lapkas kusta

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Kusta termasuk penyakit tertua yang dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi. Kata kusta sendiri berasal dari bahasa india yaitu kustha. Sedangkan lepra atau kusta yang disebut dalam kitab injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnya mencakup beberapa penyakit kulit lainnya. Deskripsi mengenai penyakit ini sangat tidak jelas, apabila dibandingkan dengan kusta yang kita kenal sekarang. 1 Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah mycobacterium leprae yang bersifat intra selular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. 1 Pada ras insidens bentuk tubekuloid lebih tinggi. Sedangkan pada kulit putih lebih cenderung tipe lepramatosa. Kusta lebih banyak terjadi pada negara-negara berkembang dan golongan sosioekonomi rendah. Dan pada lingkungan yang kurang memenuhi kebersihan. 2 Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan dikulit, folikel rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang terdapat dalam urin. Dapat menyerang semua umur, anak- anak lebih rentan daripada orang dewasa. Di Indonesia 1

Upload: kikho-rizky

Post on 18-Jul-2016

114 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kusta

TRANSCRIPT

Page 1: LAPKAS KUSTA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Kusta termasuk penyakit tertua yang dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi. Kata

kusta sendiri berasal dari bahasa india yaitu kustha. Sedangkan lepra atau kusta yang disebut

dalam kitab injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnya mencakup

beberapa penyakit kulit lainnya. Deskripsi mengenai penyakit ini sangat tidak jelas, apabila

dibandingkan dengan kusta yang kita kenal sekarang. 1

Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah

mycobacterium leprae yang bersifat intra selular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas

pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ

lain kecuali susunan saraf pusat. 1

Pada ras insidens bentuk tubekuloid lebih tinggi. Sedangkan pada kulit putih lebih

cenderung tipe lepramatosa. Kusta lebih banyak terjadi pada negara-negara berkembang dan

golongan sosioekonomi rendah. Dan pada lingkungan yang kurang memenuhi kebersihan. 2

Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan dikulit, folikel rambut,

kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang terdapat dalam urin. Dapat menyerang semua umur,

anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa. Di Indonesia penderita anak-anak dibawah

umur 14 tahun didapatkan ±13 %, tetapi anak dibawah 1 tahun jarang sekali. 1

Kusta terdapat dimana-mana, terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis

dan subtropis, serta masyarakat yang sosioekonominya rendah.da variasi reaksi terhadap

infeksi M. Leprae yang mengakibatkan variasi gambaran klinis diberbagai suku bangsa. Hal

ini diduga disebabkan oleh faktor genetik. 1

Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan ditakuti oleh karena dapatterjadi

ulserasi, mutilasi dan deformitas. Penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja,

tetapi juga karena dikucilkan masyarakat sekitar. Hal ini akibat kerusakan saraf besar yang

ireversibel diwajah dan ekstremitas, motorik dan sensorik, serta dengan adanya kerusakan

yang berulang-ulang pada daerah anestetik disertai paralisis dan atrofi otot. 1

1

Page 2: LAPKAS KUSTA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kusta sinonimnya adalah Leprae/Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi yang

kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat.

Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas,

kemudian dapat ke organ lain kecuali sistem saraf pusat.1

Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi granulomatosa kronik pada manusia yang

menyerang jaringan superficial, terutama kulit dan saraf perifer.2 Merupakan penyakit infeksi

mikobakterium yang bersifat kronik progresif, mula-mula menyerang saraf tepi, dan

kemudian terdapat manifestasi kulit.3

2.2 Epidemiologi

Masalah epidemiologi belum terpecahkan, cara penularan belum diketahui pasti

berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat.

Anggapan kedua ialah secara inhalasi, sebab M.leprae masih dapat hidup beberapa hari

dalam droplet.1

Lepra dapat menyerang semua umur, walaupun kasus pada bayi yang berusia kurang

dari 1 tahun sangat jarang. Insidensi spesifik usia memuncak selama masa kanak-kanak pada

sebagian besar negara berkembang, sampai 20 persen kasus terjadi pada anak dibawah 10

tahun tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada dewasa. Paling banyak terkena pada

kelompok sosial ekonomi rendah. Rasio jenis kelamin penyakit lepra yang tampak pada

dewasa adalah laki-laki lebih besar dibanding wanita. Sedangkan pada anak berbanding sama

rasionya.2

2.3 Etiologi

Penyebabnya adalah Mycobacterium leprae merupakan agen kausal pada lepra.

