laporan akhir cii2

60
STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR ORANGUTAN SUMATRA wild crimeu Oleh: Efrizal Adil Lubis Yayasan Pemberdayaan Ekonomi Lingkungan Rakyat Indonesia

Upload: efrizal-adil

Post on 15-Mar-2016

241 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Hasil investigasi perdagangan satwa liar sumatera

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

1

STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR ORANGUTAN SUMATRA

“wild crime” u

Oleh: Efrizal Adil Lubis Yayasan Pemberdayaan Ekonomi Lingkungan Rakyat Indonesia

Page 2: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

2

2006

“Kita akan terus menghadapi perubahan. Lagi pula perubahan inilah akan menuntut pula

perubahan pada diri kita. Sudah menjadi kenyataan bahwa perubahan masa kini dan masa

mendatang akan menjadikan kita peserta latihan seumur hidup. Kita harus mengubah untuk

mengatasi perubahan. maka dengan demikian perubahan (change) merupakan alasan sekaligus

tujuan kegiatan pendidikan”. Dr. Russ Dilts

Kenangan ku; sebagai guru, sahabat dan pendorong perubahan pendidikan Indonesia...., selamat

jalan saudaraku... (diambil dari buku; Mansour Fakih, Roem Topatimasang, Toto Rahardjo, “Pendidikan

Popular”, ReaD Books, Yogyakarta, 2000, hal. 124)

Buku ini disampaikan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran terbaik dalam

mempertahankan keankeragaman hayati Indonesia, Khususnya di Sumatera bagian utara,

dan buku ini juga merupakan catatan perjalanan staff Yayasan Pemberdayaan Ekonomi

Lingkungan Rakyat (Yapekat) dalam memperjuangkan kesetaraan pembangunan dan

keanekaragaman hayati beserta habitatnya.

Efrizal Adil Lubis, lulusan program Master of Arts dari

University of Texas at El Paso (UTEP) pada Departemen

Komunikasi “Social Marketing”, USA, hampir selama 19 tahun

menekuni perannya sebagai fasilitator program pendidikan

kerakyatan di berbagai ORNOP di Sumatera Utara. resminya

sekarang sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Panca Budi (UNPAB) Medan, dan tetap aktif

sebagai fasilitator pada program-program pelatihan, serta

penggiat konservasi di Sumatera Utara.

Page 3: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

3

STUDI INVESTIGASI “Wild Crime”

Yayasan Pemberdayaan Ekonomi Lingkungan Rakyat (Yapekat) Indonesia

Oleh : Efrizal Adil Lubis

2006

Oleh: Efrizal Adil Lubis, SE., MA.

Untuk Julia Sari (Istriku), dan anakku

Fathimah Salsabil Adil, Nurul Syifa Adilah, Nada

Luthfiyah Adilah dan Mama, Papa, Ayah, Emak,

Mas, Kakak, Abang, dan Adik-adik ku

Januari 2006

Foto-Foto: @ Efrizal Adil Lubis, Muslim, Syofyan Moechtar.

Page 4: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

4

DAFTAR ISI

Kata-kata singkatan yang dipergunakan dalam laporan ini

Kata Pengantar

Bab I : Pendahuluan

1. Latar Belakang

2. Perumusan Masalah

3. Tujuan Penelitian

4. Kerangka Berfikir

5. Hipotesis

6. Manfaat Penelitian

Bab II : Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Keanekaragaman Hayati dan Konsep Konservasi

2. Status dan Perlindungan Satwa Liar dan Orangutan Sumatra

3. Kerugian akibat Hilangnya Satwa Langka

Bab III : Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

2. Bahan dan Alat

3. Metode

Bab IV : Hasil Studi Investigasi

1. Penelitian Pasar

2. Peran Masyarakat dalam Teknis Operasional Perdagangan Satwa Liar

Bab V : Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

2. Saran

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

Page 5: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

5

Kata-kata singkatan yang dipergunakan dalam buku ini :

BKSDA Badan Konservasi Sumber Daya Alam

CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

Flora (Peraturan Perdagangan Internasional untuk Spesies Flora dan Fauna

Liar yang Terancam Punah)

CII Conservation International Indonesia

KSDA Konservasi Sumber Daya Alam (dibawah PHKA)

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

PHKA Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

TNGL Taman Nasional Gunung Leuser

TNBG Taman Nasional Batang Gadis

TNKS Taman Nasional Kerinci Seblat

TNBD Taman Nasional Bukit Duabelas

TPI Tempat Pelelangan Ikan

YPI Yayasan Pekat Indonesia

Page 6: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

6

KATA PENGANTAR

Salah satu permasalahan yang dihadapi Sumatera Utara di masa sekarang ini ialah pelestarian

satwa liar dan orangutan Sumatera, yaitu baimana masyarakat dapat mengelola kekayaan

keanekaragaman hayati yang ada disekitarnya sebagai bagian dari kehidupannya.

Untuk membangkitkan kesadaran dan perhatian masyarakat luas agar siap dan tanggap dalam

menghadapi berbagai permasalahan yang berkenaan dengan usaha pelestarian satwa liar dan

orangutan Sumatera, perlu suatu upaya yang menumbuhkan kepedulian terhadap usaha

pelestarian keanekaragaman hayati demi terpeliharanya mutu kehidupan keanekaragaman hayati

harus dipahami sebagai milik bersama generasi masa kini maupun masa depan.

Kepedulian kita terhadap pelestarian kenakeragaman hayati dengan segala perwujudan

keanekaragaman hayati sekaligus menunjukkan kepedulian kita terhadap anak-anak kita yang

akan menghuni planet bumi sebagaimana kita wariskan. Baik buruknya keanekaragaman hayati

yang kita wariskan itu tergantung dari apa yang kita lakukan sekarang.

Terima kasih kami kepada Conservation International Indonesia (CII) di Sumatera Utara,

khususnya Program CII di Sibolga yang memberi kesempatan kepada kami untuk berikhtiar

melindungi keanekaragaman hayati di lingkungan Sumatera Utara, yang semakin hari penuh

kerusakan sehingga makin tidak layak lagi sebagai hunian yang menjamin mutu kehidupan yang

baik. Mudah-mudahan dengan program studi investigasi ini mampu membuahkan berbagai

pemikiran kreatif dan inovatif dalam melestarikan keanekaragaman hayati di Sumatera Utara yang

lebih baik dan mampu menjadi sebuah hunian yang baik.

Medan, 11 Oktober 2006

YAPEKAT INDONESIA

Efrizal Adil Lubis Executive Chairman

Page 7: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

7

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sumatera Utara merupakan daerah dengan tingkat keanekaragaman hayati serta tingkat

endemisme (keunikan) yang sangat tinggi. Namun demikian Sumatera Utara juga merupakan

daerah dengan tingkat keterancaman terhadap kepunahan spesies yang tinggi.

Penyebab utama keterancaman terhadap bahaya kepunahan spesies adalah :

a. Kerusakan habitat;

b. Pemanfaatan (termasuk perdagangan) yang tidak terkendali.

Kerusakan habitat disebabkan oleh pembukaan hutan untuk kepentingan konversi bagi

pemanfaatan lahan (land use) selain hutan dengan tidak memperhitungkan keanekaragaman

hayati ke dalam variable perencanaannya, sehingga kondisi habitat tinggal dalam keadaan yang

miskin dan atau sangat terfragmentasi.

Kondisi kerusakan habitat saat ini telah diperparah dengan maraknya illegal logging yang telah

merambah ke dalam kawasan-kawasan konservasi, serta kejadian kebakaran hutan yang

berlangsung setiap tahun dengan luasan yang sangat besar sehingga keanekaragaman hayati

Sumatera Utara sangat terancam. Selain itu, konversi hutan yang merupakan habitat utama jenis-

jenis tumbuhan dan satwa, terutama terjadi di dataran-dataran rendah yang pada kenyataannya

merupakan daerah yang paling kaya terhadap jenis dan dengan keanekaragaman yang paling

tinggi dibanding tipe ekosistem lain.

Sebagian dari masyarakat belum memahami apa, mengapa dan bagaimana konservasi Satwa liar

yang dilindungi di Sumatera Utara secara baik dan benar, khususnya dalam hal konservasi

kawasan ekosistem sekitarnya. Tutupan hijau semakin hari semakin menipis, dan bencana bagi

kehidupan manusia dan satwa liar khususnya. Mulai dari pesisir, dataran rendah hingga dataran

tinggi bukan lagi tempat aman dan nyaman bagi satwa liar dan orangutan untuk hidup,

keterbatasan ruang untuk berkembang dan mencari makan menyebabkan populasi orangutan

menurun, ditambah lagi dengan kelangkaan dan spesifiknya satwa orangutan maupun satwa liar

Page 8: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

8

lainnya, sehingga memberikan nilai ekonomi yang menggiurkan untuk diperoleh, dan diperjual

belikan oleh sekelompok manusia. Aktivitas dari komunitas perdagangan satwa liar dan orangutan

khususnya ini sangatlah unik dan tertutup sehingga sulit untuk diberantas dan ditangkap. Berbagai

upaya dilakukan untuk mencegah terjadinya transaksi dagang satwa liar dan orangutan, namun

usaha itu belum mampu memberikan dampak yang positif bagi perkembangan populasi satwa liar

dan orangutan yang semakin langka tersebut.

Atas dasar keprihatinan dan kepedulian terhadap tumbuh kembangnya populasi langka orangutan

dan satwa liar yang dilindungi di Sumatera Utara, Yayasan PEKAT Indonesia (YPI) dan

Conservation International Indonesia (CII) mengadakan studi investigasi perdagangan satwa

liar dan orang utan yang dilindungi ; bersama melawan perdagangan satwa liar yang dilindungi di

Sumatera Utara

Semangat akan upaya perlindungan terhadap satwa liar dan orangutan di Sumatera Utara dan

habitatnya perlu dipupuk dan ditingkatkan serta diarahkan untuk percepatan pencapaian tujuan

dari semangat dan tanggung jawab masyarakat sipil. Kemudian meningkatkan peran serta

masyarakat dalam ikut bertanggung jawab atas penyelamatan satwa liar dan orangutan endemic

Sumatera dan habitatnya.

