lap training 38 housekeeping ronni edowai

37
Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama Ronni Edowai Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering Ronni Edowai

Upload: brian-hammond

Post on 16-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

65uy465

TRANSCRIPT

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    Laporan Management Training

    Departement 38 Housekeeping dan Catering

    Ronni Edowai

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas

    Rahmat dan berkatNya, sehingga penulis dapat mengikuti Program Management

    Training (MT) di Departement 38 Housekeeping dan Catering pada PT.Pangansari

    Utama, sehingga penulis dapat menyelesaikannya Laporan Tarining dengan baik.

    Dalam pelaksanaan Pelatihan dan penyusunan laporan ini, penulis telah

    dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

    kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Bapak Rudy Willem Cool selaku General Manager, PSU HL-LL pada

    PT.Pangansari Utama di Tembagapura, Timika-Papua

    2. Bapak Fortunatus Lengga Mali, selaku Sr. Manager HR, GA & Legal

    pada PT.Pangansari Utama di Tembagapura, Timika-Papua

    3. Bapak Yovi Hantoro, selaku Sr. Training & Development Manager pada

    PT.Pangansari Utama di tembagapura,Timika-Papua.

    4. Bapak Dominggus Yawang, selaku Manager PHD pada PT.Pangansari

    Utama di Tembagapura, Timika-Papua

    5. Bapak Ferdinant Tuyu, selaku Manager PSU Operation HK HL pada

    PT.Pangansari Utama di Tembagapura, Timika-Papua

    6. Bapak Yessaya Wenda, selaku Asst Manager, serta Staffnya divisi 38

    Housekeeping dan Catering pada PT.Pangansari Utama di

    Tembagapura,Timika-Papua.

    Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak

    kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan

    kesempurnaan laporan ini. Terimakasih Tuhan Memberkati kita Semua.

    Tembagapura, 2 Mei 2015

    Penulis,

    Ronni Edowai

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

    KATA PENGANTAR..................... ii

    DAFTAR ISI iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................... 5

    B. Tujuan Pelatihan ............................................................ 6

    C. Manfaat Pelatihan ........................................................... 6

    BAB II METODE PENGAMBILAN DATA

    A. Persiapan ............................................................................ 7

    B. Lokasi ................................................................................. 7

    C. Pelaksanaan ........................................................................ 7

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Definisi Departement Housekeeping Catering 9

    B. Ruang Lingkup Tanggung Jawab..................................... 10

    C. Tugas Housekeeping dan Catering.. 10

    D. Tanggung Jawab Area Housekeeping dan Catering 10

    a Housekeeping. 10

    b Laundry... 11

    c Caterring Messhall.. 14

    i Standarisasi Resep Masakan 14

    ii Jenis Menu dan Waktu Makan. 15

    iii Proses Penyelenggaraan Makanan 15

    d. Proses Produksi Roti.. 17

    E. Prosedur Kerja 21

    F. Master List Of Document 22

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    G. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja 24

    H. Job Safety Analisis 25

    I. Sistim Keselamatan Kerja 25

    J. Potensi Bahaya dan Faktor bahaya. 27

    K. Kecelakaan Kerja 31

    L. Emergency Planing 31

    M. Inspection 32

    N. Penyelidikan Kejadian 35

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan ..................................................................... 37

    B. Saran... 37

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Salah satu perangkat efisiensi adalah berupa Housekeping yang baik

    atau tata kelola internal yang baik, yang berkaitan dengan sejumlah langkah praktis

    berdasarkan akal sehat yang dapat segera diambil atas inisiatif mereka sendiri

    untuk meningkatkan kinerja operasi, menyempurnakan prosedur pembelajaran

    dalam organisasi serta meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Adapun

    manfaat yang didapat oleh perusahaan dari penerapan Housekeeping yang baik

    adalah berupa kinerja lingkungan hidup menjadi lebih baik dan adanya

    pembelajaran dalam organisasi perusahaan, sehingga akan membantu

    meningkatkan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Kotoran yang terbuang

    di sekitar area PT.Freeport Indonesia terutama kepada Penghuni bagi karyawan

    dan Karyawati yang menempati di seluruh Area Barak dan sekitarnya dapat

    menyebabkan resiko terhadap Para Karyawan atau Karyawati oleh karena Kotoran

    yang berbahaya yang mencemari lingkungan baik area barak maupun Perumahan.

    Pengertian umum tentang dapur juga merupakan dimana tempat fasilitas untuk

    memasak makanan bagi para karyawan Staf dan Nonstaf . namun di dalam operasional

    Perusahan bahwa dapur sangat memegang peranan penting, karena tugas utama dari

    bagian dapur adalah tempat pengelohan makanan dan minuman, mulai dari bahan

    mentah hingga siap disajikan kepada Para Karyawan staf dan Nonstaf.

    Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dapur adalah tempat untuk

    memproduksi/mengolah makanan dan minuman dari bahan yang belum jadi,

    dipersiapkan sesuai dengan metode yang ditetapkan untuk dapat disajikan kepada Para

    Karyawan Staff dan Non Staff dimana dapur dilengkapi dengan peralatan yang

    mendukung proses pengolahan makanan dan minuman.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    B. TUJUAN PELATIHAN

    Tujuan dari pelaksanaan Management Training di Departement 38 Housekeeping

    dan catering adalah;

    1. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi kerja pada Departement 38

    Housekeeping dan Catering dalam manajemen perusahan serta sistim

    Administrasinya.

    2. Untuk mengetahui proses kerja pada Departement 38 Housekeeping dan

    Catering

    3. Untuk mengetahui potensi bahaya yang timbul pada Karyawan dan proses

    Penanganan Benda pada Departement 38 Housekeeping dan Catering PT.

    Pangansari Utama.

    C. MANFAAT PELATIHAN

    Dari pelaksanaan pelatihan yang telah Penulis lakukan diharapkan dapat

    memberikan manfaat sebagai berikut :

    1. Pihak Training

    1. Mengetahui cara penanganan Sistim Administrasi pada PT.PAngansari

    Utama, dalam hal Pada Departement 38 Housekeeping dan Catering.

    2. Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan kemampuan yang di

    perlukan di Lokasi Pelatihan.

    2. Pihak Perusaahaan

    Memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi perusahaan dan

    meberikan upaya penanganan Keselamatan dan Kesehatan kerja Lingkungan

    Hidup sehingga dapat meminimalisasi tingkat kecelakaan kerja, penyakit

    akibat kerja dan pencemaran lingkungan sehingga dapat meningkatkan

    produktivitas perusahaan.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    BAB II

    METODE PENGAMBILAN DATA

    A. PERSIAPAN

    Beberapa tahap-tahap yang dilakukan dalam persiapan management Training

    Departemen 38 Houseekeping dan Catering yaitu :

    1.Pengarahan dari Manajemen PT.Pangansari Utama kepada Para Pelatihan,

    yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2015 di Ruang Meting Townsite.

    2.Tanggal 27 April 2015, Pengarahan dari bagian Divisi 38 Housekeeping dan

    Catering pada PT.Pangansari UTama.

    B. LOKASI

    Lokasi Pelatihan Management Training adalah di PT. Pangansari UTama, pada

    Departemen 38 Housekeeping dan Catering, Tembagapura,Timika.

