lap magang redha qadiani hpt 2009

78
STUDI BUDIDAYA DAN INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN SAWI DAGING (Brassica juncea L.) DENGAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK DI KELOMPOK TANI GREEN WORLD FARM MALANG LAPORAN MAGANG KERJA Oleh : Redha Qadiani Ariyono 0910480136 Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan Program Studi : Agroekoteknologi UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2012

Upload: irokky

Post on 20-Oct-2015

335 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

STUDI BUDIDAYA DAN INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT

PADA TANAMAN SAWI DAGING (Brassica juncea L.) DENGAN SISTEM

PERTANIAN ORGANIK DI KELOMPOK TANI GREEN WORLD FARM

MALANG

LAPORAN MAGANG KERJA

Oleh :

Redha Qadiani Ariyono

0910480136

Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Program Studi : Agroekoteknologi

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

MALANG

2012

ii

LEMBAR PENEGESAHAN

LAPORAN MAGANG KERJA

STUDI BUDIDAYA DAN INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT

PADA TANAMAN SAWI DAGING (Brassica juncea L.) DENGAN SISTEM

PERTANIAN ORGANIK DI KELOMPOK TANI GREEN WORLD FARM

MALANG

Disetujui Oleh :

gethu

Mengetahui,

Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman

Ketua

Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU.

NIP. 19550403 198303 1 003

Pembimbing Utama,

Dr.Ir. Syamsuddin Djauhari, MS.

NIP : 19550522 198103 1 006

Pembimbing Lapangan,

Ronaldo O. Soesangobeng, SE.

iii

SUMMARY

Redha Qadiani Ariyono 0910480136. Cultivation Study and Inventory Plant

Pests and Diseases of the Paak ts’ oi (Brassica juncea L.) with Organic

Farming Systems in Farmers Green World Farm Malang. Under Guidance

Bapak Dr.Ir. Syamsuddin Djauhari, MS. and Ronaldo O. Soesangobeng, SE.

Pak Choi (Brassica juncea L.), including leaf vegetables are rich in

vitamins, minerals, and protein (Elsevier, 1981). Pakchoi is commonly called

Paak ts' oi or Chinese Cabbage belongs to the Cruciferae family and thought to

originate from East Asia (Tindall, 1983). Fresh Pak Choi need as a vegetable is

increasingly rising. To meet the needs of Pak Choi, it will need a good cultivation,

so the plants can grow well and and produce a lot. There are several ways to

increase the production of Pak Choi, among others, is the selection of farming

systems and fertilization.

Organic agriculture as an agricultural production system that biologically °

Based recycling. Nutrient recycling through the waste to crops and livestock, as

well as other wastes can improve soil structure and fertility status. More broadly,

Sutanto, 2002, outlines that Western agricultural experts say organic farming

systems is the "law of return (law of return)" means a system that seeks to restore

all types of organic matter to the soil, either in the form of residues and waste crop

and livestock which in turn aims to provide food to the plant. Fertilization is the

addition of nutrients needed by plants to meet nutritional needs. Organic fertilizer

is a fertilizer that is given to the plants both basic and supplementary fertilizers.

Pak choi cultivation activities include administration of the land, planting,

maintenance and harvesting. While the pests are found on the land is land

caterpillar, Plutella caterpillars, aphids green, and memreng. Internship or

apprentice activities were held on August 3, 2012 to October 3, 2012 in Garden

Green World Farm Organic Farming, Malang, East Java. Internship was

implemented by executing all activities related cultivation techniques and control

of pests and diseases in pak choi plants.Land productivity can be improved only

through land management, soil, and plants in an integrated manner, by managing

nutrients or organic nutrients and control pests and diseases naturally. Pest and

disease control can naturally occur through the use of biological pesticides and

biological agents. Natural Pesticides of onion skin and chilies; yam; pesticides and

biological agents of Chitosan and entomopathogen Verticillium lecunii.

iv

RINGKASAN

Redha Qadiani Ariyono 0910480136. Studi Budidaya dan Inventarisasi

Hama dan Penyakit pada Tanaman Sawi Daging (Brassica juncea l.) dengan

Sistem Pertanian Organik di Kelompok Tani Green World Farm Malang. Di

bawah Bimbingan Bapak Dr.Ir. Syamsuddin Djauhari, MS. dan Ronaldo O.

Soesangobeng, SE.

Pak Choi (Brassica juncea) termasuk jenis sayuran daun yang kaya

vitamin, mineral, dan protein (Elsevier, 1981). Pakchoi yang biasa disebut Paak

ts’ oi atau Chinese Cabbage, termsuk ke dalam famili Cruciferae dan diduga

berasal dari Asia Timur (Tindall, 1983). Kebutuhan Pak Choi segar sebagai bahan

sayuran semakin hari semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan Pak Choi

tersebut diperlukan pembudidayaan yang baik, sehingga tanaman dapat tumbuh

dengan baik dan produksinya banyak. Terdapat beberapa cara untuk

meningkatkan produksi Pak Choi, antara lain adalah dengan pemilihan sistem

pertanian dan pemupukan.

Sistem pertanian organik sebagai suatu sistem produksi pertanian yang

berasaskan daur ulang secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah

tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status

kesuburan dan struktur tanah. Secara lebih luas, Sutanto, 2002, menguraikan

bahwa menurut para pakar pertanian Barat sistem pertanian organik merupakan

”hukum pengembalian (law of return)” yang berarti suatu sistem yang berusaha

untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam

bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan

memberikan makanan pada tanaman. Pemupukan merupakan penambahan unsur

hara yang diperlukan oleh tanaman dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pupuk

organik merupakan salah satu pupuk yang diberikan pada tanaman baik secara

pupuk dasar maupun pupuk susulan.

Kegiatan Magang Kerja dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2012 sampai

dengan 3 Oktober 2012 di Kebun Pertanian Organik Green World Farm, Malang,

Provinsi Jawa Timur. Pelaksanaan Magang Kerja ini dilaksanakan dengan

melaksanakan semua aktivitas kegiatan yang berhubungan dengan teknik

budidaya dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman pak choi.

Kegiatan budidaya tanaman pak choi meliputi pengelolahan lahan,

penanaman, perawatan, dan panen. Sedangkan hama yang ditemukan di lahan

adalah ulat tanah, ulat plutella, kutu daun hijau, dan memreng. Produktivitas lahan

dapat ditingkatkan hanya melalui pengelolaan lahan, tanah, dan tanaman secara

terpadu, yaitu dengan mengelola nutrisi atau hara secara organik dan

mengendalikan hama dan penyakit secara alami. Pengendalian hama dan penyakit

secara alami dapat melaui pemanfaatan pestisida hayati dan agen hayati. Pestida

alami kulit bawang dan cabe; gadung; pestisida agen hayati Chitosan dan

entomopatogenVerticillium lecunii.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

magang kerja yang berjudul “STUDI BUDIDAYA DAN INVENTARISASI

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN SAWI DAGING (Brassica

juncea L.) DENGAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK DI KELOMPOK

TANI GREEN WORLD FARM MALANG”.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan ridhonya dalam

penyusunan laporan magang kerja ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga Ayah, ibu, kakak dan adik atas motivasi dan do’anya.

2. Dr. Ir. Syamsuddin Djauhari, MS selaku dosen pembimbing magang dan

Ronaldo O. Soesangobeng, SE selaku pembimbing lapang atas

bimbingannya.

3. Pak Samad dan Pak Suryo beserta keluarga atas kerjasama dan motivasi di

Kelompok Tani Green World Farm.

4. Rekan- rekan Plant Protection angkatan 2009, sahabat-sahabatku atas

bantuan dan sarannya, serta semua pihak yang telah membantu hingga

terselesaikannya penulisan laporan magang kerja ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan ini.

Malang, November 2012

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ........................................................................................ i

Judul .............................................................................................................. ii

Ringkasan Bahasa Inggris .............................................................................. iii

Ringkasan Bahasa Indonesia .......................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 3

1.2 Tujuan ......................................................................................... 3

1.2.1 Tujuan Umum ..................................................................... 3

1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

2.1 Klasifikasi Tanaman Sawi ............................................................. 4

2.2 Morfologi Tanaman ...................................................................... 4

2.2.1 Akar .................................................................................... 4

2.2.2 Batang ................................................................................ 5

2.2.3 Daun .................................................................................. 5

2.2.4 Bunga ................................................................................ 6

2.2.5 Buah .................................................................................. 6

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman .............................................................. 7

2.3.1 Iklim .................................................................................. 7

2.3.2 Tanah ................................................................................ 7

2.4 Budidaya Tanaman ....................................................................... 8

2.4.1 Penyiapan Benih dan Pembibitan ....................................... 8

2.4.2 Pengelolahan Lahan ........................................................... 10

2.4.3 Penanaman Tanaman .......................................................... 11

2.4.4 Perawatan Tanaman ........................................................... 12

2.4.5 Perlindungan Tanaman ....................................................... 12

2.4.6 Panen Tanaman .................................................................. 19

vii

2.4.7 Pengolahan Pasca Panen .................................................... 19

2.5 Kebutuhan Tanaman ..................................................................... 21

2.5.1 Unsur Hara .......................................................................... 21

2.5.2 Zat Pengatur Tumbuh ........................................................... 21

2.5.3 Mikroorganisme Tanah ........................................................ 22

2.6 Pertanian Organik ......................................................................... 24

2.7 Pupuk Organik ............................................................................... 25

2.7.1 Jenis Pupuk Organik ............................................................ 25

2.7.2 Keampuhan Pupuk Organik ................................................. 25

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................... 32

3.2 Metode Pelaksanaan ..................................................................... 32

3.3 Metode Pengamatan Hama dan Penyakit ....................................... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Green World Farm Malang ...... 34

4.1.1 Sejarah Singkat Kelompok Tani ............................................ 34

4.1.2 Visi, Misi, dan Komitmen Kelompok Tani ............................ 35

4.1.3 Struktur Organisasi ............................................................... 36

4.2 Budidaya Tanaman ....................................................................... 36

4.2.1 Pengelolahan Lahan ........................................................... 37

4.2.2 Penanaman Tanaman .......................................................... 37

4.2.3 Perawatan Tanaman ........................................................... 39

4. 2.4 Hama dan Penyakit yang ditemukan di kebun .................... 40

4. 2.5 Panen Tanaman ................................................................. 43

4. 2.6 Pengolahan Pasca Panen .................................................... 44

4.3 Pengolahan ................................................................................... 45

4.3.1 Pengelolaan Nutrisi/ Hara Tanaman secara Organik ............ 45

4.3.2 Pemanfaatan Pestisida Hayati, Pupuk Organik, dan Agen

Hayati yang dilakukan di Lahan ........................................... 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 55

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 55

5.2 Saran ............................................................................................ 55

viii

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55

LAMPIRAN ................................................................................................... 56

Lampiran 1. Kandungan dan Komposisi Gizi Pak Choi .................................. 56

Lampiran 2. Laporan Kegiatan Harian Magang............................................ .... 59

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

Gambar 1. Akar Pak Choi (Brassica juncea) ......................................... 4

Gambar 2. Batang Pak Choi (Brassica juncea) ..................................... 5

Gambar 3. Daun Pak Choi (Brassica juncea) ......................................... 5

Gambar 4. Bunga Pak Choi (Brassica juncea) ...................................... 6

Gambar 5. Polong (kanan) dan biji (kiri) Pak Choi (Brassica juncea) .... 6

Gambar 6. Agrotis ipsilon fase larva (kiri) dan fase nimfa (kanan) ......... 13

Gambar 7. Plutella xylostella fase larva (kiri) dan fase nimfa (kanan) .... 14

Gambar 8. Chrysodeixis chalcites fase larva (kiri) dan ....................

fase nimfa (kanan) ................................................................ 15

Gambar 9. Gejala Alternaria brassicae makroskopis (kiri) dan .......

mikroskopis (kanan) ............................................................. 16

Gambar 10. Gejala Akar Pekuk makroskopis (kiri) .................................. 18

Gambar 11. Logo PKT. Green World Farm ............................................. 35

Gambar 12. Struktur Organisasi Kelompok Tani ..................................... 36

Gambar 13. Pengolahan lahan. Pembuatan bedengan (kiri) dan.........

penebaran pupuk kandang sapi (kanan) ................................ 36

Gambar 14. Benih Pak Choi yang direndam dengan larutan ZPT.......

(kiri) dan penanaman benih Pak Choi ................................... 38

Gambar 15. Penaburan pupuk kandang pada lubang tanam yang telah

diberi benih (kiri) dan penyiraman (kanan) ........................... 38

Gambar 16. Kolam yang dijadikan sumber pengairan pada lahan sawah .. 40

Gambar 17. Penyiraman (kiri) dan penyiangan gulma (kanan) ................. 40

Gambar 18. Ulat tanah ............................................................................. 41

Gambar 19. Plutella xylostella ................................................................. 41

Gambar 20. Myzus persicae .................................................................... 42

Gambar 21. Hama memreng (kiri) dan serangan hama memreng (kanan) 43

Gambar 22. Pak Choi siap panen (kiri) dan pemanenan Pak Choi

(kanan) ................................................................................. 43

Gambar 23. Pencucian Pak Choi yang telah dipanen (kiri) dan .........

x

Pak Choi yang siap dikemas (kanan) .................................... 44

Gambar 24. Penjemuran kotoran sapi (kiri) dan penggilingan tanah,

kotoran sapi, daun bambu (kanan) ....................................... 48

Gambar 25. Larutan Kulit Bawang (kiri) dan bahan pupuk yang siap

dicampur (kanan) ................................................................. 48

Gambar 26. Pencampuran bahan pupuk kandang (kiri) dan pupuk

kandang siap pakai (kanan) .................................................. 49

Gambar 27. Pestisida nabati kulit bawang dan cabai ................................ 51

Gambar 28. Pupuk hayati Chitosan .......................................................... 53

Gambar 29. Agen hayati Verticillium lecunii .......................................... 53

Gambar 30. Penyemprotan pestisida hayati ............................................. 54

11

BAB I.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pak Choi (Brassica juncea L.) termasuk jenis sayuran daun yang kaya

vitamin, mineral, dan protein (Elsevier, 1981). Kandungan gizinya (lampiran

1) berperan penting bagi kesehatan manusia. Pakchoi yang biasa disebut Paak

ts’ oi atau Chinese Cabbage,termsuk ke dalam famili Cruciferae dan diduga

berasal dari Asia Timur (Tindall, 1983). Masuknya Pak Choi ke wilayah

Indonesia diduga pada abad XIX dan pada umumnya dibudidayakan di

dataran tinggi (lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut) (Rukmana,

1994).

Kebutuhan Pak Choi segar sebagai bahan sayuran semakin hari semakin

meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan Pak Choi tersebut diperlukan

pembudidayaan yang baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan

produksinya banyak. Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan produksi

Pak Choi, antara lain adalah dengan pemilihan sistem pertanian dan

pemupukan. Sistem pertanian organik sebagai suatu sistem produksi pertanian

yang berasaskan daur ulang secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui

sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu

memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Secara lebih luas, Sutanto,

2002, menguraikan bahwa menurut para pakar pertanian Barat sistem

pertanian organik merupakan ”hukum pengembalian (law of return)” yang

berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan

organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman

maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberikan makanan pada

tanaman.

Pemupukan merupakan penambahan unsur hara yang diperlukan oleh

tanaman dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pupuk organik merupakan

salah satu pupuk yang diberikan pada tanaman baik secara pupuk dasar

maupun pupuk susulan. Pupuk organik tersebut merupakan pupuk yang di

12

hasilkan dari bahan hidup yang telah terdekomposisi atau mengalami

pelapukan (Lingga, 2007).

Di Indonesia, Pak Choi pada umumnya dibudidayakan di dataran tinggi

(pegunungan) lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl), kondisi

iklim yang sejuk dan lembab, serta kisaran suhu udara antara 15°- 25° C.

Pada suhu di bawah 15° C, tanaman Pak Choi akan cepat berbunga.

Sebaliknya pada kondisi suhu di atas 25° C, tanaman Pak Choi akan sulit

berkrop atau krop yang terbentuk ukuran kecil- kecil (Rukmana, 1994).

