laporan akhir pkmp gordiv (gorges divers) dan …

27
1 LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI PALABUHAN RATU BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKMP) Disusun Oleh: Ketua : Wawan Dedi Ariawan C44110016/2011 Anggota : Rany Gustriany C44110007/2011 Maulana Aksan C44110038/2011 Slamet Achrodi C44110048/2011 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

1

LAPORAN AKHIR PKMP

GORDIV (GORGES DIVERS) DAN CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN

HASIL TANGKAPAN IKAN DI PALABUHAN RATU

BIDANG KEGIATAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKMP)

Disusun Oleh:

Ketua : Wawan Dedi Ariawan C44110016/2011

Anggota : Rany Gustriany C44110007/2011

Maulana Aksan C44110038/2011

Slamet Achrodi C44110048/2011

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

2

Page 3: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

3

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita ucapkan kehadirat tuhan yang maha esa atas

terselesaikannya pelaksanaan kegiatan dari penelitian program kreativitas mahasiswa

yang sepenuhnya didanai oleh direktorat tinggi jendral pendidikan (dikti) tahun

anggaran 2013 dengan topik penelitian “gordive (gorges divers) dan cahaya untuk

meningkatkan hasil tangkapan ikan di palabuhanratu. Kami menyampaikan banyak

terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian ini mulai

dari pembuatan alat, proses pengambilan data dilapangan, sampai dengan penyusunan

laporan akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat kami

sebutkan satu persatu.

Penelitian ini mempunyai maksud dan tujuan untuk memodifikasi alat

pancing rawai vertikal dan horizontal sebagai alat tangkap gorges divers untuk

meningkatkan hasil tangkapan ikan guna meningkatkan hasil perairan di Indonesia

dengan teknologi yang ramah lingkungan. Dengan adanya gordive ini diharapkan

usaha penangkapan ikan berlangsung secara terus menerus tanpa adanya perusakan

habitat ikan diperairan laut,sehingga hasil tangkapan nelayan meningkat. Gordive ini

merupakan modivikasi dari pancing karibia yang merupakan perpaduan dari pancing

rawai vertical dan horizontal yang diopresaikan secara pasif dengan menggunakan

umpan alami dan umpan buatan berupa cahaya lampu celup bawah air (Lacuba).

Demikian yang dapat kami sampaikan dalam penyusunan laporan akhir ini,

kritikan dan saran yang membangun dari pihak pembaca sangatlah diharapkan karena

penulis menyadari masih banyak hal yang perlu diperbaiki dalam penyusunan ini

kurang dan lebihnya dari penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih.

Bogor, Juli 2013

Tim penyusun

Page 4: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

4

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepulauan Indonesia yang terdiri dari 5,8 juta km2 perairan laut dan sekitar

0,55 juta km2 perairan umum memiliki keanekaragaman jenis sumber daya ikan yang

cukup tinggi dan potensi yang cukup besar. Potensi sumberdaya ikan diduga berkisar

antara 10,5-12,9 juta ton/tahun yang meliputi potensi perikanan laut 6,6-7,2 juta

ton/tahun, dan perairan tawar antara 1,4-3,6 juta ton/tahun. Tingkat pemanfaatan

sekitar 22,33% yang meliputi laut 30,0%, budidaya pantai 14,5% dan perikanan tawar

13,7% (Nurzali Naamin dkk, 1990). Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003

menuliskan bahwa konfigurasi kepulauan Indonesia serta letaknya pada posisi silang

yang sangat strategis, juga dilihat dari kondisi lingkungan serta kondisi geologisnya,

Indonesia memiliki 5 (lima) keunggulan komparatif, yaitu, bahwa :

* Wilayah perairan Indonesia memiliki keragaman hayati yang tidak ternilai.

* Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga lempeng tektonik, sehingga wilayah

tersebut kaya akan kandungan sumbrdaya alam dasar laut. Namun juga merupakan

wilayah yang relative rawan terhadap terjadinya bencana alam.

* Perairan Indonesia merupakan tempat terjadinya aliran arus lintas antara samudera

pasifik dan samudera Indonesia, sehingga merupakan wilayah yang memegang

peranan penting dalam sistem arus global yang menentukan variabilitas iklim

nasional, regional dan global.

* Indonesia dengan konsep wawasan nusantara, sebagai mana diakui dunia

internasional sesuai dengan hokum laut internasional (UNCLOS,1982), memberikan

konsekuensi kepada Negara dan rakyat Indonesia untuk mampu mengelola dan

memanfaatkan secara optimal dengan tetap memperhatikan hak-hak internasional.

* Indonesia sebagai Negara kepulauan telah menetapkan alur perlintasan pelayaran

internasional yaitu yang dikenal dengan Lintas Kepulauan Indonesia (ALKI), hal ini

mengharuskan kita unuk mengembangkan kemampuan teknik pemantauannya serta

kemampuan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Kendati demikian dengan

potensi sumberdaya perikanan yang begitu besar,Indonesia belum sepenuhnya

Page 5: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

5

mampu memanfaatkan kekayaan alam tersebut. Hal ini terlihat pada hasil tangkapan

ikan oleh nelayan cenderung sedikit dan mengakibatkan pendapatan nelayan semakin

memprihatinkan.