2. Perumusan Masalah

Pada saat ini banyak satwa/spesies langka yang terancam punah, dan selama beberapa decade

terakhir ini para pemerhati lingkungan menganggap bahwa perdagangan Internasional dari satwa /

spesies langka ini illegal, yang sebagian tubuh satwa ini digunakan untuk obat-obatan tradisional

Asia, dan sebagai koleksi pribadi. Dan itu semua sebagai kekuatan utama yang menggiring

satwa-satwa tersebut pada kepunahan. Indonesia di garisbawahi sebagai pemasok utama untuk

pasar bagian tubuh dan produk satwa tersebut, dimana perdagangan illegal ini masih diterapkan

secara relative terbuka.

Page 9: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

9

Sebagai langkah selanjutnya, Yayasan PEKAT Indonesia (YPI) dan Conservation International

Indonesia (CII) mengadakan penelitian secara luas terhadap pasar di Sumatera, untuk

menggambarkan dan mendokumentasikan perdagangan satwa liar illegal saat ini. Laporan ini

merinci usaha-usaha perlindungan satwa liar yang dilindungi, menyediakan latar belakang dari

perdagangan satwa liar yang dilindugi, dan secara bersama-sama menyatukan data dari sumber-

sumber lain untuk menganalisa perburuan liar, peranan konflik manusia-satwa liar dan pasar

bagian tubuh serta produk satwa yang illegal di Sumatera saat ini. Populasi satwa liar yang saat ini

memasuki memasuki tingkat mendekati kepunahan.

Dengan menyediakan penelitian mendalam yang pertama dari perdagangan liar satwa liar di

Sumatera. Laporan ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia dan

komunitas pemerhati lingkungan untuk dapat lebih mengupayakan pelarangan pemburuan dan

perdagangan serta untuk memastikan bahwa satwa liar tidak mengalami nasib yang sama seperti

Harimau Bali dan Harimau Jawa yang saat ini sudah punah, yang penyebab utama dari

menurunnya jumlah satwa liar adalah perburuan dan hilangnya tempat tinggal mereka serta terkait

dengan hilangnya ketersedian sumber makanan dihutan tersebut.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi kegiatan dari praktik perdagangan satwa liar dan orangutan Sumatera

b. Mengidentifikasi komponen-komponen yang akan terkena dampak penting dari kegiatan

perdagangan satwa liar dan orangutan Sumatera

c. Memperkirakan dan mengevaluasi praktik perdagangan satwa liar dan orangutan dalam

dunia konservasi, ekologi dan ekonomi di Sumatera Utara

d. Memberikan saran dan tindak dan arahan atau solusi dan alternativ melawan praktik

perdagangan satwa liar dan orangutan Sumatera di Sumatera Utara

e. Mendokumentasikan pola, metode, jaringan dan melakukan Focus Group Discussion (FGD)

bersama masyarakat disekitar habitat, pasar perdagangan satwa liar dan orangutan selama

studi.

f. Mengapilikasikan hasil laporan dalam bentuk sebuah buku.

Page 10: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

10

4. Kerangka Berfikir

Pada kondisi alamiah, maka keberadaan keanekaragaman hayati akan berkembang bersamaan

dengan tegakan hutan dengan kondisi ekosistem hutan yang demikian, sehingga satu sama lain

saling bergantungan. Sebaliknya, apabila salah satu hilang atau punah maka akan terjadi

ketidakseimbangan dalam kehidupan dan alam ini.

Adapun perilaku masyarakat, petani, pemburu di Hulu atau di dataran tinggi, kemudian nelayan

di hilir atau dataran rendah dan pesisir pantai dan para pengusaha yang melakukan eksploitasi

satwa liar dan orangutan sumatera, dikhawatirkan dapat mengakibatkan hutan dan satwa liar

tidak mampu lagi berfungsi maksimal sebagai kawasan perlindungan tanah, tata air, matarantai

hidup, dan manfaat ekonomi, sosial, ekologis yang optimal. Lebih lanjut, kerangka berfikir untuk

penelitian ini dapat dilihat seperti pada gambar 1 berikut :

5. Hipotesis

Hipotesisi dalam penelitian ini adalah :

a. Karakteristik masyarakat mempunyai korelasi terhadap perilaku pemburu dalam melakukan

kegiatan eksploitasi satwa liar dan orangutan sumatera atas pada hutan dan perubahan

peruntukan (konversi) hutan menjadi fungsi lain

b. Kegiatan eksploitasi satwa liar atas pada hutan dan perubahan peruntukan lahan tegakan

hutan menjadi perladangan, perkebunan dan pemukiman, yang dilakukan oleh masyarakat

atau pengusaha dapat menimbulkan kerugian fisik.

6. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk :

a. Mendapatkan data dan informasi tentang factor-faktor yang menyebabkan perilaku

masayarakat atau pemburu/kolektor dalam melakukan kegiatan eksploitasi satwa liar dan

orangutan Sumatra.

b. Mendapatkan data tentang kerugian ekonomi yang terjadi sebagai akibat perdagangan

satwa liar dan orangutan Sumatra yang dilindungi.

c. Memberikan masukan dalam upaya pengelolaan keanekaragaman hayati atau satwa liar

dan pengelolaan sumberdaya alam bagi pemerintah kabupaten/kota, pemerintah propinsi,

Page 11: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

11

dan pihak-pihak terkait lainnya dan juga sebagai bahan sosialisasi bagi masyarakat

khsusnya di Sumatera Utara.

Page 12: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Keanekaragaman Hayati dan Konsep Konservasi

Indonesia meratifikasi konvensi CITES (Convention on International Trade in Endangered

Species of Wild Fauna and Flora) pada tahun 1978 melalui Keputusan Presiden No. 43/1978

sebagai anggota ke %1. selanjutnya di Indonesia sebagai otorita pengelolaan (management

Autority) ditunjuk Departemen Kehutanan c.q. Directorat Jenderal Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam (PHKA), sedangkan otorita ilmiah (scientific Authority) adalah Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sejak itu PHKA terlibat dalam pengendalian perdagangan semua

jenis flora dan fauna yang terdaftar dalam APPENDIX CITES didasarkan pada derajat

kelangkannya.

Indonesia sebagai Negara anggota CITES mempunyai kewajiban untuk menerapkan ketentuan-

ketentuan CITES di bidang pengawasan peredaran jenis baik keluar maupun masuk Negara

yang bersangkutan. Dengan demikian diterapkan system dua pintu pengendalian lalulintas

peredaran atau perdagangan flora dan satwa liar langka yaitu pertama di Negara pengekspor

dan yang kedua di Negara pengimpor. Kenyataan bahwa garis kawasan Nusantara yang

asangat panjang, sehingga dengan keterbatasan perangkat pengamanan yang ada saat ini

menjadikan pengamanan lalulitas peredaran jenis dari kepunahan di Indonesia ke luar negeri

sangat rawan.

Page 13: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

13

BENGKALIS ISL.

PADANG ISL.

BENGKALIS

Gunungsitoli

Tapaktuan

Langsa

Kutacane

RantauprapatBagasiapiapi

Dumai

DoloksanggulBalige

Tarutung

Sabulus Salam

Kabanjahe

Tanjung Balai

Medan

Sibolga

Sipirok

Padangsidempuan

Peta 1 : Lokasi Penelitian; kabupaten dan kota

2. Status dan Perlindungan Satwa Liar dan Orangutan Sumatra

Indonesia mengeluarkan Undang-undang Republik Indonesia untuk Perlindungan Sumber Daya

Alam (1990), yang juga dikenal sebagai Undang-undang Konservasi (No. 5) tahun 1990.

Undang-undang ini digunakan sebagai landasan hukum untuk perlindungan spesies liar,

termasuk spesies yang sepenuhnya dilindungi seperti orangutan, harimau, gajah, dan lainnya.

Dalam undang-undang ini, setiap pelanggaran yang disengaja dapat dijatuhi hukuman penjara

maksimum lima tahun dan/atau denda sampai dengan Rp 100.000.000,-. Pelanggaran yang

terjadi karena kelalaian mendapat hukuman penjara sampai dengan satu tahun dan/atau denda

sampai dengan Rp 50.000.000,-. Peraturan ini dapat berlaku sebagai pencegah terjadinya

perburuan liar dan perdagangan terhadap Harimau Sumatera, jika diterapkan secara

proporsional. Dan untuk memperkuat peraturan nasional yang sudah ada, pemerintah Indonesia

meminta semua orang yang memiliki satwa langka liar, baik hidup maupun produknya, untuk

mendaftarkan kepemilikannya dan mengeluarkan ijin yang hanya berlaku untuk satu kali. Badan

yang bertanggung-jawab untuk mengawasi pelaksanaan Undang-undang Koservasi tersebut

Malaysia

Page 14: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

14

adalah Departemen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan

Republik Indonesia.

Dengan peraturan tersebut, pemerintah berhak untuk menangkap dan menyita spesimen dari

satwa dilindungi, untuk setiap pelanggaran yang terjadi. Setiap barang penyitaan akan disimpan

dalam gudang, atau digunakan untuk penelitian dan aktifitas pendidikan, atau dimusnahkan.

Setiap penyimpanan, baik pemerintah maupun kepemilikan pribadi, ditandai dan didaftarkan.

Namun, pada akhir tahun 2003, keputusan baru dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan (No.:

447/Kpts-II/2003). Pada Bab VII dari keputusan tersebut menyebutkan: Penghapusan dari

Penyitaan Spesimen, bagian pertama, pasal 113 menyebutkan bahwa seluruh penyitaan

terhadap spesimen dari spesies dilindungi, yang terdaftar dalam CITES Appendix I, akan

digunakan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Jika barang-barang tersebut tidak

berharga bagi penelitian dan pendidikan, barang-barang tersebut akan dimusnahkan. Tidak ada

kalimat yang menyebutkan spesimen tersebut akan disimpan dalam gudang

Indonesia memiliki banyak polisi hutan (jagawana) yang tersebar disetiap propinsi, mereka

bekerja di bawah pengawasan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dari PHKA. Dan

ini termasuk satuan khusus bersama Polisi Kehutanan dan Penyidik, menangani perburuan liar

dan bentuk kejahatan sumber daya alam lainnya. Unit lapangan dilengkapi sarana perahu motor

cepat, truk terbuka, sepeda motor, senjata laras panjang dan laras pendek. Operasi penyamaran

juga diperbolehkan. Karyawan KSDA terlihat menikmati hubungan kerja yang baik dengan

aparat kepolisian, bea dan cukai serta tentara. Karyawan KSDA yang berhasil menangkap para

pelanggar, diwajibkan untuk menyerahkan para pelanggar tersebut kepada pihak kepolisian,

kemudian oleh pihak kepolisian akan di proses untuk peradilan

PHKA adalah badan di Indonesia yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan CITES yang

berhubungan dengan satwa liar. Dalam kerjasamanya dengan bea dan cukai Indonesia, seluruh

pelaksanaan ekspor CITES harus diperiksa terlebih dahulu.

