lanjutan bab ke 2 proposal skripsi ipol
DESCRIPTION
marketing mixTRANSCRIPT
8
Menurut Rismiati dan Suratno (2001:190) mengemukakan bahwa
Marketing mix adalah Kombinasi dari empat kegiatan perusahaan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, struktur harga,
sistem distribusi dan kegiatan promosi.
Adapun Alma (2004:67), berpendapat bahwa Marketing Mix adalah Strategi
mencampur kegiata-kegiatan marketing agar dicari kombinasi maksimal sehingga
mendatangkan hasil yang memuaskan. Ada 4 komponen yang tercakup dalam
kegiatan marketing ini yang dikenal dengan sebutan 4P (Price, Product,
Promotion dan Place).
Menurut Assauri (2004:198) Bauran Pemasaran merupakan kombinasi
variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang
dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk reaksi para pembeli atau konsumsi.
Hurriyati (2005:42) berpendapat bahwa Bauran pemasaran (marketing mix)
merupakan Unsur-unsur internal penting yang membentuk program pemasaran
sebuah organisasi.
Lain halnya menurut Gitosudarmo (2008:182) mendefinisikan bauran
pemasaran sebagai Alat bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumen agar
konsumennya dapat menjadi kenal kemudian menyenangi dan kemudian
melakukan transaksi pembelian serta akhirnya konsumen itu menjadi puas.
Gitosudarmo (2008:182) juga berpendapat bahwa unsur-unsur bauran
pemasaran (marketing mix), yaitu : 1. Produk (Product), 2. Harga (Price), 3.
Distribusi atau penempatan produk (Place), 4. Promosi (Promotion).
9
Untuk lebih jelasnya unsur-unsur bauran pemasaran akan diuraikan satu
persatu dibawah ini :
2.1.2 Beberapa Pengertian
1. Produk (product).
Alat bauran pemasaran yang paling mendasar adalah produk. Produk
merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
dicari, dibeli, digunakan, atau dikomsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan
atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang di maksudkan dalam hal ini
dapat berupa barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi, dan
gagasan atau ide.
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas
sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai kompetensi dan kapasitas
organisasi serta daya beli pasar.
Menurut Rismianti dan Suratno (2001:198), Produk juga dapat didefinisikan
sebagai suatu sifat kompleks baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba,
termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan perusahaan dan
pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan
konsumen.
Tjiptono (2001:96) berpendapat bahwa produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan diminta, dicari, digunakan atau
10
dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Saladin (2003:71) memberikan definisi tentang produk
dalam beberapa pengertian yaitu sebagai berikut:
a. Dalam pengertian sempit produk adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan
kimia yang yang berwujud dan dihimpun dalam suatu bentuk yang serupa
dan telah dikenal.
b. Dalam pengertian luas produk adalah sekelompok sifat-sifat yang berwujud
(tangible) dan tidak berwujud (intangible) yang didalamnya sudah tercakup
warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan
yang diberikan produsen dan pengecer yang dapat diterima oleh konsumen
sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan atau kebutuhan –
kebutuhan konsumen.
Adapun Menurut Kotler (2008:448) mendefinisikan Produk adalah setiap
apa saja yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian,
pemakaian, atau komsumsi yang dapat memenuhi kegiatan atau kebutuhan, ia
meliputi benda fisik, jasa orang, tempat, organisasi, dan gagasan.
Dari definisi di atas, maka dapatlah kita melihat bahwa produk merupakan
suatu yang dipandang sebagai cara untuk memuaskan konsumen sebagai pembeli
dan merupakan dasar dari suatu kegiatan dalam suatu perusahaan. Agar strategi
produk dapat lebih efektif dalam rangka mempengaruhi konsumen untuk tertarik
dan membeli kemudian mereka menjadi puas, maka harus mengetahui beberapa
hal tentang strategi ini, yaitu :
11
1. Konsep produk
Konsep produk merupakan suatu pengertian atau pandangan konsumen
terhadap suatu produk yang dibutuhkan dan diinginkannya. Konsumen akan
memiliki konsep atau pandangan tertentu terhadap suatu barang.