Berkurangnya hasil tangkapan disebabkan oleh tidak efektifnya alat tangkap

yang digunakan dengan sumberdaya ikan yang tersedia (Imron dkk, 2009). Olehnya

itu diperlukan alat penangkapan ikan yang dapat memberikan usaha pengeksplorasian

lebih efisin dan ramah lingkungan, seperti pancing atau lines. Pancing adalah alat

penangkapan ikan yang paling sederhana dan paling banyak digunakan oleh nelayan

di seluruh perairan Indonesia. Seiring dengan kemajuan jaman, alat tangkap pancing

mengalami banyak modifikasi, baik dari kontruksi dan cara pengoperasiannya

(Puspito, 2009).

Pembelajaran tentang tingkah laku ikan terhadap responnya dengan

cahaya,yakni ada ikan yang tertarik dengan cahaya (fototaksis positif) dan ikan yang

menjauhi sumber cahaya (fototaksis negatif). Ikan-ikan yang cenderung merespon

bila diberikan rangsangan cahaya umumnya ikan yang hidupnya di permukaan

sampai dengan kolom perairan atau yang lebih dikenal dengan sebutan ikan pelagis.

Sejalan dengan mengetahui tingkah laku ikan terhadap respon cahaya, alat

penangkapan ikan juga berkembang dengan berbagai macam modifikasiya terutama

menggunakan cahaya sebagai alat bantu dalam memudahkan penangkapan ikan.

Seperti pada perikanan bagan awalnya yang hanya memanfaatkan lampu petromaks

kini dengan berkembannya era elektronika digunakanlah lampu LED dan lampu neon

pada peikanan bagan. Namun pada perikanan pancing khususnya di Indonesia

penggunaan lampu celup bawah air sebagai penarik ikan untuk berkumpul disekitar

area penangkapan masih kurang padahalnya perikanan pancing merupakan yang

paling selektif dibandingkan dengan alat penangkapan ikan lainnya. Hal ini

seharusnya menjadi perhatian dalam pengembangan alat penangkapan ikan,sehingga

diperlukan penelitian dari modifikasi alat tangkap pancing dan cahaya (gordive)

sebagai alat bantu penangkapan ikan yang ramah terhadap lingkungan serta dapat

mempertahankan kelestarian ekosistem perairan.

Page 6: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

6

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan Indonesia terhadap potensi perairan khususnya di Palabuhan

Ratu yaitu kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai cara yang baik dan

menghasilkan tangkapan yang maksimal serta ramah lingkungan. Oleh karena itu,

dibutuhkan teknologi yang baik dan ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil

tangkapan para nelayan.

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk

melakukan pengoperasian alat tangkap ikan menggunakan Gorges divers untuk

meningkatkan hasil tangkapan ikan guna meningkatkan hasil perairan di Indonesia

dengan teknologi yang ramah lingkungan.

1.4 Luaran yang Diharapkan

Adapun luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah publikasi nasional

dan internasional tentang gorges sebagai teknologi yang ramah lingkungan untuk

meningkatkan hasil tangkapan perikanan berkaitan dengan besarnya potensi perairan

serta memberi rekomendasi terhadap pihak terkait mengenai upaya dalam

meningkatkan hasil tangkapan perairan yang efektif dan efisien.

1.5 Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

Mendesain dan memodifikasi alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan.

Meningkatkan hasil penangkapan ikan untuk meningkatkan pendapatan

nelayan.

Page 7: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Tangkap Pancing

Gorges atau Pancing ialah salah satu alat tangkap yang umum dikenal

masyarakat luas,utamanya dikalangan nelayan Indonesia (Baskoro, 2012). Pancing ini

memiliki sifat kesederhanaan dalam pengoperasiannya sebagai alat penangkapan ikan

ramah lingkungan. Alat tangkap ini terdiri dari pancing/kail, tali utama, pelampung,

pemberat, dan joran. Selanjutnya (Puspito, 2009) menyatakan bahwa Pancing adalah

alat penangkapan ikan yang paling sederhana dan paling banyak digunakan oleh

nelayan di seluruh perairan Indonesia. Seiring dengan kemajuan jaman, alat tangkap

pancing mengalami banyak modifikasi, baik dari kontruksi dan cara

pengoperasiannya.

Modifikasi dari alat tangkap pancing ini salah satunya dikenalkan dengan

pancing rawai. Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utamanya, rawai dapat

dibedakan menjadi tiga (Sadhori,1984), yaitu :

1. Rawai tegak (vertikal longline);

2. Rawai mendatar (horizontal longline); dan

3. Pancing landung.

Kontruksi dari rawai vertikal yang digunakan untuk menagkap ikan di Palabuhanratu

terdiri dari beberapa bagian, yakni tali pancing, pemberat (sinker), dan mata pancing.