Meski demikian, penegakan hukum dan eksekusi masih sangat lemah atau bahkan di beberapa

wilayah hal itu tidak terlaksana. Ada sejumlah faktor yang membatasi proses penegakan hukum.

Page 15: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

15

Keterbatasan sumberdaya, terutama untuk mengeksekusi kasus satwa liar. Kurangnya kapasitas

kemampuan aparat penegak hukum yang terlatih, merupakan satu persoalan yang terus

dikeluhkan oleh pemerintah dan kelompok pemerhati lingkungan, dimana diperlukan investasi

besar untuk proses pelatihan dan dukungan terhadap petugas kehutanan serta polisi. Namun

tetap saja, karena korupsi yang merajalela dan kurangnya kemauan politis dan komitmen,

membuat tertahannya usaha pengawasan perburuan liar dan perdagangan.

3. Kerugian akibat Hilangnya Satwa Langka

Masih marak terus perdagangan satwa liar ditingkat internasional terbukti dengan diperolehnya

informasi dilapangan dan pemberitaan media cetak tentang perdagangan satwa liar yang

dilindungi, baru-baru ini tanggal 30 september 2006, petugas gabungan Polisi Kota Besar Medan

Sekitarnya (Poltabes MS) dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumatera Utara

mendapatkan ratusan kulit hewan trenggiling yang akan di kirim ke luar negeri. Seiring itu pula,

masih ditemukan pengiriman sirip ikan hiu secara sembunyi-sumbunyi melalui pantai timur

sumatera. Diperoleh keterangan harga sirip hiu kering berkisar Rp. 1-3 juta rupiah perkilogram-

nya. Dan pengiriman ikan-ikan hias juga terus berlanjut seperti ikan jenis Napoleon, Arwana dan

anakan ikan hiu ke Malaysia dan Singapore melalui cargo udara dan laut. Hasil pemantauan

dilapangan, diketahui juga bahwa para pedagang satwa liar tersebut bukan hanya mengirim

satwa liar keluar negeri tetapi juga menerima kiriman satwa liar (dilindungi CITES) dari luar

negeri seperti Kura-kura dari India, Ikan hias, dan lainnya.

Umumnya pengekspor dan pengimpor sangat mahir dan berpengalaman dalam hal ini, pantauan

dilapangan bahwa para kolektor/pedagang tersebut memiliki badan usaha yang legal dan

memiliki jaringan bisnis dengan pihak-pihak terkait yang sangat ketat dan tertutup rapi. Semua

persyaratan administrasi untuk eksport dan import mereka penuhi dengan baik.

Kelemahan yang sangat jelas adalah lemahnya pengawasan dan penindakan dari pihak-pihak

terkait, masih dapat dilihat dilapangan bahwa petugas kerap memberi tanda cap atau

pengesahan dokumen eksport atau import tanpa melakukan pengecekan langsung ke komoditi

yang akan dikirim, seakan-akan semua sudah dilakukan pemeriksaan dan pengecakan.

Page 16: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

16

PHKA telah mengeluarkan kebijakan tentang tata niaga penangkaran, perburuan dan

perdagangan Tanaman dan Satwa Liar. Izin usaha ini dapat diberikan kepada badan usaha,

lembaga konservasi, koperasi, ataupun perorangan. Izin usaha penangkaran diterbitkan oleh

Direktorat Jenderal perlindungan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA), Departemen Kehutanan.

Untuk memperoleh izin usaha penangkaran permohonan ditujukan kepada Dirjen PHKA dengan

tembusan kepada instansi kehutanan di daerah (Dinas Kehutanan dan Balai KSDA), yang

dilengkapi dengan : Berita acara pemeriksaan persiapan teknis tempat penangkaran dari

Balai/Unit KSDA, rekomendasi dari Kanwil Dept. Kehutanan, proposal usaha penangkaran,

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU)/HO, tanda daftar

perusahaan (TOP), NPWP, Akte Notaris Pendirian Usaha, Biodata tenaga ahli yang

diperkerjakan.

Usaha penangkaran yang telah memiliki izin usaha, diwajibkan menyampaikan laporan berkala

tentang perkembangan usaha penangkarannya. Laporan berkala terdiri atas laporan bulanan,

laporan triwulan dan laporan tahunan.

Namun sebaik apapun sebuah peraturan belum bisa menjamin terlaksananya sebuah proses

pengawasan yang baik, dilapangan masih diketemukan beberapa tempat-tempat usaha yang

tidak sama sekali memiliki izin usaha, bahkan ada yang mengatakan untuk apa repat-repot urus

izin usaha, toh petugas datang setiap minggu ambil uang pada kami! hal ini dapat dipastikan

masih berlangsung di pasar-pasar satwa di kota Medan dan sekitarnya.

Keinginan untuk mendapat untung yang sebasr-besarnya seperti tidak terbendung lagi bagi

sejumlah pedagang satwa di Sumatera Utara dan Indonesia umumnya. Masih banyak kami

peroleh iklan-iklan pedagang di internet mencari ofsetan satwa liar yang dilindungi seperti halnya

contoh dibawah ini :

Page 17: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

17

Permintaan lokal tentang satwa liar yang dilindungi, baik dalam bentuk ofsetan, tulang/kerangka,

bagian tubuh tertentu sangat tinggi, dan pasar khusus ini juga menjanjikan harga yang istimewa

bagi para sekelompok pedagang.

Bagi sebagian komoditas masyarakat di Sumatera Utara ada yang secara turun temurun (budaya)

untuk mengkonsumsi bagian dari tubuh satwa liar untuk pengobatan, atau meningkatkan kualitas

GADING GAJAH Harga : Nego Keterangan :Saya memiliki 2 buah gading gajah lokal Panjang -/+ 100 cm dan 80 Cm untuk anda yang berminat serius hubungi saya di 0812 191 1159 trimakasih atau Permintaan Anda akan disimpan di "Surat Bisnis". Korespondensi Perusahaan Nama : Bpk. Ridzki [Pemasaran] E-mail : Nomer Telpon : 08121911159 Nomer Faks : --- Alamat : Tebet Barat Dalam Raya 39 Jakarta 16514, DKI. Jakarta Indonesia HARIMAU SUMATRA OFFSET+MACAN TUTUL Negara Asal: Indonesia Harga: anda membeli = menyumbang untuk pembangunan masjid Jumlah: 2 Kemas & Pengiriman: nego Keterangan: merupakan kulit harimau asli sumatra dan koleksi pribadi spec dapat dilihat pada gambar surat komplit..untuk peminat serius dapat menghubungi melalui tlp atau Permintaan Anda akan disimpan di "Surat Bisnis". Korespondensi Perusahaan Nama : Bpk. yosi ruslan [Pemilik/Pengusaha] E-mail : Nomer HP : 081382608100 Nomer Telpon : 081382608100 Nomer Faks : --- Alamat : Bekasi 17145 - Indonesia bekasi 17145, DKI. Jakarta Indonesia GUCI GADING GAJAH KUNO Negara Asal: China Cara Pembayaran: Tunai Jumlah: 1 Keterangan: G - 015 tinggi : 34 cm lebar : 35 cm Terbuat dari gading gajah dengan full relief naga,budha dll atau Permintaan Anda akan disimpan di "Surat Bisnis". Korespondensi Perusahaan Nama :Bpk. Adhikara Purnama [Pemilik/Pengusaha] E-mail : Nomer HP :+6281322617010 Nomer Telpon :+6281322617010 Nomer Faks :--- Alamat :Bandung bandung 40971, Jawa Barat Indonesia

Sumber : Teks dan Foto dari Internet

Page 18: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

18

tubuh sipenggunanya. Bahkan sebagian masyarakat juga masih mempercayai bahwa bagian-

bagian khusus tubuh satwa liar seperti harimau, gajah, dan lainnya memberikan khasiat magic

bagi pemakainya.

Page 19: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

19

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilaksanakan bersumber dari:

Informasi yang diperoleh dari pemberitaan media cetak lokal, seperti : Harian Waspada,

Harian Analisa, Harian Pos Metro, dan Harian Medan Bisnis. Berita tentang perdagangan

satwa sejak tahun 2005-2006 terkini.

Informasi yang diperoleh dari BKSDA I, dan BKSDA II Sumatera Utara, Kantor Bea dan

Cukai, Karantina Hewan Polonia dan Belawan, Polisi Daerah (Polda) Sumatera Utara, dan

Karantina Ikan Polonia.

Informasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang

Konservasi, seperti : Flora Fauna International (FFI), Sumatran Orangutan Conservation

Programme (SOCP), Yayasan Gajah Sumatra, dan lainnya.

Informasi baik yang dipublikasikan maupun tidak, seperti: wawancara, penelitian dan

laporan perkembangan. Informasi ini disediakan oleh para ahli konservasi dan

perdagangan satwa liar dari LSM/NGO dan Perguruan Tinggi dan sejumlah sumber

perorangan yang bekerja di daerah Sumatera Utara..

Data yang berhubungan, yang dikumpulkan oleh Yayasan Pekat Indonesia selama

penelitian lain terhadap perdagangan satwa liar.

