lapleng densitometri

41
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN LENGKAP UJI PENDAHULUAN OLEH KELOMPOK II GOLONGAN SELASA PAGI MARIAM ULFAH (N111 13 075) YUNI SUKARSIH (N111 13 074) GAUDENSIUS SAKA AGIL (N111 13 021) NIRMA APRIANA (N111 13 525) REVI YUNITA R (N111 13 345) MASNI (N111 13 051) SYUKUR (N111 12 263) ROSDIANA (N111 12 120) ASISTEN : ABDUL HAMID MAKASSAR

Upload: mariam-ulfah

Post on 11-Nov-2015

146 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDINLAPORAN LENGKAP

UJI PENDAHULUAN

OLEH

KELOMPOK II

GOLONGAN SELASA PAGI

MARIAM ULFAH

(N111 13 075)

YUNI SUKARSIH

(N111 13 074)

GAUDENSIUS SAKA AGIL(N111 13 021)

NIRMA APRIANA

(N111 13 525)

REVI YUNITA R

(N111 13 345)

MASNI

(N111 13 051)

SYUKUR

(N111 12 263)

ROSDIANA

(N111 12 120)

ASISTEN : ABDUL HAMIDMAKASSAR

2015BAB I

PENDAHULUANI.1 Latar BelakangKromatografi lapis tipis ( Thin Layer Kromatography ) adalah adalah salah satu kualitatif dari suatu sample yang akan di deteksi dengan memisahkan komponen- komponen sample berdasarkan kepolaran. Ide penggunaan kromatografi serapan dalam bentuk lapisan tipis di lekatkan pada suatu penyongkong telah di kelengahkan pada tahun 1938. Mula pertama dicoba memisahkan terpen-terpen pada Cromatostrip yang di buat dengan melpisi potongan gelas kecil dengan penyerap yang di campur dengan pati atau pelekat yang berkelakuan sebagai pengikat. Kromatografi lapis tipis perlu dibandingkan pertama-tama dengan kromatografi serapan karena mempunyai sistem fisika yang bersamaan diantara keduanya dan kedua dengan kromatografi partisi kertas, karna mempunyai kesamaan dalam teknik eksperimennya, kromatografi kolom yang merupakan proses yang lambat yang membutuhkan relatif dalam jumlah yang besar demikian pula cuplikan yang di gunakan sedangkan kromatografi lapis tipis hanya membutuhkan penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan noda-noda yang terpisahkan yang diloalisir pada plat seperti pada lembaran kertas.

Densitometri adalah metode analis instrumental yang berdasarkan interaksi radio elektromagnetik dengan analit yng merupkan noda pada KLT. Analis densitometri di butuhkan standar dan sampel yang cukup murni. Syarat keberhasilan densitometri adalah penempatan standar dan sampel yang akurat dan konsisten ke atas lempeng dalam jumlah kecil serta ukuran bercak yang kecil dan hampir sama.I. 2 Maksud dan Tujuan PercobaanI.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami prinsip kerja, cara perlakuan, cara penentuan kualitatif pengolahan data hasil densitometri dan penetapan kadar pada sampel meniran (Phyllanthus niruri) dan temulawak (Curcuma xanthorrizha).I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui dan memahami prinsip kerja densitometri pada sampel meniran (Phyllanthus niruri) dan temulawak (Curcuma xanthorrizha).

2. Mengetahui dan memahami cara perlakuan yang dapat diukur secara densitometri pada sampel meniran (Phyllanthus niruri) dan temulawak (Curcuma xanthorrizha).

3. Mengetahui dan memahami cara penentuan kualitatif suatu senyawa pada sampel meniran (Phyllanthus niruri) dan temulawak (Curcuma xanthorrizha).

4. Mengetahui dan memahami cara pengolahan data hasil densitometri pada sampel meniran (Phyllanthus niruri) dan temulawak (Curcuma xanthorrizha).BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Densitometri adalah metode analisis instrumental yang berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan noda pada KLT. Interaksi radiasi elektromagnetik dengan noda KLT yang ditentukan adalah absorpsi, transmisi, pantulan (refleksi) pendar fluor atau pemadaman pendar fluor dari radiasi semula. Densitometri lebih dititik beratkan untuk analisis kuantitatif analit-analit dengan kadar yang sangat kecil yang perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT. Densitometri merupakan metode penetapan kadar suatu senyawa pada lempeng kromatografi , menggunakan instrumen TLC scanner, pengukuran dilakukan dengan cara mengukur serapan analit (cahaya yang diukur dapat berupa cahaya yang dipantulkan atau yang diteruskan), pemadaman fluoresensi untuk lapisan yang mengandung bahan berfluorsensi analit atau hasil reaksi analit.