2. Siklus kehidupan produk.
Produk adalah sebuah benda teknik yang keberadannya didunia merupakan
hasil karya keteknikan, yaitu hasil perancangan, pembuatan dan kegiatan teknik
lainnya yang terkait. Produk dibuat untuk menjalankan fungsinya, yaitu
membantu dan meringankan kehidupan manusia. Produk bisa juga diartikan
sebagai kepuasan yang ditawarkan produsen (perusahaan) kepada konsumen.
Suatu produk yang diciptakan baik berupa barang atau jasa pada umumnya
mengalami tahapan kehidupan produk (PLC = Product Life Cycle) melalui empat
tahapan sebagai berikut:
Tahap yang paling awal dari masa hidupnya suatu produk dimulai dari suatu
tahap yang disebut sebagai tahap perkenalan atau introduction. Pada masa ini
produk tersebut baru diperkenalkan oleh pengusaha kepada masyarakat.
Tahap berikutnya tahap pertumbuhan (Growth), di mana pada tahap ini
merupakan kelanjutan dari tahap perkenalan yang berhasil. Setelah banyak
anggota masyarakat yang mengenal akan produk itu maka diharapkan masyarakat
tersebut akan menjadi menyenangi produk tersebut dan apabila hal ini terjadi
maka produk tersebut akan berada pada tahap pertumbuhan.
12
Tahap berikutnya lagi adalah menginjak pada tahap kedewasaan atau
(Maturity). Tahap ini menunjukkan adanya masa kejenuhan di mana masyarakat
atau konsumen sudah jenuh sehingga akan menjadi sukar untuk meningkatkan
penjualan produk tersebut.
Tahap yang terakhir adalah tahap penurunan atau (Decline). Dalam tahap ini
masyarakat sudah tidak lagi menyenangi produk tersebut sehingga penjualan akan
segera merosot tajam. Hal ini akan akan terjadi apabila pengusaha tidak mampu
lagi untuk mempertahankan produknya pada tahap kedewasaan.
3. Jenis-jenis produk
Agar dapat memasarkan produk dengan baik maka perlu mengetahui produk
itu termasuk dalam jenis yang mana, karena masing-masing jenis produk akan
memerlukan penanganan yang berbeda dalam memasarkan produk tersebut agar
berhasil.
2. Harga (Price).
Harga sebagai salah satu unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Harga bersifat fleksibel, artinya
dapat diubah dengan cepat, sehingga mempengaruhi omzet pengambilan
keputusan pembelian suatu perusahaan.
Definisi harga menurut Gitosudarmo (2008:228) harga adalah sejumlah
uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah barang dan jasa-jasa tertentu
atau kombinasi dari keduanya.
13
Sedangkan harga menurut Assauri (2008:223) harga merupakan satu-
satunya unsur-unsur marketing mix yang menghasilkan pendapatan penjualan,
sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya saja.
Pendapat Swastha dan Sukotjo (2000:221) harga adalah sejumlah uang
(ditambahkan beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan.
Berdasarkan defenisi dapat diketahui bahwa : Nilai suatu produk yang
diukur dengan sejumlah uang yang dibayar oleh konsumen, untuk memperoleh
keseluruhan manfaat dari produk yang ditawarkan oleh produsen.
3. Tempat/Distribusi (Place).
Pengusaha haruslah menyebarkan barang-barangnya ke tempat konsumen
itu berada. Hal ini merupakan tugas untuk mendistribusikan barangnya kepada
konsumen. Untuk keperluan tersebut pengusaha dapat menggunakan berbagai
bentuk saluran distribusi yang mungkin dilakukannya.
Menurut Kotler (2005:17) Tempat (Place) termasuk berbagai aktivitas yang
dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi
pelanggan sasaran. Tempat sering pula disebut dengan saluran distribusi yaitu
suatu perangkat organisasi yang saling tergantung dalam penyedia suatu produk
atau jasa yang digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis.
4. Promosi (Promotion)
Gitosudarmo (2008:237) menjelaskan bahwa : Promosi adalah kegiatan
yang ditujukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal
14
akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian
mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut.
Jadi secara besar tujuan promosi dapat dibagi dua yaitu, tujuan jangka
panjang (misalnya: membangun nama baik perusahaan, mendidik konsumen dan
menciptakan reputasi tinggi dari suatu produk) dan tujuan jangka pendek
(misalnya menaikkan penjualan).
