laporan 1 pgg

20
PRAKTIKUM GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI ACARA I PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI, DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUKLAHAN YANG ADA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Geologi dan Geomorfologi Dosen Pengampu : Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc Oleh: NURUL SULISTIYO PRIBADI K5408042 1

Upload: nurul-sulistiyo-pribadi

Post on 13-Aug-2015

126 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Page 1: laporan 1 pgg

PRAKTIKUM GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI

ACARA I

PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI, DAN PROSES

GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUKLAHAN YANG ADA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Geologi dan

Geomorfologi

Dosen Pengampu : Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc

Oleh:

NURUL SULISTIYO PRIBADI

K5408042

SEMESTER VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

1

Page 2: laporan 1 pgg

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

ACARA 1

PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI, DAN PROSES

GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUKLAHAN YANG ADA

I. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui struktur litologi, proses, dan ciri bentuklahan

asal genesis.

2. Mahasiswa dapat membuat penampang melintang berdasarkan peta

topografi / peta kontur tersebut.

II. Bahan dan Alat

1. Peta RBI Lembar 1408 - 221 Bantul skala 1 : 25000

2. Peta RBI Lembar 1407-543 Dringo skala 1: 25000

3. Kertas Kalkir

4. Alat tulis menulis

5. Pensil Warna

6. Penggaris

III. Dasar Teori

Salah satu kunci pokok dalam mempelajari geomorfologi adalah

“Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dibandingkan dengan evolusi

yang sederhana”. Hal ini dapat diketahui bahwa proses yang bekerja pada suatu

2

Page 3: laporan 1 pgg

kenampakan di bumi saat ini tidak hanya bekerja dalam satu proses akan tetapi

talah mengalami proses yang banyak, bervariasi maupun berulang-ulang yang

pada akhirnya akan membentuk kenampakan yang kompleks seiring dengan

berjalannya waktu.

Dalam hal ini struktur geologi dan litologi memegang peranan penting

dalam analisis geomorfologi karena dapat diketahui proses-proses yang telah

terjadi baik yang bersifat konstruksional maupun destruksional.

PENDEKATAN

Beberapa kenampakan peta RBI / topografi yang penting untuk

dieprhatikan dalam melakuakan penafsiran adalah:

1. Pola Aliran

2. Kelurusan (lineament) punggungan, puncak bukit, lembah, dan lereng

3. Bentuk-bentuk bukit

4. Aliran sungai (hal ini diaplikasikan dengan beberapa klasifikasi genesa

dan pola aliran sungai)

5. Penyempitan dan pelebaran lembah

6. Perubahan arah aliran secara mendadak atau tiba-tiba

Berdasarakan kenampakan tersebut di atas dapat dilakukan

pendekatan untuk mengetahui:

1. Litologi

Berdasarkan dari pola dan sifat garis kontur, maka dapat digunakan

untuk membedakan:

a. Batuan keras (litologi resisten)

b. Batuan lunak (litologi non resisten)

c. Batuan urai (umumnya berupa endapan aluvial)

d. Batuan karbonat (karst topografi)

Adapun cara-cara penafsirannya:

a. Kontur rapat ditafsirkan sebagai batuan yang keras / resisten

b. Kontur jarang / renggang ditafsirkan sebagai batuan yang lunak

3

Page 4: laporan 1 pgg

c. Pola kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda dengan

pola kontur di sekitarnya ditafsirkan sebagai batuan yang keras

2. Struktur Geologi

Pada dasarnya struktur geologi yang berupa lipatan, sesar, dan kekar,

yang dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola atau sifar garis

kontur pada peta topografi.

a. Struktur Lipatan

Dapat diketahui dengan menafsirkan kedudukan pelapisan

batuannya.

Kedudukan lapisan batuan / kemiringan batuan pada peta

topografi akan berlawanan dengan kenampakan kerapatan

konturnya, di mana lapisan miring dicirikan oleh adanya gawir-

gawir terjal (ditunjukkan dengan garis kontur yang rapat) yang

memotong lapisan dan arah kemiringan batuan tersebut searah

dengan kemiringan landai dari topografinya (diperlihatkan dengan

punggungan yang landai) hal ini pada peta topografi ditunjukkan

dengan pola garis kontur yang renggang.

Kemiringan lapisan batuan tersebut dapat mempunyai arah

kemiringan satu arah (berlawanan), tiga arah dan segala arah.

Kemirinagan satu arah disebut sayap lipatan, dua arah lipatan

(sinklim atau antiklin), tiga arah disebut lipatan (sinklin atau

antiklin) menunjam serta kemiringan lapisan segala arah disebut

sebagai dome.