Kuman ini berbentuk batang tahan asam yang termasuk familial Mycobacteriaceae atas dasar

morfologik, biokimiawi, antigenik, dan kemiripan genetik dengan mikobakterium lainnya.2

2

Page 3: LAPKAS KUSTA

2.4 Patogenesis

M. leprae merupakan parasit obligat intraselular yang terutama terdapat pada sel

mkrofag di sekitar pembuluh darah superficial pada dermis atau sel Schwann di jaringan

saraf. bila kuman M. leprae masuk kedalam tubuh, maka tubuh bereaksi mengeluarkan

makrofag ( berasal dari sel monosit darah, sel monoklear, dan histiosit ) untuk

memfagositosisnya.

Pada kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular, dengan demikin

makrofak tidak mampu menghancurkan kuman sehingga kuman bermultiplikasi dengan

bebas, yang kemudian dapat merusask jaringan. Pada kusta tipe TT kemampuan sistem

imunitas selular tinggi, sehingga makrofag sanggup menghancurkan kuman. Namun setelah

kuman di fagositosis, makrofag akan berubah menjadi sel efiteloid yang tidak bergerak aktif

dan kadang-kadang bersatu membentuk sel datia Langhans. Bila infeksi ini tidak segera di

atasi segera akan terjadi reaksi berlebihan dan massa efiteloid akan menimbulkan kerusakan

syaraf dan jaringan sekitarnya.

Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. leprae, di samping itu sel

Schwann berfungsi sebagai demielinisasi dan sedikit fungsinya sebagai fagositosis. Jadi

apabila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel Schwann, kuman dpat bermigrasi dan

beraktivasi sehingga aktivasi regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang

progresif.

2.5 Diagnosis

Diagnosis yang tidak adekuat akan menyebabkan penularan kuman kusta brlanjut

serta penyakit kusta pada pasien kusta bertambah parah, sedangkan jika diagnosis yang di

berikan terlalu berlebihan akan mengakibatkan pemberian pengobatan menjadi tidak tepat

contohnya pemberian antibiotik yang terlalu banyak. Keadaan ini dapat menyebabkan

pengumpulan data statistik dari epidemiologi pasien kueta menjadi tidak tepat.

Diagnosis pasien kusta dapat menggunakan sistem tanda 5 A, yaitu

1. Akromia : lesi hipopigmentasi atau kemerahan

2. Anestesi : kehilangan sensansi

3. Anhidrosi : kulit kering

3

Page 4: LAPKAS KUSTA

4. Alopesia : Kerontokan alis mata

5. Atrofi : Masa otot mengecil

Selain 5 A diatas terdapat tiga penemuan tanda-tanda utama dalam mendiagnosis pasien

kusta, yaitu:

1. Bercak kulit yang maati rasa

Bercak hipopigmentasi atau erimatosa, mendatar atau meninggi seperti plak. mati rasa

pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu, rasa nyeri.

2. Penebalan saraf tepi

Dapat disertai rasa nyeri dan juga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang

terkena, yaitu:

a. Gangguan fungsi sensoris : matirasa

b. Gangguan fungsi motoris : paresis atau paraisis

c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering, retak, edema, dan pertumbuhan rmbut yang

terganggu.

3. Ditemukan BTA

Pada pemeriksaan BTA bahan yang di ambil untuk pemeriksaan yaitu hapusan kulit

dari daerah Cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan

juga di ambil dari biopsi kulit atau saraf. Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta,

paling sedikit harus di temukan minimal satu dari tanda kardinal (tanda utama)

2.6 Gejala Klinis

Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan, diawali lesi

bercak putih bersisik halus pada bagian tubuh, tidak gatal, kemudian membesar dan meluas.