Densitometri adalah alat pelacak kuantitatif yang sangat terkenal. Alat ini dilengkapi dengan spektrofotometer yang panjang gelombangnya dapat diatur dari 200-700 nm. Alat tersebut dinamakan TLC Scanner. II.1.2 Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (Klt)Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom. (1)Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.(2)KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki system pelarut dan system penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi.(3)KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.(2)Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending). Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju pergerakan yang berbeda. Kromatografi kebanyakan digunakan sebagai alat analisa kuantitatif tetapi dapat juga dipakai secara kualitatif (pembandingan terhadap senyawa-senyawa referensi. (1)Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan beberapa sifat fisika umum dari molekul, yaitu sebagai berikut. (5)a. Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan).b. Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan halus (adsorpsi/penyerapan). c. Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap. Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi pereaksi seperti asam sulfat. (5) Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat. (1)Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : (1) Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.

Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.

Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.II.1.3 Pembuatan Lapisan Tipis (5)Penyerap dituangkan diatas permukaan plat yang kondisi bentuknya baik, biasanya digunakan plat kaca / aluminium. Ukuran yang digunakan tergantung pada jenis dari pemisahan yang akan dilakukan dan jenis dari bejana kromatografi. Seringkali bentuk plat kaca / aluminium dijual dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dua ukuran ini dianggap sebagai standard. Hal yang penting yaitu bahwa permukaan dari plat harus rata. Plat -plat kaca / aluminium sebelum dipakai dicuci terlebih dahulu dengan air dan detergent kemudian dikeringkan. Terakhir, dapat dicuci dengan aseton, tetapi hal ini tidak mesti dilakukan. Satu hal yang perlu diperhatikan jangan menyentuh permukaan dari plat yang bersih dengan jari tangan karena bekas jari tangan yang menempel akan merubah tebal dari permukaan penyerap pada plat. Untuk membuat penyerap, pertama bahan penyerap dicampur dengan air sampai menjadi bubur, biasanya dengan perbandingan x gram penyerap dan 2x ml air. Bubur diaduk sampai rata dan dituangkan diatas plat dengan berbagai cara. Tebal lapisan merupakan faktor yang paling penting dalam kromatografi lapisan tipis. Tebal standard adalah 250 mikron. Lapisan-lapisan yang lebih tebal ( 0.5 - 2.0 mm ) digunakan untuk pemisahan-pemisahan yang sifatnya besar, dengan menggunakan penyerap hingga 250 mg untuk plat dengan ukuran 20 x 20 cm. Salah satu kesukaran dengan lapisan tebal ialah adanya tendensi mengelupas bila kering. II.1. 4 Instrument Klt(5)1. Detektor Detektor pada alat TLC Scanner 3 CAMAG menggunakan photomultipliers. Komponen didalam phot omultipier (PMT) sendiri adalah photomultiplier tube (tabung vakum photomultiplier), photocathode (katoda metalik yang terbuat dari bahan logam multi alkali), struktur dynode (berbentuk lempengan cekung) dan anoda (memilki spectral sensitivity 185-850 nm). Prinsip kerja dari PMT adalah permukaan logam katoda disinari dengan seberkas cahaya dan sejumlah elektron terpancar dari permukaannya, yang biasa disebut dengan efek fotoelektrik dengan kondisi hampa udara.Elektron yang terpancar dan terlepas karena adanya sekumpulan energi yang timbul dan dikuatkan oleh susunan komponen dynode (linier -focused type) secara berurutan dan keluar mengenai anoda. Elektron tersebut terikat dalam logam dengan energi W (eV), yang dikenal sebagai fungsi kerja (work function), logam yang berbeda memilki fungsi kerja yang berbeda pula. Dan logam katoda yang digunakan sebagai permukaan fotosensitif, dibawah panjang gelombang pancung (cutoff wavelength) c, sembarang sumber cahaya, selemah apapun, akan menyebabkan terjadinya pemancaran fotoelektron. Cahaya yang masuk difokuskan dengan melewati focusing electrode dan elektron mengenai dynode pertama kemudian dipantulkan dan dipancarkan ke dynode kedua sampai ke dynode yang terakhir (proses pengalian) sehingga terjadi muatan elektron yang lebih besar dan timbul tegangan. 2. MonokromatorMonokromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang gelombang. Monokromator untuk radiasi ultra violet, sinar tampak dan infra merah adalah serupa, yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan prisma atau grating. Terdapat 2 macam monokromator yaitu monokromator prisma Bunsen dan monokromator grating Czerney-TurneyFungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis dari sumber cahaya menjadi sinar monokromatis. Bila seberkas cahaya dilewatkan melalui sebuah prisma, maka cahaya tersebut akandiuraikan menjadi beberapa warna (terdapat berbagai warna merah, jingga, hijau, biru, dan lain-lain). Beda lintasan (modus refleksi) : AB+CD = a(sin (m) + sin (i)) (2.1) Sehingga kondisi untuk puncak maksimum menjadi: a(sin (m ) + sin (i)) = m (2.2)3. Absorbansi Penyerapan hanya terjadi jika energi foton yang datang cocok dengan energy yang diperlukan untuk memindahkan satu elektron terluarnya dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi (atau dari pita valensi ke pita konduksi di dalam zat padat). Dengan spektroskopi dari cahaya transmisi bisa diketahui tingkat/pita energi dari suatu atom/molekul/zat padat. Gambar 2.6 Proses terjadinya energi dengan bahanBerkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan pada sampel kimia maka sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnet yang ditransfer ke molekul sampel akan menaikan tingkat energi (tingkat tereksitasi). Molekul akan dieksitasi sesuai dengan panjang gelombang yang diserapnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang diserap: E = h x = h x C / = h x C / v (1.3)dimana, E = energi yang diserap h = tetapan Planck = 6,626 x 10-34v = frekuensi C = kecepatan cahaya = 2,998 x 108 m/det = panjang gelombang = bilangan gelombang Gambar 2.7 Hubungan antara absorbance dengan penjang gelombang Absorbansi dengan simbol A dari suatu larutan merupakan logaritma dari 1/T atau logaritma Io/It. A = log (1/T) = log (Io/It) = - log (T) (1.4) dimana, A = Absorbansi / serapan Io = Intensitas sinar yang datang It = Intensitas sinar yang diteruskan T = Transmitance / transmitansi 4. TransmitansiApabila suatu berkas sinar radiasi dengan intensitas Io dilewatkan melalui suatu larutan dalam wadah transparan maka sebagian radiasi akan diserap sehingga intensitas radiasi yang diteruskan It menjadi lebih kecil dari Io. Transmitansi dengan simbol T dari larutan merupakan fraksi dari radiasi yang diteruskan atau ditansmisikan oleh larutan, yaitu : T = It/Io (2.5) Transmitansi biasanya dinyatakan dalam persen (%). II.1.5 TLC Scanner 3 CAMAGAlat TLC Scanner 3 CAMAG, terdiri atas bagian -bagian elektronik, yaitu :a. A compartment for plate positioning (with motor driver). b. Optical system. c. Three light source ( Deuterium lamp, Tungsten halogen lamp, Mercury vapor lamp).d. Scanner setup. Terdapat 2 macam cara sistem kerja / sistem pengukuran TLC Scanner 3 CAMAG, a ntara lain : 1. Absorbance Mode. 2. Fluorescence Mode.Absorbance Mode Setelah sampel pada plat TLC mengalami pemisahan, selanjutnya plat TLC dimasukkan kedalam alat TLC Scanner untuk dilakukan pengukuran. Dan ditentukan range panjang gelombang, lalu di start/ dimulai. Prinsip kerja dengan cara absorbance, yaitu energy cahaya dari sumber lampu yang telah dipilih masuk ke monokromator (M) kemudian cahaya yang keluar dari monokromator akan mengenai mirror dan dipantulkan menurun mengenai dan melalui Beam Splitter dan langsung mengenai permukaan putih pada plat TLC yang kemudian akan dipantulkan ke detektor pengukuran. Sebagian cahaya yang mengenai Beam Splitter dipantulkan ke reference detektor. Reference detektor berfungsi untuk mengatur sensitivity / kepekaan cahaya secara otomatis pada detektor pengukuran sehingga mendapatkan pancaran cahaya lampu yang tepat pada panjang gelombang tertentu. Kedua detektor memakai photomultiplers yang mana lebih sensitive dengan range panjang gelombang yang besar. Energi cahaya yang dipantulkan dideteksi oleh photomulplier, yang mana photon memukul/mengenai katoda photomultiplier dan dikuatkan oleh dynodes. Kemudian kromatogram (sampel pada plat) discan dan timbul perbedaan tegangan yang dihasilkan pada detektor yang mana diplot sebagai fungsi posisi pengukuran untuk hasil dari sebuah absorption scan. Jika backgr ound plat discan, intensitas cahaya yang penuh dipantulkan kembali dan menghasilkan sinyal 100% karena disana tidak ada zat yang menyerap cahaya. Bila daerah kromatogram discan kemudian akan menyerap bagian penyinaran cahaya dan memancarkan intensitas cahaya rendah daripada background plat kemudian akan menghasilkan sinyal pada detektor. Sistem scanning bekerja berdasarkan pergerakan plat TLC pada compartment secara otomatis dan mempunyai posisi yang dapat diatur terhadap sumbu x dan y. Plat TLC / objek pengukuran yang berada pada compartment digerakkan oleh motor stepper yang terletak dibawah sorotan lampu.Absorbance adalah perbedaan diantara cahaya yang terjadi dan cahaya yang terserap diukur sebagai fungsi karakteristik zat. Dengan kata lain, absorbance adalah perbedaan diantara pantulan cahaya yang diukur dari tempat yang kosong pada plat TLC dan pantulan cahaya dari zat pada plat TLC yang sama. Flourescence Mode Prinsip kerja dengan cara fluorescence sama dengan cara absorbance, yaitu pada saat melakukan scan pada suatu zat pada plat TLC, background plat tidak ada sinyal karena adanya panjang gelombang yang tidak diperlukan akan dihalangi oleh filter. Jika daerah fluorescent (sampel pada plat) mengalami scanning maka akan memancarkan cahaya yang akan masuk dan melewati filter kemudian menghasilkan sinyal pada detektor. Pengukuran fluorescent ini hanya untuk menganalisa zat yang tidak tampak. Hasil sinyal output dari detektor dihubungkan dengan perangkat elektronik seperti amplifier dan A/D Converter. Setelah sinyal output dari detektor masuk ke A/D Converter, lalu sinyal output (analog) ini akan diubah menjadi sinyal digital, yang mana akan dihubungkan langsung ke PC melalui connection serial interface RS232. Dengan didukungnya software WinCATS maka dapat mengetahui nilai konsentrasi zat dan dapat menampilkan gambar Peak (puncak kromatogram), yang mana gambar peak ini berbentuk mirip dengan kurva Gaussian, yang menunjukkan karakteristik tersendiri dari zat yang diukur.II. 1.6 PELAKSANAAN KLT1. Fase Diam (1)Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran rata- rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.