    C. PELAKSANAAN

    Kegiatan Pelatihan Management Training dilaksanakan dari tanggal 27 April s/d 2

    Mei 2015 dengan kegiatan sebagai berikut;

    HARI/ TANGGAL JENIS KEGIATAN KETERANGAN

    Senin, 27 April 2015

    Pengenalan

    membacaFile

    Sisitim Administrasi

    Syarifuddin

    Selasa, 28 April 2015

    Membaca File-File

    SIstimAdministrasi

    Eny Wayungsih

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    Rabu, 29 April 2015

    Membaca File-File

    Laundry

    Barak-Barak

    Kamis, 30 April 2015

    Lokasi Catering

    Mengecek Barang di Gudang

    Kerja di Dapur Messhall nonstaff

    Jumaat, 1 Mei 2015

    Mess Staff

    Non Staff

    Sabtu,2 Mei 2015

    Membuat Laporan

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. DEFINISI HOUSEKEEPIG DAN CATERING

    Definisi Divisi Housekeeping Dalam bahasa inggris House berarti rumah,

    gedung, wisma, hotel. Sedangkan Keeping mempunyai arti Memelihara, merawat,

    menjaga. Oleh sebab itu Housekeeping di sebut juga Tata Graha. Housekeeping

    (tata graha) adalah bagian dari departemen yang mengatur atau menata peralatan,

    menjaga kebersihan, melaporkan kerusakan dan memberi dekorasi dengan tujuan

    agar rumah tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan menyenangkan bagi

    penghuninya.Divisi Housekeeping tidak hanya mempersiapkan kamar-kamar

    tamu, namun secara keseluruhan bertangungjawab menjaga, merawat dan

    membersihkan semua fasilitas tersebut bersih, rapi dan nyaman. Oleh sebeb itu,

    semua aktivitas housekeeping bertujuan untuk memaksimalkan pemeliharan,

    perawatan dan kebersihan Rumah secara menyeluruh dapat terjaga dengan baik.

    Pengertian umum tentang dapur juga merupakan fasilitas untuk memasak

    makanan bagi para karyawan Staf dan Nonstaf . namun di dalam operasional

    Perusahan bahwa dapur sangat memegang peranan penting, karena tugas utama dari

    bagian dapur adalah tempat pengelohan makanan dan minuman, mulai dari bahan

    mentah hingga siap disajikan kepada Para Karyawan staf dan Nonstaf.

    Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dapur adalah tempat untuk

    memproduksi/mengolah makanan dan minuman dari bahan yang belum jadi,

    dipersiapkan sesuai dengan metode yang ditetapkan untuk dapat disajikan kepada Para

    Karyawan Staff dan Non Staff dimana dapur dilengkapi dengan peralatan yang

    mendukung proses pengolahan makanan dan minuman.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    B. TUGAS HOUSEKEEPING dan CATERING

    1. Menciptakan suasana Barak-barak yang bersih,menarik,nyaman,dan Aman.

    2. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada tamu, supaya tamu

    merasa puas saat berkunjung maupun menginap di Barak.

    3. Penyiapan ,penataan,dan pemeliharaan Barak.

    4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan kebersihan seluruh outlet dan

    ruangan umum di Barak,

    5. Melaporkan dan membawa lost and found pada supervisor

    6. Mengenakan seragam baju PT.Pangansari Utama yang sudah disediakan

    sesuai Job kerja. Ruang Persiapan Daging

    7. Ruang Beku/Freezer Room

    8. Ruang Pendingin/Chiller Room

    9. Dry Stroge

    10. Ruang Persiapan Sayur

    11. DLL

    C. TANGGUNG JAWAB AREA 38 HK dan CATERING

    1. Housekeeping

    Dalam operasional Barak, hal-hal mengenai kebersihan dilakukan dan

    dilaksanakan oleh departement housekeeping, yang kegiatannya dipimpin

    oleh seorang Asst Manager. Secara umum, departement 38 housekeeping

    memiliki tanggung jawab area yang sangat besar, maka wajar kalau

    housekeeping mempunyai jumlah karyawan lebih banyak dari depertemen

    lainnya. Oleh sebab itu, pelaksanaan pemeliharan dan pembersihan diatur

    sesuai seksi-seksi sebagai berikut :

    a. Public Area

    Seksi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjaga

    kebersihan, kerapihan, keindahan dan kenyamanan seluruh area

    barak, baik didalam Barak dan fasilitas.

    b. Room section

    seksi yang mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan dan

    menjaga kebersihan, kerapihan dan kelengkapan kamar dan Tamu.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    2. Laundry

    Seksi dari Laundry adalah bagian dari Housekeeping yang

    bertanggung jawab atas semua cucian yang dikirimkan kepadanya,

    baik cucian tamu, seragam karyawan maupun linen-linen dari

    Barak. Laundry dapat dibedakan menjadi menjadi dua bagian besar,

    yaitu:

    1. Guest laundry

    Quest laundry adalah cucian yang berasal dari para tamu, seperti;

    a. Tamu yang menginap di Perumahan atau Barak tersebut

    (in side guest )

    b. Tamu yang sedang tidak menginap didalam Perumahan

    atau Barak tersebut (out side laundry)..

    2. House Laundry

    House laundry adalah segala macam cucian milik para Karyawan

    yang terdiri dari :

    a) Linen supplies yang digunakan oleh Housekeeping

    Departement (floor section), antara lain sheets, pillow case,

    blanket, bed skirt, bed pad, bed cover, curtain dan bath towel.

    b) Linen supplies yang digunakan Food & Baverage

    Departement, seperti table cloth, multon, napkin, place,

    mat/tray mat, apron, table skirting, glass towel, kitchen

    Masih berkaitan dengan room linen proses penanganan room linen

    dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:

    1) washing laundry berarti proses pembersihan dari kotoran-kotoran

    yang melekat pada kain dengan cara dicuci.

    2) Dry tumbler proses pengeringan dari linen-linen yang sudah dicuci

    unutk jenis pillow case,bath towel., bath mate.

    3) Rool ironer mesin yang digunakan untuk melicinkan linen-linen

    sepert sheet twin dan double, pillow case.

    Tugas dan tanggung jawab laundry section antara lain:

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    a. Chef laundry

    Tugas dari chef laundry antara lain:

    - Mengadakan pengecekan dan pemeliharaan mesin-mesin laundry

    dan melaporkan setiap terjadi kerusakan.

    - Mengawasi pelakasanaan pekerjaan bawahan dan memberikan

    bimbingan, mengarahkan serta memberi teguran bila perlu.

    - Mengawasi penggunaan laundry supplies serta melaporkan kepada

    atasan bila persediaan telah menipis.

    - Memeriksa hasil cucian.

    b. Linen checker

    Tugas dan tanggung jawab linen checker:

    - Bertanggung jawab atas penerimaan cucian, dan seragam karyawan.

    - Mengirim linen, cucian tamu dan seragam karyawan yang kotor ke

    laundry.

    - Linen yang sudah diproses dikirimkan kembali ke General Linen

    Room (GRL).

    - Membuat laporan harian setiap jenis linen yang masuk kedalam

    laundry dan yang dikirimkan ke general linen room dalam keadaan

    bersih,laporan ini harus dibuat setiap harinya dan diserahkan ke

    office unutk diperiksa dan dibukukan.

    c. Uniform checker

    tugas dan tanggung jawab uniform checker:

    - Membagikan uniform tersebut yang mana harus dikerjakan oleh

    laundry dan yang mana harus dikerjakan oleh drycleaning,dan

    mengirimkannya kepada seksi yang bersangkutan dengan surat

    pengiriman.

