laporan
DESCRIPTION
REAKSI DAN KARAKTERISASI ALKOHOL ALIFATIKTRANSCRIPT
Praktikum kimia Organik 1, 2014
Edi Siswanto, Reaksi dan Karakterisasi Alkohol Alifatik
REAKSI DAN KARAKTERISASI ALKOHOL ALIFATIK
Edi Siswanto, Aisyah, Atventus Reno, Ayu Fitri, Dessy Amma N.A, Diana Rose,
Nurhayatun Nafsiyah, Sarina, Towiyah, Yoga Pratama, Arimbi Wahyu Ningdyah
ABSTRAK
Alkohol alifatik merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksi (-OH) dan
melekat pada rantai karbon jenuh. Reaksi dan karakterisasi alkohol alifatik dapat
diketahui dengan mereaksikannya dengan berbagai reagen misalnya air, parafin, dan
reagen lucas. Misibilitas alkohol dengan air dapat diketahui dengan mencampurkan
n-butil alkohol dengan air sehingga dapat diketahui bahwa n-butil alkohol dapat larut
dalam air. Misibilitas alkohol dengan hidrokarbon dapat diketahui dengan
mencampurkan parafin dengan etil alkohol sehingga dapat diketahui bahwa etil
alkohol tidak dapat larut dalam parafin, kemudian beberapa alkohol alifatik ketika
ditambahkan reagen lucas yaitu untuk iso-propil alkohol ditambahkan reagen lucas
yaitu terbentuk 2 fase, n-butil alkohol ditambahkan reagen lucas yaitu terbentuk 2 fase
dan ters-butil ditambahkan reagen lucas yaitu terbentuk 3 fase.
Kata kunci : alkohol alifatik, misibilitas alkohol, reagen lucas
I. PENDAHULUAN
Alkohol adalah hidrokarbon yang
molekulnya mengandung suatu gugus
hidroksil (-OH) (Keenan dkk, 1992).
Alkohol dapat membentuk ikatan
hidrogen antara molekul-molekulnya
maupun dengan air. Hal ini dapat
mengakibatkan titik didih maupun
kelarutan alkohol dalam air yang cukup
tinggi. Alkohol memiliki titik didih yang
lebih tinggi daripada alkil halida atau eter
yang juga bobot molekulnya sebanding
(Hart, dkk, 1983). Alkohol dalam
kehidupan sehari-hari digunakan sebagai
bahan untuk membunuh kuman.
Sedangkan di dalam laboratorium alkohol
digunakan sebagai reagensia dan sebagai
pelarut. Selain itu, alkohol juga banyak
digunakan di dalam berbagai bidang
ataupun di industri. Bidang kedokteran
misalnya, alkohol digunakan sebagai
antiseptik agar tidak terjadi infeksi pada
luka dan digunakan untuk mensterilkan
alat-alat kedokteran. Sedangkan alam
bidang industri, alkohol banyak
digunakan dalam industri parfum (Keenan
dkk, 1992).
Alkohol terbagi atas tiga jenis yaitu
alkohol primer, alkohol sekunder dan
alkohol tersier. Ketiga jenis alkohol
Praktikum kimia Organik 1, 2014
Edi Siswanto, Reaksi dan Karakterisasi Alkohol Alifatik
tersebut dapat dibedakan dengan
meraksikannya dengan reagen lucas
sehingga dapat diketahui karakterisasi
dari jenis-jenis alkohol tersebut (Keenan
dkk, 1992). Untuk lebih jelas dalam
mengetahui reaksi dan karakteisasi
alkohol, oleh karena itu penting dilakukan
percobaan ini.
II. METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah batang pengaduk,
bulb, buret, botol coklat, gelas beaker,
labu alas datar, pipet tetes, pipet ukur,
statif dan klem, tabung reaksi dan spatula.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah akuades, asam
klorida, besi (III) klorida, etil alkohol,
isopropil alkohol, n-butil alkohol, natrium
klorida, natrium karbonat, natrium
hidroksida, parafin dan ters-butil alkohol.