Promosi mencakup semua kegiatan perusahaan untuk memperkenalkan
produk dan bertujuan mempertinggi citra perusahaan dan agar konsumen tertarik
untuk membelinya.
Beberapa kegiatan yang ada dalam promosi ini pada umumnya ada empat menurut
Gitosudarmo (2008:237) yaitu:
1). Periklanan
2). Personal selling
3). Promosi penjualan
4). Publisitas dan hubungan masyarakat.
2.1.3 Loyalitas Konsumen.
Loyalitas merupakan hal yang penting, sebab strategi pemasaran yang
sukses dan didukung oleh pelanggan yang setia, seyogyanya menghasilkan
konsumen-konsumen yang loyal. Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan
dalam meningkatkan loyalitas pelanggan adalah dengan meningkatkan kepuasan
pelanggan dengan merek produk yang ditawarkan kepada konsumen.
Isitilah loyalitas sudah sering diperdengarkan oleh pakar marketing maupun
praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan
dalam konteks sehari-hari, tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis maknanya.
15
Kotler (2008:560) bahwa : Konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa
banyak dia membeli, tapi dari berapa sering dia melakukan pembelian ulang,
termasuk disini merekomendasikan orang lain untuk membeli.
Menurut Sutisna (2003:41) bahwa : Loyalitas dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok yaitu loyalitas merek (brand loyalty) dan loyalitas toko
(store loyalty).
Misalnya seorang konsumen yang sudah sangat sering melakukan
pembelian terhadap suatu satu merek produk, tidak ada lagi merek yang
dipertimbangkan untuk dibeli selain merek produk dibelinya. Ketika merek
produk itu tidak tersedia di toko yang ditujunya, dia terus berusaha mencari
produk itu sampai ke tempat yang jauh sekalipun. Bahkan ketika merek barang itu
tidak tersedia, dan petugas penjualan mengatakan merek produk yang dicarinya
akan datang beberapa hari kemudian, dia bersedia menunggunya. Jika ada
konsumen dalam pembeliannya berperilaku seperti itu, maka bisa disebut
konsumen itu sangat loyal terhadap merek pilihannya (brand loyalty).
Seperti halnya brand loyalty, store loyalty juga ditunjukkan oleh perilaku
konsisten, tetapi dalam store loyalty perilaku konsistennya adalah dalam
mengunjungi toko di mana konsumen bisa membeli merek produk yang
diinginkan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Assael,
yaitu konsumen yang loyal terhadap merek akan juga loyal terhadap toko.
Hurriyati (2005:129) mengemukakan bahwa : Loyalitas konsumen
(pelanggan) adalah komitmen konsumen bertahan secara mendalam untuk
berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih
16
secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-
usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih
mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk
melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang/jasa suatu perusahaan
yang dipilih. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perushaan apabila
memiliki konsumen yang loyal antara lain :
1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik
konsumen yang baru lebih mahal).
2. Dapat mengurangi biaya transaksi.
3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian
konsumen yang lebih sedikit).
4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa
pasar perusahaan.
5. Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa
pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.
6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (Seperti biaya penggantian, dll).
Selanjutnya menurut Usmara (2008 : 122) loyalitas adalah sebagai:
komitmen yang mendalan untuk membeli kembali atau berlanggan kembali suatu
produk atau jasa yang dipilih di masa mendatang, dengan cara membeli merek
yang sama secara berulang-ulang, meskipun pengaruh situasional dan usaha-usaha
pemasaran secara potensial menyebabkan tingkah laku untuk berpindah.
17
Menurut Hasan (2008:79) mengemukakan bahwa Loyalitas pelanggan
merupakan perilaku yang terkait dengan merek sebuah produk, termasuk
kemungkinan memperbaharui kontrak merek di masa yang akan datang, berapa
kemungkinan pelanggan mengubah dukungannya terhadap merek, berapa
kemungkinan keinginan pelanggan untuk meningkatkan citra positif suatu produk.
Jika produk tidak mampu memuaskan pelanggan, pelangga akan bereaksi
dengan cara exit (pelanggan menyatakan berhenti membeli merek atau produk)
dan voice (pelanggan menyatakan ketidak puasan secara langsung pada
perusahaan.