Jika saraf sudah terkena, penderita menegeluh kesemutan dan baal (anesthesia) pada bagian

tertentu, ataupun kesukaran menggerakan anggota badan yang berlanjut dengan kekakuan

sendi, rambut alispun dapat rontok.3

Tabel 2.1 perbedaan gejala klinis tipe PB dan MB menurut WHO

4

Page 5: LAPKAS KUSTA

PB MB

1. Lesi kulit : makula yang

datar, papul yang meninggi,

infiltrat, plak, eritem, nodus

- 1-5 lesi

- Hipopigmentasi, eritema,

distribusi tidak simetris

- lesi > 5

- distribusi lebih simetris

2. kerusakan saraf :

menyebabkan hilangnya

sensasi/kelemahan otot yang

dipersyarafi oleh saraf yang

terkena.

- hilagnya sensasi yang jelas

- hanya satu cabang syaraf

- hilangnya sensasi kurang

jelas

- banyak cabang saraf

Diagnosis penyakit kusta berdasarkan gambaran klinis, bakteriokopis, dan

histopatologis. Diatara ketiganya diagnosis merupakan yang terpenting dan paling sederhana.

Hasil bakteriokopis memerlukan waktu paling sedikit 15-30 menit, sedangkan histo patologik

memerlukan waktu 10-14 hari.

2.7 Pembagian/Klasifikasi

Zona Spektrum Kusta Menurut Macam Klasifikasi1

Klasifikasi Zona Spektrum

Ridley & Jopling TT BT BB BL LL

Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa

WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)

Puskesmas PB MB

Ket : TT (Tuberkuloid polar tipe stabil) BB (Mild borderline)

BT (Borderline tuberculoid) BL (Borderline lepramatous)

LL (Lepromatosa polar) I (Indeterminate)

Untuk kepentingan pengobatan pada tahun 1987 telah terjadi perubahan. Yang

dimaksud dengan kusta PB adalah kusta dengan BTA negatif pada pemeriksaan kulit, yaitu

tipe I, TT, dan BT. Bila pada tipe tersebut BTA positif, maka akan dimasukan kedalam kusta

MB. Sedangkan kusta MB adalah semua penderita kusta tipe BB, BL, dan LL atau apapun

5

Page 6: LAPKAS KUSTA

klasifikasinya dengan BTA positif, harus diobati dengan rejimen MDT (multi drug

treatment)-MB.

2.8 Reaksi KustaReaksi kusta adalah suatu episode akut di dalam perjalanan klinik penyakit kusta yang

ditandai dengan munculnya reaksi radang akut (neuritis) yang kadang-kadang ditandai

dengan gejala sistemik. Reaksi dapat merugikan pasien kusta, dikarnakan dapat merusak

sistem saraf tepi terutama gangguan sistem sensorik (anestesi) sehingga dapat menimbulkan

kecacatan pada pasien kusta. Reaksi kusta ini dapat erjadi sebelum mendapat pengobatan ,

pada saat pengobatan, maupun sesudah pengobatan, namun reaksi kusta paling sering terjadi

pada enam bulan sampai satu tahun setelah dimulainya pengobatan.

reaksi kusta dinagi menjadi dua kelompok, yaitu?

1. Reaksi kusta tipe 1 ( Reasi Reversal= RR )

Reaksi imunologik yang sesua adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV dari

Coomb & Gel ( Delayed Type Hipersensitivity Reaktion ). Rekasi kusta tipe 1 terjadi

terutama karna kusta tipe borderline (BT, BB, BL) dan biasanya terjadi dalam 6 bulan

pertama atau sedang menjalani pengobatan. pada reaksi ini terjadi peningkatan respon

kekebalan seluler secara cepat terhadap kuman kusta dikulit dan saraf pada pasien

kusta. Hal ini berkaitan dengan terurainya M. Lepra yang mati akibat pengobatan

yang diberikan.