Magang kerja adalah praktek kerja akademik mahasiswa program

pendidikan S1 pertanian yang dilaksanakan secara mandiri pada masyarakat

untuk pengembangan pengetahuan dalam bentuk magang kerja. Kegiatan

yang dilakukan seperti perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang terkait

dengan program studi mahasiswa atau bidang pertanian untuk mendapatkan

pengalaman di lapang dan melatih kemandirian mahasisiwa serta menerapkan

ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh dibangku kuliah dan membandingkan

dengan ilmu pengetahuan yang telah diterima dalam perkuliahan dengan

situasi sebenarnya ditempat magang dengan bantuan pembimbing lapang.

Magang kerja yang dilakukan adalah studi budidaya dan inventarisasi

hama dan penyakit pada tanaman Pak Choi di Pertanian Organik Green

World Farm Malang, Provinsi Jawa Timur. Magang kerja bermanfaat melatih

mahasisiwa agar lebih profesional dan berkualitas dalam kemampuan

akademis sesuai bidangnya yang dibutuhkan saat terjun langsung di

masyarakat. Dengan pelaksanaan magang kerja mahasisiwa diarahkan untuk

selalu siap dengan berbagai kondisi lapang. Magang kerja juga bertujuan

untuk melatih mahasiswa agar lebih siap menghadapi pola kerja selepas dari

bangku kuliah. Oleh karena itu dengan magang kerja ini dapat menjadi salah

satu jembatan bagi mahasiswa untuk belajar dan memahami prospek,

pengembangan dan peluang bisnis pada tanaman Pak Choi di Pertanian

Organik Green World Farm Malang, Provinsi Jawa Timur.

13

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Magang Kerja di Pertanian Organik Green

World Farm Malang, Provinsi Jawa Timur Bagian Budidaya dan Inventarisasi

Hama dan Penyakit Tumbuhan adalah :

1.2.1. Tujuan Umum

1. Memenuhi kurikulum wajib yang telah ditetapkan oleh Fakultas

Pertanian Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

Agroekoteknologi Universitas Brawijaya Malang.

2. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama

perkuliahan dalam bentuk Magang Kerja.

3. Membandingkan dan menelaah ilmu pengetahuan yang didapat

selama perkuliahan dengan yang diterapkan di lapangan.

4. Melatih untuk bekerja mandiri di lapangan dan sekaligus berlatih

menyesuaiakan diri dengan kondisi lapangan pekerjaan.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengamati dan mengikuti kegiatan di Pertanian Organik Green World

Farm Malang, Provinsi Jawa Timur bagian Budidaya dan Inventarisasi

Hama dan Penyakit Tumbuhan secara langsung.

2. Mempelajari dan memahami teknik budidaya tanaman Pak Choi dengan

sistem pertanian organik yang di lakukan di Pertanian Organik Green

World Farm Malang, Provinsi Jawa Timur.

3. Menginventarisasi hama dan penyakit yang terdapat pada tanama n Pak

Choi yang dibudidayakan dengan sistem pertanian organik di Pertanian

Organik Green World Farm Malang, Provinsi Jawa Timur .

4. Membandingkan teknik budidaya dan hama penyakit tanaman Pak Choi

di Pertanian Organik Green World Farm Malang, Provinsi Jawa Timur

bagian Budidaya dan Inventarisasi Hama dan Penyakit Tumbuhan

dengan literatur.

14

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Pak Choi

Pak Choi masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis-bunga, brokoli,

dan lobak atau rades, yakni famili Cruciferae (Brassicacae). Oleh karena itu,

sifat morfologis tanamannnya hampir sama, terutama pada sistem perakaran,

struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya.

Menurut klasifikasi dalam tatanama (sistematika) tumbuhan, Pak Choi

masuk ke dalam Divisi : Spermatophyta; Kelas : Angiospermae; Ordo :

Papavorales ; Famili : Cruciferae (Brassicaceae); Genus : Brassica; dan

Spesies : Brassica juncea L. (Rukmana, 1994).

2.2 Morfologi Tanaman

2.2.1 Akar

Gambar 1. Akar Pak Choi (Brassica juncea )

(Sumber : http://media.geekgardener.in/wp-

content/uploads/MyGarden2695.jpg)

Sistem perakaran tanaman Pak Choi memiliki akar tunggang (radix

primaria) dan cabang- canbang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris)

menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar- akar ini

15

berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, erta

menguatkan berdirinya batang tanaman (Rukmana, 1994).

2.2.2 Batang

Gambar 2. Batang Pak Choi (Brassica juncea )

(Sumber : http://www.bbcgoodfood.com/content/knowhow/glossary/pak-

choy/image.jpg)

Batang (caulis) Pak Choi pendek sekali dan beruas- ruas, sehingga

hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan

penopang daun (Rukmana, 1994).

2.2.3 Daun

Gambar 3. Daun Pak Choi (Brassica juncea )

(Sumber : http://www.sciencephoto.com/image/24301/530wm/B5901342-

Baby_pak_choi_Brassica_chinensis_-SPL.jpg)

Daun tanaman Pak Choi pada umumnya memiliki struktur daun yang

halus, tidak berbulu, dan tidak membentuk krop (Rukmana, 1994).

16

2.2.4 Bunga

Gambar 4. Bunga Pak Choi (Brassica juncea )

(Sumber : http://www.flickr.com/photos/ljrw/5836689554/ )

Beberapa varietas Pak Choi dapa berbunga alami di daerah tropis

Indonesia. Varietas yang suit berbunga dapat dirangsang dengan perlakuan

suhu dingin 5°- 10°C selama 3- 4 minggu pada biji- bijinya yang disebut

teknik Vernalisasi. Struktur bunga Pak Choi tersusun dalam tangkai bunga

(inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak.

Tiap kuntum bunga Pak Choi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat

helai daun mahkota yang bewarna kuning- cerah, empat helai benangsari, dan

satu buah putik yang berongga dua. Penyerbukan bunga Pak Choi dapat

berlangsung dengan serangga lebah maupun manusia. Hasil penyerbukan ini

terbentuk buah yang berisi biji (Rukmana, 1994).

2.2.5 Buah

Gambar 5. Polong (kanan) dan biji (kiri) Pak Choi (Brassica juncea )

(Sumber : http://farm4.static.flickr.com/3377/3650758524_ccb20035e8.jpg

dan http://www.genericseeds.com/files/2102382/uploaded/GS-CABB-05-

PCW-seeds-DS.jpg )

17

Buah Pak Choi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya

memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji. Biji Pak

Choi bentuknya bulat kecil bewarna coklat atau coklat kehitam- hitaman

(Rukmana, 1994).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman

2.3.1 Iklim

Suhu. Pak Choi dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang

(sub-tropis), tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis).

Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman Pak Choi

adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang harinya

21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari (Rukmana, 1994).

Ketinggian tempat. Di Indonesia, Pak Choi pada umumnya

dibudidayakan di dataran tinggi (pegunungan) lebih dari 1.000 meter di atas

permukaan laut (dpl), kondisi iklim yang sejuk dan lembab, serta kisaran

suhu udara antara 15°- 25° C. Pada suhu di bawah 15° C, tanaman Pak Choi

akan cepat berbunga. Sebaliknya pada kondisi suhu di atas 25° C, tanaman

Pak Choi akan sulit berkrop atau krop yang terbentuk ukuran kecil- kecil

(Rukmana, 1994).

2.3.2 Tanah

Pak Choi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik

adalah jenis tanah lempung berpasir, seperti tanah Andosol. Pada tanah- tanah

yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna, antara lain

pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik

dalam jumlah (dosis) tinggi (Rukmana, 1994).

Syarat tanah yang ideal untuk tanaman Pak Choi adalah; subur,

gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang

(becek), tata udara dalam tanah berjalan dengan baik, dan pH tanah antara 6-7

(Rukmana, 1994).

18

Penelitian dan pengembangan tanaman Pak Choi di dataran rendah,

umumnya ditanam pada jenis tanah Latosol dengan pH 6 serta dosis pupuk

kandang minimum 20 ton/hektar. Dari berbagai literatur ditemukan, bahwa

Pak Choi toleran terhadap kisaran pH 5,9- 8,2 (Rukmana, 1994).

2.4 Budidaya Tanaman

2.4.1 Penyiapan Benih dan Pembibitan

Pak Choi umumnya diperbanyak secara generatif, yakni dengan biji-

bijinya. Untuk lahan kebun seluas satu hektar diperlukan biji (benih) anta

500- 800 gram, tergantung cara bertanam dan jarak tanamnya. Meskipun

demikian, rata- rata kebutuhan benih Pak Choi yang banyak dipraktekan oleh

para petani diberbagai daerah, umumnya ±350 gram/ hektar; asalkan daya

kecambah benihnya di atas 75%.

Benih Pak Choi, sebaiknya disemaikan dulu selama ± satu bulan

(berdaun 4-5 helai). Keuntunngan cara menyemai ini antara lain dapat

menghemat benih dan mengurangi kematian bibit muda sewaktu awal (fase)

pertumbuhan maupun pada saat pindah tanam (transplanting).

Tata cara dan tahapan pembibitan Pak Choi di persemaian adalah

sebagai berikut :

a. Memilih Tempat Persemaian

Pilih tempat persemaian yang letaknya strategis, yakni pengairannya

mudah, tanahnya subur, ringan dan gembur, keadaan sekelilingnya terbuka

(mendapat sinar matahari), dan bukan daerah basis wabah penyakit

berbahaya seperti Club root (akar bengkak).

b. Membuat Bedengan Persemaian

(1) Lahan untuk persemaian dibersihkan dari rumput- rumput liar ataupun

batu kerikil dengan alat bantu parang atau cangkul.

(2) Pada tanah liat atau tanah berat, sebaliknya ditambahkan pasir

sebanyak satu blek (kaleng) minyak tanah/m2 luas lahan.

19

(3) Tetapkan lebar bedengan anta 1,0- 2,0 meter dan panjangnya

tergantung kebutuhan atau kondisi lahan.

(4) Tanah diolah sedalam ± 30 cm sambil digemburkan.

(5) Sebarkan pupuk kandang yang telah matang dan halus (diayak) secara

merata di atas bedengan sebanyak ± 2 kg/m2 bedengan, lalu

campurkan dengan lapisan tanah atas.

(6) Bentuk (buat) bedengan sesuai ukuran yang ditetapkan, kemudian

ratakan permukaannya dengan tangan atau alat bantu dari papan kayu.

c. Mengatap Persemaian

(1) Pasang tiang- tiang bambu di sisi Timur tingginya 1,0-1,5 meter dan

di sisi Barat tingginya 0,6- 0,8 meter pada empat sudut bedengan

persemaian.

(2) Pasang palang- palang dari bilah bambu yang posisinya arah

membujur dan melintang, kemudian ikat dengan tali rapia ataupun tali

bambu hingga cukup kuat.

(3) Pasang atap persemaian dari lembar plastik bening atau bahan lainnya

seperti rumbia atau anyaman daun kelapa. Pada ujung- ujung dan sisi

atap persemaian tadi, kuatkan dengan tali pengikat atau dijepit bilah

bambu.

d. Menyemai Benih

(1) Sebelum benih Pak Choi disemai, bedengan persemain disiram dulu

dengan air bersih sampai cukup basah (lembab).

(2) Sebarkan benih Pak Choi secara merata di permukaan bedengan

persemaian, kemudian tutup dengan tanah tipis setebal 0,5 – 1,0 cm.

Dapat pula menyemai benih secara berbaris. Caranya: buat alur- alur

melintang sedalam 1 cm dan jarak antar- alur 10 cm; kemudian benih

Pak Choi disebar dalam alur tersebut. Tutup alur- alur yang telah diisi

semaian benih Pak Choi dengan tanah tipis.

(3) Permukaan bedengan persemaian ditutup dengan lembar karus goni

yang basah atau daun piang selama 1- 2 hari. Seteah benih Pak Choi

nampak berkecambah, tutup karung gomi tersebut segera dibuka.

20

e. Menyapih Bibit

(1) Bibit Pak Choi yang sudah berumur 10- 15 hari sejak semai,

sebaiknya disapih (dijarangkan) pada lahan persemaian yang lain atau

dipindah semaikan ke dlaam bumbung (koker) yang terbuat dari daun

pisang atau polybag kecil berukuran 8x 10cm.

(2) Bila bibit disapih pada lahan persemaian, perlu dibuatkan bedengan-

bedegan baru lengkap dengan atapnya. Jarak tanam di lahan

penyapihan ini antara 5-x 10 cm. Kelak bibit Pak Choi yang disapih

dengan cara demikian, biasanya dipindahtanamnkan ke kebun secara

sabutan.

(3) Bila disapih pada bumbungan (koker), dapat digunakan polybag kecil

ukuran 8x 10 cm ataupun bumbung dari daun pisang 5cm x 5cm x 5

cm. Ke dalam polybag ataupun bumbung daun pisang, isikan media

semai berupa campurab tanah halus, pupuk kandang yang matang dan

hakus (diayak) dengan perbandingan 1 : 1. Tiap polybag ayau

bumbung daun pisang ditanam satu bibit Pak Choi, kemudian

disimpan secara teratur di atas bedengan persemaian.

f. Pemeliharaan Bibit

Selama bibit di persemaian, pemeliharaan tanaman muda ini dilakukan

secara intensif dan rutin; terutama dalam hal penyiraman 1- 2 kali sehari.

(Rukmana, 1994).

2.4.2 Pengelolahan Lahan

Lahan untuk kebun Pak Choi dapat dipilh bekas padi sawah ataupun

tegalan. Sebaiknya tidak menggunakan lahan bekas tanaman yang sefamili

untuk menekan atau memutus siklus hama dan penyakit. Waktu yang terbaik

untuk pengolahan lahan diatur minimal dua minggu (15 hari) sebelum tanam

atau dapat juga bersamaan dengan waktu semai benih.

Tata cara pengolahan lahan untuk kebun Pak Choi sebagai berikut :

(1) Buang (bersihkan) rumput- rumput liar atau pepohonan serta akar- akar

tanaman yang ada di sekitar lahan kebun.

21

(2) Olah tanah dengan alat bantu cangkul atau bajak sdalam 30- 35 cm

hingga menjadi gembur.

(3) Buat bedengan – bedengan selebar 1,0- 1,5 meter dengan tingginya 20-

30 cm, serta parit antar bedengan 20- 30 cm dilengkapi parit keliling

kebun selebar 40- 60 cm dan dalamnya 30 -35 cm.

(4) Bersamaan dengan pembuatan bedengan dapat ditambahkan pupuk

kandang dosis 10- 2- ton/ hektar yang disebar dan dicampurkan merata

dengan lapisan tanah atas. Dapat pula pemberian pupuk kandang ini

menurut lubang tanam. Caranya : buat dulu lubang tanam ukuran 30 cmx

30 cm x 30 cm pada jarak 30 x 40 cm, bahkan dapat pula 20 x 20 cm atau

20 x 30 cm; tergantung kesuburan tanah dan varietas Pak Choi yang

ditanam kemudian tipa lubnag diisi pupuk kandang sebanyak 300- 400

gram.

(Rukmana, 1994).

2.4.3 Penanaman Tanaman

Waktu tanam yang paling baik untuk menanam Pak Choi adalah pada

akhir musim hujan (Maret) atau pada awal musim hujan (Oktober). Meskipun

demikian, dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan keadaan airnya

mencukupi.

Tata cara dan tahapan penanaman bibit Pak Choi dilakukan sebagai berikut :

(1) Bibit di persemaian telah cukup umurnya, yaitu ± satu bulan setelah

semai atau berdaun 4- 5 helai.

(2) Bibit Pak Choi di persemaian disiram dahulu medianya hingga cukup

basah. Berikutnya bibit tersebut tinggal dipindahtanamkan ke kebun, baik

cara cabutan maupun berasal dari bumbungan (koker) atau polybag.

(3) Tiap lubang tanam ditanami satu bibit awi secraa tegak dan bagian

pangkal batang bibit diurug serta dipadatkan tanahnya agar perakaran

dapat kontak langsung dengan air tanah.

(4) Waktu tanam sebaiknya pagi hari atau sore hari untuk menghindari suhu

udara (temperatur) dan penguapan air yang terlalu tinggi.

