lap dul dcd
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

Laporan Pendahuluan DCD
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam RPJMD Provinisi DKI Jakarta 2007-2012 (Perda No 1 Tahun 2008)
disebutkan, visi pembangunan DKI Jakarta adalah mewujudkan Jakarta yang
nyaman dan sejahtera. Untuk mewujudkan visi tersebut maka terdapat misi
membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan dengan
memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan menciptakan
lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan dan
kesejahteraan. Ini bisa diartikan, bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang
nyaman dan sejahtera dibutuhkan prasarana dan sarana kota yang memadai.
Posisi Jakarta sebagai pusat pemerintahan nasional sekaligus pusat kegiatan
ekonomi dan binis membawa implikasi pada besarnya tantangan yang dihadapi
dalam pembangunan. Permasalahan yang dihadapi demikian kompleks
sehingga membutuhkan daya dukung yang besar untuk dapat menghadapi
tantangan tersebut sekaligus menjalankan fungsi sebagai ibukota negara, pusat
pemerintahan nasional dan pusat kegiatan bisnis yang memerlukan
pembiayaan yang besar.
Pembiayaan tersebut selain untuk menjalankan fungsi pemerintahan yang
demikian besar juga untuk memenuhi kebutuhan pelayanan publik, penyediaan
sarana dan prasarana dan membangun infrastruktur pendukung sebagai pusat
kegiatan pemerintahan dan ekonomi.
Berbagai perencanaan yang telah dibuat baik perencanaan pembangunan
jangka menengah dan panjang maupun perencanaan tata ruang, membutuhkan
rencana pembiayaan jangka panjang yang tidak dapat sepenuhnya
mengandalkan pendapatan asli daerah (PAD) maupun dana perimbangan dari
pemerintah pusat. Beberapa kegiatan pembangunan infrastruktur baik
infrastruktur penunjang ekonomi, kesejahteraan masyarakat maupun
1

Laporan Pendahuluan DCD
infrastruktur pendukung penanganan lingkungan perlu diwujudkan dalam
waktu segera. Sementara Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD)
yang ada saat ini kurang dari Rp. 30 Triliun dan masih bertumpu pada PAD dan
dana perimbangan masih sehingga sangat sulit untuk memenuhi pembiayaan
tersebut.
Pemerintah DKI Jakarta berencana untuk menerbitkan obligasi daerah untuk
membiayai proyek-proyek berikut:
(i) Pembangunan Rumah Sakit Jakarta Selatan
(ii) Pembangunan Rumah Susun Daan Mogot
(iii) Pengembangan Terminal Pulo Gebang
(iv) Pengembangan Sistem Jaringan Air Limbah Casablanca
Secara umum obligasi daerah merupakan pinjaman jangka panjang karena
harus digunakan untuk membiayai investasi sektor publik yang bersifat income-
generating. Oleh karena itu proyek-proyek yang dapat didanai dengan
pembiayaan melalui obligasi daerah tidak selalu proyek yang secara finansial
akan memberikan keuntungan dalam waktu cepat, namun secara ekonomi
proyek tersebut harus memberikan manfaat yang besar atau proyek-proyek
yang Financially not feasible but Economically viable. Selain itu, obligasi daerah
juga harus diterbitkan dalam mata uang rupiah, diterbitkan melalui penawaran
umum di pasar modal dalam negeri.
PP No. 54 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa obligasi daerah yang dapat
diterbitkan hanya jenis obligasi pendapatan (revenue bonds). Dengan kata lain,
kegiatan yang didanai melalui penerbitan obligasi daerah harus menghasilkan
penerimaan (income-generating) meski tidak harus mencapai pemulihan biaya
secara penuh (full-cost recovery). PP No. 54 memberi kelonggaran dalam hal
kegiatan belum menghasilkan dana yang cukup untuk membayar pokok, bunga
dan denda, maka pembayaran dilakukan dari APBD.
Kebijakan penerbitan obligasi daerah yang pada akhirnya akan berimplikasi
terhadap kebijakan fiskal perlu diantisipasi dengan kebijakan keuangan lain
yang dapat mendukung kemampuan daerah untuk membayar obligasi daerah
2