Antigen yang berasal dari antigen yang telah mati akan bereaksi dengan

linfosit T dsertai dengan perubahan sistem imunitas seluler yang cepat. dasar reaksi

kusta tipe 1 adalah adanya perubahan keseimbangan antara imunitas seluler dengan

basi. Diduga kerusakan jarigan terjadi akibat langsung rekasi hipersensitivitas seluler

terhadap antigen basil.

Tabel 2.2 Gambaran reaksi kusta tipe 1

Organ yang diserang Reaksi ringan Reaksi berat

kulit Lesi kulit yang telah ada

menjadi lebih erimatosa

Lesi kulit yang telah ada

menjadi erimatosa

Timbul lesi baru yag

Kadang-kadang disertai

panas dan malaise

Saraf tepi Membesar, tidak ada nyeri Membesar, nyeri tekan dan

6

Page 7: LAPKAS KUSTA

tekan saraf dan gangguan

fungsi

Berlangsung Kurang dari 6

minggu

gangguan fungsi

Berlangsung Lebih dari 6

minggu

Kulit dan saraf Lesi yang telah ada

menjadi lebih eritematosa,

nyeri pada saraf

Berlangsung kurang dari 6

minggu

Lesi kulit yang erimatosa

disertai ulserasi atau

edema pada tangan/kaki

Saraf membesar dan

fungsinya terganggu

Berlangsung lebih dari 6

minggu

2. Reaksi tipe 2 (Reaksi Eritema Nodusu Leprosum=ENL)

Reaksi kusta tipe 2 terutama terjadi pada kusta tipe Lepromatous (BL, LL).

Diperkirakan 50% pasien kusta tipe LL dan 25% pada kusta tipe BL mengalami

episode ENL. umumnya timbul setelah 1-2 tahun pengobatan tetapi juga timbul pada

pasien kusta yang belum mendapat pengobatan Muli Drug Therapy (MDT). ENL

diduga merupakan manifestasi peradangan kompleks antigen antibodi pada pembuluh

darah. Termasuk reasi hipersentivitas tipe III menurut Coomb & Gel.

Pada pengobatan, banyak basil kusta yang mati dan hancur, sehingga banyak

antigen yang dilepaskan dan bereaksi dengan IgG, IgM dan complemen C3

membentuk kompleks imun yang terus beredar dalam pembuluh darah dan akhirnya

akan di endapkan dalam berbagai organ sehingga mengangtifkan sistem complemen

berbagai macam enzim dan bagan toksik yang menimbulkan destruksi jaringan akan

dilepaskan oleh netrofil akibat dari aktivasi komplemen.

Tabel 2.3 Gambaran reaksi kusta tipe 2

Organ yang diserang Reaksi ringan Reaksi berat

Kulit Nodus sedikit, terdapat

ulserasi

Demam ringan dan

malaise

Nodus banyak, nyeri,

berulserasi

Demam tinggi dan malaise

Saraf tepi Membesar, tidak ada nyeri Sangat membesar

7

Page 8: LAPKAS KUSTA

tekan syaraf

Fungsi tidak ada gangguan

Nyeri tekan

Gangguan fungsi

Organ tubuh Tidak ada gangguan

organ-organ dari tubuh

Terjadi peradangan pada :

Mata : nyeri, penurunan

visus, merah di sekitar

limbus

Testis : lunak, nyeri, dan

membesar

2.9 Pemeriksaan Kulit

a. Lokalisasi3

Seluruh tubuh

b. Efloresensi dan sifat-sifatnya1

Berdasarkan klasifikasi WHO :

PB : Lesi kulit berupa makula datar, papul yang meninggi, nodus,

eritema/hipopigmentasi, distribusi tidak simetris, hilang sensasi yang

jelas, dan lesi berjumlah 1-5.

MB : Lesi kulit berupa makula datar, papula yang meninggi, nodus,

distribusi lebih simetris, dan jumlah lesi lebih dari 5.

Berdasarkan klasifikasi Ridley & Jopling 3 :

Tipe I : makula hipopigmentasi berbatas tegas, anestesi dan anhidrasi,

pemeriksaan bakteriologi (-), tes lepromin (+).

Tipe TT : makula eritematosa bulat atau lonjong, permukaan kering, batas

tegas, anestesi, bagian tengah sembuh, bakteriologi (-), tes lepromin (+) kuat.