2. Studi Investigasi

Studi Investigasi Perdagangan Liar Satwa dan Orangutan yang dilindungi di Sumatera Utara

dilakukan dengan melalui pendekatan :

a. Mengidentifikasi kegiatan dan praktik perdagangan satwa liar dan orangutan yang

berkembang di tengah masyarakat.

b. Melihat persepsi pedagang satwa, konsumen, dan pemanfaat satwa liar dan orangutan

yang dilindungi terhadap penanganan dan perlindungan yang dilakukan pemerintah

propinsi dan kabupaten/kota

Page 20: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

20

c. Mengkaji efektifitas dan kinerja departemen/institusi yang diberi kewenangan untuk

perlindungan, dan pengawasan perdagangan serta pemanfaatan satwa liar dan orangutan

yang dilindungi.

d. Mengkaji mekanisme perlindungan, pemanfaatan dan pengawasan perdagangan serta

pemanfaatan satwa liar dan orangutan yang dilindungi yang diterapkan. Khususnya dalam

penglibatan masyarakat.

e. Mendokumentasi pola, metode, jan jaringan perdagangan satwa liar dan orangutan

selama penelitian

3. Lokasi Studi

Lokasi studi Investigasi Perdagangan Liar Satwa dan Orangutan yang dilindungi di Sumatera

Utara dilakukan pada Kota Medan, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Tapanuli

Tengah (termasuk kota Sibolga). Dan tidak tertutup meluasnya cakupan pantau studi ke

Tarutung, Balige, Tanjung Balai, Kotanopan, Rantau Prapat, dan Dolok Sanggul. Hal ini

merupakan bias dari lokasi pemantauan.

4. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

a. Data Primer

Data primer, khususnya mengenai persepsi dilakukan melalui wawancara terstruktur dan

atau terbuka (Focus Group Discussion/FGD) dengan masyarakat sekitar habitat, tokoh

masyarakat, pelaku bisnis, aparat pemerintah, aktifis LSM/NGO Konservasi dan anggota

masyarakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan melalui media formal yang diterbitkan oleh institusi

pemerintah seperti dari BKSDA, Kehutanan, Kantor Imigrasi, Karantina Hewan, Karantina

Ikan, Kepolisian, Media Cetak, LSM/NGO, dan lain-lain. Sebagai perbandingan juga

dilakukan studi literatur untuk mencari alternatif pemecahan masalah.

Analisis data dilakukan atas data yang terkumpul mencakup parameter yang telah

ditetapkan diatas untuk ketiga kabupaten/kota yang ditetapkan sebagai lokasi studi. Dari

hasil analisis akan ditarik kesimpulan, khususnya untuk peningkatan efektifitas kinerja

pengelola, pengawas, pelindung, dan penindak perdagangan satwa liar dan orangutan

Page 21: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

21

dilindungi oleh pihak pemerintah propinsi dan kabupaten/kota serta perancangan program

sosilaisasi dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam melindungi, mengawasi dan

melsetarikan satwa liar dan orangutan di Sumatera Utara.

5. Pelaksana Studi

Tim Pelaksanaan studi adalah Yayasan Pekat Indonesia (YPI) dengan susunan sebagai

berikut :

Penanggungjawab : Efrizal Adil Lubis

Ketua Tim : Muslim Sipayung

Sekretaris Tim : Fifi D.S Lubis

Staff Peneliti : Muhammad Toni Aprilandi

: Yan Marsela Batubara

: Dodi Anwar

: Irna Fahrini

Teknisi : O.K. Zulkarnain

Sekretaris : Lastri Feronika Pasaribu

Page 22: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

22

BAB IV

HASIL STUDI INVESTIGASI

1. Penelitian Pasar

Studi dilakukan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap kondisi kegiatan praktik

perdagangan satwa liar dan orangutan yang dilindungi yang dijalankan oleh Pemerintah Propinsi

dan Kabupaten/Kota serta tingakat partisipasi masyarakat mencakup :

a. Pengelompokan Potensi Pemanfaatan Satwa Liar dan Orangutan

1) Pasar Burung : Pasar Burung Jalan Bintang, Jalan Setia Budi, Pinang Baris,

Pasar Kampung Lalang, Jalan Beruang, Pasar Sukaramai,

Pasar Kapten Muslim, Merak Jingga, Jalan Veteran/Bawean,

Pasar Pringgan, Simpang Limun/Seksama, Pasar Burung

Marelan, Jalan Talaud, Jalan Thamrin.

Table 1 : Investigasi di Pasar Burung

NO PASAR BURUNG KETERANGAN

1 Jalan Bintang Medan

Pedagang terbagi atas tiga bagian, antara lain :

1. Pedagang di Ruko (Rumah Toko); umumnya ini pedagang

kelas ekonomi makro, dan mereka umumnya sebagai agen

besar untuk di Sumatera Utara. 75% pasokan satwa di kota

Medan berasal dari para pedagang ini. Dan umumnya mereka

memiliki lokasi/gedung untuk penyimpanan satwa langka yang

keberadaannya di luar lokasi jalan Bintang ini, bahkan diantara

mereka ada yang memiliki Pet Shop. Selain satwa yang dijual

juga mereka menjual pakan-pakan satwa tersebut.

2. Pedagang di kios (rumah darurat dari kayu); umumnya ini

pedagang lama di Kota Medan, mereka inilah pedagang-

pedagang yang sudah puluhan tahun begelut dalam dunia

bisnis perdagangan satwa di Sumatera Utara, dan diantara

mereka banyak mantan pemburu. Mereka juga menjual satwa

yang diperoleh ke pedagang di Ruko, seperti disaat investigasi

dilakukan telah disaksikan transaksi penjualan 3 ekor anak

macan, selebihnya mereka perdagang sendiri.

Page 23: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

23

3. Pedagang Kaki Lima; lokasi dagang mereka tepatnya di

emperan toko-toko sekitar jalan Bintang, mereka sepertinya

lebih berani dari kedua type padagang lainnya dalam hal

memajangkan dagangan berupa satwa liar yang dilindungi.

Mereka tidak memiliki gedung/gudang tersendiri untuk

menyimpan satwa liar yang dilindungi, oleh karena itu mereka

secara terang-terangan memjang satwa tersebut. Pedagang

kaki lima ini juga menjual satwa mereka kepada pedagang di

Ruko.

2 Jalan Setia Budi

Pedagang satwa disini memiliki bangunan berupa kios permanent

dan umumnya dibelakang kios merupakan rumah mereka sendiri.

Mereka memajangkan jenis-jenis satwa berupa burung, reptil, dan

primata. Meraka juga membeli satwa dari pemburu, agen di jalan

Bintang, atau pihak lain yang datang menjual satwa ke mereka.

3 Pinang Baris

Umumnya pedagang disini memiliki gedung/tempat berupa Ruko,

dan dagangan mereka dimulai dari jenis aves, reptil, primata, dan

pakan ternak. Umumnya pedagang merupakan dari etnis Aceh.

Pengakuan mereka kebanyakan satwa asalanya dari Nanggroe

Aceh Darussalam.

4 Kampung Lalang

Pedagang ini umumnya tidak memiliki kios atau gedung untuk

memajangkan dagangannya. Namun mereka mengelar dagangan di

emperan toko. Dan mereka pedagang berpindah (dengan sepeda

motor, atau mobil jenis pickup). Mereka menggelar dagangannya di

tengah-tengah keramaian pasar Kampung Lalang. Jenis-jenis yang

didagangkannya mulai dari burung, ular, biawak, tupai, trenggiling,

monyet ekor panjang, marmut, kelinci dan lainnya.

5 Beruang

Pedagang di sini mengkhususkan diri menjual dagangan berupa

labi-labi, kura-kura, penyu dan ikan hiu. Dalam seminggu mereka

umumnya mendapatkan satwa hanya sekali. Mereka mendapatkan

satwa dari pesisir pantai timur dan barat Sumatera Utara. Pedagang

disini bercampur dengan pedagang ikan, daging dan ayam.

6 Sukaramai

Pedagang di sini juga pedagang yang sifatnya berpindah (dengan

motor atau sepeda). Umunya mereka mendagangkan jenis satwa

burung, kelinci, marmut dan monyet ekor panjang. Dalam sepekan

mungkin mereka akan mengunjungi pasar Sukaramai ini 2 kali

(waktu tidak tentu).

Page 24: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

24

7 Kapten Muslim Disini ada dua pedagang tetap (Ruko) dan selebihnya pedagang

musiman yang mempergunakan sepeda motor. Umumnya mereka

mendagangkan jenis satwa burung, ular, primata, kelinci, ayam

hutan, bebek, biayak, tupai, dan lainnya.

8 Merak Jingga

Pedagang disini juga seperti lebih bermodal, mereka umumnya

memiliki kios permanen. Dan memeliki gudang/tempat khusus

menyimpan satwa (diluar lokasi Merak Jingga). Umunya mereka

menjual burung beo, burung kakak tua, primate, trenggiling, biawak,

tupai, kelinci, ayam hutan, bebek, dan pakan ternak. Dan tidak jauh

dari kios-kios mereka ada sebuah praktek dokter hewan.

9 Veteran/Bawean

Umumnya pedagang disini tertutup dan spesialis menjual daging

ular, biawak, trenggiling, dan jenis reptil lainnya. Masih dapat dilihat

di dinding ruko mereka terpampang kulit ular, biawak, trenggiling dan

lainnya. Pengusaha ini sangat tertutup dan sangat berhati-hati.

Ruko-ruko tempat mereka berdagang tertutup dan orang-orang

tertentu saja yang tahu dan bisa masuk.

10 Pringgan

Pedagang satwa disini pedganmg keliling, mereka akan singgah di

pasar ini dalam sepekan satu kali, umumnya di hari kamis.

Dagangan yang mereka bawa berupa burung, kelinci, marmut,

anjing, dan terkadang monyet ekor panjang.

11 Simpang Limun/Seksama

Dua jenis pedagang di sini, satu mereka menempati lapak-lapak

yang ada di pasar ini, dan kedua kios darurat dari bahan kayu

seadanya. Dagangan mereka mulai dari sirip ikan hiu, daging ikan

hiu, sampai labi-labi. Untuk yang menetap mereka memajangkan

burung-burung, ayam hutan, biawak, tupai, dan lainnya.