Laporan Pendahuluan DCD
tersebut melalui APBD. Salah satu kebijakan strategis yang harus diambil
dalam mempersiapkan keperluan obligasi daerah tersebut adalah dengan
pembentukan Dana Cadangan Daerah.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan kegiatan atau sasaran fungsional yang ingin dicapai adalah
1) Menghasilkan naskah akademik yang menjadi landasan dan acuan bagi
pembuatan Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan dana
cadangan daerah yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Naskah Akademik ini memuat :
(a) Konsep dan pemahaman tentang dana cadangan daerah dan pengelolan
dana cadangan daerah
(b) Tatacara pembentukan dana cadangan daerah dan peraturan
perundangan yang terkait dengan pembentukan dana cadangan daerah
(c) Tata kelola dana cadangan daerah
(d) Struktur unit kerja di pemerintahan daerah yang akan mengelola dana
cadangan daerah.
(e) Tatacara pengeluaran dan penggunaan dana cadangan daerah.
(f) Sistem administrasi, pelaporan, dan pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana cadangan daerah.
Menyusun rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan dana cadangan
daerah yang mengatur tentang mekanisme pengelolaan dana cadangan daerah
sebagai cadangan pembayaran dan pelunasa obligasi daerah, kebijakan
pengendalian resiko atas pembentukan dana cadangan daerah, mekanisme
pengelolaan penerimaan, administrasi, pertanggungjawaban penggunaan dana
dan pelaporannya.
Tujuan kegiatan atau sasaran fungsional yang ingin dicapai adalah
3

Laporan Pendahuluan DCD
1. Mengidentifikasi dan menderskripsikan secara rinci peraturan perundang-
undangan dan ketentuan regulasi yang mengatur tentang dana cadangan
daerah dan pengelolaan keuangan daerah.
2. Menganalisis proses yang terjadi (existing) dalam dana cadangan daerah
selama ini di DKI Jakarta, menyangkut mekanisme pembentukkan dana
cadangan daerah.
3. Mengidentifikasi isu-isu strategis yang terkait dengan dana cadangan daerah
khususnya dalam rangka penerbitan obligasi daerah.
1.3. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan dari penyusunan naskah akademik dan draft
Rancangan Peraturan Daerah tentang dana cadangan Daerah ini meliputi :
1. Deksripsi tentang Dana cadangan daerah, prinsip dan mekanisme
pembentukkan dana cadangan daerah.
2. Identifikasi dan analisis peraturan-peraturan yang menjadi kerangka
hukum dalam melakukan Dana cadangan daerah atas penerbitan Obligasi
Daerah terutama dari UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah,
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta peraturan yang terkait
dengan dana cadangan daerah.
3. Analisis terhadap dan proses yang berlangsung selama ini serta besaran
dana cadangan daerah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta
4. Analisa terhadap proses, prosedur dan mekanisme dalam dana cadangan
daerah oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
5. Penyusunan rekomendasi bagi prinsip, prosedur dan mekanisme dalam
dana cadangan daerah oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
4

Laporan Pendahuluan DCD
Lingkup pekerjaan Konsultan Penyusunan Naskah Akademik dan rancangan
Peraturan Daerah tentang Dana cadangan Daerah ini adalah membuat berbagai
analisa terkait dengan proses, mekanisme dan kriteria yang harus dipenuhi
dalam pembentukkan dana cadangan daerah dalam rangka penerbitan obligasi
daerah di DKI Jakarta.
Sementara dalam Draft Rancangan peraturan Daerah tentang Dana cadangan
daerah , Rancangan Peraturan Daerah tersebut akan memuat :
1) Prinsip dan Azas Dana cadangan daerah ;
2) Jangka waktu dana cadangan daerah
3) Bentuk dana cadangan daerah
4) Tata Cara dan mekanisme dalam pembentukkan dana cadangan daerah
di DKI Jakarta.
5) Akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban dana cadangan daerah
6) Pembinaan dan pengendalian atas dana cadangan daerah
7) Penggunaan dana cadangan daerah
1.4. KELUARAN YANG DIHARAPKAN
Keluaran yang diharapkan dari penyusunan naskah akademik dan draft
Rancangan Dana cadangan daerah Atas penerbitan obligasi daerah ini
adalah dalam bentuk :
(a) Naskah Akademik Rancangan Perda Dana cadangan daerah yang
memuat tentang:
(i) ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
pembentukkan dan pengelolaan dana cadangan daerah di
Indonesia,
(ii) tata cara penggunaan dana cadangan daerah;
(iii) struktur dan organisasi satuan kerja untuk pengelolaan dana
cadangan daerah dan perangkat hukum yang mengaturnya,
(iv) perangkat peraturan daerah pendukung untuk pengelolaan
dana cadangan daerah dan pengembalian obligasi daerah,
5

