laporan 31 desember
TRANSCRIPT
-
8/7/2019 laporan 31 desember
1/25
1
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk menciptakan atau membangun sebuah konstruksi atau bangunan
umumnya memakai beton yang digunakan sebagai struktur teknik sipil. Beton
digunakan untuk pondasi kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Oleh karena itu
pengtahuan tentang beton ini sangat diperlukan dan pelajari.
Beton merupakan bahan kontruksi yang terdiri dari campuran bahan pengikat
hidrolis(semen Portland), agregat sebagai bahan pengisi dan penguat, air sebagai
material pereaksi dan bahan tambahan (aditif) bisa digunakan bila ada maksud
tertentu, misalnya untuk mempercepat pengerasan atau manambah kekuatan, bahan
aditif ini bisa terdiri dari : ply ash, gips, bubuk bata merah, dan lain-lain.
Metode yang digunakan dalam perencanaan campuran beton didasarkan pada
ketentuan Amerika Insitute (ACI) standar 211-1-91 yang dikombinasikan dengan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971 N-2.
Berdasarkan bahan campuran yang disesuaikan dengan pelaksanaan, beton
struktural dibagi menjadi 2 jenis :
1. Beton tidak berudara di dalam (non air entrained concrete).
2. Beton berudara di dalam (air entrained concrete).
Kedua jenis beton ini kekuatan tekanannya sangat tergantung pada kepadatannya,
daya lekat partikel-partikel agregat dengan pasta semen dan kekerasan agregat yang
digunakan. Mutu dari suatu beton adalah tekanan yang dapat di terima oleh beton
tersebut dalam satuan kg/cm2. Dimana mutu atau kualitas dari suatu beton sangat
tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Misalnya : mutu bahan dasar,
-
8/7/2019 laporan 31 desember
2/25
2
komposisi campuran, faktor air semen, pelaksanaan campuran, kondisi temperatur
tempat beton mengeras, perawatan dan umur dari benda uji beton itu sendiri. Faktor-
faktor ini sangat penting untuk diperhatikan agar mendapatkan gradasi yang sesuai.
Untuk mengetahui tingkat kekuatan atau keamanan suatu konstruksi yang
akan dibangun, maka sangat perlu dihitung kekuatan beton tersebut. Sehingga untuk
menghitung atau mengetahui tingkat kekuatan beton maka kita perlu melakukan
pengujian atau pengetesan benda uji dari beton tersebut.
Campuran beton yang telah selesai akan diisi ke dalam suatu tempat berbentuk
silinder yang disebut sebagai benda uji. Sebelum dimasukkan mortar, silinder terlebih
dahulu diolesi dengan oli agar beton tidak lengket ketika dikeluarkan dari cetakan.
Pencampuran dan pengadukan beton dilakukan dengan menggunakan mesin
pengaduk Mollen yang berkapasitas 120 liter dengan FAS 0,344 dan dengan nilai
Slump yang ditetapkan 7,5 10 cm. Benda uji dicetak dalam cetakan baja berbentuk
silinder yang berdiameter 15 cm dan tingginya 30 cm sebanyak 8 buah silinder benda
uji. Tes pembebanan dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari dan 28 hari dengan
menggunakan mesin pembebanan Ton Industri Manhein, Jerman
Tujuan praktikum bahan bangunan ini agar kami dapat mengetahui kekuatan
suatu beton, apakah beton tersebut memenuhhi standar dan layak digunakan, atau
tidak, dan agar kami dapat mengetahui bagaimana caranya menghitung beton
struktural dan beton non struktural.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
3/25
3
BAB II
MATERIAL , BENDA UJI , DAN METODE PENELITIAN
2.1 Material
Material utama yang digunakan adalah agregat, yang meliputi Coarse
Aggregate yaitu kerikil dengan butiran nya > 5mm dan Fine Aggregate yang meliputi
pasir kasar (Coarse Sand), dan pasir halus (Fine Sand).