Tipe BT : makula eritematosa tak teratur, batas tak tegas, kering, mula-mula

ada tanda kontraktur, anestesi, pemeriksan bakteriologi (+/-), tes lepromin

positif/negatif (+/-).

8

Page 9: LAPKAS KUSTA

Tipe BB : makula eritematosa, menonjol, bentuk tidak teratur, kasar, ada lesi

satelit, penebalan saraf, kontraktur, pemeriksaan bakteriologi (+), tes lepromin

negatif (-).

Tipe BL : makula infiltrat merah mengkilat, tak teratur, batas tak tegas,

pembengkakan saraf, pemeriksaan bakteriologi (+) banyak basil, tes lepromin

negatif (-).

Tipe LL : infiltrat difus berupa nodul simetri, permukaan mengkilat, saraf

terasa sakit, anestesi, pemeriksaan bakteriologi (+) kuat, tes lepromin (-).

2.10 Diagnosis Banding

Beberapa hal penting dalam menetukan diagnosis banding lepra3 :

- ada makula hipopigmentasi

- ada beberapa daerah anestesi

- pemeriksaan bakteriologi memperlihatkan basil tahan asam

- ada pembengkakan/pergeseran saraf tepi atau cabang-cabangnya

a. Tipe I (Lesi yang berupa makula hipopigmentasi) : tinea versikolor, vitiligo,

pitiriasis rosea, dermatitis seborika.

b. Tipe TT (Lesi berupa makula eritematosa dengan pinggir mininggi) : tinea

korporis, psoriasis, lupus eritematosus tipe diskoid, pitiriasis rosea.

c. Tipe BT, BB, BL (Lesi berupa ilfiltrat tak berbatas tegas) : selulitis, erisepelas, atau

psoriasis.

d. Tipe LL (Lesi berupa nodula) : SLE, dermatomiositis, erupsi obat.

2.11 Penatalaksanaan

Untuk pengobatan kusta sendiri berdasarkan WHO itu menggunakan MDT (multi

drug treatment). Pengertian dari MDT sendiri pada saat ini ialah DDS sebagai obat dasar

ditambah dengan obat-obatan lain, seperti :

9

Page 10: LAPKAS KUSTA

Kombinasi DDS (diamino difenyl sulfon). klofazimin dan rifampisin.1,3

a. Tipe PB (I, TT, BT) : DDS 100 mg/hari dan rifampisin 600 mg setiap bulan.

Keduanya diberikan selama 6-9 bulan. Pemeriksaan bakteriologi dilakukan setelah 6

bulan pengobatan. Pengawasan dilakukan selama 2 tahun. Jika tidak ada aktivasi

secara klinis dan bakteriologi tetap negatif dinyatakan relief from control (RFC)

(bebas dari pengamatan).

b. Tipe MB (BB, MB, LL, dan semua tipe yang tes BTA positif) : kombinasi DDS,

rifampisin, dan lampren (klofazimin). DDS 100 mg/hari ; rifampisin 600 mg setiap

bulan ; dan lampren 300 mg setiap bulan, diteruskan dengan 50 mg setiap hari atau

100 mg selang sehari, atau 3 x 100 mg setiap minggu. Pengobatan dilakukan 2-3

tahun. Pemeriksaan bakteriologi setiap 3 bulan. Sesudah 2-3 tahun bakteriologi tetap

negatif, pemberian obat dihentikan (release from treatment = RFT). Jika setelah

pengawasan tidak ada aktivitas klinis dan pemeriksaan bakteriologi selalu negatif,

maka dinyatakan bebas dari pengawasan (RFC).