Laporan Pendahuluan DCD
(b) Draft Rancanangan Dana cadangan daerah memuat tentang butir-
butir landasan hukum, landasan pertimbangan, pembentukan dan posisi
satuan kerja perangkat daerah pengelolaan dana cadangan daerah,
struktur organisasi satuan kerja pengelola dana cadangan daerah, tugas
pokok dan fungsi dari satuan kerja pengelola dana cadangan daerah,
pelaporan dan pertanggungjawaban satuan kerja pengelola dana
cadangan daerah, pembinaan dan pengendalian satuan kerja pengelola
dana cadangan daerah.
1.5. PELAPORAN KEGIATAN
1.5.1. Jenis Laporan
Konsultan Pengawas diminta untuk menyiapkan dan mengirimkan
laporan-laporan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
a. Laporan Pendahuluan :
Laporan ini menerangkan tentang persiapan, metode penelitian,
uraian tugas masing-masing anggota tim dan rencana kerja yang
akan dilaksanakan.
b. Laporan Pertengahan
Laporan ini merupakan evaluasi pelaksanaan kegiatan intinya
berisi :
- Laporan umum beserta permasalahannya.
- Realisasi pekerjaan yang telah di laksanakan
- Laporan hasil rapat (risalah / notulen rapat).
c. Laporan Akhir
Laporan akhir merupakan laporan hasil penelitian yang berisi
kesimpulan dan rekomendasi. Laporan disertai dengan naskah
akademis dan rancangan perda serta data-data pendukung lain
yang dipergunakan melakukan penelitian.
6

Laporan Pendahuluan DCD
1.5.2. Penyampaian Laporan
Laporan sebagai mana tersebut diatas disampaikan kepada Badan
7

Laporan Pendahuluan DCD
BAB 2KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Obligasi Daerah
Pengelolaan keuangan daerah dalam hal pengalokasian belanja modal sangat
berkaitan dengan perencanaan keuangan jangka panjang, terutama pembiayaan
untuk pengadaan dan pemeliharaan aset tetap yang dihasilkan dari belanja modal
tersebut. Menurut konsep Multi Term Expenditure Framework (MTEF), bahwa
kebijakan belanja modal harus memperhatikan kemanfaatan (usefulness) dan
kemampuan keuangan pemerintah daerah (budget capability) dalam
pengelolaan aset tersebut dalam jangka panjang. Belanja modal dimaksudkan
untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, seperti peralatan, bangunan,
infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara teoretis ada tiga cara untuk
memperoleh aset tetap tersebut, yaitu:
1. membangun sendiri;
2. menukarkan dengan aset tetap lain,
3. melakukan pembelian.
Kebanyakan dalam kasus di pemerintahan, biasanya cara yang dilakukan adalah
membangun sendiri atau melakukan pembelian.
Persoalannya sekarang adalah terbatasnya sumber dana untuk membangun asep
tetap, di pihak lain aset tetap ini sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, dipastikan
Pemerintah Daerah akan mencari sumber lain, seperti investor, pinjaman pihak ke
ketiga, dan yang lebih mudah saat ini dengan menerbitkan Obligasi Daerah (OD).
Peraturan Pemerintah (PP) No. 105/2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri
(Kepmendagri) No. 22/1999 memberikan penegasan bahwa daerah memiliki
kewenangan untuk menentukan alokasi sumberdaya ke dalam belanja-belanja
dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan, dan kemampuan daerah. Pemerintah
daerah, bekerjasama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai
lembaga legislatif, terlebih dahulu menentukan arah kebijakan umum (AKU) dan
8

