laporan anti diabetes
DESCRIPTION
PRAKTIKUM FARMAKOLOGITRANSCRIPT
-
1
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI II
ANTIDIABETES
Oleh :
AYU SUKARNI PUTRI (1301011)
Kelompok 3
S1 IV-A
Kamis, 12 Maret 2015
Dosen :
Dr. Meiriza Djohari M.Kes,Apt
Asisten Dosen :
Evirayuni Puspitasari
Riska Pratiwi
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
-
2
ANTIDIABETES
1. Tujuan Percobaan
a. Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan / obat.
b. Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah.
c. Agar mahasiswa dapat memahami gejala-gejala dan dasar farmakologi
efek toksis obat penurun glukosa darah.
2. Tinjauan Pustaka
Pankreas adalah suatu organ lonjong dari kira-kira 15 cm, yang terletak
dibelakang lambung dan sebagian dibelakang hati. Organ ini terdiri dari 98 %
sel-sel dengan sekresi ekstern, yang memproduksi enzim-enzim cerna yang
disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel (pulau
Langerhans) dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon yang disalurkan
langsung ke dalam aliran darah. Dalam pankreas terdapat empat jenis sel
endokrin yakni :
a. Sel- alfa, yang memproduksi glukagon
b. Sel-beta dengan banyak granula berdekatan membran selnya, yang berisi
insulin (Lat. Insula= pulau). Setiap hari disekresikan kurang lebih 2 mg
(=50 UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkut ke hati. Kira-kira 50
% dari hormon ini dirombak disini, sisanya diuraikan dalam ginjal.
c. Sel-D memprodusir somatostatin (antagonis somatotropin)
d. Sel-PP memprodusir PP (pancreatic polypeptide), yang mungkin berperan
pada penghambatan sekresi endokrin dan empedu.
Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu
gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa terlampau
meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang (glukosa)
di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu (Lat.
Diabetes = penerusan, mellitus= manis madu).
-
3
Diabetes mellitus bukan merupakan patogen melainkan secara etiologi
adalah kerusakan atau gangguan metabolisme. Gejala umum diabetes adalah
hiperglikemia, poliuria, polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata
kabur, dan kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat
menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis.
Hiperglikemiakronik menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan
kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang
diabetes adalah macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak,
diabetes kaki dan diabetes jantung.
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi
memungkinkan glukosa masuk kedalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan
demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah glukosa
bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat
kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat
meningkat dan penderita sering berkemih, merasa sangat haus, berat badan
menuruun, dan merasa lelah. Penyebab lainnya adalah menurunnya kepekaan
reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan oleh makan
terlalu banyak dan kegemukan (overweight).
Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala
akut (mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes melitus.
Gejala ini dikenal dengan gejala kronik atau menahun (Katzung, 2002).
Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti
yang disebut dibawah ini :
1. Kesemutan
2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum
3. Rasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas
bantal atau kasur
4. Kram
5. Capai, pegal-pegal
6. Mudah mengantuk
-
4
7. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
8. Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten
Diabetes diklasifikasikan dalam dua Tipe :
a. Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus ) dan,
b. Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ).
Diabetes tipe 1 adalah kasus genetik yang pada umumnya dimiliki sejak
kecil dan memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah. Diabetes
tipe 2 dipengaruhi oleh keturunan dengan penyebabnya adalah kurangnya
penghasil insulin dalam tubuh dan tidak sensitif terhadap hormon insulin.
Diabetes tipe 2 adalah kasus yang tidak memerlukan insulin dalam
pengendalian kadar gula darah. Insulin sendiri adalah hormon yang membawa
glukosa dari darah masuk se dalam sel-sel tubuh. Insulin hanya diproduksi
oleh sel-sel beta pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Tanpa insulin,
nutrisi tetap berada dalam plasma dan meningkat. Sebagian nutrisi akhirnya
akan hilang dalam urine, hingga sel-sel tubuh mengalami kelaparan.