22

(5) Selesai penanaman, areal kebun Pak Choi yang baru ditanami, segera

diairi (disiram) hingga cukup basah (lembab).

(Rukmana, 1994).

2.4.4 Perawatan Tanaman

Penyiraman (Pengairan). Pada fase awal pertumbuhan, perlu

penyiraman (pengairan) secara rutin 1- 2 kali sehari; terutama bila keadaan

tanah cepat kering dan di musim kemarau. Pengairan selanjutnya berangsur-

angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringna. Waktu

penyiraman (pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore hari, dan cara

pengairannya dapat menggunakan alat bantu gembor (emrat), selang, ataupun

cara dileb (Rukmana, 1994).

Penyiangan (Pendangiran). Penyiangan dapat dilakukan 1- 2 kali

bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Cara pemyiangannya adalah

dengan mencabut gulma (rumput liar) dengan alat bantu tangan ataupun

kored, parang, cangkul sambil menggemburkan tanah di sekeliling tajuk

tanaman sekaligus membersihkan rumput liar dalam parit. Waktu penyiangan

biasanya pada umur dua dan empat minggu setelah tanam (Rukmana, 1994).

2.4.5 Perlindungan Tanaman

a. Hama Tanaman Pak Choi

(1) Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Gambar 6. Agrotis ipsilon fase larva (kiri) dan fase nimfa (kanan)

(Sumber : http://www.labscorner.org/opt/kb/timthumb.php?src=data/

morfologi/agrotis_ipsilon.JPG&h=288&w=560&zc=1/)

23

Ciri- ciri hama ini, yaitu imago aktif terbang pada senja atau malam hari,

tubuhnya bewna keabu-abuan dan sayapnya bewarna kelabu dengan tanda

hitam sampai coklat. Ulat bewarna hitam atau hitam keabu-abuan, aktif

merusak tanaman pada malam hari dan kadang- kadang bersifat pemangsa di

antara sesama jenisnya (kanibal). Lamanya daur hidup hama ini 6- 8 minggu.

Tanaman inang utama adalah famili Cruciferae, juga tomat serta berbagai

jenis sayuran lainnya; karena bersifat pemangsa (pemakan) segala jenis

tanaman sayuran (polifag). Menyerang hebat di musim kemarau.

Gejala serangan ulat tanah, yaitu tanaman atau tangkai daun menjadi

rebah karena dipotong pada pangkalnya.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara non- kimiawi ataupun

kimiawi. Pengendalian cara non- kimiawi adalah dengan mengumpulkan ulat

tanah dan membunuhnya langsung, serta menjaga kebersihan kebun dari

rumput liar ataupun sisa- sisa tanman agar tidak menjadi sarang hama

tersebut. Pegendalian kimiawi dengan menggunakan pestisida yang efektif

(mangkus), antara lain insektisida yang mengandung bahan aktif Triklorfon.

(Rukmana, 1994).

(2) Ulat Plutella (Plutella xylostella)

Ciri- ciri hama ini adalah imagonya berupa ngengat kecil bewarna coklat-

kelabu. Pada sayap depan terdapat tanda “tiga berlian” yang berupa

gelombang (undulasi). Warna tiga berlian pada ngengat betina lebih gelap

dibandingkan dengan ngengat jantan. Lamanya siklus (daur) hidup hama ini ±

21 hari, ngengatnya aktif pada senja dan malam hari. Stadium hama yang

paling membahayakan adalah larva (ulat). Larva ini terdiri atas empat instar,

dan ukuran yang paling besar sepanjang satu centimeter (cm).

24

Gambar 7. Plutella xylostella fase larva (kiri) dan fase nimfa (kanan)

(Sumber : http://www.faunistik.net/DETINVERT/LEPIDOPTERA/

PLUTELLIDAE/IMAGES/plutella.xylostella_la01.gif dan

http://www.nematodes.org/images/plutella_xylostella_male.gif)

Tanaman inang utama hama Plutella adalah tanaman kubis- kubisan

seperti petsai, Pak Choi, kubis- krop, kubis bunga, brokoli, dll.

Gejala serangannya yaitu daun berlubang- lubang kecil dan jika serangan

berat tinggal tulang- tulang daunnya saja. Bila ulat Plutella tersentuh, akan

menggeliat lalu menjatuhkan diri dengan alat bantu benang sutera yang

dibentuknya. Serangan yang berat dan hebat biasanya terjadi pada musim

kemarau.

Pengendalian non-kimiawi terhadap hama ini dapat dilakukan secara

kultur teknik (pergiliran tanaman yang bukan sefamili Cruciferae);

pengendalian hayati (biologi) dengan melepaskan predator atau parasitoid

seperti Diadegma eucerophaga, Cotesia plutella dan Diadegma semiclausum,

pada saat telah diketahui ambang kendali hama tersebut. Pengendalian

kimiawi menggunakan insektisida selektif (insektisida mikroba).

(Rukmana, 1994).

(3) Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites dan C. Orichalcea L.)

Ciri- ciri hama ini adalah ngengat bewarna gelap dan terdapat bintik-

bintik keemasan berbentuk “Y” pada sayap depan. Telurnya berukuran kecil

bewarna keputih- putihan dan diletakkan secara tunggal ataupun

berkelompok pada daun tanaman inang. Ulat (larva) bewarna hijau dan

garis- garis putih disisinya. Ciri khas ulat jengkal adalah cara jalannya

seperti sedang menjengkal. Daur (siklus) hidup dari telur menjadi kupu-

kupu berlangsung selama 18- 24 hari.

25

Gambar 8. Chrysodeixis chalcites fase larva (kiri) dan fase nimfa (kanan)

(Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-uwBXNdzEQEw/TlRxE24fheI/

AAAAAAAAAOE/vaFKC28QzAo/s400/ulat%2Bjengkal.jpg dan

http://www.fotonatura.org/galerias/fotos/usr16571/11898579wV.jpg)

Tanaman inang utama hama ini adalah famili Cruciferae , dan juga

tanaman sayuran lainnya karena bersifat polifag.

Gejala serangannya adalah daun Pak Choi menjadi rusak berlubang-

lubang; sehingga dapat menurunkan kuantitas da kualitas produksi.

Pengendalian non- kimiawi terhadap hama ini dapat dilakukan dengan

cara penanaman yang serempak, dan melakukan pergiliran (rotasi) tanaman

yang bukan sefamili Cruciferae (Brassicacae). Sedangkan pengendalian

kimiawi dapat menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif

Profenopos (Rukmana, 1994).

b. Penyakit Tanaman Pak Choi

(1) Bercak Daun (Alternaria brassicae)

Penyebabnya adalah cendawan, yang dapat terbawa oleh biji (seed

norne) dan adapt tertinggal pada sisa- sisa tanaman.

Gambar 9. Gejala Alternaria brassicae makroskopis (kiri) dan

mikroskopis (kanan)

26

(Sumber : http://www.forestryimages.org/images/768x512/5403533.jpg

dan

http://botany.upol.cz/atlasy/system/images/ascomycetes/pleosporales/Alte

rnaria_brassicae-zeli2.jpg)

Gejala serangan penyakit ini adalah pada daun terdapat bercak- bercak

kecil bewarna kelabu- gelap yang, meluas dengan cepat; lambat laun

membentuk bercak bukat bergaris tengah ± satu cm. Pada kondisi lingkungan

yang lembab, jamur ini tampak seperti bulu- bulu halus kebiru- biruan di

pusat bercak dan terdapat cincin sepusat dalam bercak tersebut. Bila bercak-

bercaknya bewarna hitam (gelap), maka penyebabnya adalah A. Brassicae.

(Rukmana, 1994)

(2) Busuk Hitam (Xanthomonas campestris)

Penyebab patogen ini adalah bakteri yang mampu bertahan hidup pada

biji kubis- kubisan, tanah, tanaman inang maupun sisa- sisa tanaman yang

sakit.

Gejala serangan diawali dengan infeksi pada pori- pori air (hidatoda)

dalam ujung- ujung teopi daun, kemudian menyebabkan tepi daun berubah

warna dari hijau menjadi kuning (klorosis) yang meluas ke beberapa bagian

tengah daun. Pada tulang daun terlihat garis kehitaman, kemudian meluas

pada bagian pelepah daun dan batang; akhirnya daun menjadi luruh (rontok).

Penyakit ini dapat menyebabkan busuk kering bila serangannya terjadi

dalamkeadaan lembab, dan karena serangan jasad sekunder dapat berubah

menjadi busuk basah serta mengeluarkan bau tidak enak.

Pengendalian non- kimia terhadap penyakit ini adalah mencabut tanaman

yang terserang berat, kemudian dimusnahkan. Pengendalian kimiawi dapat

disemprot dengan fungisida yang efektif (mangkus) antara lain yang

mengandung bahan aktif Kaptafol, Propineb, Mankozeb, dan Maneb.

(Rukmana, 1994).

(3) Busuk Lunak (Erwinia carotovora)

27

Penyebab (patogen) penyakit ini adalah bakteri yang mempunyai sisa-

sisa tanaman.

Gejala serangannya, yaitu terjadi bercakbusuk basah bewarna coklat

kehitam- hitaman pada daun, batang maupun kepala telur (krop). Bercak

membesar dan mengendap (melekuk) bentuknya tidak teratur. Bila keadaan

lingkungan (iklim) lembab dan suhu udara relatif tinggi, tingkat serangan

penyakit meningkat dan bercak- bercaknya menjadi warna krem atau

kecoklatan serta agak berbutir- butir halus.

Serangan beart biasnya terjadi pada pertanaman Pak Choi di musim

hujan, namun di musim kemarau pun, kadang- kadang terjadi serangan

memfatalkan. Untuk mengurangi serangan penyakit ini, cara pengendalian

non- kimiawi antara lain memperbaiki drainase tanah, yakni dengan

memperdalam selokan ± 40 cm, dan mencabut tanaman yang terserang untuk

secepatnya dimusnahkan. Busuk lunak dikenal sebagai penyakit “lepas

panen”, tetapi belum ditemukan teknik pengendalian secara kimiawi yang

mangkus dan sangkil. Beberapa anjuran dari hasil penelitian adalah

menghindari kerusakan pada waktu panen dan pasca panen, serta mencuci

hasil panen dengan larutan Borax 7,5 %,

(Rukmana, 1994).

(4) Akar Pekuk (Plasmodiosphora brassicae)

Gambar 10. Gejala Akar Pekuk (Plasmodiosphora brassicae)

makroskopis (kiri)

(Sumber : http://www1.vegplugs.co.uk/product_images/uploaded_

images/4d399f4aaf34a1rggrr.jpg )

28

Penyebab penyakit ini adalah cendawan yang dapat hidup sebagai

saprofit dalam tanah, dan menular (menyebar) melalui bantuan air (irigasi),

alat- alat pertanian, bibit tanaman, binatang, dan tanaman inang (famili

Cruciferae).

Gejala serangannya dapat diamati pada bagian akar di bawah permukaan

tanah maupun tanaman di atas permukaan tanah. Pada akar tanaman yang

terserang biasanya terjadi pembengkakan yang bentuk dan ukurannya tidak

beraturan mirip gada., sehingga disebut penyakit akar gada. Tanaman di atas

permukaan tanah tampak layu, terutama pada siang hari. Meskipun pada

malam harinya segar kembali, namun lambat laun pertumbuhan tanaman

menjadi kerdil dan akhirnya mati.

Pengendaian akar pekuk dapat dilakukan secara terpadu, yaitu meliputi:

perlakuak perendaman benih dalam larutan ekstrak umbi ataupun daun

bawang putih 8% selama 2 jam, sterilisasi media semai dengan cara dikukus

atau menggunakan fungisida, pengapuran tanah dengan bahan kapur

pertanian (Kaptan, Dolomit, Zeolit/ Zeagro, dll) sebanyak 2-4 ton/ hektar

pada 15-30 hari sebelum tanam, dan pergiliran (rotasi) tanaman yang bukan

famili Cruciferae, serta menanam varietas yang tahan seperti; Marquis,

Chorus dan Kukai 70.

(Rukmana, 1994).

(5) Rebah Semai atau Rebah Kecambah (Rhizoctonia solani dan Phytium

sp)

Penyebabnya adalah cendawan Rhizoctonia solani dan dan Phytium sp.

Gejala serangan penyakit ini adalah bibit dipersemaian hipokotilnya tampak

luka kebasah- basahan, batang dekat permukaan tanah bercak- bercak

bewarna coklat sampai hitam dan mengecil, sehingga bibit menjadi rebah.

Pengendaliannya adalah menggunakan persemaian yang bebas patogen

penyakit tersebut, dan juga melakukan sterilisasi media persemaian

(Rukmana, 1994).

29

2.4.6 Panen Tanaman

Pak Choi sudah siap dipanen apabila umurnya cukup tua, ukuran krop

atau pembentukan daunnya telah maksimal, dan ciri- ciri lain sesuai dengan

karakteristik varietasnya. Cara panen Pak Choi adalah mencabut semuruh

bagian tanaman atau memotong bagian batang di atas tanah. Pada pertanaman

yang baik dan tidak mendapat serangan hama atau penyakit, tiap hektar lahan

(kebun) Pak Choi menghasilkan 20- 50 ton/ hektar.

2.4.7 Penanganan Pasca Panen

Pak Choi termasuk sayuran daun yang mudah busuk dan cepat rusak

atau susut. Untuk mempertahankan kesegran dan kualitas produksi Pak Choi

perlu penanganan pascapanen yang baik (memadai).

Tata cara dan tahapan penanganan pascapanen Pak Choi adalah :

Pembersihan luar. Setelah krop Pak Choi dipanen segera dikumpulkan

di suatu tempat penampungan yang kondisi sekelilingnya teduh. Daun – daun

luar (daun tua) sebagian dibuang, dan hanya beberapa helai saja yang

disertakan dengan krop.

Sortasi dan pengkelasan. Krop yang telah dibersihkan dari daun- daun

luar dapat segera dipisah- pisahkan antara krop abnormal, busuk, atau rusak

dengan krop yang mulus. Bersamaan dengan kegiatan sortasi dilakukan pula

pengkelasan (klasifikasi) berdasarkan bentuk atau berat krop ataupun dengan

kriteria lain sesuai dengan permintaan pasar.

Pencucian dan penirisan. Krop Pak Choi dicuci bersih dalam air yang

mengalir atau airnya disemprotkan. Krop Pak Choi yang telah bersih segera

ditiriskan di tempat (ruangan) yang teduh dan dingin.

Pengemasan. Untuk sasaran pasar jarak dekat, krop Pak Choi dikemas

secara sederhana, yaitu dengan disusun dua tingkatan dengan posisi ujung

krop bersentuhan di tengah- tengah, lalu diikat dengan tali bambu atau tali

rapia. Cara lain: krop Pak Choi dimasukkan ke dalam karung goni, bagian

ujung krop menghadap keluar, dan setelah karung penuh segera dikuatkan

dengan tali pengikat.

30

Untuk sasaran pasar antar- daerah (wilayah) yang agak jauh,

pengemasan krop Pak Choi biasanya disusun secara teratur dalam bak

kendaraan (mobil). Caranya: dasar bak mobil dilapisi daun- daunan atau

lembar terpal atau lembar plastik.; kemudian krop Pak Choi disusun secara

teratur dengan posisi pangkal krop menghadap ke luar. Sesudah bak penuh,

barulah ditutup dengan lembar terpal atau plastik.

Untuk sasaran pasar ekspor, krop Pak Choi dikemaas dalam wadah

(kontainer) berupa doos karton kering atau keranjang plastik atau kantong

plastik polyetiline yang diberi lubang- lubang kecil (ventilasi). Tiap kontainer

berisi 20- 40 kg atau tergantung pesanan pasar.

Penyimpanan sementara. Di tempat penampungan ataupun di pasar-

pasar dan tempat penjualan lainnya, krop Pak Choi sebaiknya disimpan di

ruangan dingin yang suhu udaranya 0°- 5° C dan kelembaban anata 70% - 90

% (colld storage); sehingga dapat tahan segar sekitar 10- 14 hari. Di ruang

terbuka (suhu kamar) tingkat kesegarannya hanya tahan sekitar 3- 5 hari.

(Rukmana, 1994).