Laporan Pendahuluan DCD
prioritas anggaran sebagai guidance dalam pengalokasian sumberdaya dalam
APBD. AKU dan prioritas anggaran merupakan sintesis dari hasil penjaringan
aspirasi masyarakat sehingga diperoleh gambaran yang cukup tentang kebijakan
jangka pendek (tahunan) dan kebijakan jangka panjang (lima tahunan) yang
berkaitan dengan kebijakan pengelolaan keuangan daerah.
Sementara itu, Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, membuka peluang Daerah
untuk mendapatkan pendanaan alternatif melalui penerbitan obligasi daerah.
Secara eksplisit pernyataan tersebut tertuang dalam Bab VIII bagian ketujuh
tentang obligasi daerah. Pernyataan tersebut kemudian diperjelas dalam Peraturan
Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah. Peraturan mengenai
penerbitan obligasi daerah sebagai sumber dana alternatif bagi pembangunan di
daerah tercantum secara eksplisit pada Pasal 36. Namun demikian, peluang
tersebut belum diimbangi oleh kesiapan Daerah dalam mengelola dan menata hal –
hal sebagai berikut :
1. perangkat organisasi internalnya;
2. keterkaitannya dengan pihak eksternal.
Menurut Gunoto Saparie (2008) pengelolaan dan penataan tidak hanya
menentukan langkah-langkah penerbitan obligasi daerah, tetapi juga
mempersiapkan dari mulai pra kegiatan hingga pasca penerbitan obligasi daerah.
Peraturan teknis dan lebih mendetail perihal penerbitan obligasi daerah kemudian
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2006 tentang
Tatacara Penerbitan, Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi Obligasi
Daerah.
Obligasi Daerah merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal. Obligasi
ini tidak dijamin oleh Pemerintah Pusat (Pemerintah) sehingga segala resiko yang
timbul sebagai akibat dari penerbitan Obligasi Daerah menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah. Penerbitan surat utang merupakan bukti bahwa pemerintah
daerah telah melakukan pinjaman/utang kepada pemegang surat utang tersebut.
9

Laporan Pendahuluan DCD
Pinjaman akan dibayar kembali sesuai dengan jangka waktu dan persyaratan yang
disepakati.
Pemerintah daerah yang menerbitkan obligasi daerah berkewajiban membayar
bunga secara berkala sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Pada saat
jatuh tempo pemerintah daerah berkewajiban mengembalikan pokok pinjaman.
Tujuan dari penerbitan Obligasi Daerah adalah untuk membiayai suatu kegiatan
investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat
bagi masyarakat.Untuk itu perlu diperhatikan bahwa penerbitan obligasi tidak
ditujukan untuk menutup kekurangan kas daerah. Obligasi Daerah akan
diperjualbelikan di pasar modal dalam negeri sesuai dengan peraturan perundang-
undangan pasar modal.
2.1.1 Karakteristik Obligasi Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah,
mengamanatkan bahwa obligasi daerah yang diterbitkan hanya jenis obligasi
pendapatan (revenue bonds).
Kegiatan yang didanai melalui penerbitan obligasi daerah harus menghasilkan
penerimaan, namun tidak harus mencapai pemulihan biaya penuh (full cost
recovery). Peraturan yang sama juga mengamanatkan bahwa apabila kegiatan
belum menghasilkan dana yang cukup untuk membayar pokok, bunga, dan denda
maka pembayaran dilakukan dari APBD.
Secara khusus, Obligasi Daerah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan pinjaman jangka panjang yang berasal dari masyarakat (lebih dari
satu tahun sesuai dengan syarat perjanjian pinjaman yang bersangkutan).
Obligasi di Indonesia umumnya mempunyai jangka waktu sekitar 5 tahun atau
lebih;
2. Diterbitkan melalui penawaran umum kepada masyarakat di pasar modal
dalam negeri;
3. Dikeluarkan dalam mata uang rupiah;
4. Hasil penjualan digunakan untuk membiayai investasi sektor publik yang
menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat; dan
10

Laporan Pendahuluan DCD
5. Nilai obligasi daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai nominal obligasi
daerah pada saat diterbitkan.
2.1.2 Kegiatan Yang Dapat Dibiayai Obligasi Daerah
Pemerintah Daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah hanya untuk membiayai
kegiatan investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat yang menjadi urusan Pemerintah Daerah berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku.
Obligasi yang diterbitkan dapat digunakan untuk membiayai beberapa kegiatan
yang berbeda. Kegiatan pemerintah daerah yang dapat dibiayai dengan obligasi
daerah di antaranya:
A. Pelayanan air minum;
B. Penanganan limbah dan persampahan;
C. Transportasi;
D. Rumah sakit;
E. Pasar tradisional;
F. Tempat perbelanjaan;
G. Pusat hiburan;
H. Wilayah wisata dan pelestarian alam;
I. Terminal dan sub terminal;
J. Perumahan dan rumah susun;
K. Pelabuhan lokal dan regional.
2.1.3 Dasar Hukum Penerbitan Obligasi daerah
Peraturan mengenai Obligasi Daerah dapat ditemukan dalam:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
11