    - Pembuatan code daru uniform pegawai ditentukan sendiri oleh

    uniform room, namun laundry uniform cecker harus mengerti akan

    code-code tersebut.

    - Membuat laporan harian lengkap mengenai tugas-tugas yang

    dikerjakan.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    d. Washer

    Tugas dan tanggung jawab dari washer:

    - Mencatat dan menghitung kembali jumlah linen, seragam karyawan,

    dari linen cecker.

    - Memisahkan jenis-jenis linen dan bahan yang akan dicuci.

    - Melaksanakan pencucian linen dan, seragam karyawan.

    - Mengeringkan linen- linen, cucian tamu, seragam karyawan yang

    telah dicuci.

    - Mengeluarkan pakaian-pakaian yang sudah dikeringkan dari dry

    tumbler

    - Memberikan semua cucian kepada petugas pressing atau mungler

    - Menyerahkan cucian yang halus dan tipis setelah dicuci kemudian

    digantung, bila sudah kering diserahkan kepada presser agar

    disetrika.

    e. Mungler

    Tugas dan tanggung jawab dari mungler:

    - Menerima cucian dari washman

    - Melakukan penyetrikan terhadap baju tamu, dan seragam karyawan

    - Melakukan penyetrikaan berbentuk lembaran, seperti: sheet, pillow

    case, bath towel, bath mate. Seksi mungler terbagi menjadi beberapa

    seksi diantaranya:

    o Tukang pemberi : Adalah yang memasukan ke mesin roll ironer

    dengan baik dan tepat sehingga keluarnya rapi dan teratur.

    o Tukang lipat : Adalah yang melipat linen pada lipatan yang telah

    ditentukan yang diterimanya dari tukang pemberi. selanjutnya

    menyusun linen-linen tersebut pada bilangan yang telah

    ditentukan hingga tersusun baik agar memudahkan linen cecker

    untuk menghitung dan mengangkutnya dalam pengirimannya ke

    general

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    f. Presser Uniform

    Tugas dan tanggung jawab presser uniform yaitu;

    - Presser harus tahu cara melicinkan jas, celana, dress, blouse, atau

    sesuai dengan jenis pakaian-pakaian istimewa atau pakaian yang

    keadaan biasa.

    - Presser harus faham cara melicinkan bahan-bahan yang berbagai

    jenis, sebab belum tentu semua bahan tersebut mempunyai sifat yang

    sama dan menghendaki perlakuan yang sama, misalnya sutera atau

    beluderu.

    - Presser harus mampu menjaga dan memelihara mesin dan juga

    areanya serta tangannya untuk selalu dalam keadaan yang bersih,

    sehingga pakaian yang telah dicuci bersih tidak menjadi kotor

    kembali oleh mesin atau tangannya.

    - Presser selain memperhatikan kebersihan alat kerjanya dan

    tangannya juga harus menjaga bahwa lantai di bawah mesinnya pun

    harus dalam keadaan bersih, dan semua gantungan pakaian yang

    digunakan untuk menggantungkan pakaian yang sudah dilicinkan

    juga harus didalam keadaan bersih, serta cara menggantungkannya

    supaya kelicinan pakaian tidak atau kumal kembali.

    a. Linen dan Uniform

    seksi yang bertanggung jawab untuk mengelola sirkulasi dan

    penyediaan seluruh linen dan uniform bagi karyawan.

    3. Catering

    a. standarisasi Resep Masakan

    Pengetahuan standar resep ialah sejenis tertulis yang dipergunakan

    sebagai dasar atau patokan dalam pengolahan makanan untuk

    menciptakan rasa yang sama meskipun waktu pengolahannya tidak

    bersamaan. Standar resep sangat perlu karena dapat digunakan sebagai

    petunjuk, dengan memiliki fungsi sebagai berikut :

    1. Menjadi petunjuk yang seragam bagi siapa saja yang bertugas

    pada pegolahan makanan.

    2. Memudahkan dalam pelaksanaan persiapan memasak

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    3. Dapat menentukan jumlah serta mutu makanan

    4. Memudahkan dalam penyusunan menu

    5. Memudahkan dalam pengontrolan porsi makanan.

    b. Jenis Menu Dan waktu Makan

    MENU makanan berarti suatu daftar makanan yang dapat disajikan

    untuk seluruh Karyawan dan Karyawati Non Staff maupun Staf pada

    PT.Freeport Indonesia baik Kontraktor Maupun Privatisasi. menu

    secara umum adalah sebuah daftar makanan dan minuman singkat

    tentang cara pengolahannya yang disajikan untuk para karyawan dan

    KAryawati di PT.Freeport Indonesia.Petugas Chairman Menu

    Commite membuat sebuah menu dan akan melihat dengan kondisi

    Stock Barang yang tersedia dalam pelaksanaan pengolahan makanan,

    kerena sebuah menu nantinya akan menjadi sebuah tolak ukur dalam

    bahan dasar makanan yang masak di dapur. Para Karyawan akan

    menikmati makanan sesuai jam yang di tentukan.

    c. Proses Penyelenggaraan Makanan

    1. Pelaksanaan Pengambilan Bahan Pangan dapat

    dilakukan dengan pengiriman dari Warehouse 32, dan

    Gudang 38 Catering pada PT. Pangansari Utama. Di

    PT.Pangansari Utama Divisi Catering, Daging, ayam, dan

    bahan pangan kering dipasok secara rutin dari Pangansari

    Utama WareHouse 32.

    2. Penerimaan Bahan Pangan. Setelah pembelian bahan

    pangan, tahap selanjutnya adalah penerimaan bahan

    pangan. Penerimaan bahan pangan adalah menerima bahan

    pangan yang dipesan serta meneliti jumlah dan kualitas

    bahan pangan yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang

    telah ditetapkan dalam kontrak pembelian. Departemen 38

    Catering pada PT. Pangansari Utama mempunyai petugas

    khusus untuk melakukan penerimaan bahan pangan.Petugas

    khusus penerimaan bahan pangan memeriksa secara rinci

    bahan pangan yang diterima baik kuantitas dan kualitas.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    3. Penyimpanan Bahan Pangan. 38 Catering melakukan

    proses penyimpanan bahan pangan disebabkan tidak semua

    bahan tersebut diolah secara langsung. Ruangan

    Penyimpanananan yang dimiliki Divisi 38 Catering adalah

    adalah penyimpanan kering (Dry Store, chiller room

    ,Freezer Room dan Frozen.

    Tahapan proses penyimpanan bahan pangan adalah :

    a. Melakukan pemisahan bahan pangan basah/Beku

    dan kering. Bahan pangan basah disimpan di dalam

    chiller room dan cold room sedangkan bahan pangan

    kering ditaruh di rak-rak penyimpanan Dry Store

    bahan pangan dan tidak menempel ke dinding

    b. Memberi label pada bahan pangan basah dan kering

    berupa tanggal pembelian dan waktu kadaluarsa.

    c. Melakukan pengambilan bahan pangan dengan cara

    First In First Out (FIFO), maksudnya adalah bahan

    pangan yang disimpan terlebih dahulu akan diolah

    lebih dulu.

    4. Persiapan Bahan Pangan. langkah pertama sebelum

    proses pemasakan dimulai adalah mempersiapkan bahan

    pangan dan bahan-bahan lain yang diperlukan sesuai

    dengan menu yang telah direncanakan oleh Commite Menu.

    Persiapan bahan pangan yang dilakukan meliputi pencucian

    bahan pangan seperti mencuci beras,

    penggilingan/penghalusan bumbu, pengadukan tepung,

    perebusan daging, pemotongan ikan, dan pengupasan bahan

    pangan seperti mengupas bawang, kentang, dan semangka.