2.5 Kebutuhan Tanaman

2.5.1 Unsur Hara

Unsur hara yang dibutuhkan tanaman beraneka ragam. Sedikitnya ada

60 jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dari sekian banyak unsur hara

tersebut, 16 unsur atau senyawa di antaranya merupakan unsur hara esensial

yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya.

Kekurangan hara bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu,

menimbulkan penyakit, dan bisa menyebabkan tanaman mati. Dari 16 unsur

hara, 3 di antaranya tidak terlalu bermasalah karena ketersediaannya di alam

melimpah. Ketiga unsur tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), dan

oksigen (O2). Ketiganya dapat diperoleh dari tanah dan air penyiraman.

Unsur hara lainnya sering menjadi masalah bagi pertumbuhan tanaman

jika kebutuhan unsur tersebut tidak terpenuhi. Ketigabelas unsur ini adalah

unsur hara yang diperoleh tanaman dari tanah. Unsur hara ini dapat

31

dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu unsur hara makro dan unsur hara

mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah banyak. Unsur hara makro terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), kalium

(K), sulfur (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg).

Unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam

jumlah sedikit. Unsur hara mikro ada 7 jenis, yaitu besi (Fe), klor (Cl),

mangan (Mg), tembaga (Cu), seng (Zn), boron (Br), dan molibdenum (Mo).

(Parnata, 2004).

2.5.2 Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan

tanaman bagi kelangsungan hidupnya. Tanpa adanya zat pengatur tumbuh

berarti tidak ada pertumbuhan. Zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant

regulator) didefinisikan sebagai zat organik bukan hara (nutrient), yang dalam

jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibitor), dan

mengubah proses fisiologi tumbuhan.

Zat pengatur tumbuh disebut juga dengan hormon tumbuh (plant

hormone). Zat pengatur tumbuh didefinisikan sebagai zat organik yang

dihasilkan oleh tanaman dan daalam konsentrasi rendah dapat mengatur

proses fisiologis. Ada 5 pernggolongan zat pengatur tumbuh dalam tanaman,

yaitu auksin, giberelin, sitokinin, ethylene, dan inhibitor. Kelima jenis

hormon ini memiliki ciri, efek, dan fungsi yang berbeda terhadap proses

fisiologi tanaman.

(Parnata, 2004).

2.5.3 Mikroorganisme Tanah

Mikroorganisme tanah merupakan salah satu faktor utama yang

mempengaruhi kesuburan tanah. Sebagian besar pertumbuhan tanaman tidak

terlepas dari mikroorganisme tanah. Berpuluh- puluh tahun lamanya (hampir

100 tahun), manusia telah menggunakan pupuk kimia yang telah lama

digunakan adalah pupuk NPK. Penggunaan pupuk NPK terbukti dapat

menyebabkan mikroorganisme tanah musnah.

Mikroorganisme dapat hidup jika di dalam tanah terdapat asam amino.

Asam amino ini berasal dari protein yang diuraikan oleh bakteri dalam tanah

32

sehingga menjadi asam amino. Keseluruhan asam amino yang terkenal di

dunia ada 20 jenis. Setelah diteliti ternyata pada tanaman yang subur,

termasuk sayuran selalu ada mikroorganisme di bagian akarnya.

Mikroorganisme tersebut diantaranya Pseudomonas putida dan Pseudomonas

fluorescent. Keberadaan 2 mikroorganisme ini mutlak harus ada. Pada

tanaman yang tidak sehat tidak dijumpai mikroorganisme ini.

Tanaman bisa tumbuh dengan baik jika mempunyai hubungan

simbiosis mutualisme dengan mikroorganisme. Adanya hubungan ini,

tanaman bisa memperoleh keuntungan dari mikroorganisme. Namun perlu

diingat, tidak semua mikroorganisme bermanfaat. Ada mikroorganisme yang

merugikan, seperti fusarium.

Fungsi lain dari mikroorganisme dalam tanah adalah menguraikan

bahan kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah diserap oleh

tanaman. Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu jenis zat yang

berfungsi untuk memperlancar penyaluran hara dan air dari akar ke daun. Zat

yang dikeluarkan mikroorganisme ini dapat membantu penyebaran air dan

nutrisi di seluruh permukaan daun. Keadaan ini akan meningkatkan produksi

tanaman karena penyaluran air dan nutrisi ke permukaan daun berjalan lancar.

Berikut ini beberapa mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi

tanaman.

a. Pseudomonas

Pseudomonas berfungsi untuk melarutkan fosfat dari bentuk yang tidak

bisa diserap tanaman menjadi bentuk yang mudah diserap oleh tanaman.

Selain itu, pseodomonas dapat membantu proses dekomposisi. Pseudomonas

menghasilkan enzim pengurai yang disebut lignin.

b. Mikoriza

Mikoriza bersimbiosis mutualisme dengan tanaman. Secara tidak

langsung, mikoriza dapat meningkatkan produksi tanaman. Mikoriza adalah

jenis cendawan yang bersimbiosis pada korteks akar tanaman. Mikoriza

berfungsi membantu penyerapan unsur hara tanah oleh tanaman. Peneitian

menunjukkan adanya mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur P

33

sebesar 25%. Selain itu, mikoriza berfungsi untuk menghasilkan hormon dan

zat pengatur tumbuh seperti auksin, sitokinin, dan giberelin.

Fungsi lain mikoriza adalah menghasilkan zat antibiotik yang

melindungi tanaman dari patogen akar. Mikoriza juga bisa merangsang

aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan dan memperbaiki

struktur dan agregasi tanah. Selain itu, mikoriza berfungsi untuk membangun

tanaman agar lwbih tahan terhadap kekeringan.

c. Rhizobium

Rhizobium merupakan simbiosis mutualisme bakteri dengan akar

tanaman terutama tanaman kacang- kacangan. Bakteri ini bersimbiosis pada

serabut akar dan kulit akar halus. Fungsinya adalah untuk menambat atau

mengikat nitrogen bebas dari udara. Nitrogen yang diikat akan dimanfaatkan

oleh tumbuhan inangnya untuk pertumbuhan. Penelitian menunjukkan pada

kondisi optimal, rhizobium bisa menambat nitrogen sebesar 150 kg/ha.

d. Azotobakter

Azotobakter juga merupakan bakteri yang bersimbiosis mutualisme

dengan akar tanaman. Sma hanya dengan rhizobium, bakteri ini berfungsi

untuk mengikat nitrogen bebas dari udara. Azotobakter berjasa dalam

menyediakan nitrogen untuk kebutuhan tanaman.

e. Lactobacillus

Lactobacillus berfungsi untuk membantu proses ferementasi bahan

organik menjadi senyawa- senyawa asam laktat yang diserap tanaman.

f. Actinomycetes dan Streptomycetes.

Actinomycetes dan streptomycetes berfungsi untuk menghasilkan

senyawa antibiotik yang bersifat toksik terhadap patogen atau penyakit

tanaman.

(Parnata, 2004).

2.6 Pertanian Organik

Pertanian organik dibanyak tempat dikenal dengan istilah yang

berbeda- beda. Ada yang menyebut sebagai pertanian lestari, pertanian ramah

lingkungan, sistem pertanian berkelanjutan dan pertanian organik itu sendiri.

34

Penggunaan istilah pertanian organik / “Organik Farming “ pertama kali

oleh Northbourne pada Tahun 1940 dalam bukunya yang berjudul “Look to

the Land ”. Northbourne menggunakan istilah tersebut tidak hanya

berhubungan dengan penggunaan bahan organik untuk kesuburan lahan,

tetapi juga kepada konsep merancang dan mengelola sistem pertanian sebagai

suatu sistem utuh atau organik, mengintegrasikan lahan, tanaman panenan,

binatang dan masyarakat. (Scofield, 1986, dalam Lotter, DW, 2003).

Sutanto, 2002, mendefinisikan pertanian organik sebagai suatu sistem

produksi pertanian yang berasaskan daur ulang secara hayati. Daur ulang hara

dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang

mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Secara lebih luas,

Sutanto, 2002, menguraikan bahwa menurut para pakar pertanian Barat

sistem pertanian organik merupakan ”hukum pengembalian (law of return)”

yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis

bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah

pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberikan makanan

pada tanaman. Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah

mengembangkan prinsip-prinsip memberikan makanan pada tanah yang

selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman ( feeding the soil

that feeds the plants) dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman.

Pertanian organik menurut IFOAM (International Federation of

Organik Agriculture Movements) didefinisikan sebagai sistem produksi

pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan

dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan

dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Pertanian organik adalah

sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat

biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.

2.7 Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup.

Sebagian besar pupuk organik terbentuk padat seperti pupuk kandang dan

35

kompos. Namun dengan teknologi pupuk organik telah bisa dibuat dalam

bentuk cair (Parnata, 2004). Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik

antara lain: pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, kascing, gambut, rumput

laut, guano, dan lain-lain. Berdasarkan bentuk, pupuk organik dibedakan: (1)

padat, dan (2) cair. Beberapa pupuk organik diolah di pabrik: misalnya

tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan (Syekhfani, 2003).

2.7.1 Jenis Pupuk Organik

a. Pupuk kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Selain

bentuk padat pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air

kencing hewan (urine). Setiap hewan akan menghasilkan kotoran dengan

jumlah dan komposisi yang beragam. Pupuk kandang mengandung unsur hara

makro dan mikro. Pupuk kandang padat banyak mengandung fosfor.

Sementara itu, nitrogen dan kalium banyak diperoleh dari kotoran cair

(urine). Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di

antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan

molibdenum. Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak 3 kali lebih

besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.

Sementara itu, kandungan kalium dalam urine lebih besar 5 kali lipatnya.

Dilihat dari komposisinya, kandungan hara dalam kotoran ayam 3 kali

lebih besar dari pada kandungan hara dalam kotoran mamalia. Kotoran

kambing mengandung nitrogen dan kalium yang tinggi dibandingkan kotoran

sapi.

Pupuk kandang dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pupuk

panas dan pupuk dingin. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari

kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh mikroorganisme sehingga

tidak menimbulkan panas. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari

kotoran hewan yang diuraikan oleh mikroorganisme secara cepat sehingga

menimbulkan panas. Pupuk dingin berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan

babi. Sementara itu pupuk panas berasal dari kotoran kambing, kuda, dan

ayam. Dalam aplikasinya penggunaan pupuk panas harus hati- hati karena

bisa merusak tanaman.

36

Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang bisa berkurang akibat

adanya penguapan, dekomposisi, penyerapan dan penyimpanan yang lama.

Dalam aplikasinya pupuk, pupuk kandang sering digunakan sebagai pupuk

dasar. Pemakaian pupuk kandang biasanya hanya pada awal penanaman.

Alasannya selain untuk memperbaiki struktur tanah, pelepasan unsur hara

dari pupuk kandang berlangsung secara perlahan.

Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin

remah, wujud aslinya sudah tidak tamapak, dan baunya telah jauh berkurang.

Jika belum memiliki ciri- ciri tersebut pupuk kandang belum siap digunakan.

Penggunaan pupuk yang belum matang justru dapat menghambat

pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman. Para petani biasanya

menggunakan pupuk kandang dengan cara disebar dan dibenamkan. Namun,

penggunaan yang paling baik adalah dengan cara dibenamkan. Dengan cara

ini penguapan unsur hara akibat proses kimia dalam tanah dapat dikurangi.

Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling baik

dilakukan setelah tanaman tumbuh. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk

kandang cair akan cepat diserap oleh tanaman. Jika digunakan sebelum

tanaman tumbuh, unsur yang terdapat dalam pupuk kandang cair akan cepat

hilang dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

b. Pupuk hijau

Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman. Bagian yang

sering dipakai untuk pupuk hijau adalah daun tangkai, dan batang yang masih

muda. Bahan- bahan ini mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman

terutama nitrogen. Semua jenis tanaman bisa dijadikan sebagai pupuk hijau.

Namun, tanaman yang paling bagus untuk pupuk hijau adalah yang akarnya

bersimbiosis dengan mikroorganisme pengikat nitrogen (legum). Selain itu,

tanaman tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut : sistem perakarannya

dangkal dan memiliki akar serabut; daun lebat tetapi berbatang tidak terlalu

keras; dan bagian daun lunak sehingga mudah terurai oleh mikroorganisme.

37

Pupuk hijau yang berasal dari legum (kacang- kacangan) memiliki

keuntungan sebagai berikut : mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang

menguntungkan tanaman; memperkaya bahan organik; mengembalikan unsur

hara yang tercuci; mengurangi resiko terjadinya erosi; dan menekan

pertumbuhan gulma.

c. Kompos

Pupuk organik lainnya yang sering dipakai adalah kompos. Kompos

merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah

organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.

Sebenarnya, pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan bagian dari kompos.

Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami dan

sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran busuk, sisa tanaman jagung, dan

sabut kelapa. Bahan dari kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang,

dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos

diantaranya gangggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola.

d. Humus

Humus merupakan hasil dekomposisi (penghancuran) tumbuhan

berupa daun, akar, cabang, ranting, dan batang secara alami. Proses

dekomposisi ini dipengaruhi oleh cuaca di atas permukaan tanah dan dibantu

oleh mikroorganisme tanah. Dari pengertian di atas sebenarnya humus hampir

sama dengan pupuk hijau. Perbedaannya terletak pada prosesnya. Humus

terbentuk secara alami dan sebagian besar terjadi di hutan, tetapi pupuk hijau

terbentuk dengan melibatkan campur tangan manusia. Humus bewarna

kecoklatan sampai hitam. Humus memiliki daya ikat dan daya serap yang

lebih baik dibandingkan kompos.

e. Pupuk Organik Buatan

Pupuk buatan organik adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik

dengan menggunakan peralatan yang modern. Pupuk organik buatan

umumnya merupakan campuran beberapa jenis bahan organik. Pencampuran

38

beberapa jenis bahan organik ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan

unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Adanya peningkatan kandungan unsur hara menyebabkan efektivitas

dan efisiensi penggunaan pupuk organik buatan lebih meningkat. Selain itu,

dengan kuantitas yang lebih sedikit dari pada pupuk organik alami akan

mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi tanaman. Pupuk organik buatan

yang sering ditemui di pasaran adalah kascing.

Tabel 1. Kandungan unsur hara beberapa bahan organik yang sering

digunakan sebagai pupuk.

Jenis Pupuk Organik Kandungan (%)

N P K Ca Mg

Sapi 1,1 2,5 0,5 3,0 0,66

Kuda 1,6 3,65 4,0 1,2 -

Kerbau 0,6 2,25 0,4 - -

Ayam 1,5 9,45 0,4 3,0 0,6

Kotoran manusia 3,1 3,32 0,7 - -

Guano (kotoran

kelelawar)

0,55 7,4 0,2 - -

Azola 3,5 1,25 2,5 0,1 0,5

Sekam padi 0,8 0,2 - - -

Daun lamtoro 2,15 0,3 2,8 - -

Kopra 3,1 - - - -

Limbah tapioka 0,9 - - - -

Limbah tahu 4,2 - - - -

Darah ternak kering 11,0 1,25 - - -

Blotong 0,2 4,0 1,5 - -

Kambing 1,5 0,66 2,5 1,5 -

Domba 2,0 0,5 2,3 3 1,2

Jerami 0,6 0,1 1,05 - -

Tepung ikan 9,5 3,0 - 0,4 -

Abu kayu - 0,9 4,0 25 2,1

(Parnata, 2004).

2.7.2 Keampuhan Pupuk Organik

Kelebihan pupuk organik karena bersifat: alami, hara seimbang, dari

daur-ulang, akrab lingkungan, dan berkelanjutan Isro'i (1998). Beberapa

keampuhan pupuk organik dikemukakan sebagai berikut:

39

a. Mempengaruhi sifat fisik tanah.

Warna tanah dari cerah akan berubah menjadi kelam. Hal ini berpengaruh

baik ppada sifat fisik tanah. Bahan organik membuat tanah menjadi

gembur dan lepas- lepas., sehingga aerasi dan pengatusan dakhil menjadi

lebih baik serta lebih mudah ditembus perakaran tanaman. Pada tanah

yang bertekstur pasiran, bahan organik akan meningkatkan pengikatan

antar- partikel dan meningkatkan kapasitas mengikat air. Sifat fisik bahan

organik yang baik sangat ideal apabila dicampur terlebih dahulu dengan

pupuk kimia sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk (Sutanto, 2002).

b. Mempengaruhi sifat kimia tanah.