12 Marelan

Pedagang disini pedagang keliling, mereka membawa beberapa

jenis binatang seperti monyet, burung, ayam hutan, kelinci dan

hamster. Mereka juga menjual sangkar burung, sangkar hamser,

dan pakan ternak.

13 Talaud

Disini pedagang menempati kios-kios darurat dari bahan kayu,

mereka mengkhususkan diri menjual ikan-ikan laga dan ikan hias.

Masih di temukan mereka menjual ikan hias jenis langka, seperti

ikan napoleon, anakan arwana dan lainnya. Untuk mendapatkan

jenis tersebut memang sedikit sukar, dan tertutup.

Page 25: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

25

14

Thamrin

Pedagang kelas kakap, sebab mereka mengkhususkan diri untuk

berdagang ikan-ikan hias, pakan ikan, perlengkapan aquarium, dan

berbagai asesories lainnya. Ikan arwana, ikan hias napoleon, ikan

hiu anakan bisa kita lihat disana, dengan harga yang sangat mahal

dan tinggi. Pedagang disini termasuk pedagang kelas distributor,

mulai dari pakan sampai satwa juga.

2) Petshop : Pet House (jl. Kapt. Pattimura 360 Medan), Bobo Pet Shop (Jl.

HOS Cokroaminoto 89-A Medan), Petio Pet Shop (Jl. Yose Rizal

176 Medan), Gufi Pet Shop (jl. Merak Jingga 58 Medan), Sinar

Harapan (jl. Tomat 106-G Medan).

Table 2 : Investigasi di Petshop

NO LOKASI/TEMPAT KETERANGAN

1 Pet Shop (Kapten Pattimura 360

Medan)

Menjual Pakan ternak, Obat-obatan ternak, Sangkar, Asesories, dan

beberapa jenis Anjing, Reptil, dan Hamster.

2 Bobo Pet Shop (Jl. HOS

Cokroaminoto 89-A Medan)

Menjual Pakan ternak, Obat-obatan ternak, Sangkar, Asesories, dan

beberapa jenis Anjing, Reptil, dan Hamster. Dan memiliki fasilitas

perawatan Ajing (saloon)

3 Petio Pet Shop (Jl. Yose Rizal 176

Medan)

Mereka lebih mengutamakan untuk perawatan satwa piaran (salon) dan

konsultasi kesehatan satwa. Juga mereka menjual pakan, obat-obatan,

asesories, dan beberap jenis satwa seperti kura-kura brazil, kura-kura

India, hamster, anjing import, dan reptile.

4 Gufi Pet Shop (jl. Merak Jingga 58

Medan)

Umumnya mereka berdagang reptile lokal maupun import, menjual

assesiries, pakan, obat-obatan dan konsultan kesehatan satwa.

5 Sinar Harapan (jl. Tomat 106-G

Medan)

Jasa yang mereka jual adalah merawat dan mempercantik satwa piaran,

menjual pakan, obat-obatan, sangkar, assesories, dan konsultan

kesehatan satwa piaran konsumen.

3) Pasar Pusat/umum :

: Pasar Sentral Medan, Pasar Sei Sikambing Medan, Pasar

Beruang Medan, Jalan Pandan Pasar Balige, Pasar Tarutung.

Pasar Padang Sidempuan, Pasar Sibolga,

Page 26: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

26

Table 3 : Investigasi di Pasar/Umum

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Pusat Pasar Pedagang terang-terangan menjual daging ikan hiu, sirip ikan

hiu (kering), pari, dan lainnya.

2 Sei Sikambing Ikan pari, ikan hiu basah, dan lainnya.

3 Beruang Labi-labi, kura-kura, baik dalam bentuk hidup maupun dalam

bentuk sudah dibrsihkan (tanpa cangkangnya).

4 Pandan Ditemukan sebuah pengusaha pengumpul biawak, trenggiling

dan ular

5 Balige Ditemukan sirip ikan hiu keringa yang berasal dari Sibolga.

6 Tarutung Ditemukan sirip ikan hiu keringa yang berasal dari Sibolga.

7 Padang Sidempuan Ditemukan sirip ikan hiu keringa yang berasal dari Sibolga.

8 Sibolga Sirip ikan hiu kering, Kakapar, Karandang,

4) Pasar Tradisional/Pekan :

: Pekan Kotanopan, Pekan Balige, Pekan Sipirok.

Table 4 : Investigasi di Pasar Tradisional/Pekan

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Kotanopan Diketemukan pedagang keliling yang special menjual kulit harimau, kuku dan taring harimau, hati harimau, minyak beruang, kepala rusa.

2 Balige Diketemukan pedagang obat-obatan tradisional yeng menjual minyak gosok dari Tapir, dan beruang.

3 Sipirok Diketemukan pedagang yang menjajakan empedu ular, hati harimau, minyak gosok dari lemak tapir atau beruang.

5) Rumah Makan/Restauran/Pedagang kaki Lima :

: Medan : Jalan Surabaya, Cirebon, Mangkubumi,

Kompleks Multatuli Indah, A. Yani, Glugur By Pass,

Belawan, Kapten Muslim, Brigjend Katamso, Asia Mega Mas,

S. Parman dan Madong Lubis sekitarnya.

: Sibolga : Jalan Diponegoro, Horas, SM. Raja dan Brigjend

Katamso.

: Tanjung Balai : Tengku Umar, Pelabuhan, W.R. Supratman

Page 27: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

27

Table 5 : Investigasi pada Rumah Makan, Restaurant, Warung Kaki Lima

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Medan

1.1 Surabaya Pedagang disini umumnya dibuka pada malam hari (khusus)

dan disini konsumennya berasal dari etnis chaines, dan menu

yang disajikan adalah menu khas chaines. Termasuk salah

satunya adalah mie sirip ikan hiu, daging ular, telur penyu, telur

buaya, ikan pari, kuda laut, dan lainnya.

1.2 Cirebon Umumnya usaha tetap dismaping menjual makanan khas

chaines juga menyajikan minuman khas untuk kesehatan yang

berasal dari lemak (minyak) satwa.

1.3 Mangkubumi Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang

hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)

dengan khas asia.

1.4 Kompleks Multatuli Indah Beberapa restaurant yang bercorak negera asing (jepang,

korea, Taiwan, dan Thailand) umumnya menyajikan makan-

mamakan yang berasal dari ikan hiu, pari, labi-labi, kura-kura,

lobster, dan lainnya.

1.5 A. Yani Beberapa restaurant yang bercorak negera asing (jepang,

korea, Taiwan, dan Thailand) umumnya menyajikan makan-

mamakan yang berasal dari ikan hiu, pari, ular, lobster, dan

lainnya.

1.6 Belawan Beberapa restaurant yang bercorak negera asing (jepang,

korea, Taiwan, dan Thailand) umumnya menyajikan makan-

mamakan yang berasal dari ikan hiu, pari, lobster, dan lainnya.

1.7 Kapten Muslim Warung kaki lima yang khususnya berjualan sejak jam 18.00

s/d 23.00 Wib menjual ikan hiu baker.

1.8 Brigjend Katamso Warung kaki lima yang khususnya berjualan sejak jam 18.00

s/d 23.00 Wib menjual ikan hiu baker.

1.9 Madong Lubis Umumnya usaha tetap disamping menjual makanan khas

chaines juga menyajikan minuman khas untuk kesehatan yang

berasal dari ular, .

1.10 S. Parman Beberapa restaurant yang bercorak negera asing (jepang,

korea, Taiwan, dan Thailand) umumnya menyajikan makan-

mamakan yang berasal dari ikan hiu, pari, lobster, dan lainnya.

2 Sibolga

Page 28: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

28

2.1 Horas Dagang makanan khas sea food, dan masih diketemukan juga

konsumen yang menyantak daging penyu, telur penyu, dan

mie sirip ikan hiu.

2.2 Sisingamangaraja (SM. Raja) Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang

hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)

dengan khas asia.

2.3 Brigjend Katamso Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang

hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)

dengan khas asia.

3 Tanjung Balai

3.1 Tengku Umar Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang

hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)

dengan khas asia.

3.2 Pelabuhan Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang

hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)

dengan khas asia.

3.3 W.R. Supratman Disekitar lokasi ini mulai diramaikan pengunjung sejak petang

hingga larut malam, sajian berupa makan laut (sea food)

dengan khas asia.

6) Toko Mas : Kampung Baru, Petisah, Sukaramai, Pancur Batu, Pusat Pasar,

Kampung keeling, Padang Bulan

Table 6 : Investigasi di Toko Mas/Souvenir

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Kampung Baru Taring Harimau

2 Petisah Taring dan Kuku Harimau

3 Sukaramai Gading Gajah yang telah dibentuk kecil sebagai leontin

4 Pancur Batu Kuku harimau

5 Pusat Pasar Taring harimau, gading gajah.

6 Kampung Keling Kuku beruang, taring harimau

7 Padang Bulan Taring harimau

Page 29: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

29

7) Toko Obat Tradisional (China) :

: Petisah, Kampung Baru, Glugur By Pass,

Table 7 : Investigasi di Toko Obat China/Tradisionil

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Petisah Telur buaya, telur penyu, hati beruang, lemak harimau

2 Kampung Baru Hati harimau, kuda laut, bintang laut,

3 Glugur By Pass Lemak beruang

8) Hotel/Convention Hall/Plaza

: Uniland Medan, Novotel Hotel

Table 8 : Investigasi di Restaurant Hotel-Hotel/perkantoran Berbintang

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Uniland Dihari-hari tertentu menyajikan makanan seafood yang eksotik,

seperti sirip ikan hiu, lobster,

2 Novotel Dari investigasi dilapangan diperoleh informasi sesekali pihak

restaurant menyajikan makanan yang berasal dari ikan pari,

lobster, ikan hiu, penyu sesuai dengan pesanan konsumen.

9) Pedagang Batu Akik Kaki Lima :

: Kantor Pos Besar Medan, Pusat Pasar, Petisah, Kampung

Lalang.

Table 9 : Investigasi kepada Pedagang Batu Akik Kaki Lima

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Kantor Pos Besar Salah satu pedagang ada yang menyimpan kuku harimau,

kuku beruang dan taring beruang.