    5. Pengolahan. Pengolahan bahan pangan merupakan suatu

    kegiatan mengubah (memasak) bahan pangan mentah

    menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman

    untuk dikonsumsi. Tujuan pengolahan bahan pangan adalah

    mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan pangan;

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    meningkatkan nilai cerna; meningkatkan dan mempertahan

    warna; rasa; keempukan dan penampilan makanan; bebas

    dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh.

    6. Pencatatan dan Pelaporan kegiatan penyelenggaraan

    makanan merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem

    penyelenggaraan makanan. Pencatatan dan pelaporan pada

    Pangansari Utama 38 Catering terbagi atas:

    a. Pencatatan dan pelaporan harian meliputi

    pemakaian bahan makanan, penerimaan bahan

    makanan, suhu penyimpanan, dan jumlah konsumen

    yang makan,dll

    b. Pencatatan dan pelaporan bulanan meliputi

    pencatatan biaya penyelenggaraan makanan dalam

    satu bulan dan pencatatan inventaris alat,dll

    c. Pencatatan dan pelaporan tahunan yaitu pencatatan

    tenaga penyelenggaraan makanan,dl

    4. Proses Produksi Roti

    a. Kapasitas Produksi

    Di Ruang Bakery, Petugas mampu memproduksi roti hingga

    puluhan bahkan sampai Ratusan dalam sehari, apabila mendapat

    pesanan.Biasanya kegiatan produksi dimulai sejak pagi (sekitar

    jam 07.00 wit) dan sehari sebelumnya sudah dipersiapkan bahan-

    bahan yang akan dibutuhkan. Petugas Bakery juga mempersiapkan

    kulit roti terlebih dahulu (tergantung dari jenisnya) sehari

    sebelumnya yang natinya disimpan dan akan digunakan pada hari

    pembuatan roti.

    b. Cara Pembuatan Roti

    Secara umum pembuatan roti terdiri dari beberapa tahap sebagai

    berikut:

    1. Persiapan bahan

    Sebelum dilakukan pembuatan roti, bahan-bahan baik

    bahan baku maupun bahan tambahan harus disiapkan

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    terlebih dahulu, agar mempermudah proses selanjutnya.

    Pada tahap seleksi harus meperhatikan beberapa hal, yaitu

    harga bahan, kualitas bahan, stok yang cukup dan tempat

    penyimpanan. Stok disesuaikan dengan daya tahan bahan

    baku. Sementara tempat penyimpanan harus dapat

    mempertahankan kualitas bahan sehingga tidak susut.

    2. Penimbangan

    Bahan-bahan yang telah disiapkan selanjutnya

    ditimbang sesuai dengan formula. Penimbangan bahan

    harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan

    dalam penggunaan bahan. Ragi, garam dan bahan

    tambahan merupakan bahan yang dibutuhkan dalam

    jumlah yang sedikit, tetapi sangat penting agar roti yang

    dihasilkan berkualitas baik sehingga harus diukur dengan

    teliti. Dalam penimbangan harus menghindari penggunaan

    sendok atau cangkir sebagai takaran, karena hasilnya tidak

    valid.

    3. Pencampuran

    Langkah selanjutnya adalah pencampuran, fungsinya

    mencampur secara homogen semua bahan, membentuk dan

    melunakkan gluten, serta menahan gas pada gluten. Tujuan

    pencampuran adalah untuk membuat dan mengembangkan

    daya rekat. Pencampuran harus berlangsung hingga

    tercapai perkembangan optimal dari gluten dan penyerapan

    airnya. Pada kondisi tersebut gluten akan terbentuk secara

    maksimal dan adonan menjadi kalis. Adapun yang

    dimaksud kalis adalah pencapaian pengadukan maksimum.

    Tanda-tanda bahwa adonan telah kalis adalah jika adonan

    tidak lagi menempel di wadah atau di tangan dan saat

    adonan dilebarkan akan membentuk lapisan tipis yang

    elastis.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    4. Peragian

    Adonan yang telah dicampur hingga kalis dilanjutkan

    dengan proses peragian, yaitu adonan dibiarkan beberapa

    saat pada suhu. Tahap peragian sangat penting untuk

    pembentukan rasa dan volume. Pada saat fermentasi

    berlangsung, selain suhu pembuatan roti sangat

    dipengaruhi oleh kelembapan udara. Suhu ruangan 35C

    dan kelembaban udara 75% merupakan kondisi yang ideal

    dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin panas suhu

    ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan

    roti. Sebaliknya, semakin dingin suhu ruangan semakin

    lama proses fermentasinya. Selama peragian, adonan

    menjadi lebih besar dan ringan. Adonan perlu sekali dilipat,

    ditusuk, atau dipukul 1-2 kali selama peragian dan pada

    akhir peragian. Pemukulan dilakukan agar suhu adonan

    rata, gas CO2 hilang dan udara segar tertarik kedalam

    adonan sehingga rasa asam pada roti dapat hilang. Jika

    terlalu banyak pukulan, gas yang keluar dari adonan terlalu

    banyak sehigga roti tidak mengembang.

    c. Pengukuran atau penimbangan

    Agar roti sesuai dengan besarnya cetakan atau berdasarkan bentuk

    yang diinginkan, adonan perlu ditimbang. Sebelum ditimbang,

    adonan di potong-potong dalam beberapa bagian. Proses

    penimbangan harus dilakukan dengan cepat, karena proses

    fermentasi tetap berjalan.

    d. Pembulatan adonan (rounding)

    Adonan yang telah dipotong selanjutnya dibentuk bulatan-bulatan

    sesuai dengan keperluan. Tujuanya untuk membentuk lapisan di

    permukaan adonan sehingga dapat menahan gas dari hasil peragian

    dan memberi bentuk agar mudah dalam pengerjaan selanjutnya.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    e. Pengembangan singkat (intermediate proof)

    Intermediate proof adalah tahap pengistirahatan adonan untuk

    beberapa saat pada suhu. Langkah tersebut dilakukan untuk

    memberikan kesempatan kepada flake unutk membantu

    pengembangan.

    f. Pembentukan adonan (moulding).

    Tahap pembentukan adonan dilakuakan dengan cara adonan yang

    telah diistirahatkan di giling pakai roll pin, kemudian di gulung

    atau di bentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. Pada saat

    penggilingan, gas yang ada di dalam adonan keluar dan adonan

    mencapai ketebalan yang diinginkan sehingga mudah untuk

    digulung atau dibentuk.

    g. Peletakan adonan dalam loyang.

    Adonan yang sudah digulung dimasukan dalam loyang dengan

    cara bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas

    yang mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Selanjutnya, adonan

    diistirahatkan dalam loyang sebelum dimasukkan kedalam oven.

    Proses ini dilakukan agar roti berkembang sehingga hasil akhir roti

    diperoleh dengan bentuk dan mutu yang baik.

    h. Pembakaran (baking).