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive) dan
kohesif (kohesive) yang memungkinkan melekatnya partikel-partikel agregat menjadi
suatu masa yang padat. Proses pengikatan ini berlangsung dengan adanya air
(hydration). Oleh karenanya semen ini dinamakan hidraulis (hydraulic cement).
Semen hidraulis bisa juga dinamakan semen Portland (Portland cement). Semen yang
digunakan ialah Andalas tipe 1.
Air (water) yang dapat digunakan dalam campuran beton dan perawatannya
harus bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis dan bahan-
bahan yang dapat merusak beton. Dalam hal ini, sebaiknya digunakan air yang bersih
dengan ketentuan pH 7 yang tersedia di laboratorium ilmu konsruksi dan bahan
bangunan fakultas teknik Universitas Syiah Kuala. Tetapi karena kesulitan
memperolehnya dan harga yang mahal, maka boleh dipergunakan yang terdapaat di
alam, seperti air sumur, air sungai, air waduk dan lain-lain dengan ketentuan
memenuhi kriteria air minum. Air yang digunakan adalah bersih dengan ketentuan PH
$ 7 dan berasal dari PDAM yang tersedia di Lab.Konstruksi dan Ilmu Bahan
Bangunan Fakultas Teknik Unsyiah.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
4/25
4
Yang mempunyai sifat-sifat : jernih, bersih, tawar, dan dapat diminum, dan juga harus
bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis, dan bahan-bahan
yang dapat merusak beton.
2.1.1 Aggregat
Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati
bulat dengan ukuran butiran antara 0,075 mm 150 mm. Agregat yang digunakan
adalah agregat alam yang berupa coarse agregat ( kerikil), coarse sand (pasir kasar),
dan fine sand (pasir halus).
Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat dan pengisi ,dan
menempati sekitar 75% dari volume total beton.
Keutamaan agregat dalam peranannya didalam beton :
Menghemat penggunaan semen Portland
Menghasilkan kekuatan besar pada beton
Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton
Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang
padat
A. Agregat Halus
Agregat halus berukuran 0,075 mm 5 mm, dan meliputi pasir kasar (Coarse
Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Menurut PBI agregat halus harus memenuhi syarat
sbb:
Modulus halus butir 2.3 sampai 3.1
-
8/7/2019 laporan 31 desember
5/25
5
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu
banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-
HARDER dengan larutan NaOH 3%.
Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras,
dan bersifat kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan
temperatur.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering). Bila lebih 5% harus dicuci.
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan diatas dapat
juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari
tidak kurang dari 95% dari kekkuatan adukan agregat yang sama tetapi
dicuci dalam lar. NaOH 3% yang kemudian dicuci bersih dengan air pada
umur yang sama.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam
besarnya.
B. Agregat Kasar
Agregat kasar biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan
butirannya berukuran antara 5mm-150mm. Ketentuan agregat kasar antara lain :
Modulus butir 6.0 sampai 7.1.
Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji
Rudeloff dengan beban uji 20 ton.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
6/25
6
Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak
berpori.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%.
Bila melampaui harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yg dapat merusak
beton, seperti zat yang relatif alkali.
Persentase air sangat mempengaruhi di sini. Bila kadar air sedikit saja lebih,
maka akan sangat berpengaruh pada mutu beton yang diinginkan. Kelebihan air akan
mengakibatkan adanya rongga-rongga pada beton, sehingga beton menjadi kurang
kokoh. Karena ketika beton sudah kering air yang datinya presentasinya lebih, akan
menyisakan rongga-rongga udara.
2.1.2Portland cement (PC)
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive) kohesif
(cohesive) yang memungkinkan melekatnya partikel-partikel agrregatvmenjadi suatu
massa yang padat. Proses pengikatan ini berlangsung dengan adanya air atau
hidration. Oleh karenanya semen ini dinamakan semen hidraulis (hydraulic
cement).semen hidraulis biasa juga disebut semen Portland (Portland Cement).
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland terbagi dalam 5 jenis
yaitu :
Tipe I, yaitu untuk konstruksi secara umum.