Penjerap yang paling sering digunakan adalah silica dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi.

Tabel 2.3 Beberapa penjerap fase diam yang digunakana pada KLT

PenjerapMekanisme SorpsiPenggunaan

Silika gelAdsorpsiAsam amino, hdirokarbon, vitamin, alkaloid

Silika modifikasi dengan hidrokarbonPartisi termodifikasiSenyawa-senyawa non polar

Serbuk selulosaPartisiAsam amino, nukleotida, akrbohidrat

AluminaAdsorpsi Hidrokarbon, ion logam, pewarna makanan, alkaloid

KieselgurPartisi

Selulosa penukar ionPertukaran ionAsam nukleat, nukleotida, halide dan ion-ion logam

Gel sephadexEksklusi polimer, protein, kompleks logam

-siklodekstrinInteraksi adsorpsi stereospestikCampuran enansioner

2. Fase Gerak (1)Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :

Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif.

Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.

Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.

Solut-solut ionik dan solute-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan methanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau ammonia masing-masing akan meningkatkan solute-solut yang bersifat basa dan asam.

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah botol vial, chamber, lampu UV 254 nm dan 366 nm, Lempeng silica gel GF 254 nm, penggaris, pensil, pipet mikron, pinset, sendok tanduk, dan tabung effendorf, tip 5 mikron.