Laporan Pendahuluan DCD
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2006 tentang Tata Cara
Penerbitan, Pertanggungjawaban dan Publikasi Informasi Obligasi Daerah;
6. Paket Peraturan Ketua Bapepam dan LK terkait Penawaran Umum Obligasi
Daerah, yaitu:
a. Peraturan Nomor VIII.G.14 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan Daerah,
b. Peraturan Nomor VIII.G.15 tentang Pedoman Penyusunan Comfort Letter
Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah,
c. Peraturan Nomor VIII.G.16 tentang Pedoman Penyusunan Surat
Pernyataan Kepala Daerah di Bidang Akuntansi Dalam Rangka Penawaran
Umum Obligasi Daerah,
d. Peraturan Nomor IX.C.12 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi
Daerah,
e. Peraturan Nomor IX.C.13 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah, dan
f. Peraturan Nomor IX.C.14 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Prospektus Ringkas Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah.
7. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Surabaya No. SK-010 Dir/BES/V/2007
tentang Peraturan Pencatatan Obligasi Daerah.
2.2 Dana Cadangan Daerah
Kebijakan penerbitan obligasi daerah yang pada akhirnya akan berimplikasi
terhadap kebijakan fiskal daerah penerbit obligasi tersebut. kebijakan strategis
yang harus diambil dalam mempersiapkan keperluan obligasi daerah tersebut
adalah dengan pembentukan Dana Cadangan Daerah.
Dana Cadangan Daerah adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat
dibebankan dalam satu tahun Anggaran
12

Laporan Pendahuluan DCD
2.2.1 Tujuan Pembentukan Dana Cadangan
Dana Cadangan dibentuk untuk mendanai program / kegiatan yang
direncanakan dan memerlukan anggaran yang tidak dapat dibebankan
dalam satu tahun anggaran. Artinya, pembentukan dana cadangan
dikarenakan alasan ³ketidakcukupan´ (besaran) anggaran semata,
bukan substansi program/kegiatan.
Nama program / kegiatan yang akan didanai tidak berbeda dengan
yang didanai dari dana yang tidak dinyatakan secara spesifik seperti
halnya dana cadangan. Secara teknis, daftar nama program/kegiatan
³diatur´ dalam Lampiran A.VII Permendagri No.13/2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun, Permendagri
No.59/2007, yakni revisi ³formal´ secara parsial atas Permendagri
No.13/2006, menyatakan bahwa Pemda dapat menambah rekening
(kode dan nama, termasuk program/kegiatan), sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah. Oleh karena itu, dana cadangan
boleh saja digunakan untuk membiayai program/kegiatan yang tidak
tercantum dalam Lampiran A.VII tersebut. Karakteristik dan
persyaratan sebuah program/kegiatan yang akan didanai dari dana
cadangan terlebih dahulu harus diatur dalam Perda tentang
Pembentukan Dana Cadangan, sehingga tidak terjadi persoalan antar-
generasi apabila nanti terjadi pergantian kepala daerah dan anggota
DPRD.
13

Laporan Pendahuluan DCD
2.2.2 Sumber Pendanaan Dana Cadangan
Pembentukan Dana Cadangan Daerah bersumber dari kontribusi
tahunan penerimaan APBD,kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman
Daerah dan Dana Darurat yang berasal dari Pemerintah. Dengan
demikian, pemenuhannya bersumber dari Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Bagi Hasil Pajak/Bukan
Pajak.
Sumber pendanaan ini sama dengan sumber pendanaan untuk belanja
operasional (recurrent expenditures) sehingga menimbulkan terjadinya
persaingan yang lebih ketat dalam mengalokasikan sumberdaya yang
terbatas. Pemda belum diberikan kewenangan untuk menggunakan
³kebijakan fiskal´ seperti kebijakan pajak dan retribusi untuk mendanai
program/kegiatan tertentu seperti halnya di negara2 maju. Secara
faktual, kebijakan pajak bumi dan bangunan (PBB) masih ditangani oleh
Pusat, meskipun sesungguhnya sangat potensial bagi pembangunan
daerah.
Harus pula dipahami bahwa dana cadangan tidak boleh dibentuk dari
pinjaman daerah. Hal ini tersirat dari pengertian dan tujuan ditariknya
pinjaman daerah, yakni untuk mendanai program dan kegiatan berupa
investasi yang menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) dan
digunakan nantinya untuk pelayanan publik. Aliran kas masuk ini
nantinya digunakan untuk mendanai pembayaran pokok pinjaman dan
bunga dari pinjaman yang bersangkutan
2.2.3 Pengelolaan Dana Cadangan
Dana cadangan haruslah dikelola dengan baik, sehingga selama masa
³penumpukkan´ sampai saat dinilaicukup untuk digunakan dapat
lebihproduktif. Dalam hal ini, kebijakan harus diarahkan pada upaya
memberdayakan ³idle money´ dalam bentuk dana cadangan.
14

