lap3

16
PENDAHULUAN Latar Belakang Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabang-cabangnya. Ada kalanya pula daun-daun suatu tumbuhan berjejal - jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Umumnya daun batang berpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Pada bagian jenis tumbuhan terdapat beberapa perbedaan terutama mengenai aturan letak daun pada batang tumbuhan tersebut. Aturan tentang letak daun biasa disebut dengan tata letak daun. Untuk tumbuhan sejenis misalnya pepaya, akan dijumpai tata letak daun yang sama. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder itudan tempat duduknya daun adalah suatu titik pada lingkaran itu maka akan terjadi hal-hal sebagai berikuan.

Upload: hendry-sangpemilik-hatie

Post on 24-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

,

TRANSCRIPT

Page 1: LAP3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabang-

cabangnya. Ada kalanya pula daun-daun suatu tumbuhan berjejal - jejal pada

suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Umumnya

daun batang berpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata.

Pada bagian jenis tumbuhan terdapat beberapa perbedaan terutama

mengenai aturan letak daun pada batang tumbuhan tersebut. Aturan tentang letak

daun biasa disebut dengan tata letak daun. Untuk tumbuhan sejenis misalnya

pepaya, akan dijumpai tata letak daun yang sama.

Jika pada suatu tumbuhan, batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder,

buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada

silinder itudan tempat duduknya daun adalah suatu titik pada lingkaran itu maka

akan terjadi hal-hal sebagai berikuan.

Saat kita mengambil salah satu titik tempat titik daun sebagai tempat titik

tolak dan kita bergerak mengikuti garis yang menuju titik duduk daun pada buku-

buku batang diatasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya,

pada suatu saat akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat garis vertical

diatas daun terutama yang dipakai sebagai pangkal tolak dan sementara itu

berputar mengikuti suatu garis spiral yang melingkari batang tadi.

Untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral

tadi mengelilingi batang a kali dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b

Page 2: LAP3

2

maka perbandingan kedua bilangan tadi akanmerupakan pecahan a/b yang

dinamakan rumus daun atau divergensi (Tjitrosoepomo, 1985).

Tata letak daun atau duduk daun adalah aturan mengenai letak daun pada

batang. Berdasarkan jumlah pada setiap bukunya, terdapat 4 macam duduk daun,

yaitu sebagai berikut:

1. Duduk daun tersebar (sparsa), apabaila pada buku batang ditumbuhi oleh

satu helai daun, posisi daun terletak di berbagai sisi batang.

2. Duduk daun berseling (Disticha), apabila pada buku batang di tumbuhi oleh

satu daun, posisi daun terletak pada dua sisi batang.

3. Duduk daun berhadapan (opposite), apabila terdapat dua daun pad nbuku

batang yang tumbuh pada dua sisi batang. Namun apabila dua daun atas

bersilang dengan buku bawahnya, duduk daunnya disebut berseling

berhadapan (decusate).

4. Daun duduk berkarang (vertillate) apabila pada tumbuhan lebih dari dua

daun. (Ratnasari, 2008)

Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika

diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun

tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut: sudut divergensi.

Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri

atas pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret

Fibonacci.

Page 3: LAP3

3

Angka-angka diatas memperlihatkan sifat berikut :

1. Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu

pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua

pembilang dua suku yang ada di depannya, dan penyebutnya merupakan

hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di depannya, atau Tiap

suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya

merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya,

dan penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depanya dengan

pembilang suku itu sendiri. Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar,

kadang-kadang duduk daun rapat berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat

pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi, dan

sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang

mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula).Roset ada 2

macam :

a. Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-

jejal diatas tanah,contoh. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman

(Elephantopus scaber L.).

b. Roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung

batang contoh. padapohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam–

macam palma lainnya.Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong

keatas, daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa

pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola

karpet).Susunan daun yang demikian itu disebut mosaik daun.

Page 4: LAP3

4

2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun

Pada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh jarak

sebesar 1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya

membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun

yang demikian ini dinamakan : berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia

decussata),contoh. pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora poludosa

Kurz.), dll.

3. Pada tiap bulu-buku batang terdapat lebih dari dua daun

Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berkarang (Folia

verticillata),dapat a.l. ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br.),

alamanda (Allamanda cathartica L.), oleander (Nerium oleander L.).