Selain dua tipe diatas dikenal juga Diabetes melitus gestational. Diabetes
melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari seorang
wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes
gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan
karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa. Pasien dapat
dipisahkan menjadi 2, yaitu mereka yang sudah diketahui sebelumya
menderita diabetes dan mereka yang didiagnosis menderita diabetes saat
sedang hamil (gestasional).
Hasil akhir kehamilan yang baik memerlukan perhatian yang teliti
terhadap diet, pemantauan dan pemberian insulin. Pada penderita diabetes
gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui diet saja.
Bila tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat
-
5
melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37-40 minggu selama tidak
ada komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan
pengobatan dengan insulin, maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini
pada kehamilan 36-38 minggu terutama bila kehamilannya diikuti oleh
komplikasi lain seperti makrosomia, pre-ekalmpsia, atau kematian janin.
Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan) atau
operasi Caesar. Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko
meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar
glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan setiap 3
tahun ke depan.
JENIS OBAT ANTIDIABETES
Antidiabetika (antihiperglikemia) adalah obat-obat yang digunakan untuk
menurunkan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin. Insulin ini
adalah hormon yang diproduksi oleh pulau Langerhans di pankreas, dimana
insulin ini memiliki fungsi penting dalam :
a. Menaikkan pengambilan glukosa kedalam sel sebagian besar jaringan
b. Menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif
c. Menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot dan mencegah
penguraian glikogen
d. Menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.
Semua proses ini menyebabkan kadar glukosa darah menurun karena
pengaruh insulin tersebut. Insulin tidak dapat diberikan secara peroral karena
dapat terurai oleh asam lambung.
1. INSULIN
Insulin adalah pengobatan penderita untuk pertama kali. Sebagian besar
pasien diabetes yang hamil mendapatkan suntikan preparat human insulin.
Karena insulin akan dihancurkan bila diberikan per os, maka pemberiannya
hanya per injeksi.
-
6
Ada tiga tipe preparat lama menurut lama kerjanya yaitu: short acting,
intermediate acting, dan long acting. Insulin intermediate dipilih untuk
penderita yang cenderung menderita ketoasidodsis. Kemudian diperkenalkan
preparat insulin yang baru yaitu: insulin lispro dan insulin aspart, yang dapat
bekerja lebih cepat dibandingkan short acting preparat lama. Preparat ini
memungkinkan pasien untuk menyuntik diri sendiri seesaat sebelum makan
daripada menunggu 30 menit.
Insulin yang sering digunakan selama kehamilan biasanya hanya 2 tipe, yaitu
tipe short (actrapid) dan intermediate (monotartd).
Farmakodinamika Insulin
Insulin mempunyai efek penting yang memudahkan gerak glukosa
menembus membran sel. Insulin membantu meningkatkan penyimpanan
lemak dan glukosa ke dalam sel-sel sasaran, mempengaruhi pertumbuhan sel
serta fungsi metabolisme berbagai macam jaringan. Insulin bekerja pada
hidrat arang, lemak serta protein, dan kerja insulin ini pada dasarnya
bertujuan untuk mengubah arah lintasan metabolik sehingga gula, lemak dan
asam amino dapat tersimpan dan tidak terbakar habis.
-
7
2. Antidiabetika Oral
Antidiabetika oral kini dapat digolongkan menjadi enam kelompok besar,
sebagai berikut :
a. Sulfonilurea (antara lain tolbutamide, klorpropamida, glibenklamida,
gliklazida, glipizida, glikidon, dan glimepirida)
Sulfonilurea menstimulasi sel-sel beta dari pulau Langerhans, sehingga
sekresi insulin ditingkatkan. Disamping itu, kepekaan sel-sel beta bagi
kadar glukosa darah diperbesar melalui pengaruhnya atas protein-transpor
glukosa.
b. Kalium-channel blockers (repaglinida, nateglinida)
Senyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan sulfonilurea, hanya
pengikatan terjadi di tempat lain dan kerjanya lebih singkat.
