lapkas emergensi
DESCRIPTION
asdTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Oleh : Arianti Miranti Lestari Fajrin (I11109072)
Pembimbing :dr. Nofiyarti
INTOKSIKASI BAYGON®/ORGANOFOSFAT
2
15 September 2015 pukul 23.30 WIB
ANAMNESIS
3
IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Agama Pekerjaan Alamat
Status Pernikahan
: Ny. J : Perempuan : 25 tahun : Islam : Ibu Rumah Tangga : Jalan Dusun Pangkalan Tuik, Kelurahan Twi Mentibar, Kecamatan Selakau RT/RW 005/003 : Kawin
4
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
setelah meminum “Baygon”.
5
Riwayat penyakit SekarangPasien datang
diantar keluarga karena
ditemukan tidak sadar ± 2 jam
SMRS dan ditemukan satu
botol racun nyamuk kosong
di samping tubuh pasien.
Dari mulut pasien tercium aroma racun
nyamuk.
Keluarga terakhir kali melihat pasien
memasuki kamar tidur ± 1 jam
sebelum akhirnya pasien ditemukan
tidak sadar. Sebelumnya pasien
didapati sedang bertengkar dengan
suami pasien. Keluarga pasien tidak mengetahui secara pasti jumlah cairan
yang diminum karena keluarga tidak
ada saat kejadian.
6
Riwayat Penyakit Sekarang
• Segera setelah ditemukan tidak sadar, pasien dibawa keluarga ke Puskesmas Selakau. Setelah petugas puskesmas memberikan cairan infus RL intravena kepada pasien tanpa perlakuan lain, pasien kemudian dibawa ke Rumah Sakit Abdul Aziz karenaketerbatasan peralatan medis. Muntah (-), kejang (-), demam (-) sesak napas (-), nyeri dada, nyeri kepala, nyeri tenggorokan dan nyeri perut tidak diketahui. Keluhan lain sebelum pasien ditemukan tidak sadar (-).
7Riwayat Penyakit
Dahulu•Pasien tidak pernah mencoba meminum Baygon sebelumnya. Tetapi pasien pernah ditemukan sedang meminum racun rumput sebagai upaya bunuh diri dan hal tersebut berhasil dicegah keluarga sehingga tidak menimbulkan keluhan. •Riwayat alergi, asthma, hipertensi dan diabetes mellitus disangkal.Riwayat Penyakit
KeluargaTidak ada anggota keluarga yang pernah melakukan percobaan bunuh diri. Riwayat alergi, asthma, hipertensi dan diabetes mellitus di keluarga disangkal.
8 Riwayat Sosio Ekonomi
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Suami pasien merupakan seorang petani. Pasien belum memiliki seorang anak.
9 PEMERIKSAAN FISIK
10Primary Survey
AirwayBreathing
Circulation
DisabilityEnvironment
: Clear, tidak terdengar stridor.: Frekuensi napas 20 kali permenit, SPO2 : 98%: Nadi 60 kali permenit, reguler, kuat angkat, akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah 100/70 mmHg, sudah terpasang IV line.: GCS 10 (E3M5V2): Tidak tampak jejas di bagian kepala, dada dan perut. Tidak terdapat luka terbuka.
