam-buchori

Post on 08-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lanjut

TRANSCRIPT

Page 1: LANJUTAN

3

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah utama yang mendesak untuk

diselesaikan adalah mebangun kesadaran belajar dan sikap aktif yang

dimiliki siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden dalam kegiatan belajar

mengajar.

Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa diperoleh

informasi hanya sekitar 45% siswa yang mempunyai sikap aktif dalam

kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan analisis penyebab terjadinya

masalah (probable causes) dengan menggunakan, brainstorming dengan

guru sejawat, dan pengalaman peneliti sebagai guru matematika,

penyebab yang paling mungkin munculnya masalah tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Masalah yang bersumber dari guru :

a. Selama proses pembelajaran matematika berlangsung, guru

masih dominan menggunakan metode ceramah. Sehingga

keaktifan siswa menjadi rendah.

b. Guru jarang menggunkan model pembelajaran kooperatif

atau belajar berkelompok.

c. Guru beranggapan pembelajaran kooperatif akan memakan

waktu dan tenaga sehingga ketuntasan materi dikhawatirkan

tidak tercapai.

Page 2: LANJUTAN

4

d. Guru yang menggunakan model pembelajaran koopertif

sering bersifat kompetitif sehinga siswa yang berprestasi

rendah semakin tersingkir.

2. Masalah yang bersumber dari siswa :

a. Sebagian besar siswa masih beranggapan guru sebagai

orang yang harus ditakuti bukan orang yang harus didekati.

b. Siswa tidak berani bertanya kepada guru karena takut

dianggap bodoh oleh teman-temannya.

c. Kurang berani mengeluarkan pendapatnya karena takut

salah.

d. Siswa yang pandai cenderung enggan untuk membantu

teman yang masih belum paham materi yang diajarkan guru

e. Siswa yang pandai lebih senang mengelompok dengan

teman-teman yang prestasinya setara.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: Sekurang-kurangnya 45% siswa kelas 9 A

SMP Negeri 2 Baturraden Tahun Pelajaran 2008/2009 kurang berperan

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Untuk menyelesaikan masalah dia atas perlu dilihat dari penyebab

utama yang ada. Perlu strategi pembelajaran yang mampu

meminimalisasi permasalahan di atas. Suatu strategi diharapkan mampu

Page 3: LANJUTAN

5

menggerakkan siswa untuk lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Strategi yang juga mendororng siswa yang pandai untuk peduli

kepada temannya, sehinga terjadi prosese belajar yang bersifat

kolaboratif.

Dalam prosese belajar mengajar tampaknya perlu memberikan

tanggung jawab kepada siswa yang pandai untuk membantu guru dalam

membimbing temannya yang mengalami kesulitan belajar dalam

pembelajaran matematika. Hal ini dirasa perlu dilakukan dikarenakan

masih banyaknya siswa kurang terbuka menyatakan kesulitan yang

dialami kepada guru. Permasalahan ini bisa disebabkan karena faktor

malu, takut atau kesuliatn secara verbal berkomunikasi dengan guru.

Biasanya siswa dengan kesulitan semacam ini akan lebih

mengkomunikasikan kesulitannya kepada teman sebayanya.

Salah satu strtegi pembelajaran yang diyakini mampu mengatasi

permaslahan di atas adalah strategi pembelajarn tutor sebaya atau peer

tutor.Dalam penggunaan strategi tersebut penulis mengembangkan

menjadi peer tutor plus Strategy. Dalam strategi ini siswa yang berperan

sebagai tutor diberi peran layaknya seorang guru, yang tidak hanya

membimbing siswa yang mempunyai kemampuan di bawahnya juga

melakukan pengamatan perkembangan hasil belajar temannya yangs

selanjutnya dilaporkan secara berkala kepada guru. Siswa sebagai tutor

menginventarisasi perkembangan siswa baik yang berupa nilai tugas,

ulangan maupun sikap siswa saat mengikuti kegiatan belajar

Page 4: LANJUTAN

6

mengajar.Dari hasil laporan inilah yang akan digunakan oleh guru untuk

melakukan tindak lanjut kegiatan belajar ,mengajar berikutnya.. Dengan

strategi ini diharapkan tidak hanya keaktifan siswa yang meningkat juga

penilian autentik juga dapat terlaksana.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini telah memberi manfaat bagi beberapa

pihak, di antaranya :

1. Bagi peserta didik

a. Tumbuhnya kesadaran siswa untuk selalu brepartispasi aktif

dalam setiap kegiatan belajar mengajar,

b. Siswa merasa senang dengan pembelajaran matematika

karena tidak merasa canggung untuk bertanya, meminta

penjelasan berkaitan dengan kesulitan belajar yang

dialaminya ,

c. Dapat melatih kepedulian siswa yang prestasi

matematikanya di atas rata-rata kepada siswa yang

pretasinya masih rendah, sehingga dapat meminimalisasi

egoisme siswa.