Lapisan horizontal dicirikan dengan permukaan yang datar

dengan garis kontur yang jarang, tebing-tebingnya terjal atau

bervariasi atau berundak (tergantung resistensi batuannya) dengan

pola kontur menyesuaikan dengan relirf sama.

b. Struktur Sesar

Ditandai dengan:

Pola kontur yang panjang, lurus, dan rapat

4

Page 5: laporan 1 pgg

Aliran sungai yang membelok secara tiba-tiba dan mendadak

serta menyimpang dari pola arah umum

Jajaran triangular facet

Jajaran mata air

Pelengkungan dari kelurusan punggungan serta adanya offset

morfologi

c. Struktur Kekar

Ditandai dengan adanya kelurusan gawir, lembah-lembah, bukit-

bukit, dan celah-celah. Sering pula dengan pola tertentu dan tidak

hanya satu arah, atau dapat pula dilihat dari pola perkembangan

sungai.

3. Pola Pengaliran

Gambar : Pola Pengaliran

a. Dendritik

5

Page 6: laporan 1 pgg

Pola aliran yang anak-anak sungainya bermuara pada sungai induk

secara tidak teratur. Tempat pertemuan anak-anak sungai dengan

sungai induk ada yang berbentuk sudut dan ada yang berbentuk

sudut tumpul. Pola dendritik tipe ini berkembang bebas dalam segala

arah dengan percabangan yang tidak teratur. Pola ini terdapat pada

batuan berbutir halus, permeabilitasnya seragam, kemiringannya

landai. Umumnya terbentuk pada daerah dengan resistensi batuan

yang seragam dan tidak begitu terjal.

b. Parallel

Pola aliran sungai yang arah alirannya hampir sejajar antara sungai

satu dengan sungai lainnya. Tempat pertemuan anak-anak sungai dan

sungai induk berbentuk sudut lancip. Pola aliran ini umumnya

terdapat di daerah perbukitan dengan lereng terjal. Pola ini biasanya

terdapat pada batuan shale atau clay dengan kemiringan yang nyata

atau karena dipengaruhi struktur yang menyenbabkan jarak cabang –

cabangnya beraturan.

c. Radial

Sentrifugal

6

Page 7: laporan 1 pgg

Sungai – sungai konsekuen yang mengalir secara radial dari

puncak puncak suatu dome atau gunungapi.

Sentripetal

Pola aliran di mana sungai-sungai mengalir menuju pusat suatu

cekungan / basin.

d. Anular

Pola aliran yang terbentuk pada daerah kutub struktural yang telah

terkikis dewasa sehingga sungai-sungai besarnya mengalir melingkar

mengikuti struktur batuan lunak. Sungai – sungai ini jenis

7

Page 8: laporan 1 pgg

Subsekuen. Pola aliran Anular dengan demikian merupakan variasi

dari pola aliran trellis.

e. Trellis

Pola aliran di mana sungai-sungai induk hampir sejajar dan anak-

anak sungai hampir membentuk sudut 90o dengan sungai induk. Pola

trellis menunjukkan suatu system yang kurang lebih pararlel,

biasanya mengikuti arah strike formasi batuan.

f. Rectangular

Pola ini berkembang mengikuti patahan, belahan, dan kekar. Sungai-

sungainya lurus dan belokan terjadi dengan tiba-tiba serta bersudut.

g. Angular

Pola ini merupakan modifikasi dari rectangular. Sungai-sungai

ditandai dengan belokan bersusut tajam yang erkenaan dengan

adanya patahan. Sungai-sungai cabang lebih kurang paralel dan

menggabung ke sungai utama dengan sudut tumpul

4. Bentuklahan

Berdasarkan genesisnya, bentuklahan dibedakan menjadi 8. Dalam

pemetaan geomorfologi, masing-masing bentuklahan memiliki simbol

8

Page 9: laporan 1 pgg

(bidang dan warna) yang berbeda. Adapun simbol untuk tiap-tiap

bentuklahan asal genesa adalah sebagai berikut:

NO ASAL BENTUKLAHAN SIMBOL BIDANG + WARNA

1. Vulkanik Merah

2. Struktural merah lembayung

3. Denudasional coklat

4. Fluvial biru tua

5. Marin Hijau

6. Aeolian Kuning

7. Solusional Orange

8. Glasial biru muda

9. Organik

(Verstappen dan Van Zuidam, 1968)

IV. CARA KERJA

1. Mengamati peta topografi

2. Membuat pola aliran pada masing – masing peta topografi yang tersedia

dengan berdasarkan sifat kontur (lembah dan punggungan)

3. Mengklasifikasikan masuk jenis pola aliran mana

4. Menentukan jenis litologi yang ada dengan pendekatan peta topografi

5. Melengkapi informasi yang ada pada masing – masing peta kontur

berdasarkan bentuklahan, seperti mineral yang umunya berada pada

bentuklahan tersebut serta proses geomorfologinya.