Laporan Pendahuluan DCD
Batasan tegas untuk pengelolaan dana cadangan ini adalah bahwa dana
tersebut tidak boleh digunakan untuk tujuan selain yang telah
ditetapkandalam Perda tentang Pembentukan Dana Cadangan.
Pengertian dari kata ‘digunakan´ adalah dijadikan sebagai
input (masukan) untuk aktifitas di SKPD/SKPKD Pemda.
Jika dana cadangan belum digunakan maka dapat ³diberdayakan´
untuk memperoleh hasil (return) berupa bunga atau dividen. Misalnya,
diinvestasikan dalam bentuk deposito, SBI, atau SUN. Namun, hasil yang
diperoleh haruslah dimasukkan ke dalam rekening dana cadangan
sebagai penambah dana cadangan tersebut.
2.2.4 Pelaksanaan Program dan Kegiatan yang Dibiayai dengan Dana
Cadangan
Program/kegiatan yang didanai dari dana cadangan pada prinsipnya
diperlakukan sama dengan program / kegiatan lainnya. Proses
perencanaannya dimulai dengan mencantumkan nama program /
kegiatan dalam rencana kerja (Renja) dan RKA SKPD, lalu dicantumkan
dalam PPAS dan RAPBD, dan akhirnya ditetapkan dalam Perda APBD.
Setelah Perda APBD ditetapkan, maka SKPD membuat DPA dan
Anggaran Kas SKPD yang memuat rencana pelaksanaan dan pencairan
dana untuk program/kegiatan yang nantinya akan didanai dari APBD.
Namun, SKPD tidak perlu mencantum sumber pendanaannya dari dana
cadangan.
2.2.5 Dasar Hukum Pembentukkan Dana Cadangan Daerah
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
15

Laporan Pendahuluan DCD
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3489);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
16

Laporan Pendahuluan DCD
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sebagai mana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2005;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17

Laporan Pendahuluan DCD
BAB 3
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1 METODE PELAKSANAAN
3.1.1 ALUR PROSES
Alur proses kegiatan yang akan kami lakukan adalah sebagai mana
tercantum pada bagan di bawah ini:
Selanjutnya, empat langkah tersebut di atas diharapkan dapat menghasilkan
dua output, dalam bentuk :
Naskah Akademik Rancangan Perda Dana cadangan daerah Daerah yang
memuat tentang:
a. Deksripsi tentang Dana cadangan daerah, prinsip dan mekanisme dana
cadangan daerah .
b. Identifikasi dan analisis peraturan-peraturan yang menjadi kerangka
hukum dalam melakukan Dana cadangan daerah atas penerbitan
Obligasi Daerah terutama dari UU No. 32 Tahun 2004 tentang
18
Identifikasi & Analisa
01
Identifikasi & Analisa
02
Identifikasi & Analisa
03
Identifikasi & Analisa
04
Naskah Akademik Rancangan Perda Dana Cadangan Daerah
Draft Rancangan Peraturan Daerah tentang Dana Cadangan Daerah
PROSES
KELUARAN

Laporan Pendahuluan DCD
Pemerintah Daerah, UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah serta peraturan yang terkait dengan dana cadangan
c. Analisa terhadap dan proses yang berlangsung selama ini serta
besaran dana cadangan yang diperlukan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta
d. Analisa terhadap proses, prosedur dan mekanisme dalam dana
cadangan daerah atas penerbitan obligasi daerah oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta berdasarkan kriteria yang diusulkan
e. Penyusunan rekomendasi bagi prinsip, prosedur dan mekanisme
dalam dana cadangan daerah atas penerbitan obligasi daerah oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sementara dalam Draft Rancangan peraturan Daerah tentang Dana
cadangan daerah , Rancangan Peraturan Daerah tersebut akan memuat :
1) Prinsip dan Azas Dana cadangan daerah ;
2) Jangka waktu dana cadangan daerah
3) Bentuk dana cadangan daerah
4) Kriteria dalam menilai kelayakan dari usulan dana cadangan daerah di
DKI Jakarta;
5) Tata Cara dan mekanisme dalam penggunaan dana cadangan daerah di
DKI Jakarta.
6) Akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban dana cadangan daerah
7) Pembinaan dan pengendalian atas dana cadangan daerah
8) Hasil usaha dana cadangan daerah
3.1.2 PENTAHAPAN PEKERJAAN
Secara umum, Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan ”Penyusunan Naskah
Akademis dan Rancangan Perda tentang Dana cadangan daerah” adalah sebagai
berikut:
19