Kapasitas tukar kation (KTK) dan ketersediaan hara meningkat dengan

penggunaan bahan organik. Asam yang dikandung humus akan membantu

meningkatkan proses pelapukan bahan mineral (Sutanto, 2002).

c. Mempengaruhi sifat biologi tanah.

Bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan

mikroorganisme tanah. Tanah yang kaya bahan organik akan mempercepat

perbanyakan fungi, bakteri, mikro flora dan mikro fauna tanah lainnya. .

Karena itu, adanya pupuk organik akan meningkatkan jumlah dan aktivitas

mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah dapat membantu proses

penggemburan tanah dan mengubah zat yang tidak bisa diserap tanaman

menjadi bisa diserap tanaman. Penggunaan pupuk organik dapat

meningkatkan simbiosis mutualisme antara tanaman dan bakteri atau

jamur yang menguntungkan (Parnata, 2004).

d. Mempengaruhi kondisi sosial.

Daur ulang limbah perkotaan maupun permukiman akan mengurangi

dampak pencemaran dan meningkatkan penyediaan pupuk organik.

Meningkatkan lapangan kerja melalui daur ualang yang menghasilkan

pupuk organik sehingga akan meningkatkan pendapatan (Sutanto, 2002).

e. Sumber Makanan bagi Tanaman.

Pupuk organik mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Kandungan unsur hara pupuk organik memang tidak terlalu banyak, tetapi

komposisinya lebih seimbang dibandingkan dengan pupuk anorganik.

40

Bahkan beberapa jenis pupuk organik terutama pupuk cair mengandung

zat pertumbuhan dan mikroorganisme yang menguntungkan tanaman

(Parnata, 2004).

f. Ramah Lingkungan.

Pengggunaan pupuk organik tidak meninggalkan residu pada tanaman

sehingga aman dikonsumsi manusi. Sementara itu, tanaman yang dipupuk

menggunakan pupuk anorganik akan terdapat residu kimia yang berbahaya

jika dikonsumsi. Selain itu, pupuk organik juga relatif tidak menimbulkan

pencemaran lingkungan (Parnata, 2004).

g. Pupuk Organik Lebih Murah.

Harga pupuk organik di pasaran biasanya lebih murah dibandingkan

dengan harga pupuk anorganik. Karena itu, penggunaan pupuk organik

bisa menekan biaya yang dikeluarkan para petani tetapi bisa meningkatkan

hasil panennya (Parnata, 2004).

h. Meningkatkan Kualitas Produksi.

Pada berbagai jenis tanaman, pupuk organik dapat meningkatkan kualitas

hasil. Tanaman salak yang dipupuk menggunakna pupuk organik dapat

menghasilkan buah salak yang rasanya lebih manis. Selain itu, daya

fruitset atau presentase bunga yang berhasil menjadi buah lebih banyak.

Tanaman sayuran seperti wortel yang dipupuk menggunakan pupuk

organik akan memiliki rasa lebih enak dan segar. Selain itu, produksi

sayuran akan meningkat dan jika disimpan akan lebih tahan lama. Wortel

organik akan tahan disimpan selama 3- 4 minggu, sedangkan wortel non-

organik hanya tahan disimpan selama 1- 2 minggu. Kubis non- organik

hanya tahan beberapa hari, sedangkan kubis organik bisa tahan disimpan

sampai satu minggu. Selain tahan disimpan lebih lama, kubis organik lebih

berat (2 kg per buah).

Selada organik bisa tahan disimpan selama 7 hari, sedangkan selada non-

organnik hanya tahan disimpan selama 2 hari. Nasi yang diolah dari beras

organik bisa tahan selama 24 jam tanpa dimasukkan ke dalam alat

pemanas nasi elektrik. Sementara itu, nasi non- organik hanya tahan

disimpan selama 12 jam.

41

Kekurangan pupuk organik terutama berupa padatan adalah kuantitas

besar sehingga biaya pengangkutannya lebih mahal. Kecepatan

penyerapan unsur hara oleh tanaman lebih lama dibandingkan dengan

penyerapan unsur hara dari pupuk anorganik. Namun, pengangkutan

pupuk organik yang berbentuk cair lebih mudah dan kecepatan penyerapan

unsur hara oleh tanaman juga lebih mudah.

(Parnata, 2004).

42

BAB III.

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Magang Kerja ini dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2012

sampai dengan 3 Oktober 2012 di Kebun Pertanian Organik Green World

Farm, Malang, Provinsi Jawa Timur.

3.2 Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan Magang Kerja ini dilaksanakan dengan beberapa metode,

yaitu :

3.2.1 Melaksanakan semua aktivitas kegiatan yang berhubungan dengan

teknik budidaya dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman

pak choi.

3.2.2 Melakukan diskusi dan wawancara dengan pembimbing lapang

mengenai teknik budidaya dan pengendalian hama dan penyakit pada

tanaman pak choi.

3.2.3 Melakukan pengamatan dan mengumpulkan data hama dan penyakit

dan teknik pengendalian secara langsung di lapang. Terdapat dua jenis

data yang dikumpulkan, yaitu :

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam magang kerja adalah data

primer dan data sekunder. Data primer berupa data- data yang diperoleh dari

pengamatan langsung di lapang, yaitu pengamatan budidaya tanaman yang

dilakukan kebun Green World Farm Malang yang meliputi pembibitan,

pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, perawatan, pengendalian hama

dan penyakit, pengamatan terhadap gejala dan kemudian mengidentifikasi

akibat serangan hama dan penyakit tanaman pak choi.

Pengumpulan data sekunder sebagai data pelengkap, yaitu dengan

melakukana telaah kepustakaan dengan membaca dan mempelajari beberapa

43

teori (buku) dan dari hasil- hasil penelitian (jurnal, buletin, atau laporan hasil

penelitian) yang berkaitan dengan materi Magang Kerja yang dilakukan.

3.3 Metode Pengamatan Hama dan Penyakit

Pengamatan serangga hama dilakukan pada tanaman yang terserang

oleh hama. Pengambilan contoh serangan hama, yaitu dilakukan dengan

mengambil langsung serangga hama yang menyerang tanaman, kemudian

memasukkannya ke dalam kantong plastik untuk kemudian dilakukan

identifikasi, mencocokkannya dengan sumber kajian yang mendukung.

Pengamatan penyakit dilakukan pada tanaman yang diduga terserang

oleh patogen penyebab penyakit tanaman. Pengamatan dilakukan dengan

melihat gejala yang terlihat pada tanaman yang terserang. Gejala penyakit

yang telah ditemukan akan dilakukan identifikasi. Identifikasi penyakit

berdasarkan telaah pustaka dengan sumber kajian yang mendukung.

44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Green World Farm Malang

4.1.1 Sejarah Singkat Kelompok Tani

Perkumpulan Kelompok Tani (PKT) Green World Farm didirikan pada

tahun 2011. Bidang organik pilih karena bidang organik merupakan bidang

ecoprenuership yang memiliki nilai- nilai hidup yang tinggi baik bagi diri

sendiri, bagi orang lain, mahluk hidup dan lingkungan.

Visi bisnis organik ditujukan pada bidang jasa dan produk yang punya

relevansi dengan organik dengan nilai tinggi namun tetap mengedepankan

kepedulian terhadap lingkungan. PKT. GWF memproduksi sayuran organik

yang dipasarkan secara komersil. Pertanian organik merupakan paduan antara

tradisi, inovasi dan ilmu pengetahuan. Penggunaan teknologi haruslah

melalui pengkaajian terlebih dahulu, sehingga tidak merusak lingkungan

terutama untuk generasi yang akan datang. Prinsip pertanian organik dengan

sendirinya akan menghasilkan produk organik yang benar, sehat dan bermutu

tinggi, sehingga aspek bisnis akan dengan mudah mengikuti.

Tiga kebun organik PKT. GWF adalah sebagai berikut :

1. Desa Sidorahayu – Niwen, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

2. Desa Suwaru, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.

3. Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Perencanaan dilakukan menyeluruh dari perlakuan lahan, infrastruktur,

jenis komoditas, manajemen lahan atau tanaman atau hama, kemasan dan

branding hingga pemasaran, semuanya kami lakukan secara otodidak dan

fokus. Terdapat perubahan dilakukan baik yang bersifat minor maupun mayor

selama 1 tahun pertama hingga PKT. GWF mendapatkan pola yang cocok

dalam menerapkan proses organik dengan referensi prinsip pertanian organik

dan sesuai komitmen kami. Fokus, baik dalam mempelajari ilmu dan teori

maupun penerapan di lapangan merupakan pengalaman yang sangat berharga

bagi PKT. GWF.

45

4.1.2 Visi, Misi, dan Komitmen Kelompok Tani

a. Visi:

Terwujudnya masyarakat yang peduli kesehatan dan lingkungan

yang merupakan gaya hidup masa datang

Terwujudnya lingkungan sehat dengan mengembalikan kesehatan

dan kesuburan tanah sehingga tercipta ekosistem yang

berkesinambungan.

b. Misi :

Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pengertian

organik dan pentingnya pendekatan organik bagi kesehatan keluarga

dan lingkungan.

Menerapkan prinsip pertanian organik semaksimal mungkin untuk

mendapatkan produk organik dan turunannya yang sehat dan

berkualitas.

Mendukung program pemerintah GO ORGANIK.

c. Komitmen :

Menerapkan prinsip pertanian organik yang jujur terutama

menghindarkan sama sekali penggunaan bahan berbahaya seperti

pupuk kimia dan pestisida kimia.Sehingga dapat melestarikan

kembali lingkungan agar tercipta ekosistem alami yang sehat dan

berkesinambungan.

Gambar 11. Logo PKT. Green World Farm

46

4.1.3 Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PKT “ GREEN WORLD FARM”

Gambar 12. Struktur Organisasi Kelompok Tani

Keterangan:

Ketua : Ronald O Soesangobeng

Sekretaris : Suryo Matheus

Bendahara : Samad

Anggota : Ronald O S; Suryo M; Samad; Rosalia; Ratih; Lik Ana;

Sugiono; Rommy; dan Sutomo

4.2 Budidaya Tanaman Pak Choi

4.2.1 Pengelolahan Lahan

Gambar 13. Pengolahan lahan. Pembuatan bedengan (kiri) dan

penebaran pupuk kandang sapi (kanan)

Pemilihan lokasi yang djadikan sebagai lahan budidaya memiliki syarat,

yaitu letak yang strategis, yakni pengairan terjangkau, tanahnya subur, ringan

dan gembur, keadaan sekelilingnya terbuka (mendapat sinar matahari), dan

KETUA

BENDAHARA SEKRETARIS

ANGGOTA / PETANI

47

bukan daerah basis wabah penyakit berbahaya seperti Club root (akar

bengkak).

Lahan untuk kebun Pak Choi yaitu pada lahan sawah dan lahan kering

(tegalan). Pengolahan lahan yang intensif pada lahan sawah akan

menyebabkan tanah berbongkah- bongkah, keras (padat), dan menjadi

kering, sedangkan pada lahan kering, dilakukan secara intensif. Menurut

Rukmana (1994), tujuan pengolahan lahan adalah untuk mematikan gulma,

memperbaiki draenase dan aerasi tanah, memperoleh struktur tanah yang

gembur, dan menciptakan media pertumbuhan tanaman yang baik.

Pengolahan lahan dilakukan satu minggu sebelum tanam. Cara

pengolahan lahan adalah sebagai berikut :

(1) Membersihkan lahan dari gulma atau pepohonan serta akar- akar

tanaman.

(2) Mengolah tanah dengan alat bantu cangkul dan garu sdalam 30- 35 cm

hingga tanah menjadi gembur.

(3) Membuat bedengan selebar 1,0- 1,5 meter dengan tingginya 20- 30 cm,

serta parit antar bedengan 20- 30 cm dilengkapi parit keliling kebun

selebar 40- 60 cm dan dalamnya 30 -40 cm.

(4) Menambahkan pupuk kandang sapi sebanyak 3 ember yang disebar dan

dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas.

4.2.2 Penanaman Tanaman

Waktu penanaman benih Pak Choi tergantung pada lokasi lahan. Pada

tanah (tegalan), waktu tanam yang baik adalah awal sampai akhir musim

hujan, yakni ketika masih tersedia air yang diperlukan untuk pertumbuhan

tanaman. Adapun waktu tnaman di lahan sawah yang baik adalah pada musim

kemarau. Penanaman Pak Choi dilakukan pada bulan September. Menurut

Rukmana (1994) waktu tanam yang paling baik untuk menanam Pak Choi

adalah pada akhir musim hujan (Maret) atau pada awal musim hujan

(Oktober). Meskipun demikian, dapat pula ditanam pada musim kemarau,

asalkan keadaan airnya mencukupi.

48

Cara dan tahapan penanaman benih Pak Choi dilakukan sebagai berikut :

(1) Merendam benih Pak Choi dalam larutan air kelapa dan air cucian beras

selama 10 menit. Larutan air kelapa dan cucian air beras adalah sebagai

zat pengatur tumbuh yang diberikan dari luar. Larutan tersebut

mengandung hormon auksin yang berfungsi untuk mempercepat

perkecambahan.

(2) Membuat jarak tanam pada bedengan dengan menggunakan alat bantu

jarak tanam. Jarak tanam adalah lebar 20 cm x panjang 35 cm.

(3) Menanam satu benih Pak Choi ke dalam setiap lubang tanam.

(4) Waktu tanam sebaiknya pagi hari atau sore hari untuk menghindari suhu

udara (temperatur) dan penguapan air yang terlalu tinggi.

(5) Selesai penanaman, taburi bedengan dengan menggunakan pupuk

kandang sapi. Kemudian segera diairi (disiram) hingga cukup basah

(lembab).

Gambar 14. Benih Pak Choi yang direndam dengan larutan ZPT (kiri) dan

penanaman benih Pak Choi.

Gambar 15. Penaburan pupuk kandang pada lubang tanam yang telah

diberi benih (kiri) dan penyiraman (kanan)

49

4.2.3 Perawatan Tanaman

Penyiraman (Pengairan). Penyiraman (pengairan) secara rutin 1- 2

kali sehari karena keadaan tanah yang cepat kering dan di musim kemarau.

Penyiraman dilakukan pagi hari dan sore hari, menggunakan alat bantu

gembor (emrat), atau pun selang.

Sumber air yang digunakan pada pertanian organik harus bebas dari

zat anorganik, baik itu pupuk maupun pestisida, sehingga petani organik

harus berhati- hati dan memilih sumber air yang akan dialirkan ke pekarangan

dan sawahnya. Pada pekarangan sumber air yang digunakan adalah air yang

berasal dari PDAM, sedangkan air pada lahan sawah adalah air yang berasal

dari sungai. Air yang berasal dari sungai sebelum masuk ke dalam lahan

sawah petani organik, akan melewati lahan sawah atau tempat lainnya yang

memungkin air tersebut tercemar oleh zat anorganik. Oleh karena itu petani

organik harus memiliki strategi (cara) untuk mengembalikan agar air tersebut

tidak mengandung zat anorganik.

Air yang mengalir dari sungai yang akan masuk ke lahan sawah

ditampung terlebih dahulu ke dalam dua kolam ikan lele dan nila. Tujuan dari

menampung air tersebut adalah untuk menyaring air dari zat kimia, yaitu

dengan didiamkan dan diberi tanaman eceng gondok dan kayu apuh. Eceng

gondok merupakan indikator lingkungan (kebersihan air). Semakin baik

perkembangan eceng gondok menandakan semakin banyak kandungan logam

di air tersebut. Eceng gondok dan kayu apu merupakan tumbuhan akuatik

yang dapat menyerap air dan unsur yang terdapat di dalamnya, sehingga

dapat dijadikan sebagai bioindikator lingkungan (Efendi, 2003). Dua

tumbuhan tersebut merupakan gulma air yang umumnya hidup di daerah

tropik. Pemberian eceng gondok ke kolam berfungsi untuk menyerap polutan

yang terkandung dalam air. Tumbuhan ini dapat berkembang dengan cepat

sehingga dalam waktu yang singkat dapat menutupi permukaan perairan.