2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas
1. Kualitas Produk
Kualitas produk menunjukkan ukuran tahan lamanya produk itu, dapat
dipercayainya produk tersebut, ketepatan (precision) produk, mudah
mengoperasikan dan memeliharanya serta atribut lain yang dinilai. Dari segi
pandangan pemasaran, kualitas diukur dalam ukuran persepsi pembeli tentang
mutu/kualitas produk tersebut. Kebanyakan produk disediakan atau diadakan
mulanya berawal pada satu di antara empat tingkat kualitas, yaitu kualitas rendah,
kualitas rata-rata (sedang), kualitas baik (tinggi), dan kualitas sangat baik.
Dilihat dari produk yang dihasilkan, ternyata terdapat keuntungan dari
pengadaan produk pada kualitas tertentu. Kualitas yang tinggi biasanya diikuti
dengan pembebanan harga yang relatif tinggi kepada konsumen oleh perusahaan
produsen, tetapi tidak berarti bahwa biaya yang timbul dalam pembebanan harga
berlebih-lebihan.
18
Hal ini karena kualitas yang sangat baik, bagaimanapun tidak menambah
banyak keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan pengadaan produk dengan
kualitas yang rendah tidaklah berarti total keuntungan yang diperoleh kecil,
walaupun per unit produk yang dihasilkan adalah kecil. Umumnya produk dengan
kualitas rendah dihasilkan dalam jumlah yang relatif besar untuk mencapai
masyarakat konsumen yang luas, karena harganya relatif rendah, sehingga dapat
terjangkau oleh para konsumen tersebut. Dengan jumlah penjualan yang relatif
besar, diharapkan jumlah keuntungan yang diperoleh akan mencapai jumlah yang
cukup besar.
Berdasarkan pertimbangan tingkat harga yang dapat dijangkau oleh
masyarakat konsumennya, maka strategi kualitas dari produk yang dihasilkan
harus mempertimbangkan masyarakat konsumen yang dituju dan waktu
penggunaannya, serta strategi dari para pesaing agar strategi kualitas dari produk
yang digunakan dapat efektif. Bila perusahaan menggunakan strategi untuk
menghasilkan produk dengan kualtias yang tinggi, tetapi ternyata seluruh pesaing
memilih penyerahan produknya yang juga berkualitas tinggi, maka strategi yang
digunakan perusahaan menjadi kurang efektif. Demikian pula sebaliknya, jika
perusahaan menyediakan produk dengan kualitas yang rendah, sedangkan para
pesaing lainnya juga melakukan hal yang sama, maka strategi yang dijalankan
juga menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, kualitas harus dipilih dengan
mempertimbangkan pasar sasaran (target market) dari segmen tertentu dan
strategi para pesaing lainnya.
19
2. Citra
Kadang kita tidak dapat membedakan secara jelas antara identitas dan citra.
Untuk membedakannya, maka akan kita lihat pengertian masing-masing menurut
Kotler (2008: 259) : “Identitas adalah berbagai cara yang di arahkan perusahaan
untuk mengidentifikasikan dirinya atau memposisikan produknya”.
Sedangkan citra/image, yaitu : Citra adalah persepsi masyarakat terhadap
perusahaan atau produknya”. Maka jelas jika, “brand image” atau citra merek
adalah bagaimana suatu merek mempengaruhi persepsi, pandangan masyarakat
atau konsumen terhadap perusahaan atau produknya.
Pengertian brand image (Kotler, 2008:166) bahwa :
1. Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada
ingatan konsumen.
2. Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran
mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan
langsung dengan produk.
Membangun brand image yang positif dapat dicapai dengan program
marketing yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan
yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain. Kombinasi yang
baik dari elemen–elemen yang mendukung (seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya) dapat menciptakan brand image yang kuat bagi konsumen. Faktor-
faktor pendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan
asosiasi merek (Kotler, 2008:167) yaitu :
1. Favorability of brand association / keunggulan asosiasi merek.
20
Salah satu faktor pembentuk brand image adalah keunggulan produk, dimana
produk tersebut unggul dalam persaingan. Karena keunggulan kualitas (model
dan kenyamanan) dan ciri khas itulah yang menyebabkan suatu produk
mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen.