III.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah asam formiat, ekstrak daun legundi (ekstrak awal, larut etil asetat dan tidak etil asetat), ekstrak daun tapak liman (ekstrak awal, larut heksan, dan BJA), etanol, etil asetat, heksan, dan toluene

III.2 Cara Kerja

1. Ekstrak sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan dilarutkan dengan pelarut metanol dengan konsentrasi 1000 ppm pada tabung efendorf.2. Diaktifkan terlebih dahulu lempeng KLT yang akan digunakan.3. Dipotong lempeng KLT dengan panjang 4 x 10 cm, ditandai batas bawah (1 cm) dan batas atas (0.5 cm).4. Kemudian sampel ditotolkan menggunakan mikro pipet sebanyak 4 L pada lempeng KLT.5. Lempeng KLT dielusi pada chamber dengan eluen etanol : etil 0,5 : 9 untuk sampel tapak liman dan eluen tolune:etil asetat:asam formiat 4:1:0,1 untuk ekstrak legundi6. Setelah lempeng mencapai batas atas, diambil lempeng dari dalam chamber7. Dilakukan pengamatan pada lampu UV 254 nm dan 366 nm8. Hasil lempeng KLT yang telah dielusi kemudian diukur menggunakan densitometri.BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Gambar Pengamatan

IV.2 Hasil PengamatanEkstrak Temulawak

Hasil pengamatan secara lengkap terlampir.

Tabel Hasil Densitometri

Track 1: Ekstrak AwalSpotRfArea(maks

10.05202

20.05200

50.06203

Track 2: Ekstrak Larut HeksanSpotRfArea(maks

1

3

4

5

Track 3: Ekstrak Tidak Larut HeksanSpotRfArea(maks

1

3

4

5

BAB V

PEMBAHASANPada praktikum ini, dilakukan uji densitometri yang bertujuan untuk mengukur kerapatan suatu senyawa dengan melihat warna dan spot. Densitometri juga dilakukan untuk melihat uji kulaitatif dan kuantitaif pada suatu senyawa.

Densitometri dilakukan dengan menotol hasil partisi dan ekstrak awal pada lempeng, dimana tiap sampel di timbang masing-masing 1 mg dalam tabung endorf dan dilarutkan dengan metanol sampai 1 ml. Sampel ditotol dengan pipet mikro yang di pipet sebanyak 5 L. Kemudian lempeng di elusi dan diamati pada sinar UV 254 dan UV 366 untuk melihat apakah noda terpisah secara sempurn atau tidak agar didapatkan hasil densitometri yang baik.

Setelah diamati pada sinar UV, lempeng kemudian diamati pada alat densitometer winCATS Planar Chromatography Manager dan di dapatkan 4 spot yang terdeteksi oleh alat densitometer. Berikut hasil densitometri pada sampel temulawak :

Gambar 1. Hasil Densitometri

Gambar 2. Hasil densitometri pada Spot 1

Gambar 3. Hasil densitometri pada Spot 2

Gambar 4. Hasil densitometri pada Spot 3

Gambar 5. Hasil densitometri pada Spot 4

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya yag dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis bisa digunakan dengan kromatogram atau perhitungan Rf atau pengidentifikasian senyawa-senyawa. Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna. Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Identifikasi bercak pada lempeng kromatogram dapat dilakukan dengan cara kimia dan cara fisika. KLT dapat digunakan untuk analisa kualitatif, kuantitatif dan analisa preparatif.VI. 2 SaranArahan dan bimbingan dari asisten sangat dibutuhkan demi lancarnya kegiatan praktikum.DAFTAR PUSTAKA1. Gandjar, Ibnu Ghalib dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

2. Mulja M., Suharman, 1995, Analis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya hal 223-232

3. Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung , hal 3-17.

4. Sastrohamidjojo, H., 1991, Kromatografi, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hal 28, 30, 34-36.

5. Touchstone, JC., Rogers, D., 1980, Thin Layer Chromatography Quantitative Enviromental and Clinical Application, A Willey Intenscience Publication, John Willey & Sons, New York, 99-113.

6. Sumarno, 2002, Kromatografi Teori dan Petunjuk Praktikum, Bagian Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadja Mada, Jogjakarta, hal 57-61

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Hasil Partisi

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Hasil Partisi

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Elusi

Sampel

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Mentotol

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Ekstrak awal