Tali pancing yang terdiri dari tali utama (main line) dan tali cabang (branch line).

Tali pancing yang digunakan terbuat dari bahan nylon monofilament bernomor 1.000

dengan diamter 1 mm sedangkan panjang tali utama sekitar 100-200 m dan tali

cabang 1-2,5 m. Pemberat yang digunakan oleh nelayan biasanya terbuat dari bahan

timah ataupun besi yang diletakkan sekitar 1 Deppa (1,5 m) dari branch line terbawah

dan untuk mata pancingnya sendiri di ikatkan pada masing-masing tali cabang. Mata

pancing ini umumnya terbuat dari bahan logam yang kuat serta tahan karat. Ukuran

mata pancing yang digunakan disesuaikan dengan target ikan tangkapan. Komponen

lain terdapat pada rawai vertikal ialah kili-kili digunakan untuk menjaga agar posisi

pancing tidak terpelintir dan menjadi kaku akibat arus ataupun akibat dari gerakan

Page 8: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

8

ikan saat meloloskan diri. Dua buah kili-kili terpasang pada satu unit alat tangkap ini,

yakni kili-kili yang terpasang pada ujung tali utama dan pada pangkal tali cabang.

Agar pada pengoperasiannya antara tali cabang dan tali utama tidak mudah terbelit

rawai vertikal dilengkapi dengan tali untang atau kawat barlen. Tali ini diikatkan pada

kili-kili pertama dan kedua dengan menggunakan tali yang ukurannya sama dengan

tali utama sepanjang 20-30 cm. Bagian antara tali cabang dan mata pancing dipasang

tali untang sepanjang 10-20 cm. Komponen terakhir pada alat tangkap rawai vertikal

ialah penggulung (reel) berfungsi untuk memudahkan pengoperasian pancing.

Penggulung ini terbuat dari bahan kayu atau plastik,berbentuk seperti roda dengan

ukuran tertentu tergantung panjang tali pancing (Nurhayati, 2006).

Sebagian besar perikanan rawai dasar dan rawai apung kekuatan menangkap

biasanya ditentukan oleh jumlah pancing yang dioperasikan selama suatu operasi

penangkapan. Mudahnya hasil tangkapan dengan pancing dicatat dalam unit

(keranjang basket/skates) yang memiliki standar ukuran atau standar jumlah pancing

tertentu. Umpan alami atau umpan buatan digunakan dalam hampir dalam jenis

semua perikanan pancing kecuali Jigging, sedangkan umpan buatan mempengaruhi

daya tangkap yang bervariasi menurut jenis perikanan (Widodo dkk, 2006). Menurut

Sadhori (1984) rawai disebut juga dengan longline yang secarfa harfiah diartikan

sebagai tali panjang. Hal ini karena alat penagkapan tersebut kontruksinya berbentuk

rangkaian tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali yang

panjang dengan beratus-ratus tali. Oleh karena itu rawai dapat diartikan sebagai salah

satu alat penangkapan ikan yang terdiri atas rangkaian tali temali yang bercabang-

cabang dan pada tiap-tiap ujung cabangnya di ikatkan sebuah pancing. Secara teknis

operasional rawai termasuk jenis perangkap, karena dalam operasionalnya tiap-tiap

pancing diberi umpan yang tujuannya untuk menangkap ikan agar ikan-ikan mau

memakan umpan tersebut sehingga terkait oleh pancing.

Page 9: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

9

2.2 Gelombang Cahaya

Cahaya adalah berkas-berkas kecil dalam spektrum elektromagnetik dengan

kisaran 400 – 700 milimikron yang mengandung semua warna dan kasat mata.cahaya

lampu merupakan suatu umpan buatan (optical bait) yang digunakan untuk dan

mengkonsentrasikan ikan (Vond Brant,1984). Selanjutnya dijelaskan bahwa kisaran

panjang gelombang antara 3600 – 7800 A0 dengan frekuensi cahaya tampak

bervariasi dari 4,3x1014

– 7,9x1014

Hz. Iluminasi cahaya diukur dalam lux meter (1 lx

= 1 lm/km2), dimana iluminasi cahaya ini tergantung pada intensitas dan jarak dari

sumber cahaya. Isacs 1991 menyebutkan bahwa intensitas cahaya ialah ukuran

kemampuan suatu sumber cahaya untuk memancarkan cahaya baik secara umum

maupun pada suatu arah tertentu. Sementara itu Iluminasi cahaya atau kecermelangan

cahaya (E) didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang masuk kedalam kolom air yang

tergantung pada intensitas cahaya dan jarak dari permukaan (Ben – Yami,1987).

Pengukuran ilumisai cahaya dari suatu sumber dapat dilakukan dengan menggunakan

persamaan matematik berikut :

E = C/r2 ; dimana :

E adalah iluminasi cahaya (lux)

C adalah kuat sumber cahaya (Candela)

R adalah jarak dari sumber cahaya (m)

Iluminasi cahaya akan berkurang dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber

cahaya dan nilainya akan berkurang apabila cahaya tersebut memasuki media air.