2.2 Rangkaian Alat
50
40
30
20
10
0
Gambar 2.1 Rangkaian Alat Titrasi
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Misibilitas Alkohol dengan Air
Mula-mula dimasukkan 3,1 mL n-butil
alkohol ke dalam labu alas datar
kemudian ditambahakan akuades tetes
demi tetes dari dalam buret sebanyak 7 ml
sampai larutan menjadi homogen dan
jenuh. Kemudian larutan dibagi 3 dan
dimasukkan ke masing-masing tabung
reaksi. Setelah itu ditambahkan masing-
masing 2,5 gram natrium klorida, 2,5 gr
natrium hidroksida dan 2,5 gr natrium
karbonat ke dalam tabung reaksi. Dikocok
masing-masing tabung reaksi dan diamati.
2.3.2 Misibilitas Alkohol dengan
Hidrokarbon
Mula-mula dicampurkan 2 mL parafin
cair dengan 2 mL etanol ke dalam tabung
reaksi. Ditentukan apakah keduanya
bercampur atau tidak. Kemudian
ditambahkan beberapa setetes air, dikocok
dan diamati apa yang terjadi.
2.3.3 Pembuatan Reagen Lucas
Larutkan 34 gr FeC3 ke dalam HCL
pekat 23 ml, Proses pembuatan reagen
lucas terseebut dibantu dengan
perbandingan untuk menghindari adanya
proses pelepasan hidrogen norida.
2.3.4 Reaksi dengan Reagen Lucas
Mula-mula sebanyak 1 mL akohol
dimasukkan ke dalam sebuah tabung
reaksi, kemudian ditambahkan reagen
Praktikum kimia Organik 1, 2014
Edi Siswanto, Reaksi dan Karakterisasi Alkohol Alifatik
lucas 6 ml. Reaksikan dengan n-butanol,
lalu iso-propanol, keudian ters-butanol.
Kemudian dikocok, didiamkan dan
diamati setelah 5 menit.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Misibilitas Alkohol dengan Air
No Perlakuan Pengamatan
1. Dimasukkan
n-butil alkohol
ke dalam labu
alas datar.
n-butil alkohol
= 3,1 mL
2. Ditambahkan
tetes demi
tetes akuades
dari dalam
buret.
Akuades = 7
mL
3. Dikocok Larutan
homogen
4. Larutan jenuh
dibagi 3 dan
masing-
masing
dimasukkan ke
dalam tabung
reaksi.
5. Dimasukkan
masing-
masing ke
dalam tabung
reaksi NaCl,
NaOH dan
K2CO3
NaCl =
2,5 gr
NaOH =
2,5 gr
K2CO3 =
2,5 gr
6. Dikocok
7. Diamati yang
terjadi.
NaCl = tidak
larut
NaOH = tidak
larut
(eksoterm)
K2CO3 = tidak
larut (eksoterm)
3.2 Misibilitas Alkohol dengan
Hidrokarbon
No Perlakuan Pengamatan
1. Dicampurkan
parafin cair
dengan etanol.
Parafin cair = 2
mL
Etanol = 2 mL
2. Ditentukan
apakah
keduanya
bercampur
atau tidak.
Tidak
bercampur
membentuk 2
fase
3. Ditambahkan
setetes air.