Dengan jumlahnya yang sangat banyak mengindikasikan bahwa pada

perairan tersebut banyak mengandung logam berat, terutama logam Chrome

(Cr) yang berbahaya. Semakin banyak jumlah eceng gondok dan kayu apu

50

pada suatu perairan berarti bahwa di perairan tersebut banyak mengandung

logam.

Gambar 16. Kolam yang dijadikan sumber pengairan pada lahan sawah

Penyiangan (Pendangiran). Cara penyiangan yang dilakukan adalah

dengan mencabut gulma (rumput liar) dengan alat bantu tangan, parang,

cangkul sambil menggemburkan tanah di sekeliling tajuk tanaman sekaligus

membersihkan rumput liar dalam parit. Menurut Rukmana (1994), waktu

penyiangan biasanya pada umur dua dan empat minggu setelah tanam.

Gambar 17. Penyiraman (kiri) dan penyiangan gulma (kanan)

4.2.4 Hama dan Penyakit yang ditemukan di kebun

a. Hama Tanaman Pak Choi

(1) Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Ulat tanah memiliki ciri- ciri bewarna hitam atau hitam keabu-abuan.

Tubuhnya terdiri dari beberapa segmen. Aktif merusak tanaman pada

malam hari. Lamanya daur hidup hama ini 6- 8 minggu.

51

Gambar 18. Ulat tanah

Ulat tanah menyerang tanaman Pak Choi ketika tanaman berumur 3

minggu setelah tanam (hst). Ulat tanah merugikan karena memotong pangkal

tanaman Pak Choi. Menurut Rukmana (1994) Gejala serangan ulat tanah,

yaitu tanaman atau tangkai daun menjadi rebah karena dipotong pada

pangkalnya.

Dalam ilmu taksonomi, ulat tanah berada dalam Kingdom : animalia;

Filum : arthropoda; Kelas : insecta; Ordo: lepidoptera; Famili : noctuidae;

Genus : Agrotis; dan Spesies: Agrotis ipsilon.

Menurut Rukmana (1994), pengendalian hama ini dapat dilakukan secara

non- kimiawi ataupun kimiawi. Pengendalian cara non- kimiawi adalah

dengan mengumpulkan ulat tanah dan membunuhnya langsung, serta

menjaga kebersihan kebun dari rumput liar ataupun sisa- sisa tanman agar

tidak menjadi sarang hama tersebut. Pegendalian kimiawi dengan

menggunakan pestisida yang efektif (mangkus), antara lain insektisida yang

mengandung bahan aktif Triklorfon.

(2) Ulat Plutella (Plutella xylostella)

Gambar 19. Plutella xylostella

52

Ciri- ciri dari plutella ada ulat bewarna hijau dan memiliki beberapa

segmen. Gejala serangannya yaitu menyebabkan daun berlubang- lubang

kecil dan jika serangan berat tinggal tulang- tulang daunnya saja. Menurut

Rukmana (1994), tanaman inang utama hama Plutella adalah tanaman kubis-

kubisan seperti petsai, Pak Choi, kubis- krop, kubis bunga, brokoli, dll.

Dalam taksonomi hewan ulat plutela berada pada Kingdom : animalia; Filum

: arthropoda; Kelas :insecta; Ordo : lepidoptera; Famili : plutellidae; Genus :

plutella; dan Spesies : Plutella xylostella L.

Pengendalian non-kimiawi terhadap hama ini dapat dilakukan secara

kultur teknik (pergiliran tanaman yang bukan sefamili Cruciferae);

pengendalian hayati (biologi) dengan melepaskan predator atau parasitoid

seperti Diadegma eucerophaga, Cotesia plutella dan Diadegma semiclausum,

pada saat telah diketahui ambang kendali hama tersebut. Pengendalian

kimiawi menggunakan insektisida selektif (insektisida mikroba) (Rukmana,

1994).

(3) Kutu Daun Hijau (Myzus persicae)

Ciri- ciri dari kutu daun hijau adalah memiliki tubuhn yang lunak,

berbentuk seperti buah per, pergerakan rendah dan biasanya hidup secara

berkoloni (bererombol).

Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap

cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung.

Gambar 20. Myzus persicae

Kutu menghasilkan embun madu yang melapisi

permukaan daun sehingga

merangsang jamur tumbuh (embun jelaga). Kutu daun hijau juga

53

mengeluarkan toksin melalui air ludahnya sehingga timbul

gejala kerdil, deformasi dan terbentuk puru pada helaian daun. Di antara

kutu daun yang menyerang tanaman jeruk, kutu daun coklat dan hitam

merupakan yang terpenting karena menularkan virus penyebab penyakit

Tristeza. Dalam taksonomi hewan, kutu daun hijau berada pada Kingdom :

animalia; Filum : artropoda; Kelas : insecta; Ordo : homoptera; Famili:

aphididae; Genus: myzus; dan Spesies: Myzus persicae (Anonymous,

2012a)

(4) Memreng

Gambar 21. Hama memreng (kiri) dan serangan hama memreng (kanan)

Ciri- ciri dari memreng adalah bewarna hitam metalik, memiliki

sepasang antena, dan memiliki tipe mulut menggigit mengunyah. Serangan

dari memreng ini akan menyebabkan daun berlubang.

4.2.5 Panen Tanaman

Pak Choi sudah siap dipanen apabila umurnya cukup tua, ukuran krop

atau pembentukan daunnya telah maksimal (Rukmana, 1994). Pemanenan

dilakukan ketika tanaman berumur 2 bulan. Cara panen Pak Choi adalah

mencabut semuruh bagian tanaman atau memotong bagian batang di atas

tanah.

54

Gambar 22. Pak Choi siap panen (kiri) dan pemanenan Pak Choi (kanan)

2.4.7 Penanganan Pasca Panen

Pak Choi termasuk sayuran daun yang mudah busuk dan cepat rusak.

Untuk mempertahankan kesegaran dan kualitas tanaman Pak Choi yang telah

dipanen diperlukan penanganan pascapanen yang baik.

Tata cara dan tahapan penanganan pascapanen Pak Choi adalah :

Pembersihan luar. Setelah krop Pak Choi dipanen segera dikumpulkan

di suatu tempat penampungan yang kondisi sekelilingnya teduh. Daun – daun

luar (daun tua) sebagian dibuang, dan hanya beberapa helai saja yang

disertakan dengan krop.

Sortasi dan pengkelasan. Krop yang telah dibersihkan dari daun- daun

luar dapat segera dipisah- pisahkan antara krop abnormal, busuk, atau rusak

dengan krop yang mulus. Bersamaan dengan kegiatan sortasi dilakukan pula

pengkelasan (klasifikasi) berdasarkan bentuk atau berat krop ataupun dengan

kriteria lain sesuai dengan permintaan pasar.

Pencucian dan penirisan. Krop Pak Choi dicuci bersih dalam air yang

mengalir. Krop Pak Choi yang telah bersih segera ditiriskan di tempat

(ruangan) yang teduh dan dingin.

55

Gambar 23. Pencucian Pak Choi yang telah dipanen (kiri) dan Pak Choi

yang siap dikemas (kanan)

Pengemasan. Krop Pak Choi dikemas secara sederhana, yaitu dengan

disusun dua tingkatan dengan posisi ujung krop bersentuhan di tengah-

tengah, lalu diikat dengan tali bambu atau tali rapia.

Penyimpanan sementara. Di tempat penampungan ataupun di pasar-

pasar dan tempat penjualan lainnya, krop Pak Choi sebaiknya disimpan di

ruangan dingin yang suhu udaranya 0°- 5° C dan kelembaban anata 70% - 90

% (colld storage); sehingga dapat tahan segar sekitar 10- 14 hari. Di ruang

terbuka (suhu kamar) tingkat kesegarannya hanya tahan sekitar 3- 5 hari

(Rukmana, 1994).

4.3 Pengolahan

4.3.1 Pengelolaan Nutrisi/ Hara Tanaman secara Organik

Produktivitas lahan dapat ditingkatkan hanya melalui pengelolaan lahan,

tanah, dan tanaman secara terpadu. Terdapat bermacam- macam cara untuk

membangun kesuburan tanah yang secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Menurut Sutanto (2000),

dalam pertanian konvensional penggunaan pupuk kimia merupakan praktek

pengelolaan yang cukup dominan. Untuk mengembangkangkan pertanian

berkelanjutan, maka diperlukan keseimbangan pengeliolaan yang lebih baik.

Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan hara tanaman adalah

mempertahankan produktivitas tanaman secara berkelanjutan untuk memenuhi

56

kebutuhan pangan dan bahan dasar lainnya, dan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya lahan dan air. Pada tahun 1997, Sutanto menyebutkan bahwa

intensifikasi pertanian apapun bentuknya selalu menyebabkan terjadinya

kehilangan unsur hara dari tanah maupun dari lingkungan usaha tani.

Akibatnya, apabila sistem usaha tani akan dilestarikan maka hara yang hilang

harus digantikan menggunakan hara yang tersedia.

Membangun Kesuburan Tanah

Hara tanaman secara alami dijumpai di dalam tanah kemungkinan besar

diendapkan dari udara atau air, atau hasil fiksasi nitrogen dan hasil pelapukan

mineral yang banyak dijumpai di dalam tanah. Tumbuhan menyerap sebagian

unsur hara yang ada dalam tanah, sebagian lagi secara geografi disebarkan

melalui air limpasan, sebagian hilang melalui volatilisasi, fiksasi dan

pelindian. Petani secara tidak langsung memanen pasokan hara untuk

digunakan tanaman dan mengatur kembali distribusinya berdasar ruang dan

waktu.

Praktek yag dilakukan dengan memberokan tanah lahan dalam waktu pendek

merupakan cara untuk meningkatkan pasokan hara untuk tanaman berikutnya.

Akan tetapi pemberoan tanahdalam waktu singkat hanya akan memasok hara

dalam jumlah relatif sedikit dari pada pemberoan dalam waktu yang cukup

panjang (5-6 tahun) (Sutanto, 2002).

Berikut sistem usaha tani yang dilakukan untuk meningkatkan hara melalui

beberapa cara :

(1) Menggembalakan ternak. Kotoran ternak dikumpulkan dan didiamkan

sampai matang serta dilindungi dari terik matahari secara langsung,

kemudian diaplikasikan di lahan pertanian.

(2) Residu tanaman dikumpulkan dan diproses melalui proses pengomposan,

kemudian diaplikasikan di lahan pertanian.

Menyiapkan Pupuk Kandang

Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu

memperbaiki struktur tanah yang awalnya padat menjadi gembur dan

menyediakan ruang dalam tanah untuk air dan tanah. Ruang yang berisi udara

57

dalam tanah akan merangsang tumbuhnya bakteri aerob pada akar. Air yang

tersedia akan diserap tanaman. Tanah yang gembur juga akan mudah diolah

sehingga dapat mengurangi biaya pengolahan.

Pemakaian pupuk organik di tanah yang mudah lepas seperti tanah

berpasir sangat baik. Butiran tanah akan diikat oleh bahan organik sehingga

tidak cepat hancur dan lebih padat. Tanah yang berpasir yang telah diberi

pupuk organik lebih menunjang pertumbuhan tanaman. Menurut Parnata

(2004), Pemakaian pupuk organik bermanfaat untuk mengurangi erosi

permukaan tanah. Pupuk organik yang menutupi permukaan tanah akan

memperkuat struktur tanah di bagian permukaan, sehingga tidak mudah

terbawa aliran air.

Selain dapat memperbaiki sifat tanah, pupuk organik juga bermanfaat

untuk memperbaiki sifat kimia tanah. Sifat kimia tanah terutama terkait

dengan unsur hara yang terkandung dalam tanah. Selain itu pupuk organik

juga berguna untuk mempertahankan atau mencegah hilangnya unsur hara

dengan cepat. Unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) biasanya

mudah hilang oleh penguapan dan terbawa air perkolasi. Namun, dengan

adanya pupuk organik sehingga tidak mudah tercuci sehingga dapat tersedia

bagi tanaman. Selain itu, ada pupuk organik yang bisa mengubah unsur hara

yang sulit diserap tanaman menjadi unsur hara yang bisa diserap tanaman.

Karena itu, pemberian pupuk organik akan membantu tanaman menyerap

unsur hara dari tanah.

Pemberian pupuk organik juga dapat membantu memperbaiki keasaman

tanah. Pemberian kapur atau pupuk organik dapat meningkatkan pH tanah.

Pada tanah yang bersifat basa pemberian pupuk sulfat dan pupuk organik

akan menurunkan pH tanah. Keasaman tanah merupakan salah satu faktor

penting dalam pemupukan. Pemberian pupuk organik akan memperbaiki sifat

biologi tanah. Pemberian pupuk hijau, kompos, atau humus akan merangsang

pertumbuhan mikroorganisme dalam tanah. Mikroorganisme ini berguna bagi

tanaman untuk membantu mengikat unsur hara, baik dari tanah maupun

58

udara. Mikroorganisme juga membantu menggemburkan tanah sehingga

tanaman akan tumbuh lebih subur.

Bahan :

Kotoran ternak sapi yang sudah kering; arang sekam; tanah ; daun bambu

kering; EM; gula (tetes) 5 ml; dan larutan fermentasi kulit bawang merah,

bawang putih dan cabe dan air secukupnya. Perbandingan antara kotoran

sapi : arang sekam: tanah adalah 2 : 1 : 2.

Cara Pembuatan :

1. Melarutkan EM 4, larutan fermentasi kulit bawang merah, bawang putih

dan cabe dan gula ke dalam air dalam timba. Perbandingan antara EM 4,

gula, dan air adalah 1:1:10. (bisa ditambah dan dikurangi sesuaikan

kondisi kelembaban kotoran ternak).

2. Mencampurkan bahan yaitu kotoran ternak sapi yang sudah kering;

tanah; dan daun bambu kering.

3. Menyiram larutan EM 4 secara berlahan-lahan ke dalam adonan secara

merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan

dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, bila kepalan dilepas,

maka adonan akan mekar.

4. Adonan digundukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20

cm, kemudian ditutup dengan karung goni, selama 3-4 hari.

5. Pertahankan suhu gundukkan adonan 40-50° C. Jika suhu lebih dari

50°C, bukalah karung penutup dan gundukkan adonan dibalik-balik,

kemudian ditutup lagi dengan karung goni. Suhu yang tinggi dapat

mengakibatkan pupuk menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.

Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam.

6. Setelah 2 atau 3 minggu saat suhu sudah stabil dan warna pupuk organik

menjadi lebih gelap (coklat tua ataupun hitam) itu pertanda telah

terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk kandang organik.

59

Gambar 24. Penjemuran kotoran sapi (kiri) dan penggilingan tanah,

kotoran sapi, daun bambu (kanan)

Gambar 25. Larutan Kulit Bawang (kiri) dan bahan pupuk yang siap

dicampur (kanan)

Gambar 26. Pencampuran bahan pupuk kandang (kiri) dan pupuk kandang

siap pakai (kanan)

4.3.2 Pengendalian Hama dan Penyakit secara Alami dan Pemanfaatan

Pestisida Organik di Lahan

Kunci tanah yang sehat menghasilkan tanaman yang bebas hama.

Penyiapan tanah yang baik harus dapat menghasilkan keadaan ini. Hal ini

merupakan unsur utama strategis pengendalian hama. Varietas lokal yang

sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat harus dikembangkan karena

relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Menurut Sutanto (2002), pertanaman

60

campuran meruapakan salah satu usaha mengendalikan terjadinya ledakan

hama. Aroma tertentu dati tanaman liar atau budidaya, seperti bawang merah,

bawang putih, dll., berfungsi sebagai pengusir serangga pengganggu tanaman.

Apabila hama masih bertahan, maka dapat dibuat resep lain dengan

memanfaatkan bahan- bahan yang tersedia di pekarangan.

a. Pengendalian Hama dan Penyakit secara Alami

Penggunaan insektisida yang berlebihan akan merusak keseimbangan

alam. Serangga yang bermanfaat terbasmi bersama- sama dengan serangga

pengganggu. Tetapi serangga pengganggu lebih tahan daripada serangga

bermanfaat. Hasilnya makin besar kerusakan yang terjadi lebih banyak

serangga yang menjadi resisten. Hama dan penyakit tanaman dapat ditekan

dengan cara mempertahankan keseimbangan ekologi hal ini dapat dilaksanakan

dengan mendorong perkembangan musuh alami.