Pemudaran intensitas cahaya menurut (Nikonorov,1975) yang terjadi didalam kolom

perairan terjadi secara eksponensial berdasarkan hukum Buger seperti berikut :

Ix = I0e-kx

atau Ex = Eoe-kx

Bentuk sebaran intensitas dari cahaya lampu dibawah air ini tergantung dari tipe

lampu yang digunakan sebagai sumber cahaya. Pemanfaatan cahaya lampu sebagai

alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya

buatan itu sendiri. Masuknya cahaya kedalam kolom perairan sangat erat kaitannya

dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh panjang gelombang tersebut. Ini

berarti bahwa semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya

Page 10: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

10

tembusnya kedalam air. Selain dari panjang gelombang yang menentukan penetrasi

cahaya yang masuk kedalam kolom perairan ada juga faktor – faktor lain yang

memengaruhinya seperti absorbsi cahaya dari partikel – partikel air,kecerahan

perairan,pemantulan cahaya oleh permukaan laut,serta ada pula dikarenakan

perubahan musim dan lintang geografis (Nybakken,1988). Dengan adanya hambatan-

hambatan tersebut,nili iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan semakin menurun

dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut.

Dengan sifat- sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan tingkah

laku ikan dalam merespon adanya cahaya. Nelayan kemudian menciptakan cahaya

buatan untuk mengelabuhi ikan sehingga melakukan tingkah laku tertentu untuk

memudahkan dalam operasi penagkapan ikan. Tingkah laku ikan kaitannya terhadap

respon cahaya ini dimanfaatkan oleh nelayan dalam pengoperasian alat penangkapan

ikan, seperti pada alat tangkap bagan,pure seine,pukat pantai,rumpon,dll.

2.3 Tingakah Laku Ikan Disekitar Cahaya

Studi tentang tingkah laku ikan diperlukan untuk mengetahui kesesuain alat

penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan yang sesuai dengan kriteria dari

sasaran tangkapan ikan. Menurut He (1989) adalah adaptasi dari badan ikan terhadap

lingkungan eksternal dan internal sedangkan reaksi ikan merupakan respon yang

berhubungan dengan tingkah laku ikan,karena adanya rangsangan eksternal. Ikan

tertarik terhadap reaksi cahaya menurut Nomura dan Yamazaki (1977) dikarenakan

ikan – ikan yang tertarik terhadap cahaya dipengaruhi oleh adanya dorongan atau

rangsangan dari ikan itu sendiri,kuat cahaya optimum,adanya makanan,dan keharusan

pergerakan oleh sifat fototaksis positif ikan itu sendiri. Sedangakan menurut He

(1989), ikan berenang mendekati sumber cahaya karena tiga hal,yakni : mengikuti

teori torced movement theory,adaptation theory,dan feeding phototaxis theory.

Fototaxis pada ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal ialah faktor yang timbul dari dalam tubuh ikan, seperti umur, sex, dan

kepenuhan isi lambung, sedangkan faktor eksternal ialah faktor yang memengaruhi

fototaxis ikan yang timbul dari luar tubuh ikan, seperti temperatur air, gelombang,

Page 11: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

11

arus, level lingkungan cahaya (dini hari dan bulan purnama), intensitas dan warna

cahaya, makanan, ataupun ada tidaknya predator/ikan pemangsa lain. Nomura dan

Yamazaki (1977) menyatakan bahwa penangkapan ikan dengan cahaya tidak efektif

pada bulan purnama (full moon),karena iluminasi cahaya lampu dan cahaya bulan

pada kedalam 20 meter hampir sama yaitu masing – masing 0,033 lux dan 0,032 lux.

2.4 Pemanfaatan Cahaya Dalam Usaha Penangkapan Ikan

Penggunaan cahaya listrik dalam kegiatan penangkapan ikan pertama kali

dikembangkan di Jepang sekitar tahun 1900an. Selanjutnya berkembang keberbagai

belahan dunia,termasuk Indonesia. Di Indonesia penggunaan lampu sebagai alat

bantu penangkapan ikan tidak diketahui secara pasti,yang diduga perikanan dengan

alat bantu cahaya berkembang dari bagian timur perairan Indonesia dan menyebar

kebagian barat periaran Indonesia.

Gerombolan ikan dan ketertarikan ikan pada sumber cahaya bervariasi antar

jenis ikan, perbedaan ini umumnya dipengaruhi oleh adanya perbedaan Phylogenetic

dan ekologi. Varheijen (1959) menyebutkan bahwa ikan melihat sumber cahaya

dalam keadaan gelap di malam hari menjadi disorientasi secara optik dan bereaksi.

Dimana hanya satu mata yang dirangsang,sehingga terjadi gerakan secara tidak

beraturan dan tidak menentu dari ikan pada area iluminasi.