Apabila sudah terjadi reaksi kusta seperti E.N.L (eritama nodusum leprosus), dan

reversal maka pengobatannya antra lain menggunakan :

Reaksi ENL dan reversal : tablet kortikosteroid (predinosn, metyprednisolon,dll)

biasanya 15-30 mg sehari, kadang bisa lebih tinggi. Perhatikan kontraindikasi penggunaan

obat ini, maka dapat diberikan analgetik-antipiretik (paracetamol, ibuprofen) atau obat

sedativa atau obat yang mencegah iritasi lambung (ranitidin). Untuk reaksi reversal

pemberian kortikosteroid harus disertai neuritis.1

2.12 Prognosis

Dengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan menjadi lebih sederhana dan lebih

singkat, serta prognosis menjadi lebih baik. Jika sudah ada kontraktur dan ulkus kronik,

prognosis menjadi kurang baik.3

10

Page 11: LAPKAS KUSTA

BAB III

ILUSTRASI KASUS

3.1 Identitas

No. Rekam Medis :

Nama : An. DKS

Umur : 10 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Siswi Sekolah Dasar

Alamat : Perumnas Nongsa Asri

Status : Belum menikah

Seorang pasien perempuan berumur 10 tahun datang ke poliklinik penyakit kulit dan

kelamin RSUD Embung Fatimah Batam, dengan :

Anamnesis

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 01 Oktober 2014 pada pukul 10.00 WIB.

Keluhan Utama :

Luka borok pada lengan kanan dan bercak putih yang tersebar di seluruh tubuh.

Keluhan Tambahan :

Luka borok tidak sembuh-sembuh dan becak putih di seluruh tubuh terasa gatal dan

timbul kemerahan jika terpapar terik matahari.

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pada awalnya tibul bercak putih pada lengan kanan bawah, orang tua os mengira itu

hanya jamur dan di beri obat anti jamur. Setelah satu kali pemberian timbul reaksi panas dan

11

Page 12: LAPKAS KUSTA

kadang-kadang gatal juga, lalu du garuk hingga muncul luka dan luka sembuh sangat lama.

Dua tahun lamanya.

Pasien mengalami perubahan pada warna kulit. Semakin lama makin membanyak,

bercak putih dan kemerahan menyebar keseluruh tubuh. Mulai dari Wajah, dada, perut,

punggung hingga paha dan tungkai. bercak tersebut semakin melebar dan diantara bercak

putih dirasakan mulai kebas sampai matirasa.Os mengeluh kulit kering yapi tidak bersisik. Os

mengaku munculnya bercak keputihan tidak diawali demam dan nyeri sendi.

Telapak tangan kiripun dirasakan semakin mengecil, dan tersa sangat nyeri apabila

ditekan. keluhan itu dirasakan setelah munculnya bercak putih d lengan.

Os mengaku mandi dengan teratur 2 x sehari dan mengganti pakaian 2 x sehari, di

keluarga tidak ada memiliki penyakit yang sama, begitupun di lingkungan sekitar rumah. Os

sudah pernah berobat ke beberapa tempat namun keluhan tidak dirasakan membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga ( Dermatitis Atopik/ Kontak Alergi)

Tidak ada anggota keluarga dan saudara yang memiliki keluhan sama atau dengan

kulit muncul bercak putih.

Riwayat Pengobatan

Os awalnya dibawa orang tuanya berobat ke klinik kepolisian dan tidak ada

perbaikan, kemudian ke spesialis kulit kelamin di RS Elizabet Batam masih sama tidak ada

perbaikan lalu mencoba ke praktek dokter di Botania, trakhir ki RS Awal Bross dan sudah

kontrol sebanyak 2x kemudian dokter spesialis kulit kelaminnya menyarankan untu berobat

ke RSUD Embung Fatimah Batam.

Riwayat Terdahulu

Riwayat penyakit serupa disangkal.

12

Page 13: LAPKAS KUSTA

3.2 Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

Keadaan Umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital :

TD : tidak dilakukan

Nadi : tidak dilakukan

RR : tidak dilakukan

Suhu : tidak dilakukan

Keadaan Spesifik :

Kepala : dalam batas normal

Leher : dalam batas normal

Thoraks : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Genitalia : dalam batas normal

Ekstremitas : deformitas jari-jari tangan kiri

Status dermatologis

Lokalisasi : extremitas superior, extremitas inferior, facialis,

thorax, abdomen,

Ruam/Efloresensi : dijumpai ulkus supeficial numular yang soliter, di

temukan juga sikatrik yang atropik, cekung dan

hiperplastik. Dan dijumpai makula erimatosa tanpa

nodus dengan ukuran seperti pelakat, bentuk susunan

tidak khas, ukuran nomular-pach, bemtuk lesi tidak

beraturan, menyebar secara simetris dan bilateral.