Bagan (Skema) dan diagram tata letak daun.

a. Bagan tata letak daun

Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya digambar

membujur ortostikortostiknya demikian pula buku-buku batangnya. Daun-daun

digambar sebagai penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada bagan akan

terlihat misalnya pada daun dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11,

dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama.

Page 5: LAP3

5

b. Diagram tata letak daun atau disingkat diagram daun

Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai

kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-

lingkaran yang sempurna. Pada setiaplingkaran berturut-turut dari luar kedalam

digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut.

Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5

lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral genetikya dalam

diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin keatas

digambar semakin sempit. (Sudarsono, 2008).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui tata letak atau

susunan daun pada batang tanaman dan memahami rumus daun sehingga dapat

menggambarkan diagram serta bagan duduk daun pada tanaman.

Page 6: LAP3

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat :

Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.

Pensil warna digunakan untuk mewarnai gambar daun yang di amati.

Bahan :

Adapun bahan-bahan yang akan di amati pada praktikum ini, yaitu:

Batang tanaman mawar (Rossa sp)

Batang tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata syn)

Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada hari senin tanggal 7 Oktober 2013 pukul

08.30–10.30 Wita. Bertempat di Halaman Gedung Pascasarjana Fakultas

Pertanian Universita Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Prosedur kerja

Page 7: LAP3

7

Adapun mengenai kegiatan praktikum yang telah di lakukan sebagai

berikut:

1. Menyiapakan alat yang digunakan dan bahan yang akan diamati.

2. Mengamati susunan tata letak daun pada batang tanaman mawar dan cocor

bebek.

3. Manggambar diagram dan bagan serta menjelaskan rumus tata letak daun dari

batang daun mawar dan batang daun cocor bebek.

Page 8: LAP3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil

sebagai berikut :

1. Diagram dan Bagan batang tanaman Mawar (Rossa sp)

Page 9: LAP3

9

2. Diagram dan bagan batang tanaman Cocor Bebek (Klanchoe pinnata syn)

Page 10: LAP3

10

Pembahasan

Tata letak daun merupakan susunan letak daun antara lembaran yang satu

dengan lembaran yang lainnya. Tumbuhan ada yang bardaun rindang, ada yang

berdaun sedang dan ada yang berdaun jarang, tanpa melakukan penelitian yang

seksama pada tumbuhan yang berdaun rindang susunan daun tidak akan tampak

jelas, lain halnya dengan dengan tumbuhan yan berdaun jarang

Mawar termasuk tumbuhan berbatang duri tempel yang pada bagian

batangnya di selimuti oleh duri yang menempel. Pada tumbuhan mawar terdapat 5

lembar daun tiap tangkainya. Daun mawar memiliki tangkai panjang dan helaian

daun bergerigi, dan tiap pangkal daun memiliki anak daun.

Tata letak daun pada batang tumbuhan mawar daun pertamanya sejajar

dengan daun keempat, yang kedua sejajar dengan daun yang kelimadaun yang

ketiga sejajar dengan daun keenam. Batang tumbuhan Mawar memiliki rumus 1/3.

Karena cabang pertama sejajar dengan batang ke empat.

Cocor bebek termasuk tumbuhan yang memiliki batang lunak, dan juga

termasuk tanaman yang mudah tumbuh karena di tepi daunnya tumbuh anak-

anakan baru dari daun induknya. Setiap buku-buku batang pada cocor bebek

hanya terdapat satu daun saja yang berhadapan / bersebelahan. Sehingga cocor

bebek mamiliki rumus daun ½.

Page 11: LAP3

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tata letak daun tumbuhan mawar memiliki rumus daun 1/3 dimana daun

pertama sejajar dengan daun ke empat.

2. Tata letak daun singkong memiliki rumus daun 2/5 dimana daun pertama

sejajar dengan daun keenam.

3. Tata letak daun tumbuhan cocor bebek memiliki rumus daun ½ damana

daun pertama sejajar dengan daun ke dua.

4. Sudut disvergensi pada tanaman mempunyai rumus a/b x 360O.

Page 12: LAP3

12

DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Ghajah Mada University Press. Yogjakarta.

Sudarsono. 2008. Diktat Morfologi Tumbuhan. FMIPA UNY. Yogjakarta

Ratnasari, J. 2008. Galeri Tanaman Hias Daun. Penebar Swadaya. Bogor