11
PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : tampak lemah, Kesadaran : somnolen (GCS 10 )
Keadaan umum & kesadara
n
Nadi: 60 kali/ menitTekanan darah: 100/70 mmHgNapas: 20 kali/ menitSuhu: 37,3 ºC
Tanda vital
12
Kulit: warna kulit sawo matang, sianosis (-), dekubitus (-)Kepala: bentuk normochepal, nyeri tekan (-), deformitas (-)Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex pupil +/+ isokor (2mm/2mm)Telinga: sekret (-), tanda radang (-)Hidung: rinorhea (-), edema mukosa (-/-)Mulut: bibir sianosis (-), lidah kotor (-), mukosa orofaring hiperemis (+), tonsil T1/T1Leher: pembesaran limfonodi (-), deviasi trakea (-), peningkatan JVP (-)
Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak terlihatPalpasi: ictus cordis teraba 2 jari di SIC 5 linea midclavicula sinistra Perkusi: batas jantung kanan SIC 4 linea parasternalis dextra, batas jantung kiri SIC 5 linea midclavicula sinistra, pinggang jantung SIC 3 linea para sternalis sinistra.Auskultasi: S1S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
13
Paru Inspeksi:Statis : bentuk dada dalam batas normal, simetrisDinamis : gerakan paru simetris (+), ketertinggalan gerak (-)Palpasi: pembesaran KGB (-), fremitus taktil kanan = kiriPerkusi: sonor dikedua lapang paruAuskultasi : suara napas dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-) wheezing (-/-)
AbdomenInspeksi : bentuk datar, striae (-), venektasi (-), jejas (-)Auskultasi: bising usus (+) normalPalpasi: nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak terabaPerkusi: timpani (+) di seluruh kuadran abdomenEkstremitas: edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing finger (-)
14
PEMERIKSAAN PENUNJANGHematologi Hasil
(15/09/15)
Satuan Nilai Rujukan
HGB 14.6 g/dL 11.5-16.5
HCT 40.0 % 35.0-55.0
PLT 168 109/L 100-400
WBC 9.5 109/L 3.5-10.0
GDS 98 mg/dL 70-200Kimia Darah Hasil
(15/09/15)
Satuan Nilai Rujukan
SGOT 22.8 U/L 0-36
SGPT 15.2 U/L 0-41
UREUM 48.6 mg/dL 10-50
Creatinine 0.7 mg/dL 0.5-1.2
15
FOTO THORAKS AP Cor : Apex tidak bergeser ke
laterocaudal, CTR < 50% Pulmo : Corakan vascular tidak
meningkat, tak tampak kesuraman, kalsifikasi, dan fibrosis
Trakea tidak tampak deviasi, Diafragma dan sinus kostofrenikus baik.
Kesan : Tidak ada kardiomegali, Pulmo dalam batas normal.
16
Usulan pemeriksaan penunjang : EKG ANALISA GAS DARAH
17
RESUMEPerempuan, 25 tahun diantar oleh keluarga ke RSAA dengan keluhan penurunan kesadaran setelah meminum racun nyamuk bermerk Baygon ±3 jam SMRS. Keluarga pasien tidak mengetahui secara pasti jumlah cairan yang diminum.Pasien dibawa keluarga ke Puskesmas Selakau. Setelah petugas puskesmas memberikan cairan infus RL intravena kepada pasien tanpa perlakuan lain, pasien kemudian dibawa ke Rumah Sakit Abdul Aziz karenaketerbatasan peralatan medis. Muntah (-), kejang (-), demam (-) sesak napas (-), nyeri dada, nyeri kepala, nyeri tenggorokan dan nyeri perut tidak diketahui. Keluhan lain sebelum penurunan kesadaran (-)Pasien pernah melakukan upaya bunuh diri.Riwayat alergi, asthma, hipertensi dan diabetes mellitus pada pasien dan keluarga disangkal. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Suami pasien merupakan seorang petani. Pasien belum memiliki anak.
18
RESUMEDilakukan pemeriksaan fisik:• Primary survey: A: clear, tidak terdengar stridor; B: frekuensi napas 20 kali permenit, SPO2 : 98%; C: nadi 60 kali permenit, reguler, kuat angkat, akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah 100/70 mmHg, sudah terpasang IV line; D: GCS 10 (E3M5V2); E: tidak tampak jejas di bagian kepala, dada dan perut serta tidak terdapat luka terbuka. • Keadaan umum tampak lemah, kesadaran somnolen, tanda vital (nadi: 60 x/m, napas: 20x/m, tekanan darah: 100/70 mmHg, suhu: 37,3 ºC)• Pemeriksaan per organ : pupil isokor miosis (2mm/2mm), pada pemeriksaan kulit, kepala, leher, jantung, paru, abdomen dan ekstremitas tidak ditemukan kelainan.Pada hasil pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin, kimia darah, dan radiologi tidak ditemukan kelainan.