Tanaman yang kuat dan sehat serta kondiis lahan pertanian yang bersih

merupakan bentuk pemeliharaan yang bersifat pencegahan. Tanaman yang

pertumbuhannya sehat mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam

menekan serangan hama dan penyakit dari pada tanaman yang

pertumbuhannya kurang subur.

Menurut Parnata (2004), penggunaan pupuk organik tidak akan

menyebabkan tanaman kekurangan hara apabila diberikan dalam imbangan

yang baik. Hal ini karena pupuk organik mengandung hara yang bermacam-

macam, termasuk unsur hara makro dan mikro.

Penggunaan kompos dapat mencegah serangan ulat. Apabila bahan

organik (pupuk kandang) diberikan ke tanah dalam jumlah yang cukup

banyak, maka populasi ulat dapat ditekan. Hal ini kemungkinan karena

pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan mikroorganisme dalama tanah,

seperti jamur, bakteri serangga, dan nematoda yang merupakan musuh alam

ulat.

61

b. Pemanfaatan Pestisida Hayati, Pupuk Organik, dan Agen Hayati yang

dilakukan di Lahan

Penggunaan bahan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan sebagai

pestisida, atau yang lebih dikenal dengan pestisida hayati saat ini mulai banyak

diaplikasikan oleh para petani. Usaha penggunaan bahan nabati yang terbuat

dari bahan tumbuhan alami dapat dimulai dari bahan tumbuhan yang sudah

dikemal dengan baik, misal bahan ramuan tumbuhan obat (jamu empon-

emponan), bahan yang diketahui mengandung racun (gadung, ubi kayu tahun

pocung, jenu, dll.), bahan tumbuhan berkemampuan spesifik (misalkan

mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai hewan/ serangga

seperti awar- awar, rawe, senthe, dll.), atau berdasarkan pengalaman diketahui

mempunyai kemampuan khusus terhadap hama/ penyakit (biji srikaya biji

sirsat, biji mindi, daun nimba dll.). Selanjutnya, tingkat penggunaannya juga

dapat diatur sesuai dengan kebutuhan demikian juga jenis tanaman yang

hendak dilindungi. Menurut Sutanto (2002), usaha pengendalian dengan bahan-

bahan nabati seperti ini aman terhadap lingkungan, karena bahan- bahan

tersebut tidak bersifat asing bagi lingkungan dan cepat terurai menjadi bahan

yang tidak berbahaya.

(1) Pestida Nabati Kulit Bawang dan Cabe

Kulit bawang merah, kulit bawang putih, cabai kering, tetes dan air

secukupnya difermentasikan selama satu minggu. Kemudian, hasil

fermentasi tersebut disaring dan dapat diaplikasikan. Aplikasi dilakukan

ketika penanaman dan rutin 1 minggu sekali. Dalam cabai diketahui

terkandung senyawa capsaicin, ascorbic flavonoida, saponin, dan tanin

yang dapat mengendalikan ulat dan serangga. Kandungan kimia kulit

bawang putih terdiri dari tanin, minyak atsiri, dialilsulfida, aliin, alisin,

dan enzim alinase, sedangkan bawang merah saponin , flavonglikosida,

minyak atsiri, sikloaliin, floroglusin. Kulit bawang putih dan merah dapat

berfungsi mengendalikan trips, aphid, dan wereng (Anonim, 2012a).

62

Aroma yang kurang sedap dari kandungan minyak atsiri menyebabkan

serangga enggan mendekati tanaman budidaya yang sudah diaplikasikan

pestisida ini.

Gambar 27. Pestisida nabati kulit bawang dan cabai

(2) Pestisida Nabati Gadung

Potong dadu gadung sebanyak 1 kg kemudian campur dengan tetes 500

ml dan air sebanyak 10 liter, kemudian fermentasikan selama 2 minggu.

Aplikasi dilakukan rutin 2 minggu sekali. Gadung mengandung dioskorin

salah satu alkaloid yang bersifat racun bagi serangga, ulat, cacing

(nematoda) bahkan juga tikus (Anonim, 2012b).

Kandungan kimia umbi gadung yang berpotensi menimbulkan gangguan

metabolisme (anti makan, keracunan, bahkan manusiapun bisa

mengalami ini), yaitu jenis racun dioscorin (racun penyebab kejang),

diosgenin (antifertilitas) dan dioscin yang dapat menyebabkan gangguan

syaraf, sehingga apabila memakannya akan terasa pusing dan muntah-

muntah. Setelah itu, hama akan berkurang nafsu makannya, dan dari

berkurangnya nafsu makan tersebut, hama akan mati secara perlahan

karena tidak mendapatkan asupan gizi. Selain itu, umbi gadung

(Dioscorea composita) juga mengandung saponin, amilum, CaC2O4,

antidotum, besi, kalsium, lemak, garam fosfat, protein, dan

vitamin. Komponen yang merugikan pada gadung yaitu zat beracun

berupa asam sianida (HCN), yang merupakan bahan aktif dalam

pengendalian tikus.

3. Pupuk Organik Chitosan Super BioVit

63

Chitosan Super BioVit adalah pupuk organik cair berbahan aktif.

Chitosan terbuat dari cangkang kepiting, kulit udang dan tulang cumi-

cumi yang bebas dari polusi dan pencemaran, yang berkualitas tinggi

hasil penerapan bioteknologi modern berstandar internasional.

Mekanisme chitosan super biovit yaitu sebagai aktifator, regulator,

stimulator; memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah;

memobilisasi dan meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara; dan

meningkatkan laju fotosintesis. Chitosan mengandung unsur hara

esensial dan senyawa dioaktif serta unsur pendukung lainnya seperti:C

Organik, Fe, Mn, Cu, Zn, B, CO, dan Mo (Anonim, 2012c).

Terdapat beberapa keunggulan dari penggunaan pupuk organik cair

Chitosan diantaranya mampu menekan biaya produksi dan memperkecil

penggunaan pupuk kimia; berfungsi sebagai Biopestisida alami (

melindungi tanaman dari serangan jamur dan bakteri); meningkatkan

daya simpan produk pertanian setelah panen; meningkatkan kualitas dan

kesehatan tanah; dan aplikasi praktis dan ramah lingkungan. Dari

penggunaan penggunaan pupuk organik cair Chitosan, dapat memacu

dan mempercepat pertumbuhan akar, anakan , daun (masa vegetatif).

Selain itu dapat memacu dan mempercepat pembungaan, pembuahan dan

pengumbian (masa generatif).

Gambar 28. Pupuk Organik Chitosan

4. Agen Hayati

64

Gambar 29. Agen hayati Verticillium lecunii

Pengaplikasian agen hayati yang digunakan adalah Verticillium lecunii.

Verticillium lecunii adalah cendawan entomopatogen yang mampu

memparasitasi hama seperti wereng coklat, walang sangit, kutu putih,

trips aphid ulat, tungau dan kutu sisik. Pengaplikasiannya yaitu dengan

menyemprotkan dengan sprayer dengan komposisi 7,5- 10 ml per liter air

pada waktu sore hari. Menurut Prayogo (2004), V. Lecunii dapat

digunakan untuk mengendalikan hama penghisap polong kedelai

terutama kepik coklat. Lebih lanjut Prayoga juga menjelaskan bahwa V.

Lecunii mampu menginfeksi semua stadia perkembangan kepik coklat

baik stadia nimfa, imago, maupun telur.

Jamur Entomopatogen adalah jamur yang mampu menginfeksi serangga

dengan cara masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran

pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum jamur yang

menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan

berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus

kulit tubuh. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi

dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur akan berkembang dalam

tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga

mati. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang, tumbuh menutupi

tubuh inang dan memproduksi konidia. Namun apabila keadaan yang

kurang menguntungkan perkembangan jamur hanya berlangsung di

dalam tubuh inang (Anonim, 2012d).

Efektivitas bahan- bahan alami tersebut tergantung pada bahan aktif

atau daya racun yang terkandung. Bahkan satu jenis tumbuhan sama

65

tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan pengaruh

yang berbeda. Sifat bioaktif dan daya racun suatu jenis tumbuhan

tergantung pada saat penggunaannya, faktor lingkungan juga banyak

berpengaruh (Sutanto, 2002).

Gambar 30. Penyemprotan pestisida hayati

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perkumpulan Kelompok Tani (PKT) Green World Farm didirikan pada

tahun 2011. Bidang organik pilih karena bidang organik merupakan bidang

ecoprenuership yang memiliki nilai- nilai hidup yang tinggi baik bagi diri

sendiri, bagi orang lain, mahluk hidup dan lingkungan.

Kebutuhan Pak Choi segar sebagai bahan sayuran semakin hari semakin

meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan Pak Choi tersebut diperlukan

pembudidayaan yang baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan

produksinya banyak. Kegiatan yang dilakukan dalam proses budidaya

tanaman Pak Choi meliputi pengolahan lahan, penanaman, perawatan

tanaman (penyiraman dan penyiangan), pengamatan hama dan penyakit

tanaman, dan panen. Pada pelaksanaan magang kerja, hama yang ditemukan

adalah ulat tanah, ulat plutella, kutu daun hijau, dan memreng. Pengendalian

yang dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit adalah dengan

pengelolaan hara tanaman secara organik. Pengendalian hama dan penyakit

secara alami dapat melaui pemanfaatan pestisida hayati dan agen hayati.

Pestida alami kulit bawang dan cabe; gadung; pestisida agen hayati Chitosan

dan entomopatogenVerticillium lecunii.

.

5.2 Saran

Keberhasilan penerapan sistem pertanian organik dipengaruhi salah

satunya oleh pelaksanaan budidaya yang benar. Setelah melakukan

pengamatan di lapang, hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian paranet

di sekeliling lahan, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi kemungkinan

adanya hama yang masuk ke dalam lahan budidaya.

67

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012a. Kandungan Kulit Bawang dikutip dari, http://data-

smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-manfaat-bawang-merah-

allium.html, diakses tanggal 23 November 2012.

Anonim. 2012b. Kandungan Pestisida Gadung dikutip dari,

http://www.gerbangpertanian.com/2012/04/gadung-sebagai-insektisida-

nabati.html diakses tanggal 23 November 2012.

Anonim. 2012c. Chitosan Super BioVit,, dikutip dari

http://pupukchitosan.wordpress.com/about/, diakses tanggal 23

November 2012.

Anonim. 2012d. Pestisida Hayati, dikutip dari http://goorganic-

2010.blogspot.com/2009/12/pestisida-hayati.html, diakses tanggal 23

November 2012.

Effendi. 2003. Kualitas Air Sumber Daya Perairan. Kanusius. Yogyakarta.

Elsevier. 1081. Agricultural Compendium. Elsevier Science. Netherlands.

Publishing Company.

Isroi. 1998. Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pupuk

Kimia.http://isroi.wordpress.com/pupuk-organik-pupuk-hayati-dan-

pupuk-kimia/, diakses tanggal 20 Juli 2012.

Lingga, P dan Mrsono. 007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Jakarta.

Penebar Swadaya.

Parnata, S, Ayub. 2004. Pupuk Organik Cair. Jakarta. AgroMedia Pustaka.

Prayogo, Y., T. Sutanto, dan Widodo. 2004. Keefektifan Cendawan

Entomopatogen V. Lecunii dalam Mengendalikan Hama Penghisap

Polong Kedelai Riptorthus linearis (F.) (Hemiptera : Alydae) dan

Dampaknya terhadap Predator Oxyoes javanus Thorell: Jurnal

Penelitian Pertanian 24(2):53-60

Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Petsai dan Pak Choi. Yogyakarta. Kasinius.

68

Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta. Kanisius.

Syekhfani. 2003. Peran bahan organik dalam menunjang pertanian

berkelanjutan. Disajikan dalam Wirausaha Agroforestry Gaharu dalam

Rangka Pemberdayaan Masyarakat, 28 Juni 2003, di Fakultas Pertanian

Universitas Mataram. Staf dosen Fakultas Pertanian Universitas

Brawijaya Malang.

Tindall HD. 1983. Vegetable in The Tropics. Hampshire. Macmilan Education

Ltd.

69

Lampiran 1.

Kandungan dan komposisi gizi pak choi tiap 100 gram bahan segar

Kandungan dan Komposisi gizi Pak Choi

1) 2)

Energi (Kal..) 15.0 23.0

Protein (gr) 1.8 23.0

Lemak (gr) 0.2 1.8

Karbohidrat (gr) 2.5 0.3

Serat (gr) 0.6 -

Abu (gr) 0.8 -

Fosfor (gr) 31.0 39.0

Zat Besi (mg) 7.5 6.9

Natrium (mg) 22.0 -

Kalium (mg) 225.0 179.0

Vitamin A (S.I) 1.555.0 3.995.0

Thiamine (mg) 0.1 0.1

Riboflavin (mg) 0.1 -

Niacin (mg) 0.8 -

Vitamin C (mg) 66.0 75.0

Air (gr) - 92.4

Kalsium (gr) 102.0 179.0

Sumber :

1) Direktorat Gizi Dep. Kes. RI (1981)

2) Food and Nutrition Research Center. Hand Book No. 1 Manila (1964)

1

Lampiran 2. Laporan Kegiatan Harian Magang Kerja

Laporan Kegiatan Harian Magang Kerja

Redha Qadiani Ariyono 0910480136. Studi Budidaya dan Inventarisasi Hama

dan Penyakit pada Tanaman Sawi Daging (Brassica juncea l.) dengan Sistem

Pertanian Organik di Kelompok Tani Green World Farm Malang. Di bawah

Bimbingan Bapak Dr.Ir. Syamsuddin Djauhari, MS. dan Ronaldo O.

Soesangobeng, SE.

No. Hari & Tanggal Kegiatan

1. 3 Agustus 2012 Pengenalan lahan dan lingkungan. Terdapat dua

lahan, yaitu lahan pekarangan dan lahan sawah.

Komoditas kedua lahan tersebut adalah tanaman

sayuran, yaitu kangkung, bayam merah, bayam hijau,

okra, kailan, selada keriting, dan tomat ceri.

Pekarangan

Pengolahan bedengan untuk tanaman bayam.

Pengolahan lahan dilakukan dengan cara membalik

tanah menggunakan cangkul dan garu, kemudian

ditaburi dengan pupuk kandang sapi, setelah itu

dibentuk menjadi bedengan dan disiram.

Setelah bedengan siap, dilakukan penanaman.

Sebelum benih ditanam, benih direndam dengan

campuran air leri (air cucian beras) dan air kelapa.

Perendaman ini dilakukan untuk memacu proses

imbibisi benih, selain itu air leri dan air kelapa

banyak mengandung auksin yang banyak

mempengaruhi proses perkecambahan. Setelah

direndam, benih ditiriskan dan dicampur dengan

pupuk kandang sapi halus. Penanaman benih bayam

dilakukan dengan cara disebar secara merata di

permukaan bedengan.

Setelah penanaman, penyiraman pupuk cair

sekaligus perstisida organik cair, yaitu campuran kulit

bawang merah, kulit bawang putih, tetes, dan air yang

sebelumnya sudah mengalami proses fermentasi

terlebih dahulu. Pemberian pupuk cair sekaligus

perstisida organik cair, bertujuan untuk mengusir

OPT, hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh

aroma pupuk yang tidak disukai oleh OPT.

Sawah

Pemanenan tanaman kangkung, bayam merah dan

bayam hijau. Setelah pemanenan dilakukan pencucian

2

(untuk kangkung tunas yang berada di sampingnya

dibuang) hasil panen sekaligus penyortiran untuk

pengiriman ke pengepul. Penyiangan gulma di

beberapa bedeng dilakukan untuk mengurangi

persaingan internal maupun eksternal antara tanaman

budidaya dengan gulma.

2. 4 Agustus 2012 Pekarangan

Penanaman bayam hijau dilakukan pada dua

bedeng. Cara penanaman sama dengan cara

penanaman pada tanggal 3 Agustus 2012.

Pembuatan pupuk kandang sapi organik.