    Roti dipanggang atau di bakar dalam oven pada suhu kirakira

    180C dan lamanya antara 1 Jam 10 Menit. Proses pengovenan

    dapat dikatakan selesai apabila permukaan kulit roti telah berwarna

    coklat. Hal itu dapat terjadi dikarenakan reaksi browning yang

    terjadi antar protein dan karbohidrat. Namun terdapat juga roti

    yang matang diluar dan mentah didalam, biasanya disebut case

    hardening. Roti yang dihasilkan dapat berkualitas baik apabila

    bagian dalam roti berwarna putih, empuk dan kulit bagian atas

    berwarna coklat. Untuk pengovenan roti pastry tidak boleh dibuka

    sebelum waktunya.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    D. PROSEDUR KERJA

    Merupakan suatu tahapan dalam tata kerja yang harus dilakukan oleh suatu

    pekerjaan baik asal pekerjaan dan tujuan akhir dari pekerjaan itu sendiri, kapan

    harus selesai dan memakai peralatan apa saja dan kepada siapa saja kita

    berhubungan. Adapun Prosedur Kerja yang ada di Departemen 38 HK dan CAT

    sebagaiberikut;

    1. Housekeeping dan Laundry

    No. Procedure

    Title No.

    1 General Cleaning Service SOP-PSU-C2.2

    2 Accommodations Cleaning SOP-PSU-C4.1

    3 Laundry SOP-PSU-C4.2

    4 Accommodation Request SOP-PSU-C4.3

    5 Handling Section Keys SOP-PSU-C4.4

    2. Catering

    No. Procedure

    Title No.

    1 Catering Fuction & Meal Order SOP-PSU-C2.1

    2 Menu Planning SOP-PSU-C3.1

    3 Cycle Menu In Flight Catering SOP-PSU-C3.2

    4 Warehouse Requsition & Issuing Material In Job Site

    SOP-PSU-C3.3

    5 Food Production SOP-PSU-C3.4

    6 Food Service SOP-PSU-C3.5

    7 Pack Meal SOP-PSU-C3.6

    8 Combro Meal SOP-PSU-C3.7

    9 Inflight Catering SOP-PSU-C3.8

    10 Catering Reporting SOP-PSU-C3.9

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    E. MASTER LIST OF DOCUMENT

    Master list of Document merupakan kumpulan Pekerjaan yang di jelaskan Work

    Safety Introduction (WSI) dari masing-masing pekerjaan pada department 38

    Houskeeping dan Catering. Dalam Pekerjaan tersebut sudah ada standar kerja

    dan wajib dilakukan oleh karyawan. Adapun master list of Document sebagai

    berikut;

    I. WSI Housekeeping

    a. Membersihkan Kamar mandi atau WC

    b. Membersihkan dan mengganti lampu

    c. Mencuci Pakaian

    d. Pembersiahn Exshaust Fan

    e. Membuat duplikat Kunci

    f. Membersihkan dan mengepel Lantai

    g. Membersihkan langit- langit ruamgan

    h. Polish lantai

    i. Prosedur relokasi penghuni camp

    j. Pencampuran cholorine (sport dan Rec)

    k. Pencampuran Iced (Sport dan Rec)

    l. Mengoperasikan Mesin Scrub

    m. Pengeringan (Laundry)

    n. Menyetrika (Laundry)

    o. Pembersihan kamar dan kamar mandi Staff

    p. Pembersihan kamar dan kamar mandi non staf

    q. Pengambilan sample air di kolam Renang (sport dan Recreation)

    r. Memvacum Kolam Renang (Sport dan Rec)

    s. Menata dan membersihkan alat fitnes (sport dan Rec)

    t. Pemeriksaan Harian alat-alat fitness

    u. Mencegah terpeleset,tersandung dan jatuh

    v. Menangani peralatan listrik

    w. Penggunaan peralatan gym

    x. Life quard (sport dan Rec)

    y. Dll

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    II. WSI Catering ;

    Bekerja didapur

    Menagani dan menggunakan Pisau

    Membongkar barang di kontainer

    Membersihkan dan mengepel lantai

    Bekerja dengan benda Panas

    Menagani dengan peralatan Listrik

    Mengoperasikan Trolly

    Mengoperasikan combination Oven

    Mengoperasikan Deep Fryer

    Mengoperasikan meat slicer

    Mengoperasikan microwave

    Mengoperasikan mixer

    Pemakaian dan perawatan meat saw/ Bain Saw

    Mengoperasikan bain Marie

    Mencegah terpeleset,tersandung dan Jatuh

    Mencegah luka tersayat

    Penjamah makan yang baik

    Cara memoting daging

    Penanganan Limbah

    Mengoperasikan Grinder atau Mincer

    Penempatan pan pada Bain Marie

    Mebersihkan Kotak Es

    Mengoperasikan MesIN Slicer Vegetable

    Mengoperasikan dan General Cleaning Dishwasher

    Mengoperasikan Hand Pallet Liffter

    Pengoperasian Forklif

    Pengoperasian Rice Cooker

    Thawing

    Pengoperasian Soup Turine

    Thawing

    dll

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    F. MANAGEMAN KESELAMATAN Dan KESEHATAN KERJA

    Managemen K3 di PT. Pangansari Utama ditangani oleh depertemen

    Quality Safety Health and Evironment. Di PT. Pangansari Utama SMK3 sudah

    diimplementasikan secara menyeluruh kepada karyawan dengan memberi

    training SMK3.

    Dengan adanya kebijakan K3 ini telah menunjukkan adanya komitmen dan

    perhatian dari pemimpin perusahaan terhadap pelaksanaan SMK3 perusahaan.

    Managemen K3 pada departemen Housekeeping di PT. Pangansari Utama

    yaitu;

    1. Safety Health and Environment (SHE) Area Responbility Divisi 38

    Catering

    Departemen 38 Housekeeping Dan Catering dipimpin oleh seorang

    Seorang Asst Manager dan di dampingi oleh beberapa Staff lainya.

    2. Safety Health dan Environmental (SHE) HE Steering Commite

    Divisi 38 Housekeeping dan Catering pada PT. PAngasari Utama

    memiliki SHE Steering Commitee yaitu suatu organisasi yang dibentuk yang

    dibentuk guna mengembangkan kerjasama dan partisipasi aktif dari

    pengusaha, pengurus maupun tenaga kerja untuk melaksanakan tugas dan

    kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

    Steering Committee diketuai oleh seorang Manager dan beberapa

    Staff lainya Sedangkan anggotanya masing-masing mewakili pada Tiap

    Lokasi masing-masing.

    Fungsi pokok Safety Commitee yaitu :

    a. Menciptakan dan memelihara K3.

    b. Membicarakan K3 dan mengajukan saran-saran untuk disampaikan kepada

    manajemen.

    c. Menentukan kondisi dan cara kerja yang tidak aman serta menentukan

    perbaikan.

    d. Memberikan kesempatan berdiskusi secara bebas tentang kecelakaan dan

    langkah-langkah pencegahannya.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    G. JOB SAFETY ANALISIS

    JSA merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat kerja

    yang dapat diidentifikasi, dianalisa dan direkam. Hal-hal yang dilakukan dalam

    penerapan JSA :

    1. Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan

    yang berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius.

    2. Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya.

    3. Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.

    4. Bertemu dengan pelatih OSHA untuk mengembangkan prosedur dan aturan

    kerja yang spesifik untuk setiap pekerjaan.

    Poin utama dari job safety analysis adalah : mencegah kecelakaan dengan

    antisipasi dan eliminasi serta mengontrol bahaya yang ada.

    H. SISTIM KESELAMATAN KERJA

    1. Penyediaan Alat Pelindung Diri

    Berfungsi untuk melindungi tenaga kerja dan berbagai factor bahaya maka

    perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri sehingga tenaga kerja dapat

    bekerja secara aman. Alat pelidung diri ini disediakan oleh perusahan dan

    diberikan kepada tenaga kerja secara cuma-Cuma. Alat Pelindung Diri itu

    meliputi :

    a. Alat pelindung kaki (safety shoes)

    Safety shoes berfungsi untuk melindungi kaki dari faktor-faktor bahaya.