Tipe II, yaitu untuk konstruksi secara umum terutama sekali bila disyaratkan agak
tahan terhadap Sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
7/25
7
Tipe III, yaitu untuk beton yang mengeras dengan cepat, dikenal dengan istilah
beton dengan kekuatan awal tinggi.
Tipe IV, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang
rendah.
Tipe V, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap
Sulfat.
Dalam percobaan ini, semen yang digunakan adalah semen Tipe I.
Komponen-komponen utama dari semen Portland adalah batu kapur yang
mengandung komposisi CaO (kapur, lime) dan lempung yang mengandung SiO2
(silika),, Al2O3 (oksida aluminium) dan Fe2O3 (oksida besi).
2.1.3 Air
Air yang dapat dipergunakan dalam campuran beton dan perawatannya harus
bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan
yang dapat merusak beton. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih, tetapi
karena kesulitan memperolehnya / mahal maka boleh digunakan air yang terdapat di
dalam alam seperti air sumur, air sungai, dan lain-lain dengan ketentuan memenuhi
kriteria air minum.
Pada percobaan ini, digunakan air dengan Ph dianggap 7 yang telah tersedia di
Lab. Konstruksi dan Ilmu Bahan Bangunan Fakultas Teknik Unsyiah.
2.2 Benda Uji
-
8/7/2019 laporan 31 desember
8/25
8
Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda
uji beton. Benda uji beton dapat berbentuk kubus ukurannya 15x15x15 cm, kubus
ukuran 20x20x20 cm dan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Berdasarkan
PBI 1971, benda uji standar ialah kubus 15x15x15 cm sedangkan menurut ACI
211.1-77 adalah silinder ukuran 15 cm dengan tinggi 30 cm.
Pada percobaan digunakan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm sebanyak 8 buah.
2.3 Metode Pelaksanaan
2.3.1 Sifat-sifat fisis agregat
Untuk menentukan sifat-sifat fisis agregat, digunakan metode British Standard
(BS) dan American Society for Testing for Material (ASTM).
Berat jenis (Specific Gravity) agregat adalah perbandingan berat sejumlah
volume agregat tanpa mengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang
sama. Specific Gravity dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan jenuh
permukaan(saturated surface dry)dan kering absolut(oven dry) berdasarkan metode
BS 812. Pengukuran dilaksanakan dengan dua cara, yaitu penimbangan diluar dan
dalam air untuk kerikil; dan untuk pasir berdasarkan metode Thawlows.
Analisa saringan (sieve analysis) bertujuan menguraikan susunan butiran
agregat yang diperoleh dari hasil penyaringan benda uji dengan menggunakan
beberapa fraksi saringan. Pada pelaksanaannya perlu ditentukan batas max/min
butiran sehubungan pengaruh terhadap sifat pekerjaan, penyusutan, kepadatan,
kekuatan, dan juga faktor ekonomi dari beton. Peraturan beton bertulang indonesi
-
8/7/2019 laporan 31 desember
9/25
9
1971 mengusyratakan batas maximum butiran 31,5 mm dan batas minimum 0,25
mm.Dalam hal ini saringan standar yang digunakan berdasarkan metode ASTM.
2.3.2 Kandungan organis dalam pasir
Jika agregat campuran beton mengandunakan bahan organik akan
mengakibatkan proses hidrasi terganggu, sehingga dapat mengurangi kekuatan beton.
Untuk itu pasir harus diperiksa kandungan organiknya dengan menggunakan metode
Abrams Harder ASTM C-40-73.