2 Pusat Pasar Masih diperoleh informasi diantara pedagang yang menyimpan

taring harimau dan gading gajah

3 Petisah Kuku dan taring Harimau, taring beruang.

4 Kampung Lalang Kuku harimau

Page 30: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

30

10) Pedagang Obat Keliling

: Umumnya mereka berpindah-pindah, dan kerap di buka pada

saat pasar pekan di daerah atau sekali-sekali di pasar umum.

Table 10 : Investigasi pada Pedagang Obat keliling

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Medan

Dalam setiap atraksinya pedagang akan memamerkan hati

harimau, hati berunag dalam sebuah toples, kemudian kulit

harimau lengkap, dan masih juga ditemukan mereka

memamerkan tengkorak kepala primate.

2 Padang Sidempuan Mereka memajang kuda laut, bintang laut, bulu ekor burung

cenderawasih, dan minyak gosok beruang.

11) Pelaku Bisnis Pariwisata :

: Bahorok, Tangkahan, Pulau Poncan

Table 11 : Investigasi di Pengusaha Bisnis Pariwisata

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Bahorok

Umumnya para pengusaha penginapan, guide, rumah makan

merasa keberatan dan tidak menyetujui aksi segelintir orang

yang mengeksploitasi satwa liar disekitar mereka. Dan masih

juga diperoleh informasi bahwa ada beberapa guide yang

berprofesi ganda (sebagai pemburu).

2 Tangkahan

Umumnya masyarakat disekitar sini tadinya berprofesi sebagai

illegal loging dan pemburu. Tetapi kesadaran akan

kelebihan/potensi desa mereka yang kaya dengan

keanekaragaman hayati dan kerimbunan hutan mereka kini

sangat menjaga dan memperhatikan kondisi hutan dan

satwanya sebagai aset ekonomi pariwisata. Dan masih juga

sesekali para pengusaha tertentu mendatangi mereka dengan

menawarkan rupiah yang besar untuk melakukan pemburuan

satwa atau kayu yang di inginkan.

Page 31: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

31

12) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) :

: Belawan, Percut Sei Tuan, Tanjung Balai, Jl. Jend. Gatot Subroto Pondok Batu Sarudik Sibolga

Table 12 : Investigasi pada Tempat Pelelangan Ikan

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Belawan Dijumpai sirip ikan hiu

2 Percut Sei Tuan Dijumpai sirip ikan hiu

3 Pondok Batu Sarudik Sibolga Dijumpai sirip ikan hiu, penyu, labi-labi dan ikan-ikan hias

13) Usaha Entertainment/Hiburan (Kebun Binatang Mini)

: Kolam Pancing Tamora, Pantai Cermin, Kebun Binatang Mini

Tanjung Balai, Kebun Binatang Medan (KBM) dan Rahmat

Gallery

Table 13 : Investigasi di tempat-tempat Entertainment/Hiburan atau Kebun Binatang Mini

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Tamora Beruang, burung kakak tua, elang, siamang, bekantan, owa,

beruk, buaya, rangkong, cenderawasih, bangau tong-tong,

ular, landak, biawak, itik liar, dan lainnya.

2 Pantai Cermin Buaya, burung kaka tua, burung beo, rangkong, kijang, kura-

kura, landak, dan lainnya

3 Tanjung Balai Beruang, burung kakak tua, elang, siamang, bekantan, owa,

beruk, buaya, rangkong, cenderawasih, bangau tong-tong,

ular, landak, biawak, itik liar, dan lainnya.

4 KBM Harimau, Orangutan, Siamang, Owa, bekantan, Kedih, Beruk,

Monyet Ekor panjang, burung kakak tua, burung beo, Gajah,

kijang, rusa, tapir, bangau, buaya, kura-kura, dan lainnya.

5 Rahmat Gallery Offsetan satwa impor dan lokal.

Page 32: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

32

14) Hobies/Penggemar :

: Perkumpulan-perkumpulan penggemar burung yang kerap

dilakukan lomba di taman A. Yani Medan, Kompleks Perumahan

Setia Budi, dan lainnya.

Table 14 : Investigasi pada penggemar/perkumpulan/hobies satwa di Medan

NO TEMPAT/LOKASI KETERANGAN

1 Taman A. Yani Dalam sekali satu tahun selalu mengadakan lomba kontes

burung; bahkan diantara anggota telah berhasil menangkarkan

beberapa jenis burung lokal dan import.

2 Kompleks Setia Budi Dalam sekali satu tahun selalu mengadakan lomba kontes

burung

3 Hotel Tiara Convention Hall Lomba Kontes Ikan Arwana, Louhan, Cupang, dan lainnya.

b. Sistem Pengawasan, Perizinan, dan Penindakan Pelaku Perdagangan Ilegal Satwa

Liar dan Orangutan dilindungi

Diagram 1 : Bagan Struktur Organisasi

Setiap usaha peangkaran harus memiliki izin usaha penangkaran. Izin usaha dapat diberikan

kepada Badan usaha, lembaga Konservasi, Koperasi, ataupun perorangan. Izin usaha

penangkaran diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam (Dirjen

PHKA), Departemen Kehutanan. Untuk memperoleh izin permohonan ditujukan kepada Dirjen

DITJEN PHKA C.Q

DIT. KKH LIPI

PUSAT DATABASE OPERASIONAL PENANDAAN

UPT PUSAT PHKA

(BALAI KSDA)

Lembaga Peneliti Penangkar/Pengusaha Lembaga Konservasi

Page 33: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

33

PJKA dengan tembusan kepada Instansi Kehutanan di Daerah (Dinas Kehutanan dan Balai

KSDA), yang dilengkapi dengan :

- Berita acara pemeriksaan Persiapan Teknis Tempat Penangkaran dari balai KSDA

- Rekomendasi dari Kanwil Dept. Kehutanan

- Proposal Usaha Penangkaran

- Surat Izin Usaha Perdagangan (SIU))

- Surat Izin Tempat Usaha (SITU)/HO

- Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

- NPWP

- Akte Notaris Pendirian Usaha

- Biodata Tenaga Ahli yang dipekerjakan

Dan setiap penangkar diwajibkan menyampaikan laporan berkala tentang perkembangan

usaha. Laporan berkala terdiri atas Laporan bulanan, Laporan triwulan, dan Laporan Tahunan.

Dan untuk alat kontrol keadaan dan perkembangan stock setiap usaha penangkaran perlu

membuat pembukuan tentang kegiatan penangkaran, yang terdiri dari atas :

- Buku induk; yang memuat data-data informasi tentang seluruh kegiatan

penangkaran

- Buku silsilah (studbook); yang memuat data dan informasi tentang asal usul induk

dan hasil penangkaran

- Buku mutasi; yang memuat data dan informasi tentang penambahan dan

pengurangan induk dan hasil penangkaran.

Page 34: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

34

c. Sistem Perdagangan Ilegal Satwa Liar dan Orangutan dilindungi

Diagram 2 : Kerangka Kerja Perdagangan Satwa Dilindungi di Pantai barat Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

Pemburu Lokal

Restaurant/ Sea Food

Penampung/ Penadah

Toko Obat Chines/

Tradisional Lainnya

Warga Negara Asing

Karyawan HPH/

Lainnya

Driver Bis/ Truck

Umum

Pengusaha Satwa

Langka

Toko Perhiasan

Penduduk Lokal

(Hiasan Dinding)

Toko Souvenir

Buruh HPH/

Perambah Hutan

Pasar Burung/Ikan

Agen Pasar Satwa

Hobies

Pedagang Pasar

Umum

Untuk di KonsumsiUntuk Pengobatan

Pribadi

Sebagai Hiasan di

dalam

Rumah/perihiasan

Page 35: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

35

d. Kondisi dan Peran Masyarakat

1) Kondisi Geografis dan Demografi

Umumnya sumber satwa berasal dari kawasan konservasi seperti Taman

Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Hutan

Lindung Pasaman (Sumatera Barat), Pulau Nias, Taman Nasional Kerinci Seblat

(TNKS), Hutan Lindung sekitar tapanuli Selatan, tapanuli Utara, Tapanuli tengah

d

a

n

D

a

i

r

i

.

Dan umumnya masyarakat sekitar hutan tersebut matapencaharian mereka adalah

berkebun dan bertani dengan income dibawah rata-rata.

Taman Nasional

Gunung Leuser

(TNGL)

Taman Nasional

Batang Gadis

(TNBG)

Hutan Lindung

Pasaman

(Sumut-Sumbar)

Taman Nasional

Kerinci Seblat

(TNKS)

Hutan Lindung

Nias Kepulauan

Hutan Lindung

Sipirok

Kawasan Pesisir

Pantai Barat

Sumatera Utara &

NAD

Market (Traffiking)

Diagram 3 : Sumber Satwa Liar dan Orangutan Sumatera

Page 36: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

36

2) Peran Masyarakat dalam Teknis Operasional Perdagangan Satwa Liar

Sebagian dari masyarakat belum memahami apa, mengapa dan bagaimana konservasi

Orangutan dan Satwa liar yang dilindungi di Sumatera Utara secara baik dan benar,

khususnya dalam hal konservasi kawasan ekosistem dan sekitarnya. Tutupan hijau

semakin hari semakin menipis, dan bencana bagi kehidupan manusia dan satwa

orangutan khususnya. Mulai dari pesisir, dataran rendah hingga dataran tinggi bukan lagi

tempat aman dan nyaman bagi orangutan untuk hidup, keterbatasan ruang untuk

berkembang dan mencari makan menyebabkan populasi orangutan menurun, ditambah

lagi dengan kelangkaan dan spesifiknya satwa orangutan, harimau, gajah, beruang, tapir,

dan lainnya ini sehingga memberikan nilai ekonomi yang menggiurkan untuk diperoleh,

dan diperjual belikan oleh sekelompok manusia.

Aktivitas dari komunitas perdagangan satwa liar ini sangatlah unik dan tertutup sehingga

sulit untuk diberantas dan ditangkap. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah

terjadinya transaksi dagang satwa liar dan orangutan, namun usaha itu belum mampu

memberikan dampak yang positif bagi perkembangan populasi satwa liar dan orangutan

yang semakin langka tersebut.