    Sepatu safety berbeda dengan sepatu pada umumnya. Pada bagian ujung

    safety shoes terdapat lempengan baja yang berfungsi untuk melindungi

    jari kaki dari berbagai factor bahaya seperti kejatuhan benda, percikan

    bahan kimia, dsb. Safety shoes wajib digunakan bila akan memasuki area

    produksi.

    b. Alat pelindung kepala

    Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari berbagai

    potensi atau faktor bahaya yang ada di area perusahaan. Di PT.Pangansari

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    Utama setiap pekerja yang ingin memasuki area, harus menggunakan alat

    pelindung lengkap, salah satunya harus memakai Alat Pelindung Kepala.

    c. Safety belt

    Tidak semua tenaga kerja yang bekerja di PT. Pangansari UTama

    menggunakan safety belt. Alat Pelindung Diri ini hanya digunakan

    apabila tenaga kerja bekerja di ketinggian sehingga dapat melindungi

    tubuh dari potensi bahaya jatuh dari ketinggian.

    d. Alat pelindung telinga

    Alat pelindung telinga berfungsi untuk melindungi telinga dari

    kebisingan. Tenaga kerja yang bekerja pada mesin yang mempunyai nilai

    kebisingan melebihi NAB maka tenaga kerja tersebut harus

    menggunakan alat pelindung telinga dengan jenis ear plug atau ear muff

    dan mengatur waktu pemajanan.

    e. Alat pelindung mata.

    Berfungsi untuk melindungi mata dari bahan-bahan kimia yang ada di

    perusahaan. Tidak semua tenaga kerja memakai alat pelindung mata ini,

    hanya digunakan di bagian laboratorium dan Tempat-tempat kerja yang

    harus Wajib dipakai .

    2. Penanggulangan Kebakaran

    Kebakaran adalah salah satu faktor bahaya yang dapat terjadi di mana

    saja tidak terkecuali di PT. Pangansari Utama. Kerugian yang dapat

    ditimbulkan akibat adanya kebakaran sehingga langkah pencegahan adanya

    bahaya kebakaran dengan memasang berupa APAR, hydran dan springkler.

    3. Poster/Rambu-rambu K3

    Banyak sekali poster dan rambu-rambu K3 yang terpasang di

    perusahaan, hampir di seluruh ruangan perusahaan terpasang rambu-rambu

    K3. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan kesadaran

    kepada seluruh tenaga kerja agar selalu bekerja dengan safety.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    I. POTENSI BAHAYA Dan FAKTOR BAHAYA

    1. Potensi Bahaya

    a. Terjatuh

    Terjatuh merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan cidera pada

    tenaga kerja mulai dari cidera ringan sampai cidera berat, apalagi kalau

    terjatuh dari tempat yang tinggi bisa menyebabkan kematian. Upaya yang

    dilakukan oleh SHE dalam menciptakan keselamatan bagi tenaga kerjanya

    yaitu dengan menyediakan safety belt bagi tenaga kerja yang bekerja di

    ketinggian lebih dari 1,5 m dari permukaan tanah, hal ini sesuai dengan UU

    No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (f) yang menyebutkan

    bahwa Perusahaan wajib memberi APD kepada para pekerja.

    b. Terpeleset

    Terpeleset merupakan potensi bahaya yang sering terjadi. Upaya yang

    dilakukan SHE dalam menciptakan tempat kerja yang aman bagi tenaga

    kerja yaitu dengan segera membersihkan tumpahan minyak Goreng,

    tumpahan makanan,tumpahan bahan kimia, dan tumpahan air cucian yang

    dapat menyebabkan lantai licin. Hal ini sudah sesuai dengan UU No.1

    tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n)

    tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan.

    c. Tersandung

    Potensi bahaya tersandung dapat terjadi dimana saja. Untuk mengurangi

    atau menghindarkan pekerja dari bahaya tersandung maka HSE

    menyediakan tempat seperti Rak untuk meletakkan karduskardus dan

    menjaga tempat kerja agar selalu bersih serta memberi safety shoes bagi

    tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan UU No.1 tahun 1970 tentang

    Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n) tentang mencegah

    dan mengurangi kecelakaan.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    d. Terjepit

    Bahaya terjepit mesin dapat terjadi di bagian granule dan liquid. Terjepit juga

    dapat disebut sebagai kecelakaan. Upaya Departemen SHE dalam

    menanggulangi bahaya terjepit di tempat kerja yaitu dengan memasang poster

    tanda keselamatan atau prosedur pengoperasian mesin. Hal ini sesuai dengan

    UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a

    dan n) tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan.

    e. Tergores

    Tergores benda tajam dapat menyebabkan cidera yang dapat mengganggu

    proses kerja. Untuk mengatasi hal tersebut maka Departemen SHE

    menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan. Hal ini sudah sesuai

    dengan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (f) yang

    menyebutkan bahwa Perusahaan wajib memberi APD kepada para

    pekerja dan pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n) tentang mencegah dan

    mengurangi kecelakaan.

    f. Kejatuhan benda

    Kejatuhan benda merupakan potensi bahaya yang sering terjadi.

    Penyediaan helm dan safety shoes bagi tenaga kerja merupakan salah satu

    upaya Departemen HSE untuk mengurangi bahaya kejatuhan benda. Hal

    ini sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal

    3 (f) yang menyebutkan bahwa Perusahaan wajib memberi APD kepada

    para pekerja dan pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n) tentang mencegah dan

    mengurangi kecelakaan.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    g. Percikan bahan kimia

    Departemen HSE memberikan alat pelindung diri berupa safety glass dan

    sarung tangan nitril agar tenaga kerja tidak terkena bahan kimia. Apabila

    tenaga kerja terpercik bahan kimia maka segera bersihkan diri dengan

    menggunakan eye wash dan shower yang telah disediakan oleh PT. Pangansari

    Utama di setiap area kerja. Hal ini sudah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970

    tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (f) yang menyebutkan bahwa Perusahaan

    wajib memberi APD kepada para pekerja dan pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan

    n) tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan.

    h. Tertabrak

    Upaya yang dilakukan Departemen QSHE dalam menciptakan tempat

    kerja yang aman agar tenaga kerja tidak tertabrak forklift sewaktu berada

    di area kerja yaitu dengan membuat jalur kuning/jalur khusus untuk lewat

    forklift dan kaca cembung yang ditempatkan di setiap tikungan agar

    operator forklift dapat melihat apakah area itu aman untuk dilewati

    sehingga tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja tidak

    tertabrak forklift. Hal ini sesuai dengan Hal ini sesuai dengan UU No.1

    tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n)

    tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan.

    i. Terkena benda panas

    Departemen HSE telah menyediakan alat pelindung diri berupa sarung

    tangan agar tenaga kerja tidak menyentuh benda panas secara langsung

    sehingga terhindar dari cidera. Hal ini sudah sesuai dengan UU No. 1 tahun

    1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (f) yang menyebutkan bahwa

    Perusahaan wajib memberi APD kepada para pekerja.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    j. Kebakaran dan Ledakan

    Untuk mencegah kebakaran, Departemen SHE telah melakukan

    pencegahan antara lain dengan penyediaan APAR, hydrant, fire alarm

    system, pemasangan poster-poster keselamatan, misalnya tentang adanya

    larangan merokok. Usaha tersebut merupakan pemenuhan terhadap

    peraturan Kepmenaker No. Kep. 186/MEN/1999 tentang unit

    penanggulangan kebakaran di tempat kerja karena telah memperhatikan

    aspek-aspek keselamatan kerja terutama untuk mencegah bahaya

    kebakaran.Upaya yang dilakukan PT. Pangansari Utama dalam mencegah

    terjadinya ledakan yaitu dengan melakukan pengecekan secara rutin pada

    bejana-bejana bertekanan agar dapat diketahui secara dini apabila terjadi

    kebocoran gas yang akhirnya dapat mengakibatkan ledakan. Upaya yang

    dilakukan PT. Bina Guna Kimia ini sudah mencerminkan UU No.1 tahun

    1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub c) tentang

    mencegah dan mengurangi peledakan.