6. Membuat penampang melintang A-B yang mewakili vriasi kenampakan

permukaan yang terdapat dalam peta tersebut.

9

Page 10: laporan 1 pgg

V. HASIL

1. Peta yang dijadikan sumber pengamatan adalah Peta RBI Lembar 1408-

221 Bantul dan Peta RBI Lembar 1407-543 Dringo. Pada peta RBI yang

diamati tersebut mencakup daerah-daerah yang memiliki bentuklahan, pola

aliran, litologi, struktur geologi, proses geomorfologi yang beragam.

2. Peta I “Peta Litologi dan Pola Aliran Sebagian Wilayah Yogyakarta Tahun

1999”. (digambar di kertas kalkir)

3. Berdasarkan Peta Litologi dan Pola Aliran Sebagian Wilayah Yogyakarta

Tahun 1999”, diketahui bahwa pola aliran yang ada di daerah atau wilayah

tersebut adalah Pola Rectangular.

4. Berdasarkan pendekatan topografi pada Peta RBI Lembar 1408 – 221

Bantul dan Peta RBI Lembar 1407-543 Dringo, terdapat 2 jenis litologi,

yaitu:

a. Litologi Resisten, pada peta disimbolkan dengan hijau tua.

b. Litilogi Non-Resisten, pada peta disimbolkan dengan warna hijau

muda.

5. Struktur geologi yang bekerja pada wilayah yang dipetakan, antara lain:

a. Struktur Lipatan

Buktinya adalah pada peta, kedudukan lapisan batuan/kemiringan

batuan dicirikan oleh gawir-gawir terjal yang ditunjukkan dengan

garis kontur yang rapat dan punggungan landai yang ditunjukan

dengan pola garis kontur yang renggang.

b. Struktur Sesar

Buktinya adalah pada peta, pola konturnya panjang, lurus, dan rapat,

serta aliran sungai yang membelok secara tiba-tiba dan membentuk

sudut (Pola Rectangular).

c. Struktur Kekar / Retakan

Buktinya adalah pada peta, garis konturnya rapat yang menunjukkan

bahwa pada daerah tersebut terjadi gaya tekan atau gaya tarik.

6. Peta II “Peta Tentatif Geomorfologi sebagian Wilayah Yogyakarta Tahun

1999” (digambar di kalkir).

10

Page 11: laporan 1 pgg

Peta Tentatif Geomorfologi sebagian Wilayah Yogyakarta Tahun 1999

menginformasikan ada 3 bentuklahan yang berkembang di lokasi

pengamatan, yaitu:

a. Bentuklahan Fluvial, pada peta disimbolkan dengan

warna biru tua.

b. Bentuklahan Solusional, pada peta disimbolkan

dengan warna orange.

c. Bentuklahan Marin, pada peta disimbolkan dengan

warna hijau muda.

No. Bentuklahan Pola Aliran Struktur

Geologi

Material

Penyusun

Proses

Geomorfologi

Keterangan

1. Fluvial Reactangular Sesar Alluvium Erosi,

sedimentasi

Di sekitar

Kali Progo

dan Kali

Opak

2. Karst Dendritik Antiklinal Kapur Erosi Termasuk

dalam

formasi

Wonosari

3. Marin Rectangular Sesar Sedimen

marin

solusional Di sekitar

pantai

7. Penampang melintang (profil) A – B yang mewakili variasi kenampakan

permukaan yang terdapat dalam peta (digambar pada kertas milimeter).

VI. PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini membuat dua peta yaitu Peta Litologi dan

Pola Aliran Sebagian Wilayah Yogyakarta Tahun 1999 serta Peta Tentatif

Geomorfologi sebagian Wilayah Yogyakarta Tahun 1999. Dari kedua peta

tersebut dapat diketahui bentuklahan, pola aliran, litologi, struktur geologi,

11

Page 12: laporan 1 pgg

proses geomorfologi yang beragam yang dilakukan dengan mendasarkan pada

informasi kontur yang ada pada peta RBI. Peta RBI yang digunakan ada dua

yaitu Peta RBI Lembar 1408 - 221 Bantul skala 1 : 25000 dan Peta RBI

Lembar 1407-543 Dringo skala 1: 25000.