19
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
• Intoksikasi Baygon®/Organofosfat
20
TATALAKSANA
Tatalaksana Kegawatdaruratan- Pertahankan ABC adekuat
- Pasien tirah baring- Pemasangan NGT dan kumbah lambung
- Pemasangan IV line IVFD Ringer Laktat 20 tpm (sudah terpasang dari puskesmas)- Pemberian Atropin Sulfat 2 mg IV diulangi setiap 10 menit sampai terjadi
atropinisasi
21
TATALAKSANA
Nonfarmakologi:- Tirah baring
- Edukasi
Farmakologi:- Inj Ranitidine 1 amp (50mg/2ml) /
12 jam- Sucralfate syr 3 x 1 C
Tatalaksana Lanjutan
22
PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam Ad functionam : dubia ad bonam Ad sanactionam : dubia ad bonam
23
OBSERVASIPukul 23.50Pasien di pasang NGT dan dilakukan kumbah lambung menggunakan air dan susuPemberian Atropin SulfatPasien muntah, kejang (-), GCS 12 (E3M6V3), Tanda vital : frekuensi nadi 60x/m, frekuensi napas 20x/m, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 37,3oC, pupil isokor 2mm/2mm reflek cahaya (+)Pukul 00.00Kumbah lambungPemberian Atropin SulfatMuntah (+), kejang (-), nyeri perut regio epigastrium (+), sesak (-), nyeri dada (-), GCS 14 (E3M6V5), Tanda vital : frekuensi nadi 60x/m, frekuensi napas 18x/m, tekanan darah 100/80 mmHg, suhu 37,3oC, pupil isokor 2mm/2mm reflek cahaya (+).
24
Pukul 00.10Pemberian Atropin SulfatMuntah (-), kejang (-), nyeri perut regio epigastrium (+), sesak (-), nyeri dada (-), GCS 14 (E3M6V5), Tanda vital : frekuensi nadi 76x/m, frekuensi napas 18x/m, tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 37,0oC, pupil isokor 2mm/2mm reflek cahaya (+).Pukul 00.20Pemberian Atropin SulfatMuntah (-), kejang (-), nyeri perut regio epigastrium (+),sesak (-), nyeri dada (-), GCS 14 (E3M6V5), Tanda vital : frekuensi nadi 80x/m, frekuensi napas 18x/m, tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 37,0oC, pupil isokor 3mm/3mm reflek cahaya (+).Pukul 00.25Pasien dimasukkan ke ruangan rawat inap
25 PEMBAHASAN
26
ANAMNESAPerempuan, 25 tahun
Penurunan kesadaran setelah meminum Baygon ± 3 jam SMRS
Muntah (-), kejang (-), demam (-) sesak napas (-), nyeri dada, nyeri kepala, nyeri tenggorokan
dan nyeri perut tidak diketahui. Keluhan lain sebelum penurunan kesadaran (-)Riwayat percobaan bunuh diri (+)
PEMERIKSAAN FISIKABC clear, D GCS 10 (E3M5V2), E clear
Keadaan umum lemah, Kesadaran somnolen, Tanda vital (nadi: 60 x/m)
Pupil isokor miosis (2mm/2mm)
PEMERIKSAAN PENUNJANGdbn
• Intoksikasi Baygon®/ Organofosfat
27
Baygon® termasuk dalam jenis racun serangga (insektisida).
Berdasarkan struktur kimianya Baygon® termasuk insektisida golongan karbamat, insektisida lain dapat masuk dalam golongan organofosfat dan golongan hidrokarbon.
Golongan karbamat dan organofosfat mengganggu fungsi sistem saraf.
Hal ini mengakibatkan efek yang muncul pada intoksikasi karbamat akan sama dengan yang akan timbul pada intoksikasi organofosfat. Penanganan pada kedua intoksikasi tersebut juga sama.
28
DEFINISI Intoksikasi adalah masuknya zat racun
kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
Intoksikasi organofosfat merupakan suatu keadaan intoksikasi yang disebabkan oleh senyawa organofosfat.
29
SENYAWA ORGANOFOSFAT Senyawa organofosfat merupakan kelompok
senyawa yang memiliki potensi dan bersifat toksik dalam menghambat cholinesterase
Gugus X pada struktur disebut “leaving group” yang tergantikan saat organofosfat menfosforilasi asetilkholin serta gugus ini paling sensitif terhidrolisis. Sedangkan gugus R1 dan R2 umumnya adalah golongan alkoksi, misalnya OCH3 atau OC2H5.
30
EPIDEMIOLOGI Pada tahun 1930an organofosfat digunakan sebagai
insektisida, namun pihak militer Jerman mengembangkan senyawa ini sebagai neurotoksin selama perang dunia kedua.