2. Bagi guru

Strategi belajar ini dapat menjadi alternatif bagi guru yang mempunyai

permaslahan siswa dengan keaktifan dan prestasi belajar yang relatif

rendah .

Page 5: LANJUTAN

7

3. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di

SMP Negeri 2 Baturraden, Kabupaten Banyumas.

4. Bagi masyarakat

Karena siswa siswa dibiasakan untuk selalu aktif dalam kegiatan

belajar mengajar dan selalu didorong untuk peduli kepada teman, maka

sifat dan perilaku tersebut diharapkan akan terbawa dalam kehidupan

bermasyarat.

Page 6: LANJUTAN

8

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A.Landasan Teori

Peer – Tutor ( Tutor Sebaya )

Kelompok sebaya merupakan wadah yang sangat penting bagi

terselesaikannya tugas-tugas perkembanganyang dihadapi para siswa. Di

sinilah peran-perannya menurut jenis kelamin masing-masing. Mereka

belajar berkooperasi, berkompetisi, belajar ketrampilan-ketrampilan sosial,

belajar tentang nilai-nilai, hidup bergotong royong dalam kehidupan

bersama menuju tujuan-tiujuan bersama-sama. ( Oemar Hamalik,2003).

Dalam kegiatan belajar di kelas sering guru merasa kesulitan untuk

menanganai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dimungkin

rata-rata kelas yang ada adalah kelas gemuk yaitu kelas dengan jumlah

siswa rata-rata dia atas 35 siswa. Untuk mensiasati kondisi tesebut guru

dapat meminta bantuan kepad siswa yang semsetinya memperoleh

program pengayaan untuk menjadi Peer – Tutor atau Tutor sebaya.

Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006) ada beberapa manfaat dari

kegiatan Tutoring ini, yaitu :

a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang

mempunya perasaan takut atau enggan kepada guru.

Page 7: LANJUTAN

9

b. Bagi Tutor, perkerjaan tutoring akan mempunyai akibat

memperkuat konsep yang sedang di bahas. Dengan memberitahukan

kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghapalkannya

lagi.

c. Bagi Tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang

tanggung jawab dalam mengemban tugas dan melatih kesabaran.

d. Mempererat hubungan anatara sesama siswa sehingga

mempertebal perasaan sosial.

Pendekatan Kolaboratif

Pada kegiatan pembelajaran saat ini berkembang pendekatan

pembelajaran kooperatif yang bersifat kompetitif. Dimana dalam

pembelajaran tersebut tiap kelompok didorong untuk saling mengungguli

satu dengan yang lain.. Akibat dari pendekatan ini tidak jarang terjadi

kesenjangan kemampuan yang dipero;eh tiap-tiap kelompok pada saaat

kegiatan pembelajaran. Kelompok yang unggul cenderung tidak mau

berbagi pnegetahuan terhadap kelompok yang lain. Kelompok yang

unggul menganggap kelompok lain sebagi pesaing. Akibatnya kelompok

yamng mempunyai kemampuan rendah sulit untuk mengikuti kemampiuan

kelompok yang unggul. Lebih lanjut dari kondisi tersebut adalah kelompok

dengan kemampuan rendah selalu tertingga; dan frustasi. Hal lain yang

mungkin terjadi adalah guru cenderung memperhatikan kleompok siswa

yang memiliki kemampuan yang baik.

Page 8: LANJUTAN

10

Untuk menghindari kondisi dia atas perlu dilakukan pendekatan yang tidak

hanya menekankan pada persaingan. Suatu pendekatan yang

memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa yang saling bekerja sama

dalam pencapaian penguasaan materi pelajara. Dimana terjadi siswa atau

kelompok yang sudah menguasai materi pelajaran mengajar kepada

siswa yang belum menguasai. Pendekatan kerja sama ini sering disebut

dengan Pendekatan Kolaboratif.