13

Page 14: LAPKAS KUSTA

kelainan mukosa : tidak dijumpai kelainan

rambut : tidak dijumpai kelainan

Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar, tidak dijuumpai kelainan

kuku : tidak dijumpai kelainan kuku

Pemeriksaan Sensabilitas :

Rasa raba : didapati lesi yang anestesi (pada lengan atas

kanan, punggung, dan paha bawah kanan)

Rasa tusuk : anestesi pada telapak tangan kiri

Pembesaran saraf perifer :

N. Aurikularis Magnus -/-

N. Facialis -/-

N. Ulnaris -/- (nyeri tekan +)

14

Page 15: LAPKAS KUSTA

N. Tibialis -/- (nyeri tekan +)

Pemeriksaan kecacatan :

Mutilasi : tidak ada

Atropi otot : otot palmaris

ulkus : ulkus superficial pada lengan kanan

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Bakteriologi (BTA) diambil dari beberapa lesi diantaranya

Dibawah kuping telnga (-)

Siku lengan (-)

Paha (-)

3.3 Diagnosis Banding

- Kusta (Morbus hansen) tipe PB atau tipe MB

- Pitiriasis Rosea

- Psoriasis

3.4. Diagnosis Sementara

- Kusta/Morbus Hansen (tipe MB)

3.5 Penatalaksanaan

Terapi obat-obatan : MDT (Multi Drug Treatment)

Rifampisin 600 mg/bulan

Klofazimin 300 mg/bulan di lanjutkan 100 mg/hari

DDS 100 mg/hari

Neuromed 1 tablet/hari

15

Page 16: LAPKAS KUSTA

3.6 Prognosis

Quo Ad Sanam : bonam

Quo Ad Vitam : bonam

Quo Ad Komestikum : bonam

Quo Ad Fungsionam : bonam

16

Page 17: LAPKAS KUSTA

BAB IV

DISKUSI

An. DKS, Perempuan berusia 10 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD

Embung Fatimah dengan keluhan adanya luka borok tidak sembuh-sembuh dan becak putih

di seluruh tubuh terasa gatal dan timbul kemerahan jika terpapar terik matahari. Pada awalnya

tibul bercak putih pada lengan kanan bawah, orang tua os mengira itu hanya jamur dan di beri

obat anti jamur. Setelah satu kali pemberian timbul reaksi panas dan kadang-kadang gatal

juga, lalu du garuk hingga muncul luka dan luka sembuh sangat lama. Dua tahun lamanya.

Pasien mengalami perubahan pada warna kulit. Semakin lama makin membanyak, bercak

putih dan kemerahan menyebar keseluruh tubuh. Mulai dari Wajah, dada, perut, punggung

hingga paha dan tungkai. bercak tersebut semakin melebar dan diantara bercak putih

dirasakan mulai kebas sampai matirasa. Os mengeluh kulit kering yapi tidak bersisik. Os

mengaku munculnya bercak keputihan tidak diawali demam dan nyeri sendi. Telapak tangan

kiripun dirasakan semakin mengecil, dan tersa sangat nyeri apabila ditekan. keluhan itu

dirasakan setelah munculnya bercak putih d lengan. Os mengaku mandi dengan teratur 2 x

sehari dan mengganti pakaian 2 x sehari, di keluarga tidak ada memiliki penyakit yang sama,

begitupun di lingkungan sekitar rumah. Os sudah pernah berobat ke beberapa tempat namun

keluhan tidak dirasakan membaik. Tidak ada anggota keluarga dan saudara yang memiliki

keluhan sama atau dengan kulit muncul bercak putih.