Laporan Pendahuluan DCD
1. Persiapan Studi
2. Penyusunan Metodologi dan Kerangka Penulisan
3. Pengumpulan data dan informasi
4. Penyusunan metodologi FGD dan Panel Ahli
5. Pelaksanaan FGD dan Panel Ahli
6. Penyusunan Matriks Hasil FGD dan Panel Ahli
7. Penyusunan Draft Awal Naskah Akademik
8. Pengumpulan Informasi Lanjutan
9. Penyusunan Draft Final Naskah Akademik Raperda
10. Perbaikan Draft Final Naskah Akademik
11. Penyusunan Draft Peraturan Daerah
Pentahapan tersebut secara visual bisa didiagramkan sebagai berikut:
20
1. Pelaksanaan FGD dan Panel Ahli2. Penyusunan Matriks Hasil FGD dan Panel
Ahli
FGD dan PANEL AHLI
1. Penyusunan Draft Awal Naskah Akademik
2. Pengumpulan Informasi Lanjutan
PENYUSUNAN DRAFT AWAL
1. Pengumpulan data dan informasi2. Penyusunan metodologi FGD dan Panel Ahli
TAHAP PENGUMPULAN DATA DAN BAHAN
1. Persiapan Studi: Pembentuk Tim Kerja2. Koordinasi dengan BPKD DKI Jakarta3. Penyusunan Metodologi
TAHAP PERSIAPAN

Laporan Pendahuluan DCD
3.1.3 METODE PELAKSANAAN FGD DAN PANEL AHLI
Diskusi Kelompok Terfokus atau FGD merupakan salah satu teknik yang
digunakan untuk menggali data dan informasi kualitatif. Pada kegiatan ini, moderator
dibantu oleh seorang perekam dengan peserta seluruh informan penelitian serta
diskusi dilaksanakan ditempat yang nyaman, sehingga memberikan keleluasaan bagi
informan berdiskusi. Untuk kelancaran kegiatan ini moderator dilengkapi dengan
topik diskusi dan daftar pertanyaan. Sedangkan perekam dilengkapi dengan alat tulis,
alat perekaman dan komputer. Adapun alasan dilaksanakannya diskusi kelompok
terfokus adalah:
1. Memberi kesempatan kepada peserta saling berinteraksi
untukmengungkapkan informasi yang tersembunyi yang mungkin tidak
diperolehdengan wawancara mendalam.
2. Memberi kesempatan peserta mengungkapkan wawasannya
mengenaifenomena yang terjadi di masyarakat.
3. Dapat mewawancarai sejumlah orang dalam waktu yang terbatas;
4. Dapat mengumpulkan data secara efektif dan efisien
21
1. Penyusunan Draft Final Naskah Akademik Raperda
2. Perbaikan Draft Final Naskah Akademik 3. Penyusunan Draft Peraturan Daerah
PENYUSUNAN DRAFT FINAL
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEGIATAN

Laporan Pendahuluan DCD
5. Digunakan dalam memperbaiki kebijakan, strategi, dan program atau
evaluasiprogram.
Dalam Konteks kegiatan ini, FGD dan Panel Ahli akan melibatkan elemen-
elemen stakeholders berikut ini:
1. Kementerian Keuangan
• Ditjen Perimbangan Keuangan
• Bapepam LK
2. Bank Indonesia
3. Kementerian Dalam Negeri
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta
5. Ahli Hukum Pasar Modal dan Obligasi Daerah dari unsur akademisi.
22

Laporan Pendahuluan DCD
3.1.4 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
23
PEMBERI TUGASBPKD Provinsi DKI JakartaInstansi
Terkait: Pemda, Kemenkeu, dll
Tim Teknis Bagian Administrasi
KONSULTAN PELAKSANA
Sekretaris/Administrasi
TENAGA AHLI
STAF PENDUKUNG
Pemberi Tugas
Konsultan
Tim Kerja Konsultan & Stakeholders
Tenaga Penunjang