Menurut Tim Widiaiswara LPMP Jateng ( 2008 ) dalam pendekatan

Kolaboratof dimungkinkan terjadi saling belajar membelajarkan antar

siswa sehingga pencapain belajar siswa relatif sama.

Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya

dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih mungkin untuk

menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar menghargai orang lain,

mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan membangun persetujuan

bersama. Dengan bekerja sama, para anggota kelompok kecilakan

mampu mengatasi berbagi rintangan, bertindak mandiri dan dengan

penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota kelompok,

mempercayai orang lain, mengeluarkan pendapat dan mengambil

keputusan. ( Elaine B. Johnson, 2007 )

Pembelajaran Matematika

Refleksi dan komunikasi adalah proses yang saling terjalin dalam belajar

matematika. Dengan perencanaan dan dan perhatian yang eksplisit oleh

Page 9: LANJUTAN

11

para guru ,komunikasi untuk tujuan-tujuan refleksi bisa menjadi suatu

bagian yang alamiah dari belajar matematika.Para siswa yang masih

anak-anak dapat diminta untuk ”berpikir dengan keras” , dan pertanyaan –

pertanyaan cermat yang diajukan oleh guru atau teman sekelas bisa

memancing mereka untuk meninjau kembali penalaran mereka. Dengan

pengalaman , para siswa akan memperoleh pengalaman dalam mengatur

dan menacatat pemikiran mereka.(Prof. Wahyudin, 2008)

Untuk medukung terwujudnya komunikasi anatar siswa yang dapat

membangun pemahaman dalam pembelajaran matematika, guru

membentuk situasi kelas yang mendukung terbentuknya komunitas

diamaa dalam komunitas tersebut para siswa akan merasa bebas

mengekspresikan gagasan-gagasan mereka.Dalam komunitas tersebut

siswa dapat saling berbagi gagasan –gagasan matematis dalam cara-cara

yang cukup jelas dimengerti dalam kominitas siswa tersebut.

Di tingkat SMP siswa cenderung tidak mau menonjolkan diri dalam

kelompoknya, bahkan ada siswa yang cenderung menarik diri dalam

kelompoknya. Untuk itu guru mempunyai peran yang sangat penting

dalam penciptaan komunitas kelas yang mampu merangsang adanya

komunikasi antar siswa. Perlu pembentukan kelompok komunitas yang

bersifat heterogen khususnya pada kemampuan akademik . Melalui

kelompok tersebut diharapkan mampu memecahkan kebuntuan

komunikasi yang terjadi antara siswa dengan siswa maupun siswa dan

Page 10: LANJUTAN

12

guru.

Empat pilar pendidikan sejagat yang dicanangkan oleh UNESCO dan

menopang imperatif pendidikan bagi semua (education for all) adalah

learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live

together. Paradigma dan orientasi yang demikian dipandang menuntut

wawasan dan cara pandang baru dalam mengelola proses pembelajaran.

Sejalan dengan pemikiran di atas, cara pandang pembelajaran tradisional

yang mengedepankan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang

fakta, istilah, dan isi harus berubah menjadi siswa mampu memahami,

dan mengaplikasikan ide dan proses yang lebih kompleks. Pebelajar

tradisional bekerja sendiri, berkompetisi satu dengan lainnya, hanya

menerima informasi dari guru harus berubah menjadi pebelajar yang

bekerja dalam kelompok, berkolaborasi dengan lainnya. Pebelajar

mengkonstruksi, berkontribusi, dan melakukan sintesa informasi pada

pebelajar modern ( Kistono, 2002), sehingga strategi pembelajaran yang

disarankan adalah pembelajaran yang memberi ruang bagi pebelajar

untuk mengaplikasikan gagasan-gagasannya sendiri, memperoleh

pengalaman langsung melalui kegiatan-kegiatan explorasi, discovery,

inventory, investigasi, (Gafur, 2003).