Brandt (2005) mengemukakan bahwa keberhasilan penangkapan ikan dengan

alat bantu cahaya ditentukan oleh teknik penangkapan. Kondisi perairan dan

lingkungan serta kualitas cahaya yang digunakan untuk memikat ikan. Selanjutnya

Verheyen (1968) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran

cahaya yang masuk ke dalam air dalam kaitannya terhadap pemikat ikan adalah : (1)

sifat alamiah cahaya matahari atau bulan; (2) jumlah partikel yang terkandung dalam

air dan udara banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh permukaan air dan partikel-

partikel.

Page 12: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

12

III. METODE PENDEKATAN

3.1 Metode Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan secara experimental fishig, yakni data yang diambil

melalui percobaan alat Pancing/Gordive yang disetting secara langsung di lapangan

menggunakan satu buah kapal penangkapan ikan, dimana gordive yang diopersikan

ini secara langsung bersamaan disetting, satu bagian alat tangkap pancing/gordive ini

tanpa lampu dan berlampu. Gordive tanpa lampu sebagai control atau perbandingan

sedangkan gordive berlampu hasil dari modifikasi pancing rawai karibia ini berfungsi

sebagai tested gear ( alat tangkap yang diuji cobakan).

Pengambilan data dilakukan dengan lima kali ulangan pada masing-masing

alat tangkap gordive yang dilihat perbedaannya setiap satu jam pada saat

pengoperasian alat tangkap gordive ini.

3.2 Pengumpulan Data

Data hasil tangkapan ikan yang diperoleh di ukur panjang total (cm), berat

tubuh ikan (kg), dan body girth sebagai ukuran ikan yang digunakan dalam patokan

identifikasi dari hasil tangkapan.

Data yang diperoleh merupakan data primer yakni data yang berkaitan secara

langsung dengan hasil dari tangkapan ikan yang diperoleh. Data primer ini meliputi :

Panjang total (cm ) adalah panjang ikan yang diukur mulai dari bagian

ujung mulut hingga bagian ekor yang paling ujung.

Body girth adalah ukuran lingkar tubuh ikan. Ada dua kategori yang

diperlukan saat mengukur body girth ini, yakni net mark body girth

merupakan ukuran lingkar tubuh ikan pada lokasi terjeratnya ikan pada

mata jaring sedangkan maximum body girth adalah ukuran maksimum

lingkar tubuh ikan tersebut.

Berat tubuh ikan adalah biomassa yang dimiliki oleh ikan dalam

satuan kilogram (Kg).

Page 13: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

13

IV. PELAKSANAAN PROGRAM

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian di lapang akan dilaksanakan di Palabuhan Ratu Kabupaten

Sukabumi, Jawa Barat. Letak geografis kabupaten sukabumi terletak pada posisi

6057

’-7

025

’ LS dan 106

049

’-107

000

’ BT, dengan batas-batas wilayah secara

administrtif disebelah utara berbatasan dengan kabupaten Bogor, samudra Hindia

disebelah selatan, kabupaten cianjur disebelah timur, sedangkan disebelah barat

berbatasan dengan kabupaten lebak dan samudra Hindia. Kabupaten sukabuni secara

administratif juga berbatasan langsung dengan kota sukabumi, dimana wilayah kota

sukabumi dikelilingi oleh beberapa kecamatan yang menjadi wilayah kabupaten

sukabumi (PPN Palabuhanratu, 2007). Palabuhan Ratu dipilih sebagai lokasi

penelitian karena daerahnya cukup aman dari arus dan gelombang yang kuat ketika

musim barat tiba. Penelitian berlangsung selama empat kali trip yang masing-masing

dilakukan lima kali pengulangan. Penelitian ini di laksanakan pada awal Maret

sampai dengan akhir Mei 2013.

Page 14: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

14

Peta diatas merupakan peta lokasi penelitian dan pengambilan data primer

yang dilakukan di Palabuhanratu. Dimana data primer ini berupa data hasil tangkapan

ikan yang tertangkap pada alat tangkap pancing dengan atau tanpa cahaya lampu

celup bawah air (Lacuba). Pengambilan data dilakukan secara experimental

fishing,yakni secara langsung melakukan percobaan alat pancing rawai vertikal yang

disetting diperairan secara pasif dan melakukan pengangkatan alat keatas kapal

(hauling) setiap 1 jam dengan masing-masing alat dilakukan lima kali pengulangan.

4.2 Tahapan Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan persiapan, pelaksanaan

dan pelaporan hasil penelitian. Kegiatan direncanakan berlangsung selama 3 (tiga)

bulan tahun 2012. Jadwal Kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tata waktu pelaksanaan penelitian

No. Kegiatan

2013

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6

1. Persiapan

a. Survei pendahuluan

b. Perizinan penelitian

c. Pembuatan alat

2. Pelaksanaan penelitian

a. Penelitian di lapangan

3. Pelaporan hasil penelitian

a. Pengolahan data

b. Penulisan laporan hasil penelitian

4. Konsultasi pembimbing

Page 15: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

15

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu persiapan (survey pendahuluan,

perizinan penelitian, & pembuatan alat), pengambilan data primer dan sekunder,

pengolahan dan analisis data serta formulasi hasil penelitian. Selanjutnya penelitian

juga dilakukan empat kali trip, di hari dan waktu yang berbeda. Trip pertama dan

kedua berturut dari tanggal 29– 31Maret 2013. Sedangkan trip ketiga dan keempat

dilakukan pada tanggal 27 Mei 2013, yang masing-masing dilaksanakan pada waktu

dini hari dan malam hari.