    2. Faktor Bahaya

    a. Penerangan

    Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 tahun 1964 tentang

    Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di Tempat Kerja,

    penerangan di Departemen SHE sudah cukup memberikan penerangan

    bagi tenaga kerja untuk bekerja, akan tetapi di beberapa area kerja yang

    memerlukan penambahan penerangan sesuai dengan Penemuan hasil

    Inpeksi di Lokasi.

    b. Bahan Kimia

    Iritasi kulit adalah salah satu jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh

    bahan kimia yang bersifat toksik. Pada Kepres No. 22 tahun 1993

    tentang Penyakit Akibat Kerja, iritasi kulit termasuk salah satu jenis

    Penyakit Akibat Kerja. Untuk meminimalisasi terjadinya Penyakit

    Akibat Kerja yang diakibatkan oleh bahan kimia maka penggunaan

    bahan kimia tersebut harus sesuai dengan prosedur penggunaan. Untuk

    mencegah adanya iritasi kulit, tenaga kerja diberi fasilitas berupa alat

    pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan secara cuma-cuma

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    J. KECELAKAAN KERJA

    Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan dapat

    menimbulkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja

    terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi

    batas. Kecelakaan kerja dapat merugikan pihak perusahaan baik kerugian yang

    nampak maupun tidak nampak.

    Kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1. Kecelakaan kerja ringan

    Kecelakaan kerja ringan terjadi apabila pekerja mengalami

    kecelakaan dan tidak mendapatkan surat keterangan sakit. Contoh

    kecelakaan kerja ringan antara lain tarjatuh dari tempat yang rendah,

    terjepit, terpeleset dll.

    2. Kecelakaan kerja sedang

    Kecelakaan kerja sedang terjadi apabila pekerja mengalami

    kecelakaan dan mendapatkan surat keterangan sakit dari Dokter.

    3. Kecelakaan kerja berat

    Kecelakaan kerja berat terjadi apabila pekerja mengalami

    kecelakaan dan mendapatkan surat keterangan sakit dan harus dirawat

    dengan waktu kurang lebih selama 3 hari atau pekerja mengalami

    kecelakaan sampai meninggal dunia dan menyebabkan hilangnya hari

    kerja.

    K. EMERGENCY PLANNING

    Emergency planning secara umum dilaksanakan untuk mengatasi jika ada

    kecelakaan serta untuk menghadapi keadaan darurat seperti : kebakaran,

    kecelakaan industri, kebocoran bahan kimia, ledakan, banjir, gempa bumi dll,

    yang dapat mengancam serta menghambat proses Jalanya Operasional,

    keselamatan dan kesehatan karyawan, masyarakat dan lingkungan.

    Pelaksanaan emergency planning di departemen SHE telah terkoordinir

    dengan baik dimana pelaksanaanya dibagi menjadi beberapa tugas yang

    menangani pada masing-masing bagian antara lain :

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    1. Petugas

    Koordinator dalam pelaksanaan keadaan darurat atau emergency

    planning adalah safety sedangkan di setiap unit akan dibentuk tim-tim

    tanggap darurat yang terdiri dari beberapa orang karyawan yang telah

    mengikuti training untuk mengatasi keadaan darurat yang dalam

    pelaksanaanya dibantu oleh tenaga paramedis.

    2. Pelatihan

    Pelatihan/training diberikan oleh semua personil yang meliputi training

    dasar K3, training P3K, training pemadam kebakaran dan training

    khusus pemadam kebakaran yang meliputi cara penggunaan APAR,

    hydrant serta cara dalam memadamkan api.

    3. Peralatan

    Peralatan yang ada di PT. Pangansari Utama khususnya alat yang di

    gunakan untuk menanggulangi kecelakaan kerja antara lain alat

    pelindung diri, tabung pemadam kebakaran dan kotak P3K.

    4. Komunikasi

    Bila terjadi keadaan darurat harus segera melapor pada petugas yaitu

    melapor pada security, anggota safety dan P3K setempat dan petugas

    tersebut akan melapor ke posko emergency.

    L. INSPECTION

    Inspeksi merupakan salah satu alat kontrol manajemen yang bersifat klasik,

    tetapi masih sangat relevan dan secara luas sudah banyak diterapkan dalam upaya

    menemukan masalah yang dihadapi dilapangan, termasuk untuk memperkirakan

    besarnya resiko. Kegiatan inspeksi merupakan salah satu uapaya yang bersifat

    proactive bertujuan untuk memastikan apakah fasilitas kerja yang ada

    dilapangan telah dikelola dengan baik (well-managed). Dengan inspeksi, kita

    akan memperoleh umpan-balik yang sangat berharga bagi manajemen dalam

    merencakan tindakan perbaikan.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    Guna tercapainya hasil inspeksi secara optimal, diperlukan beberapa tahap yang

    harus diikuti, sebagai berikut :

    1. Persiapan

    Persiapan yang memadai sebelum dimulainya suatu inspeksi, akan

    menghasilkan hasil inpeksi yang memuaskan. Pada tahap ini beberapa hal

    yang perlu dilakukan adalah :

    a. Memulai dengan sikap yang positif. Tidak membuat inspeksi seolah

    mencari-cari kesalahan.Mengetahui apa yang akan dicapai

    b. Mempersiapkan daftar periksa (cheklist)

    c. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan

    2. Inspeksi

    Setelah tahap persiapan dilakukan, selanjutnya dimulai tahap inspeksi itu sendiri.

    Pada tahap ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

    a. Mengunakan rencana awal yang telah ditetapkan

    b. Menggunakan daftar periksa (checklist)

    c. Menekankan segi positif

    d. Mengambil tindakan perbaikan (penting) bersifat sementara, sebelum

    perbaikan permanen dilakukan

    e. Mengklasifikasi bahaya

    f. Melaporkan barang-barang yang tampak tidak berguna.

    3. Mengembalikan langkah perbaikan

    Tahap ini merupakan tahap koreksi yaitu pengembangan langkah-langkah

    perbaikan atas apa yang terdeteksi saat inspeksi. Banyak pilihan yang dapat

    dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang tidak memenuhi standar, yang

    sangat berfarisi baik dalam biaya, efektifitas maupun metode kontrolnya.

    Beberapa diantaranya mampu menguranngi peluang terulangnya kejadian

    serupa, tetapi ada yang sifatnya mengurangi tingkat keparahan atau besarnya

    kerugian apabila kecelakaan yang kita duga benar-benar terjadi.