c. Biguanida
Obat ini menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula-darah
pada orang sehat. Zat ini juga menekan nafsu makan (efek anoreksan)
hingga berat badan tidak meningkat, maka layak diberikan pada penderita
yang kegemukan.
d. Glukosidase-inhibitors (akarbose, dan miglitol)
Zat-zat ini bekerja atas dasar persaingan merintangi enzim alfa-
glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian
polisakarida menjadi monosakarida terhambat. Dengan demikian glukosa
dilepaskan lebih lambat dan absorpsinya ke dalam darah juga kurang
cepat, lebih rendah dan merata, sehingga puncak kadar gula dihindarkan.
Kerja ini mirip dengan efek dari makanan yang kaya akan serat gizi.
e. Thiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon)
Memiliki kerja farmakologi istimewa disebut insulin sensitizers. Berdaya
mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas jaringan
perifer untuk insulin. Oleh karena ini penyerapan glukosa ke dalam
jaringan lemak dan otot meningkat, juga kapasitas penimbunannya di
jaringan ini. Efeknya ialah kadar insulin, glukosa dan asam lemak bebas
dalam darah menurun, begitu pula gluconeogenesis dalam hati.
-
8
f. Penghambat DPP-4 (DPP-4 blockers) : sitagliptin (Januvia),
vildagliptin (Galvus)
Obat-obat kelompok ini bekerja berdasarkan penurunan efek hormon
increatin. Incretin berperan utama terhadap produksi insulin di pankreas
dan yang terpenting adalah GLPI dan GIP, yaitu glukagon-likepeptide dan
glucose-dependent insulinotropic polypeptide. Incretin ini diuraikan oleh
suatu enzim khas DPP4 (dipeptidylpeptidase). Dengan penghambatan
enzim ini, senyawa gliptin mengurangi penguraian dan inaktivasi incretin,
sehingga kadar insulin akan meningkat.
g. Lainnya : alfa-liponzuur, (krom) pikolinat dan kayu manis.
Klasifikasi dari hewan uji yang digunakan yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Murinae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
Monografi dari obat glibenclamid
Nama resmi : Glibenclamidum
Nama lain : Glibenklamida
Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau /
hampir tidak berbau
RM / BM : C23H28CIN3O5S/ 494,0
-
9
Dosis etiket : 5 mg
Dosis maksimum : 1.3 mg
Bentuk sedian : Tablet
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik
Khasiat : Antidiabetik
Kegunaan : Sebagai sampel
Farmakokinetik
potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam.
Metabolismenya dihepar, pada pemberian dosis tunggal hanya 25 %
metabolitnya dieksresi melalui urin, sisanya melalui empedu. Pada
penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dan sekunder, dengan seluruh
kegagalan kira-kira 21 % selama11/2 tahun. Karena semua sulfonilurea
dimetabolisme di hepar dan dieksresi melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh
diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat.
Farmakodinamik
merangsang insulin dari granul, sel beta langerhans pangkreas. Rangsanganya
melalui interaksi ATP-sensitive K chanel pada membran sel-sel yang
menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal
Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++
akan masuk sel ,
merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin
dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Kecuali itu sulfonilurea
dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
Indikasi
pada keadaan yang gawat seperti stres,komlikasi infeksi dan pendarahan,
insulin tetap merupakan terapi standar
Kontra indikasi
-
10
Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul . Reaksi ini lebih
sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan masa kerja panjang. Efek
samping lain yaitu reaksi alergi jarang sekali terjadi mual,muntah, diare,
gejala hemtologik, susunan saraf pusat,mata dan sebagainya
Mekanisme kerja
Merangsang sekresi insulin dari granul ses-sel langerhans pankreas.
Ransangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada
membran sel sel yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan
ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++
akan masuk sel- merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi
sekresi insulin dengan jumlah ang euivalen dengan peptida C. Kecauli itu
sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
-
11
3. Bahan Dan Alat
Bahan
- Glukosa
- Nacl fisiologis (1% kg BB )
- Glibenklamid (1 mg/kg BB, 2 mg/kg BB)
- Insulin (25 UI/kg BB, 50 UI/kg BB, 100 UI/kg BB)
- Hewan yang digunakan : mencit
Alat
- Alat suntik
- Jarum oral
- Timbangan
- Nesco (strip pengukur glukosa darah) dan alat pengukur glukosa
(glukometer)
- Stoples (tempat pengamatan)
- Blade dan handle blade
4. Cara Kerja
a. Timbang mencit uji dan hitung VAO (ml) untuk obat dan glukosa yang
akan diinjeksikan
b. Potong ujung ekor mencit beberapa cm saja (1 cm), kemudian teteskan
darah mencit tersebut ke strip pengukur glukosa darah (strip sebelumnya
sudah dalam keadaan terpasang dengan alat pengukurnya), lihat berapa
kadar glukosa mencit sebelum perlakuan.
c. Selanjutnya suntikan obat antidiabetes (penurun glukosa darah),
sementara kontrol diberikan NaCl fisiologis 1 % Bb secara intramuskular.
(untuk insulin secara i.m, glibenklamid secara p.o )
d. Setelah 5 menit berikan larutan glukosa secara oral dengan dosis 2 mg/kg
BB secara oral.
e. Ukur kadar glukosa darah mencit pada menit 15 menit dan 30 menit
setelah pemberian obat. Kemudian Tabelkan hasil pengamatan dgn jelas.
-
12
5. Hasil Dan Pembahasan
a. Hasil pengamatan
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yang dapat terlihat dalam
tabel berikut :
Klp Dosis Sebelum
perlakuan
Waktu
15 menit 30 menit
I Insulin 25 UI/kg BB 98 mg/dL 51 mg/dL 45 mg/dL
II Insulin 50 UI/kg BB 96 mg/dL 39 mg/dL 33 mg/dL
III Insulin 100 UI/kg BB 93 mg/dL 69 mg/dL 39 mg/dL
IV Glibenklamid 1mg/kg BB 58 mg/dL 213 mg/dL 42 mg/dL
V Glibenklamid 2 mg/kgBB 30 mg/dL 120 mg/dL 96 mg/dL
VI Kontrol
(NaCl fisiologis 1% BB) 50 mg/dL 157 mg/dL 115 mg/dL
b. Perhitungan
Berapa ml VAO yang dibutuhkan jika diketahui berat mencit = 16.59
gram , dosis untuk Insulin 100 UI/kg BB, dan konsentrasi (C)= 5 UI/mL?
Jawab
VAO (mL) =Berat badan kg Dosis
C
VAO (mL) =0.01659 kg 100 UI/kgBB
5 UI/mL
VAO mL = 0.33 mL
Berapa mL VAO yang dibutuhkan untuk glukosa dengan dosis 2
mg/kgBB, jika diketahui berat mencit = 16.59 gram dan konsentrasi (C)=
0.2 mg /mL ?
Jawab
VAO (mL) =Berat badan kg Dosis
C
VAO (mL) =0.01659 kgBB 2 mg/kgBB
0.2 mg/mL
VAO mL = 0.165 mL
-
13
c. Pembahasan
Antidiabetika (antihiperglikemia) adalah obat-obat yang digunakan
untuk menurunkan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin.
Percobaan dilakukan untuk menguji efek hipoglikemik dari antidiabetik
insulin (dalam dosis 25 UI/kgBB, 50 UI/kgBB, dan 100 UI/kgBB) dan
glibenklamid (dosis 1 mg/kgBB, dan 2 mg/kgBB) serta sebagai kontrol
digunakan NaCl fisiologis (1 % BB) dengan menggunakan mencit (Mus
musculus) sebagai hewan uji pada praktikum kali ini.
Pada praktikum kali ini dilakukan terlebih dahulu pengukuran
kadar glukosa mencit sebelum diberikan dengan obat antidiabetes.