4.3 Instrumen Pelaksanaan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Kapal ukuran 8 x 1 meter ;

Timbangan dengan skala terkecil 1 gram ;

Alat dokumentasi ;

Line rope/penggulung ;

Luxmeter untuk mengukur iluminasi cahaya;dan

Fish finder untuk menentukan lokasi penangkapan yang cocok.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tali atau benang ;

Gorges atau mata pancing ;

Timah dan besi sebagai pemberat;

Batu baterai sebanyak 12 buah;

Umpan (ikan tembang & sayatan ikan layur) ;serta

Lacuba (Lampu Celup Bawah Air).

Gambar 2. Pancing

Lampu

Page 16: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

16

4.4 Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya

Biaya yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah sebesar Rp.10.000.000,-

(sepuluh juta rupiah). Rincian Biaya pada Tabel 2.

Tabel 2. Anggaran penelitian

No. Kegiatan Biaya (Rp)

1. Persiapan penelitian :

a. Survei pendahuluan

b. Pembelian gorges

Kail @Rp.25.000,- x 30 gorges

Tali Cabang dan Tali utama 70 m @Rp.10.000,- x 70

Joran 6 buah @Rp.100.000,- x 6

c. Transportasi membawa 5 unit Gorges

d. Pembuatan modifikasi gorges 5 buah @Rp 120.000

750.000

750.000

700.000

600.000

750.000

600.000

2. Pelaksanaan Penelitian:

a. Transportasi , Akomodasi 5 Orang @Rp 150.000

b. Konsumsi 5 orang @Rp.200.000

c. Biaya Sewa Kapal Untuk 5 Kali Trip @Rp 400.000

d. Olah Data, Pembuatan, Dan Penggandaan Laporan.

e. Sewa Camera @Rp. 100.000 x 5 kali trip

f. Lampu Petromax 5 buah @100.000

g. Umpan

750.000

1.000.000

2.000.000

750.000

500.000

500.000

350.000

Total biaya 10.000.000

Page 17: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

17

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ikan Hasil Tangkapan

Penelitian ini menggunakan metode experimental fishing, yakni data yang

diperoleh dari pengambilan data secara langsung dilapangan menggunakan instrumen

gordive yang dipadukan dengan cahaya buatan lampu celup bawah air (lacuba). Data

yang terambil merupakan data primer yang dianalisis berdasarkan keragaman jenis

hasil tangkapan menggunakan instrumen alat tangkap gordive dengan cahaya lampu

dibandingkan dengan gordive tanpa cahaya lampu, didapatkan 3 jenis ikan yang

berbeda genus dan spesiesnya yakni ikan gerot-gerot, kuniran, dan kerongan.Berikut

tabel komposisi hasil tangkapan ikan tanpa dan dengan cahaya lampu buatan

berdasarkan trip dan spesies ikan,serta ukuran hasil tangkapan.

Tabel 3. Hasil Tangkapan tanpa menggunakan cahaya

No Trip

ke-

Hasil Tangkapan

Nama Spesies panjang total

(cm)

Berat

(gram)

Body girth

(cm)

1 1 - - - -

2 2 - - - -

3 3 Pomadasys maculatum 22,7 130 19,3

Pomadasys maculatum 22,6 140 19,4

- - - -

4 4 Terapon theraps 19,5 80 14

Hasil tangkapan ikan yang ditangkap dengan gordive tanpa menggunakan

cahaya dari lampu celup bawah air (Lacuba), persentase dari hasil tangkapan ikannya

dapat diperlihatkan dengan menggunakan diagram pie berikut :

Page 18: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

18

Analisis keragaman hasil tangkapan yang ditunjukan diagram pie diatas dalam

persentase hasil tangkapan ikan tanpa menggunakan gordive lampu menunjukan hasil

tangkapan yang kurang beragam, seperti tidak tertangkapnya ikan Upenephelus

sulphures.

Tabel 4. Hasil tangkapan dengan menggunakan cahaya

No Trip

ke-

Hasil Tangkapan

Nama Spesies Panjang total

(cm)

Berat

(gram)

Body girth

(cm)

1 1 - - - -

2 2 - - - -

3 3

Upeneus sulphureus 20,2 100 14,1

Pomadasys maculatum 21,4 110 18,4

- - - -

4 4

Terapon theraps 14,4 30 11,9

Terapon theraps 19,5 80 14

Terapon theraps 18,8 70 13,8

67%

33%

0%

Persentase Hasil Tangkapan Ikan Tanpa Menggunakan Gordive Lampu

Pomadasys maculatum Terapon theraps Upeneus sulphureus

Page 19: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

19

Hasil tangkapan ikan yang ditangkap dengan gordive dengan menggunakan

cahaya dari lampu celup bawah air (Lacuba), persentase dari hasil tangkapan ikannya

dapat diperlihatkan dengan menggunakan diagram pie berikut :