Os awalnya dibawa orang tuanya berobat ke klinik kepolisian dan tidak ada

perbaikan, kemudian ke spesialis kulit kelamin di RS Elizabet Batam masih sama tidak ada

perbaikan lalu mencoba ke praktek dokter di Botania, trakhir ki RS Awal Bross dan sudah

kontrol sebanyak 2x kemudian dokter spesialis kulit kelaminnya menyarankan untu berobat

ke RSUD Embung Fatimah Batam.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai ulkus supeficial numular yang soliter, di temukan

juga sikatrik yang atropik, cekung dan hiperplastik. Dan dijumpai makula erimatosa tanpa

nodus dengan ukuran seperti pelakat, bentuk susunan tidak khas, ukuran nomular-pach,

bemtuk lesi tidak beraturan, menyebar secara simetris dan bilateral. Pada pemeriksaan

sensibilitas didapati lesi yang anestesi (pada lengan atas kanan, punggung, dan paha bawah

kanan) dan anestesi pada telapak tangan kiri pada pemeriksaan tusuk jarum. Telah dilakukan

pemeriksaan laboratorium berupa tes bakteriologi (BTA) di dapankan hasil negatif (-). Dari

17

Page 18: LAPKAS KUSTA

anamnesis dan pemeriksaan fisik didapati dua dari tiga katagori diagnosis Morbus Hansen

tipe MB ( >5 lesi, distribusi lebih simetris, hilangnya sensasi kurang jelas.

Dari anamnesis dan pemerksaan dermatologi diambil beberapa diagnosis banding

yaitu Kusta (Morbus hansen) tipe PB atau tipe MB, Pitiriasis Rosea, dan Psoriasis.Petiriasis

rosea adalah Erupsi papulo matosa akut yang agak serig di jumpai, timbul bercak seluruh

tubuh terutma daerah yang tertutup pakaian , brbrntuk bulat panjang dan mengikuti lipatan

kulit, diawali satu bercak yang besar disekitarnya terdapat bercak yang kecil. Psoriasis adalh

penyakit kulit dengan lesi berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas. ditutupi oleh skuama

tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat dengan lokasi siku, lutut, kulit kepala, telapak

kaki dan tangan, punggung, tungkai atas dan bawah sertakuku.

Pasien diterapi secara khusus dan umum. Secara umum pasien di jelaskan tentang

penyakit yang diderita serta nasehat dan saran terhadap penyakit kusta yang dideritanya.

secara khusus pasien di beri terpi dengan MDT MB : rifamfisin 600 mg/bulan, klofazimin

300 mg/bulan dilanjutkan dengan 100 mg/hari. Rifampisin brkrja menghambat enzim

polimerase RNA yang berikatan secara irreversible. Rifampisin diberikan dosis tunggal 600

mg/hari (5-15 mg/kg BB). DDS 100 mg/hari, obat ini bersipat bakteriostatik dengan

menghambat enzim dehidrofolat sintetas. Pasien juga diberikan neuromed 1 tab/hari sebagai

neurotropic, yaitu menjaga dan memelihara sel saraf terutama sel saraf perifer.

Pengobatan yang diberikan selain pengobatan kusta yang MDT (multi drug treatment)

harus juga diberikan berdasarkan simptomatis dan status dermatologis pasien. Hal ini sesuai

dengan kepustakaan bahwa dengan pemberian ibuprofen tablet 2 x 1 sebagai antipiretik dan

analgetik, carmed lotion sebagai pelembab untuk kulit kering, metylprednisolon 2 x 1 untuk

reaksi kusta, dan ranitidin tablet 2 x 1 untuk mencegah dan mengurangi iritasi lambung efek

dari mengkonsumsi obat-obatan seperti kortikosteroid dan obat kusta yang harus diminum

dalam jangka panjang. 1,3

Daftar Pustaka

1. Djuanda Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. 2006. Jakarta :FKUI.

18

Page 19: LAPKAS KUSTA

2. Isselbacher, Braunwald, Wilson, dkk. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison.

Edisi 13. Volume 3. 1999. Jakarta : EGC.

3. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Edisi 2. 2005. Jakarta : EGC.

4. IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Difasilitas Pelayana Kesehatan Primer. 23

desember 2013.

19