Tidak larut
4. Dikocok
5. Diamati Tidak
bercampur
membentuk 2
fase
3.3 Pembuatan Reagen Lucas
No Perlakuan Pengamatan
Praktikum kimia Organik 1, 2014
Edi Siswanto, Reaksi dan Karakterisasi Alkohol Alifatik
1. Dilarutkan
FeCL3 ke dalam
HCl pekat
FeCl3 = 34 gr
HCl = 23 ml
2 Proses pelarutan
dibuat dengan
bantuan
perdinginan
untuk
menghindari
pelepasan
hydrogen norida
3.4 Reaksi dengan Reagen Lucas
No Perlakuan Pengamatan
1. Dimasukkan
masing-masing
ke dalam tabung
reaksi isopropil
alkohol, n-butil
alkohol dan ters-
butil alkohol.
alkohol = 1 mL
n-butanol =
coklat
ters-butanol =
merah
iso-propanol =
marun
2. Ditambahkan
masing-masing
reagen lucas ke
dalam tabung
reaksi.
Reagen lucas =
6 mL
3. Dikocok dan
diamati.
Iso-propanol =
homogen
n-butanol =
terbentuk 2
fase
ters-butanol =
terbentuk 2
fase
Percobaan ini bertujuan untuk
mempelajari reaksi dan karakterisasi
alkohol alifatik. Alkohol alifatik
merupakan senyawa yang memiliki gugus
hidroksil (-OH) dan melekat pada rantai
karbon jenuh (Fessenden dan Fessenden,
1982). Karakterisasi alkohol alifatik dapat
diketahui dengan mereaksikan beberapa
senyawa alkohol alifatik dengan berbagai
reagen. Percobaan ini dilakukan
misibilitas alkohol dengan air, misibilitas
alkohol dengan hidrokarbon dan reaksi
dengan reagen lucas.
Misibilitas alkohol dengan air
bertujuan untuk dapat mengetahui
kelarutan alkohol di dalam suatu air.
Misibilitas alkohol dengan air dilakukan
dengan memasukkan 3,1 mL n-butil
alkohol ke dalam labu alas datar
kemudian ditambahkan ditambahkan
harus tetes demi tetes agar dapat dilihat
perubahan yang terjadi ketik n-butil
alkohol ditambahkan dengan air.
Kemudian dilanjutkan penambahan air
dan dikocok dengan kuat sampai
homogen. Larutan yang sudah homogen
maka penambahan air dihentikan. Setelah
ditambahkan air, terdapat larutan yang
homogen. Hal ini berarti n-butil alkohol
dapat larut dalam air karena n-butil
Praktikum kimia Organik 1, 2014
Edi Siswanto, Reaksi dan Karakterisasi Alkohol Alifatik
alkohol memiliki rantai karbon C yang
pendek, bersifat polar, sehingga dapat
dengan mudah larut dalam air yang
merupakan pelarut yang bersifat polar
(Keenan dkk, 1992).
Selanjutnya larutan jenuh n-butil
alkohol dan air dibagi 3 bagian lalu ke
dalam masing-masing larutan jenuh
tersebut dimasukkan 2,5 gram NaOH, 2,5
gram NaCl dan 2,5 gram K2CO3 lalu
diaduk dan diamati. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kelarutan alkohol dan
air dengan ketiga senyawa tersebut.
Larutan jenuh n-butil alkohol dan air
ketika ditambahkan NaOH, maka NaOH
dapat larut dalam larutan jenuh tersebut
karena NaOH bersifat polar sehingga
NaOH dapat larut dalam air dan juga
dapat larut dalam n-butil alkohol.
Larutan jenuh n-butil alkohol dan air
ketika ditambahkan NaCl yaitu NaCl
tidak larut dalam n-butil alkohol dan tidak
larut dalam air. Hal ini terjadi karena
NaCl memiliki sifat tidak dapat larut
dalam allkohol tetapi NaCl dapat larut
dalam air tetapi dalam percobaan ini NaCl
yang digunakan massanya tidak
sebanding dengan pelarutnya sehingga
ketika dilarutkan dengan air maka NaCl
tersebut sudah jenuh. Larutan jenuh n-
butil alkohol dan air ketika ditambahkan
K2CO3 yaitu K2CO3 dapat larut dalam air
tetapi tidak dapat larut dalam n-butil
alkohol. hal ini terjadi karena K2CO3
memiliki sifat larut dalam air tetap tidak
dapat larut dalam alkohol.