2.3.3 Komposisi Campuran Beton (Concrete Mix Design)
Setelah bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton diteliti sifatnya,
kemudian perencanaan komposisi campuran berdasarkan American Concrete Institude
(ACI) 211.1-91.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
10/25
10
BAB III
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN MATERIAl, PERHITUNGAN
KOMPOSISI CAMPURAN BETON, DAN PEMBUATAN BENDA UJI
3.1 Pelaksanaan Pemeriksaan Material
3.1.1 Berat volume (bulk density)
Tujuan : Pemeriksaan ini untuk menentukan berat volume pada
aggregate
Peralatan :
1. Pengering (oven).
2. Talam/baki. Untuk mengeringkan benda uji agregat.
3. Tongkat pemadatan standar dari besi diameter 16 mm, panjng 60cm dan salah
satu ujungnya dibulatkan.
4. Mistar perata.
5. Skop atau sendok pengisi agregat.
6. Literan (container). Baja yang kaku berbentuk silinder dari plat baja dengan
tutup.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
11/25
11
Bahan :
1. Kerikil (course agregat).
2. Pasir (fine agregat).
Langkah Kerja :
7. Timbang berat literan beserta tutup plat kaca.
8. Literan didsi air penuh pada temperatur kamar, sehingga waktu ditutup pada
plat kaca tidak terlihat gelembung-gelembung udara, lalu ditimbang beratnya.
9. Berat air dalam literan.
10. Timbang berat plat kaca.
11. Masukkan benda uji ke dalam baskom sebanyak yang diteliti ( sekurang-
kurangnya untuk 3 buah benda uji ).
12. Benda uji dikeringkan dengan oven pada temperatur antara 1000C 1100C
hingga terdapat berat tetap.
13. Dengan menggunakan sendik/ sekop benda uji diisi kedalam literan secara
hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran ( sebaiknya dijatuhkan dari
ketinggian kurang dari 5 cm diatas permukaan literan ) hingga penuh.
14. Ratakan permukaan benda uji dengan menggelinding tongkat stansar/
menggeser mistar pada tepi atas literan.
15. Tentukan berat literan beserta benda uji.
16. Berat volume gembur dapat ditentukan dengan rumus :
Perhitungan
I. Berat literan : Wl = Wlk- Wk
-
8/7/2019 laporan 31 desember
12/25
12
II. Berat air dalam literan : Wa = Wlka - Wlk
III. Volume literan : V1 = Wa / 1 = Wa
IV. Berat benda uji : Wbu = Wlbu - Wl
V. Volume benda uji : Volume literan
VI. Berat volume benda uji : Wbv = Wbu / Vl
3.1.2 Analisa saringan (sieve analysis)
Tujuan : Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan
perencanaan campuran agregat untuk beton
Peralatan :
1. Pengeringan ( oven ).
2. Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1% dari berat benda uji.
3. Satu set saringan standar ASTM 79 yang disesuaikan dengan ketentuan-
ketentuan PBI 1971 yaitu sebagai berikut : 31,5;
19,1;9,52;4,76;2,38;1,19;0,59;0,29 dan 0,149 mm.
4. Baki/ talam penampung
5. Sikat besi, sendok dan kuas.
Bahan :
1. Kerikil. Tiap benda uji diambil 2,5 kg.
2. Pasir kasar.
3. Pasir halus.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
13/25
13
3.1.3 Berat jenis (specific grafity)
Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis aggregate
Peralatan :
1. Timbangan.
2. oven.
3. Kain lap.
4. Baskom.
5. Sendok.
6. Ember plastik.\
Bahan :
1. Kerikil.
Langkah Kerja : Pengukuran berat jenis dan absorbsi diawali dengan
perendaman agregat selama 24 jam. Kemudian setelah 24 jam, agregat yang
jenuh air tersebut dihamparkan di atas lantai sambil dibalik-balikkan dan
diangin-anginkan untuk mengeringkan permukaannya secara merata.
Untuk agregat halus atau pasir, keadaan kering air permukaan didapat
dengan memasukkan pasir ke dalam kronis sebanyak 3 lapis yang tiap lapis
dipadatkan dengan menggunakan tongkat besi sebanyak 25 kali. Setelah
-
8/7/2019 laporan 31 desember
14/25
14
diratakan, kronis diratakan dan diangkat vertikal ke atas. Keadaan kering air
permukaan ditunjukkan dengan runtuhnya sebagian agregat halus atau pasir.