Pemikiran senada adalah teori baru dalam psikologi pendidikan di

antaranya teori pembelajaran konstruktivisme (constructivist theories of

Page 11: LANJUTAN

13

learning). Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan,

membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya, dan guru dapat

memberi kesempatan untuk menemukan atau menerapkan ide-ide

mereka sendiri dan membimbing siswa menjadi sadar dan secara sadar

pula menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Wartono dkk,

2004). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan

pengetahuannya, mereka harus bekerja memecahkan masalah, berusaha

dengan susah payah dengan ide-ide.

Peer Tutor Plus Strategy

Berdasarkan uraian di atas, untuk menyelesaikan masalah dalam

penelitian ini diperlukan strategi pembelajaran yang mampu

menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar di

sekolah..Perlu dibentuk komunitas atau kelompok-kelompok dalam kelas

yang dapat merangsang komunikasi aktif antar siswa dan siswa dengan

guru. Sehingga dapat saling membantu antar siswa dalam memahami

konsep-konsep dan masalah dalam belajar matematika.

Untuk menciptakan kondisi seperti di atas guru membutuhkan bantuan

siswa kelompok atas yang seharusnya mendapatkan pengayaan untuk

menjadi tutor bagi kelomponya yang biasa disebut dengan peer tutor atau

tutor sebaya.

Adapun dalam model pembelajaran ini tutor selain bertugas membantu

siswa yang mempunyai kemampuan di bawahnya juga diberi tugas

Page 12: LANJUTAN

14

mengamati perkembangan kemampuan siswa baik secara kademik

maupun secara sikap diaman tutor melaporkan perkembangan temannya

kepada guru secara berkala. Oleh karena itu model pembelajaran ini

disebut dengan strategi pmebelajaran Peer Tutor plus..

Implementasi PEER TUTOR Plus Strategy

PEER TUTOR Plus Strategy adalah strategi pembelajaran yang

memanfaatkan siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata di

kelasnya sebagi tutor teman sebaya dalam kelompoknya dan juga

melaporkan perkembangan belajar teman-teman dalam kelompoknya

secara berkala kepada guru,

. Adapun langkah-langkah strategi pembelajarn Peer Tutor plus adalah

sebagai berikut:

1. Pembentukan Kelompok

Dibentuk kelompok heterogen baik dalam kemampuan akademis maupun

jenis kelamin.Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa dalam berinteraksi

seacar social tanpa mebeda-bedakan kemampuan dan jenis kelamin

sehingga mempunyai sikap terbukap dan toleran keopada sesame.

2. Pendampingan oleh Tutor

Bekerja dalam kelompok kooperatif untuk memecahkan soal atau masalah

yang diberikan oleh guru. Siswa yang berperan sebagai tutor melakukan

pembimbingan kepad siswa yang kurang memahami penjelasan atau

Page 13: LANJUTAN

15

masialah yang diberikan oleh guru.. Bagi tutor yang tidak dapat menjawab

pertanyaan teman dalam kelompoknya dapat meminta bantuan guru.

3. Penugasan oleh guru

Guru memberi kan tugas kelompok dari buku siswa atau Lembar Kerja

Siswa. Tutor melakukan pembimbing kepada siswa yang mengalami

kesulitan.

4. Diskusi Kelompok

Upaya untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat dari pemecahan

masalah atau soal yang telah diberikan. Disamping diskusi dalam

kelompok juga dilakukan diskusi antar kelompok agar hasil masing

kelompok dapay terkomunikasikan.Dalam hal ini guru melakukan

pembimbingan seperlunya.

5. Pengamatan dan inventarisasi masalah individu oleh tutor

Tutor melakukan pengamatan sikap teman dalam kelompoknya dan

perkembangan hasil belajarnya. Dalam hal ini yang perlu diinventarisir

oleh tutor masalah yang dihadapi tiap individu dalam kelompoknya, untuk

kemudian dilaporakan kepada guru baik secar lesan maupun tertulis.

Page 14: LANJUTAN

16

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis

tindakan pada penelitian ini adalah: ”Peer tutor plus Strategy“ dapat

meningkatkan peran serta aktif dan prestasi belajar siswa dalam kegiatan

belajar matematika,pada siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden ,

Kabupaten Banyumas”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian

Meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di SMP Negeri 2

Baturrdaen ditunjukkan dengan meningkatnya prosentase siswa yang

berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar diikuti dengan

meningkatnya prestasi

belajar siswa.