Misibilitas alkohol dengan
hidrokarbon bertujuan untuk mengetahui
kelarutan suatu senyawa alkohol alifatik
dengan hidrokarbon lain. Misibilitas
alkohol menggunakan 2 ml parafin cair
yang dicampurkan dengan 2 mL etanol ke
dalam tabung reaksi lalu diamati. Setelah
diamati, etanol dan parafin tidak dapat
bercampur. Hal ini dikarenakan etanol
bersifat polar, sedangkan parafin bersifat
nonpolar. Sifat nonpolar parafin
disebabakan karena rantai karbon dari
parafin relatif panjang sehingga dapat
menyebabkan parafin bersifat nonpolar.
Makin panjang rantai karbon suatu
hidrokarbon maka sifat polarnya akan
semakin berkurang yang kemudian
ditambahkan setetes air lalu dikocok.
Setelah penambahan air tetap saja parafin
dan etil alkohol tidak dapat bercampur.
Hal ini dikarenakan air bersifat polar
sehingga air larut dalam etil alkohol yang
bersifat polar tetapi tidak larut dalam
parafin yang bersifat nonpolar.
Selanjutnya dilakukan percobaan
dengan mereaksikan senyawa alkohol
alifatik dengan reagen lucas. Uji lucas
dalam alkohol adalah tes untuk
Praktikum kimia Organik 1, 2014
Edi Siswanto, Reaksi dan Karakterisasi Alkohol Alifatik
membedakan antara alkohol primer,
alkohol sekunder dan alkohol tersier. Hal
ini didasarkan pada perbedaan reaktivitas
dari tiga kelas alkohol dengan hidrogen
halida. Alkohol tersier bereaksi dengn
reagen lucas untuk menghasilkan
kekeruhan walaupun tanpa pemanasan,
sementara alkohol sekunder
melakukannya dengan pemanasan.
Alkohol primer tidak bereaksi dengan
reagen lucas (Petrucci, 1987).
Reagen lucas dibuat dengan
melarutkan 34 gram FeCl3 ke delam 23
mL asam klorida pekat, kemudian
dikocok dan didinginkan. Pendinginan ini
bertujuan untuk menghindari pelepasan
ion klorida. Uji lucas ini dilakukan
terhadap iso-propanol, n-butanol dan ters-
butanol yang ditambahkan pada masing-
masing senyawa tersebut dengan 6 ml
reagen lucas. Iso-propanol yang
ditambahkan reagen lucas terdapat 2 fase,
n-butanol yang ditambahkan reagen lucas
terdapat 2 fase dan ters-butanol yang
ditambahkan reagen lucas terdapat 2 fase.
Hal ini dikarenakan n-butanol merupakan
alkohol primer yang tidak dapat bereaksi
dengan reagen lucas sehingga dua fase
tersebut adalah n-butanol yang tidak
bercampur dengan reagen lucas.
Selanjutnya pada ters-butanol yang
terbentuk 2 fase karena ters-butanol
merupakan alkohol sekunder yang dapat
bereaksi dengan reagen lucas, kedua fase
tersebut adalah FeCl3 dan ters-butanol,
kemudian pada iso-propanol yang
terbentuk 2 fase ini terjadi kesalahan,
seharusnya terbentuk 3 fase karena iso-
propanol merupakan alkohol sekunder
yang dapat bereaksi dengan reagen lucas
(Hart dkk, 2003). Kesalahan ini mungkin
terjadi karena gas klor yang terdapat pada
reagen lucas sudah hilang sehingga
mempengaruhi hasil percobaan ini.
a. Reagen lucas dengan iso-propil
alkohol
Dalam mekanisme reaksi diatas, terjadi
mekanisme reaksi substitusi nukleofilik 2
yaitu dalam mekanisme reaksi ini dimana
atom O pada gugus hidroksil menyerang
ion H+ pada HCl sehingga gugus hidroksil
OH- putus dan akan berikatan dengan H+
sehingga terbentuk air dan karbo kation.