Pasir dalam keadaan kering air permukaan dimasukkan ke dalam gelas
dan ditimbang beratnya. Kandungan udara dalam pasir tersebut dihilangkan
dengan mengisi air ke dalam gelas hingga penuh. Kemudian ditutup dengan
plat kaca, lalu gelas dibolak-balik beberapa kali hingga udara pada agregat
tersebut dapat keluar. Ini dilakukan hingga tidak terdapat lagi gelembung
udara di dalam gelas. Kemudian gelas yang berisi pasir dan air tadi ditimbang
beratnya. Selanjutnya airnya dibuang dan pasir diisi ke dalam kontainer yang
telah diketahui beratnya dan kemudian dioven selama 24 jam dengan
temperatur 105 C, lalu ditimbang beratnya. Dengan data yang telah diperoleh,
dapat ditentukan berat jenis pasir kering permukaan dan kering oven dengan
menggunakan persamaan:
"'
)(
cc w ss
s
S S DgWWW
WS
++
=
"'
)(
cc w ss
s
O DgWWW
WS
++
=
Keterangan :
-
8/7/2019 laporan 31 desember
15/25
15
Sg(SSD) = berat jenis pasir jenuh air kering permukaan
Sg(OD) = berat jenis pasir kering oven
Ws = berat pasir jenuh air kering permukaan
Wd = berat pasir kering oven
Wcsw = berat gelas berisi pasir jenuh air kering permukaan dan air
Wcw = berat gelas dan air
Pengukuran berat jenis agregat kasar atau kerikil dilakukan dengan
memasukkan kerikil tersebut ke dalam keranjang yang telah diketahui
beratnya. Kerikil dan keranjang ditimbang di udara dan di atas air. Selanjutnya
kerikil dioven selama 24 jam dengan temperatur 105 C. Agregat kasar atau
kerikil dalam keadaan kering oven ditimbang beratnya. Selanjutnya dapat
ditentukan berat jenis kerikil kering permukaan dan kering oven dengan
menggunakan persamaan;
ws
sSSDg
WW
WS
=)(
ws
dODg
WW
WS
=)(
Keterangan :
Sg(SSD) = berat jenis kerikil jenuh air kering permukaan
Sg(OD) = berat jenis kerikil kering oven
Ws = berat kerikil jenuh air kering permukaan
Wd = berat kerikil kering oven
Ww = berat kerikil jenuh air kering permukaan dalam air
3.1.4 Penyerapan (absorption}
-
8/7/2019 laporan 31 desember
16/25
16
Tujuan : Menentukan persentase berat air yang terserap. Absorbsi
merupakan persentase perbandinagn agregat dalam keadaan
SSD dengan OD.
Langkah Kerja :
Selanjutnya setiap agregat dihitung absorbsi agregat tersebut dengan
menggunakan persamaan:
%100)(
=
d
ds
W
WWW
Keterangan :
W = Water absorption
Ws = berat agregat jenuh air kering permukaan
Wd = berat agregat kering oven
Pemeriksaan ini dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil nilai rata-ratanya.
3.2 Perhitungan Rencana Campuran Beton Struktural (Mix Design)
Kokoh beton yang diinginkan adalah 200 kg/cm2 (silinder) dengan tinggi
slump 7,5 - 10 cm. Coarse agregate mempunyai diameter maksimum 31,5 mm dengan
dry rodded weight 1,599 kg/m3. Bahan-bahan yang digunakan adalah Potland Cemen
Type I PT. SAI dengan specific gravity 3,15. Coarse agregat dengan specific gravity
OD 2,574 dengan absorption 3,12 % serta fineness modulus 7,139. fine sand dengan
spesific gravity OD 2,493 dengan absorption 4,319 % serta Fineness modulus 2,505.
Air yang digunakan adalah air yang memenuhi criteria air minum.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
17/25
17
Berat 1 m3 mortal diperhitungkan berdasarkan tabel ACI Standard 211.191,
secara interpolasi diperoleh 1862,988 kg.
Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah:
air (netto) : 186,760
kg
semen : 345,852
kg
coarse aggregate : 1104,589
kg
jumlah : 1637,201
kg
berat fine agregat menjadi : 1862,988 1104,589 =
758,399 kg
berat fine sand = 0,798 x 758,399 =
605,202 kg
berat coarse sand = 0,202 x 758,399 =
153,197 kg
Rumus estimasi campuran agregat halus, dengan perbandingan FM
(JISC/DOBOKUGAKKAI) :
FMfs (x) + FMcs (1-x) = FMfa .1
2,505 (x) + 3,962 (1-x) = 2,8
2,505x + 3,962 - 3,962x = 2,8
- 1,457x = - 1,162
x = 0,758 (fine sand)
1-x = 0,202 (coarse sand)
-
8/7/2019 laporan 31 desember
18/25
18
Berat FA menjadi = 1862,988 1104,589 = 758,399 kg
berat FS = 0,798 x 758,399 = 605,202 kg
berat CS = 0,202 x 758,399 = 153,197 kg
Untuk mencampur 8 benda uji standar, maka komposisi campuran yang
dibutuhkan dapat dihitung :
V 1 b.uji = d2 h
V 8 b.uji = 8 () (3,14) (15 cm)2 (30 cm)
= 42390 cm3
= 0,042390 m3
0,05 m3
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang diperoleh dari ketiga jenis aggregate yaitu coarse aggregate,
coarse sand dan fine sand, meliputi beberapa bagian sebagai berikut :
4.1 Sifat-sifat Fisis Material
Tabel 4.1.1 Hasil sieve analysis Hasil penelitian sifat fisis agregat
-
8/7/2019 laporan 31 desember
19/25
19
Sifat-Sifat
Fisis
Agregat
CA CS FS
Specific Gravity SSD 2,655 2,645 2.601
Specific Gravity OD 2,974 3,608 2,493
Bulk Density (Kg/L) 1,559 1,643 1,450
Water Absoption 3,121 3,608 4,319
Fineness Modulus(FM) 7,139 3,2418 2,505
Tabel 4.1.2. Hasil Penelitian Sieve Analysis
UKURAN
SARINGAN
(mm)
Persen rata-rata tinggal dalam
saringan
CA CS FS
31,5 0.000 0.000 0.000
19,0 32.367 0.000 0.000
9,50 60.233 0.000 0.000
4,75 3.833 19.221 0.000
2,36 0.750 18.087 4.333
1,18 0.650 25.999 5.667
0,600 0.683 20.243 42.333
0,300 0.684 10.421 33.400
0,150 0.550 4.888 12.333
-
8/7/2019 laporan 31 desember
20/25
20
Sisa 0.250 1.141 1.934
TOTAL 100.000 100.000 100.000
Perhitungan kuat tekan karakteristik benda uji meliputi:
a. Kuat tekan beton rata-rata
n
bibm
=
8
744,803.1=bm
468,225=bm
Ket :
Silinder yang digunakan sebagai benda uji adalah silinder dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Kuat tekan beton/benda uji dapat dihitung dengan rumus:
A
Pbi =
Keterangan :
bi = Kuat tekan beton
P = Beban hancur (ton)
A = Luas penampang
A = d2
= (3,14)(15)2
= 176,625 cm2
Dari data yang didapat diatas kita dapat mengetahui standart deviasi dari beton
tersebut : 182,266
Faktor umur untuk waktu :
3 hari = 0,4
7 hari = 0,65
14 hari = 0,88
21 hari = 0,95
28 hari = 1
-
8/7/2019 laporan 31 desember
21/25
183.26=s
21
Deviasi standar merupakan tolok ukur dari mutu pelaksanaan pekerjaan
pembetonan. Berdasarkan PBI 1971 Deviasi Standar (S) diperoleh dari rumus ;
1
)''(2
=
n
bmbi
s
18
934.798,4
=s
kg/cm2
Kuat tekan karakteristik
fc = fcr k.S
= 225,468 - (1,65) (26,183)
= 182,266 Kg/cm2
Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase
kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :
% kekuatan beton = 100Re xncanaMutuBeton
ampuranMutuBetonC
= 100200
266,182x
= 91 %.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
22/25
22
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan kuat tekan beton karakteristik, penelitian secara
menyeluruh dan mengamati segala kemungkinan selama praktikum dapat diambil
suatu pernyataan bahwa kuat tekan beton karakteristik sangat dipengaruhi oleh
kualitas bahan pembentuknya . Disamping itu terdapat pula faktor-faktor tambahan
lainnya, antara lain : Faktor Air Semen ( FAS ), proses pencampuran, proses
pemadatan, proses perawatan dan umur benda uji.