    4. Tindak lanjut perbaikan

    Rekomendasi yang dibuat jika tanpa diikuti tindak lanjut, tidak

    memberikan bobot terhadap inspeksi, oleh karena itu perusahaan perlu

    memeriksa sistim formal yang terpola yang mampu memonitor pelaksanaan

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    rekomendasi. Rekomendasi hendaknya memuat siapa petugas yang bertanggung

    jawab melakukan tindakan koreksi dan tetapkan targer waktu penyelesaianya.

    Rekomendasi-rekomendasi yang tidak disetujui atau karena sesuatu hal tidak

    dapat dilaksanakan hendaknya dijelaskan secara teknis tertulis mengapa

    demikian, dan untuk itu perlu didiskusikan dengan ketua tim inspeksi yang

    bersangkutan sebagai tindak lanjut rekomendasi, yaitu :

    a. Mengeluarkan perintah kerja

    b. Membuat anggaran dan memantau pengadaan bahan dan biaya perbaikan

    c. Memastikan ketepatan waktu penyelesaian perbaikan

    d. Memeriksa rencana dan jadwal kerja, ikuti jalannya proses konstruksi

    atau modifikasi

    e. Memerikasa dan memastikan bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai

    dilakukan secara memadai (sesuai waktu yang ditentukan), misalnya

    dengan memeriksa peralatan, melakukan evaluasi pelatihan yang

    diperlukan, atau menelaah prosedur yang ada.

    f. Menelaah kembali secara keseluruhan untuk menentukan efektifitas

    tindakan perbaikan, kendala atau kemungkinan timbulnya efek samping.

    5. Pelaporan Inspeksi

    Penulisan suatu laporan adalah bagian penting lain dari suatu pemeriksaan.

    Laporan adalah dimana kita mengkomunikasikan informasi dan menghidari

    duplikasi pemborosan tenaga.

    Laporan inspeksi memberi umpan balik para manajer tingkat menengah dan atas

    pada permasalahan keselamatan. Hal ini membantu mereka membuat keputusan

    yang lebih baik pada peralatan, material, dan orang-orang yang dibutuhkan dalam

    semua unsur-unsur program, seperti pengendalian pembelian, pelatihan,

    peralatan pelindung dan disain tempat kerja.

    Laporan yang tertulis, dengan penggolongan bahaya, mengkomunikasikan

    informasi tentang kondisi-kondisi dan praktek di bawah standar lebih baik pada

    laporan lisan. Laporan tertulis mendorong orang-orang untuk ingat apa yang

    harus mereka lakukan, dan melakukannya. Laporan mendokumentasikan semua

    tindakan sehingga berusaha tidak terulang. Tindakan korektif yang tidak teratur

    sering terjadi konflik dan pemborosan.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    M. PENYELIDIKAN KEJADIAN

    Kecelakaan bisa menimpa siapa saja, di mana saja dan kapan saja, yang

    merupakan suatu keadaan / kejadian yang tidak direncanakan, tidak diingikan dan

    tidak diduga dari semula yang mempunyai sifat merugikan terhadap manusia (cedera)

    maupun peralatan ( kerusakan ). Suatu kejadian / kecelakaan pasti akan menimbulkan

    suatu kerugian, untuk menanggulangi kecelakaan serupa terjadi lagi dan

    meminimalisasi kerugian maka sangat perlu dilakukan penyelidikan kecelakaan untuk

    mencari penyebab terjadinya kecelakaan dan memberikan rekomendasi tindakan

    pencegahan.

    Tujuan dari dilakukanna penelidikan kecelakaan ini yaitu untuk memperoleh

    informasi yang akurat tentang apa yang terjadi, dan mengungkap masalah apa

    seningga kecelakaan itu terjadi yang selanjutnya memberikan rekomendasi kepada

    pihak perusahaan tentang lankah apa yang benar mampu untuk mencegah kecelakaan

    serupa atau memperkecil dampak dari kecelakaan tersebut. Penyelidikan kecelakaan

    yang dilakukan dengan baik dan sunguh-sungguh dan sebagai mana mestinya artinya

    tidak dibuat-buat atau ditutup-tutup maka dapat:

    1. Menggambarkan apa yang sebenarnya terjad.

    Penyelidikan yang tuntas akan menyingkirkan anggapan yang keliru

    terhadap kasus kecelakaan dengan demikian dapat memberikan pernyataan

    yang akurat mengenai apa yang sebenarnya terjadi.

    2. Menentukan apa penyebab kecelakaan yang sesungguhnya.

    Penyelidikan yang ala kadarnya tidak akan bermanfaat, Hal ini dikarenakan

    penyebab dasarnya tidak terungkap, sehingga waktu, tenaga da biaya yang

    dikeluarkan pada saat pemeriksaaan tidak ada gunanya.

    3. Dapat dipakai untuk menilai tingkat resiko sebenarnya.

    Penyelidikan yang baik akan menjawab seberapa sering peluang kecelakaan

    serupa akan terjadi lagi.

    4. Mengembangkan pengendalian.

    Penyelidikan yang benar akan menjadikan solusi permasalahan yang ada.

    Kalau tidak maka akan muncul kembali walau dengan gejala yang berbeda.

    5. Menggambarkan kecenderungan.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    Beberapa kecelakaan dan insiden memang sendiri-sendiri, akan tetapi bila

    laporan itu dianalisis maka akan mudah dikenali kecenderunganya dan akan

    mudah dilakukan tindakan pencegahannya.

    6. Menunjukan adanya perhatian.

    Kecelakaan memberikan gambaran adanya bahaya yang mengancam pekerja.

    Dan apabila mereka melihat adanya tindakan penyelidikan dan pencegahan

    yang diambil oleh manajemen, maka akan menimbulkan rasa aman dari

    pekerja.

    7. Siapakah yang harus Melakukan penyelidikan kecelakan ?

    Yang melakukan penyelidikan kecelakaan yaitu personal safety yang telah

    ditunjuk, pihak manajemen dan supervisor dari tempat dimana terjadi

    kecelakaan.

    6. Karyawan harus mengetahui bahwa semua kejadian yang menyebabkan atau

    dapat menyebabkan orang cedera, kerusakah alat atau lingkungan harus

    dengan cepat dilaporkan kepada supervisor atau atasannya, agar tindakan

    perbaikan yang tepat segera dilakukan untuk mencegah kecelakaan atau

    insiden yang sama terulang.

  • Laporan Management Training Departement 38 Housekeeping dan Catering PT. Pangansari Utama

    Ronni Edowai

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Departement 38

    Housekeeping dan Catering maka secara umum dapat disimpulkan bahwa; tidak

    hanya mempersiapkan kamar-kamar, namun secara keseluruhan bertanggng jawab

    menjaga, merawat dan membersihkan semua fasilitas tersebut bersih, rapi dan

    nyaman.Sedangkan Catering juga merupakan fasilitas untuk memasak makanan bagi

    para karyawan Staf dan Non staf.

    B. Saran

    a. Perlu adanya Penambahan tempat Air Putih Untuk diminum pada Mess

    Non staff yang Mana sampai saat ini belum ada ketersediaan Tempat air

    minum.

    b. Perlu ada ketegasan bagi karyawan yang bukan petugas di Kitchen

    berhubung sesuai pengamatan bahwa banyak karyawan keluar masuk dan

    membawa makanan bebas dari Kitchen tanpa seijin Atasan.

    c. Perlu adanya peningkatan pembinaan dan pelatihan K3 mengenai sikap

    kerja, cara kerja, potensi bahaya dan faktor bahaya yang mungkin timbul

    pada setiap aktivitas yang ada.