Laporan Pendahuluan DCD
BAB 4
RENCANA KERJA
4.1 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Tahapan pelaksanaan pekerjaan akan menjadi dasar penyusunan rencana
kerja dan jadwal kegiatan ”Penyusunan Naskah Akademis dan Rancangan Perda
tentang Dana Cadangan Daerah”
Selanjutnya, rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan konsultan
berdasarkan tahapan pelaksanaan pekerjaan yang telah diuraikan di atas, maka telah
disepakati dan dijelaskan dalam KAK jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 1
(satu) bulan kalendar sejak SPK ditandatangani.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan kegiatan
tercermin dalam Matriks berikut ini:
24
NO JENIS KEGIATANBulan 1
1 2 3 4
1 Persiapan Studi
2 Penyusunan Metodologi dan Kerangka Penulisan
3 Pengumpulan data dan informasi
4 Laporan Pendahuluan
5 Penyusunan metodologi FGD dan Panel Ahli
6 Pelaksanaan FGD dan Panel Ahli
7 Penyusunan Matriks Hasil FGD dan Panel Ahli
8 Penyusunan Draft Awal Naskah Akademik
9 Pengumpulan Informasi Lanjutan
10 Penyusunan Draft Final Naskah Akademik Raperda
11 Draft Laporan Final
12 Perbaikan Draft Final Naskah Akademik
13 Penyusunan Draft Peraturan Daerah
14 Laporan Akhir Kegiatan

Laporan Pendahuluan DCD
BAB 5
TENAGA AHLI
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ”Penyusunan Naskah Akademis dan
Rancangan Peraturan Daerah tentangDana cadangan daerah ” maka
dibutuhkan layanan jasa tenaga ahli dari berbagai latar belakang disiplin ilmu.
Adapun bidang keahlian, masa penugasan, dan kualifikasi dari masing-
masingtenaga ahli yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut:
5.1Penyiapan Tenaga Ahli
Tenaga Ahli yang diperlukan dalam pelaksanaan penyusunan naskah akademis dan
rancangan Peraturan Daerah tentang Dana Cadangan daerah Daerah adalah sebagai
berikut :
Tenaga Ahli yang diperlukan dalam pelaksanaan Kegiatan Jasa Konsultansi
Penyusunan Naskah Akademis Dan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Pembentukan Dana Cadangan Daerah sebagai mana tercantum dalam Kerangka
Acuan Kerja adalah sebagai berikut :
1. Ketua Tim (Tim Leader)
1 (satu) Orang Ahli Hukum berpendidikan minimal Sarjana Strata Dua (S2)
bidang Hukum dan Kebijakan dan memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun, khususnya dalam bidang perancangan peraturan perundang-
undangan.
2. Peneliti
1 (satu) Orang Peneliti Muda berpendidikan minimal Sarjana Strata Dua
(S2) bidang Ekonomi Studi Pembangunan atau bidang terkait lainnya dan
berpengalaman dalam pekerjaan di bidang penelitian sekurang-
kurangnya selama 5 (lima) tahun.
25

Laporan Pendahuluan DCD
1 (satu) Orang Peneliti Muda berpendidikan minimal Sarjana Strata Dua
(S2) bidang Administrasi Pemerinrahan atau bidang terkait lainnya dan
berpengalaman dalam pekerjaan di bidang penelitian sekurang-
kurangnya selama 3 (tiga) tahun
1 (satu) Orang Peneliti Muda berpendidikan minimal Sarjana Strata Satu
(S1) bidang manajemen dan berpengalaman dalam pekerjaan di bidang
penelitian sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun.
1 (satu) Orang Peneliti Muda berpendidikan minimal Sarjana Strata Satu
(S1) bidang ekonomi pembangunan atau bidang terkait lainnya dan
berpengalaman dalam pekerjaan di bidang penelitian sekurang-
kurangnya selama 3 (tiga) tahun.
3. Tenaga Pendukung
1 (dua) orang Operator Komputer, 1 (satu) Orang tenaga Administrasi /
keuangan dengan spesifikasi D3 yang berpengalaman sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun.
Personil sebagai mana tersebut di atas harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang
disamakan atau Perguruan Tinggi Swasta dengan status lain yang telah
mengikuti ujian negara atau lulusan luar negeri yang telah diakreditasi.
2. Diutamakan mempunyai sertifikat keahlian dari asosiasi profesi terkait /
lembaga akreditasi bagi Tenaga Ahli (Tim Leader dan Peneliti).
3. Membuat riwayat hidup (Curriculum Vitae) yang harus ditulis dengan teliti
dan benar ditanda tangani oleh yang bersangkutan, diketahui oleh Pimpinan
Perusahaan dan dilampiri fotocopy ijasah.
Membuat surat pernyataan kesediaan untuk ditugaskan, disertai kertas
bermeterai dan dilampirkan dalam usulan teknis.
26