Analisis keragaman hasil tangkapan yang ditunjukan diagram pie diatas dalam

persentase hasil tangkapan ikan dengan menggunakan gordive lampu menunjukan

hasil tangkapan yang lebih baik, ini ditunjukan dengan beragamnya dari jenis ikan

yang tertangkap, yang bila dibandingkan dengan gordive tanpa lampu hasil tangkapan

ikannya kurang beragam, seperti pada alat tangkap gordive tanpa lampu tidak

mendapatkan spesies ikan upenephelus sulphures, sedangkan pada gordive berlampu

mendapatkan hasil tiga spesies ikan yang berbeda termasuk upenephelus sulphures.

Berdasarkan dari kedua tabel diatas diperoleh hasil tangkapan total ikan yang

didapatkan dengan alat tangkap Gordive kedalam persentase memperlihatkan hasil

secara nyata sebagai berikut :

20%

60% 20% 20%

Persentase Hasil Tangkapan Ikan Menggunakan Gordive Lampu

Pomadasys maculatum Terapon theraps

Upeneus sulphureus

38%

50%

12%

Persentase Total Hasil Tangkapan Ikan

Pomadasys maculatum Terapon theraps Upeneus sulphureus

Page 20: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

20

Perbandingan hasil tangkapan yang diperoleh dari data yang diambil secara

langsung dilapangan dengan alat tangkap gordive tanpa atau dengan cahaya lampu

celup bawah air (Lacuba) yang didesain sedemikian rupa agar kedap air dan dapat

menjaga agar lampu tetap menyala didalam air ditunjukan pada grafik berikut :

Terlihat pada tampilan grafik diatas yang menunjukan komposisi hasil

tangkapan yang memiliki keragaman hasil tangkapan yang berbeda, dimana gordive

berlampu hasil tangkapan ikannya lebih beragam dibandingkan dengan gordive tanpa

lampu. Pada gordive berlampu ini mendapatkan 3 species ikan yang berbeda yakni

ikan pomadasys maculatum, terapon theraps, dan upeneus sulphureus. Species ikan

yang mendominasi hasil tangkapan yakni ikan terapon theraps dan upeneus

sulphureus. Sedangkan pada gordive tanpa lampu hasil tangkapan ikan yang didapat

hanya dua species ikan yakni ikan pomadasys maculatum dan terapon theraps. Pada

gordive tanpa lampu ini tidak mendapatkan jenis ikan upeneus sulphureus. Penelitian

ini tidak melihat jenis ikan yang tertarik secara langsung dengan cahaya (fototaksis

positif) maupun jenis ikan yang tidak merespon rangsangan terhadap cahaya

melainkan penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan keragaman dari hasil

tangkapan ikan antara gordive berlampu dan tanpa lampu yang didesain

menyesuaikan kebutuan penelitin, yang dimana penelitian gordive berlampu dari

modifikasi alat tangkap pancing rawai karibia lebih efektif digunakan dalam

operasional penangkapan ikan.

0%

50%

100%

Pomadasys maculatum

Terapon theraps

Upeneus sulphureus

Grafik Perbandingan Keragaman Hasil Tangkapan

Gordive Tanpa Lampu

Gordive Lampu

Page 21: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

21

5.2 Pengukuran Iluminasi Cahaya

Iluminasi cahaya atau kecermelangan cahaya (E) didefinisikan sebagai jumlah

cahaya yang masuk kedalam kolom air yang tergantung pada intensitas cahaya dan

jarak dari permukaan (Ben – Yami,1987). Pengukuran ilumisai cahaya dari suatu

sumber dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan matematik berikut :

E = C/r2 ; dimana :

E adalah iluminasi cahaya (lux)

C adalah kuat sumber cahaya (Candela)

R adalah jarak dari sumber cahaya (m)

Iluminasi cahaya akan berkurang dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber

cahaya dan nilainya akan berkurang apabila cahaya tersebut memasuki media air. Pemudaran

intensitas cahaya menurut (Nikonorov,1975) yang terjadi didalam kolom perairan terjadi

secara eksponensial berdasarkan hukum Buger seperti berikut :

Ix = I0e-kx

atau Ex = Eoe-kx

Pengukuran luxmeter

air Derajat udara air Derajat udara 0.06 0 0.07

0.05 180 0.06

0.04 10 0.06

0.03 190 0.05

0.05 20 0.05

0.03 200 0.06

0.06 30 0.06

0.03 210 0.05

0.04 40 0.05

0.03 220 0.06

0.04 50 0.04

0.04 230 0.07

0.04 60 0.07

0.04 240 0.07

0.05 70 0.03

0.05 250 0.05

0.05 80 0.05

0.06 260 0.06

0.05 90 0.06

0.05 270 0.06

0.06 100 0.06

0.05 280 0.05

0.05 110 0.05

0.05 290 0.03

0.04 120 0.07

0.04 300 0.07

0.04 130 0.07

0.04 310 0.04

0.03 140 0.06

0.04 320 0.05

0.03 150 0.05

0.06 330 0.06

0.03 160 0.06

0.05 340 0.05

0.03 170 0.05

0.04 350 0.06

0.05 180 0.06

0.06 360 0.07

Page 22: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

22

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini memberikan hasil yang secara signifikan baik untuk