2. Strength of brand association/familiarity of brand association/kekuatan
asosiasi merek.
Contoh membangun kepopuleran merek dengan strategi komunikasi melalui
periklanan. Setiap merek yang berharga mempunyai jiwa, suatu kepribadian
khusus adalah kewajiban mendasar bagi pemilik merek untuk dapat
mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa/kepribadian tersebut dalam satu
bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran lainnya. Hal
itulah yang akan terus menerus menjadi penghubung antara produk/merek
dengan konsumen. Dengan demikian merek tersebut akan cepat dikenal dan
akan tetap terjaga ditengah-tengah maraknya persaingan. Membangun
popularitas sebuah merek yang terkenal tidaklah mudah. Namun demikian
popularitas adalah salah satu kunci yang dapat membentuk brand image.
3. Uniquesness of brand association / keunikan asosiasi merek.
Merupakan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh produk tersebut. Beberapa
keuntungan dengan terciptanya brand image yang kuat adalah:
a. Peluang bagi produk/merek untuk terus mengembangkan diri dan memiliki
prospek bisnis yang bagus.
b. Memimpin produk untuk semakin memiliki sistem keuangan yang bagus.
c. Menciptakan loyalitas konsumen.
21
d. Membantu dalam efisiensi marketing, karena merek telah berhasil dikenal
dan diingat oleh konsumen.
e. Membantu dalam menciptakan perbedaan dengan pesaing. Semakin merek
dikenal oleh masyarakat, maka perbedaan/keunikan baru yang diciptakan
perusahaan akan mudah dikenali konsumen.
f. Mempermudah dalam perekrutan tenaga kerja bagi perusahaan.
g. Meminimumkan kehancuran/kepailitan perusahaan.
h. Mempermudah mendapatkan investor baru guna mengembangkan produk.
2.2 Penelitian Sebelumnya.
Cholifah 2010 “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas
Pelanggan Pada Butik Busana Muslim Di Kota Semarang”.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
Bauran Pemasaran (Produk, Harga, Lokasi, Promosi) terhadap Loyalitas
Pelanggan Pada Butik Busana Muslim Di Kota Semarang.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pelanggan busana muslim di Kota
Semarang. Pengambilan sampel yang berjumlah 100 orang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, angket, studi pustaka. Teknik
analisa yang digunakan adalah Regresi Sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa ada pengaruh
antara Bauran Pemasaran (Produk, Harga, Lokasi, Promosi) terhadap Loyalitas
Pelanggan Pada Butik Busana Muslim Di Kota Semarang. Besarnya pengaruh
tersebut adalah t hitung sebesar (2,454) sedangkan t table sebesar (1,661). Dari
koefisien Regresi didapat persamaan Y=1,295 + 0,600 X. Maka, jika ada
22
penambahan 1 % pada variabel Bauran Pemasaran (X) akan menambah nilai
Regresi sebesar 60 % (0,600).
Sepris Yonaldi 2011 “ Analisis Pengaruh Variabel Bauran Pemasaran
(Marketing Mix) Terhadap Loyalitas Konsumen Produk Minuman Teh Botol
Frestea (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Andalas Padang).
Loyalitas konsumen mempunyai arti bagi perusahaan. Loyalitas membentuk
hubungan emosional antar konsumen dengan perusahaan, sehingga konsumen
akan sulit berpaling. Kejelian dalam menerapkan strategi pemasaran akan
memenangkan persaingan dalam sebuah industri. Dengan mengetahui pengaruh
strategi pemasaran, dalam hal ini bauran pemasaran, dengan loyalitas konsumen,
akan menjadi koreksi bagi perusahaan dimasa datang.
Pada penelitian ini peneliti mencoba meneliti tentang pengaruh variabel
bauran pemasaran terhadap loyalitas konsumen produk minuman Teh Botol
Frestea. Survey dilakukan terhadap Mahasiswa Universitas Andalas Padang.