Masyarakat pinggiran hutan, lokasi potensial keberadaan satwa liar dan orangutan

merupakan pelaku pemburu. Sedangkan pedagang/pengusaha dari kota, umumnya

sebagai pemodal. Umumnya pemburuan dilakukan apabila ada pesanan terlebih dahulu.

Baik itu pengusaha/pedagang ataupun masyarakat sekitar hutan. Permintaan biasanya

datang dari para penggemar/hobies, rumah makan/restaurant, kolektor, dan lainnya. Pada

dasarnya masyarakat termotivasi untuk melakukan pemburuan disebabkan tawaran

rupiah yang besar. Pola hidup yang semakin konsumtif dan meterialistis di sekitar

masyarakat saat ini merupakan salah satu kunci dilakukannya pemburuan illegal.

Tuntutan ingin memiliki pesawat televisi yang bagus, pakian dan memiliki sepeda motor

membuat masyarakat melakukan pemburuan.

Page 37: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

37

Modal dasar untuk melakukan pemburuan tradisional adalah bekal diperjalanan (beras,

lauk pauk, minyak tanah, dan uang saku dirumah selama ditinggal pergi). Semua ini akan

ditanggung oleh pedagang/pengusaha yang memesan kepada pemburu. Biasanya

pemburu terdiri dari 3-5 orang. Dan untuk melakukan pemburuan menghabiskan waktu 5-

7 hari di hutan, mereka tidak berani berlama-lama karena hal ini memungkinkan akan

tertangkap oleh petugas.

Apabila buruan telah berhasil diperoleh, maka hasil buruan akan diserahkan kepada

pedagang yang memesan. Hasil buruan yang diserahkan ada dua type, pertama

sipedagang menunggu di pinggiran hutan atau pemburu akan membawa hasil buruan ke

kota asal pedagang yang memesan.

Perdagangan satwa liar, umumnya sudah menjadi rahasia bersama masyarakat disekitar

lokasi hutan, mulai dari petugas, aparat, supir angkutan, dan sebagainya memahami dan

saling keterkaitan. Contoh, hasil buruan akan dibawa melalui jasa angkutan penumpang

umum, bersamaan penumpang dan barang-barang lainnya ke kota tujuan. Apabila hasil

buruan hidup dan berbadan besar, umumnya mempergunakan jasa angkutan barang

(pickup atau truk) yang dikombinasi dengan produk-produk pertanian atau lainnya,

sebagaimana diupayakan agar tidak terlihat dan terpantau. Apabila diperjalanan ada pos

pengawasan, biasanya tidak sebegitu ketat pemeriksaan, cukup dengan menyodorkan

rupiah kepada petugas maka perjalanan bisa berlangsung terus.

3. Analisis Permasalahan dan Alternatif Pemecahan Masalah

Analisis permasalahan dan alternatif pemecahan dilakukan dengan mengambil

kesimpulan dari persepsi, pola dan jaringan perdagangan satwa liar dan orangutan

dilindungi

Page 38: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

38

3) Kelembagaan

Masih lemahnya lembaga pengawasan ditingkat kabupaten dan kota terhadap

perdagangan satwa liar. Dan begitu juga halnya di tingkat nasional (pelabuhan

udara dan laut) sebagai jalur keluar masuk ke luar negeri. Umumnya perlakukan

pengawasan yang ketat dilakukan apabila ada laporan atau bocoran dari

masyarakat ke petugas, atau ada program razia gabungan yang telah terprogram

anggarannya di APBD dan APBN maka pengawasanpun dilakukan seketat-

ketatnya. Dan dijumpai ketidak kompak dan sinkronnya antara beberapa lembaga

dan instansi terkait pengawasan perdagangan satwa liar dilapangan. Saling

lempar masalah dan mengelak akan tanggungjawab. Contoh, pihak karantina

telah menangkap beberapa jenis satwa, kemudian dititipkan kepada pihak terkait

yang berkompoten sesuai Undang-undang Negara. Kemudian bagi pihak yang

berkompoten dipertanyakan kembali oleh pihak karatina dimana satwa yang

diserahkan, namun jawabnya panjang dan tidak menunjukkan kepastian dan

tanggungjawab penuh.

4) Teknis.

Masih dijumpai dilapangan ketidak mengertian dan ketidaktahuan petugas akan

jenis-jenis satwa yang dilindungi atau tidak dilindungi. Dan minimalnya

perlengkapan pendekteksian yang moderat, petugas hanya mengandalkan

informasi masyarakat, visual dan naluri perorangan akan pendekteksian

keberadaan satwa liar. Form-form yang disyaratkan untuk di isi oleh pengimport

atau pengeksport hanya di isi syarat saja tanpa ada pemeriksaan yang akurat

kelapangan. Kesannya, seakan-akan semua sudah beres dan tidak perlu ada

recheck lapangan/ulang petugas. Walau ada kecurigaan terhadap dokumen

maupun komoditi yang akan dikirim tidak diteruskan pemeriksaan oleh petugas

disebabkan hampir seluruh importir maupun eksportir memakai jasa

ekspedisi/cargo yang petugasnya kerap berada disana dan siap melayani

petugas dalam upaya meluruskan dan mempercepat proses pengiriman atau

pengeluaran barang-barang dari pelabuhan udara/laut. Perlu dibentuk sebuah

pengawasan satu atap, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan lempar

Page 39: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

39

masalah. Bagi negara akan lebih menguntungkan dalam mengontrol dan

mengawasi dan bagi pengusaha lebih gampang murah dan cepat.

5) Hukum dan Peraturan yang diberlakukan

Dilapangan dilakukan wawancara informal dengan praktik hukum di Kabupaten,

dan diperoleh informasi bahwa kasus perdagangan satwa belum dianggap

sebuah kasus penting dan membahayakan bagi kelangsungan dan kehidupan di

ditingkat kabupaten. Dalam arti tidak seksi dan bukan menghasilkan rupiah yang

besar. Dan cukup ditanggapi dan diaminkan saja. Walau undang-undang,

peraturan pemerintah, peraturan daerah dan lainnya sudah banyak yang

dikeluarkan berkaitan dengan perlindungan dan perdagangan satwa liar, itu

belum menjadi perhatian bagi penegak hukum, praktisi hukum dan masyarakat.

Di tiga lokasi penelitian, tidak ditemukan peraturan daerah yang memihak kepada

perlindungan dan pengawasan atau tentang perdagangan satwa liar. Dan hanya

di dapat pada peraturan pemerintah, undang-undang, dan keputusan menteri.

Page 40: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1.1. Umumnya satwa liar yang masuk ke Kota Medan berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam

(NAD) seperti Aceh Singkil, Sinabang, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh

Timur, sedangkan Sumatera Utara berasal dari Kabupaten Phak-Phak Barat, Dairi, Tapanuli

Tengah, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Mandailing Natal, Asahan dan Langkat, untuk

Sumatera Barat dari kabupaten Pasaman. Sedangkan kawasan konservasi berasal dari

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional bukit Duabelas, Taman Nasional

Batang Gadis, Taman Nasional Kerinci Seblat, Hutan Lindung sekitar Sipirok, dan lainnya.

1.2. Masih lemahnya pengawasan dari petugas yang terkait, disebabkan manajemen pemerintah

terkait tersebut tidak memiliki program penyegaran bagi staff dan petugasnya dilapangan.

Sehingga sering seorang petugas menempati dalam satu pos bertahun-tahun tanpa ada

peningkatan karir dan minimalnya pendapatan (income). Sehingg sering menjerumuskan

petugas kehal-hal yang illegal, dengan alasan upaya penambahan income ekonomi ke rumah

tangga mereka. Begitu juga kebalikan masih didapat petugas yang memang sedikit liar dan

tidak memiliki etika dan etos kerja secara profesional.

1.3. Perlu dilakukan pengawasan dan pengurusan ekspor dan import, khususnya komoditi satwa

yang satu atap (bersama-sama), sehingga tidak terkesan lagi lempar masalah, tidak

bertanggungjawab dan profesional. Kemudian tidak jelasnya perangkat pengamanan yang

menjadi pengamanan lalulintas peredaran satwa liar di tingkat kabupaten/kota sehingga

sangat rawan dan terkesan tidak perduli.

1.4. Masih sangat lemah dan kurang tegasnya hukum, sehingga pelaku perdagangan satwa liar

kurang mengalami efek jera dan bersalah. Image semua urusan bisa diselesaikan dibawah

meja masih tercetus dari pelaku-pelaku pemburu, pedagang dan hobies satwa liar.

Page 41: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

41

1.5. Meningkatnya teknologi informasi di Televisi yang memacu masyarakat menjadi masyarakat

komsumtif yang tidak di iringi dengan pendidikan. Sehingga merubah pola dan prilaku

masyarakat tradisionil, ditambah lagi dengan prilaku publik figur yang senantiasa

memamerkan dan mempraktikkan penghalalan memakan, meminum dan membunuh satwa-

satwa liar yang dilindungi. Contoh pada sebuah stasiun televisi swasta sebuah acara yang

dipandu oleh seorang artis yang bernama Indie Barens, yang menampilkan beberapa artis

papan atas yang mengkonsumsi otak monyet, daging ular, dan lainnya. Hal ini akan memacu

masyarakat untuk lebih mengekploitasi satwa liar.

2. Saran

Perlu seluruh pihak, komponen dan stakeholder yang berkaitan dengan perlindungan dan

perdagangan satwa liar untuk kembali mensimulasi sebuah formula kantor satu atap dalam

pengamanan dan pengawasan perdagangan satwa liar lokal dan internasional

Perlu dilakukan kegiatan penyadaran dan pengembangan potensi ekonomi masyarakat sekitar

hutan untuk menjadi pengaman, pelindung dan perawat satwa liar disekitarnya.

Perlu dimotivasi pemerintahan daerah untuk membuat sebuah peraturan daerah yang

berkaitan kepada pengamanan, pengawetan dan pengawasan perdagangan satwa liar,

sehingga tidak seperti saat ini yang tidak memiliki kepastian dan ketegasan hukum di setiap

Kabupaten disekitar hutan yang berpotensi memiliki satwa liar.