Bahan yang dibutuhkan adalah kotoran sapi kering

yang sudah digiling, tanah kering yang sudah

digiling, arang sekam, tetes dan air dengan

perbandingan antara kotoran sapi kering yang sudah

digiling, tanah kering, arang sekam 1: 1: 1.

Menyiram semua bedengan dengan air, baik pada

pekarangan.

Membuat persemaian selada keriting sebanyak 2

polibag. Media yang digunakan untuk penyemaian

adalah campuran pupuk kandang, tanah, dan air yang

diratakan dan ditanami. Polybag pertama, penanaman

dilakukan membuat bedengan kecil rapi dengan satu

lubang tanam, satu benih. Sedangkan polybag kedua,

penanaman dilakukan disebar acak. Setelah itu kedua

polybag diberi pupuk kandang dan disiram dengan

pupuk organik cair (fermentasi air kulit bawang

merah, bawang putih, dan tetes). Kedua polybag

ditutup menggunakan karung, hal tersebut bertujuan

agar benih cepat berkecambah.

3. 5 Agustus 2012 Pekarangan

a. Menyiram semua bedengan

b. Memanen komoditas kankung, bayam hijau,

bayam merah, dan selada keriting

c. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

Sawah

d. Menyiram semua bedengan

e. Memanen komoditas kankung, bayam hijau, dan

bayam merah.

f. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

g. Mengamati hama dan penyakit.

4. 6 Agustus 2012 Menyiram semua bedengan yang ditanami baik di

pekarangan mau pun sawah.

5. 7 Agustus 2012 Pekarangan

a. Menyiram semua bedengan

b. Memanen komoditas kankung, bayam hijau,

3

bayam merah, dan selada keriting

c. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

Sawah

d. Menyiram semua bedengan

e. Memanen komoditas kankung, bayam hijau, dan

bayam merah.

f. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

g. Mengamati hama dan penyakit.

6. 8 Agustus 2012 Sawah

a. Menyiram semua bedengan

b. Memanen komoditas kankung, bayam hijau, dan

bayam merah.

c. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

d. Menyiangi bedengan.

e. Menanam benih kangkung secara langsung pada

bedengan.

Penanama kangkung dilakukan langsung pada

bedengan dengan cara meletakkan tiga sampai

emapt benih per lubang tanam. Kemudian diberi

pupuk kandang sapi dan disiram.

Pekarangan

f. Membuat pestisida nabati yang berbahan dasar

umbi gadung. Pembuatan dilakukan dengan cara

memotong dadu umbi gadung, kemudian diberi

air secukupnya setelah itu difermentasi dalam

wadah tertutup kurang lebih selama 2 minggu.

7. 9 Agustus 2012 ijin magang ( LPJ Tengah Tahun BEM 2012)

8. 10 Agustus 2012 Pekarangan

a. Memanen komoditas kailan, bayam hijau, bayam

merah, dan selada keriting

b. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

c. Menyiram semua bedengan.

d. Mengamati hama dan penyakit.

Sawah

e. Memanen komoditas kangkung

f. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

9. 11 Agustus 2012 Libur

10. 12 Agustus 2012 Pekarangan

g. Memanen komoditas bayam hijau, bayam merah,

h. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

i. Memindahkan selada keriting yang sudah disemai

4

tanggal 4 Agustus 2012 ke bedengan dalam green

house (2 bedengan). Kemudian disemprot dengan

pupuk hayati Verticillium lecanii untuk

mengendalikan OPT.

j. Mengamati hama dan penyakit.

11. 13 Agustus 2012 KRS Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya Malang

12. 14 Agustus 2012 Sawah

k. Memanen komoditas kangkung, bayam hijau, dan

bayam merah

l. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

13. 15 Agustus 2012 Pekarangan

Menyiapkan bahan untuk pembuatan pupuk

kandang sapi organik, yaitu kotoran sapi kering, sisa

daun bambu muda kering, pupuk cair (EM4), dan

fermentasi campuran kulit bawang merah, kulit

bawang putih, dan tetes.

Kotoran sapi kering dan sisa daun bambu kering

digiling menjadi satu dengan menggunakan mesin

selep yang sebelumnya telah disemprot dengan pupuk

cair (EM4), dan fermentasi campuran kulit bawang

merah, kulit bawang putih, air dan tetes.

14. 16 Agustus 2012 Ijin magang Libur Lebaran sampai 27 Agustus 2012

15. 28 Agustus 2012 Sawah

m. Memanen komoditas bayam hijau

n. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

o. Menyiram semua bedengan.

p. Menanam bayam hijau (3 bedeng)

16. 29 Agustus 2012 Sawah

a. Mengolah tanah 2 bedeng untuk menanam bayam

hijau.

b. Menanam khailan dan selada hijau keriting secara

berseling dalam satu bedeng.

c. Memupuk ketiga bedeng dengan pupuk kandang

organik sapi.

d. Menyiram semua bedengan.

e. Meyiram pupuk cair nabati hasil fermentasi

campuran kulit bawang merah, kulit bawang

putih, air dan tetes.

17. 30 Agustus 2012 Menyiram semua bedengan yang ditanami baik di

pekarangan mau pun sawah.

18. 31 Agustus 2012 Pekarangan dan Sawah

a. Memanen komoditas bayam hijau

b. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

c. Menyiram semua bedengan.

5

19. 1 September 2012 Pekarangan dan Sawah

d. Menyiram semua bedengan.

e. Menyiangi gulma

20. 2 September 2012 Pekarangan dan Sawah

f. Memanen komoditas bayam hijau

g. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

21. 3 September 2012 Pekarangan dan Sawah Menyemprot chitosan semua

bedengan.

Membakar arang sekam untuk bahan pembuatan

media.

22. 4 September 2012 Pekarangan dan Sawah

h. Memanen komoditas bayam hijau

i. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

23. 5 September 2012 Sawah. Menanam lobak dan head lettuce

24. 6 September 2012 Pekarangan dan Sawah. Menyemprot pupuk cair

nabati hasil fermentasi campuran kulit bawang merah,

kulit bawang putih, air dan tetes di semua bedengan.

25. 7 September 2012 Redha

a. Memanen komoditas bayam hijau, bayam merah,

dan kangkung.

b. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

26 8 September 2012 Pekarangan

a. Mengolah lahan

b. Menanam kangkung (2 bedeng) di luar green

house

c. Membuat media tanam 6 sak (permintaan pasar)

berbahan dari pupuk kandang organik sapi, arang

sekam,

29 9 September 2012 Libur

30 10 September 2012 Pekarangan

Menanaman sawi daging dan daun bawang prei pada

satu bedeng.

Membuat media tanam 6 sak.

31 11 September 2012 Pekarangan.

a. Menanam kangkung 2 bedeng.

b. Menyiram semua bedengan.

c. Memanen komoditas bayam hijau, selada hijau

keriting, bayam merah, dan kangkung.

d. Memipil, mencuci dan mensortir komoditas yang

telah dipanen.

e. Membuat media tanam 8 sak.

32 12 September 2012 Pengenalan lokasi magang kedua, yaitu Kebun

Organik di Suwaru Kecamatan Pagelaran.

a. Mengamati dan mendata komoditas yang

6

dibudidayakan. Komoditas yang dibudidayakan

adalah buncis, selada keriting, kailan, siomak,

orenzo, dan bayam merah.

b. Mengamati mekanisme irigasi yang

menggunakan irigasi spray.

c. Mengunjungi home industri wilayah suwaru,

yaitu rumah jamur (jamur tiram), koperasi wanita,

ternak lele, keripik marnik dan kacang bawawng,

dodol (apel, salak, durian, dan sirsak), dan keripik

buah (pisang, nangka, dan nanas).

33 13 September 2012 Libur

34 14 September 2012 Menyiram seluruh bedengan yang sudah ditanami

sebelumnya dan menyiangi gulma di bedengan

kailan.

35 15 September 2012 Menyiram seluruh bedengan yang sudah ditanami

sebelumnya dan menyiangi gulma di bedengan

kailan.

36 16 September 2012 a. Persiapan bedengan yang akan di tanami

b. Menyiangi gulma di bedengan kailan.

c. Menyiram seluruh bedengan yang sudah ditanami

sebelumnya

37 17 September 2012 a. Mengolah lahan untuk dijadikan bedengan yang

akan di tanami tanaman kailan dan sawi daging,

meliputi pembalikan tanah, penaburan pupuk

kandang, dan pembuatan jarak tanam.

b. Menanam 2 bedeng kailan dan 2 bedeng sawi

daging.

c. Menanam 2 bedeng kailan dan 2 bedeng sawi

daging (dalam polibag).

d. Menyiram seluruh bedengan yang sudah ditanami

sebelumnya

38 18 September 2012 Cemoro Kandang.

Supervisi Magang Kerja oleh Ir. Abdul Cholil dan Dr.

Ir. Syamsuddin Djauhari, MS.

a. Memanen kangkung, siomak, dan selada keriting.

b. Mensortir hasil panen, meliputi pemipilan dan

pencucian.

c. Menggiling kotoran sapi yang sebelumnya sudah

dikeringkan.

39 19 September 2012 a. Membongkar 2 bedeng selada keriting merah.

b. Mengolah lahan untuk dijadikan bedengan yang

akan di tanami tanaman bayam hijau dan sawi

daging, meliputi pembalikan tanah, penaburan

pupuk kandang, dan pembuatan jarak tanam.

40 20 September 2012 Libur

41 21 September 2012 a. Menyiangi gulma di tiap bedengan.

b. Membongkar 2 bedeng tanaman buncis,

kemudian mengolah tanah untuk dibuat bedengan

7

dan ditanami kailan.

c. Menyiram semua bedengan yang telah ditanami.

42 22 September 2012 Libur

43 23 September 2012 Libur

44 24 September 2012 a. Membongkar 2 bedeng selada keriting merah.

b. Mengolah lahan untuk dijadikan bedengan yang

akan di tanami kailan daging, meliputi pembalikan

tanah, penaburan pupuk kandang, dan pembuatan

jarak tanam.

c. Menanam tanaman kailan.

45 25 September 2012 a. Menanam kailan di dua bedengan.

b. Menyiram semua bedengan yang telah ditanami.

c. Memanen bayam merah dan kailan. Kailan yang

telah dipanen dibyarkan terpapar sinar matahari

beberapa saat (sekitar 10 menit). Hal tersebut

bertujuan agar daun dan batang kailan lebih lemas,

sehingga mengurangi patah pada bagian batang

kailan.

d. Menyortir dan mencuci hasil panen.

e. Menyemprot pupuk chitosan pada semua bedeng

yang telah ditanami.

46 26 September 2012 a. Menanam 2 bedeng kailan.

b. Mengolah tanah untuk dijadikan 2 bedengan yang

akan ditanami timun.

c. Menanam 2 bedeng timun.

d. Menyiram seluruh bedengan yang ditanami.

e. Membuat rincian kegiatan dan denah bedengan

dalam bentuk buku dan papan tulis.

47 27 September 2012 Libur

48 28 September 2012 Memanen tanaman kailan. Kailan yang telah dipanen

dibyarkan terpapar sinar matahari beberapa saat

(sekitar 10 menit). Hal tersebut bertujuan agar daun

dan batang kailan lebih lemas, sehingga mengurangi

patah pada bagian batang kailan. Menyortir dan

mencuci hasil panen.

49 29 September 2012 a. Menanam sawi daging pada 2 bedeng polibag dan

bedengan tanah.

b. Menanam 2 timun di bedengan.

c. Menyiram semua bedengan dan polibag yang

telah ditanami.

50 30 September 2012 Libur

51 1 Oktober 2012 a. Menyiangi dan menyiram semua bedengan dan

polibag yang telah ditanami.

b. Memanen bayam merah dan kailan.

52 2 Oktober

2012

Menyiangi dan menyiram semua bedengan dan

polibag yang telah ditanami.

53 3 Oktober 2012 a. Mengolah tanah dengan membalik tanah,

kemudian memberi pupuk kandang organik

8

petroorganik.

b. Menanam 6 bedeng kailan, 1 bedeng sawi putih,

dan 1 bedeng sawi daging.

c. Menyiram semua bedengan dan polibag yang

telah ditanami.

54 4 Oktober 2012 Libur

55 5 Oktober 2012 Menyiangi dan menyiram semua bedengan dan

polibag yang telah ditanami.

56 6 Oktober 2012 Menyiangi dan menyiram semua bedengan dan

polibag yang telah ditanami.

57 7 Oktober 2012 Menyiangi dan menyiram semua bedengan dan

polibag yang telah ditanami.

58 8 Oktober 2012 Menyiram semua bedengan dan polibag yang telah

ditanami.

59 9 Oktober 2012 a. Menyiangi dan menyiram semua bedengan dan

polibag yang telah ditanami.

b. Memanen kailan dan bayam merah

c. Menyortir dan mencuci hasil panen.

60 10 Oktober 2012 Menyiram semua bedengan dan polibag yang telah

ditanami.

61 11 Oktober 2012 Libur

62 12 Oktober 2012 Ijin Interview Program Beasiswa Unggulan Fasttrack

63 13 Oktober 2012 Menyiram semua bedengan dan polibag yang telah

ditanami.

64 14 Oktober 2012 Menyiangi gulma dan menyiram semua bedengan dan

polibag yang telah ditanami.

65 15 Oktober 2012 a. Menyiangi gulma

b. Penanaman 6 bedeng kailan, 5 bedeng buncis, dan

6 bedeng orenzo

c. Penyiraman semua bedeng

d. Pemanenan kailan

d. Mensortir hasil panen, meliputi pemipilan dan

pencucian.

66 16 Oktober 2012 a. Menyiangi gulma

b. Penyiraman semua bedeng

c. Pemanenan kangkung

d. Mensortir hasil panen, meliputi pemipilan dan

pencucian.

67 17 Oktober 2012 Penanaman 6 bedeng kailan

68 18 Oktober 2012 Libur

69 19 Oktober 2012 a. Menyiangi gulma

b. Penyiraman semua bedeng

c. Pemanenan kailan

d. Mensortir hasil panen, meliputi pemipilan dan

pencucian.

70 20 Oktober 2012 a. Menyiangi gulma 10 bedeng

b. Menyiapkan 3 bedengan untuk penanaman

9

tanaman kailan yang sudah disemai.

c. Pemindahan tanaman kailan ke bedengan baru

d. Penyiraman semua bedeng

71 21 Oktober 2012 Menyiangi dan menyiram semua bedengan dan

polibag yang telah ditanami.

72 22 ktober

2012

a. Menyiangi gulma

b. Menyiapkan 3 bedengan untuk penanaman

tanaman kailan yang sudah disemai.

c. Pemindahan tanaman kailan ke bedengan baru

d. Penyiraman semua bedeng

e. Pemanenan kailan

f. Mensortir hasil panen, meliputi pemipilan dan

pencucian.

73 23 Oktober 2012 Libur

74 24 Oktober 2012 Menyiangi gulma pada bedengan head lettuce ( 2

bedengan)

75 25 Oktober 2012 Menyiangi gulma pada bedengan kailan

75 26 Oktober 2012 Libur Idhul Adha

77 27 Oktober 2012 Libur Idhul Adha

78 28 Oktober 2012 Libur Idhul Adha

79 29 Oktober 2012 Pemanenan komoditas wortel

80 30 Oktober 2012 Menanam 2 bedeng wortel babi dan menanam 2

bedeng siomak.

81 31 Oktober 2012 Diskusi mengenai cendawan entomopatogen dan

erbanyakan agen hayati.

82 1 November 2012 a. Pemanenan dua bedeng wortel dilanjutkan dengan

penyortiran dan pencucian.

b. Pemanenan dua bedeng brokoli hijau, dilanjutkan

dengan penyortiran dan pencucian.

83 2 November 2012 a. Pemanenan dua bedeng wortel, dilanjutkan

dengan penyortiran dan pencucian.

b. Pemanenan dua bedeng brokoli hijau, dilanjutkan

dengan penyortiran dan pencucian.

84 3 November 2012 a. Penanaman satu bedeng wortel dan satu bedeng

brokoli.

b. Memindahkan semaian kailan ke 3 bedengan.

c. Menyiangi gulma pada bedengan head lettuce.

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Lapang

Ronald O. Soesangobeng, SE.