Kemudian ion Cl- menyerang karbo kation
sehingga terbentuklah 1-metil-1
kloropropana (Hart dkk, 2003).
b. Reagen lucas dengan n-butil alkohol
CH3 CH2 C
H
:O:H
CH3
CH3 CH2 C H2O
H
CH3
CH2 C+
CH3
CH3
CH3
Cl-
H
CCH2
CH3
ClCH3
+ OH2
Sekunder : SN2
FeCl 3 / H+
Praktikum kimia Organik 1, 2014
Edi Siswanto, Reaksi dan Karakterisasi Alkohol Alifatik
Mekanisme reaksi di atas, terjadi
mekanisme berupa reaksi substitusi
nukleofilik satu, dalam mekanisme ini
OH- menyerang ion H+ sehingga OH-
memutuskan ikatannya dan berikatan
dengan H+ membentuk air. Selanjutnya
ion Cl- menyerang atom C primer tanpa
terbentuknya karbo kation kemudian
terbentuk keadaan transisi untuk
menstabilkan senyawa tersebut sehingga
mulai tebentuklah klorobutana (Hart dkk,
2003).
c. Reagen lucas dengan ters-butil
alkohol
Mekanisme dari proses reaksi diatas,
menunjukan bahwa terjadi mekanisme
reaksi substitusi nukleofilik 2 yaitu dalam
mekanisme reaksi ini dimana atom O
pada gugus hidroksil akan menyerang ion
H+ pada HCl sehingga gugus hidroksil
OH- putus dan akan berikatan dengan H+
sehingga terbentuk air dan karbo kation,
kemudian ion Cl- menyerang karbo kation
(Hart dkk, 2003).
IV. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Kesimpulan dari percobaan ini
adalah karakterisasi alkohol alifatik dapat
diketahui dengan mencampurkan n-butil
alkohol dengan air yang terbentuk larutan
homogen. Etanol tidak dapat bercampur
dengan parafin karena perbedaan
kepolaran antara kedua senyawa tersebut.
Selanjutnya dengan mereaksikan senyawa
alkohol dengan reagen lucas untuk
membedakan antara alkohol primer (tidak
bereaksi dengan reagen lucas), alkohol
sekunder (memanas) dan alkohol tersier
(bereaksi dengn reagen lucas).
4.2 Saran
Saran yang bias diberikan dalam
praktikum reaksi dan karakterisasi alcohol
alifatik adalah untuk praktikum
selanjutnya dilakukan pergantian etanol
dengan menggunakan methanol untuk
CH3 CH2 CH2CH2 :O: Holeh H+
CH3 CH2 CH2 CH H2O
H2
Cl-
H
CH2Cl-
H2O
CH2
CH2
CH3
-H2O
Keadaan Transisi
CH3 CH2CH2CH2 Cl
Primer : SN2FeCl 3 / H
+
CH3 C
CH3
H
OH CH3 C
CH3
H
:O:H
CH3 C+
CH3
CH3
CH3
CCH3
CH3
Cl
Cl-
+ OH2
Tersier
FeCl 3 / H+
Praktikum kimia Organik 1, 2014
Edi Siswanto, Reaksi dan Karakterisasi Alkohol Alifatik
melihat perbandingan karaterisasi alcohol
primer dan tersier serta sedunder.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J dan Fessenden, J.R, 1982.
Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Fetrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Prinsip
dan Terapan Modern. Erlangga.
Jakarta.
Hart, H, Crane, I.E dan Hart, D.J, 2003.
Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Keenan, C.W, Kleinfelter, D.C dan
Wood, J.H, 1992. Kimia Untuk
Universitas. Erlangga. Jakarta.