Perlu dilakukan pendidikan transparansi dan akutanbilitas kepada masyarakat dan petugas

lapangan, sehingga mampu menurunkan budaya suap, pungli dan korupsi di berbagai pihak.

Karena dari keseluruhan masalah yang ditemukan di lapangan bermuara kepada praktik

korupsi.

Perlu dilakukan investigasi lebih mendalam kepada pengusaha-pengusaha restaurant khas,

toko mas, toko souvenir, dan taman satwa mini diberbagai daerah (kabupate/kota) di

Sumatera Utara. Dan melakukan

Page 42: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

42

Foto Investigasi di Pasar Burung:

Foto 1 : diambil suasana di Kios, ruko dan Pedagang Kaki Lima disekitar lokasi Pasar Burung.

Page 43: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

43

Foto Investigasi di Toko Mas dan Souvenir:

Foto 2 : investigasi menemukan kuku harimau, kuku beruang, taring harimau, taring beruang, kulit buaya, kulit ular, penyu, bintang laut, dan lainnya.

Page 44: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

44

Foto Investigasi Kebun Binatang Mini

Figure 1

Foto 3 : diambil dari beragam lokasi Kebun Binatang di Sumatera Utara.

Page 45: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

45

Investigasi di Pasar umum/Tradisional

Foto 4 : diambil beragam pasar yang menjual daging ikan jiu, sirip ikan hiu, lagi-labi, kura-kura, biawak, dan lainnya

Page 46: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

46

Investigasi di Tempat pelelangan Ikan (TPI)

Figure 2

Figure 3

Foto 5: diambil beberapa tempat di sibolga, percut Sei Tuan, dan belawan

Aktivitas Tim Investigasi di lapangan, Kantor-kantor, Masyarakat dan lainnya

Figure 4

Figure 5

Figure 6

Figure 7

Foto 6: Aktivitas anggota tim di kantor-kantor, toko mas, pasar dan masyarakat desa.

Page 47: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

47

Aktivitas di Toko Aquarium dan Petshop

Foto 6: dominasi di aquarium toko ikan arwana, ikan hiu martil, hiu harimau, pari, ikan hias dari laut lainnya, serta karang yang dipajang juga.

Page 48: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

48

Lampiran 1 : Surat-Surat Masuk ke Tim Investigasi YPI-CII.

Figure 8

Surat Dari Harian Analisa Medan

Surat Dari Harian Pos Metro

Medan

Page 49: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

49

Figure 9

Surat Dari Badan Karantina

Pertanian

Surat Dari Dinas Perisndustrian

dan Perdagangan Sumut

Page 50: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

50

Surat Dari BKSDA II Sumut

Surat Dari Bea Cukai Medan

Page 51: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

51

Figure 10

Surat Dari CII Sumut

Surat Berita Acara Dari Karantina

Ikan Polonia

Page 52: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

52

Figure 11

Surat Berita Acara Dari Karantina

Ikan Polonia

Surat Data Orangutan dari BKSDA

I Sumut

Page 53: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

53

Lampiran 2 : Penelitian Pasar Untuk Medan

Kota Toko atau Pedagang Produk Jumlah Harga Asal Tanggal Sumber Informasi Penelitian Medan Toko emas taring & kuku - 300 ribu Aceh 7 Agustus ’06 Pekat Harimau berlapis Emas Medan Toko batu cincin kuku Harimau 1 buah 150 ribu - 7 Agustus ’06 Pekat Medan Toko emas kuku harimau 2 buah 850 ribu - 7 Agustus ’06 Pekat Berlapis emas Medan Toko emas taring gajah 1 buah 300 ribu - 9 Agustus ’06 Pekat Berlapis emas Medan Pasar ikan daging ikan 20 ribu tg. Balai 9 Agustus ‘06 Pekat Hiu dalam kemasan - perbungkus ( 1/ 2 kg ) Medan Pasar Satwa kakak tua putih 1 ekor 1,5 juta 28 Juli ’06 Pekat Anak kera 3 ekor 150 ribu Per ekor Medan Toko Satwa Monyet Lampung 4 ekor - - 31 Juli ’06 Pekat Kura-kura 3 ekor - - Kalkun 3 ekor - - Medan Toko Aquarium Arwana Gold 1 ekor 35 juta Kalimantan 2 Agustus ’06 Pekat Ikan hias Arwana Silver - 45 ribu Per ekor Kura-kura India 4 ekor 350 s/d 450 Ribu per ekor

Page 54: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

54

Lampiran 3 : Insiden konflik manusia dan satwa liar yang dilindungi di Sumatera Utara

Tanggal Lokasi Konflik Hasil Sumber

Januari 2005 Kecamatan Blang Kawanan Harimau Warga berhasil menangkap seekor WASPADA Mangat & Muara memangsa sapi yang harimau Sumatera seberat 80 kg tanggal 24 Januari 2006 Dua Lhokseumawe berkeliaran di wilayah karena mereka panik dan sudah Pemukiman warga melaporkannya pada dinas per- kebunan & kehutanan setempat tapi belum ada tindak lanjut. Desember 2005 Riau Puluhan ekor gajah Gajah-gajah tersebut sebagian WASPADA mengganggu masyarakat ditangakap dan dibawa ke Taman tanggal 25 Desember 2006 & tanaman mereka Nasional Januari 2006 Lhokseumawe Seekor gajah kehilangan Tim KSDA berhasil menangkap gajah WASPADA habitat merusak tanaman tersebut setelah 15 hari bekerja keras tanggal 22 Januari 2006 perkebunan disejumlah kec- untuk menangkapnya amatan di kabupaten Aceh Utara Januari 2006 Pekan Baru Puluhan ekor gajah memakan bangkai seekor gajah mati dan tergeletak WASPADA tanaman kebun masyarakat begitu saja dan gadingnya telah hilang tanggal 3 Januari 2006 (karet, kelapa sawit, maupun padi) Maret 2006 Perbatasan Riau & kawanan gajah merusak daerah Enam ekor gajah ditemukan mati, kelihat- WASPADA Sumatera pertanian warga annya akibat pembalasan karena telah tanggal 25 Maret 2006 Merusak daerah pertanian tersebut. Maret 2006 Pekan Baru warga berusaha meracun Harimau Sumatera ikut mati akibat WASAPADA kawanan gajah yang kerap memakan bangkai satu dari gajah yang tanggal 5 Maret 2006 merusak tanaman warga mati diracun.

Page 55: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

55

Maret 2006 Pekan Baru, Riau warga merambah hutan di 6 gajah ditemukan mati di dekat hutan WASPADA mana habitat para kawanan MAHATO tanggal 3 Maret 2006 gajah tersebut berlindung karena warga menganggap gajah sebagai hama yang dapat mengancam rumah dan kebunnya sehingga harus dibasmi, tidak peduli gajah tersebut terpaksa keluar hutan karena tempat tinggalnya rusak

Page 56: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

56

Lampiran 4 : Kliping-Kliping Koran

Keterangan : setealh ada program Investigasi YPI-CII di Sumatera Utara, ada kesan pihak terkait mulai berperan

Page 57: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

57

Figure 12

Page 58: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

58

BENGKALIS ISL.

PADANG ISL.

BENGKALIS

Langsa

Pangkalan Susu

GunungsitoliPadangsidempuan

Sipirok

Sibolga

Medan

Pekanbaru

Sinabang

Darat

Pandau Hulu I

Sekip

Petisah Hulu

Kesawan

Glugur Kota

Timbang Deli

Tanjung Sari

Asam Kumbang

Sei Sikambing B

Kampung Baru

KP Lalang

Polonia

Pusat Pasar

Medan

Lubuk Tukko

Tapian Nauli I

Kualabatangtoro

Pasar Sorkam

Pinangsori

Sibolga

Sipirok

Padangsidempuan

Arse Julu

Tolang

Lubuk Tukko

Tapian Nauli I

Sipirok

Sipagimbar

Batangtoru

Padangsidempuan

Kualabatangtoro

Pinangsori

Sibolga

Page 59: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

59

BENGKALIS ISL.

PADANG ISL.

BENGKALIS

Bohorok

Medan

Belawan

Gunungsitoli

Sinabang

Sinikalang

Barus

Singkilbaru

KualabatangtoroPadangsidempuan

Sipirok

Tarutung

Sibolga

75% satwa yang diperdagangkan dari sekitar TNGL, TNBG, TNKS berada di Medan. Kota ini juga salah satu konsumen satwa eksotik yang liar dan langka.

Salah satu Daerah tujuan Wisata (DTW) yang mengandalkan salah satu jenis satwa liar langka yang ada di Sumatera, khususnya orangutan. Kawasan ini juga salah satu keluarnya satwa langka yang dilindungi ke medan, dan luar negeri.

Din indikasi disekitar kawasan ini ditemukan satwa liar orangutan. Dan daerah ini juga merupakan salah satu wilayah keluarnya satwa liar dilindungi, umumnya seperi tapir, harimau, burung, dan lainnya

Kawasan ini tempat transit beberapa satwa liar yang dilindungi dari sekitar TNBG dan hutan lindung dibatas Sumut dan Sumbar. Satwa yang keluar umumnya burung, siamang, harimau, gajah, beruang.

Walau termasuk dalam kawasan Aceh dan TNGL, daerah ini banyak berkontribusi satwa liar dilindungi ke beberapa daerah terutama kota Medan.

Sibolga salah satu wilayah yang banyak mengeluarkan ikan hias, ikan hiu, penyu dan terumbu karang

ke berbagai wilayah dan luar negeri.

Pulau Nias ini memiliki satwa burung endemic, yaitu Burung Beo Nias, yang sangat digemari banyak

orang di dalam dan luar negeri

Salah satu tempat keluarnya satwa

liar melalui laut.

Satwa liar dilindungi akan di kirim ke beberapa Negara, umumnya melalui Penang, Malaysia. Melalui jalur laut

(kapal tongkang/kayu)

Pengirim satwa juga melalui cargo (pesawat udara) langsung ke beberapa Negara konsum seperti

Singapore, Thailand, Malaysia, dll

Page 60: Laporan akhir cii2

BUKU LAPORAN STUDI INVESTIGASI PERDAGANGAN SATWA LIAR DAN ORANGUTAN SUMATERA

60