Berdasarkan pendekatan topografi pada Peta RBI Lembar 1408 –

221 Bantul dan Peta RBI Lembar 1407-543 Dringo, terdapat 2 jenis litologi,

yaitu: Litologi Resisten dan litologi Non resisten. Litologi Resisten pada peta

disimbolkan dengan warna merah, suatu daerah dapat ditafsirkan sebagai

litologi resistan karena dilihat dari kontur di wilayah tersebut yang rapat dan

batuannya merupakan batuan yang tahan terhadap tenaga pengikisan; Lapisan

batuan resisten memungkinkan terbentuk relief positif, contoh relief positif

antara lain kubah, stalakmit, menara karst, mogote. Sedangkan litologi Non-

resisten pada peta disimbolkan dengan warna coklat tua, ditafsirkan sebagai

litogi non-resisten karena kontur yang ada di wilayah tersebut jarang atau

renggang dan merupakan batuan yang mudah terkikis. Lapisan batuan non

resisten memungkinkan terbentuk relief negatif, yaitu relief yang menuju ke

bawah bumi seperti danau karst, stalaktit, uvala, polje, lembah karst, gua karst.

Pada peta yang digambar, pola aliran yang terbentuk didominasi

oleh pola rectangular. Pola ini ditunjukkan dengan sungai-sungai yang lurus,

membelok secara tiba-tiba serta membentuk sudut-sudut tegak lurus.

Kenampakan tersebut dikendalikan oleh pola kekar dan sesar yang juga

berpotongan tegak lurus.

Gambar : Pola Rectangular

Struktur geologi adalah segala unsur dari bentuk arsitektur kulit

bumi yang diakibatkan oleh gejala-gejala gaya endogen bumi.. Terdapat 3

12

Page 13: laporan 1 pgg

struktur geologi yang bekerja pada wilayah yang dipetakan, yaitu: struktur

lipatan, struktur sesar, dan struktur kekar.

(1) Struktur Lipatan terjadi ketika dua lempeng kerak bumi yang saling

berhadapan bertabrakan. Lapisan batuan pada kerak bumi mendapat

tekanan hebat yang menyebabkan pelipatan lapisan batuan. Proses

pelipatan batuan ini merupakan awal pembentukan pegunungan lipatan.

Terlipatnya lapisan batuan ini dapat mendorong terbentuknya perbukitan

(antiklinal) dan lembah (sinklinal).

(2) Struktur Sesar terjadi karena tekanan dalam bumi menyebabkan patahan

jika bekerja pada lapisan batuan yang tidak elastis atau keras. Akibatnya,

kerak bumi retak kemudian patah. Di patahan ini ada bagian yang turun

disebut graben (slenk). Sementara itu, lapisan tanah yang terangkat disebut

horst yang menghasilkan kenampakan sebuah plato (dataran tinggi).

Contoh plato adalah Plato Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(3) Struktur Kekar adalah retakan pada batuan yang belum mengalami suatu

pergeseran. Kekar dapat terjadi pada semua jenis batuan, dengan ukuran

yang bervariasi. Kekar bisa terjadi karena tektonik maupun proses lain.

Bentuklahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh

proses-proses alami yang mempunyai selang karakteristik fisik dan visual

dimanapun bentuklahan itu ditemukan. Pada praktikum ini terdapat ada 3

bentuklahan, yaitu bentuklahan fluvial, bentuklahan solusional, dan

bentuklahan marin.

(1) Bentuklahan fluvial berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan

seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Secara

umum, proses yang bekerja pada bentuklahan ini adalah erosi,

transportasi, dan sedimentasi. Contoh satuan bentuklahan fluvial:

dataran aluvial Kali Opak. Di dalam peta di simbolkan dengan warna

biru.

(2) Bentuklahan Solusional adalah bentuklahan yang terbentuk akibat

proses pelarutan. Bentuklahan ini sering didentikkan dengan karst.

Karst merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan

13

Page 14: laporan 1 pgg

drainase yang khas, terutama disebabkan oleh keterlarutan batuannya

yang tinggi di dalam air. Di dalam peta di simbolkan dengan warna

orange yang terletak di daerah gunung Kidul.

(3) Marin merupakan bentuklahan yang dihasilkan oleh aktivitas laut,

yaitu adanya gelombang dan arus laut akibat keberadaan gelombang

dan arus akan menghasilkan bentuklahan asal marin baik berupa

bentukan erosional maupun deposisional. Di dalam peta di simbolkan

dengan warna hijau, dan di peta merupakan daerah pantai selatan.

VII. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pada peta yang diamati memiliki struktur geologi, litologi, dan

bentuklahan yang beragam atau bervariasi.

2. Struktur geologi yang bekerja pada wilayah yang digambar adalah struktur

lipatan, struktur sesar, dan struktur kekar.

3. Litologi yang ada adalah litologi resisten dan litologi nonresisten.

4. Sedangkan bentuklahan yang ada adalah fluvial, solusional, marin.

5. Pola aliran yang ada pada peta yang diamati didominasi oleh pola

rectangular.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Wijayanti, Pipit.2011.Handout Praktikum Acara 1 Pengenalan Struktur,

Litologi dan Proses Geomorfologi berdasarkan Bentuklahan yang

Ada.Surakarta:UNS.

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press

14