Pada tahun 1983 angka mortalitas keracunan pestisida yang tidak disengaja mencapai 7 per 10 juta laki-laki dan 0,5 per 10 juta wanita.
Pada tahun 1998, American Association of Poison Control Centers melaporkan sebanyak 16.392 jiwa terpapar organofosfat dan 11 jiwa diantaranya mengalami kematian.
Bunuh diri dan keracunan organofosfat menyebabkan 200.000 kematian setiap tahunnya di negara berkembang.
Penyebab keracunan organofosfat antara lain karena kesengajaan (43%), pekerjaan (37%) dan kecelakaan (16%).
31
FAKTOR PREDISPOSISI Faktor Internal
Umur Status gizi Jenis kelamin Tingkat
pendidikan
Faktor eksternal
Dosis Lama paparan Pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD)
32
PATOGENESIS
33
GEJALA DAN TANDAEfek muskarinik Efek Nikotinik Efek sistem saraf
pusatTanda dan gejala timbul 12-24 jam pertama setelah terpapar termasuk: diare, urinasi, miosis (tidak pada 10% kasus), bronkospasma/bradikardi, mual muntah, peningkatan lakrimasi, hipersalivasi dan hipotensi.
Efek nikotinik termasuk fasikulasi otot, kram, lemah, dan gagal diafragma yang bisa menyebabkan paralisis otot. Efek nikotinik autonom termasuk hipertensi, takikardi, midriasis, dan pucat.
Efek sistem saraf pusat termasuk emosi labil, insomnia, gelisah, bingung, cemas, penurunan kesadaran, depresi saluran nafas, ataksia, tremors, kejang, dan koma.
34
DIAGNOSIS Autoanamnesis dan aloanamnesis serta
terkadang diperlukan bukti Pemeriksaan klinis paling awal adalah
menilai status kesadaran pasien. Bagi pemeriksaan fisik harus ditemukan
dugaan tempat masuknya racun sama dengan pengakuan
Penemuan tanda dan gejala klinis yang dapat terjadi
Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.
35
PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium klinik Analisa gas darah Darah lengkap Serum elektrolit Pemeriksaan fungsi hati Pemeriksaan fungsi ginjal Sedimen urin EKG Deteksi gangguan irama jantungPemeriksaan radiologi Dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun
melalui inhalasi atau dugaan adanya perforasi lambung.
36
TATALAKSANA Stabilisasi pasien Dekontaminasi Pemberian antidotum Tatalaksana lanjut
37
PEMBERIAN ANTIDOTUMAGEN ANTIMUSKARINIK Atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin Atropin melawan efek yang ditimbulkan karena keracunan
organofosfat pada reseptor muskarinik Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg iv yang
digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,05mg/kg BB yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi.
Tidak ada kontraindikasiOXIME Melawan efek neuromuskular pada keracunan
organofosfat. Diperlukan saat Atropine tidak berpengaruh pada efek
nikotinik Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada
regimen dosis tinggi (1 g iv load diikuti 1g/jam selam 48 jam)
Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah, hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri pada tempat injeksi jarang
38
TATALAKSANA KEGAWATDARURATAN
Pastikan ABC adekuat, jika tidak maka stabilkan pasien terlebih dahulu. Pantau tanda-tanda vital. Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai
gejalakeracunan parasimpatik terkendali.
Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangisetelah 30 menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam dapat diulangi2 kali. Selain pralidoksim, dapat digunakan obidoksim (toksogonin).
Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan selaputlendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun.
Lakukan bilas lambung dengan air dan berikan susu atau inpepsa
39
KOMPLIKASI Gagal nafas Kejang Pneumonia
aspirasi Neuropati Kematian
PROGNOSIS Pasien tertangani
dengan baik keluhan dapat ditangani dalam 4-6 jam.
Dosis organofosfat yang diminum banyak dan penanganan tidak adekuat komplikasi dapat terjadi hingga menyebabkan kematian.
Gejala sequelle jarang.
40
KESIMPULAN Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan pasien atas nama Ny. J, perempuan berusia 25 tahun mengalami intoksikasi Baygon®/Organofosfat.
Tatalaksana yang telah diberikan kepada pasien berupa tatalaksana kegawatdaruratan dan tatalaksana lanjutan.
41
TERIMA KASIH