Metode riset untuk membandingkan kepuasan ini adalah dengan analisis linear
berganda dengan program SPSS sehingga bisa terlebih dahulu menguji validitas
dan reabilitas instrument kuisioner. Kemudian guna mendapatkan data primer,
barulah kuisioner dibagikan dengan pengambilan sampel secara accidental
sample. Untuk pembuktian digunakan Anova yang diolah dengan program SPSS
guna diuji statistik dengan taraf signifikansi 0,05.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bauran pemasaran
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen. Kemudian dari hasil tabel
Anova pada setiap instrument penelitian didapat signifikansi < 0,05. Ini berarti
23
pengaruh masing-masing variabel bauran pemasaran terhadap loyalitas konsumen
tidak terlalu jauh berbeda namun didapat bukti empiris urutan dari yang paling
berpengaruh dan seterusnya. Sebagai rekomendasi yang dikemukakan adalah
hendaknya perusahaan harus berinovasi dan kreatif serta tanggap terhadap
perubahan karakter dan selera konsumen. Ini adalah hal penting yang perlu
diperhatikan agar tercipta loyalitas yang baik terhadap produk tersebut.
Suhardiman Halim. 2006. “Pengaruh Penerapan Kinerja Bauran
Pemasaran Terhadap Pembentukan Loyalitas Pelanggan Pada Butik Busana
Muslim Shafira Jalan Sulanjana 28 Bandung”.
Pelaksanaan kinerja bauran pemasaran di butik busana Muslim adalah setiap
tindakan pelaksanaan penjualan yang diberikan pihak manajemen butik kepada
pelanggannya yang memerlukan kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan
proses pengenalan, transaksi, dan kepuasan hasil yang dibutuhkan terhadap
produk dan jasa yang ditawarkan. Beberapa hal bentuk kinerja bauran pemasaran
yang diterapkan oleh PT Shafira Laras Persada jalan Sulanjana 28 Bandung,
sebagai realisasi misi Shafira, adalah dengan menerapkan sistem segmentasi pasar
bagi kalangan tertentu dalam penentuan produk, harga, tempat, serta kebijakan
promosi. Kinerja bauran pemasaran yang diterapkan pihak manajemen butik dapat
didefinisikan sebagai jenis-jenis kinerja yang diberlakukan untuk memberikan
pelayanan pada para pelanggannya agar dapat menciptakan tingkat loyalitas yang
tinggi.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat tanggapan pelanggan Shafira
terhadap kinerja bauran pemasaran yang telah diterapkan oleh Shafira, guna
24
memperoleh informasi mengenai perolehan tingkat loyalitas pelanggan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey yang bersifat
deskriptif verifikatif, yang bertujuan memberikan umpan balik terhadap
pelaksanaan kinerja bauran pemasaran yang dilakukan pihak manajemen Shafira
dengan menggunakan tanggapan para pelanggannya sehingga dapat memberikan
gambaran terhadap fakta yang ada. Variabel kinerja bauran pemasaran yang
diteliti adalah produk, tempat, harga, dan promosi. Data dari 72 kuesioner yang
disebarkan kepada para pelanggan Shafira menjadi sumber data primer.
Berdasarkan analisis tingkat loyalitas pelanggan terhadap pelaksanaan
kinerja bauran pemasaran Shafira yang sebenarnya, dapat disimpulkan bahwa
penerapan kinerja bauran pemasaran di PT. Shafira Laras Persada 28 Bandung
sudah diterapkan dengan baik. Hal ini terlihat pada tanggapan positif responden
untuk setiap indikator dari sub variabel kinerja bauran pemasaran. Tingkat
loyalitas pelanggan pun tergolong tinggi yang ditunjukkan oleh kriteria jawaban
responden pada tingkat keyakinan yang tinggi terhadap indikator loyalitas.
Dengan tingkat keyakinan 95 % dihasilkan nilai uji analisis statistik yang
menunjukkan bahwa penerapan kinerja bauran pemasaran produk busana Muslim
Shafira mempengaruhi proses pembentukan loyalitas pelanggannya sebesar 94,5%
dan sisanya sebesar 5,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
25
2.3 Hipotesis.
Adapun Hipotesis dalam Penelitian ini adalah Diduga terdapat pengaruh
positif dan signifikan dari variabel bauran pemasaran terhadap loyalitas
konsumen produk minuman teh botol sosro (Studi Kasus Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Samudra).