mengembangkan perikanan pada alat tangkap pancing rawai karibia yang dipadukan

dengan cahaya lampu celup bawah air dengan hasil modifikasi berupa Gorges divers

(Gordive) mengingat alat tangkap pancing/Gordive ini merupakan alat tangkap yang

paling selektif dalam menangkap hasil tangkapan ikan dengan ukuran yang telah

layak tangkap sehingga alat tangkap ini dapat menciptakan kegiatan perikanan yang

berkelanjutan dikarenakan ramah terhadap lingkungan atau tidak merusak habitat

ikan di perairan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa persentase hasil tangkapan

dari Gordive berlampu lebih baik dan beragam dibandingkan dengan Gordive tanpa

lampu.

6.2 Saran

Perlu diadakannya penelitian lanjutan mengenai alat tangkap Gordive ini

seperti pada perbedaan penggunaan warna cahaya lampu celup bawah air (Lacuba)

pada perikanan pancing/Gordive dan ketahanan lampu agar kedap air sehingga lampu

dapat menyala secara terus menerus dalam air serta perlu diadakannya penelitian

perikanan pancing mengingat khusus untuk perikanan pancing di Indonesia sangatlah

kurang padahalnya keselektivan pancing sangat tinggi.

Page 23: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

23

DAFTAR PUSTAKA

Anggawangsa,R.F.2008. Pengaruh Perbedaan Penggunaan Bentuk Mata Pancing

Terhadap Hasil Tangkapan Layur (Trichiurus sp.) di Palabuhanratu. Skripsi.

Bogor : Program Sarjana. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2003. Quicklook riset kelautan dan perikanan.

Departemen Kelautan dan Perikanan.

Baskoro, M. S., 2012. Metode Penangkapan Ikan : Bogor:Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan-FPIK Institut Pertanian Bogor.

Dwiponggo,am badruddin,d nugroho dan seiyono.1991. potensi dan penyebaran

sumberdaya ikan demersal. Jakarta : direktorat jendral perikanan,puslitbang

perikanan,po-lipi.

Imron, M, Iskandar, M. D., dan Sriwiyono E.1997. Eksplorasi Ikan Pelagis dengan

Jaring Insang Lingkar (Encircling Gillnet )dan Alat Bantu Rumpon Lampu

Diperairan Pelabuhan Ratu-seminar hasil penelitian IPB. Bogor :Staf

Pengajar Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, IPB.

Mulyadi S. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta : Rajawali pers.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Cetakan I. Jakarta : Djambatan. 356 Hal.

Nurhayati, Y. 2006. Pengaruh kedalaman terhadap komposisi hasil tangkapan

pancing ulur (handline) pada perikanan layur diperairan

palabuhanratu,kabupaten sukabumi,jawa barat. Skripsi. Bogor : program

sarjana. Program studi pemanfaatan sumberdaya perikanan, Fakultas

perikanan dan ilmu kelautan,institut pertanian Bogor.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2007. Data Statistika Perikanan

Tahun 2006. Sukabumi : PPN Palabuhanratu.

Puspito, G. 2009. Pancing. Bogor : Departemen PSP-FPIK Institut Pertanian

Bogor.

Puspito, G. 2009. Lampu Petromaks: Manfaat, Kelemahan dan solusinya pada

Periakanan Bagan.Bogor. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB.

Puspito, G. 2009. Kontruksi Mata Jaring Perangkap Jodang. Bogor : Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan IPB.

Page 24: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

24

Saanin, R. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Vol 1 dan ii. Bandung :

Bina Cipta.

Sadhori, S. 1984. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung : Angkasa.

Tobing,T.M.D.N.2008. Pemusatan Cahaya Petromaks Pada Areal Kerangka Jaring

Dipermukaan Air Menggunakan Tudung Berbentuk Kerucut Terpancung :

Pengaruhnya Terhadap Hasil Tangkapan Bagan. Skripsi. Bogor : Program

Sarjana. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas

Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Widodo, J dan Suadi. 2006. Pengelolaan sumberdaya Perikanan Laut.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wiyono, E. S, R. I. Wahju, dan F. Purwangka. 2001. Kuantifikasi Perilaku

Perubahan Iliminasi Cahaya Buatan Pada Media Air-Laporan Kegiatan.

Bogor : FPIK Institut Pertanian Bogor.

Page 25: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

25

LAMPIRAN

Page 26: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

26

KONSULTASI SEBELUM PEMBERANGKATAN KE LAPANGAN

PERSIAPAN ALAT

Page 27: LAPORAN AKHIR PKMP GORDIV (GORGES DIVERS) DAN …

27

PRAKTEK LAPANG

HAULING