Tujuan khusus penelitian

Page 15: LANJUTAN

17

Pada akhir siklus pada semester genap tahun 2008/2009 siswa kelas 9

SMP Negeri 2 Baturraden yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar

matematika meningkat secara signifikan , diikuti dengan peningkatan

prestasi belajar berupa peningkatan kualitas dan kuantitas lulusan.

B.Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Baturraden Kabupaten

Banyumas. SMP Negeri 2 Baturraden adalah salah satu sekolah di

Kabupaten Banyumas, berlokasi di jalan Raya Kemutug Kidul, kecamatan

Baturtraden, berjarak ± 7 km ke arah utara dari kota Purwokerto, di kaki

gunung Slamet. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun

Pelajaran 2008/2009. Berlangsung pada bulan januari sampai dengan

April 2009.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian berhubungan dengan tata urutan penelitian ini akan

dilakukan. Karena penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas maka

metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskripsi yang sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988). Classroom Action Research dapat

Page 16: LANJUTAN

18

dikelompokkan dalam penelitian dengan metode deskriptif sekaligus

metode eksperimen.

Salah satu ciri Classroom Action Research adalah cyclic atau adanya

langkah-langkah yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus.

Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus.

Setiap siklus melalui fase-fase Planning (Perencanaan), Acting

(Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting (Refleksi) (Kemmis

dan Mc Taggart, 1992).

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Fokus penelitian ini adalah partisipasi belajar siswa, kerjasama dan sikap

peduli siswa terhadap teman . Untuk memperoleh data-data tersebut

digunakan beberapa teknik dan alat pengumpul data di antaranya:

a. Teknik angket dan wawancara untuk data sikap

Untuk mengetahui perkembangan proses dan atau pencapaian

kompetensi sikap peduli siswa.

b. Teknik tes unjuk kerja (performance test)

Digunakan untuk mengukur kinerja siswa di kelas , Penilaian ini mencakup

hasil akhir serta proses pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa

melakukan melakukan kegiatan belajar yang bersifat kolaboratif.

Page 17: LANJUTAN

19

c. Teknik pemberian tugas kelompok

Untuk mengukur aktifitas kelompok terhadap tugas yang diberikan, dan

kepedulian tutor terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar.

d. Teknik Observasi

Digunakan untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola kelas

pembelajaran

e. Learning Logs siswa

Untuk mengetahui, perasaan, tanggapan, gagasan siswa yang

sebenarnya tentang proses pembelajaran yang dialaminya.

Alat Pengumpul data

Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dan teknik yang digunakan,

maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut :

a. Quesioner

b. Panduan wawancara

c. Rubrik unjuk kerja

d. Lembar Observasi

e. Rubrik tugas

Page 18: LANJUTAN

20

f. Jurnal peneliti

g. Catatan siswa

Pengumpulan data dilaksanakan secara bertahap. Data sikap partisipasi

dan prestasi diambil pada saat pra siklus untuk memperoleh data awal

sebelum treatment pembelajaran dilakukan dan diambil pada akhir

sikulus. Data kemampuan pemecahan masalah siswa, Data kemampuan

pengelolaan kelas guru diambil pada setiap fase acting pada siklus.

Learning log siswa digunakan pada tahap refleksi setiap siklus dalam

rangka Data Triangulation dan Source Triangulation.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang,

menggolongkan data untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Sejalan pula dengan Tripp dalam Priyono (2001) menyatakan analisis

data merupakan proses mengurai sesuatu ke dalam bagian-bagiannya.

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yakni: (1). Identifikasi

data, (2). Melihat pola-pola, dan (3) membuat interpretasi.

Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran Matematika

SMPN 2 Baturraden ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang

yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika dan

prestasi belajar siswa.

Page 19: LANJUTAN

21

Untuk memastikan adanya perubahan berupa peningkatan peran aktif

siswa, peningkatan kinerja guru, dan perubahan sauasana kelas, maka

perlu dilihat dari berbagai sudut pandang, dengan menggunakan

beberapa teknik triangulasi, yakni :

3. Theoritical triangulation, menggunakan berbagai teori dalam

menelaah setiap perubahan

4. Data triangulation, mengambil data dari berbagai suasana, waktu,

dan tempat

5. Source triangulation, mengambil data dari berbagai nara sumber

6. Instrumental triangulation, menggunakan berbagai macam

alat/instrumen seperti telah disampaikan pada teknik pengumpulan data