Dalam melakukan uji kekuatan beton kita harus memperhatikan toleransi umur
pembebanan yang dibolehkan setelah benda uji dikeluarkan dari bak perendaman. Ini
memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam praktikum. Kesalahan-kesalahan lain
yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :
5.1 Kandungan organik pada aggregat.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
23/25
23
Bahan organik yang dikandung aggregate dapat mempengaruhi kekuatan
beton. Bila pada pencucian aggregate tidak sempurna, akan menyebabkan kandungan
kotoran organik dalam aggregate cukup tinggi, sehingga dapat merusak beton melalui
proses-proses kimia yang berlangsung.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan menganalisa data-data yang diperoleh maka
dapat disimpulkan :
Dari hasil penelitian diperoleh kuat tekan beton adalah sebesar )( bm 232,21
kg/cm 2
Kuat tekan beton rata-rata ( bm) dengan perawatan yang diperoleh dari 8 benda uji
sebesar 383,87 Kg/cm2 dengan nilai deviasi standar (S) sebesar 81,54 Kg/cm2 .Tinggi
slump yang diperoleh 6 cm, yaitu tidak memenuhi syarat tinggi slump yang
direncanakan yaitu 7,5cm 10 cm.
Kesalahan-kesalahan pada hasil penelitian kuat tekan beton ini disebabkan
antara lain :
-
8/7/2019 laporan 31 desember
24/25
24
Kekeliruan dalam perhitungan perbandingan bahan-bahan pencampur yang
digunakan. Kurangnya ketelitian saat menimbang, mencampur dan mengaduk beton
sehingga mempengaruhi komposisi campuran beton.
6.2 Saran
Masih banyak kekuranagan dalam pelaksanaan praktikum ini untuk
memperoleh hasil yang lebih baik dan akurat. Oleh karena itu, masih banyak hal yang
harus diperbaiki dan ditingkatkan agar berhasilnya pelaksanaan praktikum dimasa
mendatang.
Bila ada yang ingin melakukan atau melanjutkan praktikum ini disarankan
untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam melaksanakan praktikum. Praktikan juga
diharapkan dapat memahami materi kuliah sebelum melakukan praktikum. Ketelitian
dan kehati-hatian dalam melaksanakan praktikum harus ditingkatkan, serta dituntut
pula kekompakan antara sesama praktikan agar hasil yang diperoleh dapat maksimal.
Kepada karyawan dan staff laboratorium, hendaklah bimbingannya lebih
ditingkatkan, sehingga ketidaktelitian dalam menimbang dan menguji dapat
dikurangi.
-
8/7/2019 laporan 31 desember
25/25
25
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Hanafiah M.A. 1995. Panduan Praktikum Merencanakan Komposisi Campuran
Beton Stuktura,. Banda Aceh : Laboratorium Konstruksi Dan Bahan Bangunan FT
Unsyiah.
Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. N.I.-2, Bandung :
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga Listrik.
Zaman Kamaruz dan Subhan Ahmad, Rencana Campuran Beton dengan FAS 0,50,
Banda Aceh : Laboratorium Konstruksi Dan Bahan Bangunan FT Unsyiah.