Kelompok kami (kelompok 3) menguji insulin dengan dosis 100
UI/kgBB. Setelah dilakukan pengukuran diberikan antidiabetes pada
mencit, setelah 5 menit di berikan glukosa secara oral, untuk menghindari
penurunan glukosa yang sangat tajam akibat induksi oleh antidiabetes
yang diberikan tsb. Setelah itu dilakukan pengecekan kadar glukosa
sebanyak 2 kali selama 30 menit.
Dari hasil praktikum terlihat perbedaan respon efek pada kedua
antidiabetik yang diuji antara insulin dan glibenklamid.
Klp Dosis Sebelum
perlakuan
Waktu
15 menit 30 menit
I Insulin 25 UI/kg BB 98 mg/dL 51 mg/dL 45 mg/dL
II Insulin 50 UI/kg BB 96 mg/dL 39 mg/dL 33 mg/dL
III Insulin 100 UI/kg BB 93 mg/dL 69 mg/dL 39 mg/dL
IV Glibenklamid 1mg/kg BB 58 mg/dL 213 mg/dL 42 mg/dL
V Glibenklamid 2 mg/kgBB 30 mg/dL 120 mg/dL 96 mg/dL
VI Kontrol
(NaCl fisiologis 1% BB) 50 mg/dL 157 mg/dL 115 mg/dL
Dari tabel diatas terlihat masing-masing kadar glukosa darah
mencit dari masing-masing kelompok sebelum perlakuan (dalam keadaan
normal). Untuk uji antidiabetik digunakan insulin dan glibenklamid
-
14
dengan dosis yang berbeda sementara untuk kelompok kontrol hanya
diberikan NaCl fisiologis. Setelah pemberian antidiabetes kemudian
diberikan glukosa secara peroral kepada mencit, dengan adanya glukosa
dari luar ini akan terlihat efek hipoglikemik kedua antidiabetik yang diuji.
15 menit setelah pemberian glukosa tersebut pada kelompok yang
menguji glibenklamid (klp 4, dan 5) terjadi peningkatan kadar glukosa
darah yang lebih tinggi dibanding sebelum perlakuan. Namun, berbeda
dengan insulin yang diberikan secara i.m menunjukkan respon penurunan
kadar glukosa darah dibanding dengan kadar glukosa darah sebelum
perlakuan. Hal ini terjadi karena pemberian glibenklamid secara peroral
menunjukkan respon efek hipoglikemik lebih lama karena glibenklamid
harus melewati saluran pencernaan untuk kemudian terabsorpsi dan
masuk ke sirkulasi darah dan kemudian menuju target untuk merangsang
insulin dibandingkan dengan insulin yang diberikan i.m (kedalam otot-
otot paha) yang langsung berada dalam sirkulasi darah sehingga respon
hipoglikemik yang ditimbulkan juga lebih cepat. Sementara pada kontrol
terjadi kenaikan kadar glukosa dibanding sebelum perlakuan meskipun
sempat terjadi penurunan glukosa pada menit ke 30 dari 157 mg/dL
menjadi 115 mg/dL. Meskipun begitu, kadar glukosa mencit mengalami
peningkatan didalam darah.
Pada sampel uji yang sama dengan kelompok kami yaitu
antidiabetes insulin terlihat perbedaan dalam penurunan kadar glukosa
mencit uji. Dari hasil tersebut terlihat bahwa insulin dengan kadar yang
lebih tinggi yaitu 100 UI/kgBB lebih cepat terlihat dibanding dua dosis
lainnya yaitu 25 UI/kgBB dan 50 UI/kgBB. Sementara pada glibenklamid
efek hipoglikemik lebih besar terlihat pada dosis terkecil yaitu 1mg/kgBB
dibandingkan dengan dosis kelompok 5 yaitu 2 mg/kgBB. Secara teoritis
seharusnya efek hipoglikemik ini cepat terjadi pada dosis yang lebih
besar. Hal tersebut dapat dipengaruhi juga oleh berat mencit yang berbeda
sehingga memberikan respon fisiologis yang juga berbeda.
-
15
Dari hasil tersebut hasil praktikum kali ini cukup
baik,menunjukkan efek hipoglikemik antidiabetik yang diujikan. Dari
pengujian tersebut didapat hasil bahwa efek hipoglikemik injeksi i.m
insulin lebih cepat dibandingkan dengan antidiabetik oral glibenklamid.
Dalam Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan
bahwa alat glikometer merupakan alat yang otometik memudahkan
dalam memperoleh hasil glukosa darah, pemeriksaan dengan
menggunakan alat ini memerlukan waktu yang relatif singkat, akurat,
waktu tesnya minimal 30 detik. Adapun cara penggunaan dari alat
glukometer tersebut yaitu penyiapan alat dan strip glukotest, masukkan
strip glukotest kedalam bagian ujung glukometer, teteskan darah pada
tempat reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula yang tertera
pada layar glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer
yaitu dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel
darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.
Untuk mengurangi kesalahan dalam pengujian ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan yaitu faktor fisiologis mencit harus sangat
diperhatikan, mengingat mencit yang sering berulang-ulang digunakan
dalam pengujian akan memberikan hasil yang kurang baik dan tidak
spesifik, kemudian faktor lainnya yaitu faktor penyuntikkan juga
berpengaruh berkaitan dengan ketelitian praktikan dalam pengujian.
-
16
6. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya :
a. Mencit yang diinduksi dengan menggunakan glibenclamid memberikan
efek lelah dan aktivitas motorik yang menurun. Setelah diinduksi dengan
glukosa, mencit berangsur angsur kembali kekeadaan awal (normal). Obat
glibenklamid merupakan obat antidiabetes golongan sulfonylurea yang
cocok digunakan untuk penderita diabetes tipe II. Glibenclamid bekerja
dengan cara merangsang sekresi insulin oleh sel pulau langerhans di
pancreas.
b. Insulin lebih cepat bekerja menurunkan kadar gula daripada glibenclamid
c. Beda penyuntikan maka berbeda pula cepat atau tidaknya efek yang
tampak, efek tampak lebih cepat ketika diberi secara im daripada oral.
d. Diabetes mellitus yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit
kencing gula adalah kelainan metabolis yang ditandai dengan tingginya
kadar glukosa darah ( hiperglikemia). Diabetes tersebut dibagi menjadi
tiga tipe, yaitu diabetes mellitus tipe 1,2 dan diabetes gastional. Pada
kondisi normal, kadar gula darah tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70
-110 mg/dL. Oleh pengaruh kerja hormone insulin diproduksi oleh
kalenjer pancreas.
e. Kadar insulin yang rendah akan mengurangi penyerapan glukosa dan
tubuh akan mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi. Kelebihan
insulin atau obat glibenclamid dapat berakibat hipoglikemia.
f. Untuk mempermudah pengujian digunakan alat untuk mengukur glukosa
darah yaitu glucometer
7. Jawaban Pertanyaan-Pertanyaan
Pertanyaan dan jawaban
1. Jelaskan dengan ringkas mekanisme kerja insulin dalam menurunkan
kadar glukosa darah.
Jawab :
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelainan_metabolis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Lemak
-
17
Insulin yang mulai efektif bekerja menurunkan gula darah sejak 1
sampai 2 jam setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi
secara maksimal selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam
setelahnya, contohnya Humulin m3, Hypurin, dan Insuman. Insulin
reaksi cepat akan langsung bekerja 5-15 menit setelah masuk ke dalam
tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30-90
menit, dan pengaruhnya akan segera menghilang setelah 3-5 jam
kemudian. Contoh obat insulin ini berupa Lispro, Actrapid, Novorapid,
dan Velosulin. Masa reaksi obat insulin juga dipengaruhi oleh
kemampuan tubuh seseorang dalam merespon obat ini. Maka diproduksi
pula jenis insulin campuran, yang merupakan kombinasi dari dua jenis-
jenis insulin di atas. Selain itu penggunaanya harus dibawah pengawasan
dokter untuk menentukan dosis yang sesuai dengan kebutuhan setiap
penderita.
MEKANISME KERJA
- Tempat kerja insulin ialah pada permukaan luar membran sel.
Beberapa peneliti mendapatkan bahwa adenilsiklase di hambat,
sedangkan enzim fosfodiesterase dirangsang. Sintesis glikogen dan
glikogenolisis tergantung darirangkaian reaksi fostorilasi protein.
Siklik AMP mengaktivasi proteinkinase dengan akibat perangsangan
glikogenolisis dan hambatan glukoneogenesis.
- Insulin bekerja sebaliknya yaitu ke arah sintesis glikogen.
Insulin mendefosforilasi enzim tertentu dengan akibat
terjadinya penghambatan glikogenolisis dan lipolisis. Insulin
meningkatkan ambilan K+ ke dalam sel, efek serupa terjadi pada
Mg++ dan diduga ion tersebut bertindak sebagai second messenger
yang memperantarai kerja insulin.
-
18
2. Jelaskan pula dengan ringkas mekanisme kerja glibenclamid dalam
menurunkan kadar glukosa darah.
Jawab :
Glibenklamida adalah hipoglikemik oral derivat sulfonil urea yang
bekerja aktif menurunkan kadar gula darah. Glibenklamia bekerja dengan
merangsang sekresi insulin dari pankreas. Oleh karena itu glibenklamida
hanya bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya
masih mampu memproduksi insulin. Pada penggunaan per oral
glibenklamida diabsorpsi sebagian secara cepat dan tersebar ke seluruh
cairan ekstrasel, sebagian besar terikat dengan protein plasma. Pemberian
glibenklamida dosis tunggal akan menurunkan kadar gula darah dalam 3
jam dan kadar ini dapat bertahan selama 15 jam. Glibenklamida
dieksresikan bersama feses dan sebagai metabolit bersama urin.
3. Jelaskan efek samping toksisitas obat penurun kadar glukosa darah.
Jawab :
- Pada penderita gula darah rendah kadar gula darah akan menurunkan
setiap waktu. Akibat dari penurunan gula darah, tubuh menjadi
berkeringat, mual, atau pernafasan yang cepat. Jika tingkat gula
darah menurun secara substansial, maka pasien bahkan bisa pingsan.
- Bila kadar gula darah menurun, metabolisme tubuh juga menurun.
Hal ini juga menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak yang
sering menimbulkan kejang. Ini adalah kondisi langka yang
memerlukan perhatian segera dari dokter.
Karena kadar glukosa lebih rendah, pasien merasa pusing. Fungsi
otak berjalan lambat.
- Hipoglikemia adalah efek samping dari menyuntikkan insulin.
Terlalu banyak insulin dalam tubuh dapat menurunkan tekanan
darah. Hal ini menyebabkan sakit kepala, lemas, mengantuk, dan
detak jantung yang cepat.
-
19
- Dalam kasus ekstrim, efek samping dari suntikan insulin dapat
menyebabkan hiperglikemia. Gejala-gejala dari kondisi ini adalah
rasa haus yang ekstrim, sering kencing, dan letih.
- Untuk beberapa pasien diabetes, suntikan insulin dapat
menyebabkan alergi kulit seperti bengkak dan gatal. Beberapa efek
samping yang jarang dari suntikan insulin adalah muntah, kulit
merah di tempat yang disuntikkan, denyut jantung tidak teratur,
kurang konsentrasi, dan lain-lain.
8. Daftar Pustaka
Ganiswarna,S.G,Setiabudy.R,SuyatnaF.D,Purwantyastuti,Nafrialdi.,1995,
Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta
Mutschler,ernest, 1991. Dinamika Obat edisi V. ITB, Bandung.
Tim penyusun, 2008. Informatorium obat nasional indonesia (IONI), Badan
POM RI, Koperkom dan CV sagung seto, Jakarta.
Tjay ,hoan dan kirana rahardja, 2008. Obat-obat penting edisi VI. PT
Gramedia, Jakarta.